MODUL 5 WORK MEASUREMENT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika akan melakukan analisis terhadap suatu sistem kerja, terdapat beberapa alternatif metode kerja yang digunakan. Dari beberapa metode tersebut dipilih satu alternatif terbaik dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu waktu, biaya, beban fisiologis, dan sebagainya. Waktu merupakan salah satu kriteria yang paling sering digunakan sebab kriteria ini memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan dengan kriteria lainnya. Setelah proses pemilihan alternatif perancangan dan perbaikan sistem kerja dilakukan, tahap berikutnya adalah melakukan pengukuran waktu kerja. Work measurement adalah sebuah teknik yang dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh operator dalam melakukan pekerjaannya. Namun, tidak hanya pekerja saja yang dapat diukur, aktivitas mesin juga dapat diukur waktunya. Tujuan pengukuran waktu kerja adalah untuk mendapatkan waktu baku yang harus dicapai oleh pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku dapat digunakan untuk menentukan insentif, perencanaan pengalokasian jumlah tenaga kerja, menghitung output, penjadwalan produksi dan lainnya. Work measurement juga digunakan untuk mengurangi ineffective time. Ineffective time adalah waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan yang tidak produktif. Proses pengukuran waktu baku dapat dilakukan dengan menggunakan 2 cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung, dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran jam henti (Stopwatch Time Study) dan sampling kerja (Work Sampling). Sedangkan pengukuran data tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan data waktu baku (Standard Data) dan data waktu gerakan (Predetermined Time System). LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
BAB IPENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Ketika akan melakukan analisis terhadap suatu sistem kerja, terdapat
beberapa alternatif metode kerja yang digunakan. Dari beberapa metode
tersebut dipilih satu alternatif terbaik dengan mempertimbangkan beberapa
kriteria yaitu waktu, biaya, beban fisiologis, dan sebagainya. Waktu merupakan
salah satu kriteria yang paling sering digunakan sebab kriteria ini memiliki
sejumlah kelebihan dibandingkan dengan kriteria lainnya. Setelah proses
pemilihan alternatif perancangan dan perbaikan sistem kerja dilakukan, tahap
berikutnya adalah melakukan pengukuran waktu kerja.
Work measurement adalah sebuah teknik yang dilakukan untuk mengetahui
waktu yang dibutuhkan oleh operator dalam melakukan pekerjaannya. Namun,
tidak hanya pekerja saja yang dapat diukur, aktivitas mesin juga dapat diukur
waktunya. Tujuan pengukuran waktu kerja adalah untuk mendapatkan waktu
baku yang harus dicapai oleh pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Waktu baku dapat digunakan untuk menentukan insentif, perencanaan
pengalokasian jumlah tenaga kerja, menghitung output, penjadwalan produksi
dan lainnya. Work measurement juga digunakan untuk mengurangi ineffective
time. Ineffective time adalah waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
yang tidak produktif.
Proses pengukuran waktu baku dapat dilakukan dengan menggunakan 2
cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung, dapat
dilakukan dengan menggunakan pengukuran jam henti (Stopwatch Time Study)
dan sampling kerja (Work Sampling). Sedangkan pengukuran data tidak langsung
dapat dilakukan dengan menggunakan data waktu baku (Standard Data) dan
data waktu gerakan (Predetermined Time System).
Dalam suatu proses produksi yang berurutan, waktu yang dibutuhkan dari
setiap stasiun kerja perlu diperhatikan. Apabila stasiun kerja yang ada sudah
berada pada posisi seimbang, maka fasilitas kerja yang tersedia akan dapat
bekerja secara optimal sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Sebaliknya,
apabila waktu proses tidak seimbang dalam salah satu stasiun kerja, maka
proses produksinya belum optimal dan dapat menimbulkan bottle neck problem.
Oleh karena itu dalam suatu proses produksi yang berurutan, masalah
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
keseimbangan lintasan juga perlu dikaji ulang karena perannya yang sangat
penting dalam aktivitas tersebut.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
1.2Tujuan Praktikum
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan praktikum secara umum:
1. Mampu melakukan pengukuran kerja dengan metode jam henti, work
sampling, serta pengukuran kerja tidak langsung dengan data waktu
gerakan.
2. Mampu melakukan perbaikan dalam metode perancangan dan pengukuran
kerja sehingga diperoleh waktu baku yang lebih efisien.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan praktikum secara khusus:
1. Dapat membuat peta proses operasi, peta aliran proses dan diagram alir
produksi,
2. Mampu menganalisis distribusi pemakaian waktu kerja oleh pekerja atau
kelompok kerja.
3. Mampu menganalisis kondisi atau fasilitas kerja yang diamati berdasarkan
besarnya persentase delay atau idle dari kondisi atau fasilitas yang
bersangkutan.
4. Mampu menganalisis masalah keseimbangan lintasan dalam suatu proses
produksi.
5. Dapat membuat peta tangan kiri dan kanan berdasarkan video.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengukuran Kerja
Pengukuran kerja merupakan usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja
yang dibutuhkan oleh seorang pekerja atau operator dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam
lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Pengukuran waktu kerja
berhubungan dengan usaha-usaha untuk menentukan waktu baku yang
dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tujuan pengukuran waktu kerja adalah
untuk mendapatkan waktu baku yang harus dicapai oleh pekerja dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengukuran waktu yang dilakukan terhadap
beberapa alternatif sistem kerja, maka yang terbaik dilihat dari waktu
penyelesaian tersingkat. Pengukuran waktu juga ditujukan untuk mendapatkan
waktu baku penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar,
normal, dan terbaik.
Proses pengukuran dan pembakuan waktu dapat dilakukan dengan
menggunakan dua cara yaitu langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara
langsung dapat dilakukan dengan menggunakan metode Pengukuran Jam Henti
(Stop-watch time study) dan Sampling Kerja (Work sampling). Sedangkan
pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan metode Data
Waktu Baku (Standart Data) dan Data Waktu Gerakan (Predetermined Time
System).
2.2 Metode Pengukuran Kerja
Waktu baku merupakan waktu yang diperlukan oleh pekerja normal untuk
menyelesaikan pekerjaannya secara wajar dengan sistem kerja terbaik, ada
beberapa teknik dalam pengukuran kerja kerja, yaitu metode pengukuran
langsung dan pengukuran tidak langsung.
2.2.1 Metode Pengukuran Langsung
Yang dimaksud dengan metode kerja langsung yaitu dengan mengamati
secara langsung pekerjaan yang dilakukan oleh operator dalam melakukan
pekerjaannya dengan terlebih dahulu membagi operasi kerja dengan elemen-
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
elemen sedetail mungkin dengan syarat masih bisa diamati dan diukur.
Kemudian dari hasil pengamatan dan pengukuran tersebut akan didapatkan
waktu baku ataupun distribusi waktu operator untuk mengerjakan
pekerjaan tersebut. Adapun metode yang dilaksanakan dalam praktikum work
measurement ini adalah metode Stop-watch time study.
2.2.1.1 Metode Jam Henti (Stop-watch Time Study)
Stop-watch time study ini merupakan salah satu cara pengukuran kerja
langsung. Stop-watch time study diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W.
Taylor. Metode ini baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka
akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang
mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standar penyelesaian pekerja bagi
semua pekerja yang akan melaksanaan pekerjaan yang sama seperti itu.
Dalam pengukuran kerja, hal-hal penting yang harus diketahui dan
ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran (dalam hal ini tentu saja waktu
baku) tersebut digunakan dalam kaitannya dengan proses produksi. Biasanya,
penetapan waktu baku akan dikaitkan dengan maksud-maksud pemberian
insentif/bonus pekerja langsung (direct labour). Apabila memang dikaitkan
dengan maksud ini, maka ketelitian dan tingkat keyakinan tentang hasil
pengukuran ini harus tinggi karena menyangkut pendapatan serta prestasi
seseorang. Di lain pihak, apabila waktu baku akan dikaitkan dengan upah
perangsang, maka segala pihak yang akan terlibat dalam masalah ini, seperti
operator, supervisor, dan lain-lainnya haruslah ikut bertanggung jawab untuk
menyukseskan pelaksanaan pengukuran kerja tersebut. Supervisor harus benar-
benar bertanggung jawab dan bertugas memberitahukan agar operator mengerti
maksud dan tujuan dari pengukuran kerja yang dilaksanakan. Operator sendiri
juga harus bersikap wajar (normal) pada saat diteliti dan mengikuti segala
prosedur dan metode kerja yang telah distandarkan sebelumnya.
Ada tiga metode yang umum digunakan untuk mengukur elemen-elemen
kerja dengan menggunakan jam-henti (stop watch) yaitu:
1. Pengukuran waktu secara terus menerus (continous timing)
Pada continous timing, pengamat kerja akan menekan tombol stop watch
pada saat elemen kerja pertama dimulai dan membiarkan jarum petunjuk
stop watch berjalan secara terus menerus sampai periode atau siklus kerja
selesai berlangsung.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
2. Pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing)
Untuk metode repetitive timing (sering disebut sebagai snap-back method),
jarum penunjuk stop watch akan selalu dikembalikan (snap-back) lagi ke
posisi nol pada setiap akhir dari elemen kerja yang diukur. Setelah dilihat dan
dicatat waktu kerjanya kemudian tombol ditekan kembali dan segera jarum
penunjuk bergerak untuk mengikuti dan segera jarum penunjuk bergerak
untuk mengukur elemen kerja berikutnya. Keuntungan
metode ini adalah pengamat akan dapat mengetahui variasi data waktu
selama proses kerja berlangsung untuk setiap elemen kerja.
3. Pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing)
Sedangkan untuk metode pengukuran waktu secara akumulatif
memungkinkan pembaca data waktu secara langsung untuk masing-masing
eleman kerja yang ada. Metode ini memberikan keuntungan pembacaan
yang lebih mudah dan lebih teliti.
Stop-watch time study memiliki keuntungan serta kerugian. Keuntungan
metode ini adalah pengamat akan dapat mengetahui variasi data waktu selama
proses kerja berlangsung untuk setiap elemen kerja. Waktu yang dihasilkan pada
stopwatch time study akan lebih akurat dan spesifik karena waktu diukur pada
setiap elemen kerja terkecil. Sedangkan untuk metode pengukuran waktu secara
akumulatif memungkinkan pembaca data waktu secara langsung untuk masing-
masing eleman kerja yang ada, sehingga memberikan keuntungan pembacaan
yang lebih mudah dan lebih teliti. Kerugiannya membutuhkan waktu dan biaya
yang mahal, pekerjaan yang melelahkan karena melakukan pengamatan secara
keseluruhan, memerlukan alat ukur khusus seperti stopwatch, dan memerlukan
ketelitian lebih saat pengamatan dilakukan.
2.2.1.1.1 Prosedur Pelaksanaan dan Peralatan yang Digunakan
Langkah-langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam
henti.
1. Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan
maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati
dan supervisor yang ada.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
2. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan
seperti layout, karakteristik atau spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain
yang digunakan dan lain-lain.
3. Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetail-detailnya tapi masih
dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
4. Amati, ukur, dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk
menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut.
5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah
jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak.
Tes pula keseragaman data yang diperoleh.
6. Tetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja
yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of performance ini
ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk
performance operator. Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh
mesin maka performance dianggap normal (100%).
7. Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance yang ditunjukkan
oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.
8. Tetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan fleksibilitas.
Waktu longgar yang akan diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi
sepeti kebutuhan personil yang bersifat pribadi, faktor kelelahan,
keterlambatan material, dan lain-lainnya.
9. Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antar waktu
normal dan waktu longgar.
2.2.1.1.2 Cara Pengukuran dan Pencatatan Waktu Kerja
Ada dua metode yang umum digunakan untuk mengukur elemen-elemen
kerja dengan menggunakan jam henti, yaitu pengukuran waktu secara terus
menerus (continuous timing) dan pengukuran waktu secara berulang-ulang
(repetitive timing atau metode snap back).
Pada pengukuran waktu secara terus menerus, maka pengamat kerja akan
menekan tombol jam henti pada saat elemen pertama dimulai dan membiarkan
jam henti berjalan terus menerus sampai periode atau siklus kerja selesai. Waktu
dari masing-masing elemen kerja akan diperoleh dari pengurangan antar waktu
elemen kerja akhir dengan waktu elemen-elemen kerja sebelumnya, pada saat
pengukuran waktu selesai dilaksanakan.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Untuk pengukuran waktu secara berulang-ulang, jam henti selalu
dikembalikan ke posisi nol pada setiap akhir elemen kerja diukur. Setelah
pencatatan dikalukan, jam henti dijalankan kembali untuk pengukuran
berikutnya. Pada metode ini, pengukur waktu tidak perlu melakukan
pengurangan seperti yang dijumpai pada metode pengukuran waktu secara terus
menerus.
1. Langkah-langkah sebelum melakukan pengukuran waktu kerja
Untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat
dipertanggungjawabkan maka tidaklah cukup sekedar melakukan
beberapa kali pengukuran dengan menggunakan jam henti. Banyak
faktor yang harus diperhatikan agar pada akhirnya dapat diperoleh waktu
yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan
dengan kondisi kerja, kerja sama yang ditunjukkan pekerja untuk mau
bekerja secara wajar pada saat diukur, cara pengukuran, jumlah siklus
kerja yang pada saat diukur, cara pengukuran, jumlah siklus yang diukur
dan lain-lain. Sebagian dari hal-hal tersebut dilakukan sebelum melakukan
pengukuran. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diikuti agar
maksud di atas dapat dicapai.
2. Obyektivitas Pengukuran
Sebagaimana dengan aktivitas-aktivitas yang lain tujuan untuk
melakukan suatu kegiatan haruslah dapat diidentifikasikan dan
ditetapkan terlebih dahuIu. Dalam penelitian ini penetapan waktu baku
akan dikaitkan dengan maksud pemberian upah sehingga ketelitian dan
tingkat keyakinan tentang hasil pengukuran waktu kerja harus tinggi
karena menyangkut prestasi dan pendapatan dari pekerja.
3. Persiapan Awal Pengukuran
Tujuan utama dari aktivitas pengukuran waktu kerja adalah waktu
yang harus dicapai seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Waktu baku yang ditetapkan untuk suatu pekerjaan tidak akan benar
apabila metode untuk melaksanakan pekerjaan tersebut berubah, material
yang digunakan sudah tidak lagi sesuai dengan spesifikasi semula,
kecepatan kerja mesin atau proses produksi lainnya berubah pula, dan
kondisi-kondisi kerja lainnya sudah berbeda dengan kondisi kerja pada
saat waktu baku tersebut ditetapkan. Jadi waktu baku pada dasarnya
adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu kerja yang dijalankan
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
pada saat pengukuran berlangsung sehingga waktu penyelesaian tersebut
juga hanya untuk sistem kerja tersebut. Adanya penyimpangan terhadap
sistem tersebut dapat memberikan waktu penyelesaian yang berbeda
dengan apa yang telah ditetapkan.
Selain mempersiapkan kondisi dan cara kerja dalam langkah awal ini
adalah langkah untuk memilih operator yang akan melakukan pekerjaan
yang diukur. Operator atau pekerja ini harus memenuhi persyaratan tertentu
agar pengukuran waktu kerja dapat diandalkan hasilnya yaitu dia harus
memiliki kemampuan (skill) yang normal dan mau diajak bekerja sama didalam
kegiatan pengukuran waktu kerja nantinya. Disini sengaja memilih pekerja
yang berkemampuan normal bukan yang berkemampuan tinggi (diatas normal)
agar supaya nantinya waktu baku yang akan ditetapkan mampu diikuti oleh
rata-rata pekerja yang ada.
Sebaliknya, tidak akan memilih pekerja yang berkemampuan rendah karena
kalau hal ini dilakukan maka bisa dipastikan bahwa rata-rata pekerja akan
mampu melampaui waktu baku yang ditetapkan. Dengan demikian dicari
pekerja yang memenuhi hal tersebut.
2.2.1.2 Metode Sampling Kerja (Work sampling)
Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, ratio delay
study ,atau random observation method adalah salah satu teknik untuk
mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin,
proses atau pekerja/operator. Pengukuran kerja dengan cara ini juga
diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung. Karena pelaksanaan
kegiatan pengukuran harus dilakukan secara langsung ditempat kerja yang
diteliti (Sritomo, 1989).
Metode sampling kerja dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas atau
sampling. Oleh karena itu pengamatan terhadap suatu obyek yang ingin diteliti
tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan cukup
dilaksanakan secara mengambil sampel pengamatan yang diambil secara acak
(random) (Sritomo, 1989).
Banyaknya pengamatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan sampling
kerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1. Tingkat kepercayaan (confidence level).
2. Tingkat ketelitian (degree of accuracy).
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Dengan asumsi bahwa terjadinya keadaan operator atau sebuah fasilitas
yang akan menganggur (idle) atau produktif mengikuti pola distribusi normal,
maka jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan dapat dicari didasarkan
formulasi (Sritomo, 1989):
N=K2(1−p)
S2 p (2-1)
Sumber : Wignjosoebroto (1995:219)
Keterangan:
P = Prosentase kejadian yang diamati (prosentase produktif) dalam angka
desimal.
K = Tingkat kepercayaan
S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki dalam angka desimal
Secara garis besar metode sampling kerja ini dapat digunakan untuk
(Sritomo, 1995):
1. Mengukur ratio delay dari sejumlah mesin, operator / karyawan atau fasilitas
kerja lainnya.
