Modul Forensik _ Identifikasi Trigger : Bencana alam gempa bumi
yang menimpa kota Padang, menyebabkan korban jiwa yang cukup
banyak. Diantaranya korban ditemukan dibawa ke rumah sakit M.
Djamil guna dilakukan identifikasi. Identifikasi dilakukan oleh tim
DVI Nasional bekerja sama dengan tim dari rumah sakit M. Djamil
Padang. Korban jiwa yang dibawa ke rumah sakit berasal dari
beberapa tempat, baik dari bangunan yang runtuh maupun dari
bangunan terbakar. Di bagian forensik rumah sakit M. Djamil banyak
pihak keluarga yang datang guna mencari anggota keluarga mereka
yang hilang. Tim DVI melakukan wawancara dengan pihak keluarga guna
mendapatkan data antemortem. Korban akan teridentifikasi jika data
antemortem cocok dengan data post mortem. Identifikasi pada saat
itu banyak berdasarkan data primer gigi, dibanding data primer yang
lain. Sedangkan data sekunder yang digunakan cukup bervariasi. Pada
korban yang jaringan lunaknya sudah rusak dan tinggal tulang, yang
ditemukan di bangunan yang terbakar maka identifikasi dilakukan
melalui pemeriksaan tulang, dari tulang dapat ditemukan ras, jenis
kelamin, umur, dan perkiraan tinggi badan. Terminologi : * DVI
(Disaster Victim Identification) : tim yang dibentuk untuk
menentukan identitas seseorang yang identitasnya tidak diketahui,
yang terdiri dari dari polisi, dokter forensik, dokter umum. * Data
ante mortem : data seseorang sebelum meninggal. * Data Post Mortem
: data yang didapat setelah meninggal. * Identifikasi forensik :
upaya penyidik untuk menentukan identitas seseorang yang
identitasnya tidak diketahui baik kasus pidana maupun perdata.
Learning Objective : 1. Identifikasi : Definisi, pihak yang
bertanggung jawab, tujuan, prinsip, dan metode (data primer dan
data sekunder). 2. Cara menjelaskan identifikasi berdasarkan : ras,
jenis kelamin, umur, tinggi badan dan prinsip identifikasi rangka.
Add 1. Identifikasi
* Definisi : identifikasi forensik merupakan upaya yang
dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan
identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu
masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas
personal dengan tepat amat penting dalam penyidikkan karena adanya
kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Peran ilmu
kedokteran forensuk dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak
dikenal, jenazah yang sudah rusak, membusuk, hangus terbakar dan
kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak
korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka.
Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus
lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orang
tua nya. Identitas seseorang yang dipastikan bila paling sedikit
dua metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak
meragukan). * Pihak yang bertanggung jawab : Penanggung jawab
identifikasi korban mati : polisi Minta bantuan ahli : dokter
forensik, dokter gigi forensik, ahli sidik jari, ahli DNA, dan ahli
lainnya. * Tujuan identifikasi : - Kebutuhan etis dan kemanusiaan
terhadap keluarganya. - Pemastian kematian seseorang secara resmi
dan yuridis. - Administratif - Klaim dalam hukum publik dan
perdata. - Klaim asuransi, pensiun dan lainnya. - Awal
penyelidikan. * Prinsip identifikasi : Dilakukan dengan komparasi
ciri identitas pada data ante mortem (sewaktu masih hidup) dan data
post mortem (mayat/sudah meninggal). Objek komparasinya : -
Circumstantial evidence : pakaian, barang milik korban - Physical
evidence : pemeriksaan ciri luar, pemeriksaan ciri dalam * Metode
Identifikasi - Visual Dengan memperhatikan dengan cermat atas
korban, terutama wajahnya oleh pihak keluarga atau rekan dekatnya,
maka jati diri korban dapat diketahui. Walaupun metode ini
sederhana, untuk mendapatkan hasil yang diharapkan perlu diketahui
bahwa metode ini baru dapat dilakukan bila keadaan tubuh dan
terutama wajah korban dalam keadaan baik dan belum terjadi
pembusukan yang lanjut. Selain itu perlu diperhatikan faktor
psikologis, emosi, latar belakang pendidikan; oleh karena
faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. -
Pakaian Pencatatan yang teliti atas pakaian, hal yang dipakai, mode
serta adanya tulisan-tulisan seperti merek, penjahit, laundry atau
initial nama, dapat memberikan informasi yang berharga, milik
siapakah pakaian tersebut. Bagi korban yang tidak dikenal,
menyimpan pakaian secara keseluruhan atau potongan-potongan dengan
ukuran 10cmx10cm, adalah merupakan tindakan yang tepat agar korban
masih dapat dikenali walaupun tubuhnya telah dikubur. - Perhiasan
Anting-anting, kalung, gelang serta cincin yang ada pada tubuh
korban, khususnya bila pada perhiasan terdapat initial nama
seseorang yang biasanya terdapat pada bagian dalam dari gelang atau
cincin. Akan membantu dokter atau pihak penyidik di dalam menetukan
identitas korban. Mengingat kepentingan tersebut, maka penyimpanan
dari perhiasan haruslah dilakukan dengan baik. - Dokumen Kartu
tanda penduduk, surat izin mengemudi, paspor, kartu golongan darah,
tanda pembayaran dan lainnya yang ditemukan dalam dompet atau tas
korban dapat menunjukka jati diri korban. Khusus pada kecelakaan
masal, perlu diingat akan kebiasaan seseorang di dalam menaruh
dompet dan tasnya. Pada pria dompet biasanya terdapat dalam saku
baju atau celana, sedangkan pada wanita tas biasanya dipegang,
sehingga pada kecelakaan masal tas dapat terlempar dan sampai pada
orang lain bukan pemiliknya. Jika hal ini tidak diperhatikan,
kekeliruan identitas dapat terjadi, khususnya bila kondisi korban
sudah busuk atau rusak. - Medis Pemeriksaan fisik secara
keseluruhan, yang meliputi bantuk tubuh, tinggi tubuh dan berat
badan, warna tirai mata, adanya cacat tubuh serta kelainan bawaan,
jaringan parut bekas operasi serta tato, dapat memastikan siapa
jati diri korban. Pada beberapa keadaan khusus, tidak jarang harus
dilakukan pemeriksaan radiologis, yaitu untuk mengetahui keadaan
sutura, bekas patah tulang atau pen serta pasak yang dipakai pada
perawatan penderita patah tulang. Bentuk gigi dan bentuk rahang
merupakan ciri khusus dari seseorang, sehingga dapat dikatakan
tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang yang
berbeda. Menjadikan pemeriksaan gigi ini mempunyai nilai yang
tinggi dalam hal penetuan jati diri seseorang. Pemeriksaan atas
gigi ini menjadi lebih penting bila keadaan korban sudah rusak atau
membusuk, dimana dalam keadaan tersebut pemeriksaan sidik jari
tidak dapat dilakukan, sehingga dapat dikatakan gigi merupakan
pengganti dari sidik jari. Satu keterbatasan pemanfaatan gigi
sebagai sarana identitas adalah belum meratanya sarana untuk
pemeriksaan gigi, demikian pula pendataannya (dental record), oleh
karena pemeriksaan gigi masih merupakan hal yang mewah bagi
kebanyakan rakyat Indonesia. Dengan demikian, pemeriksaan gigi
sifatnya lebih selektif. - Sidik jari Kuntungan dari metode ini
mudah dilakukan secara massal dan biaya yang murah. Metode ini
membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem.
Sampai sekarang, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang
diakui paling tinggi ketepatannya untuk menetukan identitas
seseorang. Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang
sebaik-baikbya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik
hari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah
dengan kantong plastik. Daktiloskopi adalah suatu sarana dan upaya
pengenalan identitas diri seseorang melalui suatu proses pengamatan
dan penelitian sidik jari, yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan/kebutuhan, tanda bukti, tanda pengenal, ataupun sebagai
pengganti tanda tangan. Sidik jari adalah suatu impresi dari
alur-alur lekukan yang menonjol dari epidermis pada telapak tangan
dan jari-jari tangan atau telapak kaki dan jari-jari kaki, yang
juga dikenal sebagai "dermal ridges" atau " dermal papillae", yang
terbentuk dari satu atau lebih alur-alur yang saling berhubungan.
Sidik jari mulai tumnuh sejak janin berusia empat minggu hingga
sempurna saat enam bulan di dalam kandungan. Sifat-sifat khusus
yang dimiliki sidik jari : - Perennial nature : yaitu
guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit manusia
seumur hidup. - Immutability : yaitu sidik jari seseorang tidak
pernah berubah, kecuali mendapatkan kecelakaan yang serius. -
Individuality : pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk
setiap orang.
Mengenai bentuk dan pola sidik jari yang terdiri dari tiga jenis
di atas memiliki ciri-ciri yang khas yaitu : Whorl (melingkar)
yaitu bentuk pokok sidik jari, mempunyai 2 delta dan sedikitnya
satu garis melingkar di dalam pattern area, berjalan di depan kedua
delta. Jenis whorl terdiri dari Plain whorl, Central pocket loop
whorl, Double loop whorl dan Accidental whorl. Whorl bisa berbentuk
sebuah Spiral, Bulls-eye, atau Double Loop. Whorl adalah
titik-titik menonjol dan kontras, dan bisa dilihat dengan mudah.
Cetakan Spiral dan Bulls-eye adalah persis sebangun dalam
interpretasinya, namun yang kedua memberikan sedikit lebih banyak
fokus. Di mana pun di bagian tangan, Whorl menyoroti dan menekankan
kepada daerah tertentu, menjadikannya sebuah wilayah fokus di dalam
kehidupan subyek. Loop adalah bentuk pokok sidik jari dimana satu
garis atau lebih datang dari satu sisi lukisan, melereng, menyentuh
atau melintasi suatu garis bayangan yang ditarik antara delta dan
core, berhenti atau cenderung berhenti ke arah sisi semula. Loop
dapat menaik ke arah ujung jari, atau menjatuh ke arah pergelangan
tangan. Common Loop bergerak ke arah ibu jari, sementara Radial
Loop (Loop terbalik) bergerak mengarahkan ujung pemukulnya ke sisi
lengan. Arch merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua
garis-garisnya datang dari satu sisi lukisan, mengalir atau
cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu, dengan
bergelombang naik di tengah-tengah. Pola ini bisa terlihat sebagai
sebuah Flat Arch, atau Tented Arch. Perhatikan setiap pola Arch
menaik sangat tinggi. - Serologi Penentuan golongan darah yang
diambil baik dari dalam tubuh korban, maupundarah yang berasal dari
bercak-bercak yang terdapat pada pakaian, akan dapat mengetahui
golongan darah pada korban. Bila orang yang diperiksa itu kebetulan
termasuk golongan sekretor (penentuan golongan darah dapat
dilakukan dari seluruh cairan tubuh), maka pemeriksaan ini selain
untuk menentukan jati diri seseorang dalam arti sempit, akan
bermanfaat pula dalam membantu penyidik, misalnya dalam kasus
perkosaan, tabrak lari, serta kasus bayi yang tertukar dan
penentuan bercak darah milik siapa yang terdapat pada senjata dan
pada pakaian tersangka pelaku kejahatan di dalam kasus-kasus
pembunuhan. - Eksklusi Metode ini sering digunakan pada kasus yang
terdapat banyak korban seperti bencana. Bila dari sekian banyak
korban, tinggal satu yang tidak dapat dikenali oleh karena keadaan
mayatnya sudah sedemikian rusaknya, maka atas bantuan daftar korban
akan dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat
udara, kapal laut, dan lainnya. Bila sebagian besar korban telah
dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode identifikasi yang
lain, sedangkan identitas sisa korban yang tidak dapat ditentukan
dengan metode tersebut di atas, maka sisa korban diidentifikasi
menurut daftar penumpang/eksklusi. * Odontologi Suatu proses
identifikasi dengan objeknya adalah gigi. Hal ini dilakukan karena
daya tahan gigi yang baik, sifatnya sangat individual, informasi
yang didapat (umur, ras, sex, golongan darah, raut muka). Daya
tahan panas gigi tingga hingga mencapai abu bila pada suhu 538-649
derajat celcius dan 871 derajat celcius pada tambalan amalgam.
Tanda adanya data dental antemortem, data dental post mortem tidak
berarti karena tidak ada pembanding. Langkah langkah penanganan
aspek odontologi forensik: - Bila rahang atas dan bawah lengkap :
1. Pembukaan rahang bawah untuk melepaskan rahang bawah. 2.
Melakukan pembersihan rahang bawah dan rahang atas. 3. Melakukan
dental charting/odontogram. 4. Melakukan rontgen foto pada seluruh
gigi geligi di rahang atas dan rahang bawah. 5. Pencabutan gigi
molar 1 atas atau bawah untuk pemeriksaan DNA. 6. Melakukan
pemotretan dengan ukuran close-up 7. Melakukan perbandingan data
dental antemortem dengan post mortem 8. Proses rekonsilasi untuk
penentuan identifikasi. - Pada rahang yang tidak utuh : Melakukan
rekonstruksi bentuk rahang serta susunan gigi geliginya dengan
menggunakan wax/malam. Kenudian diperkuat dengan menggunakan self
curing acrylic. Lalu melakukan pencetakan, dilakukan pemotretan
close-up, dan pengembalian pada jenazah. Tujuan rekonstruksi
diharapkan dapat memperoleh gambaran perkiraan raut wajah korban
untuk membantu memudahkan identifikasi. * DNA DNA adalah materi
genetik yang membawa informasi yang dapat diturunkan. Di dalam sel
manusia DNA dapat ditemukan di dalam inti sel dan di dalam
mitokondria. Hampir semua sampel biologis dapat dipakai untuk tes
DNA, seperti buccal swab (usapan mulut pada pipisebelah dalam),
darah, rambut beserta akarnya, walaupun lebih dipilih penggunaan
darah dalam tabung (sebanyak 2 ml) sebagai sumber DNA. Tes DNA
dilakukan dengan berbagai alasan seperti persoalan pribadi dan
hukum antara lain ; tunjangan anak, perwalian anak, adopsi,
imigrasi, warisan dan masalah forensik (dalam identifikasi korban
bencana). Add 2. Cara menjelaskan identifikasi berdasarkan : ras,
jenis kelamin, umur, tinggi badan dan prinsip identifikasi rangka.
* Ras Beberapa rincian anatomis, terutama di wajah sering
menunjukkan ras individual. Pada ras kulit putih memiliki wajah
yang menyempit dengan hidung yang agak meninggi dan dagu yang
menonjol. Ras kulit hitam memiliki hidung yang lebar dan subnasal
yang berlekuk. Indian Amerika dan Asia memiliki bentuk tulang pipi
yang menonjol dan tekstur gigi yang khas. Seorang antropologis
memiliki banyak metode yang rumit untuk dapat menentukan ras atau
nenek moyang suatu populasi melalui tulang. Ras dari pemilik tulang
dapat diidentifikasi menjadi : 1. Ras Kaukasoid (semua yang
berkulit putih) Morfologi kranium pada ras ini yaitu : - Tipe
kranium dolichocephalic (panjang) - Tulang zygomaticus cenderung
mundur terhadap tulang fasial - Apertura nasalis sangat sempit dan
tajam tepi bawahnya - Dasar tulang orbita cenderung miring ke bawah
- Palatum relatif sempit dan cenderung berbentuk segitiga - Sutura
zygomaticomaxillaris cenderung membelok - Persentase sutura
metopika cenderung lebih tinggi dibanding 2 ras lainnya.
2. Ras Mongoloid (Cina, Jepang, Indian Amerika) - Tipe kranium
cenderung memiliki tulang zygomaticus yang menonjol - Lebar
apertura nasalis sedang dan tepi bawah nasal agak runcing - Tulang
orbita cenderung sirkulair - Tulang palatum lebarnya sedang -
Sutura zygomaticomaxillaris cenderung lurus
3. Ras Negroid (semua kulit hitam/Negro Afrika, Amerika dan
Indian Barat) - Tipe kranium mesocephalic (sedang) - Tulang
zygomaticus tidak begitu menjorok ke depan relatif terhadap tulang
fasial - Apertura nasalis sangat lebar dan tepi bawah tulang
nasalis tumpul - Tulang orbita cenderung persegi empat dan jarak
interorbital lebar - Tulang palatum cenderung sangat lebar dan agak
persegi empat - Alveolus anterior pada maxilla dan mandibula
cenderung sangat prognathis - Sering didapati depresi coronal
posterior pada sutura coronaria - Sutura zygomaticomaxillaris
cenderung membentuk huruf S
Penetuan ras dapat dilakukan melalui pemeriksaan terhadap
tengkorak, sudut intercondylus dan tulang panjang : * Tengkorak :
tengkorak dapat memberikan gambaran yang dapat diandalkan mengenai
karakteristik tertentu dari nenek moyang suatu populasi. * Sudut
intercondylus : menetukan ras dari sudut intercondylus dapat
digunakan bila yang tersisa hanya kerangka saja. Metode ini
memerlukan penempatan distal femur pada posisi lateral. * Tulang
panjang : pada ras kulit hitam, tibia relatif lebih panjang
daripada femur dan radius relatif lebih panjang daripada ulna. Pada
populasi kulit putih dan mongoloid, femur lebih melengkung ke
anterior bila dibandingkan dengan populasi kulit hitam. Femur ras
kulit hitam cenderung lebih lurus. * Jenis kelamin Pada umumnya
penentuan jenis kelamin pada orang hidup tidaklah sukar. Hanya dari
penampilan wajah, potongan tubuh, bentuk rambut, pakaian serta
ciri-ciri seks dan pertumbuhan buah dada, kita sudah bisa mengenali
apakah orang tersebut laki-laki atau perempuan. Hanya pada
kasus-kasus khusus yang jarang terjadi, diperlukan pemeriksaan
mikroskopik dari ovarium dan testis. Penentuan jenis kelamin dalam
kasus kriminal atau suatu bencana dimana tubuh korban rusak oleh
karena proses pembusukan atau kerusakan memang disengaja misalnya
dengan memotong tubuh korban, memerlukan ketelitian yang khusus.
Penentuan jenis kelamin pada rangka : Penentuan ini didasarkan pada
ciri-ciri yang mudah dikenali pada tulang-tulang : - Panggul :
ischium pubis pada wanita lebih besar dari pria
- Tengkorak : untuk menetukan jenis kelamin dari tengkorak,
diperlukan penilaian dari berbagai ciri-ciri yang terdapat pada
tengkorak tersebut. Ciri utama adalah penonjolan di atas orbita
(procc.mastoideus, palatum, rongga mata, rahang bawah). Luas
permukaan procc. mastoideus pada pria lebih besar dibandingkan
wanita, hal ini dikaitkan dengan adanya insersi otot leher yang
lebih kuat pada pria.
- Tulang dada : rasio panjang dari manubrium sterni dan corpus
sterni menetukan jenis kelamin. Pada wanita manubrium sterni
melebihi separuh panjang corpus sterni. - Tulang panjang : pria
pada umumnya memiliki tulang yang lebih panjang, lebih berat dan
lebih kasar, serta impresinya lebih banyak. Tulang paha merupakan
tulang panjang yang dapat diandalkan dalam penentuan jenis kelamin.
Konfigurasi, ketebalan, ukuran dan caput femoris serta bentukan
dari otot dan ligamen perlu diperhatikan.
- Penentuan jenis kelamin secara histologik : prinsip penentuan
secara histoligik atau miroskopik ini adalah berdasarkan pada
kromosom. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari = kulit, leukosit,
sel-sel selaput lendir pipi bagian dalam, sel-sel rawan, korteks
kelenjar supra renalis, cairan amnion. * Umur Biasanya pemeriksaan
dari os pubis, sacroiliaka joint, arthritis pada spinal dan
pemeriksaan mikroskopis dari tulang dan gigi memberikan informasi
yang mendekati perkiraan umur. Untuk memperkirakan usia, bagian
yang berbeda dari rangka lebih berguna untuk menetukan perkiraan
usia pada range usia yang berbeda. Range usia meliputi usia
perianal, neonatus, bayi dan anak kecil, usia kanak-kanak lanjut,
usia remaja, dewasa muda dan dewasa tua. Umur dalam 3 tahapan : 1.
Bayi baru dilahirkan : neonatus, bayi yang belum mempunyai gigi,
sangat sulit untuk menentukan usianya karena pengaruh proses
pengembangan yang berbeda pada masing-masing individu. Pembentukan
gigi sering digunakan untuk memperkirakan usia. Pembentukan gigi
permanen sangat menentukan usia/indikatornya. 2. Anak dan dewasa
sampai umur 30 tahun : Masa kanak-kanak lanjut dimulai saat gigi
permanen mulai tumbuh. Semakin banyak tulang yang mulai mengeras.
Masa remaja menunjukkan pertumbuhan tulang panjang dan penyatuan
pada ujungnya. Penyatuan ini merupakan teknik yang berguna dalam
penentuan usia. Masing-masing epifisis akan menyatu pada diafisis
pada usia-usia tertentu. Dewasa muda dan dewasa tua mempunyai
metode-metode yang berbeda dalam penentuan usia. Penutupan sutura
cranium, morfologi dari ujung iga, permukaan aurikula dan simfisis
pubis, struktur mikro dari tulang dan gigi. Persambungan
speno-oksipital terjadi pada umur 17-25 tahun. Tulang selangka
merupakan tulang panjang terakhir unifikasi. Unifikasi dimulai umur
18-25. Unifikasi lengkap pada usia 25-30 tahun, usia lebih dari 31
tahun sudah lengkap. Tulang belakang sebelum usia 30 tahun
menunjukkan alur yang dalam dan radier pada permukaan atas dan
bawah. 3. Dewasa > 30 tahun :sutura kranium perlahan-lahan
menyatu. Morfologi pada ujung iga berubah sesuai dengan umur. Iga
berhubungan dengan sternum melalui tulang rawan. Ujung iga saat
mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk datar, namun selama
proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang rawan mulai
menjadi berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai
ditemukan saat usia menua. Pemeriksaan tengkorak : pemeriksaan
sutura, penutupan tubula interna mendahului eksterna. Sutura
sagitalis, koronarius dan lambdoideus mulai menutup umur 20-30
tahun. Sutura parieto-mastoid dan aquamaeus usia 25-35 tahun
tertutup, tapi dapat tetap terbuka sebagian pada umur 60 tahun.
Sutura spheno-parietal umumnya tidak akan menutup sampai umur 70
tahun. * Tinggi badan Tinggi badan merupakan persamaan linear dari
berbagai tulang panjang, yaitu humerus, femur, radius dan tibia
dengan rumusan Trotter dan Gleser, Stevenson, Karl pearson,
Dupertus dan Hadden. Kepentingan pengukuran tinggi badan dari
tulang panjang adalah penting pada keadaan tubuh yang sudah
terpotong atau yang didapatkan rangka atau sebagian tulang.
Perkiraan tinggi badan dengan pengukuran tulang panjang : Tulang
lengan atas 35 persen dari tinggi badan. tulang paha 27 persen dari
tinggi badan, tulang kering 22 persen dari tinggi badan dan tulang
belakang 35 persen dari tinggi badan.