Top Banner
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU DAN KONSENTRASI ASAM TERHADAP EKSTRAKSI DAN KARAKTERISTIK PEKTIN DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK KUNING (Musa balbisiana BBB) SKRIPSI QADRINA SUFY 1111102000030 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JUNI 2015
105

Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

Apr 01, 2019

Download

Documents

dangnhan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU

DAN KONSENTRASI ASAM TERHADAP

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISTIK PEKTIN DARI

LIMBAH KULIT PISANG KEPOK KUNING

(Musa balbisiana BBB)

SKRIPSI

QADRINA SUFY

1111102000030

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2015

Page 2: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU

DAN KONSENTRASI ASAM TERHADAP

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISTIK PEKTIN DARI

LIMBAH KULIT PISANG KEPOK KUNING

(Musa balbisiana BBB)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

QADRINA SUFY

1111102000030

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2015

Page 3: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer
Page 4: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer
Page 5: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer
Page 6: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Qadrina Sufy

Program Studi : Farmasi

Judul : Pengaruh Variasi Perlakuan Bahan Baku dan Konsentrasi

Asam Terhadap Ekstraksi dan Karakteristik Pektin dari

Limbah Kulit Pisang Kepok Kuning (Musa balbisiana BBB)

Pektin merupakan polimer alam dari kelompok polisakarida yang terdapat dalam

jaringan tanaman, tersusun atas unit asam D-galakturonat yang dihubungkan oleh

ikatan glikosidik α(1-4). Pektin telah digunakan selama bertahun-tahun dalam

industri farmasi, makanan, dan minuman. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh variasi perlakuan bahan baku dan konsentrasi asam terhadap

karakteristik pektin hasil ekstraksi dari limbah kulit pisang kepok kuning

(Musa balbisiana BBB). Penelitian dilakukan dengan metode ekstraksi

menggunakan pelarut HCl, lalu dilakukan pengendapan pektin dengan

menambahkan aseton ke dalam filtrat hasil ekstraksi, kemudian endapan dicuci

dengan etanol 96%, dan dikeringkan dalam oven suhu 400C untuk mendapatkan

pektin kering. Variabel tetap dalam penelitian ini adalah suhu ekstraksi 900C

selama 80 menit. Sedangkan variabel berubahnya adalah perlakuan bahan baku,

yaitu bahan segar dan kering serta konsentrasi HCl 0,025 N; 0,05 N; dan 0,075 N.

Karakteristik yang dianalisa adalah jumlah pektin yang dihasilkan, kadar air,

kadar abu, berat ekivalen, kadar metoksil, kadar galakturonat, derajat esterifikasi,

dan viskositas larutan pektin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi

optimum untuk menghasilkan pektin terbanyak dari masing-masing perlakuan

bahan baku yaitu 10,3610 gram untuk bahan segar dan 8,0290 gram untuk bahan

kering, diperoleh dengan ekstraksi menggunakan pelarut HCl 0,075 N, dengan

karakteristik berturut-turut : kadar air 9,3165% dan 10,3501%; kadar abu 1,3592%

dan 2,4770%; berat ekivalen 4752,7974 dan 4874,1837; kadar metoksil 3,8166%

dan 3,7524%; kadar galakturonat 101,1200% dan 99,6591%; derajat esterifikasi

21,4284% dan 21,3770%; dan viskositas larutan pektin 1% 15,00 cPs dan

15,50 cPs.

Kata Kunci : Kulit pisang kepok, pektin, ekstraksi, karakteristik

Page 7: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Qadrina Sufy

Program Study : Pharmacy

Title : Effect of Variations in The Raw Materials Treatment and

Acid Concentration to The Extraction and Characteristics of

Pectin from Yellow Banana Peel Waste (Musa balbisiana

BBB)

Pectin is a natural polymer of polysaccharides present in plant tissue, composed of

D-galacturonic acid units linked by glycosidic bond α(1-4). It has been used

successfully for many years in the food and beverage industry. This research was

aimed to investigate the effect of variations in the raw materials treatment and

acid concentration on the characteristics of pectin extracted from yellow banana

peel waste (Musa balbisiana BBB). The research used an extraction method by

using HCl solvent, pectin was precipitated by adding acetone into the filtrate

extracted, then the precipitate was washed with ethanol 96%, and dried in oven at

400C to obtain a dry pectin. The fix variables which were used in this research

were extraction temperature of 900C during 80 minute. Extraction process by

carried out by the raw materials treatment which were fresh and dried, and the

HCl solvent concentration of 0,025 N; 0,05 N; and 0,075 N. Characteristics

analyzed were yield of pectin, moisture content, ash content, equivalent weight,

methoxyl content, galacturonic content, degree of esterification, and viscosity of

pectin solution. The results showed that the optimum conditions to produce most

of pectin from each raw material treatment i.e. 10,3610 gram of fresh material and

8,0290 gram of dry material, obtained by HCl 0,075 N with the characteristics

respectively : 9,3165% and 10,3501% of moisture content, 1,3592% and 2,4770%

of ash content, 4752,7974 and 4874,1837 of equivalent weight, 3,8166% and

3,7524% of methoxyl content; 101,1200% and 99,6591% of galacturonic content,

21,4284% and 21,3770% of degree of esterification, and 15,00 cPs and 15,50 cPs

of viscosity of 1% pectin solution.

Keywords : Banana peel, pectin, extraction, characteristics

Page 8: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, segala puji dan syukur selalu terpanjatkan

atas kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam

senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah

membawa cahaya petunjuk dan menjadi suri tauladan bagi umat manusia, semoga

kelak kita semua mendapat syafaat beliau. Aamiin yaa rabbal’aalamiin.

Skripsi dengan judul, “Pengaruh Variasi Perlakuan Bahan Baku dan

Konsentrasi Asam Terhadap Ekstraksi dan Karakteristik Pektin dari Limbah Kulit

Pisang Kepok Kuning (Musa balbisiana BBB)” ini disusun dalam rangka

memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah

meluangkan waktunya, mendidik, dan membimbing dari masa perkuliahan sampai

pada proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis

ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Arif Sumantri, S. KM., M. Kes., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Yardi, M. Si., Ph. D., Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Eka Putri, M. Si., Apt. dan Bapak Supandi, M. Si., Apt., sebagai

Pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa meluangkan

waktu dan pikirannya untuk membimbing, mendidik, memberikan saran, dan

dukungan kepada penulis hingga skripsi ini selesai.

4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama

menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Ayahanda Husni El Fuad dan Ibunda Nurhidayati, kedua orang tercinta yang

senantiasa mendoakan tiada pernah terputus, selalu memberikan cinta dan

kasih sayang, semangat, dan dukungan baik moril maupun materiil yang tak

akan pernah mampu penulis membalas itu semua. Semoga Allah selalu

memberikan limpahan rezeki, keberkahan, dan keselamatan bagi Ayahanda

dan Ibunda tercinta baik di dunia maupun di akhirat. Aamiin.

6. Adikku tersayang Muhammad Maksum yang selalu memberikan dukungan,

semangat, dan keceriaan dalam hidup penulis, serta untuk keluarga besar

yang senantiasa memberikan doa dan semangat kepada penulis.

7. Teman-teman seperjuangan Farmasi angkatan 2011 yang telah menjadi

keluarga kedua bagi penulis, yang selalu memberikan warna baru dalam

hidup penulis. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini yang begitu

indah, semoga silaturrahim kita dapat tetap selalu terjaga.

8. Kak Lisna, Kak Tiwi, Kak Eris, Kak Liken, Mba Rani, dan Kak Rahmadi

yang telah banyak membantu penulis selama penelitian di laboratorium.

9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang turut

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak

kelemahan dan kekurangan serta jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap

semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya. Dengan segala

kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik membangun agar

skripsi ini lebih sempurna.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT mencatat dan memberikan

balasan yang berlipat ganda atas segala kebaikan semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Jakarta, 12 Juni 2015

Penulis

Page 10: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer
Page 11: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ..................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4

2.1 Tanaman Pisang ....................................................................... 4

2.1.1 Uraian Umum Pisang .................................................... 4

2.1.2 Kandungan Kimia Kulit Pisang .................................... 5

2.1.3 Pisang Kepok (Musa balbisiana) ................................. 6

2.2 Pektin ....................................................................................... 7

2.2.1 Pengertian dan Sumber Pektin ...................................... 7

2.2.2 Struktur, Komposisi Kimia, dan Jenis Pektin ............... 8

2.2.3 Sifat-sifat Pektin ........................................................... 12

2.2.4 Produksi Pektin ............................................................. 14

2.2.5 Karakterisasi Pektin ...................................................... 18

2.2.6 Aplikasi Pektin ............................................................. 21

2.3 Asam Klorida ........................................................................... 23

2.4 Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red) ................. 23

BAB 3 METODE PENELITIAN .............................................................. 25

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 25

3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 25

Page 12: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2.1 Alat ............................................................................... 25

3.2.2 Bahan ............................................................................ 25

3.3 Prosedur Penelitian ................................................................... 26

3.3.1 Persiapan Bahan Baku .................................................. 26

3.3.2 Produksi Pektin ............................................................. 27

3.4 Identifikasi Kualitatif Pektin .................................................... 28

3.5 Karakteristik Pektin .................................................................. 28

3.6 Perbandingan Spektrum FTIR ................................................. 31

3.7 Perbandingan Pektin Hasil Penelitian terhadap

Pektin Komersial ...................................................................... 31

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 32

4.1 Penentuan Bahan Baku ............................................................ 32

4.2 Determinasi Tanaman Bahan Baku .......................................... 32

4.3 Persiapan Bahan Baku .............................................................. 33

4.4 Produksi Pektin ........................................................................ 34

4.5 Identifikasi Kualitatif Pektin .................................................... 37

4.6 Karakteristik Pektin Hasil Ekstraksi ........................................ 40

4.7 Perbandingan Spektrum FTIR ................................................. 51

4.8 Perbandingan Pektin Hasil Penelitian terhadap

Pektin Komersial ...................................................................... 54

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 57

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 57

5.2 Saran ......................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 58

LAMPIRAN ................................................................................................... 66

Page 13: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Pektin pada berbagai Sayuran dan Buah-buahan ... 12

Tabel 2.2 Spesifikasi Standar Mutu Pektin ............................................... 19

Tabel 2.3 Spesifikasi Pektin Berdasarkan Farmakope ............................. 19

Tabel 4.1 Bahan Baku ............................................................................... 34

Tabel 4.2 Pemerian Pektin Hasil Ekstraksi ............................................... 37

Tabel 4.3 Identifikasi Pektin Hasil Ekstraksi ........................................... 38

Tabel 4.4 Karakteristik Pektin Hasil Ekstraksi ......................................... 40

Tabel 4.5 Data Spektrum FTIR Pektin Komersial dan Hasil Ekstraksi ... 52

Tabel 4.6 Perbandingan sifat fisikokimia pektin hasil penelitian

terhadap pektin komersial ......................................................... 56

Page 14: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pisang Kepok ............................................................................ 6

Gambar 2.2 Struktur Dinding Sel Tanaman ................................................. 8

Gambar 2.3 Rumus Molekul Pektin .............................................................. 9

Gambar 2.4 Struktur Kimia α-Galakturonat ................................................. 9

Gambar 2.5 Struktur Kimia Asam Poligalakturonat .................................... 10

Gambar 2.6 Molekul Pektin Bermetoksil Tinggi ......................................... 11

Gambar 2.7 Molekul Pektin Bermetoksil Rendah ........................................ 11

Gambar 2.8 Molekul Pektin yang Teramidasi .............................................. 11

Gambar 2.9 Skema Perubahan Protopektin menjadi Pektin dan

Asam Pektat ............................................................................... 16

Gambar 4.1 Jumlah pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi ..................... 41

Gambar 4.2 Kadar air pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi .................. 43

Gambar 4.3 Kadar abu pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi ................ 44

Gambar 4.4 Berat ekivalen pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi .......... 45

Gambar 4.5 Kadar metoksil pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi ........ 47

Gambar 4.6 Kadar galakturonat pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi .. 48

Gambar 4.7 Derajat esterifikasi pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi ... 49

Gambar 4.8 Reaksi Deesterifikasi Pektin ..................................................... 50

Gambar 4.9 Viskositas larutan pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi .... 51

Gambar 4.10 Struktur Pektin .......................................................................... 53

Gambar 4.11 Perbandingan warna pektin hasil penelitian dan

pektin komersial ....................................................................... 54

Page 15: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman ..................................................... 66

Lampiran 2. Hasil Pemeriksaan Kadar Air Serbuk Kulit Pisang Kepok

(Musa balbisiana BBB) ............................................................ 67

Lampiran 3. Alur Kerja Penelitian ................................................................ 68

Lampiran 4. Diagram Alir Persiapan Bahan Baku Segar ............................. 69

Lampiran 5. Diagram Alir Persiapan Bahan Baku Kering ........................... 70

Lampiran 6. Jumlah Pektin Hasil Ekstraksi .................................................. 71

Lampiran 7. Kadar Air Pektin ....................................................................... 71

Lampiran 8. Kadar Abu Pektin ..................................................................... 72

Lampiran 9. Pembakuan Larutan Titran NaOH 0,1027 N ............................ 73

Lampiran 10. Berat Ekivalen Pektin ............................................................... 74

Lampiran 11. Kadar Metoksil Pektin .............................................................. 75

Lampiran 12. Kadar Galakturonat Pektin ....................................................... 76

Lampiran 13. Derajat Esterifikasi Pektin ........................................................ 77

Lampiran 14. Viskositas Larutan Pektin ......................................................... 77

Lampiran 15. Contoh Perhitungan Kadar Air Pektin Hasil Ekstraksi ............ 78

Lampiran 16. Contoh Perhitungan Kadar Abu Pektin Hasil Ekstraksi ........... 78

Lampiran 17. Contoh Perhitungan Berat Ekivalen Pektin Hasil Ekstraksi ..... 78

Lampiran 18. Contoh Perhitungan Kadar Metoksil Pektin Hasil Ekstraksi .... 79

Lampiran 19. Contoh Perhitungan mEk .......................................................... 79

Lampiran 20. Contoh Perhitungan Kadar Galakturonat Pektin

Hasil Ekstraksi .......................................................................... 81

Lampiran 21. Contoh Perhitungan Derajat Esterifikasi Pektin

Hasil Ekstraksi .......................................................................... 82

Lampiran 22. Hasil Spektrum FTIR Pektin Komersial dan Hasil Ekstraksi ... 83

Lampiran 23. Sertifikat Analisis Pektin Carigill® ........................................... 87

Lampiran 24. Sertifikat Analisis Pektin Danisco® .......................................... 88

Lampiran 25. Dokumentasi Proses Ekstraksi Pektin ...................................... 89

Lampiran 26. Gambar alat-alat yang digunakan dalam penelitian ................. 90

Page 16: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Polimer alam merupakan polisakarida yang penting secara farmasetik

dengan berbagai aplikasi seperti agen pengental, pengikat, penghancur,

pensuspensi, pengemulsi, penstabil, dan pembentuk gel. Polimer alam lebih

disukai daripada sintetik karena tidak toksik, biaya rendah, bersifat emolien,

dan tidak mengiritasi (Malviya, et. al., 2011).

Pektin termasuk kelompok polisakarida yang terdapat di antara

dinding sel sekunder tanaman termasuk xilem dan serat sel yang merupakan

konstituen penting dalam pertumbuhan awal dan proses pematangan buah,

di mana komponen utamanya terdiri dari unit asam D-galakturonat yang

terikat dengan ikatan glikosidik α(1-4) (Bansal, et. al., 2014).

Di berbagai negara, pektin telah dikenal dan diizinkan penggunaannya

sebagai bahan dasar dalam berbagai industri, baik pangan maupun non

pangan, seperti industri farmasi dan kosmetik, karena kemampuannya dalam

mengubah sifat fungsional produk seperti kekentalan, emulsi, dan gel

(Nurviani, 2014).

Hingga tahun 2012, seluruh pektin yang digunakan di industri-industri

Indonesia merupakan barang impor dengan data terakhir pada Januari

sampai November 2012 mencapai 2.276.742 kg yang bernilai sebesar

US $ 2.132.966. Biaya impor pektin yang sangat mahal akan berdampak

terhadap penggunaan devisa Negara (Badan Pusat Statistik, 2012).

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil pisang terbesar

di Asia. Pisang (Musaceae sp.) adalah tanaman buah-buahan tropis berupa

hortikultura yang banyak dihasilkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat

Indonesia serta berbuah sepanjang tahun tanpa mengenal musim, di mana

produksi buahnya menduduki peringkat pertama hasil pertanian hortikultura

yaitu mencapai 6.279.290 ton pada tahun 2013 (Satria dan Ahda, 2009;

Sofia, 2008; Badan Pusat Statistik, 2014).

Page 17: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pemanfaatan buah pisang untuk berbagai jenis makanan akan

menghasilkan limbah kulit pisang yang merupakan limbah organik yang

masih mengandung karbohidrat dan nutrisi lain. Volume limbah yang besar

dan terbuang merupakan pemborosan sumber daya karena limbah ini dapat

dimanfaatkan sebagai sumber pektin yang dapat diproduksi dengan teknik

ekstraksi menggunakan asam mineral panas atau asam organik (May, 1990;

Baker, 1994; Sofia, 2008).

Hasil penelitian Hanum, et. al. (2012), pektin dengan karakteristik

terbaik hasil ekstraksi dari kulit pisang kepok kering menggunakan pelarut

air yang diasamkan dengan HCl diperoleh pada pH 1,5 dan suhu 900C

selama 80 menit dengan perolehan rendemen tertinggi sebesar 5,21 gram,

kadar air 11,88%, kadar abu 0,98%, dan kadar metoksil 3,72%.

Berdasarkan uraian di atas, kulit pisang diketahui berpotensi sebagai

sumber pektin, maka dalam penelitian ini dilakukan pengembangan

ekstraksi pektin dengan memanfaatkan limbah kulit pisang kepok kuning

(Musa balbisiana BBB), dengan melihat pengaruh dari variasi perlakuan

bahan baku segar dan kering yang diekstraksi menggunakan pelarut HCl

dengan berbagai konsentrasi terhadap karakteristik pektin yang dihasilkan.

Pelarut HCl dipilih karena tergolong asam mineral yang cenderung murah

dan mudah didapatkan serta pada pH rendah dapat menghasilkan rendemen

pektin yang lebih tinggi dibandingkan asam organik (Kertesz, 1951; Rouse

dan Crandal, 1978).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pustaka, ekstraksi pektin dari kulit pisang kepok

menggunakan pelarut HCl sudah diteliti. Akan tetapi, belum diketahuinya

karakteristik pektin hasil ekstraksi dengan memanfaatkan limbah kulit

pisang kepok kuning (Musa balbisiana BBB) yang dipengaruhi variasi

perlakuan bahan baku dan konsentrasi pelarut HCl.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sumber pektin baru

dengan memanfaatkan limbah kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana

Page 18: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BBB) dan mengetahui pengaruh variasi perlakuan bahan baku dan

konsentrasi pelarut HCl terhadap karakteristik pektin yang dihasilkan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan

dapat dijadikan sebagai landasan ilmiah pemanfaatan limbah kulit pisang

kepok kuning (Musa balbisiana BBB) untuk pengembangan sumber

produksi pektin dalam upaya untuk peningkatan kesehatan dan

pemanfaatannya di bidang industri farmasi.

Page 19: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pisang

2.1.1 Uraian Umum Pisang

Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia

Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman buah ini kemudian menyebar luas

ke kawasan Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan, dan Amerika Tengah.

Penyebaran tanaman ini selanjutnya hampir merata ke seluruh dunia, yakni

meliputi daerah tropik dan subtropik, dimulai dari Asia Tenggara ke timur

melalui Lautan Teduh sampai ke Hawai. Selain itu tanaman pisang

menyebar ke barat melalui Samudera Atlantik, Kepulauan Kenari sampai

Benua Amerika (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

Pisang adalah buah terbesar kedua setelah jeruk yang tumbuh

di daerah tropis yang paling banyak ditanam dan dihasilkan, serta telah

dibudidayakan di lebih dari 130 negara, kontribusinya mencapai 16% dari

produksi buah total dunia (Mohapatra, et. al., 2010). Indonesia, Filipina, dan

Thailand merupakan negara penghasil pisang nomor satu di kawasan Asia

Tenggara (Verheij dan Coronel, 1992).

