Model-model Pembelajaran Bahasa Inggris
PendahuluanPendekatan (approach) sebagai seperangkat asumsi
mengenai hakekat bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa.
Misalnya, bila asumsi mengatakan bahwa bahasa itu aural-oral, maka
pengajaran dan kegiatan pembelajaran bahasa wajib mendahulukan
ketrampilan menyimak dan berbicara, sedangkan ketrampilan menulis
dan membaca menjadi ketrampilan yamg bersifat sekunder. Namun, jika
diasumsikan bahwa mempelajari bahasa, kedua maupun asing, adalah
hanya masalah pembentukan kebiasaan (habit formation), maka
pengajaran dan kegiatan pembelajaran bahasa tersebut harus melalui
banyak pengulangan dan latihan untuk membentuk kebiasaan pebelajar
terhadap bahasa yang dipelajarinya tersebut.(Approach: this refers
to theories about the nature of language and language learning that
serve as the source of practices and principles in language
teaching. An approach describes how language is used and how its
constituent parts interlock in other words it offers a model of
langauge competence. An approach describes how people acquire their
knowledge of the language and makes statements about the condition
which will promote succesful language learning)Metode didefinisikan
sebagai rencana keseluruhan tentang penyajian bahan-bahan secara
runtut, dimana tidak ada bagian-bagian bahan tersebut yang
menunjukkan pertentangan dan semua rencana penyajian bahan tersebut
atas pendekatan yang telah dipilih.(Method: a method is the
practical realisation of an approach. The originators of a method
have arrived at decision about types of activities, roles of
teachers and learners, the kinds of material which will be helpful,
and some model of syllabus organisations. Methods include various
procedures and techniques as part of their standard fare. When
methods have fixed procedures, informed by a clearly articulated
approach, they are easy to describe. The more all-embracing they
become, however, the more difficult it is to categorise them as
real methods in their own right.Procedure: a procedure is an order
sequence of techniques.)Teknik didefinisikan sebagai kiat atau
strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
atau segala sesuatu yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu, teknik
harus konsisten dengan metode dan berkesesuaian dengan pendekatan.
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan itu bersifat aksiomatik, metode
bersifat prosedural, dan teknik implementasional.(Technique: a
common technique when using video material is called silent
viewing. This is where the teacher plays the video with no sound.
Silent viewing is a single activity rather tahn a sequence, and as
such is a technique rather than a whole procedure. Model is used to
describe typical procedures or sets of procedures, usually for
teachers in training. Such models offer abstractions of these
procedures, designed to guide teaching practice.)Tidaklah bijaksana
mengatakan bahwa suatu model pembelajaran tertentu merupakan yang
terbaik sedangkan yang lain dianggap tidak sesuai. Ada banyak
factor yang menentukan keberhasilan pembelajaran bahasa. Dua faktor
diantaranya adalah pendekatan dan metode pembelajaran. Pemilihan
sebuah pendekatan akan menentukan pilihan metode pengajaran dan
pemilihan sebuah metode pengajaranakan memetukan teknik pengajaran,
bahan-bahan pengajaran, kegiatan guru-siswa di kelas serta
perangkat assessmennya. Semua factor dan aspek tersebut akan banyak
mempengaruhi motivasi, minat, dan sikap pebelajar maupun guru dalam
proses pembelajaran.Keberadaan berbagai pendekatan atau metode
pengajaran bahasa, pada satu sisi sangat menguntungkan guru dan
siswa sebagai pelaku proses pembelajaran karena tersedianya banyak
pilihan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Namun di sisi lain
dapat menimbulkan kebingungan dan perasan skeptic tentang kebenaran
pendekatan-pendekatan dan keefektifan metode-metode yang ada. Pada
akhirnya guru akan kembali ke metodenya sendiri. Oleh karena itu
pemilihan dan penentuan pendekatan dan metode yang dipakai
hendaknya mempertimbangkan berbagai factor dan pandangan yang
terkait denga hakekat bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh dan
bagaimana pembelajaran berlangsung.Kecenderungan-kecenderungan
pembelajaran bahasa tidak terlepas dari perubahan dan perkembangan
pandangan bidang linguistic dan psikologi. Perkembangan pandangan
tentang studi bahasa dari Linguistik Tradisional ke Struktural dank
e Transformasi-Generatif dan perkembangan pandangan tentang proses
pembelajaran dari koneksionisme (Thorndike) ke behaviorisme
(Skinner) sampai dengan kognitivisme (Piaget), menentukan perubahan
pendekatan dan proses pembelajaran bahasa Inggris di
sekolah-sekolah.
Model-model Pembelajaran Bahasa InggrisA. Grammar Translation
Method
Grammar Translation Method (GTM) merupakan perpaduan antara
kegiatan atau metode Grammar dan Translation. Pada metode Grammar
(the Grammar Method) sisiwa mempelajari kaidah-kaidah gramatika
bersama-sama dengan daftar atau kelompok-kelompok kosakata.
Kata-kata tersebut kemudian dijadikan frase ataau kalimat
berdasarkan kaidah yang telah dipelajari. Pada metode ini
penguasaan kaidah-kaidah lebih diutamakan daripada penerapannya
(Prayogo:1998). Ketrampilan lisan, seperti pelafalan, tidak
dilakukan. Metode ini mudah penerapannya karena guru tidak harus
fasih berbicara bahasa ynag harus dipelajari, sedangkan evaluasi
dan pengawasannya juga tidak sulit.Metode Translaion (the
Translation Method) berisi kegiatan-kegiatan penerjemahan teks yang
dilakukan dari hal mudah ke hal yang sulit (Prayogo:1998). Pertama
dari bahasa sasaran ke bahasa ibu dan sebaliknya. Penerjemahan teks
dilakukan dengan cara penerjemahan kata per kata maupun gagasan per
gagasan termasuk ungkapan-ungkapan idiomatic. Seperti pada metode
Grammar, metode Translation dapat diajarkan pada kecil maupun besar
dan guru tidak harus menguasai bahasa sasaran.Perpaduan dua metode
tersebut di atas melahirkan metode Grammar-Translation (the
Grammar-Translation method/GTM) yang memiliki cirri-ciri sebagai
berikut:1. Pengajaran dimulai dengan pemberian kaidah-kaidah
gramatika dan mengacu pada kerangka gramatika formal2. Kosakata
yang diajarkan bergantung pada teks yang dipilih sehingga tidak ada
kesinambungan antara kelompok atau daftar kosakata yang satu dengan
yang lainnya.3. Penghafalan dan penerjemahan merupakan cirri
kegiatan yang menonjol, yaitu menghafal dan menerjemahkan kosakata
dan kaidah gramatika.4. Pelafalan tidak diajarkan atau sangat
dibatasi hanya pada beberapa aspek saja.5. Lebih menekankan pada
ketrampilan membaca dan menulis daripada menyimak dan
berbicara.Dari uraian di atas, GTM dapat didefinisikan sebagai
metode pengajaran bahasa melalui analisis kaidah-kaidah bahasa
secara rinci dan diikuti dengan penerapan pengetahuan tentang
kaidah-kaidah tersebut untuk tujuan penerjemahan kalimat-kalimat
dan teks-teks, baik dari bahasa sasaran ke bahasa ibu atau
sebaliknya.Ciri-ciri GTM:a. menekankan ketepatan:siswa diharapkan
dapat mencapai standar yang tinggi alam penerjemahanb. meruntutkan
butir atau kaidah-kaidah gramatika bahasa sasaran dengan ketat
dalam silabusc. menggunakan bahasa ibu pelajar sebagai medium
instruksiGTM mendomonasi pengajaran bahasa asing di Eropah dari
tahun 1840-an sampai 1940-an dan masih digunakan sampai saat
ini.
Teknik-teknik dalam Grammar Translation Method1. Translation of
a literary passage2. Reading comprehension questions3.
Antonyms/synonyms4. Cognates5. Deductive application of rule6.
Fill-in-the-blanks7. Memorization8. Use words in sentences9.
Composition
B. Direct MethodPengajaran langsung merupakan revisi dari
Grammar Translation Method karena metode ini dianggap tidak dapat
membuat siswa dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing
yang sedang dipelajari. Dalam proses pembelajaran, penerjemahan
dilarang digunakan.Proses pembelajaran dengan DM, guru menyuruh
siswa untuk membaca nyaring. Kemudian, guru memberi pertanyaan
dalam bahasa yang sedang dipelajari. Selama proses pembelajaran
berlangsung, realia seperti peta atau benda yang sesungguhnya bisa
dipergunakan. Guru bisa menggambar atau
mendemonstrasikanTeknik-teknik dalam Direct Method1. Reading
aloud2. Question and answer exercise3. Getting students to
self-correct4. Conversation practice5. Fill-in-the-blanks6.
Dictation7. Map drawing8. Paragraph writing
C. The Audio-Lingual MethodIstilah audio-lingulisme pertama-tama
dikemukakan oleh Prof. Nelson Brooks pada tahun 1964. Metode ini
menyatakan diri sebagai metode yang paling efektif dan efisien
dalam pembelajaran bahasa asing dan mengklaim sebagai metode yang
telah mengubah pengajaran bahasa dari hanya sebuah kiat ke sebuah
ilmu. Audio-Lingual Method (ALM) merupakan hasil kombinasi
pandangan dan prinsip-prinsip Linguistik Struktural, Analisls
Kontrastif, pendektan Aural-Oral, dan Psikologi Behavioristik.Dasar
pemikiran ALM mengenai bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa
adalah sebagaiberikut:1. Bahasa adalah lisan, bukan tulisan2.
Bahasa adalah seperangkat kebiasaan3. Ajarkan bahasa dan bukan
tentang bahasa4. Bahasa adalah seperti yang diucapkan oleh penutur
asli5. Bahasa satu dengan yang lainnya itu berbedaRichards &
Rodgers (1986:51 dalam Prayogo, 1998:9) menambahkan beberapa
prinsip pembelajaran yang telah menjadi dasar psikologis
audio-lingualisme dan penerapan nya sebagai berikut:1. Pembelajaran
bahasa asing pada dasarnya adalah suatu proses pembentukan
kebiasaab yang mekanistik2. Ketrampilan berbahasa dipelajari lebih
efektif jika aspek-aspek yang harus dipelajari pada bahasa sasaran
disajikan dalam bentuk lisan sebelum dilihat dalam bentuk tulis3.
Bentuk-bentuk analogi memberikan dasar yang lebih baik bagi
pebelajar bahasa daripada bentuk analisis, generalisasi, dan
pembedaan-pembedaan lebih baik daripada penjelasan tentang
kaidah-kaidah4. Makna kata-kata yang dimiliki oleh penutur asli
dapat dipelajari hanya dalam konteks bahasa dan kebudaaan dan tidak
berdiri sendiri
Richards and Rodgers juga mengatakan bahwa ketrampilan bahasa
diajarkan dengan urutan: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Bentuk kegiatan pengajaran dan pembelajaran ALM pada dasarnya
adalah percakapan dan latihan-latihan (drills) dan latihan pola
(pattern practice). Percakapan berfungsi sebagai alat untuk
meletakkan struktur-struktur kunci pada konteksnya dan sekaligus
memberikan ilustrasi situasi dimana struktur-struktur tersebut
digunakan oleh penutur asli, jadi juga sebagai penerapan aspek
cultural bahasa sasaran. Pengulangan dan penghafalan menjadi
kegiatan yang dominan pada metode ini. Pola-pola gramatika tertentu
pada percakapan dipilih untuk dijadikan kegiatan latihan pola.
Kegiatan-kegiatan pembelajaran berdasarkan ALM adalah: repetition,
inflection, replacement, restatement, completion,
transposition,expansion, contraction, transformation, integration,
rejoinders, dan restoration.Prosedur pembelajaran menggunakan
ALM
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa- Menjadi model pada semua tahapan
pembelajaran- Menggunakan bahasa Inggris sebanyak mungkin dan
bahasa ibu sedikit mungkin- Melatih ketrampilan menyimak dan
berbicara siswa tanpa bahasa tulis dulu- Mengajarkan struktur
melalui latihan pola bunyi, urutan, bentuk-bentuk, dan bukan
melalui penjelasan- Memberikan bentuk-bentuk tulis bahasa sasaran
setelah bunyi-bunyi benar-benar dikuasai siswa- Meminimalkan
pemberian kosakata kepada siswa sebelum semua struktur umum
dikuasai- Mengajarkan kosa kata dalam konteks - Mendengarkan sebuah
percakapan sebagai model (guru atau kaset) yang berisi struktur
kunci yang menjadi focus pembelajaran, mereka mengulangi setiap
baris percakapan tersebut secara individu maupun bersama-sama,
menghafalkannya dan siswa tidak melihat buku- Mengganti dialog
dengan setting tempat atau yang lainnya sesuai dengan selera
siswa.- Berlatih struktur kunci dari percakapan secara bersama-sama
dan kemudian secara individual- Mengacu ke buku teks dan
menindaklanjuti dengan kegiatan membaca, menulis atau kosa kata
yang berdasarkan percakapan yang ada, menulis dimulai dalam bentuk
kegiatan menyalin dan kemudian dapat ditingkatkan.
Teknik-teknik pengajaran dalam ALM1. Dialog Memorization2.
Backward Build-up (Expansion) Drill3. Repetition Drill4. Chain
Drill5. Single-slot Substitution Drill6. Multiple-slot Substitution
Drill7. Transformation Drill8. Question-and-answer Drill9. Use of
Minimal Pairs10. Complete the Dialog11. Grammar Game
D. The Silent WayAhli-ahli psikologi kognitif dan bahasa
transformasi-generatif beranggapan bahwa belajar bahasa tidak perlu
melalui pengulangan. Mereka percaya bahwa pebelajar dapat
menciptakan ungkapan-ungkapan yang belum pernah didengar.
Selanjutnya mereka berpendapat bahwa pembelajaran bahasa tidak
hanya menirukan tapi aturan-aturan berbahasa dapat membantu mereka
menggunakan bahasa yang dipelajari.Dalam proses pembelajarannya,
guru hanya menunjuk ke suatu chart yang berisi deretan vocal dan
konsonan. Guru menunjuk beberapa kali dengan diam. Setelah beberapa
saat guru hanya member contoh cara pengucapannya. Kemudian menunjuk
siswa untuk melafalkan sampai benar. Dlam proses pembelajaran guru
banyak berdiam diri, dia hanya mengarahkan/menunjuk pada materi
pembelajaran.Teknik-teknik the Silent Way1. Sound-Color Chart2.
Teachers Silence3. Peer Correction4. Rods5. Self-correction
Gestures6. Word Chart7. Fidel Charts8. Structured Feedback
E. SuggestopediaGeorgi Losanov percaya bahwa dalam proses
pembelajaran ada kendala psikologi. Suggestopedia merupakan
aplikasi sugesti dalam pedagogi dimana perasaan pebelajar mengalami
kegagalan dapat dihilangkan. Dalam model pembelajarn suggestopedia,
kendala psikologi pebelajar dapat diatasi.Dalam menaplikasikan
model pembelajaran ini, ruang kelas ditata sedemikian rupa sehingga
berbeda dengan kelas biasa. Siswa duduk di sofa dalam bentuk
setengah lingkaran dengan penerangan yang remang-remang. Beberapa
poster yang berhubungan dengan materi pembelajaran dipasang di
tembok. Guru menyapa dalam behasa ibu kemudian meyakinkan
siswa/pebelajae kalau mereka tidak perlu berusaha untuk belajar
tapi pembelajaran akan berlangsung secara alami. Guru memutar music
klasik kemudian mengarahkan pebelajar untu rileks dengan cara
menarik nafas panjang. Selanjutnya guru mengajak pebelajar
berimajinasi tentang materi yang sedang dipelajari. Ketika mereka
membuka mata . mereka bermain peran. Setelah itu, guru membaca
sambil memperdengarkan music. Guru tidak member pekerjaan
rumah.Teknik-teknik dalam Suggestopedia1. Classroom Set-up2.
Peripheral Learning3. Positive Suggestion4. Visualization5. Choose
a New Identity6. Role-Play7. First Concert8. Second Concert9.
Primary Activation10. Secondary Activation
F. Community Language LearningMetode ini mempercayai prinsip
whole persons yang artinya guru tidak hanya memperhatikan perasaan
dan kepandaian siswa tapi juga hubungan dengan sesama siswa.
Menurut Curran (1986:89) siswa mersa tidak nyaman pada situasi yang
baru. Dengan memhami perasaan ketakutan dan sensitive siswa guru
dapat menghilangkan perasaan negative siswa menjadi energy positif
untuk belajar.Kursi disusun melingkar dengan sebuah meja di tengah.
Ada sebuah tape recorder di atas meja. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran. Guru menyuruh siswa membiat dialog dalam Bahasa
Inggris. Jika siswa tidak mengetahui guru akan membantu. Percakapan
siswa direkam. Kemudian, hasil rekaman di tulis dalam bentuk
transkrip dalam bahasa Inggris dan bahasa ibu. Setelah itu
kaidah-kaidah kebahasaan didiskusikan.Teknik-teknik Community
Language Learning1. Tape-recording Student Conversation2.
Transcription3. Reflection on Experience4. Reflective Listening5.
Human Computer6. Small Group Tasks
G. The Total Physical Response MethodMetode ini juga disebut the
comprehension approach yang menekankan pada pentingnya listening
comprehension. Pada tahap awal pembelajaran bahasa asing terfokus
pada pemahaman mendengarkan. Hal ini berdasarkan pada hasil
observasi bagaimana anak-anak belajar bahasa ibu. Seorang bayi
mendengarkan suara disekelilingnya selama berbulan-bulan sebelum ia
dapat menyebut satu kata. Tidak ada seorangpun yang menyuruh bayi
ubtuk berbicara. Seorang anak berbicara ketika ia sudah siap
melakukannya.Pada Natural Approach (yang dikembangkan oleh Krashen
& Terrel), siswa mendengarkan guru yang berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa asing mulai awal proses pembelajaran. Guru dapat
membantu siswa untuk memahami materi dengan menggunakan gambar dan
beberapa kata dalam bahasa ibu. Natural Approach hamper sama dengan
Direct Method. Pada Total Physical Response (TPR), siswa
mendengarkan dan merespon instruksi lisan guru. Bentuk instruksi
yang diberikan seperti Turn around, Sit down, Walk, Stop, Jump,
etc.
