NEW MODERNISM SUNNAH TAUFIQ SHIDQY A. Amir Firmansyah ABSTRAK Modernisasi sunah diperlukan sepanjang sama sebagaimana modernisasi al-Qur’an dalam arti modernisasi pemahaman ayat-ayat dan hadis tentang masalah sosial bukan masalah akidan dan hukum. Interpretasi ayat dan hadis sosial selalu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga Islam selalu relevan sepanjang zaman dan tempat. Pada umumnya, pemikiran new moderism sunah dimunculkan dari pendapat minoritas ulama sunni yang secara internal yang terjadi kontra dengan pendapat dengan mayoritas, baik secara langsung maupun tidak langsung. Disisi lain, pemikiran new modernism sunah tampak tidak ilmiah, bahkan adakalanya timbul dari asumsi yang tidak jelas. Misalnya kritik internal diduga belum dilakukan oleh para ulama. Pengembangan pemikiran para new moderism dengan cercaan sebagian periwayat, cercaan terhadap para ulama dan matan sunah tidak ilmiah dan tidak etis, karena hanya tumbah dari ketidaktahuan mereka tentang ulumul hadis dan emosional semata dengan mengikuti cara orientalis yang tidak etis dan moralis.
15
Embed
NEW MODERNISM SUNNAH TAUFIQ SHIDQY A. Amir Firmansyah …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
NEW MODERNISM SUNNAH TAUFIQ SHIDQY
A. Amir Firmansyah
ABSTRAK
Modernisasi sunah diperlukan sepanjang sama sebagaimana modernisasi al-Qur’an dalam arti
modernisasi pemahaman ayat-ayat dan hadis tentang masalah sosial bukan masalah akidan
dan hukum. Interpretasi ayat dan hadis sosial selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga Islam selalu relevan sepanjang
zaman dan tempat. Pada umumnya, pemikiran new moderism sunah dimunculkan dari
pendapat minoritas ulama sunni yang secara internal yang terjadi kontra dengan pendapat
dengan mayoritas, baik secara langsung maupun tidak langsung. Disisi lain, pemikiran new
modernism sunah tampak tidak ilmiah, bahkan adakalanya timbul dari asumsi yang tidak
jelas. Misalnya kritik internal diduga belum dilakukan oleh para ulama. Pengembangan
pemikiran para new moderism dengan cercaan sebagian periwayat, cercaan terhadap para
ulama dan matan sunah tidak ilmiah dan tidak etis, karena hanya tumbah dari ketidaktahuan
mereka tentang ulumul hadis dan emosional semata dengan mengikuti cara orientalis yang
tidak etis dan moralis.
BABI
PENDAHULUAN
Sejarah perkembangan umat Islam tebagi menjadi tiga, yaitu masa klasik 650-1250 M,
masa pertengahan 1250-1800 M dan masa modern 1800 sampai sekarang.1 Adapun sejarah
perkembangan ingkar sunah hanya terjadi dua masa, yaitu masa klasik dan modern. Menurut
M. Mustafa Azami, sejarah ingkar sunah klasik terjadi pada masa Syafi’i abad ke-2 H/ 7 M
kemudian hilang dari peredarannya selama kurang lebih 11 abad. Kemudian pada abad
modern, ingkar sunah timul kembali di India dan mesir dari abad ke-19 M/13 H hingga
sekarang.
Pada masa pertengahan ingkar sunah tidak muncul kembali, kecuali barat mulai
meluaskan kolonialismenya ke negara-negara Islam. Perbedaan pandang berbagai sekte
klasik dalam silam tentang sunah diangkat kembali oleh oreintalis untuk meracuni pemikiran
umat Islam.
Gejala timbulnya ingkar sunah awal di mesir modern beriringan dengan perkembangan
modernisasi yang dipelopori oleh para reformis seperti Muhammad Abduh (w. 1905 M) dan
murid-muridnya diantaranya Muhammad Rashid Ridla (w. 1935 M) yang membawa
pengaruh besar bagi perkembangan kebebasan berfikir dan berijtihad setelah mengalami
stagnasi sekian lama.2 Namun diantara pengikut mereka ada yang berlebihan dalam
memahami isu dibukanya kembali kebebasan ijtihad tersebut, sehingga menyimpang dari
prinsip dasar ijtihad dan persyaratannya sebagaimana yang oleh Muhammad Abduh padahal
beliau sendiri tidak mengingkarinya.
Diantara tokoh ingkar sunah di mesir antara lain, Taufiq Shidqi (w.1920), Ahmad
Amin(w 1954), Mahmud Abu Rayyah, Ahmad Subhi Mansur.
Dalam makalah sederhana ini, penulis mencoba mengungkapkan biografi Taufiq Shidqi,
bagaimana sepak terjang beliau dalam pemahaman terkait ingkar sunah, dalil apa saja yang
beliau pakai untuk ingkar terhadap sunah. Diungkapkan juga mengenai analisis kritik
terhadap Taufiq Shidqi yang dikatakan sebagai seorang pemikir new moderism dalam sunah.
1 Harun Nasution, Pembaruan Dalam Islam: Sejarah, Pemikiran, dan Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang, 1984)
13-14. 2 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagi Aspek (jakarta: UI-Press, 1985), 83.
BAB II
PEMBAHASAN
1. BIOGRAFI TAUFIQ SHIDQI
Taufiq Shidqi adalah salah seorang dokter yang bertugas disalah satu lembaga
kemasyarakatan di Kairo, mesir. Ia dilahirkan pada 19 september 1881 M. Pada masa
usia remaja masuk ke maktab untuk mempelajari al-Qur’an dan menghafalnya, sejak itu
ia telah tampak kecenderungan pada masalah yang bersifat religius dan realisasinya
dalam ilmu modern. Kemudian ia menamatkan sekolah dasar tahun 1896 M, sekolah
menengah tahun 1900 M, sekolah kedokteran tahun 1904 M.
Adapun kariernya sejak menyelesaikan studi kedokteran tahun 1904 M, daingkat
menjadi dokter disebuah rumah sakit di Qashar al-‘Ayniy , kemudian dimutasi ke rumah
sakit Thu>ra> (1905). Ia naik pangkat lebih tinggi 1913 M dan dimutasi ke lembaga
pemasyarakatan Mesir 1914 M dan meningal pada 1920 M setelah terserang penyakit
tifus gawat.3
Pada awal abad 20-an ada seorang dokter berkebangsaan mesir bernama Taufiq
Shidqi (w.1920) banyak menulis tentang pembaruan agama, diantaranya pemikiran
sunnah. Dia berusaha menghabiskan waktunya untuk mendalami dua ilmu ilmu
kedokteran dan syara’, dasar-dasar ilmu keislaman dan ilmu hadis, ia banyak menulis
artikel ilmiah berwawan pembaharuan di berbagai majalah dan koran harian, seperti al-
manna>r, al-muayyad dll
Diantara artikel yang amat penting yaitu; al-Islam Huwa al-Qur’a>n Wahdah yang
terbit dua kali, yang pertama sebagai opini publik dan kedua tanggapan terhadap al-
Naskh Fi al-Syara>i al-Ilahiyah. Artikel yang ditulisnya mengundang perhatian para
kritikus dibelahan dunia Islam.4
Pemikiran Taufiq Shidqi tentang sunah dinilai para ulama sunah sebagai pemikiran
yang kontroversional dan sebagai pengingkar sunnah. Penilaian ini didasarkan pada
penolakan terhadap kehujjahan sunah yang dikodifikasikan dan diriwayatkan.
Menurutnya bahwa Islam hanyalah al-Qur’an satu-satunya. Ia juga dinilai sebagai
pengingkar sunnah pertama di abad modern, sejak terjadi pengingkaran awal masa klasik
yang berhadapan dengan syafi’i (w. 203 H) yang disebut radd al-sunnah. Sebagian
ulama lain seperti Rasyid Ridha sendiri menilainya sebagai pembaharu dalam sunnah.
3 M. Rasyid Ridla, Tarjamah Al-Thalib Taufiq Shidqi, al-Manar 483-485.
4 M. Rasyid Ridla, Majalah Al-Manar (Mesir: Mathba’ah al-Manar, 1928), 492-494.
Hal tersebut dimaklumi karena bisa jadi akibat pengaruh beberapa hal. Diantaranya
pengaruh gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Muhammad Abduh dan M. Rasyid
Ridha. Kemudian oleh sebagian penganutnya modernisasi dipahami secara berlebihan,
sementara wawasan keislaman dalam agama dan sunah belum terpenuhi.
2. PEMIKIRAN TAUFIQ SHIDQI
Diantara pemikiran Taufiq Shidqi dalam sunah yang dimuat dalam majalah al-
manar sebgai berikut:
a. Sunah hanya untuk umat Islam pada masa nabi dan bangsa Arab saja, bagi bangsa
selain arab yang ingin memahami harus mempelajari bahasa Arab, kondisi, tradisi,
sejarah, dan istilah bangsa Arab.5
b. Al-Qur’an telah jelas karena ayat-ayat yang global (mujmal) dijelaskan oleh antar
ayat-ayat yang berkaitan. Sedang ayat-ayat mutlak dibatasi seperti yang dilakukan
Nabi pada masanya.6
c. Sunnah ditolak karena melebihi al-Qur’an yang tidak disebut di dalamnya.7
d. Taufiq Shidqi juga menolak interpretasi kata al-h}ikmah dalam beberapa ayat al-
Qur’an, misalnya QS. Al-Baqarah 151 dengan arti sunah sebagaimana yang
diinterpretasikan oleh ulama sunni. Menurutnya, al-hikmah diartikan mauidzah,
adab, berilmu dan masyarakat madani.8
e. Bilangan rakaat shalat menurut Taufiq Shidqi minimal dua rakaat, sesuai dengan
keteranga dalam al-Nisa’ 100-101, kemudian boleh ditambah sesuai dengan
kondisinya.9
f. Dalam al-Qur’an tidak ada satu ayatpun perintah membunuh orang murtad, dalam
beragama tidak ada paksaan QS al-Baqarah 256 dan al-Kahfi 29. Hukuman bunuh
bagi yang mengganti agama Islam (murtad)10
g. Diantara mereka hanya menghitung 17 hadith, sebagian lagi ber pendapat hanya
satu hadith, bahkan sebagian lagi berpendapat satu hadith dan itu saja maudhu’.
h. Al-Qur’an dipelihara tuhan sedang sunnah tidak, sebagaimana dalm surat al-Hijr:
9
i. Sunnah tidak ditulis dan tidak dibubukan sejak masa Nabi saw.