-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
MODUL PRAKTIKUM SISTEM
PENGENDALIAN OTOMATIK
2015/2016
DISUSUN OLEH :
ASISTEN LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI DAN KONTROL
TEKNIK FISIKA ITS
JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
MODUL P1
PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER
I. Tujuan Praktikum : 1. Praktikan diharapkan dapat emahami
dasar-dasar dan pemrograman PLC 2. Praktikan diharapkan dapat
memahamai Bahasa pemrograman PLC
II. Dasar Teori ;
Pada dasarnya Programmable Logic Controller (PLC) itu merupakan
suatu peralatan
elektronika yang berbasis mikroprocessor, yang dirancang khusus
untuk menggantikan
kinerja peralatan peralatan elektronik seperti counter, relay
elektronik, timer dalam suatu proses pengendalian (controller).
PLC mempunyai kelebihan yang kemungkinan tidak dimiliki oleh
peralatan kontrol
konvensional yaitu bahwa PLC dapat bekerja pada industri dengan
kondisi yang cukup berat,
dengan tingkat polusi tinggi, fluktuasi temperatur antara 0
sampai 60 dan kelembaban
relatif antara 0% sampai 95%. Dibandingkan dengan sistem kendali
konvensional, PLC
mempunyai kelebihan antara lain :
a. Bekerja handal dan aman, serta fleksible. b. Hemat dalam
jumlah pengawatan. c. Pemrogramannya sederhana dan mudah dirancang
dalam bahasa atau instruksi yang
mudah dimengerti.
d. Pemasangan atau instalasinya mudah.
PLC dapat digunakan untuk mengendalikan peralatan-peralatan,
mesin-mesin pada
proses produksi diberbagai industri logam, perusahaan perakitan,
industri semen, industri
otomotif, pengolahan dikilang minyak, industri makanan dan
minuman serta masih banyak di
bidang industri lain
PLC (Programmable Logic Controller) adalah sebuah alat
instrument yang mempunyai
kemampuan menyimpan instruksi-instruksi yang berfungsi sebagai
kendali atau
melaksanakan fungsi suatu perintah kerja yang sekuensial,
perhitungan aritmatik, pemrosesan
numerik, sarana komunikasi dari suatu proses yang jenis input
atau outputnya berupa sinyal
logic on-off. PLC merupakan sistem operasi elektronik digital
yang dirancang untuk
keperluan lingkungan industri, PLC digunakan untuk menggantukan
fungsi relay-relay yang
banyak digunakan.
Gambar 3.1 Kontrol Proses Closed Loop di Industri
PLC menerima sinyal input dari perlatan sensor berupa sinyal on
off. Apabila input
berupa sinyal analog, maka dibutuhkan input analog modul yang
menkonversikan sinyal
AKTUATOR
SENSOR
LOGIC
CONTROLLER DISPLAY PLANT
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
analog menjadi sinyal digital. Sinyal tersebut langsung dikirim
ke cental Central Processing
Unit (CPU) untuk diproses sesuai program yang dibuat. Hasil
pemrosesan berupa sinyal
keluaran digital yang dikirim ke modul output untuk menjalankan
aktuator.
Pabrikan yang membuat produk PLC diantaranya Allan Bradley,
Omron, Mitshubishi,
General Electric-Klocker Moler, Festo, Texas Instrument,
Siemens, Toshiba, dan Scheneider.
PLC yang dipakai dalam praktikum kali ini adalah PLC Siemens
S7-200 dan Allen Bradley
(logixpro).
Gambar 3.2 Diagram Block PLC
3.1 Dasar Pemroraman PLC Kontrol program adalah komponen utama
dalam sistem yang bekerja secara otomatis.
Kontrol program harus didesain secara sistematis, terstruktur
dengan baik dan harus
terdokumentasi agar bebas dari kesalahan, pemeliharaan mudah,
dan efektif dalam biaya.
Untuk memrogram PLC dapat digunakan prosedur berikut untuk
menyelesaikan
permasalahan mengenai kontrol. Langkah-langkah dalam membuat
program sebagai berikut :
a. Identifikasi Masalah Definisi permasalahan untuk menjabarkan
problem kontrol dalam bentuk detail.
Informasi yang diperlukan yaitu skema posisi, skema sekuensial,
dan table kebenaran
untuk menerangkan hubungan I/O.
b. Allocation List Allocation list berisi kondisi-kondisi
program atau alamat yang dipakai oleh keluaran
atau masukan.
c. Pembuatan Program Terdapat dua cara untuk membuat program,
yaitu dengan menggunakan ladder
diagram atau statement list.
Berikut beberapa contoh program dasar PLC Allen Bradley
(software logixpro) dengan
menggunakan ladder diagram.
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Logika AND, OR, dan NOT
Gambar 3.3 AND, OR, NOT
TON (Timer On Delay) dan TOF (Timer Off Delay)
Gambar 3.4 TON dan TOF
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Counter Up/Down
Gambar 3.5 Counter
3.2 Prosedur Percobaan
Alat dan Bahan 1. Modul PLC Siemens S7-200 2. Kabel Downlader
MPI 3. Modul Mixing tank 4. PC yang terinstall Step 7 Micro
Langkah Percobaan 1. Siapkan alat dan bahan. 2. Wiring dan
tentukan I/O Mixing tank ke input dan output PLC Siemens
S7-200.
Tabel 3.1 Input dan Output PCT 17 to PLC Siemens S7-200
Modul Mixing Tank I/O PLC Siemens S7-200
Sensor 3 (bawah)
Sensor 2 (tengah)
Sensor 1 (atas)
Pompa 1
Pompa 2
Mixer
Indikator Pompa 1
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Indikator Mixer
Indikator Pompa 2
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
MODUL P2
Simulasi Pengendalian Suhu Pada PCT 13 Dengan LABVIEW 2012
I. Tujuan:
1. Praktikan dapat mengetahui konfigurasi hardware National
Instrument Field Point yang digunakan untuk mengendalikan besarnya
suhu pada PCT 13.
2. Praktikan dapat mengetahui cara pemrogramman Labview 2012. 3.
Praktikan dapat mengetahui peran mode Kontrol PID secara Real
Time.
