Page 1
MOTOR BENSIN 4 LANGKAH-125cc DENGAN CDI PROGRAMMABLE
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin
Disusun oleh:
Nama : Yustinus Adi Nugraha
NIM : 035214002
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
i
Page 2
125cc 4 STROKE GASOLINE ENGINE WITH CDI PROGRAMMABLE
Final Project
Presented as particial fulfillment of the requirement As to the Sarjana Teknik Degree
In Mechanical Engineering
by:
Yustinus Adi Nugraha
035214002
Mechanical Engineering Study Program Mechanical Engineering Department
Science And Technology Faculty Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
ii
Page 5
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tanggan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yustinus Adi Nugraha Nomor Mahasiswa : 035214002 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : ………………………………………………………………………………………
….…... Motor Bensin 4 Langkah-125cc Dengan CDI Programmable ............... .................................................................................................................................... beserta peragkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dam mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 15 Maret 2008 Yang menyatakan
( Yustinus Adi Nugraha )
v
Page 6
Halaman Persembahan
Tugas Akhir ini saya persembahkan sebagai ucapan syukur dan terima
kasihku kepada :
Ibunda tercinta Benedicta Sutarmi
Alm. Heru Suroso
Kakak-kakakku. Mas Agus, Mbak Tari, Mas Wawan
Teman-teman seperjuangan
vi
Page 7
Pernyataan
Bahwa di dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 15 Maret 2008
Penulis
vii
Page 8
INTISARI
Pembakaran pada mesin terjadi akibat campuran bahan bakar-udara yang dibakar pada tekanan tertentu. Saat pembakaran ternyata sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja mesin. Pada mesin sepeda motor sekarang kebanyakan menggunakan CDI pada sistem pengapiannya. CDI ini berguna sebagai pengatur waktu pembakaran. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan unjuk kerja motor bensin 125cc saat memakai CDI standard an saat memakai CDI programmable.
Untuk dapat mengetahui unjuk kerja dari mesin tersebut digunakan dynotest. Dynotest merupakan alat pengukur daya dan torsi yang dihasilkan oleh motor bakar. Sedangkan untuk mengetahui perbandingan konsumsi bahan bakarnya dilakukan dengan uji jalan.
Dari data yang didapat selama penelitian dapat disimpulkan bahwa Pemakaian CDI Programmable dapat meningkatkan daya dan torsi maksimal yang dihasilkan oleh motor bakar 4 langkah 125 cc sebesar 8.6% dan 4.7%. Untuk konsumsi bahan bakar Pemakaian CDI Programmable meningkatkan konsumsi bahan bakar motor 4 langkah 125cc sebesar 9.5% pada kecepatan konstan 40 Km/jam, 4.6% pada kecepatan konstan 50 Km/jam dan tidak berpengaruh pada kecepatan konstan 60 Km/jam.
viii
Page 9
Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas Akhir
ini adalah sebagian persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1 program studi
Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.
Dalam Tugas Akhir ini penulis membahas tentang peningkatan unjuk kerja
mesin motor bakar empat langkah 125cc, serta membandingkan antara motor saat
memakai CDI standar dan saat memakai CDI programmable.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak, bantuan sekecil apapun dan dalam bentuk apapun yang
sangat berarti bagi terselesaikannya tugas akhir ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan trimakasih
kepada :
1. Ir. Greg. Heliarko, S.J, S.S, B.S.T., M.A., M.Sc. selaku Dekan Fakultas
Sains dan teknologi.
2. Budi Sugiharto S.T, M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin.
3. Yosef Agung Cahyanta S.T, M.T selaku Dosen Pembimbing I
4. Ir. Fx Agus Unggul Santoso selaku Dosen Pembimbing II
5. Ibu dan kakak yang telah memberikan doa dan semangat.
6. Teman-teman Sunrise_camp dan Chrisye yang telah memberikan doa,
dorongan mental dan semangat kepada penulis.
7. Semua rekan-rekan mahasiswa TM 2003 yang memberikan bantuan moral
dan doanya.
ix
Page 10
8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan maupun
penyusunan Tugas Akhir ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu.
Meskipun penulis sudah berusaha dengan maksimal dalam pembuatan Tugas
Akhir ini, namun penulis sadar bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat kami
harapkan demi sempurnanya Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini berguna
bagi mahasiswa Teknik Mesin dan pembaca lainnya.
Jika ada kesalahan dalam penulisan naskah ini penulis minta maaf yang
sebesar-besarnya, terimakasih.
Yogyakarta, 15 Maret 2008
Penulis
x
Page 11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
TITLE PAGE .....................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iv
LEMBAR PUBLIKASI ....................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................vi
PERNYATAAN ...............................................................................................vii
INTISARI ........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................xii
DAFTAR TABEL............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ..............................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................................3
BAB II DASAR TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka .................................................................................4
2.2. Tinjauan Teori .....................................................................................5
2.2.1. Sistim Penyalaan ........................................................................6
2.2.2. Jumlah Langkah Tiap Proses .....................................................6
xi
Page 12
2.2.3. Prinsip Kerja Motor 4 Langkah .................................................7
2.2.4. Pembakaran ..............................................................................10
2.2.4.1. Proses Pembakaran ..........................................................12
2.2.4.2. Bahan Bakar ....................................................................14
2.2.4.3. Proses Penyalaan .............................................................15
2.2.5. Capasitive Discharge Ignition (CDI) ........................................17
2.2.5.1. CDI Standar .....................................................................19
2.2.5.2. CDI Programmable ..........................................................21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Penelitian Daya dan Torsi .................................................................23
3.1.1. Alat dan Bahan .........................................................................23
3.1.2. Langkah-Langkah Penelitian ...................................................25
3.2. Penelitian Konsumsi Bahan Bakar.....................................................26
3.2.1. Alat dan Bahan .........................................................................26
3.2.2. Langkah-Langkah Penelitian ...................................................29
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Daya dan Torsi....................................................................................31
4.2. Konsumsi Bahan Bakar........................................................................41
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .......................................................................................43
5.2. Saran ..................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
xii
Page 13
DAFTAR TABEL
Tabel 2-6 Waktu pengapian CDI standar............................................................ 20
Tabel 2-8 Waktu pengapian CDI programmable ................................................ 22
