PENGANTAR PEMBIAYAAN SEKUNDER PERUMAHAN i MODUL 8 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 2016 DIKLAT RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN TINGKAT DASAR I KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PENGANTAR PEMBIAYAAN SEKUNDER PERUMAHAN i
MODUL 8
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 2016
DIKLAT RENCANA TATA BANGUNAN
DAN LINGKUNGAN TINGKAT DASAR I
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL i
KATA PENGANTAR
Modul Pembinaan Penyelenggaraan RTBL memberikan pemahaman tentang
pembinaan penyelenggaraan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan kepada
peserta dalam rangka pendampingan kegiatan penyelenggaraan RTBL di
Kabupaten/Kota.
Buku ini terdiri atas 6 (enam) bab yang terdiri dari Pendahuluan, Hierarki
Pembinaan, Pembinaan Pengaturan, Pembinaan Pemberdayaan, Pembinaan
Pengawasan, dan Penutup. Modul ini disusun secara sistematis agar peserta
pelatihan dapat mempelajari materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran
diarahkan pada peran aktif peserta diklat.
Ucapan terimakasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun atas
tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan, maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan
bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan Daerah dalam
bidang penataan bangunan.
Semarang, Desember 2016
Kepala Balai Uji Coba Sistem Diklat
Perumahan dan Permukiman
ii Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................................. I
DAFTAR ISI ............................................................................................................. II
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ..................................................................... IIV
Deskripsi .................................................................................................. iiv A.
Persyaratan ............................................................................................. iiv B.
Metode .................................................................................................... iiv C.
Alat Bantu/Media .................................................................................... iiv D.
Indikator Keberhasilan ............................................................................ iiv E.
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 5
Latar Belakang .......................................................................................... 6 A.
Deskripsi Singkat ...................................................................................... 6 B.
Tujuan Pembelajaran ............................................................................... 7 C.
Materi dan Submateri Pokok ................................................................... 7 D.
Estimasi Waktu ......................................................................................... 7 E.
BAB 2 HIERARKI PEMBINAAN ................................................................................ 9
Indikator Keberhasilan ........................................................................... 10 A.
Umum ..................................................................................................... 10 B.
Peran Pemerintah .................................................................................. 10 C.
Peran Pemerintah Daerah ...................................................................... 12 D.
Rangkuman ............................................................................................ 13 E.
BAB 3 PEMBINAAN PENGATURAN ...................................................................... 15
Indikator Keberhasilan ........................................................................... 16 A.
Umum ..................................................................................................... 16 B.
Macam dan Bentuk Pengaturan ............................................................ 16 C.
Pembinaan Melalui Kegiatan Pengaturan oleh Pemerintah .................. 17 D.
Pembinaan Melalui Kegiatan Pengaturan oleh Pemerintah Provinsi .... 18 E.
Pembinaan Melalui Kegiatan Pengaturan oleh Pemerintah Kabupaten/kotaF.
............................................................................................................. 18
Rangkuman ............................................................................................ 20 G.
BAB 4 PEMBINAAN PEMBERDAYAAN ................................................................. 21
Indikator Keberhasilan ........................................................................... 22 A.
Umum ..................................................................................................... 22 B.
Jenis Bentuk Pemberdayaan Terkait Dengan Pembinaan ..................... 22 C.
Metode Pemberdayaan ......................................................................... 28 D.
Media Pemberdayaan ............................................................................ 29 E.
Rangkuman ............................................................................................ 30 F.
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL iii
BAB 5 PEMBINAAN PENGAWASAN ..................................................................... 31
Indikator Keberhasilan ........................................................................... 32 A.
Umum ..................................................................................................... 32 B.
Jenis dan Bentuk Pengawasan ............................................................... 32 C.
Rangkuman ............................................................................................ 35 D.
BAB 5 PENUTUP .................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 39
GLOSARIUM ........................................................................................................ 41
iv Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Deskripsi A.
Modul Pembinaan Penyelenggaraan RTBL terdiri dari empat kegiatan belajar
mengajar, yaitu:
1. Hierarki Pembinaan
2. Pembinaan Pengaturan
3. Pembinaan Pemberdayaan
4. Pembinaan Pengawasan
Persyaratan B.
Dalam mempelajari modul ini peserta diklat dilengkapi dengan skema, gambar dan
tabel yang difungsikan untuk memudahkan peserta latih agar lebih memahami
materi modul.
Metode C.
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh pemberi materi (narasumber), adanya
kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi.
Alat Bantu/Media D.
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu:
1. LCD/projector
2. Laptop
3. Papan tulis atau whiteboard dengan penghapusnya
4. Flip chart
5. Bahan tayang
6. Modul dan /atau bahan ajar
Indikator Keberhasilan E.
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami:
1. Hierarki Pembinaan
2. Pembinaan Pengaturan
3. Pembinaan Pemberdayaan
4. Pembinaan Pengawasan
6 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
PENDAHULUAN
Latar Belakang A.
Penyusunan RTBL sebagaimana yang kita pahami merupakan panduan rancang
bangun suatu kawasan untuk mengendaliakn pemanfaatan ruang yang memuat
materi pokok program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan
rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
penegendalian pelaksanaan.
Dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan telah digariskan
bahwa pembangunan bangunan dan lingkungan dilaksanakan dengan prinsip
pemanfaatan ruang secara optimal, meliputi proses perencanaan teknis,
pelaksanaan konstruksi dan kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran
bangunan gedung dan lingkungan
Sesuai dengan tujuannya diharapkan dokumen RTBL dapat menjadi salah satu
instrumen dalam menciptakan lingkungan dan ruang publik yang bekualitas,
dapat mewujudkan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan serta
peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah perlu menyelenggarakan pembinaan
dengan mengoptimalkan pelaksanaan pengembangan program dan inisiasi, kriteria
pengusulan RTBL, hingga mewujudkan kawasan/lingkungan menjadi layak huni,
produktif, dan berkelanjutan perlu dilakukan pembinaan kepada pihak-pihak
terkait minimal diawali dengan memahami dasar-dasar proses penyusunan RTBL
dan proses penyelenggaraannya.
Efektivitas pembinaan penyelenggaraan RTBL diarahkan untuk peningkatan peran
serta pemerintah, masyarakat dan dunia usaha baik dalam penyusunan RTBL,
penetapan dokumen RTBL melalui peraturan gubernur/bupati/walikota, maupun
dalam implentasi dan pengendalian pembangunan, pengelolaan kawasan, serta
peninjauan kembali RTBL.
Deskripsi Singkat B.
Mata diklat ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dasar tentang
pembinaan penyelenggaraan RTBL yang meliputi: pembinaan pengaturan,
pemberdayaan dan pengawasan melalui ceramah interaktif, dan diskusi.
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 7
Tujuan Pembelajaran C.
Tujuan pembelajaran dijelaskan dalam bentuk hasil belajar dan indikator hasil
belajar, sebagai berikut:
1. Hasil Belajar
Pada akhir pembelajaran, peserta diklat diharapkan memilki kompetensi
memahami dan menerapkan pembinaan dalam penyelenggaraan RTBL.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran modul ini, peserta diklat mampu memahami
dasar-dasar hierarki pembinaan, pembinaan melalui pengaturan,
pemberdayaan dan pengawasan.
