1 BAB II LANDASAN TEORI Telekomunikasi seluler di Indonesia mulai dikenalkan pada tahun 1984 dan hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang pertama mengadopsi teknologi seluler versi komersial. Teknologi seluler yang digunakan saat itu adalah NMT (Nordic Mobile Telephone) dari Eropa, disusul oleh AMPS (Advance Mobile Phone System), keduanya dengan sistem analog. Teknologi seluler yang masih bersistem analog itu seringkali disebut sebagai teknologi seluler generasi pertama (1G). Pada tahun 1995 diluncurkan teknologi generasi pertama CDMA (Code Division Multiple Access) yang disebut ETDMA (Extended Time Division Multiple Access) melalui operator Ratelindo yang hanya tersedia di beberapa wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
35
Embed
modul.mercubuana.ac.id ELEKTRO... · Web viewGelombang pada sinyal analog yang umumnya berbentuk gelombang sinus memiliki tiga variable dasar, yaitu amplitudo, frekuensi dan phase.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Telekomunikasi seluler di Indonesia mulai dikenalkan pada tahun 1984
dan hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang pertama
mengadopsi teknologi seluler versi komersial. Teknologi seluler yang digunakan
saat itu adalah NMT (Nordic Mobile Telephone) dari Eropa, disusul oleh AMPS
(Advance Mobile Phone System), keduanya dengan sistem analog. Teknologi
seluler yang masih bersistem analog itu seringkali disebut sebagai teknologi
seluler generasi pertama (1G). Pada tahun 1995 diluncurkan teknologi generasi
pertama CDMA (Code Division Multiple Access) yang disebut ETDMA
(Extended Time Division Multiple Access) melalui operator Ratelindo yang hanya
tersedia di beberapa wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Sementara itu di dekade yang sama, diperkenalkan teknologi GSM
(Global System for Mobile Communications) yang membawa teknologi
telekomunikasi seluler di Indonesia ke era generasi kedua (2G). Pada masa ini,
Layanan pesan singkat (Inggris: short message service) menjadi fenomena di
kalangan pengguna ponsel berkat sifatnya yang hemat dan praktis. Teknologi
GPRS (General Packet Radio Service) juga mulai diperkenalkan, dengan
kemampuannya melakukan transaksi paket data. Teknologi ini kerap disebut
2
dengan generasi dua setengah(2,5G), kemudian disempurnakan oleh EDGE
(Enhanced Data Rates for GSM Evolution), yang biasa disebut dengan generasi
dua koma tujuh lima (2,75G). Telkomsel sempat mencoba mempelopori layanan
ini, namun kurang berhasil memikat banyak pelanggan. Pada tahun 2001,
sebenarnya di Indonesia telah dikenal teknologi CDMA generasi kedua (2G),
namun bukan di wilayah Jakarta, melainkan di wilayah lain, seperti Bali dan
Surabaya.
2.1 Arsitektur Jaringan GSM
PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) muncul sebagai operator GSM
pertama di Indonesia, melalui Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan
Telekomunikasi No. PM108/2/MPPT-93, dengan awal pemilik saham adalah PT
Telkom Indonesia, PT Indosat, dan PT Bimagraha Telekomindo, dengan wilayah
cakupan layanan meliputi Jakarta dan sekitarnya. Pada periode ini, teknologi
NMT dan AMPS mulai ditinggalkan, ditandai dengan tren melonjaknya jumlah
pelanggan GSM di Indonesia. Beberapa faktor penyebab lonjakan tersebut antara
lain, karena GSM menggunakan Kartu SIM yang memungkinkan pelanggan untuk
berganti handset tanpa mengganti nomor. Selain itu, ukuran handset juga sudah
lebih baik, tak lagi sebesar 'pemukul kasti'.
Karakteristiknya yang open standard interface (memungkinkan vendor-
vendor untuk ikut mengembangkan instrumennya pada sisi jaringan network),
jangkauan luas (roaming access), interoperabilitas serta kemudahan penggunaan
SIM card pada handset yang berbeda tanpa mengurangi fungsi konektivitasnya
ini merupakan beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan jaringan GSM
3
(Global System for Mobile Communication) sedemikian pesat pada kurun waktu
beberapa tahun terakhir.
Gambar 2.1 Layout generic dari jaringan GSM menurut John’s Scourias
Arsitektur jaringan GSM (gambar 1) terdiri dari 3 komponen
utama yakni:
1. Mobile Station
2. Base Station Subsytem (BSS)
3. Network Subsytem (NSS)
Entitas Mobile Station terdiri dari Mobile Equipement (ME) yakni
perangkat keras & perangkat lunak untuk transmisi radio yang dikenal dengan
istilah telepon seluler (ponsel) dan Subcriber Identification Module (SIM).
4
Mobile equipment (ME) secara unik diidentifikasikan dalam format
International Mobile Equipment Identity (IMEI). SIM card berisi International
Mobile Subscriber Identity (IMSI) yang digunakan untuk indentifikasi pelanggan
ke sistem, kunci rahasia (untuk autentifikasi) serta menyimpan informasi lainya
seperti phone book atau pesan sms. SIM card dapat diproteksi dari penggunaan
yang tidak terotorisasi dengan password atau personal identity number (PIN).