Tabel 4-1 Daya CDI Standar dan CDI Rextor .................................................... 31
Tabel 4-7 Torsi CDI Standar dan CDI Rextor .................................................... 35
Tabel 4-13 Konsumsi bahan bakar CDI Standar.................................................. 41
Tabel 4-14 Konsumsi bahan bakar CDI Rextor................................................... 41
xiii
Page 14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bentuk Fisik CDI programmable .................................................... 3
Gambar 2-1 Torak dari mekanisme engkol......................................................... 5
Gambar 2-2 Prisip kerja mesin 4 langkah ........................................................... 7
Gambar 2-3 Isi diatas torak, torak pada TMB, torak pada TMA ........................ 9
Gambar 2-4 Perjalanan pembakaran normal (a-d) dan selama pembakaran
terjadi pembakaran sendiri (e-h ..................................................... 12
Gambar 2-5 Contoh kurva perubahan waktu derajat pengapian menggunakan
platina dengan setrifugal advance ................................................. 18
Gambar 2-7 Grafik pengapian CDI standar ...................................................... 20
Gambar 2-9 Grafik pengapian CDI programmable .......................................... 22
Gambar 3-1 Roller dynotest yang diputar oleh roda belakang.......................... 23
Gambar 3-2 Perbandingan bentuk fisik CDI standar dan
Programmable ............................................................................... 25
Gambar 3-3 Persiapan memasang motor diatas dynotest.................................. 25
Gambar 3-4 Penggantian CDI standar dengan CDI programmable ................. 26
Gambar 3-5 Gelas ukur bahan bakar................................................................. 27
Gambar 3-6 Tempat bahan bakar yang diukur.................................................. 28
Gambar 3-7 Persiapan sepeda motor saat uji jalan bahan bakar ....................... 29
Gambar 4-2 Grafik daya CDI Standar tiap gigi ................................................ 32
Gambar 4-3 Grafik daya CDI Standar .............................................................. 32
xiv
Page 15
Gambar 4-4 Grafik daya CDI Rextor tiap gigi ................................................. 33
Gambar 4-5 Grafik daya CDI Rextor................................................................ 33
Gambar 4-6 Grafik daya CDI Standar vs CDI Rextor. ..................................... 34
Gambar 4-8 Grafik torsi CDI Standar tiap gigi................................................. 36
Gambar 4-9 Grafik torsi CDI Standar............................................................... 36
Gambar 4-10 Grafik torsi CDI Rextor tiap gigi .................................................. 37
Gambar 4-11 Grafik torsi CDI Rextor ................................................................ 37
Gambar 4-12 Grafik torsi CDI Standar vs CDI Rextor ...................................... 38
Gambar 4-13 Grafik daya dan torsi CDI Standar................................................ 38
Gambar 4-14 Grafik daya dan torsi CDI Rextor................................................. 39
Gambar 4-15 Grafik perbandingan konsumsi bahan bakar ................................ 41
xv
Page 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mesin bensin adalah salah satu jenis mesin pembakaran dalam yang banyak
digunakan sebagai sumber tenaga dari kendaraan. Mesin bensin menghasilkan
tenaga dari pembakaran bahan bakar di dalam silinder. Pembakaran campuran
udara dan bahan bakar ini akan menghasilkan panas yang sekaligus akan
mempengaruhi gas yang ada di dalam silinder untuk mengembang. Karena gas
tersebut dibatasi oleh dinding silinder dan kepala silinder maka tekanan di dalam
silinder akan naik. Tekanan inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk
menghasilkan tenaga yang akhirnya dapat menggerakkan kendaraan.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi banyak terjadi
penyempurnaan dan pengembangan baik dengan cara memodifikasi maupun
dengan cara penambahan komponen-komponen pendukung pada motor bensin.
Penyempurnaan dan pengembangan motor bensin antara lain untuk meningkatkan
daya motor. Modifikasi yang dapat dilakukan untuk menigkatkan daya motor
sangatlah banyak. Misal dengan memperbesar volume silinder, memperbesar
lubang hisap dan buang, menganti karburator dengan venturi yang lebih besar dan
mengganti komponen pengapian. Cara-cara tersebut sudah banyak dilakukan
mekanik-mekanik Indonesia dan sudah terbukti berhasil.
Melihat perkembangan di bidang otomotif yang demikian pesatnya, maka
dalam penelitian ini penulis ingin meningkatkan daya pada motor bakar dengan
1
Page 17
cara menyempurnakan pembakaran dengan cara mengganti sebagian komponen
pembakaran.
1.2 Permasalahan
Dari latar belakang diatas maka penulis mencoba untuk meneliti perbedaan
daya dan torsi sepeda motor yang sebagian sistem pengapiannya diubah. Sebagai
acuan penulis menggunakan sepeda motor 4langkah 110cc. Perlu diketahui bahwa
mesin motor tersebut sebelumnya sudah mengalami beberapa modifikasi.
Modifiksinya meliputi bore-up cc menjadi 125cc dan penggantian koil dengan
merek Kitaco. Tetapi dalam penelitian ini hal tersebut tidak menjadi masalah,
karena yang ingin diteliti hanya perbedaan daya dan torsi yang dihasilkan waktu
menggunakan CDI standar dan CDI programmable. Penggantian CDI dilakukan
karena dalam CDI standar bawaan motor terdapat limiter atau pembatas putaran
mesin( 10.000 Rpm). Hingga pada putaran diatas 10.000 rpm mesin akan
tersendat-sendat karena pembakaran yang terjadi tidak sempurna. Cara ini banyak
dilakukan mekanik balap untuk menyempurnakan pembakaran dan meningkatkan
putaran yang dapat dicapai oleh mesin. Sehinga daya yang dihasilkan akan lebih
besar. Untuk itu penulis ingin mengetahui pengaruh penggantian CDI terhadap
daya dan torsi yang dihasilkan. Selain itu penulis ingin mengetahui perbedaan
pemakaian bahan bakar antara sepeda motor saat memakai CDI standar dan saat
memakai CDI programmable.
2
Page 18
Gambar 1. Bentuk fisik CDI programmable
1.4 Tujuan penelitian
Tujuan dari penulisan / penelitian ini adalah untuk mengetahui unjuk kerja
mesin standar dan mesin modifikasi.
• Perbandingan daya yang dihasilkan dari motor saat menggunakan CDI
standar dan motor saat menggunakan CDI programmable.
• Perbandingan torsi yang dihasilkan dari motor saat menggunakan CDI
standar dan motor saat menggunakan CDI programmable.
• Perbandingan konsumsi bahan bakar motor saat menggunakan CDI
standar dan motor saat menggunakan CDI programmable dengan cara
uji jalan.
3
Page 19
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Telah banyak cara yang dilakukan oleh orang untuk meningkatkan daya
mesin bensin. Salah satu cara yang telah diteliti adalah dengan cara memodifikasi
motor bakar 4 langkah-125 cc. Penellitian tersebut berjudul Peningkatan Unjuk
Kerja Motor Bakar Empat Langkah 125cc, dilakukan oleh Pandu Sunarendro
mahasiswa Teknik Mesin universitas Sanata Dharma.
Modifikasi tersebut meliputi berikut:
• Memperbesar perbandingan kompresi dari 9 : 0 menjadi 12,5 : 1.
• Menambah tinggi angkat katup dari 7,2 mm menjadi 8 mm.
• Memperbesar diameter katup masuk dan buang dari 23 mm dan 21 mm
menjadi 24 mm dan 22 mm.
Dengan penelitian yang telah dilakukan tersebut didapat data sebagai
berikut :
• Daya yang dihasilkan dari motor modifikasi ( yang diubah : perbandingan
kompresi dari 9 : 0 menjadi 12,5 : 1, tinggi angkat katup dari 7,2 mm
menjadi 8 mm dan diameter katup masuk dan buang dari 23 mm, 21 mm
menjadi 24 mm, 22 mm ) = 13,1148 Ps, lebih tinggi 19,23% dari daya
motor standar = 10,936 Ps.