Pisang merupakan tumbuhan basah yang besar, biasanya mempunyai

batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun, tangkai daun jelas

beralur pada sisi atasnya, helaian daun lebar, bangun jorong memanjang,

dengan ibu tulang yang nyata dan tulang-tulang cabang yang menyirip dan

kecil-kecil. Bunga dalam suatu bunga majemuk dengan daun-daun

pelindung yang besar dan berwarna merah, di mana masing-masing

mempunyai tenda bunga yang menyerupai mahkota atau kelopak dan

mahkota yang biasanya berlekatan, zigomorf, terdapat 6 benang sari

di mana yang 5 fertil dan satu staminoidal. Bakal buah tenggelam, beruang

3 dengan 1 bakal biji dalam tiap ruang, tangkai putik berbelah 3-6, buahnya

buah buni atau buah kendaga dengan biji bersalut, endosperm, dan juga

perisperm (Tjitrosoepomo, 1994).

Page 20: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pemanfaatan pisang telah meluas di kalangan masyarakat, baik dari

mulai daun, batang, bunga, buah hingga kulitnya. Pisang sangat bergizi dan

mudah dicerna daripada buah-buahan lainnya, waktu penghancuran atau

digesti dari buah pisang kurang dari 105 menit dibandingkan apel,

yaitu 210 menit. Pisang memiliki karakteristik yang khas pada aroma,

bentuk, dan mudah dikupas serta dimakan. Selain itu, buah pisang juga

rendah sodium dan kaya akan kalsium dan kalium, sehingga dapat

membantu mengatasi stress yang memacu gangguan sulit tidur dengan cara

menurunkan tekanan darah dan melancarkan aliran darah yang tersumbat

dalam pembuluh darah (Apriadji, 2007; Mohapatra, et. al., 2010).

Berdasarkan penelitian dari Taiwan diketahui bahwa kulit pisang

mengandung vitamin B6 dan serotonin yang dapat diekstrak dan

dimanfaatkan untuk kesehatan mata (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

Kulit pisang juga dapat digunakan untuk membuat minuman anggur,

produksi etanol, sebagai substrat untuk produksi biogas, sebagai bahan dasar

untuk produksi pektin, dan pengolahan air limbah di pabrik. Abu kulit

pisang dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman pisang dan sebagai

sumber alkali untuk produksi sabun, ekstrak etanol kulit pisang

(Musa sapientum) dapat digunakan penghambat korosi untuk baja ringan.

(Mohapatra, et. al., 2010).

2.1.2 Kandungan Kimia Kulit Pisang

Kulit pisang merupakan sumber yang kaya pati (3%), protein kasar

(6-9%), lemak kasar (3,8-11%), serat makanan total (43,2-49,7%), dan

asam lemak ganda tak jenuh (Poly Unsaturated Fatty Acid/PUFA), terutama

asam linoleat dan α-linolenat, asam amino esensial (leusin, valin,

fenilalanin, dan treonin), dan mikronutrien (K, P, Ca, Mg), selain itu juga

merupakan sumber yang baik dari lignin (6-12%), pektin (10-21%), selulosa

(7,6-9,6%), hemiselulosa (6,4-9,4%), dan asam galakturonat. Pektin yang

diekstrak dari kulit pisang juga mengandung glukosa, galaktosa, arabinosa,

rhamnosa, dan xilosa. Mikronutrien (Fe dan Zn) ditemukan dalam

konsentrasi tinggi pada kulit dibandingkan pada pulp (daging buah),

Page 21: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sehingga kulitnya bisa menjadi bahan pakan yang baik untuk ternak dan

unggas (Mohapatra, et al., 2010).

Menurut hasil penelitian dari Balai Penelitian dan Pengembangan

Industri, tanaman pisang mengandung berbagai macam senyawa seperti air,

gula pereduksi, sukrosa, pati, protein kasar, pektin, protopektin,

lemak kasar, serat kasar, dan abu. Sedangkan di dalam kulitnya

mengandung senyawa pektin yang cukup besar, dapat diekstraksi dengan

cara sederhana, biaya yang tidak mahal, dan dapat diterapkan dalam skala

kecil (Satria dan Ahda, 2009).

2.1.3 Pisang Kepok (Musa balbisiana)

Berdasarkan Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi

Hayati Institut Teknologi Bandung (2015), klasifikasi dari pisang kepok

(Musa balbisiana) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa balbisiana

Gambar 2.1. Pisang Kepok

[Sumber : Koleksi Pribadi]

Page 22: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berikut ini merupakan klasifikasi dari pisang kepok berdasarkan

Herbarium Bogoriense (2014) :

Jenis : Musa balbisiana BBB

Famili : Musaceae

Pisang kepok (Musa balbisiana) tersebar dari India termasuk

Kepulauan Andam hingga Myanmar utara (Burma), Thailand, dan Indocina

ke China Selatan dan Filipina. Musa balbisiana merupakan salah satu

spesies yang berasal dari Indocina (OECD, 2010).

Di Indonesia, pisang kepok memiliki banyak jenis, namun yang

terkenal adalah pisang kepok kuning dengan daging buahnya berwarna

kuning dan pisang kepok putih dengan daging buahnya berwarna putih.

Pisang kepok kuning memiliki rasa yang lebih manis dan enak

dibandingkan kepok putih. Pisang kepok memiliki daging buah yang

bertekstur agak keras dengan buahnya tidak beraroma harum, kulit buahnya

sangat tebal, dan pada buah yang sudah masak berwarna hijau kekuningan.

Dalam satu tandan bisa terdapat hingga 16 sisir dan pada setiap sisirnya

terdapat hingga 20 pisang, berat setiap tandannya sekitar 14-22 kg. Buah

pisang kepok cocok untuk disantap dalam bentuk olahan (Cahyono, 2009).

2.2 Pektin

2.2.1 Pengertian dan Sumber Pektin

Pektin merupakan kompleks polisakarida yang bersifat asam dengan

bobot molekul tinggi sebesar 30.000-100.000, konstituen dalam tanaman

menyerupai karbohidrat yang terdistribusi luas dalam jaringan, terdiri dari

unit rantai asam D-galakturonat yang terikat dengan ikatan glikosidik α(1,4)

(Rowe, et. al., 2009). Gugus asam sepanjang rantai sebagian besar

teresterifikasi membentuk kelompok metoksil dengan kadar yang bervariasi

tergantung pada derajat metilasi (Madhav dan Pushpalatha, 2002), selain itu

juga bisa dalam bentuk asam bebas, metil ester, garam sodium, kalium,

kalsium atau ammonium, dan dalam beberapa kelompok pektin amida

(IPPA, 2003).

Page 23: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Umumnya pektin terdapat di dalam dinding sel primer, khususnya di

sela-sela antara selulosa dan hemiselulosa, yang berfungsi sebagai bahan

perekat antara dinding sel yang satu dengan yang lainnya (Hasbullah, 2001).

Pektin yang dimanfaatkan untuk makanan merupakan suatu polimer dengan

sedikitnya mengandung 65% unit asam galakturonat (IPPA, 2003).

Gambar 2.2. Struktur Dinding Sel Tanaman

[Sumber : IPPA, 2003]

Komposisi kandungan protopektin, pektin, dan asam pektat di dalam

buah sangat bervariasi tergantung pada derajat kematangan buah, di mana

umumnya protopektin yang tidak larut lebih banyak terdapat pada

buah-buahan yang belum matang (Winarno dan Aman, 2002). Pada

buah-buahan yang masih muda, sel-sel yang satu dengan yang lainnya

masih dipersatukan dengan kuat oleh protopektin, tetapi jika buah semakin

tua, maka sebagian dari protopektin mengalami penguraian menjadi pektin

karena adanya enzim protopektinase sehingga mengakibatkan terlepasnya

sel-sel satu dari yang lain, sehingga buah menjadi lunak. Selanjutnya enzim

pektinase meneruskan pengubahan pektin menjadi asam pektat, di mana

menyebabkan buah menjadi matang (Dwidjoseputro, 1983). Beberapa gula

juga ikut dalam pembentukan pektin, di antaranya adalah rhamnosa,

galaktosa, dan xilosa (Winarno dan Aman, 2002).

2.2.2 Struktur, Komposisi Kimia, dan Jenis Pektin

Pada tahun 1924, Smolenski adalah yang pertama kali berasumsi

bahwa pektin merupakan polimer asam galakturonat. Pada tahun 1930,

Meyer dan Mark menemukan formasi rantai dari molekul pektin, dan

Page 24: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Schneider dan Bock pada tahun 1937 membentuk formula tersebut

(Herbstreith dan Fox, 2005).

Gambar 2.3. Rumus Molekul Pektin

[Sumber : Koleksi Pribadi]

Senyawa pektin adalah asam pektat, asam pektinat, dan protopektin

yaitu sebagai berikut :

1. Asam Pektat

Asam pektat adalah senyawa asam galakturonat yang bersifat

koloid dan pada dasarnya bebas dari kandungan metil ester (Winarno dan

Aman, 2002).

2. Asam Pektinat

Asam pektinat adalah asam poligalakturonat yang bersifat koloid

dan mengandung sejumlah metil ester. Pektin merupakan asam pektinat

dengan kandungan metil ester dan derajat netralisasi yang berbeda-beda

(Winarno dan Aman, 2002).

3. Protopektin

Protopektin adalah substansi pektat yang tidak larut dalam air,

terdapat dalam tanaman, jika dipisahkan secara hidrolisis akan

menghasilkan asam pektinat (Klavons, et. al., 1995).

Gambar 2.4. Struktur Kimia Asam α-Galakturonat

[Sumber : Koleksi Pribadi]

Page 25: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pektin terdiri dari monomer asam galakturonat yang berbentuk suatu

rantai molekul panjang, di mana setiap rantai utamanya diselingi oleh

kelompok rhamnosa dengan rantai cabang menyusun gula netral (arabinosa,

galaktosa). Dalam suatu molekul pektin terdapat 300-1000 cincin yang

merupakan suatu molekul dari asam galakturonat yang dihubungkan dengan

suatu rantai linier (Hoejgaard, 2004 dalam Hanum, et. al., 2012). Kelompok

karboksil (kelompok asam) dari asam galakturonat dapat diesterifikasi atau

diamidasi (IPPA, 2003).

Selain asam D-galakturonat sebagai komponen utama, pektin juga

memiliki D-galaktosa, L-arabinosa, dan L-rhamnosa dalam jumlah yang

bervariasi. Komposisi kimia pektin sangat bervariasi tergantung pada

sumber dan kondisi yang dipakai dalam isolasinya (Willats, et. al., 2006).

Gambar 2.5. Struktur Kimia Asam Poligalakturonat

[Sumber : Koleksi Pribadi]

Berdasarkan kandungan metoksil dan derajat esterifikasi (DE), pektin

dibedakan menjadi dua golongan, yaitu pektin bermetoksil tinggi

(High Methoxyl Pectin) dengan kandungan metoksil minimal 7% dan

derajat esterifikasi lebih dari 50%, dan pektin bermetoksil rendah

(Low Methoxyl Pectin) dengan kandungan metoksil maksimal 7% dan

derajat esterifikasi berkisar kurang dari 50% (Guichard, et. al., 1991;

Hui, 2006). Pektin bermetoksil tinggi memerlukan sejumlah minimum

padatan terlarut (biasanya gula, minimal 55%) dan pH dalam kisaran yang

sempit sekitar 3,0 untuk membentuk gel, bersifat termal reversibel, dan

secara umum larut terhadap air panas serta seringkali mengandung zat

terdispersi seperti dekstrosa untuk mencegah penggumpalan. Pektin

bermetoksil rendah menghasilkan pembentukan gel yang tidak tergantung

dengan kadar gula dan tidak sensitif terhadap pH serta memerlukan adanya

sejumlah kalsium atau kation divalen lainnya untuk pembentukan gel

Page 26: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Sriamornsak, 2003; Hui, 2006). Pengaruh terbesar pada sifat pektin adalah

derajat esterifikasi yang akan menentukan tingkat reaktivitas dengan

kalsium dan kation lainnya (IPPA, 2003).

Pektin yang diekstraksi biasanya memiliki lebih dari 50% unit asam

yang teresterifikasi sehingga disebut pektin bermetoksil tinggi. Sedangkan

modifikasi proses ekstraksi atau dengan perlakuan lebih lanjut akan

menghasilkan pektin bermetoksil rendah dengan kurang dari 50% grup metil

ester (IPPA, 2003).

Gambar 2.6. Molekul Pektin Bermetoksil Tinggi

[Sumber : Koleksi Pribadi]

Gambar 2.7. Molekul Pektin Bermetoksil Rendah

[Sumber : Koleksi Pribadi]

Beberapa pektin dalam proses produksinya dapat diekstraksi dengan

menggunakan ammonia untuk menghasilkan pektin yang teramidasi dan

memiliki beberapa keunggulan tertentu dalam beberapa aplikasinya

(IPPA, 2003).

Gambar 2.8. Molekul Pektin yang Teramidasi

[Sumber : Koleksi Pribadi]

Page 27: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.3 Sifat-sifat Pektin

Pektin banyak dijumpai pada buah-buahan dan sayur-sayuran serta

dalam jumlah kecil ditemukan pada serealia (Kertesz, 1951). Kandungan

pektin dari beberapa sayuran dan buah-buahan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 2.1. Komposisi Pektin pada berbagai Sayuran dan Buah-buahan

Jenis Bahan Kandungan Pektin (% berat)

Apel :

Kulit

Daging buah

17,44

17,63

Jeruk (Grape Fruit)

Albedo

Flavedo

16,4

14,2

Jambu biji 3,4

Terong 11

Bawang bombay 4,8

Tomat

Hijau

Kuning

Merah

3,43

4,65

4,63

Kubis 4,57

Wortel 7,14

Bayam 11,58

Pisang 22,4

[Sumber : Kertesz, 1951]

Pektin berupa serbuk kasar atau halus, berwarna putih kekuningan,

hampir tidak berbau, dan mempunyai rasa musilago, hampir larut sempurna

dalam 20 bagian air, membentuk cairan kental, opalesen, larutan koloidal

yang mudah dituang dan bersifat asam, praktis tidak larut dalam etanol atau

pelarut organik lainnya, larut dalam air lebih cepat jika permukaannya

dibasahi dengan etanol, dengan gliserin, atau dengan sirup simpleks, atau

jika permukaannya dicampur dengan tiga bagian atau lebih sukrosa

(Farmakope Indonesia Edisi V, 2014).

Pektin merupakan zat berbentuk serbuk kasar hingga halus, berwarna

putih, kekuningan, kelabu, atau kecokelatan dan banyak terdapat pada

Page 28: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

buah-buahan dan sayuran matang (Food Chemicals Codex, 2004) dengan

sifat-sfat fisikanya seperti kelarutan, viskositas, dan kemampuan

membentuk gel tergantung dari karakteristik kimia pektin itu sendiri, seperti

kadar metoksil, derajat esterifikasi, dan berat molekul (Prasetyowati, 2009).

Pektin merupakan asam poligalakturonat yang bermuatan negatif,

bereaksi dengan makromolekul bermuatan positif, di mana pembentukan gel

dapat terjadi dengan cepat pada pH rendah, tetapi reaksi ini dapat dihambat

dengan penambahan garam (May, 1990). Faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan gel dengan tingkat kekenyalan dan kekuatan tertentu meliputi

suhu, pH, konsentrasi pektin, gula, dan keberadaan ion seperti Ca2+.

Kekentalan larutan pektin mempunyai kisaran yang cukup lebar tergantung

pada konsentrasi pektin, garam, dan ukuran rantai asam poligalakturonat

(Chang dan Miyamoto, 1992; Rolin, 1993).

Pembentukan gel pektin bermetoksil tinggi terjadi melalui ikatan

hidrogen di antara gugus karboksil bebas dan gugus hidroksil, yang

dipengaruhi oleh konsentrasi pektin, persentase gula, dan pH, di mana

semakin besar konsentrasi pektin, semakin keras gel yang terbentuk.

Konsentrasi pektin kurang dari 1% telah menghasilkan kekerasan yang

cukup baik. Gula yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 65% agar dapat

mencegah terbentuknya kristal-kristal di permukaan gel (Rolin, 1993;

Sundar Raj, et. al., 2012). Berbeda halnya dengan pektin bermetoksil rendah

yang mana kemampuan membentuk gelnya akan hilang dengan adanya gula

dan asam, tetapi mampu membentuk gel dengan adanya sejumlah ion

kalsium atau kation divalen lainnya yang dapat bereaksi dengan gugus-

gugus karboksil dari dua molekul asam pektat dan membetuk suatu

jembatan, sehingga tidak diperlukan gula dan viskositas gel yang terbentuk

kurang kental (Rolin, 1993; Guichard, et. al., 1991).

Meskipun pektin umumnya terkandung di sebagian besar jaringan

tanaman, namun sumber yang dapat digunakan untuk pembuatan pektin

komersial sangat terbatas. Hal demikian dikarenakan kemampuan pektin

untuk membentuk gel tergantung pada ukuran molekul dan derajat

esterifikasi. Pektin dari sumber yang berbeda memiliki kemampuan

Page 29: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

membentuk gel yang tidak sama karena adanya variasi dalam

karakteristiknya (Sriamornsak, 2003). Rouse (1977) di dalam Hariyati

(2006) mengungkapkan bahwa degradasi dan dekomposisi pektin dapat

disebabkan oleh adanya reaksi oksidasi yang dipengaruhi suhu, pH, dan

konsentrasi agen pengoksidasi.

2.2.4 Produksi Pektin

a. Ekstraksi Pektin

Ekstraksi pektin dari buah-buahan didasarkan pada sifat pektin

yang dapat larut dalam air, sedangkan sebagian besar polisakarida lain,

seperti selulosa dan hemiselulosa yang bersama-sama pektin menyusun

dinding sel tanaman, bersifat tidak larut air (Prasetyowati, 2009).

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam ekstraksi pektin antara lain

sebagai berikut :

1) Derajat keasaman larutan ekstraksi (pH)

Kandungan ion hidrogen berpengaruh karena dapat

mensubstitusi kalsium dan magnesium dari molekul protopektin

sehingga menyebabkan protopektin terhidrolisis menghasilkan

pektin yang larut dalam air (Prasetyowati, 2009).

2) Waktu kontak antara bahan baku dengan pelarut

Waktu kontak atau lama ekstraksi berpengaruh terhadap

banyaknya ion hidrogen yang berhasil mensubstitusi kalsium dan

magnesium dari protopektin sehingga akan menentukan jumlah

pektin yang dapat terlarut dalam air (Prasetyowati, 2009).

3) Ukuran partikel yang diekstraksi

Ukuran partikel akan berpengaruh terhadap luas permukaan

sentuhan antara solvent dan solute sehingga akan mempengaruhi

jumlah pektin yang terlarut dalam air (Prasetyowati, 2009).

4) Suhu ekstraksi

Suhu ekstraksi akan mempengaruhi ikatan antar molekul

protopektin, di mana suhu yang tinggi menyebabkan ikatan antara

molekul-molekul protopektin tersebut mudah terlepas dan larut

dalam air (Prasetyowati, 2009).

Page 30: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5) Rasio pelarut dan bahan ekstraksi

Rasio antara pelarut dan bahan ekstraksi berpengaruh terhadap

jumlah pektin karena umumnya pelarut memiliki keterbatasan untuk

mengikat molekul-molekul pektin (Prasetyowati, 2009).

6) Jenis pelarut

Keberhasilan proses ekstraksi juga dipengaruhi oleh pemilihan

pelarut yang tepat dengan kriteria seperti selektivitas, kelarutan,

kemampuan tidak saling bercampur, reaktivitas, titik didih, dan

kriteria-kriteria pendukung lainnya, seperti murah, tersedia dalam

jumlah besar, tidak beracun, tidak dapat terbakar, tidak eksplosif bila

bercampur dengan udara, tidak korosif, memiliki viskositas yang

rendah, serta stabil secara kimia dan termis (Prasetyowati, 2009).

7) Jenis bahan yang diekstraksi

Jika bahan yang diekstraksi memiliki struktur yang lunak maka

ekstraksi dapat berlangsung lebih cepat dan banyak molekul yang

akan terlarut, tetapi jika bahan yang diekstraksi memiliki struktur

yang keras maka diperlukan perlakuan khusus agar bahan tersebut

mudah diekstraksi (Prasetyowati, 2009).

Pemisahan pektin dari jaringan tanaman dapat dilakukan dengan

cara ekstraksi menggunakan beberapa macam pelarut seperti air,

beberapa senyawa organik, senyawa alkalis, dan asam. Dalam ekstraksi

pektin terjadi perubahan senyawa pektin yang disebabkan oleh proses

hidrolisis sehingga menyebabkan protopektin berubah menjadi pektinat

(pektin) dengan adanya pemanasan dalam asam pada suhu dan lama

ekstraksi tertentu. Apabila proses hidrolisis dilanjutkan senyawa pektin

akan berubah menjadi asam pektat (Muhidin, 2001 dalam Satria dan

Ahda, 2009).

