-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN UMUM MUSEUM
2.1.1 PENGERTIAN MUSEUM
Pengertian museum menurut International Council of Museums
(ICOM, 2004) adalah
sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan,
melayani masyarakat
dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh merawat,
menghubungkan,
dan memamerkan artefak-artefak perihal jadi diri manusia dan
lingkungannya untuk
tujuan studi, pendidikan dan kenyamanan.
Menurut (Pasal 1 Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
No.
KM.33/PL.303/MKP/2004) Museum adalah lembaga tempat penyimpanan,
perawatan,
pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda material hasil budaya
manusia serta alam
dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan
pelestarian kekayaan
budaya bangsa.
Museum merupakan suatu lembaga yang bersifat tetap, tidak
mencari keuntungan
dalam melayani masyarakat dan perkembangannya, yang memperoleh,
mengawetkan,
mengkomunikasikan, dan memamerkan barang-barang pembuktian
manusia dan
lingkungannya untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan
kesenangan (Ensiklopede
Nasional Indonesia, 1990).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan secara
sederhana, museum adalah
suatu tempat untuk memamerkan, menyimpan, merawat dan melindungi
benda-benda
bernilai sejarah manusia dan alam dengan tujuan sebagai sarana
pendidikan dan
kebudayaan.
2.1.2 FUNGSI MUSEUM
Menurut ICOM (International Council of Museums), fungsi museum
ada 9, yaitu sebagai
berikut :
1. Tempat pengumpulan dan pengamanan warisan budaya dan
alam.
2. Tempat dokumentasi dan penelitian ilmiah.
3. Konservasi dan preservasi.
4. Media penyebaran dan penyerataan ilmu untuk umum.
5. Tempat pengenalan dan penghayatan kesenian.
6. Visualisasi warisan budaya dan alam.
7. Media perkenalan budaya antar daerah dan antar bangsa.
8. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
9. Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan YME.
Tujuan museum secara umum menurut ICOM yaitu untuk memelihara,
menyelidiki dan
memperbanyak. Sedangkan secara khusus yaitu memamerkan kepada
khalayak ramai
guna pendidikan, pengajaran, dan penikmat akan bukti-bukti nyata
berupa benda-
benda- dari manusia dan lingkungannya.
-
6
2.1.3 PERSYARATAN MUSEUM
Menurut J. De Chiara dan J.H. Callendar dalam Time Saver
Standards for Building Types
(1983), persyaratan untuk sebuah museum harus mempertimbangkan
faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Pemilihan Tapak
Lokasi tapak tidak harus berada di pusat kota dengan
pertimbangan sudah
tersedianya jaringan dan fasilitas transportasi untuk mencapai
suatu lokasi ke
lokasi lainnya.
2. Ruang Servis
Pertimbangan jumlah luasan ruang yang diperlukan untuk kegiatan
servis dan
kegiatan penunjang lainnya. Penentuan kebutuhan ruang ini
berkaitan dengan
tujuan dan fungsi museum, sehingga kegiatan-kegiatan yang ada di
dalamnya
dapat berlangsung dengan baik.
3. Perencanaan Ruang Luar
Sebuah museum yang dibangun di lingkungan yang padat, seperti
daerah pusat
kota maupun luar kota, penataan ruangnya harus menciptakan
suasana yang
terlingkupi.
4. Penerangan Alami
Penerangan alami dari cahaya matahari memiliki aspek ekonomis
yang tinggi,
namun juga memiliki efek yang buruk. Karena itu, keberadaan
penerangan alami
harus ditata sedemikian rupa agar tidak ada lubang cahaya yang
mengganggu.
5. Bentuk Ruang
Dalam mendesain sebuah museum perlu penataan ruang yang baik dan
fleksibel.
Hal tersebut disebabkan karena fungsi galeri yang temporer dan
berubah tema
dan isinya.
6. Pembagian Ruang
Pembagian ruang dalam museum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
materi
pameran, tentunya berkaitan erat dengan sistem penyinaran dan
pemanfaatan
penerangan alami.
7. Pintu Masuk
Di lokasi, pengunjung sudah diarahkan dan diberi pilihan-pilihan
untuk menjelajahi
ruang-ruang pamer yang ada. Penempatan pintu ini juga
memudahkan
pengawasan dan pelayanan terhadap pengunjung.
8. Ruang Pamer
Museum dengan dimensi dan bentuk ruang yang sama akan
menciptakan kesan
monoton. Dengan membuat variasi antara ketinggian plafon dan
lebar rung,
didukung dengan perbedaan warna dan bahan dari dinding dan
lantai akan
membuat perhatian spontan dari pengunjung. Kesan monoton terjadi
bila banyak
ruang yang memiliki dimensi dan bentuk yang sama disusun dalam
satu garis.
-
7
2.1.4 KEGIATAN DALAM MUSEUM
Secara garis besar kegiatan yang ada di museum adalah sebagai
berikut :
Pengumpulan koleksi, kegiatan ini antara lain operasi lapangan,
pemotretan lapangan,
pembuatan film dokumenter dan lain-lain. Penyimpanan dan
pengelolaan koleksi,
kegiatan ini antara lain penampungan, penyimpanan, penelitian
dan penggandaan
(reproduksi) (Sutaarga, 1989).
a. Preservasi
Meliputi kegiatan reproduksi, penyimpanan dan regestrasi.
Reproduksi, sebagai cadangan koleksi untuk menyelamatkan koleksi
aslinya.
Penyimpanan, untuk penyelamatan koleksi asli dari faktor yang
merugikan
Registrasi, merupakan pemberian dan penyusunan keterangan.
b. Observasi
Merupakan suatu penyelidikan benda-benda calon koleksi untuk
disesuaikan
dengan persyaratan kolaksi.
Penelitian baik luar maupun dalam (laboratorium)
Perawatan dan perbaikan untuk melestarikan benda koleksi
c. Apsresiasi
Pendidikan, menunjang fungsi museum sebagai sarana pendidikan
bagi
masyarakat yang bersifat non normal.
Rekreatif, museum sebagai objek rekreasi yang menyajikan hiburan
edukatif.
d. Komunikasi
Pameran, ruang pamer merupakan sarana komunikasi antara
masyarakat
(pengunjung) dengan materi koleksi, yang dibantu dengan
guide.
Pertemuan, antara perngelola dengan masyarakat sebagai penunjang
kegiatan
Administrasi
2.1.5 KLASIFIKASI MUSEUM
berdasarkan (Pasal 2 Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata
No.KM.33/PL.303/MKP/2004), museum dibedakan berdasarkan koleksi
yang disimpan
menjadi museum umum dan museum khusus.
Museum Umum ciri koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material
hasil budaya
manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang
seni, disiplin
ilmu dan teknologi. Contoh museum umum adalah Museum Nasional di
Jakart yang
koleksinya mencakup kekayaan budaya dari seluruh pelosok
Indonesia.
Museum Khusus ciri koleksinya terdiri dari kumpulan bukti
material hasil budaya
manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang
seni, satu cabang
ilmu atau satu cabang teknologi. Contoh museum khusus adalah
Museum IPTEK,
Museum Serangga dan Kupu-kupu, Museum Reptil, Museum Air Tawar,
dan
berbagai museum lainnya di Taman Mini Indonesia Indah yang
koleksinya terbatas
pada tema tertentu.
