MODUL SPONDILOLISTESIS 1. Definisi Spondilolistesis adalah perpindahan relatif ke arah anterior atau posterior satu vertebra terhadap yang lain. 2. Waktu TAHAP I TAHAP II TAHAP III S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 PROGRAM MAGISTER ( Beban dihitung dengan SKS ) >=40SKS Program Magister Tesis Program Profesi Bedah Pogram Bedah Dasar Program Bedah Saraf PROGRAM KEPROFESIAN( Beban dihitung berdasarkan Kompetensi ) GOLONGAN PENYAKIT & KONGENITAL ICD 10 - Bab XVII KRANIAL SPINAL INEKSI ICD 10 - Bab I NEOPLASMA ICD 10 - Bab II Kranium Supratentorial Infratentorial Spinal Saraf Tepi TRAUMA ICD 10 - Bab XIX Kranial Spinal Saraf Tepi DEGENERASI ICD 10 - Bab VI & XIII Spinal Saraf Tepi VASKULER ICD 10 - Bab IX Intrakranial Spinal FUNGSIONAL ICD 10 - Bab VI & XXI Pendidikan spesialisasi bedah saraf terdiri dari 3 tahap, yaitu : 1. Tahap Pengayaan (tahap I): a. Lama pendidikan 2 semester, yaitu semester 4 s/d 5. Peserta didik diberi ilmu-ilmu dasar maupun bedah saraf dasar. Dalam tahap ini dapat dipergunakan untuk mengambil program magister. b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen I, yaitu di akhir masa pendidikan tahap I residen baru mencapai Kompetensi tingkat I. Residen sudah harus mengenal kelainan bedah saraf, khususnya semua jenis trauma dan 10 jenis kasus penyakit terbanyak. 2. Tahap Magang (tahap II) :
12
Embed
MODUL SPONDILOLISTESIS - · PDF file1. Mampu menerangkan insidensi, patogenesis, dan sitogenesis penyakit spondilolistesis. 2. Mengetahui neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MODULSPONDILOLISTESIS
1. DefinisiSpondilolistesis adalah perpindahan relatif ke arah anterior atau posterior satuvertebra terhadap yang lain.
2. WaktuTAHAP I TAHAP II TAHAP III
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11PROGRAM MAGISTER ( Beban dihitung dengan SKS)
>=40SKSProgram MagisterNeurologiTesisProgram Profesi BedahSarafPogram Bedah Dasar
Program Bedah SarafDasarPROGRAM KEPROFESIAN( Beban dihitung berdasarkan Kompetensi )
GOLONGAN PENYAKIT &LOKALISASIKONGENITAL
ICD 10 - Bab XVIIKRANIAL
SPINALINEKSI
ICD 10 - Bab I
NEOPLASMAICD 10 - Bab II
Kranium
Supratentorial
Infratentorial
SpinalSaraf Tepi
TRAUMAICD 10 - Bab XIX
Kranial
SpinalSaraf Tepi
DEGENERASIICD 10 - Bab VI & XIII
SpinalSaraf Tepi
VASKULERICD 10 - Bab IX
IntrakranialSpinal
FUNGSIONALICD 10 - Bab VI & XXI
Pendidikan spesialisasi bedah saraf terdiri dari 3 tahap, yaitu :1. Tahap Pengayaan (tahap I):
a. Lama pendidikan 2 semester, yaitu semester 4 s/d 5. Peserta didik diberiilmu-ilmu dasar maupun bedah saraf dasar. Dalam tahap ini dapatdipergunakan untuk mengambil program magister.
b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen I, yaitu di akhir masapendidikan tahap I residen baru mencapai Kompetensi tingkat I. Residensudah harus mengenal kelainan bedah saraf, khususnya semua jenistrauma dan 10 jenis kasus penyakit terbanyak.
