Top Banner
SKENARIO 1 MENCEGAH PENYAKIT DENGAN VAKSINASI Kelompok A-06 Ketua : Gamar Fauzie 1102013117 Sekretaris : Hajar Haniyah 1102013119 Anggota : 1.Anisa Fazrin 1102013031 2. Anisa Fikriani 1102013032 3. Engkay Abu Bakar 1102013097 4. Frilli Adria 1102013115 5. Futuh M 1102013116 6. Fitria Azizah 11020120 7. Kalya Audivisi 11020120 1
36

Mpt Ske 1 Kel a-6

Dec 28, 2015

Download

Documents

irmakhan

vaksin
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Mpt Ske 1 Kel a-6

SKENARIO 1

MENCEGAH PENYAKIT DENGAN VAKSINASI

Kelompok A-06

Ketua : Gamar Fauzie 1102013117

Sekretaris : Hajar Haniyah 1102013119

Anggota :

1.Anisa Fazrin 1102013031

2. Anisa Fikriani 1102013032

3. Engkay Abu Bakar 1102013097

4. Frilli Adria 1102013115

5. Futuh M 1102013116

6. Fitria Azizah 11020120

7. Kalya Audivisi 11020120

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Tahun Ajaran 2013

1

Page 2: Mpt Ske 1 Kel a-6

SKENARIO 1

MENCEGAH PENYAKIT DENGAN VAKSINASI

Seorang bayi berumur 2 bulan mendapat vaksinasi BCG di lengan kanan atas untuk mencegah penyakit dan mendapatkan kekebalan. Empat minggu kemudian bayi tersebut dibawa kembali ke RS karena timbul benjolan di ketiak kanan. Setelah Dokter melakukan pemeriksaan didapatkan pembesaran nodus limfatikus di regio axilaris dekstra. Hal ini disebabkan adanya reaksi terhadap antigen yang terdapat dalam vaksin tersebut menimbulkan respon imun tubuh.

2

Page 3: Mpt Ske 1 Kel a-6

Kata Sulit

1.Nodus Limfatikus

2.Vaksinasi

3.Antigen

4.Respon Imun

5.Regio Axilaris Dekstra

6.BCG

7.Vaksin

Jawaban

1.Nodus limfatikus adalah akumulasi dari jaringan limfatik yg dibungkus serabut elastin dan serabut otot polos yang mengandung kapsula

2.Vaksinasi adalah memasukkan vaksin kedalam tubuh dengan tujuan untuk menginduksi kekebalan tubuh

3.Antigen adalah imunogen yang dapat bereaksi dengan suatu antibody

4.Respon imun adalah reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul dan bahan lainnya terhadap mikroba

5.Regio Axilaris Dekstra ,yaitu wilayah atau daerah ketiak bagian kanan

6.BCG adalah bacillus calmete guarin : vaksin galur mikrobakterium bofis yang dilemahkan dan digunakan pada manusia terhadap pencegahan tuberculosis

7.Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi meningkatkan imunitas atau sistem kekebalan tubuh. Vaksin terbuat dari virus yang telah dilemahkan dengan menggunakan bahan tambahan seperti formal dehid dan thymerosal

3

Page 4: Mpt Ske 1 Kel a-6

Pertanyaan

1.Mengapa terjadi pembesaran pada nodus limfatikus saat kita sedang terinfeksi ?

2.Mengapa vaksinasi ditentukan waktunya ?

3.Apakah yang bekerja pada respon imun ?

4.Mengapa terjadi pembesaran pada nodus limfatikus pada region axilaris dekstra ?

5.Bagaimana cara vaksinasi dalam mencegah penyakit ?

6.Bagaimana cara penyuntikan vaksin BCG ?

7.Apa saja respon imun terhadap antigen ?

8.Apakah vaksinasi sama dengan imunisasi ?

9.Apakah hubungan antara nodus limfatikus dengan antibody ?

10.Apa efek samping dari vaksin BCG ?

11.Apa saja macam-macam vaksin ?

12.Apa yang disuntikkan dalam vaksinasi BCG ?

13.Apakah ada pemeriksaan khusus sebelum diberikan vaksin ?

Jawaban

1.Karena ada pembelahan dari leukositnya

2.Karena menunggu sampai antibody dari ibunya tidak ada

3.Limfosit T bekerja langsung pada yang terinfeksi virus, limfosit B mengeluarkan antibody secara tidak langsung. Organ-organnya ada di Lien, Limfonodus, Apendix, tonsil, plaquepyeri.

4.Karena saat vaksinasi dilakukan di sebelah kanan, makrofag membawa antigen ke nodus limfatikus pada region axilaris dekstra

5.Mikroorganisme masuk lalu dipresentasikan oleh makrofag, markernya diterima oleh sel B yang belum aktif, lalu sel B aktif ada yang menjadi sel plasma yang akan menjadi antibody, da nada juga yang membentuk sel B memory untuk mengenali kuman yang sama saat masuk dalam tubuh

6.Cara penyuntikan vaksin BCG dengan intrakutan sudut 15°

4

Page 5: Mpt Ske 1 Kel a-6

7.Pembesaran nodus limfatikus, demam(bakteri endogen), inflamasi (tumor, calor, dolor, rubor, function laisea)

8.Memasukka virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, imunisasi untuk balita, vaksin bias untuk orang dewasa

9.Ada, karena nodus limfatikus tempat bermuaranya antibody

10.Ada timbulan benjolandi ketiak kanan, demam, muncul bisul setelah 4 sampai 6 minggu hilang sendiri

