IMUNODIAGNOSIS PENYAKIT PARASIT Oleh: MUSDALIFAH 3425102445 Biologi 2010 Universitas Negeri Jakarta
IMUNODIAGNOSIS PENYAKIT PARASIT
Oleh:MUSDALIFAH3425102445
Biologi 2010Universitas Negeri Jakarta
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat memahami tentang Imunodiagnosis Penyakit Parasit.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :
Menjelaskan dan menegakkan bagaimana diagnosis penyakit parasit yang parasitnya sukar ditemukan dengan pemeriksaan mikroskopik,
IMUNODIAGNOSIS PENYAKIT PARASIT
Tujuan= menegakkan diagnosis penyakit parasit
yang parasitnya sukar ditemukan dengan pemeriksaan mikroskopik, misalnya
- pada masa prepaten
- infeksi menahun
- lokalisasi pengambilan bahan pemeriksaan
secara teknis sukar dicapai
Deteksi penyakit
Secara garis besar adalah
reaksi kekebalan hospes dan antigen dari parasitnya
Reaksi kekebalan
Reaksi Humoral IDT (imunodiffusion test) CIEP(Counter Immuno Electrophoresis) Tes hemaglutinasi Tes fluorosensi ELISA Radioimmunoassay Tes dengan komplemen
Pada imunodiagnosis ini dideteksi secara garis besar adalah reaksi hospes dan antigen dari parasitnya.
Reaksi kekebalan hospes yang spesifik terdiri dari 2 macam:
Humoral Selular
Reaksi humoral
Diagnosis dengan reaksi humoral yaitu dengan mendeteksi zat anti (imunoglobin) yang ada dalam serum/plasma.
Ada 5 kelas yaitu :
Ig G, Ig M, Ig D, Ig M, Ig A, dan Ig E
Diagnosis parasit secara imunologi terutama ditujukan pada : Ig G, Ig M, dan Ig E.
Ig G (imunoglobin G) : terdapat sebanyak 80 % dari imunoglobin seluruhnya, sebaliknya Ig E hanya 0,002% dan Ig M kira-kira hanya 13%.
Reaksi Seluler
Lebih sulit karena limfosit yang diperoleh harus segar.
Dikatakan (+) bila jumlah limfosit yang menempel cukup banyak.
Contoh-contoh penyakit:
Helmintologi: sindrom Loeffler, visceral larva migrans, filariasis menahun, tropical pulmonary eosinophilia, sistiserkosis,hidatidosis.
Protozoologi: amebiasis menahun (kolon dan hati), toksoplasmosis, malaria tranfusi.
Mikologi: kandidiasis sistemik, kriptokokosis, histoplasmosis, asper gilosis.
Contoh beberapa tes humoral
IDT (immunodiffusion test)Dalam lempeng agar antigen dan zat anti bermigrasi berlawanan arah. Garis presipitasi terbentuk ditempat antigen bertemu dengan zat anti (kompleks Ag Ab).
CIEP (Counter Immuno Electrophoresis)Untuk mempercepat migrasi Ag dan zat anti pada lempeng agar dapat dibantu dengan aliran listrik. Garis presipitasi terbentuk bila serum berisi zat anti.
Tes serologi adalah kebanyakan dengan mendeteksi Ig G, walaupun Ig G ini terdapat juga pada penderita yang sudah tidak menderita sakit karena waktu paruhnya (half life) yang cukup panjang.
Untuk deteksi Ig G, perlu dilakukan tes 2 kali berturut-turut dengan jangka waktu 2 minggu untuk mengetahui kenaikan liternya.
- Tes serologi Ig M yang jumlahnya meningggi pada permulaan infeksi, tetapi karena waktu paruhnya pendek, secara praktis sukar diterapkan.
- Tes serologi Ig E sulit dilakukan karena jumlahnya yang sangat kecil dalam tubuh manusia, walaupun umumnya Ig E meninggi pada infeksi cacing.
Tes hemaglutinasiLarutan antigen dikonjugasi dengan sel darah merah dan direaksikan dengan serum penderita. Bila zat anti dalam serum positif akan terbentuk aglutinasi SDM-Ag-zat anti.
Tes flouresensiZat anti terhadap Ig manusia dikonjugasi dengan zat anti yang berflouresein atau rodamin, kemudian direaksikan dengan antigen dan serum penderita. Bila terbentuk ikatan antara Ag-Ig manusia- zat anti Ig manusia, dengan mikroskop flouresen akan terlihat flouresensi.
Tes ELISA ( Enzyme Linked Immunosorbent Assay)Zat anti terhadap Ig manusia dikonjugasi dengan enzim seperti peroksidase dan fosfatase alkali, kemudian direaksikan dengan antigen dan serum penderita. Bila terbebtuk ikatan Ag- Ig manusia- zat anti Ig manusia, akan terlihat perubahan warna menjadi jingga atau kehijauan setelah ditambahkan substrat yang sesuai. Hasil tes ini dapat dibaca dengan mata atau spektrofotometer dengan panjang gelombang tertentu.
Radioimmunoassay Antigen dikonjugasi dengan zat radioaktif misalnya I131, kemudian direaksikan dengan serum penderita. Bila serum tersebut berisi zat anti yang sesuai akan terjadi ikatan Ag-zat anti yang terbaca sebagai jumlah sinar gama dengan gamma counter.
Tes dengan komplemenKomplemen adalah suatu sistem kekebalan yang terdiri dari lebih dari 20 protein serum dan sistem ini tidak aktif pada serum normal.
Komplemen menjadi aktif bila terjadi ikatan kompleks imun (Ag-zat anti) yaitu dengan melisiskna sel (misalnya sel darah merah). Karena itu komplemen dapat digunakan sebagai tes untuk mengetahui ada tidaknya zat anti dalam serum penderita.
Reaksi ikat komplemen (complement fixation test)
Sistem I : Ag + serum penderita + komplemen Sistem II : SDM kambing + hemolisin.
-Bila pada sistem I dalam serum tidak terdapat zat anti, maka komplemen tetap bebas dan dipakai di sistem II sehingga sel darah merah kambing lisis.-Bila tidak terjadi lisis maka komplemen terpakai dissitem I yang berarti dalam serum terdapat zat anti.
2. Contoh Tes Reaksi Selular
Melakukan tes selular jauh lebih sulit daripada tes humoral, karena limfosit diperoleh dari penderita harus dalam keadaan segar pada waktu direaksikan dengan parasit (antigen). Positif : bila jumlah limfosit yang menempel pada parasit cukup banyak.
Deteksi antigen parasit Dapat dgn berbagai tes serologi Harus dibuat zat anti poliklonal atau
monoklonal yang bereaksi dgn antigen parasit tersebut.
Memerlukan peralatan canggih. Biaya tinggi. Lebih unggul karena dapat
menentukan seseorang mengalami infeksi yg aktif atau tidak → karena mendeteksi metabolit parasit (yg hanya dihasilkan oleh parasit yg masih hidup).
Deteksi Antigen Parasit
Dengan deteksi parasit dapat juga dilakukan dengan berbagai tes serologi humoral misalnya ELISA, RIA, tes komplemen: biasanya dideteksi adalah metabolit parasit yang beredar dalam tubuh penderita. Untuk melakukan tes ini harus dibuat zat anti poliklonal atau monoklonal yang bereaksi dengan antigen parasit tersebut.
Hal ini banyak dilakukan di negara-negara maju, karena teknik ini memerlukan peralatan canggih dan biaya yang tinggi. Kelebihan cara ini dibanding dengan deteksi zat anti Ig G adalah karena dapat menebtukan apakah seseorang menderita infeksi secara aktif atau tidak: karena selama parasit masih hidup dalam tubuh penderita,maka metabolitnya akan tetap dihasilkan (hasil tes menjadi positif) dan bila parasitnya sudah mati dengan sendirinya metabolitnya akan hilang dan hasil tes akan negatif.
Latihan Soal
1. Apa tujuan imunodiagnosis penyakit parasit?
2. Apa yang dimaksud diagnosis dengan uji humeral?
3. Sebutkan beberapa contoh uji humeral?
4. Sebutkan cara deteksi antigen parasit!
5. Apa yang dimaksud uji ELISA?
Daftar Pustaka
Sutanto, Inge, dkk. 2008. Parasitologi Kedokteran. Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia