Top Banner
56

Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Jul 30, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan
Page 2: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................. iDeskripsi Singkat ...................................................................... 1

Tujuan Pembelajaran .............................................................. 2

A.Hasil belajar ........................................................................ 2

B.Indikator Hasil Belajar ..................................................... 2

Materi Pokok dan Submateri Pokok ................................... 3

Metode ........................................................................................ 4

Media dan Alat Bantu .............................................................. 5

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran ....................... 5

A.Pengondisian .................................................................... 5

B.Pemaparan Materi (45 menit) ...................................... 6

C.Pembahasan Tugas Refleksi Diri (15 menit) .............. 6

D.Diskusi dan Tanya Jawab (15 menit) ........................... 7

E.Role-Play (15 menit) ......................................................... 7

URAIAN MATERI PEMBELAJARAN ...................................... 7

A.Pengertian Bencana ....................................................... 7

B.Krisis Kesehatan dan Penanggulangannya............ 10C.Kesiapsiagaan Klaster Kesehatan dalam

Menghadapi Bencana dan Krisis Kesehatan ......... 16

D.Situasi Terkini COVID-19 di Indonesia ....................... 23

E.Definisi Operasional COVID-19.................................... 27

Page 3: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | ii

F.Mengenali Gejala COVID-19 dan Menghadapi Pasien dengan Potensi COVID-19 ............................. 33

G.Edukasi Masyarakat dalam Pencegahan COVID-19 ............................................................................................ 36

H.Vaksinasi COVID-19 ........................................................ 42

RANGKUMAN........................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 46

Page 4: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 1

Pengetahuan Dasar Krisis Kesehatan pada Masa Pandemi COVID-19

Deskripsi Singkat Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang

peranan sangat penting dalam memberikan pelayanan

kesehatan reproduksi. Menurut Pasal 46 Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan, tugas

bidan meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan

kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan Keluarga Berencana (KB). Sebagai

tenaga kesehatan yang berpraktik di garis depan, bidan

diharapkan dapat membantu proses mitigasi pandemi

COVID-19 dan terus memberikan pelayanan kesehatan

reproduksi yang berkualitas.

Modul ini menjelaskan pengetahuan dasar krisis

kesehatan. Peserta akan mempelajari pengetahuan

dasar bencana, khususnya bencana non-alam, tahapan

penanggulangan bencana non-alam, dan situasi terkini

pandemi COVID-19 di Indonesia. Peserta juga akan

memperoleh pengetahuan dasar COVID-19 agar

Page 5: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 2

setelahnya dapat melakukan skrining, memberikan

rujukan, serta menyampaikan edukasi yang berkualitas,

baik kepada pasien maupun masyarakat secara umum.

Tujuan Pembelajaran

A. Hasil belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta

mampu:

1. Memahami konsep dasar bencana non-alam.

2. Memahami penanggulangan bencana non-alam.

3. Memahami situasi terkini pandemi COVID-19 di

Indonesia.

4. Memahami pengetahuan dasar COVID-19.

B. Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat :

1. Menjelaskan pengertian bencana alam dan

bencana non-alam.

2. Menyebutkan tahapan penanggulangan krisis

kesehatan.

Page 6: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 3

3. Menjelaskan struktur, alur koordinasi, dan upaya

kesiapsiagaan yang perlu dilakukan oleh klaster

kesehatan dalam menghadapi bencana dan krisis

kesehatan.

4. Menjelaskan pengetahuan dasar COVID-19 di

Indonesia yang meliputi definisi COVID-19,

epidemiologi terkini, klasifikasi kasus COVID-19,

dan upaya yang perlu dilakukan oleh masyarakat

dalam melindungi diri dari COVID-19.

Materi Pokok dan Submateri Pokok Materi pokok dan submateri pokok pada mata pelatihan

ini adalah sebagai berikut:

A. Pengertian Bencana

B. Krisis Kesehatan dan Tahap Penanggulangannya

1. Prakrisis Kesehatan

2. Darurat Krisis Kesehatan

3. Pascakrisis Kesehatan

C. Kesiapsiagaan Klaster Menghadapi Bencana dan

Krisis Kesehatan

Page 7: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 4

1. Struktur dan Alur Koordinasi Kesiapsiagaan Klaster

Kesehatan

2. Upaya Kesiapsiagaan Klaster Kesehatan

D. Situasi COVID-19 di Indonesia

1. Deskripsi Coronavirus disease

2. Definisi Kasus dan Tanda Tanpa Gejala

3. Kondisi/Epidemiologi COVID-19 di Indonesia Saat

Ini

4. Upaya Masyarakat Menghadapi Krisis Kesehatan

COVID-19

Metode A. Tugas Prawebinar

a. Melakukan refleksi diri atau membuat narasi

singkat mengenai pengalaman pribadi dalam

praktik sehari-hari pada masa pandemi COVID-19,

terutama hambatan yang dialami (250–500 kata).

b. Menonton video yang disediakan oleh panitia

sebelum sesi pelatihan dimulai.

B. Pemaparan Materi oleh Narasumber (Menggunakan

Aplikasi Zoom) (45 menit)

C. Pembahasan Tugas Refleksi Diri (15 menit)

Page 8: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 5

D. Diskusi dan Tanya Jawab (15 menit)

E. Role-Play (15 menit)

Media dan Alat Bantu 1. Jaringan Internet

2. Laptop atau Komputer

3. Bahan Tayang (Slide PowerPoint)

4. Bahan Video Interaktif

5. Modul

6. Alat tulis

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 3

jam pelajaran (T = 1 JPL; P: 2 PL: 0) @45 menit untuk

memudahkan proses pembelajaran, berikut

disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses

pembelajaran materi ini.

A. Pengondisian

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan

hangat. Apabila fasilitator belum pernah

menyampaikan materi di kelas, mulailah dengan

Page 9: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 6

perkenalan. Perkenalkan diri dengan

menyebutkan nama lengkap, instansi tempat

bekerja, dan materi yang akan disampaikan.

2. Sampaikan tujuan pembelajaran modul ini dan

pokok bahasan yang akan disampaikan—

sebaiknya menggunakan bahan tayang.

