Top Banner

of 225

Modul Week 2-Comunity

Oct 16, 2015

Download

Documents

Rachel Azalia I

ada
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IISI

A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAICOMPETENCIES

CD 5. Berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah dalam bidang pangan, gizi, dan pelayanan kesehatan (Participate in legisitive and public policy processes as they affect food, food security, nutrition and health care )CD 12. Mampu berpartisipasi dalam penggunaan media masa untuk mempromosikan makanan dan nutrisi (Participate in the use of mass media to promote food and nutrition )CD 40. Mahasiswa mampu mengawasi screening status gizi suatu populasi atau masyarakat (Supervise screening of the nutritional status of the population and/or community groups) CD 42. Mampu melakukan asuhan gizi untuk individu pada semua daur kehidupan sesuai dengan keragaman budaya dan agama (Provide nutrition care for people of diverse cultures and religions across the lifespan, i.e infancy through geriatric (perform))CD 12. Mampu berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi program pangfan dan gizi berbasis komunitas (Participate in development and evaluation of a community-based food and nutrition program )

B. SKENARIONyam..Nyam..NyamSurvey yang dilakukan oleh Dinkes Kabupaten di NTT menunjukan prevalensi wasting pada anak usia sekolah sebesar 36,6%. Untuk menanggulangi masalah tersebut, ahli gizi dinkes setempat diminta untuk melakukan intervensi gizi yaitu membuat formulasi makanan (food formulation) yang menggunakan bahan makanan local sesuai standar PMT dan sosio budaya masyarakat. Produk tersebut akan dikemas sesuai dengan peraturan pelabelan makanan (food labelling) disertai informasi gizi (Nutrition fact), claims dan mendapatkan sertifikat halal.

C. UNCLEAR TERMNOISTILAHPENGERTIAN

1.Food Labelling Food labeling : proses pemberian keterangan yang melengkapi suatu kemasan makanan yang berisi tentang bahan-bahan yang digunakan untuk makanan tersebut dan sebagainya serta merupakan salah satu bentuk perlindungan pemerintah kepada para konsumen (Fibo.2012)

Labeling : Keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan/kombinasi yang merupakan kemasan pangan yang berisi tanggal kadaluarsa, alamat, dan nama produk (Kamus Gizi)

2.ClaimSegala bentuk uraian yang menyatakan, menyarankan secara tidak langsung menyatakan karakteristik tentang perihal karakteristik asal usul, tmpat pngolahan , kandungan gizi, sifat produksi pngolahan kmposisi atau faktor mutu lainnya (BPOM.2011)

3.Food FormulationPerumusan dalam pembuatan kebutuhan gizi spesifik pada penderita masalah gizi, memilih bahan- bahan makanan yang berkhasiat dan kemudian menentukan proses pengolahan dan distribusi serta penyajian (Yohanes, -)

4.Sertifikat HalalFatwa tertulis yang dikeluarkan oleh MUI melalui keputusan siding komisi fatwa yang menyatakan kehalalan suatu produk berdasarkan proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI. (LPPOM-MUI.2008)

5.Nutrition FactDaftar kandungan zat gizi pangan pada label pangan sesuai dengan format yang dibakukan dalam persen AKG (Kamus Gizi ; BPOM.)

6.PMTPemberian makanan tambahan disamping makanan sehari-hari yang bertujuan untuk memulihkan keadaan gizi dan kesehatan, dapat berupa makanan lokal atau pabrik (Kamus Gizi)

7.ProdukHasil dari sebuah proses atau barang-barang yang dibuat atau dihasilkan (KBBI)

8.Bahan Makanan LokalBahan makanan atau makanan yang tersedia dan mudah diperoleh di wilayah setempat dengan harga terjangkau (BPOM RI.2011)

9.DinkesUnsur pelaksana dari otonom daerah yang bertugas memiliki tugas pokok urusan pemerintahan daerah berdasar atas otonomi dan tugas pembantuan dibidang kesehatan, dibwah bupati melaui sekda. (Pemerintah Boyolali.2012)

10.WastingKondisi kurang gizi akut yang diukur menurut indeks BB/TB dibandingkan dengan standar yang biasa digunaka, jika z-scorenya dibawah -2 SD baku berarti kurang gizi akut, dibawah -3 adalah kurang gizi akut berat dilihat berdasarkan klasifikasi WHO. (Kamus Gizi)

11.Sosio-BudayaPola perilaku , sosial, yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri yang memiliki nilai berbangsa dan negara (Demartanto.2010 ; Takers.2012)

D. DAFTAR CUESAhli Gizi mampu melakukan intervensi gizi dengan membuat formulasi makanan yang menggunakan Bahan Makanan lokal yang dibuat sesuai dengan standar PMT dan sosio-budaya masyarakat dengan pengemasan produk yang menggunakan peraturan pelabelan makanan yang disertai informasi gizi, claims, dan sertifikat halal untuk menanggulangi masalah wasting pada anak usia sekolah di NTT

E. DAFTAR PROBLEM IDENTIFICATION

F. LEARNING ISSUE1. UMUR YANG TERMASUK ANAK SEKOLAHMasa kelas rendah sekolah dasar berlangsung antara usia 6-7 tahun, yaitu kelas 1-3 SD. Masa kelas tinggi sekolah dasar yang berlangsung antara usia 9-10 tahun sampai 12-13 tahun, yaitu kelas 4-6 SD. (Purwanti,2009) Menurut Peraturan Pemerintah RI no 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Pasal 63 : Pendidikan anak usia dini (PAUD) usia 4-6 tahun Pasal 69 : Ayat 1 dan 4 usia anak SD/MI paling rendah adalah 6 tahun dan rentang usia anak SD sampai 12 tahun Pasal 71 :Ayat 2 rentang usia SMP/MTS antara 13-15 tahun dan usia SMA/MA/SMK antara 16-18 tahun.

2. APA CIRI-CIRI DARI WASTING BILA DIBANDINGKAN DENGAN ANAK YANG STUNTING DAN ANAK NORMAL?NormalWastingStunting

Anak tampak aktif dan lincah Muka tampak segar Tidak ada gangguan pertumbuhan rambut dan kulit BB dan TB Ideal Kenaikan BB berkurang, terhenti/ menurun Ukuran LiLA menurun Maturasi tulang terhambat Rasio BB/TB cenderung menurun Tebal lipat kulit semakin berkurang Kehilangan lemak subkutan Tulang terlihat terutama disekitar rusuk (iga gambang) Kegagalan mencapai BB relative menurut TB Z score BB/U relative rendah Kegagalan mencapai TB ideal Hilangnya lemak dibawah kulit secara signifikan Berkurangnya massa otot Dermatitis Infeksi berulang Kurus, lemas, kulit kering, rambut rontok Keterlambatan perkembangan motor/ gerak Lemahnya fungsi cognitif dan rendahnya prestasi belajar

(Kamus Gizi ; Adisasmito, Wiko. 2008 ; UNICEF. 2007)

3. MENGETAHUI KARAKTERISTIK WASTING MELIPUTI :a. PHI untuk wasting dan bagaimana intrepetasinya terhadap kasusPHI untuk wasting dan intrepetasinya terhadap kasusBerikut adalah PHI dari wastingIndicator Low Medium High Very high

Wasting < 5 %5 9,9 %10 14,9 % 15

( sumber : Gibson, 2005)Dari data yang diperoleh diketahui bahwa prevalensi wasting pada anak SD di NTT berjumlah 36,6%. Jika prevalensi tersebut dibandingkan dengan PHI pada tabel di atas, maka disimpulkan bahwa prevalensi wasting pada anak sekolah di NTT adalah sangat tinggi.b. Faktor-faktor penyebab wasting secara umum dan faktor penyebab wasting di NTT (khususnya)Penyebab langsung gizi kurang akut (wasting) adalah makan tidak seimbang, baik jumlah dan mutu asupan gizinya, disamping itu asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat adanya penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah tidak cukup tersedianya pangan di rumah tangga, kurang baiknya pola pengasuhan anak terutama dalam pola pemberian makan pada balita, kurang memadainya sanitasi dan kesehatan lingkungan serta kurang baiknya pelayanan kesehatan. Semua keadaan ini berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kemiskinan. Akar masalah gizi adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk kejadian bencana alam, yang mempengaruhi ketidak seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi anak (Saragih,2010).

Dimensi Masalah Gizi (UNICEF, 1998)

Kurang giziMakan tidak seimbang Penyakit infeksi Tidak cukup persediaan pangan Pola asuh anak tidak memadai Sanitasi dan pelayanan tidak memadai Krisis ekonomi, politik, dan social Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga,kurang pemanfaatan sumnber daya masyarakatDampakPenyebab langsung

Penyebab tidaklangsung pokok masalah di masyarakat Kurang pendidikan, pengetahuan dan keterampilanPengangguran, inflasi,kurang pangan dan kemiskinan

Akar masalah nasional

Penyebab dan akibat dari wasting di NTT Secara UmumPenyebabAkibat

Penyebab langsung (Kent, 2005): Asupan makan menurun Adanya penyakit infeksi

Penyebab tidak langsung: Tidak cukupnya persediaan pangan di rumah tangga Pola asuh kurang Sanitasi/ kesehatan yang kurang baik Akses pelayanan kesehatan terbatas Faktor sosial budaya dan ketidaktahuan Rendahnya daya beli Tingginya penyakit infeksi Pengetahuan perilaku dan keterampilan perbaikan gizi kurang Rendahnya pndapatan dan kemiskinan keluarga Peningkatan angka morbiditas dan mortalitas balita Penurunan kualitas penerus bangsa Anak menjadi lemas, malas beraktivitas dan berpikir Kematan ibu meningkat Pertumbuhan dan perkembangan anak menurun Daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terjangkit infeksi penyakit Menghambat perkembangan mental dan fisik (Kent , 2005) Menyebabkan marasmus, kwarsiorkor, serta marasmic-kwarsiorkor (Martianto, 2008) Menurunkan tingkat kecerdasan (Cannor, 2007)

Penyebab Wasting di NTTPenyebabAkibat

Penyebab langsung: Kurangnya asupan makan sehingga kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi Adanya penyakit infeksi, seperti malaria, diare, infeksi, demam, dan infeksi parasit

Penyebab tidak langsung: Kurangnya sarana dan prasarana kesehatan yang memadai serta sulitnya akses pelayanan kesehatan Kurangnya kesadaran akan kebersihan diri (hygiene) dan sanitasi (FAO, 2010) Keterbatasan dan kesulitan akses air bersih Kurangnya pola asuh ibu dan anak Kesulitan akses pangan (NGO, 2008) Kemarau panjang yang menyebabkan gagal panen (Martianto, 2008)

Penyebab dasar: Status sosio ekonomi yang rendah (miskin alamiah) Kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat (Marut, 2007)

Tingginya angka kematian bayi (tahun 2005 mencapai 293 bayi) Berat badan anak menurun dan tinggi badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan

Penyebab lainnya: BBLR Asupan gizi buruk Penyakit infeksi Kekeringan ASI eksklusif rendah Kesadaran ibu rendah Pendapatan kurang (KPjogja.com) konsumsi pangan keluarga dan anak masih rendah baik kualitas maupun kuantitas pengetahuan gii ibu masih rendah masih ada kepercayaan food taboo yang bertentangan dengan prinsip gii Buruknya perilaku hidup sehat anak Buruknya sanitasi dan air Aksesbilitas fisik dan ekonomi terkendala kurangnya sumber penghasila Produksi pangan cenderung monokultur dengan sistem tumpang gilir Ketersediaan pangan sangat tergantung dengan hasil panen. (Drajat, 2008) kawin-cerai suami bekerja di Malaysia (TKI) sehingga banyak yang menjadi janda Malaysia (Jamal) karena suami menikah lagi, fenomena ini juga akan menyebabkan kemiskinan pada rumah tangga dan akhirnya pola asus anak tidak baik (Saragih, 2010) Viamin dan mineral kurang, makanan tidak bervariasi didominasi makanan sumber karbohidrat, anak biasa makan nasik tanpa lauk. Jarang makan protein. Makan daging hanya saat ada upacara adat. Ternak disembelih hanya saat upacara adat seperti kematian dan pernikahan. c. Dampak wasting secara keseluruhanWasting tentunya memberikan dampak tersedniri bagi penderitanya, antara lain Kerentanan terhadap mortalitasWasting menyebabkan kerentanan penderitanya terhadap mortilitas semakin tinggi. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa gizi kurang baik akut maupun kronis menyebabkan 56% kematian anak-anak di seluruh dunia dan bahwa kondisi gizi kurang baik itu ringan, sedang, maupun berat meningkatkan resiko kematian karena penyakit anak-anak yang biasa dengan resiko 2,5 , 4,6 , 8,4 secara terpisah. Kerentanan terhadap morbiditasDibandingkan dengan orang yang gizinya mencukupi, orang-orang dengan kondisi gizi kurang/buruk lebih cenderung mengalami penyakit diare, malaria, serta infeksi pernapasan, dan juga memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menderita semua penyakit ini dalam waktu lebih lama. Mereka juga cenderung mengalami gejala sisa akibat infeksi umum yang akan melemahkan mereka. Penurunan perkembangan kognitifSebuah studi case control di Jamaika menunjukan bahwa kurang gizi akut menyebabkan tingkat kognitif yang lebih rendah pada kelompok wasting jika dibandingkan dengan kelompong stunted dan norman (non stunted), baik dari segi kousien perkembangan, psikomotorik mata dan tangan, maupun kinerja mereka. Penurunan produktifitas ekonomiPada daerah yang penduduknya sebagian besar bekerja sebagai petani, kemampuan fisik sangat diperlukan untuk menghasilkan hasil pertanian yang menunjang ekonomi mereka. Akan tetapi jika seseorang mengalami kurang gizi akut/kronis maka mereka akan lebih rentan terhadap infeksi. Kerentanan ini menurunkan kemampuan mereka untuk produktif dalam bekerja sehingga produktifitas ekonomi mereka pun menurun. Akibat lainTerdapat hipotesis yang menyatakan bahwa pembuatan program metabolisme tubuh terjadi dalam awal kehidupan dengan memaksimalkan konservasi nutrient seperti energy, Natrium, dan air. Kondisi ini merupakan adaptasi yang logis dan bersifat protektif dalam lingkungan yang asupan nutrientnya buruk. Menurut teori ini, respon tersebut telah dipelajari. Ketika dalam makanan terdapat nutrient dalam jumlah berlimpah, pemograman metabolisme menghasilkan pertahanan yang berlebihan yang kecenderungan menjadi penyakit.Selain itu, terdapat dampak terhadap perkembangan janin dan hasilnya di kemudian hari, serta dapak terhadap organ tubuh. Hal ini juga berdampak terhadap produktivitas generasi akan datang ( Fransiska, 2011).

4. APA SAJA USAHA SELAIN FOOD FORMULATION YANG SUDAH DILAKUKAN PEMERINTAH DALAM MENGATASI MASALAH WASTING DI NTT?ProgramKeterangan

Program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (PUGK)berupa penyuluhan tentang pemanfaatan pekarangan keluarga untuk ditanami berbagai macam sayuran atau buah-buahan sebagai usaha mengatasi adanya kejadian kurang gizi masa mendatang (Deny Hidayati, et al., 1998)

Pemanfaatan posyanduDalam program posyandu yang tersebar di berbagai daerah, pemerintah juga memasukkan program pendidikan gizi (KIE-Komunikasi Informasi Edukasi), monitoring perkembangan, PMT (Martianto, Soekiman. 2006)

Program Diversifikasi Pangan (DPG)sebagai upaya pengurangan kebutuhan konsumsi beras. Usaha ini sebagai salah satu upaya mengatasi kerawanan pangan yang terjadi akibat adanya ketergantungan dalam mengonsumsi beras (Deny Hidayati, et al., 1998)

Kerjasama atau Bantuan Organisasi internasionalAdanya kemitraan antara pemerintah Indonesia dengan UNICEF dan Uni-Eropa dalam membantu mengatasi tantangan gizi untuk anak (Nuraini Razak, 2012)

Pemberian biscuit dan air mineral oleh LSM internasional(Hera, 2009)

Program Takesra/Kukesrapeminjaman modal usaha masyarakat miskin, tetapi kurang efektif, karena terjadi penyimpangan penggunaan dana dari masyarakat sendiri akibat monitoring dan evaluasi dari pemerintah dari program ini kurang begitu efektif (Deny Hidayati, et al., 1998)

Program Peningkatan Gizi Keluargaprogram dari Depkes berupa pemberian garam beryodium, penyuluha kesehatan, serta pemberian poster gizi ke sekolah (Deny Hidayati, et al., 1998)

Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Indonesia primaUsaha meningkatkan produksi panganUsaha peningkatan penanganan pasca panenMemperbesar penyediaan protein nabati dan hewani (Repelita, 1979)

Program Keluarga Berencana (KB)Adanya keterpaduan antara gizi dan KB yaitu terdapat hubungan antara jumlah anak, jarak kehamilan dan kelahiran, ASI-Eksklusif dengan prevalensi anak pendek dan anak kurus karena kekurangan gizi (Rea Golloway, 2011)

Subsidi beras dan susu bagi masyarakat yang menderita kurang gizi atau gizi buruk (Achmad , 2009)

Penyediaan obat-obatan gratis

Pembebasan biaya pengobatan

Pemberian susu gratis pada balita

Bantuan pemerintah berupa bahan makanan pokok(Hera, 2009)

Program pemerintah untuk menangani wasting di IndonesiaJangka Pendek untuk Tanggap Darurat Menerapkan prosedur tatalaksana penanggulangan masalah yaitu : Melaksanakan sistem kewaspadaan dini secara intensif, Pelacakan kasus dan penemuan kasus baru, Melakukan operasi sadar gizi yang mencakup deteksi dini penemuankasus melalui operasi timbang dengan mengukur balita, Menangani kasus gizi dengan perawatan Puskesmas dan di Rumah Sakit Melakukan pencegahan meluasnya kasus dengan koordinasi lintas program dan lintas sektor. Memberikan bantuan pangan, memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), pengobatan penyakit, penyediaan air bersih, memberikan penyuluhan gizi dan kesehatan terutama peningkatan ASI Eksklusif sejak lahir sampai 6 bulan dan diberikan Makanan Pendamping ASI setelah usia 6 bulan, menyusui diteruskan sampai usia 2 tahun .Jangka Menengah Revitalisasi Posyandu yang mencakup pelatihan ulang kader, penyediaan sarana, pembinaan dan pendampingan kader Revitalisasi puskesmas dengan mengaktifkan kegiatan preventif dan promotif, meningkatkan manajemen program gizi, sarana dan bantuanbiaya operasional untuk kegiatan pembinaan posyandu, pelacakankasus, dan kerjasama lintas sektor Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan Pemberdayaan keluarga di bidang ekonomi, pendidikan dan bidangketahanan pangan untuk meningkatkan pengetahuan dan daya beli keluarga. Advokasi dan Pendampingan untuk meningkatkan komitmen ekskutif dan legislatif, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat danmedia massa agar peduli dan bertindak nyata di lingkungannya untuk memperbaiki status gizi anak Revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) pemantauan terus menerus situasi pangan dan gizi masyarakat, untuk melakukan tindakan cepat dan tepat untuk mencegah timbulnya bahaya rawan pangan. Jangka Panjang Mengintegrasikan program perbaikan gizi dan ketahanan pangan Ke dalam program penanggulangan kemiskinan Meningkatkan daya beli masyarakat Meningkatkan pendidikan terutama pendidikan wanita Pemberdayaan keluarga untuk menerapkan perilaku sadar gizi, yaitu;Menimbang berat badan secara teratur, Makan beraneka ragam setiap hari, Hanya memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan, memberikan MP-ASI setelah usia 6 bulan , menyusui diteruskan sampai usia 2 tahun, Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A, tablet Fe) kepadaanggota keluarga yang memerlukan. Memberikan penyuluhan gizi dan kesehatan melalui Posyandu, TokohAgama (Tuan Guru), Perkumpulan Keagamaan dan kelompok potensiallainnya. Meningkatkan persentase penduduk yang menikmati produk pangan difortifikasi dan meningkatkan jumlah jenis produk pangan yang difortifikasi.(Depkes RI,2005)DiversifikasiUpaya diversifikasi pangan sebetulnya sudah dilakukan oleh pemerintah sejak awal tahun 50-an. Namun sampai sekarang upaya tersebut masih sulit terwujud. Belajar dari pengalaman, Kebijakan diversifikasi pangan ke depan harus mengacu pada aturan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 tentang Ketahanan Pangan, yaitu dengan memperhatikan sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal serta ditetapkan oleh Menteri atau Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bertanggungjawab sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing. Ini berarti keberhasilan diversifikasi pangan adalah tanggungjawab bersama, bukan hanya pemerintah (Purnama, tanpatahun)Suplementasi Suplementasi vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirop besi serta kapsul minyak beryodium merupakan salah satu upaya pemerintah dalam penanggulangan masalah gizi kurang yang dilakukan secara terpadu. Berikut penjelasan mengenai suplementasi vitamin A :1) Waktu pemberian suplementasi Vitamin A dosis tinggi untuk bayi dan anak balitaSuplementasi Vitamin A diberikan kepada seluruh anak balita umur 6-59 bulan secara serentak: Untuk bayi umur 6-11 bulan pada bulan Februari atau Agustus Untuk anak balita umur 12-59 bulan pada bulan Februari dan Agustus2) Tenaga yang memberikan suplementasi Vitamin A padabayi dananak balita Tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat, tenagagizidll) Kader terlatih3) Cara PemberianSebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan pada ibu balita apakah pernah menerima kapsul Vitamin A pada 1 (satu) bulan terakhir.Cara pemberian kapsul pada bayi dan anak balita: Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah(200.000 SI) untuk balita Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul (dan tidak membuang sedikit pun isi kapsul) Untuk anak yang sudahbisa menelan dapat diberikan langsung satu kapsul untuk diminum4) Tempatpemberian Sarana fasilitas kesehatan (rumahsakit, puskesmas, puskesmas pembantu (Pustu), polindes/poskesdes, balai pengobatan,praktek dokter/bidan swasta) Posyandu Sekolah Taman Kanak-kanak, Pos PAUD termasuk kelompok bermain, tempat penitipan anak, dllCatatan :Pemberian kapsul vitamin A pada bulan Februari dan Agustus dapat diintegrasikan dengan pelaksanaan program lain seperti kegiatanKampanye Campak (Measles Campaign), malaria, untuk meningkatkancakupan masing-masing program. (Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan, 2009)(Almatsier, 2009)

FortifikasiLangkah-langkah pengembangan program fortifikasi pangan, antara lain adalah:a) Menentukan prevalensi defisiensi mikronutrienb) Segmen populasi (menentukan segmen)c) Tentukan asupan mikronutrien dari survey makanand) Dapatkan data konsumsi untuk pengan pembawa (vehicle) yang potensiale) Tentukan availabilitas mikronutrien dari jenis panganf) Mencari dukungan pemerintah (pembuat kebijakan dan peraturan)g) Mencari dukungan industri panganh) Mengukur (Asses) status pangan pembawa potensial dan cabang industry pengolahan(termasuk suplai bahan baku dan penjualan produk)i) Memilih jenis dan jumlah fortifikasi dan campurannyaj) Kembangkan teknologi fortifikasik) Lakukan studi pada interaksi, potensi stabilitas, penyimpangan dan kualitas organoleptik dari produk fortifikasi.l) Tentukan bioavailabilitas dari pangan hasil fortifikasim) Lakukan pengujian lapangan untuk menentukan efficacy dan kefektifann) Kembangkan standar-standar untuk pangan hasil fortifiksio) Defenisikan produk akhir dan keperluan-keperluan penyerapan dan pelabelanp) Kembangkan peraturan-peraturan untuk mandatory complianceq) Promosikan (kembangkan) untuk meningkatkan ketertarikan oleh konsumen.(Siagian,2003)

