Top Banner
MOD PELAY PRO DEL SEBA YARAN PE OGRAM ST FAKULTA IN ARAN TU ELABUH JAW R C TUDI ILMU AS PERIKA NSTITUT P UMPAHA AN TANJ WA TENG Oleh: Rizka Safitri C64104026 U DAN TEK ANAN DAN PERTANIA 2009 AN MINYA JUNG INT GAH i KNOLOGI N ILMU KEL AN BOGOR AK DI AL TAN CILA KELAUTA LAUTAN R LUR ACAP, AN
155

MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

Mar 20, 2019

Download

Documents

Jason Campbell
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

MODPELAY

PRO

DEL SEBAYARAN PE

OGRAM STFAKULTA

IN

ARAN TUELABUH

JAW

RC

TUDI ILMUAS PERIKANSTITUT P

UMPAHAAN TANJ

WA TENG

Oleh:

Rizka SafitriC64104026

U DAN TEKANAN DANPERTANIA

2009

AN MINYAJUNG INT

GAH

i

KNOLOGI N ILMU KELAN BOGOR

AK DI ALTAN CILA

KELAUTALAUTAN

R

LUR ACAP,

AN

Page 2: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

MODEL SEBARAN TUMPAHAN MINYAK DI ALUR PELAYARAN PELABUHAN TANJUNG INTAN CILACAP, JAWA TENGAH adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Skripsi ini. Bogor, Agustus 2009 RIZKA SAFITRI C64104026

Page 3: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

RINGKASAN

RIZKA SAFITRI. Model Sebaran Tumpahan Minyak di Alur Pelayaran Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap, Jawa Tengah. Dibimbing oleh I WAYAN NURJAYA dan ANDRI PURWADANI.

Ramainya alur pelayaran Cilacap setelah didirikannya kilang minyak tahun 1983 menyebabkan risiko pencemaran minyak akibat aktivitas pelayaran semakin meningkat. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan tindakan penanggulangan jika terjadi tumpahan minyak dengan membuat studi yang dituangkan dalam sebuah model. Penelitian dengan topik pemodelan sebaran tumpahan minyak ini bertujuan untuk memodelkan pola sebaran minyak pada beberapa daerah titik rawan kecelakaan maupun rawan kebocoran di alur pelayaran Cilacap.pada tahun 2007

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium P-TISDA, BPPT Jakarta pada bulan April 2008 – Februari 2009. Skenario pemodelan dijalankan pada bulan Februari 2007 (musim barat) dan bulan Agustus 2007 (musim timur). Pemodelan dibuat dengan asumsi terjadi kebocoran yang berasal dari kapal tanker maupun dari limbah pelabuhan dengan menggunakan DHI Software Mike 21. Data masukan pemodelan hidrodinamika berupa data arah dan kecepatan angin serta data pasang surut perairan Cilacap tahun 2007. Minyak yang diasumsikan tumpah antara lain diesel, avtur, minyak mentah, dan aspal.

Kondisi pemodelan yang diamati yaitu hidrodinamika perairan, proses pelapukan masing-masing jenis minyak.dan sebaran total lapisan minyak pada saat perairan berada dalam posisi pasang tertinggi, surut terendah, menjelang pasang dan menjelang surut pada saat muka laut berada dalam posisi MSL.

Data angin masukan model dan data hasil pengukuran lapang memiliki pola bertiup yang cenderung sama. Meskipun demikian, kecepatan angin yang digunakan sebagai masukan pemodelan cenderung lebih besar dari hasil pengukuran lapang sehingga memperbesar pengaruh angin dalam pemodelan. Data pasang surut masukan model dan data insitu memiliki fase yang sama sehingga pola sebaran lapisan minyak yang keluar masuk domain pemodelan sesuai dengan kondisi pasang surut di perairan Cilacap yang sebenarnya.

Hasil pemodelan menunjukkan pola sebaran lapisan minyak di perairan Cilacap sangat dipengaruhi oleh resultan antara gaya yang diberikan oleh arus pasang surut dan angin permukaan. Perairan di sekitar pesisir Pulau Nusakambangan menjadi daerah yang paling rawan terkena dampak pencemaran pada musim barat karena pergerakan arus dan arah angin pada musim tersebut mengarah ke bagian tenggara dan timur domain. Tingkat kerawanan pencemaran minyak pada perairan Cilacap bersifat sementara serta high recovery dikarenakan sebagian besar lapisan minyak cenderung menyebar meninggalkan domain menuju Samudera Hindia. Pada musim timur, daerah pantai timur Cilacap serta di sepanjang aliran kanal utama dan Kali Donan memiliki risiko tertinggi terhadap pencemaran minyak karena arah arus dan angin permukaan yang bertiup dominan mengarah ke bagian barat dan barat laut domain. Tingkat kerawanan pencemaran minyak di Cilacap pada musim timur lebih tinggi dan lebih persistent dibandingkan pada musim barat.

Page 4: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

Proses evaporasi lapisan avtur dan minyak mentah cenderung lebih tinggi pada musim timur, sedangkan lapisan diesel mengalami proses evaporasi tertinggi pada musim barat. Seluruh jenis minyak mengalami proses disolusi tertinggi pada musim barat, kecuali pada minyak mentah. Proses emulsifikasi lapisan avtur dan minyak mentah memiliki nilai yang lebih tinggi pada musim timur. Pada musim yang sama, aspal lebih cepat keluar dari dalam domain karena terdorong oleh arus dan angin permukaan sehingga proses emulsifikasi pada musim tersebut lebih rendah dibandingkan dengan musim barat. Proses emulsifikasi pada diesel terjadi pada seluruh lapisan minyak yang mengalami akumulasi.

Seluruh jenis minyak mengalami proses dispersi vertikal tertinggi pada musim barat dibandingkan pada musim timur. Nilai exceedance frequency lapisan minyak (kecuali aspal) pada musim timur lebih tinggi jika dibandingkan dengan musim barat dikarenakan minyak yang tumpah pada musim tersebut banyak terakumulasi di dalam domain perairan.

Nilai time exposition lapisan minyak lebih pendek pada musim timur jika dibandingkan dengan musim barat dikarenakan pada musim tersebut lapisan minyak lebih cepat hilang dari domain perairan akibat terbawa oleh arus dan terdorong oleh angin permukaan yang cukup besar. Nilai time exposition paling besar terjadi pada lapisan diesel dikarenakan diesel diasumsikan memasuki perairan secara konstan sehingga tetap berada dalam domain.

Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika dan tumpahan minyak yang dimodelkan dalam studi ini dapat diterima dengan baik karena data masukan pemodelan dan data hasil pengukuran insitu memiliki kemiripan tinggi. Pada musim timur, lapisan minyak cenderung menyebar ke arah barat domain perairan, sementara pada musim barat lapisan tersebut menyebar ke arah sebaliknya.

Proses evaporasi pada lapisan minyak yang lebih tebal semakin meningkat seiring dengan peningkatan luas permukaan akibat dari turbulensi, sedangkan proses evaporasi pada lapisan minyak yang lebih tipis lebih banyak mendapat pengaruh dari suhu lingkungan sekitar. Proses disolusi pada musim barat lebih tinggi dibandingkan dengan musim timur diduga karena pada musim timur fraksi minyak dengan berat molekul rendah (aromatic) cenderung lebih dahulu terevaporasi daripada terdisolusi.

Proses emulsifikasi seluruh jenis minyak memiliki nilai tertinggi pada musim timur dibandingkan dengan musim barat diduga karena pada musim timur lapisan minyak tersebut lebih banyak mengalami turbulensi. Proses dispersi vertikal pada musim barat justru lebih tinggi dibandingkan pada musim timur diduga karena pada musim timur lapisan minyak telah mengalami peningkatan viskositas yang cukup besar akibat proses emulsifikasi.

Laju perubahan konsentrasi fraksi minyak bernilai tinggi di sekitar sumber tumpahan dan di bagian pusat lapisan karena lapisan minyak memiliki ketebalan yang lebih besar pada bagian lapisan tersebut.

Page 5: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

MODEL SEBARAN TUMPAHAN MINYAK DI ALUR PELAYARAN PELABUHAN TANJUNG INTAN CILACAP,

JAWA TENGAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

Rizka Safitri C64104026

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 6: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

© Hak cipta milik Rizka Safitri, tahun 2009 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya

Page 7: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

Judul : MODEL SEBARAN TUMPAHAN MINYAK DI ALUR PELAYARAN PELABUHAN TANJUNG INTAN CILACAP, JAWA TENGAH

Nama : Rizka Safitri NRP : C64104026

Disetujui,

Pembimbing I

Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc NIP. 19640801 198903 1 001

Pembimbing II

Ir. Andri Purwandani NIP. 680 003 898

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 19610410 198601 1 002

Tanggal Lulus: 5 Agustus 2009

Page 8: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas seluruh

rahmat dan karunia yang terlimpah bagi hambanya hingga saat ini. Shalawat dan

salam tak lupa penulis haturkan pula bagi Rasul tercinta Nabi Muhammad SAW

yang telah menjadi panutan dan tauladan bagi umatnya.

Skripsi yang berjudul Model Sebaran Tumpahan Minyak di Alur

Pelayaran Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap, Jawa Tengah telah diselesaikan

oleh penulis sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menyelesaikan program

studi S1 di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Dalam pembuatan skripsi ini, penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas waktu dan bimbingan dari

Dr. Ir. I. Wayan Nurjaya, M.Sc selaku pembimbing utama dan kepada Ir. Andri

Purwandani dari P3TISDA-BPPT selaku pembimbing anggota. Ucapan terima

kasih penulis sampaikan pula kepada Prof. Dr. Ir. Harpasis S. Sanusi, M.Sc selaku

dosen penguji dan kepada Dr. Ir. Henry M. Manik, MT selaku ketua komisi

pendidikan di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.

Besar harapan penulis, semoga hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

memberi manfaat bagi mahasiswa di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

pada khususnya, serta masyarakat luas pada umumnya.

Bogor, Agustus 2009

Penulis

Page 9: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Atas terselesaikannya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah S.W.T atas rahmat dan Kasih-Nya, sehingga penulis dapat

menghadapi segala permasalahan yang dihadapi.

2. Ibu, Adik dan keluarga di Solo atas kasih sayang, dukungan, dan doanya.

3. Dosen pembimbing skripsi, Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc. atas perhatian,

bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Dosen pembimbing skripsi, Ir. Andri Purwandani beserta keluarga atas

bantuan, bimbingan, saran, dan kritik selama proses penelitian.

5. Dosen Oseanografi Fisika Dr. Ir. Mulia Purba, M.Sc dan Tri Hartanto, S.Pi

atas izinnya untuk menggunakan fasilitas di laboratorium Oseanografi

Fisika.

6. Anugerah Trihatmojo atas semua waktu, tenaga, semangat, doa, hiburan,

teknologi, pemikiran, pengetahuan, harapan, kasih sayang dan

kepercayaan kepada penulis.

7. Seluruh teman-teman di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Institut

Pertanian Bogor angkatan 2004 atas dukungan dan bantuan kepada

penulis.

Page 10: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2. Tujuan ............................................................................................... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

2.1. Kondisi Umum Alur Pelayaran Cilacap ............................................ 3 2.2. Arus ................................................................................................... 3 2.3. Angin ................................................................................................. 5 2.4. Pasang Surut ...................................................................................... 6 2.5. Tumpahan Minyak ............................................................................ 7

2.5.1. Karakteristik Minyak ........................................................... 7 2.5.2. Sumber Pencemaran Minyak ............................................... 9 2.5.3. Perilaku Minyak di Laut ...................................................... 11

2.6. Pemodelan Tumpahan Minyak ......................................................... 17 3. METODOLOGI ....................................................................................... 18

3.1. Waktu dan Lokasi ............................................................................. 18 3.2. Sumber Data ...................................................................................... 19

3.2.1. Data Masukan Model ........................................................... 19 3.2.2. Data Verifikasi ..................................................................... 20

3.3. Peralatan yang Digunakan ................................................................ 20 3.4. Desain Skenario Model ..................................................................... 20

3.4.1. Lokasi Pemodelan ................................................................ 22 3.4.2. Syarat Batas ......................................................................... 23 3.4.3. Waktu Pemodelan ................................................................ 24 3.4.4. Skenario Tumpahan Minyak ............................................... 24

Page 11: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

xi

3.5. Parameter Pemodelan ........................................................................ 27 3.5.1. Parameter Hidrodinamika .................................................... 27 3.5.2. Parameter Spill Analysis ...................................................... 35

3.6. Persamaan Utama .............................................................................. 40 3.7. Parameter Oil Spill ............................................................................ 41

3.7.1. Spreading ............................................................................. 41 3.7.2. Evaporation ......................................................................... 42 3.7.3. Vertical Dispersion .............................................................. 44 3.7.4. Dissolution ........................................................................... 45 3.7.5. Emulsification ...................................................................... 46 3.7.6. Heat transport ...................................................................... 47 3.7.7. Sifat Fisik dan Kimia Minyak ............................................. 52

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 55

4.1. Verifikasi Hasil Pemodelan............................................................... 55 4.1.1. Verifikasi Angin ................................................................. 55

4.1.1.1. Musim Barat ......................................................... 55

4.1.1.2. Musim Timur ........................................................ 58 4.1.2. Verifikasi Pasang Surut ...................................................... 61

4.1.2.1. Musim Barat ......................................................... 61 4.1.2.2. Musim Timur ........................................................ 62

4.2. Hasil Pemodelan Hidrodinamika ...................................................... 64 4.2.1. Musim Barat ........................................................................ 64

4.2.1.1. Menjelang Pasang (Muka Laut pada Kondisi MSL) 64 4.2.1.2. Pasang ................................................................... 66 4.2.1.3. Menjelang Surut (Muka Laut pada Kondisi MSL) 67 4.2.1.4. Surut ...................................................................... 68

4.2.2. Musim Timur ....................................................................... 69 4.2.2.1. Menjelang Surut (Muka Laut pada Kondisi MSL) 69 4.2.2.2. Surut ...................................................................... 71 4.2.2.3. Menjelang Pasang (Muka Laut pada Kondisi MSL) 72 4.2.2.4. Pasang ................................................................... 73

4.3. Hasil Pemodelan Pola Sebaran Total Minyak ................................... 75 4.3.1. Musim Barat ........................................................................ 76

4.3.1.1. Kondisi Awal ........................................................ 76

Page 12: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

xii

4.3.1.2. Menjelang Pasang (Muka Laut pada Kondisi MSL) 77 4.3.1.3. Pasang ................................................................... 78 4.3.1.4. Menjelang Surut (Muka Laut pada Kondisi MSL) 80 4.3.1.5. Surut ...................................................................... 81

4.3.2. Musim Timur ....................................................................... 83 4.3.2.1. Kondisi Awal ........................................................ 83 4.3.2.2. Menjelang Surut (Muka Laut pada Kondisi MSL) 84 4.3.2.3. Surut ...................................................................... 86 4.3.2.4. Menjelang Pasang (Muka Laut pada Kondisi MSL) 87 4.3.2.5. Pasang ................................................................... 88

4.4. Pembahasan Pola Sebaran Tumpahan Minyak ................................. 90 4.5. Hasil Pemodelan Proses Pelapukan Tumpahan Minyak di Laut ...... 93

4.5.1. Musim Barat ........................................................................ 93 4.5.1.1. Jam ke-1 ................................................................ 93 4.5.1.2. Jam ke-12 .............................................................. 95 4.5.1.3. Jam ke-24 .............................................................. 97 4.5.1.4. Jam ke-96 .............................................................. 98

4.5.2. Musim Timur ....................................................................... 100 4.5.2.1. Jam ke-1 ................................................................ 100 4.5.2.2. Jam ke-12 .............................................................. 102 4.5.2.3. Jam ke-24 .............................................................. 104

4.6. Pembahasan Proses Pelapukan Tumpahan Minyak di Laut ............. 106 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 117 6. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 119 7. LAMPIRAN .............................................................................................. 121 8. RIWAYAT HIDUP .................................................................................. 137

Page 13: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Fraksi-Fraksi Minyak Bumi Berdasarkan Titik Didih ............................... 8 2. Informasi Lokasi, Jumlah Tumpahan dan Waktu Pengeluaran Skenario

Model Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap .......................................... 26 3. Informasi Spasial, Jumlah dan Waktu Tumpahan Masing-Masing Jenis

Minyak yang di Skenariokan Tumpah di Perairan Cilacap ....................... 35 4. Informasi Nilai Konstanta Transfer Bahang Minyak ................................. 37 5. Informasi Nilai Konstanta Emulsifikasi Masing-Masing Minyak Dalam

Skenario Model Tumpahan Minyak .......................................................... 38 6. Volume Fraksi Masing-Masing Minyak yang Diasumsikan Tumpah di

Perairan Cilacap ......................................................................................... 39 7. Fraksi Minyak Berdasarkan Struktur Kimia .............................................. 53 8. Perbandingan Pola Sebaran Total Lapisan Diesel, Avtur, Minyak

Mentah, dan Aspal pada Berbagai Kondisi Muka Laut saat Musim Barat dan Musim Timur di Perairan Cilacap Tahun 2007 .................................. 91

9. Perbandingan Proses Evaporasi dan Disolusi Seluruh Jenis Minyak yang

Dimodelkan Tumpah di Perairan Cilacap pada Jam Ke-12 pada Musim Barat dan Timur Tahun 2007 ..................................................................... 109

10. Perbandingan Proses Emulsifikasi dan Dispersi Vertikal Seluruh Jenis

Minyak yang Dimodelkan Tumpah di Perairan Cilacap pada Jam Ke-12 pada Musim Barat dan Timur Tahun 2007 ................................................ 112

11. Perbandingan Exceedance Frequency dan Time Exposure Seluruh Jenis

Minyak yang Dimodelkan Tumpah di Perairan Cilacap pada Jam Ke-12 pada Musim Barat dan Timur Tahun 2007 ................................................ 116

Page 14: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Proses Pelapukan Lapisan Minyak yang Tumpah di Permukaan Laut ...... 11 2. Tingkat Evaporasi Berbagai Jenis Minyak Pada Suhu 15oC ..................... 14 3. Proses Emulsifikasi pada Lapisan Minyak yang Membentuk "Chocolate

Mousse" ...................................................................................................... 15 4. Peta Lokasi Penelitian Model Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan

Cilacap, Jawa Tengah (Sumber: Google Earth, 2008) ............................... 18 5. Diagram Alir Pemodelan Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan

Cilacap dengan Menggunakan DHI Software Mike 21 .............................. 22 6. Domain Dasar Pemodelan Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap

dengan Menggunakan Program Mike21 .................................................... 23 7. Lokasi Skenario Sumber Tumpahan Minyak di Domain Perairan

Cilacap ....................................................................................................... 25 8. Batimetri Perairan Cilacap Hasil Survey Sounding Dasar Laut

(Sumber: JANHIDROS, 2007) .................................................................. 28 9. Syarat Batas Terbuka pada Domain Model Hidrodinamika di Perairan

Cilacap ....................................................................................................... 29 10. Tinggi Muka Air Laut pada Seluruh Batas Terbuka Domain Perairan

Cilacap pada Musim Barat Tahun 2007 ..................................................... 30 11. Tinggi Muka Air Laut pada Seluruh Batas Terbuka Domain Perairan

Cilacap pada Musim Timur Tahun 2007 ................................................... 30 12. Lokasi Pengamatan Data Pasang Surut Hasil Pengukuran Lapang

dengan Data Masukan Model di Cilacap Tahun 2007 ............................... 31 13. Pola Nilai Tahanan Dasar (Manning Number) dalam Domain Model

Perairan Cilacap ......................................................................................... 33 14. Lokasi Pengamatan Data Angin Hasil Insitu dan Data Angin Masukan

Model di Cilacap Tahun 2007 .................................................................... 34 15. Transfer Bahang Antara Udara, Lapisan Minyak, dan Air Laut ................ 47

Page 15: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

xv

16. Arah [°] dan Kecepatan Angin [m/s] Masukan Model pada Musim Barat 2007 di Perairan Cilacap .................................................................. 55

17. Arah [°] dan Kecepatan Angin [m/s] Insitu pada Musim Barat 2007 di Perairan Cilacap ......................................................................................... 56

18. Windrose Arah dan Kecepatan Angin Masukan Model dan Insitu pada

Musim Barat 2007 di Perairan Cilacap ...................................................... 57 19. Arah dan Kecepatan Angin Masukan Model pada Musim Timur 2007 di

Perairan Cilacap ......................................................................................... 58 20. Arah dan Kecepatan Angin Insitu pada Musim Timur 2007 di Perairan

Cilacap ....................................................................................................... 59 21. Windrose Arah dan Kecepatan Angin Masukan Model dan Insitu pada

Musim Timur 2007 di Perairan Cilacap ..................................................... 59 22. Pola Scattering Data Angin Masukan Model dan Insitu di Perairan

Cilacap pada Musim Timur 2007 ............................................................... 61 23. Grafik Tinggi Muka Air Laut Hasil Prediksi Model pada Musim Barat

2007 di Perairan Cilacap ............................................................................ 62 24. Grafik Tinggi Muka Air Laut Hasil Prediksi Model pada Musim Timur

2007 di Perairan Cilacap ............................................................................ 62 25. Grafik Tinggi Muka Air Laut Hasil Pengukuran Insitu pada Musim

Timur 2007 di Perairan Cilacap ................................................................. 63 26. Perbandingan Fluktuasi Tinggi Muka Air Laut Hasil Pemodelan dan

Tinggi Muka Air Laut Hasil Pengukuran Insitu di Perairan Cilacap pada Bulan Agustus 2007 .......................................................................... 63

27. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap Menjelang Pasang (Muka Laut

Berada pada Kondisi MSL) pada Bulan Februari 2007 ............................. 65 28. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap saat Pasang pada Bulan

Februari 2007 ............................................................................................. 66 29. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap Menjelang Surut (Muka Laut

Berada pada Kondisi MSL) pada Bulan Februari 2007 ............................. 68 30. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap saat Surut pada Bulan Februari

2007 ............................................................................................................ 69 31. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap Menjelang Surut (Muka Laut

Berada pada Kondisi MSL) pada Bulan Agustus 2007 ............................. 70

Page 16: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

xvi

32. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap saat Surut pada Bulan Agustus 2007 ............................................................................................................ 71

33. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap Menjelang Pasang (Muka Laut Berada pada Kondisi MSL) pada Bulan Agustus 2007 ............................. 72

34. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap saat Pasang pada Bulan

Agustus 2007 .............................................................................................. 74 35. Pola Sebaran Total Lapisan Avtur saat Kondisi Awal di Perairan

Cilacap pada Bulan Februari 2007 ............................................................. 76 36. Pola Sebaran Total Lapisan Avtur Menjelang Pasang (Muka Laut pada

Kondisi MSL) di Perairan Cilacap pada Bulan Februari 2007 .................. 78 37. Pola Sebaran Total Lapisan Avtur saat Pasang di Perairan Cilacap pada

Bulan Februari 2007 ................................................................................... 79 38. Pola Sebaran Total Lapisan Avtur Menjelang Surut (Muka Laut pada

Kondisi MSL) di Perairan Cilacap pada Bulan Februari 2007 .................. 81 39. Pola Sebaran Total Lapisan Avtur saat Surut di Perairan Cilacap pada

Bulan Februari 2007 ................................................................................... 82 40. Pola Sebaran Total Lapisan Avtur saat Kondisi Awal di Perairan Cilacap

pada Bulan Agustus 2007 .......................................................................... 84 41. Pola Sebaran Total Lapisan Avtur Menjelang Surut (Muka Laut pada

Kondisi MSL) di Perairan Cilacap pada Bulan Agustus 2007 ................... 85 42. Pola Sebaran Total Lapisan Avtur saat Surut di Perairan Cilacap pada

Bulan Agustus 2007 ................................................................................... 87 43. Pola Sebaran Total Lapisan Avtur Menjelang Pasang (Muka Laut pada

Kondisi MSL) di Perairan Cilacap pada Bulan Agustus 2007 ................... 88 44. Pola Sebaran Total Lapisan avtur saat Pasang di Perairan Cilacap pada

Bulan Agustus 2007 ................................................................................... 89 45. Sebaran serta Proses Pelapukan Lapisan Avtur Jam ke-1 di Perairan

Cilacap pada Bulan Februari 2007 ............................................................. 94 46. Sebaran serta Proses Pelapukan Lapisan Avtur Jam ke-12 di Perairan

Cilacap pada Bulan Februari 2007 ............................................................. 96 47. Sebaran serta Proses Pelapukan Lapisan Avtur Jam ke-24 di Perairan

Cilacap pada Bulan Februari 2007 ............................................................... 98

Page 17: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

xvii

48. Sebaran serta Proses Pelapukan Lapisan Avtur Jam ke-96 di Perairan Cilacap pada Bulan Februari 2007 ............................................................... 99

49. Sebaran serta Proses Pelapukan Lapisan Avtur Jam ke-1 di Perairan Cilacap pada Bulan Agustus 2007 ............................................................. 102

50. Sebaran serta Proses Pelapukan Lapisan Avtur Jam ke-12 di Perairan

Cilacap pada Bulan Agustus 2007 ............................................................. 103 51. Sebaran serta Proses Pelapukan Lapisan Avtur Jam ke-24 di Perairan

Cilacap pada Bulan Agustus 2007 ............................................................. 105

Page 18: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Contoh Laporan Hasil Pemodelan Hidrodinamika Pada Musim Barat

dengan Menggunakan DHI Software Mike 21Hydrodynamic Modul ........ 122

2. Contoh Laporan Hasil Pemodelan Tumpahan Minyak Menggunakan DHI

Software Mike 21 Spill Analysis Modul ..................................................... 129

3. Contoh Sumber Data Mentah Minyak Jenis Crude Oil ............................. 136

Page 19: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cilacap merupakan satu-satunya daerah administratif di Propinsi Jawa

Tengah yang memiliki pelabuhan laut di pantai selatan Pulau Jawa. Sebagai

daerah yang memiliki fasilitas pelabuhan ekspor dan impor, perairan Cilacap juga

berfungsi sebagai jalur pelayaran/lalu lintas berbagai kapal pengangkut komoditi

perdagangan. Ramainya alur pelayaran pelabuhan Cilacap menjadikan perairan

tersebut sangat berpotensi mengalami pencemaran, khususnya pencemaran oleh

minyak.

Sejak peresmian Perluasan Kilang Minyak Cilacap tahun 1983, kegiatan di

Pelabuhan Cilacap terus meningkat, terutama lalu lintas kapal-kapal tanker.

Berbagai jenis minyak baik yang mentah maupun yang telah diolah diangkut

dengan menggunakan kapal tanker. Seiring dengan ramainya lalu lintas kapal

tersebut, berbagai macam kasus pencemaran akibat tumpahan minyak pernah

terjadi di sekitar alur pelayaran. Hal tersebut membuktikan bahwa di beberapa

tempat di sepanjang alur pelayaran ini terdapat area yang rawan terjadi

kecelakaan. Kecelakaan yang dialami oleh kapal, khususnya kapal tanker, dapat

menyebabkan terjadinya tumpahan minyak (oil spill) yang akan membawa

dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Maka dari itu, perlu dilakukan

suatu tindakan untuk mencegah berulangnya kembali kasus serupa. Saat ini sudah

menjadi suatu keharusan bagi perusahaan yang dalam kegiatan operasionalnya

berpotensi mencemari lingkungan untuk membuat suatu kajian resiko (Risk

Assessment). Tindakan dasar yang dilakukan dalam membuat kajian resiko adalah

Page 20: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

2

meneliti daerah-daerah yang rawan kecelakaan serta mempelajari arah penyebaran

minyak jika suatu saat terjadi kecelakaan kembali.

Penelitian ini dibuat untuk memodelkan penyebaran tumpahan minyak

dengan asumsi terjadi kecelakaan kapal tanker yang menyebabkan kebocoran

minyak di beberapa tempat di alur pelayaran yang dianggap rawan kecelakaan.

Selain itu dimodelkan pula kebocoran minyak yang berasal dari sumber-sumber

lain di sekitar alur pelayaran Cilacap yang berpotensi mencemari lingkungan.

Sifat dari sebagian jenis minyak cepat sekali menyebar ketika memasuki lautan.

Untuk itu, jika tidak dilakukan penanganan yang tepat dikhawatirkan penyebaran

lapisan minyak akan lebih meluas dan dampak yang ditimbulkan akan semakin

besar. Diharapkan dari model ini, dihasilkan pemodelan pola sebaran tumpahan

minyak di laut yang dapat mewakili kondisi sebenarnya untuk membantu proses

penanganan pencemaran minyak secara cepat dan tepat.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membuat skenario model pola sebaran

minyak pada beberapa daerah rawan kecelakaan maupun rawan kebocoran di alur

pelayaran Cilacap. Skenario model dibuat dengan asumsi terjadi kebocoran yang

berasal dari kapal tanker maupun dari kapal-kapal lainnya yang melewati alur

pelayaran tersebut dengan menggunakan DHI Software Mike 21 modul

Hydrodynamic dan modul Spill Analysis. Skenario model dimodelkan pada bulan

Februari 2007 sebagai representatif pada musim barat dan pada bulan Agustus

2007 sebagai representatif pada musim timur.

Page 21: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kondisi Umum Alur Pelayaran Cilacap

Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap merupakan satu-satunya pelabuhan di

pantai selatan Pulau Jawa yang merupakan pintu gerbang perekonomian bagi

daerah Jawa Tengah bagian selatan untuk perdagangan ekspor dan impor maupun

pasar antar Pulau. Selain memiliki dermaga umum, terdapat beberapa perusahaan

besar di Cilacap yang memiliki pelabuhan khusus tersendiri di luar pelabuhan

tersebut, seperti Pelabuhan Minyak Pertamina UP IV dan pelabuhan semen milik

Holcim (Wikipedia, 2007). Alur pelayaran di sekitar pelabuhan mempunyai

kedalaman rata-rata -11 m s/d -12 m LWS.

2.2. Arus

Arus laut yaitu proses pergerakan massa air laut menuju kesetimbangan

yang menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air laut secara terus

menerus. Berdasarkan asal penyebabnya, terdapat dua gaya yang berhubungan

dengan arus yaitu gaya eksternal dan gaya internal. Gaya eksternal terdiri dari

angin, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik serta gaya tarik

benda-benda angkasa yang dipengaruhi oleh tekanan dasar laut. Gaya internal

arus antara lain perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan

lapisan air (Gross, 1972).

Kecepatan arus permukaan sangat bergantung dari kecepatan dan lamanya

angin bertiup. Kecepatan arus permukaan besarnya kurang dari 2% dari

kecepatan angin (Gross, 1972). Arah pergerakan arus permukaan ini tidak searah

Page 22: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

4

dengan arah pergerakan angin dikarenakan oleh adanya gaya Coriolis yang

menyebabkan timbulnya perubahan arah arus sebesar ± 45° dari arah angin.

Dinamika pasut akan menimbulkan perbedaan tekanan hidrostatik pada

beberapa tempat sehingga dapat terjadi arus yang dikenal sebagai arus pasang

surut (Gross, 1972). Arus pasang surut dengan tipe rotary dominan terdapat di

laut terbuka dan di perairan dekat pantai, sedangkan arus tipe bolak-balik

(reversing current) umum terjadi di perairan yang berbentuk terusan, selat dan

alur pelayaran yang relatif sempit.

Penyebaran lapisan minyak yang berada di permukaan laut sangat

dipengaruhi oleh arus permukaan. Jika lapisan minyak dekat dengan daratan

dimana kecepatan angin kurang dari 10 km/jam, maka lapisan tersebut 100%

menyebar mengikuti arus permukaan. Pengaruh angin pada lapisan minyak dalam

kondisi tersebut tidak lebih dari 3% (CRC, 2000).

Melalui hasil pengukuran arus di alur pelayaran Cilacap 1992 oleh

Dishidros TNI-AL pada tiga stasiun diperoleh hasil bahwa di perairan tersebut

arus pasut lebih dominan dan arus nonpasut relatif lebih rendah (Dishidros,1992

in Firdaus, 1997). Pada saat pasang, massa air laut akan mengalir dari Samudera

Hindia masuk melalui perairan antara Pulau Jawa dan Nusakambangan melalui

pintu terusan timur (pantai Pulau Jawa) dan pintu terusan barat (Nusakambangan).

Tetapi massa air yang masuk melalui pintu timur lebih dominan daripada yang

masuk dari pintu barat. Pada saat surut, massa air mengalir kembali menuju

Samudera Hindia melalui jalan yang sama. Periode aliran massa air keluar lebih

panjang dibandingkan dengan periode aliran massa air yang masuk. Kecepatan

arus permukaan di perairan Cilacap berkisar antara 3.5 knot sampai 4.0 knot

Page 23: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

5

(Pertamina UP IV, 1992 in Harimurthy, 2001). Arus di sekitar alur pelayaran

yang berasal dari hulu perairan Kali Donan sangat kecil, karena pada dasarnya

perairan tersebut bukan perairan sungai (Ilham, 2002).

2.3. Angin

Angin didefinisikan sebagai gerakan udara mendatar (horizontal) yang

disebabkan oleh perbedaan tekanan udara antara dua tempat. Angin yang

berhembus di permukaan perairan akan menimbulkan wind wave, yaitu

gelombang yang ditimbulkan oleh angin. Peristiwa ini merupakan pemindahan

tenaga angin menjadi tenaga gelombang di permukaan air dan gelombang itu

sendiri meneruskan tenaganya kepada peristiwa lainnya, diantaranya molekul air.

Selain menimbulkan gelombang di permukaan air, angin juga dapat menyebabkan

terjadinya arus.

Penyebaran lapisan minyak yang berada di permukaan laut dipengaruhi

oleh angin permukaan. Jika kecepatan angin bertiup lebih besar dari 20 km/jam

yang tentu saja terjadi pada laut terbuka, maka penyebaran lapisan minyak

ditentukan oleh kondisi angin setempat. Hal tersebut tidak berlaku jika kecepatan

angin kurang dari 10 km/jam dimana angin tidak memainkan peranan penting

dalam proses penyebaran minyak (CRC, 2000).

Pola angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson. Angin

muson bertiup secara mantap ke arah tertentu pada satu masa sedangkan pada

masa lainnya angin bertiup secara mantap pula dalan arah yang berlawanan.

Bulan Desember, Januari dan Februari adalah musim dingin di belahan bumi utara

dan musim panas di belahan bumi selatan. Pada saat itu terbentuklah pusat

tekanan udara tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Page 24: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

6

Australia. Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia, yang di Indonesia umumnya dikenal sebagai angin muson barat.

Sebaliknya, pada bulan Juli –Agustus terjadilah pusat tekanan tinggi di atas

daratan Australia dan pusat tekanan udara rendah di atas daratan Asia sehingga

mengakibatkan berhembusnya angin muson timur di Indonesia. Dua kali dalam

setahun angin muson berganti arah.

Kecepatan angin rata-rata bulanan di Cilacap pada umumnya bervariasi

antara dua hingga enam knot [mil/jam]. Arah angin yang paling dominan atau

yang paling sering adalah ke arah tenggara (Firdaus, 1997).

2.4. Pasang Surut

Pasang-surut atau pasut adalah proses naik turunnya paras laut (sea level)

secara berkala yang ditimbulkan oleh adanya kombinasi gaya sentrifugal dan gaya

tarik dari benda-benda angkasa, terutama matahari dan bulan, terhadap massa air

di bumi (Pariwono, 1989).

Gerakan pasut menyebabkan permukaan air laut senantiasa berubah setiap

saat. Periode selama permukaan air laut naik disebut air pasang (flood tide),

sedangkan kedudukan saat permukaan air laut mencapai puncaknya disebut air

tinggi (high water). Saat permukaan air laut menurun akibat gaya pasut disebut

air surut (ebb tide) dan kedudukan permukaan air laut rendah disebut air rendah

(low water). (Gross, 1972).

Pasang surut di perairan Cilacap adalah penjalaran langsung pasang surut

di Samudera Hindia yang bertipe campuran, dimana komponen setengah

hariannya masih dominan (semi diurnal) (Pariwono, 1989). Dengan sifat tersebut,

maka terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24 jam yang tidak teratur

Page 25: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

7

dengan beda pasang surut (tidal range) antara 1.5 sampai 2.0 meter (Pertamina

UP IV, 1992 in Harimurthy, 2001).

2.5. Tumpahan Minyak 2.5.1. Karakteristik Minyak

Minyak mentah (crude oil) adalah campuran kompleks hidrokarbon

dengan jumlah atom karbon antara 4-26 atom dalam satu molekul. Susunan atom

karbon dapat membentuk rantai lurus dan rantai cabang (alifatik), rantai siklik

(alisiklik), dan rantai aromatik (Clark, 1986). Komponen hidrokarbon aromatik

jumlahnya relatif kecil jika dibandingkan dengan komponen hidrokarbon alifatik

dan alisiklik. Namun demikian, komponen aromatik justru lebih beracun, mudah

berubah menjadi gas, dan menguap. Secara umum toksisitas minyak mentah

meningkat dengan memanjangnya rantai karbon (Mukhtasor, 2007).

Komposisi senyawa hidrokarbon dari minyak mentah berbeda-beda antar

sumur minyak yang satu dengan yang lain, tergantung pada sumber penghasil

minyak tersebut. Agar dapat digunakan, minyak mentah terlebih dahulu harus

melewati proses penyulingan. Penyulingan (refining) adalah proses destilasi

minyak mentah untuk memutuskan ikatan rantai karbon yang berbeda titik

didihnya menjadi beberapa fraksi (Clark, 1986). Hasil pengelompokan fraksi

minyak mentah berdasarkan titik didihnya disajikan dalam Tabel 1.

Seluruh komponen dari minyak mentah dapat diuraikan oleh bakteri

dengan tingkat kecepatan yang bervariasi. Minyak dengan komposisi rantai

karbon yang sederhana, lurus, maupun bercabang dapat terurai dengan cepat.

Minyak dengan komposisi molekuler yang rumit, berupa ter, atau minyak yang

membentuk gumpalan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai

Page 26: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

8

disebabkan luas permukaan minyak dalam bentuk tersebut lebih kecil jika

dihubungkan dengan ukuran volumenya (Clark, 1986).

Tabel 1. Fraksi-Fraksi Minyak Bumi Berdasarkan Titik Didih

Fraksi Titik Didih Ukuran Volume [°C] Molekuler [%]

Refinery gases < 25 C3 - C4 2 Gasolin 40 – 150 C4 - C10 25 Naptha 150 – 200 C10 - C12 6 Kerosin 200 – 250 C12 - C18 10 Minyak gas 250 – 300 C18 - C20 15 Minyak pelumas 300 – 400 C20 - C25 17 Minyak sisa > 400 > C25 25

Sumber : Bishop (1983) dalam Mukhtasor (2007)

Diesel merupakan pencampuran kompleks dari minyak hasil penyulingan.

Diesel mudah menyala dengan titik didih antara 150 – 380 0C. Diesel biasa

digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar mesin diesel

sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon dan senyawa nonhidrokarbon.

Senyawa hidrokarbon yang dapat ditemukan dalam bahan bakar diesel antara lain

parafinik, naftenik, olefin dan aromatik. Sedangkan untuk senyawa

nonhidrokarbon terdiri dari senyawa yang mengandung unsur non logam, yaitu S,

N, O dan unsur logam seperti vanadium, nikel dan besi.

Avtur adalah campuran minyak tanah dengan hidrokarbon cair. Avtur

digunakan sebagai bahan bakar untuk pesawat terbang jet yang terdiri atas

hidrokarbon sedang dengan karakteristik distilasi dan titik nyala seperti minyak

tanah dan kandungan aromatik maksimum 25% terhadap volume. Kekentalan

avtur di bawah 8 cST pada temperatur -20 derajat C dan titik beku di bawah -47

Page 27: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

9

derajat C. Beberapa jenis komposisi avtur antara lain Paraffin, Olefin, Naptha,

dan Aromatic (Pertamina, 2006).

2.5.2. Sumber Pencemaran Minyak

Minyak masuk ke lingkungan perairan laut dengan beberapa cara, yaitu:

a. Eksplorasi Lepas Pantai

Sumber pencemaran minyak yang berasal dari eksplorasi lepas pantai

cenderung kecil jika dibandingkan dengan jumlah total minyak yang masuk ke

lingkungan laut. Namun, jika terjadi kecelakaan tertentu seperti semburan sumur

minyak (well blow-out), kerusakan struktur platform, maupun kerusakan perlatan,

maka sejumlah besar minyak dipastikan akan mencemari laut (Mukhtasor, 2007).

b. Transportasi Laut

Polutan yang berasal dari transportasi laut dapat berasal dari

pengoperasian kapal dan tanker maupun kecelakaan kapal dan tanker. Dari

beberapa sumber tersebut, input polutan terbesar berasal dari pengoperasian kapal

tanker dalam proses deballasting (sistem kestabilan kapal menggunakan

mekanisme bongkar-muat air). Air ballast adalah air laut yang diisikan ke dalam

tanki sebuah tanker yang kosong dimana tanki tersebut sebelumnya merupakan

wadah minyak mentah. Untuk mengisi kembali tanki tersebut dengan minyak,

maka air ballast yang terdapat di dalamnya harus dibuang ke laut dengan

membawa sisa-sisa minyak yang terdapat di dinding tanki (Clark, 1986).

Jika dibandingkan dengan proses deballasting, polutan dari kecelakaan

tanker hanya berkontribusi sangat kecil dari keseluruhan minyak yang masuk ke

laut. Namun kecelakaan tanker tetap menjadi masalah yang besar karena

menghasilkan buangan minyak yang volumenya relatif besar pada suatu lokasi.

Page 28: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

10

Semakin besar ukuran tanker, maka diperkirakan input polutan minyak ke laut

juga semakin besar. Konsentrasi polutan dalam jumlah besar tentunya dapat

menyebabkan kerusakan lingkungan pada area tersebut (Mukhtasor, 2007).

Sumber lapisan minyak lainnya yang berasal dari transportasi laut antara

lain docking atau perawatan kapal. Dalam proses tersebut, semua sisa bahan

bakar yang ada dalam tangki harus dikosongkan untuk mencegah terjadinya

ledakan dan kebakaran. Selain itu proses bongkar muat tanker yang dilakukan di

tengah laut juga banyak menimbulkan resiko tumpahan minyak akibat seperti pipa

yang pecah, bocor maupun kecelakaan karena kesalahan manusia. Proses

scrapping kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua) dapat pula

menyebabkan banyak kandungan metal dan lainnya termasuk kandungan minyak

terbuang ke laut.

c. Sumber dari Darat

Input polutan yang berasal dari darat bersumber dari berbagai aktivitas

manusia, seperti pemakaian minyak untuk keperluan industri, limbah rumah

tangga, kegiatan perbengkelan, kilang minyak, run off dari daerah perkotaan,

maupun hasil pembakaran hidrokarbon di atmosfer yang terbawa oleh hujan.

Limbah minyak tersebut terbawa oleh sistem saluran air yang menuju ke sungai

dan bermuara ke laut. Apabila diakumulasi, jumlah limpasan minyak yang

berasal dari darat menjadi sumber utama polutan minyak yang masuk ke kawasan

pesisir dan laut (Clark, 1986).

d. Sumber Alami

Laut merupakan tempat dimana minyak bumi secara alami akan

menyembur ke permukaan bumi di dasar laut dan merembes masuk ke perairan.

Page 29: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

11

Sumber polutan dalam kasus ini merupakan suatu fenomena alami, meskipun total

masukan polutan yang berasal dari rembesan tersebut kemungkinan jumlahnya

dua kali lebih besar dari pada masukan polutan dari kecelakaan tanker (Clark,

1986).

2.5.3. Perilaku Minyak di Laut

Minyak yang masuk ke dalam lingkungan laut akan mengalami berbagai

proses, baik secara fisika maupun secara kimia (Gambar 1). Proses-proses

tersebut antara lain membentuk lapisan (slick formation), menyebar (dissolution),

menguap (evaporation), emulsifikasi (emulsification), minyak dalam air (oil in

water emulsions), fotooksidasi (photooxidation), biodegradasi mikroba (microbial

biodegradation), sedimentasi (sedimentation), dicerna oleh plankton (plankton

ingestion), dan bentukan gumpalan ter (tur lump formation). Semua proses

tersebut secara kolektif disebut dengan weathering of oil (Mukhtasor, 2007).

Gambar 1. Proses Pelapukan Lapisan Minyak yang Tumpah di Permukaan Laut (Sumber : ITOPF, 2007)

Page 30: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

12

Penyebaran, penguapan, dispersi, emulsifikasi, dan pelarutan adalah

proses-proses penting selama tahap awal tumpahan. Sementara oksidasi,

sedimentasi, dan biodegradasi adalah proses weathering jangka panjang yang

akan membantu proses penguraian minyak. Menurut Krough (1980) dalam

Firdaus (1997), berdasarkan kekekalannya (persistent) tumpahan minyak dapat

dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tumpahan minyak yang tidak kekal (non-

persistent) dan tumpahan minyak yang kekal (persistent). Tumpahan minyak

non-persistent akan berangsur-angsur menghilang dari permukaan laut akibat

adanya proses fisika-kimia, sedangkan tumpahan minyak yang kekal (persistent)

akan menyebar secara perlahan sehingga mencemari lingkungan laut.

a. Penyebaran (Spreading)

Minyak yang keluar di permukaan air akan dengan segera bertambah luas

permukaannya. Mekanisme spreading dipengaruhi oleh karakteristik minyak itu

sendiri antara lain perbedaan densitas minyak dan air laut, dan tegangan

permukaan. Semakin rendah nilai viskositas minyak, maka minyak akan

menyebar semakin cepat. Kecepatan dari penyebaran minyak serta ketebalan

lapisannya tergantung dari suhu perairan dan jenis minyak yang tumpah (Clark,

1986). Proses penyebaran tumpahan minyak juga dipengaruhi oleh arus air, pola

pasang surut, kecepatan angin, dan kekasaran muka laut ( Fay, 1971 in

Mukhtasor, 2007 ). Angin dan arus pasang surut memindahkan unsur-unsur dari

lapisan minyak secara relatif satu sama lain dan mempercepat proses penyebaran.

Ketika lapisan membentuk gumpalan dengan luas permukaan yang stabil, hanya

dispersi horizontal yang memindahkan unsur-unsur minyak menjauh dari pusat

Page 31: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

13

massa. Untuk perairan yang tertutup dan estuari, pergerakan lapisan minyak lebih

banyak mendapat pengaruh dari arus dan pasang surut setempat (DHI, 2006b).

Dalam mekanisme spreading, minyak dapat menyebar secara horizontal

meskipun tanpa angin. Proses penyebaran minyak disebabkan oleh gaya gravitasi

dan tegangan permukaan antara minyak dan air. Gaya-gaya tersebut berlawanan

dengan gaya yang diberikan oleh pengaruh viskositas minyak.

b. Penguapan (Evaporation)

Proses penyebaran minyak akan menyebabkan lapisan menjadi lebih tipis

dan proses penguapan meningkat. Proses penguapan pada tumpahan minyak

dipengaruhi oleh komposisi minyak, suhu udara dan air laut, area tumpahan,

kecepatan angin, radiasi matahari, dan ketebalan lapisan minyak (DHI, 2006b).

Secara umum, komponen dalam minyak dengan berat molekul rendah atau

minyak yang memiliki titik didih di bawah 200°C cenderung mengalami

penguapan dalam waktu 24 jam. Kekasaran muka laut, kecepatan angin, dan

temperatur yang tinggi akan meningkatkan penguapan ( ITOPF, 2007). Selain itu

luas permukaan minyak juga sangat berperan dalam proses ini. Sifat minyak

dapat berubah secara signifikan seiring terjadinya proses penguapan. Hilangnya

sebagian material yang bersifat mudah menguap mengakibatkan berat jenis

minyak menjadi lebih berat. Berikut ditampilkan tingkat evaporasi berbagai jenis

minyak (Gambar 2)

Page 32: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

G

c

m

m

μ

b

k

D

d

k

d

Gambar 2. T

c. Disp

Disp

minyak men

membentuk

μm) relatif l

bentuk tersu

kembali naik

Dispersi ver

dispersi min

kekasaran m

dispersi lebi

Tingkat Eva(Sumber: CR

persi vertikal

persi merupak

njadi butiran

emulsi miny

ebih stabil b

uspensi. But

k dan bergab

rtikal bergan

nyak akan sem

muka laut bes

h dominan d

aporasi BerbaRC, 2000)

l

kan proses m

dan memasu

yak-dalam-a

bercampur de

iran yang be

bung ke lapis

tung pada si

makin tingg

sar (ITOPF,

disebabkan o

agai Jenis M

mekanik. Tu

ukannya ke

air. Butiran y

engan air lau

erukuran bes

san minyak

ifat minyak d

i jika viskos

2007). Dala

oleh pecah g

Minyak Pada

urbulensi air

dalam kolom

yang beruku

ut di kolom p

sar (>100 μm

di permukaa

dan jumlah e

sitas minyak

am cuaca ya

elombang. S

Suhu 15oC

r memecahka

m perairan,

uran sangat k

perairan men

m) cenderung

an laut (ITOP

energi laut.

rendah dan

ang buruk, m

Sebaliknya p

14

an lapisan

kecil (<20

njadi

g akan

PF, 2007).

Kecepatan

nilai

mekanisme

pada cuaca

Page 33: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

15

yang tenang, mekanisme dispersi yang paling signifikan terjadi karena stretching

compression dari lapisan, yang menyebabkan terbentuknya droplet (DHI, 2006b).

d. Emulsifikasi

Salah satu proses penting yang menyebabkan bertahan lamanya minyak di

permukaan laut yaitu dengan membentuk emulsi air-dalam-minyak, yang

mengubah minyak menjadi campuran yang sangat kental. Emulsi terbentuk jika

terdapat dua cairan (liquid) yang bercampur, dimana salah satu dari cairan

tersebut tersuspensi dalam cairan lainnya (Clark, 1986). Emulsi tersebut dapat

menyerap hingga 80% air. Kestabilan dari bentuk ini sangat tergantung pada jenis

minyak dan kondisi lingkungan. Kestabilan dari emulsi sangat berhubungan

dengan jumlah kehadiran surfactant (resin dan aspal) dalam minyak, sedangkan

tingkat pengambilan air sangat berhubungan dengan kondisi laut setempat seperti

gelombang dan turbulensi air (DHI, 2006b). Dalam beberapa kondisi, emulsi

akan membentuk lapisan tebal di permukaan laut dan berwujud kental yang

disebut sebagai ”chocolate mousse” (Clark, 1986). Emulsi dapat terpisah kembali

menjadi minyak dan air jika dipanaskan oleh sinar matahari pada kondisi

permukaan laut yang tenang atau saat terdampar di pantai (ITOPF, 2007). Wujud

dari emulsi minyak ditampilkan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Proses Emulsifikasi pada Lapisan Minyak yang Membentuk "Chocolate Mousse"

Page 34: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

16

Proses emulsifikasi akan mempengaruhi volume lapisan minyak serta

meningkatkan viskositas minyak. Jika emulsifikasi minyak terdampar di pantai

maka akan mengganggu kehidupan ekosistem di daerah tersebut.

e. Disolusi

Komponen dari minyak yang dapat larut dalam air akan terlarut dalam

kolom perairan. Proses pelarutan tersebut akan cepat terjadi pada minyak yang

telah lebih dulu terdispersi dalam air. Minyak umumnya hanya sedikit

mengandung komponen yang dapat larut dalam air. Salah satu komponen yang

paling cepat terlarut dalam air adalah hidrokarbon aromatik dengan berat jenis

rendah dan komponen polar resin. Komponen-komponen yang dapat terdisolusi

tersebut umumnya beracun. Meskipun demikian, senyawa aromatik biasanya

akan lebih dulu menguap dibandingkan terlarut dikarenakan proses penguapan

terjadi 10-100 kali lebih cepat dibandingkan proses melarut (ITOPF, 2007). Batas

kadar minyak yang diizinkan berada di kolom perairan yaitu 0.01 ppm.

f. Sedimentasi

Sedimentasi merupakan proses dimana minyak terdeposisi ke dasar laut.

Sedimentasi terjadi ketika butir minyak mencapai densitas tinggi dibandingkan

dengan densitas air setelah berinteraksi dengan mineral tersuspensi di dalam

kolom perairan. Minyak juga bereaksi terhadap oksigen dan menghasilkan bentuk

persistent yang disebut ter (tars) akibat adanya proses oksidasi minyak dengan

viskositas tinggi. Proses ini terjadi dengan sangat lambat pada lapisan minyak

yang terekspos sinar matahari. Beberapa hasil dari oksidasi minyak ini memiliki

densitas yang besar dan dapat tenggelam di air payau atau di perairan dangkal

(ITOPF, 2007).

Page 35: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

17

g. Biodegradasi

Dalam kolom perairan, terdapat beberapa jenis mikroorganisme yang bisa

menguraikan sebagian atau seluruh komponen minyak. Hasil penguraian tersebut

dapat berupa komponen yang dapat terlarut dalam air atau terkadang berupa

karbondioksida dan air. Unsur utama yang berpengaruh terhadap efisiensi proses

biodegradasi yaitu nutrien (nitrogen dan fosfor), temperatur, dan oksigen terlarut.

Minyak yang berbentuk butiran atau partikel lebih mudah mengalami proses

biodegradasi karena menyediakan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan

minyak yang berbentuk lapisan tebal atau gumpalan (ITOPF, 2007). Tingkat

biodegradasi tinggi pada rantai jenuh (12-20 atom karbon) dan lambat pada rantai

aromatik dan aspal.

2.6. Pemodelan Tumpahan Minyak

Rau dan Woten (1980) dalam Firdaus (1997) menyatakan bahwa model

merupakan penampakan dari sistem yang sebenarnya. Perilaku dan konsentrasi

polutan di laut dapat diperkirakan atau diestimasi menggunakan pemodelan

dengan bantuan komputer. Karena umumnya perilaku maupun konsentrasi

polutan di alam memiliki proses yang kompleks, maka pemodelan dapat

dimanfaatkan untuk menyederhanakan proses tersebut. Pemodelan hidrodinamika

dapat menjadi salah satu cara untuk mengetahui proses penyebaran polutan.

Pemodelan yang akurat membutuhkan representasi yang baik mengenai

parameter, proses, dan kondisi batas pemodelan. Secara umum, pemodelan

perilaku dan penyebaran polutan terdiri dari dua komponen pokok, yaitu model

hidrodinamika serta model perilaku dan penyebaran dari polutan itu sendiri

(Mukhtasor, 2007).

Page 36: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

18

3. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Lokasi

Penelitian berupa pemodelan sebaran tumpahan minyak di Perairan

Cilacap, Jawa Tengah dilakukan pada bulan April 2008 – Februari 2009

menggunakan DHI software Mike 21 dengan modul Hydrodynamic dan Spill

Analysis (Gambar 4). Pemodelan dilaksanakan dengan menggunakan perangkat

komputer Laboratorium Pusat Teknologi & Inventarisasi Sumberdaya Alam (P-

TISDA) bertempat di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Jakarta.

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian Model Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap, Jawa Tengah (Sumber: Google Earth, 2008)

Page 37: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

19

3.2. Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi dua hal, yaitu

data untuk masukan model serta data untuk kepentingan verifikasi.

3.2.1. Data Masukan Model

Untuk membangun skenario model, diperlukan beberapa data masukan

yang didapat dari berbagai sumber, antara lain:

a. Data kedalaman (batimetri) perairan Cilacap, yaitu:

1) peta batimetri hasil pemetaan Jawatan Hidro-Oseanografi (JANHIDROS)

TNI-AL tahun 2007 Nomor 108 dengan skala 1 : 15.000;

2) peta batimetri hasil pemetaan PT. PERTAMINA (PERSERO) Unit

Pengolahan IV Cilacap tahun 2006 Nomor Gambar CS 05/X/06 dan CS

07/IX/06 dengan skala 1 : 2000;

3) peta batimetri hasil survey sounding Kolam Pelabuhan Tanjung Intan -

Cilacap PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III Surabaya tahun 2006

Nomor Gambar DL 427/2006 dengan skala 1 : 250;

b. Data arah dan kecepatan angin di Cilacap bulan Februari dan Agustus tahun

2007 dengan interval data per enam jam dan bersumber dari QuickScat &

Seawind (IFREMER);

c. Data pasang surut perairan Cilacap bulan Februari dan Agustus tahun 2007

dengan interval data per 15 menit bersumber dari Topex Poesidon & Jason;

d. Data lalu lintas perkapalan dan rute/alur pelayaran tahun 2007 diperoleh dari

PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III cabang Tanjung Intan Cilacap, Jawa

Tengah;

Page 38: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

20

e. Data oil properties dari Lembaga Minyak & Gas (LEMIGAS) Jakarta dan dari

berbagai sumber (Lampiran 3).

