Page 1
i
MORFOMETRIK TUBUH DAN PENGARUH INDEKS UKURAN TUBUH
TERHADAP LITTER SIZE KAMBING PERANAKAN ETTAWA PADA
BERBAGAI PARITAS DI BBPTT KABUPATEN KENDAL
SKRIPSI
Oleh
DWI PURWANTI
PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
S E M A R A N G
2 0 1 9
Page 2
ii
MORFOMETRIK TUBUH DAN PENGARUH INDEKS UKURAN TUBUH
TERHADAP LITTER SIZE KAMBING PERANAKAN ETTAWA PADA
BERBAGAI PARITAS DI BBPTT KABUPATEN KENDAL
Oleh
DWI PURWANTI
NIM : 23010114130103
Salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi S1 Peternakan
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
S E M A R A N G
2 0 1 9
Page 3
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dwi Purwanti
N I M : 23010114130103
Program Studi : S1 Peternakan
Dengan ini menyatakan sebagai berikut :
1. Skripsi yang berjudul: Morfometrik Tubuh dan Pengaruh Indeks
Ukuran Tubuh terhadap Litter Size Kambing Peranakan Ettawa pada
Berbagai Paritas di BBPTT Kabupaten Kendal dan penelitian yang
terkait merupakan karya penulis sendiri.
2. Setiap ide atau kutipan dari karya orang lain berupa publikasi atau bentuk
lainnya dalam skripsi ini, telah diakui sesuai dengan standar prosedur
disiplin ilmu.
3. Penulis juga mengakui bahwa skripsi ini dapat dihasilkan berkat
bimbingan dan dukungan penuh dari pembimbing, yaitu : Dr. drh. Enny
Tantini Setiatin, M.Sc. dan Prof. Dr. Ir. Edy Kurnianto, M.S., M.Agr.
Apabila di kemudian hari dalam skripsi ini ditemukan hal-hal yang menunjukkan
telah dilakukannya kecurangan akademik, maka penulis bersedia gelar Sarjana
yang telah penulis dapatkan ditarik sesuai dengan ketentuan dari Program Studi S1
Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro.
Semarang, Februari 2019
Penulis
Dwi Purwanti
Mengetahui :
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc.
Prof. Dr. Ir. Edy Kurnianto, M.S., M.Agr.
Page 4
iv
Judul Skripsi : MORFOMETRIK TUBUH DAN PENGARUH
INDEKS UKURAN TUBUH TERHADAP
LITTER SIZE KAMBING PERANAKAN
ETTAWA PADA BERBAGAI PARITAS DI
BBPTT KABUPATEN KENDAL
Nama Mahasiswa : DWI PURWANTI
Nomor Induk Mahasiswa : 23010114130103
Program Studi/Departemen : S1 PETERNAKAN/PETERNAKAN
Fakultas : PETERNAKAN DAN PERTANIAN
Telah disidangkan di hadapan Tim Penguji
dan dinyatakan lulus pada tanggal ..........................
Pembimbing Utama
Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc.
Pembimbing Anggota
Prof. Dr. Ir. Edy Kurnianto, M.S., M.Agr.
Ketua Program Studi
Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc.
Ketua Panitia Ujian Akhir Program
Ir. Surono, M.P.
Dekan
Dr. Ir. Bambang Waluyo H. E. P., M.S., M.Agr.
plt. Ketua Departemen
Dr. Sri Sumarsih, S.Pt., M.P.
Page 5
v
RINGKASAN
DWI PURWANTI. 23010114130103. 2019. Morfometrik Tubuh dan Pengaruh
Indeks Ukuran Tubuh terhadap Litter Size Kambing Peranakan Ettawa pada
Berbagai Paritas di BBPTT Kabupaten Kendal (Pembimbing : ENNY TANTINI
SETIATIN dan EDY KURNIANTO).
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk mengetahui dan mengkaji
pengaruh antara ukuran-ukuran tubuh kambing Peranakan Ettawa (PE) dengan
paritas serta untuk mengetahui pengaruh indeks ukuran tubuh (IUT) kambing PE
terhadap litter size. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2018 di
Balai Budidaya dan Pembibitan Ternak Terpadu Dusun Klangsen, Desa Sumberejo,
Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 47 ekor induk kambing
PE. Metode penelitian adalah observasional dengan mengukur langsung ukuran-
ukuran tubuh ternak. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive
sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan
peneliti (catatan aktivitas reproduksi yang lengkap) serta mempertimbangkan lokasi
yang merupakan tempat pengembangan dan pembibitan ternak ruminansia.
Kambing PE yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah induk kambing yang
paritas 1 = 19 ekor, paritas 2 = 6 ekor, paritas 3 = 18 dan paritas 4 = 4 ekor serta
memiliki catatan litter size yang lengkap dari kelahiran pertama. Paritas ternak
diketahui melalui buku rekording reproduksi dan wawancara yang dilakukan
dengan petugas lapangan. Kambing terpilih kemudian diukur ukuran-ukuran tubuh
yang meliputi panjang badan, lingkar dada, dalam dada, lebar dada, tinggi pundak,
lebar pinggul dan tinggi pinggul. Selanjutnya, dihitung indeks ukuran tubuh dengan
rumus panjang badan:lingkar dada. Rentang indeks ukuran ramping adalah 0,896 -
1,037 dan indeks ukuran besar adalah 0,754-0,895. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan General Linear Model (GLM) dan dilanjutkan dengan Principal
Component Analysis (PCA) dengan alat bantu analisis Statistical Analysis System
(SAS) Ver 6.12.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran-ukuran tubuh kambing PE
memiliki keragaman dan perbedaan berdasarkan paritas. Ukuran tubuh yang
menjadi parameter pembeda berdasarkan nilai Principal Component (PC) 1 yaitu
panjang badan dengan nilai 0,695 dan lingkar dada dengan nilai 0,530. Litter size
induk kambing PE pada paritas 1 sebesar 1,06; paritas 2 sebesar 1,25; paritas 3
sebesar 1,60 dan paritas 4 sebesar 1,38. Litter size kambing PE berdasarkan indeks
ukuran tubuh adalah 1,34 dan indeks ukuran tubuh kecil adalah 1,29.
Simpulannya panjang badan dan lingkar dada dapat digunakan sebagai
parameter pembeda antar paritas. Litter size dipengaruhi oleh paritas tetapi tidak
dipengaruhi indeks ukuran tubuh.
Page 6
vi
KATA PENGANTAR
Peningkatan produktivitas ternak khususnya kambing Peranakan Ettawa (PE)
sangat bergantung pada sistem reproduksi. Kelahiran anak kembar (lebih dari satu)
merupakan salah satu hal yang sangat diharapkan karena dapat memberikan
keuntungan dari segi ekonomi. Semakin banyak anak yang dilahirkan dalam setiap
kelahiran, maka seekor induk dapat dikatakan memiliki produktivas yang tinggi
dalam menghasilkan keturunan. Induk dengan genetik yang unggul akan
menurunkan gen tersebut pada keturunannya. Sifat prolifik dapat diturunkan
kepada anak untuk meningkatkan produktivitas. Salah satu upaya peningkatan mutu
genetik dan populasi ternak dapat dilakukan melalui seleksi induk. Seleksi induk
yang unggul dapat dilihat dari mormometrik tubuh. Kambing yang memiliki sifat
prolifik pada umumnya memiliki tubuh yang besar dan pertumbuhannya cepat.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang
berjudul “Morfometrik Tubuh dan Pengaruh Indeks Ukuran Tubuh terhadap Litter
Size Kambing Peranakan Ettawa pada Berbagai Paritas di BBPTT Kabupaten
Kendal” dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari banyaknya peran dari berbagai pihak dalam penyelesaian
skripsi ini. Oleh karena itu penulis dengan setulus hati menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc. sebagai pembimbing utama, dan
Prof. Dr. Ir. Edy Kurnianto, M.S., M. Agr. sebagai pembimbing anggota
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan
Page 7
vii
bimbingan serta pengarahan sehingga skripsi dapat diselesaaikan dengan
baik dan lancar.
2. Dr. Ir. Sutiyono, M.S. dan Daud Samsudewa, S.Pt., M.Si., Ph.D. sebagai
dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan
penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Yon Soepri Ondho, M.S. sebagai panitia ujian skripsi yang telah
memberikan kritik dan saran untuk perbaikan penulisan skripsi.
4. Dr. Ir. Bambang Waluyo H. E. P., M.S., M.Agr. sebagai Dekan Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Dr. Sri Sumarsih, S.Pt., M.P. sebagai plt. Ketua
Departemen Peternakan dan seluruh staf akademik serta karyawan yang
telah membantu dan memfasilitasi penulis selama masa perkuliahan.
5. Ir. Sutrisno, M.P. sebagai dosen wali yang selalu memberi semangat dan
nasehat untuk segera menyelesaikan skripsi.
6. Daud Samsudewa, S.Pt., M.Si., Ph.D., selaku koordinator Laboratorium
Genetika, Pemuliaan dan Reproduksi yang selalu mengajarkan ketulusan
mengabdi, semangat pagi serta senantiasa memberi motivasi untuk
menyelesaikan skripsi.
7. Orangtua terkasih Bapak Wakidi dan Ibu Mariyem yang senantiasa
memberi dukungan secara moral dan material serta do’a yang tiada henti
untuk kesuksesan anak-anaknya.
8. Kakak tercinta Sudarni dan Eko Sumedi yang selalu mengingatkan untuk
mewujudkan apa yang sudah diniatkan.
Page 8
viii
9. Kepala dan staf Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Terpadu
Kabupaten Kendal yang telah memberi izin penelitian dan membantu
proses pengambilan data.
10. M. Abdillah Yahaq, M. Aziz Zaiful, Dela Ayu Lestari, Rizki Hawari A.,
dan M. Irfanudin yang selalu bersedia untuk direpotkan serta selalu
menyemangati untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Mas Alam Surya Wijaya dan Asisten Laboratorium Genetika, Pemuliaan
dan Reproduksi yang selalu memberi tawa, solusi ketika sudah sampai di
titik buntu dan selalu memberi semangat untuk terus belajar.
12. Kos Kawai 2A, teristimewa untuk Annisa Dyah, Annisa Akhsani, Sri Puji
Astuti, Retno dan Ranita yang menjadi saksi suka duka penyelesaian
skripsi ini.
13. Peternakan C 2014 dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan peternakan dan
pembaca yang membutuhkan.
