Top Banner
DISERTASI MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL PRASARANA MITIGASI BENCANA KEBAKARAN PERKOTAAN SEBAGAI SALAH SATU DASAR PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA PANTAI (PENERAPAN DI KOTA KENDARI) THE DETERMINATION MODEL OF POTENTIAL LOCATION OF URBAN FIRE MITIGATION INFRASTRUCTURE AS ONE OF THE BASIC COASTAL CITY PLANNING (APPLIED IN KENDARI CITY) MODEL TOWARD URBAN FIRE DISASTER (APPLIED IN KENDARI CITY) SABRILLAH TARIDALA SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
276

MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

Jul 14, 2019

Download

Documents

duonghanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

DISERTASI

MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL PRASARANA MITIGASI BENCANA KEBAKARAN PERKOTAAN SEBAGAI SALAH SATU DASAR PENATAAN RUANG WILAYAH

KOTA PANTAI (PENERAPAN DI KOTA KENDARI)

THE DETERMINATION MODEL OF POTENTIAL LOCATION

OF URBAN FIRE MITIGATION INFRASTRUCTURE AS ONE OF THE BASIC COASTAL CITY PLANNING

(APPLIED IN KENDARI CITY) MODEL TOWARD URBAN FIRE DISASTER

(APPLIED IN KENDARI CITY)

SABRILLAH TARIDALA

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

Page 2: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information
Page 3: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

ABSTRACT

SABRILLAH TARIDALA. The Determination Model of Potential Location of Urban Fire Mitigation Infrastructure as one of The Basic Coastal City Planning (Applied In Kendari City). (Under supervision of Ananto Yudono, M. Isran Ramli and M. Arifuddin Akil).

This study aims to find and develop a fire disaster risk assessment model that describes the fire risk level, the model of clean water supply network supporting fire disaster mitigation and fire station allocation model based on service response time in Kendari City. The models will determine the potential location of urban fire disaster mitigation infrastructure in a GIS grid-based format, as one of the basic spatial structures of coastal cities. The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information System (GIS). Some of the main parameters used in this model include: inhibiting or limiting factors, population density, type of building materials, accessibility, topographic conditions of the area, closure or land use, distance to potential water sources for firefighting and distance to firefighting stations. The research conducted in Kendari City of Southeast Sulawesi Province resulted in (1) fire risk disaster risk assessment, including high fire risk, high fire risk, low fire risk and very low fire risk, (2) clean water supply system for Fire disaster mitigation includes a very appropriate category for the development of clean water networks, appropriate, appropriate and not recommended categories for the development of clean water networks for firefighting; and (3) selection of fire station allocation includes: very suitable for fire station location, sufficiently appropriate and location not recommended for the allocation of fire stations.

Keywords: urban fire; water supply; fire risk; fire station, GIS; expert system

Page 4: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

ABSTRAK

SABRILLAH TARIDALA. Model Penentuan Lokasi Potensial Prasarana Mitigasi Bencana Kebakaran Perkotaan sebagai Salah Satu Dasar Penataan Ruang Wilayah Kota Pantai (Penerapan di Kota Kendari) (dibimbing oleh Ananto Yudono, M. Isran Ramli dan Arifuddin Akil).

Penelitian ini bertujuan untuk membangun model penilaian risiko bencana kebakaran yang menggambarkan tingkat risiko kebakaran, model jaringan penyediaan air bersih pendukung mitigasi bencana kebakaran dan model alokasi stasiun pemadam kebakaran berdasarkan pada layanan waktu respon di Kota Kendari. Model-model tersebut akan menentukan lokasi potensial prasarana mitigasi bencana kebakaran perkotaan dalam format GIS grid-based, sebagai salah satu dasar penataan ruang wilayah kota pantai.

Pembangunan model yang dilakukan menggunakan pendekatan Expert System yang berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Beberapa parameter utama yang digunakan pada model ini, antara lain: faktor penghambat atau pembatas, kepadatan penduduk, jenis material bangunan, aksesibilitas, kondisi topografi wilayah, penutupan atau penggunaan lahan, jarak terhadap sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran dan jarak terhadap stasiun pemadam kebakaran.

Penelitian yang dilakukan di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara ini menghasilkan (1) penilaian risiko bencana kebakaran mencakup tingkat risiko kebakaran sangat tinggi, tingkat risiko kebakaran tinggi, tingkat risiko kebakaran rendah dan tingkat risiko kebakaran sangat rendah, (2) sistem jaringan penyediaan air bersih untuk mitigasi bencana kebakaran meliputi kategori sangat sesuai untuk pengembangan jaringan air bersih, sesuai, cukup sesuai dan kategori tidak dianjurkan bagi pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran, dan (3) pemilihan alokasi stasiun pemadam kebakaran meliputi kategori: sangat sesuai untuk lokasi stasiun pemadam, sesuai, cukup sesuai dan lokasi yang tidak direkomendasikan untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran.

Kata Kunci: kebakaran perkotaan; penyediaan air bersih; risiko kebakaran; stasiun pemadam kebakaran, SIG, Sistem Pakar

Page 5: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

i

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa baraakaatuh’

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Dzat yang Maha Mulia,

atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan disertasi ini sebagai salah satu persyaratan akademik

guna memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Arsitektur,

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

Judul yang diangkat dalam disertasi ini adalah Model Penentuan Lokasi Prasarana Mitigasi Bencana Kebakaran Perkotaan sebagai Salah Satu Dasar Penataan Ruang Wilayah Kota Pantai (Penerapan di Kota Kendari). Dasar pemikiran penulis dalam melakukan penelitian ini

adalah intensitas kejadian kebakaran yang semakin meningkat di Kota

Kendari dalam setiap tahunnya serta dampak yang ditimbulkan telah

menimbulkan banyak kerugian. Penulis melihat beberapa permasalahan

dalam sistem dan alokasi prasarana mitigasi bencana kebakaran di Kota

Kendari sehingga layanan waktu respon terhadap kejadian kebakaran beserta penanganannya menjadi lamban.

Penulisan disertasi ini dapat terlaksana berkat bantuan dari beberapa

pihak, baik yang berupa materiil maupun moril, baik secara langsung

maupun tidak langsung, perorangan maupun lembaga yang telah

memberikan kontribusi dalam penyelesaian penyusunan disertasi ini, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan

menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ananto Yudono, M.Eng, selaku Promotor dan Ketua

Program Studi S3 Ilmu Arsitektur, Bapak Dr. Eng. M. Isran Ramli, ST,

MT selaku Ko-Promotor, dan Bapak Dr. Ir. Arifuddin Akil, MT juga

selaku Ko-Promotor, atas bimbingan, arahan dan waktu yang telah

diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi dan memberikan kuliah

Page 6: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

ii

selama penulis menempuh pendidikan pada Program Studi Ilmu

Arsitektur, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

2. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu M.A selaku Rektor Universitas

Hasanuddin, Bapak Dr.–Ing. Ir. Wahyu H. Piarah, MSME, selaku

Dekan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Dr. Eng.

Rosady Mulyadi, ST, MT, selaku Ketua Departemen Arsitektur, serta

seluruh dosen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, khususnya dosen di Program Studi S3 Ilmu Arsitektur, yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh

pendidikan program S3 pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Hasanuddin, dan memberikan bekal ilmu dan pengetahuan bagi

penulis untuk menyelesaikan disertasi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. M. Ramli Rahim, M. Eng, yang telah

memberikan saran dan masukan dalam pemilihan tema penelitian ini,

pada awal studi penulis.

4. Orang tua, Papa Drs. H. Marhum Taridala yang selalu memberikan

wejang dan Mama Hj. Hanami Laami, perempuan hebat nan berhati

mulia, yang tiada henti-hentinya bermunajat dan memberikan

dukungan yang tulus kepada ananda penulis untuk dapat

menyelesaikan studi doktor ini.

5. Saudara: kakak/adik yang selalu memotivasi dan memberi dukungan

moril yang tiada henti selama penulis menempuh pendidikan Program

Doktor (S3) di Program Studi Ilmu Arsitektur Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Hasanuddin, hingga selesainya studi ini.

6. Terkhusus kepada yang tercinta, Syatra Rasyid, SE yang setia

mendampingi, selalu memberikan semangat dan dorongan untuk bisa

menyelesaikan studi ini, tetap bersabar dan tawakkal dalam

menghadapi segala persoalan dan kendala yang penulis hadapi

selama menempuh pendidikan di Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Page 7: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

iii

7. Rekan-rekan kuliah di Program Studi Ilmu Arsitektur Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Hasanuddin Angkatan I (2014), II (2015) dan III

(2016), yang selama ini menjadi teman seperjuangan dalam menempuh pendidikan, sekaligus teman berdiskusi dan saling

memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi ini. Semoga

proses ini menjadi bagian dari motivasi dan pemberi semangat untuk

menyelesaikan studi kita di jenjang ini.

8. Para sahabatku yang selalu menjadi teman setia, membantu dalam

kesulitan (Bang Edho, Mas Cahyo, Muhtar “Opet”, Yayat, Kak Taslim,

Muzakkar, Bang Jack, dr. Tika, Bu Ayu, Pak Andi Bachtiar, Pak

Mursyid, Pak Nas, Pak Yahya, Pak Rahman, Pak Ashari, Ibu Uni, Ibu

Wiwi, Ibu Imri, Ibu Sari, Iksan Rustam Tamburaka), hormat buat

semuanya.

9. Kepada rekan-rekan Angkatan ‘95 Planologi Universitas “45”

Makassar, teman-teman Studio Mawar F11 Makassar, teman-teman Laboratorium Urban Planning and Design, adik-adik di CKnet Unhas,

yang telah memberikan dukungan dan semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

10. Seluruh keluarga, teman dan sahabat yang tidak disebutkan pada

bagian prakata ini. Motivasi, doa dan perhatian buat penulis selama

ini, semoga menjadi pahala di hadapan Allah. Sukses ini sukses kita bersama.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan disertasi ini masih terdapat

beberapa kekurangan dan kelemahan, karena itu penulis berharap

masukan, saran dan kritikan kepada semua pihak demi kesempurnaan dari hasil karya tulis ilmiah ini, dan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada cabang ilmu Artificial Intelligence

untuk penerapan model dalam penanganan bencana kebakaran di

kawasan perkotaan.

Page 8: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

iv

Akhir kata, penulis memohon maaf jika selama dalam proses

perkuliahan hingga selesainya studi ini terdapat perkataan dan/atau

perbuatan tidak berkenan yang penulis lakukan, baik disengaja maupun tidak disengaja.

Wassalam

Makassar, ..... Agustus 2017

SABRILLAH TARIDALA

Page 9: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

v

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

i

v

ix

xi

xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Ruang Lingkup/Batasan Penelitian

F. Definisi dan Istilah G. Sistematika BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model

B. Bencana

C. Kerentanan

D. Perencanaan Ruang Wilayah Kota

E. Api dan Kebakaran Perkotaan F. Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran

G. Stasiun Pemadam Kebakaran H. Sistem Pakar (Expert System)

1. Sejarah

1 1

9

10

11

13

15 17

19

19

23

29

31

35

39

42

45

45

Page 10: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

vi

2. Konsep Dasar

3. Faktor Kepastian (Certainty Factor)

4. Pelacakan ke Depan (Forward Chaining) I. Analityc Hierarchy Process (AHP)

J. Sistem Informasi Geografis

1. Konsep Dasar

2. Sistem Informasi Geografis untuk Kebakaran K. Kebaruan (Novelty)

L. Kerangka Konseptual

M. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

B. Lokasi dan Waktu

C. Populasi dan Teknik Sampel D. Instrumen Pengumpulan Data

E. Analisis Data

1. Konsep Umum Perancangan Sistem

2. Pengembangan Sistem BAB IV TINJAUAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Tinjauan Fisik Wilayah Penelitian

1. Geografis

2. Topografi

3. Geologi

4. Jenis Tanah

5. Geomorfologi

6. Hidrologi

7. Klimatologi

B. Tinjauan Sarana dan Prasarana Wilayah Penelitian

1. Sarana Perumahan

2. Sarana Perdagangan dan Jasa

3. Sarana Perkantoran

47

60

64 66

69

69

73

75 84

86

94

94

95

97 100

105

105

107

119

119 119

120

121

122

125

126

127

128

128

129

130

Page 11: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

vii

4. Sarana Pendidikan

5. Sarana Kesehatan

6. Jaringan Jalan 7. Jaringan Kelistrikan

8. Jaringan Air Minum

C. Tinjauan Khusus Kebakaran Perkotaan

1. Kejadian Kebakaran

2. Kantor dan Pos Pelayanan Pemadam Kebakaran (fire station)

3. Kendaraan Pemadam Kebakaran (fire engine)

4. Alat Pemadam Api/Kebakaran

5. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran 6. Petugas Pemadam Kebakaran (firefighter)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Akuisisi Pengetahuan

1. Risiko Kebakaran Perkotaan

2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran

3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran

B. Representasi Pengetahuan

1. Risiko Kebakaran Perkotaan 2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran

3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran

C. Proses Inferensi

1. Risiko Kebakaran Perkotaan

2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran

3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran

D. Implementasi

1. Risiko Kebakaran Perkotaan

2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran

3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran

131

132

133 134

135

136

136

138

140

141

142

143

144 145

149

150

152

154

155 161

167

173

173

179

185

192

193

194

194

Page 12: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

viii

E. Pengujian

1. Risiko Kebakaran Perkotaan

2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran 3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran

F. Model Lokasi Potensial Prasarana Mitigasi Bencana

Kebakaran BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

C. Penemuan (findings) DAFTAR PUSTAKA

195

197

200 202

204

209

209 213

214

216

Page 13: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3. Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8.

Tabel 9.

Tabel 10.

Tabel 11.

Tabel 12.

Tabel 13.

Tabel 14.

Tabel 15.

Tabel 16.

Tabel 17.

Interpretasi nilai Certainty Factor

Interpretasi nilai bobot

Skala dasar penilaian dalam Metode AHP Penelitian terdahulu yang relevan

Definisi operasional penelitian

Populasi dan sampel penelitian

Luas wilayah Kota Kendari berdasarkan kecamatan,

Tahun 2015

Rata-rata suhu dan kelembaban udara menurut bulan

di Kota Kendari, Tahun 2015

Jumlah curah hujan dan hari hujan menurut bulan di

Kota Kendari, Tahun 2015

Jumlah sarana perdagangan di Kota Kendari, Tahun

2015 Banyaknya sarana pelayanan jasa di Kota Kendari,

Tahun 2015

Banyaknya sarana pendidikan dasar dan menengah

(negeri) menurut kecamatan di Kota Kendari, Tahun

2015

Banyaknya sarana kesehatan (negeri) menurut kecamatan di Kota Kendari, Tahun 2015

Panjang jalan menurut kewenangan, jenis permukaan,

kondisi dan kelas jalan di Kota Kendari (Kilometer),

Tahun 2015

Banyaknya pelanggan listrik PLN menurut kecamatan

di Kota Kendari, Tahun 2015 Kejadian kebakaran di Kota Kendari, Tahun 2012-2016 Rules penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari

63

63

67 78

86

99

120

127

128

130

130

131

133

134

135

137

155

Page 14: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

x

Tabel 18.

Tabel 19.

Tabel 20.

Tabel 21.

Tabel 22.

Tabel 23.

Tabel 24.

Tabel 25.

Tabel 26.

Rules penentuan sistem jaringan air bersih untuk

pemadaman kebakaran di Kota Kendari Rules alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota

Kendari Output model penilaian risiko bencana kebakaran di

Kota Kendari dengan GIS grid-based

Output model jaringan air bersih untuk pemadaman

kebakaran di Kota Kendari dengan GIS grid-based

Output model alokasi stasiun pemadam kebakaran di

Kota Kendari dengan GIS grid-based

Kesesuaian output model penilaian tingkat risiko

kebakaran terhadap kondisi aktual kejadian kebakaran

di Kota Kendari

Kesesuaian output model terhadap faktor penghambat

pada penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari Kesesuaian output model terhadap faktor penghambat

penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman

kebakaran di Kota Kendari Kesesuaian output model terhadap faktor penghambat

pada alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari

161

168

193

194

194

199

200

201

203

Page 15: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

Gambar 7.

Gambar 8.

Gambar 9.

Gambar 10.

Gambar 11.

Gambar 12. Gambar 13.

Gambar 14.

Gambar 15.

Gambar 16.

Gambar 17.

Gambar 18.

Gambar 19.

Gambar 20.

Rasio jumlah penduduk Kota Kendari terhadap

kota/kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi

Tenggara, Tahun 2015 Konsep pembangunan/pengembangan model

Kerangka konsep kota tahan/tangguh bencana

Proses terjadinya api

Arsitektur Sistem Pakar

Arsitektur sederhana Sistem Pakar berbasis aturan

Komponen Sistem Pakar Struktur skema Sistem Pakar (Expert System)

Teknik forward chaining

Proses inferensi forward chaining

Struktur data vektor

Struktur data raster Kerangka pikir penelitian

Rancangan penelitian

GIS Grid-based Kota Kendari

Model pengambilan keputusan Sistem Pakar dan

Sistem Informasi Geografis

Kerangka umum perancangan Sistem Pakar untuk kebakaran perkotaan

Proses akuisisi pengetahuan Sistem Pakar untuk

kebakaran perkotaan

Hasil urutan prioritas parameter untuk penilaian risiko kebakaran (tahap akuisisi) dengan aplikasi Expert

Choice

Hasil urutan prioritas parameter untuk penilaian sistem

jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran

6

22

28

36

51

54

56

57

65

66

71

72 85

95

104

107

109

148

150

151

Page 16: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

xii

Gambar 21.

Gambar 22.

Gambar 23.

Gambar 24.

Gambar 25.

Gambar 26.

Gambar 27.

Gambar 28.

Gambar 29.

Gambar 30.

Gambar 31.

Gambar 32.

perkotaan (tahap akuisisi) dengan aplikasi Expert

Choice

Hasil urutan prioritas parameter untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran (tahap akuisisi) dengan aplikasi Expert Choice

Matriks representasi penilaian tingkat risiko kebakaran

di Kota Kendari

Matriks representasi penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari

Matriks representasi alokasi stasiun pemadam

kebakaran di Kota KendarI Proses input data ke grid-based untuk kebutuhan

inferensi penilaian tingkat risiko kebakaran dengan

aplikasi SIG Proses input nilai bobot parameter untuk kebutuhan

inferensi penilaian tingkat risiko kebakaran dengan

aplikasi SIG

Hasil input nilai bobot parameter untuk kebutuhan

inferensi penilaian tingkat risiko kebakaran dengan aplikasi spreadsheet

Diagram alir proses inferensi penilaian tingkat risiko

kebakaran di Kota Kendari Proses inferensi oleh inference engine untuk penilaian

tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari

Nilai-nilai risiko kebakaran perkotaan hasil inferensi

penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari Proses input data ke grid-based untuk kebutuhan

inferensi jaringan air bersih untuk pemadaman

kebakaran dengan aplikasi SIG

Proses input nilai bobot parameter untuk kebutuhan

inferensi jaringan air bersih untuk pemadaman

153

160

167

172

175

175

176

177

178

179

181

181

Page 17: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

xiii

Gambar 33.

Gambar 34.

Gambar 35.

Gambar 36.

Gambar 37.

Gambar 38.

Gambar 39.

Gambar 40.

Gambar 41.

Gambar 42.

Gambar 43.

kebakaran dengan aplikasi SIG

Hasil input nilai bobot parameter untuk kebutuhan

inferensi jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dengan aplikasi spreadsheet

Diagram alir proses inferensi penentuan sistem

jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di

Kota Kendari Proses inferensi oleh inference engine untuk

penentuan sistem jaringan air bersih untuk

pemadaman kebakaran di Kota Kendari

Nilai-nilai hasil inferensi dalam penentuan sistem

jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di

Kota Kendari

Proses input data ke grid-based untuk kebutuhan

inferensi alokasi stasiun pemadam kebakaran dengan

aplikasi SIG

Proses input nilai bobot parameter untuk kebutuhan

inferensi alokasi stasiun pemadam kebakaran dengan

aplikasi SIG

Hasil input nilai bobot parameter untuk kebutuhan inferensi alokasi stasiun pemadam kebakaran dengan

aplikasi spreadsheet

Diagram alir proses inferensi alokasi stasiun

pemadam kebakaran di Kota Kendari Proses inferensi oleh inference engine untuk alokasi

stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari

Nilai-nilai hasil inferensi alokasi stasiun pemadam

kebakaran di Kota Kendari

Implementasi Sistem Pakar berbasis SIG dalam

penilaian risiko bencana kebakaran perkotaan pada

Aplikasi SIG

182

183

184

185

187

188

188

190

191

192

193

Page 18: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

xiv

Gambar 44.

Gambar 45.

Gambar 46.

Gambar 47.

Gambar 48.

Gambar 49.

Gambar 50.

Gambar 51.

Gambar 52.

Gambar 53.

Gambar 54.

Gambar 55.

Implementasi Sistem Pakar berbasis SIG pada

jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran

perkotaan dalam Aplikasi SIG Implementasi Sistem Pakar berbasis SIG untuk

alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan pada

Aplikasi SIG Verifikasi bug terhadap coding penilaian risiko

bencana kebakaran perkotaan dengan FORTRAN Grafik perbandingan output model penilaian tingkat

risiko kebakaran terhadap kondisi aktual kejadian

kebakaran di Kota Kendari Tumpang susun output sistem terhadap faktor

penghambat pada penilaian tingkat risiko kebakaran di

Kota Kendari Verifikasi bug terhadap coding jaringan air bersih

untuk kebakaran perkotaan dengan FORTRAN Tumpang susun output model terhadap faktor

penghambat penentuan sistem jaringan air bersih

pemadaman kebakaran di Kota Kendari Verifikasi bug terhadap coding alokasi stasiun

pemadam kebakaran perkotaan dengan FORTRAN

Tumpang susun output model terhadap faktor

penghambat pada alokasi stasiun pemadam

kebakaran di Kota Kendari

Model tingkat risiko bencana kebakaran di Kota

Kendari berdasarkan Sistem Pakar berbasis SIG

Model sistem jaringan air bersih untuk mitigasi

kebakaran di Kota Kendari berdasarkan Sistem Pakar

berbasis SIG

Model alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota

Kendari berdasarkan Sistem Pakar berbasis SIG

194

195

198

199

200

201

202

202

203

205

206

207

Page 19: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3. Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.

Lampiran 10.

Lampiran 11.

Lampiran 12.

Lampiran 13.

Lampiran 14.

Lampiran 15. Lampiran 16.

Lampiran 17.

Kejadian kebakaran di Kota Kendari, Tahun 2012

Kejadian kebakaran di Kota Kendari, Tahun 2013

Kejadian kebakaran di Kota Kendari, Tahun 2014

Kejadian kebakaran di Kota Kendari, Tahun 2015

Kejadian kebakaran di Kota Kendari, Tahun 2016

Pengujian faktor penentu (tahap akuisisi pengetahuan) dengan Expert Choice

Sampel uji (validasi) kesesuaian data histori kejadian

kebakaran dengan output model penilaian tingkat risiko

bencana kebakaran di Kota Kendari

Sampel uji (validasi) kesesuaian data histori kejadian kebakaran dengan output model penilaian tingkat risiko

bencana kebakaran di Kota Kendari

Sampel uji (validasi) kesesuaian data histori kejadian kebakaran dengan output model penilaian tingkat risiko

bencana kebakaran di Kota Kendari

Sampel uji (validasi) kesesuaian data histori kejadian kebakaran dengan output model penilaian tingkat risiko

bencana kebakaran di Kota Kendari

Sampel uji (validasi) kesesuaian data histori kejadian kebakaran dengan output model penilaian tingkat risiko

bencana kebakaran di Kota Kendari

Peta batas wilayah administrasi Kota Kendari

Peta kemiringan lereng Kota Kendari

Peta penutupan lahan Kota Kendari, Tahun 2015

Peta kondisi hidrologi Kota Kendari Peta kawasan terbangun Kota Kendari, Tahun 2015

Peta kawasan rawan banjir dan longsor Kota Kendari

Page 20: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

xvi

Lampiran 18.

Lampiran 19.

Lampiran 20.

Lampiran 21

.

Lampiran 22.

Peta stasiun pemadam kebakaran Kota Kendari, Tahun

2016

Peta sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari

Peta tingkat risiko bencana kebakaran di Kota Kendari

berdasarkan Sistem Pakar berbasis SIG

Peta sistem jaringan penyediaan air bersih pendukung

mitigasi bencana kebakaran di Kota Kendari berdasarkan Sistem Pakar berbasis SIG

Peta alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari

berdasarkan layanan waktu respon dengan Sistem Pakar

berbasis SIG

Page 21: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan kawasan perkotaan di Indonesia mengalami

peningkatan dalam setiap tahunnya, hal ini terindikasi oleh semakin

meluasnya wilayah perkotaan, munculnya pusat-pusat pertumbuhan baru

dan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal dan

beraktivitas di kawasan perkotaan. Saat ini sebanyak 53 persen penduduk

Indonesia telah menjadi masyarakat perkotaan dan menetap di daerah

perkotaan (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015).

Budihardjo dan Sujarto (1999) secara implisit mengutarakan bahwa

secara umum faktor penyebab perkembangan kawasan perkotaan

tersebut adalah pertambahan penduduk secara alami dan/atau karena

proses migrasi. Kedua faktor tersebut menimbulkan dampak bagi kota,

yaitu meningkatnya kebutuhan terhadap prasarana dan sarana pelayanan

umum, sarana pelayanan jasa dan perdagangan, transportasi, air bersih

dan prasarana lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan juga

memberikan dampak terhadap perubahan dan perkembangan aspek fisik

dan non-fisik kota, antara lain perubahan penggunaan Iahan, kepadatan

penduduk, kebutuhan transportasi, hiburan, peningkatan keamanan dan

aspek lainnya.

Page 22: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

2

Realitas umum perkembangan kota di Indonesia saat ini adalah

pertumbuhan fisik ruang perkotaan yang tidak ditunjang oleh daya dukung

lingkungan, perangkat dan regulasi yang ketat, akibatnya kota tumbuh dan

berkembang secara tidak terkontrol dan terkendali. Penataan ruang kota

yang dilakukan secara baik, akan mewujudkan keharmonisan antara

lingkungan alam dan lingkungan buatan serta mewujudkan perlindungan

fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat

pemanfaatan ruang kota (Yunus, 2000). Penataan ruang kota tersebut

juga akan meningkatkan kemampuan atau mengurangi kerentanan

wilayah terhadap berbagai risiko negatif yang mungkin terjadi, baik yang

timbul secara alami maupun non-alami.

Kegiatan penataan ruang secara sistematis dimulai dari tahap

perencanaan, pemanfaatan, hingga pada kegiatan pengendalian

pemanfaatan ruang. Salah satu aspek penting dan sering terabaikan

dalam penataan ruang kota dan wilayah adalah aspek kebencanaan.

Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana yang cukup tinggi

karena geografis wilayahnya yang terletak pada daerah khatulistiwa

dengan morfologi yang beragam, adanya aktivitas pergerakan lempeng

tektonik aktif di sekitar perairan Indonesia, rangkaian gunung api aktif

serta sesar geologi yang merupakan zona rawan bencana gempa bumi

dan tanah longsor. Potensi bencana tersebut meliputi potensi bahaya

utama, seperti gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung api, tsunami,

banjir, dan potensi bahaya ikutan, seperti kebakaran, wabah penyakit dan

Page 23: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

3

konflik sosial. Potensi tertinggi bahaya ikutan berada pada wilayah

perkotaan, yang memiliki kepadatan penduduk tinggi, kompleksitas

penggunaan lahan, pemusatan aktivitas penduduk perkotaan, material

bangunan, dan adanya daerah-daerah permukiman kumuh perkotaan.

Bencana terjadi ketika bahaya atau ancaman (hazard) bertemu dengan

suatu kondisi wilayah atau masyarakat yang rentan (vulnerability), yang

memiliki kemampuan rendah atau tidak memiliki kemampuan (capacity)

untuk menanggapi atau menghadapi bahaya tersebut. Gabungan antara

kedua hal tersebut menyebabkan terganggunya kehidupan masyarakat,

seperti kehancuran rumah, kerusakan harta benda, pengungsian bahkan

timbulnya korban jiwa (ISDR, 2004).

Besarnya tingkat risiko wilayah perkotaan di Indonesia terhadap

bencana dapat terlihat dari kerentanan yang dimiliki wilayah tersebut,

yang meliputi kerentanan fisik wilayah, sosial kependudukan dan ekonomi.

Kerentanan fisik menggambarkan perkiraan tingkat kerusakan terhadap

prasarana dan sarana lingkungan jika ada faktor berbahaya tertentu, pada

aspek sosial kependudukan dan ekonomi berkaitan terhadap kapasitas

dan kondisi masyarakat dalam menghadapi bencana (Putri dan Zulkaidi,

2014).

Kebakaran merupakan salah satu jenis bencana yang sering terjadi

pada kawasan perkotaan dan non-perkotaan. Pada kawasan perkotaan,

kejadian kebakaran utamanya terjadi pada daerah berpenduduk padat

atau pada daerah yang memiliki aktivitas tinggi, seperti kawasan

Page 24: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

4

komersial. Pada daerah non-perkotaan, kebakaran terjadi pada wilayah

hutan, baik yang memiliki vegetasi yang rapat ataupun bervegetasi jarang.

Chainey dan Ratcliffe (2005) menuliskan bahwa wilayah perkotaan yang

berpenduduk padat, berkontribusi terhadap peningkatan kerentanan

kebakaran perkotaan. Risiko bahaya kebakaran perkotaan dapat dikurangi

melalui konsep perencanaan kota yang baik, seperti: penggunaan lahan

yang efisien dan sistem pola jalan yang mendukung aksesibiliitas

kendaraan pemadam kebakaran.

Konishi, dkk (2007) memberikan gambaran tentang beberapa metode

tindakan pemadaman kebakaran yang telah digunakan di dunia, selain

metode pemadaman kebakaran yang menggunakan jaringan jalan

sebagai jalur kendaraan pemadam kebakaran (fire engine). Di Amerika

pada Departemen Pertanian Amerika Serikat telah menggunakan

teknologi pemadaman kebakaran melalui udara (aerial firefighting) untuk

pemadaman kebakaran hutan, yaitu dengan menggunakan armada

helikopter. Demikian pula halnya di Jepang, teknologi tersebut telah

digunakan puluhan kali dalam setahun untuk menanggulangi kebakaran

hutan. Pada kejadian kebakaran di kawasan perkotaan di Jepang,

pemadaman kebakaran melalui udara tidak lagi digunakan karena

menjatuhkan air dalam kapasitas yang besar (sekitar 1,5 ton) pada atap

gedung atau bangunan merupakan tindakan yang tidak efektif yang dapat

merusak bangunan. Selain alasan tersebut, tindakan operasional

pemadaman kebakaran melalui udara hanya terbatas pada siang hari,

Page 25: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

5

karena penerbangan di atas wilayah yang berbukit atau pegunungan dan

kota-kota di malam hari sangat berbahaya bagi penerbangan.

Pemadaman kebakaran perkotaan di Jepang menggunakan helikopter

pernah dilakukan ketika terjadi kebakaran dalam skala besar, yaitu setelah

kejadian gempa bumi dahsyat pada tahun 1995, dimana kondisi jalan kota

secara umum mengalami kerusakan yang menghambat kendaraan

pemadam kebakaran, rusaknya sistem hidran air, serta banyaknya pohon-

pohon besar yang roboh.

Kemajuan dalam tindakan pemadaman kebakaran perkotaan lainnya

yang dipandang cukup maju adalah penggunaan teknologi terbaru yang

mengolah sumber air laut (air bergaram) sebagai sumber air untuk

memadamkan api atau kebakaran kota di wilayah pesisir, seperti yang

telah dilakukan di Amerika. Teknologi tersebut merupakan suatu harapan

bagi kota pesisir di Indonesia untuk dapat mengolah potensi sumber daya

air lautnya menjadi sumber air potensial untuk tindakan pemadaman

kebakaran, sehingga penanganan kebakaran dapat dilakukan dengan

responsif.

Kota Kendari secara tipologi adalah kota pesisir atau kota pantai,

merupakan kota dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Sulawesi

Tenggara. Tahun 2015 jumlah penduduknya mencapai 347.496 jiwa,

dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 3,3

persen. Gambaran kependudukan tersebut tersaji pada Gambar 1.

Page 26: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

6

Gambar 1: Rasio jumlah penduduk Kota Kendari terhadap kota/kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Tenggara, Tahun 2015

(Sumber: Kota Kendari dalam Angka, BPS Kota Kendari, 2016)

Kota Kendari memiliki luas wilayah daratan paling kecil yaitu 267,37

Km2, atau 0,7 persen dari luas wilayah daratan Provinsi Sulawesi

Tenggara (BPS Kota Kendari, Tahun 2016). Jumlah penduduk yang

banyak dengan luas wilayah yang relatif kecil berpotensi menimbulkan

permasalahan bagi lingkungan perkotaan, seperti kepadatan bangunan,

penggunaan lahan yang tidak beraturan, sanitasi yang buruk, prasarana

jalan yang tidak memadai, tumbuhnya bangunan-bangunan semi

permanen atau darurat yang bersifat temporer, hingga pada peningkatan

kriminalitas. Mantra (2005) menuliskan bahwa kerentanan terhadap

bencana kebakaran di kawasan perkotaan meliputi: kondisi lingkungan

(lebar jalan masuk, ketersediaan lapangan atau parkir), struktur

bangunan dan jarak antar bangunan.

Page 27: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

7

Bencana kebakaran di Kota Kendari sering terjadi dan menimbulkan

kerugian material yang tidak sedikit. Tingkat kebakaran tersebut pada

tahun 2015 mengalami peningkatan hingga 30 persen dari tahun

sebelumnya, tercatat telah terjadi 149 peristiwa kebakaran pada tahun

2015 dan 113 kejadian kebakaran pada tahun 2014 (Lampiran 1).

Penyebab dominan kebakaran tersebut didominasi oleh hubungan arus

pendek listrik, pembakaran sampah dan pembakaran lahan. Beberapa hal

utama yang yang mempengaruhinya yaitu material bangunan yang mudah

terbakar, jaringan jalan yang sempit, kerusakan jalan, tidak tersedianya

sumber air potensial alternatif untuk pemadaman dan jumlah stasiun

pemadam kebakaran yang minim. Peristiwa kebakaran terbesar pada

tahun 2015 telah mengakibatkan kerugian hingga ratusan milyar rupiah.

Kebakaran tersebut terjadi pada kawasan bangunan perusahaan PT.

Daka Samudera, yang berjarak 15 kilometer dari stasiun pemadam

kebakaran Kota Kendari. Armada pemadam kebakaran tiba di lokasi

kejadian >15 menit setelah bencana kebakaran terjadi (Dinas Pemadam

Kebakaran Kota Kendari, Tahun 2016).

Fenomena bencana kebakaran yang sering terjadi tersebut merupakan

salah satu konsekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk beserta

aktivitasnya. Infrastruktur perkotaan yang kurang memadai dan

ketidaksiapan serta ketidakmampuan masyarakat dalam upaya

pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran menjadi salah satu

titik kerentanan wilayah terhadap bencana.

Page 28: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

8

Penelitian mengenai kebakaran perkotaan ini adalah langkah penting

dan mendesak yang harus dilakukan karena intensitas kejadian

kebakaran beserta dampaknya yang terjadi di Kota Kendari hingga saat ini

semakin tinggi dan telah menimbulkan banyak kerugian. Penelitian ini

akan menghasilkan model penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi

bencana kebakaran perkotaan sebagai suatu inovasi pengetahuan dan

teknologi. Pemodelan yang dilakukan tersebut merupakan upaya

pencegahan, mitigasi dan peningkatan kesiapsiagaan dalam manajemen

bencana kebakaran di Kota Kendari untuk menghadapi kejadian bencana

atau memperkecil risiko dan dampak bencana yang mungkin ditimbulkan

sehingga kejadian kebakaran dapat diantisipasi, tidak berakibat fatal dan

berulang.

Besarnya risiko, kerusakan dan dampak kerugian yang ditimbulkan

akibat dari bencana kebakaran menjadikan penelitian ini sebagai bagian

dari solusi mitigasi bencana kebakaran, yang diharapkan akan

menghasilkan pengembangan terhadap model penataan ruang kawasan

perkotaan yang mampu memberikan perlindungan bagi warganya

terhadap ancaman bahaya kebakaran, menghilangkan penyebab-

penyebab ancaman atau mengurangi potensi bahaya, mengurangi

kerentanan dan meningkatkan kapasitas terhadap unsur-unsur fisik

wilayah yang memiliki risiko bencana.

Page 29: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

9

B. Rumusan Masalah

Bahaya bencana kebakaran dapat terjadi dimana saja dengan sedikit

atau tanpa peringatan sama sekali, sehingga sangat penting bersiap siaga

terhadap bahaya bencana untuk mengurangi risiko dan/atau dampaknya

yang dapat terjadi secara merata, melalui proses yang berlangsung

secara tiba-tiba ataupun secara perlahan. Di Kota Kendari, terdapat

beberapa permasalahan utama mengenai kejadian kebakaran, yaitu: (1)

kebakaran di Kota Kendari sering terjadi dan menimbulkan kerugian

material yang banyak, bahkan menimbulkan korban jiwa, (2) tidak

tersedianya sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran,

meliputi: sumber air potensial, model jaringan dan hidran kota, (3) jumlah

stasiun pemadam kebakaran yang ada hanya berjumlah satu unit, untuk

pelayanan seluruh wilayah kota dan layanan waktu respon pemadam

kebakaran terhadap lokasi kejadian rata-rata >15 menit setelah peringatan

kejadian kebakaran, dan (4) alokasi prasarana mitigasi bencana

kebakaran tidak mendukung ruang wilayah kota terhadap upaya mitigasi

bencana kebakaran perkotaan.

Upaya manajemen bencana kebakaran perkotaan dalam perspektif

penataan ruang dapat dilakukan melalui melalui kegiatan perencanaan

dan pelaksanaan tindakan-tindakan dalam pengurangan risiko atau

dampak bencana kebakaran, yang dilakukan sebelum bencana tersebut

terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan risiko

jangka panjang. Kegiatan antisipasi ini bukan hanya menciptakan

Page 30: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

10

lingkungan fisik perkotaan yang nyaman, tetapi juga mampu

mengantisipasi potensi-potensi bencana yang mungkin terjadi pada masa

yang akan datang.

Manajemen bencana kebakaran secara efektif merupakan suatu

bagian penting untuk dicapai. Dari kerangka permasalahan tersebut,

dirumuskan empat pertanyaan penelitian yang merupakan kegiatan

manajemen bencana pada tahap pra-bencana, yaitu:

1. Bagaimana model penilaian tingkat risiko bencana kebakaran?

2. Bagaimana model jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran

pada kawasan perkotaan?

3. Bagaimana model alokasi stasiun pemadam kebakaran berdasarkan

layanan waktu respon?

4. Bagaimana model penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi

bencana kebakaran perkotaan sebagai salah satu dasar penataan

ruang wilayah kota pantai?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara

konseptual adalah untuk mengembangkan suatu model mitigasi bencana

kebakaran perkotaan sebagai dasar yang digunakan dalam penataan

ruang wilayah kota pantai yang responsif terhadap upaya mitigasi

bencana kebakaran perkotaan.

Page 31: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

11

Pencapaian tujuan utama diperoleh melalui rangkaian pembahasan

secara rinci terhadap beberapa faktor yang berpengaruh kuat dan saling

berkaitan erat dengan pengembangan model ruang wilayah perkotaan.

Secara spesifik tujuan relevan dengan tujuan utama penelitian ini yaitu:

1. Untuk menemukan model penilaian risiko bencana kebakaran yang

menggambarkan tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari.

2. Untuk menemukan model jaringan penyediaan air bersih pendukung

mitigasi bencana kebakaran pada kawasan perkotaan Kota Kendari.

3. Untuk menemukan model alokasi stasiun pemadam kebakaran

berdasarkan pada layanan waktu respon.

4. Untuk menemukan model penentuan lokasi potensial prasarana

mitigasi bencana kebakaran perkotaan sebagai salah satu dasar

penataan ruang wilayah kota pantai.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang kebakaran perkotaan ini diharapkan dapat

menjawab rumusan permasalahan dan mencapai tujuan penelitian.

Manfaat penelitian ini dibedakan dalam manfaat teoretis dan manfaat

praktis. Manfaat teoretis yang diharapkan, yaitu:

1. Menjadi model atau model alternatif yang efektif dan efisien untuk

meningkatkan kemampuan kota pantai dalam upaya mitigasi bencana

kebakaran perkotaan.

Page 32: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

12

2. Model mitigasi bencana kebakaran perkotaan menjadi dasar dalam

penataan ruang kota pantai yang diharapkan akan memperkecil risiko

dan dampak bencana yang ditimbulkan, meningkatkan antisipasi dan

mengurangi intensitas kejadian kebakaran bahkan meniadakan

bencana kebakaran perkotaan.

3. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang mitigasi bencana

kebakaran perkotaan melalui penemuan baru dalam pengembangan

Sistem Pakar (Expert System) berbasis Sistem Informasi Geografis

(SIG).

Manfaat praktis yang dapat diperoleh adalah:

1. Teridentifikasinya besaran tingkat risiko bencana kebakaran di Kota

Kendari.

2. Adanya model jaringan penyediaan air bersih untuk mendukung upaya

pemadaman kebakaran di Kota Kendari.

3. Teridentifikasinya pengalokasian stasiun pemadam kebakaran di Kota

Kendari secara tepat berdasarkan tingkat risiko kebakaran.

4. Meningkatkan kualitas pelayanan pemadam kebakaran di Kota

Kendari dalam upaya pencegahan dan pengurangan risiko kebakaran.

5. Memberikan perlindungan bagi warga perkotaan terhadap ancaman

bahaya kebakaran, mengurangi kerentanan fisik wilayah perkotaan,

menghilangkan penyebab-penyebab ancaman atau mengurangi

potensi bahaya kebakaran perkotaan.

Page 33: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

13

6. Membantu Pemerintah Kota Kendari dalam pengambilan kebijakan

yang berkaitan dengan mitigasi bencana kebakaran perkotaan.

E. Ruang Lingkup/Batasan Penelitian

Ruang lingkup atau batasan penelitian ini merupakan upaya untuk

memberikan lingkup atau batasan terhadap aspek yang akan diteliti.

Batasan ini akan menentukan konsep utama dari permasalahan yang ada,

sehingga penelitian dapat dimengerti secara mudah dan baik. Batasan

penelitian ini dipandang sangat penting untuk mendekatkan pada pokok

permasalahan yang akan dibahas, agar tidak terjadi kerancuan atau

penafsiran yang salah dalam menginterpretasikan hasil penelitian.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan ruang

lingkup atau batasan penelitian tentang kebakaran perkotaan ini adalah:

1. Permasalahan yang diangkat sebagai tema penelitian merupakan isu

yang cukup menarik minat bagi peneliti.

2. Isu kebakaran perkotaan merupakan bagian dari unsur penataan

ruang kota yang cukup penting dan mendesak untuk diselidiki.

3. Variabel-variabel yang dipakai untuk pemecahan masalah penelitian

ini, dapat dianalisis dan diuji berdasarkan data-data yang cukup mudah

diperoleh dari hasil observasi lapangan maupun dari data sekunder.

4. Penelitian yang dilakukan masih dalam kemampuan peneliti, dalam hal

pembiayaan dan tenaga.

Page 34: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

14

5. Model mitigasi bencana kebakaran yang diperoleh dari hasil penelitian

ini dapat digunakan atau diaplikasikan oleh pihak pemerintah daerah

dalam upaya pengurangan risiko bencana pada kawasan perkotaan,

berdasarkan aspek pembiayaan dan efektifitas.

Ruang lingkup penelitian menjadi penegasan terhadap batasan-

batasan objek yang akan diteliti, sehingga penelitian ini akan menjadi lebih

terfokus dan masalah menjadi semakin jelas. Ruang lingkup atau batasan-

batasan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Lokasi penelitian adalah wilayah yang termasuk dalam bagian wilayah

administrasi Kota Kendari.

2. Konsep penanggulangan kebakaran perkotaan yang diteliti adalah

konsep pemadaman darat, yaitu metode tindakan pemadaman

kebakaran yang menggunakan jaringan jalan sebagai jalur kendaraan

pemadam kebakaran.

3. Variabel-variabel yang digunakan pada kegiatan penelitian ini untuk

mengukur tingkat risiko kebakaran perkotaan, penyediaan jaringan air

bersih untuk pemadaman kebakaran, pengalokasian stasiun pemadam

kebakaran serta model mitigasi bencana kebakaran perkotaan sebagai

dasar penataan ruang kota pantai merupakan unsur-unsur utama yang

dipandang berpengaruh terhadap kebakaran perkotaan, melingkupi:

(a) kondisi fisik wilayah yang meliputi: kemiringan lereng, ketinggian

wilayah, vegetasi dan kondisi hidrologi, (b) kondisi non-fisik wilayah,

meliputi: riwayat kejadian kebakaran, kepadatan bangunan, tingkat

Page 35: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

15

risiko kebakaran dan aksesibilitas, dan (c) prasarana dan sarana

perkotaan, meliputi: jaringan jalan, fasilitas perkotaan, bangunan

hunian, jaringan air bersih dan hidran kota.

4. Populasi penelitian adalah seluruh penggunaan lahan yang

terklasifikasi dalam unit lahan, dalam cakupan wilayah Kota Kendari.

5. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi: kegiatan

wawancara (wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur),

observasi dan dokumentasi.

6. Pengembangan model kebakaran perkotaan menggunakan

pendekatan Sistem Pakar yang berbasis Sistem Informasi Geografis

(SIG) yang diterapkan dalam susunan grid-grid atau kisi yang

bereferensi geografis dengan ukuran 50 meter x 50 meter.

F. Definisi dan Istilah

Definisi dan istilah ini dimaksudkan untuk persamaan persepsi dan

menghindari kerancuan atau perbedaan penafsiran dalam mengartikan

istilah-istilah dalam penelitian ini, serta mempermudah pembaca dalam

memahami isi dan gambaran objek yang diteliti. Definisi dan batasan

pengertian tersebut antara lan:

1. Sistem adalah sekumpulan objek atau elemen yang tergabung dalam

suatu interaksi dan interdependensi yang teratur, bertujuan untuk

menyelesaikan suatu sasaran.

2. Model adalah gambaran operasional dari suatu sistem yang

sebenarnya (nyata) ke dalam bentuk yang disederhanakan, yang

Page 36: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

16

melibatkan elemen-elemen yang secara langsung terlibat dalam

permasalahan yang akan dipecahkan untuk mencapai tujuan

penelitian.

3. Lokasi potensial adalah lokasi yang berpotensi untuk dialokasikan

sarana dan prasarana pelayanan publik, kaitannya terhadap upaya

pencegahan, penanggulangan dan peningkatan kemampuan wilayah

terhadap bahaya atau risiko kebakaran di kawasan perkotaan yang

didasarkan pada kriteria-kriteria yang mempengaruhinya.

4. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan atau komponen-

komponen pelayanan publik yang berfungsi mendukung kegiatan-

kegiatan publik agar dapat berlangsung sebagaimana mestinya.

5. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk melancarkan

pelaksanaan fungsi atau memberikan kemudahan dalam

penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan masyarakat pada

berbagai aspek.

6. Bencana kebakaran adalah suatu situasi atau kondisi dimana suatu

tempat atau lahan atau bangunan dilanda oleh api, menimbulkan

ancaman atau gangguan yang mengakibatkan kerugian atau

kerusakan yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat.

7. Mitigasi bencana kebakaran adalah upaya pengurangan risiko

bencana dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana

kebakaran.

Page 37: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

17

8. Penataan ruang wilayah kota adalah proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

kota yang dilaksanakan secara sekuensial.

9. Kota pantai adalah kawasan perkotaan yang terdiri dari daerah-daerah

daratan, lahan-lahan pantai dan wilayah perairan lepas pantai.

10. Simulasi adalah proses desain suatu model logis atau matematis dari

suatu sistem nyata dan selanjutnya melakukan eksperimen berbasis

komputer terhadap model tersebut untuk mendapatkan deskripsi dan

prediksi dari sistem yang sebenarnya.

G. Sistematika

Sistematika pembahasan disertasi ini memberikan gambaran secara

garis besar mengenai bagian-bagian isi tulisan, yang meliputi bagian

pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan jadwal

pelaksanaan kegiatan penelitian.

Sistematika ini secara rinci, meliputi: Bagian Pertama merupakan

bagian pendahuluan yang memuat latar belakang permasalahan, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup atau batasan

penelitian, terminologi serta sistematika pembahasan, Bagian Kedua berisi

tentang kajian pustaka, yaitu landasan teori yang berkenaan dengan topik

penelitian, kebaruan (novelty) penelitian dan kerangka konseptual

penelitian, Bagian Ketiga berisi tentang metodologi kegiatan penelitian,

yaitu rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, instrumen

Page 38: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

18

pengumpulan data, definisi operasional dan analisis data untuk

perancangan sistem, Bagian Keempat memuat tentang tinjauan umum

Kota Kendari sebagai wilayah penelitian, Bagian Kelima memuat tentang

hasil penelitian yang telah dilakukan beserta pembahasannya, dan Bagian

Keenam merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dan saran-

saran berdasarkan perolehan hasil penelitian serta hasil penemuan

peneliti.

Page 39: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model

Model dalam tinjauan umum merupakan suatu pengganti sistem yang

sesungguhnya. Beberapa model yang telah dihasilkan dan digunakan

hingga saat ini, cukup memudahkan pekerjaan sebagai pengganti dari

sistem yang sebenarnya. Perencanaan arsitektural, pekerjaan pada

bidang sumber daya air, grafik ekonom hingga pada kegiatan diagnosis

macam penyakit oleh kecerdasan buatan, merupakan contoh dari bentuk

suatu model.

Model adalah representasi beberapa aspek dari sistem yang nyata.

Model sangat berguna untuk membantu kita dalam mempelajari atau

mendalami sesuatu hal yang baru. Banyak dari kita yang telah

membangun melalui penggunaaan model. Melakukan pemodelan

sangatlah menyenangkan untuk bereksperimen. Pemodelan adalah suatu

proses yang berulang melalui percobaan dan perbaikan kesalahan (trial

and error). Model ini biasanya dibangun melalui langkah-langkah yang

kompleks hingga pada suatu bentuk simulasi yang teliti dan dinamis

(Ford, 2009).

Mananoma dan Soetopo (2008) mengatakan bahwa model memegang

peranan penting di bidang ilmu pengetahuan. Dari sisi ekonomi, model

dapat menghemat waktu dan biaya ataupun komoditi berharga lainnya.

Pemodelan bisa juga dilakukan untuk menghindari risiko kerusakan pada

Page 40: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

20

sistem nyata. Dengan demikian sebuah model diperlukan jika percobaan

dengan sistem nyata menjadi terhalang karena mahalnya pembiayaan,

berbahaya ataupun merupakan sesuatu yang tidak mungkin untuk

dilakukan.

Simamarta (1983) menjelaskan bahwa model adalah abstraksi dari

sistem yang sebenarnya dalam gambaran yang lebih sederhana serta

mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh, atau dengan

kata lain model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan

perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya. Berdasarkan

fungsinya, model dapat digolongkan pada beberapa bagian, yaitu:

1. Model deskriptif, yaitu model yang hanya menggambarkan situasi

sebuah sistem tanpa rekomendasi dan peramalan, contohnya peta

organisasi.

2. Model prediktif, yaitu model yang menunjukkan apa yang akan terjadi,

bila sesuatu terjadi.

3. Model normatif, yaitu model yang menyediakan jawaban terbaik

terhadap satu persoalan. Model ini memberi rekomendasi tindakan-

tindakan yang perlu diambil, contohnya model budget advertensi,

model ekonomi dan model pemasaran.

Model juga dikategorikan dalam tiga macam model yaitu model statis,

model statis komparatif dan model dinamis. Model statis menggambarkan

tentang fenomena kejadian pada saat ini. Model statis komparatif

merupakan model yang membandingkan beberapa fenomena dengan

Page 41: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

21

kejadian yang berbeda dalam suatu waktu. Model dinamis merupakan

model yang dapat dikembangkan untuk menunjukkan perubahan over

time permintaan dan pasokan. Model ini juga merefleksikan perubahan

melalui simulasi ataupun berdasarkan waktu nyata (realtime) dan

menghitung komponen secara konstan dengan memasukkan beberapa

alternatif tindakan yang akan datang (McGarney dan Hannon, 2004).

Sebuah model dapat berupa bentuk, ukuran dan corak. Hal ini sangat

penting untuk menekankan bahwa model bukanlah dunia nyata tetapi

dibangun untuk membantu manusia dalam memahami sistem di dunia

nyata. Secara umum semua model memiliki masukan (input) informasi,

pemrosesan informasi (processing), dan hasil yang diharapkan (output).

Unsur-unsur pokok yang secara umum digunakan dalam pengembangan

suatu model yaitu: (1) pembuatan asumsi yang disederhanakan, (2)

identifikasi batasan kondisi atau kondisi awal, dan (3) pemahaman

terhadap tingkat penerapan model. Beberapa jenis model yang ada yaitu:

(1) Model Konseptual (Conceptual Models), (2) Model Demonstrasi

Interaktif (Interactive Lecture Demonstrations Models), (3) Model

Matematika dan Statistik (Mathematical and Statistical Models), dan (4)

Model Visualisasi (Visualizations Models) (Ford, 2009). Ilustrasi proses

pembangunan dan/atau pengembangan suatu model seperti yang terlihat

pada Gambar 2.

Page 42: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

22

Gambar 2: Konsep pembangunan/pengembangan model (Sumber: Ford, 2009)

Loucks dkk (1981) mengatakan bahwa terdapat dua pendekatan dasar

dalam menyelesaikan model-model perencanaan yaitu simulasi dan

optimasi. Kaitannya terhadap metode penelitian yang dilakukan peneliti,

Loucks dkk (1981) mengungkapkan bahwa suatu metode simulasi tidak

dapat mengidentifikasi kebijakan operasi serta desain yang optimal, akan

tetapi merupakan suatu cara yang sempurna untuk mengevalusi hasil

yang diharapkan dari setiap pelaksanaan desain dan kebijakan operasi.

Suatu model dapat dimodelkan dengan hanya mengikutsertakan

karakteristik-karakteristik penting dari suatu sistem sebenarnya. Aspek-

aspek dari sistem sebenarnya yang tidak memiliki kontribusi signifikan

terhadap sistem tersebut tidak diikutsertakan pada model yang

dirancang. Hal ini dilakukan karena aspek-aspek tersebut hanya akan

mangaburkan hubungan antara masukan (input) dan keluaran (output)

dari sistem yang disimulasikan (McGarney dan Hannon, 2004). Taha

Page 43: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

23

(1992) mengungkapkan persepsinya tentang pemodelan, bahwa asumsi

suatu sistem nyata diwujudkan dari sistem nyata dengan menentukan

faktor-faktor dominan (variabel, kendala dan parameter) yang

mengendalikan perilaku dari sistem nyata.

B. Bencana

Bencana telah lama ada sejak kehidupan manusia dimulai. Untuk

merespon hal tersebut, secara individual ataupun kelompok, telah banyak

pendekatan yang digunakan dalam upaya manajemen bencana yang

bertujuan untuk mengurangi risiko dan dampak berbahaya dari bencana

tersebut. Manajemen bencana yang komprehensif didasarkan pada empat

komponen, meliputi:

1. Mitigasi (mitigation).

2. Kesiapsiagaan (preparedness).

3. Tanggap darurat (response).

4. Pemulihan (recovery).

Saat ini secara perlahan-lahan banyak negara berkembang yang semakin

menyadari tentang pentingnya kegiatan manajemen bencana, yang

dilakukan melalui pendekatan yang lebih baik dan cukup aman untuk

meminimalkan bahaya atau risiko bencana. Juga semakin dipahami

bahwa partisipasi masyarakat merupakan salah satu faktor kunci

kesuksesan dalam pelaksanaan pengurangan risiko bencana. Seluruh

Page 44: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

24

parameter penting dalam manajemen bencana harus dipertimbangkan

agar potensi kerusakan dapat diminimalisir (Waheed, 2014).

Rachmat (2002) menjelaskan bahwa manajemen bencana merupakan

seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan

bencana, yaitu kondisi sebelum bencana, saat bencana dan sesudah

terjadinya bencana, atau dikenal sebagai siklus manajemen bencana.

Kegiatan manajemen bencana secara umum dibagi dalam tiga kegiatan

utama, yaitu:

1. Kegiatan pra-bencana, mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,

kesiapsiagaan serta peringatan dini. Kegiatan ini sangat penting,

dimana telah dilakukan persiapan dalam menghadapi bencana dan

pasca bencana, sehingga akan memperkecil dampak bencana yang

mungkin ditimbulkan.

2. Kegiatan saat terjadi bencana, yang mencakup kegiatan tanggap

darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti: kegiatan

penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi, bantuan darurat dan

kegiatan pengungsian.

3. Kegiatan pasca bencana, mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi

dan rekonstruksi. Bertujuan untuk perbaikan kondisi masyarakat yang

terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan

sarana pada keadaan semula.

Harrison dan Williams (2016) menyatakan bahwa bencana semestinya

tidak hanya dipandang sebagai suatu kondisi tanggap darurat saja, atau

Page 45: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

25

merupakan hal yang tidak dapat diprediksi kejadiannya, melainkan harus

dilihat sebagai suatu risiko dengan siklus yang telah terjadi selama sekian

lama. Seharusnya kegiatan mitigasi dan adaptasi terhadap bencana

dibuat secara permanen dan dimplementasikan dalam kebijakan dan

perencanaan kota. Beberapa negara di dunia ini seperti Jepang, telah

banyak berinvestasi terhadap penyediaan infrastruktur sebagai alat

perlindungan terhadap bahaya alam, gempa bumi dan tsunami.

Berdasarkan pengalaman, Jepang menilai adanya saling keterkaitan

secara sistemik dari suatu bencana, yaitu bencana alam yang terjadi,

seperti gempa bumi, dapat menimbulkan potensi bencana lainnya, dalam

artian dapat menyebabkan bencana ikutan, seperti kebakaran dan

lainnya.

Bencana, di negara lain seperti di Indonesia, juga merupakan

permasalahan yang harus ditangani secara serius.

Kusumastuti et al (2014) menggambarkan bahwa Indonesia merupakan

salah satu negara yang termasuk dalam kategori rawan bencana, tempat

dimana tiga lempeng besar dunia bertemu, yaitu Lempeng Indo-Australia,

Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Interaksi antar lempeng-lempeng

tersebut menghasilkan aktivitas seismik yang kuat, seperti gempa bumi

dan letusan gunung berapi, dan jenis-jenis bencana alam, misalnya

tsunami, angin topan dan kekeringan. Bencana alam yang terjadi memiliki

dampak yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat di daerah

bencana. Mengingat dampak yang cukup signifikan dari kejadian bencana

Page 46: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

26

alam tersebut, sangat penting untuk melakukan penilaian terhadap tingkat

risiko bencana. Hal ini akan sangat membantu pemerintah dalam

mengembangkan kerangka kerja komprehensif atau kebijakan untuk

meminimalkan dampak negatif bencana. Selain itu, tingkat pemahaman

terhadap risiko bencana harus ditindaklanjuti dengan melakukan penilaian

terhadap tingkat ketahanan terhadap bencana. Ketahanan terhadap

bencana yaitu kapasitas atau kemampuan masyarakat dalam

mengantisipasi, mempersiapkan, menanggapi dan pulih dari dampak

bencana.

Prinsip dasar manajemen bencana adalah pengurangan dampak

bencana melalui mobilisasi program secara efisien yang melibatkan

keterlibatan dan partisipasi aktif seluruh pihak-pihak yang berkepentingan

(stakeholders). Secara umum, manajemen bencana yang efisien akan

memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian hasil dari dampak

bencana yang ditimbulkan (Ha, 2016). Pada wilayah perkotaan, Walters

dan Gaillard (2014) menuliskan pandangannya bahwa kerentanan dan

bahaya bencana terhadap wilayah perkotaan tidak terjadi secara alami,

tetapi terbangun dan dibentuk oleh karakter pembangunan yang terjadi,

pemerintahan dan struktur manajemen perkotaan serta proses-proses

sosial, ekonomi dan politik yang kompleks.

Kota yang memiliki ketahanan atau ketangguhan terhadap bencana

(resilient city) adalah kota yang mempunyai sistem fisik wilayah dan

masyarakat yang terintegrasi dan terangkai secara baik. Sistem fisik

Page 47: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

27

wilayah meliputi lingkungan terbangun dan lingkungan alami, seperti

bangunan, jaringan jalan, infrastruktur, vegetasi, topografi, dan sistem

alami lainnya. Masyarakat dan kelembagaan yang ada membentuk

sosiologi perkotaan yang sama pentingnya. Ketika bencana terjadi, sistem

fisik merupakan bagian pertama yang terkena dampak bencana, dan

dengan kemampuannya dalam mengatasi dan beradaptasi terhadap

situasi bencana, menjadikannya bagian yang sangat penting bagi masa

depan kota (Greeshma dan Kumar, 2016). Girardet (2004) menuliskan

bahwa kota yang tahan atau tangguh terhadap bencana adalah kota yang

telah bersiap menghadapi ancaman dari semua jenis bahaya bencana

yang mengancam. Kota tersebut juga memiliki kemampuan pulih secara

cepat, yaitu kembali ke kondisi semula seperti sebelum terjadinya

bencana. Godschalk, (2003) juga memberikan pernyataan mengenai kota

yang tangguh terhadap bencana, yaitu suatu kota yang mampu

menangani berbagai jenis ancaman bencana tanpa menimbulkan

kekacauan situasi atau kerusakan permanen pada saat terjadi ancaman.

Kota yang tangguh terhadap bencana dirancang dengan tujuan untuk

mengantisipasi, mampu bertahan hidup, dan pulih dari dampak bencana.

Kota tersebut akan bersifat fleksibel terhadap berbagai gangguan

bencana.

Konsep tentang ketangguhan kota juga dinyatakan oleh Mandala

(2013), bahwa ketangguhan kota merupakan konsep yang berkorelasi

dengan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Page 48: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

28

Konsep ini bukan didorong, akan tetapi diadakan dengan dukungan

inovasi (inovation), mitigasi (mitigation) dan adaptasi (adaptation):

1. Mitigasi, merupakan upaya pengurangan risiko yang disesuaikan

dengan kapasitas objek, yakni objek itu sendiri sesuai kapasitasnya.

2. Adaptasi, merupakan penyesuaian (diri) terhadap risiko, yang

disesuaikan dengan bahaya dan kerentanan yang ada pada objek.

3. Inovasi, merupakan kerangka waktu (time frame) pengimplementasian

kegiatan yang dianggap baru dalam penanganan risiko, yang

sebenarnya diluar kebiasaan kapasitas yang ada pada objek.

Pada bagian lain, Renald et al (2016) mengatakan bahwa pembentukan

ketahanan suatu kota terhadap bencana, memiliki empat faktor yang

saling berkaitan erat dan saling mempengaruhi, yaitu: penataan ruang,

adaptasi, mitigasi bencana dan inovasi teknologi. Hubungan masing-

masing aspek dalam konsep ketangguhan kota tersebut digambarkan

dalam bentuk kerangka seperti pada Gambar 3.

Gambar 3: Kerangka konsep kota tahan/tangguh bencana (Sumber: Renald et al., 2016)

Page 49: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

29

C. Kerentanan

Tingginya aktivitas penduduk perkotaan menyebabkan peluang

terjadinya kebakaran di kawasan perkotaan menjadi lebih besar. Kondisi

umum, yang mencakup faktor fisik wilayah, sosial ekonomi, politik dan

budaya, menjadi salah satu potensi bagi sekelompok masyarakat atau

komunitas lebih rentan tertimpa suatu bencana. Kerentanan (vulnerability)

berkaitan erat dengan kondisi kemampuan masyarakat dalam

mempersiapkan diri menghadapi bahaya atau ancaman bencana.

Kerentanan dapat menunjukkan nilai dari potensi kerugian pada suatu

wilayah yang terkena bencana, baik berupa nilai lingkungan, materi,

korban jiwa, tatanan sosial dan lainnya.

Penilaian tingkat kerentanan membutuhkan analisis faktor kontekstual

yang kompleks dan beragam. Definisi tentang risiko dan kerentanan harus

diperluas maknanya, sehingga dimungkinkan dilakukannya identifikasi

efek diferensial pada populasi dari berbagai kategori (Kelly, 1995). Tingkat

kerentanan yang tinggi akan menimbulkan risiko bencana yang semakin

besar. Pada peristiwa kebakaran perkotaan, risiko memungkinkan

terjadinya kerusakan, mengancam keselamatan jiwa manusia, kerugian

harta benda, mengancam keamanan publik. Hal ini disebabkan karena

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara peristiwa atau

kecelakaan kebakaran dengan tingkat kerentanan perkotaan, yang

mungkin menimbulkan konsekuensi negatif atau kerugian, seperti

mengganggu kegiatan perekonomian dan lingkungan (Yong, 2013).

Page 50: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

30

Kerentanan yang dimiliki akan menjadi ancaman dalam upaya

kesiapsiagaan menghadapi bencana. Menurut ISDR (2004), ancaman

merupakan suatu kondisi, gejala atau aktivitas manusia yang berpotensi

menimbulkan korban jiwa, kerugian material, kerusakan tatanan sosial dan

lingkungan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kerentanan terhadap

bencana, dikelompokkan pada empat bagian, yaitu:

1. Kerentanan fisik, berkenaan dengan kelemahan atau kekurangan

wilayah atau lokasi dan lingkungan terbangun, seperti bangunan,

infrastruktur lingkungan dan konstruksi lainnya.

2. Kerentanan sosial, berkenaan dengan kehidupan individu, komunitas,

dan masyarakat pada umumnya, termasuk aspek yang berkaitan

dengan jaminan keamanan, jaminan hak asasi, sistem pemerintahan,

persamaan sosial, nilai sosial, ideologi, dan kelompok usia.

3. Kerentanan ekonomi, sangat bergantung pada kondisi ekonomi

masyarakat, komunitas serta tingkatan di atasnya. Jumlah kaum

miskin, komposisi jumlah perempuan yang tidak berimbang dan usia

lanjut, juga meningkatkan kerentanan ekonomi. Kelompok ini dianggap

sebagai kelopok paling rentan apabila terjadi bencana. Secara umum,

ekonomi yang lemah akan meningkatkan tingkat kerentanan ekonomi.

4. Kerentanan ekologi lingkungan, termasuk di dalamnya peningkatan

penurunan sumberdaya alam serta status degradasi sumberdaya

lingkungan, termasuk gangguan keanekaragaman hayati, mutu tanah

atau air bersih.

Page 51: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

31

D. Perencanaan Ruang Wilayah Kota

Perencanaan spasial atau perencanaan tata ruang adalah suatu

proses yang rasional dan sistematis yang berpengaruh terhadap kondisi

wilayah atau kawasan pada masa yang akan datang. Proses ini

melingkupi kegiatan identifikasi, proses analisis dan pencapaian hasil

guna memberikan petunjuk bagi publik dan pihak swasta. Perencanaan

spasial tersebut merupakan jenis perencanaan yang terkait dengan aturan

ruang fisik wilayah dan mengarahkan kegiatan di masa yang akan datang

berdasarkan kesesuaian dan prinsip-prinsip yang dapat diterima.

Perencanaan spasial biasa juga disebut perencanaan penggunaan lahan

atau perencanaan kota/daerah (Ran dan Budic, 2016).

Fuseini dan Kemp (2015) menuliskan bahwa kegiatan perencanaan

penggunaan lahan perkotaan merupakan kunci yang memiliki peran

utama dalam upaya mencapai pembangunan yang berkelanjutan, dimana

populasi dunia saat ini banyak yang telah tinggal dan menetap di daerah

perkotaan, di tengah tantangan degradasi lingkungan, kerawanan pangan

dan pemekaran fisik wilayah kota ke daerah-daerah di sekitarnya secara

tidak terstruktur (urban sprawl). Namun, mengintegrasikan tiga elemen inti

dari pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan ekonomi,

pelestarian lingkungan atau ekologi dan pembangunan sosial dan/atau

keadilan terhadap hak (equity) ke dalam perencanaan penggunaan lahan

bukanlah hal yang mudah dan tanpa konflik. Hu et al (2016) menjelaskan

lebih lanjut bahwa dalam perencanaan penggunaan lahan perkotaan,

Page 52: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

32

sangat penting untuk melakukan penyelidikan terhadap indikator-indikator

perkotaan secara sistematis dan holistik untuk mengetahui berbagai

fenomena perkotaan yang saling berkaitan, seperti penggunaan lahan,

transportasi, penduduk, dan lainnya. Pemahaman terhadap interaksi dari

faktor-faktor tersebut sangatlah penting untuk mengevaluasi kondisi aktual

perkotaan secara akurat, dan secara efektif dipakai untuk menentukan

bagaimana merencanakan dan merancang sistem perkotaan termasuk

dalam hal pengidentifikasian infrastruktur dan layanan publik, serta

sumberdaya yang perlu tersedia, termasuk penditribusiannya.

Struktur tata ruang kota yang efisien akan mengurangi biaya produksi

rata-rata bagi kelompok tenaga kerja, menciptakan teknologi komunikasi

yang efisien, membantu memecahkan masalah insentif keruangan,

memberikan motivasi psikologis bagi publik, mempromosikan inovasi

teknologi serta pengembangan bisnis dan jaringan sosial. Bentuk tata

ruang kota yang efisien merupakan suatu efektifitas biaya dalam

penyediaan infrastruktur yang terintergrasi, seperti halnya penggunaan

lahan dengan transportasi. Hal ini juga akan meningkatkan efisiensi

pemerintah daerah dalam hal fiskal dan keuangan, melalui pengaturan

pola tata ruang kota secara tepat. Bentuk tata ruang kota yang efisien,

yaitu melakukan pemisahan penggunaan lahan yang tidak sesuai atau

yang bertentangan. Struktur tata ruang yang efisien akan meningkatkan

kualitas hidup dan meningkatkan pelestarian ruang terbuka, lahan

Page 53: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

33

pertanian, dan lingkungan perkotaan sehingga akan membantu

meningkatkan daya saing dan daya tarik kota (Ding, 2009).

United Nation (2008) menuliskan bahwa perencanaan tata ruang

sebagian besar adalah merupakan fungsi dari sektor publik yang

mempengaruhi distribusi kegiatan keruangan di masa depan. Hal ini

bertujuan untuk menciptakan konsep penggunaan ruang wilayah yang

lebih rasional beserta keterkaitannya, untuk menyeimbangkan

pembangunan dengan tuntutan kebutuhan dalam rangka perlindungan

terhadap lingkungan, dan untuk pencapaian tujuan sosial dan ekonomi

masyarakat. Perencanaan tata ruang terdiri atas langkah-langkah yang

terkoordinasi yang meningkatkan dampak spasial dari kebijakan sektoral

sehingga tercapai pemerataan pembangunan ekonomi wilayah. Oleh

karena itu perencanaan tata ruang merupakan alat pendongkrak yang

sangat penting untuk memajukan pembangunan yang berkelanjutan dan

meningkatkan kualitas hidup. Perencanaan tata ruang merupakan

instrumen utama untuk pembangunan jangka panjang, kerangka

berkelanjutan untuk pembangunan sosial, wilayah dan ekonomi, baik

dalam maupun antar negara. Peran utamanya adalah untuk meningkatkan

integrasi antara sektor seperti perumahan, transportasi, energi dan

industri, serta untuk meningkatkan sistem pembangunan perkotaan dan

pedesaan pada skala nasional dan lokal, termasuk pertimbangan

terhadap aspek lingkungan.

Page 54: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

34

Dokumen United Nation (2008) lebih lanjut menuliskan bahwa

perencanaan tata ruang berfungsi regulasi dan berfungsi sebagai

mekanisme pembangunan. Pada fungsinya sebagai suatu mekanisme

peraturan, pemerintah di tingkat lokal, regional dan/atau nasional

memberikan persetujuan untuk kegiatan tertentu pada suatu ruang.

Sebagai mekanisme pembangunan, pemerintah harus mengelaborasi

perangkat pembangunan untuk menyediakan layanan dan infrastruktur,

untuk menetapkan arah pembangunan perkotaan, untuk melestarikan

sumberdaya, untuk menetapkan insentif dalam kegiatan investasi, dan

lainnya. Perencanaan tata ruang bertujuan untuk:

1. Meningkatkan hubungan perwilayahan melalui pembangunan sosial

dan ekonomi yang lebih seimbang serta meningkatkan daya saing

daerah.

2. Mendorong pengembangan dan pembangunan yang dihasilkan melalui

fungsi perkotaan dan meningkatkan hubungan antara kota dan desa.

3. Meningkatkan aksesibilitas yang lebih seimbang.

4. Mengembangkan akses informasi dan pengetahuan.

5. Mengurangi kerusakan lingkungan.

6. Meningkatkan dan melindungi sumberdaya dan warisan alam.

7. Meningkatkan warisan budaya sebagai aspek pembangunan.

8. Mengembangkan sumber energi yang aman.

9. Mendorong peningkatan nilai keruangan dengan kualitas yang tinggi

dan pariwisata berkelanjutan.

Page 55: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

35

10. Membatasi dampak bencana alam.

Prawiranegara (2014) mengungkapkan bahwa dengan meningkatkan

kualitas perencanaan dan pengelolaan tata ruang, serta

mengarusutamakan konsep penanggulangan rawan bencana, diharapkan

dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi dalam pengurangan

kerentanan dan peningkatan ketahanan wilayah terhadap bencana.

E. Api dan Kebakaran Perkotaan

Api adalah oksidasi cepat terhadap suatu material dalam proses

pembakaran kimiawi, yang menghasilkan panas, cahaya dan berbagai

hasil reaksi kimia lainnya. Api berupa energi berintensitas yang bervariasi

dan memiliki bentuk cahaya dan panas yang juga dapat menimbulkan

asap. Api merupakan hasil dari suatu reaksi berantai yang berlangsung

dengan sangat cepat, seimbang dan kontinyu antara tiga bahan

pembentuk api, yaitu bahan bakar, energi panas dan oksigen (NFPA,

2013). Tanpa adanya salah satu dari ketiga unsur tersebut, maka api tidak

akan timbul.

Api akan menjadi suatu kebakaran jika reaksi pembakaran tidak dapat

dikontrol dan secara umum menimbulkan kerusakan dan kerugian. Proses

terjadinya api dengan unsur-unsur pembentuknya diilustrasikan pada

Gambar 4.

Page 56: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

36

Gambar 4: Proses terjadinya api (Sumber: NFPA, 2013)

Jasriadi, dkk (2015) menuliskan bahwa kebakaran adalah suatu reaksi

oksidasi yang terjadi karena proses pemanasan (eksotermis) dan

berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan

timbulnya api atau penyalaan. Lebih lanjut, pada NFPA (2013) dijelaskan

bahwa kebakaran adalah suatu bencana yang disebabkan oleh api atau

pembakaran yang tidak terkontrol, yang membahayakan jiwa manusia,

bangunan atau lingkungan, dapat terjadi secara sengaja atau tidak

disengaja. Kebakaran umumnya akan menyebabkan kerusakan pada

bangunan, dapat menimbulkan kecederaan atau kematian pada manusia.

Kebakaran adalah hal yang tidak dikehendaki karena menimbukan

kerugian baik harta benda maupun korban jiwa. Pada daerah perkotaan

yang berpenduduk padat, kebakaran merupakan bencana yang paling

Page 57: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

37

sering terjadi. Sumber-sumber bahaya kebakaran umumnya berasal dari

ulah manusia, yaitu kelalaian dalam melakukan kegiatan seperti

memasak, membakar lahan, penggunaan alat elektronik yang tidak

terkontrol dan kebocoran gas. Selain faktor manusia, kejadian kebakaran

juga dapat disebabkan oleh kejadian alam seperti petir, gempa bumi,

letusan gunung api dan kekeringan. Proses membesarnya api dipengaruhi

oleh bahan bakar atau bahan yang mudah terbakar (combustible) yang

dilalui oleh api tersebut. Pada kawasan hunian, yang menjadi bahan bakar

dari kejadian kebakaran adalah bahan material bangunan yang terdapat di

kawasan tersebut. Semakin banyak jumlah material yang dapat terbakar di

daerah permukiman tersebut, maka akan semakin besar api yang

merambat dan berkembang. Jumlah bahan bakar yang mudah menyala

tersebut juga mempengaruhi lamanya api menyala. Ferreira (2016)

mengungkapkan bahwa pada kawasan perkotaan, teridentifikasi bahwa

kontributor potensial dalam peningkatan risiko kebakaran kota meliputi:

bangunan dengan bahan mudah terbakar yang utamanya berada pada

bangunan tradisional, kepadatan bangunan di pusat kota yang cukup

tinggi dengan jalanan yang sempit, dinding antar bangunan yang saling

berdekatan, serta bangunan kosong atau kumuh dengan instalasi listrik

yang telah terpasang sejak lama tanpa adanya perawatan yang memadai.

Perlindungan terhadap bencana kebakaran merupakan bagian yang

sangat penting bagi wilayah perkotaan dalam upaya pencegahan dan

pengurangan risiko bencana, hal ini merupakan dampak dari

Page 58: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

38

perkembangan dan pembangunan kota yang terjadi secara cepat. Himoto

dan Tanaka (2012) menuliskan bahwa frekuensi terjadinya kebakaran

perkotaan di Jepang dari tahun 1950 hingga 1960-an mengalami

penurunan secara signifikan melalui penerapan sistem penanganan

kebakaran yang modern, yaitu melakukan pencegahan penyebaran

api/kebakaran sebelum terjadi perambatan. Pengurangan kebakaran

perkotaan juga dilakukan melalui peningkatan struktur ruang perkotaan

yaitu memperluas dimensi jalan-jalan yang sempit, mengalokasikan ruang

terbuka yang baru, dan melakukan penggantian pada bangunan yang

berstruktur kayu dengan bangunan yang lebih tahan terhadap api.

Waheed (2014) memberikan beberapa langkah-langkah yang dapat

dibuat dalam rencana penanggulangan bencana kebakaran di perkotaan,

meliputi:

1. Pemilihan daerah aman. Ketersediaan daerah terbuka pada kawasan

atau zona rawan bencana kebakaran dianggap sebagai daerah yang

relatif aman dari bencana kebakaran, sehingga dapat meminimalkan

dampak pada kondisi darurat.

2. Pemilihan jalur terbaik. Setelah pemilihan daerah aman dari sumber

bahaya utama kebakaran, dilakukan identifikasi jalur yang dianggap

aman dan ideal untuk penyediaan infrastruktur pada lokasi yang rentan

kebakaran.

3. Melakukan perawatan darurat dan pengangkutan korban yang cedera.

Perencanaan dan penyediaan sarana medis oleh pemerintah, dalam

Page 59: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

39

upaya pengembangan penanggulangan bencana secara efektif pada

wilayah perkotaan.

F. Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran

Air bersih merupakan elemen penting dan menjadi kebutuhan utama

dalam pemenuhan keperluan hidup sehari-hari bagi masyarakat di

kawasan perkotaan. Hingga saat ini pemenuhan kebutuhan masyarakat

perkotaan terhadap air bersih masih cukup sulit. Beberapa penyebabnya

adalah keterbatasan kualitas air baku dan kapasitas produksinya serta

adanya faktor kehilangan air, baik secara teknis maupun non-teknis.

Keterbatasan penyediaan kebutuhan air bersih perkotaan akan

mempengaruhi kehidupan masyarakatnya, produktivitas ekonomi dan

kualitas kehidupan kota secara keseluruhan.

Kawasan perkotaan yang terus tumbuh dan berkembang menjadi

kawasan permukiman yang padat, kawasan komersial, kawasan

perkantoran dan kawasan lainnya menuntut adanya sistem penyediaan air

bersih yang memadai sebagai salah satu komponen prasarana kota yang

penting dan prioritas. Air bersih di kawasan perkotaan selain untuk

pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, juga diperlukan untuk kegiatan

pencegahan bencana kebakaran. Davis (2000) menuliskan bahwa air

merupakan alat pemadam kebakaran yang paling umum digunakan

karena melimpah, biayanya rendah dan efektif. Di daerah perkotaan, air

biasanya tersedia melalui jaringan pipa air bawah tanah. Hidran

Page 60: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

40

ditempatkan melalui jaringan ini untuk mendapatkan akses bagi keperluan

pemadaman kebakaran. Penyediaan air pemadam kebakaran

memerlukan pertimbangan beberapa hal, antara lain: biaya, kemampuan

atau keandalan, mutu atau kualitas air, permintaan terhadap kebutuhan air

dan persyaratan akses melalui hidran kebakaran.

Bahaya kebakaran merupakan jenis bencana yang tidak dapat

diprediksi kejadiannya, dapat terjadi pada unit rumah, pada kawasan kecil

maupun dalam pada seluruh kota. Oleh karena itu. sangat penting bagi

suatu kawasan perkotaan untuk memiliki fasilitas pemadam kebakaran.

Toki et al (2011) menjelaskan bahwa kebakaran yang terjadi di daerah

padat penduduk pada wilayah perkotaan sebagian besar berkaitan

dengan kebiasaan atau perilaku manusianya. Risiko bencana kebakaran

tersebut dapat dikurangi atau bahkan ditiadakan melalui penyediaan

infrastruktur lingkungan perkotaan yang memadai, seperti keberadaan

hidran kebakaran di kawasan permukiman padat pada kota-kota di negara

maju.

Sistem prasarana air bersih untuk pemadam kebakaran yang terdapat

pada suatu kawasan perkotaan merupakan bagian dari sistem distribusi

air bersih. Olehnya tersebut pada perencanaan jaringan distribusi air

bersih, harus memperhitungkan kebutuhan air untuk pemadam kebakaran

selain kebutuhan air bersih untuk domestik. Kanta et al (2012)

menjelaskan tentang pentingnya jaringan air bersih untuk bencana

kebakaran perkotaan yaitu bahwa perancangan strategis sistem distribusi

Page 61: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

41

air perkotaan yang efektif bertujuan untuk meminimalisir kerusakan

bencana kebakaran, memperkecil defisiensi kualitas air dan meminimalisir

biaya mitigasi bencana.

Fasilitas pemadam kebakaran berupa hidran yang disediakan pada

suatu kota dimaksudkan agar pada saat bahaya kebakaran terjadi,

petugas pemadam kebakaran dapat menggunakan langsung hidran-

hidran tersebut untuk memperoleh air bersih untuk tindakan pemadaman.

Olehnya itu hidran-hidran yang ada harus dapat mengalirkan air dengan

debit dan tekanan yang cukup untuk memadamkan kebakaran sesuai

dengan waktu pemadaman yang telah direncanakan.

Kualitas air untuk kegiatan pemadaman kebakaran dapat memiliki

kualitas yang sama dengan air bersih yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan air bersih kota, tetapi kualitas yang lebih rendah yaitu air yang

tidak dapat langsung digunakan sebagai air minum juga dapat digunakan.

Pemakaian air berkualitas rendah untuk pemadaman kebakaran tidak

boleh menimbulkan gangguan terhadap kualitas lingkungan, baik pada

saat ataupun setelah pemadaman dilakukan. Nolan (1998) menuliskan

bahwa secara umum terdapat dua kategori pasokan air untuk pemadaman

kebakaran, yaitu sumber air yang tidak terbatas, misalnya: laut, sungai,

danau, dan lainnya, dan sumber air yang yang terbatas, misalnya: tangki

penyimpanan, waduk/kolam penyimpanan air (reservoirs), saluran air yang

bersifat umum, dan lainnya.

Page 62: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

42

Hickey (2008) menjelaskan bahwa saat ini sistem penyediaan air

bersih di Florida, Amerika telah memenuhi sekitar 60 persen kebutuhan

konsumen yang ada di kota tersebut. Penyediaan air bersih tersebut

bersumber dari air bergaram. Hal ini dilakukan setelah diterapkannya

teknologi terbaru yang uji cobanya dilakukan di Tampa Bay, Florida.

Teknologi ini memiliki harapan yang sangat besar bagi daerah-daerah

yang berada di wilayah pesisir di negara tersebut. Harapan ini merupakan

masa depan bagi banyak orang untuk sistem penyediaan air bersih di

daerah perkotaan. Lebih lanjut Hickey (2008) mengungkapkan bahwa

sistem penyediaan air bersih dengan menggunakan sumber air laut dan

air teluk untuk perlindungan kebakaran telah digunakan di wilayah Pantai

Timur dan Pantai Barat Amerika. Pada sistem ini, disediakan stasiun

pompa yang menyediakan pasokan air baik air dengan tekanan rendah

maupun yang bertekanan tinggi. Stasiun pompa ini diberi tanda atau label

khusus yaitu hidran kebakaran, terutama pada wilayah komersial dan

industri kota-kota besar seperti New York, Philadelphia dan San

Francisco.

G. Stasiun Pemadam Kebakaran

Peristiwa kebakaran yang sering terjadi di Kota Kendari telah banyak

menimbulkan kerugian material. Keberadaan stasiun dan petugas

pemadam kebakaran tidak mampu berbuat banyak untuk melakukan

tindakan pencegahan dan antisipasi terhadap bahaya kebakaran

Page 63: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

43

perkotaan. Mantra (2005) menyebutkan bahwa untuk dapat

menanggulangi bahaya kebakaran yang terjadi, harus diketahui waktu

terjadinya kebakaran dan besarnya nyala api yang terjadi. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu respon rata-rata yang

dibutuhkan untuk memadamkan api, sebelum api menghabiskan material

bangunan yang mudah terbakar (combustible).

Seluruh wilayah perkotaan harus terlindung dari bahaya kebakaran,

stasiun pemadam kebakaran harus memiliki respon atau tanggap yang

cepat serta mampu memberikan pelayanan secara optimal. Stasiun

pemadam kebakaran menjadi prasyarat bagi ketersediaan fasilitas

perkotaan (Murray, 2013). Penelitian terdahulu mengenai perbandingan

waktu respon layanan kebakaran terhadap jumlah stasiun pemadam

kebakaran di Dubai, menunjukkan bahwa untuk waktu respon lima menit

membutuhkan 13 stasiun, waktu respon empat menit membutuhkan 20

stasiun dan waktu respon layanan selama tiga menit membutuhkan 25

stasiun (Badri et al., 1998).

Tzeng dan Chen (1999) menjelaskan bahwa penempatan lokasi

stasiun pemadam kebakaran secara efisien akan memecahkan beberapa

permasalahan, antara lain: (a) jarak yang dekat antara stasiun pemadam

kebakaran dengan tempat kejadian kebakaran dapat memperbaiki

efisiensi waktu respon/tanggap darurat, (b) akan meminimalisir tumpang

tindih pelayanan pemadam kebakaran dalam satu wilayah manajemen

kebakaran dalam hal perbaikan penggunaan sumberdaya, (c) dapat

Page 64: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

44

memperkirakan kelayakan jumlah stasiun pemadam kebakaran dengan

mempertimbangkan trade-off antara kerugian bencana kebakaran yang

ditimbulkan dengan biaya pengadaan serta biaya operasional stasiun

pemadam kebakaran.

Peningkatan kepadatan penduduk dan terjadinya konsentrasi

bangunan pada kawasan perkotaan memungkinkan tingkat kerapatan

antar bangunan akan semakin tinggi, penggunaan lahan menjadi tidak

teratur, lebar jalan dalam kawasan semakin menyempit dan sanitasi

lingkungan akan semakin buruk. Kondisi tersebut sangat berpengaruh

besar terhadap tindakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran

perkotaan. Dalam mitigasi bencana kebakaran dibutuhkan ketepatan dan

kecepatan dalam penanganannya. Beberapa hal yang sering menjadi

kendala dalam pelayanan pemadam kebakaran selama ini adalah sarana

dan prasarana pemadam kebakaran yang terbatas, lokasi pos pemadam

kebakaran yang jauh dari lokasi kejadian kebakaran, akses lokasi

bencana yang sulit dijangkau oleh armada, secara umum disebabkan oleh

hambatan lalu lintas, seperti kemacetan, dimensi jalan yang sempit,

adanya penumpukan kendaraan pada ruas jalan atau karena terjadinya

kerumunan orang.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Murray (2013) juga

memberikan gambaran bahwa sebagian besar daerah perkotaan di

California telah memiliki standar kinerja dan pedoman yang sama sesuai

dengan anjuran NFPA (National Fire Protection Association), yaitu

Page 65: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

45

armada pemadam kebakaran telah berada pada lokasi kejadian

kebakaran dengan jangkauan waktu respon 9 menit, dari 90% panggilan.

Layanan waktu respon yang digunakan pada kawasan perkotaan dapat

bervariasi, misalnya, 8 menit waktu respon dari 85% panggilan. Hal ini

bertujuan agar perlindungan terhadap bahaya kebakaran perkotaan

dilakukan dengan respon yang cepat untuk sebagian besar panggilan

layanan. Penggunaan standar waktu respon layanan oleh stasiun

pemadam kebakaran tersebut merupakan upaya pengurangan risiko

korban jiwa dan kerugian harta benda.

NFPA 1710 (2001) dalam upaya pemadaman kebakaran di Amerika,

memiliki standar waktu respon atau waktu tanggap layanan pemadam

kebakaran yaitu empat menit (240 detik) atau kurang dari waktu tersebut

untuk ketibaan kendaraan pemadam kebakaran pertama kali sejak

terjadinya kebakaran, dan/atau delapan menit (480 detik) atau kurang dari

waktu tersebut untuk tindakan pemadaman kebakaran, sejak adanya

tanda peringatan kejadian kebakaran. Hal ini dimaksudkan untuk

meminimalisasi bahaya atau risiko kebakaran.

H. Sistem Pakar (Expert System)

1. Sejarah

Sistem Pakar atau lebih dikenal dengan sebutan Expert System adalah

salah satu cabang ilmu kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Sistem

ini merupakan program komputer yang meniru proses pemikiran dan

Page 66: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

46

pengetahuan pakar atau ahli untuk menyelesaikan suatu masalah yang

spesifik.

Perkembangan Artificial Intelligence merupakan terobosan baru dalam

dunia komputer. Artificial Intelligence berkembang setelah perusahaan

General Electric menggunakan komputer pertama kali di bidang bisnis.

Pada tahun 1956, istilah Artificial Intelligence mulai dipopulerkan oleh

John McCarthy sebagai suatu tema ilmiah di bidang komputer yang

diadakan di Dartmouth College. Pada tahun yang sama komputer

berbasis Artificial Intelligence pertama kali dikembangkan dengan nama

Logic Theorist yang melakukan penalaran terbatas untuk teorema

kalkulus. Perkembangan ini mendorong para peneliti untuk

mengembangkan program lain yang disebut sebagai General Problem

Solver (GPS). GPS merupakan prosedur yang dikembangkan teori mesin

logika, yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu komputer

“cerdas”. Inilah yang kemudian dianggap sebagai pendahulu dari Sistem

Pakar. Pada pertengahan tahun 1960 terjadi pergeseran dari general-

purpose menjadi special-purpose program dengan perkembangan dari

DENDRAL, yaitu suatu sistem mengidentifikasi struktur molekul suatu

komposisi kimia yang dikembangkan oleh E. Feigenbaum di Stanford

University. Program ini bertujuan untuk memecahkan berbagai jenis

masalah dan ternyata menjadi tugas yang sangat besar dan sangat berat

untuk dikembangkan. Setelah GPS, ternyata Artificial Intelligence banyak

dikembangkan dalam bidang permainan atau game. Banyak juga ahli

Page 67: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

47

yang mengimplementasikan Artificial Intelligence dalam bidang bisnis dan

matematika (Kusumadewi, 2003).

Tahun 1972, Newell dan Simon memperkenalkan Teori Logika secara

konseptual yang kemudian berkembang pesat dan menjadi acuan

pengembangan sistem berbasis kecerdasan buatan lainnya. Tahun 1976,

sebenarnya program Sistem Pakar sudah dikembangkan secara modern,

yaitu MYCIN yang dibuat oleh Shortliffe dengan bahasa pemrograman

LISP. Program MYCIN menyimpan ±500 basis pengetahuan dan basis

aturan untuk mendiagnosis penyakit manusia. Program ini juga

mengimplementasikan metode penelusuran dan pemecahan masalah,

serta mengembangkan berbagai teori penting dalam kecerdasan buatan

seperti Metode Certainty Factor, Teori Probabilitas dan Teorema Fuzzy.

Dewasa ini program MYCIN menjadi acuan penting untuk pengembangan

Sistem Pakar secara modern karena di dalamnya telah terintegrasi semua

komponen standar yang dibutuhkan oleh Sistem Pakar itu sendiri.

Buchanan dan Feigenbaum juga mengembangkan bahasa pemrograman

DENDRAL pada tahun 1978. Bahasa pemrograman ini dibuat untuk

Badan Antariksa Amerika Serikat, yaitu NASA dan digunakan untuk

penelitian kimia di Planet Mars (Suryani, 2012).

2. Konsep Dasar

Sistem Pakar dalam implementasinya menerapkan kecerdasan buatan

untuk mempersempit dan memperjelas masalah-masalah tertentu.

Sebutan nama tersebut diperoleh sesuai dengan karakteristik utamanya,

Page 68: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

48

yaitu menyediakan saran atau solusi dalam memecahkan masalah yang

berdasarkan pengetahuan para pakar. Durkin (1994) menjelaskan bahwa

Sistem Pakar (Expert System) adalah suatu program komputer yang

dirancang untuk memodelkan kemampuan penyelesaian masalah yang

dilakukan oleh seorang pakar atau ahli. Adapun ilmu pengetahuan

(knowlegde) dalam Sistem Pakar mungkin saja bersumber dari seorang

ahli atau pakar, atau ilmu pengetahuan yang umumnya terdapat dalam

buku, majalah, dan orang yang mempunyai pengetahuan tentang suatu

bidang ilmu pengetahuan.

Turban (1995) memberikan pengertian bahwa Sistem Pakar adalah

paket perangkat lunak pengambilan keputusan atau pemecahan masalah

yang dapat mencapai tingkat performa yang setara atau bahkan lebih

dengan pakar manusia di beberapa bidang khusus dan biasanya

mempersempit area permasalahan. Konsep dasar Sistem Pakar meliputi

unsur keahlian, ahli, pengalihan, inferensi, aturan (rule) dan kemampuan

menjelaskan. Keahlian yang dimaksudkan adalah suatu kelebihan

penguasaan pengetahuan pada bidang tertentu yang diperoleh dari

pelatihan, membaca, atau pengalaman. Sistem pakar tersusun oleh dua

bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan (development

environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment).

Lingkungan pengembangan Sistem Pakar digunakan untuk memasukkan

pengetahuan pakar ke dalam lingkungan Sistem Pakar, sedangkan

lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna yang bukan pakar guna

Page 69: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

49

memperoleh pengetahuan pakar. Bagian-bagian Sistem Pakar tersebut

meliputi:

a. Antar muka (interface), merupakan mekanisme yang digunakan oleh

pengguna sistem pakar dalam berkomunikasi. Pada bagian ini terjadi

dialog antara program dan pemakai (user), yang memungkinkan

Sistem Pakar menerima instruksi dan informasi (input) dari pemakai,

juga memberikan informasi (output) kepada pemakai.

b. Basis pengetahuan (knowledge base), yaitu basis atau pangkalan

pengetahuan yang berisi fakta, pemikiran, teori, prosedur, dan

hubungannya satu dengan yang lain atau informasi yang terorganisasi

dan teranalisa yang diinputkan ke dalam komputer. Ada dua bentuk

pendekatan basis pengetahuan yang sangat umum digunakan, yaitu:

(1) pendekatan berbasis aturan (rule-based reasoning), dimana

pengetahuan direpresentasikan dalam suatu bentuk fakta (facts) dan

aturan (rules), bentuk representasi ini terdiri atas premis dan

kesimpulan. Pada pendekatan berbasis aturan, pengetahuan

dipresentasikan dengan menggunakan aturan berbentuk “jika-maka”

(if-then), dan (2) pendekatan berbasis kasus (case-based reasoning),

dimana basis pengetahuan, akan berisi solusi-solusi yang telah dicapai

sebelumnya, kemudian akan diturunkan suatu solusi untuk keadaan

atau fakta yang terjadi sekarang.

Page 70: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

50

c. Akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition), merupakan akumulasi,

transfer dan transformasi keahlian dalam menyelesaikan masalah dari

sumber pengetahuan ke dalam program komputer.

d. Mesin inferensi (inference engine), merupakan program komputer yang

memberikan metodologi penalaran informasi yang ada dalam basis

pengetahuan dan dalam ruang kerja, serta untuk memformulasikan

kesimpulan. Mesin ini berperan sebagai otak Sistem Pakar. Bagian ini

berfungsi memandu proses penalaran terhadap suatu kondisi

berdasarkan basis pengetahuan yang tersedia. Di dalam mesin

inferensi terjadi proses manipulasi dan arahan kaidah, model dan fakta

disimpan dalam basis pengetahuan untuk mencapai kesimpulan.

e. Ruang kerja (workplace), merupakan memori kerja (working memory)

yang digunakan untuk menyimpan kondisi/keadaan yang dialami oleh

pengguna dan juga hipotesa serta keputusan sementara.

f. Fasilitas penjelasan, yaitu proses menentukan keputusan yang

dilakukan oleh mesin inferensi selama sesi konsultasi mencerminkan

proses penalaran seorang pakar. Fasilitas ini yang memberikan

informasi kepada pemakai mengenai jalannya penalaran sehingga

dihasilkan suatu keputusan.

g. Perbaikan pengetahuan. Pakar memiliki kemampuan untuk

menganalisis dan meningkatkan kinerjanya serta kemampuan untuk

belajar dari kinerjanya. Kemampuan tersebut tidak bisa diremehkan

Page 71: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

51

dalam pembelajaran terkomputerisasi, sehingga program akan mampu

menganalisis penyebab kesuksesan dan kegagalan yang terjadi.

Gambar 5: Arsitektur Sistem Pakar (Sumber: Turban, 1995; Arhami, 2005)

Ide dasar dari Sistem Pakar, teknologi kecerdasan buatan terapan

adalah hal sederhana. Keahlian ditransfer dari pakar atau ahli ke suatu

komputer. Pengetahuan ini kemudian disimpan di dalam komputer, dan

pengguna menjalankan komputer untuk nasihat spesifik yang diperlukan.

Sistem Pakar menanyakan fakta-fakta dan dapat membuat inferensi

hingga sampai pada kesimpulan khusus. Layaknya konsultan manusia,

Sistem Pakar akan memberi nasihat kepada yang bukan ahli (non-expert)

dan menjelaskan. Pengetahuan dalam Sistem Pakar mungkin saja adalah

seorang ahli, atau pengetahuan yang umumnya terdapat dalam buku,

jurnal, website dan orang yang mempunyai pengetahuan tentang suatu

bidang. Sistem Pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan

Page 72: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

52

suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja dari para ahli

(Kusumadewi, 2003).

Giarratano dan Riley (2005); Arhami (2005) menggambarkan bahwa

Sistem Pakar merupakan suatu sistem komputer yang menyamai

(emulates) kemampuan pengambilan keputusan dari seorang pakar atau

ahli. Basis pengetahuan yang diperoleh, diambil dari pengalaman seorang

pakar maupun teori-teori yang ada pada bidang yang spesifik. Sistem

Pakar melingkupi beberapa bagian, yaitu:

a. Keahlian (expertise), dapat diperoleh dari pelatihan, membaca atau

dari pengalaman. Keahlian tersebut meliputi: fakta-fakta dan teori-teori

tentang bidang permasalahan, aturan-aturan tentang apa yang harus

dilakukan dalam situasi permasalahan yang diberikan dan strategi

global untuk memecahkan masalah.

b. Pakar (expert). Cukup sulit untuk mendefinisikan secara pasti tentang

pakar. Dalam Sistem Pakar beberapa kualifikasi yang harus dimiliki

oleh seorang pakar yaitu: dapat mengenal dan merumuskan masalah,

dapat memecahkan masalah dengan cepat dan semestinya, dapat

menjelaskan suatu solusi, dapat menentukan hubungan dan dapat

belajar dari pengalaman.

c. Pemindahan keahlian (transferring expertise). Tujuan Sistem Pakar

adalah memindahkan keahlian dari pakar ke komputer dan kemudian

ke manusia lain yang bukan pakar. Proses ini meliputi kegiatan:

memperoleh pengetahuan pakar, merepresentasikan pengetahuan ke

Page 73: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

53

dalam komputer, mengolah pengetahuan sehingga dapat

menghasilkan kesimpulan serta memindahkan pengetahuan ke

pengguna (user). Dalam Sistem Pakar ini, pengetahuan disimpan

dalam komputer berupa komponen yang disebut basis pengetahuan

(knowledge base). Pengetahuan ini dibedakan menjadi dua, yaitu fakta

dan aturan (rule).

d. Menarik kesimpulan (inferencing). Salah satu keistimewaan dari

Sistem Pakar adalah kemampuan nalar. Komputer diprogram sehingga

dapat membuat suatu kesimpulan. Pengambilan keputusan ini

dilaksanakan dalam komponen yang disebut mesin inferensi (inference

engine).

e. Aturan (rule). Sistem Pakar umumnya berbasis pada sistem rule,

pengetahuan disimpan dalam bentuk rule sebagai prosedur untuk

pemecahan masalah.

f. Kemampuan menjelaskan (explanation capability). Sistem Pakar

memiliki kemampuan dalam menjelaskan darimana asal sebuah solusi

atau rekomendasi diperoleh.

Sistem Pakar umumnya bekerja dengan cara menggabungkan aturan-

aturan (rules) yang berlaku beserta fakta-fakta untuk menarik kesimpulan,

prosesnya sangat tergantung dengan teori deduksi logis yang

dikembangkan oleh para matematikawan dan filsuf, dan disesuaikan

dengan aplikasi tertentu oleh para insinyur, ilmuwan, perencana dan

pengelola dari berbagai disiplin ilmu. Kedua metode heuristik dan program

Page 74: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

54

komputer konvensional (misalnya, aplikasi Formula Translation atau biasa

disebut FORTRAN) sering digunakan dalam Sistem Pakar ini. Cakupan

subjek Sistem Pakar ini seperti perencanaan lokasi atau zonasi

administrasi wilayah, disebut domain. Pengumpulan fakta, definisi, aturan

praktis dan prosedur komputasi yang berlaku untuk domain, disebut basis

pengetahuan. Sumber pengetahuannya diperoleh dari materi yang telah

publikasikan, program analisis kuantitatif, serta intuisi dan strategi

pemecahan masalah dari para ahli di cakupan subjek tersebut (Kim et al.,

1990).

Shesham (2012) memberikan gambaran secara sederhana mengenai

bagian-bagian penting yang ada pada Sistem Pakar, meliputi basis

pengetahuan (knowledge base), mesin inferensi (inference engine),

fasilitas penjelasan (explanation facilities) dan antar muka pengguna (user

interface), seperti pada Gambar 6.

Gambar 6: Arsitektur sederhana Sistem Pakar berbasis aturan (Sumber: Shesham, 2012)

Page 75: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

55

Ikram dan Qamar (2014) menuliskan bahwa pada era tahun 1980-an,

para peneliti memulai penelitian mengenai kecerdasan buatan. Amerika

Serikat, Jepang, serta berbagai negara di Eropa, mulai berinvestasi di

bidang kecerdasan buatan dan Sistem Pakar. Pada kurun waktu tersebut,

banyak peralatan Sistem Pakar yang mulai muncul. Tujuan dari arti

kecerdasan buatan adalah untuk memperluas aplikasi komputer agar tidak

hanya mencakup perhitungan numerik, tetapi juga memiliki pengetahuan

agar dapat meningkatkan manfaat komputer. Sistem Pakar adalah sistem

yang berusaha mengapdosi pengetahuan manusia ke komputer, agar

komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh

para ahli. Sistem pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan

suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja dari para ahli.

Cakupan penelitian kecerdasan buatan utamanya meliputi

penerjemahan bahasa secara alami, pemecahan simbol atau kode, sistem

berbasis aturan dan sistem logika. Pengembangan Sistem Pakar secara

fungsional selalu berpusat pada pengorganisasian dasar pengetahuan.

Para insinyur pengetahuan bertugas mengumpulkan dan mengorganisir

pengetahuan yang dikumpulkan dari pakar domain kemudian mengubah

pengetahuan pakar tersebut ke dalam bentuk yang dimengerti oleh sistem

komputer dan menyimpan pengetahuan yang telah dikonversi tesebut ke

dalam pengetahuan dasar. Untuk menggunakannya, pengguna kemudian

dapat memasukkan fakta-fakta yang dimilikinya ke dalam sistem secara

antar muka (interface) dan menyimpan data ke dalam fakta dasar. Pada

Page 76: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

56

bagian akhir, pengguna mendapatkan hasil, rekomendasi dan penjelasan

dari sistem tersebut. Sistem Pakar memiliki beberapa komponen, seperti

yang diilustrasikan pada Gambar 7.

Gambar 7: Komponen Sistem Pakar (Sumber: Ikram dan Qamar, 2014)

Kim et al (1990) menjelaskan lebih lanjut bahwa Sistem Pakar yang

digunakan pada kegiatan pemilihan lokasi atau tempat dirancang untuk

membantu para perencana penggunaan lahan, pengembang, atau calon

pengguna lahan. Sistem ini membantu pengguna mengembangkan satu

bagian atribut lokasi dan menentukan pembobotan kepentingan relatif.

Dasar pengetahuan pemilihan lokasi dari Sistem Pakar terdiri dari empat

bagian: unit akuisisi pengetahuan, induksi, desain dan analisis keputusan,

seperti yang ditampilkan pada Gambar 8.

Page 77: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

57

Gambar 8: Struktur skema Sistem Pakar (Expert System) (Sumber: Kim et al., 1990)

Unit akuisisi pengetahuan digunakan untuk mengumpulkan dan

mengatur informasi yang diberikan oleh pembuat keputusan pakar. Unit

induksi mengevaluasi informasi ini dan menghasilkan aturan dan fungsi

evaluasi entitas yang mengungkapkan penilaian pakar. Unit keputusan

kemudian menggunakan aturan yang dihasilkan oleh modul induksi dan

memakai teknik teori keputusan untuk memilih salah satu lokasi atau lebih

dari alternatif yang tersedia (Kim et al., 1990).

Page 78: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

58

Pengembangan suatu Sistem Pakar pada prosesnya cukup ditentukan

oleh faktor manusianya untuk menentukan keberhasilan dari sistem

tersebut. Durkin (1994) menjelaskan tentang elemen-elemen manusia

yang dimaksud pada Sistem Pakar, yaitu:

a. Pakar (domain expert), adalah seorang yang mempunyai pengetahuan

khusus, pendapat, keahlian dan metode serta kemampuan untuk

menggunakannya. Pakar dapat memberikan nasihat dan memecahkan

masalah. Tugasnya menyediakan pengetahuan tentang bagaimana

cara melaksanakan tugasnya, yang kemudian diserap dan

diimplementasikan ke dalam Sistem Pakar.

b. Perancang atau perekayasa pengetahuan (knowledge engineer),

adalah pihak yang membantu dalam pembuatan suatu Sistem Pakar.

Bagian ini bertugas menyerap pengetahuan yang dimiliki oleh para

pakar dan mengimplementasikannya ke dalam aplikasi Sistem Pakar.

Tugas ini dipandang cukup sulit karena knowledge engineer tidak

boleh memasukan perkiraan atau perasaannya ke dalam pengetahuan

yang diperoleh. Selain hal itu, seorang knowledge engineer harus

pandai dalam mengelaborasi pengetahuan pakar karena terkadang

seorang pakar tidak dapat menceritakan atau menjelaskan seluruh

keahlian yang dimilikinya.

c. Pemakai (end user), merupakan orang yang menggunakan hasil dari

perancangan Sistem Pakar.

Page 79: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

59

Sistem Pakar memiliki memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan

dalam penerapannya, Arhami (2005) menjelaskan tentang kelebihan

Sistem Pakar, yaitu:

a. Meningkatkan output dan produktivitas, yaitu dapat bekerja lebih cepat

dari manusia.

b. Meningkatkan kualitas, yaitu Sistem Pakar menyediakan nasihat yang

konsisten dan dapat mengurangi tingkat kesalahan.

c. Handal (reliability). Sistem ini dipandang konsisten dalam memberi

setiap jawaban.

d. Metode arsip yang terpercaya dari sebuah keahlian, sehingga

pengguna seolah-olah berkonsultasi langsung dengan pakar.

Kelemahan Sistem Pakar, antara lain:

a. Perolehan pengetahuan tidak selalu bisa didapatkan dengan mudah,

karena ketidaktersediaan pakar terhadap permasalahan yang sedang

dikelola.

b. Untuk membuat suatu Sistem Pakar yang benar-benar berkualitas

tinggi sangatlah sulit, dan memerlukan biaya yang sangat besar untuk

pengembangan dan pemeliharaannya.

c. Sistem Pakar tidaklah seratus persen bernilai benar. Olehnya itu selalu

dilakukan pengujian ulang secara teliti sebelum sistem tersebut

digunakan untuk mengurangi pembiasan. Dalam hal ini peran manusia

tetap merupakan suatu faktor dominan.

Page 80: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

60

3. Faktor Kepastian (Certainty Factor)

Sistem Pakar harus mampu bekerja dalam ketidakpastian. Sejumlah

teori telah ditemukan untuk menyelesaikan ketidakpastian, termasuk di

antaranya adalah Teori Probabilitas Klasik (Classical Probability),

Probabilitas Bayes (Bayesian Probability), Teori Fuzzy Zadeh (Zadeh’s

Fuzzy Theory) dan Faktor Kepastian (Certainty Factor). Dalam

membangun Sistem Pakar terdapat beberapa metode yang telah

digunakan untuk memudahkan penyelesaian masalah yang ada, di

antaranya adalah Metode Certainty Factor (CF) dan Dempster Shafer.

Metode ini dipakai dalam mendiagnosis jenis penyakit yang diderita.

Sutojo, dkk (2010) mengatakan bahwa Certainty Factor merupakan

suatu metode untuk membuktikan ketidakpastian pemikiran dari seorang

pakar atau ahli, dimana untuk mengakomodasi hal tersebut seseorang

biasanya menggunakan Certainty Factor untuk menggambarkan tingkat

keyakinan pakar terhadap masalah yang sedang dihadapi. Metode

Dempster Shafer merupakan teori matematika dari gejala atau fakta

(evidence). Teori tersebut dapat memberikan sebuah cara untuk

menggabungkan evidence dari beberapa sumber dan mendatangkan atau

memberikan tingkat kepercayaan atau direpresentasikan melalui fungsi

kepercayaan dimana mengambil dari seluruh evidence yang tersedia.

Heckerman (1992) menjelaskan tentang Certainty Factor yaitu suatu

metode untuk mengatur ketidakpastian dalam sistem yang berbasis aturan

(rule-based system). Metode ini dikembangkan oleh Shortliffe dan

Page 81: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

61

Buchanan pada pertengahan tahun 1975 dalam pembuatan MYCIN untuk

pengobatan penyakit meningitis dan infeksi darah. Sejak saat itu Metode

Certainty Factor mulai menjadi pendekatan standar untuk mengatur

ketidakpastian pada rule-based system.

Durkin (1994) menuliskan bahwa tim pengembang MYCIN

mengungkapkan bahwa dokter seringkali menganalisa informasi yang ada

dengan ungkapan seperti: mungkin, kemungkinan besar, hampir pasti.

Guna mengakomodasi hal ini Tim MYCIN menggunakan Certainty Factor

guna menggambarkan tingkat keyakinan pakar terhadap permasalahan

yang sedang dihadapi. Secara umum, aturan (rule) direpresentasikan

dalam bentuk:

If E1 [And / Or] E2 [And / Or] … En Then H (CF = CFi)

Dimana: E1… En : Fakta-fakta (evidence) yang ada H : Hipotesis atau konklusi yang dihasilkan CF : Tingkat keyakinan (Certainty Factor) terjadinya hipotesis H

akibat adanya fakta-fakta E1 hingga En

Bentuk dasar formula Certainty Factor ditunjukkan dalam persamaan:

CF(H,e) = CF(E, e) *CF(H,E) Dimana: CF(E,e) : Certainty Factor evidence E yang dipengaruhi oleh evidence e CF(H,E) : Certainty Factor hipotesis dengan asumsi evidence diketahui dengan pasti, yaitu ketika CF(E, e) = 1 CF(H,e) : Certainty Factor hipotesis yang dipengaruhi oleh evidence e

(1)

(2)

Page 82: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

62

Jika semua evidence pada antecedent diketahui dengan pasti, maka

persamaannya menjadi:

CF(H, e) = CF(H, E)

Buchanan dan Shortliffe (1984) menjelaskan bahwa Certainty Factor

adalah nilai parameter klinis yang diberikan MYCIN untuk menunjukkan

besarnya kepercayaan. Certainty Factor ini merupakan salah satu teknik

yang digunakan untuk mengatasi ketidakpastian dalam pengambilan

keputusan (inexact reasoning). Certainty Factor dapat terjadi dengan

berbagai kondisi. Metode ini dipakai untuk membuktikan apakah suatu

fakta itu bersifat pasti ataukah tidak pasti, yang berbentuk metrik, yang

biasanya digunakan dalam Sistem Pakar. Metode ini sangat cocok untuk

Sistem Pakar yang mendiagnosis sesuatu yang belum pasti. Metode

Certainty Factor ini hanya bisa mengolah dua bobot dalam sekali

perhitungan. Untuk bobot yang lebih dari dua banyaknya, dalam

melakukan perhitungannya tidak terjadi masalah jika bobot yang dihitung

teracak, artinya tidak ada aturan untuk mengkombinasikan bobotnya,

karena untuk kombinasi seperti apapun hasilnya akan tetap sama.

Besarnya nilai Certainty Factor berkisar antara -1 hingga 1 atau -1 <= CF

<= 1. Nilai -1 menunjukkan ketidakpercayaan mutlak sedangkan nilai 1

menunjukkan kepercayaan mutlak. Nilai 1 berarti sangat benar, Nilai 0

berarti tidak diketahui dan Nilai -1 berarti sangat salah. Nilai Certainty

Factor yang negatif menunjukkan pada derajat ketidakpercayaan

(disbelieve) sedangkan nilai Certainty Factor yang positif menunjukkan

(3)

Page 83: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

63

derajat kepercayaan (believe). Nilai Certainty Factor serta nilai bobot dari

masing-masing fakta didapat dari interpretasi istilah dari pakar, seperti

pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Interpretasi nilai Certainty Factor No. Kategori Nilai Certainty Factor 1. Pasti tidak (definitely not) -1.0 2. Hampir pasti tidak (almost certainly not) -0,8 3. Kemungkinan besar tidak (probably not) -0,6 4. Barangkali tidak (maybe not) -0,4 5. Tidak tahu (unknown) -0,2 hingga 0,2 6. Barangkali (maybe) 0,4 7. Kemungkinan besar (probably) 0,6 8. Hampir pasti (almost certainly) 0,8 9. Pasti (definitely) 1,0

Sumber: Buchanan dan Shortliffe, 1984

Tabel 2. Interpretasi nilai bobot

No. Karakteristik Nilai bobot 1. Kurang berpengaruh 0,1 hingga 0,4 2. Berpengaruh 0,5 hingga 0,7 3. Sangat berpengaruh 0,8 hingga 1,0

Sumber: Buchanan dan Shortliffe, 1984

Setiap metode atau model memiliki masing-masing kelebihan dan

kekurangan, seperti halnya nilai besaran kepercayaan Certainty Factor.

Buchanan dan Shortliffe (1984) menyebutkan mengenai hal tersebut.

Kelebihan Metode Certainty Factor adalah:

a. Metode ini cocok dipakai dalam Sistem Pakar untuk mengukur sesuatu

apakah sesuatu hal itu pasti atau tidak pasti.

b. Perhitungan dengan menggunakan metode ini dalam sekali hitung

hanya dapat mengolah dua data saja sehingga keakuratan data dapat

terjaga.

Page 84: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

64

Kekurangan metode Certainty Factor adalah:

a. Ide umum dari pemodelan ketidakpastian manusia dengan

menggunakan numerik Metode Certainty Factor biasanya

diperdebatkan. Sebagian orang akan membantah pendapat bahwa

formula untuk Metode Certainty Factor memiliki sedikit kebenaran.

b. Metode ini hanya dapat mengolah ketidakpastian/kepastian hanya dua

data saja. Perlu dilakukan beberapa kali pengolahan data untuk data

yang lebih dari dua buah.

4. Pelacakan ke Depan (Forward Chaining)

Pelacakan ke depan (forward chaining) merupakan salah satu metode

yang digunakan dalam mesin inferensi pada Sistem Pakar. Metode ini

memiliki konsep logika yang sama dengan penilaian dokter pada saat

mendiagnosis pasien, karena berbasis pada hubungan if-then. Forward

chaining mempunyai strategi pencarian yang memulai proses pencarian

dari sekumpulan data atau fakta, dari data-data tersebut menghasilkan

suatu kesimpulan. Listiyono (2008) menuliskan bahwa forward chaining

adalah pendekatan untuk mengontrol inferensi dalam Sistem Pakar yang

berbasis aturan. Pendekatan forward chaining dimotori oleh data (data

driven). Pada pendekatan ini pelacakan dimulai dari informasi masukan

(input), dan selanjutnya mencoba menggambarkan kesimpulan.

Pelacakan kedepan mencari fakta yang sesuai dengan bagian if dari

aturan if-then. Metode inferensi tersebut dipengaruhi oleh tiga macam

penelusuran, yaitu:

Page 85: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

65

a. Depth-first search, melakukan penelusuran kaidah secara mendalam

dari simpul akar bergerak menurun ke tingkat dalam yang berurutan.

b. Breadth-first search, bergerak dari simpul akar, simpul yang ada pada

setiap tingkat diuji sebelum pindah ke tingkat selanjutnya.

c. Best-first search, bekerja berdasarkan kombinasi kedua metode

sebelumnya.

Forward chaining dilakukan mulai dari kalimat-kalimat yang ada dalam

basis pengetahuan dan membangkitkan kesimpulan-kesimpulan baru

sehingga dapat digunakan untuk melakukan inferensi yang lebih jauh.

Forward chaining biasanya digunakan ketika suatu fakta baru

ditambahkan ke dalam basis pengetahuan dan ingin

membangkitkan konsekuensi logisnya. Pencocokan fakta atau pernyataan

dimulai dari bagian kiri (if), dengan kata lain, penalaran dimulai dengan

fakta yang ada pada bagian premis aturan if [fakta] then

[kesimpulan]. Untuk menguji kebenaran hipotesis, dari fakta-fakta tersebut

selanjutnya akan ditentukan kesimpulan yang terletak pada sebelah kanan

aturan if [fakta] then [kesimpulan] (Perwira dan Aziz, 2013). Teknik

pelacakan forward chaining ini disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Teknik forward chaining (Sumber: Perwira dan Aziz, 2013)

Page 86: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

66

Al-Ajlan (2015) mengungkapkan bahwa metode forward chaining juga

dipakai untuk memperbaiki dan mengembangkan Sistem Pakar dan

memodelkan pemikiran manusia pada bidang Kecerdasan Buatan

(Artificial Intelegence). Proses inferensi forward chaining pada Sistem

Pakar seperti pada Gambar 10.

Gambar 10. Proses inferensi forward chaining (Sumber: Al-Ajlan, 2015)

I. Analityc Hierarchy Process (AHP)

AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. AHP

merupakan suatu sistem pembuat keputusan dengan menggunakan

model matematis. Metode ini membantu dalam menentukan prioritas dari

beberapa kriteria dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan

dari masing-masing kriteria yang ada. Metode AHP mengambil keputusan

secara efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan

dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan

persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau

variabel ini dalam suatu susunan hierarki, memberikan nilai numerik pada

Page 87: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

67

pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis

berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang

memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil

pada situasi tersebut.

Saaty (1990) menjelaskan bahwa metode AHP akan membantu

memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hierarki

kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai

pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga

menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan

pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang

beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif

sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.

Dalam pemberian nilai pada Metode AHP didasarkan pada skala penilaian

yang telah merupakan ketetapan, seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Skala dasar penilaian dalam Metode AHP Nilai (n) Definisi

1 Kedua elemen sama penting 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan elemen yang lain 5 Elemen yang satu lebih penting dibandingkan elemen yang lain 7 Elemen yang satu sangat penting dibandingkan elemen yang lain 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dibandingkan elemen yang lain

2,4,6,8 Nilai-nilai kompromi diantara dua nilai yang berdekatan Sumber: Saaty, 1990

Keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan metode AHP menurut

Saaty (1990) meliputi:

1. Kesatuan, AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti,

luwes untuk aneka ragam persoalan terstruktur.

Page 88: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

68

2. Kompleksitas, AHP memadukan rancangan berdasarkan sistem dalam

memecahkan persoalan kompleks.

3. Saling ketergantungan, AHP dapat menangani saling ketergantungan

elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran

linier.

4. Penyusunan hierarki, AHP mencerminkan kecenderungan alami

pikiran untuk memilih elemen-elemen suatu sistem dalam tingkat yang

berbeda dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap

tingkat.

5. Pengukuran, AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal wujud

suatu metode untuk menetapkan prioritas.

6. Konsistensi, AHP melacak konsistensi logis dari berbagai

pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai macam

prioritas.

7. Sintesis, AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang

kebaikan setiap alternatif.

8. Tawar menawar, AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari

berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif

terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.

9. Penilaian dan konsensus, AHP tak memaksakan konsensus tetapi

mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang

berbeda-beda.

Page 89: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

69

10. Pengulangan proses, AHP memungkinkan orang memperhalus definisi

mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan

pengertian mereka melalui pengulangan.

Perhitungan AHP dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi

perangkat lunak (software) untuk memecahkan masalah yang ada yaitu

aplikasi Expert Choice. Expert Choice adalah sebuah perangkat lunak

yang mendukung collaborative decision dan sistem perangkat keras yang

memfasilitasi grup pembuatan keputusan yang lebih efisien, analitis dan

yang dapat dibenarkan.

J. Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System)

1. Konsep Dasar

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem informasi

yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau

berkoordinat geografi. Puntudewo, dkk (2003) memberikan pengertian

secara harfiah bahwa SIG merupakan suatu komponen yang terdiri dari

perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya

manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap,

menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi,

mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu

informasi berbasis geografis. Cukup sulit untuk memberikan batasan

mengenai SIG karena banyaknya cara untuk mendefinisikan dan

mengklasifikasikannya. Penekanan dalam SIG juga beraneka ragam.

Page 90: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

70

SIG dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai seperangkat sistem

baik yang berbasis analog atau manual maupun berbasis digital/komputer

yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi data yang

mempunyai rujukan kebumian. Prahasta (2009) menguraikan bahwa SIG

adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk

menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. SIG

dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek-

objek dan fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik

yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG

merupakan sistem komputer yang memiliki empat komponen kemampuan

berikut dalam menangani data yang bereferensi geografis: (a) masukan,

(b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis

dan manipulasi data, dan (d) keluaran.

Komponen SIG di atas merupakan suatu sub-sistem dengan bagian

yang saling berkaitan:

a. Masukan (input) data

Masukan data dalam SIG biasanya berupa data grafis atau data

spasial dan data atribut atau tabular. Kumpulan data-data tersebut

disebut basis data (database). Sumber database SIG dapat dibagi ke

dalam tiga kategori, yaitu:

Data atribut atau numerik berasal dari data statistik, data sensus,

data lapangan dan data tabular lainnya.

Page 91: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

71

Data grafis atau data spasial, berasal dari peta analog, foto udara

dan citra inderaja dan dalam bentuk cetak kertas (hardcopy).

Data inderaja dalam bentuk digital, seperti yang diperoleh dari

satelit. Masukan data yang belum dalam bentuk digital harus

diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk digital agar dapat dianalisis

dengan menggunakan SIG. Proses pengubahan data ke dalam

bentuk digital dinamakan dengan encoding.

b. Manajemen data

Kegiatan manajemen data meliputi semua operasi penyimpanan,

pengaktifan, penyimpanan kembali dan pencetakan semua data yang

diperoleh dari masukan data. Struktur data spasial dalam SIG terdiri

dari dua macam, yaitu:

Struktur Data Vektor, yang kenampakan spasialnya akan disajikan

dalam bentuk titik, garis dan poligon yang membentuk kenampakan

tertentu, seperti pada Gambar 11.

Gambar 11. Struktur data vektor (Sumber: Puntudewo, dkk., 2003)

Page 92: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

72

Struktur Data Raster, yang kenampakan spasialnya akan disajikan

dalam bentuk konfigurasi sel-sel yang membentuk gambar, seperti

pada Gambar 12.

Gambar 12. Struktur data raster (Sumber: Puntudewo, dkk., 2003)

c. Analisis dan manipulasi data

Analisis dan manipulasi data merupakan salah satu kemampuan

utama dalam SIG untuk menghasilkan informasi baru sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai.

d. Keluaran (output) data

Keluaran adalah seperangkat prosedur yang digunakan untuk

menampilkan informasi dari SIG dalam bentuk yang disesuaikan

dengan pengguna.

Widjojo (1993) mengemukakan beberapa keuntungan yang diperoleh

dari penggunaan SIG tersebut, antara lain: (1) data dapat dikelola dalam

format yang kompak seperti dalam disket, (2) data dapat dikelola dan

diekstrak dengan biaya yang lebih rendah, (3) dapat dipanggil kembali

dengan cepat, (4) data grafis dan non-grafis dapat digabung dan

Page 93: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

73

dimanipulasi secara bersamaan dan saling berhubungan, (5) analisis

model geografis dapat dilakukan dengan mudah, (6) analisis perubahan

untuk dua periode waktu atau lebih, dapat disajikan secara efisien, dan (7)

grafis yang interaktif dan otomatik plotter dapat digunakan dalam

perencanaan dan produksi kartografinya.

SIG bukanlah hanya merupakan suatu sistem yang semata-mata

berfungsi untuk membuat peta, tetapi merupakan suatu alat analisis (tools)

yang mampu memecahkan masalah spasial secara otomatis, cepat,

akurat dan terukur. Hampir semua bidang ilmu yang bekerja dengan

informasi spasial membutuhkan SIG, antara lain bidang kehutanan,

perikanan, pertanian, lingkungan, perencanaan wilayah dan kota,

transportasi dan lain sebagainya.

2. Sistem Informasi Geografis untuk Kebakaran

Perkembangan SIG yang pesat, telah menciptakan suatu alat yang

memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk mengelola dan

memecahkan permasalahan-permasalahan yang bersifat darurat. SIG

adalah sistem komputer profesional yang dapat digunakan untuk berbagai

macam tujuan dan keperluan, dalam skala makro maupun mikro. SIG

dirancang untuk mendukung penyelidikan geografi, membuat proses

analisis dari awal hingga akhir dan membuat keputusan spasial. Hal

utama untuk kawasan rawan bencana alam, SIG telah diterapkan pada

berbagai kegiatan simulasi dan sistem peringatan dini, sistem pengelolaan

Page 94: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

74

kondisi darurat, penilaian terhadap kerusakan akibat bencana, dan lainnya

(Gai et al., 2011).

Pendekatan SIG dapat melakukan penilaian (assessment) terhadap

risiko kebakaran, yang didasarkan pada riwayat kejadian kebakaran dan

data yang ada saat ini serta menterjemahkannya kedalam bentuk

geografis, berkontribusi secara baik bagi pengelola hutan dan menjadi

suatu alat untuk pengambilan keputusan terbaik berdasarkan logika

(Guettouche et al., 2011).

ESRI (2012) menjelaskan tentang perhitungan risiko kebakaran. Risiko

merupakan suatu hal yang mungkin dijumpai, dimiliki atau sebagai

pengaruh dari suatu kondisi bahaya yang dapat menimbulkan korban jiwa,

kerugian harta benda atau kerusakan lingkungan. Penggunaan SIG untuk

mengidentifikasi bahaya bencana yang timbul terhadap suatu kelompok

masyarakat akan memberikan data yang mudah diakses dan memiliki

akurasi yang tinggi untuk perhitungan tingkat risiko. Model data bahaya

bencana beserta variabel yang berpengaruh terhadap timbulnya

kerusakan dibuat dalam bentuk persamaan risiko. Analisis waktu respon

pada SIG akan memberikan satu pilihan terbaik dari beberapa jumlah

stasiun pemadam kebakaran dengan menggunakan data atribut pada

masing-masing layer yang dilakukan pada analisis spasial. Waktu respon

layanan panggilan kebakaran adalah suatu hal yang kritis, bahkan dapat

menimbulkan bencana. Korban kebakaran berada pada posisi hidup dan

mati untuk melindungi harta benda, mengurangi kerusakan atau

Page 95: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

75

kehilangan. SIG adalah suatu alat yang berkemampuan besar untuk

melakukan analisis terhadap waktu respon pemadam kebakaran.

K. Kebaruan (Novelty)

Kebaruan (novelty) merupakan unsur kebaruan atau temuan dari

sebuah penelitian. Untuk mengetahui kebaruan tersebut dilakukan telaah

terhadap penelitian-penelitian terdahulu atau yang telah dilakukan

sebelumnya. Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan dan

referensi peneliti yang memudahkan peneliti dalam mengkaji keberadaan

penelitiannya. Penelusuran hasil penelitian dan kajian ilmiah terdahulu ini

dilakukan untuk mengetahui letak atau posisi hasil penelitian yang sedang

dilakukan, terhadap kajian-kajian keilmuan yang telah ada sebelumnya.

Tujuannya berupa perbaikan atau penyempurnaan terhadap penelitian

sebelumnya, melanjutkan penelitian atau mengembangkan hasil penelitian

tersebut.

Penelusuran yang dilakukan adalah dengan cara penelusuran

kepustakaan, metode penelitian yang digunakan dan kajian hasil

penelitian. Dari penelusuran tersebut terdapat beberapa hasil penelitian

dan kajian ilmiah terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian yang

sedang dilakukan, tetapi peneliti tidak menemukan penelitian sebelumnya

yang betul-betul serupa dengan penelitian yang sedang dilakukan. Secara

umum pada kegiatan penilaian (assessment) dan/atau penentuan lokasi,

terdapat persamaan antara penelitian yang sedang dilakukan dengan

Page 96: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

76

penelitian terdahulu yaitu basis pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan spasial atau keruangan, yang dianalisis dengan

menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai alat kajian

(tools), sedangkan perbedaannya terletak pada metode atau teknik

analisis yang digunakan untuk penilaian permasalahan dan untuk

pembuatan model. Penelitian ini menggunakan grid (kisi) Sistem Informasi

Geografis sebagai dasar dalam pemodelan spasialnya.

Pemodelan dengan Sistem Pakar juga telah dibahas oleh beberapa

peneliti sebelumnya, namun penelitian tersebut umumnya merancang

sebuah Sistem Pakar yang digunakan untuk mendiagnosa kerusakan-

kerusakan unsur dari suatu objek atau penyebab penyakit pada pasien

dari berbagai latar belakang penyakit. Persamaannya terhadap penelitian

yang sedang dilakukan adalah Sistem Pakar yang dibangun

menggunakan pendekatan berbasis aturan (rule-based reasoning) dengan

metode forward chaining “jika-maka” (if-then) untuk memperoleh suatu

konklusi. Perbedaannya terletak pada desain atau perancangan aplikasi

Sistem Pakar tersebut untuk proses penarikan kesimpulan (inferencing).

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menggunakan bahasa

pemrograman, diantaranya: CLIPS (C Language Integrated Production

System), PROLOG (Programming in Logic), PHP (Personal Home Page)

dan Visual Basic, sedangkan pada penelitian ini menggunakan FORTRAN

sebagai bahasa pemrogramannya yang di input ke dalam grid-grid untuk

pemodelan spasial.

Page 97: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

77

Bagian penelitian yang memiliki relevansi dengan topik yang sedang

diteliti, yaitu tentang Sistem Pakar, penilaian risiko kebakaran, sistem

penyediaan air bersih untuk tindakan pemadaman kebakaran dan alokasi

stasiun pemadam kebakaran, peneliti mengambilnya sebagai referensi

dalam memperkaya kebutuhan kajian penelitian. Beberapa penelitian

terdahulu berupa jurnal ilmiah, prosiding, artikel ilmiah atau karya ilmiah

terkait dengan penelitian yang dilakukan peneliti secara rinci disajikan

pada Tabel 4.

Page 98: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

78

Tabel 4. Penelitian terdahulu yang relevan No. Judul Penulis/

Peneliti Lokasi

Penelitian Teknik Analisis/Pendekatan Hasil/Temuan

1. Fuel Modelling and Fire Hazard Assessment Based on The Portuguese NFI

Fernandes et al (2006)

Portugal Fire Behaviour Simulation Klasifikasi bahaya kebakaran untuk 19 jenis hutan, berdasarkan struktur tegakan dan tipe penutup lahan

2. Urban Fire Risk Clustering Method Based on Fire Statistics

REN (2008) China K-mean Clustering Model pengelompokkan risiko kebakaran K-mean, untuk penyelesaian masalah klasifikasi otomatis risiko kebakaran

3. Urban Fire Risk Evaluation of Xuzhou City Based on GIS

Ji Y. dan Li (2008)

China Diffusion Analysis Model pemetaan bobot dampak dan nilai kontribusi risiko kebakaran pada grid, sesuai dengan sifat dan fitur distribusi spasial

Overlay Analysis

4. Fire Risk Evaluation using Multicriteria Analysis: A Case Study

Vadrevu K. P (2009)

India Spatial Decision-Making Identifikasi risiko kebakaran potensial dan sistem dalam penilaian kemungkinan terjadinya kebakaran hutan

Analytic Hierarchy Process (AHP) Fuzzy Sets

5. Physics Based Modeling of Fire Spread in Densely Built Urban Area and Its Application to Risk Assessment

Himoto dan Tanaka (2010)

Jepang Building Fire Mode Model numerik risiko penyebaran kebakaran dengan Metode Monte Carlo

6. Assessing Urban Fire Risk in the CBD of Dar es Salaam, Tanzania

Kachenje et al (2010)

Tanzania Public Awareness Analysis Identifikasi risiko kebakaran di wilayah pusat kegiatan kota berdasarkan aspek kesadaran publik

7. Development of a Framework for Fire Risk Assessment using Remote Sensing and GIS Technologies

Chuvieco et al (2010)

Spanyol Geographic Information System (GIS) Model penilaian spasial dan temporal terhadap kondisi risiko kebakaran lahan Remote Sensing

Logistic Regression Human Factors Fuel Moisture Content

8. GIS Based Fire Analysis and Production of Fire Risk Maps. The Trabzon Experience

Nisanci R (2010)

Turki Geographic Information System (GIS) Model query spasial dan peta risiko kebakaran berbasis piksel Spatial Database

9. Paper on Fire Risk Assessment

Hall J. R dan Sekizawa (2010)

Jepang Scenario Cluster Method Model Scenario Cluster kebakaran untuk prediksi kemungkinan kebakaran pada bangunan

10. The Development of Fire Risk Assessment Method for Heritage Building

Ibrahim et al (2011)

Malaysia Analytic Hierarchy Process (AHP) Model identifikasi risiko kebakaran untuk bangunan kuno berdasarkan kriteria dan atribut masing-masing bangunan

Pair-Wise Comparison Method

Page 99: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

79

No. Judul Penulis/ Peneliti

Lokasi Penelitian Teknik Analisis/Pendekatan Hasil/Temuan

11. Fire Risk Assessment of Japanese Traditional Wooden District Based on Physics Based Model for Urban Fire Spread

Akimoto et al (2011)

Jepang Fire Spread Model Model fisika penyebaran api untuk penilaian risiko kebakaran

12. A Fire Risk Modelling and Spatialization by GIS. Application on the Forest of Bouzareah Clump, Algiers (Algeria)

Guettouche et al (2011)

Algeria Wight Somme Model Model geomatika teknis untuk memetakan tingkat risiko kebakaran dan pengendalian risiko Geographic Information System (GIS)

13. Research on Assessment of Ability for Urban Fire Disaster Reduction with Uncertain Linguistic Information

Cheng (2012)

China Multiple Attribute Decision Making (MADM)

Model kemampuan pengurangan bencana kebakaran perkotaan dengan informasi linguistik

Uncertain Linguistic Variables

14. Design and Implementation of City Fire Rescue Decision Support System

XING Zhi-xiang et al (2013)

China Decision Support Analisis kebakaran perkotaan, perhitungan kemampuan pemadaman kebakaran, dan visualisasi dinamis pemadam dan penyelamatan kebakaran

Geographic Information System (GIS)

15. Analysis on Comprehensive Risk Assessment for Urban Fire: The Case of Haikou City

ZHANG Yong (2013)

Jepang Analytic Hierarchy Process (AHP) Model penilaian risiko kebakaran dan risiko kecelakaan kebakaran di daerah perkotaan, kerentanan perkotaan dan kemampuan/ketahanan terhadap kebakaran

The Gray Correlation Degree Method

16. Fire Risk Analysis of Residential Buildings Based on Scenario Clusters and Its Application in Fire Risk Management

Jing Xin dan Chongfu Huang (2013)

China Scenario Clusters Model kelompok skenario untuk analisis risiko kebakaran dan kerugian properti melalui indeks risiko kebakaran bangunan

17. A Pattern of Fire Risk Assessment and Emergency Management in Educational Center Laboratories

Omidvari et al (2014)

Iran Analytic Hierarchy Process (AHP) Model penilaian risiko kuantitatif berdasarkan proses hirarki analitis dan analisis logika

18. City Fire Risk Analysis Based on Coupling Fault Tree Method and Triangle Fuzzy Theory

WU Aiyou et al (2014)

China Fault tree Teknik penyelamatan, pengendalian kebakaran dan teori rekayasa keselamatan kebakaran perkotaan Fuzzy probability

Triangle fuzzy number

Page 100: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

80

No. Judul Penulis/ Peneliti

Lokasi Penelitian Teknik Analisis/Pendekatan Hasil/Temuan

19. Fire Risk Assessment for Super High-rise Buildings

Xiao-qian SUN dan Ming-chun LUO (2014)

China Fire Frequency Analisis risiko kebakaran bangunan bertingkat tinggi untuk proses evakuasi Fire Consequence

20. Modelling of Fire Risks in An Offshore Facility

Rajendram et al (2014)

Australia Computational Fluids Dynamics Pyrosim

Pemodelan risiko kebakaran berbasis Computational Fluids Dynamics (CFD)

21. Fire Risk Assessment with Scoring System using The Support Vector Machine Approach

Lau et al (2015)

China Scoring System Model skoring dan Support Vector Machine (SVM) pada bangunan industri perbankan dan asuransi Support Vector Machine

22. An Assessment of The Water Distribution System in The City of Medford, Massachusetts

Jitoo et al (2006)

USA Hydraulic Model Model hidrolika sistem distribusi air bersih untuk menentukan kecukupan distribusi air bersih yang ada berdasarkan kebutuhan air saat ini dan masa depan

23. Vulnerability, Risk and Mitigation Assessment of Water Distribution Systems for Insufficient Fire Flows

Kanta et al (2013)

USA Benefit-Cost Risk Reduction Analysis Algoritma optimasi risiko kehilangan air dengan menggunakan pemrograman dinamis Pressure-Driven Nodal Demand

Analysis with EPANET 2.0.

24. Fire Flow Capacity Analysis Based on Hydraulic Network Model

Xiao et al (2014)

China Hydraulic Model Model hidrolika sistem pasokan air bersih perkotaan

25. Mathematical Programming and the Location of Fire Companies

Plane D. R dan Hendrick (1997)

USA The Synergism OD Judgment Analysis Pemrograman matematis dan model informasi konfigurasi stasiun pemadam kebakaran

26. A Multi-Objective Model for Locating Fire Stations

Badri et al (1997)

Uni Emirat Arab

Goal Programming Model pemrograman multi kriteria lokasi stasiun pemadam kebakaran Multi-Objective Modeling

27. The Optimal Location of Airport Fire Stations: A Fuzzy Multi Object

TZENG dan CHEN (1999)

Multi-Objective Approach Model optimasi lokasi fasilitas gawat darurat berbasis pendekatan fuzzy multi-obyektif Genetic Algorithm

28. Gradual Optimization of Urban Fire Station Locations Based on Geographical Network Model

Yan et al (2004)

China Gradual Optimization Metode optimalisasi lokasi stasiun pemadam kebakaran, berdasarkan Geographical Network Model

Coverage Areas Geographical Network

Page 101: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

81

No. Judul Penulis/ Peneliti

Lokasi Penelitian Teknik Analisis/Pendekatan Hasil/Temuan

29. Optimal Siting of Fire Stations Using GIS and ANT Algorithm

Liu et al (2006)

Singapura Multiobjective (MO) Model Algoritma untuk penemuan stasiun pemadam kebakaran, optimasi infrastruktur dan jaringan transportasi

Geographic Information System (GIS) Ant Algorithm

30. A Fuzzy Multi Objective Programming for Optimization of Fire Station Locations through Genetic Algorithms

Yang et al (2007)

Inggris Multi-Objective Programming Model optimalisasi lokasi stasiun pemadam kebakaran dengan pendekatan fuzzy multi-obyektif dan algoritma genetika

Genetic Algorithm Fuzzy Programming

31. Locating Fire Stations: An Integrated Approach for Belgium

Chevalier et al (2012)

Belgia Operational Spatial Model penentuan lokasi pemadam kebakaran, waktu respons, efisiensi dan trade-off biaya Decision-Support System

32. Research on the Location of Fire Station Based on GIS and Genetic Algorithm

Wei dan JIANG (2012)

China The Genetic Algorithm Model pemilihan lokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan dengan algoritma genetika dan Sistem Informasi Geografis (SIG)

Geographic Information System (GIS)

33. Optimising The Spatial Location of Urban Fire Stations_ELS

Murray A. T (2013)

USA Maximal Coverage Location Problem (MCLP)

Model alokasi stasiun pemadam kebakaran melalui perencanaan strategis untuk perlindungan dan respon kebakaran

34. Using The Vulnerable Localities Index to Identify Priority Areas for Targeting Fire Safety Services

Chainey S (2013)

Inggris Vulnerable Localities Index Model indeks lokasi untuk layanan pemadam kebakaran Priority Neighborhoods Analysis

35. A Multi Objective Model for Fire Station Location Under Uncertainty

Zhou et al (2013)

China Uncertain Goal Programming Model pemrograman deterministik lokasi stasiun pemadam kebakaran yang efisien Chance-Constrained Programming

36. Study of Locating Fire Stations Nourozi dan Shariati (2013)

Uni Emirat Arab

Linear Assignment Method Perencanaan stasiun pemadam kebakaran berbasis pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) melalui basis data yang tepat

37. Sistem Pakar untuk Mendiagnosis Kerusakan pada Komponen Komputer yang Gagal menjalankan Fungsi

Hermawan I (2004)

Indonesia Sistem Pakar Model Sistem Pakar untuk mendiagnosis kerusakan pada komponen komputer DBMS

Visual Basic

38. An Expert System for Diagnosing Eye Diseases using CLIPS

Samy S et al (2008)

Palestina Sistem Pakar Model Sistem Pakar untuk mendiagnosis penyakit mata berbasis aturan

Rule-Based Reasoning CLIPS

Page 102: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

82

No. Judul Penulis/ Peneliti

Lokasi Penelitian Teknik Analisis/Pendekatan Hasil/Temuan

39. Sistem Pakar Penentuan Kesesuaian Lahan berdasar kan Faktor Penghambat Terbesar (Maximum Limitation Factor) Tanaman Pangan

Sevani N (2009)

Indonesia Sistem Pakar Sistem Pakar untuk Penentuan Kesesuaian Lahan berbasis aturan dan web Waterfall Life Cycle

PHP MySQL Desain Web

40. Perancangan dan Implementasi Sistem Pakar untuk Analisa Penyakit Dalam

Broto A. S (2010)

Indonesia Sistem Pakar Sistem Pakar untuk analisa penyakit dalam berbasis aturan berdasarkan metode Certainty Factor

Rule-Based Reasoning PHP MySQL

41 Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Tropik Infeksi Anak

Irmayani I (2010)

Indonesia Sistem Pakar Sistem Pakar untuk menentukan jenis penyakit tropik infeksi pada anak di bawah umur 10 tahun berdasarkan gejala-gejalanya menggunakan konsep Forward Chaining dengan menggunakan metode Certainty Factor

Rule-Based Reasoning DBMS PHP Entity Relationship

42. An Expert System for Diagnosis of Disease in Rice Plant

Sarma S. K (2015)

India Sistem Pakar Perancangan dan pengembangan Sistem Pakar berbasis aturan, dengan menggunakan shell ESTA (Expert System for Text Animation) untuk diagnosis penyakit umum yang terjadi di tanaman padi

Rule-Based Reasoning Prolog ESTA

43. Model Penentuan Lokasi Potensial Prasarana Mitigasi Bencana Kebakaran Perkotaan sebagai salah satu dasar Penataan Ruang Wilayah Kota Pantai (Penerapan di Kota Kendari)

TARIDALA S (2017)

Indonesia Sistem Pakar (Rule-Based Reasoning, Analytic Hierarchy Process (AHP), Geographic Information System (GIS) Grid-Based, FORTRAN)

Model Sistem Pakar berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG): Model penilaian tingkat risiko bencana kebakaran

perkotaan Model jaringan air bersih untuk pemadaman

kebakaran perkotaan Model alokasi stasiun pemadam kebakaran

perkotaan berdasarkan layanan waktu respon Model penentuan lokasi potensial prasarana

mitigasi bencana kebakaran perkotaan sebagai salah satu dasar penataan ruang wilayah kota pantai

Sumber: Peneliti, 2017

Keterangan: : Kesamaan penelitian

Page 103: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

83

Novelty penelitian ini berdasarkan penelusuran dan telaah terhadap

penelitian ilmiah yang pernah dilakukan sebelumnya adalah diperolehnya

model spasial dengan pendekatan Sistem Pakar (Expert System) berbasis

Sistem Informasi Geografis. Secara rinci model tersebut meliputi:

1. Model penilaian tingkat risiko bencana kebakaran perkotaan.

2. Model jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan.

3. Model alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan berdasarkan

layanan waktu respon.

Perbandingan penelitian dan kajian ilmiah terdahulu yang

berkesesuaian dengan penelitian ini, selain menghasilkan novelty juga

memperlihatkan state of the art penelitian. State of the art merupakan

pencapaian tertinggi dari suatu pengembangan bidang ilmu dalam bentuk

sebuah perangkat, prosedur, proses, teknik, ataupun sains sebagai

sebuah hasil dari penerapan metodologi-metodologi yang belum pernah

dilakukan sebelumnya. State of the art pada penelitian ini adalah model

penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi bencana kebakaran

perkotaan sebagai salah satu dasar penataan ruang wilayah kota pantai

dengan Sistem Pakar (Expert System) berbasis Sistem Informasi

Geografis (GIS grid-based).

Page 104: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

84

L. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka dasar pemikiran penelitian

yang disintesiskan dari tinjauan literatur, kondisi aktual (fakta) serta hasil

observasi lapangan. Kerangka ini mengacu pada permasalahan-

permasalahan yang akan diteliti serta memberikan penjelasan tentang

hubungan dan keterkaitan antar variabel secara logis. Permasalahan

kebakaran perkotaan yang ada merupakan kondisi aktual (das sein) yang

terjadi. Bagian tersebut merupakan hal yang akan diselesaikan melalui

kegiatan penelitian ini, dengan terlebih dahulu melakukan analisis

terhadap faktor-faktor yang mendukung dan mempengaruhinya. Dari

faktor-faktor tersebut, dilakukan perancangan model yang sesuai untuk

menyelesaikan permasalahan kebakaran perkotaan. Pemodelan yang

dilakukan berdasarkan pada pendekatan Sistem Pakar berbasis pada

Sistem Informasi Geografis (SIG). Pada tahapan pemodelan ini, dilakukan

verifikasi dan uji validitas hingga diperoleh model yang representatif dan

ideal dalam penanganan masalah kebakaran. Pada akhirnya, pemodelan

ini diharapkan akan menghasilkan suatu model penentuan lokasi potensial

prasarana mitigasi bencana kebakaran perkotaan sebagai salah satu

dasar dalam penataan ruang wilayah kota pantai. Kerangka konseptual ini

dibuat dalam bentuk diagram, seperti yang tersaji pada Gambar 13.

Page 105: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

85

Gambar 13. Kerangka pikir penelitian (Sumber: Peneliti, 2017)

Page 106: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

86

M. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penegasan dari kontrak atau variabel

yang digunakan dengan cara tertentu untuk mengukurnya yang bertujuan

untuk menghindari salah pengertian dan penafsiran yang berbeda

(Kerlinger, 2014). Definisi operasional ini dibuat untuk memberikan

pemahaman yang sama tentang pengertian variabel yang akan diukur dan

untuk menentukan metodologi yang akan digunakan dalam menganalisis

data pada penelitian ini.

Hadi (1990) mengemukakan bahwa variabel adalah gejala-gejala yang

menunjukkan variasi, baik dalam jenis maupun tingkatannya. Terdapat

dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel

terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi (X), yang menyebabkan timbulnya atau berubahnya

variabel terikat, meliputi: tutupan/penggunaan lahan, badan air, tanah

terbuka, kepadatan bangunan, jaringan jalan, kawasan rawan bencana,

kemiringan lereng, kawasan terbatas, kawasan pelayanan khusus,

kawasan perlindungan alam dan sumber air potensial. Variabel terikat

adalah variabel yang dipengaruhi (Y) karena adanya variabel bebas, yaitu:

tingkat risiko kebakaran perkotaan, sistem jaringan air bersih dan alokasi

stasiun pemadam kebakaran perkotaan. Definisi operasional variabel

dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.

Page 107: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

87

Tabel 5. Definisi operasional penelitian No. Variabel Definisi Indikator/

Parameter Cara ukur Alat ukur Skala

1. Penutupan/ Pengguna an lahan

Jenis kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu (Lillesand dan Kiefer, 1999)

Luas, jenis, fungsi, status

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan

Citra satelit, Peta, GPS

Nominal

2. Unit lahan/ unit pemetaan tanah

Bagian dari permukaan tanah yang dapat diidentifikasi memiliki asal (genesis) yang sama dan dapat diterangkan atau dianggap sama (atau seragam) dalam hal faktor-faktor utama yang berkonsekuensi terhadap pemanfaatan lahan (Christian, 1958)

Luas, jenis Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan

Citra satelit, Peta, GPS

Nominal

3. Badan air Kumpulan air yang besarnya bergantung pada relief permukaan bumi, meliputi: sungai, rawa, danau dan laut

Luas, jenis, fungsi

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan

Citra satelit, Peta, GPS

Nominal

4. Tanah terbuka

Tanah yang tidak ditanami atau dengan penanaman jarang, permukaan tanahnya mempunyai lebih dari 50 persen batu/ tanah terbuka, ditentukan dari penutupan citra. Pembentukannya secara alami atau buatan

Luas, jenis, fungsi, status

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan

Citra satelit, Peta, GPS

Nominal

5. Material bangunan mudah terbakar

Material bangunan yang mudah menyala jika terjadi kontak dengan sumber penyalaan/api, seperti percikan api sehingga dapat menimbulkan kebakaran, yaitu bangunan yang terbuat dari material kayu, bambu atau sejenisnya

Luas, jenis material bangunan, fungsi, letak bangunan

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Interval

6. Material bangunan cukup mudah terbakar

Material bangunan yang cukup mudah menyala jika terjadi kontak dengan sumber penyalaan/api, yaitu bangunan yang terbuat dari material campuran kayu dan beton

Luas, jenis material bangunan, fungsi, letak bangunan

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Interval

7. Material bangunan sukar/tidak mudah terbakar

Material bangunan yang tidak mudah terbakar jika terjadi kontak dengan sumber penyalaan/api, yaitu bangunan yang ter buat dari material beton

Luas, jenis material bangunan, fungsi, letak bangunan

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Interval

Page 108: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

88

No. Variabel Definisi Indikator/ Parameter Cara ukur Alat ukur Skala

8. Kepadatan bangunan sangat padat

Rasio antara luas seluruh lantai dasar bangunan dengan luas tiap-tiap grid (luas tiap grid adalah 0,25 hektar). Rasio tersebut bernilai >80 persen per grid

Luas, fungsi, letak bangunan

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Studi literatur, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, kamera, Hasil analisis SIG

Interval

9. Kepadatan bangunan padat

Rasio antara luas seluruh lantai dasar bangunan dengan luas tiap-tiap grid (luas tiap grid adalah 0,25 hektar). Rasio tersebut bernilai >60 hingga ≤80 persen per grid

Luas, fungsi, letak bangunan

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, kamera, Hasil analisis SIG

Interval

10. Kepadatan bangunan sedang

Rasio antara luas seluruh lantai dasar bangunan dengan luas tiap-tiap grid (luas tiap grid adalah 0,25 hektar). Rasio tersebut bernilai >40 hingga ≤60 persen per grid

Luas, fungsi, letak bangunan

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Studi literatur, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, kamera, Hasil analisis SIG

Interval

11. Kepadatan bangunan renggang

Rasio antara luas seluruh lantai dasar bangunan dengan luas tiap-tiap grid (luas tiap grid adalah 0,25 hektar). Rasio tersebut bernilai >20 hingga ≤40 per grid

Luas, fungsi, letak bangunan

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Studi literatur, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, kamera, Hasil analisis SIG

Interval

12. Kepadatan bangunan sangat renggang

Rasio antara luas seluruh lantai dasar bangunan dengan luas tiap-tiap grid (luas tiap grid adalah 0,25 hektar). Rasio tersebut bernilai ≤20 persen per grid

Luas, fungsi, letak bangunan

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Studi literatur, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, kamera, Hasil analisis SIG

Interval

13. Jalan Klasifikasi I

Jalan umum yang memiliki lebar badan jalan (jalur lalu lintas) >9 meter

Lebar badan jalan (jalur lalu lintas)

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Studi literatur

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Nominal

14. Jalan Klasifikasi II

Jalan umum yang memiliki lebar badan jalan (jalur lalu lintas) 4-9 meter

Lebar badan jalan (jalur lalu lintas)

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Studi literature

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Nominal

Page 109: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

89

No. Variabel Definisi Indikator/ Parameter Cara ukur Alat ukur Skala

15. Jalan Klasifikasi III

Jalan umum yang memiliki lebar badan jalan (jalur lalu lintas) <4 meter

Lebar badan jalan (jalur lalu lintas)

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Studi literatur

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Nominal

16. Kawasan rawan longsor

Kawasan yang berfungsi lindung atau kawasan fungsi budidaya yang berpotensi terjadinya longsoran atau gerakan tanah

Luas, fungsi, status, letak, tingkat kerentanan

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Studi literatur, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, kamera, Hasil analisis SIG

Nominal

17. Kawasan rawan banjir

Kawasan yang yang berpotensi terjadinya banjir atau volume luapan air yang melebihi batasan alaminya

Luas, fungsi, status, letak, tingkat kerentanan

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Studi literatur, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, kamera, Hasil analisis SIG

Nominal

18. Kemiringan lereng datar hingga landai

Ukuran kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar yang memiliki nilai kemiringan 0-15 persen

Luas, fungsi, status, letak, persentasi kemiringan

Interpretasi, Digitasi, Studi literatur, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, Hasil analisis SIG

Interval

19. Kemiringan lereng berbukit, agak curam

Ukuran kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar yang memiliki nilai kemiringan 15-25 persen

Luas, fungsi, status, letak, persentasi kemiringan

Interpretasi, Digitasi, Studi literatur, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, Hasil analisis SIG

Interval

20. Kemiringan lereng curam hingga sangat curam

Ukuran kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar yang memiliki nilai kemiringan >25 persen

Luas, fungsi, status, letak, persentasi kemiringan

Interpretasi, Digitasi, Studi literatur, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, Hasil analisis SIG

Interval

21. Kawasan terbatas

Kawasan tertentu di atas daratan yang berfungsi pelayanan publik penting. Pembatasannya bersifat permanen untuk pengalokasian stasiun pemadam kebakaran, meliputi: kantor kepala daerah dan pengadilan

Luas, fungsi, status, letak

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Nominal

22. Kawasan layanan kesehatan

Kawasan yang secara fungsional untuk pelayanan medis yang membutuhkan situasi dan kondisi yang aman, nyaman, bersih dan sehat

Luas, fungsi, status, letak

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Nominal

Page 110: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

90

No. Variabel Definisi Indikator/ Parameter Cara ukur Alat ukur Skala

23. Kawasan pendidikan

Kawasan budidaya yang berfungsi sebagai tempat fasilitas pendidikan beserta prasarana pendukungnya

Luas, fungsi, status, letak

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Nominal

24. Kawasan peribadatan

Tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan masing-masing

Luas, fungsi, status, letak

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Nominal

25. Kawasan perlindung an alam

Kawasan atau wilayah yang dilindungi karena memiliki nilai-nilai lingkungan alami, lingkungan sosial budaya, atau karena hal-hal lain yang serupa yang memiliki sifat unik atau menonjol, meliputi: kawasan perlindungan alam (taman hutan raya)

Luas, fungsi, status, letak

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Studi literatur

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Nominal

26. Laut dangkal

Laut yang memiliki kedalaman kurang dari 3 meter

Kedalaman, luas, fungsi, letak

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Studi literatur

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Interval

27. Kawasan tidak digunakan

Areal yang tidak digunakan atau tidak menghasilkan suatu pro-duk yang bermanfaat serta bersifat tidak efisien/efektif

Luas, fungsi, status, letak

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Nominal

28. Jaringan pipa air bersih primer

Jalur pipa pembawa air bersih dari transmisi air bersih ke transmisi air bersih berikutnya, yang bersifat utama

Fungsionalitas, status, letak

Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Studi literatur

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Nominal

29. Hidran Terminal pelayanan air bersih untuk kondisi yang bersifat darurat, berada di daerah perkotaan yang dan dapat diakses oleh publik

Fungsi, status, letak

Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Studi literatur

Citra satelit, Peta, GPS, kamera

Nominal

30. Sumber air potensial

Sumberdaya air yang berguna atau potensial untuk menjadi sumber atau alternatif sumber air dalam pemadaman kebakaran perkotaan

Luas, jenis, fungsi, kondisi

Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG

Nominal

31. Dekat dari sumber air potensial

Sumberdaya air potensial untuk pemadaman kebakaran yang berjarak

Jarak tempuh terhadap sumber air

Digitasi, Analisis SIG

Citra satelit, Peta,

Interval

Page 111: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

91

No. Variabel Definisi Indikator/ Parameter Cara ukur Alat ukur Skala

>2,5 kilometer dari stasiun pemadam kebakaran

GPS, Hasil analisis SIG

32. Cukup jauh dari sumber air potensial

Sumberdaya air potensial untuk pemadaman kebakaran yang berjarak 2,5-7,5 kilometer dari stasiun pemadam kebakaran

Jarak tempuh terhadap sumber air

Digitasi, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG

Interval

33. Jauh dari sumber air potensial

Sumberdaya air potensial untuk pemadaman kebakaran yang berjarak >7,5 kilometer dari stasiun pemadam kebakaran

Jarak tempuh terhadap sumber air

Digitasi, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG

Interval

34. Tingkat risiko kebakaran sangat tinggi

Tingkat potensi kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat terjadinya kebakaran, yang memiliki bobot nilai risiko >75

Luas, jenis material bangunan, fungsi, letak bangunan, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap sumber air potensial untuk pemadaman, jarak terhadap stasiun pemadam kebakaran

Digitasi, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG

Interval

35. Tingkat risiko kebakaran tinggi

Tingkat potensi kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat terjadinya kebakaran, yang memiliki bobot nilai risiko >50 hingga ≤75

Luas, jenis material bangunan, fungsi, letak bangunan, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap sumber air potensial, jarak terhadap stasiun pemadam kebakaran

Digitasi, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG

Interval

36. Tingkat risiko kebakaran rendah

Tingkat potensi kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat terjadinya kebakaran, yang memiliki bobot nilai risiko >25 hingga ≤50

Luas, jenis mate rial bangunan, fungsi, letak ba ngunan, akses terhadap jalan besar, jarak terha dap sumber air potensial, jarak terhadap stasiun pemadam

Digitasi, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG

Interval

Page 112: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

92

No. Variabel Definisi Indikator/ Parameter Cara ukur Alat ukur Skala

37. Tingkat risiko kebakaran sangat rendah

Tingkat potensi kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat terjadinya kebakaran, yang memiliki bobot nilai risiko >0 hingga ≤25

Luas, jenis material bangunan, fungsi, letak bangunan, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap sumber air potensial, jarak ke stasiun pemadam kebakaran

Digitasi, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG

Interval

38. Jauh dari risiko kebakaran tinggi

Jarak jangkauan pencapaian dari stasiun pemadam kebakaran ke kawasan perkotaan yang berisiko tinggi terhadap kebakaran, yaitu >7,5 kilometer

Jarak dari jalan terhadap area berisiko kebakaran

Digitasi, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG

Interval

39. Cukup jauh dari risiko kebakaran tinggi

Jarak jangkauan pencapaian dari stasiun pemadam kebakaran ke kawasan perkotaan yang berisiko tinggi terhadap kebakaran, yaitu 2,5-7,5 kilometer

Jarak dari jalan terhadap area berisiko kebakaran

Digitasi, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG

Interval

40. Dekat dari risiko kebakaran tinggi

Jarak jangkauan pencapaian dari stasiun pemadam kebakaran ke kawasan perkotaan yang berisiko tinggi terhadap kebakaran, yaitu <2,5 kilometer

Jarak dari jalan terhadap area berisiko kebakaran

Digitasi, Analisis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG

Interval

41. Sangat Sesuai, untuk pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran

Pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran yang memiliki nilai kesesuaian tertinggi pertama

Kawasan rawan bencana, ketersediaan sumber air, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap area berisiko kebakaran

Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Kamera, Hasil analisis SIG

Interval

42. Sesuai, untuk pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran

Pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran yang memiliki nilai kesesuaian tertinggi kedua

Kawasan rawan bencana, ketersediaan sumber air, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap area berisiko kebakaran

Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Kamera, Hasil analisis SIG

Interval

43. Cukup Sesuai, untuk pengembangan jaringan

Pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran yang memiliki nilai kesesuaian tertinggi

Kawasan rawan bencana, ketersediaan sumber air, akses terhadap

Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis

Citra satelit, Peta, GPS, Kamera,

Interval

Page 113: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

93

No. Variabel Definisi Indikator/ Parameter Cara ukur Alat ukur Skala

air bersih untuk pemadaman kebakaran

ketiga jalan besar, jarak terhadap area berisiko kebakaran

SIG Hasil analisis SIG

44. Tidak dianjurkan, untuk peng embangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran

Pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran yang memiliki nilai kesesuaian terendah, diluar nilai kesesuaian pertama, kedua dan ketiga

Kawasan rawan bencana, ketersediaan sumber air, akses terhadap jalan besar, jarak kawasan berisiko kebakaran

Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Kamera, Hasil analisis SIG

Interval

45. Sangat Sesuai, untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran

Alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan yang memiliki nilai kesesuaian tertinggi pertama

Kawasan rawan bencana, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap sumber air potensial, jarak terhadap area berisiko kebakaran

Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Kamera, Hasil analisis SIG

Interval

46. Sesuai, untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran

Alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan yang memiliki nilai kesesuaian tertinggi kedua

akses terhadap jalan besar, jarak terhadap sumber air potensial, jarak terhadap area berisiko kebakaran

Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Kamera, Hasil analisis SIG

Interval

47. Cukup Sesuai, untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran

Alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan yang memiliki nilai kesesuaian tertinggi ketiga

Kawasan rawan bencana, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap sumber air potensial, jarak terhadap area berisiko kebakaran

Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Kamera, Hasil analisis SIG

Interval

48. Tidak direkomen dasikan, untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran

Alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan yang memiliki nilai kesesuaian terendah, diluar nilai kesesuaian pertama, kedua dan ketiga

Kawasan rawan bencana, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap sumber air potensial, jarak terhadap area berisiko kebakaran

Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis SIG

Citra satelit, Peta, GPS, Kamera, Hasil analisis SIG

Interval

Sumber: Peneliti, 2017

Page 114: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

94

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan pokok-pokok perencanaan dari

keseluruhan kegiatan penelitian yang akan dilakukan, meliputi proses

perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang dituangkan dalam suatu

kesatuan naskah secara ringkas, jelas dan komprehensif. Rancangan ini

menjelaskan setiap prosedur penelitian yang memuat strategi dan struktur

penelitian yang diatur untuk menjawab permasalahan penelitian.

Rancangan penelitian ini bertujuan agar pelaksanaan penelitian mengenai

kebakaran perkotaan di Kota Kendari dapat dilakukan dengan tepat,

lancar dan sistematis.

Komponen-komponen yang terdapat dalam rancangan penelitian ini

meliputi: tema atau topik yang diteliti, metode penelitian yang digunakan,

pendekatan atau teknik analisis yang digunakan, bahan dan alat yang

diperlukan, variabel penelitian yang meliputi variabel bebas dan variabel

terikat, rentang waktu dan tempat dilakukannya penelitian, instrumen

pengumpulan data serta populasi dan teknik sampling. Rancangan

penelitian tentang kebakaran perkotaan ini digambarkan secara skematis

seperti pada Gambar 14.

Page 115: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

95

Gambar 14. Rancangan penelitian (Sumber: Peneliti, 2017)

B. Lokasi dan Waktu

Kegiatan penelitian ini mengkaji tentang tingkat risiko bencana

kebakaran perkotaan, prasarana wilayah pendukung mitigasi bencana

kebakaran serta konsep penataan ruang wilayah kota pantai berbasis

mitigasi bencana kebakaran. Penelitian ini dilakukan di wilayah

administratif Kota Kendari. Beberapa alasan pokok dalam pemilihan lokasi

penelitian ini adalah:

Page 116: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

96

1. Intensitas kejadian kebakaran perkotaan yang semakin meningkat

dengan kerugian material yang mencapai milyaran rupiah.

2. Merupakan kawasan perkotaan yang sedang dalam tahap

perkembangan.

3. Memiliki kondisi topografi yaitu kemiringan lereng yang sangat variatif,

dengan kemiringan 0 persen hingga >40 persen, dengan morfologi

datar hingga bergunung sangat curam.

4. Merupakan pusat kegiatan wilayah dan ibukota provinsi dengan jumlah

dan pertumbuhan penduduk tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara.

5. Merupakan kota dengan perpaduan tipologi kota pantai dan daratan,

sehingga dipandang variabel penelitian akan semakin beragam.

6. Ketersediaan data sekunder yang cukup mendukung kegiatan

penelitian, meliputi: data dan peta kejadian kebakaran harian (lima

tahun terakhir) beserta riwayatnya, citra satelit resolusi tinggi dan peta

jaringan jalan.

Waktu kegiatan penelitian ini dilakukan selama 8 (delapan) bulan,

terhitung sejak bulan September tahun 2016 hingga bulan Mei tahun

2017. Dalam waktu pelaksanaan penelitian ini, kegiatan yang dilakukan

meliputi: observasi atau survei lapangan, melakukan wawancara awal

terhadap pakar dan sumber data lainnya, pengolahan data hasil

penelitian, simulasi serta kegiatan verifikasi dan validasi hasil

perancangan sistem kepada para pakar.

Page 117: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

97

Lingkup penelitian ini merupakan suatu batasan permasalahan yang

diharapkan akan memudahkan dalam pelaksanaan penelitian sehingga

penelitian dapat dilakukan secara terfokus, efisien dan efektif.

C. Populasi dan Teknik Sampel

Populasi dalam kegiatan penelitian ini meliputi seluruh unit lahan yang

teridentifikasi dari tutupan atau penggunaan lahan, termasuk bangunan

dengan material bangunan terklasifikasi risiko kebakaran yang ada di Kota

Kendari, yang tertuang dalam Peta Penggunaan Lahan Kota Kendari.

Populasi penelitian berjumlah 80.603 unit lahan, dengan luas keseluruhan

26.608,58 hektar. Dari populasi tersebut dilakukan pengambilan sampel

untuk mewakili populasi. Sampel yang diambil dalam kegiatan penelitian

ini merupakan sampel area yaitu sampel dari keterwakilan tiap-tiap jenis

penggunaan lahan yang berbeda, baik dari segi fungsi guna lahan

maupun penampakan pada citra satelit.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Metode

Purposive Sampling yaitu sampel yang diambil dengan maksud atau

tujuan tertentu. Pemilihan sampel ini dilakukan tidak secara acak (non-

random sampling). Penentuan sampel dengan metode ini memiliki syarat-

syarat dalam pemilihannya, seperti yang diungkapkan oleh Arikunto

(2006) bahwa:

1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau

karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok dari populasi.

Page 118: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

98

2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek

yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.

3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam

studi pendahuluan.

Mustafa (2000) mengungkapkan bahwa non-random sampling

merupakan sampel yang dipilih secara tidak acak. Tidak semua unsur

atau elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa

dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa

disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya

telah direncanakan oleh peneliti. Sampel yang baik adalah sampel yang

dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik dari populasi. Dalam

bahasa pengukuran berarti bahwa sampel yang diambil harus valid, yaitu

dapat mengukur sesuatu yang seharusnya diukur.

Salant dan Dillman (1994) menjelaskan bahwa dalam suatu penelitian

yang dilakukan, sebelum menentukan jumlah sampel yang harus diambil

dari populasi yang ada, beberapa faktor harus dipertimbangkan untuk

mendapatkan hasil yang terpercaya, yaitu: (1) berapa banyak kesalahan

sampel yang dapat ditoleransi, (2) jumlah populasi, (3) bagaimana variasi

populasi, dan (4) sub kelompok terkecil dalam sampel berdasarkan

perkiraan kebutuhan.

Page 119: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

99

Penentuan jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini

menggunakan rumus dari Slovin (Sevilla, dkk., 1993), yaitu:

Dimana: n = Jumlah sampel yang dibutuhkan. N = Jumlah populasi e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance) adalah 5% (0,05)

Slovin masih memberi kebebasan untuk menentukan nilai batas

kesalahan atau galat pendugaan, sedangkan batas kesalahan yang

diasumsikan dalam Tabel Krejcie-Morgan adalah sebesar 5% atau tingkat

akurasi yang dinyatakan dalam proporsi senilai 0,05. Slovin dan Tabel

Krejcie-Morgan sama-sama mengasumsikan tingkat keandalan sebesar

95% (Krejcie dan Morgan, 1970). Berdasarkan Rumus Slovin yang

dituliskan sebelumnya, diperoleh jumlah sampel yang digunakan pada

penelitian ini adalah sebanyak 398 sampel dengan toleransi nilai

kesalahan adalah 0,05, melalui perhitungan:

n = n =

80603 / (1 + 80603 x 0,052) = 398,02 398

Secara rinci jumlah populasi dan sampel pada penelitian ini tersaji pada

Tabel 6.

Tabel 6. Populasi dan sampel penelitian No. Penutupan/

Penggunaan Lahan Luas

(Hektar) Populasi

(unit lahan) Sampel

(unit lahan) 1. Perumahan: 1.118,80 79.712 394

Material Beton 928,27 50.142 248

(4)

Page 120: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

100

No. Penutupan/ Penggunaan Lahan

Luas (Hektar)

Populasi (unit lahan)

Sampel (unit lahan)

Material Campuran 156,68 21.569 107 Material Kayu 33,85 8.001 40

2. Permukiman 5.497,04 604 3 3. Alang-alang 840,87 29 0 4. Belukar 386,11 7 0 5. Kebun Campuran 9.237,71 127 1 6. Tegalan 166,98 7 0 7. Hutan 8.600,99 15 0 8. Sawah 208,38 6 0 9. Tambak 434,97 29 0 10. Rawa 9,55 1 0 11. Mangrove 2,12 37 0 12. Sungai 105,08 29 0

Jumlah: 26.608,58 80.603 398 Sumber: Peneliti, 2017

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh

peneliti dalam proses pengumpulan data yang bertujuan agar kegiatan

penelitian menjadi lebih mudah dan sistematis sehingga hasil penelitian

yang diperoleh lebih cermat dan lengkap. Instrumen sebagai alat bantu

dalam metode pengumpulan data tersebut merupakan sarana yang dapat

diwujudkan dalam benda, misalnya angket, perangkat tes, pedoman

wawancara, pedoman observasi, skala dan sebagainya (Arikunto, 2006).

Instrumen yang digunakan pada penelitian kebakaran perkotaan ini

diolah secara kuantitatif dengan memperhatikan syarat-syarat instrumen

data yang baik. Rukamah dan Djamudin (2013) memberikan ulasan

bahwa terdapat lima kriteria dalam instrumen pengumpulan data yang

baik, yaitu:

Page 121: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

101

1. Reliabilitas, yaitu derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang

ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Pengujiannya dapat dilakukan

secara internal dan eksternal.

