Top Banner
MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan Psikologi Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: HASNA AMANIA WAQIATI S 300150004 PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018
23

MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

Apr 07, 2019

Download

Documents

trankhue
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

1

MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II

pada Jurusan Psikologi Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Oleh:

HASNA AMANIA WAQIATI

S 300150004

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

i

ASUS1
Typewritten text
i
Page 3: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

ii

Page 4: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

iii

ASUS1
Typewritten text
Page 5: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

1

MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji model keterkaitan antara internal locus of

control dan dukungan sosial dengan perilaku altruis yang dimediasi oleh kesejahteraan

subjektif. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jumlah subjek

sebanyak 240 orang pada guru PAUD non formal pada 5 kecamatan di Kabupaten

Sukoharjo yaitu kecamatan Kartasura, Grogol, Baki, Weru, dan Bulu. Metode

pengumpulan data menggunakan skala internal locus of control, skala dukungan sosial,

skala kesejahteraan subjektif, dan skala perilaku altruis. Teknik pengambilan sampel

menggunakan proporsional random. Data diolah menggunakan analisis persamaan

model struktural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara

internal locus of control dan dukungan sosial dengan perilaku altruis dimediasi oleh

kesejahteraan subjektif. Perilaku altruis mampu muncul ketika seorang guru PAUD

merasakan kesejahteraan subjektif. Kemudian, kesejahteraan subjektif dipengaruhi

oleh internal locus of control dan dukungan sosial. Sehingga, kesejahteraan yang

subjektif menjadi hal yang penting bagi guru PAUD agar mampu berperilaku altruis.

Kata kunci: internal locus of control, dukungan sosial, perilaku altruis, guru PAUD

Abstract

The purpose of this study is to examine the model of relationship internal locus of

control and social support with altruistic behavior mediated by subjective wellbeing.

This research use quantitative method with the number of subject as many as 240

people in non-formal early chidlhood education teachers on 5 sub districts at Sukoharjo

district namely Kartasura sub district, Grogol sub distric, Baki sub distirct, Weru sub

district and Bulu sub district. Data collection methods use internal locus of control

scale, social support scale, subjective well-being scale, and altruist behavior scale. The

sampling using proportional random sampling. Data were analyzed using structural

equation model. The results show that there is a relationship between internal locus of

control and social support with altruist behavior mediated by subjective wellbeing.

Altruist behavior can turn up when early childhood education teacher be able to feel

subjective well being. Then, subjective well being may influenced by internal locus of

control and social support.Thus, the feeling of subjective well-being becomes important

for early chidhood education teachers to be able to behave altruistically.

Keywords: internal locus of control, social support, altruistic behavior, early childhood

teacher

Page 6: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

2

1. PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini dapat diartikan sebagai segenap upaya pendidik

(orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya) dalam memfasilitasi perkembangan belajar

anak sejak lahir sampai usia 6 tahun melalui penyediaan berbagai pengalaman dan

rangsangan yang bersifat mengembangkan, terpadu, dan menyeluruh sehingga anak

dapat tumbuh sesuai dengan nilai dan norma tumbuh kembang secara sehat dan optimal

sesuai dengan nilai dan norma yang dianut (Solehudin & Hatimah, 2007).

Penyelanggaraan PAUD terdapat dua jalur yakni jalur pendidikan formal dan

nonformal. Jalur pendidikan Formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK)/Raudhatul

Aftal (RA) dan bentuk lain yang sederajat, menggunakan program untuk anak usia 4 -

≤6 tahun. Sedangkan penyelenggaraan PAUD Jalur pendidikan non formal berbentuk

Taman Penitipan Anak (TPA), KB (Kelompok Bermain) dan bentuk lain yang sederajat,

menggunakan program untuk anak usia 0 - <2 tahun, 2 - <4 tahun, 4 - ≤6 tahun dan

program untuk anak usia 0 - ≤6 tahun (paud jateng, 2015). Organisasi profesi yang

menaungi guru PAUD formal adalah IGTK (Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak)

sedangkan organisasi guru PAUD nonformal Himpaudi (Himpunan Guru Pendidikan

Anak Usia Dini).

Posisi PAUD yang cukup vital dalam membantu tumbuh kembang anak di awal

kehidupan Sudah sepatutnya PAUD mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah.

Sayangnya, di Indonesia pendidikan usia dini masih memiliki sejumlah permasalahan.

Menurut ketua umum Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini

Indonesia atau Himpaudi, Netti Herawati, tingkat pendidikan guru PAUD hanya 23,06

persen berpendidikan strata-1 (S1). Padahal, menurut Standar Nasional Pendidikan

seharusnya guru PAUD baik formal maupun non formal minimal S1 PAUD, psikologi,

atau kependidikan (gurudani.site, 2016).

