BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Patah tulang (fraktur) adalah putusnya kontinuitas tulang, Tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial yang pada umumnya disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan tidak langsung . Fraktur femur memiliki arti yang luas dan dimulai dari stress fraktur femur hingga fraktur yang berkaitan dengan trauma berat dan luka jaringan lunak yang signifikan. Fraktur femur secara khusus dideskripsikan berdasarkan lokasi (proksimal, batang dan distal). Fraktur ini kemudian dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok mayor; fraktur trauma tekanan tinggi, fraktur trauma tekanan rendah akibat patologi tulang (fraktur patologi), dan stress fraktur akibat kegiatan repetitif yang berlebihan. Insidensi fraktur batang femur berentang dari 9.5 hingga 18.9 per 100.000 per tahun. Di Amerika Serikat, terjadi sekitar 250.000 fraktur femur proksimal per tahunnya. Angka ini diantisipasi menjadi dua kali lipat pada tahun 2050. Sedangkan insidensi fraktur distal femur ditemukan 10 kali lebih kecil daripada insidensi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Patah tulang (fraktur) adalah putusnya kontinuitas tulang, Tulang rawan
sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial yang
pada umumnya disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang, baik berupa trauma langsung dan tidak langsung.
Fraktur femur memiliki arti yang luas dan dimulai dari stress fraktur femur
hingga fraktur yang berkaitan dengan trauma berat dan luka jaringan lunak yang
signifikan. Fraktur femur secara khusus dideskripsikan berdasarkan lokasi
(proksimal, batang dan distal). Fraktur ini kemudian dapat dikategorikan ke
dalam 3 kelompok mayor; fraktur trauma tekanan tinggi, fraktur trauma tekanan
rendah akibat patologi tulang (fraktur patologi), dan stress fraktur akibat kegiatan
repetitif yang berlebihan.
Insidensi fraktur batang femur berentang dari 9.5 hingga 18.9 per 100.000
per tahun. Di Amerika Serikat, terjadi sekitar 250.000 fraktur femur proksimal per
tahunnya. Angka ini diantisipasi menjadi dua kali lipat pada tahun 2050.
Sedangkan insidensi fraktur distal femur ditemukan 10 kali lebih kecil daripada
insidensi fraktur proksimal femur yang terjadi di Eropa. Selama tahun 1980-
1989, diperkirakan 34.000 fraktur femur dilaporkan dan hanya 6% (2.165) dari
kasus yang melibatkan femur bagian distal.
Insidensi fraktur femur meningkat pada pasien dengan usia lanjut. Pada
pasien dengan usia lanjut ini, fraktur femoral mungkin disebakan oleh kondisi
osteopenik. Fraktur akibat trauma tekanan tinggi merupakan penyebab utama
fraktur pada laki-laki muda. Fraktur akibat stress terjadi pada 37% pelari, dan
fraktur femur terjadi pada 11% dari fraktur akibat stress tersebut. Sekitar 53%
dari fraktur tersebut terjadi pada batang femur. Pria memiliki ratio lebih besar
dibandingkan wanita pada setiap usia dan kulit hitam memiliki ratio yang lebih
besar dibandingkan kulit putih.
1
Neglected fracture dengan atau tanpa dislokasi adalah suatu fraktur dengan
atau tanpa dislokasi yang tidak ditangani atau ditangani dengan tidak semestinya
sehingga menghasilkan keadaan keterlambatan dalam penanganan, atau kondisi
yang lebih buruk dan bahkan kecacatan. Menurut Subroto Sapardan, neglected
fracture adalah penanganan patah tulang pada extremitas (anggota gerak) yang
salah oleh bone setter (dukun patah), yang masih sering dijumpai di masyarakat
Indonesia. Pada umumnya neglected fracture terjadi pada orang yang
berpendidikan dan berstatus sosio-ekonomi rendah.
Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5
bulan (3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah).
Nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan
konsolidasi sehingga terdapat pseudoatrosis (sendi palsu). Malunion adalah
keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya , tetapi terdapat deformitas
yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan atau union secara
menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.
Penanganan fraktur yang tidak tepat atau bahkan terabaikan tentu saja
akan memberikan prognosis yang kurang baik bahkan kecatatan pada pasien
sehingga penting untuk diketahui lebih lanjut bagaimana fraktur, kejadian
neglected fracture dan bagaimana penanganan fraktur yang semestinya yang akan
lebih lanjut dibahas pada laporan kasus ini.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. S.
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Pagar Alam
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
No. RM : 314551
Status pasien : BPJS Umum
B. Anamnesis
Autoanamnesis (Dilakukan tanggal 9 September 2015)
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan pincang pada ekstremitas bawah kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan pincang selama 4 tahun terakhir. Pasien mengatakan 4
tahun yang lalu mengalami kecelakaan yaitu tertabrak motor. Sebelumnya
pasien sudah memeriksakan diri ke Rumah Sakit Muara Enim dan sudah
disarankan untuk dioperasi namun pihak keluarga lebih memilih untuk
melakukan pengobatan ke tukang urut. Pasien mengatakan panjang
ekstremitas bawah kiri dan kanan berbeda lebih dari 4 cm.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah merasakan keluhan yang seperti ini sebelumnya.
Penyakit asma, hipertensi dan DM disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat penyakit asma, hipertensi dan DM disangkal.
3
Riwayat Pengobatan :
Pasien melakukan pengobatan di tukang ururt. Pasien tidak mengkonsumsi
obat-obatan tertentu.
Riwayat Operasi :
Pasien belum pernah dioperasi.
Riwayat Alergi :
Alergi obat dan makanan disangkal
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum / Kesadaran : Tampak sakit sedang / Compos Mentis
Tanda Vital :
- TD : 130/90 mmHg - Nadi : 84 kali/menit
- Suhu : 36,8°C - RR : 20 kali/menit
Status Generalis
Kepala : Mesocephal
Mata : Pupil isokor kanan dan kiri, konjungtiva anemis -/-, sclera
ikterik -/-
Mulut : Bibir kering, pucat, sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks :
- Jantung : BJ I & II reguler, gallop (-), murmur (-)
- Pulmo : Suara dasar vesikuler, wheezing (-), rhonchi (-)
Abdomen : Bising usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas :
- Atas : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik
- Bawah : terdapat bebat pada kaki kanan. Akral hangat, edema (-),
CRT < 2 detik
4
D. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 03-09-2015
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hb 14.2 12-16 g/dL
Leukosit 7.37 4-10 103/uL
Eritrosit 4.60 4.7-6.1 106/uL
Hematokrit 42.0 42-52 %
MCV 91.3 82.0-92.0 fL
MCH 30.9 >= 27 pg
MCHC 33.8 32-36 g/dL
RDW 13.2 11.5-14.5 %
Tombosit 231 150-400 103/uL
PDW 10.5 9.0-13.0 fL
MPV 8.9 7.2-11.1 fL
Limfosit% 25.4 25-40 %
Monosit% 7.6 2-8 %
Neutrophil% 62.4 50-70 %
Eosinophyl % 4.2 2-4 %
Basophyl% 0.4 0-1 %
Gol. Darah O
W. Pembekuan 5’
W. Pendarahan 2’
SGOT 21 0-35 UI
SGPT 17 0-45 mg%
Ureum 17 15-45 mg%
Kreatinin 1.2 0.6-1.3 mg%
BSS 149 <140 mg%
Pemeriksaan X-Ray 5
Foto Femur dextra (02-09-2015)
Ekspertisi : non union fraktur os femur kanan 1/3 distal.
Genu dextra AP – lateral (28-8-2015)
Ekspertisi :
- Old fracture os femur pars sepertiga distal, aposisi dan alignment kurang
- Osteoporosis
- Osteoarthritis genu dextra
E. Diagnosis Kerja
6
Non Union Fraktur Femur Dextra + Osteoporosis
F. Rencana Tindakan
1. ORIF
2. Traksi skelet
G. Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia
BAB III
7
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. Fraktur
III.1.1 Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
III.1.2 Klasifikasi
Fraktur dapat dibagi menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang
dengan dunia luar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Derajat Deskripsi Luka0 Fraktur sederhana tanpa/disertai dengan sedikit kerusakan jaringan
lunak1 Fraktur disertai dengan abrasi superfisial atau luka memar pada
kulit dan jaringan subkutan2 Fraktur yang lebih berat dibandingkan derajat 1 yang disertai
dengan kontusio dan pembengkakan jaringan lunak3 Fraktur berat yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang
nyata dan terdapat ancaman terjadinya sindrom kompartemen.
Derajat Deskripsi Luka
I
Laserasi < 1 cm
Kerusakan jaringan tidak berarti
Luka relatif bersih
II
Laserasi > 1 cm
Tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi
Ada kontaminasi
III
Luka lebar dan rusak hebat, atau hilangnya jaringan di sekitarnya
Kontaminasi hebat
Derajat IIIA : tulang yang fraktur masih ditutupi oleh jaringan lunak
Derajat IIIB : terdapat periosteal stripping yang luas dan penutupan luka dilakukan dengan flap lokal atau flap jauh
Derajat IIIC : fraktur disertai kerusakan pembuluh darah
Tabel 2. Derajat fraktur terbuka menurut klasifikasi Gustilo dan Anderson.8
Tabel 1. Derajat fraktur tertutup menurut Tscherne
Fraktur juga dapat dibagi menurut garis frakturnya, misalnya fisura,