PEDOMAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I UNTUK MAHASISWA KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA Oleh: Tim Praktikum Kimia Dasar LABORATORIUM TERPADU FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 1
PEDOMAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
UNTUK MAHASISWA KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA
Oleh:
Tim Praktikum Kimia Dasar
LABORATORIUM TERPADU
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR1
Alhamdulillahirobbil’alamin penulis sampaikan ke hadirat yang
maha pengasih dan penyayang, Allah SWT, karena kesempatan
yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan buku petunjuk praktikum kimia dasar 1 ini. Buku ini
disusun sebagai buku pegangan untuk mahasiswa yang mengambil
mata kuliah praktikum kimia dasar 1 dengan harapan bisa
membantu pemahaman tentang teori yang didapatkan di kelasdan
memberikan keterampilan dasar praktikum untuk mempelajari kimia
yang lebih lanjut.
Buku ini terdiri atas enam judul percobaan yang terdiri dari
stoikiometri reaksi, sistem periodik unsur, reaksi dalam larutan
berair, standarisasi larutan NaOH 0,1 M dan penggunaannya dalam
penentuan kadar asam cuka perdagangan, ekstraksi pelarut dan
reaksi reduksi-oksidasi.
Akhirnya penulis berharap semoga buku ini bisa digunakan
secara tepat dan mengena sesuai dengan apa yang diharapkan.
Agustus, 2011
Tim Praktikum Kimia Dasar
Susy Yunita P, MSi
Maya Rahmayanti, M.Si
Asih Widi Wisudawati, M.Pd
2
DAFTAR ISI
Halaman
Judul.............................................................................
......
1
Kata
Pengantar ....................................................................
.............
2
Daftar
Isi ................................................................................
...........
3
Tata
Tertib ..........................................................................
..............
4
Percobaan 1 : Stoikiometri
Reaksi .........................................................
5
Percobaan 2 : Sistem Periodik
Unsur.... ................................................
10
Percobaan 3 : Reaksi dalam Larutan
Berair ...............................................
14
Percobaan 4: Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dan
Penggunaannya dalam penentuan kadar
Asam Cuka
Perdagangan............................................
...............
17
Percobaan 5 : Ekstraksi
Pelarut ...........................................................
22
Percobaan 6 : Reaksi Reduksi-
Oksidasi ..................................................
25
3
TATA TERTIB
PESERTA PRAKTIKUM KIMIA DASAR
1. Setiap peserta harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan,
apabila terlambat lebih dari 5 (lima) menit dari waktu tersebut, maka dia
tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu.
2. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai jas praktikum
(berwarna putih) yang bersih sehingga tidak mengganggu peserta yang
lain.
3. Setiap peserta diwajibkan membuat laporan praktikum, yaitu laporan
sementara (yang ditanda tangani assisten) dan sebelum mengikuti
praktikum berikutnya, peserta harus mengumpulkan laporan resmi. Jika
tidak mengumpulkan maka peserta tidak diperkenankan mengikuti
praktikum pada hari itu.
4. Setiap peserta harus menjaga kebersihan laboratorium, bekerja dengan
tertib, tenang, dan teratur. Selama mengikuti praktikum, peserta harus
4
bersikap sopan, baik dalam berpakaian (tidak boleh memakai sandal
ataupun kaos oblong), cara berbicara maupun cara bergaul supaya sopan.
Apabila peserta tidak sopan dan membuat kegaduhan, mereka dapat
dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan untuk melanjutkan
praktikum pada hari itu. Kegiatan praktikum dinyatakan gagal.
5. Setiap peserta harus mengembalikan botol bahan-bahan kimia yang
tertutup rapat ditempat semula.
6. Setiap peserta harus mengembalikan alat-alat yang telah dipakai dalam
keadaan bersih dan kering, serta mengembalikan ke tempat semula.
7. Bagi mereaka yang tidak mengikuti praktikum pada hari yang telah
terjadwal, dinyatakan inhal (menunda praktikum) dengan memenuhi
persyaratan yang ada.
8. Inhal tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali kecuali mereka yang sakit dan
harus diopname di rumah sakit. Lebih dari 2 kali dinyatakan tidak lulus
dan harus mengulang tahun berikutnya.
PERCOBAAN 1
STOIKIOMETRI REAKSI
A. Tujuan Percobaan
1 Menentukan koefisien reaksi berdasarkan pembentukan endapan dan
perubahan temperatur
2 Menentukan hasil reaksi berdasarkan konsep mol
B. Dasar Teori
Ilmu kimia adalah ilmu yang dikembangkan berdasarkan
eksperimen melalui pendekatan ilmiah. Ilmu kimia mempelajari
perubahan zat baik secara fisik maupun secara kimia. Perubahan yang
mengahasilkan zat baru yang jenis dan sifatnya berbeda dari zat
pembentuknya disebut sebagai perubahan kimia atau reaksi kimia.
5
Perubahan kimia ini dapat diamati dari terbentuknya hasil reaksi seperti
timbulnya gas, endapan, terjadi perubahan warna dan perubahan kalor.
Untuk memudahkan dalam merancang suatu eksperimen, maka
perlu menuliskan persamaan reaksi kimia, yang menunjukkan zat-zat
yang bereaksi dan hasil reaksi, untuk menunjukkan bahwa reaksi setara,
diungkapkan dengan koefisien reaksi. Koefisien reaksi merupakan
konversi yang menunjukkan jumlah atom atau molekul yang terlibat
dalam reaksi atau menyatakan pula jumlah mol senyawa yang bereaksi.
Contoh : reaksi antara gas nitrogen dan gas hidrogen membentuk gas
amonia, persamaan reaksinya:
N2 (g) + 3 H2 (g) 2 NH3 (g)
Persamaan ini menyatakan bahwa 1 molekul nitrogen bereaksi dengan 3
molekul hidrogen membentuk 2 molekul amonia atau konversi ke mol
menjadi 1 mol nitrogen bereaksi dengan 3 mil hidrogen menbentuk 2 mol
amonia. Angka 1, 3 dan 2 adalah koefisien reaksi sebagai faktor konversi.
Secara laboratorium, untuk mengetahui koefisien dalam persamaan
kimia diperlukan sederetan data hasil percobaan. Salah satu cara
sederhana untuk menentukan koefisien reaksi dengan metode variasi
kontinu. Prinsip dasarnya dalam sederetan percobaan yang dilakukan,
jumlah moler total campuran pereaksi dibuat tetap sedangkan jumlah
molar masing-masing dibuat berubah secara teratur (diberagamkan
secara beraturan dan kontu). Perubahan yang terjadi akibat adanya
reaksi antara campuran pereaksi seperti massa, volum dan suhu
dialurkan terhadap jumlah molar masing-masing pereaksi dalam suatu
grafik, sehingga diperoleh titik optimum. Titik optimum yang terbentuk
menyatakan perbandingan koefisien dari masing-masing pereaksi.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
6
- gelas beker 50 ml (4)
- mistar ukuran 20 cm (1)
- termometer (2)
2. Bahan
- NaOH 0,1 M
- NaOH 1,0 M
- CuSO4 0,1 M
- HCl 1,0 M
D. Cara Kerja
1. Stokiometri Reaksi Pengendapan
a. Sediakan dua buah gelas beker 50 ml. Ke dalam 1 gelas beker masukkan
5 ml NaOH 0,1 M. Pada gelas beker yang lain masukkan 25 ml CuSO4 0,1
M. Campurkan kedua larutan itu kemudian kocok.
b. Biarkan campuran tersebut agar endapan yang terbentuk berada di
dasar gelas beker.
c. Ukur tinggi endapan yang terbentuk menggunakan mistar (agar akurat
terapkan satuan mili-meter).
d. Lakukan cara yang sama dengan langkah (a-c) untuk percobaan berikut,
dengan mengubah volume pereaksi masing-masing tetapi volume total
tetap 30 ml, yaitu:
- 10 ml NaOH 0,1 M dan 20 ml CuSO4 0,1 M
7
- 15 ml NaOH 0,1 M dan 15 ml CuSO4 0,1 M
- 20 ml NaOH 0,1 M dan 10 ml CuSO4 0,1 M
- 25 ml NaOH 0,1 M dan 5 ml CuSO4 0,1 M
e. Buat grafik yang menyatakan hubungan antara tinggi endapan (sumbu y)
dan volume larutan (sumbu x), sehingga diperoleh titik optimum kurva.
f. Dari grafik tentukan koefisien reaksi berdasarkan titik optimum yang
diperoleh. Titik optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi.
g. Bandingkan dengan koefesien reaksi yang diperoleh dari menyetarakan
persamaan reaksi.
h.Tentukan rendemen hasil reaksi dengan menggunakan konsep mol.
2. Stokiometri Sistem Asam-Basa
a. Ke dalam gelas beker 50 ml, masukkan 5 ml NaOH 1,0 M dan ke dalam
gelas beker lainnya masukkan 25 ml HCl 1,0 M. Kemudian ukur
temperatur kedua larutan tersebut (TM ) dan diusahakan agar sama
(dapat dilakukan dengan merendam kedua gelas beker tersebut dalam
penangas air.
b. Campurkan kedua larutan tersebut hingga volume total 30 ml, ukur
temperatur campuran dan catat suhu maksimum yang konstan ( TA ).
c. Lakukan cara yang sama untuk percobaan berikut dengan mengubah
volume pereaksi masing-masing hingga volume total campuran adalah
30 ml, yaitu:
- 10 ml NaOH 1,0 M dan 20 ml HCl 1,0 M
- 15 ml NaOH 1,0 M dan 15 ml HCl 1,0 M
- 20 ml NaOH 1,0 M dan 10 ml HCl 1,0 M
8
- 25 ml NaOH 1,0 M dan 5 ml HCl 1,0 M
d. Buat grafik yang menyatakan hubungan antara perubahan temperatur
(sumbu y) dan volume asam/basa (sumbu x).
f. Dari grafik tentukan koefisien reaksi berdasarkan titik optimum yang
diperoleh. Titik optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi.
g. Bandingkan dengan koefesien reaksi yang diperoleh dari menyetarakan
persamaan reaksi.
h. Tentukan rendemen hasil reaksi dengan menggunakan konsep mol.
E. Analisis Data
Pada percobaan D.2 dan D.3, berdasarkan grafik yang diperoleh dari data
antara perubahan temperatur / tinggi endapan terhadap volume masing-
masing pereaksi ditentukan stokiometri reaksi dengan mengubah satuan
volume masing-masing pereaksi pada titik optimum menjadi mol.
mol = molaritas larutan (M) x volume larutan (V)
Sehingga diperoleh perbandingan mol = perbandingan koefisien reaksi.
F. Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa:
Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New York:
John Wiley & Sons.
9
2. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of Chemistry laboratory Students.
4th Ed.New York : Academic Press, Inc
PERCOBAAN 2
SISTEM PERIODIK UNSUR
A. Tujuan Percobaan
1. Mengenal unsur halogen dan ion halida
2. Mempelajari kekuatan oksidasi relatif unsur-unsur halogen
10
3. Mempelajari keperiodikan sifat logam-logam alkali dan alkali tanah
B. Dasar Teori
Kofigurasi elektron unsur-unsur menunjukkan suatu keragaman
periodik dengan bertambahnya nomor atom. Akibatnya, unsur-unsur juga
akan menunjukkan keragaman periodik dalam perilaku fisis dan kimianya.
Pada umumnya unsur-unsur yang segolongan dalam Sistem Periodik
Unsur mempunyai sifat yang hampir mirip. Unsur-unsur tersebut sifat-
sifatnya akan bertambah atau berkurang secara periodik dari atas ke bawah.
Begitu pula jika unsur-unsur itu membentuk senyawa. Sifat-sifat senyawa
yang terbentuk juga mirip. Namun ada perbedaan sifat pada senyawa itu
yang disebabkan oleh perbedaan ukuran atom atau ion unsur-unsur
tersebut.
Dengan menentukan kekuatan oksidasi relatif unsur-unsur golongan
halogen, maka akan diperoleh suatu pengertian mengenai kecenderungan
unsur-unsur untuk menarik elektron. Kecenderungan untuk menarik elektron
itu dapat dihubungkan dengan berubahnya ukuran atom dan ukuran ion.
Logam alkali dan alkali tanah mempunyai warna yang khas. Pada
percobaan ini akan dipelajari reaksi logam alkali maupun alkali tanah dengan
air, warna nyala logam alkali dan alkali tanah dan kelarutan senyawa alkali
tanah dalam air. Perbedaan kelarutan senyawa-senyawa logam alkali tanah
dapat digunakan untuk membedakan ion-ion logam alkali tanah.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
- Tabung reaksi
11
- Rak tabung reaksi
- Pinggan penguapan
- Gelas kimia 500 ml
- Gelas ukur 10 ml
- pipet tetes
- Kawat nikrom
2. Bahan
- Larutan NaF, NaCl, NaBr dan NaI
- Larutan Brom (0,5 ml Br2/ 100 ml air)
- Larutan Iod (0,5 g I2/100 ml etanol)
- Larutan kanji
- Larutan CCl4
- Larutan AgNO3 0,1 M
- Larutan Na.tio sulfat 2 M
- Logam Na, Mg, dan Ca
- Larutan pekat LiCl, NaCl, MgCl2, BaCl2, SrCl2
- Ca(NO3)2 0,1 M, Ba(NO3)2 0,1 M, Sr(NO3)2 0,1 M, (NH4)2C2O4 0,1 M, K2CrO4
0,1 M, (NH4)2SO4 0,1 M
- Larutan fenolftalein
D. Cara Kerja
1. Pengenalan golongan alkali dan alkali tanah
12
Reaksi dengan Air
a. Apungkan secarik kertas saring di atas permukaan air dalam pinggan
penguapan. Jepit sepotong kecil natrium dan letakkan di atas kertas itu.
Perhatikan! Jangan pegang natrium dengan tangan dan jangan dekat
dengan tempat reaksi. Setelah reaksi selesai, periksalah air di dalam
pinggan tersebut dengan 1 tetes fenolftalein, catat perubahan yang
terjadi.
b. Balikkan tabung reaksi yang berisi air dan masukkan di dalam gelas kimia
yang juga berisi air. Masukkan sepotong kecil Ca ke dalam gelas kimia itu
dan segera tutup Ca itu dengan tabung reaksi yang berisi air. Dalam
tabung itu terjadi gas. Setelah reaksi selesai, periksalah gas itu dengan
nyala kecil, apa yang terjadi? Kemudian periksalah airnya dengan
fenolftalein, catat perubahan warna yang terjadi.
c. Bersihkan sepotong Mg dengan amplas, masukkan Mg itu ke dalam
air.Tunggu beberapa menit, apa yang terjadi? Kemudian periksalah airnya
dengan penolftalein, catat perubahan warna yang terjadi.
Reaksi Nyala
Bersihkan kawat nikrom dengan cara mencelupkannya ke dalam larutan HCl
pekat, kemudian panaskan kawat itu dalam nyala. Ulangi pekerjaan itu
sampai tidak tampak warna lain dalam nyala (kawat yang bersih, tidak
mengubah warna nyala). Kemudian celupkan lawat ke dalam larutan LiCl
pekat dan periksa warnanya dalam nyala. Dengan cara yang sama periksa
warna nyala NaCl, MgCl2, SrCl2 dan BaCl2.
Kelarutan senyawa logam alkali tanah
a. Masukkan ke dalam tiga tabung reaksi berturut-turut 1 ml larutan
Ca(NO3)2 0,1 M, 1 ml lar. 0,1 M Sr(NO3)2 dan 1 ml Ba(NO3)2 0,1 M. Teteskan
dengan pipet tetes larutan (NH4)2C2O4 0,1 M ke dalam masing-masing
13
tabung di atas sampai tepat terbentuk endapan (atau keruh). Catat
jumlah tetes yang digunakan sampai terbentuk endapan. Jika tidak
terbentuk endapan sampai penambahan 20 tetes, hentikan penetesan .
b. Kerjakan seperti pada (1), tetapi gantilah larutan amonium oksalat dengan
larutan (NH4)2SO4 0,1 M dan kemudian dengan larutan K2CrO4 0,1 M.
