BAB III MONSTER DAN MAKHLUK HALUS SEBAGAI SUMBER IDE DALAM KARYA SENI LUKIS A. Subject Matter Penulis mengangkat bentuk dan karakter monster dan makhluk halus sebagai sumber ide dalam penciptaan karya seni lukis karena penulis merasa tertarik untuk berimajinasi lebih jauh dan penulis juga ingin mengungkapkan bayangan monster dan makhluk halus dalam imajinasi penulis. Imajinasi juga menjadi peran sentral dalam segala aktivitas kognitif manusia bersamaan dengan persepsi dan pemikiran. Kebanyakan dalam pemikiran barat, imajinasi memiliki status yang ambigu, yaitu menyeimbangkan antara roh dan alam, sebagai mediasi antara pikiran dan tubuh, mental, dan fisik dan menjadi perantara antara jiwa yang satu dengan yang lainnya (Beaney, 2005: 1). Imajinasi menjelaskan suatu proses mental yang mengandung: (1) timbulnya gambaran inderawi yang didapat dari persepsi sebelumnya (imajinasi reproduktif), dan (2) kombinasi dari unsur-unsur tersebut menjadi suatu kesatuan baru (imajinasi kreatif atau produktif). Imajinasi kreatif terdiri dari dua jenis: (1) yang bersifat spontan dan tak terkontrol, dan (2) imajinasi konstruktif, seperti tampak pada ilmu, penemuan dan filsafat, yang dikontrol oleh perencanaan dominan. Imajinasi lebih terpaut pada sikap mental, bukan proses visual jasmaniah yang dilakukan seketika oleh manusia. Karena proses mengimajinasikan itu selalu merupakan proses membentuk gambaran tertentu, dan ini terjadi secara mental (Susanto, 2012: 53).
40
Embed
MONSTER DAN MAKHLUK HALUS SEBAGAI SUMBER IDE DALAM … · adalah drawing pen dengan merek dagang SNOWMAN. Alasan menggunakan alat tersebut yang pertama, karena penulis sudah terbiasa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB III
MONSTER DAN MAKHLUK HALUS
SEBAGAI SUMBER IDE DALAM KARYA SENI LUKIS
A. Subject Matter
Penulis mengangkat bentuk dan karakter monster dan makhluk halus
sebagai sumber ide dalam penciptaan karya seni lukis karena penulis merasa
tertarik untuk berimajinasi lebih jauh dan penulis juga ingin mengungkapkan
bayangan monster dan makhluk halus dalam imajinasi penulis. Imajinasi juga
menjadi peran sentral dalam segala aktivitas kognitif manusia bersamaan dengan
persepsi dan pemikiran. Kebanyakan dalam pemikiran barat, imajinasi memiliki
status yang ambigu, yaitu menyeimbangkan antara roh dan alam, sebagai mediasi
antara pikiran dan tubuh, mental, dan fisik dan menjadi perantara antara jiwa yang
satu dengan yang lainnya (Beaney, 2005: 1).
Imajinasi menjelaskan suatu proses mental yang mengandung: (1)
timbulnya gambaran inderawi yang didapat dari persepsi sebelumnya (imajinasi
reproduktif), dan (2) kombinasi dari unsur-unsur tersebut menjadi suatu kesatuan
baru (imajinasi kreatif atau produktif). Imajinasi kreatif terdiri dari dua jenis: (1)
yang bersifat spontan dan tak terkontrol, dan (2) imajinasi konstruktif, seperti
tampak pada ilmu, penemuan dan filsafat, yang dikontrol oleh perencanaan
dominan. Imajinasi lebih terpaut pada sikap mental, bukan proses visual
jasmaniah yang dilakukan seketika oleh manusia. Karena proses
mengimajinasikan itu selalu merupakan proses membentuk gambaran tertentu,
dan ini terjadi secara mental (Susanto, 2012: 53).
18
Setiap manusia tentu mempunyai dunia imajinasi mereka masing-
masing, penulis tentu mempunyai dunia imajinasi yang tidak jauh dari figur
monster dan makhluk halus yang sudah biasa penulis ekspresikan ke dalam
goresan pulpen di atas kertas dan penulis juga telah lama memainkan
permainan-permainan bertemakan monster sejak masa Sekolah Menengah
Pertama. Penulis menginterpretasi dan mengubah bentuk-bentuk monster dan
makhluk halus yang menyeramkan, jahat, dan garang melalui proses
berimajinasi yang dialami oleh penulis ke dalam karya seni lukis. Interpretasi
adalah menafsirkan hal-hal yang terdapat di balik sebuah karya, dan
menafsirkan makna, pesan, atau nilai yang dikandungnya (Bahari, 2008: 12).
Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau
gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol-
simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan)
atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan. Menurut definisi,
interpretasi hanya digunakan sebagai suatu metode jika dibutuhkan. Jika suatu
objek (karya seni, ujaran, dll) cukup jelas maknanya, objek tersebut tidak akan
mengundang suatu interpretasi. Istilah interpretasi sendiri dapat merujuk pada
proses penafsiran yang sedang berlangsung atau hasilnya. Suatu interpretasi dapat
merupakan bagian dari suatu presentasi atau penggambaran informasi yang
diubah untuk menyesuaikan dengan suatu kumpulan simbol spesifik. Informasi itu
dapat berupa lisan, tulisan, gambar, matematika, atau berbagai bentuk bahasa
lainnya. Makna yang kompleks dapat timbul sewaktu penafsir baik secara sadar
ataupun tidak melakukan rujukan silang terhadap suatu objek dengan
menempatkannya pada kerangka pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas.
19
Tujuan interpretasi biasanya adalah untuk meningkatkan pengertian, tapi kadang,
seperti pada propaganda atau cuci otak, tujuannya justru untuk mengacaukan
pengertian dan membuat kebingungan (https://id.wikipedia.org/wiki/Interpretasi.
15/06/2015).
Walaupun telah dijelaskan di atas bahwa monster dan makhluk halus itu
hanya ada dalam khayalan atau mitos dan mereka juga hanya sesuatu yang
diceritakan ulang secara turun-temurun tanpa bukti yang nyata. Akan tetapi
secara kenyataannya monster merupakan suatu julukan pada sesuatu maupun
seseorang yang mempunyai sifat jahat, mengerikan, berukuran raksasa, dan
aneh.
1. Pengertian Seni dan Estetika
Seni adalah hal yang menyangkut hasil karya/benda artefak seni (Santo,
2012: 79). Seni menurut penulis adalah kebebasan dalam ekspresi yang
menyebabkan rasa merdeka oleh si seniman, eksplorasi tanpa batas untuk terus
berpikir kreatif sekaligus pencarian karakter dalam karya. Seni rupa adalah suatu
wujud hasil karya manusia yang diterima dengan indra penglihatan, dan secara
garis besar di bagi menjadi seni murni dan seni terap. Seni murni merupakan seni
yang karyanya tidak mengandung tujuan kegunaan (applied) “fungsional”,
melainkan sebagai media ekspresi yang diungkapkan pada seni lukis, seni grafis,
seni patung, seni kramik dengan berbagai teknik beserta aliran-alirannya.
Perkembangan seni rupa sekarang ini selain seni lukis, patung, keramik,
grafis juga mewadahi seni-seni yang lainnya seperti, seni lingkungan
(enviromental art), seni instalasi, seni pertunjukan (performing art), dan lain-
lainnya (Bahari, 2008: 51-52).
20
Estetika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan seni (art) dan
keindahan (beauty). Istilah estetika berasal dari kata Yunani aesthesis, yang
berarti pencerapan inderawi, pemahaman intelektual (intellectual understanding)
(Rapar, 1996: 67).
2. Pengertian Seni Lukis
Seni lukis adalah salah satu induk dari seni rupa. Seni lukis sangat terkait
dengan gambar. Pada zaman dahulu, seni lukis dimaksudkan untuk tujuan mistis
dan propaganda, yaitu menggambarkan keadaan alam. Di Indonesia sendiri
dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia (Rustandi, 2009: 1)
3. Komponen Karya Seni
Komponen karya seni terbagi menjadi tiga bagian, yaitu tema, bentuk, dan
isi. Ketiga komponen itu merupakan suatu kesatuan yang terkandung dalam suatu
karya seni rupa. Setiap komponen mempunyai peran serta saling melengkapi satu
sama lain sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh.
a. Tema
1. Tema atau Subject matter merupakan bentuk dalam ide atau penggambaran
dalam pikiran yang dimiliki oleh seniman, artinya bentuk yang ada dalam
pikiran si seniman sebelum dituangkan dalam media atau belum lahir sebagai
bentuk fisik. Menurut P. Mulyadi, pengertian tema adalah apa saja yang
diungkapkan dalam suatu karya seni. Dalam karya-karya abstrak sekalipun,
tema yang dimaksud ada dalam dunia ide atau konsep-konsep intelektual; dan
ini berlainan dengan karya-karya non abstrak yang mana tema mendasarkan
pada fakta-fakta atau obyek-obyek yang dapat dilihat (Mulyadi, 1993: 15).
21
2. Tema merupakan gagasan yang hendak dikomunikasikan pencipta karya seni
kepada masyarakat atau penikmat seni (Bahari, 2008: 22).
3. Objek-objek atau gagasan yang dipakai dalam berkarya yang ada dalam
sebuah karya seni (Susanto, 2011: 383).
4. Dalam seni yang bersifat menggambarkan atau berbentuk, maka temanya
adalah alam. Tetapi dalam seni abstrak yang tidak menggambarkan apa-apa,
subject matter atau tema berupa idea atau konsep-konsep intelektual yang
lebih sulit dimengerti bila dibandingkan dengan tema-tema yang didasarkan
atas suatu objek atau fakta (Mulyadi, 1998: 28).
5. Menurut tampilan dari etymonline.com, sebagai kata benda istilah bentuk atau
dalam bahasa inggrisnya biasa disebut “form” berawal dari bahasa kuno
Perancis “forme”yang memiliki arti “bentuk, fisik, penampilan yang
menyenangkan; bidang, gambar, cara” dan dari bahasa latin “forma” yang
artinya “bentuk, kontur, figur, bidang, penampilan, model, pola, desain”, yang
diambil dari akar kata “morphe” yang artinya “kecantikan”, penampilan luar
(http://etymonline.com/index.php. 10/06/2015).
Lewat karya Tugas Akhir inilah penulis ingin mengungkapkan
ketertarikan dan menjelaskan berbagai macam monster dan makhluk halus
tersebut. Penulis juga ingin menggambar ulang atau merepresentasikan bentuk-
bentuk monster dan makhluk halus yang ada dalam cerita-cerita yang sudah
tersebar luas di masyarakat umum, seperti naga, mutan, ogre, siluman, gendruwa,
sundel bolong, dan sebagainya, sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan
penulis ke dalam karya seni lukis dengan teknik drawing.
22
b. Bentuk (form)
Menurut halaman etymonline.com, sebagai kata benda istilah bentuk atau
dalam bahasa inggrisnya biasa disebut “form” berawal dari bahasa kuno Perancis
“forme”yang memiliki arti “bentuk, fisik, penampilan yang menyenangkan;
bidang, gambar, cara” dan dari bahasa latin “forma” yang artinya “bentuk, kontur,
figur, bidang, penampilan, model, pola, desain”, yang diambil dari akar kata
“morphe” yang artinya “kecantikan”, penampilan luar (http://etymonline.com/
index.php. 10/06/2015). Bentuk dalam karya Tugas Akhir ini yaitu karya seni
lukis drawing dua dimensi menggunakan media kertas dan drawing pen.
Bentuk visual yang penulis munculkan adalah melakukan dekonstruksi,
deformasi, dan stilasi bentuk ke dalam tampilan baru yang berkesan unik, lucu,
dan naïf. Bentuk-bentuk tersebut akan membawa suasana yang berbeda, di mana
bentuk-bentuk monster dan makhluk halus dalam imaji masyarakat mengalami
penimbulan mendasar ketika tampil dalam karya-karya Tugas Akhir ini.
c. Isi
Pengertian isi dalam seni rupa adalah arti yang terkandung di dalam
totalitas bentuk dan subject matter yang ditampilkan dalam suatu karya rupa.
Menurut P. Mulyadi, isi adalah kualitas atau arti yang ada dalam suatu karya seni,
di mana isi merupakan arti yang esensial daripada bentuk (Mulyadi, 1994: 16).
Dikemukakan oleh Soedarso Sp. bahwa seperti diketahui, dalam rangka
menyelamatkan slogan “Form Follow Function” yang terkenal itu Victor
memasukkan enam unsur dalam fungsi, yaitu use, need, method, telesis,
aesthetics, dan association (Soedarso, 2000: 34)
23
Berdasarkan paparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak
ada seniman yang menciptakan suatu karya seni tanpa kesadaran. Seorang
seniman menciptakan karya seni karena ada sesuatu yang ingin disampaikan pada
khalayak umum, entah berupa perasaannya, pemikirannya, suasana hatinya,
pengalamannya, dan sebagainya. Semua itu dinyatakan lewat bentuk yang sesuai
dengan isi yang akan disampaikan. Maka dalam karya Tugas Akhir ini isi yang
ingin disampaikan penulis adalah merepresentasikan monster dan makhluk halus
yang berada di dalam pikiran penulis ke dalam bentuk karya seni dua dimensi,
sehingga khalayak umum bisa mengerti visual dari monster dan makhluk halus
tersebut.
Isi atau pesan yang penulis usung dalam karya-karya Tugas Akhir ini
yaitu:
1) Nuansa unik, dalam arti representasi dari visual monster dan makhlus
halus yang menimbulkan kesan seram menjadi visual yang unik dan
jauh berbeda dengan apa yang divisualisasikan oleh masyarakat,
sehingga sama sekali tidak ada unsur yang menyeramkan.
2) Nuansa lucu, dalam arti representasi dari visual monster dan makhluk
halus yang menakutkan menjadi terkesan lucu karena adanya
deformasi dan distorsi dari bentuk awal monster dan makhluk halus.
3) Nuansa naïf, dalam arti representasi visual dari monster dan makhluk
halus dalam karya-karya Tugas Akhir ini menjadi bentuk yang
sederhana, lugu, dan tidak masuk akal.
24
B. Proses Visualisasi
1. Media
Dalam tulisan ini akan dipaparkan tentang media kertas yang digunakan
sebagai media ekspresi dalam karya Tugas Akhir. Secara umum pengertian kertas
adalah sejenis lembaran serba sama yang terbuat dari jalinan serat selulosa,
dengan bantuan zat pengikat, dan dibuat dalam berbagai jenis berdasarkan macam
dan jenis tujuan penggunaannya (Pudjaatmaka, 2002: 386). Sedangkan menurut
etimologi, kertas yang dalam bahasa Inggrisnya “paper”, sedangkan dalam bahasa
Belanda, Perancis, dan Jerman dikenal dengan kata “papier”, dan dalam bahasa
Spanyol dikenal dengan kata “papel”.Dalam bahasa Latin kata “papyrus” yaitu
sejenis tanaman yang ditemukan di sepanjang sungai Nil yang digunakan sebagai
bahan untuk membuat media tulis. Kertas sangat kuat kaitannya dengan dokumen
(http://etymonline.com/index.php.2015).
Bahan yang digunakan penulis dalam karya Tugas Akhir ini dengan
menggunakan berbagai macam kertas dengan berbagai ukuran. Alasan penulis
menggunakan kertas karena penulis lebih menguasai media kertas. Jenis kertas
tersebut adalah kertas concorde dan kertas manila. Alasan menggunakan media
kertas tersebut karena sangat cocok jika digunakan untuk karya dengan teknik
drawing.
Alat tulis yang paling dominan digunakan dalam pembuatan karya ini
adalah drawing pen dengan merek dagang SNOWMAN. Alasan menggunakan
alat tersebut yang pertama, karena penulis sudah terbiasa menggunakannya.
Kedua, ukuran ketebalan drawing pen ini lengkap, mulai dari 0.05 sampai 1.0,
tetapi yang digunakan adalah ukuran 0.05, 0.1, 0.2, 0.4, dan 0.8, dan terakhir,
25
karena kualitas pigmen tintanya pun sudah terbilang sangat bagus karena
kualitas drawing pen ini sudah penulis gunakan pada karya semester 1 dan
warnanya tidak berubah. Alat pendukung lainnya adalah menggunakan pensil
dan penghapus untuk membuat sketsa secara kasar dalam proses pembuatan
karya.
Dalam proses visualisasi, juga menerapkan prinsip dasar seni rupa antara
lain meliputi kesatuan (unity), keseimbangan (balance), keselarasan (ritme),