BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran penduduk yang tidak merata dan berkonsentrasi pada beberapa daerah serta keadaan geografis yang dipisahkan lautan dan tersebar di berbagai kepulauan menyebabkan banyak pembangunan dan penyebaran informasi yang tidak merata. Salah satu masalah yang muncul adalah kurang maksimalnya penyebaran fasilitas dan pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia. Kesehatan merupakan salah satu hak yang dimiliki seorang warga negara yang seharusnya terjamin oleh negara. Setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang terdapat di Indonesia. 1 Dokter gigi merupakan bagian dari ujung tombak dalam pelayanan kesehatan di Indonesia yang dalam hal ini adalah kesehatan gigi. Dalam Indikator Indonesia Sehat 2010 yang ditetapkan oleh kementrian kesehatan pada tahun 2003 (departemen Kesehatan pada saat itu), disebutkan bahwa rasio dokter gigi per-100.000 penduduk adalah 11 yang artinya adalah target ideal dalam penyediaan tenaga kesehatan di Indonesia dalam hal ini dokter gigi adalah 11 dokter gigi untuk setiap 100.000 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebaran penduduk yang tidak merata dan berkonsentrasi pada beberapa
daerah serta keadaan geografis yang dipisahkan lautan dan tersebar di berbagai
kepulauan menyebabkan banyak pembangunan dan penyebaran informasi yang
tidak merata. Salah satu masalah yang muncul adalah kurang maksimalnya
penyebaran fasilitas dan pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia. Kesehatan
merupakan salah satu hak yang dimiliki seorang warga negara yang seharusnya
terjamin oleh negara. Setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang terdapat di Indonesia.1
Dokter gigi merupakan bagian dari ujung tombak dalam pelayanan
kesehatan di Indonesia yang dalam hal ini adalah kesehatan gigi. Dalam Indikator
Indonesia Sehat 2010 yang ditetapkan oleh kementrian kesehatan pada tahun 2003
(departemen Kesehatan pada saat itu), disebutkan bahwa rasio dokter gigi per-
100.000 penduduk adalah 11 yang artinya adalah target ideal dalam penyediaan
tenaga kesehatan di Indonesia dalam hal ini dokter gigi adalah 11 dokter gigi
untuk setiap 100.000 penduduk. Sedangkan saat ini ratio dokter gigi dan
penduduk sangat jauh dari indikator sehat, diperburuk dengan tidak meratanya
sebaran tenaga kesehatan dokter gigi terutama di daerah terpencil.2
Untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat Indonesia, sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No. 1415/MENKES/SK/X/2005
tentang Kebijakan Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga. pemerintah
menggalakan program dokter gigi keluarga, untuk meningkatkan akses pelayanan
kesehatan gigi dan mulut bagi masyarakat.3
Oleh karena itu, sangat diperlukan pelayanan kedokteran gigi keluarga
untuk mendukung program pemerintah tentang pemerataan kesehatan, khususnya
kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Program dokter gigi keluarga yang
dilakukan oleh kelompok kami adalah merencanakan secara sederhana tentang
1
perawatan dan perkiraan biaya perawatan kesehatan gigi dari suatu keluarga. Hal
ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran keluarga tersebut untuk merawat
kesehatan gigi dan mulut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kesehatan gigi dan mulut keluarga binaan?
2. Bagaimana rencana perawatan gigi dan mulut keluarga binaan?
3. Bagaimana pengelolaan biaya perawatan kesehatan gigi dan mulut keluarga
binaan?
C. Tujuan Observasi
1. Meningkatkan kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut anggota keluarga
binaan.
2. Mewujudkan kesehatan gigi dan mulut bagi setiap anggota keluarga binaan.
D. Manfaat Observasi
Manfaat dari kegiatan ini adalah agar keluarga binaan mendapatkan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang sesuai dengan kemampuan. Selain itu
juga untuk meningkatkan kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut di
masa mendatang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dokter Gigi Keluarga
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 sebanyak 89
dari 100 anak dengan usia kurang dari 12 tahun menderita karies (gigi berlubang).
Oleh karena itu pemerintah sedang mengupayakan peningkatan akses masyarakat
untuk mendapat pelayanan kesehatan gigi dan mulut.4
Dokter gigi keluarga adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan akses
pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi masyarakat Indonesia dengan
menggunakan ilmu kedokteran gigi dasar. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
berorientasi pada masyarakat melalui unit keluarga sebagai kontak pertama. Hal
ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No.