Intervensi (Selain Formulasi Makanan) Yang Dilakukan Pemerintah Untuk Menanggulangi Wasting Penyuluhan gizi kepada masyarakat tentang penanggulangan KEP dan kurang gizi kronis KEK Pemantapan system kewaspadaan pangan dan gizi Penganekaragaman pangan Pendidikan gizi dan kesehatan Pemanfaatan pekarangan rumah dan sekolah Pemberian obat cacing bagi peserta didik Pendidikan pola hidup sehat Therapeutic feeding center (TFC)TFC (Therapeutic Feeding Centre) atau PPG (Pusat Pemulihan Gizi) adalah pusat pemulihan gizi buruk dengan perawatan serta pemberian makanan anak secara intensif dan adekuat sesuai usia dan kondisinya, dengan melibatkan peran serta orang tua (ibu) agar dapat mandiri ketika kembali ke rumah. TFC merupakan tempat pemberian makanan tambahan disertai dengan terapi diet dan medis pada anak yang menderita gizi buruk (sangat kurus) yang bertujuan menurunkan angka kematian balita. Perawatan di TFC dilakukan meliputi 3 aspek, yaitu aspek : medis, nutrisi, dan keperawatan.TFC dapat dikembangkan dengan membuat bangunan tambahan secara khusus atau memanfaatkan bangunan (ruangan) yang telah ada di Rumah Sakit maupun Puskesmas Perawatan.Langkah Penyelenggaraan TFC 1. Advokasi dan sosialisasiKegiatan advokasi dan sosialisasi dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pihak terkait dalam rangka keberhasilan penyelenggaraan TFC. 2. Penjaringan (screening) sasaran. Penjaringan sasaran dapat dilakukan melalui kegiatan: penimbangan balita di Posyandu, pelayanan pengobatan di Puskesmas, survai Pemantauan Status Gizi, maupun Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Gizi. 3. Pelatihan tatalaksana anak gizi burukPelatihan tatalaksana anak gizi buruk dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam penanganan balita gizi buruk. Sasaran (peserta) pelatihan adalah Tim Asuhan Gizi, yaitu : Dokter spesialis anak,Perawat di bagian anak, dan ahli gizi. Pelayanan dengan menerapkan tatalaksana anak gizi buruk oleh tenaga yang sudah terlatih. Dilakukan dengan mengacu pada buku tatalaksana anak gizi buruk, meliputi penanganan pada fase stabilitasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. (PERMEN DAGRI no. 18 tahun 2011)5. NUTRITION FACTSA. Tujuan dari Nutrition FactSecara Umum:1. Dapat dimanfaatkan konsumen dalam pemilihan makanan.2. Digunakan untuk membandingkan antara satu produk dengan produk lainnya yang masih dalam satu katagori (Al-Jannah, 2010)3. Untuk mendukung berjalannya program PUGS, karena dalam PUGS terdapat salah satu pendidikan gizi mengenai kebiasaan untuk membaca nilai gizi pada kemasan (Zahara, 2009)4. a) Membandingkan antar produk. b) Memastikan klaim. c) Dietary Made-off. (USFDA/CFSAN, 2004)Bagi konsumen Media untuk mendapat informasi yang benar dan tidak menyesatkan Menyediakan informasi zat gizi Membantu mengatur diet Membantu dalam menentukan jumlah yang sebaiknya dikonsumsi (penambahan atau pengurangan) Dapat dimanfaatkan oleh konsumen dalam pemilihan yang bijak terhadap produk makanan, terutama yang berkenaan dengan kandungan zat gizi di dalamnya sesuai dengan kebutuhannya (BPOM, 2009).Bagi produsen Untuk menginformasikan kandungan zat gizi yang terdapat dalam suatu produk makanan kepada konsumen. (BPOM, 2011) Pihak produsen berkesempatan untuk menyampaikan informasi zat gizi yang terkandung dalam produknya yang kemungkinan merupakan keunggulan produk tersebut dibandingkan produk lainnya sesuai dengan cara pencantuman yang telah ditetapkan (BPOM, 2009). (A Handbook of Nutrition Labeling Singapore) Untuk memenuhi persyaratan perundang-undangan dalam penulisan label makanan apabila dalam label makanan tersebut mencantumkan klaim yang terkait suatu zat gizi tertentu. Dari sisi produsen, pencantuman nutrition facts mendukung inovasi yang dilakukan perusahaan makanan (Vaclavik and Christian, 2008)B. Komponen Nutrition Fact Indonesiaa. Bagian 1, berisi: Takaran saji Jumlah sajian per kemasanb. Bagian 2, kandungan energy dan zat gizi per saji: Kandungan energy per takaran Kandungan zat gizi mikro Kandungan vitamin dan mineralc. Bagian 3, persen angka kecukupan gizi. Satu porsi makanan dibandingkan kecukupan zat gizi sehari konsumend. Bagian 4, catatan kakiInformasi tentang acuan kecukupan zat gizi yang digunakan untuk menghitung % AKG per saji (BPOM. 2009)C. Ketentuan dalam Nutrition Fact di Indonesia1) KETENTUAN UMUMa) JENIS PANGANTidak semua label pangan wajib mencantumkan Informasi gizi. Pencantuman Informasi Gizi diwajibkan pada label pangan yang memuat keterangan tertentu, yaitu label pangan yang: Disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan, atau Dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang mutu dan gizi pangan, wajib ditambahkan vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya.Dalam hal ini yang dimaksud dengan zat gizi lain yaitu karbohidrat, protein, lemak, dan komponen serta turunannya, termasuk energy.b) POSISI DAN UKURAN HURUFInformasi Nilai Gizi harus dicantumkan dengan huruf yang jelas, mudah dibaca, dengan ukuran huruf sekurang-kurangnya 1 mm dan proporsional dengan luas permukaan label. Informasi Nilai Gizi dapat dicantumkan pada bagian utama ataupun pada bagian lain label produk pangan.c) FORMATInformasi Nilai Gizi harus dicantumkan sesuai dengan format yang ditetapkan.2) KETENTUAN LAINa) ANGKA KECUKUPAN GIZI AcuanAngka kecukupan gizi (AKG) yang digunakan untuk menghitung persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada label adalah AKG pelabelan sesuai dengan kelompok umur sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Badan POM yang berlaku. Zat gizi yang belum ditetapkan dalam AKGZat gizi yang belum ditetapkan AKG-nya atau tidak ada acuan lain yang dapat digunakan maka pencantuman informasi mengenai zat gizi tersebut diletakkan dibawah Informasi Nilai Gizi dengan pernyataan sebagai berikut:Mengandung..g/mg/mcg(zat gizi) per sajian Pencantuman AKG untuk pangan bagi anakPangan yang ditujukan untuk anak berusia 6 sampai 24 bulan dan 2 sampai 5 tahun, persentase AKG yang dicantumkan hanya untuk protein, vitamin, dan mineral.b) PANGAN REKONSTITUSI DAN PANGAN YANG DIKERINGKAN Pangan RekonstitusiInformasi Nilai Gizi pada pangan dehidrasi atau konsentrat yang harus direkonstitusi dengan air sebelum dikonsumsi, kandungan zat gizi yang dicantumkan adalah kandungan zat gizi setelah direkonstitusi. Pangan yang harus ditiriskan (drained)Informasi Nilai Gizi yang dicantumkan pada pangan yang harus ditiriskan (drained) sebelum dikonsumsi adalah kandungan zat gizi setelah ditiriskan.c) JUMLAH ZAT GIZI YANG TIDAK BERARTISuatu zat gizi dinyatakan dalam jumlah tidak berarti apabila terdapat dalam pangan dengan jumlah sebagai berikut:

Zat gizi yang terdapat dalam jumlah yang tidak berarti per sajian dapat dicantumkan pada label dengan ketentuan sebagai berikut:a. Dicantumkan setelah tulisan vitamin dan mineral danb. Dengan menggunakan pernyataan seperti berikut:tidak merupakan sumber.(isi nama zat gizi) yang berarti(BPOM tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan)D. Isi dari Nutrition FactSalah satu keterangan yang dicantumkan dalam informasi nilai gizi adalah jumlah zat gizi yang terdapat dalam produk pangan. Keterangan tentang kandungan gizi tersebut harus dicantumkan dalam persentase dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang digunakan untuk menghitung persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada label adalah AKG pelabelan sesuai dengan kelompok umur sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, nomor: HK.00.05.52.6291 tahun 2007 tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan. Acuan Label Gizi dalam keputusan tersebut dibagi dalam beberapa kelompok konsumen seperti berikut:1. Acuan Label Gizi untuk makanan yang dikonsumsi umum.2. Acuan Label Gizi untuk makanan bayi usia 0-6 bulan. 3. Acuan Label Gizi untuk makanan bayi usia 7- 23 bulan4. Acuan Label Gizi untuk makanan anak usia 2-5 tahun. 5. Acuan Label Gizi untuk makanan ibu hamil6. Acuan Label Gizi untuk makanan ibu menyusui.Mengingat bahwa konsumen berhak memperoleh informasi yang benar dan tidak menyesatkan serta bahwa perdagangan pangan memerlukan kepastian hukum, jujur dan bertanggung jawab, maka penerapan pencantuman informasinilai gizi telah diatur dalam suatu acuan yaitu Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.00.06.51.0475 tahun 2005 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi. Untuk lebih jelasnya sedikit ditinjau tentang Ketentuan Pencantuman Informasi Nilai Gizi. 1) INFORMASI YANG WAJIB DICANTUMKANa. TAKARAN SAJI Pengertian Takaran saji adalah jumlah produk pangan yang biasa dikonsumsi dalam satu kali makan, dinyatakan dalam ukuran rumah tangga yang sesuai untuk produk pangan tersebut. Ukuran rumah tangga meliputi antara lain sendok the, sendok makan, sendok takar, gelas, botol, kaleng, mangkuk/cup, bungkus, sachet, keeping, buah, biji, potong, iris. Penentuan takaran saji harus disetujui oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) pada saat penilaian keamanan pangan/pendaftaran. Pencantuman Pencantuman takaran saji harus diikuti dengan jumlah dalam satuan metrik (mg, g, ml), seperti berikut:Takaran sajisendok makan (g) atauTakaran sajibotol (ml)Misal:Takaran saji 2 sendok takar (14 g)Takaran saji 1 botol (120 ml) Pembulatan unit ukuran metrik takaran saji1. Kurang dari 10 g atau 10 ml, dibulatkan ke kelipatan 0,1 g atau 0,1 ml terdekat (1 desimal) Misal : 7,68 g dibulatkan menjadi 7,7 g

2. Lebih dari 10 g atau 10 ml, dibulatkan ke kelipatan I g atau I ml terdekat (tanpa desimal)Misal : 25,3 ml dibulatkan menjadi 25 ml

b) JUMLAH SAJIAN PER KEMASAN PengertianJumlah sajian per kemasan menunjukkan jumlah takaran saji yang terdapat dalam satu kemasan pangan. Pencantuman Jika satu bungkus produk pangan berisi 5 takaran saji, maka pencantuman jumlah sajian per kemasan adalah sebagai berikut:Jumlah sajian per kemasan : 5 Jika kemasan pangan berisi sajian tunggal maka pangan tersebut tidak perlu mencantumkan informasi mengenai jumlah sajian per kemasan. Pembulatan jumlah sajian per kemasan1) Jika jumlah sajian per kemasan merupakan angka pembulatan, maka pencantumannya harus diikuti dengan kata-kata sebagai berikut: sekitar atau kurang-lebih atau 2) Ketentuan tentang pembulatan ukuran jumlah sajian per kemasan adalah sebagai berikut:1. Jika produk pangan berisi kurang dari 2 sajian per kemasan maka dianggap sebagai sajian tunggal

2. Jika kemasan berisi 2 sampai 5 sajian maka dibulatkan ke kelipatan 0,5 terdekat Misal: isi bersih produk sebesar 100 ml dengan takaran saji 30 ml perhitungan jumlah sajian per kemasan produk adalah 3,33. Pencantuman jumlah sajian per kemasan produk tersebut adalah sebagai berikut: jumlah sajian per kemasan : 3,5 jumlah sajian per kemasan : sekitar 3,5 Jumlah sajian per kemasan : kurang lebih 3,5