3.2.2. Data Verifikasi

Data yang diperlukan untuk verifikasi masukan skenario model antara lain:

a. Data arah dan kecepatan angin di Cilacap bulan Februari dan Agustus tahun

2007 hasil pengukuran Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Cilacap

yang direkam setiap jam selama 28 hari;

b. Data pasang surut perairan Cilacap bulan Februari dan Agustus tahun 2007

hasil pengukuran Badan Koordinasi Survey dan Pertanahan Nasional

(BAKOSURTANAL) Cibinong dengan interval pengukuran data per 15

menit.

3.3. Peralatan yang Digunakan

Sistem perangkat keras yang dipakai dalam pemodelan maupun

pengolahan data masukan (input) yaitu menggunakan sistem perangkat komputer

di BPPT. Pembuatan skenario pemodelan sebaran tumpahan minyak diproses

dengan menggunakan berbagai modul, antara lain Mike Zero Bathymetries, Mike

Zero Time Series, Mike Zero Profile Series, Mike Zero Data Extraction, Mike

Zero Toolbox, dan Mike 21 Flow Model. Untuk skenario analisis tumpahan

minyak, digunakan modul Hydrodynamic Modul dan Spill Analysis Modul.

3.4. Desain Skenario Model

Model diawali dengan pengolahan data masukkan untuk menyimulasikan

modul hidrodinamika pada program Mike 21. Data masukkan yang diolah antara

lain pembuatan domain model dengan menggunakan data kedalaman perairan,

Page 39: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

21

pengolahan data arah maupun kecepatan angin dari IFREMER yang dihitung tiap-

tiap grid dan berubah terhadap ruang dan waktu, serta data prediksi pasang surut

yang dihasilkan dari satelit Topex Poseidon dan Jason. Data tersebut kemudian

diverifikasi dengan menggunakan data hasil pengukuran lapang. Proses

selanjutnya adalah membuat skenario pemodelan hidrodinamika dengan

memasukkan data input angin dan pasang surut yang telah diverifikasi serta

melengkapi data-data parameter pendukung dalam modul hidrodinamika tersebut.

Modul hidrodinamika yang telah lengkap kemudian dimodelkan dan

menghasilkan keluaran berupa dua buah model hidrodinamika.

Bagian hidrodinamika pertama digunakan untuk melihat kondisi

hidrodinamika di perairan Cilacap atara lain berupa arah dan kecepatan arus (U

dan V) serta perubahan tinggi muka air laut (surface elevation) terhadap Mean

Sea Level (MSL). Bagian hidrodinamika kedua memiliki keluaran berupa debit

perairan/fluks dalam arah u dan v serta perubahan kedalaman perairan terhadap

waktu (water level). Keluaran hidrodinamika bagian kedua tersebut bersama-

sama dengan data karakteristik minyak digunakan kembali sebagai masukkan

untuk menjalankan modul Spill Analysis berikutnya. Keluaran yang dihasilkan

dari pemodelan modul Spill Analysis tersebut selanjutnya menjadi hasil akhir dari

seluruh proses pemodelan. Diagram alir dari seluruh proses pemodelan disajikan

pada Gambar 5.

Kondisi pemodelan yang dilakukan berupa pemodelan pola sebaran

tumpahan minyak dengan pengaruh angin (timur dan barat) dan pasang surut

setempat. Sedangkan kondisi pemodelan yang diamati yaitu pada saat muka air

Page 40: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

22

laut berada pada posisi tertinggi (flood tide), posisi terendah (ebb tide), menjelang

pasang dan menjelang surut pada kondisi pertengahan (Mean Sea Level).

Gambar 5. Diagram Alir Pemodelan Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap dengan Menggunakan DHI Software Mike 21

3.4.1. Lokasi Pemodelan

Dalam memutuskan area yang tercakup dalam model, harus pula

dipertimbangkan lingkup area, posisi dan tipe dari batas model hidrodinamika

yang akan digunakan. Model sebaran tumpahan minyak dibangun dengan

skenario di lokasi yang memungkinkan terdapat sumber buangan atau tumpahan

minyak masuk ke dalam perairan Cilacap. Desain domain pemodelan berbentuk

empat persegi panjang dengan posisi geografis terletak pada 7°46’23” LS -

7°41’20” LS dan 108°59’01” BT - 109°03’51” BT ditunjukkan pada Gambar 6.

Page 41: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

23

Daerah perairan yang dimodelkan meliputi aliran Kali Donan, Muara Sungai

Serayu, alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Intan, dan Teluk Penyu. Dalam

domain ini digunakan proyeksi WGS 1984 UTM Zone 49S. Domain dibagi ke

dalam grid 8850 x 9350 sel dengan lebar ∆x = ∆y = 10 meter.

Gambar 6. Domain Dasar Pemodelan Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap dengan Menggunakan Program Mike21

3.4.2. Syarat Batas

Syarat batas area pemodelan ditentukan oleh variasi tinggi muka laut yang

terdiri dari dua bagian yaitu, syarat batas tertutup dan syarat batas terbuka.

3.4.2.1. Syarat Batas Tertutup

Syarat batas tertutup pada area model yaitu berupa garis pantai dimana

massa air tidak memungkinkan untuk melewatinya. Berikut ini merupakan lokasi

dari syarat batas tertutup pada area model :

Page 42: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

24

a) Bagian utara : garis pantai pesisir Cilacap dan Daerah Aliran Sungai

(DAS) Donan.

b) Bagian selatan : garis pantai pesisir Pulau Nusakambangan.

c) Bagian barat : Daerah Aliran Sungai (DAS) Donan.

3.4.2.2. Syarat Batas Terbuka

Syarat batas terbuka adalah batas daerah pada model yang berbatasan

dengan laut terbuka. Pada area model ini, syarat batas terbuka yaitu antara lain:

a) Bagian selatan : garis lurus yang ditarik sejajar dengan Pulau

Nusakambangan

b) Bagian barat : garis lurus yang memotong aliran Sungai Serayu

c) Bagian utara : garis lurus yang memotong aliran Kali Donan

d) Bagian timur : garis lurus yang memotong perairan Teluk Penyu

3.4.3. Waktu Pemodelan

Waktu pemodelan hidrodinamika terdiri dari dua musim, yaitu musim

barat dan musim timur. Pemodelan hidrodinamika pada musim barat dimodelkan

pada bulan Februari 2007, sedangkan pemodelan pada musim timur dimodelkan

pada bulan Agustus 2007. Waktu pemodelan untuk musim barat yaitu tanggal 1

Februari 2007 hingga 28 Februari 2007. Sedangkan waktu pemodelan untuk

musim timur yaitu tanggal 1 Agustus 2007 hingga 28 Agustus 2007.

3.4.4. Skenario Tumpahan Minyak

Dalam pemodelan ini terdapat beberapa skenario sumber tumpahan

minyak yang berpotensi mencemari perairan Cilacap. Minyak yang akan

dimodelkan tumpah dan mencemari perairan Cilacap antara lain avtur, solar

Page 43: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

25

(diesel), minyak mentah (crude oil) dan aspal. Sumber tumpahan minyak

diskenariokan mengeluarkan minyak dalam jenis, jumlah flux, dan waktu tertentu.

Skenario yang disajikan dalam Tabel 2 telah disesuaikan dengan kondisi

tumpahan yang memungkinkan terjadi berdasarkan dari data perkapalan setempat.

Lokasi terjadinya tumpahan masing-masing minyak ditampilkan pada Gambar 7

di bawah ini .

Gambar 7. Lokasi Skenario Sumber Tumpahan Minyak di Domain Perairan

Cilacap

Page 44: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

Tabel 2. Informasi Lokasi, Jumlah Tumpahan dan Waktu Pengeluaran Skenario Model Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap

Sumber Bujur (BT) Lintang (LS) Lokasi Potensi Jenis

Minyak

Jumlah Tumpahan

[m3]

Discharge [m3/s]

Waktu [menit]

1 108°59'24" 07°46'17" Teluk Penyu Tanker karam Avtur 1800 1.5 25 2 108°59'10" 07°46'15" Jetty Area 70 Tabrakan tanker Avtur 1800 3 10 3 108°59'16" 07°46'19" Jetty CIB Kebocoran loading Avtur 300 0.5 10 4 108°59'24" 07°46'17" Teluk Penyu Tanker karam Crude Oil 1800 1.5 255 108°59'10" 07°46'15" Jetty Area 70 Tabrakan tanker Crude Oil 1800 3 10 6 108°59'16" 07°46'19" Jetty CIB Kebocoran loading Crude Oil 300 0.5 10 7 108°59'05" 07°46'09" Dermaga umum Tabrakan tongkang Diesel 900 1.5 10 8 108°59'12" 07°46'15" Jetty Area 70 Limbah dermaga Diesel 688.84 0.0003 konstan9 108°59'06" 07°46'07" Dermaga umum Limbah dermaga Diesel 65.3184 0.000027 konstan10 108°59'16" 07°46'07" PPSC Limbah kapal nelayan Diesel 18.6624 0.000008 konstan11 108°59'05" 07°45'59" Jetty Area 60 Tabrakan tanker Asphalt 600 0.5 20

26

Page 45: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

27

3.5. Parameter Pemodelan 3.5.1. Parameter Hidrodinamika

Parameter hidrodinamika diawali dengan membuat batimetri pada program

Mike 21 sebagai domain model. Perairan Cilacap memiliki nilai batimetri yang

bervariasi dengan kisaran kedalaman laut berada di antara nol hingga 25 meter di

bawah permukaan laut. Posisi batas selatan dan timur domain berbatasan

langsung dengan Samudera Hindia. Kontur batimetri menunjukkan nilai tertinggi

pada perairan di sekitar kedua batas tersebut yang ditunjukkan dengan warna

ungu. Warna tersebut menunjukkan kisaran kedalaman antara 24 – 25 meter di

bawah permukaan laut. Nilai kedalaman semakin mengalami penurunan saat

perairan mendekati garis pantai. Perairan pada batas barat maupun utara domain

masing-masing berbatasan langsung dengan aliran Sungai Serayu dan Kali Donan.

Kedalaman perairan di kedua batas domain tersebut memiliki nilai yang rendah

yang ditunjukkan dengan warna kontur hijau dan jingga. Kontur batimetri di

perairan Cilacap disajikan pada Gambar 8.

Kontur kedalaman laut di perairan Teluk Penyu terlihat semakin merapat

saat mendekati garis pantai. Perairan Kali Donan memiliki kontur kedalaman

yang rapat dengan kisaran kedalaman bernilai antara 0.88 – 10.56 meter di bawah

permukaan laut. Kedalaman perairan di bagian tengah aliran Kali Donan serta di

sekitar kolam dermaga/pelabuhan dibuat lebih besar hingga mencapai -11.44

meter. Alur pelayaran Tanjung Intan di sepanjang kanal utama memiliki

morfologi dasar laut yang lebih curam dengan kontur kedalaman yang lebih rapat.

Kedalaman laut di sepanjang alur pelayaran tersebut berkisar antara 1.76 – 20.73

m di bawah permukaan laut dan terletak memanjang hingga ke perairan Teluk

Page 46: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

28

Penyu. Morfologi dasar laut pada alur pelayaran Tanjung intan merupakan

morfologi buatan yang dibuat dan dipertahankan untuk kepentingan pelayaran.

Terdapat beberapa daerah perairan dangkal di sekitar pantai Cilacap dan

Pulau Nusakambangan, yaitu di sepanjang aliran Kali Donan dan di muara Sungai

Kaliyasa. Daerah perairan dangkal terdapat pula di sekitar muara Sungai Serayu

yang berada di batas barat domain, di mulut alur pelayaran Tanjung Intan dan di

sekitar pesisir Pulau Nusakambangan.

Gambar 8. Batimetri Perairan Cilacap Hasil Survey Sounding Dasar Laut (Sumber: JANHIDROS, 2007)

Waktu pemodelan hidrodinamika dibagi ke dalam dua musim, yaitu

musim timur dan musim barat. Skenario hidrodinamika musim barat dimodelkan

pada tanggal 1 Februari 2007 pukul 12:00 AM hingga 28 Februari 2007 pukul

12:00 AM. Skenario hidrodinamika musim timur dimodelkan pada tanggal 1

Page 47: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

29

Agustus 2007 pukul 12:00 AM hingga 28 Agustus 2007 pukul 12:00 AM.

Langkah waktu masing-masing pemodelan ditentukan sebesar 10 detik

disesuaikan dengan syarat kestabilan domain (Courant Number). Courant

Number menunjukkan banyaknya grid yang memproses hasil selama pemodelan

berjalan dalam satu satuan waktu.

Domain area pada skenario pemodelan menggunakan variasi pasang surut

air laut pada keempat batas terbuka yaitu, batas utara, batas selatan, batas timur,

dan batas barat (Gambar 9).

Gambar 9. Syarat Batas Terbuka pada Domain Model Hidrodinamika di Perairan Cilacap

Masing-masing variasi pasang surut pada keempat batas terbuka domain

perairan Cilacap yang dimodelkan untuk musim barat disajikan dalam Gambar 10,

sedangkan pada musim timur ditampilkan pada Gambar 11

Page 48: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

30

Gambar 10. Tinggi Muka Air Laut pada Seluruh Batas Terbuka Domain Perairan

Cilacap pada Musim Barat Tahun 2007

Gambar 11. Tinggi Muka Air Laut pada Seluruh Batas Terbuka Domain Perairan

Cilacap pada Musim Timur Tahun 2007

Data pasang surut hasil pemodelan bersumber dari data prediksi pasang

surut yang didapat dari Jason dan Topex Poseidon. Data tersebut diverifikasi

dengan data pasang surut hasil pengukuran insitu yang bersumber dari

Bakosurtanal. Masing-masing data pasang surut diukur setiap 15 menit selama 27

hari. Data pasang surut yang diambil pada tanggal 1 - 28 Februari 2007 mewakili

kondisi pasang surut pada musim barat, sedangkan data pasang surut yang diambil

Page 49: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

31

pada tanggal 1 - 28 Agustus 2007 mewakili kondisi pasang surut pada musim

timur. Pengamatan kedua data pasang surut tersebut dilakukan pada posisi 07°

34’ LS - 108° 59’ BT (Gambar 12).

Gambar 12. Lokasi Pengamatan Data Pasang Surut Hasil Pengukuran Lapang dengan Data Masukan Model di Cilacap Tahun 2007

Domain model perairan Cilacap sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang

surut setempat sehingga perlu ditentukan nilai Drying depth dan Flooding depth.

Nilai Drying depth ditentukan dengan memasukan nilai kedalaman minimum

yaitu 0.2 dan nilai kedalaman maksimum untuk Flooding depth sebesar 0.3. Nilai

masukan parameter tersebut menandakan bahwa perhitungan pemodelan pada

masing-masing grid tidak akan dihitung pada kedalaman di atas 0.3 m maupun

pada kedalaman di bawah 0.2 m dari Mean Sea Level.

Page 50: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

32

Initial surface merupakan nilai awal tinggi muka laut domain saat

memulai pemodelan dalam satuan meter. Parameter Initial surface ditentukan

dengan memasukkan nilai awal tinggi muka laut yang didapat dari rata-rata tinggi

muka laut pada seluruh syarat batas terbuka. Nilai Initial surface pada musim

barat ditentukan sebesar 0.12 m dan pada musim timur sebesar 0.4 m.

Parameter Source & Sink digunakan untuk menentukan adanya titik

sumber masukan dan keluaran air dalam domain. Pada skenario pemodelan

hidrodinamika ini, nilai Source & Sink tidak ditentukan karena pada domain tidak

diskenariokan terdapat sumber masukan maupun keluaran air.

Parameter Eddy Viscosity berhubungan dengan gaya gesek antara molekul-

molekul fluida yang bergerak dengan kecepatan berbeda dan menghasilkan gerak

turbulen (Alonso dan Finn, 1992). Dalam pemodelan hidrodinamika ini

parameter tersebut ditentukan dengan menggunakan formula Smagorinsky. Tipe

formula Smagorinsky dihitung berdasarkan kecepatan mengalir fluida dengan nilai

konstan sebesar 0.5.

Nilai tahanan dasar (bed resistance) pada domain model diberikan dalam

parameter Resistance. Nilai tahanan dasar berhubungan dengan kekasaran dasar

laut dan gaya gesek antara dasar laut dengan air (DHI, 2007). Konstanta tahanan

dasar dalam pemodelan ini menggunakan nilai Manning Number [m1/3/s] dimana

pada laut terbuka bernilai 32, sedangkan pada laut dangkal menggunakan nilai

tahanan dasar 27 (Gambar 13).

Page 51: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

33

Gambar 13. Pola Nilai Tahanan Dasar (Manning Number) dalam Domain Model Perairan Cilacap

Data angin yang digunakan untuk masukan model didapat dari IFREMER.

Data angin tersebut merupakan data hasil pengamatan satelit yang diukur setiap

enam jam. Data angin masukan model kemudian diverifikasi dengan

menggunakan data hasil pengukuran insitu yang dilakukan oleh Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap. Data angin insitu

merupakan data yang direkam setiap jam selama 28 hari. Pada musim barat, data

angin diambil dari tanggal 01 - 28 Februari 2007. Sedangkan pada musim timur,

data angin diambil dari tanggal 01 - 28 Agustus 2007. Pengamatan kedua data

angin tersebut dilakukan pada posisi 07° 44’ LS - 109° 01’ BT (Gambar 14).

Page 52: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

34

Gambar 14. Lokasi Pengamatan Data Angin Hasil Insitu dan Data Angin Masukan Model di Cilacap Tahun 2007

Nilai tekanan yang diberikan oleh angin terhadap permukaan laut

diskenariokan bervariasi terhadap ruang dan waktu. Nilai friksi angin pada

pemodelan ini diskenariokan bervariasi terhadap kecepatan angin dimana pada

saat kecepatan angin bernilai nol, maka besar friksinya 0.0016. Nilai tersebut

bervariasi linier dimana pada saat kecepatan angin 16 m/s maka nilai friksinya

sebesar 0.0026.

Hasil keluaran dari pemodelan hidrodinamika tersebut kemudian dibagi

menjadi dua bagian. Bagian hidrodinamika pertama memiliki output berupa

surface elevation, U-velocity, dan V-velocity. Sedangkan bagian hidrodinamika

kedua memiliki output berupa water level, P flux, Q flux. Contoh hasil laporan

pemodelan modul hidrodinamika pada musim barat terdapat pada Lampiran 1.

Page 53: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

35

3.5.2. Parameter Spill Analysis

Pemodelan pada modul Spill Analysis dibagi menjadi dua bagian, yaitu

Basic parameter dan Oil Spill parameter.

a. Basic Parameter

Pemodelan basic parameter diawali dengan menentukan Starting

Condition berupa Oil Spill Analysis. Masing-masing minyak yang diasumsikan

tumpah memiliki waktu terjadinya tumpahan yang berbeda-beda. Lapisan diesel

dan aspal dimodelkan selama 10 hari, lapisan avtur dimodelkan selama 14 hari

dan lapisan minyak mentah dimodelkan selama 21 hari baik pada musim barat

maupun pada musim timur. Parameter Hydrodynamic Data diisi dengan

menggunakan hasil keluaran modul hidrodinamika bagian kedua. Pada output

tersebut, arus diberikan dengan variasi terhadap ruang dan waktu. Informasi

mengenai lokasi tumpahan (dalam grid), jumlah tumpahan, serta waktu keluaran

tumpahan minyak dalam parameter Source disajikan pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Informasi Spasial, Jumlah dan Waktu Tumpahan Masing-Masing Jenis

Minyak yang di Skenariokan Tumpah di Perairan Cilacap

Grid Discharge [m3/detik]

Time Release [Time step] X Y

Diesel

323 247 0.0003 Konstan 93 450 1.5 60 131 499 0.000027 Konstan 447 518 0.000008 Konstan

Avtur 697 201 1.5 150 449 139 0.5 60 269 266 3 60

Crude 697 201 1.5 150 449 139 0.5 60 269 266 3 60

Asphalt 89 748 0.5 120

Page 54: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

36

Koefisien dispersi dalam parameter Dispersion diskenariokan memiliki

nilai yang besarnya proporsional terhadap arus. Nilai Longitudinal direction

memiliki faktor proporsional sebesar satu, begitu juga dengan nilai Transversal

direction. Sementara itu, nilai Vertical direction memiliki faktor proporsional

terhadap arus sebesar 0.01. Vertical direction bernilai kecil karena proses dispersi

pada lapisan minyak diasumsikan lebih banyak dipengaruhi oleh gerak arus

horizontal dibandingkan gerak arus vertikal.

Profil arus secara horizontal dipengaruhi oleh gesekan terhadap

permukaan dasar laut yang ditentukan dalam parameter Eddy & Logarithmic

Velocity Profile. Tipe Velocity profile yang digunakan dalam pemodelan ini yaitu

logarithmic velocity profile, sementara nilai Bottom roughness ditentukan sebesar

0.1 m. Parabolic eddy profile disertakan karena berpengaruh dalam penyesuaian

proses dispersi vertikal berdasarkan pendekatan gradien.

Informasi mengenai suhu dan salinitas air laut di perairan Cilacap pada

musim barat dan musim timur ditentukan dalam parameter Water Properties.

Suhu dan salinitas air laut tersebut diskenariokan bernilai konstan sepanjang

pemodelan. Pada musim barat, salinitas permukaan laut diasumsikan bernilai

33.5 dengan suhu permukaan 290C. Pada musim timur, salinitas permukaan laut

diasumsikan bernilai 34 dengan suhu permukaan 250C.

Kondisi angin yang diberikan dalam parameter Wind Condition sama

dengan data yang diberikan pada modul hidrodinamika. Kedua data tersebut

memiliki nilai yang bervariasi terhadap ruang dan waktu.

Exceeding Concentration merupakan laju perubahan konsentrasi fraksi

minyak. Nilai batas tertinggi pengeluaran konsentrasi minyak pada parameter

Page 55: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

37

Exceeding Concentration [%] diskenariokan bernilai 100 mm. Time Exposition

merupakan parameter yang digunakan untuk merekam waktu perjalanan lapisan

minyak saat mencapai suatu area. Dalam pemodelan ini, time exposition

disertakan untuk melihat resident time lapisan minyak dalam domain model.

Parameter Line Discharge berfungsi untuk menghitung volume materi yang

melewati suatu transek. Dalam pemodelan ini, parameter tersebut tidak

digunakan.

b. Oil Spill Parameter

Informasi perawanan dan suhu udara di Cilacap pada musim barat dan

musim timur disajikan ditentukan dalam parameter Air Properties. Sumber data

untuk masukan kedua parameter ini didapat dari BMKG Cilacap. Pada musim

barat, nilai Cloudiness diskenariokan konstan sebesar 0.58 dengan temperatur

udara 27.565°C. Sementara pada musim timur, nilai Cloudiness diskenariokan

sebesar 0.13 dengan temperatur udara 27.527°C

Parameter Heat transport digunakan untuk menghitung pertukaran bahang

antara minyak dengan air laut dan minyak dengan udara. Nilai konstanta yang

digunakan pada perhitungan proses evaporasi dan transfer bahang dalam

pemodelan (Tabel 4) menggunakan konstanta yang telah tersedia dalam program

Mike 21 (default).

Tabel 4. Informasi Nilai Konstanta Transfer Bahang Minyak Heat Balance Evaporation Albedo 0.14 Evaporation 0.029 Emissivity of Oil 0.82 Emissivity of Water 0.95 Emissivity of Air 0.82

Page 56: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

38

Proses emulsifikasi pada lapisan minyak ditentukan oleh kehadiran

surfactant yaitu kandungan aspal dan wax. Informasi nilai konstanta yang

digunakan dalam proses emulsifikasi masing-masing minyak disajikan dalam

Tabel 5. Nilai K1 dan K2 berasal dari nilai default yang telah tersedia dalam

program Mike 21.

Tabel 5. Informasi Nilai Konstanta Emulsifikasi Masing-Masing Minyak Dalam

Skenario Model Tumpahan Minyak

Max Water Content

Asphaltens Content [wt%]

Wax Content [wt%]

K1 due to water uptake

[kg/m3]

K2 due to water release

[kg/s2] Diesel 0.85 1 2 5 x 10-7 1.2 x 10-5 Avtur 0.85 1 2 5 x 10-7 1.2 x 10-5 Crude 0.85 0.05 7.04 5 x 10-7 1.2 x 10-5 Asphalt 0.85 50 10 5 x 10-7 1.2 x 10-5

Parameter Dissolution & Entrainment disertakan untuk menghitung

volume lapisan minyak yang meninggalkan lapisan tersebut karena proses

disolusi. Untuk itu, perlu ditentukan nilai Mass transfer coefficient yaitu sebesar

2.36 x 10-6 ks dan nilai Oil in water interfacial tension sebesar 47.2 dyne/cm.

Kedua nilai tersebut merupakan nilai default dan telah tersedia dalam program

Mike 21.

Proses pelapukan pada lapisan minyak ditentukan oleh komponen kimia

dari masing-masing minyak. Nilai volume fraksi masing-masing minyak yang

diasumsikan tumpah di perairan Cilacap dan digunakan dalam input parameter Oil

Properties disajikan dalam Tabel 6 sedangkan laporan hasil pemodelan pada

modul Spill Analysis disertakan pada Lampiran 2.

Page 57: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

39

Tabel 6. Volume Fraksi Masing-Masing Minyak yang Diasumsikan Tumpah di Perairan Cilacap

Diesel Avtur Crude Oil Asphalt Oil Properties [% v/v] [% v/v] [% v/v] [% v/v] C6-C12 (Paraffin) 14.7 - 5.1 - C13-C25 (Paraffin) - 32.7 3.78 5 C6-C12 (Cycloparaffin) 34.2 - - - C13-C23 (Cycloparaffin) - 43.2 16.2 5 C6-C11 (Aromatic) 9.1 - 1.8 - C12-C18 (Aromatic) - 24.1 - 10 C9-C25 (Naphtean) 42.4 - 4.1 - Residual - - 69.02 80 Temperatur Reference Temperature 20 20 40 23.5 Viscositas at Reference Temperature [cs]

6.94 8 4.05 800

Oil Temperature Constant [deg C] 25 25 25 25

Selanjutnya, hasil pemodelan modul Spill Analysis dengan menggunakan

DHI Software Mike 21 yaitu antara lain:

a) Instantaneous oil slick thickness [mm]: Ketebalan total lapisan minyak setelah

mengalami proses pelapukan.

b) Instantaneous emulsification rate [mm]: Ketebalan lapisan minyak yang

mengalami proses emulsifikasi.

c) Instant oil evaporation [mm]: Ketebalan lapisan minyak yang mengalami

proses evaporasi.

d) Instant oil dissolution [mm]: Ketebalan lapisan minyak yang mengalami

proses disolusi.

e) Instant vertical dispersion [mm]: Ketebalan lapisan minyak yang mengalami

proses dispersi vertikal.

f) Exceeding concentration [-]: Laju perubahan konsentrasi fraksi minyak.

Page 58: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

40

g) Time exposition [second]: Waktu yang dibutuhkan oleh lapisan minyak untuk

berada dalam suatu grid.

3.6. Persamaan Utama

Model hirodinamika dalam MIKE 21 HD merupakan sistem model

numerik umum untuk pemodelan permukaan air dan arus. MIKE 21 HD

memodelkan arus dua dimensi dalam satu lapis fluida yang diasumsikan homogen

secara vertikal. Persamaan berikut merupakan konservasi dari massa dan

momentum yang terintegrasi secara vertikal, serta menggambarkan variasi arus

dan tinggi muka air:

td

yq

xp

t ∂∂

=∂∂

+∂∂

+∂∂ζ

(1)

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

∂+⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

∂+

h

pq

yh

p

xt

p 2

( ) ( ) qxyxx hy

hxwhC

qpgpx

gh Ω−⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡∂∂

+∂∂+

+∂∂

+ ττρ

ζ 1. 22

22

( ) opx

hfVV aw

x =∂∂

+−ρ

(2)

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

∂∂

+⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛∂∂

+∂∂

hpq

xhq

ytq 2

( ) ( ) phx

hyhC

qpgpy

gh xyyyw

Ω+⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡∂∂

+∂∂+

+∂∂

+ ττρ

ζ 1. 22

22

( ) opxy

hfVV aw

y =∂∂

+−ρ

(3)

Keterangan:

h(x,y,t) = kedalaman perairan [= ζ –d, m]

d(x,y,t) = kedalaman perairan bervariasi terhadap waktu [m]

ζ(x,y,t) = elevasi permukaan [m]

Page 59: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

41

p,q(x,y,t) = densitas flux dalam arah x- dan y- [m3/s/m] =

(uh,vh); (u,v) = kecepatan rata2 kedalaman dalam arah x- dan y-

C(x,y) = Chezy resistance [m½/s]

G = percepatan gravitasi [m/s2]

f(V) = faktor gesekan angin

V, Vx, Vy(x,y,t) = kecepatan angin dan komponen dalam arah x- dan y- [m/s]

Ω(x,y) = parameter Coriolis, tergantung latitude [s-1]

Pa(x,y,t) = tekanan atmosfir [kg/m/s2]

ρw = densitas air [kg/m3]

x, y = jarak koordinat [m]

t = waktu [s]

τxx, τxy, τyy = komponen shear stress

3.7. Parameter Oil Spill

3.7.1. Spreading

Fay (1969) dalam DHI (2006b) telah membangun teori tiga fase spreading

dari lapisan minyak, yaitu :

1. Fase primer, hanya gravitasi (spreading) dan inersia (perlambatan);

2. Fase intermediate, gravitasi dan viskositas (perlambatan);

3. Fase final, tegangan permukaan (spreading) equilibrium dengan

viskositas.

Mackay et al. (1980) dalam DHI (2006b) kemudian membangun

modifikasi formula viskositas-gravitasi dari teori Fay untuk perluasan area lapisan

minyak berdasarkan asumsi berikut ini:

1. Minyak dapat dianggap sebagai massa yang homogen;

Page 60: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

42

2. Lapisan minyak diasumsikan menyebar sebagai lapisan tipis dan kontinu

dalam bentuk melingkar;

3. Diasumsikan tidak ada massa yang hilang dari lapisan.

Berdasarkan asumsi tersebut, perubahan area lapisan minyak (Aoil) terhadap waktu

dapat digambarkan dalam persamaan berikut:

3431

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

oil

oiloila

oil

AVAK

dtdA

(4)

Keterangan :

Ka = konstanta [detik-1]

t = waktu [detik]

Aoil = πRoil2 [m2]

Volume lapisan minyak didapat dengan menggunakan persamaan berikut:

soiloil hRV ⋅= π2 (5)

Untuk mengetahui ketebalan awal lapisan minyak, dapat diestimasi dengan cara:

hs = 10 cm pada t = 0

Beberapa waktu setelah terjadinya tumpahan di laut, minyak akan berhenti

menyebar hingga titik tuang dari partikel-partikel minyak tersebut melewati suhu

air laut.

3.7.2. Evaporation

Untuk menghitung tingkat penguapan minyak, diberikan beberapa asumsi

sebagai berikut:

Page 61: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

43

1. Tidak terdapat batas difusi dalam lapisan minyak. Hal ini secara umum

merupakan asumsi pada temperatur minyak di atas 0°C dan ketebalan

lapisan minyak di bawah 5-10 cm.

2. Minyak tercampur sempurna (ideal).

3. Komponen tekanan parsial di udara dapat diabaikan jika dibandingkan

dengan tekanan uap.

Dengan asumsi tersebut maka tingkat evaporasi dapat digambarkan sebagai

berikut:

[ ]smmXMRTPkN ii

iSATiei

ei

23 // ⋅⋅⋅=ρ (6)

Keterangan :

Ne = tingkat penguapan

ke = koefisien transpor massa

PSAT = tekanan uap

R = konstanta gas

T = suhu

M = berat molekul

X = fraksi mol

ρ = densitas dari fraksi minyak

i = jenis fraksi minyak ke-i

Perkiraan nilai kei dapat dihitung berdasarkan pada Mackay et al. (1980) dalam

DHI (2006b) dan didefinisikan sebagai berikut:

]/[78.032045.0 smUSAkk wCioilei ⋅⋅⋅= −

(7)

Page 62: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

44

Keterangan :

k = konstanta (dapat diestimasi)

Aoil = luas lapisan minyak [m2]

SCi = konstanta penguapan Schmidts untuk komponen i

Uw = kecepatan angin [m/detik]

3.7.3. Vertical Dispersion

Fraksi dispersi lapisan minyak di permukaan laut yang masuk ke kolom

perairan per unit waktu dihitung sebagai fraksi yang hilang di permukaan laut

dengan kondisi non-wave breaking, dan dapat dihitung dengan persamaan:

baDDD= (8)

dimana Da merupakan fraksi dari dispersi minyak di permukaan laut per detik,

sedangkan Db merupakan fraksi dari dispersi minyak yang tidak kembali ke

lapisan minyak yang dapat digambarkan dengan persamaan:

( )3600111.0 2

wa

UD +=

(9)

dimana :

Uw = kecepatan angin

dan

owsoilb h

Dγμ501

1+

= (10)

dimana :

μoil = viskositas minyak [cP]

hs = ketebalan lapisan minyak [cm]

γow = tegangan permukaan minyak-air [dyne cm-1]

Page 63: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

45

Tingkat naiknya kembali dispersi butiran minyak ke permukaan dapat dihitung

dengan persamaan:

( )baoil DD

dtdV

−= 1 (11)

3.7.4. Dissolution

Dengan asumsi bahwa konsentrasi dari hidrokarbon dapat diabaikan jika

dibandingkan dengan solubility, maka tingkat pelarutan (disolusi) dapat

digambarkan sebagai berikut:

oili

imol

satii

dsi AMXCKsdt

dVi ρ

= (12)

Keterangan :

= daya larut fraksi minyak ke-i [mg/kg air]

Xmol = molar fraksi dari fraksi minyak ke-i

M = berat molar dari fraksi minyak ke-i [kg/mol]

ρ = densitas fraksi i [kg/m3]

Aoil = area tumpahan minyak [m2]

Koefisien transfer massa untuk proses disolusi pada persamaan diatas dapat

dihitung sebagai berikut:

iS eKi

61036.2 −⋅= (13)

dimana :

1,4 untuk alkanes

ei = 2,2 untuk aromatics

1,8 untuk oilfines

satiC

Page 64: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

46

3.7.5. Emulsification

Proses emulsifikasi dapat diketahui dengan mengasumsikan reaksi yang

terjadi sebagai reaksi yang setimbang.

Perubahan kandungan air terhadap waktu dapat dijelaskan sebagai berikut:

21 RRdt

dyw −= (14)

Dimana R1 adalah tingkat pengambilan air. Nilai R1 tersebut akan bertambah

seiring dengan bertambahnya suhu dan kecepatan angin. Nilai R1 dapat dijabarkan

dalam persamaan berikut:

)()1( max2

11 wwoil

w yyUKR −+

=μ (15)

Keterangan :

= kecepatan angin

= viskositas minyak

= kandungan air maksimum (masukan)

= kandungan air dalam minyak

= koefisien yang harus diestimasi (masukan)

R2 adalah tingkat pelepasan air. Nilai R2 berkurang seiring dengan peningkatan

kandungan aspal, wax dan surfactan dalam minyak, dan dengan penambahan

viskositas minyak. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

woil

yWaxAs

KR ⋅⋅⋅

122

(16)

Keterangan :

As = kandungan aspal dalam minyak [wt%]

wU

oilμ

maxwy

wy

1K

emulsionoilinWaterwaterOil −−+ →←

dtdyw

Page 65: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

47

Wax = kandungan lilin dalam minyak [wt%]

K2 = koefisien yang diestimasi

Selanjutnya konstanta emulsifikasi K1 dan K2 dapat diestimasi dengan:

[kg/m3]

[kg(wt%)/s]

Koefisien K1 dan K2 dapat diestimasi menggunakan data eksperimen dari

pengendalian oil spill (Haltenbanken, 1984 in DHI, 2006b).

3.7.6. Heat transport

Tekanan uap dan viskositas lapisan minyak sangat dipengaruhi oleh suhu.

Suhu pada lapisan minyak dapat menjadi lebih hangat daripada udara dan laut

sekitar. Oleh karena itu dibangun model untuk menghitung suhu lapisan minyak.

Gambar 15 memperlihatkan transfer bahang dari lapisan minyak ke udara dan air

laut.

Keterangan:

1 = transfer bahang antara lapisan minyak dan udara,

2 = lapisan minyak menerima dan memancarkan radiasi dari dan ke udara,

3 = lapisan minyak menerima radiasi matahari,

4 = bahang hilang dari lapisan minyak akibat evaporasi,

Gambar 15. Transfer Bahang Antara Udara, Lapisan Minyak, dan Air Laut

1 105⋅=K

Page 66: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

48

5 = transfer bahang antara lapisan minyak dan air laut,

6 = lapisan minyak menerima dan memancarkan radiasi dari dan ke laut.

1) Transfer bahang antara minyak dan udara

Transfer bahang antara lapisan minyak dan atmosfir dapat dijelaskan

dalam persamaan berikut:

)( oilairairoil

Hoilairoil

T TTkAH −= −−

(17)

dimana :

67.0

airr

cpaam

airoilH P

SCkk ⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛=− ρ

(18)

Keterangan

Sc = Schmidt’s number

Toil = suhu minyak [Kelvin]

Tair = suhu udara [Kelvin]

ρa = densitas udara [kg/m3]

Cpa = kapasitas bahang udara [j/kg/°C]

Sedangkan bilangan Prandtl’s dihitung sebagai :

( )air

apar T

CP

003.018055.00241.0 +=

ρ

(19)

Dimana kapasitas bahang udara diberikan dalam persamaan (40). Jika tidak

terdapat evaporasi, maka kHoil-air dapat dengan mudah dihitung oleh Duffie dan

Beckmann (1974) dalam DHI (2006b) sebagai berikut:

wairoil

H Uk 8,37,5 +=−

(20)

Page 67: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

49

2) Transfer bahang antara minyak dan air

Transfer bahang antara lapisan minyak dan air dijelaskan sebagai berikut:

( )oilwaterwateroil

Hoilwateroil

T TTkAH −= −−

(21)

dimana kHoil-water adalah koefisien transfer bahang yang dihitung oleh Bird et al.

(1960) dalam DHI (2006b):

325.0 PrRe332.0−−− += wpww

wateroilH Ck ρ (22)

Kapasitas bahang dari air diberikan dalam persamaan (42).

Bilangan Prandtl dari air didasarkan pada persamaan berikut (Duffie dan

Beckman, 1974 in DHI, 2006b).

( )⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+

=15.273000848.0330.0

1Prw

wwpww TvC ρ

(23)

Re merupakan bilangan Reynolds untuk menghitung koefisien transfer bahang

minyak-air yang dijelaskan dalam persamaan berikut:

w

oilrel

Av

ηπ

4

Re= (24)

dimana vrel merupakan viskositas kinematik dari lapisan minyak.

3) Solar Radiation

Radiasi matahari yang diterima oleh lapisan minyak tergantung pada

beberapa parameter, seperti lokasi terjadinya tumpahan minyak, hari dan waktu

penyinaran, perawanan, kandungan air, debu dan ozon di udara. Variasi radiasi

matahari dalam satu hari diasumsikan menjadi sinusoidal:

Page 68: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

50

⎪⎪⎪

⎪⎪⎪

⎧⟨⟨⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−

−⋅

=otherwise

ttttt

ttHKt

tH

sunsetsunrisesunrisesunset

sunrise

o

,0

,sin,

)(

max π

(25)

Penyinaran dimulai pada tsunrise dan berakhir pada tsunset.

tsunrise = waktu matahari terbit

tsunset = waktu matahari terbenam

tsunset bisa dihitung dengan menambahkan panjang hari (Td) pada tsunrise

tsunset = tsunrise + Td [S] (26)

Panjang hari dihitung dengan persamaan berikut:

Td = acos(tan ø tan ς) (27)

dimana

ø = lintang (utara positif)

ς = deklinasi (posisi angular matahari pada tata surya )

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ +

⋅⋅≅365

284360sin45.23 nς (28)

Homax merupakan radiasi pada siang hari, yang dihitung oleh Duffie dan

Beckmann (1974) in DHI (2006b).

( ))sin()sin()sin()cos()cos(365

360cos033.0112max

ζφωωζφ ⋅⋅+⋅⋅⋅

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ⋅

⋅+⋅⋅−⋅

=

ss

scsunrisesunsett

onI

ttK

H

(29)

Keterangan:

Isc = konstanta matahari = 1.353 [W/m]

n = jumlah hari dalam satu tahun

Page 69: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

51

ωs = sudut matahari terbit, matahari siang dianggap nol, dan setiap jam sama

dengan 15° longitude

dan

nkeseluruharadiasipermukaanmencapaiyangmatahariradiasi

HHK

ot ==

(30)

Jika langit tidak berawan, Kt 0.75; Jika tidak Kt akan berkurang seiring

pertambahan perawanan.

Fraksi besar, a (albedo), dari radiasi matahari yang mencapai tanah akan

dipantulkan. Maka masukan bahang bersih dari radiasi matahari dihitung

menjadi:

]/[)()1( 2mWtHa ⋅− (31)

4) Memancarkan dan menerima radiasi

Lapisan minyak akan kehilangan dan menerima bahang dari panjang

gelombang radiasi yang dipancarkan. Jumlah bahang yang diterima dan hilang

karena radiasi dengan mudah dihitung dengan menggunakan hukum Stefan-

Boltzman. Jumlah bahang bersih yang diterima oleh lapisan minyak dihitung

dengan persamaan:

( ) [ ]24minmin

44 /2 mWTlTlTlH yakyakairairudaraudararadtotal ⋅⋅−⋅+⋅=σ (32)

Keterangan :

σ = konstanta Boltzman = 5,72·108 [W/(m2K)]

ludara, lair, lminyak = emisivitas udara, air dan minyak

Tudara,Tair, Tminyak = temperatur udara, air dan minyak

Page 70: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

52

5) Bahang hilang akibat evaporasi

Pendinginan lapisan minyak akibat evaporasi akan menyebabkan lapisan

minyak tersebut kehilangan bahang.

[ ]2/ mWHNii

H vi

componentofnumber

vapour Δ⋅∑= (33)

dimana :

∆Hvi = bahang penguapan dari komponen i [J/mol]

Keseimbangan bahang dinamis untuk lapisan minyak diberikan dalam persamaan

berikut ini:

( ) ( )[ ]( ) ( )

( ) oiloilwaterpoiloiloil

pwwwater

viioilairoaoilwaterow

oiloilwaterwaterairairp

oil

ATTCdt

dVCdt

dV

HNTThTTh

TlTlTlHahCdt

dT

⋅−⋅⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ⋅⋅+⋅⋅+

Δ−−+−+

⋅−++⋅−=

∑ξξ

ξ444 211

(34)

Keterangan :

= tingkat pengambilan air [m3/s]

= jumlah butiran air terdispersi yang muncul ke permukaan [m3/s]

Cpo = kapasitas bahang minyak [J/kg°C]

Cpw = kapasitas bahang air [J/kg°C]

3.7.7. Sifat Fisik dan Kimia Minyak

Sifat dari minyak secara menyeluruh tergantung pada sifat dari unsur-

unsur penyusunnya. Unsur-unsur penyusun minyak tersebut mengalami

pelapukan pada tingkat yang berbeda, maka sifat dari lapisan minyak akan

berubah terhadap waktu. Sifat dari minyak dijelaskan dengan membagi minyak

dtdWwater

dtdVoil

Page 71: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

53

ke dalam delapan fraksi, yang ditentukan berdasarkan sifat distilasi dan struktur

kimianya (alkana atau aromatic). Tabel 7 menjelaskan mengenai fraksi tersebut.

Tabel 7. Fraksi Minyak Berdasarkan Struktur Kimia Fraksi Deskripsi Boiling Range 1 C6-C12 (Paraffin) 69-230°C 2 C13-C25 (Paraffin) 230-405°C 3 C6-C12 (Cycloparaffin) 70-230°C 4 C13-C23 (Cycloparaffin) 230-405°C 5 C6-C11 (Aromatic) 80-240°C 6 C12-C18 (Aromatic) 240-400°C 7 C9-C25 (Naphteno-aromatic) 180-400°C 8 Residual (incl. heterocycles) >400°C Sumber: DHI, 2006b

Viskositas minyak akan bertambah selama proses pelapukan, terutama

akibat proses evaporasi dan emulsifikasi. Viskositas sangat tergantung pada

temperatur lapisan. Viskositas minyak dapat dihitung dalam tiga langkah.

Pertama, menghitung viskositas lapisan minyak tanpa masukan air pada

Tref=100°F, menggunakan persamaan Kendall-Monroe:

38

1

31 ⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛= ∑

=iii

oilT vXv

REF

(35)

dimana :

Xi = fraksi model dari i

Kedua, menghitung viskositas lapisan minyak pada temperatur aktual:

log log 0.7 log log 0.7 log (36)

Keterangan :

T = temperatur [K]

ν = viskositas kinematik pada suhu T [Cs]

B = 3.98

Page 72: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

54

Ketiga, menghitung viskositas lapisan pada suhu aktual dan kandungan air,

menggunakan persamaan Hossain dan Mackay (1980) dalam DHI (2006b).

exp (37)

Keterangan :

C4 = kandungan dimensionless dalam minyak [wt%]

Fe = fraksi minyak yang menguap

Efek kombinasi dari emulsifikasi dan evaporasi dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut, dimana penjumlahan dari dua efek tersebut

dalam bentuk diferensial yaitu

. (38)

Tegangan permukaan dari minyak dapat dengan mudah dihitung dengan:

∑ (39)

Kapasitas bahang dari udara, minyak dan air diberikan dalam persamaan

berikut ini dengan suhu dalam Kelvin:

998.73 0.133 . · (40)

1684.74 . . (41)

4.3684 0.00061 10 (42)

Untuk minyak tanpa kandungan air , perhitungan titik tuang dapat

menggunakan pendekatan berikut ini:

, (43)

Titik tuang bertambah untuk emulsifikasi dan dihitung dengan persamaan berikut:

yKPPP poilpoilpwateroilp 2+=− (44)

Page 73: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

55

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Verifikasi Hasil Pemodelan 4.1.1. Verifikasi Angin 4.1.1.1. Musim Barat

Kecepatan angin masukan model memiliki nilai maksimum pada bulan

Februari 2007 sebesar 4.2 meter/detik dengan arah menuju timur laut dan nilai

minimum sebesar 0.25 meter/detik dengan arah menuju timur. Rata-rata

kecepatan angin masukan model pada bulan tersebut adalah 1.90 meter/detik.

Grafik nilai kecepatan serta arah angin masukan model selama bulan Februari

2007 di Cilacap ditunjukkan pada Gambar 16. Kecepatan angin hasil pengukuran

lapang di Stasiun Meteorologi Cilacap pada bulan yang sama memiliki nilai

maksimum sebesar 6.18 meter/detik dengan arah menuju tenggara dan nilai

minimum sebesar nol meter/detik. Nilai rata-rata kecepatan angin hasil

pengukuran insitu yaitu sebesar 1.19 meter/detik. Nilai kecepatan serta arah angin

insitu selama bulan Februari 2007 di Cilacap ditunjukkan pada Gambar 17.

Gambar 16. Arah [°] dan Kecepatan Angin [m/s] Masukan Model pada Musim Barat 2007 di Perairan Cilacap

Page 74: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

56

Gambar 17. Arah [°] dan Kecepatan Angin [m/s] Insitu pada Musim Barat 2007 di Perairan Cilacap

Pada bulan Februari 2007, angin masukan model maupun hasil

pengukuran insitu bertiup dengan kecepatan dan arah yang bervariasi (Gambar

18). Angin masukan model yang bertiup ke arah timur memiliki frekuensi

tertinggi yaitu lebih besar dari 20%. Frekuensi angin yang mengarah ke tenggara

sekitar 20%, sedangkan frekuensi angin yang bertiup ke arah selatan kurang dari

15%. Kecepatan angin tertinggi, yaitu pada kisaran empat hingga lima

meter/detik terutama terjadi saat angin sedang bertiup ke arah timur dan timur

laut.

Angin hasil pengukuran insitu dominan bertiup ke arah selatan dengan

frekuensi bertiup lebih dari 50%. Kecepatan angin yang bertiup ke arah tersebut

sebagian besar berada pada kisaran nol sampai satu meter/detik. Sementara itu

angin yang bertiup ke arah lainnya pada musim yang sama umumnya memiliki

intensitas masing-masing sekitar lebih kurang 10%. Kecepatan angin tertinggi

yaitu di atas lima meter/detik terjadi pada saat arah angin sedang bertiup ke

tenggara.

Page 75: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

57

INPUT MODEL INSITU

Gambar 18. Windrose Arah dan Kecepatan Angin Masukan Model dan Insitu

pada Musim Barat 2007 di Perairan Cilacap

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa data angin yang menjadi

masukan model memiliki pola yang cukup berbeda dengan data angin hasil

pengukuran lapang BMKG. Data angin yang digunakan untuk masukan model

memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dari data angin insitu. Salah satu faktor

penyebab perbedaan nilai kedua data tersebut yaitu terdapat perbedaan metode

pengukuran arah dan kecepatan angin antara IFERMER dan BMKG. Selain itu,

perbedaan interval pengukuran antara IFREMER dan BMKG akan mempengaruhi

data angin yang dihasilkan. Interval pengukuran yang lebih rapat akan

memperbesar keakuratan data angin yang dihasilkan. Nilai data masukan model

yang lebih besar dapat memperbesar data hasil keluaran.

Data angin yang digunakan untuk model memiliki frekuensi arah bertiup

hampir merata ke segala arah terutama ke arah timur dan tenggara, sedangkan data

Page 76: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

58

angin hasil pengukuran lapang memiliki nilai intensitas yang cenderung dominan

ke arah selatan.

4.1.1.2. Musim Timur

Pada musim timur, kecepatan angin maksimum hasil masukan model yaitu

sebesar 7.75 meter/detik dengan arah bertiup menuju barat laut. Sedangkan

kecepatan angin minimum dari hasil masukan model tersebut adalah 3.35

meter/detik dengan arah bertiup juga menuju barat laut. Rata-rata kecepatan

angin hasil masukan model pada musim timur ini yaitu sebesar 5.27 meter/detik.

Grafik kecepatan serta arah angin hasil model selama bulan Agustus 2007 di

Cilacap disajikan pada Gambar 19. Kecepatan angin hasil pengukuran lapang

pada musim timur 2007 memiliki nilai maksimum sebesar 7.725 meter/detik dan

bertiup ke arah barat. Sedangkan nilai minimum kecepatan angin pada musim

tersebut yaitu sebesar nol meter/detik. Nilai rata-rata kecepatan angin insitu pada

musim timur adalah 2.80 meter/detik. Grafik kecepatan angin insitu selama bulan

Agustus 2007 di Cilacap ditampilkan pada Gambar 20.

Gambar 19. Arah dan Kecepatan Angin Masukan Model pada Musim Timur 2007 di Perairan Cilacap

Page 77: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

59

Gambar 20. Arah dan Kecepatan Angin Insitu pada Musim Timur 2007 di

Perairan Cilacap

Gambar 21 menampilkan grafik kecepatan dan pola arah angin masukan

model dan insitu pada musim timur 2007 di Cilacap. Angin masukan model pada

musim timur dominan bertiup ke arah barat laut dengan frekuensi bertiup sebesar

70% . Sementara itu, hanya 30% dari arah keseluruhan angin yang bertiup

mengarah ke barat. Kecepatan angin terbesar yaitu lebih dari tujuh meter/detik

terjadi pada saat angin bertiup menuju timur laut.

MASUKAN MODEL INSITU

Gambar 21. Windrose Arah dan Kecepatan Angin Masukan Model dan Insitu

pada Musim Timur 2007 di Perairan Cilacap

Page 78: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

60

Angin insitu pada musim timur dominan bertiup ke arah barat dengan

frekuensi mencapai 65% dan berkecepatan lebih dari tujuh meter/detik (Gambar

21). Sebanyak 15% dari total keseluruhan angin yang bertiup pada bulan Agustus

2007 menuju ke arah barat laut dan 15% sisanya bertiup ke selatan, sedangkan

kurang dari 5% angin yang bertiup ke arah barat daya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada bulan Agustus 2007

rata-rata kecepatan angin yang digunakan dalam masukan model memiliki nilai

yang jauh lebih besar dibandingkan dengan rata-rata kecepatan angin hasil

pengukuran lapang. Perbedaan nilai tersebut dipengaruhi oleh perbedaan metode

pengukuran antara IFREMER dengan BMKG. Selain itu, interval pengukuran

yang dilakukan BMKG lebih rapat jika dibandingkan dengan IFREMER. Hal

tersebut akan mempengaruhi keakuratan data, dimana interval pengukuran yang

lebih rapat akan semakin mendekati kondisi angin yang sebenarnya. Besarnya

kecepatan angin masukan model akan menyebabkan pengaruh angin pada model

sebaran lapisan minyak di permukaan laut Cilacap pada musim timur menjadi

lebih besar dari kondisi sebenarnya. Namun masing-masing dari data angin

tersebut menunjukkan frekuensi arah bertiup yang cenderung sama yaitu dominan

menuju arah barat dan barat laut.

Perbandingan sebaran data angin insitu dan data angin yang digunakan

untuk pemodelan dalam bentuk vektor U dan vektor V pada bulan Agustus 2007

disajikan dalam Gambar 22. Masing-masing data insitu maupun data angin

masukan pemodelan dibuat dengan interval waktu yang sama. Persamaan interval

waktu dilakukan untuk memudahkan dalam membandingkan kedua data tersebut.

Sebagian besar dari kedua data tersebut, baik yang digunakan untuk pemodelan

Page 79: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

61

maupun hasil pengukuran lapang memiliki pola sebaran yang hampir serupa.

Kedua data tersebut memiliki sebaran yang seragam dan secara dominan berada

pada kuadran IV. Vektor angin yang digunakan dalam masukan model memiliki

sebaran yang lebih rapat dengan nilai Vektor U berada di bawah -2 radian.

Sementara nilai vektor angin yang didapat dari pengukuran lapang memiliki

sebaran yang lebih luas dengan nilai Vektor U dimulai dari nol.

Gambar 22. Pola Scattering Data Angin Masukan Model dan Insitu di Perairan Cilacap pada Musim Timur 2007

4.1.2. Verfikasi Pasang Surut 4.1.2.1. Musim barat

Gambar 23 menyajikan perubahan tinggi muka air laut masukan model

pada bulan Februari 2007 di Cilacap. Perairan Cilacap memiliki pola pasang surut

campuran dominasi ganda. Tinggi muka air laut pada saat pasang tertinggi

mencapai 0.86 meter di atas permukaan laut. Sedangkan tinggi muka air laut pada

saat surut terendah mencapai 0.75 meter di bawah Mean Sea Level (MSL).

Page 80: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

62

Gambar 23. Grafik Tinggi Muka Air Laut Hasil Prediksi Model pada Musim Barat 2007 di Perairan Cilacap

4.1.2.2. Musim timur

Perubahan tinggi muka air laut hasil masukan model pada bulan Agustus

2007 di perairan Cilacap mewakili kondisi pasang surut pada musim timur dan

disajikan pada Gambar 24. Kenaikan muka air laut tertinggi yaitu mencapai 0.87

meter di atas permukaan laut, sedangkan muka air laut terendah pada grafik yaitu

0.75 meter di bawah Mean Sea Level (MSL). Hasil pengukuran lapang

menunjukkan bahwa nilai muka air laut tertinggi terjadi saat air laut pasang yaitu

1.03 meter di atas permukaan laut (Gambar 25), sedangkan nilai muka air laut

terendah saat perairan mengalami surut yaitu 0.95 di bawah Mean Sea Level.

Gambar 24. Grafik Tinggi Muka Air Laut Hasil Prediksi Model pada Musim

Timur 2007 di Perairan Cilacap

Page 81: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

63

Gambar 25. Grafik Tinggi Muka Air Laut Hasil Pengukuran Insitu pada Musim

Timur 2007 di Perairan Cilacap

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa data pasang surut hasil

masukan model memiliki nilai tinggi muka laut maksimum dan minimum yang

lebih rendah dari data pasang surut insitu. Gambar 26 menampilkan perbandingan

fluktuasi tinggi muka air laut hasil pemodelan maupun hasil pengukuran lapang di

perairan Cilacap dari tanggal 13 Agustus 2007 12:00 AM hingga 16 Agustus 2007

12:00 AM.