2. Validitas, dalam menetapkan validitas suatu instrumen pengukuran

adalah menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang

diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran.

3. Sensivitas, merupakan kemampuan suatu instrumen untuk melakukan

diskriminasi yang diperlukan untuk masalah penelitian. Bila reliabilitas

dan validitas tinggi, maka bagian tersebut juga sensitif, mempertajam

perbedaan dalam derajat variasi-variasi karakteristik yang diukur.

4. Objektivitas, merupakan derajat dimana pengukuran yang dilakukan

bebas dari pendapat dan penilaian subjektif, bebas dari bias dan

perasaan orang-orang yang menggunakannya.

5. Fisibilitas, berkenaan dengan aspek-aspek keterampilan, penggunaan

sumberdaya dan waktu.

Hadi (1990) lebih lanjut mengemukakan bahwa yang menjadi

instrumen yang valid harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1)

pengukuran dengan alat pengukur yang lain sebagai prediktor, (2) adanya

standardisasi grup tertentu untuk mengadakan observasi sebagai sebuah

kriterium, dan (3) diselidiki ada atau tidaknya kecocokan antara hasil

prediktor dengan hasil kriterium.

Teknik-teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada

penelitian ini meliputi:

Page 122: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

102

1. Wawancara, merupakan dialog antara peneliti atau pewawancara

dengan terwawancara untuk mendapatkan informasi mengenai objek

yang sedang diteliti, terdiri atas dua bagian, yaitu:

a. Wawancara terstruktur, digunakan oleh peneliti dalam melakukan

wawancara dengan terlebih dahulu telah menyiapkan instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis, selain itu pula

menggunakan alat bantu seperti alat perekam audio, gambar

teknis, peta dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan

wawancara agar berjalan secara lancar. Sasaran wawancara ini

adalah para pakar yang merupakan keterwakilan dari komponen

akademis, yaitu tenaga pengajar pada Program Studi Perencanaan

dan Pengembangan Wilayah Universitas Halu Oleo Kendari yang

berjumlah 2 (dua) orang, dan personal pada instansi teknis yang

memiliki kaitan terhadap kejadian kebakaran sebanyak 2 (dua),

yaitu Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, meliputi pimpinan

institusi dan anggota pasukan pemadam kebakaran.

b. Wawancara tidak terstruktur, merupakan dialog bebas antara

peneliti atau pewawancara dengan terwawancara dalam

mendapatkan informasi, pada bagian ini peneliti atau pewawancara

tidak menggunakan pedoman wawancara yang tertulis dan

sistematis. Pengembangan topik pertanyaan berdasarkan pada

setiap jawaban dari terwawancara dengan tetap memperhatikan

arah dan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara tersebut.

Page 123: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

103

Metode ini menggunakan alat bantu wawancara yaitu lembar

catatan, alat perekam audio dan peta untuk mengarsipkan hasil

wawancara yang dilakukan. Sasaran wawancara ini adalah

masyarakat korban kebakaran berjumlah 15 orang, masyarakat

yang berada di sekitar kejadian kebakaran (tetangga korban) yang

berjumlah 15 orang, serta pemilik atau karyawan perusahaan yang

berjumlah 5 (lima) orang.

2. Observasi, merupakan kegiatan pengamatan secara langsung

terhadap objek pengamatan dan melakukan pencatatan atau

perekaman pada alat atau blangko observasi yang telah disiapkan

sebelumnya. Alat bantu yang digunakan untuk perekaman data

meliputi: blangko pengukuran data lapangan (tally sheets), Global

Positioning System (GPS) genggam (handheld), kamera dan perekam

video.

3. Dokumentasi, merupakan kegiatan pengumpulan data yang diperoleh

melalui fakta-fakta yang tersimpan dalam bentuk buku, catatan, arsip

foto, rekaman video, laporan kegiatan dan arsip lainnya yang

berkenaan dengan kejadian kebakaran. Instrumen dokumentasi ini

digunakan untuk mencari riwayat atau sejarah kejadian kebakaran.

Selain alat-alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data,

instrumen penelitian ini juga menggunakan bahan-bahan penelitian untuk

digunakan dalam pengolahan data yang mempengaruhi ketepatan hasil

analisis data. Bahan yang digunakan dalam penelitian tentang kebakaran

Page 124: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

104

perkotaan ini, diperoleh dari beberapa sumber, yang meliputi data primer

dan sekunder. Data primer diperoleh dari kegiatan survei lapangan,

meliputi data penggunaan lahan, jenis material bangunan dan lokasi

sumber air yang potensial. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait,

termasuk citra satelit, peta batas administrasi, peta status kawasan hutan,

peta fungsi jalan, jenis material bangunan, dan lainnya. Selain kedua

sumber tersebut, juga digunakan data yang berasal dari hasil analisis

peneliti yaitu peta dasar grid yang berjumlah 107.836 grid, dengan luas

grid masing-masing 50 meter x 50 meter atau 0,25 hektar serta peta

tingkat risiko kebakaran yang berbasis grid.

Gambar 15. GIS Grid-based Kota Kendari (Sumber: Peneliti, 2017)

Page 125: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

105

E. Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan mengubah data hasil penelitian

menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan

dari suatu penelitian. Bagian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data

sehingga bisa dipahami lebih jauh dan merupakan salah satu langkah

penting dalam rangka memperoleh temuan-temuan dalam penelitian.

Pada kegiatan pemodelan atau penciptaan model terhadap suatu kasus

penelitian, analisis data dilakukan dalam tahapan perancangan sistem

yang dibangun, seperti halnya pada kegiatan penelitian ini.

1. Konsep Umum Perancangan Sistem

Penelitian mengenai bencana kebakaran perkotaan yang mencakup

pemodelan prasarana ruang wilayah kota pantai berbasis mitigasi

bencana kebakaran, penilaian risiko kebakaran, sistem penyediaan air

untuk pemadam kebakaran serta alokasi stasiun pemadam kebakaran ini

menggunakan metode pendekatan Sistem Pakar (Expert System)

berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Pakar ini merupakan

sistem yang berbasis pengetahuan, yaitu sistem yang menggunakan

pengetahuan atau kecerdasan manusia yang dimasukkan ke dalam

komputer untuk menyelesaikan permasalahan yang umumnya

membutuhkan keahlian dari seorang pakar atau ahli.

Kebakaran perkotaan dianalisis dengan terlebih dahulu menentukan

faktor-faktor atau parameter yang berpengaruh terhadap aspek kebakaran

pada kawasan perkotaan yang merupakan tema penelitian, antara lain

Page 126: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

106

material bangunan yang mudah terbakar atau tidak mudah terbakar,

kepadatan bangunan, apakah daerah tersebut dilintasi oleh jalan arteri

atau jalan kolektor, dan jarak terhadap sumber air yang potensial untuk

pemadaman. Penentuan parameter tersebut bersumber dari basis

pengetahuan. Setiap faktor yang mempengaruhi diberi bobot berdasarkan

besaran pengaruhnya terhadap kebakaran. Selain faktor yang

berpengaruh, diidentifikasi pula faktor-faktor yang merupakan pembatas

dan faktor-faktor yang tidak mendukung. Faktor-faktor tersebut kemudian

dibuat menjadi sebuah metode dalam bentuk matriks yang

merepresentasikan pengetahuan yaitu aturan (rule) dalam bentuk

pasangan kondisi-aksi atau jika-maka (if-then).

Prosedur Sistem Pakar ini bekerja dengan cara menyerupai

pengetahuan dan proses berpikir seorang pakar dalam menyelesaikan

masalah yang rumit. Sistem ini dirancang menggunakan perangkat keras

yaitu komputer personal atau komputer jinjing (laptop) dan perangkat

lunak, yaitu aplikasi SIG (ArcGIS, ArcView GIS, Quantum GIS), AutoCAD,

FORTRAN dan Quick Basic serta aplikasi pendukung lainnya. Sistem ini

dijalankan pada sistem operasi Microsoft Windows. Kim et al (1990)

memberikan gambaran hubungan keterkaitan antara Sistem Pakar

dengan SIG dalam suatu model pengambilan keputusan.

Page 127: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

107

Gambar 16. Model pengambilan keputusan Sistem Pakar dan Sistem Informasi Geografis

(Sumber: Kim et al., 1990)

2. Pengembangan Sistem

Sistem Pakar yang dirancang merupakan Sistem Pakar yang

menggunakan pendekatan aturan (rule-based reasoning) yang berbasis

pada Sistem Infomasi Geografis dengan menempatkan grid-grid geografi

sebagai unit analisis (GIS grid-based). Sistem Pakar ini berfungsi untuk

melakukan penilaian risiko kebakaran perkotaan, menentukan sistem

jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dan menentukan lokasi

stasiun pemadam kebakaran pada kawasan perkotaan. Sistem pakar

penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi bencana kebakaran

perkotaan ini dirancang untuk menghasilkan keluaran (output) utama

berupa model penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi bencana

kebakaran perkotaan sebagai salah satu dasar penataan ruang wilayah

kota pantai. Keluaran dari sistem tersebut merupakan hasil proses aturan

Page 128: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

108

yang ada pada basis pengetahuan. Aturan ini merupakan representasi

dari pengetahuan yang dimiliki oleh pakar.

Kerangka sistem yang dirancang merupakan pengembangan dari

kerangka pemikiran Sistem Pakar yang telah dituliskan pada bagian

sebelumnya. Pada kerangka sistem yang dirancang ini digambarkan

urutan proses pembuatan sistem dari awal hingga akhir pemrosesan,

hingga didapatkan model Sistem Pakar yang dapat digunakan, untuk

memberikan saran berupa penilaian risiko kebakaran perkotaan,

penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dan

penentuan lokasi stasiun pemadam kebakaran pada kawasan perkotaan.

Kerangka umum sistem ini digambarkan dalam bentuk diagram alir

deskriptif formulasi pembuatan Sistem Pakar, seperti yang tersaji pada

Gambar 17.

Page 129: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

109

Gambar 17. Kerangka umum perancangan Sistem Pakar untuk kebakaran perkotaan

(Sumber: Peneliti, 2017)

Page 130: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

110

a) Pemilihan Pakar

Pakar dalam pengertian umum adalah seseorang yang mempunyai

pengetahuan dalam suatu bidang tertentu. Pada pembangunan Sistem

Pakar, tahap awal yang diperlukan adalah pemilihan atau penentuan

pakar sebagai sumber pengetahuan. Anggapan pakar diberikan jika

memenuhi kualifikasi atau syarat-syarat tertentu.

Durkin (1994); Kusumadewi (2003) mengatakan bahwa ilmu

pengetahuan (knowlegde) pada Sistem Pakar mungkin saja bersumber

dari seorang ahli atau pakar, atau ilmu pengetahuan yang umumnya

terdapat dalam buku, majalah, dan orang yang mempunyai

pengetahuan tentang suatu bidang ilmu pengetahuan. Giarratano dan

Riley (2005) juga menjelaskan bahwa basis pengetahuan pada Sistem

Pakar, diambil dari pengalaman seorang pakar maupun teori-teori yang

ada, pada bidang yang spesifik.

Marimin (2007) membagi pakar menjadi empat kelompok, sesuai

dengan persyaratan yang dipenuhi sebagai seorang pakar, yaitu: (1)

pakar yang mendapat pendidikan formal Strata-2 atau Strata-3, (2)

pakar yang berpengalaman pada bidang yang dikaji, (3) pakar yang

berpendidikan formal dan mempunyai pengalaman pada bidang yang

dikaji, serta (4) pakar yang merupakan praktisi pada bidang yang dikaji.

Pengetahuan yang dimiliki oleh pakar dapat berupa pengetahuan yang

belum terdokumentasikan dengan baik atau masih berada pada

pikirannya, dan sumber pengetahuan yang sudah didokumentasikan

Page 131: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

111

secara baik sehingga dapat diakses dengan lebih mudah, berupa

buku, dokumen dan laporan.

Sumber-sumber yang menjadi sumber pengetahuan dalam

perancangan Sistem Pakar pada penelitian ini meliputi:

Seorang Pakar. Pakar yang diwawancarai adalah orang-orang yang

memiliki pendidikan formal Strata-3, yaitu pengajar pada Program

Studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Universitas

Haluoleo, Kendari dan orang-orang yang memiliki pengalaman

pada kasus yang sedang diteliti, yaitu pimpinan dan petugas

(firefighter) Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari. Pakar

tersebut dianggap mengenal dan memahami permasalahan

tentang kebakaran perkotaan, mempunyai pengetahuan khusus,

pendapat, keahlian dan dapat menjelaskannya.

Metode wawancara yang digunakan pada bagian ini adalah: (1)

wawancara terstruktur yang bertujuan untuk melakukan verifikasi

dan validasi terhadap parameter-parameter yang akan digunakan

sebagai rules dalam Sistem Pakar pada tahapan selanjutnya, dan

(2) wawancara tidak terstruktur guna mengetahui hal-hal yang

berkaitan dengan kejadian kebakaran di Kota Kendari.

Karya ilmiah, meliputi: jurnal atau makalah tentang penilaian risiko

bencana kebakaran, sistem penyediaan air bersih perkotaan,

alokasi stasiun pemadam kebakaran, teori perkotaan dan

kebakaran perkotaan serta sistem pakar. Selain tulisan ilmiah

Page 132: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

112

tersebut, juga digunakan data hasil laporan kejadian kebakaran di

Kota Kendari.

Sumber lainnya. Sumber-sumber lainnya yang menjadi sumber

pengetahuan dalam Sistem Pakar ini adalah buku panduan atau

petunjuk teknis mengenai hal-hal yang berkenaan dengan

kebakaran perkotaan, yang dipakai sebagai acuan atau pedoman

dalam pelaksanaan kegiatan teknis, antara lain: Standar Nasional

Indonesia (SNI), National Fire Protection Association (NFPA)

United States dan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)

untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah.

b) Akuisisi Pengetahuan

Akusisi pengetahuan dilakukan oleh seorang knowledge engineer.

Akuisisi ini bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis

pengetahuan yang diperoleh dari berbagai macam sumber-sumber

pengetahuan atau pakar, untuk kemudian disimpan dalam basis

pengetahuan. Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh tersebut,

maka dapat diketahui bahwa dalam proses penilaian risiko bencana

kebakaran, penyediaan air bersih untuk kebakaran perkotaan, alokasi

stasiun pemadam kebakaran perlu diketahui parameter-parameter

yang mempengaruhinya. Nilai dari masing-masing parameter tersebut

dimasukkan ke dalam sistem untuk kemudian diolah sesuai dengan

pengetahuan yang telah diakuisisi.

Page 133: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

113

Marimin (2007) memaparkan bahwa terdapat berbagai macam metode

yang dapat digunakan dalam proses akuisisi pengetahuan, salah

satunya adalah wawancara.

Pada penelitian ini, juga dilakukan wawancara oleh knowledge

engineer dengan domain expert sebagai bagian dari proses akuisisi

pengetahuan Sistem Pakar untuk penilaian risiko bencana kebakaran,

penyediaan air bersih untuk kebakaran perkotaan dan alokasi stasiun

pemadam kebakaran. Wawancara ini untuk menggali pengetahuan,

fakta, serta kaidah yang dimiliki oleh seorang pakar dalam rangka

verifikasi dan validasi kaidah (rules) yang telah dirancang sebelumnya.

Selain wawancara yang dilakukan terhadap pakar, validasi juga

dilakukan melalui metode AHP dengan menggunakan aplikasi

komputer dalam pengolahannya yaitu Expert Choice, yang bertujuan

untuk menentukan prioritas dari beberapa kriteria serta menstrukturnya

ke dalam suatu hierarki kriteria.

c) Representasi Pengetahuan

Pengetahuan yang telah diakuisisi oleh pakar harus direpresentasikan

dalam suatu bentuk yang tepat untuk kemudian disimpan pada basis

pengetahuan. Marimin (2007) menjelaskan bahwa metode

representasi yang akan digunakan perlu mempertimbangkan beberapa

persyaratan, seperti: kemudahan dalam representasi, kemudahan

dalam penalaran, efisiensi proses akuisisi dan efisiensi proses

penalaran.

Page 134: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

114

Basis pengetahuan pada Sistem Pakar yang dirancang merupakan

basis pengetahuan dinamis oleh karena itu dapat direpresentasikan

dengan menggunakan bentuk kaidah if–then dan if-then–else. Dimana

“if” merupakan premis yang menunjukkan suatu kondisi yang akan

dinilai, “then” merupakan konklusi yang menunjukkan aksi yang dapat

diambil apabila kondisi terpenuhi, dan “else” merupakan aksi yang

akan dilakukan apabila kondisi tidak terpenuhi. Bentuk if–then dan if-

then–else dapat terdiri dari beberapa kondisi dan juga beberapa aksi

yang digabungkan dengan menggunakan operator logika AND atau

OR.

Kondisi pada kaidah yang ada, merupakan parameter yang akan

digunakan pada proses penilaian risiko bencana kebakaran,

penyediaan air bersih untuk kebakaran perkotaan, alokasi stasiun

pemadam kebakaran, dengan nilai yang berasal dari masing-masing

parameter yang dipakai, yang sebelumnya telah diberikan bobot

penilaian.

d) Pengembangan Mesin Inferensi

Mesin inferensi menggunakan bahasa pemrograman FORTRAN, yang

menentukan cara penarikan kesimpulan yang digunakan pada Sistem

Pakar ini. FORTRAN adalah salah satu bahasa pemrograman

komputer, yang dikembangkan pada sekitar tahun 1950 oleh

International Business Machines Corporation (IBM) yang tujuan

utamanya untuk aplikasi ilmiah dan teknik. Sejak pertama kali didesain,

Page 135: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

115

FORTRAN terus digunakan untuk keperluan komputasi ilmiah dan

numerik, terutama di bidang-bidang seperti ilmu komputasi dan

pemodelan iklim.

FORTRAN merupakan bahasa tingkat tinggi tertua dan yang pertama.

FORTRAN juga banyak digunakan karena mempertahankan

kompatibilitas dengan versi lama meskipun telah bermunculan versi

yang lebih baru, seperti FORTAN 77. Bahasa pemrograman ini

memiliki proses eksekusi dan kompiler yang mampu menangani kode

(coding) lebih cepat, sehingga sangat cocok untuk penggunaan ilmiah.

Aplikasi ini dianggap menonjol karena portabilitas yang mudah dan

relatif mudah dikuasai (user friendly) sehingga orang yang tidak

memiliki latar belakang komputer pun bisa mempelajarinya.

Proses penarikan kesimpulan oleh FORTRAN dilakukan dengan

memanipulasi dan mengarahkan pengetahuan yang ada basis

pengetahuan sehingga akhirnya tercapai suatu kesimpulan. Di dalam

pengembangan mesin inferensi perlu diperhatikan teknik penelusuran

dan teknik pengendalian yang akan digunakan. Sesuai dengan

permasalahan yang mendasari perancangan Sistem Pakar ini, maka

teknik pengendalian yang digunakan untuk melakukan penilaian risiko

bencana kebakaran, sistem penyediaan air bersih untuk kebakaran

perkotaan dan alokasi stasiun pemadam kebakaran adalah metode

pelacakan ke depan atau runut maju (forward chaining). Dengan teknik

pengendalian forward chaining, maka proses penentuan lokasi

Page 136: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

116

potensial prasarana mitigasi bencana kebakaran perkotaan dimulai

dari sekumpulan fakta yang kemudian akan dianalisis dan digunakan

untuk proses penarikan kesimpulan. Fakta berupa kejadian, yaitu nilai

parameter yang dimasukkan oleh knowledge engineer. Kesimpulan

diperoleh sebagai hasil penyeleksian sejumlah kaidah yang ada pada

basis pengetahuan.

e) Implementasi dan Pengujian

Implementasi Sistem Pakar untuk penilaian risiko bencana kebakaran,

penentuan sistem penyediaan air bersih untuk kebakaran perkotaan

dan alokasi stasiun pemadam kebakaran dilakukan dengan

menggunakan aplikasi SIG. Pada implementasi tersebut, dilakukan

proses pengujian untuk mengetahui output yang dihasilkan sekaligus

melakukan verifikasi dan validasi terhadap Sistem Pakar yang telah

dirancang. Guna memastikan suatu simulasi model yang dirancang

agar dapat menghasilkan suatu simulasi yang tepat dan sesuai dengan

keinginan kita, maka perlu dilakukan verifikasi dan validasi terhadap

output dari simulasi tersebut.

Law dan Kelton (1991) menjelaskan bahwa verifikasi merupakan suatu

proses untuk memeriksa kesesuaian jalannya program komputer

simulasi dengan yang diinginkan dengan cara melakukan pemeriksaan

program komputer. Verifikasi juga dapat diartikan sebagai proses

penerjemahan model simulasi konseptual ke dalam bahasa

pemrograman secara benar. Sedangkan validasi adalah proses

Page 137: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

117

penentuan apakah model konseptual simulasi benar-benar merupakan

representasi akurat dari sistem nyata yang dimodelkan. Validasi model

dapat pula dikatakan sebagai langkah dalam memvalidasi atau

menguji apakah model yang telah disusun dapat merepresentasikan

sistem nyata dengan benar. Suatu model dapat dikatakan valid ketika

tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan sistem nyata yang

diamati baik dari karakteristiknya maupun dari perilakunya.

Output Sistem Pakar yang merupakan hasil perancangan sistem,

dibawa ke seorang pakar untuk dilakukan verifikasi dan validasi.

Verifikasi dan validasi ini dilakukan agar Sistem Pakar yang dibuat

dapat mewakili seorang pakar (domain expert). Verifikasi bertujuan

untuk mengetahui apakah program komputer yang dibuat sudah benar

dalam implementasinya. Validasi dilakukan untuk mengetahui tingkat

akurasi hasil yang diberikan oleh sistem beserta keterkaitannya

dengan tujuan pembuatan Sistem Pakar.

Secara keseluruhan, proses validasi Sistem Pakar akan

membandingkan pengetahuan dari para pakar dengan output Sistem

Pakar yang telah dibangun dan dilakukan pula pengecekan validitas

dengan menggunakan aplikasi SIG. Sevani (2009) mengatakan bahwa

jika hasil validasi dari pakar menyatakan bahwa Sistem Pakar yang

dirancang sudah cukup mewakili pengetahuan domain expert, maka

Sistem Pakar dapat langsung direkomendasikan untuk digunakan oleh

pengguna (users), tetapi jika hasilnya masih dirasa kurang sesuai,

Page 138: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

118

maka knowledge engineer harus meninjau ulang basis pengetahuan

yang ada.

Khusus pada penilaian tingkat risiko kebakaran, metode validasi juga

dilakukan dengan membuat perbandingan antara output pemodelan

dengan data histori atau riwayat kejadian kebakaran (data sekunder).

Validasi risiko kebakaran ini menggunakan metode Root Mean Square

Error (RMSE), yaitu pendekatan yang membandingkan hasil prediksi

model dengan kondisi aktual atau yang sebenarnya. Kaitannya

terhadap nilai RMSE, Nawari (2010) menuliskan bahwa suatu model

dikatakan baik jika mampu memberikan nilai estimasi yang akurat,

yaitu nilai Y dugaan atau prediksi mendekati nilai Y observasi sehingga

error mendekati 0 (nol) atau dengan kata lain semakin kecil nilai

RMSE, maka semakin tinggi pula tingkat akurasi dari model simulasi

tersebut.

Persamaan yang digunakan dalam menghitung RMSE adalah:

Dimana: n = Jumlah data yang diuji At = Data aktual Ft = Nilai prediksi

(5)

Page 139: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

119

BAB IV

TINJAUAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Tinjauan wilayah penelitian ini memuat gambaran secara umum lokasi

penelitian yaitu Kota Kendari. Pembahasan bagian ini melingkupi aspek-

aspek yang secara langsung merupakan unsur-unsur yang berpengaruh

dan berkaitan dengan bencana kebakaran perkotaan. Data ini sebagian

merupakan data primer dari kegiatan observasi dan data sekunder yang

bersumber dari instansi terkait, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

Kendari, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Tenggara dan Dinas

Pemadam Kebakaran Kota Kendari, Tahun 2016.

A. Tinjauan Fisik Wilayah Penelitian

1. Geografis

Kota Kendari terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, berada pada

posisi antara 3º54ʹ40ʺ dan 4º5ʹ05ʺ lintang selatan dan membentang dari

barat ke timur di antara 122º26ʹ33ʺ dan 122º39ʹ14ʺ bujur timur, dengan

batas-batas wilayah administrasi, meliputi:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe.

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan.

c. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda.

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Konawe dan Konawe

Selatan.

Page 140: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

120

Luas wilayah Kota Kendari (daratan dan perairan) adalah 295,89 Km2,

yang terdiri dari sepuluh wilayah kecamatan. Kecamatan Poasia

merupakan wilayah terluas yaitu 55,51 Km2 atau sekitar 18,76 persen dari

luas wilayah Kota Kendari, sedangkan Kecamatan Kadia merupakan

wilayah dengan luas wilayah terkecil, yaitu 7,61 Km2 atau hanya sekitar

2,57% dari luas wilayah Kota Kendari secara keseluruhan. Luas wilayah

Kota Kendari berdasarkan wilayah administrasi kecamatan tersaji pada

Tabel 7.

Tabel 7. Luas wilayah Kota Kendari berdasarkan kecamatan, Tahun 2015 No. Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%) 1. Abeli 46,98 15,88 2. Baruga 49,15 16,61 3. Kadia 7,61 2,57 4. Kambu 21,17 7,15 5. Kendari Barat 22,41 7,57 6. Kendari 14,21 4,80 7. Mandonga 23,33 7,88 8. Poasia 55,51 18,76 9. Puuwatu 45,79 15,48

10. Wua-wua 9,73 3,29 Jumlah: 295,89 100,00

Sumber: Kota Kendari dalam Angka, BPS Kota Kendari, 2016

2. Topografi

Bentang alam Kota Kendari berdasarkan data yang diperoleh dari

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Tenggara (2016) digambarkan

bahwa wilayah ini merupakan perpaduan antara daerah perbukitan,

dataran dan pesisir pantai, dengan ketinggian wilayah antara 0-472 meter

di atas permukaan laut (mdpl). Wilayah Pegunungan Nipa-nipa memiliki

kemiringan lereng lebih dari 40 persen dan merupakan daerah tertinggi di

Page 141: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

121

Kota Kendari yaitu 472 mdpl. Kawasan Teluk Kendari merupakan

kawasan pesisir perkotaan dengan kemiringan 0-3 persen. Kemiringan

lereng Kota Kendari terbagi dalam beberapa klasifikasi kemiringan, yaitu:

a. Kemiringan 0-3 persen, mendominasi sebagian besar wilayah Kota

Kendari. Klasifikasi kemiringan ini dominan di Kecamatan Baruga, dan

sebagian kecil di Kecamatan Kendari.

b. Kemiringan 3-15 persen, merupakan kelompok kemiringan lereng

kedua yang terluas, tersebar merata di tiga kecamatan yaitu

Kecamatan Poasia, Kecamatan Baruga dan Kecamatan Mandonga,

dan sebagian kecil di Kecamatan Kendari.

c. Kemiringan 15-25 persen, merupakan kelompok kemiringan lahan

ketiga terluas, penyebarannya dominan di Kecamatan Kendari.

d. Kemiringan 25-40 persen, penyebarannya yang terluas adalah di

Kecamatan Kendari serta di sekitar pegunungan Nipa-nipa.

e. Kemiringan >40 persen, penyebarannya hanya terdapat di

Pegunungan Nipa-nipa.

3. Geologi

Kondisi geologis Kota Kendari secara makro terdiri dari beberapa

sistem lahan dan litologi yaitu punggung metamorfik terorientasi terjal,

dataran bergelombang yang berbukit kecil di atas napal dan batu

gamping, dataran gabungan endapan muara dan sungai, dataran berbukit

kecil di atas batuan metamorfik campuran, punggung bukit sedimen

asimetrik tak terorientasi, kipas aluvial non-vulkanik yang melereng landai,

Page 142: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

122

gunung karstik di atas marmer, dataran lumpur antar pasang surut di

bawah halofit, dataran sedimen campuran yang berombak sampai

bergelombang, bukit karst di atas marmer dan batu gamping, kipas aluvial

non-vulkanik yang melereng sedang dan dataran berbukit kecil di atas

batu sedimen campuran. Pada bagian pantai batuan pratersier ditutupi

batuan terumbu gamping. Keadaan batuan tersebut umumnya tidak

meluas air atau kedap air (Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi

Tenggara, 2016).

4. Jenis Tanah

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Tenggara (2016)

menuliskan bahwa jenis tanah yang ada di Kota Kendari meliputi tanah liat

bercampur pasir halus dan berbatu. Diperkirakan sebagai jenis aluvium

berwarna coklat keputih-putihan dan ditutupi batuan pratersier terdiri dari

batuan batu lempung bergelimer, batu pasir dan kwarsa. Secara spesifik

jenis tanah tersebut diklasifikasi dalam jenis tanah renzina, gleisol eutrik,

aluvial tionik, kambisol destrik, podsolik plintit dan mediteran haplik.

Sebagian besar wilayah Kota Kendari didominasi oleh jenis tanah

kambisol dan gleisol. Karakteristik masing-masing jenis tanah tersebut

secara garis beşar adalah:

a. Batu pasir kuarsit, serpih hitam batu sabak, batu gamping dan batu

lanau (TRJs), tersebar di Kecamatan Kendari dan Kecamatan

Mandonga bagian utara hingga perbatasan Kecamatan Soropia,

tepatnya di Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Murhum.

Page 143: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

123

b. Endapan aluvium pasir, lempung dan lumpur (Qal), tersebar dipesisir

pantai Teluk Kendari dan di sekitar sungai-sungai yang mengalir di

Kota Kendari.

c. Batu gamping oral dan batu pasir (Qpl) yang tersebar di Pulau

Bungkutoko, pesisir pantai Kelurahan Purirano dan Kelurahan Mata,

serta Kecamatan Mandonga ke arah barat laut, yang dibatasi Jl. R.

Soeprapto, Jl. Imam Bonjol dan batas antara Kota Kendari dengan

Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe.

d. Tanah renzina, tergolong tanah muda, tingkat pelapukan rendah,

kedalaman tanah sangat dangkal (kurang dari 50 cm), lapisan tanah

langsung berbatasan dengan batu kapur atau sebagian batu kapur

muncul ke permukaan, berstruktur lapis lempung sampai gelu

lempung. Ph tanah agak netral sampai basah, kandungan bahan

organik rendah, kejenuhan basa sedang hingga tinggi dengan

kapasitas tukar kation (KTK) lebih dari 16 me/100 lempung.

e. Tanah geisol eurik, jenis tanah yang karena kondisi topografınya yang

selalu jenuh air sehingga menghambat proses pelapukan dan

pematangan tanah. Kedalaman tanah umumnya lebih dari 90 cm,

warna tanah gelap dan terdapat ciri-ciri terjadinya gleisasi dengan

adanya bercak-bercak berwarna biru kehijauan, tekstur pasir geluhan,

Ph tanah sangat masam hingga rendah, mempunyai kandungan ion

Natrium (Na+) lebih dari 15 persen, kejenuhan basa rendah dan KTK

kurang dari 16 me/g lempung.

Page 144: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

124

f. Tanah aluvial teonik, jenis tanah yang berkembang dari bahan aluvial

muda (recent) yang mempunyai susunan yang berlapis-lapis yang

diskontinyu pedologi (multi sekum, warna tanah umumnya gelap dan

metrik tanah terdapat bercak-bercak berwarna kebiruan hingga

kehijauan), tekstur tanah sangat (bervariasi) dari tekstur geluhan

sampai lempung, Ph tanah antara masam hingga sangat masam,

kandungan organik tergolong rendah hingga tinggi, kejenuhan basa

kurang dari 50 persen dengan KTK kurang dari 16 me/100 g lempung.

g. Jenis tanah kambisol distrik, jenis tanah dengan tingkat pelapukan

sedang, proses illuvial debulm, tegas, warna coklat tua sampai merah,

tekstur pasir geluhan sampai gelujan, Ph tanah berkisar antara agak

masam sampai netral, kandungan bahan organik tergolong rendah

hingga sedang, kejenuhan basa kurang dari 50 persen dari KTK

kurang dari 16 me/100 g lempung.

h. Tanah podsolik plintit, jenis tanah yang mengalami pelapukan lanjut,

proses pencucian basa sangat intensif sehingga mempunyai

kemasaman yang tinggi, warna tanah coklat kekuningan hingga

kemerahan, pada matriks tanah terdapat bercak-bercak karatan atau

plitik yang berwarna merah lebih dari 5 persen luas penampang tanah,

bertekstur geluh lempung hingga masam, kejenuhan basa kurang dari

50 persen dengan KTK kurang dari 16 me/100 g lempung.

i. Tanah mediteran haplik, jenis tanah yang mengalami pelapukan

sedang terjadi proses aluvial yang nyata pada horison berupa

Page 145: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

125

akumulasi lempung yang dicirikan adanya selaput lempung, warna

tanah umumnya merah hingga merah gelap (kecoklatan), kedalaman

tanah bervariasi dari dangkal sampai lebih dari 90 cm, tekstur tanah

berkisar antara geluhan hingga lempung geluhan, Ph tanah berkisar

antara agak masam hingga netral. Kandungan bahan organik rendah

hingga sedang, kejenuhan basa lebih dari 50 persen dengan KTK lebih

dari 16 me/100g lempung.

5. Geomorfologi

Kondisi geomorfologi Kota Kendari berdasarkan data pada Dinas

Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Tenggara (2016) digolongkan

kedalam lima klasifikasi daratan, meliputi:

a. Dataran aluvial, melalui proses aluvial yang terletak di perbatasan

Kelurahan Punggolaka dan Kelurahan Tobuuha, kemudian di sekitar

Kelurahan Baruga dan Kelurahan Lepo-lepo.

b. Dataran endapan pantai yang sebarannya terdapat di sekitar

tangkapan Sungai Wanggu dan Kecamatan Poasia bagian utara

hingga ke garis pantai Teluk Kendari.

c. Dataran piedman bergelombang terdenudasi lanjut yang terletak di

bagian tengah Kecamatan Poasia, tepatnya di sekitar kompleks

perkantoran pemerintah provinsi hingga pada perbatasan Kota Kendari

dengan Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan.

d. Teras marin bergelombang terdenudasi lanjut membentuk bukit sisa,

meliputi beberapa bagian Kelurahan Punggolaka, Kelurahan Tobuuha,

Page 146: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

126

Kelurahan Wawombalata, Kelurahan Labibia, Kelurahan Alolama,

Kelurahan Anggilowu, sebagian besar Kecamatan Poasia bagian

tengah serta sebagian kecil Kecamatan Mandonga dan Kecamatan

Baruga, yaitu di sekitar perbatasan dengan Kecamatan Sampara

Kabupaten Konawe.

e. Dataran perbukitan yang melalui proses denudasi yang membentuk

bukit sisa karts yang meliputi sebagian besar Kecamatan Kendari,

bagian tengah beberapa kelurahan di Kecamatan Poasia dan sebagian

besar Kecamatan Mandonga dan sebelah barat Kecamatan Baruga.

6. Hidrologi

Air permukaan di wilayah Kota Kendari dipengaruhi oleh sungai besar

dan kecil, antara lain: Sungai Wanggu (Sungai Lepo-lepo) dengan debit

7,487 liter/detik, Sungai Tipulu (0,140 liter/detik), Sungai Mandonga (0,214

liter/detik) dan Sungai Sodohoa (0,198 liter/detik), seluruhnya bermuara

ke Teluk Kendari. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai saluran

pembuangan air hujan atau drainase kota (Dinas Pekerjaan Umum

Provinsi Sulawesi Tenggara, 2016).

Keberadaan beberapa aliran sungai di Kota Kendari, baik sungai besar

atau sungai kecil bersumber dari Kawasan Pegunungan Nipa-nipa dan

Pegunungan Nanga-nanga. Sungai besar yang melintasi Kota Kendari

adalah Sungai Wanggu dengan mata air dari Pegunungan Nanga-nanga.

Sungai Wanggu ini membentang dari barat daya di Pegunungan Watu Re

arah utara dan bermuara di Teluk Kendari. Panjang aliran Sungai Wanggu

Page 147: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

127

dari hulu hingga ke muara sekitar 75 Km. Untuk kebutuhan pemenuhan

air bersih masyarakat Kota Kendari menggunakan air baku yang

bersumber dari Sungai Pohara di Kabupaten Konawe. Kebutuhan air

bersih tersebut pelayanannya dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Kota Kendari.

7. Klimatologi

Wilayah Kota Kendari termasuk daerah dengan kategori beriklim

sedang. Kelembaban udara berkisar antara 69-96 persen dengan

temperatur udara berkisar 17,8˚C-35,4˚C. Kondisi tersebut secara rinci

dalam setiap bulannya tersaji pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata suhu dan kelembaban udara menurut bulan di Kota Kendari, Tahun 2015

No. Bulan Suhu udara (˚C) Kelembaban udara (%) Min Maks Rerata Min Maks Rerata

1. Januari 23,2 34,4 27,5 78,0 94,0 83,0 2. Februari 23,2 33,4 26,8 78,0 94,0 83,0 3. Maret 22,8 33,6 26,9 77,0 96,0 87,0 4. April 23,0 33,8 27,4 70,0 91,0 84,0 5. Mei 22,2 32,6 27,0 75,0 92,0 85,0 6. Juni 23,0 32,0 26,4 81,0 94,0 87,0 7. Juli 20,8 31,2 25,8 78,0 88,0 83,0 8. Agustus 18,5 33,2 25,1 74,0 83,0 81,0 9. September 17,8 31,5 25,6 74,0 82,0 80,0

10. Oktober 20,0 32,4 26,7 72,0 84,0 79,0 11. Nopember 23,4 35,4 28,9 69,0 81,0 78,0 12. Desember 24,2 35,4 28,8 69,0 87,0 81,0

Sumber: Kota Kendari dalam Angka, BPS Kota Kendari, 2016

Kondisi curah hujan di Kota Kendari secara umum bervariasi. Curah

hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu mencapai 244 mm3 dengan

jumlah hari hujan sebanyak 24 hari. Bulan Januari dan Februari

Page 148: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

128

merupakan puncak dari musim hujan. Musim kemarau terjadi pada bulan

September hingga Nopember. Jumlah curah hujan dan hari hujan dalam

setiap bulan di Kota Kendari disajikan secara rinci pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah curah hujan dan hari hujan menurut bulan di Kota Kendari, Tahun 2015

No. Bulan Curah hujan (mm3) Hari hujan Ket. 1. Januari 243 24 2. Februari 277 24 3. Maret 252 22 4. April 172 20 5. Mei 136 15 6. Juni 213 20 7. Juli 42 12 8. Agustus 1 3 9. September 0 1

10. Oktober 5 1 11. Nopember 5 3 12. Desember 249 24

Jumlah: 1.595 169 Sumber: Kota Kendari dalam Angka, BPS Kota Kendari, 2016

B. Tinjauan Sarana dan Prasarana Wilayah Penelitian

1. Sarana Perumahan

Sarana perumahan di Kota Kendari secara umum terbagi dalam dua

kategori, yaitu perumahan yang dibangun secara individu oleh masyarakat

dan perumahan yang dibangun oleh pihak pengembang (developer).

Perumahan yang dibangun secara perorangan/individu berupa rumah

dengan kondisi permanen, semi permanen dan temporer yang bermaterial

beton, campuran dan kayu. Perumahan yang dibangun oleh pengembang

umumnya adalah merupakan perumahan dengan konstruksi permanen

yang dibangun dalam suatu kawasan.

Page 149: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

129

Kecenderungan arah perkembangan perumahan dan permukiman

baru di Kota Kendari berdasarkan hasil observasi mengarah pada

wilayah/kawasan pinggiran kota (peri urban), kondisi ini dipengaruhi oleh

tingginya aktivitas pembangunan dan alih fungsi lahan untuk kegiatan

komersial di kawasan pusat perkotaan.

2. Sarana Perdagangan dan Jasa

Pertumbuhan Kota Kendari cenderung lebih cepat dibandingkan

daerah lainnya di Provinsi Sulawesi Tenggara, hal ini juga dipengaruhi

oleh tingginya aktivitas ekonomi masyarakat pada sektor perdagangan

dan jasa. Bagian ini tidak terlepas dari fungsi Kota Kendari yang

merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Sektor perdagangan dan

jasa memiliki peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

perekonomian masyarakat kota, yang didukung oleh sarana dan

prasarana perdagangan, seperti pasar, pusat perbelanjaan, toko dan

kegiatan usaha perdagangan lainnya (jasa perbankan, koperasi, dan

lainnya).

Perkembangan sektor perdagangan dan jasa di Kota Kendari secara

cepat terjadi utamanya pada koridor-koridor jalan utama, seperti Jl. MT.

Haryono, Jl. Ahmad Yani, Jl. Sao-sao dan Jl. Antero Hamra.

Perkembangan perdagangan dan jasa di kawasan ini mempunyai skala

pelayanan regional, lokal dan lingkungan. Kondisi sarana perdagangan

dan jasa di Kota Kendari tersebut ditampilkan pada Tabel 10 dan

Tabel 11.

Page 150: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

130

Tabel 10. Jumlah sarana perdagangan di Kota Kendari, Tahun 2015

No. Kecamatan Sarana perdagangan

Pasar permanen

Pasar non- permanen

Mini market

Kios kelontong

1. Abeli 2 4 1 373 2. Baruga 1 - - - 3. Kadia - - - - 4. Kambu - - 11 - 5. Kendari Barat 1 - - - 6. Kendari 1 - - - 7. Mandonga 1 - - - 8. Poasia 1 - - - 9. Puuwatu 1 - - -

10. Wua-wua 1 - - - Jumlah: 9 4 12 373

Sumber: Kota Kendari dalam Angka, BPS Kota Kendari, 2016 Tabel 11. Banyaknya sarana pelayanan jasa di Kota Kendari, Tahun 2015

No. Kecamatan Sarana pelayanan jasa

Rumah Makan

Kedai makanan Penginapan Hotel

1. Abeli - - - - 2. Baruga 3 64 9 2 3. Kadia 42 76 6 25 4. Kambu 1 288 1 3 5. Kendari Barat 5 91 5 34 6. Kendari - 64 2 2 7. Mandonga 21 132 7 28 8. Poasia 1 117 2 8 9. Puuwatu - 78 1 1

10. Wua-wua - - 2 8 Jumlah: 73 910 35 111

Sumber: Kota Kendari dalam Angka, BPS Kota Kendari, 2016 3. Sarana Perkantoran

Kota Kendari sebagai pusat pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara

dan Kota Kendari memiliki berbagai macam sarana perkantoran, baik

untuk perkantoran pada tingkat provinsi maupun kota. Selain sarana

perkantoran pemerintahan, di Kota Kendari juga terdapat sarana

Page 151: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

131

perkantoran swasta. Aktivitas perkantoran swasta lebih bersifat kegiatan

pengembangan bisnis/usaha serta pelayanan jasa.

Hasil observasi memperlihatkan bahwa ketersediaan sarana

perkantoran, baik perkantoran pemerintah maupun swasta tersebar

hampir di seluruh kawasan perkotaan. Pemusatan sarana perkantoran

dilakukan hanya untuk kawasan perkantoran pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara, seperti kantor gubernur, kantor dinas atau Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan instansi vertikal yang terletak di

Kecamatan Kambu dan kawasan perkantoran Kota Kendari, meliputi

kantor walikota dan kantor dinas/SKPD yang terletak di Kecamatan

Mandonga.

4. Sarana Pendidikan

Sarana pelayanan umum pendidikan di Kota Kendari secara umum

tersedia untuk segala jenjang pendidikan, mulai dari pra-sekolah hingga

pada tingkat perguruan tinggi. Sarana pelayanan umum di kawasan ini

sebagian besar merupakan sarana bangunan milik pemerintah (negeri),

namun demikian juga terdapat beberapa sekolah yang merupakan

lembaga pendidikan milik swasta. Jumlah dan jenis sarana pelayanan

umum pendidikan di Kota Kendari tersaji pada Tabel 12.

Tabel 12. Banyaknya sarana pendidikan dasar dan menengah (negeri) menurut kecamatan di Kota Kendari, Tahun 2015

No. Kecamatan Sarana pendidikan TK SD SMP SMA

1. Abeli 7 16 4 1 2. Baruga 14 18 7 3 3. Kadia 15 17 8 7 4. Kambu 11 17 5 3

Page 152: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

132

No. Kecamatan Sarana pendidikan TK SD SMP SMA

5. Kendari Barat 14 16 11 7 6. Kendari 7 17 5 2 7. Mandonga 9 15 4 3 8. Poasia 17 19 6 2 9. Puuwatu 11 16 5 2

10. Wua-wua 13 15 3 2 Jumlah: 118 166 58 32

Sumber: Kota Kendari dalam Angka, BPS Kota Kendari, 2016 5. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya penyelenggaraan pelayanan

kesehatan di Kota Kendari dibedakan kedalam tiga kategori fungsi sarana,

meliputi:

a. Sarana pelayanan kesehatan primer, merupakan pelayanan kesehatan

yang paling dekat dengan masyarakat dan hanya bisa menangani

kasus-kasus ringan. Sarana kesehatan ini mencakup Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas), poliklinik dan dokter praktik.

b. Sarana pelayanan kesehatan tingkat dua, merupakan pelayanan

kesehatan rujukan bagi kasus-kasus atau penyakit-penyakit dari

pelayanan kesehatan primer. Sarana kesehatan ini mencakup

puskesmas rawat inap, rumah sakit tingkat kabupaten, rumah sakit tipe

C atau rumah sakit tipe D serta rumah sakit bersalin.

c. Sarana pelayanan kesehatan tingkat tiga, merupakan pelayanan

kesehatan rujukan bagi kasus-kasus atau penyakit-penyakit dari

pelayanan kesehatan tingkat dua. Sarana kesehatan ini mencakup

rumah sakit tingkat provinsi, rumah sakit tipe A atau rumah sakit tipe B.

Page 153: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

133

Sarana kesehatan ini diupayakan oleh pemerintah dan swasta.

Banyaknya sarana kesehatan di Kota Kendari secara rinci disajikan pada

Tabel 13.

Tabel 13. Banyaknya sarana kesehatan (negeri) menurut kecamatan di Kota Kendari, Tahun 2015

No. Kecamatan Sarana kesehatan Rumah sakit Puskesmas Posyandu Klinik

1. Abeli - 2 28 - 2. Baruga 3 1 18 - 3. Kadia 2 2 31 - 4. Kambu - 1 14 - 5. Kendari Barat 2 2 29 - 6. Kendari - 2 17 - 7. Mandonga 2 1 11 11 8. Poasia 2 1 17 - 9. Puuwatu 1 1 17 -

10. Wua-wua - 2 25 - Jumlah: 12 15 207 11

Sumber: Kota Kendari dalam Angka, BPS Kota Kendari, 2016 6. Jaringan Jalan

Kondisi prasarana jaringan jalan di Kota Kendari tahun 2015

memperlihatkan bahwa jalan dengan kondisi permukaan beraspal lebih

dominan dibandingkan dengan jalan yang permukaannya tidak beraspal.

Kondisi jalan tersebut terbagi dalam beberapa kewenangan pengelolaan,

meliputi jalan kewenangan pemerintah pusat, kewenangan pemerintah

provinsi dan jalan kewenangan pemerintah kota. Kondisi dan klasifikasi

jalan di Kota Kendari yang dirinci menurut jenis permukaan, kondisi jalan

dan kelas jalan, dirinci pada Tabel 14.

Page 154: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

134

Tabel 14. Panjang jalan menurut kewenangan, jenis permukaan, kondisi dan kelas jalan di Kota Kendari (Kilometer), Tahun 2015

No. Kondisi/Klasifikasi Kewenangan pemerintah Pusat Provinsi Kota

1. Jenis permukaan: 47,6 76,3 423,8 - Diaspal - Kerikil - Tanah - Tidak diperinci

47,6 - - -

32,3 -

44 -

342,39 55,62 25,79

- 2. Kondisi jalan: 47,6 76,3 423,8

- Baik - Sedang - Rusak - Rusak berat

43,41 4,19

- -

23,05 9,25 44 -

198,54 89,32

100,25 35,69

3. Kelas jalan: 47,6 76,3 423,8 - Kelas I - Kelas II - Kelas III - Kelas III A - Kelas III B - Kelas III C - Tidak diperinci

- 41,79 5,81

- - - -

- -

22 10,3

- 44 -

- - - -

311 112,8

- Sumber: Kota Kendari dalam Angka, BPS Kota Kendari, 2016 7. Jaringan Kelistrikan

Pelayanan jaringan listrik di Kota Kendari tersedia atas distribusi daya

dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sistem jaringan listrik di Kota

Kendari masih menggunakan jaringan kabel udara, terutama pada

sambungan ke rumah-rumah. Pada sistem jaringan ini terpasang di atas

tiang-tiang dan beberapa gardu pengatur daya listrik yang terpasang pada

beberapa titik jalur listrik. Pola jaringan listrik ini juga mengikuti pola

jaringan jalan yang ada.

Energi listrik yang ada di Kota Kendari, bersumber dari Pembangkit

Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Kendari yang didukung oleh beberapa

pembangkit lainnya yang disuplai ke Gardu Induk (GI) Kendari. Pola

Page 155: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

135

distribusi energi listrik dialirkan melalui Jaringan Tegangan Menengah

(JTM), kemudian dialirkan melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke

unit-unit permukiman dan fasilitas di Kota Kendari. Secara umum wilayah

Kota Kendari sudah terjangkau oleh jaringan listrik, baik untuk kebutuhan

rumah tangga, perkantoran, perdagangan, usaha industri, penerangan

jalan, dan kegiatan lainnya. Jumlah pelanggan listrik PLN di Kota Kendari

hingga tahun 2015 mencapai 61.395 sambungan, secara rinci ditampilkan

pada Tabel 15.

Tabel 15. Banyaknya pelanggan listrik PLN menurut kecamatan di Kota Kendari, Tahun 2015

No. Kecamatan Pelanggan (sambungan) Keterangan 1. Abeli 2.556 2. Baruga 5.994 3. Kadia 6.545 4. Kambu 5.327 5. Kendari Barat 9.858 6. Kendari 6.051 7. Mandonga 7.432 8. Poasia 6.045 9. Puuwatu 5.532

10. Wua-wua 6.055 Jumlah: 61.395

Sumber: Kota Kendari dalam Angka, BPS Kota Kendari, 2016

8. Jaringan Air Minum

Sumber air minum yang digunakan oleh masyarakat di Kota Kendari

berasal dari air tanah (sumur bor dan sumur gali) yang diusahakan secara

individual, dan air minum yang diusahakan oleh pemerintah melalui

PDAM. Air minum yang diusahakan oleh pihak PDAM memiliki

persyaratan-persyaratan teknis, seperti standar sanitasi dan kesehatan

untuk layak konsumsi.

Page 156: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

136

Hasil observasi lapangan memperlihatkan bahwa distribusi air bersih

tersebut dilakukan melalui jaringan perpipaan yang tersebar hampir di

seluruh bagian perkotaan, utamanya pada kawasan permukiman

masyarakat. Jaringan perpipaan yang ada umumnya mengikuti alur

jaringan jalan yang ada, meliputi jaringan pipa primer dan jaringan pipa

sekunder. Jaringan pipa primer ditempatkan pada ruas-ruas jalan utama,

seperti Jl. Drs. H.A. Silondae, Jl. Ir. H. Alala, Jl. Ahmad Yani, Jl. MT.

Haryono, Jl. Ir. Soekarno, Jl. Saranani dan Jl. Sao-sao, sedangkan

jaringan pipa sekunder berada pada jalur jalan kolektor, seperti Jl.

Wayong, Jl. Supu Yusuf, Jl. Jati Raya, Jl. Latsitarda, dan jalan kolektor

lainnya.

C. Tinjauan Khusus Kebakaran Perkotaan

1. Kejadian Kebakaran

Kejadian kebakaran adalah bencana yang tidak diinginkan oleh siapa

saja. Ancaman bahaya atau risiko yang ditimbulkan akibat kebakaran

memang menjadi sesuatu yang harus diwaspadai. Apabila sebuah

percikan api yang berpotensi menyebabkan kebakaran tidak cepat

ditangani, maka api berpeluang untuk menjadi besar dan kemudian

mengancam keselamatan gedung, properti di dalamnya hingga pada jiwa

manusia.

Informasi hasil wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari

Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari tahun 2016, tercatat selama 5

Page 157: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

137

(lima) tahun terakhir, yaitu tahun 2012-2016 kejadian kebakaran

cenderung meningkat dalam setiap tahunnya. Lokasi kejadian kebakaran

tersebar di seluruh wilayah Kota Kendari (Lampiran 1-5). Tingginya kasus

kebakaran yang terjadi pada setiap tahunnya di Kota Kendari,

mengindikasikan bahwa kebakaran merupakan masalah serius bagi

kehidupan masyarakat di perkotaan. Banyaknya kejadian kebakaran,

penyebabnya, kendala dalam pemadaman serta jumlah kerugian akibat

kejadian kebakaran secara rinci ditampilkan pada Tabel 16.

Tabel 16. Kejadian kebakaran di Kota Kendari, Tahun 2012-2016 Tahun Tempat kejadian Penyebab Jenis kebakaran Kendala

pemadaman Kerugian

material (Rp) Korban

jiwa 2012 41 kejadian.

Kecamatan Abeli, Baruga, Kadia, Kambu, Kendari, Kendari Barat, Mandonga, Poasia, Puwatu, Wua-wua

Api lilin, arus pendek listrik, kembang api, kompor meledak, obat nyamuk bakar, pembakaran sampah, tungku masak, tidak diketahui

Alang-alang, gudang, kios, koperasi, lapak pedagang, pasar, kebun, hunian, rumah toko

Daerah ketinggian, jalan sempit, kerumunan warga, pompa air tidak maksimal

22.493.500.000 Tidak ada

2013 39 kejadian. Kecamatan Abeli, Kadia, Kambu, Kendari, Mandonga, Poasia, Puwatu, Tobuuha, Wua-wua

Arus pendek listrik, kompor meledak, obat nyamuk bakar, pembakaran lahan dan sampah, puntung rokok, tumpahan BBM, tungku masak, dibakar orang, tidak diketahui

Alang-alang, bengkel, hotel, kantor, kios, mobil, pasar, hunian, rumah toko, tempat usaha lainnya

Armada pemadam tidak memadai, bahaya arus listrik, jalan rusak, jalan sempit, tidak ada sumber air untuk pemadaman

24.227.000.000 Tidak ada

2014 113 kejadian. Kecamatan Abeli, Baruga, Kadia, Kambu, Kendari, Kendari Barat, Mandonga, Poasia, Puwatu, Wua-wua

Api lilin, arus pendek listrik, kompor meledak, minyak meluap, pembakaran lahan dan sampah, puntung rokok, tabung gas, tidak diketahui

Alang-alang, aspal curah, bangsal kayu, bangunan perusahaan, base camp pekerja, bengkel motor, gardu listrik, genset, gudang, kantor, kebun, kios, lahan gambut, mobil, motor, pabrik, pasar,

Armada pemadam tidak memadai, asap, bahaya arus listrik, jalan macet, jalan rusak, jalan sempit, jalan menanjak, jarak tempuh jauh, kepadatan

21.679.500.000 2 orang (meni-nggal dunia)

Page 158: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

138

Tahun Tempat kejadian Penyebab Jenis kebakaran Kendala pemadaman

Kerugian material (Rp)

Korban jiwa

hunian, rumah toko, sampah, tumpukan kayu

penggunaan jalan, tidak ada akses jalan, tumpukan kayu

2015 149 kejadian. Kecamatan Abeli, Baruga, Kadia, Kambu, Kendari, Kendari Barat, Mandonga, Poasia, Puwatu, Wua-wua

Arus pendek listrik, kebocoran pipa bahan bakar, kebocoran selang regulator, kembang api, korsleting listrik, obat nyamuk bakar, pembakaran lahan dan sampah, puntung rokok, serpihan las listrik, tungku masak, tidak diketahui

Alang-alang, bangunan perusahaan, base camp pekerja, bengkel, gardu PLN, gudang, kampus, kantor, kebun, lahan gambut, genset, mobil, pasar, rumah sakit, rumah sekolah, hunian, kios, rumah toko, sampah, tabung gas, tabung las, semak, usaha sawmill, tumpukan kayu

Asap, jalan rusak, jalan sempit, bahaya arus listrik, daerah ketinggian, jalan licin, jalan macet, perbaikan jalan, tidak ada akses jalan

141.724.500.000

Tidak ada

2016 (hingga

bulan Agus-tus)

50 kejadian. Kecamatan Abeli, Baruga, Kadia, Kambu, Kendari, Mandonga, Poasia, Puwatu, Wua-wua

Arus pendek listrik, kebocoran gas, kembang api, kompor meledak, ledakan gas, pembakaran lahan dan sampah, puntung rokok, tidak diketahui

Alang-alang, gardu PLN, kapal motor, kios, lahan gambut, rumah sekolah, hunian, rumah toko, salon rambut, tabung gas

Bahaya arus listrik, jalan macet, jalan rusak, jalan sempit, lokasi kebakaran di laut, tidak ada akses jalan, tidak ada tangga darurat

10.225.000.000 1 orang (luka)

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016

2. Kantor dan Pos Pelayanan Pemadam Kebakaran (fire station)

Pemadam kebakaran adalah orang atau pasukan yang bertugas untuk

memadamkan peristiwa kebakaran, yang dilakukan melalui tindakan

penyelamatan dan penanggulangan bencana. Pada setiap kota, terdapat

unit pemadam kebakaran yaitu dinas kebakaran kota yang merupakan

dinas pemadam kebakaran tingkat suatu kota pada suatu provinsi. Dinas

ini merupakan unsur pelaksana pemerintah yang diberi tanggung jawab

Page 159: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

139

dalam melaksanakan tugas-tugas penanganan masalah kebakaran dan

bencana yang termasuk dalam dinas gawat darurat atau rescue di wilayah

perkotaan. Demikian halnya di Kota Kendari terdapat unit pemadam

kebakaran kota yang berfungsi dalam pencegahan kebakaran,

pemadaman kebakaran dan penyelamatan jiwa dan ancaman kebakaran

serta bencana lainnya.