3. Jika kemasan berisi lebih dari 5 sajian, dibulatkan ke kelipatan 1 terdekat (tanpa desimal)

Misal : berat bersih suatu produk sebesar 180 g dengan takaran saji 35 g, perhitungan jumlah sajian per kemasan adalah 5,14. Pencantuman jumlah sajian per kemasan untuk produk tersebut adalah sebagai berikut: jumlah sajian per kemasan : sekitar 5 jumlah sajian per kemasan : kurang lebih 5 jumlah sajian per kemasan : 5

c) CATATAN KAKI PengertianCatatan kaki merupakan informasi yang menerangkan bahwa persentase AKG yang ditunjukkan dalam informasi Nilai Gizi dihitung berdasarkan kebutuhan energy 2000 kkal Pencantuman Tulisan yang dicantumkan adalah sebagai berikut:*persen AKG berdasarkan kebutuhan energy 2000 kkal. Kebutuhan energy anda mungkin lebih tinggi atau lebih rendah Catatan kaki dicantumkan pada bagian paling bawah, ditulis dengan huruf miring (italic) dan merupakan informasi terakhir di dalam kotak informasi Nilai Gizi. Catatan kaki tidak perlu dicantumkan untuk pangan yang ditujukan bagi anak berusia 6 sampai 24 bulan dan pangan yang ditujukan bagi anak berusia 2 sampai 5 tahun.2) ZAT GIZI YANG WAJIB DICANTUMKANUraian tentang zat gizi yang dicantumkan dalam informasi Nilai Gizi merupakan kandungan masing-masing zat gizi persajian. Oleh karena itu sebelum uraian tentang zat gizi, tulisan berikut harus dicantumkan dengan huruf besar (kapital) dan tebal (bold):JUMLAH PER SAJIAN(a) Energi total, dinyatakan dalam gram dan presentase AKG PengertianEnergy total merupakan jumlah nergi yang berasal dari lemak, protein dan karbohidrat Pencantuman Kandungan energi total dicantumkan dalam satuan kkal per takaran saji dengan tulisan tebal (bold) Pembulatan nilai energi total1. Kurang dari 5 kkal per sajian dinyatakan sebagai 0 kkalMisal : kandungan energi total sebesar 4 kkal per sajian maka pencantuman nilai energy total sebagai berikut: Energi total 0 kkal

2. 5 kkal sampai 50 kkal per sajian dibulatkan ke kelipatan 5 kkal terdekat.Misal : kandungan energy total sebesar 22 kkal per sajian maka pencantuman nilai energy total sebagai berikutEnergi total 20 kkal

3. Lebih dari 50 kkal per sajian dibulatkan ke kelipatan 10 kkal terdekat.Misal : kandungan energy sebesar 266 kkal per sajian, pencantuman nilai energi total sebagai berikut:Energi total 270 kkal

(b) Lemak total, dinyatakan dalam gram dan presentase AKG PengertianLemak total menggambarkan kandungan semua asam lemak dalam pangan dan dinyatakan sebagi trigliserida. Pencantuman Kandungan lemak total dicantumkan dalam gram per sajian dan dalam persentase AKG lemak, dengan tulisan tebal (bold). Pembulatan nilai lemak total

Pembulatan Nilai Persentase AKG lemak total

(c) Protein, dinyatakan dalam gram dan persentase AKG PengertianKandungan protein menggambarkan kandungan semua asam amino dalam produk pangan. Pencantuman Kandungan protein dicantumkan dalam gram per sajian dan dalam persentase AKG, dengan tulisan tebal (bold). Pembulatan nilai protein

Pembulatan nilai persentase AKG protein

(d) Karbohidrat total, dinyatakan dalam gram dan presentase AKG PengertianKarbohidrat total meliputi gula, pati, serat pangan dan komponen karbohidrat lain PencantumanKandungan karbohidrat total dinyatakan dalam gram per sajian dan dalam persentase AKG, dengan tulisan tebal (bold). Pembulatan nilai karbohidrat total

Pembulatan nilai persentase AKG karbohidrat total

(e) Natrium, dinyatakan dalam gram dan presentase AKG PencantumanKandungan natrium dinyatakan dalam milligram per sajian dan dalam persentase AKG, dengan tulisan table (bold). Pembulatan nilai natrium

Pembulatan nilai persentase AKG natrium

AKG yang digunakan untuk menghitung presentasi AKG pada label adalah AKG pelabelan sesuai dengan kelompok umur. Acuan label gizi dibagi sesuai kelompok konsumen seperti tesebut diatas, sehingga % AKG dapat dihitung sesuai dengan target.

3) ZAT GIZI YANG WAJIB DICANTUMKAN DENGAN PERSYARATAN TERTENTUSejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam informasi nilai gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut:(a) Produk pangan mengandung zat gizi tersebut dalam jumlah tertentu, atau(b) Zat gizi tersebut dipersyaratkan untuk ditambahkan atau difortifikasi pada pangan, atauPangan yang bersangkutan memuat klaim yang berkenaan dengan zat gizi tersebut. Beberapa zat gizi tersebut antara lain: energi dari lemak, lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, serat pangan, gula, vitamin, A, vitamin C, kalsium, zat besi. Berikut adalah aturan penulisan zat gizi tersebut:a) Energi dari LemakKetentuan umum Energi dari lemak wajib dicantumkan apabila terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 0,5 gram lemak (energi dari lemak sebesar 4,5 kkal) per sajian. Kandungan energi dari lemak tidak perlu dicantumkan untuk pangan yang ditujukan bagi anak berusia 6 sampai 24 bulan. Pencantuman Kandungan energi dari lemak dicantumkan dalam satuan kkal per sajian.Pembulatan nilai energi dari lemak(a) Kurang dari 5 kkal per sajian, dinyatakan sebagai 0 kkal.Misal: Kandungan energi dari lemak sebesar 3 kkal per sajian, maka pencantuman nilai energi dari lemak sebagai berikut: Energi dari lemak 0 kkal(b) 5 kkal sampai 50 kkal per sajian, dibulatkan kekelipatan 5 kkal terdekat. Misal: Kandungan energi dari lemak sebesar 17 kkal per sajian, maka pencantuman nilai energi dari lemak sebagai berikut: Energi dari lemak 15 kkal (c) Lebih dari 50 kkal per sajian, dibulatkan kekelipatan 10 kkal terdekat. Misal: Kandungan energi dari lemak sebesar 108 kkal per sajian, maka pencantuman nilai energi dari lemak sebagai berikut: Energi dari lemak 110 kkal b) Lemak JenuhKetentuan Umum(a) Kandungan lemak jenuh wajib dicantumkan apabila : (1) Terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 0,5 g per sajian; dan atau (2) Mencantumkan pernyataan (klaim) tentang lemak, asam lemak, atau kolesterol; dan atau (3) Mencantumkan nilai energi dari lemak jenuh. (b) Kandungan lemak jenuh tidak perlu dicantumkan untuk pangan yang ditujukan bagi anak berusia 6 sampai 24 bulan. PencantumanKandungan lemak jenuh dicantumkan dalam gram per sajian dan dalam persentase AKG lemak jenuh per sajian.Pembulatan nilai lemak jenuh(a) Kurang dari 0,5 g per sajian, dinyatakan sebagai 0 g.Misal: Kandungan lemak jenuh sebesar 0,3 g per sajian, maka pencantuman nilai lemak jenuh sebagai berikut : Lemak jenuh 0 g(b) 0,5 g sampai 5 g per sajian, dibulatkan ke kelipatan 0,5 g terdekat.Misal: Kandungan lemak jenuh sebesar 3,7 g per sajian, maka pencantuman nilai lemak jenuh sebagai berikut : Lemak jenuh 4,0 g(c) Lebih dari 5 g per sajian, dibulatkan ke kelipatan 1 g terdekat.Misal: Kandungan lemak jenuh sebesar 11,4 g per sajian, maka pencantuman nilai lemak jenuh sebagai berikut : Lemak jenuh 11 gPembulatan nilai persentase AKG lemak jenuh(a) Jika kandungan lemak jenuh yang dicantumkan 0 g, maka nilai persentase AKG lemak jenuh adalah 0 %.(b) Lebih dari 0 %, maka dibulatkan ke kelipatan 1 % terdekat. Misal : Nilai persentase AKG lemak jenuh sebesar 5,3 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 5 %.c) Lemak TransKetentuanKandungan lemak trans wajib dicantumkan apabila: 1. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 0,5 g per sajian; dan atau 2. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang lemak, asam lemak, atau kolesterol.PencantumanKandungan lemak trans dicantumkan dalam gram per sajian. Kata trans ditulis dengan huruf miring (italic).Pembulatan nilai lemak trans (a) Kurang dari 0,5 g per sajian, dinyatakan sebagai 0 g.Misal: Kandungan lemak trans sebesar 0,4 g per sajian, maka pencantuman nilai lemak trans sebagai berikut: Lemak trans 0 g(b) 0,5 g sampai 5 g per sajian, dibulatkan ke kelipatan 0,5 g terdekat.Misal: Kandungan lemak trans sebesar 2,8 g per sajian, maka pencantuman nilai lemak trans sebagai berikut : Lemak trans 3,0 g(c) Lebih dari 5 g per sajian, dibulatkan ke kelipatan 1 g terdekat.Misal: Kandungan lemak trans sebesar 9,3 g per sajian, maka pencantuman nilai lemak trans sebagai berikut: Lemak trans 9 gd) KolesterolKetentuan(a) Kandungan kolesterol wajib dicantumkan apabila: (1)Terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 mg per sajian; dan atau (2) Mencantumkan pernyataan (klaim) tentang lemak, asam lemak atau kolesterol. (b) Kandungan kolesterol tidak perlu dicantumkan untuk pangan yang ditujukan bagi anak berusia 6 sampai 24 bulan.PencantumanKandungan kolesterol dicantumkan dalam miligram per sajian dan dalam persentase AKG, dengan tulisan tebal (bold). Pembulatan nilai kolesterol(a) Kurang dari 2 mg per sajian, dinyatakan sebagai 0 mg. Misal: Kandungan kolesterol sebesar 1 mg per sajian, maka pencantuman nilai kolesterol sebagai berikut: Kolesterol 0 mg (b) 2 mg sampai 5 mg per sajian, dibulatkan ke kelipatan 1 mg terdekat. Misal: Kandungan kolesterol sebesar 3,5 mg per sajian, maka pencantuman nilai kolesterol sebagai berikut: Kolesterol 4 mg (c) Lebih dari 5 mg per sajian, dibulatkan ke kelipatan 5 mg terdekat. Misal: Kandungan kolesterol sebesar 27 mg per sajian, maka pencantuman nilai kolesterol sebagai berikut: Kolesterol 25 mg Pembulatan nilai persentase AKG kolesterol(a) Jika kandungan kolesterol yang dicantumkan 0 mg, maka nilai persentase AKG kolesterol adalah 0 %. (b) Lebih dari 0 %, dibulatkan ke kelipatan 1 % terdekat. Misal : Nilai persentase AKG kolesterol sebesar 4,8 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 5 %. e) Serat PanganKetentuanSerat pangan wajib dicantumkan apabila terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 0,5 gram per sajian.PencantumanSerat pangan dicantumkan dalam gram per sajian dan dalam persentase AKG.Pembulatan Serat Pangan(a) Kurang dari 0,5 g per sajian, dinyatakan sebagai 0 g. Misal : Kandungan serat pangan sebesar 0,4 g per sajian, maka pencantuman nilai serat pangan sebagai berikut: Serat pangan 0 g (b) Lebih dari 0,5 g per sajian, dibulatkan ke kelipatan 1 g terdekat. Misal : Kandungan serat pangan sebesar 4,7 g per sajian, maka pencantuman nilai serat pangan sebagai berikut : Serat pangan 5 g Pembulatan nilai persentase AKG serat pangan(a) Jika kandungan serat pangan yang dicantumkan 0 g, maka nilai persentase AKG serat pangan adalah 0 %.(b) Lebih dari 0 %, dibulatkan ke kelipatan 1 % terdekat. Misal : Nilai persentase AKG serat pangan sebesar 7,5 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 8 %.f) GulaKetentuanGula wajib dicantumkan apabila : a. Terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 1 gram per sajian; dan atau b. Mencantumkan penyataan (klaim) tentang kandungan gula, gula alkohol atau pemanisPencantumanKandungan gula dicantumkan dalam gram per sajian.Pembulatan Nilai Gula(a) Kurang dari 0,5 g per sajian, dinyatakan sebagai 0 g. Misal : Kandungan gula sebesar 0,25 g per sajian, maka pencantuman nilai gula sebagai berikut : Gula 0 g (b) Lebih dari 0,5 g per sajian, pembulatan dilakukan ke kelipatan 1 g terdekat. Misal : Kandungan gula sebesar 7,4 g per sajian, maka pencantuman nilai gula sebagai berikut : Gula 7 g g) Vitamin AKetentuanKandungan Vitamin A wajib dicantumkan apabila terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang vitamin A. Pencantuman Kandungan Vitamin A dicantumkan dalam persentase AKG per sajian.Pembulatan nilai persentase AKG vitamin A(a) Kurang dari 2 % AKG per sajian, dinyatakan sebagai 0 %. Misal: Nilai persentase AKG vitamin A sebesar 1,9 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 0 %. (b) 2 % sampai 10 % AKG per sajian, dibulatkan ke kelipatan 2 % terdekat. Misal: Nilai persentase AKG vitamin A sebesar 7,2 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 8 %. (c) Lebih dari 10 % AKG per sajian, dibulatkan ke kelipatan 5 % terdekat. Misal: Nilai persentase AKG vitamin A sebesar 12 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 10 %. h) Vitamin CKetentuanKandungan Vitamin C wajib dicantumkan apabila: a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang vitamin C. PencantumanKandungan Vitamin C dicantumkan dalam persentase AKG per sajian.Pembulatan nilai persentase AKG Vitamin C(a) Kurang dari 2 % AKG per sajian, dinyatakan sebagai 0 %. Misal: Nilai persentase AKG vitamin C sebesar 1,7 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 0 %. (b) 2 % sampai 10 % AKG per sajian, maka dibulatkan ke kelipatan 2 % terdekat. Misal: Nilai persentase AKG vitamin C sebesar 5,7 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 6 %. (c) Lebih dari 10 % AKG per sajian, dibulatkan ke kelipatan 5 % terdekat. Misal: Nilai persentase AKG vitamin C sebesar 24 %, maka nilai yang dicantumkan adalah 25 %. i) KalsiumKetentuanKalsium wajib dicantumkan apabila: (a) terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau (b) mencantumkan pernyataan (klaim) tentang kalsium. PencantumanKalsium dicantumkan dalam persentase AKG per sajian.Pembulatan nilai persentase AKG Kalsium(a) Kurang dari 2 % AKG per sajian, dinyatakan sebagai 0 %. Misal: Nilai persentase AKG kalsium sebesar 1,1 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 0 %. (b) 2 % sampai 10 % AKG per sajian, dibulatkan ke kelipatan 2 % terdekat. Misal: Nilai persentase AKG kalsium sebesar 5,6 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 6 %. (c) Lebih dari 10 % AKG per sajian, dibulatkan ke kelipatan 5 % terdekat. Misal: Nilai persentase AKG kalsium sebesar 19 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 20 %. (www.pom.go.id) (BPOM, 2009)j) ZAT BESI KetentuanZat besi wajib dicantumkan apabila:1) Terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2% AKG per sajian, dan atau2) Mencantumkan pernyataan (klaim) tentang zat besi PencantumanZat Besi dicantumkan dalam persentase AKG per sajian Pembulatan nilai persentase AKG zat besi