Gambar 26. Perbandingan Fluktuasi Tinggi Muka Air Laut Hasil Pemodelan dan

Tinggi Muka Air Laut Hasil Pengukuran Insitu di Perairan Cilacap pada Bulan Agustus 2007

Page 82: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

64

Dari gambar tersebut terlihat bahwa tidak terdapat beda fase antara pasang

surut hasil masukan model dan pasang surut insitu. Namun terdapat perbedaan

nilai amplitudo pada kedua data pasang surut tersebut. Umumnya, tinggi muka

laut hasil pengukuran insitu memiliki nilai amplitudo yang lebih besar dari data

hasil masukan model. Perbedaan amplitudo pada kedua grafik pasang surut

tersebut mencapai 0.15 meter. Perbedaan nilai tersebut cukup kecil dan tidak

banyak berpengaruh pada sebaran lapisan minyak di Perairan Cilacap.

4.2. Hasil Pemodelan Hidrodinamika

Kondisi hidrodinamika yang diamati setiap musimnya mengacu pada

kondisi pasang surut perairan setempat, antara lain: kondisi pasang tertinggi, surut

terendah, menjelang pasang dan menjelang surut saat muka laut berada pada

posisi Mean Sea Level (MSL). Penentuan kondisi hirodinamika berdasarkan

posisi tinggi muka laut ini bertujuan untuk membandingkan pola pergerakan arus

di setiap kondisi tersebut yang akan mempengaruhi pola sebaran lapisan minyak

di permukaan laut.

4.2.1. Musim Barat 4.2.1.1. Menjelang Pasang (Muka Laut pada Kondisi MSL)

Gambar 27 menampilkan kondisi hidrodinamika perairan Cilacap pada

bulan Februari 2007. Kondisi hidrodinamika ditinjau saat air laut di titik P dalam

kondisi menjelang pasang dimana muka laut berada dalam posisi Mean Sea Level

(MSL). Tinggi muka air laut pada saat MSL seluruhnya berada pada kisaran nol

hingga 0.07 meter di atas permukaan laut. Dalam kondisi tersebut tidak terjadi

perbedaan gradien tinggi muka air laut di seluruh perairan dalam domain model.

Page 83: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

65

Kondisi angin di titik P (Gambar 27) terlihat mengarah ke tenggara dengan

kecepatan angin sebesar 1.3 meter/detik, sedangkan kondisi arus di titik P

bergerak menuju timur laut dengan besar kecepatan arus mencapai 0.0124

meter/detik. Arus yang berada pada batas barat domain mengalir di sepanjang

kanal utama hingga keluar menuju muara kanal. Di sepanjang Kali Donan terlihat

bahwa arus yang mengalir di dalamnya bergerak menuju utara dengan kecepatan

yang sangat kecil. Arus di seluruh perairan Teluk Penyu dengan kecepatan rendah

bergerak cenderung menuju utara. Sebagian dari arus yang mengalir di perairan

Teluk Penyu tersebut mendapat pengaruh dari pembelokan arus yang berasal dari

kanal utama.

Gambar 27. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap Menjelang Pasang (Muka

Laut Berada pada Kondisi MSL) pada Bulan Februari 2007

Arus yang terbentuk di perairan secara dominan masih dipengaruhi oleh

kondisi surut pada fase sebelumnya. Hal ini terlihat dari arah arus yang mengarah

keluar dari kanal utama menuju Teluk Penyu yang berbatasan dengan Samudera

Hindia.

Page 84: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

66

4.2.1.2. Pasang

Kondisi hidrodinamika hasil pemodelan di perairan Cilacap saat perairan

mengalami pasang pada bulan Februari 2007 tersaji dalam Gambar 28. Tinggi

muka laut pada saat pasang di titik P yaitu 0.8 meter di atas permukaan laut,

sedangkan kondisi tinggi muka air laut secara keseluruhan di perairan Cilacap

berkisar antara 0.76 - 0.84 meter di atas permukaan laut. Kondisi angin pada titik

P memiliki kecepatan sebesar dua meter/detik dengan arah bertiup menuju

tenggara, sedangkan kondisi arus pada titik yang sama memiliki kecepatan sebesar

0.0088 meter/detik dengan arah mengalir menuju barat laut.

Gambar 28. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap saat Pasang pada Bulan

Februari 2007

Arus pada batas timur domain bergerak langsung menuju ke dalam

perairan Cilacap dan mengalir menuju utara, sesuai dengan kondisi perairan yang

sedang mengalami pasang. Semakin mendekati pantai, kecepatan arus yang

dihasilkan semakin berkurang. Kondisi tersebut disebabkan oleh pengaruh

gesekan dasar yang semakin besar akibat perubahan kedalaman di wilayah pantai

Page 85: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

67

yang relatif lebih dangkal. Arus pada batas barat domain justru mengarah ke

timur atau keluar dari perairan Cilacap. Hal tersebut disebabkan sebagian

perairan Cilacap masih dipengaruhi oleh fase surut yang terjadi sebelumnya (beda

fase). Arus tersebut kemudian bergabung dengan arus yang berasal dari kanal

utama dan bergerak membelok menuju aliran Kali Donan.

4.2.1.3. Menjelang Surut (Muka Laut pada Kondisi MSL)

Gambar 29 menampilkan kondisi hidrodinamika perairan Cilacap pada

bulan Februari 2007. Kondisi hidrodinamika ditinjau saat air laut di titik P dalam

kondisi menjelang surut dimana muka laut berada dalam posisi Mean Sea Level

(MSL). Sebagian besar perairan Cilacap memiliki tinggi muka laut antara nol

hingga 0.07 meter di atas permukaan laut, sedangkan disekitar batas barat domain,

bagian barat kanal utama, dan disekitar muara Kali Donan memiliki tinggi muka

laut berkisar antara -0.08 hingga nol meter di atas permukaan laut. Kondisi angin

di titik P memiliki kecepatan sebesar 2.2 meter/detik dengan arah bertiup menuju

tenggara. Sedangkan kondisi arus pada titik P memiliki kecepatan sebesar 0.0108

meter/detik serta mengarah ke barat laut.

Pola arus pada batas timur domain bergerak masuk menuju Teluk Penyu

dengan kecepatan kurang dari 0.25 meter/detik. Arus tersebut bergerak

menyusuri pantai Cilacap, kemudian keluar menuju batas timur domain bagian

utara. Sebagian arus yang berasal dari batas timur domain berbelok menuju kanal

utama kemudian mengalir menuju barat domain dengan kecepatan yang semakin

besar. Semakin besarnya kecepatan arus pada daerah kanal tersebut dikarenakan

kondisi perairan masih mendapat pengaruh dari fase pasang sebelumnya. Selain

Page 86: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

68

itu kondisi geografi perairan yang menyempit dan berbentuk kanal menyebabkan

arus bergerak lebih cepat.

Gambar 29. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap Menjelang Surut (Muka

Laut Berada pada Kondisi MSL) pada Bulan Februari 2007

4.2.1.4. Surut

Gambar 30 menampilkan kondisi perairan Cilacap pada saat terjadi surut

pada bulan Februari 2007. Seluruh perairan Cilacap memiliki tinggi muka laut

yang merata yaitu antara 0.75 – 0.66 meter di bawah permukaan laut. Pada saat

surut, angin pada titik P bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan bertiup

mencapai 2.4 meter/detik, sedangkan arus yang dimodelkan pada titik yang sama

bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan mengalir mencapai 0.0144

meter/detik.

Arus di seluruh perairan Teluk Penyu Cilacap bergerak masuk dari batas

timur domain bagian utara, menyusuri pantai Cilacap kemudian berbelok keluar

domain melalui batas timur bagian selatan. Pergerakan arus tersebut sesuai

dengan fase pasang (flood tide), yaitu bergerak keluar dari domain perairan.

Page 87: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

69

Sebagian kecil dari arus tersebut bergerak membelok ke arah kanal utama dengan

kecepatan yang semakin kecil. Arus pada kanal utama cenderung mengarah ke

barat dan bertemu dengan arus yang berasal dari Kali Donan kemudian keluar dari

domain melewati batas barat domain.

Dari pola arus yang terbentuk di sepanjang kanal utama, terlihat bahwa

sebagian arus bergerak masuk ke alur pelayaran pada saat kondisi laut mengalami

surut dikarenakan perairan di kanal utama masih dipengaruhi oleh fase pasang

yang terjadi sebelumnya. Arus tersebut kemudian mengalami transisi menuju

kondisi surut jika dilihat dari pola arus balik di batas utara domain dan di aliran

Kali Donan yang mengarah keluar menuju muara Kali Donan.

Gambar 30. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap saat Surut pada Bulan

Februari 2007

4.2.2. Musim Timur 4.2.2.1. Menjelang Surut (Muka Laut pada Kondisi MSL)

Kondisi hidrodinamika perairan Cilacap menjelang surut dalam posisi

muka laut berada pada Mean Sea Level di bulan Agustus 2007 disajikan dalam

Gambar 31. Tinggi muka air laut di seluruh perairan Cilacap berkisar antara 0.08

Page 88: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

70

hingga nol meter di bawah permukaan laut. Arah angin di titik P bertiup menuju

barat dengan kecepatan sebesar 5.9 meter/detik, sedangkan kondisi arus pada titik

yang sama memiliki kecepatan sebesar 0.002 meter/detik menuju barat daya.

Arus yang masuk dari batas timur domain bagian selatan bergerak menuju

utara menyusuri pantai Teluk Penyu dan memutar keluar di batas timur domain

bagian utara. Arus yang berasal dari batas timur domain bagian selatan sebagian

mengalami pembelokkan menuju kanal utama. Kondisi kanal yang menyempit

menyebabkan arus yang mengalir di sepanjang kanal membesar dan bergerak

menuju batas barat domain. Sebagian kecil dari arus tersebut membelok ke

perairan Kali Donan menuju utara. Arus di sepanjang kali Donan kembali

membesar karena aliran sungai yang semakin menyempit di sekitar dermaga

tanker.

Gambar 31. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap Menjelang Surut (Muka

Laut Berada pada Kondisi MSL) pada Bulan Agustus 2007

Keseluruhan pola arus saat menjelang surut terlihat masih mengarah

memasuki perairan Cilacap. Kondisi perairan tersebut memiliki arah yang

Page 89: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

71

berkebalikan dikarenakan masih dipengaruhi oleh fase pasang yang terjadi

sebelumnya.

4.2.2.2. Surut

Gambar 32 menyajikan kondisi hidrodinamika di perairan Cilacap pada

bulan Agustus 2007 saat muka laut berada pada kondisi surut. Seluruh perairan

Cilacap memiliki tinggi muka air laut antara 0.75 – 0.66 meter di bawah

permukaan laut, terkecuali pada perairan di sekitar mulut kanal hingga batas timur

domain bagian selatan yang memiliki tinggi muka laut lebih rendah yaitu antara

0.83 – 0.75 meter di bawah permukaan laut.

Kondisi angin di titik P mengarah ke barat dengan kecepatan bertiup

mencapai 5.4 meter/detik, sedangkan kecepatan arus di titik yang sama berkisar

antara 0.016 meter/detik dengan arah mengalir menuju ke barat daya.

Gambar 32. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap saat Surut pada Bulan

Agustus 2007 Keseluruhan pola arus di perairan Cilacap sesuai dengan fase surut yang

sedang terjadi dimana sebagian besar arus mengarah keluar dari perairan Cilacap.

Page 90: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

72

Arus di sekitar Teluk Penyu bergerak masuk dari batas timur domain bagian utara

setelah bergerak menyusuri pantai. Arus tersebut kemudian memutar keluar

melewati batas timur domain bagian selatan. Sebagian kecil dari arus tersebut

bergerak membelok dan menyusuri kanal utama menuju batas barat domain

dengan kecepatan rendah. Kecepatan arus pada aliran Kali Donan juga rendah

dan cenderung bergerak ke selatan menuju muara Kali Donan.

4.2.2.3. Menjelang Pasang (Muka Laut pada Kondisi MSL)

Gambar 33 menampilkan kondisi hidrodinamika perairan Cilacap

menjelang pasang pada bulan Agustus 2007 saat muka laut berada dalam posisi

MSL. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kondisi perairan seluruhnya memiliki

tinggi muka laut yang seragam yaitu berada pada kisaran nol hingga 0.07 meter di

atas permukaan laut.

Gambar 33. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap Menjelang Pasang (Muka

Laut Berada pada Kondisi MSL) pada Bulan Agustus 2007 Kondisi angin di titik P mengarah ke barat dengan kecepatan bertiup

mencapai 4.1 meter/detik, sedangkan kondisi arus di titik yang sama mengarah ke

barat laut dengan kecepatan mengalir sebesar 0.008 meter/detik.

Page 91: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

73

Kondisi arus di perairan Cilacap saat menjelang pasang masih dipengaruhi

oleh kondisi arus saat terjadi fase surut sebelumnya. Hal ini terlihat dari pola arus

perairan yang masih bergerak keluar dari perairan Cilacap. Di sekitar perairan

Teluk Penyu, arus bergerak masuk dari batas timur domain bagian utara kemudian

keluar melalui batas timur domain bagian selatan. Sebagian kecil arus di perairan

Teluk Penyu bergerak membelok ke dalam kanal utama. Perairan kanal utama

juga menerima arus yang berasal dari Kali Donan dan Sungai Serayu. Pertemuan

dua arus dengan arah yang berlawanan menyebabkan arah arus pada kanal

menjadi tidak beraturan.

4.2.2.4. Pasang

Kondisi hidrodinamika perairan Cilacap pada bulan Agustus 2007 saat

perairan sedang mengalami pasang diperlihatkan pada Gambar 34. Tinggi muka

laut saat terjadi pasang di titik P mencapai 0.82 meter di atas permukaan laut,

sedangkan tinggi muka laut di seluruh perairan Cilacap berkisar antara 0.76 - 0.84

meter di atas permukaan laut. Kondisi angin di titik P memiliki arah menuju barat

dengan kecepatan bertiup mencapai lima meter/detik. Kecepatan arus di titik P

mencapai 0.008 meter/detik dengan arah mengalir menuju barat laut.

Kondisi keseluruhan arus saat terjadi pasang umumnya mengarah ke

dalam perairan Cilacap. Hal ini membuktikan bahwa kondisi perairan tidak lagi

mendapat pengaruh dari fase surut yang terjadi sebelumnya. Arus di sekitar

perairan Teluk Penyu masuk dari batas timur domain bagian selatan kemudian

bergerak menyusuri pantai Cilacap. Arus tersebut juga membelok ke kanal utama

menuju batas barat domain serta berbelok ke Kali Donan. Arus yang dihasilkan di

Page 92: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

74

sepanjang kanal utama semakin membesar seiring menyempitnya aliran sungai

tersebut.

Gambar 34. Kondisi Hidrodinamika Perairan Cilacap saat Pasang pada Bulan

Agustus 2007

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa arus yang mengalir di

domain perairan Cilacap sangat dipengaruhi oleh pasang surut perairan setempat.

Berdasarkan pengamatan pada Titik P, arus yang dihasilkan oleh model saat

menjelang pasang maupun saat menjelang surut pada kedua musim masih

mendapat pengaruh dari fase sebelumnya yaitu fase surut maupun fase pasang.

Hal tersebut menyebabkan arus yang dihasilkan saat kondisi perairan menjelang

pasang ataupun menjelang surut saat muka laut berada pada kondisi MSL

memiliki arah mengalir yang berkebalikan (beda fase).

Kecepatan arus di Titik P pada saat surut relatif memiliki nilai yang lebih

besar jika dibandingkan dengan kecepatan arus pada saat pasang. Hal tersebut

disebabkan karena arus yang melewati Titik P berasal dari dalam kanal yang lebih

Page 93: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

75

sempit. Semakin sempit luas penampang zat cair, maka kecepatan mengalirnya

akan semakin besar.

Kondisi arus, khususnya arus permukaan di perairan Cilacap juga

mendapat pengaruh dari angin yang bertiup di atasnya. Pada saat surut, kecepatan

arus pada musim barat relatif lebih besar dibandingkan pada musim timur. Hal

tersebut disebabkan pada musim barat, arus saat surut searah dengan arah bertiup

angin sehingga resultan keduanya semakin menguatkan. Pada musim timur, arus

saat surut dan angin memiliki arah yang berkebalikan sehingga resultan keduanya

akan saling melemahkan. Kondisi serupa terjadi pada saat pasang, dimana

kecepatan arus pada musim timur relatif lebih besar dibandingkan pada musim

barat.

4.3. Hasil Pemodelan Pola Sebaran Total Minyak

Jenis minyak yang dimodelkan dalam skenario model tumpahan minyak di

Peraran Cilacap, Jawa Tengah antara lain diesel, avtur, minyak mentah, dan aspal.

Dalam sub bab Hasil Pemodelan Pola Sebaran Total Minyak ini, hanya akan

ditampilkan salah satu hasil pemodelan tumpahan minyak yang berasal dari jenis

avtur dimana seluruh sumber tumpahannya berasal dari kapal tanker. Sementara

pembahasan hasil pemodelan tumpahan minyak lainnya secara keseluruhan akan

dibahas pada sub bab Pembahasan Pola Sebaran Total Minyak. Visual hasil

pemodelan tumpahan minyak yang disertakan dalam penulisan ini oleh penulis

hanya dapat ditampilkan dalam ukuran minimalis. Untuk melihat hasil

pemodelan tumpahan minyak tersebut secara utuh dan jelas, dapat dilihat dalam

DVD Hasil Pemodelan Tumpahan Minyak (terlampir).

Page 94: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

44

a

m

l

k

t

G

m

V

4.3.1. Mu4.3.1.1. Kon

Gam

avtur di pera

masukan mi

lingkaran me

kecelakaan k

tumpah men

Gambar 35.

Tum

muatan avtu

Volume min

sim Barat ndisi Awal

mbar 35 mena

airan Cilacap

nyak ke perm

erah yang di

kapal tanker

ncapai 1800 m

Pola SebaraCilacap pad

mpahan miny

ur ke dalam k

nyak yang di

ampilkan ko

p pada bulan

mukaan laut

iasumsikan m

pengangkut

m3dengan w

an Total Lapda Bulan Feb

ak yang dias

kapal tanker

iskenariokan

ondisi awal te

n Februari 20

t. Sumber tu

masuk ke lin

t avtur. Jum

waktu keluara

isan Avtur sbruari 2007

sumsikan ter

ditandai den

n tumpah ber

erjadinya tum

007. Terdap

umpahan per

ngkungan lau

mlah minyak

an selama 10

saat Kondisi

rjadi akibat k

ngan lingkar

rjumlah berju

mpahan min

pat tiga sumb

rtama ditand

ut disebabka

yang disken

0 menit.

Awal di Per

kebocoran pe

ran berwarna

umlah 300 m

76

nyak jenis

ber

dai dengan

an oleh

nariokan

rairan

engisian

a kuning.

m3 juga

Page 95: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

77

dengan durasi tumpahan 10 menit. Lingkaran berwarna hijau menandakan

sumber tumpahan minyak yang terjadi akibat karamnya kapal tanker yang

bermuatan avtur. Jumlah total minyak yang diskenariokan tumpah yaitu 1800 m3

dengan durasi tumpahan 25 menit.

Kondisi awal perairan saat tejadi tumpahan avtur yaitu menjelang surut.

Pada kondisi tersebut, lapisan minyak belum menyebar jauh dan masih berada di

sekitar lokasi titik sumber dengan ketebalan masing-masing melebihi 144 mm.

4.3.1.2. Menjelang Pasang (Muka Laut pada Kondisi MSL)

Pola sebaran tumpahan lapisan avtur di perairan Cilacap menjelang pasang

pada bulan Februari 2007 disajikan dalam Gambar 36. Lapisan minyak yang

bersumber dari tabrakan tanker telah menyebar menjauhi titik sumber hingga

melewati Transek E1 - E2. Ketebalan pada bagian tengah lapisan minyak

mencapai lebih dari 144 mm dan semakin tipis saat menjauhi pusat lapisan. Arus

yang mengalir pada kanal utama memiliki kecepatan cukup besar, sehingga dapat

dengan mudah membawa lapisan minyak keluar dari kanal utama.

Lapisan minyak kedua yang bersumber dari kebocoran pengisian muatan

tanker menyebar mendekati pantai di arah tenggara dikarenakan terpengaruh oleh

angin permukaan dan terbawa oleh arus menyusur pantai. Lapisan minyak

tersebut memiliki ketebalan antara 54 - 60 mm di bagian pusat lapisan.

Lapisan minyak yang berasal dari kapal tanker karam terlihat menyebar ke

utara sesuai dengan gerak arus disekitarnya. Ketebalan lapisan minyak tersebut

juga mencapai lebih dari 144 mm dibagian tengahnya.

Page 96: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

G

4

C

b

m

p

s

s

b

d

k

Gambar 36.

4.3.1.3. Pas

Pada

Cilacap saat

bersumber d

menuju ke a

pasang, arus

sebelumnya

sehingga me

berasal dari

dan menyeb

ke utara sehi

Pola Sebarapada Kond

ang

a Gambar 37

t mengalami

dari tabrakan

arah tenggara

s di mulut ka

. Arus yang

enyebabkan

batas timur

abkan ujung

ingga memp

an Total Lapdisi MSL) di

7 disajikan po

pasang pada

n kapal tanke

a sesuai deng

anal mengala

g berbalik ter

lapisan miny

domain (Tra

g lapisan min

perluas perm

isan Avtur MPerairan Cil

ola sebaran t

a bulan Febr

er telah meny

gan arah per

ami transisi d

rsebut menga

yak tertahan

ansek T1 - T

nyak tersebu

mukaan miny

Menjelang Placap pada B

tumpahan la

ruari 2007. L

yebar ke per

rgerakan aru

dari kondisi

arah ke dala

n di mulut ka

T2) bergerak

ut menyebar

ak. Ketebal

asang (MukBulan Februa

apisan avtur d

Lapisan min

rairan Teluk

s. Pada kon

surut yang t

am perairan C

anal. Arus y

mengarah k

mengikuti a

lan lapisan m

78

a Laut ari 2007

di perairan

nyak yang

Penyu

ndisi

terjadi

Cilacap

ang

ke utara

arah arus

minyak

Page 97: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

t

d

G

m

N

k

P

a

m

l

tersebut tela

dikarenakan

Gambar 37.

Miny

menyebar m

Nusakamban

ke arah utara

Penyebaran

arus yang m

minyak terse

lebih besar d

ah jauh berku

n telah menga

Pola Sebarapada Bulan

yak yang ber

menjauhi sum

ngan. Lapis

a kemudian

lapisan miny

masuk disekit

ebut juga me

dari 144 mm

urang, yaitu

alami proses

an Total Lapn Februari 20

rasal dari ke

mber tumpah

an minyak y

condong ke

yak ini mem

tar batas timu

engalami per

m.

antara 114 -

s pelapukan.

isan Avtur s007

bocoran pen

an dan mend

yang berasal

timur laut m

miliki lintasan

ur domain b

rluasan perm

120 mm di

saat Pasang d

ngisian muat

dekati pantai

dari kapal ta

mendekati Tr

n yang palin

erkecepatan

mukaan lapis

bagian tenga

di Perairan C

tan tanker tel

i utara Pulau

anker karam

ransek T1 - T

ng jauh dikar

tinggi. Lap

san dengan k

79

ahnya

Cilacap

lah

u

m menyebar

T2.

renakan

pisan

ketebalan

Page 98: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

80

4.3.1.4. Menjelang Surut (Muka Laut pada Kondisi MSL)

Pola sebaran tumpahan minyak jenis avtur pada bulan Februari 2007 saat

perairan Cilacap menjelang surut disajikan pada Gambar 38. Minyak yang

berasal dari tabrakan kapal tanker menyebar dengan arah berbalik mendekati

mulut kanal. Pola sebaran ini sesuai dengan pola sebaran arus di perairan

sepanjang kanal yang masih dipengaruhi oleh kondisi pasang sebelumnya. Pusat

lapisan minyak masih berketebalan lebih dari 144 mm, namun sebagian besar

lapisan memiliki ketebalan di bawah 108 mm. Perubahan ketebalan lapisan

tersebut disebabkan oleh adanya proses pelapukan.

Lapisan minyak yang bersumber dari kebocoran pengisian muatan tanker

menyebar sesuai dengan arah pergerakan arus yaitu menuju ke barat. Lapisan

tersebut tetap berada di sekitar garis pantai utara Pulau Nusakambangan dan tidak

meyebar jauh dikarenakan kecepatan arus menyusuri pantai di lokasi tersebut juga

tidak terlalu besar. Ketebalan maupun luas permukaan lapisan minyak tersebut

telah jauh berkurang disebabkan adanya proses pelapukan minyak.

Minyak yang berasal dari kebocoran kapal tanker karam, tidak lagi

terdapat dalam domain. Lapisan minyak tersebut sebelumnya telah keluar dari

domain melewati Transek T1 - T2.

Page 99: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

G

4

C

b

c

t

b

l

m

y

Gambar 38.

4.3.1.5. Sur

Gam

Cilacap saat

berasal dari

cenderung b

tersebut kem

bagian dari p

lapisan. Lap

memiliki ket

yang berasal

Pola SebaraKondisi M

rut

mbar 39 meny

t mengalami

tabrakan kap

bergerak men

mudian terpis

pusat lapisan

pisan kedua

tebalan yang

l dari keboco

an Total LapSL) di Perai

yajikan pola

surut pada b

pal tanker, m

ndekati panta

sah menjadi

n sebelumny

terbentuk da

g lebih tingg

oran pengisi

isan Avtur Mran Cilacap

sebaran tum

bulan Februa

menyebar me

ai Pulau Nus

dua bagian.

ya dan terliha

ari hasil akum

gi pada bagia

an tanker tet

Menjelang Spada Bulan

mpahan lapis

ari 2007. La

enjauhi mulu

sakambanga

Lapisan pe

at mengalam

mulasi lapisa

an tengahnya

tap menyeba

urut (Muka Februari 200

san avtur di p

apisan minya

ut kanal dan

an. Lapisan m

ertama merup

mi penurunan

an minyak a

a. Lapisan m

ar di sekitar

81

Laut pada 07

perairan

ak yang

minyak

pakan

n ketebalan

awal dan

minyak

garis

Page 100: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

p

b

G

m

y

d

u

j

m

O

pantai Pulau

berada di ba

Gambar 39.

Pada

melewati titi

yang melew

di dalam kan

umumnya m

Kete

jelas pada ga

memiliki dia

Oil Avtur Ba

u Nusakamba

awah enam m

Pola SebaraBulan Febr

a gambar di a

ik monitor h

ati titik mon

nal utama. L

menyebar me

ebalan minya

ambar. Hal

ameter perm

arat (terlamp

angan. Kete

milimeter.

an Total Lapruari 2007

atas terlihat b

hanya terdapa

nitor tersebut

Lapisan avtu

elewati pingg

ak yang meli

ini dikarena

mukaan yang

pir), maka da

ebalan lapisa

isan Avtur s

bahwa lapis

at pada Titik

t berasal dar

ur yang terda

gir transek.

intasi masing

akan lapisan

kecil. Namu

ari seluruh tr

an minyak te

saat Surut di

an minyak y

k Monitor E.

ri peristiwa t

apat di dalam

g-masing tra

minyak ters

un jika dilih

ransek terseb

ersebut umum

Perairan Cil

yang menyeb

. Lapisan m

abrakan kap

m domain mo

ansek tidak t

ebut melinta

hat dalam Vid

but hanya Tr

82

mnya

lacap pada

bar tepat

minyak

pal tanker

odel

terlihat

asi transek

deo Total

ransek T1

Page 101: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

83

– T2 dan Transek E1 – E2 yang dilintasi oleh lapisan minyak. Transek T1 – T2

terletak pada batas timur domain, sedangkan Transek E1 – E2 terletak pada mulut

kanal utama. Ketebalan lapisan minyak yang melewati Transek E1 – E2

mencapai lebih dari 144 mm dengan diameter mencapai 200 meter, sedangkan

ketebalan lapisan minyak yang melewati Transek T1 – T2 mencapai lebih dari

144 mm dengan diameter mencapai 400 meter. Pergerakan lapisan minyak yang

hanya melewati kedua transek tersebut disebabkan oleh pengaruh kondisi musim

barat, dimana angin dominan bertiup dari arah barat.

