Top Banner
Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013 halm. 28 Wisman yang ke 1 Miliar halm. 26 Barang Suvenir yang Bersaing halm. 12 Kita Di Tengah Pelayaran 13 Negara halm. 18 Kapal Pesiar Internasional www.newsletter-pariwisataindonesia.com Momentum Investasi di Bahari S inar surya baru saja menerangi laut di horizon sebelah timur. Para wisatawan di kapal Seven Seas Voyager mulai bermunculan di atas dek. Mimik antusias bertebaran menyambut fajar tropis, sementara di arah barat tampak Pulau Bali, semakin dekat, sekitar tiga puluh menit kemudian mereka merapat di dermaga pelabuhan Benoa. Dan, tertib teratur tampaklah wisman tua muda itu menuruni tangga kapal, beberapa saat kemudian mereka berangkat kelompok demi kelompok, gerak tubuh mereka serba excited, memang, mereka hendak menikmati tur berkeliling di pulau dewata. Sederetan bus wisata telah menanti sedari subuh. Ciptakan Success Story halm. 5 Kapal pesiar merapat di Benoa, Bali, 7 Februari 2013.
36

Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

Mar 30, 2016

Download

Documents

Muhammad Muslih

Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Vol. 4 lNo. 38 l Februari 2013

halm. 28

Wisman yangke 1 Miliar

halm. 26

Barang Suveniryang Bersaing

halm. 12

Kita Di TengahPelayaran 13 Negara

halm. 18

Kapal PesiarInternasional

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

MomentumInvestasidi BahariSinar surya baru saja menerangi laut di horizon

sebelah timur. Para wisatawan di kapal Seven Seas Voyager mulai bermunculan di atas dek. Mimik antusias bertebaran menyambut fajar

tropis, sementara di arah barat tampak Pulau Bali, semakin dekat, sekitar tiga puluh menit kemudian mereka merapat di dermaga pelabuhan Benoa. Dan, tertib teratur tampaklah wisman tua muda itu menuruni tangga kapal, beberapa saat kemudian mereka berangkat kelompok demi kelompok, gerak tubuh mereka serba excited, memang, mereka hendak menikmati tur berkeliling di pulau dewata. Sederetan bus wisata telah menanti sedari subuh.

CiptakanSuccess Story

halm. 5

Kapal pesiar merapat

di Benoa, Bali,7 Februari 2013.

Page 2: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

2 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Utama

Pengarah:Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi KreatifPenanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran PariwisataWakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi PariwisataPenerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin HutabaratDewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman. Reporter: Benito LopulalanAlamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110Telp : 021 383 8220Fax : 021 380 8612,Email : [email protected]

Jika Anda mempu­nyai informasi dan pendapat untuk Newsletter ini, silakan kirim ke alamat di atas.

Kita menyaksikan ketika kapal Seven Seas Voyager merapat di pelabuhan Benoa, Bali, pagi hari (7/2/2013). Begitulah selalu gambaran ke­sibukan setiap kali kapal besar yang meng angkut penumpang ratusan hingga ribuan orang, sing­gah di pelabuhan­pelabuhan laut Indonesia.

Benoa itu sendiri kini membuat harapan menjadi kenyataan, dari tiga tahun lalu ketika Dirjen Pemasaran Pariwisata waktu itu mem­proyeksikannya menjadi turn around port. Arti­nya, kapal pesiar dari mancanegara tak hanya singgah, tetapi juga menurunkan penumpang wisman, dan sebaliknya juga menaikkan pe­numpang dari Indonesia (Bali) untuk berlayar.

Di antara seluruh pelabuhan di Indonesia, Benoa saja menerima 35 ship calls kapal pesiar besar dengan total jumlah penumpang 22.656 wisman selama tahun 2011, dan tahun 2012 menerima 35 ship calls, dengan total jumlah penumpang 29.464 orang. Seven Seas Voyager, misalnya, panjang 204,2 meter dengan berat kotor (GRT) 42.363 ton, hari itu dia mengangkut 675 penumpang.

Kategori kapal pesiar internasional yang telah singgah di Indonesia bervariasi, dari kapal berukuran panjang 296 meter berbobot 115.875 GRT, dan terkecil panjangnya 88 meter dengan 4.077 GRT.

Cruise traffic ke Indonesia beberapa tahun

terakhir hingga 2013 meningkat, dapat dilihat pada grafik di atas ini.

Wisata bahari di Indonesia amatlah luas, se­perti pernah dilaporkan, peluang itu bagaikan tak bertepi, seluas laut yang mengisi dua pertiga wilayah Indonesia, seakan the sky is the limit.

Ketika Seven Seas Voyager itu merapat ke der­maga Benoa, di Pulau Serangan, tak jauh lokasi­nya dari Benoa, beberapa kelompok­kelompok kecil wisman, ada juga wisnus, pada waktu itu tengah sibuk mengemasi layar­layar hendak dikembangkan di atas perahu yacht masing­masing. Sebentar kemudian mereka berlayar mengarungi laut. Dan berpapasan dengan ne­layan yang sedang menuju pantai membawa ikan hasil tangkapan.

Bersamaan saat itu, mungkin dua tiga kapal ‘ekspedisi’ sedang meninggalkan pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara, mengarungi laut, wisata bahari, mampir di desa­desa nelayan, atau berlabuh di perairan Wakatobi atau Raja Ampat: para wismannya menyelam.

Yeah, situasi kondisi kedamaian di laut dan di pantai­pantai kini membuka cakrawala dan momentum, saatnya wisata bahari dijadikan lapangan investasi, mulai usaha kecil, mene ­

ngah hingga usaha berskala besar.Tiga kegiatan wisata bahari sedang menemu­

kan momentum berinvestasi: untuk melayani wisata kapal pesiar, ekspedisi, yachter hingga rekreasi laut mulai dari menyelam, memancing, dan pelbagai aktivitas.

Memang ada yang bilang: dua pertiga wila­yah negeri kita merupakan laut, tetapi mengapa belakangan ini seakan hidup ‘budaya’ takut laut?

Sementara itu, kegiatan wisata bahari men­ciptakan dampak langsung pada kesempatan usaha, kesempatan kerja yang kian meluas. Wisata pesiar di laut (sea cruise) sesungguhnya telah diperkenalkan di Bali sejak tahun 1934. Perusahaan pelayaran Belanda Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) melayarkan wisatawan dari Batavia (Jakarta)–Semarang–Tanjung Perak, Surabaya­pelabuhan Buleleng di Singaraja, Bali.

Benoa kini berfungsi sebagai pelabuhan penumpang, pelabuhan kargo, pelabuhan peri kanan dan sekarang bertambah menjadi pelabuhan kapal pesiar. Iwan Sabatini, Gen-eral Manager Pelindo III pengeloa Benoa men­jelaskan telah diantisipasi kebutuhan prasarana guna melayani kapal berukuran panjang sejak tahun 2010–2011.

Sebelumnya rata­rata kapal yang datang di Benoa buatan tahun 1998, panjang kapal ku­rang dari 150 meter LOA (length over all). Seka­rang ini sudah mulai menerima kapal­kapal dengan panjang 200–260 meter. Kapal 100 ribu Gross Tonage (GRT) juga sudah datang, umum­nya labuh (anchor) karena belum bisa merapat ke dermaga. Kapal Legend of The Seas, 94 ribu GT yang panjangnya 264 meter, merupakan kapal terpanjang yang pernah sandar (along side) di dermaga pelabuhan Benoa.

Kendala pertama yang masih dihadapi di Benoa adalah kesiapan alur (channel access).

Wisata bahari di Indonesia amatlah luas, seperti per­nah dilaporkan, peluang itu bagaikan tak bertepi, se­luas laut yang mengisi dua pertiga wilayah Indonesia, seakan the sky is the limit.

Page 3: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

3Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Utama

Kita di Forum WEF dan WTO

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu menghadiri perte muan tahunan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss,

pada 22–26 Januari 2013. Mari Elka Pangestu berpartisipasi dalam berbagai

kegiatan, termasuk dalam kapasitasnya sebagai Co-Chair dari New Models of Travel and Tourism Council WEF.

Setelah Davos, Mari Pangestu melanjutkan perjalanan ke Jenewa, menghadiri pertemuan

General Council WTO (World Trade Organization) 29–31 Januari 2013. Pada sidang itu seluruh

kandidat Direktur Jenderal WTO memaparkan visi dan misinya yang dilanjutkan dengan sesi tanya

jawab. Mari Elka Pangestu mem presentasikan visinya dan bertemu dengan General Council WTO

pada 29 Januari 2013. Setelah itu berbicara di hadapan satu konferensi pers.

Sebelumnya, dengan kedalaman ­8 m sampai ­9 m LWS (low water spring/ketinggian saat air surut) masih aman karena kapal yang datang berkisar 68–78 ribu GT.

Seiring dengan perkembangan kapal yang se­makin besar, Dirjen Pelabuhan dan Pengeruk an Departemen Perhubungan telah mendalamkan alur sepanjang 2 mil laut hingga ­10 meter LWS.

Pendalaman bukan hanya mengeruk pasir tapi juga memotong batu­batu karang di ujung Pulau Serangan sebanyak 260 ribu meter kubik di tahun 2012. Diameter turning basin (kolam putar) 325 meter sekarang ini. Direncanakan

pada tahun 2014 sudah bisa mencapai 425 me­ter untuk memenuhi standar turning basin bagi kapal pesiar sepanjang 410 meter. Pengerjaan ini dilaksanakan oleh PT Pelindo III.

Kedalaman kolam putar ­10 meter LWS di tahun 2012, akan didalamkan lagi menjadi ­11 meter LWS di tahun 2013, dan di tahun 2014 di­harapkan sudah bisa mencapai ­12 meter LWS. Standar kedalaman (draft) kolam untuk kapal pesiar ­11 meter LWS.

Kendala kedua adalah dermaga. Pelindo menyiapkan dermaga timur dan selatan untuk kapal pesiar. Dermaga timur difokuskan untuk

kapal pesiar, dan dermaga selatan, dalam kon­disi tertentu, bisa juga dipakai melayani kapal pesiar dan domestik apabila dalam satu hari ada dua kapal sandar.

“Kita pernah mengalami itu meskipun tidak sering,” kata Iwan Sabatini. Panjang derma­ga timur 295 meter dengan kedalaman ­8 m hingga ­10 m LWS.

Ketika Legend of The Seas yang panjangnya 264 m sandar, sisa space di dermaga sempit sekali. Sedangkan dermaga selatan panjang­nya hanya 205 meter dengan kedalaman ­6 m sampai ­7 m LWS. Salah satu syarat kapal bisa

Menteri Mari Elka Pangestu di forum WTO, Jenewa.

Page 4: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

4 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Utama

Sebagai bagian dari agenda WEF, Mari Elka Pangestu memimpin sejumlah sesi diskusi yang dihadiri oleh para pemimpin bisnis mau­pun penyusun kebijakan di sektor perjalanan dan pariwisata.

Dalam berbagai pertemuan terkait dengan Dewan New Models of Travel and Tourism dari WEF, semakin ditekankan pentingnya sektor perjalanan dan pariwisata terhadap pertumbuh­an ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, terutama di tengah perlambatan perekonomian global.

Tren global juga menunjukkan bahwa per­tumbuhan dan penciptaan lapangan kerja dapat didorong dengan menyediakan fasili­tasi perdagangan dan fasilitasi perjalanan yang lebih baik, termasuk infrastruktur yang lebih baik serta fasilitasi visa. Terkait dengan hal ini, Dewan yang dipimpin Mari Elka Pangestu mengajukan suatu strategi untuk memperluas dukungan akan pemahaman ini dan melakukan rencana aksi tindak lanjut.

Strategi yang diajukan berupa perancangan Smart Visa. Program tersebut pada dasarnya me­nitikberatkan pada identifikasi dan promosi best practice dari beberapa penerbitan visa agar dapat memfasilitasi pergerakan dan perjalanan orang.

Beberapa contoh dari Smart Visa yang baik misalnya APEC Business Card, free visa Intra-EU dan Intra-ASEAN, e-Visa Australia, Free Transit

Visa di Beijing, Smart Visa Uni Emirat Arab, serta visa negara ketiga yang diadopsi oleh Mexico dan Filipina (yaitu bebas visa bagi pemegang Visa Amerika Serikat dan Visa Schengen).

Aksi tindak lanjut pertama adalah pembuat­an perangkat pendukung Smart Visa berupa website khusus (akan bernama borders.com) yang akan memberikan informasi terkait best practices dan juga menyediakan informasi terkait dengan dampak positif yang diperoleh dari penerapannya.

Tindak lanjut kedua adalah perluasan du­kungan serta penginisiasian diskusi serta studi pada tingkat nasional dan regional. Selain itu akan dilaksanakan dialog antar kedua tingkat­

an tersebut yang melibatkan pemerintah dan sektor swasta pada pertemuan WEF tingkat regional di Peru dan Myanmar serta Pertemuan Menteri Pariwisata APEC 2013.

Di sela pertemuan tahunan WEF 2013, Mari Elka Pangestu juga mengadakan serangkaian pertemuan bilateral dengan menteri­menteri dari berbagai negara. Terkait dengan nomi­nasi Indonesia untuk posisi Direktur Jenderal WTO (World Trade Organization), Mari Elka Pangestu mendiskusikan dan bertukar pikiran mengenai sistem perdagangan global saat ini, mengenai pentingnya mempertahankan ke­percayaan pada perjanjian perdagangan multi­lateral. n

Menteri Mari Elka Pangestu saat jumpa pers di WTO, Jenewa.

sandar dengan baik di dermaga harus ada space kosong 10% dari panjang kapal (5% kiri dan 5% kanan) untuk mengikat kapal.

Agar kapal­kapal yang panjangnya 300 meter bisa sandar, pihak Pelindo sedang mem­bangun mooring dolphin sepanjang 40 meter di dermaga timur. Di sisi terminal, bisa dikata­kan pelabuhan Benoa sudah cukup siap. Tentu jangan dibandingkan dengan terminal modern di luar negeri saat ini.

Namun sewaktu penumpang mendarat di Bali, mereka biasanya disambut dengan tarian Bali yang tidak ditemui di tempat lain. Hingga sekarang dicari terus inovasi­inovasi baru guna membuat penumpang bisa enjoy saat debarkasi maupun embarkasi.

Beberapa fasilitas yang telah disediakan di terminal penumpang dalam sebuah bangunan khas Bali: pijat refleksi, bisa dimanfaatkan

oleh penumpang maupun kru yang tidak ikut bepergian keluar area pelabuhan; bekerja sama de ngan PT Telkom menyediakan free Wifi di seki­tar 6 titik di terminal; penukaran uang; bekerja sama dengan PT Pos Indonesia menyiapkan free post card sehingga penumpang hanya perlu

membayar biaya perangko. Sedang diwacana­kan membangun kafe di dalam terminal.

Turun dari kapal, penumpang akan melewati terminal menuju bis masing­masing atau keluar ke tempat parkir dimana taksi dan mobil­mobil yang disewakan telah menunggu. Taksi biasa­

CRUISE SEASON 2013470 destinasi. 4Dari 306 calls, 155 diantaranya dilakukan oleh kapal ekspedisi.4Rata­rata kapasitas kapal pesiar yang

berlayar di Indonesia 1,054 pax. 43 Kapal dengan kapasitas >2,000 pax

mengunjungi Indonesia tahun 2013: Celebrity Solstice, Radiance of the Seas & Diamond Princess.

l Distribusi Cruise Calls di Indonesia

( Kemenparekraf )

Page 5: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

5Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Utama

Strategi Menciptakan Success Story

Enam puluh orang pada rapat pagi itu (6/2/2013) dipimpin langsung oleh Wamen Parekraf Sapta Nirwandar, bersama Sekjen, Dirjen

Pemasaran Pariwisata, Dirjen Pengembangan

Destinasi, Direktur Promosi Dalam Negeri, Direk­tur Konvensi, Insentif, Even, dan Minat Khusus, tim dari UI dan IKJ. Dua tim itu menguraikan hasil survei yang telah dilakukan dalam rangka gagasan Kemenparekraf hendak ‘menciptakan’

even yang ‘cocok’ dilaksanakan di kawasan des­tinasi Toraja, Sulawesi Selatan, dan di kawasan destinasi Kutai, Kalimantan Timur.

Berdimensi jangka panjang, maksudnya, s ekali suatu even dirancang dan dilaksanakan, sebaik­

nya sudah dikoordinasikan dengan paguyuban transportasi Benoa.

Iwan Sabatini memperhatikan empat ma­cam tipe penumpang kapal pesiar: yang meng­ikuti paket tur, yang tidak mengikuti paket tur (FIT) biasanya menggunakan taksi untuk ber­wisata; kelompok keluarga atau kolega yang memilih naik minivan, mobil­mobil sewaan; penumpang anak­anak muda yang lebih suka naik angkot.

Ada empat travel agent sebagai ground han-dling agent di Bali: DestinAsian, Pacto, Bali Pres-tige, dan Intercruise. Peluang dan tantangan me­mang tersedia berbarengan. Pelabuhan Benoa itu kategori kelas 2 dan pelabuhan Celukan­bawang di daerah Buleleng di utara Bali, kelas 3. Di sana lebih alami dan asri, perairannya dalam.

Di sana belum siap sebenarnya untuk mene­rima penumpang, maka yang tersedia hanya

Pertumbuhan Jumlah Cruise Calls ke Indonesia 2001–2013 Keterangan: *2013 angka proyeksi

Page 6: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

6 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Utama

dermaga, belum ada terminal penumpang. Panjang dermaga baru bisa menerima kapal kurang dari 200 meter untuk sandar.

Kapal Azamara akhir bulan Januari 2013 singgah di sana. Kapten kapalnya mengata­kan ingin bisa kembali berlabuh di Benoa dan Celukanbawang, karena mereka bisa menda­patkan pengalaman berbeda tentang Bali di pulau yang sama.

Tahun ini hingga awal Februari 2013, pela­buhan Lembar, Lombok telah didatangi enam kapal pesiar, mengalahkan pelabuhan Benoa yang baru disinggahi lima kapal. Di Lembar kapal bisanya anchor, menjatuhkan jangkar, tak bisa merapat. Jadi ke depannya tersedia segitiga yang potensial masuk dalam itinerary bagi kapal pesiar: Benoa, Bali Selatan–Lembar, Lombok–Celukanbawang, Bali Utara.

Khusus mengenai Celukanbawang, Wakil Ketua Destinasi Bali Tourism Board (BTB) Bagus Sudibya mengingatkan, di sana sekarang su­dah mulai ada keluhan dari kapal­kapal kargo yang merasa terhambat karena pelabuhan akan disterilkan manakala kapal pesiar masuk hen­dak berlabuh.

Selain itu, dari segi estetika, keselamatan, higienitas dan service seperti toilet, ruang tung­gu, ruang untuk embarkasi dan debarkasi tidak memenuhi syarat sebagai sebuah pelabuhan kapal pesiar.

“Sudah saatnya kita mempunyai badan oto­ritas pelabuhan kapal pesiar,” kata Ida Bagus Ngurah Wijaya, Ketua Bali Tourism Board.

Sekiranya pengalaman dan perkembangan di Bali, diambil sebagai perbandingan guna pengembangan pelabuhan wisata bahari di daerah­daerah lain, Yasa Sediya dari ASITA Bali menambahkan, para pengelola cruise liners

mengharapkan Indonesia serius menggarap marquee port. Apa pula itu? Pelabuhan yang dikembangkan khusus untuk menerima kapal­kapal pesiar besar. Pelabuhan di Bali itu sung­guh dijadikan marquee port.

