Top Banner
98

Munirah - library.unismuh.ac.id

Feb 22, 2022

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Munirah - library.unismuh.ac.id
Page 2: Munirah - library.unismuh.ac.id

EVALUASI KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA

Munirah

Penerbit

CV. Berkah Utami

Page 3: Munirah - library.unismuh.ac.id

Perpustakaan Nasional katalog dalam Terbitan (KTD)

ISBN: 979-602-8187-74-9

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis

dari penerbit

PENYUNTING

Penulis

Dr. Munirah, M. Pd.

Penelaah Materi

Dr. Sukmawati, M. Pd.

Editor

Layout

Drs. Kusnadi Idris, M. Pd.

Perancang Kulit

Lukman, S. Pd., M. Pd.

Penerbit

CV. Berkah Utami

Page 4: Munirah - library.unismuh.ac.id

KATA PENGANTAR

Beribu puja dan rasa syukur kami panjatkan kepada Allah Ta’ala yang telah mencurah-

limpahkan anugerah dan karunia-Nya, sehingga kami mampu untuk menyempurnakan Buku ini

yang berjudul, “Evaluasi Keterampilan Berbahasa Indonesia” ini. Tidak lupa shalawat dan salam

semoga senantiasa terlimpahkan kepada Tauladan serta Junjungan kita, Nabi Agung Muhammad

Shallallahu ‘Alayhi Wasallam. Melalui sebab beliau-lah, kita saat ini masih dapat merasakan

nikmat islam, iman, serta hidayah.

Alhamdulillah, karena buku ini selesai disusun. Untuk membantu para mahasiswa dalam

mempelajari konsep-konsep dasar evaluasi, penilaian, tes, pengukuran, teknik dan instrumen

penilaian, serta alat ukur keterampilan berbahasa Indonesia. Penulis menyadari apabila dalam

penyusunan buku ini terdapat kekurangan, tetapi penulis meyakini sepenuhnya bahwa sekecil

apapun buku ini tetap memberikan manfaat.

Akhir kata guna penyempurnaan buku ini kritik dan saran dari pembaca sangat penulis

nantikan.

Makassar 19 Maret 2018

Munirah

Page 5: Munirah - library.unismuh.ac.id

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ---------------------------------------- iii

DAFTAR ISI ---------------------------------------------------- iv

BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------- 1

A. Latar Belakang -------------------------------------------- 1

B. Tujuan ------------------------------------------------------ 3

C. Ruang Lingkup -------------------------------------------- 3

BAB II KONSEP DASAR HASIL BELAJAR ----------- 4

A. Pengertian Evaluasi, Penilaian, Tes, dan

Pengukuran ------------------------------------------------ 4

B. Tujuan Evalusi -------------------------------------------- 8

C. Fungsi Evaluasi ------------------------------------------- 9

D. Manfaat Evaluasi ----------------------------------------- 10

E. Prinsip Evaluasi ------------------------------------------- 10

F. Macam-macam Evaluasi --------------------------------- 15

G. Pendekatan Evaluasi -------------------------------------- 19

BAB III HAKIKAT DAN PRINSIP PENILAIAN ------ 25

A. Hakikat Penilaian ----------------------------------------- 25

B. Fungsi dan Tujuan Penilaian ---------------------------- 29

C. Manfaat Penilaian ----------------------------------------- 32

D. Prinsip Penilaian ------------------------------------------ 36

E. Prosedur Penilaian ---------------------------------------- 38

F. Jenis-jenis penilaian -------------------------------------- 41

BAB IV TEKNIK DAN INSTRUMEN

PENILAIAN ---------------------------------------------------- 45

A. Teknik Penilaian ------------------------------------------ 45

B. Aspek yang Dinilai --------------------------------------- 52

C. Penilaian Kelompok Mata Pelajaran ------------------- 56

D. Instrumen Penilaian -------------------------------------- 67

BAB V ALAT UKUR KETERAMPILAN

Page 6: Munirah - library.unismuh.ac.id

MENYIMAK --------------------------------------------------- 81

A. Pengertian Menyimak ------------------------------------- 87

B. Materi Tes Menyimak ------------------------------------ 97

C. Aspek-aspek yang diukur dalam Tes Menyimak ----- 113

D. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Menyimak ---- 113

BAB VI ALAT UKUR KETERAMPILAN

BERBICARA---------------------------------------------------- 117

A. Pengertian Berbicara ------------------------------------- 117

B. Tujuan Berbicara ------------------------------------------ 119

C. Aspek-aspek yang Diukur dalam Tes Berbicara ------ 120

D. Penyususnan Alat Ukur Keterampilan Berbicara ---- 123

BAB VII ALAT UKUR KETERAMPILAN

MEMBACA ----------------------------------------------------- 139

A. Pengertian Membaca ------------------------------------- 139

B. Tujuan Membaca ----------------------------------------- 142

C. Aspek-aspek yang Diukur dalam Tes Membaca ----- 148

D. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Membaca ----- 149

BAB VIII ALAT UKUR KETERAPILAN MENULIS 154

A. Pengertia Menilus ----------------------------------------- 154

B. Penyusunan Kisi-kisi Alat Ukur Keterampilan

Menulis ----------------------------------------------------- 161

C. Aspek-aspek yang Diukur dalam Tes Membaca ----- 168

D. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Menulis ------- 171

DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------- 175

LAMPIRAN ---------------------------------------------------- 178

Page 7: Munirah - library.unismuh.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ditetapkan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi

dasar pelajaran pada kurikulum 2013 Permendikbud no 23 Tahun 2016 Standar Penilaian Pendidikan

adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen

penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar

peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Pengembangan Kurikulum 2013 Terbaru dengan Konsep Dasar Kurikulum 2013 Revisi

yang merupakan Penyempurnaan kurikulum yang telah dilakukan mengacu pada Undang-Undang

No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 32 tahun 2013 atas perubahan dari Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005,

tentang Standar Nasional Pendidikan antara lain berkenaan dengan standar isi, proses, kompetensi

lulusan, dan penetapan kerangka dasar serta struktur kurikulum oleh pemerintah.

Upaya penyempurnaan kurikulum ini dilakukan guna mewujudkan peningkatan kualitas dan

relevansi pendidikan yang harus dilaksanakan secara menyeluruh mencakup pengembangan

dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni meliputi aspek sikap, pengetahuan, keterampilan.

Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan

kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi siswa untuk bertahan hidup

serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan. Kurikulum ini dikembangkan untuk

mengikuti dengan tuntutan perkembangan negara-negara maju. Dalam penyusunan Kurikulum

2013 perlu mengakomodasi penerapan pembelajaran integratif, sehingga dengan penyusunan

Kurikulum 2013 memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi

peserta didik.

Paduan pelaksanaan Kurikulum 2013 yang memenuhi aturan dan berkualitas perlu disiapkan

agar satuan pendidikan dan pendidik dan pendidik dapat melaksanakan Kurikulum 2013 yang

salah satu diantaranya adalah rancangan penilaian hasil belajar.

B. Tujuan

Rancangan penilaian hasil belajar ini disusun sebagai acuan bagi satuan pendidikan dan

pendidik untuk merancang penilaian yang berkualitas guna mendukung penjaminan dan

Page 8: Munirah - library.unismuh.ac.id

pengendalian mutu lulusan. Di sisi lain, dengan menggunakan rancangan hasil belajar ini

diharapkan pendidik dapat mengarahkan peserta didik menunjukan penguasaan kompetensi yang

telah ditetapkan.

C. Ruang Lingkup

Rancangan penilaian hasil belajar ini membahas tentang konsep-konsep dasar evaluasi,

penilaian, tes, pengukuran, teknik dan instrumen penilaian, serta alat ukur keterampilan berbahasa

Indonesia.

Page 9: Munirah - library.unismuh.ac.id

BAB II

KONSEP DASAR EVALUASI HASIL BELAJAR

A. Pengertian Evaluasi, Pengukuran, Tes, dan Penilaian.

Dalam bahasa sehari-hari pemakaian kata-kata , evaluasi, pengukuran, dan tes seringkali

dibaurkan. Padahal sebenarnya kata-kata itu merupakan tiga istilah yang berbeda.

1. Evaluasi

Evaluasi dapat merupakan pemberian yang bersifat kualitatif/kuantitatif. Pemberian

kualitatif lebih menekankan pemaparan secara verbal, sedangkan pemberian kuantitatif dinyatakan

dalam angka-angka. Namun, pada akhirnya evaluasi selalu mengandung pemberian

nilai/penghakiman value judgement erhadap suatu hasil yang dicapai. Pernyataan seperti “ Galuh

lulus dengan hasil sangat memuaskan” memberikan penilaian nilai secara kualitatf yang mungkin

didasarkan atas nilai rata-rata ujian yang tinggi (kuantitatif) Dari urian di atas dapat disimpukan

bahwa suatu kegiatan evaluasi dalam prosesnya, mungkin menggunakan pemberian

kualitatif/kuantitatif, dan pada akhirnya meberikan peneliaian yang bersifat kualitatif.

Pemberian angka ujian yang dimasukkan ke dalam buku rapor siswa, merupakan pemberian

kuantitatif. Nilai-nilai itu kemudian diberi makna kualitatif sangat baik, baik, cukup, dan

seterusnya. Berdasarkan atas nilai-nilai yang dicapai itu, maka diberikanlah keputusan yang

berisifat kualitatif berhasil atau gagal, naik atau tidak naik, dan sebagainya. Wiesma dan Jurs

membedakan evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu

proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan

keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa

evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapatd di atas secara implisit,

bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.

Ralp W, Tyler, yang dikutip oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda.

Ia menyatakan bahwa evaluation as the process of determining to what extent the educational

objecy tives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang dikutip Nana

Syaodih S, menyatakan bahwa evaluation is the process of delinating, obtaining and providing

useful information for decision alternative. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969)

menyatakan evaluation is an observed value compared tosome standard. Beberapa defenisi terakhir

Page 10: Munirah - library.unismuh.ac.id

ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses

pengumpulan dan pengolahan data.

2. Pengukuran

Pengukuran merupakan proses untuk mendapatkan pemberian kuantitatif, yaitu mengenal

tinggi rendahnya taraf pencapaian hasil seseorang dalam suatuperilaku tertentu. Dengan demikian,

hasil pengukuran selalu berbentuk bilangan seperti “Mugi memperoleh nilai 70 untuk mata

pelajaran biologi”. Untuk mendapatkan nilai ini digunakan alat ukur. Dalam hala ini alat ukur yang

digunakan mungkin bersifat verbal (menggunakan bahasa sebagai saran utamanya, misalnya tes.

Dalam hal lain, misalnya untuk mengukur suhu badan, berat badan, dan sebagainya digunakan alat

ukur nonverbal (tennometer, timbangan). Sementara itu, Asnawi Zainul dan Noehi Nasution

mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu

yang dimiliki oleh orang, hal atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas,

sedangkan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan

informasi yang diperoleh melaui pengukuran hasil belajar yang baik yang menggunakan tes

maupun nontes.

Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsini Arikunto yang membedakan antara

pengukuran penilian dan evaluasi. Arikunto (2008) menyatakan bahwa mengukur adalah

membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersiafat kuantitatif. Sedangkan menilai

adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat

kulaitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund

(1971) yang menyatakan â€ceMeasurement is limited to quantitative description of pupil

behaviorik.

3. Tes

Tes merupaka salah satu jenis alat ukur. Dengan demikian, tes menghasilkan pemberian

bersifat kuantitatif tentang perilaku seseoarang. Oranlund (1985) membatasi pengertian tes sebagai

suatu alat atau prosedur sistematik untuk mengukur contoh “sample” perilaku. Berdasarkan tes,

guru memberikan informasi tentang hasil belajar siswa, inforamasi itu berwujud angka.

4. Penilaian

Page 11: Munirah - library.unismuh.ac.id

Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nialai suatu obyek juga dikemukakan

oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu objek

dengan menggunakan ukuran pada kriteria tertentu, seperti baik, Sedang, Jelek. Seperti juga halnya

dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) â€ceThe assignment of one or a set of members

to each of a set of person or object according to certain estabilished rulesâ€.

B. Tujuan Evakuasi

Evaluasi pembelajaran memiliki berbagai tujuan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menentukan angka kemajuan atau hasil belajar pada siswa. Untuk mengetahui kadar

pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran. Fungsinya sebagai laporan kepada

orangtua siswa, penentuan kenaikan kelas, penentuan kelulusan siswa.

2. Untuk melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang

telah diajarkan dan untuk mengetahui tingkat perubahan prilakunya.

3. Mengenal latar belakang siswa yang berguna baik bagi penempatan maupun penentuan sebab-

sebab kesulitan belajar para siswa. Berfungsi sebagai masukan bagi tugas Bimbingan dan

Penyuluhan (BP).

4. Sebagai umpan balik untuk guru yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar

mengajar dan program remedial untuk siswa.

C. Fungsi Evaluasi

Evaluasi pembelajaran memilki berbagai fungsi diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sebagai alat pengukur ketercapaian tujuan mata pelajaran

2. Sebagai alat pengukur tujuan proses belajar megajar

3. Mengetahui kelemahan siswa dan dapat menyelesaikan kesulitan belajar siswa

4. Menempatkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya serta kemampuan siswa

5. Untuk guru BP, dapat mendata permasalahan yang dihadapi siswa dan alternatif bimbingan

dan penyuluhannya

D. Manfaat Evaluasi

Evaluasi pembelajaran memilki berbagai manfaat diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Membuat keputusan berkenaan dengan pelakasanaan dan hasil pembelajaran

Page 12: Munirah - library.unismuh.ac.id

2. Memperoleh pemahaman pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh

guru

3. Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka upaya meningkatkan

kualitas

E. Prinsip Evaluasi

Untuk melakukan evaluasi ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, terutama oleh para

guru yang mendadak harus melakukan evaluasi. Adapun prinsip-prinsip tersebut dipaparkan

sebagai berikut.

Pertama, perlu disadari bahwa dalam proses belajar-mengajar, tujuan utama evaluasi ialah

memperbaiki dan/atau meningkatkan hasil belajar. Karena itu dalam proses evaluasi, langkah yang

pertama ialah menentukan serta menjelaskan tujuannya, yaitu dengan memberikan hasil belajar

yang akan diukur. Perlu diambahkan bahwa pemberian itu hendaknya dilakukan secara rinci.

Terdapat beberpa prinsip yang ahrus diperhatikan dalam rangka melaksanakan evaluasi, agar

mendapat informasi yang akurat, diantaranya:

1. Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan

interpretasi hasil penilaian, patokan: kurikulum/silabus.

2. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.

3. Agar hasil penilaian objektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.

Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.

Prinsip lain yang dikemukanak oleh Ngalim Purwanto adalah:

1. Penilaian hendaknya didasarkan pada pada hasil pengukuran yang komprehensif. Harus

dibedakan antara penskoran (scoring) dengan penilaian (grading). Hendaknya disadari betul

tujuan penggunaan pendekatan penilaian (PAP dan PAN)

2. Penilaian hendaknya merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar.

3. Penilaian harus bersifat komparabel

4. System penialain yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan guru.

Contoh :

Evaluasi ini bertujun untuk mengumpulkan informasi tentang kemampuan menulis siswa

kelas VI SD. Kemampuan ini mencakup keterampilan dalam ejaan, penggunaan kata, struktur

kalimat, dan kerapian tulisan.

Page 13: Munirah - library.unismuh.ac.id

Kejelasan pmberian tujuan itu, di samping kualitas alat yang digunakan sangat

mempengaruhi keefektifan evaluasi. Tujuan itulah yang akan menentukan alat atau teknik evaluasi

yang digunakan. Namun, disamping itu, teknik evaluasi juga dipilih berdasarkan pertimbangan

apakah teknik tersebut dapat mengukur dengan tepat, memberikan hasil pengukuran yang objektif,

serta mudah digunakan. Dalam hal ini pertimbangan yang paling penting ialah apakah teknik

tersebut merupakan cara yang paling efektif untuk memperoleh informasi yang diperlukan.

Di dalam pendidikan sering kali kita harus melakukan evaluasi secarah menyeluruh yang

mencakup bermacam-macam kmampuan dan aspek kemampuan. Evaluasi semacam ini

memadukan bermacam-macam teknik evaluasi. Sebab tak ada teknik evaluasi yang secara objektif

dapat mengukur pengetahuan siswa tentang peristiwa sejarah, dan sekaligus memberikan

informasi tentang bagaimana sikap siswa terhadap peristiwa tersebut, bagaimana kemampuannya

dalam menganalisis peristiwa itu dan seterusnya. Untuk memperoleh informasi yang menyeluruh

tentang hasil belajar yang kompleks seperti contoh diatas,diperlukan berbagai teknik.

Uraian diatas jelas bahwa setiap teknik evaluasi memiliki kelemahan serta keterbatasan di

samping kelebihannya masing-masing. Tidak ada satu teknik evaluasi pun yang dapat mengukur

dengan ketepatan 100%, yang dapat digunakan untuk mengukur segala kemampuan, untuk

mencapai semua tujuan. Mengenai teknik evaluasi hanya dapat dikatakan, mana yang paling tepat

untuk mengukur kemampuan tertentu, dengan tujuan tertentu.

Akhirnya, perlu diingat sebagai pegangan bahwa dalam pendidikan/pengajaran, evaluasi

hanyalah merupakan sekedar cara untuk mencapai tujuan, bukan merupakan tujuan akhir. Evaluasi

hanya diadakan dalam hubungan program pengajaran. Evaluasi merupakan cara untuk

memperoleh, menganalisi, serta menafsirkan informasi tentang perubahan perilaku yang terjadi

pada siswa. Tujuan ialah memperbaiki serta meningkatkan pengajaran. Dalam hal ini evaluasi

dapat dilaksanakan pada awal, tengah atau akir program. Selain itu evaluasi juga dapat

dilaksanakan secara klasikal, individual, di laboratorium, secara lisan, atau tertulis.

1. Secara Klasikal

Evaluasi klasikal digunakan untuk mengukur semua aspek kemampuan berbahasa pada

ranah kognitif dan afektif. Cara evaluasi jika dilaksanakan dengan baik akan memberikan dampak

postif terhadap hasil belajar siswa.

2. Secara Individual

Page 14: Munirah - library.unismuh.ac.id

Siswa secara langsung dapat memperoleh umpan balik. Disinilah kelebihan evaluasi individual

dibandingkan dengan evaluasi klasikal. Namun, tentu saja evaluasi ini memerlukan waktu lebih

banyak, dan jika dilaksanakan secara lisan, seringkali cenderung subjektif. Untuk mengatasi hal

yang terakhir, perlu diusahakan bentuk tes lisan yang lebih terstruktur, dalam hal ini penentuan

kriterian yang jelas dan rinci juga akan banyak menolong.

Evaluasi di Laboratorium

Kebaikan evaluasi ini ialah bahwa semua siswa memperoleh pertanyaan/soal yang sama yang

diucapkan dengan kecepatan yang lama, dan dikerjakan pada waktu serta dalam suasana yang

sama. Kekurangan evaluasi ini ialah bahwa aspek-aspek nonbahasa yang biasanya menyertai

bahasa lisan tidak tergambarkan.

F. Macam-macam Evaluasi

1. Formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok

bahasan/topic,dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran

telah berjalan sebagaiman yang direncanakan.

Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-

tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung.agar siswa dan guru memperoleh

informasi(feedback)mengenai kemajuan yang telah di capai.Sementara Tesmer menyatakan

formativ evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing

stages for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal.Evaluasi ini

dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauhsiswa telah menguasai materi yang diajarkan

pada pokok bahasan tersebut.Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student

progress over period of time. Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah

penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan (TIK)yang telah ditetapkan

sebelumnya. TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan,dirumuskan

dengan mengacu pada tingkat kematangan siswa.Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan

kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar yang diperkirakan masih sangat mungkin

dijangkau/dikuasai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.

Evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan

telah tercapai.Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah behasil dan

Page 15: Munirah - library.unismuh.ac.id

siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang

tepat.Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan

deberikan remedial,yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan

memahami suatu pokok bahasan tertentu.Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan

melanjutkan pada topic berikutnya,bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih

akan diberikan pengayaan,yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan da pendalaman dari topic

yang telah dibahas.

2. Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang

didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan,dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

mana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit berikutnya. Wiknel mendefinisikan

evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu priode pengajaran tertentu,yang

meliputi beberapa atau semua unit pembelajaran yang diajarkan dalam satu semester,bahkan telah

selesai pembahasan suatu bidangstudi.

3. Diagnostik

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunaka untuk mengetahui kelebihan-kelebihan

dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa ssehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat.

Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan,baik pada tahapan awal,selama

proses,maupun akhir pembelajaran.pada tahap awal dilkukan terhadap calon siswa sebagai input.

Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengatahuan

prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa.pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk

mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasaai dengan baik,sehingga guru

dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertiggal terlalu jauh. Sementara pada tahap

akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang

telah dipelajarainya.

4. Perbandingan Tes Diagnostik,Tes Formatif,dan Tes Sumatif

Ditinjau

Dari

Tes

Diagnostik Tes Formatif Tes Sumatif

Page 16: Munirah - library.unismuh.ac.id

Fungsinya

Mengelompok

an siswa

berdasarkan

kemampuanya

Menentukan

kesulitan

belajar yang

dialami

Umpan balik

bagi

siswa,guru

mampu

program

untuk menilai

pelaksanaan

suatu unit

program.

Memberi

tanda telah

mengikuti

suatu

program,dan

menentukan

posisi

kemampuan

siswa

dibandingkan

dengan

anggota

kelompoknya

Cara

memilih

tujuan yang

di evaluasi

Memilih tiap-

tiap

keterampilan

prasarat

Memilih

tujuan setiap

program

pembelajaran

secara

berimbang

Memilih

yang

berhubungan

dengan

tingkah laku

fisik,mental

dan perasaan.

Mengukur

semua tujuan

instruksional

khusus.

Mengukur

tujuan

instruksional

umum.

Skoring

(cara

menyekor)

Menggunakan

standar

mutlak dan

relative.

Menggunaka

n standar

mutlak.

Menggunaka

n standar

relative.

G. Pendekatan Evaluasi

Ada dua jenis pendekatan penilaian yang dapat digunakan untuk menafsirkan sekor menjadi

nilai.kedua pendekatan ini memilliki tujuan,proses,standard an juga akan menghasilkan nilai yang

berbeda.Karena itulah pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunkan menjadi

penting.Kedua pendekatan itu adalah Pendekatan Acuan Norma(PAN) dan Pendekatan Acuan

Patokan(PAP).

Page 17: Munirah - library.unismuh.ac.id

Sejalan dengan uraian diatas, yang dikutip oleh W.James Popham menyatakan bahwa

terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan subtansial,yaitu

pengukuran acuan norma (NRM) yag berusaha menetapkan status relative, dan engukuran acuan

kriteria (CRM) yang beruaha menetapkan status absolut. Sejalan dengan pendapat Glaser,

Wiersma menyatakan norm-reference interpretation is a relative interpretation based on an

individual position with respect to some group. Gloser menggunakan konsep pengukuran acuan

norma (norm Reference Measurement/NRM) untuk menggambarkan teks prestasi siswa dngan

menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relative siswa. Sedangkan untuk mengukur

tes yang mengidentifikasi ketuntasa/ ketidaktuntasan absolut siswa atas perilaku spesifik,

menggunakan konse pengukuran acuan kriteria (Criterion Reference Measurement).

Penilaina Acuan patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT) Tujuan penggunaan tes

acuan patokan berfokus pada kelompo perilaku siswa yang jhusus, Joesmani menyebutkan dengan

didasarkan pada kriteria atau standard khusus. Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas

tentang perform peserta tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebt

dibandingkan dengan perfoman yang lain. Dengan kata lain acuan kriteria digunakan untuk

menyeleksi (secara pasto) status individual berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang

ditetapkan/dirumuskan dengan baik.

Pendekataan acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah standar absolut.

Semiawan menyebutkan sebagai standar mutu yang mutlak. Criterion-referenced interpretation is

an absolut rather than relative interpretation, referenced to a defined body of learner behaviors.

Dalam standar ini penentuan lingkaran (grade) didsarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan

sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A ata B, seorang siswa harus

mendapatkan sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh

perfoman (Sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam

menggunakan standar absolut adalah sekor siswa tergantung pada tingkat kesulitan tes yang

mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima mudah akan sangat mungkin para siswa

mendapatkan nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan,

maka kemungkinan untuk mendapatkan nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan

ini dapat ditasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur tingkat

pencapaiannya.

Page 18: Munirah - library.unismuh.ac.id

Menginterprestasi skor mentah menjadi nilai yang meggunakan pendekatan PAP, maka

terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria

nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:

Rentang Nilai Skor Nilai

85% -100% A

78% - 84% B

65% - 74% C

55% - 64% D

<45% E

Penilaian acuan norma (PAN), norm reference test (NRT) Tujuan penggunaan tes Acuan

norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar

yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes dalam

hubungannya dengan perfomans kelompok peserta yang lain yag mendasar antara pendekatan

acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada standar perfoman yang digunakan. Pada

pendekatan acuan norma standar perfoman yang digunakan bersifat relative. Atinya tingkat

perfoman seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relative dalam kelompoknya; Tinggi

rendahnya perfoman seorang siswa sangat bergantung pada kondisi perfoman kelompoknya.

Dengan kata lain standar pengukuran yang digunakan ialah norma kelompok. Salah satu

keuntungan dari standar relative ini adalah penempatan (performan) siswa dilakukan tanpa

memandang diantaranya adalah (1) diaggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas

yang memiliki skor yang tinggi, harus berusaha mendapatkan skor yang lebih tinggi untuk

mendapatkan niali A atau B. situasi seperti ini menjadi baik bagi motivasi beberapa siswa. (2)

standar relative membuat terjadinya persainagn yang kurang sehat diantara para siswa, karena pada

saaat seorang atau sekelompok siswa mendapat nilai A akan mengurangi kesempatan pada yang

lain untuk mendapatkannya.

Contoh:

Sau kelompok peserta tes terdiri dari 9 orang mendapat skor mentah:

50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30

Dengan menggunakan pendekatan PAN, maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan

mendapat nilai tertinggi, misalnya 10, sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan

mendapat nilai secara proposional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.

Page 19: Munirah - library.unismuh.ac.id

Penentuan nilai dengan skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu perentase jawaban benar.

Kenudian kepada persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi.

Sekelompok mahasiswa terdiri dari40 orang dalam satu ujian mendapat nilai mentah sebagia

berikut:

55 43 39 38 37 35 34 32

52 43 40 37 36 35 34 30

49 43 40 37 36 35 34 28

48 42 40 37 35 34 33 22

46 39 38 37 36 34 32 21

Page 20: Munirah - library.unismuh.ac.id

BAB III

HAKEKAT DAN PRINSIP PENILAIAN

A. Hakikat Penilaian

Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,menganalisis,dan menafsirkan

data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan,sehingga informasi menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan

keputusan.

Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara

signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah

Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah

autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian

autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali

pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta

didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas

mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 Penilaian autentik memiliki relevansi kuat

terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.

Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam

rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik

cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk

menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Penilaian autentik sangat

relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar

atau untuk mata pelajaran yang sesuai.

Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes

berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu

saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim

digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru

sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam penilaian autentik,

seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas

belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk

merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman

Page 21: Munirah - library.unismuh.ac.id

yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran dan mendorong kemampuan belajar yang lebih

tinggi. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi

pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah. Penilaian

autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan

keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari

proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam

beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas

yang harus mereka lakukan. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas

perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar

bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana

mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu

menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi

apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.

Evaluasi(evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu

objek (Mehrens&Lehmann,1991). Dalam melakukan evaluasi terdapat juga management atau

menentukan nilai suatu prosram yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif.

Evaluasi memerlukan data dan hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang memiliki

banyak dimensi,seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainnya.

Oleh karena itu, kegiatan evaluasi dan alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung pada

jenis data yang yang ingin diperoleh.Pengukuran, penilaian, dan evaluasi, bersifat bertahap

(hierarkis), maksud kegiatan yang dilakukan secara berurutan, dimulai dengan pengukuran,

kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi.

B. Fungsi dan Tujuan Penilaian

Fungsi dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4) adalah sebagai berikut :

1. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional.

2. Dengan demikian penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan intruksional.

3. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.

Page 22: Munirah - library.unismuh.ac.id

4. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan intruksional, kegiatan belajar siswa, strategi

mengajar guru dan lain-lain.

5. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tua.

Laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai

bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

Penilaian di sini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui seberapa berhasilkah proses belajar

mengajar yang terjadi. Selain itu juga sebagai perbaikan dalam melakukan proses belajar mengajar

yang dilakukan oleh guru dan siswa. Dan juga sebagai laporan kemauan belajar siswa yang

diberikan kepada orang tua agar orang tuanya mengetahui hasil belajar anaknya dalam bentuk

raport yang biasanya diberikan pada akhir semester.

Fungsi penilaian yang lainnya di sini bukan hanya untuk menentukan kemajuan belajar

siswa, tetapi sangat luas. Fungsi penilaian adalah sebagai berikut:

a. Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah atau mengembangkan

perilakunya.

b. Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya.

c. Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakannya

telah memadai.

d. Penilaian membantu guru membuat pertimbangan administrasi. (Cronbach, 1954 dalam

Hamalik, 2002: 204).

Fungsi penilaian sebagai alat untuk membantu siswa dalam mewujudkan dan mengubah

perilakunya sesuai dengan tata tertib yang ada. Di sini juga siswa mendapat kepuasan atas apa

yang dikerjakannya yang berupa nilai. Apabila mereka sungguh-sungguh dalam mengerjakan

sesuatu maka hasil yang didapatkan akan bagus sehingga mereka akan puas dengan hasil yang

didapatkannya. Penilaian juga membantu guru dalam menetapkan metode yang digunakan untuk

diterapkan dengan tepat. Tujuan dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4) adalah sebagai

berikut :

a. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan

kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

Page 23: Munirah - library.unismuh.ac.id

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh

keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang

diharapkan.

c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan

dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya.

d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak

yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang

tua siswa.

Pendapat tersebut, penilaian mempunyai tujuan mendeskripsikan hasil belajar siswa

sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan siswa dalam proses pembelajaran tersebut.

Selain itu juga dapat mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, di sini

dapat terlihat berhasil tidaknya guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Apabila

hasilnya kurang baik maka dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan proses pendidikan

sehingga dapat memberikan pertanggungjawaban terhadap pihak sekolah.

C. Manfaat Penilaian

1. Manfaat Secara Umum

Tidak sedikit guru yang mengabaikan apa sebenarnya manfaat dari penilaian pembelajaran.

Yang terpikir adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap materi pembelajaran

dan untuk laporan kepada wali kelas.

Manfaat penilaian selain yang sudah saya sebutkan diatas, sebenarnya ada beberapa manfaat yang

lain diantaranya :

a. Perbaikan (remidial) bagi peserta didik yang nilainya belum mencapai KKM. Guru harus

percaya bahwa setiap peserta didik mampu mencapai kriteria ketuntasan bila peserta didik

mendapat bantuan yang tepat. Misalnya memberikan bantuan sesuai dengan gaya belajarnya

sehingga kesulitan dan kegagalan tidak menumpuk. Dengan demikian peserta didik tidak

frustasi dalam mencapai kompetensi yang harus dikuasai.

b. Pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang

disediakan. Salah satu kegiatan pengayaan yaitu memberikan materi tambahan, latihan

tambahan atau tugas individual yang bertujuan untuk memperkaya kompetensi yang telah

Page 24: Munirah - library.unismuh.ac.id

dicapainya. Hasil penilaian kegiatan pengayaan dapat menambah nilai npeserta didik pada

mata pelajaran bersangkutan. Pengayaan dapat dilaksanakan setiap saat baik pada atau di luar

jam efektif.

c. Perbaikan program dan proses pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk

perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan

terbaik dan cepat untuk memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai

kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, atau guru harus mengulang pelajaran

dengan mengubah strategi pembelajaran dan memperbaiki program pembelajarannya.

d. Pelaporan. Hasil penilaian ini dapat digunakan kepala sekolah untuk menilai kinerja guru dan

tingkat keberhasilan siswa.

2. Manfaat penilaian bagi siswa, guru dan sekolah

Mengapa menilai? Agar supaya kita mengetahui kemajuan tindakan pembelajaran yang telah

kita jalankan, tanpa proses menilai maka keberhasilan pembelajaran tidak dapat diukur. Penilaian

mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi diantaranya bagi siswa, bagi guru dan bagi sekolah.

Apa saja manfaatnya?

a. Makna bagi siswa.

Melalui penilaian, siswa dapat mengetahui sejauhmana telah berhasil mengikuti pelajaran

yang diberikan oleh guru. Apakah siswa merasa puas atau tidak puas atas hasil yang diperolehnya.

Bila hasilnya memuaskan akan menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk belajar

lebih giat lagi sementara bila hasil tidak memuaskan maka ia akan berusaha agar penilaian

berikutnya memperoleh hasil yang memuaskan.

b. Makna bagi guru

Berdasarkan hasil penilaian, bagi guru dapat:

1) Dapat mengetahui siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya dan siswa

mana yang belum berhasil menguasai bahan.

2) Guru dapat mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa atau belum,

apabila materi tepat maka diwaktu akan datang tidak perlu diadakan perubahan.

Page 25: Munirah - library.unismuh.ac.id

3) Guru akan mengetahui metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika hasil yang

diperoleh sebagian besar siswa mendapatkan nilai bagus maka metode sudah tepat

sebaliknya bila sebagian besar hasil yang diperleh siswa buruk maka metode yang

digunakan harus dipertimbangkan kembali dan kalau perlu diganti.

c. Makna bagi sekolah

Keberhasilan guru dan siswa melaksanakan pembelajaran akan berdampak positif bagi sekolah,

dengan demikian penilaian bagi sekolah dapat :

1) Mengetahui kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sesuai dengan harapan atau belum.

Hasil belajar merupakan cermin kualitas suatu sekolah.

2) Untuk mengetahui tepat tidaknya kurikulum yang dipakai

3) Untuk dapat mengetahui kemajuan perkembangan penilaian dari tahun ke tahun sehingga

menjadi pedoman bagi sekolah untuk tindakan selanjutnya.

D. Prinsip Penilaian

Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam penilaian hasil belajar peserta didik antara

lain:

1. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi;

2. Penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian kompetensi peserta didik

setelah mengikuti proses pembelajaran;

3. Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan;

4. Hasil penilaian ditindak lanjuti dengan program remedial bagi peserta didik yang mencapai

kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta didik yang

telah memenuhi kriteria ketuntasan;

5. Penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran;

Penilaian hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Sahid (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang

diukur;

2. Objektif,yakni penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak

dipengaruhi subjektivitas penilaian;

Page 26: Munirah - library.unismuh.ac.id

3. Adil,yakni penilaian tidak menguntunkan atau merugikan peserta didik,dan tidak

membedakan latar belakang soaial-ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan

jender;

4. Terpadu,yakni penilaian merupakan komponen yang tidak di pisahkan dari kegiatan

pembelajaran;

5. Terbuka,yakni prosedur penilaian,kriteria penilaian,dan dasar pengambilan keputusan

dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan,yakni penilaian yang menckup semua aspek

kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai,untuk memantau

perkembangan kemampuan peserta didik;

7. Sistematis,yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti

langkah-langkah yang baku;

8. Menggunakan acuan kriteria,yakni penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang di tetapkan;

9. Akuntabel,yakni penilaian dapat dipertanggung jawabkan,baik dari segi

teknik,prosedur,maupun hasilnya.

E. Prosedur Penilaian

Melaksanakan proses pembelajaran di kelas, guru harus dapat merumuskan tujuan-tujuan

pengajaran agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik sehingga fungsi penilaian dapat

terwujud dan dapat memberikan gambaran terhadap penyusunan alat penilaian. Setelah itu guru

harus mengkaji kembali materi pengajaran, apakah sudah sesuai dengan kurikulum dan silabus

ataukah belum untuk perbaikan dalam proses pembelajaran dan penilain. Guru harus dapat

menyusun alat penilaian yang cocok diterapkan di kelas yang sesuai dengan karakter anak didik

sehingga hasil dari penilian tersebut sesuai dengan tujuan penilaian tersebut.

Berkaitan dengan prosedur penilaian, BSNP telah mengeluarkan pedoman penilaian untuk

kelompok mata pelajaran iptek yang dapat digunakan oleh pendidik. Adapun prosedur yang

dimaksud meliputi: penentuan tujuan penilaian, penyusunan kisi-kisi, perumusan indikator

pencapaian, penyusunan instrument, telaah instrument, pelaksanaan penilaian, pengolahan dan

penafsiran hasil penilaian, serta pemanfaatan dan pelaporan hasil penilaian.

Adapun secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 27: Munirah - library.unismuh.ac.id

1. Penentuan tujuan penilaian merupakan langkah awal dalam rangkaian kegiatan penilaian

secara keseluruhan, seperti untuk penilaian harian, tengah semester, akhir semester. Sehingga

di sini jelas apa yang akan dinilai.

2. Penyusunan Kisi-kisi penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan

perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP). Di dalam silabus, pendidik menunjukkan keterkaitan antara SK, KD, materi

pokok/materi pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar dengan indikator pencapaian KD

yang bersangkutan beserta teknik penilaian dan bentuk instrument yang digunakan.

3. Perumusan Indikator pencapaian dikembangkan oleh pendidik berdasarkan KD mata pelajaran

tersebut.

4. Penyusunan Instrument yang digunakan dalam penilaian meliputi tes dan non tes. Langkah-

langkah penyusunan instrument disesuaikan dengan karakteristik teknik dan bentuk butir

instrumennya.

5. Telaah instrument dapat dianalisis secara kualitatif ataupun kuantitatif. Telaah instrument

secara kualitatif dengan menelaah atau mereviu instrument penilaian yang telah dibuat. Telaah

mencakup substansi isi, konsep, dan bahasa yang digunakan. Berdasarkan hasil telaah tersebut

dilakukan revisi terhadap butir soal yang kurang baik.

6. Pelaksanaan Penilaian untuk mata pelajaran iptek dilakukan melalui ulangan harian, ulangan

tengah semester, ulangan akhir semester, penugasan, dan pengamatan dengan menggunakan

instrument yang sesuai dengan SK dan KD. Penilaian melalui ulangan dapat dilakukan dalam

bentuk tes tertulis dan/ tes praktik tergantung pada karakteristik mata pelajaran.

7. Pengolahan dan penafsiran hasil penilaian dilakukan oleh pendidik untuk memberikan makna

terhadap data yang diperoleh melalui penskoran. Sedangkan untuk penafsiran hasil penilaian,

guru membuat deskripsi hasil penilaiannya.

8. Pemanfaatan dan pelaporan hasil penilaian bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam

upaya mengetahui tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program pembelajaran yang telah

dilakukan, serta untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Pelaporan hasil penilaian

oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk angka pencapaian kompetensi

(nilai), disertai dengan deskripsi dan/ profil kemajuan belajar.

F. Jenis-jenis Penilaian

Page 28: Munirah - library.unismuh.ac.id

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup penilaian otentik, penilaian diri,

penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir

semester yang diuraikan sebagai berikut.

1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai

aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, sampai keluaran

(output) pembelajaran. Penilaian otentik bersifat alami, apa adanya, tidak dalam suasana

tertekan.

2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif

untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.

3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai

keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau

kelompok di dalam dan/atau di luar kelas dalam kurun waktu tertentu.

4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta

didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan

perbaikan hasil belajar peserta didik.

5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi

peserta didik setelah menyelesaikan satu sub-tema. Ulangan harian terintegrasi dengan proses

pembelajaran lebih untuk mengukur aspek pengetahuan, dalam bentuk tes tulis, tes lisan, dan

penugasan.

6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan

pembelajaran.

7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.

Selain penilaian di atas, ada beberapa jenis penilaian antara lain:

1. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran

yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.

Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti

pada tingkat kompetensi tersebut.

Page 29: Munirah - library.unismuh.ac.id

2. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan

pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat

kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan

Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

Penilaian dilakukan secara holistik meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan

untuk setiap jenjang pendidikan, baik selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses)

maupun setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil belajar). Pada jenjang pendidikan

dasar, proporsi pembinaan karakter lebih diutamakan dari pada proporsi pembinaan akademik.

Page 30: Munirah - library.unismuh.ac.id

BAB IV

TEKNIK DAN INSTRUMEN PENILAIAN

A. Teknik Penilaian

Permendiknas No. 23 tahun 2016 menyatakan bahwa Standar Penilaian Pendidikan adalah

kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen

penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar

peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur

pencapaian hasil belajar peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik,

antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Penugasan struktur dan kegiatan mandiri tidka terstruktur adalah kegiatan pembelajaran

berupa pedalaman materi pembelajaran oleh peserta diidk yang dirancang oleh pendidik untuk

mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh

pendidik, sedangkan waktu penyelesaian kegiatan mandiri tidak terstruktur diatuur sendiri oleh

peserta didik. Sejalan dengan ketentuan tersebut, penilaian dalam KTSP harus dirancang untuk

dapat mengukur dan memberikan informasi mengenai pencapaian kompetensi peserta didik yang

diperoleh melalui kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak

terstruktur.

Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling

melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain

melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian anatar teman yang

sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan dan jawabannya dapat benar atau salah. Tes

dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kerja. Tes tertulis adalah tes yang

menuntut peserta tes member jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang

jawabannya berupa pilihan meluputi pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes

yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes

yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik dengan

pendidik. Pertanyaan dari jawaban diberikan secra lisan. Tes praktik (kinerja) adalah tes yang

meminta peserta didik melakukan perbuatan/mendemonstasikan/menampilkan keterampilan.

Page 31: Munirah - library.unismuh.ac.id

Rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai macam

ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian , ulangan tengah semester, ulangan akhir

semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujian terdiri atas ujian nasional dan ujian

sekolah. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta

didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk melakukan perbaikan pembelajaran

, membantu kemajuan dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik.

Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodic untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih.

Ulangan tengah semester adalah kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan

pembelajaran.

Cakuapan ulangna tengah semester meliputi seluruh indicator yang merepresentasikan

seluruh KD pada periode tertentu. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh

pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester. Cakupan

ulangan akhir semester meliputi seluruh indicator yang merepresentasikan semua kD pada

semester tersebut.

Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada akhir semester

genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester genap pada

satuan pendidikan yang yang menggunakan system paket. Cakupan ulangan kenaikan kelas

meluputi seluruh indicator yang merepresentasikan semua KD pada semester genap.

Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik

sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.

Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada

beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

dalam rangka menilai pencapaian standar Nasional Pendidikan.

Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang

dilakukan oleh satuan pendidik untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan

salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan pada ujian

sekolah adalah mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

yang tidak diujikan pada ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik untuk kelompok

Page 32: Munirah - library.unismuh.ac.id

mata pealajaran agama dan akhlak mulia. Serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian.

1. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta didik

selama pembelajaran berlangsung dan/atau di laur kegiatan pembelajaran. Observasi

dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan kompetensi

yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara formal maupun informal. Penilaian observasi

dilakukan antara lain sebagai penilaian akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak

mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan keprbadian, kelompok mata

pelajaran estetika, serta sekelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

2. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara penugasan maupun

kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk penugsan terstruktur dan kegiatan mandiri

tidak terstruktur, dan dapat berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek,

dan/atau produk.

3. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu

yang di organisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan kreativitas

peserta didik (Popham, 1999). Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk

kerja peserta didik dengan menilai bersama karya-karya atau tugas-tugas yang

dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu melalukan diskusi untuk menentukan skor.

Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat menentukan karya-karya yang akan dinilai,

melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas. Perkembangan kemampuan

peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian portofolio. Teknik ini dapat dilakukan

dengan baik apabila jumlah peserta didik dapat dinilai sedikit.

4. Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu.

Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan

analisis data, serta laporan hasil kerjanya. Penilaian projek dilaksnakan terhadap persiapan,

pelaksanaan, dan hasil.

5. Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan suatu hasil

karya. Penilaian produ dilakukan terhadap persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan dan

hasil.

6. Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai untuk

mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap objek psikologis.

Page 33: Munirah - library.unismuh.ac.id

7. Jurnal merupakan catatan pendidikanselama proses pembelajaran yang berisi informasi

hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan

kinerja ataupun sikap dan perilakupeserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.

8. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara memnta peserta didik untuk menilai

dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri, sikap peserta didik harus

mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya secara jujur.

9. Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik

mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal secara jujur.

Kombinasi penggunaan berbagai teknik penilaian diatas akan memberikan informasi yang

lebih akurat tentang kemajan belajar peserta didik.

B. Aspek yang dinilai

Penilaian dilakukan secra menyeluruh yaitu mencakup semua aspek kompetensi yang

meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan efektif. Kemampuan kognitif adalah kemampuan

berpikir yang menurut Taksonomi Blom secara hierarkis terdiri atas pengetahuan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab

pertanyaan berdasarkan hapalan saja.

Tingkat pemahaman, peserta didik dituntut untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan

dengan kata-katanyas sendiri. Misalnya menjelaskan suatu prinsip atau konsep. Pada tingkat

aplikasi, peserta didik dituntuk untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam suatu situasi yang

baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi kedalam beberapa

bagain, menmukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan hubungans sebab

akibat.

Tingkat sintesis, peserta didik dituntuk untuk merengkum suatu cerita, komposisi, hipotesis,

atau teorinya sendiri, dan mensintesiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta didik

mengevaluasi informasi, seperti bukti sejarah, teori-teori, dan termasuk didalamnya melakukan

judgement (Pertimbangan) terhadap hasil analisis untuk membuat keputusan.Kemampuan

psikomotorik melibatkan gerak adptif (adptive movement) atau gerak terlatih dan keterampilan

komunikasi berkesinambungan (non-discursive communication ) - (Horrow, 1972).

Gerak adaptif terdiid atas keterampilan adaptif sederhana (simple adptive skill), keterampilan

adaptif gabungan (compound adptive skill), dan keterampilan adptif kelompok (complex adptive

Page 34: Munirah - library.unismuh.ac.id

skill). Keterampilan komunikasi berkesinambungan mencakup gerak ekspresi (expressive

movement) dan gerak interpretative (interpretative), keterampilan adptif sederhana dapat latihkan

ddalam berbagai mata pelajaran, sperti bentuk keterampilan menggunakan peralatan laboratorium

IPA.

Keterampilan adptif gabungan, keterampilan adptif komplek, dan keterampilan komunikasi

berkesinambungan dalam mata pelajaran Seni Budaya dna Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

Kesehatan.Kondisi efektif peserta didik berhubungan dengan sikap, minat, dan/atau nilai-nilai.

Kondisi ini tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat di peroleh melalui angket, inventori, atau

pengmatan yang sistematik dan berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan mengikuti suatu

prosedur tertentu, sedangkan berkelanjutan memiliki arti pengukuran dan penilaian yang

dilakukan secara terus menerus.

Laporan hasil belajar peserta didik, terdapat komponen pengetahuan yang umunya

merupakan representasi aspek kognitif, komponen praktik yang melibatkan aspek psikomotorik,

dan komponen sikap yang berkaiatan dengan kondisi afektif peserta didik terhadap mata pelajaran

tertentu. Table berikut menyajikan berbagai aspek yang dinilai untuk lima kelompok mata

pelajaran (sesuai PP no. 19 tahun 2005 pasal 64).

Table 2. Aspek yang Dinilai dalma Berbagai Mata Pelajaran

No Konsep mata

pelajaran

Contoh mata

pelajaran

Aspek yang

dinilai

1. Agama dan

akhlak mulia

Pendidikan

Agama

Pengetahuan

dan Sikap

2. Kewarganegaraan

dan kepribadian

Pendidikan

Kewarganegaraan

Pengetahuan

dan Sikap

3. Ilmu pengetahuan

dan Teknologi

Matematika

Pengetahuan

dan Sikap

Fisika, Kimia,

Biologi

Pengetahuan,

praktik, dan

sikap

Ekonomi,

Sejarah,

Geografi,

Pengetahuan

dan Sikap

Page 35: Munirah - library.unismuh.ac.id

Sosiologi,

Antropologi

Bhs. Indonesia,

Bhs. Inggris, Bhs,

Asing Lain

Pengetahuan,

Praktik, dan

sikap

Teknologi

Informasi dan

Komunikasi

Pengetahuan,

Praktik, dan

sikap

4. Estetika Seni Budaya Praktik dan

sikap

5. Jasmani,

Olahraga, dan

Kesehata

Pendidikan

Jasmani,

Olahraga, dan

Kesehatan

Pengetahuan

praktik, dan

sikap

C. Penilaian Kelompok Mata Pelajaran

Untuk penilaian kelompok mata pelajaran terdapat 5 kelompok mata pelajaran yaitu

kelompok mata pelajaran: agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu

pengetahuan dan teknologi; estetika; jasmani, olahraga dan kesehatan.

1. Penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

Kompetensi yang dikembangankan dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak

mulia terfokus pada aspek kognitif atau pengetahuan dan aspek afektif atau perilaku. Penilaian

hasil belajra untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dilakukan melalui:

a. Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan

kepribadian peserta didik;

b. Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.

Dalam rangka menilai akhlak peserta didik, guru agama dan guru mata pelajaran lain melakukan

pengamatan terhadap perilaku peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamatan ini

dimaksudkan untuk menilai perilaku peserta didik yang menyangkut pengamatan agamanya

seperti kedisiplinan, kebersihan, tanggung jawab, sopan santun, hubungan sosial, kejujuran dan

Page 36: Munirah - library.unismuh.ac.id

pelaksanaan ibadah ritual. Table berikut menampilkan dimensi dan indikator penilaian akhlak

mulia.

Table 3. Dimensi dan Indikator sebagai rambu-rambu penilaian akhlak mulia.

No. Dimensi Indikator

1 Disiplin Datang dan pulang tepat waktu

mengikuti kegiatan dengan tertib

2 Bersih

Membuang sampah pada tempatnya

Mencuci tangan sebelum makan

Membersihkan tempat kegiatan

Merawat kebersihan diri

3 Tanggung Jawab Menyelesaikan tugas pada waktunya

Berani menanggug resiko

4 Sopan Santun

Berbicara dengan sopan

Bersikap hormat pada orang lain

Berpakaian sopan

Berposisi duduk yang sopan

5 Hubungan Sosial

Menjalin hubungan baik dengan guru

Menjalin hubungan baik dengan

sesame teman

Menolong teman

Mau bekerjasama dalam kegiatan

yang positif

6 Jujur

Menyampaikan pesan apa adanya

Mengatkan apa adanya

Tidak berlaku curang

7 Pelaksanaan Ibadah Ritual

Melaksanakan sembahyang

Menunaikan ibadah puasa

berdoa

Page 37: Munirah - library.unismuh.ac.id

Keterangan:

Rambu-rambu tersebut di atas dapat digunakan sebgaia bahan acuan bagi guru mata

peljaran agama dan guru mata peljaran lain. Bagi guru mata pelajaran yang lain hasil

pertimbangan diberikan kepada guru agama terutama mngenai perilaku yang benar-benar

mneyimpang yang dilakukan berulang-ulang oelh peserta didik. Penentuan nilai akhir

kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada akhir satuan pendidikan dilakukan

melalui rapat dewan pendidikan yang didasarkan pada hasil ujian sekolah dengan

mempertimbangkan penilaian oleh pendidik.

2. Penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

Hasil belajar kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian meliputi:

a. Pemahaman akan hak kewajiban diri sebagai warga Negara, yaitu aspek kognitif

sebagai hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaran.

b. Kepribadian, yaitu beberapa aspek kepribadian sebagaimana disebutkan dalam

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum.

c. Perilaku Kepribadian, yaitu berbagai bentuk perilaku sebagai penerjemahan

dimilikinya ciri-ciri kepribadian warga Negara Indonesia.

Seperti kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, penilaian kelompok

mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui:

a. Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan

afeksi dan kepribadian peserta didik;

b. Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.

Contoh pengamatan aspek kepribadian dan indikator perilaku dapat dilihat pada

table berikut:

Table 4. Penilaian terhadap aspek kepribadian peserta didik

Aspek Kepribadian Indikator Perilaku

Bertanggungjawab a. Tidak menghindari kewajiban

b. Melaksanakan tugas sesuai dengan

kemampuan

c. Menaati tata tertib sekolah

d. Memelihara fasilitas sekolah

Page 38: Munirah - library.unismuh.ac.id

Percaya Diri a. Tidak mudah menyerah

b. Berani menyatakan pendapat

c. Berani bertanya

d. Mengutamakan usaha sendiri daripada

bantuan

Saling Menghargai a. Menerima pendapat yang berbeda

b. Memaklumi kekurangan orang lain

c. Mengakui kelebihan orang lain

d. Dapat bekerjasama

Bersikap Santun a. Menerima nasihat guru

b. Menghindari permusuhan dengan

teman

c. Menjaga perasaan orang lain

Kompetitif a. Berani bersaing

b. Menunjukkan semangat berprestasi

c. Berusaha ingin lebih maju

d. Memiliki keinginan untuk tahu

Penilaian kelompok mata pelajaran Iptek untuk SMA dilaksanakan melalui muatan

dan/atau kegiatan bahasa, matematika, IPA (fisika, kimia, biologi), IPS (ekonomi, sejarah,

sosiologi, geografi), keterampilan, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta

muatan lokal yang relevan. Penilaian dalam kelompok mata pelajaran Iptek disesuaikan

dengan karakteristik tiap-tiap rumpun mata pelajaran. Penilaian kemampuan berbahasa

harus memperhatikanhakikat dan fungsi bahasa yang lebih menekankan pada bagaimana

menggunakan bahasa secara baik dan benar sehingga mengarah kepada penilaian

kemampuan berbahasa berbasis kinerja.

Penilaian ini menekankan pada fungsi bahasa sebagai alat komuniaksi yang

mengutamakan adanya tugas-tugas interaktif dalam empat aspek keterampilan berbahasa,

yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu, penilaian

kemampuan berbahasa bersifat autentik dan pragmatik. Selain itu, komunikasi nyata

senantiasa melibatkan lebih dari satu keterampilan berbahasa sehingga harus diperhatikan

keterpaduan antara keterampilan berbahasa tersebut.

Page 39: Munirah - library.unismuh.ac.id

Penilaian hasil belajar yang relatif dapat diterima adalah jenis penelitian berbasis

pengamatan/observasi yakni penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati secara

terfokus: (1) perilaku peserta didik dalam hal apresiasi, performance/rekreasi, dan kreasi

sebagai cerminan dari kompetensi dalam mata pelajaran Seni Budaya; dan (2) perilaku

peserta didik dalam hal mendengarkan, berbicara, membaca dan menulissebagai cerminan

dari kompetensi aspek sastra dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Pengamatan digunakan untuk menilai pereilaku peserta didik yang mencerminkan

akhlak yang seperti kedisiplinan, tanggung jawab, sopan santun, hubungan sosial, dan

kejujuran. Hal-hal yang dinilai antara lain mencakup aspek:

a. Kedisiplinan, yaitu kepatuhan kepada peraturan atau tata tertib, seperti datang tepat

waktu, mengikuti semua kegiatan dan pulang tepat waktu.

b. Kejujuran, yaitu kejujuran dalam perkataan dan perbuatan, seperti tidak berbohong,

dan tidak berlaku curang.

c. Tanggungjawab, yaitu kesadaran untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang

diberikan, seperti menyelesaikan tugas-tugas selama kegiatan berlangsung.

d. Sopan santun, yaitu sikap hormat kepada orang lain, baik dalam bentuk perkataan,

perbuatan dan sikap seperti berbicara, berpakaian dan duduk yang sopan.

e. Hubungan sosial, yaitu kemampuan untuk berinteraksi sosial dengan orang lain secara

baik, seperti menjalin hubunngan baik dengan guru dan sesame teman, mmenolong

teman, dan mau kerjasama dalam kegiatan yang positif. Pengamatan ini dimaksudkan

untuk menilai perilaku peserta didik yang mencerminkan kepribadian seperti percaya

diri, harga diri, motivasi diri, kompetisi, saling menghargai, dan kerjasama. Indikator

masing-masing aspek kepribadian antara lain sebagai berikut:

a. Percaya diri; diwujudkan dalam perilaku berani menyatakan pendapat, bertanya,

menegur, mengritisi tentang sesuatu hal.

b. Harga diri; diwujudkan dalam perilaku tidak mudah menyerah dan mengetahui

kelebihan diri dan mengakui kelemahan diri.

c. Motivasi diri; diwujudkan dalam perilaku kemauan untuk maju, menyelesaikan segala

hal, berprestasi, dan meraih cita-cita.

d. Saling menghargai; diwujudkan dalam perilaku mau menerima pendapat yang

berbeda, memaklumi kekurangan orang lain dan mengakui kelebihan orang lain.

Page 40: Munirah - library.unismuh.ac.id

e. Kompetisi; diwujudkan dalam bentuk perilaku yang tegar menghadapi kesulitan, berani

bersaing dengan orang lain dan berani kalah dengan orang lain berlandaskan kejujuran

(fair play).

D. Instrument Penilaian

Setiap teknik penilaian harus dibuatkan instrumen penilaian yang sesuai. Table berikut

menyajikan klasifikasi penilaian dan bentuk instrumen.

Teknik Penilaian Bentuk Instrumen

• Test tertulis • Tes pilihan: pilihan ganda, benar-

salah, menjodohkan, dll.

• Tes isian: isian singkat dan uaraian

• Tes lisan • Daftar pertanyaan

• Tes praktik (tes kinerja) • Tes identifikasi

• Tes simulasi

• Tes uji petik kinerja

• Penugasan individual atau

kelompok

• Pekerjaan rumah

• Projek

• Penilaian portofilio • Lembar penilaian

• Jurnal • Buku catatan jurnal

• Penialain diri • Kuesioner/lembar penilaian diri

• Penilaian antarteman • Lembar penilaian antarteman

Instrumen tes berupa perangkat tes yang berisi soal-soal, instrumen observasi berupa

lembar pengamatan, instrumen penugasan berupa lembar tugas projek atau produk, instrument

portofolio berupa lembar penilaian portofolio, instrumen inventori dapat berupa skala

Thurston, skala Likert atau skala Semantik, instrumen penilaian diri dapat berupa kuesioner

atau lembar penilaian diri, dan instrumen penilaian antarteman berupa lembar penilaian

antarteman. Setiap instrumen harus dilengkapi dengan pedoman penskoran. Berikut ini

disajikan contoh-contoh instrumen penilaian:

1. Contoh instrumen observasi (lembar pengamatan)

Page 41: Munirah - library.unismuh.ac.id

Pengamatan partisipasi peserta didik dalam mata pelajaran bahasa dan sastra

Indonesia.

Nomor

Butir

Pernyataan

Indikator

Skor

5 4 3 2 1

01 Kehadiran di kelas

02 Aktivitas di kelas

03

Ketepatan waktu

mengumpulkan

tugas

04 Kerapihan buku

catatan

05 Kelengkapan

buku catatan

06 Partisipasi dalam

diskusi

07 Kerapihan laporan

kerja

08

Partisipasi

kegiatan

kelompok

Total skor

Keterangan:

Skor 5 : sangat baik, 4 : baik, 3 : cukup, 2 : kurang, dan skor 1 : sangat kurang

2. Contoh instrumen penilaian tugas; projek

Dalam penilaian projek setidaknya ada 3 (tiga) yang perlu di perhatikan yaitu:

• Kemampuan pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topic, mencari informasi dan mengelola

waktu pengumpulan data serta penulisan laporan,

• Relevansi

Page 42: Munirah - library.unismuh.ac.id

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap perkembangan

kognitif peserta didik,

• Keaslian

Projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya dengan

bimbingan pendidik dan dukungan berbagai pihak yang terkait.

Soal:

Carilah isu salingtemas (sains, lingkungan teknologi, masyarakat) yang berkembang di

sekitar tempat tinggalmu, rencanakan penelitian, lakukan penelitian, dan buatlah laporan hasil

penlitian. Dalam membuat laporan perhatikan: kebenaran informasi/data, kelengkapan data,

sistematika laporan dan penggunaan bahasa!

