-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
1/54
0
MODUL KETERAMPILAN KLINIK
BLOK RESPIRATORY SYSTEM
PENYUSUN
Adril A Hakim
Ronald Sitohang
Emir Taris Pasaribu
Hasanul Arifin
Cut Aria Arina
Yoan Carolina
M. Fidel Ganis Siregar
Rina Yunita
Yoan Carolina
Hidayat S
Rudolf PakpahanR Lia Kusumawati
Amira Permatasari
Bintang Sinaga
Noni Soeroso
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
2/54
1
SL. IV. RPS. 1
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN (HI STORY TAKI NG)
PENYAKIT SISTEM RESPIRATORIAmira Permatasari, Bintang Y Sinaga,
Noni N Soeroso
I. PENDAHULUAN
Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk mengumpulkan semua
informasi dasar
yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi pasien
terhadap penyakitnya. Kemudiandapat dibuat penilaian keadaan
pasien. Seorang pewawancara yang berpengalaman
mempertimbangkan semua aspek presentasi pasien dan kemudian
mengikuti petunjuk-petunjuk
yang kelihatannya perlu mendapat perhatian yang terbesar.
Pewawancara juga harus menyadaripengaruh faktor-faktor sosial,
ekonomi dan kebudayaan dalam menentukan sifat alamiah
problem pasien.
Komunikasi adalah kunci untuk berhasilnya suatu wawancara.
Pewawancara harus
dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien dengan
bebas. Pertanyaan
pertanyaan ini harus selalu mudah dimengerti dan disesuaikan
dengan pengalaman medispasien. Jika perlu, bahasa pasaran yang
tidak baku yang melukiskan keadaan tertentu dapat
dipakai untuk mempermudah komunikasi dan menghindari
kesalahpahaman.Prinsip utama anamnesis adalah membiarkan pasien
mengutarakan riwayat penyakitnya
dalam kata-katanya sendiri. Pengamatan yang cermat mengena
ekspresi si wajah pasien dan
juga gerakan tubuhnya dapat memberikan petunjuk non verbal yang
berharga. Dokter sebagaipewawancara dapat pula memakai bahasa tubuh
seperti tersenyum, mengangguk, berdiam diri,
gerakan tangan, atau pandangan bertanya untuk mebdorong pasien
melanjutkan penuturan
riwayat penyakitnya. Mendengarkan tanpa menyela penting dan
memerlukan keterampilan. Jika
diberikan kesempatan, pasien seringkali mengungkapkan masalahnya
secara spontan.
Gejala utama penyakit paru yaitu :1. Batuk2. Batuk darah
(hemoptisis)3. Sesak napas (dispneu)4. Nyeri dada (pleuritic
pain)5. Mengi (wheezing)
1. BatukGejala penyakit paru yang paling sering ditemukan adalah
batuk. Batk demikian
lazimnya sehingga sering dianggap sebagai keluhan sepele. Batuk
adalah ekspirasi paksa yang
terkoordinasi , diselingi dengan penutupan glotis secara
berulang-ulang. Batuk dapat volunter
atau involunter, produktif atau tidak produktif. Batuk produktif
adalah batuk yangmengeluarkan lendir atau bahan lain. Sputum atau
dahak adalah bahan yang dikeluarkna
dengan batuk. Kira-kira 75-100 cc sputum disekresikan setiap
hari oleh bronkus.
2. Batuk darah
Batuk darah adalah ekspektorasi darah atau dahak yang berdarah ,
berasal dari saluran
napas dibawah pita suara.
3. Sesak napas
Sensasi sesak napas subjektif disebut dispneu. Dispneu merupakan
manifestasipenting penyakit kardiopulmoner, meskipun ia ditemukan
pada keadaan-keadaan lain seperti
penyakit neurologik, metabolik, dan psikologik.
4. Nyeri dadaNyeri dada yang berkaitan dengan penyakit paru
umumnya disebabkan oleh
terserangnya dinding dada atau pleura parietal. Serabut syaraf
banyak terdapat di daerah ini.
Nyeri pleura (pleuritic pain) adalah gejala umum peradangan
pleura parietal. Nyeri inidilukiskan sebagai nyeri tajam seperti
ditusuk-tusuk , yang biasanya terasa pada waktu inspirasi
dan terlokalisai pada asalah satu sisi tubuh. Meskipun nyeri
dada dijumpai penyakit paru , nyeri
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
3/54
2
dada merupakan gejala utama penyakit jantung selain itu dapat
juga nyeri otot, tulang, syaraf
dan gaster.
5. Mengi
Mengi merupakan suatu bunyi dengan bernada tinggi abnormal yang
disebabkan oleh
obstruksi parsial pada salurann apas. Umumnya ditemukan pada
fase ekspirasi . Keadaan initerjadi akibat bronkospasme, edema
mukosa, dll. Penyebab tersering dijumpai pada penderita
Asma tetapi dapat juga disebabkan oleh obstruksi benda
asing.
Gejala- Gejala lain
Disamping gejala-gejala utama pada penyakit paru yang baru saja
disebutkan diatas, ada
gejala-gejala lain yang ditemukan seperti
Suara serak
Penurunan berat badan
Pembengkakan mata kaki
Suara serakTanyakan kepada pasien jika mengalami suara serak
sejak kapan itu terjadi perubahan.
Penyebab pada umumnya jika kita temukan suara serak yaitu : pada
perokok berat, laringitis
akut dan penggunaan jangka waktu lama obat steroid terutama
inhalasi. Tetapi dapat jugaketerlibatan syaraf laringeal yang
mengalami kompresi akibat tumor paru.
Penurunan berat badanPenurunan berat badan secara drastis sering
ditemukan pada penderita yang mengarah ke
keganasan.
Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan penderita
yang paling signifikan untukditetapkan sebagai keluhan utama. Ada
beberapa pertanyaan yang harus diingat pada
komunikasi dokter dan pasien dalam mengelaborasi keluhan
penderita agar hasilnya sesuaidengan diharapkan.
Gejala gangguan respirasi terdiri dari : batuk ( kering /
produktif ), batuk darah, sesak napas
(akut, progresif, paroksimal), nyeri dada dan mengi. Disamping
gejala ini, bisa juga ditemukangejala sistemik yang berhubungan
dengan penyakit respirasi yaitu : demam, suara serak,
keringat malam dan penurunan berat badan.
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1. TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan
komunikasi dokter-
pasien/keluarga pasien (history taking) mengenai penyakit yang
berhubungan dengansistem respiratori dengan baik dan benar.
II.2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1.Mengetahui kerangka history takingpada gangguan
respirasi2.Menelusuri keluhan utama dan keluhan
tambahan.3.Menguraikan penyakit secara deskriptif dan
kronologis.4.Mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan
penyakit keluarga.5.Mendapatkan riwayat penyakit penyerta yang
berhubungan dengan penyakit utama.6.Menerapkan dasar tehnik
komunikasi dan perilaku yang sesuai dengan sosio budaya
pasien dalam hubungan dokter pasien.
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
4/54
3
III. RUJUKAN
1. Patel H, Gwilt C.Respiratory System3rdedition. Elsevier.
Philadelphia ; 20082. Talley N, Oconnor S . Respiratory system and
breast examination. Clinical
examination. A systemic Guide to Physical Diagnosis5th
edition : Australia. Elsevier ;
2006
IV. PERALATAN DAN BAHAN1. Audiovisual dan materi audiovisual
2. Pensil/pulpen3. Formulirhistory taking
4. Pasien simulasi
V. SKENARIO KASUS
KASUS TB PARU
Seorang laki, usia 20 tahun datang ke UGD dengan keluhan batuk
darah berupa bercak-bercak
darah bercampur dengan dahak dialami penderita sekitar 7 hari
ini. Sebelumnya penderitamengeluh batuk berdahak sekitar 6 minggu
dengan dahak berwarna putih, encer, jika
dikeluarkan kira-kira 1 sendok teh perkali batuk. Sesak napas
dirasakan sejak 2 minggu ini,riwayat napas berbunyi tidak dijumpai,
sesak napas tidak berhubungan dengan cuaca maupun
aktivitas. Nyeri dada kanan dijumpai dalam 2 minggu ini, nyeri
dada tidak menjalar, seperti
ditusuk-tusuk, memberat jika batuk dan menarik napas. Demam
dialami penderita sekitar 6minggu ini, tidak menggigil, bersifat
naik turun dan hilang jika mengkonsumsi panadol tablet
yang dibeli di warung. Keringat pada pagi hari sekitar jam 4
pagi dijumpai sehingga sprei
basah. Kurang nafsu makan dijumpai dan penurunan berat badan
dalam 1 bulan ini sekitar 5 kg.
Tidak ada riwayat penyakit terdahulu dan tidak pernah dilakukan
operasi sebelumnya, tidakpernah merokok, tidak mengkonsumsi alkohol
dan narkoba . Riwayat penyakit keluarga : tidak
didapati asma, kencing manis, hipertensi, menderita tumor dan
tidak ada kontak denganpenderita TB paru. Pasien tinggal di rumah
dengan keluarga sebanyak 5 orang, di daerah kotayang padat
penduduknya. Pasien tidak mempunyai binatang peliharaan. Status
pendidikan :
Tamat SMA , suka berolahraga tenis meja dan diet pola makan
biasa, hubungan dengan teman-
teman baik.
Tugas : Lakukan komunikasi dokter pasien dan faktor penyebab
yang berhubungan dengan
keluhannya sesuai formulir history taking. Tuliskan
kemungkinan-kemungkinan yang menjadipenyebab dari keluhannya.
VI. TEKNIK PELAKSANAAN
A. PERKENALAN
1. Sapa pasien dan perkenalkan diri dengan ramah dan sopan.
2. Posisikan pasien sesuai dengan kondisinya- Kondisi pasien
berjalan sendiri- Pasien di kursi roda/dipapah- Pasien diantar
dengan tempat tidur sorong
3. Tanyakan identitas pasien
B. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA1. Tanyakan keluhan utama pasien2.
Telusuri / telaah keluhan utama lebih dalam :
- Sejak kapan mulainya?- Dimana lokasinya ?- Berapa lamanya ?-
Bagaimana rasanya?- Apa yang memperberatnya, seperti : aktivitas ?-
Penyebaran/penjalarannya ?- Pada saat kapan terutama dirasakan
timbulnya?
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
5/54
4
C. MENANYAKAN KELUHAN TAMBAHAN
1. Tanyakan keluhan tambahan seperti : demam, penurunan berat
badan, suara serak danpenurunan nafsu makan.
2. Telusuri dan telaah riwayat penyakit terdahulu, riwayat
pengobatan, pemakaian obatsekarang dan riwayat alergi obat.3.
Telusuri riwayat merokok4. Telusuri status sosial ekonomi5.
Tanyakan tentang konsumsi alkohol, narkoba.6. Tanyakan riwayat
pekerjaan
D. DOKUMENTASI1. Catat hal-hal yang penting dari komunikasi2.
Simpulkan hasil komunikasi3. Jelaskan tindakan selanjutnya
VII. LEMBAR PENGAMATAN KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN YANG
BERHUBUNGAN DENGAN RESPIRASI
LANGKAH /TUGAS
PENGAMATAN
Ya Tidak
A. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien / keluarga
pasien2. Memposisikan pasien yang benar sesuai dengan
kondisinya
- Kondisi pasien berjalan sendiri- Pasien di kursi roda/dipapah-
Pasien diantar dengan tempat tidur sorong
3. Menanyakan identitas pasien
B. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA
1. Menanyakan keluhan utama pada penderita atau keluarga pasien:
Gejala respirasi (batuk produktif atau non produktif/ sesak
napas / batuk darah / nyeri dada)2. Menelusuri dan menelaah
keluhan utama lebih dalam :- Sejak kapan mulainya?- Dimana
lokasinya ?- Berapa lamanya ?- Bagaimana rasanya?- Apa yang
memperberatnya, seperti : aktivitas ?- Penyebaran/penjalarannya ?-
Pada saat kapan terutama dirasakan timbulnya?