Teknik-teknik dalam the Total Physical Response Method:1. Using
Commands to Direct Method2. Role Reversal3. Action Sequence
H. The Communicative Approach (Communicative Language
Teaching)Mumby (1978) menyebut pendekatan komunikatif sebagai
communicative syllabus. Widdowson menyebutnya sebagai communicative
approach, sedangkan Richards and Rodgers menyebutnya communicative
language teaching (CLT). Istilah-istilah seperti
notional-functional approach atau functional approach.Communicative
Approach/CA (Communicative Language Teaching) berasal dari
perubahan pada tradisi pengajaran bahasa di Inngris pada akhir
tahun 1960 dan kemunculannya dipertegas oleh:1. Kegagalan ALM yang
menghasilkan penutur-penutur bahasa asing atau bahasa kedua yang
baik dan fasih tetapi tidak mampu menggunakan bahasa yang
dipelajari dalam interaksi yang bermakna2. Pandangan Chomsky
tentang kreatifitas dan keunikan kalimat sebagai cirri dasar sebuah
bahasa
CA bertujuan untuk menjadikan kompetensi komunikatif
(communicative competence) sebagai tujuan pengajaran bahasa dan
untuk mengembangkan teknik-teknik dan prosedur pengajaran
ketrampilan bahasa yang didasarkan atas aspek saling bergantung
antara bahasa dan komunikasi. Kompetensi komunikatif mencakup
kompetensi gramatika, sosiolinguistik, dan strategi. Kemampuan
komunikatif berbahasa (communicative language ability) meliputi
pengetahuan atau kompetensi dan kecakapan dalam penerapan
kompetensi tersebut dalam oenggunaan bahasa yang komunikatif,
kontekstual, dan sesuai.Beberapa pemerian mengenai kompetensi
komunikatif secara umum berpandangan bahwa makna profisiensi dalam
sebuah bahasa tidak hanya sekedar mengetahui sistem kaidah-kaidah
gramatikal (fonologi, sintaksis, kosakata, dan semantic). Fokus
metode ini pada dasarnya adalah elaborasi dan implementasi program
dan metodologi yang menunjang kemampuan bahasa fungsional melalui
partisipasi pemebelajaran dalam kegiatan-kegiatan komunikatif. Di
bawah ini adalah perbandingan antara ALM dan CA
Audio-Lingual Method Communicative Approach- Lebih memperhatikan
struktur dan bentuk daripada makna- Menuntut penghafalan dialog
yang berisi struktur-struktur tertentu
- Butir-butir bahasa tidak harus kontekstual- Pembelajaran
bahasa adalah pembelejaran struktur, bunyi, dan kosakata-
Penguasaan atau overlearning menjadi tujuan- Drilling menjadi
teknik utama pengajaran
- Pelafalan seperti penutur asli menjadi tujuan- Penjelasan
tentang gramatika dihindari
- Kegiatan komunikatif dilaksanakan setelah proses panjang
drilling dan latihan-latihan- Penggunaan bahasa ibu dihindari
- Penerjemahan dihindari pada tingkat-tingkat awal
- Membaca dan menulis ditunda sampai ketrampilan berbicara
dikuasai
- Sistem bahasa sasaran dipelajari melalui pengajaran nyata
tentang pola-pola sistem bahasa tersebut- Kompetensi bahasa menjadi
tujuan yang ingin dicapai
- Variasi-variasi bahasa ditekankan, tetapi cukup diketahui oleh
pebelajar- Urutan penyajian unit-unit pelajaran ditentukan hanya
berdasarkan pada prinsip-prinsip kerumitan bahasa
- Guru mengawasi siswa dan menjaga agar mereka tidak melakukan
kegiatan yang bertentangan dengan teori pembelajaran
- Bahasa itu adalah kebiasaan, sehingga kesalahan harus
dihindari sama sekali- Ketepatan penggunaan bahasa formal menjadi
tujuan utama- Siswa diharapkan berinteraksi dengan system bahasa-
Guru harus menyatakan bahasa yang harus digunakan oleh siswa-
Motivasi intrinsic akan timbul dari munculnya minat pada struktur
bahasa sasaran - Makna adalah yang utama
- Jika dialog digunakan, maka difokuskan pada fungsi-fungsi
komunikatif dan tidak dihafal- Kontekstualisasi menjadi premis
dasar- Belajar bahasa adalah belajar untuk berkomunikasi
- Komunikasi efektif menjadi tujuan
- Drilling dapat dilakukan tetapi tidak menjadi yang utama dalam
pembelajaran- Pelafalan yang dapat dipahami menjadi tujuan- Asalkan
membantu pebelajar cara atau teknik apapun dapat digunakan;
bervariasi berdasarkan umur, minat, motivasi pebelajar, dll.- Usaha
pebelajar untuk berkomunikasi didorong dari saat awal pembelajaran-
Jika diperlukan penggunaan bahasa ibu pebelajar dibenarkan-
Penerjemahan dapat dilakukan bila pebelajar mendapatkan manfaat
dari pelaksanaannya- Membaca dan menulis dapat dimulai dari hari
pertama pembelajaran jika dikehendaki
- Sistem bahasa sasaran paling baik dipelajari melalui proses
usaha untuk berkomunikasi- Kompetensi komunikatif menjadi tujuan
yang ingin dicapai, yaitu kemampuan untuk menggunakan system bahasa
secara efektif dan efisien- Variasi bahasa menjadi konsep utama di
dalam bahan dan metode yang dipakai- Urutan penyajian unit-unit
ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, dan makna yang
dapat tetap menjaga minat pebelajar- Guru membantu pebelajar dengan
berbagai cara yang dapat member I motivasi kepada mereka dalam
belajar bahasa- Bahasa diperoleh oleh seseorang sering melalui
trial and error- Kefasihan dan bahasa yang dapat diterima merupakan
tujuan pembelajaran- Siswa diharapkan berinteraksi dengan orang
lain- Guru tidak dapat mengetahui bahasa yang akan digunakan oleh
siswa- Motivasi intrinsic akan timbul dari minat terhadap apa yang
dikomunikasikan oleh bahasa sasaran
Teknik-teknik pengajaran pada CA1. Authentic Materials2.
Scrambled Sentences3. Language Games4. Picture strip story5.
Role-play
I. Pendekatan Integratif dan KebermaknaanDari beberapa sumber
dapat disimpulkan bahwa makna pendekatan integratif pada dasarnya
ada dua. Yang pertama adalah makna pendekatan integrative yang
berasumsi bahwa dalam pembelajaran bahasa tidak ada urutan dan
penggunaan penyajian ketrampilan berbahasa secara terpisah-pisah.
Masih dalam pengertian ini, pendekatan integrative juga berasumsi
bahwa ketrampilan berbahasa tidak berkembang secara berurutan dari
ketrampilan menyimak, berbicara, membaca, dan kemudian menulis,
melainkan bahwa setiap pembelajaran bahasa selalu melibatkan lebih
dari satu ketrampilan atau bersifat integrative, seperti misalnya
membaca dan menulis, atau menyimak dan berbicara atau bahkan
keempat ketrampilan berbahasa secara bersama-sama, misalnya dalam
kegiatan bercerita di kelas. Jdi, ketrampilan berbahasa dapat pula
berkembang secara bersama-sama.Yang ke dua aalah makna pendekatan
integrative yang berkaitan degan keberadaan pendekatan-pendekatan
dan metode-metode pembelajaran bahasa. Keberadaan berbagai macam
pendekatan dan metode pembelajaran bahasa yang menyatakan diri
sebagai pendekatan dan metode yang paling bagus, efektif, dan
efisien menciptakan suatu pandangan pembelajaran bahasa multiple
dimensional. Pendekatan ini merupakan pemaduan (integration)
berbagai macam pendekatan dan metode pembelajaran. Pemaduan ini
dapat didasarkan pada pijakan pengalaman dan kegiatan pra-ilmiah,
yang kemudian memunculkan istilah functionally ecletic methodology,
yang bukan merupakan bangunan ilmiah tetapi terbuka bagi masukan
dan saran-saran yang berguna dari ilmu pengetahuan dan pengalaman
yang sistematis. Pemaduan ini dapat pula berdasarkan pada criteria
dan premis-premis ilmiah yang benar, yang kemudian memunculkan
istilah scientific integrated approach. Prinsip-prinsip
functionally eclectic method antara lain:1. Memadukan apa yang
berguna pada metode pengajaran yang ada2. Memadukan setiap
pengajaran yang ada kecuali pengajaran yang tidak baik3. Memadukan
setiap proses pembelajaran kecuali pembelajaran yang tidak baik4.