Pada sisi lain, menurut Yasa Sediya, pela­buhan­pelabuhan kecil lainnya mesti melihat arah perkembangan, jangan sampai semua bertujuan dibuka untuk kapal besar. Karena, kapal­kapal kecil tidak mensyaratkan harus di­layani oleh pelabuhan modern. Mereka cukup memerlukan akses untuk bisa mengikat dan merapatkan kapal. Atau, bisa lego jangkar dan bisa menurunkan penumpangnya dengan ten­der boat di atas ponton/jetty yang aman dan berstandar internasional.

“Satu saja dulu yang representatif. Masa su­dah 80 tahun Bali menerima kapal pesiar, tapi tidak mutakhir sarana dan prasarananya,” itu komentar Ketut Ardana, Ketua ASITA Bali.

Adapun perihal peran para agen­agen lokal, manajemen Pelindo Benoa berharap agar shipping agent, yang saat ini hanya dua agent beroperasi melayani kapal penumpang di

Indonesia, aktif merespon demand dari kapal­kapal pesiar yang hendak masuk ke Indonesia, utamanya ke Bali.

Apalagi salah satu shipping agent tidak memiliki agen lokal di Benoa, sehingga harus menunjuk agen lokal dari tempat lain, ini terka­dang menghambat koordinasi di lapangan. Jangan pula melupakan memenuhi syarat­syarat aksesibilitas, seperti transportasi darat dan udara; akomodasi; tempat­tempat beserta obyek di mana tujuan para wisatawan bahari itu di darat, dimaksudkan.

Jadi peluang dan tantangan itu bukan di sekitar pelabuhan saja, tapi juga obyek­obyek wisatanya. Wisatawan dari kapal pesiar mau da­tang demi destinasinya yang menarik.

Bagus Sudibya melihat mengelola wisata bahari sangat lintas sektoral sehingga sangat dibutuhkan kerja sama, pemahaman dan koor­dinasi yang baik. Bukan hanya Kementrian Pari­wisata yang berkepentingan untuk mengem­bangkan wisata bahari, di sana juga melibatkan peran Kementrian Perhubungan, Kementrian Pekerjaan Umum, Bea Cukai, Keimigrasian,

nya kegiatan tersebut bisa berulang terlaksana hingga puluhan kali bahkan ratusan kali.

Wamen Parekraf meringkaskan strategi pelaksanaan even dalam pemasaran pariwisata dapat dibandingkan dengan berbagai even di dunia yang hingga sekarang telah berusia lebih seratus tahun. Disebutkannya antara lain Bienniel Art Festival Italia, even olah raga Tour de France sudah 107 tahun, dan pelbagai even budaya, olahraga, di beberapa negara.

Kalau mau berhasil di bidang pariwisata,

ciptakanlah satu demi satu success story, begi­tulah Wamen Parekraf Sapta Nirwandar selalu mengingatkan kepada masyarakat pariwisata di Indonesia, baik kalangan pemda, industri pari­wisata, sampai komunitas­komunitas sosial, seni budaya, olahraga. Untuk kawasan Toraja dan Kutai, Wamen Parekraf tengah mendorong terciptanya konsep penyelenggaraan even yang akan bisa di ekspos dan menarik minat kunjung­an wisman dan wisnus ke destinasi tersebut.

Konsepnya perlu disiapkan komprehensif,

pelaksanaannya nanti ‘berkualitas’ kendati isi­nya justru banyak menampilkan konten tradi­sional. Jika sukses, memang, seperti ungkapan manejemen, success will breed success.

Lagi pula, konsep even, bersamaan dengan proyeksi hasil pencitraan destinasi yang kuat, akan selalu mengandung dampak langsung di sektor riil, yakni wisatawan datang bertambah banyak, hotel dan usaha­usaha masyarakat ber­tambah produktif bahkan bisa menciptakan usa­ha dan kegiatan eknomi masyarakat lainnya. n

Pertumbuhan Jumlah Cruise Calls ke-6 Pelabuhan Cruise 2010–2012

Sumber: PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) & Cruise Consulting Management

Page 7: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

7Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Utama

TDS 2013Ketika Rapat Koor­dinasi untuk pe­nyelenggaraan Tour

de Singkarak (TDS) yang kelima kali, —akan dilaksanakan 2–9 Juni 2013—, praktis semua bupati dan walikota dari Sumatra Barat hadir.

Pertemuannya dipimpin oleh Wamen Pare ­kraf Sapta Nirwandar, didampingi Dirjen Pemasar an Pariwisata Esthy Reko Astuty, tanggal 7 Februari 2013 di Balairung Soesilo Soedarman, Kemenparekraf Jakarta. Wamen, Dirjen, wagub, bupati, walikota dan unsur industri pariwisata hari itu sekaligus meng­evaluasi success story dari TDS.

Awalnya tahun pertama TDS diikuti oleh em­pat kabupaten/kota, pada tahun 2013 berkem­bang menjadi 16 kabupaten/kota.

Data menunjukkan, Tour De Singkarak itu nomor lima terbanyak penontonnya. Tidak mengherankan kalau Tour de France di Perancis disaksikan oleh 10–12 juta penonton, even itu

sudah berusia lebih dari 100 tahun. Di Italia 6,8 juta penonton, Sancos tour down under 750 ribu penonton, dan, TDS sekitar 600–700 ribu pe­nonton. Di Indonesia ini terbesar.

TDS awalnya diikuti empat kabupaten/kota kini berjumlah 9 kabupaten dan 7 kota. Masing­masing daerah dapat menunjukkan keunikan­nya. “Ini yang penting untuk acara ini,” ujar

Sapta Nirawandar.Pelaksanaan di tahun 2012 begitu meriahnya

dengan 100 lebih media hadir termasuk media internasional. Pemuatan berita dan artikel di­taksir ekivalen bernilai Rp 1,4 miliar. Itu meru­pakan kontribusi dari peran wartawan dan me­dia. Para bupati mengakui terjadi peningkatan sarana dan prasarana jalan yang diperbaiki oleh

pemda­pemda, dan pertahanan nasional. Dengan luas laut dua pertiga wilayah Tanah

Air, orang akan mudah sekali masuk dan keluar wilayah laut kita yang menyebabkan perizinan tidak bisa keluar dengan sesederhana yang bisa dipikirkan.

Melihat potensi dari iklim tropis yang kita mi­liki, wisata bahari di Indonesia bisa dikembang­kan sepanjang tahun. Siapa pasar wisata kapal pesiar di Indonesia?

Dilihat dari sisi ekonomi, di Eropa dan di Amerika sudah menurun. Gejala cruise liners belakangan ini mengalihkan pasar ke Asia. Ada kecenderungan memindahkannya ke Cina atau ke Singapura. Dan baru­baru ini Cina meng­umumkan telah membangun sebuah kapal pe­siar besar yang akan segera dioperasikan.

Wisman di kapal pesiar itu bercampur baur. Dari Australia, Eropa, Amerika dan Asia. Misal­nya, saat kapal sandar di Singapura, sebagian penumpang turun dan penumpang yang baru lalu naik. Bisa warga negara Singapura, India, Eropa dan lain­lain naik ke kapal untuk memu­lai cruise. Apakah cruising mengelilingi Singa­

pura–kepulauan nusantara–Singapura, atau cross sailing dari Singapura­Australia dengan stop over di beberapa titik di Indonesia.

Sampai sekarang Singapura sebagai hub bagi kapal­kapal pesiar karena konsep pelabuhan dan kapal sandar di sana adalah turn around. Jadi kita bisa mendapatkan wisatawan mixed on board.

Sudah barang tentu setiap cruise liner me­nyasar pasar masing­masing. Ada mencari

wisman orang lanjut usia (senior) dimana 80% penumpangnya berusia 60 tahun ke atas.

Banyak penumpangnya menggunakan kursi roda atau tongkat. Ada cruise liners yang pasarnya untuk keluarga dan generasi yang lebih muda. Itu jika dilihat dari kapal­kapal pesiar besar.

Masyarakat penggemar pengalaman di laut sebagian merupakan pasar yang memilih ber­pesiar dengan menggunakan kapal­kapal yang lebih kecil dengan kondisi yang lebih private.

Kapal pesiar sandar di dermaga pelabuhan Benoa.

Page 8: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

8 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Utama

Seperti kapal ekspedisi dan yacht.Menurut Yasa Sediya, Bali sudah mulai

menjadi tempat singgah kapal­kapal ekspe­disi. Tipikal kapal­kapal ekspedisi lebih mencari daerah­daerah yang remote dan unik seperti Raja Ampat, Kokas, Asmat, Komodo, kepulauan Maluku dan lain sebagainya.

Kapal ekspedisi, kapal pesiar berkapasitas sekitar 125–175 penumpang. Ada pula kapal ekspedisi yang dilengkapi dengan lecture ship di atas kapal mengenai kebudayaan, mengenai flora dan fauna atau alam di tempat­tempat yang disinggahi. Penumpangnya bercampur dari Eropa, Amerika dan Australia. Kapal kecil seperti ini juga berpotensi menjadikan Indone­sia turn around point.

Kapal untuk berpesiar di laut yang lebih kecil lagi itulah yang disebut dengan yacht. Sebuah kapal yang memiliki kabin sudah bisa disebut yacht. Apakah itu monohall (one body) seperti phinisi, catamaran (two body), atau trimaran (three body atau jukung).

Itu milik pribadi atau milik perusahaan. Sebagian untuk dipakai sendiri, sebagian lain untuk disewakan. Pemilik yacht atau yang ber­pesiar menggunakan yacht sudah pasti orang­orang pencinta laut.

Di Bali, pelabuhan untuk yacht berlokasi di

pemda provinsi dan dinas PU, jadi masyarakat merasa senang.

Mempersiapkan TDS, jalan­jalan dirapikan, bermanfaat ekonomi secara luas. Jumlah ho­tel bertambah dan berikutnya wisatawan pun meningkat. “Itu yang tangible,” kata Wamen.

Yang intangible antara lain orang sudah tidak menanyakan lagi Sumatera Barat pernah kena tsunami, kena gempa, dan seterusnya. Sudah recovery, dan tentunya pedagang­pedagang pun digairahkan pula.

Wagub Sumbar, Muslim Kasim menya­takan terima kasih pada Kemenparekraf yang mempromosikan Sumbar. Sekarang sudah ber­operasi penerbangan langsung antara Padang dan Singapura dan Kuala Lumpur. Jadi para Bupati dan Walikota dapat mempromosikan wilayahnya. di pasar wisman di negeri jiran itu.

Paket WisataBerkaitan paket­paket wisata, jika pada hari

Bali Marina, Benoa. Sebagian yacht berlabuh di Serangan. Kebanyakan yacht itu dari Aus­tralia meskipun ada di antaranya milik warga Indonesia. Di sana sebenarnya dermaga milik masyarakat jadi belum beroperasi pada standar keamanan dan keselamatan yang baku

Dari semua aspek­aspek perkembangan itu­

lah dikatakan Bali berpotensi bukan saja des-tination port tapi juga menjadi hub and turn around port, bagi kapal pesiar besar maupun kecil. Pelabuhan Benoa sudah mulai membuat mimpi itu jadi nyata. n

H di kota lokasi even hotel terisi penuh, maka digunakan hotel di kota sekitar. Untuk kota Pa­dang tidak ada kekurangan. Ketika even di Sawah Lunto dan hotel­hotelnya penuh, seba gian tamu/wisatawan diinapkan di Bukit Tinggi dan Solok.

Menurut pihak ASITA, mereka telah memasar­kan paket wisata bersepeda, berkoordinasi de­ngan komunitas sepeda. Jika sebelumnya hanya menjual paket wisata yang biasa­biasa saja, se­jak TDS empat tahun lalu mulai menjual paket wisata bersepeda, dan wisatawan datang.

Paket wisata sepeda diciptakan seperti hal­nya paket main golf, karena, Alhamdulilah, bagi wisatawan yang membawa sepeda, diberikan keringanan, mengangkut sepeda digratiskan oleh pihak airlines, tidak dihitung sebagai bagasi. Itu sungguh sangat menunjang.

Walikota Bukit Tinggi, Ismet Amzis, mence­ritakan dampak positif. Hotel berbintang tadi­nya hanya dua, kini tersedia dua hotel bintang 3, ditambah hotel bintang 2, dan 8 hotel bin­

tang 1. Hotel Melati mencapai 40 unit ditambah lagi dengan pondok wisata setelah ‘fenomena’ pelaksanaan TDS.

Di industri kreatif, Bukit Tinggi tidak punya industri besar maka kian ramai UKM usaha kera­jinan masyarakat.

Bukit Tinggi untuk tahun 2013 ditentukan sebagai tempat Grand Opening and Start. Se­tiap pemda telah menyatakan komitmen dan mengalokasikan dukungan dari APBD, ditam­bah dinas­dinas seperti koperasi, akan melak­sanakan pameran hasil pembuat pernak pernik berlogokan jam gadang. Malam pembukaan­nya akan dimeriahkan dengan pesta kembang api. Seluruh etape lomba ditingkatkan menjadi 1.000 kilometer (tahun sebelumnya 854 km). Ini masuk agenda resmi Union Cycliste Internatio-nale (UCI), organisasi balap sepeda dunia.

Kunjungan wisatawan meningkat tinggi, dampak yang cukup besar dengan adanya TDS. Ini membangun success story. n

Program Kemenparekraf untuk Pemasaran Wisata Kapal Pesiar 2013

Lihat juga hal hal 18–20

Page 9: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

9Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Utama

Ke ArahTrendsetter

di Dunia

M enteri Parekraf Mari Elka Pangestu meresmikan di­mulainya kegiatan pameran Indonesia Fashion Week (IFW).

“Baru saja kita menyaksikan rancangan 30 de­sainer muda berbakat. Melihat hasil rancangan yang indah itu, kami percaya Indonesia dapat mencapai target untuk menjadi salah satu pusat mode dunia pada tahun 2025,” kata Menteri di hari pem­bukaan IFW 2013.

Tahun ini merupakan penyelengaraan yang kedua, pada tanggal 14–17 Februari 2013 di JCC, Jakarta. Kalau TDS (Tour de Singkarak) sudah menjadi global promotion bagi Indo­nesia, seperti dinyatakan oleh Wamen Sapta Nirwandar, demikian pula proyeksinya terh­adap penyelenggaraan IFW ini.

Ditjen Pemasaran Pariwisata bersama orga nizer dan stakeholders menggaungkan even ini sebelumnya dengan melaksanakan launching di Balairung Kemenparekraf, tanggal 6 Februari 2013. Even seperti ini perlu diketahui masyarakat secara luas, di dalam dan luar ne­geri, kata Sapta Nirwandar.

Launching dan jumpa pers pun digelar, ba­nyak dari kalangan media bidang fesyen, gaya hidup, di samping wartawan dan penulis pari­wisata. Dengan even ini nanti menciptakan satu lagi success story yang terukur, akan menuju ke arah peran salah satu trend setter di dunia, ten­tunya. Indonesia sebagai destinasi pariwisata pun menarik perhatian.

Even didukung dengan kombinasi langsung lima Kementerian. Di Balairung gedung Sapta Pesona Kemenparekraf saat peluncuran dan jumpa pers, semua terkoordinasi, dari Kemente­rian Koordinator Perekonomian, Kemenparekraf, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perda­gangan, dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Juga dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).

IFW dirancang mengkombinasikan fashion show, sosialisasi fashion terbaru, pameran da­

gang, ruang pamer fashion terlengkap, seminar, kompetisi yang menyatukan semua elemen seperti desainer, akademisi, asosiasi, bisnis dan pemerintah.

Produk­produk modenya menampilkan pe­serta dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri ditampilkan konsep dan tren yang ber­akar pada budaya lokal serta berunsur krea­tifitas otentik Indonesia.

Kali ini, IFW mendapat tamu spesial dari World Fashion Week (WFW), organisasi mode dunia yang berpusat di Washington DC, Amerika Se­rikat. WFW dipimpin oleh Paco De Jaimes ber­

partisipasi bersama Samuel Cirnansck (Brazil), Melinda Looi (Malaysia), Addy van den Krom-menacker (Belanda), dan Camilla Welton.

Ada mitra binaan BNI turut menampilkan fashion tradisional seperti Tenun Toraja, Busana Muslim dari Melawai, Bordir Minang dari Bukit­inggi, Kain Ulos Sumatera Utara, Kain Songket dari Palembang, Kain Sasirangan dari Banjarma­sin, Sulam Usus dari Lampung, dan Batik Solo.

Di pameran itu dirilis blue print Kreatif Fa-shion yang telah dirancang oleh Asosiasi Mode ( APPMI) bersama Kemenparekraf, Ditjen Ekono­mi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek. n

Wamen Parekraf (berdiri), para Dirjen dan dari Apindo menggaungkan.

Kreasi Lenny Agustin,Indonesia di IFW 2013.

Karya Poppy Darsono (kiri), dan kreasi dari desainer Brazilia (kanan).

Page 10: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

10 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Strategi

Mari Mengintensifkan PenggarapanPasar Cinal Satu CEO tour operator yakin bisa mengirimkan sekitar 500 ribu wisatawan. lIndustri kita pun harus mengembangkan operasi dengan IT dan pendekatan komunitas.

Pasar wisatawan dari daratan Cina kini terbesar jumlahnya di dunia, sudah mendekati 80 juta orang per tahun. Awal tahun 2013 ini

Dirjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty mengambil langkah strategis, berang­kat ke sana akhir Januari 2013. Kali ini salah satu pertemuan khususnya ‘berunding’ dengan CEO salah satu agen online di bisnis outbound yang besar di negeri itu. Agen tersebut mem­punyai klien mencapai 60 juta konsumen. Selain tentu mengetahui persis karakter dan minat wisatawan Cina bepergian ke mancaneg­ara, agen itu telah mempelajari dan memahami karakter destinasi wisata di Indonesia.

Dan minatnya mengirimkan wisatawan ke Indonesia pun ternyata demikian besar. Dari presentasi dan diskusi, si agen dengan Dirjen Pemasaran Pariwisata di Shanghai, Cina, CEO tour operator itu menyatakan keyakinannya akan bisa mengirimkan sekitar 500 ribu wisatawan setahun ke destinasi­destinasi di Indonesia.

Keyakinan tersebut, disamping berdasar­kan pengalamannya dan jejaring konsumen­nya yang telah luas, dan destinasi di Indonesia diyakini nya, selain tujuan Pulau Bali, dipasar­kannya juga destinasi lain seperti Lombok hing­ga Labuan Bajo untuk menyaksikan komodo. Lebih dari itu, menurut Dirjen, strateginya juga sejalan dengan strategi yang diinginkan oleh Kemenparekraf, yakni, memasuki pasar­pasar di luar kota­kota besar Cina.

Beberapa kota besar seperti Beijing, Shang­hai, Guangzhouw (dan Hong Kong) telah relatif mantap tergarap, dengan telah berkembangnya jumlah frekuensi penerbangan langsung dari

kota­kota utama tersebut ke Indonesia.“Mereka juga berencana menarik wisatawan

dari kota­kota sekunder di Cina ke Indonesia dengan penerbangan charter,” demikian di­terangkan Dirjen Esthy Astuty. “Kita menar­getkan sekitar satu juta wisatawan dari Cina untuk tahun 2013,” ditegaskan oleh Dirjen.

Selain dinyatakan bahwa agen tersebut memiliki klien 60 juta, sekitar tiga juta di an­tara nya tergolong high end consumers. Tapi memang, berhentinya operasi Batavia Air sejak awal Februari 2013 ini termasuk perbangan­nya ke Cina, sempat melahirkan kendala yakni berkurangnya ketersediaan seat penerbangan langsung antara Cina–Indonesia.

Karena itu pula Dirjen dan CEO agen melihat cara lain untuk memenuhi kekurangan kapasi­tas, antara lain dengan operasi charter flight. Esthy Astuty menyatakan hal itu pun telah disampaikan juga kepada Garuda Indonesia. Terbuka kemungkinan besar di mana kapasi­tas penerbangan yang belum digunakan oleh maskapai pihak Indonesia,—dalam rangka reciprocal agreement antar kedua negara—, izinnya dapat dipergunakan oleh maskapai lain yang bersedia mengoperasikannya.

ProsesDi pasar Cina, Kemenparekraf kini me ning­

katkan upaya memasuki kawasan­kawasan di luar kota­kota besar di daratan Cina seperti disebutkan tadi. Wisatawan Cina ke Indonesia menggemari pantai, Bali menjadi tujuan utama.

“Sebetulnya memang kebanyakan tertarik akan pantai, kita tawarkan culture atau heritage, religi. Yogya untuk Budhis contohnya. Bali yang mereka kenal selama ini, pantainya di selatan, kita coba yang lebih ke ecotourism, lebih ke Bali Barat dan Utara, lalu ke Lombok dan Labuan Bajo. Itu yang kita coba tawarkan ke mereka,” ujar Esthy Reko Astuty.

Dari capaian jumlah kunjungan wisman ke Indonesia tahun 2012 sebanyak 8,040 juta wis­man, tahun 2013 ini ditargetkan 9 juta, itu ber­arti sekitar 12,5 % meningkat.

“Nah, kita harus putar akal, strategi, fokus tertentu ke pasar yang memang punya po­tensi, punya peluang dan aksesnya juga sudah memungkinkan. Ya itu pasar Cina, Australia, Singapura, Malaysia dan Rusia,” demikianlah Dirjen Pemasaran Pariwisata menguraikan.

Cina pertumbuhan ekonominya luar biasa. Yang liburan tadinya hanya saat Tahun Baru Cina, perayaan Hari Buruh 1 Mei , libur tradisional di bulan Oktober, ­­­di sekitar itulah­­­ sekarang pada musim liburan sekolah pun masyarakat Cina cenderung pergi keluar negeri.

Di sana memang sudah terkenal singkatan SingMaTa, untuk destinasi Singapura Malaysia Thailand. Tiga destinasi itu menggrap pasar ke kota­kota, yang utama, yang outbound­nya besar. Itulah Beijing, Shanghai, Guangzhou, maka Indonesia kini melihat ke secondary target, tidak semata ke yang utama, yang tidak dibidik oleh kompetitor, tapi di sana tersedia potensi yang cukup baik. Kemudian mencoba mendekati kota­kota yang punya pertumbuhan ekonomi tinggi, seperti Provinsi Shantung, dan juga di tetangga Shanghai.

“Kita langsung mendekati juga ke industri,“ kata Dirjen. Di negeri Cina, memang, pertama, pendekatan haruslah ke pemerintah. Semua pihak di sana lebih meng­apreciate bila terlebih dulu masuk ke jalur pemerintah.

“Sambil kita menjajaki approach ke industri­nya, bagaimana kita bisa bekerja sama,” katanya. Ada beberapa pemerintah setempat, seperti di Provinsi Xantung, cukup ‘agresif’, sekitar 5 kota besar di provinsi itu yang potensial. Di sana

Dirjen Pemasaran PariwisataEsthy Reko Astuty

Page 11: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

11Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Promosi Luar Negeri

Potensi dari luar kota-kota utama di Cina.Rute penerbangan reguler yang hingga kini dimanfaatkan.

Kuala Lumpur

Singapura

Yogyakarta

LabuanbajoLombok

Guangzhou

Bali

Shanghai

Beijing

bertemu sekaligus pemerintah dan industrinya, dibicarakanlah kerja sama untuk meningkat­kan kunjungan ke Indonesia, demikian juga kunjung an dari Indonesia ke sana tentunya.

Di samping itu kenyataan industri di sana umumnya beroperasi online. Ini harus diper­hatikan dan, dilayani. Dari yang mereka pre­sentasikan, mereka sebenarnya sudah tahu mengenai produk kita. Mereka tahu pasar kita seperti apa dan bagaimana mendekatinya jadi sudah cukup baik melihat peluang yang ada di Indonesia. Perlu cepat dalam melaksanakannya. Kalau SingMaTa mereka sudah berhasil, karena geografis lebih dekat, tentu harga­harganya relatif lebih murah. Distinasi Maldive dirasakan agak jauh. Penerbangan tidak kekurangan.

Mereka menyampaikan sendiri tentang ke­mungkinan menggunakan charter flight. Maka, kalau mereka menghadapi masalah mengenai perijinan, “Kita juga support, walau otoritas bu­kan di kita,” ditegaskan oleh Dirjen. Dari pelaku industri yang lain, banyak juga berinisiatif melakukan kerja sama langsung.

Ceritanya, seminggu sebelum pertemuan dengan satu agen besar disebutkan tadi, Dirjen mendampingi unsur pelaku industri wisata dari Indonesia bertemu membicarakan kerja sama dengan holding company di Shanghai, dalam rangka ide melaksanakan penerbangan charter dari Shanghai.

Konsulat Jenderal RI di Shanghai yang men­dukung, telah menegaskan warga RRC ke Indonesia diberi fasilitas visa on arrival. Tapi, mengingat penerbangan charter selalu mem­bawa rombongan besar, dan penerbangan yang dijalani cukup lama sekitar 6 jam, maka perlu dipikirkan cara agar mereka tidak terlalu terganggu dengan keharusan antri­­, quieng, urusan dokumen­dokumen saat kedatangan. Konsulat menyampaikan sebaiknya visa di a pply dulu sebelum berangkat, maka mereka merasa lebih secured. “Konjen di Shanghai amat welcome untuk membantu,” kata Dirjen.

Adakah kemungkinan on board immigration? Sedang diharapkan kerja sama dengan imigrasi. Dirrjen Pemasaran Pariwisata telah sempat membicarakannya dengan Dirjen Imigrasi. Ide­nya, kalau proses itu memungkinkan, diperlu­kan satu petugas yang menangani, agar cepat, menghindari antri yang panjang saat di darat. Pada rute penerbangan Garuda Indonesia dari Jepang ke Indonesia, visa on board itu sudah berjalan, yakni para penumpang dari Jepang diproses dokumen kedatangannya di atas pe­sawat beberapa saat menjelang pendaratan. Praktek itu merupakan salah satu strategi untuk menggarap pasar wisman, untuk mencapai tar­get kunjungan wisman.

Agen­agen di Cina umumnya menjual per­jalanan berupa paket. Dan dengan penjualan

online, prosesnya cepat sekali. “Kita tinggal membantu fasilitasi,” ujar Esthy.

Bicara strategi, kita harus ikuti, mau tak mau, perkembangan teknologi pemanfaatan IT dan media sosial, industri kita pun harus mengem­bangkan operasi ke arah itu. Jadi harus jeli me­manfaatkan peluang, IT, termasuk mengguna­kan media sosial.

Selanjutnya patut diperhatikan pengalaman, bahwa juga efektif pendekatan komunitas. Toh para ‘komunitas’ itu praktis masing­masing su­dah mempunyai ‘produk’. Kita tidak perlu lagi meng­create, kita tinggal meng-attach saja produk paket mereka. Komunitas lazimnya su­dah rutin menyelenggarakan pertemuan tahun­an, di suatu tempat yang berbeda­beda, maka, di antara sekian banyak komunitas yang telah menyusun schedule kegiatan, begitu didekati dan ditawarkan destinasi, di situlah kebijakan dan strategi penjualan akan berhasil. Adapun di daerah destinasi, baik pemda maupun indus­trinya perlu didorong terus memperhatikannya.

Masih kurang ketersediaan guide yang ber­bahasa China. Kalau wismannya berasal dari Beijing, Shanghai, mereka ada yang bisa ber­bahasa Inggris. Tapi kalau dari daerah­daerah di luarnya, namun pertumbuhan ekonomi tinggi, mereka tak banyak berbahasa asing, nah itu kan perlu disiapkan pramuwisata yang lancar ber­bahasa China. n

Page 12: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

12 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Asean

Kita Di Tengah Pelayaran 13 NegaraPariwisata kapal pesiar pun secara eks­plisit dimasukkan dalam pernyataan kesepakatan para Menteri Pariwisata ASEAN yang berlangsung pada 21

Januari 2013 di Vientiane, Lao PDR.Pertemuan Kedua Belas para menteri pari­

wisata ASEAN Plus Three (China, Jepang dan Re­publik Korea)—disebut APT—diadakan dalam hubungannya dengan ASEAN Tourism Forum (ATF) 2013 dan Pertemuan ke­16 menteri­menteri pari­wisata ASEAN, dengan sebelumnya didahului oleh pertemuan APT NTOs (Kantor­kantor Pariwisata Nasional) pada 19 Januari 2013.

Dalam melaksanakan Rencana Kerja APT, para menteri akan mengadopsi Rencana Kerja Kerja sama Pariwisata APT 2013–2017, yang meliputi pariwisata yang berkualitas, pengembangan kete rampilan, pemasaran dan promosi pariwisata bersama, pariwisata kapal pesiar, dan komunikasi krisis pariwisata.

Penerapan Rencana Kerja itu nantinya akan mem­promosikan hubungan dan memperkuat kerja sama antar Organisasi Pariwisata Nasional. Para menteri sepakat membentuk Kelompok Kerja Pariwisata APT untuk menerapkan Rencana Kerja tersebut.

Sementara itu, industri pelayaran wisata di ASEAN sedang diharapkan tumbuh cukup pesat, justru oleh kalangan pelaku juga. Sejak menje­lang akhir tahun lalu, Managing Director Royal Caribbean Cruises untuk China dan Asia, Liu Zinan, mengatakan: “Gelombang perbaikan baru dan yang akan datang dalam infrastruktur pelayaran di ASEAN merupakan dorongan kuat terhadap industri pelayaran di kawasan itu.”

Ia mencontohkan berkembangnya pelabuhan­pelabuhan di kawasan ini. Itu penting menum­buh kan pasar pelayaran sekaligus perjalanan yang menarik, operator pelayaran internasional akan tertarik memasuki ASEAN.

Disebutkannya Sepang di Malaysia, Subic di Filipina, Benoa di Bali, Indonesia dan Singapura, semuanya sedang dikembangkan atau ditingkat­kan untuk mengakomodasi lebih banyak jalur pelayaran.

Tahun ini, infrastruktur utama yang baru seluas 28.000 m2, Marina Bay Cruise Centre di Singapura, akan mulai beroperasi pada bulan Mei. Fasilitas ini dapat mengakomodasi kapal terbesar di dunia pe­layaran dan menangani 6.800 penumpang pada satu waktu. Sekarang beroperasi ditandemkan dengan Pusat Cruise Singapura yang juga baru dari hasil investasi US $ 11 juta program peremajaan.

Di Indonesia, menurut dia, fasilitas di pelabuh­an Benoa di Bali sedang diperluas dan ditingkat­kan. Sekitar 200 kapal pesiar akan mengunjungi pelabuhan Indonesia tahun ini, naik dari 100 sepuluh tahun yang lalu (tapi itu estimasinya di tahun lalu. Kini tercatat jumlah bisa mencapai 300 calls akan diterima Indonesia tahun ini).

Ada yang menambah jalur pelayaran seperti Star Cruises dan Costa, dari pangkalannya di Singa pura, menawarkan pelayaran ke Kuala Lum­pur, Langkawi, Redang, Penang dan Malaka, ibu­kota Thailand Bangkok, Phuket dan Koh Samui, di Indonesia Bali dan Kepulauan Komodo, dan Viet­nam Ho Chi Minh, Danang, dan Ha Long Bay.

Jalur pelayaran utama yang kini terhampar di ASEAN akan meningkatkan kehadiran cruise ship di Asia Tenggara. Kapal­kapal yang lebih besar termasuk Costa Cruises, Costa Deliziosa, dan Royal Caribbean, panjang kapalnya 311 meter, 137.276 ton, 14 dek penumpang, seperti Voyager of the Seas, kapal pesiar terbesar yang pernah berpang­

kalan di Asia. Celebrity Millennium kapal milik Royal Caribbean akan berpangkal di Singapura tahun ini. Demikian juga Mariner of the Seas, yang ukurannya sama dengan Voyager.

Menarik diperhatikan, kapal­kapal yang be­rangkat dari Singapura, umumnya berlayar ke arah utara, ke Thailand, hingga ke Eropa dan Afrika. Yang berangkat dari Hongkong umumnya berlabuh paling selatan di Singapura saja, kemu­dian putar haluan terus ke Thailand, Eropa hingga Timur Tengah dan Afrika.

Tapi yang kapalnya berangkat dari San Fran­sisco, dan yang dari Sydney, umumnya mengam­bil rute pelayaran ke beberapa poin kunjungan di Indonesia, di Bali, Lombok, Probolinggo, Sema­rang, Ujung Pandang, ada juga ke Pare­pare.

Kemenparekraf memasang strategi dalam pemasaran wisata kapal pesiar antara lain men­jadikan Benoa di Bali, sebagai turnaround point sebagaimana pernah diumumkan oleh Wamen­parekraf. Itu kini mulai menjadi kenyataan.

The new Marina Bay Cruise Centre di Singapura.

Page 13: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

13Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Asean

Kita Di Tengah Pelayaran 13 Negara

Salah satu yang telah mengambil Benoa se­bagai turnaround point ialah program berlayar 26 hari oleh kapal Seabourn Odyssey. Tanggal 15 Maret 2013 ini, contohnya, memulai perjalanan wisata baharinya dari Benoa, Bali, berkunjung di Lembar, Lombok, lalu ke Celukan Bawang, Probo­linggo, terus singgah di Surabaya, di Semarang, barulah lanjut ke Singapore, Phuket, ke India di Cochin, Mangalore, Marmagao, Mumbai, hingga ke Khor al Fakkan, Khasab, dan berakhir di Dubai.

ASEAN memiliki atribut alami yang mendukung pengembangan cruise. Lebih dari 25.000 pulau di kawasan Asia Tenggara dibandingkan dengan sekitar 7.000 di Karibia. Pameran Cruise Shipping Asia Pasifik di Singapura, akan digelar menjelang akhir 2013 ini, telah menerima pendaftaran 63% peserta pameran akan berasal dari ASEAN, naik dari 46% tahun lalu. Permintaan untuk lokakarya agen perjalanan cruise dan pelatihan, telah me­lebihi kapasitas.

Kemajuan ASEANPara Menteri Pariwisata ASEAN di forum ATF

tadi, mengakui tahun 2012 sebagai periode di­namis bagi pariwisata negara APT. Kedatangan wisatawan internasional tumbuh signifikan, ko nektivitas udara telah ditingkatkan antara negara­negara APT, dan itu memberikan kontri­busi terhadap pertumbuhan positif 11,9% diban­dingkan dengan 2011.

Pada 2012, negara­negara APT menerima lebih dari 98 juta kunjungan internasional. Intra APT tetap sebagai sumber utama pasar dengan pangsa 64,8 persen dibandingkan dengan total kunjung­

an internasional pada tahun 2011. Pertemuan itu dihadiri oleh Pehin Dato Yahya, Menteri Indus-try and Primary Resources, Brunei Darussalam; Thong Khon, Menteri Tourism, Cambodia; Wang Zhifa, Vice Chairman of China National Tourism Adminis tration; I Gusti Putu Laksaguna, Inspek­tur General Kemenparekraf Indonesia, mewakili Mari Elka Pangestu, Menteri Parekraf Indone­sia; Yosuke Tsuruho, Wakil Menteri Land, Infra-structure, Transport and Tourism, Jepang; Kwak Youngjin, Wakil Menteri Culture, Sports and Tou-rism, Rep. of Korea; Bosengkham Vongdara, Menteri Information, Culture and Tourism of Laos PDR; Dato’ Ong Hong Peng, Secretary General, Ministry of Tourism Malaysia, mewakili Dato’ Sri Ng Yen Yen, Menteri Tourism, Malaysia; U Aung Zaw Win, Dirjen Directorate of Hotel and Tourism, Myanmar mewakili Htay Aung, Menteri Hotels and Tourism, Myanmar; Ramon R Jimenez, Men­teri Muda Pariwisata, Philippines; Lionel Yeo, Chief Executive, Singapore Tourism Board, mewakili S Iswaran, Wakil Menteri Trade and Industry, Si­ngapura; Sombay Kuruphan, Wakil Menteri Tourism and Sports, Thailand; Ho Anh Tuan, De­puty Menteri Culture, Sports, and Tourism, Viet­nam; dan Le Luaong Minh, Sekjen of ASEAN.

Plus 3 Negara MitraDalam pernyataan

bersama, para Menteri Pariwisata ASEAN menya­takan ini: menegaskan kembali komitmen me­reka untuk memperdalam dan memperluas kola­borasi. Masing­masing Menteri menugaskan pe jabat senior untuk mempercepat finalisasi Nota Kesepahaman Kerja sama Pariwisata APT, yang akan menjadi salah satu instrumen penting untuk memperkuat hubungan baik dan kerjasama di bidang pariwisata antara negara­negara ASEAN Plus Three.

Mereka memperhatikan peran penting aksesi­bilitas antara negara­negara APT dalam pertum­

buhan pariwisata berkelanjutan, puas dengan peningkatan kemajuan kolaborasi di sektor transportasi antara ASEAN dan China, Jepang, dan Korsel, terutama pada inisiatif konektivitas udara antara ASEAN dan peningkatan masing­masing anggota ASEAN dan masing­masing negara Plus Three. Para menteri menyambut baik kesimpulan dari negosiasi Protokol 2 pada pertu­karan hak kebebasan lalu lintas udara kelima (fifth freedom) antara negara anggota ASEAN dan China di bawah Perjanjian ASEAN–China Air Transport yang akan menciptakan aksesibilitas udara lebih ba nyak di antara kota­kota di ASEAN dan China. Dan menghargai upaya­upaya Jepang untuk per­luasan konektivitas udara dengan masing­masing negara­negara ASEAN, dan menantikan kesimpul­an awal ASEAN­ROK Air Transport Agreement.

Diakui juga peran penting dari ASEAN–Japan Centre, ASEAN–Korea Centre dan ASEAN–China Centre untuk lebih mempromosikan pertukaran pariwisata antara negara­negara ASEAN Plus Three, dan menyatakan penghargaan mereka atas bantuan teknis yang diberikan ketiganya di bidang promosi pariwisata, partisipasi dalam pameran pariwisata yang besar dan peningkatan kapasitas.

Para Menteri Pariwisata ASEAN menyampaikan apresiasi mereka kepada China atas dukungan dan bantuan yang diberikan kepada negara anggota

ASEAN melalui penyediaan stan gratis di China International Travel Mart (CITM) 2012, pelatihan pariwisata, shooting film dokumenter, dan pe­ngem bangan website pemasaran pariwisata ASEAN dalam bahasa China. n

Pelabuhan Benoa di Bali.

Page 14: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

14 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Pemasaran Destinasi

Rezeki Semakin Datang ke Desa Wisata Bungus

Desa wisata yang ‘mulai berjalan baik’ di daerah destinasi wisata patut diberikan dukungan lebih lanjut oleh stakeholders setempat. Misalnya, ikut serta menyebarluaskannya melalui internet, web, blog, hingga Facebook dan Twitter. Termasuk dari kalangan usahawan pariwisata, organisasi, pemda lokal, maupun pribadi.

Desa wisata Bungus, di kota Padang, Sumatra Barat (pengucapan dialek lokal menyebutnya Bunguih), sudah berusia dua tahun sejak 2010. Bebe­

rapa macam kegiatan pariwisata dilaksanakan oleh masyarakat. Di sana dioperasi kan peralatan seperti banana boat, motor tempel, tentu saja juga sampan tradisional. Kapal­kapal motor tempel itu disewakan untuk wisata. Ada yang sudah ter­buat dari fiber.

Ada pengelola kelompok wisata lengkap dengan struktur organisasi­nya. Marilah kita tengok ke sana.

Memang Bungus ini bisa di­jadikan sebagai tujuan wisata, atau setidaknya tourist spot. Di perair an laut di wilayah kampung ini bersemayam gugusan pulau. Yang paling ser­ing disebut, Pulau Sikuai, Pulau Pagang, dan dua pulau konservasi, yaitu Pulau Bentangu dan Pulau Marak. Konservasi primata monyet jenis siamang di Pulau Marak dan babi hutan dan rusa di Pulau Bentangu. Paling banyak ditemui adalah babi hu­

tan. Konservasi itu mungkin untuk pengembangbiakan.

Pulau­pulau lain yang juga dikunjungi adalah Pulau Sirandah, Pulau Pasupahan, Pulau Sinyaru. Paling terkenal ya Pulau Pagang dan Sikuai tadi, pengunjung ke sana umumnya dari kelas mene­ngah atas. Kelas menengah bawah lebih menyu­kai ke Pulau Kasiak lantaran jarak nya paling dekat, sekitar 1 kilometer, merupa kan pulau pasir, untuk ke sana dikenakan ongkos hanya Rp 10 ribu per orang naik perahu berkapasitas 15 orang penum­pang. Di situ jarang terjadi cuaca esktrim.

Meskipun dikunjungi oleh kelas menengah ba wah tapi “kami tidak melupakan keamanan penum­pang,” kata Lurah Bungus Selatan, Aliyus Kopal.

Setiap kapal perahu dilengkapi dengan pelampung. Jika kapal nelayan mengalami kesulitan di tengah laut, telah disiapkan satu speed boat untuk setiap saat bisa membantu, untuk rescue. Masuk di situ anggota karang taruna dan kelompok tagana.

Diakui, sudah lama sekitar itu di­manfaatkan untuk wisata. Me reka berpikir terus bagaimana caranya

agar bisa mengembangkan potensi. Salah se­orang pemudanya, Hendro Damuci, mengaku telah mengusahakannya sejak tahun 2000. Per­nah mencari dana CSR dan bantuan­bantuan lainnya. Pemkot Padang meresponnya pada tahun 2009, ketika itu dia ditunjuk sebagai fasilitator dan

Aliyus Kopal masih tetap menjadi lurahnya. “Saya di

sini sebagai fasilitator,” ujarnya. Sejak tahun 2011 menjadi desa wisata binaan

PNPM Pariwisata. Mereka menerima dana Rp 70 juta, lalu dibentuk kelompok desa wisata, kemu­dian dikembangkan. ”Alhamdulilah dari dana bantuan itu kami sudah menghasilkan Rp 104 juta,” katanya.

Pengurus kelompok desa wisata merekrut orang­orang yang mau mengabdi pada pariwisata

di desa ini. Itu yang mendasari atau melatarbelakanginya. Merasa tak ber pe ngatahuan cukup tentang pariwisata namun merasa punya daerah berpotensi, tambah pula, rata­ rata anggota yang direkrut hingga 30 orang sebenarnya se­dang mengangggur dan tidak pula cukup sekolah, bagaimana ya? Toh dinamakanlah BKM, Badan Keswa­dayaan Masyarakat, Kampuang Wi­

sata Bu nguih. Di antaranya beberapa perempuan.Lurah berada di luar struktur organisasi

tapi membantu secara teknis bersama dengan perangkat desa dan Pemda Kota Padang. Me reka mempedomani sapta pesona. Diajarkan, selaku orang pariwisata itu tidak boleh pemarah. Ke­tika tamu tidak jadi membeli paket wisata, tidak jadi berwisata ke pulau, misalnya, ya harus tetap terima dengan senyum. Yaah, rupanya mereka yang biasanya ‘bandel’, sekarang, dapat uang atau tidak, ya tetap tersenyum.

Desa ini tanpa gapura yang menandakan daerah wisata, itu jadi pikiran, haruskah diba ngun? Hasil yang diperoleh digunakan mensubsidi silang bagi

Aliyus Kopal

Hendro Damuci

Teluk Bayur

Pantai Bungus,dan Salah satu sudut desa Bungus (inzet).

Page 15: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

15Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Pemasaran Destinasi

Rezeki Semakin Datang ke Desa Wisata Bungusbeberapa kegiatan. Masyarakat di sini umumnya nelayan, kini dengan sadar berdwifungsi. Di saat tamu atau wisatawan tidak datang, mereka tetap pergi melaut. Perahu merekapun selalu tersedia untuk kegiatan wisata manakala dibutuhkan.

Ada juga tamu menyewanya untuk me man cing. Sampan berkapasitas 4–5 orang disewakan Rp 700 ribu–1 juta per hari atau per malam. Berangkat pagi berarti sampai sore, atau bila pergi malam berarti sampai pagi, itu hitungan sewa per hari. To­talnya selama 12 jam. Tamu­tamu biasa nya mengi­nap di pulau­pulau dengan mendirikan tenda.

Rezeki semakin datang. Ternyata, ada pula orang fanatik suka mancing malah membeli kan perahu untuk dipakai sehari­hari oleh masyarakat. Maksudnya, kapan pun sang pe milik hendak me­mancing, perahunya sendiri sudah tersedia. Mere­ka mengelola perahu itu dalam sebuah kelompok desa wisata.

Pelbagai informasi mengenai desa wisata bahari kini muncul dari kampung Bunguih ini. Tamu bisa memilih kapal tradisional tanpa motor dengan harga yang tentu berbeda. Masih cukup banyak jumlah sampan tradisional yang memakai cadik, rata­rata nelayan memiliki satu, milik pri­badi. Jadilah mereka nelayan sekaligus pelaku pariwisata lokal.

Belum sempat didata berapa nelayan telah

berdwifungsi. Namun di hari libur, mereka tidak melaut. Ada hari pantangan melaut, Jumat, biasanya dari pagi sampai dengan setelah shalat Jumat. Termasuk kegiatan pariwisatanya.

Selain kapal tradisional, ada kapal modern dari fiber, speed boat berkapasitas maksimal 10 orang. Sewa boat itu Rp 1,2 juta per hari. Untuk kelom­pok lebih dari 20 orang, ada lagi kapal sewanya.

Sebuah kapal paling besar berkapasitas 40 orang, jenis kapal tunda yang telah dimodifikasi untuk penggunaan pariwisata. Sewanya berupa paket sekitar Rp 2,5 juta. Tergantung juga pada tujuan­nya. Rata­rata tamu dibawa ke Pulau Pagang. Di sana bagus untuk menikmati wisata bahari.

Jarak antara pulau di laut relatif dekat, dalam sehari kita bisa mengunjungi tiga pulau. Misalnya ke Pulau Sikuai, Pagang dan Silonjong. Tergantung permintaan tamu. Harga sewa tetap sama. Yang beda ialah harga masuk ke tiap pulau. Tamu akan langsung membayar ke pengelola resor. Misalnya di Pulau Pagang biaya masuk Rp 15 ribu per orang. Yang mengelola Pulau Sikuai adalah Grup Pusako, swasta lokal.

Sekarang sedang beredar satu gagasan. Bebe­rapa pulau diinginkan hendak dikelola sendiri. Mereka berniat mengembangkan satu di antara pulau­pulau tersebut menjadi sebuah tempat yang mencerminkan bagaimana masyarakat Mi­nangkabau hidup menjalani tradisi dari masa ke masa, sejak dulu kala. Yang bisa mencerita kan zaman tiada listrik, selalu mengenakan pakaian tradisional, dan seterusnya. Tapi belum muncul investor yang bersedia.

Seperti dicatat tadi, ada dua pulau yang dipe­runtukan bagi konservasi dan itu pun sudah di­masukkan dalam paket berwisata. n

Desa yang Mempekerjakan 120 Pemandu

Desa yang satu ini sungguh hutan, tapi setelah tahun 2010 menjadi pembicaraan banyak orang. Di situ terdapat sebuah goa, telah puluhan tahun diketahui. Namun belakangan menjadi tempat wisata menyusul didapatnya pengeta huan

tentang pariwisata ketika beberapa anggota masyarakat mengikuti pelatihan di Gunung Kidul.

Diajak studi banding ke goa­goa yang terdapat di Pacitan, kemudian diperoleh lagi pelatihan dari dinas provinsi. Merasa cukup, maka akhir­nya dicoba mengemas goa itu menjadi tempat wisata.

Awalnya rada sulit. Masyarakat di sini bertradisi kejawen, di Goa Pindul, itu salah satu namanya ­­, dipercayai sebagai tempat sarangnya makhluk­makhluk halus. Nah, butuh waktu. Selama hampir empat b ulan diupayakan sosialisasi, bahwa makhluk halus memang benar ada, tapi ya namanya ciptaan Allah, kita juga bisa mengembangkan dan memanfaatkannya menjadi tempat wisata dan sebagainya. Pertama, dipilih Goa Pindul itu.

Berhadapan pendapat yang saling bertolak belakang, sebagian lebih cenderung memikirkan sawah dan ladang, sebagian sependapat Awal mulut Goa Pindul .

Page 16: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

16 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

dengan pemikiran tadi, memanfaatkan Pindul. Praktis setiap hari kelompok terakhir itu pergi ke goa melakukan bersih­bersih. Dirintis sejak Juni 2010. Baru pada bulan Oktober 2010, diundang­lah bupati, sambil dinyatakan tempat itu dibuka untuk umum. Persisnya 4 Oktober 2010 oleh Bu­pati Gunung Kidul langsung.

Satu bangunan kemudian didirikan untuk se­kretariat tahun 2011, sebelumnya, sebuah kan­dang sapi milik masyarakat dipinjam sementara. Kandang yang tak terpakai, disewa. Dinamakan seketariat Dewa Bejo, singkatan dari Desa Wisata Beji Harjo. Tentu ada maknanya. Dewo, dalam pewayangan adalah yang paling tinggi, Bejo arti­nya keberuntungan. Dimaksudkan, segala sesuatu yang kita lakukan untuk pariwisata di sini akan te rus­menerus memberi­kan keberuntungan. Tadinya hanya Goa Pindul, kini ditam­bah dengan Goa Glatik, dan Sungai Oyo yang ternyata juga bagus.

Terciptalah kini desa wisata bernama Desa Wisa­ta Beji Harjo dengan ikonnya Goa Pindul. Adapun Oyo river dijadikan wisata menyusuri sungai. Uniknya, sebagian sungainya mengalir di dalam goa, sebagian lanjutannya di permukaan tanah terbuka. Air sungai yang mengalir dari Goa Pindul akan bertemu di Sungai Oyo pas di air terjunnya.

Masih ada satu goa lagi yakni Goa Gelatik, le­taknya berdekatan. Ini goa kering. Ukuran stalak­tit dan stalakmitnya hampir sama dengan yang ditemui di Pindul. Bedanya di Goa Pindul stalaktit dan stalakmitnya basah.

Kita susur Oyo dulu. Kemudian ke Pindul. Di situ kita melaksanakan cave tubing di Goa Pindul, caving Goa Gelatik, dan Oyo river tubing. Menyu­suri Oyo dengan perahu. Bisa juga menggunakan tubing alias ban. Safety­nya pun lengkap: jaket pelampung, sepatu (khusus caving, tubing dan rafting), helm.

Untuk rafting, semua kelengkapan itu dikena­kan. Juga dilindungi asuransi, bekerja sama de ngan PT Jasa Raharja Putera. Mungkin ini satu­satunya obyek wisata yang dikelola oleh masyarakat yang memiliki asuransi. Setiap pengunjung yang mem­beli tiket otomatis dilindungi asuransi. Dan, mu­lailah wisman datang. Biasanya pada hari Senin–Selasa. Dari Inggris banyak, dari Malaysia juga.

Tahun 2010 dikunjungi oleh hanya 106 orang. Tahun berikutnya 2011 melonjak hingga 18 ribu orang dan ternyata tahun 2012 mencapai 68 ribu

orang. Jumlah itu termasuk wisman dan wisnus. Alhasil, masyarakat setempat kini mempunyai 120 pemandu wisata, umumnya warga kalangan muda. Staf di bagian penjualan tiket tadinya be­kerja di Carefour sekarang ditarik pindah ke sini. Para pemandu itu telah diberikan pelatihan oleh dinas pariwisata lokal dan dinas provinsi.

Ditentukanlah SOP, standard operating pro-cedure, bahwa setiap 5 orang tamu akan dipandu oleh 2 orang pramuwisata. Ini berlaku untuk cave tubing dan river tubing, di Goa Pindul, di Goa Gela­tik dan Sungai Oyo.

Subagyo

Catatan: Nama kelompok wisata: Kelom­pok Sadar Wisata Dewa Bejo. Ketuanya, Subagyo, Ketua Pengelola Desa Wisata Beji Harjo, merang­kap Ketua Forum Desa Wisata se­Gunung Kidul. Musim terbaik ke Goa Pindul Juli–Desember, pe­riode air di dalam goa jernih sekali. Ukuran Goa Pindul: Panjang: 350 meter, Lebar: 5 meter, Keda­laman air rata­rata 7 meter, paling dalam 12 me­ter. Ketinggian langit­langit goa 7 meter, Tersedia sejumlah 67 helm, dan life jacket 350 buah. Dana PNPM Pariwisata, tahun 2011 (pertama) Rp 65 juta, dan tahun 2012 (kedua) Rp 100 juta. n

Pemasaran Destinasi

Lubang di langit-langit

menjelang keluar goa.

Sekretariat Dewa Bejo.

Goa Pindul.

Page 17: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

17Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Event

Jailolo PunMaju Terus

Kemenparekraf mendukung sekali even semacam ini. Wamenparekraf yang mengkampanyekan perlunya daerah dan destinasi menciptakan

‘Success Story’ dengan menyelenggarakan ke­giatan promosi pariwisata di destinasi, —tentu dengan bermutu dan mengesankan—, kali ini pun menebar semangat yang oleh Guber­nur Malut, disambutnya dengan menyatakan terima kasih, bahwa kawasan Indonesia ke arah timur kini semakin diperhatikan dan karenanya bersemangat membangun dan mengembang­kan pariwisata.

Satu acara Semalam di Jailolo digelar di Balairung Sapta Pesona Kemenparekraf. Waktu­nya tepat. Mengawali Visit Halmahera Barat Year 2013 di bulan Januari, bersamaan itu, mempro­mosikan sedari dini rencana Festival Teluk Jailolo yang akan berlangsung lima bulan kemudian, pada 16–18 Mei 2013.

Kemenparekraf bersama Pemerintah Kabu­paten Halmahera Barat menggelar acara seni budaya bertajuk Semalam di Jailolo tersebut pada Kamis malam (31/1/2013).

Di situ ditampilkan potensi dan budaya Kabu­paten Halmahera Barat dengan menampilkan tari­tarian tradisional, juga serangkaian hiburan mini show Sasadu on The Sea yang mereflek­sikan acara puncak pada Festival Teluk Jailolo mendatang.

Bukan itu saja. Juga digelar pertunjukan tar­ian dan musik daerah Halmahera Barat pada Car Free Day di Ibukota Jakarta, yang dimulai dari Samping Hotel Mandarin Oriental hingga Bundaran Hotel Indonesia, pada Minggu pagi (3/2/2013). Pada acara terbuka itu dilepas 1.000 balon berwarna merah sebagai tanda pembu­kaan even Visit Halmahera Barat 2013.

Hadir dalam acara ‘Semalam di Jailolo’ antara lain Wamenparekraf Sapta Nirwandar, Gu­bernur Maluku Utara, Thaib Armayin, Bupati Halmahera Barat, Namto Hui Roba.

Festival Teluk Jailolo tahun ini memasuki ke­5 kali. Sapta Nirwandar, Wamen Parekraf me­

ngatakan, serangkaian kegiatan pertunjukan ini merupakan upaya Kemenparekraf bersama Pemda Halmahera Barat untuk mempromosi­kan Kabupatennya agar semakin dikenal oleh masyarakat.

“Ini momentum dimulainya Visit Halma-hera Barat Year 2013 dan diharapkan menjadi media promosi Festival Teluk Jailolo 2013 yang merupakan even rutin Pemerintah Daerah dan telah ditetapkan dalam kalender event Kemen­parekraf,” kata Sapta Nirwandar.

Wilayah Kabupaten Halmahera Barat ter­masuk dalam kawasan coral triangle dunia yang

memiliki beragam potensi alam bawah laut serta menjadi salah satu desti­nasi wisata minat khusus untuk selam (diving).

Wisatawan ke Teluk Jai­lolo memang umumnya para divers dari mancane­gara. Bupatinya pun se­orang penyelam. Maka diharapkannya jumlah wis man penyelam bakal se­makin ba nyak berkunjung. Pada tahap sekarang ke­tersediaan akomodasi me­

mang dari home stay, kata Bupati, hotel melati ada 18, tetapi justru telah memberikan peluang bisnis bagi masyarakat setempat.

Gubernur Thaib Armayin sependapat dan mempertimbangkan, pemda provinsi­nya ke­mungkinan memberikan dukungan lang­sung pada maskapai penerbangan, misalnya, berupa dana promosi untuk memasarkan destinasi Maluku Utara. Sebab, sekali airlines membuka rute ke Ternate, Maluku Utara, operator pener­bangan niscaya mengharapkan mening katnya lalu lintas penumpang, dan sebagian tentulah para wisatawan. n

Saat mengumumkan Visit Halmahera Barat 2013 dan Festival Teluk Jailolo 2013 dalam jumpa pers di Kemenparekraf yang dipimpin oleh Wamen Parekraf Sapta Nirwandar (kedua dari kiri); bersama Gubernur Maluku Utara Thaib Armayin, Bupati Halmahera Barat Namto Hui Roba (ketiga dan empat dari kiri) dan Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Faried Moertolo (ujung kiri).

Ini dua di antara tampilan Fesval Jailolo 2012. Menarik, bukan?

Page 18: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

18 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Utama

Kapal Pesiar InternasionalSemakin terbangun sarana dan prasarana menerima kunjungan kapal kapal pesiar internasional di demikian banyak pelabuhan laut tersebar di seluruh negeri Indonesia, manfaatnya juga semakin cepat langsung dirasakan masyarakat. Manfaat material mela­lui pembelanjaan para wisman ketika mendarat, biaya­biaya lain yang di keluarkan, bersamaan manfaat immaterial dari interaksi yang terjadi antara manajemen kapal, berikut isi kapalnya dengan masyarakat yang dikunjungi.

Menjadi turn around port akan memberikan dampak luar biasa bagi Bali. Multiplier effect-nya panjang karena tamu tidak akan datang sehari di Bali, mereka yang turun paling

tidak akan menginap semalam, begitu juga dengan kru kapal, itu berarti mereka akan shopping, makan di restoran dan lain­lain. Sedangkan yang akan memulai perjalanan dari Bali, tidak mungkin mereka datang saat kapal datang, paling tidak sehari sebelumnya. Rata­rata mereka menginap 2–3 hari sebelum k apal sandar.

Pertumbuhan Pasar Cruise Eropa

Pertumbuhan Pasar Cruise Amerika Utara

Page 19: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

19Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Utama

Kapal Pesiar InternasionalPelaksanaan pengembangan pe­labuhan untuk dapat disandari oleh kapal sekelas dengan kapal Voyager of The Seas, tergambar di sebelah ini. Mestinya meng­indikasikan peluang bisnis bagi praktisi bisnis, dan, investor. Pelabuhan­pelabuhan tersebut dengan sendirinya berpeluang menjadi lokasi pusat­pusat yachter dan kapal Ekspedisi. De ngan luas­nya perairan laut Indonesia, ban­yaknya pulau­pulau, telah dibuka keleluasaan dan kemudahan untuk keluar dan masuk wilayah perairan Indonesia bagi yachter internasional, yang telah diatur melalui satu Peraturan Presiden. Yachter tidak diharuskan masuk dan keluar perairan Indonesia hanya satu point saja.

Sabang

3 pelabuhan yang dapat mengakomodasi kapal kapasitas besar dengan labuh jangkar : 4Lombok4Tanah Ampo4KomodoBelawan

Jakarta SurabayaSemarang

Probolinggo

BenoaCelukan Bawang

3 pelabuhan direncanakan siap akhir 20145 pelabuhan direncanakan siap akhir 2013

PENGEMBANGAN PELABUHANUNTUK DAPAT DISANDARI KAPAL SEKELAS VOYAGER OF THE SEAS

Shore excursion patternRata­rata kapal pesiar besar di Bali memang tinggal 12 jam. Bi­

lamana overnight paling lama hanya dua malam. Rata­rata lama shore excursion (tur di darat) 6­8 jam. Trip ini biasanya akan dise­suaikan dengan kondisi destinasi dimana kapal labuh atau sandar.

Tur darat sehari penuh seringnya mencapai hingga ke Kintamani di mana banyak obyek dikunjungi di sekitarnya. Untuk tur setengah hari rata­rata sampai Pura Besakih dengan lama tur 6 jam.

Peluang yang harus dimanfaatkanSudah tidak diragukan Indonesia sebagai one of the most

wonderful cruise attraction in the world. Tidak perlu semua pelabuhan di Indonesia dibangun menjadi pelabuhan modern seperti di Singapura. Yang diperlukan adalah tempat berlabuh atau sandar yang aman bagi kapal, harus nyaman bagi penum­pang saat mereka turun di ponton/jetty.

PertumbuhanPasar Cruise Australia2002–2011

( Kemenparekraf )

Page 20: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

20 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Utama

Kemenparekraf sekarang sedang menggiatkan promosi untuk me na rik kunjungan wisatawan dengan maksud tujuan ‘minat khusus’, lazim disebut special interest tourists. Yang dilakukan oleh

pemerintah dan mengajak agar industri pariwisata meng ikutinya, ialah menyo sialisasikan informasi, meng kampa nyekan me ngenai tujuh kate­gori wisata minat khusus yakni: 1. Wisata Budaya dan Sejarah; 2. Wisata Alam dan Ekow­isata ; 3. Wisata Olah Raga Rekreasi (menyelam, selancar, kapal layar, treking, dan mendaki, golf, bersepeda, marathon, hash); 4. Wisata Kapal Pesiar; 5. Wisata Kuliner dan Belanja; 6. Wisata Kesehatan dan Kebugaran; dan 7. Wisata Konvensi, Insentif, Pa meran dan Even.

Satu Diantara Tujuh Wisata Minat Khusus

Pasarnya terbuka luas dan wisatawan kapal pesiar ingin datang ke sini. Paling tidak, ada satu pelabuhan yang re­presentatif di Bali, supaya bisa dipakai menjadi destinasi in­ternasional. Setelah itu, baru ke inter­insulernya, antarkepu­lauan.

Dari kacamata pelaku bisnis, Bagus Sudibya mengatakan bahwa kesempatan bisnis bagi pelabuhan sama dengan ke­sempatan destinasinya. Mak­sudnya, masing­masing daerah yang mempunyai pelabuhan harus memiliki ikonnya sendiri, sebuah destinasi yang ikonik. Misalnya Semarang dengan Borobudurnya, Probolinggo se­bagai pintu masuk ke Bromo dan lain sebagainya.

Setelah menyiapkan pelabuhan untuk kapal besar, lalu me­nyiapkan marina untuk yacht. Keberadaan kapal­kapal kecil ini akan memberikan kesempatan masyarakat membuka usaha seperti usaha reparasi dan seterusnya. Orang Indonesia memiliki keterampilan tinggi dalam perkayuan dan tangan­tangannya piawai berseni, penumpang dan pemilik yacht juga memerlukan air dan bahan bakar serta akan berbelanja kebutuhan logistiknya langsung ke masyarakat, dan seterusnya.

“Inilah trickling down effect dari adanya cruise,” kata Bagus Sudibya. “Sekarang tinggal bagaimana kita bisa menang­kap peluang itu. Untuk membangun wisata bahari di Bali dan di Indonesia, sangat diperlukan keseriusan,“ tambah Ketut Ardana. n

Pertumbuhan Jumlah Cruise Traffic ke Indonesia 2001–2013

Keterangan: *2013 angka proyeksi( Kemenparekraf )

Page 21: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

21Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Kapal Wisata

Kata yacht, dalam bahasa Indonesia, bisa dipadankan sebagai ‘kapal wisata’. Ketika terlaksana apa yang diamanat­kan dalam Perpres No.79 Tahun 2011,

maka yachter atau kapal wisata asing dari manca­negara akan mudah menikmati bahari Indonesia.

Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2011 dimak­sud ialah tentang Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia. Mereka bisa masuk melalui satu di antara 18 pelabuhan entry yang telah ditentukan, demikian pula bisa keluar dari mana saja di antara 18 pelabuhan tersebut.

Demi memberi kemudahan dan kelancaran, kini sedang diproses pengembangan fasilitas fisik, kantor­kantor pelayanan CIQP (bea cukai, imigrasi, karan­tina, kepelabuhanan). Dan, di setiap point itu mereka bisa mengurus mendapatkan CAIT (Clearance Approval Indonesia Territory). Juga, untuk izin kapal bisa masuk, nanti cukup sang pemilik kapal sendiri langsung bertindak sebagai ‘penjamin’.

Masih ada prospek meng­gairahkan lagi. Kalau selama ini mereka bisa ‘bermain’ di perai­

ran laut Indonesia selama tiga bulan, maka kebijakan perpres tersebut membuka kemungkinan untuk bisa mencapai enam bulan. Ke­mudahan itu nantinya ber­kat semua entry-exit ports tadi telah bekerja online.

Untuk pelaksanaan perpres itu dari sudut pari­wisata, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mengeluarkan surat Keputusan Menteri. Pembahasan­pembahasan sedang berlangsung dengan berbagai instansi lintas sektoral, dengan Kemlu, Perhubungan, Kemenhukham, Kelautan dan Perikanan, Mabes TNI AL dan lain­lain.

Menurut Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif dan Even, Kemenparekraf, Achyaruddin, sistem prosedurnya akan siap dibuat­kan tahun 2013 ini. Mudah­mudahan tahun 2014 sudah terealisasi di seluruh 18 pelabuhan, katanya.

Hub Port KupangPergerakan para yachter di perairan Indonesia

akan difasilitasi dengan hub port yang direncana­kan di Kupang, Nusa Tenggara Timur. “Kita harap­kan Eltari (bandara Kupang) terhubung dengan Darwin ( Australia). Bandara Kupang bisa berko­laborasi de ngan marina besar di Kupang (manakala marinanya sudah terbangun, red.).

Jadi, orang­orang yang menaruh kapal di sana bisa pulang ke Darwin melalui Eltari. Dari Dar­win bisa ke mana­mana. Kawasan itu ideal sekali untuk yachter. Masa kita tidak bisa mencapai target di tahun 2016, tidak bisa mendapatkan investor yang mau membangun marina di Kupang?” ujar

Achyaruddin.Dalam perspektif membangun wisata

bahari ini berbagai even Sail telah di­selengarakan. Sail Indonesia, Sail Buna ken, Sail Banda, Sail Wakatobi–Bangka Belitung, beberapa Yacht Races, dan ajang lain­lainnya. Tahun ini akan digelar Sail Komodo, maka ini akan menjadi ajang strategis menonjolkan NTT.

Sasaran yang diharapkan ialah menarik 10 ribu yacht bisa bermain di Indonesia tahun 2015–2016. Tahun 2012 tercatat sekitar 900

yacht. Kelancaran urus an masuk dan keluar kapal­kapal wisata melalui 18 ports tadi, ditambah kekuat­an informasi dan promosi dunia maya yang banyak digunakan oleh kalang an yachter, merupakan lan­dasan untuk harapan itu.

Adapun marina di Kupang, sedang on progress. Sejalan itu pula flag off Sail Komodo akan dilakukan di sana. Itu untuk menunjukkan pada dunia ba­gaimana sail kapal wisata bisa dimulai dari Kupang. Marina itu, ibarat gula, akan mengundang semut­semut alias para yachter akan datang.

Kupang merupakan pelabuhan alam, kedalaman laut pantainya 20 meter lebih. Maka yang ditunggu

sekarang adalah para investor.Dan baik diperhatikan. Para

yachter yang memperoleh izin tiga bulan di Indonesia, rata­rata ‘main’ alias turun di darat selama 40 hari. Maka dengan kebijakan izin nanti diberikan enam bulan, matematis tentulah mereka tu­run di darat sekitar 80 hari. Per satu kapal membelanjakan USD 1.000 satu kali mendarat. Jika mendarat selama lima hari be­rarti per kapal mengeluarkan USD 5 ribu. Ya, satu kapal itu kan bisa muat 5–6 orang.

Statistik berbicara, di ka­wasan perairan ASEAN dan Pasifik berlayar ± 50.000 yacht per tahun. n

Menarik10 RibuYachter

Para yachter disilakan masuk dan keluar dari pintu-pintu ini.

Achyaruddin

Kota dan pelabuhan Kupang dari udara.

Page 22: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

22 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

ASEANJazz

Festival

Bisnis

Yacht dan KapalBerbendera Merah Putih

Bisnis di wisata bahari mengekspos pe­luang, setidaknya tiga kegiatan. Per­gerakan kapal pesiar yang berukuran be­sar—mewah—skala internasional, lalu

pergerakan kapal­kapal ber ukuran jauh lebih kecil yang dikategorikan expedition ship dan liveaboard ship, dan pelayaran yacht, baik yang di­miliki dan digunakan pribadi, mau­pun yang disewakan.

“Indonesia bagus untuk yacht,” William Robin Engel, meyakinkan, dia sendiri berpraktek di bisnis ini. Diceritakannya, beberapa orang ter­lihat seperti ‘miskin’ yang ditemuinya berlabuh di Pulau Serangan (Bali), bisa dijumpai juga di beberapa tempat lain di luar negeri. Mereka ternyata punya yacht atau kapal.

Di Indonesia sebenarnya lumayan banyak orang yang ingin menyewa kapal semacam itu. Ada warga Colorado yang mengirim yacht-nya ke sini. Dia tentu mengeluarkan biaya sendiri. Orang seperti itu biasa­nya sudah menyusun rencana, sehingga merupakan praktek bisnis.

Satu bulan di Indonesia, kapalnya disewakan, kemudian bulan berikut­nya kapal dipindahkan ke Australia, di sana disewakan lagi, berlayar lagi. Kalau orang Indonesia punya kapal seperti ini, tak sedikit nanti wisman yang mau datang dan menyewa.

“Kami menjalankan bisnis seperti itu, kami punya banyak kapal kayu,“ ujar William. Tapi belum bisa mengimpor kapal jenis yacht mo-dern, dengan alasan bea masuk yang dirasakan tinggi.

Menurutnya,—dia juga anggota pengurus Gahawisri (Gabungan Pe­ngusaha Wisata Bahari) —, perihal bea masuk itu telah pernah diutara­kan kepada Kementerian Keuangan. Idenya, agar mendukung kegiatan wisata ini tumbuh lebih cepat, bea masuk yang tinggi itu baiknya diturunkan, terhadap peralatan wisata bahari umumnya selain terhadap kapal­kapal yacht. Termasuklah misalnya peralatan water sky, water sport, karena memang hampir se­mua perlu diimpor.

Namun keadaan itu bukan berarti menghalangi kelanjutan bisnis ini. Yang dimiliki umumnya kapal terbuat dari kayu, seperti phinisi, dan, itulah yang disosialisasikan dalam pemasarannya.

Andai di Indonesia banyak tersedia tipe super yacht atau modern sailing yacht... wah, akan banyak wisman tertarik, datang, menyewa, dan mereka bisa berlayar dari satu pulau ke pulau lain, misalnya, dari

Pulau Bali ke timur hingga Papua. Atau ke Sulawesi, Kalimantan, bah­kan hingga ke Sabang di Pulau Weh, di perairan sebelah utara Aceh.

Pada prakteknya, kapal cruise yang besar, dan tipe kapal expedi-tion yang berukuran jauh lebih kecil, berlayar misalnya dari Hong Kong ke arah selatan, Filipina, Malaysia, Si­ngapura, lalu melintasi laut Indone­sia menuju ke Australia. “Pokoknya mereka berlayar ke mana­mana,”

kata William Robin. Maksudnya tentulah peluang berkeliling pulau­pulau di Indonesia menawarkan tempat­tempat singgah yang demikian banyak variasinya.

Adapun kapal pesiar, kalau bisa Indonesia suatu ketika memiliki sendiri. Setiap minggu, atau setiap 2 minggu, atau setiap 3 minggu bisa dibuat rencana

pelayaran yang besar. Diadakan lecture on board mengenai kebudayaan kesenian Flores misalnya. Ada lectureship untuk budaya Papua, lectureship untuk budaya Sulawesi, selain relaxing dan shopping di Jawa. Itu artinya, kapal tersebut haruslah ber­bendera Indonesia.

Di pelabuhan Hongkong maupun Sydney, baik kapal­kapal besar atau ekspedisi, sedemikian ba­nyak tampak sandar, namun tidak kelihatan yang

berbendera merah putih.Apa pula kaitan bisnis dengan bendera ini? Adalah

peraturan yang disebut sistem cabotage, di mana ka­pal berbendera asing, tidak boleh mengangkut dan menurunkan penumpang di antara tujuan­ tujuan di dalam rute wilayah dalam negeri. Tanpa ben­dera Indonesia, kapal boleh menerima penumpang naik dari Bali, tetapi tidak boleh menurunkannya di wilayah Indonesia lain. Sebaliknya, penumpang di­izinkan turun di Indonesia tapi tidak boleh naik dari dalam wilayah Indonesia.

Jadi, kapal yang ingin menaik­turunkan penum­pang di dalam Indonesia haruslah berbendera Indonesia. Maknanya kapal tersebut terdaftar di Indonesia, dengan memenuhi persyaratan tertentu, terlepas dari urusan kepemilikannya. Jika kebetulan sedang berlayar menyeberang dari Jawa ke Bali dan berpapasan dengan kapal berbendera Filipina, itu pun tidak boleh dinaiki oleh penumpang yang ka­takanlah hendak pindah kapal. Peraturan cabotage berlaku bukan hanya untuk kapal pesiar penumpang tapi juga kapal kargo.

Contoh lain lagi, seandainya pada pelayaran dari Bali ke Komodo tampak kapal berbendara Thailand menaik­turunkan penumpang (baca wisatawan) pada rute itu, dan itu terjadi sekitar 3–4 tahun lalu, maka itu termasuk kegiatan ‘ilegal’. Dan, tentu saja, merugikan bagi Indonesia, sebab semua penghasil­an me reka dari mengoperasikan ke giatan wisata ini praktis dibawa pulang ke negaranya.

Perihal itu sebenarnya kalangan pelaku bisnis wisata bahari di Labuan Bajo dekat pulau Komodo, mengklaim menemukan kapal atau boat berben dera asing masih menjalankan bisnis tersebut hingga akhir tahun lalu.

Tapi kita memang dihadapkan dengan tantangan dan peluang berkaitan bisnis ini. Kita belum mempunyai marina yang cukup, yakni pelabuhan tempat yacht san­dar dan disimpan. Hanya di Jakarta, dengan penduduk berjumlah 15 juta, dipunyai tiga marina: namanya Marina Mutiara, Marina Ancol dan Marina Batavia. Itupun kondisi tiga marina ini belakangan ini berbeda­beda: Marina Ancol cenderung dipenuhi kapal­kapal kecil untuk ke Pulau Seribu. Marina Batavia sudah

setengah penuh. Sedangkan pantai Mutiara sudah ‘tenggelam penuh’.

Kalau wisman Australia mau datang ke Indone­sia dengan kapal atau yacht, di Bali hanya ada satu marina, yakni di Benoa. Di sana mampu memuat maksimal 30 kapal. Adapun di Padangbai dan Tanah Ampo, tersedia fasilitas hanya buat kapal feri—agar bisa merapat—naik dan turun penumpang. Tidak bisa parkir di situ. Di Flores belum ada marina. n

Kapal pesiar Silver Shadow yang mengangkut ribuan turis mancanegara merapat di Pelabuhan Benoa, Bali.

William Robin Engel

Page 23: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

23Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Bisnis

Klaster Kegiatan di Laut

Nama pelabuhan Bitung sudah mendunia, tak lain oleh ke­giatan wisata bahari. Kendati disinggahi satu dua kali saja setahun oleh international cruise ships yang besar dan me­wah, dan di situ lima kapal Liveaboard mengambil tempat

untuk home base. Namun antara bulan Juni–Oktober, ramai dikunjungi kapal­kapal kelas liveaboard yang memang kategori khusus digunakan para divers. Wisman ini datang dari semua penjuru dunia, dari Amerika, Eropa, Rusia, Jepang hingga Australia.

Sebuah kapal bernama Ocean Rover pindah dari Thailand, di tahun 2008 ke Bitung. Pemiliknya kini warga Austria. Di buritan kapal itu berkibar ben­dera merah putih. Setiap kali trip berangkat dari Bitung mengangkut 16 orang wisman, di 8 kabin @ 2 orang, dan dua kabin single bed.

Kalau di perairan sekitar Sulawesi Utara, “setahun kami melaksanakan 10–12 trip, rata­rata berdurasi 12 hari,” dijelaskan oleh Ute Neininger, manajer reservasinya. Periode November hingga Mei, cuaca di kawasan timur Indonesia termasuk Papua berbeda, dan kebalikannya dari Sulawesi Utara. Maka kapalnya pindah ke kawasan perairan Raja Ampat. Di sana pun beroperasi, mendatangkan lagi wisman dari berbagai negara.

Kapal­kapal liveaboard ini secara kasat mata telah banyak tampak ber­operasi di Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Utara hingga Papua. Tipe kapal ini juga digunakan sebagai expedition ship, jenis lain lagi dalam kegiatan wisa­ta bahari. Rute­rute pelayaran yang mereka layani seperti telah membagi bahari Indonesia dalam beberapa klaster. Lihatlah beberapa di antara rute yang sudah on sale ini :

Page 24: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

24 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Bisnis

Setiap kali singgah di desa pantai di tengah per­jalanan, mereka turun. Mereka tur desa, menyak­sikan kehidupan masyarakat, interaksi pun terjadi, tentulah dalam suasana yang menceriakan, baik bagi penduduk yang ramah menyambut wisman, maupun bagi wisman yang merasakan eksotika berkomunikasi dengan ma syarakat yang intact da­lam tradisi keseharian.

Ada desa di mana beberapa becak menjadi alat transportasi. Mereka berkeliling menunggang beca. Yang menunggang dan penduduk yang menonton kian ceria dan komunikatif.

Dari sudut bisnis, menurut Ute, usa hanya men­cantumkan tag line: Luxury Liveaboard Diving & Adventure Cruises in Indonesia, para pelaku merasa puas. Praktis tak ada kendala, berjalan mulus. Maka bisnis small ship cruises ini berpotensi besar di negeri ini. Pela buhan­pelabuhan Bitung hingga di desa­de­sa nelayan tempat singgah, memang, menyenang­kan hati para kapten kapal, mendapati setiap desa berlaut dalam alami, dan, bersih.

Untuk wisata bahari kelas expedition ship, livea-board cruise, dan yacht, kawasaan tengah dan timur Indonesia rasanya telah dianugerahi oleh Yang Maha Kuasa pada Indonesia untuk dijadikan salah satu pusat wisata bahari di dunia. Dengan kata­kata aslinya, William Robin bi lang: “Indonesia will be tourism mecca”.