C. MENANYAKAN KELUHAN TAMBAHAN
1. Menanyakan keluhan tambahan pada penderita :-Gejala respirasi
lainnya-Gejala sistemik (demam, keringat malam, penurunan
nafsumakan ,penurunan berat badan , suara serak)
2. Menelusuri dan menelaah riwayat penyakit terdahulu,
riwayatpengobatan, pemakaian obat sekarang dan riwayat alergi
obat.
3. Menanyakan riwayat penyakit keluarga
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
6/54
5
4. Menanyakan riwayat merokok
5. Menelusuri status sosial - ekonomi
6. Menanyakan tentang konsumsi alkohol dan narkoba
7. Menanyakan riwayat pekerjaan, berapa lama ( tahun)
D. DOKUMENTASI
1. Mencatat hal-hal yang penting dari komunikasi
2. Menyimpulkan hasil komunikasi
3. Menjelaskan tindakan selanjutnya
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
7/54
6
LAMPIRAN
FORMULIR HISTORY TAKI NGBLOK RESPIRATORY SYSTEM
MAHASISWA FK USU SEMESTER 4
Nama Mahasiswa : ..
Grup : ..
Tanggal Anamnesa: .
Instruktur : . Paraf :
INDENTITAS PASIEN
Nama Pasien :
Alamat & Tanggal lahir :
Umur :Pekerjaan :
Jenis kelamin :
Status perkawinan :
Agama :
Tanggal masuk ke RS :
RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama :
Keluhan tambahan :
Telaah :
Batuk ( ), onset ( ), waktu ( pagi / malam ), ( kering /
produktif ), warna ( ),bau ( ), volume ( ), konsistensi ( ) , jika
batuk apakah yang berhubungan
dengan gejala lainnya ( )
Batuk darah ( ) , onset ( ), warna ( ), bercak darah ( ), darah
kental ( ),intermitten ( ), terus-menerus ( ), frekuensi ( )
Sesak napas ( ), onset ( ), pola ( ), tingkat keparahan ( ),
berhubungandengan cuaca ( ) , sesak napas ketika jalan ( meter),
kerja ( ), olahraga ( ),
cemas ( ), ketinggian ( ), posisi berbaring ( ), sesak napas
yang berhubungan
dengan gejala lainnya ( ), napas berbunyi ( ) Nyeri dada ( ),
onset ( ), lokasi ( ), pola ( ), frekuensi ( ), durasi ( ) ,
progression ( ) , karakter ( ) , menyebar ( ), jika menyebar ke
lokasi
manakah ( )
Demam ( ), onset ( ), waktu ( pagi/malam) , tingkat keparahan (
), keringatmalam ( ).
Malaise ( ), kurang nafsu makan ( ), penurunan berat badan (
kg/bulan ).
Suara serak ( ), onset ( ).
Riwayat penyakit terdahulu : ( ) , tindakan operasi ( ).
Riwayat pemakaian obat :obat ACE inhibitor ( ), obat beta
blocker ( ), obat NSAID ( ), pil kontrasepsi ( ),
obat-obatan lainnya ( ).
Riwayat alergi obat:
Pernah ( ), tidak pernah ( )
Jika pernah apa gejala yang ditimbulkan oleh obat itu :
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
8/54
7
Kapan kejadian tersebut :
Riwayat penyakit keluarga :
Asma ( ), eksema/atopi ( ), Diabetes mellitus ( ), hipertensi (
), tumor ( ), kontak
dengan penderita TB paru ( ).
Riwayat sosial :
Situasi tempat tinggal : rumah ( ), jika rumah terbuat beton (
), gubuk ( ), atauapartemen ( ), berapa orang yang tinggal di rumah
tersebut : . tinggal
pedesaan ( ), tinggal perkotaan ( ), padat penduduk ( ).
Peliharaan binatang ( ), jenis binatang ( )
Olahraga rutin/ tidak
Diet
Hubungan dengan tetangga / teman-teman :
Riwayat merokok : cerutu ( ), pipa ( ), rokok ( ) sejak kapan
mulai ( ),jumlah ( batang atau bungkus / hari ), jenis rokok : (
kretek / filter ) , kapan
diberhentikan ( ),
Alkohol : minum alkohol ( ) , berapa botol per hari ( )
Narkoba : sabu-sabu ( ), heroin ( ), kokain ( )
Riwayat pekerjaan : jenis pekerjaan ( ), sudah berapa lama (
)
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
9/54
8
SL. IV. RPS. 2
KETERAMPILAN KLINIK
PEMBACAAN FOTO TORAKSA. Afif Siregar, Rudolf H Pakpahan, Nonie
Soeroso
I. PENDAHULUAN
Foto toraks merupakan foto terbanyak hampir disemua
Instalasi/Departemen Radiologitermasuk di Departemen Radiologi FK
USU. Selain foto toraks ada beberapa pemeriksaan
radiologis lainnya untuk toraks antara lain : CT- Scan,
Ultrasonografi, MRI, Kedokteran nuklir,
Angiografi, Flouroscopi. Namun untuk pemeriksaan radiologis
toraks biasanya di dahului
dengan foto toraks sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis
lainnya. Pada saat ini foto toraks
dapat dilakukan secara konvensional/manual dan secara digtal/
computerized yang disebutdigital radiography.
Perlu diketahui gambaran radiologis normal dari sebuah foto
toraks untuk dapat mengertikelainan yang terlihat pada sebuah foto
toraks.
Beberapa penyakit/kelainan yang dapat terlihat pada sebuah foto
toraks antara lain : infeksi
di paru (spesifik maupun non spesifik), tumor, kelainan
kongenital di paru maupun di jantung,kelainan jantung di dapat,
kelainana akibat trauma, kelainan pada tulang maupun jaringan
lunak
dinding toraks.
1. Yang dinilai pada foto toraks :1.1.Jantung
Ukuran dan cara mengukurnya
Batasbatas jantung kanan / kiri dan terdiri dari apa1.2.
Paru
Hitam / lusen disertai garisgaris putih
Vaskular paru
Kubah diafragma
Inspirasi maksimal atau tidak
Sinus frenikokostalis, frenikokardialis1.3. Trakea : medial atau
deviasi trakea1.4. Tulangtulang dinding toraks
Kosta depan atau belakang
Skapula Klavikula
1.5. Jaringan lunak dinding toraks
2. Cara membaca foto toraks:
Hidupkan illuminator
Letakkan foto toraks pada illuminator dengan sisi kanan foto
berhadapan dengan sisi kiripembaca seolah - olah orangnya
berhadapan dengan pembaca foto toraks.
Apex paru foto toraks daerah cranial dan diafragma di
caudal.
Periksa kualitas film foto toraks tersebut : apakah kontras
terlalu hitam atau terlaluputih. Vertebra torakalis I-V harus
terlihat dan diskus intervertebralis terlihat samar-
samar.
Melihat identitas foto toraks : tanggal pembuatan, nama, umur,
tanda kiri dan kanan,jenis foto AP/PA
Pada PA : letak diafragma sejajar dengan iga 9 -11 belakang
kanan atau iga 5-6 depankanan yang memotong pertengahan diafragma
kanan (inspirasi maksimal).
Penilaian jantung : CTR < 50 % : interpretasi normal
Trakea : medial (posisi ditengah)
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
10/54
9
Menilai paru dibagi atas :- Lapangan atas (paratrakeal) : Iga 1
- 2- Lapangan tengah (parahilar) : Iga 3 - 4
- Lapangan bawah (parakardial) : Iga 56
Posisi hilus kiri lebih tinggi dibandingkan dengan hilus
kanan.
Menilai kedua sinus frenikus kostalis terlihat jelas Menilai
kedua sinus frenikus kardiale terlihat jelas
Menilai bentuk dome (kubah) diafragma convex (cembung) dan
pinggiran licin danterlihat jelas. Hemidiafragma kanan lebih tinggi
dari hemidiafragma kiri sekitar 2 - 3
cm.
Mengamati densitas tulang dinding toraks yaitu :
- Kosta : intact- klavikula : simetris- skapula : tidak menutupi
kedua lapangan paru
Mengamati jaringan lunak dinding toraks terlihat homogen.
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
11/54
10
Keterangan :
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1. TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan
pembacaan fototoraks secara sistematis dan benar.
II.2. TUJUAN KHUSUSMahasiswa mampu :1. Membaca gambaran paru
normal dan kelainan paru.2. Membaca gambaran jantung normal dan
kelainan jantung.3. Membaca gambaran tulang tulang dinding toraks
normal dan kelainan tulang
tulang dinding toraks
1. Trakea2. Bronkus Utama kanan
3. Bronkus Utama kiri
4. Arkus aorta5. Arteri Interlobaris kanan
6. Arteri pulmonalis kanan
7. Arteri pulmonalis kiri.
8. Trunkus anterior9. Vena pulmonalis inferior kanan
10. Atrium kanan
11. Ventrikel kiri
12. Hemidiafragma kanan
13. Sinus frenikokardialis kanan
14. Sinus frenikokardialis kiri15. Lambung
16. Hemidiafragma kiri
17. Sinus frenikokostalis kanan18. Sinus frenikokostalis
kiri
19-20. Bayangan mammae
21. Klavikula kanan
22. Klavikula kiri
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
12/54
11
4. Membaca gambaran jaringan lunak dinding toraks normal dan
kelainan jaringanlunak dinding toraks.
5. Menelusuri keluhan fisik dan hubungannya dengan kelainan pada
foto toraks.6. Membuat laporan pembacaan gambaran kelainan pada
foto toraks.7. Membuat kesimpulan diagnosis serta diagnosis
banding.
III. RUJUKAN
1. Sjahriar Rasad Radiologi Diagnostik2. David SuttonA Textbook
of Radiology3. Grainger & AllisonDiagnostic Radiology4. H.
Luhur S.Soeroso Mutiara paru5. Chung, K, Edward. Quick Reference to
Cardiovascular disease, third edition: William
and Wilkins ; 1987
6. Ganong,Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta ;
19997. Isselbacher, et al,HarrisonsPrinciples of Internal
Medicine, 12 th ed, Mc Graw HillInc : New York ; 1991
8. Rilianto, L, dkk, Buku Ajar Kardiologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia:Jakarta ; 1996
9. Sastroasmoro,S,Buku Ajar Kardiologi Anak, Ikatan Dokter Anak
Indonesia : Jakarta ;1994
10.Suparman,Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FK UI : Jakarta
; 1994
IV. PERALATAN DAN BAHAN
1. Illuminator (viewing box)2. Foto toraks3. Audiovisual.
4. Spidol, pulpen dan pencil
5. Penggaris6. Formulir pembacaan foto toraks.
V. TEKNIK PELAKSANAAN
A. PERSIAPAN PEMBACAAN FOTO TORAKS1.Hidupkan illuminator
(viewing box)
2. Letakkan foto di illuminator dengan sisi kanan foto di sisi
kiri pembaca dengan apex
paru di arah cranial3. Baca identitas foto
- Identitas foto : nama, umur, jenis kelamin- Tanggal pembuatan
foto- Tanda kanan dan kiri- PA / AP
4. Kualitas film
B. PENILAIAN KONDISI FOTO TORAKS
1. Posisi Trakea : medial / deviasi2. Klavikula : simetris /
asimetris3. Foto berdiri posisi PA dengan letak diafragma sejajar
dengan iga 9 -11 belakang kanan
atau iga 5-6 depan kanan yang memotong pertengahan diafragma
kanan (inspirasimaksimal)
4. Kedua sinus frenikokostalis kanan dan kiri terlihat jelas5.
Kedua sinus frenikokardial kanan dan kiri terlihat jelas6. Kedua
skapula tidak menutupi lapangan paru7. Vertebra torakalis I-V harus
terlihat dan diskus intervertebralis terlihat samar-samar
C. PENILAIAN GAMBARAN PARU
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
13/54
12
Amati lapangan paru atas, tengah dan bawah pada paru kanan dan
kiri :
a. Lapangan paru ditandai dengan warna hitam dan adanya gambaran
pembuluh darahberupa garis-garis putih
b. Gambaran vaskular paru normal tampak berupa corak putih besar
di tengah danmakin ke perifer makin halus
D. PENILAIAN GAMBARAN JANTUNG1. Tentukan posisi jantung pada
foto toraks kontras foto2. Tentukan letak / tinggi diaphragma kiri
dan kanan3. Tentukan besar jantung berdasarkan cardio thoracic
ratio (CTR) :
a. buat garis tengah imaginer yaitu garis tengah vertebra
torakalisb. ukur jarak jantung kanan terjauh dari garis tengah
tersebut (disebut garis A)c. ukur jarak jantung sebelah kiri
terjauh dari garis tengah tersebut (disebut garis B)d. buat garis
imaginer yang menyinggung kupula diafragma kanan (disebut garis
C)e. CTR = A +B / C
notes : 35% CTR 50%Jantung membesar : CTR 50%
Jantung kecil : CTR 35%4. Tentukan sinus frenikokostalis dan
renikokardial5. Tentukan posisi bagian-bagian jantung
padasilhouettejantung
E. PENILAIAN GAMBARAN DINDING TORAKS
1. Amati densitas tulang kosta
2. Amati densitas tulang skapula3. Amati densitas tulang
klavikula
4. Amati jaringan lunak dinding toraks
F. DOKUMENTASI
1. Catat hasil pembacaan foto toraks2. Buat kesimpulan diagnosis
serta diagnosis banding.3. Jelaskan anjuran selanjutnya.