Catatan: Isu berhubungan dengan pro-kontra

Pedoman penskoran

No. Aspek yang dinilai skor

1 Persiapan

Rumusan masalah (tepat-3, kurang tepat-2, tidak tepat-1)

3

1 - 3

2

Pelaksanaan

a. Pengumpulan informasi (tepat-3, kurang tepat-2, tidak

tepar-1)

b. Keakuratan data/informasi (akurat-3, kurang-2, tidak

akurat-1)

c. Kelengkapan data (lengkap-3, kurang-2, tidak lengkap-

1)

d. Analisis data (bik-3, cukup-2, kurang-1)

e. Kesimpulan (tepat-3, kurang tepat-1)

14

1-3

1-3

1-3

1-3

1-2

3 Pelaporan hasil

Sistematika laporan (baik-3, tidak baik-1)

Penggunaan bahasa (komuikatif-2, kurang komunikatif-1)

Penulisan/ejaan (tepat-3, kurang tepat-2, tidak tepat/banyak

kesalahan-1)

Tampilan (menarik-2, kurang menarik-1)

9

1-2

1-2

1-3

1-2

Skor Maksimal 26

Page 43: Munirah - library.unismuh.ac.id

3. Contoh instrument penilaian

Penilaian produk terdiri atas 3 (tiga) tahap yaitu:

• Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam merencanakan,

menggalai, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.

• Tahap pelaksanaan (pembuatan produk), meliputi: penilaian kemampaun peserta didik

dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik pembuatan.

• Tahap penilaian hasil karya (appraisal), dilakukan terhadap karya (produk) yang

dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang di terapkan.

Skor untuk setiap tahap dapat diberi bobot, misalnya untuk persiapan 20%, pelaksanaan

40% dan hasil 40%.

Contoh soal produk mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan: membuat

poster “anti narkoba”.

No Aspek yang dinilai Skor Bobot

1 Tahap persiapan

a. Memilih jenis bahan (tepat =

2; tidak tepat = 1)

b. Kualitas bahan (baik = 3;

cukup = 2; kurang = 1)

c. Kelengkapan alat (lengkap =

2; tidak lengkap = 1)

7

1-2

1-3

1-2

20%

2 Tahap pelaksanaan

a. Menentukan penulisan

kalimat yang menarik

(menarik = 3; cukup = 2;

kurang = 1)

b. Keterampilan menggunakan

alat dan bahan (terampil = 3;

cukup = 2; kurang = 1)

40%

Page 44: Munirah - library.unismuh.ac.id

c. Memperhatikan

keselamatan kerja (ya = 2;

tidak 1)

3 Tahap hasil

a. Selesai tepat waktu (tepat =

2; tidak tepat = 1)

b. Kesesuaian dengan tugas (

sesuai = 3; kurang = 2; tidak

= 1)

c. Kerapian (rapi = 3; kurang =

2; tidak = 1)

40%

4. Contoh instrument inventor menggunakan skala beda (berdiferensi) semantik petunjuk.

Berilah tanda V pada kolom berikut sesuai dengan pilihanmu terhadap

pembelajaran ekonomi, kolom a, b, dan c cenderung mendekati pernyataan di sebelah kiri,

sedangkan kolom c, f, dan g cenderung mendekati pernyataan di sebelah kanan.

kiri a b c d e f g kanan

Membosankan Menarik

Bermanfaat Tidak

bermanfaat

Menyenangkan Merepotkan

Menantang Tidak

menantang

Tidak

memberatkan Memberatkan

Membuang-

buang waktu Menguntungkan

Page 45: Munirah - library.unismuh.ac.id

5. Contoh instrument inventor menggunakan skala likert, misalnya untuk kegiatan yang

berhubungan dengan mata pelajaran sejarah.

Petunjuk:

Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda V pada kolom yang sesuai dengan

pendapatmu!

SS = sangat setuju TS = tidak setuju

S = setuju STS = sangat tidak setuju

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya senang melakukan penelitian

sejarah

2 Pelajaran sejarah membosankan

3

Saya senang mengikuti acara

televise yang berhubungan dengan

sejarah

4 Saya tidak menyukai karir di bidang

kepurbkalaan

5

Saya suka berkunjung ke museum

untuk menambah pengetahuan di

bidang sejarah

6

Saya senang jika ada kesempatan

untuk bekerja di bidang yang ada

hubungannya dengan sejarah

7

Saya benci jika ada tugas untuk

membuat ringkasan dari artikel yang

berkaitan dengan sejarah dari Koran

8 Saya suka membacarubrik tentang

sejarah

9 Dsb

Page 46: Munirah - library.unismuh.ac.id

Catatan:

Pernyataan pada instrument di atas ada yang bersifat positif (No. 1, 3, 5, 6, 8) da nada yang

bersifat negative (No. 2, 4, 7). Pemberian skor untuk penyataan yang bersifat positif : SS =

4, S = 3, TS = 2, STA = 1. Untuk pernyataan yang bersifat negative adalah sebaliknya yaitu

4 = STS, 3 = TS, 2 = S, dan 1 = SS.

6. Contoh instrument penilaian diri (kuesioner), misalnya untuk kegiatan yang berhubungan

dengan mata pelajaran biologi

Petunjuk :

a. Isilah semua penyataan dengan jujur.

b. Berilah tandaV pada kolom yang sesuai dengan kenyataan.

TP = tidak pernah melakukan SR = sering melakukan

JR = jarang melakukan SL = selalu melakukan

KD = kadang-kadang melakukan

No TP JR KD SR SL

1

Saya menginformasikan hal-hal

yang berkaitan dengan biologi

keada teman-teman

2

Saya bertanya kepada guru hal-

hal yang berhubungan dengan

mata pelajaran biologi

3

Saya menyempatkan diri

membaca artikel yang berkaitan

dengan biologi di majalah/Koran

4

Saya mendengarkan informasi

berhubungan dengan biologi dari

radio

5

Saya menonton tayangan di

televise yang berkaitan dengan

biologi, misalnya fauna dan flora

6 Saya hadir setiap ada jam

pelajaran biologi di sekolah

Page 47: Munirah - library.unismuh.ac.id

7 Saya membuat catatan yang rapi

untuk mata pelajaran biologi

8 Saya menyerahkan tugas biologi

tepat waktu

9

Saya menerapkan pengetahuan

biologi dalam kehidupan sehari-

hari

10 Dst

Pegolahan

Pada contoh di atas penskoran untuk setiap pernyataan menggunakan rentang 1-5 skor 1

untuk TP, 2 = JR, 3 = KD, 4 = SR, dan 5 = SL. Dengan 9 butir pernyataan rentang skor

adalah 9-45.

Kualifikasi

Berdasarkan jawaban, kegiatan setiap peserta didik untuk mata pelajaran biologi

dikelompokkan sebagai berikut

Amat baik : skor 37-45

Baik : skor 28-36

Cukup : skor 19-27

Kurang : skor < 19

7. Contoh instrument penilaian (lembar pengamatan) antarteman untuk kegiatan diskusi

kelompok mata pelajaran bahasa Indonesia.

Petunjuk:

a. Pada waktu melakukan diskusi kelompok, amatilah perilaku temanmu dengan cermat!

b. Berilah tanda V pada kolom yang sesuai (ya atau tidak) berdasarkan hasil

pengamatanmu!

c. Serahkan hasil pengamatan kepada bapak/ibu guru!

Daftar periksa pengamatan sikap dalam diskusi kelompok

Mata pelajaran : Pendidikan Bahasa Indonesia

Nama siswa yang diamati : ……………………….., kelas………………

Page 48: Munirah - library.unismuh.ac.id

No Perilaku/sikap Muncul/dilakukan

Ya Tidak

1

Memberi kesempatan

teman untuk

menyampaikan

pendapat

2 Memotong pembicaraan

teman lain

3 Menyampaikan

pendapat dengan jelas

4 Mau menerima

pendapat teman

5 Mau menerima kritik

dan saran

6 Memaksa teman untuk

menerima pendapatnya

7 Menyanggah pendapat

teman dengan sopan

8 Mau mengakui kelau

pendapatnya salah

9 Menerima kesempatan

hasil diskusi

10 Dst

Nama pengamat,

……………………………

Setiap instrumen penialain harus memenuhi persyaratan substansi, konstruksi dan bahasa.

Persyaratan substansi mempresentasikan kompetensi yang dinilai. Persyaratan konstruksi

mempresentasikan persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan.

Persyaratan bahasa berhubungan dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar serta

Page 49: Munirah - library.unismuh.ac.id

komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. Instrumen penilaian dilengkapi

dengan pedoman penskoran.

Page 50: Munirah - library.unismuh.ac.id

BAB V

FORMAT ALAT UKUR KETERAMPILAN MENYIMAK

Format alat umur tes menyimak bermacam - macam. Tes tersebut dapat menggunakan tes

format pilihan ganda, memilih satu yang benar dapat juga tes menyimak berupa uraian.

Sesuai dengan teori penyusunan alat ukur dalam evaluasi, penulisan model soal evaluasi

pembelajaran komunikatif berbeda dengan model soal evaluasi yang tidak berdasarkan pendekatan

komuniatif, karena di dalam evaluasi pembelajaran komunikatif terdapat prinsip keterpaduan

kompetensi, maka format alat ukur keterampilan menyimak terpadu berbeda dengan format tes

yang lain.

Apabila penyusunan soal memilih dan kompetensi, misalnya menyimak dan berbicara tes

yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam menyimak adalah tes objektif dengan pilihan

ganda, atau tes uraian, sedangkan untuk mengukur keberhasilan dalam berbicara dignakan untuk

nontes yang berupa observasi dan wawancara.

Bentuk tes objektif digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam menyimak dan

membaca, sedangkan bentuk nontes digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam menulis dan

berbicara.

A. Pengertian Menyimak:

Anderson dalam Tarigan mengemukakan bahwa menyimak sebagai proses besar

mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Begitu pula Russell

& Russell mengemukakan dalam Tarigan bahwa menyimak bermakna mendengarkan dengan

penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.

Adapun Tarigan mengemukakan bahwa menyimak merupakan proses kegiatan

mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta

interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna

komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

1. Jenis-jenis Menyimak

Jenis menyimak terlebih dahulu kita lihat pengklarifikasian menyimak berdasarkan beberapa

bagian, diantaranya:

Page 51: Munirah - library.unismuh.ac.id

a. Menyimak Berdasarkan Sumber Suara

Berdasarkan sumber suara yang disimak, penyimak dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

Menyimak intrapribadi atau Intrapersonal listening dan Penyimak antar pribadi atau Interpersonal

listening.

b. Cara penyimak Bahan yang Disimak

Berdasarkan pada cara penyimakan bahan yang disimak, dapat diklarifikasikan sebagai

berikut:

Menyimak ekstensif (extensive listening)

Pengertian menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan

dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja. jenis-jenis

menyimak ekstensif meliputi:

Menyimak sosial. Pengertian menyimak sosial adalah proses kegiatan menyimak yang dilakukan

oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, seperti di terminal, pasar, kantor pos, stasiun, dan lain

sebagainya. Kegiatan menyimak sosial ini cenderung menekankan pada status sosial, tingkatan

dalam masyarakat, dan unsur sopan santun. Contoh menyimak sosial: Seorang anak jawa

menyimak nasihat neneknya dengan sikap dan bahasa yang santun. Anak merupakan peran

sasaran, dan nenek memiliki peran lebih utama.

Menyimak sekunder. Pengertian menyimak sekunder adalah kegiatan menyimak yang

terjadi secara kebetulan. Contoh menyimak sekunder yaitu jika seseorang sedang membaca di

kamar, ia juga mampu mendengar percakapan di luar sana, suara televisi, suara siaran radio, dan

lain sebagainya. Suara tersebut dapat didengar pembelajar namun suara lain tersebut tidak

mengganggu si pembelajar.

Menyimak estetik. Menyimak estetik disebut juga menyimak apresiatif. Pengertian

menyimak estetika adalah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati sesuatu. Contoh

menyimak estetik misalnya menyimak pembacaan puisi, cerita, syair lagu, rekaman drama, dan

sebagainya. Kegiatan menyimak estetik lebih menekankan aspek emosional si penyimak seperti

ketika menghayati dan memahami pembacaan puisi. Pada menyimak estetik, emosi penyimak akan

Page 52: Munirah - library.unismuh.ac.id

tergugah, sehingga timbul rasa senang pada puisi yang dibacakan. Contoh menyimak estetik

lainnya seperti pada pembacaan cerita pendek.

Menyimak Pasif. Pengertian menyimak pasif adalah kegiatan menyimak suatu bahasan yang

dilakukan tanpa upaya sadar. Contoh menyimak pasif misalnya dalam kehidupan sehari-hari

seseorang yang tidak bisa bahasa daerah namun karena ia telah mendengar bahasa daerah tersebut

dalam dua atau tiga tahun maka akhirnya ia paham bahkan mahir dalam bahasa daerah. Kemahiran

dalam menggunakan bahasa daerah itu merupakan hasil menyimak pasif. Pada umumnya kegiatan

menyimak pasif itu terjadi secara kebetulan dan dengan ketidaksengajaan.

Pengertian menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan

ketentuan, penuh perhatian dan ketelitian sehingga orang yang menyimak memahami secara

mendalam. Ciri-ciri menyimak intensif adalah:

Menyimak intensif ialah menyimak pemahaman. Pengertian pemahaman ialah proses

memahami suatu objek. Pemahaman dalam menyimak merupakan proses memahami suatu bahan

simakan. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan menyimak intensif dengan tujuan untuk

memahami makna yang disimak secara baik. Pemahaman merupakan hal terpenting. Berbeda

dengan menyimak ekstensif, karena menyimak ekstensif lebih menekankan pada hiburan, kontak

sosial, ketidaksengajaan, dan lain sebagainya. Prioritas menyimak intensif adalah memahami

makna pembicaraan.

Menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi. Pengertian konsentrasi adalah

memusatkan semua gejala jiwa seperti perasaan, ingatan, pikiran, perhatian, dan lainnya terhadap

satu objek. Kegiatan menyimak intensif memerlukan pemusatan gejala jiwa tersebut secara

menyeluruh terhadap bahan yang disimak. Agar penyimak dapat melakukan konsentrasi yang

tinggi, maka perlu dilakukan beberapa cara, diantaranya: (a) menjaga agar pikiran tetap fokus, (b)

perasaan tenang, (c) perhatian terpusat pada objek yang disimak. Penyimak harus menghindari hal

yang menggangu kegiatan menyimak baik dari luar atau dari dalam diri.

Menyimak intensif ialah memahami bahasa formal. Bahasa formal ialah bahasa yang

digunakan dalam situasi formal. Yang dimaksudkan dengan situasi formal ialah situasi komunikasi

resmi. Misalnya, ceramah, pidato, diskusi, berdebat, temu ilmiah dan lain sebagainya. Bahasa yang

digunakan dalam ceramah ilmiah, temu ilmiah, atau diskusi ialah bahasa resmi atau bahasa baku.

Bahasa baku lebih menekankan makna.

Page 53: Munirah - library.unismuh.ac.id

Menyimak intensif yang diakhiri dengan mereproduksi bahan simakan. Pengertian

reproduksi adalah kegiatan mengungkapkan kembali materi yang sudah dipahami. Untuk

mereproduksi dapat dilakukan secara (1) berbicara (lisan) dan (2) menulis (tulis, mengarang).

Kegiatan reproduksi dapat dilakukan setelah proses menyimak. Fungsi dari reproduksi itu sendiri

adalah (1) mengukur kemampuan integratif antara menyimak dengan berbicara, (2) mengukur

kemampuan integratif antara menyimak dengan mengarang atau menulis, (3) mengetahui

kemampuan daya serap seseorang yang telah menyimak. (4) mengetahui tingkat pemahaman

seseorang tentang bahan materi yang telah disimak. Menyimak intensif meliputi:

Menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk

dapat memberikan penilain secara objektif, menentukan kebenaran, menentukan keaslian, serta

menentukan kelebihan dan kekurangannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis

adalah (a) mengamati tepat atau tidaknya ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan

"mengapa menyimak?", yaitu apakah penyimak mampu membedakan antara opini dan fakta di

dalam bahan simakan? Apakah penyimak mampu mengambil kesimpulan dari hasil menyimak?

Apakah penyimak mampu menafsirkan makna idiom, majas, dan ungkapan dalam kegiatan

menyimak.

Menyimak introgatif. adalah kegiatan menyimak dengan tujuan mendapatkan informasi

melalui cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi

tersebut. Kegiatan menyimak interogratif bertujuan untuk (a) mendapatkan sejumlah fakta dari

sumber informasi, (b) mendapatkan ide baru yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sebuah

wacana lain yang menarik, (c) mendapatkan informasi tentang keaslian dari bahan yang disimak.

Menyimak eksploratif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara penuh perhatian

guna mendapatkan informasi yang baru. Setelah selesai menyimak, penyimak eksploratif akan (a)

menemukan gagasan/ide baru. (b) menemukan informasi baru sekaligus memberikan informasi

tambahan dari bidang tertentu, (c) menemukan topik-topik baru yang kemudian dapat dikembang

pada masa selanjutnya, (d) menemukan unsur bahasa yang bersifat baru.

Menyimak kreatif. Pengertian menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang bertujuan

untuk mengembangkan kretifitas dan daya imajinasi pembelajar. Kreativitas penyimak dapat

dilakukan dengan cara (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa daerah atau bahasa asing, misalnya

bahasa belanda, bahasa Inggris, bahasa Jerman, bahasa jawa, bahasa sunda, dan lainnya, (b)

mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, namun dengan pilihan kata dan struktur

Page 54: Munirah - library.unismuh.ac.id

yang berbeda, (c) membangun kembali atau merekonstruksi pesan yang telah disampaikan

penyimak, (d) menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.

Menyimak konsentratif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara penuh perhatian

guna memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang disimak. Kegiatan menyimak

konsentratif bertujuan untuk (a) mengikuti petunjuk-petunjuk, (b) mencari hubungan antar unsur

dalam menyimak, (c) mencari hubungan kualitas dan kuantitas dalam komponen, (d) mencari

butir-butir informasi penting dalam kegiatan menyimak, (e) mencari urutan penyajian dalam bahan

menyimak, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak.

Menyimak selektif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara terfokus dan selektif

guna mengenal bunyi-bunyi asing, suara dan nada, bunyi-bunyi homogen, frasa-frasa, kata-kata,

bentuk-bentuk, dan kalimat-kalimat bahasa yang dipelajarinya. Menyimak selektif memiliki ciri-

ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan menyimak yang lain.

Adapun ciri menyimak selektif ialah: (a) menyimak dengan saksama untuk menentukan

pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan, (b) menyimak dengan memperhatikan topik-topik

tertentu, (c) menyimak dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.

2. Tujuan Menyimak

Tujuan menyimak adalah untuk dapat menangkap serta memahami pesan, ide, dan gagasan

yang terkandung pada bahasa atau materi simakan. Maka, tujuan menyimak adalah sebagai

berikut:

a. Menyimak memperoleh atau mendapatkan fakta

b. Untuk mengevaluasi fakta

c. Untuk menganalisis fakta

d. Untuk mendapatkan inspirasi

e. Untuk menghibur diri atau mendapatkan hiburan

Tujuan menyimak berdasarkan Tidyman & Butterfield membedakan menyimak menjadi:

a. Menyimak sederhana

b. Menyimak diskriminatif

c. Menyimak santai

d. Menyimak informatif

e. Menyimak literatur

Page 55: Munirah - library.unismuh.ac.id

f. Menyimak kritis

Taraf aktivitas penyimak

Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan:

a. Kegiatan menyimak bertaraf rendah

b. Kegiatan menyimak bertaraf tinggi

Hakitat menyimak tentunya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, selebihnya

hanya mendengar saja. Untuk hakikat menyimak terlihat jelas dari perbedaan antara menyimak

dan mendengar, dan hal itu tentu berdasarkan cara yang dilakukan, apakah seseorang tersebut

hanya mendengar saja atau ada hal yang ingin ditangkap sesuai dengan tujuannya, maka jika ada

hal yang ingin diperoleh berupa informasi itulah hakikat menyimak.