2. Tahap Magang (tahap II) :
a. Lama pendidikan 4 semester, yaitu dari semester 6 s/d 9. Peserta didikmulai dilatih melakukan tindakan bedah saraf.
b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen II, yaitu di ahir masapendidikan tahap II residen telah mencapai Kompetensi tingkat II.Residen sudah harus mampu menangani secara mandiri kasus-kasusgawat darurat bedah saraf, serta mampu mengenal dan merujuk denganbenar kasus-kasus bedah saraf non-emergensi. Minimal 3 operasi.
3. Tahap Mandiri (tahap III) :a. Lama pendidikan 2semester, yaitu dari semester 10 s/d 11. Peserta didik
menyelesaikan pendidikan sampai kompetensi bedah saraf dasar.b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen III, yaitu di ahir masa
pendidikan tahap III residen telah mencapai kompetensi tingkat III.Residen sudah harus mampu menangani kasus gawat darurat bedahsaraf maupun kasus-kasus bedah saraf yang tergolong kompetensibedah saraf dasar. Minimal 1 operasi.
Kompetensi bedah saraf dasar :1. Semua jenis penyakit yang diajarkan dalam masa pendidikan sampai
mencapai tingkat mandiri (residen boleh mengerjakan operasi sendiri,dengan tetap dalam pengawasan konsulen)
2. Tehnik operasi yang diajarkan sebagai target ahir pendidikan adalahterbatas pada tindakan operasi konvensional yang termasuk dalam IndeksKesulitan 1 dan 2; tehnik operasi sulit yang membutuhkan kemampuanmotoris lebih tinggi dan/ataupun membutuhkan alat-alat operasi canggih,termasuk dalam Indeks Kesulitan 3 dan 4, diajarkan hanya maksimal sampaitingkat magang. Tindakan operasi dalam kelompok ini merupakan kelanjutanpendidikan yang masuk dalam CPD.
JENIS PENYAKIT ICD10
TAHAP I TAHAP II TAHAP III IK
1IK2
IK3
IK4
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 G M G M G PDegeneratif . . .
Spinal . . .
Degenerasi diskus intervertebral M 51 . . .
Lumbal M51.9 5 5Servikal M 50.9 . . . 4
Spondilolistesis 3 1Kanal Stenosis 2 3
Saraf Perifer . . .
Entrapment syndrome 2 3KETERANGAN
Tingkat Pengayaan, dalam periode ini Tingkat Kognitif harus dapat mencapai 6 (K6)Tingkap Magang, dalam periode ini disamping K6, Psikhomotor harus mencapai 2 (P2) dan Afektif mencapai 3(A3)Tingkat Mandiri semua Kategori Bloom harus mencapai maksimal, K6, P5, A5
S : Semester G : Magang M : Mandiri K : Kognitif : A : Afektif P : Psikhomotor
3. Tujuan UmumSetelah menyelesaikan modul spondilolistesis peserta didik diharapkan mampumengenali penyakit spondilolistesis, mampu mengobati penyakit spondilolistesisyang diajarkan sampai level mandiri serta mampu mengatasi kegawatan akutpenyakit spondilolistesis.
4. Tujuan Khusus
1. Mampu menerangkan insidensi, patogenesis, dan sitogenesis penyakitspondilolistesis.
2. Mengetahui neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf danpembungkusnya.
3. Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan(neuroradiologi, patologi dan patofisiologi dalam menegakkan penyakitspondilolistesis).
4. Mengetahui pengobatan berbagai jenis penyakit spondilolistesis.5. Mampu menentukan perubahan neurofisiologi karena
penyakitspondilolistesis.6. Mampu menentukan lokasi penyakit spondilolistesis.7. Mampu melakukan pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan
diagnosa penyakit spondilolistesis.8. Mampu mengetahui diagnosa banding penyakit spondilolistesis.9. Mampu melakukan pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam
menegakkan penyakit spondilolistesis).10. Mampu melakukan pengobatan medikamentosa penyakit spondilolistesis.11. Mampu melakukan tindakan operasi pada penyakit spondilolistesis.12. Mampu mengatasi tindakan pertolongan pertama pada spondilolistesis.13. Mengenali penyulit tindakan bedah pada penyakit spondilolistesis.14. Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan.
