I. TUJUAN PEMBELAJARAN 1.1. Tujuan Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Mata. Pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Pengertian profesi sendiri adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut keterampilan dan atau suatu keahlian, etika dan sikap kerja tertentu yang dihasilkan dari suatu proses pendidikan. Pendidikan kedokteran merupakan salah satu program pendidikan profesi yang bertujuan untuk menghasilkan dokter yang mampu melaksanakan tugas profesinya dan senantiasa memiliki keinginan untuk meningkatkan dan mengembangkan diri sesuai dengan tuntunan profesionalitas seorang dokter. Melalui pendidikan kedokteran yang paripurna diharapkan dokter yang dihasilkan memiliki sikap dan dapat mengembangkan kepribadian yang diperlukan untuk menjalankan profesinya seperti integritas, rasa tangung jawab, dapat dipercaya sesuai dengan etika profesinya yang universal. Guna mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan metode pembelajaran serta dinamika tuntutan pelayanan kesehatan masyarakat, maka kurikulum ini juga bersifat dinamis, sehingga setiap penyelenggaraan program pendidikan profesi harus memperoleh evaluasi dan masukan secara terus-menerus tentang keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan pendidikan profesi dokter. Komponen lain yang sangat penting dari kurikulum ini adalah komponen normatif yaitu pendekatan untuk mengembangkan akhlak, budi pekerti, kepribadian, etika dan sikap mahasiswa didik. Komponen etika normatif ini menjadi dasar pengembangan komponen adaptif dan produktif sehingga mampu melahirkan sikap sekaligus keterampilan professional dokter yang beretika. Kurikulum pada tahap pendidikan ini menekankan aspek keterampilan klinik, etika, sikap profesional (professional behaviour) dan evidence-based medicine untuk mencapai kompetensi yang terintegrasi, dimana proses pendidikan dijalankan dengan menerapkan prinsip pendidikan klinik, yaitu experiential, patient-based, preceptor-based, dan community- based. Pendekatan mastery learning dikembangkan berdasarkan pada prinsip belajar orang dewasa yang belajar lebih bersifat self-directed learning, partisipatif, relevan dan praktis. Aspek lain dari pendekatan ini adalah meniru perilaku (behaviour modeling), berdasarkan kompetensi dan menggunakan teknik pelatihan humanistik. Behaviour modeling merupakan gambaran yang sama dengan teori belajar sosial atau yang terjadi di dalam masyarakat, dimana dalam kondisi yang ideal, seorang calon dokter akan belajar lebih cepat dengan meniru apa yang diperbuat oleh orang lain dengan kata lain mencontoh atau belajar melalui observasi. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
1.1. Tujuan Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Mata.
Pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Pengertian profesi sendiri adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut keterampilan dan atau suatu keahlian, etika dan sikap kerja tertentu yang dihasilkan dari suatu proses pendidikan.
Pendidikan kedokteran merupakan salah satu program pendidikan profesi yang bertujuan untuk menghasilkan dokter yang mampu melaksanakan tugas profesinya dan senantiasa memiliki keinginan untuk meningkatkan dan mengembangkan diri sesuai dengan tuntunan profesionalitas seorang dokter. Melalui pendidikan kedokteran yang paripurna diharapkan dokter yang dihasilkan memiliki sikap dan dapat mengembangkan kepribadian yang diperlukan untuk menjalankan profesinya seperti integritas, rasa tangung jawab, dapat dipercaya sesuai dengan etika profesinya yang universal. Guna mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan metode pembelajaran serta dinamika tuntutan pelayanan kesehatan masyarakat, maka kurikulum ini juga bersifat dinamis, sehingga setiap penyelenggaraan program pendidikan profesi harus memperoleh evaluasi dan masukan secara terus-menerus tentang keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan pendidikan profesi dokter.
Komponen lain yang sangat penting dari kurikulum ini adalah komponen normatif yaitu pendekatan untuk mengembangkan akhlak, budi pekerti, kepribadian, etika dan sikap mahasiswa didik. Komponen etika normatif ini menjadi dasar pengembangan komponen adaptif dan produktif sehingga mampu melahirkan sikap sekaligus keterampilan professional dokter yang beretika.
Kurikulum pada tahap pendidikan ini menekankan aspek keterampilan klinik, etika, sikap profesional (professional behaviour) dan evidence-based medicine untuk mencapai kompetensi yang terintegrasi, dimana proses pendidikan dijalankan dengan menerapkan prinsip pendidikan klinik, yaitu experiential, patient-based, preceptor-based, dan community- based. Pendekatan mastery learning dikembangkan berdasarkan pada prinsip belajar orang dewasa yang belajar lebih bersifat self-directed learning, partisipatif, relevan dan praktis. Aspek lain dari pendekatan ini adalah meniru perilaku (behaviour modeling), berdasarkan kompetensi dan menggunakan teknik pelatihan humanistik. Behaviour modeling merupakan gambaran yang sama dengan teori belajar sosial atau yang terjadi di dalam masyarakat, dimana dalam kondisi yang ideal, seorang calon dokter akan belajar lebih cepat dengan meniru apa yang diperbuat oleh orang lain dengan kata lain mencontoh atau belajar melalui observasi.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Mata termasuk Kepaniteraan Klinik yang merupakan Program Profesi Dokter, kelanjutan Pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Unsri. Program ini bertujuan mendidik Sarjana Kedokteran untuk menjadi dokter sesuai dengan kurikulum sehingga memiliki cukup pengalaman dan ketrampilan klinik, mempunyai kemampuan memecahkan masalah serta bersikap profesional di bidang Ilmu Kesehatan Mata.
1
II. KOMPETENSI
2.1.Kompetensi Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Mata.Setelah menjalani kepaniteraan, mahasiswa diharapkan :
1. Terampil melakukan pemeriksaan fisik diagnostik dasar mata, yaitu:Pemeriksaan tajam penglihatan jauh dan dekat, pemeriksaan low vision acuity, gerakan bola mata (versi dan duksi), keseimbangan otot bola mata (tes Hirschberg), tekanan bola mata palpasi, pemeriksaan eksternal dengan binocular loupe dan lampu senter.
2. Terampil menggunakan alat diagnostik tertentu, yaitu:
Trial frame dan slit lens untuk koreksi kacamata, tonometer Schiotz, oftalmoskop direk dan slit lamp.
3. Terampil melakukan pemeriksaan penunjang diagnostik tertentu, yaitu: Tes pin hole, tes proyeksi cahaya, mengukur jarak pupil, tes tutup, tes tutup-buka, tes fluoresen, tes sensibilitas kornea, tes warna Ishihara, tes konfrontasi.
4. Terampil mengambil anamnesis, melakukan pemeriksaan fisik dan menggunakan alat diagnostik penunjang untuk menegakkan diagnosis, menentukan cara penatalaksanaan dan menentukan prognosis dari penyakit mata tertentu, seperti:Hordeolum, kalazion, kelainan refraksi, konjungtivitis akut, konjung vernalis, konjungtivitis fliktenularis, konjungtivitis purulenta, abrasi kornea, korpus alienum kornea, keratitis dendritika, keratitis pungtata superfisialis, keratitis numularis, ulkus kornea, pterigium, pinguekula, episkeritis, skleritis, uveitis anterior, endoftalmitis, panoftalmitis, katarak, glaukoma sudut tertutup akut.