B. Materi Tes Menyimak

Materi tes menyimak berasal dari bahasa lisan yang berupa wacana autentik dan wacana

autentik yang disimulasikan (Geddes dan White dalam Omanggio,1986:128). Wacana autentik

yang murni merupakan tindak komunikasi yang asli (Murni). Hal ini terlihat di dalam percakapan,

siaran radio, televisi, film dan konteks natural yang lain. Wacana autentik yang disimulasikan

bertujuan untuk menolong para siswa yang belum mampu memahami wacana autentik murni, dan

tujuan penyediaan meteri semacam itu untuk kepentingan tujuan pedagogis, di dalam materi

wacana autentik yang disimulasikan terdapat ciri-ciri sebagai berikut: (1)adanya kode yang

disederhanakan, misalnya pengucapan lebih lambat, artikulasi lebih berhati-hati, kosakata lebih

sering dipakai.

1. Materi Menyimak

Materi tes menyimak adalah sebagai berikut:

a. Pidato

Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang

banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato

pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.

Page 56: Munirah - library.unismuh.ac.id

Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar

pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik / umum dapat

membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.

b. Warta Berita

Berita adalah suatu laporan cepat mengenai peristiwa terbaru dan penting untuk disampaikan

kepada masyarakat. Berita dapat disajikan dalam bentuk surat kabar, radio, siaran tv maupun

media online. Atau arti lain dari berita yaitu suatu informasi mengenai fakta atau sesuatu yang

sedang terjadi. Biasanya disampaikan dalam bentuk media cetak, siara tv, radio, mulut ke mulut

dan media online.

Berita dapat dikatakan juga sebagai laporan tentang suatu kejadian yang sedang terjadi atau

keterangan terbaru dari suatu peristiwa. Berita merupakan fakta yang memang dianggap penting

harus segera disampaikan kepada masyarakat. Tetapi tidak semua fakta dapat dijadikan berita oleh

media, fakta-fakta yang ada akan dipilih sehingga fakta mana saja yang pantas untuk disampaikan

kepada masyarakat.

Biasanya berita tidak hanya memberikan informasi mengenai peristiwa-peristiwa terbaru,

tapi kadang-kadang berita juga digunakan untuk memberikan pengaruh kepada masyarakat yang

mendengar atau membacanya. Terutama berita mengenai politik, sering sekali masyarakat

dipengaruhi pembawa atau penulis berita supaya mengikuti arus politik tersebut.

c. Radio

Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan

radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat

lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang

ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara)

Pengertian Radio menurut ensiklopedi Indonesia yaitu: penyampaian informasi dengan

pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frequensi kurang dari 300 GHz

(panjang gelombang lebih besar dari 1 mm). Sedangkan istilah radio siaran atau siaran radio

berasal dari kata radio broadcast (Inggris) atau radio omroep (Belanda) artinya yaitu penyampaian

informasi kepada khalayak berupa suara yang berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang

radio sebagai media.

Page 57: Munirah - library.unismuh.ac.id

Menurut Peraturan Pemerintah No: 55 tahun 1977, Radio Siaran adalah pemancar radio yang

langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio

sebagai media. Sedangkan menurut Undang-undang Penyiaran No: 32/2002: kegiatan pemancar

luasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi didarat, dilaut atau diantariksa

dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk

dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran,

yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Menurut definisi tersebut, terdapat lima

syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk dapat terjadinya penyiaran.

Radio juga sebagai sarana untuk menyimak percakapan oleh pembawa acara.

d. Drama Radio

Drama Radio: drama radio tidak seperti biasanya. Drama ini tidak dapat dilihat, tepai hanya

dapat didengerkan oleh penikmatnya saja dengan melalui radio.

e. Iklan

Menyimak iklan, penyimak dapat menganalisis simakan iklan dari segi bahasa, salah satunya

yaitu gaya bahasa. Gaya bahasa adalah bagaimana mendayagunakan bahasa agar dapat

menyampaikan maksudnya dengan baik. Adanya gaya bahasa yang terdapat dalam menyimak

iklan tersebut adalah dengan tujuan khusus. Misalnya, untuk menarik perhatian penyimak dengan

menggunakan gaya bahasa tertentu.

Iklan rokok di televisi pun banyak gaya bahasa yang bisa disimak oleh penyimak iklan

rokok. Penyampaian dalam iklan rokok biasanya menggunakan gaya penyampaian berdasarkan

sasaran iklan. Hal tersebut karena sebagian besar sasaran iklan rokok adalah para remaja atau kaum

muda. Oleh karena itu, gaya penyampaian pun menggunakan bahasa yang familiar dan cocok

untuk lingkungan remaja atau untuk orang yang akrab. Selain itu, penggunaan gaya

penyampaiannya berdasarkan tujuan atau pesan yang ingin disampaikan pembuat iklan. Hal ini

bertujuan agar tercipta image dalam pikiran penyimak bahwa dengan memakai produk tersebut

maka akan tercipta situasi dan kondisi sebagaimana yang ditayangkan dalam iklan tersebut. Gaya

informasional dan gaya humor juga ditemui dalam iklan rokok, namun pemakaiannya sangat

jarang. Hal ini karena gaya informasional dirasa sudah ketinggalan jaman dan kurang menarik.

Page 58: Munirah - library.unismuh.ac.id

Gaya ini memang cocok untuk jenis iklan radio maupun iklan surat kabar, namun kurang menarik

dalam iklan audio-visual. Sedangkan gaya humor jarang digunakan karena pembuatan skrip iklan

humor yang bisa menyampaikan pesan produk rokok sangat sulit. Selain memerlukan kemampuan

menerjemahkan pesan yang ingin disampaikan ke dalam bahasa humor, iklan jenis ini juga

memerlukan daya kreatifitas yang tinggi.

Metri yang diberikan kepada para siswa dapat berupa hal-hal yang disimak secara langsung

atau melalui rekaman lewat kaset apabila sekolah tidak mampu menyediakan tape recorder atau

video, guru dapat membacakan wacana yang dipilih, misalnya puisi dan cerpen.

2. Unsur-Unsur Menyimak

Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung

kepada berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksudkan dengan unsur dasar ialah unsur

pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan satu

kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain. Unsur-unsur dasar menyimak ialah (1)

pembicara, (2) penyimak, (3) bahan simakan, dan (4) bahasa lisan yang digunakan. Berikut ini

adalah penjelasan masing-masing unsur itu.

a. Pembicara

Pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan yang. berupa informasi yang dibutuhkan

oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara ialah narasumber pembawa pesan, sedang

lawan bicara ialah orang yang menerima pesan (penyimak). Dalam aktivitasnya, seorang penyimak

sering melakukan. kegiatan menulis dengan mencatat hal-hal penting selama melakukan kegiatan

menyimak. Catatan tersebut merupakan pokok-pokok pesan yang disampaikan pembicara kepada

penyimak. Fungsi catatan tersebut ialah sebagai berikut.

Meninjau Kembali Bahan Simakan (Reviu)

Kegiatan meninjau kembali bahan simakan merupakan salah satu ciri penyimak kritis. Pada

kegiatan ini, penyimak mencermati kembali bahan simakan yang telah diterima melalui catatan

seperti: topik, tema, dan gagasan lain yang menunjang pesan yang disampaikan pembicara. Di

samping itu penyimak dapat memprediksi berdasarkan pesan-pesan yang telah disampaikan

pembicara.

Menganalisis Bahan Simakan Pada dasarnya menyimak ialah menerima pesan, namun dalam

kenyataannya seorang penyimak tidak hanya menerima pesan begitu saja, ia juga berusaha untuk

Page 59: Munirah - library.unismuh.ac.id

menganalisis pesan yang telah diterimanya itu. Kegiatan analisis ini dilakukan untuk membedakan

ide pokok, ide bawahan, dan ide penunjang.

Mengevaluasi Bahan Simakan Pada tahap akhir kegiatan menyimak ialah mengevaluasi

hasil simakan. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara:

1) Kekuatan Bukti untuk membenarkan pernyataan pembicara, penyimak harus mengevaluasi

bukti-bukti yang dikatakan pembicara. Jika bukti-bukti itu cukup kuat, apa yang dikatakan

pembicara itu benar.

2) Validitas Alasan Jika pernyataan pembicara diikuti. dengan alasan-alasan yang kuat,

terpercaya, dan logis, dapat dikatakan bahwa alasan itu validitasnya tinggi.

3) Kebenaran Tujuan penyimak harus mampu menemukan tujuan pembicara. Di samping itu, ia

juga harus mampu membedakan penjelasan dengan keterangan inti, sikap subjektif dengan

sikap objektif. Setelah itu ia akan mampu mencari tujuan pembicaraan (berupa pesan).

b. Penyimak

Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang

banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia

dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak

yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif.

Penyimak seperti itu akan selalu mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal itu akan

lebih sempurna jika ia ditunjang oleh, pengetahuan dan pengalamannya. Kamidjan (2001:6)

rnenyatakan bahwa penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki dua sikap, yaitu sikap

objektif dan sikap kooperatif.

1) Sikap Objektif yang dimaksudkan dengan sikap objektif ialah pandangan penyimak terhadap

bahan simakan. Jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula

sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan

manyimak, seperti pribadi pembicara, ruang, suasana, sarana dan prasarana.

2) Sikap kooperatif ialah sikap penyimak yang siap bekerjasama dengan pembicara untuk

keberhasilan komunikasi tersebut. Sikap yang bermusuhan atau bertentangan dengan

pembicara akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika hal itu yang terjadi, maka

penyimak tidak akan mendapatkan pesan dari pembicara. Sikap yang baik ialah sikap

berkoperatif dengan pembicara.

Page 60: Munirah - library.unismuh.ac.id

c. Bahan simakan

Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam

menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara

kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika

pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap

oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam komunikasi.

Untuk menghindari kegagalan, perlu dikaji ulang Bahan simakan dengan cara berikut.

a. Menyimak Tujuan Pembicara

Langkah pertama penyimak dalam melakukan kegiatan menyimak ialah mencari tujuan

pembicara. Jika hal itu telah dicapai, ia akan lebih gampang untuk mendapatkan pesan pembicara.

Jika hal itu tidak ditemukan, ia .akan mengalami kesulitan. Tujuan yang akan dicapai penyimak

ialah untuk mendapatkan fakta, mendapatkan inspirasi, menganalisis gagasan pembicara,

mengevaluasi, dan mencari hiburan.

b. Menyimak Urutan Pembicaraan

Seorang penyimak harus berusaha mencari urutan pembicaraan. Hal itu dilakukan untuk

memudahkan penyimak mencari pesan pembicara. Walaupun pembicara berkata agak cepat,

penyimak dapat mengikuti dengan hati-hati agar mendapatkan gambaran tentang urutan penyajian

bahan. Urutan penyajian terdiri atasa tiga komponen, yaitu pembukaan, isi, dan penutup. Pada

bagian pembukaan lingkup permasalahan yang akan dibahas. Bagian isi terdiri atas uraian panjang

lebar permasalahan yang dikemukakan pada bagian pendahuluan. Pada bagian penutup berisi

simpulan hasil pembahasan.

c. Menyimak Topik Utama Pembicaraan

Topik utama ialah topik yang selalu dibicarakan, dibahas, dianalisis s pembicaraan

berlangsung. Dengan mengetahui topik utama, penyimak memprediksi apa saja yang akan

dibicarakan dalam komunikasi tersebut. penyimak satu profesi dengan pembicara, is tidak akan

kesulitan untuk mener topik utama. Sebuah topik uta.-na memiliki ciri-ciri: menarik perhatian pen)

bermanfaat bagi penyimak, dan akrab dengan penyimak.

Page 61: Munirah - library.unismuh.ac.id

d. Menyimak Topik Bawahan

Setelah penyimak menemukan topik utama, langkah selanjutnya ialah mencari topik-topik

bawahan. Umumnya pembicara akan membagi topik utama itu menjadi beberapa topik bawahan.

Hal itu dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dengan mudah dicerna oleh penyimak.

Penyimak dapat mengasosiasikan topik utama itu dengan sebuah pohon besar, topik bawahan ialah

dahan dan ranting pohon tersebut. Dengan demikian penyimak yang telah mengetahui topik utama,

dengan mudah akan mengetahui topik-topik bawahannya.

e. Menyimak Akhir Pembicaraan

Akhir pembicaraan biasanya terdiri atas: simpulan, himbauan, dan saran-saran. Jika

pembicara menyampaikan rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati rangkuman yang

telah disampaikan pembicara tersebut. Jika pem bicara menyampaikan simpulan, maka penyimak

mcncocokkan catatannya dengan simpulan yang disampaikan pembicara. Dalam hal itu perlu

dicermati juga tentang simpulan. yang tidak sama, yaitu simpulan yang dibuat pembicara dan

penyimak. Jika pembicara hanya menyampaikan himbauan, penyimak harus memperhatikan

himbuan itu secara cermat dan teliti.

3. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak

Menurut pendapat Rost (1991:108) bahwa faktor-faktor yang penting dalam keterampilan

menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir penting bahan simakan terutama yang

berhubungan dengan bahan simakan.

Pendapat lain menurut Tarigan (1994:62), komponen/faktor-fantor penting dalam menyimak

adalah sebagai berikut.

a. Membedakan antar bunyi fonemis.

b. Mengingat kembali kata-kata.

c. Mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata.

d. Mengidentifikasi bagian-bagian pragmatik, eskpresi, dan seperangkat penggunaan yang

berfungsi sebagai unit sementara mencari arti/makna.

e. Menghubungkan tanda-tanda linguistik ke tanda-tanda para linguistik (intonasi) dan ke

nonlinguistik (situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun makna, menggunakan

Page 62: Munirah - library.unismuh.ac.id

pengetahuan awal (yang kita tahu tentang isi dan bentuk dan konteks yang telah siap dikatakan

untuk memperkirakan dan kemudian menjelaskan makna.

f. Mengulang kata-kata penting dan ide-ide penting.

Selanjutnya, menurut pendapat Michael (1991:108) faktor-faktor yang penting dalam

keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir penting bahan simakan

terutama yang berhubungan dengan bahan simakan. Untuk dapat mengajarkan menyimak sampai

pada pemahaman, guru perlu menyusun bahan simakan. Penyusunan materi menyimak pun tidak

asal mendapatkan materi saja, tetapi ada beberapa yang harus diperhatikan guru dalam penyusunan

materi ini di antaranya: (1) sasaran kegiatan, (2) sasaran kompetensi siswa, (3) metode

pembelajaran, dan (4) faktor keberhasilan menyimak (Budiman, 2008:2).

Selain itu, masih ada beberapa faktor penting dalam keterampilan menyimak, di antaranya:

a. Unsur Pembicara Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara

sistematis dan kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik / bervariasi

b. Unsur Materi

Unsur yang diberikan haruslah aktual, bermanfaat, sistematis dan seimbang. Materi yang

disusun pun sebaiknya memperhatikan tingkat perkembangan siswa. Tema materi yang

dipergunakan sebaiknya bervariatif. Dengan demikian, siswa kita tidak akan jenuh belajar dan

pembelajaran menyimak menjadi menyenangkan.

c. Unsur Penyimak / Siswa

1) Kondisi siswa dalam keadaan baik

2) Siswa harus berkonsentrasi

3) Adanya minat siswa dalam menyimak

4) Penyimak harus berpengalaman luas

d. Unsur Situasi

1) Waktu penyimakan

2) Saran unsur pendukung

3) Suasana lingkungan yang mempengaruhi tersebut memberikan kenyataan bahwa siswa

dapat menyimak bahan dengan baik atau tidak. Harus dihindari faktor lingkungan yang

akan berpengaruh buruk bagi keberhasilan pengembangan kompetensi menyimak. Faktor

Page 63: Munirah - library.unismuh.ac.id

tersebut misalnya minimnya fasilitas (tidak ada laboratorium), suasana menyimak tidak

nyaman (ruangan telalu lebar, kelas di sebelah kita terlalu berisik).

C. Aspek-Aspek yang Diukur dalam Tes Menyimak

Aspek-aspek yang diukur dalam tes menyimak adalah hal-hal yang menjadi indicator

keberhasilan menyimak adalah faktor kebahsaan dan faktor nonkebahasaan. Faktor kebahsaan

berupa bunyi-bunyi bahasa, makna kata, pemahaman kalimat. Faktor nonkebahasaan berupa

pemahamana terhadap pesan yang disampaikan oleh pembicara. Di dalam isi pesan terdapat unsur

sosial budaya yang harus dipahami oleh para penyimak.

Penguasaan kebahasaan terdapat dalam proses bottom up (bawah atas), sedangkan

penguasaan isi pesan yang berupa penyimpulan isi terdapat dalam proses top-down (atas bawah).

Pendapat ini dikemukakan oleh Richards (1988).

D. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Menyimak

Penyusunan alat ukur tes menyimak melalui tahap-tahap, kisi-kisi tes merupakan langkah

awal yang perlu disiapkan dalam tahap perencanaan, dalam kisi-kisi tersebut dicantumkan tujuan

evaluasi, aspek yang diukur, indikator, nomor butir soal. Berdasarkan kisi-kisi tersebut, kemudian

dikembangkan penulisan butir soal tes menyimak. Untuk mengurangi kelelahan siswa, di dalam

tes menyimak perlu diselipkan music instrumentalia (Suyata,1996:27).

Telah dikemukakan bahwa soal evauasi pembelajaran komunikatif menuntut adanya

keterpaduan/integrasi minimal dua kompetensi, misalnya kompetensi menyimak dan kompetesi

berbicara.

Langkah-Langkah penulisan soal evaluasi pembelajaran komunikatif sebagai berikut:

a. Analisis kebutuhan

b. penulisan kisi-kisi

c. penulisan butir soal

Analisis kebutuhan ini berkaitan dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan siswa yang

sesuai dengan usianya. Musik sebagai selingan di dalam tes menyimak merupakan salah satu

usaha untuk memenuhi kebutuhan para siswa agar mereka tdk merasa bosan atau lelah selama

menyimak.

Pemahaman menyimak secara bertahap dari bentuk kalimat, dialog, lalu wacana. Materi tes

menyimak harus disesuaikan dengan kelas, usia, dan kemampuan berpikir para siswa. Menurut

Page 64: Munirah - library.unismuh.ac.id

Omaggio (1986) dibedakan adanya tingkat awal, tingkat menengah, tindak lanjut, tindak superior

(tingkat di atas lanjut).

Penerapan langkah kedua, yaitu penulisan kisi-kisi. Di dalam kisi-kisi evaluasi

pembelajaran komunikatif dipilih dua kompetensi yaitu kompetensi menyimak dan berbicara.

Kisi-kisi Model Evaluasi Pmebelajaran Komunikatif

Tujuan Kompetensi Saluran Lingkup Kelas/Jml Soal Tugas/Format

Memperoleh

informasi lewat

bahasa lisan dan

mengekspres ikan

informasi secara

lisan

Menyimak dan

berbicara

Telepon dan

bermuka

Siaran : dialog 12 Indentifikasi isi

pembicaraan dalam

telepon

Menceritakan

kembali isi

percakapan dalam

telepon

Dialog berpasangan

tentang isi

percakapan dalam

telepon

Penelaahan Butir Soal Alat Ukur Menyimak

Format penelaahan soal ditentukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Sistem

Pengujian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1988.

Adapun rincian aspek-aspek yang ditelaah sebagai berikut (Suryata: 57)

Penelaahan soal

No Aspek Yang Ditelaah Ya Tidak

I

1

2

3

4

5

Materi :

Soal sesuai tujuan

Soal sesuai lingkup materi

Kunci jawaban tepat

Pengecoh logis

Sesuai dengan jenjang pendidikan

II

6

7

8

9

Konstruksi soal :

Singkat, jelas, dan logis

Tidak mengarah ke kunci jawaban

Bebas ganda negatif

Alternatif jawaban homogeny dari:

Segi materi

Page 65: Munirah - library.unismuh.ac.id

10 Struktur kalimat

III

11

12

13

Bahasa:

Baik dan benar

Mudah dipahami

Bebas pengulangan kata yang sama

pada alternatif jawaban

Page 66: Munirah - library.unismuh.ac.id

BAB VI

ALAT UKUR KETERAMPILAN BERBICARA

A. Pengertian Berbicara

Pengertian berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-

kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan

perasaan (Tarigan, 2008:16). Pengertian tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa berbicara

berkaitan dengan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk menyampaikan apa yang akan

disampaikan baik itu perasaan, ide atau gagasan.

