Top Banner
PRAKTIK YANG BAIK MAROS – Sebanyak 104 pendidik dari Mojokerto, Blitar, Pamekasan, Situbondo, Madiun, dan Sidoarjo melakukan kunjungan belajar (study visit) ke Sulsel. Mereka terdiri atas guru, kepala sekolah, pengawas, serta staf dinas pendidikan dan Kemenag. Mereka berkunjung ke beberapa sekolah di Sidrap, Parepare, Pinrang, dan Maros. Di Sidrap mereka berkunjung ke SMPN 1 Tellu LimpoeE, di Pinrang ke SD 166 Mattiro Bulu, serta di Parepare ke SMPN 12 dan SDN 3, 12, dan 38. Di Maros, mereka berkunjung ke SMPN 4 Bantimurung dan MTs DDI Alliritengae serta SDN 39 Kassi dan MIN Maros Baru. Kegiatan ini dilakukan pada 20-21 Oktober 2014. Di SMP I Tellu LimpoE Sidrap, dan SMP 12 Parepare, para pendidik yang mengamati proses pembelajaran mengagumi moving class yang telah dipraktikkan di sekolah tersebut. Ruang kelas dibagi berdasar mata pelajarannya. Setiap pindah mata pelajaran, anak-anak pindah ke kelas tempat mata pelajaran itu diajarkan dan bukan menetap di kelas menanti guru pelajaran masuk. “Saya melihat, dengan cara ini, kelas lebih mudah pembinaan dan pengawasannya. Guru mata pelajaran menjadi merasa lebih bertanggung jawab mengurus ruangan. Karya siswa juga menjadi lebih mudah diatur dan lebih mudah menata pajangannya,” kata Pak Supriyanto dari MTs Jambewangi, Blitar, mewakili teman-temannya. “Saya akan mencoba mempraktikkan moving class (siswa berpindah sesuai mata pelajaran) seperti ini di sekolah kami,” lanjutnya. Bahkan, Nurkholis, spesialis pengembangan LPTK USAID PRIORITAS dari Jatim, menyatakan bahwa model moving class belum dia temukan di Jawa Timur sehingga praktik di Sulawesi sangat menginspirasi untuk diterapkan di sana. Di SD 166 Mattiro, Bulu, sekolah yang meraih juara tingkat provinsi dalam manajemen sekolah beberapa bulan lalu, para peserta mempelajari dan kagum dengan partisipasi dan kepedulian masyarakat yang begitu tinggi dengan sekolah, sehingga sekolah memiliki banyak sarana-prasarana bantuan dari masyarakat. “Terdapat paguyuban wali siswa kelas yang membantu dalam proses- proses pembelajaran tiap kelas dan komite yang bersemangat membantu pencarian dana infrastruktur. Kecintaan masyarakat terhadap sekolah luar biasa. Hal ini patut kami terapkan di sekolah kami bagaimana membuat masyarakat bisa mencintai sekolah seperti ini,“ kata Ibu Sariat dari SDN 39 Sannong, Pamekasan, Madura. Bapak Ashar Salam, kepala bidang kurikulum Dinas Pendidikan Maros, mewakili dinas pendidikan menyatakan bahwa Pemkab Maros menyediakan dana Rp 500 juta untuk mereplikasi program USAID PRIORITAS ke sekolah-sekolah di Maros yang belum mendapat program tersebut. “Sebab, kami melihat perkembangan yang baik setelah melihat sekolah-sekolah yang dibina USAID PRIORITAS,” ujarnya. USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan dan Siswa WARTA PRIORITAS Media Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan EDISI 08/ SEPTEMBER - NOVEMBER 2014 104 Pendidik Jatim Kunjung Belajar ke Sulsel WARTA PRIORITAS WARTA PRIORITAS WARTA PRIORITAS Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator) Editor Mustajib (Communication Specialist) Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangan (TTO Primary), Fadiah Machmud (WSD), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist), Andi Irma, Bahar, Hamka, Azmi, Erni, Sira, dan Wiyah (DCs) ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi Selatan Telp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected] 2 4 8 1)Peserta mengamati dan mendokumentasikan proses pembelajaran aktif di setiap sekolah yang dikunjungi. 2) Para peserta berdiskusi dengan Kepala Sekolah SMPN 1 Tellu LimpoE Sidrap mengenai beberapa aspek sekolah, seperti bagaimana transparasi sekolah dan strategi penerapan moving class di sekolah tersebut. Dari hal. 6 sekabupaten Bantaeng pada tahun 2012), duta baca cilik (sekabupaten Bantaeng pada tahun 2013), dan lain-lain. Siswa- siswa yang ia bimbing adalah siswa-siswa yang berada di kelas III sampai kelas VI. Bimbingan biasa dilakukan setelah jam belajar, bahkan kadang di rumah bu Nunuk sendiri. Ibu Nursri Lallo memiliki tip-tip sendiri untuk mengantar siswa-siswanya menjadi juara lomba-lomba teresebut. Untuk bisa menjuarai Festival & Lomba Seni Festival Seni Siswa Nasional, tip yang ia bagi adalah sebagai berikut; 1) Melihat terlebih dahulu kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh panitia lomba; 2) Membimbing anak yang potensial dan dipilih oleh masing - masing kelas menentukan tema cerita, umpamanya tentang kegiatan 17 Agustus; 3) Menggali dari anak-anak apa saja gambarannya tentang kegiatan tersebut; 4) Memberi masukan terhadap gambaran yang sudah dimiliki; 5) Menuangkan gambaran dalam gambar; 6) Memberi masukan terhadap gambar yang dibuat; 7) Siswa membuat ceritanya; 8) Membimbing siswa membuat cerita yang baik berdasarkan aturan-aturan bahasa Indonesia dan kaidah-kaidah bercerita, misalnya membuat paragrafnya bagaimana, kalimat intinya bagaimana; 9) Membentuk tim kecil terdiri dari dua guru yang mengerti seni dan sastra untuk menilai mana karya terbaik dari anak-anak yang dibimbing berdasarkan kriteria yang ditetapkan lomba, 10) Memilih yang terbaik dan dikirim ke lomba. Dengan tip diatas, bahkan pada awal tahun 2014 siswa- siswi SDN 5 Lembang Cina Bantaeng bimbingan Ibu Nunuk memenangkan juara 1 sampai 5 lomba bercerita tingkat kabupaten. Semua trofi utama diboyong ke sekolahnya. “Pembelajaran aktif PAKEM telah memudahkan kami mengidentifikasi siswa-siswa yang memiliki talenta-talenta tertentu. Potensi mereka terlihat baik pada waktu pembelajaran kelompok maupun presentasi. Selanjutnya kami tinggal memfasilitasi saja agar potensi tersebut semakin aktual,” ujarnya. Strategi Memenangkan Berbagai Lomba Siswa Model Ibu Nunuk Kemenag dan Dikpora Bantaeng Teken MoU Penataan Guru Dari hal. 7 (MGMP), musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS), dan musyawarah kerja kepala madrasah (MKKM). Kerjasama ini dianggap oleh Kemenag sangat menguntungkan. Menurut H. Baidawi, guru-guru di madrasah swasta yang diangkat oleh yayasan belum tentu memiliki kualitas yang baik. Masih banyak guru berlatar belakang pendidikan agama di MTs maupun MI, tetapi mereka mengajar mata pelajaran IPA, matematika, bahasa Indonesia, dan lain-lain. Dengan adanya bantuan guru mata pelajaran yang sudah PNS dan bersertifikasi, diharapkan madrasah-madrasah akan diajar oleh para guru yang profesional. “Kita bersyukur atas kerjasama ini, karena mereka yang akan mengajar di madrasah berasal dari guru mata pelajaran yang latar belakang pendidikannya sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan,” kata H. Baidawi. Penandatanganan MoU antara Kepala Kantor Kemenag dan Kepala Dinas Dikpora disaksikan langsung oleh Bupati Bantaeng (Foto: Humas Kab. Bantaeng) 1) Untuk orang tua siswa dan para pengasuh yang menunggu siswa disediakan warung buku. 2) Di sekolah ini juga dibangun tiga pohon baca. Anak-anak diwajibkan membaca di tempat tersebut seminggu sekali dan menjadi tempat anak-anak menghabiskan waktu ketika istirahat tiba. 3. Di setiap depan kelas, terdapat Dinding Baca. Anak-anak juga bisa menghabiskan waktunya di depan kelas. Buku-bukunya banyak yang berasal dari pinjaman orang tua yang dipinjamkan selama setahun. Seringkali buku- buku tersebut tidak perlu dikembalikan. 3 1 2 Berbagai Kreasi Peningkatan Minat Baca di SDN Kompleks IKIP 3 2 1
4