Karenanya, perlu mengundang kapal­kapal lagi untuk datang. Indonesia cukup banyak memproduksi kapal kayu, jadi, tidak terbebani bea masuk impor. Itu­lah sebabnya, paling ba nyak sekarang tersedia kapal­kapal terbuat dari kayu.

Tapi kalau masuk pada sport bahari, dan benar­benar bisa berlayar, harus menggunakan fibre glass dan belum bisa dibuat di sini. Kapal untuk sport fishing, water sport skiing, masih sedikit sekali. Mengingat luasnya kepulauan Indonesia, dan me­nyaksikan banyaknya kapal­kapal tersebut di Florida atau di Caribbean, “it’s like the wrong place.”

Di dunia tidak ada tempat seperti alam laut dan pulau­pulau Indonesia. “It is a perfect tourism, a ma-rine tourism product.” Pesan­pesan yang ditiupkan

oleh angin nyata dari laut Indonesia serasa bersu­ara kian keras mengimbau: “Wahai para investor, segeralah bergerak ke sana”.

PengalamanTersebut pula satu pengalaman wisman asal Ka­

nada dari turnya berkunjung ke Bitung itu sendiri. Dia menulis di blog dan facebook­nya tanggal 28 Febru­ari 2012. Begini (terjemahan dari bahasa Inggris) :

“Apakah Anda merencanakan perjalanan ke Bi­tung? Jika demikian, saya ingin mencerita kan pada Anda. Setelah mencari melalui internet sebelum me­

ninggalkan rumah, saya tak memperoleh keterangan, maka kami memutuskan mencari peluang saja jika sudah tiba di sana dan berkeliaran secara independen sekitar wilayah pusat kota. Secara kebetulan kami menemukan seseorang bernama Hamed. Dia fasih berbicara bahasa Inggris, menawari kami tur sehari penuh untuk memperoleh highlights kota dan seki­tarnya. Kami berjumpa pula dan bergabung dengan pasangan tambahan, lalu kami yang telah berjumlah enam orang, dibawa tur menggunakan sebuah mobil van A/C, sangat bagus untuk ongkos 80 USD total. Makan siang tidak termasuk, kami semua memang inginnya melihat sebanyak mungkin. Disediakannya air dan buah; kami berhenti dan meninjau tempat­ tempat ini: Waruga (kuburan kuno yang unik), kawas an sawah, Fish Farm, Danau Tondano, pasar ba­sah lokal, Chinese Temple, Monumen Blessing Yesus, Monumen Eiffel Tower, hanya untuk menyebutkan beberapa. Ia adalah pemandu yang sangat baik, dan kami tidak akan ragu memintanya lagi suatu saat. Anda dapat menghubunginya di nomor telepon ini.

Dia cantumkan nomor handphone dimaksud. n

Salah satu kapal yang pindah dari Thailand ke Indonesia.

Pelabuhan Bitung lingkungannya tenang, dalam lautnya alami cukup untuk kapal merapat (kiri). Salah satu sisi tempat kapal­kapal wisata berlabuh (kanan).

Page 25: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

25Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Bisnis

Tur the Balinese Way of Life

Elly Malaihollo, Presiden Direktur Bali Prestige—sudah belajar menangani cruise sejak tahun 1998—beroperasi mulai tahun 2006, melihat wisata cruise

sangat potensial untuk Bali yang sudah mapan des­tinasi dan obyeknya.

Anchored atau lego jangkar me­repotkan, karena kapal harus meng­gunakan tender boat dan perlu ban­tuan kapal lokal seperti dari Bali Hai untuk mentransfer penumpang ke darat. Prosesnya bisa menghabiskan waktu 45–60 menit, bila ombak sedang tinggi prosesnya akan lebih lama lagi.

Tender boat sebenarnya untuk kebutuhan darurat di kapal dan tidak boleh dipakai. Tapi di Indonesia, mau tidak mau kapal akan me­makainya untuk mentransfer penumpang hingga ke dermaga.

Tanah Ampo yang direncanakan untuk pelabuhan kapal pesiar masih belum siap. Ombak di sana tinggi dan ponton kerap kali rusak. Saat ini pelabuhan Benoa paling representatif. Beberapa kapal melirik Celukanbawang. Bali Prestige menerima komentar dari kapal Azamara yang sandar di sana akhir Januari 2013 begini, “This is the port we are looking for.”

Di Celukanbawang hanya ada dermaga. Penge­lola pelabuhan akan mensterilkan pelabuhan dari kegiatan bongkar muat selama kapal pesiar sandar. Meskipun belum mengadopsi ISPS code, pengaturan keamanannya bagus.

Bali Prestige, ground handling agent yang mena­nganinya menyiapkan tenda layaknya pesta perni­kahan. Pelabuhan memang tidak modern, justru banyak hal natural yang bisa dilihat. Komentarnya, “Now I see the other side of Bali”, setelah sebelumnya mereka singgah di Benoa.

Kapal besar yang pernah ditangani, Celebrity Millennium, membawa 2.093 wisman, kru 975 orang. Yang mengikuti paket tur 1.400 orang, sisanya dita­ngani oleh travel agent lain atau FIT.

Travel agent di luar dari agen yang telah ditunjuk kapal harus meminta izin kepada travel agent yang ditunjuk sebagai ground handling agent.

Selain itu, kapal­kapal pesiar lebih kecil berpe­numpang 100–125 orang, kapal ekspedisi seperti Clipper Odyssey, juga pernah ditanganinya. Kebanyak­an dari Australia, suka mengunjungi remote area seperti di Papua, Raja Ampat dan lain sebagainya. Mereka tidak terlalu memusingkan kekurangan fasi­litas lantaran dilengkapi peralatan untuk remote area. Umumnya mereka interchange atau turn around.

“Usia penumpang kapal pesiar tergantung kapal­

nya. Umpamanya, Celebrity Millennium, Hotel Opera-tion Manager-nya mengatakan mereka akan meng­arahkan kapal­kapal Celebrity kepada generasi lebih muda. Mereka minta paket­paket tur petualangan.

Berbeda dengan kapal seperti Radiance of The Seas dan Rhapsody of The Seas yang banyak membawa penumpang kelu­arga dan lanjut usia. Kapal semacam Pacific Sun banyak penumpang lan­sia, tapi tahun 2010 kapal ini lebih banyak membawa penumpang ke­luarga. Kapal semacam Azamara lebih mengarah ke kapal butik dan penumpangnya lebih high class. Jadi penumpang kapal pesiar itu mulai dari anak­anak hingga orang tua,

mulai dari pasangan hingga grup keluarga. Dulu mungkin ya, waktu awal­awal saya belajar mena­ngani cruise sekitar tahun 1987–2000 penumpang­nya rata­rata sudah tua. Penumpang kapal pesiar mulai dari yang biasa­biasa saja hingga yang lux,“ Elly Malaihollo menjelaskan.

Ada sebuah kapal namanya The World. Manaje­mennya menamakan Residences at Sea. Di atas ka­pal disediakan 162 apartemen. Panjangnya hanya 198 meter, penumpang on board sekitar 98 orang, dan krunya 350 orang. Di dalamnya ada 1 bedroom apartment, 2 bedroom apartment, dan 3 bedroom apartment. Pemilik kapal adalah pemilik apartemen di kapal itu. Bukan kamar yang dijual kepada orang lain. Penumpangnya sekaligus pemilik apartemen, atau pemilik menyewakan pada orang lain, atau memberikan kesempatan kepada saudaranya naik ke kapal. Pernah masuk ke Indonesia tahun 2010 selama dua minggu dan sandar di Benoa selama 4 malam. Direncanakan pada tahun 2014 dia akan da­tang lagi ke Indonesia.

Alasan naik kapal pesiar karena biaya yang dike­luarkan bisa lebih murah daripada berwisata den­gan menggunakan pesawat terbang. Contohnya, pe­numpang kapal pesiar dengan membayar USD 250 per hari sudah bisa mendapat kamar hotel, makan tiga kali sehari ditambah snack, dan ada beberapa kapal sudah termasuk biaya tur, biasanya tur sete­ngah hari. Beberapa restorannya lebih eksklusif.

Tur ke darat umumnya diluar biaya naik kapal pesiar. Yang memasukan biaya tur setengah hari ke­banyakan kapal­kapal ekspedisi, Spirit of Adventure milik Saga dari UK contohnya.

Itinerary paket tur harus disesuaikan dengan lamanya kapal sandar, umumnya sehari. Kapal­kapal Royal Carribbean mulai menginap paling tidak selama satu malam karena mereka merasa satu hari belum cukup melihat Bali. Diberi kesempatan pada

penumpangnya jika ingin menginap di darat selama singgah.

“Judul tur kami adalah The Balinese Way of Life. Kami bawa mereka melihat actual life orang Bali. Selain ke pura, kami ajak melihat rumah­rumah di desa­desa. Penumpang akan turun. Jadi sekarang yang diminati itu interact more with meeting the people,” Elly melanjutkan.

Gambaran paket turnya seperti ini: jika labuh atau sandar di pelabuhan Benoa, wisatawan diajak mengunjungi perajin emas dan perak di Desa Celuk, mengunjungi Pura Kehen, ke Desa Penglipuran, ke Kintamani, melihat sawah di Tegalalang, ke galeri seni di Ubud dan terakhir ke Desa Kesiman. Atau, sebuah paket budaya dengan mengunjungi Desa Celuk, Pura Batuan, Desa Mas dan terakhir ke Desa Kedewatan untuk melihat Ancient Barong Dance. Paket turnya langsung menyasar kepada masyarakat di desa. Salah satu desa yang dikunjungi memper­tunjukan tarian zaman kuno.

“Kami membayar pertunjukan itu ke desa. Kami juga membeli snack dan minta disediakan oleh me­reka sehingga ibu­ibu di sana menyiapkan makanan dengan bungkus plastik agar lebih higienis,” katanya kemudian.

Menurut Elly, jika daerah lain sudah mulai di­singgahi kapal pesiar, harus melihat besar kapal yang akan singgah. Panjang dermaga dan kedalaman ko­lam merupakan persyaratan yang harus dipenuhi.

Jikapun kondisi dermaga masih sederhana dan alami, yang paling penting kapal bisa sandar bukan labuh (anchor). Dia mencontohkan kapal Azamara bisa sandar di dermaga Celukanbawang.

“Itulah mengapa mereka tetap happy meskipun kami hanya menyediakan tenda. Akan berbeda cerita jika kapal anchored, penumpang tidak akan mengeluhkan turnya, tapi itu akan mempenga ruhi mood­nya. Sudah capai setelah tur, masih harus mengantri lagi saat mau kembali ke kapal dan se­bagainya,” katanya mengakhiri pembicaraan dengan Pariwisata Indonesia di awal Februari 2013. n

Elly Malaihollo

Kapal pesiar Celebrity Millennium.

Page 26: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

26 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Bisnis

BarangSuvenirYangBersaing

Pernahkan Anda menyaksikan pa­meran Inacraft, yang diselenggara­kan setiap April di Jakarta Con­vention Center? Pada setiap kali

evennya di beberapa tahun terakhir, tampak pengunjung asing, berwajah serius, penuh per­hatian, berkeliling dari satu ujung stan ke ujung lainnya. Ada yang sendirian, kelompok kecil berdua atau bertiga, bergerak terpisah­pisah, dan mereka lalu mampir di stan yang menarik perhatian mereka. Bukan sekedar terkesima lalu memegang­megang barang yang ditelisiknya. Mereka bertemu, tampak berunding, dan ya memang, mereka tampak tawar menawar de ngan pemilik stan.

Siapa pemilik stan? Mereka peserta pameran yang memamerkan dan memasarkan produk handicraft, kerajinan tangan. Dari berbagai

daerah tentunya. Ratusan peserta di Inacraft itu praktis datang dari seluruh provinsi dari Sabang hingga Merauke.

Tetapi apa yang ditawar para pengunjung asing ini? Mereka, secara individual, pun datang dari pelosok dunia, Asia dan Timur Tengah, ada juga dari Amerika Latin, dan beberapa dari Eropa.

Tersebutlah satu contoh, pengunjung dari Hong Kong. Dia sibuk berunding dengan pe­ngusaha kerajinan tangan dari Yogya. Keba­nyakan barang yang dijual di stan ini berukuran serba mini, produk suvenir. Ternyata, dia se­dang mencari produsen kerajinan tangan yang memproduksi barang­barang suvenir berupa ‘kenang­kenangan’ dari satu destinasi wisata.

Pengusaha dari Hong Kong itu memberikan order memproduksi ‘suvenir Hong Kong’, untuk dibuat di Yogyakarta, lalu dikirimkan ke Hong Kong. Maka pengunjung di obyek wisata kota Hong Kong yang mengklaim ‘where west meet east’ itu, akan membeli kenang­kenangan dari Hong Kong yang mungkin buatan Yogya. Bukan made in Hong Kong.

Tapi memang demikianlah pariwisata mem­buka kesempatan usaha dan kesempatan kerja, antara lain melalui produksi dan penjualan me rchandise goods. Dari satu sisi gejala atau feno mena itu sejatinya sesuatu yang normal, business as usual saja. Setiap even, apalagi even olah raga besar dan ramai, niscaya mem­buka peluang merchandising business. Dan bagi masyarakat kita umumnya juga telah terbiasa dengan membeli dan membawa oleh­oleh. Setiap oleh­oleh pastilah mencerminkan wajah, atau citra, atau pesan dari even yang disaksikan,

atau destinasi yang dikunjungi, dan, dinikmati.Ketika barang kenang­kenangan itu telah

mencapai tingkat ‘populer’ (seperti kipas dari Jepang dan Korea, kincir angin dari Belanda, dan seterusnya), sejalan dengan destinasi yang diwakili atau ditampilkannya juga bertam­bah populer, maka semakin besarlah volume produksinya yang akan diminta oleh pasar. Di situlah industri kreatif ini semakin kuat ber peran ikut mempromosikan destinasi, bersamaan itu, membuka semakin banyak kesem patan ber­usaha dan berproduksi.

Pesan­pesan yang di titipkan melalui ba­rang merchandise atau kenang­ kenangan itu, bukan kah kadangkala terasa seperti cerita atau

Magnet berbentuk wayang dari Jawa Tengah ini (kiri) dilengkapi dengan teks informasi mengenai sang Bima, tapi tak bisa langsung dibaca selengkapnya, sebagian besar teks tertutupi karena ditempatkan di bawah wayang. Ukuran setelah dikemas menjadi 11 x 7 cm.

Suvenir keramik dari Belanda seperti ini tentulah dicari wisatawan. Dari China,

salah satunya seperti ini, dengan warna tipikal, merah.

Page 27: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

27Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Bisnis

informasi yang “niscaya diceritakan oleh para pramuwisata atau guide ketika sedang mem­bawa wisatawan berkeliling meninjau obyek daya tarik wisata?”

Masalahnya tiba pada stra tegi dan taktik berbisnis. Di zaman serba cepat tetapi efisien namun tuntutan estetika tetap meningkat, pihak konsumen menuntut ‘kemasan’ yang juga serba efisien namun estetik.

Mari kita lihat beberapa perbandingan yang ‘sederhana’, namun diyakini mem bawa inspi rasi. Ini ditemui belakangan ini. Suvenir ini adalah magnet untuk ditempel di dinding kulkas, gambarnya Ka’bah. Dikemas dalam plastik transparan sehingga ukur an kemasannya 17 x 7 cm, dicantumkan merek Arch. Buatan Malaysia.

Malaysia bahkan memanfaatkan keindahan arsitektur rumah tradisional Minangkabau, dan, selain jelas berjudul Rumah Minangkabau di cetak juga Malaysia untuk menyatakan itu barang suvenir dari Malaysia.

Kerapihan dan keindahan desain kemasan­nya, sama seperti suvenir gambar Ka’bah tadi, ukurannya dibuat standar sama, 17 x 7 cm. Lebih lagi dari itu, di setiap bagian punggung, diurai­kan informasi mengenai apa dan bagaimana riwayat dari Ka’bah dan Rumah Minangkabau. Mari membaca informasinya tentang Rumah Minangkabau, tercantum begini :

Minangkabau House, 1898 — Traditional houses in Negeri Sem-bilan bear a strong Resemblance to the Minangkabau Houses of Sumatra, Indonesia, Because of the migration of Minangkabau settlers to the Peninsular in the 17th century. In the early days of the Malay Sultanates, many of the Malay rulers and their families lived in timber Palaces. These palaces featured Beautiful carvings on the wall panels and timber posts. This house, built entirely of wood Without nails or screws, was built for a Malay prince in 1898.

Ini salah satu c e n d e r a m a t a di Manado, Su­lawesi Utara. Jelas ditampilkan ikon Bunaken, atraksi utama desti­nasi wisata ini, di mana para divers dari pelosok dunia mengenalnya sebagai salah satu yang terbaik. Ka­rena wisata bahari jadi an­dalan di destinasi ini, maka di perairan ini pula digelar World Ocean Conference tiga tahun yang lalu.

Suvenir itu berupa gantungan kunci, da­lam kemasan plastik sehingga ukurannya men­jadi 15,5 x 5,7 cm. Yang ini tanpa adanya teks keterangan.

Jakarta, salah satu suvenirnya menampilkan Monas, ukuran kemas an plastiknya 10,5 x 5,5 cm, sedangkan isinya berupa tampilan Monas itu, ukurannya 6,7 x 4,9 cm. Ini barang untuk dilekatkan di dinding luar pintu kulkas.

Lain lagi cerita di balik suvenir yang mempro­mosikan Lomba Sumpit Internasional ini. Ke­tika diselenggarakan tahun 2011 di kota

S i n g k a w a n g , barang beru­pa pin ini d i j a j a k a n di tengah k e r a m a i a n berlangsung­nya even lomba. Ribuan pengunjung berdatangan. Sederhana tapi jelas pesannya sebagai kenang­kenangan menyak­sikan even lomba, dibuat berdiameter 5,9 cm.

Nah, tahun 2012 dilak­sanakan lagi ajang tersebut, gilirannya di kota

Pontianak. Ribuan pengunjung meramaikannya. Sayangnya,

pe ngun jung tak menemukan merchandise seperti itu, tia­

da dijual cenderamata se­bagai kenang­kenangan

dari menyaksikan even.

Ketika ditanya­kan, pembuat pin tahun 2011 di Singkawang, yang juga menyaksikan keramaian di Pontianak itu, menyatakan tidak lagi meman­faatkan “pe luang bisnis membuat dan menjual cinderamata”, lantar an dia merasa bukan war­ga Pontianak. Dengan kata lain, menurut dia, orang Pontianak mestinya yang memproduksi dan menjualnya.

Barang suvenir—di mana pun—membawa pesan—datanglah kembali. Dan membuka kesempatan usaha dan kesempatan kerja ada di situ. n

Kenang­kenangan dari Thailand ini

menampilkan gajah.

Page 28: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

28 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Bisnis

Yacht,Bagus Sekali!

Rheinhold dan Zully Schulz, pasangan suami­istri Jerman­Indonesia, mem­buat sendiri catamaran­nya. Kapal ada kabinnya bisa disebut yacht. Monohall

yang one body, catamaran yang two body, dan tri-maran dengan three body. Jika ada kabin bisa juga disebut yacht.

Dulu mereka memiliki trimaran namun kurang nyaman untuk cruise. Catamaran­nya sekarang ber­ukuran 8 x 15 meter, memberi space cukup nyaman untuk banyak orang di kapal.

Phinisi dari kayu termasuk monohall. Ukuran­nya bisa besar atau kecil. Yang besar nyaman untuk cruising. Kapal kecil, catamaran lebih nyaman karena lebih stabil dan tidak miring.

