Top Banner
PENDAHULUAN A. Pengantar Selamat datang di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan dalam rangka mengikuti Pelatihan Pembelajaran Active Learning pada Program Kegiatan PPL dan KKL Terpadu 2015. Pelatihan ini bertujuan agar peserta pelatihan memiliki bekal pengetahuan dan pengalaman dalam pelaksanaan pembelajaran active learning di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Pelatihan Pembelajaran Active Learning ini akan diarahkan dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal ini berkaitan dengan peserta pelatihan pun merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP-MPL. Dengan demikian, kegiatan pelatihan ini akan diawali dengan materi pelatihan Keterampilan Menulis Kreatif, diantaranya menulis puisi, prosa, dan drama. Selanjutnya, peserta akan diarahkan untuk mengenal, memahami, dan mampu mengaplikasikan pembelajaran active learning. Modul Pelatihan ini disusun sebagai pedoman peserta untuk mengikuti kegiatan pelatihan dan membantu mengarahkan peserta dalam pembelajaran aktif. Oleh karena itu, kami berharap modul ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. B. Sekilas Mengenai Pembelajaran Aktif
52

Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

Feb 03, 2016

Download

Documents

Yosi Wulandari

Modul ini dapat digunakan untuk pedoman pembelajaran aktif bagi calon guru.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

PENDAHULUANA. Pengantar

Selamat datang di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Ahmad Dahlan dalam rangka mengikuti Pelatihan Pembelajaran

Active Learning pada Program Kegiatan PPL dan KKL Terpadu 2015. Pelatihan ini

bertujuan agar peserta pelatihan memiliki bekal pengetahuan dan pengalaman

dalam pelaksanaan pembelajaran active learning di sekolah menengah pertama

dan sekolah menengah atas.

Pelatihan Pembelajaran Active Learning ini akan diarahkan dalam

pelaksanaan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal ini berkaitan dengan

peserta pelatihan pun merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia STKIP-MPL. Dengan demikian, kegiatan pelatihan ini akan

diawali dengan materi pelatihan Keterampilan Menulis Kreatif, diantaranya

menulis puisi, prosa, dan drama. Selanjutnya, peserta akan diarahkan untuk

mengenal, memahami, dan mampu mengaplikasikan pembelajaran active

learning.

Modul Pelatihan ini disusun sebagai pedoman peserta untuk mengikuti

kegiatan pelatihan dan membantu mengarahkan peserta dalam pembelajaran

aktif. Oleh karena itu, kami berharap modul ini dapat digunakan dengan sebaik-

baiknya.

B. Sekilas Mengenai Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif didasarkan pada prinsip bahwa cara belajar terbaik bagi

peserta didik adalah dengan melakukan, menggunakan semua inderanya,

mengeksplorasi lingkungan yang terdiri atas orang, hal, tempat, dan kejadian

yang teradi dalam kehidupan nyata (pembelajaran kontekstual dan pemecahan

masalah). Selain itu, melalui belajar dari pengalaman langsung dan nyata ini,

hasil belajar akan lebih optimal dan bermakna bagi peserta didik.

Keterlibatan atif dengan lingkungan sosial dan fisik serta gagasan yang

berkait dengan kehidupan nyata akan mendorong peserta didik aktif berpikir

untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan

Page 2: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

pengetahuan yang sudah dimiliki. Untuk memfasilitasi pembelajaran aktif, guru

harus menggunakan berbagai strategi yang aktif dan kontekstual, melibatkan

pembelajaran bersama, dan mengakomodasi perbedaan jender dan gaya belajar

masing-masing peserta didik. Hal tersebut bermanfaat untuk memaksimalkan

kemampuan peserta didik dalam memahami hal baru dan dapat menggunakan

informasi baru tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Pemebalajaran aktif juga dapat mengangkat tingkat pembelajaran dari

keterampilan berpikir tingkat rendah (pengamatan, menghafal, dan mengingat

informasi, pengetahuan akan gagasan umum-yakni tentang apa, di mana, dan

kapan) hingga keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi (memecahkan

masalah, analisis, sitensis, evaluasi-yakni tentnag bagaimana dan mengapa).

C. Tujuan Pelatihan

Tujuan umum pelatihan ini adalah peserta diharapkan memahami dan

memiliki keterampilan dasar tentang pembelajaran aktif atau PAKEM di

sekolah menengah pertama dan atas sehingga dapat diterapkan dalam

rancangan serta disimulasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang

akan diampu nantinya. Secara khusus, tujuan pelatihan ini adalah untuk hal

berikut.

1. Mengembangkan memampuan calon guru bidang studi untuk memahami

teknik pembelajaran PAKEM di sekolah

2. Memberikan pengalaman pelatihan pembelajaran aktif untuk bekal menjadi

guru di sekolah atau menjadi fasilitator di lembaga pendidikan lain.

3. Mengimplementasikan teknik-teknik pembelajaran aktif dalam rangka

meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah.

D. Hasil yang Diharapkan

Setelah menyelesaikan pelatihan ini, para mahasiswa (calon guru) diharapkan

memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal berikut.

1. Membuat perencanaan pembelajaran aktif atau PAKEM pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia di sekolah.

Page 3: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

2. Menggunakan berbagai strategi pengajaran PAKEM dalam mata pelajaran

Bahasa Indonesia di sekolah.

3. Menciptkan lingkungan kelas yang dinamis yang mendukung pembelajaran

efektif dan memotivasi peserta didik untuk menghasilkan dan menampilkan

karya yang berkualitas.

4. Menilai secara efektif berbagai kemajuan peserta didik dengan berbagai cara

yang menggambarkan kemampuan otentik mereka (seperti tugas-tugas

dalam kehidupan nyata), dan menggunakan hasilnya bukan hanya untuk

melaporkan kemajuan mahasiswa tetapi juga untuk menjelaskan cara

menangani permasalahan belajar mereka.

5. Memahami dan mengembangkan strategi dasar untuk mengelola kelas

pembelajaran PAKEM di sekolah.

E. Sasaran Pelatihan

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP-

MPL.

F. Skenario Pelatihan

1. Penyajian materi melalui pelatihan aktif. Penyajian materi berupa pemberian

orientasi, fasilitas, kegiatan praktik, dan penampingan peserta.

2. Implementasi pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia.

3. Penyusunan dan penilaian portofolio.

G. Narasumber/Fasilitator

Narasumber adalah dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Universitas Ahmad Dahlan.

Page 4: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

PEMBUKAAN, TUJUAN, HARAPAN, KONTRAK PELATIHAN, DAN REFLEKSI AWAL

A. Pembukaan

1. Pengantar

Sesi ini disajikan sebagai kegiatan pembukaan pelatihan yang akan

berlangsung selama dua hari berturut-turut. Dalam sesi ini pimpinan terkait

dapat memberikan arahan dan dukungan yang dapat memotivasi seluruh

peserta pelatihan untuk mengikuti seluruh aktivitas rangkaian pelatian.

2. Tujuan

a. Peserta dapat memeroleh gambaran tentang beragam tantangan pendidikan

dan upaya optimalisasi dan efektivitas pendidikan melalui penerapan

pembelajaran aktif.

b. Peserta memeroleh gambaran tentang pelatihan dan hasil yang diharapkan.

3. Bahan dan alat

a. Audio System

b. Backdrop dan spanduk pelatihan

c. LCD dan layar

d. Peralatan pelatihan lain sesuai kebutuhan

4. Langkah kegiatan

a. Pembukaan

b. Sambuatan-sambutan

c. Penutup

B. Tujuan, Harapan, Kontrak Belajar, dan Refleksi Awal

1. Pengantar

Page 5: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

Sesi ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan mengenai tujuan, isi,

harapan, kontrak belajar, dan refleksi awal terhadap proses belajar mengajar

yang dilaksanakan di sekolah.

2. Tujuan

Akhir sesi ini peserta diharapkan agar dapat:

a. Memahami tujuan dan isi pelatihan

b. Mengemukakan harapan dan kekhawatiran terhadap pelatihan

c. Membuat kesepakatan yang berlaku sebagai tata tertib dalam pelatihan

d. Membuat dan memahami pentingnya jurnal sebagai refleksi diri

e. Menggunakan dan memanfaatkan toolkit yang disediakan

f. Membuat, memahami, dan menyusun tugas membuat portofolio dalam

pelatihan

g. Memahami dan melakukan refleksi pelatihan.

3. Bahan dan Alat

Kit pelatihan, toolkit, LCD, laptop, papan flannel, kertas kartu warna-warni,

papan chart, isolasi, spidol.

4. Langkah Kegiatan

a. Perkenalan

Fasilitator memperkenalkan seluruh fasilitator lain kepada peserta, jika perlu

melalui permainan.

b. Penjelasan Teknis

Pendahuluan: fasilitator menjelaskan tujuan, materi, dan metode pelatihan

serta fungsi jurnal dan toolkit.

Metode: Fasilitator mengingatkan bahwa pelatihan ini menggunakan sistem

pembelajaan aktif, peserta diharapkan berpengalaman, melakukan aktivitas,

perserta berkontribusi membuat suatu karya, bukan bentuk pelatihan pasif

yang hanya mendengarkan saja.

Jurnal: fasilitator menjelaskan fungsi buku jurnal untuk mencatat berbagai

hal penting yang diperoleh dalam pelatihan, hal-hal yang masih

membingungkan, dan hal yang ingin diketahui lebih lanjut dari setiap sesi

Page 6: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

dalam pelatihan. Mencatat semua hal penting yang dilihat dan dialami di

sekolah sebagai bentuk evaluasi diri, bahan renungan terhadap berbagai

pengalaman yang ada di sekolah nanti sebagai bentuk evaluasi dan refleksi

diri.

Toolkits: Bahan materi pelatihan dengan berbagai kelengkapan dan peralatan

yang diperlukan.

Portofolio: berupa dokumen yang berisi hasil karya peserta pelatihan, sesuai

dengan penugasan yang diberikan selama pelatihan. Portofolio dapat

menjadi alat penilaian perkembangan penguasaan kompetensi perserta

pelatihan.

Refleksi: pengisian refleksi dilaksanakan tentang pengalaman di setiap sesi

pelatihan. Pada hari kedua sebelum sesi-sesi dimulai dilaksanakan refleksi

untuk me-review matari yang sudah diperoleh pada pelatihan sebelumnya,

sekaligus mengidentifikasi saran-saran perbaikan untuk sesi-sesi berikutnya.

c. Tata tertib

Peserta menuliskan tata tertib pelatihan yang diusulkan, disepakati dan

harus ditepati oleh fasilitator dan seluruh peserta selama pelatihan

berlangsung.

d. Harapan dan kekhawatiran

Peserta menuliskan harapan dan kekhawatiran yang muncul atau yang

mereka duga akan terjadi selama pelatihan, menggunakan dua kertas

kartu warna yang berbeda. Begitu peserta telah selesai menuliskannya

diminta menempelkannya di papan flipchart untuk dapat dibaca dan

diambil kembali harapan yang telah terpenuhi dan kekhawatiran yang

ternyata tidak terjadi.

Catatan:

a. Fasilitator perlu menjelaskan bahwa kekhawtiran yang ditulis para peserta,

hanya terkait dengan pelatihan pembelajaran aktif ini saja.

Page 7: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

b. Fasilitator pelu menyamakan persepsi tentang arti penting dan pemanfaatan

penulisan harapan dan kekhawatiran tersebut, serta

mengimplementasikannya.

5. Lembar Kegiatan Refleksi

Setiap peserta mendapatkan satu Blocknote yang dapat digunakan sebagai

Buku Jurnal sebagai catatan refleksi pengalaman belajar peserta di setiap sesi

pelatihan.

Lembar Kegiatan

BUKU JURNAL

Buku jurnal merupakan buku yang berisi catatan refleksi belajar setiap

peserta selama pelatihan, setiap buku jurnal diberi nama dan asal universitas

peserta. Buku ini akan dituliskan beberapa hal berikut. (a) semua hal penting

seperti pelajaran yang dipetik, hal-hal yang masih membingungkan dan hal

ingin diketahui lebih lanjut dari setiap sesi dalam pelatihan. (b) Semua hal

pening dari proses belajar dan mengajar yang dialami dan diamati di

pelatihan.

Buku ini wajib diisi oleh setiap peserta dan dikumpulkan setiap pagi hari

ke panitia dan akan dikembalikan ke peserta di akhir sesi setiap hari pelatihan

setelah diperiksa dan diberi masukan oleh fasilitator.

Sistematika

Tulislah refleksi untuk setiap sesi pelatihan dengan komponen sebagai

berikut.

a. Judul sesi :

b. Tujuan sesi :

c. Pengelaman yang saya peroleh ?

d. Materi yang masih membingungkan?

e. Hal-hal yang perlu saya pelajari lebih lanjut?

Page 8: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

f. Kondisi dan kemampuan yang perlu saya perbaiki?

PAKEM DAN PENATAAN KELAS BERNUANSA PAKEM

A. Pengantar

Setiap anak pada dasarnya memiliki potensi yang luar biasa untuk

dikembangkan, bagaikan tambang emas yang siap digali. Guru bertugas untuk

mampu menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki setiap anak. Salah

satu cara yang dapat ditempuh adalah mengelola pembelajaran yang dapat

memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan segala potensi

yang dimiliinya. Salah satu stertegi yang dapat diterapkan untuk tujuan ini adalah

pembelajaran dengan PAKEM. Pembeajaran ini merupakan pembelajaran aktif

yang menekankan pada ketertiban siswa secara aktif untuk mengalami sendiri,

menemukan, memecahkan masalah sehingga potensi siswa secara aktif untuk

mengalami sendiri, menemukan, memecahkan masalah sehingga potensi siswa

berkembang secara optimal.

Pembelajaran PAKEM memiliki ciri-ciri sebagai berikut. (1) Pembelajaran

terpusat pada siswa; (2) Pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata; (3)

Pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi; (4) Pembelajaran

melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda; (5) Pembelajaran mendorong

anak berinteraksi multi arah; (6) Pembelajaran menggunakan lingkunga sebagai

Page 9: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

media dan sumber belajar; (7) Pembelajaran berpusat pada anak; (8) Penataan

lingkungan yang memudahkan siswa melakukan aktivitas belajar; (9) Guru

memantau proses belajar siswa; (10) Guru memberikan umpan balik terhadap

hasil kerja anak.

B. Tujuan

Peserta dapat:

1. Menjelaskan ciri-ciri pembelajaran PAKEM

2. Mengemukakan alasan mengapa guru perlu mengenal PAKEM.

3. Memiliki perepsi yang positif terhadap PAKEM.

C. Pengelompokan

Peserta dikondisikan dalam bentuk kelompok dengan anggota maksimum 6

orang.

D. Bahan dan alat

Flip Chart, Video, LCD, Spidol, Lembar Tugas

E. Langkah Kegiatan

1. Pengantar

a. Fasilitator menjelaskan tujuan yang ingin dicapai pada sesi ini.

b. Fasilitator menjelaskan berbagai istilah yang terkait dengan pakem.

c. Fasilitator membimbing curah pendapat tentang pembelajaran aktif dan

contohnya.

d. Membagikan lembar kerja untuk mengamati video pembelajaran untuk

dapat membedakan pembelajaran konvensional dan pembelajaran aktif.

2. Diskusi Kelompok dan Pleno

Peserta dan fasilitator mendiskusikan hasil pengamatan dan menyampaikan

dalam diskusi pleno peserta bersama fasilitator untuk merumuskan ciri-ciri

pembelajaran aktif.

3. Pengerjaan tugas merancang penataan kelas bernuansa Pakem,

menayangkan dalam gallery walk dan memamerkannya.

Page 10: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

4. Peserta mengunjungi gallery walk kelompok lain, dan salah satu anggota

kelompok menjelaskan kepada pengunjung.

F. Bahan Bacaan

1. Pembelajaran PAKEM

MODEL PAKEM (PARTISIPASI, AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN)

PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak

(student-centre learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan

(learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa

diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut. (Rusman,

2010:321). Untuk itu, maka aspek learning is fun menjadi salah satu aspek dalam

pembelajaran PAKEM, di samping upaya untuk terus memotivasi anak agar

mereka mengadakan eksplorasi, kreatif, dan bereksperimen terus dalam

pembelajaran.

Di samping itu, PAKEM adalah penerjemahan dari pilar pendidikan yang

dicanangkan oleh UNESCO:

a. Learning to know, yaitu mempelajari ilmu pengetahuan berupa aspek

kognitif dalam pembelajaran

b. Learning to do, yaitu belajar melakukan yang merupakan aspek pengalaman

dan pelaksanaannya.

c. Learning to be, yaitu belajar menjadi diri sendiri berupa aspek kepribadian

dan kesesuaian dengan diri anak (ini juga sesuai dengan konsep “multiple

intelligent” dari Howard Gardner, dan

d. Learning to life together, yaitu belajar hidup dalam kebersamaan yang

merupakan aspek kesosialan anak, bagaimana bersosialisasi, dan bagaimana

hidup toleransi dalam keberagamaan yang ada disekeliling siswa.

Page 11: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

Tujuan PAKEM ini adalah terdapstnya perubahan paradigm di bidang

pendidikan, seperti yang dicanangkan oleh Depdiknas, bahwa pendidikan di

Indonesia saat ini sudah harus beranjak dari:

a. schooling menjadi learning,b. instructive menjadi facilitative,c. government role menjadi community role, dand. centralistic menjadi decentralitic.

Dengan demikian, perubahan paradigm pendidikan saat ini berarti bukan

hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan formal seperti sekolah, tapi

sudah menjadi tanggung jawab semua pihak. Hal ini juga senada dengan konsep

tripusat yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu:

a. Pendidikan di lembaga pendidikan (formal);

b. Pendidikan dilembaga masyarakat (nonformal); dan

c. Pendidikan di keluarga (informal).

Perubahan paradigm juga harus terjadi bahwa pada kondisi sekarang ini,

peran guru harus menjadi seorang fasilitator yang dapat membantu siswanya

dalam belajar dan bukan sebaliknya hanya sebagai pemberi informasi; belajar

bukan hanya sekedar menyampaikan materi saja tanpa mengetahui apakah

materi yang disampaikan itu sudah bias dipahami oleh siswa atau belum.

Perubahan paradigm juga berkenaan dengan pengambilan keputusan.

PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam

bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, (Rusman, 2010:322).

Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya

berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari dari

kurikulum yang sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan

siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan

menyenangkan. Ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Brooks (Rusman,

Page 12: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

2010:323), yaitu “Pembaruan dalam harus dimulai dari bagaimana anak belajar,

dan bagaimana guru mengajar, bukan dari ketentuan hasil.”

Guru harus mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika

siswa belum dapat membentuk kompetensi dasar dan standar kompetensi

berdasarkan interaksi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu,

guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan supaya kompetensi dasar dan standar kompetensi

yang telah di rancang dapat tercapai. Guru juga harus ditutut agar melakukan

inovasi dalam segala hal yang berkaitan dengan kompetensi yang disandangnya

seperti inovasi dalam pembelajaran.

Untuk itu guru juga dituntut harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai

jenis-jenis belajar (multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang

kondusif, baik eksternal maupun internal. Dalam model PAKEM menurut

(Rusman, 2010:323); guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan

pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat

menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya

dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.

a. Pembelajaran Partisipatif

Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa

dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembe pembelajaranlajaran ini

menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan (childcentre/student

centre) bukan pada dominasi guru dalamn materi pelajaran (teacher centre).

Jadi pembelajaran akan lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan

untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran,

sementara guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa

mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan

kemampuannya di dalam dan di luar kelas.

b. Pembelajaran Aktif

Page 13: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih

banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengases berbagai informasi dan

pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas,

sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat

meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.

Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya sebagai

fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of

kearning) kepada siswa. Dalam kegiatan ini siswa terlibat secara aktif dan

berperan dalam proses pembelajaran, sedamngkan guru lebih banyak

memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya

proses pembelajaran.

c. Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang

mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas

siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa

metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain

peran, dan pemecahan masalah.

Pembelajaran kreaktif menuntut guru untuk merangsang kreativitas

siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam

melakuakan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir

kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada

atau memperbaiki sesuatu.

Berpikir kritis harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar siswa

terbiasa mengembangkan kreativitasnya. Pada umumnya, berpikir kreatif

memiliki empat tahapan sebagi berikut (Mulyasa, 2006: 192), yaitu:

1) Tahapan pertama; persiapan, yaitu proses pengumpulan informasi untuk

diuji.

2) Tahap kedua; inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan

hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis

tersebut rasional.

Page 14: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

3) Tahap ketiga; iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan

bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional

4) Tahap keempat; verifkasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan

sebuah rekomendasi, konsep, atau teori.

Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang

menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif

dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru.

d. Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan

pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta

mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini

dapat dicapai dengan melibatkan serta mendidik mereka dalam

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa harus

dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga

suasana pembelajaran betul-betul kondusif dan terarah pada tujuan dan

pembentukan kompetensi siswa.

Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karena

mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi. Siswa harus didorong untuk menafsirkan informasi yang di

sajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat.

Dalam pelaksanaannya perlu proses penukaran pikiran, diskusi, dan

perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap

materi standar yang harus dikuasai siswa.

Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan belajar

yang memadai/kondusif. Oleh karena itu guru harus mampu mengelola

siswa, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran,

dan mengelola sumber-sumber belajar. Menciptakan kelas yang efektif

dengan peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan

Page 15: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

secara parsial,melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

Proses pelaksanaan pembelajaran efektif dilakukan melalui prosedur

sebagai berikut:

1) melakukan appersepsi ,

2) melakukan eksplorasi, yaitu memperkenalkan materi pokok dan

kompetensi dasar yang akan dicapai, serta menggunakan varuiasi

metode,

3) melakukan konsolidasi pembelajaran, yaitu mengaktifkan siswa dalam

pembentukan kompetensi siswa dan mengaitkannya dengan kehidupan

siswa,

4) melakukan penilaian, yaitu mengumpulkan fakta-fakta dan

data/dokumen belajar siswa yang valid untuk melakukan perbaikan

program pembelajaran.

Untuk melakukan pembelajaran yang efektif , guru harus memerhatikan

beberapa hal, sebagai berikut:

1) pengelolaan tempat belajar,

2)pengelolaan siswa,

3) pengelolaan kegiatan pembelajaran,

4)pengelolaan konten/materi pelajaran, dan

5) pengelolaan media dan sumber belajar.

e. Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu

proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat

antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under

pressure) (Mulyasa, 2006:194). Dengan kata lain, pembelajaran

menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan

siswa dalam proses pembelajaran. Guru memosisikan diri sebagai mitra

belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru

Page 16: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis

dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses

pembelajaran.

Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru

harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang

tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan

siswa secara optimal.

Ada empat aspek yang memengaruhi model PAKEM, yaitu pengalaman,

komunikasi, interaksi, dan refkeksi. Apabila dalam suatu pembelajaran

terdapat empat aspek tesebut, maka pembelajaran PAKEM terpenuhi.

1) Pengalaman

Aspek pengalaman ini siswa di ajarkan dapat belajar mandiri. Di dalamnya

terdapat banyak cara untuk penerapannya antara lain seperti eksperimen,

pengamatan, penyelidikan , dan wawancara. Aspek pengalaman ini siswa

belajar banyak melalui berbuat dan dengan melalui pengalaman langsung.

2) Komunikasi

Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk,

mengemukakan pendapat, peresentasi laporan, dan memajangkan hasil

kerja. Kegiatan ini siswa dapat mengungkapakan gagasan, dapat

mengkonsolidasi pikirannya, mengeluarkan gagasannya, memancing gagasan

orang lain, dan membuat bangunan makna mereka dapat diketahui oleh

guru.

3) Interaksi

Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, Tanya jawab,

dan saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan

makna yang diperbuat oleh siswa-siswa berpeluang untuk terkorelasi dan

makna yang terbangun semakin mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil

belajar meningkat.

4) Refleksi

Page 17: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

Aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah

diperbuat/dipikirkan oleh siswa selama mereka belajar. Hal ini dilakukan

supaya terdapatnya perbaikan gagasan/makna yangbtelah dikeluarkan oleh

siswa dan agar mereka tidak mengulangi kesalahan. Di sini siswa diharapkan

juga dapat menciptakan gagasan-gagasan baru.

Dari hasil uraian model PAKEM khususnya guru, diharapkan dapat

menghasilkan pembelajaran yang berkualitas/bermutu dan menghasilkan

perubahan yang signifikan, seperti dalam peran guru di kelas, perlakuan

terhadap siswa, pertanyaan, latihan, interaksi, pengelolaan kelas serta

menjadikan guru menjadi inovatif.

Model-model pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAKEM

menurut Udin S.Saud (Rusman, 2010:329) antara lain:

1) Pembelajaran kuantum

2) Pembelajaran berbasis kompetensi

3) Pembelajaran kontekstual

2. Penataan Ruang Kelas PAKEM

Penataan ruang kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan

pembelajaran aktif. Ruang kelas perlu ditata sedemikian rupa sehingga dapat

mendukung efektifitas pembelajaran. Ada banyak model penataan kelas sesuai

dengan tujuan dan kegiatan pembelajaran serta keadaan nyata di kelas. Jumlah

siswa, bentuk meja kursi dan perabotan yang lain akan menjadi pertimbangan

dalam menata kelas.

Cara penataan kelas bisa berubah-ubah tergantung kegiatan

pembelajarannya. Tata-letak fisik kelas pada umumnya bersifat sementara, luwes

dan sesuai dengan kenyataan. Artinya, guru dapat mengadakan perubahan

setiap saat sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian dengan materi ajarnya.

Berikut sepuluh bentuk penataan kelas yang dapat dipertimbangkan untuk

Page 18: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

digunakan. Sekali lagi, tidak ada bentuk yang paling baik. Semua baik bila

digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kondisi nyata di kelas.

a. Formasi Tanda Pangkat

Susunan ruang kelas tradisional (deretan meja dan kursi) tidak kondusif bagi

pelaksanaan belajar aktif. Bila satu kelas terdiri 30 orang siswa atau lebih,

adakalanya perlu menata kelas dengan “gaya ruang kelas”. Formasi V atau

tanda pangkat dapat mengurang jarak antar siswa, penglihatan yang lebih

baik ke depan kelas. Siswa bisa saling melihat, daripada deretan lurus.

b. Gaya Tim

Mengelompokkan meja secara melingkar di dalam ruang kelas

memungkinkan Anda untuk meningkatkan interaksi tim. Di samping itu, Anda

dapat menempatkan meja untuk membentuk formasi yang paling akrab.

c. Bentuk U

Merupakan formasi serbaguna. Siswa dapat menggunakan permukaan meja

untuk membaca dan menulis, dapat melihat Anda dan atau media visual

Anda dengan mudah.

d. Meja Konferensi

Formasi ini sangat baik bila mejanya relatif bundar atau persegi. Formasi ini

meminimalkan dominasi guru dan memaksimalkan peran siswa. Meja

berbentuk persegi panjang bisa menciptakan kesan formal jika guru berada di

ujung meja.

e. Lingkaran

Interaksi tatap-muka akan lebih baik dengan hanya menempatkan siswa

dalam formasi lingkaran tanpa meja. Formasi ini sangat ideal untuk diskusi

kelompok besar. Bila ada ruang lingkaran yang memadai, Anda dapat

meminta siswa untuk menata kursi mereka secara cepat menjadi banyak

formasi sub-kelompok.

f. Kelompok pada kelompok

Page 19: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

Formasi ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi terbuka atau

membuat drama, debat, melakukan pengamatan aktivitas kelompok. Disain

yang paling umum terdiri atas formasi lingkaran kursi, atau dapat

menempatkan meja di tengah-tengahnya yang dikelilingi kursi.

g. Ruang Kerja

Formasi ini cocok untuk lingkungan aktif khas laboratorium di mana siswa

duduk di ruang kerja untuk mengerjakan soal atau tugas (misal: hitung-

menghitung, mengoperasikan mesin, melakukan kerja laboratorium) segera

setelah ditunjukkan caranya. Cara yang baik untuk mendorong kemitraan

dalam belajar adalah dengan menempatkan dua siswa pada tempat kerja

yang sama dan berhadapan.

h. Pengelompokkan Berpencar

Jika ruang kelas Anda cukup besar atau tersedia tempat ruangan yang

memungkinkan, tempatkanlah meja/kursi yang dapat digunakan oleh sub-

sub kelompok untuk melakukan aktivitas belajar berbasis-tim. Usahakan

berpencar agak menjauh guna menghindari tidak saling mengganggu.

i. Ruang Kelas Tradisional

Jika memang tidak memungkinkan untuk membuat formasi lengkung,

cobalah mengelompokkan kursi secara berpasangan untuk memungkinkan

belajar secara berpasangan. Aturlah deretan dalam jumlah genap dan beri

ruang cukup antar deret agar pasangan siswa dalam deret ganjil dapat

memutar kursi sehingga terbentuklah ”kuartet” dengan pasangan yang

duduk tepat di belakangnya.

j. Auditorium

Lingkungan auditorium memang kurang kondusif untuk kegiatan belajar aktif,

namun masih ada harapan untuk itu. Jika kursinya masih bisa dipindah,

tempatkanlah dalam bentuk busur untuk menciptakan kedekatan dan siswa

dapat melihat bagian depan dengan jelas. Jika kursinya sudah tidak dapat

dipindah-pindah, maka perintahkanlah siswa untuk duduk sedekat mungkin

dengan bagian tengah.

Page 20: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

Ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam penataan kelas:

a. Mobilitas

Kemudia bergerak baik bagi guru untuk berkeliling memantau proses belajar

anak dan memberikan bantuan. Kemudahan bergerak bagi siswa untuk

berbagai keperluan di kelas.

b. Aksesibilitas

Kemudian bagi semua pihak untuk menjangkau berbagai hal seperti alat

bantu belajar dan sumber belajar yang ada di kelas.

c. Komunikasi

Kemudahan guru dan siswa untuk mengungkakan gagasan, pikiran dan

perasaan melalui berbagai kegiatan berkomunikasi baik secara berklompok

atau klasikal.

d. Interaksi

Kemudahan bagi semua siswa dan guru untuk saling berinteraksi untuk

berbagai kegiatan dan kepentingan.

e. Dinamika

Suasana kelas tidak monoton dengan satu model penataan untuk berbagai

kegiatan pembelajaran dari berbagai mata pelajaran. Model penataan selalu

berubah dan berkembang sesuai dengan mata pelajaran, tujuan, kegiatan

pembelajaran.

STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF LEARNING

A. Pengantar

Keberhasilan pencapaian kompetensi pembelajaran oleh peserta didik sangat

bergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat

mempengaruhi adalah bagaimana seorang pendidik melaksanakan

pembelajaran. Kecenderungan pembelajaran saat ini masih berpusat pada dosen

Page 21: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

dengan berceramah, sementara peserta didik kurang terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Akibatnya tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi

pembelajaran kurang optimal. Selain itu, media pembelajaran pun jarang

digunakan sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna.

Dengan demikian, penting diciptakan pembelajaran aktif oleh pendidik agar

pembelajaran dapat mencapai pada tingkat pembelajaran yang bermakna.

B. Tujuan

Peserta dapat:

1. Memahami pengertian pembelajaran aktif

2. Mengetahui dan memahami strategi pembelajaran aktif

3. Memiliki perepsi yang positif terhadap strategi pembelajaran aktif

C. Pengelompokan

Peserta dikondisikan dalam bentuk kelompok dengan anggota maksimum 6

orang.

D. Bahan dan alat

Flip Chart, LCD, Spidol, Lembar Tugas

E. Langkah Kegiatan

1. Pengantar

a. Fasilitator menjelaskan tujuan yang ingin dicapai pada sesi ini.

b. Fasilitator menjelaskan berbagai istilah yang terkait dengan pakem.

c. Fasilitator membimbing curah pendapat tentang pembelajaran aktif dan

contohnya.

d. Membagikan lembar kerja untuk mengetahui strategi pembelajaran aktif.

2. Diskusi Kelompok dan Pleno

Peserta dan fasilitator mendiskusikan hasil pengamatan dan menyampaikan

dalam diskusi pleno peserta bersama fasilitator untuk merumuskan strategi

pembelajaran aktif.

3. Pengerjaan tugas merancang penataan kelas bernuansa pembelajaran aktif.

4. Peserta bergantian memberikan pendapat dan peserta yang lain dapat

menanggapi.

Page 22: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

5. Fasilitator mengevaluasi hasil diskusi peserta dan melakukan refleksi.

F. Bahan Bacaan

STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak

didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar

sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan

kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan

individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang

tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya

memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga

pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari yang tidak tahu

menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku

kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang

mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian

guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak

perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang

mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru

yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali

pertemuan di kelas berlangsung.

Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan

didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik

ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada

umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari

pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata

antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan

pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan

dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan

terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah.

Page 23: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan

merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh

anak didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif

(active learning strategy).

Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan

penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak

didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik

pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning)

juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju

pada proses pembelajaran.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang

bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan

bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari

waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie (1986)

menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat

mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit

terakhir.

Kondisi tersebut merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan

sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia

pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak

menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual sehingga apa yang

dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang

diungkapkan Konfucius:

Apa yang saya dengar, saya lupa

Apa yang saya lihat, saya ingat

Apa yang saya lakukan, saya paham

Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa

yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan

di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses

pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi

Page 24: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

pembelajaran. Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan

Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active

learning), yaitu :

Apa yang saya dengar, saya lupa

Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit

Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa

teman lain, saya mulai paham

Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh

pengetahuan dan keterampilan

Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai

Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa

kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu

jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara

guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan

guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara

anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah

dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan

guru sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang

mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama

dengan waktu pengucapan. Otak manusia selalu mempertanyakan setiap

informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi

yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara

menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat

dengan baik.

Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan

sampai 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual di samping

auditori dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin

kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya

menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi

perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa yang didengar dikuatkan

Page 25: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio

(pendengaran). Dalam arti kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh

reinforcement yang sangat membantu bagi pemahaman anak didik terhadap

materi pembelajaran.

Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan

korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar.

Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik

(bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak

kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena

itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau

pemikiran sadar seseorang (Win Wenger, 2003:12-13). Strategi pembelajaran

konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak

sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada

pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan

kanan sangat dipentingkan.

Thorndike (Bimo Wagito, 1997) mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu :

1. law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat

memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.

2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan

maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lancar

3. law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih

baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini

cenderung akan selalu diulang.

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus

kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik.

Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam

pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus

yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika

stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar

hubungan antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan

Page 26: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri anak didik,

sehingga mereka akan mampu mempertahankan respons tersebut dalam

memory (ingatan) nya. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi

lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek

menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang

mendalam pada diri anak didik, sehingga mereka cenderung akan mengulang

aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak didik mampu mempertahan

stimulus dalam memory mereka dalam waktu yang lama (longterm memory),

sehingga mereka mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam

pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.

Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat

dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran,

sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi

hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active

learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory)

mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran

dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.

Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang

baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada

sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan

pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu

menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik

mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.

Strategi pembelajaran aktif dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran

di dalam kelas (indoor learning) maupun di luar kelas (outdoor learning) sebagai

berikut.

1. Brainstorming

Page 27: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

Brainstorming adalah teknik kreatif sebuah kelompok yang mencoba

menemukan solusi suatu masalah tertentu dengan cara mengumpulkan daftar

ide secara spontan dari anggota kelompoknya. Brainstrorming adalah bagian

teknik untuk mendapatkan ide-ide kreatif sebanyak mungkin dalam kelompok.

Metode Brainstrorming dapat dipraktikkan kepada peserta didik yang sudah

memiliki pengetahuan awal tentang materi yang akan diajarkan. Metode ini

memancing peserta didik untuk aktif menuangkan ide, pendapat, maupun

pengalaman yang sudah dimilikinya secara bebas. Dalam keadaan ini, guru harus

dapat mengelola dan mengendalikan suasana kelas agar tidak terjadi keributan

karena peserta didik yang berlomba-lomba ingin menyampaikan pendapatnya.

Dalam penggunaan strategi ini, seorang guru dapat memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya secara bergilir maupun

berkelompok terlebih dahulu.

2. Active Sharing Knowledge

Active sharing knowledge mempunyai arti sebagai saling tukar pengetahuan.

Strategi ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan peserta didik, di

samping untuk membentuk kerjasama tim. Strategi ini dapat dilakukan pada

hampir semua mata pelajaran.

Strategi ini hampir sama dengan Brainstorming yang mendorong semua

peserta didik aktif dan berani mengungkapkan pendapatnya. Jadi, keberhasilan

strategi ini tergantung kerjasama tim dalam saling tukar pengetahuan dengan

temannya.

3. The Power Of Two

The power of two berarti dua kekuatan (kepala/pikiran). Artinya bahwa

strategi pembelajaran aktif ini menekankan untuk berpikir dua orang dalam

menyelesaikan masalah yang diajukan oleh guru. Berpikir dua orang lebih baik

daripada berpikir sendiri-sendiri karena ada peluang sharing pendapat. Strategi

ini dapat membantu peserta didik pasif berani menyampaikan ide pendapat,

maupun pengalamannya kepada temannya.

Page 28: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

Dalam pelaksanaan strategi ini, guru mengetahui tingkat perbedaan

kemampuan setiap peserta didik, sehingga dalam diskusi tersebar antara peserta

didik yang pandai atau aktif dengan peserta didik yang biasanya pasif berbicara.

Semua peserta didik dianjurkan untuk menyampaikan pendapatnya kemudian

dipresentasikan di depan kelas.

Sebelum melaksanakan strategi ini, setiap peserta didik dapat memahami

terlebih dahulu materi yang akan didiskusikan atau diberikan oleh guru tugas

tersebut untuk dipelajari di rumah.

4. True or False

True or False artinya benar atau salah. Strategi ini merupakan aktivitas

kolaboratif yang dapat mengajak anak didik untuk terlibat ke dalam materi

pelajaran dengan segera. Strategi memancing peserta didik berlomba-lomba

menebak pernyataan-pernyataan yang diajukan guru. Strategi ini dapat

digunakan untuk mengukur pengetahuan peserta didik dalam memahami mata

pelajaran yang sudah dipelajari.

5. Everyone is A Teacher Here

Everyone is teacher here artinya semua orang bisa menjadi guru. Startegi ini

memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk menjadi “guru” bagi

teman-temannya yang lainnya. Sehingga strategi ini sangat bagus untuk

meningkatkan keaktifan keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran.

6. Team Investigation

Team Investigation berarti kegiatan investigasi yang dilakukan oleh kelompok

untuk memecahkan masalah atau mencari jawaban dari pertanyaan yang

diberikan oleh guru. Strategi ini melatih peserta didik bekerja sama dalam tim

untuk menyelesaikan masalah. Dalam pelaksanaan startegi ini, perlu pembagian

tugas yang harus dilakukan setiap anggota kelompok untuk menyelesaikan

masalah.

7. Index Card Match

Index Card Match adalah strategi aktif yang biasanya menggunakan kartu

indeks untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik memahami pelajaran yang

Page 29: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

sudah dipelajari. Strategi ini memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

berpasangan untuk memacahkan masalah yang diberikan oleh guru.

8. Information Search

Information search adalah strategi aktif yang memberikan kesempatan

peserta didik untuk mencari informasi melalui media atau sarana apa pun yang

dapat memungkinkan mereka mendapatkan informasi tersebut.

Agar informasi yang diperoleh peserta didik bisa bervariasi, guru dapat

menyuruh setiap kelompok belajar di tempat atau dengan media yang berbeda-

beda. Misalnya kelompok 1 mencari informasi di majalah, kelompok 2 di

perpustakaan, kelompok 3 di koran, dan seterusnya.

9. Synergenic Teaching

Synergenic Teaching adalah pembelajaran yang bersinergi. Strategi ini mirip

dengan Information Search, yang memberikan peserta didik pengalaman yang

berbeda dalam mempelajari materi yang sama.

Dalam pelaksanaannya, peserta didik dapat dibagi ke dalam beberapa

kelompok. Setiap kelompok dibagi ke beberapa tempat untuk mempelajari

sesuatu. Misalnya ada yang di kelas, perpustakaan, laboratorium, dan

sebagainya. Setelah setiap kelompok selesai mencari informasi maka hasilnya

disinergikan dengan kelompok lain yang belajar di tempat berbeda. Di sinilah,

peserta didik akan mendapatkan pengalaman berbeda dengan temannya dalam

mempelajari sesuatu.

10. G 2 G Exchange (Group to Group)

G 2 G Exchange adalah strategi pembelajaran kelompok di ruang yang

berbeda, teknik berbeda, dan cara yang berbeda. Dalam pelaksanaan strategi ini,

proses kegiatan belajar-mengajar tidak hanya terjadi di kelas, tetapi bisa juga

membagi kelompok belajar di luar kelas.

Prinsip pembelajaran strategi G 2 G adalah penggabungan 2-3 kelompok yang

belajar di tempat berbeda. Dalam hal ini, peserta didik dapat belajar pengalaman

belajar peserta yang lain, sehingga pengalaman belajar semakin bermakna bagi

mereka. Sebelum melakukan kegiatan ini, guru harus sudah menyiapkan

Page 30: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

bahan/sumber belajar bagi setiap kelompok. Setelah kegiatan selesai, semua

kelompok dikumpulkan di dalam kelas untuk sharing bersama terkait topik yang

dibahas.

11. Snowballing

Snowballing ialah ibarat bola salju yang menggulung. Dalam pelaksanaan

strategi ini, guru dapat membagi peserta didik dalam beberapa kelompok untuk

mendiskusikan materi yang sedang dipelajari. Hasil diskusi kemudian digabung

dengan kelompok lain, dan cara ini bergulir seterusnya sampai semua kelompok

menjadi satu untuk mendiskusikan dan menyimpulkan secara bersama materi

yang didiskusikan.

12. Question Student Have

Question Student Have adalah pertanyaan yang dimiliki peserta didik. Strategi

ini dapat dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami

topik yang sudah dipelajari. Setiap peserta didik diberi kesempatan untuk

membuat pertanyaan. Pertanyaan ditulis pada kertas kemudian digeser searah

jarum jam untuk dikomentari temannya, apakah pertanyaan tersebut layak

untuk didiskusikan.

Strategi ini mendorong semua peserta didik, khususnya peserta yang pasif

dalam pembelajaran untuk menuangkan pertanyaan.

Page 31: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN AKTIF

A. Pengantar

Model adalah bagian dari stuktrur pembelajaran yang memiliki cakupan

terluas. Di dalam model terdapat pendekatan, strategi, metode, dan teknik.

Salah satu aspek penting dari sebuah model pembelajaran adalah sintaks, yang

merupakan langkah-langkah baku yang harus ditempuh dalam implementasi

model tersebut.

Dengan demikian, penting diciptakan pembelajaran aktif oleh pendidik agar

pembelajaran dapat mencapai pada tingkat pembelajaran yang bermakna.

B. Tujuan

Peserta dapat:

1. Mengetahui model-model pembelajaran aktif

2. Memahami sintaks model-model pembelajaran aktif

3. Mengetahui model pembelajaran aktif yang sesuai dengan mata

pelajaran bahasa Indonesia

C. Pengelompokan

Peserta dikondisikan dalam bentuk kelompok dengan anggota maksimum 6

orang.

D. Bahan dan alat

Flip Chart, LCD, Spidol, Lembar Tugas

E. Langkah Kegiatan

1. Pengantar

Fasilitator menjelaskan tujuan yang ingin dicapai pada sesi ini.

2. Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok mengenal model-model pembelajaran aktif dengan

menggunakan model Jigsaw.

3. Mendemonstrasikan hasil diskusi dengan kelompok asal (dengan model

Jigsaw).

4. Fasilitator mengevaluasi hasil diskusi peserta.

Page 32: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

5. Penguatan, yaitu memberi penjelasan tambahan untuk memantapkan

pemahaman para peserta tentang model-model pembelajaran dan

bagaimana menerapakannya dalam proses pembelajaran.

6. Melakukan refleksi dan penutup.

F. Bahan Bacaan dan Materi Diskusi

Pembelajaran aktif (Active Learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan

penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak

didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik

pribadi yang mereka miliki. Disamping itu, pembelajaran aktif (Active Learning)

juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses

pembelajaran. Menurut Machmudah (2008), berikut adalah sintak atau langkah-

langkah model pembelajaran aktif (Active Learning) :

Fase 1: Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Dalam fase ini guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin

dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa. Tujuan belajar

yang disampaikan adalah untuk memahami sel darah pada sistem

peredaran darah.

Fase 2: Menyajikan informasi

Dalam fase ini guru menyampaikan penjelasan umum tentang

peredaran darah kepada siswa.

Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

Dalam fase ini guru membagikan kartu berisi informasi tentang sel darah

sebagai penentuan kelompok siswa.

Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Dalam fase ini guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat

mereka mengerjakan tugas mereka.

Page 33: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

Fase 5: Evaluasi

Dalam fase ini guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi, guru

mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan

memberikan soal dan penjelasan.

Fase 6: Memberikan penghargaan

Dalam fase ini guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang

terbaik sesuai dengan kriteria guru.

Kelebihan dan Kelemahan Active Learning

Active learning sebagai model dalam pembelajaran mempunyai keuntungan

sebagai berikut :

a. Peserta didik lebih termotivasi

Model pembelajaran active learning memungkinkan terjadinya pembelajaran

yang menyenangkan. Suasana yang menyenangkan merupakan faktor motivasi

untuk peserta didik. Lebih mudah menyampaikan materi ketika peserta didik

menikmatinya. Dengan melakukan hal yang sedikit berbeda, peserta didik akan

lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.

b. Mempunyai lingkungan yang aman

Kelas merupakan tempat di mana terjadi percobaan serta kegagalan-

kegagalan. Kita tidak hanya membolehkan terjadinya hal-hal tersebut, tetapi juga

memberi semangat bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Resiko harus

diambil untuk mendapatkan sesuatu yang berharga. Pendidik dapat

menyediakan lingkungan yang aman melalui modelling dan setting batas- batas

perilaku dalam kelas.

c. Pertisipasi oleh seluruh kelompok belajar

Peserta didik merupakan bagian dari rencana pembelajaran. Informasi tidak

diberikan pada peserta didik, tetapi peserta didik mencarinya. Beberapa kegiatan

membutuhkan kekuatan, kecerdasan, dan membutuhkan peserta didik untuk

menjadi bagiannya. Semua mempunyai tempat dan berkontribusi berdasarkan

karakteristik masing-masing.

Page 34: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

d. Setiap orang bertanggung jawab dalam kegiatan belajarnya sendiri

Setiap orang bertanggung jawab untuk memutuskan apakah sesuatu hal

tepat untuk mereka. Setiap orang dapat menginterpretasikan tindakan-

tindakan untuk mereka sendiri dan mengaplikasikannya sesuai dengan

kondisi mereka.

e. Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya

Peraturan dan bahasa boleh diubah menyesuaikan dengan tingkat

kebutuhan. Dengan membuat perubahan, kita dapat melakukan kegiatan

yang relevan dengan berbagai usia kelompok yang bervariasi dengan

mengeksplorasi konsep yang sama.

f. Reseptif meningkat

Dengan menggunakan active learning sebagai model dalam pembelajaran

di mana prinsip-prinsip dan penerapan dari prinsip-prinsip diekspresikan oleh

peserta didik, informasi menjadi lebih mudah untuk diterima dan diterapkan.

g. Pendapat induktif distimulasi

Jawaban atas pertanyaan tidak diberikan tetapi pertanyaan tersebut

dieksplorasi. Pertanyaan dan jawaban muncul dari peserta didik selama

kegiatan pembelajaran.

h. Partisipan mengungkapkan proses berpikir mereka

Sementara kegiatan diskusi berlangsung, pendidik dapat mengukur

tingkat pemahaman peserta didik. Dengan demikian pendidik dapat

berkonsentrasi pada hal-hal yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan.

i. Memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan

Jika peserta didik melakukan kesalahan yang menyebabkan kegagalan,

hentikan kegiatan dan pikirkan alternatif lain dan mulai lagi kegiatan. Dengan

demikian peserta didik dapat belajar bahwa kesalahan dapat menjadi sesuatu

hal yang menguntungkan dan membimbing kita untuk menjadi lebih baik.

j. Memberi kesempatan untuk mengambil risiko

Peserta didik merasa bebas untuk berpartisipasi dan belajar melalui

keterlibatan mereka karena mereka tahu bahwa kegiatan yang dilakukan

Page 35: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

merupakan simulasi. Mengambil risiko merupakan hal yang sulit dalam

masyarakat yang mengidolakan pemenang. Dengan memberikan kesempatan

pada siswa untuk berpartisipasi tanpa tekanan untuk menjadi pemenang, kita

telah memberi kebebasan untuk mencoba tanpa merasa malu untuk

melakukan kesalahan.

Sedangkan kelemahan-kelemahan dalam penerapan model pembelajaran active

learning adalah:

a. Keterbatasan waktu

Waktu yang disediakan untuk pembelajaran sudah ditentukan sebelumnya,

sehingga untuk kegiatan pembelajaran yang memakan waktu lama akan terputus

menjadi dua atau lebih pertemuan.

b. Kemungkinan bertambahnya waktu untuk persiapan

Waktu yang digunakan untuk persiapan kegiatan akan bertambah, baik

waktu untuk merancang kegiatan maupun untuk mempersiapkan agar peserta

didik siap untuk melakukan kegiatan.

c. Ukuran kelas yang besar

Kelas yang mempunyai jumlah peserta didik yang relatif banyak akan

mempersulit terlaksananya kegiatan pembelajaran dengan active learning.

Kegiatan diskusi tidak akan dapat memperoleh hasil yang optimal.

d. Keterbatasan materi, peralatan dan sumber daya

Keterbatasan materi, peralatan yang digunakan untuk melakukan kegiatan

pembelajaran, serta sumberdaya akan menghambat kelancaran penerapan

active learning dalam pembelajaran.

e. Risiko penerapan active learning

Hambatan terbesar adalah keengganan pendidik untuk mengambil berbagai

resiko diantaranya resiko peserta didik tidak akan berpartisipasi, menggunakan

kemampuan berpikir yang lebih tinggi atau mempelajari konten yang cukup.

Pendidik takut untuk dikritik dalam mengajar dan merasa kehilangan kendali

kelas serta keterbatasan keterampilan.

Page 36: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN AKTIF

A. Pengantar

Model adalah bagian dari stuktrur pembelajaran yang memiliki cakupan

terluas. Di dalam model terdapat pendekatan, strategi, metode, dan teknik.

Salah satu aspek penting dari sebuah model pembelajaran adalah sintaks, yang

merupakan langkah-langkah baku yang harus ditempuh dalam implementasi

model tersebut.

Dengan demikian, penting diciptakan pembelajaran aktif oleh pendidik agar

pembelajaran dapat mencapai pada tingkat pembelajaran yang bermakna.

B. Tujuan

Peserta dapat:

4. Mengetahui model-model pembelajaran aktif

5. Memahami sintaks model-model pembelajaran aktif

6. Mengetahui model pembelajaran aktif yang sesuai dengan mata

pelajaran bahasa Indonesia

C. Pengelompokan

Peserta dikondisikan dalam bentuk kelompok dengan anggota maksimum 6

orang.

D. Bahan dan alat

Flip Chart, LCD, Spidol, Lembar Tugas

E. Langkah Kegiatan

7. Pengantar

Fasilitator menjelaskan tujuan yang ingin dicapai pada sesi ini.

8. Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok mengenal model-model pembelajaran aktif dengan

menggunakan model Jigsaw.

9. Mendemonstrasikan hasil diskusi dengan kelompok asal (dengan model

Jigsaw).

Page 37: Modul Pelatihan Active Learning Pbsi

10. Fasilitator mengevaluasi hasil diskusi peserta.

11. Penguatan, yaitu memberi penjelasan tambahan untuk memantapkan

pemahaman para peserta tentang model-model pembelajaran dan

bagaimana menerapakannya dalam proses pembelajaran.

12. Melakukan refleksi dan penutup.