Definisi berbicara juga dikemukakan oleh Brown dan Yule dalam Puji Santosa, dkk

(2006:34). Berbica adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan

atau menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan. Pengertian ini pada intinya

mempunyai makna yang sama dengan pengertian yang disampaikan oleh Tarigan yaitu bahwa

berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata.

Haryadi dan Zamzani (2000:72) mengemukakan bahwa secara umum berbicara dapat

diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain

dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain.

Pengertian ini mempunyai makna yang sama dengan kedua pendapat yang diuraikan diatas, hanya

saja diperjelas dengan tujuan yang lebih jauh lagi yaitu agar apa yang disampaikan dapat dipahami

oleh orang lain. Sedangkan St. Y. Slamet dan Amir (1996: 64) mengemukakan pengertian

berbicara sebagai keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sebagai aktivitas untuk

menyampaikan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak.

Pengertian ini menjelaskan bahwa berbicara tidak hanya sekedar mengucapkan kata-kata,

tetapi menekankan pada penyampaian gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan penyimak atau penerima informasi atau gagasan.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian berbicara ialah kemampuan mengucapkan kata-kata dalam rangka menyampaikan atau

menyatakan maksud, ide, gagasan, pikiran, serta perasaan yang disusun dan dikembangkan sesuai

dengan kebutuhan penyimak agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh penyimak.

B. Tujuan Berbicara

Page 67: Munirah - library.unismuh.ac.id

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan pengiriman

dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat

dipahami. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus

memahami apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan. Tarigan juga mengemukakan

bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan (to

inform), menjamu dan menghibur (to entertain), serta untuk membujuk, mengajak, mendesak dan

meyakinkan (to persuade).

Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan Amir (1996: 46-47) mengemukakan tujuan berbicara

diantaranya adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki tindakan atau reaksi fisik

pendengar, memberitahukan, dan menyenangkan para pendengar. Pendapat ini tidak hanya

menekankan bahwa tujuan berbicara hanya untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur,

namun juga menghendaki reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak.

Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84) berpendapat bahwa tujuan berbicara ialah untuk: (1)

memberitahukan sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan atau mempengaruhi pendengar, dan

(3) menghibur pendengar. Pendapat ini mempunyai maksud yang sama dengan pendapat-pendapat

yang telah diuraikan di atas.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa

tujuan berbicara yang utama ialah untuk berkomunikasi. Sedangkan tujuan berbicara secara

umum ialah untuk memberitahukan atau melaporkan informasi kepada penerima informasi,

meyakinkan atau mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki reaksi

dari pendengar atau penerima informasi.

C. Aspek-aspek yang Diukur dalam Tes Berbicara

Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (2002:169-171) mengemukakan bahwa secara

umum, bentuk tes yang dapat digunakan dalam mengukur kemampuan berbicara adalah tes

subjektif yang berisi perintah untuk melakukan kegiatan berbicara. Beberapa tes yang dapat

digunakan antara lain:

1. Tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar. Tes ini dilakukan dengan cara memberikan

pertanyaan sehubungan dengan rangkaian gambar atau menceritakan rangkaian gambar.

2. Tes wawancara, yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa yang sudah cukup

memadahi.

Page 68: Munirah - library.unismuh.ac.id

3. Bercerita, yang dilakukan dengan cara mengungkapkan sesuatu (pengalamannya atau topik

tertentu).

4. Diskusi, dengan cara meminta mendiskusikan topik tertentu.

5. Ujaran terstruktur, yang meliputi mengatakan kembali, membaca kutipan, mengubah

kalimat dan membuat kalimat.

Selanjutnya, Puji Santoso, dkk (2006: 7.19-7.24) mengemukakan bahwa ada tiga jenis tes

yang dapat digunakan untuk menilai aatau mengukur kemampuan berbicara, yaitu tes respons

terbatas, tes terpandu dan tes wawancara.

1. Tes Respons Terbatas

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara secara terbatas atau secara singkat.

Tes jenis ini mencakup beberapa macam tes, yaitu:

a. Tes respons terarah. Tes ini dilakukan dengan cara meminta menirukan isyarat (cue) yang

disampaikan.

b. Tes isyarat atau penanda gambar. Tes ini menggunakan gambar sebagai sarana untuk

mengukur kemampuan berbicara.

c. Tes berbicara nyaring. Tes ini dilakukan dengan cara meminta siswa untuk membaca dengan

bersuara kalimat atau paragraf yang disediakan oleh guru.

2. Tes Terpandu

Tes ini dilakukan dengan cara memberikan panduan untuk mendorong menampilkan

kemampuan berbicaranya. Tes ini meliputi tes parafrase, tes penjelasan, dan tes bermain peran

terpandu.

3. Tes Wawancara

Tes wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai dan meminta untuk bersikap wajar,

tidak dibuat-buat, dan tidak bersikap kasar.

Penyusunan alat ukur yang menggunakan teknik tes objektif memakan waktu yang lelbih

banyak di bandingkan dengan penyusunan alat ukur yang menggunakan teknik non tes. Tes

objektif seperti tes respon terarah “ tanyakan pada dia kenapa selalu datang terlambat” atau

“katakan kepada saya bahwa kamu tidaSk bisa mengerjakan soal ini.” Harus disusun lebih banyak

dari pada yang kita perlukan nanti karena siapa tahu ada soal-soal yang lemah atau kurang baik.

Soal-soal seperti ini harus dibuang atau dikeluarkan. Soal-soal dalam pengkuran kemampuan

Page 69: Munirah - library.unismuh.ac.id

berbicara akan lebih baik jika ditulis dalam lembaran kertas(kartu) lepas yang berukuran 12,5 X

20 cm karena mudah sekali untuk menambah atau membuang soal-soal yang tidak di perlukan.

Cara ini juga memudahkan pengurutan dan pengelompokan soal sesuai dengan yang kita

rencanakan. Pada bagian belakangnya kita tuliskan jawaban yang kita kehendaki.

D. Penyususnan Alat Ukur Keterampilan Berbicara

Penyusunan alat ukur evaluasi kemampuan berbicara yang menggunakan teknik nontes,

biasanya teknik penggunaan atau observasi,tidak memakan waktu yang banyak. Yang dioerlukan

disiapkan dalam kegiatan ini adalah lembaran soal(tugas), pedoama seoring dan penilaian, dan

deskripsi criteria, walaupun evaluasi kemampuan berbicara bertujuan untuk mengukur

kemampuan berbicara siswa tidak berarti lembaran siswa atau pertanyaan di sajikan atau

disampaikan secara lisan. Yang harus disampaikan secra lisn adalah jawaban atau respon sisiwa,

sedangkan pertanyaan dapat diasjikan secra tertulis. Pertanyaan atau soal dalam pengukuran

kemampuanberbicara dapat diberikan langsung pada saat pelaksanaan pengukuran atau diberikan

dua atau tuga hari sebelum pelaksanaan pengukuran. Hal ini bergantung pada jenis kemampuan

berbicara yang akan kita ukur. Pertanyaan soal atau untuk mengukur kemampuan siswa berdiskusi

atau bercerita dapat di berikan langsung pada pelaksanaan pengukuran; sedangkan pertanyaanatau

soal untuk mengukur kemampuan berpidato, berwawancara atau bermain peran akan lebih tepat

jika diberika dua atau tiga hari sebelum pelaksanaan pengukuran. Agar lebih jelas, perhatikan

contoh lembaran soal soal berikut di bawah ini :

Evaluasi Kemampuan Berbicara Jenis Pidato

Kemampuan berbicara kalian dalam berpidato akan doevaluasi. Perhatiakn

ketentuan-ketentuan yang tercantum dibawah ini :

1. Jenis pidato : Pidato berdasarkan hapalan.

2. Topik pidato : pilih salah satu topik pidato yang kalian sukai:

a. Keberhasilan lingkungan sekolah

b. Dampak merokok bagi kesehatan tubuh

Page 70: Munirah - library.unismuh.ac.id

c. Sikap toleransi terhadap sesama umat yang

berlainan agama

d. Manfaat menabung bagi masadepan kita

3. Lama pidato : 5 - 10 menit

4. Yang akan dinilai:

a. Bahasa: lafal dan intonasi, pilihan kata, gramatika,

dan gaya bahasa

b. Isi : hubungan isi dengan topik,organisasi isi,

kualitas dan kuantitas isi

c. Penampilan : gerak-gerik dan mimik. Hubungan

dengan pendengar, volume suara, dan jalannya

pidato.

Lembaran soal itu akan lebih baik jika disajikan secara tertulis supaya siswa mudah

mengimgat ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikannya dan memberitahkan kepada siswa

dan seberapa hari sebelum pelaksanaan evaluasi agar siswa mempersiapkan diri sebaik mungkin.

Dibawah ini adalah contoh lain tentang evaluasi kemampuan berbicara yang dapat anda pelajari.

Evaluasi Kemampuan Berbicara Jenis Cerita

Kemampuan kalian dalam bercerita akan dievaluasi. Perhatikan ketentun-

ketentuan yang tercantum di bawah ini:

1. Jenis cerita : Pengalaman Mengisi Waktu Liburan

2. Lama cerita : 5 – 10 menit

3. Yang akan di nilai :

a. bahasa: lafal dan intonasi, pilihan kata,

gramatika, dan gaya bahasa.

Page 71: Munirah - library.unismuh.ac.id

b. isi: hubungan isi dengan topik, organisasi isi,

kualitas dan kuantitas isi.

c. penampilan: gerak-gerik dan mimik. Hubungan

dengan pendengar, volume suara, dan jalannya

pidato

Jika mengiginkan hasil yang lebih baik, sebaiknya lembaran soal ini pun di sajikan secara

tertulis dan di beritahukan kepada siswa beberapa hari sebelum pelaksanaan evaluasi. Kemampuan

bercarita siswa dapat pula di ukur dengan cara lain, seperti dengan gambar. Siswa di minta

menceitakan apa yang di lihatnya dalam gambar. Evaluasi seperti ini dapat merangsang atau

mendorong siswa berbicara (bercerita), terutama siswa yang kurang mampu bercerita. Jika

evaluasi ini di lakukan, lembaran soalnya dapat langsung di berikan kepada siswa secara tertulis

pada saat pelaksanaan pengukuran ( evaluasi ) itu berlangsung. Untuk menyiapkan evaluasi dengan

cara ini, kita harus mencari gambar dan memperbanyak gambar itu agar setiap siswa, masing-

masing memperoleh gambar. Coba perhatikan contoh lembaran soal evaluasi kemampuan

bercerita berikut:

Evaluasi Kemampuan Berbicara Jenis Cerita

Perhatikan gambar yang kalian pegang dengan cermat. Setelah itu,

tentukan topik cerita yang ada dalam gambar tersebut, kemudian kembangkan

topik tersebut menjadadi sebuah cerita yang lucu atau lengkap. Perhatikan

ketentuan-ketentuan yang tercantum di bawah ini:

1. Lama cerita : 5 – 10 menit

2. Yang akan di nilai :

a.bahasa: lafal dan intonasi, pilihan kata, gramatika,

dan gaya bahasa.

b. isi: hubungan isi dengan topik, organisasi isi,

kualitas dan kuantitas isi.

Page 72: Munirah - library.unismuh.ac.id

c. penampilan: gerak-gerik dan mimik. Hubungan

dengan pendengar, volume suara, dan jalannya

cerita.

Langkah selanjutnya yang harus kita lakukan dalam menyusun instrument pengukuran (

evaluasi ) kemampuan berbicara dalam membuat ( menyusun ) pedoman skoring (penilaian)

sesuai dengan yang sudah di tetapkan dalam matrik ( kisi-kisi ), yaitu skala penilaian. Jangan

lupa mencantumkan bobot masing-masing komponen. Agar lebih jelas perhatikan contoh

pedoman penilaian berikut ini.

Pedoman penilaian

Evaluasi Kemampuan Berbicara Jenis Cerita atau Pidato

Nama Siswa : ................................

Nomor Induk : ................................

Aspek yang Dinilai Skala Nilai Bobot Skor

1 2 3 4 5

Bahasa

1. Lafal dan Intonasi

2. Pilihan kata

3. Srtuktur Bahasa

4. Gaya Bahasa

2

1

3

1

Isi:

1. Hubungan Isi dan Topik

2. Organisasi Isi

3. Kuantitas Isi

4. Kualitas Isi

3

1

1

2

Page 73: Munirah - library.unismuh.ac.id

Isi:

1. Gerak-gerik dan Mimik

2. Hubungan dengan Pendengar

3. Volume Suara

4. Jalannya Pidato/Cerita

1

2

1

2

Jumlah 20

Ada beberapa petunjuk yang harus kita perhatikan pada saat menilai kemampuan berbicara

siswa,antara lain:

1) Pemberian nilai untuk setiap aspek dilakukan dengan memberikan tanda cek (V) pada kolom

skala nilai yang di anggap cocok.

2) Skala nilai 1 = sangat tidak baik, 2 = tidak baik,3 = agak baik,4 = baik,5 = sangat baik.

3) Perhatikan deskripsi setiapa skala sebelum dan selama penilaian berlangsung.

4) Pembobotan dilakukan untuk membedakan tingkat kepentingan masing-masskoring aspek

dan berfungsi sebagai pengali angka skala yang diperoleh masing-masing aspek( angka

bobot dapat berubh bergantung pada pandangan kita tentang kepentingan setiap aspek)

5) Untuk menentukan nilai siswa berdasarkan standar absolute dalam standar nilai 10,gunakan

rumus berikut:

∑ Skor X2

∑ Bobot = Nilai

Agara penilain terhadap masing-masing aspek berbicara siswa dilaksanakan denagan teliti,

terpercaya,konsisten, dan objektif, kita perlu membuat deskripsi criteria dari setiap aspek sebanyak

skala yang dignakan ( skala 5). Deskripsi ini sangat membantu dan menentukan angka yang

diberikan untuk setiap komponen berbicara siswa dalam skala 5.

Lafal dan Intonasi

1 = terdapat banyak kesalahan lafal dan intonasi yang membuat tuturan siswa tidak seperti

tuturan

2 = kesalahan lafal dan intonasi agak sering terasa dan terasa menganggu

3 = terdapat sedikit kesalahan lafal dan intonasi, tetapi secara keseluruhanmasi dapat diterima

4 = Tidak ada kesalahan yang berarti dalam lafal dan intonasi tuturan siswa

Page 74: Munirah - library.unismuh.ac.id

5 = lafal setiap bunyi bahasa bersih, jelas, tidak ada pengaruh lafal bahasa daerah atau bahasa

asing, intinasi tepat

Pilihan kata

1 = banyak sekali penggunaan kata yang tidak tepat

2 = agak banyak penggunaan kata yang tidak tepat

3 = Penggunaan kata cukup baik, hanya kurang bervariasi

4 = Penggunaan kata sudah tepat,hanya sekali ada kata yang kurang cocok,tetapi tidak

mengganggu

5 = Penggunaan kata-kata sudah tepat dan bervariasi,sesuai dengan situasi,kondisi,dan status

Pendengar sehingga tidak terdengar kejanggalan

Gramatika

1 = Struktur bahasanya kacau sehingga mencerminkan ketidaktahuan

2 = Terdapat cukup banyak kesalahan yang mencerminkan ketidak cermatan Yang dianggap

merusak bahasa

3 = Ada beberapa kesalahan atau penyimpangan,tetapi tidak terlalu merusak bahasa

4 =Penggunaan struktur bahasa umumnya sudah cermat,tidak ditemui penyimpangan yang dapat

dianggap merusak bahasa yang baik dan benar

5 = Penggunaan struktur bahasa sangat cermat,tidak ada penyimpangan dari kaidah bahasa yang

berlaku.

Gaya Bahasa

1 = Gaya bahasanya tidak baik

2 =Banyak ketidakserasian dalam gaya bahasa

3 =Penggunaan gaya bahasa baik,mendekati sempurna

4 =Penggunaan gaya bahasa baik,mendekati sempurna

5 =Penggunaan gaya bahasa saat baik sehingga enak didengar

Hubungan antara isi dan Topik

1 = Hampar tidak ada hubungan antara isi dengan topic

2 = Banyak hal yang tidak cocok sehingga ada kesan antara isi dan topic tidak berhubung

3 = Masih ada hal-hal yang tidak cocok,tetapi secara umum masih cukup baik

4 = Ada sedikit hal yang cocok,tetapi tidak terlalu mengganggu hubungan antara isi dengan topic

5 = Isi pembicaraan sangat sesuai dengan topic sehingga benar-benar mewakili topic

Page 75: Munirah - library.unismuh.ac.id

Organisasi Isi

1 = Isi pembicaraan kacau,tanpa pendahuluan atau penutup

2 = Banyak ditemukan ketidak teraturan dalam menyajikan isi pembicaraan

3 = Susuanan isi pembicaraan cukup baik

4 = Masih ada sedikit ketidak teraturan, tetapi hal itu ada pada bagian yang tidak penting

5 =Isi pembicaraan tersusun rapi,teratur,mulai dari pendahuluan,isi,dan penutup

Kuantitas Isi

1 = Isi pembicaraan sangat sedikit karena banyak hal penting tidak diungkapkan

2 =Isi pembicaraan tidak lengkap

3 =Isi pembicaraan cukup lengkap walaupun masih ditemukan beberapa kekurangan

4 = Ada sedikit kekurangan,tetapi bukan hal penting sehingga secara umum dapat disebut lengkap

5 = Isi pembicaraan sangat lengkap,tidak ada hal penting yang diungkapkan

Kualitas Isi

1 =Isi pembicara sangat tidak memadai, tidak sesuai dengan topik sehingga topicyang di bicarakan

tidak bermakna

2 =Kualitas isi pembicaraan tidak memadai karena masih banyak hal yang tidak sesuai dengan

topik pembicaraan kualitas isi pembicaraan cukup memadai,tetapi masih ada hal yang tidak

sesuai dengan topic Pembicaraan

4 = Isi pembicaraan bermakna,tetapi belum sampai pada tarifistimewa

5= Isi pembicaraan bermakna,sangat bermutu,hal-hal yang dibicarakan semuanya sesuai dengan t

topik

Gerak-gerik Mimik

1 =Gerak-gerik dan mimic pembicara terlalu berlebihan sehingga mengurangi daya tarik

pembicaraan

2 =Banyak gerak-gerik yang tidak sesuai sehingga mengganggi jalannya pembicaraan

3 =Gerak-gerik dan mimic cukup serasi walaupun masih ada beberapa ketidak cocokan

4 =Gerak-gerik dan mimic sudah sesuai dengan isi pembicaraan,tetapi belum dapat dianggap

sempurna

6 =Gerak-gerik dan mimic sangat serasi denga isi pembicaraan sehingga pembicaraan menjadi hidup

dan menarik.

Page 76: Munirah - library.unismuh.ac.id

Hubungan antara pembicara dan pendengar

1 =Pembicara gagal menarik perhatian pendengar,pembicaraan langsung seperti tanpa pendengar

2 =Pembicara kurang mampu menarik perhatian pendengar

3 =pendengar tertarik pada isi pembicaraan, tetapi tidak begitu antusias

4 =Sedikit sekali pendengar yang memperlihatkan sikap kurang tertarik mengikuti pembicaraan

5=Seluruh perhatian perhatian pendengar benar-benar tertuju pada pembicara,pembicaraan sangat

komunikatif

Volume Suara

1 =Sulit sekali mengikuti pembicaraan karena suara terlalu lemah,tidak jelas

2 =Pengaturan volume suara tidak baik,pembicara tidak tahu bagaimana mengatur suara

3 =Volume suara cukup baik meskipun masih memerlukan penyesuaian

4 =Pengaturan volume suara sudah baik,hanya sekali-sekali ditemukan ketidak cocokan

5 =uara sangat jelas dan pengaturan volumenya sangat cocok dengan situasi,kodisi, dan isi

pembicaraan

Jalannya Pembicaraan

1 =Pembicaraan sangat tidak lancer karena terlalu banyak diam dan gugup

2 =Pembicaraan kurnag lancer karena sering terhenti

3 =Pembicaraan cukup lancer meskipun kadang-kadang terhenti

4 =Pembicaraan lancer, hanya ada beberapa gangguan yang tidak berarti

5 =Pembicaraan sangat lancer, baik dari segi penguasaan isi maupun bahasan

Page 77: Munirah - library.unismuh.ac.id

BAB VII

ALAT UKUR KETERAMPILAN MEMBACA

A. Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis

(H.G. Tarigan, 1986:7).

