Top Banner
69

Modul 2 Praktik Kebid III

Apr 16, 2017

Download

Health & Medicine

pjj_kemenkes
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Modul 2 Praktik Kebid III
Page 2: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul 11

Praktik Asuhan Kebidanan Di Komunitas

Penulis:

Yulinda, S.ST., M. PH

Editor:

Drs. Waldopo, M. Pd

PENDIDIKAN JARAK JAUH PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN

Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

2013

Hak cipta © Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Page 3: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

1

Daftar Isi

Cover

Daftar Isi 1

Daftar Istilah 3

Pendahuluan 4

Rasional dan deskripsi singkat 4

Relevansi 4

Petunjuk Belajar 5

Kegiatan Belajar 1: Analisis Situasi Kesehatan Secara Partisipatif 7

Tujuan Pembelajaran 7

Pokok Pokok Materi 7

Uraian Materi 8

Test 22

Tugas 25

Kegiatan Belajar 2: Analisis Masalah dalam kebidanan Komunitas 26

Tujuan Pembelajaran 26

Pokok Pokok Materi 26

Uraian Materi 27

Test 36

Page 4: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

2 2

Tugas 39

Kegiatan Belajar 3: Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang tanggap Gender dan Partisipatif 40

Tujuan Pembelajaran 40

Pokok Pokok Materi 40

Uraian Materi 41

Test 47

Tugas 50

Kegiatan Belajar 4: Monitoring dan Evaluasi 51

Tujuan Pembelajaran 51

Pokok Pokok Materi 51

Uraian Materi 52

Tugas 55

Test 56

Penutup 59

Daftar Pustaka 60

Kunci Jawaban 61

Test Akhir 63

Page 5: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

3

MDGs

Millenium Development Goals atau Tujuan Pembangunan Milenium merupakan hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dengan target adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015.

AKIAngka Kematian Ibu yaitu jumlah kematian ibu pertahun dibagi jumlah kelahiran hidup

AKBAngka Kematian Bayi yaitu jumlah kematian bayi pertahun dibagi jumlah kelahiran hidup

Daftar Istilah

Page 6: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

4 4

Rekan rekan mahasiswa, selamat anda telah berhasil menyelesaikan modul ke sepuluh, sehingga anda diperkenankan mempelajari modul yang ke Sebelas. Modul yang anda pelajari ini berjudul Asuhan kebidanan di komunitas.

Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat memahami tentang asuhan kebidanan di komunitas. Untuk mencapai tujuan tersebut anda diharapkan dapat (1) menjelaskan dan melaksanakan analisis situasi kesehatan, (2) melaksanakan Analisis masalah kebidanan komunitas, (3) menyusun perencanaan partisipatif dalam kebidanan komunitas, dan (4) melakukan monitoring dan evaluasi asuhan kebidanan di komunitas.

Sebagaimana anda ketahui bahwa angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini merupakan momok terbesar bagi seorang bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan. MDGs 2015 telah menetapkan target untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup serta Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.

Kompetensi ini sangat penting dalam melakukan tugas sebagai bidan yang bekerja di komunitas. Dengan memiliki kemampuan ini anda dapat melakukan tugas sebagai bidan dan berinteraksi dengan masyarakat sehingga kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan pembangunan kesehatan di masyarakat. Modul ini terdiri atas empat kegiatan belajar dan disusun dengan urutan sebagai berikut:

a. Kegiatan Belajar 1 : Analisis situasi kesehatan

b. Kegiatan Belajar 2 : Analsis Masalah dalam kebdianan Komunitas

Pendahuluan

Page 7: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

5

c. Kegiatan Belajar 3 : Perencanaan partisipatif dalam kebidanan komunitas

d. Kegiatan belajar 4 : Monitoring dan evaluasi

Proses pembelajaran untuk materi kebidanna komunitas, dapat berjalan dengan lancar apabila Anda mengikuti langkah langkah belajar sebagai berikut:

Petunjuk Belajar

Modul ini disusun sedemikian rupa agar anda dapat mempelajarinya secara mandiri, kami yakin Anda akan berhasil jika anda mau mempelajarinya secara serius dan benar. Oleh karena itu lakukan langkah-langkah belajar sebagai berikut:

1) Baca baik-baik dan pahami tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dalam mempelajari modul ini.

2) Pelajari materi secara berurutan mulai dari kegiatan belajar (KB) 1 dan seterusnya, karena materi yang dibahas dalam kegiatan sebelumnya berkaitan erat dengan materi yang akan dibahas pada kegiatan berikutnya.

3) Anda harus punya keyakinan yang kuat untuk belajar dan mempraktikan materi yang tertuang dalam modul ini.

4) Pelajari baik-baik dan pahami uraian materi yang ada pada setiap KB. Jika ada materi yang harus dipraktikkan, maka Anda diminta untuk mempraktikkannya.

5) Untuk mempelajari modul ini dibutuhkan waktu sedikitnya 90 menit.

6) Disamping mempelajari modul ini, Anda dianjurkan untuk mempelajari dari buku-buku, koran, majalah maupun artikel lain yang membahas tentang asuhan kebidanan di komunitas

7) Untuk lebih memudahkan lagi memahami modul ini, amati bagaiaman pelaksanaan pelananan di sekitar anda

8) Setelah selesai mempelajari satu KB, Anda diminta untuk mengerjakan tugas maupun soal-soal yang ada di dalamnya. Anda dinyatakan berhasil kalau

Page 8: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

6 6

sedikitnya 80% jawaban Anda benar. Selanjutnya Anda dipersilahkan untuk mempelajari KB berikutnya.

9) Kunci jawaban untuk setiap KB ada di bagian akhir modul ini. Silahkan cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tersebut. Jika Anda belum berhasil silahkan pelajari sekali lagi bagian-bagian yang belum Anda kuasai. Ingat! Jangan melihat kunci jawaban sebelum Anda selesai mengerjakan tugas

10) Bila Anda mengalami kesulitan, diskusikan dengan teman-temanmu, jika masih juga mengalami kesulitan, silahkan hubungi dosen /fasilitator dari Mata Kuliah ini.

11) Setelah semua KB dipelajari, dan semua tugas sudah Anda kerjakan dengan benar, tanyakan pada diri Anda sendiri apakah Anda telah menguasai seluruh materi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Bila jawabannya “Ya”, maka hubungi dosen Pembina Anda untuk meminta tes akhir modul (TAM). Anda dinyatakan berhasil bila sedikitnya jawaban Anda 80% benar. Dengan demikian Anda diperbolehkan untuk mempalajari modul berikutnya.

Selamat belajar, jangan lupa memohon pertolongan kepada Tuhan yang Maha kuasa Allah Swt agar Anda dimudahkan dalam mempelajari modul ini, sehingga dapat berhasil dengan baik.

Page 9: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

7 7

Analisis Situasi Kesehatan dalamKebidanan Komunitas

Kegiatan Belajar I

Setelah mempelajari KB ini, anda diharapkan dapat Melakukan analisis situasi kesehatan.

TUJUANPembelajaran Umum

1. Melakukan penelusuran desa (transect),

2. Membuatan bagan perubahan dan kecenderungan,

3. Membuatan kalender mudim,

4. Membuat peta desa,

5. Membuat diagram venn

6. Menyusun rangking kesejahteraan, dan

7. Melakukan wawancara semi tersetruktur

TUJUANPembelajaran Khusus

Page 10: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

8

Pelayanan kebidanan yang diberikan oleh Bidan dapat masyarakat, oleh karenanya sebelum pelayanan kesehatan, bidan harus melakukan analisis masalah kesehatan dalam suatu masyarakat. Langkah ini penting untuk mendapatkan gambaran tentang situasi kesehatan masyarakatdilakukan di institusi dan di luar institusi. Pelayanan yang dilakukan di luar institusi pelayanan kesehatan dapat dilakukan dalam setting komunitas atau di rumah klien. Peran bidan dalam pelayanan kebidanan di komunitas sangat terkait dengan sistem/pranata sosial di masyarakat agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Dalam realitanya seorang bidan sangat dibutuhkan keberadaannya oleh masyarakat

Alat dan Bahan

Beberapa alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan Analsis situasi kesehatan secara partisipatif adalah :

1. Kertas/Papan/Alas yang dapat digunakan untuk menggambar lokasi wilayah desa

2. Alat tulis/

3. Gambar Penanda/simbol

Pernahkah anda berjalan jalan mengelilingi desa untuk mengetahui kondisi desa anda? Apa saja yang anda amati saat berkeliling tersebut? Nah, sekarang coba anda cocokkan apakah langkah langkahnya sesuai dengan tehnik tehnik berikut ini.

Teknik-Teknik Pengumpulan Data yang Partisipatif

1. PENELUSURAN SEJARAH DESA

Teknik ini dipergunakan untuk mengungkap kembali sejarah masyarakat di

Uraian Materi

Page 11: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

9

suatu lokasi tertentu berdasarkan penuturan masyarakat sendiri.

Tujuan kajian sejarah desa :

• Memfasilitasi masyarakat agar mengungkapkan pemahamannya tentang keadaan mereka di masa kini, dengan mengkaji latar belakang masa lalu.

• Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat dan masalah yang terjadi karena perubahan serta bagaimana solusinya.

• Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji hubungan sebab akibat antara berbagai kejadian dalam sejarah kehidupan mereka.

Manfaat kajian sejarah desa :

• Bagi orang dalam: memiliki potensi untuk memperkuat kesadaran masyarakat akan keberadaan dirinya .

• Bagi orang luar: memberikan pemahaman dan wawasan tentang masyarakat tersebut.

• Undanglah masyarakat di Tempat Musyawarah

• Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

• Kajilah Sejarah terbentuknya pemukiman, asal usul penduduk, perkembangan jumlah penduduk, dan berbagai peristiwa yang berkenaan dengan itu.

• Lakukan Identifkasi Keberadaan dan pengelolaan sumber daya alam.

• Identifikasi Perubahan-perubahan dalam status pemilikan, penguasaan dan pemanfaatan tanah.

• Identifikasi Pengenalan dan penanaman jenis tanaman baru, dan penerapan teknologi lainnya.

• IdentFikasi Terjadinya wabah penyakit.

• Identifikasi Tanggapan masyarakat atas berbagai masukan dan kegiatan pembinaan yang telah dilakukan serta masalah-masalah yang dihadapi dan

Page 12: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

10 10

berbagai alternatif pemecahannya, pengalaman masyarakat dalam mengatasi masalah tersebut.

• Lakukan pengkajian terhadap Pembangunan sarana dan prasarana penunjang ( jalan, sekolah, saluran irigasi, puskesmas, dan lain-lain).

• IdentiKasi Sejarah organisasi desa dan sistem pengorganisasian tersebut

• Catatlah data data yang telah terkumpul

2. PEMBUATAN KALENDER MUSIM

Teknik penyusunan kalender musim adalah teknik PRA yang memfasilitasi pengkajian kegiatan-kegiatan dan keadaan yang terjadi berulang dalam suatu kurun waktu tertentu (musiman) dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan-kegiatan itu dituangkan dalam kalender kegiatan atau keadaan-keadaan dalam jarak waktu 1 tahun musim (12 bulan).

Jenis informasi kajian:

• Penanggalan atau sistem kalender yang dipakai oleh masyarakat.

• Iklim, cuaca, hujan, ketersediaan air.

• Musim kerja ke kota pada masa paceklik.

• Kesehatan (musim wabah penyakit) dan kebersihan lingkungan.

• Pola pengeluaran (konsumsi, produksi, investasi).

• Kegiatan sosial, adat, agama dsb.

Tujuan kajian kalender musim:

• Mengetahui kegiatan mereka sepanjang tahun.

• Mengetahui profil kegiatan masyarakat.

Manfaat kajian kalender musim:

• Mendapatkan gambaran mengenai pola kegiatan dan pola pembagian

Page 13: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

11

kerja masyarakat memunculkan berbagai pemikiran tentang keadaan usaha mereka sendiri terutama usaha pertanian.

• Informasi yang diperoleh dapat menjadi masukan untuk perencanaan program.

• Berguna untuk menilai tawaran program.

Contoh kalendar musim yang terkait dengan kesehatan

Untuk analisis situasi kesehatan beberapa pertanyaan yang bisa diajukan adalah:

• Penyakit apa saja yang biasanya diderita pada musim hujan? Pada musim kemarau?

• Adakah penyakit yang diderita pada bulan-bulan tertentu?

• Penyakit apa yang terjadi di sepanjang tahun?

Setelah menuliskan penyakit-penyakit tersebut dalam kalendar musim, ajaklah masyarakat untuk menggali lebih dalam:

• Adakah wabah penyakit pada musim tertentu yang terjadi setiap tahun?

• Siapa yang terkena wabah itu: laki, perempuan, anak-anak, balita, bayi?

• Apakah akibat dari wabah tersebut? Adakah yang menyebabkan kematian?

• Adakah hubungan antara penyakit-penyakit tersebut dengan kondisi lingkungan?

• Undanglah masyarakat di Tempat Musyawarah

• Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

• Kajilah Penyakit apa saja yang biasanya diderita pada musim hujan? Pada musim kemarau?

• Adakah penyakit yang diderita pada bulan-bulan tertentu?

• Penyakit apa yang terjadi di sepanjang tahun?

Page 14: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

12 12

• Setelah menuliskan penyakit-penyakit tersebut dalam kalendar musim, ajaklah masyarakat untuk menggali lebih dalam:

• Adakah wabah penyakit pada musim tertentu yang terjadi setiap tahun?

• Siapa yang terkena wabah itu: laki, perempuan, anak-anak, balita, bayi?

• Apakah akibat dari wabah tersebut? Adakah yang menyebabkan kematian

• Adakah hubungan antara penyakit-penyakit tersebut dengan kondisi lingkungan?

• Catatlah data data hasil wawancara dengan masyarakat

3. PEMBUATAN PETA DESA

Pemetaan adalah teknik PRA yang digunakan untuk memfasilitasi diskusi mengenai keadaan wilayah desa tersebut beserta lingkungannya. Keadaan itu digambarkan dalam satu skesta atau peta desa. Cara-cara yang dapat dilakukan dalam pemetaan adalah:

a. Pemetaan di atas tanah.

b. Pemetaan di atas kertas.

c. Pembuatan model atau maket.

Jenis informasi kajian:

• Peta sumber daya desa (umum).

• Peta sumber daya alam desa.

• Peta khusus (topikal).

Sumber informasi:

• Untuk pemetaan umum dapat diambil dari masyarakat umum: tua, muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin dsb.

• Untuk peta khusus: perlu sumber informasi tertentu.

Page 15: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

13

• Berbagai jenis peta di kantor desa, dan data lain sebagai data sekunder.

Tujuan kajian:

• Memfasilitasi masyarakat untuk mengungkapkan berbagai keadaan desa dan lingkungannya sendiri (lokasi sumber daya, batas-batas wilayah, jenis-jenis sumber daya yang ada baik masalah maupun potensinya.

• Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji perubahan keadaan yang terjadi dari sumber daya mereka sendiri tentang sebab akibat dari perubahan tersebut.

Manfaat pemetaan:

• Masyarakat dapat merenungkan dan pemikirkan kembali desanya dan merencanakan arah perubahan.

• Memahami cara berpikir masyarakat yang telah hidup turun temurun di suatu wilayah termasuk berbagai kejadian, masalah, hambatan, dan sumber daya yang ada.

• Dapat menimbulkan partisipasi yang baik dari berbagai lapisan masyarakat.

• Pemetaan untuk pengenalan tata batas yang seringkali menjadi sumber konflik di masyarakat.

• Pemetaan dapat menjadi dasar untuk penggalian informasi dengan teknik-teknik PRA lainnya.

• Menjadi dasar perencanaan program juga untuk keperluan evaluasi.

Langkah Langkah :

Page 16: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

14

• Kajilah kondisi penduduk/ pemetaan umum dapat diambil dari masyarakat umum: tua, muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin dsb.

• Untuk peta khusus: perlu sumber informasi tertentu.

• Ajaklah masyarakat untuk memetakan siapa saja warga miskin, laki-laki dan perempuan

• Kajilah masalah kesehatan dan sumber daya kesehatan yang ada.

• Buatlah peta desa atau gunakan peta desa yang sudah ada

• lengkapilah dengan pemukiman penduduk serta fasilitas kesehatan yang tersedia. Selanjutnya ajaklah masyarakat untuk menandai (gunakan simbol yang berbeda-beda):

Rumah warga yang miskin.

Rumah warga yang memiliki ibu hamil.

Rumah warga yang memiliki bayi dan balita.

Rumah warga yang memiliki bayi dan balita kurang gizi.

Rumah warga yang mempunyai penyakit kronis, baik laki-laki dan perempuan.

• Lakukan identifikasi thd Berapa banyak warga miskin yang mempunyai lebih dari satu masalah kesehatan.

• Berapa jauh jarak antara rumah warga miskin dengan pelayanan kesehatan yang ada (apakah jarak menjadi masalah?).

• Adakah hubungan antara penyakit yang diderita dengan sanitasi lingkungan (sampah, drainase, banjir dsb.).

• Berapa jumlah bayi dan balita yang menderita kekurangan gizi.

Page 17: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

14 15

4. PENGKAJIAN LEMBAGA DESA (DIAGRAM VENN)

Teknik ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap hubungan antar masyarakat dengan lembaga-lembaga yang terdapat di lingkungannya. Hasil kajian dituangkan dalam diagram Venn (diagram lingkaran) yang akan menunjukkan besarnya manfaat, pengaruh, dan dekatnya hubungan suatu lembaga dengan masyarakat.

Informasi yang dikaji adalah:

• Lembaga secara umum: semua lembaga dalam masyarakat (lembaga-lembagan local/tradisional, lembaga pemerintah, lembaga swasta, maupun lembagan yang berada di luar masyarakat desa seperti puskesmas di kecamatan yang memiliki hubungan dengan mereka.

• Lembaga-lembaga khusus seperti lembaga kesehatan, pertanian, dsb, tergantung kebutuhan.

• Tanyakan kepada masyarakat pelayanan kesehatan apa yang tersedia di lingkungan mereka. Gunakan simbol/warna yang berbeda untuk masing-masing pelayanan kesehatan.

• Lakukan analisis bagaimana hubungan masyarakat dengan pelayanan kesehatan, maka pertanyaan-pertanyaan berikut bisa diajukan:

Apakah warga miskin mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan tersebut?

Apakah perempuan mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan tersebut?

Siapa yang memimpin dan mengambil keputusan dalam pelayanan kesehatan tersebut?

Apakah ada warga yang memimpin kegiatan pada lembaga tersebut?

Apakah ada perempuan yang terlibat dalam pengambilan keputusan

Page 18: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

16

dalam lembaga tersebut? Apa manfaat dari lembaga-lembaga tersebut?

• Apa masalah-masalah yang dihadapi dalam berhubungan dengan pelayanan kesehatan tersebut?

• Bagaimana kualitas pelayanan kesehatan tersebut?

Catatan:

• Besar kecilnya lingkaran melambangkan besar kecilnya peranan lembaga tersebut dalam masyarakat.

• Jarak antara lingkaran mewakili interaksi atau hubungan antara lembaga-lembaga tersebut dengan masyarakat.

Contoh Diagram Venn lembaga kesehatan

Tanyakan kepada masyarakat pelayanan kesehatan apa yang tersedia di lingkungan mereka. Gunakan simbol/warna yang berbeda untuk masing-masing pelayanan kesehatan. Untuk menganalisis bagaimana hubungan masyarakat dengan pelayanan kesehatan, maka pertanyaan-pertanyaan berikut bisa diajukan:

• Apakah warga miskin mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan tersebut?

• Apakah perempuan mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan tersebut?

• Siapa yang memimpin dan mengambil keputusan dalam pelayanan kesehatan tersebut?

• Apakah ada warga yang memimpin kegiatan pada lembaga tersebut?

• Apakah ada perempuan yang terlibat dalam pengambilan keputusan dalam lembaga tersebut? Apa manfaat dari lembaga-lembaga tersebut?

• Apa masalah-masalah yang dihadapi dalam berhubungan dengan pelayanan

Page 19: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

16 17

kesehatan tersebut?

• Bagaimana kualitas pelayanan kesehatan tersebut?

5. PENELUSURAN LOKASI/DESA (TRANSECT)

Secara harafiah transect berarti gambaran irisan muka bumi. Teknik ini digunakan untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumber daya masyarakat dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Hasil pengamatan tersebut kemudian dituangkan dalam suatu bagan atau gambar irisan muka bumi.

Jenis-jenis transect berdasarkan jenis informasi (topik kajian) serupa dengan pembuatan peta desa.

• Transek sumber daya desa (umum).

• Transek sumber daya alam.

• Transek topik-topik lain misalnya sarana kesehatan, kondisi kesehatan, pengelolaan air, irigasi dsb.

Jenis transek berdasarkan lintasan:

• Transek lintasan garis lurus: berjalan mengikuti garis lurus, atau jalan utama di wilayah pertanian atau wilayah yang diamati.

• Transek bukan garis lurus: berjalan mengabaikan lintasan yang ada. Pengamatan ditentukan oleh letak lokasi atau tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.

• Transek lintasan saluran air (sumber air): mengikuti aliran air secara sistematis untuk mengikuti aliran iar atau tepian sungai.

Page 20: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

18

Contoh peta transek

Sumber : YPKP dan Pusdiknakes

6. RANKING/PERINGKAT KEKAYAAN DAN KESEJAHTERAAN

Teknik ini digunakan untuk mengklasifikasikan kepala keluarga (KK) ke dalam beberapa kategori sesuai dengan kriteria yang dibuat sendiri oleh masyarakat. Tujuan pembuatan ranking ini adalah untuk memahami pengelompokan masyarakat berdasarkan tingkat kekayaan dan kesejahteraan yang berguna bagi perencanaan kegiatan nantinya.

Dengan ranking ini maka kita dapat:

• Mengetahui persepsi, kriteria dan indikator masyarakat tentang kekayaan dan kesejahteraan.

• Mengidentifikasi status ekonomi dan sosial keluarga dalam masyarakat.

• Mengidentifikasi kelompok masyarakat yang rentan .

Contoh rangking/perikat kekayaan dan kesejahteraan

Page 21: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

19 19

Ajaklah masyarakat untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang akan digunakan untuk melakukan klasifikasi keluarga mampu, sederhana dan tidak mampu (misalnya perumahan, pendapatan, kepemilikan barang dll).

Sumber : YPKP dan Pusdiknakes

7. WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR

Wawancana semi struktural dan terbuka adalah bentuk wawancara kualitatif yang paling tersusun. Mereka menggunakan kuesioner bersifat terbuka yang memuat pertanyaan spesifik yang akan ditanyakan. Wawancara ini serupa dengan wawancara yang dilakukan untuk survei yang terstruktur tetapi berbeda dalam tiga hal:

a. Wawancana semi terstruktur menggunakan pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga responden terdorong untuk mengekspresikan dirinya sepenuhnya, bukannya menjawab berbagai pertanyaan yang telah ditentukan.

b. Pertanyaan tidak ditentukan lebih dahulu dan pewawancara berkuasa atas pertanyaan apa yang akan ditanyakan dan urutan berbagai pertanyaan itu.

c. Pewawancara dapat menanyakan beberapa pertanyaan tambahan untuk mempelajari topik lebih jauh.

Page 22: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

20

Kekuatan:

a. Informasi yang didapat khusus menjawab pertanyaan tertentu yang ingin dikemukakan oleh manajer proyek.

b. Informasi yang didapat oleh pewawancara yang berbeda cukup dapat diperbandingkan untuk menghasilkan frekuensi sederhana, meskipun titik berat utamanya tetap diletakkan pada pengentian yang mendalam oleh para responden.

c. Dibandingkan dengan wawancara Kualitatif yang lainnya, keberhasilan wawancana tidak terlalu bergantung pada pengalaman dan kecakapan komunikasi pewawancana.

d. Dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan jenis wawancara kualitatif yang lain.

Keterbatasan Umum Wawancara Kualitatif

1. Wawancana Kualitatif tidak menghasilkan data Kuantitatif yang dapat diringkas menjadi berbagai pernyataan umum tentang kelompok yang dipelajari. Contohnya, sulit untuk mengatakan bahwa 60% dan para petani merasa puas akan pelayanan penyuluhan yang ada.

2. Sulit untuk menggunakan wawancana Kualitatif berdasarkan “probability samples”. Ini berarti pemilihan responden sering bersifat tidak obyektif. Satu kesalahan yang sering tenjadi adalah pewawancara menggunakan responden yang mempunyai status sosial atau ekonomi tinggi.

3. Informasi baru yang didapatkan bisa didasarkan pada penilaian pribadi pewawancara. Pewawancara sering mendengar/menyimak lebih banyak informasi jika informasi tersebut sesual dengan pendapat mereka sendiri.

Page 23: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

20 21

Demikianlah analisis situasi dalam kebidanan komunitas, masing masing metode mempunyai tujuan tergantung pada apakah data yang ingin dikumpulkan. Metode pengumnpulan data ini juga memiliki kelemahan dan juga kelebihan sehingga kita perlu juga untuk mengkombinasikan beberapa metode. Dan jangan lupa untuk senantiasa melibatkan masyarakat sejak dari pengunmpulan data kegiatan

berakhir agar masayarakat lebih merasa memiliki.

Rangkuman

Page 24: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

22

Untuk mengukur tingkat pemahaman anda pada materi yang telah anda pelajari, sekarang jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memilik salah satu pilihan jawaban yang anda anggap paling benar.

1. Berikut ini adalah cara cara pengumpulan data secara partisipatif, kecuali :

a. Hasil Penelusuran sejarah desa

b. Pembuatan bagan perubahan dan kecenderungan

c. Pembuatan kalender musim

d. Kunjungan

2. Tujuan melakukan Rangking dalam kesejahteraan keluarga adalah kecuali :

a. Mengetahui persepsi, kriteria dan indikator masyarakat tentang kekayaan dan kesejahteraan.

b. Bidan mengetahui kelompok miskin dan kaya

c. Mengidentifikasi status ekonomi dan sosial keluarga dalam masyarakat.

d. Mengidentifikasi kelompok masyarakat yang rentan .

3. Berikut ini adalah Keterbatasan Umum Wawancara Kualitatif, kecuali :

a. Wawancana Kualitatif tidak menghasilkan data Kuantitatif yang dapat diringkas

b. Data padat dan jelas

c. Sulit untuk menggunakan wawancana Kualitatif berdasarkan “probability samples

Tes Formatif

Page 25: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

22 23

d. Informasi baru yang didapatkan bisa didasarkan pada penilaian pribadi pewawancara.

4. Mengunakan simbol/warna yang berbeda untuk masing-masing pelayanan kesehatan dengan tujuan untuk menganalisis bagaimana hubungan masyarakat dengan pelayanan kesehatan, adalah :

a. Pembuatan Kalender Musim

b. Pembuatan peta desa

c. Pengkajian Lembaga desa

d. Penelusuran Lokasi desa

5. Manfaat pemetaan adalah ...

a. Masyarakat tidak dapat merencanakan arah perubahan.

b. Memahami cara berpikir masyarakat yang telah hidup turun temurun di suatu wilayah termasuk berbagai

c. Dapat menimbulkan partisipasi yang baik dari berbagai lapisan masyarakat.

d. Pemetaan untuk pengenalan tata batas yang sering menjadi konflik

6. Tujuan kajian sejarah desa ...

a. Memfasilitasi masyarakat agar mengungkapkan pemahamannya tentang keadaannya

b. Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat dan masalah yang terjadi

c. Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji hubungan sebab akibat antara berbagai kejadian dalam sejarah kehidupan mereka.

Page 26: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

24

d. Mengkaji factor factor yang ada

7. Manfaat kajian kalender musim adalah kecuali:

a. Mendapatkan gambaran mengenai pola kegiatan dan pola pembagian kerja masyarakat.

b. Informasi yang diperoleh dapat menjadi masukan untuk perencanaan program.

c. Berguna untuk menilai tawaran program.

d. mengkaji hubungan sebab akibat

8. Tidak termasuk Jenis transek berdasarkan lintasan yaitu:

a. Transek lintasan garis lurus: berjalan mengikuti garis lurus, atau jalan utama di wilayah pertanian atau wilayah yang diamati.

b. Transek bukan garis lurus: berjalan mengabaikan lintasan yang ada. Pengamatan ditentukan oleh letak lokasi atau tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.

c. Transek garis membujur

d. Transek lintasan saluran air (sumber air): mengikuti aliran air secara sistematis untuk mengikuti aliran iar atau tepian sungai.

9. Perbedaan Wawancara pada survei yang terstruktur terdapat dalam dalam tiga hal seperti di bawah ini, kecuali:

a. Wawancana semi terstruktur menggunakan pertanyaan yang bersifat terbuka

b. Urutan pertanyaan tidak ditentukan lebih dahulu

Page 27: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

24 25

c. Pewawancara dapat menanyakan beberapa pertanyaan tambahan untuk mempelajari topik lebih jauh.

d. pewawancara menyusun pertanyaan apa yang akan ditanyakan dan urutan disertahkan pada responden

10.Informasi yang tidak perlu dikaji dalam pemetaan lembaga di masyarakat :

a. Lembaga secara umum dan khusus

b. Sasaran pelayanan kesehatan

c. pelayanan kesehatan apa yang tersedia

d. Apakah warga miskin mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan tersebut?

Lakukan analisis situasi kesehatan di tempat tinggal anda dengan mengacu pada langkah langkah yang telah anda pelajari dalam KB ini. Kemudian laporkan hasilnya secara tertulis

Tugas

Page 28: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

26

Analisis Masalah dalam KebidananKomunitas

Kegiatan Belajar II

1. Menjelaskan Pengertian Masalah Dan

2. Menganalisis Masalah Kesehatan Reproduksi

Untuk perencanaan asuhan kebidanan

komunitas

TUJUANPembelajaran Umum

Page 29: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

27

Coba anda perhatian situasi kesehatan di sekeliling anda! Apakah kondisi kesehatan ibu hamil sudah baik? Apakah bayi dan anak balita mendapat gizi yang baik? Factor factor apa saja yang mnyebabkan kondisi ibu hamil dan balita masuk ke dalam keadaan yang tidak baik? Coba anda diskusikan bersama teman sekelas.

Banyak faktor yang menyebabkan kesehatan seseorang tidak baik, dianatarnya status pendidikan, status ekonomi, sarana pelayanan kesehatan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dalam modul ini akan dijelaskan bagaimana seorang bidan melakukan analsis masalah kesehatan. Kegiatan belajar ini sangat penting bagi seorang bidan karena bidan harus mampu melkaukan analsisi maslaah kesehatan agar pembangunan kesehatan masyarakat dapat terwujudkan.

PENGERTIAN

Analisis masalah adalah langkah selanjutnya dari analisis situasi yang telah dipelajari. Analisis masalah merupakan proses sistematis untuk melihat suatu keadaan atau masalah sosial secara obyektif dengan menempatkannya dalam konteks sosial yang lebih luas.

Analisis masalah membantu untuk memahami dan mengidentifikasi permasalahan kunci dalam suatu masyarakat, kaitan antar berbagai faktor sosial, potensi yang ada, dan siapa yang memiliki akses terhadap sumber daya.

Analisis masalah dilakukan dengan mengidentifikasi masalah utama dan mengembangkan ‘pohon masalah’ melalui analisis sebab-akibat. Cara analisis ‘pohon masalah’ akan mengurai penyebab-penyebab masalah utama hingga kita mengetahui akar penyebabnya.

Dalam pelajaran ini isu kesehatan reproduksi menjadi contoh untuk melakukan analisis masalah dalam asuhan kebidanan di komunitas. Sementara kerangka determinan kesehatan dari Hendrik L. Blum digunakan dalam analisis masalah untuk mengidentifikasi faktor penyebab langsung dan tidak langsung dari

Uraian Materi

Page 30: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

27 28

masalah kesehatan reproduksi.

Kondisi Kesehatan Reproduksi di Indonesia

Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) yang harus dicapai oleh setiap negara, termasuk Indonesia sampai dengan tahun 2015, berkaitan dengan peningkatan kesehatan masyarakat adalah: (1) mengurangi 2/3 dari angka tingkat kematian anak dibawah usia lima tahun, (2) mengurangi ¾ dari angka kematian ibu, (3) menghentikan dan mengurangi laju penyebaran HIV/AIDS, malaria serta penyakit menular utama lainnya.

Bagi Indonesia, tantangan terberat yang harus dihadapi dalam mencapai sasaran MDGs tahun 2015 di bidang kesehatan adalah:

1. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang umumnya rendah, sehingga menjadi kendala untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang layak.

2. Kondisi geografis, terutama di wilayah-wilayah pedesaan yang sulit dijangkau oleh akses pelayanan kesehatan sehingga mempengaruhi kesiapan penempatan tenaga kesehatan (dokter dan bidan).

3. Kebijakan pemerintah di bidang kesehatan yang lebih memfokuskan pada tindakan kuratif daripada preventif dan promotif, yang dapat dilihat dari prioritas pendirian rumah-rumah sakit di kota-kota Kabupaten/Propinsi.

4. Konsep dan strategi kebijakan pengelolaan kesehatan yang dilakukan selama ini lebih difokuskan pada program-program kesehatan, sementara masalah determinan dan persoalan-persoalan riil yang terjadi di masyarakat kurang mendapat prioritas.

Dampak dari kebijakan pengelolaan kesehatan selama ini yang berlangsung secara top down telah mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat, dalam mengambil peran dan inisiatif dalam sistem pengelolaan kesehatan. Dalam banyak hal, posisi masyarakat selama ini hanya diperankan sebagai pendukung kegiatan-kegiatan kesehatan melalui proses mobilisasi massa, misalnya pada saat program posyandu, pekan imunisasi nasional, dan kegiatan seremonial lainnya.

Lambatnya upaya penurunan AKI danAKB, serta berbagai penyakit epidemik lainnya di Indonesia merupakan indikator kurangnya perhatian pemerintah

Page 31: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

29

dan pelibatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan system pengelolaan kesehatan. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 AKI adalah 307 per 100.000 KH (MOH, 2007) dan berdasarkan SDKI 2007 turun menjadi 228 per 100.000 KH. Penyebab utama kematian ibu (46,7%) disebabkan komplikasi yang terjadi selama atau segera setelah persalinan. Semua itu akibat 65,7% ibu hamil di pedesaan yang dirawat oleh dukun bayi dan anggota keluarga yang tidak terlatih serta tidak mendapatkan pelayanan kebidanan esensial yang dibutuhkan. Akibat keterlambatan pertolongan ini, 27% kematian ibu disebabkan oleh pendarahan pada masa nifas, disusul oleh eklampsia (23 %), infeksi (11%) dan selebihnya karena penyebab lain (SDKI 2007; SKRT 2001).

Sekitar 15% dari semua kehamilan akan membutuhkan pelayanan kebidanan akibat komplikasi yang membahayakan jiwa ibu dan bayinya. Akan tetapi, pelayanan kesehatan dasar yang menyangkut kebidanan darurat yang komprehensif hanya ada di rumah sakit Kabupaten dan pusat-pusat pelayanan rujukan. Puskesmas yang merupakan pusat pelayanan kesehatan dasar yang paling dekat dengan masyarakat sering kali tidak dilengkapi dengan pelayanan kebidanan darurat yang komprehensif. Pengabaian fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kebidanan darurat yang komprehensif akan berdampak pada upaya penurunan kematian ibu di Indonesia.

Tabel 1

Persentase jenis penyakit selama kehamilan, 2002

Masa Kehamilan Masa Persalinan Masa NifasPenyakit Penyakit Penyakit

Pucat 9,8 Partus Lama 9,2 Deman Tinggi 7,5Deman Tinggi 5,4 Perdarahan 4,4 Perdarahan 1Perdarahan 2,5 Kejang-kejang 0,2Ederma 2,5Hipertensi 0,9Disuria 0,7Jaundice 0,5Kejang-kejang 0,3

Sumber : SDKI, 2002

Page 32: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

29 30

Pada tabel 1 di atas dilaporkan bahwa jenis penyakit yang sering diderita pada masa kehamilan, persalinan dan nifas, seperti partus lama (9,2%) dan infeksi (deman dan deman tinggi=7,5%) berhubungan dengan jenis pertolongan dan tempat persalinan. Persalinan dengan pertolongan dukun bayi sering kali berakibat pada deman dan infeksi akibat tidak diikutinya prosedur kelahiran yang aman.

Angka Kematian Bayi dan Anak juga tidak jauh berbeda dengan Angka Kematian Ibu (MMR). Berdasarkan Data SDKI 2007, Angka Kematian Bayi (IMR) masih sebesar 34 per 1000 Kelahiran Hidup. Penyebab utama dari kematian bayi adalah tetanus neo partum (44,8%), ISPA ( 33,2%) dan selebihnya karena penyebab lain. Sementara jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 15,6% dari jumlah kelahiran. Penyebab utama dari BBLR adalah kekurangan gizi sebelum dan selama masa kehamilan.

Selain persoalan kesehatan perempuan, bayi dan anak balita, penyakit lain yang mengancam kelangsungan hidup masyarakat pedesaan pada usia produktif adalah TBC. Pada Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2002, penyakit TBC masih menduduki peringkat kedua penyebab kematian pada penduduk kelompok usia 15-34 tahun. Peringkat yang sama juga terjadi pada kelompok umur 35-44 tahun. Penyakit epidemik lainnya yang menunjukkan kecenderungan meningkatkan kematian di berbagai wilayah di Indonesia pada tiga tahun terakhir adalah malaria dan deman berdarah. Ironinya, banyak kasus TBC, malaria dan deman berdarah yang tidak terdeteksi lebih dini karena kurangnya akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan serta biaya tes yang tinggi.

Persoalan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan perempuan di Indonesia semakin kompleks akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, yang dampaknya masih dirasakan sampai saat ini. Naiknya berbagai kebutuhan pokok dan dihapusnya subsidi pelayanan kesehatan dan pendidikan akan semakin mempersulit kehidupan masyarakat, terutama yang berada di pedesaan dengan pendapatan di bawah $ 1 per hari.

Rendahnya derajat kesehatan masyarakat Indonesia, tampak dari posisi kesehatan masyarakat Indonesia yang menduduki ranking 63 dari 178 negara (Kompas, 2012). Kondisi ini bila tidak segera dilakukan upaya-upaya strategis akan semakin memperburuk keadaan, dan akan berdampak serius dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang.

Page 33: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

31

Faktor Determinan Kesehatan Reproduksi

Dalam ilmu kesehatan masyarakat kerangka pikir Hendrik L. Blum menjadi dasar pemetaaan masalah kesehatan dan faktor-faktor determinan yang mempengaruhinya. Masalah kesehatan terkait dengan derajat kesakitan yang terdiri dari kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). Determinan derajat kesakitan adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya kesakitan dan kematian yaitu (1) genetika dan kependudukan (2) lingkungan kesehatan (3) perilaku kesehatan dan (4) program dan pelayanan kesehatan.

DERAJAT KESEHATAN

Derajat kesehatan menunjuk pada suatu kondisi yang diukur pada kesakitan dan kematian. Untuk mengetahui berapa besar derajat kesehatan angka kesakitan digunakan perhitungan kuantitaif yaitu prevalensi dan insidens.

Prevalensi = jumlah kasus baru dan lama dalam kurun waktu tertentu. Misalnya, kalau dalam satu tahun ada 100 orang yang sakit dari jumlah 100.000 penduduk maka angka prevalens di daerah tersebut pada adalah 0.1%

Insidens = jumlah kasus baru dalam kurun waktu tertentu (dalam persen), misalnya, ada 50 orang yang sakit diantara 1000 penduduk selama 1 bulan, maka insidens sakit daerah tersebut adalah 5%.

Perilaku Kesehatan

Lingkungan kesehatan

Program dan Sarana Pelayanan Kesehatan

Derajat Kesehatan:

Morbiditas dan Mortalitas

Genetika (keturunan)/Kependudukan

Page 34: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

31 32

Untuk mengetahui angka kematian, indikator kuantitatif yang biasa digunakan adalah:

1. CDR (Crude Death Rate atau angka kematian kasar)

2. ASDR (Age Specific Death Rate atau angka kematiankelompok umur tertentu)

3. IMR (Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi=AKB)

4. MMR (Maternal Mortality Rate atau Angka Kematian Ibu = AKI)

5. DSDR (Disease Specific Death Rate atau Angka Kematian yang disebabkan oleh penyakit tertentu)

Angka-angka tersebut dapat diperoleh melalui hasil penelitian besar atau yang biasa dilakukan oleh BPS. Mengapa demikian, karena untuk menentukan Angka Kematian Ibu misalnya, diperlukan angka pembagi yang sangat besar yaitu 100.000 kelahiran, dan angka itu hanya diperoleh pada tingkat propinsi. Permasalahannya adalah ketika diminta untuk menghitung (misal angka kematian) di tingkat yang kecil wilayahnya seperti kabupaten, kecamatan atau bahkan desa. Kalau ini menjadi keharusan maka yang dilakukan adalah menghitung jumlah kematian secara absolut, artinya dihitung sejumlah yang ada. Untuk lebih melihat ketajaman angka tersebut dan keperluan intervensi program maka dari jumlah kematian tersebut dicari masing-masing penyebabnya.

Analisis Masalah Kesehatan Reproduksi

Dalam melakukan analisis masalah kesehatan reproduksi maka dapat digunakan teknik ‘pohon masalah’ dengan beberapa langkah sebagai berikut:

Langkah I :

Carilah atau tentukan INTI MASALAH yang akan diatasi. Identifikasi inti masalah diperoleh dari analisis situasi kesehatan yang telah dilakukan lebih dahulu. Misalnya inti masalah kesehatan adalah banyaknya kasus berat bayi lahir rendah

Page 35: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

33

(BBLR) di suatu daerah.

Langkah II:

Carilah PENYEBAB LANGSUNG dari kasus BBLR tersebut. Gunakan kerangka Blum tentang determinan kesehatan untuk mengidentifikasi penyebab langsung. Misalnya kekurangan gizi saat hamil (perilaku kesehatan), kehamilan usia dini (kependudukan) atau riwayat melahirkan lebih dari 4 kali (perilaku kesehatan).

Langkah III:

Carilah PENYEBAB TIDAK LANGSUNG dari kasus BBLR tersebut. Sebagai contoh dalam Diagram 4.1. pendidikan rendah dan keluarga miskin adalah penyebab tidak langsung yang terkait determinan kependudukan; tidak mengikuti program KB dan gagal KB penyebab tidak langsung yang terkait determinan pelayanan kesehatan; menikah dini adalah determinan perilaku kesehatan.

Langkah IV:

Carilah AKIBAT dari inti masalah kesehatan. Dalam contoh diagram masalah, akibat dari kasus BBLR adalah kematian bayi.

Page 36: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

34

Diagram 4.1. Masalah BBLR

Keterangan:

: Penyebab langsung

: Penyebab tidak langsung

: Akibat dari inti masalah

Kualitas pelayanan KB Keterbatasan

akses ke posyandu/bidan

Akses pendidikan terbatas

Pendidikan rendah

Keluarga miskin

Tidak mengikuti program KB

Gagal KB Menikah dini

Pantangan makan saat hamil

Jarak kehamilan terlalu dekat; kurang dari 2 tahun

Riwayat melahirkan lebih dari 4 kali

Kurang gizi saat hamil

Kehamilan usia dini

Banyaknya kasus BBLR

Kematian bayi

Page 37: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

34 35

Persoalan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan perempuan di Indonesia sangat kompleks akibat krisis ekonomi yang terjadi yang dampaknya masih dirasakan sampai saat ini. Oleh karenanya identifikasi masalah kesehatan perlu mengjaki data data kuantitatif seperti jumlah kesakitan dan kematian ibu dan anak, namun hal yang peting juga adalah data yang harus digali secara kualitatif misalnya mengapa perempuan tidak mendapatkan akses dalam pendidikan atau pelayanan kesehatan yang dapat digali dengan berbagai metode yang sudah dibahas pada kegiatan belajar sebelumnya.Nah hal ini perlu diigali agar masalah kesehatan dapat terunagkap baik besarnya maslaah secara kuantitatif juga kualitatifnya.

Rangkuman

Page 38: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

36

Untuk mengukur tingkat pemahaman anda pada materi yang telah anda pelajari, sekarang jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memilik salah satu pilihan jawaban yang anda anggap paling benar.

1. Determinan derajat kesakitan adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya kesakitan dan kematian yaitu, kecuali :

a. genetika dan kependudukan

b. lingkungan kesehatan

c. perilaku kesehatan

d. petugas kesehatan

2. Untuk mengetahui angka kematian, indikator kuantitatif yang biasa digunakan adalah:

a. Case Fatality Rate

b. ASDR (Age Specific Death Rate atau angka kematiankelompok umur tertentu)

c. IMR (Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi=AKB)

d. MMR (Maternal Mortality Rate atau Angka Kematian Ibu = AKI)

3. Jumlah kasus baru dalam kurun waktu tertentu (dalam persen), misalnya, ada 50 orang yang sakit diantara 1000 penduduk selama 1 bulan, maka insidens sakit daerah tersebut adalah 5%, disebut dengan:

a. Insidens

b. Prevalens

Tes Formatif

Page 39: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

36 37

c. Rate

d. Ratio

4. Tantangan terberat yang dihadapi Indonesia dalam mencapai sasaran MDGs tahun 2015 di bidang kesehatan adalah kecuali :

a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang umumnya rendah

b. Kondisi geografis

c. Kebijakan pemerintah di bidang kesehatan yang lebih memfokuskan pada tindakan kuratif daripada preventif dan promotif

d. prioritas masalah

5. Proses sistematis untuk melihat suatu keadaan atau masalah sosial secara obyektif dengan menempatkannya dalam konteks sosial yang lebih luas, dikenal sebagai:

a. Analsis Masalah

b. Pohon Masalah

c. Prioritas masalah

d. Rumusan Masalah

6. jumlah kasus baru dan lama dalam kurun waktu tertentu. Misalnya, kalau dalam satu tahun ada 100 orang yang sakit dari jumlah 100.000 penduduk maka angka prevalens di daerah tersebut pada adalah 0.1%

a. Insidens

b. Prevalens

c. Ratio

Page 40: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

38

d. Rate

7. Penyebab Tidak Langsung pada kasus BBLR tersebut, menurut kerngka bluum adalah kecuali:

a. pendidikan rendah

b. tidak mengikuti program KB

c. menikah din

d. Anemia

8. Penyebab langsung pada kasus BBLR , dalam kerangka Blum adalah :

a. kekurangan gizi

b. menikah dini

c. Penghasilan rendah

d. Pendidikan dasar

9. Manfaat Analisis masalah adalah :

a. Membantu untuk memahami dan mengidentifikasi permasalahan kunci dalam suatu masyarakat

b. Menyingkirkan kaitan antar berbagai faktor sosial

c. Menggalo potensi yang ada utnuk kepentingan individu

d. Mengidentifikasi siapa yang memiliki akses untuk dimanfaatkan

10. Akibat dari inti masalah kesehatan pada kasus BBLR adalah

Page 41: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

38 39

a. Jumlah BBLR

b. Kematian bayi.

c. Asfiksia

d. Hipotermi

• Buatlah diagram masalah dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab LANGSUNG dan TIDAK LANGSUNG dari satu masalah kesehatan reproduksi dalam masyarakat!

• Identifikasilah faktor-faktor penyebab dengan menggunakan kerangka Blum tentang determinan kesehatan reproduksi yaitu demografi/kependudukan, lingkungan kesehatan, perilaku kesehatan dan program/pelayanan kesehatan.

• Kemudian laporkan hasilnya secara tertulis

Tugas

Page 42: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

40

Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Tanggap Gender dan Partisipatif

Kegiatan Belajar III

Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, anda diharapkan dapat membuat rencana layanan kebidanan komunitas yang tanggap gender dan partisipatif.

1. mendeskripsikan metode perencanaan partisipatif tentang pelayanan kebidanan komunitas yang tanggap (responsif) gender;

2. mengaplikasikan metode perencanaan partisipatif tentang layanan kebidanan komunitas yang tanggap (responsif) gender;

3. mengembangkan strategi dan langkah-langkah perencanaan pelayanan kebidanan yang sekaligus mampu mengembangkan dan memberdayakan masyarakat;

4. memahami implementasi program/kegiatan pelayanan kebidanan, berikut langkah-langkah monitoring dan evaluasinya.

TUJUAN

TUJUAN

Pembelajaran Umum

Pembelajaran Khusus

Page 43: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

41 41

Anda diharapkan sudah melakukan analisis masalah, tahap pembelajartan berikutnya adalah anda anda memasuki tahap perencanaan pelayanan kebidanan.

Perencanaan yang akan disusun berdasarakan kegiatan sebelumnya. Berbagai program kesehatan sudah dikembangkan dan dijalankan di masyarakat, mulai dari program kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk imunisasi, kesehatan reproduksi remaja, program pencegahan Infeksi Saluran Reproduksi dan Penyakit Menular Seksual (ISR)/PMS, termasuk HIV/AIDS, dll. Namun demikian, sejumlah program dikeluhkan masyarakat karena dianggap belum menjawab kebutuhan masyarakat/komunitas. Bahkan, program dinilai belum tanggap/responsif gender karena mengabaikan kecenderungan dimungkinkan adanya perbedaan kondisi kesehatan antara laki dan perempuan. Misalnya, remaja perempuan lebih cenderung terkena anemia dibandingkan dengan remaja laki-laki. Kondisi yang melatarbelakangi adalah adanya praktek budaya yang mentabukan jenis makanan-makanan tertentu dikonsumsi perempuan, misalnya telur, ikan, buah, dan lainnya. Padahal, asupan zat maupun kandungan mineral makanan tersebut justru bermanfaat untuk perempuan, khususnya saat kehamilan dan menyusui. Hal ini menunjukkan bagaimana praktik budaya makan dapat berdampak negatif pada kesehatan reproduksi perempuan.

Dalam perancangan program, ketidakmampuan mengindentifikasi masalah dan kebutuhan secara tepat akan berimplikasi pada ketidakjelasan program. Hal ini terefleksi dari tujuan program, kelompok sasaran (target group), upaya pencapaian tujuan, indikator capaian, serta sumber daya yang dibutuhkan. Implikasinya, program kurang berjalan efektif dan

kurang efisien, demikian pula capaian maupun keberlanjutannya (sustainabilitas).

Uraian Materi

Page 44: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

42

Sebab itu, program yang berdaya-guna (efektif) perlu dirancang dengan pendekatan partisipatif, yakni pendekatan yang menekankan pentingnya keterlibatan warga/komunitas secara sukarela dalam upaya pembangunan lingkungan, kehidupan dan diri mereka sendiri (Mikkelsen, 2005; 54). Dalam konteks ini, masyarakat bukan dipandang sebagai obyek (penerima) pembangunan, tetapi lebih sebagai subyek (pelaku) aktif di semua tahapan siklus proyek pembangunan dari penilaian kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, sampai pemantauan dan evaluasi program, bahkan keberlanjutannya.1 Dengan demikian, perencanaan yang partisipatif dan juga responsif gender perlu menerapkan prinsip-prinsip: mengutamakan masyarakat, berbasis pengetahuan masyarakat, dan melibatkan perempuan.

Perencanaan Partisipatif

Di dalam era demokrasi dan desentralisasi seperti saat ini, tuntutan masyarakat untuk terlibat di dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan menjadi suatu keniscayaan. Ada beberapa asumsi yang mendorong partisipasi masyarakat, yakni: Pertama, rakyatlah yang paling tahu kebutuhannya, karena itu rakyat mempunyai hak untuk mengidentifikasi dan menentukan kebutuhan pembangunan di wilayah lokalnya. Kedua, pendekatan partisipatif dapat menjamin kepentingan dan ‘suara’ kelompok-kelompok yang selama ini tersisih atau marjinal dalam pembangunan. Ketiga, partisipasi dalam pengawasan/monitoring terhadap proses pembangunan dapat mengurangi terjadinya berbagai penyimpangan program, termasuk tidak tercapainya tujuan program.

Berangkat dari asumsi di atas, maka partisipasi yang efektif adalah yang mampu menggerakan perubahan di masyarakat secara kolektif dan institusional, bukan semata individual. Keberadaan wadah seperti ‘forum warga’ sebagai forum multistakeholder yang mempertemukan berbagai kelompok warga/masyarakat (kelas sosial, umur, gender, dll) menjadi relevan dan signifikan diperkuat kapasitasnya. Forum ini diharapkan mampu mengakomodir berbagai aspirasi dan kepentingan warga dalam merancang sekaligus mengambil keputusan tentang program/kebijakan yang menjadi kebutuhan/kepentingan

1 Tahap perencanaan mencakup: (i) identifikasi masalah dan akar/penyebabnya (analisis masalah), (ii) identifikasi berbagai pilihan tindakan guna mengatasi masalah (analisis tujuan dan prioritas), (iii) identifikasi pihak-pihak yang berkontribusi langsung maupun tidak langsung pada program (analisis stakeholders), (iv) mengembangan matriks/disain program, termasuk berisi indikator capaian dan teknik/metode pemantauan-evaluasi program, serta potensi keberlanjutan program.

Page 45: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

42 43

bersama.2 Lebih spesifiknya, melalui ‘forum warga’ diharapkan akan terbangun: (i) kesadaran masyarakat akan perlunya mereka ikut terlibat dalam perencanaan pembangunan atau pengembangan masyarakat; (ii) kesadaran bahwa perlu suatu pengorganisasian sosial atas berbagai kelompok warga dalam merancang dan menetapkan (memutuskan) program prioritas masyarakat; (iii) identitas diri sebagai suatu kelompok kepentingan dan sama-sama terlibat dalam proses perencanaan.

Dengan demikian, melalui perencanaan program yang partisipatif, maka masyarakat didorong bukan hanya mampu menyuarakan kepentingan/kebutuhannya, tetapi juga mampu mengorganisir diri secara kolektif untuk terlibat mulai dari penelusuran kebutuhan hingga monitoring dan evaluasi program. 3 Untuk itu pengembangan program selain membutuhkan kesiapan pengelola program secara organisasional/institusional, juga penguatan kapasitas masyarakat sebagai bagian dari stakeholders. Kapasitas masyarakat ini bisa terindikasi dari tangga ataupun tingkat partisipasinya.

Berbagai paparan di atas menunjukkan bahwa perencanaan program yang partisipatif merupakan upaya pengembangan masyarakat karena berupaya membangun atau memperkuat struktur masyarakat atau komunitas agar menjadi suatu entitas yang otonom dan bisa menyelenggarakan kehidupannya serta melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan manusia (human needs)”. Artinya, pengembangan masyarakat merupakan upaya penguatan kapasitas masyarakat sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini dilakukan juga upaya pemberdayaan (empowerment) masyarakat agar mereka dapat melakukan perubahan (transformasi) baik dalam aspek ekonomi,sosial budaya, bahkan teknologi.

Berkenaan dengan pengembangan kapasitas masyarakat, dapat dilihat dari tiga tingkatan/ dimensi, yakni:

1. Dimensi Kapasitas Sistem

Pengembangan kapasitas sistem bisa merujuk pada perencanaan berkala yang terpadu dan berkesinambungan, yang dirumuskan secara objektif, terarah, dan sesuai kebijakan normatif yang menjadi rujukan bersama.

3 Direktorat Politik dan Komunikasi, BAPPENAS, “Pelembagaan Partisipasi Politik Masyarakat dalam Penyusunan Kebijakan Publik”, Laporan Penelitian, 2008, hal 1-2.

Page 46: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

44

2. Dimensi Kapasitas Institusi

Pengembangan kapasitas institusi yang mampu memfasilitasi proses perencanaan secara jelas dan konsisten. Untuk itu perlu struktur pengorganisasian yang jelas, termasuk penjabaran tugas dan fungsi dari masing-masing pelaku/aktor yang terlibat, mekanisme koordinasi, serta evaluasi kinerja dan monitoring dampak untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan akuntabilitas (pertanggungjawaban) jalannya program pelayanan masyarakat

3. Dimensi Kapasitas Individu

Pengembangan kapasitas individu akan mencakup: (a) Keterampilan perencanaan (kemampuan atau kapasitas melakukan analisis situasi hingga monitoring evaluasi), (b) Keterampilan manajerial, yakni kapasitas memfasilitasi, memoderasi dan mengkoordinir semua pelaku dan kepentingan ke dalam suatu proses perencanaan yang teratur (c) Keterampilan sosial yakni kapasitas dalam membangun proses dialogis yang konstruktif dalam rangka membangun kebersamaan dalam keberagaman kepentingan untuk menghasilkan produk perencanaan yang mampu mengakomodir kepentingan dari bawah. Selain itu, diperlukan kapasitas atau kemampuan mensosialisasikan peluang, hambatan, keberhasilan dalam implementasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi.

Dimensi-dimensi di atas juga bisa mengindikasikan level dan bentuk perubahan/dampak dari program. Misalnya program nutrisi ibu Hamil, pada dasarnya capaian program bukan hanya adanya perubahan pada sikap dan perilaku sehat di level individual, namun juga diharapkan ada perubahan pada level institusional (keluarga, agama, dll). Pada konteks tertentu diharapkan terjadi perubahan pada kebijakan dan strateginya.

Berkenaan dengan perencanaan partisipatif, pada dasarnya tujuannya tidak memberdayakan masyarakat, tetapi juga pengelola program. Artinya, pengelola program perlu membangun kapasitas organisasional maupun individual dalam merancang, mengimplementasi, dan memonitor serta mengevaluasi jalannya program. Lebih dari itu, juga dibutuhkan kemampuan kerjasama/kordinasi antar

Page 47: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

44 45

berbagai pihak/stakeholders, yang dilandasi kuatnya komitmen masing-masing pihak demi tujuan yang sama, yakni layanan publik yang berkualitas. Dengan demikian dibutuhkan tim kerja yang solid diantara pengelola program (misalnya antara kader posyandu dengan Bidan).

Tidak hanya itu, aspek terpenting adalah perlunya terbangun koordinasi atau kerjasama antara warga dan organisasi/institusi pengelola program. Berkenaan dengan keberhasilan sinergi atau kerjasama ini, menurut Ostrom (1996), ada beberapa kondisi yang menjadi prasyarat, yakni: (1) ada tidak kebijakan, (2) besar kecilnya komitmen stakeholders, dan (3) ada tidaknya pendorong partisipasi stakeholders baik secara internal dan eksternal, termasuk ada tidaknya sistem komunikasi dan sistem insentif-disinsentif dalam pengelolaan program.

Page 48: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

46

Demikian materi mengenai perencanaan. Sekali lagi perlu diingat bahwa penyusunan perencaan kegiatan dalam ekbidanan komunitas harus melibatkan stake holder dan masyarakat setempat agar masalah yang ada sesuai dengan kevutuhan masyarakat, dalam pemecahan masalahnya pun masayarakat terus mengawal dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada sehingga indicator yang ingin diicapai serta keberlangsungan kegiatan dapat terus dipertahankan.

Rangkuman

Page 49: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

47

Untuk mengukur tingkat pemahaman anda pada materi yang telah anda pelajari, sekarang jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memilik salah satu pilihan jawaban yang anda anggap paling benar.

1. Penyusunan perencanaan pelayanan kebidanan perlu mempertimbangkan hal hal berikut ini kecuali :

a. Kebutuhan program

b. kelompok sasaran (target group)

c. indikator capaian

d. sustainabilitas

2. Perencanaan partisipatif bersama masyarakat bertujuan untuk :

a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan perlunya mereka ikut terlibat dalam perencanaan pembangunan atau pengembangan masyarakat

b. kesadaran bahwa tidak diperlukan suatu pengorganisasian sosial atas berbagai kelompok warga dalam merancang dan menetapkan prioritas

c. identitas kelompok kepentingan dan sama-sama tidak terlibat dalam proses perencanaan.

d. Penyusunan prioritas dalam dilakukan sesuai kebutuhan kelompok tertentu

3. Pengembangan kapasitas masyarakat dalam perencanaan dilihat dari tiga tingkatan/ dimensi, yakni, kecuali :

a. Dimensi Kapasitas Sistem

Tes Formatif

Page 50: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

47 48

b. Dimensi Kapasitas Institusi

c. Dimensi Kapasitas Individu

d. Dimensi Kapasitas Pelayanan

4. Beberapa kondisi yang menjadi prasyarat keberhasilan sinergi atau kerjasama dalam perencanaan yakni:

a. ada tidak kebijakan

b. besar kecilnya komitmen stakeholders

c. ada tidaknya pendorong partisipasi stakeholders baik secara internal dan eksternal

d. Individu

5. Kegiatan atau program yang berdaya-guna (efektif) perlu dirancang dengan pendekatan bukan partisipatif, yakni dengan :

a. pendekatan yang menekankan keterlibatan warga

b. secara sukarela

c. kehidupan dan diri mereka sendiri

d. Masyarakat dipandang sebagai obyek pembangunan

6. Tidak diperlukan dalam koordinasi atau kerjasama antara warga dan organisasi/institusi pengelola program, dengan prasyarat yaitu :

a. adanya kebijakan

b. adanya komitmen

c. adanya Tempat pertemuan

Page 51: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

49

d. adanya sistem komunikasi dalam program.

7. Dalam perencanaan, pengembangan kapasitas individu :

a. Keterampilan perencanaan

b. kebijakan normatif yang menjadi rujukan bersama.

c. struktur pengorganisasian yang jelas

d. mekanisme koordinasi, serta evaluasi kinerja

8. Perencanaan program yang partisipatif bermakna :

a. Pengembangan masyarakat yang dependent

b. Membangun dan memperkuat struktur masyarakat

c. Pemenuhan kebutuhan manusia

d. Pemberdayaan masyarakat .

9. Partisipasi yang efektif bermakna, kecuali :

a. Menggerakan perubahan di masyarakat

b. Semata individual

c. mempertemukan berbagai kelompok warga

d. Keberadaan wadah seperti ‘forum warga’

10. Tidak termasuk Perencanaan yang partisipatif bertujuan :

a. mengakomodir berbagai aspirasi dan kepentingan warga

b. mengambil keputusan tentang program/kebijakan

Page 52: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

49 50

c. membangun kesadaran masyarakat bahwa mereka tidak ikut terlibat

d. kesadaran untuk suatu pengorganisasian sosial

Lakukanlah perencanaan pelayanan kebidanan yang partisipatif dengan melibatkan masyarakat dengan menggunakan table berikut :

MasalahPerencanaan

Level Individu Level Keluarga Level Masyarakat

1.

2.

3.

4.

Tugas

Page 53: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

51

Monitoring dan Evaluasi yang TanggapGender dalam Kebidanan Komunitas

Kegiatan Belajar IV

Setelah mempelajari KB ini anda diharapkan dapat melakukan monitoring dan evaluasi yang tanggap gender dalam kebidanan komunitas

TUJUANPembelajaran Umum

Page 54: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

52 52

Layaknya sebuah kegiatan yang baik, tentu harus diiringi dengan kegiatan pemnatauan terhadap kegitan yang sedang dijalankan. Untuk melihat ketercapaian program dengan tujuan yang diharapkan, sehingga bidan dapat melakukan upaya upaya koreksi terhadap penyimpangan dan menilai pencapaian tujuan berdasarkan indicator indicator yang ingin dicapai.

Monitoring dan Evaluasi yang Tanggap Gender

Apakah perbedaan monitoring dan evaluasi? Jalannya dan capaian program bisa dipantau dan atau dievaluasi. Evaluasi sebagai salah satu dari fungsi manajemen bertujuan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi pelaksanaan suatu perencanaan, sekaligus mengukur seobyektif mungkin hasil-hasil pelaksanaan dengan ukuran-ukuran yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perencanaan. Tujuan utama dari penilaian/evaluasi adalah agar hasil penilaian tersebut dipakai sebagai umpan balik bagi perencanaan selanjutnya.

Kegiatan monitoring maupun evaluasi dapat dilakukan secara partisipatori, misalnya melalui pertemuan berkala yang melibatkan seluruh stakeholders, bukan penerima program langsung dan pengelola program/proyek. Merupakan hal yang penting bahwa perempuan (dan anak perempuan) berpartisipasi secara setara dan aktif dalam pertemuan-pertemuan tersebut dan terlibat dalam diskusi-diskusinya. Pengelola program/proyek wajib mengembangkan metode pengumpulan dan analisis data terpilah untuk kegiatan monev. Selain itu, sangat penting untuk merumuskan indikator gender tambahan untuk mengukur perubahan-perubahan posisi dan peran perempuan (dan anak perempuan) dan laki-laki (dan anak laki-laki). Lantas apa perbedaan antara monitoring dengan evaluasi? Tuliskan jawaban anda pada kotak berikut:

Uraian Materi

Page 55: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

53

Sekarang cocokkan jawaban anda dengan uraian berikut ini.

MONITORING

Melihat kemajuan kinerja program (performance) secara periodik untuk tindakan korektif. Pemantauan ini dilakukan secara sistematis yang bersifat periodik dan berkesinambung an untuk mengetahui sedini mungkin apakah pelaksanaan program sesuai atau menyimpang dari rencana awal dengan memanfaatkan sekumpulan indikator terpilih.

Tujuan monitoring adalah untuk menjawab dua pertanyaan penting, yakni:

1. Apakah program telah mencapai populasi atau target yang diinginkan

2. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang direncanakan

Manfaat monitoring adalah:

1. Mengenali masalah program sedini mungkin,

2. Melakukan perbandingan antar lokasi/tempat,

3. Menilai trend status situasi tertentu, sehingga dapat diambil tindakan-tindakan korektif.

Page 56: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

53 54

EVALUASI

Menilai hasil program (outcomes) untuk perbaikan program selanjutnya

Evaluasi merupakan proses periodik dan sistematis untuk menilai seluruh fungsi organisasi dengan cara menilai hasil yang dicapai kemudian dibandingkan dengan tujuan/harapan/target yang ingin dicapai.

Tujuan Evaluasi adalah untuk menjawab:

1. Pencapaian tujuan,

2. Pengaruh program,

3. Keluaran dan dampak yang tidak diharapkan,

4. Penilaian program berdasar keberhasilan dan kegagalan.

Manfaat Evaluasi, yaitu:

1. Memberikan gambaran sampai seberapa jauh tujuan dan sasaran telah tercapai

2. Memberikan motivasi pada seseorang untuk bertindak

3. Dapat membantu menetapkan prioritas dalam mengambil tindakan yang diperlukan

4. Membantu menguji asumsi mengenai strategi dan sasaran sehingga manajer program dapat memikirkan kembali strategi yang tepat

Page 57: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

55

Proses penilaian apakah tujuan sudah tercapai atau belum, kita harus memantaunya dalam kegiatan monitoring sehingga upaya koreksi dapat dilakukan sedini mungkin. Sedangkan untuk melihat keberhasilan kegiatan atau program serta dampaknyakita dapat melakukan kegiatan evaluasi.

Agar lebih memahami kedua perbedaan tentang monitoring dan evaluasi, sebaiknya anda kerjakan tugas berikut ini.

Setelah anda menyusun perencanaan dan indikatornya, hal hal apa yang akan anda monitor dan evaluasi terhadap masalah dalam kebidanan komunitas?

(SESUAI DENGAN JUDUL TAMBAHKAN URAIAN TENTANG

Tugas

Rangkuman

Page 58: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

55 56

1. Melihat kemajuan kinerja program (performance) secara periodik untuk tindakan korektif, disebut sebagai

a. Monitoring

b. Evaluasi

c. Supervisi

d. Transisi

2. Proses periodik dan sistematis untuk menilai seluruh fungsi organisasi dengan cara menilai hasil yang dicapai kemudian dibandingkan dengan tujuan/harapan/target yang ingin dicapai.

a. Monitoring

b. Evaluasi

c. Supervisi

d. Transisi

3. Tujuan Evaluasi adalah untuk menjawab, kecuali :

a. Pencapaian tujuan,

b. Pengaruh program,

c. Keluaran dan dampak yang tidak diharapkan,

d. Penilaian berdasar laporan

Tes Formatif

Page 59: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

57

4. Tidak termasuk manfaat Evaluasi, yaitu:

a. Memberikan gambaran sampai seberapa jauh tujuan dan sasaran telah tercapai

b. Memberikan motivasi pada seseorang untuk menurunkan kinerja

c. Dapat membantu menetapkan prioritas dalam mengambil tindakan

d. Membantu menguji asumsi mengenai strategi sehingga dapat memilihstrategi yang tepat

5. Manfaat monitoring adalah, kecuali:

a. Mengenali masalah program sedini mungkin,

b. Melakukan perbandingan antar lokasi/tempat,

c. Menilai trend status situasi sehingga dapat diambil tindakan korektif

d. Menyesali program program yang dikembangkan

6. Tujuan monitoring adalah untuk menjawab pertanyaan penting, yakni:

a. Apakah program telah mencapai populasi atau target yang diinginkan

b. Apakah pelaksanaan program tidak sesuai dengan yang direncanakan

c. Pengaruh program,

d. Keluaran dan dampak yang tidak diharapkan

7. Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan suatu perencanaan dalam evaluasi adalah

a. mengukur seobyektif mungkin hasil-hasil pelaksanaan

b. dengan ukuran-ukuran yang dapat diterima

Page 60: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

57 58

c. dipakai sebagai umpan balik bagi perencanaan selanjutnya.

d. Dampak yang tidak diharapkan

8. Tidak termasuk manfaat Evaluasi, yaitu:

a. Memberikan gambaran sampai seberapa jauh tujuan dan sasaran telah tercapai

b. Memberikan motivasi pada seseorang untuk menurunkan kinerja

c. Dapat membantu menetapkan prioritas dalam mengambil tindakan

d. Membantu menguji asumsi mengenai strategi sehingga dapat memilihstrategi yang tepat

9. Proses periodik dan sistematis untuk menilai seluruh fungsi organisasi dengan cara menilai hasil yang dicapai kemudian dibandingkan dengan tujuan/harapan/target yang ingin dicapai.

a. Monitoring

b. Evaluasi

c. Supervisi

d. Transisi

10. Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan suatu perencanaan dalam evaluasi adalah

a. mengukur seobyektif mungkin hasil-hasil pelaksanaan,

b. dengan ukuran-ukuran yang dapat diterima,

c. dipakai sebagai umpan balik bagi perencanaan selanjutnya.

d. Dampak yang tidak diharapkan

Page 61: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

59 59

Selamat Anda telah berhasil mempelajari Modul ini. Dari modul ini Anda telah mempelajari Analisis Situasi Kesehatan Secara Partisipatif yang dipergunakan untuk melibatkan masyarakat secara aktif, melalui : 1) Melakukan analisis situasi kesehatan, 2) Membuat Bagan Perubahan dan Kecenderungan, 3) Penelusuran desa (TransecT), 4) Rangking/perinkat Kekayaan dan kesejahteraan, 5) pengkajian Lembaga Desa, 6) Pengkajian kalender Musim. Data data ini selanjutnya diolah dalam Analisis Masalah dalam kebidanan Komunitas bersama sama dengan masyarakat. Masalah dan prioritas yang telah ditentukan dipecahkan melalui perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang tanggap Gender dan Partisipatif. Langkah selanjutnya adalah Monitoring dan Evaluasi untuk memantau keberhasilan program berdasarkan tujuan dan indicator indicator yang telah ditentukan.

Sekarang bertanyalah kepada diri Anda sendiri apakah Anda telah menguasai seluruh materi yang dibahas dalam modul ini. Jika belum pelajari sekali lagi, terutama pada bagian-bagian yang belum Anda kuasai. Jika sudah bersegeralah menghubungi dosen yang mengampu mata kuliah ini untuk

meminta tes akhir modul.

Selamat dan sukses selalu

Penutup

Page 62: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

60

YPKP dan Pusdiknakes , 2010, Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Dr. Syahlan, SKM. Kebidanan Komunitas. Jakarta

Daftar Pustaka

Page 63: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

60 61

KUNCI JAWABAN KEGIATAN 1

1 .D

2 . B

3 . B

4 . C

5 . A

6 . D

7 . D

8 . C

9 . D

10 . B

KUNCI JAWABAN KB 2

1. D

2. A

3. A

4. D

5. A

6. B

7. D

8. A

9. A

10. B

Kunci Jawaban

Page 64: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

62

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF KEGIATAN 3

1. A

2. A

3. D

4. D

5. D

6. C

7. A

8. B

9. B

10. C

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF KEGIATAN 4

1. A

2. B

3. D

4. B

5. D

6. A

7. D

8. B

9. A

10. D

Page 65: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

62 63

Waktu: 90 menit

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas

1. Sebutkanlah Teknik-Teknik Pengumpulan Data yang dilakukan secara Partisipatif !

2. Kemukakan Tujuan dari kajian sejarah desa dalam analisis situasi kebidanan komunitas

3. Berikan 3 penjelasan atau asumsi yang mendorong partisipasi masyarakat dalam pebangunan pelayanan kebidanan saat ini !

4. menurut anda, mengapa dalam menyusun perencanaan kegiatan harus dilakukan secara partisipatif debgan masyarakat?

5. Jelaskan Tantangan terberat yang harus dihadapi dalam mencapai sasaran MDGs tahun 2015 di bidang kesehatan di Indonesia

6. Kemukakan perbedaan anatara monitoring dan evaluasi dalam pelayanan kebidanan secara partisipatif

7. Jelaskan Pengembangan kapasitas masyarakat berdasarakan tiga tingkatan/ dimensi!

8. Menurut anda, keberadaan wadah seperti ‘forum warga’ di masyarakat sangat penting. Hal ini bertujuan untuk?

9. Merumuskan masalah dalam kebidanan komunitas mengacu pada kerangka Bloom terdapat 4 hal. Jelaskan

10. Sebutkan 5 Indikator kuantitatif yang biasa digunakan untuk mengukur angka kematian

Tes Akhir Modul

Page 66: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

64

1. Teknik-Teknik Pengumpulan Data yang dilakukan secara Partisipatif

a. PENELUSURAN SEJARAH DESA

b. PEMBUATAN BAGAN PERUBAHAN DAN KECENDERUNGAN

c. PEMBUATAN KALENDER MUSIM

d. PEMBUATAN PETA DESA

e. PENGKAJIAN LEMBAGA DESA (DIAGRAM VENN)

f. PENELUSURAN LOKASI/DESA (TRANSECT)

g. RANKING/PERINGKAT KEKAYAAN DAN KESEJAHTERAAN

h. WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR

2. Tujuan dari kajian sejarah desa adalah:

a. Memfasilitasi masyarakat agar mengungkapkan pemahamannya tentang keadaan mereka di masa kini, dengan mengkaji latar belakang masa lalu.

b. Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat dan masalah yang terjadi karena perubahan serta bagaimana solusinya.

c. Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji hubungan sebab akibat antara berbagai kejadian dalam sejarah kehidupan mereka.

3. Asumsi yang mendorong partisipasi masyarakat, yakni: Pertama, rakyatlah yang paling tahu kebutuhannya, karena itu rakyat mempunyai hak untuk mengidentifikasi dan menentukan kebutuhan pembangunan di wilayah lokalnya. Kedua, pendekatan partisipatif dapat menjamin kepentingan dan

Kunci Jawaban Tes Akhir Modul

Page 67: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

64 65

‘suara’ kelompok-kelompok yang selama ini tersisih atau marjinal dalam pembangunan. Ketiga, partisipasi dalam pengawasan/monitoring terhadap proses pembangunan dapat mengurangi terjadinya berbagai penyimpangan program, termasuk tidak tercapainya tujuan program.

4. Tantangan terberat yang harus dihadapi dalam mencapai sasaran MDGs tahun 2015 di bidang kesehatan di Indonesia adalah:

1) Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang umumnya rendah, sehingga menjadi kendala untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang layak.

2), Kondisi geografis, terutama di wilayah-wilayah pedesaan yang sulit dijangkau oleh akses pelayanan kesehatan sehingga mempengaruhi kesiapan penempatan tenaga kesehatan (dokter dan bidan).

3) Kebijakan pemerintah di bidang kesehatan yang lebih memfokuskan pada tindakan kuratif daripada preventif dan promotif, yang dapat dilihat dari prioritas pendirian rumah-rumah sakit di kota-kota Kabupaten/Propinsi. Dalam perancangan program, ketidakmampuan mengindentifikasi masalah dan kebutuhan secara tepat akan berimplikasi pada ketidakjelasan program.

5. Alasan program yang berdaya-guna (efektif) perlu dirancang dengan pendekatan partisipatif, adalah agar tujuan program, kelompok sasaran (target group), upaya pencapaian tujuan, indikator capaian, serta sumber daya yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi masyarakat sehingga. Implikasinya, program dapat berjalan efektif dan efisien, demikian pula capaian maupun keberlanjutannya (sustainabilitas).

6. Perbedaan Monitoring dan evaluasi

Monitoring : Melihat kemajuan kinerja program (performance) secara periodik untuk tindakan korektif.

Pemantauan ini dilakukan secara sistematis yang bersifat periodik dan

Page 68: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

66

berkesinambungan untuk mengetahui sedini mungkin apakah pelaksanaan program sesuai atau menyimpang dari rencana awal dengan memanfaatkan sekumpulan indikator terpilih.

EVALUASI

Menilai hasil program (outcomes) untuk perbaikan program selanjutnya

Evaluasi merupakan proses periodik dan sistematis untuk menilai seluruh fungsi organisasi dengan cara menilai hasil yang dicapai kemudian dibandingkan dengan tujuan/harapan/target yang ingin dicapai.

Konsep dan strategi kebijakan pengelolaan kesehatan yang dilakukan selama ini lebih difokuskan pada program-program kesehatan, sementara masalah determinan dan persoalan-persoalan riil yang terjadi di masyarakat kurang mendapat prioritas.

7. Pengembangan kapasitas masyarakat dalam kebidanan komunitas, dapat dilihat dari tiga tingkatan/ dimensi, yakni:

1. Dimensi Kapasitas Sistem

Merujuk pada perencanaan berkala yang terpadu dan berkesinambungan, yang dirumuskan secara objektif, terarah, dan sesuai kebijakan normatif yang menjadi rujukan bersama.

2. Dimensi Kapasitas Institusi

Bertujuan untuk memfasilitasi proses perencanaan secara jelas dan konsisten. Untuk itu perlu struktur pengorganisasian yang jelas, termasuk penjabaran tugas dan fungsi dari masing-masing pelaku/aktor yang terlibat, mekanisme koordinasi, serta evaluasi kinerja dan monitoring dampak untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan akuntabilitas (pertanggungjawaban) jalannya program pelayanan masyarakat

3. Dimensi Kapasitas Individu

Pengembangan kapasitas individu mencakup: (a) Keterampilan perencanaan (kemampuan atau kapasitas melakukan analisis situasi hingga monitoring

Page 69: Modul 2 Praktik Kebid III

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

66 67

evaluasi), (b) Keterampilan manajerial, yakni kapasitas memfasilitasi, memoderasi dan mengkoordinir semua pelaku dan kepentingan ke dalam suatu proses perencanaan yang teratur (c) Keterampilan sosial yakni kapasitas dalam membangun proses dialogis yang konstruktif dalam rangka membangun kebersamaan dalam keberagaman kepentingan untuk menghasilkan produk perencanaan yang mampu mengakomodir kepentingan dari bawah.

8. Tujuan forum warga adalah mempertemukan berbagai kelompok warga/masyarakat (kelas sosial, umur, gender, dll) menjadi relevan dan signifikan diperkuat kapasitasnya. Forum ini diharapkan mampu mengakomodir berbagai aspirasi dan kepentingan warga dalam merancang sekaligus mengambil keputusan tentang program/kebijakan yang menjadi kebutuhan/kepentingan bersama.Melalui ini harapkan akan terbangun: (i) kesadaran masyarakat akan perlunya mereka ikut terlibat dalam perencanaan pembangunan atau pengembangan masyarakat; (ii) kesadaran bahwa perlu suatu pengorganisasian sosial atas berbagai kelompok warga dalam merancang dan menetapkan (memutuskan) program prioritas masyarakat; (iii) identitas diri sebagai suatu kelompok kepentingan dan sama-sama terlibat dalam proses perencanaan.

9. Determinan derajat kesakitan adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya kesakitan dan kematian yaitu (1) genetika dan kependudukan(2) lingkungan kesehatan (3) perilaku kesehatan dan (4) program dan pelayanan kesehatan.

10. Untuk mengetahui angka kematian, indikator kuantitatif yang biasa digunakan adalah:

• CDR (Crude Death Rate atau angka kematian kasar)

• ASDR (Age Specific Death Rate atau angka kematiankelompok umur tertentu)

• IMR (Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi=AKB)

• MMR (Maternal Mortality Rate atau Angka Kematian Ibu = AKI)

• DSDR (Disease Specific Death Rate atau Angka Kematian yang disebabkan oleh penyakit tertentu)