Kondisi yang memprihatinkan dialami oleh guru PAUD nonformal, saat ini

tidak sampai enam persen guru PAUD nonformal yang mendapatkan insentif APBN.

Sebagian besar guru pendidikan anak usia dini (PAUD) nonformal mendapat gaji Rp

300.000 hingga Rp 500.000 per bulannya. Angka tersebut jauh dari upah minimum

Page 7: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

3

provinsi (UMP) sejumlah daerah yang menyentuh angka Rp 2 juta (Murdaningsih,

2015).

Perilaku yang dilakukan oleh para guru PAUD dalam mengajar para siswa

dengan rasa senang tanpa melihat imbalan yang diberikan disebut dengan peilaku

altruis.Bar-Tal (1986) berpendapat altruis adalah perilaku menolong sebagai tindakan

yang bermanfaat bagi orang lain dan tidak mengharapkan imbalan eksternal dan bukan

karena berdasarkan imbalan yang dijanjikan

Perilaku altruis dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, diketahui faktor internal yang muncul

dalam diri seorang guru PAUD adalah adanya emosi positif yaitu, perasaan bahagia dan

bersemangat ketika mengajar. Emosi positif ketika mengajar berkaitan dengan adanya

kesejahteraan Subjektif.

Menurut Diener (dalam Larsen & Michael, 2008), perilaku altruis mampu

dilakukan oleh orang ketika merasa bahagia. Seseorang yang memiliki kesejahteraan

subjektif yang tinggi maka dirinya dapat menerima apa yang dialami dengan suka cita

dan merasa lebih bahagia serta bersyukur. Rasa senang yang dialami seseorang

membuat ia menjadi lebih berjiwa sosial dan altruistik. Menurut Mashoedi (2009),

seseorang yang berada pada emosi positif cenderung akan memberikan pertolongan.

Kesejahteraan subjektif (SWB) merupakan evaluasi kognitif dan emosional seseorang

dalam mengevaluasi kehidupanbaik saat ini dan kehidupan pada waktu yang telah lama.

Evaluasi ini meliputi reaksi emosional seseorang terhadap suatu peristiwa dalam

hidupnya, suasana hati yang mereka rasakan, dan penilaian mereka yang membentuk

tentang kepuasan hidup mereka, kebermaknaan, dan kepuasan dengan lingkup hidup

mereka seperti perkawinan dan pekerjaan (Diener, Oishi, & Lucas, 2003). Zahoor

(2015) menyebutkan bahwa kepuasan kerja yang dialami oleh seorang guru

berhubungan dengan tingkat kesejahteraan subjektif. Menurut Schwartz, Keyl, Marcum,

dan Bode (2009), altruisme berkaitan dengan well being. Gebauer, Riketta, Broemer,

Maio (2008) menyebutkan bahwa motivasi prososial yang dilakukan dengan senang

akan berhubungan dengan kepuasan hidup dan perasaan positif seseorang.

Page 8: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

4

Rasa senang yang dialami para guru ketika mengajar timbul karena adanya

keinginan untuk mengajar. Kesejahteraan subjektif terbukti berhubungan dengan

internal locus of control . Orang-orang yang memiliki kontrol atas kehidupan, dapat

hidup dalam keadaan lebih bahagia (Diener, 2009). Penelitian yang dilakukan di

beberapa negara di benua Asia, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

kesejahteraan subjektif dengan locus of control. Stocks, April & Lynton (2012)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara eksternal locus of control

dengan kebahagiaan pada. Sedangkan penelitian dari Devin, Ghahramanlou,

Fooladian& Zohoorian (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara internal

locus of control dengan kebahagiaan. Seseorang yang memiliki internal locus of control

yang tinggi cenderung akan lebih suka menolong orang lain.

Menurut Baron & Byrne (2005), internal locus of control mampu

memunculkan perilaku altruistik. Kemudian Laksono (2013) menyebutkan bahwa

terdapat hubungan antara locus of control dengan perilaku menolong.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku altruis adalah adanya

by stander. Bystander adalah orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian yang

memiliki pengaruh terhadap perilaku seseorang untuk memutuskan menolong atau tidak

menolong ketika berada pada situasi mendesak. Semakin banyak jumlah bystander

maka semakin berkurang bantuan yang diberikan. By stander berkaitan erat dengan

jumlah dukungan sosial orang-orang yang ada disekelilingnya. Sarafino (2011)

berpendapat bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan,

maupun bantuan dalam bentuk lainnya yang diterimanya individu dari orang lain

ataupun dari kelompok.