Pemadam Kebakaran Kota Kendari berpusat di Jalan Balaikota III,

Kecamatan Kadia, Kota Kendari. Kantor pusat ini berbentuk kawasan kecil

yang merupakan lokasi unsur pelaksana pemadam kebakaran dan

sebagai lokasi garasi kendaraan pemadam kebakaran, penyimpanan alat-

alat pemadaman kebakaran, pusat informasi dan pengaduan, serta lokasi

operasi komando pemadam kebakaran. Kantor pemadam kebakaran ini

membawahi beberapa pos pelayanan pemadam kebakaran sebagai

perwakilan pada tingkat kecamatan atau kelurahan.

Kondisi eksisting menunjukkan bahwa saat ini setiap kecamatan yang

ada di Kota Kendari sudah terdapat pos pelayanan pemadam kebakaran,

baru terdapat 6 (enam) pos pelayanan yang berada di Kecamatan Kendari

Barat, Puwatu, Poasia, Baruga dan Wua-wua, termasuk pos induk di

Kecamatan Kadia. Kecamatan yang belum terdapat pos pelayanan

pemadam kebakaran meliputi 4 (empat) wilayah kecamatan yakni

Kecamatan Kendari, Mandonga, Kambu dan Abeli. Meskipun pada

beberapa kecamatan telah ada pos pelayanan pemadam kebakaran tetapi

pos tersebut tidak menjadi garasi bagi kendaraan pemadam kebakaran,

Page 160: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

140

sehingga ketika terjadi peristiwa kebakaran, pergerakan kendaraan

pemadam kebakaran (fire engine) dilakukan melalui pos induk. Pos-pos

pelayanan pemadam kebakaran yang ada di wilayah kecamatan hanya

merupakan tempat penampungan air dalam skala kecil, yaitu dengan

menggunakan media tangki air.

3. Kendaraan Pemadam Kebakaran (fire engine)

Kendaraan pemadam kebakaran tergolong sebagai kendaraan unit

gawat darurat. Tipe kendaraaan ini berupa truk yang bagian belakangnya

merupakan media penyimpanan air. Di Kota Kendari, tipe kendaraan yang

digunakan pada kesatuan pemadam kebakaran untuk tindakan

pemadaman kebakaran kota adalah truk pemompa dan penyimpan air

(pump unit) untuk pemadaman kebakaran dengan ukuran kecil dan besar.

Kendaraan-kendaraan tersebut juga merupakan unit pembawa air (tanker

unit) dan alat-alat serta perlengkapan penunjang lainnya, seperti selang,

palu, gergaji, alat P3K, lampu dan tangga. Saat ini armada pemadam

kebakaran di Kota Kendari hanya berjumlah 10 (sepuluh) unit untuk

pelayanan seluruh wilayah kota, tetapi yang berfungsi dan beroperasi

secara efektif hanya 7 (tujuh) unit, 3 (tiga) unit lainnya sering mengalami

kerusakan. Kendaraan pemadam kebakaran yang ada tersebut dari 10

(sepuluh) unit yang ada, 7 (tujuh) unit diantaranya telah berusia ±15 tahun

dan telah dilakukan renovasi kendaraan.

Page 161: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

141

4. Alat Pemadam Api/Kebakaran

Peralatan pemadam kebakaran merupakan peralatan yang sangat

penting bagi petugas pemadam kebakaran (firefighter) untuk

memadamkan kebakaran pada zona kebakaran. Peralatan pemadam

kebakaran memiliki banyak jenis yang digunakan dalam memadamkan

kebakaran, tergantung pada skala kebakaran tersebut. Beberapa alat

pemadam api/kebakaran yang digunakan oleh Dinas Pemadam

Kebakaran Kota Kendari, meliputi:

a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR), adalah alat yang berbentuk tabung

yang digunakan untuk memadamkan titik api kecil yang masih dapat

atasi.

b. Alat Pemadam Api Berat (APAB), merupakan tabung pemadam api

skala besar yang dioperasikan oleh dua orang atau lebih. Digunakan

pada kebakaran skala kecil dan sedang.

c. Alat semprot (nozzle). Digunakan untuk mengarahkan air yang

bertekanan tinggi ke sumber titik api/ kebakaran, merupakan peralatan

pemadam kebakaran yang berada paling depan ketika memadamkan

kebakaran.

d. Selang pemadam kebakaran (fire hose), digunakan untuk

mendistribusikan air dari sumber air yaitu pada kendaraan pemadam

atau hidran untuk memadamkan api/kebakaran. Ukuran panjang

selang yang digunakan 15-30 meter.

Page 162: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

142

e. Penghubung selang pemadam kebakaran (coupling fire hose),

merupakan peralatan pemadam kebakaran yang digunakan untuk

menyambungkan fire hose dengan fire hose yang lain, ketika panjang

fire hose yang digunakan tidak mencapai ke sumber api/kebakaran.

f. Helm kebakaran (fire helmet), digunakan untuk menjaga kepala para

petugas pemadam kebakaran ketika terjadi runtuhan bangunan

sekaligus mengurangi rasa panas api.

g. Pakaian anti panas (firefighter clothing), digunakan oleh para petugas

pemadam kebakaran untuk mengurangi rasa panas dari jilatan api.

h. Masker pelindung (mask respirator), digunakan untuk melindungi para

petugas pemadam kebakaran agar tidak menghirup sesuatu yang

dapat berdampak bahaya, seperti debu, asap, uap, atau gas ketika

terjadi kebakaran.

5. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran

Jaringan air bersih untuk kebakaran perkotaan meliputi: sumber air,

jaringan pipa distribusi dan hidran kota/halaman. Di Kota Kendari sumber

air untuk pemadaman kebakaran bersumber dari air permukaan yaitu

Sungai Pohara di Kabupaten Konawe dan beberapa sungai-sungai kecil

yang ada di Kota Kendari, selain sumber tersebut juga yang menjadi

sumber air untuk pemadaman adalah air tanah dalam yaitu sumur, yang

ditampung kedalam wadah penampungan dalam jumlah yang banyak dan

ada pula yang disimpan secara langsung kedalam tangki air kendaraan

pemadam kebakaran.

Page 163: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

143

Jaringan pipa distribusi air bersih secara khusus untuk keperluan

pemadaman kebakaran, hingga saat ini belum tersedia di Kota Kendari.

Demikian pula halnya dengan hidran kota/halaman, juga tidak tersedia

untuk kepentingan pemadaman kebakaran kota. Secara umum hidran

hanya berada pada kawasan atau area khusus dan bangunan gedung

tertentu saja, seperti: kawasan perkantoran gubernur dan walikota, dan

kantor-kantor penting pemerintah lainnya, rumah sakit dan pusat

perbelanjaan.

6. Petugas Pemadam Kebakaran (firefighter)

Petugas pemadam kebakaran tidak hanya sekedar memadamkan api

tetapi juga melakukan tindakan pencegahan kebakaran dan penyelamatan

korban, baik material maupun manusia. Petugas pemadam kebakaran

Kota Kendari saat ini berjumlah 112 orang. Berdasarkan hasil wawancara

terhadap responden penelitian, diperoleh informasi bahwa jumlah petugas

yang ada tidak mencukupi untuk suatu operasional yang efektif dan efisien

dalam melakukan tindakan pemadaman kebakaran.

Page 164: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

144

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Pakar penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi bencana

kebakaran perkotaan, sebagai salah satu dasar dalam penataan ruang

wilayah kota pantai merupakan sebuah model komputasi yang dapat

memberikan penilaian-penilaian tentang tingkat risiko bencana kebakaran

perkotaan, penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman

kebakaran perkotaan dan pengalokasian stasiun pemadam kebakaran

perkotaan berdasarkan pada layanan waktu respon. Sistem ini

menggunakan basis pengetahuan (knowledge base) dan pendekatan

spasial atau keruangan dalam proses pembentukannya, yang diterapkan

dalam susunan grid-grid atau kisi yang bereferensi geografis.

Latar belakang pengembangan Sistem Pakar ini adalah kejadian-

kejadian kebakaran perkotaan yang masih sering terjadi dengan kerugian

yang cukup banyak serta adanya kerentanan fisik dan kerentanan

lingkungan wilayah perkotaan. Dengan mengetahui tingkat risiko

kebakaran perkotaan, lokasi potensial prasarana mitigasi bencana

kebakaran, diharapkan akan dapat memperkecil risiko dan dampak

bencana yang ditimbulkan, meningkatkan antisipasi, mengurangi

intensitas kejadian kebakaran dan peningkatan kemampuan kota pantai

dalam upaya mitigasi bencana kebakaran.

Pemodelan Sistem Pakar berbasis Sistem Informasi Geografis ini

diharapkan dapat membantu menata ruang wilayah kota pantai yang

Page 165: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

145

berbasis mitigasi bencana kebakaran, mengingat untuk menghadirkan

seorang pakar atau ahli yang mempunyai berbagai macam pengetahuan

atau pengetahuan yang spesifik yang dibutuhkan untuk kegiatan analisis

tidaklah mudah, membutuhkan waktu dan biaya yang juga tidak murah.

Meskipun Sistem Pakar yang dibangun ini masih belum dapat

menggantikan peran seorang pakar atau ahli secara penuh, namun

setidaknya keberadaan model ini dapat membantu penggunanya atau

orang yang bukan pakar (non-expert) untuk mengambil keputusan secara

langsung dengan cepat dan mendekati kemampuan seorang pakar

(domain expert).

A. Akuisisi Pengetahuan

Akuisisi pengetahuan pada pengembangan Sistem Pakar kebakaran

perkotaan ini merupakan suatu proses akumulasi, transfer dan

transformasi keahlian dalam menyelesaikan permasalahan dari sumber

pengetahuan ke dalam program komputer. Akuisisi ini dibangun dari suatu

knowledge base yang menggunakan pendekatan berbasis aturan (rule-

based reasoning), dimana pengetahuan direpresentasikan dalam suatu

bentuk fakta (facts) dan aturan (rules) yang terdiri dari premis dan

kesimpulan.

Tahap kegiatan akuisisi yang dilakukan adalah penyerapan

pengetahuan mengenai risiko kebakaran perkotaan, sistem penyediaan

air bersih untuk pemadam kebakaran dan alokasi stasiun pemadam

Page 166: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

146

kebakaran, untuk selanjutnya ditransfer ke dalam basis pengetahuan.

Akuisisi pengetahuan ini terbagi dalam dua kegiatan utama, yaitu: (1)

akuisisi pengetahuan yang bersumber dari karya ilmiah meliputi: jurnal,

makalah, buku pegangan (handbook), buku panduan atau petunjuk teknis

tentang kebakaran perkotaan dan laporan-laporan yang berkaitan dengan

tema penelitian, dan (2) akuisisi pengetahuan dari para domain expert

melalui kegiatan wawancara dan diskusi serta pengolahan data hasil

wawancara dengan menggunakan metode AHP melalui aplikasi Expert

Choice. Aplikasi ini dapat mendukung keputusan yang kompleks dengan

membuat keputusan yang lebih efisien, analitis dan dapat dibenarkan.

Pengolahan data hasil penelitian dibuat dalam bentuk matriks

perbandingan berpasangan. Expert Choice akan memberikan nilai rasio

inkonsistensi terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh pakar pada

saat wawancara terhadap suatu tema pertanyaan. Jika nilai rasio

inkonsistensi lebih besar dari 10 persen, hal ini mengindikasikan bahwa

pertimbangan yang diberikan mungkin agak acak dan perlu diperbaiki

sehingga harus dilakukan pengambilan data kembali. Nilai rasio

konsistensi untuk diterima tidaknya nilai konsistensi suatu matriks adalah

lebih kecil dari 10 persen atau 0,10. Hasil perbandingan dalam Expert

Choice ini akan berupa nilai bobot untuk tiap-tiap kriteria yang

dibandingkan.

Proses akuisisi ini dilakukan terhadap domain expert dari Program

Studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Universitas Haluoleo,

Page 167: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

147

Kendari dan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari. Tahapan ini

menjadi bagian penting, mengingat hasil akuisisi pengetahuan ini

merupakan dasar dari penyusunan rules dan proses penarikan

kesimpulan. Akuisisi pengetahuan ini dilakukan sebelum dimulainya

perancangan aplikasi, guna mengetahui parameter-parameter yang

berpengaruh terhadap risiko kebakaran perkotaan, sistem penyediaan air

bersih untuk pemadam kebakaran dan alokasi stasiun pemadam

kebakaran. Bagian ini juga sekaligus merupakan langkah verifikasi dan

validasi terhadap basis pengetahuan.

Pengelompokkan parameter dan penentuan range nilai bobot untuk

setiap parameter ditentukan oleh knowledge engineer melalui persetujuan

domain expert setelah melalui langkah pengujian (verifikasi dan validasi)

oleh pakar. Penentuan nilai bobot tersebut berdasarkan pada kesesuaian

interpretasi karakteristik nilai bobot Certainty Factor, yaitu faktor

penghambat atau pembatas memiliki nilai bobot 2 (dua), faktor yang

kurang berpengaruh dengan nilai bobot 3 (tiga), faktor berpengaruh

dengan nilai bobot 6 (enam) dan faktor yang sangat berpengaruh dengan

nilai bobot 9 (sembilan) (Buchanan dan Shortliffe, 1984). Nilai dengan

besaran antara faktor yang berpengaruh dan faktor yang sangat

berpengaruh merupakan nilai antara, yaitu nilai-nilai kompromi di antara

nilai-nilai yang berdekatan.

Pemberian nilai bobot dilakukan jika parameter atau premis telah

dianggap oleh domain expert memenuhi unsur kepercayaan berdasarkan

Page 168: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

148

fakta-fakta atau bukti (evidence) dan teori basis pengetahuan. Parameter

yang mengandung ketidakpercayaan (disbelieve) terlebih dahulu

dilakukan proses pengujian parameter dengan Metode Certainty Factor

untuk membuktikan apakah suatu fakta itu bersifat pasti ataukah tidak

pasti hingga akhirnya diperoleh nilai bobot parameter. Pengujian pada

tahap ini menggunakan interpretasi nilai Certainty Factor hingga diperoleh

interpretasi karakteristik nilai bobot. Langkah-langkah dalam akuisisi

pengetahuan pada penelitian ini seperti yang disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18. Proses akuisisi pengetahuan Sistem Pakar untuk kebakaran perkotaan

(Sumber: Peneliti, 2017)

Informasi yang diperoleh merupakan informasi tentang berbagai hal

kemungkinan yang terkait dengan masalah kebakaran perkotaan. Untuk

membatasi ruang lingkup permasalahan yang menjadi topik wawancara

dan diskusi, maka sebelumnya knowledge engineer membuat sebuah

pedoman wawancara yang berisi hal-hal penting yang akan ditanyakan

Page 169: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

149

atau dibicarakan dengan domain expert, termasuk rancangan awal rules.

Berdasarkan hasil akuisisi pengetahuan yang dilakukan, pada penelitian

ini ditentukan parameter-parameter yang digunakan dalam mekanisme

inferensi, yang dikelompokkan ke dalam masing-masing tema penelitian,

yaitu:

1. Risiko Kebakaran Perkotaan

Terdiri dari 23 parameter atau premis, yang merupakan faktor penentu

besaran tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari, meliputi dua kelompok

yaitu: (1) faktor penghambat/pembatas, yaitu unsur-unsur sekat bakar

(firebreaks), baik yang alami maupun sekat bakar buatan meliputi badan

air, tanah terbuka tanpa vegetasi, saluran air, hutan lembab dan hutan

mangrove. Parameter ini menjadi penghambat dalam penyebaran api atau

kebakaran, yang mutlak berpengaruh terhadap tingkat risiko kebakaran

perkotaan, dan (2) faktor penentu, yaitu parameter-parameter yang

mendukung terjadinya risiko kebakaran, meliputi: tutupan lahan dengan

vegetasi tertentu, kemiringan lereng, jenis material bangunan, kepadatan

bangunan, jaringan jalan, jarak terhadap stasiun pemadam kebakaran dan

jarak terhadap sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran.

Proses pengujian dalam tahapan akuisisi ini dengan menggunakan

aplikasi Expert Choice yang sumber datanya berasal dari hasil wawancara

terhadap pakar, memberikan hasil urutan prioritas terhadap kriteria atau

parameter-parameter penentu seperti yang tersaji pada Gambar 19.

Page 170: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

150

Gambar 19. Hasil urutan prioritas parameter untuk penilaian risiko kebakaran (tahap akuisisi) dengan aplikasi Expert Choice

(Sumber: Peneliti, 2017)

2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran

Terdiri dari 19 parameter atau premis, merupakan faktor penentu

pembentukan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di

Kota Kendari. meliputi dua kelompok yaitu: (1) faktor

penghambat/pembatas, yaitu faktor kebencanaan, meliputi kawasan

rawan longsor dan/atau kawasan rawan banjir serta kawasan perkotaan

dengan tingkat risiko kebakaran sangat rendah, dan (2) faktor penentu,

yaitu parameter-parameter yang mendukung pembentukan sistem

Overall Inconsistency = .03

Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .046Kemiringan Lereng .031Jenis Material Bangunan .383Kepadatan Bangunan .268Jaringan Jalan .140Jarak Terhadap Stasiun Pemadam Kebakaran .077Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .055

Jenis Material Bangunan .383Kepadatan Bangunan .268Jaringan Jalan .140Jarak Terhadap Sistem Pemadam Kebakaran .077Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .055Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .046Kemiringan Lereng .031 Inconsistency = 0.03 with 0 missing judgments.

Page 171: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

151

jaringan air bersih perkotaan untuk pemadaman kebakaran, meliputi:

kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran tinggi dan sangat

tinggi, ketersediaan air potensial untuk pemadaman, kepadatan

bangunan, jaringan jalan, kemiringan lereng, dan jarak terhadap stasiun

pemadam kebakaran.

Proses pengujian dengan menggunakan aplikasi Expert Choice

dengan sumber data yang berasal dari hasil wawancara pakar

memberikan hasil urutan prioritas terhadap kriteria atau parameter-

parameter penentu seperti pada Gambar 20.

Gambar 20. Hasil urutan prioritas parameter untuk penilaian sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan

(tahap akuisisi) dengan aplikasi Expert Choice (Sumber: Peneliti, 2017)

Tingkat Resiko Kebakaran .270Ketersediaan Air .491Kepadatan Bangunan .058Jaringan Jalan .136Kemiringan Lereng .045 Inconsistency = 0.02 with 0 missing judgments.

Ketersediaan Air .491Tingkat Resiko Kebakaran .270Jaringan Jalan .136Kepadatan Bangunan .058Kemiringan Lereng .045 Inconsistency = 0.02 with 0 missing judgments.

Page 172: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

152

3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran

Terdiri dari 20 parameter atau premis yang merupakan faktor penentu

alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari, meliputi tiga

kelompok yaitu: (1) faktor penghambat/pembatas, yaitu faktor

kebencanaan, meliputi kawasan rawan longsor dan kawasan rawan banjir,

(2) faktor penghambat/pembatas bersyarat, yaitu parameter-parameter

yang kurang mendukung alokasi stasiun pemadam kebakaran. Salah satu

alasan yang cukup penting yang menjadi pertimbangan adalah jika lokasi

akan digunakan maka terlebih dahulu perlu dilakukan rekayasa terhadap

lokasi dan/atau lingkungan di sekitarnya, oleh karena itu hal ini dianggap

tidak efisien dan membutuhkan pembiayaan yang tinggi. Unsur-unsur

dalam faktor pembatas yang dimaksud adalah: kawasan perkotaan

dengan tingkat risiko kebakaran yang sangat rendah, kondisi topografi

kawasan perkotaan dengan kemiringan lereng yang tidak dipersyaratkan

untuk bangunan, lingkungan objek-objek vital pemerintah, fasilitas-fasilitas

publik yang memiliki fungsi khusus, kawasan perkotaan dengan

kepadatan bangunan yang padat hingga sangat padat dan jaringan jalan

dengan lebar jalur lalu lintas yang menyulitkan lalu lintas dan manuver

armada pemadam kebakaran, (3) faktor penentu, yaitu parameter-

parameter yang mendukung alokasi stasiun pemadam kebakaran,

meliputi: kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran tinggi dan

sangat tinggi, ketersediaan sumber air untuk pemadaman, kemiringan

lereng yang dipersyaratkan untuk bangunan, kepadatan bangunan yang

Page 173: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

153

sangat renggang hingga sedang, jaringan jalan dengan lebar jalur lalu

lintas yang memudahkan armada pemadam kebakaran untuk berlalu lintas

dan melakukan manuver, dan ketersediaan lahan untuk pembangunan

stasiun pemadam kebakaran yang memenuhi persyaratan pembangunan

fasilitas tersebut.

Proses pengujian menggunakan aplikasi Expert Choice dengan

sumber data dari hasil wawancara terhadap pakar memberikan hasil

urutan prioritas terhadap kriteria atau parameter-parameter penentu

alokasi stasiun pemadam kebakaran seperti yang tersaji pada Gambar 21.

Gambar 21. Hasil urutan prioritas parameter untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran (tahap akuisisi) dengan aplikasi Expert Choice

(Sumber: Peneliti, 2017)

Tingkat Resiko Kebakaran .533Jaringan Jalan .111Ketersediaan Air .074Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .282 Inconsistency = 0.01 with 0 missing judgments.

Tingkat Resiko Kebakaran .533Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .282Jaringan Jalan .111Ketersediaan Air .074 Inconsistency = 0.01 with 0 missing judgments.

Page 174: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

154

B. Representasi Pengetahuan

Representasi pengetahuan pada sistem ini adalah suatu proses

pengorganisasian terhadap pengetahuan yang telah didapatkan dari hasil

akuisisi pengetahuan untuk kemudian dijadikan dasar dalam

pembentukan basis pengetahuan mengenai risiko kebakaran perkotaan,

sistem jaringan air bersih untuk pemadam kebakaran dan alokasi stasiun

pemadam kebakaran. Representasi pengetahuan merupakan proses

untuk menangkap sifat-sifat penting dari suatu masalah dan membuat

informasi tersebut dapat diakses oleh prosedur pemecahan

permasalahan. Bahasa representasi akan mengekspresikan pengetahuan

yang diperlukan untuk mendapatkan solusi permasalahan.

Pengetahuan-pengetahuan yang telah diakuisisi dari berbagai macam

sumber karya ilmiah, domain expert dan sumber-sumber pengetahuan

lainnya akan direpresentasikan dalam bentuk rules untuk kemudian

diimplementasikan dalam komputer yang akan digunakan dalam

pemrosesan data. Pengetahuan yang direpresentasikan dalam bentuk

rules tersebut akan dituliskan dalam bentuk “jika” (if) untuk menjelaskan

tentang suatu kondisi dan “maka” (then) untuk suatu aksi. Bagian kondisi

disebut sebagai antecedent dan bagian aksi disebut sebagai consequent.

Representasi pengetahuan dalam bentuk rules dianggap bentuk yang

tepat dalam pembuatan model untuk penentuan lokasi potensial

prasarana mitigasi bencana kebakaran perkotaan sebagai salah satu

dasar penataan ruang wilayah kota pantai karena secara umum lebih

Page 175: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

155

mudah dipahami dan dipelajari. Berdasarkan tema penelitian, maka

pengetahuan yang direpresentasikan juga akan dikelompokkan sesuai

dengan tema-tema tersebut, yaitu penilaian risiko kebakaran perkotaan,

penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dan

pengalokasian stasiun pemadam kebakaran.

1. Risiko Kebakaran Perkotaan

Rules penilaian risiko kebakaran perkotaan terdiri atas 8 (delapan)

klasifikasi rules yang kemudian diuraikan secara rinci kedalam 23 aturan,

yang akan menghasilkan derajat risiko kebakaran perkotaan di Kota

Kendari. Aturan-aturan ini tersimpan dalam basis pengetahuan, yang

digambarkan dalam bentuk tabulasi dan matriks representasi, seperti pada

Tabel 17 dan Gambar 22.

Tabel 17. Rules penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari No. Deskripsi aturan Nilai

bobot Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

1. Sekat bakar (firebreaks) alami dan buatan (badan air, tanah terbuka tanpa vegetasi, saluran air, hutan lembab, hutan mangrove)

2 Faktor penghambat/

pembatas

Sekat bakar adalah perintang atau penghalang api/kebakaran berupa permukaan tanah atau jalur yang bersih bebas rumput atau berupa pepohonan yang memiliki risiko bahaya kebakaran sangat rendah. Sekat tersebut meliputi: (1) sekat bakar alami, yaitu sekat bakar yang telah ada di alam yang terjadi secara alami, misalnya parit, sungai dan tebing berbatu, dan (2) sekat bakar buatan, yaitu sekat bakar yang dibuat oleh manusia untuk tujuan tertentu, antara lain: jalan, kanal dan sawah. Sekat bakar dapat berupa vegetasi hidup (sekat bakar hijau), termasuk di dalamnya antara lain: hutan, lahan-lahan pertanian dan terutama hutan alam yang masih tersisa yang selalu lembab. Salah satu jenis tanaman yang cocok sebagai perintang api atau berfungsi sebagai sekat bakar hijau adalah tumbuhan sukulen berdaun tebal yang selalu hijau sepanjang tahun (Sumber: Friday, K. S et al., 1999)

Tiap-tiap vegetasi atau penutupan lahan

Page 176: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

156

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

memiliki kepekaan terhadap api/kebakaran, beberapa vegetasi yang sukar terbakar, antara lain: hutan mangrove primer dan sekunder, tambak, tanah terbuka dan rawa (Sumber: Sabaraji, 2005)

2. Jenis material bangunan mudah terbakar (material kayu dan/atau sejenisnya)

9 Faktor penentu

Sifat permukaan bahan bangunan yang mudah terbakar, sifat pembakarannya sangat cepat, nyala yang ditimbulkan cepat sekali menjalar, dan panas yang dihasilkan sangat tinggi disertai asap tebal (Sumber: SNI 1739:2008)

Konstruksi bangunan mudah terbakar, yaitu bangunan yang strukturnya sebagian atau seluruhnya terdiri dari kayu atau bahan mudah terbakar yang tidak tergolong dalam konstruksi biasa (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

3. Jenis material bangunan cukup mudah terbakar (material campuran)

6 Faktor penentu

Konstruksi bangunan biasa (cukup mudah terbakar), yaitu bangunan dengan konstruksi dinding luar bata atau bahan tidak mudah terbakar lainnya, sedangkan bagian bangunan lainnya terdiri dari kayu atau bahan yang mudah terbakar (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

4. Jenis material bangunan sukar/tidak mudah terbakar (material beton)

3 Faktor penentu

Sifat permukaan bahan bangunan jenis dapat terbakar (combustible), yang lambat terbakar bila dikenai sumber api (Sumber: SNI 1739:2008)

Konstruksi bangunan tahan api dan/atau tidak mudah terbakar, yaitu bangunan yang dibuat dengan bahan tahan api (beton, bata dan lain-lain dengan bahan logam yang dilindungi dan bangunan konstruksi kayu berat) dengan struktur yang dibuat sedemikian, sehingga tahan terhadap peruntukan dan perambatan api atau terdiri dari bahan yang tidak mudah terbakar (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

5. Kepadatan bangunan sangat padat

9 Faktor penentu

Kepadatan bangunan meliputi ketentuan tentang Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yang dibedakan dalam tingkatan KDB padat, sedang dan renggang. KDB atau building coverage merupakan angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dengan luas lahan/tanah perpetakan (Permen PU No. 29/PRT/M/2006)

Kepadatan bangunan sangat padat yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >80% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)

Page 177: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

157

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

6. Kepadatan bangunan padat

8 Faktor penentu

Kepadatan bangunan padat yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >60 hingga ≤80% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)

7. Kepadatan bangunan sedang

6 Faktor penentu

Kepadatan bangunan sedang yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >40 hingga ≤60% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)

8. Kepadatan bangunan renggang

4 Faktor penentu

Kepadatan bangunan renggang yakni kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >20 hingga ≤40% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)

9. Kepadatan bangunan sangat renggang

3 Faktor penentu

Kepadatan bangunan sangat renggang yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase <20% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)

10. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas <4 m

9 Faktor penentu

Bagian-bagian lain dari jalur masuk yang digunakan untuk lewat mobil pemadam kebakaran, lebarnya tidak boleh kurang dari 4 m. Jalan tersebut harus dapat mengakomodasi jalan masuk dan manuver mobil pemadam, snorkel, mobil pompa, dan mobil tangga dan platform hidrolik (Sumber: SNI 03-1735- 2000)

11. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas 4-9 m

6 Faktor penentu

Jalan lokal didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10-20 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 m (Sumber: Peraturan Pemerintah RI No. 34 /2006)

Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan memudahkan operasi pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan harus tersedia jalan lingkungan. Lebar minimum lapis perkerasan adalah 6 m dan panjang minimum 15 m (Sumber: SNI 03-1735- 2000)

12. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas >9 m

3 Faktor penentu

Jalan arteri didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30-60 kilometer per jam, dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) m. Pada jalan arteri lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal serta lalu lintas lambat. Jalan kolektor didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20-40 kilometer per jam, dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) m. Pada jalan kolektor lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat (Sumber: Peraturan Pemerintah RI No. 34 /2006)

Kemampuan kendaraan pemadam di jalan (roadability) pada kondisi beban penuh dan peralatan lengkap, saat melintas di jalan diperkeras yang kering dan kondisinya baik,

Page 178: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

158

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

maka: (1) Kendaraan harus mampu mencapai kecepatan 56 km/jam dalam waktu 25 detik dari awal bergerak pada jalan yang rata, (2) Kendaraan harus mampu mencapai kecepatan puncak minimum 80 km/jam pada jalan yang rata, (3) Kendaraan harus mampu mempertahankan kecepatan minimum 32 km/jam pada jalan tanjakan sampai dengan 6 persen pada setiap arah (Sumber: SNI 09-7053-2004)

Lapis perkerasan harus selalu dalam keadaan bebas rintangan dari bagian lain bangunan, pepohonan, tanaman atau lain-lain, dan tidak boleh menghambat jalur antara perkerasan dengan bukaan akses pemadam kebakaran (Sumber: SNI 03-1735- 2000)

13. Jauh dari stasiun pemadam kebakaran (>7,5 kilometer)

9 Faktor penentu

Sistem pemberitahuan kebakaran kota dirancang untuk menjamin respon yang tepat terhadap kejadian kebakaran dalam setiap Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK). Daerah layanan dalam setiap WMK tidak melebihi dari radius 7,5 kilometer. Di luar daerah tersebut dikategorikan sebagai daerah yang tidak terlindungi dari bahaya kebakaran (unprotected area) (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

14. Cukup jauh dari stasiun pemadam kebakaran (2,5-7,5 kilometer)

6 Faktor penentu

Daerah layanan WMK dilakukan oleh sektor pemadam kebakaran (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

15. Dekat dari stasiun pemadam kebakaran (<2,5 kilometer)

3 Faktor penentu

Daerah yang sudah terbangun (built-up area) harus mendapat perlindungan oleh mobil pemadam kebakaran yang pos pemadam terdekatnya berada dalam jarak 2,5 kilometer dan berjarak 3,5 kilometer dari sektor (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

16. Jauh dari sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran (>7,5 kilometer)

9 Faktor penentu

Penetapan jarak pencapaian terhadap sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran mengikuti kriteria jarak pencapaian ke stasiun pemadam kebakaran (Sumber: Peneliti, 2017)

17. Cukup jauh dari sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran (2,5-7,5 kilometer)

6 Faktor penentu

Penetapan jarak pencapaian terhadap sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran mengikuti kriteria jarak pencapaian ke stasiun pemadam kebakaran (Sumber: Peneliti, 2017)

18. Dekat dari sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran (<2,5 kilometer)

3 Faktor penentu

Penetapan jarak pencapaian terhadap sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran mengikuti kriteria jarak pencapaian ke stasiun pemadam kebakaran (Sumber: Peneliti, 2017)

19. Tutupan lahan dengan vegetasi mudah terbakar (alang-alang, semak belukar)

9 Faktor penentu

Alang-alang adalah tumbuhan mudah terbakar karena sifatnya yang kering. Sifat ini akan semakin rentan terbakar di bawah paparan sinar matahari yang panas dan lama (Sumber: Pudjiharta, dkk., 2008)

Page 179: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

159

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

Daerah berbahaya merupakan tempat dimana api akan menyebar dengan cepat dan sangat panas. Tingkat bahaya ini ditentukan oleh ketersediaan bahan bakar dan kemudahan terbakar, misalnya padang alang-alang yang tua dan kering adalah tempat yang sangat rawan kebakaran. Alang-alang merupakan bahan bakar yang sangat mudah terbakar. Hanya dalam waktu tiga hari tanpa hujan sudah mampu menyebabkan terbakarnya alang-alang (Sumber: Friday, K. S et al., 1999)

20. Tutupan lahan dengan vegetasi cukup mudah terbakar (kebun)

6 Faktor penentu

Setiap tipe vegetasi atau penutupan lahan diberikan bobot berdasarkan pada kepekaan tipe vegetasi yang bersangkutan terhadap terjadinya kebakaran. Nilai bobot rendah diberikan kepada tipe vegetasi yang sangat peka yaitu yang sangat mudah terbakar, antara lain: semak belukar dan pertanian lahan kering dan nilai bobot menengah untuk tipe vegetasi yang cukup peka kebakaran seperti hutan rawa dan perkebunan (Sumber: Sabaraji, 2005)

21. Kemiringan lereng >25%, morfologi berbukit hingga bergunung, curam hingga sangat curam (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)

9 Faktor penentu

Topografi adalah gambaran permukaan bumi yang meliputi relief dan posisi alamnya serta ciri-ciri yang merupakan hasil dari buatan manusia. Faktor topografi ikut berperan dalam kebakaran hutan dan lahan. Ada tiga faktor topografi yang biasanya berperan penting yaitu kemiringan, arah lereng dan medan. Kelerengan berpengaruh terhadap laju penjalaran api, sifat-sifat nyala api dan perilaku api lainnya (Sumber: Weise, 1996)

Bahan bakar dengan kemiringan lereng sangat curam memungkinkan terjadinya lidah api yang besar sehingga hal ini mempercepat pengeringan bahan bakar. Bahan bakar yang kering akan mudah dan cepat tersulut api. Pada lereng curam api akan cepat ke arah puncak dan lambat ke arah bawah. Semakin curam kemiringan akan semakin cepat pula api menjalar. Laju penjalaran api dipengaruhi oleh kemiringan (Sumber: Purbowaseso, 2004)

Morfologi lereng yang curam menyebabkan api cenderung menjalar secara cepat ke arah atas (Sumber: Friday, K. S et al., 1999)

Kemiringan lereng >25% memiliki potensi bencana alam tinggi, kestabilan lereng rendah (Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007)

Terdapat saling keterkaitan secara sistemik dari suatu bencana, yaitu bencana alam

Page 180: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

160

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

yang terjadi, seperti gempa bumi, dapat menimbulkan potensi bencana lainnya, dalam artian dapat menyebabkan bencana ikutan, seperti kebakaran dan lainnya (Sumber: Harrison dan Williams, 2016)

22. Kemiringan lereng 15-25%, morfologi berbukit, agak curam (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)

6 Faktor penentu

Kemiringan lereng tipe ini memiliki potensi bencana alam cukup, kestabilan lereng sedang (Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007)

23. Kemiringan lereng 0-15%, morfologi datar hingga landai (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)

3 Faktor penentu

Kemiringan lereng 0-15% memiliki potensi bencana alam yang kurang dan kestabilan lerengnya tinggi (Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007)

Sumber: Peneliti, 2017

Gambar 22. Matriks representasi penilaian tingkat risiko kebakaran

di Kota Kendari (Sumber: Peneliti, 2017)

Page 181: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

161

2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran

Rules yang digunakan dalam penentuan sistem jaringan air bersih

untuk pemadaman kebakaran perkotaan di Kota Kendari terdiri atas 7

(tujuh) klasifikasi rules yang diuraikan secara rinci kedalam 19 aturan.

Aturan-aturan tersebut akan membentuk suatu sistem jaringan air bersih

yang berdasarkan pada kriteria-kriteria pendukung sistem tersebut. Selain

rules yang diperoleh dari basis pengetahuan, terdapat satu bagian rule

yang merupakan perolehan hasil dari penilaian tingkat risiko kebakaran di

Kota Kendari yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya, dan

merupakan rangkaian dari kegiatan penelitian ini.

Aturan-aturan penentuan sistem jaringan air bersih ini selanjutnya juga

disimpan dalam basis pengetahuan seperti halnya pada kegiatan

penilaian tingkat risiko kebakaran. Rules penentuan sistem jaringan air

bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan juga digambarkan dalam

bentuk tabulasi aturan-aturan dan matriks representasi, seperti yang

disajikan pada Tabel 18 dan Gambar 23.

Tabel 18. Rules penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

1. Kawasan rawan bencana longsor dan/atau rawan banjir

2 Faktor penghambat/

pembatas

Salah satu dampak umum akibat tanah longsor adalah kerusakan fisik sarana maupun prasarana. Apapun yang berada di puncak atau jalur longsoran akan berakibat kerusakan parah atau bahkan hancur total. Timbunan bebatuan mungkin akan merusak jalur prasarana dan menutup jalan raya (Paripurno, 1998)

Ruang pada zona berpotensi longsor dengan tingkat kerawanan tinggi difungsikan sebagai kawasan lindung (tidak layak dibangun). Perlu dihindari pembangunan/

Page 182: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

162

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

pengembangan pusat-pusat hunian beserta sarana dan prasarana pendukung kegiatan sosial ekonominya (Sumber: Permen PU No. 22/PRT/M/2007)

Banjir luapan sungai umumnya bersifat musiman dan bisa berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti. Pada banjir yang memiliki arus air yang sangat kencang akan berbahaya, mengakibatkan daya pengikisnya sangat besar, menerjang apa saja yang menghadang serta peningkatan tekanan dinamika air, sehingga pondasi bangunan dan infrastruktur akan melemah. Hal ini bisa terjadi di lembah bantaran sungai, pantai yang rendah dan daerah jalur indik sungai (Paripurno, 1998)

2. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran sangat rendah

2 Faktor penghambat/

pembatas

Kategori tingkat risiko kebakaran sangat rendah menggunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya (Peneliti, 2017)

3. Ketersediaan air permukaan (sungai)

9 Faktor penentu

Dua kategori pasokan air untuk pemadaman kebakaran, yaitu sumber air yang tidak terbatas, misalnya: sungai, danau, laut, dan lainnya, dan sumber air yang yang terbatas, misalnya: tangki penyimpanan, waduk/kolam penyimpanan air (reservoirs), saluran air yang bersifat umum, dan lainnya (Nolan, 1998)

Beberapa sumber air bersih untuk kegiatan pemadam kebakaran, meliputi: (1) air permukaan, antara lain: sungai, danau dan waduk, serta (2) air tanah, antara lain: sumur dan mata air (NFPA 1001, 2008)

Penanggulangan bahaya kebakaran ditekankan pada kecukupan kesediaan sumber air, sehingga memudahkan pemadaman api apabila terjadi kebakaran (Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

Kecukupan dan ketergantungan dari sumber air sangat penting dan harus ditentukan sepenuhnya dengan kelonggaran yang tepat untuk keandalannya diwaktu mendatang. Setiap sumber air yang cukup dalam kualitas, kuantitas dan tekanan dapat digunakan untuk menyediakan pasokan air untuk suatu pompa kebakaran (SNI 03-6570-2001)

4. Ketersediaan air tanah (sumur, mata air)

6 Faktor penentu

Pasokan air untuk pemadam kebakaran diperoleh dari sumber alam, seperti: kolam air, danau, sungai, jeram, sumur dalam dan saluran irigasi; maupun buatan seperti;

Page 183: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

163

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

tangki air, tangki gravitasi, kolam renang, air mancur, reservoir, mobil tangki air dan hidran. Jika pasokan tersebut berasal dari sumber alami, harus di lengkapi sistem penghisap air. Permukaan air pada su mber alami harus dijamin pada kondisi kemarau masih mampu dimanfaatkan (Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

Pasokan air harus cukup, terjamin dan memenuhi persyaratan kualitas. Sumur yang dapat diterima sebagai pasokan air tergantung pada sifat kemampuan sumur menghasilkan air dan harus ditunjang oleh karakteristik aquifer yang baik (SNI 03-6570- 2001)

5. Ketersediaan air permukaan (teluk)

3 Faktor penentu

Sistem penyediaan air bersih yang bersumber dari air bergaram di daerah perkotaan Florida, Amerika telah memenuhi sekitar 60 persen kebutuhan konsumen di kota tersebut. Sistem penyediaan air bersih dengan menggunakan sumber air laut dan air teluk untuk perlindungan kebakaran telah digunakan di wilayah Pantai Timur dan Barat Amerika. Pada sistem ini, disediakan stasiun pompa yang menyediakan pasokan air baik air dengan tekanan rendah maupun yang bertekanan tinggi. Stasiun pompa ini diberi tanda/label khusus yaitu hidran kebakaran, terutama pada wilayah komersial dan industri kota-kota besar seperti New York, Philadelphia dan San Francisco (Hickey, 2008)

Bahan tahan korosi untuk instalasi pompa proteksi kebakaran menggunakan bahan seperti brass, tembaga, monel, baja tahan karat, atau bahan-bahan setara yang tahan korosi (SNI 03-6570- 2001)

6. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran sangat tinggi

9 Faktor penentu

Kategori tingkat risiko kebakaran sangat tinggi ini meng gunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkota an yang telah dilakukan sebelumnya (Peneliti, 2017)

7. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran tinggi

6 Faktor penentu

Kategori tingkat risiko kebakaran tinggi ini menggunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya (Peneliti, 2017)

8. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran rendah

3 Faktor penentu

Kategori tingkat risiko kebakaran rendah ini menggunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya (Peneliti, 2017)

9. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas >9 m

9 Faktor penentu

Pasokan air untuk keperluan pemadam kebakaran harus dapat dijangkau oleh peralatan pemadam kebakaran, menetapkan batas pembebanan maksimum yang aman

Page 184: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

164

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

dari jalan, belokan, jalan penghubung, jembatan serta menetapkan jalur masuk ke lokasi sumber air pada berbagai kondisi alam (Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

Hidran halaman atau biasa disebut dengan hidran pilar adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan pasokan air dan dipasang di luar bangunan. Hidran ini biasanya digunakan oleh mobil pemadam kendaraan untuk mengambil air jika kekurangan dalam tangki mobil. Hidran pilar ini diletakkan di sepanjang jalan akses mobil pemadam kendaraan (SNI 03-1735-2000)

Tiap bagian dari jalur akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota (hidran dengan dua katup atau tiga lubang untuk selang kebakaran) yang memenuhi persyaratan tersebut tidak tersedia, maka harus disediakan hidran halaman. Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu hidran halaman, maka hidran-hidran tersebut harus diletakkan di sepanjang jalur akses mobil pemadam (SNI 03-1735-2000)

Penyediaan hidran kebakaran kota: (1) untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 m, (2) daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 m (SNI 03-1733-2004)

10. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas 4-9 m

6 Faktor penentu

Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakar an dan memudahkan operasi pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan harus tersedia jalan ling kungan. Lebar minimum lapis perkerasan adalah 6 m dan panjang minimum 15 m (SNI 03-1735-2000)

Hidran halaman atau biasa disebut dengan hidran pilar adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan pasokan air dan dipasang di luar bangunan. Hidran ini biasanya digunakan oleh mobil pemadam kendaraan untuk mengambil air jika kekurangan dalam tangki mobil. Hidran pilar ini diletakkan di sepanjang jalan akses mobil pemadam kendaraan (SNI 03-1735-2000)

Tiap bagian dari jalur akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota yang memenuhi persyaratan tersebut tidak tersedia, maka harus disediakan hidran halaman. Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu hidran halaman, maka hidran-

Page 185: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

165

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

hidran tersebut harus diletakkan di sepanjang jalur akses mobil pemadam (SNI 03-1735-2000)

Penyediaan hidran kebakaran kota: (1) daerah komer sial jarak antara kran kebakaran 100 m, (2) daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 m, (3) apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran (SNI 03-1733-2004)

11. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas <4 m

3 Faktor penentu

Bagian-bagian lain dari jalur masuk yang digunakan untuk lewat mobil pemadam kebakaran, lebarnya tidak boleh kurang dari 4 m. Jalan tersebut harus dapat mengakomodasi jalan masuk dan manuver mobil pemadam, snorkel, mobil pompa, dan mobil tangga dan platform hidrolik (SNI 03-1735-2000)

12. Kepadatan bangunan sangat padat

9 Faktor penentu

Kepadatan bangunan meliputi ketentuan tentang Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yang dibedakan dalam tingkatan KDB padat, sedang dan renggang. KDB atau building coverage merupakan angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dengan luas lahan/tanah perpetakan (Permen PU No. 29/PRT/M/2006)

Kepadatan bangunan sangat padat yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >80% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)

13. Kepadatan bangunan padat

8 Faktor penentu

Kepadatan bangunan padat yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >60 hingga ≤80% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)

14. Kepadatan bangunan sedang

6 Faktor penentu

Kepadatan bangunan sedang yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >40 hingga ≤60% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)

15. Kepadatan bangunan renggang

4 Faktor penentu

Kepadatan bangunan renggang yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >20 hingga ≤40% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)

16. Kepadatan bangunan sangat renggang

3 Faktor penentu

Kepadatan bangunan sangat renggang yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase <20% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)

17. Kemiringan lereng 0-15%, morfologi datar hingga landai (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)

9 Faktor penentu

Topografi merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi jaringan jalan, dan pada umumnya mem pengaruhi alinyemen sebagai standar perencanaan geometrik jalan, seperti: landai jalan, jarak pandang,

Page 186: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

166

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

penampang melintang dan lainnya (Sukirman, 1999)

Suatu jalan yang ada di daerah datar mempunyai kecepatan rencana lalu lintas yang lebih tinggi dari jalan yang ada di daerah daerah bukit. Suatu jalan di daerah terbuka akan mempunyai kecepatan rencana yang lebih tinggi dari jalan di daerah kota (Sukirman, 1999)

18. Kemiringan lereng 15-25%, morfologi berbukit, agak curam (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)

6 Faktor penentu

Rem kaki kendaraan pemadam harus mampu untuk menghentikan kendaraan pemadam yang bermuatan penuh untuk berhenti sempurna dari kecepatan awal 32 km/jam dalam jarak tidak lebih dari 10,7 m pada suatu permukaan jalan yang keras, rata, dan bebas dari kerikil, minyak atau gemuk (SNI 09-7053-2004)

19. Kemiringan lereng >25%, morfologi berbukit hingga bergunung, curam hingga sangat curam (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)

3 Faktor penentu

Tanjakan yang cukup curam dapat mengurangi kecepatan kendaraan, jika tenaga tariknya tidak cukup maka berat muatan kendaraan harus dikurangi, berarti mengurangi kapasitas angkut dan sangat merugikan, olehnya itu diusahakan agar tanjakan dibuat landai (Sukirman, 1999).

Tanjakan merupakan suatu kondisi kemiringan lahan 45 derajat atau sama dengan suatu tanjakan 100 persen (SNI 09-7053-2004)

Sumber: Peneliti, 2017

Page 187: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

167

Gambar 23. Matriks representasi penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari

(Sumber: Peneliti, 2017)

3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran

Rules yang digunakan untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran di

Kota Kendari terdiri dari 11 (sebelas) klasifikasi rules yang diuraikan

secara rinci kedalam 20 aturan. Aturan-aturan tersebut akan memberikan

pilihan-pilihan mengenai lokasi stasiun pemadam kebakaran berdasarkan

pada kriteria-kriteria pendukung yang dibangun berdasarkan

pengetahuan-pengetahuan yang telah diakuisisi. Pada tahapan tema

Page 188: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

168

penelitian ini, perolehan rules adalah dari basis pengetahuan dan dari

analisis sebelumnya, yaitu hasil penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota

Kendari dan hasil penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman

kebakaran yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.

Penggunaan representasi secara tepat, akan menghasilkan suatu

kepastian bahwa masalah alokasi stasiun pemadam kebakaran dapat

diselesaikan oleh sistem yang sedang dibangun. Rules alokasi stasiun

pemadam kebakaran di Kota Kendari juga digambarkan dalam bentuk

tabulasi aturan-aturan dan matriks representasi, seperti yang tersaji pada

Tabel 19 dan Gambar 24.

Tabel 19. Rules alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

1. Kawasan rawan bencana longsor dan/atau rawan banjir

2 Faktor penghambat/

pembatas

Salah satu dampak umum akibat tanah longsor adalah kerusakan fisik sarana maupun prasarana. Apapun yang berada di puncak atau jalur longsoran akan berakibat kerusakan parah atau bahkan hancur total. Timbunan bebatuan mungkin akan merusak jalur prasarana dan menutup jalan raya (Paripurno, 1998)

Ruang pada zona berpotensi longsor dengan tingkat kerawanan tinggi difungsikan sebagai kawasan lindung (tidak layak dibangun). Perlu dihindari pembangunan/ pengembangan pusat-pusat hunian beserta sarana dan prasarana pendukung kegiatan sosial ekonominya (Sumber: Permen PU No. 22/PRT/M/2007)

Banjir luapan sungai umumnya bersifat musiman, bisa berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti. Banjir dengan arus air sangat kencang meng akibatkan daya pengikisnya sangat besar, menerjang apa saja yang menghadang serta peningkatan tekanan dinamika air, sehingga pondasi bangunan dan infrastruktur akan melemah. Hal ini bisa terjadi di lembah bantaran sungai, pantai yang rendah dan daerah jalur indik sungai (Paripurno, 1998)

Page 189: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

169

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

2. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran sangat rendah

2 Faktor penghambat/

pembatas

Kategori tingkat risiko kebakaran sangat rendah menggunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya (Peneliti, 2017)

3. Kemiringan lereng >25%, morfologi berbukit hingga bergunung, curam hingga sangat curam (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)

2 Faktor penghambat/

pembatas

Kemiringan lereng >25% memiliki potensi bencana alam tinggi, kestabilan lereng rendah (Permen PU No. 20/PRT/M/2007)

Kelas kemiringan lereng >25 diperuntukkan untuk pengembangan kawasan pertanian tanaman tahunan (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)

4. Kantor kepala daerah 2 Faktor penghambat/

pembatas

Merupakan objek vital kepentingan negara atau pemerintah yang bersifat terbatas (Peneliti, 2017)

5. Rumah sakit 2 Faktor penghambat/

pembatas

Lingkungan rumah sakit harus terbebas dari kebisingan, yaitu terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan/atau membahayakan kesehatan pasien (Kepmen Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/X/2004)

6. Fasilitas peribadatan (masjid, gereja, vihara)

2 Faktor penghambat/

pembatas

Ibadah merupakan kegiatan yang diutamakan dan tanpa gangguan (Peneliti, 2017)

7. Kepadatan bangunan sangat padat

2 Faktor penghambat/

pembatas

Kepadatan bangunan meliputi ketentu an tentang Koefisien Dasar Bangunan (KDB), dibedakan dalam tingkatan KDB padat, sedang dan renggang. KDB merupakan angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dengan luas lahan/tanah perpetakan (Permen PU No. 29/PRT/M/2006)

Kepadatan bangunan sangat padat yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >80% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)

8. Kepadatan bangunan padat

2 Faktor penghambat/

pembatas

Kepadatan bangunan padat yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >60 hingga ≤80% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)

9. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran sangat tinggi

9 Faktor penentu

Kategori tingkat risiko kebakaran sangat tinggi ini menggunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan yang dilakukan sebelumnya (Peneliti, 2017)

10. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran tinggi

6 Faktor penentu

Kategori tingkat risiko kebakaran tinggi ini menggunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan yang telah dilakukan sebelumnya (Peneliti, 2017)

Page 190: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

170

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

11. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran rendah

3 Faktor penentu

Kategori tingkat risiko kebakaran rendah menggunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan yang telah dilakukan sebelumnya (Peneliti, 2017)

12. Ketersediaan lahan un tuk pembangunan bangunan wilayah pemadam kebakaran

9 Faktor penentu

Bangunan wilayah pemadam kebakaran membutuhkan lahan minimal seluas 1600 m2

(Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

13. Ketersediaan lahan untuk pembangunan sektor pemadam kebakaran

6 Faktor penentu

Bangunan sektor pemadam kebakaran membutuhkan lahan minimal seluas 400 m2

(Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

14. Ketersediaan lahan untuk pembangunan pos pemadam kebakaran

3 Faktor penentu

Bangunan pos pemadam kebakaran membutuhkan lahan minimal seluas 200 m2

(Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

15. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas >9 m

9 Faktor penentu

Jalan arteri didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30-60 kilometer per jam, lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) m. Pada jalan arteri lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal serta lalu lintas lambat. Jalan kolektor didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20-40 kilometer per jam, lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) m. Pada jalan kolektor lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat (Sumber: Peraturan Pemerintah RI No. 34 /2006)

Roadability pada kondisi beban penuh dan peralatan lengkap, saat melintas di jalan diperkeras yang kering dan kondisi nya baik, maka: (1) Kendaraan harus mampu mencapai kecepatan 56 km/jam dalam waktu 25 detik dari awal bergerak pada jalan yang rata, (2) Kendaraan harus mampu mencapai kecepatan puncak minimum 80 km/jam pada jalan yang rata, (3) Kendaraan harus mampu mempertahankan kece patan minimum 32 km/jam pada jalan tanjakan hingga 6 persen pada setiap arah (Sumber: SNI 09-7053-2004)

Lapis perkerasan harus selalu dalam keadaan bebas rintangan dari bagian lain bangunan, pepohonan, tanaman atau lain-lain, dan tidak boleh meng hambat jalur antara perkerasan dengan bukaan akses pemadam kebakaran (Sumber: SNI 03-1735- 2000)

16. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas 4-9 m

6 Faktor penentu

Jalan lokal didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10-20 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit

Page 191: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

171

No. Deskripsi aturan Nilai bobot

Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria

7,5 m (Sumber: Peraturan Pemerintah RI No. 34 /2006)

Untuk proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan memudahkan operasi pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan harus tersedia jalan lingkung an. Lebar minimum lapis perkerasan adalah 6 m dan panjang minimum 15 m (Sumber: SNI 03-1735- 2000)

17. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas <4 m

3 Faktor penentu

Bagian-bagian lain dari jalur masuk untuk lewat mobil pemadam kebakaran, lebar nya tidak boleh kurang dari 4 m. Jalan ter sebut harus dapat mengakomodasi jalan masuk dan manuver mobil pemadam, snorkel, mobil pompa, dan mobil tangga dan platform hidrolik (SNI 03-1735-2000)

18. Dekat dari sumber air untuk pemadaman kebakaran (<2,5 kilometer)

9 Faktor penentu

Daerah built-up area harus mendapat perlindungan oleh mobil pemadam kebakaran yang pos pemadam terdekat nya berada dalam jarak 2,5 kilometer dan 3,5 kilometer dari sektor (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

19. Cukup jauh dari sumber air untuk pemadaman kebakaran (2,5-7,5 kilometer)

6 Faktor penentu

Daerah layanan WMK dilakukan oleh sektor pemadam kebakaran (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

20. Jauh dari sumber air untuk pemadaman kebakaran (>7,5 kilometer)

3 Faktor penentu

Sistem pemberitahuan kebakaran kota dirancang untuk menjamin respon yang tepat terhadap kejadian kebakaran dalam setiap WMK. Daerah layanan setiap WMK tidak melebihi radius 7,5 kilometer. Di luar daerah tersebut terkategori daerah yang tidak terlindungi dari bahaya kebakaran (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)

Sumber: Peneliti, 2017

Page 192: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

172

Gambar 24. Matriks representasi alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari

(Sumber: Peneliti, 2017)

Page 193: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

173

C. Proses Inferensi

Proses inferensi merupakan bagian terpenting dalam Sistem Pakar.

Proses ini menggunakan kemampuan nalar, dimana komputer yang

merupakan inference engine berperan sebagai otak dari Sistem Pakar.

Komputer diprogram sedemikian rupa untuk memberikan metodologi

penalaran informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam ruang

kerja sehingga dapat membuat suatu kesimpulan. Di dalam mesin

inferensi tersebut terjadi proses manipulasi dan pengarahan kaidah,

model dan fakta. Inferensi dilakukan berdasarkan pada data aktual, yaitu

data-data berkenaan dengan penelitian kebakaran perkotaan ini, yang

diperoleh melalui kegiatan wawancara, observasi, dokumentasi dan hasil

analisis SIG. Seluruh data yang diperoleh sebelum diolah oleh inference

engine dibuat atau diterjemahkan ke dalam bentuk GIS grid-based.

Inference engine menggunakan FORTRAN sebagai bahasa

pemrograman dan forward chaining sebagai teknik pengendalian dalam

penilaian risiko bencana kebakaran, penentuan sistem penyediaan air

bersih untuk kebakaran perkotaan dan dalam alokasi stasiun pemadam

kebakaran.

1. Risiko Kebakaran Perkotaan

a. GIS grid-based

Kegiatan penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan di Kota Kendari

untuk kebutuhan proses inferensi diawali dengan pembentukan grid-grid

dasar Sistem Informasi Geografis (GIS grid-based). Pembentukan grid-

Page 194: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

174

based tersebut disesuaikan dengan wilayah yang akan diteliti, dalam hal

ini wilayah Kota Kendari secara administrasi. Peta grid-based yang dibuat

berjumlah 107.836 grid, dengan ukuran grid masing-masing 50 meter x 50

meter atau seluas 0,25 hektar. Setelah dilakukan pembuatan peta grid-

based, dilakukan inventarisasi kebutuhan terhadap peta-peta tematik yang

akan digunakan dalam proses input data ke dalam grid-based,

berdasarkan pada rules atau parameter-parameter penentu tingkat risiko

kebakaran.

Peta tematik untuk penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari,

meliputi beberapa peta tematik, yaitu:

Peta tutupan/penggunaan lahan Kota Kendari tahun 2015, Skala

1:5000.

Peta kemiringan lereng Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.

Peta kawasan terbangun Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.

Peta kepadatan bangunan (berbasis grid) Kota Kendari tahun 2015,

Skala 1:5000.

Peta fungsi jaringan jalan Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.

Peta sebaran fasilitas Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.

Peta hidrologi Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.

Peta-peta tematik yang telah tersedia digunakan sebagai sumber data

spasial sekaligus sebagai bahan untuk mempermudah pemasukan nilai-

nilai bobot parameter yang telah diakuisisi ke dalam tabel-tabel basis data

SIG. Proses input data ini menggunakan aplikasi SIG, dengan beberapa

Page 195: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

175

pilihan aplikasi yang dapat digunakan, antara lain: ArcGIS, ArcView GIS

atau Quantum GIS serta aplikasi spreadsheet, seperti yang disajikan pada

Gambar 25, Gambar 26 dan Gambar 27.

Gambar 25. Proses input data ke grid-based untuk kebutuhan inferensi penilaian tingkat risiko kebakaran dengan aplikasi SIG

(Sumber: Peneliti, 2017)

Gambar 26. Proses input nilai bobot parameter untuk kebutuhan inferensi penilaian tingkat risiko kebakaran dengan aplikasi SIG

(Sumber: Peneliti, 2017)

Page 196: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

176

Gambar 27. Hasil input nilai bobot parameter untuk kebutuhan inferensi penilaian tingkat risiko kebakaran dengan aplikasi spreadsheet

(Sumber: Peneliti, 2017)

b. Inferensi

Proses inferensi untuk penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan

digambarkan dalam bentuk diagram alir. Diagram tersebut

menggambarkan alur logika dalam menghitung nilai implikasi. Alur logika

yang ditunjukkan pada diagram alir akan memeriksa nilai parameter-

parameter penentu penilaian risiko kebakaran yang dimasukkan oleh

knowledge engineer, hingga menghasilkan kesimpulan dengan

memberikan nilai pada masing-masing grid. Proses inferensi (inferencing)

penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari dalam bentuk diagram

alir ditampilkan pada Gambar 28.

Page 197: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

175

Gambar 28. Diagram alir proses inferensi (inferencing) penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari

(Sumber: Peneliti, 2017) 177

Page 198: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

178

Perhitungan tingkat risiko kebakaran perkotaan ini memiliki 4 (empat)

bagian utama yang merupakan kelompok rules yang tiap kelompok

tersebut memiliki parameter dan nilai bobot masing-masing. Setelah

pemasukan nilai bobot parameter pada rules berdasarkan grid-based

maka sistem akan langsung melakukan perhitungan matematis. Seluruh

nilai bobot parameter ini akan diproses oleh inference engine untuk

menghasilkan kesimpulan berupa tingkat risiko kebakaran perkotaan,

seperti yang ditampilkan pada Gambar 29.

Gambar 29. Proses inferensi oleh inference engine untuk penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari

(Sumber: Peneliti, 2017)

Proses pengambilan kesimpulan dilakukan melalui tahapan

perhitungan dengan metode implikasi maksimum dan mengkomposisi

semua keluaran hasil evaluasi rules yang selanjutnya menghasilkan

sebuah nilai tunggal berupa tingkat risiko bencana kebakaran pada

Page 199: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

179

masing-masing grid, sebanyak jumlah grid yang ada. Nilai-nilai risiko

kebakaran perkotaan hasil inferensi tersebut disajikan pada Gambar 30.

Gambar 30. Nilai-nilai risiko kebakaran perkotaan hasil inferensi penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari

(Sumber: Peneliti, 2017)

2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran

a. GIS grid-based

Proses inferensi penentuan sistem jaringan air bersih untuk

pemadaman kebakaran di Kota Kendari menggunakan GIS grid-based

yang digunakan pada proses inferensi dalam penilaian tingkat risiko

kebakaran, juga berjumlah sebanyak 107.836 grid dengan ukuran dan

luasan grid yang sama dengan grid tersebut.

Kegiatan inventarisasi kebutuhan peta-peta tematik yang akan

digunakan dalam proses input data ke dalam grid-based juga dilakukan

karena kebutuhan peta tematik untuk penentuan sistem jaringan air bersih

untuk pemadaman kebakaran tidak seluruhnya sama dengan peta tematik

Page 200: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

180

untuk penilaian tingkat risiko kebakaran. Kebutuhan peta ini juga

berdasarkan pada rules atau parameter-parameter penentu sistem

jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran. Terdapat satu peta

tematik yang berasal dari hasil penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota

Kendari yang diperoleh dari tahapan analisis sebelumnya.

Kebutuhan peta tematik dalam menentukan sistem jaringan air bersih

untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari, meliputi:

Peta kawasan rawan bencana longsor Kota Kendari tahun 2015, Skala

1:25000.

Peta kawasan rawan bencana banjir Kota Kendari tahun 2015, Skala

1:25000.

Peta tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari (berbasis grid), yang

merupakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran.

Peta hidrologi Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.

Peta kepadatan bangunan (berbasis grid) Kota Kendari tahun 2015,

Skala 1:5000.

Peta fungsi jaringan jalan Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.

Peta kemiringan lereng Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.

Proses input data ke dalam tabel-tabel basis data SIG menggunakan

aplikasi SIG, dengan beberapa pilihan aplikasi yang dapat digunakan,

yaitu: ArcGIS, ArcView GIS atau Quantum GIS dan aplikasi spreadsheet,

seperti yang tersaji pada Gambar 31, Gambar 32 dan Gambar 33.

Page 201: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

181

Gambar 31. Proses input data ke grid-based untuk kebutuhan inferensi jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dengan aplikasi SIG

(Sumber: Peneliti, 2017)

Gambar 32. Proses input nilai bobot parameter untuk kebutuhan inferensi jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dengan aplikasi SIG

(Sumber: Peneliti, 2017)

Page 202: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

182

Gambar 33. Hasil input nilai bobot parameter untuk kebutuhan inferensi jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dengan aplikasi spreadsheet

(Sumber: Peneliti, 2017)

b. Inferensi

Proses inferensi dalam menentukan sistem jaringan air bersih untuk

pemadaman kebakaran juga digambarkan dalam bentuk diagram alir,

yang menggambarkan alur logika dalam menghitung nilai implikasi rules.

Alur logika yang ditunjukkan oleh diagram alir akan memeriksa nilai

parameter-parameter penentu sistem jaringan air bersih untuk

pemadaman kebakaran yang dimasukkan oleh knowledge engineer,

hingga menghasilkan kesimpulan dengan memberikan nilai pada masing-

masing grid. Proses inferensi penentuan sistem jaringan air bersih untuk

pemadaman kebakaran di Kota Kendari disajikan pada Gambar 34.

Page 203: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

176

Gambar 34. Diagram alir proses inferensi (inferencing) penentuan sistem jaringan air bersih

untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari (Sumber: Peneliti, 2017)

183

Page 204: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

184

Penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran

juga memiliki 4 (empat) bagian utama yang merupakan kelompok rules

dimana tiap kelompok tersebut memiliki parameter dan nilai bobot masing-

masing. Setelah pemasukan nilai bobot parameter penentu, maka sistem

yang ada akan langsung melakukan perhitungan. Seluruh nilai bobot

parameter sistem jaringan air bersih ini diproses oleh inference engine

untuk menghasilkan kesimpulan berupa sistem jaringan air bersih untuk

pemadaman kebakaran. Proses inferensi oleh inference engine dalam

penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran,

ditampilkan pada Gambar 35.

Gambar 35. Proses inferensi oleh inference engine untuk penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari

(Sumber: Peneliti, 2017)

Proses pengambilan kesimpulan inference engine dalam penentuan

sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran juga memakai

metode implikasi maksimum dan mengkomposisi semua keluaran hasil

Page 205: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

185

evaluasi rules yang menghasilkan nilai bagi sistem jaringan air bersih

untuk pemadaman kebakaran pada masing-masing grid. Nilai-nilai hasil

inferensi penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman

kebakaran tersaji pada Gambar 36.

Gambar 36. Nilai-nilai hasil inferensi dalam penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari

(Sumber: Peneliti, 2017)

3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran

a. GIS grid-based

Proses inferensi untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota

Kendari juga menggunakan GIS grid-based yang digunakan dalam proses

inferensi pada penilaian tingkat risiko kebakaran dan penentuan sistem

jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran. Berjumlah sebanyak

107.836 grid dengan ukuran dan luasan grid yang sama dengan grid yang

dipakai pada analisis sebelumnya.

Page 206: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

186

Inventarisasi kebutuhan peta-peta tematik yang akan digunakan dalam

proses input data ke dalam grid-based juga tetap dilakukan pada bagian

ini karena kebutuhan peta tematik pada penilaian tingkat risiko kebakaran

dan penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran

tidak seluruhnya sama dengan peta tematik untuk alokasi stasiun

pemadam kebakaran ini. Peta-peta tematik yang akan dipakai ini juga

berdasarkan pada rules atau parameter-parameter untuk alokasi stasiun

pemadam kebakaran. Kaitannya terhadap peta tematik, bagian ini

menggunakan dua tambahan peta tematik yang berasal dari hasil

penilaian tingkat risiko kebakaran dan penentuan sistem jaringan air

bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari yang diperoleh dari

tahapan analisis sebelumnya.

Peta-peta tematik yang dipakai dalam alokasi stasiun pemadam

kebakaran di Kota Kendari, adalah:

Peta kawasan rawan bencana longsor Kota Kendari tahun 2015, Skala

1:25000.

Peta kawasan rawan bencana banjir Kota Kendari tahun 2015, Skala

1:25000.

Peta tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari (berbasis grid), hasil

penilaian tingkat risiko kebakaran.

Peta kemiringan lereng Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.

Peta sebaran fasilitas Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.

Page 207: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

187

Peta kepadatan bangunan (berbasis grid) Kota Kendari tahun 2015,

Skala 1:5000.

Peta fungsi jaringan jalan Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.

Peta sumber air untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari

(berbasis grid), yang merupakan hasil penilaian penentuan sistem

jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran.

Peta tutupan/penggunaan lahan Kota Kendari tahun 2015, Skala

1:5000.

Proses input data ke dalam tabel-tabel basis data SIG juga

menggunakan aplikasi SIG, dengan beberapa pilihan aplikasi yang dapat

digunakan, yaitu: ArcGIS, ArcView GIS atau Quantum GIS serta aplikasi

spreadsheet. Proses input data ke dalam tabel basis data seperti yang

ditampilkan pada Gambar 37, Gambar 38 dan Gambar 39.

Gambar 37. Proses input data ke grid-based untuk kebutuhan inferensi alokasi stasiun pemadam kebakaran dengan aplikasi SIG

(Sumber: Peneliti, 2017)

Page 208: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

188

Gambar 38. Proses input nilai bobot parameter untuk kebutuhan inferensi alokasi stasiun pemadam kebakaran dengan aplikasi SIG

(Sumber: Peneliti, 2017)

Gambar 39. Hasil input nilai bobot parameter untuk kebutuhan inferensi alokasi stasiun pemadam kebakaran dengan aplikasi spreadsheet

(Sumber: Peneliti, 2017)

Page 209: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

189

b. Inferensi

Proses inferensi untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota

Kendari juga digambarkan dalam bentuk diagram alir yang

menggambarkan alur logika dalam menghitung nilai implikasi. Alur logika

yang ditunjukkan oleh diagram alir akan memeriksa nilai parameter-

parameter alokasi stasiun pemadam kebakaran yang proses

pemasukannya dilakukan oleh knowledge engineer, hingga menghasilkan

kesimpulan dengan memberikan nilai pada masing-masing grid untuk

semua grid yang ada.

Proses inferensi pada alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota

Kendari tersaji pada Gambar 40.

Page 210: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

177

Gambar 40. Diagram alir proses inferensi (inferencing) alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari

(Sumber: Peneliti, 2017)

190

Page 211: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

191

Alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari juga memiliki 4

(empat) bagian utama yang merupakan kelompok rules dimana tiap

kelompok tersebut memiliki parameter dan nilai bobot masing-masing.

Perbedaannya terhadap kelompok rules di tahap sebelumnya adalah

faktor penentu alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari ini

terklasifikasi dalam tiga kelompok faktor yaitu faktor pembatas, faktor

pembatas bersyarat dan faktor penentu itu sendiri.

Setelah pemasukan nilai bobot parameter-parameter untuk proses

penarikan kesimpulan, maka sistem yang ada akan langsung melakukan

perhitungan. Seluruh nilai bobot parameter alokasi stasiun pemadam

kebakaran ini diproses oleh inference engine untuk menghasilkan

kesimpulan berupa alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari.

Proses inferensi oleh inference engine tersebut seperti yang disajikan

pada Gambar 41.

Gambar 41. Proses inferensi oleh inference engine untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari

(Sumber: Peneliti, 2017)

Page 212: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

192

Penarikan kesimpulan inference engine dalam alokasi stasiun

pemadam kebakaran juga memakai metode implikasi maksimum dan

mengkomposisi semua keluaran hasil evaluasi rules yang menghasilkan

nilai bagi alokasi stasiun pemadam kebakaran pada masing-masing grid.

Nilai-nilai hasil inferensi alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota

Kendari disajikan pada Gambar 42.

Gambar 42. Nilai-nilai hasil inferensi dalam alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari

(Sumber: Peneliti, 2017)

D. Implementasi

Implementasi Sistem Pakar pada penilaian tingkat risiko bencana

kebakaran, sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dan

alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari dilakukan dengan

menggunakan aplikasi SIG, antara lain: ArcGIS, ArcView GIS dan

Quantum GIS, yang dibuat dalam susunan grid-grid sistematis bereferensi

Page 213: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

193

geografis. Implementasi ini menggunakan nilai-nilai dari penarikan

kesimpulan oleh inference engine. Hasil penilaian tersebut kemudian

diterjemahkan ke dalam bentuk kategori atau klasifikasi pada masing-

masing tema penelitian. Output model dan implementasi Sistem Pakar

berbasis SIG dibuat dalam tabulasi dan GIS interface.

1. Risiko Kebakaran Perkotaan

Tabel 20. Output model penilaian risiko bencana kebakaran di Kota Kendari dengan GIS grid-based

No. Grid terseleksi Nilai Kategori

1. 206 >57 Tingkat Risiko Kebakaran Sangat Tinggi 2. 6.815 >38≤57 Tingkat Risiko Kebakaran Tinggi 3. 46.175 >19≤38 Tingkat Risiko Kebakaran Rendah 4. 54.640 >0≤19 Tingkat Risiko Kebakaran Sangat Rendah

Jumlah: 107.836 Sumber: Peneliti, 2017

Gambar 43. Implementasi Sistem Pakar berbasis SIG dalam penilaian risiko bencana kebakaran perkotaan pada Aplikasi SIG

(Sumber: Peneliti, 2017)

Page 214: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

194

2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran

Tabel 21. Output model jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari dengan GIS grid-based

No. Grid terseleksi Nilai Kategori

1. 267 >30 Sangat sesuai untuk pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan

2. 5.819 >20≤30 Sesuai untuk pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan

3. 38.493 >10≤20 Cukup sesuai untuk pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan

4. 63.257 >0≤10 Tidak dianjurkan untuk pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan

Jumlah: 107.836 Sumber: Peneliti, 2017

Gambar 44. Implementasi Sistem Pakar berbasis SIG pada jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan dalam Aplikasi SIG

(Sumber: Peneliti, 2017)

3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran

Tabel 22. Output model alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari dengan GIS grid-based

No. Grid terseleksi Nilai Kategori

1. 20 >42 Sangat sesuai untuk lokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan

Page 215: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

195

No. Grid terseleksi Nilai Kategori

2. 3.385 >28≤42 Sesuai untuk lokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan

3. 56.065 >14≤28 Cukup sesuai untuk lokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan

4. 48.366 >0≤14 Tidak direkomendasikan untuk lokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan

Jumlah: 107.836 Sumber: Peneliti, 2017

Gambar 45. Implementasi Sistem Pakar berbasis SIG untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan pada Aplikasi SIG

(Sumber: Peneliti, 2017)

E. Pengujian

Proses pengujian mencakup kegiatan verifikasi dan validasi terhadap

Sistem Pakar yang telah dirancang. Verifikasi dan validasi ini dilakukan

agar Sistem Pakar yang dibuat dapat mewakili domain expert.

Verifikasi pada tahap ini dilakukan dalam 2 (dua) bagian, yaitu (1)

verifikasi terhadap program komputer yang dibuat dalam bentuk

pengkodean (coding), apakah sudah benar dalam bentuk struktur maupun

Page 216: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

196

command, dan telah dapat memberikan hasil sesuai dengan knowledge

base, dan (2) verifikasi terhadap hasil penarikan kesimpulan oleh

inference engine kepada domain expert. Verifikasi terhadap coding

dilakukan dengan melihat atau menelusuri bug program, yaitu kesalahan

pada komputer baik disebabkan oleh perangkat lunak (software) maupun

perangkat keras (hardware) sehingga komputer tidak bekerja

sebagaimana semestinya. Jika terdapat kesalahan (error) maka akan

ditampilkan dalam bentuk peringatan kesalahan (warning), yang

dilanjutkan dengan debugging, dan jika program telah benar atau sesuai

maka error akan bernilai 0 (nol).

Kegiatan validasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara

output yang dihasilkan oleh sistem yang dibangun, beserta keterkaitannya

terhadap tujuan pembangunan sistem tersebut, dengan pengetahuan

yang dimiliki oleh domain expert. Teknik-teknik validasi yang dapat

dilakukan atau dipakai terhadap aplikasi sistem yang telah dirancang,

antara lain: teknik extreme condition test, face validity dan historical data

validation (Sargent, 1998). Pada teknik-teknik validasi yang dikemukakan

tersebut diantaranya digunakan dalam menguji validitas Sistem Pakar

pada penelitian ini, yaitu teknik face validity dan historical data validation.

Face validity merupakan cara pengujian validitas yang dilakukan dengan

cara membandingkan kesesuaian output sistem dengan pendapat pakar,

sedangkan historical data validation merupakan pengujian yang dilakukan

dengan membandingkan antara hasil prediksi model penilaian tingkat

Page 217: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

197

risiko kebakaran di Kota Kendari yang diperoleh dari sistem yang

dibangun dengan riwayat kejadian kebakaran di Kota Kendari

berdasarkan laporan kejadian kebakaran, dimana nilai akurasi ditunjukkan

melalui nilai RMSE. Kedua teknik validasi tersebut dibuat dalam bentuk

wawancara dengan para pakar yang telah dipilih sebelumnya, yang

berasal dari Program Studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah,

Universitas Haluoleo, Kendari dan pimpinan serta firefighter Dinas

Pemadam Kebakaran Kota Kendari.

Validasi sistem pada penelitian ini juga ditentukan dari output sistem

terhadap keberadaan faktor penghambat yang dimiliki oleh unsur yang

akan dinilai. Dalam hal ini data faktor-faktor penghambat pada kondisi

yang sebenarnya, akan ditumpangsusunkan (overlay) dengan output

sistem yang diperoleh dari penilaian tingkat risiko bencana kebakaran,

penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dan

alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari. Metode ini dilakukan

dengan menggunakan aplikasi SIG.

1. Risiko Kebakaran Perkotaan

a. Verifikasi

Verifikasi terhadap hasil penilaian tingkat risiko bencana kebakaran

oleh sistem yang dibuat menunjukkan bahwa coding program telah dibuat

dengan benar dan bekerja sebagaimana mestinya. Tidak terdapat

kesalahan pada proses compile, build dan execute, sehingga

Page 218: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

198

menghasilkan nilai error yaitu 0 (nol), seperti yang ditampilkan pada

Gambar 46.

Gambar 46. Verifikasi bug terhadap coding penilaian risiko bencana kebakaran perkotaan dengan FORTRAN

(Sumber: Peneliti, 2017)

b. Validasi

Validasi output model penilaian risiko kebakaran di Kota Kendari

dilakukan melalui wawancara dengan pakar, melakukan pencocokkan

antara hasil penilaian risiko dari model yang dibuat dengan riwayat

kejadian kebakaran di Kota Kendari dari tahun 2012-2016. Hasil

wawancara terhadap pakar menyatakan bahwa secara mayoritas

penilaian risiko kebakaran dari output model sudah cukup sesuai dengan

kejadian-kejadian kebakaran yang pernah terjadi sebelumnya, yaitu pada

bangunan-bangunan yang mudah terbakar, sulitnya akses kendaraan dan

jauhnya jangkauan pemadam kebakaran terhadap lokasi kejadian. Hasil

pencocokkan juga menunjukkan adanya beberapa pembiasan output

model, pada umumnya terjadi pada kejadian kebakaran, dimana material

bangunannya tidak mudah terbakar serta berada pada jalan utama,

seperti kejadian kebakaran Pasar Baru Wua-wua dan Pasar Higienis Kota

Kendari. Dari hasil wawancara ini juga, dibuat perbandingan hasil prediksi

Page 219: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

199

model dengan kondisi aktual kejadian kebakaran tersebut menggunakan

metode Root Mean Square Error (RMSE), seperti yang disajikan pada

Tabel 23 dan Gambar 47.

Tabel 23. Kesesuaian output model penilaian tingkat risiko kebakaran terhadap kondisi aktual kejadian kebakaran di Kota Kendari

No. Tahun Kejadian (Histori)

Sampel kejadian (Histori)

Kesesuaian kejadian (Model) Keterangan

1 2012 41 kejadian 21 19 Sample error tolerance: 5% (0,05)

2 2013 39 kejadian 20 17 3 2014 113 kejadian 57 44 4 2015 149 kejadian 75 63 5 2016 50 kejadian 25 19

Sumber: Peneliti, 2017

Gambar 47. Grafik perbandingan output model penilaian tingkat risiko kebakaran terhadap kondisi aktual kejadian kebakaran di Kota Kendari

(Sumber: Peneliti, 2017)

Grafik di atas menunjukkan bahwa nilai prediksi tingkat risiko

kebakaran perkotaan dari model yang dibangun, mendekati nilai observasi

atau kejadian yang sebenarnya, dengan nilai RMSE sebesar 8,51.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

41kejadian

39kejadian

113kejadian

149kejadian

50kejadian

2012 2013 2014 2015 2016

Sampel kejadian(Histori)Kesesuaian kejadian(Model)

Page 220: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

200

Validasi model penilaian risiko kebakaran juga dilakukan dengan

membandingkan output model dengan faktor penghambat di lapangan,

dan diperoleh hasil seperti pada Tabel 24 dan Gambar 48.

Tabel 24. Kesesuaian output model terhadap faktor penghambat pada penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari

No. Faktor penghambat Output sistem Kesesuaian overlay

1. Sekat bakar (firebreaks) alami dan buatan (badan air, tanah terbuka tanpa vegetasi, saluran air, hutan lembab, hutan mangrove)

47.961 grid

41.474 grid yang bertampalan

6.487 grid yang tidak bertampalan

Sumber: Peneliti, 2017

Gambar 48. Tumpang susun output model terhadap faktor penghambat pada penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari

(Sumber: Peneliti, 2017)

2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran

a. Verifikasi

Verifikasi hasil penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman

kebakaran menunjukkan bahwa coding program telah berjalan secara

benar dan bekerja sebagaimana mestinya. Tidak terdapat kesalahan pada

Page 221: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

201

proses compile, build dan execute, dan menghasilkan nilai error yaitu 0

(nol), seperti yang disajikan pada Gambar 49.

Gambar 49. Verifikasi bug terhadap coding jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan dengan FORTRAN

(Sumber: Peneliti, 2017)

b. Validasi

Validasi penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman

kebakaran di Kota Kendari selain dilakukan dengan wawancara terhadap

pakar dan membandingkan output sistem dengan faktor penghambat, dan

diperoleh hasil overlay seperti pada Tabel 25 dan Gambar 50.

Tabel 25. Kesesuaian output model terhadap faktor penghambat penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran

di Kota Kendari No. Faktor penghambat Output

sistem Kesesuaian overlay

1. Kawasan rawan bencana longsor dan/atau rawan banjir

45.749 grid

45.749 grid yang bertampalan 503 grid yang beririsan, yaitu kawasan

rawan banjir pada bagian utara Kota Kendari

Kawasan rawan banjir pada bagian selatan Kota Kendari tidak terjadi pertampalan

Sumber: Peneliti, 2017

Page 222: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

202

Gambar 50. Tumpang susun output model terhadap faktor penghambat penentuan sistem jaringan air bersih pemadaman kebakaran di Kota Kendari

(Sumber: Peneliti, 2017)

3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran

a. Verifikasi

Verifikasi hasil alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari

oleh sistem menunjukkan bahwa coding program telah berjalan dengan

benar dan bekerja sebagaimana mestinya. Juga tidak terdapat kesalahan

dalam proses compile, build maupun execute. Nilai error yang dihasilkan

adalah 0 (nol), seperti yang tersaji pada Gambar 51.

Gambar 51. Verifikasi bug terhadap coding alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan dengan FORTRAN

(Sumber: Peneliti, 2017)

Page 223: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

203

b. Validasi

Validasi alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari juga

dilakukan dengan metode wawancara kepada pakar, selain itu juga

melakukan perbandingan antara output model dengan faktor penghambat,

diperoleh hasil kesesuaian overlay seperti yang tersaji pada Tabel 26 dan

Gambar 52.

Tabel 26. Kesesuaian output model terhadap faktor penghambat pada alokasi stasiun pemadam kebakaran

di Kota Kendari No. Faktor penghambat Output

sistem Kesesuaian overlay

1. Kawasan rawan bencana longsor dan/atau rawan banjir

45.749 grid

45.749 grid yang bertampalan 503 grid yang beririsan, yaitu kawasan

rawan banjir pada bagian utara Kota Kendari

Kawasan rawan banjir pada bagian selatan Kota Kendari tidak terjadi pertampalan

Sumber: Peneliti, 2017

Gambar 52. Tumpang susun output model terhadap faktor penghambat pada alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari

(Sumber: Peneliti, 2017)

Page 224: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

204

F. Model Lokasi Potensial Prasarana Mitigasi Bencana Kebakaran

Model penentuan lokasi potensial untuk prasarana mitigasi bencana

kebakaran perkotaan berdasarkan pada grid-grid yang memiliki nilai, yang

terklasifikasi pada masing-masing kategori penilaian kondisi berdasarkan

parameter-parameter yang mempengaruhinya, penilaiannya dilakukan

melalui Sistem Pakar berbasis SIG, yang dimulai dari telaah pengetahuan

sebagai dasar basis pengetahuan (knowledge base), akuisisi, inferencing,

implementasi hingga pengujian. Model ini dibentuk dari hasil pemodelan

tingkat risiko bencana kebakaran, sistem jaringan air bersih untuk

pemadaman kebakaran dan alokasi stasiun pemadam kebakaran

perkotaan berdasarkan layanan waktu respon.

Parameter-parameter yang berpengaruh kuat terhadap risiko bencana

kebakaran perkotaan, pembentukan sistem jaringan penyediaan air bersih

untuk pemadaman kebakaran dan penentu alokasi stasiun pemadam

kebakaran perkotaan akan menghasilkan derajat nilai yang tinggi hingga

sangat tinggi, parameter yang cukup berpengaruh akan memberikan nilai

yang cukup dan parameter yang tidak atau kurang berpengaruh atau

merupakan faktor penghambat atau pembatas akan menghasilkan

penilaian yang rendah.

Penilaian-penilaian yang diperoleh melalui inferencing,

direpresentasikan ke dalam grid-grid bereferensi geografis. Model

potensial yang dihasilkan dari pengembangan Sistem Pakar berbasis SIG

Page 225: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

205

untuk kebakaran perkotaan disajikan pada Gambar 53, Gambar 54 dan

gambar 55 (Lampiran 12).

Gambar 53. Model tingkat risiko bencana kebakaran di Kota Kendari berdasarkan Sistem Pakar berbasis SIG

(Sumber: Peneliti, 2017)

Ouput dari pemodelan tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari,

memperlihatkan bahwa tingkat risiko kebakaran tertinggi merupakan

kawasan padat bangunan dengan dominasi material bangunan yang

mudah terbakar, topografi wilayah yang berbukit dan bergunung serta

memiliki aksesibilitas yang rendah. Tingkat risiko kebakaran yang rendah

umumnya berada pada kawasan non-terbangun, kawasan bervegetasi

dan badan air. Kawasan ini bermorfologi datar, berbukit hingga

bergunung.

Page 226: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

206

Gambar 54. Model sistem jaringan air bersih untuk mitigasi kebakaran di Kota Kendari berdasarkan Sistem Pakar berbasis SIG

(Sumber: Peneliti, 2017)

Model sistem jaringan air bersih untuk mitigasi bencana kebakaran di

Kota Kendari terbagi dalam 2 (dua) bagian utama, yaitu (1) kawasan

perkotaan yang potensial bagi pengembangan jaringan air bersih untuk

pemadaman kebakaran perkotaan, dan (2) kawasan yang tidak dianjurkan

untuk pengembangan jaringan air bersih.

Kawasan perkotaan yang potensial untuk pengembangan, didominasi

oleh kawasan terbangun perkotaan yang dilintasi oleh jaringan jalan

umum yang dapat memudahkan aksesibilitas kendaraan pemadam

kebakaran dan merupakan daerah yang berisiko terhadap bahaya

kebakaran. Jaringan air bersih berpola mengikuti jaringan jalan yang ada,

Page 227: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

207

dan menyebar merata ke seluruh bagian Kota Kendari. Sumber air untuk

pemadaman kebakaran adalah air permukaan, yaitu aliran Sungai

Wanggu dan perairan dangkal Teluk Kendari. Untuk kawasan perkotaan

yang tidak dianjurkan bagi pengembangan jaringan air bersih untuk

pemadaman kebakaran perkotaan adalah kawasan rawan bencana banjir

dan longsor dengan kondisi topografi yang tidak bersyarat.

Gambar 55. Model alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari berdasarkan Sistem Pakar berbasis SIG

(Sumber: Peneliti, 2017)

Model alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan berdasarkan

layanan waktu respon menghasilkan grid-grid potensial untuk

pengembangan alokasi stasiun pemadam di Kota Kendari, meliputi: (1)

kawasan yang sangat potensial untuk alokasi stasiun pemadam

Page 228: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

208

kebakaran: tersebar secara merata pada daerah pinggiran dan pusat kota,

berada pada daerah dengan tingkat risiko kebakaran tinggi dan sangat

tinggi, bermorfologi datar, dilalui oleh jaringan jalan umum yang

memungkinkan pergerakan lalu lintas kendaraan pemadam kebakaran

dapat melintas dan bermanuver secara leluasa, serta kawasan ini bukan

merupakan kawasan rawan bencana banjir dan longsor, (2) kawasan

potensial untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran: bermorfologi datar

hingga landai dan berada pada kawasan dengan tingkat risiko kebakaran

yang tinggi, (3) kawasan cukup potensial: bermorfologi datar hingga

berbukit, berada pada kawasan terbangun dan non-terbangun, dan (4)

kawasan yang tidak direkomendasikan untuk alokasi stasiun pemadam

kebakaran: merupakan kawasan rawan bencana alam, morfologi wilayah

berbukit dan bergunung, serta memiliki tingkat risiko kebakaran yang

sangat rendah.

Page 229: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

209

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam perancangan,

implementasi dan pengujian Sistem Pakar berbasis Sistem Informasi

Geografis untuk penilaian tingkat risiko bencana kebakaran, penentuan

sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dan alokasi

stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari, diperoleh beberapa

kesimpulan, yaitu:

1. Model penilaian risiko kebakaran.

Dibangun berdasarkan parameter-parameter atau rules dan disajikan

dalam bentuk kisi atau grid-grid berbasis SIG (GIS grid-based) yang

berukuran 50 meter x 50 meter. Tingkat risiko kebakaran di Kota

Kendari, meliputi:

a. Bencana kebakaran dengan tingkat risiko sangat tinggi di Kota

Kendari merupakan kawasan terbangun berpenduduk padat,

dengan dominasi jenis material bangunan kayu dan campuran,

terletak pada daerah dengan morfologi berbukit, dan aksesibilitas

hanya dilalui oleh jalan umum yang memiliki lebar jalur lalu lintas <4

meter.

b. Bencana kebakaran dengan tingkat risiko tinggi adalah kawasan

bangunan padat dengan jenis material bangunan kayu, campuran

Page 230: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

210

dan sebagian kecil bangunan berjenis beton. Tersebar hampir

merata di seluruh kawasan Kota Kendari, pada daerah dengan

morfologi datar dan berbukit. Tingkat risiko kebakaran tinggi ini

dominan terjadi pada daerah yang diakses oleh jaringan jalan

dengan lebar jalur lalu lintas ≤9 meter.

c. Bencana kebakaran dengan tingkat risiko rendah umumnya

merupakan kawasan non-terbangun, yaitu kawasan bervegetasi

berupa kebun campuran dan semak, yang berada pada daerah

dengan morfologi landai hingga berbukit.

d. Bencana kebakaran dengan tingkat risiko sangat rendah

merupakan kawasan non-terbangun yang didominasi oleh badan

air (sungai dan rawa), hutan lembab dan sebagian kawasan

pertanian (kebun). Kawasan ini bermorfologi datar, berbukit dan

bergunung.

2. Model jaringan penyediaan air bersih pendukung mitigasi bencana

kebakaran.

Dibangun berdasarkan parameter-parameter atau rules dan tersaji

dalam bentuk GIS grid-based yang berukuran 50 meter x 50 meter.

Sistem jaringan air bersih di Kota Kendari untuk mitigasi bencana

kebakaran perkotaan, terklasifikasi atas:

a. Kawasan yang sangat sesuai bagi pengembangan jaringan air

bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan merupakan

kawasan perkotaan yang dilalui oleh jalan umum yang memiliki

Page 231: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

211

lebar jalur lalu lintas >9 meter, dekat dengan sumber air potensial

untuk pemadaman, yaitu Sungai Wanggu dan perairan dangkal

Teluk Kendari, berada pada kawasan perkotaan dengan tingkat

risiko kebakaran tinggi dan sangat tinggi serta berada pada daerah

hunian yang sedang hingga padat.

b. Kawasan yang sesuai bagi pengembangan jaringan air bersih

untuk pemadaman kebakaran perkotaan berada pada kawasan

terbangun yang dilalui oleh jaringan jalan umum yang memiliki lebar

jalur lalu lintas >6 meter, berada pada kawasan perkotaan dengan

tingkat risiko kebakaran tinggi dan cukup dekat dengan sumber air

untuk pemadaman kebakaran. Jaringan air bersih ini bentuknya

mengikuti jaringan jalan yang ada, dan menyebar merata ke

seluruh bagian Kota Kendari.

c. Kawasan yang cukup sesuai bagi pengembangan jaringan air

bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari adalah

kawasan yang mendominasi. Kawasan ini sebagian merupakan

kawasan non-terbangun, yang dilalui oleh jaringan jalan dengan

lebar jalur lalu lintas ≤9 meter.

d. Kawasan perkotaan yang tidak dianjurkan bagi pengembangan

jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan

merupakan daerah kawasan rawan bencana banjir dan longsor,

dengan morfologi berbukit dan bergunung dan kawasan ini bukan

merupakan daerah hunian.

Page 232: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

212

3. Model alokasi stasiun pemadam kebakaran.

Dibangun berdasarkan parameter-parameter atau rules yang disajikan

dalam bentuk GIS grid-based berukuran 50 meter x 50 meter. Alokasi

stasiun pemadam kebakaran perkotaan berdasarkan layanan waktu

respon di Kota Kendari, meliputi:

a. Kawasan perkotaan yang sangat sesuai untuk alokasi stasiun

pemadam kebakaran tersebar secara merata pada daerah

pinggiran dan pusat Kota Kendari. Kawasan ini merupakan

kawasan yang berada pada daerah dengan tingkat risiko

kebakaran tinggi hingga sangat tinggi dan berada pada kawasan

dengan morfologi datar, serta dilalui oleh jaringan jalan umum

dengan lebar jalur lalu lintas >9 meter. Kawasan ini adalah

kawasan yang tidak berpotensi bencana banjir dan longsor.

b. Kawasan dengan kategori sesuai untuk alokasi stasiun pemadam

kebakaran merupakan kawasan perkotaan dengan morfologi datar

hingga landai. Tersebar mengikuti jalur jaringan jalan dengan lebar

jalur lalu lintas >6 meter, serta berada di daerah kawasan

perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran tinggi.

c. Alokasi stasiun pemadam kebakaran dengan kategori cukup sesuai

sangat mendominasi kawasan perkotaan. Kawasan ini bermorfologi

datar hingga berbukit, dan berada pada kawasan terbangun dan

non-terbangun.

Page 233: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

213

d. Tidak direkomendasikan untuk alokasi stasiun pemadam

kebakaran. Kawasan ini merupakan daerah kawasan rawan

bencana banjir dan longsor dengan morfologi berbukit dan

bergunung. Bukan merupakan daerah hunian dan memiliki tingkat

risiko kebakaran yang sangat rendah.

4. Model penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi bencana

kebakaran perkotaan.

Dibangun dari 3 (tiga) unsur yang berpengaruh terhadap upaya

mitigasi bencana kebakaran perkotaan, yaitu tingkat risiko kebakaran,

sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dan alokasi

stasiun pemadam kebakaran perkotaan. Disajikan dalam bentuk GIS

grid-based yang berukuran 50 meter x 50 meter.

Lokasi-lokasi potensial prasarana mitigasi bencana kebakaran di Kota

Kendari berada pada kawasan perkotaan dengan tingkat risiko

kebakaran tinggi hingga sangat tinggi, dilalui oleh jalan umum yang

memiliki lebar jalur lalu lintas >6 meter yang memudahkan aksesibilitas

kendaraan pemadam kebakaran untuk tindakan pencegahan dan

pengurangan bahaya/risiko kebakaran serta dekat dengan sumber air

untuk kegiatan pemadaman.

B. Saran

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa masih terdapat

beberapa kekurangan dari penelitian ini. Kekurangan-kekurangan yang

Page 234: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

214

dimiliki tersebut, dibuat dalam bentuk saran perbaikan yang dapat

disempurnakan oleh peneliti selanjutnya. Saran-saran untuk penelitian

selanjutnya adalah:

1. Penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi bencana kebakaran

perkotaan dapat menambahkan lebih banyak parameter selain aspek

prasarana dan fisik wilayah, seperti aspek klimatologi dan aspek sosial

ekonomi perkotaan, sehingga diharapkan akan memberikan hasil yang

lebih akurat lagi dalam penentuan lokasi potensial tersebut.

2. Sistem Pakar untuk penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi

bencana kebakaran perkotaan ini dapat dikembangkan hingga pada

tahap perancangan antar muka pengguna (user interface) sehingga

dapat digunakan oleh non-expert dalam penentuan lokasi potensial

prasarana mitigasi bencana kebakaran perkotaan.

C. Penemuan (findings)

Pemodelan Sistem Pakar berbasis Sistem Informasi Geografis dalam

penilaian tingkat risiko bencana kebakaran, penentuan sistem jaringan air

bersih dan alokasi stasiun pemadam kebakaran berdasarkan layanan

waktu respon di Kota Kendari ini menghasilkan suatu kebaruan yaitu

model dinamik (dynamic model) penentuan lokasi potensial prasarana

mitigasi bencana kebakaran perkotaan, dimana permasalahan yang

dimodelkan merupakan masalah yang mempunyai sifat dinamis atau

dapat berubah terhadap waktu. Secara fungsional model yang dihasilkan

Page 235: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

215

ini merupakan model prediktif yang menunjukkan kecenderungan yang

mungkin terjadi jika sesuatu terjadi dan juga sebagai model normatif, yaitu

model yang menyediakan jawaban terbaik terhadap suatu permasalahan

yang ada.

Pembangunan model penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi

bencana kebakaran perkotaan ini memberikan kontribusi dalam penataan

ruang wilayah kota terhadap upaya mitigasi bencana kebakaran, sehingga

tata ruang kota dapat memberikan perlindungan bagi warga kota,

memperkecil risiko dan mengurangi kerentanan wilayah perkotaan dari

ancaman bahaya kebakaran.

Page 236: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

216

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ajlan, A. 2015. The Comparison between Forward and Backward Chaining. International Journal of Machine Learning and Computing, Vol. 5, No. 2, April. Department of Information System Management, Qassim University. Saudi Arabia.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. PT. Renika Cipta. Jakarta.

Arhami, M. 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar. Penerbit Andi. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Kota Kendari. 2016. Kota Kendari dalam Angka

2016. Katalog BPS 1102001.7471. Kendari. Badri et al. 1998. Theory and Methodology. A Multi-Objective Model for

Locating Fire Stations. European Journal of Operational Research 110(2):243-260. Faculty of Business and Economics, UAE University. United Arab Emirates.

Buchanan, B. G., and Shortliffe, E. H. 1984. Rule-Based Expert Systems. The MYCIN Experiments of The Stanford Heuristic Programming Project. Second Edition. Stanford University School of Medicine. Addison-Wesley Publishing Company.

Budihardjo, E., dan Sujarto, D. 1999. Kota Berkelanjutan. Penerbit Alumni. Bandung.

Chainey, S., and Ratcliffe, J. 2005. GIS and crime mapping. West Sussex. John Wiley and Sons. England.

Christian, C. S. 1958. The Concept of Land Units and Land Systems. Proceeding of the 9th Pacific Congress, Vol. 20:74-81.

Davis, S. K. 2000. Fire Fighting Water: A Review of Fire Fighting Water Requirements A New Zealand Perspective. Fire Engineering Research 2000/3. School of Engineering University of Canterbury.

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Tenggara. 2016. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Teluk Kendari. Laporan Fakta dan Analisis. Kendari.

Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari. 2015. Histori Kejadian Kebakaran Tahun 2012-2016 Kota Kendari. Kendari.

Ding, C. 2009. Policy and Planning Challenges to Promote Efficient Urban Spatial Development during The Emerging Rapid Transformation in China. Journal of Sustainability, 1, 384-408. National Center for Smart Growth, The University of Maryland. USA.

Durkin, J. 1994. Expert Systems Design and Development. Prentice Hall International Inc.

Page 237: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

217

ESRI. 2012. GIS for the Fire Service. An Esri White Paper. Environment Systems Research Institute. Redlands. USA.

Ford, A. 2009. Modeling the Environment. (2nd edition). Island Press. Washington D.C.

Ferreira, T. M et al. 2016. Urban Fire Risk: Evaluation and Emergency Planning. Journal of Cultural Heritage. Portugal.

Friday, K. S et al. 1999. Imperata Grassland Rehabilitation using Agroforestry and Assisted Natural Regeneration. International Centre for Research in Agroforestry, Southeast Asian Regional Research Programme, Bogor. Indonesia.

Fuseini, I., and Kemp, J. 2015. A Review of Spatial Planning in Ghana’s Socio-Economic Development Trajectory: A Sustainable Development Perspective. Journal of Land Use Policy 47-309-320. Department of Geography and Environmental Studies, Stellenbosch University, Matieland 7602. South Africa.

Gai et al. 2011. GIS-based Forest Fire Risk Assessment and Mapping. Fourth International Joint Conference on Computational Sciences and Optimization, 978-0-7695-4335-2. Department of engineering Physics, Institute of Public Safety Research, Tsinghua University Beijing. China.

Giarratano, J., and Riley, G. 2005. Expert Systems. Principles and Programming. PWS Publishing Company. Boston.

Girardet, H. 2004. Cities People Planet: Liveable Cities for Sustainable City. Ashgate Publishing Ltd. Aldeshot.

Godschalk, D. R. 2003. Urban Hazard Mitigation: Creating Resilient Cities. Natural Hazards Review. Vol. 4, No. 3, PP 136-143. ASCE. Wilmington, N.C.

Greeshma, P., and Kumar, K. M. 2016. Disaster Resilience in Vulnerable Cities through Neighbourhood Development: A Case of Chennai. Procedia Technology 24-1827-1834. College of Engineering Trivandrum, Sreekaryom, Thiruvananthapuram 695016. India.

Guettouche, M. S et al. 2011. A Fire Risk Modelling and Spatialization by GIS: Application on the Forest of Bouzareah Clump, Algiers (Algeria). Journal of Geographic Information System, 2011, 3, 254-265. Sciences and Technology University of Houari Boumediene, Algiers. Algeria.

Ha, K. M. 2016. Disasters Can Happen to Anybody: The Case of Korea. Journal of Environmental Impact Assessment Review 57-1-9. Department of Emergency Management, Inje University, 197 Inje-Ro, Gimhae-City, Gyeongnam 50834. Korea.

Hadi, S. 1990. Metodologi Research. Jilid I. Andi Offset. Yogyakarta.

Page 238: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

218

Harrison, C. G., and Williams, P. R. 2016. A Systems Approach to Natural Disaster Resilience. Journal of Simulation Modelling Practice and Theory 000-1-21. USA.

Heckerman, D. 1992. The Certainty Factor Model. Encyclopedia of Artificial Intelligence Journal. Second Edition. Publisher Wiley. New York.

Hickey, H. E. 2008. Water Supply Systems and Evaluation Methods. Volume I: Water Supply System Concepts. U.S. Fire Administration. FEMA. USA.

Himoto, K., and Tanaka, T. 2012. A Model for The Fire-Fighting Activity of Local Residents in Urban Fires. Fire Safety Journal 54 (2012) 154–166. Disaster Prevention Research Institute, Kyoto University, Gokasho, Uji, Kyoto 611-0011. Japan.

Hu, N et al. 2016. Impacts of Land Use and Amenities on Public Transport Use, Urban Planning and Design. Journal of Land Use Policy 57-356-367. Singapore.

Ikram, A., and Qamar, U. 2014. Developing an expert system based on association rules and predicate logic for earthquake prediction. Knowledge-Based Systems Journal 75 (2015) 87–103. Computer Engineering Department, College of Electrical and Mechanical Engineering, National University of Sciences and Technology (NUST), Islamabad. Pakistan.

ISDR. 2004. Learning from today’s disasters for tomorrow’s hazards. International Strategy for Disaster Reduction. The World Conference on Disaster Reduction. Kobe. Japan.

Jasriadi dkk. 2015. Analisis Lokasi dan Jumlah Stasiun Pemadam Kebakaran Kota Pekanbaru. Jom FTEKNIK Volume 2 No.1. Universitas Riau. Pekanbaru.

Kanta, L et al. 2012. Multiobjective Evolutionary Computation Approach for Redesigning Water Distribution Systems to Provide Fire Flows. Journal of Water Resources Planning and Management, 138.144-152. Texas. USA.

Kelly, C. 1995. Assessing Disaster Needs in Megacities: Perspectives form Developing Countries. Geojournal Volume 37, No. 3, 381–385. Springer.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2015. The Sixth Asia-Pacific Urban Forum Conference. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmen Kesehatan) No. 1204/MENKES/SK/X/2004. 2004. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Indonesia.

Page 239: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

219

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum (Kepmen PU) No. 11/KPTS/2000. 2000. Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan. Indonesia.

Kerlinger, F. N. 2014. Asas-Asas Penelitian Behavioral, Edisi Indonesia. Cetakan 12. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kim, T. J et al. 1990. Expert Systems: Applications to Urban Planning. Springer-Verlag. Department of Urban and Regional Planning, University of Illinois, Champaign. USA.

Konishi, T dkk. 2007. Aerial Firefighting Against Urban Fire: Mock-up House Experiments of Fire Suppression by Helicopters. Fire Safety Journal 43 (2008) 363–375. Japan.

Krejcie, R. V., and Morgan, D. W. 1970. Determining Sample Size for Research Activities. Educational and Psychological Measurement, 30, 607-610. USA.

Kusumadewi, S. 2003, Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Kusumastuti, R. D et al. 2014. Developing a Resilience Index towards Natural Disasters in Indonesia. International Journal of Disaster Risk Reduction 10-327-340. Department of Management, Faculty of Economics and Business, University of Indonesia. Indonesia.

Law, A. M., and Kelton, W. D. 1991. Simulation Modeling & Analysis. Second Edition, McGraw-Hill, Inc.

Lillesand, M. T., dan Kiefer, R. W. 1999. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Listiyono, H. 2008. Merancang dan Membuat Sistem Pakar. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume XIII, No.2, Juli:115-124. Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank. Semarang.

Loucks, D., P et al. 1981. Water Resource Systems Planning and Analysis, Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs. New Jersey.

Mandala, Z. 2013. Resilient Infrastructure: Konsep dan Strategi Perencanaan Pembangunan Transportasi Berkelanjutan. Studi Kasus: Kora Curitiba, Brazil. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Mananoma, T., dan Soetopo, W. 2008. Pemodelan sebagai Sarana dalam Mencapai Solusi Optimal. Jurnal Teknik Sipil. Volume 8 No. 3.

Mantra, I. B. G. W. 2005. Kajian Penanggulangan Bahaya Kebakaran pada Perumahan. Suatu Kajian Pendahuluan di Perumahan Sarijadi Bandung., Jurnal Permukiman Natah Volume 3 Nomor 1. Laboratorium Perumahan dan Permukiman Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. Denpasar.

Page 240: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

220

Marimin. 2007. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar Dalam Teknologi Manajerial. IPB Press. Bogor.

McGarney, B., and Hannon, B. 2004. Dynamic Modeling for Business Management an Introduction. Springer-Verlag New York Inc. New York.

Mustafa, H. 2000. Teknik Sampling. (online). (http://home.unpar.ac.id, diakses tanggal 24 September 2016).

Murray, T. A. 2013. Optimising the spatial location of urban fire stations. Fire Safety Journal. Volume 62, Part A, Pages 64–71. GeoDa Center for Geospatial Analysis and Computation, School of Geographical Sciences and Urban Planning, Arizona State University. USA.

Nawari. 2010. Analisis Regresi dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

NFPA 1001. 2008. Water Supply. National Fire Protection Association. USA.

NFPA 1710. 2001. Standard for the Organization and Deployment of Fire Suppression Operations, Emergency Medical Operations, and Special Operations to the Public by Career Fire Departments. National Fire Protection Association. USA.

NFPA. 2013. NFPA Glossary of Terms 2013 Edition. National Fire Protection Association. USA.

Nolan, D. P. 1998. Fire Fighting Pumping Systems at Industrial Facilities. 2nd Edition. William Andrew Publishing. Westwood, NJ.

Paripurno, E. T. 1998. Pengenalan Ancaman-Ancaman untuk Penanggulangan Bencana. Modul Manajemen Bencana. Yogyakarta.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 20/PRT/M/2007. 2007. Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang. Indonesia.

__________________________________________ No. 22/PRT/M/2007. 2007. Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor. Indonesia.

__________________________________________ No. 29/PRT/M/2006. 2006. Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung. Indonesia.

__________________________________________ No. 41/PRT/M/2007. 2007. Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya. Indonesia.

Peraturan Pemerintah RI No. 34/2006. 2006. Jalan. Indonesia.

Page 241: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

221

Perwira, R. I. dan Aziz, A. 2013. Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Infeksi TBC Paru. Jurnal TELEMATIKA Vol. 9, No. 2, Januari:63-74. Yogyakarta.

Prahasta, E. 2009. Sistem Informasi Geografis. Konsep-konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika). Informatika. Bandung.

Prawiranegara, M. 2014. Spatial Multi-Criteria Analysis (SMCA) for Basin-Wide Flood Risk Assessment as A Tool in Improving Spatial Planning and Urban Resilience Policy Making: A Case Study Of Marikina River Basin, Metro Manila-Philippines. Journal of Procedia-Social and Behavioral Sciences 135-18-24. Directorate General of Spatial Planning. Ministry of Public Works. Indonesia.

Pudjiharta, A dkk. 2008. Kajian Teknik Rehabilitasi Lahan Alang-Alang (Imperata cylindrica L. Beauv). Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.

Puntudewo, A dkk. 2003. Sistem Informasi Geografis. Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Center for International Forestry Research (CIFOR). Bogor.

Purbowaseso, B. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. Rineka Cipta. Jakarta.

Puteri, S. M. dan Zulkaidi, D. 2014. Integrasi Kajian Risiko Perubahan Iklim ke dalam Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK Volume 2 Nomor 3. Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB. Bandung.

Rachmat, A. 2002. Manajemen dan Mitigasi Bencana. Paper. Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat. Bandung.

Ran, J., and Budic, Z. N. 2016. Integrating Spatial Planning and Flood Risk Management: A New Conceptual Framework for The Spatially Integrated Policy Infrastructure. Journal of Computers, Environment and Urban Systems 57-68-79. School of Architecture, Planning and Environmental Policy, University College Dublin, Dublin. Ireland.

Renald, A et al. 2016. Toward Resilient and Sustainable City Adaptation Model for Flood Disaster Prone City: Case Study of Jakarta Capital Region. Procedia-Social and Behavioral Sciences 227-334-340. University of Indonesia. Indonesia.

Rukamah, A., dan Djamudin. 2013. Analisis Pengaruh Strategi Bauran Promosi terhadap Peningkatan Volume Penjualan (Studi Kasus pada J`Lo Cafe dan Resto). Jurnal Manajemen Volume IV No. 4. ISSN: 1412-2685. Jakarta.

Page 242: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

222

Saaty, T. L. 1990. How to make a Decision: The Analytic Hierarchy Process. European Journal of Operational Research, Vol. 48-9-26. North Holland.

Sabaraji, A. 2005. Identifikasi Zone Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan dengan Aplikasi SIG di Kabupaten Kutai Timur. Universitas Mulawarman. Samarinda.

Salant, P., and Dillman, D. A. 1994. How to Conduct Your Own Survey. John Wiley and Sons, Inc. New York.

Sargent, R. G. 1998. Verification and Validation of Simulation Models. Proceedings. Simulation Research Group Department of Electrical Engineering and Computer Science College of Engineering and Computer Science Syracuse University. New York. USA.

Sevani, N. 2009. Sistem Pakar Penentuan Kesesuaian Lahan Berdasarkan Faktor Penghambat Terbesar (Maximum Limitation Factor) untuk Tanaman Pangan. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Shesham, S. 2012. Integrating Expert System and Geographic Information System for Spatial Decision Making. Masters Theses & Specialist Projects. Paper 1216. Department of Computer Science Western Kentucky University, Bowling Green. Kentucky.

Simarmata, D. A. 1983. Operation Research. Sebuah Pengantar. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

SNI 03-1733-2004. 2004. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan. Indonesia.

SNI 03-1735-2000. 2000. Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung. Indonesia.

SNI 03-6570-2001. 2001. Instalasi Pompa yang Dipasang Tetap untuk Proteksi Kebakaran. Indonesia.

SNI 09-7053-2004. 2004. Kendaraan dan Peralatan Pemadam Kebakaran-Pompa. Indonesia.

SNI 1739:2008. Cara Uji Jalar Api pada Permukaan Bahan Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung. Indonesia.

Sukirman, S. 1999. Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Cetakan Ketiga. Penerbit Nova. Bandung.

Suryani, A. I. 2012. Artificial Intelligence (Sejarah AI, AI & Kognisi manusia, AI & Sistem Pakar: ELIZA, PARRY, NETTALK). (online). (https://adeirmasuryani.wordpress.com/2012/10/27/tugas-sistem-in formasi-psikologi-artificial-intelligence-sejarah-ai-ai-kognisi-manusia

Page 243: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

223

-ai-sistem-pakar-eliza-parry-nettalk/, diakses tanggal 2 Agustus 2017).

Sutojo, T dkk. 2010. Kecerdasan Buatan. Penerbit Andi. Yogyakarta. Taha, H. A. 1992. Operation Research-An Introduction. Macmillan

Publishing Company. New York. Toki et al. 2011. Protection of Cultural Heritage from Post-Earthquake Fire.

Journal of Disaster Research, 6(1): 4-10. Research Center for Disaster Mitigation of Urban Cultural Heritage, Ritsumeikan University, 58 Komatsu-bara Kita-machi, Kitaku, Kyoto. Japan.

Turban, E. 1995. Decision Support and Expert Systems Management Support Systems. 4th ed Published Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall.

Tzeng, G. H., and Chen, Y. W. 1999. The optimal location of airport fire stations: A fuzzy multi-objective programming and revised genetic algorithm approach. Transportation Planning and Technology, Vol. 23, no. 1, pp.37-55. China.

United Nations. 2008. Spatial Planning. Key Instrument for Development and Effective Governance with Special Reference to Countries in Transition. Document. Economic Commission for Europe. Geneva. Switzerland.

Waheed, M. A. A. 2014. Approach to Fire-Related Disaster Management in High Density Urban-Area. Procedia Engineering 77-61-69. Department of Urban and Infrastructure Engineering, NED University of Engineering and Technology, Karachi 75270. Pakistan.

Walters, V., and Gaillard, J. C. 2014. Disaster Risk at The Margins: Homelessness, Vulnerability and Hazards. Journal of Habitat International 44-211-219. New Zealand.