VI. LEMBAR PENGAMATAN PEMBACAAN FOTO TORAKS
LANGKAH / TUGAS
PENGAMATAN
Ya Tidak
A. PERSIAPAN PEMBACAAN FOTO TORAKS
1. Menghidupkan illuminator (viewing box)
2. Meletakkan foto di illuminator dengan sisi kanan foto di sisi
kiri
pembaca dengan apex paru di arah cranial
3. Membaca identitas foto
- Identitas foto : nama, umur, jenis kelamin- Tanggal pembuatan
foto- Tanda kanan dan kiri- PA / AP
4. Kualitas film : baik/kurang baik
B. PENILAIAN KONDISI FOTO TORAKS
1. Posisi trakea : medial / deviasi
2. Klavikula : simetris / asimetris3. Foto berdiri posisi PA
dengan letak diafragma sejajar dengan
iga 9 -11 belakang kanan atau iga 5-6 depan kanan yangmemotong
pertengahan diafragma kanan (inspirasi
maksimal).
4. Kedua sinus frenikokostalis kanan dan kiri terlihat jelas
5. Kedua sinus frenikokardial kanan dan kiri terlihat jelas
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
14/54
13
6. Kedua skapula tidak menutupi lapangan paru
7. Vertebra torakalis I-V harus terlihat dan
diskusintervertebralis terlihat samar-samar
C. PENILAIAN GAMBARAN PARU
Mengamati lapangan paru atas, tengah dan bawah pada paru
kanan dan kiri :a. Lapangan paru ditandai dengan warna hitam dan
adanya
gambaran pembuluh darah berupa garis-garis putihb. Gambaran
vaskular paru normal tampak berupa corak putih
besar di tengah dan makin ke perifer makin halus
D. PENILAIAN GAMBARAN JANTUNG
a. Tentukan posisi jantung pada foto toraks kontras foto
b. Tentukan letak / tinggi diaphragma kiri dan kanan
c. Tentukan besar jantung berdasarkan cardio thoracic ratio(CTR)
:
a. buat garis tengah imaginer yaitu garis tengah
vertebratorakalis
b. ukur jarak jantung kanan terjauh dari garis tengahtersebut
(disebut garis A)
c. ukur jarak jantung sebelah kiri terjauh dari garis
tengahtersebut (disebut garis B)
d. buat garis imaginer yang menyinggung kupula diafragmakanan
(disebut garis C)
e. CTR = A +B / C
4. Menentukan posisi bagian-bagian jantung
padasilhouettejantung
E. PENILAIAN GAMBARAN DINDING TORAKS
1. Mengamati densitas tulang kosta
2. Mengamati densitas tulang skapula
3. Mengamat densitas tulang klavikula
4. Mengamat jaringan lunak dinding toraks
F. DOKUMENTASI
1. Mencatat hasil pembacaan foto toraks
2. Membuat kesimpulan diagnosis serta diagnosis banding
3. Menjelaskan anjuran selanjutnya.
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
15/54
14
SL. IV. RPS. 3
KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN FISIK PARU I
(INSPEKSI, PALPASI DAN PERKUSI)Amira Permatasari, Bintang Y
Sinaga, Noni N Soeroso
I. PENDAHULUAN
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan fisik toraks
pada pasien sehingga mahasiswa mendapatkan informasi kelainan
pada pemeriksaan fisik
pasien dan mengarahkan diagnosa sementara pasien sebagai
kelainan paru.
Tata cara pemeriksaan fisik paru pada orang dewasa
1. Observasi:Memperhatikan pasien saat masuk ruangan periksa,
cara berjalan, penampilan wajah
dan penampilan fisik.
2. Inspeksi secara keseluruhan:Mengamati mulai dari kepala
(mata, hidung, mulut, dan lidah) , leher, kedua tangan dan
kedua tungkai. Kemudian memperhatikan toraks ketika istirahat
(bentuk toraks) dan
pola pernapasan, pergerakan dinding dada.Normal : diameter
transversal lebih besar dari diameter anteroposterior (2;1 atau
7;5)
3. Palpasi:- Memeriksa simetris/asimetris letak trakea- Perabaan
kelenjar getah bening pada daerah leher (regio coli), regio
supraklavikula.
- Perabaan posisi trakea dengan menempatkan ujung jari II dan
III membentuk hurufV atau ujung jari II tangan kiri dan kanan di
incisura suprasternalis dan kemudiantentukan kedudukan
gelang-gelang trakea dan hubungannya dengan sternum.
- Pergerakan dinding dada (asimetris/simetris) dengan ukuran
normal < 4 cm.- Pemeriksaan fremitus taktil toraks kiri
dibanding toraks kanan dari atas , tengah
hingga bawah dengan menyuruh pasien mengucapkan 77 dan tangan
pemeriksa
diletakkan didinding dada pasien sambil merasakan getaran yang
dihasilkan.
- Pemeriksaan batas paru-hati.- Pemeriksaan palpasi di kedua
tangan (misalnya tes fluktuasi positif untuk jari tabuh,
nyeri), edema perifer (pitting edema) pada kedua tungkai.
4. Perkusi:- Menentukan kondisi perkusi paru, perkusi dari
toraks kanan ke toraks kiri begituseterusnya berpindah dari kanan
ke kiri mulai lapangan atas, tengah hingga lapangan
bawah- Menilai kondisi perkusi basis paru dari toraks kanan atas
terus ke bawah dan
kemudian toraks kiri atas terus ke bawah.
- Cara perkusi jari tengah kiri melekat pada dinding toraks
pasien pada sela iga danjari tengah kanan mengetuk berulang kali ke
atas jari tengah kiri dengan
mengayunkan pergelangan tangan.
5. AuskultasiMeletakkan stetoskop pada dinding toraks dan
melakukan pemeriksaan paru secara
sistematis dari toraks kanan kemudian ke toraks kiri. Hal ini
terus dilakukan dari mulailapangan atas toraks, tengah hingga
lapangan bawah.
6. Mencatat hasil pemeriksaanfisik secara baik dan benar
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
16/54
15
INSPEKSI SECARA KESELURUHAN
Gambar 1.a kelopak mata normal Gambar 1.b ptosis pada mata
kanan
Gambar 2 menunjukkan sianosis sentral pada lidah
Gambar 3.a Gambar 3.b
Gambar 3.c Gambar 3.d
Gambar 3.a : normal (diamond shape); b & c : clubbing finger
; d : gross clubbing (drum stick )
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
17/54
16
Gambar 4.a Gambar 4.b
Gambar 4.a dan b menunjukkan cara pengukuran tekanan vena
jugularis
INSPEKSI PADA TORAKS
Gambar 5.Barrel chest Gambar 6.Pectus excavatum
(Funnel chest)
Gambar 7. Kiposis Gambar 8. Skoliosis
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
18/54
17
Gambar 9.a Gambar 9.b
Gambar 9.a : inspeksi pada pergerakan dinding dada untuk lobus
atas ketika
Inspirasi maksimal.Gambar 9.b : inpeksi pada pergerakan dinding
dada untuk lobus atas ketika
ekspirasi.
Garisgaris imajiner di dinding dada
Gambar 10.a : dada anterior Gambar 10.b : dada posterior
Gambar 10.c : lateral
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
19/54
18
PALPASI LEHER
Gambar 11.a
Gambar 11.b Gambar 11.c
Gambar 11.d Gambar 11.e
Gambar 11.f
Gambar 11. a : anatomi lymph node (b,c & d) perabaan lymph
nodedari depan
e & f : perabaan lymph nodedari belakang pasien
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
20/54
19
PALPASI PADA TORAKS
1. Palpasi Trakea
Gambar 12.a : palpasi trakea Gambar 12.b. perabaan posisi
trakea
2. Menilai pergerakan ( ekspansi ) dinding dada : simetris /
asimetris
a) AnteriorLetakkan kedua ibu jari pemeriksa di prosesus
sifoideus penderita dan jari-jari lain di arcus
costa. Kemudian gerakkan kedua ibu jari sedikit ke arah medial
agar terdapat lipatan kulitdiantara kedua ibu jari. Mintalah
penderita untuk melakukan inspirasi maksimal. Perhatikan
pergerakan kedua ibu jari yang menjauhi garis tengah saat
dinding dada mengembang dan lihatapakah pergerakannya simetris atau
tidak.
Gambar 13.a : palpasi ketika inspirasi Gambar 13.b : palpasi
ketika ekspirasi
b) PosteriorLetakkan kedua ibu jari pemeriksan di garis
midspinal setinggi T 10 (karena setinggi T 10,
paru-paru paling mengembang) dan jari-jari lain di arcus costae.
Kemudian gerakkan kedua ibu
jari sedikit ke arah medial agar terdapat lipatan kulit diantara
kedua ibu jari. Mintalah penderitauntuk melakukan inspirasi
maksimal. Perhatikan pergerakan kedua ibu jari yang menjauhi
garis
tengah saat dinding dada mengembang (normal < 5 cm) dan lihat
apakah pergerakannya
simetris atau tidak.
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
21/54
20
Gambar 13.c : palpasi ketika inspirasi Gambar 13.d : palpasi
ketika ekspirasi
PERKUSI PADA TORAKS
Gambar 14.a : cara melakukan perkusi Gambar 14.b : perkusi pada
toraks
Gambar 14.c lokasi perkusi di dada anterior Gambar 14.d lokasi
perkusi di dada posterior
AUSKULTASI PADA TORAKS
Gambar 15.a Auskultasi pada toraks
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
22/54
21
Gambar 15.b Gambar 15.clokasi auskultasi pada dada anterior
lokasi auskultasi pada dada posterior
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1 TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan
pemeriksaan fisik
toraks secara sistematis dan benar.
II.2 TUJUAN KHUSUSMahasiswa mampu :1. Melakukan pemeriksaan
inspeksi pada toraks.2. Melakukan pemeriksaan palpasi pada
toraks.3. Melakukan pemeriksaan perkusi pada toraks.4. Melakukan
pemeriksaan auskultasi pada toraks.5. Mengenal kelainan pada
toraks.
III.RUJUKAN
1. Patel H, Gwilt C.Respiratory System3rd
edition. Elsevier : Philadelphia ; 2008
2. Swartz M .Buku Ajar Diagnostik Fisik; Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 19953. Talley N, Oconnor S .Respiratory System and
Breast Examination. Clinical examination. A
systemic Guide to Physical Diagnosis5th
edition. Australia. Elsevier ; 2006
4. Prasetya E, Wijaya T, Utami S. Pemeriksaan Fisik Toraks dan
Paru di Buku PanduanDiagnosis Fisik di Klinik
5. Willms J, SchneidermanBuku Fisik Diagnostik, Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2005
IV. PERALATAN DAN BAHAN1. Pensil/pulpen2. Formulir pemeriksaan3.
Manikin/Pasien Simulasi4. Meja5. Tempat tidur pasien6.
Stetoskop
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
23/54
22
V. TEKNIK PELAKSANAAN
A. PERSIAPAN PASIEN1. Sapa pasien dan observasi pasien saat
masuk ruangan
2. Amati pasien saat masuk ruangan periksa, cara berjalan,
penampilan wajah dan penampilanfisik.
3. Posisikan pasien sesuai dengan kondisinya dan lepas pakaian
bagian atas.
4. Tanyakan identitas pasien
B. INSPEKSI
1. Amati kepala (adakah deformitas) : wajah (adakah pembengkakan
{gejala sindroma venakava superior atau cushingoid features}), mata
(adakah ptosis, miosis, enopthalmus,
conjunctiva palpebra pucat, ikterus), hidung (adakah deviasi
septum, adakah pernapasan
cuping hidung), mulut (adakah sianosis sentral, adakah mulut
mencucu/pursed lip
breathing), lidah (adakah sianosis sentral, adakah kandidiasis
oral)
2. Amati pembengkakan pada daerah leher : ada / tidak ada3.
Amati kedua tangan (adakah jari tabuh/clubbing finger, sianosis
perifer, edema, tremor,hyperthropic pulmonary osteoarthropathy,
karat nikotin) dan kedua kaki (adakah pittingedema
unilateral/bilateral)
4. Amati pergerakan dada : adakah ketinggalan bernapas dan
adakah bekas luka, tato,venektasi dan vena kolateral.
5. Amati bentuk dada : simetris fusiformis atau tidak, barrel
chest, pectus carinatum(pigeonchest), pectum excavatum (funnel
chest), kifosis, skoliosis, kiposkoliosis dan gibbus.
6. Amati pola pernapasan : torakoabdominal/abdominotorakal,
bradipneu/normal/takipneu,regular/irregular, kedalaman pernapasan
(normal, dangkal atau dalam), terdapat otot-ototbantu pernapasan
(otot sternokleidomastoideus, otot skalenus). Kelainan pola
pernapasan
(hiperventilasi, cheyne stokes, biot, sigh, obstruksi, dll).
C. PALPASI1. Palpasi kelenjar leher dan kelenjar supraklavikula
kanan dan kiri.
- Dimulai dari daerah sub mental, sub mandibular, rantai jugular
bagian atas, tengah ,bawah, supra klavikula dan trigonum posterior
leher.
- Bila ditemukan benjolan, perhatikan lokasi, jumlah, nyeri
tekan, permukaan, konsistensi,konglomerasi, batas, pergerakan dan
ukuran (mm).
2. Raba posisi trakea dengan menempatkan ujung jari II dan III
membentuk huruf V atau ujungjari II tangan kiri dan kanan di
incisura suprasternalis dan kemudian tentukan kedudukan
gelang-gelang trakea dan hubungannya dengan sternum.
3. Letakkan kedua telapak tangan pada dinding toraks atas kanan
dan kiri.4. Suruh pasien mengucapkan 77 (seventy
seven)berulang-ulang.5. Pindahkan posisi telapak tangan pada
seluruh dinding toraks (ke tengah dan bawah)6.Nilai getaran suara
yang terjadi pada dinding toraks pasien apakah sama kanan dan
kiri.7.Nilai ekspansi dinding toraks (tangan pada posisi ujung
skapula kiri dan kanan)8. Raba emphysema subcutis.
IV.PERKUSI1. Letakkan jari tengah tangan kiri diatas dinding
torak pasien lalu memukul jari tersebut
dengan jari tengah tangan kanan2. Berganti posisi dari mulai
toraks atas, tengah dan bawah. Dari toraks kanan bergeser ke
toraks kiri3. Nilai batas paru - hati. Pada lokasi sekitar
diatas hepar, perkusi toraks sambil pasien
disuruh ekspirasi dan tahan napas hingga perkusi berubah dari
sonor ke beda dan diberitanda. Kemudian sambil diperkusi pasien
disuruh tarik napas dalam kemudian ditahan dan
lokasi perkusi sonor menjadi beda diberi tanda.
4. Nilai suara perkusi yang terjadi pada dinding toraks
pasien
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
24/54
23
V. AUSKULTASI
1. Letakkan stetoskop pada dinding toraks pasien dan pasien
disuruh melakukan inspirasidan ekspirasi dalam secara terus
menerus
2. Letakkan posisi stetoskop pada seluruh dinding toraks secara
sistematis lapangan atas,
tengah dan bawah dari paru kanan ke paru kiri3. Nilai suara
pernapasan dan suara tambahan yang terdengar dari stetoskop
VI. DOKUMENTASI
VI. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN FISIK RESPIRATORY SYSTEM
LANGKAH / TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
I. PERSIAPAN PASIEN
1. Menyapa pasien, memperkenalkan diri dan mengobservasi
pasien saat masuk ruangan.2. Memosisikan pasien yang benar
sesuai dengan kondisinya
3. Menginformasikan tindakan yang akan dilakukan danminta
persetujuan pasien
II. MELAKUKAN PEMERIKSAAN INSPEKSI
1. Kepala : deformitas : ada/tidak
Wajah : pembengkakan : ada/tidak
Mata (adakah ptosis, miosis, enopthalmus, conjunctivapalpebra
pucat , ikterus), hidung (adakah deviasi septum,
adakah pernapasan cuping hidung), mulut (adakahsianosis, adakah
mulut mencucu), lidah (adakah sianosis,
adakah kandidiasis oral), leher (adakah pembengkakan)2. Adakah
jari tabuh/clubbing finger, sianosis perifer, edema,
tremor, hyperthropic pulmonary osteoarthropathy, karat
nikotin) dan kedua kaki (adakah pitting
edemaunilateral/bilateral).
3. Apakah ada pembengkakan pada daerah leher4. Ketinggalan
bernapas (ada/tidak ada)
5. Bekas luka, tato, venektasi atau vena kolateral
(ada/tidak)
6. Bentuk dada : simetris fusiformis, barrel chest, pigeon
chest,funnel chest, kifosis, skoliosis, kiposkoliosis dan
gibbus
Normal : diameter transversal lebih besar dari diameter
anteroposterior (2;1 atau 7;5)
7. Pola pernapasan : jenis pernapasan thoracoabdominal
/abdominothoracal, bradipneu/takipneu,
regular/irregular,normal/dangkal/dalam, adakah usaha otot-otot
bantu
pernapasan
III. MELAKUKAN PEMERIKSAAN PALPASI
1. Palpasi pada kelenjar leher dan regio supraklavikulaKelenjar
getah bening :
- Dimulai dari, daerah sub mental, sub mandibular, rantaiyugular
bagian atas, tengah , bawah, supra klavikula dan
trigonum posterior leher.
- Bila ditemukan benjolan, perhatikan lokasi, jumlah,
nyeri,permukaan, konsistensi, konglumerasi, batas, pergerakandan
ukuran (mm)
2. Perabaan posisi trakea (adakah deviasi / medial)
3. Meletakkan kedua telapak tangan pada dinding toraks atas
kanan dan kiri
4. Pasien disuruh mengatakan 77 berulang-ulang
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
25/54
24
5. Memindahkan posisi telapak tangan pada seluruh dindingtoraks
(atas, tengah dan ke bawah)
6. Menilai getaran suara yang terjadi pada dinding toraks
pasien
7. Menilai ekspansi dinding toraks (tangan pada posisi ujung
skapula kiri dan kanan)
8. Meraba emphysema subcutis(ada/tidak)
IV. MELAKUKAN PERKUSI
1. Meletakkan jari tengah tangan kiri diatas dinding torak
pasienlalu memukul jari tsb dengan jari tengah lengan kanan
2. Berganti posisi dari mulai toraks atas, tengah dan bawah.
Daritoraks kanan bergeser ke toraks kiri
3. Menilai batas paru - hati. Pada lokasi sekitar diatas
hepar,perkusi toraks sambil pasien disuruh ekspirasi dan tahan
napas
hingga perkusi berubah dari sonor ke beda dan diberi tanda.
Kemudian sambil diperkusi pasien disuruh tarik napas dalam
kemudian ditahan dan lokasi perkusi sonor menjadi bedadiberi
tanda.
4. Menilai suara perkusi yang terjadi pada dinding toraks
pasien
V. MELAKUKAN AUSKULTASI
1. Meletakkan stetoskop pada dinding toraks pasien dan
pasiendisuruh melakukan inspirasi dan ekspirasi dalam secara
terus
menerus
2. Meletakkan posisi stetoskop pada seluruh dinding torakssecara
sistematis lapangan atas, tengah dan bawah dari paru
kanan ke paru kiri
3. Menilai suara pernapasan dan suara tambahan yang
terdengardari stetoskop
VI.DOKUMENTASI
1. Mencatat hasil pemeriksaan respiratori pada rekam medik
2. Membuat diagnosis/diagnosis banding berdasarkan keluhanutama
dan pemeriksaan respiratori yang dilakukan
3. Menjelaskan anjuran selanjutnya
Note : Ya = Mahasiswa melakukanTidak = Mahasiswa tidak
melakukan
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
26/54
25
LAMPIRAN
FORMULIR PEMERIKSAAN FISIK BLOK RESPIRATORY SYSTEM
MAHASISWA FK USU SEMESTER 4
Nama Mahasiswa : ..
Grup : ..
Tanggal Anamnesa: .
Instruktur : . Paraf :
VITAL SIGN :
(Dianggap sudah dikerjakan)
PEMERIKSAAN SECARA UMUMKepala : deformitas (+/-)
Wajah : pembengkakan (+/-)
Mata : ikterus ( +/ - ), anemia (+ / - ) , pupil ( kontriksi ),
ptosis ( +/-),enopthalmus (+/-)
Hidung : deviasi septum (+/-), pernapasan cuping hidung
(+/-)
Mulut : Sianosis sentral (+/-), mulut mencucu (pursed lip
breathing (+/-).
Lidah : sianosis sentral (+/-), kandidiasis oral (+/-).
Leher :
Tekanan vena jugularis (+/-)
Pembesaran kelenjar tiroid (+/-) Pembesaran kelenjar getah
bening (+/-)
Abdomen : Batas paru - hati :
Ekstremitas superior : karat nikotin (+/-), clubbing fingers (+
/ - ), edema perifer (+/-),
sianosis perifer, tremor(+/- ), nyeri tekan pada sendi-sendi
tangan (hipertrophic pulmonary osteoarthropathy ) (+/-).
Ekstremitas inferior : clubbing fingers (+/-), edema perifer
unilateral/bilateral (+/-)
TORAKS ANTERIORINSPEKSI :
Kelainan bentuk dada :
Barrel chest/ funnel chest/pigeon chest/ kifosis/
Kipokoliosis/gibbusBekas luka (post pemasangan WSD, operasi dada
)
Venektasi (pembendungan vena-vena) dan vena kolateral
Ekspansi dada : simetris / asimetris
PALPASI :
Trakea : medial/ada deviasi
Pergerakan dinding dada : simetris / asimetris
Fremitus taktil :Tulangtulang iga :
Emfisema subkutan :
PERKUSI :
Sonor/hipersonor/redup
AUSKULTASI :
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
27/54
26
Suara pernapasan :
Suara tambahan :
TORAKS POSTERIOR :
INSPEKSI :
Bekas luka ( post pemasangan WSD, operasi dada )
Ekspansi dada : simetris / asimetris
PALPASI :
Pergerakan dinding dada :
Vokal fremitus :
PERKUSI : sonor / hipersonor / redup
AUSKULTASI :Suara pernapasan :
Vesikuler :
Bronkial :
Bronkovesikuler :
Trakea :Suara tambahan :
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
28/54
27
SL. IV. RPS. 4
KETERAMPILAN KLINIK
PEWARNAAN BAKTERI TAHAN ASAM (BTA)
DENGAN TEKNIK ZIEHL NEEHLSEN
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang ditularkan langsung
dari orang yangterinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini dapat menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah
dahak yang
mengandung bakteriM. tuberculosis.Diperkirakan sekitar sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi olehM. tuberculosis. Pada
tahun 1995, di seluruh dunia, diperkirakan ada 9 juta pasien TB
baru dan 3 juta kematian
akibat penyakit TB. Di negara-negara berkembang kematian akibat
penyakit TB merupakan25% dari seluruh kematian dan sebenarnya dapat
dicegah.