3. Sampaikan tindakan yang boleh dan tidak boleh

dilakukan selama proses pembelajaran.

B. Pemaparan Materi (45 menit)

1. Fasilitator menyampaikan materi sesuai urutan

pokok bahasan dan subpokok bahasan

menggunakan bahan tayang.

2. Fasilitator menyampaikan rangkuman materi.

C. Pembahasan Tugas Refleksi Diri (15 menit)

1. Fasilitator memilih 1–3 naskah refleksi diri dengan

topik bencana non-alam, penanggulangan

COVID-19, dan pengetahuan dasar COVID-19.

2. Fasilitator mendiskusikan setiap naskah selama

lima menit dan menjelaskan kegunaan

pengetahuan yang diperoleh di sesi ini jika

Page 10: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 7

peserta menemui kesulitan serupa di masa

depan.

D. Diskusi dan Tanya Jawab (15 menit)

1. Fasilitator memandu proses diskusi dan tanya

jawab dengan peserta.

2. Fasilitator memberikan umpan balik secara

singkat.

E. Role-Play (15 menit)

1. Fasilitator menyampaikan tata cara pelaksanaan

role-play.

2. Role-play dilakukan menggunakan kasus yang

telah disediakan. Role-play berfokus pada

kemampuan bidan dalam memberikan edukasi

kepada pasien mengenai COVID-19.

URAIAN MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Bencana

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana, definisi bencana

adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan

Page 11: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 8

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik

oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam, maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana dapat disebabkan oleh faktor alam, non-

alam, dan manusia sehingga Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007 juga memberikan definisi

bencana alam, bencana non-alam, dan bencana

sosial.

Bencana alamadalah bencana yang diakibatkan

oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang

disebabkan oleh faktor alam. Contoh bencana alam:

tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor,

gempa bumi, angin topan, dan kekeringan. Ulasan

lebih lanjut mengenai bencana alam berada di luar

cakupan modul ini.

Bencana non-alamadalah bencana yang

diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa

non-alam. Contoh bencana non-alam: Kegagalan

Page 12: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 9

teknologi (misalnya, pada kondisi padam listrik luas

yang menyebabkan kerugian dalam jumlah besar),

kegagalan modernisasi, epidemi, dan wabah

penyakit. Pandemi COVID-19 termasuk ke dalam

kategori bencana non-alam.

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan

oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang

diakibatkan oleh manusia. Contoh bencana sosial:

Konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas

dan teror, seperti kerusuhan dan terorisme.

Kejadian bencanaadalah peristiwa bencana yang

terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian,

lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan.

Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan

melanda lebih dari satu wilayah, maka dihitung

sebagai satu kejadian. Misalnya, bencana gempa

bumi dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah pada

2018. Meskipun terdapat beberapa wilayah yang

terkena dampak kedua bencana tersebut, tetapi

keduanya dianggap sebagai satu kejadian bencana.

Page 13: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 10

Sama halnya dengan pandemi COVID-19 yang

dianggap sebagai satu kejadian bencana.

Kejadian luar biasa (KLB)adalah timbulnya atau

meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian

yang bermakna dari segi epidemiologi di suatu

daerah dalam kurun waktu tertentu. Contoh KLB:

meningkatnya insiden demam dengue pada suatu

kecamatan atau munculnya polio di daerah yang

sebelumnya tidak memiliki kasus polio. Status KLB

diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan

(Permenkes) Republik Indonesia Nomor

949/MENKES/SK/VIII/2004.

B. Krisis Kesehatan dan Penanggulangannya

Setelah memahami pengertian bencana, bidan perlu

memahami pengertian krisis kesehatan. Krisis

kesehatan dan penanggulangannya diatur dalam

Permenkes Nomor 75 Tahun 2019 tentang

Penanggulangan Krisis Kesehatan.

Krisis kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban

Page 14: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 11

jiwa, korban luka/sakit, pengungsian, dan/atau

adanya potensi bahaya yang berdampak pada

kesehatan masyarakat sehingga membutuhkan

respons cepat di luar kebiasaan normal dan kapasitas

kesehatan tidak memadai.

Krisis kesehatan dapat disebabkan oleh bencana

alam maupun bencana non-alam. Pada 2016, terjadi

661 krisis kesehatan secara nasional; sebanyak 60%

disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan

tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-

alam (misalnya, KLB keracunan dan kebakaran), dan

4% disebabkan oleh bencana sosial (misalnya, teror

dan sabotase).

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan

krisis kesehatan yang disebabkan oleh bencana non-

alam. COVID-19, dengan transmisinya yang sangat

cepat dan insidennya yang sangat tinggi, berpotensi

besar menghambat program kesehatan yang

sedang berlangsung. Misalnya, COVID-19

menurunkan jumlah kunjungan pasien tuberkulosis

Page 15: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 12

ke puskesmas sehingga berpotensi mengganggu

upaya penanggulangan penyakit tersebut. COVID-19

juga menurunkan kunjungan antenatal dan

partisipasi imunisasi anak dan balita.

Pada kondisi krisis kesehatan, pelaksanaan program

kesehatan masyarakat tidak dapat dilaksanakan

seperti pada keadaan biasa. Dibutuhkan langkah dan

respons yang cepat di luar prosedur normal untuk

meminimalisasi dampak yang ditimbulkan krisis

kesehatan tersebut.

Upaya penanggulangan krisis kesehatan dimulai dari

sebelum munculnya krisis tersebut hingga setelah

krisis tersebut berakhir. Terdapat tiga tahapan

penanggulangan krisis kesehatan:

1. Prakrisis Kesehatan: Tahap ini dilakukan dalam

situasi tidak terjadi bencana atau dalam situasi

terdapat potensi bencana. Rangkaian kegiatan

kesiagaan krisis kesehatan perlu dilakukan untuk

mencegah dan memitigasi potensi bencana

tersebut serta memastikan tersedianya sumber

Page 16: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 13

daya kesehatan yang memadai pada kondisi

krisis kesehatan di masa depan. Kegiatan yang

dapat dilakukan meliputi perencanaan

penanggulangan krisis kesehatan, pengurangan

risiko krisis kesehatan, pendidikan dan pelatihan,

penetapan persyaratan standar teknis dan

analisis penanggulangan krisis kesehatan,

kesiapsiagaan, dan mitigasi kesehatan. Contoh

kegiatan di tahap ini antara lain simulasi dan

geladi bidang kesehatan, pemberdayaan

masyarakat, pengembangan sistem peringatan

dini, membentuk tim medis darurat, membuat

standar prosedur kaji cepat masalah kesehatan

(rapid health assessment), menyiapkan

ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan,

dan meningkatkan kapasitas sumber daya

manusia dalam menghadapi krisis kesehatan.

2. Tanggap Darurat Krisis Kesehatan: Rangkaian

kegiatan yang segera dilakukan saat kejadian

bencana untuk menangani dampak kesehatan

yang ditimbulkan. Tanggap Darurat Krisis

Page 17: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 14

Kesehatan meliputi kegiatan penyelamatan dan

evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar,

pelindungan dan pemulihan korban, dan

memastikan ketersediaan prasarana serta

fasilitas pelayanan kesehatan. Tahap ini

bertujuan merespons seluruh kondisi

kedaruratan secara cepat dan tepat guna

menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan

lebih lanjut, dan memastikan program

kesehatan berjalan dengan terpenuhinya

standar minimal pelayanan kesehatan.

3. Pascakrisis Kesehatan: Tahap ini bertujuan

mengembalikan kondisi sistem kesehatan

seperti kondisi prakrisis kesehatan dan

membangun kembali lebih baik (build back

better) dan aman (safe).

Dalam menghadapi krisis kesehatan yang

disebabkan oleh penyakit menular, misalnya

COVID-19, penting diperhatikan mengenai

karantina kesehatan untuk mencegah laju

penyebaran penyakit. Perihal karantina

Page 18: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 15

kesehatan diatur dalam Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.

Kekarantinaan kesehatan adalah upaya

mencegah dan menangkal keluar atau

masuknya penyakit dan/atau faktor risiko

kesehatan masyarakat yang berpotensi

menimbulkan kedaruratan kesehatan

masyarakat, yaitu kejadian kesehatan

masyarakat yang bersifat luar biasa dengan

ditandai penyebaran penyakit menular dan/atau

kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir,

pencemaran biologi, kontaminasi kimia,

bioterorisme, dan pangan yang menimbulkan

bahaya kesehatan dan berpotensi menyebar

lintas wilayah atau lintas negara.

Tindakan yang dimaksud pada kekarantinaan

kesehatan dapat berupa karantina, isolasi,

pemberian vaksinasi atau profilaksis, disinfeksi

terhadap alat angkut dan barang, serta

pembatasan sosial berskala besar. Pada

kekarantinaan kesehatan juga diberlakukan

Page 19: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 16

pemantauan dan tindakan terhadap orang dan

alat transportasi yang datang dari wilayah yang

terjangkit, misalnya dengan pemeriksaan

kesehatan atau isolasi selama periode waktu

tertentu.

C. Kesiapsiagaan Klaster Kesehatan dalam

Menghadapi Bencana dan Krisis Kesehatan

Menurut Permenkes Nomor 75 Tahun 2019, klaster

kesehatan adalah kelompok pelaku

penanggulangan krisis kesehatan yang mempunyai

kompetensi di bidang kesehatan yang berkoordinasi,

berkolaborasi, dan berintegrasi untuk memenuhi

kebutuhan pelayanan kesehatan yang berasal dari

Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, lembaga

non-pemerintah, sektor swasta atau lembaga usaha,

dan kelompok masyarakat.

Krisis kesehatan merupakan kondisi luar biasa yang

membutuhkan koordinasi dan kerja sama berbagai

pihak, baik di tingkat nasional maupun internasional,

dan dari pemerintah maupun swasta atau

Page 20: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 17

masyarakat. Pendekatan klaster adalah salah satu

pendekatan koordinatif yang menyatukan semua

pihak terkait, baik pemerintah maupun non-

pemerintah, dalam upaya penanggulangan bencana

guna meminimalisasi kesenjangan dan tumpang-

tindih pemberian bantuan/pelayanan. Tujuan

pendekatan ini adalah memastikan sumber daya,

yang dalam kondisi krisis sering kali terbatas, dapat

digunakan secara efektif dan efisien.

Pendekatan klaster dalam menghadapi bencana

tertinggi berada di tingkat internasional. Klaster

internasional terdiri dari berbagai organisasi

kemanusiaan, baik di bawah Persatuan Bangsa-

Bangsa (PBB) maupun non-PBB, yang masing-

masing mempunyai peran pada sektor utama aksi

kemanusiaan. Semua organisasi ini ditunjuk oleh

Inter-Agency Standing Committee (Komite Tetap

Antar lembaga/IASC) dan masing-masing memiliki

peran yang jelas. Pada tingkat ini, klaster kesehatan

diketuai oleh United Nations Office for the

Coordination of Humanitarian Affairs (UNOCHA).

Page 21: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 18

Saat ini terdapat sebelas klaster di tingkat

internasional, yaitu:

1. Kesehatan (Health)

2. Logistik (Logistics)

3. Nutrisi (Nutrition)

4. Perlindungan (Protection)

5. Tempat Pengungsian (Shelter)

6. Air, Sanitasi, dan Kebersihan (Water, Sanitation,

and Hygiene)

7. Kamp, Koordinasi, dan Manajemen Kamp (Camp,

Coordination, and Camp Management)

8. Pemulihan Awal (Early Recovery)

9. Pendidikan (Education)

10. Telekomunikasi dan Keadaan Darurat

(Emergency Telecommunications)

11. Ketahanan Pangan (Food Security)

Klaster kesehatan dikoordinasi oleh World Health

Organization (WHO). Petugas kesehatan, termasuk di

dalamnya bidan, merupakan pemeran utama dalam

klaster kesehatan.

Page 22: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 19

Gambar 1. Klaster Bencana di Tingkat Internasional

Adanya berbagai klaster di samping klaster

kesehatan membuktikan bahwa pada kondisi krisis

kesehatan, tenaga kesehatan bukanlah satu-satunya

pemeran penting dalam penanganan bencana.

Dengan memahami adanya pendekatan klaster ini,

diharapkan tenaga kesehatan dapat lebih mudah

bekerja sama dengan sektor lain dalam kondisi krisis

kesehatan.

Page 23: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 20

Selain pendekatan klaster di tingkat internasional,

terdapat pendekatan klaster di tingkat nasional yang

dikoordinasi oleh Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB). Saat ini terdapat delapan klaster di

tingkat nasional, yaitu:

1. Kesehatan (dikoordinasi oleh Kementerian

Kesehatan)

2. Pencarian dan Penyelamatan

3. Logistik

4. Pengungsian dan Perlindungan

5. Pendidikan

6. Sarana dan Prasarana

7. Pemulihan Dini

8. Ekonomi

Page 24: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 21

Gambar 2. Klaster Bencana di Tingkat Nasional

Klaster kesehatan dibagi lagi menjadi enam

subklaster, yaitu:

1. Subklaster pelayanan kesehatan yang bertugas

menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan, terutama pelayanan pertolongan

darurat prafasilitas pelayanan kesehatan dan

rujukan.

2. Subklaster pengendalian penyakit dan kesehatan

lingkungan yang bertugas melakukan

Page 25: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 22

pengendalian penyakit dan upaya kesehatan

lingkungan.

3. Subklaster pelayanan gizi yang bertugas

menyelenggarakan pelayanan gizi.

4. Subklaster kesehatan reproduksi yang bertugas

menyelenggarakan kegiatan pelayanan

kesehatan reproduksi.

5. Subklaster kesehatan jiwa yang bertugas

menyelenggarakan upaya penanggulangan

masalah kesehatan jiwa dan psikososial secara

optimal.

6. Subklaster penatalaksanaan korban mati atau

disaster victim identification (DVI) yang bertugas

menyelenggarakan identifikasi korban meninggal

dan penatalaksanaannya.

Dengan adanya klaster dan subklaster yang memiliki

tanggung jawab terhadap bidang yang spesifik,

diharapkan setiap pihak mengetahui perannya

dengan jelas pada kondisi krisis kesehatan.

Page 26: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 23

D. Situasi Terkini COVID-19 di Indonesia

1. Gambaran Situasi Terkini

Pada Desember 2019, terjadi peningkatan kasus

pneumonia di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina

yang penyebabnya belum dapat diidentifikasi.

Belakangan dikonfirmasi penyebab pneumonia

tersebut adalah virus jenis baru yang kemudian

dinamai SARS-CoV-2 (sebelumnya dikenal

dengan 2019-nCoV). Sementara, penyakit yang

disebabkan oleh virus tersebut belakangan diberi

nama Coronavirus disease 2019 (COVID-19). WHO

secara resmi menyatakan COVID-19 sebagai

pandemi pada 11 Maret 2020. Penyebaran COVID-

19 terjadi terutama melalui droplet (tetesan air

pernapasan), baik secara langsung maupun tidak

langsung, dengan angka replikasi yang tinggi,

yaitu antara 2–2,5. Per 8 Februari 2021, terdapat

lebih dari satu juta kasus terkonfirmasi COVID-19

di Indonesia dengan jumlah kematian total

mencapai lebih dari 30.000 jiwa.

Hal-hal penting yang perlu dipahami mengenai

Page 27: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 24

COVID-19:

a. Definisi dan Penyebab Pandemi COVID-19

1) COVID-19 adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.

2) Virus SARS-CoV-2 masih serumpun dengan

virus penyebab penyakit flu burung atau flu

unta yang pernah menjadi epidemi SARS

dan MERS.

3) COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi

karena penyakit ini dalam waktu singkat

menyebar ke lebih dari 200 negara di dunia

sejak dilaporkan pertama kali, yaitu pada

akhir 2019.

b. Gejala Umum, Risiko, dan Diagnosis COVID-19

1) Gejala COVID-19 dapat muncul dalam 2–14

hari setelah seseorang terpapar virus SARS-

CoV-2.

Page 28: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 25

2) Gejala COVID-19 sangat bervariasi dan

dapat berupa demam, batuk, pilek, hidung

tersumbat, sesak napas, kelelahan, nyeri

kepala, nyeri saat menelan, mual-muntah,

diare, atau hilangnya indera perasa dan

indera penciuman.

3) Gejala COVID-19 dapat bervariasi dari

ringan hingga berat yang membutuhkan

perawatan intensif.

4) Orang lanjut usia dan orang yang

menderita penyakit kronis seperti penyakit

jantung, paru kronis, dan diabetes memiliki

kemungkinan lebih besar untuk

mengalami gejala COVID-19 dan

komplikasi yang berat.

5) Baku emas diagnosis COVID-19

menggunakan uji real time polymerase

chain reaction (RT-PCR) melalui spesimen

swab test tenggorok.

Page 29: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 26

c. Penularan COVID-19 1) Penularan COVID-19 terutama melalui

droplet yang dilepaskan saat orang yang

sudah terinfeksi virus SARS-CoV-2 batuk

atau berbicara, dan aerosol yang diproduksi

terutama pada tindakan yang

menghasilkan aerosol, misalnya intubasi,

inhalasi, suction, dan tindakan kedokteran

gigi.

2) Penularan secara langsung terjadi bila

droplet dari orang yang sudah terinfeksi

virus SARS-CoV-2 langsung mengenai

lapisan mukosa, misalnya bagian dalam

mulut, hidung atau mata. Penularan ini

bisa terjadi saat orang yang sudah positif

menderita COVID-19 bercakap-cakap

dengan orang yang belum terinfeksi virus

SARS-CoV-2.

3) Penularan tidak langsung terjadi bila

tangan menyentuh benda-benda yang

sudah tercemar droplet terinfeksi virus

Page 30: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 27

SARS-CoV-2 dan kemudian menyentuh

mulut, hidung, atau mata.

4) Penularan COVID-19 dari ibu hamil ke bayi

dalam kandungannya telah terbukti di

beberapa kasus secara global, meskipun

risikonya kecil (3.2%).

5) Penularan COVID-19 melalui kegiatan

menyusui sangat jarang dan dapat dicegah

dengan menjaga kebersihan.

Mengingat penularan COVID-19 yang sangat cepat,

tindakan pencegahan wajib dilakukan oleh semua

orang. Menjaga jarak (physical distancing),

kebersihan tangan (hand hygiene), dan

menggunakan masker secara universal (universal

masking) menjadi tiga upaya pencegahan utama

dalam membatasi transmisi COVID-19.

E. Definisi Operasional COVID-19

Dalam penanggulangan COVID-19, diperlukan

kesepakatan penggunaan istilah yang jelas dalam

menggolongkan pasien yang dicurigai menderita

Page 31: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 28

COVID-19 untuk memudahkan komunikasi. Saat ini

tidak lagi digunakan istilah ODP (orang dalam

pemantauan), PDP (pasien dalam pengawasan), dan

OTG (orang tanpa gejala). Terdapat empat definisi

operasional yang digunakan untuk pasien yang

dicurigai menderita COVID-19, yaitu:

a. Kasus suspek

b. Kasus probable

c. Kasus konfirmasi

d. Kontak erat

Kasus suspek adalah orang yang memenuhi salah

satu kriteria berikut:

1. Memenuhi kriteria klinis DAN salah satu kriteria

epidemiologis.

2. Seseorang dengan infeksi saluran pernapasan

akut (ISPA) berat, yaitu demam akut (≥ 380

C)/riwayat demam, batuk, tidak lebih dari 10 hari

sejak onset, dan membutuhkan perawatan

rumah sakit.

3. Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) yang tidak

memenuhi kriteria epidemiologis dengan hasil

Page 32: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 29

rapid antigen SARSCoV-2 positif.

Kriteria Klinis:

1. Demam akut (≥ 380 C)/riwayat demam* dan

batuk.

ATAU

2. Terdapat tiga atau lebih gejala/tanda akut

berikut: demam/riwayat demam*, batuk,

kelelahan (fatigue), sakit kepala, myalgia, nyeri

tenggorokan, coryza/pilek/hidung tersumbat*,

sesak napas, anoreksia/mual/muntah*, diare,

penurunan kesadaran.

*dihitung sebagai satu gejala

Kriteria Epidemiologis:

1. Dalam empat belas hari terakhir sebelum

timbul gejala memiliki riwayat tinggal atau

bekerja di tempat berisiko tinggi penularan.

ATAU

2. Dalam empat belas hari terakhir sebelum

timbul gejala memiliki riwayat tinggal atau

Page 33: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 30

bepergian di negara/wilayah Indonesia yang

melaporkan transmisi lokal.

ATAU

3. Dalam empat belas hari terakhir sebelum

timbul gejala bekerja di fasilitas pelayanan

kesehatan, baik melakukan pelayanan medis

dan non-medis, serta petugas yang

melaksanakan kegiatan investigasi,

pemantauan kasus dan kontak.

Kasus probable adalah kasus yang memenuhi

kriteria berikut:

1. Seseorang yang memenuhi kriteria klinis DAN

memiliki kontak erat dengan pasien kasus

probable/terkonfirmasi COVID-19 ATAU berkaitan

dengan klaster COVID-19.

2. Kasus suspek dengan gambaran radiologis

sugestif COVID-19.

3. Memiliki gejala anosmia atau ageusia tanpa

penyebab lain yang dapat diidentifikasi.

4. Orang dewasa yang meninggal dengan distres

Page 34: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 31

pernapasan DAN memiliki kontak erat dengan

pasien kasus probable/terkonfirmasi COVID-19

ATAU berkaitan dengan klaster COVID-19.

Kasus konfirmasi adalah kasus yang dinyatakan

positif terinfeksi virus SARS-CoV-2 yang dibuktikan

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki hasil RT-PCR positif

2. Memiliki hasil rapid antigen SARS-CoV-2 positif

DAN memenuhi kriteria suspek/probable

3. Asimtomatik dengan hasil rapid antigen SARS-

CoV-2 positif DAN memiliki kontak erat dengan

kasus probable/terkonfirmasi

Kasus konfirmasi dibagi menjadi dua:

1. Kasus konfirmasi dengan gejala (simtomatik)

2. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimtomatik)

Kontak Erat adalah orang yang memiliki riwayat

kontak dengan kasus probable atau konfirmasi

COVID-19. Riwayat kontak yang digolongkan sebagai

kontak erat adalah:

Page 35: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 32

1. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus

probable atau kasus konfirmasi dalam radius 1

meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau

lebih.

2. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable

atau konfirmasi (seperti bersalaman,

berpegangan tangan, dan lain-lain).

3. Orang yang memberikan perawatan langsung

terhadap kasus probable atau konfirmasi tanpa

menggunakan alat pelindung diri (APD) yang

sesuai standar.

4. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya

kontak berdasarkan penilaian risiko lokal yang

ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi

setempat.

Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala

(simtomatik), cara menemukan kontak erat adalah

periode kontak dihitung dari dua hari sebelum kasus

timbul gejala hingga empat belas hari setelah kasus

timbul gejala. Pada kasus konfirmasi yang tidak

bergejala (asimtomatik), periode kontak dihitung dari

Page 36: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 33

dua hari sebelum kasus timbul gejala dan empat

belas hari setelah tanggal pengambilan spesimen.

F. Mengenali Gejala COVID-19 dan Menghadapi

Pasien dengan Potensi COVID-19

COVID-19 memiliki gejala yang sangat bervariasi.

Pasien dengan COVID-19 dapat memiliki gejala

ringan, gejala berat yang membutuhkan perawatan

intensif, atau tidak bergejala sama sekali. Meskipun

demikian, berdasarkan studi, dapat dikenali

beberapa gejala yang paling sering muncul pada

pasien COVID-19, yaitu:

1. Demam (88,5%)

2. Batuk (68,6%)

3. Anosmia/kehilangan indera penciuman (43%–

53%)

4. Nyeri otot, pegal-pegal, rasa letih (35,8%)

5. Produksi dahak (28,2%)

6. Sesak napas (21,9%)

7. Nyeri kepala atau pusing (12,1%)

8. Diare (4,8%)

Page 37: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 34

9. Mual dan muntah (3,9%)

Jika pada praktik sehari-hari bidan menemukan

pasien dengan gejala tersebut, maka harus

dilaporkan kepada dokter atau petugas lain yang

berwenang untuk dilakukan pengkajian terhadap

COVID-19. Praktik Mandiri Bidan harus berkoordinasi

dengan puskesmas setempat mengenai tindakan

yang harus diambil jika menemukan pasien yang

dicurigai atau terkonfirmasi COVID-19.

Untuk tindakan operasi yang bersifat elektif atau

dapat diprediksi, sebaiknya ibu hamil menjalani

pemeriksaan swab test COVID-19 terlebih dulu. Perlu

diingat bahwa rapid test antibodi negatif tidak dapat

menyingkirkan kemungkinan pasien memiliki

COVID-19. Hal lain yang perlu diingat juga adalah

pada pelayanan klinis, perlu diasumsikan bahwa

pasien memiliki COVID-19 meskipun tidak bergejala.

Dengan demikian, penggunaan APD oleh bidan

bersifat wajib.

Page 38: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 35

Jenis APD yang perlu digunakan bidan pada praktik

sehari-hari di ruang konsultasi umum biasa terdiri

dari masker bedah (digunakan oleh tenaga

kesehatan DAN pasien), baju kerja, pelindung mata

atau wajah (face shield), sarung tangan, dan

pelindung kepala.

Ventilasi ruang konsultasi harus baik, misalnya

jendela dibuka. Jika pasien memiliki gejala gangguan

saluran napas, maka bidan sebaiknya menggunakan

masker N95. Jika memungkinkan, sebaiknya bidan

selalu menggunakan masker N95 untuk

mengantisipasi pasien yang memiliki gejala

gangguan saluran napas.

Tidak ada data yang menunjukkan persalinan normal

memproduksi aerosol. Namun, pada proses

persalinan sebaiknya setiap tenaga kesehatan yang

terlibat menggunakan masker N95 karena terdapat

peningkatan risiko penularan COVID-19 yang

bersumber dari:

Page 39: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 36

1. Pajanan terhadap pasien yang lama; persalinan

kala 1 dan 2 dapat berlangsung hingga berjam-jam

2. Pasien yang sedang dalam proses persalinan

yang biasanya tidak dapat menggunakan masker

dengan optimal

3. Manuver valsava yang dilakukan oleh pasien

4. Napas dalam dan cepat yang dilakukan oleh

pasien

5. Pasien yang berbicara keras, berteriak, batuk, atau

muntah selama proses persalinan

Jika bidan berpraktik di situasi yang melibatkan

prosedur yang memproduksi aerosol (misalnya,

terlibat pada prosedur sectio caesarea yang

menggunakan intubasi), maka APD yang digunakan

adalah masker N95, gaun, sarung tangan, pelindung

mata/wajah, pelindung kepala, apron, dan sepatu

pelindung.

G. Edukasi Masyarakat dalam Pencegahan COVID-19

COVID-19 merupakan penyakit dengan laju

penularan yang tinggi. Partisipasi masyarakat dalam

Page 40: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 37

upaya pencegahan COVID-19 sangat diperlukan.

Bidan sebagai tenaga kesehatan di garis depan perlu

mengetahui cara pencegahan COVID-19 agar dapat

memberikan edukasi secara tepat kepada pasien.

Terdapat tiga langkah utama yang harus dilakukan

untuk mencegah penularan COVID-19, yaitu:

1. Physical distancing atau menjaga jarak

2. Menggunakan masker secara universal

3. Menjaga kebersihan tangan atau hand hygiene

Physical distancing. Semburan droplet memiliki

jarak jangkau 1–1,5 meter sehingga menjaga jarak dari

orang lain sejauh 1–2 meter merupakan tindakan

yang penting. Setiap orang harus secara sadar

menghindari terjebak dalam situasi 3C, yaitu closed

space (ruangan dengan sirkulasi udara tertutup),

crowded (kerumunan), dan close contact (situasi

yang memudahkan kontak erat). Contoh situasi 3C

misalnya, kafe yang ramai; restoran dengan air

conditioner yang tertutup; klub malam yang ramai

pengunjung; dan tempat ibadah yang ramai, namun

Page 41: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 38

dengan sirkulasi udara yang kurang baik.

Keberhasilan pelaksanaan physical distancing turut

ditentukan oleh pelaku usaha dan pihak yang

memiliki wewenang dalam melakukan pengaturan

massa. Misalnya, pemilik restoran perlu mengubah

tata ruang restoran sehingga setiap meja memiliki

jarak yang cukup serta sirkulasi udara yang baik. Lalu,

takmir masjid perlu mengatur jamaah agar disiplin

menjaga jarak, menggunakan masker, dan

menghindari penggunaan air conditioner. Selain itu,

sekolah sebisa mungkin mengadakan pembelajaran

jarak jauh.

Menggunakan masker secara universal.

Penggunaan masker secara universal dapat

mengurangi laju transmisi COVID-19 dengan cara

menangkap droplet infeksius yang dibatukkan dan

mengurangi jarak jangkaunya. Penggunaan masker

ini lebih efektif jika dilakukan oleh semua orang,

terutama karena banyaknya jumlah pasien COVID-19

yang tidak bergejala. Oleh karena itu, penggunaan

Page 42: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 39

masker secara universal perlu dijadikan budaya dan

diperkuat dengan aturan. Misalnya, pemilik toko

mewajibkan setiap orang yang datang ke toko

menggunakan masker.

Menjaga hand hygiene. Kebersihan tangan

merupakan upaya pencegahan yang tidak hanya

melindungi dari COVID-19, namun juga dari penyakit

lain. Mencuci tangan perlu dilakukan secara rutin.

Momen mencuci tangan yang dianjurkan untuk

mencegah penularan COVID-19 adalah:

1. Sebelum dan sesudah menyentuh masker

2. Sebelum dan sesudah menyentuh mata, hidung,

dan mulut

3. Sebelum dan sesudah memasuki ruang publik

4. Sebelum dan sesudah menyentuh permukaan

benda yang sering disentuh orang lain, misalnya

pegangan pintu, meja, keranjang belanja, tombol

lift, dan uang.

Menjaga kebersihan tangan dapat dilakukan dengan

mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

Page 43: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 40

selama 60 detik atau menggunakan hand rub

berbasis alkohol 60%–80% selama 20 detik. Enam

langkah menjaga kebersihan tangan dari WHO harus

dilakukan untuk memastikan setiap celah di tangan

terkena sabun atau hand rub.

Page 44: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 41

Gambar 3. Langkah Mencuci Tangan yang Baik

Page 45: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 42

H. Vaksinasi COVID-19 Program vaksinasi merupakan salah satu cara paling

efektif dalam menghambat laju transmisi penyakit

infeksi. Program vaksinasi bertujuan menurunkan

angka kesakitan dan kematian di masyarakat dengan

mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).

Vaksinasi untuk COVID-19 saat ini telah memasuki uji

klinis tahap 3 dan 4 dan telah diedarkan dengan izin

Emergency Use Authorization oleh Badan Pengawas

Obat dan Makanan. Terdapat beberapa pilihan vaksin

yang telah diberikan kepada penerima vaksin di

dunia, beberapa di antaranya dikembangkan oleh

Moderna, Sinovac, Johnson&Johnson, Pfizer, dan

AstraZeneca.

Di Indonesia, vaksin Sinovac paling banyak

digunakan dan disediakan oleh pemerintah.

Pemberian vaksin Sinovac saat ini diprioritaskan

untuk tenaga kesehatan. Vaksin Sinovac telah

terbukti aman dan memiliki efikasi sebesar 65%, di

atas standar minimal efikasi vaksin yang

Page 46: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 43

direkomendasikan WHO sebesar 50%.

Saat ini, per tanggal 9 Februari 2021, ibu hamil dan

menyusui merupakan kontraindikasi untuk

pemberian vaksin Sinovac. Berdasarkan uji klinis yang

telah dilakukan di Universitas Padjajaran, Bandung,

ibu hamil dan menyusui termasuk dalam kriteria

eksklusi. Kriteria kontraindikasi bagi ibu hamil dan

menyusui dapat berubah di masa depan setelah lebih

banyak data mengenai keamanan pemberian

vaksinasi COVID-19 diperoleh.

RANGKUMAN 1. Bidan merupakan tenaga kesehatan yang sangat

Page 47: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 44

penting dalam memberikan pelayanan kesehatan

reproduksi.

2. Bidan memegang peranan penting dalam

penanggulangan dampak akibat pandemi COVID-19.

3. COVID-19 adalah bencana non-alam yang dapat

menyebabkan krisis kesehatan.

4. Penanggulangan krisis kesehatan dilakukan sebelum,

selama, dan sesudah terjadi krisis kesehatan.

5. Penanggulangan krisis kesehatan dilakukan dengan

pendekatan klaster kesehatan yang melibatkan kerja

sama dari berbagai sektor.

6. COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2 dan telah

menjadi pandemi.

7. Penularan COVID-19 terjadi terutama melalui percikan

droplet.

8. Gejala COVID-19 sangat bervariasi dan muncul 2–14

hari setelah pajanan COVID-19.

9. Saat ini dikenal istilah kasus suspek, kasus probable,

kasus konfirmasi, dan kontak erat.

10. Tiga hal utama yang perlu dilakukan untuk mencegah

penularan COVID-19 adalah physical distancing,

Page 48: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 45

penggunaan masker secara universal, dan menjaga

kebersihan tangan/hand hygiene.

Page 49: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 46

DAFTAR PUSTAKA 1. Burhan, E., Susanto, A., Nasution, S., Ginanjar, E., Pitoyo,

C., Susilo, A., Firdaus, I., Santoso, A., Juzar, D., Arif, S., Wulung, N., Adityaningsih, D., Syam, A., Rasmin, M., Rengganis, I., Sukrisman, L., Damayanti, T., Wiyono, W., Prasenohadi, Isbania, F., Elhidsi, M., Aniwidyaningsih, W., Handayani, D., Soedarsono, Harsini, Sugiri, J., Afiatin, Wahyudi, E., Mulansari, N., Tarigan, T., Hidayat, R., Muchtar, F., Rumende, C., Soeroto, A., Triyono, E., Katu, S., Agustina, P., Puspitorini, D. dan Tim COVID-19 IDAI. (2020).Pedoman Tatalaksana COVID-19. Edisi 2. [PDF] Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI. <https://www.papdi.or.id/pdfs/938/Pedoman%20Tatalaksana%20COVID-19%20edisi%202.pdf>.

2. Humanitarian Response. (2020).What is the Cluster Approach?. [daring] Humanitarianresponse.info. <https://www.humanitarianresponse.info/en/coordination/clusters/what-cluster-approach> [Diakses 6 Desember 2020].

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pedoman Pelaksanaan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020).Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-5. [PDF] Jakarta: <https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/2020/Juli/REV-05_Pedoman_P2_COVID-

Page 50: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 47

19_13_Juli_2020.pdf> [Diakses 25 Agustus 2020].

5. Kotlyar, A., Grechukhina, O., Chen, A., Popkhadze, S., Grimshaw, A., Tal, O., Taylor, H. dan Tal, R. (2021). Vertical Transmission of Coronavirus Disease 2019: A Systematic Review and Meta-Analysis.American Journal of Obstetrics and Gynecology, 224(1), pp.35-53.e3.

6. Li, L., Huang, T., Wang, Y., Wang, Z., Liang, Y., Huang, T., Zhang, H., Sun, W. dan Wang, Y. (2020). COVID-19 Patients' Clinical Characteristics, Discharge Rate, and Fatality Rate of Meta-Analysis.Journal of Medical Virology, 92(6), pp.577-583.

7. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan.

8. Pusat Krisis Kesehatan. (2018).Buku Tinjauan Penanggulanan Krisis Kesehatan Tahun 2017. [PDF] Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. <https://www.kemkes.go.id/resources/download/penanganan-krisis/buku_tinjauan_pkk_2017.pdf>.

9. Rolain, J., Colson, P. dan Raoult, D. (2007). Recycling of Chloroquine and Its Hydroxyl Analogue to Face Bacterial, Fungal and Viral Infections in the 21st Century.International Journal of Antimicrobial Agents, 30(4), pp.297-308.

10. Tong, J., Wong, A., Zhu, D., Fastenberg, J. dan Tham, T. (2020). The Prevalence of Olfactory and Gustatory Dysfunction in COVID-19 Patients: A Systematic Review and Meta-analysis.Otolaryngology–Head and

Page 51: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 48

Neck Surgery, 163(1), pp.3-11.

11. World Health Organization. (2009).Hand Hygiene: Why, How & When?. [PDF] World Health Organization. <https://www.who.int/gpsc/5may/Hand_Hygiene_Why_How_and_When_Brochure.pdf>.

LAMPIRAN

Page 52: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 49

1. Panduan Penugasan

Mata Pelatihan Dasar

Pengetahuan Dasar Krisis Kesehatan pada Masa

Pandemi COVID-19

Tujuan

Membantu peserta memiliki gambaran yang jelas

tentang masalah yang dihadapi dalam praktik sehari-

hari yang diakibatkan oleh COVID-19. Pengalaman ini

diharapkan dapat membantu menghubungkan

materi yang akan diterima dengan pengalaman

sehari-hari.

Petunjuk

Sampaikan kepada peserta bahwa terdapat tugas

yang harus dikerjakan sebelum dan saat webinar

berlangsung.

1. Tugas Prawebinar

1) Membuat naskah refleksi diri atau membuat

narasi singkat mengenai pengalaman pribadi

dalam praktik sehari-hari pada masa pandemi

Page 53: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 50

COVID-19, terutama hambatan yang dialami

(250–500 kata). Tiga naskah refleksi yang dipilih

oleh fasilitator akan dibahas selama 15 menit

setelah sesi pemaparan materi dengan

mengkaitkan antara pengalaman peserta dan

krisis kesehatan yang sedang terjadi.

2) Menonton video yang disediakan oleh panitia

sebelum sesi pelatihan dimulai video dapat

diakses di

bit.ly/pengetahuandasarcovid19untukbidan

2. Tugas role-play (dilaksanakan saat webinar)

Waktu

1. Tugas prawebinar diberikan tujuh hari sebelum

waktu pelatihan. Tugas dikumpulkan ke email

fasilitator paling lambat satu hari sebelum sesi

webinar dilaksanakan.

2. Tugas role-play dilaksanakan selama 15 menit

setelah sesi tanya jawab.

Skenario Role-Play

Anda adalah seorang bidan praktik mandiri di

Page 54: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 51

kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Seorang pasien

Anda adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 34

minggu. Pasien tersebut mengaku sehari-hari selalu

bepergian ditemani sopir dan asisten pribadi. Namun,

pasien tidak pernah menggunakan masker karena

merasa engap atau sesak. Pasien merasa aman

karena selalu bepergian dengan mobil pribadi dan

meminta setiap staf di rumahnya, termasuk sopir dan

asisten pribadi, melakukan rapid test setiap hari.

Berikan edukasi kepada pasien yang meliputi:

a. Cara penularan COVID-19

b. Baku emas diagnosis COVID-19

c. Cara pencegahan COVID-19

Tata Cara Role-Play

1. Fasilitator memilih satu orang dari peserta untuk

berperan menjadi bidan praktik. Peserta terpilih

mengaktifkan kamera dan mikrofon.

2. Fasilitator membacakan skenario role-play.

3. Fasilitator memainkan peran sebagai pasien di

skenario.

Page 55: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 52

4. Peserta yang berperan sebagai bidan diberikan

waktu untuk memberikan edukasi melalui tatap

muka virtual.

5. Jika waktu masih tersedia, sesi role-play dapat

diulang hingga beberapa kali.

6. Fasilitator dapat memainkan peran sebagai

pasien dengan sifat yang berbeda-beda, misalnya,

kritis, kurang atensi, atau keras kepala.

7. Fasilitator menyediakan waktu 5 menit untuk

memberikan umpan balik.

Page 56: Modul 1 Final (09-02-21) ly · 2021. 3. 2. · disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-alam (misalnya, KLB keracunan dan

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 53

TIM KONTRIBUTOR

Tim Penyusun Modul Dr. dr. Erlina Burhan, dr., Sp.P(K)., M.Sc Sri Poerwaningsih, S.ST., S.K.M., M.Kes dr. Ibrahim Dharmawan

Tim Pelaksana Program dr. Nugroho Soeharno Fitriani, S.ST, MH.Kes Ns. Sharra Ati Kurnia Dewi, S.Kep Intan Wahyu Cahyani, S.Keb

Tim KH-KRI Prof. dr. Budi Utomo, MPH, PhD Robert Magnani, PhD Nohan Arum Romadlona, SKM, MKM Sukma Rahayu, SKM Muhammad Mustaghfiri Asror, SKL Dewi Nuryana, SKM Restu Adya Cahyani, SKM

Dwi Muliahani, S.E

Tim UNFPA Riznawaty Imma Aryanty, SKM, MSc. PhD Elisabeth A Sidabutar Spi. MMD dr. Elvira Liyanto Ns. Ria Ulina, S.Kep., MPH Tim Pendukung

Reviewer: dr. Irfan Riswan Eti Rohati, SKM, MKM Warsiti, S.Keb, Bd., MM Sudjarwo Rinahati, S.ST

Editor: Setiya Hartiningtiyaswati, S.ST., M.Keb Bayu Irianti, S.ST., M.Keb

Videographer: Kentara