Weise, D. R., and Biging, G. S. 1996. Effects of Wind Velocity and Slope on Flame Properties. Canadian Journal of Forest Research, 26:1849-1858. Canada.

Widjojo, S. 1993. Pengantar Sistem Informasi Geografis. BAKOSURTANAL. Cibinong.

Wirth, N. 1991. Algorithms Data Structures Program. Prentice Hall. Yunus, H. S. 2000. Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta. Yong, Z. 2013. Analysis on Comprehensive Risk Assessment for Urban

Fire: The Case of Haikou City. Procedia Engineering 52-618-623. Fire Prevention and Supervision Division, Fire Department of Hainan Province, Haikou 571100. China.

Page 244: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

LAMPIRAN 1

Waktu Tempat kejadian Jam informasi diterima Sumber informasi Jam berangkat ke lokasi Tiba di lokasi Lama pemadaman Jumlah armada Jarak ke lokasi kebakaran Penyebab Jenis kebakaran Kendala pemadaman Kerugian Material Korban jiwa4 Januari 2012 Jl. Konggoasa, Kota Lama, Kec. Kendari Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 8 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 500,000 Tidak ada data4 Januari 2012 Jl. Ir. Sukarno, Kec. Kendari Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 12 Km Arus pendek listrik Rumah toko Tidak ada 5,000,000,000 Tidak ada data6 Januari 2012 Jl. S. Parman, Kec. Kendari Barat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 6 Km Arus pendek listrik Koperasi Tidak ada 350,000,000 Tidak ada data3 Februari 2012 BTN Latjinta, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Kompor meledak Rumah tinggal Kerumunan warga 350,000,000 Tidak ada data16 Maret 2012 Jl. Saranani, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 4 Km Tidak diketahui Gudang Tidak ada 6,000,000,000 Tidak ada data19 Maret 2012 Jl. Saranani, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 4 Km Tidak diketahui Gudang Tidak ada 6,000,000,000 Tidak ada data19 Maret 2012 Lrg. Mawar Konsel Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 15 Km Kompor meledak Rumah tinggal Tidak ada 10,000,000 Tidak ada data5 Mei 2012 Jl. Diponegoro Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 7 Km Tidak diketahui Gudang alat bangunan Tidak ada 1,000,000,000 Tidak ada data26 Juni 2012 Lrg. KONI, Kec. Kadia Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 2 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 10,000,000 Tidak ada data24 Juni 2012 Jl. By Pass Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data29 Juni 2012 Jl. Kelapa Kuning, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 4 Km Tungku masak Rumah tinggal Jalan sempit 300,000,000 Tidak ada data1 Juli 2012 Jl. Taman Suropati Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 3 Km Api lilin Rumah tinggal Berada di daerah ketinggian 10,000,000 Tidak ada data5 Juli 2012 BTN Magaga, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 6 Km Arus pendek listrik Kios Tidak ada 3,000,000 Tidak ada data13 Juli 2012 Depan SMP 1 Kendari, Kemaraya, Kec. Kendari Barat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 4 Km Pembakaran sampah Pohon kelapa Tidak ada 0 Tidak ada data23 Juli 2012 Jl. Jenderal Sudirman Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 15 Km Obat nyamuk bakar Rumah tinggal Jalan sempit 50,000,000 Tidak ada data1 Agustus 2012 Depan Air Mineral Arindo, Lepo-Lepo, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 7 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data2 Agustus 2012 Kel. Mandonga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Lapak pedagang Tidak ada 0 Tidak ada data5 Agustus 2012 Jl. Lasandara, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 4 Km Kembang api Lapak pedagang Tidak ada 250,000,000 Tidak ada data6 Agustus 2012 Jl. Pattimura, Kec. Puwatu Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 70,000,000 Tidak ada data11 Agustus 2012 Poasia, Kec. Poasia Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data1 September 2012 Pasar Lapulu, Kec. Abeli Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Tidak ada data Tidak ada 0 Tidak ada data5 September 2012 Jl. Anawai, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 5 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data8 September 2012 Jl. Gersamata, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 5 Km Arus pendek listrik Gudang Tidak ada 50,000,000 Tidak ada data9 September 2012 Poasia, Kec. Poasia Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data13 September 2012 Lepo-Lepo, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 0 Tidak ada data17 September 2012 Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Tidak ada data Tidak ada 0 Tidak ada data5 Oktober 2012 Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data7 Oktober 2012 Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data18 Oktober 2012 Aspol Lepo-Lepo, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data19 Oktober 2012 Lepo-Lepo, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data27 Oktober 2012 Poasia, Kec. Poasia Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data28 Oktober 2012 RRI Lama, Lepo-Lepo, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data2 Oktober 2012 RRI Lama, Lepo-Lepo, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data10 Oktober 2012 Kel. Baruga, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data2 Nopember 2012 Graha Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data10 Nopember 2012 Jl. Asrama Haji, By Pass, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data19 Nopember 2012 Pasar Sentral Kota, Kec. Kendari Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Pasar Higienis Kendari Pompa air tidak maksimal 3,000,000,000 Tidak ada data20 Nopember 2012 Pasar Sentral Kota, Kec. Kendari Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Pasar Higienis Kendari Tidak ada 0 Tidak ada data29 Nopember 2012 Puwatu, Kec. Puwatu Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data14 Desember 2012 Jl. By Pass Kendari Beach, Kec. Kendari Barat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 1 Km Arus pendek listrik Kafe tenda Tidak ada 40,000,000 Tidak ada data17 Desember 2012 Ranomeeto, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 0 Tidak ada data

KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA KENDARI, TAHUN 2012

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016

Page 245: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

LAMPIRAN 2

Waktu Tempat kejadian Jam informasi diterima Sumber informasi Jam berangkat ke lokasi Tiba di lokasi Lama pemadaman Jumlah armada Jarak ke lokasi kebakaran Penyebab Jenis kebakaran Kendala pemadaman Kerugian Material Korban jiwa11 Januari 2013 Jl. Torada, Kec. Wua-Wua 13.00 WITA Masyarakat 13.20 WITA 13.10 WITA 13.10-15.30 WITA 5 Unit 4 Km Kompor meledak Rumah tinggal Armada tidak memadai 1,000,000,000 Tidak ada17 Januari 2013 Jl. Sultan Hasanuddin, Kec. Kendari Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 0.1 Km Korsleting listrik Mobil Armada tidak memadai 500,000,000 Tidak ada17 Januari 2013 Jl. Wayong, Kec. Kadia Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 1 Km Arus pendek listrik Kantor pemerintah Tidak ada 1,000,000 Tidak ada18 Januari 2013 Jl. Dr. Sam Ratulangi, Kec. Kendari Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 20 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Armada tidak memadai 300,000,000 Tidak ada21 Januari 2013 Balai POM Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 3 Km Korsleting kabel accu Mobil Armada tidak memadai 200,000,000 Tidak ada21 Januari 2013 Jl. Lalodati, Kec. Tobuuha Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 7 Km Tungku masak Rumah tinggal Armada tidak memadai 10,000,000 Tidak ada7 Februari 2013 Jl. Kampus Baru, Kec. Kambu Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Armada tidak memadai 0 Tidak ada18 Februari 2013 Jl. Pasar Baru, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 6 Km Dibakar demonstran Mobil Armada tidak memadai 146,000,000 Tidak ada8 Maret 2013 Kel. Tondonggeu, Kec. Abeli Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 10 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Armada tidak memadai 10,000,000 Tidak ada15 Maret 2013 BTN Wanggu Permai, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 7 Km Puntung rokok Rumah tinggal Tidak ada 10,000,000 Tidak ada23 April 2013 Jl. Pasar Panjang, Kec. Wua-Wua 18.00 WITA Masyarakat 18.01 WITA 18.45 WITA 18.45-19.01 WITA 2 Unit 4 Km Arus pendek listrik Kios Armada tidak memadai 50,000,000 Tidak ada24 April 2013 Jl. Supu Yusuf 01.15 WITA Masyarakat 01.16 WITA 01.30 WITA 01.30-02.30 WITA 4 Unit 2 Km Arus pendek listrik Hotel Armada tidak memadai 1,000,000,000 Tidak ada6 Mei 2013 Jl. Gunung Jati, Kec. Kendari Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 8 Km Tidak diketahui Rumah tinggal Tidak ada Tidak ada data Tidak ada9 Mei 2013 Jl. Jati Mekar, Kec. Wua-Wua 01.00 WITA Masyarakat 01.02 WITA 01.15 WITA 01.17-03.20 WITA 4 Unit 8 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 150,000,000 Tidak ada26 Juni 2013 Kel. Lalodati, Kec. Puwatu Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 10 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan rusak 600,000,000 Tidak ada1 Juli 2013 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 10.30 WITA Masyarakat 10.31 WITA 10.35 WITA 10.35-11.05 WITA 4 Unit 5 Km Tumpahan bahan bakar minyak Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 Tidak ada5 Juli 2013 Jl. MT. Haryono, Kec. Wua-Wua 13.00 WITA Masyarakat 13.01 WITA 13.05 WITA 13.05-14.30 WITA 6 Unit 4 Km Arus pendek listrik Tempat usaha Tidak ada 200,000,000 Tidak ada10 Juli 2013 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 02.04 WITA Masyarakat 02.03 WITA 03.10 WITA 03.10-04.00 WITA 4 Unit 4.5 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 Tidak ada12 Juli 2013 Jl. Supu Yusuf, Kec. Mandonga 13.15 WITA Masyarakat 13.01 WITA 13.20 WITA 13.20-13.50 WITA 4 Unit 1 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 Tidak ada17 Juli 2013 Kantor Kendari Ekspress, Kec. Mandonga 03.03 WITA Masyarakat 03.32 WITA 03.40 WITA 03.42-04.15 WITA 2 Unit 2 Km Arus pendek listrik Kantor swasta Tidak ada 25,000,000 Tidak ada15 Juli 2013 Jl. Lasandara, No. 12, Kec. Mandonga 09.04 WITA Masyarakat 09.42 WITA 09.45 WITA 09.45-11.40 WITA 5 Unit 2 Km Arus pendek listrik Rumah toko Tidak ada 500,000,000 Tidak ada23 Juli 2013 Jl. Drs. HA. Silondae 04.02 WITA Masyarakat 04.22 WITA 04.30 WITA 04.30-08.00 WITA 5 Unit 2 Km Tidak diketahui Pasar Korem Kendari Jalan sempit 600,000,000 Tidak ada30 Juli 2013 Jl. Wayong Dalam, Kec. Kadia 19.25 WITA Masyarakat 19.26 WITA 19.30 WITA 19.30-19.40 WITA 4 Unit 1 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 15,000,000 Tidak ada31 Juli 2013 Jl. Ahmad Yani, Kec. Wua-Wua 02.15 WITA Masyarakat 02.16 WITA 02.30 WITA 02.35-07.15 WITA 6 Unit 1 Km Arus pendek listrik Pasar Sentral RB Tidak ada 5,000,000 Tidak ada16 Agustus 2013 Pasar Buah, Kec. Kadia 11.15 WITA Masyarakat 11.16 WITA 11.45 WITA 11.45-12.15 WITA 3 Unit 1 Km Kompor meledak Kompor Tidak ada 5,000,000 Tidak ada18 Agustus 2013 BTN Griya 16.50 WITA Masyarakat 16.52 WITA 17.05 WITA 17.05-19.05 WITA 6 Unit 7 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada18 Agustus 2013 Jl. Laode Hadi, No. 187, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal/Bengkel Tidak ada 150,000,000 Tidak ada27 Agustus 2013 Jl. Budi Utomo, Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 2 Km Arus pendek listrik Rumah toko Tidak ada 500,000,000 Tidak ada24 September 2013 Jl. Ahmad Yani, Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua 03.15 WITA Masyarakat 03.17 WITA 03.20 WITA 03.20-04.15 WITA 5 Unit 2 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal/Bengkel Tidak ada 300,000,000 Tidak ada24 September 2013 Jl. Rambutan 2, No. 25, Kec. Kadia 15.05 WITA Masyarakat 15.06 WITA 15.11 WITA 15.11-17.11 WITA 5 Unit 3 Km Tungku masak Rumah tinggal Bahaya arus listrik 250,000,000 Tidak ada25 September 2013 BTN Cempaka Graha Asri, Kec. Wua-Wua 02.00 WITA Masyarakat 02.01 WITA 02.10 WITA 02.10-03.10 WITA 4 Unit 7 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit 100,000,000 Tidak ada8 Oktober 2013 Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 15.18 WITA Masyarakat 15.20 WITA 15.30 WITA 15.30-14.30 WITA 2 Unit 8 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 Oktober 2013 Jl. Lasandara, Kec. Mandonga 15.28 WITA Masyarakat 15.30 WITA 15.45 WITA 15.45-16.00 WITA 4 Unit 2 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada Tidak ada data Tidak ada20 Oktober 2013 Jl. Balai Kota, Kec. Kadia 12.21 WITA Masyarakat 12.22 WITA 12.23 WITA 12.23-12.00 WITA 5 Unit 0.25 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal, kios, mobil Tidak ada 1,000,000,000 Tidak ada22 Oktober 2013 Jl. Tapak Kuda 10.58 WITA Masyarakat 10.59 WITA 11.10 WITA 11.10-12.40 WITA 5 Unit 3 Km Obat nyamuk bakar Tempat usaha Tidak ada 300,000,000 Tidak ada13 Nopember 2013 Lrg. Nuri 17.30 WITA Masyarakat 17.35 WITA 17.45 WITA 17.45-18.45 WITA 6 Unit 10 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada sumber air untuk pemadaman 700,000,000 Tidak ada8 Desember 2013 Jl. Ahmad Yani, Kec. Wua-Wua 03.15 WITA Masyarakat 03.16 WITA 03.18 WITA 03.18-07.30 WITA 6 Unit 0.4 Km Arus pendek listrik Rumah toko Tidak ada 5,000,000,000 Tidak ada9 Desember 2013 Jl. Ahmad Yani, Kec. Wua-Wua Kebakaran lanjutan Masyarakat 07.32 WITA 07.33 WITA 07.33-15.30 WITA 6 Unit 0.4 Km Arus pendek listrik Rumah toko Tidak ada 5,000,000,000 Tidak ada10 Desember 2013 Jl. Ahmad Yani, Kec. Wua-Wua Kebakaran lanjutan Masyarakat 09.08 WITA 09.10 WITA 09.10-11.02 WITA 6 Unit 0.4 Km Arus pendek listrik Rumah toko Tidak ada 5,000,000,000 Tidak ada

KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA KENDARI, TAHUN 2013

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016

Page 246: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

LAMPIRAN 3

Waktu Tempat kejadian Jam informasi diterima Sumber informasi Jam berangkat ke lokasi Tiba di lokasi Lama pemadaman Jumlah armada Jarak ke lokasi kebakaran Penyebab Jenis kebakaran Hambatan pemadaman Kerugian Material Korban jiwa7 Januari 2014 BTN Kehutanan Lepo-Lepo, Kec. Baruga 13.45 WITA Masyarakat 13.46 WITA 14.03 WITA 14.04-14.45 WITA 2 Unit 6 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada8 Januari 2014 BTN Barebbo Blok D/4, Kec. Baruga 21.10 WITA Masyarakat 21.12 WITA 21.30 WITA 21.30-21.36 WITA 4 Unit 10 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Bahaya arus listrik 10,000,000 Tidak ada21 Januari 2014 Jl. Merdeka, Kec. Kendari Barat 17.10 WITA Masyarakat 17.11 WITA 17.15 WITA 17.15-17.45 WITA 6 Unit 2 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit 40,000,000 Tidak ada22 Januari 2014 BTN Bukit Lepo-Lepo Permai, Kec. Baruga 02.30 WITA Masyarakat 02.32 WITA 02.49 WITA 02.49-03.04 WITA 5 Unit 5 Km Arus pendek listrik Warung dan motor Jalan sempit dan berlubang 40,000,000 Tidak ada28 Januari 2014 Jl. Sorumba, Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua 17.17 WITA Masyarakat 17.18 WITA 17.28 WITA 17.28-18.04 WITA 1 Unit 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Jalan macet 0 Tidak ada7 Februari 2014 Bundaran Sukhoi, Kec. Baruga 15.40 WITA Masyarakat 15.43 WITA 15.58 WITA 15.58-16.48 WITA 4 Unit 8 Km Pembakaran sampah Rumah tinggal Tidak ada 150,000,000 Tidak ada16 Februari 2014 Jl. Belibis, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 15.28 WITA Masyarakat 15.30 WITA 15.46 WITA 15.46-16.48 WITA 4 Unit 8 Km Pembakaran sampah Rumah tinggal Tidak ada 150,000,000 Tidak ada1 Maret 2014 Jl. Kendari Beach, Kec. Kendari Barat 05.21 WITA Masyarakat 05.23 WITA 05.30 WITA 05.30-05.55 WITA 1 Unit 5 Km Arus pendek listrik Kafe tenda Tidak ada 20,000,000 Tidak ada3 Maret 2014 Jl. Kampus Baru UHO, Kec. Kambu 10.13 WITA Masyarakat 10.15 WITA 10.25 WITA 10.25-10.56 WITA 3 Unit 6 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada25 Maret 2014 Lrg. Maleo, Kel. Kambu, Kec. Kambu 14.29 WITA Masyarakat 14.31 WITA 14.35 WITA 14.36-16.22 WITA 5 Unit 7 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan rusak 500,000,000 Tidak ada1 April 2014 Jl. Mekar Damai, Kel. Pondambea, Kec. Kadia 12.35 WITA Masyarakat 12.37 WITA 12.40 WITA 12.40-13.30 WITA 2 Unit 2 Km Pembakaran lahan Alang-alang Jalan sempit 0 Tidak ada1 April 2014 Jl. Drs. H. A. Silondae, No. 7, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 14.10 WITA Masyarakat 14.12 WITA 14.19 WITA 14.19-14.18 WITA 2 Unit 5 Km Arus pendek listrik Rumah Toko Jalan macet 10,000,000 Tidak ada4 April 2014 Jl. Pembangunan, Kel. Dapu-Dapura, Kec. Kendari 20.18 WITA Masyarakat 20.20 WITA 20.37 WITA 20.37-02.03 WITA 6 Unit 10 Km Arus pendek listrik Pasar Sentral Kendari Jalan macet 5,000,000,000 Tidak ada10 April 2014 Jl. Kantor Walikota (Dinas Perizinan), Kec. Mandonga 09.59 WITA Masyarakat 10.00 WITA 10.02 WITA 10.02-10.03 WITA 2 Unit 1 Km Arus pendek listrik Kantor pemerintah Tidak ada Tidak ada data Tidak ada11 April 2014 Jl. Laode Hadi, Kec. Baruga 21.38 WITA Masyarakat 21.40 WITA 21.48 WITA 21.48-22.58 WITA 1 Unit 4 Km Arus pendek listrik Bengkel motor Tidak ada 50,000,000 Tidak ada13 April 2014 UD Sotomo, Kec. ……. 14.38 WITA Masyarakat 14.40 WITA 14.48 WITA 14.48-15.34 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada20 April 2014 Jl. Paseno 3, Kel. Bende, Kec. Kadia 14.00 WITA Masyarakat 14.01 WITA 14.04 WITA 14.04-14.15 WITA 5 Unit 1 Km Arus pendek listrik Tempat tidur susun Tidak ada 75,000,000 Tidak ada20 April 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga 17.15 WITA Masyarakat 17.17 WITA 17.36 WITA 17.36-18.05 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada25 April 2014 Jl. Made Sabara, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 02.30 WITA Masyarakat 02.31 WITA 02.35 WITA 02.35-03.15 WITA 2 Unit 1 Km Korsleting listrik Kios Tidak ada 5,000,000 Tidak ada23 April 2014 Jl. A. H. Nasution, Kel. Kambu, Kec. Kambu 21.06 WITA Masyarakat 21.67 WITA 21.22 WITA 21.22-22.10 WITA 2 Unit 6 Km Arus pendek listrik Rumah Toko Jalan macet 8,500,000 Tidak ada28 April 2014 Jl. Drs. H. A. Silondae, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 18.15 WITA Masyarakat 18.17 WITA 18.25 WITA 18.25-19.27 WITA 2 Unit 4 Km Arus pendek listrik Rumah Toko Jalan macet 15,000,000 Tidak ada30 April 2014 Samudera, Kel. Puday, Kec. Abeli 18.00 WITA Masyarakat 18.02 WITA 18.19 WITA 18.19-22.37 WITA 6 Unit 10 Km Arus pendek listrik Bangunan perusahaan Tidak ada 5,000,000,000 Tidak ada7 Mei 2014 Jl. Bunga Kamboja, No. 4, Kel. Watu-Watu, Kec. Kendari Barat 17.00 WITA Masyarakat 17.02 WITA 17.09 WITA 17.09-17.52 WITA 3 Unit 5 Km Arus pendek listrik Warung kopi Jalan macet 10,000,000 Tidak ada7 Mei 2014 Jl. Laredo, Kec. Kambu 22.08 WITA Masyarakat 22.10 WITA 22.20 WITA 22.20-22.45 WITA 2 Unit 6 Km Arus pendek listrik Kios Tidak ada 2,000,000 Tidak ada13 Mei 2014 Jl. A. Yani, Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua 20.15 WITA Masyarakat 20.17 WITA 20.33 WITA 20.43-22.12 WITA 2 Unit 7 Km Arus pendek listrik Bangunan perusahaan Jalan macet 20,000,000 Tidak ada14 Mei 2014 Jl. Bunga Kamboja, Kel. Watu-Watu, Kec. Kendari Barat 22.23 WITA Masyarakat 22.25 WITA 22.32 WITA 22.32-22.57 WITA 2 Unit 5 Km Arus pendek listrik Kios Tidak ada 2,000,000 Tidak ada20 Mei 2014 Jl. Budi Utomo, BTN Graha Mega Gracia, Kec. Wua-Wua 18.41 WITA Masyarakat 18.43 WITA 18.52 WITA 18.52-20.56 WITA 4 Unit 4 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 10,000,000 Tidak ada23 Mei 2014 Jl. Budi Utomo, Lrg. Nangka, Kec. Wua-Wua 20.40 WITA Masyarakat 20.42 WITA 20.47 WITA 20.47-21.19 WITA 2 Unit 3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 8,000,000 Tidak ada26 Mei 2014 Jl. Balai Kota 1, Kec. Kadia 11.00 WITA Masyarakat 11.01 WITA 11.05 WITA 11.05-11.49 WITA 4 Unit 0.5 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada26 Mei 2014 Jl. Kendari Permai Blok F6, No. 09, Kec. Kambu 05.21 WITA Masyarakat 05.23 WITA 05.40 WITA 05.40-07.05 WITA 2 Unit 11 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 Tidak ada29 Mei 2014 Kel. Bende, Kec. Kadia 19.28 WITA Masyarakat 19.30 WITA 19.34 WITA 19.34-19.45 WITA 4 Unit 1 Km Arus pendek listrik Rumah makan Tidak ada 50,000,000 Tidak ada5 Juni 2014 Kel. Sanua, Kec. Kendari Barat 19.43 WITA Masyarakat 19.45 WITA 20.04 WITA 20.04-20.55 WITA 5 Unit 6 Km Api lilin Rumah tinggal Tidak ada 20,000,000 Tidak ada18 Juni 2014 Jl. Syeikh Yusuf, Kel. Lahundape, Kec. Kendari Barat 03.40 WITA Masyarakat 03.41 WITA 03.47 WITA 03.47-04.01 WITA 2 Unit 3 Km Korsleting listrik Mobil Tidak ada 150,000,000 Tidak ada28 Juni 2014 Jl. A. H. Nasution, Kel. Kambu, Kec. Kambu 15.28 WITA Masyarakat 15.30 WITA 15.42 WITA 15.42-17.30 WITA 4 Unit 5 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada31 Juni 2014 BTN Griya Asri Cendana, Kec. Poasia 12.43 WITA Masyarakat 12.45 WITA 13.02 WITA 13.02-13.30 WITA 3 Unit 10 Km Korsleting listrik Rumah tinggal dan motor Tidak ada 750,000,000 Tidak ada31 Juni 2014 Jl. Perumahan Dosen Blok U/16, Kec. Kambu 12.58 WITA Masyarakat 13.00 WITA 13.15 WITA 13.15-13.55 WITA 2 Unit 6 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 500,000,000 Tidak ada2 Agustus 2014 Jl. Tunggala No. 46, Kec. Wua-Wua 13.01 WITA Masyarakat 13.13 WITA 13.08 WITA 13.08-14.55 WITA 3 Unit 6 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan rusak 85,000,000 Tidak ada7 Agustus 2014 Lrg. Ilmiah, Kec. Wua-Wua 09.30 WITA Masyarakat 09.31 WITA 09.36 WITA 09.36-09.40 WITA 4 Unit 4 Km Arus pendek listrik Gudang Tidak ada 5,000,000 Tidak ada18 Agustus 2014 BTN Permata Anawai, Kec. Kambu 13.03 WITA Masyarakat 13.15 WITA 13.15 WITA 13.15-13.55 WITA 4 Unit 10 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jarak tempuh jauh 120,000,000 Tidak ada23 Agustus 2014 Jl. R. A. Kartini, Kel. Kendari Caddi, Kec. Kendari 03.15 WITA Masyarakat 03.31 WITA 03.30 WITA 03.50-05.38 WITA 2 Unit 20 Km Puntung rokok Bangsal kayu dan tower air Tidak ada akses jalan 15,000,000 Tidak ada1 September 2014 Jl. Sanggoleo, Lapangan Golf, Kec. Baruga 11.00 WITA Masyarakat 11.02 WITA 11.18 WITA 11.18-12.15 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada6 September 2014 Kel. Dapu-Dapura, Kec. Kendari 10.30 WITA Masyarakat 10.32 WITA 10.46 WITA 10.46-12.00 WITA 3 Unit 8 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada7 September 2014 Jl. Cempaka, Kel. Kessilampe, Kec. Kendari 13.20 WITA Masyarakat 13.22 WITA 13.37 WITA 13.37-17.00 WITA 2 Unit 10 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada11 September 2014 Jl. Budi Utomo, Lrg. Mataiwoi, Kec. Wua-Wua 13.00 WITA Masyarakat 13.01 WITA 13.08 WITA 13.08-15.15 WITA 5 Unit 5 Km Kompor Rumah tinggal Tidak ada 700,000,000 Tidak ada12 September 2014 Jl. A. Yani, Kel. Mata Iwoi, Kec. Wua-Wua 16.05 WITA Masyarakat 16.57 WITA 16.12 WITA 16.12-16.55 WITA 2 Unit 5 Km Puntung rokok Alang-alang Kepadatan penggunaan jalan 0 Tidak ada14 September 2014 BTN Laloliu Cemerlang, Kec. Baruga 16.05 WITA Masyarakat 16.57 WITA 16.18 WITA 16.18-17.45 WITA 4 Unit 10 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 September 2014 Kel. Labibia, Kec. Mandonga 12.10 WITA Masyarakat 12.13 WITA 12.15 WITA 12.15-14.15 WITA 5 Unit 3 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 September 2014 Jl. Sao-Sao, Kel. Bende, Kec. Kadia 18.15 WITA Masyarakat 18.16 WITA 18.19 WITA 18.19-18.57 WITA 3 Unit 1 Km Arus pendek listrik Genset Tidak ada 10,000,000 Tidak ada17 September 2014 Jl. Balai Kota 2, Kel. Pondambea, Kec. Kadia 04.50 WITA Masyarakat 04.51 WITA 04.53 WITA 04.53-07.00 WITA 4 Unit 0.5 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 80,000,000 Tidak ada18 September 2014 Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 16.57 WITA Masyarakat 17.00 WITA 17.05 WITA 17.05-18.45 WITA 5 Unit 2 Km Kompor meledak Rumah tinggal Armada tidak memadai 35,000,000 Tidak ada19 September 2014 Jl. A. Yani, Kel. Kadia, Kec. Kadia 20.45 WITA Masyarakat 20.46 WITA 20.50 WITA 20.50-22.30 WITA 3 Unit 2 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada20 September 2014 Jl. Bunggasi, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 00.45 WITA Masyarakat 00.47 WITA 01.02 WITA 01.02-02.25 WITA 4 Unit 7 Km Arus pendek listrik Base Camp pekerja Tidak ada 40,000,000 Tidak ada21 September 2014 Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 12.19 WITA Masyarakat 12.20 WITA 12.25 WITA 12.25-12.35 WITA 2 Unit 2 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada21 September 2014 Kampung Butung, Kec. Kendari Barat 14.30 WITA Masyarakat 14.31 WITA 14.45 WITA 14.45-15.18 WITA 2 Unit 10 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Armada tidak memadai 10,000,000 Tidak ada21 September 2014 Kel. Anggoeya, Kec. Poasia 14.19 WITA Masyarakat 14.20 WITA 14.36 WITA 14.36-16.00 WITA 3 Unit 9 Km Puntung rokok Alang-alang Armada tidak memadai 0 Tidak ada22 September 2014 Kel. Abeli, Kec. Abeli 00.19 WITA Masyarakat 00.20 WITA 00.30 WITA 00.30-00.40 WITA 2 Unit 10 Km Korsleting listrik Mobil Tidak ada 50,000,000 Tidak ada23 September 2014 Jl. Sao-Sao, Kel. Bende, Kec. Kadia 12.30 WITA Masyarakat 12.31 WITA 12.35 WITA 12.35-13.05 WITA 2 Unit 3 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada23 September 2014 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 12.55 WITA Masyarakat 12.57 WITA 12.15 WITA 12.15-14.00 WITA 2 Unit 6 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada23 September 2014 Jl. Syeikh Yusuf, Kel. Lahundape, Kec. Kendari Barat 19.20 WITA Masyarakat 19.20 WITA 19.24 WITA 19.24-20.15 WITA 4 Unit 2 Km Korsleting listrik Rumah tinggal dan Base Camp pekerja Tidak ada 300,000,000 Tidak ada23 September 2014 Jl. MT. Haryono, No. 25 L, Kec. Kadia 20.33 WITA Masyarakat 20.35 WITA 20.40 WITA 20.40-22.05 WITA 4 Unit 2 Km Korsleting listrik Rumah Toko Tidak ada 500,000,000 Tidak ada25 September 2014 Jl. Bunga Kamboja, No. 40, Kec. Kendari Barat 17.26 WITA Masyarakat 17.28 WITA 17.34 WITA 17.34-17.37 WITA 2 Unit 4 Km Arus pendek listrik Mobil Jalan macet 30,000,000 Tidak ada27 September 2014 Puncak Transito, Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua 12.13 WITA Masyarakat 12.15 WITA 12.20 WITA 12.20-12.50 WITA 4 Unit 5 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 Tidak ada1 Oktober 2014 Jl. HEA. Mokodompit, Kec. Kambu 09.37 WITA Masyarakat 09.38 WITA 09.41 WITA 09.41-14.30 WITA 4 Unit 6 Km Pembakaran sampah Alang-alang dan gardu listrik Jalan macet 37,000,000 Tidak ada2 Oktober 2014 Jl. Teporombua, BTN Grand Andika, Kec. Baruga 10.05 WITA Masyarakat 10.56 WITA 10.25 WITA 10.25-11.50 WITA 2 Unit 12 Km Puntung rokok Alang-alang Asap 0 Tidak ada2 Oktober 2014 Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua 16.10 WITA Masyarakat 16.12 WITA 16.13 WITA 16.13-16.30 WITA 3 Unit 4 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada3 Oktober 2014 BTN Azatata, Kel. Mokoau, Kec. Kambu 15.57 WITA Masyarakat 15.58 WITA 16.06 WITA 16.06-16.40 WITA 3 Unit 6 Km Puntung rokok Alang-alang Armada tidak memadai 0 Tidak ada7 Oktober 2014 Jl. R. Suprapto, Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 23.02 WITA Masyarakat 23.23 WITA 23.10 WITA 23.10-23.50 WITA 3 Unit 4 Km Arus pendek listrik Kios Tidak ada 15,000,000 Tidak ada8 Oktober 2014 RS Pelita Ibu Poasia, Kec. Poasia 15.30 WITA Masyarakat 15.32 WITA 15.47 WITA 15.47-16.25 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Asap 0 Tidak ada9 Oktober 2014 Kel. Wundudopi, Kec. Baruga 13.40 WITA Masyarakat 13.42 WITA 13.55 WITA 13.55-14.20 WITA 3 Unit 10 Km Tidak diketahui Ban mobil untuk meubel Tidak ada 2,000,000 Tidak ada9 Oktober 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga 14.35 WITA Masyarakat 14.37 WITA 14.58 WITA 14.58-15.05 WITA 3 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Armada tidak memadai 0 Tidak ada11 Oktober 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga 14.10 WITA Masyarakat 14.12 WITA 14.27 WITA 14.27-15.30 WITA 1 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Asap 0 Tidak ada12 Oktober 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga 12.50 WITA Masyarakat 12.52 WITA 13.15 WITA 13.15-13.45 WITA 2 Unit 15 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada12 Oktober 2014 Jl. Malik Raya 2, Kec. Mandonga 02.20 WITA Masyarakat 02.21 WITA 02.28 WITA 02.28-03.56 WITA 4 Unit 6 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada14 Oktober 2014 BTN Griya Asri, Kec. Puwatu 18.40 WITA Masyarakat 18.41 WITA 18.55 WITA 18.55-19.24 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 Oktober 2014 Kel. Tobuuha, Kec. Puwatu 11.01 WITA Masyarakat 11.12 WITA 11.06 WITA 11.06-11.46 WITA 1 Unit 3 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada17 Oktober 2014 Jl. Balai Kota 1, Kel. Pondambea, Kec. Kadia 18.15 WITA Masyarakat 18.16 WITA 18.19 WITA 18.19-19.45 WITA 3 Unit 2 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 20,000,000 Tidak ada

KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA KENDARI, TAHUN 2014

Page 247: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

Waktu Tempat kejadian Jam informasi diterima Sumber informasi Jam berangkat ke lokasi Tiba di lokasi Lama pemadaman Jumlah armada Jarak ke lokasi kebakaran Penyebab Jenis kebakaran Hambatan pemadaman Kerugian Material Korban jiwa17 Oktober 2014 Jl. Pasaeno Nisma MAN Aliyah, Kec. Kadia 19.35 WITA Masyarakat 19.36 WITA 19.40 WITA 19.40-20.56 WITA 3 Unit 2 Km Pembakaran sampah Sampah/Dolken Tidak ada 0 Tidak ada19 Oktober 2014 Jl. Tunggala Dalam, Kec. Wua-Wua 11.17 WITA Masyarakat 11.18 WITA 11.28 WITA 11.28-12.20 WITA 2 Unit 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada20 Oktober 2014 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 10.35 WITA Masyarakat 10.36 WITA 10.45 WITA 10.45-11.25 WITA 2 Unit 5 Km Kompor meledak Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada23 Oktober 2014 Jl. Lumba-Lumba, Kec. Kambu 12.20 WITA Masyarakat 12.22 WITA 12.30 WITA 12.30-13.30 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada24 Oktober 2014 Kel. Pondambea, Kec. Kadia 11.20 WITA Masyarakat 11.21 WITA 11.23 WITA 11.23-12.35 WITA 3 Unit 0.5 Km Pembakaran sampah Rumah tinggal Jalan sempit 40,000,000 Tidak ada26 Oktober 2014 BTN PNS Baruga, Kec. Baruga 10.30 WITA Masyarakat 10.32 WITA 10.50 WITA 10.50-11.56 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Rumah tinggal dan alang-alang Tidak ada 50,000,000 Tidak ada26 Oktober 2014 Kompleks Pasar Baruga, Kec. Baruga 10.40 WITA Masyarakat 10.41 WITA 11.00 WITA 11.00-12.15 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada26 Oktober 2014 Jl. DI. Panjaitan, No. 1, Rumdis Hakim Pengadilan Tinggi, Kec. Wua-Wua 12.40 WITA Masyarakat 12.42 WITA 12.55 WITA 12.55-13.50 WITA 4 Unit 5 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 150,000,000 Tidak ada26 Oktober 2014 BTN Kendari Permai, Kec. Kambu 14.20 WITA Masyarakat 14.21 WITA 14.30 WITA 14.30-15.23 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran sampah Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada26 Oktober 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga 15.05 WITA Masyarakat 15.56 WITA 15.25 WITA 15.25-16.15 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada27 Oktober 2014 BTN Magaga dan Latjinta, Kel. Baruga, Kec. Baruga 23.13 WITA Polisi 23.15 WITA 23.31 WITA 23.31-00.30 WITA 3 Unit 8 Km Pembakaran lahan Lahan gambut Jalan rusak 0 Tidak ada28 Oktober 2014 BTN Magaga dan Latjinta, Kel. Baruga, Kec. Baruga 09.10 WITA Polisi 09.12 WITA 09.28 WITA 09.28-16.10 WITA 3 Unit 8 Km Pembakaran lahan Lahan gambut Jalan rusak 0 Tidak ada28 Oktober 2014 Jl. Made Sabara 3, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 00.01 WITA Masyarakat 00.13 WITA 00.07 WITA 00.07-00.45 WITA 2 Unit 2 Km Puntung rokok Bangsal kayu Tidak ada 120,000,000 Tidak ada30 Oktober 2014 Jl. Bahagia, Lrg. Taridala, Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua 15.15 WITA Masyarakat 15.16 WITA 15.20 WITA 15.20-16.30 WITA 4 Unit 4 Km Minyak meluap Pabrik kerupuk Jalan sempit 300,000,000 Tidak ada31 Oktober 2014 Jl. Haluoleo Mokodompit, Kec. Kambu 01.20 WITA Masyarakat 01.22 WITA 01.29 WITA 01.29-03.30 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada1 Nopember 2014 Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 10.09 WITA Masyarakat 10.11 WITA 10.17 WITA 10.29-11.20 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada1 Nopember 2014 BTN Batu Marupa, Kec. Poasia 16.55 WITA Masyarakat 16.58 WITA 17.05 WITA 17.05-18.55 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Asap 0 Tidak ada2 Nopember 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga 12.22 WITA Masyarakat 12.23 WITA 12.35 WITA 12.35-13.25 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada2 Nopember 2014 Jl. Mekar Damai, Kel. Kadia, Kec. Kadia 12.40 WITA Masyarakat 12.41 WITA 12.45 WITA 12.45-14.30 WITA 3 Unit 2 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada2 Nopember 2014 Kel. Wundudopi, Kec. Baruga 16.35 WITA Masyarakat 16.37 WITA 16.50 WITA 16.50-18.10 WITA 2 Unit 8 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada akses jalan 0 Tidak ada3 Nopember 2014 Jl. MT. Haryono, Kec. Wua-Wua 07.57 WITA Masyarakat 07.59 WITA 08.05 WITA 08.05-08.35 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada3 Nopember 2014 Jl. Jati Mekar, Gunung Jati, Kec. Kendari 20.15 WITA Masyarakat 20.18 WITA 20.35 WITA 20.35-22.45 WITA 6 Unit 12 Km Api lilin Rumah tinggal Jalan sempit dan menanjak 300,000,000 Tidak ada3 Nopember 2014 Jl. RS. Bantera Mas, Lepo-Lepo, Kec. Baruga 21.15 WITA Masyarakat 21.18 WITA 21.35 WITA 21.35-23.12 WITA 2 Unit 8 Km Puntung rokok Tumpukan kayu Tumpukan kayu 20,000,000 Tidak ada4 Nopember 2014 Jl. Made Sabara, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 11.15 WITA Masyarakat 11.17 WITA 11.23 WITA 11.23-01.00 WITA 2 Unit 2 Km Pembakaran sampah Alang-alang dan sampah Asap 0 Tidak ada5 Nopember 2014 Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua 16.10 WITA Masyarakat 16.13 WITA 16.18 WITA 16.18-17.05 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada5 Nopember 2014 Kel. Lahundape, Kec. Kendari Barat 17.03 WITA Masyarakat 17.36 WITA 17.09 WITA 17.09-17.58 WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada7 Nopember 2014 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 12.30 WITA Masyarakat 12.32 WITA 12.40 WITA 12.40-13.00 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 Nopember 2014 Jl. DI. Panjaitan, Lepo-Lepo, Kec. Baruga 23.15 WITA Masyarakat 23.17 WITA 23.30 WITA 23.30-24.00 WITA 2 Unit 8 Km Arus pendek listrik Kios dan bengkel Tidak ada 100,000,000 Tidak ada16 Nopember 2014 Jl. BTN Beringin/BTN Baruga Nusantara, Kec. Baruga 11.45 WITA Masyarakat 11.47 WITA 11.59 WITA 11.59-24.05 WITA 6 Unit 11 Km Pembakaran sampah Aspal curah Asap 5,000,000,000 Tidak ada24 Nopember 2014 Jl. Jambu Putih, Kel. Mata Bubu, Kec. Poasia 14.30 WITA Masyarakat 14.32 WITA 14.50 WITA 14.50-16.00 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran sampah Lahan sagu Tidak ada 30,000,000 Tidak ada24 Nopember 2014 Jl. Sam Ratulangi, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 11.48 WITA Masyarakat 11.50 WITA 11.55 WITA 11.55-12.45 WITA 3 Unit 7 Km Tabung gas Rumah tinggal Jalan macet 50,000,000 Tidak ada26 Nopember 2014 Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 18.40 WITA Masyarakat 18.42 WITA 18.47 WITA 18.48-19.15 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Kebun Tidak ada Tidak ada data 2 Orang26 Nopember 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga 12.14 WITA Masyarakat 12.16 WITA 12.59 WITA 12.59-15.00 WITA 2 Unit 16 Km Pembakaran sampah Alang-alang Jalan rusak 0 Tidak ada5 Desember 2014 Jl. RS. Jiwa, Kec. Mandonga 03.17 WITA Masyarakat 03.19 WITA 03.15 WITA 03.15-04.00 WITA 4 Unit 3 Km Pembakaran sampah Base Camp pekerja Tidak ada 30,000,000 Tidak ada7 Desember 2014 Jl. Tebaununggu, Kel. Korumba, Kec. Mandonga 01.45 WITA Masyarakat 01.47 WITA 01.50 WITA 01.50-02.07 WITA 3 Unit 2 Km Arus pendek listrik Kios Tidak ada 25,000,000 Tidak ada8 Desember 2014 Kel. Watubangga, Kec. Baruga 14.00 WITA Masyarakat 14.02 WITA 14.12 WITA 14.12-15.15 WITA 2 Unit 15 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 15,000,000 Tidak ada10 Desember 2014 Polda Sultra, Nanga-Nanga, Kec. Kambu 12.50 WITA Masyarakat 12.52 WITA 13.00 WITA 13.00-13.50 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak adaSumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016

Page 248: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

LAMPIRAN 4

Waktu Tempat kejadian Jam informasi diterima Sumber informasi Jam berangkat ke lokasi Tiba di lokasi Lama pemadaman Jumlah armada Jarak ke lokasi kebakaran Penyebab Jenis kebakaran Kendala pemadaman Kerugian Material Korban jiwa3 Januari 2015 BTN Mahkota Hijau II Poasia, Kec. Poasia 10.42 WITA Masyarakat 10.51 WITA 10.58 WITA 10.58-11.20 WITA 2 Unit 7 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 5,000,000 Tidak ada11 Januari 2015 Jl. Taman Suropati, Kec. Mandonga 20.15 WITA Masyarakat 20.17 WITA 20.21 WITA 20.21-10.35 WITA 3 Unit 3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada14 Januari 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 13.46 WITA Masyarakat 13.47 WITA 13.55 WITA 13.55-14.10 WITA 4 Unit 15 Km Arus pendek listrik Rumah sakit Tidak ada 15,000,000 Tidak ada18 Januari 2015 Kel. Bonggoeya, Kec. Kadia 01.05 WITA Masyarakat 01.06 WITA 01.15 WITA 01.16-04.11 WITA 6 Unit 5 Km Arus pendek listrik Pasar Panjang Kendari Jalan sempit 1,000,000,000 Tidak ada28 Januari 2015 Jl. A. Yani, Lrg. Makmur, Kec. Wua-Wua 15.20 WITA Masyarakat 15.22 WITA 15.35 WITA 15.35-15.45 WITA 6 Unit 10 Km Korsleting listrik Tabung las Bahaya arus listrik 5,000,000 Tidak ada15 Februari 2015 BTN Harapan Indah, Kec. Poasia 11.22 WITA Masyarakat 11.27 WITA 11.37 WITA 11.37-12.15 WITA 2 Unit 5 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit 50,000,000 Tidak ada17 Februari 2015 BTN Bank BRI, Kec. Baruga 14.55 WITA Masyarakat 14.57 WITA 15.20 WITA 15.20-16.40 WITA 4 Unit 8 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada26 Februari 2015 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 12.05 WITA Masyarakat 12.07 WITA 12.15 WITA 12.15-13.40 WITA 5 Unit 11 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan macet 365,000,000 Tidak ada5 Maret 2015 PLTD, Kec. Abeli 00.02 WITA Masyarakat 00.03 WITA 00.18 WITA 00.18-04.45 WITA 4 Unit 8 Km Kebocoran pipa bahan bakar Mesin pembangkit listrik Tidak ada 30,000,000,000 Tidak ada12 Maret 2015 Kel. Anggoeya, Kec. Poasia 13.20 WITA Masyarakat 13.21 WITA 13.35 WITA 13.35-14.02 WITA 5 Unit 10 Km Arus pendek listrik Gudang Jalan sempit 30,000,000 Tidak ada14 Maret 2015 Jl. Kolopua, Kel. Kandai, Kec. Kendari Barat 12.00 WITA Masyarakat 12.02 WITA 12.15 WITA 12.15-13.05 WITA 5 Unit 5 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 Tidak ada24 Maret 2015 Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 14.36 WITA Masyarakat 14.37 WITA 14.50 WITA 14.50-15.23 WITA 5 Unit 10 Km Tungku masak Rumah tinggal Tidak ada 600,000,000 Tidak ada25 Maret 2015 Jl. Konggoasa, Kel. Dapu-dapura, Kec. Kendari 19.31 WITA Masyarakat 19.33 WITA 19.41 WITA 19.41-22.20 WITA 5 Unit 15 Km Arus pendek listrik Rumah toko Jalan macet 200,000,000 Tidak ada1 April 2015 Jl. R. Soeprapto, No. 3, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 10.23 WITA Masyarakat 10.25 WITA 10.34 WITA 10.34-11.05 WITA 4 Unit 3 Km Korsleting listrik Bengkel Jalan sempit 250,000,000 Tidak ada25 April 2015 Jl. Syeikh Yusuf, Kec. Mandonga 15.20 WITA Masyarakat 15.22 WITA 15.25 WITA 15.25-16.00 WITA 2 Unit 2 Km Korsleting listrik Meteran listrik Tidak ada 10,000,000 Tidak ada26 April 2015 Jl. Konggoasa, Kel. Dapu-dapura, Kec. Kendari 10.41 WITA Masyarakat 10.42 WITA 10.57 WITA 10.57-13.30 WITA 6 Unit 15 Km Korsleting listrik Bangunan perusahaan Tidak ada 100,000,000,000 Tidak ada27 April 2015 Jl. Bunggasi, Kec. Poasia 22.38 WITA Masyarakat 22.39 WITA 22.54 WITA 22.54-23.50 WITA 4 Unit 7 Km Arus pendek listrik Rumah toko Tidak ada 20,000,000 Tidak ada11 Mei 2015 Jl. Balai Kota 3, Kel. Pondambea, Kec. Kadia 19.14 WITA Masyarakat 19.16 WITA 19.18 WITA 19.18-19.40 WITA 4 Unit 0.3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit 15,000,000 Tidak ada18 Mei 2015 Jl. Laode Hadi, Lrg. Sungai Wanggu, Kec. Kadia 19.30 WITA Masyarakat 19.32 WITA 19.37 WITA 19.37-19.58 WITA 4 Unit 5 Km Korsleting listrik Meteran listrik Jalan sempit 6,000,000 Tidak ada19 Mei 2015 BTN Puri Saranani, Kec. Baruga 10.30 WITA Masyarakat 10.32 WITA 10.50 WITA 10.50-11.30 WITA 3 Unit 6 Km Korsleting listrik Base Camp pekerja Tidak ada 25,000,000 Tidak ada30 Mei 2015 Jl. Pattimura, Lrg. Pribadi, Kec. Puwatu 13.05 WITA Masyarakat 13.35 WITA 13.44 WITA 13.44-14.07 WITA 5 Unit 4 Km Tungku masak Rumah tinggal Jalan sempit 30,000,000 Tidak ada30 Mei 2015 Jl. Anawai, Kec. Wua-Wua 18.50 WITA Masyarakat 19.36 WITA 19.43 WITA 19.43-21.26 WITA 5 Unit 7 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit dan rusak 1,000,000,000 Tidak ada11 Juni 2015 Jl. Kapt. Pierre Tendean, Kec. Baruga 20.30 WITA Masyarakat 20.45 WITA 20.55 WITA 20.55-21.26 WITA 3 Unit 9 Km Arus pendek listrik Rumah sekolah Jalan licin dan rusak 3,000,000 Tidak ada14 Juni 2015 Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 01.20 WITA Masyarakat 01.30 WITA 01.37 WITA 01.37-02.03 WITA 3 Unit 14 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada2 Juli 2015 Jl. Budi Utomo, Kec. Wua-Wua 12.00 WITA Masyarakat 12.02 WITA 12.04 WITA 12.04-12.35 WITA 2 Unit 3 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada3 Juli 2015 Jl. Badak, Kec. Poasia 10.30 WITA Masyarakat 10.32 WITA 10.45 WITA 10.45-11.30 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada3 Juli 2015 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 16.05 WITA Masyarakat 16.07 WITA 16.25 WITA 16.25-16.55 WITA 2 Unit 11 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada5 Juli 2015 Jl. KH. Agussalim, Kel. Kandai, Kec. Kendari 08.45 WITA Masyarakat 08.47 WITA 08.56 WITA 08.56-11.12 WITA 3 Unit 10 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Berada di daerah ketinggian 400,000,000 Tidak ada5 Juli 2015 Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 03.12 WITA Masyarakat 03.14 WITA 03.20 WITA 03.20-03.55 WITA 3 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada7 Juli 2015 Kel. Puwatu, Kec. Puwatu 20.40 WITA Masyarakat 20.42 WITA 20.52 WITA 20.52-21.16 WITA 3 Unit 11 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Ada perbaikan jalan 65,000,000 Tidak ada9 Juli 2015 Jl. Matahari, Kec. Kendari Barat 11.40 WITA Masyarakat 11.42 WITA 11.52 WITA 11.52-14.38 WITA 3 Unit 6 Km Kembang api Rumah tinggal Tidak ada 500,000,000 Tidak ada9 Juli 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 22.11 WITA Masyarakat 22.13 WITA 22.27 WITA 22.27-23.12 WITA 2 Unit 11 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada9 Juli 2015 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua 15.30 WITA Masyarakat 15.32 WITA 15.37 WITA 15.37-16.20 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada9 Juli 2015 Jl. Nipa Raya I, No. 3, Kec. Kambu 03.09 WITA Masyarakat 03.11 WITA 03.17 WITA 03.37-04.15 WITA 3 Unit 6 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 70,000,000 Tidak ada13 Juli 2015 Kel. Bende, Kec. Kadia 22.10 WITA Masyarakat 22.12 WITA 22.15 WITA 22.15-22.35 WITA 2 Unit 3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 10,000,000 Tidak ada14 Juli 2015 BTN Teporombua, Kec. Baruga 12.47 WITA Masyarakat 12.48 WITA 13.03 WITA 13.03-15.22 WITA 2 Unit 13 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada17 Juli 2015 Pasar Korem Mandonga, Kec. Mandonga 03.00 WITA Masyarakat 03.01 WITA 03.03 WITA 03.03-11.00 WITA 4 Unit 1 Km Tidak diketahui Pasar Korem Kendari Tidak ada 2,000,000,000 Tidak ada21 Juli 2015 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua 13.05 WITA Masyarakat 13.07 WITA 13.21 WITA 13.21-13.56 WITA 2 Unit 3 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada24 Juli 2015 Jl. R. Soeprapto, No. 3, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 18.10 WITA Masyarakat 18.11 WITA 18.15 WITA 18.15-18.55 WITA 2 Unit 2 Km Tidak diketahui Mobil Tidak ada 120,000,000 Tidak ada25 Juli 2015 Jl. Mayjen Sutoyo, Kec. Kendari 23.25 WITA Masyarakat 23.26 WITA 23.41 WITA 23.41-00.52 WITA 4 Unit 7 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 500,000,000 Tidak ada25 Juli 2015 P2ID, Kec. Kadia 11.35 WITA Masyarakat 11.36 WITA 11.40 WITA 11.40-13.20 WITA 2 Unit 3 Km Tidak diketahui Tumpukan kayu Tidak ada Tidak ada data Tidak ada26 Juli 2015 Villa Ibis Pratama, Kec. Puwatu 17.22 WITA Masyarakat 17.23 WITA 17.27 WITA 17.27-18.00 WITA 4 Unit 2 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada26 Juli 2015 BTN Graha Asri, Kec. Puwatu 02.03 WITA Masyarakat 02.04 WITA 02.09 WITA 02.09-02.30 WITA 3 Unit 6 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada28 Juli 2015 Jl. Khairil Anwar, Kec. Wua-Wua 03.05 WITA Masyarakat 03.06 WITA 03.08 WITA 03.08-04.15 WITA 4 Unit 3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 60,000,000 Tidak ada3 Agustus 2015 Lrg. Banda, Kec. Puwatu 13.20 WITA Masyarakat 13.21 WITA 13.35 WITA 13.35-14.15 WITA 2 Unit 7 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada5 Agustus 2015 Jl. Haluoleo, Kel. Mokoau, Kec. Kambu 19.10 WITA Masyarakat 19.11 WITA 19.19 WITA 19.19-19.58 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada7 Agustus 2015 Jl. Manggadua, Kel. Manggadua, Kec. Kendari 00.31 WITA Masyarakat 00.43 WITA 01.50 WITA 01.50-01.40 WITA 3 Unit 15 Km Tidak diketahui Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada12 Agustus 2015 Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 10.30 WITA Masyarakat 11.01 WITA 11.10 WITA 11.10-11.30 WITA 3 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada17 Agustus 2015 Jl. Buburanda, Kel. Korumba, Kec. Mandonga 10.10 WITA Masyarakat 10.15 WITA 10.20 WITA 10.20-11.00 WITA 3 Unit 3 Km Pembakaran sampah Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada21 Agustus 2015 Jl. Sao-Sao, Kec. Kadia 01.15 WITA Masyarakat 01.20 WITA 01.25 WITA 01.25-02.00 WITA 3 Unit 2 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 20,000,000 Tidak ada21 Agustus 2015 Jl. Anawai, Kel. Anawai, Kec. Wua-Wua 02.30 WITA Masyarakat 02.32 WITA 02.40 WITA 02.40-03.58 WITA 3 Unit 4 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada24 Agustus 2015 Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua 12.15 WITA Masyarakat 12.17 WITA 12.20 WITA 12.20-13.14 WITA 4 Unit 2 Km Pembakaran lahan Tidak ada data Tidak ada 0 Tidak ada25 Agustus 2015 Jl. Imam Bonjol, Kel. Labibia, Kec. Mandonga 13.05 WITA Masyarakat 13.28 WITA 13.42 WITA 13.42-15.54 WITA 5 Unit 7 Km Arus pendek listrik Kantor pemerintah Tidak ada 100,000,000 Tidak ada29 Agustus 2015 Jl. Antero Hamra, No. 2, Kec. Kadia 13.30 WITA Masyarakat 13.35 WITA 13.40 WITA 13.40-14.00 WITA 2 Unit 3 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada29 Agustus 2015 Jl. By Pass, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 16.30 WITA Masyarakat 16.36 WITA 16.40 WITA 16.40-17.30 WITA 2 Unit 2 Km Arus pendek listrik Base Camp pekerja Tidak ada Tidak ada data Tidak ada31 Agustus 2015 Jl. Ir. Sukarno, Kel. Kampung Salo, Kec. Kendari 18.20 WITA Masyarakat 18.27 WITA 18.45 WITA 18.45-19.40 WITA 2 Unit 15 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada2 September 2015 Kel. Watu-Watu, Kec. Kendari Barat 07.30 WITA Masyarakat 07.34 WITA 07.42 WITA 07.42-07.55 WITA 2 Unit 3 Km Korsleting listrik Mobil Tidak ada 200,000,000 Tidak ada5 September 2015 Kel. Mekar Baru, Kec. Kadia 15.30 WITA Masyarakat 15.40 WITA 15.45 WITA 15.45-15.50 WITA 3 Unit 1 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada6 September 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 10.45 WITA Masyarakat 10.50 WITA 11.05 WITA 11.05-11.35 WITA 2 Unit 16 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada6 September 2015 Jl. Paidai, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 15.00 WITA Masyarakat 16.12 WITA 16.14 WITA 16.14-18.34 WITA 5 Unit 2 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 215,000,000 Tidak ada7 September 2015 BTN Punggolaka Permai, Kec. Puwatu 12.00 WITA Masyarakat 12.05 WITA 12.15 WITA 12.15-12.45 WITA 3 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada7 September 2015 Jl. Mataoleo, BTN Matabubu, Kec. Abeli 15.00 WITA Masyarakat 15.25 WITA 15.35 WITA 15.35-16.15 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada7 September 2015 Jl. Samping LPMP, Kec. Baruga 17.56 WITA Masyarakat 18.00 WITA 18.15 WITA 18.15-18.45 WITA 3 Unit 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada7 September 2015 Jl. Laode Hadi, Kel. Bende, Kec. Kadia 19.45 WITA Masyarakat 20.00 WITA 20.15 WITA 20.15-21.00 WITA 2 Unit 1.5 Km Pembakaran sampah Sampah sawmill Tidak ada 0 Tidak ada8 September 2015 Jl. Laode Hadi, Kel. Bende, Kec. Kadia 00.55 WITA Masyarakat 01.45 WITA 02.10 WITA 02.10-02.45 WITA 2 Unit 1.5 Km Pembakaran sampah Sampah sawmill Tidak ada 0 Tidak ada8 September 2015 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 12.10 WITA Masyarakat 12.15 WITA 12.30 WITA 12.30-13.00 WITA 2 Unit 15 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada8 September 2015 Jl. Kel. Bonggoeya, Kec. Kadia 15.20 WITA Masyarakat 15.25 WITA 15.35 WITA 15.35-16.40 WITA 3 Unit 2 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada13 September 2015 Jl. Kel. Baruga, Kec. Baruga 13.15 WITA Masyarakat 13.25 WITA 13.40 WITA 13.40-14.20 WITA 2 Unit 9 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 September 2015 Jl. Sao-Sao, Kec. Kadia 11.15 WITA Masyarakat 11.30 WITA 11.35 WITA 11.35-13.20 WITA 2 Unit 2 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 September 2015 Jl. Pekuburan Punggolaka, Kec. Puwatu 12.02 WITA Masyarakat 13.06 WITA 13.13 WITA 13.13-16.45 WITA 3 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada16 September 2015 Jl. Malaka, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 10.25 WITA Masyarakat 10.30 WITA 10.35 WITA 10.35-13.20 WITA 3 Unit 3 Km Pembakaran sampah Mobil Asap 500,000,000 Tidak ada17 September 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 10.12 WITA Masyarakat 10.16 WITA 10.30 WITA 10.30-12.16 WITA 2 Unit 10 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada19 September 2015 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 14.05 WITA Masyarakat 14.10 WITA 14.25 WITA 14.25-15.20 WITA 2 Unit 8 Km Pembakaran lahan Alang-alang Asap 0 Tidak ada19 September 2015 Jl. Balai Kota 3, Kel. Pondambea, Kec. Kadia 22.45 WITA Masyarakat 22.46 WITA 22.47 WITA 22.47-23.00 WITA 2 Unit 20 Km Kebocoran selang regulator Tabung gas Tidak ada 500,000 Tidak ada

KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA KENDARI, TAHUN 2015

Page 249: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

Waktu Tempat kejadian Jam informasi diterima Sumber informasi Jam berangkat ke lokasi Tiba di lokasi Lama pemadaman Jumlah armada Jarak ke lokasi kebakaran Penyebab Jenis kebakaran Kendala pemadaman Kerugian Material Korban jiwa20 September 2015 Kel. Kambu, Kec. Kambu 11.15 WITA Masyarakat 11.20 WITA 11.25 WITA 11.25-12.10 WITA 2 Unit 7 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada20 September 2015 Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 14.20 WITA Masyarakat 14.25 WITA 14.35 WITA 14.35-15.06 WITA 2 Unit 2 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada21 September 2015 Jl. Mekar, Lrg. SCTV, Kec. Kadia 07.22 WITA Masyarakat 07.23 WITA 07.26 WITA 07.26-07.40 WITA 2 Unit 1 Km Tidak diketahui Gardu PLN Tidak ada Tidak ada data Tidak ada21 September 2015 P2ID, Kec. Kadia 14.54 WITA Masyarakat 15.14 WITA 15.17 WITA 15.17-16.23 WITA 4 Unit 2.5 Km Pembakaran sampah Rumah sekolah Tidak ada 30,000,000 Tidak ada22 September 2015 Lrg. Bangau, Kel. Anduonohu, Kec. Baruga 13.15 WITA Masyarakat 13.20 WITA 13.30 WITA 13.30-15.40 WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Asap dan jalan rusak 0 Tidak ada22 September 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 16.10 WITA Masyarakat 16.15 WITA 16.25 WITA 16.25-16.58 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada23 September 2015 Lrg. Pertanian, Kec. Kadia 16.21 WITA Masyarakat 16.22 WITA 16.23 WITA 16.23-17.00 WITA 4 Unit 1 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 Tidak ada23 September 2015 Kel. Korumba, Kec. Mandonga 11.31 WITA Masyarakat 11.32 WITA 11.33 WITA 11.33-12.00 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada25 September 2015 Lrg. Gembol, Kec. Kambu 11.21 WITA Masyarakat 11.23 WITA 11.35 WITA 11.35-11.55 WITA 4 Unit 3 Km Tungku masak Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada26 September 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 12.05 WITA Masyarakat 12.06 WITA 12.15 WITA 12.15-13.30 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada27 September 2015 Jl. Khairil Anwar, BTN Citra Regency, Kec. Wua-Wua 14.00 WITA Masyarakat 14.01 WITA 14.04 WITA 14.04-15.49 WITA 4 Unit 2.5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada28 September 2015 Jl. Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 08.55 WITA Masyarakat 08.56 WITA 09.00 WITA 09.00-09.30 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Sampah sawmill Tidak ada 0 Tidak ada28 September 2015 Jl. Lawata, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 15.00 WITA Masyarakat 15.01 WITA 15.04 WITA 15.04-15. WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran sampah Semak belukar Tidak ada 0 Tidak ada28 September 2015 BTN Rezky 3 Anggoeya, Kec. Abeli 16.45 WITA Masyarakat 16.46 WITA 16.53 WITA 16.53-17.20 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Kebun Jalan sempit Tidak ada data Tidak ada8 Oktober 2015 BTN Pepabri, Kec. Wua-Wua 12.30 WITA Masyarakat 12.31 WITA 12.40 WITA 12.40-12.55 WITA 2 Unit 8 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada8 Oktober 2015 Kompleks Lap. Gol, Kel. Watubangga, Kec. Baruga 12.50 WITA Masyarakat 12.51 WITA 12.00 WITA 12.00-16.20 WITA 5 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada11 Oktober 2015 Jl. Boulevard, Kel. Lepo-Lepo, Kec. Baruga 15.05 WITA Masyarakat 15.06 WITA 15.16 WITA 15.16-16.20 WITA 3 Unit 8 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada Tidak ada data Tidak ada11 Oktober 2015 Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 19.10 WITA Masyarakat 19.11 WITA 19.20 WITA 19.20-20.00 WITA 2 Unit 5 Km Puntung rokok Kebun Tidak ada Tidak ada data Tidak ada12 Oktober 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 07.15 WITA Masyarakat 07.16 WITA 07.25 WITA 07.25-08.00 WITA 2 Unit 3 Km Korsleting listrik Mobil Tidak ada Tidak ada data Tidak ada12 Oktober 2015 Jl. Pattimura, Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 10.15 WITA Masyarakat 10.16 WITA 10.02 WITA 10.02-10.41 WITA 2 Unit 3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit Tidak ada data Tidak ada12 Oktober 2015 Jl. Banda, Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 14.52 WITA Masyarakat 14.53 WITA 14.58 WITA 14.58-17.33 WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada12 Oktober 2015 Jl. HEA Mokodompit, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu 14.28 WITA Masyarakat 14.29 WITA 14.40 WITA 14.40-18.05 WITA 3 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada13 Oktober 2015 Kec. Poasia 12.15 WITA Masyarakat 12.20 WITA 12.40 WITA 12.40-12.45 WITA 2 Unit 8 Km Pembakaran sampah Alang-alang Asap dan jalan sempit 0 Tidak ada13 Oktober 2015 Jl. BTN Bonggoeya Permai, Kec. Wua-Wua 12.30 WITA Masyarakat 12.35 WITA 12.45 WITA 12.45-12.50 WITA 2 Unit 6 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada13 Oktober 2015 Jl. Fakultas Teknik, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu 13.00 WITA Masyarakat 13.30 WITA 13.40 WITA 13.40-13.45 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 Oktober 2015 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 13.23 WITA Masyarakat 13.24 WITA 13.30 WITA 13.30-15.02 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 Oktober 2015 BTN Kendari Permai, Kec. Kambu 12.30 WITA Masyarakat 12.40 WITA 12.55 WITA 12.55-16.00 WITA 2 Unit 5 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 Oktober 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 12.30 WITA Masyarakat 12.45 WITA 13.00 WITA 13.00-16.00 WITA 2 Unit 8 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 Oktober 2015 Jl. Mekar Damai, Kec. Kadia 12.30 WITA Masyarakat 12.50 WITA 12.55 WITA 12.55-16.00 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 Oktober 2015 BTN Silva Mas, Kel. Kambu, Kec. Kambu 12.20 WITA Masyarakat 12.21 WITA 12.40 WITA 12.40-14.00 WITA 2 Unit 8 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada19 Oktober 2015 Jl. Sultan Qaimudin, No. 17, STAIN, Kec. Baruga 14.20 WITA Masyarakat 14.21 WITA 14.35 WITA 14.35-16.00 WITA 4 Unit 13 Km Arus pendek listrik Kampus Tidak ada 1,000,000,000 Tidak ada19 Oktober 2015 Fakultas Pertanian, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu 16.20 WITA Masyarakat 16.21 WITA 16.35 WITA 16.35-17.40 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Asap dan jalan sempit 0 Tidak ada19 Oktober 2015 Fakultas Pertanian, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Masyarakat 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada19 Oktober 2015 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Kambu 19.20 WITA Masyarakat 19.21 WITA 19.30 WITA 19.30-20.30 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada19 Oktober 2015 Lrg. Pelangi, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu 23.40 WITA Masyarakat 23.41 WITA 23.45 WITA 23.45-01.00 WITA 2 Unit 7 Km Korsleting listrik Kios Asap dan jalan sempit 100,000,000 Tidak ada25 Oktober 2015 Jl. Brigjen M. Yunus, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 13.00 WITA Masyarakat 13.05 WITA 13.10 WITA 13.10-13.55 WITA 2 Unit 2 Km Serpihan las listrik Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada25 Oktober 2015 SDN 7 Baruga, Kec. Baruga 16.15 WITA Masyarakat 16.20 WITA 16.30 WITA 16.30-17.20 WITA 2 Unit 7 Km Arus pendek listrik Rumah sekolah Tidak ada Tidak ada data Tidak ada30 Oktober 2015 Jl. Mata Air 3, Kel. Kambu, Kec. Kambu 00.30 WITA Masyarakat 00.31 WITA 00.37 WITA 00.37-01.00 WITA 2 Unit 3 Km Obat nyamuk bakar Rumah tinggal Tidak ada Tidak ada data Tidak ada31 Oktober 2015 BTN PNS Prov. Sultra, Nanga-Nanga, Kec. Poasia 13.05 WITA Masyarakat 13.15 WITA 13.25 WITA 13.25-13.50 WITA 2 Unit 8 Km Pembakaran lahan Alang-alang Jalan sempit 500,000,000 Tidak ada31 Oktober 2015 Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 14.20 WITA Masyarakat 14.22 WITA 14.35 WITA 14.35-15.20 WITA 2 Unit 6 Km Pembakaran sampah Alang-alang Jalan rusak 0 Tidak ada1 Nopember 2015 Jl. Saranani, Kel. Korumba, Kec. Wua-Wua 16.10 WITA Masyarakat 16.20 WITA 16.23 WITA 16.23-17.26 WITA 3 Unit 1 Km Arus pendek listrik Rumah Toko Tidak ada Tidak ada data Tidak ada2 Nopember 2015 Jl. Cempaka Putih, Kec. Wua-Wua 12.25 WITA Masyarakat 12.30 WITA 12.35 WITA 12.35-15.00 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada2 Nopember 2015 BTN PNS, Kel. Watubangga, Kec. Baruga 13.55 WITA Masyarakat 14.00 WITA 14.10 WITA 14.10-17.00 WITA 3 Unit 6 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada3 Nopember 2015 Jl. Cendana dan Lrg. Ambon, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 13.55 WITA Masyarakat 14.00 WITA 14.15 WITA 14.15-14.40 WITA 3 Unit 6 Km Pembakaran lahan Lahan gambut Tidak ada akses jalan 0 Tidak ada4 Nopember 2015 Kel. Kambu, Kec. Kambu 12.05 WITA Masyarakat 12.20 WITA 12.21 WITA 12.21-13.50 WITA 2 Unit 6 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada4 Nopember 2015 Jl. Kelapa, No. 14, kel. Anduonohu, Kec. Poasia 15.00 WITA Masyarakat 15.10 WITA 15.17 WITA 15.17-15.28 WITA 3 Unit 4 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 80,000,000 Tidak ada4 Nopember 2015 Jl. HEA Mokodompit, Kel. Kambu, Kec. Kambu 15.15 WITA Masyarakat 15.17 WITA 15.25 WITA 15.25-17.06 WITA 3 Unit 2 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada5 Nopember 2015 Kel. Kambu, Kec. Kambu 12.00 WITA Masyarakat 12.10 WITA 12.20 WITA 12.20-14.00 WITA 2 Unit 6 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada6 Nopember 2015 Jl. Cendana dan Lrg. Ambon, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 10.00 WITA Masyarakat 10.15 WITA 10.20 WITA 10.20-10.45 WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada6 Nopember 2015 Jl. Khairil Anwar, Kec. Wua-Wua 11.00 WITA Masyarakat 11.05 WITA 11.10 WITA 11.10-11.35 WITA 2 Unit 2 Km Pembakaran lahan Usaha sawmill Tidak ada 5,000,000 Tidak ada7 Nopember 2015 Jl. Laode Hadi, Kel. Kadia, Kec. Kadia 09.00 WITA Masyarakat 09.25 WITA 09.28 WITA 09.28-09.35 WITA 2 Unit 2 Km Korsleting listrik Mobil Tidak ada 100,000,000 Tidak ada7 Nopember 2015 Kel. Kambu, Kec. Kambu 12.40 WITA Masyarakat 12.50 WITA 13.00 WITA 13.00-13.50 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada10 Nopember 2015 Kel. Lalombaku, Kec. Mandonga 14.00 WITA Masyarakat 14.30 WITA 14.40 WITA 14.40-15.00 WITA 2 Unit 8 Km Pembakaran lahan Alang-alang Jalan rusak 0 Tidak ada10 Nopember 2015 Jl. Drs. H. A. Silondae, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 17.00 WITA Masyarakat 17.05 WITA 17.08 WITA 17.08-17.20 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada11 Nopember 2015 Kel. Mata Iwoi, Kec. Wua-Wua 10.00 WITA Masyarakat 10.02 WITA 10.03 WITA 10.03-10.23 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran sampah Pembuangan sampah Tidak ada 0 Tidak ada12 Nopember 2015 Jl. HEA Mokodompit, Lrg. Pelindung, Kel. Lalolara, Kec. Kambu 12.00 WITA Masyarakat 12.10 WITA 12.14 WITA 12.14-12.55 WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 Nopember 2015 Jl. Pattimura, Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 12.00 WITA Masyarakat 12.05 WITA 12.10 WITA 12.10-12.55 WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran sampah Bangsal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada15 Nopember 2015 Jl. Pattimura, Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 12.00 WITA Masyarakat 12.13 WITA 12.16 WITA 12.16-12.40 WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 Nopember 2015 BTN Bukit Damai Abadi, Kec. Puwatu 19.05 WITA Masyarakat 19.10 WITA 19.20 WITA 19.20-20.30 WITA 2 Unit 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada17 Nopember 2015 Jl. Kosgoro, Kec. Baruga 19.00 WITA Masyarakat 19.36 WITA 19.47 WITA 19.47-21.45 WITA 2 Unit 12 Km Arus pendek listrik Mobil Jalan sempit 200,000,000 Tidak ada18 Nopember 2015 BTN Kendari Permai, Kec. Poasia 15.14 WITA Masyarakat 15.37 WITA 15.42 WITA 15.42-16.30 WITA 2 Unit 4 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 20,000,000 Tidak ada22 Nopember 2015 Kel. Tobuuha, Kec. Puwatu 11.36 WITA Masyarakat 11.16 WITA 11.20 WITA 11.20-11.45 WITA 2 Unit 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada22 Nopember 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 14.15 WITA Masyarakat 14.56 WITA 15.12 WITA 15.12-16.00 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada23 Nopember 2015 Jl. Kandas, Kel. Matabubu, Kec. Poasia 17.55 WITA Masyarakat 17.39 WITA 17.57 WITA 17.57-21.12 WITA 3 Unit 15 Km Pembakaran sampah Lahan sagu Tidak ada Tidak ada data Tidak ada4 Desember 2015 Kel. Watu-Watu, Kec. Kendari Barat 14.38 WITA Masyarakat 14.21 WITA 14.30 WITA 14.30-15.35 WITA 4 Unit 2 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit 300,000,000 Tidak ada6 Desember 2015 Kel. Lalombaku, Kec. Mandonga 14.20 WITA Masyarakat 14.25 WITA 14.42 WITA 14.42-16.00 WITA 3 Unit 8 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada8 Desember 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 10.20 WITA Masyarakat 10.21 WITA 10.41 WITA 10.41-12.40 WITA 3 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada11 Desember 2015 Kel. Kambu, Kec. Kambu 16.15 WITA Masyarakat 16.05 WITA 16.21 WITA 16.21-17.30 WITA 2 Unit 6 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada12 Desember 2015 Jl. Cempaka Putih, Kec. Wua-Wua 13.00 WITA Masyarakat 13.20 WITA 13.30 WITA 13.30-14.20 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 Desember 2015 Jl. Mekar Damai, Kec. Kadia 10.12 WITA Masyarakat 10.17 WITA 10.25 WITA 10.25-11.30 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada17 Desember 2015 Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 13.13 WITA Masyarakat 13.18 WITA 13.25 WITA 13.25-14.15 WITA 3 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada20 Desember 2015 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua 14.25 WITA Masyarakat 14.31 WITA 14.42 WITA 14.42-16.20 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada22 Desember 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 17.31 WITA Masyarakat 17.37 WITA 17.52 WITA 17.52-19.12 WITA 3 Unit 10 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada27 Desember 2015 Kel. Matabubu, Kec. Poasia 18.40 WITA Masyarakat 18.46 WITA 19.08 WITA 19.08-20.45 WITA 3 Unit 15 Km Pembakaran sampah Lahan sagu Tidak ada Tidak ada data Tidak ada30 Desember 2015 Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 13.12 WITA Masyarakat 13.17 WITA 13.29 WITA 13.29-15.12 WITA 3 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak adaSumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016

Page 250: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

LAMPIRAN 5

Waktu Tempat kejadian Jam informasi diterima Sumber informasi Jam berangkat ke lokasi Tiba di lokasi Lama pemadaman Jumlah armada Jarak ke lokasi kebakaran Penyebab Jenis kebakaran Kendala pemadaman Kerugian Material Korban jiwa6 Januari 2016 BTN Wahana, Kel. Mokoau, Kec. Kambu 13.05 WITA Masyarakat 13.10 WITA 13.16 WITA 13.16-15.05 WITA 4 Unit 9 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 400,000,000 Tidak ada11 Januari 2016 BTN Bukit Damai Abadi, Kec. Puwatu 20.00 WITA Masyarakat 20.05 WITA 20.10 WITA 20.10-21.10 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada11 Januari 2016 Swalayan Nusa Mart Anduonohu, Kec. Poasia 00.00 WITA Masyarakat 00.10 WITA 00.20 WITA 00.20-01.25 WITA 4 Unit 6 Km Korsleting listrik Kios Tidak ada tangga darurat 100,000,000 Tidak ada15 Januari 2016 Jl. Syeikh Yusuf, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 21.00 WITA Masyarakat 21.05 WITA 21.10 WITA 21.10-21.40 WITA 2 Unit 5 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada18 Januari 2016 Jl. Lumba-Lumba, Kel. Lalolara, Kec. Kambu 12.10 WITA Masyarakat 12.15 WITA 12.20 WITA 12.20-12.50 WITA 2 Unit 4 Km Pembakaran lahan Lahan gambut Tidak ada 0 Tidak ada1 Februari 2016 Pelabuhan Feri, Kec. Kendari 12.27 WITA Masyarakat 12.35 WITA 12.45 WITA 12.45-16.45 WITA 4 Unit 10 Km Ledakan gas Kapal motor Lokasi kebakaran di tengah laut 1,500,000,000 Tidak ada3 Februari 2016 Kel. Kemaraya, Kec. Kendari 02.59 WITA Masyarakat 03.04 WITA 03.12 WITA 03.12-04.11 WITA 3 Unit 5 Km Arus pendek listrik Salon Tidak ada 15,000,000 Tidak ada13 Februari 2016 Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 05.20 WITA Masyarakat 05.25 WITA 05.33 WITA 05.33-07.20 WITA 3 Unit 6 Km Tidak diketahui Rumah sekolah Jalan rusak 400,000,000 Tidak ada8 Maret 2016 Kel. Kendari Caddi, Kec. Kendari 17.00 WITA Masyarakat 17.15 WITA 17.30 WITA 17.30-23.00 WITA 4 Unit 10 Km Arus pendek listrik Toko Tidak ada 1,000,000,000 Tidak ada17 Maret 2016 Jl. Pattimura, Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 10.22 WITA Masyarakat 10.25 WITA 10.30 WITA 10.30-12.15 WITA 3 Unit 5 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 150,000,000 Tidak ada21 Maret 2016 BTN Puri Tawang Alun 2, Kel. Padaleu, Kec. Kambu 22.35 WITA Masyarakat 22.40 WITA 22.45 WITA 22.45-23.55 WITA 2 Unit 5 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 10,000,000 Tidak ada27 Maret 2016 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 12.10 WITA Masyarakat 12.15 WITA 12.30 WITA 12.30-13.00 WITA 2 Unit 15 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada8 April 2016 Kel. Baruga, Kec. Baruga 22.11 WITA Masyarakat 22.13 WITA 22.27 WITA 22.27-23.12 WITA 2 Unit 11 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada9 April 2016 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua 15.30 WITA Masyarakat 15.32 WITA 15.37 WITA 15.37-16.20 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada12 April 2016 Lrg. Mangga, Kel. Kadia, Kec. Kadia 14.25 WITA Masyarakat 14.27 WITA 14.31 WITA 14.31-15.00 WITA 4 Unit 2 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit 500,000,000 Tidak ada16 April 2016 Kel. Baruga, Kec. Baruga 10.45 WITA Masyarakat 10.50 WITA 11.05 WITA 11.05-11.35 WITA 2 Unit 16 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada20 April 2016 Jl. Haluoleo, Kel. Mokoau, Kec. Kambu 19.10 WITA Masyarakat 19.11 WITA 19.19 WITA 19.19-19.58 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada30 April 2016 Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 10.30 WITA Masyarakat 11.01 WITA 11.10 WITA 11.10-11.30 WITA 3 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada1 Mei 2016 Jl. Mekar Jaya Satu, Kec. Kadia 00.20 WITA Masyarakat 00.25 WITA 00.30 WITA 00.30-01.05 WITA 2 Unit 1 Km Arus pendek listrik Gardu PLN Bahaya arus listrik 100,000,000 Tidak ada8 Mei 2016 BTN Graha Asri, Kec. Puwatu 18.40 WITA Masyarakat 18.41 WITA 18.55 WITA 18.55-19.24 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada11 Mei 2016 Kel. Tobuuha, Kec. Puwatu 11.01 WITA Masyarakat 11.02 WITA 11.06 WITA 11.06-11.46 WITA 1 Unit 3 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 Mei 2016 BTN Teporombua, Kec. Baruga 12.47 WITA Masyarakat 12.48 WITA 13.03 WITA 13.03-15.22 WITA 2 Unit 13 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada19 Mei 2016 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua 13.05 WITA Masyarakat 13.07 WITA 13.21 WITA 13.21-13.56 WITA 2 Unit 3 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada25 Mei 2016 Villa Ibis Pratama, Kec. Puwatu 17.22 WITA Masyarakat 17.23 WITA 17.27 WITA 17.27-18.00 WITA 4 Unit 2 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada26 Mei 2016 BTN Graha Asri, Kec. Puwatu 02.03 WITA Masyarakat 02.04 WITA 02.09 WITA 02.09-02.30 WITA 3 Unit 6 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada1 Juni 2016 Jl. Palapa, Kec. Mandonga 19.30 WITA Masyarakat 19.40 WITA 19.42 WITA 19.42-20.55 WITA 2 Unit 1.5 Km Kompor meledak Tabung gas Tidak ada 300,000,000 Tidak ada4 Juni 2016 Jl. Lasandara, Kec. Mandonga 17.20 WITA Masyarakat 17.25 WITA 17.30 WITA 17.35-23.00 WITA 4 Unit 3 Km Korsleting listrik Rumah toko Jalan sempit 800,000,000 Tidak ada5 Juni 2016 Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 05.35 WITA Masyarakat 05.40 WITA 05.45 WITA 05.45-08.15 WITA 3 Unit 3 Km Korsleting listrik Rumah toko Tidak ada 200,000,000 Tidak ada11 Juni 2016 BTN Punggolaka Permai, Kec. Puwatu 12.00 WITA Masyarakat 12.05 WITA 12.15 WITA 12.15-12.45 WITA 3 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 Juni 2016 Jl. Mataoleo, BTN Matabubu, Kec. Abeli 15.00 WITA Masyarakat 15.25 WITA 15.35 WITA 15.35-16.15 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada20 Juni 2016 Samping LPMP, Kec. Baruga 17.56 WITA Masyarakat 18.00 WITA 18.15 WITA 18.15-18.45 WITA 3 Unit 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada27 Juni 2016 Jl. Malik 4, No.2, Kel. Korumba, Kec. Mandonga 17.20 WITA Masyarakat 17.25 WITA 17.30 WITA 17.30-18.30 WITA 4 Unit 2 Km Kebocoran gas Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada29 Juni 2016 Jl. Lumba-Lumba, Kel. Kambu, Kec. Kambu 11.25 WITA Masyarakat 11.30 WITA 11.35 WITA 11.04-12.45 WITA 3 Unit 5 Km Kompor meledak Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada29 Juni 2016 Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua 23.40 WITA Masyarakat 23.44 WITA 23.48 WITA 23.48-23.52 WITA 2 Unit 3 Km Korsleting listrik Kios Tidak ada 50,000,000 Tidak ada2 Juli 2016 Jl. Budi Utomo, Kec. Wua-Wua 12.00 WITA Masyarakat 12.02 WITA 12.04 WITA 12.04-12.35 WITA 2 Unit 3 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada3 Juli 2016 Jl. Badak, Kec. Poasia 10.30 WITA Masyarakat 10.32 WITA 10.45 WITA 10.45-11.30 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada3 Juli 2016 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 16.05 WITA Masyarakat 16.07 WITA 16.25 WITA 16.25-16.55 WITA 2 Unit 11 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada5 Juli 2016 Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 03.12 WITA Masyarakat 03.14 WITA 03.20 WITA 03.20-03.55 WITA 3 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada11 Juli 2016 Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua 08.30 WITA Masyarakat 08.35 WITA 08.40 WITA 08.40-09.50 WITA 2 Unit 4 Km Kembang api Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada18 Juli 2016 Jl. Lawata, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 02.25 WITA Masyarakat 02.30 WITA 02.35 WITA 02.38-04.30 WITA 4 Unit 2 Km Korsleting listrik Rumah toko Tidak ada 4,000,000,000 Tidak ada23 Juli 2016 Jl. Tunggala Dalam, Kec. Wua-Wua 11.17 WITA Masyarakat 11.18 WITA 11.28 WITA 11.28-12.20 WITA 2 Unit 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada31 Juli 2016 Jl. Lumba-Lumba, Kel. Kambu, Kec. Kambu 12.20 WITA Masyarakat 12.22 WITA 12.30 WITA 12.30-13.30 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada2 Agustus 2016 Lrg. Pertanian Flamboyan, Kec. Kadia 19.30 WITA Masyarakat 19.40 WITA 19.45 WITA 19.50-20.00 WITA 2 Unit 1.5 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 0 Tidak ada3 Agustus 2016 Jl. R. Suprapto, Kel. Tobuuha, Kec. Puwatu 11.30 WITA Masyarakat 11.35 WITA 11.40 WITA 11.45-13.40 WITA 4 Unit 2.5 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada3 Agustus 2016 BTN Rizky Anggoeya, Kel. Anggoroto, Kec. Poasia 11.50 WITA Masyarakat 11.55 WITA 12.00 WITA 12.00-13.00 WITA 4 Unit 13 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Jalan macet 100,000,000 Tidak ada3 Agustus 2016 Jl. Prof. M. Yamin, Kel. Puwatu, Kec. Puwatu 20.25 WITA Masyarakat 20.30 WITA 20.40 WITA 20.40-21.00 WITA 4 Unit 10 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 1 orang terluka5 Agustus 2016 Jl. Boulevard, Kel. Lepo-Lepo, Kec. Baruga 13.45 WITA Masyarakat 13.50 WITA 13.55 WITA 14.00-15.30 WITA 2 Unit 12 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada10 Agustus 2016 Kel. Watubangga, Kec. Baruga 18.05 WITA Masyarakat 18.10 WITA 18.15 WITA 18.15-18.40 WITA 2 Unit 10 Km Puntung rokok Lahan gambut Tidak ada 0 Tidak ada17 Agustus 2016 Jl. Boulevard, Kel. Lepo-Lepo, Kec. Baruga 13.10 WITA Masyarakat 13.20 WITA 13.25 WITA 13.30-14.35 WITA 2 Unit 15 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada akses jalan 0 Tidak ada17 Agustus 2016 Samping Pasar Baruga, Kel. Lepo-Lepo, Kec. Baruga 18.35 WITA Masyarakat 18.40 WITA 18.45 WITA 18.50-19.35 WITA 2 Unit 16 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada

KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA KENDARI, TAHUN 2016 (hingga bulan Agustus)

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016

Page 251: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

LAMPIRAN 6

1. Faktor Penentu Tingkat Risiko Kebakaran

a. Pakar 1: Dinas Pemadam Kebakaran (Pimpinan)

b. Pakar 2: Dinas Pemadam Kebakaran (Petugas Pemadam)

Overall Inconsistency = .05

Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .054Kemiringan Lereng .030Jenis Material Bangunan .333Kepadatan Bangunan .265Jaringan Jalan .161Jarak Terhadap Stasiun Pemadam Kebakaran .084Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .073

Jenis Material Bangunan .333Kepadatan Bangunan .265Jaringan Jalan .161Jarak Terhadap Sistem Pemadam Kebakaran .084Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .073Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .054Kemiringan Lereng .030 Inconsistency = 0.05 with 0 missing judgments.

Overall Inconsistency = .05

Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .051Kemiringan Lereng .023Jenis Material Bangunan .433Kepadatan Bangunan .274Jaringan Jalan .117Jarak Terhadap Stasiun Pemadam Kebakaran .056Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .046

Page 252: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

LAMPIRAN 6

c. Pakar 3: Akademisi 1

d. Pakar 4: Akademisi 2

Jenis Material Bangunan .433Kepadatan Bangunan .274Jaringan Jalan .117Jarak Terhadap Sistem Pemadam Kebakaran .056Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .051Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .046Kemiringan Lereng .023 Inconsistency = 0.05 with 0 missing judgments.

Overall Inconsistency = .04

Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .050Kemiringan Lereng .048Jenis Material Bangunan .368Kepadatan Bangunan .262Jaringan Jalan .138Jarak Terhadap Stasiun Pemadam Kebakaran .087Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .047

Jenis Material Bangunan .368Kepadatan Bangunan .262Jaringan Jalan .138Jarak Terhadap Sistem Pemadam Kebakaran .087Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .050Kemiringan Lereng .048Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .047 Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.

Page 253: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

LAMPIRAN 6

e. Hasil Kombinasi

Overall Inconsistency = .05

Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .030Kemiringan Lereng .027Jenis Material Bangunan .398Kepadatan Bangunan .261Jaringan Jalan .138Jarak Terhadap Stasiun Pemadam Kebakaran .089Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .055

Jenis Material Bangunan .398Kepadatan Bangunan .261Jaringan Jalan .138Jarak Terhadap Sistem Pemadam Kebakaran .089Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .055Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .030Kemiringan Lereng .027 Inconsistency = 0.05 with 0 missing judgments.

Overall Inconsistency = .03

Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .046Kemiringan Lereng .031Jenis Material Bangunan .383Kepadatan Bangunan .268Jaringan Jalan .140Jarak Terhadap Stasiun Pemadam Kebakaran .077Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .055

Jenis Material Bangunan .383Kepadatan Bangunan .268Jaringan Jalan .140Jarak Terhadap Sistem Pemadam Kebakaran .077Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .055Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .046Kemiringan Lereng .031 Inconsistency = 0.03 with 0 missing judgments.

Page 254: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

LAMPIRAN 6

2. Faktor Penentu Jaringan Air Bersih untuk Pemadam Kebakaran

a. Pakar 1: Dinas Pemadam Kebakaran (Pimpinan)

b. Pakar 2: Dinas Pemadam Kebakaran (Petugas Pemadam)

Tingkat Resiko Kebakaran .290Ketersediaan Air .462Kepadatan Bangunan .059Jaringan Jalan .138Kemiringan Lereng .051 Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.

Ketersediaan Air .462Tingkat Resiko Kebakaran .290Jaringan Jalan .138Kepadatan Bangunan .059Kemiringan Lereng .051 Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.

Tingkat Resiko Kebakaran .276Ketersediaan Air .435Kepadatan Bangunan .059Jaringan Jalan .146Kemiringan Lereng .083 Inconsistency = 0.07 with 0 missing judgments.

Ketersediaan Air .435Tingkat Resiko Kebakaran .276Jaringan Jalan .146Kemiringan Lereng .083Kepadatan Bangunan .059 Inconsistency = 0.07 with 0 missing judgments.

Page 255: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

LAMPIRAN 6

c. Pakar 3: Akademisi 1

d. Pakar 4: Akademisi 2

Tingkat Resiko Kebakaran .261Ketersediaan Air .513Kepadatan Bangunan .063Jaringan Jalan .129Kemiringan Lereng .033 Inconsistency = 0.05 with 0 missing judgments.

Ketersediaan Air .513Tingkat Resiko Kebakaran .261Jaringan Jalan .129Kepadatan Bangunan .063Kemiringan Lereng .033 Inconsistency = 0.05 with 0 missing judgments.

Tingkat Resiko Kebakaran .247Ketersediaan Air .543Kepadatan Bangunan .053Jaringan Jalan .124Kemiringan Lereng .032 Inconsistency = 0.06 with 0 missing judgments.

Ketersediaan Air .543Tingkat Resiko Kebakaran .247Jaringan Jalan .124Kepadatan Bangunan .053Kemiringan Lereng .032 Inconsistency = 0.06 with 0 missing judgments.

Page 256: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

LAMPIRAN 6

e. Hasil Kombinasi

3. Faktor Penentu Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran Perkotaan

a. Pakar 1: Dinas Pemadam Kebakaran (Pimpinan)

Tingkat Resiko Kebakaran .270Ketersediaan Air .491Kepadatan Bangunan .058Jaringan Jalan .136Kemiringan Lereng .045 Inconsistency = 0.02 with 0 missing judgments.

Ketersediaan Air .491Tingkat Resiko Kebakaran .270Jaringan Jalan .136Kepadatan Bangunan .058Kemiringan Lereng .045 Inconsistency = 0.02 with 0 missing judgments.

Tingkat Resiko Kebakaran .565Jaringan Jalan .118Ketersediaan Air .055Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .262 Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.

Tingkat Resiko Kebakaran .565Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .262Jaringan Jalan .118Ketersediaan Air .055 Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.

Page 257: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

LAMPIRAN 6

b. Pakar 2: Dinas Pemadam Kebakaran (Petugas Pemadam)

c. Pakar 3: Akademisi 1

Tingkat Resiko Kebakaran .475Jaringan Jalan .090Ketersediaan Air .097Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .338 Inconsistency = 0.03 with 0 missing judgments.

Tingkat Resiko Kebakaran .475Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .338Ketersediaan Air .097Jaringan Jalan .090 Inconsistency = 0.03 with 0 missing judgments.

Tingkat Resiko Kebakaran .609Jaringan Jalan .091Ketersediaan Air .052Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .247 Inconsistency = 0.05 with 0 missing judgments.

Tingkat Resiko Kebakaran .609Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .247Jaringan Jalan .091Ketersediaan Air .052 Inconsistency = 0.05 with 0 missing judgments.

Page 258: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

LAMPIRAN 6

d. Pakar 4: Akademisi 2

e. Hasil Kombinasi

Tingkat Resiko Kebakaran .477Jaringan Jalan .144Ketersediaan Air .099Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .279 Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.

Tingkat Resiko Kebakaran .477Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .279Jaringan Jalan .144Ketersediaan Air .099 Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.

Tingkat Resiko Kebakaran .533Jaringan Jalan .111Ketersediaan Air .074Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .282 Inconsistency = 0.01 with 0 missing judgments.

Tingkat Resiko Kebakaran .533Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .282Jaringan Jalan .111Ketersediaan Air .074 Inconsistency = 0.01 with 0 missing judgments.

Page 259: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

No. Waktu Tempat kejadian Jenis kebakaran1 4 Januari 2012 Jl. Konggoasa, Kota Lama, Kec. Kendari Rumah tinggal2 4 Januari 2012 Jl. Ir. Sukarno, Kec. Kendari Rumah toko3 6 Januari 2012 Jl. S. Parman, Kec. Kendari Barat Koperasi4 3 Februari 2012 BTN Latjinta, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal5 16 Maret 2012 Jl. Saranani, Kec. Wua-Wua Gudang6 5 Mei 2012 Jl. Diponegoro Gudang alat bangunan7 26 Juni 2012 Lrg. KONI, Kec. Kadia Alang-alang8 29 Juni 2012 Jl. Kelapa Kuning, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal9 1 Juli 2012 Jl. Taman Suropati Rumah tinggal

10 5 Juli 2012 BTN Magaga, Kec. Baruga Kios11 13 Juli 2012 Depan SMP 1 Kendari, Kemaraya, Kec. Kendari Barat Pohon kelapa12 1 Agustus 2012 Depan Air Mineral Arindo, Lepo-Lepo, Kec. Baruga Alang-alang13 2 Agustus 2012 Kel. Mandonga Lapak pedagang14 5 Agustus 2012 Jl. Lasandara, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Lapak pedagang15 5 September 2012 Jl. Anawai, Kec. Wua-Wua Alang-alang16 8 September 2012 Jl. Gersamata, Kec. Wua-Wua Gudang17 13 September 2012 Lepo-Lepo, Kec. Baruga Rumah tinggal18 17 September 2012 Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Tidak ada data19 10 Nopember 2012 Jl. Asrama Haji, By Pass, Kec. Wua-Wua Alang-alang20 19 Nopember 2012 Pasar Sentral Kota, Kec. Kendari Pasar Higienis Kendari21 14 Desember 2012 Jl. By Pass Kendari Beach, Kec. Kendari Barat Kafe tenda

SAMPEL UJI (VALIDASI) KESESUAIAN DATA HISTORI KEJADIAN KEBAKARAN DENGAN OUTPUT MODEL PENILAIAN TINGKAT RISIKO BENCANA KEBAKARAN DI KOTA KENDARI

LAMPIRAN 7

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016

Page 260: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

No. Waktu Tempat kejadian Jenis kebakaran1 11 Januari 2013 Jl. Torada, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal2 17 Januari 2013 Jl. Sultan Hasanuddin, Kec. Kendari Mobil3 18 Januari 2013 Jl. Dr. Sam Ratulangi, Kec. Kendari Rumah tinggal4 7 Februari 2013 Jl. Kampus Baru, Kec. Kambu Alang-alang5 18 Februari 2013 Jl. Pasar Baru, Kec. Wua-Wua Mobil6 23 April 2013 Jl. Pasar Panjang, Kec. Wua-Wua Kios7 24 April 2013 Jl. Supu Yusuf Hotel8 6 Mei 2013 Jl. Gunung Jati, Kec. Kendari Rumah tinggal9 1 Juli 2013 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia Rumah tinggal

10 5 Juli 2013 Jl. MT. Haryono, Kec. Wua-Wua Tempat usaha11 10 Juli 2013 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia Rumah tinggal12 12 Juli 2013 Jl. Supu Yusuf, Kec. Mandonga Rumah tinggal13 15 Juli 2013 Jl. Lasandara, No. 12, Kec. Mandonga Rumah toko14 31 Juli 2013 Jl. Ahmad Yani, Kec. Wua-Wua Pasar Sentral RB15 16 Agustus 2013 Pasar Buah, Kec. Kadia Kompor16 18 Agustus 2013 Jl. Laode Hadi, No. 187, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal/Bengkel17 24 September 2013 Jl. Ahmad Yani, Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal/Bengkel18 24 September 2013 Jl. Rambutan 2, No. 25, Kec. Kadia Rumah tinggal19 25 September 2013 BTN Cempaka Graha Asri, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal20 8 Desember 2013 Jl. Ahmad Yani, Kec. Wua-Wua Rumah toko

SAMPEL UJI (VALIDASI) KESESUAIAN DATA HISTORI KEJADIAN KEBAKARAN DENGAN OUTPUT MODEL PENILAIAN TINGKAT RISIKO BENCANA KEBAKARAN DI KOTA KENDARI

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016

LAMPIRAN 8

Page 261: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

No. Waktu Tempat kejadian Jenis kebakaran1 7 Januari 2014 BTN Kehutanan Lepo-Lepo, Kec. Baruga Rumah tinggal2 22 Januari 2014 BTN Bukit Lepo-Lepo Permai, Kec. Baruga Warung dan motor3 28 Januari 2014 Jl. Sorumba, Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua Alang-alang4 7 Februari 2014 Bundaran Sukhoi, Kec. Baruga Rumah tinggal5 1 Maret 2014 Jl. Kendari Beach, Kec. Kendari Barat Kafe tenda6 3 Maret 2014 Jl. Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Alang-alang7 1 April 2014 Jl. Drs. H. A. Silondae, No. 7, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Rumah Toko8 10 April 2014 Jl. Kantor Walikota (Dinas Perizinan), Kec. Mandonga Kantor pemerintah9 20 April 2014 Jl. Pasaeno 3, Kel. Bende, Kec. Kadia Tempat tidur susun

10 20 April 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga Alang-alang11 25 April 2014 Jl. Made Sabara, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Kios12 23 April 2014 Jl. A. H. Nasution, Kel. Kambu, Kec. Kambu Rumah Toko13 28 April 2014 Jl. Drs. H. A. Silondae, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Rumah Toko14 7 Mei 2014 Jl. Bunga Kamboja, No. 4, Kel. Watu-Watu, Kec. Kendari Barat Warung kopi15 7 Mei 2014 Jl. Laredo, Kec. Kambu Kios16 13 Mei 2014 Jl. A. Yani, Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua Bangunan perusahaan17 26 Mei 2014 Jl. Balai Kota 1, Kec. Kadia Rumah tinggal18 26 Mei 2014 Jl. Kendari Permai Blok F6, No. 09, Kec. Kambu Rumah tinggal19 29 Mei 2014 Kel. Bende, Kec. Kadia Rumah makan20 18 Juni 2014 Jl. Syeikh Yusuf, Kel. Lahundape, Kec. Kendari Barat Mobil21 28 Juni 2014 Jl. A. H. Nasution, Kel. Kambu, Kec. Kambu Rumah tinggal22 31 Juni 2014 Jl. Perumahan Dosen Blok U/16, Kec. Kambu Rumah tinggal23 2 Agustus 2014 Jl. Tunggala No. 46, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal24 7 Agustus 2014 Lrg. Ilmiah, Kec. Wua-Wua Gudang25 7 September 2014 Jl. Cempaka, Kel. Kessilampe, Kec. Kendari Alang-alang26 11 September 2014 Jl. Budi Utomo, Lrg. Mataiwoi, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal27 12 September 2014 Jl. A. Yani, Kel. Mata Iwoi, Kec. Wua-Wua Alang-alang28 15 September 2014 Jl. Sao-Sao, Kel. Bende, Kec. Kadia Genset29 17 September 2014 Jl. Balai Kota 2, Kel. Pondambea, Kec. Kadia Rumah tinggal30 20 September 2014 Jl. Bunggasi, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia Base Camp pekerja31 23 September 2014 Jl. Syeikh Yusuf, Kel. Lahundape, Kec. Kendari Barat Rumah tinggal dan Base Camp pekerja32 23 September 2014 Jl. MT. Haryono, No. 25 L, Kec. Kadia Rumah Toko33 25 September 2014 Jl. Bunga Kamboja, No. 40, Kec. Kendari Barat Mobil34 27 September 2014 Puncak Transito, Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal35 1 Oktober 2014 Jl. HEA. Mokodompit, Kec. Kambu Alang-alang dan gardu listrik36 3 Oktober 2014 BTN Azatata, Kel. Mokoau, Kec. Kambu Alang-alang37 7 Oktober 2014 Jl. R. Suprapto, Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu Kios38 12 Oktober 2014 Jl. Malik Raya 2, Kec. Mandonga Rumah tinggal39 14 Oktober 2014 BTN Griya Asri, Kec. Puwatu Alang-alang40 17 Oktober 2014 Jl. Balai Kota 1, Kel. Pondambea, Kec. Kadia Rumah tinggal41 19 Oktober 2014 Jl. Tunggala Dalam, Kec. Wua-Wua Alang-alang42 23 Oktober 2014 Jl. Lumba-Lumba, Kec. Kambu Alang-alang43 26 Oktober 2014 Kompleks Pasar Baruga, Kec. Baruga Alang-alang44 26 Oktober 2014 Jl. DI. Panjaitan, No. 1, Rumdis Hakim Pengadilan Tinggi, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal45 26 Oktober 2014 BTN Kendari Permai, Kec. Kambu Rumah tinggal46 27 Oktober 2014 BTN Magaga dan Latjinta, Kel. Baruga, Kec. Baruga Lahan gambut47 28 Oktober 2014 Jl. Made Sabara 3, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Bangsal kayu 48 30 Oktober 2014 Jl. Bahagia, Lrg. Taridala, Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua Pabrik kerupuk49 31 Oktober 2014 Jl. Haluoleo Mokodompit, Kec. Kambu Alang-alang50 1 Nopember 2014 BTN Batu Marupa, Kec. Poasia Alang-alang51 3 Nopember 2014 Jl. MT. Haryono, Kec. Wua-Wua Alang-alang52 3 Nopember 2014 Jl. RS. Bantera Mas, Lepo-Lepo, Kec. Baruga Tumpukan kayu53 4 Nopember 2014 Jl. Made Sabara, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Alang-alang dan sampah54 15 Nopember 2014 Jl. DI. Panjaitan, Lepo-Lepo, Kec. Baruga Kios dan bengkel

LAMPIRAN 9

SAMPEL UJI (VALIDASI) KESESUAIAN DATA HISTORI KEJADIAN KEBAKARAN DENGAN OUTPUT MODEL PENILAIAN TINGKAT RISIKO BENCANA KEBAKARAN DI KOTA KENDARI

Page 262: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

55 24 Nopember 2014 Jl. Sam Ratulangi, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Rumah tinggal56 5 Desember 2014 Jl. RS. Jiwa, Kec. Mandonga Base Camp pekerja57 7 Desember 2014 Jl. Tebaununggu, Kel. Korumba, Kec. Mandonga Kios

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016

Page 263: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

No. Waktu Tempat kejadian Jenis kebakaran1 11 Januari 2015 Jl. Taman Suropati, Kec. Mandonga Rumah tinggal2 14 Januari 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga Rumah sakit3 18 Januari 2015 Kel. Bonggoeya, Kec. Kadia Pasar Panjang Kendari4 28 Januari 2015 Jl. A. Yani, Lrg. Makmur, Kec. Wua-Wua Tabung las5 12 Maret 2015 Kel. Anggoeya, Kec. Poasia Gudang6 14 Maret 2015 Jl. Kolopua, Kel. Kandai, Kec. Kendari Barat Rumah tinggal7 25 Maret 2015 Jl. Konggoasa, Kel. Dapu-dapura, Kec. Kendari Rumah toko8 1 April 2015 Jl. R. Soeprapto, No. 3, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Bengkel9 25 April 2015 Jl. Syeikh Yusuf, Kec. Mandonga Meteran listrik

10 26 April 2015 Jl. Konggoasa, Kel. Dapu-dapura, Kec. Kendari Bangunan perusahaan11 27 April 2015 Jl. Bunggasi, Kec. Poasia Rumah toko12 11 Mei 2015 Jl. Balai Kota 3, Kel. Pondambea, Kec. Kadia Rumah tinggal13 18 Mei 2015 Jl. Laode Hadi, Lrg. Sungai Wanggu, Kec. Kadia Meteran listrik14 30 Mei 2015 Jl. Pattimura, Lrg. Pribadi, Kec. Puwatu Rumah tinggal15 30 Mei 2015 Jl. Anawai, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal16 11 Juni 2015 Jl. Kapt. Pierre Tendean, Kec. Baruga Rumah sekolah17 2 Juli 2015 Jl. Budi Utomo, Kec. Wua-Wua Alang-alang18 5 Juli 2015 Jl. KH. Agussalim, Kel. Kandai, Kec. Kendari Rumah tinggal19 9 Juli 2015 Jl. Matahari, Kec. Kendari Barat Rumah tinggal20 9 Juli 2015 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua Alang-alang21 9 Juli 2015 Jl. Nipa Raya I, No. 3, Kec. Kambu Rumah tinggal22 17 Juli 2015 Pasar Korem Mandonga, Kec. Mandonga Pasar Korem Kendari23 21 Juli 2015 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua Alang-alang24 24 Juli 2015 Jl. R. Soeprapto, No. 3, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Mobil25 25 Juli 2015 Jl. Mayjen Sutoyo, Kec. Kendari Rumah tinggal26 25 Juli 2015 P2ID, Kec. Kadia Tumpukan kayu27 26 Juli 2015 Villa Ibis Pratama, Kec. Puwatu Alang-alang28 26 Juli 2015 BTN Graha Asri, Kec. Puwatu Alang-alang29 28 Juli 2015 Jl. Khairil Anwar, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal30 5 Agustus 2015 Jl. Haluoleo, Kel. Mokoau, Kec. Kambu Alang-alang31 7 Agustus 2015 Jl. Manggadua, Kel. Manggadua, Kec. Kendari Rumah tinggal32 17 Agustus 2015 Jl. Buburanda, Kel. Korumba, Kec. Mandonga Rumah tinggal33 21 Agustus 2015 Jl. Sao-Sao, Kec. Kadia Rumah tinggal34 21 Agustus 2015 Jl. Anawai, Kel. Anawai, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal35 24 Agustus 2015 Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua Tidak ada data36 25 Agustus 2015 Jl. Imam Bonjol, Kel. Labibia, Kec. Mandonga Kantor pemerintah37 29 Agustus 2015 Jl. Antero Hamra, No. 2, Kec. Kadia Alang-alang38 29 Agustus 2015 Jl. By Pass, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Base Camp pekerja39 31 Agustus 2015 Jl. Ir. Sukarno, Kel. Kampung Salo, Kec. Kendari Alang-alang40 7 September 2015 Jl. Laode Hadi, Kel. Bende, Kec. Kadia Sampah sawmill41 14 September 2015 Jl. Sao-Sao, Kec. Kadia Alang-alang42 15 September 2015 Jl. Pekuburan Punggolaka, Kec. Puwatu Alang-alang43 19 September 2015 Jl. Balai Kota 3, Kel. Pondambea, Kec. Kadia Tabung gas44 21 September 2015 Jl. Mekar, Lrg. SCTV, Kec. Kadia Gardu PLN45 21 September 2015 P2ID, Kec. Kadia Rumah sekolah

SAMPEL UJI (VALIDASI) KESESUAIAN DATA HISTORI KEJADIAN KEBAKARAN DENGAN OUTPUT MODEL PENILAIAN TINGKAT RISIKO BENCANA KEBAKARAN DI KOTA KENDARI

LAMPIRAN 10

Page 264: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

No. Waktu Tempat kejadian Jenis kebakaran

SAMPEL UJI (VALIDASI) KESESUAIAN DATA HISTORI KEJADIAN KEBAKARAN DENGAN OUTPUT MODEL PENILAIAN TINGKAT RISIKO BENCANA KEBAKARAN DI KOTA KENDARI

LAMPIRAN 10

46 23 September 2015 Lrg. Pertanian, Kec. Kadia Rumah tinggal47 25 September 2015 Lrg. Gembol, Kec. Kambu Rumah tinggal48 27 September 2015 Jl. Khairil Anwar, BTN Citra Regency, Kec. Wua-Wua Alang-alang49 28 September 2015 Jl. Lawata, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Semak belukar50 8 Oktober 2015 Kompleks Lap. Golf, Kel. Watubangga, Kec. Baruga Alang-alang51 12 Oktober 2015 Jl. Pattimura, Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu Rumah tinggal52 12 Oktober 2015 Jl. Banda, Kel. Watulondo, Kec. Puwatu Alang-alang53 12 Oktober 2015 Jl. HEA Mokodompit, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Alang-alang54 13 Oktober 2015 Jl. Fakultas Teknik, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Alang-alang55 14 Oktober 2015 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia Alang-alang56 14 Oktober 2015 BTN Kendari Permai, Kec. Kambu Alang-alang57 19 Oktober 2015 Jl. Sultan Qaimudin, No. 17, STAIN, Kec. Baruga Kampus58 19 Oktober 2015 Fakultas Pertanian, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Alang-alang59 19 Oktober 2015 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Kambu Alang-alang60 19 Oktober 2015 Lrg. Pelangi, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Kios61 25 Oktober 2015 Jl. Brigjen M. Yunus, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Alang-alang62 30 Oktober 2015 Jl. Mata Air 3, Kel. Kambu, Kec. Kambu Rumah tinggal63 1 Nopember 2015 Jl. Saranani, Kel. Korumba, Kec. Wua-Wua Rumah Toko64 2 Nopember 2015 Jl. Cempaka Putih, Kec. Wua-Wua Alang-alang65 4 Nopember 2015 Jl. Kelapa, No. 14, kel. Anduonohu, Kec. Poasia Rumah tinggal66 4 Nopember 2015 Jl. HEA Mokodompit, Kel. Kambu, Kec. Kambu Alang-alang67 6 Nopember 2015 Jl. Khairil Anwar, Kec. Wua-Wua Usaha sawmill68 7 Nopember 2015 Jl. Laode Hadi, Kel. Kadia, Kec. Kadia Mobil69 10 Nopember 2015 Jl. Drs. H. A. Silondae, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Alang-alang70 11 Nopember 2015 Kel. Mata Iwoi, Kec. Wua-Wua Pembuangan sampah71 12 Nopember 2015 Jl. HEA Mokodompit, Lrg. Pelindung, Kel. Lalolara, Kec. Kambu Alang-alang72 15 Nopember 2015 Jl. Pattimura, Kel. Watulondo, Kec. Puwatu Bangsal73 18 Nopember 2015 BTN Kendari Permai, Kec. Poasia Rumah tinggal74 12 Desember 2015 Jl. Cempaka Putih, Kec. Wua-Wua Alang-alang75 20 Desember 2015 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua Alang-alang

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016

Page 265: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information

No. Waktu Tempat kejadian Jenis kebakaran1 11 Januari 2016 Swalayan Nusa Mart Anduonohu, Kec. Poasia Kios2 15 Januari 2016 Jl. Syeikh Yusuf, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Rumah tinggal3 18 Januari 2016 Jl. Lumba-Lumba, Kel. Lalolara, Kec. Kambu Lahan gambut4 17 Maret 2016 Jl. Pattimura, Kel. Watulondo, Kec. Puwatu Rumah tinggal5 9 April 2016 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua Alang-alang6 20 April 2016 Jl. Haluoleo, Kel. Mokoau, Kec. Kambu Alang-alang7 8 Mei 2016 BTN Graha Asri, Kec. Puwatu Alang-alang8 19 Mei 2016 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua Alang-alang9 25 Mei 2016 Villa Ibis Pratama, Kec. Puwatu Alang-alang

10 26 Mei 2016 BTN Graha Asri, Kec. Puwatu Alang-alang11 1 Juni 2016 Jl. Palapa, Kec. Mandonga Tabung gas12 4 Juni 2016 Jl. Lasandara, Kec. Mandonga Rumah toko13 14 Juni 2016 Jl. Mataoleo, BTN Matabubu, Kec. Abeli Alang-alang14 27 Juni 2016 Jl. Malik 4, No.2, Kel. Korumba, Kec. Mandonga Rumah tinggal15 29 Juni 2016 Jl. Lumba-Lumba, Kel. Kambu, Kec. Kambu Rumah tinggal16 29 Juni 2016 Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua Kios17 2 Juli 2016 Jl. Budi Utomo, Kec. Wua-Wua Alang-alang18 3 Juli 2016 Jl. Badak, Kec. Poasia Alang-alang19 18 Juli 2016 Jl. Lawata, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Rumah toko20 23 Juli 2016 Jl. Tunggala Dalam, Kec. Wua-Wua Alang-alang21 31 Juli 2016 Jl. Lumba-Lumba, Kel. Kambu, Kec. Kambu Alang-alang22 2 Agustus 2016 Lrg. Pertanian Flamboyan, Kec. Kadia Rumah tinggal23 3 Agustus 2016 Jl. R. Suprapto, Kel. Tobuuha, Kec. Puwatu Rumah tinggal24 3 Agustus 2016 Jl. Prof. M. Yamin, Kel. Puwatu, Kec. Puwatu Rumah tinggal25 17 Agustus 2016 Samping Pasar Baruga, Kel. Lepo-Lepo, Kec. Baruga Alang-alang

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016

SAMPEL UJI (VALIDASI) KESESUAIAN DATA HISTORI KEJADIAN KEBAKARAN DENGAN OUTPUT MODEL PENILAIAN TINGKAT RISIKO BENCANA KEBAKARAN DI KOTA KENDARI

LAMPIRAN 11

Page 266: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information
Page 267: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information
Page 268: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information
Page 269: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information
Page 270: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information
Page 271: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information
Page 272: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information
Page 273: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information
Page 274: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information
Page 275: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information
Page 276: MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information