Page 31: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.9. Skema Perubahan Protopektin menjadi Pektin dan Asam Pektat

[Sumber : Koleksi pribadi]

Pada umumnya ekstraksi pektin dilakukan dengan ekstraksi asam

yang menggunakan beberapa jenis asam seperti asam tartrat, asam

malat, asam sitrat, asam laktat, asam asetat, asam fosfat tetapi terdapat

kecenderungan untuk menggunakan asam mineral yang murah seperti

asam sulfat, asam klorida, dan asam nitrat (Kertesz, 1951). Beberapa

artikel saat ini, menyarankan untuk menggunakan asam klorida

(Kalapathy dan Proctor, 2001; Hwang, et. al., 1998; Dinu, 2001) dan

asam nitrat (Pagán, et. al., 2001).

Ekstraksi menggunakan asam mineral menghasilkan rendemen

yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam organik. Asam mineral

pada pH rendah lebih baik daripada pH tinggi untuk menghasilkan

pektin (Rouse dan Crandal, 1978). Peranan asam dalam ekstraksi pektin

adalah untuk memisahkan ion polivalen, memutus ikatan antara asam

pektinat dengan selulosa, menghidrolisa protopektin menjadi molekul

yang lebih kecil, dan menghidrolisa gugus metil ester pektin

(Kertesz, 1951).

Suhu ekstraksi yang tinggi dapat meningkatkan rendemen pektin,

di mana akan membantu difusi pelarut ke dalam jaringan tanaman dan

dapat meningkatkan aktivitas pelarut dalam menghidrolisis pektin yang

umumnya terdapat di dalam sel primer tanaman, khususnya pada

lamella tengah (Towle dan Christensen, 1973). Suhu ekstraksi yang

terlalu tinggi akan menghasilkan pektin yang tidak jernih sehingga gel

yang diperoleh akan keruh dan kekuatan gel berkurang (Kertesz, 1951).

Pektin dalam jaringan tumbuhan banyak dalam bentuk

protopektin yang tidak larut dalam air, dengan adanya asam, kondisi

larutan pada pH rendah akan menghidrolisis protopektin menjadi pektin

Page 32: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang lebih mudah larut. Ekstraksi pektin dari sayur-sayuran dan

buah-buahan dilakukan pada kisaran pH 1,5-3,0 dengan suhu

pemanasan 60-1000C selama 30-90 menit (Towle dan Christensen,

1973). Waktu ekstraksi yang terlalu lama akan mengakibatkan

terjadinya hidrolisis pektin menjadi asam galakturonat. Pada kondisi

asam, ikatan glikosidik gugus metil ester dari pektin cenderung

terhidrolisis menghasilkan asam galakturonat (Smit dan Bryant, 1986).

b. Pengendapan Pektin

Proses pengendapan pektin merupakan suatu proses pemisahan

pektin dari larutannya. Pektin adalah koloid hidrofilik yang bermuatan

negatif (dari gugus karboksil bebas yang terionisasi) dan tidak

mempunyai titik isoelektrik seperti kebanyakan kolod hidrofilik, lebih

utama distabilkan oleh hidrasi partikelnya daripada oleh muatannya,

sehingga dengan penambahan alkohol dapat mendehidrasi pektin

sehingga mengganggu stabilitas larutan koloidalnya sehingga pektin

akan terkoagulasi (Rouse, 1977 dalam Hariyati, 2006). Menurut

Prasetyowati (2009), pengendapan pektin dilakukan dengan

penambahan alkohol yang bersifat sebagai pendehidroksi dengan bobot

molekul yang rendah, sehingga akan bercampur sempurna dengan air

melalui ikatan hidrogen dan akan mengurangi jumlah ion atau molekul

air yang mengelilingi pektin, sehingga keseimbangan antara pektin

dengan air akan terganggu dan pektin akan mengendap.

Pengendapan pektin dapat dilakukan dengan alkohol 95% yang

mengandung 2 mL asam klorida setiap satu liter. Pengendapan secara

komersial biasa digunakan alkohol dan garam metal seperti alumunium

hidroksida, kalium sulfat, atau alumunium sulfat (Ranganna, 1977

dalam Hariyati, 2006). Pengendapan dengan aseton lebih disukai karena

dapat membentuk endapan yang tegar sehingga mudah dipisahkan dari

asetonnya, sedangkan pengendapan dengan etanol menghasilkan pektin

yang kurang murni karena tidak hanya mengendapkan pektin tetapi juga

senyawa lain seperti dekstrin dan hemiselulosa (Akhmalludin dan

Kurniawan, 2009).

Page 33: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Pencucian Pektin

Koh, et. al. (2014) melakukan pencucian pektin dengan etanol

70% sebanyak dua kali dilanjutkan dengan etanol 95% hingga filtrat

bekas pencucian tidak berwarna. Maulidiyah, et. al. (2014) melakukan

pencucian pektin dengan menambahkan etanol 96% sambil diaduk yang

dilakukan beberapa kali hingga pektin tidak bereaksi dengan asam.

Susilowati, et. al. (2013) juga melakukan pencucian pektin

menggunakan alkohol hingga pH netral dan menghasilkan pektin

dengan warna yang lebih bersih dan putih.

d. Pengeringan Pektin

Tahap akhir dari produksi pektin adalah pengeringan endapan

pektin, di mana dianjurkan dilakukan pada tekanan yang rendah agar

pektin tidak terdegradasi. Hanum, et. al. (2012) melakukan pengeringan

pektin dalam oven pada suhu 400C selama 8 jam. Azad, et. al. (2014)

menggunakan cabinet drier untuk mengeringkan pektin dengan suhu

400C selama 24 jam. Koubala, et. al. (2008) mengeringkan pektin

dengan vacuum-drying pada suhu 500C selama satu malam.

2.2.5 Karakterisasi Pektin

Pektin komersial harus memenuhi syarat mutu International Pectin

Producers Association (IPPA) dan Food Chemicals Codex serta spesifikasi

seperti dalam farmakope. Karakteristik pektin tergantung dari kondisi

ekstraksi pektin, di mana hasil ekstraksi terbaik biasanya diperbandingkan

dengan pektin komersial. Hal ini dilakukan karena jika diaplikasikan pada

industri, kebutuhan energi untuk peningkatan suhu dan lama ekstraksi akan

meningkatkan biaya produksi. Apabila perlakuan suhu terendah dan waktu

paling cepat dapat memberikan hasil yang masih dapat diperbolehkan oleh

IPPA, Food Chemicals Codex, dan Farmakope, maka hal ini akan sangat

menguntungkan jika diaplikasikan (Fitriani, 2003).

Berikut adalah standar mutu dan spesifikasi pektin berdasarkan IPPA

(2003), Food Chemicals Codex (2004), dan Handbook of Pharmaceutical

Excipients, 6th Edition (2009) :

Page 34: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.2. Spesifikasi Standar Mutu Pektin

Karakteristik Nilai

Kadar air (maksimum) 12%

Kadar abu (maksimum) 10%

Berat ekivalen 600 – 800

Kandungan metoksil :

Pektin bermetoksil tinggi

Pektin bermetoksil rendah

> 7,12%

2,5 – 7,12%

Kandungan asam galakturonat (minimum) 65%

Derajat esterifikasi untuk

Pektin ester tinggi (minimum)

Pektin ester rendah (maksimal)

50%

50%

Tabel 2.3. Spesifikasi Pektin Berdasarkan Farmakope

Tes USP 28

Identifikasi +

Susut pengeringan < 10,0%

Arsenik < 3 ppm

Timah < 5 µg/g

Gula dan asam organik +

Batas mikroba +

Uji kadar :

Grup metoksil

Asam galakturonat

< 6,7%

< 74,0%

a. Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang

menentukan daya tahan suatu produk, terkait dengan aktivitas

mikroorganisme selama penyimpanan dan berpengaruh terhadap masa

simpan. Produk dengan kadar air rendah relatif lebih stabil dalam

penyimpanan jangka panjang daripada produk dengan kadar air tinggi

yang rentan terhadap aktivitas mikroba (Pardede, et. al., 2013). Kadar air

ditentukan dengan pengukuran kandungan air yang berada di dalam

produk (Departemen Kesehatan, 2000).

b. Kadar Abu

Abu merupakan bahan anorganik yang diperoleh dari residu atau

sisa pembakaran bahan organik yang akan berpengaruh pada tingkat

Page 35: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kemurnian pektin. Semakin tinggi tingkat kemurnian pektin, maka kadar

abu akan semakin rendah (Budiyanto dan Yulianingsih, 2008).

Prinsip penetapan kadar abu adalah bahan dipanaskan pada

temperatur di mana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan

menguap, sehingga yang tertinggal hanya unsur mineral dan anorganik

(Departemen Kesehatan, 2000).

c. Berat Ekivalen

Ranganna (1977) di dalam Hariyati (2006) menjelaskan bahwa

berat ekivalen adalah kandungan gugus asam galakturonat bebas yang

tidak teresterifikasi dalam rantai molekul pektin. Asam pektat murni

merupakan zat pektat yang seluruhnya tersusun dari asam

poligalakturonat yang bebas dari gugus metil ester atau tidak mengalami

esterifikasi. Semakin rendah kadar pektin akan menyebabkan berat

ekivalen semakin rendah.

d. Kadar Metoksil

Kadar metoksil merupakan jumlah mol etanol yang terdapat di

dalam 100 mol asam galakturonat yang memiliki peranan penting dalam

menentukan sifat fungsional larutan pektin dan dapat mempengaruhi

struktur dan tekstur dari gel pektin (Constenla dan Lozano, 2003).

e. Kadar Galakturonat

Perhitungan kandungan galakturonat sangat penting untuk

mengetahui kemurnian pektin. Kadar galakturonat dan muatan molekul

pektin memiliki peranan penting dalam menentukan sifat fungsional

larutan pektin dan dapat mempengaruhi struktur serta tekstur dari gel

pektin (Sofiana, et. al., 2012).

f. Derajat Esterifikasi (DE)

Derajat esterifikasi merupakan persentase jumlah residu asam

D-galakturonat yang gugus karboksilnya teresterifikasi dengan etanol.

Semakin tinggi suhu dan lama proses ekstraksi dapat menyebabkan

degradasi gugus metil ester pada pektin menjadi asam karboksilat oleh

adanya asam. Ikatan glikosidik gugus metil ester dari pektin cenderung

terhidrolisis menghasilkan asam galakturonat, jika ekstraksi dilakukan

Page 36: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terlalu lama, pektin akan berubah menjadi asam pektat yang asam

galakturonatnya bebas dari gugus metil ester. Jumlah gugus metil ester

menunjukkan jumlah gugus karboksil yang tidak teresterifikasi atau

derajat esterifikasi (Budiyanto dan Yulianingsih, 2008).

g. Kekuatan Gel

Konsentrasi pektin berpengaruh terhadap pembentukan gel dengan

tingkat kekenyalan dan kekuatan tertentu (Budiyanto dan Yulianingsih,

2008). Grade pektin didefinisikan sebagai jumlah gula yang dibutuhkan

oleh satu bagian pektin untuk membentuk gel yang diinginkan pada

kondisi yang sesuai, di mana menjadi indikasi penting yang

menggambarkan mutu pektin. Pektin yang mempunyai grade 100 dapat

membentuk gel yang baik dengan 100 gram gula. Penentuan grade pektin

biasanya menggunakan metode International Food Technologist (IFT),

yaitu dengan membuat gel dengan konsentrasi gula 65% pada

pH 2,2 - 2,4 yang disimpan selama 18-24 jam dan kemudian diuji dengan

alat Ridgelimeter (Meilina dan Silah, 2013).

2.2.6 Aplikasi Pektin

Pektin adalah produk alami yang dapat ditemukan dalam dinding sel

dari semua tanaman tingkat tinggi, umumnya digunakan sebagai agen

pembentuk gel, pengental, dan penstabil. Saat ini pektin merupakan

komponen yang tidak terpisahkan dari berbagai macam produk baik dalam

industri makanan, seperti untuk produksi selai, gula-gula, pasta, dan produk

susu. Pektin juga dapat dimanfaatkan dalam industri non-pangan, seperti

dalam farmasi dan kosmetik. Beberapa tahun terakhir manfaat pektin

semakin penting dan dibutuhkan oleh konsumen (IPPA, 2003).

Pektin digunakan secara luas sebagai komponen fungsional pada

industri makanan karena kemampuannya membentuk gel encer dan

menstabilkan protein (May, 1990). Penambahan pektin pada makanan akan

mempengaruhi proses metabolisme dan pencernaan khususnya pada

adsorpsi glukosa dan kolesterol (Baker, 1994). Dalam industri makanan dan

minuman, pektin dapat digunakan sebagai bahan pemberi tekstur yang baik

pada roti dan keju, bahan pengental, dan stabilizer pada minuman sari buah.

Page 37: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selain itu, pektin juga berperan sebagai bahan pokok pembuatan jelly, jam,

dan marmalades (Herbstreith dan Fox, 2005).

Pektin dengan sendirinya atau dengan sifat pembentuk gelnya

memiliki potensi yang baik dalam bidang farmasi. Pektin digunakan untuk

mengatasi konstipasi, sebagai salah satu bahan utama yang digunakan dalam

kaopektat bersama dengan kaolinit, pelega tenggorokan (demulcent),

sumber serat, dan komponen propilaktit alami untuk melawan keracunan

kation toksik (Malviya, 2011). Pektin melalui pembuluh darah dapat

memperpendek waktu koagulasi darah yang berguna untuk mengendalikan

pendarahan. Pada industri farmasi, pektin digunakan sebagai polimer

mukoadhesif, gelling agent, pengental, pengikat air, stabilator, emulsifier

bagi preparat cair dan sirup, obat diare pada bayi dan anak-anak, obat

penawar racun logam, dan bahan penyusut kecepatan absorpsi berbagai

macam obat. Selain itu, pektin juga berfungsi sebagai bahan kombinasi

untuk memperpanjang kerja hormon dan antibiotik, bahan pelapis perban

(pembalut luka) untuk menyerap kotoran dan jaringan rusak, serta bahan

injeksi untuk mencegah pendarahan (Towle dan Christensen, 1973, 2006;

Malviya, 2011).

Pektin merupakan salah satu tipe serat pangan yang bersifat larut

dalam air karena merupakan serat yang berbentuk gel, dapat memperbaiki

otot pencernaan, dan mendorong sisa makanan pada saluran pembuangan.

Dalam usus besar, mikroorganisme mendegradasi pektin dan membebaskan

rantai pendek asam lemak yang memiliki pengaruh positif pada kesehatan

atau dikenal sebagai efek prebiotik. Pektin juga dikenal sebagai

antikolesterol karena dapat mengikat asam empedu yang merupakan hasil

akhir metabolisme kolesterol. Semakin banyak asam empedu yang berikatan

dengan pektin dan terbuang ke luar tubuh, semakin banyak kolesterol yang

dimetabolisme sehingga menurunkan jumlah kolesterol tubuh.

Selain itu, pektin juga dapat menyerap kelebihan air dalam usus,

memperlunak feses, serta mengikat dan menghilangkan racun dari usus

(Ide, 2009; Malviya, 2011).

Page 38: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pektin merupakan senyawa yang menarik dalam bidang farmasi

karena berpotensi sebagai carrier atau pembawa obat dalam formulasi

pelepasan terkontrol dan dalam penargetan situs spesifik misalnya untuk

penghantaran obat ke saluran pencernaan seperti matriks tablet, gel beads,

dan film coated. Banyak teknik yang telah digunakan untuk memproduksi

pektin berbasis sistem penghantaran, terutama ionotropik gelasi atau gel

coating. Dengan teknik sederhana dan dengan profil toksisitas yang sangat

aman, membuat pektin sebagai eksipien menarik dan menjanjikan dalam

industri farmasi untuk aplikasi masa kini dan masa mendatang

(Sriamornsak, 2003; Malviya, 2011).

2.3 Asam Klorida

Asam Klorida (HCl) memiliki sinonim acidum hydrochloridum

concentratum; chlorohydric acid; concentrated hydrochloric acid; E507.

Asam klorida berfungsi sebagai acidifying agent atau agen pengasam berupa

larutan jernih, tidak berwarna, yang berasap dengan bau yang menyengat,

memiliki titik didih sebesar 1100C pada pemanasan konstan dari 20,24% b/b

HCl, dapat bercampur dengan air, larut dalam dietil eter, etanol 95%, dan

metanol (Rowe, et. al., 2009).

Asam klorida sebaiknya disimpan dalam wadah yang tertutup dengan

baik, dalam wadah gelas atau wadah inert lainnya pada temperatur di bawah

300C dan harus terhindar dari senyawa alkali, logam, dan sianida karena

dapat bereaksi dengan senyawa tersebut dengan menimbulkan sejumlah

panas (Rowe, et. al., 2009).

2.4 Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red)

Analisa spektroskopi inframerah mencakup beberapa metode yang

berdasarkan atas absorbsi atau refleksi dari radiasi elektromagnetik

(Rousessac dan Rousessac, 2000). Spektrum inframerah berada di antara

daerah sinar tampak dan daerah microwave. Daerah spektrum yang paling

baik digunakan untuk berbagai keperluan praktis dalam kimia organik

adalah antara 4000-400 cm-1. Rentang bilangan gelombang inframerah

Page 39: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dibagi dalam tiga daerah, inframerah jauh (200-10 cm-1), inframerah tengah

(4000-200 cm-1) dan inframerah dekat (12500-4000 cm-1) (Watson, 2009).

Dua jenis instrumen yang biasa digunakan untuk memperoleh

spektrum inframerah yaitu instrumen dispersi dengan menggunakan suatu

monokromator untuk memilih masing-masing bilangan gelombang secara

berurutan untuk memantau intensitasnya setelah radiasi telah melewati

sampel, dan instrumen transformasi Fourier dengan menggunakan suatu

interferometer yang menghasilkan sumber radiasi dengan masing-masing

bilangan gelombang dapat dipantau dalam + 1 detik pulsa radiasi tanpa

memerlukan dispersi. Dalam suatu instrumen inframerah transformasi

Fourier (Fourier Transform Infrared, FTIR), prinsipnya adalah

monokromator digantikan oleh suatu interferometer yang menggunakan

cermin bergerak untuk memindahkan bagian radiasi yang dihasilkan oleh

satu sumber, sehingga menghasilkan suatu interferogram yang dapat diubah

dengan menggunakan suatu persamaan yang disebut “Transformasi

Fourier‟ untuk mengekstraksi spektrum dari suatu seri frekuensi yang

bertumpang tindih (Watson, 2009).

Spektroskopi FTIR memiliki banyak keunggulan dibanding

spektroskopi inframerah diantaranya yaitu lebih cepat karena pengukuran

dilakukan secara serentak (simultan), serta mekanik optik lebih sederhana

dengan sedikit komponen yang bergerak (Suseno dan Firdausi, 2008).

Jika sinar inframerah dilewatkan melalui sampel senyawa organik,

maka terdapat sejumlah frekuensi yang diserap dan ada yang diteruskan atau

ditransmisikan tanpa diserap. Serapan cahaya oleh molekul tergantung pada

struktur pada struktur elektronik dari molekul tersebut. Molekul yang

menyerap energi tersebut terjadi perubahan energi vibrasi dan perubahan

tingkat energi rotasi. Pada suhu kamar, molekul senyawa organik dalam

keadaan diam, setiap ikatan mempunyai frekuensi yang karakteristik untuk

terjadinya vibrasi ulur (stretching vibrations) dan vibrasi tekuk (bending

vibrations) di mana sinar inframerah dapat diserap pada frekuensi tersebut

(Suseno dan Firdausi, 2008).

Page 40: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di laboratorium Penelitian 1, laboratorium

Penelitian 2, dan laboratorium Kimia Obat, Program Studi Farmasi,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu penelitian dimulai pada bulan

November 2014 hingga April 2015.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat-alat

gelas seperti erlenmeyer (Schott Duran), gelas beaker (Schott Duran),

gelas ukur (Schott Duran), labu ukur, tabung reaksi, pipet tetes, pipet

volumetrik, batang pengaduk, kaca arloji, labu Buchner, corong, botol

timbang, dan buret. Adapun alat-alat lain di antaranya timbangan analitik,

mikropipet, spatula, corong Buchner, hot plate stirrer, magnetic stirrer,

grinder, oven, tanur, krustang, krus porselen dan tutup, bulp, cawan

porselen, desikator, statif dan klem, termometer, pH meter (HORBA), pH

indikator universal, Spektroskopi IRPrestige-21 Shimadzu, dan viskotester

HAAKE 6R.

3.2.2 Bahan

Bahan baku tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana BBB) dari buah yang masih

mentah, diperoleh dari limbah pengolahan kripik pisang kepok yang ada di

daerah Ciputat di mana pisangnya disuplai dari Cilawu, Garut, yang terlebih

dahulu dideterminasi di Laboratorium Herbarium Bogoriense, Pusat

Penelitian Biologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Bogor,

Jawa Barat.

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain aquadest,

HCl 0,025 N, HCl 0,05 N, HCl 0,075 N, HCl 3 N, NaOH 0,1 N, NaOH 2 N,

Page 41: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

NaCl, aseton teknis, etanol 96%, etanol absolut, asam oksalat 0,1027 N,

pektin Cargill®, pektin Danisco®, indikator phenolptalein (PP), indikator

metil merah, dan serbuk KBr.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Persiapan Bahan Baku

Bahan baku limbah kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana BBB)

disortasi basah terlebih dahulu (dipisahkan antara kulit pisang yang bagus

dengan yang busuk), dipilih kulitnya yang berwarna hijau atau kekuningan,

bagian pucuk dan tangkai kulit pisang tidak diambil. Kemudian dicuci

dengan menggunakan air mengalir untuk membersihkan kulit pisang

dari kotoran-kotoran yang menempel. Setelah bersih, dilakukan perajangan

kecil-kecil dan selanjutnya bahan baku disiapkan dengan perlakuan yang

berbeda, yaitu bahan segar dan kering.

a. Pembuatan bubur kulit pisang (bahan segar)

Bahan baku kulit pisang kepok segar yang telah dirajang,

diambil sebanyak 300 gram, lalu dihancurkan menggunakan blender

dengan penambahan aquadest sebanyak 150 mL (perbandingan 2 : 1)

sampai kulit pisang tersebut dapat diblender hingga menjadi bubur kulit

pisang (Ekasari, 2013; Utami, 2014; dengan modifikasi).

b. Pembuatan serbuk kulit pisang (bahan kering)

Bahan baku kulit pisang kepok segar yang telah dirajang

diambil sebanyak 5 kg dan dikeringkan dengan cara dikering anginkan

di bawah sinar matahari, kemudian dikeringkan menggunakan blower

pada suhu 500C selama 5 hari. Kulit pisang yang telah kering

dihaluskan menggunakan grinder untuk memperkecil ukuran partikel

dan diayak dengan ayakan mesh 100 (ukuran partikel 105 µm) sehingga

didapatkan serbuk kering kulit pisang kepok yang kemudian diukur

kadar airnya. Kadar air yang diperbolehkan tidak lebih dari 10%

(Hanum, et. al., 2012; Fitria, 2013; Rofikah, 2014).

Page 42: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.2 Produksi Pektin

1. Ekstraksi Pektin

Bahan segar ditimbang sebanyak 300 gram dan bahan kering

42 gram, masing-masing dimasukkan ke dalam erlenmeyer 2000 mL

dan ditambahkan pelarut HCl sejumlah volume tertentu, bahan segar

dengan perbandingan (b/v) 1 : 2 (300 gram dalam 600 mL) dan bahan

kering 1 : 20 (42 gram dalam 840 mL) dengan variasi konsentrasi

pelarut HCl yaitu 0,025 N; 0,05 N; dan 0,075 N. Masing-masing

campuran tersebut dipanaskan di atas hot plate stirrer dengan

pengaturan suhu 900C disertai pengadukan konstan menggunakan

magnetic stirrer selama 80 menit. Penghitungan waktu ekstraksi

dimulai saat tercapainya kondisi operasi percobaan. Setelah dipanaskan,

selanjutnya dilakukan penyaringan filtrat hasil ekstraksi menggunakan

kertas saring dengan bantuan vacuum Buchner untuk memisahkan

filtrat dari residunya, dan filtrat didinginkan pada suhu ruang. Filtrat

yang didapatkan disebut dengan filtrat pektin (Hanum et. al., 2012;

Utami, 2014 dengan modifikasi).

2. Pengendapan Pektin

Filtrat hasil ekstraksi yang telah dingin diendapkan menggunakan

aseton dengan perbandingan tiap 1 liter filtrat ditambahkan dengan

1,5 liter aseton, kemudian didiamkan selama satu malam (18 jam).

Endapan pektin yang terbentuk dipisahkan dari filtratnya menggunakan

kertas saring dengan bantuan vacuum Buchner (Fitria, 2013).

3. Pencucian Pektin

Endapan pektin yang terbentuk dicuci dengan etanol 96% sambil

dilakukan pengadukan. Pemisahan endapan pektin dengan etanol 96%

bekas pencucian dilakukan menggunakan kertas saring dengan bantuan

vacuum Buchner. Hal ini dilakukan beberapa kali hingga pektin bebas

aseton, asam, dan klorida. Pektin yang telah bebas asam adalah pektin

yang berwarna kuning saat ditetesi dengan indikator metil merah,

adapun pektin yang telah bebas klorida yaitu apabila tidak terbentuk

endapan putih (AgCl) pada larutan bekas pencucian pektin dengan

Page 43: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

etanol 96% yang ditambahkan dengan beberapa tetes larutan perak

nitrat (AgNO3) (Hariyati, 2006; Fitria, 2013).

4. Pengeringan pektin

Pektin basah hasil pengendapan yang telah dicuci dan bebas

aseton, asam, dan klorida selanjutnya dikeringkan dalam oven pada

suhu 400C selama kurang lebih 8 jam. Hasil yang diperoleh disebut

dengan pektin kering (Hanum, et. al., 2012).

3.4 Identifikasi Kualitatif Pektin

a. Larutan pektin 1% (1 gram dalam 100 mL), diambil 5 mL, lalu

ditambahkan etanol P dengan volume yang sama, akan terbentuk

endapan bening seperti gelatin (perbedaan dari kebanyakan gom).

b. 5 mL larutan pektin 1% ditambahkan 1 mL NaOH 2 N, dibiarkan pada

suhu ruang selama 15 menit, akan terbentuk gel atau semigel

(perbedaan dari tragakan).

c. Gel yang diperoleh dari pengujian B diasamkan dengan HCl 3 N, lalu

dikocok, akan terbentuk endapan seperti gelatin, tidak berwarna, yang

menjadi putih dan bergumpal bila dididihkan (asam pektat).

(Farmakope Indonesia Edisi V, 2014 dengan modifikasi)

3.5 Karakteristik Pektin

a. Jumlah Pektin

Jumlah pektin adalah banyaknya pektin dalam gram yang

dihasilkan dari ekstraksi kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana

BBB) pada masing-masing perlakuan, yaitu menggunakan bahan segar

dan kering yang diekstraksi dengan pelarut HCl pada berbagai

konsentrasi (0,025 N; 0,05 N; dan 0,075 N).

b. Penentuan Kadar Air

Botol timbang dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C selama

1 jam, selanjutnya didinginkan dalam desikator selama 30 menit, lalu

ditimbang dan dicatat bobotnya. Kemudian sebanyak 0,300 gram serbuk

pektin ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol timbang yang telah

diketahui bobot konstannya, lalu dipanaskan dalam oven pada suhu

Page 44: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1050C selama 3 jam. Setelah itu didinginkan dalam desikator selama 30

menit, lalu ditimbang dan dicatat bobotnya. Pemanasan diulangi kembali

dan ditimbang hingga diperoleh bobot yang konstan. Perhitungan kadar

air dilakukan dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

Wa = Bobot sebelum dikeringkan (gram)

Wb = Bobot akhir setelah dikeringkan (gram)

(SNI 01-2891-1992)

c. Penentuan Kadar Abu

Krus porselen dikeringkan di dalam tanur pada suhu 5500C

kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sebagai bobot

wadah. Selanjutnya sebanyak 0,300 gram sampel pektin ditimbang dan

dimasukkan dalam krus porselen yang telah diketahui bobotnya, lalu

dimasukkan dalam tanur pada suhu 5500C sampai pengabuan sempurna.

Residu didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh

bobot tetap. Perhitungan kadar abu dilakukan dengan menggunakan

rumus :

Keterangan :

W = Bobot sampel awal (gram)

W1 = Bobot wadah + sampel setelah pemanasan (gram)

W2 = Bobot wadah kosong (gram)

(SNI 01-2891-1992)

d. Penentuan Berat Ekivalen

Nilai berat ekivalen digunakan untuk perhitungan kadar

galakturonat dan derajat esterifikasi. Berat ekivalen ditentukan dengan

menimbang sampel pektin sebanyak 0,500 gram dimasukkan dalam

erlenmeyer 250 mL, lalu dilembabkan dengan 2 mL etanol absolut dan

dilarutkan dalam 100,0 mL air suling bebas CO2 yang berisi 1,0 gram

Page 45: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

NaCl serta ditambahkan 6 tetes indikator phenoftalein sebagai indikator.

Campuran tersebut kemudian diaduk dengan cepat untuk memastikan

bahwa semua substansi pektin telah terlarut dan tidak ada gumpalan yang

menempel pada sisi erlenmeyer. Titrasi dilakukan perlahan-lahan dengan

titran standar NaOH 0,1027 N sampai warna campuran berubah menjadi

merah muda dan tetap bertahan selama setidaknya 30 detik.

(Owen, et. al., 1952 dalam Nazaruddin, et. al., 2013)

e. Kadar Metoksil

Penentuan kadar metoksil dilakukan dengan menambahkan

25,0 mL NaOH 0,25 N ke dalam larutan netral dari penentuan BE

kemudian dikocok dengan benar dan didiamkan selama 30 menit pada

suhu kamar dalam erlenmeyer tertutup. Selanjutnya ditambahkan

25,0 mL HCl 0,25 N dan 6 tetes indikator phenoftalein kemudian dititrasi

dengan titran NaOH 0,1027 N hingga larutan berubah menjadi merah

muda.

Keterangan :

Nilai 31 didapatkan dari bobot molekul metoksil yang berupa CH3O.

(Owen, et. al., 1952 dalam Nazaruddin, et. al., 2013)

f. Kadar Galakturonat

Kadar galakturonat dihitung dari mEk (miliekivalen) NaOH yang

diperoleh dari penentuan BE dan kandungan metoksil.

Keterangan :

* = Diperoleh dari mEk NaOH untuk asam bebas pada penentuan BE

** = Diperoleh dari mEk NaOH pada penentuan metoksil

Nilai 176 diperoleh dari berat ekivalen terendah asam pektat.

(Owen, et. al., 1952 dalam Nazaruddin, et. al., 2013)

Page 46: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

g. Derajat Esterifikasi

Derajat esterifikasi dihitung dari kadar metoksil dan kadar

galakturonat yang telah diperoleh.

(Owen, et. al., 1952 dalam Nazaruddin, et. al., 2013)

h. Viskositas Larutan Pektin

Pengujian viskositas dilakukan menggunakan viskotester HAAKE

6R terhadap setiap larutan pektin 1% dari masing-masing kondisi

ekstraksi menggunakan spindel R2 dengan kecepatan putar 60 rpm pada

suhu ruang. Nilai viskositas dalam satuan centipoises (cPs) (Goycoolea

dan Adriana, 2003).

3.6 Perbandingan Spektrum FTIR

Perbandingan spektrum FTIR pektin hasil ekstraksi dengan pektin

standar dilakukan dengan menggunakan Spektroskopi IRPrestige-21

Shimadzu pada daerah 400-4000 cm-1 dengan resolusi 2 cm-1 dan 16 scan.

Sampel uji dibuat dengan mencampurkan 20 mg serbuk pektin dengan

100 mg KBr untuk membuat pellet. Setelah didapatkan spektrum

masing-masing, selanjutnya dibandingkan tiap serapan gugus fungsionalnya

antara pektin hasil ekstraksi dengan pektin komersial yang dibeli dari

Cargill® dan Danisco® yang digunakan sebagai standar (Gopi, et. al., 2014

dengan modifikasi).

3.7 Perbandingan Pektin Hasil Penelitian terhadap Pektin Komersial

Karakterstik pektin hasil penelitian selanjutnya dibandingkan dengan

pektin komersial (pektin Cargill® dan Danisco®) yang digunakan sebagai

standar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas pektin hasil penelitian

dengan merujuk pada standar mutu yang telah ditetapkan dalam Farmakope

Indonesia Edisi V (2014), Food Chemical Codex (2004), dan IPPA (2003).

Page 47: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

32 UN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini berupa limbah kulit

pisang kepok kuning yang diperoleh dari pengolahan kripik pisang di daerah

Ciputat di mana buah pisangnya disuplai dari Cilawu, Garut. Buah pisang

kepok sering dimanfaatkan untuk diolah menjadi berbagai jenis makanan

seperti kripik pisang, sehingga akan menyisakan kulit pisang yang kurang

pemanfaatannya dan umumnya dibuang sebagai limbah. Pemilihan limbah

kulit pisang kepok ini adalah untuk memanfaatkan limbah terbuang yang

sudah tidak digunakan menjadi suatu bahan baku produksi pektin yang

bernilai ekonomis.

Cahyono (2009) mengungkapkan bahwa pektin terdistribusi secara

luas dalam jaringan tanaman dan umumnya terdapat pada dinding sel.

Pisang kepok memiliki kulit buah yang cukup tebal dengan kandungan

pektin di dalamnya berkisar 10-21% (Mohapatra, et. al., 2010). Pemilihan

bahan baku kulit pisang kepok memiliki kelebihan yaitu diperoleh dengan

tidak mengeluarkan biaya karena berupa limbah organik yang dibuang

begitu saja, sehingga dapat menekan biaya produksi pektin, dan diharapkan

dapat menghasilkan pektin dalam jumlah besar dan ekonomis tanpa

mengurangi kualitas pektin yang dihasilkan.

4.2 Determinasi Tanaman Bahan Baku

Determinasi tanaman bahan baku terlebih dahulu dilakukan untuk

mengetahui identitas tanaman yang digunakan dan untuk menghindari

terjadinya kesalahan dalam pemilihannya. Determinasi tanaman dilakukan

di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI (Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia), Cibinong, Bogor. Hasil determinasi menunjukkan

bahwa bahan baku yang digunakan adalah benar tanaman pisang kepok

(Musa balbisiana BBB) dari famili Musaceae. Sertifikat hasil determinasi

dapat dilihat pada Lampiran 1.

Page 48: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3 Persiapan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan berupa limbah kulit pisang kepok kuning

yang masih mentah yang mana kulitnya keras, bergetah, dan berwarna hijau

atau kekuningan. Bahan baku diambil dari pengolahan kripik pisang yang

umumnya menggunakan buah pisang yang masih mentah. Pemilihan kulit

pisang dari buah yang masih mentah berdasarkan pendapat Sambeganarko

(2008), di mana protopektin banyak terdapat pada buah mentah dengan sifat

tidak larut air yang dapat dihidrolisis menggunakan asam atau secara

enzimatis untuk menghasilkan pektin yang mudah larut dalam air

(Hanum, et. al., 2012). Dalam penelitian ini bahan baku disiapkan dalam

dua perlakuan yang berbeda yaitu bahan segar dan bahan kering. Hal

pertama yang dilakukan adalah melakukan sortasi basah terhadap limbah

kulit pisang kepok yang diperoleh dengan dipisahkan dari tangkai dan

ujungnya kemudian dibersihkan dengan dicuci menggunakan air mengalir

hingga terbebas dari kotoran yang menempel dan dirajang kecil-kecil.

Bahan segar disiapkan dengan cara menghancurkan kulit pisang kepok

segar menggunakan blender dengan penambahan aquadest (2 : 1 b/v)

sehingga terbentuk bubur kulit pisang. Sedangkan bahan kering disiapkan

dari 5 kg kulit pisang kepok segar yang telah disortasi basah, dicuci,

dirajang, lalu dikering-anginkan selama satu malam yang selanjutnya

dikeringkan menggunakan blower pada suhu 500C selama 5 hari yang

dilakukan di BALITTRO (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik),

Cimanggu, Bogor. Kulit pisang kepok yang telah kering selanjutnya

dihaluskan menjadi serbuk menggunakan grinder dan diayak dengan ayakan

mesh 100 (ukuran partikel 105 μm). Fellow (2002) di dalam Perina, et. al.

(2007) mengungkapkan bahwa pemotongan dan pembelahan bahan-bahan

yang akan diekstraksi membantu pengontakan antara padatan dengan

pelarut karena pecahnya sel-sel yang mengandung solut. Semakin kecil

ukuran partikel maka semakin luas permukaan yang kontak antara padatan

dan pelarut serta semakin pendek jarak difusi solut sehingga kecepatan

ekstraksi menjadi lebih besar.

Page 49: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Setelah pengeringan dan penghalusan, dari 5 kg kulit pisang kepok

segar menghasilkan 691 gram serbuk kulit pisang kepok kering. Serbuk

kulit pisang kepok yang dihasilkan tergolong sedikit dikarenakan

kandungan air yang cukup tinggi dalam limbah kulit pisang segar, sehingga

untuk menghasilkan serbuk kulit pisang kepok yang banyak diperlukan

bahan baku limbah kulit pisang yang banyak pula.

Tabel 4.1. Bahan Baku

No. Bahan Baku Hasil

1 Bobot kulit pisang kepok awal untuk dikeringkan 5 kg

2 Bobot serbuk kulit pisang kepok setelah pengeringan 691 gram

3 Kadar air serbuk kulit pisang kepok 8,90%

4 Kadar air kulit pisang kepok segar 85,3868%

Selanjutnya dilakukan penentuan kadar air terhadap kedua bahan baku

(bahan segar dan kering) tersebut guna mengetahui kadar air awal dari

bahan baku yang digunakan sebelum dilakukan ekstraksi pektin, karena

kandungan air yang terkandung dapat mempengaruhi proses ekstraksi.

Penentuan kadar air awal bahan baku dilakukan dengan menggunakan

prinsip gravimetri. Hasil yang diperoleh menunjukkan kadar air awal bahan

segar (kulit pisang kepok segar) sebesar 85,3868% dan bahan kering (serbuk

kulit pisang kepok) sebesar 8,90%. Kadar air untuk bahan kering adalah

8,90% di mana kadar air ini tidak lebih dari yang diperbolehkan untuk

bahan kering yaitu kurang dari 10% (Hanum et. al., 2012). Pemeriksaan

kadar air untuk bahan segar dilakukan di laboratorium Kimia Obat, Program

Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedangkan untuk bahan kering dilakukan

di BALITTRO (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik), Cimanggu,

Bogor.

4.4 Produksi Pektin

Produksi pektin dilakukan melalui proses ekstraksi menggunakan

limbah kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana BBB) dengan variasi

perlakuan bahan baku (bahan segar dan kering) menggunakan pelarut HCl

dengan variasi konsentrasi (0,025 N; 0,05 N; dan 0,075 N) pada suhu 900C

Page 50: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

selama 80 menit. Waktu dan suhu ekstraksi dalam penelitian ini ditetapkan

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanum et. al. (2012) yang

menyatakan bahwa rendemen tertinggi yang diperoleh dari hasil ekstraksi

kulit pisang kepok menggunakan pelarut asam klorida adalah pada suhu

900C selama 80 menit. Ekstraksi pektin dilakukan menggunakan metode

konvensional yakni secara pemanasan langsung. Srivastava dan Malviya

(2011) menyatakan bahwa ada dua metode ekstraksi pektin yang biasa

dilakukan, yaitu pemanasan langsung dan pemanasan menggunakan

microwave.

Hanum, et. al. (2012) mengungkapkan bahwa ekstraksi pektin dapat

dilakukan dengan hidrolisis asam atau secara enzimatis. Pada penelitian ini,

ekstraksi pektin dilakukan dengan hidrolisis asam yaitu menggunakan

pelarut HCl dengan variasi konsentrasi yang digunakan untuk merombak

protopektin yang tidak larut menjadi pektin yang mudah larut. Penggunaan

pelarut HCl di dasarkan pada pernyataan Kertesz (1951) bahwa selain asam

organik, ekstraksi pektin memiliki kecenderungan untuk menggunakan

asam mineral yang murah seperti asam klorida, asam sulfat, dan asam nitrat.

Beberapa artikel saat ini menyarankan untuk ekstraksi menggunakan asam

klorida (Kalapathy dan Proctor, 2001; Dinu, 2001; Hwang, et. al., 1998)

Dalam proses ekstraksi pektin digunakan bahan baku dengan dua

perlakuan yang berbeda yaitu bahan segar dan kering. Sebanyak 300 gram

bahan segar dan 42 gram bahan kering masing-masing dimasukkan ke

dalam erlenmeyer 2000 mL, lalu ditambahkan larutan HCl 600 mL (1 : 2 )

untuk bahan segar dan 840 mL (1 : 20) untuk bahan kering. Selanjutnya ke

dalam erlenmeyer tersebut dimasukkan magnetic stirrer dan pada leher

erlenmeyer ditutup dengan sumbat kapas. Proses ekstraksi dilakukan dengan

pemanasan di atas hot plate pada suhu 900C selama 80 menit yang selalu

dikontrol menggunakan termometer agar suhunya tetap. Pengadukan

otomatis dilakukan menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 10

(+ 600 rpm). Menurut Perina, et. al. (2007), pengadukan dalam ekstraksi

penting dilakukan karena dapat meningkatkan perpindahan solut dari

permukaan partikel ke cairan pelarut dan mencegah pengendapan padatan

Page 51: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan memperluas kontak partikel dengan pelarutnya. Setelah proses ekstraksi

selesai, campuran didinginkan terlebih dahulu yang selanjutnya dilakukan

proses penyaringan untuk memisahkan antara filtrat dengan residunya

menggunakan kertas saring dengan bantuan vacuum Buchner sehingga

proses penyaringan dapat berjalan lebih cepat.

Setelah disaring, filtrat yang diperoleh dipindahkan ke dalam wadah

kaca lain, lalu dilakukan pengendapan pektin dengan penambahan aseton.

Aseton dipilih sebagai agen pengendap dikarenakan aseton lebih disukai

karena kemampuannya membentuk endapan yang tegar sehingga mudah

dipisahkan dari asetonnya dibandingkan dengan etanol yang menghasilkan

pektin yang kurang murni karena tidak hanya mengendapkan pektin tetapi

juga senyawa lain seperti dekstrin dan hemiselulosa (Akhmalludin dan

Kurniawan, 2009). Penambahan aseton ke dalam filtrat hasil ekstraksi

dilakukan secara perlahan sambil diaduk sehingga terbentuk endapan, yang

kemudian didiamkan selama satu malam (18 jam) agar proses pengendapan

berlangsung sempurna. Setelah 18 jam, endapan tersebut disaring untuk

memisahkan endapan dari filtratnya, kemudian endapan dicuci beberapa kali

menggunakan etanol 96% hingga bebas dari residu aseton, asam, dan

klorida. Pencucian dengan etanol 96% dipilih karena dapat menghasilkan

warna pektin yang jauh lebih bersih dan putih dibandingkan dengan

pencucian tanpa alkohol (Susilowati, 2013). Pektin yang telah bebas asam

adalah pektin yang berwarna kuning saat ditetesi dengan indikator metil

merah dan memberikan warna netral pada pH indikator universal ketika

dicelupkan ke dalam larutan bekas pencucian, adapun pektin yang telah

bebas klorida yaitu apabila tidak terbentuk endapan putih (AgCl) pada

larutan bekas pencucian pektin yang ditambahkan dengan beberapa tetes

larutan perak nitrat (AgNO3) (Hariyati, 2006; Fitria, 2013)

Setelah pencucian pektin, selanjutnya dilakukan penekanan terhadap

endapan pektin dalam kertas saring sehingga endapan tidak terlalu basah

dengan etanol 96%, lalu pektin dikeringkan dalam oven selama kurang lebih

8 jam dengan suhu pengeringan rendah, yaitu 400C untuk memperkecil

kemungkinan terjadinya degradasi pektin. Pektin yang telah kering

Page 52: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dihaluskan menjadi serbuk dengan digerus menggunakan lumpang dan alu,

lalu dihitung bobotnya dan dilakukan karakterisasi untuk menentukan

kualitas dari pektin yang dihasilkan, meliputi penentuan kadar air, kadar

abu, berat ekivalen, kadar metoksil, kadar galakturonat, dan derajat

esterifikasi. Hasil karakterisasi tersebut dibandingkan dengan standar yang

telah ditetapkan dalam literatur seperti Farmakope Indonesia Edisi V

(2014), Food Chemicals Codec (2004), dan IPPA (2003).

4.5 Identifikasi Kualitatif Pektin

Pemerian pektin hasil ekstraksi pada penelitian ini cenderung sama

pada tiap kondisi ekstraksi yang dipengaruhi perlakuan bahan baku dan

konsentrasi HCl. Seluruh pektin hasil ekstraksi memberikan warna putih

kecuali pada kondisi ekstraksi dari bahan kering dengan konsentrasi HCl

0,025 N yang menghasilkan pemerian yang berwarna putih kekuningan.

Tabel 4.2. Pemerian Pektin Hasil Ekstraksi

No. Kondisi ekstraksi Pemerian

1 Bahan segar;

HCl 0,025 N

Serbuk halus, putih,

tidak berbau

2 Bahan segar;

HCl 0,05 N

Serbuk halus, putih,

tidak berbau

3 Bahan segar;

HCl 0,075 N

Serbuk halus, putih,

tidak berbau

4 Bahan kering;

HCl 0,025 N

Serbuk halus, putih

kekuningan, tidak

berbau

Page 53: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi V (2014), pemerian pektin

berupa serbuk kasar atau halus, berwarna putih kekuningan, hampir tidak

berbau, dan mempunyai rasa musilago. Menurut Food Chemicals Codex

(2004) pemerian pektin berupa serbuk kasar hingga halus, berwarna putih,

kekuningan, kelabu, atau kecokelatan. Pektin hasil ekstraksi pada penelitian

ini memberikan pemerian yang sesuai dengan literatur yang telah disebutkan

di atas.

Tabel 4.3. Identifikasi Pektin Hasil Ekstraksi

No. Kondisi

ekstraksi

Identifikasi Pektin

A B C

1 Bahan segar;

HCl 0,025 N

Terbentuk

endapan bening,

seperti gelatin

Terbentuk

semigel

Terbentuk endapan seperti gelatin,

tidak berwarna, menjadi putih dan

bergumpal bila didihkan

2 Bahan segar;

HCl 0,05 N

Terbentuk

endapan bening,

seperti gelatin

Terbentuk gel

Terbentuk endapan seperti gelatin,

tidak berwarna, menjadi putih dan

bergumpal bila didihkan

5 Bahan kering;

HCl 0,05 N

Serbuk halus, putih,

tidak berbau

6 Bahan kering;

HCl 0,075 N

Serbuk halus, tidak

berbau

Page 54: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Bahan segar;

HCl 0,075 N

Terbentuk

endapan bening,

seperti gelatin

Terbentuk gel

Terbentuk endapan seperti gelatin,

tidak berwarna, menjadi putih dan

bergumpal bila didihkan

4 Bahan kering;

HCl 0,025 N

Terbentuk

endapan bening,

seperti gelatin

Terbentuk

semigel

Terbentuk endapan seperti gelatin,

tidak berwarna, menjadi putih dan

bergumpal bila didihkan

5 Bahan kering;

HCl 0,05 N

Terbentuk

endapan bening,

seperti gelatin

Terbentuk

semigel

Terbentuk endapan seperti gelatin,

tidak berwarna, menjadi putih dan

bergumpal bila didihkan

6 Bahan kering;

HCl 0,075 N

Terbentuk

endapan bening,

seperti gelatin

Terbentuk gel

Terbentuk endapan seperti gelatin,

tidak berwarna, menjadi putih dan

bergumpal bila didihkan

Identifikasi pektin dilakukan untuk memastikan secara kualitatif

bahwa serbuk yang diperoleh dari hasil ekstraksi adalah benar pektin.

Identifikasi pektin dilakukan sesuai dengan prosedur yang tertera dalam

Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014 dengan sedikit modifikasi.

Identifikasi pektin pertama (A), yaitu membuat larutan pektin 1%

dalam aquadest sebanyak 100 mL, lalu diambil 5 mL, kemudian

Page 55: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ditambahkan etanol P dengan volume yang sama. Jika hasil ekstraksi adalah

benar pektin maka akan terbentuk endapan bening, seperti gelatin yang

membedakan pektin dari kebanyakan gom.

Identifikasi pektin kedua (B), yaitu dengan mengambil sebanyak 5 mL

dari larutan pektin 1% yang telah dibuat sebelumnya, lalu ditambahkan 1

mL NaOH 2 N, kemudian didiamkan pada suhu ruang selama 15 menit. Jika

hasil ekstraksi adalah benar pektin, maka akan terbentuk gel atau semi gel

yang membedakannya dari tragakan.

Identifikasi pektin ketiga (C), yaitu dengan mengasamkan gel atau

semi gel yang terbentuk pada identifikasi B dengan HCl 3 N, kemudian

dikocok. Jika hasil ekstraksi adalah benar pektin, maka akan terbentuk

endapan seperti gelatin yang tidak berwarna, yang menjadi putih dan

bergumpal bila dididihkan (asam pektat).

Hasil identifikasi pektin secara kualitatif menunjukkan bahwa serbuk

yang diperoleh dari hasil ekstraksi pada penelitian ini adalah benar pektin.

4.6 Karakteristik Pektin Hasil Ekstraksi

Tabel 4.4. Karakteristik Pektin Hasil Ekstraksi

No. Karakteristik

Kondisi ekstraksi

(perlakuan bahan baku, konsentrasi pelarut HCl)

Segar;

0,025 N

Segar;

0,05 N

Segar;

0,075 N

Kering;

0,025 N

Kering;

0,05 N

Kering;

0,075 N

1 Jumlah pektin

(gram) 8,7640 9,4380 10,3610 6,5170 7,6530 8,0290

2 Kadar air

(%) 8,2390 9,1605 9,3165 10,0342 10,1947 10,3501

3 Kadar abu

(%) 0,4654 0,7069 1,3592 0,7708 1,2252 2,4770

4 Berat ekivalen 8119,1172 6100,6978 4725,7974 6974,0808 5414,1873 4874,1837

5 Kadar metoksil

(%) 2,7363 3,3241 3,8166 2,6459 3,0537 3,7524

6

Kadar

galakturonat

(%)

70,8116 87,0271 101,1200 70,1839 82,3494 99,6591

7

Derajat

esterifikasi

(%)

21,9387 21,6849 21,4284 21,4030 21,0531 21,3770

8 Viskositas 20,00 18,50 15,00 19,50 16,00 15,50

Page 56: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Jumlah Pektin

Jumlah pektin adalah banyaknya pektin dalam gram yang

dihasilkan dari ekstraksi kulit pisang kepok pada masing-masing

perlakuan, yaitu menggunakan bahan segar dan kering dengan berbagai

konsentrasi pelarut HCl. Bobot pektin hasil ekstraksi berkisar 6,5170-

10,3610 gram, bobot tertinggi diperoleh dari ekstraksi bahan segar

dengan konsentrasi HCl 0,075 N dan bobot terendah diperoleh dari

ekstraksi bahan kering dengan konsentrasi HCl 0,025 N.

Gambar 4.1. Jumlah pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa jumlah pektin dalam gram yang

dihasilkan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya

konsentrasi HCl, baik dengan bahan segar maupun kering. Bahan segar

menghasilkan bobot pektin, yaitu 8,7640 gram untuk HCl 0,025 N;

9,4380 gram untuk HCl 0,05 N; dan 10,3610 gram untuk HCl 0,075 N,

dengan rata-rata sebanyak 9,5210 gram. Bahan kering menghasilkan

pektin dengan bobot, yaitu 6,5170 gram untuk HCl 0,025 N; 7,6530 gram

untuk HCl 0,05 N; dan 8,0290 gram untuk HCl 0,075 N, dengan rata-rata

sebanyak 7,3997 gram.

Menurut Nainggolan (1994) di dalam Hanum (2012), prinsip

ekstraksi pektin adalah perombakan protopektin yang tidak larut menjadi

pektin yang mudah larut yang dapat dilakukan dengan hidrolisis asam

atau enzimatis. Pelarut HCl merupakan asam yang berperan sebagai

katalis untuk mempercepat reaksi hidrolisis protopektin menjadi pektin.

Semakin tinggi konsentrasi HCl menyebabkan semakin banyak ion

hidrogen yang mensubstitusi kalsium dan magnesium dari protopektin,

Page 57: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

proses hidrolisis protopektin menjadi pektin lebih cepat, sehingga dapat

menghasilkan pektin yang lebih banyak. Jadi dengan konsentrasi HCl

yang tinggi, rendemen pektin akan terus meningkat hingga mencapai

keadaan maksimum di mana protopektin telah habis terhidrolisis

(Fitria, 2013).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi

asam maka semakin banyak pektin yang dihasilkan, dibuktikan dengan

bobot pektin tertinggi diperoleh pada konsentrasi HCl 0,075 N dan bobot

terendah diperoleh pada konsentrasi HCl 0,025 N, baik untuk bahan baku

kulit pisang kepok segar maupun kering.

Ekstraksi pektin dengan bahan segar maupun kering, memiliki

kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bahan segar memiliki

kelebihan yaitu tidak memerlukan proses pengeringan, dapat langsung

dilakukan proses ekstraksi, dan bobot pektin yang dihasilkan lebih

banyak, sedangkan kekurangannya yaitu bahan tidak dapat disimpan

untuk waktu lama dan harus segera dilakukan proses ekstraksi karena

kulit pisang kepok mengandung antioksidan yang tinggi sehingga proses

pembusukan menjadi lebih cepat serta memerlukan pelarut pengendap

pektin yang lebih banyak karena bahan segar memiliki kandungan air

yang cukup besar. Bahan kering memiliki kelebihan yaitu dapat disimpan

untuk waktu yang lebih lama sehingga proses ekstraksi dapat dilakukan

kapan saja sesuai dengan kebutuhan, sedangkan kekurangannya adalah

memerlukan waktu cukup lama untuk proses pengeringan bahan baku

awal karena kandungan air awal bahan yang cukup besar.

Penggunaan bahan segar ataupun kering dari kulit pisang kepok

untuk ekstraksi pektin dapat disesuaikan dengan kebutuhan suatu industri

dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya masing-

masing.

b. Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang

menentukan daya tahan produk pangan dan terkait dengan aktivitas

mikroorganisme selama penyimpanan. Produk yang mempunyai kadar

Page 58: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

air tinggi lebih mudah rusak karena dapat menjadi media yang kondusif

bagi pertumbuhan mikroorganisme. Dalam upaya memperpanjang masa

simpan produk, dilakukan pengeringan sampai dengan batas kadar air

tertentu, karena produk dengan kadar air rendah relatif lebih stabil dalam

penyimpanan jangka panjang daripada produk dengan kadar air yang

tinggi (Pardede, et. al., 2013). Kadar air awal limbah kulit pisang segar

yang telah dianalisis adalah 85,3868% dan kadar air awal limbah kulit

pisang kering adalah 8,90%.

Gambar 4.2. Kadar air pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi

Pada penelitan ini, pengeringan pektin dilakukan dalam oven suhu

400C selama 8 jam (Hanum, et. al., 2012). Gambar 4.2 menunjukkan

bahwa kadar air pektin kulit pisang kepok berkisar 8,2390-10,3501%,

dengan rata-rata 9,5492%. Kadar air pektin tertinggi diperoleh dari hasil

ekstraksi bahan kering pada konsentrasi HCl 0,075 N, sedangkan kadar

air terendah diperoleh dari hasil ekstraksi bahan segar pada konsentrasi

HCl 0,025 N. Syarat kadar air maksimum untuk pektin kering menurut

IPPA (International Pectin Producers Association) (2003) adalah tidak

lebih dari 12%, dengan demikian kadar air pektin hasil penelitian ini

masih di bawah syarat maksimum yang telah ditetapkan.

Menurut Utami (2014), tingginya kadar air pektin yang dihasilkan

dapat dipengaruhi oleh derajat pengeringan pektin yang tidak maksimal

sehingga air yang dikandung bahan tidak teruapkan secara sempurna.

Fitria (2013) menjelaskan bahwa kondisi penyimpanan pektin sebelum

dilakukan uji kadar air juga akan mempengaruhi hasil pengujian.

Penyimpanan pada tempat lembab dan wadah yang tidak kedap udara

Page 59: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

akan menyebabkan kerentanan pektin terpapar oleh udara luar, sehingga

pektin menjadi lembab kembali.

c. Kadar Abu

Abu merupakan bahan anorganik yang diperoleh dari residu atau

sisa pembakaran bahan organik. Kandungan mineral suatu bahan dapat

diketahui dari kadar abu yang dimiliki oleh suatu bahan yang juga

berpengaruh pada tingkat kemurnian pektin (Budiyanto dan

Yulianingsih, 2008). Semakin tinggi tingkat kemurnian pektin, maka

kadar abu dalam pektin akan semakin rendah dan sebaliknya. Kadar abu

dalam pektin dipengaruhi oleh adanya residu bahan anorganik yang

terkandung dalam bahan baku, metode ekstraksi, dan isolasi (Kalapathy

dan Proctor, 2001).

Gambar 4.3. Kadar abu pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi

Hasil analisis kadar abu menunjukkan bahwa kadar abu pektin kulit

pisang kepok berkisar 0,4654-2,4770%, dengan rata-rata 1,1674%. Kadar

abu pektin tertinggi diperoleh dari hasil ekstraksi bahan kering pada

konsentrasi HCl 0,075 N, sedangkan kadar abu terendah diperoleh dari

hasil ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl 0,025N. Batas

maksimum kadar abu pektin dalam IPPA (2003) adalah tidak lebih dari

10%, dengan demikian kadar abu hasil penelitian ini masih di bawah

syarat maksimum yang telah ditetapkan.

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa kadar abu pektin yang dihasilkan

semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi pelarut HCl.

Menurut Meyer (1985) dalam Hanum, et. al. (2012), dalam buah-buahan

Page 60: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan sayuran, protopektin terdapat dalam bentuk kalsium-magnesium

pektat, perlakuan dengan asam mengakibatkan terhidrolisisnya pektin

dari ikatan kalsium dan magnesiumnya. Peningkatan reaksi hidrolisis

protopektin mengakibatkan bertambahnya komponen Ca2+ dan Mg2+

yang terlarut dalam larutan ekstrak dan ikut mengendap pada saat

pengendapan pektin, sehingga semakin banyak mineral berupa kalsium

dan magnesium, maka akan semakin banyak kadar abu pektin tersebut.

Kadar abu dalam pektin semakin meningkat dengan meningkatnya

konsentrasi asam, suhu, dan waktu ekstraksi. Hal ini disebabkan oleh

kemampuan asam untuk melarutkan mineral alami dari bahan yang

diekstrak yang semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi

asam, suhu, dan waktu ekstraksi. Mineral yang terlarut akan ikut

mengendap bercampur dengan pektin pada saat pengendapan dengan

alkohol (Kalapathy dan Proctor, 2001). Hasil pengukuran kadar abu pada

penelitian ini sesuai dengan pernyataan di atas, di mana pada konsentrasi

pelarut HCl tertinggi menghasilkan kadar abu tertinggi dan sebaliknya.

d. Berat Ekivalen

Berat ekivalen merupakan kandungan gugus asam galakturonat

bebas yang tidak terseterifikasi dalam rantai molekul pektin. Asam pektat

murni merupakan zat pektat yang seluruhnya tersusun dari asam

poligalakturonat yang bebas dari gugus metil ester atau tidak mengalami

esterifikasi. Semakin rendah kadar pektin menyebabkan berat ekivalen

semakin rendah (Ranganna, 1977 dalam Hanum, 2012).

Gambar 4.4. Berat ekivalen pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi

Page 61: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berat ekivalen pektin yang dihasilkan dari penelitian ini berkisar

4725,7974 – 8119,1172 dengan rata-rata 6034,6774. Berat ekivalen

tertinggi sebesar 8119,1172 diperoleh dari ekstraksi bahan segar pada

konsentrasi HCl 0,025 N, sedangkan berat ekivalen terendah sebesar

4725,7974 diperoleh dari ekstraksi bahan segar dengan konsentrasi HCl

0,075 N. Gambar 4.4 menunjukkan bahwa berat ekivalen pektin pada

perlakuan bahan segar dan kering akan semakin menurun dengan

peningkatan konsentrasi pelarut HCl. Hal ini sesuai dengan penelitian

Utami (2014), di mana semakin tinggi konsentrasi pelarut asam yang

digunakan, semakin rendah pH medium ekstraksi, maka semakin rendah

berat ekivalen pektin yang dihasilkan. Hal ini diduga karena semakin

tinggi konsentrasi HCl akan memperbesar kemungkinan terjadinya

depolimerisasi pektin sehingga memiliki berat ekivalen yang semakin

rendah. Selain itu, konsentrasi asam yang tinggi dapat menyebabkan

terjadinya deesterifikasi pektin menjadi asam pektat, di mana jumlah

gugus asam bebas semakin banyak sehingga berat ekivalen semakin

rendah.

