Modu l Praktikum Sistem Produksi 20 Laboratorium Proses dan Sistem Produk Departemen Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik UGM BAB II PERENCANAAN PENGADAAN BARANG 2.1 Tujuan Praktikum 2.1.1 Material Requirement Planning a.Memahami konsep Material Requirement Planning. b.Mampu mengimplementasikan konsep Material Requirement Planning. 2.1.2 Inventory Management a. Memahami konsep rencana manajemen inventory. b. Mampu mengimplementasikan konsep inventory pada Material Requirement Planning. 2.1.3 Win QSB a. Mampu membuat Material Requirement Planning dengan WinQSB 2.2 Materi 1 2.2.1 Sistem Dasar Pengadaan Barang 2.2.1.1 Pull System Sistem Pullmenurut George Johnson (APICS Dictionary), adalah suatu sistem operasi yang terjadi 1
37
Embed
Modul Praktikum Sistem Produksi 2013inovasimanufaktur.ft.ugm.ac.id/.../MATERI-MODUL-2-MRP.docx · Web viewModu l Praktikum Sistem Produksi 2015 Laboratorium Proses dan Sistem Produksi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
PERENCANAAN PENGADAAN BARANG
2.1 Tujuan Praktikum
2.1.1 Material Requirement Planning
a. Memahami konsep Material Requirement Planning.
b. Mampu mengimplementasikan konsep Material Requirement Planning.
2.1.2 Inventory Management
a. Memahami konsep rencana manajemen inventory.
b. Mampu mengimplementasikan konsep inventory pada Material Requirement
Planning.
2.1.3 Win QSB
a. Mampu membuat Material Requirement Planning dengan WinQSB
2.2 Materi 1
2.2.1 Sistem Dasar Pengadaan Barang
2.2.1.1 Pull System
Sistem Pullmenurut George Johnson (APICS Dictionary), adalah suatu sistem
operasi yang terjadi hanya sebagai respon terhadap kebutuhan penggunaan yang
ada dibawahnya (downstream user). Tujuannya untuk membeli / menerima/
mengirim/ membuat/ menggerakkan sesuai dengan yang dibutuhkan dan selalu
diusahakan tidak ada sisa persediaan.
Sistem tarik ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang menerapkan sistem
eastern. Hanya stasiun kerja terakhir yang dapat mengetahui dengan tepat
mengetahui waktu dan raw material yang dibutuhkan lalu melakukan pemesanan
raw material dari stasiun kerja sebelumnya untuk mendapatkanraw material yang
1
UGM eknikTakultas F Departemen Teknik Mesin dan Industri Laboratorium Proses dan Sistem Produksi l Praktikum Sistem Produksi 2017Modu
diperlukan dalam jumlah dan waktu yangdiperlukan. Kemudian stasiun kerja
sebelumnya memproduksi suku cadang yang akan diambil oleh stasiun kerja
setelahnya. Tiap Stasiun kerja mengambil bahan yang diperlukan pada proses
sebelumnya dan seterusnya. Sistem ini menggunakan KANBAN sebagai alat
informasinya.
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Pull System
Kelebihan Kekurangan
a. a. Proses dapat dioperasikan secara
manual dan membutuhkan tingkat
komunikasi yang rendah antara pusat
pasok dengan pusat distribusi.
b.
c. b. Stasiun kerja mempunyai
kekuasaan penuh untuk mengelola
persediaannya dengan lebih leluasa
tanpa adanya interfensi dari pusat
pemasok.
a. a. Bila ada variabilitas permintaan
akan menyebabkan membengkaknya
permintaan pada salah satu stasiun.
b. b. Dapat terjadi ketidakseimbangan
pemenuhan pesanan.
c. c. Perusahaan dapat terbebani biaya
safetystock dan biaya shortage yang
sangat luar biasa.
2.2.1.2 Push System
Sistem push adalah sistem operasi yang terjadi hanya sebagai respon
terhadap perencanaan penjadwalan untuk setiap operasi tanpa memperhitungkan
status real-time dari operasi bersangkutan. Tujuannya untuk mengoperasikan
penjadwalan.
Pada sistem ini,keputusan replenishment dilakukan pada tingkat upstream.
Sehingga informasi mengenai permintaan dan tingkat persediaan pada
downstream akan dikirim secara periodik ke tingkat upstream. Hal ini dapat 2
UGM eknikTakultas F Departemen Teknik Mesin dan Industri Laboratorium Proses dan Sistem Produksi l Praktikum Sistem Produksi 2017Modu
menghindari keadaan variabilitas dari permintaan. Selain itu, sistem ini dapat
melakukan peramalan kebutuhan dan waktu pengiriman ke downstream dengan
tepat. Keuntungannya, pengiriman kepusat distribusi dapat disinkronisasikan,
sehingga persediaan ditingkat pusat pasokan dapat dieliminasi.
2.2.2 Tools Perencanaan Pengadaan Barang
2.2.2.1 Bill of Material (BOM)
BOM merupakan daftar jumlah komponen, campuran bahan dan bahan
yang diperlukan untuk membuat produk.
Gambar 2.1. Diagram Pohon Komponen Clipboard
Tabel 2.2. BOM Clipboard
Cop. Destec Prepared by Maul
3
UGM eknikTakultas F Departemen Teknik Mesin dan Industri Laboratorium Proses dan Sistem Produksi l Praktikum Sistem Produksi 2017Modu
Product KS-905 Onion
Slicer Date 19-04-2011
Level Part Part Drawing Quantity/ Make/ Comment
Number Name Number Unit Buy
1 001 Shaft 001 1 make
1
002
batang handle
002
1
make
1
003
Kenop handle
003
1
make
1 004 Baut 004 1 Buy
1
005
Mur
005
1
Buy
1
006
piringan slicer
006
1
make
1 007 Pisau 007 3 Buy
1 008 Slicer body 008 1 make
1
009
penampung
009
1
make
1
010
Sticker merk
010
1
Buy
2.2.2.2 Material Requirement Planning(MRP)
4
UGM eknikTakultas F Departemen Teknik Mesin dan Industri Laboratorium Proses dan Sistem Produksi l Praktikum Sistem Produksi 2017Modu
MRP merupakan teknik yang digunakan untuk mengelola persediaan dalam
suatu proses manufaktur. Tujuannya adalah merancang sistem yang dapat
menghasilkan informasi untuk mendukung aksi yang tepat, baik berupa
pembatalan pesanan, pemesanan ulang, atau penjadwalan ulang, sehingga
diperoleh pegangan untuk melakukan pembelian atau produksi.
Empat hal yang dapat dilakukan oleh MRP yaitu:
a. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat
b. Menentukan kebutuhan minimal setiap item
c. Menentukan pelaksanaan perencanaan pemesanan (planned order released),
waktu pesan dan pembatalan.
d. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas jadwal yang sudah
direncanakan, berdasarkan kapasitas.
Asumsi dalam mengoperasikan MRP, antara lain :
a. Data file terintegrasi (status persediaan & struktur produk).
b. Lead time untuk semua item diketahui atau diperkirakan.
c. Setiap item diketahui atau dapat diperkirakan (terkendali).
d. Tersedianya semua komponen untuk setiap perakitan.
e. Pengadaan dan pemakaian komponen bersifat diskrit.
f. Proses pembuatan suatu item bersifat independent.
Langkah Dasar Proses MRP :
a. Netting, selisih kebutuhan kotor dan keadaan persediaan.
b. Lotting, penentuan besarnya pesanan setiap individu.
c. Offsetting, penentuan waktu rencana pemesanan,diperoleh dengan
mengurangkan saat awal tersedianya kebutuhan bersih dengan lead
time.
d. Explosion, perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkatyang lebih bawah.
5
UGM eknikTakultas F Departemen Teknik Mesin dan Industri Laboratorium Proses dan Sistem Produksi l Praktikum Sistem Produksi 2017Modu
Input MRP :
a. MPS (Master Production Schedule
b. Catatan Keadaan Persediaan (inventory status
Struktur produk
Tabel 2.3. MRP Approach
QUESTION
BASIS
RESULT
Whatto order Master schedule Gross
Bill of material
Requirement
Howmuchto order
Inventorybalances
Schedule Receipt
Order Rules
Net Requirement
Whento order
Leadtime
Duedates
6
UGM eknikTakultas F Departemen Teknik Mesin dan Industri Laboratorium Proses dan Sistem Produksi l Praktikum Sistem Produksi 2017Modu
Tabel 2.4. Format MRP
1. Item, nomor komponen yang direncanakan kebutuhannya.
2. Leadtime, jangka waktu aktivitas
3. Order Quantity, kuantitas order dari komponen yang harus dipesan
berdasarkan Lot Sizing.
4. Safety stock, tingkat persediaan yang ditentukan oleh perencana untuk
mengantisipasi fluktuasi permintaan.
5. Gross Requirement, total antisipasi komponen.
6. Schedule Receipts, pesanan yang telah diselesaikan yang tersedia pada setiap
awal periode.
7. Projected Available Balance, kuantitas persediaan pada akhir periode dan
tersedia untuk periode selanjutnya.
8. Net Requirements, proyeksi kebutuhan bersih setiap komponen untuk setiap
periode.
9. Planned Order Receipts, total kuantitas dari komponen yang harus dipenuhi
untuk memenuhi Net Requiremens. 7
UGM eknikTakultas F Departemen Teknik Mesin dan Industri Laboratorium Proses dan Sistem Produksi l Praktikum Sistem Produksi 2017Modu
10. Planned Order Release, kuantitas pada Planned Order Receipts sehingga
tersedia pada saat diperlukan
Output MRP (Gaspersz, 1998) :
a. Planned Order Schedule
b. Order Release Report
c. Changes to Planning Orders
d. Performance Report
2.2.3 Product Positioning Strategy
2.2.3.1 Make to Stock
Make to Stock adalah membuat suatu produk akhir untuk disimpan, dan
kebutuhan untuk konsumen akan diambil dari persediaan di gudang. Contoh:
barang-barang konsumsi
Karakteristik Make to Stock :
a. Menyimpan produk jadi.
b. Tingkat persediaan tergantung pada waktu respon dan tingkat variabilitas
permintaan.
c. Jika lead time singkat, maka tingkat persediaan lebih sedikit, penanganan
cepat bila ada permintaan tak terduga.
d. Kebanyakan perusahaan intensive pada modal.
e. Pelanggan tidak bersedia menunggu lama untuk mendapatkan produk yang
mereka butuhkan.
f. Jadwal produksi diatur oleh perkiraan permintaan.
g. Sales menjual berdasarkan Available to Promise (ATP) yaitu porsi dari
persediaan yang belum teralokasikan .
8
UGM eknikTakultas F Departemen Teknik Mesin dan Industri Laboratorium Proses dan Sistem Produksi l Praktikum Sistem Produksi 2017Modu
2.2.3.2 Make to Order
Make to Order adalah tipe industri yang membuat produk hanya untuk
memenuhi pesanan.
Karakteristik Make to Order :
a. Inputnya bahan baku
b. Biasanya untuk supply item dengan banyak jenis
c. Harganya cukup mahal
d. Leadtime ditetapkan oleh konsumen/pesaing
e. Perlu keahlian khusus
f. Komponen bisa dibeli untuk persediaan
2.2.3.3 Assemble to Order
Assemble to order adalah tipe industri yang merakit produk untuk memenuhi
pesanan.
Karakteristik Assemble to Order :
a. Inputnya komponen
b. Untuk supply item dengan banyak jenis
c. Harganya cukup mahal
d. Lead time ditetapkan oleh konsumen
2.2.3.4 Engineering to Order
Engineering to Order adalah tipe industri yang membuat produk untuk
memenuhi pesanan khusus dimulai dari perancangan produksi sampai
pengiriman produk.
Karakteristik Engineering to Order :
9
UGM eknikTakultas F Departemen Teknik Mesin dan Industri Laboratorium Proses dan Sistem Produksi l Praktikum Sistem Produksi 2017Modu
a. Produk sangat spesifik
b. Lead time panjang
c. Harganya mahal
d. Contoh : Pesawat khusus, Alat control
2.2.4 Inventory Management
Inventory dapat diartikan sebagai nilai dari stock barang yang dimiliki oleh
organisasi pada waktu tertentu. Dalam bidang teknik industri, inventory yang
akan dibahas adalah stock on hand pada waktu tertentu (asset yang berwujud,
dapat dilihat, diukur dan dihitung). Tujuan dari manajemen inventory adalah
memiliki inventory = pada tempat dan waktu yang sesuai serta biaya rendah.
Tipe inventory :
Tipe inventory dapat dibedakan berdasarkan status entity yang menjadi perhatian
dan berbeda di setiap organisasi.
Tabel 2.5. Tipe Inventory
Fungsi inventory :
10
UGM eknikTakultas F Departemen Teknik Mesin dan Industri Laboratorium Proses dan Sistem Produksi l Praktikum Sistem Produksi 2017Modu
Pasokan dan kebutuhan sering berbeda dalam tingkatan antara menyediakan
dan memerlukan stock, sehingga diperlukan inventory sebagai penyeimbang, di
mana terdapat 4 faktor fungsional inventory:
1. Faktor waktu
2. Faktor diskontinyuitas
3. Faktor ketidakpastian
4. Faktor ekonomi
Biaya Inventori
Biaya inventory adalah biaya yang berhubungan dengan sistem inventory dan
hasil dari tindakan pada bagian manajemen dalammembentuk sistem. Parameter
biaya dasar dalam sistem inventory:
Safety stock :
Safety stock merupakan kegiatan menyimpan barang fisik atau komoditas
untuk memuaskan permintaan selama waktu yang ditentukan dimana barang
bersifat „usable‟ namum berstatus „idle’. Tujuannya, untuk menjaga kepuasan
konsumen dalam usaha pemenuhan permintaan yang ada. Dalam metode ini,
dikenal dua istilah yaitu overstocking dan understocking.
Lot sizing:
Lot sizing merupakan suatu model yang digunakan untuk menentukan
jumlah item yang harus dipesan.
11
UGM eknikTakultas F Departemen Teknik Mesin dan Industri Laboratorium Proses dan Sistem Produksi l Praktikum Sistem Produksi 2017Modu
Gambar 2.2. Model Lot Sizing
Beberapa cara menentukan jumlah inventory diantaranya :
a. Lot for Lot
Model ini menggunakan konsep pemesanan yang dilakukan dengan
pertimbangan minimasi ongkos simpan, sehingga jumlah yang dipesan biasanya
sama dengan jumlah yang dibutuhkan. Asumsinya pemasok tidak mensyaratkan
ukuran lot tertentu, artinya berapapun ukuran lot yang dipilih akan dapat
dipenuhi.
b. Economic Order Quantity (EOQ)
EOQ adalah model yang paling banyak digunakan dan model paling dasar
dari semua model persediaan. Rumus yang digunakan:
12
UGM eknikTakultas F Departemen Teknik Mesin dan Industri Laboratorium Proses dan Sistem Produksi l Praktikum Sistem Produksi 2017Modu
Dimana:
Q* = jumlah pesanan ekonomis
K(Q*) = total biaya rata-rata tahunan
c = biaya produksi per unit ($/unit)
d = permintaan per unit per satuan waktu
s = biaya pemesanan ($/order)
i = total biaya penyimpanan tahunan (%/tahun)
h = total biaya penyimpanan tahunan
($/Unit/tahun) Penetapan pemesanan dengan metode EOQ ini memiliki jumlah
permintaan yang tetap namun dengan periode yang tidak tetap. Misal:
c. Production Order Quantity (POQ)
Metode POQ ini menentukan jumlah periode yang akan dimasukkan ke
dalam sekali pemesanan. Langkah-langkahnya :
1. Hitung EOQ
2. Hitung jumlah pemesanan, yaitu dengan membagi permintaan pertahun (D)
dengan EOQ 13
UGM eknikTakultas F Departemen Teknik Mesin dan Industri Laboratorium Proses dan Sistem Produksi l Praktikum Sistem Produksi 2017Modu
3. Hitung POQ dengan membagi jumlah minggu per tahun dengan hasil jumlah