• Konsumsi bahan bakar motor modifikasi juga mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan daya. Motor standar = 1,784 kg/jam dan motor
modifikasi = 1,8629 kg/jam. Kenaikan yang terjadi sebanyak = 4,423%.
4
Page 20
2.2 Tinjauan Teori
Mesin adalah bagian utama dari kendaraan. Mesin tersebut merubah tenaga
panas menjadi tenaga mekanik. Karena tenaga yang dihasilkan inilah
alat/kendaraan dapat bergerak.
Motor bensin bekerja karena adanya energi panas yang diperoleh dari
pembakaran campuran udara dan bensin.
Poros engkol
Silinder Torak Batang torak
Gambar 2.1. Torak dari mekanisme engkol.
Pada saat torak bergerak keatas, campuran tersebut dikompresi, akibatnya
terjadilah tekanan dan temperatur yang tinggi. Selanjutnya api dari busi
dipercikkan sehingga campuran bahan bakar dan udara terbakar, akibatnya
terdoronglah torak kebawah, menekan batang torak dan menggerakkan poros
engkol. Gerakan turun-naik (bolak-balik) dari torak diubah menjadi gerak putar
oleh poros engkol. Poros engkol dihubungkan dengan roda belakang melalui
5
Page 21
sistem pemindah daya, sehingga pada saat poros engkol berputar, roda belakang
juga berputar dan kendaraan bergerak.
2.2.1 Sistem Penyalaan
Ada dua sistem penyalaan yang digunakan untuk menyalakan bahan bakar
didalam silinder (ruang bakar) yaitu dengan bunga api dan dengan udara panas
(udara yang dikompresikan). Motor dengan penyalaan bunga api menggunakan
loncatan bunga api yang dihasilkan oleh busi untuk membakar bahan bakar yang
ada dalam ruang bakar. Motor dengan penyalaan udara panas memanfaatkan
panas udara yang dimampatkan oleh piston pada saat kompresi, udara yang
dimampatkan didalam silinder cukup panas untuk memulai pembakaran bahan
bakar sehingga tidak perlu lagi peralatan pembantu untuk menyalakan bahan
bakar.
2.2.2 Jumlah Langkah Tiap Proses
Jumlah langkah per proses motor bakar diklasifikasikan menjadi dua yaitu
motor dua langkah (motor dua tak) dan motor empat langkah (motor empat tak).
Pada motor dua langkah untuk menghasilkan satu kali tenaga atau langkah tenaga
diperlukan dua langkah kerja atau dengan kata lain setiap dua langkah dari torak
motor ini menghasilkan satu kali tenaga. Sedangkan pada motor empat langkah
diperlukan empat langkah torak untuk menghasilkan satu tenaga. Secara
keseluruhan motor empat langkah lebih ekonomis dalam penggunaan bahan bakar
dibanding motor dua langkah, sehingga motor empat langkah lebih banyak
digunakan.
6
Page 22
2.2.3 Prinsip Kerja Motor Empat Langkah
Motor Otto empat langkah / motor bensin menghisap campuran udara dan
bensin sebagai bahan bakar pada saat terjadi langkah isap. Terjadi perubahan
tekanan pada proses kerja di dalam ruang di atas piston. Bila piston berada di
TMB, volume ruang ini adalah yang terbesar yaitu sL VV + dengan :
LV = Volume langkah
sV = Volume ruang sisa
Bila piston berada di TMA, volume ruang di atas piston adalah yang terkecil
yaitu . Mesin bensin empat langkah menjalani satu siklus yang tersusun atas
empat tahap/ langkah seperti Gambar 2.2 berikut:
sV
Gambar 2.2 Prinsip kerja mesin 4 langkah
Sumber : http://www.rustpuppy.org/otto/Otto's%20Motor3.htm
7
Page 23
a) Langkah isap
Campuran udara dan bahan bakar dihisap ke dalam ruang bakar. Piston
bergerak dari titik mati atas (TMA) menuju titik mati bawah (TMB). Katup isap
terbuka dan katup buang tertutup. Di dalam silinder terjadi kehampaan akibat
gerakan piston ke bawah tersebut. Disebabkan karena adanya tahanan aliran yang
dialami campuran baru yang mengalir melalui sistem isap, maka isiannya tidak
pernah mencapai 100%. Pada frekuensi putar yang lebih tinggi tekanan tersebut
akan semakin rendah sehingga peningkatan daya yang diberikan tidak dapat
sebanding dengan frekuensi putarnya.
b) Langkah kompresi
Kedua katup tertutup. Piston bergerak menuju TMA. Sesaat sebelum piston
mencapai TMA, bunga api dipercikan dan bahan bakar mulai terbakar.
Pembakaran terjadi pada volume hampir tetap (dianggap tetap) sampai tekanan
maksimum. Mesin bensin memerlukan percikan bunga api (spark) untuk
mengawali pembakaran didalam silinder maka sering disebut spark ignition
engine. Bunga api dipercikan dalam ruang bakar sebelum torak mencapai titik
mati atas (TMA), sehingga terjadi pembakaran yang diikuti oleh naiknya energi
kalor gas dalam ruang bakar. Makin kecil ruang terhadap ruang akan
semakin besar pemampatannya. Hal ini sangat tergantung pada perbandingan
pemampatan ( perbandingan kompresi).
sV LV
Pebandingan pemampatan adalah perbandingan antara dua macam volume, yaitu :
• Volume di atas piston pada kedudukan TMB
• Volume di atas piston pada kedudukan TMA (Gambar 2.3)
8
Page 24
Gambar 2.3 Isi diatas torak; torak pada TMB, torak pada TMA
Sumber :. Arends,.1986. Halaman 8
Perbandingan pemampatan dinyatakan dengan symbol r, dalam persamaan
menjadi :
s
sL
VVVr +
=
c) Langkah usaha
Setelah mencapai TMA, piston akan didorong oleh gas bertekanan tinggi
menuju TMB. Tekanan mekanis ini diteruskan ke poros engkol. Penghentian
pembakaran gas terjadi pada TMA atau sedikit sesudahnya. Ini disebabkan oleh
pengembangan gas terbesar akibat suhu tertinggi terjadi pada volume terkecil
( ) sehingga piston mendapatkan tekanan terbesar. Sesaat sebelum mencapai
TMB, katup terbuka, gas hasil pembakaran mengalir keluar dan tekanan dalam
ruang bakar turun dengan cepat.
cV
d) Langkah buang
Piston bergerak dari TMB menuju TMA serta mendorong gas di dalam
silinder ke saluran buang lewat katup buang. Tidak semua gas bekas dapat
dikeluarkan. Ruang bakar yang kecil ( ) atau perbandingan pemampatan yang
besar akan memperbaiki keadaan tersebut. Di samping itu periode overlapping
mempunyai peranan penting. Periode overlapping adalah periode dimana katup
cV
9
Page 25
isap dan katup buang terbuka secara bersamaan yang dikarenakan perpanjangan
pembukaan katup selama proses pengisapan dan pembuangan.