Berat ekivalen pektin berdasarkan standar IPPA (2003) yakni

berkisar antara 600-800. Pada penelitian ini pektin yang dihasilkan

memiliki berat ekivalen yang tidak memenuhi standar IPPA (2003). Hasil

penelitian ini serupa dengan yang diperoleh oleh Fitria (2013), di mana

menghasilkan pektin hasil ekstraksi dari kulit pisang kepok dengan berat

ekivalen lebih tinggi dari standar IPPA (2003), yaitu berkisar antara

4094,47 - 9534,71. Bobot molekul pektin tergantung pada jenis tanaman,

kualitas bahan baku, metode ekstraksi, dan perlakuan pada proses

ekstraksi. Kemungkinan besar hal yang mempengaruhi nilai berat

ekivalen adalah sifat pektin hasil ekstraksi itu sendiri, serta proses titrasi

yang dilakukan (Fitria, 2013). Hasil titrasi untuk perhitungan berat

ekivalen akan mempengaruhi perhitungan selanjutnya seperti kadar

metoksil, kadar galaktronat, dan derajat esterifikasi.

Page 62: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Kadar Metoksil

Kadar metoksil didefinisikan sebagai jumlah metanol yang terdapat

di dalam pektin yang dapat menentukan sifat fungsional larutan pektin

dan mempengaruhi struktur dan tekstur dari gel pektin yang terbentuk.

Pektin disebut bermetoksil tinggi jika kadar metoksil sama dengan atau

lebih dari 7%, dan disebut bermetoksil rendah jika kadar metoksil kurang

dari 7% (Goycoolea dan Adriana, 2003).

Gambar 4.5. Kadar metoksil pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi

Penelitian ini menghasilkan pektin dengan kadar metoksil berkisar

2,6459-3,8166% dengan rata-rata 3,2215%. Kadar metoksil tertinggi

diperoleh dari ekstraksi bahan segar pada konsentrasi pelarut HCl

0,075 N sebesar 3,8166%, sedangkan kadar metoksil terendah diperoleh

dari ekstraksi bahan kering pada konsentrasi pelarut HCl 0,025 N sebesar

2,6459%. Dalam Food Chemicals Codex (2004), pektin bermetoksil

rendah berkisar antara 2,5–7,2%, sehingga pektin yang dihasilkan pada

penelitian ini termasuk dalam kategori pektin bermetoksil rendah.

Pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa kadar metoksil pektin pada

perlakuan bahan segar dan kering akan semakin tinggi dengan

meningkatnya konsentrasi asam. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan

oleh gugus karboksil bebas yang teresterifikasi semakin meningkat.

Penelitian ini menghasilkan pektin bermetoksil rendah yang mampu

membentuk gel dengan adanya kation polivalen seperti kalsium, di mana

lebih menguntungkan karena dapat langsung diproduksi tanpa melalui

proses demetilasi pektin bermetoksil tinggi menjadi bermetoksil rendah

(Fitria, 2013).

Page 63: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

f. Kadar Galakturonat

Kadar galakturonat serta muatan molekul pektin berperan penting

dalam penentuan sifat fungsional larutan pektin dan mempengaruhi

struktur dan tekstur dari gel pektin yang terbentuk (Constenla dan

Lozano, 2006).

Gambar 4.6. Kadar galakturonat pektin kulit pisang kepok hasil

ekstraksi

Kadar galakturonat pektin pada penelitian ini berkisar 70,1839-

101,1200% dengan rata-rata 85,1919%. Berdasarkan IPPA (2003), kadar

galakturonat minimum yang diizinkan adalah 65%. Dengan demikian

kadar galakturonat pektin hasil penelitian ini memenuhi persyaratan mutu

pektin yang telah ditetapkan. Kadar galakturonat tertinggi sebesar

101,1200% diperoleh dari ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl

0,075 N, dan kadar terendah 10,1839% diperoleh dari ekstraksi bahan

kering pada konsentrasi HCl 0,025 N.

Dari gambar 4.6 menunjukkan bahwa, semakin tinggi konsentrasi

pelarut HCl, maka semakin tinggi kadar galakturonat, baik pada bahan

segar maupun kering. Hal ini dapat disebabkan semakin tinggi

konsentrasi asam yang digunakan, maka kinetika reaksi hidrolisis pektin

semakin meningkat, sehingga kadar galakturonat pektin yang dihasilkan

juga akan semakin meningkat. Selain itu, peningkatan kadar galakturonat

juga dapat terjadi karena putusnya ikatan komponen galakturonat pektin

dengan senyawa-senyawa lain seperti hemiselulosa (Rasyid, 1986).

Dengan putusnya ikatan tersebut maka senyawa-senyawa lain tidak ikut

terendapkan pada proses pengendapan pektin oleh aseton. Semakin tinggi

Page 64: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

konsentrasi asam, maka semakin besar ikatan yang dapat diputuskan. Hal

ini dapat meningkatkan persentase galakturonat, sehingga kemurnian

pektin yang diperoleh semakin besar dan akan mempengaruhi mutu

pektin yang dihasilkan.

Kadar galakturonat pektin dapat dipengaruhi oleh sumber bahan

baku, pelarut, dan metode ekstraksi yang digunakan (Fitria, 2013).

Menurut Nelson, et. al., (1977) dan Towle (1973) di dalam Fitriani

(2003), selain asam galakturonat, pektin juga mengandung senyawa-

senyawa lain yaitu gula netral seperti D-galaktosa, L-arabinosa, dan

L-ramnosa, dan jenis gula lainnya. Senyawa-senyawa non uronat tersebut

dapat terbawa pada saat proses penggumpalan pektin, yang dapat

mempengaruhi komposisi senyawa pektin. Metode ekstraksi yang

digunakan juga dapat mempengaruhi komposisi senyawa pektin yang

berpengaruh terhadap kadar galakturonat. Beberapa senyawa non uronat

dapat dihilangkan melalui pelarutan kembali pektin dalam air dan

penggumpalan, tetapi tidak dapat menghilangkan semua senyawa uronat

(Fitria, 2013).

g. Derajat Esterifikasi

Derajat esterifikasi merupakan persentase gugus karboksil yang

teresterifikasi, di mana pektin dengan derajat esterifikasi di atas 50%

dinamakan pektin bermetokil tinggi dan derajat esterifikasi di bawah

50% dinamakan pektin bermetoksil rendah (Siamornsak, 2003). Derajat

esterifikasi pektin diperoleh dari perbandingan antara kadar metoksil dan

kadar galakturonat (Fennema, 1996).

Gambar 4.7. Derajat esterifikasi pektin kulit pisang kepok hasil

ekstraksi

Page 65: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nilai derajat esterifikasi pektin hasil penelitian ini berkisar

21,0531-21,9387% dengan rata-rata 21,4809%. Dari gambar 4.7

menunjukkan bahwa pada perlakuan bahan segar dan kering, derajat

esterifikasi pektin semakin menurun dengan peningkatan konsentrasi

HCl. Namun terdapat pengecualian pada perlakuan bahan kering yang

derajat esterifikasinya meningkat pada konsentrasi HCl 0,075 N.

Menurut standar mutu pektin dalam IPPA (2003), pektin yang dihasilkan

dalam penelitian ini termasuk pektin berester rendah karena memiliki

derajat esterifikasi di bawah 50%, sehingga dapat dikelompokkan ke

dalam pektin bermetoksil rendah.

Asam dalam ekstraksi pektin akan menghidrolisis ikatan hidrogen.

Ikatan glikosidik metil ester dari pektin cenderung terhidrolisis

menghasilkan asam galakturonat (Kertesz, 1951). Apabila konsentrasi

asam yang digunakan tinggi maka pektin akan berubah menjadi asam

pektat yang asam galakturonatnya bebas dari gugus metil ester. Jumlah

gugus metil ester menunjukkan jumlah gugus karboksil yang tidak

teresterifikasi atau derajat esterifikasi (Budiyanto dan Yulianingsih,

2008).

+ H2O

+ CH3OH

Gambar 4.8. Reaksi Deesterifikasi Pektin

h. Viskositas Larutan Pektin

Uji viskositas dilakukan menggunakan alat viskotester HAAKE 6R

spindel R2 dengan kecepatan 60 rpm terhadap larutan pektin 1% hasil

penelitian pada masing-masing kondisi ekstraksi. Uji viskositas

dilakukan untuk mengetahui kekentalan dari larutan pektin yang

dihasilkan pada penelitian ini. Dalam industri makanan atau farmasi,

pektin digunakan secara luas sebagai agen pengental. Oleh karena itu,

perlu dilakukan uji viskositas untuk mengetahui kekentalan pektin yang

Page 66: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dihasilkan guna mengetahui kemampuan pektin tersebut sebagai agen

pengental sehingga dapat diaplikasikan secara luas dalam bidang industri.

Gambar 4.9. Viskositas larutan pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi

Larutan pektin yang terbentuk memiliki perbedaan viskositas.

Berdasarkan hasil pengukuran pada gambar 4.9 diketahui bahwa

viskositas larutan pektin hasil ekstraksi berkisar antara 15,00-20,00 cPs

dengan rata-rata sebesar 17,42 cPs, di mana semakin tinggi konsentrasi

HCl maka semakin menurun viskositasnya, baik pada perlakuan bahan

segar maupun kering. Hal ini diduga dengan semakin tinggi konsentrasi

HCl akan memperbesar kemungkinan terjadinya reaksi depolimerisasi

yang akan memperkecil nilai viskositas larutan pektin yang dihasilkan.

Nilai viskositas tertinggi diperoleh dari larutan pektin hasil

ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl 0,025 N yaitu sebesar

20,00 cPs, sedangkan nilai viskositas terendah diperoleh dari larutan

pektin hasil ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl 0,075 N.

Constenla dan Lozano (2006) menjelaskan bahwa viskositas pektin juga

dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik seperti suhu, konsentrasi larutan, pH,

dan keberadaan garam.

4.7 Perbandingan Spektrum FTIR

Hasil pengukuran spektrum FTIR menunjukkan kelompok gugus

fungsi dan memberikan informasi struktural pektin hasil ekstraksi dari

bahan baku limbah kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana BBB) dan

larutan pengekstraksi berupa pelarut HCl dengan variasi perlakuan bahan

baku dan konsentrasi HCl. Penentuan spektrum FTIR dilakukan

Page 67: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menggunakan alat spektroskopi IRPrestige-21 Shimadzu. Spektrum FTIR

pektin hasil ekstraksi dibandingkan terhadap spektrum pektin komersial

Cargill® dan Danisco® yang digunakan sebagai standar. Rentang panjang

gelombang yang digunakan adalah 4000-400 cm-1.

Gugus fungsional utama pada pektin terletak pada area panjang

gelombang 1000-2000 cm-1 (Kalapathy dan Proctor, 2001). Ikatan karboksil

berada pada 1630-1650 cm-1 untuk kelompok karboksil bebas dan 1740-

1760 cm-1 untuk kelompok karboksil teresterifikasi (Gnanasambandam,

1999). Peningkatan derajat esterifikasi juga akan meningkatkan intensitas

dan luas area dari kelompok karboksil teresterifikasi. Kemungkinan dapat

digunakan untuk membandingkan jenis pektin dari sumber yang berbeda.

Pada panjang gelombang antara 1100 cm-1 dan 1200 cm-1 menunjukkan

ikatan eter (R-O-R) dan ikatan C-C siklik dalam struktur cincin dari molekul

pektin. Spektrum melebar pada 2400-3600 cm-1 merupakan lembab dalam

pektin yang terserap.

Tabel 4.5. Data Spektrum FTIR Pektin Komersial dan Hasil Ekstraksi

Pektin

Keterangan

Area (bilangan gelombang) (cm-1)

–OH Ulur –CH3 –C=O Tekuk

–C–H

Ulur

–C–H

–O–

(eter)

Danisco® 3366,89 2939,64 1665,60 1441,85 1371,45 1010,74

Cargill® 3340,85 2936,75 1616,42 1433,17 1365,66 1143,84

Bahan Segar;

HCl 0,025 N 3454,66 2942,53 1625,10 1434,14 1331,90 1152,52

Bahan Segar;

HCl 0,05 N 3470,09 2894,31 1658,85 1437,03 1369,52 1152,52

Bahan Segar;

HCl 0,075 N 3423,80 2936,75 1630,88 1437,99 1369,52 1151,55

Bahan Kering;

HCl 0,025 N 3412,22 2936,75 1641,49 1427,39 1338,66 1147,69

Bahan Kering;

HCl 0,05 N 3426,69 2935,78 1639,56 1421,60 1351,19 1146,73

Bahan Kering;

HCl 0,075 N 3319,63 2904,92 1647,28 1414,85 1340,58 1151,55

Pada tabel 4.5 terlihat adanya perbedaan data spektrum FTIR dari

serapan masing-masing gugus fungsional dari pektin komersial dan pektin

hasil ekstraksi. Spektrum menunjukkan puncak serapan lebar yang khas

pada panjang gelombang 3366,89 cm-1 untuk pektin komersial Danisco®;

3340,85 cm-1 untuk pektin komersial Cargill®; dan berkisar antara 3319,63 –

Page 68: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3470,09 cm-1 untuk pektin hasil ekstraksi, mengindikasikan adanya serapan

dari gugus hidroksil.

Pada daerah panjang gelombang 2939,64 cm-1 menunjukkan adanya

serapan dari ulur –CH3 untuk pektin Danisco®; 2936,75 cm-1 untuk pektin

Cargill®; dan berkisar 2894,31–2942,53 cm-1 untuk pektin hasil ekstraksi.

Pada daerah panjang gelombang 1665,60 cm-1 menunjukkan adanya

serapan dari gugus karboksil (–C=O) untuk pektin Danisco®; 1616,42 cm-1

untuk pektin Cargill®; dan berkisar antara 1625,10–1658,85 cm-1 untuk

pektin hasil ekstraksi.

Vibrasi dari tekuk –C–H dapat ditemukan pada daerah panjang

gelombang 1441,85 cm-1 untuk pektin Danisco®; 1433,17 cm-1 untuk pektin

Cargill®; dan berkisar 1414,85–1437,99 cm-1 untuk pektin hasil ekstraksi.

Vibrasi dari ulur –C–H dapat terlihat pada daerah panjang gelombang

1371,45 cm-1 untuk pektin Danisco®; 1365,66 cm-1 untuk pektin Cargill®;

dan berkisar 1331,90–1369,52 cm-1 untuk pektin hasil ekstraksi.

Terdapat serapan dari eter (–O–) pada daerah panjang gelombang

1010,74 cm-1 untuk pektin Danisco®; 1143,84 cm-1 untuk pektin Cargill®;

dan berkisar antara 1146,73–1152,55 cm-1 untuk pektin hasil ekstraksi.

Gambar 4.10. Struktur Pektin

[Sumber : Koleksi Pribadi]

Pada struktur pektin di atas memperlihatkan bahwa gugus fungsional

yang terukur oleh spektroskopi FTIR dengan masing-masing serapan pada

daerah panjang gelombang tertentu menunjukkan kesesuaian dengan

struktur pektin. Hal tersebut ditandai dengan terdapatnya vibrasi OH, ikatan

–CH3 pada cabang metoksil (COOCH3), ikatan –C–H, gugus karbonil

(–C=O), dan gugus eter (–O–).

Page 69: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.8 Perbandingan Pektin Hasil Penelitian terhadap Pektin Komersial

Perbandingan antara pektin hasil penelitian dengan pektin komersial

bertujuan untuk membandingkan kualitas dari pektin hasil ekstraksi dengan

pektin yang telah dijual luas di pasaran. Pektin komersial yang digunakan

sebagai pembanding yaitu pektin Cargill® yang diimpor dari Jerman dan

pektin Danisco® yang diimpor dari Amerika. Umumnya pektin komersial

diperoleh dengan cara ekstraksi asam-panas menggunakan bahan baku kulit

jeruk atau apple pomace serta metode pengendapan dan pemurnian yang

sangat bervariasi.

Parameter pektin hasil penelitian yang dibandingkan dengan pektin

komersial adalah merujuk pada standar mutu pektin yang ditetapkan dalam

IPPA (2003), meliputi pemerian, kadar air, kadar abu, berat ekivalen, derajat

esterifikasi, kadar galakturonat, dan kadar metoksil. Pemerian pektin hasil

penelitian secara umum berupa serbuk halus berwarna putih (gambar 4.11)

yang mana warnanya sama dengan pektin komersial Cargill®, sedangkan

pektin komersial Danisco® berwarna putih kekuningan.

Pektin hasil penelitian (bahan segar)

Pektin hasil penelitian (bahan kering)

Pektin komersial Cargill®

Pektin komersial Danisco®

Gambar 4.11. Perbandingan warna pektin hasil penelitian dan pektin

komersial

Pektin hasil ekstraksi baik dari bahan segar maupun kering memiliki

rata-rata kadar air yang lebih tinggi dari kedua pektin komersial tersebut.

Namun, kadar air pektin hasil penelitian dan pektin komersial memiliki nilai

Page 70: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh IPPA (2003) yaitu

kurang dari 12% (tabel 4.6).

Pektin hasil ekstraksi baik dari bahan segar maupun kering memiliki

rata-rata kadar abu yang lebih tinggi dari kedua pektin komersial tersebut.

Akan tetapi, kadar abu pektin hasil penelitian dan pektin komersial masih

memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh IPPA (2003) yaitu kurang dari

10% (tabel 4.6).

Rata-rata Berat ekivalen pektin hasil penelitian baik dari bahan segar

maupun kering lebih tinggi dari petin komersial. Berat ekivalen pektin

Cargill® memiliki nilai yang memenuhi standar IPPA (2003). Sedangkan

pektin Danisco® dan pektin hasil penelitian memiliki nilai berat ekivalen

yang lebih tinggi dari standar IPPA (2003) (tabel 4.6). Nilai berat ekivalen

yang tinggi diduga dipengaruhi oleh jenis tanaman, kualitas bahan baku,

metode ekstraksi, dan perlakuan pada proses ekstraksi.

Berdasarkan IPPA (2003), rata-rata pektin hasil penelitian baik dari

bahan segar maupun kering dan pektin Danisco® termasuk pektin

bermetoksil rendah karena kadar metoksilnya berada di antara 2,5-7,12%.

Sedangkan pektin Cargill® termasuk pektin bermetoksil tinggi karena kadar

metoksilnya lebih tinggi dari 7,12% (tabel 4.6).

Pektin hasil penelitian memiliki rata-rata kadar galakturonat yang

lebih tinggi dari pektin Cargill®, namun lebih rendah dari pektin Danisco®.

Kadar galakturonat pektin hasil penelitian dan pektin komersial memenuhi

standar yang ditetapkan oleh IPPA (2003), yaitu minimal 65% (tabel 4.6).

Derajat esterifikasi rata-rata yang dihasilkan dari pektin hasil

penelitian memiliki nilai yang lebih rendah dari kedua pektin komersial.

Menurut standar mutu pektin yang ditetapkan IPPA (2003), pektin hasil

penelitian dan pektin Danisco® termasuk pektin ester rendah karena derajat

esterifikasinya kurang dari 50%. Sedangkan pektin Cargill® termasuk pektin

ester tinggi karena memiliki derajat esterifikasi di atas 50% (tabel 4.6).

Rata-rata viskositas larutan pektin hasil penelitian lebih rendah dari

pektin komersial. Berdasarkan parameter-parameter tersebut di atas, secara

umum, baik pektin Cargill®, pektin Danisco®, maupun pektin hasil

Page 71: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penelitian memliki mutu yang baik karena memenuhi nilai standar mutu

yang dipersyaratkan dalam IPPA (2003).

Tabel 4.6. Perbandingan sifat fisikokimia pektin hasil penelitian terhadap pektin komersial

Parameter

Nilai

Standar

IPPA

(2003)

Pektin

Hasil

Penelitian

Bahan

Segar*

Pektin

Hasil

Penelitian

Bahan

Kering*

Pektin

Komersial

Cargill®**

Pektin

Komersial

Danisco®**

Kadar Air (%) < 12% 8,9053 10,1930 8,5719 8,1517

Kadar Abu (%) < 10% 0,8438 1,4910 0,7483 0,5324

Berat Ekivalen 600-800 6315,2041 5754,1506 749,9064 1624,6890

Kadar Metoksil (%)

- Pektin metoksil tinggi

- Pektin metoksil rendah

> 7,12 %

2,5 -7,12 %

3,2923 3,1507 9,5397 3,4981

Kadar

Galakturonat (%) > 65% 86,3196 84,0641 75,5893 122,7722

Derajat Esterifikasi (%)

- DE rendah

- DE tinggi

< 50%

> 50%

21,6840 21,2777 71,6512 16,1766

Viskositas larutan pektin

(cPs) - 17,83 17,00 18,50 23,50

* : Rata-rata hasil yang diperoleh dari tiap perlakuan bahan baku dari ketiga konsentrasi HCl (0,025 N; 0,05 N;

dan 0,075 N)

** : Diperoleh dari analisis pektin komersial pada laboratorium Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negeri Jakarta

Page 72: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

57 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Limbah kulit pisang kepok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

dalam pembuatan pektin. Pektin hasil ekstraksi dengan variasi perlakuan

bahan baku dan konsentrasi HCl menunjukkan pemerian yang sesuai dalam

Farmakope Indonesia Edisi V (2014), yaitu serbuk berwarna putih,

kekuningan, atau kecokelatan, dan tidak berbau. Kondisi optimum hasil

ekstraksi pektin dari bahan segar dan kering dilihat dari banyaknya jumlah

pektin yang dihasilkan dan karakteristik yang sesuai dengan standar mutu

IPPA (2003), diperoleh pada konsentrasi HCl 0,075 N sebanyak

10,3610 gram dan 8,0290 gram dengan karakteristik berturut-turut yaitu

kadar air 9,3165% dan 10,3501%, kadar abu 1,3592% dan 2,4770%, berat

ekivalen 4725,7974 dan 4874,1837, kadar metoksil 3,8166% dan 3,7524%,

kadar galakturonat 101,1200% dan 99,6591%, derajat esterifikasi 21,4284%

dan 21,3770%, serta nilai viskositas 15,00 cPs dan 15,50 cPs. Bahan segar

dan kering dari kulit pisang kepok, keduanya dapat dijadikan sebagai

sumber bahan baku untuk mengekstraksi pektin di mana penggunaannya

disesuaikan dengan kebutuhan, tentunya dengan mempertimbangkan

kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aplikasi pektin yang

dihasilkan, baik dari segi teknologi sediaan farmasi maupun farmakologinya

secara in vitro dan in vivo.

Page 73: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Akhmalludin dan Arie Kurniawan. 2009. Pembuatan Pektin dari Kulit Cokelat

dengan Cara Ekstraksi. Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,

Semarang.

Apriadji, W. Harry. 2007. Good Mood Food. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Azad, A. K. M., M. A. Ali, Mst. Sorifa Akter, Md. Jiaur Rahman, dan Maruf

Ahmed. 2014. Isolation and Characterization of Pectin Extracted from

Lemon Pomace During Ripening. Journal of Food and Nutrition Sciences,

2 (2) : 30 - 35.

Badan Pusat statistik. 2012. Data Ekspor-Impor. Jakarta. http://bps.go.id/exim-

frame.php?kat=2 (diakses tanggal 2 Desember 2014 pukul 22.34 WIB).

Badan Pusat statistik. 2014. Produksi Tanaman Pisang Seluruh Provinsi

Indonesia. Jakarta. http://www.bps.go.id/menutab.php?kat=3&tabel=1&id_

subyek=55 (diakses tanggal 6 Februari 2015 pukul 02.55 WIB).

Baker, Robert A. 1997. Reassessment of Some Fruit and Vegetable Pectin Levels.

Journal of Food Science, Vol. 62, No. 2 : 225 – 229.

Bansal, Jharna, Rishabha Malviya, Tanya Malaviya, Vinit Bhardwaj, dan

Pramod Kumar Sharma. 2014. Evaluation of Banana Peel Pectin as

Excipient in Solid Oral Dosage Form. Global Journal of Pharmacology,

8 (2) : 275 - 278. ISSN 1992-0075.

Budiyanto, Agus dan Yulianingsih. 2008. Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi

terhadap Karakter Pektin dari Ampas Jeruk Siam (Citrus nobilis L.).

Jurnal Pascapanen, 5 (2) : 37 - 44.

Cahyono, Bambang. 2009. Pisang Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen

Revisi Kedua. Yogyakarta : Kanisius. ISBN : 978-979-21-2037-0.

Chang, K. C. dan Miyamoto A. 1992. Gelling Characteristics of Pectin from

Sunflower Head Residues. Journal of Food Science, Vol. 57, No. 6.

Committee on Food Chemicals Codex. 2004. Food Chemicals Codex : Food and

Nutrition Board, 5th Edition. Washington, D. C. : The National Academies

Press.

Constenla, D. dan J. E. Lozano. 2003. Kinetic Model of Pectin Demethylation.

Latin American Applied Research, 33 : 91 - 96.

Page 74: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan. Hal 14 - 17.

Dinu, D. 2001. Extraction and Characterization of Pectins from Wheat Bran.

Roumanian Biotechnology Letter, 6 : 37-43.

Dwidjoseputro. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.

Ekasari, Kartika. 2013. Desorpsi Logam Pb dari Kerang Darah (Anadara

granosa) menggunakan Ekstrak Air dan Pektin Kulit Pisang Kepok (Musa

paradisiaca). Skripsi. Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fennema, Owen R.1996. Food Chemistry, 3th Edition. New York : Marcel

Dekker, Inc.

Fitria, Vita. 2013. Karakterisasi Pektin Hasil Ekstraksi dari Limbah Kulit Pisang

Kepok (Musa balbisiana ABB). Skripsi. Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Fitriani, Vina. 2003. Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin dari Kulit Jeruk Lemon

(Citrus medica var Lemon). Skripsi. Departemen Teknologi Industri

Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Glicksman. 1969. Gum Technology in The Food Industry : Food Science and

Technological Monograph. New York : Academic Press.

Gnanasambandam, R., dan A. Proctor. 1999. Determination of Pectin Degree of

Esterification by Diffuse Reflectance Fourier Transform Infrared

Spectroscopy. Journal Food Chemistry, 68 : 327 - 332. ISSN 0308-8146.

Gopi, D., K. Kanimozhi, N. Bhuvaneshwari, J. Indira, dan L. Kavitha. 2014.

Novel Banana Peel Pectin Mediated Green Route for The Synthesis of

Hydroxyapatite Nanoparticles and Their Spectral Characterization.

Spectrochimica Acta Part A : Molecular and Biomolecular Spectroscopy,

118 (2014) 589 - 597. ISSN 1386-1425.

Goycoolea, F. M. dan Adriana Cardenas. 2003. Pectin from Opuntia Spp. :

A Short Review. J. PACD, pp. 17 - 29.

Guichard, E., S. Issanchou, A. Descourvieres, dan P. Etievant. 1991. Pectin

Concentration, Molecular Weight, and Degree of Esterification : Influence

on Volatile Composition and Sensory Characteristics of Strawberry Jam.

Journal of Food Science, Vol. 56, No. 6 : 1621 - 1627.

Page 75: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hanum, Farida, Martha Angelina Tarigan, dan Irza Menka Deviliany Kaban.

2012. Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Pisang Raja (Musa sapientum).

Jurnal Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara, Vol. 1, No. 2 : 21 - 26.

Hanum, Farida, Martha Angelina Tarigan, dan Irza Menka Deviliany Kaban.

2012. Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca).

Jurnal Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara, Vol. 1, No. 2 : 49 - 53.

Hariyati, Mauliyah Nur. 2006. Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin dari Limbah

Proses Pengolahan Jeruk Pontianak (Citrus nobilis var microcarpa).

Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hasbullah. 2001. Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat -

Pektin Jeruk. Jakarta : Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Industri

Sumatera Barat.

Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. 2015. Klasifikasi

Tumbuhan Musa balbisiana. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

http://www.sith.itb.ac.id/herbarium/index.php?c=herbs&view=detail&spid=

198162 (diakses tanggal 9 Juni 2015 pukul 02.13 WIB).

Herbstreith, K., dan G. Fox. 2005. Pectin. http://www.herbstreithfox.de/pektin/

forschung und entwicklung/forschung_entwicklung04a.htm (diakses tanggal

6 Desember 2014 pukul 21.30 WIB).

Hoejgaard, S. 2004. Pectin Chemistry, Functionality, and Applications.

Hui, Y. H. 2006. Handbook of Food Science, Technology, and Engineering.

New York : CRC Press. ISBN 978-1-57444-551-0. Vol. 1 : 1 - 20.

Hwang, Jae-Kwan, Kim Chul-Jin, dan Kim Chong-Tai. 1998. Extrusion of Apple

Pomace Facilitates Pectin Extraction. Journal of Food Science, Vol. 63,

No. 5 : 841-844.

Ide, Pangkalan. 2009. Health Secret of Dragon Fruit : Menguak Keajaiban si

Kaktus Eksotis dalam Penyembuhan Penyakit. Jakarta : Anggota IKAPI

PT. Elex Media Komputindo. Hal. 59.

IPPA (International Pectins Producers Association). 2003. What is Pectin.

http://www.ippa.info/history_of_pectin.htm (diakses tanggal 6 Desember

2014 pukul 19.27 WIB).

Ismail, Norazelina Sah Mohd., Nazaruddin Ramli, Norziah Mohd. Hani, dan

Zainudin Meon. 2012. Extraction and Characterization of Pectin from

Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus) using Various Extraction Condition.

Sains Malaysiana, 41 (1) (2012) : 41 - 45.

Page 76: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kalapathy, U. dan A. Proctor. 2001. Effect of Acid Extraction and Alcohol

Precipitation Conditions on The Yield and Purity of Soy Hull Pectin.

Journal Food Chemistry, 73 : 393 – 396.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta :

Kementerian Kesehatan RI. ISBN 978-602-235-463-5. Hal 990 - 991.

Kertesz, Z. I. 1951. The Pectin Substances. New York : Interscience

Pub. Inc. Journal of Food Science, Vol. 62 No. 2.

Klavons, Jerome A., Raymond D. Bennett, dan Sadie H. Vannier. 1994.

Physical/Chemical Nature of Pectin Associated with Commercial Orange

Juice Cloud. Journal of Food Science, Vol. 59, No. 2 : 399 - 401.

Koh, P. C., C. M. Leong, dan M. A. Noranizan. 2014. Microwave-Assisted

Extraction of Pectin from Jackfruit Rinds Using Different Power Levels.

International Food Research Journal, 21 (5) : 2091-2097. ISSN 2091-2097.

Koubala, B. B., L. I. Mbome, G. Kansci, F. Tchouanguep Mbiapo, M. J. Crepeau,

J. F. Thibault, dan M. C. Ralet. Physicochemical Properties of Pectins from

Ambarella Peels (Spondias cytherea) Obtained Using Different Extraction

Conditions. Journal Food Chemistry, 106 : 1202 -1207. ISSN 0308-8146.

Madhav, Apsara dan P. B. Pushpalatha. 2002. Characterization of Pectin

Extracted from Different Fruit Wastes. Journal of Tropical Agriculture,

40 (2002) : 53 - 55.

Malviya, R., Pranati Srivastava, dan G.T. Kulkarni, 2011. Application of

Mucilages in Drug Delivery – A Review. Advances in Biological Research,

5 (1) : 01 - 07. ISSN 1992-0067.

Maulidiyah, Halimatussadiyah, Fitri Susanti, Muhammad Nurdin, dan

Ansharullah. 2014. Isolasi Pektin dari Kulit Buah Kakao (Theobroma

cacao L.) dan Uji Daya Serapnya terhadap Logam Tembaga (Cu) dan

Logam Seng (Zn). Jurnal Agroteknos, Vol. 4, No. 2 : 112 - 118.

ISSN 2087-7706.

May, Colin D. 1990. Industrial Pectins : Sources, Production, and Applications.

Carbohydrate Polymer, 12 : 79-84. ISSN 0144-8617.

Meilina, Hesti dan Illah Sailah. 2003. Produksi Pektin dari Kulit Jeruk Lemon

(Citrus medica). Prosiding Simposium Nasional Polimer V : 117 - 126.

ISSN 1410-8720.

Meyer, L. H. 1978. Food Chemistry. The AVI Publishing Company Inc,

Westport, Connecticut.

Page 77: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mohapatra, D., Mishra, S., Sutar, N. 2010. Banana and Its By-Product Utilisation:

An Overview. Journal of Scientific and Industrial Research, Vol. 69, pp.

323-329.

Muhidin, Dudung. 2001. Papain dan Pektin. Jakarta : Penerbit Swadaya.

Nainggolan, Rona Joharni. 1994. Pengaruh pH dan Lama Ekstraksi terhadap

Rendemen dan Mutu Pektin dari Kulit Pisang. Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Nazaruddin, R., A. A. Noor Baiti, S. C. Foo, Y. N. Tan, dan M. K. Ayob. 2013.

Comparative Chemical Characteristics of Hydrochloric Acid and

Ammonium Oxalate Extracted Pectin from Roselle (Hibiscus sabdariffa L.)

Calyces. International Food Research Journal, 20 (1) : 281 - 284.

Nelson, D. B., dan R. L. Wiles. 1977. Commercially Important Pectic Substances.

Di dalam H. D. Graham (ed.) Food Colloids. The AVI Publishing Company

Inc, Westport, Connecticut.

Nurviani, Syaiful Bahri, dan Ni Ketut Sumarni. 2014. Ekstraksi dan Karakterisasi

Pektin Kulit Buah Pepaya (Carica papaya L.) Varietas Cibinong, Jinggo,

dan Semangka. Online Journal of Natural Science, Vol. 3 (3) : 322-330.

ISSN 2338-0950.

OECD. 2010. Safety Assessment of Transgenic Organisms. OECD Consensus

Documents, Vol. 4. Spanyol : OECD Publishing.

Owens, H. S., R. M. McCready, A. D. Shepard, T. H. Schultz, E. L. Pippen, H. A.

Swenson, J. C. Miers, R. F. Erlandsen, dan W. D. Maclay. 1952. Methods

Used at Western Regional Research Laboratory for Extraction of Pectic

Materials. Washington DC : USDA Bureau of Agricultural and Industrial

Chemistry. pp 9.

Pagán, J., A. Ibarz, M. Llorca, A. Págan, G. V. Barbosa-Cánovas.

Extraction and Characterization of Pectin from Stored Peach Pomace.

Food Research International, 34 : 605-612. ISSN 0963-9969.

Pardede, A., Devi R., Agus MHP. 2013. Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin dari

Kulit Kemiri (Alleurites mollucana Willd). Media Sains, Vol. 5, No. 1 :

66 – 71. ISSN 2085-3548.

Perina, I., Satiruiani, Felycia Adi Soetaredjo, Herman Hindarso. 2007. Ekstraksi

Pektin dari Berbagai Macam Kulit Jeruk. Widya Teknik, Vol. 6, No. 1 :

1 - 10.

Page 78: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prasetyowati, Karina Permata Sari, dan Healty Pesantri. 2009. Ekstraksi Pektin

dari Kulit Mangga. Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16 : 42 - 49.

Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan.

Ranganna, S. 1977. Manual of Analysis of Fruit and Vegetable Product.

New Delhi : McGraw Hill.

Rasyid, H. A. 1986. Ekstraksi Pektin dari Pulp Kopi. Skripsi. Fakultas Teknologi

Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rofikah, Winarni Pratjojo, dan Woro Sumarni. 2014. Pemanfaatan Pektin Kulit

Pisang Kepok (Musa paradisiaca Linn.) untuk Pembuatan Edible Film.

Indonesian Journal of Chemical Science, 3 (1) : 17 - 21. ISSSN 2252-6951.

Rolin, Claus. 1993. Pectin. in Industrial Gums : Polysaccharides and Their

Derivatives, 3th Edition (Roy L. Whistler and James N. BeMiller).

New York : Academic Press.

Rouse, A. H. 1977. Pectin : Distribution, Significance. Di dalam Nagy, S., P. E.

Shaw dan M.K. Veldhuis (eds). Citrus Science and Technology Volume 1.

The AVI Publishing Company Inc, Westport, Connecticut.

Rouse, A. H. dan P. G. Crandal. 1978. Pectin Content of Lime and Lemon Peel as

Extracted by Nitric Acid. Journal of Food Science, Vol. 43 : 72 - 73.

Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey, dan Marian E. Quinn. 2009. Handbook of

Pharmaceutical Excipients, 6th Edition. London : Pharmaceutical Press.

Sambeganarko, Anggun. 2008. Pengaruh Aplikasi KMnO4, Ethylene Block,

Larutan CaCl2, dan CaO terhadap Kualitas dan Umur Simpan Pisang

(Musa paradisiaca L.) Varietas Raja Bulu. Skripsi. Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Satria H., Berry dan Yusuf Ahda. 2009. Pengolahan Limbah Kulit Pisang menjadi

Pektin dengan Metode Ekstraksi. Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,

Semarang.

Smit, Christian J. B. dan Edwin F. Bryant. 1967. Properties of Pectin Fractions

Separated on Diethylaminoethyl-cellulose Columns. Journal of Food

Science, Vol. 32 : 197 - 199.

Sofia, Irwan. 2008. Produksi Pektinase dari Kulit Pisang dengan Jamur

Aspergillus niger. Tesis. Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi

Bandung, Bandung.

Page 79: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sofiana, H., Khrista Triaswuri, dan Setia Budi Sasongko. 2012. Pengambilan

Pektin dari Kulit Pepaya dengan Cara Ekstraksi. Jurnal Teknologi Kimia

dan Industri, Vol. 1, No. 1 : 482 - 486.

Sriamornsak, Pornsark. 2003. Chemistry of Pectin and Its Pharmaceutical Uses :

A Review. International Journal, Vol. 3, 206 - 228. Silpakorn University.

Srivastava, Pranati dan Malviya, Rishabha. 2011. Sources of Pectin, Extraction,

and Its Applications in Pharmaceutical Industry - An Overview. Indian

Journal of Natural Products and Resources, Vol. 2 (1) : 10 - 18.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan

Minuman. Badan Standarisasi Nasional.

Sundar Raj, A. A., S. Rubila, R. Jayabalan, dan T. V. Ranganathan. 2012. A

Review on Pectin : Chemistry due to General Properties of Pectin and Its

Pharmaceutical Uses. Department of Food Processing and Engineering,

Karunya University, India. Vol. 1, Issue 12 : 1 - 4.

Suseno, Jatmiko E. dan K. Sofjan Firdausi. 2008. Rancang Bangun Spektroskopi

FTIR (Fourier Transform Infrared) untuk Penentuan Kualitas Susu Sapi.

Berkala Fisika, Vol. 11, No. 1 : 23 - 28. ISSN : 1410-9662.

Susilowati, Siswanto Munandar, Luluk Edahwati, dan Tutuk Harsini. 2013.

Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Coklat dengan Pelarut Asam Sitrat.

Fakultas Teknologi Industri, UPN, Jawa Timur. Vol 11, No. 1 : 27 - 30.

Suyanti dan Ahmad Supriyadi. 2008. Pisang, Budidaya, Pengolahan, dan

Prospek Pasar. Jakarta : Penebar Swadaya.

Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta :

Universitas Gadjah Mada.

Towle, Gordon A. dan O. Christensen. 1973. Pectin. Industrial Gums :

Polysaccharides and Their Derivatives, 2th Edition (Roy L. Whistler and

James N. BeMiller, eds.). New York : Academic Press.

Utami, Rizki. 2014. Ekstraksi Pektin dari Kulit Kakao dengan Pelarut Ammonium

Oksalat. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel. 1991. Plant Resources of South-East Asia

No. 2. Edible Fruits and Nuts. Pudoc Wageningen. ISBN 90-220-0986-6.

Watson, David G. 2009. Analisis Farmasi : Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi

dan Praktisi Kimia Farmasi, Edisi 2. Jakarta : EGC Penerbit Buku

Kedokteran.

Page 80: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Whistler, R. L., dan J. R. Daniel.1985. Industrial Gums : Polysaccharides and

Their Derivatives, 2th Edition. New York : Academic Press.

Willats, W. G. T., Paul Knox, dan Jorn D. M. 2006. Pectin : New Insights Into An

Old Polymer Are Starting To Gel. Trends in Food Science and Technology,

17 : 97 - 104.

Winarno, F.G. dan M. Aman. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura.

Jakarta : Sastra Hudaya.

Page 81: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman

Page 82: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Hasil Pemeriksaan Kadar Air Serbuk Kulit Pisang Kepok

(Musa balbisiana BBB)

Page 83: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Alur Kerja Penelitian

Penyaringan filtrat

Pengendapan pektin

Penyaringan endapan pektin

Pencucian endapan pektin

Pengeringan pektin

Penghalusan pektin

Serbuk pektin

Perbandingan

Spektrum FTIR

Identifikasi Karakterisasi

Limbah kulit pisang kepok kuning

(Musa balbisiana BBB)

Kulit pisang kepok kuning

(Musa balbisiana BBB)

Persiapan bahan baku

Ekstraksi pektin

pada suhu 900C selama 80 menit

Determinasi Tanaman

Penentuan bahan baku

Bahan segar dan kering

Variasi perlakuan bahan baku dan

konsentrasi pelarut HCl

Residu

Penambahan aseton

1,5 kali volume filrat

Menggunakan etanol 96% secara

berulang kali hingga bebas residu

aseton, asam, dan klorida

Dalam oven, suhu

400C selama + 8 jam

Page 84: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Diagram Alir Persiapan Bahan Baku Segar

Limbah kulit pisang kepok kuning

(Musa balbisiana BBB)

Kulit pisang kepok kuning

(Musa balbisiana BBB)

Sortasi basah

Pencucian

Perajangan

Penghancuran

(menggunakan blender) dengan

aquadest (2 : 1)

Bahan baku segar

Page 85: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Diagram Alir Persiapan Bahan Baku Kering

Limbah kulit pisang kepok kuning

(Musa balbisiana BBB)

Kulit pisang kepok kuning

(Musa balbisiana BBB)

Sortasi basah

Pencucian

Perajangan

Bahan baku kering

Dikering-anginkan selama

satu malam

Dikeringkan menggunakan

blower pada suhu 500C selama

5 hari

Penghancuran

(menggunakan grinder)

Pengayakan

(menggunakan mesh 100)

Page 86: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Jumlah Pektin Hasil Ekstraksi

Kondisi ekstraksi Bobot bahan baku

(gram)

Bobot pektin hasil ekstraksi

(gram)

Bahan segar; HCl 0,025 N 300,2450 8,7640

Bahan segar; HCl 0,05 N 300,1570 9,4380

Bahan segar; HCl 0,075 N 300,1690 10,3610

Bahan kering; HCl 0,025 N 42,2390 6,5170

Bahan kering; HCl 0,05 N 42,1360 7,6530

Bahan kering; HCl 0,075 N 42,1430 8,0290

Lampiran 7. Kadar Air Pektin

Kondisi

ekstraksi Ket.

Ulangan Kadar air (%)

I II I II Rerata SD

Pektin Cargill®

W 0,3003 0,3005

8,5581 8,5857 8,5719 0,0195 Wa 19,3981 19,3983

Wb 19,3724 19,3725

Pektin Danisco®

W 0,3004 0,3004

8,1477 8,1558 8,1517 0,0058 Wa 22,4558 22,4555

Wb 22,4313 22,4310

Bahan segar;

HCl 0,025 N

W 0,3002 0,3006

8,1612 8,3167 8,2390 0,1099 Wa 29,9132 29,9136

Wb 29,8887 29,8886

Bahan segar;

HCl 0,05 N

W 0,3013 0,3035

9,2931 9,0280 9,1605 0,1874 Wa 24,4579 24,4601

Wb 24,4299 24,4327

Bahan segar;

HCl 0,075 N

W 0,3016 0,3038

9,4164 9,2166 9,3165 0,1413 Wa 22,7199 22,7221

Wb 22,6915 22,6941

Bahan kering;

HCl 0,025 N

W 0,3023 0,3036

9,8247 10,2437 10,0342 0,2963 Wa 22,4574 22,4587

Wb 22,4277 22,4276

Page 87: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bahan kering;

HCl 0,05 N

W 0,3042 0,3090

10,4865 9,9029 10,1947 0,4127 Wa 19,4020 19,4068

Wb 19,3701 19,3762

Bahan kering;

HCl 0,075 N

W 0,3060 0,3036

10,5882 10,1120 10,3501 0,3368 Wa 23,4553 23,4529

Wb 23,4229 23,4222

*Syarat kadar air pektin berdasarkan IPPA (2003), yaitu < 12%

Keterangan :

W = Bobot pektin awal (gram)

Wa = Bobot wadah + pektin sebelum pemanasan (gram)

Wb = Bobot wadah + pektin setelah pemanasan (gram)

Lampiran 8. Kadar Abu Pektin

Kondisi

ekstraksi Ket.

Ulangan Kadar abu (%)

I II I II Rerata SD

Pektin Cargill®

W 0,3009 0,3005

0,7311 0,7654 0,7483 0,0242 W1 24,7945 25,6532

W2 24,7923 25,6509

Pektin Danisco®

W 0,30032 0,3008

0,5328 0,5319 0,5324 0,0006 W1 53,1278 49,5814

W2 53,1262 49,5798

Bahan segar;

HCl 0,025 N

W 0,3006 0,3010

0,4325 0,4983 0,4654 0,0466 W1 53,0672 49,9306

W2 53,0659 49,9291

Bahan segar;

HCl 0,05 N

W 0,3025 0,3057

0,6942 0,7197 0,7069 0,0180 W1 24,7681 25,2235

W2 24,7660 25,2213

Bahan segar;

HCl 0,075 N

W 0,3063 0,3046

1,1753 1,5430 1,3592 0,2600 W1 24,7695 25,2256

W2 24,7659 25,2209

Bahan kering;

HCl 0,025 N

W 0,3074 0,3021

0,8133 0,7282 0,7708 0,0601 W1 24,7687 25,2249

W2

24,7662

25,2227

Page 88: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bahan kering;

HCl 0,05 N

W 0,3018 0,3022

1,2591 1,1913 1,2252 0,0480 W1 53,0695 49,9329

W2 53,0657 49,9293

Bahan kering;

HCl 0,075 N

W 0,3008 0,3044

2,2274 2,7267 2,4770 0,3530 W1 53,0712 49,9368

W2 53,0645 49,9285

*Syarat kadar abu pektin berdasarkan IPPA (2003), yaitu < 10%

Keterangan :

W = Bobot pektin awal (gram)

W1 = Bobot wadah + sampel setelah pemanasan (gram)

W2 = Bobot wadah kosong (gram)

Lampiran 9. Pembakuan Larutan Titran NaOH 0,1027 N

Perhitungan pembakuan larutan titran NaOH 0,1027 N menggunakan larutan baku

standar asam oksalat 0,1 N

Normalitas larutan asam oksalat (C2H2O4.2H2O) = 0,1 N

Volume larutan asam oksalat = 25 mL

Volume larutan NaOH yang terpakai :

V1 : 24 mL

V2 : 23 mL Rerata : 24,3333 mL

V3 : 25 mL

Sehingga,

Page 89: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Berat Ekivalen Pektin

Kondisi

ekstraksi

Bobot Pektin (mg) Volume NaOH (mL) Berat Ekivalen

I II III Rerata I II III Rerata I II III Rerata

Pektin Cargill® 500,6 500,5 500,7 500,6 6,5 6,5 6,5 6,5 749,9064 749,7566 750,0562 749,9064

Pektin Danisco® 500,4 500,7 500,6 500,6 3,0 3,0 3,0 4,0 1624,1480 1625,1217 1624,7971 1624,6890

Bahan segar;

HCl 0,025 N 500,1 500,5 500,3 500,3 0,6 0,6 0,6 0,6 8115,8715 8122,3629 8119,1172 8119,1172

Bahan segar;

HCl 0,05 N 501,2 501,5 501,0 501,2 0,8 0,8 0,8 0,8 6100,2921 6103,9435 6097,8578 6100,6978

Bahan segar;

HCl 0,075 N 500,7 500,5 500,3 500,5 1,0 1,0 1,1 1,0333 4875,3651 4873,4177 4428,6094 4725,7974

Bahan kering;

HCl 0,025 N 501,7 501,1 501,3 501,4 0,7 0,7 0,7 0,3333 6978,7175 6970,3714 6973,1534 6974,0808

Bahan kering;

HCl 0,05 N 500,6 500,2 500,5 500,4 0,9 0,9 0,9 0,7 5415,9905 5411,6629 5414,9086 5414,1873

Bahan kering;

HCl 0,075 N 500,4 500,7 500,6 500,6 1,0 1,0 1,0 1,0 4872,7945 4875,3651 4874,3914 4874,1837

Keterangan :

Page 90: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Kadar Metoksil Pektin

Kondisi

ekstraksi

Bobot Pektin (mg) Volume NaOH (mL) Kadar Metoksil (%)

I II III Rerata I II III Rerata I II III Rerata SD

Pektin Cargill® 500,6 500,5 500,7 500,6 15,0 15,0 15,0 15,0 9,5397 9,5416 9,5377 9,5397 0,0019

Pektin Danisco® 500,4 500,7 500,6 500,6 5,5 5,5 5,5 5,5 3,4993 3,4972 3,4979 3,4981 0,0011

Bahan segar;

HCl 0,025 N 500,1 500,5 500,3 500,3 4,3 4,3 4,3 4,3 2,7374 2,7352 2,7363 2,7363 0,0011

Bahan segar;

HCl 0,05 N 501,2 501,5 501,0 501,2 5,2 5,3 5,2 5,2333 3,3031 3,3646 3,3044 3,3241 0,0351

Bahan segar;

HCl 0,075 N 500,7 500,5 500,3 500,5 6,0 6,0 6,0 6,0 3,8151 3,8166 3,8181 3,8166 0,0015

Bahan kering;

HCl 0,025 N 501,7 501,1 501,3 501,4 4,1 4,2 4,2 4,1667 2,6018 2,6684 2,6674 2,6459 0,0382

Bahan kering;

HCl 0,05 N 500,6 500,2 500,5 500,4 4,8 4,8 4,8 4,8 3,0527 3,0551 3,0533 3,0537 0,0013

Bahan kering;

HCl 0,075 N 500,4 500,7 500,6 500,6 5,9 5,9 5,9 5,9 3,7535 3,7515 3,7523 3,7524 0,0010

*Syarat kadar metoksil pektin berdasarkan IPPA (2003), yaitu : 2,5 – 7,12% untuk pektin bermetoksil rendah

> 7,12% untuk pektin bermetoksil tinggi

Keterangan :

Page 91: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Kadar Galakturonat Pektin

Kondisi

ekstraksi

mEk NaOH untuk asam bebas

pada penentuan Berat Ekivalen

mEk NaOH

pada penentuan kadar metoksil Kadar Asam Galakturonat (%)

I II III Rerata I II III Rerata I II III Rerata SD

Pektin Cargill® 0,6676 0,6676 0,6676 0,6676 1,5405 1,5405 1,5405 1,5405 75,5893 75,6044 75,5742 75,5893 0,0151

Pektin Danisco® 1,2324 1,2324 1,2324 1,2324 2,2594 2,2594 2,2594 2,2594 122,8131 122,7395 122,7640 122,7722 0,0375

Bahan segar;

HCl 0,025 N 0,2465 0,2465 0,2645 0,2645 1,7664 1,7664 1,7664 1,7664 70,8399 70,7833 70,8116 70,8116 0,0283

Bahan segar;

HCl 0,05 N 0,3286 0,3286 0,3286 0,3286 2,1362 2,1772 2,1362 2,1499 86,5532 87,9403 86,5878 87,0271 0,7911

Bahan segar;

HCl 0,075 N 0,4108 0,4108 0,4519 0,4245 2,4648 2,4648 2,4648 2,4648 101,0796 101,1200 101,1604 101,1200 0,0404

Bahan kering;

HCl 0,025 N 0,2876 0,2876 0,2876 0,2876 1,6843 1,7254 1,7254 1,7117 69,1757 70,7021 70,6738 70,1839 0,8732

Bahan kering;

HCl 0,05 N 0,3697 0,3697 0,3697 0,3697 1,9718 1,9718 1,9718 1,9718 82,3220 82,3878 82,3385 82,3494 0,0343

Bahan kering;

HCl 0,075 N 0,4108 0,4108 0,4108 0,4108 2,4237 2,4237 2,4237 2,4237 99,6875 99,6349 99,6548 99,6591 0,0265

*Syarat kadar galakturonat pektin berdasarkan IPPA (2003), yaitu > 65%

Keterangan :

* = Diperoleh dari mEk NaOH untuk asam bebas pada penentuan BE

** = Diperoleh dari mEk NaOH pada penentuan metoksil

Nilai 176 diperoleh dari berat ekivalen terendah asam pektat.

Page 92: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Derajat Esterifikasi Pektin

Kondisi ekstraksi Derajat Esterifikasi (%)

I II III Rerata SD

Pektin Cargill® 71,6512 71,6512 71,6512 71,6512 0,0000

Pektin Danisco® 16,1766 16,1766 16,1766 16,1766 0,0000

Bahan segar; HCl 0,025 N 21,9387 21,9386 21,9387 21,9387 0,0001

Bahan segar; HCl 0,05 N 21,6665 21,7218 21,6664 21,6849 0,0320

Bahan segar; HCl 0,075 N 21,4286 21,4284 21,4283 21,4284 0,0001

Bahan kering; HCl 0,025 N 21,3536 21,4274 21,4280 21,4030 0,0428

Bahan kering; HCl 0,05 N 21,0533 21,0530 21,0532 21,0531 0,0001

Bahan kering; HCl 0,075 N 21,3770 21,3769 21,3772 21,3770 0,0001

*Syarat derajat esterifikasi pektin berdasarkan IPPA (2003), yaitu :

< 50% untuk pektin berester rendah

> 50% untuk pektin berester tinggi

Keterangan :

Lampiran 14. Viskositas Larutan Pektin

Kondisi ekstraksi Viskositas (cPs)

I II Rerata

Pektin Cargill® 18,00 19,00 18,50

Pektin Danisco® 24,00 23,00 23,50

Bahan segar; HCl 0,025 N 20,00 20,00 20,00

Bahan segar; HCl 0,05 N 18,00 19,00 18,50

Bahan segar; HCl 0,075 N 15,00 15,00 15,00

Bahan kering; HCl 0,025 N 20,00 19,00 19,50

Bahan kering; HCl 0,05 N 16,00 16,00 16,00

Bahan kering; HCl 0,075 N 15,00 16,00 15,50

Page 93: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Contoh Perhitungan Kadar Air Pektin Hasil Ekstraksi

Pektin hasil ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl 0,025 N

Diketahui : W = 0,3002 gram

Wa = 29,9132 gram

Wb = 29,8887 gram

Ditanya : Kadar air pektin = ?

Jawab :

Lampiran 16. Contoh Perhitungan Kadar Abu Pektin Hasil Ekstraksi

Pektin hasil ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl 0,025 N

Diketahui : W = 0,3002 gram

Wa = 29,9132 gram

Wb = 29,8887 gram

Ditanya : Kadar abu pektin = ?

Jawab :

Lampiran 17. Contoh Perhitungan Berat Ekivalen Pektin Hasil Ekstraksi

Pektin hasil ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl 0,025 N

Diketahui : Bobot pektin = 500,1 mg

V NaOH = 0,6 mL

N NaOH = 0,1027 N

Ditanya : Berat ekivalen pektin = ?

Page 94: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jawab :

Lampiran 18. Contoh Perhitungan Kadar Metoksil Pektin Hasil Ekstraksi

Pektin hasil ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl 0,025 N

Diketahui : Bobot pektin = 500,1 mg

V NaOH = 4,3 mL

N NaOH = 0,1027 N

Ditanya : Kadar metoksil pektin = ?

Jawab :

Lampiran 19. Contoh Perhitungan mEk

Pektin hasil ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl 0,025 N

1. Perhitungan mEk NaOH untuk asam bebas pada penentuan berat ekivalen

V NaOH yang terpakai pada titrasi = 0,6 mL

N NaOH = 0,1027 N

a. Bobot NaOH (mg) yang terpakai

gram = 2,4648 mg

b. Perhitungan berat ion

Na+ =

Page 95: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

= 1,4173

O2- =

= 0,9860

H+ =

= 0,0616

c. Perhitungan mEk

Na+ =

= 0,0616

O2- =

= 0,1233

H+ =

= 0,0616

mEk NaOH = mEk Na+ + mEk O2- + mEk H+

= 0,0616 + 0,1233 + 0,0616

= 0,2465

2. Perhitungan mEk NaOH pada penentuan kadar metoksil

V NaOH yang terpakai pada titrasi = 4,3 mL

N NaOH = 0,1027 N

a. Bobot NaOH (mg) yang terpakai

gram = 17,6644 mg

b. Perhitungan berat ion

Na+ =

= 10,1570

O2- =

= 7,0658

Page 96: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 20. Contoh Perhitungan Kadar Galakturonat Pektin Hasil Ekstraksi

Pektin hasil ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl 0,025 N

Diketahui : Bobot pektin = 500,1 mg

mEk NaOH dari BE = 0,2465 mEk

mEk NaOH dari metoksil = 1,7664 mEk

Ditanya : Kadar metoksil pektin = ?

Jawab :

H+ =

= 0,4416

c. Perhitungan mEk

Na+ =

= 0,4416

O2- =

= 0,8832

H+ =

= 0,4416

mEk NaOH = mEk Na+ + mEk O2- + mEk H+

= 0,4416 + 0,8832 + 0,4416

= 1,7664

Page 97: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 21. Contoh Perhitungan Derajat Esterifikasi Pektin Hasil Ekstraksi

Pektin hasil ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl 0,025 N

Diketahui : % metoksil = 2,7374%

% galakturonat = 70,8399%

Ditanya : Derajat esterifikasi pektin = ?

Jawab :

Page 98: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 22. Hasil Spektrum FTIR Pektin Komersial dan Hasil Ekstraksi

1. Spektrum FTIR Pektin Komersial (Cargill®)

500750100012501500175020002500300035004000

1/cm

37.5

45

52.5

60

67.5

75

82.5

%T

33

40

.85

29

36

.75

17

39

.87 16

16

.42

14

33

.17

13

65

.66

13

29

.01

12

32

.57

11

43

.84

11

01

.40

10

16

.53

pektin (kom)

2. Spektrum FTIR Pektin Komersial (Danisco®)

500750100012501500175020002500300035004000

1/cm

60

67.5

75

82.5

90

97.5

105

%T

33

66

.89

29

39

.64

17

41

.80

16

65

.60

15

82

.66

14

41

.85

13

71

.45 1

23

6.4

2

10

10

.74

pektin-standard

Page 99: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Spektrum FTIR Pektin Hasil Ekstraksi Bahan Segar; HCl 0,025 N

500750100012501500175020002500300035004000

1/cm

70

75

80

85

90

95

100

%T

34

50

.80

28

95

.28

17

12

.86

16

38

.60

13

59

.87

11

51

.55

10

05

.92

pektin-isolatsegarHCL0,025N(new)

4. Spektrum FTIR Pektin Hasil Ekstraksi Bahan Segar; HCl 0,05 N

500750100012501500175020002500300035004000

1/cm

60

67.5

75

82.5

90

97.5

105

%T

34

70

.09

28

94

.31

16

58

.85

14

37

.03

13

69

.52

13

29

.01

11

52

.52

10

05

.92

pektin-isolatsegarHCL0,05N

Page 100: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Spektrum FTIR Pektin Hasil Ekstraksi Bahan Segar; HCl 0,075 N

500750100012501500175020002500300035004000

1/cm

50

60

70

80

90

100

%T

34

23

.80

29

36

.75

17

40

.83

16

30

.88 1

43

7.9

9

13

69

.52

13

29

.01

12

42

.21

11

51

.55

10

09

.78

pektin-isolatsegarHCL0,075N

6. Spektrum FTIR Pektin Hasil Ekstraksi Bahan Kering; HCl 0,025 N

500750100012501500175020002500300035004000

1/cm

52.5

60

67.5

75

82.5

90

97.5

%T

34

12

.22

29

36

.75 1

74

1.8

0

16

41

.49

14

27

.39

13

38

.66

12

42

.21

11

47

.69

10

04

.96

pektin-isolatkeringHCL0,025N(new)

Page 101: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Spektrum FTIR Pektin Hasil Ekstraksi Bahan Kering; HCl 0,05 N

500750100012501500175020002500300035004000

1/cm

67.5

75

82.5

90

97.5

105

%T

34

26

.69

29

35

.78

17

36

.97

16

39

.56

14

21

.60

13

51

.19

11

46

.73

10

03

.99

pektin-isolatkeringHCl0,05N

8. Spektrum FTIR Pektin Hasil Ekstraksi Bahan Kering; HCl 0,075 N

500750100012501500175020002500300035004000

1/cm

60

67.5

75

82.5

90

97.5

105

%T

33

19

.63

29

04

.92

17

35

.04

16

47

.28

14

14

.85

13

40

.58

11

51

.55

10

04

.96

pektin-isolatkeringHCl0,075N-2

Page 102: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 23. Sertifikat Analisis Pektin Cargill®

Page 103: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 24. Sertifikat Analisis Pektin Danisco®

Page 104: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 25. Dokumentasi Proses Ekstraksi Pektin

Bahan baku limbah kulit

pisang kepok

Serbuk kering kulit pisang

kepok

Ekstraksi pektin

Pengendapan pektin

Pencucian endapan pektin

Penyaringan endapan

pektin

Endapan pektin basah

Penghalusan pektin

Serbuk pektin

Page 105: Musa balbisiana BBB) - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29293/1/QADRINA... · PENGARUH VARIASI PERLAKUAN BAHAN BAKU ... Pektin merupakan polimer

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 26. Gambar alat-alat yang digunakan dalam penelitian

Grinder

Timbangan analitik

Hot plate stirrer

Corong + labu Buchner

dan vakum

Desikator

Oven

Krus porselen

Tanur

pH meter

Buret, statif, dan klem

IRPrestige-21 Shimadzu

Viskotester HAAKE 6R