4) ZAT GIZI LAIN YANG WAJIB DITAMBAHKAN/DIFORTIFIKASI SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG BERLAKUPencantuman kandungan zat gizi yang wajib ditambahkan/difortifikasikan tersebut harus mengikuti ketentuan tentang pencantuman zat gizi yang berada dalam kelompok tersebut.5) ZAT GIZI LAIN YANG PERNYATAANNYA (KLAIM) DICANTUMKAN PADA LABEL PANGANJika klaim yang dimuat adalah perihal zat gizi yang tidak termasuk sebagai zat gizi yang wajib dicantumkan atau zat gizi yang wajib dicantumkan dengan persyaratan tertentu, maka kandungan zat gizi tersebut harus dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi.Pencantuman kandungan zat gizi tersebut harus mengikuti ketentuan tentang pencantuman zat gizi yang berada dalam kelompok tersebut.6) ZAT GIZI LAIN DAPAT DICANTUMKAN (SUKARELA)Beberapa zat gizi tidak wajib untuk dicantumkan dalam nutrition fact, namun jika ingin dicantumkan maka harus memenuhi ketentuan. Antara lain: energi dari lemak jenuh, MUFA, PUFA, kalium, serat pangan larut, serat pangan tidak larut, gula alkohol, karbohidrat lain, mineral dan zat gizi lain. Berikut adalah ketentuan penulisannya:a) ENERGI DARI LEMAK JENUH Pencantuman Energy dari lemak jenuh dicantumkan dalam kkal per sajian dan ditempatkan setelah energy dari lemak Kandungan energy dari lemak jenuh tidak perlu dicantumkan untuk pangan yang ditujukan bagi anak berusia 6 sampai 24 bulan. Pembulatan nilai energy dari lemak jenuh

b) LEMAK TIDAK JENUH TUNGGAL PengertianLemak tidak jenuh tunggal merupakan jumlah semua lemak tidak jenuh tunggal yang dihitung sebagai jumlah semua asam lemak dengan sedikitnya 1 ikatan rangkap pada posisi cis. PencantumanLemak tidak jenuh tunggal dicantumkan dalam gram per sajian dan ditempatkan setelah lemak jenuh Pembulatan nilai lemak tidak jenuh tunggal

c) LEMAK TIDAK JENUH GANDA Pengertian Lemak tidak jenuh ganda merupakan jumlah semua lemak tidak jenuh ganda yang dihitung sebagai jumlah semua asam lemak dengan sedikitnya 2 ikatan rangkap cis-cis yang diselingi dengan gugus metilon. PencantumanLemak tidak jenuh ganda dicantumkan dalam gram persajian dan ditempatkan setelah lemak jenuh Pembulatan nilai lemak tidak jenuh

d) KALIUM PencantumanKandungan kalium dinyatakan dalam milligram per sajian dan dalam persentase AKG kalium, serta ditemptkan setelah natrium. Pembulatan nilai kalium

Pembulatan nilai persentase AKG kalium

e) SERAT PANGAN LARUT Pengertian Serat pangan larut meliputi antara lain gum, pectin, sebagian kecil hemiselulosa serta oligosakarida (bermacam-macam frukto- dan galakto-oligosakarida) dan sebagian gula alcohol (misalnya sorbitol dan manitol) PencantumanSerat pangan larut dicantumkan dalam gram per sajian serta ditempatkan setelah serat pangan. Pembulatan nilai serat pangan larut

f) SERAT PANGAN TIDAK LARUT PengertianSerat pangan tidak larut meliputi antara lain selulosa, lignin, sebagian besar hemiselulosa, sejumlah kecil kutin dan lilin tanaman, senyawa pektat yang tidak larut serta resisten starch. Pencantuman Serat pangan tidak larut dicantumkan dalam gram per sajian dan ditempatkan setelah serat pangan. Pembulatan nilai serat pangan tidak larut

g) GULA ALKOHOL PengertianGula alcohol merupakan senyawa kimia yang mempunyai struktur seperti gula tetapi semua atom oksigennya berada dalam bentuk gugus hidroksil. PencantumanGula alcohol dicantumkan dalam gram per sajian dan ditempatkan setelah gula. Pembulatan nilai gula alcohol

h) KARBOHIDRAT LAIN PengertianKarbohidrat lain merupakan selisih antara karbohidrat total dengan jumlah dari serat pangan, gula dan gula alcohol. PencantumanKarbohidrat lain dicantumkan dalam gram per sajian dan ditempatkan setelah gula alcohol. Pembulatan nilai karbohidrat lain

i) VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN Ketentuan tentang pencantuman vitamin, mineral dan zat gizi lain mengikuti ketentuan tentang pencantuman zat gizi yang berada dalam kelompok tersebut.Vitamin dan mineral lain hanya dapat dicantumkan jika terdapat dalam jumlah sekurang-kurangnya 5% dari AKG per sajian.7) ISI NUTRITION FACT UNTUK BAYIUntuk informasi nilai gizi untuk formula bayi ditampilkan lebih sederhana. Uraian zat gizi diawali dengan protein, lemak dan karbohidrat diikuti dengan asam linoleat dan diakhiri dengan kelompok vitamin mineral (BPOM RI. 2009).Informasi nilai giziSatuanJumlah

Per 100 grPer 100 kkalPer 100 ml

Protein gr

Lemakgr

Karbohidratgr

Asam Linoleatmg

Asam linoleatmg

Vitamin

Mineral

E. Format Nutrition Factsa. Penulisan konten zat gizi1) Informasi untuk energy harus dituliskan dalam kJ dan kcal per 100 gram atau per 100 ml atau per kotak/pack bila kotak/pack hanya terdiri satu porsi. 2) Informasi untuk protein, karbohidrat, dan lemak dalam makanan harus dituliskan dalam gram per 100 gram atau 100 ml per pack/kotak bila per pack/kotak terdiri hanya satu porsi. 3) Untuk penulisan informasi vitamin dan mineral harus di tuliskan dalam unit meter dan/atau sebagai presentase dari AKG per 100 g atau 100 ml atau per pack/kotak bila pack/kotak hanya terdiri dari satu porsi. (WHO,FAO, 2007)

b. Format Baku di IndonesiaFormat Informasi Nilai Gizi pada label pangan yang diuraikan berikut ini meliputi antara lain bentuk, susunan informasi dan cara pencantumannya. Berdasarkan luas permukaan label pangan, format Informasi Nilai Gizi dikelompokkan atas: 1) Format VertikalUntuk kemasan dengan luas permukaan label lebih dari 100 cm2. Format Vertikal terdiri dari beberapa model sesuai dengan peruntukan masing-masing yaitu: a. UmumFormat Umum terdiri atas 3 (tiga) bagian:(1) Tulisan INFORMASI NILAI GIZI serta keterangan tentang takaran saji dan jumlah sajian per kemasan.(2) Keterangan yang berkenaan dengan kandungan zat gizi. Bagian ini dibagi atas 3 (tiga) sub bagian dan diawali dengan kalimat JUMLAH PER SAJIAN. Sub bagian pertama memuat informasi yang berkenaan dengan energi. Sub bagian kedua memuat keterangan yang berkenaan dengan lemak, protein, karbohidrat, dan natrium. Sub bagian ketiga memuat keterangan tentang vitamin dan mineral lainnya. (3) Catatan kaki yang menerangkan bahwa perhitungan persentase AKG dilakukan berdasarkan energi 2000 kkal dan kebutuhan masing-masing orang mungkin berbeda-beda.

b. Pangan yang ditujukan bagi bayi/anak usia 6 sampai 24 bulanFormat terdiri atas 2 (dua) bagian:(1) Tulisan INFORMASI NILAI GIZI serta keterangan tentang takaran saji dan jumlah sajian per kemasan.(2) Keterangan tentang kandungan zat gizi. Persentase AKG yang dicantumkan hanya untuk protein, vitamin dan mineral. Bagian ini dibagi atas 3 (tiga) sub bagian dan diawali dengan kalimat JUMLAH PER SAJIAN. Sub bagian pertama memuat informasi tentang energi. Sub bagian kedua memuat informasi tentang lemak, protein, karbohidrat dan natrium. Sub bagian ketiga memuat keterangan tentang protein, vitamin dan mineral lainnya.

c. Pangan yang ditujukan bagi anak usia 2 sampai 5 tahunFormat terdiri atas 2 (dua) bagian: (1) Tulisan INFORMASI NILAI GIZI serta keterangan tentang takaran saji dan jumlah sajian per kemasan.(2) Keterangan tentang kandungan zat gizi. Persentase AKG yang dicantumkan hanya untuk protein, vitamin dan mineral.vBagian ini dibagi atas 3 (tiga) sub bagian dan diawali dengan kalimat JUMLAH PER SAJIAN. Sub bagian pertama memuat informasi tentang energi. Sub bagian kedua memuat keterangan tentang lemak, protein, karbohidrat dan natrium. Sub bagian ketiga memuat keterangan tentang protein, vitamin dan mineral lainnya.

d. Pangan yang berisi 2 atau lebih pangan yang dikemas secara terpisah dan dimaksudkan untuk dikonsumsi masing-masing dan pangan yang berbeda dalam hal rasa, aroma atau warna. Ketentuan penggunaan format tersebut adalah sebagai berikut:1) Jika tidak ada perbedaan kandungan zat gizi untuk pangan yang tedapat dalam kemasan tersebut, Informasi Nilai Gizi dapat dicantumkan dalam bentuk umum (hanya satu kolom). 2) Jika terdapat perbedaan kandungan gizi, pencantuman Informasi Nilai Gizi untuk pangan tersebut diatas dilakukan dengan mencantumkan Informasi Nilai Gizi untuk masing masing produk pangan secara terpisah (format umum) atau mencantumkan informasi secara bersamaan.Format ini terdiri atas 3 (tiga) bagian utama:(1) Tulisan INFORMASI NILAI GIZI serta keterangan tentang takaran saji dan jumlah sajian per kemasan.(2) Keterangan yang berkenaan dengan kandungan zat gizi. Ukuran satuan yang dicantumkan untuk masing-masing zat gizi sebagaimana diuraikan pada bab-bab terdahulu. Bagian ini dibagi atas 3 (tiga) sub bagian dan diawali dengan kalimat JUMLAH PER SAJIAN. Sub bagian pertama memuat informasi yang berkenaan dengan energi. Sub bagian kedua memuat keterangan yang berkenaan dengan lemak, protein, karbohidrat dan natrium. Sub bagian ketiga memuat keterangan tentang vitamin dan mineral lainnya. (3) Catatan kaki yang menerangkan bahwa perhitungan persentase AKG dilakukan berdasarkan energi 2000 kkal dan kebutuhan masing-masing orang mungkin berbeda-beda.

Pada contoh format di atas ditunjukkan jika kemasan pangan tersebut berisi 3 (tiga) pangan. Kandungan zat gizi masing-masing diuraikan berdasarkan kolom jenis pangan.e. Pangan yang biasa dikombinasikan dengan pangan lain sebelum dikonsumsi.Pengertian pangan yang biasa dikombinasikan dengan pangan lain sebelum dikonsumsi dalam hal ini adalah pangan yang dapat langsung dikonsumsi secara individual atau dapat dikombinasikan dengan pangan lain sebelum dikonsumsi sesuai dengan saran penyajian yang dicantumkan oleh produsen pada label produk tersebut. Sebagai contoh adalah produk sereal atau biskuit yang dapat dikombinasikan dengan susu. Ketentuan pencantuman Informasi Nilai Gizi untuk pangan tersebut adalah sebagai berikut:1) Informasi Nilai Gizi yang dicantumkan adalah Informasi Nilai Gizi untuk pangan sebelum dikombinasikan.2) Produsen dapat menambahkan kolom kedua yang menunjukkan Informasi Nilai Gizi dari pangan setelah dikombinasi dengan pangan lain (pangan yang siap dikonsumsi). Format terdiri atas 3 (tiga) bagian:(1) Tulisan INFORMASI NILAI GIZI serta keterangan tentang takaran saji dan jumlah sajian per kemasan.(2) Keterangan yang berkenaan dengan kandungan zat gizi. Bagian ini dibagi atas 3 (tiga) sub bagian dan diawali dengan kalimat JUMLAH PER SAJIAN. Sub bagian pertama memuat inf Informasi yang berkenaan dengan energi. Sub bagian kedua memuat keterangan yang berkenaan dengan lemak, protein, karbohidrat dan natrium. Sub bagian ketiga memuat keterangan tentang vitamin dan mineral lainnya. (3) Bagian ketiga adalah catatan kaki yang menerangkan bahwa perhitungan persentase AKG dilakukan berdasarkan energi 2000.

Pada contoh format di atas ditunjukkan cara pencantuman Informasi Nilai Gizi pangan sebelum dikombinasikan dan setelah dikombinasikan yang ditunjukkan dalam masing-masing kolom.f. Pangan yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dikonsumsiKetentuan pencantuman Informasi Nilai Gizi untuk pangan tersebut adalah sebagai berikut :1) Informasi Nilai Gizi yang dicantumkan adalah Informasi Nilai Gizi pangan sebelum diolah.2) Produsen dapat menambahkan kolom kedua yang menunjukkan Informasi Nilai Gizi dari pangan setelah diolah (pangan yang siap dikonsumsi). Format ini terdiri atas 3 (tiga) bagian :(1) Tulisan INFORMASI NILAI GIZI serta keterangan tentang takaran saji dan jumlah sajian per kemasan.(2) Keterangan yang berkenaan dengan kandungan zat gizi. Bagian ini dibagi atas 3 (tiga) sub bagian dan diawali dengan kalimat JUMLAH PER SAJIAN. Sub bagian pertama memuat informasi yang berkenaan dengan energi. Sub bagian kedua memuat keterangan yang berkenaan dengan lemak, protein, karbohidrat dan natrium. Sub bagian ketiga memuat keterangan tentang vitamin dan mineral lainnya. (3) Catatan kaki yang menerangkan bahwa perhitungan persentase AKG dilakukan berdasarkan energi 2000 kkal dan kebutuhan masing-masing orang mungkin berbeda-beda.

Pada contoh format ditunjukkan cara pencatuman Informasi Nilai Gizi pangan sebelum diolah dan setelah diolah sebagaimana ditunjukkan dalam masing-masing kolom.2) Format HorizontalUntuk kemasan dengan luas permukaan label kurang dari atau sama dengan 100 cm2. Format Horizontal terdiri dari: Format tabularKeterangan yang dimuat dalam format ini disajikan dalam bentuk kolom dan baris:(1) Kolom pertama memuat tulisan INFORMASI NILAI GIZI serta keterangan tentang takaran saji, jumlah sajian per kemasan dan keterangan mengenai energi.(2) Kolom kedua menyajikan keterangan yang berkenaan dengan lemak dan protein dalam persen AKG per sajian.(3) Kolom ketiga dicantumkan uraian yang berkenaan dengan karbohidrat dan natrium.(4) Uraian mengenai vitamin dan mineral lainnya dimuat dalam kolom tersendiri di bawah kolom kedua dan ketiga.(5) Baris paling akhir adalah catatan kaki yang menerangkan bahwa perhitungan persentase AKG dilakukan berdasarkan energi 2000 kkal dan kebutuhan masing-masing orang mungkin berbeda-beda.

Format LinierDalam format linier, seluruh informasi dicantumkan dalam satu kolom.

3) Format untuk kemasan pangan dengan luas permukaan label kurang dari atau sama dengan 30 cm2. Informasi Nilai Gizi dapat dilakukan dengan mencantumkan nomor telepon atau alamat lengkap untuk memperoleh Informasi Nilai Gizi. Ketentuan tersebut hanya diperbolehkan jika tidak terdapat klaim kandungan gizi, klaim fungsi gizi, klaim kesehatan atau informasi gizi lainnya pada label pangan tersebut.

4) Jika luas permukaan label lebih dari 100 cm2, namun bentuk kemasan tidak dapat mengakomodasi format vertikal, maka pencantuman Informasi Nilai Gizi dapat menggunakan format horizontal (Peraturan kepala BPOM, 2011).c. Format untuk bayiSelain format informasi nilai gizi berdasarkan luas permukaan tersebut di atas, terdapat format khusus untuk informasi nilai gizi susu formula bayi. Dibandingkan dengan format lainnya, format informasi nilai gizi untuk susu formula bayi ditampilkan lebih sederhana. Format informasi nilai gizi untuk susu formula bayi dibedakan dari produk pangan lainnya karena memperhatikan peranannya yang sangat spesifik serta muatan informasi yang wajib dicantumkan. Keterangan yang dimuat dalam format ini :(1) Kandungan zat gizi dicantumkan dalam ukuran per 100 g, per 100 kkal dan per sajian.(2) Uraian zat gizi diawali dengan protein, lemak dan karbohidrat, diikuti dengan air, asam linoleat dan diakhiri dengan kelompok vitamin dan mineral.(3) Zat gizi lain yang ditambahkan dan atau dibuat klaimnya pada label, harus dicantumkan pada Informasi Nilai Gizi, sesuai dengan kelompok zat gizi tersebut.Jika biotin, kolin dan inositol ditambahkan ke dalam produk susu formula bayi, maka komponen tersebut dicantumkan dalam kelompok vitamin (BPOM RI, 2005).

d. Format menurut FDA 1) Format secara umum dalam bentuk vertical maupun horizontalBentuknya hampir sama seperti di Indonesia, tetapi ada tambahan informasi pada catatan kaki, yaitu di bawah keterangan persen AKG terdapat penjelasan tentang kebutuhan kalori 2000 dan 2500 serta konversi kalori ke gram.Format general dalam bentuk vertical:

Format general dalam bentuk horizontal :

2) Format label spesifik(a) Bilingual FormatKetika informasi nilai gizi harus disajikan dalam 2 bahasa, dapat disajikan dalam label yang terpisah atau dalam satu label nutrition fact, menerjemahkan semua informasi yang diperlukan.

(b) Variety packs/Aggregate FormatKetika dalam satu kemasan berisi dua atau lebih jenis makanan, maka informasi nilai gizi disajikan untuk setiap produk makanan yang berbeda dalam satu label.

(c) AS package/As prepared/Dual Column FormatUntuk pangan yang dapat dikombinasikan sebelum dikonsumsi. Pada informasi nilai gizi dicantumkan untuk kolom 1 informasi nilai gizi produk pangan tanpa kombinasi/sebelum kombinasi, kolom 2 untuk produk yang setelah dikombinasikan).

(d) Simplified FormatDapat digunakan jika setidaknya delapan dari zat gizi terdapat dalam jumlah yang signifikan (kalori, lemak total, lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, sodium, KH total, serat pangan, gula, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi).

(Compendium of Templates for Nutrition Facts Tables, tanpa tahun)3) Contoh format di Luar Negeri yang sesuai FDAAustralia dan New Zaeland

Singapura

e. Alasan Perbedaan Format dan Konten Nutrition FactFormat informasi nilai gizi berbeda-beda karena berkenaan dengan perbedaan peruntukan pangan, keadaan produk pangan, serta luas permukaan label pangan (BPOM RI, 2005). Konten dari informasi nilai gizi berbeda-beda karena dalam komponen informasi nilai gizi selain zat gizi yang wajib dicantumkan, adapula zat gizi yang sukarela dapat dicantumkan. Pencantuman zat gizi sukarela bergantung pada jenis pangannya dimana kandungan zat gizinya juga akan berbeda-beda, selain itu juga bergantung pada pencantuman klaim pada produk tersebut. F. Langkah-langkah pembuatan Nutrition Fact1. Analisis jumlah zat gizi pada produk pangan di laboratorium.2. Mengisi jumlah zat gizi yang terdapat dalam produk pangan.3. Keterangan tentang zat gizi tersebut dicantumkan dalam %AKG sesuai dengan kelompok umur sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala BPOM RI harus tahun 2007. (BPOM RI, 2009)G. Prosedur pemberian nutrition fact berdasarkan BPOM1. Informasi nilai gizi yang dicantumkan pada label pangan harus dibuktikan dengan hasil analisis zat gizi dari laboratorium pemerintah atau laboratorium yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional. 2. Pangan olahan wajib fortifikasi hasil analisis zat gizi tertentu seperti energy, lemak, lemak jenuh, kolesterol, asam lemak trans, gula dan natrium tidak boleh lebih dari 120% dari nilai yang tercantum pada informasi nilai gizi3. Pangan olahan lain sekurang-kurangnya 80% dari nilai yang tercantum pada informasi nilai gizi4. Pangan olahan lain harus memiliki batas maksimum dan minimum sesuai persyaratan yang telah ditentukan5. Jika hasil analisis zat gizi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka hasil analisis dapat diterbitkan. Penerbitan hasil analisis oleh laboratorium dari negara asal yang telah mempunyai perjanjian saling pengakuan baik secara bilateral atau multilateral (Peraturan Kepala BPOM.2011)H. Cara Menentukan Nilai Gizi Dalam Suatu Makanana. Menggunakan database bahan makananperhitungan manualb. Melakukan analisa laboratorium. zat yang dianalisis: kalori kalori dari lemak total lemak saturated fat trans fat kolesterol natrium serat pangan gula protein vitamin A vitamin C analisis spesifik: rendah lemak rendah KH rendah natrium tidak ada gluten tidak ada trans fat serat gandum omega 3 vitamin D(www.fda.org)c. Nilai gizi dibuktikan dengan hasil analisis zat gizi dari laboratorium pemerintah/lab.lain yang telah terakreditasi oleh komite akreditasi nasionald. Untuk pangan yang masuk kewilayah indonesia, hasil analisis dapat diterbitkan oleh lab. dari negara asal yang punya perjanjian saling pengakuan baik secara bilateral/multirateral sesuai ketentuan.e. Analisis zat giziDigunakan untuk sampel makanan yang banyak dan dianalisis di laboratorium. Ada beberapa makanan tertentu yang hanya bisa ditentukan oleh analisis lab, termasuk makanan yg digoreng, asin dan yang dilapisi. Hal ini karena bahan dalam makanan akan sulit untuk ditentukan. Kelemahan analisi ini adalah harganya mahal.f. Database zat giziCara ini menghitung kandungan gizi tiap item makanan dengan meneruskan data ke dalam database yg sudah berisi analisa bahan. Proses ini jauh lebih mudah karena data tersedia dan lebih murah. Kelamahan dari metode ini ada beberapa makanan yang tidak bisa dianalisis menggunakan cara ini. (www.quicklabel.com)I. Acuan Standar Acuan Nutrition FactsSeperti disebutkan sebelumnya bahwa Standar Acuan Label Gizi menurut BPOM (2009) ada 6, yaitu: Acuan Label Gizi untuk makanan yang dikonsumsi umum Acuan Label Gizi untuk makanan bayi usia 0-6 bulan Acuan Label Gizi untuk makanan bayi usia 7-23 bulan Acuan Label Gizi untuk makanan yang dikonsumsi anak usia 2-5 tahun Acuan Label Gizi untuk makanan ibu hamil Acuan Label Gizi untuk makanan ibu menyusui, dengan masing-masing kebutuhan zat gizinya adalah sebagai berikut:

Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004), ada penggolongan usia dan zat gizi yang dibutuhkan berdasarkan kelompok usia tersebut:

Acuan Label Gizi untuk produk umum diambil berdasarkan penghitungan kisaran kebutuhan energi pria dan wanita dewasa, yaitu sekitar 1600 kkal hingga 2500 kkal. Dari range nilai tersebut, nilai rata-ratanya adalah 2031 kkal, sehingga ALG untuk produk umum ditentukan sebesar 2000 kkal. Selain itu, untuk nilai kandungan zat gizi dalam label informasi gizi juga mengalami pembulatan berdasarkan hasil pengujian laboratorium. Dengan adanya pembulatan nilai kandungan zat gizi maka terdapat keseragaman pencantuman kandungan gizi pada tabel informasi nilai gizi.Pada ALG juga telah ditetapkan kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak yang disesuaikan dengan kebutuhan rata-rata kisaran. Karbohidrat ditetapkan diberikan sebanyak 60-65% kecukupan energi, protein 10-15% kecukupan energi dan lemak 25% atau sisa dari pengurangan energi dengan karbohidrat dan protein.Pembulatan tersebut antara lain sebagai berikut:

Tabel: Pembulatan nilai kandungan gizi dalam rangka pencantuman informasi nilai gizi (BPOM, 2005)Jika kebutuhan seseorang kurang atau lebih dari standar Acuan Label Gizi, maka konsumen perlu menyesuaikan asupan dari makanan tersebut dengan asupan makanan lainnya dalam sehari. Misalnya kebutuhan A adalah 1600 kkal. Jika A mengkonsumsi 250 kkal dari suatu produk makanan, maka produk makanan tersebut telah menyumbangkan 15% energi dari kebutuhan energi sehari A. Energi tersebut memiliki kemungkinan setara dengan satu kali snack yang dianjurkan untuk dikonsumsi A dalam sehari, sehingga A tinggal memiliki satu kali lagi waktu makan snack di hari tersebut (Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan. 2007 ; Zahara, Siti. 2009. ; Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005 ; Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2004).

J. Cara membaca Nutrition FactMemahami isi Nutrition Facts1) Serving size (takaran saji): takaran dalam 1 konsumsi. Contohnya 1 buah dengan 107 gram.2) Serving per container (jumlah sajian per kemasan), misalnya jumlahnya 4, jadi dalam 1 kemasan bisa dikonsumsi 4 kali.3) Energi total: jumlah kalori yang dihasilkan dalam per sajian.4) Energi dari lemak: kalori yang dihasilkan dari tiap gram lemak dalam per sajian.5) Lemak total: menunjukkan kandungan total dari lemak per sajian.6) Protein: jumlah kandungan protein per sajian.7) Karbohidrat total: total kandungan karbohidrat per sajian.8) Vitamin: jenis-jenis dan total kandungan vitamin per sajian.9) % AKG berdasarkan....: menunjukkan persentase AKG harian dan kalori harian secara umum yang diambil rata-rata 2000 kalori.(The University of Arizone, 2008)

Langkah-Langkah Membaca Nutrition Facts1. Check serving sizeServing size menunjukkan berapa banyak takaran saji dalam satu paket produk. Takaran saji untuk menunjukkan atau melihat berapa serving yang akan kita konsumsi. Perhatikan ukuran satu porsi dan berapa banyak porsi dalam paket. Lalu tanyakan pada diri sendiri, Berapa banyak porsi yang akan saya konsumsi?

2. Menghitung total kalori dan kalori dari lemak.Total kalori menunjukkan beberapa energy yang kita konsumsi dalam satu serving, sedangkan kalori dari lemak menunjukkan berapa energy yang tersedia dari lemak.Periksa total kalori perporsi. Perhatikan pada takaran saji dan berapa banyak yang benar-benar anda konsumsi. Jika ternyata dua kalinya maka kalori dan zat gizi yang anda asup sebanyak dua kalinya pula.Pahami catatan kaki. Pada bagian %DV atau %AKG memberitahu anda presentase dari masing-masing nutrisi dalam satu porsi dalam hal jumlah harian yang disarankan. %AKG atau %Daily Value (DV) adalah pedoman umum untuk membantu mennghubungkan antara satu serving makanan dan kontribusinya terhadap diet harian total konsumen.Berdasarkan %AKG diet 2000 kalori, seseorang sebaiknya mengkonsumsi kurang dari 600 kalori dari lemak atau kurang dari 30% dalam kalori dari lemak. 400 kalori per saji = high fat / tinggi lemakCara cepat untuk menentukan apakah jumlah zat gizi yang kita makan apakah tinggi atau rendah jumlahnya: Jika sebuah nilai gizi dalam suatu produk memiliki 5% dari Daily Value atau kurang dari itu, maka kandungannya rendah dalam produk tersebut. Jika sebuah nilai gizi dalam suatu produk memiliki 20% dari Daily Value atau lebih dari itu, maka kandungannya tinggi dalam produk tersebut.3. Membatasi beberapa zat giziAda beberapa zat gizi yang direkomendasikan untuk dikonsumsi dalam jumlah yang terbatas dan tidak berlebihan karena dapat berakibat meningkatkan risiko beberapa penyakit; yaitu jumlah lemak jenuh, kolesterol, dan sodium (Natrium). Ingat, anda harus membatasi lemak total tidak boleh lebih dari 56-78 gram perhari, termasuk tidak lebih dari 16 g untuk lemak jenuh, kurang dari 2 g untuk lemak trans, dan kurang dari 300 mg kolesterol.4. Menambah beberapa zat giziAda beberapa zat gizi yang direkomendasikan untuk dikonsumsi secara cukup jumlahnya setiap hari, yaitu serat, vitamin, dan mineral; terutama Kalsium (Ca), Vitamin A, dan Vitamin C. Pastikan anda mendapat 100% dari serat, vitamin, dan nutrisi yang dibutuhkan dalam sehari.5. Me-review Ingredient ListDaftar bahan baku biasanya diurutkan sesuai dengan beratnya dalam produk tersebut. Bahan yang paling banyak/mendominasi, atau yang paling natural harus diletakkan dalam list paling atas. Mereview hal ini akan membantu untuk menghindarkan dari penyakit dan alergi.

(FDA U.S. Food and Drug Administration, 2004)

K. Peraturan tentang Nutrition Facts di Indonesia1. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pasal 32 ayat 1 yang menyatakan bahwa pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pangan pada label wajib dilakukan bagi pangan yang disertai pernyataan mengandung vitamin, mineral dan zat gizi lainnya dan sesuai dengan ketentuan di bidang mutu dan zat gizinya.2. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan3. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK 00.05.52.6291 tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan menyatakan bahwa pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pangan pada label wajib dilakukan bagi pangan yang disertai pernyataan mengandung vitamin, mineral dan zat gizi lainnya dan sesuai dengan ketentuan di bidang mutu dan zat gizinya dan dicantumkan dalam persentase (BPOM. 2007)4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK 00.06.51.0475 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan yang menyatakan bahwa masyarakat berhak memperoleh informasi yang benar dan tidak menyesatkan mengenai pangan yang akan dikonsumsinya.5. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK 00.05.1.2569 tanggal 31 Mei 2004 tentang Kriteria dan Tata Laksana Penilaian Produk Pangan.L. Komponen Nutrition Facts di German dan CanadaNutrition fact German dan Canada menggunakan multiple traffic light dengan keterangan berupa warna merah, hijau dan kuning. Untuk warna merah menandakan bahan makanan tersebut menyumbang zat gizi paling banyak (less healthy choice), warna hijau rendah persentase kandungan gizinya (healthier choice) dan warna kuning, (medium atau OK choice). Masing masing zat gizi ditampilkan dalam bentuk gram per serving.

Selain multiple traffic light, nutrition fact yang dipakai dalam bentuk monochrome percentage. Kandungan zat gizi yang ditampilkan hanya kalori, sugars, fat, saturated dan salt. Penyajiannya dalam bentuk horizontal dengan gram per serving dan persentase kandungan zat gizinya (National Collaborating Centre for Healthy Public Policy, 2011)

M. Peraturan Nutrition Facts di Luar Negeri Format dasar (kemasan lebih dari sama dengan 40 inch kuadrat menggunakan ukuran 3 inch atau lebih menggunakan format vertikal). Dicantumkan dengan jelas mudah dibaca FDA dan USDA telah menyepakati format dasar untuk menampilkan sajian per porsi. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, bagian keterangan zat gizi dan keterangan mengenai informasi zat gizi yang lain.

Informasi seharusnya tidak menyebabkan konsumen percaya bahwa ada informasi mengenai jenis makanan dengan klaim fungsi kesehatan tertentu melainkan untuk menyampaikan pemahaman tentang jumlah nutrisi yang terkandung dalam produk tersebut. Penulisan zat gizi di sebelah kanan yaitu lemak, lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, sodium, totalkarbohidrat, dan serat makanan) dibandingkan dengan kebutuhan harian dari masing-masing zat gizi Satuan yang digunakan untuk energi kj (kilojoule) dan kkal Sebagai acuan menggunakan 2000-2500kkal N. Siapakah yang berhak dan diizinkan untuk membuat informasi gizi?Pihak yang membuat nutritional fact adalah produsen pangan yang bertanggung jawab atas produknya berdasarkan hasil analisa zat gizi dari Laboratorium Pemerintah atau laboratorium lain yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional. Khusus untuk pangan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia, hasil analisis dapat diterbitkan oleh laboratorium dari negara asal yang telah mempunyai perjanjian saling pengakuan baik secara bilateral maupun multilateral sesuai ketentuan yang berlaku. (BPOM RI, 2011).6. Food Labellinga. Tujuan Food labeling Tujuan secara garis besar : Memberikan informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka kemasan Berfungsi sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh konsumen tentang produk tersebut, terutama hal-hal yang kasat mata atau tidak diketahui secara fisik Memudahkan konsumen dalam memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk yang dikemas (baik menyangkut asal. Keamanan, mutu, kandungan gizi, maupun keterangan lain sebelum memutuskan membeli) Alat komunikasi produsen kepada konsumen Memberi petunjuk kepada konsumen hingga diperoleh fungsi produk yang maksimum Sarana periklanan bagi produsen Member rasa aman bagi konsumen Untuk melindungi hak-hak konsumen yang membeli produk supaya tidak tertipu Untuk menunjukkan keunggulan produk Untuk menggambarkan karakteristik makanan(Juwaedah,tanpa tahun) (Oksowela,2008)Untuk Konsumen : Perangkat efektif pengendali mutu dan sekaligus dapat mempertinggi alarm keamanan pangan Sarana untuk memberi penilaian sekaligus menjatuhkan sanksi bagi produk-produk yang tidak memenuhi syarat Konsumen dapat meminta pertanggungjawaban produsen, karena tahu kepada siapa mereka harus meminta tanggung jawab Konsumen akan merasa lebih aman membeli produk - produk bonafid di mata mereka dimana informasi ini mereka dapatkan dari label produk umumnya Memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka kemasan Label dan iklan pangan diperlukan untuk memperoleh informasi yang benar, jelas, dan lengkap baik mengenai kuantitas, isi, kualitas maupun hal-hal lain yang diperlukannya mengenai pangan. Informasi pada label pangan atau melalui iklan sangat diperlukan bagi masyarakat agar supaya masing-masing individu secara tepat dapat menentukan pilihan sebelum membeli dan atau mengonsumsi pangan. Tanpa adanya informasi yang jelas maka kecurangan-kecurangan dapat terjadiUntuk Produsen : Alat komunikasi tertulis pihak produsen dengan pihak konsumen dalam melakukan pelayanan jaminan persyaratan mutu produk dan kesehatan Membantu penjualan produk atau membantu periklanan bagi produsen Sebagai hadiah atas mutu yang produsen berikan kepada konsumennya Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab(PP. 1999 ; Juwaedah, Ade. 2010)

