NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA AWAL TERHADAP PERAN AYAH DALAM KELUARGA DENGAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA REMAJA Oleh : ARIDA SEPTIYANI SUKARTI EMMA INDIRAWATI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007
22
Embed
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI ... - Psikologi … · Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya ... maka peran ayah di dalam keluarga secara umum dan peran ayah dalam ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA AWAL
TERHADAP PERAN AYAH DALAM KELUARGA DENGAN
KETRAMPILAN SOSIAL PADA REMAJA
Oleh :
ARIDA SEPTIYANI
SUKARTI
EMMA INDIRAWATI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2007
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAN AYAH DALAM
KELUARGA DENGAN KETERAMPILAN SOSIAL REMAJA AWAL
Arida Septiyani
Sukarti Emma Indirawati
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara
persepsi peran ayah dalam keluarga dengan keterampilan sosial pada remaja awal. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara persepsi peran ayah dalam keluarga dengan keterampilan sosial pada remaja awal. Semakin positif persepsi peran ayah, semakin tinggi keterampilan sosial pada remaja awal, sebaliknya semakin negatif persepsi peran ayah maka semakin rendah keterampilan sosial pada remaja awal. Sampel dalam penelitian ini adalah 69 siswa–siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sukorejo, dengan karateristik jenis kelamin laki – laki dan perempuan, usia 12–17 tahun tinggal dengan ayah. Adapun skala yang digunakan adalah skala peran ayah sejumlah 49 aitem yang mengacu pada aspek – aspek yang dikemukakn Galinsky (Andayani dan Koentjoro, 2003) dan skala keterampilan sosial yang dikemukakan Cartledge dan Milburn (1995) sejumlah 69 aitem. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS 12,0 for windows Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi peran ayah dalam keluarga dengan ketrampilan sosial pada remaja awal, dengan korelasi r = 0,274 ( p = 0,011 < 0,05 ) l. Jadi hipotesa diterima. Kata Kunci : Keterampilan sosial Remaja Awal, Persepsi Peran ayah Dalam
Keluarga
PENGANTAR
Masa remaja awal adalah suatu stadium dalam siklus perkembangan anak.
Masa ini adalah masa transisi atau peralihan (Calon dalam Monks, 1999) dimana
sebagian besar perubahan multiaspek pada diri manusia terjadi di masa ini.
Rentang usia remaja awal berkisar antara 12 sampai 17 tahun ( Mappiare, 1982).
Pada masa ini adalah periode ambang pintu masa remaja, atau sebagai periode
pubertas. Di Indonesia masa remaja awal biasanya mereka yang tengah
menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama.
Remaja awal adalah sekelompok individu yang dalam kesehariaanya tidak
lepas dari komunikasi dan hubungan dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial
individu dituntut untuk mampu mengatasi semua permasalahan yang timbul
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial serta mampu menampilkan
diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Hal ini terkait dengan
ketrampilan sosial yang dimiliki individu. Setiap individu dituntut untuk
menguasai ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya (Mu’tadin, 2002).
Ketrampilan sosial menjadi semakin penting ketika anak mulai menginjak
masa remaja awal. Hal ini disebabkan karena masa itu individu mulai memasuki
dunia pergaulan yang lebih luas. Remaja awal usia 12–17 tahun memiliki tugas
perkembangan yang berkaitan dengan ketrampilan sosial. Pada masa ini individu
mulai menginjak masa transisi dengan kehidupan sosial yang baru, persaingan
dalam bidang akademik lebih dipentingkan sehingga individu kurang dalam
sosialisasi dan bermain dengan kelompok atau teman sebayanya. Masa ini
individu mengalami krisis psikososial yang terjadi adalah rasa mampu dan usaha
untuk melawan rasa tidak mampu (Monks, dkk, 1999). Ketidakseimbangan ini
menyebabkan individu kurang mendapat kesempatan dalam mengembangkan
aspek sosial dan emosi. Perkembangan yang kurang optimal ini akan
menyebabkan individu kesulitan dalam melatih ketrampilan sosialnya (Utami dan
Nuryoto, 2005). Menurut Boyum dan Park bahwa hubungan sosial yang
problematik pada masa remaja awal akan mempengaruhi perilaku – perilaku
bermasalah seperti putus sekolah, kriminalitas, kenakalan remaja dan perilaku–
perilaku psikopatologis pada masa – masa selanjutnya (Utami dan Nuryoto,
2005). Hurlock (1973) menyebutkan bahwa kelompok sosial mempengaruhi
perkembangan sosial remaja dengan mendorong mereka untuk menyesuaikan diri
terhadap harapan sosial, membantu mencapai kemandirian dan mempengaruhi
konsep dirinya.
Ketrampilan sosial membawa remaja untuk lebih berani berbicara
mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi dan sekaligus
menemukan penyelesaian, sehingga mereka tidak mencari pelarian ke hal–hal
yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Remaja akan memiliki
tanggung jawab yang cukup tinggi dalam melakukan sesuatu, mengetahui situasi
dengan siapa dan kondisi bagaimana mereka berbicara maupun menolak serta
menyatakan ketidak senangannya terhadap pengaruh – pengaruh negatif dari
lingkungan secara langsung maupun tidak langsung. Remaja dapat menyesuaikan
dengan standar harapan masyarakat dalam norma – norma yang berlaku
dilingkungannya.
Keluarga sebagai sumber sosialisasi yang paling utama, membantu remaja dalam
membentuk ketrampilan sosial pada dirinya. Di dalam keluarga terjadi sebuah
hubungan sosialisasi timbal balik, membangun hubungan, memecahkan suatu
masalah dan berargumen dengan anggota keluarga lainnya. Hubungan yang
terjadi ini akan dijadikan sebagai contoh atau cetakan yang akan digunakan
remaja dalam berhubungan dengan dunia barunya. Hubungan yang baik antara
orangtua dan remaja akan membantu remaja dalam berinteraksi dan meningkatkan
identitas serta ketrampilannya di lingkungan ( Hurlock, 1973).
Hubungan anak dan orangtua merupakan hubungan yang lama dan
berkesinambungan, diharapkan dapat menciptakan hubungan yang positif
sehingga anak akan mempersepsikan hubungan tersebut secara positif pula. Salah
satu cara terbaik untuk mengetahui peran orangtua adalah melalui penilaian atau
persepsi anak terhadap kebiasaan – kebiasaan dan sikap orangtua dalam mengasuh
dirinya yaitu sebagai individu yang mengasuh secara langsung. Apabila seseorang
telah memutuskan menjadi orang tua, seseorang terikat untuk dapat menjadi guru
dan seorang pengasuh. Orangtua mempunyai tanggung jawab secara utuh
mengenai pendidikan anaknya (Suwaid, 2003). Orangtua secara tidak disadari
telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pola pikir dan cara pandang
individu dalam memandang suatu hal. Tindakan, perkataan dan rasa nyaman dari
pengalaman dengan orang tua dapat menjadi bekal bagi ketrampilan sosial remaja
ketika memisahkan diri dari orangtua menuju teman sebayanya. Idealnya
pasangan orangtua akan mengambil bagian dalam pendewasaan anak
dikarenakan dari kedua orangtuanya anak akan belajar untuk mandiri melalui
proses belajar sosial dan modeling ( Andayani, 2003 )
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi
remaja awal terhadap peran ayah dalam keluarga dengan ketrampilan sosial pada
remaja
Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan Ilmu
Psikologi khususnya bidang perkembangan serta menjadi masukan yang dapat
dipakai sebagai acuan bagi peneliti lebih lanjut yang berkaitan dengan peran ayah
dalam keluarga.
Secara praktis, apabila dari hasil data-data yang terkumpul menunjukkan
hubungan yang positif antara persepsi remaja tentang peran ayah dalam keluarga,
maka peran ayah di dalam keluarga secara umum dan peran ayah dalam
pengasuhan anak-anaknya perlu ditingkatkan agar dapat mendorong kemajuan
ketrampilan sosial.
KETERAMPILAN SOSIAL
1. Pengertian Keterampilan sosial
Keterampilan sosial merupakan kemampuan yang beraneka ragam untuk
mengeluarkan perilaku – perilaku yang tampak; baik berupa tingkah laku positif
maupun negatif dan tidak mengeluarkan perilaku yang dilarang atau tidak disukai
oleh orang lain ( Libelt & Lewinson dalam Carteldge & Milburn, 1995).
Definisi keterampilan sosial menurut Michelson, dkk (Mu’tadin, 2002)
adalah suatu kemampuan dalam memberikan pujian, mengeluh karena tidak setuju
sesuatu, menolak permintaan orang lain, tukar pengalaman, menuntut hak pribadi,
memberi saran kepada orang lain, pemecahan konflik atau masalah, berhubungan
dengan orang yang lebih tua dan lebih tinggi statusnya, bekerjasama dengan orang
yang berlainan jenis kelamin dan kemampuan dalam berinteraksi dengan orang di
sekitarnya.
Bukeley dan Cramet (Ramdhani, 1992) mengartikan keterampilan sosial
adalah suatu respon tingkah laku individu terhadap lingkungan masyarakatnya.
2. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Keterampilan Sosial
Davis dan Forsythe, 1984 (Mu’tadin, 2002) berpendapat dalam kehidupan
remaja terdapat delapan faktor yang dapat mempengaruhi ketrampilan sosial;
a. Keluarga
Keluarga sebagai tempat paling utama bagi remaja dalam mendapatkan
pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh remaja dalam keluarga akan sangat
menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan sosialnya. Di dalam
keluarga terjadi sebuah hubungan sosialisasi timbal balik, membangun hubungan,
memecahkan suatu masalah dan berargumen dengan anggota keluarga lainnya.
Hubungan yang terjadi ini akan dijadikan sebagai contoh atau cetakan yang akan
digunakan remaja dalam berhubungan dengan dunia barunya. Hubungan yang
baik antara orangtua dan remaja akan membantu remaja dalam berinteraksi dan
meningkatkan identitas serta ketrampilannya di lingkungan ( Hurlock, 1973).
b. Lingkungan
Sejak dini anak – anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan.
Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik, lingkungan keluarga,
lingkungan sosial. Dengan pengenalan lingkungan sejak dini anak akan
mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang lebih luas.
c. Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan kepribadian
seseorang, Namun penampilan tidak selalu menggambarkan pribadi yang
sebenarnya. Dalam hal ini peran orang tua baik ayah ataupun ibu sangat penting
dalam memberikan nilai – nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain
tidak hanya berdasarkan pada hal – hal fisik seperti materi dan penampilan.
d. Rekreasi
Dengan adanya rekreasi dapat menumbuhkan semangat baru, karena
remaja akan merasa mendapat kesegaran baik fisik maupun psikis, sehingga
terlepas dari rasa capai, bosan dan monoton..
e. Pergaulan dengan lawan jenis
Untuk dapat menjalankan peran menurut jenis kelaminya sebaiknya
remaja tidak dibatasi pergaulannya hanya terbatas pada teman yang sesama jenis
kelaminya, namun lebih luas pada teman lawan jenis. Hal ini akan memudahkan
anak dalam mengidentifikasikan sex role behavior yang merupakan sangat
penting dalam persiapan berkeluarga.
f. Pendidikan / sekolah
Sekolah merupakan instansi formal yang mengajarkan berbagi
ketrampilan. Salah satunya adalah ketrampilan – ketrampilan sosial yang
berkaitan dengan cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar yang sesuai
dengan mata pelajarannya.
g. Persahabatan dan solidaritas kelompok
Pada masa remaja peran kelompok dan teman – teman sangat besar. Sering
remaja lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan dengan urusan
keluarga. Hal tersebut merupakan sesuatu yang normal selama kegiatan yang
dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang
laian. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan
agar remaja dapat memiliki pergaualan yang luas bermanfaat bagi perkembangan
psikososialnya.
h. Lapangan kerja
Setiap orang akan menghadapi dunia kerja. Ketrampilan sosial untuk
memilih lapangan kerja sebenarnya telah disiapkan ketika anak masuk sekolah
dasar. Melalui berbagai pelajaran disekolah mereka telah mengenal berbagai
lapangan pekerjaan yang berda di dalam masyarakat. Dengan memahami
lapangan pekerjaan dan ketrampilan – ketrampilan sosial yang dibutuhkan maka
remaja akan dapat menyiapkan diri menuju dunia kerja.
3. Aspek – aspek Keterampilan sosial
Menurut Cartledge dan Milburn (1995) aspek – aspek struktur
keterampilan sosial meliputi;
a. Beginning social skills
Dasar – dasar dalam keterampilan sosial meliputi; mendengarkan,
memulai percakapan, menikmati suatu percakapan, meminta ijin, mengucapkan
terima kasih, memperkenalkan diri sendiri dan memperkenalkan orang lain.
b. Advanced social skills
Tingkat lanjutan dalam keterampilan sosial meliputi ; meminta bantuan,
ikur serta, memberi instruksi, mengikuti istruksi, meminta maaf, meyakinkan
orang lain.
c. Skills for dealing with feelings
Keterampilan yang berhubungan dengan perasaan meliputi; mengetahui
perasaan diri sendiri, pernyataan perasaan, memahami perasaan orang lain,
menghadapi orang yang sedang marah, pernyataan kasih sayang, menghadapi
ketakutan, dan penghargaan kepada diri sendiri.
d. Skill alternative to aggression
Alternatif keterampilan dalam menghadapi aggresi meliputi; meminta ijin,
membantu orang lain, negosiasi, penggendalian diri, menjawab pertanyaan,
berpihak pada kebenaran, menghindar dari gangguan orang lain, menghindari
suatu perkelahian.
e. Skills for dealing with stress
Keterampilan dalam mengatasi tekanan / stress meliputi; menyampaikan
suatu keluhan, menjawab keluhan, melakukan olah raga setelah bermain game,
berpihak kepada teman, menjawab kegagalan, menghadapi suatu kegagalan,
menghadapi pesan yang berlawanan, menghadapi suatu tuduhan, siap menghadapi
percakapan yang sulit, berhadapan dengan kelompok memaksa / penguasa.
f. Planning skills
Keterampilan dalam perencanaan meliputi; mencari penyebab masalah,
perencanaan tujuan, mengetahui kemampuan diri, mengumpulkan informasi,
mendahulukan permasalahan yang penting, membuat suatu keputusan,
konsentrasi pada tugas.
PERSEPSI REMAJA AWAL
Persepsi ialah memberikan makna stimuli inderawi (sensory stimuli).
Dalam hal ini sensasi adalah bagian dari persepsi. Selain itu informasi inderawi
tidak hanya melibatkan sensori, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan
memori. Persepsi merupakan studi bagaimana seseorang mengintegasikan sensasi
kedalam pandangan suatu objek, dan bagaimana seseorang kemudian
menggunakan pandangan ini untuk mendapatkan sesuatu di dunia (Atkinson dkk,
Pengantar dalam berbagai Bagiannya. University Press. Yogyakarta Retno, R.U dan Sartini, N. 2005. Efektivitas Pelatihan untuk Meningkatkan
Ketrampilan Sosial pada Anak Sekolah Dasar Kelas 5. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. Vol.7, No. 1 Mei
Wirawan, S.S. 1989. Psikologi Remaja. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Santoso, S. 2003. Mengatasi Berbagai masalah statistik dengan SPSS Versi 11,5.
Pt Elex Media Komputindo. Jakarta Santrock. J.W. 2003. Adolescensce; Perkembangan Remaja ( terj ).Penerbit
Earlangga. Jakarta Slameto.2002. Peran Ayah dalam pendidikan anak dan hubungannya dengan
prestasi belajarnya. Jurnal Satya wydya vol 15 No. 1,2002 Suwaid, Muhammad. 2003. Mendidik Anak Bersama nabi. Pustaka arafah. Solo Utamadi, G. 2001. Self Esteem dan Peer Pressure Pada Remaja.
http//www.goegle.com Walgito, Bimo.1990. Psikologi Sosial ( Suatu Pengantar ).Yogyakarta: Penerbit
Andi 2006. Pelatihan Ketrampilan Sosial .e-word http//www.goegle.com
IDENTITAS PENELITI
NAMA MAHASISWA : ARIDA SEPTIYANI (03 320 184)
ALAMAT KOST : JL. KALIURANG KM.10 KOS WINDY
BARANSARI NGAGLIK SLEMAN
ALAMAT RUMAH : JL. SUJONO NO.100 RT:06 / RW:01 SUMBER