11.Ada 2, yang aktif yaitu pembentukan kuman yang sudah dilemahkan untuk merangsang tubuh membentuk antibody (contoh: vaksin polio, campak) ,yang pasif yaitu penyuntikan sejumlah antibody sehingga kadar antibody nya meningkat (contoh: penyuntikan anti tetanus serum)

12.Microbacterium bofis yang dilemahkan, bagian proteinnya

13.BCG dilakukan diatas 2 bulan, sebelum disuntik ada pemeriksaan tuberculin(uji mantoux), harus hati-hati untuk pasien imunosuprosan, adanya juga pemeriksaan anak tersebut tidak menderita HIV atau gizi buruk

5

Page 6: Mpt Ske 1 Kel a-6

Hipotesa

Vaksin diberikan untuk membentuk antibody, vaksin merupakan profilaksis dari penyakityang disebabkan oleh mikroorganisme, vaksin berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan untuk membentuk antibody tersebut. Respon imun terhadap vaksin dapat berupa pembesaran nodus limfatikus. Vaksin diberikan pada waktu tertentu.

Sasaran Belajar

1.Memahami dan Menjelaskan Limfoid

1.1 Makroskopik

1.2 Mikroskopik

2.Memahami dan Menjelaskan Antigen

2.1 Definisi

2.2 Klasifikasi

2.3 Fungsi

3.Memahami dan Menjelaskan Antibody

3.1 Definisi

3.2 Klasifikasi dan struktur

4.Memahami dan Menjelaskan Respon Imun

4.1 Definisi

4.2 Klasifikasi

5.Memahami dan Menjelaskan vaksin/imunisasi

5.1 Definisi

5.2 Klasifikasi

5.3 Mekanisme Kerja

5.4 Waktu

5.5 Pemeriksaan Khusus

6.Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Vaksin

6

Page 7: Mpt Ske 1 Kel a-6

1.Memahami dan Menjelaskan Limfoid

1.1 Makroskopik

Organ Limfatik adalah sejumlah organ limfoid dan jaringan limfoid yang berperan dalam sistem imun .Organ Limfoid terbagi 2 ada organ limfoid primer atau sentral ada juga organ limfoid sekunder. Organ limfoid primer tempat pematangan limfosit yang terdiri atas sumsum tulang dan timus. Sedangkan organ limfoid sekunder adalah limpa,nodus limfatikus, plak peyer dan MALT(BALT,GALT,NALT,CALT,O-MALT, D-MALT) .

a.Limfonodus Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit dan anti bodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurang-kurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui duktus torasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih luas. Terdapat permukaan cembung dan bagian hillus (cekung) yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan saluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus. Saluran afferen memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan cembung.

a. Bentuk LimfonodusOval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus),berbentuk bulat seperti ginjal

b. Ukuran LimfonodusSebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher, axilla, dan inguinal dalam keadaan infeksi.

Limfonodus detemukan di Axilla dan lipat paha, sepanjang pembuluh pembuluh besar di leher dalam jumlah besar,di toraks dan abdomen terutama dalam mesentrium

7

Page 8: Mpt Ske 1 Kel a-6

b.Limpa

Merupakan organ limfoid yang terbesar karena kumpulan jaringan limfoid yang terbesar dalam tubuh, lunak, rapuh, vaskular berwarna kemerahan karena banyak mengandung darah dan berbentuk oval. Tempat destruksi eritrosit.Pembesaran limpa disebut dengan splenomegali.

c.Timus

Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus akan mengalami involusi dan mengecil seiring umur kadang sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2 buah lobus, mempunyai bagian cortex dan medulla, berbentuk segitiga, gepeng dan kemerahan. Thymus mempunyai 2 batasan, yaitu :

a. Batasan anterior : manubrium sterni dan rawan costae IVb. Batasan atas : Regio colli inferior (trachea)

Letak TimusTerdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum. Dasar timus bersandar pada perikardium, ventral dari arteri pulmonalis, aorta, dan trakea. Batas anterior yaitu manubrium sterni, dan rawan costae IV. Batas Atas yaitu regio colli inferior (trachea).

d.Tonsil

8

Page 9: Mpt Ske 1 Kel a-6

Tonsil terletak dalam satu lekukkan yang dikenal sengan Fossa Tonsilaris yamh dibatasi 2 otot yang melengkung berbentuk arcus Palatoglosus dan arcus Palatopharyngeus. Dasar fossa tonsilaris dinamakan dengan istilah Tonsila bed dan tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila yaitu Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan “Ring of Waldeyer” hal ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu:

a. Tonsila palatine1. Terletak pada dinding lateralis, orofaring dekstra dan sinistra2. Terletak dalam satu lekukan yang dikenal dengan fossa tonsilaris, dasar dari

lekukan itu adal tonsil bed3. Tonsil membuka ke cavum oris terdiri dari 12-15 crypta

tonsilaris4. Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang

berbentuk capsula5. Persyarafan tonsil oleh N IX (Glossopharyngues) dan N

palatinus (N V2)6. Pendarahan berasal dari arteria tonsilaris cabang

a.maxillaris externa (facialis) dan arteria tonsilaris vabang a.pharyngica ascendens lingualis

b. Tonsila inguialis1. Terletak dibelakang lidah, 1/3 bagian posterior, tidak

mempunya papilla sehingga terlihat permukaan berbenjol-benjol (folikel).

2. Pendarahan tonsil berasal dari arteria dorsalis lingue (cabang arteria lingualis), arteria carotis eksterna

c. Tonsila pharyngealis1. Terdapat di daerah nasofaring dibelakang pintu hidung

belakang,2. Bila membesar disebut adenoid, dapat menyebabkan sesak

nafas karena dapat menyumbat pintu nares posterior (choanae), terletak di daerah nasopharynx

1.2 Mikroskopik

a. Limfonodus/nodus limfatikus/kelenjar limfe Organ bersimpai berbentuk bulat / mirip ginjal, terdiri dari jaringan limfoid. Tersebar diseluruh tubuh disepanjang jalannya pembuluh limfe Nodus ditemukan di ketiak dan di lipat paha, sepanjang pembuluh-pembuluh

besar di leher dan dalam jumlah besar di toraks dan abdomen terutama dalam mesenterium

9

Page 10: Mpt Ske 1 Kel a-6

Limfonodus memiliki sisi konveks (cembung) dan konkaf (cekung) yg disebut hilus à tempat arteri dan saraf masuk dan vena keluar dr organ

Korteks luaro Dibentuk oleh jar.limfoid yang terdiri dari satu jar. sel retikular dan

serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit Bo Di dalam jar.limfoid korteks terdapat struktur berbentuk sferis yang

disebut nodulus limfatikuso Terdapat sinus subkapsularis, yang dibentuk oleh suatu jar.ikat longgar

dari makrofag, sel retikular dan serat retikular

Korteks dalamo Merupakan kelanjutan korteks luar, mengandung beberapa nodulus o Mengandung banyak limfosit T

Medullao Terdiri dari korda medularis yg merupakan perluasan korteks dalam o Banyak mengandung Limfosit B dan beberapa sel plasmao Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yg berdilatasi

à sinus limfoid medularis yang mengandung cairan limfe

Limfe mengalir ke nodus limfatikus untuk membersihkannya dari partikel asing sebelum kembali ke sirkulasi darah.

Sewaktu cairan limfe mengalir melalui sinus, 99% atau lebih antigen dan kotoran lainnya dipindahkan oleh aktivitas fagositosis makrofag.

10

Page 11: Mpt Ske 1 Kel a-6

Infeksi dan perangsangan antigenik menyebabkan limfonodus yang terinfeksi membesar dan membentuk pusat-pusat germinativum yang banyak dengan proliferasi sel yang aktif

b. Tonsil1) Tonsila palatine

o Terletak pada dinding lateral faring bagian oralo Permukaan tonsila palatina dilapisi oleh epitel

berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang juga melapisi bagian mulut lainnya

o Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi epitel (epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk) yang menyusup ke dalam parenkim membentuk kriptus yang mengandung sel-sel epitel yg terlepas, limfosit hidup dan mati, dan bakteri dalam lumennya

o Yang memisahkan jar.limfoid dari organ-organ berdekatan adalah satu lapis jaringan ikat padat yamgg disebut simpai tonsila yg biasanya bekerja sebagai sawar terhadap penyebaran infeksi tonsila

o Di bawah tonsila palatina terdapat jar.ikat padat yang membentuk kapsul. Dari kapsul terbentuk trabekula dengan pembuluh darah, dibawah kapsul terdapat serat otot rangka

2) Tonsila lingualiso Lebih kecil dan lebih banyak o Terletak pada pangkal lidah o Ditutupi epitel berlapis gepeng o Masing-masing mempunyai

sebuah kriptus

3) Tonsila faringeao Merupakan tonsila tunggal yang terletak dibagian supero-posterior

faring.o Ditutupi epitel bertingkat silindris bersilia o Terdiri dari lipatan-lipatan mukosa dengan jar. Limfoid difus dan

nodulus limfatikus o Tidak memiliki kriptus o Simpai lebih tipis dari T. palatina

c. Timus Timus memiliki suatu simpai jaringan ikat

yang masuk ke dlm parenkim dan membagi timus menjadi lobulus.

11

Page 12: Mpt Ske 1 Kel a-6

Setiap lobulus memiliki satu zona perifer gelap disebut korteks dan zona pusat yang terang disebut medula korteks dan medula berisi sel-sel limfosit.

Sel limfosit berasal dari sel mesenkim yang menyusup ke dlm suatu epitel primordium dr kantung faringeal ke 3 dan 4.

Korteks timuso limfosit T yg sangat banyak, o Sel retikular epitel yg tersebar o Bbrp makrofag

Medulla timuso Mengandung sel retikular dan limfosit o Sel2 ini menyebabkan medula tampak lebih pucat dibanding bgn

korteks o Mengandung badan hassal (corpusculum tymicum) yang merupakan

sel retikular epitel gepeng yg tersusun konsentris , mengalami degenerasi dan mengandung granula keratohialin.

Timus mengalami involusi stlh pubertas Timus ditempati oleh sel-sel yg dihasilkan dr sumsum tulang. Sel-sel ini mulai menjalani diferensiasinya mjd sel T Timus menghasilkan beberapa faktor pertumbuhan protein yg merangsang

proliferasi dan diferensiasi limfosit T

d. Lien (limpa) Merupakan tempat destruksi bagi banyak sel darah merah. Merupakan tempat pembentukan limfosit yang masuk ke dalam darah. Limpa bereaksi segera terhadap antigen yang terbawa darah dan merupakan

organ pembentuk antibodi penting Dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang menjulurkan trabekula yang

membagi parenkim atau pulpa limpa menjadi kompartemen tidak sempurna Pulpa limpa tidak mempunyai pembuluh limfe Limpa dibentuk oleh jalinan kerja jaringan retikular yang mengandung sel

limfoid, makrofag dan sel-sel antigen-presenting Tidak memperlihatkan adanya daerah korteks dan medula yang jelas Kapsul pada limpa lebih tebal dibanding pada limfonodus

Pulpa limpa

12

Page 13: Mpt Ske 1 Kel a-6

o Pada permukaan irisan melalui limpa, tampak bintik-bintik putih dalam parenkim à nodulus limfatikus (pulpa putih/pulpa alba)

o Pulpa alba terdapat dalam jaringan merah tua yang penuh dengan darah à pulpa merah/pulpa rubra.

o Pulpa rubra terdiri atas bangunan memanjang yaitu korda limpa (korda billroth) yg terdapat diantara sinusoid

Pulpa putiho Terdiri dari jaringan limfoid yang menyelubungi A. sentralis dan

nodulus limfatikus o Sel-sel limfoid yang mengelilingi A. sentralis terutama Limfosit T dan

membentuk selubung periarteri.o Nodulus limfatikus terutama limfosit Bo Diantara pulpa putih dan pulpa merah terdapat zona marginalis

Pulpa merah: jar.retikular dengan ciri khas, yaitu adanya:o korda limpa yang terdiri dari sel dan serat retikular o makrofag o limfosit o sel plasma dan banyak unsur darah (eritrosit, trombosit, granulosit)o Banyak terdapat sinusoid

Zona marginaliso Terdiri dari banyak sinus dan jar.ikat longgar. o Terdapat sedikit limfosit dan banyak makrofag yg aktif o Banyak mengandung antigen darah à peran utama dalam aktivitas

imunologis limpa Fungsi limpa

Pembentukan limfosit dibentuk dalam pulpa putih à pulpa rubra à sinusoid à bercampur darah .Destruksi eritrosit .Dilakukan oleh makrofag dalam korda pulpa merah .Pertahanan organisme ,Oleh karena kandungan limfosit B, limfosit T, sel antigen presenting dan makrofag

2.Memahami dan Menjelaskan Antigen

2.1 Definisi

Bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan antibodi.Macam-macam antigen antara lain :

imunogen (bahan yang dapat merangsang respon imun) hapten (bahan yang dapat bereaksi dengan antibody)

Antigen tersusun atas epitope (determinan) dan paratop. Epitop atau Determinan adalah bagian dari antigen yang dapat mengenal/ menginduksi pembentukan antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari antibodi yang dapat mengikat epitop.

13

Page 14: Mpt Ske 1 Kel a-6

2.2 Klasifikasi

a. Pembagian antigen menurut epitop1. Unideterminan, univalent = hanya satu jenis determinan/epitop pada satu

molekul2. Unideterminan, multivalent = hanya satu jenis determinan tetapi dua atau

lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul3. Multideterminan, univalent = banyak epitop yang bermacam-macam tetapi

hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein)4. Multideterminan, multivalent = banyak macam determinan dan banyak dari

setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi)

b. Pembagian antigen menurut spesifiksitas1. Heteroantigen = dimiliki oleh banyak spesies2. Xenoantigen = dimiliki spesies tertentu3. Aloantigen (isoantigen) = spesifik untuk individu dalam satu spesies4. Antigen organ spesifik = dimiliki organ tertentu5. Autoantigen = dimiliki alat tubuh sendiri

c. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T1. T dependent = memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk

dapat menimbulkan respons antibody. Kebanyakan antigen protein termasuk dalam golongan ini

2. T independent = dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibody. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar poliremik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, ficcol, dekstran, levan dan flagelin polimerik bakteri

d. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi1. Hidrat arang (polisakarida) = pada umumnya imunogenik, glikoprotein

yang merupakan bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respon imun terutama pembentukan antibody. Contoh lain adalah respon imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen dan spesifitas imunnya berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah

2. Lipid = biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein pembawa. Lipid dianggap hapten, contohnya adalah sfingolipid

3. Asam nukleat = tidak imunogenik, tetapi bisa menjadi imunogenik bila diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita LES

4. Protein = biasanya imunogenik dan umumnya multideterminan dan univalent

14

Page 15: Mpt Ske 1 Kel a-6

2.3 Fungsi

1. Menginduksi respon imun terhadap dirinya sendiriSel B dan T harus mampu secara spesifik mengenal sel atau bahan lain yang tidak diperlukan untuk dihancurkan atau dinetralkan karena berbeda dari sel normal tubuh sendiri.

2. Merangsang sel B untuk berubah menjadi sel plasma yang menghasilkan antibody

3.Memahami dan Menjelaskan Antibodi

3.1 Definisi

Molekul immunoglobulin yang mempunyai suatu rantai asam amino spesifik, yang hanya berinteraksi dengan antigen yang menginduksi sintesis molekul inti didalam sel seri limfoid (khususnya sel plasma), atau dengan antigen yang sangat erat hubungannya dengan antigen tersebut. [Dorland]

Suatu immunoglobulin yang diproduksi oleh limfosit B aktif spesifik (sel plasma) terhadap antigen tertentu [Sherwood]

3.2 Klasifikasi dan struktur

Antibodi dikelompokkan menjadi 5 subkelas berdasarkan perbedaan dalam aktivitas biologisnya: IgM

Berfungsi sebagai reseptor permukaan sel B untuk mengikat antigen dan disekresikan pada tahap-tahap awal respon sel plasma- Bayi yang baru dilahirkan hanya mengandung IgM 10% dari kadar IgM dewasa,

karena IgM ibu tidak dapat menembus plasenta. Janin umur 12minggu sudah mulai membentuk IgM bila sel B-nya dirangsang oleh infeksi intrauterine, seperti rubella, toksoplasmosis, dan virus sitomegalo.

IgGImmunoglobulin terbanyak dalam darah, diproduksi dalam jumlah besar ketika tubuh kemudian terpajan ke antigen yang sama. Kadarnya dalam serum sekitar 13mg/ml, merupakan 75% dari semua immunoglobulin- IgG dapat menembus plasenta masuk ke janin dan berperan pada imunitas bayi

sampai umur 6-9bulan.Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai perbedaan yang tidak banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai berikut: IgG1 40- 70%, IgG2 4-20%, IgG3 4-8%, dan IgG4 2-6%.

15

Page 16: Mpt Ske 1 Kel a-6

Bersama-sama, antibodi IgM dan IgG menghasilkan sebagian besar dari respon imun spesifik terhadap bakteri penginvasi dan beberapa jenis virus.

IgEIkut melindungi tubuh dari cacing parasitic dan merupakan mediator antibodi untuk respons alergik umum, misalnya asma.IgE dibentuk setempat oleh sel plasma dalam selaput lendir saluran napas dan cerna.

IgADitemukan dalam serum dengan jumlah sedikit. Kadarnya terbanyak ditemukan dalam cairan sekresi saluran napas, cerna dan kemih, air mata, keringat, ludah dan dalam air susu ibu yang lebih berupa IgA sekretori (sIgA) yang merupakan bagian terbanyak fungsi IgA:- sIgA melindungi tubuh dari pathogen karena dapat bereaksi dengan molekul

adhesi dati pathogen potensial sehingga mencegah adherens dan kolonisasi pathogen tersebut dalam sel pejamu.

- IgA dapat menetralkan toksin atau virus dan mencegah terjadinya kontak antara toksin atau virus dengan sel alat sasaran.

IgDTerdapat di permukaan banyak sel B tetapi fungsi nya belum diketahui. IgD juga diduga dapat mencegah terjadinya toleransi imun, tetapi mekanismenya belum jelas.

4.Memahami dan Menjelaskan Respon Imun

4.1 Definisi

Respon imun adalah respon tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respon imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mkanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.

16

Page 17: Mpt Ske 1 Kel a-6

4.2 Klasifikasi

A. Sistem imun non spesifik/alamiah/innateDisebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir.

1. Pertahanan Fisik/Mekanik kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin : garda pertama terdepan terhadap infeksi.

2. Pertahanan Biokimia a. As.lemak pada kel.sebaseus di kulit : mempunyai efek denaturasi terhadap protein

membranb. Lisozim dalam keringat, ludah, air mata, dan air susu ibu : hancurkan lapisan

peptidoglikan dinding bakteri positif gramc. ASI>laktooksidase dan as.neuraminik : antibakterial terhadap e.coli dan

stapilococusd. Saliva>laktooksidase : merusak dinding dan menimbulkan kebocoran

sitoplasma , dan berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel mikrobae. HCL , enzim proteolitik, antibodi, empedu dalam usus halus, menciptakan

lingkungan yang dapat mencegah infeksi banyak mikrobaf. Mukus yang kental melindingi sel epitel mukosa dapat menangkap bakteri dan

bahan lainnya > dikeluarkan oleh silia3. Pertahanan Humoral

Molekul larut yang diproduksi ditempat infeksi atau cedera dan berfungsi lokala. Komplemen

Berbagai bahan dalam sirkulasi seperti lektin, interferon, CRP.Berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, juga menimbulkan lisis bakteri dan parasit

b. Protein Fase AkutAPP : kadar beberapa protein dan serumAPRP : bila protein naik atau turun selama fase akutBerperan sebagai antimirobial dalam serum yang meningkat dengan cepat setelah sistem imun nonspesifik diaktifkan.Contoh ; CRP , Lektin

c. Protein fase akut lainmengurangi cedera jaringan dan meningkatkan resolusi, dan perbaikan cedera inflamasi. Contoh; haptoglobin, amiloid serum A.

d. Mediator asal fosfolipidUntuk produksi PG dan LTR --> meningkatkan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi.

e. Sitokin IL-1 , IL-6 , IL-aSebagai proinflamasi : merangsang hati untuk mengeluarkan protein fase akut.

4. Pertahanan Selular

17

Page 18: Mpt Ske 1 Kel a-6

a. Fagosit mononuklearTerdiri atas monosit dalam sirkuasi dan makrofag dalam jaringan, untuk fagositosis mikroba patogen, melepas mediator inflamasi dan sitokin, sertamempresentasikan antigen dari patogen yg dicerna kepada sel limfosit T. Penghancurankuman(fagosit) dilakukan dengan membentuk fagolisoson, yaitu fusi antar fagosom ygdidalamnya terdapat patogen dan lisosom, yg akan mendestruksi patogen, baik dengan mengunakan enzim pencernaan dari lisosom maupun menggunakan spesies oksigen reaktif.Hal ini juga mengawali pengelepasan mediator inflamasi maupun sitokin yg akanmenginduksi baik sel-sel imun spesifik maupun nonspesifik lainnya.

b. Fagosit Polimorfonuklear atau GranulocyteMerupakan 60-70% dari seluruh jumlah darah putih normal dan dapat keluar dari pembuluh darah(kemotaksis/responinflamasi). Granulosit dibagi menurut pewarnaan histologiknya menjadi neutrofil, eosinofildan basofil.Sel-sel ini mempunyai granul-granul yg mengandung enzim pencernaan.

c. NeutrofilMerupakan sel pertama yg dikerahkan ketempat bakteri masuk. Fungsi utamaneutrofil adalah fagositosis, baik dengan jalur oksigen dependen dan independen. Neutrofil jgdapat mengenal patogen scr langsung.

d. EosinofilMerupakan 2-5% dari sel darah putih orangsehat. Eosinofil jg berfungsi sebagai fagosit, dengan cara melepaskan isi granul nya yg bersifat toksik ke sel sasaran. Sel ini berperan penting pada infeksi parasit.

e. BasofilBerjumlah sangat sedikit,sekitar <0,5% dari seluruh sel darah putih. Basofil dapat berfungsi sebagai fagosit dengan memiliki enzim pencernaan(protease) tapi fungsi utamanyadengan melepas mediator inflamasi, seperti histamin,leukotrien,heparin, dll.

f. Sel mastSel mast adalah sel yg dalam struktur, fungsi dan proliferasinya serupa dengansel basofil, bedanya adalah sel mast hanya ditemukan dalam jaringan yg berhubungan dengan pembuluh darah. Sel Natural Killer (NK)Termasuk sel limfosit karena berkembang dari sel asal progenitor yg sama dengan sel B dan T. Sel NK dapatmengenali dan membunuh berbagai sel yang sudah terinfeksi tanpa bantuan tambahan untuk aktivasinya.

g. Sel Dendritik(SD)Merupakan antigen presenting cell(APC) paling efektif karenaletaknya yg strategis di tempat-tempat mikroba masuk tubuh. SD mengenali antigen,mengawali respon imunitas seluler dan humoral yg mengaktifkan sel T dan sel B.

B. Sistem imun spesifikTimbulnya sensitifitas setelah terkena pajanan pertama kali.

1. Sistem imun spesifik humoralSel B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba ekstraselular

2. Sistem imun spesifik selular

18

Page 19: Mpt Ske 1 Kel a-6

Sel T mengaktifkan makrofag sebagai efektor untuk menghancurkan mikroba atau mengaktifkan sel CTC/Tc sebagai efektor yang menghancurkan sel terinfeksi.

5.Memahami dan Menjelaskan vaksin/imunisasi

5.1 Definisi

Vaksin : Suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau diinaktivasikan (bakteri, virus, atau rikettsia), atau protein antigenic dari berbagai organism tersebut, yang diberikan untuk mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit.Vaksinasi : Memasukkan vaksin ke dalam tubuh dengan tgujuan untuk menginduksi kekebalan.

5.2 Klasifikasi

1. Vaksin hidup

Patogen: Bakteri: BCG Virus : Adeno, campak, mumps, polio, rubella, yellow fever Rekayasa : influenza (intranasal), kolera, virus rota, tifoid (Ty21a-oral)

2. Vaksin mati-diinaktifkan

Komponen:

Seluruh agens: antraks, kolera USP (parentral), kolera WC/rBS (oral), hepatitis A, hepatitis B(asal plasma), influenza(seluruh virus), pes, polio (IPV), rabies, tifoid (parenteral)

Toksoid: difteri, tetanus Subunit dimurnikan: pertussis(aselular), Hib(polisakarida), kolera WC/rBS (oral),

influenza (vaksin slit), meningokok (polisakarida), pneumokok (polisakarida), tifoid vi (polisakarida)

Rekayasa subunit: Hb konjugat, pneumokok konjugat, menigokok konjugat Rekombinan: hepatitis B(antigen permukaan), penyakit lyme (OspA)

Ciri-ciri umum vaksinasi hidup dan mati

Ciri Vaksin hidup Vaksin matiRespons imun Humoral dan selular Biasanya humoralDosis Satu kali biasanya

cukupDiperlukan beberapa dosis

Ajuvan Tidak perlu Biasanya diperlukanRute pemberian SK, oral, intranasal SK atau IMLama imunitas Potensial seumur hidup Biasanya diperlukan

dosis boosterTransmisi dari satu ke lain orang Mungkin Tidak mungkin

19

Page 20: Mpt Ske 1 Kel a-6

Inaktivasi oleh antibody yang didapat Dapat terjadi Tidak terjadi

Penggunaan pada pejamu imunokompromais Dapat menimbulkan penyakit

Tidak dapat menimbulkan penyakit

Penggunaanpada kehamilan Teoritis kerusakan janin dapat terjadi

Teoritis kerusakan janin tidak terjadi

Penyimpanan Perlu khusus untuk mempertahankan vaksin hidup

Perlu khusus untuk mempertahankan stabilitas sifat kimiawi dan fisis

Pemberian simultan dibeberapa tempat Dapat dilakukan Dapat dilakukanInterval antara pemberian vaksin yang sama secara berurutan

Diperlukan interval minimum

Diperlukan onterval minimum

Interval antara pemberian vaksin yang berbeda

Diperlukan interval minimum

Tidak diperlukan interval minimum

5.3 Mekanisme Kerja

Penyuntikan atau pemberian vaksinasi →makrofag memfagosit→APC mempresentasikan antigen →hasil presentasi marker telah diterima oleh sel B yang belum aktif →lalu dikenali sel B→sel B menjadi aktif → sel B membelah diri menjadi banyak →ada yang menjadi sel plasma ,ada yang menjadi sel B memory → lalu apabila antigen yang sama masuk kembali , sel B memory langsung aktif ,langsung menjadi sel plasma tidak perlu lagi APC mempresentasikan kembali.

20

Page 21: Mpt Ske 1 Kel a-6

5.4 Waktu

Informasi Terkait

BCG (1x) Tujuan dari pemberian Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) adalah mencegah terjadinya penyakit tuberkulosis (TB) pada anak yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB paling sering menyerang organ paru, namun juga dapat menjadi masalah serius ketika menginfeksi organ lainnya seperti tulang dan otak.

Vaksin BCG optimal diberikan 1 kali pada umur 2-3 bulan, dan biasanya diperlukan tes tuberkulin (mantoux) sebelumnya.

Campak Vaksin campak diberikan untuk mencegah penyakit campak, yaitu penyakit infeksi menular yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit yang disebabkan oleh Paramyxovirus ini dapat mengancam jiwa penderitanya.

21

Page 22: Mpt Ske 1 Kel a-6

Terdapat 2 jenis vaksin campak, yaitu sebagai vaksin tunggal atau bersama dengan vaksin penyakit lain (MMR). Vaksin tunggal campak diberikan pada umur 9 bulan, dan diberikan pengulangan vaksin (booster) pada umur 6 tahun.

DTP Vaksin DTP merupakan salah satu jenis vaksin yang diwajibkan bagi bayi dan anak untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, dan pertusis. Difteri merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae. Pada kondisi yang lebih parah, difteri dapat menimbulkan kerusakan di hati, ginjal, dan sistem saraf hingga mengakibatkan kematian. Tetanus adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani, dan dapat menimbulkan gangguan saraf yang mengancam jiwa. Pertusis atau batuk rejan merupakan infeksi saluran pernapasan yang sangat menular, ditandai dengan batuk terus menerus dengan diakhiri bunyi whoop (karena penderita berusaha menarik napas). Kematian akibat pertusis paling sering terjadi pada bayi.

Saat ini dikenal 2 jenis vaksin DTP, yaitu DTwP yang mengandung komponen keseluruhan bakteri (whole) dan DTaP yang mengandung komponen bakteri yang spesifik (aceluler). DTwP lebih sering menyebabkan reaksi lokal seperti demam dibandingkan dengan DTaP. Vaksin DTP diberikan sebanyak 5 kali, yaitu pada umur 2, 4, 6, 18 bulan, dan 5 tahun. Pada umur di atas 7 tahun dianjurkan untuk melakukan vaksinasi Td (tetanus dan difteri).

Hepatitis A

(2x, interval 6-12 bulan)

Vaksinasi hepatitis A adalah salah satu cara terbaik untuk mencegah infeksi hati yang sangat menular dan disebabkan oleh virus hepatitis A. Infeksi ini dapat mempengaruhi kemampuan fungsi hati, namun pada kebanyakan individu yang terinfeksi dapat sembuh sepenuhnya tanpa kerusakan hati permanen.Vaksin hepatitis A diberikan sebanyak 2 kali, yaitu mulai umur 2 tahun dengan interval waktu 6-12 bulan.

Hepatitis B (1)

Vaksin hepatitis B diberikan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit hepatitis B, yaitu salah satu jenis penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Penyakit hepatitis B dapat berlangsung lama (kronis) hingga berkembang menjadi sirosis hati (pengerasan hati) dan kanker hati).

Vaksin hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat bayi lahir (12 jam setelah lahir), umur 1 dan 6 bulan.

Hib (1) Vaksin Haemophylus influenza type B (Hib) adalah vaksin yang diindikasikan untuk mencegah penyakit meningitis (radang selaput otak) dan pneumonia (radang paru) yang disebabkan oleh bakteri Haemophylus influenza type B. Penyakit meningitis dan pneumonia sangat berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan saraf yang serius dan bahkan kematian.

Vaksinasi Hib dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada umur 2, 4, dan 6 bulan, kemudian diulang kembali pada umur antara 15-18 bulan.

HPV (3x) Vaksin human papillomavirus (HPV) dapat membantu melindungi terhadap infeksi HPV, terutama yang mempengaruhi daerah genital. Infeksi HPV pada daerah genital dapat menyebabkan kutil kelamin atau kanker leher rahim (serviks).

22

Page 23: Mpt Ske 1 Kel a-6

Vaksin HPV diindikasikan untuk perempuan mulai umur 10 tahun. Terdapat 2 jenis vaksin HPV, yaitu bivalen yang diberikan 3 kali dengan interval waktu 0, 1, dan 6 bulan; dan tetravalen yang diberikan 3 kali dengan interval waktu 0, 2, dan 6 bulan.

Influenza

(setiap tahun)

Vaksinasi influenza dilakukan untuk memberikan pertahanan tubuh (kekebalan) terhadap influenza, atau biasa disebut flu, yaitu infeksi virus yang mudah menular dan menyerang sistem pernafasan seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Influenza dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.

Vaksin influenza diberikan setiap tahun mulai umur = 6 bulan. Bila vaksinasi pertama (primer) diberikan pada umur 6-< 9 tahun, maka dilakukan 2 kali dengan interval waktu minimal 4 minggu.

MMR (1) Vaksin MMR merupakan vaksin yang ditujukan untuk mencegah timbulnya penyakit mumps (gondongan), measles (campak), dan rubella (campak jerman). Ketiga penyakit tersebut merupakan penyakit infeksi virus yang dapat menimbulkan komplikasi atau masalah kesehatan yang lebih serius bila terjadi pada bayi dan anak.

Vaksin MMR diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum mendapat vaksin campak pada umur 9 bulan. Selanjutnya pengulangan vaksin MMR dilakukan pada umur 5-6 tahun.

PCV (1) Pneumococcal vaccine (PCV) adalah vaksin untuk mencegah terjadinya invasive pneumococcal disease (IPD) yang dapat menyerang otak dan menyebabkan meningitis (radang selaput otak). Meningitis tersebut seringkali meninggalkan kecacatan permanen, bahkan dapat menyebabkan kematian hanya dalam waktu 48 jam.

PCV dapat diberikan pada umur 2, 4, 6, dan 12-15 bulan. Bila diberikan pada umur 7-12 bulan, perlu dilakukan 2 kali pemberian dengan interval waktu 2 bulan; sedangkan bila pada umur > 12 bulan diberikan 1 kali, namun keduanya perlu pengulangan vaksin 1 kali pada umur > 12 bulan atau dengan interval waktu minimal 2 bulan setelah vaksinasi terakhir. Pada anak umur 2 tahun, PCV cukup diberikan 1 kali.

Polio (0) Vaksinasi polio dilakukan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus polio (tipe 1, 2, dan 3). Virus polio ini akan mempengaruhi saraf motorik sehingga dapat menimbulkan kelumpuhan dan bahkan kematian.

Terdapat 2 jenis vaksin polio, yaitu oral polio vaccine (OPV) yang diberikan secara oral, dan inactivated polio vaccine (IPV) yang diberikan secara suntikan. OPV diberikan pada saat kunjungan pertama, atau bayi lahir di RB/RS pada saat bayi dipulangkan untuk menghindari penularan kepada bayi lain. Selanjutnya pada umur 2, 4, dan 6 bulan dapat diberikan OPV atau IPV,

Rotavirus (1)

Vaksin rotavirus dapat membantu mencegah terjadinya infeksi rotavirus yang merupakan penyebab paling umum diare berat disertai muntah pada bayi dan anak-anak. Dehidrasi adalah komplikasi serius dari infeksi rotavirus dan penyebab utama

23

Page 24: Mpt Ske 1 Kel a-6

kematian anak di negara berkembang.

Terdapat 2 jenis vaksin rotavirus, yaitu:

l Vaksin rotavirus monovalen diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada umur 6-14 minggu dan selanjutnya diberikan dengan interval waktu minimal 4 minggu, sebaiknya selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu.

l Vaksin rotavirus pentavalen diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada umur 6-12 minggu, selanjutnya diberikan dengan interval waktu 4-10 minggu, dan pemberian terakhir pada umur < 32 minggu dengan interval waktu minimal 4 minggu.

Td (6) Vaksin DTP merupakan salah satu jenis vaksin yang diwajibkan bagi bayi dan anak untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, dan pertusis. Difteri merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae. Pada kondisi yang lebih parah, difteri dapat menimbulkan kerusakan di hati, ginjal, dan sistem saraf hingga mengakibatkan kematian. Tetanus adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani, dan dapat menimbulkan gangguan saraf yang mengancam jiwa. Pertusis atau batuk rejan merupakan infeksi saluran pernapasan yang sangat menular, ditandai dengan batuk terus menerus dengan diakhiri bunyi whoop (karena penderita berusaha menarik napas). Kematian akibat pertusis paling sering terjadi pada bayi.

Saat ini dikenal 2 jenis vaksin DTP, yaitu DTwP yang mengandung komponen keseluruhan bakteri (whole) dan DTaP yang mengandung komponen bakteri yang spesifik (aceluler). DTwP lebih sering menyebabkan reaksi lokal seperti demam dibandingkan dengan DTaP. Vaksin DTP diberikan sebanyak 5 kali, yaitu pada umur 2, 4, 6, 18 bulan, dan 5 tahun. Pada umur di atas 7 tahun dianjurkan untuk melakukan vaksinasi Td (tetanus dan difteri).

Tifoid

(setiap 3 tahun)

Vaksin tifoid diberikan untuk mencegah penyakit demam tifoid (lebih sering disebut tipus) yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella thypi dan menyerang sistem pencernaan. Infeksi bakteri tersebut dapat menyebar melalui peredaran darah ke organ lainnya seperti limpa, kantung empedu, hati, paru, dan selaput otak.

Vaksin tifoid dapat diberikan mulai umur 2 tahun, dan perlu diulang setiap 3 tahun.Varisela

(1x)Vaksin varisela adalah cara yang aman dan efektif untuk mencegah cacar air yang sangat menular dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius.

Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan. Idealnya, diberikan pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila vaksinasi dlakukan pada umur > 12 tahun, perlu 2 kali pemberian dengan interval waktu minimal 4 minggu.

5.5 Pemeriksaan Khusus

Vaksin BCG

24

Page 25: Mpt Ske 1 Kel a-6

Bila bayi sudah berumur >2bulan, dilakukan Uji Mantoux terlebih dahulu. Bila hasilnya negative, bayi bisa divaksinasi. Bila hasilnya positif, tidak divaksinasi, focus pada pengobatannya saja.

Vaksin hepatitis BSebelum divaksin, seseorang harus diperiksa lebih dulu HBSAg-nya dan anti HBS. Bila HBSAg-nya dinyatakan positif, maka kemungkinan orang tersebut telah menderita hepatitis B akut atau kronik, sehingga didiskualifikasi dalam pemberian vaksin hepatitis B. 

Vaksinasi hepatitis B memang tidak diperkenankan diberikan pada penderita hepatitis B kronis. Sebaliknya, bila hasil pemeriksaan HBSAg dan anti HBS menunjukkan nilai negatif, maka vaksin hepatitis B dapat diberikan.

6.Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Vaksin

Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari racun dan sihir”(HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).

Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil sebab untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh berobat tatkala

terkena penyakit.

Boleh dalam kondisi darurat dalil firman Allah : “… Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya….” (QS. Al- An’am [6]:119)

25

Page 26: Mpt Ske 1 Kel a-6

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja KG, Rengganis Iris. 2014. Imunologi Dasar. Edisi 11. Jakarta : FKUI

Dorland WA . 2005 . Kamus Kedokteran . Edisi 29 . Jakarta : EGC

Sherwood L. 2011 . Fisiologi Manusia . Jakarta : EGC

www.prodia.co.id/jadwal-imunisasi-per-jenis-vaksin

www.quran.bacalah.net/

26