Penelitian dari Stanculescu (2014) menyatakan persepsi dukungan sosial

berkaitan dengan kesejahteraan subjektif seorang guru. Fuentes & Mendieta (2012)

menyebutkan bahwa kebahagiaan seseorang dipengaruhi oleh kepuasan terhadap

dukungan sosial yang didapatkan. Diener dan Seligman (dalam Larsen & Michael,

2008) menyimpulkan bahwa hubungan sosial yang baik diperlukan untuk kebahagiaan.

Kemudian menurut penelitian dari Haurwitz& Marsh (2014), kesejahteraan subjektif

telah menjadi media penengah dalam meningkatkan kesejateraan seseorang yaitu

Page 9: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

5

pendapatan dan altruis. Guzman, Jung, dan Do (2012) menyatakan bahwa dukungan

sosial secara langsung berhubungan dengan perillaku altruistik.

Berdasarkan fakta dan penelitian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

Model Perilaku Altruis pada Guru Pendidikan Anak Usia Dini.

1.1 Rumusan masalah

Apakah terdapat keterkaitan antara internal locus of control dan dukungan sosial

dengan perilaku altruis yang dimediasi oleh kesejahteraan subjektif?

1.2 Tujuan penelitian

1) Menguji model keterkaitan antara internal locus of control dan dukungan social

dengan perilaku altruis yang dimediasi oleh kesejahteraan subjektif

2) Menguji model keterkaitan antara internal locus of control dengan perilaku

altruis dimediasi oleh kesejahteraan subjektif

3) Menguji model keterkaitan antara dukungan sosial dengan perilaku altruis

dimediasi oleh kesejahteraan subjektif

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Manfaat Teoretis

1) Memberikan sumbangan informasi sekaligus pengetahuan bagi ilmu

psikologi khususnya psikologi sosial dan psikologi pendidikan.

2) Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya, khususnya yang

berkaitan dengan tema penelitian.

3) Memberikan informasi bagi pemerintah terutama Kementrian Pendidikan

mengenai perilaku altruis para guru PAUD yang perlu mendapatkan

apreisasi dari pemerintah.

1.3.2 Manfaat Praktis

1) Temuan dalam penelitian ini mampu memberikan gambaran bagi

pemerintah dalam membuat suatu perencanaan program yang dapat

mendukung kinerja guru Pendidikan Anak Usia Dini.

2) Temuan dalam penelitian ini mampu memberikan gambaran pemetaan

mengenai perkembangan guru PAUD di daerah se - Sukoharjo.

1.4 Hipotesis

Page 10: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

6

1.4.1 Hipotesis Mayor

Model hipotetik didukung oleh data empirik

1.4.2 Hipotesis Minor

1) Hubungan antara internal locus of control dan dukungan sosial dengan

perilaku altruis dimediasi oleh kesejahteraan subjektif

2) Hubungan antara internal locus of control dengan perilaku altruis

dimediasi oleh kesejahteraan subjektif.

3) Hubungan antara dukungan sosial dengan perilaku altruis dimediasi

oleh kesejahteraan subjektif

2. METODE PENELITIAN

Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel eksogen dan variabel endogen, adapun

variabel tersebut adalah sebagai berikut :

2.1 Variabel endogen :

1) Perilaku Altruis

2) Kesejahteraan subjektif

2.2 Variabel eksogen:

1) Dukungan sosial

2) Internal locus of control

Populasi dalam penelitian ini adalah para guru Pendidikan Anak Usia Dini Non formal

se-kabupaten Sukoharjo. Sampel dalam penelitian ini adalah para guru Pendidikan Anak

Usia Dini Non formal yang sudah menikah se-kabupaten Sukoharjo yang berada di

kecamatan Kartasura, kecamatan Grogol, kecamatan Baki, kecamatan Weru, dan

kecamatan Bulu. Sampling dalam penelitian ini menggunakan proportional random

sampling. Cara pemilihan sampel yakni dengan cara pengundian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kali ini akan menggunakan pen-skala-an

model Skala Likert.

Pada penelitian kali ini, peneliti menguji validitas dengan uji validitas isi berdasarkan

professional judgment (pendapat profesional) dari dosen kemudian dianalisis dengan

Page 11: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

7

menggunakan indeks validitas aitem yang disarankan oleh Aiken. Penelitian ini juga

dilakukan uji validitas konstruk dengan confirmatory factor analysis.

Sedangkan uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung koefisien

construct reliability dan variance extracted.

Dalam menguji hipotesis penelitian ini, peneliti menggunakan analisis Structural

Equation Modelling (SEM) dengan alat bantu program Lisrel 8.7.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Juli 2017 - 8 Agustus 2017 di 5

kecamatan se-kabupaten Sukoharjo. Skala perilaku altruis disusun berdasarkan aspek-

aspek altruisme dari Bar-Tal. Peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas isi dengan

menggunakan rumus Aiken V sebelum pengambilan data. Jumlah aitem skala sebelum

dilakukan uji validitas isi adalah sebanyak 42 butir. Setelah dilakukan perhitungan CFA,

aspek yang memiliki nilai loading factor ≤0,50 dan memiliki t value ≤ 1,96 dihilangkan

dari skala sehingga jumlah aitem menjadi 39 butir. Menurut Rigdon dan Ferguson

(dalam Wijanto, 2008) suatu variabel dikatakan mempunyai validitas yang baik

terhadap konstruk bila nilai t muatan faktornya lebih besar dari 1,96. Kemudian

menurut Hair (dalam Wijanto, 2008) menyatakan bahwa validitas yang baik dapat

dicapai bila nilai standardized loading factor ≥0,50.

Skala kesejahteraan subjektif disusun berdasarkan aspek-aspek kesejahteraan

subjektif dari Diener. Jumlah aitem total sebelum dilakukan uji validitas sebanyak 45

buah. Setelah dilakukan uji validitas isi dengan menggunakan rumus Aiken V maka

jumlah aitem menjadi 43 butir. Berdasarkan perhitungan CFA dan dari hasil

perhitungan validitas konstrak maka jumlah aitem yang memiliki nilai loading factor ≥

0,50 dan t value ≥ 1,96 adalah sebanyak 35 butir.

Skala dukungan sosial disusun berdasarkan aspek-aspek dukungan sosial

Sarafino. Jumlah aitem total adalah 35 butir. Setelah dilakukan uji validitas isi maka

jumlah aitem menjadi 33 butir. Kemudian, skala juga dilakukan uji validitas konstruk

menggunakan CFA. Berdasarkan perhitungan CFA maka jumlah aitem yang memiliki

nilai loading factor ≥0,50 dan memiliki t value ≥1,96 adalah sebanyak 25 butir

Page 12: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

8

Skala internal locus of control disusun berdasarkan aspek-aspek internal locus

of control dari Rotter (1966). Jumlah aitem total adalah 46 butir. (locus of control

Scale). Setelah dilakukan uji validitas isi maka jumlah aitem menjadi 44 butir.

Selanjutnya, peneliti melakukan uji validitas konstruk dengan menggunakan analisis

CFA yang menghasilkan aitem sebanyak 35 butir.

Perhitungan reliabilitas alat ukur pada setiap variabel juga dapat diketahui

melalui analisis CFA. Berdasarkan hasil analisis CFA menggunakan program Lisrel 8.7

maka diketahui besar reliabilitas tiap variabel yang ditujukan melalui tabel di bawah ini:

Tabel 1

Hasil Perhitungan Reliabilitas

Variabel Kriteria Reliabilitas

Reliabilitas CR ≥ 0.6 VE ≥ 0.50

Internal Locus of Control 0.94 ≥ 0.6 0.81 ≥ 0.50 Baik

Dukungan Sosial 0,93 ≥ 0.6 0.82 ≥ 0.50 Baik

Kesejahteraan Subjektif 0.74 ≥ 0.6 0.6 ≥ 0.50 Baik

Perilaku Altruis 0.95 ≥ 0.6 0.81 ≥ 0.50 Baik

Keterangan :

CR = Composite Reliability

VR = Variance Extracted

Menurut Bagozzi dan Yi (dalam Ghozali & Fuad, 2005) tingkat cut-off untuk

dapat mengatakan bahwa composite reliability cukup bagus adalah 0,6 dan nilai average

variance extracted diharapkan lebih besar dari 0,5 (Ghozali & Fuad, 2005). Melalui

perhitungan ada tabel 1 maka dapat diketahui bahwa reliabilitas tiap alat ukur sudah

dalam kriteria yang baik.

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modelling

menggunakan alat bantu Lisrel 8,7. Penulis menggunakan enam indeks kesesuaian

untuk mengukur kecocokan model yang diajukan yaitu chi square, Root Mean Square

Error of Aproximation (RMSEA), Goodness of fit index (GFI), Root Mean Square

Page 13: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

9

Residual (RMR), Normed Fit of Index (NFI), Adjusted Goodness Fit of Index (AGFI).

Setelah dilakukan analisis, maka diperoleh hasil seperti pada gambar 2.

Melalui gambar 1 maka dapat diperoleh indeks kesesuaian model seperti pada

tabel 2.

Tabel 2

Kriteria Goodness of Fit

Kriteria Goodness of Fit Standar Kesesuaian Nilai Kesesuaian

Chi Square >0,05 0,019

Root Mean Square Error of Aproximation

(RMSEA)

≤0,08 0,043

Goodness of fit index (GFI) >0,90 0,95

Root Mean Square Residual (RMR) <0,05 0,045

Normed Fit of Index (NFI) >0,90 0,98

Adjusted Goodness Fit of Index (AGFI) >0,90 0,92

Pada tabel 2 diketahui bahwa dari keenam kriteria goodness of fit, model tidak

fit pada kriteria chi square. Standar kesesuaian chi square adalah > 0,05 sedangkan

model memiliki indeks kesesuaian sebesar 0,019. Kemudian pada kriteria goodness of

fit RMSEA, GFI, RMR, NFI, dan AGFI model sudah menunjukkan indeks kesesuaian

yang sesuai dengan standar.

Hubungan antar variabel observed dapat dijelaskan melalui besar skor

standardzed solution antar variabel. Melalui gambar 1 dapat diketahui bahwa hubungan

antara DS (Dukungan Sosial) dengan ALT (perilaku Altruis) adalah sebesar -0,16,

hubungan antara KS (Kesejahteraan Subjektif) dengan ALT (perilaku altruis) yaitu

sebesar 0,42. Kemudian hubungan antara ILC (internal Locus of Control) dengan ALT

(perilaku altruis) adalah sebesar -0,05, hubungan antara ILC dengan KS sebesar 0,36.

Hubungan DS dengan KS adalah 0,57, melalui besar angka standardized

solution antar variabel diketahui bahwa besar hubungan antara ILC dengan ALT lebih

kecil daripada ILC dengan KS (0,36) dan hubungan antara KS dengan ALT (0,42).

Kemudian hubungan antara DS dengan ALT (-0,16) lebih kecil daripada hubungan

Page 14: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

10

antara DS dengan KS (0,57) dan KS dengan ALT (0,42). Berdasarkan perbandingan

hubungan antar variabel menunjukan kesejahteraan subjektif memiliki peran yang

penting sebagai mediator hubungan antara internal locus of control dan dukungan sosial

dengan kesejahteraan subjektif. Tanpa adanya peran kesejanteraan subjektif maka

hubungan antara internal locus of control dan kesejahteraan subjektif dengan perilaku

altruis menjadi lemah. Seorang guru PAUD tidak mampu berperilaku altruis ketika

belum puas dan senang dengan profesinya meskipun mendapatkan dukungan dari

lingkungan sekitar serta adanya keinginan mengajar dari diri sendiri.

Setelah dilakukan analisis persamaan struktural maka diperoleh hasil seperti

pada gambar 1Pada gambar 1 diketahui bahwa internal locus of control dan dukungan

sosial memiliki hubungan dengan perilaku altruis sebesar -0,05 dan 0,16. Kemungkinan

seorang guru yang memiliki internal locus of control dan mendapatkan dukungan sosial

dari lingkungan sekitarnya untuk mampu menimbulkan perilaku altruis secara langsung

menjadi kecil.

Guru Pendidikan Anak Usia Dini merupakan profesi yang penting karena

memiliki anak didik yang berada pada masa awal tumbuh kembang. Pada kenyataannya,

profesi tersebut memiliki sejumlah permasalahan di antaranya penghasilan yang jauh di

bawah UMR. Meskipun demikian, masih ditemukan guru PAUD yang masih mengajar

dengan TMT (Tanggal Mulai Terhitung) bekerja di atas 10 tahun. Perilaku yang

dilakukan oleh para guru PAUD dalam mengajar para siswa dengan rasa senang tanpa

melihat imbalan yang diberikan disebut dengan peilaku altruis.

Page 15: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

11

Gambar 1.

Hasil Analisis Model Perilaku Altruis Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Page 16: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

12

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, perilaku altruis para guru

Anak Usia Dini mampu timbul karena adanya rasa senang ketika mengajar. Rasa

senang yang dialami seseorang membuat ia menjadi lebih berjiwa sosial dan

altruistik (Diener dalam Larsen & Michael, 2008). Rasa senang merupakan bagian

dari kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan subjektif adalah evaluasi kognitif dan

emosional meliputi reaksi emosional terhadap suatu peristiwa, suasana hati,

penilaian yang membentuk kepuasan hidup, kebermaknaan, kepuasan pada

lingkup perkawinan dan pekerjaan di kehidupan saat ini serta kehidupan yang

telah berlalu (Diener, Oishi, & Lucas, 2003).

