Top Banner
Bagian Field Lab Fakultas Kedokteran UNS 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jl. Ir. Sutami no. 36 A Kentingan, Jebres Surakarta 57126 UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN Telp: 0271 - 664178 Fax. 637400 PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DAN IBU HAMIL Modul Field Lab Semester I
75

Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Jan 31, 2018

Download

Documents

vuongnhi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Bagian Field LabFakultas Kedokteran UNS

2013

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Jl. Ir. Sutami no. 36 A Kentingan, Jebres Surakarta 57126

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS KEDOKTERAN

Telp: 0271 - 664178 Fax. 637400

PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DAN IBU HAMILModul Field Lab Semester I

Page 2: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

MODUL FIELD LAB SEMESTER I EDISI REVISI II

KETERAMPILAN PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA

DAN IBU HAMIL

Disusun oleh :

TIM FIELD LAB FK UNS

FIELD LAB

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2013

1

Page 3: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

TIM REVISI

Ketua : Widardo, Drs., M.Sc

Anggota : 1. Sri Hartati Hadinoto, Dra., Apt., M.Si

2. M. Pandit Adhitya Krisna, S.Sos

3. Agus Riyadi

4. Rukmana Wijayanto

Ucapan terimakasih kepada:

Sugeng Purwoko, dr. M.Med Sci. SpGK

Dr. Diffah Hanim, MSi

Lilik Wijayanti, dr. M.Kes

Galih Herlambang, S.Ked

Afandi Dwi Harmoko

Febti Nila Utami, dr.

Sunandar, SKM

BJS Guntur SDP, dr.

Sri winarni, SKM

Dodik Tri Anggoro, dr.

Endang Sulistyowati, dr.

ii

Page 4: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena atas

berkah dan karunia-Nya modul keterampilan pemantauan status gizi balita dan ibu hamil

(edisi revisi) dapat tersusun. Modul disusun oleh tim Field Lab FK UNS dan masukan

pengalaman mahasiswa yang telah melaksanakan Field Lab di Puskesmas. Kontributor

dalam penyusunan manual meliputi 6 DKK yaitu Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen,

Boyolali dan Wonogiri, beserta Puskesmas di wilayah 6 DKK tersebut dalam acara

semiloka Pengembangan Kurikulum Field Lab FK UNS.

Seorang dokter nantinya diharapkan dapat menangani masalah-masalah kesehatan

baik individu maupun masyarakat. Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia III, akan

menjawab tuntutan masyarakat terhadap dokter yang kompeten. Dalam melaksanakan

KIPDI III ini, maka Fakultas Kedokteran UNS melaksanakan kurikulum berbasis

kompetensi. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki adalah kedokteran komunitas,

dengan demikian perlu dilakukan bentuk pembelajaran yang mendukung tercapainya

kompetensi tersebut yaitu berbentuk laboratorium lapangan.

Akhir kata, tim Field Lab mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah

membantu tersusunnya modul edisi revisi ini. Kami mohon kritik dan saran untuk

perbaikan pelaksanaan laboratorium lapangan topik pemantauan status gizi balita dan ibu

hamil.

Surakarta, Mei 2013

Tim Penyusun

iii

Page 5: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3

BAB III. PROGRAM DEPKES RI DAN PENGUKURAN STATUS GIZI

BALITA DAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS ....................................... 10

BAB IV. STRATEGI PEMBELAJARAN ............................................................... 18

BAB V. PROSEDUR KERJA ................................................................................. 23

BAB VI. SKALA PENILAIAN ................................................................................ 28

REFERENSI ................................................................................................................. 29

LAMPIRAN ................................................................................................................. 30

iv

Page 6: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus gizi buruk saat ini menjadi masalah yang menjadi perhatian di

Indonesia. Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapat

perhatian, karena dapat menimbulkan the lost generation. Kualitas bangsa di masa

depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status gizi pada saat ini, terutama balita.

Akibat gizi buruk dan gizi kurang bagi seseorang akan mempengaruhi kualitas

kehidupannya kelak.

Gambar 1. Prevalensi Gizi Buruk di Indonesia tahun 1989-2005

menurut Hasil Survei SUSENAS

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat angka gizi buruk masih cukup

menghawatirkan, sehingga Kementerian Kesehatan membuat rencana aksi nasional

dalam pencegahan dan penanggulangan gizi kurang dan buruk.

Selain itu, banyak ditemukan kasus anemia yang terjadi pada laki-laki dan

perempuan dari berbagai kelompok umur (mulai dari bayi sampai lansia). Namun,

dibanding pria, anemia lebih banyak diderita kaum perempuan. Di Indonesia, anemia

menyerang satu dari lima orang perempuan usia produktif. Beberapa hal yang

menyebabkan perempuan rentan mengalami defisiensi zat besi, yaitu: menstruasi yang

31,228,3

20 19 18,3 17,219,8 19,3 19,2 19,2 19,2

6,3 7,2

11,610,1

8,1 7,5 6,38 8,3 8,3 8,8

0

5

10

15

20

25

30

35

1989 1992 1995 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Gizi Kurang Gizi Buruk

1

Page 7: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

terjadi setiap bulan. Selain itu, pola makan yang kurang baik akibat bekerja terlalu

keras, sakit terlalu lama atau melakukan diet ketat juga diketahui menjadi faktor risiko

munculnya anemia pada perempuan.

Pada ibu hamil, anemia berpotensi menimbulkan perdarahan saat melahirkan,

bahkan tumbuh kembang janin dapat terganggu. Risiko ini meningkat pada perempuan

yang aktif bekerja, baik di dalam maupun luar rumah. Pada ibu hamil yang menderita

anemia, akan muncul gejala lemas, lesu, dan lemah sehingga produktivitas kerja akan

menurun. Daya tahan tubuh pun merosot sehingga akan lebih mudah sakit, terserang flu,

atau infeksi. Pola makan yang menimbulkan anemia erat kaitannya dengan asupan gizi

dari makanan sehari-hari. Karena itu, memperbaiki pola makan merupakan cara penting

untuk mengatasi anemia, yaitu dengan pola makan yang sehat, serta selalu meperhatikan

jumlah, jadwal, maupun jenisnya.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan

pemantauan status gizi balita dan ibu hamil di Puskesmas. Adapun learning outcome

pembelajaran ini adalah diharapkan mahasiswa:

1. Mampu melakukan pemantauan status gizi balita (screening status gizi balita), di

antaranya:

a. Mampu melakukan pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB) atau Panjang

Badan (PB), dan umur (U) balita disesuaikan dengan jenis kelamin.

b. Mengisi dan membaca grafik pertumbuhan balita di buku KIA (Kesehatan Ibu dan

Anak).

c. Mampu mengkategorikan dan menginterpretasikan hasil pengukuran BB, TB, atau

PB dan Umur dalam status gizi balita menurut standar WHO-2005.

d. Mampu memberikan saran kepada Ibu balita dari hasil interpretasi pengukuran

2. Mampu melakukan pemantauan status gizi ibu hamil :

a. Mampu melakukan pengukuran antropometri ibu hamil baik dengan indikator:

1) BB/TB2 atau Body Mass Index (BMI), atau

2) lingkar lengan atas (LILA) dan kadar Hb

b. Mampu mengisi pada buku KIA dan menginterpretasikan hasil pengukuran.

c. Mampu mengisi dan membaca Kartu Menuju Sehat ibu hamil (KMS-ibu hamil).

d. Mampu memberikan saran dari interpretasi hasil pengukuran

2

Page 8: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masalah Gizi Anak dan Ibu Hamil di Indonesia

Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Namun, secara

langsung dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu : anak tidak cukup mendapat makanan bergizi

seimbang, anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita

penyakit infeksi. Ketiga penyebab langsung tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang.

Bayi dan balita tidak mendapat makanan yang bergizi. Makanan alamiah terbaik

bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya. MP-

ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga

mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan mineral

lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada

keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah, seringkali

seorang anak harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi

kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.

2. Anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai.

Suatu studi “positive deviance” mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan

balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua

mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak

berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan

kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat

posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih

sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.

Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh

yang juga miskin dan tidak berpendidikan.

3

Page 9: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

3. Anak menderita penyakit infeksi.

Terjadi hubungan timbal balik antara kejadian infeksi penyakit dan gizi buruk. Anak

yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan, sehingga anak

rentan terhadap penyakit infeksi. Di sisi lain, anak yang menderita sakit infeksi akan

cenderung menderita gizi buruk.

Gambar 2. Penyebab masalah Gizi menurut UNICEF, 1998

B. Status Gizi Buruk

Kurang Energi Protein (KEP), yaitu seseorang yang kurang gizi yang

disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makan sehari-hari dan atau

gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG)

(DepKes RI, 1998).

Kasus gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) Berat adalah balita yang

dalam pemeriksaan antropometri dibawah 60% standart WHO-NCHS (BB/U atau

BB/TB), yang secara klinis dibedakan menjadi marasmus, kwashiorkor dan marasmus-

kwashiorkor.

Status gizi

Asupan gizi Infeksi penyakit

Ketersedia-an pangan tingkat rumah

Perilaku/ asuhan ibu dan anak

Pelaya-nan kese-hatan

Kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan, kesempatan kerja

Krisis Politik dan Ekonomi

Penyebab langsung

Penyebab tidak langsung

Masalah utama

Masalah dasar

4

Page 10: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

1. Marasmus

Gejala:

• Berat badan sangat kurang

• Terlihat sangat kurus

• Wajah seperti orang tua

• Kulit berkeriput

• Edema (-)

• Muscle wasting / atrofi otot

• Baggy pant

Marasmus terjadi akibat kekurangan kalori protein berat dan kronis, yang

terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan ditandai dengan berkurangnya

lemak di bawah kulit dan otot.

Biasanya disebabkan karena terlambat diberi makanan tambahan,

penyapihan mendadak, formula pengganti ASI terlalu encer dan tidak higienis atau

sering terkena infeksi.

2. Kwashiorkor

Gejala:

• Edema kedua tungkai

• Pertumbuhan terganggu

• Rambut mudah dicabut, tampak

kusam kering, halus, jarang, dan

berubah warna (rambut jagung)

• Pitting edema

• Perlemakan hepar

Kwashiorkor adalah suatu keadaan kekurangan protein. Kwashiorkor dapat

disebabkan karena diare kronik, malasorpsi protein, hilangnya protein melalui air

kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.

5

Page 11: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Kaitan antara Perbaikan Gizi, Peningkatan SDM dan Kemiskinan

PeningkatanProduktivitas

Ekonomi Meningkat

Investasi sektor sosial (Gizi, Kes, Pendidikan)

Peningkatan Kualitas SDM

Perbaikan Gizi, Tumbuh kembangfisik dan mental

anak

Sumber: Martorell 1992

Kemiskinan kurang

Gambar 3. Kaitan antara perbaikan gizi, peningkatan SDM dan kemiskinan

C. Penilaian Status Gizi

Ada berbagai cara melakukan penilaian status gizi. Salah satunya adalah

dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri. Pengukuran

antropometri yang dapat digunakan antara lain: berat badan (BB), panjang badan (PB)

atau tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA), lingkar kepala (LK), lingkar dada

(LD), dan lapisan lemak bawah kulit (LLBK). Namun disini pengukuran antropometri

hanya menggunakan berat badan dan panjang/ tinggi badan.

Dalam penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang

dikaitkan dengan variable lain, seperti: berat badan menurut umur (BB/U), panjang

badan atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U), berat badan menurut tinggi

badan (BB/TB) dan lain-lain. Masing-masing indeks antropometri tersebut memiliki

baku rujukan atau nilai patokan untuk memperkirakan status gizi seseorang atau

masyarakat. Baku rujukan tersebut dapat menggunakan nilai mean dan standar deviasi,

persentil, persentase, maupun perhitungan z-score. Namun, untuk mempermudahkan

dalam penilaian status gizi terdapat grafik pertumbuhan standar yang dikeluarkan oleh

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2000 dengan menggunakan

kurva persentil dan World Health Organization (WHO) tahun 2005 dengan

menggunakan kurva z-score.

Status gizi yang digambarkan oleh masing-masing indeks mempunyai arti yang

berbeda. Jika antropometri ditujukan untuk mengukur seseorang yang kurus (wasting),

6

Page 12: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

pendek (stunting), atau keterhambatan pertumbuhan, maka indeks BB/TB dan TB/U

adalah yang cocok digunakan. Kurus kering dan kecil pendek ini pada umumnya

menggambarkan keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat

yang menahun. Alternatif pengukuran lain yang paling banyak digunakan adalah indeks

BB/U, atau melakukan penilaian dengan melihat perubahan berat badan pada saat

pengukuran dilakukan. Penggunaan indeks BB/U ini sangat mudah dilakukan, akan

tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu

ke waktu.

Ada tiga kondisi dalam penilaian status gizi:

1. Ditujukan untuk perorangan atau untuk kelompok masyarakat.

2. Pelaksanaan pengukuran: satu kali atau berulang secara berkala.

3. Situasi dan kondisi pengukuran baik perorangan atau kelompok masyarakat : pada

saat kritis, darurat, kronis dan sebagainya.

Penilaian status gizi dapat diaplikasikan menjadi :

1. Screening atau penapisan : penilaian status gizi perorangan untuk keperluan rujukan,

dari kelompok masyarakat atau dari Puskesmas, dalam kaitannya dengan tindakan

atau intervensi.

2. Pemantauan pertumbuhan anak, dalam kaitannya dengan kegiatan penyuluhan.

3. Penilaian status gizi pada kelompok masyarakat, yang dapat digunakan untuk

evaluasi program, sebagai bahan perencanaan program atau penetapan kebijakan.

Pengelompokan wilayah berdasarkan persentase kasus gizi kurang dan gizi buruk:

• Rendah < 10%

• Sedang 10 - 19%

• Tinggi 20 - 29%

• Sangat tinggi > 29%

Kategori ambang batas status gizi anak berdasar Keputusan Menteri Kesehatan

RI: No 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status

Gizi Anak adalah sebagai berikut:

7

Page 13: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Indeks Kategori Status gizi Ambang Batas (Z score)

BB/U Anak umur 0 – 60 bulan

Gizi buruk <-3 SD

Gizi kurang -3 SD s/d <-2 SD

Gizi baik -2 SD s/d 2 SD

Gizi lebih >2 SD

PB/U atau TB/U

Anak umur 0 – 60 bulan

Sangat Pendek <-3 SD

Pendek -3 SD s/d -2 SD

Normal -2 SD s/d 2 SD

Tinggi >2 SD

BB/PB atau

BB/TB Anak umur 0 – 60 bulan

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3 SD s/d <-2 SD

Normal -2 SD s/d 2 SD

Gemuk >2 SD

IMT/U 0 - 60 bulan

Anak umur 0 – 60 bulan

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3 SD s/d <-2 SD

Normal -2 SD s/d 2 SD

Gemuk >2 SD

IMT/U Anak umur 5 – 18 tahun

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3SD s/d <-2 SD

Normal -2 SD s/d 1 SD

Gemuk >1 SD s/d 2 SD

Obesitas >2 SD

Gizi buruk dapat diketahui dengan kenaikan berat badan yang tidak cukup

(dibandingkan dengan umur atau tingginya), dan biasanya disertai dengan penyakit

infeksi.