Materi dan Submateri Pokok D.
Materi dan submateri pokok dalam modul Pembinaan Penyelenggaraan RTBL ini
adalah sebagai berikut:
1. Hierarki Pembinaan
a. Peran Pemerintah
b. Peran pemerintah daerah
2. Pembinaan Pengaturan
3. Pembinaan Pemberdayaan
4. Pembinaan Pengawasan
Estimasi Waktu E.
Waktu yang diperlukan dalam mata pelatihan ini adalah : 2 (dua) JP
10 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
HIERARKI PEMBINAAN
Indikator Keberhasilan A.
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dasar diharapkan dapat
memahami dan menerapkan hierarki pembinaan dalam penyelenggaraan RTBL.
Macam hierarki yang perlu dipahami adalah bagaimana peran pemerintah,
pemerintah daerah serta hubungan antara pusat dan daerah .
Umum B.
Penyelenggaraan pembinaan RTBL dilakukan secara berjenjang berdasarkan
hierarki dan kewenangan yang melekat pada pemerintah dan pemerintah daerah.
Pemerintah dalam hal ini adalah pemerintah pusat menyelenggarakan pembinaan
kepada tingkat I dan tingkat II sedangkan pemerintah daerah penyelenggaraan
pembinaan kepada masyarakat dan pelaku kepentingan lainnya.
RTBL telah diamanatkan dalam Undang-undang No. 28 tahun 2002 yaitu pasal
tentang Bangunan Gedung, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah No.
36 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 28 tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung, serta lebih khusus diatur dalam Peraturan Menteri PU No.
06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum RTBL, maka Pemerintah melalui Menteri
PUPR mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam melakukan pembinaan secara
nasional dalam penyelenggaraan RTBL. Demikian pula pemerintah daerah, karena
dalam Undang-undang tersebut diamanatkan bahwa RTBL sebagai perwujudan
pengaturan persyaratan tata bangunan dan lingkungan dalam kawasan, ditetapkan
oleh pemerintah daerah (dalam hal ini bupati atau walikota), maka pemerintah
daerah mempunyai tanggung jawab langsung untuk melakukan pembinaan dalam
penyelenggaraan RTBL, sejak tahap penetapan identifikasi lokasi, penyusunan
RTBL, dan menetapkan sebagai peraturan bupati/walikota, dan pengendalian
pelaksanaannya.
Peran Pemerintah C.
Yang dimaksud Pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, yang bertugas dan bertanggung jawab melakukan
pembinaan penyelenggaraan RTBL secara nasional. Dalam Permen PU
No.06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 11
Lingkungan (RTBL) diJelaskan bahwa pembinaan pelaksanaan pedoman RTBL
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka :
1. Menindak lanjuti Undang-undang dan Peraturan Presiden serta Perpres dalam
bentuk peraturan menteri secara nasional dalam rangka meningkatkan
kemampuan dan kemandirian Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam
penyelnggaraan penataan bangunan dan lingkungan.
2. Pembinaan yang diberikan oleh pemerintah dilakukan melalui pemberian
bimbingan, penyuluhan, pelatihan dan pengaturan kepada pemerintah
kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dalam rangka
pelaksanaan dekonsentrasi.
Pembinaan yang dimaksud diatas dapat diwujudkan dalam bentuk penyusunan
program untuk melengkapi Renstra SKPD, pengusulan program untuk
melengkapi RPIJM ke Cipta Karya-an, dan penanganan kegiatan strategis
sebagai program botton up.
3. Penyelenggaraan pembinaan pelaksanaan RTBL yang diberikan pemerintah
meliputi : program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan
rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana dan pedoman
pengendalian pelaksanaan. Ke-lima lingkup kegiatan tersebut sebelumnya
didahului dengan kegiatan :
a. Menerbitkan aturan dan tata-cara meng-identifikasi lokasi/kawasan
potensial dengan keluaran profil kawasan untuk dijadikan sebagai bahan
evaluasi dapat tidaknya suatu kawasan ditindak lanjuti dan diusulkan
penyusunan RTBL nya,
Kriteria pengusulan RTBL sebagaimana telah ditetapkan pemerintah harus
memenuhi ketentuan antara lain :
1) Kabupaten/kota telah memiliki perda RTRW dan layak untuk ditindak
lanjuti,
2) Kabupaten/kota telah memiliki perda BG
3) Kawasan yang diusulkan masuk dalam kawasan strategis
4) Pemerintah daerah menyatakan minat bahwa kawasan/lokasi
dimaksud penting untuk ditindak lanjuti penyusunan RTBL dan
mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu.
b. Identifikasi pendataan untuk menetapkan deliniasi lingkungan pada
kawasan stategis nasional dan kawasan prioritas nasional yang
12 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
memerlukan penyusunan RTBL dan kawasan prioritas nasional yang
memerlukan penyusunan RTBL,
c. Bersama pemerintah daerah menysun RTBL pada:
1) Kawasan starategis nasional yang prioritas, termasuk kawasan
bangunan gedung fungsi khusus;
2) Kawasan prioritas yang mendukung pencapaian agenda pembangunan
nasional; dan
3) Kawasan strategis yang dilakukan oleh pemerintah provinsi/
kabupaten/kota berdasarkan kriteria prioritas yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
d. Memberikan advis teknis penyusunan RTBL yang disusun oleh dan
berdasarkan permintaan pemerintah provinsi/kabupaten/kota masyarakat
dan/atau dunia usaha;
e. Memfasilitasi pelaksanaan dengar pendapat public dan pemberian
rekomendasi oleh tim ahli bangunan gedung dalam proses penyusunan
RTBL pada kawasan strategis nasional dan kawasan prioritas nasional;
f. Melaksanakan kegiatan pembangunan fisik sesuai dokumen RTBL, yang
merupakan kewenangan Pemerintah secara terpadu lintas sektoral, baik
yang akan dilakukan sendiri oleh Pemerintah maupun melalui pelaksanaan
tugas pembantuan;
g. Memfasilitasi pengembangan kelembagaan khusus yang bertanggung
jawab dalam sosialisasi, promosi, pelaksanaan dan pengendalian
pelaksanaan RTBL, serta dalam pengelolaan lingkungan pada kawasan
strategis nasional dan kawasan prioritas nasional; dan
h. Melaksanakan pengawasan teknis dalam penetapan lokasi penataan
lingungan/kawasan, penyusunan RTBL, penetapan peraturan gubernur/
bupati/walikota, pelaksanaan dan pemanfaatan pembangu, pengelolaan
kawasan, serta peninjauan kembali RTBL.
Peran Pemerintah Daerah D.
Pemerintah daerah bertugas sebagai pengusul dan bertugas dalam menyusun
RTBL. Oleh sebab itu pemerintah daerah juga memiliki tugas dan tanggung jawab
untuk melakukan pembinaan dalam penyelenggaraan RTBL. Dalam Permen PU
No.06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum RTBL dikemukakan bahwa
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 13
penyelenggaraan pembinaan pelaksanaan RTBL, pemerintah daerah
mengembangkan program dan kegiatan arata lain:
1. Membuat identifikasi lokasi kawasan potensial penataan
lingkungan/kawasan yang memerlukan RTBL
2. Menyususn RTBL pada kawasan prioritas
3. Memberikan advis teknis penyusunan RTBL yang dilakukan oleh
masyarakat atau dunia usaha, termasuk dalam penetapan lokasi dan
diliniasi kawasan RTBL
4. Memfasilitasi pelaksanaan dengar pendapat publik dan pemberian
rekomendasi oleh tim ahli bangunan gedung dalam proses penyusunan
RTBL
5. Menetapkan dokumen RTBL sebagai peraturan Gubernur/Bupati/
walikota
6. Menyebarluaskan peraturan Gubernur/Bupati/Walikota tentang
dokumen RTBL dan melakukan promosi investasi pembangunannya
7. Melaksanakan kegiatan pembangunan fisik secara terpadu lintas
sektoral sesuai dokumen RTBL yang merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah
8. Mengendalikan pelaksanaan pembangunan berdasarkan peraturan
Gubernur/Bupati/ Walikota tentang RTBL untuk lokasi yang
bersangkutan dengan peraturan daerah tentang bangunan gedung
9. Pemerintah daerah dapat mengembangkan kelembagaan khusus yang
bertanggung jawab dalam sosialisasi, promosi, pelaksanaan dan
pengendalian pelaksanaan pengembangan serta pengelolaan kawasan.
Rangkuman E.
Penyelenggaraan pembinaan RTBL dilakukan secara berjenjang berdasarkan
hierarki dan kewenangan yang melekat pada pemerintah dan pemerintah daerah.
Pemerintah dalam hal ini adalah pemerintah pusat menyelenggarakan pembinaan
kepada tingkat I dan tingkat II sedangkan pemerintah daerah penyelenggaraan
pembinaan kepada masyarakat dan pelaku kepentingan lainnya. Pembinaan yang
diberikan oleh pemerintah dilakukan melalui pemberian bimbingan, penyuluhan,
pelatihan dan pengaturan kepada pemerintah kabupaten/kota yang dilaksanakan
oleh pemerintah provinsi dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi. Sedangkan
14 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
Pemerintah daerah bertugas sebagai pengusul dan bertugas dalam menyusun
RTBL. Pemerintah daerah juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
melakukan pembinaan dalam penyelenggaraan RTBL.
16 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
PEMBINAAN PENGATURAN
Indikator Keberhasilan A.
Dengan mengikuti mata pelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu memahami
pembinaan pengaturan yang dapat menjadi payung hukum, pengarahan,
pengendali, dalam setiap penyelenggara-an RTBL termasuk penegakan hukum, hak
dan kewajiban.
Umum B.
Salah satu pembinaan penyelenggaraan RTBL adalah sangat tergantung dengan
bentuk-bentuk pembinaannya. Bentuk-bentuk pembinaan yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan/atau pemerintah daerah adalah pengaturan, pemberdayaan, dan
pengawasan penyelenggaraan RTBL, dimulai pada tahap penyusunan dan
implentasi RTBLnya.
Macam dan Bentuk Pengaturan C.
1. Bentuk pembinaan pengaturan tergantung pada hierarki peraturan
perundang-undangan, yaitu bahwa peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. Berikut adalah hierarki Peraturan Perundang-
undangan di Indonesia menurut UU No. 12/2011 (sebagai pengganti UU
No. 10/2004) tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan:
a. UUD 1945, merupakan dasar hukum dalam Peraturan Perundang-
undangan. UUD 1945 ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
b. Ketetapan MPR
c. Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (Perpu)
d. Peraturan Pemerintah (PP)
e. Peraturan Presiden (Perpres)
f. Peraturan Daerah (Perda), termasuk pula Qanun yang berlaku di Aceh,
serta Perdasus dan Perdasi yang berlaku di Provinsi Papua dan Papua
Barat.
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 17
2. Dalam rangka penyelenggaraan RTBL, maka sudah diamanatkan bahwa
RTBL sebagai panduan rancang bangun, menjadi alat pengendali
pengembangan kawasan, dan harus ditetapkan dalam bentuk peraturan
bupati atau walikota.
Pembinaan Melalui Kegiatan Pengaturan oleh Pemerintah D.
Pembinaan melalui kegiatan pengaturan terkait dengan penyelenggraan rencana
tata bangunan dan lingkungan (RTBL) yang dilakukan oleh pemerintah kepada
kementerian/lembaga, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
meliputi :
1. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) terkait
penyelenggaran bangunan dan lingkungan yang berlaku secara nasional.
Penyusunan NSPK dimaksud antara lain meliputi peraturan menteri
tentang penataan bangunan dan lingkungan, modul sosialisasi penataan
bangunan dan lingkungan, best practice penataan bangunan dan
lingkungan.
2. Penyebar luasan peraturan perundang-undangan, pedomam, petunjuk,
dan standar teknis bangunan dan lingkungan dilakukan melalui penyediaan
informasi pada :
a. Media elektronik dan situs Pemerintah (ww.pu.go.id)
b. Perpustakaan pada institusi pembina teknis, baik pada tingkat pusat
(Perpustakaan Kementerian PUPR) maupun provinsi (Gedung Pusat
Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan Gedung/PIP2B)
dan
c. Kegiatan yang berinteraksi secara langsung seperti sosialisasi dan
diseminasi, ataupun kegiatan yang tidak berinteraksi langsung dengan
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan masyarakat
melalui pembagian buku-buku NSPK
3. Pemberian bantuan teknis dilakukan dalam rangka membantu
pemerintah daerah untuk menyusun peraturan bupati/walikota atau
peraturan gubernur tentang bangunan dan lingkungan yang disesuaikan
dengan kondisi setiap daerah. Bantuan teknis dilakukan dalam bentuk
pendampingan berupa bimbingan, supervisi, dan konsultasi.
18 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
Pembinaan Melalui Kegiatan Pengaturan oleh Pemerintah Provinsi E.
Pembinaan melalui kegiatan pengaturan terkait dengan bangunan dan lingkungan
yang dilakukan oleh pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota
kecuali pemerintah Provinsi DKI Jakarta, meliputi :
1. Pendampingan penyusunan peraturan bupati/walikota terkait bangunan
dan lingkungan.
2. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk dan
standar teknis penataan bangunan dan lingkungan yang telah ditetapkan
oleh Pemerintah, melalui :
a. Media elektronik dan situs pemerintah provinsi;
b. Perpustakaan tingkat provinsi; dan
c. Kegiatan yang berinteraksi secara langsung seperti sosialisasi dan
diseminasi, ataupun kegiatan yang tidak berinteraksi langsung
dengan pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat melalui
pembagian buku-buku NSPK
Pembinaan Pengaturan oleh Pemerintah Kabupaten/kota F.
Pembinaan melalui kegiatan pengaturan terkait dengan penyelenggaraan
bangunan dan lingkungan yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota atau
pemerintah provinsi untuk DKI Jakarta kepada penyelenggara bangunan gedung,
meliputi:
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan tentang bangunan dan
lingkungan dalam bentuk peraturan bupati/walikota atau peraturan
gubernur untuk Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari penyelenggaraan
bangunan dan lingkungan serta pelembagaan dan operasionalisasinya di
masyarakat yang secara umum dilakukan dengan berpedoman pada
pedoman teknis ini;
2. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan
standar teknis bangunan dan lingkungan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah, antara lain melalui :
a. Media elektronik dan situs pemerintah kabupaten/kota;
b. Perpustakaan tingkat kabupaten/kota atau tingkat provinsi untuk DKI
Jakarta; dan
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 19
c. Kegiatan yang berinteraksi secara langsung seperti sosialisasi dan
diseminasi kepada penyelenggara penataan bangunan dan
lingkungan.
3. Penyusunan Rencana Aksi Implementasi Bangunan dan Lingkungan
Rencana Aksi Implementasi bangunan dan lingkungan adalah dokumen
yang disusun oleh pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah provinsi
untuk DKI Jakarta yang menjelaskan bagaimana dukungan dan/atau
kegiatan yang diperlukan dalam mempercepat implementasi penataan
bangunan dan lingkungan di wilayahnya.
Rencana aksi tersebut setidak-tidaknya memuat identifikasi dan
komitmen dari pelaku kepentingan terkait, skala implementasi, target
pencapaian pengaturan bangunan dan lingkungan, alokasi waktu yang
disediakan, dan sistem monitoring dan evaluasi, serta contoh kasus-kasus
terbaik (best practices) rencana aksi serupa di tempat lain sebagai media
pembelajaran.
Pentahapan yang harus dimuat dalam Rencana Aksi tersebut antara lain
meliputi:
a. Identifikasi potensi dan karakteristik konservasi energi, air, dan
sumber daya lainnya sektor bangunan dan lingkungan tingkat
kabupaten/kota atau provinsi untuk DKI Jakarta;
b. Penyusunan baseline konservasi energi, air dan sumber daya airnya
sektor bangunan gedung tingkat kabupaten/kota;
c. Usulan rencana aksi implementasi penataan bangunan dan
lingkungan di wilayah kabupaten/kota;
d. Penentuan prioritas dan pentahapan pelaksanaan peraturan
bangunan dan lingkungan tingkat kabupaten/ kota ; dan
e. Penyiapan kelembagaan dan pendanaan.
f. Pemerintah kabupaten/kota dapat menetapkan kebijakan insentif
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, mekanisme dan
bentuk kebijakan insentif ini ditetapkan oleh pemerintah
kabupaten/kota dengan mempertimbangkan kondisi daerah masing-
masing, dapat dilakukan antara lain melalui kebijakan insentif yang
diberikan kepada penyelenggara penataan bangunan dan lingkungan
dengan kinerja lebih dari yang dipersyaratkan dan ditetapkan oleh
pemerintah kabupaten/kota.
20 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
4. Pembinaan melalui kegiatan pengaturan juga dapat dilakukan oleh
pemerintah kabupaten/kota secara langsung kepada penyelenggara
penataan bangunan dan lingkungan dan masyarakat meliputi kegiatan:
a. Sosialisasi dan diseminasi dari peraturan perundang-undangan
bangunan dan lingkungan yang telah ditetapkan secara nasional, serta
penyampaian informasi terbaru misalnya terkait perkembangan
teknologi bangunan dan lingkungan; dan
b. Pelatihan penyelenggaraan RTBL, ditujukan untuk meningkatkan
kapasitas penyelenggara penataan bangunan dan lingkungan dalam
hal penyusunan RTBL, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi,
serta pemanfaatan pasca pembangunan konstruksi, termasuk
pemeliharaan.
Rangkuman G.
Bentuk-bentuk pembinaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah adalah pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan
penyelenggaraan RTBL, dumulai pada tahap penyusunan dan implentasi RTBLnya.
1. Pembinaan melalui kegiatan pengaturan oleh Pemerintah meliputi
penyusunan norma standar, penyebar luasan peraturan perundangan,
pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan dan lingkungan, dan
pemberian bantuan teknis .
2. Pembinaan melalui kegiatan pengaturan oleh Pemerintah Provinsi meliputi
pendampingan penyusunan peraturan Bupati/Walikota, penyebarluasan
peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk dan standar teknis
penataan bangunan dan lingkungan.
3. Pembinaan melalui kegiatan pengaturan oleh Pemerintah Kabupaten/kota
meliputi penyusunan pertauran perundangan tentang RTBL dalam bentuk
perbup/perwal/pergub, penyebarluasan peraturan perundang-undangan,
pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan dan lingkungan,
penyusunan rencana aksi RTBL, dan pembinaan melaui kegiatan
pengaturan.
22 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
PEMBINAAN PEMBERDAYAAN
Indikator Keberhasilan A.
Dengan mengikuti mata pelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu memahami
pembinaan dalam bentuk pemberdayaan kepada pelaku kepentingan dalam setiap
penyelenggara-an RTBL.
Umum B.
Salah satu bentuk pembinaan dalam penyelenggaraan RTBL adalah pemberdayaan,
disamping pembinaan dalam bentuk pengaturan dan pengawasan. Pemberdayaan
dimaksudkan agar segenap pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan RTBL
dapat menjadi mandiri mengelola kawasan, dimulai pada tahap penyusunan, dan
implentasi RTBLnya.
Pemberdayaan merupakan salah satu bentuk pembinaan dalam rangka
memandirikan berbagai pihak dan pemangku kepentingan.
Jenis dan Bentuk Pemberdayaan Terkait Dengan Pembinaan C.
Pemberdayaan dilakukan terhadap para penyelenggara RTBL dan aparat
pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) untuk menumbuh-kembangkan
kesadaran akan hak, kewajiban, dan perannya dalam penyelenggaraan RTBL, sejak
tahap identifikasi, penyusunan program bangunan dan lingkungan, rencana umum
dan panduan rancangan, rencana investasi, pengendalian rencana dan
pelaksanaan, sehingga semua tahap dalam penyelenggaraan dapat dipahami dan
dapat diaplikasikan di lapangan oleh pemangku kepentingan.
1. Pembinaan Pemberdayaan Oleh Pemerintah
Pembinaan melalui kegiatan pemberdayaan terkait dengan penyelenggaraan
bangunan dan lingkungan yang dilakukan Pemerintah kepada
kementerian/lembaga, pemerintah provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta,
pemerintah kabupaten/kota, dan masyarakat meliputi:
a. Bantuan teknis diberikan dalam rangka meningkatkan kapasitas aparat
pemerintah dalam menyelenggarakan bangunan dan lingkungan. Bantuan
teknis kepada kementerian/lembaga dilakukan melalui pendampingan
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 23
oleh tenaga pengelola teknis yang ditunjuk khususnya penyelenggaraan
bangunan gedung negara.
b. Pendampingan dan pelatihan pendataan bangunan dan lingkungan
Kementerian PUPR yang dilakukan melalui sosialisasi/diseminasi dan
pelatihan pendataan yang merupakan bagian dari sistem informasi
bangunan dan lingkungan di kabupaten/kota,
c. Pendampingan penyusunan Rencana Aksi Implementasi bangunan dan
lingkungan kepada pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah provinsi
untuk DKI Jakarta.
d. Pelatihan penilaian bangunan dan lingkungan dilakukan kepada aparat
pemerintah kabupaten/kota yang bertanggungjawab terhadap perizinan
dan penerbitan kelaikan fungsi bangunan dan lingkungan terkait
pemenuhan persyaratan bangunan dan lingkungan di kabupaten/kota.
e. Percontohan penataan prasaran dan sarana fisik berupa peningkatan
kualitas lingkungan, penataan kawasan dan ruang terbuka hijau (RTH),
kawasan dan cagar budaya yang dilestarikan, edukasi penataan bangunan
dan lingkungan kepada masyarakat umum tentang pemenuhan
persyaratan menata kawasan.
Objek bangunan dan lingkungan yang menjadi fisik percontohan dapat
berupa:
1) Bangunan gedung baru tempat evakuasi sementara (TES);
2) Penataan prasarana dan sarana dalam rangka meningkatkan kualitas
lingkungan seperti penataan water front city, river front city, CBD, alun-
alun, pusat pertumbuhan,
3) Penataan ruang terbuka hijau (RTH) dalam rangka meningkatkan fungsi
ruang, keindahan dan kenyamanan serta pemenuhan target besaran
prosentase ruang hijau perkotaan,
4) Penataan kawasan dan bangunan bersejarah dan bangunan cagar
budaya yang dilestarikan
f. Pelatihan pendampingan masyarakat dan pemangku kepentingan
dilakukan oleh aparat pemerintah provinsi dan/atau kabupaten/kota
dalam rangka peningkatan kapasitas pemangku kepentingan bersama
aparat penyelenggara RTBL.
24 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
2. Pembinaan pemberdayaan oleh Pemerintah Provinsi
Pembinaan melalui kegiatan pemberdayaan terkait dengan penyelenggaraan
bangunan dan lingkungan yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota
meliputi:
a. Pendampingan dan pelatihan pendataan kawasan potensial dilakukan
melalui sosialisasi/diseminasi dan pelatihan pendataan yang merupakan
bagian dari sistem informasi bangunan dan lingkungan kabupaten/kota;
b. Pelatihan penilaian bangunan dan lingkungan dilakukan kepada aparat
pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab terhadap perizinan
dan penerbitan kelaikan fungsi bangunan; dan
c. Pendampingan penyusunan Rencana Aksi Implementasi Penataan
Bangunan dan Lingkungan kepada pemerintah kabupaten/kota melalui
P3KP dan P2KH
d. Percontohan bangunan dan lingkungan dilakukan kepada bangunan
gedung milik pemerintah provinsi berupa bangunan gedung baru dan/atau
bangunan gedung yang telah dimanfaatkan sebagai fungsi teladan (leading
example) dan edukasi kepada masyarakat :
1) Bangunan gedung baru tempat evakuasi sementara (TES);
2) Penataan prasarana dan sarana fisik lingkungan dalam rangka
meningkatkan kualitas lingkungan seperti penataan water front city,
river front city, CBD, alun-alun, pusat pertumbuhan,
3) Penataan ruang terbuka hijau (RTH) dalam rangka meningkatkan fungsi
ruang, keindahan dan kenyamanan serta pemenuhan ruang hijau
perkotaan
4) Penataan kawasan bersejarah dan bangunan cagar budaya yang
dilestarikan dalam rangka menyelamatkan asset sebagai warisan
budaya bangsa.
3. Pembinaan melalui kegiatan pemberdayaan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
Pembinaan melalui kegiatan pemberdayaan terkait dengan penyelenggaraan
bangunan dan lingkungan yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota kepada
penyelenggara RTBL, meliputi:
a. Pendataan bangunan dan lingkungan dilakukan kepada penyelenggara
RTBL dan masyarakat melalui sosialisasi tata cara penyusunan profil
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 25
kawasan dan pelatihan penyampaian data kinerja bangunan dan
lingkungan pada sistem informasi yang disediakan.
b. Pelibatan tim ahli bangunan gedung dapat dilakukan dalam rangka
pemberdayaan kepada penyelenggara bangunan dan lingkungan dalam
bentuk pemberian advis teknis pemenuhan persyaratan bangunan dan
lingkungan pada tahap perencanaan teknis, pelaksanaan, dan pemanfatan.
c. Pendampingan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan dan
lingkungan, hunian sehat dilakukan dengan memberikan bantuan teknis
penyusunan dokumen rencana kerja bangunan dan lingkungan
masyarakat.
d. Percontohan prasarana dan sarana lingkungan dilakukan kepada bangunan
gedung milik pemerintah kabupaten/kota berupa bangunan gedung baru
dan/atau bangunan gedung yang telah dimanfaatkan sebagai fungsi
teladan (leading example) dan edukasi kepada masyarakat umum tentang
pemenuhan persyaratan bangunan dan lingkungan.
e. Objek bangunan dan lingkungan yang menjadi percontohan fisik dapat
berupa:
1) Penataan fisik bangunan dan lingkungan dalam rangka meningkatkan
kualitasnya seperti penataan water front city, river front city, CBD,
alun-alun, pusat pertumbuhan,
2) Penataan ruang terbuka hijau (RTH) dalam rangka meningkatkan
fungsi ruang, keindahan dan kenyamanan serta pemenuhan target
ruang hijau perkotaan
3) Penataan kawasan dan bangunan bersejarah dan bangunan cagar
budaya yang dilestarikan.
Pemerintah kabupaten/kota adalah sasaran pembinaan yang paling efektif,
mengingat pemerintah daerah memiliki otoritas melakukan pembinaan
berjenjang kepada seluruh pemangku kepentingan di wilayahnya.
Peningkatan kemampuan pemerintah kabupaten/kota untuk menjadi ujung
tombak pembinaan dibuktikan dengan tingginya minat daerah menyusun
RTBL termasuk kesiapan daerah untuk ikut sharing membiayai
penyelenggaraan RTBL.
Keberadaan ketentuan yang mensyaratkan bahwa RTBL harus didahului
terbitnya perda RTRW dan perda BG sebagai salah satu kriteria yang harus
dipenuhi telah mendorong pemerintah daerah bersama dengan para legislatif
26 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
dalam merealisasikan kedua perda tersebut. Untuk itu pemerintah pusat
selalu memfasilitasi penyelenggaraan pembinaan melalui pendidikan
pelatihan dan dengan melengkapi dan merevisi modul-modul yang sudah ada
sesuai dengan perkembangan masa.
4. Pemberdayaan Pemerintah kepada Masyarakat Umum
a. Pemberdayaan Melalui Peran Masyarakat
Partisipasi menurut Fithriadi, dkk. (1997) Partisipasi adalah pokok utama
dalam pendekatan pembangunan yang terpusat pada masyarakat dan
berkesinambungan serta merupakan proses interaktif yang berlanjut.
Prinsip dalam partisipasi adalah melibatkan atau peran serta masyarakat
secara langsung, dan hanya mungkin dicapai jika masyarakat sendiri ikut
ambil bagian, sejak dari awal proses dan perumusan hasil. Keterlibatan
masyarakat akan menjadi penjamin bagi suatu proses yang baik dan benar.
Dengan demikian, Abe (2005) mengasumsikan bahwa hal ini menyebabkan
masyarakat telah terlatih secara baik. Tanpa adanya pra kondisi, dalam arti
mengembangkan pendidikan maka keterlibatan masyarakat secara langsung
tidak akan memberikan banyak arti.
Lebih lanjut Abe (2005) mengemukakan dengan melibatkan masyarakat
secara langsung akan membawa dampak penting, yaitu :
1) Terhindar dari peluang terjadinya manipulasi. Keterlibatan masyarakat
akan memperjelas apa yang sebenarnya dikehendaki oleh masyarakat;
2) Memberikan nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan karena
semakin banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik; dan
3) Meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat.
Dengan demikian pemberdayaan masyarakat pada penyelenggaraan RTBL
mengandung pengertian sebagai upaya memberikan otonomi, wewenang,
dan kepercayaan kepada setiap individu (masyarakat) dalam suatu
organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat memberi
sumbangan pikiran, kerja nyata dan kesukarelaan berkorban untuk
kepentingan yang lebih besar.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana masyarakat
berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi
dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya dapat terjadi
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 27
apabila warganya ikut berpartisipasi secara langsung. Kelompok masyarakat
tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek yang
merupakan motor penggerak dan bukan penerima manfaat atau obyek saja.
Bentuk pemberdayaan kepada masyarakat, dilakukan dengan melibatkan
peran masyarakat pada setiap tahap penyusunan RTBL, terutama
masyarakat yang terkait dengan lokasi penyusunan RTBL.
Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan
kawasan RTBL memiliki dua kecenderungan, antara lain :
Pertama, kecenderungan yang bersifat primer, yaitu :
kecenderungan proses yang memberikan atau mengalihkan sebagian
kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau
individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan
upaya membangun asset material prasarana dan sarana fisik, guna
mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.
Dalam konteks penataan bangunan dan lingkungan pada tahap penyusunan
RTBL yaitu memberikan peluang masyarakat untuk menuangkan segala
kemampuan, pengalaman dan idea-idea (bersifat praktis-praktis), baik
secara keterwakilan maupun langsung akan sangat berdaya guna
membangunan dan menghidupkan kawasan RTBL.
Sedangkan pada tahap implementasi pembangunan, peran masyarakat
praktis relatif tidak terlalu sulit, apabila hubungan kemasyarakatan telah
terbentuk dengan baik ditindak lanjuti dengan pola manajemen yang saling
mengisi dan mendukung, terstruktur dan terorganisir.
Kedua, kecenderungan yang bersifat sekunder :
yaitu kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan stimulasi,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan melalui proses
dialog.
Sumodiningrat, Gunawan, 2002. Pernah menulis bahwa kecenderungan
primer dan sekunder memberikan dua titik ekstrem yang seolah-olah
berseberangan, namun keduanya saling mewujudkan karena kecenderungan
primer harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu.
28 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
b. Pemberdayaan Dunia Usaha
Kontribusi dunia usaha dan industri dalam memenuhi arahan RTBL, sering
hanya dianggap sebagai pelengkap saja sehingga peran yang diharapkan
dalam penyusunan RTBL dari tahap perencanaan teknis sampai pelaksanaan
pembangunan kadang terabaikan, padahal apabila dilibatkan dari awal akan
memberikan efek ganda dalam rangka menata bangunan dan lingkungan
sekaligus menjadi motor penggerak meningkatkan nilai ekonomi kawasan.
Ada beberapa hal yang menguntungkan bila dunia usaha diberdayakan
antara lain :
1) Bagi usaha kecil menengah khususnya para PKL, dapat mengatur sendiri
kios dan barang dagangannya secara rapih berdasarkan arahan yang
disepakati dalam penyusunan RTBL, ikut bertanggung jawab dalam
kebersihan lingkungan, keberlanjutan usaha dan sekaligus menjaga
image negatif kawasan,
2) Dapat berkontribusi dan menjadikan kawasan sebagai sentra ekonomi
yang mudah dijangkau masyarakat kota,
3) Dapat menjadi obyek wisata yang bisa mengangkat citra kawasan,
4) Kontrol sosial menjadi lebih terarah,
5) Mudah diberi pemahaman dan dibina dalam rangka pembentukan
kelembagaan, peng-organisasian kelompok masyarakat,
6) Lebih mudah bersinergi dengan perusahaan yang lebih mumpuni
7) Dunia usaha yang lebih mumpuni akan lebih mudah diajak dalam rangka
mewujudkan tanggung jawab sosial melalui sharing CSR,
Metode Pemberdayaan D.
Dalam upaya meningkatkan kemandirian penyelengara RTBL khususnya pada
masyarakat kawasan, maka metode yang dianggap cukup efektif antara lain :
1. Rembug Warga Melalui Forum Group Discussion (FGD).
Peserta FGD terdiri dari tokoh masyarakat, organisasi dan lembaga, perangkat
desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten.kota, masyarakat professional, dan
pihak-pihak pemerhati lingkungan lainnya. Kegiatan FGD dapat dilaksanakan
minimal 2 kali selama penyusunan RTBL dan dilanjutkan pada masa persiapan
dan masa pelaksanaan pembangunan sesuai kebutuhannya.
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 29
2. Persuasif Kepada Individu
Persuasif dalam rangka mengajak perorangan untuk ikut berpartisipasi aktif
dalam penyelenggaraan RTBL dan sekaligus dijadikan sebagai bank data untuk
menjadi bahan analisa.
3. Kegiatan Kerja Bakti Massal
Kerja bakti yaitu ajakan partisipasi oleh masyarakat perorangan untuk kerja
bersama dalam suatu kelompok untuk menyelesaikan suatu kegiatan untuk
kepentingan bersama, biaya yang dikeluarkan sehubungan kerja bakti
ditanggung bersama oleh masyarakat pekerja bakti dan atau sumbangan dari
pihak-pihak lain.
Pembinaan melalui kerja bakti massal (gotong royong) merupakan warisan
leluhur sebagai pencerminan sila ketiga dari Panca Sila yaitu persatuan,
dimana kegiatan tersebut dapat berupa kebersihan lingkungan, penanaman
pohon atau kegiatan lain yang sifatnya meningkatkan kualitas lingkungan.
4. Kegiatan Event-Event dan Atraksi
Event yang dimaksud dalam penyelenggaraan RTBL dikemas sedemikian rupa
dan terencana sehingga masyarakat ikut berpartisipasi secara tidak langsung
melalui kegiatan promosi, seperti partisipasi berupa sumbangan atau
penjualan hasil produk dengan harga murah, modal yang dikeluarkan dapat
dimintai partisipasi dari dunia usaha.
Selanjutnya barang-barang tersebut dijual kepada masyarakat dalam suatu
acara dan hasilnya dapat berupa sharing kepada dunia usaha atau digunakan
untuk pembangunan lingkungan kawasan.
Bentuk atraksi dapat juga dijadikan sebagai bagian pemberdayaan untuk
mengajak masyarakat kawasan untuk menampilkan keahlian masing-masing
kelompok dengan mengusung tema-tema budaya lokal, olah raga, olah vocal
dan sejenisnya.
Media Pemberdayaan E.
Media pemberdayaan yang digunakan dalam rangka mewujudkan peran
masyarakat dan pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan RTBL sekurang-
kurangnya terdiri :
1. Buku petunjuk berupa NSPK yang dapat dibagikan kepada pihak lain,
30 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
2. Sound system
3. Infocus dan kelengkapannya
4. Komputer atau laptop
5. Peralatan lapangan
Rangkuman F.
Pemberdayaan dimaksudkan agar segenap pemangku kepentingan dalam
penyelenggaraan RTBL dapat menjadi mandiri mengelola kawasan, dimulai pada
tahap penyusunan, dan implentasi RTBLnya. Pemberdayaan dilakukan terhadap
para penyelenggara RTBL dan aparat pemerintah daerah (Provinsi / Kabupaten /
Kota) untuk menumbuh-kembangkan kesadaran akan hak, kewajiban, dan
perannya dalam penyelenggaraan RTBL, sejak tahap identifikasi, penyusunan
program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan,
rencana investasi, pengendalian rencana dan pelaksanaan, sehingga semua tahap
dalam penyelenggaraan dapat dipahami dan dapat diaplikasikan di lapangan oleh
pemangku kepentingan. Metode pemberdayaan antara lain melalui rembug warga
melalui Forum Group Discussion (FGD), persuasif kepada individu, kerja bakti
masal, kegiatan event-event dan atraksi.
32 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
PEMBINAAN PENGAWASAN
Indikator Keberhasilan A.
Dengan mengikuti mata pelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu memahami
pembinaan dalam bentuk pengawasan pemantauan atas penerapan produk
peraturan terkait dengan penyelenggaraan RTBL.
Umum B.
Pembinaan melalui bentuk pengawasan adalah kegiatan pemantauan dalam
rangka penerapan peraturan dan ketentuan perundang-undangan dari
pemerintah, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota yang terkait
dengan penyelenggaraan RTBL.
Bentuk pembinaan pengawasan dapat dilaksanakan dan diterapkan pada kawasan
baik pada saat saat penyusunan RTBL, rencana teknis, pelaksanaan pembangunan
fisik maupun pasca pembangunan.
Jenis dan Bentuk Pengawasan C.
Pengawasan melalui pemantauan atas penerapan peraturan perundang-undangan,
norma, standar, pedoman dan kriteria dalam penyelenggaraan RTBL terdiri dari :
1. Pembinaan Melalui Kegiatan Pengawasan oleh Pemerintah
Pembinaan melalui kegiatan pengawasan terkait dengan penyelenggaraan
penataan bangunan dan lingkungan yang dilakukan Pemerintah kepada
pemerintah provinsi meliputi:
a. Pemantauan penerapan peraturan dan strategi penataan bangunan dan
lingkungan di tingkat provinsi serta melihat kinerja pemerintah provinsi
dalam memantau penerapan peraturan perundang-undangan terkait
bangunan dan lingkungan di kabupaten/kota.
b. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan bangunan dan lingkungan
secara nasional, baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 33
2. Pembinaan Melalui Kegiatan Pengawasan oleh Pemerintah Provinsi
Pembinaan melalui kegiatan pengawasan terkait dengan penyelenggaraan
bangunan dan lingkungan yang dilakukan pemerintah provinsi kepada
pemerintah kabupaten/kota, meliputi:
a. Pemantauan terhadap penerapan peraturan perundang-undangan terkait
penyelenggaraan RTBL di kabupaten/kota dengan melihat pada kinerja
pemerintah kabupaten/kota dalam penerapan peraturan perundang-
undangan terkait bangunan dan lingkungan di kabupaten/kota.
b. Pemantauan dan evaluasi kesesuaian substansi peraturan bupati/walikota
untuk penataan bangunan dan lingkungan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku secara nasional.
3. Pembinaan Melalui Pengawasan Pemerintah Kabupaten/Kota
Pembinaan melalui kegiatan pengawasan pemantauan peraturan terkait
penyelenggaraan RTBL yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota kepada
pemangku kepentingan, baik kawasan baru, kawasan pertumbuhan, atau
kawasan dilestarikan atau kawasan lainnya di perkotaan melalui keterangan
rencana kota, perizinan, sertifikat laik fungsi dan perpanjangannya, dan
pendataan bangunan dan lingkungan.
4. Macam Peraturan yang Perlu Pemantauan
Melalui pembinaan pengawasan dapat dicegah secara dini mengenai
penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, pemborosan, penyelewengan,
dan sejenisnya yang dapat merusak tatanan penyelenggraan RTBL.
Dengan pengawasan dapat diketahui sampai dimana penyimpangan ketentuan
peraturan yang telah digariskan dapat diimplementasikan dalam
penyelenggaraan RTBL. Pengawasan yang dilakukan dalam konteks pembinaan
penataan bangunan dan lingkungan yaitu mengajak segenap pemangku
kepentingan agar taat azas pada produk peraturan yang telah diterbitkan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) untuk
dilaksanakan secara konsekwen.
Beberapa peraturan dan kebijakan yang menjadi obyek pembinaan
pengawasan kepada pemangku kepentingan dan penting untuk dilaksanakan
adalah :
a. Peraturan bersifat teknis yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal ini
menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yaitu :
34 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
1) Standar-standar teknis penataan bangunan dan lingkungan terkait
penataan kawasan RTBL
2) Petunjuk dan Pedoman teknis penataan bangunan dan lingkungan di
kawasan RTBL
3) Kriteria pengusulan kegiatan RTBL oleh pemerintah kabupaten/kota
b. Perda yang terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan di kawasan
yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten/kota seperti perda RTRW,
perda BG yang memuat antara lain IMB, TABG, SLF,
c. Ketentuan dan peraturan desa/kelurahan yang disusun atas kesepakatan
masyarakat dengan dewan kelurahan dengan mengacu pada peraturan
yang lebih tinggi namun implementasinya adalah lebih spesifik dan
operasional.
5. Pokok-Pokok Pengawasan Peraturan
Instrumen yang digunakan dalam operasinalisasi pelaksanaan pembinaan
pengawasan pembangunan penataan bangunan dan lingkungan adalah :
a. Peraturan perundang-undangan yang diberlakukan secara nasional yaitu
UUD45, UU, PP, Perpres adalah merupakan acuan pembentukan peraturan
dibawahnya berupa permen, standar, manual, petunjuk, pedoman, Surat
Edaran, Instruksi dan bersifat operasional untuk menjamin terlaksananya
suatu kegiatan. Sehubungan dengan konteks penataan bangunan dan
kawasan maka peraturan dimaksud menitik beratkan pada peraturan yang
bersifat teknis, khususnya terkait penanganan prasarana dan sarana
lingkungan.
b. Peraturan yang diberlakukan secara kedaerahan adalah merupakan
bentuk peraturan yang khusus digunakan, dimanfaatkan pada skala daerah
seperti perda, perbub/perwal, instruksi bupati/walikota, peraturan
desa/kelurahan,
c. Standar Operating Procedure (SOP) yaitu serangkaian instruksi kerja secara
tertulis yang dibakukan (terdokumentasi) mengenai proses
penyelenggaraan administrasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan
dimana dan oleh siapa.
Menurut Tjipto Atmoko, Standar Operasional Standar merupakan suatu
pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan
fugsinya dan menjadi alat penilaian kinerja instansi berdasarkan indikator-
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 35
indikator teknis, administratif dan procedural sesuai tata kerja dan sitem kerja
unit kerja bersangkutan.
Pengawasan dilakukan melalui pemantauan terhadap pelaksanaan penerapan
peraturan perundang-undangan bidang penataan bangunan dan lingkungan
dan upaya penegakan hukumnya.
Melalui kegiatan pembinaan pengawasan yang dilakukan tidak berhenti hanya
pada tahap penyusunan RTBL tetapi lebih dari itu pengawasan juga dilakukan
pada tahap rencana teknis, pelaksanaan pembangunan konstruksi dan pada
tahap pasca pembangunan, sehingga harapan penataan bangunan dan
lingkungan secara berkelanjutan dapat direalisasikan dengan baik.
Rangkuman D.
Pembinaan melalui bentuk pengawasan adalah kegiatan pemantauan dalam
rangka penerapan peraturan dan ketentuan perundang-undangan dari
pemerintah, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota yang terkait
dengan penyelenggaraan RTBL. Jenis dan bentuk pengawasan meliputi pembinaan
melalui kegiatan pengawasan oleh Pemerintah, pembinaan melalui kegiatan
pengawasan oleh Pemerintah Provinsi, dan pembinaan melalui kegiatan
pengawasan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Macam peraturan yang
memerlukan pemantauan antara lain peraturan yang bersifat teknis yang
dikeluarkan meteri PU PR, Perda yang terkait dengan penataan bangunan dan
lingkungan di kawasan yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota, dan
ketentuan dan Peraturan Desa/Kelurahan yang disusun atas kesepakatan
masyarakat dengan Dewan Kelurahan.
38 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
PENUTUP
Sampailah jualah kita di penghujung modul “Pembinaan Penyelenggaraan RTBL”
ini, besar harapan penyaji kiranya dengan modul yang disampaikan, para peserta
diklat dapat memahami bagaimana proses penyelenggaraan pembinaan
berlangsung, sehingga 3 pokok materi (pengaturan, pemberdayaan dan
pengawasan) dapat memperkaya pengetahuan tugas masing-masing yang dimulai
dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota selanjutnya
kepada masyarakat dan segenap pemangku kepentingan dalam lokasi
penyelenggaraan RTBL.
Dalam modul pembinaan penyelenggaraan RTBL ini telah diuraikan bab-bab
menjelaskan proses, tugas dan tanggung jawab semua pihak terutama yang
berkaitan dengan bagaimana pembinaan melalui pengaturan agar produk
pengaturan yang operasional di lapangan tidak menjadi tumpang tindih dan
bertentangan dengan produk pengaturan yang disusun oleh pemerintah,
begitupun pembinaan melalui pemberdayaan yang menguraikan siapa dan
bagaimana efektivitas memberdayakan yang dilaksanakan oleh pemerintah,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota hingga sampai kepada
masyarakat, dunia usaha dan pemerhati lingkungan,
sedangkan pembinaan melalui pengawasan telah memberi gambaran kepada
peserta diklat mengenai pemantauan pelaksanaan peraturan agar semua produk
pengaturan yang berkaitan dengan produk pengaturan dapat berjalan dengan
baik.
Demikian, semoga apa yang disampaikan oleh penyaji akan memberi manfaat
kepada peserta Diklat dalam memperkaya pengetahuan tentang Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan, dan sekaligus menyikapi secara terencana dan benar
dalam menata, mengendalikan tata ruang kota yang semakin kompleks.
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 39
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang R.I. Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung ;
2. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung ;
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan ;
4. Modul Sosialisasi RTBL, Direktorat Penataan Bangunan Dan Lingkungan, Ditjen
Cipta Karya , Departemen Pekerjaan Umum ;
5. Undang-Undang R.I, Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria ;
6. Undang-Undang R.I. Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang ;
7. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk Dan Tata
Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang ;
8. Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan
Dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 65/KEP/MK.WASPAN/10/1999
Tentang Jabatan Fungsional Tata bangunan Dan Perumahan Dan Angka
Kreditnya ;
9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Aparatur
Sipil Negara ;
10. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 tahun 2009 Tentang
Pedoman Penulisan Modul Pendidikan Dan Pelatihan ;
11. Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/ Cipta Karya,
Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum;
12. Pedoman Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang PU/ Cipta Karya, Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum ;
13. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 4 Tahun 2013 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan Teknis Penyelenggara
Pendidikan dan Pelatihan ;
14. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 11 Tahun 2013
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II ;
15. Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonessia (SKKNI) Tentang
Ahli Perencana Tata Bangunan Dan Lingkungan, Badan Pembinaan Konstruksi,
Kementerian Pekerjaan Umum ;
40 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 Tetang Pedoman
Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ;
17. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 49 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Investasi Pemerintah ;
18. Peraturan Presiden R.I. Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Presiden R.I. Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah
Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan infrastruktur ;
19. Undang-undang R.I. Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
01/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Cagar Budaya yang Dilestarikan,
21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau,
22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh.
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 41
GLOSARIUM Rencana Strategis Suatu dokumen Perencanaan yang berorientasi
pada hasil yang ingin dicapai dalam kurun waktu 1-5 tahun sehubungan dengan tugas dan fungsi SKPD serta disesuaikan dengan memperhitungkan perkembangan lingkungan strategis.
Kawasan Strategis
Nasional
Kawasan yang ditetapkan berdasarkan kepentingan: pertahanan dan keamanan; pertumbuhan ekonomi; sosial dan budaya; pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Dekonsentrasi Sebuah kegiatan penyerahan berbagai urusan dari 1.pemerintahan pusat kepada badan-badan lain. Sumber lain menjelaskan bahwa dekonsentrasi itu merupakan pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
Sosialisasi Proses mempelajari dan menanamkan suatu nilai, 2.norma, peran, dan
pola perilaku dari satu generasi ke generasi lain 3.dalam sebuah
kelompok atau masyarakat agar dapat 4.berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Diseminasi Suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok 5.target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola.
42 Pembinaan Penyelenggaraan RTBL
Rencana Aksi Serangkaian rencana tindakan, tugas atau langkah-langkah yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan atau tujuan.
P2KP Pengembangan dan Pelesatarian Kota Pusaka 6.
P2KH
Program yang bertujuan untuk membangun
kesadaran masyarakat tentang atribut kota hijau.
Keterangan
Rencana Kota (KRK)
Merupakan rambu-rambu / acuan dalam
Perencanaan Site Plan, Bangunan dan Lingkungan
Bangunan yang diperbolehkan unuk kelancaran
pemrosesan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) sesuai
schedule yang telah ditetapkan oleh Dinas terkait
yang tertuang dalam peraturan yang masih berlaku.
Sertifikat Laik
Fungsi (SLF)
Sertifikat yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk menyatakan kelaikan fungsi suatu bangunan gedung baik secara administratif maupun teknis sebelum pemanfaatannya.
Izin Mendirikan
Bangunan (IMB)
Perizinan yang diberikan oleh kepala daerah kepada
pemilik bangunan untuk membangun baru,
mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau
merawat bangunan sesuai dengan persyaratan
administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.
Pembinaan Penyelenggaraan RTBL 43
Tim Penyempurna
Ir. Antonius Budiono, MCM
Ir. Ismono Yahmo, MA
Ir. Sugeng Sentausa, MSc
Ir. Natsir Gunansyah, MM
Ir. Normansyah Machmud, MM
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA