Bagian Field Lab Fakultas Kedokteran UNS 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jl. Ir. Sutami no. 36 A Kentingan, Jebres Surakarta 57126 UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN Telp: 0271 - 664178 Fax. 637400 PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DAN IBU HAMIL Modul Field Lab Semester I
75
Embed
Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Bagian Field LabFakultas Kedokteran UNS
2013
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Jl. Ir. Sutami no. 36 A Kentingan, Jebres Surakarta 57126
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEDOKTERAN
Telp: 0271 - 664178 Fax. 637400
PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DAN IBU HAMILModul Field Lab Semester I
MODUL FIELD LAB SEMESTER I EDISI REVISI II
KETERAMPILAN PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA
DAN IBU HAMIL
Disusun oleh :
TIM FIELD LAB FK UNS
FIELD LAB
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2013
1
TIM REVISI
Ketua : Widardo, Drs., M.Sc
Anggota : 1. Sri Hartati Hadinoto, Dra., Apt., M.Si
2. M. Pandit Adhitya Krisna, S.Sos
3. Agus Riyadi
4. Rukmana Wijayanto
Ucapan terimakasih kepada:
Sugeng Purwoko, dr. M.Med Sci. SpGK
Dr. Diffah Hanim, MSi
Lilik Wijayanti, dr. M.Kes
Galih Herlambang, S.Ked
Afandi Dwi Harmoko
Febti Nila Utami, dr.
Sunandar, SKM
BJS Guntur SDP, dr.
Sri winarni, SKM
Dodik Tri Anggoro, dr.
Endang Sulistyowati, dr.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena atas
berkah dan karunia-Nya modul keterampilan pemantauan status gizi balita dan ibu hamil
(edisi revisi) dapat tersusun. Modul disusun oleh tim Field Lab FK UNS dan masukan
pengalaman mahasiswa yang telah melaksanakan Field Lab di Puskesmas. Kontributor
dalam penyusunan manual meliputi 6 DKK yaitu Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen,
Boyolali dan Wonogiri, beserta Puskesmas di wilayah 6 DKK tersebut dalam acara
semiloka Pengembangan Kurikulum Field Lab FK UNS.
Seorang dokter nantinya diharapkan dapat menangani masalah-masalah kesehatan
baik individu maupun masyarakat. Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia III, akan
menjawab tuntutan masyarakat terhadap dokter yang kompeten. Dalam melaksanakan
KIPDI III ini, maka Fakultas Kedokteran UNS melaksanakan kurikulum berbasis
kompetensi. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki adalah kedokteran komunitas,
dengan demikian perlu dilakukan bentuk pembelajaran yang mendukung tercapainya
kompetensi tersebut yaitu berbentuk laboratorium lapangan.
Akhir kata, tim Field Lab mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah
membantu tersusunnya modul edisi revisi ini. Kami mohon kritik dan saran untuk
perbaikan pelaksanaan laboratorium lapangan topik pemantauan status gizi balita dan ibu
hamil.
Surakarta, Mei 2013
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
BAB III. PROGRAM DEPKES RI DAN PENGUKURAN STATUS GIZI
BALITA DAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS ....................................... 10
BAB IV. STRATEGI PEMBELAJARAN ............................................................... 18
BAB V. PROSEDUR KERJA ................................................................................. 23
BAB VI. SKALA PENILAIAN ................................................................................ 28
KELUARGA MASYARAKAT dan LINTAS SEKTOR PELAYANAN KESEHATAN
emuaBalitaPunya
KMS
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
Gambar 4. Strategi pencegahan dan penanggulangan gizi buruk
13
Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan:
Dilakukan dengan memanfaatkan sistem informasi yang sudah ada yaitu melalui Sistim
Kewaspadaan Pangan dan Gizi
Evaluasi:
Diintegrasikan dengan SUSENAS
Evaluasi Pertengahan: dilaksanakan pada tahun 2007
Evaluasi Akhir: dilaksanakan pada tahun 2009
Pelaksanaan Pengukuran Status Gizi di Puskesmas
1. Pemantauan Pertumbuhan Anak
Kartu Menuju Sehat (KMS) digunakan untuk memantau pertumbuhan anak. Manfaat
pemantauan adalah untuk keperluan pencegahan terhadap kesehatan anak, ditandai
dengan berat badan yang menurun. Indikasi penurunan berat badan balita ini
merupakan indikasi dini yang dapat digunakan untuk memberikan intervensi. Di
Indonesia, melalui Upaya Peningkatan Gizi Keluarga, kegiatan pemantauan
pertumbuhan anak Balita dilakukan di Posyandu.