-
8
Berdasarkan (Sutaarga, 1999), klasifikasi museum dapat ditinjau
dari beberapa sudut
pandang, antara lain :
1. Berdasarkan status hukum dan kepemilikannya, museum dapat
dibagi menjadi :
a. Museum dengan status kepemilikan pemerintah
b. Museum dengan status kepemilikan swasta
2. Berdasarkan ruang lingkup wilayah, tugas dan status hukum
pendirian serta
tujuan penyelenggaraan (kedudukannya), museum dapat dibagi
menjadi tiga
yaitu :
a. Museum Nasional
b. Museum Lokal
Museum Provinsi
Museum Kabupaten
Museum Kotamadya
Dalam Penggolongannya Museum Umum Negeri Provinsi dibagi 3;
1. Museum Umum Negeri Provensi Tipe A, yaitu Museum Umum Negeri
yang
tergolong besar.
2. Museum Umum Negeri Provinsi Tipe B, yaitu Museum Umum Negeri
yang
tergolong sedang.
3. Museum Umum Negeri Provinsi Tipe C, yaitu Umum Negeri yang
tergolong
kecil.
2.1.6 TATA PAMERAN MUSEUM
2.1.6.1 Pengertian Pameran Museum
Menurut (Mikke Susanto, 2004), sebuah pameran adalah suatu
bentuk media
penyimpanan informasi, gagasan dan perasaan kepada masyarakat,
melalui bentuk
penataan benda-benda 2D dan 3D dengan atau tanpa sarana pembantu
pada suatu
ruang, bias ruang tertutup atau terbuka.
2.1.6.2 Perencanaan Pameran
Dalam mempersiapkan penyelenggaraan pameran museum diperlukan
sarana
pendukung yang memadai dan menarik (Sunarso, 2000), antara lain
:
1. Panel, Papan untuk menempelkan koleksi, foto-foto, lukisan,
label, peta, benda-
benda pipih dan sebagainya.
2. Vitrine / Showcase (lemari panjang), mewadahi benda-benda
yang dipamerkan. Bisa
berupa vitrin dinding atau yang berada di tengah ruang.
Ukurannya disesuaikan
dengan ruang yang akan ditempati.
3. Box (kotak) dan Voot stuck (box kaki), untuk menempatkan
koleksi diluar vitrin , agar
tidak terkesan tergeletak begitu saja.
4. Stage, alas benda koleksi berupa panggung untuk menempatkan
koleksi yang besar
atau kelompok koleksi, bisa dilengkapi dengan penutup kaca.
2.1.6.3 Penataan Pameran
Menurut (Ernst Neufert , 2000)penataan objek koleksi
memertimbangkan beberapa hal,
diantaranya :
1. Jenis-jenis objek koleksi dan tema pameran
-
9
2. Kenyamanan visual, kenyamanan pandangan tersebut meliputi
:
Kenyamanan pola pengamatan
Kenyamanan pandang
Menurut (Dean, 1996) ada tiga alternatif pendekatan dalam
mengatur sirkulasi alur
pengunjung dalam penataan ruang pamer sebuah museum :
a. Alur yang disarankan (suggested)
Keberhasilan pendekatan ini bergantung pada kemampuan elemen
ruang dalam
mengarahkan pengunjung untuk melalui jalur yang sudah disiapkan
karena
pengunjung masih diberi kesempatan untuk memilih jalur sesuai
keinginannya.
b. Alur yang tidak berstruktur (unstructured)
Dalam pendekatan ini, pengunjung tidak diberikan batasan gerak
dalam ruang,
mereka bebas bergerak tanpa adanya alur yang harus diikuti.
Biasanya pendekatan
ini digunakan dalam sebuah galeri seni.
c. Alur yang diarahkan (directed)
Pendekatan seperti ini bersifat kaku karena mengarahkan
pengunjung untuk
bergerak dalam satu arah sesuai alur yang sudah
direncanakan.
Gambar 2.1 Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur
yang disarankan)
Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and
Practice. New York: Routledge
Gambar 2.2 Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur
yang tidak berstruktur)
Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and
Practice. New York: Routledge
-
10
2.1.6.4 Jenis Pameran
Menurut (Sutaarga, 1999) Pameran dimuseum dapat dibagi menjadi 2
jenis yaitu :
1. Pameran Tetap
Merupakan pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu
sekurang-kurangnya
5 tahun. Untuk museum khusus, pameran harus dapat menggambarkan
suatu aspek
tertentu dari sejarah alam, budaya, wawasan nusantara atau
teknologi.
2. Pameran Temporer
Pameran temporer dibagi menjadi 2 yaitu :
Pameran Khusus
Pameran Keliling
2.1.6.5 Persyaratan Ruang Pamer
Menurut (Pickard, 2002), sebuah pameran museum atau gallery
terdiri dari ruang pamer
permanen dan ruang pamer temporer dalam bentuk dan ukuran yang
berbeda. Ruang
pamer temporer dapat memperkuat dan memperluas ruang pamer
permanen dan
memberikan kesempatan benda pamer yang biasanya tersimpan di
dalam ruang
penyimpanan.
Pedoman dasar merancang ruang pamer :
Dinding : permukaan dinding harus padat dan dilindungin oleh
bahan yang mudah
untuk diperbaiki secara langsung. Material harus berpori
sehingga dapat membantu
mengontrol kelembaban ruang pamer dengan menyerap dan
melepaskan
kelembaban.
Lantai : tenang, nyaman, menarik, awet, dapat merefleksi cahaya,
dan mampu
menahan beban berat. Biasanya kayu, batu, dan karpet merupakan
material yang
cocok untuk lantai pada ruang pamer.
Objek pamer : yang terpenting, setiap benda harus ditempatkan di
tempat yang
memiliki sudut pandang yang tepat dengan pencahayaan yang cukup.
Setiap objek
harus diberikan konteks visual. Penyajian informasi tentang
masing-masing objek
harus di buat dalam konteks strategi informasi keseluruhan
seperti surat, penjelasan,
nama, dll.
Gambar 2.3 Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur
yang tidak berstruktur)
Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and
Practice. New York: Routledge
-
11
Bentuk media pamer : tampilan media pamer dapat menjadi sangat
penting dalam
bagian hiasan museum. Masalah bentuk dan tampilan harus di
pertimbangkan
seperti, latar belakang, yang sangat penting bagi media pamer
dan ruang pamer
serta objek lain disekitarnya. Media pamer juga harus di desain
untuk berbagai
macam aspek akses pemeliharaan termasuk objek lain didalamnya
seperti
pencahayaan, perlengkapan kelembabab, serta media pamer itu
sendiri.