5. Mengetahui persiapan pasien praoperasi dan perawatan pascaoperasi di ruangan.
6. Telah melihat sebagian besar tindakan operasi antara lain : Ekstirpasi pterigium, ECCE + IOL, Fako + IOL, penjahitan kornea, penjahitan sklera, trabekulektomi, enukleasi, eviserasi, eksenterasi, penjahitan palpebra, aspirasi hifema, ablasio retina.
7. Telah melihat sebagian besar tindakan operasi kecil di ruang tindakan emergensi, yaitu : Insisi hordeolum dan kalazion, mengambil benda asing di kornea, penjahitan palpebra, pengangkatan jahitan kornea.
8. Terampil melakukan tindakan tertentu di ruang tindakan emergensi, sesuai kewenangan dokter umum di bidang penyakit mata, yaitu : Irigasi permukaan bola mata pada trauma kimia, mengambil benda asing di konjungtiva bulbi dan konjungtiva tarsalis.
9. Dapat berpikir secara logis dan mempertahankan pendapatnya secara ilmiah di
bidang Ilmu Penyakit Mata.
2
III. PRASYARAT KEPANITERAAN
3.1.Prasyarat Mengikuti Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Mata
1. Kepaniteraan klinik berlangsung selama 4 pekan.2. Mahasiswa di bagi tiap kelompok dengan jumlah maksimal 10 orang3. Jam kerja
Hari Senin-Kamis : jam 07.00 – 14.00 WIBHari Jum’at : jam 07.00 – 12.00 WIBHari Sabtu : jam 07.00 – 14.00 WIB
4. Mahasiswa wajib melakukan absensi pada saat datang dan pulang. Apabila tidak melakukan absensi maka mahasiswa dianggap tidak hadir.
5. Setiap ijin meninggalkan kepaniteraan harus sepengetahuan Koordinator Kepaniteraan. Apabila mahasiswa tidak dapat masuk harus memberikan surat ijin tertulis atau melampirkan surat sakit dari dokter, yang harus diterima oleh Koordinator Kepaniteraan pada hari yang bersangkutan tidak hadir.
6. Apabila mahasiswa tidak hadir selama 3 hari, akan mengulang masa kepaniteraan dengan alasan apapun.
7. Pelaksanaan kegiatan kepaniteraan di bimbing oleh satu orang konsulen pembimbing dan dibantu oleh residen senior (pendamping) per kelompok.
8. Setiap kelompok (maksimal 10 orang) akan dibagi kedalam beberapa group dan akan menjalankan rotasi seperti rotasi terlampir.
9. Semua kegiatan dibidang pendidikan, pelayanan, maupun evaluasi ditulis dalam daftar kegiatan dan ditandatangani oleh dokter yang membimbing.
10. Aktivitas kegiatan meliputi bimbingan konsulen, short case, bed side teaching, prosedural skill, phantom, telaah ilmiah dan long case.
11. Ujian kompetensi adalah ujian akhir dilakukan setelah dokter muda menjalani semua aktivitas di atas. Ujian terdiri dari dua tipe yaitu ujian tulis kompetensi dan ujian langsung ke pasien. Hasil ujian ini akan ditotalkan sebagai nilai akhir ujian.
3
IV. PROSES PEMBELAJARAN
4.1. Penjelasan Aktivitas Kegiatan
1. Bimbingan konsulenPembimbingan terhadap dokter muda untuk menyegarkan ilmu kesehatan mata yang telah diajarkan di pre klinik oleh para konsulen. Kegiatan ini dilakukan pada minggu ke-1 kepaniteraan pada hari selasa sampai dengan sabtu.
2. Bed side teaching;Pembimbingan terhadap dokter muda langsung dengan pasien. Dokter muda diberikan sebuah kasus pasien di bangsal dan mereka melakukan suatu prosedur pemeriksaan terhadap pasien tersebut. Hasil pemeriksaan mereka tersebut didiskusikan. Aktivitas kegiatan dapan dilakukan secara lengkap mulai dari anamnesis sampai penatalaksanaannya atau juga dapat dilakukan hasil satu bagian prosedur pemeriksaan saja yang dianggap penting oleh pembimbing. Kegiatan ini dilakukan pada minggu ke-2 kepaniteraan pada hari senin, selasa dan rabu.
3. Prosedural skill;Pembimbingan terhadap dokter muda langsung dengan pasien. Dokter muda diberikan sebuah kasus pasien di kamar tindakan dan kamar operasi. Mereka melakukan suatu prosedur tindakan terhadap pasien tersebut. Hasil pemeriksaan mereka tersebut didiskusikan. Aktivitas kegiatan dapan dilakukan secara lengkap mulai dari anamnesis sampai penatalaksanaannya atau juga dapat dilakukan hasil satu bagian prosedur tindakan saja yang dianggap penting oleh pembimbing. Kegiatan ini dilakukan pada minggu ke-2 kepaniteraan pada hari kamis, jumat dan sabtu.
4. Short case;Pembimbingan terhadap dokter muda langsung dengan pasien. Dokter muda diberikan sebuah kasus pasien di poliklinik dan mereka melakukan suatu prosedur pemeriksaan terhadap pasien tersebut. Hasil pemeriksaan mereka tersebut didiskusikan. Aktivitas kegiatan dapan dilakukan secara lengkap mulai dari anamnesis sampai penatalaksanaannya atau juga dapat dilakukan hasil satu bagian prosedur pemeriksaan saja yang dianggap penting oleh pembimbing. Kegiatan ini dilakukan pada minggu ke-2 kepaniteraan pada hari kamis, jumat dan sabtu.
5. Phantom;Pembimbingan terhadap dokter muda tidak langsung dengan pasien. Dokter muda seolah-olah diberikan sebuah kasus pasien dan mereka melakukan suatu prosedur pemeriksaan terhadap pasien tersebut. Hasil pemeriksaan mereka tersebut didiskusikan. Aktivitas kegiatan dapan dilakukan secara lengkap mulai dari anamnesis sampai penatalaksanaannya atau juga dapat dilakukan hasil satu bagian prosedur pemeriksaan saja yang dianggap penting oleh pembimbing. Kegiatan ini dilakukan pada minggu ke-3 kepaniteraan pada hari senin, selasa dan rabu.
6. Long case;Pembimbingan terhadap dokter muda secara berkelompok untuk mengasah kemampuan ilmiah terhadap suatu kasus sesuai dengan kompetensi dokter umum. Pembuatan suatu kasus dilakukan dokter muda setelah diberi judul oleh pembimbing yang sesuai dengan kompetensi. Dokter muda tersebut akan berdiskusi dan mempresentasikan laporan kasunya dengan pembimbing dan hasil diskusi akan dinilai oleh pembimbing. Kegiatan ini dilakukan pada minggu ke-3 kepaniteraan pada hari kamis, jumat dan sabtu.
7. Telaah ilmiah;Pembimbingan terhadap dokter muda secara individu untuk mengasah kemampuan ilmiah sesuai dengan kompetensi dokter umum. Pembuatan makalah ilmiah dilakukan dokter muda setelah diberi judul oleh pembimbing yang sesuai dengan kompetensi. Dokter muda tersebut akan berdiskusi dengan pembimbing dan hasil diskusi akan dinilai
4
oleh pembimbing. Kegiatan ini dilakukan pada minggu ke-4 kepaniteraan pada hari senin sampai dengan sabtu.
