Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement Kelompok 7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kualitas memgang peranan penting bagi keberhasilan sautu perusahaan baik perusahaan jasa maupun manufaktur. Kualitas sarus terus dilakukan yaitu dengan melakukan perbaikan dan mempertimbangkan berbagai jenis aspek dalam perusahaan untuk peningkatkan efektivitas dan produktivitas perusahaan. Salah satu cara meningkatkan efektifitas dan produktifitas perusahaan adalah dengan membangun suatu tata letak fasilitas perusahaan dengan baik. Jika perusahaan mengabaikan aspek ini maka akan semakin banyak waste yang akan terjadi, seperti lamanya waktu pemindahan barang, lamanya waktu tunggu, dll. Untuk dapat memenuhi tujuannya PT. Tamiya Racing Indonesia memperhatikan aspek workspace, workplace, dan faktor lingkungan fisik kerja. Langkah awal yang dilakukan oleh PT Tamiya Racing Indonesia adalah merancang workspace. Mengatur pelatakan komponen-komponen seperti mesin, material, dengan memperhatikan banyak aspek, seperti berdasartkan tingkat kepentingannya, tingkat urutan prosesnya, tingkat frekuensi pemakaiannya, dan berdasarkan tingkat fungsinya. Workspace Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini kualitas memgang peranan penting bagi keberhasilan sautu perusahaan
baik perusahaan jasa maupun manufaktur. Kualitas sarus terus dilakukan yaitu dengan
melakukan perbaikan dan mempertimbangkan berbagai jenis aspek dalam perusahaan
untuk peningkatkan efektivitas dan produktivitas perusahaan. Salah satu cara meningkatkan
efektifitas dan produktifitas perusahaan adalah dengan membangun suatu tata letak fasilitas
perusahaan dengan baik. Jika perusahaan mengabaikan aspek ini maka akan semakin
banyak waste yang akan terjadi, seperti lamanya waktu pemindahan barang, lamanya waktu
tunggu, dll.
Untuk dapat memenuhi tujuannya PT. Tamiya Racing Indonesia memperhatikan
aspek workspace, workplace, dan faktor lingkungan fisik kerja. Langkah awal yang
dilakukan oleh PT Tamiya Racing Indonesia adalah merancang workspace. Mengatur
pelatakan komponen-komponen seperti mesin, material, dengan memperhatikan banyak
aspek, seperti berdasartkan tingkat kepentingannya, tingkat urutan prosesnya, tingkat
frekuensi pemakaiannya, dan berdasarkan tingkat fungsinya. Workspace yang memenuhi
keempat faktor tersebut akan memudahkan operator sebagai pelaku untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan waktu yang efisien. Aspek yang kedua adalah workplace. PT Tamiya
Racing Indonesia dalam merancang workplace memperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu: faktor anthropometri, iluminasi, kondisi atmosfir, dan kebisingan.
Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi performansi kinerja dari operator.
Aspek selanjutnya adalah fasilitas PT Tamiya Racing Indonesia akan melakukan
perhitungan mengenai berapa jumlah fasilitas yang dibutuhkan oleh perusahaan, seperti
jumlah AC, exhause fan, dan, jumlah lampu.
Rancangan akhir yang akan didapatkan PT. Indonesia Tamiya adalah berupa layout
keseluruhan dari perusahaan. Dengan adanya layout perusahaaan dengan pengaturan
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 1
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
workplace dan memperhatikan faktor lingkungan kerja, maka kegiatan produksi diharapkan
dapat berlangsung efektif dan efisien, serta perusahaan dapat menekan biaya-biaya yang
harus dikeluarkan, dan mengurangi waste.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan pendahuluan ini adalah
- Memahami konsep dari perancangan workplace dan workplace.
- Memahami pengaturan faktor-faktor lingkungan kerja.
- Menerapakan sisi ergonomi dalam perancangan suatu fasilitas produksi.
- Merancang layout pabrik secara keseluruhan dengan menerapkan konsep
workplace dan workspace.
- Menentukan jumlah fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh suatu
perusahaan.