Penghawaan : tidak ada acuan yang mutlak tentang kontrol
pemanasan dan
kelembaban. Pengontrolan koleksi tertentu tergantung pada
keadaan museum dan
kondisi sebelum objek-objek tersebut disimpan.
i. Suhu, adalah faktor paling sedikit penyebab kerusakan
lingkungan tapi penting
dalam mengontrol tingkat kelembaban. Suhu rendah dapat menolong
dalam
mengurangi pembusukan secara kimiawi dan biologis, tapi suhu
yang di inginkan
sering di atur oleh permintaan kenyamanan manusia yang harusnya
tidak boleh
lebih dari 19oC.
ii. Tingkat kelembaban, adalah faktor yang lebih penting dari
suhu didalam suatu
konservasi, semakin tinggi kelembaban, maka semakin besar
resikonya. Kondisi
kering dapat menghambat terjadinya korosi, namun bahan organik
seperti kayu
dan tekstil dapat menyusut dan mungkin menjadi rapuh. Dalam
kondisi masal,
korosi terjadi pada beberapa material yang tidak stabil, dan
kebanyakan
material organik beresiko diserang oleh serangga dan jamur.
Beberapa jamur
dapat menyebar dalam tingkat kelembaban serendah 60%, tapi yang
benar-
benar berbahaya bermulai pada tingkat 75%. Umumnya tingkat
kelembababn
yang dapat diterima untuk objek yang sensitif dan halus adalah
55,5%.
Gambar 2.4 Cara memamerkan media pamer Sumber : The architects
handbook
Gambar 2.5 Cara memamerkan media pamer Sumber : The architects
handbook
-
12
Fluktuasi jangka pendek pada tingkat kelembaban secara khusus
dapat merukan
artefak-artefak. Kebanyakan artefak akan lebih aman jika di
tempatkan pada
ruangan dengan kelambaban 45%-60%.
Pencahayaan : biasanya tampilan pencahayaan bertujuan untuk
menyajikan
pameran secara akurat dalam hal seluruh objek dan rinciannya
serta membuat
tampilan objek menjadi lebih menarik. Umumnya hal ini
membutuhkan combinasi
dari lingkungan dan aksen pencahayaan. Sehingga lampu
mendapatkan tampilan
warna yang baik . faktor-faktor yang harus diprtimbangkan dalam
mendesain
tampilan skema pencahayaan adalah :
i. Secara psikologi : bagaimana pameran terlihat, persepsi
tentang bangunan,
suasana dalam ruang publik, rute pencahayaan, dll.
ii. Secara fisiologis : pencahayaan, kontras, relektansi cahaya,
efisiensi,
keseragaman, kesilauan, warna, dan degradasi foto.
Tingkat pencahayaan yang di anjurkan :
i. Kantor, 300 (lux)
ii. Ruang auditorium, area tempat duduk 300 (lux), area
pertunjukan 600
(lux)
iii. Ruang pamer, 500/ 300/ 100 (lux)
iv. Workshop, 200/ 500/ 750 (lux)
v. Area sirkulasi 200 (lux)
vi. Toko 600 (lux)
vii. Toilet 150 (lux)
2.1.6.6 Elemen Pengisi Ruang Pamer
Menurut (Dean, 1996), yang menjadi pengisi ruang dalam pameran
selain benda koleksi
adalah sarana yang digunakan untuk menampilkan benda koleksi
tersebut. Manusia juga
dapat dikatakan sebagai pengisi ruang karena ruang dibuat untuk
manusia berkegiatan
didalamnya. Sarana untuk menampilkan benda koleksi menyesuaikan
dengan sifat
benda yang ingin ditampilkan untuk menonjolkan kualitas benda
yang diinginkan.
Berikut adalah beberapa dasar bentuk sarana untuk menampilkan
koleksi benda dalam
museum :
a. Vitrine
Kata Vitrine berasal dari bahasa perancis kuno vitre yang
berarti lembaran kaca.
Vitrine merupakan kotak kaca tempat untuk menyimpan benda
koleksi yang tidak
Gambar 2.5 Teknik pencahayaan pameran Sumber : The architects
handbook
-
13
boleh disentuh secara fisik oleh dunia luar. Vitrine menjamin
keamanan koleksinya
tanpa membatasi pengunjung untuk mengamati benda koleksi
didalamnya.
Bentuk Vitrine disesuaikan dengan kebutuhan dimensi benda
koleksi dan dimensi
manusia yang akan mengamatinya sehingga bentuk dan letaknya pun
dapat
beragam.
b. Panel
Panel merupakan sebuah bidang yang dapat terletak di tengah
ruangan sebagai
pembatas atau melekat pada dinding. Panel tidak selalu berupa
bidang persegi
yang kaku tetapi panel dapat berupa bidang lengkung yang
menarik. Panel dapat
digunakan sebagai sekat ruang, papan informasi atau sarana
memamerkan benda
koleksi.
c. Panggung atau kotak alas
Benda koleksi yang dipamerkan di atas lantai yang ditinggikan
atau diletakkan
diatas kotak yang berfungsi sebagai panggung bagi benda
tersebut, memberikan
keleluasaan bagi pengunjung dalam mengamatinya. Bentuk tampilan
ini tidak
memberikan perlindungan dari debu terhadap benda koleksi, tetapi
tetap
berusaha menghindari kemungkinan pengunjung menyentuh benda.
Perbedaan
ketinggian yang ada secara tidak langsung memberikan batasan
secara visual.
Untuk mencegah pengunjung berdiri terlalu dekat dengan panggung
dan
bersandar padanya, bisa diletakkan pagar pembatas
disekelilingnya.
Elemen pengisi ruang perlu diatur agar sesuai dengan dimensi
manusia karena jika
manusia merasa tidak nyaman saat mengamati benda tersebut maka
proses
penerimaan informasi tidak akan berjalan dengan baik. Sebagai
contoh, tinggi letak
benda disesuaikan dengan tinggi mata manusia rata-rata sehingga
pengunjung tidak
perlu mendongak atau menunduk yang membuat badan cepat lelah dan
tidak nyaman.
Balok alas Panel Panggung Balok alas Vitrine
Gambar 2.7 Kebiasaan pengunjung untuk duduk atau bersandar
Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and Practice.
New York: Routledge
-
14
2.1.7 TINJAUAN KOLEKSI MUSEUM
2.1.7.1 Pengertian Koleksi
Menurut (Sutaarga, 1999), koleks adalah benda atau kumpulan
benda yang berguna
bagi suatu cabang kesenian, disiplin ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikumpulkan,
dirawat, dipelihara, diteliti, dikaji dan dikomunikasikan serta
dipamerkan sebagai bukti
material dari manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi,
pendidikan dan hiburan.
2.1.7.2 Persyaratan Koleksi
Berdasarkan (ICOM, 2004), persyaratan koleksi museum antara lain
:
1. Koleksi museum haruslah mempunyai nilai sejarah dan ilmiah,
serta nilai estetika.
2. Dapat diidentifikasikan wujudnya (morfologi), tipenya
(tipologi), gayanya (style),
fungsinya, maknanya, asalnya secara historis, geografis genus
(orde biologi),
ataupun periodenya (dalam geologi khususnya untuk benda-benda
sejarah alam dan
teknologi).
3. Harus dapat dijadikan dokumen, sebagai bukti kenyataan dan
kehadirannya (realitas
dan ekstensinya) bagi penelitian ilmiah.
4. Dapat dijadikan suatu dokumen atau cikal bakal monumen dalam
sejarah alam atau
budaya.
5. Merupakan benda asli.
2.1.7.3 Jenis Koleksi
Menurut (Sutaarga, 1989) jenis koleksi museum terdiri dari
benda-benda realita, replica,
reproduksi, miniatur, diorama dan hasil abstraksi.
Berdasarkan wujud keaslian dan jenisnya, koleksi museum dapat
digolongkan seperti;
a. Arkeologika
b. Historika
Gambar 2.8 Tinggi benda dan jarak vertikal yang nyaman untuk
melihat Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and
Practice. New York: Routledge
-
15
c. Naskah
d. Keramik Asing
e. Buku/ Majalah Antikuariat
f. Karya Seni dan Senikrika
g. Benda Grafika
h. Diorama
i. Benda Sejarah Alam, berupa Flora, Fauna, batuan dan
mineral
j. Replika
k. Miniatur
l. Koleksi Hasil Abstrak
2.1.7.4 Perawatan Koleksi
Menurut (Sutaarga, 1989), beberapa faktor yang dapat merubah
kondisi atau keutuhan
koleksi dan dapat menjad gangguan, bahkan mengakibatkan
kerusakan pada berbagai
benda koleksi museum, antara lain suhu dan kelembaban udara,
iklim, pencemaran
udara, cahaya, serangga, mikroorganisme, penanganan koleksi,
pencemaran atmosferik,
bahaya api dan sebagainya.
2.1.8 PENGAMANAN DALAM MUSEUM
menurut (Soekono, 1996), pengamanan museum dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Pengamanan umum melalui tata kerja dan tata ruang
Pengamanan lebih pada benda-benda koleksi yang disimpan di ruang
koleksi. Koleksi
yang sedang digunakan biasanya mendapat perhatian khusus
sehingga
keamanannya lebih terjamin. Tidak demikian dengan koleksi yang
ada di ruang
penyimpanan. Ruang penyimpanan sangat luas dan jumlah koleksinya
banyak,
jumlah petugasnya kurang memadai, sedangkan pemeriksaan harus
dilakukan
secara rutin.
Pengamanan melalui tata ruang dapat dilakukan dengan
merencanakan hubungan
antar ruang penyimpanan dengan bagian bangunan lainnya agar
tidak memudahkan
terjadinya pencurian atau perusakan oleh tangan jahil.
Pengunjung ke ruang
penyimpanan harus diantar oleh petugas kurator dan harus melalui
ruang registrasi
yang merupakan ruang pengawasan.
2. Pengamanan terhadap pencurian dan tangan jahil
Ada 2 jenis alat pengamanan yang sebaiknya digunakan di seluruh
bangunan.
Alat yang dimaksud, yaitu :
a. Sistem Perlindungan Sekitar (Perimeter Protection
Systems)
b. Sistem Perlindungan Dalam (Interior Protection Systems)
Kedua alat diatas banyak pua ragamnya. Bagi museum yang telah
memiliki sistem
alarm, dapat melengkai dengan peralatan dibawah ini, yaitu :
Sensor pemberitahuan apabila kaca pecah (Glass Breaking
Sensors)
Kamera Pemantau (Photoelectronic Eyes) / perangkat CCTV,
mengkap
dan menampilkan gambar yang diteruskan ke monitor. Perangkat
CCTV
ini terdiri dari camera, monitor, video recorder, control
processor.
3. Pengamanan terhadap kebakaran
-
16
Pengamanan terhadap kebakaran umumnya tidak dapat diperbaiki,
sehingga
sedapat mungkin bencana ini dapat dicegah. Mengenai kebakaran
itu sendiri
diadakan pembagian tingkat sesuai dengan penyebabnya :
Tingkat satu, disebabkan oleh terbakarnya bahan kertas, tekstil,
kayu dll.
Tingkat dua, disebabkan oleh terbakarnya bahan seperti minyak,
bahan
pelumas, cat, cairan yang mudah terbakar, dll.
Tingkat Tiga, disebabkan oleh adanya konsleting pada alat-alat
listrik.
pemasangan alat pendeteksi dan pemadam kebakaran, sangat
membantu dalam
menanggulangi kebakaran sedini mungkin. Ada 2 macam sistem
pendeteksi :
Pendeteksi panas (Thermal Detector)
Pendeteksi asap (Smoke Detector)
Alat pemadam kebakaran terdapat dalam berbagai bentuk dengan
karakteristik
bahan pemadam api dan sistem pemadam yang berbeda, yaitu :
Sistem penyemprotan (Sprinkler System)
Sistem pemadam dengan gas (Gas System)
Tabung pemadam api (Portable Fire Extinguisher)
4. Pengamanan didalam ruang penyimpanan
Pengamanan ini biasanya luput dari perhatian , sebab proses
perusakan terjadi
dengan memakan waktu atau proses yang cukup lama. Beberapa
bentuk
pengamanan yang dapat dilakukan di dalam ruang penyimpanan
adalah sebagai
berikut :
Pengaturan terhadap suhu dan kelembaban udara
Pencahayaan/ penerangan
2.2 TINJAUAN UMUM BATIK
2.2.1 PENGERTIAN BATIK
Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) Batik adalah Bahan
tekstil hasil
pewarnaan secara perintangan dengan menggunakan lilin batik
sebagai zat
perintang, berupa batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi
tulis & cap.
Menurut Djumena (1990:IX) Seni batik adalah salah satu kesenian
khas Indonesia
yang telah ada sejak berabad-abad lamanya hidup dan berkembang,
sehingga
merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya bangsa
Indonesia.
2.2.2 SEJARAH BATIK
Ada dua pandangan mengenai sejarah asal-usul batik di
Indonesia.
Pandangan pertama mengenai asal-usul batik berasal dari luar,
yang dalam hal ini
batik bukan asli kebudayaan Indonesia adalah pendapat dari G.P.
Rouffaer
memaparkan bahwa seni batik yang ada di Indonesia berasal dari
India yang dibawa
oleh orang-orang Kalingga-Koromandel (India) yang beragama
Hindhu ke Jawa pada
abad 4 M, sebagai akibat dari adanya kontak perdagangan.
Perkembangan batik dari
Kalingga- Koromandel berjalan sampai pada periode pengaruh
Hindhu berakhir,
yaitu pada jaman kerajaan Daha di Kediri. Sudarsono mengatakan
bahwa warna
batik klasik yang terdiri dari tiga warna (coklat identik dengan
merah, biru identik
dengan hitam dan kuning atau coklat muda identik dengan warna
putih), ketiga
-
17
warna ini mempunyai alegori sesuai dengan tiga konsep dewa
Hindhu yaitu Trimurti.
Menurut Kuswadji Kawindrosusanto menuturkan bahwa, warna coklat
atau merah
merupakan lambang Dewa Brahma atau lambang keberanian, biru atau
hitam
merupakan lambang Dewa Wisnu atau lambang ketenangan, dan kuning
atau putih
lambang dewa Siwa. Hal ini menunjukkan peran orang-orang India
(Hindhu) dalam
keberadaan batik di Indonesia. Sementara itu, Pigeaut mencatat,
bahwa perihal
pembuatan batik tidak disebut-sebut dalam naskah-naskah Jawa
pada abad XIV,
kemungkinan batik pada waktu itu diimpor secara langsung dari
India.
Pandangan kedua mengganggap bahwa seni batik memiliki akar
sejarah yang sangat
kuat di Indonesia, yakni batik merupakan kebudayaan asli
Indonesia (cultural
Identity). Dr. J.L.A. Brandes dalam teorinya Brandes ten is
point menempatkan
batik sebagai kebudayaan pra-sejarah yang sejaman dengan
kebudayaan seperti
gamelan, wayang, syair, barang-barang dari logam, pelayaran,
ilmu falak dan
pertanian. Wirjosaputro , menyatakan bahwa bangsa Indonesia
sebelum mendapat
pengaruh dari kebudayaan India telah mengenal aturan-aturan
menyulam untuk
teknik membuat kain batik, industri logam dan penanaman padi.
Temuan teknik
membuat batik semakin menguatkan betapa batik sudah menjadi
milik kebudayaan
Indonesia jauh sebelum bersentuhan dengan India. Di tinjau dari
desainnya batik
India mencapai puncaknya pada abad XVII M sampai XIX M,
sedangkan di Indonesia
batik mencapai puncaknya pada abad XIV M sampai XV M, selain itu
juga motif-
motif seperti kawung, ceplok dan cinde tidak terdapat di
Kalingga-Koromandel
(India).(www.wikipedia.com)
2.2.3 JENIS DAN CORAK BATIK
a. Jenis Batik
Berbagai macam batik dapat dijumpai di Indonesia. Apabila
ditinjau dari cara dan
teknik pembuatannya, batik dapat dibedakan menjadi batik tulis,
batik cap dan batik
kombinasi tulis dan cap.
(http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/index.php?option=com_content&view=arti
cle&id=206&Itemid=29)
Batik Tulis
Batik tulis adalah jenis batik yang dihasilkan melalui pemberian
malam pada kain
dengan menggunakan alat yang benama canting. Canting terbuat
dari tembaga
yang berbentuk seperti corong untuk menampung malam (lilin
batik) dan
mempunyai lubang pada salah satu sisinya yang berupa pipa kecil
sebagai
saluran keluarnya malam. Canting tulis terdiri dari berbagai
jenis dan ukuran
yang disesuaikan dengan fungsinya. Karena batik ini ditulis maka
bentuk gambar
atau desain batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas
sehingga tampak luwes.
Setiap potongan gambar yang diulang pada lembar kain biasanya
tidak akan
pernah sama bentuk dan ukurannya. (lihat gambar 2.9)
Batik Cap
Batik cap adalah batik yang dihasilkan dengan cara membasahi
salah satu
permukaan bagian cap dengan malam yang kemudian dicapkan pada
kain. Cap
tersebut membentuk rangkaian motif atau corak. Motif atau corak
batik cap
http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/index.php?option=com_content&view=article&id=206&Itemid=29http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/index.php?option=com_content&view=article&id=206&Itemid=29
-
18
selalu ada pengulangan yang jelas sehingga bentuknya sama. Garis
motif
mempunyai ukuran yang lebih besar dari batik tulis dan proses
pembuatan batik
cap lebih cepat dibandingkan dengan proses pembuatan batik
tulis. (lihat
gambar 2.10)
b. Corak Batik
Batik pedalaman (batik tradisional)
Batik corak pedalaman (tradisional) adalah motif batik yang
berkembang di
daerah sekitar Surakarta Hadiningrat (Solo) dan Yogyakarta
Hadiningrat (Yogya)
seiring dengan berpindahnya pusat pemerintahan Jawa dari Demak
ke
Pajang/Mataram. Meskipun batik init hanya didominasi oleh corak
warna putih,
coklat, dan hitam, namun motifnya sudah mengalami perkembangan
yang
sangat beragam. Berikut ini adalah beberapa motif batik
pedalaman. (lihat
gambar 2.11)
Batik pesisiran
Batik pesisiran yaitu batik yang berkembang diluar keraton.
Pertumbuhan
pesisir jawa bagian timur dimulai sejak masa pra islam abad ke
15 M dan 16 M.
Orientasi pengembangan seni batik pesisiran juga dipengaruhi
oleh budaya
keraton yang saait itu menjadi pusat pemerintahan.
Dalam sejarah batik pesisir, seperti batik pekalongan, batik
tegal, batik
indramayu, dan batik cirebon. Pilihan warna yang mencolok pada
batik pesisiran
dipengaruhi warna keramik pada masa dinasti Ming yang hanya
diproduksi pada
abad ke 17 M sampai abad ke 18 M. Warna yang dominan selain
warna biru
dan putih juga berbagai warna. (lihat gambar 2.12)
Batik kontemporer
Batik kontemporer berarti memiliki mkna batik masa kini yang
proses
penciptaannya lebih banyak dibuat oleh para seniman batik atau
desainer batik
itu sendiri. Motif-motif yang dipilih bergaya bebas tidak
terikat oleh bentuk-
bentuk sebelumnya yang terikat oleh aturan atau acuan pembuatan
batik.
Teknik pembuatan batik kontemporer itu sendiri cenderung seperti
apa yng
dilakukan oleh seorang pelukis, tidak terikat pada canting yang
biasa digunakan
dalam proses pembuatan batik.
Gambar 2.9 Pembuatan batik tulis Sumber :www.google.com
Gambar 2.10 Pembuatan batik cap Sumber : www.google.com
-
19
Menurut S.priyadi (1979), batik kontemporer cenderung berpola
bebas.
Biasanya motif yang dipilih mengambil dari bentuk-bentuk seni
primitif seperti
bntuk-bentuk patung manusia, hewan, alam tumbuh-tumbuhan, roh,
dan
bentuk-bentuk abstrak. (lihat gambar 2.13)
2.2.4 ALAT DAN BAHAN PEMBUATAN BATIK
Dibawah ini merupakan alat dan bahan pembuatan batik tulis dan
batik cap :
A. Alat dan bahan pembuatan batik tulis adalah :
(http://www.kianibatik.com/news/21/Bahan-bahan-pembuatan-Batik-Tulis)
:
1. Kain Mori Mori adalah bahan baku batik dari katun atau sutra.
kwalitas mori bermacam-macam, dan jenisnya sangat menentukan baik
dan buruknya kain batik yang dihasilkan.(lihat gambar 2.14)
2. Canting Canting adalah alat yang dipakai untuk mengambil
cairan. canting untuk membatik terbuat dari tembaga dan bambu
sebagai pegangannya.(lihat gambar 2,15)
3. Gawangan Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan
membentangkan mori sewaktu dibatik. gawangan terbuat dari bahan
kayu atau bamboo.(lihat gambar 2.16)
4. Bandul Bandul dibuat dari timah atau kayu dan bata yang
dikantongi. fungsinya adalah untuk menaruh mori yang baru dibatik
agar tidak mudah tergeser tertiup angin, atau tarikan si pembatik
secara tidak sengaja.
Gambar 2.11 Batik pedalaman Sumber :
www.batikwarnanusantara.blogspot.com
Gambar 2.12 Batik pesisir Sumber : www.google.com
Gambar 2.13 Batik kontemporer Sumber :
www.denmaspriyadi.blogspot.com
http://www.kianibatik.com/news/21/Bahan-bahan-pembuatan-Batik-Tulis
-
20
5. Lilin (malam yangdicairkan) Lilin atau malam adalah bahan
yang dipergunakan untuk membatik, sebenarnya malamtidak habis,
karena akhirnya diambil kembali pada proses mbabar, proses
pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. Malam untuk
membatik bersifat menyerap pada kain.(lihat gambar 2.17)
6. Wajan Wajan adalah perkakas untuk mencairkan Malam. Wajan
dibuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai
supaya mudah diangkat dan diturunkan dari pengapian tanpa pakai
alat lain.
7. Kompor Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor ini bahan
bakar minyak.
8. Saringan Malam Saringan adalah alat untuk menyaring malam
panas yang banyak kotorannya. Jika malam disaring, maka kotoran
dapat dibuang sehingga tidak mengganggu dalam proses membatik.
Gambar 2.14 Kain mori Sumber : www.google.com
Gambar 2.15 Canting Sumber : www.google.com
Gambar 2.16 Gawangan Sumber : www.google.com
Gambar 2.17 lilin (malam) Sumber : www.google.com
-
21
B. Alat dan bahan pembuatan batik cap
Berikut ini merupakan alat dan bahan pembuatan batik cap antara
lain :
(http://www.kriyalea.com/cara-membuat-batik-cap/). Bila pada
batik tulis,
proses pembuatannya memakai canting, maka pada batik cap,
proses
pembuatannya memakai alat yaitu stempel besar yang terbuat dari
tembaga
yang sudah di desain dengan desain tertentu. Dimensi yang
digunakan adalah
20cmx20cm. Selebihnya, peralatan dan bahan yang dibutuhkan tidak
jauh beda
dengan perlengkapan membuat batik tulis seperti :
1. Kain mori
2. Malam
3. Kompor
4. Gawangan
5. Bandul
6. Wajan
7. Pewarna alami
2.2.5 PROSES PEMBUATAN BATIK
Adapun tahan/proses membatik adalah sebagai berikut :
A. Pembuatan batik tulis
1. Pencucian mori : tahap pertama adalah pencucian kain mori
untuk
menghilangkan kanji, dilanjutkan dengan pengloyoran (memasukkan
kain ke
minyak jarak/ minyak kacang dalam abu merang/ londo agar kain
menjadi
lemas), dan daya serap terhadap zat warna lebih tinggi. Agar
susunan benang
tetap baik, kain kanji kemudian dijemur, selanjutnya dilakukan
pengeplongan
(kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah
dibatik).
2. Menyorek/ mola : pola diatas kain dengan cara meniru pola
yang sudah ada
(ngeblat). Contoh pola biasanya dibuat diatas kertas dan
kemudian dijiplak
sesuai pola diatas kain. Proses ini bisa dilakukan dengan
membuat pola diatas
kain langsung dengan canting maupun dengan menggunakan pensil.
Agar proses
pewarnaan bisa berhasil dengan bagus atau tidak pecah, perlu
mengulang
batikan di kain sebaliknya. Prosesnya ini disebut gagangi.
3. Membatik/ nyanting : menorehkan malam batik ke kain mori yang
dimulai
dengan nglowong (menggambar garis luar pola dengan isen-isen).
Didalam
proses isen-isen terdapat istilah nyecek yaitu membuat isian di
dalam pola yang
sudah dibuat, misalnya titik-titik. Adapula istilah nruntum yang
hampir sama
dengan isen-isen namun lebih rumit. Lalu dilanjurkan dengan
nembok
(mengeblok bagian pola yang tidak akan diwarnai atau akan
diwarnai dengan
warna yang lain).
4. Medel : pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna
secara berulang
kali hingga mendapatkan warna yang dikehendaki.
5. Ngerok dan Nggirah : malam pada kain mori dikerok dengan
lempengan logam
dan dibilas dengan air bersih, kemudian diangin-anginkan hingga
kering.
6. Mbironi : menutup warna biru dengan isen pola berupa cecek
atau titik dengan
malam.
http://www.kriyalea.com/cara-membuat-batik-cap/
-
22
7. Nyoga : pencelupan kain untuk memberi warna coklat pada
bagian-bagian yang
tidak ditutup malam.
8. Nglorot : melepaskan malam dengan memasukan kain ke dalam air
mendidih
yang sudah dicampuri bahan untuk mempermudah lepasnya lilin.
Kemudian
dibilas dengan air dan diangin-anginkan.
B. Pembuatan batik cap
1. Kain mori diletakkan diatas meja dengan alas dibawahnya
menggunakan bahan
yang empuk.
2. Malam direbus hingga suhu 60-70 derajat celcius.
3. Cap dicelupkan ke malam yang telah mencair tadi tetapi hanya
2cm saja dari
bagian bawah cap.
4. Kemudian kain mori di cap dengan tekanan yang cukup supaya
rapih. Pada
proses ini, cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain
mori.
5. Selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan cara mencelupkan
kain mori yang
sudah di cap tadi kedalam tangki yang berisi cairan pewarna.
6. Kain mori direbus supaya cairan malam yang menempel hilang
dari kain.
7. Proses pengecapan>pewarnaan>penggodongan diulangi
kembali jika ingin
diberikan kombinasi beberapa warna.
8. Setelah itu, proses pembersihan dan pencerahan warna dengan
menggunakan
soda.
9. Penjemuran, kemudian disetrika rapih.
2.2.6 CARA PERAWATAN BATIK
Setelah proses pembuatan batik, berikut ini merupakan cara untuk
merawat batik. Cara
ini dapat dari beberapa sumber saat survey, adalah :
1. Kain batik jangan dicuci menggunajan dtergen, shampoo, atau
pembersih tekstil
yang mengandung bahan kimia. Bahan-bahan tersebut akan merusak
dan
memudarkan warna kain. Sebaiknya untuk mencuci gunakan buah
lerak sabun
cair yang terbuat dari buah lerak. Buah ini berguna untuk
mneguatkan dan
memelihara warna kain agar tetap cemerlang. Gunakan air hangat
saat
merendam kain batik, dan rendam selama 5 menit sambil hilangkan
bagian yang
kotor secara perlahan.
2. Batik yang sudah dicuci dan dibilas, jangan dikeringkan
dengan cara diperas. Ini
akan menyebabkankain kusut dan sulit rapi walaupun sudah
disetrika.
3. Menjemur batik cukup dengan cara diangin-anginkan, tidak
perlu sampai
terkena sinar matahari secara langsung karena akan memudarkan
warna kain
batik.
4. Simpan kain batik secara terpisah dengan jenis kain lainnya.
Bau akar wangi atau
rempah-rempah segar seperti cengkeh dan merica utuh, untuk
mengusir
ngengat atau semut yang sering mengigiti kain batik.
5. Sebulan sekali keluarkan batik dari dalam lemari penyimpanan.
Buka lipatannya,
kibas-kibaskan untuk menghilangkan debu juga mungkin ngengat
yang sudah
terlanjur hinggap. Kemudian, angin-anginkan selama 1 jam.
Bersihkan lemari
-
23
penyimpanan dan ganti alas lemari. Gunakan kertas roti sebagai
alas lemari,
bukan kertas koran yang tintanta bisa merusak motif batik.
6. Agar kain batik senantiasa harum, sebulan sekali ratus dengan
akar wangi. Buat
bara api dengan menggunakan akar wangi, kemudian masukkan ke
dalam
sangkar ayam, lalu bentangkan kain batik diatasnya. Biarkan 35
menit.
2.3 TINJAUAN ARSITEKTUR KONTEMPORER
2.3.1 Pengertian Arsitektur Kontemporer
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI), arsitektur adalah
seni bangunan
sedangkan kontemporer adalah kini, kekinian, atau dewasa ini.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa Arsitektur Kontemporer adalah seni bangunan yang sedang
berkembang pada
saat sekarang/ masa kini.
Menurut Cerver, 2005), Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya
arsitektur yang
bertujuan untuk mendemonstrasikan suatu kualitas tertentu
terutama dari segi
kemajuan teknologi dan kebebasan dalam mengekspresikan suatu
gaya arsitektur,
berusaha menciptakan suatu keadaan nyata terpisah dari suatu
komunitas yang tidak
seragam.
Menurut (Sumalyo, 1997), Arsitektur Kontemporer adalah bentuk
aliran aliran arsitektur
yang tidak dapat dikelompokkan dalam suatu aliran arsitektur
atau sebaliknya berbagai
arsitektur tercakup didalamnya.
2.3.2 Ciri Umum Arsitektur Kontemporer
Menurut (Cerver, 2005), ciri-ciri arsitektur kontemporer adalah
:
Ekspresi bangunan bersifat subjektif
Kontras dengan lingkungan sekitar
Bentuk simpel namun berkesan kuat
2.4 STUDI BANDING
2.4.1 International Batik Center Pekalongan
International Batik Center (IBC) sebagai pusat kerajinan batik
Pekalongan berada di
Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. Tepatnya di Jalan Ahmad Yani No.
573 Wiradesa,
Kabupaten Pekalongan. International Batik Center dibangun di
bekas area Pabrik Tekstil
Gunatex Jaya.International batik center (IBC) di Pekalongan
adalah sebuah kompleks
yang dirancang untuk dapat menampung kegiatan transaksi
perdagangan dan
pemasaran batik, baik dalam partai kecil, menengah, maupun
besar, dalam skala lokal,
regional, maupun internasional.
a. Fasilitas
Beberapa fasilitas utama IBC antara lain adalah :
- 3 lokasi toilet
- Tempat parkir yang mampu menampung 30 bus, 300 mobil, dan 700
sepeda
motor
- Car call dan sound system untuk informasi
- ATM center
-
24
- Cafe dan restaurant keluarga
- Area bermain anak
- Pusat jajanan dan oleh-oleh
- Musholla
2.4.2 Museum Batik Yogyakarta
Museum Batik Yogyakarta terletak di Jl. Dr. Sutomo No. 13 A
Yogyakarta dan
didirikan pada tanggal 12 Mei 1977 atas prakarsa keluarga Hadi
Nugroho. Masih adanya
perhatian yang besar dari masyarakat termasuk wisatawan asing
pada batik, mendorong
keluarga ini merintis pengumpulan kain batik. Dimulai dari
kerabatnya sendiri, orang tua,
eyang dan generasi Hadi sendiri, hinga upaya merintis sebuah
museum batik terlaksana.
Koleksi batik yang ada di museum ini sangat lengkap. Berbagai
jenis batik dari
berbagai daerah di Indonesia ada disini, mulai dari Batik
Yogyakarta, Indramayu, sampai
daerah-daerah pengrajin batik di Indonesia lainnya. Koleksinya
meliputi kain panjang,
sarung dan sebagainya yang hingga kini telah mencapai jumlah 400
lembar kain
ditambah beberapa peralatan membatik. Koleksi tertuanya adalah
batik karya tahun
1700an.
Selain dari koleksi batiknya, museum batik ini juga menyimpan
berbagai koleksi
sulaman tangan. Koleksi sulaman tangan sangat beragam bahkan
museum ini pernah
mendapatkan penghargaan dari MURI atas karya Sulaman terbesar,
yaitu kain batik
berukuran 90x400 cm dan setahun kemudian museum ini dianugerahi
piagam
penghargaan dari lembaga yang sama sebagai pemrakarsa berdirinya
Museum Sulaman
pertama di Indonesia.
Saat ini Museum Batik ini dikelola oleh Ibu Dewi Sukaningsih
atau lebih akrab
dipanggil Oma Dewi. Oma Dewi juga merupakan pembuat dari
sulaman-sulaman tangan
yang sangat indah karena tampak nyata dengan foto aslinya.
Namun, meskipun museum
ini memiliki asset seni dan budaya yang bahkan diakui oleh
dunia, peran serta
pengelolaan dari pemerintah masih kurang. Hal tersebut membuat
Museum ini masih
kurang berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas.
Kegiatan rutin museum adalah pameran tetap dimuseum yang dibuka
setiap hari
dari Senin hingga Sabtu, pada pukul 09.00-15.00 WIB. Akses untuk
menuju lokasi
tersebut juga sangat mudah karena berada di pusat kota dekat
dengan jembatan
Lempuyangan. Jalan dan lokasi parker yang luas membuat museum
ini mudah
dikunjungi dengan segala jenis transportasi mulai dari sepeda
motor sampai kendaraan
roda empat. Selain itu apabila anda beruntung, pengunjung dapat
melihat langsung
proses pembuatan batik tulis di museum ini.
1. Fasilitas
a. Galeri
Galeri pada Museum ini tidak hanya menyajikan koleksi macam-
macam motif batik dan sejarahnya, melainkan juga menyajikan
produk
sulaman dan sejarahnya.
-
25
2.4.3 Museum Batik Danar Hadi Solo
Museum Batik Danar Hadi terletak di Jalan Slamet Riyadi No. 261,
Solo 57141.
Museum ini diresmikan oleh Ibu Megawati Sukarno Putri pada
tanggal 20 Oktober 2002,
dengan nama "Galeri Batik Kuno Danar Hadi" yang saat ini berubah
namanya menjadi
"Museum Batik Danar Hadi". Walaupun sebenarnya perusahaan Danar
Hadi sendiri
sudah berdiri sejak tahun 1967. Batik Danar Hadi merupakan
perusahaan induk yang
dibentuk oleh Bapak dan Ibu Santosa Doellah. Tujuan pendirian
perusahaan ini untuk
memperkaya perkembangan seni membatik pada khususnya dan usaha
batik di
Indonesia pada umumnya. Tujuan kelompok usaha ini adalah
menyumbangkan sesuatu
yang bernilai terhadap seni tradisional yang terkenal sebagai
ungkapan kehidupan serta
filosofi budaya Jawa.
Museum Batik Danar Hadi adalah sebuah kompleks wisata heritage
terpadu
tentang batik yang terletak di kota Solo di Jawa Tengah. Museum
Batik Danar Hadi
didirikan oleh perusahaan batik asal Solo PT Batik Danar Hadi
pada tahun 2008 dan
mengkhususkan batik beserta aspek-aspek budayanya sebagai obyek
wisata
utamanya.Museum Batik Danar Hadi terletak di dalam sebuah
kompleks bangunan kuno
yang merupakan cagar budaya, bangunan utama di dalam Museum
Batik Danar Hadi
adalah Ndalem Wuryaningratan. Bangunan ini dibangun pada akhir
abad ke 19 dengan
gaya arsitektur unik yang merupakan kombinasi Jawa-Eropa.
Seiring dengan berjalannya
Gambar 2.18 Foto galeri museum batik Sumber : dokumen
pribadi
Gambar 2.19 Foto galeri museum batik Sumber : dokumen
pribadi
Gambar 2.20 Foto galeri museum batik Sumber : dokumen
pribadi
Gambar 2.21 Foto galeri museum batik Sumber : dokumen
pribadi
-
26
waktu bangunan ini menjadi terbengkalai dan dipenuhi dengan
rumput ilalang, sampai
akhirnya dibeli PT Danar Hadi pada tahun 1999 dan direnovasi.
Sekarang bangunan ini
diubah menjadi multipurpose function hall.
Museum Batik Danar Hadi ini menyimpan koleksi kain batik yang
mencapai
10,000 helai dan diakui oleh MURI sebagai museum dengan koleksi
batik terbanyak.
Kain batik yang dipajang di museum ini berasal dari periode dan
pengaruh kultur serta
lingkungan yang berbeda-beda. Salah satu koleksi terpenting di
museum ini adalah
koleksi batik belanda, yaitu batik yang dipengaruhi oleh budaya
Eropa dan dibuat oleh
orang-orang Belanda yang menetap di Indonesia pada zaman
kolonial. Koleksi kain-kain
ini adalah koleksi pribadi dari H. Santosa Doellah, pendiri PT
Batik Danar Hadi yang juga
merupakan pencetus kompleks Museum Batik Danar Hadi. Di belakang
Museum
terdapat kompleks pabrik batik tulis dan cap yang bisa
dikunjungi oleh para wisatawan.
a. Koleksi Batik Museum House of Danar Hadi
Batik Belanda
Batik Nitik
Batik Puro pakualaman
Batik Garut
Batik Pedesaan
b. Fasilitas
1. Galeri
Memamerkan koleksi batik-batik kuno dari kurun waktu sebelum dan
sewaktu
penjajahan Belanda dan Jepang sampai saat kemerdekaan
Indonesia.
Penataan museum mengambil tema sesuai dengan buku karya Bapak
H.
Santoso Doellah yaitu Batik, Pengaruh Zaman dan
Lingkungannya.
Gambar 2.22 Foto galeri House of Danar Hadi
Sumber : dokumen pribadi
Gambar 2.23 Foto galeri House of Danar Hadi
Sumber : dokumen pribadi
-
27
2. Showroom Melengkapi one stop of Batik Adventure, House of
Danar Hadi juga menyuguhkan showroon yang menyediakan beraneka
ragam produk eksklusif, cenderamata khas Solo dari Batik Danar Hadi
dan merupakan hasil karya yang diciptakan melalui workshop.
2.4.4 Hasil Studi Banding
Dari ketiga studi banding yang telah dilakukan baik melalui
media internet, literatur
maupun survei lokasi, telah didapatkan perbandingan sebagai
berikut :
Kategori International
Batik Center
Pekalongan
Museum Batik
Yogyakarta
Museum Batik
Danar Hadi Solo
Museum Batik
Indonesia
Pemilihan
Lokasi
Dekat jalan
raya, berada
dijalur
pantura.
dekat
permukiman
penduduk,
pertokoan,
dan hostel.
Di Jalan Raya
Utama Kota
Solo, Jl. Slamet
Riyadi.
Berada di
komplek Taman
Mini Indonesia
Indah
Kegiatan 1. Pameran
2. Worksho
p dan
seminar
3. Perdagan
gan
1. Informasi
dan
edukasi
2. Pelatihan
dan
pengemba
1. Kegiatan
informasi
dan edukasi
2. Kegiatan
perdagangan
3. Kegiatan
1. Kegiatan
Informasi
dan edukasi
2. Kegiatan
perdaganga
n
Gambar 2.24 Foto galeri House of Danar Hadi
Sumber : dokumen pribadi
Gambar 2.25 Foto galeri House of Danar Hadi
Sumber : dokumen pribadi
Gambar 2.26 Foto showroom House of Danar Hadi
Sumber : dokumen pribadi
Gambar 2.27 Foto showroom House of Danar Hadi
Sumber : dokumen pribadi
-
28
ngan
desain
membatik
3. Kegiatan
perdagang
an
produksi
4. Seminar dan
workshop
3. Workshop
dan seminar
4. pameran
Fasilitas
Utama
1. R. pamer
2. Retail
3. Ruang
pamer
1. R. pamer
2. Souvenir
shop
1. R. Pamer
2. Showroom
3. Ruang
serbaguna
1. R.pamer
2. Hall of fame
3. R.
auditorium
Fasilita
Penunjang
1. ATM
Center
2. Restoran
3. Musholla
4. Toilet
5. Area
bermain
anak
1. Penginapa
n
2. Servis
room
1. Resto
2. Musholla
3. Toilet
1. Restoran
2. Toko
souvenir
3. Musholla
4. Toilet
Lingkup
Pelayanan
Lingkup
pelayanan
bagi
wisatawan,
masyarakat
umum, serta
para
pengusaha
batik.
Lingkup
pelayanan
bagi
wisatawan
nusantara
maupun
mancanegara.
Lingkup
pelayanan bagi
wisatawan
nusantara
maupun
mancanegara.
Lingkup
pelayanan bagi
wisatawan
masyarakat
umum, serta
para pengusaha
batik
Kesimpulan Kelebihan :
Bangunan
masih
tergolong
baru dan
cukup baik.
Berada di
lokasi
strategis dan
memiliki
fasilitas yang
dianggap
lengkap.
Kekurangan :
Luas
museum
batik
Kelebihan :
Materi koleksi
yang ada
didalamnya
dinilai cukup
lengkap dan
menarik.
Kekurangan :
Terbatasnya
fasilitas serta
lokasi yang
cenderung
jauh dari pusat
kota.
Bangunan
sudah cukup
tua.
Kelebihan :
Fasilitas yang
lengkap dan
berada di lokasi
yang strategis
karena berada
di Jalan raya
utama, Jl.
Slamet Riyadi
Solo.
Kekurangan :
Kapasitas
bangunan
belum dapat
mewadahi
banyaknya
peminat atau
Perencanaan
kegiatan di
Museum Batik
Indonesia
disesuaikan
dengan tujuan
sayembara IAI
yaitu dapat
menjadi wadah
sekaligus sarana
untuk
mengenal,
belajar, dan
menikmati
koleksi batik
Indonesia. Akan
tetapi, sedikit
lebih di
-
29
pekalongan
hanya 40m2,
seharusnya
jika lebih
besar lagi,
semakin
banyak lg
batik-batik
yang dapat
di tampilkan
pengunjung. persempit ruang
lingkupnya.
Sehingga
kegiatan yang
akan
dipamerkan
adalah sejarah
pembuatan
batik, alat dan
bahan, serta
beberapa motif
terkenal dari
beberapa
daerah di
Indonesia.
Sumber : Analisa Penulis