Page 1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN.....................................................................................2
A. Mekanisme pecahnya batuan akibat peledakan....................................2
B. Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam merancang peledakan.....4
1. Peubah yang tidak dapat dikendalikan............................................4
a) Geologi...................................................................................4
b) Struktur Diskontinuitas..........................................................5
c) Sifat dan Kekuatan batuan.....................................................6
d) Pengaruh Air tanah................................................................7
e) Kondisi Cuaca........................................................................7
2. Peubah yang dapat dikendalikan.....................................................8
a) 2.2.2.1 Kemiringan Lubang Ledak........................................8
b) 2.2.2.2 Pola Pemboran..........................................................9
c) 2.2.2.3 Diameter Lubang Ledak............................................10
d) 2.2.2.4 Geometri Peledakan menurut Teori R.L.Ash.............12
e) 2.2.2.5 Geometri Peledakan menurut Teori C.J.Konya.........16
f) 2.2.2.6 Pola Peledakan..........................................................23
g) 2.2.2.7 Waktu Tunda...............................................................24
h) 2.2.2.8 Sifat Bahan Peledak...................................................26
i) 2.2.2.9 Pengisian Bahan Peledak...........................................29
C. Hasil Peledakan.....................................................................................30
1. Target Produksi................................................................................30
2. Tingkat Fragmentasi Batuan............................................................31
3. Efek Peledakan................................................................................33
a) Getaran Tanah.......................................................................33
b) Batu Terbang..........................................................................37
c) Ledakan Udara.......................................................................38
PENDAHULUAN
Salah satu metode pemberaian pada batuan adalah metode pemboran dan
peledakan. Metode pemboran dan peledakan bertujuan untuk menghancurkan,
Drilling and Blasting
Page 2
melepas ataupun membongkar batuan dari batuan induknya, untuk memenuhi
target produksi dan memindahkan batuan yang telah hancur menjadi tumpukan
material (muckpile) yang siap untuk dimuat ke dalam alat angkut.
Salah satu indikator untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan
pemboran dan peledakan adalah tingkat fragmentasi batuan yang dihasilkan dari
kegiatan pemboran dan peledakan tersebut. Diharapkan ukuran fragmentasi
batuan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pada kegiatan penambangan
selanjutnya. Fragmentasi batuan yang memerlukan pemecahan ulang dinyatakan
sebagai bongkah, sehingga diperlukan upaya pemecahan ulang agar batuan
tersebut bias digunakan.
Untuk dapat mencapai tujuan di atas, diperlukan kontrol dan pengawasan
terhadap faktor yang dapat mempengaruhi suatu operasi peledakan.
A. Mekanisme pecahnya batuan akibat peledakan
Pada prinsipnya, pecahnya batuan akibat energi peledakan dapat dibagi dalam
3 tahap, yaitu : dynamic loading, quasi-static loading, dan release of loading
(gambar 1).
1. Proses pemecahan batuan tingkat I (dynamic loading)
Pada saat bahan peledak diledakkan di dalam lubang ledak, maka terbentuk
temperatur dan tekanan yang tinggi. Hal ini mengakibatkan hancurnya batuan di
sekitar lubang ledak serta timbulnya gelombang kejut (shock wave) yang
merambat menjauhi lubang ledak dengan kecepatan antara 3000 – 5000 m/detik,
sehingga menimbulkan tegangan tangensial yang mengakibatkan adanya rekahan
menjari mengarah keluar di sekitar lubang ledak.
2 | D r i l l i n g & B l a s t i n g
Page 3
Gambar 1 : Proses pecahnya batuan akibat peledakan
2. Proses pemecahan batuan tingkat II (quasi-static loading)
Tekanan yang meninggalkan lubang ledak pada proses pemecahan tingkat II
adalah positif. Apabila shock wave mencapai bidang bebas (free face) akan
dipantulkan kemudian berubah menjadi negatif sehingga menimbulkan
gelombang tarik (tensile wave). Karena gelombang tarik ini lebih besar dari
kekuatan tarik batuan, maka batuan akan pecah dan terlepas dari batuan induknya
(spalling) yang dimulai dari tepi bidang bebasnya.
3 | D r i l l i n g & B l a s t i n g
Page 4
3. Proses pemecahan batuan tingkat III (release of loading)
Karena pengaruh tekanan dan temperatur gas yang tinggi maka retakan
menjari yang terjadi pada proses awal akan meluas secara cepat yang diakibatkan
oleh kekuatan gelombang tarik dan retakan menjari. Massa batuan yang ada di
depan lubang ledak akan terdorong oleh terlepasnya kekuatan gelombang tekan
yang tinggi dari dalam lubang ledak, sehingga pemecahan batuan yang sebenarnya
akan terjadi. Umumnya batuan akan pecah secara alamiah mengikuti bidang –
bidang yang lemah, seperti kekar dan bidang perlapisan.
B. Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam merancang peledakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan peledakan dapat dikelompokkan
dalam dua kategori yaitu peubah yang dapat dikendalikan (controllable variable)
dan tidak dapat dikendalikan (uncontrollable variable). (Gambar 2)
1. Peubah yang tidak dapat dikendalikan
Adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh kemampuan manusia,
hal ini disebabkan karena prosesnya terjadi secara alamiah. Yang termasuk faktor-
faktor ini adalah :
a) Geologi
Batuan yang menyusun kerak bumi dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
Proses terbentuknya suatu jenis batuan berbeda dengan jenis batuan lain.
Tiap-tiap tipe batuan tersusun dari mineral-mineral dalam berbagai
komposisi, ukuran, tekstur, dan struktur yang berlainan. Batuan yang
trsingkap dipermukaan bumi akan mengalami proses pelapukan dan proses
pelapukan untuk tiap-tiap batuan juga berbeda. Hal ini sangat berpengaruh
pada sifat fisik dan mekanik dari batuan. Batuan yang masih segar
umumnya mempunyai kekuatan yang lebih besar, dan akan berkurang
sejalan dengan proses pelapukan yang dialami.
4 | D r i l l i n g & B l a s t i n g
Page 5
Gambar 2 : Peubah Terkendali dan Tidak Terkendali Dalam Rancangan Peledakan
b) Struktur Diskontinuitas
Sejauh menyangkut penggalian, massa batuan dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu segar dan lapuk. Untuk batuan segar, sifat diskontinuitas
berperan penting, karena melalui zona diskontinuitas ini proses pelapukan
akan berlangsung secara intensif. Diskontinuitas ini dapat berupa kekar,
5 | D r i l l i n g & B l a s t i n g
Page 6
retakan, sesar, dan bidang bidang perlapisan. Kekar merupakan
rekahanrekahan dalam batuan yang terjadi karena tekanan atau tarikan
yang disebabkan oleh gaya-gaya yang bekerja dalam kerak bumi atau
pengurangan bahkan kehilangan tekanan dimana pergeseran dianggap
sama sekali tidak ada. Struktur kekar ini sangat penting diketahui dan
merupakan pertimbangan utama dalam operasi peledakan, dengan adanya
struktur kekar ini maka energi gelombang tekan dari bahan peledak akan
mengalami penurunan yang disebabkan adanya gas-gas hasil reaksi
peledakan yang menerobos melalui rekahan, sehingga mengakibatkan
penurunan daya tekan terhadap batuan yang akan diledakkan. Penurunan
daya tekan ini akan berdampak terhadap batuan yang diledakkan sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya bongkah pada batuan hasil peledakan
bahkan batuan hanya mengalami keretakan.
c) Sifat dan kekuatan batuan
Sifat batuan yang penting untuk dipertimbangkan dalam rangka
perbaikan fragmentasi hasil peledakan antara lain :
• Sifat fisik : bobot isi
Pada umumnya bobot isi batuan digunakan sebagai petunjuk kemudahan
batuan untuk dipecahkan dan dipindahkan. Untuk volume batuan yang
sama, batuan yang berat memerlukan energi yang lebis besar untuk
membongkarnya
• Sifat mekanik : cepat rambat gelombang, kuat tekan dan kuat tarik.
Kecepatan rambat gelombang tiap batuan berbeda. Batuan yang massif
mempunyai kecepatan perambatan gelombang yang tinggi, berkaitan
dengan hal tersebut, penggunaan bahan peledak yang mempunyai
kecepatan detonasi yang tinggi dapat memberikan hasil fragmentasi yang
baik. Kuat tekan dan kuat tarik juga dapat digunakan sebagai petunjuk
kemudahan batuan untuk dipecahkan. Batuan pada dasarnya lebih kuat
atau tahan terhadap tekanan dari pada tarikan, hal ini dicirikan oleh kuat
tekan batuan lebih besar dibandingkan dengan kuat tariknya.
6 | D r i l l i n g & B l a s t i n g
Page 7
d) Pengaruh air tanah
Kandungan air dalam jumlah yang cukup banyak dapat mempengaruhi
stabilitas kimia bahan peledak yang sudah diisikan kedalam lubang ledak.
Kerusakan sebagian isian bahan peledak dapat mengurangi kecepatan
reaksi bahan peledak sehingga akan mengurangi energi peledakan, atau
bahkan isian akan gagal meledak (misfire). Misalnya ANFO yang dapat
larut dalam air , tidak dapat digunakan untuk zona peledakan yang banyak
airnya. Untuk mengatasi pengaruh air, dapat menggunakan pompa untuk
mengeluarkan air tersebut dari lubang ledak kemudian membungkus bahan
peledak menggunakan plastik.. Penutupan pada lubang ledak pada saat
hujan juga merupakan salah satu cara mengurangi pengaruh air. Alternatif
lain dalam mengatasi adanya pengaruh air dalam lubang ledak adalah
dengan menggunakan bahan peledak yang tahan terhadap air atau dengan
kata lain bahan peledaka tersebut mempunyai ketahanan terhadap air
(water resistence) yang sangat baik., contohnya emulsi, watergel atau
slurries.
e) Kondisi cuaca
Kondisi cuaca mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan
pembongkaran batuan, hal ini berkaitan dengan jadwal waktu kerja efektif
rata–rata. Dalam suatu operasi peledakan, proses pengisian dan
penyambungan rangkaian lubang ledak dilakukan pada cuaca normal, dan
harus dihentikan ketika cuaca mendung (akan hujan) apalagi disertai kilat,
dan hal ini sangat membahayakan apabila mengunakan metode pelakan
listrik, karena kilatan dapat mengaktifasi aliran listrik, sehingga akan
terjadi peledakan prematur. Pada daerah tropik, semakin banyak hari hujan
berarti jumlah jam kerja efektif untuk operasi peledakan menjadi semakin
pendek. Semuanya itu demi kelancaran proses peledakan dan disamping
itu akan menjamin keamanan para pekerja.
2. Peubah yang dapat dikendalikan
7 | D r i l l i n g & B l a s t i n g
Page 8
Adalah faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh kemampuan manusia
dalam merancang suatu peledakan untuk memperoleh hasil peledakan yang
diharapkan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :
a) Kemiringan Lubang Ledak
Kemiringan lubang ledak secara teoritis ada dua, yaitu lubang ledak
tegak dan lubang ledak miring. Rancangan peledakan yang menerapkan
lubang ledak tegak, maka gelombang tekan yang dipantulkan oleh bidang
bebas lebih sempit, sehingga kehilangan gelombang tekan akan cukup
besar pada lantai jenjang bagian bawah, hal ini dapat menyebabkan
timbulnya tonjolan pada lantai jenjang. Sedangkan pada peledakan dengan
lubang ledak miring akan membentuk bidang bebas yang lebih luas,
sehingga akan mempermudah proses pecahnya batuan dan kehilangan
gelombang tekan pada lantai jenjang menjadi lebih kecil (Gambar 3).