Merupakan antithesis bagi metode yang paten, yang mengklaim dapat
membunuh beberapa burung hanya dengan satu lemparan batu5. Memiliki
analogi menemukan batu yang tepat untuk membunuh burung yang tepat
dan membunuh satu burung dengan lebih dari satu batuInti gagasan
scientific integrated approach adalah perpaduan antara beberapa
disiplin ilmu karena prinsip-prinsip pembelajaran bahasa tidak
hanya pada bidang linguistic tapi juga psikologi, dan semua bidang
ilmu yang mampu menjelaskan berbagai aspek dan factor yang
berkaitan dalam pembelajaran. Metode yang didasarkan pada
pendekatan ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut:1. Analisis
bahasa dan bahasa tertentu yang diajarkan secara antropologis dan
linguistic yang dilakukan secara ilmiah2. Analisis proses
pembelajaran bahasa ke dua atau asing secara psikolinguistik3.
Pendefinisian tujuan khusus yang harus dicapai dalam pembelajaran
bahasa4. Masukan-masukan dari teori umum pengajaran dan dari hasil
pengalaman dan eksperimentasi dalam pengajaran bahasa asing
(dimensi sejarah dan eksperimental)Berdasarkan uraian di atas,
kecenderungan pembelajaran bahasa saat ini bertumpu pada 2 hal
berikut ini:a. Bahwa pengajaran dan pembelajaran bahasa yang
efektif harus didasarkan pada pertimbangan berbagai factor dan
aspek, sehingga membicarakan GTM dan ALM tidak akan memberikan
banyak arti sebab keduanya akan dianggap sebagai bagian dari
kerangka metode integrative yang lebih besar.b. Bahwa perancangan
pemograman belajar bahasa harus melibatkan berbagai bidang ilmu,
misalnya linguistic, antropologi, psikologi, neurologi, dan
sosiologi, karena sumbangan prinsip-prinsip yang ada pada
bidang-bidang ilmu tersebut tentang bahasa dab bagaimana bahasa itu
diperoleh sangat bermakna bagi pembelajaran bahasa.
Aspek kebermaknaan dinyatakan sebagai pembelajaran bahasa yang
efektif dan efisien dimana dalam pembelajaran tersebut digunakan
dalam situasi yang asli dan bermakna. Perlu ditambahkan bahwa
kegiatan membaca dan menulis harus relevan dengan kehidupan nyata.
Pembelajaran bahasa harus memberikan kesempatan bagi pebelajar
untuk menggunakan beberapa fungsi bahasa yang berbeda untuk
tujuan-tujuan yang nyata. Ada dua cara yang efektif agar
pembelajaran bermakna, yaitu dengan mengintegrasikan keempat
ketrampilan berbahasa dan dengan melibatkan bidang-bidang studi
yang lain, misalnya IPA, IPS, computer, dan seni. Beberapa prinsip
penting pendekatan kebermaknaan dalam pembelajaran bahasa Inggris
adalah sebagai berikut:1. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan
makna yang diwujudkan melalui struktur (pola kalimat dan kosa kata)
bahasa. Dengan demikian, struktur bahasa berperan sebagai alat
unutk mengungkapkan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan
perasaan)2. Makna ditentukan oleh situasi atau konteks dimana
bahasa itu digunakan3. Makna yang sama dapat diungkapkan dengan
menggunakan kalimat yang berbeda, sebaliknya kalimat atau kalimat
yang salah dapat mempunyai makna yang berbeda dalam situasi yang
berbeda4. Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui
bahasa tersebut5. Motivsi belajar siswa merupakan factor penting
dalam belajar bahasa asing. Kadar motivasi dapat ditentukan oleh
kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran siswa6.
Bahwa pelajaran dan kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi
siswa kalau berhubungan langsung dengan kebutuhan siswa untuk
berkomunikasi serta kebutuhan masa depannya7. Dalam proses belajar
mengajar, siswa merupakan subyek utama, oleh karena itu kebutuhan
mereka harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran8. Dalam
proses belajar mengajar, guru bertugas sebagai fasiliatator yang
membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasa
Implikasi dari prinsip-prinsip tersebut di atas dalam
pembelajaran bahasa Inggris di SMP dan SMA adalah bahwa (1) tema
yang dikembangkan menjadi pokok bahasan digunakan sebagai dasar
pengaturan bahan pengajaran ke dalam satuan pelajaran, (2)
unsure-unsur bahasa: tata bahasa, kosa kata, ejaan, dan pelafalan
disajikan dalam lingkup situasi atau tema yang telah ditentukan,
(3) pembelajaran unsure-unsur bahasa ditujukan untuk mendukung
penguasaan atau pengembangan empat ketrampilan berbahasa
berdasarkan tema yang telah ditentukan, bukan untuk kepentingan
penguasaan unsur-unsur itu sendiri, (4) unsure-unsur bahasa yang
sulit bagi siswa dapat disajikan tersendiri secara sistematis
sesuai dengan tema yang sedang dibahas, dan (5) ketrampilan
berbahasa disajika secara terpadu meskipun fokusnya tetap pada
ketrampilan membaca.
J. Model TematikDalam model tematik, semua komponen materi
pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit
pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan
tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema
tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstual,
kontemporer, kongkret, dan konseptual.Tema yang telah ditentukan
haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan siswa yang terjadi
saat ini. Budaya, social, dan regiliusitas mereka menjadi
perhatian. Begitu pula, isis tema disajikan secara kontemporer
sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang dilingkungan siswa
juga harus terbahas dan didiskusikan di kelas. Kemudian, tema tidak
disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara kongkret. Semua
siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang
dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat
dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan,
penggunaan, dan pemahaman.Dari uraian di atas, tampaklah bahwa
peran guru amat menentukan dalam mendesain kesuksesan pembelajaran
bahasa Inggris dengan tematik:1. Guru perlu menekankan bahwa bahasa
merupakan sarana berpikir. Ketrampilan berbahasa siswa menjadi
tolok ukur kemampuan berpikir siswa2. Kreativitas siswa perlu
diperhatikan oleh guru terutama dalam kreativitas berbahasa dengan
menggunakan kaidah-kaidah yang ada3. Selama proses pembelajaran
berlangsung, suasana harus menyenangkan siswa. Oleh karena itu,
minat, keingintahuan, dan semangat siswa perlu mendapatkan
perhatian4. Ada banyak model dan teknik yang sesuai sehinnga guru
tidak perlu monoton, klise, membosankan, dan kehabisan teknik
pembelajaran5. Guru harus terlebih dahulu memperhatikan apa yang
diucapkan siswa sebelum memperhatikan bagaimana siswa
menungkapkan
K. Model KuantumModel Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning and
Teaching) dimulai di Super Camp, sebuah program percepatan berupa
Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah
perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan
ketrampilan akademis dan ketrampilan pribadi. Model kuantum
diciptakan berdasarkan teori pendidikan seperti Accelerated
Learning (Losanov), Multiple Intelligence (Gardner),
Neuro-Linguistic Programming (Grinder & Bandler), Experiential
Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning ( Johnson
and Johnson), dan Element of Effective Instruction (Hunter).Pada
tahun 1940-an, Freire sudah memaparkan konsep pendidikan seperti
itu. Kemudian pada tahun 1954, George Losanov, seorang psikolog,
melalui penelitian bahasa menemukan bahwa belajar dapat
menghasilkan sesuatu secara cepat jika berada dalam kondisi antara
sadar dan tidak sadar. Hasilnya, jika anak belajar menghitung
dengan model Losanov dapat menjadi seratus kali lebih cepat jika
dibandingkan dengan hitungan biasa. Model Losanov dinamakan
pendekatan Suggestopedia karena memanfaatkan segestif dalam proses
pembelajarannya. Kemudian, Bobbi DePorter mengembangkan konsep
Suggestopedia melalui berbagai penelitian sehingga berhasil
menemukan konsep Quantum Learning.Quantum Learning (QL) merupakan
model pendekatan belajar yang bertumpu dari model Freire dan
Losanov. QL mengutamakan percepatan belajar dengan cara partisipori
peserta didik dalam melihat potensi diri dalam dalam kondisi
penguasaan diri. Gaya belajar dengan mengacu pada otak kanan dan
otak kiri menjadi cirri khas QL. Menurut QL, bahwa proses belajar
mengajar adalah fenomena ynag kompleks. Segala sesuatunya dapat
berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai
sejauh mana guru/pelatih menggubah lingkungan, presentasi, dan
rancangan pengajaran. Maka sejauh itulah proses belajar
berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan
landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan begitu, pembelajar
dapat mengingat, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan
cepat.Dalam QL, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar,
fasliltasi, dan konteks denga prinsip segalanya berbicara,
segalanya bertujuan, pengalaman sebelum menemukan, akui setiap
usaha pembelajar, dan jika layak dipelajari bearti layak untuk
dirayakan. QL mengutamakan konteks dan isi. Konteks berisi tentang
(1) suasana yang memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3)
lingkungan yang mendukung dan rancangan belajar yang dinamis.
Kemudian isi terdiri atas (1) penyajian yang prima, (2) fasilitas
yang luwes, (3)ketrampilan belajar untuk belajar, dan ketrampilan
hidup.Model pendidikan dirancang dengan system induktif, moving
action, multi pendekatan, partisipori, dan pelibatan diri secara
sadar dan tidak sadar. Kemudian, tahapannya diatur melalui
persepsi, identifikasi diri, aktualisasi diri, penguatan diri,
pengukuhan diri, dan refleksi. Alam digunaka sebagai sarana dasar
dalam mengenal diri sendiri. Kemudian, strategi penemuan konsep
dilakukan.Ql mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan
isi, dan memudahkan proses belajar. Model kuantum adalah pengubahan
bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen
belajar dengan menyinkirkan hambatan yang menghalangi proses
belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan music, mewarnai
lingkungan sekeliling, menyususn bahan pengajaran yang sesuai, cara
efektif pembelajaran, dan keterlibatan aktif siswa dan guru. Asas
yang digunakan adalah Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan
antarkan dunia kita ke dunia mereka.
Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek model kuantum.
Prinsip tersebut adalah (1) segalanya berbicara, (2) segalanya
bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui setiap
usaha, dan (5) jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Konteks
dan isi sangat mendominasi dalam pelaksanaan pembelajaran kuantum.
Konteks adalah latar untuk pengalaman pembelajaran. Konteks
dianggap sebagai suatu suasana yang mampu memberdayakan, landasan
yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang
dinamis. Sedangkan isi berkaitan denga penyajian yang rpima,
fasilitas yang luwes, ketrampilan belajar untuk belajar, dan
ketrampilan hidup.Oleh model kuantum, siswa dianggap sebagai pusat
keberhasilan belajar. Saran-saran yang dikemukakan dalam membangun
hubungan dengan siswa adalah:1. Perlakukan siswa sebagai manusia
sederajat2. Ketahuilah apa yang disukai siswa, cara berpikir
mereka, dan perasaan mereka3. Bayangkan apa yang mereka katakana
kepada diri sendiri dan mengenai diri sendiri4. Ketahuilah apa yang
menghambat mereka untuk memperoleh hal yang benar-benar mereka
inginkan jika guru tidak tahu tanyakanlah ke siswa5. Berbicaralah
dengan jujur kepada mereka dengan cara yang membuat mereka
mendengarnya dengan jelas dan halus6. Bersenang-senanglah bersama
mereka
L. Model SAVIModel pembelajaran SAVI bersumber pada konsep
percepatan belajar (The Accelarated Learning) dengan prinsip
somatic, auditori, visual, dan intelektual yang bertujuan agar
siswa dapat mempercepat, meningkatkan, menciptakan, dan
memanusiawikan pembelajar sehingga berkinerja tinggi. Guru harus
paham prinsip-prinsip SAVI sehingga mampu menjalankan model
pembelajaran dengan tepat. Prinsip tersebut adalah:1. Belajar
melibatkan seluruh pikiran dan tubuh2. Belajar adalah berkreasi dan
bukan mengonsumsi3. Kerjasama membantu proses belajar4.
Pembelajaran berlangsung dengan banyak tingkatan secara simultan5.
Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri6. Emosi
positif sangat membantu pembelajaran7. Otak menyerap informasi
secara langsung dan otomatis
Tahapan yang perlu ditempuh dalam SAVI adalah persiapan,
penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. Kreasi apapun, guru
perlu dengan matang mempersiapkan keempat tahap tersebut. Pada
tahap persiapan, guru perlu menciptakan kondisi belajar yang mampu
memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar siswa, dan
mencipatakn situasi yang nyaman dan menyenangkan dalam persiapan
belajar. Dalam tahap penyampaian, guru perlu membantu pembelajar
menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik,
menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk
semua gaya belajar. Dalam tahap pelatihan, guru perlu melakukan
pengintegrasian pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berbagai
cara. Dalam tahap penampilan hasil, guru perlu membantu siswa
menerapkan dan memperluas pengetahuan dan ketrampilan baru pada
bentuk praktik nyata hingga melekat dan meningkatkan pengalaman
belajar yang dimiliki.Dalam model SAVI, apapun jenis teknik
pembelajaran diperbolehkan asalkan dapat mempercepat hasil belajar
dan berkesan. Piktogram, bernyanyi, bursa pertanyaan, lagu, kartu
kata, simulasi, rekreasi, dan observasi merupakan teknik yang biasa
digunakan dalam model SAVI. Hambatan yang sering muncul adalah
keterlenaan siswa dalam larut pada aspek mediasinya disbanding pada
aspek pencapaian kompetensi. Untuk itu, guru perlu konsisten dan
tersistem sehingga tujuan pembelajaran tetap dapat terkontrol
dengan baik.
M. Pendekatan Literasi (Literacy Approach)Kern (2000)
menyebutkan tujuh prinsip pembelajaran bahasa berbasis literasi
untuk konteks pendidikan bahasa ke dua atau bahasa asing, yakni:1.