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif
secara ekonomis
(15-50tahun). Seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan
rata-rata waktu kerjanya 3-4
bulan.Hal tersebut berakibat kehilangan pendapatan tahunan rumah
tangganya sekitar 20-
30%.Jika seorang pasien TB dewasa meninggal akibat TB, maka akan
kehilanganpendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara
ekonomis, TB juga memberikan
dampak buruk lainnya bahkan dikucilkan oleh masyarakat.Penemuan
pasien TB merupakan kegiatan kunci dalam penanggulangan kasus
TB.Prioritas ditujukan kepada pasien TB dengan bakteri BTA
positif di dalam dahaknya.
Dengan ditemukan dan disembuhkannya pasien TB tipe menular,
secara bermakna akandapat menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian akibat TB, penularan TB di
masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan
TB yang paling efektif
di masyarakat.
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan penemuan
bakteri M.tuberculosis. Pada Program Nasional Penanggulangan TB,
penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak secara mikroskopik merupakan cara diagnosis
yang utama. Pemeriksaanlain seperti foto toraks, biakan dan uji
sensitivitas dapat digunakan sebagai penunjangdiagnosis sepanjang
sesuai dengan indikasinya.
M.tuberculosis tergolong di dalam Bakteri Tahan Asam (BTA). BTA
sangat sukar
diwarnai dengan zat warna anilin.Tetapi dengan menggunakan
larutan zat warna yang keras(umpamanya yang mengandung fenol)
disertai pemanasan (atau memasuki zat kimia
tergitol), zat warna akhirnya dapat memasuki sel bakteri
tersebut. Dan sekali zat warna telah
memasuki sel bakteri tersebut zat warna tersebut akan sukar
dilepaskan dengan zat pelunturbiarpun dengan bahan pelarut yang
lebih kuat.
BTA yang ditemukan di dalam spesimen dahak penderita berguna
untuk menegakkan
diagnosis TB serta jumlah BTA yang ditemukan dapat menunjukkan
beratnya penyakit.
Pembacaan BTA di bawah mikroskop mengacu kepada skala
International Union AgainstTuberculosis and Lung
Disease(IUATLD).
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1.TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu membuat preparat
Bakteri Tahan Asam(BTA) secara langsung.
II.2.TUJUAN KHUSUSMahasiswa mampu :
1. Membuat preparat Bakteri Tahan Asam (BTA) dengan teknik Ziehl
Neelsen.2. Membaca preparat Bakteri Tahan Asam (BTA).
III. RUJUKAN
1. Medical Microbiology & Immunology 7th Edition, LANGE,
20032. Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis, DepKes RI, Direktorat
Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta, 2011
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
29/54
28
3. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Medik FK USU, 2010
IV. PERALATAN DAN BAHAN
1.Sputum
2.Reagen ZN dengan label botol warna berlainan, tutup botol dari
plastik, kotak reagen darikarton corrugated (Carbol fuchsin, HCl
Alkohol,methylen blue)
3.Mikroskop
4.Minyak imersi
5.Penjepit kayu
6.Kaca sediaan yang baru, bersih, jangan memakai kaca sediaan
bekas. Sebaiknya gunakan
frosted end slide(kaca sediaan dengan salah satu ujung
buram)
7.Pensil 2B
8.Aplikator dari lidi lancip/lidi ujung tidak rata atau ose.
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
30/54
29
9.Botol berisi pasir dan disinfektan (70% lisol) untuk
membersihkan ose/lidi
10.Lampu spiritus/bunsen
11.Wadah pembuangan berisi disinfektan (misalnya lisol 5%)
12.Wadah pembuanganuntuk aplikator. Wadah pembuangan harus tahan
bocor
13.Jas lab
14.Sarung tangan
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
31/54
30
Apuskan dahak di atas kaca sediaanpada permukaan yang sama
dengannomor identitas.
Apusan bentuk oval 2x3 cm kemudianratakan dengan gerakan spiral
kecil-kecil.
Jangan membuat gerakan spiral bilasediaan dahak sudah kering
karenaakan menyebabkan aerosol.
Keringkan di dalam suhu kamar
15. Masker
V. TEKNIK PELAKSANAAN
CARA MEMBUAT SEDIAAN DAHAK
Spesimendahakdenganbagian yangpurulen (A)di dalam airliur
(B)
Ambilcontoh ujidahak padabagian yangpurulen
denganlidi
A B
C
Ose yang telah digunakan dicelupkandalam botol pasir
disinfektan,kemudian bakar sampai ose membara
Bila menggunakan lidi, langsungdibuang ke dalam botol
berisidisinfektan.
D
.Lakukan fiksasi. Gunakan pinset ataupenjepit kayu untuk
memegang kaca .
Pastikan apusan menghadap ke atas Lewatkan 3 x melalui api dari
lampu
spiritus.Pemanasan yang berlebihan akan merusakhasil.
E
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
32/54
31
PEWARNAAN METODE ZIEHL NEELSEN
Letakkan sediaan dengan bagian apusan
menghadap ke atas pada rak yang
ditempatkan di atas bak cuci atau
baskom, antara satu sediaan dengan
sediaan lainnya masing-masingberjarak
kurang lebih 1 jari.
Genangi seluruh permukaan sediaan
dengan carbol fuchsin. Saring zat warna
setiap kali akan melakukan pewarnaan
sediaan.
Panasi dari bawah denganmenggunakan sulut api setiap sediaan
sampai keluar uap, jangan sampai
mendidih
Dinginkan selama minimal 5 menit.
Bilas sediaan dengan air mengalir
secara hati-hati dari ujung kaca
sediaan Jangan ada percikan ke sediaan lain
Miringkan sediaan menggunakan
penjepit kayu atau pinset untuk
membuang air
Genangi dengan asam alcohol sampai
tidak tampak warna merah carbol
fuchsin. Jangan sampai ada percikan
ke sediaan lain
1 2
5
6
3 4
7
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
33/54
32
Genangi permukaan sediaan
dengan methylene blue selama 20-
30 detik
Bilas sediaan dengan air mengalir.
Jangan ada percikan ke sediaan lain
Miringkan sediaan untuk mengalirkan
sisa methylene blue
Keringkan sediaan pada rak
pengering. Jangan keringkan dengan
kertas tissue
10 11
98
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
34/54
33
Letakkan sediaan di atas meja mikroskop,
permukaan sediaan menghadap ke atas. Gunakanlensa objektif 10 x
untuk menetapkan fokus dan
menemukan lapang pandang. Periksa sediaanuntuk menentukan
kualitas sediaan. Pada sediaandahak umumnya ditemukan lebih banyak
sellekosit atau sel radang
Teteskan satu tetes minyak emersi, aplikator
minyak emersi tidak boleh menyentuh kacaobjek. Tetesan harus
jatuh bebas ke permukaansediaan apus agar aplikator minyak emersi
tidak
terkontaminasi dengan sediaan.
Putarlah lensa objektif 100x denganhati-hati ke atas sediaan
apus.Jangan sekali-kali lensa menyentuhkaca sediaan.
Sesuaikan fokus dengan hati-hati sampai sel
terlihat jelas
INSTRUKSI KERJA PEMERIKSAAN MIKROSKOPISSediaan apus harus
diperiksa secara sistematis untuk memastikan bahwa hasil yang
dilaporkantelah mewakili seluruh bagian sediaan. Jangan memeriksa
sediaan sebelum kering.
Lakukan pembacaan sediaan apus sepanjang garis tengah dari ujung
kiri ke kanan atau
sebaliknya.
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
35/54
34
Laporkan hasil pemeriksaan mikroskopis dengan mengacu kepada
skala International Union
Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD)
Apa yang terlihat Hasil Apa yang
dituliskan
tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang Negatif Neg
ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang
pandang(tuliskan jumlah BTA yang ditemukan)
Scanty
(misal +1)
Tulis jumlah
BTA
ditemukan 1099 BTA dlm 100 lapang pandang 1+ 1+
ditemukan 110 BTA setiap 1 lapang pandang(periksa
minimal 50 lapang pandang)
2+ 2+
ditemukan 10 BTA dalam 1 lapang pandang(periksa
minimal 20 lapang pandang)
3+ 3+
VI. LEMBAR PENGAMATAN PEWARNAAN BTA DENGAN TEKNIK ZIEHL
NEELSEN
LANGKAH / TUGAS
PENGAMATAN
Ya Tidak
1. Membersihkan gelas objek agar tidak berlemak, gelas objek
dilayangkandi atas nyala api
2. Mendinginkan gelas objek itu dan beri tanda/label dengan
pensil 2B di
atas bagian yang buram (frosted).
3.Ambil contoh uji dahak pada bagian yang purulen dengan lidi.
Apuskan
dahak di atas kaca sediaan pada permukaan yang sama dengan
nomoridentitas. Apusan bentuk oval 2x3 cm kemudian ratakan dengan
gerakan
spiral kecil-kecil. Jangan membuat gerakan spiral bila sediaan
dahak sudah
kering karena akan menyebabkan aerosol. Lidi, langsung dibuang
ke dalam
botol berisi disinfektan
4. Mengeringkan sediaan di udara, kemudian lewatkan di atas
nyala api
sebanyak 3 kali agar sediaan melekat dengan sempurna di atas
permukaangelas objek (bagian yang berisi sediaan jangan terkena
nyala api,
jadi menghadap ke atas).
5. Menggenangi sediaan dengan larutan carbol fuchsin
6. Memanaskan sediaan di atas nyala api sampai menguap, jangan
mendidih
atau kering, diamkan selama 5 menit
7.Mencuci sediaan dengan air mengalir selama 5 detik
8.Melunturkan sediaan dengan HCl Alkohol sehingga tak ada lagi
zat warnayang luntur
9. Mencuci sediaan dengan air mengalir selama 5 detik
10.Menggenangi sediaan dengan biru metilen (methylen blue)
selama 30
detik
11. Mencuci sediaan dengan air mengalir. Keringkan sediaan pada
rak
pengering. Jangan dikeringkan dengan kertas tissue. Sediaan siap
untuk
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
36/54
35
diperiksa di bawah mikroskop.
12. Membaca kuman BTA di bawah mikroskop. Lakukan
pembacaansediaan apus sepanjang garis tengah dari ujung kiri ke
kanan atau sebaliknya.
Baca hasil preparat BTA (skala IUATLD) : tampak BTA bentuk
batang dan
berwarna merah.Negatif: tidak ditemukan per 100 lapangan pandang
(LP)
Scanty (Ditulis jumlah kuman): ditemukan1-9 BTA per 100 LP
(1+): ditemukan 10-99 BTA per100 LP
(2+): ditemukan 1-10 BTA per 1 LP (minimal 50 LP)
(3+): ditemukan >10 BTA per 1 LP (minimal 20 LP)
13.Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
- Tanggal pembuatan sediaan- Hasil pembacaan sediaan- Anjuran
selanjutnya
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
37/54
36
SL. IV. RPS. 5
KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN FISIK PARU II
( AUSKULTASI )Noni N Soeroso
I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan auskultasi adalah pemeriksaan yang penting dalam
pemeriksaan fisis paru-
paru. Aliran turbulensi udara terjadi pada trakea dan jalan
udara yang besar. Penilaian pada
suara pernapasan meliputi mendengarkan kualitas suara
pernapasan, intensitas suara pernapasan
dan terdapatnya suara tambahan.
Pada toraks normal, dapat didengar empat jenis suara napas :
1. Vesikuler normal. Ini adalah bunyi yang relatif lembut,
bernada rendah, kadang kala
dideskripsikan sebagai bunyi helaan napas atau desiran lembut;
suara ini terdengar pada
sebagian besar bagian perifer paru-paru. Fase inspirasi jelas
lebih panjang dibandingkan
fase ekspirasi, perbandingan sekitar 3:1. Ekspirasi jauh lebih
tenang dibandingkan
inspirasi, dan biasanya hampir tak terdengar. Tidak terdapat
penghentian diantara
inspirasi dan ekspirasi.