Suatu proses yang menuntut agar kelompokkata yang merupakan suatu kesatuan akan

terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat

diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan

tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam

Tarigan, 1986:7). Membaca merupakan kegiatan merespons lambang-lambang tertulis dengan

menggunakan pengertian yang tepat (Ahmad S. Harjasujana dalam St.Y. Slamet, 2008:67).

Hal tersebut berarti bahwa membaca memberikan respons terhadap segala ungkapan penulis

sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik. Sumber yang lain juga mengungkapkan

bahwa membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa

keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan (Jazir Burhan dalam St.Y.

Slamet, 2008:67). Secara singkat dapat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing

meaning to and getting meaning from printed or written material”, memetik serta memahami arti

atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro and Bonomo dalam H.G.

Tarigan, 1986:8). Kegiatan membaca merupakan penangkapan dan pemahaman ide,

aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah. Proses membaca diawali

dari aktivitas yang bersifat mekanis yakni aktivitas indera mata bagi yang normal, alat peraba bagi

yang tuna netra. Setelah proses tersebut berlangsung, maka nalar dan institusi yang bekerja, berupa

proses pemahaman dan penghayatan. Selain itu aktivitas membaca juga mementingkan ketepatan

dan kecepatan juga pola kompetensi atau kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen

kehidupan yang luas. Dari berbagai pengertian membaca di atas, dapat ditarik simpulan bahwa

kegiatan membaca adalah memahami isi, ide atau gagasan baik yang tersurat maupun tersirat

dalam bahan bacaan. Dengan demikian, pemahaman menjadi produk yang dapat diukur dalam

kegiatan membaca, bukan perilaku fisik pada saat membaca.

Page 78: Munirah - library.unismuh.ac.id

Hakikat atau esensi membaca adalah pemahaman (St.Y. Slamet, 2008:68 membaca adalah

suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Hodgson dalam Tarigan

1979:7). Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak

hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik,

dan metakognitif (Crawley dan Mountain dalam Rahim 2007:2). Membaca merupakan salah satu

keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam retorika seperti keterampilan berbahasa yang

lainnya (berbicara dan menulis) (Haryadi 2007:4).

Senada dengan pernyataan di atas, beberapa penulis beranggapan bahwa ‘membaca’ adalah

suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik menjadi

membaca lisan (oral reading) (Tarigan 1979:8). Dalam kegiatan membaca ternyata tidak cukup

hanya dengan memahami apa yang tertuang dalam tulisan saja, sehingga membaca dapat juga

dianggap sebagai suatu proses memahami sesuatu yang tersirat dalam yang tersurat (tulisan).

Artinya memahami pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis. Hubungan antara

makna yang ingin disampaikan penulis dan interpretasi pembaca sangat menentukan ketepatan

pembaca.

Makna akan berubah berdasarkan pengalaman yang dipakai untuk menginterpretasikan kata-

kata atau kalimat yang dibaca (Anderson dalam Tarigan 1979:8). Jadi, membaca merupakan

kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan didahului oleh kegiatan melihat dan memahami tulisan.

Kegiatan melihat dan memahami merupakan suatu proses yang simultan untuk mengetahui pesan

atau informasi yang tertulis. Membutuhkan suatu proses yang menuntut pemahaman terhadap

makna kata-kata atau kalimat yang merupakan suatu kesatuan dalam pandangan sekilas.

B. Tujuan Membaca

Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi dari sumber

tertulis. Informasi ini diperoleh melalui proses pemaknaan terhadap bentuk-bentuk yang

ditampilkan. Secara lebih khusus membaca sebagai suatu ketrampilan bertujuan untuk mengenali

aksara dan tanda-tanda baca, mengenali hubungan antara aksara dan tanda baca dengan unsur

linguistik yang formal, serta mengenali hubungan antara bentuk dengan makna atau meaning

(Broughton et al dalam Sue 2004:15). Dengan demikian, kegiatan membaca tidak hanya berhenti

Page 79: Munirah - library.unismuh.ac.id

pada pengenalan bentuk, melainkan harus sampai pada tahap pengenalan makna dari bentuk-

bentuk yang dibaca.

Makna atau arti bacaan berhubungan erat dengan maksud, tujuan atau keintensifan dalam

membaca (Tarigan 1979:9). Berdasarkan maksud, tujuan atau keintensifan serta cara dalam

membaca di bawah ini, Anderson dalam Tarigan (1979:9-10) mengemukakan beberapa tujuan

membaca antara lain:

4. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).

Membaca tersebut bertujuan untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan telah

dilakukan oleh sang tokoh, untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.

5. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). Membaca untuk

mengetahui topik atau masalah dalam bacaan. Untuk menemukan ide pokok bacaan dengan

membaca halamn demi halaman.

6. Membaca untuk mengetahui ukuran atau susunan, organisasi cerita (reading for sequenceor

organization). Membaca tersebut bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian cerita dan

hubungan antar bagian-bagian cerita.

7. Membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi (reading for inference). Pembaca

diharapkan dapat merasakan sesuatu yang dirasakan penulis.

8. Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan (reading for classify). Membaca

jenis ini bertujuan untuk menemukan hal-hal yang tidak wajar mengenai sesuatu hal (Anderson

dalam Tarigan 1979:10).

9. Membaca untuk menilai atau mengevaluasai (reading to evaluate). Jenis membaca tersebut

bertujuan menemukan suatu keberhasilan berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Membaca jenis

ini memerlukan ketelitian dengan membandingkan dan mengujinya kembali.

10. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

Tujuan membaca tersebut adalah untuk menemukan bagaimana cara, perbedaan atau

persamaan dua hal atau lebih.

Rumusan yang berbeda, Blanton, dkk. serta Irwin yang dikutip oleh Burns dkk. (1996) dalam

Rahim (2007:11) menyebutkan tujuan membaca mencakup (1) kesenangan, (2) menyempurnakan

membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuan tentang

suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui, (6) memperoleh

Page 80: Munirah - library.unismuh.ac.id

informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (8)

menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks

dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan (9) menjawabpertanyaan-

pertanyaanyang spesifik

C. Jenis-jenia Membaca

Menurut Soedjono dalam Sue (2004:18-21) ada lima macam membaca, yaitu: membaca

bahasa, membaca cerdas atau membaca dalam hati, membaca teknis, membaca emosional, dan

membaca bebas.

1. Membaca bahasa

Membaca bahasa adalah membaca yang mengutamakan bahasa bacaan. Membaca bahasa

mementingkan segi bahasa bacaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca bahasa adalah

kesesuian pikir dengan bahasa, perbendaharaan bahasa yang meliputi kosa kata, struktur kalimat,

dan ejaan.

2. Membaca cerdas atau membaca dengan hati

Membaca cerdas adalah membaca yang mengutamakan isi bacaan sebagai ungkapan pikiran,

perasaan, dan kehendak penulis. Bila hanya ingin mengetahui isinya, membaca cerdas bersifat

lugas. Akan tetapi, bial maksudnya untuk memahami dan memilki isi bacaan, maka disebut

membaca belajar.

3. Membaca teknis

Membaca teknis adalah membaca dengan mengarahkan bacaan secara wajar. Wajar

maksudnya sesuai ucapan, tekanan, dan intonasinya. Pikiran, perasaan, dan kemauan yang

tersimpan dalam bacaan dapat diaktualisasikan dengan baik.

4. Membaca emosional

Membaca emosional adalah membaca sebagai sarana untuk memasuki perasaan, yaitu

keindahan isi, dan keindahan bahasanya.

5. Membaca bebas

Page 81: Munirah - library.unismuh.ac.id

Membaca bebas adalah membaca sesuatu atas kehendak sendiri tanpa adanya unsur paksaan

dari luar. Unsur dari luar misalnya guru, orang tua, teman, atau pihak-pihak lain.

Sesuai dengan pengertian jenis-jenis membaca yang telah diuraikan di atas, maka membaca

puisi termasuk ke dalam membaca teknis karena membaca puisi harus memperhatikan ucapan,

tekanan, dan intonasinya, sehingga dapat mengaktualisasikan pembacaan puisi dengan baik.

Materi tes membaca Berasal dari bahasa tulis berupa wacana autentik murni dan wacana

autentik yang disimulasi (Geddes dan White dalam omanggio, 1989 ; 128). Wacana autentik yang

murni merupakan tindak komunikasi yang asli. Hal ini terlihat pada isi bacaan yang termuat di

dalam surat kabar, majalah, buku, acara tertulis yang berkaitan dengan perjalanan (Travel),

bank,kantor pos, surat, telegram, label, intruksi, laporan tertulis, karya sastra, tes dalam makalah.

Wacana autentik yang di simulasi bertujuan untuk menolong para siswa yang belum mampu

memahami wacana autentik murni, dan tujuan penyedianaan materi semacam itu untuk

kepentingan pedagogis. Di dalam memilih materi membaca Gellet menyarankan penggunaan

materi autentik yang murni karena mencari materi autentik yang untuk pengajaran mambaca lebih

mudah daripada untuk pengajaran menyimak.

Materi tes membaca dapat berupa bacaan artikel di dalam surat kabar, makalah,

majalah, buku, dan lembar – lembar yang telah disebutkan di atas.

D. Aspek – aspek yang Diukur dalam Tes Membaca

Aspek – aspek yang diukur dalam tes membaca adalah hal – hal yang menjadi indikator

keberhasilan membaca. Dua faktor penentu keberhasilan membaca adalah: Faktor keberhasilan

dan faktor nonkeberhasilan. Faktor keberhasilan berupa: identifikasi bunyi/kerespodensi symbol,

struktur makna kalimat. Faktor nonkeberhasilan pemahaman terhadap pesan yang dismapaikan

oleh penulis. Di dalam isi pesan terdapat unsur sosial-budaya ang harus dipahami oleh para

pembaca.

Penguasaan kebahasaan terdapat dalam proses ‘bottom-up’ (bawah-atas) sedangkan

penguasaan isi pesan yang berup menyimpulkan isi terdapat dalam proses “Top-Down” (atas-

bawah). Berdasarkan teori skema kedua proses itu harus terjadi secara simulasi yang disebut

dengan istilah proses interaktif.

E. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Membaca

Page 82: Munirah - library.unismuh.ac.id

Penyusunan alat ukur tes membaca melalui tahap-tahap. Kisi-kisi tes meurpakan langkah

awal yang perlu disiapkan dalam tahapan perencanaan. Dalam kisi-kisi tersebut dicantumkan

tujuan evaluasi, aspek yang dikur, indikator, serta nomor butir soal. Berdasarkan kisi-kisi tersebut,

kemudian dikembangkan penulian butir soal tes membaca.

Telah dikemukakan bahwa soal evaluasi pembelajaran komunikatif. Menuntut adanya

keterpaduan/integrasi minimal dua kompetensi, misalnya kompetensi membaca dan kompetensi

berbicara.

Langkah-langkah penulisan soal evaluasi pembelajaran komunikatif sebagai berikut:

1. Analisis keburuhan

2. Penulisan kisi-kisi: dan

3. Penulisan butir soal

Analisis kebutuhan ini berkaitan dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan siswa yang sesuai

dengan usianya. Pemahaman membaca secara bertahap dari bentuk kalimat, lalu wacana. Materi

tes membaca harus disesuaikan dengan kelas, usia dan kemampuan berpikir para siswa. Menurut

Omaggio (1986) disebabkan adanya tingkat awal, tingkat menengah, tingkat lanjut, tingkat

superior (tingkat diatas lanjut).

Penerapan langkah kedua yaitu penerapan kisi-kisi. Karena kisi-kisi itu merupakan pedoman

umum untuk modul soal, diperlukan suatu format penulisan soal yang khusus. Berikut ini diagram

yang menggambarkan proses penjabaran TIU menjadi indikator.

Tujuan Kompetensi Saluran Lingkup Kelas/jml.

Soal

Tugas/format

Memperoleh informasi

lewat bahasa tulis dan

mengespresikan

informasi secara lisan

Membaca dan

berbicara

Bahasa

tertulis dan

bersemuka

Garis

besar isi

1

2

Identifikasi isi bacaan

salah satu artikel dalam

surat kabar

Menceritakan dan

Berkomentar secara lisan

isi bacaan

Page 83: Munirah - library.unismuh.ac.id

Dialog

berpasangan/tentang isi

bacaan salah satu artikel

dalam surat kabar

Kisi-kisi diatas merupakan adanya dua keterampilan berbahasa yang di padukan yaitu

membaca dan berbicara. Penerapan langkah ketiga adalah penulisan butir soal. Tes membaca yang

ditampilkan sebagai model dalam tes ini berupa: (1) naskah sebuah artikel dalam surat kabar (2)

bentuk tes esai.

Format Alat Ukur Keterampilan Membaca

Format alat ukur membaca bermacam-macam. Tes tersebut dapat menggunakan format

pilihan ganda dan juga tes berupa uraian.

Apabila penyusunan soal memilih dua kompetensi, misalnya membaca dan berbicara, tes

yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam membaca adalah tes objektif dengan pilihan

ganda, atau tes uaraian, sedangkan untuk mengukur keberhasialn dalam berbicara menggunakan

bentuk nontes yang berupa observasi dan wawancara.

Tes objektif yaitul dikenal dengan istilah tes jawaban pendek, yaitu jenis tes hasil belajar

yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu diantara

beberapa kemungkinan jawaban yang telah di pasangkan pada masing-masing soal. Tes uraian

sering dikenal dengan istilah tes subjektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki

karakteristik sebagaimana dikemukakan berikut ini:

1. Tes yang berbentuk pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa uarain atau paparan

kalimat yang pada umumnya cukup panjang.

2. Benntuk pertanyaan yang menuntut untuk membarikan penjelasan, komentar, penafsiran dan

sebagainya.

3. Jumlah butir soal umumnya terbatas yaitu berkisaran antara lima sampai sepuluh soal.

4. Pada umumnya butir-butir tes uraian di awali dengan kata jelaskan, terangkan, uraiakan dan

sebagainnya

Page 84: Munirah - library.unismuh.ac.id

F. Untuk Mencapai Hasil Tes yang Baik, Ada Empat Karekteristik dalam Penyusunanya

1. Tes hasil belajar tersebut harus bersifat valis, atau memiliki validitas kata. Kata valid sering

diartikan dengan tepat, benar, shahih, jadi kata vadilitas diartikan dengan keteptan, kebenaran,

shahih, atau absahan.

2. Tes hasil belajar tersebut memiliki reliabilitas atau kemantapan.

3. Tes hasil belajar tersebut bersifat objektif.

4. Tes hasil belajar bersifat praktis dan ekonomi.

Page 85: Munirah - library.unismuh.ac.id

BAB VIII

KEMAMPUAN KETERAMPILAN MENULIS

A. Pengertian Menulis

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata tulis.

Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena

(pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka , dan sebagainya dengan pena,

pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat,

dan sebagainya dengan tu-lisan.

Menulis merupakan kegiatan pengungkapan ide,gagasan,pikiran, atau perasaan secara

tertulis, Kegiatan menulis dapat dilakukan dalam berbagai bentuk atau jenis bergantung pada

tujuanmenulis itu sendiri.Banyak ahli yang berupaya mengklasifikasi jenis-jenis tulisan,antara lain

Rusyana, Lkamzon, White, dan sakri.

Rusyana (1986) berpendapat bahwa berdasarkan tujuan penulisan,tulisan terdiri atas enam

jenis, yaitu tulisan deskripsi, narasi,bahasa,argumentasi,dialog, dan surat.Klasifikasi lain

mengenai jenis-jenis tulisan,yaitu narasi ,deskripsi, persuasi dan tulisan paparan, pemerian, dan

kisah. Llamzon (1984)membagi jenis tulisan ke dalam lima jenis, yaitu tulisan naratif,

procedural,hartatorik, ekspositorik, dan deskripsi. Klasifikasi yang dibuat oleh Llamzon ini agak

berbeda dengan klasifikasi yang dibuat oleh ahli lain. Klasifikasinya dibuat berdasarkan cara

penyusunan, isi dan sifat tulisan.

Uraian di atas tampak bahwa sebenarnya jenis-jenis tulisan yang dikemukakan oleh para ahli

itu hamper sama. Yang berbeda hanyalah istilah yang digunakan oleh mereka. Untuk memudahkan

anda dalam memahami jenis-jenis tulisan itu, dibawah ini akan disajikan uraian dan contoh

mengenai hal itu.

1. Tulisan narasi (kisah,naratif)

Narasi merupakan suatu bentuk pengembangan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu

berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis dari

suatu peristiwa, kejadian,atau masalah. Kesatuan tulisan ini terletak pada urutan cerita berdasarkan

waktu dan cara-cara bercerita yang diatur melalui alur (plot).Dalam tulisan narasi penukis

bertindak sebagai seorang sejarahwan atau seorang tukang cerita.Ia akan berkata,”Saya

menceritakan dan melukiskan kenyataan ini kepada Anda seperti yang saya lihat dan saya alami”.

Page 86: Munirah - library.unismuh.ac.id

Meskipun demikian, penulis narasi tetap memiliki maksud dan tujuan tertentu, yaitu ingin

meyakinkan para pembaca dengan cara mementingkan hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa

atau masalah. Daya guna narasi terjadi jika pembaca berantusias pada hal-hal yang tampaknya

sudah dilupakan

Misalnya:

Adik kami nakal sekali , Ia sering mengganggu kamai ketika kami sedang belajar . Jika kami marah

, ia tertawa terbahak-bahak . Jika kam lengah, buku kami dibawanya bermain-main. Pada suatu

hari kak tini bingung mencari pensilnya. Setelah dicari-carinya, ternyaa pensil itu dipakai adik

menggambar di dinding dibalik pintu.

2. Tulisan eksposisi (bahasan,paparan,ekspositoris)

Seorang penulis eksposisi akan berkata, “saya menceritakan semua kejadian atau peristiwa

ini kepada anda dan menjelaskannya agar dapat memahaminya”. Ungkapan ini memahami

gambaran tulisan eksposisi berupaya memberikan informasi. Oleh karena itu, didalamnya terdapat

pengembangan secara analita dan kronologis. Penulis berupaya memaparkan kejadian atau

masalah agar pembaca dapat memahaminya. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa pola

eksposisi yang harus diikuti, yaitu menyusun (1) defenisi, (2) Klasifikasi, (3) ilustrasi, (4)

pembandingan ,dan (5) sebab akibat.

Misalnya;

Tempat Tinggal harus memenuhi syarat kesehatan,ketenangan dan penerangan.dari segi

kesehatan, tempat tinggal harus bebas dari udara lembab dan bau busuk.tempat tinggal harus bebas

dari keramaian sebab tempat tinggal yang ramai akan mengganggukonsentrasi belajar. Dari segi

penerangan, tempat tinggal harus cukup terang agar tidak melelahkan mata dan otak.

3. Tulisan deskripsi (Pemerian,deskriptif)

Jenis tulisan ini berkaitan dengan pengalaman pancaindra, seperti penglihatan, pendengaran,

perabadan, penciuman, atau perasaan. Tulisan deskripsi ini memberikan suatu gambaran tentang

suatu gambaran tentang suatu peristiwa atau kejadian. Untuk menulis deskripsi yang baik, penulis

harus mendekati objek dan masalahnya dengan mengerahkan semua panca indranya.

Misalnya;

Page 87: Munirah - library.unismuh.ac.id

Ruangan tempat kami belajar tidak luas,tempat duduk kami belajar teratur empat baris ke belakang

. Pada dinding depan kelas tergantung papan tulis, diatasnya terdapat gambar burung garuda yang

diapit oleh duan buah gambar besar. Disebelah kiri gambar wakil presiden dan disebelah kanan

gambar presiden.

4. Tulisan argumentasi

Argumentasi sebenarnya merupakan suatu jenis tulisan eksposisi yang bersifat khusus.

