POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL MODUL 2 AGREGAT UNTUK BETON Kegiatan Belajar 1: 1. Jenis-jenis Agregat Untuk Beton Tujuan Instruksional Khusus Setelah akhir pelajaran diharapkan siswa: mampu menjelaskan jenis- jenis agregat untukbeton 1.1. Pendahuluan Agregat menempati volume terbesar dalam adukan beton. Agregat di dalam beton memiliki fungsi sebagai berikut : • Sebagai bahan pengisi • Menentukan kekuatan aduk beton • Membuat beton/adukan stabil terhadap pengaruh luar dan cuaca, memperendah sifat susut dan muai. • Memperkecil pemakaian perekat. Jenis agregat untuk beton dikelompokan sebagai berikut : • Jenis agregat berdasarkan berat volume beton • Jenis agregat berdasarkan bentuk • Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaan • Jenis agregat berdasarkan ukuran butir nominal Modul 2 Kegiatan Belajar 3 10
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
MODUL 2
AGREGAT UNTUK BETON
Kegiatan Belajar 1:
1. Jenis-jenis Agregat Untuk Beton
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah akhir pelajaran diharapkan siswa: mampu menjelaskan jenis-
jenis agregat untukbeton
1.1. Pendahuluan
Agregat menempati volume terbesar dalam adukan beton. Agregat di
dalam beton memiliki fungsi sebagai berikut :
• Sebagai bahan pengisi
• Menentukan kekuatan aduk beton
• Membuat beton/adukan stabil terhadap pengaruh luar dan cuaca,
memperendah sifat susut dan muai.
• Memperkecil pemakaian perekat.
Jenis agregat untuk beton dikelompokan sebagai berikut :
• Jenis agregat berdasarkan berat volume beton
• Jenis agregat berdasarkan bentuk
• Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaan
• Jenis agregat berdasarkan ukuran butir nominal
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 10
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
• Jenis agregat berdasarkan gradasi
1.2. Jenis Agregat Berdasarkan Berat Volume Beton :
1. Agregat r ingan : dipakai untuk pembuatan beton dengan berat
volume kurang dari 1800 kg/m3. Jenis ini dibagi lagi yaitu beton ringan
dengan berat volume kurang dari 1200 kg/m3 dan beton setengah berat
dengan berat volume 1200- 1800 kg/m3.
2. Agregat normal : dipakai untuk adukan beton sehari-hari yang umum
dipakai. Untuk konstruksi bangunan secara umum, berat volumenya
1800 – 2800 kg/m3.
3. Agregat berat : dipakai terutama untuk adukan beton yang
ditekankan pada berat massa beton lebih dari 2800 kg/m3.
1.3. Jenis Agregat Berdasarkan Bentuk:
1. Agregat Bulat. Rongga udara 33%, sehingga ratio luas
permukaannya kecil. Beton yang dihasilkan agregat ini kurang cocok
untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu
tinggi, karena ikatan antar agregat kurang kuat.
2. Agregat bulat sebagian atau t idak teratur . Rongga udara lebih
tinggi 35 – 38 %, sehingga membutuhkan lebih banyak pasta semen
agarmudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan agregat ini belum cukup
baik untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton
mutu tinggi, karena ikatan antar agregat belum cukup baik(masih
kurang kuat).
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 11
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
3. Agregat bersudut. Rongga udara lebih tinggi 38 – 40 %. Beton yang
dihasilkan agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada
kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antar agregat
baik.Agregat ini dapat juga digunkan untuk lapis perkerasan kaku (rigid
pavement).
4. Agregat panjang. Agregat ini panjangnya jauh lebih besar dari
lebarnya.Agregat disebut panjang jika ukuran terbesar lebih 9/5 ukuran
rata-rata. Ukuran rata-rata adalah ukuran ayakan yang meloloskan dan
menahan butir agregat. Agregat ini cenderung berada di rata-rata air
sehingga akan terdapat rongga di bawahnya. Kekuatan tekan dari
beton yang menggunkan agregat ini buruk.
5. Agregat pipih, jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran-
ukuran lebar dan tebalnya lebih kecil. Agregatini tidak baik untuk
campuran beton mutu tinggi.
6. Agregat pipih panjang , yaitu agregat yang mempunyai panjang jauh
lebih besar dari pada lebarnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar
dari tebalnya.
1.4. Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur Permukaan
.1 Agregat licin/halus
.2 Berbutir (granular)
.3 Kasar
.4 Kristalin (cristalline)
.5 Berbentuk sarang lebah (honeycombs)
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 12
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
1.5. Jenis Agregat Berdasarkan Ukuran Butir Nominal
.1 Agregat halus, agregat yang semua ukuran butirnya menembus
ayakan 4,8 mm (SII.0052, 1980), atau4,75 mm (ASTM C33, 1995) atau
5 mm (BS.812, 1976).
.2 Agregat kasar ialah agregat yang semua butirnya tertinggal di atas
ayakan 4,8 mm (SII.0052, 1980), atau4,75 mm (ASTM C33, 1995) atau
5 mm (BS.812, 1976).
1.6. Jenis Agregat Berdasarkan Gradasi
1. Gradasi sela (gap gradation), jiuka salah satu atau lebih ukuran butir
atau fraksi pada satu set ayakan tidak ada.
2. Gradasi menerus, jika agregat yang semua ukuran butirnya ada dan
terdistribusi dengan baik.
3. Gradasi seragam, jika agregat mempunyai ukuran yang sama atau
seragam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan agregat
dalam beton (Landgren, 1994) :
1. Volume udara, udara yang terdapat dalam campuran beton akan
mempengaruhi proses pembuatan beton terutama setelah terbentuknya
pasta semen.
2. Volume padat, kepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi
dari beton jadi.
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 13
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
3. Berat jenis agregat, akan mempengaruhi proporsi campuran dalam
berat sebagai kontrol.
4. Penyerapan, berpengaruh pada berat jenis
5. Kadar air permukaan agregat, berpengaruh pada penggunaan air saat
pencampuran.
R A N G K U M A N
Agregat di dalam beton memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pengisi
2. Menentukan kekuatan aduk beton
3. Membuat beton/adukan stabil terhadap pengaruh luar dan cuaca,
memperendah sifat susut dan muai.
4. Memperkecil pemakaian perekat (semen)
Jenis agregat untuk beton dikelompokan sebagai berikut :
1. Jenis agregat berdasarkan berat volume beton
2. Jenis agregat berdasarkan bentuk
3. Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaan
4. Jenis agregat berdasarkan ukuran butir nominal
5. Jenis agregat berdasarkan gradasi
S O A L L A T I H A N
1. Jelaskan jenis agregat berdasarkan :
a. beratnya
b. bentuknya
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 14
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
c. tekstur permukaannya
d. ukuran nominalnya
e. gradasi ayakannya
2. Berdasarkan bentuk, tekstur permukaannya, ukuran nominal dan
gradasinya, agregat yang bagaimana yang baik digunakan untuk
campuran beton?
Sumber Pustaka
ASTM, 1995, Concrete and Agregat , Annual Book of ASTM Standard,
Vol 04.02, Philadelphia.
British Standard Institutions, 1982, Method for sampling and Testing
of Material aggregates, sands and f i l lers , BS 812:Part1-4, England.
Landgren,Robert ,1978, Unit weight, specif ic gravity, absorpsion,
and surface moisture, signif icance of test and properties of
concrete and concrete materials , ASTM STP 169C, Philadelphia.
Tri Mulyono, 2004, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta
Kegiatan Belajar 2:
2. Sifat –sifat Agregat Untuk Beton
Tujuan Instruksional Khusus
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 15
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
Setelah akhir pelajaran diharapkan siswa, mampu menjelaskan sifat-sifat
agregat yang digunakan untuk beton
Sifat-sifat agregat dalam campuran beton yang perlu diketahui adalah
sebagai berikut :
1. Serapan air dan kadar air agregat
2. Berat jenis dan daya serap agregat
3. Gradasi agregat
4. Modulus halus butir
5. Ketahanan kimia
6. Kekekalan
7. Perubahan volume
8. Karakteristik panas
9. Bahan-bahan lain yang mengganggu
2.1. Serapan Air dan Kadar Air Agregat
2.1.1 Serapan Air
Serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh agregat
pada kondisi jenuh permukaan kering (JPK) atau saturated surface dry
(SSD), kondisi ini merupakan:
1. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam
beton, sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air
dari pastanya.
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 16
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
2. Kadar air dilapangan lebih banyak mendekati kondisi SSD daripada
kondisi kering oven.
Resapan efektif dinyatakan dengan banyaknya jumlah air yang diperlukan
agregat dalam kondisi kering udara (WKU) menjadi SSD (WSSD), dinyatakan
dengan rumusan sebagai berikut :
%100xW
WWR
SSD
KUSSDef
−=
Resapan efektif (Ref) dipakai untuk menghitung berat air yang akan diserap
(Wsr) oleh agregat (Wag) dalam adukan beton, yaitu dengan rumus :
Wsr = Ref . Wag
Sehingga kelebihan air dalam campuran beton yang merupakan kontribusi
dari agregat dapat dihitung dengan rumus :
%100xW
WWA
SSD
SSDBSHkel
−=
Air kelebihan ini dipakai untuk menghitung berat tambahan (Wtam) terhadap
campuran adukan beton, yaitu :
Wtam = Akel . Wag
Kelebihan (Wagr) dan berat pada kondisi SSD (WSSD) dapat digunakan untuk
menghitung banyaknya kandungan air (Kair) dalam agregat yang dinyatakan
dengan rumus :
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 17
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
%100xW
WWK
SSD
SSDAgrair
−=
2.1.2 Kadar Air
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu agregat.
Kadar air dapat dibedakan dalam empat jenis :
1. Kadar air kering oven, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair
2. Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya
kering tetapi sedikit mengandung air dalam porinya dan masih dapat
menyerap air.
3. Jenuh Kering Permukaan (JKP), yaitu keadaan dimana tidak ada air di
permukaan agregat, tetapi agregat tersebut masih mampu menyerap
air. Pada kondisi ini, air dalam agregat tidak akan menambah atau
mengurangi air pada campuran beton.
4. Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak
mengandung air, sehingga akan menyebabkan penambahan kadar air
campuran beton.
Dari keempat kondisi ini, hanya dua kondisi yang sering dipakai yaitu
kondisi kering oven dan kondisi SSD. Kadar air biasanya dinayatan dalam
prosen dan dapat dihitung sebagai berikut :
%1002
21 xW
WWKA
−=
dimana :
W1 = Berat agregat basah (gram)
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 18
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
W2 = Berat agregat kering oven
KA = Kadar air, biasanya juga dilambangkan dengan simbol : ω
2.2. Berat Jenis dan Daya Serap Agregat
Berat jenis digunakan untuk menetukan volume yang diisi oleh agregat.
Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari
beton sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran
agregat dalam campuran beton. Hubungan antara berat jenis dengan daya
serap adalah jika semakin tinggi nilai berat jenis agregat maka semakin
kecil daya serap air agregat tersebut.
2.3. Gradasi Agregat
Untuk mendapat campuran beton yang baik, kadang-kadang kita harus
mencampur beberapa jenis agregat. Dalam pekerjaan beton yang banyak
dipakai adalah agregat normal dengan gradasi yang harus memenuhi
syarat standar, namun untuk keperluan yang khusus sering dipakai agregat
ringan ataupun agregat berat.
2.4. Modulus Halus Butir
Modulus halus butir (finnes modulus) atau biasa disingkat dengan MHB
ialah suatu indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran
butir-butir agregat (Abrams, 1918). MHB didefinisikan sebagai jumlah
persen komulatif dari butir agregat yang tertinggal diatas satu set ayakan
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 19
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
(38, 19, 9, 6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, 0.15 mm), kemudian nilai tersebut
dibagi dengan seratus (Ilsley, 1942:232)
Makin besar nilai MHB suatu agregat maka semakin besar butiran
agregatnya. Umumnya agregat halus mempunyai MHB sekitar 1.50 – 3.8
dan kerikil mempunyai MHB 5 – 8. Nilai ini juga dapat dipakai sebagai
dasar untuk mencari perbandingan dari campuran agregat. Untuk agregat
campuran nilai MHB yang biasa dipakai berkisar sekitar 5.0 – 6.0.
Hubungan ketiga nilai MHB tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
W = (K – C) / (C – P) x 100 %
Dimana :
W : Persentase berat agregat halus (pasir) terhadap berat agregat kasar
(kerikil/batu pecah)
K : Modulus halus butir agregat kasar
P : Modulus halus butir agregat halus
C : Modulus halus butir agregat campuran.
2.5. Ketahanan Kimia
Pada umumnya beton tidak tahan terhadap serangan kimia. Ada
beberapa bahan kimia yang bereaksi dengan beton, tetapi dua bentuk yang
biasa dijumpai menyerang beton adalah alkali dan sulfat.
Bahan-bahan kimia pada dasarnya bereaksi dengan komponen-
komponen tertentu dari pasta semen yang telah mengeras. Oleh karena itu
ketahanan terhadap beton yang telah mengeras sebagian besar tergantung
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 20
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
pada jenis semen yang digunakan. Ketahanan terhadap serangan kimia
bertambah dengan bertambahnya kekedapan beton terhadap air.
2.5.1. Ketahanan Alkali
Beberapa jenis agregat dapat bereaksi dengan alkali yang ada dalam
semen dan membentuk gel silika yang suasananya adalah basa. Bila
terjadi hal yang demikian maka agregat tersebut mengembang dan
membengkak yang menyebabkan timbulnya retak-retak serta penguraian
beton yang bersangkutan. Jenis agregat yang mengandung silika reaktif
dapat ditemui dalam batuan seperti cherts, batu kapur yang mengandung
silika dan beberapa jenis batuan vulkanik.
Calsium hidroksida (CaOH) dalam pasta semen yang mengeras
dapat llarut dalam air, terutama jika terdapat carbondiokxida (CO2). Bila
beton dalam masa perawatan dan dilalui air dan menyerapnya, kalsimsium
hidroksida dalam semen berpindah dan hilang tersaring keluar. Peristiwa
ini merugikan beton, karena keawetan beton akan berkurang. Keadaan ini
sering dijumpai di bangunan hidrolik yang terdapat retak-retak, bagian yang
keropos karena terjadi segregasi, siar-siar pelaksanaan yang jelek dan
pori-pori yang dapat dilalui oleh aliran air. Karena beton juga dapat
menyerap ait tanah atau air hujan, maka proses di atas dpat juga terjadi.
Pencegahan paling mudah yaitu dengan membuat beton yang
homogen, padat serta dengan daya serap yang rendah sehingga dapat
mengurangi serangan alkali. Untuk itu pemilihan agregat dan usaha
perawatan untuk mengurangi susut beton akan sangat membentu. Cara
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 21
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
lainnya yaitu dengan membubuhkan bahan teras yang halus ke dalam
campuran beton yang bersangkutan. Bahan teras yang halus ini akan
bereaksi dengan unsur-unsur alkali dalam semen pada saat campuran
beton masih dalam keadaan plastis, sehingga akan mengurangi kadar
alkali secara efektif.
2.5.2. Ketahanan Sulfat
Hampir semua larutan sulfat bereaksi dengan calsium hidroxida
Ca(OH)2, dan tricalsium aluminat C3A dari semen yang berhidrasi untuk
membentuk senyawa-senyawa kalsium sulfat dan kalsium sulfoaluminat.
Dalam hal ini, kalsium sulfat dan magnesium sulfat adalah yang paling
reaktif dalam suasana basa, dijumpai secara luas dalam tanah, terutama
tanah lempung (clay), dalam air tanah atau laut. Tidak seperti kalsium
hidroksida, senyawa-senyawa kimia ini tidak larut dalam air. Meski
demikian, volumenya lebih besar dari pada senyawa-senyawanya pasta
semen sebagai bahan induk senyawa-senyawa tersebut.
Bertambahnya volume pada beton yang telah mengeras ini,
memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi kehancuran struktur.
Intensitas serta kecepatan serangan sulfat tergantung pada faktor-faktor
seperti jenis sulfat, konsentrasi serta kandungan senyawa tersebut. Jenis-
jenis sulfat magnesium yang paling kuat serangannya. Konsentrasi sulfat
dinyatakan dalam ukuran beratnya.
2.6. Kekekalan
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 22
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
Kekekalan agregat diuji dengan menggunakan larutan kimia untuk
memeriksa reaksinya pada agregat. (PB 89, 1990). Agregat harus
memenuhi syarat seperti yang tercantum dalam SII.0052-80 ”Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton” untuk beton normal atau memenuhi syarat ASTM
C.33-86 ”Standard Specification for Concrete Aggregates”
Syarat mutu agregat normal :
1. Agegat halus jika diuji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat,
NaSO4), bagian yang hancur maksimum 10% dan jika diuji dengan
magnesium sulfat (MgSO4) bagian yang hancur maksimum 15%.
2. Agregat kasar jika diuji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat,
NaSO4), bagian yang hancur maksimum 12% dan jika diuji dengan
magnesium sulfat (MgSO4) bagian yang hancur maksimum 18%.
2.7. Perubahan Volume
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
dalam volume beton adalah kombinasi reaksi kimia antar semen dengan air
seiring dengan mengeringnya beton. Jika agregat mengandung senyawa
kimia yang dapat mengganggu proses hirasi semen, maka beton yang
terbentuk akan mengalami keretakan. ASTM C.330 ”Spesification for
Ligtweight Agregates for Structural Concrete” memberikan keterangan
bahwa susut kering untuk agregat ringan tidak boleh melebihi 0.10%.
2.8. Karakterist ik Panas
2.8.1 Koefisien Muai
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 23
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
Koefisien muai beton bertambah dengan bertambahnya sifat
thermal agregat yang dipakai. Jika koefisiennya besar, maka perubahan
suhu dapat mengakibatkan perbedaan gerakan sehingga dapat
melepaskan lekatan antara agregat dan pasta semen. Jika koefisien muai
antara beton dan agregat berbeda lebih dari 5.4 x 10-6, beton akan retak
jika mengalami proses panas dan dingin atau jika terjadi kebakaran.
Koefesien muai tergantung dari jenis agregatnya. Nilainya berkisar
antara 5.4 x 10-6 sampai 12.6 x 10-6 perderajat celcius dan koefisien muai
pasta semen antara 10.8 x 10-6 sampai 16.2 x 10-6 perderajat celcius
2.8.2 Panas Jenis dan Penghantar Panas
Panas jenis perlu dihitung jika beton digunakan untuk pekerjaan
massa dan juga pekerjaan khusus, seperti isolasi dalam bangunan pabrik.
2.9. Bahan-bahan Lain Yang Mengganggu
Bahan pengganggu menyebabkan terganggunya proses pengikatan
dan pengerasan pada beton. Selain alkali dan sulfat, bahan lain yang
mengganggu pengerjaan beton yang berasal dari agregat adalah sebagai
berikut :
2.9.1 Bahan Padat Yang Menetap
Lempung, tanah liat dan abu batu tidak diijinkan dalam jumlah
banyak. Ada kecenderungan meningkatnya penggunaan air dalam
campuran beton yang bersangkutan, jika terdapat bahan-bahan tersebut.
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 24
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
Bahan ini tidak dapat menyatu dengan semen, sehingga menghalangi
penggabungan antara semen dan agregat. Pada akhirnya kekuatan tekan
beton akan berkurang karena tidak adanya ikatan antara semen dan
agregat.
2.9.2. Bahan – bahan Organik Dan Humus
Bahan organik mengganggu proses hidrasi. Bahan organik yang
biasa dijumpai terdiri dari daun-daunan yang telah membusuk, humus,
asam dan llainnya. Bahan ini lebih banyak terdapat dalam agregat halus
dari pada agregat kasar terutama yang berasal dari sumber hulu sungai.
Bahan-bahan organik dan humus yang dipergunkan dalam beton
tidak boleh melebihi batas yang disyaratkan.
Tabel 2.1. Syarat bahan-bahan yang mengganggu
Uraian Prosentase maksimum dalam berat
Lempung dan partikel
Butiran halus lolos ayakan no 200 :
- Beton tahan abrasi
- Beton umumnya
Batu bara dan lignit :
- Beton ekspose
- Beton umumnya
3.0
3.0
5.0
0.5
1.0
Contoh soal :
Perhitungan Modulus Halus Butir.
Dari hasil uji agregat kasar dan halus didapat data sebagai berikut :
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 25
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL
Tabel 2.2. Contoh data hasil analisa ayak (saringan)
Lubang
Ayakan (mm)
Berat Tert inggal (gram)
Agregat Kasar
(gram) Agregat Halus (gram)
38 0 0
19 0 0
9.6 640 0
4.8 270 25
2.4 90 45
1.2 0 95
0.6 0 110
0.3 0 140
0.15 0 75
Sisa 0 10Jumlah 1000 500
Hitunglah Modulus halus butir untuk agregat kasar dan agregat halus dari
data diatas.
Penyelesaian :
Untuk mempermudah perhitungan modulus halus butir agregat,