2. Bronkial. Suara dengan karakteristik keras dan bernada tinggi
ini menyerupai suara
udara yang bertiup melewati suatu pipa kosong. Fase ekspirasinya
lebih keras danpanjang dibandingkan fase inspirasinya. Normalnya,
ini hanya terdengar diatas
manubrium sterni, suara bronkial memiliki ciri lain, yakni
terdapat penghentian nyata
diantara fase inspirasi dan ekspirasinya. Timbulnya suara
bronkial didaerah perifer paru-
paru dapat berarti terdapatnya keadaan abnormal transmisi bunyi
akibat konsolidasi
jaringan paru-paru, misalnya pada pneumonia.
3. Bronkovesikuler. Ini adalah gabungan suara bronkial dan
vesikular. Fase inspirasi
maupun ekspirasinya hamper sama panjang (perbandingannya 1:1).
Dalam keadaan
normal terdengar di dua tempat:
a. Di anterior, dekat bronkus utama pada sela iga pertama dan
kedua, dan
b. Di posterior, antara kedua skapula (interskapulae). Bila
terdengar didaerah lain,
mungkin berarti konsolidasi paru-paru atau kelainan abnormal
lainnya.
4. Trakea. Suara ini, biasanya tidak didengar dalam auskultasi,
terdapatnya dibagian
trakea diluar rongga toraks. Bunyinya sangat keras, nadanya
sangat tinggi, berkualitas
kosong dan kasar. Fase ekspirasinya agak lebih panjang daripada
fase inspirasinya.
SUARA NAPAS ABNORMAL
Banyak suara yang jelas terbentuk akibat penyakit paru. Secara
kasar suara-suara ini bagi
dalam dua golongan besar :
1. Bunyi-bunyi tambahan seperti ronki basah (crackles), bunyi
mengi (wheeze), bunyi
gesekan pleura (pleural friction rub); hippocrates
succusion.
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
38/54
37
2. Suara yang disebarkan secara abnormal seperti amphorik,
egofoni, whispered
pektoriloquy, bronkofoni, pernapasan bronkial dan suara napas
yang melemah
abnormal.
SUARASUARA TAMBAHAN
Ronki basah (crackles)
Ronki basah adalah suara nonmusik yang pendek dan meledak-ledak.
Selain klasifikasi kasar
dan halus, Ronki basah dapat pula dibagi berdasarkan
kuantitasnya (sedikit dan banyaknya)
atau waktunya (inspirasi atau ekspirasi dan dini atau
lambat).
Berdasarkan kuantitas terdiri dari ronki basah halus (fine
crackles), ronki basah sedang
(medium crackles) dan ronki basah kasar (course crackles)
Berdasarkan waktu atau menurut siklus respirasi :
Early inspiratory crackles (ronki basah inspiratori dini) khas
pada penderita obstruksi
saluran napas yang berat seperti bronkitis kronis, asma dan
emfisema.
Late / pan - inspiratory crackles (ronki basah inspirasi lambat)
merupakan tanda khas
penyakit paru restriktif, seperti fibrosis interstitial,
asbestosis, pneumonia, kongesti
paru pada gagal jantung, sarkoidosis paru, skleroderma dan
rematoid paru.
Mengi (wheeze)
Suatu mengi (bronkus) merupakan suara musik paru. Musikal ini
ditentukan oleh spektrum
frekuensi yang menyusun suara tersebut. Frekuensi dasar atau
terendah menentukan nada notyang terbentuk. Mengi dapat dibagi
dalam klasifikasi nada tinggi (high pitched) atau rendah
(low pitched), inspirasi atau ekspirasi, panjang atau pendek dan
tunggal atau ganda. Mengi
disebut monofonik bila terdiri dari nada tunggal atau terdiri
dari beberapa nada yang mulai dan
berakhir pada saat yang berbeda. Sedang mengi yang polifonik
terdiri dari beberapa nada tidak
harmonis yang dimulai dan berakhir simultan, seperti paduan
nada.
Pleural Fri ction Rub
Pleural Friction Rubadalah suara yang terdengar berkeretak
(cracking) dan bergesek (grating)
yang timbul karena pergesekan pleura visceralis dan pleura
parietalis selama pernapasan. Pada
keadaan normal pleura tidak menimbulkan suara saat bergesekan
selama pernapasan.
H ippocrates succusion
Hippocrates succusion adalah suara cairan pada hidropneumotoraks
yang terdengar bila si
pasien digoyang-goyangkan.
Amphorik
Suara pernapasan amphorik dijumpai jika terdapat kavitas besar
yang letaknya perifer dan
berhubungan terbuka dengan bronkus, terdengar seperti tiupan
dalam botol kosong.
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
39/54
38
Stridor
Stridor terutama sekali merupakan suara musik keras, terbanyak
terdapat pada saat inspirasi dan
terdengar sangat jelas pada jarak jauh dari penderita. Stridor
umumnya terjadi pada saluran
napas sentral, sedang mengi pada saluran napas yang lebih
perifer. Suara stridor hampir sama
dengan mengi sehingga harus dapat dibedakan antara keduanya,
pada stridor suara mengi
terdengar di trakea dan umumnya dijumpai ketika inspirasi
sedangkan mengi dapat dijumpai
ketika inspirasi dan ekspirasi.
Egofoni
Egofoni ( yang dalam bahasa Yunani artinya suara kambing )
merupakan bicara hidung atau
mengembik yang disalurkan melewati jaringan paru yang padat
(misalnya pneumonia). Pasien
disuruh mengucapkan ii kemudian kita mendengarkan melalui
stetoskop pada daerah yang
sakit ee seperti suara embikan.
Bronkofoni
Fremitus vokal yang terdengar lebih kuat dan lebih jelas dari
normal karena suara yang
dihantarkan lebih baik melalui bronkus yang terbuka dan
dikelilingi jaringan paru yang
mengalami konsolidasi (arless) . Pada saat penderita berbicara,
fremitus vokal yang terdengarseakan-akan langsung keluar dari dada
penderita.
Whispered pectori loquy
Suruh pasien untuk membisikkan 66, sementara stetoskop
diletakkan pada daerah yang
dicurigai. Interpretasi : suara yang dibisikkan biasanya tidak
terdengar ; kala suara kata yang
dibisikkan jelas terdengar dan dapat dipahami, daerah tersebut
mengalami konsolidasi.
Tata cara melakukan auskultasi paru secara sistematis :
1. Cara meletakkan stetoskop pada telinga (bagian lengkung ke
arah depan).
2. Posisi pasien dapat dalam keadaan duduk tegak atau posisi
tidur (supine), harus
dilakukan auskultasi komparatif terhadap regio di atas setiap
segmen pulmonalis.
3. Stetoskop harus digeser-geser antara kedua segmen pulmonalis
yang sesuai di kedua
hemitoraks . Dilakukan pada dada anterior dan dada posterior
4. Jangan melakukan auskultasi dari atas ke bawah pada sisi yang
sama, lalu atas ke
bawah sisi dada (hemitoraks) lainnya. Auskultasi dilakukan
berurutan dengan selang
seling dada kiri dan kanan (zig-zag) (gambar 1) . Setiap regio
harus didengar dengan
hati-hati sambil pasien bernapas melalui mulut secara agak cepat
dan dalam.
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
40/54
39
5. Pemeriksa mula-mula memperhatikan inspirasi lebih dahulu,
panjangnya dan
komponen-komponen normal maupun tambahannya (ronki basah, bising
mengi, dll),
kemudian konsentrasi dipusatkan pada ekspirasi.
6. Auskultasi toraks harus dikerjakan dalam ruangan tenang tanpa
ada suara dari televisi
ataupun radio.
7. Jangan meletakkan stetoskop di atas bulu-bulu dada , sebab
gesekan bulu dada ini akan
menimbulkan suara tambahan (ronki basah) .
8. Mendiskripsi suara pernapasan normal : trakeal, bronkial,
bronkovesikuler, vesikuler
9. Mendiskripsi suara pernapasan abnormal : egofoni, bronkofoni,
Whispered pectoriloquy
10.Mendiskripsi suara tambahan : ronki basah, mengi,pleural
friction rub, dll.
11.Membuat laporan tertulis dari hasil auskultasi paru
Gambar 1 . Uruturutan auskultasi paru
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
41/54
40
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1. TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan
pemeriksaan
auskultasi paru secara benar dan sistematis.
II.2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Mendiskripsikan suara nafas normal dan abnormal.
2. Menelusuri keluhan dan hubungannya dengan pemeriksaan
auskultasi paru yang
dijumpai.
3. Melakukan dan membuat laporan pemeriksaan auskultasi
paru.
4. Membuat diagnosis dan diagnosis banding klinis sehubungan
dengan kelainan yang
dijumpai.
III. RUJUKAN :
1. Patel H, Gwilt C.Respiratory System 3rd
edition. Elsevier. Philadelphia ; 20082. Swartz M. Dada dalam
Buku Ajar DiagnostikFisik ; Jakarta ; Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 1995.
3. Talley N, Oconnor S . Respiratory System and Breast
Examination. ClinicalExamination. A systemic Guide to Physical
Diagnosis 5
thedition. Australia. Elsevier
; 20064. Prasetya E, Wijaya T, Utami S. Pemeriksaan Fisik Toraks
dan Paru di Buku
Panduan Diagnosis Fisik di Klinik5. Willms J, Schneiderman Buku
Fisik Diagnostik Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta ; 2005
6. Lehrer S. Memahami Bunyi Paru dalamPraktek Sehari-hari:
Tangerang BinarupaAksara Publisher.
IV. PERALATAN DAN BAHAN
1. Audiovisual
2. Manikin / pasien simulasi
3. Pensil / pulpen
4. Formulir laporan auskultasi paru
V. TEKNIK PELAKSANAAN
1. Posisikan pasien sesuai dengan kondisinya dan pemeriksa
berada di sebelah kanan pasien
2. Pemeriksa memasang stetoskop pada kedua telinga (bagian
lengkung ke arah dalam)
3. Lakukan auskultasi dengan meletakkan membran stetoskop pada
dinding dada anterior
dan posterior serta amati suara nafas.4. Geser membran stetoskop
antara kedua segmen paru yang sesuai di kedua hemitoraks dan
dilakukan pada dinding dada anterior dan posterior secara
berurutan, selang seling
dinding dada kiri dan kanan (zig-zag) (Gambar 1). Setiap regio
harus didengar denganhati-hati saat pasien bernapas dalam.
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
42/54
41
5. Perhatikan inspirasi lebih dahulu, panjangnya dan
komponen-komponennya. Deskripsikan
suara nafas : trakeal, bronkial, bronkovesikuler,vesikuler dan
suara pernafasan abnormal
(amforik, stridor)6. Deskripsikan suara tambahan : ronki basah,
mengi, pleural friction rub, hippocrates
succusion, egofoni, bronkofonidanwhispered pectoriloque.
7. Dokumentasi
VI. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN AUSKULTASI PARU
No LANGKAH/ TUGASPENGAMATAN
Ya Tidak
I. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri
2. Mengobservasi pasien saat masuk ruang pemeriksaan
3. Memosisikan pasien yang benar sesuai dengan kondisinya.
4. Menginformasikan tindakan yang akan dilakukan dan meminta
persetujuan.
II. PELAKSANAAN
1. Memasang stetoskop pada telinga (bagian lengkung ke arah
luar).
2. Melakukan auskultasi pada dada anterior dan posterior.
3. Menggeser stetoskop antara kedua segmen pulmonalis yang
sesuai di
kedua hemitoraks yang dilakukan pada dada anterior dan dada
posterior dengan berurutan, selang seling dada kiri dan kanan
(zig-
zag) (gambar 1). Setiap regio harus didengar dengan hati-hati
sambil
pasien bernapas melalui mulut secara agak cepat dan dalam.
4. Memperhatikan inspirasi lebih dahulu, panjangnya dan
komponen-komponen. Mendeskripsikan :
- Bronkial
- Bronkovesikuler- Vesikuler
- dan suara pernafasan abnormal : amphorik , stridor,
succutio
hiporates
6. Mendiskripsi suara tambahan : ronki basah (halus, sedang,
kasar),
mengi, stiridor, pleural friction rub, hippocrates succusion,
egofoni,
bronkofoni, whispered pectoriloque.
III. DOKUMENTASI
1. Mencatat hasil auskultasi pada formulir auskultasi auskultasi
paru
2. Membuat diagnosis/diagnosis banding berdasarkan hasil
auskultasi
3. Menjelaskan anjuran selanjutnya.
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
43/54
42
SL. IV. RPS. 6
KETERAMPILAN KLINIS
PEMERIKSAAN FUNGSI PARU ( SPIROMETRI DAN FEAK FLOW METER )Amira
Permatasari, Bintang Y Sinaga, Noni N Soeroso
A. SPIROMETRI
I. PENDAHULUAN
Spirometri merupakan alat untuk mengukur fungsi paru. Dengan
pengukuran fungsi
paru dapat dievaluasi obstruksi jalan nafas, respon terhadap
pemberian bronkodilator danvolume paru. Indikasi untuk pemeriksaan
fungsi paru sangat luas meliputi (1) evaluasi gejala
paru untuk mendeteksi adanya gangguan dan menilai keparahannya,
(2) mengklasifikasi
penyakit menjadi obstruktif, restriktif atau mixed, (3)evaluasi
respon pengobatan bronkodilator
ataupun steroid, (4) evaluasi pre operasi, (5) membantu
menentukan prognosis penyakit.
Fungsi paru sangat bervariasi pada individu yang normal. Variasi
ini dipengaruhi olehtinggi badan, berat badan , umur, jenis
kelamin, dan ras. Pemeriksaan fungsi paru dengan
spirometri juga sangat tergantung kepada usaha maksimal dari
pasien. Pemeriksaan spirometrimeliputi Forced Vital Capacity (FVC)
, Slow Vital Capacity (SVC) , Inspiratory Capacity
(IC), dan Expiratory Reserve Volume (ERV). Pemeriksaan
spirometri dasar hanya meliputi
FVC atau Kapasitas Vital Paksa (KVP), FEV 1 atau Volume paksa
detik pertama (VEP1) danrasio FEV 1 / FVC atau VEP1/KVP.
1. Sambungkan mouth pieceke Spirometri (lihat tanda oval pada
mouthpiecedimasukkan pas pada tempatnya di spirometri, kemudian
tekan rapat tombol
hitam dibawah tempat mouthpiece agar terkunci)2. Mengisi data
pasien meliputi : Nama , Umur, Berat Badan, Tinggi Badan, Ras1.
Pasien diatur dalam posisi berdiri tegak lurus kepala menghadap ke
depan, pakaian
dilonggarkan.
2. Memberikan instruksi kepada pasien, bila mouth piece telah
dimasukkan ke mulut, pasienkemudian inspirasi dan ekspirasi secara
normal sebanyak 2 kali kemudian inspirasi dalam
dan kemudian ekspirasi dengan cepat dalam waktu 1 detik
3. Memasang nose clips pada hidung pasien4. Pasien melaksanakan
manuver (pemeriksaan)5. Pasien mengulang manuver sebanyak 2 kali
lagi6. Hasil yang terbaik diambil sebagai hasil Spirometri (nilai
variabel VEP1 dan KVP yang
tertinggi)
PEAK FLOW METER
Peak Flow Meter merupakan alat yang murah dan sederhana untuk
mengukur Peak
Expiratory Flow Rate(PEFR) yaitu ekspirasi maksimal dalam waktu
10 mili second ekspirasi.
Nilai normal PEFR adalah 400650 l/min pada dewasa sehat.PEFR
akan menurun pada kondisi yang menyebabkan obstruksi saluran
nafas
diantaranya : Asma, PPOK, Tumor saluran nafas atas. Penyebab
lain termasuk kelemahan otot
pernafasan, usaha yang tidak adekuat, dan teknik yang
kurang.PEFR bukan alat yang baik untuk mengukur hambatan aliran
udara karena hanya
mengukur ekspirasi inisial. Kegunaan yang paling baik adalah
untuk memonitor perjalanan
penyakit dan mengetahui respon pengobatan
Bahan dan alat yang diperlukan :1.Peak Flow Meter
2. Tabelpneumomobileproject.
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
44/54
43
Cara kerja :
1. Pasien berdiri tegak lurus kepala menghadap ke depan2.
Memberikan instruksi kepada pasien untuk inspirasi maksimal
dahulu
sebelum memasukkan mouth piece Peak Flow Meter ke mulut
kemudian
eksipirasi maksimal dan cepat.3. Jarum penunjuk angka pada Peak
Flow digeser ke posisi 0 (nol).
4. Mouth piece Peak Flow Meter dimasukkan ke dalam mulut dan
bibir terkatup
rapat.11.Pasien melaksanakan manuver.12.Manuver diulang 2 kali
lagi dan hasil terbaik dianggap sebagai hasil PEFR13.Menilai
hasilpeak flowdengan tabel pneumomobile project.
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1.TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan
pemeriksaanspirometri dan Peak Flow
II.2.TUJUAN KHUSUSMahasiswa mampu :
1. Mengintrepretasikan hasil pemeriksaan spirometri dan peak
flow
III. RUJUKAN
1. Current Diagnosis & Treatment in Pulmonary Medicine
2. Manual of SpiroSoft
Firmware Version 1.03. Mosbys crash course respiratory
system
IV. PERALATAN DAN BAHAN1.Mouth pieceyang disposable(setiap
pasien harus memakai mouth pieceyang bersih)2. Spirometri3.
Komputer4. Peak Flow Meter5. Tabelpneumomobileproject.6.Mouth
piece7.Nose clips
V. TEKNIK PELAKSANAAN
A. PEMERIKSAAN SPIROMETRI1. Sambungkan mouth piece ke Spirometri
(lihat tanda oval pada mouthpiece dimasukkan
pas pada tempatnya di spirometri, kemudian tekan rapat tombol
hitam dibawah tempatmouthpiece agar terkunci)
2. Mengisi data pasien meliputi : Nama , Umur, Berat Badan,
Tinggi Badan, Ras
3. Pasien diatur dalam posisi berdiri tegak lurus kepala
menghadap ke depan, pakaiandilonggarkan.
4. Memberikan instruksi kepada pasien, bila mouth piecetelah
dimasukkan ke mulut, pasien
kemudian inspirasi dan ekspirasi secara normal sebanyak 2 kali
kemudian inspirasi dalamdan kemudian ekspirasi dengan cepat dalam
waktu 1 detik
5. Pasang nose clipspada hidung pasien
6. Pasien melaksanakan manuver (pemeriksaan)7. Pasien mengulang
manuver sebanyak 2 kali lagi8. Hasil yang terbaik diambil sebagai
hasil Spirometri (nilai variabel VEP1 dan KVP yang
tertinggi)
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
45/54
44
VI. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN SPIROMETRI DAN PEAK FLOW
METER
LANGKAH / TUGAS
PENGAMATAN
Ya Tidak
I. PEMERIKSAAN SPIROMETRI
1. Menyambungkan mouth pieceke Spirometri.
2. Mengisi data pasien meliputi : Nama , Umur, Berat Badan
(kg),
Tinggi Badan (cm), Ras
3. Mengatur posisi pasien yaitu berdiri tegak lurus kepala
menghadapke depan, pakaian dilonggarkan.
4. Memberikan instruksi kepada pasien, bila mouth piece
telah
dimasukkan ke mulut, pasien kemudian inspirasi dan
ekspirasisecara normal sebanyak 2 kali kemudian inspirasi dalam
dan
kemudian ekspirasi dengan cepat dalam waktu 1 detik
5. Memasang nose clips pada hidung pasien
6. Pasien melaksanakan manuver (pemeriksaan)
7. Pasien mengulang manuver sebanyak 2 kali lagi
8. Hasil yang terbaik diambil sebagai hasil Spirometri (nilai
variabel
VEP1 dan KVP yang tertinggi) .
LANGKAH / TUGASPENGAMATAN
Ya Tidak
II. PEMERIKSAAN PEAK FLOW METER
1. Pasien berdiri tegak lurus kepala menghadap ke depan
2. Memberikan instruksi kepada pasien untuk inspirasi
maksimal
dahulu sebelum memasukkan mouthpiece Peak Flow Meter kemulut
3.Mouth piecePeak Flow Meter dimasukkan kedalam mulut
bibirtertutup ke mouthpiece dengan rapat dan peak flow dipegang
tegak lurus
4. Pasien melaksanakan manuver
5. Manuver diulang 2 kali lagi dan hasil terbaik dianggap
sebagai
hasil PEFR
6. Menilai hasil peak flow dengan tabel pneumomobile project
Note : Ya = Mahasiswa melakukan.
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan.
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
46/54
45
SL. IV. RPS. 7
KETERAMPILAN KLINIS
TEKNIK PEMBERIAN OKSIGENSoejat Harto, Hasanul Arifin
I . PENDAHULUAN
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke
paru melalui saluranpernafasan dengan menggunakan alat sesuai
kebutuhan, sehingga ketrampilan pemberian
oksigen menjadi kompetensi dasar seorang Dokter.
TEKNIK PEMBERIAN OKSIGEN
A. Kanule Binasala) Alat-alat yang diperlukan :
1. Kanul binasal2. Jelly3. Sumber oksigen dengan regulator dan
humidifier
b) Cara pemasangan
1. Terangkan prosedur kepada pasien2. Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan3. Atur posisi pasien4. Cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan5. Mengatur aliran O2sesuai
dengan yang diinginkan6. Hubungkan kanul dengan slang oksigen ke
regulator dan humidifier
dengan aliran O2 yang rendah. Beri pelicin (jelly) pada kedua
ujungkanul dan masukkan kedua ujung kanul ke dalam lubang hidung7.
Fiksasi slang oksigen
B. Sungkup muka dengan selang oksigen (masker oksigen)a)
Alat-alat yang diperlukan :
1. Sungkup muka dengan selang oksigen2. Central / Tabung
O2dengan regulator dan humidifier
b) Cara pemasangan
1. Terangkan prosedur kepada pasien
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan3.
Membebaskan jalan nafas dengan mengisap sekresi4. Atur posisi
pasien5. Membuka regulator dan humidifier untuk menentukan aliran
oksigen
sesuai dengan kebutuhan
6. Atur tali pengikat sungkup menutup rapat dan nyaman jika
perlu dengankain kasa pada daerah yang tertekan
7. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan
talipengikat untuk mencegah iritasi kulit
8. Terapi O2 dengan masker oksigen mempunyai efektivitas aliran
5-8liter/menit disetarakan dengan konsentrasi O2 (FI O2) yang
didapat 40-
60%.
C. Sungkup muka Rebreathingdengan kantong O2(Partial
Rebreathing)a). Alat-alat yang diperlukan
1. Sungkup muka partial rebreathing dan selang2. Central /
Tabung O2dengan regulator dan humidifier3. Kain kasa
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
47/54
46
b). Cara pemasangan
1. Terangkan prosedur kepada pasien2. Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan3. Membebaskan jalan napas dan mengisap
sekresi
4. Atur posisi pasien5. Membuka regulator dan humidifier untuk
menentukan tekanan oksigensesuai dengan kebutuhan
6. Terapi O2 dengan rebreathing mask mempunyai efektifitas
aliran 6-15liter/menit disetarakan dengan konsentrasi O2(FI O2)
35-60% serta dapat
meningkatkan nilai Pa CO2
7. Isi O2 kedalam kantong deengan cara menutup lubang antara
kantongdengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.
8. Mengikat tali masker O2diatas kepala melewati bagian bawah
telinga9. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup
dan tali
pengikat untuk mencegah iritasi kulit
D. Sungkup muka dengan kantong O2 (Non rebreathing)a). Alat-alat
yang diperlukan
1. Sungkup mukaNon Rebreathing2. Sentral / Tabunf O2dengan
regulator dan humidifier3. Kain kasa
b). Cara pemasangan
1. Terangkan prosedur kepada pasien2. Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan3. Membebaskan jalan napas dengan
mengisap sekresi
4. Atur posisi pasien5. Membuka regulator dan humidifier untuk
menentukan tekanan oksigensesuai dengan kebutuhan
6. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan, terapi
O2dengan nonrebreathing mask mempunyai efektifitas aliran 6-15
liter/menitdisetarakan dengan konsentrasi O2 (FI O2) 55-90%
7. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara
kantongdengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir
8. Memasang non rebreathing mask pada daerah muka yang
menutupilubang hidung dan mulut
9. Mengikat tali sungkup non rebreathing diatas kepala melewati
bagian
bawah telinga10.Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan
sungkup dan talipengikat untuk mencegah iritasi kulit
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
48/54
47
REFERENCE CHART OXSIGEN THERAPY
Method FiO2(Approximate)
Flowrate(L/min)
Non rebreather Mask 60-80% 10-15
Venti Mask 24%26%
28%
31%35%40%
50%
33
6
6912
15
Simple Face Mask 35-55% 5-10 lpm
Nasal Cannula 24%
28%
32%36%
40%
44%
1
2
34
5
6
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1 TUJUAN UMUMSetelah selesai latihan ini mahasiswa dapat
mengerti tentang terapi oksigen.