1) Peraturan Pelabelan Makanan Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03. 1.5 12. 11. 09955 Tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan;1) Pangan olahan yang diproduksi di dalam negeri atau dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan, wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan/atau di kemasan pangan2) Pencantuman label harus memenuhi ketentuan perundang-undangan3) Selain harus memenuhi ketentuan perundang-undangan, pencantuman label juga harus memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam peraturan ini4) Keterangan dan atau pernyataan tentang pangan olahan dalam label harus benar dan tidak menyesatkan baik mengenai tukisan, gambaran atau bentuk apapun lainnya5) Label memuat tulisan yang jelas, dapat mudah dibaca, teratur dan tidak berdesak-desakan6) Pengunaan latar belakang, baik berupa gambar, warna maupun desain lainnya tidak boleh mengaburkan tulisan pada label7) Pelabelan dilakukan sedemikian rupa sehingga: Tidak mudah lepas dari kemasan Tidak mudah luntur atau rusak Terletak pada bagian kemasan pangan yang mudah untuk dilihat dan dibaca8) Selain ketentuan sebagaimana tercantum pada angka 7, label yang melekat atau ditempelkan pada kemasan harus melekat kuat sehingga jika dilepas akan merusak label/kemasan aslinya9) Pencantuman pernyataan tentang manfaat pangan bagi kesehatan dalam label hanya dapt dilakukan apabila didukung oleh fakta ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan10) Label pangan olahan terdiri dari bagian utama dan bagian lain11) Label pangan olahan paling sedikit harus mencantumkan: Nama pangan olahan Berat bersih atau isi bersih Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia Daftar bahan yang digunakan Nomor pendaftaran pangan Keterangan kaldaluarsa Kode produksi12) Selain keterangan sebagaimana dimaksud pada angka 11, pada label pangan olahan juga harus dicantumkan keterangan sebagai berikut: Keterangan tentang kandungan gizi Keterangan tentang iradiasi pangan Keterangan tentang pangan organik Keterangan tentang pangan rekayasa genetika Keterangan tentang pangan yang dibuat daribahan baku alamiah Petunjuk penggunaan/penyiapan Petunjuk tentang cara penyimpanan Keterangan tentang petunjuk atau saran penyajian Keterangan tentang peruntukan Keterangan lain yang perlu diketahui mengenai dampak pangan terhadap kesehatan manusia Peringatan13) Percantuman keterangan sebagaimana dimaksud pada angka 11 dan 12 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan(Siagian,2002)Peraturan pelabelan produk pangan olah di Indonesia diatur dalamperaturan Menteri Kesehatan RI No. 79/Menkes/PER/III/1978. Dalam peraturantentang label dan periklanan makanan ini diatur tentang tata cara pelabelan sertaketentuan-ketentuan yang menyertainya. Peraturan ini telah dilengkapi dengankeputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) No.02240/B/S/SK//VII/1991 yang diterbitkan pada tanggal 2 Juli 1996.Ketentuan Umum:1) Label dicantumkan pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan2) Pencantuman label dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mudah lepas dari kemasannya, tidak mudah luntur atau rusak, serta terletak pada bagian kemasan pangan yang mudah untuk dilihat dan dibaca.3) Keterangan dan atau pernyataan tentang pangan dalam label harus benar dan tidak menyesatkan, baik mengenai tulisan, gambar, atau bentuk apapun lainnya4) Pencantuman pernyataan tentang manfaat pangan bagi kesehatan dalam label hanya dapat dilakukan apabila didukung oleh fakta ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.5) Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayahIndonesia pangan yang dikemas untuk diperdagangkan, dilarangmencantumkan Label yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini.6) Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah infonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label.a) Ketentuan Tulisan Dan Gambar 1. Bahasa, Huruf dan Angka a) Ditulis dan dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia, angka Arab dan huruf Latin. b) Penggunaan istilah asing dalam keterangan dapat dilakukan sepanjang tidak ada padanannya, tidak dapat diciptakan padanannya atau digunakan untuk kepentingan perdagangan pangan ke luar negeri. c) Istilah asing adalah bahasa, angka atau huruf selain bahasa Indonesia, angka Arab atau huruf Latin serta istilah teknis atau ilmiah, misalnya rumus kimia untuk menyebutkan suatu jenis bahan yang digunakan dalam komposisi. d) Dalam label dengan keterangan dapat ditambahkan keterangan yang sama dalam bahasa selain bahasa Indonesia, angka arab dan huruf latin2. Gambar a) Gambar harus menunjukkan keadaan sebenarnya, termasuk sifat dan/atau keadaan pangan olahan serta tidak boleh menyesatkan; b) Gambar buah, daging, ikan atau bahan pangan lainnya hanya boleh dicantumkan apabila pangan mengandung bahan tersebut, bukan sebagai perisa (termasuk perisa alami, perisa identik alami, dan perisa artifisial). Pada bagian komposisi harus dicantumkan jumlah bahan yang digunakan tersebut. Misal : Komposisi : air, gula, sari buah mangga (10%), perisa mangga Komposisi : gula, ekstrak buah jeruk (2%), perisa jeruk c) Untuk pangan olahan yang memerlukan atau mempunyai petunjuk penyajian atau petunjuk penggunaan dapat mencantumkan gambar bahan pangan lainnya sesuai dengan penjelasan petunjuk penyajian atau petunjuk penggunaan. c) Ketentuan ukuran Huruf dan Tulisan 1) Huruf dan angka yang digunakan pada label harus jelas dan mudah dibaca serta proporsional dengan luas permukaan label. 2) Ukuran huruf minimal sama dengan atau lebih besar dari huruf kecil o pada jenis huruf Arial dengan ukuran 1 mm (Arial 6 point), kecuali untuk keterangan tertentu. 3) Keterangan dalam bahasa Indonesia harus ditulis dengan ukuran huruf yang proporsional dengan bahasa lain dan tidak kurang dari 1 mm. 4) Ukuran huruf untuk nama jenis harus proporsional terhadap ukuran huruf untuk nama dagang. 5) Ukuran huruf keterangan tidak boleh lebih kecil dari huruf kecil o pada jenis huruf Arial dengan ukuran 2 mm atau sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; 6) Pengecualian terhadap ketentuan pelabelan diberikan kepada pangan olahan yang kemasannya terlalu kecil, sehingga secara teknis sulit memuat seluruh keterangan yang diwajibkan sebagaimana berlaku bagi pangan olahan lainnya, dengan persyaratan: 1) Ukuran kecil yang dimaksud adalah luas permukaan label sama atau kurang dari 10 cm2; 2) Memuat keterangan paling sedikit nama dan alamat pihak yang memproduksi; dan3) Pangan tersebut dimasukkan ke dalam kemasan yang lebih besar yang memungkinkan untuk memuat keterangan yang harus dicantumkan. h) Untuk label pangan yang luas permukaannya mempunyai ukuran sama atau lebih kecil dari 10 cm2, ukuran huruf dan angka yang dicantumkan tidak boleh lebih kecil dari 0,75 mm. i) Tuliasan dengan huruf latin atau arabj) Tulisan dengan bahasa Indonesia dengan huruf latin atau arab

d) Tulisan dan Peringatan Selain keterangan sebagaimana dimaksud sebelumnya, pada label pangan tertentu harus dicantumkan tulisan atau peringatan. a) Pangan olahan yang mengandung bahan berasal dari babi 1) Pangan olahan yang mengandung bahan tertentu yang berasal dari babi harus mencantumkan tanda khusus berupa tulisan MENGANDUNG BABI dan gambar babi berwarna merah dalam kotak berwarna merah di atas dasar putih, seperti contoh berikut : 2) Tulisan peringatan harus jelas terbaca dan proporsional terhadap luas permukaan label dengan ukuran paling sedikit 1,5 mm serta dicantumkan pada bagian yang paling mudah dilihat oleh konsumen. 3) Penulisan bahan pangan yang berasal dari babi harus diikuti dengan kata babi. Contoh : daging babi, gelatin babi, lemak babi 4) Bahan pangan yang mungkin berasal dari babi antara lain berupa gelatin, enzim, lemak, kolagen, kolostrum, ekstrak darah/marus, hemoglobin terhidrolisat, keratin, ekstrak rambut, plasenta, protein, ekstrak kelenjar timus (thymus extract), hidrolisat timus (thymus hydrolisate), ekstrak usus (stomach extract), bahan penyusun (asam stearat, asam palmitat, gliserol), minyak, ekstrak ginjal, lemak reroti (shortening), pengental, pengemulsi, pemantap, l-sistein, monogliserida, digliserida, trigliserida, nisin. e) Hal- Hal yang Dilarang Dicantumkan Pada Label Pangan Olahan Pernyataan, gambar atau keterangan yang dilarang dicantumkan pada Label meliputi : 1. Pernyataan atau keterangan yang tidak benar yaitu suatu keterangan yang isinya bertentangan dengan kenyataan sebenarnya atau tidak memuat keterangan yang diperlukan agar keterangan tersebut dapat memberikan gambaran atau kesan yang sebenarnya tentang pangan.2. Pernyataan atau keterangan yang menyesatkan yaitu pernyataan yang berkaitan dengan hal-hal seperti sifat, harga, bahan, mutu, komposisi, manfaat atau keamanan pangan yang meskipun benar dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan. 3. Pencantuman pernyataan bahwa pangan olahan mengandung suatu zat gizi lebih unggul daripada pangan olahan lain yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Pernyataan bahwa pangan olahan dapat menyehatkan. 5. Pernyataan atau keterangan dalam bentuk apapun bahwa pangan olahan yang bersangkutan dapat berfungsi sebagai obat. 6. Gambar tenaga kesehatan atau seolah-olah sebagai tenaga kesehatan. 7. Pernyataan bahwa pangan olahan dapat meningkatkan kecerdasan atau IQ. 8. Pernyataan keunggulan pada pangan olahan jika keunggulan tersebut tidak seluruhnya berasal dari pangan tersebut tetapi sebagian diberikan dari pangan lain yang dapat dikonsumsi bersama-sama. 9. Pernyataan yang memuat ketiadaan suatu komponen yang secara alami tidak ada dalam pangan olahan, kecuali ada data pendukung/standar umum pangan olahan yang mengandung komponen tersebut. 10. Pernyataan bebas bahan tertentu tetapi mengandung bahan tertentu tersebut baik tidak disengaja maupun sebagai bahan / senyawa ikutan. 11. Keterangan yang menyatakan pangan olahan bersifat tonik, hanya karena pangan tersebut mengandung alkohol, gula atau karbohidrat lain, protein, kafein, atau zat yang berasal dari hidrolisis protein atau turunan purin. Pencantuman kata tonik hanya dapat digunakan untuk anggur tonikum kinina. 12. Tulisan atau gambar seolah-olah pemanis buatan berasal dari alam. 13. Nama, logo atau identitas lembaga yang melakukan analisis tentang pangan olahan. 14. Menggunakan nama dan gambar tokoh yang telah menjadi milik umum, kecuali mendapat izin dari yang bersangkutan. 15. Mencantumkan nama tempat, negara, kota, provinsi, suku dan sejenisnya dalam bentuk apapun apabila tidak ada kaitannya dengan pangan olahan tersebut (antara lain nama jenis, asal bahan atau tempat produksi). 16. Pernyataan atau keterangan yang secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan/atau jasa pihak lain. 17. Pernyataan yang bersifat referensi, nasihat, peringatan atau pernyataan dari tenaga kesehatan atau seolah-olah sebagai tenaga kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan baik secara langsung atau tidak langsung. 18. Keterangan, tulisan atau gambar