InterpretasiKetika peserta didik berbicara atau menulis, sebenarnya
ia melakukan interpreatsi terhadap realita yang dihadapinya dan
kemudian ia menerjemahkan realita itu ke dalam bahasa. Ketika ia
membaca, ia juga menginterpretasikan tulisan yang dibacanya. Oleh
karena itu latihan ketrampilan bahasa merupakan hal penting yang
senantiasa merangsang kegiatan interpreatsi.
2. KonvensiCara orang membaca tidaklah universal melainkan
dituntun oleh konvensi atau kebiasaan yang ada dalam budayanya.
Teks-teks yang biasa dijumpainya akan membentuk expectation
tertentu dalam diri pembaca. Membaca bahasa asing dapat berarti
menyesuaikan diri kepada konvensi-konvensi baru yang tidak biasa
dijumpai dalam bahasa asli seseorang. Struktur teks bahasa
Indonesia, misalnya, tidak dapat dikatakan sama dengan struktur
teks bahasa Inggris meskipun barangkali tujuan komunikatif teks
tersebut sama. Misalnya, surat undangan resepsi dalam bahasa
Inggris cenderung lebih sederhana yang langsung to the point tanpa
banyak basa-basi. Ketika peserta didik diminta untuk menulis
undangan berbahasa Inggris terkadang ia berusaha menerjemahkan
bagian basa basi tersebut ke dalam bahasa Inggris. Usaha ini
biasanya tidak berhasil karena undangan dalam budaya Inggris tidak
mengandung langkah retorika tersebut.
3. KolaborasiKolaborasi atau melakukan tugas secara berpasangan,
berkelompok atau dengan bantuan guru adalah tahap penting dalam
proses pembelajaran dan ini dimaksudkan agar peserta didik
memperoleh kepercayaan diri sebelum dituntut untuk menunjukkan
kinerja secara mandiri. Kolaborasi ini dapat berbentuk interaksi
antar peserta didik atau peserta didik dan guru atau mempersiapkan
percakapan bersama. Atau menulis sesuatu bersama. Pada saat peserta
didik menulis mandiripun, masih diperlukan kolaborasi dengan guru
untuk memeriksa draft atau aspek lainnya sehingga tulisan versi
akhirnya merupakan hasil usaha terbaik peserta didik. Kolaborasi
juga mempunyai makna lain, yaitu dalam mempertimbangkan audience.
Ketika seseorang berbicara atau menulis, ia perlu mempertimbangkan
siapa yang diajak berkomunikasi sehingga ia dapat memutuskan dengan
baik apa yang selayaknya dikatakan dan bagaimana cara
mengatakannya. Sebaliknya, sebagai pembaca pun peserta didik perlu
berusaha memahami maksud penulis dengan mengerahkan segala
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya4. Pengetahuan
budayaKeempat ketrampilan berbahasa berfungsi dalam satu system
sikap, keyakinan, kebiasaan, cita-cita dan seperangkat nilai. Ketik
peserta didik mencoba berbahasa Inggris dan masih menggunakan
system-sistem budaya Indonesia ia beresiko untu mengalami
kesalahfahaman atau dislahfahami oleh pihak yang tidak mengerti
latar belakang budaya peserta didik, sepert misalnya memberikan
nomor telepon.
5. Pemecahan masalahKegiatan belajar mengajar disarankan
melibatkan proses problem solving krena pada dasarnya orang
berkomunikasi untuk memecahkan masalah. Misalnya peserta didik
harus menulis undangan untu satu acara kepada berbagai pihak.
Tentunya undangan yang ditulisnya tidak akan sama isisnya
tergantung siapa yang diundangnya.Begitu pula jika ia harus
mengundang secara lisan atau lewat telepon. Keputusan untuk
mengatakan apa atau menulis apa adalah kegiatan problem solving
yang berharga dalam proses pengembangan literasi
6. RefleksiKegiatan berbahasa tidak hanya berarti memahami atau
mengungkapkan gagasan yang sedang dikomunikasikan. Kegiatan
berbahasa juga juga member kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan refleksi mengenai perilaku berbahasanya dan perilaku
berbahasa orang lain. Misalnya, peserta didik tidak hanya
diharapkan untuk memahami makna gagasan tetapi juga merefleksikan
bagaimana teks disusun, bagaimana gagasan ditata dan
dihubungkan
7. Penggunaan bahasaLiterasi bukan hanya berhubungan dengan
bahasa tulis atau penegtahuanleksikogrammar. Literasi mensyaratkan
pengetahuan bagaiman bahasa digunakan dalam konteks lisan dan tulis
untuk menciptakan wacana. Artinya, peserta didik mampu membicarakan
atau menulis atau memahami atau membaca hal-hal yang bersangkutan
dengan hidupnya.
Setiap rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan
prinsip-prinsip literasi memiliki target yang sma yakni memnuat
siswa mampu berkomunikasi secara lisan dan tulis dalam bahas Ingris
(the English way). Untuk mencapai kompetensi komunikatif, semua
kegiatan guru dan pengalaman pembelajaran siswa diatur dalam
scenario yang membantu guru mengintegrasikan pembelajaran keempat
ketrampilan berbahasa. Skenario ini merupakan implementasi
Genre-Based Approach.Tahapan dan siklus Genre-Based Approach
(GBA)Ada dua siklus, yaitu siklus lisan dan siklus tulis. Setiap
siklus meliputi empat tahapan seperti di bawah ini:1. Building
Knowledge of Field (BKOF)BKOF meliputi talking atau membicarakan
topic yang akan dibahas. Kegiatan ini bersifat interaktif antara
guru dan peserta didik, peserta didik dan peserta didik sehingga
ketrampilan listening dan speaking dimulai disini. Misalnya,
membicarakan makanan yang paling dikenal peserta didik seperti nasi
goring. Guru dapat meminta peserta didik untuk berpartisipasi dalam
mengembangkan kosa kata yang diperlukan untuk membuat nasi goring,
mukai dari kata benda, kata kerja dan tata bahasa yang digunakan
untuk teks ini, misalnya imperative. Kegiatan belajar membuka kamus
dapat dilakukan disini, demikian pila conjunctions sederhana dapat
dikenalkan karena kata-katatersebut fungsiaonal. Unsur budaya
dibicarakan dalam tahap ini
2. Modelling of TextPada tahap Modelling of Text (MT) ini guru
menyajikan teks conversation,misalnya, anatara ibu dan anak yang
sedang memasak di dapur yang melibatkan petunjuk dan prosedur,
memesan makanan di restoran, meminta tolong kepada pelayan toko
yang sederhana dan relevan dengan kehidupan anak. Disini kegiatan
mendengarkan dominan. Teks tulis seperti resep juga dikenalkan pada
tahap ini dengan menggunakan bahasa yang khas resep; artinya tanpa
basa basi kesantunan, padat, ringkas dan bentuk dan unsure teksnya
cenderung tetap, yakni: judul, bahan, cara memasak, cara
menghidangkan. Pada tahap ini kegiatan reading menjadi dominan.