5. Strategi dan Metoda Pembelajaran
a Pengajaran dan kuliah pengantar kuliah tatap muka 50 menit
b Tinjauan pustaka
Presentasi ilmu dasar 1x telaah kepustakaan
Presentasi kasus 1x
b Diskusi kelompok 2x50 menit, Diskusi menyangkutdiagnosis, operasi dan penyulit
d Bedside teaching 6x ronde ruangan
e Bimbingan operasi
Operasi magang Minimal 3 kasus untuk selanjutnyainstruksi/evaluasi post operasi
Operasi mandiriMinimal 1 kasus sebelum dapatmaju ke ujian kompetensi akhirtingkat nasional
6. Persiapan Sesi1. Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam
mencapai kompetensi, mencakup:a. Insidensi, patogenesis, dan sitogenesis penyakit spondilolistesis.b. Neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan pembungkusnya.c. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan
(neuroradiologi, patologi dan patofisiologi dalam menegakkan penyakitspondilolistesis).
d. Pengobatan berbagai jenis penyakit spondilolistesis.e. Perubahan neurofisiologi karena penyakit spondilolistesis.
f. Lokasi penyakit spondilolistesis.g. Pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa penyakit
spondilolistesis.h. Diagnosa banding penyakit spondilolistesis.i. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan penyakit
spondilolistesis.j. Pengobatan medikamentosa penyakit spondilolistesis.k. Tindakan operasi pada penyakit spondilolistesis.l. Tindakan pertolongan pertama pada penyakit spondilolistesis.m. Penyulit tindakan bedah pada penyakit spondilolistesis.n. Tindak lanjut yang diperlukan
2. Audio visual3. Lampu baca x ray
7. Referensi1. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo M, et
all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1st ed. 20042. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd Ed. 19963. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mosby.
Mampu menerangkan insidensi, patogenesis, dansitogenesis penyakit spondilolistesis. 6
bMengetahui neuroanatomi, dan neurofisiologisusunan sarafdan pembungkusnya. 6
cMengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis maupunpemeriksaan tambahan (neuroradiologi, patologi danpatofisiologi dalam menegakkan penyakit spondilolistesis.
6
d Mengetahui pengobatan berbagai jenis penyakitspondilolistesis. 6
e Mampu menentukan perubahan neurofisiologi karenapenyakit spondilolistesis. 6 5 5
f Mampu menentukan lokasi penyakit spondilolistesis. 6 5 5
g Mampu melakukan pemeriksaan klinis neurologik untukmenegakkan diagnosa penyakit spondilolistesis. 6 5 5
h Mampu mengetahui diagnosa banding penyakitspondilolistesis. 6 5 5
i Mampu melakukan pemeriksaan tambahan (neuroradiologi)dalam menegakkan penyakit spondilolistesis. 6 5 5
j Mampu melakukan pengobatan medikamentosa penyakitspondilolistesis. 6 5 5
k Mampu melakukan tindakan operasi pada penyakitspondilolistesis. 6 5 5
l Mampu mengatasi tindakan pertolongan pertama padapenyakit spondilolistesis. 6 5 5
m Mengenali penyulit tindakan bedah pada penyakitspondilolistesis. 6 5 5
n Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan 6 5 5
9. Gambaran UmumSpondilolistesis adalah perpindahan relatif ke arah anterior atau posterior satuvertebra terhadap yang lain. Gejala dan tanda dapat berupa lordosis (swayback),nyeri di punggung bawah, paha dan pantat, kekakuan, ketegangan otot, dan nyeridi daerah yang terkena.Tekanan pada akar saraf dapat menyebabkan perubahansensasi dan rasa sakit menjalar ke kaki.Tatalaksana biasanya cukup denganterapi fisik. Bila diperlukan dapat disokong dengan alat back braces dan ortotik.Pembedahan merupakan jalan terakhir.