Mereka membangunnya tahun 2008, dan ber­operasi tahun 2010. Khusus cata-maran, hanya ada dua operator, bernama Bali cat di Serangan dan Moggi di Benoa. Milik pasangan Schulz menggunakan layar dan motor Yamaha 4 tak. Untuk cruising pribadi mereka lebih suka menggu­nakan layar, namun saat membawa tamu yang men­charter, mengguna­kan motor. Membawa tamu berarti mereka terikat dengan waktu, ada jadwal yang harus dipenuhi.

Catamaran­nya dilengkapi solar panel dan win ge nerator untuk me­nyalakan lampu, kulkas, radio dan peralatan elektronik lainnya. Mereka merencana kan mengganti mesin yang sedang dipakai dengan diesel, penggunaan bahan bakarnya lebih hemat hanya 3 liter/jam.

“Sailing di Indonesia tidak selalu dapat angin. Meskipun angin jarang bersama kami, tentulah se­lalu berharap angin itu ada. Pernah kami cruising saat angin barat, menuju ke wilayah timur: ke Lom­bok, Sumbawa, Flores lalu naik ke Sulawesi. Kita bisa sailing sampai ke Asia. Kami kembali dengan meng­ikuti angin timur, biasanya mulai bulan April–Mei. Tapi kami tidak boleh dengan cara itu membawa tamu ,” Zully menerangkan.

Booking paling banyak adalah pelayaran Bali–Lombok selama 5 hari 4 malam. Rutenya, dari base mereka di Serangan ke Nusa Lembongan, dilanjut­kan ke Labuhan Poh dan Gili Air di Lombok, NTB.

Saat kembali ke Serangan, jika memungkinkan ke Amukbay, kalau tidak akan ke Nusa Lembongan lagi. Yang juga ramai peminatnya, sailing selama

7 hari sampai Sumbawa. Itinerary-nya hampir sama dengan sailing Bali–Lombok, bedanya dari Gili Air langsung menuju Pulau Panjang di Sumbawa. Yang memilih berlayar 10 hari bisa sam­pai Flores. Ke Pulau Moyo, Satonda, ke pulau­pulau kecil di sekitarnya.

Perhitungan biaya sebenarnya per kabin, tapi sekarang dibuat per orang. Untuk 2 orang biayanya USD 800/day, 4 orang USD 900/day, dan 6 orang USD 1000/day. Harga tersebut sudah termasuk 3 kali ma­kan, free coffee/tea dan mineral water. Soft drink dan beer akan dikenakan extra charge.

Saat berhenti, tamu akan diantar ke pantai untuk snorkeling. Yang mau memancing alatnya sudah tersedia. Itu tidak dikenakan charge lagi.

“Tamu kami dominannya yang berbahasa Jer­man, dari Jerman, Swiss dan Austria. Karena Pak Rheinhold bisa berbahasa Jerman, jadi mereka mungkin merasa lebih nyaman. Kami juga banyak terima tamu dari Amerika, Australia, Belgia. Keba­nyakan couple atau family,” katanya lagi.

Bisnisnya bagus sekali dua tahun terakhir. Masih ada beberapa hambatan. Pertama, belum banyak ‘tempat parkir’ untuk catamaran di sekitar Pulau Bali, jadi belum banyak tempat yang bisa dilihat. Saat ini baru di Nusa Lembongan karena di sana ada tempat mooring. Selebihnya mereka harus cruising keluar Bali.

Kedua, banyak peralatan dan perlengkapan yacht tidak tersedia di Indonesia, bahkan beberapa item tidak diproduksi di Indonesia tapi termasuk dalam daftar larangan impor. Seperti layar, peralatan elek­tronik semacam kulkas 12 dan 24 volt, dan spare part

yang belum tersedia di sini. Reparasi fiber glass atau perbaik­

an mesin yang diproduksi di Indo­nesia, sudah banyak tersedia di Bali. Keterbatasan ini dirasakan sekali bagi kapal berbendera Indonesia dan dibangun di sini. Dan tentu akan le­bih sulit bagi kapal yang totally built-in di luar negeri jika saat dia berlayar di sini mengalami kerusakan.

Ketiga, pengurusan izin masuk (CAIT) yang masih sering dikeluhkan terutama oleh para yachter dari luar negeri. “Peminatnya di luar itu banyak loh yang mau ke sini karena Indonesia kan cantik. Selain dari Australia, ada dari Perancis, Ame­rika, Jerman. Mereka terpaksa kembali lagi setelah sampai di Singapura. Kalaupun masuk hanya lewat saja, dari Lombok, terus ke Singapura,” lanjutnya.

Pelabuhan yacht di Bali hanya di Benoa dan Serangan. Di Benoa mungkin tidak terlalu banyak tapi di Serangan banyak sekali. Paling ramai di bulan September ketika berlangsung even Sail Indonesia. Mereka tidak setiap bulan berada di sini, ada yang

tinggal lama ada yang hanya seben­tar. Yachter itu selalu berlayar.

Kapal kecil juga membutuhkan draft antara 1,5–3 meter. Pelabuhan seperti Marina di Benoa sudah ba­gus. Di Serangan aman sepanjang tahun karena dilindungi oleh Pulau Bali. Yang penting dalam penyediaan pelabuhan yacht terdapat jembatan bagus dan jetty-nya panjang. Di sekitarnya tersedia fasilitas air bersih dan bahan bakar. Sama seperti kapal besar, kapal kecil juga membutuhkan air, bensin, gas, dan kebutuhan logis­tik lainnya.

Di dalam situsnya mereka mengumumkan akan sailing Bali–

Singapura. Mengenai itu, Zully menjelaskannya: “Itu private sailing sebenarnya. Kabin di kapal kami hanya cukup untuk 6 orang. Sebenarnya kami sudah programkan dari tahun lalu. Mudah­mudahan tahun ini terlaksana. Kami istilahkan ini join sailing, artinya yang berminat bisa membayar murah. Karena akan berlayar sebagai tim jadi mereka akan membantu kami sebagai anggota tim. Kami sudah rencanakan banyak berhenti, salah satunya ke Kumai, Kalteng. Selain mengisi bensin, kami juga ingin melihat orangutan.”

Menurutnya, yacht masih dilihat sebagai sebuah kapal dari fiber, mewah dan cruising masih dianggap mahal bagi orang Indonesia. Padahal, peminatnya di luar negeri banyak sekali karena alam Indonesia tidak ada tandingannya. Dan berbicara mengenai sailing dan cruising di Indonesia tidak akan ada habis­habisnya. n

Zully Schulz

Contoh sebuah Catamaran,

lebih nyaman karena lebih stabil dan

tidak miring.

Page 29: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

29Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Pelantikan Pejabat

Kapal Pesiar

Mendorong Masyarakat Agar Kreatif dan Inovatif

Telah dilantik beberapa pejabat eselon II yaitu: Dra Fransisca Nina Soemitra sebagai Direktur Pengembangan Pasar dan Infor­

masi Pariwisata, Ditjen Pemasaran Pariwisata; Ir Rizky Handayani Mustafa, MBIT sebagai Direktur Promosi, Kovensi, Insentif, Event, dan Minat Khusus, Ditjen Pemasaran Pariwisata; Sigit Murdianto, SE MM sebagai Sekretaris Inspektur Jenderal, Itjen; Teti Budi Rachmiati, SH sebagai Inspektur 3, Itjen; dan Drs Dewa Gede Ngurah Byomantara sebagai Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bali, Badan Pengem­bangan Sumber Daya Parekraf.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kre­atif Sapta Nirwandar melantik para pejabat

eselon II itu bertempat di Balairung Soesilo Soe­darman Gedung Sapta Pesona Jakarta kantor Kementerian Parekraf, Jum’at (18/1).

Wamenparekraf Sapta Nirwandar berpe­san kepada para pejabat baru yang dilantik agar memberikan seluruh kemampuan, pengeta­huan dan dedikasi dalam rangka mensinerjikan antara bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, hal ini mengingat Kementerian Parekraf meru­pakan kementerian baru.

”Pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif perlu ditingkatkan dalam upaya mendo­rong masyarakat agar kreatif dan inovatif dalam mengembangkan keanekaragaman budaya se bagai daya tarik pariwisata dan kekuatan ekonomi kita. Untuk ini diperlukan pejabat penentu kebijakan yang memiliki kompetensi dan memahami substansi sehingga hasil yang di capai sesuai dengan visi dan misi Kemen­parekraf,” kata Sapta Nirwandar. n

Lagi, Perihal Wisata Bahari Itu

Jadi begini, pasar cruise itu global. Dia bisa mendatangkan

penumpang darimana saja. Tinggal bagaimana sekarang destinasinya dan operasinya di Asia. Sudah saatnya kita mempunyai badan otoritas pelabuh­an seperti pelabuhan­pelabuhan besar di luar negeri. Kalau sudah otoritas dia yang menguasainya. Kalau pelabuhannya aman maka penumpangnya bisa 100% yang turun ke darat. n

Tetap saja syarat­syarat yang lain juga harus dipenuhi. Termasuk aksesibilitas, transportasi udara dan darat. Sesudah itu akomodasi, tem­

pat dimana tujuan bahari itu dan obyek yang men­jadi obyek wisata bahari itu apa.

Untuk mengelola wisa­ta bahari ini jelas menun­tut sinkronisasi, suatu sistem untuk mengem­bangkan wisata bahari yang juga lintas sektoral. Di sana perlu Kemhub, bea cukai, keimigrasian, ada pariwisata, ada Depdagri baik pemda maupun pusat, dan sebagainya.

Kita juga berada di iklim tropis yang bisa di­kembangkan sepanjang tahun. Semestinya menjadi peluang yang luar biasa. n

Untuk Pelindo III sebenarnya ada de­lapan pelabuhan

yang sempat dikunjungi kapal pesiar: pertama pasti Benoa, kedua Ce­lukan Bawang yang ada di utara Bali; Tanjung Perak Surabaya, Tanjung Mas

Semarang, Kumai Kalsel, Lembar Lombok, Kupang, NTT, dan Bima dan Badas di Sumbawa. Bima dan Badas itu di satu kawasan. Mestinya ada sembilan, satu lagi di Banjarmasin, tapi belum. Ada rencana kunjungan kapal pesiar ke sana.

Kesiapan fasilitas pelabuhan berkejaran dengan demand dan ukuran kapal. Dulu kebijakan meng­anggap Benoa sudah aman dengan kedalaman ­8 hingga ­9 meter, tapi sekarang di luar negeri mem­buat kapal semakin besar. n

Tahun 2014 nanti Benoa akan punya sebuah marina.

Akan tepat momennya, ketika itu nanti jalan tol telah selesai dan perluas­an bandara juga selesai.

Jangan lupa bahwa di sini bukan hanya pela­buhan yang diperbaiki, tapi juga obyek­obyek wisatanya. Setelah pelabuhannya bagus, kita harus tahu mau dibawa kemana penumpangnya. Mereka akan datang jika destinasinya menarik. n

IG Ngurah Wijaya Bali Tourism Board

Bagus SudibyaBali Tourism Board

Iwan SabaniGM Pelindo III Benoa

Yasa Sediana ASITA Bali

Page 30: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

30 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Bisnis

Perspektif dan Pengalaman dari Malaysia

Ini masih seputar wisata syariah, rasa­nya perlu diperhatikan lagi. H Abdul Rahman Shaari, Ketua Pengarah, Islamic Tourism Center di Malaysia, men­

ceritakan sebagian pengalaman negerinya. Definisi Islam Tourism, menurut dia, kegiatan

wisata yang berpedoman pada syariah Islam.Kemudian mengembangkan kegiatan wisata yang berpedoman pada syariah, melihat­lihat perkembangan peradaban dan se jarah Islam, dan mengenali–memahami–mengalami kehi­dupan masyarakat Islam.

Dalam perkem­bangannya, dise­butlah Islamic tou-rism dan Islamic travel. Yang dise­but terakhir itu, membangun bisnis travel sesuai de­ngan syariah Islam, dan di sini tidak

ada purpose. Contoh, “dalam itinerary paket golf di Kinabalu yang kami buat, selalu dicantumkan jadwal shalat, tidak ada clubbing, dan itulah yang kita sebut Islamic travel,” kata dia.

Turis muslim ke Malaysia terutama datang dari Arab Saudi/Timteng, Iran, Brunei dan Indonesia. Dari Indonesia (sekitar 2,1 juta wisa­tawan) berada pada peringkat kedua terbanyak setelah Arab Saudi. Turis dari Arab Saudi rata­

rata menginap 9 hari, Brunei antara 6–7 hari, dari Iran hampir sama dengan Arab.

Shaari mengajukan pengamatannya, bahwa alasan wisatawan muslim memilih Indonesia, dari pengalaman pendataan yang mereka laku­kan, pertama adalah mayoritas masyarakat­nya memeluk Islam. Jelas tersedia makanan halal. Banyak fasilitas yang mempermudah wisatawan muslim di Indonesia seperti banyak hotel yang memberitahukan arah kiblat, jadwal

dan alat sholat dan Alquran dise­diakan, makanan buffet umumnya halal, serta pemandu yang bisa berbahasa Arab.

“Pengalaman saya,” katanya, di negara­ negara Arab tidak semua­nya bisa memberikan fasilitas se­perti itu. Rata­rata tujuan turis muslim, terutama dari Arab, da­tang ke Indonesia adalah untuk sight seeing. Tentu dimaklumi mengingat banyak tempat untuk maksud itu tersedia di Indonesia.

Yang mendorong mereka datang, seperti dikata­kan tadi, adalah karena mayoritas penduduknya muslim, dan, ramah.

Di Malaysia sendiri, pada tahun 2013 ini akan diterapkan perbaikan sistem visa yang akan semakin mempermudah wisatawan muslim berkunjung. Bersamaan itu, memperbanyak restoran halal juga akan sangat membantu me­narik wisatawan muslim mancanegara.

Sebelum krisis (9/11), Malaysia telah melan­carkan promosi melalui seminar­seminar, dan sebagainya, di negara­negara Timteng agar mereka mau datang ke Malaysia. Brunei dan Indonesia memiliki potensi wisata Islam yang sangat kuat, katanya lagi.

“Kita juga punya program yang bekerja sa­ma dengan Brunei dan, insya allah ke depannya dengan pemerintah Indonesia, akan bekerja sama juga dalam memajukan wisata Islami,” berkata Abdul Rahman Shaari. Dia ketika itu berbicara di hadapan seminar Pengembangan Wisata Syariah Indonesia di Surabaya, Desem­ber 2012. n

Soft LaunchingPengembangan Wisata Syariah Indonesia

Wamen Parekraf Sapta Nirwandar (ketiga dari kiri, belakang) memimpin peluncuran soft launching Pengembangan Wisata Syariah Indonesia, di Sura­baya pada 20 Desember 2012. Tiga pejabat mendampingi Wamen saat hari peluncuran itu sekaligus dengan satu seminar, Direktur Konvensi, Insentif,

Even dan Wisata Minat Khusus, Rizki Handayani, Dirjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty dan Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri Nia Niscaya (kiri ke kanan, baris kedua). Grand launching akan diselenggarakan pada pertengahan tahun 2013 ini. n

Papan petunjuk yang jelas dan strategis letaknya di terminal penumpang bandara Soekarno-Hatta.

H.A. Rahman Shaari

Page 31: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

31Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Promosi Luar Negeri

PenetrasiPasar JepangPendekatan Budaya

Betapapun kemakmuran ekonomi dan gaya hidup masyarakat Jepang itu relatif paling modern di Timur, ‘bu­daya’ warisan beratus tahun tetap

saja kental tertanam sebagai suatu living culture. Termasuk dalam keramahan dan respek pada tetamu. Maka pendekatan melalui aspek budaya akan lebih mengena dan membawa hasil yang lebih ‘lekas’ ketimbang cara lain.

Ketika untuk pertama kali, salah satu Pemda di negeri itu, provinsi Akita, memberikan kesempa­tan pada Negara asing ikut serta di sebuah Festi-val Kamakura 2013, Indonesia mengambilnya. Di bawa ke sana musisi Sasando. Provinsi Akita seki­tar empat jam naik kereta api dari Tokyo.

Benar saja. Pada hari pertama hingga hari ter­akhir Festival, stan Indonesia ramai dikunjungi. Di mana warga Jepang menikmati musik tradisional nan unik Sasando. Musisi kita menyajikan lagu­lagu Jepang dan Indonesia. Delegasi Indonesia pun mengunjungi Akita International University (AIU) di kota Yokote. Justru Mr Ryoichi Hamamoto, Center for East Asia Research Professor and Deputy Director AIU memberikan penjelasan tentang musik Sasando kepada para mahasiswa dan dosen­dosen.

Yokote Kamakura Snow Festival sendiri merupakan festival salju terbe­sar di negeri Sumo ini. Di situ dipamer­kan stan­stan yang memperlihatkan rumah salju tradisional Jepang (kama­

kura). Sudah empat abad tradisi Festival ini dilak­sanakan. Kali ini berlangsung pada 14–16 Februari 2013, di kota Yokote, jumlah pengunjungnya seki­tar 220.000 orang. Tentu saja menjadi potensial bagi promosi pariwisata di musim salju.

Sungguh, Pihak Pemerintah Kota itu menun­jukkan benar perhatian dan sambutan atas par­tisipasi Indonesia. Mr Hideyaki Kagaya (Kepala Seksi Pariwisata Pemkot Yokote), dan Mr Tsuyoshi Komatsuda (Seksi Pariwisata Pemkot Yokote) se­lama kegiatan berlangsung, terus saja mendam­pingi delegasi dan ikut membantu pengerjaan stan rumah Salju Indonesia. Dari kejauhan pe­nampang luar rumah salju ini sudah bisa terlihat lambang Wonderful Indonesia.

Delegasi Indonesia yang dipimpin Faried Moertolo, Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kemenparekraf, dijamu makan siang oleh Wali Kota Yokote, Mr Chuetsu Igarashi. Bersama sang Walikota hadir pimpinan Yokote City Tourist

Association, dan ada juga pengusaha setempat. Kemudian, diundang oleh pimpinan Hokuto Bank, Mr Akira Sasaki bersama putera Indonesia yang bekerja di Bank itu sekaligus pelatih Badminton Tim Jepang, Nunung Subandoro.

Pihak Bank, selain merasa amat terkesan de­ngan keikutsertaan Indonesia di festival Kama­kura yang amat tipikal Jepang itu, akhirnya me­nyatakan: Mereka akan berkunjung ke Indonesia pada bulan Mei 2013.

Ketika Wali Kota Yokote mengunjungi rumah salju Indonesia, selain diliput, juga Ketua delegasi Indonesia dapat wawancara khusus dengan radio lokal FM. Pendekatan dengan masuk ke kegiatan tra di sional mereka, diharapkan berdampak menda­lam. Lagi pula kota di Akita merupakan secondary cities yang belakangan ini perlu didekati sebagai pasar wisman, di luar kota­kota metropolitan yang telah lazim dan cukup lama digarap seperti Tokyo, Osaka, Nagoya. Promosi pada tipe consumers fair seperti itu, di masyarakat secondary cities, biasanya menghasilkan lagi promosi ‘dari mulut ke mulut’.

Gubernur provinsi Akita, Mr Norihisa Satake, mengundang dan bertemu dengan delegasi Indonesia. Ketua delegasi pun berpromosi me­nyampaikan bahwa perlu ditingkatkan kerja sama dalam bidang pariwisata dan bidang lainnya antara dua pihak. Gubernur menyambut positif

dan, menyatakan pula, “berencana akan berkunjung ke Indonesia untuk melanjutkan pendalaman membahas mengenai bidang ekonomi, investasi, budaya dan pariwisata.”