2. Penilaian Status Gizi Penduduk
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat digunakan dalam memberikan indikasi
tentang kondisi sosial-ekonomi penduduk. Penggunaan antropometri untuk penilaian
status gizi penduduk harus mempertimbangkan tujuannya, apakah penilaian status gizi
akan digunakan untuk intervensi yang segera atau digunakan unruk perencanaan
program jangka panjang. Umumnya, indeks antropometri yang digunakan untuk
keperluan intervensi segera, adalah BB/TB atau BB/U, sedangkan untuk perencanaan
jangka panjang adalah TB/U.
Data berat badan dan umur diolah menjadi informasi status gizi, mulai dari tingkat
kecamatan sampai pusat. Indeks dan baku rujukan yang digunakan adalah Indeks Berat
Badan menurut umur (BB/U) dengan menggunakan baku rujukan WHO-NCHS, dengan
menentukan 3 kategori sebagai berikut:
14
Kategori I < 70% terhadap baku median
Kategori II 70-80% terhadap baku median
Kategori III ≥ 80% terhadap baku median
Timbang Balita
Isi KMS
Bila BB di bawah garis merah
Tentukan Status Gizi dengan BB/U
BB/U > 60%
Median NCHS
Underweight
BB/U < 60% Median NCHS
Tentukan Status Gizi dengan BB/PB
Bila BB/PB > - 3 SD atau > 70% Median
NCHS
Bila BB/PB < - 3 SD atau < 70% Median
NCHS
-Kurus
-Underweight
Gizi Buruk
(Severe Wasted)
Gambar 5. Alur Survei Gizi Buruk di Puskesmas
KARTU MENUJU SEHAT (KMS)
Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh
karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap
kali mengunjungi posyandu atau fasilitas kesehatan, termasuk bidan dan dokter. KMS-
balita menjadi alat yang bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh
kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan
anak.
KMS-Balita juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan
untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak
untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya.
15
KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak,
pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI, pemberian makanan dan rujukan
ke Puskesmas/ Rumah sakit. KMS-Balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan
dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya.
Manfaat KMS Balita :
Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap,
meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare,
pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan makanan
pendamping ASI.
Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.
Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan
penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
Memantau Pertumbuhan Balita
Balita naik berat badannya bila :
Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau
Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya
Balita tidak naik berat badannya bila :
Garis pertumbuhannya turun, atau
Garis pertumbuhannya mendatar, atau
Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.
KMS-balita dapat berguna apabila memperhatikan syarat sebagai berikut : Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang balita dilakukan tiap bulan. Semua kolom isian dengan benar. Semua keadaan kesehatan dan gizi anak dicatat. Orang tua selalu memperhatikan catatan dalam KMS-balita Kader dan petugas kesehatan selalu memperhatikan hasil penimbangan. Setiap ada gangguan pertumbuhan anak, dicari penyebabnya dan dilakukan tindakan yang
sesuai. Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling dilakukan setiap kali anak selesai ditimbang dan
hasil penimbangan dicatat dalam KMS KMS-balita disimpan oleh ibu balita dan selalu dibawa setiap mengunjungi posyandu atau
fasilitas pelayanan kesehatan.
16
Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan
pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus dirujuk ke Puskesmas/ Rumah
Sakit.
Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita mengalami
gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
Balita tumbuh baik, bila :
Garis berat badan anak naik setiap bulannya.
Balita sehat, jika:
Berat badannya selalu naik, mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna
diatasnya.