newsletter 8 sulsel(1) edit

Jan 15, 2017

Download

Documents

tranminh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: newsletter 8 sulsel(1) edit

PRAKTIK YANG BAIK

MAROS – Sebanyak 104 pendidik dari Mojokerto, Blitar, Pamekasan, Situbondo, Madiun, dan Sidoarjo melakukan kunjungan belajar (study visit) ke Sulsel.

Mereka terdiri atas guru, kepala sekolah, pengawas, serta staf dinas pendidikan dan Kemenag. Mereka berkunjung ke beberapa sekolah di Sidrap, Parepare, Pinrang, dan Maros. Di Sidrap mereka berkunjung ke SMPN 1 Tellu LimpoeE, di Pinrang ke SD 166 Mattiro Bulu, serta di Parepare ke SMPN 12 dan SDN 3, 12, dan 38. Di Maros, mereka berkunjung ke SMPN 4 Bantimurung dan MTs DDI Alliritengae serta SDN 39 Kassi dan MIN Maros Baru. Kegiatan ini dilakukan pada 20-21 Oktober 2014.

Di SMP I Tellu LimpoE Sidrap, dan SMP 12 Parepare, para pendidik yang mengamati proses pembelajaran mengagumi moving class yang telah dipraktikkan di sekolah tersebut. Ruang kelas dibagi berdasar mata pelajarannya. Setiap pindah mata pelajaran, anak-anak pindah ke kelas tempat mata pelajaran itu diajarkan dan bukan menetap di kelas menanti guru pelajaran masuk. “Saya melihat, dengan cara ini, kelas lebih mudah

pembinaan dan pengawasannya. Guru mata pelajaran menjadi merasa lebih bertanggung jawab mengurus ruangan. Karya siswa juga menjadi lebih mudah

diatur dan lebih m u d a h m e n a t a pajangannya,” kata Pak Supriyanto dari MTs Jambewangi, B l i t a r, m ew a k i l i t eman- temannya . “Saya akan mencoba m e m p r a k t i k k a n moving class (siswa berpindah sesuai mata pelajaran) seperti ini di sekolah kami,” lanjutnya. Bahkan, Nurkholis, spesialis pengembangan LPTK USAID PRIORITAS dari Jatim, menyatakan bahwa model moving class belum dia temukan di Jawa Timur sehingga praktik di Sulawesi sangat menginspirasi untuk diterapkan di sana.

Di SD 166 Mattiro, Bulu, sekolah yang meraih juara tingkat provinsi dalam manajemen sekolah beberapa bulan lalu, para peserta mempelajari dan kagum dengan partisipasi dan kepedulian

masyarakat yang begitu tinggi dengan sekolah, sehingga sekolah memiliki banyak s a r ana -pra sa rana ban tuan dar i masyarakat. “Terdapat paguyuban wali siswa kelas yang membantu dalam proses-proses pembelajaran tiap kelas dan komite yang bersemangat membantu pencarian dana infrastruktur. Kecintaan masyarakat terhadap sekolah luar biasa. Hal ini patut kami terapkan di sekolah kami bagaimana membuat masyarakat bisa mencintai sekolah seperti ini,“ kata Ibu Sariat dari SDN 39 Sannong, Pamekasan, Madura.

Bapak Ashar Salam, kepala bidang kurikulum Dinas Pendidikan Maros, mewakili dinas pendidikan menyatakan bahwa Pemkab Maros menyediakan dana Rp 500 juta untuk mereplikasi program USAID PRIORITAS ke sekolah-sekolah di

Maros yang belum mendapat program tersebut . “Sebab, kami mel ihat perkembangan yang baik setelah melihat sekolah-sekolah yang dibina USAID PRIORITAS,” ujarnya.

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa

WARTA PRIORITASMedia Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan

EDISI 08/ SEPTEMBER - NOVEMBER 2014

104 Pendidik Jatim Kunjung Belajar ke Sulsel

WARTA PRIORITASWARTA PRIORITASWARTA PRIORITAS

Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator)

Editor Mustajib (Communication Specialist)

Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangan (TTO Primary), Fadiah Machmud (WSD), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist), Andi Irma, Bahar, Hamka, Azmi, Erni, Sira, dan Wiyah (DCs)

ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi SelatanTelp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected]

24

8

1 ) P e s e r t a m e n g a m a t i d a n mendokumentasikan proses pembelajaran aktif di setiap sekolah yang dikunjungi. 2) Para peserta berdiskusi dengan Kepala Sekolah SMPN 1 Tellu LimpoE Sidrap mengenai beberapa aspek sekolah, seperti bagaimana transparasi sekolah dan strategi penerapan moving class di sekolah tersebut.