Begitulah, pada hari terakhir di Jepang, dele gasi Indonesia mengambil lagi kesempatan menampilkan musik Sasando di restoran bernama Miyarabi Restoran di kawasan Ikebukuro, kota Tokyo. Para pengunjung restoran tam­pak antusias menikmati. n

Faried Moertolo (tengah) menyerahkan cenderamata Sasando mini kepada Chuetsu Igarashi, Walikota Yokote (kanan).

Stan Kamakura (rumah salju) Indonesia di Festival Kamakura 2013.

Mahasiswa Akita International University menyaksikan sasandois Zakarias Ndao di kampus AIU­Akita.

Page 32: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

32 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Aksesibilitas

Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar hingga sekarang baru dihubungkan de ngan luar negeri hanya ke Singapura dan Kuala Lumpur. Padahal kapasitasnya cukup untuk

menambah lagi pesawat­pesawat mendarat membawa penumpang dari luar negeri. Dan PT Angkasa Pura, pen­gelolanya, tengah memasang ancang­ancang langkah merealisasi konsep airport city sebagai salah satu bentuk pengembangan layanan.

Tapi, menurut General Manager­nya, Rachman Syafrie, diperlukan dukungan dari pemerintah dae­rah, bukan hanya untuk cita­cita airport city itu, justru hal mendasar, yakni agar pemda segera menetapkan kawasan­kawasan untuk membangun fasilitas yang bermanfaat bagi wisatawan mancanegara.

Selama ini pihaknya kesulitan menambah fre­kuensi penerbangan luar negeri, kesulitan meyakin kan pasar internasional, alasannya karena daya tarik Sulsel khususnya bagi wisatawan mancanegara belum sebaik negara lainnya di Kawasan Asia Tenggara, terutama untuk tujuan bisnis dan pariwisata. Kondisi seperti itu

agaknya dirasakan juga di beberapa bandara interna­sional di provinsi lain.

Sementara itu, di dunia global, bisnis penerbangan umumnya menghadapi dinamika pertumbuhan yang dialektis. Di Indonesia, perkembangannya di dominasi oleh pertumbuhan jumlah armada dan penumpang domestik yang signifikan. Konsekuensinya membutuh­kan infrastruktur kebandaraan dan sumber daya ma­nusia yang harus juga mengimba ngi. Dalam kaitannya dengan pariwisata khususnya inbound tourism, baik dilihat beberapa aspek yang dihadapi di dunia global.

Contoh 2 Maskapai MenengahDiberitakan, dua maskapai penerbangan mene­

ngah ASEAN, Bangkok Airways dan Royal Brunei Airlines (RBA), menyusun kembali dan merestrukturisasi struk­tur keuangan dan operasional dalam persiapan me­nyambut era langit terbuka di bawah ASEAN Economic Community (AEC) 2015.

Bangkok Airways, ingin memposisikan diri sebagai ‘maskapai butik’ Asia pertama, sedang mempersiapkan

diri masuk bursa saham pada semester pertama tahun 2013 ini. Sedangkan RBA, merestrukturisasi usahanya, seraya melakukan kampanye rebranding maskapainya sebagai ‘kecil tapi bergaya’, mirip de ngan operasional maskapai butik.

“Kompetisi akan memukul setiap penerbangan, set­iap hari, setiap waktu,” begitulah digambarkan oleh Mr Dermot Mannion, Wakil Ketua Royal Brunei Airlines (RBA), pada forum Aviation Outlook Asia Summit ketika berlangsung ITB Asia 2012 di Singa­pura, Oktober lalu.

Presiden Bangkok Airways, Mr Puttipong Pras-arttong-Osoth, mengatakan para pemegang saham perusahaannya berpandangan bahwa transformasi menjadi entitas publik diperlukan agar meningkatkan modal dasar dalam rangka mempersiapkan prospek pertumbuhan jangka pendek dan jangka menengah.

Menurut Puttipong, Bangkok Airways bersiap untuk AEC 2015, akan membangun model bisnisnya sebagai maskapai pengumpan regional untuk jutaan turis yang datang ke Bangkok dari luar negeri. Pelang­gan Bangkok Airways 90% terbang ke Bangkok melalui operator internasional yang kemudian ditransfer diter­bangkan ke poin selanjutnya. Bisnis ini diproyeksikan akan terus tumbuh berkembang dengan berlakunya AEC di tahun 2015.

Dengan proyeksi perkiraan industri lalu lintas pen­erbangan di kawasan Asia Tenggara menjadi 629 mil­iar kilometer penumpang dalam 20 tahun, Bangkok Airways akan meningkatkan frekuensi pada rute yang ada, memperluas jaringan untuk tujuan baru dan tum­buh peluang codeshare menggunakan Thailand seba­gai hub ke negara­negara AEC.

Maskapainya akan meluncurkan penerbangan harian dari Bangkok ke Vientiane, ibukota Laos, me­nambah penerbangan harian ke Luang Prabang yang sudah ada saat ini. Juga akan meningkatkan frekuensi ke Yangon, Phuket dan Krabi. Tujuan kese luruhannya adalah untuk menjadi maskapai penerbangan regional terbaik di dunia dalam waktu lima tahun dalam pering­kat Skytrax.

Kaitan PariwisataTeringat kembali pada pandangan dan posisi yang

diambil oleh Singapore Airlines. Maskapai besar ini tampak amat hati­hati dan pimpinan tertinggi nya me­nyatakan bahwa penerbangan dunia kini ‘lebih bergo­lak dan bergerak lebih cepat’.

Mr Mak Swee Wah, Executive Vice President (Com-mercial), Singapore Airlines, menjelaskannya dalam sebuah sesi pada Masa Depan Pariwisata di Asia yang diselenggarakan oleh National Association of Travel Agents of Singapore (Natas) di ITB Asia. Saat itu hadirin penuh sesak oleh hampir 400 agen perjalanan.

Berbicara terutama dari perspektif penerbangan, ia mengatakan, Asia terus tumbuh dan begitu pula indus­tri pariwisata dan perjalanan, UNWTO memperkirakan ada satu miliar wisatawan internasional tahun 2012. Masalah utama bagi industri penerbang an adalah volatilitas berkelanjutan dalam biaya bahan bakar yang dulunya US $ 30 tapi sekarang sudah hampir mencapai US $ 100.

Dilihat dari kesiapan infrastruktur bandara, beberapa bandara internasional di bawah ini agaknya kini mende­sak memperoleh tambahan penerbangan langsung, setidaknya dari beberapa kota besar di ASEAN, di sam­ping Asia dekat lainnya termasuk India, China, dan Australia. Untuk yang diindikasikan di bawah ini, tahap sekarang Low Cost Carrier berpeluang berperan untuk membuka, selain Kuala Lumpur dan Singapura.

Kompetisi MemukulSetiap Penerbangan, Setiap Hari, Setiap WaktulMembawa Pesan bagi TA/Tour Operator dan Pemda lDan titik pandang tertuju ke tahun 2015

Page 33: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

33Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Aksesibilitas

Menguraikan perubahan di sektor penerbangan, Mr Mak mengatakan bahwa maskapai penerbang an dan suasana regulasi sedang cenderung bergerak ke arah liberalisasi. Meskipun itu prosesnya akan lambat, kecenderungan umumnya tampak jelas. Singa pore Airlines percaya itu merupakan hal yang baik meskipun akan berarti kapasitas penerbangan akan lebih besar, semakin banyak pemain dan sema kin tinggi kompetisi.

Hubungan industri penerbangan ASEAN dengan Masyarakat Ekonomi Eropa juga akan menciptakan leb­ih banyak kesempatan, terutama penerbangan antara kota­kota besar.

Sementara itu, RBA bekerja sama dengan Pariwisata Brunei untuk membawa lebih banyak pengun jung masuk dengan fokus pada pasar regional dan pariwisata Islami. Potensi besar Cina juga dikenali dengan baik. Road-show telah dilakukan di Shanghai dan Hong Kong serta di Mel­bourne dan di Jakarta. Juga melirik pasar wisata religi dari Timur Tengah.

Kita ke 2015Dalam bahasa dan sudut pandang

seorang direktur operasi penerbangan, Direktur Operasi Garuda Indonesia, Kapten Novijanto Herupratomo meng gunakan ukuran target terbang per hari 1.200 kali pada 2015 atau melonjak 211% dari posisi saat ini yang masih 385 kali terbang per hari.

Diberitakan, “Melalui program quantum leap 2015, Garuda menargetkan mampu mengoperasikan 194 pesawat dan terbang hingga 1.200 kali per hari,” kata Novijanto. Jumlah penerbangan per hari di tahun 2012 juga me­ningkat dari posisi 2010, yakni dari 180 kali per hari atau meningkat 256%.

Di kalangan ASEAN, sebenarnya, maskapai Indone­sia juga diperhitungkan menjadi pesaing berat. Pihak RBA menyatakan menghadapi persaingan regional yang meningkat dari maskapai penerbangan konven­sional dan operator murah, seperti maskapai pener­bangan murah Indonesia Lion Air yang telah memesan 200 pesawat untuk periode lebih dari empat tahun dan dapat diharapkan ‘bisa memenuhi segalanya’ dalam strategi ekspansinya.

Fenomena LCC AirAsia masih menjadi perban dingan yang cukup strategis diperhatikan. Maskapai ini telah meletakkan ‘pusat syaraf’­nya dengan me milih Jakarta sebagai kantor pusat regional sejak akhir 2012. Dan, akan masuk bursa saham di Jakarta tahun 2013 ini.

Tony Fernandes, CEO AirAsia Group, diberitakan menyatakan harapannya akan bisnis besar dari ASEAN. Dan diakuinya potensi pasar subur di dalam negeri Indonesia sendiri tentu akan digarap oleh banyak op­erator. Dia bilang: “no single domestic market in ASEAN, not even Indonesia, can match the potential of a regional market of 600 million people and a combined East Asian market of two billion.”

Ya, AirAsia meneteskan air liur melihat pasar ASEAN dengan jumlah penduduk 600 juta, dan Asia Timur

yang berpenduduk dua miliar. Kita lihat di Indonesia sendiri, boleh dikatakan, pasar wisata wisnus akan memberikan pertumbuhan yang akan bisa mengim­bangi penambahan­penambahan jumlah armada penerbangan nasional, dan frekuensi serta rute baru penerbangan di dalam negeri.

Lalu terungkap, betapa tenaga profesional bagi kebutuhan operator penerbangan Indonesia dewasa ini semakin mendesak. Yang pasti dibutuhkan te naga pilot (cockpit crew), pelayanan di kabin (cabin crew), staf pelayanan di darat, dan seterusnya, yang jauh lebih banyak.

Di tengah perkembangan bisnis penerbangan di dunia yang dialektik sekarang, Indonesia sebaiknya jangan ketinggalan memperhatikan serius ‘peluang’ (selain tantangan) dari AEC atau Masyarakat Eko nomi ASEAN.

Pertanyaan yang tersisa saat ini adalah bagai mana operator nasional menggerakkan kemampuan pada rute­rute di kawasan ASEAN, dan Asia dekat lainnya, seperti ke India, Cina, Australia.

Memang, yang sudah tercatat hingga sekarang bahwa setidaknya dua airlines nasional tahun 2013 akan membuka kembali penerbangan ke Darwin, kota bagian utara benua kanguru. Garuda sendiri telah menerbangi Australia dengan 35 kali pener bangan setiap minggu.

Lion Air satu fenomena juga di Indonesia, yang diberitakan telah menunda pembukaan operasi maskapai penerbangan ‘butik’­nya, tetapi memfokus­kan sementara ini pada pengembangan operasional perusahaan joint venture­nya yang berbasis di Kuala Lumpur. Jadi, ‘pusat syaraf’ maskapai ini ber ada di Kua­la Lumpur untuk meliput kawasan ASEAN, sementara pusat syarafnya di Jakarta meng­cover operasi pener­bangan dalam negeri, dan luar negeri lainnya.

Kerja sama code-share Garuda Indonesia dan Etihad Airways sesungguhnyalah membuka peluang demikian besar bagi industri pariwisata Indonesia. Dari sudut terbukanya pasar, contohnya, SIA di sam ping telah me­nambahkan layanan harian keempat ke Inggris, juga memperluas rute ke Australia, Cina dan India, bersamaan

anak perusahaan penerbangan murahnya, memperluas rute ke Australia dan Cina.

Terlalu sayang jika industri pariwisata tak meng efektifkan pemanfaatan jaringan rute kerja sama Garuda dan Etihad Air-ways. Berkat kerja sama code-share mereka, Garuda membuka layanan ke kota­kota London, Paris, Manchester, Moscow, Athens, dan Muscat. Garuda pun memin dahkan hub airport dari Dubai ke Abu Dhabi. Dirut Garuda, Emirsyah Satar meng umumkan, dengan demikian maskapainya kini bisa langsung melayani penumpang dari dan ke­50 kota di Eropa, Amerika Utara, Timur Te ngah dan Afrika.

Maka sebaliknya, penumpang (baca: wisatawan) Etihad kini bisa terbang de­ngan Garuda Indonesia ke destinasi­desti­nasi di Kepulauan Indonesia, dan ke Asia,

Australia hingga Jepang. Lebih khusus lagi, untuk rute Kuala Lumpur–Jakarta, Abu Dhabi–Jakarta, dan lan­jut koneksi langsung ke Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Balikpapan.

Ingat kembali pada forum di Singapura tadi, ke­tika 400 praktisi dari biro perjalanan dan ope rator tur, hadir mengikuti? Kata­kata penutupnya bagi para ‘pe­main pariwisata’ itu, begini: Mereka harus mengikuti strategi yang sama—fokus pada faktor­faktor makro, mengambil pandangan jangka panjang, mengambil keuntungan dari pasar negara­negara berkembang dan ceruk pasar baru, menge lola tantangan dengan membuat personalisasi dan kustomisasi produk dan jasa, dan meningkatkan pelatihan dan pendidikan un­tuk menjamin pemberian layanan.

Itu mengandung pesan­pesan bagi usahawan kita, yang hendak meluaskan pasar dan menambah produk, bagi yang sudah beroperasi, dan yang hendak masuk ke bisnis inbound operator. Baik ditambahkan, pema­saran ke dunia kini kian efisien alias relatif tak mahal, dengan memanfaatkan peran internet, website, dan media sosial.

Ah, sungguh terlalu sayang jika para pemda ber­sama pengelola bandara di daerah, tidak jeli mem­perhatikan ‘fenomena’ ini. Yaitu, “perjuangan dalam persaingan yang sedang dikelola oleh para operator penerbangan.” n

Di Australia, Bali dan Lombok sudah disatu-kan dalam penjualan paket produk wisata :

Ini iklan satu konsorsium agen di Singapura :

Page 34: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

34 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Indikator

Jumlah Penumpang Berangkat Angkutan Udara Domestik

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk Utama, dan lain-lain

Jumlah Penumpang Berangkat Angkutan Udara Internasional

Sumber : BPS

Sumber : BPS

Sumber : BPS

Page 35: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

35Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Indikator

Jumlah Penumpang Berangkat Angkutan Kereta Api

Profil Wisman 2011 dan 2012

* Sumber : Survei PES 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Sumber : BPS

Jumlah PenumpangBerangkat Dalam Negeri

Transportasi NasionalJanuari–Desember 2012

(Dalam Ribuan Orang)

ANGKUTAN JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT NOV DES TOTAL

KERETA API 16,283 15,490 17,090 16,746 17,771 18,764 18,309 17,056 16,368 17,127 15,773 16,104 202,881JAWA 15,801 15,126 16,701 16,376 17,401 18,389 17,956 16,675 16,063 16,828 15,436 15,745 198,497* JABODETABEK 9,779 9,840 11,285 11,271 11,872 12,034 12,391 11,471 11,556 11,501 10,650 10,438 134,088* NON JABODETABEK 6,022 5,286 5,416 5,105 5,529 6,355 5,565 5,204 4,507 5,327 4,786 5,307 64,409SUMATERA 482 364 389 370 370 375 353 381 305 299 337 359 4,384UDARA 4,387.1 4,001.0 4,426.4 4,331.9 4,526.5 4,624.7 4,716.8 4,440.6 4,768.5 4,727.9 4,715.8 4,876.7 54,544SOEKARNO HATTA­JAKARTA 1,561.7 1,451.7 1,645.1 1,582.9 1,668.8 1,685.2 1,671.1 1,573.9 1,680.6 1,686.8 1,720.0 1,822.1 19,750JUANDA­SURABAYA 530.7 494.8 544.2 522.5 542.4 528.6 602.6 529.0 651.7 586.7 607.9 608.3 6,749NGURAH RAI­BALI 309.6 245.9 265.3 289.0 300.2 316.2 344.6 334.3 322.2 342.5 338.8 351.1 3,760POLONIA­MEDAN 278.8 236.4 253.3 250.9 258.2 267.8 268.2 267.6 284.7 284.8 282.9 272.7 3,206HASANUDDIN­MAKASSAR 258.9 231.5 248.9 248.0 249.4 268.9 266.7 258.7 262.7 251.2 231.0 190.0 2,966LAINNYA 1,447.4 1,340.7 1,469.6 1,438.6 1,507.5 1,558.0 1,563.6 1,477.1 1,566.6 1,575.9 1,535.2 1,632.5 18,113LAUT 559.6 524.4 550.0 557.8 566.6 575.4 606.0 639.7 589.9 562.7 566.3 599.8 6,898TANJUNG PERAK­SURABAYA 36.8 28.6 24.7 28.6 27.1 21.3 27.3 47.1 97.9 31.7 37.8 23.4 432SUKARNO HATTA­MAKASSAR 38.8 41.3 32.3 31.3 29.3 32.0 45.4 66.6 70.1 61.2 37.4 49.4 535TANJUNG PRIOK­JAKARTA 12.8 9.1 10.1 9.9 9.3 14.5 18.8 25.1 25.9 14.4 13.8 19.3 183BELAWAN­MEDAN 14.6 4.8 3.9 3.3 5.5 7.8 9.8 10.9 8.3 3.1 1.0 8.1 81BALIKPAPAN 14.5 11.7 11.8 12.7 11.9 19.1 15.3 16.4 13.9 18.8 15.7 20.5 182LAINNYA 442.1 428.9 467.2 472.0 483.5 480.7 489.4 473.6 373.8 433.5 460.6 479.1 5,484

JUMLAH 21,229.7 20,015.4 22,066.4 21,635.7 22,864.1 23,964.1 23,631.8 22,136.3 21,726.4 22,417.6 21,055.1 21,580.5 264,323

Page 36: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 38

36 Vol. 4 l No. 38 l Februari 2013

Even tahun 2013 ini membuka peluang para pelaku bisnis pariwisata sebagai peserta, bahkan sebagai sponsor atau pendukung.

Bersiaplah sedari sekarang.

Promosi Fasilitasi Penjualan :

1. Direct Promotion di Medan, Bandung, Jakarta,Bali, Surabaya, Batam, Makassar 2. Pesona Borneo ke-2 Banjarmasin 3. Kemilau Sumatera ke-8 Bengkulu 4. Kemilau Sulawesi ke-8 Manado 5. Toraja Expo Jakarta 6. Mutumanikam Nusantara Indonesia Jakarta 7. Pasar Wisata Indonesia (TIME) ke-19 Padang

Even Pariwisata dan Olahraga :

1. Tour de Singkarak ke-5 Sumatera Barat 2. Musi Triboatton ke-2 Sungai Musi-Sumatera Selatan 3. Lomba Sumpit International ke-3 Kalimantan Timur

Informasi :Telp. 021­3838220 u Fax. 021­3208612 u Website: www.indonesia.travel u Email: [email protected]

Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri u Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI u Jalan Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta

Festival BudayaLembah Baliem

FESTIVAL DANAU SENTANI

2 – 9 Juni 2013