1.3 Pembatasan Masalah dan Asumsi
Dalam praktikum ini patasan masalah dan asumsi yang digunakan adalah :
2. Data berasal dari penjabaran tanggung jawab, wewenang, dan rentang kendali
masing-masing departemen yang telah ditentukan sebelumnya.
3. jumlah karyawan dimana diasumsikan bahwa terdapat 2 pekerja packaging, 2 orang
penjaga kantin, hasil forecasting, dan layout SK awal yang telah ditentukan
sebelumnya.
4. Kegiatan yang dilakukan adalah menentukan luas keseluruhan pabrik, menentukan
jumlah fasilitas yang dibutuhkan perusahaan yaitu jumlah lampu, jumlah AC, dan
jumlah exhause fan. Selain itu juga akan merancang layout secara keseluruhan
dengan memperahatikan aspek workplace, workspace, dan penataan ruang fisik
kerja.
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 2
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang disusun dalam laporan praktikum modul 7 Workplace
and Environtmental Arrangement ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang praktikum, tujuan praktikum, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang dasar teori yang menyangkut masalah-masalah yang berhubungan
dengan workplace dan lingkungan kerja.
BAB III PENGUMPULAN
Berisi tentang pengumpulan data hasil pengukuran
BAB IV PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS
Berisi tentang Pengolahan data dan kemudian dilakukan analisa yang terdiri dari
analisis perancangan lay out baik stasiun kerja maupun pabrik, analisis pola aliran,
analisis luas ruangan, analisis jumlah lampu, analisis jumlah exhaust fan dan
analisis warna tembok.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 3
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Workspace
Workspace adalah area atau tempat kerja dimana bertemunya pekerja dengan tugasnya
dalam melakukan proses produksi, berisi antara lain material, mesin dan perkakas kerja,
peralatan pembantu fasilitas penunjang lingkungan fisik kerja dan juga manusia sebagai
pelaksana. Bisa juga disebut sebagai tata letak komponen pada suatu lantai produksi. Ada
beberapa prioritas dalam menata komponen, antara lain :
Berdasarkan tingkat kepentingan
Komponen yang sangat penting dalam pencapaian tujuan produksi diletakkan dekat
dengan stasiun atau mesin yang berkaitan.
Berdasarkan tingkat frekuensi penggunaan
Komponen yang paling sering dibutuhkan diletakkan dekat dengan operator.
Berdasarkan prinsip fungsi
Komponen dikelompokkan sesuai dengan fungsi yang sejenis.
Berdasarkan urutan kegunaan
Penataan tergantung dengan pola urutan penggunaan komponen tersebut.
(Wignoesoebroto,1996)
2.2 Workplace
Workplace adalah area tempat dilaksanakannya proses produksi beserta operator
sebagai pelaksana proses produksi dan komponen yang akan digunakan dalam proses
produksi. Contohnya adalah karyawan yang bekerja pada gedung perusahaan A, maka
gedung inilah yang disebut dengan workplace. Faktor-faktor yang mempengaruhi
workplace ini adalah sebagai berikut:
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 4
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
Antropometri
Pengukuran menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia dan karakterstik
khusus lain dari tubuh yang relevan dengan perancangan alat-alat yang akan
digunakan.
Iluminasi
Cahaya merupakan radiasi energy yang ditangkap manusia melalui retina mata dan
menghasilkan sensasi visual
Atmosfer
Kondisi atmosfer akan memengaruhi perfomansi sesorang dalam melakukan
pekerjaannya.
Kebisingan
Bentuk polusi yang tidak dikehendaki telinga karena dalam jangka panjang akan
menyebabkan tuna rungu.
Penataan ruang fisik
Penataan fisik juga didasarkan atas tingkat kepentingan (komponen paling penting
diletakkan di dekat sistem/mesin), tingkat frekuensi penggunakan (komponen yang
paling sering digunakan akan diletakkan dekat dengan mesin), dan prinsip fungsi
(komponen dikelompokkan bersaarkan fungsinya yang sejenis.
(Wignoesoebroto,1996)
2.3 Prinsip Dasar Perencanaan Tata Letak Pabrik
Dalam perencanaan dan pengaturan tata letak, terdapat 6 hal dasar yang perlu
diperhatikan menurut Muther (1995), yaitu :
a) Prinsip integrasi total
Prinsip ini menyatakan bahwa tata letak pabrik adalah merupakan integrasi secara
total dari seluruh elemen produksi yang ada menjadi satu unit operasi yang besar.
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 5
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
b) Prinsip jarak perpindahan bahan minimal
Hampir semua proses yang terjadi dalam suatu industri mancakup beberapa gerakan
perpindahan dari material, yang tidak bisa dihindari secara keseluruhan.
Dalamproses pemindahan bahan dari satu operasi ke operasi lain, waktu dapat
dihemat dengan cara mengurangi perpindahan jarak tersebut. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan menerapkan operasi yang berikutnya sedekat mungkin dengan
operasi sebelumnya.
c) Prinsip aliran suatu proses kerja
Dengan prinsip ini, diusahakan untuk menghindari adanya gerak balik (back
tracking), gerak memotong (cross movement), kemacetan (congestion) dan sedapat
mungkin material bergerak terus tanpa ada interupsi. Ide dasar dari prinsip aliran
konstan dengan minimum interupsi, kesimpangsiuran dan kemacetan.
d) Prinsip pemanfaatan ruangan
Makna dasar tata letak adalah suatu pengaturan ruangan yang akan dipakai oleh
manusia, bahan baku, dan peralatan penunjang proses produksi lainnya, yang
memilki tiga dimensi yaitu aspek volume (cubic space), dan bukan hanya sekedar
aspek luas (floor space). Dengan demikian, dalam perencanaan tata letak,
faktordimensi ruangan ini juga perlu diperhatikan.
e) Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja
Kepuasan kerja sangat besar artinya bagi seseorang, dan dapat dianggap sebagai
dasar utama untuk mencapai tujuan. Dengan membuat suasana kerja menyenangkan
dan memuaskan, maka secara otomatis akan banyak keuntungan yang bisa kita
peroleh. Selanjutnya, keselamatan kerja juga merupakan faktor utama yang harus
diperhatikan dalam perencanaan tata letak pabrik. Suatu layout tidak dapat
dikatakan baik apabila tidak menjamin atau bahkan justru membahayakan
keselamatan orang yang bekerja di dalamnya.
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 6
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
f) Prinsip fleksibilitas
Prinsip ini sangat berarti dalam masa dimana riset ilmiah, komunikasi, dan
transportasi bergerak dengan cepat, yang mana hal ini akan mengakibatkan dunia
industri harus ikut berpacu mengimbanginya. Untuk ini, kondisi ekonomi akan bisa
tercapai apabila tata letak yang ada telah direncanakan cukup fleksibel untuk
diadakan penyesuaian/pengaturan kembali (relayout) dengan cepat dan biaya yang
relatif murah.
(Muther, 1995)
2.4 Prinsip Pembuatan Layout
Dalam merancang layout ruangan produksi harus memperhatikan pola aliran material
yang bergerak pada fasilitas-fasilitas produksi di dalamnya. Layout ruangan produksi yang
baik harus memperhatikan hubungan setiap aktivitas yang digambarkan pada Activity
Relationship Diagram (ARD) dan Activity Relationship Chart (ARC), juga memperhatikan
blok-blok pekerjaan yang digambarkan pada Activity Template Block Diagram (ATBD).
Dari ARC, ARD, dan ATBD tersebut akan didapatkan Space Relationship Diagram (SRD)
untuk menentukan luasan area keseluruhan layout produksi (Iswanto, 2011).
1. Activity Relationship Chart (ARC)
Metode ini menghubungkan aktivitas-aktivitas secara berpasangan sehingga semua
aktivitas akan diketahui hubungannya. Keterkaitan aktivitas dilambangkan dengan
simbol huruf untuk menunjukkan derajat keterkaitan aktivitas, sebagai berikut :
a. A = Hubungan mutlak diperlukan
b. E = Hubungan sangat penting
c. I = hubungan penting
d. O = hubungan biasa/ umum
e. U = hubungan tidak penting
f. X = hubungan tidak diinginkan
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 7
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
Gambar 2.1 Activity Relationship Chart
2. Activity Relationship Diagram (ARD)
Diagram keterkaitan kegiatan atau Activity Relationship Diagram (ARD) adalah
diagram blok yang menunjukkan pendekatan keterkaitan kegiatan dengan
menggunakan blok yang dihubungkan dengan garis yang mewakili deskripsi
kedekatan yang berbeda-beda.
Gambar 2.2 Activity Relationship Diagram
(Wignjosoebroto, 1996)
3. Activity Template Block Diagram (ATBD)
Activity Template Block Diagram memiliki konsep yang mirip dengan ARD,
hanya saja pada ATBD data yang telah dikelompokkan ke dalam lembar kerja
kemudian dimasukkan ke dalam suatu activity template. Tiap-tiap template akan
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 8
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
menjelaskan mengenai departemen yang bersangkutan dan hubungan dengan
aktivitas dari departemen itu. Template disini hanya bersifat memberi penjelasan
mengenai hubungan aktivitas antara departemen satu dengan departemen lain,
untuk itu skala luas dari masing-masing departemen tidak perlu diperhatikan.
Gambar 2.3 ATBD
4. Space Relationship Diagram (SRD)
Space Relationship Diagram dibuat dengan menentukan luasan area yang
diperlukan dan keterkaitan aktivitas antar ruang tersebut. Dalam diagram
hubungan ruangan dapat dilihat keterkaitan antar kebutuhan area atau ruang yang
diperlukan dalam penyusunan tata letak.
Gambar 2.4 SRD
(Iswanto, 2011)
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 9
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
2.5 Pola Aliran Material
Macam – macam pola aliran stasiun kerja adalah sebagai berikut :
a. Pola Aliran Garis Lurus
Merupakan pola yang paling mudah dikenali berdasar pada system material
handling, pada umumnya menggunakan conveyor lurus.
Gambar 2.4 Pola Aliran Garis lurus
b. Pola Aliran Bentuk U
Pola ini umumnya digunakan untuk lantai kerja dengan luas terbatas dan bertujuan
untuk meminimalisir tempat. Pada umumnya proses akhir berada di tempat yang
sama dengan proses awal dikarenakan adanya penggunaan mesin yang sama.
Gambar 2.5 Pola Aliran Bentuk U
c. Pola Aliran Zig-Zag
Pola aliran tersebut disebut juga pola aliran berbentuk ular, pada umumnya
diterapkan pada kondisi lantai pabrik yang sempit tetapi proses yang dibutuhkan
cukup panjang. Prinsip penataan dilakukan dengan membelokkan aliran produksi.
Gambar 2.6 Pola Aliran Zig Zag
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 10
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
d. Pola Aliran Bentuk Lingkaran
Pola aliran bentuk melingkar dapat diterapkan bila bertujuan mengembalikan
material atau produk pada titik awal aliran produksi berlangsung.
Gambar 2.7 Pola Aliran bentuk lingkaran
e. Pola Aliran Tak Tentu
Digunakan untuk memperoleh lintasan produksi yang pendek antarkelompok dari
wilayah berdekatan, pada umumnya proses pemindahan material dilakukan dengan
system manual.
Gambar 2.8 Pola Aliran Tak Tentu
2.6 Pengaruh Lingkungan Fisik terhadap Perancangan Workplace
Dalam suatu area kerja, pasti ada banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi
perancangan workplace seperti temperature (suhu), kelembaban, sirkulasi udara,
pencahayaan (iluminasi), kebisingan, getaran, bau-bauan, dan warna. Berikut ini adalah
penjelasan masing-masing faktor :
a. Temperature
Lingkungan kerja dapat dirasakan nyaman jika ditunjang dengan suhu udara yang baik
bagi pekerjanya. Suhu udara adalah salah satu hal yang harus diperhatikan agar dapat
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 11
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
menciptakan situasi kerja yang kondusif dan maksimal. Berikut klasifikasi suhu dalam
lingkungan fisik kerja :
Tabel 2.1 Temperatur
Temperature Pengaruh terhadap manusia
49 Suhu ini hanya dianjurkan untuk pekerjaan dengan durasi paling
lama 1 jam, karena dapat menyebabkan dehidrasi berlebih
< 30 Aktivitias mental dan daya tanggap mulai menurun serta
cenderung membuat kesalahan akibat kelelahan fisik.
24 Kondisi optimum bagi manusia
<24 Dapat meyebabkan kekakuan otot.
(Sritomo, 1989)
b. Kelembaban
Kelembaban udara adalah banyaknya air yang terkandung di dalam udara. Kelembaban
ini sangat berhubungan dengan temperature udara. Jika temperature udara dan
kelembabannya semakin tinggi, maka pengurangan panas dari tubuh akan terjadi secara
massif dan cepat.
c. Sirkulasi udara
Udara di sekitar kita dikatakan kotor apabila keadaan oksigen di dalam udara tersebut
telah berkurang dan bercampur gas-gas lainnya yang membahayakan tubuh. Hal ini
diakibatkan oleh perputaran udara yang tidak normal. Semakin kotor udara di sekitar
kita, maka akan membuat kita menjadi sesak.
d. Pencahayaan
Pencahayan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan kerja seorang pekerja. Selain itu
kebutuhan cahay yang dibutuhkan antara seorang pekerja dengan pekerja lain bisa
berbeda jika dilihat dari tingkat ketelitian kerjanya. Semakin detail atau teliti
pekerjaannya, maka penerangan yang dibtuhkan juga semakin besar. Berikut ini adlaah
cirri-ciri penerangan yang baik menurut Sofyan Assauri (1993:31) :
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 12
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
Sinar cahaya yang cukup
Sinarnya tidak berkilau
Tidak kontras
Cahaya terang
Distribusi cahaya merata
Warna yang sesuai
e. Kebisingan
Kebisingan berpengaruh terhadap kesehatan system pendengaran manusia dan secara
langsung mengganggu konsentrasi. Menurut Sedarmayanti (1996:26), ada tiga aspek
yang menentukan suara bunyi yang bisa menim bulkan tingkat gangguan terhadap
manusia, yaitu :
Lama bunyi, yaitu semakinlama kita mendengar kebisingan maka semakin buruk
akibatnya bagi pendengaran.
Intenstitas kebisingan (dB), menunjukkan besarnya arus energy per satuan luas dan
batas pendengaran manusia yang mencapai 70 dB.
Frekuensi, yaitu jumlah gelombang suara yang sampai ke telinga kita per detik yang
dinyatakan dengan satuan Hertz (Hz).
f. Bau-bauan
Bau-bauan juga berpengaruh terhadap kinerja operator karena bau-bauan terutama yang
tidak sedap dapat mengganggu konsentrasi pekerja
g. Getaran Mekanis
Pekerja yang berhdapan dengan pekerjaan berat terutama yang berhubungan dengan
mesin kerja, akan lebih cepat mengalami kelelahan karena mesin menimbulkan getaran
yang jika semakin lama, akan membuat pekerja kelelahan.
h. Warna
Warna berpengaruh terhadap psikologis pekerja. Artinya warna menimbulkan kesan
tersendiri bagi pekerja yang bekerja di ruangan. Seperti contoh warna putih atau cerah
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 13
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
menimbulkan kesan luas, warna hijau menimbulkan kesan sejuk, dan warna hitam
menimbulkan kesan sempit.
2.7 Fasilitas di Ruangan Pabrikasi
Pengertian perencanaan fasilitas dapat diartikan sebagai proses perancangan
fasilitas, perencanaan, desain, dan susunan fasilitas, peralatan fisik, dan manusia yang
ditujukan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan sistem oelayanan. Dalam
perindustrian, perencanaan fasilitas berguna sebagai rencana material handling dan
menentukan peralatan proses produksi. Ada dua hal pokok dalam perencanaan fasilitas,
yaitu perencanaan lokasi pabrik dan perancangan fasilitas produksi yang meliputi
perancangan struktur pabrik.
Perancangan system fasilitas adalah perancangan bangunan dengan memperhatikan
aspek pencahayaan, kelistirikan, system komunikasi, suasana kerja, sanitasi, pembuangan
limbah dan lain-lain. Sementara perancangan system penanganan material meliputi
mekanisme yang dibutuhkan agar interaksi antara fasilitas yang ada seperti material,
personal, informasi, dan peralatan untuk mendukung produksi berjalan sempurna.
Gambar 2.9 Skema Perencanaan Fasilitas Manufaktur
(Jurnal Unikom)
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 14
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
2.8 Penentuan Jumlah Lampu
Penentuan jumlah lampu di suatu ruangan harus memperhatikan faktor-faktor yang
terdapat dalam rumus berikut :
N= E x A⍉ lumen lampu x LLF xCU
…………………………………….(2.1)
Keterangan :
N = Jumlah Lampu
E = Kuat penerangan yang dibutuhkan (lux)
A = Luasan area ruangan
LLF = Faktor kehilangan Cahaya
Tabel 2.2 LLF
Kantor ber AC 0,8
Industri bersih 0,7
Industri kotor 0,6
CU = Coefficient of Utility/faktor kegunaan (antara 50% - 60%)
2.9 Penentuan Jumlah Exhaust Fan
Pada bangunan-bangunan pabrik, atau pada bangunan yang didalamnya terdapat banyak
aktifitas orang atau mesin, apabila sirkulasi udara yang berada didalam ruangan tidak
sempurna, menyebabkan ruangan menjadi panas, sehingga membuat orang-orang yang berada
didalam ruangan merasa tidak nyaman, dan dapat berakibat menurunnya produktifitas.
Adapun panas yang terjadi didalam ruangan disebabkan oleh :
1. Pantulan panas dari seng
2. Banyaknya orang yang berada didalam ruangan
Salah satu ara mengurangi panas yang berada didalam ruangan adalah membuat udara
bersikulasi. Agar udara dapat bersikulasi bisa menggunakan sistem :
1. Atap bertingkat (Pemberian kukup)
2. Ventelasi exhaust electric fan
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 15
Laporan Praktikum Perancangan Teknik IndustriModul 7 : Workspace, Workplace And Environmental Arrangement
Kelompok 7
3. Turbin Ventilator
Untuk mecari jumlah turbin ventilator menggunakan rumus:
Jumlahturbin ventilator= Volume ruangankapasitas sedot x waktusirkulasi
…………….(2.2)
(http://puslit2.petra.ac.id)
2.10 Penentuan Kebutuhan AC di Suatu Ruangan
Dalam menghitung kapasitas AC satuan daya pendinginan AC yang disebut
BTU/hours BTU per jam) atau disingkat BTU/hr. BTU/h singkatan dari British thermal unit
per hour, satuan daya pendinginan AC yang berasal dari inggris. Sedang PK (Paard Krcht)
atau HP (horse power) yang berarti satuan tenaga kuda, yang dipergunakan dalam sistem
AC merujuk pada daya kompressor AC, bukan menunjukan kapasitas pendinginan AC.
Untuk daya pendinginan AC satuannya adalah BTU/h. Jadi, untuk mempermudah
mengetahui antara BTU/h dan PK maka berikut ini adalah konversi dari sistem daya AC
tersebut. Langkah dalam menentukan kebutuhan AC di suatu ruangan :
Jumlah AC = (Luas Ruangan x koefisien BTU) / BTU Ruangan (sesuai luas ruangan)..(2.3)
Tabel 2.3 Kapasitas AC berdasarkan PK
Kapasitas AC (PK) Setara dengan BTU/hr Untuk Ruangan
½
¾
1
1.5
2
2.5
3
5
5000
7000
9000
12.000
18.000
24.000
27.000
45.000
3 x 3 m
3 x 4 m
4 x 4 m
4 x 6 m
6 x 8 m
8 x 8 m
10 x 8 m
10 x 10 m
Program Studi Teknik IndustriUniversitas Diponegoro 16