4.3.2. Musim Timur 4.3.2.1. Kondisi awal

Gambar 40 menyajikan kondisi awal pola sebaran tumpahan lapisan avtur

di perairan Cilacap pada bulan Agustus 2007. Tumpahan minyak pada musim

timur diasumsikan memiliki sumber yang sama dengan musim barat. Kondisi

perairan saat awal tumpahan yaitu sedang mengalami pasang. Lapisan minyak

yang bersumber dari tabrakan kapal tanker telah menyebar jauh ke dalam kanal

utama hingga berada di tepi utara kanal dengan ketebalan lapisan lebih dari 14

mm pada bagian tengahnya. Sebaran minyak tersebut bergerak ke arah barat laut

sesuai dengan vektor arus dan angin. Vektor arus dan angin pada musim timur

sangat berpengaruh terhadap sebaran lapisan minyak dikarenakan kecepatan angin

yang cukup besar.

Page 102: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

G

m

l

m

m

p

4

b

d

a

Gambar 40.

Lapi

menyebar se

lapisan avtur

melewati pa

minyak yang

perairan Tel

4.3.2.2. Men

Pola

bulan Agust

dari tabrakan

arah pergera

Pola SebaraCilacap pad

san minyak

earah dengan

r memiliki k

ada Titik Mo

g bersumber

uk Penyu. K

njelang Sur

sebaran tum

tus 2007 disa

n kapal tank

akan arus me

an Total Lapda Bulan Ag

yang berasa

n arah angin

ketebalan hin

nitor E mem

r dari tanker

Ketebalan la

rut (Muka L

mpahan miny

ajikan pada G

ker telah men

enyusur pant

isan Avtur sgustus 2007

al dari keboc

hingga men

ngga 60 - 66

miliki ketebal

karam meny

apisan tersebu

Laut pada K

yak di perair

Gambar 41.

nyebar menu

tai di sepanja

saat Kondisi

oran saat pen

ncapai mulut

mm sement

lan lebih dar

yebar menuju

ut mencapai

Kondisi MSL

an Cilacap m

Lapisan mi

uju ke arah b

ang kanal. P

Awal di Per

ngisian tank

t kanal. Bag

tara minyak

ri 100 mm.

u ke arah ba

i 144 m.

L)

menjelang su

inyak yang b

barat laut me

Pergerakan l

84

rairan

ker

gian tengah

yang

Lapisan

arat laut

urut pada

bersumber

ngikuti

apisan

Page 103: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

m

d

l

s

G

m

d

s

k

k

minyak terse

daratan Cila

lapisan miny

seluruh bagi

Gambar 41.

Lapi

menyebar ja

dan menyeb

semakin mem

kisaran antar

karam telah

ebut kemudi

acap, sehingg

yak tersebut

ian lapisan h

Pola SebaraKondisi M

san minyak

auh ke dalam

ar di bagian

mbesar, nam

ra 54 - 60 m

menyebar k

ian terhalang

ga minyak te

menjadi ber

hingga menca

an Total LapSL) di Perai

yang berasa

m kanal sesua

selatan dara

mun ketebala

mm. Lapisan

ke utara perai

g oleh derma

erjebak dan t

rkurang nam

apai lebih da

isan Avtur Mran Cilacap

al dari keboc

ai dengan pe

atan Cilacap

annya semak

n minyak yan

iran Teluk P

aga yang terl

terakumulasi

mun ketebalan

ari 144 mm.

Menjelang Spada Bulan

oran pengisi

ergerakan aru

. Luas perm

kin berkurang

ng bersumbe

Penyu. Luas

letak di sebe

i. Luas perm

nnya bertam

urut (Muka Agustus 200

ian muatan t

us di sepanja

mukaan lapisa

g yaitu berad

er dari kapal

permukaan

85

elah barat

mukaan

mbah di

Laut pada 07

tanker

ang kanal

an tersebut

da pada

tanker

lapisan

Page 104: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

86

tersebut semakin membesar dan ketebalan lapisannya mencapai lebih dari 144

mm. Sementara di bagian tepi lapisan, ketebalannya hanya mencapai 12 - 18 mm.

4.3.2.3. Surut

Gambar 42 menyajikan pola sebaran tumpahan lapisan avtur di perairan

Cilacap saat mengalami surut pada bulan Agustus 2007. Arah arus yang bergerak

ke barat laut membuat lapisan minyak yang bersumber dari tabrakan kapal tanker

tetap terperangkap di sekitar dermaga pelabuhan. Keadaan tersebut yang disertai

dengan proses pelapukan membuat lapisan minyak mengalami pengurangan

luasan permukaan maupun ketebalan lapisan minyak.

Lapisan minyak yang berasal dari kebocoran pengisian muatan tanker

menyebar mengikuti arah arus menyusuri pantai menuju ke batas barat domain

(Transek B1 - B2). Lapisan minyak tersebut mengalami penurunan luas

permukaan serta pengurangan ketebalan lapisan hingga mencapai 12 - 18 mm.

Lapisan minyak yang berasal dari kapal tanker karam menyebar mendekati

pantai Cilacap. Pada saat terjadi pasang, lapisan minyak bergerak mendekati

pantai menuju utara. Namun saat terjadi surut, arus berbalik kembali ke selatan

dan diikuti oleh lapisan minyak. Lapisan minyak tetap berada di sekitar pantai

akibat dipengaruhi oleh arus menyusur pantai serta angin yang bertiup. Luas

permukaan lapisan minyak semakin membesar dengan ketebalan lapisan tetap

lebih besar dari 144 mm pada bagian pusatnya.

Page 105: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

G

4

p

y

p

t

M

s

m

p

Gambar 42.

4.3.2.4. Men

Pola

pasang pada

yang berasal

pengisian m

telah menga

Meskipun be

sekitar beber

Seme

menyebar ke

pantai setela

Pola SebaraBulan Agu

njelang Pas

sebaran tota

a bulan Agus

l dari tabrak

muatan tanker

alami pelapuk

egitu, masih

rapa dermag

entara itu, la

embali ke pa

ah sebelumny

an Total Lapstus 2007

sang (Muka

al lapisan av

stus 2007 dis

an kapal tan

r sudah tidak

kan serta ter

h terdapat mi

ga dengan ke

apisan minya

antai Cilacap

ya keluar da

isan Avtur s

Laut pada

vtur pada di p

sajikan dalam

nker maupun

k tampak lag

rbawa arus k

inyak yang te

etebalan lebi

ak yang bera

p sesuai deng

ari domain m

saat Surut di

Kondisi MS

perairan Cila

m Gambar 4

n yang bersum

gi pada gamb

keluar dari do

erakumulasi

ih dari 144 m

asal dari kap

gan pergerak

model melew

Perairan Cil

SL)

acap saat me

3. Lapisan m

mber dari ke

bar. Lapisan

omain mode

i dan terdam

mm.

al tanker kar

kan arus men

wati Transek

87

lacap pada

enjelang

minyak

ebocoran

n tersebut

el.

mpar di

ram

nyusur

U1 - U2

Page 106: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

d

m

d

G

4

C

b

A

m

K

d

dengan diam

masuk ke da

dimana ham

Gambar 43.

4.3.2.5. Pas

Gam

Cilacap saat

berada dalam

Adanya gera

menyebabka

Ketebalan la

dari 144 mm

meter mencap

alam mulut d

mpir seluruh p

Pola Sebarapada Kond

ang

mbar 44 meny

t pasang pad

m domain m

ak arus yang

an lapisan m

apisan minya

m.

pai 200 mete

dermaga nela

permukaann

an Total Lapdisi MSL) di

yajikan pola

a bulan Agu

model berasal

g memasuki p

minyak terseb

ak tersebut b

er. Terdapat

ayan. Keteb

nya memiliki

isan Avtur MPerairan Cil

sebaran tum

ustus 2007. L

l dari kapal k

perairan Cila

but menyeba

berkisar anta

t lapisan min

balan lapisan

i ketebalan le

Menjelang Placap pada B

mpahan lapis

Lapisan min

karam di per

acap saat terj

ar memasuki

ara 24 mm hi

nyak yang m

n avtur menin

ebih dari 144

asang (MukBulan Agustu

san avtur di p

nyak yang m

rairan Teluk

rjadi pasang

dermaga ne

ingga menca

88

mengarah

ngkat

4 mm.

a Laut us 2007

perairan

asih

Penyu.

elayan.

apai lebih

Page 107: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

G

o

m

m

T

m

t

l

t

Gambar 44.

Pada

oleh lapisan

minyak umu

minyak yang

Titik Monito

meter.

Lapi

tidak menye

lapisan miny

timur yang d

Pola Sebarapada Bulan

a gambar di a

avtur denga

umnya melew

g berasal dar

or E dan mel

san avtur ya

ebar melewat

yak di permu

dominan ber

an Total Lapn Agustus 20

atas terlihat b

an ketebalan

wati bagian p

ri kebocoran

lewati Trans

ang dimodelk

ti Transek T

ukaan laut di

rgerak dari ti

isan avtur sa007

bahwa hany

lebih dari 1

pinggir dari

n pengisian m

sek E1 – E2

kan tumpah p

T1 – T2. Hal

ipengaruhi o

imur menuju

aat Pasang d

ya Titik Mon

00 mm. Pol

masing-mas

muatan tanke

dengan diam

pada musim

l tersebut terj

oleh kondisi

u barat dan b

di Perairan C

nitor E yang d

la sebaran la

sing transek.

er menyebar

meter mencap

m timur sama

rjadi karena

angin pada m

barat laut.

89

Cilacap

dilintasi

apisan

. Lapisan

r melewati

pai 100

a sekali

sebaran

musim

Page 108: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

90

Kecilnya diameter permukaan minyak saat melintasi transek menyebabkan

sebaran lapisan avtur tidak tampak jelas. Transek U1 – U2 dilintasi lapisan

minyak dengan posisi lintasan cenderung berada di sekitar Titik U1 yang

berbatasan dengan garis pantai Cilacap. Pola sebaran minyak yang demikian

disebabkan oleh adanya gerak arus menyusuri pantai serta pengaruh kondisi angin

yang bertiup menuju barat laut dengan kecepatan yang cukup besar. Lapisan

minyak yang melewati Transek U1 – U2 memiliki ketebalan lebih dari 150 mm

dan diameter mencapai 200 meter.

Transek W1 – W2 dan Transek B1 – B2 juga dilintasi oleh lapisan minyak

yang berasal dari dalam kanal utama. Lapisan minyak yang melewati kedua

transek tersebut memiliki luas permukaan yang kecil namun ketebalan lapisannya

cukup besar. Lapisan minyak yang melewati Transek B1 – B2 memiliki ketebalan

mencapai 120 mm dan diameter mencapai 100 meter, sedangkan lapisan minyak

yang melintasi Transek W1 – W2 memiliki ketebalan lebih dari 150 mm.

4.4. Pembahasan Pola Sebaran Tumpahan Minyak

Seluruh lapisan minyak yang diasumsikan tumpah di perairan Cilacap

dalam pemodelan ini, mengalami proses pelapukan seperti evaporasi, disolusi,

emulsifikasi dan dispersi vertikal. Total ketebalan minyak dari berbagai proses

tersebut selama mengalami pelapukan disebut sebagai total minyak (total oil).

Total ketebalan lapisan pada masing-masing jenis minyak memiliki nilai yang

bervariasi (Tabel 8).

Page 109: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

Tabel 8. P

Skala WarnDiesel

Me

DIE

SEL

A

VT

UR

C

RU

DE

A

SPA

L

Perbandinga

na Avtu

enjelang Pa

an Pola Seba

ur

asang

aran Total L

Crude

Pa

Lapisan Die

Aspa

MUSasang

esel, Avtur,

al

SIM BARAMe

Minyak MeAT

enjelang Su

entah, dan A

urut

Aspal pada B

Su

9

Berbagai K

urut

91

Kondisi Muk

Me

ka Laut saat

enjelang Su

Musim Bar

urut

rat dan Mus

Sur

sim Timur MUSI

rut

di Perairan IM TIMUR

Men

Cilacap TaR njelang Pas

ahun 2007

ang

Pasaang

91

91

Page 110: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

92

Total lapisan minyak yang tumpah pada musim barat dan musim timur

memiliki pola sebaran yang berbeda. Perbedaan pola sebaran tersebut disebabkan

oleh beberapa faktor, antara lain perbedaan kondisi awal pemodelan pada masing-

masing musim serta perbedaan kondisi angin pada kedua musim. Pada musim

barat, pemodelan tumpahan minyak dimulai saat kondisi perairan sedang

mengalami pasang sehingga arus di sekitar perairan bergerak ke luar domain.

Kondisi angin pada musim barat yang bertiup ke arah barat dan tenggara

menyebabkan resultan antara arus dan angin saling menguatkan sehingga lapisan

minyak ikut menyebar jauh menuju Teluk Penyu. Daerah perairan yang rawan

terkena pencemaran tumpahan minyak pada terutama di sekitar pesisir utara Pulau

Nusakambangan dan perairan Teluk Penyu serta tepi timur aliran Kali Donan.

Pada musim barat, tingkat kerawanan pencemaran minyak pada perairan Cilacap

bersifat sementara serta high recovery dikarenakan sebagian besar lapisan minyak

cenderung menyebar meninggalkan domain menuju Samudera Hindia.

Pada musim timur, lapisan minyak dimodelkan tumpah saat perairan

sedang mengalami kondisi surut sehingga arus laut di sekitarnya mengarah masuk

ke dalam perairan Cilacap. Resultan arus tersebut semakin diperkuat oleh kondisi

angin pada musim timur yang bertiup kencang menuju timur dan barat laut

sehingga menyebabkan lapisan minyak yang tumpah di permukaan laut tersebar

cukup jauh ke dalam perairan Cilacap. Daerah perairan Cilacap yang sangat

rawan terhadap pencemaran minyak yaitu meliputi aliran kanal utama, tepi barat

aliran Kali Donan, dan daerah sekitar pesisir Pantai Cilacap. Lebih dari itu,

tumpahan minyak pada musim timur dapat memasuki daratan melalui aliran

sungai Kaliyasa yang mengalir membelah daratan Cilacap. Pola sebaran lapisan

Page 111: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

93

minyak yang bergerak menuju ke dalam perairan Cilacap menyebabkan risiko

kerawanan pencemaran minyak terhadap perairan Cilacap pada musim timur lebih

tinggi dan lebih persistent dibandingkan pada musim barat.

Pada keseluruhan proses pelapukan yang terjadi pada semua jenis minyak,

lapisan aspal memiliki total ketebalan lapisan tertinggi yaitu lebih dari 192 mm.

Lapisan minyak avtur dan minyak mentah memiliki ketebalan mencapai lebih dari

144 mm, sementara diesel memiliki ketebalan lapisan terkecil yaitu lebih dari

0.0288 mm. Lapisan minyak tersebut memiliki ketebalan yang berbeda-beda

dikarenakan mengalami proses pelapukan dengan tingkat berbeda pula.

4.5. Hasil Pemodelan Proses Pelapukan Tumpahan Minyak di Laut

Minyak yang masuk ke lingkungan perairan laut akan membentuk lapisan

tipis di atas permukaan laut. Lapisan tersebut kemudian akan mengalami proses

pelapukan yang disebabkan oleh pengaruh cuaca. Proses pelapukan yang terjadi

pada lapisan minyak tergantung dari masing-masing jenis minyak yang tumpah.

Salah satu contoh hasil pemodelan yang akan dijelaskan dalam sub bab ini yaitu

proses pelapukan minyak dari jenis avtur. Tingkat pelapukan minyak tersebut

dibahas per satu jam, 12 jam, 24 jam dan menjelang akhir waktu pemodelan.

Pembahasan mengenai proses pelapukan masing-masing jenis minyak lainnya

akan dibahas pada sub bab Pembahasan Proses Pelapukan Tumpahan Minyak di

Laut.

4.5.1. Musim Barat 4.5.1.1. Jam ke-1

Minyak jenis avtur yang tumpah di perairan Cilacap diasumsikan tumpah

dari tiga titik sumber utama. Lapisan minyak pertama bersumber dari tabrakan

Page 112: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

k

k

t

t

b

y

G

l

m

y

kapal tanker

kebocoran p

tanker karam

tumpah pada

berbeda. Ga

yang tumpah

Gambar 45.

Pada

lapisan miny

masing-mas

yang tumpah

r di sekitar d

pengisian mu

m di alur pela

a waktu yang

ambar 45 me

h di perairan

Sebaran serCilacap pad

a gambar ters

yak tersebut

ing tumpaha

h ke laut. K

ermaga tank

uatan tanker,

ayaran. Ket

g bersamaan

erupakan pol

n Cilacap set

ta Proses Peda Bulan Feb

sebut terliha

masih meny

an relatif kec

Kondisi lapisa

ker. Lapisan

, sedangkan

tiga sumber t

n namun mem

la sebaran se

telah satu jam

elapukan Lapbruari 2007

at bahwa satu

yebar di seki

cil jika diban

an minyak y

n minyak ked

lapisan ketig

tumpahan av

miliki total w

erta proses p

m pada bulan

pisan Avtur J

u jam setelah

itar titik sum

ndingkan den

ang belum m

dua bersumb

ga berasal da

vtur dimodel

waktu tumpa

pelapukan lap

n Februari 2

Jam ke-1 di

h terjadinya

mber. Luas p

ngan volume

menyebar ser

94

ber dari

ari kapal

lkan mulai

ah yang

pisan avtur

007.

Perairan

tumpahan,

permukaan

e avtur

rta kondisi

Page 113: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

95

luas permukaan yang sempit membuat penyebaran lapisan minyak tersebut masih

mudah untuk ditangani.

4.5.1.2. Jam ke-12

Sebaran serta proses pelapukan lapisan avtur yang tumpah di perairan

Cilacap setelah jam ke-12 pada bulan Februari 2007 dapat dilihat pada Gambar

46. Dari gambar tersebut terlihat bahwa hanya terdapat dua lapisan avtur yang

berada dalam domain perairan Cilacap. Lapisan minyak pertama yang bersumber

dari tabrakan kapal tanker menyebar di mulut kanal dan memiliki luas permukaan

yang cukup besar dengan panjang lapisan mencapai 1.2 km dan lebar lapisan 0.4

km. Lapisan avtur kedua yang bersumber dari kebocoran pengisian muatan

menyebar di dekat pantai utara Pulau Nusakambangan dan membentuk garis

dengan panjang lapisan mencapai 0.3 km.

Lapisan minyak pertama menyebar keluar dari kanal utama dan telah

melakukan perjalanan sepanjang 2.2 km, sedangkan lapisan minyak kedua

menyebar menuju pantai Pulau Nusakambangan sejauh 1.2 km dari titik

sumbernya. Lapisan avtur ketiga yang bersumber dari kapal tanker karam

menyebar dan bergerak menuju utara sejauh 2.8 km dengan lebar lintasan

mencapai 0.3 km. Lapisan tersebut kemudian keluar meninggalkan perairan

Cilacap melewati batas timur domain pada jam ke-12 setelah terjadinya tumpahan.

Proses evaporasi lapisan minyak yang bersumber dari tabrakan kapal

tanker memiliki tingkat evaporasi antara nol hingga 0.0012 mm. Sedangkan pada

lapisan minyak yang bersumber dari kebocoran pengisian muatan memiliki

tingkat evaporasi antara 0.0050 - 0.0056 mm. Proses disolusi lapisan minyak

Page 114: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

y

p

G

b

k

l

y

t

m

s

yang pertam

pada lapisan

Gambar 46.

Ting

berada pada

kedua memi

lapisan avtur

yang kedua m

Exce

tumpahan m

memiliki nil

sumber tump

ma memiliki t

n kedua mem

Sebaran serCilacap pad

gkat dispersi

kisaran 2.3

iliki ketebala

r pertama ya

memiliki ke

eedance freq

minyak saat b

lai exceedan

pahan yaitu

tingkat disol

miliki tingkat

ta Proses Peda Bulan Feb

vertikal pad

x 10-7 – 7.1

an di atas 1.6

aitu mencapa

tebalan anta

uency merup

berada di per

ce frequency

antara 3.7 -

lusi antara 5

t disolusi ant

elapukan Lapbruari 2007

da lapisan mi

x 10-7 mm,

6 x 10-6 mm.

ai 12.50 mm

ara 56.25 - 62

pakan laju p

rmukaan laut

y tertinggi pa

4.1 %. Laju

x 10-8 – 1.2

tara 3.8 x 10

pisan Avtur J

inyak yang p

sedangkan p

. Ketebalan

m, sedangkan

2.50 mm.

erubahan ko

t. Lapisan a

ada lapisan y

u perubahan

x 10-7 mm,

0-7 – 4.2 x 10

Jam ke-12 d

pertama seba

pada lapisan

emulsifikas

n pada lapisa

onsentrasi fra

avtur yang pe

yang terletak

konsentrasi

96

sedangkan

0-7 mm.

di Perairan

agian besar

minyak

i pada

an avtur

aksi

ertama,

k di sekitar

fraksi

Page 115: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

97

tumpahan minyak tersebut semakin berkurang saat menjauhi sumber tumpahan.

Exceedance frequency pada pusat lapisan minyak memiliki nilai yang lebih tinggi

yaitu di atas 4.5 %, sedangkan pada perairan yang baru saja dilintasi oleh lapisan

minyak, laju perubahan konsentrasi fraksi tumpahan minyak tersebut memiliki

nilai yang rendah, yaitu antara nol hingga 0.4 %.

4.5.1.3. Jam ke-24

Sebaran serta proses pelapukan lapisan avtur yang tumpah di perairan

Cilacap setelah jam ke-24 pada bulan Februari 2007 disajikan pada Gambar 47.

Pada gambar tersebut terlihat bahwa kedua lapisan minyak yang terdapat di

perairan Cilacap telah terakumulasi menjadi satu lapisan. Lapisan minyak

pertama yang berasal dari tabrakan kapal tanker bergerak menuju pantai pulau

Nusakambangan dan menyatu dengan lapisan minyak kedua. Lapisan minyak

kedua yang bersumber dari kebocoran pengisian muatan sebelumnya telah lebih

dahulu menyebar hingga ke pantai Pulau Nusakambangan. Panjang pantai

Nusakambangan yang telah dilewati oleh lapisan avtur tersebut mencapai dua km.

Di daerah pesisir Pulau Nusakambangan yang membentuk cekungan,

lapisan minyak terkonsetrasi dan memiliki ketebalan evaporasi antara 0.0005 mm

hingga mencapai 0.0065 mm. Sementara itu, proses disolusi pada lapisan minyak

tersebut yaitu antara 2 x 10-7 mm hingga lebih dari 4.6 x 10-7 mm.

Proses dispersi vertikal pada lapisan minyak di sepanjang pantai Pulau

Nusakambangan memiliki ketebalan antara 7.5 x 10-8 mm hingga 3.9 x 10-7 mm.

Sementara proses emulsifikasi lapisan minyak tersebut bervariasi antara 12.50-

68.75 mm.

Page 116: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

s

f

G

4

C

D

m

p

m

s

Laju

seluruh area

fraksi tetap t

Gambar 47.

4.5.1.4. Jam

Seba

Cilacap sete

Dalam wakt

menyebar di

pelapukan se

minyak telah

sekitar batas

perubahan k

a yang telah d

tinggi pada l

Sebaran serCilacap pad

m ke-96

aran serta pro

lah jam ke-9

tu empat hari

i dalam dom

erta terbawa

h menyebar

s timur doma

konsentrasi f

dilewati oleh

lapisan miny

ta Proses Peda Bulan Feb

oses pelapuk

96 pada bula

i sejak terjad

main perairan

a arus menuju

terutama di

ain. Jarak lin

fraksi minya

h lapisan min

yak yang me

elapukan Lapbruari 2007

kan lapisan a

an Februari 2

dinya tumpa

n Cilacap me

u ke luar dom

sekitar mulu

ntasan miny

ak cenderung

nyak. Laju p

emiliki keteb

pisan Avtur J

avtur yang tu

2007 disajika

ahan, lapisan

elainkan telah

main peraira

ut kanal hing

yak yang mem

g semakin ke

perubahan k

balan tinggi.

Jam ke-24 d

umpah di per

an dalam Ga

n minyak tida

h hilang akib

an Cilacap.

gga mencapa

mbujur dari

98

ecil pada

konsentrasi

di Perairan

rairan

ambar 48.

ak lagi

bat proses

Lapisan

ai daerah di

barat ke

Page 117: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

t

m

G

m

p

b

k

a

l

m

timur telah m

mencapai em

Gambar 48.

Dala

mengalami p

perubahan k

besar berada

konsentrasi

antara 1.6 - 2

lebih tinggi

membuat lap

mencapai em

mpat kilomet

Sebaran serCilacap pad

am Gambar 4

proses evapo

konsentrasi fr

a pada kisara

fraksi yang a

2.0%. Lapis

dari sekitarn

pisan minyak

mpat kilomet

ter.

ta Proses Peda Bulan Feb

48 tersebut ti

orasi, disolus

fraksi lapisan

an nol hingg

agak tinggi d

san minyak t

nya dikarena

k di area ters

ter, sedangka

elapukan Lapbruari 2007

idak lagi terl

si, dipersi ve

n minyak di p

a 0.4%. Ma

di sekitar pan

tersebut mem

akan masih te

sebut lebih t

an jarak dari

pisan Avtur J

lihat adanya

ertikal, maup

permukaan l

asih terdapat

ntai Pulau N

miliki nilai e

erdapat akum

tebal dari sek

i utara ke sel

Jam ke-96 d

a lapisan min

pun emulsifi

laut setelah j

nilai laju pe

Nusakambang

exceedance f

mulasi miny

kitarnya.

99

latan juga

di Perairan

nyak yang

ikasi. Laju

jam ke-96

erubahan

gan, yaitu

frequency

ak yang

Page 118: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

100

Dari penjelasan diatas, dapat diketahui pola proses pelapukan lapisan

minyak dari masing-masing parameter yaitu nilai evaporasi, disolusi, dispersi

vertikal dan emulsifikasi. Pada satu jam pertama setelah terjadinya tumpahan,

lapisan avtur terlihat belum menyebar luas dari lokasi sumber. Luas permukaan

lapisan minyak yang kecil menyebabkan proses pelapukan tidak dapat terlihat

jelas. Pada jam ke-12, telah terlihat nilai pelapukan pada masing-masing

parameter. Nilai tersebut semakin meningkat pada time step jam ke-24, kecuali

pada proses dispersi vertikal. Selain itu, nilai exceedance frequency lapisan

minyak pada time step tersebut juga mengalami penurunan. Setelah Jam ke-96,

lapisan avtur tersebut tidak lagi mengalami proses pelapukan disebabkan seluruh

lapisan minyak telah terbawa arus keluar dari domain model perairan Cilacap.

Nilai yang terlihat pada time step tersebut hanya exceedance frequency yang kini

memiliki nilai sangat kecil. Semakin mengecilnya laju perubahan konsentrasi

fraksi lapisan minyak disebabkan karena komponen kimia yang terkandung di

dalam lapisan minyak sebagian besar telah mengalami pelapukan.

4.5.2. Musim Timur 4.5.2.1.Jam ke-1

Gambar 49 merupakan sebaran serta proses pelapukan lapisan avtur yang

tumpah di perairan Cilacap setelah jam ke-1 pada bulan Agustus 2007. Terdapat

tiga sumber tumpahan minyak yang diasumsikan tumpah ke laut dimana jenis

minyak, lokasi dan jumlah tumpahannya sama seperti pada musim barat.

Lapisan minyak pertama berada di pantai selatan Cilacap dengan panjang

lapisan mencapai 600 meter. Lapisan minyak kedua berada di sekitar mulut kanal

utama dengan panjang lapisan mencapai 400 meter. Sedangkan lapisan minyak

Page 119: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

101

ketiga masih berada di tengah-tengah perairan Teluk Penyu dengan panjang

lapisan mencapai 400 meter.

Proses penguapan yang terjadi pada bagian tengah lapisan avtur yang

pertama mencapai 0.0062 mm, sedangkan ketebalan evaporasi pada lapisan kedua

berada di bawah 0.0006 mm dan pada lapisan ketiga mencapai 0.0019 mm.

Proses evaporasi pada lapisan pertama lebih besar dibandingkan dengan lapisan

lainnya.

Proses disolusi pada lapisan avtur pertama memiliki ketebalan antara 1.9 x

10-7 mm hingga 2.1 x 10-7 mm. Lapisan avtur kedua dan ketiga masing-masing

memiliki ketebalan di bawah 3 x 10-8 mm dan 7 x 10-8 mm dalam proses disolusi.