4.2. Formulir Kegiatan Kepaniteraan
4.2.1. Bimbingan Konsulen
Tanggal Hari Bahan Ajaran Nama Pembimbing* Selasa Anatomi & Fisiologi Mata
Selasa Pembuatan Status AwalSelasa Pemeriksan Segmen Anterior Rabu Pemeriksaan Refraksi dan Low VisionRabu Pemeriksaan Pterigium, Hordeolum,
Kalazion, dan lainRabu Pemeriksaan Segmen PosteriorKamis Pemeriksaan GlaukomaKamis Pemeriksaan KatarakJumat Strabismus dan Ambliopia Jumat Ulkus Kornea & Penyakit Infeksi pada
KorneaSabtu Pemeriksaan & Penyakit TumorSabtu Pemeriksaan Nervus OptikusSabtu Pemeriksaan dan Kelainan Penyakit
Retina*minggu ke-1**jadwal dosen pembimbing secara bergantian
4.2.2. Bed side teaching
No. Nama Hari/Tanggal Pembimbing1 Senin*
Selasa Rabu
**234 Senin
Selasa Rabu
567 Senin
Selasa Rabu
8910 Senin
Selasa Rabu
11
Ket:*minggu ke-2**jadwal dosen pembimbing secara bergantian
5
4.2.3. Short Case dan Prosedural skill
No. Nama Hari/Tanggal Pembimbing1 Kamis*
JumatSabtu
**234 Kamis
JumatSabtu
567 Kamis
JumatSabtu
8910 Kamis
JumatSabtu
11
Ket:*minggu ke-2**jadwal dosen pembimbing secara bergantian4.2.4. Phantom
No. Nama Hari/Tanggal Pembimbing1 Senin*
Selasa Rabu
**234 Senin
Selasa Rabu
567 Senin
Selasa Rabu
8910 Senin
Selasa Rabu
11
Ket:*minggu ke-3** jadwal dosen pembimbing secara bergantian
4.2.5. Long Case
No. Nama Judul Pembimbing1 Kamis*
JumatSabtu
**234 Kamis*
JumatSabtu
567 Kamis*
JumatSabtu
8910 Kamis*
JumatSabtu
11
*minggu ke-3** jadwal dosen pembimbing secara bergantian
4.2.6. Telaah Ilmiah6
No. Nama Judul Pembimbing1 Senin-sabtu* **234567891011
*minggu ke-4** jadwal dosen pembimbing secara bergantian
PETUNJUK : Isi nilai di kolom yang telah disediakan di bawah ini sesuai dengan pendapar sejawat.SKALA NILAI : < 41 : sangat kurang
41- 55 : kurang 56- 70 : cukup 71- 85 : baik 86 > : sangat baik
PROBLEM PASIEN/DIAGNOSIS : ________________________________________ Pasien : Umur :______ Jenis kelamin : ______ Baru : Follow up : Tingkat kerumitan: rendah sedang tinggiFokus : anamnesis pemeriksaan diagnosis terapi konseling
NO KEGIATAN NILAI (1-100) KETERANGAN1. Kemampuan wawancara medis
Observasi Tidak diobservasi
2. Kemampuan pemeriksaan oftalmologis Observasi Tidak diobservasi
3. Kualitas humanistik/profesionalisme Observasi Tidak diobservasi
4. Keputusan klinis/diagnostik Observasi Tidak diobservasi
5. Kemampuan mengelola pasien Observasi Tidak diobservasi
6. Kemampuan konseling Observasi Tidak diobservasi
7. Kompetensi klinis keseluruhan Observasi Tidak diobservasi
PETUNJUK : Isi nilai di kolom yang telah disediakan di bawah ini sesuai dengan pendapar sejawat.SKALA NILAI : < 41 : sangat kurang
41- 55 : kurang 56- 70 : cukup 71- 85 : baik 86 > : sangat baik
NO KEGIATAN NILAI (1-100) KETERANGAN1. Menunjukkan pemahaman tentang indikasi,
anatomi yang relevan dengan teknik prosedur
2. Memperoleh informed consent3. Menunjukkan persiapan sebelum tindakan 4. Teknik aseptik antiseptik 5. Menunjukkan kemampuan teknis6. Manajemen post tindakan7. Kemampuan keseluruhan dalam melakukan
PETUNJUK : Isi nilai di kolom yang telah disediakan di bawah ini sesuai dengan pendapar sejawat.SKALA NILAI : < 41 : sangat kurang
41- 55 : kurang 56- 70 : cukup 71- 85 : baik 86 > : sangat baik
PROBLEM PASIEN/DIAGNOSIS : ________________________________________ Pasien : Umur :______ Jenis kelamin : ______ Baru : Follow up : Tingkat kerumitan: rendah sedang tinggiFokus : anamnesis pemeriksaan diagnosis terapi konseling
NO KEGIATAN NILAI (1-100) KETERANGAN1. Kemampuan wawancara medis
Observasi Tidak diobservasi
2. Kemampuan pemeriksaan oftalmologis Observasi Tidak diobservasi
3. Kualitas humanistik/profesionalisme Observasi Tidak diobservasi
4. Keputusan klinis/diagnostik Observasi Tidak diobservasi
5. Kemampuan mengelola pasien Observasi Tidak diobservasi
6. Kemampuan konseling Observasi Tidak diobservasi
7. Kompetensi klinis keseluruhan Observasi Tidak diobservasi
PETUNJUK : Isi nilai di kolom yang telah disediakan di bawah ini sesuai dengan pendapar sejawat. TIDAK semua kolom harus di isi.SKALA NILAI : < 41 : sangat kurang
41- 55 : kurang 56- 70 : cukup 71- 85 : baik 86 > : sangat baik baik
NO KEGIATAN NILAI (1-100) KETERANGAN1. PENYAMPAIAN MATERI
1. Suara cukup jelas dan berirama2. Kecepatan dan ketepatan sesuai3. Gaya penyajian menyenangkan4. Menerangkan inti masalah secara jelas
2. PENGUASAAN MATERI1. Kemampuan identifikasi pasien2. Kemampuan anamnesis pasien3. Kemampuan pemeriksaan fisik pasien4. Kemampuan pemeriksaan oftalmologis5. Kemampuan penegakan diagnosis6. Kemampuan diagnosis diferensial7. Kemampuan pemeriksaan penunjang8. Kemampuan penatalaksanaan9. Kemampuan membuat prognosis10. Mampu membuat suatu kesimpulan T O T A L N I L A I
2. PENYAJIAN MAKALAH1. Suara cukup jelas dan berirama2. Kecepatan dan ketepatan sesuai3. Gaya penyajian menyenangkan4. Menerangkan inti masalah secara jelas 5. Memperhatikan hadirin
3. PENGUASAAN MATERI1. Ketepatan dalam menjawab pertanyaan2. Objektif dalam menanggapi pertanyaanT O T A L N I L A I (Dibagi 12)
PETUNJUK : Isi nilai di kolom yang telah disediakan di bawah ini sesuai dengan pendapar sejawat. TIDAK semua kolom harus di isi.SKALA NILAI : < 41 : sangat kurang
41- 55 : kurang 56- 70 : cukup 71- 85 : baik 86 > : sangat baik
NO KEGIATAN NILAI (1-100) KETERANGAN1. PERSIAPAN MAKALAH
2. PENYAMPAIAN MAKALAH1. Suara cukup jelas dan berirama2. Kecepatan dan ketepatan sesuai3. Gaya penyajian menyenangkan4. Menerangkan inti masalah secara jelas
3. PENGUASAAN MATERI1. Mampu menjelaskan latar belakang Dan tujuan makalah ilmiah2. Mampu menguasai anatomi di makalah Ilmiah3. Mampu menguasai fisiologi di makalah Ilmiah4. Mampu menguasai patofisiologi di makalah ilmiah5. Mampu menjelaskan cara pemeriksaan suatu kasus di makalah ilmiah6. Mampu menguasai penegakkan diagnosis diferensial di makalah ilmiah7. Mampu menguasai penegakkan diagnosis diferensial di makalah ilmiah8. Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang9. Mampu menguasai penatalaksanaan di makalah ilmiah 10. Mampu menguasai kapan harus di rujuk11. Mampu menguasai prognosis di makalah ilmiah12. Mampu membuat suatu kesimpulan dalam makalah ilmiahT O T A L N I L A I
2. PENGETAHUAN PENYAKIT LAIN1. Katarak2. Glaukoma3. EED4. Strabismus5. Retina6. Tumor7. Pediatrik oftalmologi8. Rekonstruksi dan trauma mata9. Neurooftalmologi10. RefraksiT O T A L N I L A I
HASIL = NILAI UJIAN TULIS + NILAI UJIAN PASIEN = 2
Palembang, 20Tanda Tangan Penguji
( )
V. NAMA-NAMA UNIT
14
Bagian Ilmu Kesehatan Mata memiliki beberapa subdivisi yaitu: 1. Subdivisi EED2. Subdivisi Uvea3. Subdivisi Refraksi4. Subdivisi Strabismus5. Subdivisi Neuroophthalmology6. Subdivisi Vitreoretina7. Subdivisi Tumor8. Subdivisi Rekonstruksi9. Subdivisi Glaukoma10. Subdivisi Lensa11. Subdivisi Pediatrik Ophthalmology
Dari masing-masing subdivisi ini ada yang merupakan kompetensi untuk dokter muda yang menjalani kepaniteraan klinik. Porsi kompetensi dari masing-masing subdivisi ini tidak sama besar karena mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).