Dari hal. 6 sekabupaten Bantaeng pada tahun 2012), duta baca cilik

(sekabupaten Bantaeng pada tahun 2013), dan lain-lain. Siswa-siswa yang ia bimbing adalah siswa-siswa yang berada di kelas III sampai kelas VI. Bimbingan biasa dilakukan setelah jam belajar, bahkan kadang di rumah bu Nunuk sendiri.

Ibu Nursri Lallo memiliki tip-tip sendiri untuk mengantar siswa-siswanya menjadi juara lomba-lomba teresebut. Untuk bisa menjuarai Festival & Lomba Seni Festival Seni Siswa Nasional, tip yang ia bagi adalah sebagai berikut; 1) Melihat terlebih dahulu kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh panitia lomba; 2) Membimbing anak yang potensial dan dipilih oleh masing - masing kelas menentukan tema cerita, umpamanya tentang kegiatan 17 Agustus; 3) Menggali dari anak-anak apa saja gambarannya tentang kegiatan tersebut; 4) Memberi masukan terhadap gambaran yang sudah dimiliki; 5) Menuangkan gambaran dalam gambar; 6) Memberi masukan terhadap gambar

yang dibuat; 7) Siswa membuat ceritanya; 8) Membimbing siswa membuat cerita yang baik berdasarkan aturan-aturan bahasa Indonesia dan kaidah-kaidah bercerita, misalnya membuat paragrafnya bagaimana, kalimat intinya bagaimana; 9) Membentuk tim kecil terdiri dari dua guru yang mengerti seni dan sastra untuk menilai mana karya terbaik dari anak-anak yang dibimbing berdasarkan kriteria yang ditetapkan lomba, 10) Memilih yang terbaik dan dikirim ke lomba.

Dengan tip diatas, bahkan pada awal tahun 2014 siswa-siswi SDN 5 Lembang Cina Bantaeng bimbingan Ibu Nunuk memenangkan juara 1 sampai 5 lomba bercerita tingkat kabupaten. Semua trofi utama diboyong ke sekolahnya. “Pembelajaran aktif PAKEM telah memudahkan kami mengidentifikasi siswa-siswa yang memiliki talenta-talenta tertentu. Potensi mereka terlihat baik pada waktu pembelajaran kelompok maupun presentasi. Selanjutnya kami tinggal memfasilitasi saja agar potensi tersebut semakin aktual,” ujarnya.

Strategi Memenangkan Berbagai Lomba Siswa Model Ibu Nunuk

Kemenag dan Dikpora Bantaeng Teken MoU Penataan GuruDari hal. 7(MGMP), musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS), dan musyawarah kerja kepala madrasah (MKKM). Kerjasama ini dianggap oleh Kemenag sangat menguntungkan. Menurut H. Baidawi, guru-guru di madrasah swasta yang diangkat oleh yayasan belum tentu memiliki kualitas yang baik. Masih banyak guru berlatar belakang pendidikan agama di MTs maupun MI, tetapi mereka mengajar mata pelajaran IPA, matematika, bahasa Indonesia, dan lain-lain. Dengan adanya bantuan guru mata pelajaran yang sudah PNS dan bersertifikasi, diharapkan madrasah-madrasah akan diajar oleh para guru yang profesional. “Kita bersyukur atas kerjasama ini, karena mereka yang akan mengajar di madrasah berasal dari guru mata pelajaran yang latar belakang pendidikannya sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan,” kata H. Baidawi.

Penandatanganan MoU antara Kepala Kantor Kemenag dan Kepala Dinas Dikpora disaksikan langsung oleh Bupati Bantaeng

(Foto: Humas Kab. Bantaeng)

1) Untuk orang tua siswa dan para pengasuh yang menunggu siswa disediakan warung buku.

2) Di sekolah ini juga dibangun tiga pohon baca. Anak-anak diwajibkan membaca di tempat tersebut seminggu sekali dan menjadi tempat anak-anak menghabiskan waktu ketika istirahat tiba.

3. Di setiap depan kelas, terdapat Dinding Baca. Anak-anak juga bisa menghabiskan waktunya di depan kelas. Buku-bukunya banyak yang berasal dari pinjaman orang tua yang dipinjamkan selama setahun. Seringkali buku-buku tersebut tidak perlu dikembalikan.

3

1

2

Berbagai Kreasi Peningkatan Minat Baca di SDN Kompleks IKIP

3

2

11

Page 2: newsletter 8 sulsel(1) edit

BERITA BERITA

Empat Kabupaten Sulsel Bahas Bersama Penataan dan Pemerataan Guru

MAKASSAR --“Pelatihan dianggap barhasil jika pengalaman belajar yang diperoleh selama pelatihan tersebut diterapkan di sekolah.” Pernyataan ini mengemuka dalam kegiatan Meeting and Working with TTI Lab and Partner Schools South Sulawesi yang diselenggarakan pada 22 September 2014. Hal itu juga menjadi tekad para guru, kepala sekolah, komite, dan pengawas sekolah mitra UNM & UIN Alauddin.

Untuk merealisasikan tekad tersebut, para kepala SMP & MTs mitra UNM & UIN Alauddin Makassar menggagas pertemuan antara kepala sekolah, koordinator MGMP (IPA, matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan IPS) sekolah mitra, pengawas, dan fasilitator LPTK. Kegiatan ini dihelat pada 1 Oktober 2014, pukul 08.00 – 11.00 di MTsN Model Makassar. Hampir semua kepala Sekolah mitra hadir, dan juga coordinator MGMP, pengawas dinas dan kemenag dan lain lain. Beberapa hal menjadi topik diskusi dalam pertemuan ini.

Pembahasan yang serius terkait dengan pelaksanaan p e n d a m p i n g a n t a h a p pertama, kemajuan yang dicapai, permasalahan yang muncul, serta berbagai upaya yang dapat dan mungkin dilakukan sebagai perbaikan dan peningkatan kualitas pendampingan tahap kedua (anggaran 2014–2015).

Se jumlah keputusan disepakati dalam pertemuan ini. Di antaranya, kegiatan MGMP akan di lakukan dengan sistem lesson study, pelaksanaannya dua kali sebulan untuk masing-masing MGMP, ditetapkan hari MGMP yang berbeda untuk setiap mata pelajaran dan jadwal mengajar guru akan disesuaikan agar tidak berbenturan waktunya, serta akan dilakukan monitoring bersama antara

kepala sekolah, fasilitator LPTK, TTI koordinator, dan TTI DS untuk memastikan efektivitas pelaksanaan pendampingan tersebut dan memastikan dampaknya bagi profesionalisme guru, pengelolaan kelas, proses dan hasil belajar serta pajangan karya siswa (Nensilianti).

2

MAKASSAR -- Bersama dengan dua kabupaten dari Jawa Timur, yaitu Ngawi dan Lumajang, staf dinas pendidikan dan Kemenag dari empat kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, yaitu Bone, Takalar, Parepare, dan Toraja, membahas penataan dan pemerataan guru di daerah mereka di Makasar (16-19/10). Peserta yang berjumlah 35 orang itu berusaha memetakan distribusi guru secara rinci dan merumuskan isu-isu strategis tiap daerah. Mereka menganalisis sebaran guru kelas dan guru mapel, kecukupan guru kelas dan mapel, sebaran siswa, serta outflow-nya di jenjang SD maupun SMP. Setelah itu mereka merumuskan isu-isu atau masalah-masalah yang paling prioritas harus tertangani terkait dengan penataan dan persebaran guru.

Jamaruddin, Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS, mengatakan bahwa penataan dan pemerataan guru sangat diperlukan karena kualitas pendidikan tidak akan meningkat kalau rasio jumlah siswa dengan gurunya timpang. “Kalau suatu sekolah kekurangan guru, tentu saja kualitas pembelajaran jadi menurun. Siswa-siswi bisa jadi tidak mendapatkan pengajaran secara maksimal,” ujarnya. Menurut dia, jumlah guru di Indonesia berlebih. Sayangnya, persebarannya tidak

merata dan kualitas guru masih rendah.Narasumber lainnya, Supriyadi Torro,

direktur Cordial, mengatakan bahwa secara garis besar isu terbesar di Indones i a yang terka i t dengan pemerataan dan penataan guru ada lima. Rinciannya, rasio guru dengan siswa cenderung semakin merendah, sertifikasi berhasil mengangkat kesejahteraan guru t a p i b e l u m meningkatkan mutu pengajaran mereka, kelebihan guru, banyak guru yang mengajar tidak sesuai keahliannya, dan distribusi guru tidak merata.

Untuk menganalisis distribusi guru tiap daerah, para peserta d i a j a r i u n t u k menggunakan software k h u s u s s i m d i k d a s ( s i s t e m i n f o r m a s i pendidikan dasar). Data-data dapodikdas (data pokok pendidikan dasar) daerah dimasukkan di software tersebut dan diolah untuk mengetahui jumlah guru tiap daerah dibandingkan dengan jumlah siswa, jumlah sekolah, jumlah rombongan

kelas, dan lain-lain. Hasil analisis data kemudian b i sa d i j ad ikan untuk menentukan masalah-masalah strategis di daerah dan pengambilan keputusan kebijakan yang mesti dikeluarkan untuk mengatasi masalah tersebut. “Biasanya rekomendasi yang dikeluarkan adalah melakukan regrouping sekolah yang kecil yang berdekatan, multigrade (kelas

rangkap), mutasi guru atau penambahan guru, atau mengadakan guru mobile,” kata Ridwan Tikollah, penanggung jawab progam.

3

MAKASSAR - Lebih dari 14.550 buku dihibahkan oleh USAID PRIORITAS ke sekolah-sekolah di empat kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, yaitu Maros, Wajo, Bantaeng, dan Makassar. Buku bacaan dengan cover yang luks dan menarik ini terdiri atas berbagai jenis. Di antaranya, komik, novel anak-anak best s e l l e r, b u d ay a p o p u l e r, pengetahuan umum, dan lainnya. Bacaan ini disesuaikan dengan level pengetahuan anak-anak sekolah dasar dan sekolah menengah.

Bantuan dari rakyat Amerika ini dilakukan untuk mendukung program peningkatan minat baca (literasi) di daerah ini. Sebelumnya, USAID PRIORITAS pada 2014 pernah melakukan penelitian tentang kemampuan membaca siswa-siswi Sulawesi Selatan tingkat sekolah dasar yang hasilnya cukup rendah, terutama dalam memahami bacaan. “Dalam kelancaran membaca, kita seperti negara-negara maju. Namun, dalam memahami bacaan, kita tertinggal jauh, bahkan dari negara-negara ASEAN,” ujar Jamaruddin, koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan, setelah serah terima bantuan kepada kepala SD Mitra di salah satu hotel di Makassar. Penelitian USAID tahun 2014 terhadap kemampuan membaca anak kelas tiga SD di tujuh provinsi di Indonesia menunjukkan 80 persen sudah mengenal

huruf dengan baik. Sayangnya, kurang dari 4 persen (hanya 3,31 %) yang memahami isi bacaan. “Data ini menyentak kita semua. Pemerintah harus membuat langkah-langkah agar siswa mampu menggunakan nalar dan imajinasi dalam membaca sehingga memahami isi bacaan, tidak hanya mampu membaca saja,” ujarnya.

Menuru t d i a , a g a r mampu mengembangkan imajinasinya, anak-anak harus dikenalkan bacaan-bacaan jenis fiksi sejak dini, seperti kebanyakan jenis buku dihibahkan USAID kali ini. “Karya fiksi menjadi jalan pertama pintu gerbang kecintaan anak-anak untuk membaca. Kalau sudah tertarik membaca karya-karya fiksi semacam itu, mereka akan

menyukai bacaan lainnya. Membaca fiksi adalah pancingan pertama suka m e m b a c a s e r t a m e n g e m b a n g k a n kemampuan nalar dan imajinasinya,” ujarnya.

Dia menambahkan, seperti di negara-negara ma ju , seko lah harus menyediakan banyak buku-b u k u y a n g b i s a mengembangkan nalar dan imajinasi anak-anak. “Di negara-negara maju, kaum mudanya adalah kaum muda pembaca fiksi,” paparnya.

Selain bantuan buku, a g a r b u d a y a b a c a

terintegrasi di sekolah, USAID PRIORITAS terus mendorong agar sekolah-sekolah yang telah dijadikan mitra USAID menerapkan strategi-strategi gemar membaca. Di antara program yang dilakukan adalah mendorong sekolah menyediakan sudut baca di sekolah, mengadakan tambahan jam khusus untuk membaca, dan memberikan hadiah bagi anak yang suka membaca.

“Ini sejalan dengan perintah Alquran yang pertama turun ke Nabi, yaitu membaca. Jadi, budaya membaca adalah budaya agamis yang sangat urgen dikembangkan di Indonesia agar kita tidak ketinggalan dengan negara lain,” ujar Jamaruddin.

WAJO – Koordinator USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan menyatakan Indonesia harus mulai menciptakan produk-produk inovatif dari hasil pendidikan. “Kalau kita lihat dan jalan-jalan keluar, hampir semua produk adalah karya inovasi negara lain. Mobil-mobil berseliweran, semua produk negara lain. Mulai sekarang, kita mesti menciptakan generasi-generasi inovatif agar ke depan kita tidak semakin dihegemoni oleh produk negara lain,” ujarnya di sela-sela pelatihan manajemen sekolah untuk guru di Wajo (5/11).

Sambil mengutip survei PISA (Program for International Student Assessment) yang dilakukan terhadap 40 negara pada tahun 2012 oleh OECD dan Indonesia berada di urutan ke-38 dalam kualitas pendidikan di sains, matematika, dan literasi, Jamaruddin berharap para pendidik mengevaluasi metode pembelajaran dan mereformasinya. Reformasi itu terjadi kalau guru sendiri berusaha terus-menerus mengembangkan diri, menemukan sendiri pengetahuan dari apa-apa yang telah diserapnya, dan berusaha membuat inovasi-inovasi.

Dia juga mengungkapkan beberapa

sebab yang membuat mutu pendidikan di Indonesia rendah. Pertama, guru terlalu terikat buku paket. Mereka tidak berani dan kreatif mengambil berbagai buku sumber atau berani menantang dirinya sendiri untuk berinovasi. “Bahkan, kondisi ini ber imbas pada s i swanya . Jawaban siswa dianggap salah kalau tidak sama persis dengan buku paket. Padahal, pendidikan modern mensyaratkan siswa secara kreatif mengungkapkan berbagai jawaban dengan nalar dan alasan yang rasional,” ujarnya.

Kedua, guru masih menggunakan metode ceramah. “Metode ceramah mematikan kreativitas siswa. Siswa menjadi tidak memfungsikan nalar berpik irnya . Fungs i guru ada lah memfasilitasi dan mendorong siswa m e n g g u n a k a n n a l a r n y a d a n berkembangnya inovasi dan kreativitas siswa,” ujarnya.

Ketiga, pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa masih berupa pertanyaan tertutup. “Guru tidak terbiasa memberi

pertanyaan terbuka yang bisa mengasah daya nalar siswa,” ujarnya. Guru seharusnya bisa membuat para siswa mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan kreatif yang bisa mengarahkan pada inovasi-inovasi.

Untuk meningkatkan kual i tas pembelajaran, dia mengingatkan kepala sekolah dan komite memiliki peran yang besar. “Peningkatan kualitas guru terjadi kalau kepala sekolah berperan aktif dalam manajemen sekolah, menyupervisi, serta mendukung reformasi pembelajaran menjadi lebih rasional dan inovatif,” ujarnya.

Menciptakan Generasi Inovatif

Para peserta secara antusias difasilitasi oleh fasilitator belajar software simdikdas

Mewakili USAID PRIORITAS, Suddin Bani, STTA LPTK, menyerahkan hibah buku kepada salah satu kepala sekolah mitra USAID PRIORITAS.

Kepala Sekolah Mitra LPTK Kompak Sukseskan Pendampingan Guru

Meeting and working with TTI Lab and Partner Schools difasilitasi oleh TTI DS Nensilianti

Guru mesti sering bersama-sama mengevaluasi perkembangan sekolah mereka agar kualitas sekolah

semakin baik.

Hibah Ribuan Buku untuk Pelajar Sulsel

Page 3: newsletter 8 sulsel(1) edit

BONE - Banyak guru yang menciptakan inovasi-inovasi menarik untuk membuat pembelajaran aktif semakin berkualitas. Jika tidak ada fasilitas utama, mereka membuat sendiri fasilitas a l ternat i f dengan b iaya pembuatan yang lebih murah dan hasil yang tak kalah efektif. Salah satu guru inovatif tersebut adalah Pak Mulyadi, guru sekolah mitra USAID PRIORITAS SMPN 4 Barebbo, Bone.

Sekolah tersebut belum memiliki lab bahasa Inggris. Padahal, kalau menginginkan pembelajaran aktif berhasil, para siswa dituntut untuk b e n a r - b e n a r m a m p u mengomunikasikan bahasa Inggris dengan baik. Kalau pengucapan saja tidak baik, orang tidak akan mengerti maksud perkataannya. Siswa mampu mengucapkan dengan baik kalau mereka juga mampu mendengar contoh pengucapan bahasa Inggrisnya dengan jelas.

Sebagai jebolan sekolah teknik menengah, bahkan pernah magang dua tahun di salah satu perusahaan Jepang, Mulyadi yang kini mengajar bahasa Inggris berp i k i r men ingka tkan kua l i t a s pembelajaran kontekstualnya dengan

membuat lab bahasa Inggris sendiri. Lab bahasa tersebut harus murah, sederhana, dan mudah dibawa-bawa sehingga tidak perlu menyuruh siswa pindah ke sana-kemari, cukup alat itu sendiri yang dibawa ke kelas.

Berdasar pengamatannya terhadap prinsip-prinsip kerja laborotarium bahasa, dia merancang alatnya sendiri selama dua bulan. Akhirnya, ia berhasil menciptakan sebuah “lab bahasa jinjing” yang ia namai ganbatte, singkatan dari gabungan alat bahasa terpadu elektronik. “Ganbatte juga merupakan bahasa Jepang yang berarti semangat,” ujarnya. Alat tersebut sangat sederhana. Rangkaian utamanya terdiri atas speaker yang dikuatkan suaranya oleh

amplifier. Suara yang sudah dikuatkan tersebut kemudian disalurkan ke headset atau earphone. “Itulah prinsip kerja utamanya,” ujarnya.

S a a t d i g u n a k a n , g a n b a t t e disambungkan ke soket USB di laptop. Laptop juga disambungkan langsung ke LCD. Ketika video percakapan bahasa Inggris diputar dan dipancarkan ke layar, audionya bisa langsung didengar lewat earphone yang dipakai oleh setiap siswa kelas. Agar ganbatte tersebut bisa tersambung ke earphone, empat kabel dari ganbatte terjulur menuju bangku kelompok siswa. Di ujung kabel tersebut, terdapat mangkuk plastik kecil yang dimodifikasi jadi alat mencolok earphone.

Jumlah tempat c o l o k a n n y a sampai enam sehingga satu mangkuk kecil i n i b i s a menghubungkan earphone untuk satu kelompok s i s w a y a n g t e r d i r i a t a s enam anak.

Saat pelajaran bahasa Inggris dilangsungkan, sebuah video percakapan cara memberikan instruksi (instruction) ditampilkan di layar LCD. Setelah mendengar dan melihat percakapan itu, beberapa anak diminta Pak Mulyadi menirukan percakapan dan anak-anak lain mengoreksi cara pengucapannya dengan

mendengar lewat earphone. Setiap kelompok diwakili satu siswa, “Please open the window!”, siswa dari kelompok lain menjawab dengan memakai mikrofon,

“Yes I will open it, but wait!” dan yang lainnya m e n d e n g a r l e w a t e a r p h o n e s a m b i l mengoreksi kesalahan pengucapannya. Setelah itu, guru bertanya, “Ada y a n g s a l a h d a l am pengucapan tadi?” Para siswa mengoreksi dan m e n g u n g k a p k a n koreksiannya lewat mikrofon. Para siswa juga diminta oleh guru m e m b u a t s e n d i r i

percakapan kelompok yang dipraktikkan dan didengar oleh kelompok lain dengan memakai earphone.