3. Joint Construction of Text (JCT)JCT berarti peserta didik
secara bersama-sama, misalnya dalam kelompok atau berpasangan,
menciptakan conversation sederhana mengenai cara membuat makanan da
kemudian dapat menyusun resep makanan yang mereka bicarakan
bersama-sama. Pada tahap ini diharapkan mereka telah dibekali denga
pengetahuan dan pengalaman pada tahap BKOF dan MT sehingga mereka
dapat mencontoh dan memodifikasi contoh-contoh tersebut untuk
diterapkan dalam konteks resep yang baru. Disini kegiatan berbicara
dominan. Pada siklus tulis, kegiatan menulisbersama menjadi
dominan.
4. Independent Construction of TextPada tahap Independent
Construction of Text (ICT) ini peserta didik diharapkan mampu
melaksanakan conversation atau monolog yang melibatkan tindak tutur
yang digubakan dalam teks prosedur dalam konteks yang baru secara
mandiri atau spontan. Misalnya, seorang peserta didik dapat member
penjelasan kepada temannya tentang bagaimana membuat bakmi goring
dalam conversation yang terkadang melibatkan monolog sehingga ia
perlu menggunakan conjunction. Terbuka kemungkinan bagi peserta
didik untuk membicarakan topic yang baru sebagai pengembangan dari
apa yang sudah dipelajarinya.
Dalam hal teks tulis, peserta didik diharapkan mampu menulis,
misalnya, resep masakan yang disukainya secara mandiri dengan
menggunakan tata bahasa dan tata tulis yang sudah dipelajarinya.
Hasil tulisan tersebut harus dapat difahami oleh pembacanya dengan
baik. Peserta didik dapat saling bertukar resep atau menempelkan
resep-resep mereka di dinding dengan diberi ilustrasi gambar.
Peserta didik diharapkan merasa bangga akan hasil karyanya dan
mempublikasikannya di ruang kelas. Kegiatan ini diharapkan dapat
menumbuhkan sikap senang menulis dan tidak malu mempublikasikan
tulisan.
Teknik mengajar apapun yang telah dipelajari dan dimiliki guru
dapat digunakan dalam scenario pembelajaran di atas.
Teknik-teknik pembelajaran ketrampilan berbahasa dan
kaidah-kaidah bahasaThe techniques of teaching reading skills :1.
Pre-reading activities.2. While-reading activities.3. Post-reading
activities
The steps to teach vocabulary Look at the theme and sub theme.
Look at the list of vocabulary in the syllabus. Look at the text to
see how many words have been include. Select which word to teach.
Decide when and how to teach.
Techniques to teach vocabulary1. Contextual meaning ( deducing
meaning from context)2. Paraphrasing3. Exemplification4. Realias5.
Demonstration
6. Gestures7. Models8. Completion9. Matching10. Close
procedure11. Sentence translation12. Grouping13. Word
classification14. Crossword puzzles15. Translation16. Comparison
contrastHow To teach listening Pre-listening Stage- looking
pictures before listening- looking at a list of items / thoughts-
making a list of possibilities- Reading a text before listening-
Reading through questions- labeling pictures- Completing part of a
chart- predicting / speculating- Previewing the language which will
be heard in the listening text- Informal teacher talk and class
discussion
The while-listening stageIdeas for while-listening activities1.
Marking / checking2. Matching pictures with what is heard3.
Storyline picture sets4. Completing pictures5. Picture drawing6.
Carrying out an action7. Making models / arranging items in
patterns8. Following a route9. Completing grids10. Form / chart
completion.11. Labelling12. Using list13. True-false14.
Multiple-choice questions15. Text completion16. Spotting
mistakes17. Predicting18. Seeking specific Putting pictures in
orderIdeas for post-listening activities1. Form / chart
completion2. Extending lists3. Sequencing / grading4. Matching with
a reading text5. Extending note info written response6.
Summarising7. Using information from the listening text for problem
solving and decision making activities8. Jigsaw listening9.
Identifying relationship between speakers10. Establishing the mood/
attitude / behaviour of the speaker11. Roleplays / simulation12.
dictationTypes of Communication Activities1. From listeninga.
Following Instructionb. Jigsaw Listeningc. Partial Listeningd.
Sound into Storiese. Problem Solving/ Mystery2. From readinga.
Jigsaw Readingb. Paralel Readingc. Partial Readingd. Jumbled
Reading : to sequence the bitse. Instructionf. Problem solvingg.
Reaching Concensush. Cloze test
3. From Writinga. Chain Writingb. Jigsaw Writing : In a group
each student give a specific paragraph sequencing to make a storyc.
Instructions : Each group write instruction to tell another group
how to play a game, a find thingsd. Correspondence : Groups write
letters to each other - given a situation and purpose. Each group
then repliese. Unfinished story : The students are given incomplete
story with the last paragraph taken out. They have to complete the
story.4. Using Dramaa. Role Playb. Scenarioc. M i med. Simulation5.
Using visual Stimulia. Sequencingb. Predictionc. Spot the
difference, Puzzled. Matchinge. Deseribe and drawGrammar
Presentation TechniquesCharacteristic:- Clear- Efficient- Lively
and interesting- Appropriate- Productive
How ?1. Using chart2. Using dialogue3. Using a mini-situation4.
Using text contrast5. Using text for grammar explanationUsing
visual for situationSome Ways of Teaching Grammar1. EGRA : Exposure
/ ExperienceGeneralizationRe-enforcementApplication2. P.G.R :
PracticeGeneralizationRe-enforcement3. T.R.P :
TestingRevisionPractice4. T.P.R : Total Physical Response5. P.P.P :
PresentationPracticeProduction
PenutupGuru kreatif dan inovatif tidaklah akan cepat puas dengan
salah satu tindakan yang dilakukannya di dalam kelas sebelum
mendapatkan hasil yang memuaskan bagi dirinya, siswa, dan
kepentingan akademis (Suyatno, 2007:6). Banyak jalan menuju Roma,
begitu pula banyak jalan untuk menjadi guru yang terbaik di antara
yang baik. Guru yang seperti ini biasanya apabila mengajar
selalu:1. Berpusat pada siswa2. Lebih senang pola induktif daripada
deduktif3. Menarik dan menantang dalam menyajikan mata ajar4.
Berorientasi pada kompetensi siswa5. Menekankan pembelajaran bukan
pengajaran6. Memvariasikan model dan teknik pemeblajaran7.
Menggunakan sentuhan manusiawi8. Menggunakan media belajar yang
menghasilkan pesan maksimal9. Menilai secara autentik10.
Mengedepankan citra mengajar
Pola guru konvensional: berceramah apapun materinyaPola guru
multimodel: melakukan berbagai cara (kata kunci, skema, resume,
gambar, menyusun potongan konsep, isisn lanjutan, analogi,
permainan, dsb.