0 MODUL KETERAMPILAN KLINIK BLOK 14. MAKSILOFASIAL I PENYUSUN Adril Arsyad Hakim Ronald Sitohang Emir Taris Pasaribu Hasanul Arifin M. Fidel Ganis Sirgar Cut Aria Arina Hidayat S Almaycano Ginting Halomoan H Iqbal Pahlevi Nasution Yoan Carolina P FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
0
MODUL KETERAMPILAN KLINIK
BLOK 14. MAKSILOFASIAL I
PENYUSUN
Adril Arsyad Hakim
Ronald Sitohang
Emir Taris Pasaribu
Hasanul Arifin
M. Fidel Ganis Sirgar
Cut Aria Arina
Hidayat S
Almaycano Ginting
Halomoan H
Iqbal Pahlevi Nasution
Yoan Carolina P
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
1
SKILL LAB
KETERAMPILAN KLINIK
TINDAKAN ASEPSIS DAN ANTISEPSIS & PENGENALAN
ALAT BEDAH MINOR
Ronald Sitohang
I. PENDAHULUAN
Secara harfiah istilah asepsis berarti suatu keadaan bebas hama sedangkan
antisepsis adalah tindakan untuk membebashamakan suatu bahan, alat ataupun
ruangan untuk mencegah sepsis. Tindakan asepsis dan antisepsis adalah
tindakan yang dilakukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya penularan
kuman penyakit (mikroorganisma patogen) di antara penderita, tenaga medis
dan lingkungan sekitar. Kuman penyakit yang berasal dari lingkungan rumah
sakit, melalui berbagai cara seperti : suntikan/ pemasangan infus, pemasangan
kateter urine, luka operasi dan lain-lain dapat menginfeksi penderita sehingga
menimbulkan sepsis yang sering berakibat fatal (infeksi nosokomial). Infeksi
nosokomial lebih sulit diatasi karena kuman penyebabnya telah resisten terhadap
berbagai macam sediaan antibiotika.
Melakukan tindakan asepsis dan antisepsis adalah merupakan keterampilan
dasar yang harus dikuasai oleh setiap tenaga medis karena tindakan ini tidak
hanya dapat mencegah penularan penyakit dari pasien ke tenaga medis namun
juga sebaliknya. Keterampilan dasar ini berupa : pencucian tangan rutin (routine
hand washing) dan pemakaian sarung tangan steril secara terbuka (open
donning). Pencucian tangan untuk mencegah penularan kuman pertama kali
dikemukakan oleh Ignaz Philipp Semmelweis, obstetrikus dari Vienna pada
tahun 1861 berdasarkan pengamatannya pada ibu-ibu melahirkan yang sering
mengalami sepsis puerperalis. Pada tahun 1885 William S. Halsted dari
Amerika Serikat memperkenalkan pemakaian sarung tangan steril untuk
mengurangi kemungkinan kontak kuman patogen dengan luka operasi.
Khusus dalam pembedahan, penerapan teknik asepsis dan antisepsis
ditujukan pada 3 komponen yaitu : (1) Ruang bedah / Kamar operasi, (2) Tenaga
medis yang melaksanakan pembedahan dan (3) Penderita sendiri. Komponen
ruang bedah meliputi ruang tempat pembedahan dilaksanakan beserta seluruh
alat-alat bedah (instrumen) yang dipakai dalam pembedahan. Terhadap ruangan
dilakukan pembersihan secara periodik misalnya mengepel lantai dengan
desinfektan setiap kali selesai operasi dan menyinarinya dengan sinar ultraviolet
jika ruangan tidak digunakan. Sedangkan terhadap alat-alat bedah dan berbagai
macam linen penutup (drape) serta jas / jubah operasi dilakukan sterilisasi
dengan pemanasan.
Tenaga medis yang melaksanakan pembedahan harus : (1) Mengganti
pakaian luarnya dengan pakaian kamar bedah, (2) Memakai topi, masker dan
alas kaki, (3) Melakukan pencucian tangan khusus (special hand washing), (4)
Memakai jas / jubah operasi yang steril dan (5) Memakai sarung tangan steril
secara tertutup. Kepada penderita yang akan dioperasi dilakukan desinfeksi
2
lapangan operasi serta menutup seluruh permukaan tubuh dengan linen penutup
steril kecuali lapangan operasi.
Ada ribuan jenis dan ragam alat-alat bedah yang diciptakan manusia sampai
saat ini menurut kebutuhannya. Dengan kemajuan teknologi telah diciptakan
alat-alat bedah khusus untuk berbagai jenis operasi sejalan dengan
berkembangnya cabang-cabang keahlian di bidang bedah. Namun demikian
fungsi-fungsi mendasar dari seluruh alat-alat tersebut adalah mencakup :
menyayat, memotong, memegang (menjepit dan menahan), menarik, menjahit,
mengikat dan lain-lain. Minor surgery kit yang merupakan perangkat alat-alat
bedah sederhana telah dapat melaksanakan fungsi-fungsi mendasar tersebut
sehingga dapat dipakai untuk melakukan operasi-operasi kecil.
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1 TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan
tindakan asepsis dan antisepsis sederhana serta mengenal alat bedah minor.
II.2 TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan teknik cuci tangan yang benar.
2. Melakukan pemakaian sarung tangan steril.
3. Mengenal alat-alat bedah minor
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu
Aktivitas Belajar Mengajar
Keterangan
20 menit
(Presentasi)
Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa) oleh
narasumber
Narasumber
10 menit
(Demonstrasi)
Narasumber mendemonstrasikan tehnik cuci tangan dan
pemakaian sarung tangan steril serta memperkenalkan alat-alat
bedah minor
Narasumber
20-30 menit
(Coaching)
Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok terdiri
dari 8-9 mahasiswa). Tiap kelompok kecil memiliki 1 instruktur
dimana instruktur mendemonstrasikan tehnik cuci tangan dan
pemakaian sarung tangan steril serta memperkenalkan alat-alat
bedah minor di depan kelas kecil.
Coaching : Mahasiswa melakukan tindakan secara bergantian (2-
3 orang) dengan dibimbing oleh instruktur.
Instruktur
Mahasiswa
90 menit
(Self practice)
Self Practice : Mahasiswa melakukan sendiri tindakan secara
bergantian sehingga total waktu yang dibutuhkan + 90 menit
(tergantung jumlah mahasiswa).
Mahasiswa
3
III. RUJUKAN
a. A. Summar Y. WHO Guidelines On Hand Hygiene In Health Care
(Advanced Draft).Geneva : World Health Organization, 2005.
b. Beilman, Greg J. Surgical Infection in Schwartz’s Principles of Surgery.
Ed. 9. New York : McGraw Hill Medical, 2010.
c. Nealon, Thomas F Jr. Fundamental Skills in Surgery, Ed. 4. Philadelphia :
W. B. Saunders Company, 1996.
IV. PERALATAN DAN BAHAN
1. Air yang mengalir (wastafel)
2. Sabun (cair, bubuk atau batangan)
3. Kain lap bersih
4. Sarung tangan steril sesuai ukuran (dibawa oleh mahasiswa)
5. Pemotong kuku (nail cutter)
6. Alat-alat bedah minor (minor surgery kit)
V. TEKNIK PELAKSANAAN
1. TEKNIK CUCI TANGAN
1. Pendekkan kuku dan lepaskan perhiasan (cincin, gelang serta jam tangan)
2. Basahkan kedua tangan dengan air mengalir.
3. Tuangkan sabun secukupnya pada telapak tangan.
4. Gosokkan secara merata pada kedua telapak tangan.
5. Gosokkan telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri dan sela jari secara
berulang, lalu lakukan hal yang sama pada punggung tangan kanan.
6. Gosokkan kedua telapak tangan dan sela jari secara berulang.
7. Gosokkan kuku jari 2-5 ke telapak tangan berlawanan berulang-ulang dan
sebaliknya.
8. Gosok ibu jari tangan kanan dengan menggenggamnya dengan tangan kiri
berulang-ulang dan sebaliknya.
9. Gosokkan seluruh ujung jari tangan kanan ke telapak tangan kiri berulang-
ulang dan hal yang sama dilakukan untuk ujung jari tangan kiri.
10. Bilas kedua tangan pada air yang mengalir.
11. Keringkan tangan menggunakan kain lap bersih.
12. Matikan kran air dengan tangan dilapisi kain lap.
13. Letakkan kain lap pada tempatnya.
4
2. TEKNIK PEMAKAIAN SARUNG TANGAN STERIL
(Open Donning / Sarung tangan terbuka)
1. Buka sampul pembungkus dalam yang steril setelah asisten membuka
sampul pembungkus luar sarung tangan dan paparkan di atas meja serta
perhatikan tanda sarung tangan kanan (R) dan kiri (L).
2. Ambil sarung tangan kanan (R) menggunakan tangan kiri dengan
memegangnya pada pangkal lipatan tanpa membuka lipatannya.
5
3. Masukkan tangan kanan hingga seluruh jari tepat masuk ke dalam sarung
yang sesuai (Tangan kiri yang telanjang hanya boleh menyentuh sisi
dalam lipatan sarung tangan !)
4. Selipkan ujung jari tangan kanan di antara lipatan sarung tangan kiri lalu
masukkan tangan kiri ke dalam sarung tangan kiri hingga seluruh jari
tepat masuk ke dalam sarung yang sesuai.
5. Buka lipatan sarung tangan hingga menutupi pergelangan tangan kanan
dan kiri ( Pastikan sarung tangan tidak menyentuh lengan atau
pergelangan tangan yang telanjang ! ).
3. PENGENALAN ALAT BEDAH MINOR
Alat-alat bedah minor terdiri dari :
1. Tangkai dan mata pisau bedah (Scalpel)
Fungsi untuk pisau pembedahan
2. Gunting Bedah (Dissecting Scissor)
Fungsi untuk memotong/diseksi jaringan tubuh yang lunak
6
3. Gunting Benang (Suture Scissor)
Fungsi untuk memotong benang
4. Gunting Perban (Bandage Scissor)
Fungsi untuk memotong perban
5. Pinset anatomis (Thumb Forcep)
Fungsi untuk menjepit dan menahan jaringan
6. Pinset Jaringan/Chirurgis (Tissue Forceps)
Fungsi untuk menjepit dan menahan jaringan secara lebih kuat.
7. Klem Hemostatik (Hemostatic Forcep)
Fungsi untuk menjepit pembuluh darah kecil
8. Pemegang jarum (Needle Holder)
Fungsi untuk memegang jarum penjahit.
9. Klem Koher (Koher Forcep)
Fungsi untuk menjepit jaringan secara kuat dan permanen.
10. Jarum : Cutting & Round
Fungsi jarum cutting untuk menjahit kulit
Fungsi jarum round untuk menjahit jaringan lunak di bawah kulit.
11. Benang : Silk (Zijde, Sutera) dan Catgut.
Fungsi benang silk (zijde, sutera) untuk menjahit jaringan (umumnya
kulit dan tidak diserap tubuh)
Fungsi benang catgut untuk menjahit jaringan dan dapat diserap tubuh.
Henti jantung (cardiac-arrest) dan henti nafas (respiratory-arrest) merupakan suatu
keadaan kegawatan yang mengancam nyawa, dan dapat terjadi dimana dan kapan saja. Keadaan
ini memerlukan tindakan segera berupa Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO). Tindakan RJPO
bertujuan mengambil alih dan mengembalikan fungsi jantung (pompa) dan pernafasan. Bantuan
Hidup Dasar (BHD, BLS) merupakan bagian dari RJPO berupa tindakan pembebasan jalan
nafas, memberikan nafas bantu dengan maupun tanpa alat, dan melakukan pijat jantung luar.
Keberhasilan tindakan RJPO ini tergantung dari cepatnya memulai tindakan dan teknik yang
benar. Kemampuan ini tidak hanya dimiliki oleh medis, para medis tetapi juga non-medis.
Gasping merupakan tanda henti jantung.
9
1. Menentukan pasien sadar atau tidak dengan cara memanggil, menepuk bahu atau
wajah korban. Jika pasien tidak sadar segera meminta bantuan.
2. Bebaskan jalan nafas, head tilt-chin lift atau jaw thrust
10
3. Menilai jalan napas bebas atau tidak dengan melihat adanya gerakan dada, terasa ada hembusan nafas, mendengar suara nafas. (lihat, dengar, rasa)
4. Melakukan penilaian pasien henti jantung dengan meraba Arteri Carotis tergantung posisi penolong
5. Menentukan lokasi titik tumpu kompresi jantung (satu jari diatas Px, pertengahan sternum)
6. Melakukan tindakan RJPO dengan perbandingan kompresi jantung dan pemberian nafas
30 : 2, oleh satu atau dua penolong.
Kompressi jantung luar dilakukan dengan kedua tangan saling bertumpu pada posisi pijatan, dengan frekwensi 100 kali permenit ( dicapai dengan pompaan 30 kali dalam waktu 18 detik)
Kedalaman pijatan jantung luar paling sedikit mencapai kedalaman 5 cm.
Sedapatnya pompa jantung luar tidak terputus.
Dilanjutkan dengan memberikan nafas bantu 2 kali dengan alat maupun tanpa alat (mouth to mouth), berurutan disela periode ekspirasi.
Kompressi jantung luar dan nafas buatan (30:2) dilakukan 5 siklus. Setelah itu nilai ulang apakah korban sudah ROSC (Return of Spontaneous Circulation) atau belum, dengan cara meraba nadi karotis. Bila sudah ROSC, lakukan recovery position( stable side position). Pengakhiran tindakan RJPO
Tindakan RJPO diakhiri bila :
ROSC (Return Of Spontaneous Circulation)
Ada rescuer (penolong) yang lebih terlatih
Penolong kelelahan, berbahaya bila diteruskan
Diputuskan sudah tidak bisa ditolong lagi ( lebam mayat, pupil dilatasi penuh, kulit dingin)
11
RECOVERY POSITION
Recovery position dilakukan setelah pasien ROSC ( return of spontaneous circulation)
Urutan tindakan recovery position meliputi:
1. Tangan pasien yang berada pada sisi penolong diluruskan ke atas.
2. Tangan lainnya disilangkan di leher pasien dengan telapak tangan pada pipi pasien
3. Kaki pada sisi yang berlawanan dengan penolong ditekuk dan ditarik ke arah penolong,
sekaligus memiringkan tubuh korban ke arah penolong.
Dengan posisi recovery jalan nafas diharapkan dapat tetap bebas(secure airway) dan mencegah
aspirasi jika terjadi muntah.
12
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1 TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan skllls lab pada blok Resusitasi Jantung Paru Otak, diharapkan
mahasiswa terampil dalam melakukan tindakan pertolongan pada pasien henti jantung dan
henti nafas baik perseorangan maupun sebagai suatu team. Mahasiswa juga diharapkan
mampu berkomunikasi dengan yang lain dalam memberikan pertolongan sehingga tercapai
hasil yang lebih maksimal
II.2. TUJUAN KHUSUS
1. Mampu menjelaskan tanda tanda henti jantung-henti nafas (cardio-respiratory arrest)
2. Mampu menjelaskan langkah langkah (algoritme) resusitasi jantung
3. Mampu melakukan semua tindakan RJP secara runtun dengan benar sesuai dengan
algoritme.
4. Mampu menentukan dan menjelaskan korban sudah ROSC atau belum.
5. Mampu menentukan dan menjelaskan keputusan untuk menghentikan RJP dengan tepat
13
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu
Aktifitas Belajar Mengajar
Keterangan
20 menit
Introduksi pada kelas besar
- Penjelasan narasumber tentang RJPO (10 menit)
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan yang diputar (10 menit)
Narasumber
10 menit
Demonstrasi pada kelas besar oleh narasumber
Narasumber memperlihatkan cara melakukan RJPO secara
bertahap dengan baik benar.
Narasumber
10 menit
- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok tdd
9 mahasiswa).
Instruktur memperlihatkan cara melakukan RJPO secara
bertahap dengan baik benar
Instruktur
20 menit
Coaching :
- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-3
orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh instruktur.
- Pasien simulasi menggunakan manikin
Instruktur
Mahasiswa
90 menit Self practice : Mahasiswa melakukan RJPO dengan baik dan
benar
Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.
Mahasiswa
Instruktur
IV. PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.I. PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang
2. Diskusi dipimpin oleh instruktur yang ditunjuk oleh koordinator
3. Pelaksanaan kegiatan
a. Instruktur melakukan demonstrasi selama 10 menit dan mahasiswa memperhatikan
dan diberikan kesempatan untuk bertanya
b. Mahasiswa melakukan tindakan RJPO terdiri dari 1 orang , atau 2 orang yang
melakukan resusitasi dan yang lain sebagai pemerhati. Kegiatan ini dibimbing oleh
instruktur yang sudah ditunjuk
c. Setiap mahasiswa harus diberi kesempatan untuk dapat melakukan RJPO
4. Waktu pelaksanaan. Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit
5. Tempat pelaksaan Ruang Skills Lab FK USU
V. RUJUKAN
1. Algorithm untuk cardiac arrest pada puleless cardiac arrest oleh karena VF, VT, PEA
dan Asystole (AHA Guidelines for CPR 2010)
2. ERC Guidelines for Resuscitation 2010
14
VI. LEMBAR PENGAMATAN RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK (RJPO)
No
Langkah Ya Tidak
1. Menentukan pasien sadar atau tidak, jika pasien tidak
sadar segera meminta bantuan.
2. Membebaskan jalan nafas (Head Tilt, Chin lift, Jaw
thrust)
3.
Menilai jalan napas bebas atau tidak dengan melihat
adanya gerakan dada, terasa ada hembusan nafas,
mendengar suara nafas (look, listen and feel).
4. Melakukan penilaian pasien henti jantung dengan
meraba Arteri Carotis tergantung posisi penolong,
dengan cara jari 2 dan 3 menelusuri adam apple ke
arah lateral sampai musculus sternocleido
mastoideus (5-10 detik)
5. Menentukan lokasi titik tumpu kompresi jantung
(satu jari di atas processus xiphoideus, midsternal)
6. Melakukan tindakan RJPO dengan
perbandingan kompresi jantung dan
pemberian nafas 30 : 2
Melakukan kompressi jantung luar dengan
kedua tangan saling bertumpu dengan
frekwensi 100 kali per menit dengan
kedalaman minimal 5cm.
Kemudian lanjutkan dengan, memberikan
bantuan nafas 2 kali dengan maupun tanpa
alat, berurutan disela periode ekspirasi..
7 Melakukan penilaian hasil RJP setelah 5 siklus
(30 : 2) dengan meraba kembali arteri karotis.
8. Bila telah ROSC, lakukan posisi recovery ( stable