Proses: SEHAT GIZI KURANG GIZI BURUK

Selain itu ada istilah underweight (untuk WAZ) yang menandakan kurang gizi

akut, dan stunted (untuk HAZ) yang menandakan kurang gizi kronis. Status kurang gizi

yang termasuk dalam kriteria stunted dan underweight adalah kurang gizi berat dan

sedang.

8

Page 14: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

D. Masalah Status Gizi dan Anemia Ibu Hamil

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan

layanan kesehatan di suatu negara. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa sebab,

diantaranya karena anemia. Hasil analisis Hanim (2005) menunjukkan bahwa angka

kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk mereka yang non

anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan

dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya

kesakitan ibu (DepKes RI, 2007). Anemia karena defisiensi zat besi merupakan

penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain.

Oleh karena itu, anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia

gizi besi. Hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992, bahwa sekitar 70 %

ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi (Atmarita et al, 2007). Anemia defisiensi

zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan diderita lebih dari 600

juta manusia. Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan

bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, dan

semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan (Riswan M, 2003).

Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang

berkembang daripada negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen (atau sekitar

1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang sedang

berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara maju hanya

sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang

(Arisman. 2004).

Di Indonesia, prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar

40,1% (SKRT 2001). Sebanyak 31 orang perempuan hamil pada trimester II diketahui

23 (74%) menderita anemia, dan 13 (42%) menderita kekurangan besi (Arisman et al,

2004). Mengingat besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat besi pada

perempuan hamil dan janin, maka perlu perhatian yang serius terhadap masalah anemia

ibu hamil.

9

Page 15: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

BAB III

PROGRAM DEPKES RI DAN PENGUKURAN STATUS GIZI

BALITA DAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS

Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005-2009

(Depkes)

Tujuan:

Umum:

Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita menjadi setinggi-tingginya 20% dan

prevalensi gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 5% pada tahun 2009.

Khusus:

1. Meningkatnya cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan balita di

Posyandu, Puskesmas dan jaringannya.

2. Meningkatnya cakupan tata laksana kasus gizi buruk di Rumah Sakit, Puskesmas dan

Rumah Tangga.

3. Meningkatnya kualitas tata laksana kasus gizi buruk di Rumah Sakit, Puskesmas dan

Rumah Tangga.

4. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan keluarga dalam menerapkan keluarga

sadar gizi.

5. Berfungsinya sistem kewaspadaan pangan dan gizi

Strategi:

1. Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat

dan keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita, mengenali dan menanggulangi

secara dini balita yang mengalami gangguan pertumbuhan melalui revitalisasi

Posyandu

2. Meningkatkan kemampuan petugas, dalam manajemen dan melakukan tatalaksana gizi

buruk untuk mendukung fungsi Posyandu yang dikelola oleh masyarakat melalui

revitalisasi Puskesmas

10

Page 16: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

3. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan

melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi), seperti kapsul Vitamin A, MP-ASI

dan makanan tambahan

4. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi dan sosialisasi tentang

makanan sehat dan bergizi seimbang dan pola hidup bersih dan sehat

5. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan swasta/dunia usaha dan

masyarakat untuk mobilisasi sumberdaya dalam rangka meningkatkan daya beli

keluarga untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi seimbang

6. Mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) melalui

revitalisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Gizi Buruk, yang dievaluasi

dengan kajian data SKDN yaitu:

(S)emua balita mendapat

(K)artu menuju sehat

(D)itimbang setiap bulan dan

(N)aik berat badan,

Serta data penyakit dan data pendukung lainnya.

Ada daerah yang menentukan warna berbeda dalam pembuatan data SKDN, misalnya

Kota Surakarta. Namun tidak semua daerah menerapkan hal serupa.

Kode warna untuk SKDN di wilayah Surakarta.

S : Merah

K : kuning

D : Hijau

N : Biru

Perilaku Sadar Gizi

• Memantau berat badan

• Memberi ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan

• Makan beraneka ragam

• Menggunakan garam beryodium

• Memberikan suplementasi gizi sesuai anjuran

11

Page 17: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Pokok Kegiatan

1. Revitalisasi Posyandu

a. Pelatihan/orientasi petugas Puskesmas dan lintas sektor

b. Pelatihan ulang kader

c. Pembinaan dan pendampingan kader

d. Penyediaan sarana terutama dacin, KMS/Buku KIA, panduan Posyandu, media

Komunikasi Informasi Edukasi/ KIE , sarana pencatatan.

e. Penyediaan biaya operasional

f. Pemberdayaan ekonomi kader melalui penyediaan modal usaha kader melalui

Usaha Kecil Menengah (UKM).

2. Revitalisasi Puskesmas

a. Pelatihan manajemen program gizi di puskesmas bagi pimpinan dan petugas

puskesmas dan jaringannya.

b. Penyediaan biaya operasional Puskesmas untuk pembinaan posyandu, pelacakan

kasus, kerjasama lintas sektoral tingkat kecamatan dan lain lain.

c. Pemenuhan sarana antropometri dan KIE bagi puskesmas dan jaringannya.

d. Pelatihan tatalaksana gizi buruk bagi petugas rumah sakit dan puskesmas perawatan

3. Intervensi Gizi dan Kesehatan

a. Perawatan/pengobatan gratis di Rumah Sakit dan Puskesmas balita gizi buruk dari

keluarga miskin

b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa MP-ASI bagi anak 6-23 bulan dan

PMT pemulihan pada anak 24-59 bulan kepada balita gizi kurang dari keluarga

miskin

c. Pemberian suplementasi gizi (kapsul vitamin A, tablet Fe)

4. Promosi Keluarga Sadar Gizi

a. Menyusun strategi (pedoman) promosi norma keluarga sadar gizi

b. Mengembangkan, menyediakan dan menyebarluaskan materi promosi ke

masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, tempat kerja,

tempat-tempat umum.

c. Melakukan kampanye secara bertahap, tematik menggunakan media efektif terpilih

d. Menyelenggarakan diskusi kelompok terarah melalui dasawisma dengan dukungan

petugas.

12

Page 18: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

5. Pemberdayaan keluarga

a. Pemberdayaan di bidang ekonomi

b. Pemberdayaan di bidang pendidikan

c. Pemberdayaan di bidang kesehatan

d. Pemberdayaan di bidang ketahanan pangan

6. Advokasi dan pendampingan

a. Menyiapkan materi/strategi advokasi

b. Diskusi dan rapat kerja dengan DPRD secara berkala

c. Melakukan pendampingan di kabupaten

7. Revitalisasi SKPG

a. Memfungsikan sistem isyarat dini dan intervensi, serta pencegahan KLB

b. Memfungsikan sistem pelaporan, diseminasi informasi dan pemanfaatannya

c. Penyediaan data gizi secara reguler (pemantauan status gizi, pemantauan konsumsi

gizi, analisis data susenas).

SELURUH KELUARGA

1. Penyuluhan/Konseling Gizi;a. ASI eksklusif dan MP-ASIb. Gizi seimbangc. Pola asuh ibu dan anak

2. Pemantauan pertumbuhan anak3. Penggunaan garam beryodium4. Pemanfaatan pekarangan5. Peningkatan daya beli

KELUARGA MISKIN6. Bantuan pangan darurat;

a. PMT balita, ibu hamilb. Raskin

POSYANDU• Penimbangan

balita (D)• Konseling• Suplementasi gizi• Pelayanan

kesehatan dasar

• PMT Pemulihan• Konseling

Puskesmas

Rumah Sakit

Sehat, BB Naik (N)

BGM, Gizi buruk, sakit

BB Tidak naik (T), Gizi kurang

Sehat, BB Naik (N)

Sembuh, tidak perlu PMTSembuh perlu PMT

Intervensi jangka menengah/ panjang

Intervensi jangka pendek, darurat

KELUARGA MASYARAKAT dan LINTAS SEKTOR PELAYANAN KESEHATAN

emuaBalitaPunya

KMS

Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

Gambar 4. Strategi pencegahan dan penanggulangan gizi buruk

13

Page 19: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan:

Dilakukan dengan memanfaatkan sistem informasi yang sudah ada yaitu melalui Sistim

Kewaspadaan Pangan dan Gizi

Evaluasi:

Diintegrasikan dengan SUSENAS

Evaluasi Pertengahan: dilaksanakan pada tahun 2007

Evaluasi Akhir: dilaksanakan pada tahun 2009

Pelaksanaan Pengukuran Status Gizi di Puskesmas

1. Pemantauan Pertumbuhan Anak

Kartu Menuju Sehat (KMS) digunakan untuk memantau pertumbuhan anak. Manfaat

pemantauan adalah untuk keperluan pencegahan terhadap kesehatan anak, ditandai

dengan berat badan yang menurun. Indikasi penurunan berat badan balita ini

merupakan indikasi dini yang dapat digunakan untuk memberikan intervensi. Di

Indonesia, melalui Upaya Peningkatan Gizi Keluarga, kegiatan pemantauan

pertumbuhan anak Balita dilakukan di Posyandu.

2. Penilaian Status Gizi Penduduk

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat digunakan dalam memberikan indikasi

tentang kondisi sosial-ekonomi penduduk. Penggunaan antropometri untuk penilaian

status gizi penduduk harus mempertimbangkan tujuannya, apakah penilaian status gizi

akan digunakan untuk intervensi yang segera atau digunakan unruk perencanaan

program jangka panjang. Umumnya, indeks antropometri yang digunakan untuk

keperluan intervensi segera, adalah BB/TB atau BB/U, sedangkan untuk perencanaan

jangka panjang adalah TB/U.

Data berat badan dan umur diolah menjadi informasi status gizi, mulai dari tingkat

kecamatan sampai pusat. Indeks dan baku rujukan yang digunakan adalah Indeks Berat

Badan menurut umur (BB/U) dengan menggunakan baku rujukan WHO-NCHS, dengan

menentukan 3 kategori sebagai berikut:

14

Page 20: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Kategori I < 70% terhadap baku median

Kategori II 70-80% terhadap baku median

Kategori III ≥ 80% terhadap baku median

Timbang Balita

Isi KMS

Bila BB di bawah garis merah

Tentukan Status Gizi dengan BB/U

BB/U > 60%

Median NCHS

Underweight

BB/U < 60% Median NCHS

Tentukan Status Gizi dengan BB/PB

Bila BB/PB > - 3 SD atau > 70% Median

NCHS

Bila BB/PB < - 3 SD atau < 70% Median

NCHS

-Kurus

-Underweight

Gizi Buruk

(Severe Wasted)

Gambar 5. Alur Survei Gizi Buruk di Puskesmas

KARTU MENUJU SEHAT (KMS)

Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana dan

murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh

karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap

kali mengunjungi posyandu atau fasilitas kesehatan, termasuk bidan dan dokter. KMS-

balita menjadi alat yang bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh

kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan

anak.

KMS-Balita juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan

untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak

untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya.

15

Page 21: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,

imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak,

pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI, pemberian makanan dan rujukan

ke Puskesmas/ Rumah sakit. KMS-Balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan

dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya.

Manfaat KMS Balita :

Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap,

meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare,

pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan makanan

pendamping ASI.

Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.

Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan

penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

Memantau Pertumbuhan Balita

Balita naik berat badannya bila :

Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau

Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya

Balita tidak naik berat badannya bila :

Garis pertumbuhannya turun, atau

Garis pertumbuhannya mendatar, atau

Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.

KMS-balita dapat berguna apabila memperhatikan syarat sebagai berikut : Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang balita dilakukan tiap bulan. Semua kolom isian dengan benar. Semua keadaan kesehatan dan gizi anak dicatat. Orang tua selalu memperhatikan catatan dalam KMS-balita Kader dan petugas kesehatan selalu memperhatikan hasil penimbangan. Setiap ada gangguan pertumbuhan anak, dicari penyebabnya dan dilakukan tindakan yang

sesuai. Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling dilakukan setiap kali anak selesai ditimbang dan

hasil penimbangan dicatat dalam KMS KMS-balita disimpan oleh ibu balita dan selalu dibawa setiap mengunjungi posyandu atau

fasilitas pelayanan kesehatan.

16

Page 22: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan

pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus dirujuk ke Puskesmas/ Rumah

Sakit.

Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita mengalami

gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

Balita tumbuh baik, bila :

Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

Balita sehat, jika:

Berat badannya selalu naik, mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna

diatasnya.

Gambar 6. Alur tindakan berdasarkan hasil penimbangan

ANAK BALITA

HASIL PENIMBANGAN

Garis pertumbuhan naik

Garis pertumbuhan tidak naik

Garis pertumbuhan dibawah garis merah

Beri pujian kepada anak & ibunya. Dan dianjurkan agar meneruskan cara pemberian makanan kepada anaknya tapi lebih banyak, agar bulan berikutnya berat badan naik lagi

1T 2T 3T

Tanyakan riwayat makanan dan penyakit (bila ada)

Nasehat makan Manajemen

Terpadu balita Sakit

Tindakan sesuai temuan

Nasehat Makanan dan Penyembuhan penyakit

Rujuk ke Puskes-mas/ RS

- +

PMT penuh

10 langkah tata laksana gizi buruk Obati peny penyerta

17

Page 23: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Tindakan pertama yang harus dilakukan bila menemui penderita gizi buruk baik dengan

komplikasi maupun tidak adalah memberikan air gula 50 ml, kemudian dilakukan tindakan

lain. Apabila balita gizi buruk tersebut ditemukan penyulit/ komplikasi maka harus dirawat

di Puskesmas atau Rumah Sakit, apabila tidak ada komplikasi/ penyulit bisa dirawat di

rumah.

Tabel 2. Intervensi terhadap kasus gizi buruk

a. Penyebab Langsung Intervensi 1. Asupan Gizi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) 2. Adanya Penyakit Infeksi 1. Pemeriksaan Lab

2. Perawatan di rumah (tanpa penyulit) 3. Perawatan di Puskesmas /RS (dengan

Penyulit) b. Penyebab Tidak Langsung Intervensi 1. Ketersediaan pangan tingkat Rumah

Tangga (faktor ekonomi) Bantuan Pemberdayaan ekonomi keluarga

2. Perilaku/asuhan Ibu dan anak 1. Kunjungan rumah 2. Konseling gizi di puskesmas 3. Penyuluhan gizi

Pemantauan status gizi ibu hamil

Kehamilan merupakan periode kritis dan sangat menentukan kualitas potensi dasar

sumber daya manusi (SDM). Status gizi, kesehatan dan emosional ibu hamil serta

pengalaman ibu selama kehamilan akan menentukan kualitas bayi yang dilahirkan dan

perkembangan selanjutnya, termasuk kesejahterannya. Perawatan kehamilan merupakan

hal yang sangat penting, dan hal ini dijadikan salah satu indikator pembangunan sosial

ekonomi suatu Negara (Hanim, 2005)

Status kesehatan dan gizi ibu hamil di Indonesia tergolong buruk jika dibandingkan

negara ASEAN lainnya, apalagi dibandingkan negara maju. Risiko kematian ibu karena

melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65, sedangkan Thailand 1 dari 1.100 ibu. Angka

kematian ibu (AKI) menurut SDKI antara 1998-2002 mengalami penurunan menjadi 307

per 100.000 kelahiran hidup dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995 dan

sekarang Angka Kematian Ibu melahirkan masih 228 per 100.000 jiwa.

Pertambahan BB selama hamil dapat menggambarkan pertumbuhan janin dan

dipengaruhi oleh BB dan TB ibu, status gizi sebelum hamil, etnis, konsumsi makanan

selama hamil, dll.

18

Page 24: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Masalah kesehatan dan gizi pada ibu hamil yang umum di negara berkembang

adalah anemia gizi besi. Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia cenderung

melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Risiko kesakitan lebih besar

terutama pada trisemester III. Risiko meninggal 5 kali lebih besar dan 6 kali lebih besar

bila menderita infeksi (Hanim, 2005).

Kehamilan yang aman (Making Pregnancy Safer) bertujuan untuk mempercepat

penurunan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Ada empat strategi

utama MPS yaitu:

1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan cost efectif

2. Membangun kemitraan

3. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga

4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan

pelayanan

Pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama masa kehamilannya

dengan standar pelayanan antenatal yaitu 5 T yaitu : Timbang berat dan ukur tinggi badan,

Ukur tekanan darah, Pemberian imunisasi TT lengkap, Ukur tinggi fundus uteri, dan

pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

19

Page 25: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

BAB IV. Strategi Pembelajaran

1. Tahap Persiapan

a. Kegiatan laboratorium lapangan dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari 10-13

mahasiswa

b. Tiap kelompok dipandu oleh 1 instruktur lapangan (dokter puskesmas)

c. Lokasi: 6 DKK yang mempunyai kerjasama dengan FK UNS (Sragen, Wonogiri,

Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, Boyolali)

d. Pembagian kelompok dilakukan oleh pengelola Field lab, dengan konfirmasi

jadwal kelompok kepada DKK dan Puskesmas terkait

e. Pembekalan materi diberikan pada kuliah pengantar field lab, sesuai jadwal dari

pengelola KBK FK UNS

f. Pada saat kuliah pengantar dilakukan pretes untuk mahasiswa.

g. Sebelum pelaksanaann diharapkan mahasiswa konfirmasi terlebih dahulu dengan

instruktur lapangan (nomor telepon instruktur lapangan tersedia di kantor Field lab)

h. Tiap mahasiswa wajib membuat lembar cara kerja, yang diserahkan kepada

instruktur lapangan pada pagi hari sebelum pelaksanaan. Lembar cara kerja berisi:

• Tujuan Pembelajaran

• Alat/Bahan yang diperlukan

• Cara Kerja (singkat)

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan di lapangan 3 (tiga) hari, sesuai jadwal yang telah disusun tim

pengelola Field lab dan tim pengelola KBK FK UNS.

Hari I : Perencanaan dan persiapan bersama instruktur mengenai kegiatan Field

lab yang akan dilaksanakan.

Hari II :Pelaksanaan, pencatatan, dan pelaporan kegiatan.

Hari III :Pengumpulan laporan dan evaluasi.

b. Peraturan yang harus ditaati mahasiswa :

1) Mahasiswa harus memakai jas laboratorium di lapangan, dikancing rapi.

2) Mahasiswa datang sesuai dengan jam buka Puskesmas, kemudian menemui

instruktur.

3) Mengikuti kegiatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas yang bersangkutan

(Perencanaan, Persiapan, Pelaksanaan, Pencatatan, Pelaporan).

20

Page 26: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

4) Mahasiswa tidak diperkenankan melakukan konseling langsung pada

pasien/sasaran (karena masih semester 1).

5) Apabila hari tersebut tidak ada jadwal penyuluhan di Puskesmas yang

bersangkutan, mahasiswa mengikuti demonstrasi pelayanan penyuluhan di

Puskesmas.

6) Kelompok diperbolehkan mengganti hari, mengikuti jadwal kegiatan

Puskesmas (mengikuti jadwal Posyandu). Dengan catatan tidak mengganggu

kegiatan pembelajaran lain di FK dan lapor pada pengelola Field lab/pengampu

topik.

3. Tahap Pembuatan Laporan

a. Laporan kelompok, dibuat secara berkelompok sebanyak dua eksemplar:

1. satu eksemplar untuk Puskesmas

2. satu eksemplar untuk bagian Field lab

(menyesuaikan kebijakan Puskesmas)

b. Format Laporan

1) Halaman Cover

2) Lembar Pengesahan

3) Daftar Isi

4) Bab I : Pendahuluan dan Tujuan Pembelajaran

Uraikan secara singkat tentang topik Field lab dan tujuan pembelajaran dari

topik tersebut.

5) Bab II : Kegiatan yang Dilakukan

6) Bab III : Pembahasan

Berikan penjelasan lebih lanjut mengenai pokok-pokok dari kegiatan yang

dilaksanakan serta uraikan pula kendala serta solusi dari kegiatan yang telah

dilaksanakan.

7) Bab IV : Penutup

Beri simpulan dan saran dari kegiatan yang telah dilaksanakan.

8) Daftar Pustaka

c. Laporan diketik komputer, ±10 halaman, hari ketiga pelaksanaan harus diserahkan

instruktur lapangan untuk disetujui/disahkan. Ditunjukkan dengan lembar tanda

tangan persetujuan instruktur lapangan.

21

Page 27: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

d. Satu eksemplar laporan diserahkan pada instruktur lapangan, satu laporan

diserahkan pada pengelola Field lab setelah disahkan instruktur lapangan (paling

lambat 1 minggu sesudah pelaksanaan).

e. Apabila mahasiswa membuat laporan persis dengan laporan milik temannya, maka

akan dikembalikan.

f. Setiap kelompok mengumpulkan CD yang berisi soft file laporan kelompok dan

soft file laporan individu serta dokumentasi kegiatan lapangan.

Tata Cara Penilaian

1. Instruktur memberi penilaian kepada mahasiswa sesuai dengan cek list yang ditetapkan

dalam buku panduan.

2. Postes dilaksanakan di Fakultas Kedokteran sesuai jadwal yang ditetapkan pengelola

Field lab.

3. Apabila mahasiswa tidak mengikuti salah satu dari kegiatan Field lab (Pretes,

Lapangan, Postes), maka dinyatakan tidak memenuhi syarat dan nilai akhir tidak dapat

diolah.

4. Pretes dan postes susulan dapat diberikan pada mahasiswa yang tidak dapat mengikuti

karena sakit, ditunjukkan dengan bukti surat keterangan sakit dari dokter atau rumah

sakit. Mahasiswa yang bersangkutan segera menghubungi pengelola topik.

5. Nilai Akhir Mahasiswa :

= 1xPretes + 3xLapangan + 1xPostes

5

6. Batas nilai yang dinyatakan lulus adalah 70

7. Bila ada mahasiswa yang mendapat nilai kurang dari 70 akan dilakukan remidi yang

akan dijadwalkan pengelola Field lab. Bila remidi tidak lulus maka mengulang

semester depan.

8. Nilai remidiasi maksimal 70

22

Page 28: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

BAB V

PROSEDUR KERJA

1. Prosedur Penimbangan dengan Menggunakan Dacin

1.1. Persiapan alat

• Gantung dacin pada tempat yang kokoh seperti penyangga kaki tiga atau pelana

rumah/ kosen/ dahan pohon yang kuat.

• Atur posisi batang dacin sejajar dengan mata penimbang

• Pastikan bandul geser berada pada angka NOL dan posisi paku tegak lurus

• Pasang sarung/ celana/ kotak timbang yang kosong pada dacin

• Seimbangkan dacin dengan memberi kantung plastik berisikan pasir/ batu di

ujung batang dacin, sampai kedua jarum tegak lurus

1.2. Pelaksanaan penimbangan

• Bila ibu tidak membawa KMS, tanyakan berat badan balita 2 bulan dan 1 bulan

sebelumnya, karena untuk menentukan status pertumbuhan perlu 3 titik

pengukuran.

• Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian seminimal mungkin

dan geser bandul sampai paku tegak lurus

• Baca berat badan balita dengan melihat angka di ujung bandul geser

• Catat hasil penimbangan dengan benar di kertas/ buku bantu dalam kg dan ons

• Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari sarung/ celana/ kotak

timbang

2. Prosedur Pengukuran Panjang Badan

2.1. Dengan Papan Pengukur (untuk balita berumur kurang dari 2 tahun)

a. Persiapan alat

• Pilih meja atau tempat yang datar dan rata. Siapkan alat ukur panjang badan.

• Lepaskan kunci pengait yang berada di samping papan pengukur

• Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya

kepala dan pastikan meteran menunjukkan angka nol dengan mengatur sekrup

skala yang ada di bagian kaki balita.

• Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar.

23

Page 29: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

• Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya

kepala dan pastikan meteran menunjuk angka nol

• Geser kembali papan penggeser pada tempatnya.

b. Pelaksanaan Pengukuran Panjang Badan

• Telentangkan balita di atas papan pengukur dengan posisi kepala menempel

pada bagian papan yang datar dan tegak lurus (papan yang tidak dapat

bergerak).

• Pastikan puncak kepala menempel pada bagian papan yang statis.

• Posisikan bagian belakang kepala, punggung, pantat dan tumit menempel

secara tepat pada papan pengukur.

• Geser bagian papan yang bergerak sampai seluruh bagian kedua telapak kaki

menempel pada bagian papan yang dapat digeser (dengan cara menekan bagian

lutut dan mata kaki).

• Baca dan catat panjang badan balita dari angka kecil ke angka besar

2.2. Dengan Microtoise (untuk balita berumur lebih dari 2 tahun)

a. Persiapan alat

• Letakkan microtoise di lantai yang rata dan menempel pada dinding yang tegak

lurus.

• Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela baca

menunjukkan angka nol

• Paku/ tempelkan ujung pita meteran pada dinding

• Tarik kepala microtoise ke atas sampai ke paku

b. Pelaksanaan Pengukuran Tinggi Badan

• Posisikan balita berdiri tegak lurus di bawah microtoise membelakangi dinding

• Posisikan kepala balita berada di bawah alat geser microtoise, pandangan lurus

ke depan.

• Posisikan balita tegak bebas, bagian belakang kepala, tulang belikat, pantat dan

tumit menempel di dinding.

• Posisikan kedua lutut dan tumit rapat.

24

Page 30: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

• Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala balita.

• Baca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar dengan garis

merah.

• Angka yang dibaca adalah yang berada pada garis merah dari angka kecil ke

arah angka besar.

• Catat hasil pengukuran tinggi badan balita pada kartu status.

3. Prosedur Penentuan Umur Balita

3.1. Tentukan tanggal, hari dan tahun pada waktu balita ditimbang

3.2. Kurangi dengan tanggal, hari, bulan dan tahun balita pada waktu lahir

3.3. Penghitungan umur dalam bulan penuh, kelebihan hari dibulatkan menjadi nol (0)

4. Prosedur pengkategorian status gizi menurut WHO-NCHS

4.1. Gunakan hasil pengukuran berat badan dan umur

4.2. Lihat di tabel baku rujukan status gizi WHO-2005

Penting : tabel untuk balita perempuan berbeda dengan balita laki-laki

5. Prosedur Pengisian dan Pembacaan KMS

Bila Anak datang untuk Penimbangan Pertama

5.1. Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran

5.2. Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman dalam KMS balita.

• Kolom “Posyandu” diisi nama Posyandu tempat anak didaftar

• Kolom “tanggal pendaftaran” diisi tanggal, bulan dan tahun anak didaftar pertama

kali

• Kolom “nama anak” diisi nama jelas anak, sama seperti halaman depan KMS

• Kolom “laki-laki” diisi tanda √ apabila anak tersebut laki-laki dan demikian pula

bila perempuan

• Kolom “anak yang ke” diisi nomor urut kelahiran anak dalam keluarga (termasuk

anak yang meninggal).

• Kolom “tanggal lahir” diisi bulan dan tahun lahir anak.

• Kolom “berat badan lahir” diisi angka penimbangan berat badan anak saat

dilahirkan dalam satuan gram. “Berat badan lahir” ini kemudian dicantumkan

pada grafik KMS pada bulan “0”.

25

Page 31: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

• Kolom “nama ayah” dan “nama ibu” beserta pekerjaannya diisi nama dan

pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut.

• Kolom “nama ayah” dan “nama ibu” beserta pekerjaannya diisi nama dan

pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut.

• Kolom “ alamat” diisi alamat anak menetap

5.3. Mengisi kolom bulan lahir

5.4. Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS balita

5.5. Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan lainnya.

5.6. Mengisi kolom pemberian imunisasi

5.7. Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi

5.8. mengisi kolom periode pemberian ASI Ekslusif

Bila Anak Datang Pada Penimbangan Kedua dan seterusnya

Lakukan langkah 5.4, kemudian hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan

lalu dalam bentuk garis lurus. Jika jarak penimbangan bulan ini dan penimbangan

sebelumnya lebih dari satu bulan, maka titik berat badan tidak dapat dihubungkan

dengan titik berat badan sebelumnya.

Lakukan langkah 5.5., catat semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak

sesuai bulan yang bersangkutan.

Apabila anak mendapat imunisasi lakukan langkah keenam.

Apabila anak ditimbang pada bulan kapsul vitamin A (Februari atau Agustus), maka

jika anak diberi kapsul vitamin A, lakukan langkah 5.7.

Apabila umur bayi masih dibawah 5 bulan, lakukan langkah 5.8.

Bila ada kartu kelahiran, catat bulan lahir anak dari kartu tersebut. Bila tidak ada kartu kelahiran, tetapi ibu ingat, catat tanggal lahir anak sesuai jawaban ibu. Bila ibu ingat bulan hijriah/ jawa, perkirakan bulan masehi/ nasional nya, dan catat Bila ibu tidak ingat bulan lahir, tuntun untuk mengingat umur anak (dalam bulan),

kemudian perkirakan bulan lahir anak, dan catat

26

Page 32: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Prosedur pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

1. Persiapan alat: pita pengukur Lingkar Lengan Atas

2. Perkenalan diri anda dan terangkan prosedur pengukuran lingkar lengan atas serta

manfaatnya dalam memantau status gizi ibu hamil.

3. Persiapkan lengan ibu yang akan diukur, dipilih sisi lengan yang tidak banyak

digunakan untuk bekerja (misalnya, ibu tidak kidal, kita memilih lengan sebelah

kiri). Bebaskan lengan kiri ibu hamil dari lengan baju.

4. Tetapkan posisi siku ibu hamil, membentuk sudut 90o dan rileks (tidak kaku)

5. Letakkan pita antara bahu (akromion) dengan siku (olecranon), lalu tentukan titik

tengahnya.

6. Lingkarkan pita LILA setinggi titik tengah yang telah ditetapkan. Pita tidak boleh

terlalu ketat atau terlalu longgar.

7. Lakukan pembacaan melalui lubang batas pada pita LILA.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

a. Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.

b. Lengan harus dalam posisi bebas lengan baju dan otot lengan dalam kondisi tidak

tegang atau kencang.

c. Alat pengukur dalam keadaan baik, dalam arti tidak kusut atau terlipat-lipat

sehingga permukaannya menjadi tidak rata.

Hasil pengukuran LILA, apabila < 23,5 cm berarti KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan

>23,5 cm berarti tidak ada KEK. Apabila ibu hamil berisiko KEK, diperkirakan akan

melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Supariasa, 2002).

27

Page 33: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

BAB VI

SKALA PENILAIAN

No. HAL 0 1 2 3 4 Persiapan

1. Membuat format rencana kerja sesuai panduan Prosedur pelaksanaan

1. Menunjukkan kedisplinan (datang tepat waktu) 2. Menunjukkan kesiapan mengikuti kegiatan 3. Menunjukkan penampilan rapi dan sikap sopan kepada staf

puskesmas dan masyarakat

4. Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam mengikuti semua kegiatan

Pelaksanaan Pengukuran Status Gizi Balita

1. Melakukan pengukuran berat badan balita 2. Melakukan pengukuran umur balita 3. Melakukan pengukuran tinggi atau panjang badan balita 4. Melakukan pengkategorian status gizi balita yang diukur,

menurut WHO-NCHS, CDC dan WHO (2005)

5. Melakukan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) 6. Mampu memberi saran dan konseling gizi berdasarkan hasil

pengukuran

Pengukuran Status Gizi Ibu Hamil 1. Melakukan pengukuran serta pengkategorian dengan Indikator

Body Mass Index (BMI) dan Lingkar Lengan Atas (LiLA) serta kadar Hb (berdasar data sekunder dari puskesmas).

2. Menginterpretasikan status gizi Ibu Hamil dan memberikan saran berdasarkan hasil pengukuran.

Laporan 1. Isi laporan sesuai kegiatan yang dilakukan 2. Format laporan sesuai panduan JUMLAH NILAI

Keterangan : 0 : tidak melakukan 1 : melakukan kurang dari 40 % 2 : melakukan 40-60 % 3 : melakukan 60-80 % 4 : melakukan 80-100 %

Jumlah Nilai

NILAI : -------------------- X 100 % = ........................%

60

28

Page 34: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

REFERENSI

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC.

Atmarita, Tatang S, Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.

Depkes Jateng, 1999. Petunjuk Teknis Pelacakan Kasus Gizi Buruk Propinsi JawaTengah. Semarang.

Depkes RI. 1995a. Pedoman Kerja Tenaga Gizi Puskesmas. Jakarta.

________. 1995b. Pedoman Pemantauan Status Gizi Melalui Posyandu. Jakarta.

________. 1998. Pedoman Tatalaksana Kekurangan Energi Protein pada Anak di Rumah Sakit Kabupaten/Kota. Jakarta.

________. 2000. Panduan Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta

________. 2007a. Faktor Risiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Jakarta.

________. 2007b. Kesehatan Indonesia : Pencapaian Indonesia Sehat di Tahun 2001. Jakarta.

________. 2007c. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) Anak Balita. Jakarta.

________. 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005-2009. Jakarta.

Galih H et al. 2010. Buku Saku: Pediatric Nutrition Care. Buku dalam kegiatan PKMM Dikti 2010.

Minarto. 2006. Upaya Departemen Kesehatan dalam Mengatasi Kurang Gizi di Indonesia. Makalah disampaikan pada Kongres Nasional Jaringan Epidemiologi Nasional 2006. Jakarta.

Riswan M. 2003. Anemia defisiensi besi pada wanita hamil di beberapa praktek bidan swasta dalam Kota madya Medan. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.. Analisis Program Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil di Indonesia. Lembar Tugas S3 SPS IPB, Bogor.

Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.

Surjadi C, Wirahardja R, Pariani S, Umiyati S. 2006. Penilaian Keadaan Gizi di Jakarta dan Surabaya. Makalah disampaikan pada Kongres Nasional Jaringan Epidemiologi Nasional 2006. Jakarta.

29

Page 35: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Lampiran 1. Z SCORE untuk bayi/ anak laki-laki menurut WHO 2005

1

Page 36: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

40

Page 37: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

41

Page 38: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

42

Page 39: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

43

Page 40: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

44

Page 41: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

45

Page 42: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

46

Page 43: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

47

Page 44: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

48

Page 45: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

49

Page 46: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

50

Page 47: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

51

Page 48: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

52

Page 49: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

53

Page 50: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

54

Page 51: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Lampiran 2. Z SCORE untuk bayi/ anak perempuan

55

Page 52: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

56

Page 53: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

57

Page 54: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

58

Page 55: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

59

Page 56: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

60

Page 57: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

61

Page 58: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

62

Page 59: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

63

Page 60: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

64

Page 61: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

65

Page 62: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

66

Page 63: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

67

Page 64: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

68

Page 65: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

69

Page 66: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Lampiran 3. Petunjuk Umum

A. Ketentuan Umum Penggunaan Standar Antropometri WHO 2005:

lstilah dan Pengertian (berdasar Keputusan Menteri Kesehatan RI: No

1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi

Anak)

1. Umur dihitung dalam bulan penuh. Contoh: umur 2 bulan 29 hari dihitung

sebagai umur 2 bulan.

2. Ukuran Panjang Badan (PB) digunakan untuk anak umur 0 sampai 24

bulan yang diukur telentang. Bila anak umur 0 sampai 24 bulan diukur

berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm.

3. Ukuran Tinggi Badan (TB) digunakan untuk anak umur di atas 24 bulan

yang diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maka

hasil pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.

4. Gizi Kurang dan Gizi Buruk adalah status gizi yang didasarkan pada

indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah

underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk).

5. Pendek dan Sangat Pendek adalah status gizi yang didasar kan pada indeks

Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur

(TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely

stunted (sangat pendek).

6. Kurus dan Sangat Kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks

Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut

Tinggi Badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan

severely wasted (sangat kurus).