“Alat ini membuat pelajaran bahasa Inggris semakin menyenangkan dan mudah dimengerti,” kata Yuliana, siswa kelas 8C SMP 4 Barebbo..

Selesai pembelajaran, alat tersebut dirapikan, kabelnya digulung, dan ujung

earphone-nya dilepas dari mangkuk kecil. S e m u a p e r a l a t a n tersebut dimasukkan di tas kecil, ringan untuk dibawa.

Biaya pembuatan alat tersebut kurang lebih Rp 500 ribu. “Padahal, kalau kita mendirikan lab bahasa, bisa habis puluhan juta, bahkan ratusan juta,” kata Kepala SMP 4 Barebbo, Kamise. Alat t e r s e b u t k i n i d iper lombakan d i tingkat nasional dan berharap dapat juara.

BERITA BERITA

Guru SMPN 4 Barebbo Bone Ciptakan Lab Bahasa Jinjing

4 5

2016 Seluruh Pendidik Tana Toraja Terlatih Modul USAID PRIORITAS

TANA TORAJA — Sebagai tindak lanjut kemitraan dengan USAID PRIORITAS yang ditandatangani pada akhir tahun 2013, Pemkab Tana Toraja menargetkan program diseminasi (penyebaran) pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS) akan mencapai seluruh pendidik SD/MI dan SMP/MTs di Tana Toraja pada 2016. Hal itu ditegaskan Kadis Pendidikan Tana Toraja Yohanis Titting. “Kami akan memakai dana anggaran daerah,” ujarnya.

Sampai akhir tahun 2104, target yang ingin dicapai adalah 600 pendidik. Sasaran replikasi untuk tahun 2014 ini adalah pendidik dari 28 sekolah di luar mitra USAID PRIORITAS, yakni 20 SD/MI dan 8 SMP/MTs.

Pelatihan kluster I & II dimulai sejak tanggal 27–29 Oktober 2014, yaitu modul p e m b e l a j a r a n PA K E M (pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan) yang diikuti 200 pendidik. Pada 30 Oktober–1 November 2014 dilanjutkan dengan pelatihan modul CTL (pengajaran dan pembelajaran kontekstual) untuk 200 guru SMP. Setelah pelatihan modul pembelajaran CTL dan PAKEM selesai, selanjutnya adalah pelatihan MBS yang diikuti 200 peserta.

Diseminasi pembelajaran daerah Tana Toraja kepada sekolah-sekolah yang bukan

mitra program USAID PRIORITAS ini merupakan respons yang sangat cepat dari Pemkab Tana Toraja. Pasalnya, mereka baru satu tahun menjadi mitra USAID PRIORITAS. “Kami ing in mode l

pembelajaran berkelas dunia cepat menyebar dan berkembang di Tana Toraja untuk mengejar kesetaraan dengan kabupaten lainnya,” ujar Kadis Pendidikan Tana Toraja Yohanis Titting. Penyebaran program USAID PRIORITAS kepada sekolah yang bukan target program merupakan pengejawantahan visi Tana Toraja menjadi pusat pendidikan yang

berkualitas.Keinginan untuk menyebarkan

program ke sekolah nonmitra USAID PRIORITAS didukung banyak pihak. Ketua Komite SDN Inpres Santang, Martinus

Palayukan, berharap agar pelatihan model USAID P R I O R I T A S t e r u s disebarkan ke sekolah lain. Koordinator Kabupaten USAID PRIORITAS untuk Enrekang, Tana Toraja, dan Palopo, Bahar Makkutana, berkomitmen mendukung kegiatan sekolah melalui program diseminasi. “Kami siap memberikan bantuan teknis kepada pemerintah Ta n a To r a j a u n t u k mendiseminasi modul-modul pembelajaran yang d ikembangkan USAID PR IORITAS ,” u j a rnya ( 1 7 / 1 1 ) . U n t u k m e nye b a r k a n m o d e l pembelajaran dan MBS kepada pendidik nontarget

program, USAID PRIORITAS didukung 30 fasilitator kabupaten serta ditambah fasilitator provinsi dan fasilitator nasional jika diperlukan. “Bahkan, fasilitator dari kabupaten tetangga mitra USAID PRIORITAS juga siap diperbantukan, ” tegasnya.

1

Para Peserta pelatihan USAID PRIORITAS aktif berdiskusi dan mencatat hal-hal yang penting dalam pelatihan di Toraja.

PAREPARE -- Jika ingin menghasilkan anak didik yang bisa beradaptasi dengan dunia modern, sekolah dituntut bisa mengelola dengan baik isu-isu kontekstual dan tuntutan kebutuhan-kebutuhan riil masyarakat yang mengitarinya. Namun, yang lebih penting, para dosen pencetak para guru yang mengajar di LPTK (lembaga pendidikan tenaga kependidikan) harus bisa lebih jauh mengetahui dan lebih terampil mengelola isu tersebut dibandingkan para guru. Jika mereka tidak memahaminya dan t idak mampu memberikan contoh mengelolanya, hal ini akan menurun pada guru yang dihasilkannya. Itulah yang disampaikan Dr. Nensilianti, spesialis pengembangan LPTK USAID PRIORITAS dari UNM, di sela-sela pembukaan pelatihan manajemen berbasis sekolah untuk 50 pimpinan program studi, ketua jurusan, dan dosen dari tujuh perguruan tinggi di Hotel Delima Sari, Parepare (23/11).

Tujuh perguruan tinggi yang dimaksud

adalah Universitas Negeri Makassar, Universitas Islam Negeri Alauddin, U n i v e r s i t a s M u h a m m a d i y a h Makassar, Universitas M u h a m m a d i y a h Parepare, Universitas C o k r o a m i n o t o Palopo, STAIN Bone dan STAIN Palopo.

N e n s i l i a n t i berharap dengan m e m a h a m i pengelolaan sekolah dan isu-isu kontekstualitasnya, para petinggi perguruan tinggi dan dosen yang dilatih bisa menyinergikan antara apa yang diajarkan di perguruan tinggi pencetak guru dan kebutuhan riil kapasitas yang harus dimiliki calon guru untuk mengelola sekolah.

Selain diajak untuk bersimulasi

mengelola kasus yang umum dihadapi oleh kepala sekolah. Para dosen tersebut juga difasilitasi memahami berbagai isu seputar sekolah yang lebih mutakhir. Misalnya, isu kesadaran gender dan literasi. Tidak hanya itu, mereka juga difasilitasi untuk mengetahui strategi-strategi mengelola isu mutakhir tersebut.