Gambar 6. Alur tindakan berdasarkan hasil penimbangan
ANAK BALITA
HASIL PENIMBANGAN
Garis pertumbuhan naik
Garis pertumbuhan tidak naik
Garis pertumbuhan dibawah garis merah
Beri pujian kepada anak & ibunya. Dan dianjurkan agar meneruskan cara pemberian makanan kepada anaknya tapi lebih banyak, agar bulan berikutnya berat badan naik lagi
4) Mahasiswa tidak diperkenankan melakukan konseling langsung pada
pasien/sasaran (karena masih semester 1).
5) Apabila hari tersebut tidak ada jadwal penyuluhan di Puskesmas yang
bersangkutan, mahasiswa mengikuti demonstrasi pelayanan penyuluhan di
Puskesmas.
6) Kelompok diperbolehkan mengganti hari, mengikuti jadwal kegiatan
Puskesmas (mengikuti jadwal Posyandu). Dengan catatan tidak mengganggu
kegiatan pembelajaran lain di FK dan lapor pada pengelola Field lab/pengampu
topik.
3. Tahap Pembuatan Laporan
a. Laporan kelompok, dibuat secara berkelompok sebanyak dua eksemplar:
1. satu eksemplar untuk Puskesmas
2. satu eksemplar untuk bagian Field lab
(menyesuaikan kebijakan Puskesmas)
b. Format Laporan
1) Halaman Cover
2) Lembar Pengesahan
3) Daftar Isi
4) Bab I : Pendahuluan dan Tujuan Pembelajaran
Uraikan secara singkat tentang topik Field lab dan tujuan pembelajaran dari
topik tersebut.
5) Bab II : Kegiatan yang Dilakukan
6) Bab III : Pembahasan
Berikan penjelasan lebih lanjut mengenai pokok-pokok dari kegiatan yang
dilaksanakan serta uraikan pula kendala serta solusi dari kegiatan yang telah
dilaksanakan.
7) Bab IV : Penutup
Beri simpulan dan saran dari kegiatan yang telah dilaksanakan.
8) Daftar Pustaka
c. Laporan diketik komputer, ±10 halaman, hari ketiga pelaksanaan harus diserahkan
instruktur lapangan untuk disetujui/disahkan. Ditunjukkan dengan lembar tanda
tangan persetujuan instruktur lapangan.
21
d. Satu eksemplar laporan diserahkan pada instruktur lapangan, satu laporan
diserahkan pada pengelola Field lab setelah disahkan instruktur lapangan (paling
lambat 1 minggu sesudah pelaksanaan).
e. Apabila mahasiswa membuat laporan persis dengan laporan milik temannya, maka
akan dikembalikan.
f. Setiap kelompok mengumpulkan CD yang berisi soft file laporan kelompok dan
soft file laporan individu serta dokumentasi kegiatan lapangan.
Tata Cara Penilaian
1. Instruktur memberi penilaian kepada mahasiswa sesuai dengan cek list yang ditetapkan
dalam buku panduan.
2. Postes dilaksanakan di Fakultas Kedokteran sesuai jadwal yang ditetapkan pengelola
Field lab.
3. Apabila mahasiswa tidak mengikuti salah satu dari kegiatan Field lab (Pretes,
Lapangan, Postes), maka dinyatakan tidak memenuhi syarat dan nilai akhir tidak dapat
diolah.
4. Pretes dan postes susulan dapat diberikan pada mahasiswa yang tidak dapat mengikuti
karena sakit, ditunjukkan dengan bukti surat keterangan sakit dari dokter atau rumah
sakit. Mahasiswa yang bersangkutan segera menghubungi pengelola topik.
5. Nilai Akhir Mahasiswa :
= 1xPretes + 3xLapangan + 1xPostes
5
6. Batas nilai yang dinyatakan lulus adalah 70
7. Bila ada mahasiswa yang mendapat nilai kurang dari 70 akan dilakukan remidi yang
akan dijadwalkan pengelola Field lab. Bila remidi tidak lulus maka mengulang
semester depan.