Penulisannya berupaya meyakinkan atau membujuk pembaca untuk pecaya dan menerima apa

yang dikemukakannya. Oleh karena itu, ia selalu7 memberikan bukti yang objektif dan

meyakinkan melalui (1) contoh, (2) analog (3) akibat ke sebab, atau (4) sebab ke akibat.

Misalnya;

Bahan merupakan alat komunikasi yang amat penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

manusia dapat menyampaikan dan menerima bermacam-macam pikiran dan perasaan.Dengan

bahasa pula manusia dapat mewariskan pengalaman dan pengetahuannya. Seandainya manusia

tidak berbahasa, alangkah sunyinya dunia ini.

5. Tulisan prosedural

Tulisan prosedural merupakan rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan

yang tidak boleh dibolak-balik unsurnya karena urgensi unsure yang lebih dahulu menjadi

landasan unsur yang berikutnya. Tuisan ini biasanya disusun untuk menjawab bagaimana cara

mengerjakan sesuatu.

Misalnya;

Membongkar dan memasang mesin mobil atau cara memasak atau membuat kue. Misalnya: Jika

kita akan membuat kue apel,kocoklah tepung terigu, gula,dan mentega. Setelah itu masukkan telur

ayam dan susu murni, kemudian kocok kembali sehingga semua adnan tercampur rata. Masukkan

adonan itu ke dalam Loyang, dan susun rapi irisan apel di atas adonan. Bakarlah adonan itu selama

30 menit.

6. Tulisan hortatorik (persuasi)

Tulisan ini merupakan tuturan yang isinya bersifat ajakan,bujukan , atau nasihat. Kadang-

kadang tuturan itu disusun untuk memperkuat keputusan atau meyakinkan pendapat.

Page 88: Munirah - library.unismuh.ac.id

Misalnya:

Botan Mackerel dan sardines adalah ikan terlezat dan terbesar yang mungkin anda peroleh dari

sebuah kaleng. Botan merupakan satu-satunya ikan kalengan yang pantas anda sajikan untuk

seluruh keluarga karena diolah lengkap dengan sauz lezat, kental, dan bergizi.

7. Tulisan dialog

Tulisan dialog berisi percakapan yang berupa kalimat –kalimat langsung seorang pembicara

dengan orang lain secara bergantian dalam peran pembicara dan pendengar.

Misalnya:

Anita :”Jadi saya harus menelan satu pil setiap setelah makan dan sebelum tidur?”

Dokter :”Ya, jika hari senin masih terasa sakit, Anda tidak usah masuk kantor”.

11. Tulisan Surat

Tulisan surat adalah tuisan yang berupa kalimat langsung seorang penulis yang ditujukan

kepada teralamat.

Misalnya:

Yth.Bapak Wali Kelas 1-D

Di Sekolah

Dengan Hormat,

Dengan ini kami beritahukan bahwa anak kami yang bernama indra, nomor induk 959011

pada hari ini, Senin, 18 Mei 2011, tidak dapat mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya

karena sakit, Mudah-mudahan Bapak memaklumi hal ini.

Atas perhatian Bapak, Kami ucapkan terimah kasih.

Hormat kami,

Munirah

B. Penyusunan Kisi-kisi Alat Ukur Keterampilan Menulis

Penyusunan kisi-kisi alat ukur kemampuan (keterampilan) menulis merupakan salah satu

kegiatan perencanaan (perancangan) evaluasi pembelajaran keterampilan menulis. Sebelum

Page 89: Munirah - library.unismuh.ac.id

menyusun kisi-kisi, kita harus menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus penyelenggaraan

pengukuran (evaluasi), menentukan jenis alat ukur, dan merekapitulasi bahan.

Tujuan umum pengukuran kemampuan menulis ditetapkan berdasarkan tujuan umum

pembelajarannya. Karena pembelajaran kemampuan menulis bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan menulis siswa, pengukurannya (evaluasinya) bertujuan untuk mengetahui tingkat

kemampuan (keterampilan) menulis siswa. Tujuan umum tersebut kemudian dijabarkan kedalam

tujuan-tujuan khusus, misalnya untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam membuat

tulisan narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dialog, atau surat.

Setelah menetapkan tujuan,kita menentukan jenis alat ukur yang akan digunakan dalam

evaluasi kemampuan menulis.Kemampuan menulis hanya melibatkan penguasa aspek

kognitif,tidak melibatkan aspek psikomotor.Artinya kemampuan menulis hanya diukur dari

ekspresi verbal (yang berupa satuan-satuan bahasa).Oleh karena itu,alat ukur yang paling tepat

yang digunakan dalam evaluasi kemampuan menulis tes.Tes kemampuan menulis dapat dilakukan

dengan dua metode langsung atau tidak langsung (Harris 1969:70).Dalam metode langsung peserta

tes(siswa)diminta membuat tulisan(karangan) berdasarkan topik-topik tulisan tertentu, sedangkan

dalam metode tidak langsung kemampuan menulis peserta tes diukur melalui bentuk objektif

pilihan ganda digunakan untuk memperkirakan kemampuan menulis yang sebenarnya. Tes

menulis yang sebenarnya. Tes menulis dengan metode tidak langsung disebut pula tes kemampuan

dasar menulis.

Pemilihan dan penentuan metode tes kemampuaan menulis di atas secara tidak langsung

mewarnai pemilihan dan penyusunan bahan tesnya. Pemilihan dan penyusunan bahan tes

kemampuan menulis dengan metode langsung lebih mudah dari pada metode tidak langsung.Jika

menggunakan metode langsung,penyusunan tes hanya memilih dan menentukan topik-topik

tulisan yang sesuai dengan sasaran tes;sedangkan jika menggunakan metode tidak langsung,

penyusun tes harus mengumpulkan bahan sebanyak mungkin yang dapat dijadikan bahan

pengukuran kemampuan menulis.Walaupun demikian, perlu diingat bahwa pemilihan dan

penyusunan bahan tes kemampuan menulis tidak hanya ditentukan berdasarkan metode yang

dugunakan, tetapi yang paling utama ditentukan berdasarkan tujuan dan saaran pelaksanaan tes

tersebut.Tujuan dan sasaran pelaksanaan tes secara langsung mewarnai kegiatan pemilihan dan

penyusunaan bahan tes kemampuan menulis.

Page 90: Munirah - library.unismuh.ac.id

Setelah mengumpulkan bahan tes,barulah disusun kisi-kisi tes kemampuan menulis.

Penyussun kisi-kisi tes kemampuan menulis diwarnai oleh metode tes yang digunakan.

Penyusunan kisi-kisi tes kemampuan menulis dengan metode langsung. Lebih mudah dari pada

dengan metode teknik langsung, hanya ada satu hal yang harus ada dalam kisi-kisi, yaitu indicator

dan atau criteria yang dijadikan bahan pertimbangan dalam, menilai kemampuan menulis siswa,

indikator keberhasilan menulis diukur berdasarkan kriteria (ukuran) penilaian tertentu, seperti

kebenaran, ketepatan, kecermatan, atau keserasian dengan menggunakan skala tertentu pula, untuk

memperjelas uraian di atas, perhatian contoh kisi-kisi tes kemampuan menulis yang dilakukan

dengan metode langsung yang tersaji dalam table berikut.

Table 1.Kisi-kisi tes kemampuan menulis dengan metode langsung

Indikator yang dinilai Kriteria (ukuran)penilaian Pedoman penilaian

Isi gagasan yang

dikemukakan

Organisasi isi

Grametika

Kosakata

Ejaan dan Tanda baca

Ketepatan

Keserasian/keteraturan

Kecermatan/ketepatan

Ketepatan

Ketepatan/kecermatan

Skala penilaian

Skala penilaian

Skala penilaian

Skala penilaian

Skala penilaian

Page 91: Munirah - library.unismuh.ac.id

Jika tes kemampuan menulis dilaksanakan dengan menggunakan metode tidak langsung,

kita harus mempersentasekan bahan pembelajaran, jenjang kognitif. Yang akan diukur, serta

menentukan bentuk tes yang akan digunakan.

Hal ini agar digunakan agar perinsip evaluasi yang berimbang dan menyeluluh tercapai

(terpenuhi). Tidak semua jenjang kemampuan kognitif harus diukur dalam tes kemampuan

menulis, apalagi jika tes kemampuan menulis ini ditujukan untuk siswa tingkat menengah atau

tingkat lanjutan. Jenjang kemampuan kognitif yang akan diukur dalam evalusi kemampuan

menulis antara lain jenjang aplikasi dan sintesis.

Contoh persentase bahan pembelajaran, jenjang kemampuan kognitif, dan bentuk tes dapat

anda lihat dalam tabel ini.

Tabel 2. Rekapitulasi bahan, jenjang kognitif dan bentuk tes

Bahan pembelajaran Jenjang

kognitif

% Bentuk tes

Gramatika

Penyusunan Isi Tulisan

Ejaan dan Tanda Baca

Kosakata

Aplikasi

Sintesis

Aplikasi

Aplikasi

40

20

15

25

Ganda biasa

Ganda biasa

Ganda biasa

Ganda biasa

Setelah mempersentasekan bahan pembelajaran dan jenjang kognitif, serta menentukan

bentuk tes yang digunakan dalam tes kemampuan menulis, kita dapat menentukan jumlah soal,

mengalokasikan wakyu untuk pekerjaan setiap butir soal tersebut, menentukan bobot dan skor

soal, serta menentukan nomor soal. Aspek-aspek itulah yang harus ada dalam kisi-kisi tes

kemampuan menulis yang mengunakan metode tidak langsung, dalam table ini dibawah ini anda

dapat mengkaji contoh penyusunan kisi-kisi tes kemampuan menulis yang mengunakan metode

tidak langsung.

Tabel 3. Kisi-kisi tes kemampuan menulis dengan metode tidak langsung.

Bahan

Pembelajaran

Jenjang

Kognitif

Jumlah

soal

Watu

Per

Soal

Jumlah

waktu

Bobot Skor No

Soal

Page 92: Munirah - library.unismuh.ac.id

Gramatikal

Isi Tujuan

Ejaan

Kosakata

WT

Aplikasi

Sintesis

Aplikasi

aplikasi

24

12

9

15

2’

3’

1’

1’

48’

36’

9’

15’

12’

3

4

1

2

73

48

9

30

1-24

25-36

37-45

46-60

Jumlah 60 120 159

WT = Waktu Tenggang, biasanya digunakan untuk persiapan (mengatur tempat duduk

membagikan

lembar soal dan jawaban, memberikan petunjuk, mengumpulkan pekerjaan peserta tes) .

C. Aspek-aspek yang Diukur dalam Keterampilan Menulis

Evaluasi keterampilan menulis merupakan suatu evaluasi yang mengukur keterampilan

siswa dalam mengungkapkan gagasan, menentukan teknik penyajiannya (dalam mengarang), dan

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di dalam bahasa tulisan. Penekanan evaluasi

menulis adalah kepekaan siswa terhadap penggunaan pola-pola kata yang tepat di dalam bahasa

resmi tulisan.

Kepekaan siswa terhadap penggunaan pola-pola tersebut meliputi: 1) kesesuaian antara

subjek dengan bentuk kata kerja dalam kalimat, 2) kesejaran bentuk kata dalam kalimat, 3)

pemakaian kata ganti, 4) penggunaan kata sifat, dan 5) penggunaan kata tambahan (Safari

1997:109).

Keterampilan menulis siswa dapat diukur melalui berbagai kegiatan, misalnya kegiatan: 1)

menyalin, 2) menyadur, 3) membuat: ikhtisar, catatan, formulir, bagan, denah, tabel; 4) menulis:

laporan, notulen, hasil diskusi, surat, pidato, poster. Iklan, kuitansi, riwayat hidup, dan

proposal/usulan/kegiatan.

Secara khusus aspek yang dinilai dalam evaluasi menulis adalah didasarkan pada ruang

lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam

kurikulum. Secara umum aspek yang dapat dinilai dalam evaluasi menulis di antaranya:

1. Aspek kebahasaan: isi; penalaran; ketepatan dan kesesuaian; teknik penyajian; gaya penyajian

dan bahasa; keterbacaan/kejelasan; ejaan, tanda baca; pilihan kata,

Page 93: Munirah - library.unismuh.ac.id

2. Aspek penampilan dan sikap: kesungguhan, memikat pembaca, hati-hati, teliti, bijaksana, dan

berani dan percaya diri.

Untuk mampu mengukur keterampilan menulis siswa, dalam evaluasi menulis dapat

ditanyakan hal-hal seperti berikut ini.

1. Menguji kesesuaian antara subjek dan bentuk kata kerja dalam kalimat.

2. Menguji kesejajaran bentuk kata dalam kalimat.

3. Menguji pemakaian/penggunaan kata ganti, kata sifat, kata tambahan, gaya bahasa, ejaan dan

tanda baca.

4. Menguji kemampuan menyusun isi karangan atau menyusun ulang kalimat/paragraf yang

diacak tempatnya.

5. Menuliskan: a) nama diri berdasarkan hasil penyusunan nama diri dengan menggunakan kartu

huruf yang telah dilakukan, b) kata, kalimat, paragraf atau wacana yang didektekan, c) pesan,

perasaan, atau keinginan, d) cerita berdasarkan gambar berseri, e) daftar kegiatan sehari-hari

dengan menggunakan tebel sederhana, f) kata-kata berdasarkan urutan alfabet untuk membuat

kamus, g) cerita atau dongeng, h) pengalaman dalam bahasa puisi, i) poster yang berisikan

imbauan untuk menjaga kelestarian lingkungan, iklan, pengumuman, slogan, atau imbauan, j)

ucapan selamat, k) bermacam-macam surat balasan (resmi/tak resmi), dan l) pesan ringkas

(memo).

6. Mencatat/mendaftar: a) keperluan sehari-hari untuk diri sendiri sendiri, dan b) permaianan

yang disenangi dengan menggunakan tabel sederhana/dua kolom.

7. Mengisi: a) teka-teki secara berkelompok dan b) daftar isian/formulir, wesel, tabungan, kartu

pramuka, dan lain-lain.

8. Melengkapi cerita pada bagian awal, tengah, atau akhir yang dihilangkan.

9. Membuat/menyusun: a) laporan: pengamatan, hasil kunjungan, wawancara; b) paragraf yang

diacak/kalimat-kalimat yang diacak menjadi paragraf; c) kerangka karangan; d) buku harian,

jadwal pelaksanaan kegiatan; e) naskah pidato, sambutan tertulis; f) daftar riwayat hidup; g)

surat permohonan izin/pemberian maaf, surat pembaca; dan h) karya tulis.

Page 94: Munirah - library.unismuh.ac.id

D. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Menulis

Setelah menyusun kisi-kisi alat ukur evaluasi kemampuan (keterampilan) menulis kegiatan

berikutnya yang harus kita lakukan adalah menyusun (menulis) alat ukur evaluasi kemampuan

menulis, kegiatan ini masih masuk tahapan persiapan evaluasi kemampuan (keterampilan

menulis).

Pengukuran kemampuan menulis dapat dilakukan dengan mengunakan teknik tes. Ada dua

jenis tes yang dapat digunakan dalam pengukuran kemampuan menulis, yaitu tes objektif. Tes non

objektif, seperti tes mengarang, lebih dikenal dengan sebutan metode langsung, sedangkan tes

objektif, seperti tes pilihan ganda, lebih dikenal dengan sebutan tes tdak langsung.

Mengarang lebih dikenal dengan sebutan metode langsung, sedangkan tes objektif, seperti

tes pilihan ganda lebih dikenal dengan sebutan metode tidak langsung.

Metode langsung mengandalkan kemampuan menulis siwa pada sampel tulisan (karangan)

siswa yang bersangkutan secara nyata. Sampel tulisan siswa tersebut digunakan untuk

memperkirakan kemampuan menulis siswa yang bersangkutan. Persiapan pengukuran

kemampuan menulis dengan metode langsung lebih cepat dan lebih muda dari pada dengan metode

langsung. Kita hanya menyusun topik-topik tulisan (karangan) yang akan ditemukan oleh para

siswa. Pedoman penilaian (penskoran), dan bentuk pelaksanaan tes (cara-cara penulisan).

Ketiga hal tersebut disusun dalam lembaran soal (tugs). Pertanyaan atau soal untuk

mengukur kemampuan menulis ini diberikan langsung pada saat pelaksanaan pengukuran.kita juga

dapat mengukur kemampuan menulis dengan menyediakan gambar. Siswa diminta dibuat

karangan berdasarkan gambar tersebut. Jika cara ini dilakukan, dalam lembaran soal hanya ada

petunjuk pelaksanaan tes dan pedoman penilaian. Agar lebih jelas, perhatikan dua buah contoh

lembaran soal pengukuran kemampuan menulis.

Tabel 4. Kriteria penilaian tes kemampuan menulis.

Aspek yang dinilai Skala penilaian Bobot Skor

1. Isi gagasan

2. Organisasi isi

3. Gramatikal

4. Kosa kata

5. Ejaan dan tanda baca

10 9 8 7 6 5 4 3 2

1

10 9 8 7 6 5 4 3 2

1

3

2

3

1

1

Page 95: Munirah - library.unismuh.ac.id

10 9 8 7 6 5 4 3 2

1

10 9 8 7 6 5 4 3 2

1

10 9 8 7 6 5 4 3 2

1

Jumlah 10

Ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan pada saat menilai kemampuan siswa,

antara lain :

1. Pemberian nilai untuk setia aspek dilakukan dengan memberikan tanda silang (x) pada

skala nilai yang dianggap cocok.

2. Skala nilai 1-3 = sangat tidak tepat (sesuai cermat) , 4-5 = tidak tepat (sesuai,cermat) : 5-6

= cukut tepat (sesua,cermat): 7-8 = tepat (sesuai,cermat): 8-9 = sangat tepat (sesuai,cermat).

3. Pembobotan dilakukan untuk membedakan tingkat kepentingan masing-masing aspek dan

fungsi sebagai pengalih angka skala yang diperoleh masing-masing aspek (angka bobot

berubah bergantung pada pandangan kita tentang kepentingan setiap aspek).

4. Untuk menentukan nilai siswa berdasarkan standar absolute dalam standar nilai 10,

gunakan rumus berikut : nilai = ∑ skor : ∑ bobot.

Page 96: Munirah - library.unismuh.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Abas Sudjiono. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas

Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Anonim. 2006. Pedoman Model Penilaian Kelas KTSP TK-SD-SMP-SMA-SMK. MI-MTS-MA-

MAK. Jakarta: BP Cipta Jaya.

Apik Budi Santoso. 2003. ‘Penilaian Berbasis Kelas’ Makalah. Semarang; Jurusan Geografi, FIS

UNNES.

Burhanudin Tola. 2006. Penilaian Diri. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian Dan

Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

BSNP. 2007. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi.

Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Pedoman Penilaian Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Djemari Mardapi. 1999. Survei Kegiatan Guru dalam melakukan Penelitian di Kelas. Yogyakarta:

Lembaga Penelitian UNY.

Junaidaman. 2009. Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Kelas Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam di SD Negeri Kota Yogyakarta. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta.

Hamalik, Oemar.2002. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

Harrow. 1972. Taxonomy of Educational Objectives: the Classification of Educational Goals.

London : Longmans.

Henry Guntur Tarigan. 2008. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Maman Rachman. 2003. Filsafat Ilmu. Semarang: UPT MKU UNNES.

Mehrens & Lehmann. 1991. Measurement and Evaluation in Education and. Psychologi 4 edition.

Grasindo: Jakarta.

Mimin Haryati. 2008. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:

Gaung persada Press.

Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan., Bandung: Remaja Rosdakarya

Page 97: Munirah - library.unismuh.ac.id

Oemar Hamalik. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Permendikbud Nomor 3 Tahun 2017

Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2016.

Popham, W., J., 1994, Classroom Assessment _' What Teacher Need To Know. UPI Bandung.

Chien-Hsieh

Puji Santosa, dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universias

Terbuka.

Saifuddin Azwar. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Sekaran, U. 2002. Research Methods for Bussinss: Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 4. Jilid 1.

Jakarta: salemba 4

Suharsimi Arikunto. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Surapranata, Sumarna. Hatta, M. (2006). Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Page 98: Munirah - library.unismuh.ac.id