Base Station Subsytem (BSS) terdiri dari Base Tranciever System (BTS)
dan Base Station Controler (BSC). Base Station Controllers (BSC) mengontrol
dan mengatur beberapa BTS. BSC bertanggung jawab untuk memelihara
koneksi (hubungan radio) saat panggilan dan kepadatan lalulintas panggilan
pada areanya dan meneruskannya ke Network Subsystem. BSC juga
menangani setup radio-channel, frequency hopping, serta proses handover. BTS
merupakan alat tranceivers radio (transmitter receiver radio) pada suatu area
didefiniskan sebagai sebuah cell dan menangani protokol radio-link dengan
Mobile Station lewat Um interface yang juga dikenal dengan air interface (radio
link).
Network Subsystem terdiri dari Mobile Switvhing Centres (MSC) dan
beberapa database yang terhubung dengannya seperi Home Location Register
(HLR), Visitor Location Register (VLR), Authentication Center (AuC) serta
Equipment Identity Register (EIR). Mobile Switching Centers (MSC) berfungsi
untuk switching suatu panggilan telepon dari jaringan internal atau dari jaringan
lain (eksternal), call routing untuk pelanggan yang melakukan roaming (roaming
subscriber), menyimpan informasi billing serta data base lain yang berisi
5
informasi subscriber ID (IMSI), nomor ponsel pelanggan, beberapa layanan atau
larangan yang berkaitan dengan pelanggan, autentifikasi serta informasi lokasi
pelanggan.
HLR dan VLR bersama dengan MSC mernyediakan call-routing dan
fungsi roaming dari GSM. HLR berisi semua informasi administrasi dari setiap
pelanggan yang tersambung pada jaringan GSM. VLR berisi informasi
administrasi teripilih dari HLR, yang penting untuk control panggilan (call
control) dan provisi dari layanan pelanggan, dan control posisi setiap ponsel pada
area geografis.
Equipment Identity Register (EIR) merupakan database yang berisi suatu
daftar valid mobile equipment pada jaringan. Setiap mobile station
diidentifikasikan dengan International Mobile Equipment Identity (IMEI). Pada
kasus khusus sebuah IMEI ditandai/didaftarkan invalid bila ponsel dilaporkan
dicuri/dirampas dari pemiliknya.
Authentication Center (AuC) merupakan database proteksi yang
menyimpan salinan dari kunci rahasia (secret key) yang terdapat pada setiap SIM
card pelanggan. Proteksi ini digunakan untuk autentifikasi dan enkripsi pada
channel radio.
2.2 Modulasi
Modulasi adalah proses perubahan (varying) suatu gelombang periodik
sehingga menjadikan suatu sinyal mampu membawa suatu informasi. Dengan
proses modulasi, suatu informasi (biasanya berfrekeunsi rendah) bisa dimasukkan
6
ke dalam suatu gelombang pembawa, biasanya berupa gelombang sinus
berfrekuensi tinggi. Terdapat tiga parameter kunci pada suatu gelombang
sinusiuodal yaitu : amplitudo, fase dan frekuensi. Ketiga parameter tersebut dapat
dimodifikasi sesuai dengan sinyal informasi (berfrekuensi rendah) untuk
membentuk sinyal yang termodulasi.
Peralatan untuk melaksanakan proses modulasi disebut modulator,
sedangkan peralatan untuk memperoleh informasi informasi awal (kebalikan dari
dari proses modulasi) disebut demodulator dan peralatan yang melaksanakan
kedua proses tersebut disebut modem.
Informasi yang dikirim bisa berupa data analog maupun digital sehingga
terdapat dua jenis modulasi yaitu
modulasi analaog
modulasi digital
a. Modulasi Analog
Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang kontinyu,
yang membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombangnya. Sinyal
analog bekerja dengan mentransmisikan suara dan gambar dalam bentuk
gelombang kontinu (continous varying). Dua parameter/karakteristik terpenting
yang dimiliki oleh isyarat analog adalah amplitude dan frekuensi. Isyarat analog
biasanya dinyatakan dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus
merupakan dasar untuk semua bentuk isyarat analog. Hal ini didasarkan kenyataan
bahwa berdasarkan analisis fourier, suatu sinyal analog dapat diperoleh dari
7
perpaduan sejumlah gelombang sinus. Dengan menggunakan sinyal analog, maka
jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh, tetapi sinyal ini mudah
terpengaruh oleh noise.
Gelombang pada sinyal analog yang umumnya berbentuk gelombang sinus
memiliki tiga variable dasar, yaitu amplitudo, frekuensi dan phase.
Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal
analog.
Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik.
Phase adalah besar sudut dari sinyal analog pada saat tertentu.
Dalam modulasi analog, proses modulasi merupakan respon atas informasi
sinyal analog.
Teknik umum yang dipakai dalam modulasi analog :
Angle Modulation
o Modulasi Fase (Phase Modulation - PM)
o Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation - FM)
Modulasi Amplitudo (Amplitudo Modulation - AM)
o Double-sideband modulation with unsuppressed carrier (used on
the radio AM band)
o Double-sideband suppressed-carrier transmission (DSB-SC)
o Double-sideband reduced carrier transmission (DSB-RC)
o Single-sideband modulation (SSB, or SSB-AM), very similar to