10. Contoh Kasus
11. Tujuan PembelajaranProses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untukalih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaiankompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali danmenatalaksana kelainan spondilolistesis.
12. Metoda• Metoda Pembelajaran
1. Tinjauan Pustaka2. Diskusi Kelompok3. Bed side teaching4. Tindakan Operasi Mandiri
a. Peserta didik harus erlebih dahulu melakukan asistensi operasi(magang) sampai mencapai jumlah yang ditentukan, dan kemudianmelakukan instruksi pada spesialis pembimbing. Setelah dinyatakanlulus instruksi, baru diijinkan melakukan operasi mandiri.
b. Operasi mandiri oleh asisten harus selalu ada spesialis supervisoryang akan menilai keseluruhan aspek yang harus dilakukan olehasisten terhadap pasien secara mandiri.
c. Residen yang memiliki level tertinggi dalam suatu operasi harusmembuat laporan operasi dengan berpedoman pada daftar tilik,
selanjutnya konsulen/supervisor operasi ini akan memeriksa laporanoperasi sesuai daftar tilik dan memberi nilai berdasarkan kelengkapanyang ditetapkan daam daftar tilik.
• Metoda Diagnostik1. Pemeriksaan klinis neurologik2. Alat bantu diagnostik
a. Pemeriksaan X ray,b. EMG / EEGc. Alat neuroradiologi lain : CT Scan, MRI
3. Metoda diagnostik yang diajarkan mencakup metode diagnostikkonvensional sesuai ketersediaannya di daerah perifer, tidak semata-mata berorientasi pada alat-alat dianostik canggih.
13. RangkumanSpondilolistesis adalah perpindahan relatif ke arah anterior atau posterior satuvertebra terhadap yang lain. Gejala dan tanda dapat berupa lordosis(swayback), nyeri di punggung bawah, paha dan pantat, kekakuan, keteganganotot, dan nyeri di daerah yang terkena.Tekanan pada akar saraf dapatmenyebabkan perubahan sensasi dan rasa sakit menjalar ke kaki.Tatalaksanabiasanya cukup dengan terapi fisik. Bila diperlukan dapat disokong dengan alatback braces dan ortotik. Pembedahan merupakan jalan terakhir.
14. Evaluasi• Organisasi Evaluasi
1. Evaluasi dilaksanakan di IPDS Bedah Saraf2. Evaluasi dilakukan minimal oleh Pembimbing di IPDS Bedah Saraf3. Evaluasi untuk peserta PPDS Bedah Saraf dilakukan sbb
a. Untuk penguasaan ilmu dasar (pengayaan) dilakukan pada ahir setiapsemester
b. Kemampuan menegakkan diagnosac. Untuk penguasaan kasus dan teknis operasi dilakukan pada setiap
akan dilakukan tindakan / operasi.4. Untuk dokter spesialis bedah lain yang akan mengambil modul-modul
bedah saraf tertentu untuk kepentingan penigkatan kompetensi dalamprogram CPD, waktu disesuaikan pada kodisi yang ada dari modul ini,dengan evaluasi dan tahap penguasaan materi yang dievaluasi samaketentuan yang berlaku.