2.2.4 Pembakaran
Pembakaran diawali dengan loncatan api busi pada akhir pemampatan. Pada
keadaan biasa kita mendapatkan pembakaran teratur dimana selalu terdapat dua
tahapan ialah bagian yang tidak terbakar dan bagian yang terbakar, keduanya
dibatasi oleh api pembakaran. Suhu pembakarannya berkisar antara 2100 K
sampai 2500 K.
Pada pembakaran teratur yang lamanya kira-kira tiga milidetik (0,003 s),
terjadi juga perjalanan tekanan teratur diatas piston dan dalam beberapa kasus,
suhu dari gas yang belum terbakar menjadi terlalu tinggi sehingga dapat
menyebabkan pembakaran sendiri dimana sebagian dari isi silinder terbakar dalam
waktu yang sangat singkat (Gambar 2.4). Disebabkan oleh singkatnya
pembakaran, tekanan dalam seluruh ruang bakar tidak sama sehingga terjadi
gangguan keseimbangan, dengan tekanan tinggi setempat.
Pembakaran yang tidak teratur mengakibatkan pembebanan terlalu berat dari
mekanismenya. Gerakan dari gas terhadap logamnya memberi suara seperti
pukulan yang disebut detonasi. Penyebab utama detonasi adalah suhu yang terlalu
tinggi dari gas yang dimanfaatkan atau ruang bakar tidak memenuhi syarat.
Detonasi yang berulang-ulang dalam waktu yang lama dapat merusak bagian
ruang bakar, terutama bagian tepi kepala torak tempat detonasi terjadi. Di samping
itu detonasi mengakibatkan bagian ruang bakar (misalnya busi atau kerak yang
ada) sangat tinggi temperaturnya, atau pijar, sehingga dapat menyalakan
10
Page 26
campuran bahan bakar dan udara sebelum waktunya. Penyalaan yang terlalu awal
ini dapat mengurangi daya dan efisiensi mesin, sedangkan tekanan maksimum gas
pembakaran juga akan bertambah tinggi.
Detonasi dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu :
• Mengurangi tekanan dan temperatur bahan bakar dan udara yang masuk ke
ruang bakar
• Mengurangi perbandingan kompresi
• Memperlambat saat penyalaan
• Mempertinggi angka oktan bensin
• Pendinginan gas yang belum terbakar
• Membuat konstruksi ruang bakar yang sedemikian rupa sehingga bagian
yang terjauh dari busi mendapat pendinginan yang lebih baik.
• Busi ditempatkan di pusat ruang bakar yaitu di antara katup buang (bagian
yang panas) dan katup isap (tempat kemungkinan besar terdapat campuran
yang kaya)
• Menaikkan kecepatan torak atau putaran poros engkol untuk memperoleh
arus turbulen pada campuran di dalam silinder yang mempercepat
rambatan nyala api
• Saluran buang dibuat relatif pendek sehingga bahaya terbakar sendiri akan
berkurang. Dalam hal ini gas yang belum terbakar tidak ada waktu untuk
menaikkan suhunya, karena bersamaan dengan itu api telah memasuki
seluruh ruang bakar. Keadaan menguntungkan ini terjadi bila busi
dipasang di pusat ruang bakar, bila bentuk ruang bakarnya berbentuk
setengah bulat.
11
Page 27
Gambar 2.4 Perjalanan pembakaran normal (a-d) dan selama pembakaran terjadi pembakaran sendiri (e-h)
Sumber : Arends, H. Berenschot.1986 . Halaman 60
2.2.4.1 Proses Pembakaran
Proses pembakaran dikatakan normal apabila pembakaran didalam silinder
terjadi karena nyala api ditimbulkan oleh percikan bunga api oleh busi, dengan
bunga api ini proses terbakarnya bahan bakar berlangsung hingga seluruh bahan
bakar yang ada di dalam silinder terbakar habis dengan kecepatan yang relatif
konstan. Proses pembakaran tidak akan terjadi bila tidak ada oksigen di dalam
silinder. Baik buruknya proses pembakaran ditentukan juga oleh
banyak/sedikitnya jumlah oksigen yang ada di dalam silinder. Apabila campuran
bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam silinder sesuai antara jumlah
12
Page 28
hidrokarbon dengan jumlah oksigen (campurannya homogen) maka
dimungkinkan terjadinya pembakaran sempurna.
Bahan bakar yang dibakar diambil hidrokarbon-nya ( ) dan jika
pembakarannya sempurna maka hasil pembakarannya menjadi dan .
Jadi kalau ditulis dalam persamaan menjadi :
188 HC +
2CO OH 2
+188HC +2O 2N → +2CO +OH 2 2N
Jika pembakarannya sempurna maka jumlah semua bagian kiri sama dengan
jumlah bagian kanan. Maka untuk membalans semua harus tereaksi habis
sehingga :
8C → 28CO
Sedangkan balans hidrogennya :
18H → OH 29
Karena reaksinya dengan oksigen maka balans oksigen menjadi :
2112 + 2O ← 28CO OH 29
Karena kandungan nitrogen diudara setiap satu mole oksigen akan bersamaan
dengan 3,76 mole nitrogen, maka di dalam proses ini terdapat Nitrogen juga yang
jumlah balansnya adalah :
( ) 221 76,312 N → 247N
Sehingga persamaan kimia pembakaran yang sempurna ini menjadi :
2222221
188 47984712 NOHCONOHC ++→++
13
Page 29
2.2.4.2 Bahan Bakar
Sampai saat ini bahan bakar yang dipakai pada mesin bensin adalah bensin,
tetapi ada beberapa mesin yang menggunakan alkohol, LPG atau bahan bakar
lainnya. Di sini hanya menjelaskan bahan bakar bensin secara umum.
a. Sifat utama bensin
Bensin mengandung hidrokarbon hasil sulingan minyak mentah. Bensin
mengandung gas yang mudah terbakar, umumnya bahan bakar ini digunakan
untuk mesin dengan pengapian busi. Sifat yang dimiliki bensin sebagai berikut :
• Mudah menguap pada temperatur normal
• Tidak berwarna, tembus pandang dan berbau
• Mempunyai titik nyala rendah (-10º sampai -15ºC)
• Mempunyai berat jenis yang rendah (0,60 sampai 0,78)
• Dapat melarutkan oli dan karet
• Menghasilkan jumlah panas yang besar (9.500 – 10.500 kcal/kg)
• Sedikit meninggalkan carbon setelah dibakar.
b. Syarat-syarat bensin
Kualitas berikut ini diperlukan oleh bensin untuk memberikan kerja mesin
yang baik.
• Mudah terbakar
Pembakaran serentak di dalam ruang bakar dengan sedikit knocking.
• Mudah menguap
14
Page 30
Bensin harus mampu membentuk uap dengan mudah untuk memberikan
campuran udara – bahan bakar dengan tepat saat menghidupkan mesin yang
masih dingin.
