BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian di Indonesia merupakan sektor yang menyerap paling banyak tenaga kerja, hal ini terlihat berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2001 yang menunjukan bahwa sekitar 40 juta orang bekerja disektor pertanian dari sekitar 90 juta angkatan kerja yang berusia 15 tahun keatas. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor itu tentunya memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja. 1 Bertani merupakan suatu kegiatan yang dimulai dari menggemburkan tanah, menyemai bibit, kegiatan dalam upaya meningkatkan produksi seperti pemupukan menggunakan pupuk organik dan kimia sampai penggunaan pestisida dan menuai/memetik hasil panen. Semua rangkaian kegiatan bertani tersebut merupakan kegiatan yang bisa dibilang berisiko apabila para petani tidak memperhatikan hal-hal dalam keselamatan dan kesehatan kerja saat bertani. Dampak kesehatan yang dapat 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian di Indonesia merupakan sektor yang menyerap paling banyak
tenaga kerja, hal ini terlihat berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) tahun
2001 yang menunjukan bahwa sekitar 40 juta orang bekerja disektor pertanian
dari sekitar 90 juta angkatan kerja yang berusia 15 tahun keatas. Banyaknya
tenaga kerja yang bekerja di sektor itu tentunya memerlukan perhatian yang serius
dari pemerintah dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja.1
Bertani merupakan suatu kegiatan yang dimulai dari menggemburkan
tanah, menyemai bibit, kegiatan dalam upaya meningkatkan produksi seperti
pemupukan menggunakan pupuk organik dan kimia sampai penggunaan pestisida
dan menuai/memetik hasil panen. Semua rangkaian kegiatan bertani tersebut
merupakan kegiatan yang bisa dibilang berisiko apabila para petani tidak
memperhatikan hal-hal dalam keselamatan dan kesehatan kerja saat bertani.
Dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan dari kegiatan bertani seperti penyakit
kulit akibat ultraviolet dan bahan agrokimia seperti pupuk kimia dan pestisida
sampai keracunan akibat pestisida. Selain itu, dapat juga terjadi penyakit cacingan
akibat ketiadaan pemakaian alas kaki ataupun masuk melalui mulut karena tidak
memperhatikan kebersihan tangan dan kuku.2
Untuk itu, sangat penting bagi para petani untuk menggunakan alat
pelindung diri (APD) untuk mencegah dampak-dampak kesehatan yang dapat
ditimbulkan dari kegiatan bertani tersebut. Alat pelindung diri yang harus
1
2
digunakan oleh para petani adalah topi, masker, baju lengan panjang, sarung
tangan, celana panjang dan boot.2
Pertanian dapat dianggap sebagai satu masyarakat tertutup, sehingga
usaha-usaha keselamatan dan kesehatan pun harus disesuaikan dengan sifat-sifat
masyarakat demikian, dalam arti menyelenggarakan sendiri dan untuk kebutuhan
sendiri. Dalam hal ini sesuai pula dengan luas lahan pertanian yang sudah
sepatutnya ada usaha-usaha meliputi bidang preventif dan kuratif, baik mengenai
peyakit umum, kecelakaan kerja, dan penyakit akibat kerja.3
Petani merupakan salah satu pekerjaan sektor non-formal, orang-orang
yang bekerja disektor non-formal memiliki pengetahuan akan pentingnya alat
pelindung diri yang masih kurang dibanding orang yang bekerja di sektor formal.
Ketersedian dan pemakaian alat pelindung diri juga berbeda, pekerjaan formal
seperti di industri, pihak perusahaan sudah menyediakan dan ada pengawasan oleh
pihak-pihak tertentu seperti Dinas Tenaga Kerja, sehingga kesehatan dan
keselamatan kerja sektor non-formal lebih terjamin, sedangkan petani dengan
kondisi yang cukup terbatas biasanya hanya menggunakan alat pelindung diri
seadanya, sehingga kesehatan dan keselamatan kerja jauh tidak terjamin
dibandingkan sektor formal.3
Di kawasan AURI Pekanbaru masih ada masyarakat sipil yang sebagian
besar bekerja di sektor pertanian, yang sebagian besar merupakan petani sayur.
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran petani akan pentingnya pemakaian APD
menyebabkan mereka enggan menggunakan APD saat bertani. Pelaksanaan
sosialisasi mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani pada para petani
telah pernah dilakukan beberapa tahun yang lalu namun tidak disertai evaluasi dan
3
monitoring, hal ini juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ketiadaan
penggunaan APD. Hal inilah yang melatarbelakangi perlunya optimalisasi
sosialisasi pentingnya penggunaan APD saat bertani pada kelompok tani Panca
Karya di kawasan pertanian AURI.
1.2 Tujuan Kegiatan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah terlaksananya optimalisasi
sosialisasi pentingnya penggunaan APD saat bertani pada kelompok tani Panca
Karya di kawasan pertanian AURI.
1.2.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
1. Didapatkannya identifikasi masalah pada kelompok tani Panca Karya di
kawasan pertanian AURI.
2. Diketahuinya prioritas masalah pada kelompok tani Panca Karya di kawasan
pertanian AURI.
3. Didapatkannya beberapa alternatif pemecahan masalah dalam kegiatan
optimalisasi sosialisasi pentingnya penggunaan APD saat bertani pada
kelompok tani Panca Karya di kawasan pertanian AURI.
4. Dilaksanakannya alternatif pemecahan masalah dalam kegiatan optimalisasi
sosialisasi pentingnya penggunaan APD saat bertani pada kelompok tani
Panca Karya di kawasan pertanian AURI.
5. Terevaluasinya kegiatan pemecahan masalah dalam kegiatan optimalisasi
sosialisasi pentingnya penggunaan APD saat bertani pada kelompok tani
Panca Karya di kawasan pertain an AURI.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Petani
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian
utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk
menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain-lain),
dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan
sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.5
Sejarah pertanian telah mencatat bahwa pola pertanian masyarakat petani
awal adalah pertanian subsisten. Mereka menanam berbagai jenis tanaman dengan
sebatas untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Mereka menanam
berbagai jenis biji-bijian ataupun tanaman sayur-sayuran.5
2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Petani
2.2.1 Faktor Risiko Kesehatan Kerja Petani
Gabungan konsep kualitas kesehatan tenaga kerja sebagai modal awal
untuk bekerja dengan resiko bahaya lingkungan pekerjaannya.Petani Indonesia
pada umumnya tidak memerlukan transportasi menuju tempat pekerjaannya,
namun bagi petani pertanian apalagi yang tinggal diperkotaan yang memerlukan
waktu lama menuju tempat kerjanya maka kualitas dan kapasitas kerjanya akan
berkurang. Terlebih lagi bagi petani yang menggunakan sepeda motor yang harus
exposed terhadap pencemaran udara dan kebisingan jalan raya. Tentu akan
menimbulkan beban yang lebih berat.6
Mengacu pada teori kesehatan kerja maka resiko kesehatan petani yang ditemui di
tempat kerjanya adalah sebagai berikut : 6
5
1. Mikroba : faktor resiko yang memberikan konstribusi terhadap kejadian
penyakit infeksi akibat parasit. Berbagai faktor risiko yang menyertai
cacingan, leptospirosis, gigitan serangga, dan binatang berbisa.
2. Faktor lingkungan kerja fisik : sinar ultraviolet, suhu panas, suhu dingin,
cuaca, hujan, angin, dan lain-lain.
3. Ergonomi : kesesuaian alat dengan kondisi fisik petani seperti cangkul,
traktor, dan alat-alat pertanian lainnya.
4. Bahan kimia toksik : agrokimia seperti pupuk, herbisida, akarisida, dan
pestisida.
2.2.2 Penyakit-penyakit yang Berhubungan Dengan Bertani
Secara teoretis apabila seseorang bekerja, ada tiga variable pokok yang
saling berinteraksi. Yakni, kualitas tenaga kerja, jenis atau beban pekerjaan dan
lingkungan pekerjaannya. Akibat hubungan interaktif berbagai faKtor risiko
kesehatan tersebut, apabila tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan
gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan. Gangguan kesehatan
akibat atau berhubungan dengan pekerjaan dapat bersifat akut dan mendadak, kita
kenal sebagai kecelakaan, dapat pula bersifat menahun.berbagai gangguan
kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan misalnya para petani mengalami
keracunan pestisida dari dari tingkat sedang hingga tingkat tinggi.6
Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan petani yang diderita oleh
petani seperti :7
1. Gangguan kulit akibat sinar ultraviolet dan gangguan agrokimia. Penggunaan
agrokimia khususnya pestisida merupaka faktor risiko penyakit yang paling
6
sering dibicarakan. Kondisi kesehatan awal petani berpengaruh terhadap
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.
2. Keracunan akut dan kronis akibat pestisida yang bermanifestasi seperti mual
muntah, sakit kepala, keringat berlebihan, diare dan sesak nafas yang sering
diabaikan oleh para petani sehingga mereka tidak pernah memeriksakan diri
ke puskesmas atau rumah sakit.
3. Penderita anemia karena kekurangan gizi disebabkan kecacingan di sawah
atau pertanian maupun kurang pasokan makanan, kemudian dapat diperburuk
dengan keracunan organofospat.
4. sakit pinggang (karena alat cangkul yang tidak ergonomis dan posisi tubuh
yang salah ketika mencangkul).
2.3 Alat Pelindung Diri
2.3.1 Pengertian Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga
kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
bahaya/ kecelakaan kerja. APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi
tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi.7
2.3.2 Alat Pelindung Diri (APD) Pada Bidang Pertanian
Menurut Djoyosumarto (2000) penggunaan APD harus dipakai bukan saja
waktu menyemprot, tetapi sejak dari mulai mencampur dan mencuci peralatan
menyemprot maupun sesudah selesai menyemprot. Alat pelindung diri yang
seharusnya di pakai oleh petani adalah:7
7
1. Pakaian kerja
Pakaian yang digunakan sebaiknya sebanyak mungkin untuk menutupi
tubuh. Pakaian yang dapat digunakan yaitu pakaian yang cukup sederhana yang
terdiri dari celana panjang dan kemeja lengan panjang yang terbuat dari bahan
yang cukup tebal dan rapat, pakaian kerja sebaiknya tidak berkantung karena
adanya kantung cenderung digunakan untuk menyimpan benda-benda seperti
rokok.
Gambar 2.1 Baju lengan panjang
2. Celemek (apron)
Celemek berfungsi melindungi bagian tubuh dari bahan kimia berbahaya
dari pestisida semprot, bahan yang di pakai adalah terbuat dari plastik atau kulit.
Apron harus dipakai ketika menyemprot tanaman yang tinggi.
Gambar 2.2 Apron
8
3. Penutup kepala
Penutup kepala yang diperlukan untuk petani biasanya hanya berupa topi
lebar atau helm khusus untuk menyemprot. Tetapi pelindung kepala juga penting,
terutama menyemprot tanaman yang tinggi.
Gambar 2.3 Penutup kepala (topi tani)
4. Alat pelindung pernapasan
Pelindung ini berguna untuk melindungi pernapasan terhadap gas, uap,
partikel atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat racun,
korosi atau rangsangan. Contohnya masker, untuk melindungi debu/ partikel-
partikel yang lebih besar yang masuk ke dalam pernafasan, dapat terbuat dari kain
dengan ukuran pori-pori tertentu dan respirator, berguna untuk melindungi
pernafasan dari debu, kabut, uap, logam, asap dan gas
Gambar 2.4 Alat pelindung pernapasan
9
5. Pelindung mata dan muka
Pelindungan harus diberikan untuk menjaga kontak mata dengan gas atau
uap iritan dan dari dampak partikel kecil yang terlempar dengan kecepatan
rendah.
Ada 3 bentuk yang biasa di temui:
(1) Spectacles, berguna untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil.
(2) Goggles, berguna untuk melindungi mata dari gas, uap, dan percikan
larutan kimia.
(3) Perisai muka, digunakan untuk melindungi mata atau muka, dapat
dipasang pada helm atau pada kepala langsung.
Gambar 2.5 Alat Pelindung mata
6. Sarung tangan
Pekerjaan menyemprot selalu berhadapan dengan larutan pestisida
beracun. Untuk melindungi jari-jari dari larutan beracun dan berbahaya, maka
petani penyemprot harus menggunakan sarung tangan yang tidak mudah
menembus kulit. Sarung tangan yang biasa ditemui terbuat dari karet karena tidak
tembus air, sehingga larutan pestisida tidak mudah menembus sarung tangan dan
terkena kulit tangan.
10
Gambar 2.6 Sarung Tangan
7. Sepatu kerja (Boot)
Fungsi dari sepatu kerja yaitu melindungi kaki dan bagianbagiannya dari
larutan kimia, panas . Ketika menggunaan sepatu boot, ujung celana panjang
jangan dimasukkan ke dalam sepatu, tetapi ujung celana harus menutupi sepatu
boot.
Gambar 2.7 Boot
2.3.3 Syarat Alat Pelindung Diri Bidang Pertanian
Menurut Suwondo (2005) ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
dalam pemakaian alat pelindung diri (APD) yaitu :7
1. Perlengkapan pelindung harus terbuat dari bahan yang memenuhi kriteria
teknis perlindungan pestisida
2. Setiap perlengkapan pelindung yang akan digunakan harus dalam keadaan
bersih dan tidak rusak
3. Jenis pengamanan yang digunakan minimal sesuai dengan petunjuk yang
tertera pada label atau brosur pestisida
11
4. Setiap kali selesai digunakan harus dicuci dan disimpan di tempat khusus
dan bersih.
Gambar 2.8 Contoh APD saat bertani
2.4 Pelaksanaan K3 di pertanian
Berikut terdapat beberapa cara strategis yang menyangkut pembangunan
kesehatan dan keselamatan kerja petani yang merupakan tugas pemerintah,
apalagi yang mengandalkan pertanian dan pertanian sebagai sumber pendapatan
asli daerahnya.8
1. Perlunya komitmen dari Pimpinan dalam penanganan dan pelaksanaan
program K3
2. Perlunya di bentuk Tim dan SMK3 di Kementerian Pertanian
3. Sehubungan belum adanya regulasi yang jelas mengenai program K3 di
Kementerian Pertanian, perlu dibuat dan disusun regulasi pelaksanaan K3
sesuai peraturan dan ketentuan K3 yang berlaku
4. Untuk meningkatkan pemahaman mengenai K3 perlu dilakukan pelatihan
dan bimbingan teknis K3 di seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian
Pertanian
5. Untuk mensosialisasikan dan memasyarakatkan K3 perlu disusun Buku
Saku, Panduan/Pedoman, leaflet, poster, dan penyebarluasan melalui
Website, bulletin, news letter
12
6. Sehubungan dengan adanya potensi bahaya dan resiko akibat kerja
( Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Akibat Kerja ) maka perlu
diadakan pemeriksaan kesehatan secara berkala/ MCU ( Medical Check
Up ) bagi para pelaksana tugas yang beresiko, sesuai dengan faktor
paparan yang ada
7. Untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dan penanggulangan penyakit/
kecelakaan akibat kerja bagi pegawai di unit pelaksana kerja, perlu
diadakan Pos P3K/Klinik Kesehatan atau bekerjasama dengan Fasilitas
Kesehatan terdekat
8. Mengingat pelaksanaan kegiatan pada laboratorium menghasilkan limbah
yang berbahaya perlu dilakukan penanganan pembuangan limbah, dan
bagi beberapa unit kerja dalam satu wilayah penanganan limbah dapat
dilakukan secara terpadu
9. Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan K3 pada unit-unit kerja di
lingkungan Kementerian Pertanian baik di pusat maupun didaerah, perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan
10. Untuk terlaksananya program K3 secara baik dan efektif di lingkungan
Kementerian Pertanian , perlu adanya kebijakan dan dukungan anggaran
yang memadai.
2.5 Kerangka Teori Peningkatan Mutu
Metode yang digunakan pada proyek peningkatan melalui metode Plan,
Do, Check, and Action (PDCA Cycle) yang didasari atas masalah yang dihadapi
(problem faced) ke arah penyelesaian masalah (problem solving). Ada beberapa
tahap yang dilakukan pada PDCA, yaitu:
13
1. Plan
a. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pelanggannya dan harapan
pelanggan tersebut melalui analisis suatu proses tertentu.
b. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini.
1. Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang
terlibat dalam proses tersebut.
2. Teknik yang dapat digunakan : brainstorming.
c. Mengukur dan menganalisa situasi tersebut.
1. Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut.
2. Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja
dan dinamika proses.
3. Teknik yang digunakan : observasi dan wawancara.
4. Menggunakan alat ukur seperti kuesioner.
d. Fokus pada peluang peningkatan mutu.
1. Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan.
2. Kriteria masalah: menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap
antara kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat diukur.
e. Mengidentifikasi akar penyebab masalah
1. Menyimpulkan penyebab
2. Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
3. Alat yang digunakan : fishbone analysis Ishikawa
f. Menemukan dan memilih penyelesaian
1. Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
2. Teknik yang dapat digunakan: Brainstorming
14
2. Do
1. Merencanakan suatu proyek uji coba
2. Merencanakan sumber dana, dan sebagainya
3. Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)
4. Melaksanakan Pilot Project, dilaksanakan dalam skala kecil dengan
waktu yang relatif singkat (1 hari).
3. Check
1. Evaluasi hasil proyek.
2. Bertujuan untuk efektifitas proyek tersebut.
3. Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang
dikumpulkan dan teknik pengumpulan data harus sama).
4. Target yang ingin dicapai.
5. Membuat kesimpulan proyek.
6. Hasil menjanjikan namun perlu perubahan. Jika proyek gagal, cari
penyelesaian lain. Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas.
4. Action
1. Standarisasi perubahan
2. Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan
3. Revisi proses yang sudah diperbaiki
4. Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada
5. Komunikasikan pada seluruh staf, pelanggan, dan supplier atas
perubahan yang dilakukan
6. Lakukan pelatihan bila perlu
7. Mengembangkan rencana yang jelas
15
8. Dokumentasikan proyek
9. Memonitor perubahan
10. Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur
11. Alat yang digunakan: kamera digital
16
BAB III
SOSIALISASI PENTINGNYA PENGGUNAAN APD SAAT BERTANI
PADA KELOMPOK TANI PANCA KARYA
DI KAWASAN PERTANIAN AURI
3.1 Plan
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode Plan, Do,
Check, Action (PDCA cycle). Kegiatan plan dimulai pada 27-30 Oktober 2012
melalui observasi lingkungan kegiatan, wawancara dengan ketua kelompok tani
dan para petani. Hasil observasi dan wawancara adalah untuk mengindentifikasi
dan menganalisis permasalahan pada program sosialisasi pentingnya alat
pelindung diri (APD) saat bertani pada kelompok tani Panca Karya di kawasan
AURI.
3.1.1 Deskripsi keadaan
Kawasan pertanian AURI merupakan tanah pertanian milik AURI dengan
luas sekitar ± 15 hektar, namun lahan yang dikelola oleh kelompok tani Panca
Karya ± 5 hektar. Kelompk tani Panca Karya terdiri dari seorang ketua dan 20
orang anggota serta memiliki sebuah koperasi. Para petani menjadikan tanah
pertanian ini sebagai lahan untuk bercocok tanam sayur-sayuran muda seperti,
selada, sawi, kemangi dan lain-lain. Hasil dari pertanian ini kemudian dijual
kepasar-pasar di Pekanbaru. Pekerjaan saat bertani cukup beresiko bagi mereka
yang dapat berdampak pada kesehatan petani karena mereka tidak pernah
menggunakan alat pelindung diri saat bertani.
17
3.1.2 Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah didapatkan melalui:
1. Wawancara dengan petani kawasan pertanian AURI Pekanbaru.
2. Wawancara dengan ketua kelompok tani kawasan pertanian AURI
3. Observasi langsung pelaksanaan kegiatan pertanian di kawasan pertanian
AURI Pekanbaru. Dari data tersebut di identifikasi beberapa masalah dalam
upaya promotif dan preventif dalam wilayah tersebut, yaitu:
Tabel 3.1 Identifikasi Masalah
No. Aspek yang dinilai Masalah Evidence Based
1. K3 pada sektor
pertanian non-
formal.
-Para petani tidak
menggunakan
alat pelindung
diri (APD) saat
bertani
Observasi lingkungan
o Para petani tidak menggunakan
APD saat bertani
Wawancara ketua kelompok tani :
sudah pernah dilakukannya
sosialisasi penggunaan APD saat
bertani pada petani di kawasan
tersebut enam tahun yang lalu namun
tidak ada evaluasi atau monitoring.
Wawancara warga
Pengetahuan warga tentang APD
kurang yang ditunjukkan berupa
petani tidak mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan mengenai
18
pentingnya APD secara lisan.
No Aspek yang dinilai Masalah Evidence Based
-Kurang
memperhatikan
masalah
ergonomi saat
bertani
Observasi lingkungan
o Cara petani saat mencangkul
tidak sesuai dengan prinsip
ergonomis.
Wawancara ketua kelompok tani
o Belum pernah dilakukannya
sosialisasi mengenai bagaimana
posisi tubuh saat mencangkul,
cara mengangkat beban, posisi
tubuh yang benar saat menanam
dan menebar pupuk.
Wawancara warga
Para petani tidak pernah mendapat
sosialisasi bagaimana posisi tubuh
saat mencangkul, cara mengangkat
beban, posisi tubuh yang benar saat
menanam dan menebar pupuk.
3.1.3 Penentuan Prioritas Masalah
19
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan sistem seleksi yang
menggunakan dua unsur, yaitu kriteria (urgensi/kepentingan, solusi, kemampuan
anggota mengubah, dan biaya) dan skor (nilai 1, 2, dan 3) yaitu:
1. Urgensi/kepentingan
a. nilai 1 tidak penting
b. nilai 2 penting
c. nilai 3 sangat penting
1. Solusi
a. nilai 1 tidak mudah
b. nilai 2 mudah
c. nilai 3 sangat mudah
2. Kemampuan merubah
a. nilai 1 tidak mudah
b. nilai 2 mudah
c. nilai 3 sangat mudah
3. Biaya
a. nilai 1 tinggi
b. nilai 2 sedang
c. nilai 3 rendah
Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan kelompok. Total
skor dari masing-masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah, yaitu
masalah dengan total paling tinggi sebagai ranking pertama dan menjadi prioritas
20
masalah untuk dicari penyelesaian masalahnya. Penentuan prioritas masalah
dibuat ke dalam tabel penentuan prioritas masalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Penentuan Prioritas Masalah
N
oMasalah
Kriteria MasalahTota
l
Ran
kUrgens
i
Solus
iKemampuan Mengubah
Biay
a
1. Para petani tidak
menggunakan alat
pelindung diri
(APD) saat
bertani
3 3 2 2 36 I
2 Kurang
memperhatikan
masalah ergonomi
saat bertani
1 3 2 3 18 II
Berdasarkan perhitungan total skor masing-masing kriteria untuk setiap
masalah, didapatkan prioritas masalah yang menduduki ranking I adalah para
petani tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bertani.
3.1.4 Analisis Penyebab Masalah
Setelah ditetapkan prioritas masalah berdasarkan sistem seleksi di atas,
dilakukan analisis penyebab masalah dari berbagai aspek, yaitu man, market,
21
material, methods, money yang diperoleh melalui wawancara dengan warga dan
petani, serta observasi di kawasan pertanian AURI.
Tabel 3.3 Analisis Penyebab Masalah
Masalah Penyebab Masalah Evidence Based
Para petani tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bertani
ManKurangnya pengetahuan pengurus kelompok tani mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani.
Wawancara dengan ketua kelompok tani : dari 3 pertanyaan yang diajukan hanya bisa menjawab 3 pertanyaan
MarketKurangnya pengetahuan para petani akan pentingnya penggunaan APD saat bertani.
Wawancara dengan 10 orang petani : dari 3 pertanyaan yang diajukan, 3 orang dapat menjawab 2 pertanyaan dan 7 orang petani hanya dapat menjawab satu pertanyaan.
MaterialTidak adanya media informasi mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani.
Wawancara dengan petani dan ketua kelompok tanii, bahwa belum ada media informasi mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani Observasi: tidak dijumpai poster, atau media promosi lainya tentang pentingnya penggunaan APD saat bertani.
MethodePenyuluhan tidak pernah dilakukan secara berkala tentang safety bertani
Wawancara dengan petani dan ketua kelompok tani: pernah ada sosialisasi tata cara penggunaan pestisida yang benar 6 tahun yang lalu, namun tidak diterapkan serta tidak ada monitoring dan evaluasi.
22
MoneyBelum adanya anggaran dana yang dialokasikan untuk penyuluhan berkala atau ketersediaan APD bagi para petani.
Wawancara dengan ketua kelompok tani : belum ada anggaran dana yang dialokasikan untuk penyuluhan berkala atau ketersediaan APD bagi para petani.
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran petani mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani.
Tidak adanya media informasi mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani
Penyuluhan tidak pernah dilakukan secara berkala tentang safety bertani
Belum adanya anggaran dana yang dialokasikan untuk ketersediaan APD bagi para petani
Man
Material
Methode
Money
Para petani tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bertani
Kurangnya pengetahuan akan pentingnya APD dan kesadaran petani akan keselamatan dan kesehatan kerja.
Market
23
3.1.5 Fishbone Analysis Ishikawa
Di bawah ini dapat dilihat hubungan antara ketiga faktor tersebut dengan menggunakan fish bone analysis Ishikawa.
Gambar 3.1.5 Diagram analisis tulang ikan (Fishbone analysis Ishikawa).
24
3.1.6 Strategi dan Alternatif Pemecahan Masalah & Plan of Action
Setelah didapatkan analisis penyebab masalah, direncanakan beberapa strategi dan alternatif pemecahan masalah seperti
terlihat dalam tabel 4. berikut :
Tabel 3.4. Strategi dan Alternatif Pemecahan Masalah & Plan of Action
No Masalah/ Penyebab Masalah
Alternatif Pemecahan
MasalahTujuan Sasaran Tempat
Pelaksana Kegiatan
Kriteria Keberhasilan
1. Kurangnya pengetahuan pengurus kelompok tani mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani.
Memberikan penyuluhan dari pengurus kelompok tani mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani
Dengan adanya kegiatan tersebut, diharapkan dapat menambah kesadaran dan pengetahuan pengurus kelompok tani.
Pengurus kelompok tani
Kawasan pertanian AURI
Dokter Muda KKS
Jangka pendek:Terlaksananya penyuluhan mengenai APDJangka panjang:Dari hasil kuisioner setelah penyuluhan pengetahuan pengurus kelompok tani kearah yang lebih baik meningkat diatas 50%.
No Masalah/ Alternatif Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Kriteria
25
Penyebab MasalahPemecahan
MasalahKegiatan Keberhasilan
2 Kurangnya pengetahuan para petani akan pentingnya penggunaan APD saat bertani.
Memberikan penyuluhan dari kebun ke kebun mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani
Dengan adanya kegiatan tersebut, diharapkan dapat menambah kesadaran dan pengetahuan petani.
petani Kawasan pertanian AURI
Dokter Muda KKS
Jangka pendek:Terlaksananya penyuluhan dari kebun ke kebun mengenai APDJangka panjang:Dari hasil kuisioner setelah penyuluhan pengetahuan petani ke arah yang lebih baik meningkat diatas 50%.
3. Tidak adanya media informasi mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani.
Membuat leaflet dan poster mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani
Menambah pengetahuan petani
Petani Kawasan pertanian AURI
Dokter Muda KKS
Jangka Pendek:Dibagikan leaflet dengan merata kepada petani dan poster dapat ditempel di tempat perkumpulan kelompok taniJangka panjangDiaplikasikannya praktik pengunaan APD oleh para petani dikawasan pertanian AURI
No Masalah/ Penyebab Masalah
Alternatif Pemecahan
Tujuan Sasaran TempatPelaksana Kegiatan
Kriteria Keberhasilan
26
Masalah4. Penyuluhan tidak
pernah dilakukan secara berkala tentang safety bertani
Merekomendasikan untuk diadakannya pertemuan berkala yang membahas penerapan K3 dalam bertani.
Memberikan satu paket APD kepada ketua kelompok tani berupa topi, masker, sarung tangan dan boot
Dengan adanya kegiatan tersebut, diharapkan akan terjadi peningkatan kesadaran para petani dalam safety bertani
Ketua kelompok tani
Kawasan pertanian AURI
Dokter Muda
Jangka pendek:Terlaksananya rekomendasi untuk diadakannya penyuluhan berkala kepada ketua kelompok taniJangka panjang:Dari kegiatan tersebut, diharapakan para petani dapat meningkatkan kesadaran untuk merubah perilaku dengan menggunakan APD saat bertani
5. Alokasi dana khusus untuk penyuluhan berkala atau ketersediaan APD bagi para petani.
Merekomendasikan penganggaran alokasi dana dalam kegiatan kelompok tani dengan cara iuran antar petani
Tersedianya dana untuk ketersediaannya APD bagi petni
Ketua kelompok tani dan petani
Kawan pertanian AURI
Dokter Muda KKS
Jangka pendek:Disampaikan rekomendasiJangka panjang:Tersedianya dana untuk ketersediaannya dana
27
3.1.7 Definisi Operasional
Berikut ini adalah definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan
dalam sosialisasi pentingnya penggunaan APD saat bertani di kawasan pertanian
AURI:
1. Mengadakan penyuluhan kepada pengurus kelompok tani Panca Karya AURI
adalah menyampaikan penyuluhan mengenai pentingnya alat pelindung diri
(APD) saat bertani yang disampaikan oleh dokter muda sebagai kegiatan
peningkatan pengetahuan dari pengurus kelompok tani Panca Karya.
2. Mengadakan penyuluhan kepada para petani Panca Karya AURI adalah
menyampaikan penyuluhan dari kebun ke kebun melalui leaflet yang dibagikan
mengenai pentingnnya alat pelindung diri (APD) saat bertani yang disampaikan
oleh dokter muda sebagai kegiatan peningkatan pengetahuan dari para petani
Panca Karya AURI.
3. Merancang dan menyebarkan media informasi berupa leaflet mengenai personal
hygiene dan kesehatan kerja yang dibuat dokter muda dari berbagai literatur dan
diberikan kepada peserta penyuluhan, leaflet berukuran 21x29,7 cm berjumlah 50
lembar dan diberikan pada saat penyuluhan. Merancang dan menyebarkan media
informasi berupa poster mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani.
Poster mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani berjumlah 1 buah
dengan ukuran 50x67 cm dan diberikan kepada kelompok tani pertanian AURI.
4. Merekomendasikan dilaksanakannya pertemuan berkala untuk membahas
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi para petani adalah
28
rekomendasi yang diberikan oleh dokter muda kepada ketua kelompok tani agar
meningkatkan kesadaran para petani mengenai K3 saat bertani
5. Memberikan seperangkat alat pelindung diri berupa topi tani, masker, sarung
tangan dan boot kepada ketua kelompok tani adalah salah satu cara untuk
meningkatkan kesadaran para petani untuk meningkatkan kesadaran para petani
agar menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bertani.
6. Merekomendasikan adanya anggaran dana yang dialokasikan dalam kegiatan
kelompok tani adalah rekomendasi oleh dokter muda kepada ketua kelompok tani
dengan cara iuran antar sesama petani kelompok tani Panca Karya AURI sebagai
upaya untuk tersedianya alat pelindung diri (APD).
3.2 Do
Kegiatan pelaksanaan pilot project dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2012.
Kegiatan –kegiatan yang dilakukan sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang
telah diberikan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 November 2012 pukul
20.00-21.00 WIB di rumah ketua kelompok tani dan petani yang hadir berjumlah 5
orang dan dilanjutkan pada tanggal 13 November pukul 16.00-17.30 WIB dengan
penyuluhan kepada 8 orang petani dari kebun ke kebun. Semua kegiatan yang telah
direncanakan dalam Plan of Action (PoA) dapat terlaksana, namun target peserta
tidak tercapai dimana anggota kelompok tani Panca Karya berjumlah 21 orang dan
hanya 13 orang petani yang diberikan penyuluhan.
29
Tabel 3.5 Do kegiatan peningkatan mutu
No Kegiatan Sasaran Pelaksana Waktu Ket1. Mengadakan
penyuluhan kepada pengurus kelompok tani Panca Karya mengenai pentingnya APD saat bertani
Pengurus kelompok tani Panca Karya
Dokter muda
12 November 2012 pukul 20.00-21.00 WIB
Terlaksana
`2. Mengadakan penyuluhan dari kebun ke kebun kepada para petani Panca Karya mengenai pentingnya APD saat bertani
Para petani kelompok tani Panca Karya
Dokter muda
13 November 2012 pukul 16.00-17.30 WIB
Terlaksana
3. Menyediakan leaflet dan poster sebagai media informasi mengenai pentingnya APD saat bertani
Kelompok tani Panca Karya AURO
Dokter muda
13 November 2012
Terlaksana
4. Merekomendasikan untuk dilaksanakannya penyuluhan berkala mengenai penerapan K3 saat bertani
Ketua kelompok tani
Dokter muda
13 November 2012
Terlaksana
5. Memberikan satu paket APD kepada ketua kelompok tani berupa topi, masker, sarung tangan dan boot
Ketua kelompok tani
Dokter muda
13 November 2012
Terlaksana
6. Merekomendasikan pengalokasian dana di kelompok tani Panca Karya AURI dengan cara iuran antar sesama petani sebagai upaya untuk ketersediaan APD
Kelompok tani Panca Karya
Dokter muda
13 November 2012
Terlaksana
30
3.3 Check
Kegiatan Check dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah intervensi
terhadap program sosialisasi pentingnya alat pelindung diri (APD) saat bertani pada
kelompok tani Panca Karya AURI. Hasil sebelum dan setelah intervensi terhadap
kegiatan pilot project yang telah dilakukan dapat dilihat dalam tabel 3.6 berikut ini:
Tabel 3.6 check pada do
No Keadaan sebelum intervensi
Kegiatan Keadaan setelah intervensi
1. Kurangnya pengetahuan pengurus kelompok tani mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani.
Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani kepada pengurus kelompok tani panca karya dikawasan pertanian AURI
Meningkatnya pengetahuan pengurus kelompok tani diatas 50%.
2. Kurangnya pengetahuan para petani akan pentingnya penggunaan APD saat bertani.
Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani kepada petani.
Meningkatnya pengetahuan petani diatas 50%.
3. Tidak adanya media informasi mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani.
Menyediakan, memperbanyak, dan mendistribusikan media informasi berupa leaflet dan poster mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani
Tersedianya leaflet yang dapat dibaca di perkumpulan kelompok tani, dan di kebun-kebun serta poster yang dipajang diruang perkumpulan kelompok tani
4. Penyuluhan tidak pernah dilakukan secara berkala tentang safety bertani
Merekomendasikan untuk diadakannya pertemuan berkala yang membahas penerapan K3 dalam bertani.