B. Langkah Menggunakan Gravik Z Score WHO 2005:

1. Pilih grafik WHO sesuai jenis kelamin, umur, dan ukuran yang akan dinilai:

a. Panjang Badan/Umur (PB/U) atau Tinggi Badan/Umur (TB/U)

b. Berat Badan/Umur (BB/U)

c. Berat Badan/Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan/Tinggi Badan

(BB/TB)

1

Page 67: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

2. Tentukan ukuran yang akan dinilai (Panjang Badan atau Tinggi Badan/ Berat

Badan/ Indeks Masa tubuh), dan umur bayi.

3. Ambil titik yang merupakan perpotongan garis horizontal dan vertikal dari

grafik.

a. Untuk PB/U atau TB/U, BB/U, BMI/U:

• Garis horizontal adalah skala umur

• Garis vertikal adalah skala PB atau TB/ BB/ BMI

b. Untuk BB/PB atau BB/TB

• Garis horizontal adalah skala PB atau TB

• Garis vertikal adalah skala BB

4. Tentukan daerah letak posisi titik perpotongan tersebut.

5. Lihat klasifikasi status gizi dari anak tersebut.

C. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Kategori ambang batas status gizi anak berdasar Keputusan Menteri Kesehatan RI:

No 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak

adalah sebagai berikut:

Indeks Kategori Status gizi Ambang Batas (Z score)

BB/U Anak umur 0 – 60 bulan

Gizi buruk <-3 SD

Gizi kurang -3 SD s/d <-2 SD

Gizi baik -2 SD s/d 2 SD

Gizi lebih >2 SD

PB/U atau TB/U

Anak umur 0 – 60 bulan

Sangat Pendek <-3 SD

Pendek -3 SD s/d -2 SD

Normal -2 SD s/d 2 SD

Tinggi >2 SD

BB/PB atau

BB/TB Anak umur 0 – 60 bulan

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3 SD s/d <-2 SD

Normal -2 SD s/d 2 SD

Gemuk >2 SD

IMT/U Sangat Kurus <-3 SD

40

Page 68: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

0 - 60 bulan Anak umur 0 – 60 bulan

Kurus -3 SD s/d <-2 SD

Normal -2 SD s/d 2 SD

Gemuk >2 SD

IMT/U Anak umur 5 – 18 tahun

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3SD s/d <-2 SD

Normal -2 SD s/d 1 SD

Gemuk >1 SD s/d 2 SD

Obesitas >2 SD

41

Page 69: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Lampiran 4.

Status Gizi Balita

Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Perempuan menurut Berat Badan dan Umur

(WHO-2005)

1

Page 70: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Lampiran 3.

Status Gizi Balita

Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Laki-laki menurut Berat Badan dan Umur

(WHO-2005)

40

Page 71: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Lampiran 6.

Contoh Grafik CDC 2000 (Laki-laki usia 0-36 bulan, TB/U dan BB/U)

41

Page 72: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Lampiran 7.

Contoh Grafik CDC 2000 (Perempuan usia 0-36 bulan, TB/U dan BB/U)

42

Page 73: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Lampiran 8.

Penilaian status gizi berdasarkan berat badan terhadap umur dan tinggi badan terhadap

umur dengan grafik pertumbuhan CDC 2000

1. Pilih grafik sesuai dengan jenis kelamin anak.

2. Tentukan umur, berat badan sekarang dan panjang badan sekarang.

3. Beri tanda titik perpotongan antara berat badan sekarang dengan umur.

4. Beri tanda titik perpotongan antara panjang badan sekarang dengan umur.

5. Untuk menentukan BB/U (berat badan menurut usia atau berat badan ideal), tandai

perpotongan antara usia pada garis persentil 50

6. Penentuan persentil BB/U dilihat dari letak titik perpotongan berat badan sekarang dengan

umur

7. Untuk menentukan TB/U (tinggi badan menurut usia atau tinggi badan ideal), tandai

perpotongan antara usia pada garis persentil 50

8. Penentuan persentil TB/U dilihat dari letak titik perpotongan tinggi badan sekarang

dengan umur

9. Untuk menentukan BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), tandai perpotongan tinggi

badan sekarang pada garis persentil 50 kemudian tarik garis vertical ke bawah sampai

memotong persentil 50 pada berat badan. Lalu tarik garis horizontal terhadap skala berat

badan.

10. Untuk menentukan persentil BB/TB, sebagai berikut:

a. Tentukan titik perpotongan tinggi badan sekarang pada persentil 50 tarik garis vertical

ke bawah

b. Tentukan berat badan sekarang terhadap umur, tarik garis horizontal sampai

berpotongan dengan garis vertical pada langkah a

c. Cari perpotongan antara langkah a dan b

d. Tentukan daerah persentil

(Galih et al, 2010)

43

Page 74: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

Lampiran 9.

Penilaian status gizi ibu hamil berdasarkan

body mass index (BMI)

Metode yang biasa digunakan dalam menentukan kondisi berat badan dan tinggi badan adalah

body mass index (BMI). Formula ini digunakan untuk menghitung BMI adalah

BMI = Berat Badan/Tinggi Badan2

BMI dapat diintepretasikan dalam kategori sebagai berikut :

- Kurang dari 19,8 = berat kurang atau rendah

- 19,8 - 26,0 = normal

- 26,0 - 29 = berat lebih atau tinggi

- Lebih dari 29 = obesitas.

Wanita dengan kategori rendah, peningkatan berat badan idealnya saat hamil adalah 12,5

sampai dengan 18 kg. Sedangkan untuk wanita dengan BMI normal, peningkatan berat badan

idealnya pada saat hamil adalah 11,5 sampai dengan 16 kg dan untuk wanita dengan BMI yang

lain, peningkatan berat badannya antara 7 sampai dengan 11,5.

Remaja disarankan untuk meningkatkan berat badannya lebih dari porsi yang ditetapkan

karena ditakutkan jika mengikuti porsi diatas maka janinnya kecil. Remaja yang mengalami

sakit selama 2 – 3 tahun setelah memperoleh haid pertamanya diperkirakan memiliki resiko

tinggi disebabkan oleh permasalahan nutrisi karena telah ditetapkan bahwa ibu dan janin

memliki ketergantungan pada nutrisi. Telah ditemukan bukti bahwa wanita yang memiliki usia

sampai dengan 19 tahun kebutuhan nutrisinya pada saat kehamilan harus sangat diperhatikan

terutama melalui bimbingan.

Wanita dengan tinggi badan kurang dari 157 cm kenaikan berat badannya disarankan

mendekati batas bawah kenaikan berat badan yang direkomendasikan untuk mengurangi

meningkatnya resiko akibat timbulnya komplikasi yang sifatnya mekanis.

Untuk kehamilan kembar pada saat ini belum ditemukan rekomendasi yang sesuai dengan

menggunakan dasar BMI. Pada kehamilan kembar untuk memperoleh hasil yang terbaik

disarankan untuk menaikan berat badan sebesar 20 kg.

44

Page 75: Modul Field Lab Semester I PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA ...fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf · Selain itu, pola makan yang baik akibat kurang bterlalu ekerja ... balita

FOTO KEGIATAN SEMESTER I

TOPIK : GIZI

Pengukuran panjang badan balita menggunakan PB/IA

Pemantauan status gizi balita dengan antropometri di Puskesmas

Pengisian Kartu Menuju Sehat Balita di Puskesmas

Pengukuran berat badan balita di Posyandu

45