Gambar 3: Pemboran dengan lubang ledak tegak dan lubang ledak miring
Keuntungan dan kerugian dari penggunaan kedua sistem tersebut
adalah sebagai berikut:
Keuntungan dari lubang ledak miring adalah:
• Fragmentasi dari tumpukan hasil peledakan yang dihasilkan lebih baik,
karena ukuran burden sepanjang lubang yang dihasilkan relative
seragam.
• Mengurangi kemungkinan missfire yang disebabkan oleh cut off dari
pergerakan burden.
8 | D r i l l i n g & B l a s t i n g
Page 9
• Dinding jenjang dan lantai jenjang yang dihasilkan relatif lebih rata.
• Mengurangi terjadinya pecah berlebihan pada batas baris lubang ledak
bagian belakang (back break)
• Powder factor lebih rendah, ketika gelombang kejut yang dipantulkan
untuk menghancurkan batuan pada lantai jenjang lebih efisisen.
• Produktifitas alat muat tinggi karena tumpukan hasil peledakan
(muckpile) lebih rendah dan seragam.
Kerugian dari lubang ledak miring adalah sebagai berikut:
• Kesulitan dalam penempatan sudut kemiringan yang sama antar lubang
ledak serta dibutuhkan lebih banyak ketelitian dalam pembuatan lubang
ledak.
• Mengalami kesulitan dalam pengisian bahan peledak.
• Pada pemboran lubang ledak dalam, sudut deviasi yang dibentuk akan
semakin besar.
Keuntungan lubang ledak tegak adalah sebagai berikut :
• Pemboran dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih akurat
• Untuk tinggi jenjang sama lubang ledak akan lebih pendek jika
dibanding dengan lubang ledak miring.
Kerugian lubang ledak tegak adalah sebagai berikut:
• Kemungkinan timbulnya tonjolan pada lantai jenjang (toe) besar
• Kemungkinan timbulnya retakan ke belakang jenjang (back break) dan
getaran tanah lebih besar.
• Lebih banyak menghasilkan bongkah pada daerah di sekitar stemming.
b) Pola Pemboran
Pola pemboran merupakan suatu pola dalam pemboran untuk
menempatkan lubang – lubang ledak secara sistematis. Pola pemboran ada
2 macam, yaitu : Pola pemboran sejajar (parallel pattern) dan Pola
pemboran selang – seling (staggered pattern) Pola pemboran sejajar
adalah pola pemboran dengan penempatan lubang ledak dengan baris
(row) yang berurutan dan sejajar dengan burden. Sedangkan pola
pemboran selang – seling merupakan pola pemboran yang penempatan
lubang – lubang ledaknya selang – seling setiap kolomnya (gambar 4)
9 | D r i l l i n g & B l a s t i n g
Page 10
Gambar 4 : Pola pemboran
Pada kondisi di lapangan, pola pemboran sejajar lebih mudah dalam
pembuatan dan pengaturannya, namun fragmentasi yang dihasilkan kurang
seragam, sedangkan untuk pola pemboran selang – seling fragmentasi
yang dihasilkan lebih seragam walaupun lebih sulit dalam pengaturan di
lapangan. Menurut hasil penelitian pada peledakan batuan yang kompak
dan homogen, menunjukkan bahwa produktivitas dan tingkat fragmentasi
hasil peledakan menggunakan pola pemboran selang – seling lebih baik
dibandingkan dengan pola pemboran sejajar. Hal ini disebabkan karena
pada pola pemboran selang – seling, energi yang dihasilkan terdistribusi
lebih optimal dalam batuan.
c) Diameter Lubang Ledak
Pemilihan diameter lubang ledak tergantung pada tingkat produksi
yang diinginkan. Pemilihan ukuran lubang ledak secara tepat sangat
penting untuk memperoleh hasil fragmentasi secara maksimal dengan
biaya rendah. Diameter lubang ledak berpengaruh pada penentuan jarak
burden dan jumlah bahan peledak yang digunakan pada setiap lubangnya
(Gambar 5)
10 | D r i l l i n g & B l a s t i n g