Rekomendasi dari dokter muda telah diterima oleh ketua kelompok tani dan disetujui oleh petani
31
Memberikan satu paket APD kepada ketua kelompok tani berupa topi, masker, sarung tangan dan boot
Satu paket APD berupa topi, masker, sarung tangan dan boot telah diterima oleh ketua kelompok tani
No Keadaan sebelum intervensi
Kegiatan Keadaan setelah intervensi
5. Kurangnya alokasi dana Merekomendasikan kepada kelompok tani untuk membuat kegiatan iuran anggota bulanan untuk memenuhi ketersediaan APD dan penyuluhan berkala tentang pentingnya APD
Rekomendasi dari dokter muda telah diterima oleh ketua kelompok tani dan disetujui oleh petani
Kegiatan penyuluhan dilakukan pada tanggal 12&13 November 2012 dengan
menggunakan media informasi berupa leaflet. Kegiatan ini hanya dilakukan pada 13
orang petani. Penilaian keberhasilan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan
membagikan kuisioner sebelum dan sesudah kegiatan. Lembaran hasil kuisioner
sebelum dan sesudah penyuluhan dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut :
Tabel 3.7 Hasil kuisioner awal dan akhir tingkat pengetahuan dan sikap pada kelompok tani AURI tentang pentingnya alat pelindung diri (APD) saat bertaniNo Kategori
Pengetahuan Sikap
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
1. Awal 0 5 8 0 4 9
32
2. Persentase 0% 38,5% 61,5% 0% 30,8% 69,2%
3. Akhir 5 6 2 3 9 1
4. Persentase 38,5% 46,2% 15,3% 23,1% 69,2% 7,7%
Berikut adalah diagram hasil kuisioner awal dan akhir tingkat pengetahuan kelompok
tani Panca Karya mengenai pentingnya alat pelindung diri (APD) saat bertani:
38.5
61.5
Sebelum penyuluhan
baik cukup kurang
Diagram 3.1 Hasil kuisioner awal tingkat pengetahuan sebelum penyuluhan pada
kelompok tani Panca Karya AURI tentang pentingnya alat pelindung diri (APD) saat
bertani
33
38.50%
46.20%
15.30%
Setelah penyuluhan
baik cukup kurang
Diagram 3.2 Hasil kuisioner akhir tingkat pengetahuan setelah penyuluhan pada
kelompok tani Panca Karya AURI tentang pentingnya alat pelindung diri (APD) saat
bertani.
Berikut adalah diagram hasil kuisioner awal dan akhir sikap kelompok tani Panca
Karya AURI tentang pentingnya alat pelindung diri (APD) saat bertani:
30.80%
69.20%
Sebelum penyuluhan
baik cukup kurang
Diagram 3.3 Hasil kuisioner awal sikap sebelum penyuluhan pada kelompok tani
Panca Karya AURI tentang pentingnya alat pelindung diri (APD) saat bertani.
34
23.10%
69.20%
7.70%
Setelah penyuluhan
baik cukupkurang
Diagram 3.4 Hasil kuisioner akhir sikap setelah penyuluhan pada kelompok tani
Panca Karya AURI tentang pentingnya alat pelindung diri (APD) saat bertani.
3.4 Action
Setelah dilakukan check atas do yang dapat dilakukan, maka tindakan action
dalam kegiatan sosialisasi pentingnya APD saat bertani pada kelompok tani panca
karya dikawasan pertanian AURI masih perlu dievaluasi yang lebih lanjut untuk
menilai keberhasilan penelitian ini.
BAB IV
Pembahasan
Melalui proyek peningkatan mutu ini, diketahui masalah-masalah yang
diidentifikasi sebagai penyebab kelompok tani Panca Karya AURI tidak
menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bertani, yaitu kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya APD saat bertani, kurangnya kesadaran memakai APD saat
bertani, kurangnya media informasi mengenai pentingnya APD saat bertani dan tidak
adanya alokasi anggaran dana khusus pada kelompok tani Panca Karya untuk
ketersediaan APD.
35
Berdasarkan masalah tersebut yang didapat dari observasi lingkungan dan
wawancara langsung kepada ketua dan anggota kelompok tani Panca Karya AURI
tentang pentingnya APD saat bertani maka disusun beberapa alternatif pemecahan
masalah. Untuk masalah kurangnya pengetahuan para petani tentang pentingnya APD
saat bertani yaitu dengan mengadakan penyuluhan kepada kelompok tani mengenai
pentingnya APD saat bertani.
Penyuluhan merupakan salah satu strategi untuk memperoleh perubahan
perilaku petani. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran
mereka dan akhirnya akan menyebabkan seseorang berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya.8 Penelitian Hutagalung tahun 2007 didapatkan
peningkatan pengetahuan sebesar 35% pada petani jeruk Desa Barusjahe dalam
menyemprot pestisida setelah diberikan penyuluhan dengan nilai probabilitas
(p=0,000). Selain itu, terdapat juga peningkatan sikap sebesar 15% pada petani jeruk
Desa Barusjahe dalam menyemprot pestisida setelah diberikan penyuluhan dengan
nilai probabilitas (p=0,000).9 Penelitian Khamdani tahun 2009 juga mendapatkan
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap pemakaian alat
pelindung diri pestisida semprot pada petani di Desa Angkatan Kidul Pati.10
Penyuluhan kepada kelompok tani Panca Karya AURI telah terlaksana dengan hasil
terdapat peningkatan pengetahuan sebesar 38,5% dan sikap sebesar 23,1% setelah
dilakukan penyuluhan.
Alternatif pemecahan masalah untuk kurangnya media informasi mengenai
pentingnya alat pelindung diri (APD) saat bertani adalah dengan menyediakan media
informasi berupa leaflet dan poster tentang pentingnya alat pelindung diri (APD) saat
36
bertani. Notoadmojo menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya adalah fasilitas seperti poster, brosur dan media
informasi lainnya. Kegiatan promosi dengan brosur dapat mempengaruhi 78%, stiker
dapat mempengaruhi 30% dan poster dapat mempengaruhi 69,21% responden.
Pengggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan meningkatkan
cakupan, frekuensi dan efektivitas pesan.8 Dengan adanya poster ini diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan petani tentang pentingnya alat pelindung diri (APD) saat
bertani.