II. Dasar teori :
Pada modul praktium ini praktikan akan mengendalikan suhu Aliran
fluida dengan
menggunakan software LABVIEW 2012 yang terintergrasi dengan
hardware National
Instrument Field Point yang digunakan sebagai interface antara
LABVIEW 2012 dengan
plant yang akan dikendalikan yaitu PCT 13. Diagram block dari
sistem pengendalian laju
aliran (flow) dengan menggunakan LABVIEW 2012 dapat dilihat pada
dibawah ini:
Gambar 1. blok diagram sistem pengendalian suhu
untuk konfigurasi antara hardware field point, LABVIEW 2012, dan
modul Flow
Control
LABVIEW 2012
Labview adalah sebuah software pemrograman buatan national
instrument dengan
konsep yang berbeda seperti bahasa pemrograman lainnya yaitu:
C++, Matlab, atau visual
basic, tetapi mempunyai fungi yang sama. Bahasa pemrograman
labview berbasis pada grafis
atau blok diagram sementara yang lain menggunakan basis text.
Labview bekerja mempunyai
dua bagian yaitu: front panel digunakan sebagai user interface
yang akan mensimulasikan
panel untuk instrument dan block diagram digunakan sebagai
source code dibuat dan
berfungsi sebagai instruksi untuk front panel.
Gambar 2. front panel dan block diagram
LABVIEW PCT 13
Pompa
T ref T out
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Menu bar pada front panel labview.
run
Gambar 3. menu bar pada front panel
fungsi dari masing-masing bagian adalah:
1. Run : mengeksekusi VI sampai process selesai 2. Run
continuously : mengeksekusi VI secara kontinu, setelah satu proses
selesai maka
VI kembali dieksekusi sampai abort ditekan.
3. Abort : menghentikan eksekusi. 4. Pause : menghentikan
eksekusi sementara 5. Highlight : melihat alur dari jalan program
secara berlahan pada front panel. 6. Start single stepping:
mengeksekusi VI per step 7. Align object : mengatur tampilan obejk
8. Distribute objek : mengatur tampilan beberapa objek 9. Recorder
: mengatur tampilan beberapa objek yang saling bertumpukan 10. Icon
: gambar yang ditampilkan VI tersebut bila dijadikan sub VI
Tool Pallete
Dalam membuat suatu VI ada beberapa tools yang harus dipakai dan
masing mempunyai
kegunaannya:
Gambar 4. Tool pallete
1. Operate value: mengubah nilai parameter dari suatu objek 2.
Connect wire : menghubungkan beberapa objek dengan kabel 3.
Set/clear breakpoint : membuat atau menghilangkan sebuah breakpoint
4. Probe data : membuat sebuah probe yang berfungsi untuk
monitoring data 5. Object Pop Up: menu yang berhubungkan dengan
objek tersebut tersebut atau
memunculkan daftar objek
6. Position /size/select: memindahkan, mengubahkan ukuran atau
memilih suatu objek
7. Edit text : mengedit atau membuat tulisan. 8. Scroll window :
memindahkan sudut pandangan pada layar
recorde
r
Start single stepping
abort Align object Run continues
highlight pause
icon
Distribute object
6
5
4
7
1
2
9
8
3
10
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
9. Get color : mengambil sampel warna 10. Set color : mengubah
warna dan suatu objek.
Control palette
Dalam pemrograman berbasis grafis, hal yang perlu dilakukan
untuk membuat
suata program adalah menaruh beberapa fungsi dan kemudian
menghubungkan
dengan kabel pada bagian diagram. Fungsi-fungsi tersebut
terletak pada control
palette. Banyak fungsi yang terletak dalam control palette
bervariasi tergantung pada
seberapa lengkap LABVIEW yang diinstall. Pada praktikum ini
menggunakan control
& simulation, PID palette yang digunakan untuk membuat
kontrol PID pada front
panel LABVIEW.
Gambar 5. Control panel PID labview
Dalam praktikum ini hanya menggunakan PID advanced, sebagai
kontroler
Fungsi PID lanjut (PID Advanced) menerapkan sebuah fungsi
kontroller PID dalam bentuk
penjumlahan, contohnya adalah P, I dan D dijumlahkan, dengan
parameter pengendalian Kc,
Ti dan Td. (Lebih tepatnya, bentuk penjumlahan akan membentuk
sebuah fungsi pengendali
PID ideal. Bentuk penjumlahan lain adalah betuk parallel dengan
parameter pengendali Kc,
Ki = Kc/Ti dan Kd = Kc*Td). Fungsi pengendali PID ini menerapkan
anti-wind up dan dapat
dipasang pada modus manual. Pilihan yang tersedia adalah gain
yang non-linier, dan bobot
setpoint yang dikurangi dalam jumlah yang proporsional. Fungsi
pengendali ini tidak
memiliki fliter low pass pada penggunaan derivatif. (Pada
penerapan, fungsi pengendali
lanjut selalu digunakan, dikarenakan oleh kurangnya pilihan mode
manual).
Gambar 6. PID Advanced (DBL)
Keterangan tentang fungsi pada parameter pada PID advenced
1. Manual Control menentukan besarnya keluaran kontrol disaat
auto? adalah FALSE.
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
2. auto?menentukan apakah kontrol manual atau otomatis yang
dipakai. Saat auto? adalah FALSE, maka VI ini menggunakan kontrol
manual. VI ini menggunakan perpindahan dari kontrol mode manual
menuju mode otomatis. Pada
kondisi default harganya adalah true.
3. Output range menentukan rentang yang memaksa keluaran dari
kontrol. Rentang normalnya adalah -100 sampai 100.
a. Output High menentukan harga maksimum dari keluaran
kontroller, normalnya adalah 100.
b. Output Low menentukan harga minimum dari keluaran kontroller,
normalnya adalah -100.
4. Setpoint menentukan harga dari Setpoint atau harga yang
diinginkan dari variabel proses yang sedang dikendalikan.
5. Process Variable menentukan harga yang diinginkan dari
variabel proses yang dikendalikan. Harga ini setara dengan harga
umpan balik dari lup kendali umpan
balik.
6. Setpoint Range menentukan harga maksimum dan minimum dari
rentang variabel proses dan setpoint. VI ini menggunkan rentang
setpoint untuk menghitung
aksi integral non-linier. Harga normal berkisar di 0-100.
a. Setpoint Low menentukan harga minimum dari rentang proses
variabel dan setpoint.
b. Setpoint High menentukan harga maksimum dari rentang variable
proses atau setpoint.
7. PID Gains menentukan parameter gain proporsional, waktu
integral dan waktu derivatif dari kontroller.
a. Proportional Gain (Kc) menentukan gain proporsional dari
kontroller. Harga defaultnya 1. Pada persamaan yang menentukan
kontroller PID, Kc
merepresentasikan dari gain proporsional.
b. Integral Time (Ti, min) menentukan waktu integral dalam
menit. Harga default adalah 0.01
c. Derivative Time (Td, min) menentukan waktu derivatif dalam
menit. Harga default adalah 0.
8. dt (s) menentukan interval dalam detik, dimana VI ini
disebut. Jika dt (s) kurang dari atau setara dengan 0, VI ini
menghitung waktu sejak ini terakhir disebut
menggunakan timer internal dengan resolusi milisekon. Harga
default adalah 1.
9. Reinitialize?, menentukan apakah parameter internal harus
dikenali ulang, seperti error integrasi dari kontroller. Harga
default adalah FALSE.
10. Beta menentukan penekanan relatif dari penolakan gangguan
(disturbance rejection) sampai ke penelusuran setpoint (setpoint
tracking). Harga default adalah 1
untuk kebanyakan aplikasi. Harga diantara 0 sampai 1 bisa
digunakan untuk
menentukan penekanan pada penolakan gangguan, seperti perubahan
beban dari
proses.
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
11. Linearity menentukan linearitas dari respon error. Harga
yang valid dari linearitas adalah dari 0-1. Harga dari satu
memberikan respon linier yang normal,
dimana harga sebesar 0.1 memberikan sebuah respon parabolik.
12. Output mengembalikan keluaran kontrol dari algoritma PID
yang diterapkan pada proses kontrol.
13. dt out (s) mengembalikan rentang waktu aktual dalam detik.
dt out (s) mengembalikan harga dari dt (s) atau rentang terhitung
jika dt (s) dipasang pada harga
-1.
MODE CONTROLLER
Controller merupakan peralatan utama dalam pengendalian suatu
variabel proses. Pada controller
ini terjadi proses pengolahan sinyal input pengendalian dari
transmitter. Controller akan
membandingkan sinyal input dengan setting value yang kita
kehendaki. Apabila sinyal input
terlalu besar dari setting value yang diberikan maka controller
akan berusaha memperkecilnya
begitu pula sebaliknya. Besarnya koreksi dari kesalahan input
tergantung dari mode
controllernya. Mode controller tersebut terdiri dari mode
proportional, mode integral, mode
derivatif dan kombinasinya. Adapun macam dari aksi
pengontrolannya, yaitu
Pengontrol On/Off
Aksi pengendalian dari controller ini hanya mempunyai dua
kedudukan, maksimum atau
minimum, tergantung dari variable terkontrolnya, apakah lebih
besar atau lebih kecil dari set
poin.
Pengontrol PID
Pengontrol PID adalah pengontrol konvensional yang banyak
dipakai dalam dunia industri.
Pengontrol PID akan memberikan aksi kepada Control Valve
berdasarkan besar error yang
diperoleh. Suhu fluida yang diinginkan disebut dengan Set Point.
Error adalah perbedaan dari
Set Point dengan suhu air aktual. Persamaan Pengontrol PID
adalah :
t
d
i
Pdt
tdeTdtte
TteKtmv
0
1
Keterangan :
mv(t) adalah output dari pengontrol PID atau Manipulated
Variable
Kp adalah konstanta Proporsional
i adalah konstanta Integral
Td adalah konstanta Detivatif
e(t) adalah error (selisih antara set point dengan level
aktual)
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Persamaan Pengontrol PID diatas dapat juga dituliskan sebagai
berikut :
t
dipdt
tdeKdtteKteKtmv
0
Dengan :
i
piT
KK1
dan TdKK pd
Untuk lebih memaksimalkan kerja pengontrol diperlukan nilai
batas minimum dan
maksimum yang akan membatasi nilai Manipulated Variable yang
dihasilkan.
Pengontrol Proporsional
Pengontrol proporsional memiliki keluaran yang
sebanding/proporsional dengan besarnya
sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan
harga aktualnya).
Ciri-ciri pengontrol proporsional :
1. Jika nilai Kp kecil, pengontrol proporsional hanya mampu
melakukan koreksi kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan
respon sistem yang lambat (menambah
rise time).
2. Jika nilai Kp dinaikkan, respon/tanggapan sistem akan semakin
cepat mencapai keadaan mantapnya (mengurangi rise time).
3. Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang
berlebihan, akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil atau
respon sistem akan berosilasi.
4. Nilai Kp dapat diset sedemikian sehingga mengurangi steady
state error, tetapi tidak menghilangkannya.
Pengontrol Integral
Pengontrol Integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang
memiliki kesalahan keadaan
mantap nol (Error Steady State = 0 ). Jika sebuah pengontrol
tidak memiliki unsur
integrator, pengontrol proporsional tidak mampu menjamin
keluaran sistem dengan
kesalahan keadaan mantapnya nol.
Keluaran pengontrol ini merupakan hasil penjumlahan yang terus
menerus dari perubahan
masukannya. Jika sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan,
maka keluaran akan
menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan.
Sinyal keluaran
pengontrol integral merupakan luas bidang yang dibentuk oleh
kurva kesalahan / error.
Bila nilai e(t) naik 2 kali, maka laju perubahan u(t) terhadap
waktu menjadi 2 kali lebih
cepat. Bila e(t) tetap, maka nilai u(t) akan tetap seperti
semula.
Ciri-ciri pengontrol integral :
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
1. Keluaran pengontrol integral membutuhkan selang waktu
tertentu, sehingga pengontrol integral cenderung memperlambat
respon.
2. Ketika sinyal kesalahan berharga nil, keluaran pengontrol
akan bertahan pada nilai sebelumnya.
3. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan
menunjukkan kenaikan atau penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya
sinyal kesalahan dan nilai Ki.
4. Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat
hilangnya offset. Tetapi semakin besar nilai konstanta Ki akan
mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal
keluaran pengontrol.
Pengontrol Derivatif
Keluaran pengontrol diferensial memiliki sifat seperti halnya
suatu operasi derivatif.
Perubahan yang mendadak pada masukan pengontrol akan
mengakibatkan perubahan yang
sangat besar dan cepat.
Ketika masukannya tidak mengalami perubahan, keluaran pengontrol
juga tidak
mengalami perubahan, sedangkan apabila sinyal masukan berubah
mendadak dan menaik
(berbentuk fungsi step), keluaran menghasilkan sinyal berbentuk
impuls. Jika sinyal
masukan berubah naik secara perlahan (fungsi ramp), keluarannya
justru merupakan
fungsi step yang besar magnitudenya sangat dipengaruhi oleh
kecepatan naik dari fungsi
ramp dan factor konstanta Kd.
Ciri-ciri pengontrol derivatif :
1. Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada
perubahan pada masukannya (berupa perubahan sinyal kesalahan)
2. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran
yang dihasilkan pengontrol tergantung pada nilai Kd dan laju
perubahan sinyal kesalahan.
3. Pengontrol diferensial mempunyai suatu karakter untuk
mendahului, sehingga pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang
signifikan sebelum pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi
pengontrol diferensial dapat mengantisipasi pembangkit
kesalahan, memberikan aksi yang bersifat korektif dan cenderung
meningkatkan stabilitas
sistem. 4. Dengan meningkatkan nilai Kd, dapat meningkatkan
stabilitas sistem dan
mengurangi overshoot.
Berdasarkan karakteristik pengontrol ini, pengontrol diferensial
umumnya dipakai untuk
mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi tidak memperkecil
kesalahan pada keadaan
tunaknya. Kerja pengontrol diferensial hanyalah efektif pada
lingkup yang sempit, yaitu
pada periode peralihan. Oleh sebab itu pengontrol diferensial
tidak pernah digunakan tanpa
ada kontroler lainnya.
Efek dari setiap pengontrol Proporsional, Integral dan Derivatif
pada sistem lup tertutup
disimpulkan pada table berikut ini :
Respon Lup
Tertutup Rise Time Overshoot Settling Time
Steady-State
Error
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Proporsional Menurunkan Meningkatkan Perubahan
kecil
Menurunkan/
mengurangi
Integral Menurunkan Meningkatkan Meningkatkan Mengeliminasi
Derivatif Perubahan
Kecil Menurunkan Menurunkan
Perubahan
kecil
Pengontrol PID
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pengontrol P,
I dan D dapat saling
menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi
pengontrol proporsional
plus integral plus diferensial (pengontrol PID). Elemen-elemen
pengontrol P, I dan D
masing-masing secara keseluruhan bertujuan :
mempercepat reaksi sebuah sistem mencapai set point-nya
menghilangkan offset
menghasilkan perubahan awal yang besar dan mengurangi
overshoot.
Karakteristik pengontrol PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi
besar dari ketiga parameter
P, I dan D. Penyetelan konstanta Kp, Ki dan Kd akan
mengakibatkan penonjolan sifat dari
masing-masing elemen. Satu atau dua dari ketiga konstanta
tersebut dapat disetel lebih
menonjol disbanding yang lain. Konstanta yang menonjol itulah
akan memberikan
kontribusi pengaruh pada respon sistem secara keseluruhan.
III. ALAT dan METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Peralatan yang digunakan
pada praktikum pengendalian kecepatan Laju Aliran :
1. LABVIEW 2013 dan hardware National Instrument Field Point 2.
Satu set PCT 13 + kabel penghubung LM35 3. Rangkaian Triac 4. Pompa
sirkulasi air dingin 5.
3.2 Prosedur Percobaan. Pengendalian Laju Aliran Real-Time
Dengan LABVIEW. 1. Klik labview 2013, kemudian klik blank VI untuk
membuat front panel dan block diagram
(a) (b)
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Gambar 7. (a) Tampilan awal LabVIEW (b) Tampilan front panel
& block diagram
2. Tampilan Front Panel secara lengkap seperti pada gambar
dibawah ini.
Gambar 7. (c) Tampilan front panel temperature and level control
simulation using Compact
Fieldpoint
Gambar 7. (d) Tampilan awal LabVIEW untuk PID gains and Process
Flow Chart
3. Menyalakan power supply untuk pompa dan heater
4. Mengatur set point temperature yang diinginkan
5. Melakukan tuning pengendalian temperature
6. Amati dan catat respon sistem. (waktu dan temperature)
7. Pengambilan data dan tuning dilakukan sebanyak 5 kali
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Modul P3
Pemrograman Distributed Control System
Centum CS 3000 R3 Yokogawa
Dasar Pemrograman Distributed Control System Yokogawa CS
3000
1. Tujuan :
1. Praktikan dapat mengerti fungsi dari hardware DCS Centum CS
3000 Yokogawa. 2. Praktikan dapat mengerti sistem konfigurasi DCS
Centum CS 3000 3. Praktikan dapat mengerti dasar pemrograman Centum
CS 3000
2. Dasar Teori
Distributed Control System (DCS)
Distributed Control System (DCS) merupakan suatu sistem yang
berfungsi untuk
mendistribusikan berbagai parameter yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai variabel
proses dan unit operasi proses menjadi suatu pengendalian yang
terpusat pada suatu control
room yang berfungsi sebagai pengendalian, monitoring dan
optimasi. Pada umumnya DCS
terdiri dari beberapa bagian yang terintegrasi menjadi satu.
Secara garis besar DCS terbagi
mencadi 3 bagian yaitu FCS, HIS & EWS dan Network. Secara
umum arsitektur DCS
yokogawa centum cs 3000 sebagai berikut:
Gambar 40. Arsitektur DCS Yokogawa
Pada gambar diatas FCS (Field Control Station) terhubung dengan
transmitter,control
valve serta alat instrumentasi yang lain yang berfungsi sebagai
kontrol proces yang
digunakan untuk mengendalikan variable proces yang akan
dikendalikan, GSGW/SIOS
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
digunakan sebagai penghubung antara DCS Yokogawa dengan DCS lain
diluar dari sistem
DCS yokogawa untuk dapat saling berkonumikasi baik dalam kontrol
data dan komunikasi
data , OPC server juga digunakan untuk menghubungkan DCS dengan
sistem lain diluar di
DCS Yokogawa tetapi hanya dalam level software untuk dapat
berkomunikasi satu sama
laian misalnya: PLC Siemens ingin dihubungkan dengan DCS
Yokogawa dan Software
SCADA (supervisory control and data acquisition) . HIS (Human
Interface System)
merupakan tampilan visual dari parameter-parameter dari pabrik
yang ingin dikendalikan
dalam sebuah layar monitor sedangkan EWS (Engineering Work
Station) sebuah personal
komputer yang digunakan untuk memperbaiki atau menambahkan
program pada DCS
Yokogawa. Jenis network atau jaringan yang digunakan dalam DCS
Centum 3000 ini
menggunakan teknologi Vnet/IP dengan topologi star. Garis kuning
pada gambar diatas
merupakan representasi jalur data komunikasi dan coklat
merepresentasikan jalur data
kendali.
FCS digunakan sebagai kendali proces dari suatu pabrik dan
komunikasi antara FCS
dengan instrument yang lain. FCS generasi baru adalah FFCS-L
yang mana komunikasi data
dan kendali data menggunakan teknologi TCP/IP, serta ukuran yang
kecil dibandingkan
dengan FCS generaasi sebelumnya, dengan keunggulan ini FCS
yokogawa tipe FFCS-L
sudah banyak menggantikan teknologi sebelumnya. Dibawah ini
merupakan penjelasan
bagian dari FCS tipe FFCS-L :
Gambar 41. FCS tipe FFCS-L
Gambar 2 menjelaskan spesifikasi dari FCS tipe FFCS_L yang
terdiri: ESB Bus ini
digunaka untuk menghubungkan field control unit dengan module
FIO dalam mode local
node (FIO dekat dari FCS). ESB Bus ini juga digunakan untuk
mengekspan masukan
keluaran , dalam satu FCS max menghubungkan 14 FIO.untuk
menghubungkan antar FCU
atau FIO maka digunakan ESB Bus Conector sedang untuk mengakhir
note baik local atau
remote maka digunakan ESB Bus conector dengan terminator. Kedua
ER Bus ini digunakan
untuk menghubungkan FFCS dengan FIO(Field input output) dalam
mode remote note (FIO
jauh dari FCS). ER Bus juga memiliki ER Bus conector dan ER Bus
Conector dengan
terminal, untuk mengghubungkan antar ER Bus yang terpasang di
FCU atau FIO digunakan
konektor 10 base 2 tipe T.
Bagian Ketiga adalah power supply pada FCS tipe ini menggunakan
dua buah power
supply, power supply sebelah kiri dapat digunakan untuk
memberikan tegangan ke processor
sebelah kiri CN1 atau ke unit interface luar, begitu pula
sebaliknya. Kemudian bagian yang
keempat adalah processor module DCS yokogawa tipe FFCS-L ini
menggunakan dua buah
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
processor tipe CP 401 yang bekerja secara redudant. processor
utama merupakan tempat
program DCS berada sedangkan processor ke dua digunakan untuk
mengkopi program dari
procesor satu sebagai cadangan.
Yang terakhir adalah module untuk masukan dan keluaran dari
field instrument . Pada
FCS tipe FFCS-L banyak sekali module masukan keluaran dan module
antar komunikasi
yang digunakan sesuai dengan kebutuhannya. Module masukan
keluaran terbagi menjadi 3
bagian: Digital masukan keluaran ,Analog masukan keluaran dan
Komunikasi masukan
keluaran. Sedangkan komponen lain yang wajib digunakan diluar
komponen dari FCS(Field
Control Statiom) Vnet/IP Interface Card mode VI701 dipasang pada
sebuah(PC) Personal
Computer digunakan untuk menghubungkan antara PC yang didalam
terdapat program
centum dengan perangkat FCS sebagi HIS (Human Interface Station)
centum VP, kemudian
komponen lain yang sering digunakan Vnet Router digunakan untuk
menghubungkan FFCS-
L ini dengan FCS yokogawa lain yang masih menggunakan teknologi
10 base 2 dan 10 base
5 atau masih berdomain pada teknologi Vnet (komunikasi dengan
menggunakan kabel
koaxsial), Pemasanngan Vnet router ini juga dapat digunakan
untuk menghubungkan FCS
yang berbeda domain dan berbeda tipe teknologi komunikasi
(Vnet/Ip dan Vnet).
Pada DCS Yokogawa CS 3000 ini pemrograman algoritma kontrol
menggunakan
function blok, dimana setiap blok memiliki fungsi nya
masing-masing, seperti
Gambar 42. Function blok
1. Link blok PIO Digunakan sebagai masukan dan keluaran module
dari centum CS 3000
2. PID Digunakan sebagai blok untuk algoritma kontrol PID
3. ST16 Digunakan untuk pemrograman sequential
4. CALCU dan CALCU-L 5. LC64
Digunakan untuk pemrograman logika.
Dan masih banyak lagi yang function blok-blok lain yang terdapat
dalam program
centum 3000 yang digunakan untuk membuat algoritma kontrol serta
monitoring suatu plant.
Pada DCS Yokogawa memiliki beberapa algoritma pengendalian PID ,
yaitu:
1. Tipe kontrol dasar PID (PID) Melakukan aksi kontrol
proporsional, integral dan derivatif mengikuti
perubahan nilai setpoint.
Bertujuan untuk menghasilkan respon yang cepat terhadap
perubahan nilai setpoint.