1415/MENKES/SK/X/2005 tentang Kebijakan Pelayanan Kedokteran Gigi
Keluarga.5
Fungsi dan peran dokter gigi keluarga:
1. Ujung tombak pada sitem pelayanan kesehatan nasional dan berhadapan
langsung dengan masyarakat yang membutuhkan pelayanan tingkat pertama.
Sebagai penapis rujukan ke fasilitas yang lebih mampu.
2. Pemberi pelayanan dengan komitmen tinggi serta menunaikan tugasnya secara
profesional serta etis
3. Koordinator dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien dan
keluarganya serta bekerja sama secara harmonis dengan setiap individu dan
institusi
4. Sebagai mitra yang beretika bagi pasiennya dalam mengambil keputusan
medis dengan memilih dan menggunakan teknologi kedokteran gigi secara
rasional berdasar evidence based dentistry
5. Penggalang peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan gigi dan mulut6
3
Tujuan dokter gigi keluarga, yaitu: 7
1. Tercapainya kemandirian keluarga dalam menjaga dan memelihara kesehatan
gigi dan mulut (self care).
2. Terpenuhinya kebutuhan keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan
gigi yang optimal, bermutu, dan berkesinambungan.
3. Tertatanya pembiayaaan dalam pelayanan kedokteran gigi keluarga.
4. Tertatanya administrasi dan manajemen pelayanan kedokteran gigi keluarga.
5. Terbinanya profesionalisme dokter gigi secara berkesinambungan.
Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga adalah peluang masa depan bagi
masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang optimal,
bermutu, terstruktur dan berkesinambungan. Selain itu bagi dokter gigi sendiri,
dapat menciptakan peluang untuk meningkatkan profesionalisme dalam
mengemban tugas mulia profesi. Visi dari dokter gigi keluarga adalah
"Kemandirian keluarga mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut setinggi-
tingginya melalui pelayanan dokter gigi keluarga secara efisien, efektif, adil,
merata dan bermutu."6
Misi dokter gigi keluarga adalah:6
1. Mendorong kemandirian keluarga dalam menjaga dan memelihara kesehatan
gigi dan mulut.
2. Mengupayakan tersedianya pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang merata,
bermutu dan terjangkau bagi keluarga.
3. Memberikan pelayanan, asuhan dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut
untuk keluarga.
4. Meningkatkan profesionalisme kedokteran gigi dalam mengemban peran,
tugas dan fungsi dokter gigi.
5. Meningkatkan kemitraan dengan profesi, institusi, pendidikan dan pihak
terkait.
6. Tertatanya pembiayaan kesehatan gigi dan mulut.
Dokter Gigi Keluarga (DGK) berperan sebagai unsur profesi kedokteran
gigi yang menggalang peran serta masyarakat menjaga dan memelihara kesehatan
4
gigi dan mulut. Dalam menjalankan peran ini DGK juga melakukan beberapa
fungsi:6,8
1. Sebagai ujung tombak pemberi pelayanan dan asuhan keluarga serta sebagai
penapis rujukan upaya kesehatan gigi mulut.
2. Sumber informasi, edukasi dan advokasi dalam pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut.
3. Perlindungan resiko terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut.
4. Meningkatkan kualitas hidup anggota keluarga sesuai siklus hidup.
5. Penghematan biaya kesehatan.
Berdasarkan pengertian, peran dan fungsi DGK tersebut maka disusunlah
prinsip pelayanan DGK yang meliputi:6
1. Memberi pelayanan secara profesional dan etis dilandasi kebutuhan seluruh
anggota keluarga perlu adanya pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut secara
menyeluruh yang direkam dalam Kartu Medik Gigi.
2. Memandang individu baik yang sakit maupun sehat sebagai bagian dari unit
keluarga dan komunitasnya.
3. Bidang garapan (menurut fase siklus hidup), mulai dari janin sampai lansia.
4. Pendekatan terpadu, holistik/ menyeluruh dan berkesinambungan.
5. Mengetumakan promotif-preventif terseleksi.
6. Manajemen efesiensi, efektif biaya dan penjagaan mutu.
B. Kartu Jakarta Sehat
KJS adalah singkatan dari Kartu Jakarta Sehat. KJS adalah suatu program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. KJS merupakan sebuah fasilitas untuk warga Jakarta yang kurang mampu
untuk berobat secara gratis. Seluruh biaya kesehatan warga dibebankan pada
APBD Propinsi DKI Jamkesda Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta kepada
masyarakat dalam bentuk bantuan pengobatan. Tujuan dari digalakannya KJS
adalah memberikan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi penduduk Provinsi
DKI Jakarta terutama bagi keluarga miskin dan kurang mampu dengan sistem
rujukan berjenjang. Sasaran program dari KJS yaitu semua penduduk DKI Jakarta
5
yang mempunyai KTP / Kartu Keluarga DKI Jakarta yang belum memiliki
jaminan kesehatan, diluar program Askes, atau asuransi kesehatan lainnya.