Untuk masalah belum adanya anggaran dana khusus pada kelompok tani
Panca Karya AURI adalah dengan merekomendasikan adanya iuran antar sesama
kelompok tani Panca Karya sebagai upaya untuk ketersediaannya APD itu sendiri
bagi para petani. Dengan rekomendasi ini diharapkan dengan tersedianya alat
pelindung diri (APD) bagi para petani sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
pemakaian APD saat bertani.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil yang ingin diperoleh dan dihubungkan dengan tujuan yang
ingin dicapai dalam proyek optimalisasi sosialisasi pentingnya penggunaan alat
pelindung diri (APD) saat bertani pada kelompok tani Panca Karya di kawasan
pertanian AURI, maka kesimpulan yang didapat sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Permasalahan yang terdapat dalam keselamatan dan kesehatan kerja pada
37
kelompok tani Panca Karya yaitu petani tidak menggunakan APD dan tidak
menerapkan prinsip ergonomi.
Prioritas masalah diantara kedua masalah tersebut adalah pentingnya
peningkatan pengetahuan dan kesadaran pengguanaan APD saat bertani. Sedangkan
penyebab hal ini adalah dari segi man, Kurangnya pengetahuan pengurus kelompok
tani mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani. Market, kurangnya
pengetahuan para petani akan pentingnya penggunaan APD saat bertani. Material,
tidak adanya media informasi mengenai pentingnya penggunaan APD saat bertani.
Methode, kurangnya pengetahuan akan pentingnya APD dan kesadaran petani akan
keselamatan dan kesehatan kerja. Money, belum adanya anggaran dana yang
dialokasikan untuk penyuluhan berkala atau ketersediaan APD bagi para petani.
Alternatif pemecahan masalah disusun berdasarkan masing-masing penyebab
masalah, yaitu mengadakan penyuluhan mengenai pentingnya penggunaan APD saat
bertani, membuat leaflet mengenai pentingnya penggunaan APD, dan memberikan
contoh-contoh APD yang digunakan saat bertani.
Hasil analisis kegiatan do menunjukkan peningkatan pengetahuan dan sikap
sesuai pencapaian yang diinginkan. Pendokumentasian seluruh kegiatan optimalisasi
sosialisasi pentingnya penggunaan APD saat bertani pada kelompok tani Panca Karya
di kawasan pertanian AURI telah dilakukan.
5.2 Saran
Saran atas penelitian ini berdasarkan masalah yang ditemukan adalah
1. Diharapkan kepada Ketua pengurus kelompok tani Panca Karya di kawasan
pertanian AURI untuk memberikan contoh kepada para petani dalam penggunaan
38
APD yang benar saat bertani dan mengajak anggotanya menggunakan APD saat
bekerja dan mengembangkan pengetahuan akan keselamatan dan kesehatan kerja
ketika bertani.
2. Kepada para petani diharapkan dapat melakukan iuran anggota bulanan sehingga
dengan iuran yang terkumpul dapat membeli perlengkapan APD lengkap untuk
bertani.
3. Diharapkan kepada ketua kelompok tani untuk mengajak anggota petani yang
lain agar dapat menggunakan APD saat bekerja serta memberikan informasi yang
didapat ke anggota kelompok tani lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. BPPK. Data Kelompok Tani Hasil Revitalisasi. 2007 : 1-8.
2. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga university Press Pasek.
2004; 2 : 38-49.
3. Achmadi UF. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informaldi Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.1991 : 176-80.
39
4. Wahyuni S. Kinerja Kelompok Tani dalam System Usaha Tani Padi dan
Metode Pemberdayaannya. Jurnal Litbang Pertanian. 2003; 22: 1-11.
5. Pawukir ES, Joko M. Hubungan antara penggunaan pestisida dan dampak
kesehatan: studi kasus di dataran tinggi Sumatra Barat. Jurnal Manusia dan
Lingkungan. 2002; 9: 3-12.
6. Rozi F. Faktor Resiko Penggunaan Alat Pelindung Diri, Masa Kerja, Lama
Paparan, dan Status Gizi dengan Keracunan Akut Penggunaan Pestisida pada
Petani di Desa Ponoragan Kecamatan Loakulukan Kutai Kertanegara.
Kalimantan Timur. 2011; 1-32
7. Health and Safety Agency for Nothern Ireland. The Safe Use of Pesticides for
Non Agricultural Purposes. Control of Subtances Hazardous to Health
Regulation. 1996: 4-14.
8. Notoadmojo S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta : Rineka
Cipta.2007.360-4
9. Hutagalung F. Distribusi pendapatan petani jeruk di kecamatan barusjahe-tanah.
[skripsi]. Medan : Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara. 2007
10. Khamdani F. Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pemakaian alat
pelindung diri pestisida semprot pada petani di desa angkatan kidul pati.
[skripsi]. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Negeri Semarang. 2009
40
Lampiran 1
KUISONER PESERTA PENYULUHAN
Dalam rangka menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Ilmu kedokteran komunitas Fakultas kedokteran Universitas Riau,
mahasiswa diwajibkan untuk membuat makalah individu dengan topik yang
ditentukan berdasarkan identifikasi masalah.
Pewawancara : Elva Yeni, Sepriyana, Siti Almunawarah, Sofi Violeta
41
Yang diwawancarai : Peserta penyuluhan
Tempat : Kawasan pertanian AURI
Tanggal : 13 November 2012
Waktu : 30 menit
Pertanyaan :
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2 Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Masa kerja :
5. Pendidikan Terakhir :
a. Tidak sekolah/tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
e. Perguruan Tinggi
PENGETAHUAN
1. Menurut Anda, apa itu petani non-formal?
a. Petani yang tidak bekerja pada pemerintah/perusahaan.
b. Petani yang masih belum memilki pengetahuan tentang pertanian modern.
c. Tidak tahu.
2. Menurut Anda, apa itu risiko kerja?
a. Segala sesuatu yang menimbulkan kesakitan/kecacatan akibat kerja.
42
b. Dampak yang dapat terjadi akibat kerja.
c. Tidak tahu.
3. Menurut Anda, apa sumber bahaya pada petani sayur?
a. Sinar matahari, tanah, pupuk, pestisida, getah sayur dan benda-benda tajam.
b. Hanya pestisida dan pupuk.
c. Tidak tahu.
4. Menurut Anda, apa saja alat pelindung diri (APD) yang dibuutuhkan oleh petani
sayur saat bertani (menggemburkan tanah, menanam dan memanen sayur)?