II.2 TUJUAN KHUSUSMahasiswa mampu:1. Mengerti dan menjelaskan
istilah, indikasi dan kapan terapi oksigen diperlukan,
2. Mengetahui efek samping yang ditimbulkan serta mempraktekkan
bermacam-macamalat untuk terapi oksigen.
III. RUJUKAN
IV. PERALATAN DAN BAHAN
1.Nasal kateternasal prong2. Masker sederhana3. Masker dengan
reservoir rebreathing4. Masker dengan non reservoir rebreathing
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
49/54
48
V. TEKNIK PELAKSANAANA. PERSIAPAN BAHAN
1. Pastikan sumber oksigen tersedia2. Persiapkan alat-alat
antara lain :
a. Nasal kateternasal prongb. Masker sederhanac. Masker dengan
kantong O2(partial re breathing)d. Masker dengan kantong O2( non
rebreathing)
B. PERSIAPAN DIRI SENDIRI
1. Mencuci tangan dengan larutan hibiscrub
2. Memasang sarung tangan non steril
C. MEMPERSIAPKAN PASIENLangkah-langkah Pemasangan alat terapi
oksigen (disesuaikan dengan indikasinya) :
1. Menyapa pasien (sebelum dilakukan, jika pasien masih sadar)
sebelum melakukanpemasangan alat untuk terapi oksigen.
2. Membuka regulator dan humidifier untuk menentukan tekanan
oksigen sesuai dengankebutuhan
3. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan, terapi
O2dengan non rebreathingmask mempunyai efektifitas aliran 6-15
liter/menit disetarakan dengan konsentrasi O2
(FI O2) 55-90%4. Memasang non rebreathing mask pada daerah
lubang hidung dan mulut
5. Mengikat tali non rebreathing mask dibelakang kepala melewati
bagian atas telinga6. Memasang kapas kering pada daerah yang
tertekan sungkup dan tali pengikat untukmencegah iritasi kulit
7. Setelah alat tersebut dipasang pastikan bahwa pasien merasa
nyaman dan kondisi pasienmenjadi lebih baik (pasien lebih
tenang).
8. Mencatat pemberian oksigen pada status pasien.
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
50/54
49
VI. LEMBAR PENGAMATAN TERAPI OKSIGEN
LANGKAH / TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
I.MEMPERSIAPKAN ALAT
1. Pastikan sumber oksigen tersedia
1. Mempersiapkan alat-alat antara lain:a. Nasal kateternasal
prong
b. Masker sederhana
c. Masker dengan kantong O2(partial re breathing)d. Masker
dengan kantong O2( non rebreathing)
II. MEMPERSIAPKAN DIRI SENDIRI (UNIVERSAL PRECAUTION)
1 .Mencuci tangan dengan larutan hibiscrub
2. Memasang sarung tangan non steril
III. MEMPERSIAPKAN PASIEN
Langkah-langkah Pemasangan alat terapi oksigen
(disesuaikandengan indikasinya) :
1. Menyapa pasien (sebelum dilakukan, jika pasien masihsadar)
sebelum melakukan pemasangan alat untuk terapi
oksigen.
2. Membuka regulator dan humidifier untuk menentukantekanan
oksigen sesuai dengan kebutuhan
3. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan,
terapiO2dengan non rebreathing mask mempunyai efektifitas
aliran 6-15 liter/menit disetarakan dengan konsentrasi O2(FI O2)
55-90%
4. Memasang non rebreathing mask pada daerah lubanghidung dan
mulut
5. Mengikat tali non rebreathing mask dibelakang kepalamelewati
bagian atas telinga
6. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekansungkup dan
tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit
7. Setelah alat tersebut dipasang pastikan bahwa pasienmerasa
nyaman dan kondisi pasien menjadi lebih baik
(pasien lebih tenang).
8. Mencatat pemberian oksigen pada status pasien.
Note: Ya = Mahasiswa melakukanTidak = Mahasiswa tidak
melakukan
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
51/54
50
TERAPI INHALASI
Amira Permatasari, Bintang Y Sinaga, Noni N Soeroso
I. PENDAHULUAN
Inhalasi aerosol untuk tujuan pengobatan telah dikenal sejak
lama. Sebelum era
kemoterapi, pasien tuberkulosis paru dianjurkan untuk berlibur
di tepi pantai dan berlayar di
laut sebagai cara penyembuhannya. Partikel garam yang terkandung
dalam udara laut dipercaya
beRPSengaruh baik.
Aerosol adalah partikel-partikel padat (solid), suspensi dari
cairan atau campuran yang
mengambang dalam gas/udara (gas pembawa). Diameter
partikel-partikel ini berkisar diantara
0,001 sampai 100 m. Untuk terapi inhalasi diameter partikel yang
bermanfaat adalah 0,5
sampai 10 m. Obat dalam bentuk partikel aerosol dapat diberikan
melalui alat yaitu nebuliser
(dalam bentuk cairan), MDI ( dalam gas sebagai zat pembawa) dan
DPI (dalam bentuk bubuk
kering).
Aerosol yang dihasilkan oleh alat seperti:Nebulizer,Metered Dose
Inhaler (MDI), dan
Dry Powder Inhaler (DPI) umumnya tidaklah dalam satu macam
ukuran partikel aerosol
namun berupa rentangan ukuran partikel. Salah satu faktor utama
yang mempengaruhi deposit
obat aerosol di paru adalah besarnya ukuran partikel aerosol
yang dikeluarkan oleh alat, (ukuranpartikel aerosol yang dapat
mencapai saluran napas bawah (Respirable range particle size)
adalah 1 sampai 5 m, sedangkan partikel ukuran > 5 m akan
terdeposit di saluran napas atas
dan faring dan partikel ukuran > 1 m akan terekshalasi
kembali, keberhasilan terapi inhalasi
itu sendiri tergantung dari jumlah partikel yang mencapai
paru-paru.
Keuntungan yang lebih nyata dari terapi inhalasi aerosol adalah
efek topikalnya, yaitu
konsentrasi yang tinggi di paru-paru, dosis obat yang kecil
sekitar 10% dari dosis oral, dan efek
sistemik yang minimal. Terapi inhalasi dibandingkan terapi oral
mempunyai dua kelemahan,
yaitu: jumlah obat yang mencapai paru-paru sulit dipastikan, dan
inhalasi obat ke dalam saluran
napas dapat merupakan masalah koordinasi
Pemberian aerosol yang ideal adalah dengan alat yang sederhana,
mudah dibawa, tidak
mahal dan secara selektif mencapai saluran nafas bawah, dan
hanya sedikit saja yang tertinggal
di saluran nafas atas serta dapat digunakan oleh anak-anak,
orang cacat dan orang tua
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
pemberian terapi inhalasi
(IDT dan nebulizer) pada pasien sehingga mahasiswa dapat
memberikan terapi pada pasien
dengan kelainan obstruksi paru.
Tujuan
Mengatasi bronkospasme
Mengencerkan sputum
Menurunkan hiperaktiviti bronkus
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
52/54
51
Indikasi
Asma
PPOK
Fibrosis kistik
SOPT (sindroma obstruksi post TB)
Bronkiektasis
Keadaan atau penyakit lain dengan sputum kental dan lengket.
Kontraindikasi
Absolut : Tidak ada
Relatif : Alergi terhadap bahan/obat tersebut
Persiapan tindakan
a) Bahan dan alat :
- Inhaler dosis terukur (IDT), dalam bentuk :
Inhaler aerosol dengan atau tanpa spacer
Bubuk (dry powder inhaler) : diskhaler, rotahaler dan
turbuhaler.- Penguapan (nebulizer) dengan cara :
Ultrasonik
Kompresi (kompresor atau oksigen)
b) Pasien :
Dapat dilakukan dalam posisi duduk, berdiri atau tidur (untuk
pasien yang dirawat)
c) Ruangan : tidak diperlukan ruangan khusus.
IV. PERALATAN DAN BAHAN
1. Inhaler dosis terukur (IDT)
2. Dry powder inhaler (DPI)
3. Spacer ( ruang antara )4. Tabung Oksigen dan meteran
5. Masker nebulizer dgn selangnya
6. Jet nebulizer
7. Obat cairan nebulizer (salbutamol ampul, fluticasone
ampul)
8. Aquabidestilata
9. Kain kassa
10.Alkohol
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
53/54
52
III. RUJUKAN
VI. LEMBAR PENGAMATAN TERAPI INHALASI
1. INHALER DOSIS TERUKUR / MDI
LANGKAH / TUGAS
PENGAMATAN
Ya Tidak
TERAPI INHALASI
1. Inhaler dikocok terlebih dahulu agar obat homogen, lalu
tutupnya dibuka.
2. Inhaler dipegang tegak, kemudian dilakukan maksimal
ekspirasi pelan-pelan.
3. Mulut inhaler diletakkan di antara kedua bibir, lalu
katupkan
kedua bibir dan lakukan inspirasi pelan - pelan. Pada waktu
yang sama kanester ditekan untuk mengeluarkan obat tersebut
dan penarikan napas diteruskan sedalam-dalamnya.
4. Tahan napas sampai 10 detik atau hitungan 10 kali.
5. Prosedur tadi dapat diulangi setelah 30 detik1 menit .
2. IDT DENGAN RUANG ANTARA ( SPACER)
LANGKAH / TUGAS
PENGAMATAN
Ya Tidak
1. Inhaler dikocok terlebih dahulu dan buka tutupnya,
kemudian
mulut inhaler dimasukkan ke dalam lubang ruang antara
(spacer)2. Mouth piece diletakkan di antara kedua bibir, lalu
kedua bibir
dikatupkan pastikan tidak ada kebocoran.
3. Tangan kiri memegang spacer, dan tangan kanan memegang
kanester inhaler.
4. Tekan kanister sehingga obat akan masuk ke dalam spacer,
kemudian tarik napas perlahan dan dalam, tahan napas
sejenak,
lalu keluarkan napas lagi. Hal ini bisa diulang sampai
merasayakin obat sudah terhirup habis.
-
5/24/2018 Modul Blok Respiratori Sistem 2014
54/54
53
3. DRY POWDER INHALER (DPI) : DISKINHALER (DISKUS)
LANGKAH / TUGAS
PENGAMATAN
Ya Tidak
1. Pegang diskus pada satu tangan, letakkan ibu jari dari
tangananda yang lain pada pegangan ibu jari. Bukalah diskus
denganmenekan pegangan ibu jari ke kanan sampai bagian mulut
dari
diskus terlihat dan keluar.
2. Pegang dan tahan tuas diskus. Dorong tuas semaksimalmungkin
sampai berbunyi klik. Keluarkan napas anda
sebanyak mungkin.
3. Letakkan bagian mulut diskus dibibir kemudian tarik
napasdalam. Lepaskan diskus dari mulut kemudian tahan napasselama
10 detik. Keluarkan napas secara perlahan, lalu tutup
diskus.
4. JET NEBULIZER
LANGKAH / TUGAS
PENGAMATAN
Ya Tidak
1. Periksa alat apakah dalam kondisi baik membersihkanmasker
2. Memasukkan obat inhaler ke tempat obat
3. Menjelaskan ke pasien tentang tujuan terapi dan supayanapas
biasa dan tenang
4. Menghidupkan jet nebulizer (atau meteran oksigen keangka6
liter ) kemudian memasang masker atau mouthpiece
kepada pasien
5. Menanyakan kepada pasien apakah kondisinya dalamkeadaan
baik
6. Mematikan alat kalau obat sudah habis
Note: Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan