MUTLAQ DAN MUQOYYAD M A K A L A H Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ”Ulumul Qur’an II ” Dosen Pengampu : Afiful Ikhwan, M.Pd.I Oleh : ARSITA DEWI 2013471917 PAI – SMT 3 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMSEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MUHAMMADIYAH TULUNGAGUNG OKTOBER 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MUTLAQ DAN MUQOYYAD
M A K A L A H
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
”Ulumul Qur’an II ”
Dosen Pengampu :
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Oleh :
ARSITA DEWI
2013471917
PAI – SMT 3
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMSEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MUHAMMADIYAH TULUNGAGUNG
OKTOBER 2014
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat –Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul MUTLAQ DAN MUQOYYAD ini
tepat pada waktunya.
Alhamdulillah dengan selesainya makalah ini yang tujuan di susunya adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ummul Qur’an II, oleh karena itu kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam(STAI) Muhammadiyah Tulungagung Bpk Nurul
Amin, M.Ag.
2. Dosen pengampu yang memberi bimbingan dalam penyusunan makalah ini,
BapakAfifulIkhwan, M.Pd.
3. Rekan-rekan mahasiswa STAI MUHAMMADIYAH.
4. Teman-teman yang sudah berpartisipasi dalam penyusunan makal ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami tetap
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menbangun demi sempurnanya makalah ini di masa
yang akan datang. Dan semoga apa yang kami usahakan dalam makalah ini dapat di terima dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Tulungagung,Oktober 2014
(Penyusun)
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………….…..… i
Kata Pengantar …………………………………………………..…. ii
Daftar Isi …………………………………………………..…. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah …………………………….. 1
B. RumusanMasalah …………………………………….. 2
C. TujuanMasalah ……………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
MUTHLAQ DAN MUQOYYAD
A. Pengertian Mutlaq dan Muqoyyad …………………… 3
B. Macam-macam Hukum Muthlaq dan Muqoyyad …… 4
C. Pengaruuh Murtlaq dan Muqoyyad dalam Pengambilan
Hukum ………………………………………..….…… 10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….….. 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika kita berbicara mengenai ayat-ayat yang terkandung di dalam Al-Qur’an,
sebenarnya dari semua ayat yang ada didalam Al-Qur’an tersebut tidak semuanya memberikan
arti atau pemahaman yang jelas terhadap kita. Jika kita mau telusuri, ternyata banyak sekali ayat-
ayat yang masih butuh penjelasan yang lebih mendalam mengenai hukum yang tersimpan dalam
ayat tersebut. Ini menunjukkan bahwa ternyata ayat-ayat Al-Qur’an itu tidak langsung
menunujukkan pada suatu masalah yang jelas, akan tetapi memerlukan cara untuk menentukan
dalil yang jelas dan dalil yang bersangkutan dengan dalil yang lain.
Perbedaan penemuan hukum (istinbat al-ahkam) terjadi akibat beberapa faktor, baik
internal maupun eksternal. Salah satu faktor penyebab perbedaan tersebut, secara internal, adalah
perbedaan metode ulama Usul dalam memahami makna Nass, Al-Qur’an dan Hadis, melalui
lafaz (turuqu al dilalah al-alfaz)
Oleh karena itu, agar kita semua dapat memahami dan mengetahui hukum atau makna
yang terdapat didalam ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam makalah ini akan dipaparkan sedikit
penjelasan guna menambah pemahaman pembaca mengenai ushul fiqih. Sebagian aspek tersebut
yaitu mengenai Mutlaq dan Muqoyyad, meliputi pengertian, macam-macam hukumnya beserta
hubungannya dengan hukum.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi mutlaq dan muqoyyad ?
2. Sebutkan macam-macam hukum mutlaq dan muqoyyad ?
3. Apa pengaruh mutlaq dan muqoyyad dalam pengambilan hukum ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi Mutlaq dan Muqoyyad.
2. Untuk mengetahui macam-macam hukum mutlaq dan muqoyyad.
3. Untuk mengetahui pengaruh mutlaq dan muqoyyad dalam pengambilan hukum.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mutlaq dan Muqayyad
Mutlaq secara bahasa pecahan dari kata “إطلق” yang bermakna terbuka. Atau di dalam
pengertian yang lain diartikan tidak terbatas1.
Sedangkan menurut Amir Starifuddin yang mengutip beberapa definisi para ulama’ ushul
fiqh, sebagaimana berikut : Mutlaq adalah lafal yang memberi petunjuk terhadap madlul (yang
diberi petunjuk) yang mencakup dalam jenisnya.2
Sedangkan menurut Ibnu Subki memberikan definisi bahwa mutlaq adalah lafadz yang
memberi petunjuk kepada hakikat sesuatu tanpa ikatan apa-apa 3
Contoh dari lafal mutlaq adalah dalam firman Alloh ta’ala (QS. Al mujadilah {58}: 3)
yang menjelaskan tentang kifarat bagi seseorang yang telah melakukan perbuatan zihar terhadap
istrinya:
بة من تحرير رق ظون والذين يظاهرون من نسائهم ث ي عودون لما قالوا ف م و ل ن ي تماا ب ه ق عملون خبير والل با
“....maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu
bercampur...”. (QS. Al mujadilah {58}: 3) .4
Kata roqobah (seorang budak) pada ayat tersebut memberikan pengertian bahwa budak
yang dijadikan kifarat zihar tidak ada pensyaratan tertentu didalam ayat tersebut. Sehingga
hukum ayat di atas berlaku mutlaq untuk budak manapun baik budak yang berprilaku baik
ataupun buruk,muslim ataupun kafir.
Sedangkan definisi Muqoyyad secara sederhana berarti terikat.5 Mukhlis Usman memberikan
definisi tentang muqoyyad sebagaimana uraian yang
1 T im Redaksi Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal. 990
2 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana, 2009), ha 121-122.
3 Firdaus, ushul fiqh (metode mengkaji dan memahami hukum islam secara komprehensif), jakarta: Zikrul Hakim, 2004
4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahan , hal 791.
dikemukakan oleh imam syafi’i: muqoyyad adalah lafal yang satuan-satuan tertentu yang
dibatasi oleh batasanyang mengurangi keseluruhan jangkauannya.6
Diantara contoh muqayyad adalah firman Alloh ta’ala dalam (QS An-Nisa’ {4}: 92 ) tentang
kifarat bagi seorang yang membunuh tanpa sengaja.
بة مؤمنة فديةر مسلمةر إل هله وترير رق
“Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman......”.(QS An-Nisa’ {4}: 92 )
Didalam ayat tersebut menjelaskan bahwa syarat kifarat seorang pembunuh tanpa sengaja
adalah seorang budak dengan syarat budak tersebut adalah budak mukmin. Sehingga ayat di atas
bersifat mengikat(muqayyad) karena memiliki syarat sebagai sahnya kifarat.
B. Macam-Macam Hukum Mutlaq dan Muqoyyad.
1. Lafal mutlaq dapat digunakan sesuai dengan kemutlakannya.
Kaidahnya: “Mutlaq itu ditetapkan berdasarkan kemutlakannya selama belum ada dalil
yangmembatasinya.”
Contoh:
م ....ومهات نسائ
“…dan ibu-ibu dari istri-istrimu…”(QS. Al-Nisa’ [4]: 23).
Ayat ini mengandung arti mutlaq karena tidak ada kata yang mengikat atau
membatasi kata ibu mertua. Oleh karena itu, ibu mertua tidak boleh dinikahi, baik istrinya
(anak dari ibu mertuanya) itu sudah dicampurinya atau belum.
2. Lafal muqoyyad tetap dinyatakan muqoyyad selama belum ada bukti yang me- mutlaq- kan.
Kaidahnya: “Muqoyyad itu ditetapkan berdasarkan batasannya selama belum ada dalil yang
menyatakan kemutlakannya.”
6 Usman, Kaidah-kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyyah,hal 57.
5
Contoh:
بة من ق تحرير رق ظون ه و والذين يظاهرون من نسائهم ث ي عودون لما قالوا ف م و ل ن ي تماا الل بعملون خبير ن ي ت 3)با ب د فصيام شهرين متتاعي من ق ت ي ماا فمن ل يستطع فإطعام ( فمن ل ي
افرين لك لت ؤمنوا الل وروله ولك حدود الل ولل ينا ر ليمر )مس (4ذا
“ (3) Orang-orang yang menz}ihar isteri mereka, Kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak
sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (4) Barangsiapa yang tidak mendapatkan
(budak), Maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak Kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Itulah
hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.” (QS. Al-Mujadalah [58]: 3-4)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kifarat bagi seorang suami yang melakukan zihar
terhadap istrinya adalah memerdekakan budak atau puasa dua bulan berturut-turut atau kalau
tidak mampu, maka ia harus memberi makan sebanyak 60 orang miskin. Karena ayat ini
telah dibatasi ke mut} lafadznya, maka harus diamalkan hukum muqoyyadnya.
3. Hukum mutlaq yang sudah dibatasi. Lafal mutlaq jika telah ditentukan batasannya, maka ia
menjadi muqoyyad.
Kaidahnya: “Lafal mutlaq tidak boleh dinyatakan mutlaq karena telah ada batasan yang
membatasinya.”
Contoh:
.من عد وصية يوصي...
“…sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya…”.(QS. Al-
Nisa’ [4]: 11).
6
Kata wasiat pada ayat ini masih bersifat mutlaq dan tidak ada batasan berapa jumlah
wasiat yang harus dapat dikeluarkan. Kemudian ayat ini dibatasi ketentuannya oleh hadits
yang menyatakan bahwa wasiat yang paling banyak adalah sepertiga dari jumlah harta
warisan yang ada. Dengan demikian, maka hukum mutlaq pada ayat tersebut dibawa kepada
yang muqoyyad. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad saw.
(لم ارى ومس )رواه البخيرر كب لث لث والث قال الث فإن رول الله
“Wasiat itu adalah sepertiga dan sepertiga itu sudah banyak” .(HR. Bukhari dan Muslim)
4. Hukum muqoyyad yang telah dihapuskan batasannya. Lafal muqoyyad jika dihadapkan
pada dalil lain yang menghapus ke-muqoyyadan -nya, maka ia menjadi mutlaq.
Kaidahnya: “Muqoyyad tidak akan tetap dikatakan muqoyyad jika ada dalil lain yang
menunjukkan kemutlaqannya”.
Contoh: (QS. Al-Nisa’ [4]: 23).
ت ف حجوركم من م الل رائب م لي ونوا دخلتم بن فل جناح ت دخلتم بن فإن ل م الل نسائ
“…dan anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya…”.(QS. Al-Nisa’ [4]: 23).
Ayat tersebut menjelaskan tentang keharaman menikahi anak tiri. Hal ini disebabkan
karena anak tiri itu “dalam pemeliharaan” dan ibunya “sudah dicampuri”. Keharaman ini
telah dibatasi oleh dua hal tersebut, namun batasan yang kedua tetap dipandang sebagai
batasan yang muqoyyad sedang batasan pertama hanya sekedar pengikut saja, karena
lazimnya anak tiri itu mengikuti ibu atau ayah tirinya. Bilamana ayah tiri belum mencampuri
ibunya dan telah diceraikan, maka anak tiri tersebut menjadi halal untuk dinikahi, karena
batasan muqoyyadnya telah dihapus sehingga menjadi mutlaq kembali.7
7 Shidiq, Ushul Fiqh ,hal 189
7
Pada prinsipnya, para ulama bersepakat bahwa hukum dari lafal mutlaq itu wajib
diamalkan ke mutlaq annya, selama tidak ada dalil yang membatasi ke mutlaqannya. Begitupun
dengan lafal-lafal muqoyyad yang berlaku ke muqoyyadannya. Namun, pada kasus-kasus
tertentu, terdapat berbagai dalil syara’ dengan lafal yang mutlaq disatu tempat, sedang ditempat
lain menunjukkan muqoyyad. pada permasalahan seperti ini, Hamid Hakim dalam Muhlish
Usman,8 mengatakan bahwa ada empat alternatatif kaidah yang dapat digunakan, yaitu:
a) Hukum dan sebabnya sama, maka yang mutlaq dibawa kepada muqoyyad.
Kaidahnya: “Mutlaq itu dibawa pada muqoyyad jika sebab dan hukumnya sama.”