VI. NAMA-NAMA DOSEN
1. Dr. Linda Trisna, SpM(K) : subdivisi Strabismus2. DR. Dr. Fidalia, SpM(K) : subdivisi Glaukoma3. DR. Dr. Anang Tribowo, SpM(K) : subdivisi EED/Uvea4. Dr. Elza Iskandar, SpM(K) : subdivisi Rekonstruksi5. Dr. A.K. Ansyori, SpM(K)Mkes : subdivisi Vitreoretina6. Dr. Ibrahim, SpM : subdivisi Tumor7. Dr. Rusdianto, SpM(K) : subdivisi Pediatrik Oftalmologi8. Dr. Alie Sholahuddin, SpM : subdivisi Lensa9. Dr. Devi Azri Wahyuni, SpM : subdivisi Neurooftalmologi10. Dr. Ani, SpM : subdivisi Refraksi11. Dr. Ramzi Amin, SpM : subdivisi Vitreoretina12. Dr. Riani Erna, SpM : subdivisi Rekonstruksi
15
MODUL UNIT
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
16
1.1.Tujuan Pembelajaran UmumSetelah mengikuti serangkaian kegiatan selama menjalani rotasi di bagian Ilmu Kesehatan
Mata diharapkan mahasiswa terampil dalam:1. Menganamnesis keluhan dan gejala yang ada dengan baik2. Menerangkan patofisiologi pada penyakit yang didapatkan3. Menginterpretasi dan menjelaskan gejala dan tanda penyakit yang ada4. Melakukan pemeriksaan klinis dan oftalmologikus dengan terampil5. Membuat diagnosis klinis berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan tambahan.6. Memutuskan dan mampu menangani problem itu berdasarkan kompetensinya.7. Memiliki kepribadian dan akhlak yang baik dan santun terhadap sesama sejawat dan
pasien.
1.2.Tujuan Pembelajaran Khusus
Sesuai dengan masing-masing topik. II. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
2.1.Hari Senin Minggu I ( dijalankan secara berurutan )(1) Mahasiswa membawa surat pengantar dari Bagian Akademik Fakultas Kedokteran Unsri
dan menyerahkannya kepada sekretariat bagian Mahasiswa dan menyerahkan data pribadi serta kelengkapan administrasi lainnya.
(2) Mahasiswa melapor kepada koordinator P3D yang akan diberikan penjelasan mengenai P3D di bagian mata secara umum. Koordinator P3D akan memberikan satu berkas Buku Panduan Kegiatan yang akan digunakan selama kepaniteraan di bagian mata. Koordinator Kepaniteraan juga akan memberi penjelasan mengenai tata tertib, pedoman kerja kepaniteraan, sistem pendidikan, penilaian, dan keterangan lainnya.
(3) Mahasiswa melapor kepada Kepala Bagian Ilmu Penyakit Mata, yang akan memberi penjelasan tentang falsafah dan etika kepaniteraan. Bila Kepala Bagian tidak ada di tempat, langsung lanjutkan ke nomor 4 dst.
(4) Mahasiswa melapor kepada semua konsulen.(5) Mahasiswa bertemu dengan dokter Pembimbing dan dokter Pendamping.(6) Mahasiswa melakukan orientasi terhadap fasilitas di Bagian Mata.
2.2.Hari Selasa dan selanjutnya (sampai minggu III).(1) Rotasi pertama dimulai pada hari Selasa. Mahasiswa mulai bertugas di ruangan,
poliklinik/emergensi atau kamar operasi/video session sesuai jadwal rotasi.(2) Pengajaran yang terdiri dari:
a. Kuliah konsulen: pada minggu ke-1 mulai hari selasa sampai dengan sabtu b. Bed side teaching (BST): pada minggu ke-2 mulai hari senin sampai dengan rabuc. Short case dan prosedural skill: pada minggu ke-2 mulai hari kamis sampai dengan
sabtu d. Phantom: pada minggu ke-3 mulai hari senin samapi dengan rabu e. Long case: pada minggu ke-3 mulai hari kamis sampai dengan sabtu f. Telaah Ilmiah: pada minggu ke-4 mulai hari senin sampai dengan sabtuakan dilakukan sesuai jadwal dengan masing-masing sesi dilakukan dengan di pandu oleh pembimbing.
(3) Melakukan pemeriksaan mata dan pemeriksaan penunjang terhadap pasien-pasien rawat baru.
(4) Berlatih menggunakan alat diagnostik yang ada di ruangan yaitu : trial lens dan trial frame, tonometer Schiotz, slit lamp,oftalmoskop direk dan lain-lain.
17
(5) Mengetahui persiapan praoperasi pasien rawat.(6) Mengetahui cara evaluasi pasien pascaoperasi di ruangan.(7) Pedoman kegiatan di UGD:
a. Melakukan pemeriksaan dasar mata, pemeriksaan penunjang untuk membuat diagnosis dan rencana penatalaksanaan kasus penyakit mata di poliklinik. Sepuluh diantaranya dicatat di buku kegiatan.
b. Berlatih menggunakan alat diagnostik yang ada di poliklinik, yaitu : tonometer Schiotz, slit lamp, oftalmoskop direk.
c. Melihat tindakan operasi kecil di emergensid. Melakukan tindakan operasi kecil di ruang tindakan emergensi, sebatas kewenangan
dokter umum.e. Mengetahui indikasi rawat pasien-pasien penyakit mata.