Hal ini berbanding lurus dengan tingkat evaporasi serta proses dispersi vertikal

yang terjadi pada masing-masing lapisan minyak.

Proses dispersi vertikal pada lapisan minyak yang pertama sebagian besar

memiliki ketebalan di atas 6.9 x 10-5 mm. Lapisan minyak kedua mengalami

proses dispersi vertikal sebanyak 5.7 x 10-6 – 6.3 x 10-6 mm, dan lapisan minyak

ketiga mencapai lebih dari 6.9 x 10-6 mm pada bagian tengah lapisan.

Tingkat emulsifikasi pada bagian tengah lapisan minyak pertama

mencapai 225 - 250 mm. Sementara itu, lapisan minyak kedua mengalami proses

emulsifikasi dengan ketebalan di bawah 25 mm. Lapisan minyak ketiga

mengalami proses emulsifikasi dengan ketebalan antara 75-100 mm. Lapisan

minyak pertama mengalami proses emulsifikasi yang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan proses emulsifikasi yang terjadi pada lapisan minyak kedua

dan ketiga.

Page 120: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

j

s

l

t

G

4

C

L

t

t

Laju

jam pertama

seluruh lapis

lapisan miny

tersebut teru

Gambar 49.

4.5.2.2.Jam

Seba

Cilacap sete

Lapisan avtu

tergabung de

tersebut men

perubahan k

a menunjukk

san yang tum

yak mengala

us mengalam

Sebaran serCilacap pad

ke-12

aran serta pro

lah jam ke-1

ur kedua yan

engan lapisa

nyebar menu

konsentrasi f

kan tingkat y

mpah. Hal in

ami proses pe

mi perubahan

ta Proses Peda Bulan Agu

oses pelapuk

12 pada bula

ng berasal da

an avtur yang

uju ke dalam

fraksi lapisa

yang tinggi, y

ni disebabka

elapukan seh

n.

elapukan Lapustus 2007

kan lapisan a

an Agustus 2

ari kebocoran

g pertama. G

m kanal utam

an minyak jen

yaitu lebih b

an pada awal

hingga kons

pisan Avtur J

avtur yang tu

2007 disajika

n pengisian

Gabungan da

ma. Panjang l

nis avtur pad

besar dari 18%

l mula tumpa

entrasi lapis

Jam ke-1 di

umpah di per

an dalam Ga

muatan tank

ari kedua lap

lintasan gabu

102

da satu

% di

ahan,

an minyak

Perairan

rairan

ambar 50.

ker telah

pisan

ungan

Page 121: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

l

k

m

p

t

s

G

y

a

lapisan miny

kanal utama

menempuh p

Prose

pantai timur

tersebut men

sedangkan la

Gambar 50.

Prose

yang berasal

avtur lainnya

yak tersebut

a. Lapisan m

perjalanan se

es penguapa

r Cilacap. La

ngalami evap

apisan miny

Sebaran serCilacap pad

es disolusi m

l dari kapal t

a hampir tid

mencapai em

minyak ketiga

epanjang du

an terjadi teru

apisan miny

porasi denga

ak lainnya m

ta Proses Peda Bulan Ag

memiliki kete

tanker karam

dak terlihat a

mpat km dan

a telah menc

a km dari tim

utama pada

yak yang mem

an ketebalan

mengalami ev

elapukan Lapgustus 2007

ebalan tertin

m yaitu di ata

danya prose

n menyebar

capai pantai

mur ke barat

lapisan miny

miliki panjan

n antara 0.006

vaporasi di b

pisan Avtur J

nggi terutama

as 2.3 x 10-7

s disolusi di

di tepi utara

Cilacap den

t.

yak yang ber

ng hampir 60

62 - 0.0068

bawah 0.001

Jam ke-12 d

a pada lapisa

mm. Pada l

ikarenakan lu

103

a alian

ngan

rada di

00 meter

mm,

12 mm.

di Perairan

an minyak

lapisan

uas

Page 122: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

104

permukaannya telah mengecil atau memiliki ketebalan disolusi di bawah 5 x 10-8

mm.

Lapisan minyak di timur pantai Cilacap masih mengalami dispersi vertikal

dengan ketebalan di bawah 1 x 10-6 mm. Proses emulsifikasi tertinggi terjadi pada

lapisan minyak di sisi timur pantai Cilacap dengan ketebalan lebih dari 275 mm.

Lapisan minyak lainnya mengalami emulsifikasi dengan ketebalan di bawah 50

mm. Laju perubahan konsentrasi fraksi tertinggi terjadi pada lapisan minyak di

pantai timur dan selatan Cilacap hingga mencapai 15%.

4.5.2.3.Jam ke-24

Sebaran serta proses pelapukan lapisan avtur yang tumpah di perairan

Cilacap setelah jam ke-24 pada bulan Agustus 2007 disajikan dalam Gambar 51.

Lapisan minyak yang menyebar memasuki Sungai Kaliyasa melalui dermaga

nelayan.

Proses penguapan pada lapisan minyak tidak lagi terlihat, terkecuali pada

lapisan minyak yang berada di dalam aliran Sungai Kaliyasa yang berada pada

kisaran 0.0062 - 0.0068 mm. Hal yang sama juga tejadi pada proses disolusi

dimana ketebalannya mencapai lebih dari 2.3 x 10-7 mm.

Proses dispersi vertikal tidak lagi terlihat nilainya, namun proses

emulsifikasi masih berlangsung dengan ketebalan antara 250 - 275 mm pada

lapisan minyak di aliran Sungai Kaliyasa. Diperkirakan proses dispersi vertikal

tersebut masih berlangsung namun memiliki ketebalan di bawah nilai kisaran

terendah skala.

Laju perubahan konsentrasi fraksi lapisan minyak di sekitar aliran kanal

berada di bawah 1%, sedangkan lapisan minyak yang berada di Teluk Penyu

Page 123: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

m

S

l

p

G

l

m

b

J

d

m

masih meng

Selanjutnya

lapisan avtur

pelapukan.

Gambar 51.

Dari

lapisan avtur

model diban

besar pada m

Jam ke-1, la

dibandingka

meskipun ju

alami laju p

sebaran lapi

r tersebut tel

Sebaran serCilacap pad

penjelasan d

r lebih cepat

ndingkan den

musim timur

apisan minya

an dengan tin

umlah tumpa

erubahan ko

isan avtur in

lah hilang da

ta Proses Peda Bulan Ag

di atas dapat

t hilang atau

ngan musim

r mempercep

ak pertama m

ngkat pelapu

ahan lapisan

onsentrasi fra

ni tidak meng

ari kolom pe

elapukan Lapgustus 2007

t disimpulka

u meninggalk

barat. Kece

pat proses pe

memiliki ting

ukan pada lap

minyak pert

aksi minyak

galami perub

erairan Cilac

pisan Avtur J

an bahwa pad

kan permuka

epatan angin

elapukan lap

gkat pelapuk

pisan minya

tama memili

sebesar 5%

bahan lagi di

cap karena m

Jam ke-24 d

da musim tim

aan laut pada

n yang bertiu

isan minyak

kan paling tin

ak kedua dan

iki nilai yang

105

.

ikarenakan

mengalami

di Perairan

mur

a domain

up lebih

k. Pada

nggi jika

n ketiga

g sama

Page 124: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

106

dengan jumlah tumpahan lapisan ketiga. Tingginya nilai pelapukan pada lapisan

minyak pertama dikarenakan lapisan minyak tersebut mendapat pengaruh dari

posisinya yang dekat dengan daratan. Perairan yang dekat dengan daratan

umumnya lebih dangkal dan lebih cepat menerima bahang. Selain itu perairan

yang berada dekat dengan daratan juga lebih banyak mengalami turbulensi akibat

gesekan dasar. Turbulensi tersebut dapat meningkatkan luas permukaan lapisan

minyak sehingga mempercepat proses pelapukan. Tingginya tingkat pelapukan

yang terjadi serta kondisi kecepatan arus pada kanal yang cukup besar

menyebabkan volume lapisan minyak tersebut cepat berkurang.

Kondisi yang sama juga terjadi pada lapisan minyak kedua dan terlihat

pada time step Jam ke-12. Lapisan minyak ketiga pada time step tersebut justru

memiliki nilai pelapukan yang paling tinggi. Pada time step tersebut, lapisan

minyak ketiga baru saja sampai ke tepi pantai Cilacap. Selanjutnya pada jam ke-

24, hanya lapisan minyak ketiga saja yang masih berada dalam domain model dan

mengalami proses pelapukan. Proses pelapukan yang terjadi pada lapisan minyak

memiliki nilai yang sama dengan jam ke-12 sebelumnya, kecuali pada nilai

exceedance frequency yang semakin menurun. Setelah jam ke-24 tersebut,

lapisan avtur tidak lagi terlihat berada di dalam kolom perairan.

4.6. Pembahasan Proses Pelapukan Tumpahan Minyak di Laut

Masing-masing jenis minyak yang dimodelkan tumpah di perairan Cilacap

memiliki tingkat pelapukan yang bervariasi sesuai dengan karakteristik masing-

masing minyak. Pada proses pelapukan kali ini, akan dibahas kondisi ketebalan

lapisan masing-masing jenis minyak setelah tumpah di perairan selama 12 jam.

Page 125: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

107

Perbandingan proses evaporasi dan disolusi masing-masing jenis minyak

pada musim barat dan musim timur ditampilkan pada Tabel 9. Proses evaporasi

lapisan avtur dan minyak mentah cenderung lebih tinggi pada musim timur.

Minyak mentah memiliki ketebalan evaporasi tertinggi yaitu 1.8333 mm pada

musim barat dan 3.6 mm musim timur, sementara avtur memiliki ketebalan

evaporasi sebesar 0.0056 mm pada musim barat dan 0.0068 mm pada musim

timur. Jika dilihat dari pola penyebarannya, kedua lapisan minyak tersebut

cenderung menyebar di dekat daratan pada musim timur. Lebih tingginya tingkat

turbulensi lapisan minyak pada perairan di sekitar daratan menyebabkan

peningkatan luas permukaan lapisan minyak yang akan meningkatkan ketebalan

evaporasi pada awal terjadinya tumpahan. Selain itu posisi awal sumber

tumpahan kedua jenis minyak yang cenderung berada di perairan terbuka

mendapatkan pengaruh angin lebih besar pada musim timur sehingga

meningkatkan proses evaporasi.

Aspal memiliki ketebalan evaporasi sebesar 0.0183 mm pada musim barat

dan 9.2 x 10-4 mm pada musim timur, sementara diesel dengan sumber masukan

konstan memiliki ketebalan evaporasi mencapai 0.0053 mm pada musim barat dan

0.0041 pada musim timur. Suhu permukaan laut yang lebih tinggi pada musim

barat lebih banyak mempengaruhi proses evaporasi lapisan minyak tipis seperti

diesel sehingga cenderung lebih tinggi dibandingkan pada musim timur.

Sementara pada musim timur, aspal lebih cepat keluar dari dalam domain

sehingga proses evaporasi pada musim tersebut terlihat lebih rendah dibandingkan

dengan musim barat.

Page 126: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

108

Proses disolusi tertinggi terjadi pada lapisan minyak mentah dengan

ketebalan lapisan mencapai 3.4 x 10-6 mm pada musim barat dan 4.6 x 10-6 mm

pada musim timur. Berat molekul minyak mentah yang lebih besar dibandingkan

jenis minyak lainnya memudahkan larutnya partikel minyak mentah ke dalam

kolom perairan. Sementara lapisan minyak avtur dan diesel memiliki densitas

yang lebih ringan sehingga cenderung menyebar rata di permukaan laut. Kondisi

tersebut memungkinkan proses evaporasi berjalan lebih cepat dibandingkan

dengan proses disolusi dimana keduanya sama-sama dialami oleh fraksi minyak

aromatik. Lapisan avtur memiliki ketebalan disolusi sebesar 4.2 x 10-7 mm pada

musim barat dan 2.3 x 10-7 pada musim timur, sementara lapisan aspal memiliki

ketebalan disolusi 9.1 x 10-7 pada musim barat dan 2.3 x 10-8 pada musim timur.

Lapisan diesel memiliki ketebalan disolusi sebesar 5 x 10-8 pada musim barat dan

1.3 x 10-8 pada musim timur. Seluruh jenis minyak mengalami proses disolusi

tertinggi pada musim barat, kecuali pada minyak mentah. Turbulensi yang lebih

tinggi pada kolom perairan menyebabkan lapisan minyak mentah mengalami

peningkatan luas permukaan lapisan minyak yang dapat meningkatkan ketebalan

disolusi pada musim timur. Namun pada lapisan avtur, peningkatan luas

permukaan lapisan pada musim timur justru mempercepat terjadinya proses

evaporasi dibandingkan dengan disolusi. Lapisan aspal pada musim barat lebih

lama berada dalam domain sehingga nilai disolusi terlihat lebih tinggi.

Page 127: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

Tabel 9. Perb12

Die

sel

Avt

ur

Cru

de

Asp

al

bandingan Prosepada Musim Ba

Evaporas

es Evaporasi daarat dan Timur T

Musim Basi

an Disolusi SelurTahun 2007 arat

Disolus

109

ruh Jenis Minya

si

ak yang Dimode

Evapo

elkan Tumpah d

Musim rasi

di Perairan Cilac

Timur Diso

cap pada Jam Ke

olusi

e-

109

Page 128: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

110

Perbandingan proses emulsifikasi dan dispersi vertikal seluruh jenis

minyak pada musim barat dan musim timur disajikan dalam Tabel 10. Proses

emulsifikasi lapisan avtur dan minyak mentah memiliki nilai yang lebih tinggi

pada musim timur. Minyak mentah memiliki ketebalan emulsifikasi tertinggi

yaitu 75 mm pada musim barat dan 275 mm musim timur, sementara avtur

memiliki ketebalan evaporasi sebesar 62.5 mm pada musim barat dan 275 mm

pada musim timur. Kedua lapisan minyak tersebut cenderung menyebar menuju

permukaan laut yang berada di dekat daratan pada musim timur. Lebih tingginya

tingkat turbulensi lapisan minyak pada perairan di dekat daratan menyebabkan

peningkatan intrusi air laut ke dalam lapisan minyak (water-uptake) sehingga

meningkatkan proses emulsifikasi dan meningkatkan ketebalan lapisan minyak

seluruhnya. Pengaruh angin yang lebih besar pada musim timur terutama pada

perairan terbuka juga meningkatkan turbulensi permukaan laut sehingga

meningkatkan proses emulsifikasi.

Aspal memiliki ketebalan emulsifikasi sebesar 275 mm pada musim barat

dan 25 mm pada musim timur, sementara diesel dengan sumber masukan konstan

memiliki ketebalan evaporasi mencapai 0.037 mm baik pada musim barat maupun

pada musim timur. Pada musim timur, aspal lebih cepat keluar dari dalam domain

karena terdorong oleh arus dan angin permukaan sehingga proses emulsifikasi

pada musim tersebut terlihat lebih rendah dibandingkan dengan musim barat.

Proses emulsifikasi pada aspal banyak terjadi pada lapisan yang terdampar di

sekitar tepi aliran Kali Donan. Sedangkan proses emulsifikasi pada diesel terjadi

pada seluruh lapisan yang mengalami akumulasi. Nilai emulsifikasi yang rendah

Page 129: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

111

pada lapisan diesel disebabkan karena diesel memiliki jumlah kandungan

surfactant (aspal dan wax) dalam jumlah sedikit.

Proses dispersi vertikal tertinggi terjadi pada lapisan minyak mentah

dengan ketebalan lapisan mencapai 1.8 x 10-6 mm pada musim barat dan 1 x 10-6

mm pada musim timur. Minyak mentah memiliki berat molekul yang lebih besar

dibandingkan jenis minyak lainnya sehingga memudahkan masuknya partikel

minyak mentah ke dalam kolom perairan. Selain itu, densitas partikel minyak

mentah yang terdispersi memiliki nilai yang dapat mendekati densitas air laut di

sekitarnya sehingga dapat mempertahankan kedudukan partikel untuk tetap berada

dalam kolom perairan. Sementara itu, lapisan avtur dan diesel memiliki densitas

yang lebih ringan sehingga cenderung kembali lagi ke lapisan minyak yang berada

di permukaan laut. Hal yang sama terjadi pada lapisan avtur dimana memiliki

ketebalan dispersi vertikal sebesar 1.6 x 10-6 mm pada musim barat dan 1 x 10-6

pada musim timur. Sementara itu, lapisan aspal memiliki ketebalan dispersi

vertikal sebesar 9.2 x 10-7 pada musim barat. Pada musim timur, lapisan aspal

telah terdispersi pada awal tumpahan sebelum akhirnya terbawa keluar dari

domain perairan akibat pengaruh dari pergerakan arus dan angin permukaan.

Lapisan diesel memiliki ketebalan dispersi vertikal sebesar 4.6 x 10-9 pada musim

barat dan 4.5 x 10-9 pada musim timur. Proses dispersi vertikal pada lapisan

diesel memiliki nilai yang sangat kecil dikarenakan masukan minyak tersebut ke

dalam permukaan laut juga bernilai sangat kecil. Seluruh jenis minyak

mengalami proses dispersi vertikal tertinggi pada musim barat dikarenakan pada

musim timur lapisan minyak lebih banyak mengalami emulsifikasi sehingga

menyebabkan viskositas lapisan minyak meningkat.

Page 130: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

Tabel 10. Perpad

Die

sel

Avt

ur

Cru

de

Asp

al

rbandingan Prosda Jam Ke-12 pa

Emulsifika

ses Emulsifikasiada Musim Bar

Musim Baasi

i dan Dispersi Vat dan Timur Taarat

Dispersi Ve

112

Vertikal Seluruh ahun 2007

ertikal

Jenis Minyak y

Emulsif

yang Dimodelka

Musim fikasi

an Tumpah di Pe

Timur Dispersi

erairan Cilacap

Vertikal

112

Page 131: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

113

Laju perubahan konsentrasi fraksi minyak (exceedance frequency) dan

time exposure seluruh jenis minyak pada musim barat dan musim timur

ditampilkan pada Tabel 11. Baik pada musim barat maupun pada musim timur,

lapisan diesel tidak terlihat memiliki nilai exceedance frequency. Hal tersebut

dikarenakan laju perubahan fraksi minyak yang tumpah setelah 12 jam tersebut

masih sangat kecil. Lapisan diesel diasumsikan memasuki perairan dengan

volume yang sangat kecil namun konstan sehingga menyebabkan ketebalan

lapisan minyak setelah tumpah selama 12 jam belum terlalu signifikan

dibandingkan dengan total diesel yang diskenariokan tumpah di perairan Cilacap.

Avtur memiliki nilai exceedance frequency sebesar 4.1% pada musim barat dan

15% pada musim timur, sedangkan minyak mentah memiliki nilai exceedance

frequency sebesar 4.5% pada musim barat dan 13% pada musim timur. Nilai

exceedance frequency pada musim timur lebih tinggi jika dibandingkan dengan

musim barat dikarenakan minyak yang tumpah pada musim tersebut banyak

terakumulasi di dalam domain perairan. Akumulasi minyak tersebut tidak terlalu

besar jumlahnya dibandingkan dengan total minyak avtur maupun minyak mentah

yang dimodelkan tumpah di perairan Cilacap. Nilai exceedance frequency pada

aspal bernilai sebesar 9% pada musim barat dan 2.5-9% pada musim timur. Nilai

exceedance frequency pada musim timur lebih besar jika dibandingkan dengan

musim barat dikarenakan pada musim timur, sebagian besar lapisan aspal telah

terbawa ke luar domain akibat pergerakan arus dan angin yang cukup besar.

Konsentrasi fraksi minyak yang tertinggal dalam domain bernilai kecil jika

dibandingkan dengan total volume aspal yang diasumsikan tumpah di perairan

Cilacap dikarenakan aspal juga terlah mengalami proses pelapukan. Keseluruhan

Page 132: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

114

nilai exceedance frequency umumnya tinggi di sekitar sumber tumpahan dan di

bagian pusat lapisan. Hal tersebut disebabkan karena lapisan minyak memiliki

ketebalan yang lebih besar di sekitar sumber tumpahan maupun pada bagian

tengah lapisan. Lapisan minyak yang terakumulasi juga memiliki nilai

exceedance frequency yang lebih tinggi dari lapisan minyak di sekitarnya.

Time exposition merupakan lamanya suatu grid terkena atau terpapar oleh

minyak. Setelah 12 jam, tumpahan diesel terlihat telah bergerak ke luar kanal

utama pada musim barat, sedangkan pada musim timur lapisan tersebut bergerak

pula ke dalam kanal. Pada musim barat, lapisan avtur terlihat bergerak menuju ke

timur domain yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, sedangkan

pada musim timur lapisan tersebut bergerak ke dalam domain. Hal yang sama

terjadi pada tumpahan minyak mentah. Pada musim barat pesisir Pulau

Nusakambangan menjadi daerah yang paling rawan terkena risiko pencemaran

minyak, sedangkan pada musim timur lapisan minyak menyebar di sekitar pantai

timur Cilacap, disepanjang aliran kanal utama dan aliran Kali Donan. Lapisan

aspal pada musim barat terlihat menyebar disekitar tepi timur aliran Kali Donan,

sedangkan pada musim timur lapisan tersebut menyebar di tepi sungai bagian

barat. Keseluruhan nilai time exposition yang dimodelkan pada tumpahan diesel

mencapai 240 jam pada musim barat dan musim timur. Lapisan avtur dan minyak

mentah memiliki total time exposition hingga 96 jam pada musim barat dan 24

jam pada musim timur, sementara lapisan aspal memiliki nilai time exposition

hingga 120 jam pada musim barat dan 48 jam pada musim timur. Nilai time

exposition lebih pendek pada musim timur jika dibandingkan dengan musim barat

dikarenakan pada musim tersebut lapisan minyak lebih cepat hilang dari domain

Page 133: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

115

perairan akibat terbawa oleh arus dan terdorong oleh angin permukaan yang

cukup besar. Nilai time exposition paling besar terjadi pada lapisan diesel

dikarenakan diesel diasumsikan memasuki perairan secara konstan sehingga tetap

berada dalam domain. Lapisan avtur, minyak mentah dan aspal sebagian besar

akan terbawa keluar dari domain perairan namun tetap menyisakan sejumlah

minyak yang terdampar di daratan dalam domain model.

Page 134: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

Tabel 11. Perpad

E

Die

sel

Avt

ur

Cru

de

Asp

al

rbandingan Exceda Jam Ke-12 pa

Exceedance Fre

eedance Frequeada Musim Bar

Musim Baequency

ency dan Time Eat dan Timur Taarat

Time Expo

116

Exposure Seluruahun 2007

osure

uh Jenis Minyak

Exceedance F

yang Dimodelk

Musim Frequency

kan Tumpah di P

Timur Time Ex

Perairan Cilacap

xposure

p

116

Page 135: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

117

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Model hidrodinamika dan tumpahan minyak yang dimodelkan dalam studi

ini dapat diterima dengan baik karena data masukan pemodelan dan data hasil

pengukuran insitu memiliki kemiripan tinggi.

Perairan di sekitar pesisir Pulau Nusakambangan menjadi daerah yang

paling rawan terkena dampak pencemaran pada musim barat karena pergerakan

arus dan arah angin pada musim tersebut mengarah ke bagian tenggara dan timur

domain. Pada musim timur, daerah pantai timur Cilacap serta di sepanjang aliran

kanal utama dan Kali Donan memiliki risiko tertinggi terhadap pencemaran

minyak karena arah arus dan angin dominan mengarah ke bagian barat dan barat

laut domain.

Proses evaporasi pada lapisan minyak yang lebih tebal (minyak mentah

dan avtur) semakin meningkat seiring dengan peningkatan luas permukaan akibat

dari turbulensi, sedangkan proses evaporasi pada lapisan minyak yang lebih tipis

(diesel) lebih banyak mendapat pengaruh dari suhu lingkungan sekitar.

Proses disolusi pada musim barat lebih tinggi dibandingkan dengan musim

timur diduga karena pada musim timur fraksi minyak dengan berat molekul

rendah (aromatic) cenderung lebih dahulu terevaporasi daripada terdisolusi.

Proses emulsifikasi seluruh jenis minyak memiliki nilai tertinggi pada

musim timur dibandingkan dengan musim barat diduga karena pada musim timur

lapisan minyak tersebut lebih banyak mengalami turbulensi. Proses dispersi

vertikal pada musim barat justru lebih tinggi dibandingkan pada musim timur

Page 136: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

118

diduga karena pada musim timur lapisan minyak telah mengalami peningkatan

viskositas yang cukup besar akibat proses emulsifikasi.

Laju perubahan konsentrasi fraksi minyak bernilai tinggi di sekitar sumber

tumpahan dan di bagian pusat lapisan karena lapisan minyak memiliki ketebalan

yang lebih besar pada bagian lapisan tersebut. Kecilnya nilai laju perubahan

fraksi minyak pada semua jenis minyak menandakan lapisan minyak telah

menyebar, kecuali pada lapisan minyak yang terdampar di sekitar domain.

Resident time pada musim timur lebih pendek jika dibandingkan dengan

musim barat karena pada musim tersebut lapisan minyak lebih cepat hilang dari

domain perairan akibat terbawa oleh arus dan terdorong oleh angin permukaan

yang cukup besar.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu perlu dilakukan

penelitian serupa dengan memasukkan faktor gelombang ke dalam model

hidrodinamika. Faktor gelombang sangat berperan terhadap proses pelapukan

minyak seperti emulsifikasi dan dispersi vertikal. Selain itu dalam penelitian

selanjutnya dapat dilakukan verifikasi hasil model baik dari segi hidrodinamika

maupun dari segi oil spill. Pemodelan dengan menggunakan input jenis minyak

yang lain sangat disarankan untuk mendapatkan hasil perbandingan yang lebih

beragam, sedangkan untuk mendapatkan hasil perbandingan tingkat pelapukan

pada masing-masing jenis minyak secara nyata dapat dilakukan dengan

menyamakan jumlah tumpahan minyak, waktu tumpahan, serta lokasi sumber

tumpahan minyak.

Page 137: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

119

DAFTAR PUSTAKA

Alonso, M dan E.J. Finn. 1992. Dasar-dasar fisika universitas. Penerbit Erlangga.

Jakarta. Clark, R. B. 1986. Marine Pollution. Clarendon Press-Oxford. UK. CRC. 2000. Chapter 4: Behaviour of Oil in The Environment. CRC Press LCC. DHI. 2006. Mike 21 HD Scientific Documentation. DHI Water & Environment.

Denmark. DHI. 2006. Mike 21 & Mike 3 PA/SA: Particle Analysis and Oil Spill Analysis

Module. DHI Water & Environment. Denmark. DHI. 2007. Mike 21 Flow Model FM: Hydrodynamic Module. DHI Water &

Environment. Denmark. Firdaus. 1997. Pemodelan dan simulasi komputer pola arus dan trayektori

tumpahan minyak di Perairan Cilacap dengan metode beda hingga eksplisit. Fakultas Perikanan dan lmu Kelautan. Skripsi: Tidak dipublikasikan. Institut Pertanian Bogor.

Gross, M.G. 1972. Oceanography a View The Earth. Prentice Hall International

Inc. London, UK. Harimurthy, S. 2002. Tipologi komunitas makrozoobentos sebagai bioindikator

pencemaran perairan di muara Sungai Donan, Cilacap, Jawa Tengah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Skripsi: Tidak dipublikasikan. Institut Pertanian Bogor.

IFREMER. 2007. Sumber Data Angin.

ftp://ftp.ifremer.fr/pub/ifremer/cersat/products/gridded/mwf-blended/data/ [1 Oktober 2008]

Ilham. 2002. Identifikasi permasalahan dan langkah penanganan mitigasinya.

Jurusan Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana. Universitas Gajah Mada.

ITOPF. 2007. About Marine Spills – Weathering Process.

http://www.itopf.com/marine%2Dspills/fate/weathering%2Dprocess/ [27 Maret 2008]

JANHIDROS. 2007. Peta batimetri Jawatan Hidro-Oseanografi TNI-AL Nomor

108. JANHIDROS, Jakarta. Mukhtasor. 2007. Pencemaran pesisir dan laut. PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Page 138: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

120

Pariwono, J. I. 1989. Kondisi pasang surut di Indonesia. in Pasang Surut.

Penyunting: O. S. R. Ongkosongko dan Suyarso. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan.

Pertamina, 2006. Warta Pertamina: Avtur sei pakning potensial lebih efisien.

http://www.pertamina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1312&Itemid=507 [27 Juli 2009]

Wikipedia. 2007. Kabupaten Cilacap.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Cilacap [27 Maret 2008]

Page 139: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

121

LAMPIRAN

Page 140: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

122

Lampiran 1. Contoh Laporan Hasil Pemodelan Hidrodinamika Pada Musim Barat dengan Menggunakan DHI Software Mike 21Hydrodynamic Modul

20080925 184906 ======================================================================Target: MIKE21_NESTED_MODEL Section: NESTED_MODEL_GLOBALS -------------------------------------- Section: MODULE_SELECTION ---------------------------------------- Simulation_Type : 0 Include_DB_computations : False Section: HYDRODYNAMIC_MODULE --------------------------------------- Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Print_Misc_Output : 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 (default) Section: BATHYMETRY_SELECTION ------------------------------------ No_of_Areas : 1 Hot_Start : 0 Section: BATHYMETRY_SELECTION ------------------------------------ Section: AREA_1 ------------------------------------------------ Section: DATA_FILE ------------------------------------------- File_Name : G:\Rizka Cilacap\SC01\Bathy\Bathy.dfs2 Item_Numbers : 1 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- dzdt_File_Name : (default) Section: BATHYMETRY_SELECTION ------------------------------------ Projection : PROJCS["WGS_1984_UTM_Zone_49S",GEOGCS["GCS_WGS_1984",DATUM["D_WGS_1984",SPHEROID["WGS_1984",6378137,298.257223563]],PRIMEM["Greenwich",0],UNIT["Degree",0.017453292519943295]],PROJECTION["Transverse_Mercator"],PARAMETER["False_Easting",500000],PARAMETER["False_Northing",10000000],PARAMETER["Central_Meridian",111],PARAMETER["Scale_Factor",0.9996],PARAMETER["Latitude_Of_Origin",0],UNIT["Meter",1]] CoriolisForce : True Land_Slides : False Section: SIMULATION_PERIOD --------------------------------------- Number_of_Timesteps : 466560 Time_Step_Interval : 5 Warm_Up_Period : 7200 Start_Time : 2007 2 1 0 0 0 Section: SURFACE_ELEVATION --------------------------------------- Section: AREA_1 ------------------------------------------------ Type : 1 Constant_Value : 0.12 Section: FLOOD_AND_DRY ------------------------------------------- Enable_Flood_and_Dry_Checking : 1 Drying_Depth : 0.2

Page 141: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

123

Flooding_Depth : 0.3 Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Flood_Dry_Time_Step_Interval : 1 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- fldhw : 0.6 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- epsf : 0.000199 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- epsh : 0.000099 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- RainOnDryLand : False (default) Section: RESISTANCE ---------------------------------------------- Formulation : 0 Section: AREA_1 ------------------------------------------------ Data_Format : 2 Section: DATA_FILE ------------------------------------------- File_Name : G:\Rizka Cilacap\SC01\Ress\Manning.dfs2 Item_Numbers : 1 Include_Pier : False --------------------------- Data File Summary --------------------------- Data origin: Grid editor Title : G:\@-Cil_Oil\Pros\bathy_ascii.dfs2 Delete : -1.000E-30 Axis Sets Interval Axis origin Unit 1 885 10 0 meter 2 935 10 0 meter Item name Item type Minimum Maximum Missing Unit Ressistance Manning's M 8 32 0 m^(1/3)/s ---------------------------------------------------------------------- Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Reference_Point_in_Area_1 : -99 0 (default) Section: EDDY_VISCOSITY ------------------------------------------ Data_Format : 3 Formulation : 1 Section: EDDY_VISCOSITY ------------------------------------------ Section: AREA_1 ------------------------------------------------ Smagorinsky_Format : 0.5 Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Smag_File_Name_Area_1 : (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- MinimumEddy_AREA_1 : 0 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- MaximumEddy_AREA_1 : 200 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- MinEddyDepth : 50 (default) Section: WAVE_RADIATION ------------------------------------------ Section: AREA_1 ------------------------------------------------ Included : False

Page 142: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

124

Section: OPEN_BOUNDARY ------------------------------------------- Number_Of_Boundaries : 4 Section: OPEN_BOUNDARY ------------------------------------------- Section: BOUNDARY_1 -------------------------------------------- First_Point : 0 357 Last_Point : 0 495 Section: OPEN_BOUNDARY ------------------------------------------- Section: BOUNDARY_1 -------------------------------------------- Formulation : 1 Data_Format : 4 FAB_Type : 12 Tilt_Type : 1 Tilting_Point : 473 Section: USER_DIRECTIONS ------------------------------------- Enable_User_Directions : False Section: DATA_FILE ------------------------------------------- File_Name : G:\Rizka Cilacap\SC01\Pasut\Barat-Kiri.dfs1 --------------------------- Data File Summary --------------------------- Data origin: //apv Title : G:\@-Cil_Oil\SC02\Pasut\Barat-Kiri.dfs1 Delete : -1.000E-30 Axis Sets Interval Axis origin Unit time 8065 300 2007-02-01 00:00:00 1 139 10 0 meter Item name Item type Minimum Maximum Missing Unit Predicted Water Level -0.775733 0.853062 0 meter ---------------------------------------------------------------------- Section: OPEN_BOUNDARY ------------------------------------------- Section: BOUNDARY_2 -------------------------------------------- First_Point : 117 934 Last_Point : 169 934 Section: OPEN_BOUNDARY ------------------------------------------- Section: BOUNDARY_2 -------------------------------------------- Formulation : 1 Data_Format : 4 FAB_Type : 12 Tilt_Type : 1 Tilting_Point : 143 Section: USER_DIRECTIONS ------------------------------------- Enable_User_Directions : False Section: DATA_FILE ------------------------------------------- File_Name : G:\Rizka Cilacap\SC01\Pasut\Barat-Atas.dfs1 --------------------------- Data File Summary --------------------------- Data origin: //apv Title : G:\@-Cil_Oil\SC02\Pasut\Barat-Atas.dfs1 Delete : -1.000E-30 Axis Sets Interval Axis origin Unit time 8065 300 2007-02-01 00:00:00

Page 143: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

125

1 53 10 0 meter Item name Item type Minimum Maximum Missing Unit Predicted Water Level -0.749254 0.833902 0 meter ---------------------------------------------------------------------- Section: OPEN_BOUNDARY ------------------------------------------- Section: BOUNDARY_3 -------------------------------------------- First_Point : 884 0 Last_Point : 884 871 Section: OPEN_BOUNDARY ------------------------------------------- Section: BOUNDARY_3 -------------------------------------------- Formulation : 1 Data_Format : 4 FAB_Type : 12 Tilt_Type : 1 Tilting_Point : 191 Section: USER_DIRECTIONS ------------------------------------- Enable_User_Directions : False Section: DATA_FILE ------------------------------------------- File_Name : G:\Rizka Cilacap\SC01\Pasut\Barat-Kanan.dfs1 --------------------------- Data File Summary --------------------------- Data origin: //apv Title : G:\@-Cil_Oil\SC02\Pasut\Barat-Kanan.dfs1 Delete : -1.000E-30 Axis Sets Interval Axis origin Unit time 8065 300 2007-02-01 00:00:00 1 872 10 0 meter Item name Item type Minimum Maximum Missing Unit Predicted Water Level -0.793907 0.869539 0 meter ---------------------------------------------------------------------- Section: OPEN_BOUNDARY ------------------------------------------- Section: BOUNDARY_4 -------------------------------------------- First_Point : 729 0 Last_Point : 884 0 Section: OPEN_BOUNDARY ------------------------------------------ Section: BOUNDARY_4 -------------------------------------------- Formulation : 1 Data_Format : 4 FAB_Type : 12 Tilt_Type : 1 Tilting_Point : 858 Section: USER_DIRECTIONS ------------------------------------- Enable_User_Directions : False Section: DATA_FILE ------------------------------------------- File_Name : G:\Rizka Cilacap\SC01\Pasut\Barat-Bawah.dfs1 --------------------------- Data File Summary --------------------------- Data origin: //apv Title : G:\@-Cil_Oil\SC02\Pasut\Barat-Bawah.dfs1 Delete : -1.000E-30

Page 144: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

126

Axis Sets Interval Axis origin Unit time 8065 300 2007-02-01 00:00:00 1 156 10 0 meter Item name Item type Minimum Maximum Missing Unit Predicted Water Level -0.793929 0.869562 0 meter ---------------------------------------------------------------------- Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Bingham_Fluid : False (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Fixedresimap : False (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- gID_lower : 0.05 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- gID_upper : 0.059999 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Chezymin : 5 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Chezymax : 30 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Include_Structures : False (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Read_decoupled_files : False (default) Section: WIND_CONDITIONS ----------------------------------------- Data_Format : 3 Neutral_Pressure : 1013 Section: DATA_FILE --------------------------------------------- File_Name : G:\Rizka Cilacap\SC01\Angin\Angin-01-02-07-Barat-FN.dfs2 IncludeAirPressureCorrections : False (default) --------------------------- Data File Summary --------------------------- Data origin: Grid editor Title : File Title Delete : -1.000E-30 Axis Sets Interval Axis origin Unit time 112 21600 2007-02-01 00:00:00 1 885 10 0 meter 2 935 10 0 meter Item name Item type Minimum Maximum Missing Unit SL. Pressure Air Pressure 1009.90002 1012.59997 0 hectoPascal U-Wind Wind speed -2.6106 5.9242 0 m/s V-Wind Wind speed -3.4601 2.771 0 m/s ---------------------------------------------------------------------- Section: WIND_CONDITIONS ----------------------------------------- Type_of_Wind_Friction : 1 Linear_Friction_1 : 0.0016 Linear_Friction_2 : 0.0026 Linear_Speed_1 : 0 Linear_Speed_2 : 16 Section: SOURCE_AND_SINK -----------------------------------------

Page 145: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

127

Number_Of_Sources : 0 Section: SOURCE_AND_SINK ----------------------------------------- PrecipitationType : -1 Precipitation : 0 NetPrecipitation : False RainOnDryLand : False EvaporationType : -1 Evaporation : 0 Section: MASS_BUDGET --------------------------------------------- NoOfPolygons : 0 Section: OUTPUT_SPECIFICATION ------------------------------------ Number_of_Output_Areas : 1 Generate_Hotstart : False Section: OUTPUT_SPECIFICATION ------------------------------------ Section: OUTPUT_AREA_1 ----------------------------------------- File_Name : G:\Rizka Cilacap\SC01\HD\HD-Barat-PL.dfs2 Type : 2 X_Range_And_Interval : 0 884 1 Y_Range_And_Interval : 0 934 1 Area_No : 1 First_Time_Step : 1440 Last_Time_Step : 466560 Time_Step_Interval : 180 Output_Item : 3 ITEM_NUMBERS : 4 5 6 Title : HD-Barat Section: OUTPUT_SPECIFICATION ------------------------------------ Section: INUNDATION_STATISTICS --------------------------------- IncludeInundationStatistics : False InundationFileName : InundationFileStoreStep : 0 Section: KALMAN_FILTER_MODULE -------------------------------------- Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- bdel21 : True (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Include_DB_computations : False (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Include_Upwinding : True (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Fr1 : 0.25 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Fr2 : 1 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- alpha0 : 0 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Include_Forward_Centering_Mass_Eq : False (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Include_Dissipative_Interface : False (default)

Page 146: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

128

Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Dissipation_coefficient : 0.5 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- No_Border_FLD : False (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- IncludeInundationStatistics : False (default) ======================== COMPUTATION STARTED ========================= Section: HYDRODYNAMIC_MODULE --------------------------------------- Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Atm_Pressure_Correction : 0 (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Logical_Bamc : True (default) Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Logical_Bamc : True (default) ========================= COMPUTATION ENDED ========================== ========================= Output Statistics ========================== --------------------------- Data File Summary --------------------------- Data origin: Title : HD-Barat Delete : -1.000E-30 Axis Sets Interval Axis origin Unit time 2585 900 2007-02-01 02:00:00 1 885 10 0 meter 2 935 10 0 meter Item name Item type Minimum Maximum Missing Unit Surface elevation Surface Elevation -0.800179 0.868936******** meter U velocity u-velocity component -0.956005 0.692321******** m/s V velocity v-velocity component -0.798391 1.547274******** m/s ---------------------------------------------------------------------- ====================================================================== =========================== Run Statistics =========================== Total number of computational points : 176553115648. CPU time : 269280 [s] Points/sec : 655648.8 ====================================================================== Normal run completion

Page 147: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

129

Lampiran 2. Contoh Laporan Hasil Pemodelan Tumpahan Minyak Menggunakan DHI Software Mike 21 Spill Analysis Modul

20090129 013603 ===================================================================== Target: MIKE321_PA_SA Section: BASIC_PARAMETERS ------------------------------------------ Section: OPTION_PARAMETERS --------------------------------------- Print_Misc_Output : 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 (default) Specify_Neutral_Dispersion : 0 (default) Include_Vert_Disp_From_Wind : False (default) Include_mud_consolidation : 1 (default) Include_Misc_Timeserie : False (default) Section: STARTING_CONDITIONS ------------------------------------- Module_Selection : 1 Number_of_Computational_Areas : 1 Section: SIMULATION_PERIOD --------------------------------------- Number_Of_Time_Steps : 103680 Time_Interval : 10 Start_Time : 2007 2 1 2 0 0 Section: HYDRODYNAMIC_DATA --------------------------------------- Data_Selection : 0 Section: CURRENT_CONDITIONS ------------------------------------ HD_Selection : 2 Section: CURRENT_CONDITIONS ------------------------------------ Section: AREA_1 ---------------------------------------------- Section: DATA_FILE ----------------------------------------- File_Name : G:\Rizka Cilacap\SC01\HD\HD-Barat-Oil.dfs2 Working on: G:\Rizka Cilacap\SC01\HD\HD-Barat-Oil.dfs2 --------------------------- Data File Summary --------------------------- Data origin: C:\Program Files\DHI\MIKE Title : HD-Barat Delete : -1.000E-30 Axis Sets Interval Axis origin Unit time 2585 900 2007-02-01 02:00:00 1 885 10 0 meter 2 935 10 0 meter Item name Item type Minimum Maximum Missing Unit H Water Depth m Water Level 0.925467 25.663668******** meter P Flux m^3/s/m Flow Flux -21.332455 14.248095******** m^3/s/m Q Flux m^3/s/m Flow Flux -12.573159 37.359356******** m^3/s/m ---------------------------------------------------------------------- Projection : PROJCS["WGS_1984_UTM_Zone_49S",GEOGCS["GCS_WGS_1984",DATUM["D_WGS_1984",SPHEROID["WGS_1984",6378137,298.257223563]],PRIMEM["Greenwich",0],UNIT["Degree",0.017453292519943295]],PROJECTION["Transverse_Mercator"],PARAMETER["False_Easting",500000],PARAMETER["False_Northing",10000000],PARAMETER["Central_Meridian",111],PARAMETER["Scale_Factor",0.9996],PARAMETER["Latitude_Of_Origin",0],UNIT["Meter",1]]

Page 148: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

130

Section: SOURCES ------------------------------------------------- Number_of_Sources : 5 Number_of_Particles_per_Timestep : 10 Include_Max_Age : 0 Section: SOURCE_NO_1 ------------------------------------------- Area_No : 1 Section: SOURCE_COORDINATES ---------------------------------- Data_Type : 0 Source_Coordinates : 323 247 Section: SOURCE_DEPTH ---------------------------------------- Data_Type : 0 Source_Depth_Below_Datum : 0 Section: SOURCE_FLUX ----------------------------------------- Data_Type : 0 Mass_Flux : 0.0003 Section: SOURCE_NO_2 ------------------------------------------- Area_No : 1 Section: SOURCE_COORDINATES ---------------------------------- Data_Type : 0 Source_Coordinates : 93 450 Section: SOURCE_DEPTH ---------------------------------------- Data_Type : 0 Source_Depth_Below_Datum : 0 Section: SOURCE_FLUX ----------------------------------------- Data_Type : 1 Section: DATA_FILE ----------------------------------------- File_Name : G:\Rizka Cilacap\SC01\flux\flux7b.dfs0 Item_Numbers : 1 Working on: G:\Rizka Cilacap\SC01\flux\flux7b.dfs0 --------------------------- Data File Summary --------------------------- Data origin: MIKE Zero Title : Flux Barat Delete : -1.000E-30 Axis Sets Interval Axis origin Unit time232561 10 2007-02-01 02:00:00 Item name Item type Minimum Maximum Missing Unit Flux Volume Flux 0 1.5 0 m^3/s ---------------------------------------------------------------------- Section: SOURCE_NO_3 ------------------------------------------- Area_No : 1 Section: SOURCE_COORDINATES ---------------------------------- Data_Type : 0 Source_Coordinates : 131 499 Section: SOURCE_DEPTH ---------------------------------------- Data_Type : 0 Source_Depth_Below_Datum : 0 Section: SOURCE_FLUX ----------------------------------------- Data_Type : 0 Mass_Flux : 0.000027 Section: SOURCE_NO_4 ------------------------------------------- Area_No : 1 Section: SOURCE_COORDINATES ----------------------------------

Page 149: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

131

Data_Type : 0 Source_Coordinates : 447 518 Section: SOURCE_DEPTH ---------------------------------------- Data_Type : 0 Source_Depth_Below_Datum : 0 Section: SOURCE_FLUX ----------------------------------------- Data_Type : 0 Mass_Flux : 0.000007 Section: SOURCE_NO_5 ------------------------------------------- Area_No : 1 Section: SOURCE_COORDINATES ---------------------------------- Data_Type : 0 Source_Coordinates : 731 660 Section: SOURCE_DEPTH ---------------------------------------- Data_Type : 0 Source_Depth_Below_Datum : 0 Section: SOURCE_FLUX ----------------------------------------- Data_Type : 1 Section: DATA_FILE ----------------------------------------- File_Name : G:\Rizka Cilacap\SC01\flux\flux12b.dfs0 Item_Numbers : 1 Working on: G:\Rizka Cilacap\SC01\flux\flux12b.dfs0 --------------------------- Data File Summary --------------------------- Data origin: MIKE Zero Title : Flux Barat Delete : -1.000E-30 Axis Sets Interval Axis origin Unit time232561 10 2007-02-01 02:00:00 Item name Item type Minimum Maximum Missing Unit Flux Volume Flux 0 0.079999 0 m^3/s ---------------------------------------------------------------------- Section: DISPERSION ---------------------------------------------- Type_of_Dispersion : 1 Section: LONGITUDINAL_DISPERSION ------------------------------- Section: AREA_1 ---------------------------------------------- Longitudinal_Proportionality_Factor : 1 Max_Longitudinal_Dispersion_Coefficient : 1 Min_Longitudinal_Dispersion_Coefficient : 0 Section: TRANSVERSAL_DISPERSION -------------------------------- Section: AREA_1 ---------------------------------------------- Transversal_Proportionality_Factor : 1 Max_Transversal_Dispersion_Coefficient : 1 Min_Transversal_Dispersion_Coefficient : 0 Section: VERTICAL_DISPERSION ----------------------------------- Section: AREA_1 ---------------------------------------------- Vertical_Proportionality_Factor : 0.009999 Max_Vertical_Dispersion_Coefficient : 0.009999 Min_Vertical_Dispersion_Coefficient : 0 Section: WIND_CONDITIONS ----------------------------------------- Type_of_Wind : 3 Section: WIND_CONDITIONS ----------------------------------------- Section: DATA_FILE ---------------------------------------------

Page 150: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

132

File_Name : G:\Rizka Cilacap\SC01\Angin\Angin-01-02-07-Barat-FN.dfs2 Working on: G:\Rizka Cilacap\SC01\Angin\Angin-01-02-07-Barat-FN.dfs2 --------------------------- Data File Summary --------------------------- Data origin: Grid editor Title : File Title Delete : -1.000E-30 Axis Sets Interval Axis origin Unit time 112 21600 2007-02-01 00:00:00 1 885 10 0 meter 2 935 10 0 meter Item name Item type Minimum Maximum Missing Unit SL. Pressure Air Pressure 1009.90002 1012.59997 0 hectoPascal U-Wind Wind speed -2.6106 5.9242 0 m/s V-Wind Wind speed -3.4601 2.771 0 m/s ---------------------------------------------------------------------- Section: WIND_CONDITIONS ----------------------------------------- Type_of_Wind_Friction : 1 Lower_Limit_Speed : 0 Lower_Limit_Friction : 0.015 Upper_Limit_Speed : 24 Upper_Limit_Friction : 0.02 Depth_of_Wind_Influence : 1 Deflection_Angle : 15 Depth_of_Longshore_Current_Zone : 5 Section: VELOCITY_AND_EDDY_PROFILE ------------------------------- Include_Logarithmic_Velocity_Profile : 0 Include_Parabolic_Eddy_Profile : 1 Section: EXCEEDING_CONCENTRATION --------------------------------- Include_Exceeding_Concentration : 1 Exceeding_Concentration_Limit : 100 Section: TIME_EXPOSITION ----------------------------------------- Include_Time_Exposition : 1 Section: WATER_PROPERTIES ---------------------------------------- Section: WATER_TEMPERATURE ------------------------------------- Data_Type : 0 Section: AREA_1 ---------------------------------------------- Constant_Water_Temperature : 29 Section: WATER_SALINITY ---------------------------------------- Data_Type : 0 Section: AREA_1 ---------------------------------------------- Constant_Water_Salinity : 33.5 Section: OIL_SPILL_PARAMETERS -------------------------------------- Section: AIR_PROPERTIES ------------------------------------------ Section: TEMPERATURE ------------------------------------------- Data_Type : 0 Constant_Air_Temperature : 27.565 Section: CLOUDINESS -------------------------------------------- Data_Type : 0 Constant_Cloudiness : 0.58 Section: HEAT_BALANCE -------------------------------------------- Include_Evaporation : 1 Include_Heat_Balance : 1

Page 151: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

133

Albedo_Value : 0.14 Emissivity_of_Oil : 0.82 Emissivity_of_Water : 0.95 Emissivity_of_Air : 0.82 Evaporation_Constant : 0.029 Section: EMULSIFICATION ------------------------------------------ Include_Emulsification : 1 Maximum_Water_Content : 0.85 Asphaltenes_Content : 1 Wax_Content : 2 K1_Due_to_Water_Uptake : 5.E-07 K2_Due_to_Water_Release : 0.000012 Section: DISSOLUTION --------------------------------------------- Include_Dissolution : 1 Mass_Transfer_Coefficient : 0.000002 Include_Entrainment : 1 Oil_Water_Tension : 29.9 Section: OIL_PROPERTIES ------------------------------------------ Section: SOURCE_NO_1 ------------------------------------------- C6_C12_Paraffin : 14.7 C13_C25 : 0 C6_C12_Cycloparaffin : 34.2 C13_C23 : 0 C6_C11_Aromatic : 9.1 C12_C18_Aromatic : 0 C9_C25_Naphtheon : 42.4 Residual : 0 Reference_Temperature : 20 Oil_Viscosity_at_Reference_Temperature : 6.94 Temp_Type : 0 Constant_Oil_Temperature : 25 Section: OIL_PROPERTIES ------------------------------------------ Section: SOURCE_NO_2 ------------------------------------------- C6_C12_Paraffin : 14.7 C13_C25 : 0 C6_C12_Cycloparaffin : 34.2 C13_C23 : 0 C6_C11_Aromatic : 9.1 C12_C18_Aromatic : 0 C9_C25_Naphtheon : 42.4 Residual : 0 Reference_Temperature : 20 Oil_Viscosity_at_Reference_Temperature : 6.94 Temp_Type : 0 Constant_Oil_Temperature : 25 Section: OIL_PROPERTIES ------------------------------------------ Section: SOURCE_NO_3 ------------------------------------------- C6_C12_Paraffin : 14.7 C13_C25 : 0 C6_C12_Cycloparaffin : 34.2 C13_C23 : 0 C6_C11_Aromatic : 9.1 C12_C18_Aromatic : 0

Page 152: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

134

C9_C25_Naphtheon : 42.4 Residual : 0 Reference_Temperature : 20 Oil_Viscosity_at_Reference_Temperature : 6.94 Temp_Type : 0 Constant_Oil_Temperature : 25 Section: OIL_PROPERTIES ------------------------------------------ Section: SOURCE_NO_4 ------------------------------------------- C6_C12_Paraffin : 14.7 C13_C25 : 0 C6_C12_Cycloparaffin : 34.2 C13_C23 : 0 C6_C11_Aromatic : 9.1 C12_C18_Aromatic : 0 C9_C25_Naphtheon : 42.4 Residual : 0 Reference_Temperature : 20 Oil_Viscosity_at_Reference_Temperature : 6.94 Temp_Type : 0 Constant_Oil_Temperature : 25 Section: OIL_PROPERTIES ------------------------------------------ Section: SOURCE_NO_5 ------------------------------------------- C6_C12_Paraffin : 14.7 C13_C25 : 0 C6_C12_Cycloparaffin : 34.2 C13_C23 : 0 C6_C11_Aromatic : 9.1 C12_C18_Aromatic : 0 C9_C25_Naphtheon : 42.4 Residual : 0 Reference_Temperature : 20 Oil_Viscosity_at_Reference_Temperature : 6.94 Temp_Type : 0 Constant_Oil_Temperature : 25 Section: OUTPUT_SPECIFICATION ------------------------------------ Number_Of_Output_Areas : 1 Section: OUTPUT_AREA_1 ----------------------------------------- File_Name : G:\Rizka Cilacap\SC01\oil\diesel barat_I.dfs2 Title : Diesel Barat I Reference_Area : 1 XRange : 0 884 1 YRange : 40 800 1 TRange : 720 103680 60 Section: OUTPUT_INCLUDE -------------------------------------- Output_As : 0 Total_Concentration : True Oil_Fraction_No_1 : False Oil_Fraction_No_2 : False Oil_Fraction_No_3 : False Oil_Fraction_No_4 : False Oil_Fraction_No_5 : False Oil_Fraction_No_6 : False Oil_Fraction_No_7 : False

Page 153: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

135

Oil_Fraction_No_8 : False Emulsification_Rate : True Oil_Evaporation : True Dissolution : True Vertical_Dispersed_Oil : True Exceeding_Concentration : True Time_Exposition : True U_Current_Velocity : True V_Current_Velocity : True Section: BASIC_PARAMETERS ------------------------------------------ Section: DISCHARGE_LINES ----------------------------------------- Number_Of_Discharge_lines : 0 Working on: G:\Rizka Cilacap\SC01\HD\HD-Barat-Oil.dfs2 --------------------------- Data File Summary --------------------------- Data origin: C:\Program Files\DHI\MIKE Title : HD-Barat Delete : -1.000E-30 Axis Sets Interval Axis origin Unit time 2585 900 2007-02-01 02:00:00 1 885 10 0 meter 2 935 10 0 meter Item name Item type Minimum Maximum Missing Unit H Water Depth m Water Level 0.925467 25.663668******** meter P Flux m^3/s/m Flow Flux -21.332455 14.248095******** m^3/s/m Q Flux m^3/s/m Flow Flux -12.573159 37.359356******** m^3/s/m ---------------------------------------------------------------------- Timestep: 0 ( 50 ) Timestep: 1 ( 100 ) Timestep: 2 ( 150 ) Timestep: 3 ( 200 ) Timestep: 4 ( 250 ) Timestep: 5 ( 300 ) dst. hingga Timestep: 86082 ( 1783056 )

Page 154: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

136

Lampiran 3. Contoh Sumber Data Mentah Minyak Jenis Crude Oil

Page 155: MODEL SEBARAN TU MPAHAN MINYAK DI AL UR …bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/Pencemaran Laut/model... · Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini yaitu kondisi hidrodinamika

137

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 16 April 1986 dari

pasangan Bapak (Alm.) Hamidi dan Ibu Nani Hendani.

Lulus dari SMA Negeri 1 Depok pada tahun 2004, penulis

langsung melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor pada

Program Studi Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan melalui jalur USMI.

Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam organisasi

kemahasiswaan yaitu HIMITEKA sebagai Staf Divisi Kewirausahaan periode

2005-2006. Selain itu, penulis juga aktif menjadi Panitia Musyawarah Nasional

HIMITEKINDO pada tahun 2006.

Untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Perikanan di

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menyusun skripsi dengan judul

“Model Sebaran Tumpahan Minyak di Alur Pelayaran Pelabuhan Tanjung

Intan Cilacap, Jawa Tengah”.