Top Banner

of 25

modul flu burung

May 30, 2018

Download

Documents

rashellya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/14/2019 modul flu burung

    1/25

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Flu burung (avian influenza) mulai muncul di indonesia sekitar 5

    tahun yang lalu. Penyakit ini disebabkan oleh virus Influenza tipe A dan

    ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung dikonfirmasikan telah

    terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja,Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga

    berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.

    Penyakit ini sangat mudah tertular baik kepada sesama unggas

    maupun dari unggas ke manusia. Dan dibandingkan dengan penyakit

    AIDS, waktu hidup manusia yang terjangkit virus ini relatif lebih cepat.

    Jika pengidap penyakit AIDS dapat bertahan hidup selama 5 tahun

    setelah timbulnya gejala pertama, flu burung dapat membunuh manusia

    dalam waktu 1 bulan tergantung dengan daya tahan tubuh orang

    tersebut.

    virus ini barbahaya bagi unggas dan manusia. Berbahaya bagi

    unggas karena penularannya cepat dan menular ke seluruh unggas yang

    ada di lingkungan itu. Bagi manusia virus ini juga berbahaya karena

    timbulnya gejala flu burung baru tampak tergantung dengan daya tahan

    tubuh orang itu, sementara obat yang ada di Indonesia saat ini hanya

    efektif untuk digunakan 48 jam setelah virus itu masuk kedalam tubuh

    manusia. Jika penggunaan obat lebih dari 48 jam setelah virus tersebut

    masuk maka obat tidak akan berguna lagi.

    Oleh karena itu, di dalam karya tulis ini akan dibahas tentang

    pengertian dan penyebab penyakit itu, sejarah penyebarannya, cara

    1

  • 8/14/2019 modul flu burung

    2/25

    penularannya, gejala penyakit, pencegahan dan pengobatan, dampaknya

    terhadap kehidupan manusia, dan kebijakan-kebijakan pemerintah

    mengenai flu burung.

    B. Rumusan Masalah

    Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini penulis ingin mengetahui

    masalah-masalah yang dijadikan acuan dalam bentuk perumusan

    masalah yaitu sebagai berikut:

    1. Apa itu flu burung dan apa penyebabnya?

    2. Bagaimana sejarah penyebaran flu burung?

    3. Bagaimana cara penularan flu burung?

    4. Apa saja gejala penyakit flu burung?

    5. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan flu burung?

    6. Apa saja dampak flu burung?

    7. Apa saja kebijakan yang telah diambil pemerintah mengenaiflu burung?

    C. Tujuan Pembahasan

    Setelah melihat semua perumusan masalah yang dijadikan acuan

    dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini maka tujuan pembahasannya

    adalah:1. Mengetahui apa itu flu burung dan penyebab flu burung.

    2. Mengetahui sejarah penyebaran flu burung.

    3. Mengetahui cara penularan flu burung.

    4. Mengetahui gejala penyakit flu burung.

    5. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan flu burung.

    6. Mengetahui dampak flu burung.

    2

  • 8/14/2019 modul flu burung

    3/25

    7. Mengetahui kebijakan yang telah diambil pemerintah

    mengenai flu burung.

    D. Sistimatika Penulisan

    Penulis membuat Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Misteri Flu

    Burung (Avian Influenza) ini dengan melakukan studi kepustakaan, yaitu

    studi yang menggunakan data-data tertulis dari buku-buku, majalah-

    majalah, koran-koran, dan data-data dari internet dengan sistimatika

    sebagai berikut:

    1. Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan

    masalah, tujuan pembahasan dan sisitimatika penulisan.

    2. Pembahasan yang terdiri atas pengertian dan penyebab flu

    burung, sejarah penyebaran flu burung, cara penularan flu burung,

    gejala penyakit flu burung, pencegahan dan pengobatan flu

    burung, dampaknya terhadap kehidupan manusia, kebijakan-

    kebijakan pemerintah mengenai flu burung.3. Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.

    3

  • 8/14/2019 modul flu burung

    4/25

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian dan Penyebab

    Flu burung ( Avian

    Influenza ) adalah penyakit

    yang disebabkan oleh virus

    Avian Influenza (AI). Virusini termasuk virus Influenza

    A. Barsama-sama dengan

    virus Influenza B dan C, virus

    Influenza merupakan famili

    Orthomyxoviridae . Virus Influenza A dapat menginfeksi unggas

    termasuk ayam, itik, angsa, kalkun, berbagai jenis burung seperti burung

    dara, burung camar, burung elang, manusia, babi, kuda, anjing laut.

    Sementara itu virus Influenza B dan C hanya menginfeksi manusia. Jadi

    istilah Avian Influenza digunakan untuk virus Influenza A yang

    menginfeksi babi dan seterusnya. Sementara itu untuk virus Human

    Influenza bisa berarti virus Influenza A, B atau C, karena ketiganya bisa

    menginfeksi manusia.

    Dengan elektron mikroskop virus Avian Influenza mempunyai 8

    segmen yang terdiri dari rangkaian RNA. Ukurannya 80 sampai 120nm.

    Setiap virus mempunyai 500 spike (serabut). Segmen ini merupakan

    genoma yang akan menghasilkan protein untuk menopang hidupnya.

    Kedelapan segmen ini terdiri dari gen Hemaglutinin (HA),

    Neuraminidase (NA), Nukleoprotein (NP), Matriks (M), Polimerase A

    (PA), Polimerase B1 (PB1) dan Polimerase B2 (PB2) serta Non

    4

  • 8/14/2019 modul flu burung

    5/25

    Struktural (NS). kedelapan segmen tersebut akan menghasilkan 10

    macam, gen M dan NS masing-masing menghasilkan 2 macam protein.

    Virus Avian Influenza ini dibungsus oleh Glikoprotein dan dilapisi

    oleh lapisan lemak ganda (bilayer lipid) . Glikoprotein HA dan NA

    merupakan protein permukaan yang sangat berperan dalam penempelan

    dan pelepasan virus dari sel inang. Protein HA merupakan bagian

    terbesar dari spike yaitu 80% dan NA sebesar 20%. Struktur HA dan NA

    menentukan subtipe dari virus Avian Influenza ini. Sedangkan NP dan M

    digunakan untuk membedakan antara virus Influenza A dengan B atau C.

    Lapisan lemak ganda pada selubung virus menjadikan virus

    Influenza ini sensitif terhadap pelarut lemak, misalnya deterjen.

    Rusaknya selubung virus menyebabkan virus Influenza tidak infektif

    lagi. Infektifitas ini juga dapat dirusak dengan cepat oleh Formalin, Bata-

    propiolakton, agen yag bersifat Oksidan, asam encer, Eter, Na-

    desoksikolat, Hidroksilamin, Nade-dosilsulfat, dan ion-ion Amoniumdan senyawa Iodium. Kondisi lain yang menyebabkan virus AI tidak

    infektif yaitu panas. Virus ini akan mati jika berada pada temperatur

    56 oC selama 3 jam atau berada pada temperatur 60 oC selama 30 menit

    atau lebih. Sebaliknya virus ini akan tetap hidup dalam air dengan suhu

    22 oC selama 4 hari. Serta bisa hidup lebih dari 30 hari jika berada pada

    suhu 0o

    C. Virus Influenza juga mati dalam kondisi pH yang asam, atau berada pada kondisi non isotonik. Kondisi lingkungan yang kering juga

    dapat membuat virus Avian Influenza menjadi tidak infektif lagi.

    Virus Influenza masih tetap infektif dalam fases selama 30 sampai

    35 jam pada temperatur 4 oC dan selama 7 hari dalam suhu 20 oC. Virus

    juga dapat diisolasi dari air danau atau kolam yang banyak diminum oleh

    unggas air, tapi tidak dapat diisolasi setelah unggas air meninggalkandaerah itu. Dapat bertahan di lingkungan, tapi mungkin tidak dalam

    5

  • 8/14/2019 modul flu burung

    6/25

    waktu yang lama. Tumbuh dalam telur ayam bertunas 9 sampai 11 hari.

    Tumbuh pada kultur jaringan Chicken Embrio Fibroblast (CEF) dan uji

    in vivo dapat dilakukan pada ayam kalkun dan itik.

    Virus Influenza A ini bersifat sangat mudah mutasi, terutama pada

    HA dan NA. Sampai saat ini berdasarkan struktur HA terdapat 15

    subtipe (varian) , H1 sampai dengan H15 dan berdasarkan NA terdapat 9

    subtipe, N1 sampai dengan N9. Umumnya penyebutan subtipe

    ditunjukan dengan HxNy, mulai H1N1 sampai H15N9. Dengan

    demikian setiap virus Influenza mempunyai 135 subtipe kemungkinan.

    Hal ini disebabkan virus ini sangat unik karena mampu mengubah diri

    melalui proses Antigenic drift dan Antigenic shift sehingga susah

    dikenali sistem kekebalan induk semang.

    Antigenic drift merupakan keadaan virus AI yang mengalami

    mutasi urutan Nukleotida pada gen HA atau NA atau keduanya yang

    menyebabkan antibodi tidak bisa secara lengkap menetralisasi virus ini.Perubahannya bersifat terbatas (minor), tetapi subtipenya tetap sama.

    Sifat virus ini selalu dikaitkan dengan timbulnya suatu epidemi dari

    penyakit ini. Sifat ini tidak hanya dimiliki oleh virus Avian Influenza

    saja, tetapi juga oleh virus lainnya, khususnya virus RNA lainnya. Tetapi

    lebih sering terjadi pada virus Influenza A. Perubahan virus ini secara

    perlahan tetapi pasti, terjadi terus menerus dari waktu ke waktu. Mutasiini tidak selalu menunjukan pola yang sama.

    Mutasi bisa menjadikan virus ini berubah menjadi lebih virulen atau

    sebaliknya. Selama setahun virus ini mengalami mutasi pada genoma

    HA yang menyebabkan adanya perubahan susunan asam amino di

    tempat pembelahan. Perubahan ini berupa insersi (panambahan) asam

    amino Arginin dan Lisin di antara Glutamin dan Arginin, dan jugainsersi satu asam amino Lisin antara Arginin dan Treonin. Disamping itu

    6

  • 8/14/2019 modul flu burung

    7/25

  • 8/14/2019 modul flu burung

    8/25

    Sifat virus Avian Influenza dan semua famili Orthomyxoviridae

    mudah mengalami mutasi, karena struktur genetik dari virus itu sendiri

    yang terdiri dari RNA. Ketika virus ini melakukan perbanyakan atau

    replikasi mempunyai kecenderungan banyak mengalami kesalahan

    dalam menyusun RNAnya. Sangat berbeda dengan virus-virus yang

    mempunyai struktur genetik DNA. Virus RNA tidak mempunyai

    kemampuan prof reading yang baik dibanding dengan virus DNA. Laju

    mutasi virus RNA ini sangat tinggi. Rata-rata mutasi sebesar 10 -3 per gen

    per tahun. Jadi untuk seluruh genoma virus AI yang mempunyai panjang

    13.588 pasang basa (Nukleoteda), setiap tahun diperkirakan mengalami

    mutasi sebanyak 13 sampai dengan14 Nukleotida atau sekitar 4 sampai 5

    asam amino yang mengalami perubahan.

    Berdasarkan patotipe, virus Avian Influenza dibedakan menjadi 2

    kelompok yaitu Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) yang bersifat

    sangat ganas, Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) yang bersifatkurang ganas. Salah satu tanda HPAI yaitu tingkat kematian yang sangat

    tinggi, sampai 100%. Sampai saat ini virus Avian Influenza yang bersifat

    HPAI adalah H5 dan H7. Sifat mudah mutasi dari virus ini menyebabkan

    keganasannya ditentukan oleh waktu, tempat, dan inang yang terinfeksi.

    Artinya walaupun sama-sama H5 yang menginfeksi belum tentu

    menunjukan aspek keganasan yang sama.Target jaringan (organ) suatu virus mungkin mempengaruhi tingkat

    patogenisitasnya. Virus yang terbatas pada saluran pernapasan atau usus

    akan menyebabkan penyakit yang berbeda dengan virus yang bersifat

    sistemik dan mencapai berbagai organ vital. Sebagian unggas air yang

    liar lebih resisten dibanding unggas yang dipelihara. Virus Avian

    Influenza pada unggas liar tidak menimbulkan gejala sakit, tetapi dapatmenjadi sangat ganas pada ayam ras maupun bukan ras.

    8

  • 8/14/2019 modul flu burung

    9/25

    Dari berbagai jenis unggas peliharaan, kalkun paling banyak

    terserang virus Influenza . Virus Influenza pada babi juga dapat

    ditemukan pada kalkun. Virus Influenza pada babi dapat ditularkan

    secara langsung maupun tidak langsung melalui kontak dengan babi atau

    orang terinfeksi virus itu. Kontak langsung antara itik, babi, dan ikan

    yang dipelihara pada satu lokasi yang sama dapat mendukung timbulnya

    strain baru virus Influenza. Secara percobaan virus Influenza dari spesies

    unggas dapat menginfeksi babi, musang, cerpelai, kucing, kera, dan

    manusia.

    9

  • 8/14/2019 modul flu burung

    10/25

    B. Sejarah Penyebaran

    Flu burung,

    atau yang juga

    disebut Avian

    Influenza , menyita

    perhatian semua

    pihak di seluruh

    dunia. Kecepatan

    virus yang

    menyebar dimana-

    mana dan

    kemampuannya bermutasi dengan cepat sehingga mampu menyerang

    baik hewan dan manusia menimbulkan kekhawatiran akan keganasan

    virus yang dapat menyebabkan kematian. Saat ini flu burung diketahui

    telah menyerang hampir seluruh Negara di Asia, Belanda, Rusia,Australia, Itali, Chile, Meksiko, Belanda, Belgia dan Jerman serta

    Amerika dan saat ini merambah Afrika.

    Sebenarnya kasus flu burung telah muncul sejak tahun 1878 di

    Italia, dimana pada saat itu banyak ditemukan unggas yang mati

    mendadak. Namun penyebab matinya unggas tersebut baru diketahui

    pada tahun 1955 yang ternyata adalah virus Influenza . Pada awalnyavirus ini dikenal tidak berbahaya karena tidak dapat menyerang spesies

    lain termasuk manusia karena perbedaan jenis reseptor virus, namun

    setelah ditemukan bahwa flu yang menyerang unggas ini juga

    menyerang dua anak laki-laki pada tahun 1997 di Hongkong dan

    menyebar ke seluruh Asia, serentak kasus flu burung menjadi ancaman

    pandemi yang mengkhawatirkan semua pihak di dunia.

    10

  • 8/14/2019 modul flu burung

    11/25

    Tiongkok, lagi-lagi ditunjuk sebagai Negara tempat asal muasal

    dimana virus yang menyerang unggas ini dapat bermutasi menyerang

    manusia. Propinsi Guandong diketahui merupakan sumber asal

    timbulnya keturunan virus flu burung paling ganas yang kemudian

    menyebar secara internasional. Penemuan ini dihasilkan dari penelitian

    yang mencari rentetan genetik virus yang disimpan dalam bank gen,

    sebuah akses umum yang menyimpan sumber data informasi genetika.

    Dari hasil kerangka model pohon, diketahui virus dari Tiongkok

    merupakan versi dasar virus yang diteliti dan diambil dari beberapa

    kasus flu burung di seluruh dunia. Besarnya peternakan unggas di

    Tiongkok dan minimnya pengetahuan serta kedekatan jarak antara

    tempat tinggal peternak dan kandang menjadi salah satu faktor yang

    memicu cepatnya mutasi dan penyebaran virus ini.

    Propinsi lainnya yang diduga menjadi daerah tempat penyebaran

    virus lain adalah propinsi Qinghai yang berada di sebelah barat lautTiongkok. Penyebaran virus ini sangat cepat terutama di Negara-negara

    sekitar seperti Indochina, India, Asia Tenggara dan juga benua Eropa.

    Namun di Negara-negara tersebut virus mematikan H5N1 terbukti tidak

    menyebar kemana-mana dan hanya menjangkiti daerah tersebut.

    Virus flu burung dapat dengan mudah tersebar dan untuk wilayah

    dimana terdapat banyak peternakan unggas resiko terjangkit penyakit inimenjadi lebih besar. Penyebarannya dari Negara satu ke Negara lainnya

    diketahui disebarkan oleh migrasi burung liar dimana virus berpindah

    dari tetesan sekresi burung yang terinfeksi yang mengenai peternakan

    unggas komersial dan juga lingkungan disekitarnya.

    Flu burung menyebar dari satu Negara ke Negara lainnya melalui

    perdagangan hewan ternak yang masih hidup, migrasi burung dan burung air. Infeksi virus yang dibawa oleh mereka hanya menyebabkan

    11

  • 8/14/2019 modul flu burung

    12/25

    pengaruh yang kecil bagi tubuh mereka tapi dapat dengan mudah

    ditularkan melalui tetesan sekresi sekali saja dalam penerbangan yang

    sangat jauh.

    Di Indonesia, pada rentang jarak antara bulan Oktober 2003 hingga

    Februari 2005, virus flu burung telah merenggut nyawa 60 orang dan

    mematikan 14,7 juta ekor ayam. Penyebarannya di Indonesia ditandai

    diawali dari kabupaten Indramayu dimana di kabupaten tersebut kerap

    menjadi lalu lintas migrasi jutaan burung terutama saat perpindahan

    musim. Kepulauan Rakit, yaitu pulau Rakit Utara, Pulau Gosong, dan

    Pulau Rakit Selatan adalah tempat beristirahatnya burung-burung dari

    Australia dan Eropa yang bermigrasi.

    12

  • 8/14/2019 modul flu burung

    13/25

    Perkembangan Pra dan Pasca Deklarasi AI:

    Waktu KejadianAgustus-Oktober 2003 Banyak laporan penyakit ayam misterius dari

    peternak jawa tengah dan jawa barat kepadaASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia).

    20 Oktober 2003 Pemerintah meyatakan bahwa penyakitmisterius tersebut adalah penyakit ND ( newcastledesease atau tetelo).

    28 Oktober 2003 Singapura menghentikan import burung dariIndonesia (ada indikasi bahwa Singapuramencurigai bahwa Indonesia telah terjangkit flu

    burung.

    07 Nopember 2003 Pemerintah (departemen pertanian) meyatakan bahwa penykit misterius tersebut adalah VVND(very virulent new castledesease ) dan sudahmereda.

    19 November 2003 ASOHI mendapatkan informasi bahwa penyakititu tidak mereda bahkan mengganas.Penggunaan vaksin ND tidak efektif.

    24 Januari 2004 Menteri pertanian mengadakan kampanye

    makan ayam dan telur di bogor dan menyatakanIndonesia bebas flu burung. Tapi pada waktuyang sama di surabaya Drh. Chairul Nidom dariPDHI (Persatuan Dokter Hewan Indonesia)menyatakan pada wartawan bahwa telahmenemukan virus flu burung di Indonesia.

    25 Januari 2004 Pemerintah Indonesia menyatakan adanya flu burung di Indonesia.

    03 Februari 2004 Dinyatakan bahwa flu burung di Indonesia

    disebabkan oleh virus AI tipe H5N1.23 Mei 2005 Kasus AI pada babi di Indonesia dilaporkan ke

    OIE ( Office International des Epizooties atauorganisasi kesehatan hewan dunia)

    12 Juli 2005 Iwan Kuswara Rafei meninggal karena flu burung.

    14 Juli 2005 Thalita Nurul Azizah meninggal karena flu burung.

    20 Juli 2005 Pemerintah menyatakan kasus flu burung

    pertama di Indonesia.

    13

  • 8/14/2019 modul flu burung

    14/25

    1. Kontak secara langsung dengan unggas yang telah tertular

    (baik unggas peliharaan maupun unggas liar), terutama dari cairan

    atau leleran dan partikel-partikel yang dikeluarkan dari saluran

    pernapasan (air liur dan lendir dari hidung) dan fases. Kontak

    secara langsung juga dapat terjadi pada anak ayam (DOC) di

    penetasan yang tercemar oleh pecahnya telur yang terinfeksi virus

    AI di tempat penetasan.

    2. Secara tidak langsung melalui pakan, air minum, peralatan

    kandang, dan pakaian yang terkontaminasi atau tercemar virus AI.

    3. Melalui udara yang tercemar virus AI yang berasal dari

    kotoran atau sekreta burung atau unggas yang menderita flu burung.

    4. Melalui perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi

    dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan.

    14

  • 8/14/2019 modul flu burung

    15/25

    D. Gejala Penyakit

    1. Pada unggas:

    a. Jengger dan pial yang bengkak dan berwarna kebiruan.

    b. Pendarahan yang rata pada kaki unggas berupa bintik-bintik

    merah (ptekhi) biasa disebut dengan kaki kerokan.

    c. Adanya cairan di mata dan hidung serta timbul gangguan

    pernafasan.

    d. Keluarnya cairan jernih hingga kental dari rongga mulut.

    e. Timbulnya diare berlebih.

    f. Cangkang telur lembek.

    g. Bengkak (oedema) pada pial.

    h. Diare berat.

    i. Haus berlebihan.

    j. Tingkat kematian yang tinggi mendekati 100% dalam 2 hari

    hingga 1 minggu.

    15

  • 8/14/2019 modul flu burung

    16/25

    2. Pada manusia:

    a. Menderita ISPA (infeksi saluran pernafasan akut).

    b. Timbulnya demam tinggi (lebih dari 38 oC).

    c. Sakit tenggorokan yang tiba-tiba.

    d. Sakit kepala.

    e. Batuk, mengeluarkan ingus, nyeri otot.

    f. Lemas mendadak.

    g. tidak nafsu makan, mual, muntah, diare.

    h. Timbulnya radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak

    mendapatkan penanganan tepat dapat menyebabkan kematian.

    16

  • 8/14/2019 modul flu burung

    17/25

    E. Pencegahan dan Pengobatan

    1. Pencegahan pada unggas:

    a. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung.

    b. Vaksinasi pada unggas yang sehat.

    2. Pencegahan pada manusia:

    a. Pada kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan

    pedagang):

    a) Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis

    bekerja.

    b) Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang

    terinsfeksi flu burung.

    c) Menggunakan alat pelindung diri. (contoh: masker dan

    pakaian kerja).

    d) Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.

    e) Membersihkan kotoran unggas setiap hari.f) Imunisasi.

    b. Pada Masyarakat umum:

    a) Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan

    bergizi dan istirahat cukup.

    b) Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala

    penyakit pada tubuhnya).c) Memasak daging ayam sampai dengan suhu 80C selama

    minimal 2 menit dan pada telur sampai dengan suhu lebih

    dari 65C selama minimal 5 menit.

    d) Hindari ke peternakan atau kebun binatang yang terserang

    flu burung .

    17

  • 8/14/2019 modul flu burung

    18/25

    3. Pengobatan pada manusia:

    1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.

    2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).

    3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75mg dosis tunggal

    selama 7 hari.

    4. Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin

    dalam waktu 48 jam pertama selama 3 sampai 5 hari dengan

    dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat

    badan lebih dari 45kg diberikan 100mg 2 kali sehari.

    5. Pengobatan untuk menghilangkan gejala yang muncul

    (simptomatik) misalnya: demam diberikan penurun panas, bila

    batuk diberikan obat pereda batuk dan pengencer dahak, jika

    sesak nafas diberikan pelega sesak nafas (Bronchodilator) dan

    oksigen.

    6. Pemberian makanan yang mengandung tinggi kalori dan tinggi protein serta cairan yang cukup untuk menjaga stamina dan

    daya tahan tubuh.

    7. Pemberian vitamin C dan mineral untuk meningkatkan daya

    tahan.

    8. Pemberian obat antivirus sesuai dengan program dokter. Obat

    ini masih sangat terbatas pengadaannya dan belum semuafarmasi rumah sakit maupun apotik menyediakan obat ini.

    18

  • 8/14/2019 modul flu burung

    19/25

    F. Dampak

    Munculnya penyakit flu burung menimbulkan dampak yang luar

    biasa terutama dibidang perekonomian di suatu Negara.

    Kerugian di industri peternakan menyebabkan hilangnya

    keuntungan milyaran rupiah yang dialami baik peternak ataupun Negara,

    terutama bagi Negara berkembang yang bergantung pada industri

    tersebut sebagai salah satu sumber pendapatannya.

    Bayangkan saja dengan merebaknya virus flu burung, banyak

    masyarakat yang membatalkan mengkonsumsi daging ayam dan harga

    daging unggas menjadi turun. Dan jika penyakit semakin menyebar,

    maka pengendaliannya di suatu Negara makin sulit untuk dilakukan, dan

    pemerintah sudah pasti harus mengambil langkah yang agresif untuk

    mengendalikan penyakit dan menghindarkan untuk timbulnya banyak

    korban.

    Selain itu penyakit ini telah menghabiskan dana milyaran dollar untuk penelitian dan persiapan untuk penanganan pandemi, lebih dari 10

    milyar dollar dikeluarkan untuk memusahkan unggas untuk

    menghindarkan mewabahnya H5N1.

    Dibandingkan dengan AIDS yang membunuh 50 juta jiwa dalam

    jangka waktu 25 tahun, pandemik flu burung dapat membunuh 50 juta

    jiwa dalam waktu 25 minggu saja. Oleh karena itu banyak pihak yangkhawatir serangan H5N1 akan separah serangan virus Flu Spanyol di

    awal tahun 1900an.

    Namun, kekhawatiran yang berlebih seharusnya tidak terjadi,

    karena faktanya masih banyak orang yang hidup dengan HIV di seluruh

    dunia, tingkat kecelakaan yang tinggi masih membayangi di beberapa

    Negara berkembang dan juga beberapa penyakit lainnya yangmematikan seperti kanker, darah tinggi dan lain-lain.

    19

  • 8/14/2019 modul flu burung

    20/25

    Walaupun Flu Burung masih menjadi topik yang paling

    diperhatikan, tapi dengan pencegahan yang tepat yang dilakukan seluruh

    pihak, maka penyakit ini tidak akan menjadi pandemik yang

    menakutkan.

    20

  • 8/14/2019 modul flu burung

    21/25

    G. Kebijakan Pemerintah

    1. Prinsip pengendalian penyakit hewan menular oleh pemerintah

    pusat:

    a. Fokus pada wabah antar propinsi, regional atau batas negara

    yang memiliki dampak ekonomi dan zoonosis (menular ke

    manusia).

    b. Sebelas penyakit strategis di Indonesia SK Dirjen No. 13/1998

    dan sedang dilakukan perbaikan menjadi 13 penyakit.

    2. Prinsip pengendalian penyakit hewan menular oleh pemerintah

    pusat sebagai langkah lanjutan:

    a. Penyakit endemik dan sporadik antar kabupaten atau kota

    tanggungjawab pemerintah propinsi.

    b. Penyakit hewan yang bersifat individu menjadi taggung jawab

    peternak.

    c. Penyakit epidemik dan sporadik dalam satu kabupaten ataukota menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten atau kota.

    d. Prioritas nasional pemberantasan penyakit unggas adalah

    Avian influenza (SK Dirjen No. 17 tahun 2004).

    3. Sembilan strategi pengendalian AI pada unggas:

    a. Peningkatan biosekuriti.

    b. Vaksinasi daerah.c. Depopulasi terbatas dan kompensasi.

    d. Pengendalian lalu-lintas unggas dan produknya.

    e. Surveilans dan penelusuran kembali.

    f. Pengisian kandang kembali.

    g. Stamping out di daerah tertular baru.

    h. Public awareness.i. Monitoring and evaluation.

    21

  • 8/14/2019 modul flu burung

    22/25

    4. Evaluasi program vaksinasi AI dilakukan melalui:

    a. Rasional Vaksinasi: Vaksinasi menurunkan kepekaan terhadap

    infeksi dan mengurangi pengeluaran virus dari tubuh unggas

    (baik dalam waktu dan jumlah), sehingga merupakan alat yang

    tepat untuk menurunkan insiden kasus baru dan sirkulasi virus

    di lingkungan.

    b. Syarat Suksesnya Program Vaksinasi: Vaksinasi harus

    dianggap sebagai alat untuk memaksimalkan tindakan

    biosekriti dan bisa dikombinasikan dengan surveilans untuk

    mendeteksi secara cepat setiap perubahan dari antigenik virus

    yang bersirkulasi.

    5. Rencana Strategi Umum Pengendalian AI 2005-2007 adalah:

    a. Penguatan regulasi dan institusi.

    b. Peningkatan kerjasama dan koordinasi (internasional, pusat

    dan daerah).c. Keterlibatan peran serta swasta.

    d. Pengendalian penyakit dan reaksi cepat.

    e. Research and development.

    f. Capasity building (organisasi dan SDM).

    g. Zoning dan kompartementalisasi.

    h. Restrukturisasi sistem perunggasan.6. Target 2005- 2007 dalam penanganan penyakit Flu Burung

    adalah:

    a. Mempertahankan daerah bebas.

    b. Tidak adanya kasus AI di sektor 1 dan 2 di daerah endemik.

    c. Mencegah kasus di sektor 3 dan 4 di daerah endemik.

    d. Mencegah peyebaran atau kasus pada hewan rentan AIlainnya.

    22

  • 8/14/2019 modul flu burung

    23/25

    e. Tidak adanya penyebaran AI kepada manusia.

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    1. Flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Avian

    Influenza tipe A yang semula hanya menyerang unggas, namun

    dalam perkembangannya dapat menyerang manusia.2. Flu burung adalah penyakit yang sangat berbahaya bagi unggas

    karena penularannya yang cepat dan mengakibatkan kematian

    yang tinggi sehingga sangat merugikan peternak.

    3. Flu burung adalah penyakit yang sangat berbahaya bagi manusia

    karena sngat mematikan dan mempunyai potensi menimbulkan

    ancaman pandemi.4. Di Indonesia flu burung mulai menyerang unggas pada Oktober

    2003.

    5. Di Indonesia flu burung mulai menyerang manusia pada Juli 2005.

    B. Saran

    1. Mengingat bahaya flu burung, pemerintah dan masyarakatIndonesia hendaknya peduli dan barsama-sama menghadapi dan

    menanggulangi penyakit flu burung sesuai dengan porsi masing-

    masing untuk mencegah terjadinya pandemi flu burung.

    2. Melakukan kerja sama antar negara untuk mencegah terjadinya

    pandemi flu burung.

    3. Para peternak baik sektor 1, 2, 3 dan 4 harus menjaga kebersihan

    kandang dan memberikan vaksin pada unggas secara berkala.

    23

  • 8/14/2019 modul flu burung

    24/25

    4. Masyarakat tidak perlu takut mengkonsumsi ayam dahn telur

    karena virus ini tidak menular melalui makanan. Tetapi daging

    ayam harus di masak sampai dengan suhu 80C selama minimal

    2 menit dan pada telur sampai dengan suhu lebih dari 65C selama

    minimal 5 menit.

    5. Masalah flu burung hendaknya di sosialisasikan ke masyarakat

    dan sekolah-sekolah agar masyarakat bisa lebih waspada terhadap

    ancaman flu burung.

    6. Masyarakat harus menjaga daya tahan tubuh dengan

    mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.

    7. Segera memusnahkan unggas yang mati mendadak dan unggas

    yang jatuh sakit untuk memutus rantai penularan flu burung, dan

    jangan lupa untuk mencuci tangan setelahnya.8. Menjauhkan unggas dari pemukiman manusia untuk mengurangi

    kontak penyebaran virus.

    9. Laporkan kejadian flu burung ke Pos Komando Pengendalian Flu

    Burung di nomor 021-4257125 atau dinas peternakan-perikanan

    dan dinas kesehatan daerah tempat tinggal.

    24

  • 8/14/2019 modul flu burung

    25/25

    DAFTAR PUSTAKA

    Rahardjo, Yonathan. 2004. Avian Influenza. Pencagahan, Pengendalian

    dan Pemberantasannya. Jakarta: CA Nidom

    Arah Kebijakan Pemerintah Pusat dalam Program Penanggulangan

    Wabah AI di Indonesia. http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/248/

    (diakses pada tanggal 28 Desember 2008 pukul 19.32 WIB)

    Iwan Darmansjah, MD. Medical Articles, flu burung.

    http://www.iwandarmansjah.web.id/medical.php?id=220

    (diakses pada tanggal 28 Desember 2008 pukul 19.36 WIB)

    Depkes. Waspada Flu Burung.

    http://www.depkes.go.id/index.php?

    option=articles&task=viewarticle&artid=214 (diakses pada tanggal 28

    Desember 2008 pukul 19.41 WIB)

    Wikipedia. Flu burung. http://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burung

    (diakses pada tanggal 28 Desember 2008 pukul 19.48 WIB)

    Drh. Rakhmat Nurianto, MBA. Perkembangan Pra dan Pasca Deklarasi

    AI. Dokumen ASOHI

    www.fluburung.org

    (diakses pada tanggal 28 Desember 2008 pukul 19.53 WIB)

    http://www.iwandarmansjah.web.id/medical.php?id=220http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=214http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=214http://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burunghttp://www.fluburung.org/http://www.iwandarmansjah.web.id/medical.php?id=220http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=214http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=214http://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burunghttp://www.fluburung.org/