(8) Pedoman kegiatan di poliklinik:a. Melihat dan mempelajari kasus-kasus yang ada.b. Mengetahui indikasi dan pengobatan kasus yang ditemui.c. Mencatat kasus-kasus yang dianggap penting untuk didiskusikan Pembimbing dan
Pendamping.
2.3.Materi bed side teaching, short case, procedural skill , phantom, long case dan telaah ilmiah
(1) Tumor kelompok mata dan Konjungtiva (jinak, ganas), pterigium, pinguekula(2) Infeksi Palpebra (hordeolum, chalazion, dakriosistitis)(3) Trauma Mata (ablasio, tidak tembus, tembus)(4) Konjungtivitis (purulenta, non purulenta)
a. Definisi konjungtivitisb. Etiologi konjungtivitis dan patofisiologinyac. Perjalanan penyakit konjungtivitisd. Diagnosa banding konjungtivitise. Komplikasi konjungtivitis
a. Definisi visus dan kelainan refraksib. Pembagian kelainan refraksic. Pemeriksaan visus dasard. Koreksi kelainan refraksie. Resep kacamataf. Overview Astigmat
(8) Katarak (KSM, KSI)a. Definisi dan etiologi katarakb. Patofisiologi katarakc. Klasifikasi katarakd. Pemeriksaan dan deteksi katarak dengan alat sederhanae. Terapi katarak dan sistem rujukanf. Komplikasi pasca operasi katarakg. Penanganan komplikasi katarak dan sistem dan sistem rujukan.
Pemeriksaan lampu celah11 Pediatrik ophthalmology Pemeriksaan tekanan bolamata dengan palpasi
pada anakPenilaian refraksi subjektif pada anak
3.3. Daftar Tindakan yang harus dikuasai No. Keterampilan1 Mampu melakukan penetesan obat tetes mata2 Mampu melakukan pemberian salep mata3 Mampu mengeluarkan korpus alienum pada konjungtiva4 Mampu mengeluarkan korpus alienum pada kornea
20
MODUL TOPIK
Modul Ilmu Kesehatan Mata
KONJUNGTIVITIS
21
I.WAKTU/ SESI PERTEMUAN
Mengembangkan Kompetensi Kepaniteraan dilakukan selama 4 minggu
Sesi didalam kelas
Sesi praktek dan pencapaian kompetensi
Waktu 30 menit
Waktu 30 menit
II.TUJUAN UMUM
Peserta didik mampu menjelaskan patofisiologi konjungtivitis, menginterpretasikan dan
menjelaskan pemeriksaan mata, mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan sesuai
kompetensi.
III.TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik diharapkan terampil:
1. Mampu menjelaskan gambaran klinis konjungtivitis
2. Mampu menginterpretasikan dan menjelaskan pemeriksaan mata pada kasus
konjungtivitis
3. Mampu menjelaskan dan melakukan diagnosis serta penanganannya
IV. STRATEGI PEMBELAJARAN
Tujuan 1
Metoda:
Kuliah interaktif
Bed side teaching
Telaah ilmiah
Tujuan 2
Metoda:
Kuliah interaktif
Demonstrasi, prosedural skill, short case
Telaah ilmiah
Tujuan 3
Metoda:
Kuliah interaktif
Demonstrasi, long case, phantom
Telaah ilmiah
V.PERSIAPAN SESI
1. Materi presentasi
22
2. Kasus
3. Peralatan diagnostik
VI.REFERENSI
(5) Basic Ophthalmology. Editor : Cynthia A, Bradford MD, American Accademy of
C. Seborrheic blepharitis E. Primary meibomitis Pikirkan: phtirus pubis, veruccae demodex, fungus atopic, dermatitis kontak
D. Mixed staphylococcal/seborrheic blepharoconjunctivitis
G. Kompres hangat 5-10 menit, diikuti penggosokan kelopak mata dengan sampo bayi atau diikuti pemberian baitracin atau eritromisin alep mata 2-4x sehari sampai 2-8 minggu, lalu berikan steroid(dengan tapering) jangka pendekj untuk kondisi terkait respon hipersensitivitas
Kompres hangar 5-10 menit, diikuti pemijatan tarsusuntuk mengeluarkan isi kelenjar meibom, kemudian penggosokan kelopak, diikuti pemberian bacitracin atau eritromisin salep mata 2-4 lalu kurangi sampai hanya setiap pagi
Kompres hangat 5-10 menit, diikuti pemijatan tarsus, kemudian penggosokan kelopak, lalu bacitracin atau eritromisin salep mata 2-4x sehari lalu di kurangi sampai hanya setiap pagi hari
Kompres hangat 5-10 menit diikuti gosokan pada kelopak dengan sampo bayi 2-4x sehari, lalu di taper sampai setiap hari pada pagi hari
F.blepharitis seboroik terkait meibomitis
Gosok kulit kepala dengan sampo berisi selenium 1-2x sekali/mgg, konsultasi bagian kulit
Tetrasiklin, 250mg PO qid awalnya, lalu taper selama 3-4 bln, atau doksisiklin, 100mg bid awalnya, taper selama 3-4 bln, pasien dengan rosacea mungkin membutuhkan 250 mg PO qd long term eritromisin
Kasus refraksi
H.evaluasi semua kasus untuk kondisi terkait keratoconjunctivitis sicca dan obati sebagaimana mestinya
Peningkatan dan stabilisasi gejala dan tanda pasien
Singkirkan sebaceous gland carcinoma pada kasus asimetris, intraktabel
Kompetensi 3A
BLEPHARITIS
VIII. KOMPETENSI
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter. Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan,
serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
IX. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu:
5. Mengenali gejala, tanda blefaritis
6. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan ophthalmologikus
7. Melakukan deskripsi kelainan blefaritis
8. Membuat keputusan klinis, memberi tindakan yang tepat dan merujuk secara tepat waktu
dan optimal.
X. EVALUASI
Kognitif
Pre test
Essay
MCQ
Lisan
Self assessment dan peer assisted evaluation
Diskusi
Psikomotor
Self assessment dan peer assisted learning
Peer assisted evaluation
Penilaian kompetensi
Task-based medical education
Kognitif dan psikomotor
OSCE
Ujian kompetensi
Ujian profesi
XI. INSTRUMEN PENILAIAN
Observasi selama alih pengetahuan dan keterampilan
Kuisioner
Penilaian peragaan keterampilan
HORDEOLUM/KALAZION
30
I.WAKTU/ SESI PERTEMUAN
Mengembangkan Kompetensi Kepaniteraan dilakukan selama 4 minggu
Sesi didalam kelas
Sesi praktek dan pencapaian kompetensi
Waktu 30 menit
Waktu 30 menit
II.TUJUAN UMUM
Peserta didik mampu menjelaskan patofisiologi hordeolum, menginterpretasikan dan
menjelaskan pemeriksaan mata, mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan sesuai
kompetensi.