Manfaat dari KJS adalah masyarakat mendapat fasilitas:
1. Rawat jalan diseluruh Puskesmas Kecamatan/Kelurahan di Provinsi DKI
Jakarta.
2. Rawat jalan Tingkat Lanjut (RJTL) di Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)
tingkat II, (RSUD, RS vertikal dan RS Swasta yang bekerjasama dengan UP.
Jamkesda) wajib dengan rujukan dari Puskesmas.
3. Rawat Inap (RI) di Puskesmas dan Rumah Sakit yang bekerjasama dengan
UP. Jamkesda.
Persyaratan yang harus dibawa saat berobat di Puskesmas :
1. Kartu Jakarta Sehat atau Kartu Gakin/Kartu Jamkesda.
2. Bagi yang belum memiliki KJS, dapat menunjukkan KTP dan Kartu
Keluarga Provinsi DKI Jakarta.
Persyaratan Pasien berobat gratis di Rumah Sakit :
1. Wajib membawa surat rujukan dari Puskesmas.
2. Kartu Jakarta Sehat/Kartu Jamkesda/Kartu Gakin.
3. Bagi yang tidak memiliki Kartu Jakarta Sehat cukup menunjukkan KTP dan
Kartu Keluarga Provinsi DKI Jakarta.9
6
BAB III
HASIL OBSERVASI
A. Hasil Observasi Keluarga BinaanPada tanggal 7 dan 8 Januari 2014, telah dilaksanakan observasi keluarga
binaan. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan ekstra oral, intra oral, dan pengisian
rekam medis. Keluarga binaan ini terdiri dari enam orang anggota keluarga yaitu
Pak Taderi , Ibu Mujnah, Desi, Dianti, Silvia, dan Sifa. Pak Taderi adalah kepala
keluarga dan bekerja sebagai tukang ojek. Ibu Mujnah adalah istri dari Pak Taderi
yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Desi adalah anak sulung yang merupakan
orang tua tunggal dari Silvia dan Sifa, yang bekerja sebagai pegawai di
perusahaan kaca dan aluminium. Kedua anaknya belum memasuki bangku
sekolah. Sedangkan Dianti adalah anak kedua yang telah lulus SMK dan belum
bekerja. Total pendapatan keluarga binaan ini sekitar Rp. 3.600.000,-. per bulan.
Keluarga ini memiliki Kartu Jakarta Sehat.
Tabel 1. Data Keluarga Binaan
Nama Pasien Taderi Mujnah Desi Dianti Silvia Sifa
Suku Betawi
Jenis Kelamin Pria Wanita Wanita Wanita Wanita Wanita
Tanggal Lahir 11-11-53 15-12-58 4-12-84 6-12-92 2-9-10 23-12-12
Status
PerkawinanKawin Kawin Kawin
Belum
Kawin
Belum
Kawin
Belum
kawin
Agama Muslim
Pekerjaan WiraswastaIbu rumah
tanggaWiraswasta - - -
Pendidikan SMA SMA SMA SMK - -
Gol. Darah B O B B O O
Alamat
Jl. Tawakal VA no.17 RW 09/005
7
Tomang, Grogol Petamburan, Jakbar 11440
Telepon 021- 94930194
Asuransi - - - - -
Dari anamnesis yang telah dilakukan, pemerikasaan ekstra oral dan intra
oral pada masing-masing anggota keluarga, dapat diketahui keluhan utama dan
keadaan intra oral anggota keluarga yang dapat dijadikan pedoman analisis kasus
sehingga dapat dilakukan penyusunan rencana perawatan. Berikut data-data
berserta analisis kasus masing-masing anggota keluarga :
1. Pak Taderi
a. Keadaan umum
Pak Taderi berusia 61 tahun. Pasien dalam kondisi baik dan tidak dalam
perawatan dokter untuk penyakit tertentu. Dan tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik.
b. Pemeriksaan E.O :
Tidak ditemukan adanya kelainan. Wajah dan bibir simetris. Kelenjar getah
bening tidak teraba dan tidak sakit.
c. Odontogram :
d.
Pemeriksaan I.O
1) Debris : semua regio
2) Plak dan kalkulus : semua regio
3) Gingiva : gingivitis marginalis pada regio 1, 2, 3, 4