• Tahap Evaluasi5. Evaluasi tahap pengayaan dilakukan setelah peseta didik menyelesaikan
aspek kognitif di tahap pengayaan.6. Evaluasi tahap magang dilakukan setelah peserta didik melakukan
sejumlah tindakan operasi Sebagai Asisten I sebagai prasyarat evaluasisesuai dengan jenis penyakit pada submodul
7. Evaluasi tahap mandiri dilakukan setelah peserta didik melakukansejumlah tindakan operasi mandiri sebagai prasyarat evaluasi sesuaidengan jenis penyakit pada submodul
• Metode dan Materi Evaluasi1. Ujian Tulis dan Lisan2. Kemampuan menegakkan diagnosa di poliklinik maupun ruang rawat3. Penilaian kemampuan melakukan tindakan4. Penilaian kemampuan penanganan penderita secara menyeluruh
• Hasil Penilaian IPDS1. Penyelesaian modul harus dapat dicapai dalam kurun waktu yang telah
ditetapkan2. Penilaian disesuaikan dengan kompetensi akhir yang harus dicapai pada
setiap sub modul ( pengayaan, magang, mandiri )3. Kegagalan dalam 1 aspek harus diulang dalam masa selama stase di
Bagian/Departemen Badah Saraf.
15. Instrumen PenilaianInstrumen penilaian dari setiap kegiatan berupa evaluasi yang dilakukan pada
setiap tahap pendidikan, intrumen yang dipakai adalah :
16. Penuntun Belajar1. Kisi-kisi materi dan buku referensi2. Kisi-kisi materi kelainan spondilolistesis. :
a. Insidensi, patogenesis, dan sitogenesis penyakit spondilolistesis.b. Neuroanatomi, dan neurofisiologisusunan saraf dan pembungkusnya.c. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan
(neuroradiologi, patologi dan patofisiologi dalam menegakkan penyakitspondilolistesis).
d. Pengobatan berbagai jenis penyakit spondilolistesis.e. Perubahan neurofisiologi karena penyakit spondilolistesis.f. Lokasi penyakit spondilolistesis.g. Pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa penyakit
spondilolistesis.h. Diagnosa banding penyakit spondilolistesis.i. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan penyakit
spondilolistesis.j. Pengobatan medikamentosa penyakit spondilolistesis.k. Tindakan operasi pada penyakit spondilolistesis.l. Tindakan pertolongan pertama pada penyakit spondilolistesis.m. Penyulit tindakan bedah pada penyakit spondilolistesis.n. Tindak lanjut yang diperlukan
Menentukan indikasi bedah saraf (pliklinik)1 Uraian tentang keluhan / gejala utama
2 Cara datang (sendiri / rujukan)
3 Kelengkapan riwayat penyakit
* Alasan pertama kali (bila pernah berobat) dan sekarangmembawa ke dokter
* Pengobatan dan tindakan yang pernah diberikan(tempat,waktu, oleh, siapa), serta hasilnya
4 Deskripsi keadaan kulit
* Daerah yang akan dioperasi
* Bekas luka operasi (bila pernah operasi)dan lokalisasi
5 Deskripsi kelainan saraf yang dijumpai
6 Pemeriksaan penunjang
* X-Ray, CT scan, MRI
* Laboratorium darah
7 Hasil konsultasi persiapan operasi
8 Catatan status gizi
9 Obat-obatan yang masih diberikan
10 Inform consent
* Kelainan yang dijumpai
* Apa yang dilakukan, lama perawatan, biaya yang dibutuhkan
* Peraturan rumah sakit untuk pasien maupun keluarga /penunggu
* Prognose penyakit dan apa yang perlu dilakukan setelahpulang
11 Surat pengantar rawat inap
* Lampiran daftar tilik
* Instruksi untuk perawat
* Nama konsulen dan asisten
Admission1 Kelengkapan administrasi
2 Kelengkapan dokumen sesuai daftar tilik poliklinik
* Status poliklinik
* Hasil pemeriksaan neuroradiologi
* Hasil pemeriksaan laboratorium
* Hasil konsultasi persiapan operasi
3 Buat status Medical Record
4 Cek ulang hasil pemeriksaan di poliklinik
* Riwayat penyakit
* Deskripsi keadaan kulit
* Hasil pemeriksaan klinis neurologis
* Status gizi
5 Buat rencana perawatan
* Instruksi perawatan dan pengobatan
Persiapan Operasi1 Assesment rencana tindakan, operator dan asisten
2 Persiapan alat
3 Konsul toleransi operasi
4 Buat daftar operasi
Pra Bedah1 Konsul anestesi
2 Asisten lapor pada operator
3 Persiapan menjelang operasi
* Pasang infus
* Cuci daerah yang akan dioperasi dengan sabun
* Puasa
* Klisma menjelang ke kamar operasi
* Cek kelengkapan status
* Cek dokumen pendukung
Kamar operasi1 Dokumen yang disertakan bersama pasien
2 Keadaan pasien
* Terpasang infus
* Persiapan pasien
3 Dilakukan narkose umum
4 Dipasang kateter
5 Posisi pasien diatur sesuai standar
6 Dipasang blanket pemanas
7 Persiapan daerah operasi
* Cuci ulang dengan sabun
* Dibuat marking
* Tindakan a/antiseptik
* Dilakukan penyuntikan anestesi lokal
8 Persiapan alat
Tindakan operasi1 Pemasangan neuronavigasi
2 Insisi mediana menembus kutis subkutis
3 Otot-otot paravertebra dissiihkan
4 Dengan jarum steril ditusukkan ke ligamentum interspinosum
5 C-arm intraoperatif
6 Setelah letak kelainan dipastikan, operasi dilanjutkan
7 Dilakukan laminektomi sesuai dengan level kelainan
8 Dilakukan flavektomi dan disektomi secara mikrospkopis
9 Luka operasi ditutup lapis demi lapis
10 Dressing luka
11 Jumlah perdarahan tercatat
12 Jumlah urin tercatat
13 Jumlah kasa yang dipakai tercatat
14 Jumlah dan jenis instrumen sesuai prosedur dicatat
15 Keadaan pasien pasca bedah dievaluasi
Pasca Bedah1 Dokumentasi
* Status dan hasil pemeriksaan penunjang dari OK diterimalengkap
* Laporan operasi
* Laporan anestesi
2 Catatan perawatan
* Pemantauan luka operasi
* Pemantauan efek samping
* Pemantauan KU rutin
* Catatan pengobatan
Pemulangan1 Catatan keadaan pasien
2 Inform consent pada yang merawat
3 Jadwal kontrol dan konsultasi
4 Kelengkapan status dan diagnosa
5 Catatan administrasi & keuangan
18. Materi Baku
DefinisiSpondilolistesis adalah perpindahan relatif ke arah anterior atau posterior satuvertebra terhadap yang lain. Spondilolistesis dapat terjadi congenital atau didapat.
EpidemiologiSpondillistesis degeneratif biasanya dialami oleh lanjut usia dan jarangmengenai usia dibawah 40 tahun. Kelainan ini biasanya mengenai perempuan5 kali lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Faktor resikoFactor resiko terjadinya spondilolistesis antara lain anatomi tulang belakang,hormonal dan kehamilan.
Gejala klinikGejala klinis yang dapat ditimbulkan akibat spondilolistesis hampir samadengan stenosis spinal. Kelainan ini dapat bersifat asimtomatik atausimtomatik dengan gejala utama adalah low back pain atau leg pain. Nyeri iniakan memberat jika bahu diekstensikan.
Nyeri tungkai/ leg pain dapat bersifat radikuler atau nyeri rujuk dengan polaklaudikasio yang disebut dengan neurogenik klaudikasio yang harusdibedakan dari klaudikasio vascular.
DiagnosisDiagnosis dapat ditegakan dengan pemeriksaan klinis dan penunjang.Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah radiologi berupa fotopolos, CT Scan atau MRI spinal.
TatalaksanaTatalaksana spondilolistesis adalah dengan follow up jangka panjang jikabelum menimbulkan gejala. Jika sudah menimbulkan gejala dapat dilakukandekompresi dengan atau tanpa fusi.
19. Algoritme
20. Kepustakaan1. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo M, et
all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1st ed. 20042. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd Ed. 19963. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mosby.