EVALUASI DAMPAK K P DesaKepuharjodanDesaW UntukMemenuhiS Pada Ko SEKOLAH TINGGI P KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG RE PASCA ERUPSI MERAPI 2010 (StudiDeskriptifEvaluatif di WukirsariKecamatanCangkringanKabupate TESIS SebagianPersyaratanMencapaiDerajatMagis a Program StudiIlmuPemerintahan KonsentrasiKepemerintahanDesa Diajukanoleh: RUSWANTORO 16610053 PROGRAM MAGISTER PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “A YOGYAKARTA 2018 ELOKASI enSleman) ster APMD”
78
Embed
New SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”repo.apmd.ac.id/618/1/repo Tesis Ruwantoro.pdf · 2019. 2. 14. · Peta Jumlah Rumah Yang Rusak Akibat Bencana Letusan ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG RELOKASI
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul EVALUASI DAMPAKKEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG RELOKASI PASCA ERUPSI MERAPI 2010,Studi di Desa Kepuharjo dan Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan KabupatenSleman, adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya sendiriyang dipakai sebagai acuan atau kutipan telah disebutkan dalam teks dengan mengikutitata penulisan karyailmiah yang telah lazim dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersediamenerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dariProgram Magister IlmuPemerintahan STPMD “APMD”
dengan metode Kualitatif di Desa Kepuharjo dan Desa Wukirsari Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman). Tesis ini disusun dan diajukan sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi dan mencapai gelar Magister Ilmu Pemerintahan
pada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
Keberhasilan penyusunan tesis ini tidak lepas dari bimbingan, arahan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan rasa hormat dan rendah hati
sebagai ungkapan rasa syukur ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. R. WidodoTriputro,MM selaku Direktur Program Magister Ilmu
Pemerintahan STPMD”APMD” Yogyakarta.
2. IbuRr. Leslie Retno Angeningsih, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I yang
dengan sabar, teliti dan ketulusannya memberikan bimbingan, arahan serta
bantuannya sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan tesis ini
dengan baik.
3. Bapak Gregorius Sahdan, S.IP., MA, selaku Dosen Pembimbing II yang
dengan sabar dan ketulusannya telah banyak meluangkan waktu untuk
membimbing, mengarahankan dan memberikan bantuannya kepada peneliti
sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan tesis ini.
4. Para Dosen dan semua Staf Karyawan Program Magister Ilmu Pemerintahan
STPMD ”APMD” Yogyakarta yang telah mendukung terselesainya tesis ini.
v
5. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Sleman yang telah
membantu memberikan informasi dan mengizinkan melaksanakan penelitian
ini.
6. Camat Cangkringan yang telah memberikan izin penelitian.
7. Kepala Desa Kepuharjo danDesa Wukirsari yang telah memberikan data dan
izin penelitian.
8. Para Tokoh Masyarakat Hunian Tetap (HUNTAP) Pagerjurang Desa
Kepuharjo dan Dongkelsari Desa Wukirsari yang telah meluangkan waktu
dengan jujur dan ketulusan hati memberikan masukan data dan informasi
untuk penelitian ini.
9. Teman-teman seperjuangan di Program Magister Ilmu Pemerintahan STPMD
”APMD” Yogyakarta terimakasih buat candatawanya, kebersamaan, masukan
dan dukungannya selama ini.
10.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu pelaksanaan penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu peneliti mohon kepada para pembaca atas masukan, saran dan kritik
yang membangun guna kesempurnaan tesis ini. Peneliti berharap tesis yang
sederhana ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Atas segala bantuan
selama proses penelitian peneliti sampaikan banyak terimakasih, semoga
menjadi amal dan ibadah serta Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa memberikan
balasan yang terbaik.
Yogyakarta, 16Juli 2018
Penulis
Ruswantoro
vi
MOTTO
1. Memulai dengan penuh keyakinan, menjalankan dengan penuhkeikhlasan, menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan.
2. Manusia dalam hidupnya selalu terombang ambing antara suka dan duka,antara senyum dan tangis.
3. Keikhlasan dan rasa syukur dalam menjalani hidup adalah kunci utamamenghilangkan beban hidup yang dirasaberat.
4. Bekerjakeraslah untuk menjadi baik dan berjalanlah lebih cepat agarmenjadi yang terbaik.
5. Orang-orang yang berhenti belajara kanmenjadi pemilik masa lalu danorang-orang yang masih terus belajarakan menjadi pemilik masa depan.(Mario Teguh)
6. Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba,karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan membangunkesempatan untuk berhasil.(Mario Teguh)
7. Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang bolehdirebut oeh manusia ialah menundukkan diri sendiri.(IbuKartini)
8. Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapibangkit kembali setiap kali kita jatuh.(Confosius)
9. Di sebalik orang anak yang badung, ada doadan nasehat yang tidak pernahhabis dari ayah dani bunya dan disebalik orang tua yang kurang terpuji,ada doadan usaha yang tak pernah putus dari seoranganaknya.(AnungWidowati)
10. Kun Fayakuun, apabila Allah menghendaki cukupberkata “Jadilah”.
vii
PERSEMBAHAN
Tesisini aku persembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku yang sangat saya hormati dan sayangi, bapakH. Suradi. HS(Alm) dan ibu Haris Santoso, terimakasih untuk semua do’a, kasih sayang,bimbingan, dorongan dan motivasinya. Sungguh Allah memberikan apa yang kitabutuhkan bukan yang kita inginkan. Anakmu tidak menginginkan bapak untukpergi selamanya, tapi anakmu sadar bahwa Allah punya rahasia besar dibalikkembalimu kepada Allah Yang MahaKuasa, dan keyakinan menuntunku bahwaAllah punya rahasia besar dibalik semua ini. Ya Allah ampunilah dosa keduaorang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku diwaktukecil.
2. IstrikuA. Widowati, S.Pd,dan anak-anakku yang akusayangi, M. GanangRiswantoro Jati,SS.Tp, M. Seylendra Riswantoro Ajidan M. GalihNalendra Jati yang selama ini banyak waktu meninggalkan mereka untuk belajar,terimakasih atas dukungan do’a dan motivasinya selama ini.
3. Bapak Camat Cangkringan, EdyHermana,SH,M.Hum, bapak KadesWukirsari, Fuad Jauhari Ludfi dan bapak Kades Kepuharjo, HeriSupraptoyang telah memberikan izin dan kesempatan untuk belajar, member semangat sertamembantu kelancaran kepada penulis.
4. Teman-temanbaikku, sekantor Kecamatan Cangkringan dan Desa Wukirsari,yang selalu memberikan dukungan, motivasi, semangat, bantuan dan telah banyakberkorban membantu menyelesaikan tugas-tugas kuliah dan tesis ini.
5. Almamaterku tercinta STPMD “APMD” yang telah menyemangati,membesarkan dan membekaliku ilmu untuk menyelesaikan tesis ini.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
MOTTO ................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR PETA ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................... xv
INTISARI ............................................................................................... xvii
ABSTRACT............................................................................................ xix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................... 12
C. Perumusan Masalah ............................................................ 13
D. Tujuan Penelitian .................................................................. 13
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 14
F. Kerangka Konseptual............................................................ 15
Seiring dengan berjalannya waktu 8 tahun setelah erupsi (2010-2018),pemerintah melakukan relokasi para korban erupsi Merapi 2010 yang awalpertimbangan dasar hanya didasarkan pada aspek aman dari ancaman bencanasemata belum sepenuhnya mempertimbangkan aspek sosial yang lain kenyataanyakebijakan relokasi belum sepenuhnya mampu menjawab dan menyelesaikanmasalah yang di hadapi para korban erupsi. Evaluasi Kebijakan Relokasi pentinguntuk dilaksanakan di HunianTetap Dongkelsari Desa Wukirsari dan Hunian TetapPagerjurang Desa Kepuharjo dengan tujuan untuk mengetahui dan mendekripsikankeberhasilan, kekurangan, faktorpendukung dan penghambat atas ke bijakanRelokasi di kedua desa tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian deskriptifevaluative dengan metode kualitatif. Obyek penelitiannya tentang Relokasi KorbanBencana Erupsi Merapi 2010 dengan mengambil lokasi di Hunian TetapPagerjurang Desa Kepuharjo dan Hunian Tetap Dongkelsari Desa WukirsariKecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Metode dalam penentuan informanmenggunakan teknik Purposive dengan informan sebanyak 26 orang Teknikpengumpulan datanya dengan menggunakan Observasi, Wawancara mendalamdan Dokumentasi. Teknik analisis data peneliti menggunakan teknik mengolah datadengan Editing, Coding danTabulasi.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh dari lapanganmayoritas kalangan secara umum berpendapat bahwa kebijakan relokasi di keduadesa cukup berhasil dan sangat baik. Persiapan relokasi berjalan lancar, lokasirelokasi tersedia serta pelaksanaan pembangunan Huntap dan sarana prasaranapendukungnya cukup baik dan pembangunannya dapat selesai tepat waktu, tetapibukan berarti semuanya tanpa ada masalah. Kekurangan atas adanya Kebijakanrelokasi dilihat dari aspek Persiapan Tempat atau Lokasi Relokasi, PembangunanHunianTetap dan Sarana Prasarana Pendukung serta Penyediaan Lahan untukberaktifias baik Lahan Pertanian, Peternakan, maupun Perikanandisetiaplokasidiantara, Lokasi relokasi yang disediakan dan diberikan relativesempit, HunianTetap (HUNTAP) dibangun secara berjajar memanjang danberhimpitan, Pembangunan Fasilitas Umum, Fasilitas Sosial dan Fasilitas Ekonomibelum merata serta tidak tercukupinya lahan untuk beraktifitas untukPertanian,Peternakan dan Perikanan di setiap HunianTetap.
xviii
Faktor pendukung kegiatan relokasi: adanya SOP (Standar OperasionalProsedur) yang jelas, tersedianya lahan relokasi, tingkat kesadaran masyarakatakan pentingnya keamanan terhadap resiko ancaman bencana yang cukuptinggi,melibatkan warga masyarakat secara kongkrit dan riil dalam setiap pengambilankeputusan, adanya sarana dan prasarana yang mendukung, serta kuatnya swadayadan rasa kegotong-royongan masyarakat.
Faktor yang menghambat kegiatan relokasi : belum tersosialisasinya SOP(Standar Operasional Prosedur) sampai lapisan masyarakat yang terendah,lokasirelokasi yang sempit dan tidak rata (terasering), rendah nyatingkat pendidikandan pengalaman masyarakat dibidang pembangunan, kurangnya relawanpendamping, masihadanya ego pribadi yang kuat serta kurang percayanya terhadapprogram ini, serta masih adanya aturan dankebijakan yang saling berbenturan.
Dengan melihat faktor-faktor pendukung dan penghambat di atas penelitimenyarankan agar semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah mampumenjaga, memelihara dan mengembang kanapa yang sudah dicapai dan dikatakanberhasil selama ini, menghilangkan apa yang menjadikan hambatan-hambatan yangada dan menambah serta memperkuat faktor-faktor pendukung yang ada selamaini, baik yang di miliki warga masyarakat, pemerintah maupun lembaga-lembagayang lain yang terlibat.
Kata-kata Kunci :Bencana,Kebijakan, Relokasi.
xix
ABSTRACT
As time goes by 8 years after the eruption (2010-2018), the government
relocates the victims of the 2010 Merapi eruption, whose initial basic considerations
based solely on safe aspects of disaster threats have not fully considered other social
aspects. In fact, the relocation policy has not been fully able to answer and solve the
problems faced by the eruption victims. Relocation Policy Evaluation is important to be
carried out in Dongkelsari Permanent Residential in Wukirsari Village and Permanent
Residential Shelter in Kepuharjo Village with the aim of knowing and describing
successes, deficiencies, supporting factors and obstacles to Relocation policies in both
villages.
The research method used is a descriptive evaluative research approach with
qualitative methods. The object of his research was the Relocation of Merapi Eruption
Disaster Victims in 2010 by taking the location in Pagerjurang Permanent Residential,
Kepuharjo Village and Dongkelsari Permanent Residential in Wukirsari Village,
Cangkringan District, Sleman Regency. The method in determining the informant uses
Purposive techniques with 26 informants. Data collection techniques using observation,
in-depth interviews and documentation. Data analysis techniques researchers use data
processing techniques with editing, coding and tabulation.
Based on the results of research and analysis of data obtained from the field
the majority of people in general argue that the relocation policy in both villages is quite
successful and very good. The relocation preparation went smoothly, the relocation
location was available and the implementation of the Huntap construction and
supporting infrastructure was quite good and the construction could be completed on
time, but that did not mean that all without problems. Disadvantages of the relocation
policy seen from the aspect of the preparation of the location or location of relocation,
construction of permanent housing and supporting infrastructure facilities as well as the
provision of land for activities both agricultural, animal husbandry and fisheries in each
location, the location of relocation provided and given relatively narrow, permanent
xx
occupancy (HUNTAP ) built in a row extending and coinciding, Construction of Public
Facilities, Social Facilities and Economic Facilities not evenly distributed and
inadequate land for activities for Agriculture, Livestock and Fisheries in each Permanent
Residential.
Supporting factors for relocation activities: the existence of a clear SOP
(Standard Operating Procedure), availability of relocation land, high level of public
awareness of the importance of security against the risk of disaster threat, involving
citizens in a concrete and real way in every decision making, facilities and infrastructure
support, as well as strong self-help and a sense of community cooperation.
Factors that hinder relocation activities: not yet socialized SOP (Standard
Operating Procedure) to the lowest level of society, location of narrow and uneven
relocation (terracing), low level of education and experience of the community in the
field of development, lack of companion volunteers, still a strong personal ego and lack
of trust in this program, as well as the existence of rules and policies that clash with
each other.
By looking at the supporting and inhibiting factors above, the researcher
suggests that all parties, both the community and the government, are able to maintain,
maintain and develop what has been achieved and said to be successful so far,
eliminating what makes the obstacles and increases and strengthens the factors.
supporting factors that have existed so far, both those owned by community members,
the government and other institutions involved.
Key Words: Disaster, Policy, Relocation.
1
BAB I
PENDAHULUHAN
A. LatarBelakang Masalah
Bencana Erupsi Merapi 2010 yang tepatnya terjadi pada tanggal 26 Oktober
2010 dan 5 November 2010 disamping mendatangkan korban jiwa juga
kehutanan, menimbulkan dampak pada sektor ekonomi, sosial, budaya dan
kesehatan masyarakat.
Perubahan lingkungan pemukiman serta perubahan kawasan rawan bencana
menyebabkan sebagian lingkungan pemukiman tidak sesuai dan tidak
memungkinkan lagi diperuntukkan sebagai kawasan hunian.Untuk mengatasi hal
tersebutagar tidak berkepanjangan menjadi beban berat masyarakat, pemerintah
telah melakukan proses pembangunan kembali pasca bencana Erupsi Gunung
Merapi yang dimulai setelah diresmikannya Rencana Aksi Rehabilitasi dan
Rekonstruksi (RENAKSI-RR) pasca Bencana Erupsi Merapi melalui Keputusan
Presiden Nomor 16 Tahun 2011.Pada wilayah aksinyaPeraturan Kepala BNPB
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca
Bencana mengamanatkan prinsip pembangunan yang lebih baik,prinsip
pengurangan resiko bencana,dan prinsip berkelanjutan dalam pelaksanaan
rehabilitasi dan rekonstruksi.
Salah satu aksinya saat tanggap darurat dalam jangka pendek adalah
disamping mencarikan tempat dengan cara mengungsikan, jugamerelokasi warga
korban erupsi Merapi kedaerah yang dirasa lebih aman dengan cara membuatkan
Hunian Sementara (HUNTARA).Memasuki pertengahan tahun 2011 pelaksanaan
kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi mulai berjalan lebih efektif, dengan diawali
3
pembenahan infrastuktur serta persiapan pembuatan Hunian Tetap baik di relokasi
mandiri ataupun ditempat yang telah disediakan pemerintah.
Pelaksanaan kegiatan pembuatan Hunian Sementara (HUNTARA) murni
dilakukan oleh pemerintah dan dilanjutkan pembangunan Hunian Tetap (HUNTAP)
yang didampingi oleh para relawan Rehabilitasi dan Rekontruksi Masyarakat dan
Pemukiman Berbasis Komunitas (REKOMPAK) dilaksanakan dengan cara
pemberdayaan yang melibatkan langsung warga masyarakat calon penghuni
Hunian Tetap.Salah satu pilihan pembangunan kembali pemukiman bagi korban
pasca erupsi Merapi adalah dengan menyediakan lahan hunian baru (resettlement),
baik yang dilaksanakan di lahan milik sendiri atau yang disediakan secara
berkelompok(Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 2011 tentang Rehap dan
Rekon Merapi).
Dana bantuan pemerintah yang diberikan lewat REKOMPAK untuk
pembangunan Hunian Tetap (HUNTAP) sebesar Rp. 30.000.000,-(tiga puluh juta
rupiah). Dana tersebut digunakan untuk membangun Huntap sampai berdiri
menjadi rumah sederhana, dalam kondisi lantai dan dinding belum di plester, belum
ada jendela dan pintu.Karena sebagian besar anggaran banyak terserap di
kerangka besinya yang diharapkan agar bangunan hunian tetaptersebut tahan
gempa sehingga mengharuskan dibagian kerangka harus kuat.Bagi yang
berperekonomian cukup mapan, rumah yang tadinya senilaiRp. 30.000.000,- (tiga
puluh juta rupiah), telah dikembangkan menjadi senilai 40 sampai dengan 60 juta.
4
Sebagian warga mengatakan bahwa Hunian Tetap bagi warga korban Erupsi
Merapi memaksa masyarakat untuk beradaptasi dan merubah pola kehidupan,
terutama aspek sosial, ekonomi maupun politik warga masyarakat karena tata
kelola dan tata ruang pembangunan pemukiman yang mirip dengan pembangunan
perumahan di perkotaan.Keluasan Hunian Tetap untuk masing masing kepala
keluarga yang hanya berkisar kurang lebih 150 m2 masih dikurangi untuk Fasilitas
Umum (FASUM) dan dihuni tidak kurang dari 5-7 orang sudah barang tentu
dikemudian hari akan memunculkan dan menyebabkan masalah baru, karena
warga korban erupsi Merapi sebelumnya terbiasa melakukan aktivitas dilingkungan
hunian yang relatif luas.Tempat untuk melakukan kegiatan ekonomi, peternakan
dan pertanian juga relatif sangat terbatas dan lokasi Huntap juga termasuk jauh dari
kampung asalnya, kampung yang terdampak langsung erupsi Merapi dimana
sebagian besar masyarakat korban erupsi merapi sebelumnya bermata
pencahariansebagai petani, peternak dan pedagang..(Data Primer Desa Wukirsari
dan Desa Kepuharjo 2017)
Banyak program yang ditawarkan, baik dari lembaga pemerintah maupun LSM,
dari program trauma healling, recoveryekonomi, sampai relokasi semua ada.Tetapi
adakah yang memikirkan mereka nanti tentang masalah sosial di hunian tetap bagi
yang bersedia direlokasi?Akibat dari bencana alam tersebut dapat
menimbulkangejala-gejala yang akan disebut sebagai perilaku. Menurut
SoerjonoSoekanto (2002:15) perilaku itu mungkin bersifat mental atau
eksternal : perilaku itu mungkin merupakan aktifitas atau
keadaanpasif.SoerjonoSoekanto (2002:37):
5
Perilaku sosial mungkin berorientasi pada masa lampau, dewasaini, atauperilaku masa mendatang dari orang-orang lain. Olehkarenanya hal itumungkin disebabkan karena adanya rasa dendampada masa lampau,pertahanan terhadap bahaya yang mengancamdewasa ini atau pada masa-masa mendatang.
Berdasarkan uraian tersebut perilaku sosial yang disebabkanbencana
alam berorientasi pada perilaku pertahanan hidup, minimal terhadap bahaya yang
mengancam dewasa ini atau pada masa-masa mendatang.Perilaku-perilaku ini
dapat mengalami perubahan tergantung dengan situasi yangdihadapi oleh
masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat SoerjonoSoekanto (2006:53) yang
mengungkapkan bahwa :
Memang tidak dapat disangkal bahwa masyarakat mempunyaibentuk-bentu
strukturalnya seperti, kelompok-kelompoksosial,kebudayaan, lembaga sosial,
stratifikasi, dan kekuasaan tetapisemuanya itu mempunyai suatu derajat tertentu
yang menyebabkanpola-polaperilaku yang berbeda, tergantung dari masing-
masingsituasi yang dihadapi.
Dengandemikian, pola-pola perilaku masyarakat akan berubah mana kala
masyarakat menghadapi situasi yang menguntungkan atau sebaliknya. Situasi ini
beragam bentuknya, salah satunya adalah ketika masyarakat dihadapkan pada
situasi bencana alam yang termasuk dalam situasi yang bersifat ancaman.
Perubahanpola-pola perilaku masyarakat yang disebabkan oleh bencana alam
inilah yang terjadi pada masyarakat korban bencana letusan Merapi tahun 2010
khususnya di Desa Kepuharjo dan Desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman,
Yogyakarta merupakan bagian dari problem sosial, kami menyakini kejadian
6
seperti ini juga dialami oleh desa-desa lain sekitar lokasi terdampak erupsi Merapi.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Jalaluddin Rakhmat (2000) yang
mengumpamakan perubahan merupakan rekayasa sosial yang muncul akibat
adanya problem-problem sosial.Problem adalah (adanya) perbedaan antara das
sollen (yang seharusnya) dan das sein (yang nyata).Akibat bencana yang
memporak-porandakan desa mereka, makaakan terjadi perubahandi dalam
kehidupan mereka pasca Merapi, baikperubahan pola perilaku sosialatau
budaya, termasuk ketika harus direlokasi kelingkungan Huntap.
Warga beranggapan bahwa konsep Huntap yang dibangun untuk korban
bencana Merapi 2010 hanya cocok untuk orang yang bermata pencaharian sebagai
pegawai, baik pegawai negeri maupun swasta, terus bagaimana dengan warga
yang berprofesi sebagai petani dan peternak? Bagaimana mereka mencari rumput,
bagaimana bercocok tanam, sedangkan lokasi Huntap jaraknya jauh dengan tanah
dan lahan milik warga yang berada di area terdampak langsung erupsi merapi
2010, ini yang menjadi perhatian khusus dalam prinsip relokasi. Jha et al
(2010:121) dalam bukunya Safer Homes, Stronger Communities: A Handbook for
Reconstructing After Natural Disaster: World Bank Publicationsmenyebutkan bahwa
ada 6 (enam) prinsip dalam relokasi bencana yaitu:
1. Perencanaan relokasi yang efektif adalah yang bisa membantu membangun
dan melihat secara positif;
7
2. Relokasi bukanlah sebuah pilihan yang harus dilakukan karena risiko bisa
dikurangi dengan mengurangi jumlah penduduk pada suatu permukiman
daripada memindahkan seluruh permukiman;
3. Relokasi bukan sekedar merumahkan kembali manusia, namun juga
menghidupi dan membangun kembali masyarakat, lingkungan dan modal
sosial;
4. Lebih baik menciptakan insentif yang mendorong orang untuk merelokasi
daripada memaksa mereka untuk meninggalkan;
5. Relokasi seharusnya mengambil tempat sedekat mungkin dengan lokasi asal
mereka;
6. Masyarakat di lokasi yang akan ditempati merupakan salah satu yang
mendapat dampak dari relokasi dan harus dilibatkan dalam perencanaan.
Seiring dengan berjalannya waktu8 tahun,setelah erupsi (2010-2018) masalah
sosial menghantui dan menjadi ancaman yang serius masyarakat penghuni huntap.
Pertimbangan dasar kebijakan pemerintah atau pemangku kebijakan hanya
didasarkan pada aspek aman dari ancaman erupsi Merapi semata tanpa
pertimbangan antisipasi masalah sosial yang lain. Dengan sempitnya lokasi hunian
disamping berpengaruh pada lapangan usaha juga rentan terhadap permasalahan
keluarga dan tetangga, saat ini sudah muncul kebiasaan atau budaya konsumtif
yang mengakibatkan melemahnya kondisi social ekonomimasyarakat.Sudah
barang tentu kalaupermasalahan-permasalahan ini tidak segera mendapatkan
perhatianakanmemunculkansederetan permasalahan baru yang selalu kait
mengkait satu dengan yang lainnya misalnya munculnya gangguan keamanan
8
dengan munculnya ketidakharmonisan keluarga, kenakalan remaja dan lain
sebagainya.
Data perkembangan permasalahan sosial dari waktukewaktu menunjukkan
adanya gejala kenaikan hal ini dapat dilihat dalam tablel 4 (empat) tahun terakhir
perkembangan masalah sosial yang terjadi disebagian lingkungan wilayah Hunian
Tetap sebagai berikut :
Tabel 1.
Perkembangan Permasalahan Sosial 4 (empat) Tahun Terakhir di LingkunganHunian Tetap Desa Wukirsari dan Kepuharjo Kecamatan Cangkringan