8. Nilai remidiasi maksimal 70
22
BAB V
PROSEDUR KERJA
1. Prosedur Penimbangan dengan Menggunakan Dacin
1.1. Persiapan alat
• Gantung dacin pada tempat yang kokoh seperti penyangga kaki tiga atau pelana
rumah/ kosen/ dahan pohon yang kuat.
• Atur posisi batang dacin sejajar dengan mata penimbang
• Pastikan bandul geser berada pada angka NOL dan posisi paku tegak lurus
• Pasang sarung/ celana/ kotak timbang yang kosong pada dacin
• Seimbangkan dacin dengan memberi kantung plastik berisikan pasir/ batu di
ujung batang dacin, sampai kedua jarum tegak lurus
1.2. Pelaksanaan penimbangan
• Bila ibu tidak membawa KMS, tanyakan berat badan balita 2 bulan dan 1 bulan
sebelumnya, karena untuk menentukan status pertumbuhan perlu 3 titik
pengukuran.
• Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian seminimal mungkin
dan geser bandul sampai paku tegak lurus
• Baca berat badan balita dengan melihat angka di ujung bandul geser
• Catat hasil penimbangan dengan benar di kertas/ buku bantu dalam kg dan ons
• Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari sarung/ celana/ kotak
timbang
2. Prosedur Pengukuran Panjang Badan
2.1. Dengan Papan Pengukur (untuk balita berumur kurang dari 2 tahun)
a. Persiapan alat
• Pilih meja atau tempat yang datar dan rata. Siapkan alat ukur panjang badan.
• Lepaskan kunci pengait yang berada di samping papan pengukur
• Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya
kepala dan pastikan meteran menunjukkan angka nol dengan mengatur sekrup
skala yang ada di bagian kaki balita.
• Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar.
23
• Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya
kepala dan pastikan meteran menunjuk angka nol
• Geser kembali papan penggeser pada tempatnya.
b. Pelaksanaan Pengukuran Panjang Badan
• Telentangkan balita di atas papan pengukur dengan posisi kepala menempel
pada bagian papan yang datar dan tegak lurus (papan yang tidak dapat
bergerak).
• Pastikan puncak kepala menempel pada bagian papan yang statis.
• Posisikan bagian belakang kepala, punggung, pantat dan tumit menempel
secara tepat pada papan pengukur.
• Geser bagian papan yang bergerak sampai seluruh bagian kedua telapak kaki
menempel pada bagian papan yang dapat digeser (dengan cara menekan bagian
lutut dan mata kaki).
• Baca dan catat panjang badan balita dari angka kecil ke angka besar
2.2. Dengan Microtoise (untuk balita berumur lebih dari 2 tahun)
a. Persiapan alat
• Letakkan microtoise di lantai yang rata dan menempel pada dinding yang tegak
lurus.
• Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela baca
menunjukkan angka nol
• Paku/ tempelkan ujung pita meteran pada dinding
• Tarik kepala microtoise ke atas sampai ke paku
b. Pelaksanaan Pengukuran Tinggi Badan
• Posisikan balita berdiri tegak lurus di bawah microtoise membelakangi dinding
• Posisikan kepala balita berada di bawah alat geser microtoise, pandangan lurus
ke depan.
• Posisikan balita tegak bebas, bagian belakang kepala, tulang belikat, pantat dan
tumit menempel di dinding.
• Posisikan kedua lutut dan tumit rapat.
24
• Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala balita.
• Baca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar dengan garis
merah.
• Angka yang dibaca adalah yang berada pada garis merah dari angka kecil ke
arah angka besar.
• Catat hasil pengukuran tinggi badan balita pada kartu status.
3. Prosedur Penentuan Umur Balita
3.1. Tentukan tanggal, hari dan tahun pada waktu balita ditimbang
3.2. Kurangi dengan tanggal, hari, bulan dan tahun balita pada waktu lahir
3.3. Penghitungan umur dalam bulan penuh, kelebihan hari dibulatkan menjadi nol (0)
4. Prosedur pengkategorian status gizi menurut WHO-NCHS
4.1. Gunakan hasil pengukuran berat badan dan umur
4.2. Lihat di tabel baku rujukan status gizi WHO-2005
Penting : tabel untuk balita perempuan berbeda dengan balita laki-laki
5. Prosedur Pengisian dan Pembacaan KMS
Bila Anak datang untuk Penimbangan Pertama
5.1. Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran
5.2. Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman dalam KMS balita.