• Tidak beroksidasi dan bersifat pembersih
Sedikit perubahan kualitas dan perubahan bentuk selama disimpan. Selain itu
juga bensin harus mencegah pengendapan pada sistem intake.
c. Nilai oktan
Nilai oktan (octan number) atau tingkatan dari bahan bakar adalah
mengukur bahan bakar bensin tehadap anti-knock characteristic. Bensin dengan
nilai oktan tinggi akan tahan terhadap timbulnya engine knocking dibanding
dengan nilai oktan yang rendah.
2.2.4.3 Proses Penyalaan
Untuk membangkitkan loncatan listrik antara kedua elektroda busi
diperlukan perbedaan tegangan yang cukup besar. Besarnya tegangan tergantung
pada beberapa faktor berikut :
• Perbandingan campuran bahan bakar dan udara
• Kepadatan campuran bahan bakar dan udara
• Jarak antara kedua elektroda serta bentuk elektroda
• Jumlah molekul campuran yang terdapat diantara kedua elektroda
• Temperatur campuran dan kondisi operasi yang lain.
Perbandingan campuran bahan bakar dan udara berkisar antara 0,06-0,12.
Untuk menyalakan campuran bahan bakar dan udara yang miskin diperlukan
perbedaan tegangan yang relatif lebih besar daripada untuk campuran kaya.
15
Page 31
Pada umumnya disediakan tegangan yang lebih besar untuk menjamin agar
selalu terjadi loncatan api listrik di dalam segala keadaan, misalnya antara 10.000-
20.000 volt. Hal ini mengingat juga akan kondisi operasi yang dapat berubah
sebagai akibat keausan mesin yang tidak dapat dihindari. Makin padat campuran
bahan bakar dan udara maka tegangan yang diperlukan akan makin tinggi untuk
jarak elektroda yang sama. Karena itu diperlukan tegangan yang lebih tinggi bagi
motor dengan perbandingan kompresi yang lebih besar. Terutama apabila tekanan
campuran yang masuk silinder itu tinggi dan loncatan listrik ditentukan pada
waktu torak berada lebih dekat dengan TMA.
Makin besar jarak elektroda busi maka akan semakin besar pula perbedaan
tegangan yang diperlukan untuk memperoleh intensitas api listrik yang sama.
Jumlah minimum molekul yang harus ada di antara kedua elektroda pada waktu
terjadi loncatan listrik sangat menentukan apakah penyalaan dapat berlangsung
sebaik-baiknya.
Karena jumlah molekul sangat tergantung pada perbandingan campuran
jumah gas sisa, temperatur, dan kondisi operasi yang lain, sehingga jumlahnya
dapat berubah-ubah. Dengan memperbesar jarak elektroda diharapkan jumlah
minimum itu dapat dicapai walaupun keadaan operasinya berubah-ubah. Tetapi
jarak elektroda juga menentukan besarnya tegangan. Dan tegangan yang terlalu
tinggi tidak menguntungkan. Tegangan yang tinggi memerlukan kabel listrik yang
diisolasi secara cermat sehingga harganya menjadi lebih mahal.
Intensitas loncatan api listrik juga ditentukan oleh jarak antara kedua
elektroda busi. Jarak elektroda yang optimum adalah antara 0,6-0,8 mm. Selain itu
penentuan tempat busi di dalam ruang bakar juga penting. Loncatan api listrik
16
Page 32
tidak boleh terjadi di tempat lain kecuali di antara kedua elektroda busi. Supaya
selalu terdapat campuran bahan bakar dan udara yang mudah terbakar di antara
kedua elektroda, tempat yang terbaik untuk busi ialah dekat katup isap. Tetapi jika
ditinjau dari kemungkinan terjadinya detonasi, sebaiknya busi ditempatkan pada
bagian yang terpanas, misalnya dekat katup buang.
Pada sistem penyalaan konvenional (penyalaan dengan menggunakan platina)
terdiri dari sebuah baterai sebagai sumber energi listrik, kontak penyalaan
(platina), kumparan penyalaan (koil), tahanan distributor (yang di dalamnya
terdapat pemutus arus, kam, rotor dan alat pengatur saat penyalaan), busi, serta
kabel-kabel tegangan tinggi dan rendah. Selain penyalaan secara konvensional,
ada yang menggunakan sistem penyalaan elektronik.
2.2.5 Capasitive Discharge Ignition (CDI)
Merupakan komponen kelistrikan yang terdiri atas koil pembangkit pulsa
atau pulser yang dihubungkan ke koil primer. Fungsi koil ini sama dengan platina,
yaitu mengaktifkan SCR (Silicon Control Rectifier). Pada CDI, listrik yang
berasal dari sepul pengapian digunakan untuk mengisi kondensor. Disinilah listrik
disimpan beberapa saat. Selanjutnya, begitu pulser membangkitkan pulsa, SCR
langsung aktif. Komponen ini merupakan sakelar elektronik, karena begitu ada
kontak dari pulser maka listik akan dialirkan ke koil pengapian sehingga busi
akan memercikkan api.
Dalam pembahasan sistem penyalaan diterangkan bahwa sistem penyalaan
konvesional menggunakan platina sebagai pengatur kapan busi memercikkan api.
Untuk mengubah waktu derajat pengapiannya di bantu secara mekanis oleh
17
Page 33
sentrifugal advance timing. Peranti ini menggunakan prinsip bandul governor
untuk menggeser letak platina. Oleh sebab itu perubahan letak derajat pengapian
tergantung dari perangkat tersebut. Misal kekuatan pegas dan berat bandulnya.
Perubahan derajat pengapian yang menggunakan sistem tersebut tidak dapat kita
lihat secara jelas. Selain itu perubahan waktu pengapiaan mulai terjadi ketika rpm
mesin telah memenuhi syarat untuk menggerakkannya. Karena itu peranti ini tidak
bekerja dari rpm awal. Hal lain adalah bila advance timing sudah bekerja
maksimal, maka walaupun rpm naik derajat waktu pengapian tidak akan berubah
lagi. Lihat gambar 2.5.
Gambar 2.5 Contoh kurva perubahan waktu derajat pengapian menggunakan
platina dengan sentrifugal advance
Sumber : www.jetav8r.com/Vision/Ignition/CDI.html
Tetapi pada sistem yang menggunakan CDI, timing derajat pengapian
dimajukan oleh SCR tadi. Perubahan timing tersebut dipengaruhi oleh waktu yang
diperlukan untuk membangun voltase listrik yang dihasilkan pulser. Sinyal dari
pulser sendiri tergantung dari putaran mesin.
18
Page 34
2.2.5.1 CDI Standar
CDI ini adalah CDI bawaan sepeda motor yang telah terpasang pada unit
sepeda motor. SCR yang berfungsi sebagai pengubah derajat pengapian pada CDI
ini hanya dapat mengeluarkan sebuah grafik pengapian. Grafik tersebut dibuat
oleh produsennya dan tidak dapat diubah-ubah. Dibawah dapat dilihat kurva
pengapian yang dimiliki oleh CDI standar. (Gambar 2.7 ). Dalam kurva tersebut
dapat dilihat bahwa terdapat kejanggalan. Kurva tersebut tidak smoth, hal
tersebut terjadi karena dalam rangkaian CDI tersebut terdapat beberapa komponen
yang nilainya tidak sesuai dengan ketentuannya. Hal tersebut dilakukan untuk
memangkas biaya produksi.