2. Tipe kontrol PID proporsional PV dan derivatif (I-PD) Hanya
melakukan aksi integral saat nilai setpoint berubah.
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Menjamin kestabilan sistem meskipun nilai setpoint berubah
secara mendadak.
3. Tipe kontrol PID derivatif PV (PI-D) Hanya melakukan aksi
proporsional dan integral saat nilai setpoint berubah. Digunakan
jika memerlukan respon yang lebih baik terhadap perubahan
nilai,
seperti blok kontrol hilir (downstream) pada loop kontrol
kaskade
4. Tipe penentuan otomatis Pada mode kascade (CAS) atau remote
kaskade (RCAS), menggunakan tipe
kontrol PID derivatif PV (PI-D) agar dapat lebih baik dalam
mengikuti
perubahan nilai setpoint.
Pada mode automatis (AUT), menggunakan tipe kontrol PID
proporsional PV dan derivatif (I-PD) untuk menjaga kestabilan
sistem.
5. Tipe penentuan otomatis 2 Pada mode kascade (CAS) menggunakan
tipe kontrol PID derivatif PV (PI-D). Pada mode automatis (AUT)
atau remote kaskae (RCAS), menggunakan tipe
kontrol PID proporsional PV dan derivatif (I-PD) untuk menjaga
kestabilan
sistem
Tabel konfigurasi PID Yokogawa
3. Alat dan Metodologi Percobaan. Peralatan yang akan digunakan
dalam Praktikum Dasar Pemrograman DCS
Centum CS 3000 Yokogawa ini adalah:
1. Personal Komputer 2. Software Centum CS 3000
3.1 Prosedur Percobaan 1. Aktifkan System View dengan cara klik
[start] [All Program] [YOKOGAWA
CENTUM] [System View] atau pilih [Active System View] pada
menu
[Window Call].
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Gambar 43. System View
2. Pilih [file] [create new] [project]. Muncul window [outline].
Masukkan data pada kolom User, Organization, dan Project
information. Klik OK.
3. Muncul window [Create New Project]. Masukkan data sebagai
berikut:
Gambar 44. Project baru
Klik OK
4. Muncul window [Create New FCS] Setting seperti berikut:
Station type: AFS40D Duplexed Field Control Unit (for FIO, with
Cabinet)
Database Type : General - Purpose
Domain Number : 1
Station Number : 1
Component / Number : Leave it blank
Station Comment : Leave it blank
Alias of Station : Leave it blank
Station Status Display : Leave it blank
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Upper Equipment Name : Leave it blank
Kemudian Klik OK
5. Muncul window [Create New HIS] Station Type : PC with
Operation and monitoring functions
Station Address / Domain Number : 1
Station Address / Station Number : 64
Other items : Leave it blank
Gambar 45. Station type
6. Klik tombol OK. Konfirmasi bahwa ENGPJT t ada pada [System
View]. Buka ENGPJT untuk memastikan bahwa folder FCS0101 and
HIS0164 telah dibuat.
3.2 PROCESS I/O DEFINITION-KFCS
Station Type : AFS40D Duplexed Field Control Unit (untuk FIO,
dengan kabinet)
Tujuan : untuk menentukan analog I/O unit pada slot1, unit1.
3.2.1 Analog I/O Definition
1. Aktifkan System View dan pilih [ENGPJT] [FCS0101] [IOM]
folder. Klik
kanan pada folder [IOM] [Create New] [Node].
Muncul window [Create New FIO Node]. Definisikan sebagai
berikut.
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Gambar 46. New FIO node
Klik tombol OK
1. Klik kanan pada folder [NODE1] [Create new] [IOM]. Muncul
window [Create New IOM]. Definisikan sebagai berikut:
IOM Type / Category : Analog Input/Output
IOM Type / Type : AAB841-S (8-Channel Voltage Input 8-Channel
Current
Output)
Installation Position / Slot : 1
Gambar 47. Pembuatan IOM
Klik tombol OK dan pastikan bahwa file AABB41-S telah dibuat
pada folder
[NODE1]
2. Aktifkan [IOM Builder] dengan cara double klik pada file
1AAB841-S. kemudian muncul window [IOM Builder] seperti di
bawah:
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Gambar 48. Tag I/O
Exit dari IOM Builder atau pada toolbar, pilih [file] save
kemudian exit from [IOM
Builder].
3.2.2 Digital I/O Definition
Tujuan : untuk menentukan status input 32-point pada slot 2 dan
menentukan status
Output 32-point pada slot 3
Cara Kerja:
1. Klik kanan pada folder [NODE1] [Create New] [IOM]. Tentukan
(ADV151-P) 32 channel Status input slot 2 seperti berikut:
Gambar 49. IOM statur input
Klik tombol OK
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
2. File 2ADV151-P telah dibuat pada folder [NODE1]. Aktifkan
[IOM Builder] dengan double klik pada file 2ADV151-P. Amati window
yang muncul kemudian [Exit IOM
Builder].
3. Klik kanan pada folder [NODE1] [Create New] [IOM]. Tentukan
status output ADV551-P pada32-point slot3 dengan cara yang sama
untuk membuat file
2ADV151-P.
Gambar 50. IOM status output
4. Tiga file akan terbuat pada folder [NODE1]. Untuk mengecek
double click pada folder [NODE1].
Station type: AFS40D Duplexed Filed Contol Unit (for FIO, with
cabinet)
I/O Module Definiton for AFS40D Model
AAB841-S (8-Channel Voltage input 8-channel Current Output)
3.3 CASCADE LOOP CREATION
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Tujuan : untuk membuat control loop cascade untuk sistem kontrol
suhu pada furnace dengan
menggunakan kontrol blok PID.
Gambar 51. Shematic Function Blok cascade
3.3.1 Pembuatan Function Block
Cara Kerja:
1. Aktifkan Sistem View kemudian pilih folder [ENGPJT] [FCS0101]
[FUNCTION BLOCK].folder [FUNCTION BLOCK] mempunyai 200 kontrol
drawing dari DR0001 sampai DR0200. Buat sebuah loop cascade pada
[DR0021].
Klik kanan pada [DR0021] kemudian pilih [Properties]. Ketikkan
[Cascade Loop]
pada drawing Comment. Klik pada tombol [OK].
2. Double klik pada [DR0021] untuk mengaktifkan [Control Drawing
Builder]. Maka [Control Drawing Builder] akan nampak pada
window.
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Gambar 52. Function Block
3.3.2 Drawing dan Editing pada kontrol drawing window
Cara Kerja :
1. Pengaturan ukuran panel (Panel Size Setting). Pilih
[Properties] pada menu [File] pada [Control Drawing Builder]. Pilih
tab.
[Attribute] cek apakah ukurannya [1024 x 686] kemudian klik pada
tombol [OK].
Gambar 53. Penentuan size Function Block
2. Pengaturan Grid Untuk penggambaran yang mudah, tampilkan grid
pada drawing panel. Pilih [Draw]
dari toolbar kemudian akan nampak dialog [Grid Option]
Gambar 54. Grid Option
Klik OK. Muncul tampilan seperti berikut:
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Gambar 55 Function Blok
3. Pembuatan fungsi blok Membuat simbol blok pada blok fungsi di
drawing panel.
Kontroler Temperatur primer [PID] :TIC100
Kontroler Laju Aliran sekunder [PID] :FIC100
Buat kontroler diatas dengan tata cara sebagai berikut:
a) Dari toolbar pilih [Insert] [function Block] atau menge-klik
b) [Select Function Block] akan kelihatan kemudian pilih
[Regulatory Control
Block] [Controller [PID]. Klik pada tombol [OK].
Gambar 56. Select funtion blok
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
c) Klik di titik manapun pada sheet drawing panel menggunakan
tombol kiri pada mouse, kemudian simbol blok dari [PID] akan
terlihat. Masukkan tag
name TIC100 kemudian tekan tombol
Gambar 57. PID funtion block
d) Buat FIC 100 sama seperti sebelumnya seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah:
Gambar 58. TIC100 dan FIC 100
e) Klik pada tombol Mode . Double klik di simbol blok pada blok
fungsi TIC100. [Function Block] akan terlihat jelas pada sheet.
Masukkan nilai
berikut pada tab[Function Block]:
Tag Comment :Pry Temp. Controller Scale / High limit value
:100.0
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Engineering unit Symbol :DEGC
Klik pada tombol [OK]
Gambar 59. Penentuan range kontroler
f) Sama seperti cara diatas, atur item untuk blok fungsi fic100
Seperti berikut: Tag Comment :Sry Flow Controller Scale / High
Limit Value :50.0
Engineering unit Simbol :L/M
4. Pembuatan I/O Block Link:
a) Dari toolbar pilih [Insert] tombol [Function Block] atau
untuk mememunculkan [Select Function Block] dialog, pilih [Link
Block] kemudian
[PIO].Klik tombol[OK].
Gambar 60. PIO function blok
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
b) Klik kiri pada drawing panel seperti ditunjukkan pada gambar
dibawah. Masukkan modul elemen nama masukkan [%Z011101] kemudian
tekan
Dengan cara yang sama buat I/O blok link seperti ditunjukkan
pada drawing
berikut:
Element name for input connection untuk FIC100 :%Z011102
Element name for output connection untuk FIC100 :%Z011109
Gambar 61. PIO dan PID function blok
5. Pembuatan wiring (Pengkabelan)
a) Dari toolbar pilih [Insert] tombol [wiring] atau b) Berikan
Kabel dari [%Z011101] sampai [IN] terminal TIC100. Dengan cara
klik kiri posisi 1 dan double klik pada posisi 2.
c) Kemudian beri kabel terminal [OUT] pada TIC100 sampai
terminal [SET] pada FIC100. Dengan cara klik kiri pada posisi 3 dan
double klik pada posisi
4.
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Gambar 62. Wiring function blok
d) Ubah nama terminal FIC100 dari [IN] sampai [SET]. Klik kiri
pada karakter [IN] kemudian kli kanan pada mouse. Pilih item
seperti
ditunjukkan pada gambar dibawah. Ubah nama terminal sampai
[SET].
Gambar 63. Ubah parameter function blok
e) Dengan cara yang sama, pengkabelan dapat dilakukan seperti
berikut: Dari [%Z011102] sampai terminal [IN] pada FIC100.
Dari terminal [OUT] pada FIC100 sampai [%Z011109]
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Gambar 64. Cascade function blok
Pilih simbol blok [FIC100] kemudian pilih pada toolbar [Window]
[Edit
Function Blok Detail] atau dengan mengeklik
f) [Function Block Detail Builder] akan nampak. Pilih 1: ya
untuk pengkuran tracking / MAN Mode
Gambar 65. Pengaturan PID function blok
g) Untuk mengkhususkan pengaturan yan terperinci, pilih dari
toolbar : [View]
[Detailde Setting Items] atau dengan mengeklik
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
h) Setelah meng-update (File [update] ), keluar dari Function
Block Detail Builder dengan memilih [File] [Exit Function Block
Detail Builder] dari
toolbar.
i) Simpan materi tersebut, dari toolbar pilih [File] [Save]
3.3.3 Control Window Creation
Cara kerja :
1. Dari sistem view pilih folder [ENGPJT] [HIS0164] [WINDOW].
Folder [WINDOW] mempunyai file default window. Buat cascade loop
pada [CG0001].
2. Double klik pada [CG0001] untuk membuka [Graphic Builder].
Panel Graphic Builder akan terlihat seperti dibawah ini:
Gambar 66. Funtion blok
3. Delapan instrument akan terbuat secara default, gunakan 2
instrument sebelah kiri. Klik kiri pada diagram instrumen yang
paling kiri untuk memilih, kemudian klik
kanan untuk memilih [Properties] dari menu.
Gambar 67. faceolate
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
4. [Instrument Diagram] akan nampak pada window. Masukkan
[TIC100] pada kolom tag name. klik [Apply].
Gambar 68. Tagname pada instrument program
5. Tentukan diagram instrument FIC100 disamping TIC100. Klik
kiri pada diagram instrument kedua kemudian masukkan tag name
[FIC100] kemudian klik [Apply] dan
tombol [OK].
6. Ketika pengaturan telah selesai simpan data tersebut, dari
toolbar pilih [File] [Save].
3.3.4 Trend Window Creation (Pembuatan trend window) Cara Kerja
:
1. Dari sistem view pilih folder [ENGPJT] [HIS0164]
[CONFIGURATION]. Folder [CONFIGURATION] akan dibuat seperti
ditunjukkan pada gambar berikut:
2. Pada folder [CONFIGURATION] klik kiri pada trend block 1
[TR0001] untuk melakukan pemilihan kemudian klik kanan dan pilih
[Properties].
3. [Properties] pada window akan nampak. Spsifikkan [Trend
Format], [Sampling Period], dan [Trend Block Comment] pada blok
[TR0001] seperti berikut:
Trend Format :Continuous and Rotary Type
Sampling Period :1 Second
Trend Block Comment :1 sec trend-CAS Control
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Gambar 69. Pembuatan trend window
Klik tombol [OK]
4. Aktifkan [Trend Acquisition Pen Assignment Builder] dengan
melakukan double klik pada [TR0001] trend block dari folder
[CONFIGURATION]. Panel Builder akan
terlihat seperti gambar dibawah ini:
Gambar 70. Trend Acquation
Spesifikkan trend acquisition pens dari [Group01] seperti
berikut:
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Acquisition Data
1. TIC100.SV 2. TIC100.PV 3. TIC100.MV 4. FIC100.MV
Gambar 71 trend group
5. Ketika pengaturan telah selesai, simpan data tersebut, dari
toolbar pilih [File] [Save]
Jika terjadi error, keluarlah dari [Trend Acquisition Pen
Assignment Builder].
3.4 Confirmation of Operation With Test Function 3.4.1 Start-up
of Test Function
Cara Kerja :
1. Dari sistem View pilih folder [ENGPJT] [FCS0101]. Pilih [Test
Function] dari FCS yang terletak pada pada toolbar.
2. [Dialog] akan nampak pada window. Klik tombol [OK] Proses
Test Function Dimulai. Proses operasi meliputi :
men-switch monitoring dan operasi fungsi dengan cara virtual
Test
start up simulator FCS dan
pembuatan data pengkabelan secara otomatis dan downloading.
Tunggu sampai Download wiring selesai (window sekarang dikelilingi
dengan warna
merah.)
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Gambar 72. Pembuatan test function
3.4.2 Wiring Data Change (Merubah Data pengkabelan) Merubah data
pengkabelan yang telah dibuat oleh wiring data creation
function
otomatis dengan data yang tepat untuk karakteristik dari suatu
proses tertentu.
Perubahan meliputi:
Pengkabelan data TIC100 : Lag (order lag time constant
kesatu)=10 s
Pengkabelan data FIC100 : Lag (order lag time constant kesatu)=2
s Cara Kerja :
1. Dari [Test Function] pada window pilih [Tools] [Wiring
Editor] dari toolbar. 2. [Wiring Editor] pada widow akan nampak
seperti berikut:
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Gambar 73. Wiring Data Change
3. Buka file Wiring data untuk cascade loop dengan memilih
[File] [Open] dari toolbar. Pada window akan nampak seperti
berikut. Pilih [DR0021.wrs] kemudian
klik [Open].
Gambar 74. Memasukan wiring
4. Masukkan data pada kolom [Lag] untuk masing-masing instrument
seperti berikut:
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Gambar 75. Pengaturan Lag
5. Setelah mengatur seperti diatas, load file wiring editor
dengan FCS untuk me-refresh data. Pilih [File] [Download] dari
toolbar. Akan terlihat dialog window. Centang
file yang akan didownload kemudian klik [OK].
Gambar 76. Download wiring
3.4.3 Wiring Operation Function (Fungsi operasi pengkabelan)
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Untuk mengesahkan bahwa fungsi wiring bekerja dengan terlibih
dahulu direfresh
data wiringnya.
Cara Kerja:
1. Pilih [Wiring Operation] dari [Tools] pada toolbar window
[Test Function]
Gambar 77. Wiring Operation Function
2. [Wiring Operation-DR0021] akan terlihat pada window,
konfirmasi bahwa data pada kolom [Lag]. Selain itu konfirmasi bahwa
data pada masing-masing kolom [Status]
berada pada kondisi ON. Jika ON terdisplay, ini menunjukkan
bahwa operasi wiring
sedang berfungsi.
Gambar 78. Wiring operation
3.4.4 Confirmation of Operation by Operation and Monitoring
Function Mengoperasikan cascade loop yang telah dibuat dengan
memanggil kontrol window.
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Cara Kerja :
1. Panggil kontrol window [CG0001] dari tombol masukan NAME
CG0001 atau dari navigator window.
Gambar 79. Pemanggilan windows
2. Masukkan 50% pada MV FIC100.
gambar 80. Pemasukan setpoint
(Wiring Function)
-
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Dengan menggunakan Fungsi Pengkabelan, ketika nilai MV FIC100
dimanipulasi,
nilai PV FIC100 dan TIC100 akan mengikuti nilai MV. (mereka
adalah keluaran dari
orde pertama fungsi lag)
(Measurement Tracking)
Pada mode MAN, nilai SV FIC100 mengikuti nilai PVnya dengan cara
pengukuran
fungsi tracking (Measurement Tracking Function)
(Output Tracking)
Karena cascade loop terbuka (kontroller sekunder FIC100 pada MAN
atau AUT)
mode block TIC100 adalah MAN dan IMAN (Initilized manual). Pun
demikian pada
keadaan terbuka (Open State) MV pada TIC100 sama dengan SV pada
FIC100
(Output Tracking Function).
3. Pindahkan mode block kontroller primer TIC00 ke AUT kemudian
masukkan 80 pada SV. Pindahkan mode block FIC100 ke CAS.
TIC100 berpindah ke AUT tanpa mengambil tempat / menggeser nilai
MV.
Konfirmasi dengan memunculkan trend window [TG0101].