2. Menetapkan performance level dari seseorang selama waktu kerja
berdasarkan waktu-waktu dimana orang itu bekerja atau tidak bekerja,
terutama sekali untuk pekerjaan manual.
3. Menentukan waktu baku untuk suatu proses operasi kerja.
2.2.1.2.1 Langkah-langkah Sebelum Melakukan Work sampling
Sebelum melakukan work sampling, ada beberapa langkah persiapan awal
yaitu:
1. Mencatat segala informasi dari semua fasilitas yang ingin diamati.
2. Merencanakan jadwal waktu pengamatan berdasarkan prinsip randomisasi
(aplikasi tabel angka random).
3. Melaksanakan pengamatan awal sejumlah pengamatan tertentu secara acak
(N pengamatan).
4. Menghitung pengamatan awal (%) untuk N pengamatan tersebut.
Untuk mengetahui variasi atau perbedaan data waktu yang ada dan untuk
menghitung ukuran data yang diperlukan, maka dilakukan :
1. Pengujian Keseragaman Data
Pengujian keseragaman data dilakukan sebelum menggunakan data yang
diperoleh untuk menetapkan waktu standar. Pengujian keseragaman data
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
bisa dilaksanakan dengan visual atau mengaplikasikan peta kontrol.
Pengujian keseragaman data pada tugas khusus ini dilakukan dengan peta
kontrol x.
Prosedur yang harus dilakukan adalah :
a. Menghitung nilai rata-rata dari keseluruhan data
b. Menghitung standar deviasi
c. Menentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah (BKA dan BKB)
dengan formulasi sebagai berikut :
BKA = x + k (SD) (2-2)
BKB = x - k (SD)
Sumber : Wignjosoebroto (1995:219)
d. Cek apakah nilai rata-rata dari setiap grup berada dalam batas kontrol
diatas. Jika ada nilai yang diluar batas maka buang data tersebut dan
lakukan pengambilan data lagi sehingga keseluruhan nilai berada dalam
batas kontrol.
2. Penentuan Jumlah Sampel Pengamatan yang Dibutuhkan
Apabila semua nilai rata-rata berada dalam batas kontrol maka semua harga-
harga yang ada dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengukuran
yang diperlukan.
N=k 2 (1−p )S2 p
(2-3)
Sumber : Wignjosoebroto (1995:219)
Data telah cukup bila N’<N, bila N’>N maka uji ketelitian pengamatan
N’ = Jumlah pengamatan yang diperlukan
N = Jumlah pengamatan
K = Tingkat kepercayaan
S = Tingkat ketelitian
3. Penentuan Tingkat Ketelitian untuk Pengamatan yang Diharuskan
Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat ketelitian.
s'=k √ p (1−p )N
(2-4)
Sumber: Wignjosoebroto (1995:219)
Dimana N adalah jumlah pengamatan
4. Penggunaan Tabel Acak dalam Sampling Kerja
Untuk melakukan pengamatan dalam sampling kerja maka disini masing-
masing kejadian yang diamati selama aktivitas kerja berlangsung harus
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
memiliki kesempatan yang sama untuk diamati. Dengan kata lain
pengamatan haruslah dilaksanakan secara acak atau random. Untuk maksud
ini, maka penggunaan tabel angka acak (random number tabel) barangkali
merupakan metode yang terbaik guna menjamin bahwa sampel pengamatan
yang diambil benar-benar dipilh secara acak. Tabel angka acak ini akan bisa
ditemui atau dilihat dalam setiap lampiran dari buku-buku teks statistik.
Tabel angka acak terutama sekali dapat dipakai sebagai alat untuk
menetapkan waktu setiap harinya dimana pengamatan harus dilaksanakan.
Sebagai contoh, kalau suatu saat kita dapatkan angka acak dari tabel
sebagai berikut 95 06 22, maka angka pertama dapat kita asumsikan sebagai
penunjuk jam, angka kedua dan ketiga sebagai penunjuk menit dimana
pengamatan harus dilaksanakan. Dengan demikian, 950 disini akan kita
artikan 09.50 WIB, yaitu waktu dimana kita harus melakukan pengamatan,
sedangkan 622 selanjutnya juga akan berarti 06.22 WIB dimana waktu ini
akan kita abaikan karena berada diluar jam kerja dari pabrik yang kita teliti.
Demikian seterusnya, dengan cara yang sama maka waktu-waktu
pengamatan akan dapat kita pilih secara acak sehingga cara statik hasil yang
akan kita peroleh nantinya akan dapat dipertanggungjawabkan. Jika 50 kali
pengamatan harus dilaksanakan setiap harinya setelah dilakukan proses
penyeleksian dengan sebaik-baiknya, maka angka-angka petunjuk waktu
pengamatan ini harus diatur menurut kronologis waktu yang akan
memberikan jadwal yang terncana dan mudah diikuti oleh pengamat kerja
yang akan melaksanakan penelitian. Sebagai catatan tambahan,
pengamatan biasanya tidak akan dilaksanakan pada jam-jam istirahat formal
(istirahat makan siang, cofee-break, dll) yang secara periodik telah
ditetapkan. Demikian pula pengamatan tidak harus dilaksanakan apabila
diketahui fasilitas kerja yang diamati dan lain-lain. Prinsipnya sampling kerja
ini harus dilakukan untuk mengamati kondisi-kondisi normal dari suatu
proses yang sedang berlangsung.
5. Penetapan Frekuensi Pengamatan
Frekuensi pengamatan pada hakekatnya tergantung pada jumlah
pengamatan yang diperlukan dan waktu yang tersedia untuk pengumpulan
data yang direncanakan. Sebagai contoh apabila diketahui bahwa 3.600 kali
pengamatan harus dikerjakan dan kemudian studi direncanakan untuk
diselesaikan dalam waktu 30 hari,maka setiap hari kerja akan diperlukan
3.600 / 30 yaitu sebesar 120 kali pengamatan. Dengan demikian maka
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
pengamat kerja yang harus melaksanakan pengamatan sebanyak 120 kali
per hari kerja (secara random), dimana waktu pengamatan ini dipilih dari
daftar angka random. Apabila frekuensi ini dianggap terlalu padat dan tidak
bisa tidak banyaknya pengamatan per hari bisa dikurangi dengan
konsekuensi penyelesaian studi akan berlangsung lebih
lama lagi. Pekerjaan sampling kerja ini memang suatu kegiatan yang
membutuhkan kesabaran dan biasanya harus diselesaikan dalam waktu yang
cukup lama.
6. Penyesuaian Waktu dengan Rating Performance Kerja
Kegiatan evaluasi kecepatan dan performance kerja operator pada saat
pengukuran kerja berlangsung merupakan bagian yang paling sulit dan
penting dalam pengukuran kerja. Aktivitas untuk menilai atau mengevaluasi
kecepatan kerja operator dikenall sebagai rating performance. Tujuannya
adalah untuk menormalkan waktu kerja yang disebabkan oleh
ketidakwajaran operator dalam bekerja.
2.2.1.2.2 Aplikasi dari Metode Sampling Kerja
Metode sampling kerja pada umumnya merupakan salah satu cara yang
sederhana, mudah dilaksanakan, serta tidak memerlukan biaya yang besar.
Dengan menggunakan metode ini maka waktu kosong atau menganggur dari
mesin atau fasilitas produksi lainnya akan dapat segera diatasi. Hasil studi ini
akan dapat dipakai pula sebagai dasar penetapan tugas dan jadwal kerja yang
lebih efektif dan efesiensi bagi operator maupun mesin. Berikut akan disajikan
beberapa aplikasi dari metode sampling kerja untuk berbagai macam kegiatan
dan kebutuhan, yaitu :
1. Aplikasi sampling kerja untuk penetapan waktu baku
Seperti telah diketahui bahwa studi sampling kerja akan dapat menjawab
beberapa hal antara lain:
a. Prosentase/proporsi antara aktivitas dan idle
b. Penetapan waktu baku kegiatan
Seperti halnya dalam stop-watch time study maka di sini juga harus
diestimasikan terlebih dahulu performance rating dari operator yang diukur
dan waktu longgar yang ada sehingga waktu baku penyelesaian suatu produk
dapat dinyatakan dalam rumus:
Standart time per unit produk=¿
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
TotalTime xWorkingTime x Performance RatingTotal Number of pieces produced
x100%
100%−% allowance(2-
5)
Sumber: Wignjosoebroto (1995:225)
2. Aplikasi sampling kerja untuk penetapan waktu tunggu (Delay Allowance)
Apabila metode sampling kerja digunakan untuk menetapkan waktu
longgar (allowance), maka satu hal penting yang harus ditetapkan terlebih
dahulu adalah membakukan metode kerja yang digunakan. Hal ini perlu
dilakukan seperti halnya pada
aktivitas stopwatch time study. Pada dasarnya metode sampling kerja adalah
mengamati fakta yang sebenarnya ada di atas area kerja. Sebagai bagian dari
aktivitas pengukuran kerja, maka metode sampling kerja juga harus dikaitkan
dengan proses penyederhanaan kerja.
Dengan mengetahui waktu-waktu menganggur, baik yang dialami oleh
mesin, peralatan produksi, maupun pekerjaan, maka tujuan utama dari
aktivitas ini adalah berusaha menekan aktivitas-aktivitas yang diklasifikasikan
sebagai “non-productive” sampai prosentase yang terkecil. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan cara memperbaiki metode kerja, alokasi pembebanan
mesin atau manusia secara tepat, dan lain-lain.
Berikut ini cara untuk menetapkan waktu tunggu:
a. Membakukan metode kerja yang digunakan sebelum menetapkan waktu
longgar (allowance)
b. Melakukan proses penyederhanaan kerja (work simplification)
c. Tujuan utama berusaha menekan aktivitas yang sifatnya ”non-productive”
sampai prosentase terkecil, misalnya dengan cara: perbaikan metode
kerja, alokasi pembebanan mesin/manusia secara tepat dan lain
sebagainya.
3. Aplikasi sampling kerja untuk aktivitas maintenance
Dengan sampling kerja banyak diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan
maintenance yang bisa dijumpai dalam suatu industri/perusahaan untuk
menentukan proporsi aktivitas yang umum dijumpai dalam suatu aktivitas
maintenance, maka terlebih dahulu dilakukan penjabaran elemen-elemen
kerja secara lebih detail yaitu antara lain terdiri dari elemen-elemen:
a. Pekerja tidak ada ditempat
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
b. Mengambil order penugasan kerja
c. Mempelajari perintah kerja
d. Bersiap-siap melakukan tindakan pemeliharaan
e. Personal dan idle time
f. Ketidakseimbangan beban kerja
g. Kegiatan menunggu (delay)
h. Berbicara dengan supervisor tentang hal yang terkait pekerjaan
Untuk kegiatan-kegiatan pemeliharaan (ataupun bisa juga kegiatan kerja
lainnya) pengelompokan kerja bisa dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Kegiatan langsung (Direct Work)
Adalah kegiatan kerja sesungguhnya yang dilakukan terhadap mesin atau
peralatan produksi lainnya yang akan dipelihara atau diperbaiki.
b. Kegiatan tak langsung (Indirect Work)
Adalah kegiatan perencanaan sebelum aktivitas maintenance dilakukan.
Misal: mempelajari manual mesin, menyiapkan peralatan, dan lain
sebagainya.
c. Kegiatan berjalan/bergerak (Travel)
Kegiatan dimana pekerja tampak bergerak, berjalan mondar-mandir dari
satu tempat ke tempat lain dalam kaitannya dengan proses kerja yang
harus dilakukan.
4. Aplikasi sampling kerja untuk kegiatan perkantoran (Office work)
Sampling kerja pertama kali dilaksanakan pada lingkungan pabrik,
walaupun selanjutnya diterapkan pula untuk aktivitas perkantoran (office).
Disini dipergunakan untuk mengamati kegiatan dan perilaku pekerja-pekerja
kantor (clerical workers). Elemen-elemen kerja perkantoran antara lain:
a. Menerima dan mempelajari instruksi-instruksi (informasi).
b. Kegiatan diskusi dengan pekerja lain.
c. Kegiatan menghitung, menulis, mengetik, dan lain-lain.
d. Aktivitas yang mengarah ke pemenuhan kebutuhan pribadi/personil.
e. Kegiatan menelepon.
f. Idle, delay, absen, dan lain-lain.
Secara menyeluruh aktiivitas sampling kerja adalah menyederhanakan
metode / prosedur kerja dengan harapan hal ini akan mengarah ke
peningkatan efisiensi kerja dan mengurangi biaya overhead. Selain itu tentu
saja aktivitas ini berguna untuk:
a. Mengidentifikasikan kegiatan yang produktif dan tidak produktif.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
b. Memperbaiki aktivitas supervise.
c. Mengidentifikasikan saat-saat kegiatan puncak (aktivitas sibuk) dan
kegiatan menganggur (idle atau delay) yang terjadi.
d. Menopang usulan penambahan jumlah personil yang ada dan sebaliknya.
e. Mengidentifikasikan macam kegiatan yang seharusnya dilasksanakan
dalam suatu jabatan dan menghilangkannya apabila dianggap perlu (job
content atau job description)
5. Aplikasi sampling kerja untuk kegiatan perkantoran (Office work)
Dari suatu kegiatan sampling kerja terhadap seorang pimpinan
perusahaan diperoleh suatu kesimpulan bahwa seorang pimpinan/eksekutif
seringkali melaksanakan aktivitas yang sama sekali tidak efisien, yaitu:
a. Membiarkan “interupsi” atau hal-hal lain yang mengganggu jadwal
kerjanya.
b. Bekerja terlalu keras sehingga lupa waktu dan istirahat.
c. Berbicara panjang lebar di telepon dimana sebenarnya banyak kegiatan
lainnya yang menanti.
d. Cenderung memonopoli kerja, wewenang, tanggung jawab, tanpa mau
mendelegasi kepada orang lain.
e. Memberi konsultasi, pengarahan, penjelasan yang berlebihan dan diulang-
ulang.
f. Tidak pernah melakukan perncanaan kerja untuk kerja yang akan
dilaksanakan.
g. Tidak tegas dan terlalu demokratis dengan membiarkan orang lain untuk
ikut menetapkan yang seharusnya diambil oleh dia sendiri.
Perbandingan work sampling dengan metode jam henti:
Tabel 2.1 Perbandingan work sampling dengan metode jam hentiWork sampling Jam henti (stopwatch)
Pekerjaan bervariasi dan tidak rutin Pekerjaan rutin dan monotonDapat mengamati beberapa orang Umumnya mengamati 1 orang
Berdasarkan proporsi Perhitungan berdasarkan waktuSiklus tidak jelas Siklus pekerjaan pendek dan jelas
Pengamatan diskrit Pengamatan kontinyu
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Work Sampling http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 26 November 2011)
2.2.2 Metode Pengukuran Tidak Langsung
Pengukuran waktu jenis ini disebut tidak langsung, karena pengamat tidak
berada secara langsung di lokasi (obyek) pengukuran dari awal hingga akhir.
Pengukuran waktu kerja dilakukan dengan melakukan analisis berdasarkan
perumusan serta berdasarkan data waktu yang telah tersedia.
2.2.2.1 Metode Data Waktu Baku
Dalam pemakaiannya, metode data waktu baku merupakan cara pengukuran
waktu tak langsung yaitu dengan menggunakan tabel-tabel, grafik-grafik dan
atau rumus-rumus yang diperoleh dengan pengukuran langsung.
Metode data waktu baku terdiri dari tiga bagian, yaitu waktu siklus, waktu
normal, dan waktu baku. Manfaat data waktu baku adalah:
1. Perencanaan terhadap keperluan SDM pekerja.
2. Perkiraan terhadap upah karyawan.
3. Penyusunan jadwal produksi dan anggaran.
4. Incentive plan atau perencanaan insentif.
5. Memperlihatkan hasil atau output yang dapat diberikan oleh pekerja.
2.2.2.2 Metode Data Waktu Gerakan (Predetermined Time System)
Berbeda dari metode data waktu baku yang sistemnya dikembangkan sendiri
oleh perusahaan yang bersangkutan. Para ahli berusaha untuk mendapatkan
data waktu baku pekerjaan yang dapat berlaku lebih umum. Hal ini dilakukan
dengan memperhatikan elemen-elemen gerakan sebagai perincian dari suatu
pekerjaan. Jadi bukan lagi bagian pekerjaan memindahkan benda kerja ke mesin
yang dilihat, tetapi elemen-elemen gerakan apa yang menjalankannya. Cara ini
dikenal sebagai penentuan waktu baku dengan data waktu gerakan.
Metode data waktu gerakan menggunakan tabel-tabel yang telah dikembangkan
oleh berbagai lembaga. Pengukuran faktor kerja dan pengukuran waktu metode
adalah beberapa contoh sistem yang dimaksud.
Kelebihan predetermined time system adalah:
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
E. Reach to indefinite location to get hand in position for
body balance or next motion or out of way.
2414.9
21.5 22.5 12.9 18.8
2615.8
22.9 23.9 13.7 20.2
2816.7
24.4 25.3 14.5 21.7
3017.5
25.8 26.7 15.3 23.2
Additional 0.4 0.7 0.7 TMU per inch over 30 inchiesSumber : Wignjosoebroto (1995:262)
b. Mengangkut (Move)
Ada tiga kelas mengangkut, yaitu:
1) Mengangkut kelas A: adalah bila gerakan mengangkut merupakan
pemindahan obyek dari suatu tangan ke tangan lain, atau berhenti
karena suatu penahan.LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
2) Mengangkut kelas B: adalah bila gerakan mengangkut merupakan
pemindahan obyek ke suatu sasaran yang terletak tidak pasti.
3) Mengangkut kelas C: adalah bila gerakan mengangkut merupakan
pemindahan obyek ke suatu sasaran yang letaknya pasti.
Tabel 2.3 Tabel Gerakan Kerja Mengangkut Move - M
Distance Moved Inchies
Time TMUWt.(lb.)
Up to
Dynamic Faktor
Static Constant
TMU
Case and DescriptionA B C
Hand in Motion
B¾ or less 2.0 2.0 2.0 1.7
2.5 1.00 0 A. Move object to other hand or against stop.
1 2.5 2.9 3.4 2.32 3.6 4.6 5.2 2.9
7.5 1.06 2.23 4.9 5.7 6.7 3.64 6.1 6.9 8.0 4.3
12.5 1.11 3.9A. Move object to
other hand or against stop.5 7.3 8.0 9.2 5.0
6 8.1 8.910.3
5.717.5 1.17 5.6
B. Move objects to approximate or in definite location.
7 8.9 9.711.1
6.5
8 9.710.6
11.8
7.222.5 1.22 7.4
910.5
11.5
12.7
7.9
Lanjutan Tabel 2.3 Tabel Gerakan Kerja Mengangkut Move - MDistance Moved Inchies
Time TMU Wt.(lb.)
Up to
Dynamic Faktor
Static Constant
TMU
Case and DescriptionA B C
Hand in Motion B
1011.3
12.2
13.5
8.627.5 1.28 9.1
B. Move objects to approximate or in definite location.
1212.9
13.4
15.2
10.0
1414.4
14.6
16.9
11.432.5 1.33 10.8
1616.0
15.8
18.7
12.8
1817.6
17.0
20.4
14.237.5 1.39 12.5
C. Move object to exact location.
2019.2
18.2
22.1
15.6
2220.8
19.4
23.8
17.042.5 1.44 14.3
2422.4
20.6
25.5
18.4
2624.0
21.8
27.3
19.847.5 1.50 16.0
2825.5
23.1
29.0
21.2
3027.1
24.3
30.7
22.7
Additional 0.8 0.60.85
TMU per inch over 30 inchies
Sumber : Wignjosoebroto (1995:264)
c. Memutar (Turn)
Memutar adalah gerakan yang dilakukan untuk memutar tangan baik
dalam keadaan kosong atau membawa beban. Gerakan di sini berputar
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
pada tangan, pergelangan, dan lengan sepanjang sumbu lengan tangan
yang ada. Waktu yang dibutuhkan tergantung pada dua variabel yaitu
derajat putaran dan faktor berat yang harus dipikul.
Tabel 2.4 Tabel Gerakan Kerja Memutar Turn - T
WeightTime TMU for Degrees Turned
30˚
45˚ 60˚ 75˚ 90˚105
˚120
˚135˚
150˚
165˚
180˚
Small-0 to 2 Pounds
2.8 3.5 4.1 4.8 5.4 6.1 6.8 7.4 8.1 8.7 9.4
Medium-2.1 to 10 Pounds
4.4 5.5 6.5 7.5 8.5 9.610.6
11.612.7
13.7 14.8
Large-10.1 to 35 Pounds
8.410.5
12.3
14.4
16.2 18.320.4
22.224.3
26.1 28.2
Sumber : Wignjosoebroto (1995:264)
d. Menekan (Apply Pressure)
Untuk gerakan menekan diberikan siklus waktu penuh dari komponen-
komponen yang berkaitan dengan gerakan-gerakan yang lain.
Tabel 2.5 Tabel Gerakan Kerja Menekan Apply - ApFull Cycle Components
Symbol TMU Description Symbol TMU DescriptionAPA
APB
10.6
16.2
AF + DM + RLF
APA + G2
AFDMRLF
3.4 4.23.0
Apply ForceDwell, MinimumRelease Force
Sumber : Wignjosoebroto (1995:264)
e. Memegang (Grasp)
Memegang adalah elemen gerakan dasar yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk menguasai atau mengontrol sebuah atau beberapa obyek
dengan baik dengan jari-jari maupun tangan untuk memungkinkan
melaksanakan gerakan dasar berikutnya. Diantara hal-hal yang
mempengaruhi lamanya gerakan ini adalah mudah atau sulitnya obyek
ini dipegang, bercampur tidaknya obyek dengan obyek lainnnya dengan
bentuk obyek.
Tabel 2.6 Tabel Gerakan Kerja Memegang Grasp - GType of Grasp
Case Time TMU Description
Pick-up
1A1B
1C11C2
1C3
2.03.57.38.7
10.8
Any sude object by itself, easily graspedObject very small or lying close against a flat surfaceDiameter larger than ½” Interference with
Grasp on bottom and one side of nearly cylinder.
Diameter ¼” to ½”
Diameter less than ¼”
Regrasp 2 5.6 Change grasp without reliquishing controlTransfe
r 3 5.6 Control transferred from one hand to the other
Select
4A4B4C
7.39.112.9
Large than 1” x 1” x 1” Object jumbled with other objects so that search and select occur.
¼” x ¼” x 1/8 to 1” x 1” x 1” Smaller than ¼” x ¼” x 1/8
Contact 5 0 Contact, Sliding, or Hook Grasp Sumber : Wignjosoebroto (1995:264)
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
f. Mengarahkan (Position)
Mengarahkan adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan untuk
menggabungkan, mengarahkan, atau memasangkan satu obyek dengan
obyek lainnya.waktu untuk gerakan mengarahkan dipengaruhi oleh
derajat kesesuain, bentuk simetris, dan kemudahan untuk ditangani.
Tabel 2.7 Tabel Gerakan Kerja Mengarahkan Position – P
Class of Fit SymmetryEasy to Handle
Difficult to Handle
1—Loose No pressure requiredS
SSNS
5.69.1
10.4
11.214.716.0
2—CloseLight pressure
required
SSSNS
16.219.721.0
21.825.326.6
3—ExactHeavy pressure
required
SSSNS
43.046.547.8
48.652.153.4
Supplementary Rule for Surface AlignmentP1SE per alignment : > 1/16” ≤ ¼” P2SE per alignment : ≤ 1/16”
Sumber : Wignjosoebroto (1995:265)
g. Melepas (Release)
Melepas adalah elemen gerakan dasar untuk membebaskan kontrol atas
suatu obyek oleh jari atau tangan. Ada dua klasifikasi gerakan melepas
ialah gerakan melepas normal yaitu secara sederhana jari-jari tangan
membuka dan yang kedua adalah gerakan melepas sentuhan yaitu
dimulai dan diselesaikan penuh sesaat elemen gerakan menjangkau
dimulai tanpa ada waktu menunggu sesaatpun.
Tabel 2.8 Tabel Gerakan Kerja Melepas Release – RLCase
Time TMU Description
12
2.00
Normal release performed by opening finger as independent motionContact release
Sumber : Wignjosoebroto (1995:265)
h. Lepas Rakit (Disasessemble)
Lepas rakit adalah elemen gerak dasar yang digunakan untuk
memisahkan kontak antara satu obyek dengan obyek lainnya. Hal ini
termasuk gerakan memaksa yang dipengaruhi oleh mudah atau
tidaknya pada saat gerakan memaksa yang
dipengaruhi oleh mudah atau tidaknya pada saat gerak lepas rakit
dilaksanakan. Waktu yang digunakan untuk gerakan lepas rakit
dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu tingkat sambungan dari obyek-obyek
yang dipasangkan, kemudian di dalam proses handling, dan faktor kehati-
hatian yang perlu dipertimbangkan.
Tabel 2.9 Tabel Gerakan Kerja Lepas Rakit Disengage - D
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Class of FitHeight of
recoil
Easy to
Handle
Difficult to
Handle
1-Loose
Very slight, blends with subsequent move
Up to 1” 4.0 5.7
2-Close
Normal effort, slight recoilOver 1” to
5”7.5 11.8
3-Tight
Considerable effort, hand recoil markedly
Over 5” to 12”
22.9 34.7
Sumber : Wignjosoebroto (1995:265)
i. Gerakan Mata (Eye Times)
Pada sebagian besar aktivitas kerja, waktu yang dibutuhkan untuk
menggerakkkan dan memfokuskan mata bukanlah faktor-faktor yang
menghambat konsekuensinya dalam hal ini tidak akan mempengaruhi
waktu untuk melaksanakan operasi kerja itu sendiri kecuali eyes focus
time dan eyes travel time. Eyes focus time akan memerlukan waktu
untuk melakukan gerakan fokus suatu obyek dan melihatnya cukup lama
untuk menentukan karakteristik-karakteristik dari obyek tersebut.
Sedangkan eyes travel time dipengaruhi oleh jarak diantara obyek-obyek
yang harus dilihat dengan jalan menggerakkan mata.
Tabel 2.10 Tabel Gerakan Kerja Eye Travel and Eye Focus—ET and EF
Eye Travel Time = 15.2 x TD
TMU, with a maximum value of 20 TMU
Where T = the distance between points from and which the eye travels D = the perpendiculars distance from the eye to the line of travel TEye Focus Time = 7.3 TMU
Supplementary Information- Area of Normal Vision = Circle 4” in Diameter 16” from Eyes- Reading Formula = 5.05 N Where N = The Number of Words
Sumber : Wignjosoebroto (1995:265)
j. Gerakan-gerakan badan lainnya: yang dimaksud pada bagian-bagian lainnya
adalah kaki, telapak kaki, serta bagian-bagian lain seperti lutut, pinggang,
dan lain-lain.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Tabel 2.11 Tabel Gerakan-Gerakan Badan Lainnya(Body, Leg, and Foot Moions)Type Symbol TMU Distance Description
Leg-FootMotion
FM 8.5 To4” Hinged at ankleFMP 19.1 To 4” With heavy pressure
LM_7.11.2
To 6”Ea. Add1’
inchHinged at knee or hip in any direction
Hori
zonta
l M
oti
on
SideStee
p
SS_C1
* < 12”Use Reach or Move time when less
than 12”. Complete when leading leg contacts floor
17.0 12”
0.6Ea. Add’1
inch
SS C_234.11.1
12”Ea. Add’1
inch
Lagging leg must contact floor before next motion can be made
TurnBody
TBC1 18.6 -Complete when leading leg contacts
floor
TBC2 37.2 -Lagging leg must contact floor before
next motion can be made
WalkW_FT 5.3 Per Foot UnobstructedW_P 15.0 Per Foot Unobstructed
W_PO 17.0 Per Foot When onstructed or with weight
VerticalMotion
SIT 34.7 - From standing positionSTD 43.4 - From sitting position
B.S.KOK 29.0 - Bend,Stoop, Kneel on One KneeAB.AS.A
KOK31.9 -
Arise from Bend, Stoop, Kneel on One Knee
KBK 69.4 - Knee on both KneesAKBK 76.7 - Arise from Kneel on both Knees
Sumber : Wignjosoebroto (1995:266)
Waktu untuk setiap elemen gerak ini ditentukan menurut beberapa kondisi
yang disebut dengan “kelas-kelas”. Kelas-kelas ini dapat menyangkut keadaan-
keadaan perhentian, keadaan obyek yang ditempuh atau dibawa, sulit mudahnya
menangani obyek atau kondisi-kondisi lainnya.
Unit waktu yang digunakan dalam tabel-tabel ini adalah sebesar perkalian
0.00001 jam dan unit satuan ini dikenal sebagai TMU (Time-Measurement Unit).
Disini 1 TMU adalah sama dengan 0.00001 jam atau 0.0006 menit.
Gerakan yang berhubungan tubuh manusia dan gerakannya (Wignjosoebroto,
1995:288):
1. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri secara bersamaan.
2. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur secara bersamaan kecuali sedang
istirahat.
3. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris
dan berlawanan arah gerakannya.
4. Gerakan tubuh atau tangan sebaiknya dihemat dan memperhatikan alam
atau natural dari gerakan tubuh atau tangan.
5. Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk membantu
pekerjaannya, pemanfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam
bekerja.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
6. Gerakan yang patah-patah bayak perubahan arah akan memperlambat
gerakan tersebut.
7. Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan teliti dari pada gerakan
yang dikendalikan.
8. Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika memungkinkan
irama kerja harus mengikuti irama alamiah bagi si pekerjanya.
9. Usahakan sedikit mungkin gerakan mata.
1.2.1.1.1 Macam-macam Gerakan Therbligs
Frank dan Lilian Gilberth menciptakan simbol/ kode dari gerakan-gerakan
dasar kerja yang dikenal dengan nama Therbligs. Disini diuraikan gerakan-
gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar therbligs.
Tabel 2.12 Macam-macam Elemen Gerakan Therbligs
Nama TherbligsLambang
HurufKode
WarnaLambang Gambar
Mencari (Search)Sh
Black
Memilih (Select)Sl
Gray, Light
Menjangkau/Membawa tanpa beban (Transport Empty)
TEOlive Green
Memegang (Grasp)G
Lake Red
Membawa dengan Beban (Transport Loaded)
TLGreen
Memegang (Hold)H
Gold Ochre
Melepas (Release Load)RL
Carmine Red
Mengarahkan (Position)P
Blue
Mengarahkan Awal (PrePosition) PP
Sky Blue
Memeriksa (Inspection)I
Burn Ochre
Merakit (Assemble)A
Violet, Heavy
Mengurai Rakit (Diassembly) DA
Violet
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Memakai (Use)U
Purple
Keterlambatan yang tak
Terhindarkan
(Unavoidable Delay)
UD
Yellow
Ochre
Lanjutan Tabel 2.12 Macam-Macam Gerakan TherbligsKeterlambatan yang
dapat Dihindarkan
(Avoidable Delay)
ADLemon
Yellow
Merencanakan (Plan) Dn Brown
Istirahat untuk
menghilangkan lelah
(Rest to Overcome
Fatigue)
R Orange
Sumber: Verheye, Thomas. 2010.Gerakan Therbligs http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)Dari ke-17 elemen Therbligs yang telah diuraikan, dapat diklasifikasikan
menjadi efektif atau inefektif therbligs. Elemen Therbligs yang efektif adalah
semua elemen dasar yang berkaitan langsung dengan aktivitas kerja. Sedangkan
elemen Therbligs yang tidak efektif tidak berkaitan langsung dengan
penyelesaian aktivitas kerja secara langsung.
Berikut pembagian kelompok-kelompok tersebut:
1. Effective therblig
a. Physical Basic Divisions
1) Menjangkau (reach)
Therblig ini adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik
gerakan mendekati maupun menjauhi obyek. Gerakan ini didahului
dengan gerakan melepas (release) dan diikuti oleh gerakan memegang.
Gerakan ini dimulai pada saat tangan mulai berpindah dan berakhir bila
tangan berhenti.
2) Membawa (move)
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
b. Buat matrik pendahulu berdasarkan jaringan kerja perakitan.
d. Hitung bobot posisi tiap operasi yang dihitung berdasarkan jumlah waktu
operasi waktu tersebut dan operasi-operasi mengikutinya.
e. Urutkan operasi-operasi mulai dari bobot posisi terbesar sampai dengan
yang terkecil.
f. Lakukan pembebanan operasi pada stasiun kerja mulai dari operasi
dengan bobot terbesar sampai terkecil dengan kriteria total waktu
operasi lebih kecil dari waktu siklus.
g. Hitung efisiensi rata-rata stasiun kerja yang terbentuk.
3. Metode Moodie Young
Metode Moodie-Young terdapat 2 fase. Fase pertama adalah membuat
pengelompokkan stasiun kerja. Elemen kerja ditempatkan pada stasiun kerja
dengan aturan. Pada fase ini pula, precedence diagram dibuat matriks P dan
F, yang menggambarkan elemen kerja pendahulu (P) dan elemen kerja yang
mengikuti (F) untuk semua elemen kerja yang ada.
Pada fase kedua dilakukan redistribusi elemen kerja ke setiap stasiun kerja
hasil dari fase. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada fase dua:
a. Mengidentifikasi waktu stasiun kerja terbesar dan waktu stasiun kerja
terkecil.
b. Tentukan GOAL, dengan rumus:
GOAL=(waktuSK max−waktuSK min)
2 (2-
14)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)c. Mengidentifikasi sebuah elemen kerja yang terdapat dalam stasiun kerja
dengan waktu yang paling maksimum, yang mempunyai waktu lebih kecil
dari GOAL.
d. Pindahkan elemen kerja tersebut.
e. Ulangi evaluasi sampai tidak ada lagi elemen kerja yang dapat dipindah.
4. Metode Immediate Updater First-Fit Heuristic
Pengelompokan elemen kerja dilakukan dengan melibatkan sebuah fungsi
score. Penggolongan fungsi score, adalah:
a. Bobot posisi (Helgeson dan Birnie)
b. Kebalikan bobot posisi
c. Jumlah pengikut
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
A. Tenaga yang dikeluarkan 19B. Sikap Kerja 5C. Gerakan Kerja 0D. Kelelahan Mata *) 17E. Keadaan Temperatur **) 4F. Keadaan Atmosfer ***) 0G. Keadaan Lingkungan yang Baik 2Total 47
Sumber: Pengolahan data
Perhitungan nilai allowance pada masing – masing kriteria besarnya tidak
sama, tergantung dari jenis pekerjaan dan beban kerja operator. Setelah
ditentukan besarnya allowance, maka selanjutnya dapat ditentukan besarnya
waktu baku dari masing- masing aktivitas.
Waktubaku=waktunormal x100%
100%−%allowance
Waktubaku=0,775 x 100%100%−47%
Waktubaku=1,463menit
4.2 Stopwatch Time Study
4.2.1 Diagram Alir
Di bawah ini merupakan diagram alir dari semua Work Station :
Gambar 4.2 Diagram alir Work StationSumber: Pengolahan data
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Keterangan:
Work Station I: Pemotongan badan pigura bagian depan
Work Station II : Pemotongan badan pigura bagian belakang dan penyangga
badan pigura
Work Station III: Pemotongan hiasan pigura bagian atas dan bawah, hiasan
pigura bagian kanan dan kiri, dan mika plastik
Work Station IV :Perakitan pigura
Work Station V : Finishing (Pemasangan hiasan pita pada pigura)
Work Station I mengerjakan pemotongan badan pigura bagian depan, 1
operator sebagai pemotong dan dua praktikan lainnya sebagai pengamat.
Setelah pengerjaan selesai, operator memberikan hasilnya kepada Work Station
IV. Work Station II mengerjakan pemotongan badan pigura bagian belakang dan
penyangga badan pigura, 1 operator sebagai pemotong dan dua praktikan
lainnya sebagai pengamat. Setelah pengerjaan selesai, operator memberikan
hasilnya kepada Work Station IV. Work Station III mengerjakan pemotongan
hiasan pigura bagian atas dan bawah, hiasan pigura bagian kanan dan kiri, dan
mika plastik, 1 operator sebagai pemotong dan dua praktikan lainnya sebagai
pengamat. Setelah pengerjaan selesai, operator memberikan hasilnya kepada
Work Station IV. Setelah pengumpulan semua bagian dari Work Station I-III, maka
Work Station IV melakukan perakitan pigura, 1 operator sebagai perakit, 2
praktikan sebagai pengamat, dan 1 praktikan sebagai orang yang merekam
gambar. Setelah Work Station IV selesai perakitannya, maka hasilnya diberikan
ke Work Station V. Work Station V melakukan finishing yaitu pemasangan hiasan
pita pada pigura.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
4.2.2 Peta Proses Operasi
Dalam pengamatan Stopwatch Time Study dapat digambarkan peta proses
operasi dalam pembuatan pigura tersebut
OPERATION PROCESS CHART
Company :
Product : Bingkai Foto Ukuran 2R
Prepared By : KELOMPOK 10
Date : November
27th,2011
Gambar 4.3 Peta Proses OperasiSumber: Pengolahan data
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
4.2.3 Peta Aliran Proses
4.2.3.1. Peta Aliran Proses WorkStation 1
PETA ALIRAN PROSES
Company :
Product : Bingkai Foto Ukuran 2R
Prepared By: KELOMPOK 10
Date : November
27th,2011
Tabel 4.12 Peta Aliran Proses Work Station 1
Dekripsi Kegiatan OrangJarak
(m)
Waktu
(detik)
1. Membaca alur pengerjaan
2. Membuat desain pigura bag.depan
3. Memotong desain pigura
4. Mengantarkan ke work station 4
0
0
0
8,2
4.2.3.2. Peta Aliran Proses WorkStation 2
PETA ALIRAN PROSES
Company :
Product : Bingkai Foto Ukuran 2R
Prepared By: KELOMPOK 10
Date : November
27th,2011
Tabel 4.12 Peta Aliran Proses Work Station 2
Dekripsi Kegiatan OrangJarak
(feet)
Waktu
(detik)
Membaca alur
pengerjaan
Membuat desain
pigura bag
belakang dan
penyangga
pigura
Memotong
desain pigura
0
0
0
8,2
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Mengantarkan
ke work station 4
4.2.3.3. Peta Aliran Proses WorkStation 3
PETA ALIRAN PROSES
Company :
Product : Bingkai Foto Ukuran 2R
Prepared By: KELOMPOK 10
Date : November
27th,2011
Tabel 4.12 Peta Aliran Proses Work Station 3
Dekripsi Kegiatan OrangJarak
(m)
Waktu
(detik)
1. Membaca alur pengerjaan
2. Memotong desain pigura bag. Samping kiri-kanan
3. Memotong desain pigura bag. Atas-bawah
4. Mengantarkan ke work station 4
0
0
0
3,2
4.2.3.4. Peta Aliran Proses WorkStation 4
PETA ALIRAN PROSES
Company :
Product : Bingkai Foto Ukuran 2R
Prepared By: KELOMPOK 10
Date : November
27th,2011
Tabel 4.13 Peta Aliran Proses Work Station 4
Dekripsi Kegiatan OrangJarak
(m)
Waktu
(detik)
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
1. Membaca alur
pengerjaan
2. Menempelkan
desain pigura
bagian depan
dan belakang
3. Memasang
penyangga
pigura
4. Mengantarkan
ke work station 5
0
0
0
3,2
4.2.3.5. Peta Aliran Proses WorkStation 5
PETA ALIRAN PROSES
Company :
Product : Bingkai Foto Ukuran 2R
Prepared By: KELOMPOK 10
Date : November
27th,2011
Tabel 4.13 Peta Aliran Proses Work Station 5
Dekripsi Kegiatan OrangJarak
(m)
Waktu
(detik)
1. Memasukkan foto
2. Menempelkan pita
3. Memasukkan
pigura kedalam
plastik
0
0
0
4.2.4 Uji Keseragaman
4.2.4.1 Uji Keseragaman Work Station 1
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 1, kemudian
data diolah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.14 Pengolahan Waktu Normal
Elemen Kerja
Pengulangan Ke - (detik) x
x-bar
st dev
BKA BKB1 2 3 4
A 451 415 353 324154
3385,7
5 57,73501,2
1270,2
9 Sumber : Pengolahan Data
Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada
di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.
1 2 3 40
100
200
300
400
500
600
Uji Keseragaman
Elemen ABKA BKB
Pengulangan Ke-
Wak
tu (d
etik)
Gambar 4.4 Grafik Keseragaman Work Station 1Sumber : Pengolahan Data
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semua data berada dalam batas
control, yang berarti waktu pengerjaan pada Elemen A Work Station 1 seragam.
4.2.4.2 Uji Keseragaman Work Station 2
Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 2, kemudian
data diolah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.18 Pengolahan Waktu Normal Work Station 2
ELEMEN KERJA
PENGULANGAN KE- x
x-bar
st dev
BKA BKB1 2 3 4
A 101 69 49 5127
0 67,524,07
6115,6
5319,34
7
B 137 93 84 8640
0 10024,96
7149,9
3350,06
7 Sumber : Pengolahan Data
Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada
di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
1 2 3 40
20
40
60
80
100
120
140
Uji Keseragaman Elemen A pada WS 2
Pengulangan Ke-
Wak
tu (d
etik)
Gambar 4.5 Grafik Keseragaman Elemen A pada Work Station 2Sumber : Pengolahan Data
1 2 3 40
20
40
60
80
100
120
140
160
Uji Keseragaman Elemen B pada WS 2
Elemen BBKABKB
PENGULANGAN KE-
WA
KTU
(deti
k)
Gambar 4.6 Grafik Uji Keseragaman Elemen B pada Work Station 2Sumber : Pengolahan Data
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semua data berada dalam batas
control, yang berarti waktu pengerjaan pada Elemen A dan B pada Work Station
2 seragam.
4.2.4.3 Uji Keseragaman Work Station 3
Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 3, kemudian
data diolah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.19 Pengolahan Waktu Normal Work Station 3ELEM
EN KERJA
PENGULANGAN KE-x-bar
st dev
BKA BKB1 2 3 4
A 3,73 3,50 3,52 2,83203,5
0023,86
8251,2
35155,7
65
B 3,02 3,03 2,80 2,90176,0
00 6,683189,3
67162,6
33
C 1,52 1,15 1,03 0,9870,00
014,72
099,43
940,56
1 Sumber : Pengolahan Data
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada
di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.
1 2 3 40
50
100
150
200
250
300
Uji Keseragaman Elemen A WS 3
Elemen ABKABKB
Pengulangan Ke -
Wak
tu (d
etik)
Gambar 4.7 Grafik Keseragaman Elemen A pada Work Station 3Sumber : Pengolahan Data
1 2 3 40
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Uji Keseragaman Elemen B WS 3
Elemen BBKABKB
Gambar 4.8 Grafik Keseragaman Elemen B pada Work Station 3Sumber : Pengolahan Data
1 2 3 4-20
0
20
40
60
80
100
120
140
Uji Keseragaman Elemen C WS 3
Elemen CBKABKB
Gambar 4.9 Grafik Keseragaman Elemen C pada Work Station 3Sumber : Pengolahan Data
Dari grafik 4.7, grafik 4.8, dan grafik 4.9 di atas dapat disimpulkan bahwa
semua data berada dalam batas control, yang berarti waktu pengerjaan pada
Elemen A, Elemen B, dan Elemen C Work Station 3 seragam.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
4.2.4.4 Uji Keseragaman Work Station 4
Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 4, kemudian
data diolah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.20 Pengolahan Waktu Normal Work Station 4
ELEMEN
KERJA
PENGULANGAN KE-
x
standar
deviasi
BKA BKB1 2 3 4
A482,0
0399,0
0408,0
0375,0
0416
46,15192
508,3038
323,6962
Sumber : Pengolahan Data
Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada
di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.
1 2 3 40
100
200
300
400
500
600
Uji Keseragaman Elemen A WS 4
Elemen ABKABKB
Pengulangan Ke-
Wak
tu (d
etik)
Gambar 4.10 Grafik Uji Keseragaman elemen A pada Work Station 4Sumber : Pengolahan Data
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semua data berada dalam batas
control, yang berarti waktu pengerjaan pada Elemen A Work Station 4 seragam.
4.2.4.5 Uji Keseragaman Work Station 5
Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 5, kemudian
data diolah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.21 Pengolahan Waktu Normal Work Station 5
ELEMEN
KERJA
PENGULANGAN KE-
X-bar
Standar
Deviasi
BKA BKB1 2 3 4
A 115,00 101,00 88,00 98,00100,5
011,15
122,80
78,20
Sumber : Pengolahan Data
Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada
di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
1 2 3 40
20
40
60
80
100
120
140
Uji Keseragaman Elemen A WS 5
Elemen ABKABKB
Pengulangan Ke-
Wak
tu (d
etik)
Gambar 4.11 Uji Keseragaman Elemen A pada Work Station 5Sumber : Pengolahan Data
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semua data berada dalam batas
control, yang berarti waktu pengerjaan pada Elemen A Work Station 5 seragam.
4.2.5 Uji Kecukupan Data
4.2.5.1 Uji Kecukupan Data Work Station 1
N '=¿¿
N '=¿¿
N '=26,878
Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena
keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup.
4.2.5.2 Uji Kecukupan Data Work Station 2
Elemen A
N '=¿¿
N '=¿¿
N '=152,669
Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena
keterbatasan waktu praktikum, maka data di asumsikan cukup.
Elemen B
N '=¿¿
N '=¿¿
N '=74,8LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun dikarenakan
keterbatasan praktikum, maka data diasumsikan cukup.
4.2.5.3 Uji Kecukupan Data Work Station 3
Elemen A
N '=¿¿N '=¿¿N '=16,507
Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena
keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup.
Elemen B
N '=¿¿N '=¿¿N '=1,73
Maka dapat disimpulkan bahwa data cukup.
Elemen C
N '=¿¿N '=¿¿N '=53,06
Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena
keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup.
4.2.5.4 Uji Kecukupan Data Work Station 4
Elemen A
N '=¿¿N '=¿¿N '=14,77
Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena
keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup.
4.2.5.5 Uji Kecukupan Data Work Station 5
Elemen A
N '=¿¿
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
N '=¿¿
Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena
keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup.
4.2.6 Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Normal, Waktu Baku
4.2.6.1 Work Station 1
1. Waktu Siklus = 385,75
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 385,75 x 0,98
= 378,035
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=378,035×100%
100%−21%=398,615
4.2.6.2 Work Station 2
Elemen A
1. Waktu Siklus = 67,5
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 67,5 x 0,98 = 66,15
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=66,15×100%
100%−5,75%=71,785
Elemen B
1. Waktu Siklus = 100
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 100 x 0,96 = 96
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=96×100%
100%−5,25%=101,04
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
4.2.6.3 Work Station 3
Elemen A
1. Waktu Siklus = 203,5
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 203,5 x 0,86
= 195,865
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=195,865×100%
100%−24,25%=180,225
Elemen B
1. Waktu Siklus = 176
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 176 x 0,9 = 175,01
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=158,4×100%
100%−16,75%=180,225
Elemen C
1. Waktu Siklus = 70
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 70 x 0,95 = 66,5
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=66,5×100%
100%−16,75%=82,41
4.2.6.4 Work Station 4
1. Waktu Siklus = 416
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 416 x 0,98 = 407,68
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=407,68×100%
100%−36,5%=443,45
4.2.6.5 Work Station 5
1. Waktu Siklus = 100,5
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 100,5 x 0,96 = 96,48
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=96,48×100%
100%−9,25%=105,36
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
4.2.7 Analisis Perhitungan Waktu Siklus dengan Menggunakan MTM
PETA PROSES OPERATOR
No. Komponen : No. Gambar :
Operasi : Perakitan Bingkai Foto Ukuran 2R
Tanggal : 27/11/2011 Departemen :
Digambarkan Oleh : Kelompok 10
Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan KiriTangan Kiri Tangan Kanan
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Memposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RLMenempelkan Bagian Belakang Pelapis Keempat 3.4 AF
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Memegang Bingkai A 2.0 G1A
Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan KiriMenjangkau Mika 4.0 R2A Memegang Mika 2.0 G1A
Memegang Mika 2.0 G1A Mengarahkan Mika ke Bingkai A 5.6 P1SE
Mengarahkan Mika ke Bingkai A 5.6 P1SE Manjangkau Stick Lem 4.0 R2A
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RLMenempelkan Bagian Belakang Pelapis Pertama 3.4 AF
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SE
Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan KiriMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RLMenempelkan Bagian Belakang Pelapis Kedua 3.4 AF
Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RLMenempelkan Bagian Belakang Pelapis Ketiga 3.4 AF
Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6B
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Memposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RLMenempelkan Bagian Belakang Pelapis Keempat 3.4 AF
Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMenjangkau Mika 4.0 R2A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2CMeletakkan Mika 0 RL Mengelem Bingkai A 43.0 P5SE
Memposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6B
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemegang Bingkai A 2.0 G1A
Menjangkau Mika 4.0 R2A Memegang Mika 2.0 G1A
Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan KiriMemegang Mika 2.0 G1A Menempelkan Mika 3.4 AFMenempelkan Mika 5.6 P1SE Menjangkau Bingkai B 4.0 R2AMemegang Bingkai B 2.0 G1A Memegang Bingkai B 2.0 G1A
Mengangkat Bingkai B 5.6 P1SE Mengarahkan Bingkai B untuk Direkatkan ke Bingkai A 5.6 P1SE
Mengarahkan Bingkai B untuk Direkatkan ke Bingkai A
5.6 P1SE Meletakkan Bingkai B 0 RL
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMemegang Bingkai 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2C
Mengelem Bingkai 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RL
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
180,225
82,41
A1
A3
A2 WS5
WS4
B3
B2
C3
398,615
71,785 101,04
180,225
443,45 105,36
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Menjangkau Bingkai B 4.0 R2A Memegang Bingkai B 2.0 G1AMemegang Bingkai B 2.0 G1A Menempelkan Bingkai B 3.4 AFMenempelkan Bingkai B 5.6 P1SE Menjangkau Kaki Bingkai 4.0 R2A
Memegang Bingkai 2.0 G1A Mengarahkan Kaki Bingkai Ke Bingkai 5.6 P1SE
Memegang Bingkai 2.0 G1A Memegang Kaki Bingkai 2.0 G1AMelepaskan Bingkai 0 RL Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMemegang Kaki Bingkai 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2C
Mengelem Kaki Bingkai 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemegang Kaki Bingkai 2.0 G1AMenempelkan Kaki Bingkai 3.4 AF
Memegang Bingkai 2.0 G1A Memegang Bingkai 2.0 G1A
Total TMU (dalam menit) 4,69Total TMU 7669,1
Sumber: Pengolahan Data
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa total waktu yang diperlukan untuk
merangkai bingkai foto tersebut adalah 4,69 menit atau 7669,1 detik.
4.3 Line Balancing
4.3.1 Metode Bobot Posisi (Ranked Positional Weight)
1. Presedence diagram1
WS 1
WS 2
WS 3
2. Balance delay Lintasan Lama
n : jumlah work station = 5 buah
C : Wbwork station terbesar = 458,5 detik (work station 3)
∑ti : total Wbwork station = 1.578,75 detik
D=n .C−∑ t i
n .C.100%
¿ 5. 458,5−1578,755 .458,5
.100%
¿31,1%LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
1. Efisiensi Lintasan Lama
100% - balance delay = 100% - 28,79% = 68,9%
2. Waktu Siklus
Diasumsikan bahwa waktu kerja perhari (P) = 7 jam = 25200 detik
Diasumsikan bahwa jumlah output/ hari (Q) = 18 buah pigura
T C=PQ
=2520018
=1400detik
3. Selisih Antar Waktu Siklus
Ws : waktu siklus = 1400 detik
c : Wb elemen terbesar = 443,45 detik (elemen A work station 4)