Semarang, Februari 2019
Penulis
Page 9
ix
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR ILUSTRASI ............................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 3
2.1. Kambing Peranakan Ettawa ................................................ 3
2.2. Ukuran-ukuran Tubuh Kambing Peranakan Ettawa ............ 4
2.3. Sifat Prolifikasi .................................................................... 7
2.4. Paritas Ternak ...................................................................... 9
2.5. Indeks Ukuran Tubuh ....................................................... .. 10
2.6. Analisis Multivariat ............................................................. 11
BAB III. MATERI DAN METODE ........................................................... 12
3.1. Materi Penelitian ................................................................. 12
3.2. Metode Penelitian ................................................................ 12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 18
4.1. Pengaruh Paritas dengan Ukuran Tubuh ............................. 18
4.2. Parameter Pembeda Kambing Peranakan Ettawa berdasarkan
Paritas ................................................................................. 23
4.3. Pengaruh Paritas dengan Litter Size .................................... 24
4.4. Pengaruh Indeks Ukuran Tubuh dengan Litter Size .......... . 26
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN........................................................ 28
5.1. Simpulan .............................................................................. 28
Page 10
x
5.2. Saran .................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 29
LAMPIRAN ................................................................................................ 33
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 56
Page 11
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Penentuan Umur Kambing PE berdasarkan Kondisi Gigi Seri ... 13
2. Hasil Analisis Ukuran-ukuran Tubuh Kambing Peranakan
Ettawa ......................................................................................... 18
3. Hasil Analisis Principal Component ......................................... 23
4. Rata-rata Litter Size Kambing Peranakan Ettawa berdasarkan
Paritas ......................................................................................... 24
5. Rata-rata Litter Size Kambing Peranakan Ettawa berdasarkan
Indeks Ukuran Tubuh ................................................................. 26
Page 12
xii
DAFTAR ILUSTRASI
Nomor Halaman
1. Pengukuran Ukuran Tubuh Kambing (Purwanti et al., 2014) ... 14
Page 13
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Analisis Pengaruh Panjang Badan dengan Paritas ..................... 33
2. Analisis Pengaruh Lingkar Dada dengan Paritas ....................... 35
3. Analisis Pengaruh Dalam Dada dengan Paritas ......................... 37
4. Analisis Pengaruh Lebar Dada dengan Paritas ........................... 39
5. Analisis Pengaruh Tinggi Pundak dengan Paritas ...................... 41
6. Analisis Pengaruh Lebar Pinggul dengan Paritas ....................... 43
7. Analisis Pengaruh Tinggi Pinggul dengan Paritas ..................... 45
8. Analisis Data Principal Component ........................................... 47
9. Analisis Pengaruh Paritas dengan Litter Size ............................. 50
10. Analisis Pengaruh Indeks Ukuran Tubuh dengan Litter Size ..... 52
Page 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan produktivitas ternak khususnya kambing Peranakan Ettawa (PE)
sangat bergantung pada sistem reproduksi. Kelahiran anak kembar (lebih dari satu)
merupakan salah satu hal yang sangat diharapkan karena dapat memberikan
keuntungan dari segi ekonomi. Semakin banyak anak yang dilahirkan dalam setiap
kelahiran, maka seekor induk dapat dikatakan memiliki produktivas yang tinggi
dalam menghasilkan keturunan (Sutiyono et al., 2006).
Kambing PE lebih menguntungkan dibandingkan dengan ternak ruminansia
besar dikarenakan jarak beranak yang pendek, jumlah anak sekelahiran yang
banyak, kandang yang dibutuhkan tidak terlalu luas serta perputaran modalnya
lebih cepat (Sutama, 2011). Kambing PE dipilih karena memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan jenis kambing yang lain. Kambing PE memiliki daya
adaptasi yang baik dengan kondisi iklim dan lingkungan di Indonesia serta memiliki
kemampuan reproduksi yang baik (Sutama, 2008). Kambing PE memiliki sifat
prolifik yaitu suatu sifat yang mampu melahirkan anak 2 - 3 ekor per kelahiran.
Hamdani (2015) menyatakan bahwa kelahiran kembar mampu meningkatkan nilai
indeks produktivitas induk. Induk dengan genetik yang unggul akan menurunkan
gen tersebut pada keturunannya. Sifat prolifik dapat diturunkan kepada anak untuk
meningkatkan produktivitas. Keragaman sifat-sifat produksi (bobot badan, ukuran
tubuh dan produksi susu) serta sifat-sifat reproduksi (fertilitas, litter size dan service
per conception) dapat dijadikan dasar utama analisis pemuliaan ternak.
Page 15
2
Produktivitas ternak dapat dicapai apabila faktor genetik, pakan dan menejemen
mendapat perhatian yang baik (Kurnianto, 2009). Salah satu upaya peningkatan
mutu genetik dan populasi ternak dapat dilakukan melalui seleksi induk.
Seleksi bertujuan untuk memilih ternak yang memiliki sifat-sifat unggul
untuk tetap dipertahankan dan dipelihara sebagai tetua untuk menghasilkan
generasi berikutnya yang memiliki sifat unggul pula (Kurnianto, 2009). Seleksi
induk yang unggul dapat dilihat dengan mengukur morfometrik tubuh. Ukuran-
ukuran tubuh ternak diprediksi dapat menurun kepada anak. Morfometrik tubuh
kambing PE beranak kembar akan nampak lebih besar disebabkan karena anak
kembar akan membutuhkan ruang abdomen dan uterus yang lebih besar. Lebar
pinggul dan panjang badan dapat digunakan untuk mengidentifikasi sifat prolifik
(Sutiyono et al., 2006). Kambing yang memiliki sifat prolifik pada umumnya
memiliki tubuh yang besar, pertumbuhannya cepat dan memiliki ukuran panjang
badan dan tinggi pundak yang lebih besar dibandingkan dengan induk yang beranak
tunggal (Zulkharnaim et al., 2016).
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui dan mengkaji hubungan
antara ukuran-ukuran tubuh kambing PE dengan paritas serta untuk mengetahui
pengaruh indeks ukuran tubuh (IUT) kambing PE terhadap litter size. Manfaat
penelitian ini adalah didapatkan informasi mengenai ukuran-ukuran tubuh kambing
PE pada berbagai paritas yang diharapkan dapat menjadi kriteria penilaian dalam
seleksi induk yang memiliki litter size tinggi.
Page 16
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kambing Peranakan Ettawa
Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan salah satu jenis kambing yang
banyak dibudidayakan di Indonesia. Keunggulan kambing PE dibandingkan jenis
kambing yang lain adalah memiliki kemampuan adaptasi yang baik serta termasuk
dalam kambing tipe dwiguna. Kambing PE banyak diminati oleh peternak
dikarenakan berpotensi sebagai penghasil susu dan penghasil daging (Sutama,
2008). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari kambing Ettawa dan kambing
Kacang dengan ciri-ciri mirip kambing Ettawa namun memiliki ukuran tubuh yang
lebih besar dari pada kambing Kacang (Batubara et al., 2006). Taksonomi kambing
Peranakan Ettawa sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Bovidae
Sub family : Caprinae
Genus : Capra
Species : Capra hircus
Kambing Peranakan Ettawa memiliki ciri-ciri telinga panjang dan terkulai,
dahi dan hidung cembung ke depan serta memiliki bulu berwarna belang hitam-
Page 17
4
putih atau cokelat putih (Setiawan dan Fam, 2011). Kambing PE memiliki sifat
prolifik, yaitu mampu menghasilkan anak 2 - 4 ekor dalam setiap kelahiran dengan
lama kebuntingan kambing tersebut selama 154 - 157 hari (Suharto et al., 2008).
Kambing PE dapat mencapai dewasa kelamin pada umur 10 - 12 bulan dengan
bobot badan berkisar antara 12 - 23,8 kg (Sutama et al., 1999). Bobot betina berkisar
antara 35 - 45 kg, sedangkan bobot pejantan berkisar antara 40 - 60 kg (Sumantri,
2013).
2.2. Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE
Ukuran-ukuran tubuh ternak merupakan sifat produksi yang keragaman sifat-
sifat tersebut dapat dijadikan dasar seleksi dalam pemuliaan. Keragaman fenotip
pada suatu populasi disebabkan adanya keragaman genotip dan keragaman
lingkungan, ketika faktor lingkungan homogen maka sifat fenotip merupakan
gambaran dari kemampuan genetiknya suatu ternak (Kurnianto, 2009).
Kambing PE yang beranak kembar dan beranak tunggal diduga memiliki
ukuran-ukuran tubuh yang berbeda. Induk yang bunting kembar membutuhkan
nutrien yang lebih banyak daripada induk yang bunting tunggal untuk mencukupi
kebutuhan nutrien fetus kembar di kandungan serta mempersiapkan produksi susu
(Zulkharnaim et al., 2016). Pakan juga memiliki peran penting dalam pertumbuhan
tulang, otot ataupun jaringan. Kekurangan nutrien pakan dapat menyebabkan
kendala yang dapat menghambat pertumbuhan pada ternak (Gunawan et al., 2016).
Ukuran-ukuran tubuh yang meliputi panjang badan, tinggi pinggul, tinggi pundak
dan lebar dada merupakan paramater yang dapat digunakan sebagai penduga bobot
Page 18
5
badan ternak dan dapat dijadikan kriteria dalam seleksi calon induk yang unggul
(Susanto, 2014). Induk yang memiliki ukuran tubuh yang besar lebih berpotensi
memiliki sifat prolifik dibandingkan dengan ukuran tubuh induk yang memiliki
anak tunggal (Zulkharnaim et al., 2016). Panjang badan dan lebar pinggul dapat
digunakan untuk menduga kemampuan beranak kembar pada kambing Peranakan
Ettawa (Sutiyono et al., 2006).
Panjang badan ternak mengindikasikan postur tubuh ternak yang panjang.
Panjang badan merupakan kriteria yang harus diperhatikan dalam seleksi induk
karena induk dengan anak kembar memiliki panjang badan yang lebih panjang
dibandingkan induk yang beranak tunggal (Zulkharnaim et al., 2016). Induk ternak
yang memiliki postur tubuh yang panjang menunjukkan luasnya bagian abdomen
yang menunjang ternak untuk menghasilkan anak yang besar atau memiliki jumlah
yang banyak karena memiliki ruang yang cukup untuk perkembangan janin
(Ulfah, 2016).
Lingkar dada erat kaitnya dengan besar kecilnya tubuh ternak dan dapat
digunakan untuk menduga bobot badan ternak. Perubahan ukuran lingkar dada
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pertumbuhan tulang rusuk dada dan
penimbunan daging yang semakin tebal (Lake, 2016). Lingkar dada juga
dipengaruhi oleh perkembangan otot yang berada di sekitar dada sehingga
mengalami perubahan ukuran (Gunawan et al., 2016). Lingkar dada kambing PE
yaitu 77,38 - 79,57 cm (Rasminati, 2013).
Ukuran dalam dada kambing PE beranak tunggal, kembar dan kembar lebih
dari 2 masing-masing yaitu 30,76 ± 3,90 cm; 31,60 ± 45 cm; 30,38 ± 5,15 cm
Page 19
6
(Sutiyono et al., 2003). Ukuran lebar dada kambing PE betina berkisar antara 29 -
31 cm (Rasminati, 2013). Lebar dada menggambarkan pertumbuhan tulang bahu
dan lebarnya rongga dada suatu ternak. Perubahan ukuran lebar dada dipengaruhi
oleh perkembangan organ-organ dalam dan pertumbuhan daging atau jaringan otot
yang melekat pada tulang bahu (Zulfahmi, 2016).
Tinggi pundak kambing yang beranak kembar memiliki ukuran tubuh yang
besar dibandingkan kambing yang beranak tunggal (Zulkharnaim et al., 2016). Laju
pertumbuhan kambing beranak kembar sejak lahir hingga masa pubertas lebih cepat
sehingga menyebabkan ukuran tinggi pundak yang besar ketika dewasa dengan
rata-rata 69,77 ± 4,65 cm (Sutiyono et al., 2006). Tinggi pundak tidak berhubungan
langsung dengan ruang abdomen yang berkaitan dengan luasnya ruang abdomen
untuk menjamin kelangsungan hidup anak-anak yang dikandung. Tulang pundak
terdiri dari tulang-tulang kaki depan yang tersusun sebagai penopang tubuh dan
tumbuh lebih awal dibandingkan tulang-tulang yang lain karena berfungsi sebagai
penunjang aktivitas induk dan tidak dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
beranak induk (Victori et al., 2016)
Lebar pinggul akan mempengaruhi luas abdomen yang menjamin
perkembangan fetus yang kembar di dalam uterus selama masa kebuntingan
(Sutiyono et al., 2006). Tinggi pinggul kambing PE betina yaitu 80,1 cm (Batubara
et al., 2006). Tulang pinggul merupakan tulang yang menyusun tulang pelvis.
Tulang ini mampu melebar untuk membantu proses partus sehingga dapat dilalui
oleh fetus (Alfah, 2009).
Page 20
7
Ukuran-ukuran tubuh ternak akan terus bertambah dengan bertambahnya
umur ternak. Laju pertumbahan terjadi sangat pesat sebelum ternak berumur 9
bulan dan akan melambat pada umur 9 - 42 bulan (Septiani et al., 2015). Laju
pertumbuhan akan terus bertambah hingga ternak dewasa kemudian pertumbuhan
perlahan terhenti dan terjadi penimbunan lemak pada tubuh (Hamdani, 2013).
2.3. Sifat Prolifik Induk
Sifat prolifik adalah suatu sifat yang menunjukkan kemampuan seekor induk
untuk menghasilkan anak kembar (Sutama, 2011). Sifat prolifik pada kambing
dapat diukur berdasarkan jumlah anak yang dihasilkan dalam sekelahiran oleh
seekor induk. Sifat tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik yang didukung dengan
faktor lingkungan. Sifat prolifik dapat diturunkan sehingga gen prolifikasi mampu
memberi kesempatan untuk meningkatkan produktivitas secara permanen (Sutama,
2011). Prolifikasi ternak salah satunya dipengaruhi oleh gen FeJF yang
menyebabkan terjadinya variasi jumlah anak sekelahiran (Rohmat et al., 2017).
Litter size merupakan banyaknya anak sekelahiran yang dilahirkan oleh
seekor induk. Rata-rata jumlah anak sekelahiran pada kambing Ettawa yaitu
1,51 ± 0,43 (Sudewo et al., 2012). Sutama et al. (1999) menyatakan, jumlah anak
sekelahiran pertama pada kelahiran pertama umumnya rendah. Namun, jumlah
anak sekelahiran akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur dan paritas
induk. Litter size akan terus meningkat pada umur induk 2 - 6 tahun. Tingkat
produktivitas ternak kambing dapat ditingkatkan dengan memperhatikan litter size,
bobot badan induk ketika kawin dan bobot lahir (Kostaman dan Sutama, 2006).
Page 21
8
Faktor yang mempengaruhi litter size adalah jumlah ovum yang diovulasikan
saat berahi, umur induk, kematian embrio dan kondisi selama kebuntingan
(Kostaman dan Sutama, 2005). Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan bobot
badan induk, umur induk, suhu lingkungan dan genetik tetua (Kaunang et al., 2013).
Induk yang secara genetik memiliki kemampuan prolifik akan tetapi tidak didukung
dengan pakan yang baik maka akan menyebabkan rendahnya laju ovulasi dan dapat
pula menyebabkan kematian prenatal pada anak akibat kekurangan nutrien dari
pakan (Sutiyono et al., 2006). Faktor lingkungan juga memiliki pengaruh sifat
prolifikasi induk. Perbedaan ketinggian menyebabkan perbedaan pola makan,
kualitas vegetasi dan tingkat stres ternak yang berpengaruh terhadap penampilan
reproduksi ternak (Utomo, 2013).
Kejadian bunting kembar disebabkan oleh adanya lebih dari satu sel folikel
yang berkembang cepat menjadi folikel de Graaf yang kemudian sel ovum
diovulasikan oleh sel ovarium dan mengalami fertilisasi (Yuwono, 2017).
Perkembangan dan pematangan folikel primer serta ovulasi dipengaruhi oleh
hormon reproduksi yaitu hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Luiteinizing Hormone (LH). FSH merupakan senyawa kimia organik yang
berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan dan pematangan folikel de Graaf di
dalam ovarium akan tetapi tidak menyebabkan terjadinya ovulasi. Kemudian
ovulasi dipengaruhi oleh LH yang menggertak pemecahan dinding sel dan
menyebabkan pelepasan sel telur (Toelihere, 1981).
Sekresi hormon reproduksi dipengaruhi oleh pituitari, sedangkan pituitari
dipengaruhi oleh status energi tubuh yang didapatkan dari ransum (Winugroho,
Page 22
9
2002). Sistem pemeliharaan peternak masih menggunakan cut and carry, di mana
hijauan telah disediakan setiap hari dan ternak tidak merumput sendiri baik di
musim hujan maupun musim kemarau (Sulaksana, 2008).
2.4. Paritas Ternak
Paritas merupakan suatu periode dalam siklus reproduksi yang menunjukan
jumlah partus (kelahiran) pada induk ternak (Filian et al., 2016). Kondisi anak pada
kelahiran kedua memiliki bobot badan dan ukuran tubuh yang lebih besar
dibandingkan dengan paritas pertama. Hal tersebut dikarenakan pada paritas kedua
sistem reproduksi induk sudah jauh lebih matang dibanding paritas pertama
(Hamdani, 2015).
Ternak yang memasuki masa pubertas perlu diperhatikan asupan nutrien yang
terdapat pada pakan yang diberikan kepada ternak. Bobot badan pada saat ternak
akan memasuki paritas 1 perlu diperhatikan karena bobot badan memiliki peranan
yang penting dalam mempengaruhi kinerja reproduksi ternak selanjutnya (Sutama
et al., 1999). Namun, bobot badan dan berahi erat kaitanya dengan pakan yang
dikonsumsi. Apabila pakan yang diberikan kualitasnya rendah dapat menunda
munculnya tanda-tanda berahi pada ternak. Rata-rata jumlah anak sekelahiran pada
paritas 1 sebesar 1,38; paritas 2 sebesar 1,60; paritas 3 sebesar 1,44 dan paritas 4
sebesar 1,66 (Sudewo et al. 2012).
Induk yang memiliki paritas 1 cenderung melahirkan anak dengan bobot lahir
yang kecil. Hal ini dikarenakan pada paritas 1 ternak belum mencapai dewasa
kelamin sehingga pakan yang dikonsumsi tidak hanya digunakan untuk mencukupi
Page 23
10
kebutuhan nutrien anak di dalam kandungan tetapi digunakan pula untuk
pertumbuhannya sendiri (Kostaman dan Sutama, 2006).
Paritas ternak memiliki hubungan yang erat dengan umur. Jumlah anak
sekelahiran akan bertambah seiring bertambahnya jumlah paritas induk
dikarenakan induk yang semakin dewasa dan sistem reproduksi yang semakin
sempurna (Mahmilia et al., 2005). Jumlah anak sekelahiran akan terus bertambah
dan mencapi puncaknya pada paritas ke-6 kemudian akan mulai menurun pada
paritas ke-7 (Sudewo et al., 2012). Ternak yang sudah tua dan memiliki paritas yang
banyak sebaiknya diafkir karena kemampuan reproduksi mulai menurun baik
secara fisiologis maupun hormonal yang dapat menyebabkan gangguan
kebuntingan atau kematian pada calon anak (Zainudin et al., 2014).
2.5. Indeks Ukuran Tubuh
Indeks ukuran tubuh merupakan nilai indeks yang menggambarkan
penampilan tubuh suatu ternak. Nilai indeks dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor genetik dan faktor non genetik (Banerjee, 2017). Induk yang memiliki postur
tubuh yang besar akan menghasilkan anak seperinduk yang lebih besar pula
(Kaunang et al., 2013). Semakin besar indeks ukuran tubuh induk makan bobot
lahir anak juga akan semakin besar (Ulfah, 2016).
Indeks ukuran tubuh diperoleh dari hasil pembagian ukuran panjang badan
dengan ukuran lingkar dada. Indeks ukuran tubuh dibedakan menjadi 3 kategori
yaitu kecil, sedang dan besar. Apabila nilai indeks lebih besar dari 0,90 maka ternak
Page 24
11
tergolong besar, apabila berada pada kisaran 0,86 - 0,88 tergolong sedang, dan jika
nilai indeks kurang dari 0,85 ternak tergolong ramping (Khargharia et al., 2015).
2.6. Analisis Multivariat
Analisis multivariat adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah
variabel dalam jumlah yang banyak untuk mengetahui pengaruhnya terhadap suatu
objek secara simultan (Santoso, 2018). Analisis multivariat mampu menganalisis
pengaruh beberapa variabel terhadap variabel lain secara bersamaan. Salah satu
analisis multivariat yang dapat digunakan untuk menyederhanakan data dengan
mentransformasikan data secara linier adalah Analisis Komponen Utama (Astutik
et al.,2018 ).
Komponen utama yang besar menjelaskan bagian terbesar dari keragaman
data yang diuji, sedangkan komponen utama yang lainnya menjelaskan proporsi
keragaman yang semakin mengecil (Astutik et al., 2018). Nilai angka pada
Principal Component 1 (PC 1) yang tinggi dapat digunakan sebagai standar utama
pembeda (Udeh dan Ogbu, 2011). Variabel dengan nilai PC negatif tidak dapat
digunakan sebagai variabel pembeda (Irianingsih, 2015).
Page 25
12
BAB III
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2018 di Balai Budidaya
dan Pembibitan Ternak Terpadu Dusun Klangsen, Desa Sumberejo, Kecamatan
Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Analisis data dilakukan di Laboratorium Genetika,
Pemuliaan dan Reproduksi, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk kambing PE yang
sudah pernah beranak sebanyak 47 ekor. Alat yang digunakan dalam penelitian
adalah tongkat ukur dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur tinggi pundak,
panjang badan, lebar pinggul, dalam dada dan lebar dada, pita ukur dengan
ketelitian 0,1 cm untuk mengukur lingkar dada, alat tulis untuk mencatat hasil
pengukuran serta kamera sebagai alat dokumentasi.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Rancangan penelitian
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu
penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan peneliti (catatan
aktivitas reproduksi yang lengkap) dan mempertimbangkan lokasi yang merupakan
tempat pengembangan dan pembibitan ternak ruminansia. Kriteria yang ditentukan
Page 26
13
oleh peneliti yaitu induk pada paritas 1, paritas 2, paritas 3 dan paritas 4 serta
memiliki catatan litter size yang lengkap dari kelahiran pertama. Data yang
dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
pengukuran langsung ukuran-ukuran tubuh, pengecekan poel gigi dan perhitungan
indeks ukuran tubuh, sedangkan data sekunder yaitu paritas dan litter size diperoleh
dari catatan reproduksi di BPBTT dan hasil wawancara dengan petugas lapangan.
3.2.2. Pengukuran ukuran-ukuran tubuh
Pengukuran ukuran-ukuran tubuh ternak dipilih berdasarkan umur dan
paritas. Umur kambing ditetapkan berdasarkan kondisi gigi seri. Cara penentuan
umur berdasarkan gigi seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penentuan Umur Kambing Peranakan Ettawa berdasarkan Kondisi
Gigi Seri
Kondisi Gigi Kisaran Umur
-------------------- (tahun) ----------------
Gigi seri susu <1
Sepasang gigi seri permanen 1 – 1,5
2 pasang gigi seri permanen 1,5 – 2,5
3 pasang gigi seri permanen
4 pasang gigi seri permanen
Jarak gigi renggang dan terkikis
2,5 – 3,5
3,5 – 4,5
>4,5
Sumber: Sulastri dan Sumadi (2005)
Kambing dewasa memiliki sususan gigi dengan sepasang gigi seri sentral
(central incisors), sepasang gigi seri lateral (lateral incisors), sepasang gigi seri
intermedial (intermedial incisors), sepasang gigi seri sudut (corner incisors) pada
Page 27
14
rahang bawah dan atas, tiga buah gigi premolar dan gigi molar pada rahang atas
dan rahang bawah (Sulastri dan Sumadi, 2015). Paritas ternak diketahui melalui
buku rekording reproduksi dan wawancara yang dilakukan dengan pekerja
lapangan. Kambing PE yang diambil data ukuran-ukuran tubuh dikendalikan
terlebih dahulu agar tenang dan tidak memberontak sehingga mempermudah proses
pengukuran bagian-bagian tubuh. Cara pengukuran ukuran tubuh ternak disajikan
pada Ilustrasi 1.
Ilustrasi 1. Pengukuran Ukuran Tubuh Kambing (Purwanti et al., 2014)
Keterangan: AB : Panjang Badan (PB) GH : Tinggi Pundak (Tipun)
CDC : Lingkar Dada (LD) IJ : Lebar Pinggul (Lepin)
C’D’ : Dalam Dada (DD) KL : Tinggi Pinggul (Tinggul)
EF : Lebar Dada (Ledada)
Metode pengukuran morfometrik tubuh kambing menurut Fajemilehin dan
Saloko (2008) yaitu:
A
B J
E
G
H
I C
D F
K
L
C’
D’
Page 28
15
1. Panjang badan= PB= body length: diukur dari tonjolan tulang duduk
dekat ekor (A) sampai tonjolan pundak (occipital protuberance) (B)
dengan posisi ternak berdiri tegak.
2. Lingkar dada= LD= heart girth: diukur dengan melingkarkan pita ukur
pada dada tepatnya, di belakang kaki depan (C-D-C).
3. Dalam dada= DD= chest depth: diukur dari belakang tonjolan tulang
pundak (C’) sampai ketiak kaki depan (D’).
4. Lebar dada= Ledada= chest width: diukur dari dada kiri sampai dada
kanan (E-F)
5. Tinggi pundak= Tipun= withers height: diukur dari titik tertinggi
pundak (G) sampai ujung kaki depan. Posisi tongkat ukur tegak lurus
dengan permukaan tanah (H) (Sutiyono et al., 2006).
6. Lebar pinggul= Lepin= hip width: diukur menggunakan tongkat ukur
mulai dari sisi terluar dari sendi paha kanan dan paha kiri (I-J)
(Sutiyono et al., 2006).
7. Tinggi pinggul= Tinggul= hip height: jarak yang terukur dari ujung kaki
depan (L) sampai tonjolan tulang pinggul (K). Permukaan tanah harus
rata.
Pengukuran dilakukan secara triplo untuk mendapatkan angka yang lebih
teliti. Kemudian hasil pengukuran dicatat dalam buku catatan untuk selanjutnya
direkapitulasi dan dirata-rata.
Page 29
16
3.2.3. Perhitungan indeks ukuran tubuh
Indek ukuran tubuh kambing dapat diketahui dengan rumus (Khargharia et
al. 2015):
Indeks Ukuran Tubuh = Panjang badan : Lingkar dada
Indeks ukuran tubuh dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu ramping dan
besar. Pengelompokan indeks ukuran tubuh didapatkan dari perhitungan nilai
indeks tertinggi (1,037) dikurangi dengan nilai indeks terendah (0,754). Hasil
pengurangan kemudian dibagi menjadi 2 dengan hasil 0,141. Hasil tersebut
digunakan untuk mengelompokan menjadi 2 kategori dengan menambahkan nilai
indeks tertinggi atau indeks terendah dengan 0,141. Sehingga didapatkan rentang
nilai indeks ukuran tubuh besar yaitu 0,754 sampai dengan 0,895 (0,754+0,141=
0,895) dan rentang nilai indeks ukuran tubuh ramping yaitu 0,896 sampai dengan
1,037 (0,896+0,141= 1,037). Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.2.4. Analisis data
Data ukuran-ukuran tubuh yang meliputi dalam dada, lebar dada, lebar
pinggul, tinggi pinggul, lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak, litter size
dan indeks ukuran tubuh dianalisis menggunakan prosedur General Linear Model
(GLM) untuk menganalisis perbedaan nilai rata-rata. Model linier aditif untuk
menganalis pengaruh paritas terhadap ukuran-ukuran tubuh sebagai berikut:
Yij = µ + τi + ɛij ; i = (1,2,3,4) dan j = (1,2,....,7)
Page 30
17
Keterangan:
Yij = Pengamatan parameter pada ukuran-ukuran tubuh ke-j dari
.....kelompok paritas ke-i.
µ = Nilai tengah
τi = Pengaruh kelompok paritas ke-i
ɛij = Pengaruh galat percobaan
Apabila terdapat perbedaan nilai rata-rata antara ukuran-ukuran tubuh antar
paritas, litter size antar paritas dan litter size antar indeks ukuran tubuh dilanjutkan
dengan analisis Mean Comparison Duncan’s New Multiple Range Test (MRT)
yang bertujuan untuk menguji nilai rata-rata antar paritas.
Hasil analisis ukuran-ukuran tubuh antar paritas kemudian dianalisis
menggunakan analisis multivariat prosedur Principal Component Analysis
(Analisis Komponen Utama). Principal Component Analysis bertujuan
mengkompres data dalam jumlah yang banyak untuk menganalisis pengaruh antar
variabel secara bersamaan (Santoso, 2018). Proses perhitungan data menggunakan
alat bantu analisis yaitu Statistical Analysis System (SAS) Ver 6.12 SAS (1990).
Hipotesis:
H0 = τ1= τ2= τ3 = 0; tidak ada pengaruh perbedaan paritas terhadap ukuran-
....ukuran tubuh kambing Peranakan Ettawa.
H1 = minimal ada satu τ1 ≠ 0; minimal ada satu paritas yang mempengaruhi
....ukuran-ukuran tubuh kambing Peranakan Ettawa.
Page 31
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Paritas terhadap Ukuran Tubuh
Pengukuran terhadap ukuran-ukuran tubuh berdasarkan paritas kambing
Peranakan Ettawah didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 2 untuk perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran 1 - 7.
Tabel 2. Hasil Analisis Ukuran-ukuran Tubuh Kambing Peranakan Ettawa
Ukuran Tubuh Paritas
1
(n=19)
2
(n=6)
3
(n=18)
4
(n=4)
--------------------------------- (cm) --------------------------------------
Panjang Badan 64,47 ± 3,20c 66,91 ± 2,26bc 70,08 ± 4,17b 74,93 ± 4,84a
Lingkar Dada 75,02 ± 4,21c 77,89 ± 4,51bc 81,45 ± 3,32ab 82,61 ± 5,13a
Dalam Dada 27,82 ± 1,24b 29,23 ± 1,59ab 30,33 ± 1,65a 30,85 ± 1,60a
Lebar Dada 16,23 ± 1,54b 17,59 ± 1,31ab 17,60 ± 1,20ab 18,52 ± 0,35a
Tinggi Pundak 68,65 ± 2,68b 72,72 ± 4,49a 72,85 ± 4,40a 73,34 ± 2,88a
Lebar Pinggul 17,58 ± 1,86b 18,55 ± 2,14b 18,85 ± 1,62b 21,23 ± 2,04a
Tinggi Pinggul 75,07 ± 2,72 76,36 ± 2,86 77,29 ± 3,62 78,03 ± 2,16
Superskrip huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Ukuran-ukuran tubuh merupakan nilai kuantitatif yang didapatkan untuk
menggambarkan penampilan tubuh dari suatu ternak (fenotip). Setiap individu
memiliki tampilan yang berbeda-beda sesuai kemampuan genetik dan sifat yang
dimiliki. Kurnianto (2009) menyatakan keragaman fenotip suatu populasi
disebabkan adanya keragaman genotip dan keragaman lingkungan, ketika suatu
populasi berada pada lingkungan yang homogen maka sifat fenotip merupakan
gambaran dari kemampuan genetiknya. Sutiyono et al. (2006) menyatakan bahwa
Page 32
19
ukuran-ukuran tubuh pada ternak setiap tahun akan mengalami pertumbuhan karena
ternak akan mengalami laju pertumbuhan sejak lahir hingga mencapai dewasa
tubuh.
Laju pertumbuhan ternak sangat cepat sebelum memasuki dewasa kelamin
(umur 0 - 9 bulan) dan akan melambat setelah dewasa tubuh (9 - 42 bulan) hingga
akhirnya terhenti kemudian terjadi deposit lemak pada tubuh (Septiani et al., 2015).
Kecukupan pakan merupakan kunci penting bagi pertumbuhan suatu ternak.
Gunawan et al. (2016) menyatakan bahwa faktor pakan sangat mempengaruhi
pertumbuhan ternak, kekurangan nutrien pada masa pertumbuhan akan menjadi
kendala besar dalam proses pertumbuhan. Nutrien dari pakan yang dikonsumsi
ternak akan digunakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh,
pertumbuhan dan untuk reproduksi.
Tabel 2 yang menunjukkan bahwa parameter ukuran-ukuran tubuh pada
paritas 2 relatif tidak berbeda nyata dengan paritas 3. Tabel 2 juga menunjukkan
bahwa hasil ukuran-ukuran tubuh paling berbeda terdapat pada paritas 1 dan paritas
4. Hal tersebut dikarenakan pada paritas 1, kambing PE masih berada dalam fase
pertumbuhan, sehingga ukuran-ukuran tubuh yang terukur pada paritas 1
merupakan ukuran yang paling kecil diantara paritas yang lainnya. Lake (2016)
menyatakan bahwa pertumbuhan kerangka diprioritaskan pada proses pertumbuhan
kambing kemudian pertumbuhan daging dan terakhir penimbunan lemak.
Hasil analisis menunjukan bahwa ukuran panjang badan (PB) pada paritas 1
sebesar 64,47 cm; paritas 2 sebesar 66,91 cm; paritas 3 sebesar 70,08 cm dan paritas
4 sebesar 74,93 cm. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada parameter PB pada
Page 33
20
paritas 1 tidak berbeda nyata dengan paritas 2, tetapi berbeda nyata (P<0,05)
dengan paritas 3 dan paritas 4. Semakin bertambahnya umur ternak maka
pertumbuhan tulang masih terus berlangsung hingga mencapai titik dewasa tubuh.
Induk dengan ukuran PB yang lebih panjang memiliki ruang abdomen yang cukup
luas sehingga mempengaruhi besarnya ukuran tubuh. Sutiyono et al. (2006)
menyatakan bahwa ukuran PB yang panjang mampu untuk menyediakan ruang
yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang berjumlah banyak.
Salah satu parameter ukuran tubuh perlu diperhatikan untuk kepentingan seleksi
induk atau breeding yaitu ukuran panjang badan. Zulkharnaim et al. (2016)
menyatakan bahwa untuk kepentingan seleksi induk untuk breeding perlu
memperhatikan ukuran PB karena induk yang prolifik kemungkinan memiliki PB
yang lebih panjang daripada induk yang beranak tunggal.
Rata-rata lingkar dada (LD) induk kambing PE berdasarkan penelitian adalah
79,24 cm. Ukuran LD kambing PE dewasa tersebut termasuk normal, sesuai dengan
pendapat Rasminati (2013) bahwa rata-rata ukuran lingkar dada induk kambing PE
yaitu 77,38 - 79,57 cm. Perubahan ukuran LD dipengaruhi oleh pertumbuhan
ukuran tulang rusuk dada dan pertumbuhan jaringan otot. Semakin bertambahnya
umur, maka ukuran lingkar dada masih akan mengalami perubahan. Gunawan et al.
(2016) menyatakan bahwa semakin panjang tulang rusuk ternak maka akan
semakin banyak jaringan otot yang melekat sehingga lingkar dada ternak bertambah
besar dan akan mempengaruhi konformasi tubuh. Ukuran LD dapat digunakan
untuk memperkirakan bobot badan dan dapat digunakan untuk mengestimasi besar
kecilnya suatu ternak.
Page 34
21
Ukuran dalam dada pada paritas 1, 2, 3 dan 4 masing-masing adalah 27,82
cm; 29,23 cm; 30,33 cm; dan 30,85 cm. Sutiyono et al. (2006) menyatakan bahwa
rata-rata ukuran dalam dada (DD) induk kambing PE dewasa pada umur 3 tahun
yaitu ± 30 cm. Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran DD pada paritas 3 dan
paritas 4 tidak berbeda nyata dengan paritas 2, tetapi berbeda nyata dengan paritas1.
Ukuran DD paritas 1 sangat kecil dibanding dengan paritas yang lain. Hal tersebut
dikarenakan pada paritas 1 masih dalam tahap pertumbuhan sehingga ukuran-
ukuran tubuhnya masih bisa bertambah. Hal ini sesuai dengan pendapat Kostaman
dan Sutama (2006) yang menyatakan bahwa ternak yang baru pertama kali beranak
masih dalam fase pertumbuhan sehingga asupan yang masuk ke tubuh dibagi 2
yaitu untuk pertumbuhannnya sendiri dan untuk perkembangan anak di dalam
kandungan.
Lebar dada (ledada) pada paritas 1, paritas 2, paritas 3 dan paritas 4 masing-
masing adalah 16,23 cm; 17,59 cm; 17,60 cm; dan 18,52 cm. Rasminati (2013)
menyatakan bahwa ukuran tubuh induk kambing PE dewasa yaitu 29,73 - 30,81
cm. Hasil analisis menunjukkan bahwa paritas 4 berbeda nyata dengan paritas 3 dan
paritas 2, tetapi berbeda nyata dengan paritas 1. Besar kecilnya ukuran ledada
dipengaruhi oleh perkembangan tulang bahu tiap indivdu yang berbeda-beda.
Ledada menggambarkan pertumbuhan tulang bahu yang melibatkan pertumbuhan
tulang bahu dan rongga dada. Hal ini sesuai dengan pendapat Zulfahmi (2016)
bahwa ukuran lebar dada dipengaruhi oleh perkembangan organ-organ dalam dan
pelekatan daging pada tulang bahu, sehingga menunjukkan pertambahan ukuran
lebar dada.
Page 35
22
Tinggi pundak (tipun) pada paritas 1 sebesar 68,65 cm; paritas 2 sebesar 72,72
cm; paritas 3 sebesar 72,85 cm dan paritas 4 sebesar 73,34 cm. Tipun tidak
berkaitan langsung dengan ruang abdomen dan tidak dapat mempengaruhi luas
ruang abdomen untuk menjamin kelangsungan hidup anak yang di kandung.
Kecepatan pertumbuhan tulang pundak berlangsung dengan cepat ketika ternak
memasuki fase pubertas. Victori et al. (2016) menyatakan bahwa pertumbuhan
tinggi pundak dipengaruhi oleh tulang kaki yang tubuh lebih awal dari pada
pertumbuhaan panjang badan dan tulang lainnya karena berkaitan dengan tulang
kaki depan sebagai penyangga tubuh.
Analisis ukuran lebar pinggul (lepin) kambing PE menunjukkan hasil bahwa
paritas 4 berbeda nyata dengan paritas 1, paritas2, dan paritas 3 (P <0,05). Ukuran
lepin induk kambing PE yaitu 17,58 cm; 18,55 cm; 18,85 cm; dan 21,23 cm.
Kemudian hasil analisis tinggi pinggul (tipun) menunjukkan bahwa rata-rata tinggi
pinggul kambing PE tidak berbeda nyata pada berbagai paritas. Tulang pinggul
merupakan tulang yang menyusun tulang pelvis. Semakin bertambahnya umur
ternak maka pertumbuhan akan terus berlangsung. Lebar tulang pinggul
berhubungan erat dengan ruang abdomen dan ruang uterus induk. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sutiyono et al. (2006) bahwa ruang abdomen yang lebar dan luas
memungkinkan tercukupinya penyediaan ruang untuk perkembangan anak yang
lebih dari 1 di dalam uterus. Pelvis yang lebar akan membantu mempermudah
proses partus dan dapat menekan angka kematian anak akibat distokia. Hal ini
sesuai dengan pendapat Alfah (2009) yang menyatakan bahwa selama fase
Page 36
23
kebuntingan hingga proses partus persendian pada tulang pelvis dapat berdilatasi
cukup lebar dan longgar sehingga dapat dilalui oleh fetus.
4.2. Parameter Pembeda Kambing Peranakan Ettawa berdasarkan Paritas
Analisis multivariat merupakan suatu metode yang berhubungan dengan
metode statistik untuk menganalisis data secara bersamaan. Santoso (2018)
menyatakan bahwa analisis multivariat digunakan untuk menganalisis dua atau
lebih variabel pada suatu individu atau objek secara simultan. Hasil Analisis
Komponen Utama (Principal Component Analysis) antar paritas Kambing PE
disajikan pada Tabel 3. Perhitungan Principal Component Analysis dapat dilihat
pada Lampiran 8.
Tabel 3. Hasil Analisis Principal Component
No Variabel PC* 1 PC* 2
1 Panjang badan 0,695 -0,655
2 Lingkar dada 0,530 0,269
3 Dalam dada 0,206 0,159
4 Lebar dada 0,140 0,101
5 Tinggi pundak 0,290 0,735
6 Lebar pinggul 0,227 -0,268
7 Tinggi Pinggul 0,198 0,097
*PC: Principal Component
Hasil analisis principal component (PC) menunjukkan bahwa panjang badan
dan lingkar dada merupakan hasil angka yang paling besar. Nilai PC 1 terbesar
pada kambing Peranakan Ettawa adalah panjang badan dengan nilai 0,695, diikuti
dengan lingkar dada dengan nilai 0,530. Panjang badan dan lingkar dada dapat
dinyatakan sebagai parameter pembeda ukuran-ukuran tubuh kambing PE dari
Page 37
24
paritas 1 hingga paritas 4. Tinggi pundak memiliki nilai yang tinggi sebesar 0,735
pada PC namun tidak dapat digunakan sebagai parameter pembeda karena memiliki
nilai yang rendah pada PC 1 yaitu 0,290. Nilai pada PC 1 selalu berbeda dan nilai
yang tertinggi dapat digunakan sebagai standar utama pembeda (Udeh dan Ogbu,
2011). Irianingsih (2015) menyatakan bahwa variabel dengan nilai PC negatif tidak
dapat digunakan sebagai variabel pembeda.
4.3. Pengaruh Paritas terhadap Litter Size
Paritas menunjukkan jumlah partus yang dialami oleh suatu induk ternak.
Hasil analisis menunjukkan bahwa litter size (LS) pada paritas 1, paritas 2, paritas
3 dan paritas 4 masing-masing yaitu 1,06; 1,25; 1,60; dan 1,38. Paritas 3 tidak
berbeda nyata dengan paritas 4 akan tetapi berbeda nyata dengan paritas 1 dan
paritas 2. Rata-rata litter size pada kambing PE berdasarkan paritas didapatkan hasil
yang disajikan pada Tabel 4 dan untuk perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 4. Rata-rata Litter size Kambing PE berdasarkan Paritas
Paritas Jumlah Induk Anak
Jumlah Rata-rata Litter Size
------------------------------------ekor----------------------------
1 18 19 1,06c
2 6 10,5 1,25bc
3 19 30,33 1,60a
4 4 5,5 1,38ab
Superskrip huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0,05).
Jumlah anak sekelahiran yang tertinggi terdapat pada paritas 3 yaitu sebesar
1,60. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Sudewo et al.
(2012) sebesar 1,44. Hal tersebut dikarenakan induk dengan paritas 3 telah
Page 38
25
mencapai dewasa tubuh dan dewasa kelamin serta sistem reproduksi telah
sempurna dan laju pertumbuhan telah optimum. Mahmilia et al. (2005) menyatakan
bahwa seiring bertambahnya paritas induk maka sistem reproduksi akan semakin
sempurna baik secara fisiologis maupun hormonal.
Litter size paritas 1 menunjukkan hasil yang terendah yaitu sebesar 1,06.
Hasil tersebut lebih sedikit jika dibandingkan dengan hasil penelitian Sudewo et al.
(2012) litter size kambing PE pada paritas 1 sebesar 1,38. Mahmilia et al. (2005)
menyatakan bahwa rendahnya jumlah anak yang pertama kali dilahirkan tersebut
dikarenakan induk masih dalam fase pertumbuhan dan sistem reproduksi belum
sepenuhnya siap dan berfungsi sempurna baik secara fisiologi maupun hormonal,
sehingga pada paritas 1 induk cenderung melahirkan anak tunggal, namun seiring
bertambahnya paritas jumlah anak yang dihasilkan juga akan bertambah.
Paritas 4 memiliki rata-rata litter size sebesar 1,38 mengalami penurunan
dibandingkan paritas 3. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Sudewo et al. (2012)
bahwa semakin bertambahnya umur induk dan paritas induk maka jumlah anak
sekelahiran yang dilahirkan juga akan bertambah hingga mencapai puncaknya pada
paritas 6 atau pada saat induk mencapai umur 6 tahun. Diduga kebutuhan pakan
kambing PE belum terpenuhi dikarenakan adanya persaingan pakan dalam satu
kandang yang terdiri dari 2 - 4 ekor yang mengakibatkan kurangnya nutrien untuk
pematangan sel ovum. Winugroho (2002) menyatakan bahwa pengaktifan sel ovum
dipengaruhi sekresi Luteinizing Hormone (LH) oleh pitutari, sedangkan pituitari
dipengaruhi oleh status energi tubuh yang didapatkan dari pakan.
Page 39
26
Faktor lingkungan khususnya perbedaan ketinggian juga mampu
mempengaruhi penampilan reproduksi. Utomo (2013) menyatakan bahwa
perbedaan ketinggian akan mempengaruhi pola makan, kualitas pakan hijauan dan
kecepatan angin yang berakibat pada tingkat stres ternak dan mempengaruhi
tampilan reproduksi.
4.4. Pengaruh Indeks Ukuran Tubuh terhadap Litter Size
Indeks ukuran tubuh merupakan nilai indeks yang menggambarkan
penampilan tubuh suatu ternak. Indeks ukuran tubuh (IUT) diperoleh dari 47 ekor
induk PE yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu ramping dan besar. Rata-rata litter
size kambing PE berdasarkan IUT disajikan pada Tabel 4 dan untuk perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran 10.
Tabel 5. Rata-rata Litter Size Kambing Peranakan Ettawa berdasarkan Indeks
Ukuran Tubuh
Indeks Ukuran
Tubuh Jumlah Induk Litter size
--------------------------(ekor)------------------------
Ramping 11 1,29
Besar 36 1,34
Hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kelompok indeks ramping
maupun besar menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap jumlah anak
sekelahiran pada kambing PE. Indeks ukuran tubuh kambing PE hasil penelitian
paling banyak berukuran besar yang mengindikasikasikan perawakan ternak yang
besar. Khargharia et al. (2015) menyatakan bahwa besar kecilnya indeks ukuran
tubuh dipengaruhi oleh nilai panjang badan dan lingkar dada.
Page 40
27
Kelompok IUT ramping 1memiliki rata-rata litter size sebesar 1,29 sedangkan
kelompok IUT besar memiliki rata-rata litter size sebesar 1,34. Jumlah anak
sekelahiran (litter size) dipengaruhi oleh ukuran-ukuran tubuh induk akan tetapi
menurut Kaunang et al. (2013), fakor genetik, faktor lingkungan dan jumlah paritas
memiliki peranan yang penting dalam menentukan jumlah anak sekelahiran. Induk
dengan tetua yang mampu beranak kembar secara genetik akan diturunkan pada
anaknya, didukung dengan kebutuhan nutrien induk yang cukup. Fourie et al.
(2002) menyatakan bahwa ternak yang memiliki indeks ukuran tubuh yang besar
memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dan ditunjang dengan pakan yang mampu
memenuhi kebutuhan nutrien tubuh ternak.
Page 41
28
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang badan dan lingkar dada dapat
digunakan sebagai parameter pembeda antar paritas. Litter size dipengaruhi oleh
paritas tetapi tidak dipengaruhi indeks ukuran tubuh.
5.2. Saran
Diperlukan penelitian lanjutan tentang kambing PE dengan paritas tertentu
dan dalam jumlah data lebih banyak untuk mendapatkan informasi litter size yang
lebih teliti.
Page 42
29
DAFTAR PUSTAKA
Alfah, N. 2009. Ukuran Panggul pada Pasien Pasca Seksio Sesarea Atas Indikasi
Panggul Sempit. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan
(Tesis).
Astutik, S., Solimun dan Darmanto. 2018. Analisis Multivariat: Teori dan
Aplikasinya dengan SAS. UB Press, Malang.
Banerjee, S. 2017. Body indices of Garole sheep reared in West Bengal (India).
Proc. Zool. Soc. 70(1): 61-73.
Batubara, A., M. Doloksaribu dan B. Tiesnamurti. 2006. Potensi keragaman
sumberdaya genetik kambing lokal Indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional
Pengelolaan dan Perlindungan Sumberdaya Genetik di Indonesia. Bogor, 20
Desember 2006. Hal: 206–214.
Fajemilehin, O. K. S. dan E. Saloko. 2008. Body measurement characteristics of
the West African Dwarf (WAD) goat in deciduous forest zone of
Southwestern Nigeria. Afr. J. Biothechno. 7(14): 2521-2526.
Filian, B. V., S. A. B. Santoso, D. W. Harjanti dan W. D. Prastiwi. 2016. Hubungan
paritas, lingkar dada dan umur kebuntingan dengan produksi susu sapi
Friesian Holstein di BBPTU-HPT Baturraden. Jurnal Agripet. 16 (2): 83-89.
Fourie, P. J., F. W. C. Neser, J. J. Oliver dan C. Van Der Westhuizen. 2002.
Relationship between production performance, visual appraisal and body
measurement of young Dorper rams. South African. J. Anim. Sci. 32(4): 256-
262.
Gunawan, I. W., N. K. Suwiti dan P. Sampurna. 2016. Pengaruh pemberian mineral
terhadap lingkar dada, panjang dan tinggi tubuh sapi Bali jantan. Buletin
Veteriner Udayana. 8(2): 128-134.
Hamdani, M. D. I. 2013. Hubungan antara berat badan sapi betina Peranakan
Ongole dan sapi persilangan pada tingkatan umur yang Berbeda terhadap
ukuran dan karakteristik Ovariumnya. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu.
1(3): 37-39.
Hamdani, M. D. I. 2015. Perbandingan berat lahir, persentase jeniss kelamin anak
dan sifat prolifik induk kambing Peranakan Ettawah pada paritas pertama
dan kedua di Kota Metro. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(4):245–250.
Irianingsih, D. 2015. Analisis Keragaman dan Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh
dengan Bobot Badan Itik Magelang yang Berbeda Lebar Kalung Putih pada
Bulu Leher. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro,
Semarang (Skripsi).
Kaunang, D., Suyadi dan S. Wahjuningsih. 2013. Analisis litter size, bobot lahir
dan bobot sapih hasil perkawinan kawin alami dan inseminasi buatan
kambing Boer dan Peranakan Etawah (PE). Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan.
23(3):41–46.
Khargaria, G., G. Kadirvel, S. Kumar, S. Doley, P.K. Bharti dan M. Das. 2015.
Principal component analysis of morphological traits of Assam hill goat in
Eastern Himalayan India. J. Anim. Plant Sci. 25(5): 1251-1258.
Page 43
30
Kostaman, T. dan I. K. Sutama. 2005. Laju pertumbuhan kambing anak hasil
persilangan antara kambing Boer dengan Peranakan Etawah pada periode
pra-sapih. JITV. 10(2): 106-112.
Kostaman, T. dan I. K. Sutama. 2006. Korelasi bobot badan induk dengan lama
bunting, litter size, dan bobot lahir anak kambing Peranakan Etawah.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5-6
September 2006. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Hal:522-
527.
Kurnianto, E. 2009. Pemuliaan Ternak. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Lake, A. F. 2016. Korelasi PBBH dengan perubahan ukuran linear tubuh pada
ternak kambing Kacang betina lokal yang diberikan kombinasi hijauan. J.
Anim. Sci. 1(2): 24-25.
Mahmilia, F., M. Doloksaribu, S. Elieser dan F. A. Pamungkas. 2005. Tingkat
produktivitas induk kambing persilangan (kambing Kacang dan kambing
Boer) berdasarkan total bobot lahir, total bobot sapih, litter size dan daya
hidup. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Loka
Penelitian Kambing Potong. Sungei Putih Galang. Hal: 680-684.
Purwanti, A. I., M. Arifin dan A. Purnomoadi. 2014. Hubungan antara lingkar dada
dengan bobot badan kambing Jawarandu betina di Kabupaten Kendal. Anim.
Agric. J. 3(4): 606-611.
Rasminati, N. 2013. Grade kambing Peranakan Ettawa pada kondisi wilayah yang
berbeda. Sains Peternakan. 11(1): 43-48.
Rohmat, N., M. Y. Sumaryadi dan Prayitno. 2017. Hubungan pola migrasi isozim
LDH dan aktivitasnya terhadap tingkat prolifikasi domba. Prosiding
Seminar Teknologi dan Agribisnis Peternakan V: Teknologi dan Agribisnis
Peternakan untuk mendukung ketahanan pangan, Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman 18 November 2017. Hal: 480-486.
Santoso, S. 2018. Mahir Statistik Multivariat dengan SPSS. Elex Media
Komputindo. Kompas Gramedia, Jakarta.
SAS. 1990. SAS/STAT User’s Guide Version 6. 4th Edition. Volume 2. SAS
Campus Drive, Cary, North California.
Septiani, A.D., M. Arifin dan E. Rianto. 2015. Pola pertumbuhan kambing Kacang
jatan di Kabupaten Grobogan. Anim. Agric. J. 4(1): 1-6.
Setiawan, B. S. dan M. T. Fam. 2011. Beternak Domba & Kambing. PT
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sudewo, A. T. A., S. A. Santosa dan A. Susanto. 2012. Produktivitas kambing
Peranakan Etawah berdasarkan litter size, tipe kelahiran dan mortalitas di
village breeding centre Kabupaten Banyumas. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II.
LPPM Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto, 27-28 November 2012.
Hal: 1-7.
Page 44
31
Suharto, K., A. Junaidi, A. Kusumawati dan D. T. Widayati. 2008. Perbandingan
fertilitas antara kambing Peranakan Etawa skor kondisi tubuh (SKT) kurus
versus ideal setelah sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan. Media
Kedokteran Hewan. 24(1): 49-54.
Sulaksana, I. 2008. Pertumbuhan anak kambing Peranakan Etawah (PE) sampai
umur 6 bulan di pedesaan. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. 11(3): 112-
117.
Sulastri dan Sumadi. 2005. Pendugaan umur berdasarkan kondisi gigi seri pada
kambing Peranakan Etawah di Unit Pelaksana Teknis Ternak Singosari,
Malang, Jawa Timur. Majalah Ilmiah Peternakan. 8(1): 1-10.
Sumantri, A. 2013. Perbandingan Bobot Sapih Terkoreksi Kambing Peranakan
Ettawah dan Kambing Kacang berdasarkan Nilai Indeks Produktivitas Induk
di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung (Skripsi).
Susanto, N. 2014. Korelasi Ukuran-ukuran Tubuh dengan Bobot Badan pada
Kambing Peranakan Etawa (PE) di Kota Pekanbaru. Fakultas Pertanian dan
Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Pekan Baru.
(Skripsi).
Sutama, I. K. 2008. Pemanfaatan sumberdaya ternak lokal sebagai ternak perah
mendukung peningkatan produksi susu nasional. Wartazoa. 18(4):207-217.
Sutama, I. K. 2011. Inovasi teknologi mendukung pengembangan kambing perah
lokal. Pengembangan Inovasi Pertanian. 4(3):231–246.
Sutama, I. K., I. G. M. Budiarsana, I. W. Mathius dan E. Juarini. 1999.
Pertumbuhan dan perkembangan seksual anak kambing Peranakan Etawah
dari induk dengan tingkat produksi susu yang berbeda. Jurnal Ilmu Ternak
dan Veteriner. 4(2):95–100.
Sutiyono, D. Suryaningsih dan C. M. S. Lestari. 2003. Performans anak
berdasarkan tipe kelahiran pada Kambing Peranakan Etawa. Seminar
Nasional Hasil Penelitian Universitas Diponegoro, Semarang. 1-10.
Sutiyono, B., N. J. Widyawani dan E. Purbowati. 2006. Studi performans induk
Kambing Peranakan Etawah berdasarkan jumlah anak sekelahiran di Desa
Banyuringin Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5-6 September 2006.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Hal:537-543.
Toelihere, M. R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung.
Udeh, I. dan C. C. Ogbu. 2011. Principal component analysis of body
measurements in three strains of broiler chicken. Sci. World J. 6 (2): 11-14.
Ulfah, N. D. A. 2016. Hubungan Indeks Ukuran Tubuh Induk dengan Penampilan
Anak pada Kambing Peranakan Etawah. Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro, Semarang (Skripsi).
Utomo, S. 2013. Pengaruh perbedaan ketinggian tempat terhadap capaian hasil
inseminasi buatan pada kambing Peranakan Ettawa. Sains Peternakan. 11(1):
34-42.
Victori, A., E. Purbowati dan C. M. S. Lestari. 2016. Hubungan antara ukuran-
ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di
kabupaten Klaten. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan. 26(1): 23-28.
Page 45
32
Winugroho, M. 2002. Pengaruh perbaikan pakan terhadap respon reproduksi
induk kambing Peranakan Etawah. Jurnal Litbang Pertanian. 21(1): 19-23.
Yuwono, T. 2017. Keragaman Morfometri, Protein Darah dan Hormon Reproduksi
pada Sapi Potong yang Beranak Kembar. Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro, Semarang (Disertasi).
Zainudin, M., M. N. Ihsan dan Suyadi. 2014. Efisiensi reproduksi sapi perah PFH
pada berbagai umur di CV. Milkindo Berka Abadi Desa Tegalsari
Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu ilmu Peternakan. 24
(3): 32-37.
Zulfahmi, A. 2016. Performa Induk Domba Lokal yang Dipelihara secara Semi
Intensif di Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang. Fakultas Peternakan
Universitas Padjajaran, Sumedang (Skripsi).
Zulkharnaim, J. A. Syamsu, M. I. A. Dagong dan S. Sabile. 2016. Peningkatan mutu
genetik induk dan calon induk kambing PE prolifik melalui pemanfaatan
pakan kulit buah kakao. Jurnal Aves. 10 (2):1 –9.
Page 46
33
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Pengaruh Ukuran Panjang Badan dengan Paritas
data; input kambing paritas padan; cards; 1 1 69.80 2 1 66.23 3 1 60.23 4 1 62.67 5 1 60.37 6 1 66.13 7 1 67.53 8 1 63.40 9 1 63.47 . . 20 2 63.87 21 2 66.53 22 2 64.93 23 2 69.10 24 2 69.60 25 3 66.33 26 3 59.07 27 3 79.03 28 3 72.03 29 3 70.47 30 3 68.33 31 3 69.63 32 3 75.60 33 3 67.30 34 3 67.87 35 3 73.90 36 3 64.93 . . . 46 4 69.43 47 4 79.40 run; proc glm; class paritas; model padan=paritas; means paritas/duncan; run;
Page 47
34
Lampiran 1. (Lanjutan)
The SAS System 1 General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels Values PARITAS 4 1 2 3 4 Number of observations in data set = 47 The SAS System 2 General Linear Models Procedure Dependent Variable: PADAN Source DF Sum of Squares F Value Pr > F Model 3 505.67646386 11.12 0.0001 Error 43 651.63572763 Corrected Total 46 1157.31219149 R-Square C.V. PADAN Mean 0.436940 5.729806 67.9404255 Source DF Type I SS F Value Pr > F PARITAS 3 505.67646386 11.12 0.0001 Source DF Type III SS F Value Pr > F PARITAS 3 505.67646386 11.12 0.0001 The SAS System 3 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: PADAN NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 43 MSE= 15.15432 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 7.62117 Number of Means 2 3 4 Critical Range 4.022 4.229 4.365 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N PARITAS A 74.933 4 4 B 70.082 19 3 B C B 66.905 6 2 C C 64.472 18 1
Page 48
35
Lampiran 2. Analisis Pengaruh Ukuran Lingkar Dada dengan Paritas
data; input kambing paritas lgkrdada; cards; 1 1 78.00 2 1 73.17 3 1 71.33 4 1 73.67 5 1 69.33 6 1 72.83 7 1 82.67 8 1 75.33 9 1 68.00 . . 20 2 73.50 21 2 84.83 22 2 74.00 23 2 81.83 24 2 76.50 25 3 83.50 26 3 78.33 27 3 76.33 28 3 83.83 29 3 84.00 30 3 79.17 31 3 80.33 32 3 83.50 33 3 79.17 34 3 82.00 35 3 86.00 . . . 46 4 85.17 47 4 78.17 run; proc glm; class paritas; model lgkrdada=paritas; means paritas/duncan; run;
Page 49
36
Lampiran 2. (Lanjutan)
The SAS System 1 General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels Values PARITAS 4 1 2 3 4 Number of observations in data set = 47 The SAS System 2 General Linear Models Procedure Dependent Variable: LGKRDADA Source DF Sum of Squares F Value Pr > F Model 3 452.32655088 9.31 0.0001 Error 43 696.43724912 Corrected Total 46 1148.76380000 R-Square C.V. LGKRDADA Mean 0.393751 5.118215 78.6300000 Source DF Type I SS F Value Pr > F PARITAS 3 452.32655088 9.31 0.0001 Source DF Type III SS F Value Pr > F PARITAS 3 452.32655088 9.31 0.0001 The SAS System 3 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: LGKRDADA NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 43 MSE= 16.19622 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 7.62117 Number of Means 2 3 4 Critical Range 4.158 4.372 4.513 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N PARITAS A 82.610 4 4 A B A 81.448 19 3 B B C 77.888 6 2 C C 75.018 18 1
Page 50
37
Lampiran 3. Analisis Pengaruh Ukuran Dalam Dada dengan Paritas
data; input kambing paritas dlmdada; cards; 1 1 29.50 2 1 27.57 3 1 27.07 4 1 27.60 5 1 26.47 6 1 28.03 7 1 29.20 8 1 26.37 9 1 25.67 . . 20 2 27.03 21 2 31.13 22 2 27.97 23 2 30.60 24 2 29.90 25 3 33.73 26 3 29.17 27 3 28.53 28 3 31.63 29 3 30.87 30 3 29.83 31 3 31.37 32 3 30.80 33 3 28.03 34 3 29.73 35 3 30.97 36 3 26.23 . . . 46 4 30.97 47 4 30.07 run; proc glm; class paritas; model dlmdada=paritas; means paritas/duncan; run;
Page 51
38
Lampiran 3. (Lanjutan)
The SAS System 1 General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels Values PARITAS 4 1 2 3 4 Number of observations in data set = 47 The SAS System 2 General Linear Models Procedure Dependent Variable: DLMDADA Source DF Sum of Squares F Value Pr > F Model 3 69.30349797 10.32 0.0001 Error 43 96.25202544 Corrected Total 46 165.55552340 R-Square C.V. DLMDADA Mean 0.418612 5.111719 29.2687234 Source DF Type I SS F Value Pr > F PARITAS 3 69.30349797 10.32 0.0001 Source DF Type III SS F Value Pr > F PARITAS 3 69.30349797 10.32 0.0001 The SAS System 3 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: DLMDADA NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 43 MSE= 2.238419 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 7.62117 Number of Means 2 3 4 Critical Range 1.546 1.625 1.678 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N PARITAS A 30.8500 4 4 A A 30.3263 19 3 A B A 29.2267 6 2 B B 27.8150 18 1
Page 52
39
Lampiran 4. Analisis Pengaruh Ukuran Lebar Dada dengan Paritas
data; input kambing paritas ledada; cards; 1 1 17.10 2 1 14.87 3 1 13.30 4 1 15.57 5 1 15.00 6 1 16.93 7 1 18.03 8 1 15.53 9 1 15.33 . . 20 2 19.07 21 2 17.43 22 2 17.50 23 2 18.30 24 2 15.20 25 3 20.37 26 3 17.73 27 3 17.23 28 3 19.67 29 3 17.60 30 3 16.67 31 3 15.67 32 3 17.30 33 3 16.73 34 3 19.10 35 3 17.60 36 3 16.37 . . 46 4 18.07 47 4 18.47 run; proc glm; class paritas; model ledada=paritas; means paritas/duncan; run;
Page 53
40
Lampiran 4. (Lanjutan)
The SAS System 1 General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels Values PARITAS 4 1 2 3 4 Number of observations in data set = 47 The SAS System 2 General Linear Models Procedure Dependent Variable: LEDADA Source DF Sum of Squares F Value Pr > F Model 3 27.55155880 5.33 0.0033 Error 43 74.06876886 Corrected Total 46 101.62032766 R-Square C.V. LEDADA Mean 0.271123 7.651925 17.1519149 Source DF Type I SS F Value Pr > F PARITAS 3 27.55155880 5.33 0.0033 Source DF Type III SS F Value Pr > F PARITAS 3 27.55155880 5.33 0.0033 The SAS System 3 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: LEDADA NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 43 MSE= 1.72253 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 7.62117 Number of Means 2 3 4 Critical Range 1.356 1.426 1.472 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N PARITAS A 18.5175 4 4 A B A 17.5968 19 3 B A B A 17.5883 6 2 B B 16.2333 18 1
Page 54
41
Lampiran 5. Analisis Pengaruh Tinggi Pundak dengan Paritas
data; input kambing paritas tipun; cards; 1 1 71.70 2 1 67,80 3 1 65.20 4 1 67.23 5 1 68.43 6 1 67.10 7 1 72.07 8 1 68.63 9 1 65.37 . . 20 2 68.90 21 2 72.40 22 2 66.50 23 2 76.30 24 2 74.67 25 3 74.67 26 3 66.27 27 3 71.10 28 3 76.00 29 3 73.97 30 3 67.50 31 3 72.13 32 3 82.00 33 3 71.27 34 3 65.90 35 3 72.10 36 3 70.13 . . . 46 4 77.57 47 4 72.23 run; proc glm; class paritas; model tipun=paritas; means paritas/duncan; run;
Page 55
42
Lampiran 5. (Lanjutan)
The SAS System 1 General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels Values PARITAS 4 1 2 3 4 Number of observations in data set = 47 NOTE: Due to missing values, only 46 observations can be used in this analysis. The SAS System 2 General Linear Models Procedure Dependent Variable: TIPUN Source DF Sum of Squares F Value Pr > F Model 3 188.89658619 4.44 0.0085 Error 42 596.20032902 Corrected Total 45 785.09691522 R-Square C.V. TIPUN Mean 0.240603 5.285409 71.2841304 Source DF Type I SS F Value Pr > F PARITAS 3 188.89658619 4.44 0.0085 Source DF Type III SS F Value Pr > F PARITAS 3 188.89658619 4.44 0.0085 The SAS System 3 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: TIPUN NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 42 MSE= 14.19525 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 7.574011 Number of Means 2 3 4 Critical Range 3.907 4.109 4.240 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N PARITAS A 73.343 4 4 A A 72.845 6 2 A A 72.718 19 3 B 68.646 17 1
Page 56
43
Lampiran 6. Analisis pengaruh Lebar Pinggul dengan Paritas
data; input kambing paritas lepin; cards; 1 1 18.27 2 1 19.47 3 1 17.57 4 1 19.90 5 1 16.57 6 1 17.27 7 1 17.07 8 1 14.37 9 1 16.47 . . 20 2 21.00 21 2 20.93 22 2 17.03 23 2 17.93 24 2 15.63 25 3 19.43 26 3 19.77 27 3 20.23 28 3 19.93 29 3 17.70 30 3 17.43 31 3 15.80 32 3 18.33 33 3 16.70 34 3 20.00 35 3 20.80 36 3 17.47 . . 46 4 22.40 47 4 21.40 run; proc glm; class paritas; model lepin=paritas; means paritas/duncan; run;
Page 57
44
Lampiran 6. (Lanjutan)
The SAS System 1 General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels Values PARITAS 4 1 2 3 4 Number of observations in data set = 47 The SAS System 2 General Linear Models Procedure Dependent Variable: LEPIN Source DF Sum of Squares F Value Pr > F Model 3 47.37351580 4.82 0.0056 Error 43 140.97580760 Corrected Total 46 188.34932340 R-Square C.V. LEPIN Mea 0.251519 9.772205 18.5287234 Source DF Type I SS F Value Pr > F PARITAS 3 47.37351580 4.82 0.0056 Source DF Type III SS F Value Pr > F PARITAS 3 47.37351580 4.82 0.0056 The SAS System 3 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: LEPIN NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 43 MSE= 3.278507 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 7.62117 Number of Means 2 3 4 Critical Range 1.871 1.967 2.030 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N PARITAS A 21.2250 4 4 B 18.8542 19 3 B B 18.5533 6 2 B B 17.5778 18 1
Page 58
45
Lampiran 7. Analisis Pengaruh Ukuran Tinggi Pinggul dengan Paritas
data; input kambing paritas tinggul; cards; 1 1 76.40 2 1 73.83 3 1 75.53 4 1 73.60 5 1 72.77 6 1 74.60 7 1 79.33 8 1 76.90 9 1 72.60 . . 20 2 72.73 21 2 77.33 22 2 76.17 23 2 80.27 24 2 78.17 25 3 79.60 26 3 72.83 27 3 76.57 28 3 81.37 29 3 76.73 30 3 78.80 31 3 74.33 32 3 87.50 33 3 73.90 34 3 73.57 35 3 78.53 36 3 75.17 . . . 46 4 77.37 47 4 77.23 run; proc glm; class paritas; model tinggul=paritas; means paritas/duncan; run;
Page 59
46
Lampiran 7. (Lanjutan)
The SAS System 1 General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels Values PARITAS 4 1 2 3 4 Number of observations in data set = 47 The SAS System 2 General Linear Models Procedure Dependent Variable: TINGGUL Source DF Sum of Squares F Value Pr > F Model 3 82.74763447 2.92 0.0447 Error 43 406.15935702 Corrected Total 46 488.90699149 R-Square C.V. TINGGUL Mean 0.169250 4.011200 76.6195745 Source DF Type I SS F Value Pr > F PARITAS 3 82.74763447 2.92 0.0447 Source DF Type III SS F Value Pr > F PARITAS 3 82.74763447 2.92 0.0447 The SAS System 3 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: TINGGUL NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 43 MSE= 9.445566 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 7.62117 Number of Means 2 3 4 Critical Range 3.175 3.339 3.446 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N PARITAS A 78.025 19 3 A A 77.290 4 4 A A 76.362 6 2 A A 75.073 18 1
Page 60
47
Lampiran 8. Analisis Data Principal Component
data; input idn paritas dlmdada ledada lepin tinggul lgkrdada padan tipun cards; 1 1 27.82 16.23 17.58 75.07 75.02 64.47 68.65 2 2 29.23 17.59 18.55 76.36 77.89 66.91 72.72 3 3 30.33 17.60 18.85 77.29 81.45 70.08 72.85 4 4 30.85 18.52 21.23 78.03 82.61 74.93 73.34 run; proc princomp cov out=prin; var dlmdada ledada lepin tinggul lgkrdada padan tipun; run; proc plot; plot prin2*prin1=paritas/vpos=24 hpos=48 tittle 'plot princomp'; run;
Page 61
48
Lampiran 8. (Lanjutan)
The SAS System 1 Principal Component Analysis 4 Observations 7 Variables Simple Statistics DLMDADA LEDADA LEPIN TINGGUL Mean 29.55750000 17.48500000 19.05250000 76.68750000 StD 1.34082997 0.94348644 1.54954563 1.27656766 LGKRDADA PADAN TIPUN Mean 79.24250000 69.09750000 71.89000000 StD 3.45793170 4.51598181 2.17643439 Covariance Matrix DLMDADA LEDADA LEPIN TINGGUL DLMDADA 1.79782500 1.19091667 1.79367500 1.70609167 LEDADA 1.19091667 0.89016667 1.34188333 1.15145000 LEPIN 1.79367500 1.34188333 2.40109167 1.78254167 TINGGUL 1.70609167 1.15145000 1.78254167 1.62962500 LGKRDADA 4.61244167 2.96548333 4.59432500 4.37457500 PADAN 5.68472500 3.90915000 6.80484167 5.54115833 TIPUN 2.65780000 1.92150000 2.43893333 2.49796667 LGKRDADA PADAN TIPUN DLMDADA 4.61244167 5.68472500 2.65780000 LEDADA 2.96548333 3.90915000 1.92150000 LEPIN 4.59432500 6.80484167 2.43893333 TINGGUL 4.37457500 5.54115833 2.49796667 LGKRDADA 11.95729167 14.76934167 6.52013333 PADAN 14.76934167 20.39409167 7.52593333 TIPUN 6.52013333 7.52593333 4.73686667 Total Variance = 43.806958333 Eigenvalues of the Covariance Matrix Eigenvalue Difference Proportion Cumulative PRIN1 41.0734 38.9925 0.937600 0.93760 PRIN2 2.0809 1.4283 0.047502 0.98510 PRIN3 0.6526 0.6526 0.014897 1.00000 PRIN4 0.0000 0.0000 0.000000 1.00000 PRIN5 0.0000 0.0000 0.000000 1.00000 PRIN6 0.0000 0.0000 0.000000 1.00000 PRIN7 0.0000 . 0.000000 1.00000
Page 62
49
Lampiran 8. (Lanjutan)
The SAS System 2 Principal Component Analysis Eigenvectors PRIN1 PRIN2 PRIN3 PRIN4 DLMDADA 0.205607 0.159095 -.116160 -.061192 LEDADA 0.139900 0.100909 0.315818 -.028436 LEPIN 0.226990 -.268035 0.455326 -.005128 TINGGUL 0.197958 0.096675 -.030796 0.974945 LGKRDADA 0.529751 0.268956 -.655120 -.154927 PADAN 0.694679 -.519724 0.128820 -.085447 TIPUN 0.290219 0.735436 0.482409 -.116615 PRIN5 PRIN6 PRIN7 DLMDADA 0.956649 0.000000 0.000000 LEDADA -.010321 0.932518 0.000000 LEPIN 0.050749 -.158851 0.800922 TINGGUL 0.000000 0.000000 0.000000 LGKRDADA -.248042 0.105822 0.348021 PADAN -.052695 -.094794 -.460054 TIPUN -.133565 -.291536 -.160488
Page 63
50
Lampiran 9. Analisis Pengaruh Paritas dengan Litter Size
data; input kambing paritas LZ; cards; 1 1 1.00 2 1 1.00 3 1 1.00 4 1 1.00 5 1 1.00 6 1 1.00 7 1 1.00 8 1 1.00 9 1 1.00 . . 20 2 1.00 21 2 2.00 22 2 1.00 23 2 1.00 24 2 1.50 25 2 1.00 27 3 2.00 28 3 1.00 29 3 2.00 30 3 1.00 31 3 1.33 32 3 1.67 33 3 1.33 34 3 1.67 35 3 2.00 36 3 1.67 . . . 44 4 1.00 45 4 1.50 46 4 1.50 47 4 1.50 run; proc glm; class paritas; model LZ=paritas; means paritas/duncan; run;
Page 64
51
Lampiran 9. (Lanjutan)
The SAS System 1 General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels Values PARITAS 4 1 2 3 4 Number of observations in data set = 47 The SAS System 2 General Linear Models Procedure Dependent Variable: LZ Source DF Sum of Squares F Value Pr > F Model 3 2.76536104 11.39 0.0001 Error 43 3.47946023 Corrected Total 46 6.24482128 R-Square C.V. LZ Mean 0.442825 21.43944 1.32680851 Source DF Type I SS F Value Pr > F PARITAS 3 2.76536104 11.39 0.0001 Source DF Type III SS F Value Pr > F PARITAS 3 2.76536104 11.39 0.0001 The SAS System 3 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: LZ NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 43 MSE= 0.080918 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 7.62117 Number of Means 2 3 4 Critical Range .2939 .3090 .3190 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N PARITAS A 1.5979 19 3 A B A 1.3750 4 4 B B C 1.2500 6 2 C C 1.0556 18 1
Page 65
52
Lampiran 10. Hasil Analisis Pengaruh Indeks Ukuran Tubuh dengan Litter Size
Perhitungan Indeks Ukuran Tubuh
No.urut Panjang Badan Lingkar Dada Indeks Ukuran Tubuh
1 59,07 78,33 0,754
2 79,03 76,33 1,035
3 60,23 71,33 0,844
4 62,67 73,67 0,851
5 60,37 69,33 0,871
6 66,13 72,83 0,908
7 67,53 82,67 0,817
8 63,47 68,00 0,933
9 62,93 75,00 0,839
10 69,90 81,00 0,863
. . . .
. . . .
. . . .
45 78,57 88,60 0,887
46 69,43 85,17 0,815
47 79,40 78,17 1,016
Contoh Perhitungan:
Indeks Ukuran Tubuh
1. Indeks Ukuran Tubuh =
=
= 0,754 ..........................(indeks terendah)
2. Indeks Ukuran Tubuh =
=
= 1,035 .............................(indeks tertinggi)
Page 66
53
Lampiran 10. (Lanjutan)
Pengelompokan Nilai Indeks
Rentang Nilai Indeks =
=
= 0,141
1. Kategori besar = 0,754 + 0,141 = 0,895
Jadi besar = 0,754 – 0,895
2. Kategori ramping = 0,896 + 0,141= 1,037
Jadi kecil = 0,896 – 1,037
Indeks Ukuran Tubuh Jumlah Induk Nilai
Ramping 11 0,896 – 1,037
Besar 36 0,754 – 0,895
Page 67
54
Lampiran 10. (Lanjutan)
data; input kambing paritas IUT LZ; cards; 1 1 2 1.00 2 1 1 1.00 3 1 2 1.00 4 1 2 1.00 5 1 2 1.00 6 1 1 1.00 7 1 2 1.00 8 1 2 1.00 9 1 1 1.00 . . 20 2 2 2.00 21 2 2 1.00 22 2 2 1.00 23 2 2 1.50 24 2 1 1.00 25 3 2 2.00 26 3 2 1.00 27 3 1 2.00 28 3 2 1.00 29 3 2 1.33 30 3 2 1.67 31 3 2 1.33 32 3 1 1.67 33 3 2 2.00 34 3 2 1.67 35 3 2 1.67 . . . 46 4 2 1.50 47 4 1 1.50 run; proc glm; class IUT; model LZ=IUT; means IUT/duncan; run;
Page 68
55
Lanjutan 10. (Lanjutan)
The SAS System 1 General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels Values IUT 2 1 2 Number of observations in data set = 47 The SAS System 2 General Linear Models Procedure Dependent Variable: LZ Source DF Sum of Squares F Value Pr > F Model 1 0.02142708 0.15 0.6957 Error 45 6.22339419 Corrected Total 46 6.24482128 R-Square C.V. LZ Mean 0.003431 28.02845 1.32680851 Source DF Type I SS F Value Pr > F IUT 1 0.02142708 0.15 0.6957 Source DF Type III SS F Value Pr > F IUT 1 0.02142708 0.15 0.6957 The SAS System 3 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: LZ NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 45 MSE= 0.138298 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 16.85106 Number of Means 2 Critical Range .2580 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N IUT A 1.3386 36 2 A A 1.2882 11 1
Page 69
56
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonogiri, Jawa Tengah pada
tanggal 10 April 1997. Penulis merupakan anak kedua
dari dua bersaudara, keluarga Bapak Wakidi dan Ibu
Mariyem. Penulis telah menyelesaikan jenjang
pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Baleharjo,
Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri lulus sekolah
pada tahun 2009. Pendidikan sekolah menengah pertama
di SMPN 1 Eromoko, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri lulus sekolah
pada tahun 2012. Pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Wuryantoro,
Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri lulus sekolah pada tahun 2014.
Tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi S1
Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro melalui
jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Penulis aktif
dalam organisasi kemahasiswaan sebagai Staf bidang Sosial dan Kewirausahaan
Mahasiswa dan ketua bidang Sosial dan Kewirausahaan Mahasiswa Himpunan
Mahasiswa S1 Peternakan periode 2014 - 2016. Penulis menjadi asisten praktikum
di Laboratorium Genetika, Pemuliaan dan Reproduksi tahun 2016 - 2017. Penulis
juga aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh Dirjen Peternakan dalam Progam
Penguatan Pakan Induk Sapi Potong (PPPISP) tahun 2017 dengan penempatan di
Kabupaten Rembang.