III.TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik diharapkan terampil:
7. Mampu menjelaskan gambaran klinis hordeolum
8. Mampu menginterpretasikan dan menjelaskan pemeriksaan mata pada kasus hordeolum
9. Mampu menjelaskan dan melakukan diagnosis serta penanganannya
IV. STRATEGI PEMBELAJARAN
Tujuan 1
Metoda:
Kuliah interaktif
Bed side teaching
Telaah ilmiah
Tujuan 2
Metoda:
Kuliah interaktif
Demonstrasi, prosedural skill, short case
Telaah ilmiah
Tujuan 3
Metoda:
Kuliah interaktif
Demonstrasi, long case, phantom
Telaah ilmiah
V.PERSIAPAN SESI
7. Materi presentasi
8. Kasus
9. Peralatan diagnostik
VI.REFERENSI
31
(1) Basic Ophthalmology. Editor : Cynthia A, Bradford MD, American Accademy of
(3) American Academy of Ophthalmology. Basic and clinical science course.
(4) Kansky. Ophthalmology.
VII.GAMBARAN UMUM
32
VIII. KOMPETENSI33
Pasien dengan pembengkakan kelopak mata
inflamasi Tanpa inflamasi
A.Keterlibatan okuler Tidak ada keterlibatan okuler
Keterlibatan orbita
Tidak ada keterlibatan orbita
unilateral bilateral
Riwayat(anamnesis)
proptosis Pikirkan: penyakit konjungtiva, keratitis, skleritis
Pikirkan: hordeolum, kalazion, infeksi lokal, tumor atau pseudotumor
lokal difus Penyakit sistemik
E.pikirkan: blefaritis, edema alergi
F. pikirkan: pseudotumor, neoplasma, edema
Pikirkan: CT scan
biopsi
G. Pikirkan: edema toksik (bakterial,parasitic,viral,serum sickness erysipelas)
Tidak ada tanda-tanda infeksi
B. tanda-tanda infeksi
D.pikirkan: usia, kecepatan progresfitas penyakit, lokasi
Pikirkan ct scan
biopsi
C.viral
Monitor
Infeksi bakteri sekunder
Kompres hangat 5-10 menit, pemberian eritromisin salep mata 2-4x sehari, atau ditambah antibiotik sistemik: eritromisisn 250 mg POqid, dapat juga diberikan tetrasiklin. Pada nanah dari kantung ananh yang tidak dapat keluar dilakukan insisi, pada kalazion ekskokleasi.
Ct scan apabila tanpa perbaikan
bakterial
Tidak ada trauma kelopak sebelumnya ataupun operasi
Trauma atau operasi
unilateral bilateral
baru lamaH.pikirkan:tumor, lymphedema
H.penyakit sistemik atau pemaikaian obat
Tidak ada penyakit sistemik atau pemakaian obat
Pikirkan penyakit jantung,ginjal,endokrin, kehamilan, angioneurotiuc edema
Pikirkan: blefarochalasis, dematochalasis dengan protrusi lemak orbita
K.pikirkan:fraktur tengkorak
Pikirkan:lymphedema
Gejala: hordeolum(internum maupun eksternum): kelopak bengkak,sakit, mengganjal, merah, nyeri bila ditekan, kalazion: benjolan pada kelopak,tidak hiperemis, tidak ada nyeri tekan, pseudoptosis.Pada pemeriksaan fisik diperlukan kemampuan eversi palpebra
Kompetensi 3A
HORDEOLUM DAN KALAZION
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter. Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan,
serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
IX. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu:
9. Mengenali gejala, tanda hordeolum/kalazion
10. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan ophthalmologikus
11. Melakukan deskripsi kelainan hordeolum/kalazion
12. Membuat keputusan klinis, memberi tindakan yang tepat dan merujuk secara tepat waktu
dan optimal.
X. EVALUASI
Kognitif
Pre test
Essay
MCQ
Lisan
Self assessment dan peer assisted evaluation
Diskusi
Psikomotor
Self assessment dan peer assisted learning
Peer assisted evaluation
Penilaian kompetensi
Task-based medical education
Kognitif dan psikomotor
OSCE
Ujian kompetensi
Ujian profesi
XI. INSTRUMEN PENILAIAN
Observasi selama alih pengetahuan dan keterampilan
Kuisioner
Penilaian peragaan keterampilan
EROSI KORNEA
34
I.WAKTU/ SESI PERTEMUAN
Mengembangkan Kompetensi Kepaniteraan dilakukan selama 4 minggu
Sesi didalam kelas
Sesi praktek dan pencapaian kompetensi
Waktu 30 menit
Waktu 30 menit
II.TUJUAN UMUM
Peserta didik mampu menjelaskan patofisiologi erosi kornea, menginterpretasikan dan
menjelaskan pemeriksaan mata, mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan sesuai
kompetensi.
III.TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik diharapkan terampil:
10. Mampu menjelaskan gambaran klinis erosi kornea
11. Mampu menginterpretasikan dan menjelaskan pemeriksaan mata pada kasus erosi kornea
12. Mampu menjelaskan dan melakukan diagnosis serta penanganannya
IV. STRATEGI PEMBELAJARAN
Tujuan 1
Metoda:
Kuliah interaktif
Bed side teaching
Telaah ilmiah
Tujuan 2
Metoda:
Kuliah interaktif
Demonstrasi, prosedural skill, short case
Telaah ilmiah
Tujuan 3
Metoda:
Kuliah interaktif
Demonstrasi, long case, phantom
Telaah ilmiah
V.PERSIAPAN SESI
10. Materi presentasi
11. Kasus
12. Peralatan diagnostik
VI.REFERENSI
3535
(1) Basic Ophthalmology. Editor : Cynthia A, Bradford MD, American Accademy of
(3) AmericanAcademy of Ophthalmology. Basic and clinical science course.
(4) Kansky. Ophthalmology.
VII.GAMBARAN UMUM
KERATITIS
VIII. KOMPETENSI
45
PEMERIKSAAN
Terapi :Acyclovir topikal dan oral
Inkubasi 24 – 48 Jam.Infiltrat warna abu-abu Ulkus berbatas tegas cenderung meluas kesentral dengan cepat. (Ulkusserpigenosa)Mudah terbentuk hipopion
Laboratorium : Kuman diplo kokusgram (+)
Terapi:Penicilin G atau Vankomisin topikal dan sistemik, pilihan kedua : eritromisin
KERATITIS BAKTERIAL
Inkubasi kurang dari 24 jam (+ 6 – 8 jam ) Infiltrat warna kehijauan / kuning, nyeri hebat Cepat meluas (oleh enzim proteolitik)Kornea tampak “ luluh “ dan menonjol, Hipopion(++)
(49) AmericanAcademy of Ophthalmology. Basic and clinical science course.
(50) Kansky. Ophthalmology.