2. Pengenalan Halogen
a. Brom. Tambahkan 10 tetes CCl4 ke dalam 1 ml lar. Brom, kocok perlahan-
lahan. Dan amati perubahan warna lapisan CCl4.
b. Iod. Tambahkan beberapa tetes larutan kanji ke dalam larutan Iod, catat
warna yang terjadi.
E. Evaluasi
1. Apa sebab terjadi perubahan warna pada fenolftalein ?
2. Jika label dalam botol-botol larutan Ca(NO3)2, Sr(NO3)2, dan Ba(NO3)2
terlepas, bagaimana anda dapat mengetahui isi botol itu ? Susun suatu
cara kerja agar label pada botol dapat dikembalikan dengan benar.
F. Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa:
Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New York:
John Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of Chemistry laboratory Students.
4th Ed.New York : Academic Press, Inc
PERCOBAAN 3
REAKSI DALAM LARUTAN BERAIR
14
A. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari reaksi yang berlangsung dalam larutan berair
2. Mengetahui persamaan molekul, persamaan ionik dan persamaan ionik
total dari suatu reaksi
B. Dasar Teori
Salah satu jenis reaksi yang umumnya berlangsung dalam larutan
berair adalah reaksi pengendapan (precipitation reaction) dengan ciri
terbentuknya produk yang tak terlarut atau endapan. Endapan adalah
padatan tak terlarut yang terpisah dari larutan. Reaksi pengendapan
biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionik.
Untuk meramalkan apakah endapan akan terbentuk jika dua larutan
dicampurkan dapat digunakan konsep kelarutan dari zat terlarut, yaitu
jumlah maksimum zat terlarut yang akan larut dalam sejumlah tertentu
pelarut pada suhu tertentu. Dalam konteks kualitatif ahli kimia membagi
zat-zat sebagai zat dapat larut, sedikit larut atau tak dapat larut. Zat
dikatakan dapat larut jika sebagian besar zat tersebut melarut bila
ditambahkan air. Jika tidak zat tersebut digambarkan sebagai sedikit larut
atau tidak dapat larut. Semua senyawa ionik merupakan elektrolit kuat
tapi daya larutnya tidak sama.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
- labu ukur 10 ml (5)
- tabung reaksi (4)
2. Bahan
15
- KCl, NaNO3, CuSO4, NaOH dan K3PO4 , (NH4)2SO4 1 M 1 M
- Ca(NO3)2 0.1 M
- akuades
D. Cara Kerja
1. Mengencerkan larutan KCl, NaNO3, CuSO4, NaOH dan K3PO4 1 M menjadi
larutan KCl, NaNO3, CuSO4, NaOH dan K3PO4 0,2 M menggunakan labu
ukur 10 ml
2. Mereaksikankan kedua senyawa berikut dalam tabung reaksi dan
mengamati perubahan yang terjadi.
a. 2 ml Larutan KCl 0,1 M dan 2 ml larutan NaNO3 0,1 M
b. 2 ml Larutan CuSO4 0,1 M dan 2 tetes larutan NaOH 0,1 M
c. 3 ml (NH4)2SO4 1 M dan 2 ml NaOH 1 M
d. 2 ml K3PO4 0,1 M dan 2 ml Ca(NO3)2 0.1 M
3. Menuliskan persamaan molekul, persamaan ionik dan persamaan ionik
total dari suatu reaksi
E. Evaluasi
1. Apakah perbedaan antara persamaan ionik dan persamaan molekul?
2. Apakah keuntungan dari penulisan persamaan ionik total untuk reaksi
pengendapan?
16
F. Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa:
Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New York:
John Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of Chemistry laboratory Students.
4th Ed.New York : Academic Press, Inc
17
PERCOBAAN 4
STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M DAN PENGGUNAANNYA DALAM
PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN
A.Tujuan Percobaan
1. Menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam
oksalat.
2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan
B. Dasar Teori
Asidimetri dan alkalimetri adalah analisis kuantitatif volumetri
berdasarkan reaksi netralisasi. Keduanya dibedakan pada larutan
standarnya. Analisis tersebut dilakukan dengan cara titrasi. Pada titrasi
basa terhadap asam cuka, reaksinya adalah :
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O
Pada titrasi asam asetat dengan NaOH (sebagai larutan standar) akan
dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Garam
natrium asetat ini akan terurai sempurna karena senyawa itu adalah garam,
sedang ion asam asetat akan terhidrolisis oleh air.
CH3COONa CH3COO- + Na+
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-
Ion asetat akan terhidrolisis oleh molekul air, menghasilkan molekul
asam asetat dan ion hidroksi. Oleh karena itu larutan garam dari basa kuat
dan asam lemah seperti natrium asetat, akan bersifat basa dalam air
(pH>7). Apabila garam tersusun dari basa lemah dan asam kuat, larutan
garamnya akan bersifat asam (pH<7). Sedang garam yang tersusun dari
18
basa dan asam kuat, larutan dalam air akan bersifat netral (pH=7).
Hidrolisis hanya terhadap asam lemah, basa lemah, ion basa dan ion asam
lemah. Titik ekuivalen pada proses titrasi asam cuka dengan larutan natrium
hidroksida akan diperoleh pada pH>7. Untuk mengetahui titik ekuivalen
diperlukan indikator tertentu sebagai penunjuk selesainya proses titrasi.
Warna indikator berubah oleh pH larutan. Warna pada pH rendah tidak sama
dengan warna pada pH tinggi. Dalam titrasi asam asetat dengan NaOH,
dipakai indikator semacam itu.
Pada analisis asam asetat dalam cuka perdagangan akan diperoleh
informasi apakah kadar yang tertulis pada etiket sudah benar dan tidak
menipu. Analisis dilakukan dengan menitrasi larutan asam asetat
perdagangan dengan larutan NaOH standar.
CH3COOH(aq) + NaOH (aq) CH3COONa(aq) + H2O
Gram ekuivalen dari asam asetat dapat dihitung yaitu :
Grek asam asetat = VNaOH MNaOH
Dalam hal ini molaritas NaOH sama dengan normalitas NaOH karena valensi
NaOH =1.
VNaOH = volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan semua asam
asetat
dalam larutan.
Karena valensi asam asetat = 1, maka 1 grek asam asetat = 1 mol.
Berat asam asetat (gram) = grek asam asetat BM asam asetat.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
19
- Labu ukur 100 ml
- Buret 50 ml
- Erlenmeyer
- pipet ukur
2. Bahan
- Asam Oksalat
- Lar. NaOH
- Asam cuka perdagangan
- indikator p.p
D. Cara Kerja
a.Penentuan Molaritas NaOH
1. Ditimbang 1,26 g asam oksalat, dimasukkan ke dalam labu ukur 100
mL dan ditambah dengan air suling hingga volume tepat 100 mL.
2. Satu buret disiapkan dan dicuci, diisi larutan asam oksalat yang telah
disiapkan.
3. Dituang 10 mL larutan NaOH ke dalam erlenmeyer, ditambah 10 mL air
suling dan 1-2 tetes indikator pp, kemudian dititrasi dengan larutan
asam oksalat hingga warna merah jambu hilang.
4. Titrasi dilakukan 3 kali.
b.Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan
1. Diambil 10 mL larutan cuka perdagangan dengan pipet ukur, kemudian
dimasukkan dalam labu ukur kapasitas 100 mL dan diencerkan hingga
volume 100 mL.
20
2. Diambil 10 mL larutan encer (1), dimasukkan ke dalam erlenmeyer
ukuran 125 mL dan ditambah 2 tetes indikator pp.
3. Larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi
perubahan warna.
4. Titrasi dilakukan 3 kali.
5. Setelah selesai buret harap dicuci dengan asam pencuci (sisa asam
asetat perdagangan).
PENGAMATAN 1
Titrasi I Titrasi II Titrasi III Vrata-rata
VNaOH
VH2C2O4.2H2O
PENGAMATAN 2
Merk asam cuka yang dipakai………………..
Titrasi I Titrasi II Titrasi III
Skala awal
buret
Skala akhir
buret
Vol. NaOH
(mL)
21
Volume rata-rata NaOH yang digunakan : ……………………….
E. EVALUASI
1. Apakah yang dimaksud dengan larutan standar?
2. Apa itu larutan standar primer dan sekunder?
3. Bila larutan asam kuat dititrasi dengan basa kuat memakai indikator
pp, apakah tepat bila titrasi sebaliknya juga memakai pp?Jelaskan!
F. Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa:
Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New York:
John Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of Chemistry laboratory Students.
4th Ed.New York : Academic Press, Inc
22
PERCOBAAN 5
EKSTRAKSI PELARUT
A. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui cara memisahkan dan memurnikan zat
2. Mengetahui cara ekstraksi pelarut dengan menggunakan corong pisah
B. Dasar Teori
Hukum distribusi atau partisi cukup diketahui bahwa zat-zat
tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut tertentu dibandingkan
dengan dengan pelarut-pelarut yang lain. Partisi zat-zat terlarut antara
dua cairan yang tidak dapat bercampur menawarkan banyak
kemungkinan yang menarik untuk pemisahan nalitis. Bahkan dimana
tujuan primer bukan analisis namun preparatif. Ekstraksi pelarut dapat
merupakan salah satu langkah penting dalam memurnikan zat.
Singkatnya ekstraksi pelarut adalah cara memisahkan zat terlarut
dengan dengan menggunakan pelarut lain yang mempunyai daya
melarutkan yang berbeda dengan pelarut yang semula. Misalnya,
memisahkan iod terlarut dalam air dengan menggunakan kloroform atau
karbon tetraklorida.
23
Angka banding konsentrasi-konsentrasi itu selalu konstan asal
temperatur konstan, yaitu
Kd :c2c1
: konsentrasi iod dalamkarbontetraklorida
konsentrasi iond alamair
Tetapan Kd dikenal sebagai koefisien distribusi atau partisi. Penting
untuk mencatat bahwa angka banding c2/c1 hanya konstan bila zat yang
terlarut mempunyai massa molekul relative yang sama untuk kedua
pelarut itu. Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: “ bila suatu
zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tak-dapat-campur, maka
pada suatu temperature yang konstan untuk tiap spesi molekul terdapat
angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan
angka banding distribusi ini tak bergantung pada spesi molekul lain
apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat
dasar kedua pelaru, sifat dasar zat terlarut dan temperature.
C. Alat dan Bahan
A. Alat
Tabung reaksi
Corong pisah 100 ml
Corong penyaring
Gelas ukur 10 ml
Gelas beker 100 ml
Erlenmeyer
Pengaduk
B. Bahan
Iod
CCl4
Akuades
24
D. Cara Kerja
1. Dimasukan sebutir kecil Iod ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml
akuades, dikocok dan perhatikan warna larutan.
2. Diambil 1 ml CCl4, perhatikan warnanya lalu masukkan ke dalam larutan
Iod, dikocok dan perhatiakan kembali warnanya.
3. Diambil beberapa butir Iod lalu masukkan ke dalam gelas beker berisi 25
ml akuades dan aduk sampai larut.
4. Larutan Iod dipindahkan ke corong pisah dalam keadaan kran tertutup.
5. Dimasukkan 10 ml CCl4 ke dalam corong pisah yang berisi larutan Iod
tadi.
6. Dipasang sumbat corong pisah dan pegang corong dengan posisi ibu jari
kanan menekan tutup dan jari kiri memegang kran.
7. Buka kran sebentar (ujung pipa jangan menghadap muka/ wajah) tutup
kran kembali dan gojoglah.
8. Membuka kran sebentar, tutup kembali lalu gojog.
9. Mengulangi langkah no 8 sampai tak terdengar bunyi gas keluar saat
membuka kran.
10. Setelah selesai digojog, segera buka tutup corong lalu pisahkan kedua
lapisan melalui kran dan tampung lapisan bawah dengan Erlenmeyer dan
lapisan atas dengan tempat yang berbeda.
PENGAMATAN
No
.Perlakuan
Pengamatan
Sebelum Sesudah
1 Iod + akuades 5 ml
2 Larutan no 1 + CCl4 1 ml
3 Iod + 25 ml akuades
25
4 Larutan no 2 + CCl4 10 ml
(dalam corong pisah)
E. Evaluasi
1. Apakah tujuan dilakukannya ekstraksi pelarut?
2. Apakah yang anda ketahui tentang rendemen?
F. Daftar Pustaka
1. Aloysius Hardyana Pudjaatmaka, 1989, Analisis Kimia Kuantatif, Jakarta :
Erlangga.
2. Vogel, 1979, Testbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic
Analysis, London : Longman Group Limited.
PERCOBAAN 6
REAKSI OKSIDASI-REDUKSI
A. Tujuan
1. Menjelaskan tentang reaksi redoks
2. Menuliskan reaksi redoks
3. Menentukan urutan reaktivitas logam-logam berdasarkan reaksi redoks
B. Dasar Teori
Setiap logam mempunyai sifat reduktor, hal ini disebabkan
kecenderungan melepaskan electron atau mengalami oksidasi. Ada yang
bersifat reduktor kuat (mudah teroksidasi) seperti logam-logam alkali,
namun ada pula yang bersifat reduktor lemah (sukar teroksidasi) seperti
logam-logam mulia.
Pada tahun 1825 Alessandro Giuseppe Volta (1745-1827) dari italia
menyusun urutan logam-logam yang dikenal saat itu yang berjumlah 20
26
jenis, dari reduktor terkuat sampai reduktor terlemah berdasarkan
eksperimen. Urutan tersebut dinamakan “Deret Volta”. Air dan hydrogen
meskipun bukan logam dimasukkan juga oleh Volta. Deretnya sbb.:
K-Ba-Ca-Na-Mg-(H2O)-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-(H)-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Makin kekiri letak suatu logam dalam deret Volta sifat reduktornya makin
kuat. Oleh karena itu, suatu logam dalam deret volta mampu mereduksi
ion-ion di sebelah kanannya tetapi tidak mampu mereduksi ion-ion
disebelah kirinya. Dalam menuliskan reaksi redoks bisa dengan reaksi
setengah.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Kertas amplas
Lempeng logam Zn, Fe, Cu, Pb
2. Bahan
Pb(NO3) 0,1 M
ZnSO4 0,1 M
HCl 3 M
Fe(NO3)2 0,1 M
CuSO4 0,1 M
D. Cara Kerja
1 Digosok logam Zn dengan menggunakan ampelas kemudian
dipotong kecil-kecil dengan ukuran 0,5 cm x 0,5 cm.
2 Diambil 12 buah tabung reaksi kemudian mengisi berturut-turut
dengan larutan CuSO4 0,1 M; Fe(NO3)3 0,1 M; ZnSO4 0,1 M; Pb(NO3)2
0,1 M dan HCl 3 M.
27
3 Dimasukkan sepotong logam Zn yang telah digosok ke dalam
masing-masing larutan di atas kemudian mengamati apa yang
terjadi.
4 Mengulangi percobaan 1 sampai dengan 3 dengan mengganti
logan Zn dengan lempeng logam Fe, Mg dan Cu.
5 Menuliskan reaksi-reaksi yang terjadi kemudian membuat
kesimpulan urutan reaktivitas logam-logam Zn, Fe, Mg dan Cu
E. Evaluasi
1 Tuliskan reaksi redoks (setengah reaksi) yang mungkin terjadi hasil
dari percobaan anda?
2 Buat setimbang reaksi oksidasi ion plumbit, (Pb(OH)3- menjadi
plumbum dioksida dengan oksidator ion hipoklorit dalam suasana
basa berikut ini:
Pb(OH)3- + OCl- PbO2 + Cl-
F. Daftar Pustaka
1 Vogel, 1979, Testbook of Macro and Semimicro Qualitative
Inorganic Analysis, London : Longman Group Limited
2 Brady, 1998, General Chemistry Principles & Structure, Alih
Bahasa : Sukmariah Maun dkk, , 1999, Kimia Universitas: Asas dan
Struktur Jilid 1, Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.
28