50 Dosen Belajar Mengelola Sekolah

Para petinggi perguruan tinggi membahas kepemimpinan sekolah yang efektif.

(1) Ganbatte yang sederhana dirangkaikan dengan Laptop dan LCD memiliki fungsi sama dengan laboratorium bahasa pada umumnya; (2) Siswa memakai earphone dan mendengarkan bahasa Inggris dan langsung menuliskannya; (3) Mangkok plastik sederhana yang dilubangi untuk tempat colokan earphone tiap kelompok siswa; (4) Pak Mulyadi, sang penemu ganbatte, memasukkan semua alat lab bahasanya ke dalam tas dan mudah dibawa kemana-mana.

1

4

2

3

Page 4: newsletter 8 sulsel(1) edit

PRAKTIK YANG BAIK PRAKTIK YANG BAIK

Maros - Upaya menyatukan tekad untuk memajukan sekolah, menjadi perhatian utama Ibu Andi Nensih, Kepala Sekolah SDN 39 Kassi, Kec. Turikale Kab. Maros. Bagi Ibu Andi, menjadi mitra USAID PRIORITAS merupakan momen paling tepat meningkatkan kualitas sekolah. Dirinya sangat menyadari kalau guru, pengawas dan komitenya telah mendapatkan bekal dari pelatihan untuk melakukan perubahan. Karena itu, praktik yang baik tentang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan PAKEM yang dia dan guru-gurunya peroleh dari pelatihan program USAID PRIORITAS langsung diterapkan di sekolahnya.Agar benar-benar sekolah menerapkan pelatihan, Bu Andi Nensih memu la i pengembangan seko l ahnya dengan penandatanganan “Pakta Integritas Rencana Tindak Lanjut”.

Isi pakta integritas yang dituliskan di atas kertas karton berukuran plano itu meliputi Rencana Tindak Lanjut praktik-praktik yang baik hasil diskusi bersama guru, pengawas dan komite di akhir sesi pelatihan Modul II. Isinya antara lain: menerapkan Kurikulum 2013, mengelola pembelajaran PAKEM, mengembangkan pendekatan saintifik, membuat LKS yang mendorong daya kritis siswa, menerapkan nilai-nilai gender, mengaplikasikan teknik penilaian hasil belajar autentik dan lain-lain. “ Yang kami masukkan dalam perencanaan tersebut adalah apa yang kami rasa bisa kami lakukan, dan benar-benar akan kami lakukan,” kata Ibu Andi.

Penandatanganan pakta integritas rencana tindak lanjut dilaksanakan dalam sebuah upacara resmi yang dihadiri oleh kepala sekolah, pengawas sekolah, komite dan semua guru . Selain membubuhkan tanda tangan, para guru kelas dan mata pelajaran juga disumpah oleh kepala sekolah untuk benar-benar melaksanakan apa yang telah ditandatangani. “Untuk senantiasa mengingatkan mereka, lembar besar rencana tindak lanjut tersebut kami pasang tidak hanya di ruang kepala sekolah dan mading sekolah, tetapi juga di tiap kelas,” katanya lagi.

Untuk mengukur pengejawantahan pakta integritas itu, Ibu Andi hampir tiap hari berkeliling ke kelas-kelas. Ia melakukan evaluasi dan diskusi verifikatif dengan guru mereview apakah bukti fisik pembelajaran berupa LKS, media dan karya siswa bersesuaian sehingga kompetensi dasar benar-benar dinilai tercapai. Ibu Andi

memang sangat perhatian terhadap performa pembelajaran. “Pada pagi hari sebelum saya duduk di meja kantor, saya berkeliling menyaksikan para guru mengajar, kadang berdiskusi dengan mereka, sambil mengisi penilaian kerja guru,” ujarnya bersemangat.

Kini SDN 39 Kassi sungguh telah menjelma menjadi sekolah maju dengan hiruk-pikuk keceriaan siswa yang belajar aktif dan penuh percaya diri. Ruang kelasnya juga berubah, dari yang tradisional minus sumber belajar ke kelas maju dengan sudut baca, yang penuh buku bacaan, dan penuh karya siswa hasil pembelajaran PAKEM. Hal itu karena kepala sekolah dan segenap gurunya telah berkomitmen memajukan sekolahnya melalui inovasi dalam manajemen dan pembelajaran dengan semangat pakta integritas menerapkan RTL dari pelatihan dengan sungguh-sungguh.

Sekolah Maju karena Terapkan Pakta Integritas RTL

Bantaeng - Ibu Nursri Lallo, SPd MM, merupakan guru berprestasi dari Bantaeng. Diantara banyak prestasinya yang paling menonjol adalah juara pertama Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Bantaeng dua tahun berturut-turut (2012 dan 2013), juara pertama lomba inovasi pembelajaran 2011 tingkat kabupaten, juara lomba karya ilmiah dan lain-lain. Dia juga terpilih menjadi trainer nasional kurikulum 2013 dan juga fasilitator nasional USAID PRIORITAS.

Namun bukti nyata yang menunjukkan kemampuannya m e n g i m p l e m e n t a s i k a n pembelajaran aktif adalah ketika siswa-siswa yang dibimbingnya berhasil menjuarai berbagai lomba kreatifitas siswa, diantaranya

Festival Lomba Seni Siswa Nasional, Lomba Bercerita, Lomba Bepidato dan beberapa lomba yang lain. “Kemenangan pada lomba-lomba tersebut menunjukkan keberhasilan kami dalam penerapan pembelajaran aktif yang membuat siswa lebih percaya diri dan mampu mengaktualisasi diri karena tiap hari dibiasakan di kelas untuk memiliki karakter demikian,” ujarnya.

Dari tahun 2010 sampai 2014, siswa bimbingannya di SDN 05 Lembang Cina berturut-turut mendapatkan juara satu tingkat kabupaten Festival & Lomba Seni Siswa Nasional. Bahkan di tahun 2013, mereka juara satu tingkat provinsi. Salah satu bentuk lombanya adalah menggambar dan menceritakan apa yang digambarnya lewat tulisan. “Jadi anak harus mamiliki kreatifitas untuk menggambar dan kemampuan presentasi cerita yang baik. Lomba ini membutuhkan kreatifitas dan rasa percaya diri yang besar, dan sangat terbantu berkat adanya pembelajaran PAKEM di sekolah' ujar Nursri Lallo.

Siswa bimbingannya juga menjuarai lomba bercerita tingkat kabupaten dari tahun 2010 sampai 2014 dan juara dua berberpidato (putra-putri — (bersambung ke hal 8)

2

76

Rencana Tindak Lanjut Pelatihan Modul II yang ditandatangani oleh guru kelas dan mata pelajaran SDN 39 Kassi Maros dan menjadi Pakta Integritas

tekad melaksanakan sungguh-sungguhkualitasnya memenuhi syarat.

Strategi Memenangkan Berbagai Lomba Siswa Model Ibu Nunuk

Mendampingi siswa binaannya Juara I Lomba Gambar Bercerita

Tingkat Provinsi 2013.

Makassar – “Ada yang baru! Ada yang baru!” teriak salah seorang anak kelas tiga yang baru keluar dari kelasnya. Ia berlari ke arah sudut bagian depan pekarangan sekolahnya diikuti oleh teman-temannya, bahkan oleh siswa kelas II dan IV yang saat itu sedang beristirahat.

Mereka berkerumun mendekati buku-buku yang tertata rapi di Taman Bacaan Sekolah (istilah yang diberikan oleh kepala sekolah untuk tempat membaca di luar kelas) yang baru saja diresmikan oleh TTI DS Sulsel. Mereka tertegun memandangi buku-buku dan surat kabar. “Bu, untuk apa ini?” tanyanya kepada guru yang bertugas menjaga taman bacaan tersebut. ‘Ini buku-buku untuk kalian baca. Silahkan pilih dan ambil bukunya, lalu kalian duduk di tempat-tempat duduk yang sudah disediakan. Bukunya jangan dilipat, hati-hati supaya tidak robek!” ujar sang

guru. Anak-anak berebutan memilih buku yang disukai. Suasana tampak hening, anak sibuk dengan buku bacaannya sendiri-sendiri sampai-sampai lupa untuk jajan.

Itu salah satu serpihan kejadian yang berlangsung pada Kamis, 2 Oktober 2014 sekitar pukul 09.30 di SDN Gunung Sari 1 Makassar (SD Mitra UNM). Memang betul, telah beridiri satu bangunan permanen yang bentuknya sederhana, unik, namun tidak mengurangi kesan estetikanya sebagai bagian dari taman sekolah. Tempat ini diperuntukkan sebagai perpustakaan luar kelas yang bisa diakses oleh siswa dari seluruh kelas, guru-guru, termasuk tamu atau orang tua yang berkunjung dapat mengisi waktunya dengan membaca di tempat tersebut.

Ide pembangunan Taman Baca Sekolahku ini yang menelan anggaran sekitar Rp7.000.000,-, menurut Hj. Yasseng, S.Pd. (Kepala SDN Gunung Sari 1 Makassar) berawal dari keinginannya

melihat anak-anak gemar membaca. Beliau terinspirasi oleh kegiatan pelatihan MBS Modul 1 tentang RKS (Mengembangkan Budaya Membaca: Siswa Membaca untuk Kesenangannya).

Di setiap kelas sebenarnya sudah ada sudut baca, namun buku-bukunya sesuai peruntukan siswa di kelas tersebut. Beliau ingin siswa membaca berbagai variasi buku sesuai yang ia minati. Selain itu, dengan kehadiran taman baca ini, beliau ingin mendorong dan memotivasi warga sekolahnya gemar membaca. Bahkan rencananya, beliau akan menetapkan waktu baca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai bagi seluruh warga sekolahnya. Pucuk dicinta ulam pun tiba, kedatangan buku bantuan USAID PRIORITAS sanga t menun jang terselenggaranya program ini (Nensilianti).

Ada yang Baru di Sekolahku

Taman Baca Sekolah membuat siswa di SDN Gunung Sari I semangat membaca.

Bantaeng, Sulawesi Selatan – Selama ini Kantor Kemenag Bantaeng kekurangan tenaga pengawas sekolah. 23 madrasah tsanawiyah (MTs) dan 18 madrasah ibtidaiyah (MI) masing-masing hanya satu pengawas. Hal tersebut sempat diutarakan oleh Kepala MI Bulu-bulu, Usman, pada pertemuan District Planning and Review Meeting di Ruang Rapat Bupati Bantaeng pada 18 Maret 2014 lalu.

Menanggapi hal tersebut, Prof. Syamsu Alam, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Bantaeng bergerak cepat. Saat itu juga ia membicarakannya dengan pimpinan Kemenag. Lewat pembicaraan yang dilakukan beberapa kali, akhirnya mereka sepakat untuk membuat MoU kerjasama Pemenuhan Guru dan Pengawas Sekolah/Madrasah bernomor 800/1076/Dikpora/2014.

MOU tersebut ditandatangani oleh Kepala Dikpora Kabupaten Bantaeng Prof. Dr. Ir H. Syamsu Alam, M.Si dan dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bantaeng H. Anwar Abu Bakar, S. Ag., M.Pd pada 4 Juli 2014 di hadapan Bupati Bantaeng Prof. Dr. Nurdin Abdullah dan jajaran yang terkait. Pada waktu penandatanganan tersebut, bupati menyatakan sinergi kedua lembaga tersebut secara riil diperlukan. Terkadang Kemenag kelebihan guru agama sementara Dikpora juga sering kelebihan guru mata pelajaran umum.

Nota Kesepahaman ini berlaku selama lima tahun (tahun

2014 s.d 2019) yang berisi kesepakatan mengadakan kerjasama dalam memenuhi tenaga pendidik dan tenaga pengawas sesuai dengan kemampuan masing-masing pihak. Bentuknya yaitu:

Pertama, pemenuhan guru mata pelajaran yang dibutuhkan sekolah binaan masing-masing, misalnya, Dikpora menyediakan guru bidang studi matematika, bahasa Indonesia, dan biologi untuk madrasah aliyah (MA) dan madarasah tsanawiyah (MTs) serta guru pendidikan jasmani untuk madrasah ibtidaiyah (MI). Sementara itu pihak Kemenag akan menyediakan guru agama untuk SD, SMP, dan SMA sesuai kebutuhan. Menurut H. Baidawi Kasie Mapenda Kemenag Bantaeng, sudah beberapa madarasah mengusulkan dan bahkan Kemenag juga sudah merekapnya untuk diusulkan ke Dikpora.

Kedua, peningkatan kualitas supervisi klinis pembelajaran di madrasah. Dalam hal ini, Dikpora menugaskan pengawas guru di bawah Dikpora untuk ikut mengawasi madrasah. “Kita telah mengusulkan kepada Dikpora untuk menugaskan dua pengawas untuk terjun ke madrasah,” ujar H. Baidawi

Ketiga, bagi guru yang bersertifikasi dan masih kekurangan jam mengajar bisa mencari jam mengajar di sekolah di bawah kedua belah pihak.

Keempat, pengembangan kualitas profesionalitas guru dan kepala sekolah melalui kerjasama forum guru Kemenag dan Diknas, musyawarah guru mata pelajaran.. bersambung ke hal 8.

Kemenag dan Dikpora Bantaeng Teken MoU Penataan Guru