Selain rasa senang, seseorang yang merasakan kesejahteraan subjektif juga

merasakan kepuasan hidup. Penelitian dari Sun dan Kong (2013) menyatakan

bahwa seseorang akan puas terhadap hidupnya apabila memiliki perasaan positif

seperti perasaan senang, bahagia, dan antusias. Seseorang yang puas terhadap

kehidupannya dapat menerima apa yang dialami dengan suka cita, merasa lebih

bahagia,dan bersyukur (Chen, dkk, 2015). Rasa syukur berhubungan dengan

kecenderungan perilaku prososial (Pitaloka & Ediati, 2015). Perilaku prososial

bisa mulai dari tindakan altruisme tanpa pamrih sampai tindakan yang dimotivasi

oleh pamrih atau kepentingan pribadi (Batson, 2011).

Bagi guru PAUD perasaan positif tersebut harus senantiasa terpelihara dan

berusaha terhindar dari perasaan negatif seperti sedih, cemas, dan gelisah agar

mampu mengajar secara sukarela. Seseorang menjadi bahagia karena perilaku

altruis memberikan dampak terhadap sisi relgiusitas seseorang. Misalnya,

seseorang bisa mendapatkan pahala karena telah menolong orang lain sehingga

dirinya bahagia (Pessi, 2011).

Kepuasan terhadap hidup serta perasaan senang mampu membuat seorang

guru bersedia untuk tetap mengajar para siswanya meskipun memiliki gaji yang di

bawah UMR dan memiliki fasilitas pendidikan yang terbatas. Para guru dinilai

telah puas dan senang dengan kehidupan yang telah dimiliki sehingga guru PAUD

mengajar tanpa memperhatikan besar imbalan maupun gaji yang didapatkan.

Kesejahteraan subjektif berkaitan dengan locus of control seseorang

(Thiruchelvi & Supriya, 2012). Guru yang yakin mampu mengendalikan

Page 17: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

13

peristiwa yang terjadi dalam pekerjaannya membuat seorang guru PAUD menjadi

puas terhadap pekerjaannya. Seseorang yang memiliki internal locus of control

lebih memiliki kepuasan terhadap pekerjaannya dibandingkan dengan seseorang

yang memiliki external locus of control (Gulay & Boylu, 2014). Jika dalam

pekerjaan menemui berbagai permasalahan maka guru berusaha mencari

penyelesaiannya sendiri dan cenderung tidak menyalahkan kepada orang lain atau

penyebab eksternal lainnya. Selain itu, guru lebih berpikir secara logis, cenderung

senang belajar, mudah termotivasi, dan mampu menangani konflik dengan lebih

baik dibandingkan dengan individu yang cenderung memiliki external locus of

control (Hsu, 2011).

Selain itu Locus of control internal telah terbukti berhubungan dengan

perilaku menolong (altruis) (Laksono, 2013). Perilaku altruis akan muncul apabila

guru memercayai bahwa peristiwa yang terjadi dalam pekerjaan akibat dari

perilakunya sendiri. Guru juga menerima tanggung jawab terhadap konsekuensi

yang telah diperbuat. Sehingga, ketika guru mendapatkan beragam konsekuensi

dalam pekerjaannya seperti pendapatan yang jauh di bawah UMR dan tidak bisa

diangkat menjadi PNS maka guru akan menerima kondisi tersebut sebagai sebuah

resiko yang telah dipilih. Seorang guru harus yakin terhadap kemampuannya

dalam memecahkan masalahnya. Namun, perilaku altruis tidak mampu muncul

apabila memiliki ekspektasi terhadap tindakan yang diperbuat. Misalnya, guru

berharap mendapatkan kesejahteraan ataupun balas jasa di kemudian hari.

Keinginan yang demikian sebaiknya diminimalisir karena perilaku altruisme

adalah perilaku menolong yang bermanfaat bagi orang lain dan tidak

mengharapkan imbalan eksternal. Perilaku altruis lebih menunjukkan adanya

harapan mendapatkan imbalan internal seperti kepuasan diri atau harga diri (Bar-

Tal, 1986).

Kesejahteraan subjektif juga terbukti berkaitan dengan dukungan sosial.

Guru PAUD yang memperoleh dukungan dari pemerintah, suami serta rekan kerja

membuat guru menjadi puas dan bahagia terhadap pekerjaan yang didapat.

Dukungan tersebut dapat berupa bantuan yang diberikan dari pemerintah, nasihat

serta petunjuk dari suami, serta kepedulian dari rekan kerja. Seorang guru yang

Page 18: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

14

mendapatkan banyak dukungan dari lingkungan terdekat merasa lebih puas

terhadap kehidupannya. Selain itu guru juga lebih bahagia dibandingkan dengan

seseorang yang kurang mendapatkan dukungan dari lingkungan terdekat (Kong,

dkk, 2013).