19
Page 35
Tabel 2.6 Waktu pengapian CDI standar
RPM Derajat <500 0,7 500 1 1000 1,2 1500 2,2 2000 4,1 2500 8,9 3000 12,15 3500 15,3 4000 25,5 4500 26 5000 27 5500 28,5 6000 29,2 6500 31,5 7000 31,25 7500 33,4 8000 33,8 8500 33 9000 35 9500 34,79 10000 34,9 10500 32,824 11000 32,014 11500 32,044 12000 31,594 12500 31,294 13000 30,894 13500 30,494 14000 30,094 14500 29,694 15000 29,294 15500 29 16000 29 16500 29 17000 29 17500 29 18000 29 18500 29
Gambar 2.7 Grafik pengapian CDI standar.
20
Page 36
2.2.5.2 CDI Programmable
Berbeda dengan CDI standar. Pada CDI programmable grafik yang
dikeluarkan oleh CDI dapat diubah-ubah. Karena dengan menggunakan perangkat
komputer kita dapat mengatur sendiri bagaimana perubahan derajat pengapian tiap
rpm yang akan kita pakai. Waktu derajat pengapian dapat kita lihat secara jelas.
Pemograman ulang untuk mengaturnya biasa disebut dengan remaping.
Remaping ini dapat dilakukan bila pengguna merasa belum mendapatkan
kinerja mesin yang maksimal. Dalam penelitian ini penulis hanya memperbaiki
kurva yang dimiliki oleh CDI standar. Karena kurva yang dimiliki CDI standar
masih belum dapat memberikan timing pengapian yang maksimal. Kurva yang
digunakan dalam CDI programmable dapat dilihat dibawah ini.
21
Page 37
Tabel 2.8 Waktu pengapian CDI programmable
Derajat RPM
BTDC <500 0,7 500 1 1000 1,2 1500 2,2 2000 4,1 2500 8,6 3000 11,6 3500 14,2 4000 17,7 4500 20,4 5000 23 5500 25,6 6000 28,2 6500 30,8 7000 32,4 7500 33,2 8000 33,8 8500 34 9000 34,3 9500 34,5 10000 34,15 10500 33,4 11000 32,7 11500 32,044 12000 31,594 12500 31,294 13000 30,894 13500 30,494 14000 30,094 14500 29,694 15000 29,294 15500 29 16000 29 16500 29 17000 29 17500 29 18000 29
Gambar 2.9 Grafik pengapian CDI programmable.
22
Page 38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Penelitian Daya dan Torsi
3.1.1 Alat dan Bahan
` Alat :
• Dynotest
Merupakan alat pengukur yang digunakan untuk mengetahui
berapa besar nilai daya dan torsi yang dikeluarkan oleh mesin motor.
Dynotest yang digunakan adalah tipe on well, jadi pemgukuran
dilakukan pada putaran roda dengan cara menempelkan roda
belakang dengan roller inersia yang ada pada dynotest. Alat ini
dilengkapi dengan perangkat komputer yang akan mencatat daya dan
torsi yang dihasilkan oleh putaran roda kemudian dapat
mengeluarkan data tersebut dalam bentuk grafik untuk memudahkan
pembacaan hasil pengujian.
Gambar 3.1 Roller dynotest yang diputar oleh roda belakang.
23
Page 39
• Sepeda Motor
Sepeda motor yang digunakan sebagai sarana penelitian ini
adalah sepeda motor dengan mesin 4 langkah 125cc.
Perlu diketahui bahwa sepeda motor ini telah mengalami
beberapa modifikasi. Bagian mesin yang telah dimodifikasi adalah
volume silinder. Mesin ini telah di Bore-Up menjadi 122cc yang
tadinya hanya 110cc. Koil pengapian diganti dengan merek Kitaco.
Saluran buang menggunakan tipe racing keluaran HRP dan setingan
karburator yang menyesuikan karena penggantian beberapa
komponen diatas.
Dalam penelitian ini hal tersebut tidaklah menjadi masalah,
karena sepeda motor tersebut hanya sebagai sarana penelitian, dalam
arti waktu penelitian perbedaan pengaruh penggantian CDI motor
terebut tidak akan diubah settingannya. Pengambilan data dilakukan
hanya dengan melepas CDI standar kemudian menggantinya dengan
CDI Programmable.
Bahan
• CDI standar
CDI ini merupakan CDI bawaan sepeda motor yang telah
terpasang pada unit sepeda motor
24
Page 40
• CDI Programmable
CDI ini adalah CDI yang akan ditliti pengaruh penggantiannya
pada sepeda motor diatas. Merupakan CDI yang dapat di atur
bagaimana kurva pengapian yang diinginkan oleh pemakai.
Gambar 3.2 Perbandingan bentuk fisik CDI standar dan Programmable
3.1.2 Langkah-Langkah Penelitian
1. Mempersiapkan sepeda motor
2. Menaikkan sepeda motor diatas mesin dynotest dan memasangnya dengan
mengikat, sehingga waktu mesin dinyalakan motor tetap diam.
Gambar 3.3 Persiapan memasang motor diatas dynotest
25
Page 41
3. Menghidupkan mesin sepeda motor.
4. Pengambilan data gigi 1. Masukkan ke gigi 1, kemudian mesin diputar
gasnya sampai Rpm maksimal. Untuk pengambilan data gigi 2 dan 3
dengan cara diatas hanya posisi giginya yang diubah.
5. Setelah didapat data CDI standar, matikan mesin kemudian ganti CDI
standar dengan CDI programmable yang telah diisi kurva pengapian yang
dikehendaki.
Gambar 3.4 Penggantian CDI standar dengan CDI programmable
6. Ulangi lagkah 4 untuk mendapatka data gigi1,2 dan 3.
7. Matikan mesin motor
3.2 Penelitian Konsumsi Bahan Bakar
3.2.1 Alat dan Bahan
Alat :
• Sepeda Motor
Sepeda motor yang digunakan sebagai sarana penelitian ini
adalah sepeda motor dengan mesin 4 langkah 125cc.
26
Page 42
• Speedo Meter
Alat ini digunakan untuk melihat jarak tempuh yang dapat
ditempuh oleh sepeda motor dengan bahan bakar 100 ml. Speedo
meter yang digunakan adalah speedo meter yang telah terpasang pada
sepeda motor.
• Gelas ukur
Digunakan untuk mengukur volume bahan bakar yang akan
dipakai dalam penelitian.
Gambar 3.5 Gelas ukur bahan bakar
• Botol minun air mineral
Digunakan untuk menampung bahan bakar yang akan diuji.
Agar memudahkan dalam proses pengamatan, maka penulis memilih
botol minum air mineral yang transparan. Sehingga bahan bakar
dapat terlihat masih seberapa.