(51) VII.GAMBARAN UMUM
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
VIII. KOMPETENSI
112
Gangguan arah bulu mata ke arah bola mata
Apakah pasien merupakan ras asia (epiblepharon: gangguan kongenital dimana [retarsal orbicularis dan kulit menempati margin kelopak, sehingga bulu mata menjadi vertikal dan sering menyentuh kornea, apakah passien pernah mengalami infeksi mata berat atau pernah mengunjungi wilayag yang umum terdapat trachoma?, apakah pasien memiliki riwayat herpes zoster ophthalmicus, apakah terdapat riwajat SJS atau luka bakar kimia pada mata?, pakah ada riwayat trauma, operasi,alergi
Periksa kelopak atas dan bawah, untuk melihat arah bulu mata. Pemeriksaan ini mungkin memerlukan slitlamp apabila bulu mata yang mengarah ke bola mata fokal., lihat apakah ada simblepharon, involution
Penatalaksaanaan primer untuk trichiasis adalah operasi, namun secara suportif dapat juga diberikan lubrukan seperti salep mata atau air mata buatan untuk mengurangi iritasi dari sentuhan bulu mata, jika penyebanya adalah pephigoid atau sjs, terapi harus diarahkan pada penyakit tsb, Kompetensi dokter umum 2, rujuk ke ahli mata bila kausanya memang di bidang mata
Terapi definitifnya adalah operasi yang dapat t dikategorikan:1. Lash and follicle destruction
Biiasanya untuk trikchiasis segmental atau fokal - Simple epitation- Electrolysis of lashes- Cryosurgery- Radiofrequency ablation of lashes
2. Lash/follicle repositioningDiarahkan ke penyebab anatomi dari masalah-entropion: lower lid retractor reattachmentPosterior lamella scarring: graft, tarsoconjunctival advancementSurgery of conjunctivaRepositioning anterior lamella
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter. Dokter mampu merujuk pasien
secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya
IX. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu:
72. Mengenali gejala, tanda trikiasis
73. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan ophthalmologikus
74. Melakukan deskripsi kelainan trikiasis
75. Membuat keputusan klinis, memberi tindakan yang tepat dan merujuk secara tepat waktu
dan optimal.
X. EVALUASI
Kognitif
Pre test
Essay
MCQ
Lisan
Self assessment dan peer assisted evaluation
Diskusi
Psikomotor
Self assessment dan peer assisted learning
Peer assisted evaluation
Penilaian kompetensi
Task-based medical education
Kognitif dan psikomotor
OSCE
Ujian kompetensi
Ujian profesi
XI. INSTRUMEN PENILAIAN
Observasi selama alih pengetahuan dan keterampilan
Kuisioner
Penilaian peragaan keterampilan
APPARATUS LAKRIMAL
113
I.WAKTU/ SESI PERTEMUAN
Mengembangkan Kompetensi Kepaniteraan dilakukan selama 4 minggu
Sesi didalam kelas
Sesi praktek dan pencapaian kompetensi
Waktu 30 menit
Waktu 30 menit
II.TUJUAN UMUM
Peserta didik mampu menjelaskan patofisiologi infeksi dan radang saluran lakrimalis,
menginterpretasikan dan menjelaskan pemeriksaan mata, mendiagnosis dan melakukan
penatalaksanaan sesuai kompetensi.
III.TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik diharapkan terampil:
64. Mampu menjelaskan gambaran klinis peradangan pada apparatus lakrimalis
65. Mampu menginterpretasikan dan menjelaskan pemeriksaan mata pada kasus infeksi dan
peradangan pada apparatus lakrimalis
66. Mampu menjelaskan dan melakukan diagnosis serta penangannya
IV. STRATEGI PEMBELAJARAN
Tujuan 1
Metoda:
Kuliah interaktif
Bed side teaching
Telaah ilmiah
Tujuan 2
Metoda:
Kuliah interaktif
Demonstrasi, prosedural skill, short case
Telaah ilmiah
Tujuan 3
Metoda:
Kuliah interaktif
Demonstrasi, long case, phantom
Telaah ilmiah
V.PERSIAPAN SESI
60. Materi presentasi
61. Kasus
62. Peralatan diagnostik
VI.REFERENSI
114
(60) Basic Ophthalmology. Editor : Cynthia A, Bradford MD, American Accademy of
(62) American Academy of Ophthalmology. Basic and clinical science course.
(63) Kansky. Ophthalmology.
VII.GAMBARAN UMUM
Sistem lakrimalis yang mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi dan
drenase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur
pembentuk air mata. Duktus nasolakrimalis merupakan unsur ekskresi sistem ini yang
mencurahkan kedalam hidung. Cairan mata disebarkan atas permukaan mata oleh kedipan mata.
Radang kelenjar akut lakrimal adalah keadaan langka yang paling sering terdapat pada
anak-anak sebagai komplikasi parotitis epidemika, campak, atau influenza dan pada orang
dewasa sehubungan dengan goonore. Dakriodenitis menahun mungkin merupakan akibat dari
infiltrasi limfositik jinak, limfoma leukimia, atau tuberkulosis. Keadaan ini sering bilateral
sebagai manifestasi sarkoidosis. Bila menyertai pembengkakan kelenjar parotis disebt sindrom
Mikulicz. Nyeri hebat, pembengkakan dan pelebaran pembuluh darah terjadi diaspe temporal
palpebra superior sering menampakkan kurva berbentuk S. Jika terdapat infeksi bakteri, berikan
antibiotik sistemik, jarang sampai diperlukan drenase untuk infeksi secara bedah.
a. Dakrioadenitis
Peradangan kelenjar lakrimal atau dakrioadenitis merupakan penyakit yang jarang
ditemukan dan dapat dalam bentuk unilateral ataupun bilateral.
Dakrioadenitis dapat berjalan akut ataupun kronis. Infeksi akut dan kronis dapat terjadi
akibat infeksi :
- Virus : parotitis, herpes zoster, virus ECHO, dan virus sitomegali. Pada anak dapat
terlihat sebagai komplikasi infeksi air liur, campak, influenza.
- Bakteri : Staphylcoccus aureus, streptokok gonokok. Dakioadenitis dapat terjadi
akibat infeksi retrograd konjugtivitis. Trauma tembus dapat menimbulkan reaksi
radang pada kelenjar lakrimal ini.
- Jamur : histoplasmosis, aktinomises, blastomikosis, norkadiosis dan sporotrikosis.
- Sarkoid dan idiopati.
Dakrioadenitis menahun sekunder dapat terjadi akibat penyakit hodgkin, tuberkulosis,
mononukleosis infeksiosa, leukemia limfatik dan limfosarkoma.
Pasien dakrioadenitis akut umunya mengeluh sakit di daerah glandua lakrimalis yait
bagian temporal atas rongga orbita disertai dengan kelopak mata yang bengkak,
konjungtiva kemotik dengan belek. Pada infeksi akan terlihat bila mata bergerak akan
memberikan sakit dengan pembesaran kelenjar preaurikel.
115
Dakrioadenitis akut perlu dibedakan dengan selulitis orbita, dengan melakukan biopsi
kelenjar lakrimal. Bila kelopak mata dibalik tampak pembengkakan berwarna merah
dibawah kelopak mata atas temporal. Pada keadaan menahun terdapat gambaran yang
hampir sama dengan keadaan akut tetapi tidak disertai rasa nyeri. Apabila pembengkakan
cukup besar, bola mata terdorong ke bawah nasal tetapi jarang terjadi
proptosis.Pengobatan pada dakrioadenitis biasanya dimulai dengan kompres hangat,
antibiotik sistemik dan bila terlihat abses maka dilakukan insisi. Bila disebabkan oleh
radang menahun maka diberikan pengobatan yang sesuai.
Diagnosis banding akrioadenitis adalah kalazion, konjungtivitis adenovirus, selulitis
preseptal, selulitis orbita, dan keganasan kelenjar lakrimal. Penyulit dakrioadenitis akut
dapat meyebabkan fistula pada kelenjar lakrimal.
ALOGARITMA
b. Dakriosisitis
116
Infeksi dari sakus lakrimalis adalah penyakit umum yang biasanya terdapat pada bayi atau pasca-
menapause. Paling sering unilateral dan selalu sekunder terhadap obstruksi duktus
nasolakrimalis. Pada banyak kasus dewasa, penyebab obstruksi itu tidak diketahui. Dakriosisitis
jarang terdapat pada golongan usia pertengahan kecuali sesudah trauma atau disebabkan sebuah
dakriolit. Penyembuhan spontan terjadi setelah dakrolit terlepas, namun biasanya kambuh lagi.
