ASPEK-ASPEK HUKUM PERDATA INTERNASIONAL DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA O L E H : A R S E N S I U S, SH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Di Era globalisasi saat ini ditandai oleh semakin transparannya dunia. Seakan-akan dunia atau negara-negara yang berdaulat tanpa ada pembatas lagi diantara satu negara-dengan negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh kemajuan perkembangan sarana teknologi komunikasi dan elektronika 1 Dengan perkembangan transaksi perdagangan atau bisnis moderen, kebutuhan hukum mengenai kontrak semakin diperlukan. Dalam bisnis internasional, peranan kontrak menjadi penting karena setiap transaksi-transaksi dagang dituangkan dalam berbagai bentuk kontrak tertentu 2 Suatu 1 Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, h. 145. 2 Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, Refika Aditama, Jakarta, 2007, h. 1-2…..Dengan mengutip pendapat David Reitzel dan Atiyah, mengenai arti penting kontrak dalam transaksi perdagangan internasional : “Kontrak adalah lembaga hukum yang paling penting dalam transaksi ekonomi di masyarakat. Peran hukum kontrak bersifat sentral karena dengan meningkatnya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ASPEK-ASPEK HUKUM PERDATA INTERNASIONAL DALAM TRANSAKSI
ELEKTRONIK DI INDONESIA
O L E H :
A R S E N S I U S, SH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Di Era globalisasi saat ini ditandai oleh semakin
transparannya dunia. Seakan-akan dunia atau negara-negara yang
berdaulat tanpa ada pembatas lagi diantara satu negara-dengan
negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh kemajuan perkembangan
sarana teknologi komunikasi dan elektronika1 Dengan perkembangan
transaksi perdagangan atau bisnis moderen, kebutuhan hukum
mengenai kontrak semakin diperlukan. Dalam bisnis internasional,
peranan kontrak menjadi penting karena setiap transaksi-transaksi
dagang dituangkan dalam berbagai bentuk kontrak tertentu2 Suatu1 Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Citra Aditya Bakti,Bandung, 2006, h. 145.2 Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, Refika Aditama,Jakarta, 2007, h. 1-2…..Dengan mengutip pendapat David Reitzel dan Atiyah,mengenai arti penting kontrak dalam transaksi perdagangan internasional :“Kontrak adalah lembaga hukum yang paling penting dalam transaksi ekonomi dimasyarakat. Peran hukum kontrak bersifat sentral karena dengan meningkatnya
perubahan fundamental dalam kontrak bisnis internasioal adalah
dengan pengunaan media elektronik sebagai sarana terbentuknya
transaksi antara para pelaku usaha bisnis. Kondisi ini sangat
berbeda dengan konsep tradisional tentang pengertian kontrak,
yang kita kenal dalam sistem KUHPerd.3
Pengunaan sarana teknologi elektronik dalam transaksi, yang
kemudian lebih dikenal sebagai transaksi elektronik. Pengunaan
istilah dan pengertian transaksi elektronik tidak terdapat
keseragaman4. Dalam hukum positif Indonesia, istilah dan
pengertian transaksi elektronik dimuat dalam UU No 11 Tahun 2008
tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.
Apabila para pihak yang melakukan transaksi dagang berasal
dari satu negara dan tunduk pada satu sistem hukum yang sama,
terhadap persoalan ini tidak akan timbul persoalan untuk
produk yang dihasilkan pekerja berakibat meningkatnya peralihan produk itudari seorang ke pihak lain. Dengan meningkatnya peran lembaga pembiayaan, makaakan mendorong manusia melakukan transaksi bisnis, oleh sebab itu kontrakmenjadi semakin dirasakan.3 Niniek Suparni, Cyberspace Problematika Dan Antisipasi Pengaturannya, SinarGrafika, Jakarta, 2009, h. 63 ….Dalam hukum perdata-bisnis, kegiatan di alammaya ini terjadi dalam bentuk kontrak dagang elektronik (e-commerce). Kontrakdagang tidak lagi merupakan paper-based economy, tetapi digital electroniceconomy. Pemakaian benda yang tidak berwujud semakin tumbuh dan mungkin secararelatif akan mengalahkan penggunaan benda berwujud. 4 Mariam Darus Badrulzaman, Kontrak Dagang Elektronik Tinjauan Dari AspekHukum Perdata, Dalam Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung,2001, h. 283, selanjutnya disebut Mariam Darus Badrulzaman I, ----Mengunakanistilah Kontrak dagang Elektronik, disamping terdapat istilah lain, yaitu WEBContract, E-Commerce…..Demikian juga pendapat Sutan Remy Syahdeini, E-CommerceTinjauan Dari Presfektif Hukum Dalam Kompilasi Hukum Perikatan, Citra AdityaBakti, Bandung, 2001, h. 333, selanjutnya disebut Sutan Remy Sjahdeini I, ----Electronic Commerce, atau disingkat E-Commerce meliputi seluruh spektrumkegiatan bisnis.
penyelesaian hukumnya. Kondisi ini akan sangat berbeda, apabila
salah satu pihaknya adalah pihak asing yang memiliki sistem hukum
yang berbeda dengan hukum berlaku di Indonesia. Terlebih lagi,
hingga saat ini, Indoensia belum memiliki perangkat hukum yang
secara khusus mengatur tentang cyberspace, e-commerce, terutama
transaksi elektronik.5 Meskipun saat ini kita telah memiliki UU
No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik,
namun pengaturan transaksi elektronik hanya diatur pada Bab V
pasal 17 sampai dengan pasal 22. Ketentuan-ketentuan tersebut
belum lengkap dan belum dapat menjawab berbagai persoalan
yuridis mengenai pelaksanaan transaksi elektronik yang dilakukan
oleh para pihak, dalam hal salah satu pihak berasal dari pihak
asing yang tunduk pada hukumnya sendiri6. Demikian juga, apabila
pelaksanaan transaksi elektronik yang dibuat di luar Negara
Indonesia, serta bagaimana penyelesaian hukum terhadap masalah
yuridis dari transaksi elektronik itu. Apakah diselesaiakan
5 Niniek Suparni, op cit, h. 30…UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi belum secara lengkap mengatur mengenai pengunaan telekomunikasi melalui internet, oleh sebab itu kita masih memerlukan UU Internet (Law of Internet) dan UU Siber (Cyber Law) yang mengatur pengiriman dan penerimaan pesan elektronik melalui internet. 6 Agus Sardjono, Prinsip-Prinsip Hukum Kontrak Dalam Cross BorderTransaction : Antara Norma Dan Fakta, Jurnal Hukum Bisnis, Vo. 27 No. 4 Tahun2008, h. 11….Meskipun Indonesia telah memiliki UU tentang Informasi danTransaksi Elektronik, apakah UU itu sudah cukup melindungi pihak konsumen yangmelakukan pembayaran keluar negeri dan mendapat masalah dengan pihak luarnegeri. Apakah UU Transaksi Elektronik itu juga telah memiliki sepertielectronic funds transfer act yang di berlakukan di Amerika Serikat…NiniekSuparni, op cit, h 62….Masalah-masalah legal di internet yang belum dijangkauoleh perangkat hukum secara jelas antara lain kontrak online, privacy, e-commerce, pembayaran elektronis, tanggungjawab pembuat homepage, e-mail, danchat.
melalui badan peradilan atau arbitrase di Indonesia atau badan
peradilan asing
UU Informasi dan Transasksi Elektronik, pada pasal 18 ayat
(3) dan (4), hanya menentukan apabila para pihak tidak menentukan
pilihan hukum dan pilihan forum yang akan diberlakukan bagi para
pihak, maka akan diberlakukan asas-asas hukum perdata
internasional dalam pelaksanaan transaksi elektronik, termasuk
penyelesaian sengketa diantara para pihak. Permasalahan yang
timbul dari pilihan hukum dan pilihan forum dalam transaksi
elektronik dalam bidang perdagangan internasional ternyata tidak
juga secara jelas dan tegas diatur pada Undang-Undang itu.
BAB II
PILIHAN HUKUM DAN PILIHAN FORUM DALAM TRANSAKSI
ELEKTRONIK DI INDONESIA
1. Pengertian Transaksi Elektronik
Istilah transaksi elektronik berbeda dengan istilah
perjanjian yang dikenal dalam KUHPer7. Namun demikian, transaksi
7 Johanes Ibrahim, Kartu Kredit Dilematis Antara Kontrak Dan Kejahatan, RefikaAditama, Bandung, 2004, h. 31, selanjutnya disebut Johanes Ibrahim I,….Istilahkontrak atau perjanjian dalam hukum Indonesia, sama halnya dengan di Belanda,tidak dibedakan antara pengertian contract dan overeenkomst……Huala Adolf, h.19…..Transaksi dagang tidak lagi secara tradisional, tidak terbatas padawilayah, dilakukan tanpa dokumen tertulis. Transaksi, kesepakatan kontrak,penyelesaian sengketa dilakukan melalui teknologi informasi.
elektronik dapat digolongkan sebagai kontrak tidak bernama
(onbenoemde contract) dalam Buku III KUHPerd. Oleh karenanya
dapat diterapkan ajaran umum pada Bab I sampai dengan VI dari
KUHPerd. terhadap transaksi elektronik,8 bahkan apabila
pengaturan e-commerce dilakukan secara analog dari ketentuan
KUHPerd, maka ketentuan dalam Buku III tentang Perikatan dapat
juga diterapkan dalam transaksi elektronik. Beberapa ketentuan
KUHPerd. yang bekaitan dengan hal itu, meliputi pasal 1313
mengenai pengertian perjanjian; pasal 1320, 1332, 1333, 1334,
1317, 1341 mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian; pasal 1347
mengenai isi suatu perjanjian; pasal 1244, 1243, 1245 mengenai
ingkar janji dan ganti kerugian. 9
Secara umum diterima pengertian kontrak adalah perjanjian
tertulis. Bentuk perjanjian adalah bebas, dapat tertulis dan
lisan. Sesuai asas ini, maka diterima oleh hukum perjanjian kita
bentuk elektronik, internet, email, fax dan lain-lain10 Kontrak
dagang elektronik atau electronic commerce (E-Commerce) adalah
salah satu aspek hukum siber, yang terletak dalam ruang lingkup
8 Mariam Darus Badrulzaman I, op cit, h. 295.9 Mariam Darus Badrulzaman, E-Commerce Tinjauan dari Hukum Kontrak DiIndonesia, Majalah Hukum Bisnis, Vol. 12, 2001, h. 37, selanjutnya disebutMariam Darus Badrulzaman II, …“dalam hal kontrak dilakukan di cyberspace,dalam hal ini peraturan dasarnya tidak memiliki perbedaan. Namun,bagaimanapun juga terdapat keadaan di cyberspace yang sama sekali baru dandalam mana tidak ada suatu ketentuan yang berlaku. Ketidakpastian dan resikosangat tinggi. Dalam hal ini kita harus memperhatikan elemen dari cyberspacebargain. Dikarenakan kita memiliki pengaturan cyberspace sangat sedikit, makaakan dirujuk dengan menganalogikan teori-teori hukum yang berkenaan denganperdagangan elektronik.” 10 Idem, h. 284.
hukum perdata, yang memiliki asas-asas yang sama dengan hukum
perjanjian. Asas-asas yang dimaksud meliputi : asas kebebasan
berkontrak, asas konsensual, asas itikad baik, asas keseimbangan,
asas kepatutan, asas kebiasaan, asas ganti kerugian, asas keadaan
memaksa, asas kepastian hukum, asas kepercayaan, asas kekuatan
mengikat, asas persamaan hukum, asas keseimbangan, asas moral,
asas kepatutan, asas internasional, asas yurisdiksi dalam dunia
maya, asas informasi, asas kerahasiaan, asas pengamanan, asas
standar kontrak, asas elektronik, asas domain, asas kuasa, asas
penyerahan,11
Dalam UU tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik,
didefinsikan pengertian transaksi elektronik yaitu perbuatan
hukum yang dilakukan dengan mengunakan komputer, jaringan atau
media elektronik lainnya. Sedangkan kontrak elektronik adalah
perjanjian yang dimuat dalam dokumen elektronik atau media
elektronik lainnya. Yang dimaksud dokumen elektronik adalah
setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,
diterima atau disimpan dalam bentuk analog, digital,
elektromagnetik, optikal atau sejenisnya.12 Dari uraian tadi,
maka transaksi elektronik adalah semua perbuatan hukum, yang
mengunakan media elektronik sebagai sarananya. Transaksi
elektronik yang dituangkan dalam bentuk suatu perjanjian atau
kontrak yang dilakukan melalui media elektronik disebut kontrak
elektronik. Dengan demikian pengertian transaksi elektronik lebih11 Mariam Darus Badrulzaman I, op cit h. 281-281.12 UU No. 11 Tahun 2008, pasal 1 No. 16.
luas dari kontrak elektronik. Kontrak elektronik hanya satu aspek
saja dari pengertian transaksi elektronik. Sebagai
perbandingan, menurut Julian Ding, Electronic Commerce
Transaction adalah transaksi dagang antara penjual dan pembeli
untuk menyediakan barang, jasa atau mengambil alih hak. Kontrak
ini dilakukan melalui media elektronik (digital medium), dimana
para pihak tidak hadir secara fisik. Medium ini terdapat dalam
jaringan umum dengan sistim terbuka yaitu internet atau world
wide web. Transaksi terjadi terlepas dari batas wilayah dan
syarat nasional.13 Demikian juga pendapat Huala Adolf, yang
menyatakan bahwa E-Commerce adalah transaksi-transaksi dalam
perdagangan internasional yang dilakukan melalui pertukaran data
elektronik dan cara-cara komunikasi lainnya. Pertukaran informasi
itu dilakukan melalui berbagai teknologi, salah satunya adalah
Electronic Data Interchange (EDI).14 Sesuai dengan rumusan ini,
maka unsur-unsur pokok dalam suatu kontrak dagang elektronik
adalah :
a. ada kontrak dagang;
b. kontrak dagang dilakukan melalui media elektronik (digital);
c. kehadiran secara fisik tidak lagi diperlukan;
d. kontrak terjadi dalam jaringan publik;
e. Sistemnya terbuka, yaitu dengan internet atau WWW;13 Julian Ding dalam Mariam Darus Badrulzaman, Kontrak Dagang ElektronikTinjauan dari Aspek Hukum Perdata, Seminar tentang Arbitrase Dan E-Commercedi selenggarakan oleh Law Offices Remy&Darus, Surabaya, 6 September 2000, h.284.14 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2005, h. 162., selanjutnya disebut Huala Adolf I.
f. Kontrak lepas dari batas yurisdiksi nasional15
UU Informasi dan Transaksi Elektronik menentukan pengunaan
transaksi elektronik digunakan untuk kegiatan perdagangan dalam
lingkup nasional dan internasional, yang mengunakan sistem
elektronik. Transaksi elektronik terjadi pada saat penawaran
transaksi yang dikirim oleh pengirim telah diterima dan
disetujui penerima, kecuali ditentukan lain. Persetujuan atas
penawaran transaksi itu dilakukan dengan pernyataan penerimaan
transaksi elektronik. Pihak-pihak dalam transaksi elektronik
adalah Pengirim, Penerima, Agen elektronik, serta pihak lain yang
diberi kuasa oleh pengirim dan penerima. Pengirim dalam transaksi
elektronik adalah subyek hukum yang mengirimkan informasi
elektronik dan atau dokumen elektronik, sedangkan penerima
adalah subyek hukum yang menerima informasi elektronik dan atau
dokumen elektronik. Agen elektronik adalah perangkat dari suatu
sistem elektronik yang dibuat untuk melakukan sesuatu tindakan
terhadap suatu informasi elektronik tertentu secara otomatis yang
diselenggarakan oleh orang.16 Tidak ada penjelasan secara tegas
mengenai siapa saja yang dapat diberikan kuasa oleh pengirim atau
penerima dalam transaksi elektronik, hanya kepada pihak yang
dikuasakan harus ditulis dalam surat kuasa.17 Transaksi
elektronik yang dituangkan dalam kontrak elektronik mengikat
15 Mariam Darus Badrulzaman I, op cit, h. 284.16 UU No. 11 Tahun 2008, pasal 20, pasal 21 ayat (1) dan (2) jo pasal 1 No. (8) , (18), (19).17 UU No. 11 Tahun 2008, penjelasan pasal 21 ayat (1).
para pihak18. Format kontrak yang digunakan dalam transaksi
elektronik adalah baku atau standar. Hal ini sesuai kebutuhan
dalam transaksi elektronik yang menghendaki transaksi dilakukan
secara cepat.19
Dalam pasal 1313 KUHPerd. dinyatakan bahwa : ”suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana pihak satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.20
Dari ketentuan itu, maka suatu perjanjian haruslah memenuhi
syarat subyektif (orangnya) dan syarat obyektif (obyeknya).21
Tidak dipenuhinya syarat subyektif, maka perjanjian dapat
dibatalkan (vernietigbaar). Bila syarat obyektif tidak dipenuhi,
maka perjanjian itu batal demi hukum (nietig). Apabila ketentuan
ini dikaitkan dengan pembuatan transaksi elektronik, maka para
18 UU No. 11 Tahun 2008, pasal 18 ayat (1).19 Huala Adolf I, Op cit h. 40, 163…Manfaat lainnya dalam transaksi e-commerce adalah :a. transaksi dagang lebih produktif, efisien, dan bersaing;b. lebih memberi kecepatan dan ketepatan kepada konsumen;c. mengurangi biaya administratif;d. memperkecil masalah-masalah sebagai akibat perbedaan budaya , bahasa
dan praktek perdagangan;e. meningkatkan pendistribusian logistik;f. memungkinkan perusahaan-perusahaan kecil untuk menjual produknya secara
global. 20 Johanes Ibrahim I, op cit h. 29-30---R. Setiawan berpendapat rumusanperjanjian yang dimuat dalam pasala 1313 BW belum lengkap dan sangat luas.Disebut belum lengkap karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja.Terlalu luas karena kata “perbuatan” juga berarti perbuatan sukarela danperbutan melawan hukum. Jadi sebaiknya dalam rumusan perjanjian itu termuatpengertian perbuatan hukum untuk tujuan menimbulkan akibat hukum danmenambahkan perkataan “ atau saling mengikatkan dirinya”.21 Pasal 1320 KUHPer menentukan keabsahan suatu perjanjian ditentukan 4 syaratyaitu : sepakat para pihak yang mengikatkan dirinya; kecakapan para untukmembuat perikatan; suatu hal tertentu; dan suatu sebab yang hal.
pihak terlebih dahulu sepakat mengenai pengunaan sistem
elektronik tertentu dalam melakukan transaksi elektronik.22
Syarat subyektif dan obyektif juga harus terpenuhi dalam
pembuatan transaksi elektronik, apabila tidak memenuhi syarat,
maka transaksi elektronik batal demi hukum atau dapat dilakukan
pembatalan. Kontrak elektronik adalah kontrak baku yang
dirancang, dibuat, ditetapkan, digandakan, dan disebarluaskan
secara digital melalui situs di internet (website) secara sepihak
oleh pembuat kontrak (dalam hal ini pelaku usaha), untuk ditutup
secara digital pula oleh penutup kontrak (dalam hal ini
konsumen). Sebagai kontrak baku, didalamnya juga terkandung
ciri-ciri khas yaitu : kontrak elektronik dapat dilakukan jarak
jauh, melewati batas-batas tertorial negara melalui internet;
kontral elektronik tidak perlu dilakukan dengan cara bertatap
muka (faceless nature); kontrak elektronik digunakan untuk
transaksi di bidang barang, yaitu barang bergerak, barang tak
bergerak, barang tak bertubuh, dan jasa berupa jasa komersial dan
jasa profesional23
Pengaturan mengenai tanggungjawab atas segala akibat hukum
dari suatu transaksi elektronik menentukan bahwa: segala akibat
hukum dari pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggungjawab
dari pihak-pihak yang membuat transaksi elektronik itu, dalam hal22 UU No. 11 Tahun 2008, pasal 19…Pada pasal 1 No. 4, dinyatakan bahwa sistemelektronik dimaksudkan untuk mengumpulkan, mempersiapkan, menyimpan,memproses, mengumunkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi elektronik. 23 Johanes Ibrahim, Reorientasi Hukum Kontrak Di Indonesia, Jurnal HukumBisnis Vol 22 No. 6 Tahun 2006, h. 46., selanjutnya disebut Johanes IbrahimII.
ini pihak pengirim dan penerima. Jika transaksi itu dilakukan
melalui kuasa, maka tanggungjawabnya terletak pada pemberi kuasa,
demikian juga apabila transaksi elektronik itu dilakukan melalui
agen elektronik, ia bertanggungjawab atas segala akibat hukum
yang dilakukannya. Demikian juga apabila Kerugian transaksi
elektronik disebabkan gagal beroperasinya agen elektronik akibat
tindakan pihak ketiga. Apabila gagal beroperasinya karena akibat
kelalaian dari pihak penguna jasa layanan, maka akibat hukumnya
menjadi tanggungjawab pengguna jasa layanan. Pengecualian dari
tanggungjawab dan akibat-akaibat hukum dalam pelaksanaan
transaksi elektronik oleh para pihak atau pihak pemberi kuasa
atau agen elektronik tidak dapat diberlakukan apabila timbulnya
keadaan memaksa dan adanya keslahan atau kelalaian dari pihak
pengguna sistem elektronik itu. 24
2. Transaksi Elektronik Dalam Perdagangan Internasional
Suatu kontrak atau transaksi yang didalamnya memuat unsur-
unsur asing, kontrak seperti ini disebut kontrak dagang
internasional25. Prinsip fundamental dan prinsip-prinsip hukum24 UU No. 8 Tahun 2011, pasal 21.25 Gunawan Widjaja, Aspek Hukum Dalam Kontrak Dagang Internasional : Analisisyuridis Terhadap Kontrak Jual Beli Internasional, Jurnal Hukum Bisnis, Vo. 27N0. 4 Tahun 2008 h. 24…..Tidak ada pengertian atau rumusan yang tegasmengenai perjanjian perdagangan internasional atau kontrak daganginternasional. Transaksi perdagangan internasional adalah transaksi jual belilintas negara. Transaksi itu menyebabkan pilihan hukum antara dua sistemhukum yang berbeda. Keberadaan unsur asing dalam transaksi daganginternasional, terletak pada perlihan fisik dari kebendaan yang diperjualbelikan dari satu negara ke negara lain. Peralihan fisik kebendaan inilahbanyak menimbulkan persoalan-pesoalan hukum dalam transaksi dagang
kontrak yang terkandung dalam kontrak dagang internasional
meliputi : prinsip fudamental supremasi hukum nasional, prinsip
kebebasan berkontrak, prinsip pacta sunt servanda, prinsip itikad
baik.26 Prinsip fundamental supremasi hukum adalah hukum nasional
tidak dapat diganggu gugat keberadaannya, kekuatan mengikatnya
bersifat mutlak. Setiap benda, subyek hukum, perbuatan atau
peristiwa hukum, termasuk transaksi dagang yang dimuat dalam
kontrak, yang terjadi dalam wilayah suatu negara tunduk pada
hukum nasional. Prinsip kebebasan berkontrak adalah para pihak
bebas menutup kontrak. Para pihak bebas menetapkan bentuk dan isi
kontrak berdasarkan kesepakatan mereka. Prinsip pacta sunt
servanda adalah pelaku usaha melaksanakan kesepakatan-kesepakatan
yang telah disepakatinya atau dituangkan dalam kontrak. Prinsip
itikad baik (good faith) harus ada pada saat negosiasi,
pelaksanaan kontrak, hingga penyelesaian sengketa.
Transaksi elektronik atau Kontrak dagang elektronik memiliki
ruang lingkup dan bidang yang multidisipliner, mencakup bidang
teknik berupa jaringan dan telekomuikasi, pengamanan, penyimpanan
dan pengambilan data dari multi media; bidang pemasaran,
penjualan, pembayaran, penagihan; serta aspek-aspek lainnya yaitu
information privacy, perpajakan, hak milik intelektual, pembuatan
perjanjian dan penyelesaian hukum lainnya.27 Dalam suatu
peristiwa hukum atau hubungan hukum keperdataan, para pihaknya
internasional. 26 Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, Refika Aditama,Jakarta, 2007, h. 19., selanjutnya disebut Huala Adolf II.27 Mariam Darus Badrulzaman I, op cit, h. 283.
yang tunduk pada satu sisitem hukum yang sama, maka tidak banyak
menimbulkan persoalan-persoalan hukum, tetapi apabila salah satu
pihak berasal dari pihak asing, maka seringkali timbul kesulitan-
kesulitan bagi para pihak dalam menentukan aturan hukum yang akan
diberlakukan bagi mereka atau cara-cara penyelesaian apabila
timbul sengketa. Perbuatan hukum atau hubungan hukum yang salah
satu unsurnya mengandung unsur-unsur asing, menjadi ruang lingkup
hukum perdata internasional28 Beberapa permasalahan yuridis yang
timbul dalam transaksi elektronik itu adalah pengunaan domain
name; alat bukti dalam pembuktian; pengakuan ”pemberitahuan e-
mail’ sebagai pemberitahuan tertulis, perpajakan internet
berkaitan dengan HAKI; perlindungan bagi konsumen dalam transaksi
e-commerce; hubungan para pihak yang melakukan transaksi e-
commerce; perlindungan hukum terhadap the right of privacy;
pilihan hukum yaitu pilihan mengenai hukum negara mana yang
diberlakukan dalam hal transaksi e-commerce merupakan transaksi
antar negara; yurisdiksi peradilan (choice of forum), yaitu
pilihan mengenai pengadilan mana yang berwenang menyelesaikan
sengketa antara para pihak yang melakukan transaksi e-commerce.29
28 Bayu Setyo Hardjowahono, Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional, Buku I,Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006. h. 3…..Sistim hukum dari negara berdaulatsering kali dihadapkan pada masalah-masalah hukum yang tidak bersifat intrerndomestik, tetapi menunjukkan adanya unsur-unsur asing (foreign element).Hubungan hukum keperdataan atau non keperdataan yang melewati batas-batastertorial negara atau transnasional diatur dalam hukum perdata internasional.Foreign element itu berarti suatu pertautan dengan sistem hukum lain diluarsistem hukum negara forum, dan pertautan itu ada dalam fakta dan perkara itu.29 Sutan Remy Syahdeini, E-Commerce Tinjauan dari Presfektif Hukum, MajalahHukum Bisnis, Vol 12 2001, h. 19., selanjutnya disebut Sutan Remy SyahdeniII.
Dalam UU Informasi dan Transaksi Elektronik tidak
menjelaskan secara rinci bidang-bidang atau jenis-jenis dari
transaksi elektronik. Pengunaan transaski elektronik digunakan
untuk kegiatan perdagangan, baik nasional maupun internasional,
yang mengunakan sistem elektronik (electronic commerce).
Pengunaan dan pemanfaatan teknologi informasi juga dapat
dilakukan oleh penyelenggara negara untuk kepentingan pemerintah
di pusat dan daerah, serta oleh orang, badan usaha, dan
masyarakat untuk memberikan manfaat bagi masyarakat luas 30
Sebagai perbandingan, menurut United Nation Convention on the use
of Electronic Communications in International Contracts 2005,
antara lain diatur : Konvensi berlaku terbatas pada :
(1) Kontrak yang dialkukan dengan mengunakan komunikasi
elektronikoleh para pihak yang tempat usahanya berada di
negara berbeda. Ketentuan ini menentukan faktor nasionalitas
dari para pihak. Bidang, jenis transaksi, serta bentuk
kontrak tidak menjadi faktor yang menentukan untuk berlakunya
konvensi ini.
(2) Transaksi konsumen atau transaksi untuk keperluan rumah
tangga.
(3) Transaksi tukar menukar yang terkait dengan kegiatan
perbankan.
(4) Konvensi juga tidak berlaku untuk transaksi terkait transfer
hak-hak jaminan, peralihan hutang, jual beli jaminan dan
30 UU No. 11 Tahun 2008, pasal 17.
sejenisnya, serta transaksi surat berharga, surat utang,
surat pengangkutan laut, dokumen-dokumen pengangkutan di
laut.31
3. Asas-Asas Hukum Perdata Internasional Dalam Transaksi
Elektronik
Dalam UU Informasi Dan Transaksi Elektronik, telah
ditentukan mengenai pengunaan asas-asas hukum perdata
internasional bagi para pihak dalam pembuatan transaksi
elektronik yaitu apabila para pihak tidak melakukan pilihan
hukum dari sistim hukum tertentu atau apabila para pihak tidak
melakukan pilihan forum, penetapan kewenangan pengadilan,
arbitrase atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif.32
Sesuai dengan ketentuan ini berarti para pihak dalam pembuatan
transaksi elektronik terlebih dahulu menetapkan pilihan hukum
tertentu dalam pembuatan transaksi elektronik diantara mereka,
kemudian menetapkan pilihan forum dalam penyelesaian sengketa.
Kondisi demikian menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara
transaksi elektronik dengan hukum perdata internasional,
terutama dalam penentuan hukum yang berlaku bagi para pihak yang
melakukan transaksi serta penentuan kompetensi forum untuk
menyelesaian persoalan-persoalan hukum yang timbul dari para31 Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, Refika Aditama,Bandung, 2007, h. 40-41……Niniek Suparni, op cit, h. 95-96….Singapura telahmemiliki Electronic Transaction Act 1998, yang memuat pengaturan transaksielektronik. EU Directive on Electronic Commerce 2000, yang diberlakukan dinegara-negara Uni Eropa. 32 UU No. 11 Tahun 2008, pasal 20 ayat (2), (3), (4), (5).
pihak. Dalam cross border transaction, tidak ada persoalan bila
salah satu pihak belum memiliki cyber law, karena penjual dari
negara-negara maju memiliki kencendrungan untuk memberlakukan
hukum dari negara penjual sebagai choice of law dan choice of
forum. Untuk transaksi bernilai tinggi diperlukan kecermataan
khusus berkaitan dengan lex causae dan forum competence.
Berkaitan dengan hal itu, terdapat 2 prinsip forum kompetentie
yaitu : the principle of basic of presence, yaitu kewenangan
pengadilan untuk mengadili ditentukan tempat tergugat berada; dan
prinsip the principle of effectiviness, yang ditentukan oleh
tempat harta benda tergugat berada sehingga sangat mungkin
dieksekusi. Kompentensi ini berperan dalam menentukan kewenangan
forum pengadilan atau arbitrase dalam penyelesaian kasus-kasus
hukum perdata internasional dalam aktivitas cyberspace 33
Pilihan Hukum (Choice Of Law)
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pilihan hukum adalah :
Prinsip kebebasaan para pihak, adalah kesepakatan para pihak
dalam menentukan hukum yang akan berlaku bagi para pihak; Prinsip
Bonafide, yaitu pilihan hukum itu didasarkan atas itikad baik;
Prinsip Real Connection, yaitu pilihan hukum yang disepakati itu
harus memiliki hubungan atau kaitan dengan para pihak. Fungsi
klausul pilihan hukum adalah : untuk menentukan hukum apa yang
akan digunakan atau menerankan syarat-syarat kontrak atau hukum33 Ahmad M. Ramli, Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Dalam Transaksi E-Commerce, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 18 Maret 2002, h. 15.
yang akan menentukan dan mengatur kontrak; menghindari ketidak
pastian hukum yang berlaku terhadap kontrak selama pelaksanaan
kewajiban-kewajiban kontraktual dari para pihak; sebagai sumber
hukum manakala kontrak tidak mengaturnya. Macam-macam pilihan
hukum itu meliputi pilihan hukum secara tegas yang ditentukan
dalam klausul pilihan hukum yang dimuat dalam kontrak; pilihan
hukum secara diam-diam, dalam hal para pihak tidak secara
spesifik membuat klausul pilihan hukum dalam kontrak; pilihan
hukum yang diserahkan pada pengadilan, apabila para pihak
menyerahkan kasus perselisihannya di pengadilan serta tidak ada
pilihan hukum, dalam arti para pihak tidak mencantumkan klausul
pilihan hukum dalam kontrak. Tidak dicantumkannya pilihan hukum
itu tidak akan mempengaruhi status dan keabsahan kontrak, hanya
Kontrak seperti ini bersifat tidak lengkap atau defektif.34
Dalam transaksi elektronik yang mengandung unsur-unsur asing
atau salah satu pihak dari warga negara asing atau tempat
pembuatan transkasi berada di luar Indoensia, maka untuk
menentukan hukum manakah yang akan diberlakukan terhdap
transaksi elektronik itu.35 Hukum kontrak atau ketentuan-34 Huala Adolf II, op cit, h. 140-147.35 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Hukum Dagang Internasional, RefikaAditama, Bandung, 2006, h. 5…Untuk menentukan hukum yang berlaku dalam suatuperjanjian perdagangan internasional dapat dilakukan dengan beberapa cara :1. Secara tegas ditentukan dalam perjanjian yang menentukan hukum yang akanberlaku bagi perjanjian itu;
2. Secara diam-diam, bila dalam perjanjian tidak ditentukan hukum yang akandiberlakukan dalam perjanjian itu, maka secara tidak tegas atau diam-diamditentukan hukum yang akan berlaku dalam perjanjian;
3. Secara dugaan, bila tidak terdapat ketentuan yang secara tegas ataudiam-diam maka dapat dilihat dari unsur-unsur atau ketentuan yang dapat
ketentuan transaksi elektronik yang diatur oleh hukum Indonesia
atau pihak asing. Asas yang utama dalam hukum perdata
internasional mengenai perjanjian atau kontrak adalah hukum yang
dipilih dan disepakati oleh para pihak dalam perjanjian atau
kontrak36 Pilihan hukum sebagai perwujudan asas kebebasan
berkontrak, dibatasi oleh ketertiban umum (public policy)37 dan
pilihan hukum bukan mengenai kaidah memaksa (dwigen recht).
Pilihan hukum dalam cross border transaction sangat diperlukan
apabila timbul conflic of law, yaitu ketika timbul dispute dari
para pihak yang berbeda sisitim hukumnya. 38 Pembatasan atas
pilihan hukum juga disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi
kehidupan moderen, seperti perlindungan konsumen, pencegahan
menjadi dasat untuk menduga atau menganggap bahwa perjanjian itu tundukpada sistim hukum tertentu;
4. Secara hipotesis, yaitu berdasarkan pilihan atau ketentuan hakim. 36 Bayu Seto Hardjowahono, op cit, h. 237 Sudargo Gautama, Indonesia Dan Konvensi-Konvensi Hukum PerdataInternasional, Alumni, Bandung, 2005, h. 258-261….Dengan ketertiban umum(openbareorder, public policy, public order) dimaksudkan pengunaan hukumnasional sendiri atau hukum dari hakim itu sendiri, dengan mengenyampingkanhukum asing, karena bertentangan dengan perasaan dan sendi-sendi asasi darihukum dan masyarakat hakim itu sendiri. Namun penggunaan alasan ketertibanumum harus dipakai secara hemat, irit, dan tidak royal. Pengunaan alasanketertiban umum tidak selalu harus mengunakan hukum nasional kita sendiri, danmenganggap hukum asing selalu menyimpang dari hukum nasional. Sehingga kitamenanggap hukum kita adalah dewa dan paling benar, Sikap demikian tidak sehatdan tidak bisa membuat hukum perdata internasional menjadi tumbuh denganbaik…..Bayu Seto Hardjowahono, op cit, h. 131….menjelaskan bahwa yang dimaksudkaidah-kaidah memaksa (mandatory Rules, dwigen recht) dalam hukum perdatainternasional adalah aturan-atuaran hukum tertulis yang tidak dapatdikesampingkan oleh para pihak melalui kesepakatan para pihak dalamperjanjian. Pemberlakuan mandatory rules tanpa memperhatikan isi kaidah hukumasing yang seharusnya diberlakukan. Mandatory rules akan membatasi kebebasanpara pihak dalam transaksi-tarnsaksi internasional. 38 Agus Sarjono, op cit, h. 10.
penyalahgunaan wewenang dari penguasa ekonomi serta menjaga iklim
persaingan usaha yang adil dalam ekonomi pasar.39 Pilihan hukum
harus jelas dan tegas dalam kontrak yang dibuat, biasanya dengan
klausul “governing law”40 atau “applicable law”. Keabsahan
kontrak didasarkan atas pilihan hukum yang telah disepakati para
pihak dalam kontrak itu. Demikian juga apabila timbul
perselisihan diantara kedua belah pihak, maka hakim atau arbiter
yang akan memutus perkara itu akan merujuk pada hukum yang
dipilih oleh para pihak. Jika pilihan hukum tidak ditentukan
dalam kontrak atau transaksi itu, disinilah berbagai permasalahan
yuridis akan timbul. Untuk menjawab persoalan mengenai hukum yang
akan diberlakukan terhadap suatu kontrak atau transaksi yang
tidak dengan tegas menentukan pilihan hukum, maka dalam teori-
teori hukum perdata internasional dikenal adanya teori lex loci
contractus, mail box theory, teori of declaration, lex loci
solutionis, the proper law of contract, the most characteristic
connection. Dalam menentukan teori mana yang akan dipergunakan
untuk menentukan hukum yang berlaku terhadap suatu kontrak sangat
39 Ridwan Khairandy, Tiga Problema Hukum Dalam Transaksi Bisnis InternasionalDi Era Globalisasi Ekonomi, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 27 No. 4 Tahun 2008, h.42. 40 Gunawan Widjaja, Aspek Hukum Dalam Kontrak Dagang Internasional : AnalisaYuridis Terhadap Kontrak Jual Beli Internasional, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 27No. 4 Tahun 2008, h. 32….Pengertian choice of law dan governing law memilikiperbedaan cukup mendasar. Choice of law berarti pilihan hukum bagi para pihakdalam menentukan hukum yang mengatur hubungan dan pelaksanaan perjanjiandiantara para pihak. Sedangkan pengertian governing law (hukum yang berlaku)yaitu hukum yang berlaku untuk mengatur hubungan hukum tertentu, baik karenapilihan hukum para pihak (choice of law) atau karena berlakunya hukum perdatainternasional. Jadi pengertian governing law lebih luas dari choice of law.
beragam dari masing-masing hukum perdata internasional dari
setiap negara, tergantung pada titik-titik pertalian yang
dianutnya.41
Untuk menghindari berbagai macam persoalan-persoalan hukum
berkenaan dengan timbulnya pelaksanaan kontrak, penafsiran
kontrak, atau perselisihan kontrak diantara para pihak, maka
pilihan hukum adalah cara yang paling tepat untuk menentukan
hukum yang berlaku bagi suatu kontrak yang dibuat.42 Bagi41 Ridwan Khairandy, op cit, h. 43……Bayu Seto Hardjowahono, op cit, h.284-295…Penjelasan atas pengertian asas-asas itu adalah : The proper law of thecontract, menurut cheshire, adalah pengertian praktikal dan ringkas untukmengambarkan konsep tentang hukum yang mengatur banyak hal yang mempengaruhisuatu kontrak atau tentang hukum yang diberlakukan forum untuk menetapkanhak dan kewajiban yang timbul dari kontrak. Asas lex loci contractus adalah hukum tempat dari tempat pembuatan kontrak,termasuk tempat dilaksanakannya tindakan terakhir yang dibutuhan untukterbentuknya kontrakAsas lex loci solutionis adalah tempat pelaksanaan perjanjian adalah tempatyang lebih relevan dengan kontrak.Asas party outonom adalah kebebasan para pihak yang membuat kontrak untukmenentukan hukum yang belaku bagi kontrak yang dibuat oleh mereka. Asas inikemudian memunculkan pilihan hukum (choice of law atau rechtskeuze). Hukumyang dipilih oleh para pihak itu diakui sebagai “the proper law of contract “The most characteristic connection, merupakan teori yang dipelopori oleh Rabeldan A. Schnitzer. Menurut teori ini maka the proper law of contract adalahsistem hukum dari pihak yang dianggap memberikan prestasi yang khas dalamsuatu kontrak......Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, RajaGrapindo Persada, Jakarta, 2005, h. 162-163....Theory of declaration (TeoriDeklarasi), yang danut di negara-negara civil law, bahwa dalam suatuperjanjian penerimaan penawaran oleh pihak yang ditawari harus dinyatakan.Surat pernyataan penerimaan penawaran harus sampai kepada pihak yangmenawarakan dan penerimaan penawaran tersebut harus diketahui oleh pihak yangmenawarkan. Sedangkan menurut Mail box theory, yang banyak dianut di negara-negara common law, bahwa salah satu pihak yang mengirimkan surat yang berisipenerimaan atas penawaran yang diajukan oleh pihak lainnya. 42 Ridwan Khairandy, op cit, h. 43….Demikian pula dikemukakan oleh MariamDarus Badrulzaman I, op cit, h. 302-304….Permasalahan-permasalahan yang timbuldari transaksi e-commerce jika para pihak berasal dari negara-negara yangmenganut aturan hukum berbeda atau bahkan belum memiliki ketentuan cyberspace,
Indonesia, dalam hal perjanjian dagang internasional, mengunakan
ketentuan hukum yang dipilih dalam perjanjian itu. Apabila tidak
ada ketentuan seperti itu, barulah mengunakan titik taut dari
pihak yang mempunyai prestasi paling karesteristik untuk kontrak
itu (the most characteristic connection).43
Pilihan Forum (Choice Of Forum)
Klausul choice of forum, choice of jurisdiction, choice of
court, merupakan istilah-istilah yang dipergunakan untuk pilihan
forum bagi para pihak dalam pembuatan suatu kontrak, guna
menentukan kepastian forum yang akan digunakan dalam penyelesaian
sengketa kontraknya. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pilihan
forum ini meliputi kebebasan para pihak, adalah kebebasan para
pihak untuk menentukan forum yang dipilih untuk menyelesaikan
sengketa di antara mereka; prinsip bonafide, apa yang disepakati
para pihak harus dihormati dan dilaksanakan dengan itikad baik;
prinsip prediktibilitas dan efektivitas, pilihan forum harus
didasarkan pada pertimbangan apakah forum yang menangani sengketa
untuk menentukan hukum yang berlaku atas transaksi e-commerce itu juga apabilatimbul perselisihan diantara mereka. Yurisdiksi pengadilan mana yangberwenang untuk menyelesaikan sengketa dari para pihak. Jawaban atas persoalanitu terletak dalam lingkup hukum perdata internasional. Dengan menentukanpilihan hukum secara tegas dan juga menentukan klausula pilihan pengadilanatau arbitrase dalam perjanjian yang dibuat para pihak, adalah salah satucara untuk mengatasi berbagai kemungkinan timbulnya masalah perjanjian itudikemudian hari. 43 Sudargo Gautama, Hukum Dagang Dan Arbitrase Internasional, Citra AdityaBakti, Bandung, 1991, h. 468….lihat juga RUU HPI pada Bab III Perikatan pasal14, terutama ayat 2 No. (g)… yang menentukan bahwa ” bagi perjanjian-perjanjian yang tidak disebut dalam ayat ini akan berlaku hukum dari tempatpihak yang melakukan prestasi paling karakteristik dalam perjanjian tersebut”.
suatu kontrak akan dapat diprediksi kewenangannya dalam memutus
suatu sengketa serta efektivitas ditaati atau dilakanakannya
suatu putusan forum; prinsip yurisdiksi eksklusif, dalam hal ini
pilihan forum harus tegas, eksklusif, tidak menimbulkan
yurisdiksi ganda.44 Untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya
persoalan yuridis dari para pihak berkenaan dengan pelaksanaan
suatu kontrak atau timbulnya perbedaan penafsiran suatu kontrak,
maka dapat diatur sesuai kesepakatan para pihak untuk memasukkan
klausul choice of yurisdiction atau choice of forum. Para pihak
yang membuat perjanjian memiliki kebebasan dalam menentukan
pilihan forum yang disepakatinya. Mereka bisa menyimpang dari
kompetensi relatif dengan memilih hakim lain Para pihak tidak
diperkenankan menjadikan suatu peradilan menjadi tidak berwenang
bilamana menurut kaidah hukum intern negara yang bersangkutan
menjadi tidak berwenang.45 Pilihan akan kewenangan pengadilan
atau arbitarse dapat dilakukan disalah satu pihak atau pada
negara tertentu yang disepakati. Pengadilan atau arbitrase
sebelum mengadili perkara maka telebih dahulu menentukan apakah
ia berwenang untuk mengadili atau tidak. Salah satu cara untuk
mengetahui kewenangan mengadili itu adalah dengan melihat klausul
44 Huala Adolf II, op cit. h. 163-168.45 Pengecualian dari sifat terbuka bagi para pihak dalam pilihan forum,mengenai perkara perdata atau dagang yang bersifat internasional adalahberkenaan dengan status atau kewenangan orang atau badan hukum keluarga, yangditentukan menurut Convention on the Choice of Court 1965, seperti dalam halkewajiban atau hak-hak pribadi atau finansial antara orant tua dan atau antarasuami dan isteri; alimentasi; warisan; kepalitian; hak-hak atas benda tidakbergerak.
pilihan yurisdiksi atau pilihan forum yang ditentukan dalam
perjanjian antara para pihak46. Berkaitan dengan itu, pilihan
forum juga mempunyai beberapa pembatasan berupa pilihan forum
tidak boleh dilakukan dengan penipuan oleh para pihak; pilihan
forum berkaitan dengan kewenangan pokok perkara oleh pengadilan;
pembatasan kewenangan pengadilan terhadap para pihak yang
bersengketa; forum non convenience; tidak efektif atau tidak
berfungsinya forum yang dipilih; serta tidak melanggar ketertiban
umum.47 Dengan demikian apabila hakim yang mengadili perkara
yang didalamnya ada unsur asing, menemukan adanya pilihan forum
yang menunjuk pada badan peradilan lain atau badan arbitrase
lain, maka hakim itu harus menyatakan dirinya tidak berwenang
untuk mengadili perkara itu. Demikian juga apabila para pihak
telah menentukan pilihan forum pada arbitrase tertentu, maka
pengadilan tidak berwenang untuk mengadili perkara itu. Dalam
prakteknya, para pihak memiliki kecendrungan untuk melakukan
pilihan yurisdiksinya pada arbitrase tertentu. Pilhan pada forum
arbitrase telah diatur dalam Covention on the Recognation and
Enforcement of Foreign Arbitral Awards 195848 Dalam kaitan ini,
di Indonesia telah ada UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan
46 Sutan Remy Sjahdeini I, op cit, h. 356… Kesulitan-kesulitan yang timbulapabila terjadi sengketa para pihak dalam transaksi e-commerce, dapatdihindari dengan menentukan pilihan pengadilan atau arbitrase dalampenyelesaian sengketa para pihak, yang dimasukan dalam klausul arbitrase atauprovisons arbitration dalam transaksi itu. 47 Huala adolf II, op cit, h. 166-172.48 Konvensi ini lebih dikenal sebagai Konvensi New York Tahun 1958. Indonesiaadalah salah satu negara peserta konvensi dengan Keppres No. 34 Tahun 1981.
Alternatif Penyelesaian Sengketa, pada pasal 3 ditentukan bahwa
pengadilan tidak berwenang mengadili sengketa dari para pihak
yang terkait dalam perjanjian arbitrase.
Mengenai pilihan forum sehubungan dengan timbulnya
perselisihan anatar para pihak dalam transaksi elektronik di
Indonesia, maka perlu diperhatikan ketentuan mengenai
yurisdiksi pemberlakuan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi
Elektronik, yaitu berlaku di wilayah negara Republik Indonesia
serta di luar wilayah Negara Indonesia apabila perbuatan
transaksi elektronik memiliki akibat hukum di wilayah Indonesia
dan atau diluar wilayah Indonesia dan merugikan kepentingan
Indonesia. Dengan demikian yurisdikai berlakunya UU ini meliputi
: perbuatan hukum yang berlaku di Indonesia dan di luar wilayah
Indonesia; perbuatan hukum itu dilakukan oleh warga negara
Indonesia, badan hukum Indonesia, warga negara asing, badan hukum
asing; perbuatan hukum itu memiliki akibat hukum di Indonesia dan
merugikan kepentingan Indonesia, yaitu kepentingan ekonomi
nasional, perlindungan data strategis, pertahanan dan keamanan
negara, kedaulatan negara, warga negara dan badan hukum
Indonesia.49 Ketentuan itu tidak secara tegas menentukan
kewenangan dari badan peradilan atau arbitarse menurut hukum
Indonesia, namun dapat menjadi dasar bagi hakim atau badan
peradilan untuk menyelesaiakan setiap kasus berkenanan dengan
transaksi elektronik yang terjadi di dalam atau di luar wilayah49 UU No. 11 Tahun 2008, pasal 21 ayat (3), (4), (5). Jo pasal (2) sertapenjelaannya.
negara Indonesia yang dilakukan oleh warga negara Indonesia,
badan hukum Indonesia, warga negara asing dan badan hukum asing
yang menimbulkan akibat hukum dan merugikan kepentingan
Indonesia.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil pembahasan pada Bab II, maka dapat
disimpulkan :
a. Dalam transaksi elektronik, para pihak yang berasal dari dua
negara yang berbeda tunduk pada hukumnya masing-masing, memiliki
kebebasan untuk secara tegas menentukan klausul pilihan hukum
atau pilihan forum dalam transaksi elektronik yang dibuat. Hal
itu diperlukan untuk menghindari persoalan-persoalan hukum yang
dapat timbul dalam pelaksanan transaksi elektronik serta dalam
penyelesaian hukum melalui badan peradilan atau arbitrase yang
telah ditentukan.
b. Dalam hal klausul pilihan hukum atau pilihan forum tidak
ditentukan dalam transaksi elektronik yang dibuat para pihak,
maka untuk penyelesaian masalah hukum yang timbul berkenaan
dengan menentukan hukum yang akan berlaku dan menentukan badan
peradilan atau arbitrase dalam penyelesaian sengketa,
digunakanlah asas-asas hukum perdata internasional berupa : asas
the proper law of contract, lex loci contractus, lex loci
solutionis, party outonom, the most characteristic connection,
theory of declaration, mail box theory. Asas mana yang
dipergunakan oleh para pihak, tergantung pada titik-titik
pertalian yang memiliki karakteristik paling erat dari transaksi
elektronik itu. Untuk pilihan forum maka asas-asas yang
dipergunakan adalah prinsip kebebasan para pihak, prinsip
bonafide, prinsip prediktibilitas dan efektivitas serta prinsip
yurisdiksi eksklusif. Selain itu juga terdapat asas : the
principle of basic of presence, yaitu kewenangan pengadilan untuk
mengadili ditentukan tempat tergugat berada; dan prinsip the
principle of effectiviness, yang ditentukan oleh tempat harta
benda tergugat berada sehingga sangat mungkin dieksekusi. Di
Indonesia, pilihan hukum itu cendrung menganut asas the most
characteristic connection. Untuk pilihan forum, badan peradilan
dalam memeriksa atau menyelesiakan sengketa tetap berpedoman pada
pasal 2 UU No. 11 Tahun 2008. Sedangkan untuk penyelesaian
melalui arbitrase, dilakukan sesuai dengan pasal 3 UU No. 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.
2. Saran-Saran
a. Pengaturan transaksi elektronik dalam UU No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik masih belum lengkap
seperti dalam hal electronic funds transfer, kontrak online,