27
Page 43
Gambar 3.6 Tempat bahan bakar yang diukur
• Selang bensin
Untuk mengalirkan bahan bakar dari tangki yang baru ke
karburator.
Bahan :
• CDI standar
CDI ini merupakan CDI bawaan sepeda motor yang telah
terpasang pada unit sepeda motor.
• CDI Programmable
CDI ini adalah CDI yang akan diteliti pengaruh penggantiannya
pada sepeda motor diatas. Merupakan CDI yang dapat di atur
bagaimana kurva pengapian yang diinginkan oleh pemakai.
• Bahan Bakar
Bahan bakar yang dipakai adalah premium atau bensin.
28
Page 44
3.1.2 Langkah-Langkah Penelitian
1. Mempersiapkan sepeda motor.
Gambar 3.7 Persiapan sepeda motor saat uji jalan bahan bakar.
2. Mengosongkan tangki bahan bakar kemudian mengisinya dengan bahan
bakar bensin sebanyak 100 ml.
3. Catat angka awal pada petunjuk kilometer yang ada pada speedo meter.
4. Hidupkan mesin sepeda motor dan gunakan untuk jalan dengan kecepatan
konstan 40 km/jam.
5. Catat angka petunjuk kilometer saat mesin mati karena kehabisan bahan
bakar.
6. Kurangi data langkah 5 dengan data langkah 4, maka akan didapat jarak
yang dapat ditempuh sepeda motor dengan bensin 100 ml.
7. Ulangi langkah 2 s/d 6 untuk mendapatkan data dengan kecepatan
50km/jam dan 60km/jam.
8. Setelah didapat data CDI standar, ganti CDI dengan CDI programmable.
Kemudian ulangi langkah 1 s/d 7.
29
Page 45
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam pengambilan data, penulis mengumpulkan data daya dan torsi tiap
gigi. Hanya gigi 1,2 dan 3 karena daya dan torsi gigi empat dianggap sama dengan
gigi 3, hanya digunakan untuk menghaluskan suara dan putaran mesin. Daya dan
torsi yang di ambil oleh peneliti tidak dari putaran rendah. Untuk gigi pertama
diambil mulai putaran sekitar 2000 Rpm sampai putaran mesin maksimal.
Diambil dari putaran itu Karena motor ini tidak memakai kopling manual, tetapi
menggunakan kopling otomatis. Kopling otomatis ini mulai dapat menyalurkan
tenaga dari putaran mesin sekitar 2000 Rpm.
Sedangkan untuk pengukuran gigi 2 dan 3 dimulai diputaran normal
waktu kita mulai menggunakannya waktu dikendarai. Seperti yang kita tahu, kita
tidak menggunakan gigi 2 untuk mulai berjalan. Kita menggunakan gigi 2 pada
sepeda motor bila putaran mesin saat berjalan pada gigi 1 sudah terasa kasar.
Begitu juga dengan gigi 3.
Dengan data yang telah didapat dalam pengujian, penulis akan mencoba
membahasnya dengan teori yang ada. Dan telah didapat penulis selama mengikuti
kuliah ataupun waktu diluar kuliah.
30
Page 46
4.1 Daya dan Torsi
Tabel 4.1 Daya CDI Standar dan CDI Rextor.
CDI Standar CDI Rextor RPM Gigi 1 Gigi 2 Gigi 3 Gigi 1 Gigi 2 Gigi 3
2250 0,1 2500 0,9 0,2 2750 1,2 0,6 3000 1,5 0,9 3250 2 1,6 3500 2.,5 2 3750 3 2,5 4000 3,4 3,1 4250 3,9 4,2 4500 4,2 4,8 2,8 4750 4,8 1,8 5,8 3,4 5000 5,1 2,4 6,2 4,1 5250 5,3 4,4 6,5 4,8 5500 5,4 6,4 6,7 6,3 5750 5,4 7,2 6,5 7,2 6000 5,6 7,7 6,4 7,6 4,8 6250 5,8 8,3 3,8 6,2 8 5,5 6500 6 8,5 7,5 6,3 8,3 9,2 6750 6,2 8,8 9,7 6,4 8,7 10 7000 6,5 8,9 10 6,5 9 10,3 7250 6,6 9,2 10,4 6,7 9,4 10,7 7500 6,8 9,4 10,5 6,9 9,7 11 7750 7 9,6 10,5 7,1 9,9 11,2 8000 7,1 9,7 10,4 7,4 9,9 11,2 8250 7,2 9,8 10,4 7,4 9,9 11,4 8500 7,2 9,7 10,3 7,4 10 11,3 8750 7,2 9,8 10,1 7,3 10 11 9000 7,2 9,9 10 7,3 10,2 10,9 9250 7,2 9,8 9,7 7,2 10 11 9500 7,1 9,5 9,3 7 9,9 10,9 9750 7 9,2 8,9 6,8 9,8 10,6 10000 6,7 9,2 8,3 6,6 9,6 10,1 10250 6,3 8,6 7,6 6,4 9,1 9,8 10500 5,9 8,3 5,6 6,1 9 9,2 10750 5,2 8,2 5,8 8,7 7,8 11000 7,1 5,3 7,9 8 11250 4,6 4,5 7,5 7,3
4,1 6,6 6,7 4,2 5,9 3,7 5,9 4,8
31
Page 47
Gambar 4.2 Grafik daya CDI Standar tiap gigi.
Gambar 4.3 Grafik daya CDI Standar.
32
Page 48
Gambar 4.4 Grafik daya CDI Rextor tiap gigi.
Gambar 4.5 Grafik daya CDI Rextor.
33
Page 49
Gambar 4.6 Grafik daya CDI Standar vs CDI Rextor.
34
Page 50
Tabel 4.7 Torsi CDI Standar dan CDI Rextor.
CDI Standar CDI Rextor RPM Gigi 1 Gigi 2 Gigi 3 Gigi 1 Gigi 2 Gigi 3
2250 0,17 2500 1,93 0,71 2750 2,48 1,72 3000 3,15 2,35 3250 3,89 3,73 3500 4,65 4,46 3750 5,36 5,19 4000 5,99 5,94 4250 6,5 7,37 4500 6,89 8,01 3,93 4750 7,32 2,67 8,96 4,78 5000 7,4 3,47 9,22 5,64 5250 7,27 6,07 9,34 6,45 5500 7,08 8,38 8,95 8,23 5750 6,99 9 8,37 8,96 6000 6,87 9,27 7,78 9,7 5,51 6250 6,83 9,45 4,27 7,31 9,6 6,31 6500 6,8 9,46 8,2 7,02 9,4 10,09 6750 6,75 9,3 10,22 6,87 9,19 10,59 7000 6,65 9,7 10,31 6,78 9,22 10,48 7250 6,57 9,06 10,19 6,73 9,26 10,52 7500 6,52 8,92 9,91 6,7 9,21 10,39 7750 6,48 8,84 9,58 6,67 9,09 10,26 8000 6,42 8,68 8,96 6,59 8,79 9,9 8250 6,25 8,43 8,9 6,45 8,57 9,7 8500 6,09 8,12 8,57 6,26 8,37 9,43 8750 5,93 7,92 8,18 5,98 8,27 8,89 9000 5,74 7,8 7,88 5,83 8,1 8,58 9250 5,62 7,55 7,4 5,56 7,71 8,42 9500 5,38 7,07 6,89 5,26 7,39 8,09 9750 5,11 6,72 6,47 4,97 7,16 7,66 10000 4,82 6,53 5,85 4,7 6,84 7,16 10250 4,39 5,94 5,22 4,44 6,34 6,78 10500 3,98 5,62 3,78 4,16 6,05 6,17 10750 3,42 5,41 3,86 5,7 5,1 11000 4,54 3,4 5,12 5,13 11250 2,89 2,81 4,73 4,58
2,52 4,05 4,09 2,51 3,57 2.2 3,48 2,78
35
Page 51
Gambar 4.8 Grafik torsi CDI Standar tiap gigi.