Pada bayi, infeksi menahun menyertai obstruksi duktus nasolakrimalis, namun dakrosisitis akut
jarang terjadi. Dakrosisitis akut pada anak-anak seringkali adalah akibat infeksi Haemophilus
influenza. Harus segera diterapi secara agresif karena risiko timbulnya selulitis orbital.
Dakrosisitis akut pada orang dewasa biasanya disebabkan Staphylococcus aureus atau kadang-
kadang Streptococcus β hemolyticus. Pada dakriosisitis menahun, organisme dominan adalah
Streptococcus pneumonia dan Candida albicans – infeksi campur tidak dijumpai. Agen infeksi
dapat ditemukan secara mikroskopik dengan memulas hapus konjungtiva yang diambil setelah
memeras sakrus lakrimalis.
Temukan klinik
Gejala utama dakrosisitis adalah berair mata dan belekan (bertahi mata). Pada bentuk
akut, didaerah saks lakrimalis terdapat gejala radang, didaerah sakus lakrimalis terdapat
gejala radang, sakit, bengkak, dan nyeri tekan. Materi purulen dapat diperas dari sakus.
Pada yang menahun, tanda satu-satunya adalah berair mata. Materi mukoid biasanya
dapat diperas dari sakus. Yang menarik adalah bahwa dakriosisitis jarang dipersulit oleh
konjungtivitis, walaupun sakus konjungtiva secara menetap bermandikan pus (nanah)
yang keluar dari punctum lacrimale. Kadang-kadang timbul ulkus kornea setelah trauma
ringan pada kornea pada dakriosisitis pneumonia.
Terapi
Dakrosisitis akut biasanya berespons terhadap antibiotika sistemik yang memadai, dan
bentuk menahun sering dapat dipertahankan agar laten dengan tetesan antibiotika.
Meskipun behgitu, menghilangkn obstruksi adalah penyembuhan satu-satunya
Pada orang dewasa adanya molekul adalah pertanda bahwa tempat obstruksi adalah di
duktus nasolakrimalis dan bahwa diindikasikan tindakan dakriosistorinostomi.
Pada dakriosistitis infantil, tempat stenosis biasanya pada valvula Hasner. Tiadanya
kanalisasi adalah kejadian umum (4-7% dari neonatus), namun biasanya duktus itu
membuka secara spontan daam bulan pertama. Sakus lakrimalis yan ditekan kuat-kuat
dapt robek membran sehingga terbuka. Jika stenosis menetap lebih dari 6 bulan atau jika
timbul dakriosisitis maka diindikasikan pelebaran dukts dengan probe. Satu kali tindakan
efektif pada 75%kasus. Sisanya hampir selalu dapat disembuhkan pada tindakan ulangan.
Dengan merusak konka inferior ke dalam, atau dengan bidai lakrimal silikon temporer.
Tindakan pelebaran jangan dilakukan bila ada infeksi akut.
Karena tindakan ini kurang berhasil untuk dewasa.
ALOGARITMA
117
VIII. KOMPETENSI
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter. Dokter mampu merujuk pasien
secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.
IX. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu:
76. Mengenali gejala, tanda infeksi dan peradangan pada apparatus lakrimalis
77. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan ophthalmologikus
78. Melakukan deskripsi kelainan infeksi dan peradangan pada apparatus lakrimalis
79. Membuat keputusan klinis, memberi tindakan yang tepat dan merujuk secara tepat waktu
dan optimal.
X. EVALUASI
118
Pasien dengan Dakriosisitis
KronisAkut
Haemophilus influenza
Streptococcus β hemolyticus
Staphylococcus aureusCandida albicans
Streptococcus pneumonia
Bayi, anak- dewasa
berair mata dan belekan (bertahi mata)Akut : Didaerah saks lakrimalis terdapat gejala radang, didaerah sakus lakrimalis terdapat gejala radang, sakit, bengkak, dan nyeri tekan. Materi purulen dapat diperas dari sakus.
Kronis: tanda satu-satunya adalah berair mata. Materi mukoid biasanya dapat diperas dari sakus
Penatalaksanaa : ANTIBIOTIKADewasa obstruksi dakriosistonosmoniInfantil tempat stenosis pada vulva Hasner kanalisasi menetap 6 bln dakriosisitis indikasi pelebaran duktus probe 75% efektif lalu dibutuhkan pengulangan.
Kognitif
Pre test
Essay
MCQ
Lisan
Self assessment dan peer assisted evaluation
Diskusi
Psikomotor
Self assessment dan peer assisted learning
Peer assisted evaluation
Penilaian kompetensi
Task-based medical education
Kognitif dan psikomotor
OSCE
Ujian kompetensi
Ujian profesi
XI. INSTRUMEN PENILAIAN
Observasi selama alih pengetahuan dan keterampilan
Kuisioner
Penilaian peragaan keterampilan
GLAUKOMA
119
I.WAKTU/ SESI PERTEMUAN
Mengembangkan Kompetensi Kepaniteraan dilakukan selama 4 minggu
Sesi didalam kelas
Sesi praktek dan pencapaian kompetensi
Waktu 30 menit
Waktu 30 menit
II.TUJUAN UMUM
Peserta didik mampu menjelaskan patofisiologi glaukoma, menginterpretasikan dan
menjelaskan pemeriksaan mata, mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan sesuai
kompetensi.
III.TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik diharapkan terampil:
67. Mampu menjelaskan gambaran klinis glaukoma
68. Mampu menginterpretasikan dan menjelaskan pemeriksaan mata pada kasus glaukoma
69. Mampu menjelaskan dan melakukan diagnosis serta penanganannya
IV. STRATEGI PEMBELAJARAN
Tujuan 1
Metoda:
Kuliah interaktif
Bed side teaching
Telaah ilmiah
Tujuan 2
Metoda:
Kuliah interaktif
Demonstrasi, prosedural skill, short case
Telaah ilmiah
Tujuan 3
Metoda:
Kuliah interaktif
Demonstrasi, long case, phantom
Telaah ilmiah
V.PERSIAPAN SESI
63. Materi presentasi
64. Kasus
65. Peralatan diagnostik
VII. GAMBARAN UMUM
120
A. Definisi
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.
Glaukoma adalah suatu bentuk kelainan mata yang ditandai dengan meningkatnya tekanan bila
mata, atrofi papil saraf optik dan menurunnya lapanganm pandang.
B. Faktor risiko
- Umur, Resiko akan meningkat pad umur 40 ahun keatas (1%) dan pada 65 tahun keatas 5
%
- Ras, risiko sangat tinggi pad ras Afrika
- Riwayat keluarga.
- Miopia. Penderita rabun jauh terutama dengan minus besar mempunyai kecenderungan
terjadinya Glaukoma kronik.
- Diabetes mellitus
C. Gejala Klinis
- Episodic eye pain
- Mata kemerahan
- Pandangan kabur
- Tampak bayangan halo saat melihat cahaya terang
- Sakit kepala
D. Klasifikasi Glaukoma
1. Glaukoma primer
– Glaukoma sudut terbuka/Primary Open Angel Glaukoma (POAG)/ glaukoma