• Kolom “Posyandu” diisi nama Posyandu tempat anak didaftar
• Kolom “tanggal pendaftaran” diisi tanggal, bulan dan tahun anak didaftar pertama
kali
• Kolom “nama anak” diisi nama jelas anak, sama seperti halaman depan KMS
• Kolom “laki-laki” diisi tanda √ apabila anak tersebut laki-laki dan demikian pula
bila perempuan
• Kolom “anak yang ke” diisi nomor urut kelahiran anak dalam keluarga (termasuk
anak yang meninggal).
• Kolom “tanggal lahir” diisi bulan dan tahun lahir anak.
• Kolom “berat badan lahir” diisi angka penimbangan berat badan anak saat
dilahirkan dalam satuan gram. “Berat badan lahir” ini kemudian dicantumkan
pada grafik KMS pada bulan “0”.
25
• Kolom “nama ayah” dan “nama ibu” beserta pekerjaannya diisi nama dan
pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut.
• Kolom “nama ayah” dan “nama ibu” beserta pekerjaannya diisi nama dan
pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut.
• Kolom “ alamat” diisi alamat anak menetap
5.3. Mengisi kolom bulan lahir
5.4. Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS balita
5.5. Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan lainnya.
5.6. Mengisi kolom pemberian imunisasi
5.7. Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
5.8. mengisi kolom periode pemberian ASI Ekslusif
Bila Anak Datang Pada Penimbangan Kedua dan seterusnya
Lakukan langkah 5.4, kemudian hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan
lalu dalam bentuk garis lurus. Jika jarak penimbangan bulan ini dan penimbangan
sebelumnya lebih dari satu bulan, maka titik berat badan tidak dapat dihubungkan
dengan titik berat badan sebelumnya.
Lakukan langkah 5.5., catat semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak
sesuai bulan yang bersangkutan.
Apabila anak mendapat imunisasi lakukan langkah keenam.
Apabila anak ditimbang pada bulan kapsul vitamin A (Februari atau Agustus), maka
jika anak diberi kapsul vitamin A, lakukan langkah 5.7.
Apabila umur bayi masih dibawah 5 bulan, lakukan langkah 5.8.
Bila ada kartu kelahiran, catat bulan lahir anak dari kartu tersebut. Bila tidak ada kartu kelahiran, tetapi ibu ingat, catat tanggal lahir anak sesuai jawaban ibu. Bila ibu ingat bulan hijriah/ jawa, perkirakan bulan masehi/ nasional nya, dan catat Bila ibu tidak ingat bulan lahir, tuntun untuk mengingat umur anak (dalam bulan),
kemudian perkirakan bulan lahir anak, dan catat
26
Prosedur pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
1. Persiapan alat: pita pengukur Lingkar Lengan Atas
2. Perkenalan diri anda dan terangkan prosedur pengukuran lingkar lengan atas serta
manfaatnya dalam memantau status gizi ibu hamil.
3. Persiapkan lengan ibu yang akan diukur, dipilih sisi lengan yang tidak banyak
digunakan untuk bekerja (misalnya, ibu tidak kidal, kita memilih lengan sebelah
kiri). Bebaskan lengan kiri ibu hamil dari lengan baju.
4. Tetapkan posisi siku ibu hamil, membentuk sudut 90o dan rileks (tidak kaku)
5. Letakkan pita antara bahu (akromion) dengan siku (olecranon), lalu tentukan titik
tengahnya.
6. Lingkarkan pita LILA setinggi titik tengah yang telah ditetapkan. Pita tidak boleh
terlalu ketat atau terlalu longgar.
7. Lakukan pembacaan melalui lubang batas pada pita LILA.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.
b. Lengan harus dalam posisi bebas lengan baju dan otot lengan dalam kondisi tidak
tegang atau kencang.
c. Alat pengukur dalam keadaan baik, dalam arti tidak kusut atau terlipat-lipat
sehingga permukaannya menjadi tidak rata.