Gambar 4.9 Grafik torsi CDI Standar.
36
Page 52
Gambar 4.10 Grafik torsi CDI Rextor tiap gigi.
Gambar 4.11 Grafik torsi CDI Rextor.
37
Page 53
Gambar 4.12 Grafik torsi CDI Standar vs CDI Rextor.
Gambar 4.13 Grafik daya dan torsi CDI Standar.
38
Page 54
Gambar 4.13 Grafik daya dan torsi CDI Rextor.
Dengan hasil pengamatan tiap gigi dari CDI standar dan Rextor didapat
data seperti diatas. Dapat dilihat bahwa daya yang dikeluarkan oleh mesin pada
tiap gigi adalah berbeda. Hal ini karena adanya rasio yang ada pada gear box.
Dengan data tiap gigi tersebut penulis menggabungkannya dengan cara
menyambung grarik tiap gigi yang berpotongan. Dari data dan grafik dapat
tersebut dapat dilihat bahwa daya maksimum mesin saat menggunakan CDI
standar adalah 10,5 Hp pada 7500 Rpm, dan 11,4 Hp pada 8250 rpm saat
menggunakan CDI Rextor. Sedangkan untuk torsi pada saat menggunakan CDI
standar adalah 10,31 Nm pada 7000 rpm dan 10,59 Nm pada 6750 rpm saat
menggunakan CDI Rextor. Dari sini dapat dilihat bahwa penggunaan CDI Rextor
dapat meningkatkan unjuk kerja mesin bakar. Melalui perhitungan didapat bahwa
unjuk kerja mesin mengalami peningkatan sebesar.
39
Page 55
Untuk daya :
Untuk Torsi :
Pada saat penulis mulai mengetahui prinsip kerja motor bakar 4 langkah,
penulis mengira bahwa waktu pembakaran konstan walaupun rpm naik. Tetapi
ternyata tidak, Waktu pengapian yang biasa disebut dengan derajat pengapian
ternyata berubah bila rpm berubah. Hal ini dapat kita lihat bila kita mengamati
prinsip kerja pengapian yang masih menggunakan platina.
Ternyata perubahan derajat pengapian tersebut berpengaruh terhadap
unjuk kerja motor bakar. Rpm naik disebabkan oleh pembakaran yang besar.
Pembakaran besar terjadi karena pada saat gas diputar bahan bakar yang
tercampur dengan udara lebih banyak, sedangkan volume udara yang masuk
konstan. Sehinggga campuran bahan bakar menjadi lebih padat. Karena campuran
yang lebih padat inilah diperlukan waktu yang lebih lama agar bahan bakar dapat
terbakar semua, sehingga pembakaran lebih sempurna dan unjuk kerja dari mesin
menjadi maksimal.
40
Page 56
4.2 Konsumsi Bahan Bakar
Tabel 4.13 Konsumsi bahan bakar CDI Standar
CDI Standar Rata-rata Kecepatan Km/100cc Km/100cc Km/100cc Km/100cc
Km/Liter
40 Km/jam 4,9 4,8 4,8 4,83 48,3 50 Km/Jam 5,3 5,2 5,3 5,27 52,7 60 Km/Jam 5,2 5,1 5,2 5,17 51,7
Tabel 4.14 Konsumsi bahan bakar CDI Rextor
CDI Rextor Rata-rata Kecepatan Km/100cc Km/100cc Km/100cc Km/100cc
Km/Liter
40 Km/jam 4,3 4,4 4,4 4,37 43,7 50 Km/Jam 5 5,1 5 5,03 50,3 60 Km/Jam 5,2 5,2 5,1 5,17 51,7
Gambar 4.15 Grafik perbandingan konsumsi bahan bakar.
Dari data dan grafik dan pemakaian bahan bakar diatas dapat dilihat
bahwa pemakaian CDI Rextor lebih boros untuk kecepatan 40Km/jam dan
50Km/jam, tetapi sama untuk kecepatan 60Km/jam.
41
Page 57
Untuk kec 40km/jam
Untuk Kec 50Km/jam
Untuk kec 60 km/jam
42
Page 58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari data penelitian yang didapat dan analisa tentang pengaruh
pemakaian CDI Programmable dapat disimpulkan :
1. Pemakaian CDI Programmable dapat meningkatkan daya maksimal yang
dihasilkan oleh motor bakar 4 langkah 125 cc sebesar 8,6%.
2. Pemakaian CDI Programmable dapat meningkatkan torsi maksimal yang
dihasilkan oleh motor bakar 4 langkah 125 cc sebesar 4,7%.
3. Pemakaian CDI Programmable meningkatkan konsumsi bahan bakar motor 4
langkah 125cc sebesar 9,5% pada kecepatan konstan 40 Km/jam.
4. Pemakaian CDI Programmable meningkatkan konsumsi bahan bakar motor 4
langkah 125cc sebesar 4,6% pada kecepatan konstan 50 Km/jam.
5. Pemakaian CDI Programmable tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan
bakar motor 4 langkah 125cc pada kecepatan konstan 60 Km/jam.
43
Page 59
5.2 SARAN
Beberapa saran yang penting untuk peneliti yang ingin melanjutkan
penelitian pada bidang sejenis dengan penelitian ini atau yang ingin
mengembangkan penelitian ini.
1. Melakukan penelitian dengan berbagai jenis CDI Programmable.
2. Melakukan penelitian pada berbagai kapasitas mesin.
3. Melakukan penelitian dengan berbagai jenis bahan bakar.
44
Page 60
Daftar Pustaka
Arends, H. Berenschot, Motor Bensin, BPM.
Arismunandar, W, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Penerbit ITB,
Bandung, 2002.
Maleev, Internal Combustion Engines, Mc. Graw-Hill Book Company, 1975,
Singapore.
Suganda, H, Pedoman Perawatan Sepeda Motor, Pradnya Paramita, Jakarta,
2004.
Suryanto, Wardan. Teori motor Bensin,1989.
www.jetav8r.com/Vision/Ignition/CDI.html.
www.rustpuppy.org/otto/Otto's%20Motor3.htm.