Keluarga juga turut berperan terhadap perilaku altruis. Dukungan serta

kepercayaan keluarga berkaitan dengan perilaku maupun intensi untuk menolong

(Law & Shek, 2009). Bentuk dukungan yang lain yang berkaitan dengan

kebahagiaan seseorang adalah dukungan emosional. Seseorang akan semakin

bahagia apabila dirinya mampu memberikan dukungan yang sama kepada orang

lain yang telah mendukung (Shani, dkk, 2011)

Namun, dukungan berupa bantuan pekerjaan maupun uang belum mampu

meningkatkan kepuasan hidup seseorang serta memunculkan perilaku altruis.

Seseorang yang mendapatkan penghasilan yang banyak serta memiliki pekerjaan

yang

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1) Model hipotetik didukung oleh data empirik

Keterkaitan antara internal locus of control dan dukungan sosial

dengan perilaku altruis dimediasi oleh kesejahteraan subjektif.

2) Keterkaitan antara internal locus of control dengan perilaku altruis

dimediasi oleh kesejahteraan subjektif

Guru yang berperilaku altruis merupakan hasil dari internal locus

of control dan kesejahteraan subjektif..

3) Keterkaitan antara dukungan sosial dengan perilaku altruis

dimediasi oleh kesejahteraan subjektif

Guru yang berperilaku altruis merupakan hasil dari dukungan

sosial dan kesejahteraan subjektif.

4.2. Saran

1) Bagi sekolah

Kebahagiaan dipengaruhi oleh adanya hubungan sosial yang baik.

Sekolah merupakan salah satu lingkungan terdekat bagi guru

Page 19: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

15

PAUD. Oleh karena itu sekolah mulai menciptakan lingkungan

yang nyaman bagi para guru PAUD agar guru semakin senang

dengan aktivitasnya. Misalnya dengan mengadakan acara bersama

bagi guru PAUD dan studi banding ke lembaga PAUD yang

berprestasi.

2) Bagi pemerintah

Pemerintah diharapkan secara konsisten menerapkan diklat

berjenjang yang telah dilakukan. Diklat dilakukan kepada semua

guru PAUD dengan fasilitas tambahan yang diberikan oleh

pemerintah. Misalnya, uang transportasi dan uang saku bagi

peserta. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi

guru PAUD dalam mengembangkan diri.

3) Bagi keluarga

Bagi keluarga yang memiliki anggota sebagai guru PAUD

diharapkan mulai menghargai profesi seorang guru PAUD dengan

memberikan kemudahan aktivitas dalam mengajar. Hal tersebut

dapat berupa membantu pekerjaan rumah guru, memberikan

kemudahan dalam bertransportasi, dan memberikan kesempatan

bagi para guru untuk mengembangkan diri melalui diklat-diklat

yang diadakan pemerintah.

4) Bagi HIMPAUDI

Organisasi profesi diharapkan mulai menghargai jasa para guru

PAUD karena bersedia mengajar dengan sukarela. Rasa

menghargai tersebut dapat berbentuk pemberian penghargaan

kepada guru yang memiliki prestasi terbaik, memasukan profil

lembaga PAUD maupun guru ke media massa, atau mengundang

para guru untuk hadir ke acara – acara resmi bupati.

DAFTAR PUSTAKA

Bar-Tal, D. (1986). Altruistic motivation to help: definition, utility and

operationalization. Humboldt Journal of Social Relations, 13(1/ 2), 3-14.

Page 20: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

16

Batson, D. (2011). Altruism in Human. New York: Oxford University Press.

Chen, L. H., Wu, C.H., Chen, S. (2015). Gratitude and Athletes’ Life Satisfaction

: A Intra-individual Analysis on the Moderation of Ambivalence over

Emotional Expression. Social Indicator Research. 123:227–239.

DOI10.1007/s11205-014-0737-0.

Diener, E., Oishi, S., & Lucas, R.E. (2003). Personality culture and subjective

well being: emotional and cognitive evaluations of life. Journal of Annual

Review of Psychology, 54, 403-425.

DOI:10.1146/annurev.psych.54.101601.145056

Diener, E. (2009). The Science of Well-Being The Collected Works of Ed Diener.

London: Springer.

Gebauer, J. E., Michael, R., Broemer, P., & Maio, G. R. (2008). Pleasure and

pressure based prosocial motivation: divergent relation to subjective well

being. Journal of Research in Personality, 42, 399-420.

https://doi.org/10.1016/j.jrp.2007.07.002.

Ghozali, I., & Fuad, M. (2005). Structural Equation Modelling Teori, Konsep dan

Aplikasi dengan Lisrel 8,7. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Gudmundsdottir, D. G. (2013). The impact of economic crisis on happiness.

Social Indicators Research, 110(3) ,1083–1101.

https://doi.org/10.1007/s11205-011-9973-8.

Gurudani. (2016, mei 3). Syarat-Syarat Terbaru Sertifikasi Guru Non-PNS Tahun

2016. Retrieved oktober 25, 2016, from Guru Dani:

http://gurudani.site/2016/05/syarat-syarat-terbaru-sertifikasi-guru-non-pns-

tahun-2016.html.

Günay, G., & Boylu, A. A. (2014). Moderator effects of quality of life on job

satisfaction of the academic staff in university. International Journal of

Arts and Science, 7(6) ,659-669. doi: http://dx.doi.org/10.1007/s10643-

012-0526-9.

Haurwitz, B, K,M & Marsh, A. A. (2014). Geographical differences in subjective

well being predict extraordinary altruism. Psychological Sciences, 25(3),

762 - 771. doi: 10.1177/0956797613516148

Hsu, Y. R. (2011). Work family conflict and job satisfaction in stress working

environments: the moderating roles of perceived supervisor support and

Page 21: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

17

internal locus of control. International Journal of Manpower, 32(2), 233-

248. https://doi.org/10.1108/01437721111130224.

Kong, F., Zhao, J., & You, X. (2013). Self-esteem as mediator and moderator of

the relationship between social support and subjective well-being among

chinese university students. Social Indicators Research, 112:151–161.

DOI10.1007/s11205-012-0044-6

Laksono, L. 2013. Hubungan antara Locus of Control dan Perilaku Menolong

(Altruis) pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul. (Skripsi tidak

dipublikasikan). Fakultas Psikologi, Universitas Esa Unggul, Jakarta

Barat.

Larsen, R.J & Michael, E. (2008). The Science of Subjective Well Being. New

York: Guilford Press.

Law, B. M., & Sheek, D. T. (2009). Family influence on volunteering intention

and behavior among chinese adolescence. Adolescence Journal, 44(175),

665-83.

Mashoedi, S. F. ( 2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Empat.

Pessi, AB. (2011). Religiosity and altruism: exploring the link and its relation to

happiness. Journal of Contemporary Religion, 26(1),1-18.

https://doi.org/10.1080/13537903.2011.539835

Pitaloka, D. A., & Ediati, A. (2015). Rasa syukur dan kecenderungan perilaku

prososial pada mahasiswa fakultas psikologi universitas diponegoro.

Jurnal Empati, 4(2), 43-50.

Rotter, J. B. (1966). Generalize expectancies for internal versus external control of

reinforcement. Psychological Monographs: General and Applied, 80(1),

1-28. http://psycnet.apa.org/doi/10.1037/h0092976.

Sarafino, E. P. ( 2011). Health Psychology: Biopsyochosocial Interaction. USA:

John Wiley & Sons.

Schwartz, C. E., Keyl, P. M., Marcum, J. P., & Bode, R. (2009). Helping others

shows differential benefits on health and well-being for male and female

teens. Journal Happiness Student, 10, 431–448.

doi:https://doi.org/10.1007/s10902-008-9098-1.

Shani, I. N., Bamberger, P. A., & Bacharach, S. B. (2011). Social support and

employee well-Being: the conditioning effect of perceived patterns of

Page 22: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

18

supportive exchange. Journal of Health and Social Behavior, 52(1),123-

139. doi:10.1177/0022146510395024.

Solehudin & Hatimah, I. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung:

Imperial Bhakti Utama.

Sun, P & Kong, F. (2013). Affective mediators of the influence of gratitude on life

satisfaction in late adolescence. Social Indicators Research; Dordrecht,

114(3), 1361-1369.https://doi.org/10.1007/s11205-013-0333-8.

Thiruchelvi, A., & Supriya, M. V. (2012). An investigation on the mediating role

of coping strategies on locus of control – wellbeing relationship. The

Spanish Journal of Psychology, 15(1),156-165.

Widarjono, A. (2015). Analisis Multivariat Terapan: dengan Program SPSS,

AMOS, SMARTPLS. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Wijanto, H. S. (2008). Structure Equation Modelling dengan Lisrel 8.8. Graha

Ilmu: Yogyakarta

Zahoor, Z. (2015). A comparative study of psychological well-being and job

satisfaction among teachers. Indian Journal of Health and Wellbeing, 6(2),

181-184

Page 23: MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU …eprints.ums.ac.id/60701/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 MODEL PERILAKU ALTRUIS PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

19