Hasil pengukuran LILA, apabila < 23,5 cm berarti KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan
>23,5 cm berarti tidak ada KEK. Apabila ibu hamil berisiko KEK, diperkirakan akan
melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Supariasa, 2002).
27
BAB VI
SKALA PENILAIAN
No. HAL 0 1 2 3 4 Persiapan
1. Membuat format rencana kerja sesuai panduan Prosedur pelaksanaan
1. Menunjukkan kedisplinan (datang tepat waktu) 2. Menunjukkan kesiapan mengikuti kegiatan 3. Menunjukkan penampilan rapi dan sikap sopan kepada staf
puskesmas dan masyarakat
4. Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam mengikuti semua kegiatan
Pelaksanaan Pengukuran Status Gizi Balita
1. Melakukan pengukuran berat badan balita 2. Melakukan pengukuran umur balita 3. Melakukan pengukuran tinggi atau panjang badan balita 4. Melakukan pengkategorian status gizi balita yang diukur,
menurut WHO-NCHS, CDC dan WHO (2005)
5. Melakukan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) 6. Mampu memberi saran dan konseling gizi berdasarkan hasil
pengukuran
Pengukuran Status Gizi Ibu Hamil 1. Melakukan pengukuran serta pengkategorian dengan Indikator
Body Mass Index (BMI) dan Lingkar Lengan Atas (LiLA) serta kadar Hb (berdasar data sekunder dari puskesmas).
2. Menginterpretasikan status gizi Ibu Hamil dan memberikan saran berdasarkan hasil pengukuran.
Laporan 1. Isi laporan sesuai kegiatan yang dilakukan 2. Format laporan sesuai panduan JUMLAH NILAI
Keterangan : 0 : tidak melakukan 1 : melakukan kurang dari 40 % 2 : melakukan 40-60 % 3 : melakukan 60-80 % 4 : melakukan 80-100 %
Jumlah Nilai
NILAI : -------------------- X 100 % = ........................%
60
28
REFERENSI
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC.
Atmarita, Tatang S, Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.
Depkes Jateng, 1999. Petunjuk Teknis Pelacakan Kasus Gizi Buruk Propinsi JawaTengah. Semarang.
Depkes RI. 1995a. Pedoman Kerja Tenaga Gizi Puskesmas. Jakarta.
________. 1995b. Pedoman Pemantauan Status Gizi Melalui Posyandu. Jakarta.
________. 1998. Pedoman Tatalaksana Kekurangan Energi Protein pada Anak di Rumah Sakit Kabupaten/Kota. Jakarta.
________. 2000. Panduan Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta
________. 2007a. Faktor Risiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Jakarta.
________. 2007b. Kesehatan Indonesia : Pencapaian Indonesia Sehat di Tahun 2001. Jakarta.
________. 2007c. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) Anak Balita. Jakarta.
________. 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005-2009. Jakarta.
Galih H et al. 2010. Buku Saku: Pediatric Nutrition Care. Buku dalam kegiatan PKMM Dikti 2010.
Minarto. 2006. Upaya Departemen Kesehatan dalam Mengatasi Kurang Gizi di Indonesia. Makalah disampaikan pada Kongres Nasional Jaringan Epidemiologi Nasional 2006. Jakarta.
Riswan M. 2003. Anemia defisiensi besi pada wanita hamil di beberapa praktek bidan swasta dalam Kota madya Medan. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.. Analisis Program Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil di Indonesia. Lembar Tugas S3 SPS IPB, Bogor.
Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.
Surjadi C, Wirahardja R, Pariani S, Umiyati S. 2006. Penilaian Keadaan Gizi di Jakarta dan Surabaya. Makalah disampaikan pada Kongres Nasional Jaringan Epidemiologi Nasional 2006. Jakarta.
29
Lampiran 1. Z SCORE untuk bayi/ anak laki-laki menurut WHO 2005
1
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
Lampiran 2. Z SCORE untuk bayi/ anak perempuan
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
Lampiran 3. Petunjuk Umum
A. Ketentuan Umum Penggunaan Standar Antropometri WHO 2005:
lstilah dan Pengertian (berdasar Keputusan Menteri Kesehatan RI: No
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
Anak)
1. Umur dihitung dalam bulan penuh. Contoh: umur 2 bulan 29 hari dihitung
sebagai umur 2 bulan.
2. Ukuran Panjang Badan (PB) digunakan untuk anak umur 0 sampai 24
bulan yang diukur telentang. Bila anak umur 0 sampai 24 bulan diukur
berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm.
3. Ukuran Tinggi Badan (TB) digunakan untuk anak umur di atas 24 bulan
yang diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maka
hasil pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.
4. Gizi Kurang dan Gizi Buruk adalah status gizi yang didasarkan pada
indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah
underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk).
5. Pendek dan Sangat Pendek adalah status gizi yang didasar kan pada indeks
Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely
stunted (sangat pendek).
6. Kurus dan Sangat Kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan
severely wasted (sangat kurus).
B. Langkah Menggunakan Gravik Z Score WHO 2005:
1. Pilih grafik WHO sesuai jenis kelamin, umur, dan ukuran yang akan dinilai:
a. Panjang Badan/Umur (PB/U) atau Tinggi Badan/Umur (TB/U)
b. Berat Badan/Umur (BB/U)
c. Berat Badan/Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan/Tinggi Badan
(BB/TB)
1
2. Tentukan ukuran yang akan dinilai (Panjang Badan atau Tinggi Badan/ Berat
Badan/ Indeks Masa tubuh), dan umur bayi.
3. Ambil titik yang merupakan perpotongan garis horizontal dan vertikal dari
grafik.
a. Untuk PB/U atau TB/U, BB/U, BMI/U:
• Garis horizontal adalah skala umur
• Garis vertikal adalah skala PB atau TB/ BB/ BMI
b. Untuk BB/PB atau BB/TB
• Garis horizontal adalah skala PB atau TB
• Garis vertikal adalah skala BB
4. Tentukan daerah letak posisi titik perpotongan tersebut.
5. Lihat klasifikasi status gizi dari anak tersebut.
C. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Kategori ambang batas status gizi anak berdasar Keputusan Menteri Kesehatan RI:
No 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
adalah sebagai berikut:
Indeks Kategori Status gizi Ambang Batas (Z score)
BB/U Anak umur 0 – 60 bulan
Gizi buruk <-3 SD
Gizi kurang -3 SD s/d <-2 SD
Gizi baik -2 SD s/d 2 SD
Gizi lebih >2 SD
PB/U atau TB/U
Anak umur 0 – 60 bulan
Sangat Pendek <-3 SD
Pendek -3 SD s/d -2 SD
Normal -2 SD s/d 2 SD
Tinggi >2 SD
BB/PB atau
BB/TB Anak umur 0 – 60 bulan
Sangat Kurus <-3 SD
Kurus -3 SD s/d <-2 SD
Normal -2 SD s/d 2 SD
Gemuk >2 SD
IMT/U Sangat Kurus <-3 SD
40
0 - 60 bulan Anak umur 0 – 60 bulan
Kurus -3 SD s/d <-2 SD
Normal -2 SD s/d 2 SD
Gemuk >2 SD
IMT/U Anak umur 5 – 18 tahun
Sangat Kurus <-3 SD
Kurus -3SD s/d <-2 SD
Normal -2 SD s/d 1 SD
Gemuk >1 SD s/d 2 SD
Obesitas >2 SD
41
Lampiran 4.
Status Gizi Balita
Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Perempuan menurut Berat Badan dan Umur
(WHO-2005)
1
Lampiran 3.
Status Gizi Balita
Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Laki-laki menurut Berat Badan dan Umur
(WHO-2005)
40
Lampiran 6.
Contoh Grafik CDC 2000 (Laki-laki usia 0-36 bulan, TB/U dan BB/U)
41
Lampiran 7.
Contoh Grafik CDC 2000 (Perempuan usia 0-36 bulan, TB/U dan BB/U)
42
Lampiran 8.
Penilaian status gizi berdasarkan berat badan terhadap umur dan tinggi badan terhadap
umur dengan grafik pertumbuhan CDC 2000
1. Pilih grafik sesuai dengan jenis kelamin anak.
2. Tentukan umur, berat badan sekarang dan panjang badan sekarang.
3. Beri tanda titik perpotongan antara berat badan sekarang dengan umur.
4. Beri tanda titik perpotongan antara panjang badan sekarang dengan umur.
5. Untuk menentukan BB/U (berat badan menurut usia atau berat badan ideal), tandai
perpotongan antara usia pada garis persentil 50
6. Penentuan persentil BB/U dilihat dari letak titik perpotongan berat badan sekarang dengan
umur
7. Untuk menentukan TB/U (tinggi badan menurut usia atau tinggi badan ideal), tandai
perpotongan antara usia pada garis persentil 50
8. Penentuan persentil TB/U dilihat dari letak titik perpotongan tinggi badan sekarang
dengan umur
9. Untuk menentukan BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), tandai perpotongan tinggi
badan sekarang pada garis persentil 50 kemudian tarik garis vertical ke bawah sampai
memotong persentil 50 pada berat badan. Lalu tarik garis horizontal terhadap skala berat
badan.
10. Untuk menentukan persentil BB/TB, sebagai berikut:
a. Tentukan titik perpotongan tinggi badan sekarang pada persentil 50 tarik garis vertical
ke bawah
b. Tentukan berat badan sekarang terhadap umur, tarik garis horizontal sampai
berpotongan dengan garis vertical pada langkah a
c. Cari perpotongan antara langkah a dan b
d. Tentukan daerah persentil
(Galih et al, 2010)
43
Lampiran 9.
Penilaian status gizi ibu hamil berdasarkan
body mass index (BMI)
Metode yang biasa digunakan dalam menentukan kondisi berat badan dan tinggi badan adalah
body mass index (BMI). Formula ini digunakan untuk menghitung BMI adalah
BMI = Berat Badan/Tinggi Badan2
BMI dapat diintepretasikan dalam kategori sebagai berikut :
- Kurang dari 19,8 = berat kurang atau rendah
- 19,8 - 26,0 = normal
- 26,0 - 29 = berat lebih atau tinggi
- Lebih dari 29 = obesitas.
Wanita dengan kategori rendah, peningkatan berat badan idealnya saat hamil adalah 12,5
sampai dengan 18 kg. Sedangkan untuk wanita dengan BMI normal, peningkatan berat badan
idealnya pada saat hamil adalah 11,5 sampai dengan 16 kg dan untuk wanita dengan BMI yang
lain, peningkatan berat badannya antara 7 sampai dengan 11,5.
Remaja disarankan untuk meningkatkan berat badannya lebih dari porsi yang ditetapkan
karena ditakutkan jika mengikuti porsi diatas maka janinnya kecil. Remaja yang mengalami
sakit selama 2 – 3 tahun setelah memperoleh haid pertamanya diperkirakan memiliki resiko
tinggi disebabkan oleh permasalahan nutrisi karena telah ditetapkan bahwa ibu dan janin
memliki ketergantungan pada nutrisi. Telah ditemukan bukti bahwa wanita yang memiliki usia
sampai dengan 19 tahun kebutuhan nutrisinya pada saat kehamilan harus sangat diperhatikan
terutama melalui bimbingan.
Wanita dengan tinggi badan kurang dari 157 cm kenaikan berat badannya disarankan
mendekati batas bawah kenaikan berat badan yang direkomendasikan untuk mengurangi
meningkatnya resiko akibat timbulnya komplikasi yang sifatnya mekanis.
Untuk kehamilan kembar pada saat ini belum ditemukan rekomendasi yang sesuai dengan
menggunakan dasar BMI. Pada kehamilan kembar untuk memperoleh hasil yang terbaik
disarankan untuk menaikan berat badan sebesar 20 kg.
44
FOTO KEGIATAN SEMESTER I
TOPIK : GIZI
Pengukuran panjang badan balita menggunakan PB/IA
Pemantauan status gizi balita dengan antropometri di Puskesmas