DISERTASI MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL PRASARANA MITIGASI BENCANA KEBAKARAN PERKOTAAN SEBAGAI SALAH SATU DASAR PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA PANTAI (PENERAPAN DI KOTA KENDARI) THE DETERMINATION MODEL OF POTENTIAL LOCATION OF URBAN FIRE MITIGATION INFRASTRUCTURE AS ONE OF THE BASIC COASTAL CITY PLANNING (APPLIED IN KENDARI CITY) MODEL TOWARD URBAN FIRE DISASTER (APPLIED IN KENDARI CITY) SABRILLAH TARIDALA SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
276
Embed
MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DISERTASI
MODEL PENENTUAN LOKASI POTENSIAL PRASARANA MITIGASI BENCANA KEBAKARAN PERKOTAAN SEBAGAI SALAH SATU DASAR PENATAAN RUANG WILAYAH
KOTA PANTAI (PENERAPAN DI KOTA KENDARI)
THE DETERMINATION MODEL OF POTENTIAL LOCATION
OF URBAN FIRE MITIGATION INFRASTRUCTURE AS ONE OF THE BASIC COASTAL CITY PLANNING
(APPLIED IN KENDARI CITY) MODEL TOWARD URBAN FIRE DISASTER
(APPLIED IN KENDARI CITY)
SABRILLAH TARIDALA
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
ABSTRACT
SABRILLAH TARIDALA. The Determination Model of Potential Location of Urban Fire Mitigation Infrastructure as one of The Basic Coastal City Planning (Applied In Kendari City). (Under supervision of Ananto Yudono, M. Isran Ramli and M. Arifuddin Akil).
This study aims to find and develop a fire disaster risk assessment model that describes the fire risk level, the model of clean water supply network supporting fire disaster mitigation and fire station allocation model based on service response time in Kendari City. The models will determine the potential location of urban fire disaster mitigation infrastructure in a GIS grid-based format, as one of the basic spatial structures of coastal cities. The model development is done using Expert System approach based on Geographic Information System (GIS). Some of the main parameters used in this model include: inhibiting or limiting factors, population density, type of building materials, accessibility, topographic conditions of the area, closure or land use, distance to potential water sources for firefighting and distance to firefighting stations. The research conducted in Kendari City of Southeast Sulawesi Province resulted in (1) fire risk disaster risk assessment, including high fire risk, high fire risk, low fire risk and very low fire risk, (2) clean water supply system for Fire disaster mitigation includes a very appropriate category for the development of clean water networks, appropriate, appropriate and not recommended categories for the development of clean water networks for firefighting; and (3) selection of fire station allocation includes: very suitable for fire station location, sufficiently appropriate and location not recommended for the allocation of fire stations.
Keywords: urban fire; water supply; fire risk; fire station, GIS; expert system
ABSTRAK
SABRILLAH TARIDALA. Model Penentuan Lokasi Potensial Prasarana Mitigasi Bencana Kebakaran Perkotaan sebagai Salah Satu Dasar Penataan Ruang Wilayah Kota Pantai (Penerapan di Kota Kendari) (dibimbing oleh Ananto Yudono, M. Isran Ramli dan Arifuddin Akil).
Penelitian ini bertujuan untuk membangun model penilaian risiko bencana kebakaran yang menggambarkan tingkat risiko kebakaran, model jaringan penyediaan air bersih pendukung mitigasi bencana kebakaran dan model alokasi stasiun pemadam kebakaran berdasarkan pada layanan waktu respon di Kota Kendari. Model-model tersebut akan menentukan lokasi potensial prasarana mitigasi bencana kebakaran perkotaan dalam format GIS grid-based, sebagai salah satu dasar penataan ruang wilayah kota pantai.
Pembangunan model yang dilakukan menggunakan pendekatan Expert System yang berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Beberapa parameter utama yang digunakan pada model ini, antara lain: faktor penghambat atau pembatas, kepadatan penduduk, jenis material bangunan, aksesibilitas, kondisi topografi wilayah, penutupan atau penggunaan lahan, jarak terhadap sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran dan jarak terhadap stasiun pemadam kebakaran.
Penelitian yang dilakukan di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara ini menghasilkan (1) penilaian risiko bencana kebakaran mencakup tingkat risiko kebakaran sangat tinggi, tingkat risiko kebakaran tinggi, tingkat risiko kebakaran rendah dan tingkat risiko kebakaran sangat rendah, (2) sistem jaringan penyediaan air bersih untuk mitigasi bencana kebakaran meliputi kategori sangat sesuai untuk pengembangan jaringan air bersih, sesuai, cukup sesuai dan kategori tidak dianjurkan bagi pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran, dan (3) pemilihan alokasi stasiun pemadam kebakaran meliputi kategori: sangat sesuai untuk lokasi stasiun pemadam, sesuai, cukup sesuai dan lokasi yang tidak direkomendasikan untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran.
Kata Kunci: kebakaran perkotaan; penyediaan air bersih; risiko kebakaran; stasiun pemadam kebakaran, SIG, Sistem Pakar
i
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa baraakaatuh’
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Dzat yang Maha Mulia,
atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan disertasi ini sebagai salah satu persyaratan akademik
guna memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Arsitektur,
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.
Judul yang diangkat dalam disertasi ini adalah Model Penentuan Lokasi Prasarana Mitigasi Bencana Kebakaran Perkotaan sebagai Salah Satu Dasar Penataan Ruang Wilayah Kota Pantai (Penerapan di Kota Kendari). Dasar pemikiran penulis dalam melakukan penelitian ini
adalah intensitas kejadian kebakaran yang semakin meningkat di Kota
Kendari dalam setiap tahunnya serta dampak yang ditimbulkan telah
menimbulkan banyak kerugian. Penulis melihat beberapa permasalahan
dalam sistem dan alokasi prasarana mitigasi bencana kebakaran di Kota
Kendari sehingga layanan waktu respon terhadap kejadian kebakaran beserta penanganannya menjadi lamban.
Penulisan disertasi ini dapat terlaksana berkat bantuan dari beberapa
pihak, baik yang berupa materiil maupun moril, baik secara langsung
maupun tidak langsung, perorangan maupun lembaga yang telah
memberikan kontribusi dalam penyelesaian penyusunan disertasi ini, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan
menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ananto Yudono, M.Eng, selaku Promotor dan Ketua
Program Studi S3 Ilmu Arsitektur, Bapak Dr. Eng. M. Isran Ramli, ST,
MT selaku Ko-Promotor, dan Bapak Dr. Ir. Arifuddin Akil, MT juga
selaku Ko-Promotor, atas bimbingan, arahan dan waktu yang telah
diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi dan memberikan kuliah
ii
selama penulis menempuh pendidikan pada Program Studi Ilmu
Arsitektur, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.
2. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu M.A selaku Rektor Universitas
Hasanuddin, Bapak Dr.–Ing. Ir. Wahyu H. Piarah, MSME, selaku
Dekan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Dr. Eng.
Rosady Mulyadi, ST, MT, selaku Ketua Departemen Arsitektur, serta
seluruh dosen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, khususnya dosen di Program Studi S3 Ilmu Arsitektur, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh
pendidikan program S3 pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Hasanuddin, dan memberikan bekal ilmu dan pengetahuan bagi
penulis untuk menyelesaikan disertasi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. M. Ramli Rahim, M. Eng, yang telah
memberikan saran dan masukan dalam pemilihan tema penelitian ini,
pada awal studi penulis.
4. Orang tua, Papa Drs. H. Marhum Taridala yang selalu memberikan
wejang dan Mama Hj. Hanami Laami, perempuan hebat nan berhati
mulia, yang tiada henti-hentinya bermunajat dan memberikan
dukungan yang tulus kepada ananda penulis untuk dapat
menyelesaikan studi doktor ini.
5. Saudara: kakak/adik yang selalu memotivasi dan memberi dukungan
moril yang tiada henti selama penulis menempuh pendidikan Program
Doktor (S3) di Program Studi Ilmu Arsitektur Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin, hingga selesainya studi ini.
6. Terkhusus kepada yang tercinta, Syatra Rasyid, SE yang setia
mendampingi, selalu memberikan semangat dan dorongan untuk bisa
menyelesaikan studi ini, tetap bersabar dan tawakkal dalam
menghadapi segala persoalan dan kendala yang penulis hadapi
selama menempuh pendidikan di Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Hasanuddin, Makassar.
iii
7. Rekan-rekan kuliah di Program Studi Ilmu Arsitektur Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Hasanuddin Angkatan I (2014), II (2015) dan III
(2016), yang selama ini menjadi teman seperjuangan dalam menempuh pendidikan, sekaligus teman berdiskusi dan saling
memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi ini. Semoga
proses ini menjadi bagian dari motivasi dan pemberi semangat untuk
menyelesaikan studi kita di jenjang ini.
8. Para sahabatku yang selalu menjadi teman setia, membantu dalam
kesulitan (Bang Edho, Mas Cahyo, Muhtar “Opet”, Yayat, Kak Taslim,
Muzakkar, Bang Jack, dr. Tika, Bu Ayu, Pak Andi Bachtiar, Pak
Mursyid, Pak Nas, Pak Yahya, Pak Rahman, Pak Ashari, Ibu Uni, Ibu
Wiwi, Ibu Imri, Ibu Sari, Iksan Rustam Tamburaka), hormat buat
semuanya.
9. Kepada rekan-rekan Angkatan ‘95 Planologi Universitas “45”
Makassar, teman-teman Studio Mawar F11 Makassar, teman-teman Laboratorium Urban Planning and Design, adik-adik di CKnet Unhas,
yang telah memberikan dukungan dan semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
10. Seluruh keluarga, teman dan sahabat yang tidak disebutkan pada
bagian prakata ini. Motivasi, doa dan perhatian buat penulis selama
ini, semoga menjadi pahala di hadapan Allah. Sukses ini sukses kita bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan disertasi ini masih terdapat
beberapa kekurangan dan kelemahan, karena itu penulis berharap
masukan, saran dan kritikan kepada semua pihak demi kesempurnaan dari hasil karya tulis ilmiah ini, dan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada cabang ilmu Artificial Intelligence
untuk penerapan model dalam penanganan bencana kebakaran di
kawasan perkotaan.
iv
Akhir kata, penulis memohon maaf jika selama dalam proses
perkuliahan hingga selesainya studi ini terdapat perkataan dan/atau
perbuatan tidak berkenan yang penulis lakukan, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Wassalam
Makassar, ..... Agustus 2017
SABRILLAH TARIDALA
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
i
v
ix
xi
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Ruang Lingkup/Batasan Penelitian
F. Definisi dan Istilah G. Sistematika BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model
B. Bencana
C. Kerentanan
D. Perencanaan Ruang Wilayah Kota
E. Api dan Kebakaran Perkotaan F. Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran
G. Stasiun Pemadam Kebakaran H. Sistem Pakar (Expert System)
1. Sejarah
1 1
9
10
11
13
15 17
19
19
23
29
31
35
39
42
45
45
vi
2. Konsep Dasar
3. Faktor Kepastian (Certainty Factor)
4. Pelacakan ke Depan (Forward Chaining) I. Analityc Hierarchy Process (AHP)
J. Sistem Informasi Geografis
1. Konsep Dasar
2. Sistem Informasi Geografis untuk Kebakaran K. Kebaruan (Novelty)
L. Kerangka Konseptual
M. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian
B. Lokasi dan Waktu
C. Populasi dan Teknik Sampel D. Instrumen Pengumpulan Data
E. Analisis Data
1. Konsep Umum Perancangan Sistem
2. Pengembangan Sistem BAB IV TINJAUAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Tinjauan Fisik Wilayah Penelitian
1. Geografis
2. Topografi
3. Geologi
4. Jenis Tanah
5. Geomorfologi
6. Hidrologi
7. Klimatologi
B. Tinjauan Sarana dan Prasarana Wilayah Penelitian
1. Sarana Perumahan
2. Sarana Perdagangan dan Jasa
3. Sarana Perkantoran
47
60
64 66
69
69
73
75 84
86
94
94
95
97 100
105
105
107
119
119 119
120
121
122
125
126
127
128
128
129
130
vii
4. Sarana Pendidikan
5. Sarana Kesehatan
6. Jaringan Jalan 7. Jaringan Kelistrikan
8. Jaringan Air Minum
C. Tinjauan Khusus Kebakaran Perkotaan
1. Kejadian Kebakaran
2. Kantor dan Pos Pelayanan Pemadam Kebakaran (fire station)
3. Kendaraan Pemadam Kebakaran (fire engine)
4. Alat Pemadam Api/Kebakaran
5. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran 6. Petugas Pemadam Kebakaran (firefighter)
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Akuisisi Pengetahuan
1. Risiko Kebakaran Perkotaan
2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran
3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran
B. Representasi Pengetahuan
1. Risiko Kebakaran Perkotaan 2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran
3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran
C. Proses Inferensi
1. Risiko Kebakaran Perkotaan
2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran
3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran
D. Implementasi
1. Risiko Kebakaran Perkotaan
2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran
3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran
131
132
133 134
135
136
136
138
140
141
142
143
144 145
149
150
152
154
155 161
167
173
173
179
185
192
193
194
194
viii
E. Pengujian
1. Risiko Kebakaran Perkotaan
2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran 3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran
F. Model Lokasi Potensial Prasarana Mitigasi Bencana
Kebakaran BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
C. Penemuan (findings) DAFTAR PUSTAKA
195
197
200 202
204
209
209 213
214
216
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3. Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15.
Tabel 16.
Tabel 17.
Interpretasi nilai Certainty Factor
Interpretasi nilai bobot
Skala dasar penilaian dalam Metode AHP Penelitian terdahulu yang relevan
Definisi operasional penelitian
Populasi dan sampel penelitian
Luas wilayah Kota Kendari berdasarkan kecamatan,
Tahun 2015
Rata-rata suhu dan kelembaban udara menurut bulan
di Kota Kendari, Tahun 2015
Jumlah curah hujan dan hari hujan menurut bulan di
Kota Kendari, Tahun 2015
Jumlah sarana perdagangan di Kota Kendari, Tahun
2015 Banyaknya sarana pelayanan jasa di Kota Kendari,
Tahun 2015
Banyaknya sarana pendidikan dasar dan menengah
(negeri) menurut kecamatan di Kota Kendari, Tahun
2015
Banyaknya sarana kesehatan (negeri) menurut kecamatan di Kota Kendari, Tahun 2015
Panjang jalan menurut kewenangan, jenis permukaan,
kondisi dan kelas jalan di Kota Kendari (Kilometer),
Tahun 2015
Banyaknya pelanggan listrik PLN menurut kecamatan
di Kota Kendari, Tahun 2015 Kejadian kebakaran di Kota Kendari, Tahun 2012-2016 Rules penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari
63
63
67 78
86
99
120
127
128
130
130
131
133
134
135
137
155
x
Tabel 18.
Tabel 19.
Tabel 20.
Tabel 21.
Tabel 22.
Tabel 23.
Tabel 24.
Tabel 25.
Tabel 26.
Rules penentuan sistem jaringan air bersih untuk
pemadaman kebakaran di Kota Kendari Rules alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota
Kendari Output model penilaian risiko bencana kebakaran di
Kota Kendari dengan GIS grid-based
Output model jaringan air bersih untuk pemadaman
kebakaran di Kota Kendari dengan GIS grid-based
Output model alokasi stasiun pemadam kebakaran di
Kota Kendari dengan GIS grid-based
Kesesuaian output model penilaian tingkat risiko
kebakaran terhadap kondisi aktual kejadian kebakaran
di Kota Kendari
Kesesuaian output model terhadap faktor penghambat
pada penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari Kesesuaian output model terhadap faktor penghambat
penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman
kebakaran di Kota Kendari Kesesuaian output model terhadap faktor penghambat
pada alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari
161
168
193
194
194
199
200
201
203
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12. Gambar 13.
Gambar 14.
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
Gambar 18.
Gambar 19.
Gambar 20.
Rasio jumlah penduduk Kota Kendari terhadap
kota/kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi
Tenggara, Tahun 2015 Konsep pembangunan/pengembangan model
Kerangka konsep kota tahan/tangguh bencana
Proses terjadinya api
Arsitektur Sistem Pakar
Arsitektur sederhana Sistem Pakar berbasis aturan
Komponen Sistem Pakar Struktur skema Sistem Pakar (Expert System)
Teknik forward chaining
Proses inferensi forward chaining
Struktur data vektor
Struktur data raster Kerangka pikir penelitian
Rancangan penelitian
GIS Grid-based Kota Kendari
Model pengambilan keputusan Sistem Pakar dan
Sistem Informasi Geografis
Kerangka umum perancangan Sistem Pakar untuk kebakaran perkotaan
Proses akuisisi pengetahuan Sistem Pakar untuk
kebakaran perkotaan
Hasil urutan prioritas parameter untuk penilaian risiko kebakaran (tahap akuisisi) dengan aplikasi Expert
Choice
Hasil urutan prioritas parameter untuk penilaian sistem
jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran
6
22
28
36
51
54
56
57
65
66
71
72 85
95
104
107
109
148
150
151
xii
Gambar 21.
Gambar 22.
Gambar 23.
Gambar 24.
Gambar 25.
Gambar 26.
Gambar 27.
Gambar 28.
Gambar 29.
Gambar 30.
Gambar 31.
Gambar 32.
perkotaan (tahap akuisisi) dengan aplikasi Expert
Choice
Hasil urutan prioritas parameter untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran (tahap akuisisi) dengan aplikasi Expert Choice
Matriks representasi penilaian tingkat risiko kebakaran
di Kota Kendari
Matriks representasi penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari
Matriks representasi alokasi stasiun pemadam
kebakaran di Kota KendarI Proses input data ke grid-based untuk kebutuhan
inferensi penilaian tingkat risiko kebakaran dengan
aplikasi SIG Proses input nilai bobot parameter untuk kebutuhan
inferensi penilaian tingkat risiko kebakaran dengan
aplikasi SIG
Hasil input nilai bobot parameter untuk kebutuhan
inferensi penilaian tingkat risiko kebakaran dengan aplikasi spreadsheet
Diagram alir proses inferensi penilaian tingkat risiko
kebakaran di Kota Kendari Proses inferensi oleh inference engine untuk penilaian
tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari
Nilai-nilai risiko kebakaran perkotaan hasil inferensi
penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari Proses input data ke grid-based untuk kebutuhan
inferensi jaringan air bersih untuk pemadaman
kebakaran dengan aplikasi SIG
Proses input nilai bobot parameter untuk kebutuhan
inferensi jaringan air bersih untuk pemadaman
153
160
167
172
175
175
176
177
178
179
181
181
xiii
Gambar 33.
Gambar 34.
Gambar 35.
Gambar 36.
Gambar 37.
Gambar 38.
Gambar 39.
Gambar 40.
Gambar 41.
Gambar 42.
Gambar 43.
kebakaran dengan aplikasi SIG
Hasil input nilai bobot parameter untuk kebutuhan
inferensi jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dengan aplikasi spreadsheet
Diagram alir proses inferensi penentuan sistem
jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di
Kota Kendari Proses inferensi oleh inference engine untuk
penentuan sistem jaringan air bersih untuk
pemadaman kebakaran di Kota Kendari
Nilai-nilai hasil inferensi dalam penentuan sistem
jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di
Kota Kendari
Proses input data ke grid-based untuk kebutuhan
inferensi alokasi stasiun pemadam kebakaran dengan
aplikasi SIG
Proses input nilai bobot parameter untuk kebutuhan
inferensi alokasi stasiun pemadam kebakaran dengan
aplikasi SIG
Hasil input nilai bobot parameter untuk kebutuhan inferensi alokasi stasiun pemadam kebakaran dengan
aplikasi spreadsheet
Diagram alir proses inferensi alokasi stasiun
pemadam kebakaran di Kota Kendari Proses inferensi oleh inference engine untuk alokasi
stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari
Nilai-nilai hasil inferensi alokasi stasiun pemadam
kebakaran di Kota Kendari
Implementasi Sistem Pakar berbasis SIG dalam
penilaian risiko bencana kebakaran perkotaan pada
Aplikasi SIG
182
183
184
185
187
188
188
190
191
192
193
xiv
Gambar 44.
Gambar 45.
Gambar 46.
Gambar 47.
Gambar 48.
Gambar 49.
Gambar 50.
Gambar 51.
Gambar 52.
Gambar 53.
Gambar 54.
Gambar 55.
Implementasi Sistem Pakar berbasis SIG pada
jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran
perkotaan dalam Aplikasi SIG Implementasi Sistem Pakar berbasis SIG untuk
alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan pada
Aplikasi SIG Verifikasi bug terhadap coding penilaian risiko
bencana kebakaran perkotaan dengan FORTRAN Grafik perbandingan output model penilaian tingkat
risiko kebakaran terhadap kondisi aktual kejadian
kebakaran di Kota Kendari Tumpang susun output sistem terhadap faktor
penghambat pada penilaian tingkat risiko kebakaran di
Kota Kendari Verifikasi bug terhadap coding jaringan air bersih
untuk kebakaran perkotaan dengan FORTRAN Tumpang susun output model terhadap faktor
penghambat penentuan sistem jaringan air bersih
pemadaman kebakaran di Kota Kendari Verifikasi bug terhadap coding alokasi stasiun
pemadam kebakaran perkotaan dengan FORTRAN
Tumpang susun output model terhadap faktor
penghambat pada alokasi stasiun pemadam
kebakaran di Kota Kendari
Model tingkat risiko bencana kebakaran di Kota
Kendari berdasarkan Sistem Pakar berbasis SIG
Model sistem jaringan air bersih untuk mitigasi
kebakaran di Kota Kendari berdasarkan Sistem Pakar
berbasis SIG
Model alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota
Kendari berdasarkan Sistem Pakar berbasis SIG
194
195
198
199
200
201
202
202
203
205
206
207
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3. Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15. Lampiran 16.
Lampiran 17.
Kejadian kebakaran di Kota Kendari, Tahun 2012
Kejadian kebakaran di Kota Kendari, Tahun 2013
Kejadian kebakaran di Kota Kendari, Tahun 2014
Kejadian kebakaran di Kota Kendari, Tahun 2015
Kejadian kebakaran di Kota Kendari, Tahun 2016
Pengujian faktor penentu (tahap akuisisi pengetahuan) dengan Expert Choice
Sampel uji (validasi) kesesuaian data histori kejadian
kebakaran dengan output model penilaian tingkat risiko
bencana kebakaran di Kota Kendari
Sampel uji (validasi) kesesuaian data histori kejadian kebakaran dengan output model penilaian tingkat risiko
bencana kebakaran di Kota Kendari
Sampel uji (validasi) kesesuaian data histori kejadian kebakaran dengan output model penilaian tingkat risiko
bencana kebakaran di Kota Kendari
Sampel uji (validasi) kesesuaian data histori kejadian kebakaran dengan output model penilaian tingkat risiko
bencana kebakaran di Kota Kendari
Sampel uji (validasi) kesesuaian data histori kejadian kebakaran dengan output model penilaian tingkat risiko
bencana kebakaran di Kota Kendari
Peta batas wilayah administrasi Kota Kendari
Peta kemiringan lereng Kota Kendari
Peta penutupan lahan Kota Kendari, Tahun 2015
Peta kondisi hidrologi Kota Kendari Peta kawasan terbangun Kota Kendari, Tahun 2015
Peta kawasan rawan banjir dan longsor Kota Kendari
xvi
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.
Lampiran 21
.
Lampiran 22.
Peta stasiun pemadam kebakaran Kota Kendari, Tahun
2016
Peta sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari
Peta tingkat risiko bencana kebakaran di Kota Kendari
berdasarkan Sistem Pakar berbasis SIG
Peta sistem jaringan penyediaan air bersih pendukung
mitigasi bencana kebakaran di Kota Kendari berdasarkan Sistem Pakar berbasis SIG
Peta alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari
berdasarkan layanan waktu respon dengan Sistem Pakar
berbasis SIG
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kawasan perkotaan di Indonesia mengalami
peningkatan dalam setiap tahunnya, hal ini terindikasi oleh semakin
meluasnya wilayah perkotaan, munculnya pusat-pusat pertumbuhan baru
dan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal dan
beraktivitas di kawasan perkotaan. Saat ini sebanyak 53 persen penduduk
Indonesia telah menjadi masyarakat perkotaan dan menetap di daerah
perkotaan (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015).
Budihardjo dan Sujarto (1999) secara implisit mengutarakan bahwa
secara umum faktor penyebab perkembangan kawasan perkotaan
tersebut adalah pertambahan penduduk secara alami dan/atau karena
proses migrasi. Kedua faktor tersebut menimbulkan dampak bagi kota,
yaitu meningkatnya kebutuhan terhadap prasarana dan sarana pelayanan
umum, sarana pelayanan jasa dan perdagangan, transportasi, air bersih
dan prasarana lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan juga
memberikan dampak terhadap perubahan dan perkembangan aspek fisik
dan non-fisik kota, antara lain perubahan penggunaan Iahan, kepadatan
penduduk, kebutuhan transportasi, hiburan, peningkatan keamanan dan
aspek lainnya.
2
Realitas umum perkembangan kota di Indonesia saat ini adalah
pertumbuhan fisik ruang perkotaan yang tidak ditunjang oleh daya dukung
lingkungan, perangkat dan regulasi yang ketat, akibatnya kota tumbuh dan
berkembang secara tidak terkontrol dan terkendali. Penataan ruang kota
yang dilakukan secara baik, akan mewujudkan keharmonisan antara
lingkungan alam dan lingkungan buatan serta mewujudkan perlindungan
fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang kota (Yunus, 2000). Penataan ruang kota tersebut
juga akan meningkatkan kemampuan atau mengurangi kerentanan
wilayah terhadap berbagai risiko negatif yang mungkin terjadi, baik yang
timbul secara alami maupun non-alami.
Kegiatan penataan ruang secara sistematis dimulai dari tahap
perencanaan, pemanfaatan, hingga pada kegiatan pengendalian
pemanfaatan ruang. Salah satu aspek penting dan sering terabaikan
dalam penataan ruang kota dan wilayah adalah aspek kebencanaan.
Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana yang cukup tinggi
karena geografis wilayahnya yang terletak pada daerah khatulistiwa
dengan morfologi yang beragam, adanya aktivitas pergerakan lempeng
tektonik aktif di sekitar perairan Indonesia, rangkaian gunung api aktif
serta sesar geologi yang merupakan zona rawan bencana gempa bumi
dan tanah longsor. Potensi bencana tersebut meliputi potensi bahaya
utama, seperti gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung api, tsunami,
banjir, dan potensi bahaya ikutan, seperti kebakaran, wabah penyakit dan
3
konflik sosial. Potensi tertinggi bahaya ikutan berada pada wilayah
perkotaan, yang memiliki kepadatan penduduk tinggi, kompleksitas
penggunaan lahan, pemusatan aktivitas penduduk perkotaan, material
bangunan, dan adanya daerah-daerah permukiman kumuh perkotaan.
Bencana terjadi ketika bahaya atau ancaman (hazard) bertemu dengan
suatu kondisi wilayah atau masyarakat yang rentan (vulnerability), yang
memiliki kemampuan rendah atau tidak memiliki kemampuan (capacity)
untuk menanggapi atau menghadapi bahaya tersebut. Gabungan antara
kedua hal tersebut menyebabkan terganggunya kehidupan masyarakat,
seperti kehancuran rumah, kerusakan harta benda, pengungsian bahkan
timbulnya korban jiwa (ISDR, 2004).
Besarnya tingkat risiko wilayah perkotaan di Indonesia terhadap
bencana dapat terlihat dari kerentanan yang dimiliki wilayah tersebut,
yang meliputi kerentanan fisik wilayah, sosial kependudukan dan ekonomi.
Kerentanan fisik menggambarkan perkiraan tingkat kerusakan terhadap
prasarana dan sarana lingkungan jika ada faktor berbahaya tertentu, pada
aspek sosial kependudukan dan ekonomi berkaitan terhadap kapasitas
dan kondisi masyarakat dalam menghadapi bencana (Putri dan Zulkaidi,
2014).
Kebakaran merupakan salah satu jenis bencana yang sering terjadi
pada kawasan perkotaan dan non-perkotaan. Pada kawasan perkotaan,
kejadian kebakaran utamanya terjadi pada daerah berpenduduk padat
atau pada daerah yang memiliki aktivitas tinggi, seperti kawasan
4
komersial. Pada daerah non-perkotaan, kebakaran terjadi pada wilayah
hutan, baik yang memiliki vegetasi yang rapat ataupun bervegetasi jarang.
Chainey dan Ratcliffe (2005) menuliskan bahwa wilayah perkotaan yang
berpenduduk padat, berkontribusi terhadap peningkatan kerentanan
kebakaran perkotaan. Risiko bahaya kebakaran perkotaan dapat dikurangi
melalui konsep perencanaan kota yang baik, seperti: penggunaan lahan
yang efisien dan sistem pola jalan yang mendukung aksesibiliitas
kendaraan pemadam kebakaran.
Konishi, dkk (2007) memberikan gambaran tentang beberapa metode
tindakan pemadaman kebakaran yang telah digunakan di dunia, selain
metode pemadaman kebakaran yang menggunakan jaringan jalan
sebagai jalur kendaraan pemadam kebakaran (fire engine). Di Amerika
pada Departemen Pertanian Amerika Serikat telah menggunakan
teknologi pemadaman kebakaran melalui udara (aerial firefighting) untuk
pemadaman kebakaran hutan, yaitu dengan menggunakan armada
helikopter. Demikian pula halnya di Jepang, teknologi tersebut telah
digunakan puluhan kali dalam setahun untuk menanggulangi kebakaran
hutan. Pada kejadian kebakaran di kawasan perkotaan di Jepang,
pemadaman kebakaran melalui udara tidak lagi digunakan karena
menjatuhkan air dalam kapasitas yang besar (sekitar 1,5 ton) pada atap
gedung atau bangunan merupakan tindakan yang tidak efektif yang dapat
merusak bangunan. Selain alasan tersebut, tindakan operasional
pemadaman kebakaran melalui udara hanya terbatas pada siang hari,
5
karena penerbangan di atas wilayah yang berbukit atau pegunungan dan
kota-kota di malam hari sangat berbahaya bagi penerbangan.
Pemadaman kebakaran perkotaan di Jepang menggunakan helikopter
pernah dilakukan ketika terjadi kebakaran dalam skala besar, yaitu setelah
kejadian gempa bumi dahsyat pada tahun 1995, dimana kondisi jalan kota
secara umum mengalami kerusakan yang menghambat kendaraan
pemadam kebakaran, rusaknya sistem hidran air, serta banyaknya pohon-
pohon besar yang roboh.
Kemajuan dalam tindakan pemadaman kebakaran perkotaan lainnya
yang dipandang cukup maju adalah penggunaan teknologi terbaru yang
mengolah sumber air laut (air bergaram) sebagai sumber air untuk
memadamkan api atau kebakaran kota di wilayah pesisir, seperti yang
telah dilakukan di Amerika. Teknologi tersebut merupakan suatu harapan
bagi kota pesisir di Indonesia untuk dapat mengolah potensi sumber daya
air lautnya menjadi sumber air potensial untuk tindakan pemadaman
kebakaran, sehingga penanganan kebakaran dapat dilakukan dengan
responsif.
Kota Kendari secara tipologi adalah kota pesisir atau kota pantai,
merupakan kota dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Sulawesi
Tenggara. Tahun 2015 jumlah penduduknya mencapai 347.496 jiwa,
dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 3,3
persen. Gambaran kependudukan tersebut tersaji pada Gambar 1.
6
Gambar 1: Rasio jumlah penduduk Kota Kendari terhadap kota/kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Tenggara, Tahun 2015
(Sumber: Kota Kendari dalam Angka, BPS Kota Kendari, 2016)
Kota Kendari memiliki luas wilayah daratan paling kecil yaitu 267,37
Km2, atau 0,7 persen dari luas wilayah daratan Provinsi Sulawesi
Tenggara (BPS Kota Kendari, Tahun 2016). Jumlah penduduk yang
banyak dengan luas wilayah yang relatif kecil berpotensi menimbulkan
permasalahan bagi lingkungan perkotaan, seperti kepadatan bangunan,
penggunaan lahan yang tidak beraturan, sanitasi yang buruk, prasarana
jalan yang tidak memadai, tumbuhnya bangunan-bangunan semi
permanen atau darurat yang bersifat temporer, hingga pada peningkatan
kriminalitas. Mantra (2005) menuliskan bahwa kerentanan terhadap
bencana kebakaran di kawasan perkotaan meliputi: kondisi lingkungan
(lebar jalan masuk, ketersediaan lapangan atau parkir), struktur
bangunan dan jarak antar bangunan.
7
Bencana kebakaran di Kota Kendari sering terjadi dan menimbulkan
kerugian material yang tidak sedikit. Tingkat kebakaran tersebut pada
tahun 2015 mengalami peningkatan hingga 30 persen dari tahun
sebelumnya, tercatat telah terjadi 149 peristiwa kebakaran pada tahun
2015 dan 113 kejadian kebakaran pada tahun 2014 (Lampiran 1).
Penyebab dominan kebakaran tersebut didominasi oleh hubungan arus
pendek listrik, pembakaran sampah dan pembakaran lahan. Beberapa hal
utama yang yang mempengaruhinya yaitu material bangunan yang mudah
terbakar, jaringan jalan yang sempit, kerusakan jalan, tidak tersedianya
sumber air potensial alternatif untuk pemadaman dan jumlah stasiun
pemadam kebakaran yang minim. Peristiwa kebakaran terbesar pada
tahun 2015 telah mengakibatkan kerugian hingga ratusan milyar rupiah.
Kebakaran tersebut terjadi pada kawasan bangunan perusahaan PT.
Daka Samudera, yang berjarak 15 kilometer dari stasiun pemadam
kebakaran Kota Kendari. Armada pemadam kebakaran tiba di lokasi
kejadian >15 menit setelah bencana kebakaran terjadi (Dinas Pemadam
Kebakaran Kota Kendari, Tahun 2016).
Fenomena bencana kebakaran yang sering terjadi tersebut merupakan
salah satu konsekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk beserta
aktivitasnya. Infrastruktur perkotaan yang kurang memadai dan
ketidaksiapan serta ketidakmampuan masyarakat dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran menjadi salah satu
titik kerentanan wilayah terhadap bencana.
8
Penelitian mengenai kebakaran perkotaan ini adalah langkah penting
dan mendesak yang harus dilakukan karena intensitas kejadian
kebakaran beserta dampaknya yang terjadi di Kota Kendari hingga saat ini
semakin tinggi dan telah menimbulkan banyak kerugian. Penelitian ini
akan menghasilkan model penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi
bencana kebakaran perkotaan sebagai suatu inovasi pengetahuan dan
teknologi. Pemodelan yang dilakukan tersebut merupakan upaya
pencegahan, mitigasi dan peningkatan kesiapsiagaan dalam manajemen
bencana kebakaran di Kota Kendari untuk menghadapi kejadian bencana
atau memperkecil risiko dan dampak bencana yang mungkin ditimbulkan
sehingga kejadian kebakaran dapat diantisipasi, tidak berakibat fatal dan
berulang.
Besarnya risiko, kerusakan dan dampak kerugian yang ditimbulkan
akibat dari bencana kebakaran menjadikan penelitian ini sebagai bagian
dari solusi mitigasi bencana kebakaran, yang diharapkan akan
menghasilkan pengembangan terhadap model penataan ruang kawasan
perkotaan yang mampu memberikan perlindungan bagi warganya
terhadap ancaman bahaya kebakaran, menghilangkan penyebab-
penyebab ancaman atau mengurangi potensi bahaya, mengurangi
kerentanan dan meningkatkan kapasitas terhadap unsur-unsur fisik
wilayah yang memiliki risiko bencana.
9
B. Rumusan Masalah
Bahaya bencana kebakaran dapat terjadi dimana saja dengan sedikit
atau tanpa peringatan sama sekali, sehingga sangat penting bersiap siaga
terhadap bahaya bencana untuk mengurangi risiko dan/atau dampaknya
yang dapat terjadi secara merata, melalui proses yang berlangsung
secara tiba-tiba ataupun secara perlahan. Di Kota Kendari, terdapat
beberapa permasalahan utama mengenai kejadian kebakaran, yaitu: (1)
kebakaran di Kota Kendari sering terjadi dan menimbulkan kerugian
material yang banyak, bahkan menimbulkan korban jiwa, (2) tidak
tersedianya sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran,
meliputi: sumber air potensial, model jaringan dan hidran kota, (3) jumlah
stasiun pemadam kebakaran yang ada hanya berjumlah satu unit, untuk
pelayanan seluruh wilayah kota dan layanan waktu respon pemadam
kebakaran terhadap lokasi kejadian rata-rata >15 menit setelah peringatan
kejadian kebakaran, dan (4) alokasi prasarana mitigasi bencana
kebakaran tidak mendukung ruang wilayah kota terhadap upaya mitigasi
bencana kebakaran perkotaan.
Upaya manajemen bencana kebakaran perkotaan dalam perspektif
penataan ruang dapat dilakukan melalui melalui kegiatan perencanaan
dan pelaksanaan tindakan-tindakan dalam pengurangan risiko atau
dampak bencana kebakaran, yang dilakukan sebelum bencana tersebut
terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan risiko
jangka panjang. Kegiatan antisipasi ini bukan hanya menciptakan
10
lingkungan fisik perkotaan yang nyaman, tetapi juga mampu
mengantisipasi potensi-potensi bencana yang mungkin terjadi pada masa
yang akan datang.
Manajemen bencana kebakaran secara efektif merupakan suatu
bagian penting untuk dicapai. Dari kerangka permasalahan tersebut,
dirumuskan empat pertanyaan penelitian yang merupakan kegiatan
manajemen bencana pada tahap pra-bencana, yaitu:
1. Bagaimana model penilaian tingkat risiko bencana kebakaran?
2. Bagaimana model jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran
pada kawasan perkotaan?
3. Bagaimana model alokasi stasiun pemadam kebakaran berdasarkan
layanan waktu respon?
4. Bagaimana model penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi
bencana kebakaran perkotaan sebagai salah satu dasar penataan
ruang wilayah kota pantai?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara
konseptual adalah untuk mengembangkan suatu model mitigasi bencana
kebakaran perkotaan sebagai dasar yang digunakan dalam penataan
ruang wilayah kota pantai yang responsif terhadap upaya mitigasi
bencana kebakaran perkotaan.
11
Pencapaian tujuan utama diperoleh melalui rangkaian pembahasan
secara rinci terhadap beberapa faktor yang berpengaruh kuat dan saling
berkaitan erat dengan pengembangan model ruang wilayah perkotaan.
Secara spesifik tujuan relevan dengan tujuan utama penelitian ini yaitu:
1. Untuk menemukan model penilaian risiko bencana kebakaran yang
menggambarkan tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari.
2. Untuk menemukan model jaringan penyediaan air bersih pendukung
mitigasi bencana kebakaran pada kawasan perkotaan Kota Kendari.
3. Untuk menemukan model alokasi stasiun pemadam kebakaran
berdasarkan pada layanan waktu respon.
4. Untuk menemukan model penentuan lokasi potensial prasarana
mitigasi bencana kebakaran perkotaan sebagai salah satu dasar
penataan ruang wilayah kota pantai.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang kebakaran perkotaan ini diharapkan dapat
menjawab rumusan permasalahan dan mencapai tujuan penelitian.
Manfaat penelitian ini dibedakan dalam manfaat teoretis dan manfaat
praktis. Manfaat teoretis yang diharapkan, yaitu:
1. Menjadi model atau model alternatif yang efektif dan efisien untuk
meningkatkan kemampuan kota pantai dalam upaya mitigasi bencana
kebakaran perkotaan.
12
2. Model mitigasi bencana kebakaran perkotaan menjadi dasar dalam
penataan ruang kota pantai yang diharapkan akan memperkecil risiko
dan dampak bencana yang ditimbulkan, meningkatkan antisipasi dan
mengurangi intensitas kejadian kebakaran bahkan meniadakan
bencana kebakaran perkotaan.
3. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang mitigasi bencana
kebakaran perkotaan melalui penemuan baru dalam pengembangan
Sistem Pakar (Expert System) berbasis Sistem Informasi Geografis
(SIG).
Manfaat praktis yang dapat diperoleh adalah:
1. Teridentifikasinya besaran tingkat risiko bencana kebakaran di Kota
Kendari.
2. Adanya model jaringan penyediaan air bersih untuk mendukung upaya
pemadaman kebakaran di Kota Kendari.
3. Teridentifikasinya pengalokasian stasiun pemadam kebakaran di Kota
Kendari secara tepat berdasarkan tingkat risiko kebakaran.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan pemadam kebakaran di Kota
Kendari dalam upaya pencegahan dan pengurangan risiko kebakaran.
5. Memberikan perlindungan bagi warga perkotaan terhadap ancaman
bahaya kebakaran, mengurangi kerentanan fisik wilayah perkotaan,
menghilangkan penyebab-penyebab ancaman atau mengurangi
potensi bahaya kebakaran perkotaan.
13
6. Membantu Pemerintah Kota Kendari dalam pengambilan kebijakan
yang berkaitan dengan mitigasi bencana kebakaran perkotaan.
E. Ruang Lingkup/Batasan Penelitian
Ruang lingkup atau batasan penelitian ini merupakan upaya untuk
memberikan lingkup atau batasan terhadap aspek yang akan diteliti.
Batasan ini akan menentukan konsep utama dari permasalahan yang ada,
sehingga penelitian dapat dimengerti secara mudah dan baik. Batasan
penelitian ini dipandang sangat penting untuk mendekatkan pada pokok
permasalahan yang akan dibahas, agar tidak terjadi kerancuan atau
penafsiran yang salah dalam menginterpretasikan hasil penelitian.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan ruang
lingkup atau batasan penelitian tentang kebakaran perkotaan ini adalah:
1. Permasalahan yang diangkat sebagai tema penelitian merupakan isu
yang cukup menarik minat bagi peneliti.
2. Isu kebakaran perkotaan merupakan bagian dari unsur penataan
ruang kota yang cukup penting dan mendesak untuk diselidiki.
3. Variabel-variabel yang dipakai untuk pemecahan masalah penelitian
ini, dapat dianalisis dan diuji berdasarkan data-data yang cukup mudah
diperoleh dari hasil observasi lapangan maupun dari data sekunder.
4. Penelitian yang dilakukan masih dalam kemampuan peneliti, dalam hal
pembiayaan dan tenaga.
14
5. Model mitigasi bencana kebakaran yang diperoleh dari hasil penelitian
ini dapat digunakan atau diaplikasikan oleh pihak pemerintah daerah
dalam upaya pengurangan risiko bencana pada kawasan perkotaan,
berdasarkan aspek pembiayaan dan efektifitas.
Ruang lingkup penelitian menjadi penegasan terhadap batasan-
batasan objek yang akan diteliti, sehingga penelitian ini akan menjadi lebih
terfokus dan masalah menjadi semakin jelas. Ruang lingkup atau batasan-
batasan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Lokasi penelitian adalah wilayah yang termasuk dalam bagian wilayah
administrasi Kota Kendari.
2. Konsep penanggulangan kebakaran perkotaan yang diteliti adalah
konsep pemadaman darat, yaitu metode tindakan pemadaman
kebakaran yang menggunakan jaringan jalan sebagai jalur kendaraan
pemadam kebakaran.
3. Variabel-variabel yang digunakan pada kegiatan penelitian ini untuk
mengukur tingkat risiko kebakaran perkotaan, penyediaan jaringan air
bersih untuk pemadaman kebakaran, pengalokasian stasiun pemadam
kebakaran serta model mitigasi bencana kebakaran perkotaan sebagai
dasar penataan ruang kota pantai merupakan unsur-unsur utama yang
dipandang berpengaruh terhadap kebakaran perkotaan, melingkupi:
(a) kondisi fisik wilayah yang meliputi: kemiringan lereng, ketinggian
wilayah, vegetasi dan kondisi hidrologi, (b) kondisi non-fisik wilayah,
meliputi: riwayat kejadian kebakaran, kepadatan bangunan, tingkat
15
risiko kebakaran dan aksesibilitas, dan (c) prasarana dan sarana
perkotaan, meliputi: jaringan jalan, fasilitas perkotaan, bangunan
hunian, jaringan air bersih dan hidran kota.
4. Populasi penelitian adalah seluruh penggunaan lahan yang
terklasifikasi dalam unit lahan, dalam cakupan wilayah Kota Kendari.
5. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi: kegiatan
wawancara (wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur),
observasi dan dokumentasi.
6. Pengembangan model kebakaran perkotaan menggunakan
pendekatan Sistem Pakar yang berbasis Sistem Informasi Geografis
(SIG) yang diterapkan dalam susunan grid-grid atau kisi yang
bereferensi geografis dengan ukuran 50 meter x 50 meter.
F. Definisi dan Istilah
Definisi dan istilah ini dimaksudkan untuk persamaan persepsi dan
menghindari kerancuan atau perbedaan penafsiran dalam mengartikan
istilah-istilah dalam penelitian ini, serta mempermudah pembaca dalam
memahami isi dan gambaran objek yang diteliti. Definisi dan batasan
pengertian tersebut antara lan:
1. Sistem adalah sekumpulan objek atau elemen yang tergabung dalam
suatu interaksi dan interdependensi yang teratur, bertujuan untuk
menyelesaikan suatu sasaran.
2. Model adalah gambaran operasional dari suatu sistem yang
sebenarnya (nyata) ke dalam bentuk yang disederhanakan, yang
16
melibatkan elemen-elemen yang secara langsung terlibat dalam
permasalahan yang akan dipecahkan untuk mencapai tujuan
penelitian.
3. Lokasi potensial adalah lokasi yang berpotensi untuk dialokasikan
sarana dan prasarana pelayanan publik, kaitannya terhadap upaya
pencegahan, penanggulangan dan peningkatan kemampuan wilayah
terhadap bahaya atau risiko kebakaran di kawasan perkotaan yang
didasarkan pada kriteria-kriteria yang mempengaruhinya.
4. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan atau komponen-
komponen pelayanan publik yang berfungsi mendukung kegiatan-
kegiatan publik agar dapat berlangsung sebagaimana mestinya.
5. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk melancarkan
pelaksanaan fungsi atau memberikan kemudahan dalam
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan masyarakat pada
berbagai aspek.
6. Bencana kebakaran adalah suatu situasi atau kondisi dimana suatu
tempat atau lahan atau bangunan dilanda oleh api, menimbulkan
ancaman atau gangguan yang mengakibatkan kerugian atau
kerusakan yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat.
7. Mitigasi bencana kebakaran adalah upaya pengurangan risiko
bencana dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana
kebakaran.
17
8. Penataan ruang wilayah kota adalah proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kota yang dilaksanakan secara sekuensial.
9. Kota pantai adalah kawasan perkotaan yang terdiri dari daerah-daerah
daratan, lahan-lahan pantai dan wilayah perairan lepas pantai.
10. Simulasi adalah proses desain suatu model logis atau matematis dari
suatu sistem nyata dan selanjutnya melakukan eksperimen berbasis
komputer terhadap model tersebut untuk mendapatkan deskripsi dan
prediksi dari sistem yang sebenarnya.
G. Sistematika
Sistematika pembahasan disertasi ini memberikan gambaran secara
garis besar mengenai bagian-bagian isi tulisan, yang meliputi bagian
pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan jadwal
pelaksanaan kegiatan penelitian.
Sistematika ini secara rinci, meliputi: Bagian Pertama merupakan
bagian pendahuluan yang memuat latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup atau batasan
penelitian, terminologi serta sistematika pembahasan, Bagian Kedua berisi
tentang kajian pustaka, yaitu landasan teori yang berkenaan dengan topik
penelitian, kebaruan (novelty) penelitian dan kerangka konseptual
penelitian, Bagian Ketiga berisi tentang metodologi kegiatan penelitian,
yaitu rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, instrumen
18
pengumpulan data, definisi operasional dan analisis data untuk
perancangan sistem, Bagian Keempat memuat tentang tinjauan umum
Kota Kendari sebagai wilayah penelitian, Bagian Kelima memuat tentang
hasil penelitian yang telah dilakukan beserta pembahasannya, dan Bagian
Keenam merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dan saran-
saran berdasarkan perolehan hasil penelitian serta hasil penemuan
peneliti.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Model
Model dalam tinjauan umum merupakan suatu pengganti sistem yang
sesungguhnya. Beberapa model yang telah dihasilkan dan digunakan
hingga saat ini, cukup memudahkan pekerjaan sebagai pengganti dari
sistem yang sebenarnya. Perencanaan arsitektural, pekerjaan pada
bidang sumber daya air, grafik ekonom hingga pada kegiatan diagnosis
macam penyakit oleh kecerdasan buatan, merupakan contoh dari bentuk
suatu model.
Model adalah representasi beberapa aspek dari sistem yang nyata.
Model sangat berguna untuk membantu kita dalam mempelajari atau
mendalami sesuatu hal yang baru. Banyak dari kita yang telah
membangun melalui penggunaaan model. Melakukan pemodelan
sangatlah menyenangkan untuk bereksperimen. Pemodelan adalah suatu
proses yang berulang melalui percobaan dan perbaikan kesalahan (trial
and error). Model ini biasanya dibangun melalui langkah-langkah yang
kompleks hingga pada suatu bentuk simulasi yang teliti dan dinamis
(Ford, 2009).
Mananoma dan Soetopo (2008) mengatakan bahwa model memegang
peranan penting di bidang ilmu pengetahuan. Dari sisi ekonomi, model
dapat menghemat waktu dan biaya ataupun komoditi berharga lainnya.
Pemodelan bisa juga dilakukan untuk menghindari risiko kerusakan pada
20
sistem nyata. Dengan demikian sebuah model diperlukan jika percobaan
dengan sistem nyata menjadi terhalang karena mahalnya pembiayaan,
berbahaya ataupun merupakan sesuatu yang tidak mungkin untuk
dilakukan.
Simamarta (1983) menjelaskan bahwa model adalah abstraksi dari
sistem yang sebenarnya dalam gambaran yang lebih sederhana serta
mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh, atau dengan
kata lain model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan
perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya. Berdasarkan
fungsinya, model dapat digolongkan pada beberapa bagian, yaitu:
1. Model deskriptif, yaitu model yang hanya menggambarkan situasi
sebuah sistem tanpa rekomendasi dan peramalan, contohnya peta
organisasi.
2. Model prediktif, yaitu model yang menunjukkan apa yang akan terjadi,
bila sesuatu terjadi.
3. Model normatif, yaitu model yang menyediakan jawaban terbaik
terhadap satu persoalan. Model ini memberi rekomendasi tindakan-
tindakan yang perlu diambil, contohnya model budget advertensi,
model ekonomi dan model pemasaran.
Model juga dikategorikan dalam tiga macam model yaitu model statis,
model statis komparatif dan model dinamis. Model statis menggambarkan
tentang fenomena kejadian pada saat ini. Model statis komparatif
merupakan model yang membandingkan beberapa fenomena dengan
21
kejadian yang berbeda dalam suatu waktu. Model dinamis merupakan
model yang dapat dikembangkan untuk menunjukkan perubahan over
time permintaan dan pasokan. Model ini juga merefleksikan perubahan
melalui simulasi ataupun berdasarkan waktu nyata (realtime) dan
menghitung komponen secara konstan dengan memasukkan beberapa
alternatif tindakan yang akan datang (McGarney dan Hannon, 2004).
Sebuah model dapat berupa bentuk, ukuran dan corak. Hal ini sangat
penting untuk menekankan bahwa model bukanlah dunia nyata tetapi
dibangun untuk membantu manusia dalam memahami sistem di dunia
nyata. Secara umum semua model memiliki masukan (input) informasi,
pemrosesan informasi (processing), dan hasil yang diharapkan (output).
Unsur-unsur pokok yang secara umum digunakan dalam pengembangan
suatu model yaitu: (1) pembuatan asumsi yang disederhanakan, (2)
identifikasi batasan kondisi atau kondisi awal, dan (3) pemahaman
terhadap tingkat penerapan model. Beberapa jenis model yang ada yaitu:
(1) Model Konseptual (Conceptual Models), (2) Model Demonstrasi
Interaktif (Interactive Lecture Demonstrations Models), (3) Model
Matematika dan Statistik (Mathematical and Statistical Models), dan (4)
Model Visualisasi (Visualizations Models) (Ford, 2009). Ilustrasi proses
pembangunan dan/atau pengembangan suatu model seperti yang terlihat
pada Gambar 2.
22
Gambar 2: Konsep pembangunan/pengembangan model (Sumber: Ford, 2009)
Loucks dkk (1981) mengatakan bahwa terdapat dua pendekatan dasar
dalam menyelesaikan model-model perencanaan yaitu simulasi dan
optimasi. Kaitannya terhadap metode penelitian yang dilakukan peneliti,
Loucks dkk (1981) mengungkapkan bahwa suatu metode simulasi tidak
dapat mengidentifikasi kebijakan operasi serta desain yang optimal, akan
tetapi merupakan suatu cara yang sempurna untuk mengevalusi hasil
yang diharapkan dari setiap pelaksanaan desain dan kebijakan operasi.
Suatu model dapat dimodelkan dengan hanya mengikutsertakan
karakteristik-karakteristik penting dari suatu sistem sebenarnya. Aspek-
aspek dari sistem sebenarnya yang tidak memiliki kontribusi signifikan
terhadap sistem tersebut tidak diikutsertakan pada model yang
dirancang. Hal ini dilakukan karena aspek-aspek tersebut hanya akan
mangaburkan hubungan antara masukan (input) dan keluaran (output)
dari sistem yang disimulasikan (McGarney dan Hannon, 2004). Taha
23
(1992) mengungkapkan persepsinya tentang pemodelan, bahwa asumsi
suatu sistem nyata diwujudkan dari sistem nyata dengan menentukan
faktor-faktor dominan (variabel, kendala dan parameter) yang
mengendalikan perilaku dari sistem nyata.
B. Bencana
Bencana telah lama ada sejak kehidupan manusia dimulai. Untuk
merespon hal tersebut, secara individual ataupun kelompok, telah banyak
pendekatan yang digunakan dalam upaya manajemen bencana yang
bertujuan untuk mengurangi risiko dan dampak berbahaya dari bencana
tersebut. Manajemen bencana yang komprehensif didasarkan pada empat
komponen, meliputi:
1. Mitigasi (mitigation).
2. Kesiapsiagaan (preparedness).
3. Tanggap darurat (response).
4. Pemulihan (recovery).
Saat ini secara perlahan-lahan banyak negara berkembang yang semakin
menyadari tentang pentingnya kegiatan manajemen bencana, yang
dilakukan melalui pendekatan yang lebih baik dan cukup aman untuk
meminimalkan bahaya atau risiko bencana. Juga semakin dipahami
bahwa partisipasi masyarakat merupakan salah satu faktor kunci
kesuksesan dalam pelaksanaan pengurangan risiko bencana. Seluruh
24
parameter penting dalam manajemen bencana harus dipertimbangkan
agar potensi kerusakan dapat diminimalisir (Waheed, 2014).
Rachmat (2002) menjelaskan bahwa manajemen bencana merupakan
seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan
bencana, yaitu kondisi sebelum bencana, saat bencana dan sesudah
terjadinya bencana, atau dikenal sebagai siklus manajemen bencana.
Kegiatan manajemen bencana secara umum dibagi dalam tiga kegiatan
utama, yaitu:
1. Kegiatan pra-bencana, mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan serta peringatan dini. Kegiatan ini sangat penting,
dimana telah dilakukan persiapan dalam menghadapi bencana dan
pasca bencana, sehingga akan memperkecil dampak bencana yang
mungkin ditimbulkan.
2. Kegiatan saat terjadi bencana, yang mencakup kegiatan tanggap
darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti: kegiatan
penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi, bantuan darurat dan
kegiatan pengungsian.
3. Kegiatan pasca bencana, mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi
dan rekonstruksi. Bertujuan untuk perbaikan kondisi masyarakat yang
terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan
sarana pada keadaan semula.
Harrison dan Williams (2016) menyatakan bahwa bencana semestinya
tidak hanya dipandang sebagai suatu kondisi tanggap darurat saja, atau
25
merupakan hal yang tidak dapat diprediksi kejadiannya, melainkan harus
dilihat sebagai suatu risiko dengan siklus yang telah terjadi selama sekian
lama. Seharusnya kegiatan mitigasi dan adaptasi terhadap bencana
dibuat secara permanen dan dimplementasikan dalam kebijakan dan
perencanaan kota. Beberapa negara di dunia ini seperti Jepang, telah
banyak berinvestasi terhadap penyediaan infrastruktur sebagai alat
perlindungan terhadap bahaya alam, gempa bumi dan tsunami.
Berdasarkan pengalaman, Jepang menilai adanya saling keterkaitan
secara sistemik dari suatu bencana, yaitu bencana alam yang terjadi,
seperti gempa bumi, dapat menimbulkan potensi bencana lainnya, dalam
artian dapat menyebabkan bencana ikutan, seperti kebakaran dan
lainnya.
Bencana, di negara lain seperti di Indonesia, juga merupakan
permasalahan yang harus ditangani secara serius.
Kusumastuti et al (2014) menggambarkan bahwa Indonesia merupakan
salah satu negara yang termasuk dalam kategori rawan bencana, tempat
dimana tiga lempeng besar dunia bertemu, yaitu Lempeng Indo-Australia,
Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Interaksi antar lempeng-lempeng
tersebut menghasilkan aktivitas seismik yang kuat, seperti gempa bumi
dan letusan gunung berapi, dan jenis-jenis bencana alam, misalnya
tsunami, angin topan dan kekeringan. Bencana alam yang terjadi memiliki
dampak yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat di daerah
bencana. Mengingat dampak yang cukup signifikan dari kejadian bencana
26
alam tersebut, sangat penting untuk melakukan penilaian terhadap tingkat
risiko bencana. Hal ini akan sangat membantu pemerintah dalam
mengembangkan kerangka kerja komprehensif atau kebijakan untuk
meminimalkan dampak negatif bencana. Selain itu, tingkat pemahaman
terhadap risiko bencana harus ditindaklanjuti dengan melakukan penilaian
terhadap tingkat ketahanan terhadap bencana. Ketahanan terhadap
bencana yaitu kapasitas atau kemampuan masyarakat dalam
mengantisipasi, mempersiapkan, menanggapi dan pulih dari dampak
bencana.
Prinsip dasar manajemen bencana adalah pengurangan dampak
bencana melalui mobilisasi program secara efisien yang melibatkan
keterlibatan dan partisipasi aktif seluruh pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholders). Secara umum, manajemen bencana yang efisien akan
memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian hasil dari dampak
bencana yang ditimbulkan (Ha, 2016). Pada wilayah perkotaan, Walters
dan Gaillard (2014) menuliskan pandangannya bahwa kerentanan dan
bahaya bencana terhadap wilayah perkotaan tidak terjadi secara alami,
tetapi terbangun dan dibentuk oleh karakter pembangunan yang terjadi,
pemerintahan dan struktur manajemen perkotaan serta proses-proses
sosial, ekonomi dan politik yang kompleks.
Kota yang memiliki ketahanan atau ketangguhan terhadap bencana
(resilient city) adalah kota yang mempunyai sistem fisik wilayah dan
masyarakat yang terintegrasi dan terangkai secara baik. Sistem fisik
27
wilayah meliputi lingkungan terbangun dan lingkungan alami, seperti
bangunan, jaringan jalan, infrastruktur, vegetasi, topografi, dan sistem
alami lainnya. Masyarakat dan kelembagaan yang ada membentuk
sosiologi perkotaan yang sama pentingnya. Ketika bencana terjadi, sistem
fisik merupakan bagian pertama yang terkena dampak bencana, dan
dengan kemampuannya dalam mengatasi dan beradaptasi terhadap
situasi bencana, menjadikannya bagian yang sangat penting bagi masa
depan kota (Greeshma dan Kumar, 2016). Girardet (2004) menuliskan
bahwa kota yang tahan atau tangguh terhadap bencana adalah kota yang
telah bersiap menghadapi ancaman dari semua jenis bahaya bencana
yang mengancam. Kota tersebut juga memiliki kemampuan pulih secara
cepat, yaitu kembali ke kondisi semula seperti sebelum terjadinya
bencana. Godschalk, (2003) juga memberikan pernyataan mengenai kota
yang tangguh terhadap bencana, yaitu suatu kota yang mampu
menangani berbagai jenis ancaman bencana tanpa menimbulkan
kekacauan situasi atau kerusakan permanen pada saat terjadi ancaman.
Kota yang tangguh terhadap bencana dirancang dengan tujuan untuk
mengantisipasi, mampu bertahan hidup, dan pulih dari dampak bencana.
Kota tersebut akan bersifat fleksibel terhadap berbagai gangguan
bencana.
Konsep tentang ketangguhan kota juga dinyatakan oleh Mandala
(2013), bahwa ketangguhan kota merupakan konsep yang berkorelasi
dengan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
28
Konsep ini bukan didorong, akan tetapi diadakan dengan dukungan
inovasi (inovation), mitigasi (mitigation) dan adaptasi (adaptation):
1. Mitigasi, merupakan upaya pengurangan risiko yang disesuaikan
dengan kapasitas objek, yakni objek itu sendiri sesuai kapasitasnya.
2. Adaptasi, merupakan penyesuaian (diri) terhadap risiko, yang
disesuaikan dengan bahaya dan kerentanan yang ada pada objek.
3. Inovasi, merupakan kerangka waktu (time frame) pengimplementasian
kegiatan yang dianggap baru dalam penanganan risiko, yang
sebenarnya diluar kebiasaan kapasitas yang ada pada objek.
Pada bagian lain, Renald et al (2016) mengatakan bahwa pembentukan
ketahanan suatu kota terhadap bencana, memiliki empat faktor yang
saling berkaitan erat dan saling mempengaruhi, yaitu: penataan ruang,
adaptasi, mitigasi bencana dan inovasi teknologi. Hubungan masing-
masing aspek dalam konsep ketangguhan kota tersebut digambarkan
dalam bentuk kerangka seperti pada Gambar 3.
Gambar 3: Kerangka konsep kota tahan/tangguh bencana (Sumber: Renald et al., 2016)
29
C. Kerentanan
Tingginya aktivitas penduduk perkotaan menyebabkan peluang
terjadinya kebakaran di kawasan perkotaan menjadi lebih besar. Kondisi
umum, yang mencakup faktor fisik wilayah, sosial ekonomi, politik dan
budaya, menjadi salah satu potensi bagi sekelompok masyarakat atau
komunitas lebih rentan tertimpa suatu bencana. Kerentanan (vulnerability)
berkaitan erat dengan kondisi kemampuan masyarakat dalam
mempersiapkan diri menghadapi bahaya atau ancaman bencana.
Kerentanan dapat menunjukkan nilai dari potensi kerugian pada suatu
wilayah yang terkena bencana, baik berupa nilai lingkungan, materi,
korban jiwa, tatanan sosial dan lainnya.
Penilaian tingkat kerentanan membutuhkan analisis faktor kontekstual
yang kompleks dan beragam. Definisi tentang risiko dan kerentanan harus
diperluas maknanya, sehingga dimungkinkan dilakukannya identifikasi
efek diferensial pada populasi dari berbagai kategori (Kelly, 1995). Tingkat
kerentanan yang tinggi akan menimbulkan risiko bencana yang semakin
besar. Pada peristiwa kebakaran perkotaan, risiko memungkinkan
terjadinya kerusakan, mengancam keselamatan jiwa manusia, kerugian
harta benda, mengancam keamanan publik. Hal ini disebabkan karena
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara peristiwa atau
kecelakaan kebakaran dengan tingkat kerentanan perkotaan, yang
mungkin menimbulkan konsekuensi negatif atau kerugian, seperti
mengganggu kegiatan perekonomian dan lingkungan (Yong, 2013).
30
Kerentanan yang dimiliki akan menjadi ancaman dalam upaya
kesiapsiagaan menghadapi bencana. Menurut ISDR (2004), ancaman
merupakan suatu kondisi, gejala atau aktivitas manusia yang berpotensi
menimbulkan korban jiwa, kerugian material, kerusakan tatanan sosial dan
lingkungan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kerentanan terhadap
bencana, dikelompokkan pada empat bagian, yaitu:
1. Kerentanan fisik, berkenaan dengan kelemahan atau kekurangan
wilayah atau lokasi dan lingkungan terbangun, seperti bangunan,
infrastruktur lingkungan dan konstruksi lainnya.
2. Kerentanan sosial, berkenaan dengan kehidupan individu, komunitas,
dan masyarakat pada umumnya, termasuk aspek yang berkaitan
dengan jaminan keamanan, jaminan hak asasi, sistem pemerintahan,
persamaan sosial, nilai sosial, ideologi, dan kelompok usia.
3. Kerentanan ekonomi, sangat bergantung pada kondisi ekonomi
masyarakat, komunitas serta tingkatan di atasnya. Jumlah kaum
miskin, komposisi jumlah perempuan yang tidak berimbang dan usia
lanjut, juga meningkatkan kerentanan ekonomi. Kelompok ini dianggap
sebagai kelopok paling rentan apabila terjadi bencana. Secara umum,
ekonomi yang lemah akan meningkatkan tingkat kerentanan ekonomi.
4. Kerentanan ekologi lingkungan, termasuk di dalamnya peningkatan
penurunan sumberdaya alam serta status degradasi sumberdaya
lingkungan, termasuk gangguan keanekaragaman hayati, mutu tanah
atau air bersih.
31
D. Perencanaan Ruang Wilayah Kota
Perencanaan spasial atau perencanaan tata ruang adalah suatu
proses yang rasional dan sistematis yang berpengaruh terhadap kondisi
wilayah atau kawasan pada masa yang akan datang. Proses ini
melingkupi kegiatan identifikasi, proses analisis dan pencapaian hasil
guna memberikan petunjuk bagi publik dan pihak swasta. Perencanaan
spasial tersebut merupakan jenis perencanaan yang terkait dengan aturan
ruang fisik wilayah dan mengarahkan kegiatan di masa yang akan datang
berdasarkan kesesuaian dan prinsip-prinsip yang dapat diterima.
Perencanaan spasial biasa juga disebut perencanaan penggunaan lahan
atau perencanaan kota/daerah (Ran dan Budic, 2016).
Fuseini dan Kemp (2015) menuliskan bahwa kegiatan perencanaan
penggunaan lahan perkotaan merupakan kunci yang memiliki peran
utama dalam upaya mencapai pembangunan yang berkelanjutan, dimana
populasi dunia saat ini banyak yang telah tinggal dan menetap di daerah
perkotaan, di tengah tantangan degradasi lingkungan, kerawanan pangan
dan pemekaran fisik wilayah kota ke daerah-daerah di sekitarnya secara
tidak terstruktur (urban sprawl). Namun, mengintegrasikan tiga elemen inti
dari pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan ekonomi,
pelestarian lingkungan atau ekologi dan pembangunan sosial dan/atau
keadilan terhadap hak (equity) ke dalam perencanaan penggunaan lahan
bukanlah hal yang mudah dan tanpa konflik. Hu et al (2016) menjelaskan
lebih lanjut bahwa dalam perencanaan penggunaan lahan perkotaan,
32
sangat penting untuk melakukan penyelidikan terhadap indikator-indikator
perkotaan secara sistematis dan holistik untuk mengetahui berbagai
fenomena perkotaan yang saling berkaitan, seperti penggunaan lahan,
transportasi, penduduk, dan lainnya. Pemahaman terhadap interaksi dari
faktor-faktor tersebut sangatlah penting untuk mengevaluasi kondisi aktual
perkotaan secara akurat, dan secara efektif dipakai untuk menentukan
bagaimana merencanakan dan merancang sistem perkotaan termasuk
dalam hal pengidentifikasian infrastruktur dan layanan publik, serta
sumberdaya yang perlu tersedia, termasuk penditribusiannya.
Struktur tata ruang kota yang efisien akan mengurangi biaya produksi
rata-rata bagi kelompok tenaga kerja, menciptakan teknologi komunikasi
yang efisien, membantu memecahkan masalah insentif keruangan,
memberikan motivasi psikologis bagi publik, mempromosikan inovasi
teknologi serta pengembangan bisnis dan jaringan sosial. Bentuk tata
ruang kota yang efisien merupakan suatu efektifitas biaya dalam
penyediaan infrastruktur yang terintergrasi, seperti halnya penggunaan
lahan dengan transportasi. Hal ini juga akan meningkatkan efisiensi
pemerintah daerah dalam hal fiskal dan keuangan, melalui pengaturan
pola tata ruang kota secara tepat. Bentuk tata ruang kota yang efisien,
yaitu melakukan pemisahan penggunaan lahan yang tidak sesuai atau
yang bertentangan. Struktur tata ruang yang efisien akan meningkatkan
kualitas hidup dan meningkatkan pelestarian ruang terbuka, lahan
33
pertanian, dan lingkungan perkotaan sehingga akan membantu
meningkatkan daya saing dan daya tarik kota (Ding, 2009).
United Nation (2008) menuliskan bahwa perencanaan tata ruang
sebagian besar adalah merupakan fungsi dari sektor publik yang
mempengaruhi distribusi kegiatan keruangan di masa depan. Hal ini
bertujuan untuk menciptakan konsep penggunaan ruang wilayah yang
lebih rasional beserta keterkaitannya, untuk menyeimbangkan
pembangunan dengan tuntutan kebutuhan dalam rangka perlindungan
terhadap lingkungan, dan untuk pencapaian tujuan sosial dan ekonomi
masyarakat. Perencanaan tata ruang terdiri atas langkah-langkah yang
terkoordinasi yang meningkatkan dampak spasial dari kebijakan sektoral
sehingga tercapai pemerataan pembangunan ekonomi wilayah. Oleh
karena itu perencanaan tata ruang merupakan alat pendongkrak yang
sangat penting untuk memajukan pembangunan yang berkelanjutan dan
meningkatkan kualitas hidup. Perencanaan tata ruang merupakan
instrumen utama untuk pembangunan jangka panjang, kerangka
berkelanjutan untuk pembangunan sosial, wilayah dan ekonomi, baik
dalam maupun antar negara. Peran utamanya adalah untuk meningkatkan
integrasi antara sektor seperti perumahan, transportasi, energi dan
industri, serta untuk meningkatkan sistem pembangunan perkotaan dan
pedesaan pada skala nasional dan lokal, termasuk pertimbangan
terhadap aspek lingkungan.
34
Dokumen United Nation (2008) lebih lanjut menuliskan bahwa
perencanaan tata ruang berfungsi regulasi dan berfungsi sebagai
mekanisme pembangunan. Pada fungsinya sebagai suatu mekanisme
peraturan, pemerintah di tingkat lokal, regional dan/atau nasional
memberikan persetujuan untuk kegiatan tertentu pada suatu ruang.
Sebagai mekanisme pembangunan, pemerintah harus mengelaborasi
perangkat pembangunan untuk menyediakan layanan dan infrastruktur,
untuk menetapkan arah pembangunan perkotaan, untuk melestarikan
sumberdaya, untuk menetapkan insentif dalam kegiatan investasi, dan
lainnya. Perencanaan tata ruang bertujuan untuk:
1. Meningkatkan hubungan perwilayahan melalui pembangunan sosial
dan ekonomi yang lebih seimbang serta meningkatkan daya saing
daerah.
2. Mendorong pengembangan dan pembangunan yang dihasilkan melalui
fungsi perkotaan dan meningkatkan hubungan antara kota dan desa.
3. Meningkatkan aksesibilitas yang lebih seimbang.
4. Mengembangkan akses informasi dan pengetahuan.
5. Mengurangi kerusakan lingkungan.
6. Meningkatkan dan melindungi sumberdaya dan warisan alam.
7. Meningkatkan warisan budaya sebagai aspek pembangunan.
8. Mengembangkan sumber energi yang aman.
9. Mendorong peningkatan nilai keruangan dengan kualitas yang tinggi
dan pariwisata berkelanjutan.
35
10. Membatasi dampak bencana alam.
Prawiranegara (2014) mengungkapkan bahwa dengan meningkatkan
kualitas perencanaan dan pengelolaan tata ruang, serta
mengarusutamakan konsep penanggulangan rawan bencana, diharapkan
dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi dalam pengurangan
kerentanan dan peningkatan ketahanan wilayah terhadap bencana.
E. Api dan Kebakaran Perkotaan
Api adalah oksidasi cepat terhadap suatu material dalam proses
pembakaran kimiawi, yang menghasilkan panas, cahaya dan berbagai
hasil reaksi kimia lainnya. Api berupa energi berintensitas yang bervariasi
dan memiliki bentuk cahaya dan panas yang juga dapat menimbulkan
asap. Api merupakan hasil dari suatu reaksi berantai yang berlangsung
dengan sangat cepat, seimbang dan kontinyu antara tiga bahan
pembentuk api, yaitu bahan bakar, energi panas dan oksigen (NFPA,
2013). Tanpa adanya salah satu dari ketiga unsur tersebut, maka api tidak
akan timbul.
Api akan menjadi suatu kebakaran jika reaksi pembakaran tidak dapat
dikontrol dan secara umum menimbulkan kerusakan dan kerugian. Proses
terjadinya api dengan unsur-unsur pembentuknya diilustrasikan pada
Gambar 4.
36
Gambar 4: Proses terjadinya api (Sumber: NFPA, 2013)
Jasriadi, dkk (2015) menuliskan bahwa kebakaran adalah suatu reaksi
oksidasi yang terjadi karena proses pemanasan (eksotermis) dan
berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan
timbulnya api atau penyalaan. Lebih lanjut, pada NFPA (2013) dijelaskan
bahwa kebakaran adalah suatu bencana yang disebabkan oleh api atau
pembakaran yang tidak terkontrol, yang membahayakan jiwa manusia,
bangunan atau lingkungan, dapat terjadi secara sengaja atau tidak
disengaja. Kebakaran umumnya akan menyebabkan kerusakan pada
bangunan, dapat menimbulkan kecederaan atau kematian pada manusia.
Kebakaran adalah hal yang tidak dikehendaki karena menimbukan
kerugian baik harta benda maupun korban jiwa. Pada daerah perkotaan
yang berpenduduk padat, kebakaran merupakan bencana yang paling
37
sering terjadi. Sumber-sumber bahaya kebakaran umumnya berasal dari
ulah manusia, yaitu kelalaian dalam melakukan kegiatan seperti
memasak, membakar lahan, penggunaan alat elektronik yang tidak
terkontrol dan kebocoran gas. Selain faktor manusia, kejadian kebakaran
juga dapat disebabkan oleh kejadian alam seperti petir, gempa bumi,
letusan gunung api dan kekeringan. Proses membesarnya api dipengaruhi
oleh bahan bakar atau bahan yang mudah terbakar (combustible) yang
dilalui oleh api tersebut. Pada kawasan hunian, yang menjadi bahan bakar
dari kejadian kebakaran adalah bahan material bangunan yang terdapat di
kawasan tersebut. Semakin banyak jumlah material yang dapat terbakar di
daerah permukiman tersebut, maka akan semakin besar api yang
merambat dan berkembang. Jumlah bahan bakar yang mudah menyala
tersebut juga mempengaruhi lamanya api menyala. Ferreira (2016)
mengungkapkan bahwa pada kawasan perkotaan, teridentifikasi bahwa
kontributor potensial dalam peningkatan risiko kebakaran kota meliputi:
bangunan dengan bahan mudah terbakar yang utamanya berada pada
bangunan tradisional, kepadatan bangunan di pusat kota yang cukup
tinggi dengan jalanan yang sempit, dinding antar bangunan yang saling
berdekatan, serta bangunan kosong atau kumuh dengan instalasi listrik
yang telah terpasang sejak lama tanpa adanya perawatan yang memadai.
Perlindungan terhadap bencana kebakaran merupakan bagian yang
sangat penting bagi wilayah perkotaan dalam upaya pencegahan dan
pengurangan risiko bencana, hal ini merupakan dampak dari
38
perkembangan dan pembangunan kota yang terjadi secara cepat. Himoto
dan Tanaka (2012) menuliskan bahwa frekuensi terjadinya kebakaran
perkotaan di Jepang dari tahun 1950 hingga 1960-an mengalami
penurunan secara signifikan melalui penerapan sistem penanganan
kebakaran yang modern, yaitu melakukan pencegahan penyebaran
api/kebakaran sebelum terjadi perambatan. Pengurangan kebakaran
perkotaan juga dilakukan melalui peningkatan struktur ruang perkotaan
yaitu memperluas dimensi jalan-jalan yang sempit, mengalokasikan ruang
terbuka yang baru, dan melakukan penggantian pada bangunan yang
berstruktur kayu dengan bangunan yang lebih tahan terhadap api.
Waheed (2014) memberikan beberapa langkah-langkah yang dapat
dibuat dalam rencana penanggulangan bencana kebakaran di perkotaan,
meliputi:
1. Pemilihan daerah aman. Ketersediaan daerah terbuka pada kawasan
atau zona rawan bencana kebakaran dianggap sebagai daerah yang
relatif aman dari bencana kebakaran, sehingga dapat meminimalkan
dampak pada kondisi darurat.
2. Pemilihan jalur terbaik. Setelah pemilihan daerah aman dari sumber
bahaya utama kebakaran, dilakukan identifikasi jalur yang dianggap
aman dan ideal untuk penyediaan infrastruktur pada lokasi yang rentan
kebakaran.
3. Melakukan perawatan darurat dan pengangkutan korban yang cedera.
Perencanaan dan penyediaan sarana medis oleh pemerintah, dalam
39
upaya pengembangan penanggulangan bencana secara efektif pada
wilayah perkotaan.
F. Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran
Air bersih merupakan elemen penting dan menjadi kebutuhan utama
dalam pemenuhan keperluan hidup sehari-hari bagi masyarakat di
kawasan perkotaan. Hingga saat ini pemenuhan kebutuhan masyarakat
perkotaan terhadap air bersih masih cukup sulit. Beberapa penyebabnya
adalah keterbatasan kualitas air baku dan kapasitas produksinya serta
adanya faktor kehilangan air, baik secara teknis maupun non-teknis.
Keterbatasan penyediaan kebutuhan air bersih perkotaan akan
mempengaruhi kehidupan masyarakatnya, produktivitas ekonomi dan
kualitas kehidupan kota secara keseluruhan.
Kawasan perkotaan yang terus tumbuh dan berkembang menjadi
kawasan permukiman yang padat, kawasan komersial, kawasan
perkantoran dan kawasan lainnya menuntut adanya sistem penyediaan air
bersih yang memadai sebagai salah satu komponen prasarana kota yang
penting dan prioritas. Air bersih di kawasan perkotaan selain untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, juga diperlukan untuk kegiatan
pencegahan bencana kebakaran. Davis (2000) menuliskan bahwa air
merupakan alat pemadam kebakaran yang paling umum digunakan
karena melimpah, biayanya rendah dan efektif. Di daerah perkotaan, air
biasanya tersedia melalui jaringan pipa air bawah tanah. Hidran
40
ditempatkan melalui jaringan ini untuk mendapatkan akses bagi keperluan
pemadaman kebakaran. Penyediaan air pemadam kebakaran
memerlukan pertimbangan beberapa hal, antara lain: biaya, kemampuan
atau keandalan, mutu atau kualitas air, permintaan terhadap kebutuhan air
dan persyaratan akses melalui hidran kebakaran.
Bahaya kebakaran merupakan jenis bencana yang tidak dapat
diprediksi kejadiannya, dapat terjadi pada unit rumah, pada kawasan kecil
maupun dalam pada seluruh kota. Oleh karena itu. sangat penting bagi
suatu kawasan perkotaan untuk memiliki fasilitas pemadam kebakaran.
Toki et al (2011) menjelaskan bahwa kebakaran yang terjadi di daerah
padat penduduk pada wilayah perkotaan sebagian besar berkaitan
dengan kebiasaan atau perilaku manusianya. Risiko bencana kebakaran
tersebut dapat dikurangi atau bahkan ditiadakan melalui penyediaan
infrastruktur lingkungan perkotaan yang memadai, seperti keberadaan
hidran kebakaran di kawasan permukiman padat pada kota-kota di negara
maju.
Sistem prasarana air bersih untuk pemadam kebakaran yang terdapat
pada suatu kawasan perkotaan merupakan bagian dari sistem distribusi
air bersih. Olehnya tersebut pada perencanaan jaringan distribusi air
bersih, harus memperhitungkan kebutuhan air untuk pemadam kebakaran
selain kebutuhan air bersih untuk domestik. Kanta et al (2012)
menjelaskan tentang pentingnya jaringan air bersih untuk bencana
kebakaran perkotaan yaitu bahwa perancangan strategis sistem distribusi
41
air perkotaan yang efektif bertujuan untuk meminimalisir kerusakan
bencana kebakaran, memperkecil defisiensi kualitas air dan meminimalisir
biaya mitigasi bencana.
Fasilitas pemadam kebakaran berupa hidran yang disediakan pada
suatu kota dimaksudkan agar pada saat bahaya kebakaran terjadi,
petugas pemadam kebakaran dapat menggunakan langsung hidran-
hidran tersebut untuk memperoleh air bersih untuk tindakan pemadaman.
Olehnya itu hidran-hidran yang ada harus dapat mengalirkan air dengan
debit dan tekanan yang cukup untuk memadamkan kebakaran sesuai
dengan waktu pemadaman yang telah direncanakan.
Kualitas air untuk kegiatan pemadaman kebakaran dapat memiliki
kualitas yang sama dengan air bersih yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih kota, tetapi kualitas yang lebih rendah yaitu air yang
tidak dapat langsung digunakan sebagai air minum juga dapat digunakan.
Pemakaian air berkualitas rendah untuk pemadaman kebakaran tidak
boleh menimbulkan gangguan terhadap kualitas lingkungan, baik pada
saat ataupun setelah pemadaman dilakukan. Nolan (1998) menuliskan
bahwa secara umum terdapat dua kategori pasokan air untuk pemadaman
kebakaran, yaitu sumber air yang tidak terbatas, misalnya: laut, sungai,
danau, dan lainnya, dan sumber air yang yang terbatas, misalnya: tangki
penyimpanan, waduk/kolam penyimpanan air (reservoirs), saluran air yang
bersifat umum, dan lainnya.
42
Hickey (2008) menjelaskan bahwa saat ini sistem penyediaan air
bersih di Florida, Amerika telah memenuhi sekitar 60 persen kebutuhan
konsumen yang ada di kota tersebut. Penyediaan air bersih tersebut
bersumber dari air bergaram. Hal ini dilakukan setelah diterapkannya
teknologi terbaru yang uji cobanya dilakukan di Tampa Bay, Florida.
Teknologi ini memiliki harapan yang sangat besar bagi daerah-daerah
yang berada di wilayah pesisir di negara tersebut. Harapan ini merupakan
masa depan bagi banyak orang untuk sistem penyediaan air bersih di
daerah perkotaan. Lebih lanjut Hickey (2008) mengungkapkan bahwa
sistem penyediaan air bersih dengan menggunakan sumber air laut dan
air teluk untuk perlindungan kebakaran telah digunakan di wilayah Pantai
Timur dan Pantai Barat Amerika. Pada sistem ini, disediakan stasiun
pompa yang menyediakan pasokan air baik air dengan tekanan rendah
maupun yang bertekanan tinggi. Stasiun pompa ini diberi tanda atau label
khusus yaitu hidran kebakaran, terutama pada wilayah komersial dan
industri kota-kota besar seperti New York, Philadelphia dan San
Francisco.
G. Stasiun Pemadam Kebakaran
Peristiwa kebakaran yang sering terjadi di Kota Kendari telah banyak
menimbulkan kerugian material. Keberadaan stasiun dan petugas
pemadam kebakaran tidak mampu berbuat banyak untuk melakukan
tindakan pencegahan dan antisipasi terhadap bahaya kebakaran
43
perkotaan. Mantra (2005) menyebutkan bahwa untuk dapat
menanggulangi bahaya kebakaran yang terjadi, harus diketahui waktu
terjadinya kebakaran dan besarnya nyala api yang terjadi. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu respon rata-rata yang
dibutuhkan untuk memadamkan api, sebelum api menghabiskan material
bangunan yang mudah terbakar (combustible).
Seluruh wilayah perkotaan harus terlindung dari bahaya kebakaran,
stasiun pemadam kebakaran harus memiliki respon atau tanggap yang
cepat serta mampu memberikan pelayanan secara optimal. Stasiun
pemadam kebakaran menjadi prasyarat bagi ketersediaan fasilitas
perkotaan (Murray, 2013). Penelitian terdahulu mengenai perbandingan
waktu respon layanan kebakaran terhadap jumlah stasiun pemadam
kebakaran di Dubai, menunjukkan bahwa untuk waktu respon lima menit
membutuhkan 13 stasiun, waktu respon empat menit membutuhkan 20
stasiun dan waktu respon layanan selama tiga menit membutuhkan 25
stasiun (Badri et al., 1998).
Tzeng dan Chen (1999) menjelaskan bahwa penempatan lokasi
stasiun pemadam kebakaran secara efisien akan memecahkan beberapa
permasalahan, antara lain: (a) jarak yang dekat antara stasiun pemadam
kebakaran dengan tempat kejadian kebakaran dapat memperbaiki
efisiensi waktu respon/tanggap darurat, (b) akan meminimalisir tumpang
tindih pelayanan pemadam kebakaran dalam satu wilayah manajemen
kebakaran dalam hal perbaikan penggunaan sumberdaya, (c) dapat
44
memperkirakan kelayakan jumlah stasiun pemadam kebakaran dengan
mempertimbangkan trade-off antara kerugian bencana kebakaran yang
ditimbulkan dengan biaya pengadaan serta biaya operasional stasiun
pemadam kebakaran.
Peningkatan kepadatan penduduk dan terjadinya konsentrasi
bangunan pada kawasan perkotaan memungkinkan tingkat kerapatan
antar bangunan akan semakin tinggi, penggunaan lahan menjadi tidak
teratur, lebar jalan dalam kawasan semakin menyempit dan sanitasi
lingkungan akan semakin buruk. Kondisi tersebut sangat berpengaruh
besar terhadap tindakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
perkotaan. Dalam mitigasi bencana kebakaran dibutuhkan ketepatan dan
kecepatan dalam penanganannya. Beberapa hal yang sering menjadi
kendala dalam pelayanan pemadam kebakaran selama ini adalah sarana
dan prasarana pemadam kebakaran yang terbatas, lokasi pos pemadam
kebakaran yang jauh dari lokasi kejadian kebakaran, akses lokasi
bencana yang sulit dijangkau oleh armada, secara umum disebabkan oleh
hambatan lalu lintas, seperti kemacetan, dimensi jalan yang sempit,
adanya penumpukan kendaraan pada ruas jalan atau karena terjadinya
kerumunan orang.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Murray (2013) juga
memberikan gambaran bahwa sebagian besar daerah perkotaan di
California telah memiliki standar kinerja dan pedoman yang sama sesuai
dengan anjuran NFPA (National Fire Protection Association), yaitu
45
armada pemadam kebakaran telah berada pada lokasi kejadian
kebakaran dengan jangkauan waktu respon 9 menit, dari 90% panggilan.
Layanan waktu respon yang digunakan pada kawasan perkotaan dapat
bervariasi, misalnya, 8 menit waktu respon dari 85% panggilan. Hal ini
bertujuan agar perlindungan terhadap bahaya kebakaran perkotaan
dilakukan dengan respon yang cepat untuk sebagian besar panggilan
layanan. Penggunaan standar waktu respon layanan oleh stasiun
pemadam kebakaran tersebut merupakan upaya pengurangan risiko
korban jiwa dan kerugian harta benda.
NFPA 1710 (2001) dalam upaya pemadaman kebakaran di Amerika,
memiliki standar waktu respon atau waktu tanggap layanan pemadam
kebakaran yaitu empat menit (240 detik) atau kurang dari waktu tersebut
untuk ketibaan kendaraan pemadam kebakaran pertama kali sejak
terjadinya kebakaran, dan/atau delapan menit (480 detik) atau kurang dari
waktu tersebut untuk tindakan pemadaman kebakaran, sejak adanya
tanda peringatan kejadian kebakaran. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimalisasi bahaya atau risiko kebakaran.
H. Sistem Pakar (Expert System)
1. Sejarah
Sistem Pakar atau lebih dikenal dengan sebutan Expert System adalah
salah satu cabang ilmu kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Sistem
ini merupakan program komputer yang meniru proses pemikiran dan
46
pengetahuan pakar atau ahli untuk menyelesaikan suatu masalah yang
spesifik.
Perkembangan Artificial Intelligence merupakan terobosan baru dalam
dunia komputer. Artificial Intelligence berkembang setelah perusahaan
General Electric menggunakan komputer pertama kali di bidang bisnis.
Pada tahun 1956, istilah Artificial Intelligence mulai dipopulerkan oleh
John McCarthy sebagai suatu tema ilmiah di bidang komputer yang
diadakan di Dartmouth College. Pada tahun yang sama komputer
berbasis Artificial Intelligence pertama kali dikembangkan dengan nama
Logic Theorist yang melakukan penalaran terbatas untuk teorema
kalkulus. Perkembangan ini mendorong para peneliti untuk
mengembangkan program lain yang disebut sebagai General Problem
Solver (GPS). GPS merupakan prosedur yang dikembangkan teori mesin
logika, yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu komputer
“cerdas”. Inilah yang kemudian dianggap sebagai pendahulu dari Sistem
Pakar. Pada pertengahan tahun 1960 terjadi pergeseran dari general-
purpose menjadi special-purpose program dengan perkembangan dari
DENDRAL, yaitu suatu sistem mengidentifikasi struktur molekul suatu
komposisi kimia yang dikembangkan oleh E. Feigenbaum di Stanford
University. Program ini bertujuan untuk memecahkan berbagai jenis
masalah dan ternyata menjadi tugas yang sangat besar dan sangat berat
untuk dikembangkan. Setelah GPS, ternyata Artificial Intelligence banyak
dikembangkan dalam bidang permainan atau game. Banyak juga ahli
47
yang mengimplementasikan Artificial Intelligence dalam bidang bisnis dan
matematika (Kusumadewi, 2003).
Tahun 1972, Newell dan Simon memperkenalkan Teori Logika secara
konseptual yang kemudian berkembang pesat dan menjadi acuan
pengembangan sistem berbasis kecerdasan buatan lainnya. Tahun 1976,
sebenarnya program Sistem Pakar sudah dikembangkan secara modern,
yaitu MYCIN yang dibuat oleh Shortliffe dengan bahasa pemrograman
LISP. Program MYCIN menyimpan ±500 basis pengetahuan dan basis
aturan untuk mendiagnosis penyakit manusia. Program ini juga
mengimplementasikan metode penelusuran dan pemecahan masalah,
serta mengembangkan berbagai teori penting dalam kecerdasan buatan
seperti Metode Certainty Factor, Teori Probabilitas dan Teorema Fuzzy.
Dewasa ini program MYCIN menjadi acuan penting untuk pengembangan
Sistem Pakar secara modern karena di dalamnya telah terintegrasi semua
komponen standar yang dibutuhkan oleh Sistem Pakar itu sendiri.
Buchanan dan Feigenbaum juga mengembangkan bahasa pemrograman
DENDRAL pada tahun 1978. Bahasa pemrograman ini dibuat untuk
Badan Antariksa Amerika Serikat, yaitu NASA dan digunakan untuk
penelitian kimia di Planet Mars (Suryani, 2012).
2. Konsep Dasar
Sistem Pakar dalam implementasinya menerapkan kecerdasan buatan
untuk mempersempit dan memperjelas masalah-masalah tertentu.
Sebutan nama tersebut diperoleh sesuai dengan karakteristik utamanya,
48
yaitu menyediakan saran atau solusi dalam memecahkan masalah yang
berdasarkan pengetahuan para pakar. Durkin (1994) menjelaskan bahwa
Sistem Pakar (Expert System) adalah suatu program komputer yang
dirancang untuk memodelkan kemampuan penyelesaian masalah yang
dilakukan oleh seorang pakar atau ahli. Adapun ilmu pengetahuan
(knowlegde) dalam Sistem Pakar mungkin saja bersumber dari seorang
ahli atau pakar, atau ilmu pengetahuan yang umumnya terdapat dalam
buku, majalah, dan orang yang mempunyai pengetahuan tentang suatu
bidang ilmu pengetahuan.
Turban (1995) memberikan pengertian bahwa Sistem Pakar adalah
paket perangkat lunak pengambilan keputusan atau pemecahan masalah
yang dapat mencapai tingkat performa yang setara atau bahkan lebih
dengan pakar manusia di beberapa bidang khusus dan biasanya
mempersempit area permasalahan. Konsep dasar Sistem Pakar meliputi
unsur keahlian, ahli, pengalihan, inferensi, aturan (rule) dan kemampuan
menjelaskan. Keahlian yang dimaksudkan adalah suatu kelebihan
penguasaan pengetahuan pada bidang tertentu yang diperoleh dari
pelatihan, membaca, atau pengalaman. Sistem pakar tersusun oleh dua
bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan (development
environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment).
Lingkungan pengembangan Sistem Pakar digunakan untuk memasukkan
pengetahuan pakar ke dalam lingkungan Sistem Pakar, sedangkan
lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna yang bukan pakar guna
49
memperoleh pengetahuan pakar. Bagian-bagian Sistem Pakar tersebut
meliputi:
a. Antar muka (interface), merupakan mekanisme yang digunakan oleh
pengguna sistem pakar dalam berkomunikasi. Pada bagian ini terjadi
dialog antara program dan pemakai (user), yang memungkinkan
Sistem Pakar menerima instruksi dan informasi (input) dari pemakai,
juga memberikan informasi (output) kepada pemakai.
b. Basis pengetahuan (knowledge base), yaitu basis atau pangkalan
pengetahuan yang berisi fakta, pemikiran, teori, prosedur, dan
hubungannya satu dengan yang lain atau informasi yang terorganisasi
dan teranalisa yang diinputkan ke dalam komputer. Ada dua bentuk
pendekatan basis pengetahuan yang sangat umum digunakan, yaitu:
(1) pendekatan berbasis aturan (rule-based reasoning), dimana
pengetahuan direpresentasikan dalam suatu bentuk fakta (facts) dan
aturan (rules), bentuk representasi ini terdiri atas premis dan
kesimpulan. Pada pendekatan berbasis aturan, pengetahuan
dipresentasikan dengan menggunakan aturan berbentuk “jika-maka”
(if-then), dan (2) pendekatan berbasis kasus (case-based reasoning),
dimana basis pengetahuan, akan berisi solusi-solusi yang telah dicapai
sebelumnya, kemudian akan diturunkan suatu solusi untuk keadaan
atau fakta yang terjadi sekarang.
50
c. Akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition), merupakan akumulasi,
transfer dan transformasi keahlian dalam menyelesaikan masalah dari
sumber pengetahuan ke dalam program komputer.
d. Mesin inferensi (inference engine), merupakan program komputer yang
memberikan metodologi penalaran informasi yang ada dalam basis
pengetahuan dan dalam ruang kerja, serta untuk memformulasikan
kesimpulan. Mesin ini berperan sebagai otak Sistem Pakar. Bagian ini
berfungsi memandu proses penalaran terhadap suatu kondisi
berdasarkan basis pengetahuan yang tersedia. Di dalam mesin
inferensi terjadi proses manipulasi dan arahan kaidah, model dan fakta
disimpan dalam basis pengetahuan untuk mencapai kesimpulan.
e. Ruang kerja (workplace), merupakan memori kerja (working memory)
yang digunakan untuk menyimpan kondisi/keadaan yang dialami oleh
pengguna dan juga hipotesa serta keputusan sementara.
f. Fasilitas penjelasan, yaitu proses menentukan keputusan yang
dilakukan oleh mesin inferensi selama sesi konsultasi mencerminkan
proses penalaran seorang pakar. Fasilitas ini yang memberikan
informasi kepada pemakai mengenai jalannya penalaran sehingga
dihasilkan suatu keputusan.
g. Perbaikan pengetahuan. Pakar memiliki kemampuan untuk
menganalisis dan meningkatkan kinerjanya serta kemampuan untuk
belajar dari kinerjanya. Kemampuan tersebut tidak bisa diremehkan
51
dalam pembelajaran terkomputerisasi, sehingga program akan mampu
menganalisis penyebab kesuksesan dan kegagalan yang terjadi.
Gambar 5: Arsitektur Sistem Pakar (Sumber: Turban, 1995; Arhami, 2005)
Ide dasar dari Sistem Pakar, teknologi kecerdasan buatan terapan
adalah hal sederhana. Keahlian ditransfer dari pakar atau ahli ke suatu
komputer. Pengetahuan ini kemudian disimpan di dalam komputer, dan
pengguna menjalankan komputer untuk nasihat spesifik yang diperlukan.
Sistem Pakar menanyakan fakta-fakta dan dapat membuat inferensi
hingga sampai pada kesimpulan khusus. Layaknya konsultan manusia,
Sistem Pakar akan memberi nasihat kepada yang bukan ahli (non-expert)
dan menjelaskan. Pengetahuan dalam Sistem Pakar mungkin saja adalah
seorang ahli, atau pengetahuan yang umumnya terdapat dalam buku,
jurnal, website dan orang yang mempunyai pengetahuan tentang suatu
bidang. Sistem Pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan
52
suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja dari para ahli
(Kusumadewi, 2003).
Giarratano dan Riley (2005); Arhami (2005) menggambarkan bahwa
Sistem Pakar merupakan suatu sistem komputer yang menyamai
(emulates) kemampuan pengambilan keputusan dari seorang pakar atau
ahli. Basis pengetahuan yang diperoleh, diambil dari pengalaman seorang
pakar maupun teori-teori yang ada pada bidang yang spesifik. Sistem
Pakar melingkupi beberapa bagian, yaitu:
a. Keahlian (expertise), dapat diperoleh dari pelatihan, membaca atau
dari pengalaman. Keahlian tersebut meliputi: fakta-fakta dan teori-teori
tentang bidang permasalahan, aturan-aturan tentang apa yang harus
dilakukan dalam situasi permasalahan yang diberikan dan strategi
global untuk memecahkan masalah.
b. Pakar (expert). Cukup sulit untuk mendefinisikan secara pasti tentang
pakar. Dalam Sistem Pakar beberapa kualifikasi yang harus dimiliki
oleh seorang pakar yaitu: dapat mengenal dan merumuskan masalah,
dapat memecahkan masalah dengan cepat dan semestinya, dapat
menjelaskan suatu solusi, dapat menentukan hubungan dan dapat
belajar dari pengalaman.
c. Pemindahan keahlian (transferring expertise). Tujuan Sistem Pakar
adalah memindahkan keahlian dari pakar ke komputer dan kemudian
ke manusia lain yang bukan pakar. Proses ini meliputi kegiatan:
memperoleh pengetahuan pakar, merepresentasikan pengetahuan ke
53
dalam komputer, mengolah pengetahuan sehingga dapat
menghasilkan kesimpulan serta memindahkan pengetahuan ke
pengguna (user). Dalam Sistem Pakar ini, pengetahuan disimpan
dalam komputer berupa komponen yang disebut basis pengetahuan
(knowledge base). Pengetahuan ini dibedakan menjadi dua, yaitu fakta
dan aturan (rule).
d. Menarik kesimpulan (inferencing). Salah satu keistimewaan dari
Sistem Pakar adalah kemampuan nalar. Komputer diprogram sehingga
dapat membuat suatu kesimpulan. Pengambilan keputusan ini
dilaksanakan dalam komponen yang disebut mesin inferensi (inference
engine).
e. Aturan (rule). Sistem Pakar umumnya berbasis pada sistem rule,
pengetahuan disimpan dalam bentuk rule sebagai prosedur untuk
pemecahan masalah.
f. Kemampuan menjelaskan (explanation capability). Sistem Pakar
memiliki kemampuan dalam menjelaskan darimana asal sebuah solusi
atau rekomendasi diperoleh.
Sistem Pakar umumnya bekerja dengan cara menggabungkan aturan-
aturan (rules) yang berlaku beserta fakta-fakta untuk menarik kesimpulan,
prosesnya sangat tergantung dengan teori deduksi logis yang
dikembangkan oleh para matematikawan dan filsuf, dan disesuaikan
dengan aplikasi tertentu oleh para insinyur, ilmuwan, perencana dan
pengelola dari berbagai disiplin ilmu. Kedua metode heuristik dan program
54
komputer konvensional (misalnya, aplikasi Formula Translation atau biasa
disebut FORTRAN) sering digunakan dalam Sistem Pakar ini. Cakupan
subjek Sistem Pakar ini seperti perencanaan lokasi atau zonasi
administrasi wilayah, disebut domain. Pengumpulan fakta, definisi, aturan
praktis dan prosedur komputasi yang berlaku untuk domain, disebut basis
pengetahuan. Sumber pengetahuannya diperoleh dari materi yang telah
publikasikan, program analisis kuantitatif, serta intuisi dan strategi
pemecahan masalah dari para ahli di cakupan subjek tersebut (Kim et al.,
1990).
Shesham (2012) memberikan gambaran secara sederhana mengenai
bagian-bagian penting yang ada pada Sistem Pakar, meliputi basis
pengetahuan (knowledge base), mesin inferensi (inference engine),
fasilitas penjelasan (explanation facilities) dan antar muka pengguna (user
interface), seperti pada Gambar 6.
Gambar 6: Arsitektur sederhana Sistem Pakar berbasis aturan (Sumber: Shesham, 2012)
55
Ikram dan Qamar (2014) menuliskan bahwa pada era tahun 1980-an,
para peneliti memulai penelitian mengenai kecerdasan buatan. Amerika
Serikat, Jepang, serta berbagai negara di Eropa, mulai berinvestasi di
bidang kecerdasan buatan dan Sistem Pakar. Pada kurun waktu tersebut,
banyak peralatan Sistem Pakar yang mulai muncul. Tujuan dari arti
kecerdasan buatan adalah untuk memperluas aplikasi komputer agar tidak
hanya mencakup perhitungan numerik, tetapi juga memiliki pengetahuan
agar dapat meningkatkan manfaat komputer. Sistem Pakar adalah sistem
yang berusaha mengapdosi pengetahuan manusia ke komputer, agar
komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh
para ahli. Sistem pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan
suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja dari para ahli.
Cakupan penelitian kecerdasan buatan utamanya meliputi
penerjemahan bahasa secara alami, pemecahan simbol atau kode, sistem
berbasis aturan dan sistem logika. Pengembangan Sistem Pakar secara
fungsional selalu berpusat pada pengorganisasian dasar pengetahuan.
Para insinyur pengetahuan bertugas mengumpulkan dan mengorganisir
pengetahuan yang dikumpulkan dari pakar domain kemudian mengubah
pengetahuan pakar tersebut ke dalam bentuk yang dimengerti oleh sistem
komputer dan menyimpan pengetahuan yang telah dikonversi tesebut ke
dalam pengetahuan dasar. Untuk menggunakannya, pengguna kemudian
dapat memasukkan fakta-fakta yang dimilikinya ke dalam sistem secara
antar muka (interface) dan menyimpan data ke dalam fakta dasar. Pada
56
bagian akhir, pengguna mendapatkan hasil, rekomendasi dan penjelasan
dari sistem tersebut. Sistem Pakar memiliki beberapa komponen, seperti
yang diilustrasikan pada Gambar 7.
Gambar 7: Komponen Sistem Pakar (Sumber: Ikram dan Qamar, 2014)
Kim et al (1990) menjelaskan lebih lanjut bahwa Sistem Pakar yang
digunakan pada kegiatan pemilihan lokasi atau tempat dirancang untuk
membantu para perencana penggunaan lahan, pengembang, atau calon
pengguna lahan. Sistem ini membantu pengguna mengembangkan satu
bagian atribut lokasi dan menentukan pembobotan kepentingan relatif.
Dasar pengetahuan pemilihan lokasi dari Sistem Pakar terdiri dari empat
bagian: unit akuisisi pengetahuan, induksi, desain dan analisis keputusan,
seperti yang ditampilkan pada Gambar 8.
57
Gambar 8: Struktur skema Sistem Pakar (Expert System) (Sumber: Kim et al., 1990)
Unit akuisisi pengetahuan digunakan untuk mengumpulkan dan
mengatur informasi yang diberikan oleh pembuat keputusan pakar. Unit
induksi mengevaluasi informasi ini dan menghasilkan aturan dan fungsi
evaluasi entitas yang mengungkapkan penilaian pakar. Unit keputusan
kemudian menggunakan aturan yang dihasilkan oleh modul induksi dan
memakai teknik teori keputusan untuk memilih salah satu lokasi atau lebih
dari alternatif yang tersedia (Kim et al., 1990).
58
Pengembangan suatu Sistem Pakar pada prosesnya cukup ditentukan
oleh faktor manusianya untuk menentukan keberhasilan dari sistem
tersebut. Durkin (1994) menjelaskan tentang elemen-elemen manusia
yang dimaksud pada Sistem Pakar, yaitu:
a. Pakar (domain expert), adalah seorang yang mempunyai pengetahuan
khusus, pendapat, keahlian dan metode serta kemampuan untuk
menggunakannya. Pakar dapat memberikan nasihat dan memecahkan
masalah. Tugasnya menyediakan pengetahuan tentang bagaimana
cara melaksanakan tugasnya, yang kemudian diserap dan
diimplementasikan ke dalam Sistem Pakar.
b. Perancang atau perekayasa pengetahuan (knowledge engineer),
adalah pihak yang membantu dalam pembuatan suatu Sistem Pakar.
Bagian ini bertugas menyerap pengetahuan yang dimiliki oleh para
pakar dan mengimplementasikannya ke dalam aplikasi Sistem Pakar.
Tugas ini dipandang cukup sulit karena knowledge engineer tidak
boleh memasukan perkiraan atau perasaannya ke dalam pengetahuan
yang diperoleh. Selain hal itu, seorang knowledge engineer harus
pandai dalam mengelaborasi pengetahuan pakar karena terkadang
seorang pakar tidak dapat menceritakan atau menjelaskan seluruh
keahlian yang dimilikinya.
c. Pemakai (end user), merupakan orang yang menggunakan hasil dari
perancangan Sistem Pakar.
59
Sistem Pakar memiliki memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan
dalam penerapannya, Arhami (2005) menjelaskan tentang kelebihan
Sistem Pakar, yaitu:
a. Meningkatkan output dan produktivitas, yaitu dapat bekerja lebih cepat
dari manusia.
b. Meningkatkan kualitas, yaitu Sistem Pakar menyediakan nasihat yang
konsisten dan dapat mengurangi tingkat kesalahan.
c. Handal (reliability). Sistem ini dipandang konsisten dalam memberi
setiap jawaban.
d. Metode arsip yang terpercaya dari sebuah keahlian, sehingga
pengguna seolah-olah berkonsultasi langsung dengan pakar.
Kelemahan Sistem Pakar, antara lain:
a. Perolehan pengetahuan tidak selalu bisa didapatkan dengan mudah,
karena ketidaktersediaan pakar terhadap permasalahan yang sedang
dikelola.
b. Untuk membuat suatu Sistem Pakar yang benar-benar berkualitas
tinggi sangatlah sulit, dan memerlukan biaya yang sangat besar untuk
pengembangan dan pemeliharaannya.
c. Sistem Pakar tidaklah seratus persen bernilai benar. Olehnya itu selalu
dilakukan pengujian ulang secara teliti sebelum sistem tersebut
digunakan untuk mengurangi pembiasan. Dalam hal ini peran manusia
tetap merupakan suatu faktor dominan.
60
3. Faktor Kepastian (Certainty Factor)
Sistem Pakar harus mampu bekerja dalam ketidakpastian. Sejumlah
teori telah ditemukan untuk menyelesaikan ketidakpastian, termasuk di
antaranya adalah Teori Probabilitas Klasik (Classical Probability),
Probabilitas Bayes (Bayesian Probability), Teori Fuzzy Zadeh (Zadeh’s
Fuzzy Theory) dan Faktor Kepastian (Certainty Factor). Dalam
membangun Sistem Pakar terdapat beberapa metode yang telah
digunakan untuk memudahkan penyelesaian masalah yang ada, di
antaranya adalah Metode Certainty Factor (CF) dan Dempster Shafer.
Metode ini dipakai dalam mendiagnosis jenis penyakit yang diderita.
Sutojo, dkk (2010) mengatakan bahwa Certainty Factor merupakan
suatu metode untuk membuktikan ketidakpastian pemikiran dari seorang
pakar atau ahli, dimana untuk mengakomodasi hal tersebut seseorang
biasanya menggunakan Certainty Factor untuk menggambarkan tingkat
keyakinan pakar terhadap masalah yang sedang dihadapi. Metode
Dempster Shafer merupakan teori matematika dari gejala atau fakta
(evidence). Teori tersebut dapat memberikan sebuah cara untuk
menggabungkan evidence dari beberapa sumber dan mendatangkan atau
memberikan tingkat kepercayaan atau direpresentasikan melalui fungsi
kepercayaan dimana mengambil dari seluruh evidence yang tersedia.
Heckerman (1992) menjelaskan tentang Certainty Factor yaitu suatu
metode untuk mengatur ketidakpastian dalam sistem yang berbasis aturan
(rule-based system). Metode ini dikembangkan oleh Shortliffe dan
61
Buchanan pada pertengahan tahun 1975 dalam pembuatan MYCIN untuk
pengobatan penyakit meningitis dan infeksi darah. Sejak saat itu Metode
Certainty Factor mulai menjadi pendekatan standar untuk mengatur
ketidakpastian pada rule-based system.
Durkin (1994) menuliskan bahwa tim pengembang MYCIN
mengungkapkan bahwa dokter seringkali menganalisa informasi yang ada
dengan ungkapan seperti: mungkin, kemungkinan besar, hampir pasti.
Guna mengakomodasi hal ini Tim MYCIN menggunakan Certainty Factor
guna menggambarkan tingkat keyakinan pakar terhadap permasalahan
yang sedang dihadapi. Secara umum, aturan (rule) direpresentasikan
dalam bentuk:
If E1 [And / Or] E2 [And / Or] … En Then H (CF = CFi)
Dimana: E1… En : Fakta-fakta (evidence) yang ada H : Hipotesis atau konklusi yang dihasilkan CF : Tingkat keyakinan (Certainty Factor) terjadinya hipotesis H
akibat adanya fakta-fakta E1 hingga En
Bentuk dasar formula Certainty Factor ditunjukkan dalam persamaan:
CF(H,e) = CF(E, e) *CF(H,E) Dimana: CF(E,e) : Certainty Factor evidence E yang dipengaruhi oleh evidence e CF(H,E) : Certainty Factor hipotesis dengan asumsi evidence diketahui dengan pasti, yaitu ketika CF(E, e) = 1 CF(H,e) : Certainty Factor hipotesis yang dipengaruhi oleh evidence e
(1)
(2)
62
Jika semua evidence pada antecedent diketahui dengan pasti, maka
persamaannya menjadi:
CF(H, e) = CF(H, E)
Buchanan dan Shortliffe (1984) menjelaskan bahwa Certainty Factor
adalah nilai parameter klinis yang diberikan MYCIN untuk menunjukkan
besarnya kepercayaan. Certainty Factor ini merupakan salah satu teknik
yang digunakan untuk mengatasi ketidakpastian dalam pengambilan
keputusan (inexact reasoning). Certainty Factor dapat terjadi dengan
berbagai kondisi. Metode ini dipakai untuk membuktikan apakah suatu
fakta itu bersifat pasti ataukah tidak pasti, yang berbentuk metrik, yang
biasanya digunakan dalam Sistem Pakar. Metode ini sangat cocok untuk
Sistem Pakar yang mendiagnosis sesuatu yang belum pasti. Metode
Certainty Factor ini hanya bisa mengolah dua bobot dalam sekali
perhitungan. Untuk bobot yang lebih dari dua banyaknya, dalam
melakukan perhitungannya tidak terjadi masalah jika bobot yang dihitung
teracak, artinya tidak ada aturan untuk mengkombinasikan bobotnya,
karena untuk kombinasi seperti apapun hasilnya akan tetap sama.
Besarnya nilai Certainty Factor berkisar antara -1 hingga 1 atau -1 <= CF
<= 1. Nilai -1 menunjukkan ketidakpercayaan mutlak sedangkan nilai 1
menunjukkan kepercayaan mutlak. Nilai 1 berarti sangat benar, Nilai 0
berarti tidak diketahui dan Nilai -1 berarti sangat salah. Nilai Certainty
Factor yang negatif menunjukkan pada derajat ketidakpercayaan
(disbelieve) sedangkan nilai Certainty Factor yang positif menunjukkan
(3)
63
derajat kepercayaan (believe). Nilai Certainty Factor serta nilai bobot dari
masing-masing fakta didapat dari interpretasi istilah dari pakar, seperti
pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Interpretasi nilai Certainty Factor No. Kategori Nilai Certainty Factor 1. Pasti tidak (definitely not) -1.0 2. Hampir pasti tidak (almost certainly not) -0,8 3. Kemungkinan besar tidak (probably not) -0,6 4. Barangkali tidak (maybe not) -0,4 5. Tidak tahu (unknown) -0,2 hingga 0,2 6. Barangkali (maybe) 0,4 7. Kemungkinan besar (probably) 0,6 8. Hampir pasti (almost certainly) 0,8 9. Pasti (definitely) 1,0
Sumber: Buchanan dan Shortliffe, 1984
Tabel 2. Interpretasi nilai bobot
No. Karakteristik Nilai bobot 1. Kurang berpengaruh 0,1 hingga 0,4 2. Berpengaruh 0,5 hingga 0,7 3. Sangat berpengaruh 0,8 hingga 1,0
Sumber: Buchanan dan Shortliffe, 1984
Setiap metode atau model memiliki masing-masing kelebihan dan
kekurangan, seperti halnya nilai besaran kepercayaan Certainty Factor.
Buchanan dan Shortliffe (1984) menyebutkan mengenai hal tersebut.
Kelebihan Metode Certainty Factor adalah:
a. Metode ini cocok dipakai dalam Sistem Pakar untuk mengukur sesuatu
apakah sesuatu hal itu pasti atau tidak pasti.
b. Perhitungan dengan menggunakan metode ini dalam sekali hitung
hanya dapat mengolah dua data saja sehingga keakuratan data dapat
terjaga.
64
Kekurangan metode Certainty Factor adalah:
a. Ide umum dari pemodelan ketidakpastian manusia dengan
menggunakan numerik Metode Certainty Factor biasanya
diperdebatkan. Sebagian orang akan membantah pendapat bahwa
formula untuk Metode Certainty Factor memiliki sedikit kebenaran.
b. Metode ini hanya dapat mengolah ketidakpastian/kepastian hanya dua
data saja. Perlu dilakukan beberapa kali pengolahan data untuk data
yang lebih dari dua buah.
4. Pelacakan ke Depan (Forward Chaining)
Pelacakan ke depan (forward chaining) merupakan salah satu metode
yang digunakan dalam mesin inferensi pada Sistem Pakar. Metode ini
memiliki konsep logika yang sama dengan penilaian dokter pada saat
mendiagnosis pasien, karena berbasis pada hubungan if-then. Forward
chaining mempunyai strategi pencarian yang memulai proses pencarian
dari sekumpulan data atau fakta, dari data-data tersebut menghasilkan
suatu kesimpulan. Listiyono (2008) menuliskan bahwa forward chaining
adalah pendekatan untuk mengontrol inferensi dalam Sistem Pakar yang
berbasis aturan. Pendekatan forward chaining dimotori oleh data (data
driven). Pada pendekatan ini pelacakan dimulai dari informasi masukan
(input), dan selanjutnya mencoba menggambarkan kesimpulan.
Pelacakan kedepan mencari fakta yang sesuai dengan bagian if dari
aturan if-then. Metode inferensi tersebut dipengaruhi oleh tiga macam
penelusuran, yaitu:
65
a. Depth-first search, melakukan penelusuran kaidah secara mendalam
dari simpul akar bergerak menurun ke tingkat dalam yang berurutan.
b. Breadth-first search, bergerak dari simpul akar, simpul yang ada pada
setiap tingkat diuji sebelum pindah ke tingkat selanjutnya.
c. Best-first search, bekerja berdasarkan kombinasi kedua metode
sebelumnya.
Forward chaining dilakukan mulai dari kalimat-kalimat yang ada dalam
basis pengetahuan dan membangkitkan kesimpulan-kesimpulan baru
sehingga dapat digunakan untuk melakukan inferensi yang lebih jauh.
Forward chaining biasanya digunakan ketika suatu fakta baru
ditambahkan ke dalam basis pengetahuan dan ingin
membangkitkan konsekuensi logisnya. Pencocokan fakta atau pernyataan
dimulai dari bagian kiri (if), dengan kata lain, penalaran dimulai dengan
fakta yang ada pada bagian premis aturan if [fakta] then
[kesimpulan]. Untuk menguji kebenaran hipotesis, dari fakta-fakta tersebut
selanjutnya akan ditentukan kesimpulan yang terletak pada sebelah kanan
aturan if [fakta] then [kesimpulan] (Perwira dan Aziz, 2013). Teknik
pelacakan forward chaining ini disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Teknik forward chaining (Sumber: Perwira dan Aziz, 2013)
66
Al-Ajlan (2015) mengungkapkan bahwa metode forward chaining juga
dipakai untuk memperbaiki dan mengembangkan Sistem Pakar dan
memodelkan pemikiran manusia pada bidang Kecerdasan Buatan
(Artificial Intelegence). Proses inferensi forward chaining pada Sistem
Pakar seperti pada Gambar 10.
Gambar 10. Proses inferensi forward chaining (Sumber: Al-Ajlan, 2015)
I. Analityc Hierarchy Process (AHP)
AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. AHP
merupakan suatu sistem pembuat keputusan dengan menggunakan
model matematis. Metode ini membantu dalam menentukan prioritas dari
beberapa kriteria dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan
dari masing-masing kriteria yang ada. Metode AHP mengambil keputusan
secara efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan
dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan
persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau
variabel ini dalam suatu susunan hierarki, memberikan nilai numerik pada
67
pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis
berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang
memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil
pada situasi tersebut.
Saaty (1990) menjelaskan bahwa metode AHP akan membantu
memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hierarki
kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai
pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga
menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan
pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang
beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif
sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.
Dalam pemberian nilai pada Metode AHP didasarkan pada skala penilaian
yang telah merupakan ketetapan, seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Skala dasar penilaian dalam Metode AHP Nilai (n) Definisi
1 Kedua elemen sama penting 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan elemen yang lain 5 Elemen yang satu lebih penting dibandingkan elemen yang lain 7 Elemen yang satu sangat penting dibandingkan elemen yang lain 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dibandingkan elemen yang lain
2,4,6,8 Nilai-nilai kompromi diantara dua nilai yang berdekatan Sumber: Saaty, 1990
Keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan metode AHP menurut
Saaty (1990) meliputi:
1. Kesatuan, AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti,
luwes untuk aneka ragam persoalan terstruktur.
68
2. Kompleksitas, AHP memadukan rancangan berdasarkan sistem dalam
memecahkan persoalan kompleks.
3. Saling ketergantungan, AHP dapat menangani saling ketergantungan
elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran
mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu
informasi berbasis geografis. Cukup sulit untuk memberikan batasan
mengenai SIG karena banyaknya cara untuk mendefinisikan dan
mengklasifikasikannya. Penekanan dalam SIG juga beraneka ragam.
70
SIG dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai seperangkat sistem
baik yang berbasis analog atau manual maupun berbasis digital/komputer
yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi data yang
mempunyai rujukan kebumian. Prahasta (2009) menguraikan bahwa SIG
adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk
menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. SIG
dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek-
objek dan fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik
yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG
merupakan sistem komputer yang memiliki empat komponen kemampuan
berikut dalam menangani data yang bereferensi geografis: (a) masukan,
(b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis
dan manipulasi data, dan (d) keluaran.
Komponen SIG di atas merupakan suatu sub-sistem dengan bagian
yang saling berkaitan:
a. Masukan (input) data
Masukan data dalam SIG biasanya berupa data grafis atau data
spasial dan data atribut atau tabular. Kumpulan data-data tersebut
disebut basis data (database). Sumber database SIG dapat dibagi ke
dalam tiga kategori, yaitu:
Data atribut atau numerik berasal dari data statistik, data sensus,
data lapangan dan data tabular lainnya.
71
Data grafis atau data spasial, berasal dari peta analog, foto udara
dan citra inderaja dan dalam bentuk cetak kertas (hardcopy).
Data inderaja dalam bentuk digital, seperti yang diperoleh dari
satelit. Masukan data yang belum dalam bentuk digital harus
diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk digital agar dapat dianalisis
dengan menggunakan SIG. Proses pengubahan data ke dalam
bentuk digital dinamakan dengan encoding.
b. Manajemen data
Kegiatan manajemen data meliputi semua operasi penyimpanan,
pengaktifan, penyimpanan kembali dan pencetakan semua data yang
diperoleh dari masukan data. Struktur data spasial dalam SIG terdiri
dari dua macam, yaitu:
Struktur Data Vektor, yang kenampakan spasialnya akan disajikan
dalam bentuk titik, garis dan poligon yang membentuk kenampakan
tertentu, seperti pada Gambar 11.
Gambar 11. Struktur data vektor (Sumber: Puntudewo, dkk., 2003)
72
Struktur Data Raster, yang kenampakan spasialnya akan disajikan
dalam bentuk konfigurasi sel-sel yang membentuk gambar, seperti
pada Gambar 12.
Gambar 12. Struktur data raster (Sumber: Puntudewo, dkk., 2003)
c. Analisis dan manipulasi data
Analisis dan manipulasi data merupakan salah satu kemampuan
utama dalam SIG untuk menghasilkan informasi baru sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
d. Keluaran (output) data
Keluaran adalah seperangkat prosedur yang digunakan untuk
menampilkan informasi dari SIG dalam bentuk yang disesuaikan
dengan pengguna.
Widjojo (1993) mengemukakan beberapa keuntungan yang diperoleh
dari penggunaan SIG tersebut, antara lain: (1) data dapat dikelola dalam
format yang kompak seperti dalam disket, (2) data dapat dikelola dan
diekstrak dengan biaya yang lebih rendah, (3) dapat dipanggil kembali
dengan cepat, (4) data grafis dan non-grafis dapat digabung dan
73
dimanipulasi secara bersamaan dan saling berhubungan, (5) analisis
model geografis dapat dilakukan dengan mudah, (6) analisis perubahan
untuk dua periode waktu atau lebih, dapat disajikan secara efisien, dan (7)
grafis yang interaktif dan otomatik plotter dapat digunakan dalam
perencanaan dan produksi kartografinya.
SIG bukanlah hanya merupakan suatu sistem yang semata-mata
berfungsi untuk membuat peta, tetapi merupakan suatu alat analisis (tools)
yang mampu memecahkan masalah spasial secara otomatis, cepat,
akurat dan terukur. Hampir semua bidang ilmu yang bekerja dengan
informasi spasial membutuhkan SIG, antara lain bidang kehutanan,
perikanan, pertanian, lingkungan, perencanaan wilayah dan kota,
transportasi dan lain sebagainya.
2. Sistem Informasi Geografis untuk Kebakaran
Perkembangan SIG yang pesat, telah menciptakan suatu alat yang
memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk mengelola dan
memecahkan permasalahan-permasalahan yang bersifat darurat. SIG
adalah sistem komputer profesional yang dapat digunakan untuk berbagai
macam tujuan dan keperluan, dalam skala makro maupun mikro. SIG
dirancang untuk mendukung penyelidikan geografi, membuat proses
analisis dari awal hingga akhir dan membuat keputusan spasial. Hal
utama untuk kawasan rawan bencana alam, SIG telah diterapkan pada
berbagai kegiatan simulasi dan sistem peringatan dini, sistem pengelolaan
74
kondisi darurat, penilaian terhadap kerusakan akibat bencana, dan lainnya
(Gai et al., 2011).
Pendekatan SIG dapat melakukan penilaian (assessment) terhadap
risiko kebakaran, yang didasarkan pada riwayat kejadian kebakaran dan
data yang ada saat ini serta menterjemahkannya kedalam bentuk
geografis, berkontribusi secara baik bagi pengelola hutan dan menjadi
suatu alat untuk pengambilan keputusan terbaik berdasarkan logika
(Guettouche et al., 2011).
ESRI (2012) menjelaskan tentang perhitungan risiko kebakaran. Risiko
merupakan suatu hal yang mungkin dijumpai, dimiliki atau sebagai
pengaruh dari suatu kondisi bahaya yang dapat menimbulkan korban jiwa,
kerugian harta benda atau kerusakan lingkungan. Penggunaan SIG untuk
mengidentifikasi bahaya bencana yang timbul terhadap suatu kelompok
masyarakat akan memberikan data yang mudah diakses dan memiliki
akurasi yang tinggi untuk perhitungan tingkat risiko. Model data bahaya
bencana beserta variabel yang berpengaruh terhadap timbulnya
kerusakan dibuat dalam bentuk persamaan risiko. Analisis waktu respon
pada SIG akan memberikan satu pilihan terbaik dari beberapa jumlah
stasiun pemadam kebakaran dengan menggunakan data atribut pada
masing-masing layer yang dilakukan pada analisis spasial. Waktu respon
layanan panggilan kebakaran adalah suatu hal yang kritis, bahkan dapat
menimbulkan bencana. Korban kebakaran berada pada posisi hidup dan
mati untuk melindungi harta benda, mengurangi kerusakan atau
75
kehilangan. SIG adalah suatu alat yang berkemampuan besar untuk
melakukan analisis terhadap waktu respon pemadam kebakaran.
K. Kebaruan (Novelty)
Kebaruan (novelty) merupakan unsur kebaruan atau temuan dari
sebuah penelitian. Untuk mengetahui kebaruan tersebut dilakukan telaah
terhadap penelitian-penelitian terdahulu atau yang telah dilakukan
sebelumnya. Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan dan
referensi peneliti yang memudahkan peneliti dalam mengkaji keberadaan
penelitiannya. Penelusuran hasil penelitian dan kajian ilmiah terdahulu ini
dilakukan untuk mengetahui letak atau posisi hasil penelitian yang sedang
dilakukan, terhadap kajian-kajian keilmuan yang telah ada sebelumnya.
Tujuannya berupa perbaikan atau penyempurnaan terhadap penelitian
sebelumnya, melanjutkan penelitian atau mengembangkan hasil penelitian
tersebut.
Penelusuran yang dilakukan adalah dengan cara penelusuran
kepustakaan, metode penelitian yang digunakan dan kajian hasil
penelitian. Dari penelusuran tersebut terdapat beberapa hasil penelitian
dan kajian ilmiah terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian yang
sedang dilakukan, tetapi peneliti tidak menemukan penelitian sebelumnya
yang betul-betul serupa dengan penelitian yang sedang dilakukan. Secara
umum pada kegiatan penilaian (assessment) dan/atau penentuan lokasi,
terdapat persamaan antara penelitian yang sedang dilakukan dengan
76
penelitian terdahulu yaitu basis pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan spasial atau keruangan, yang dianalisis dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai alat kajian
(tools), sedangkan perbedaannya terletak pada metode atau teknik
analisis yang digunakan untuk penilaian permasalahan dan untuk
pembuatan model. Penelitian ini menggunakan grid (kisi) Sistem Informasi
Geografis sebagai dasar dalam pemodelan spasialnya.
Pemodelan dengan Sistem Pakar juga telah dibahas oleh beberapa
peneliti sebelumnya, namun penelitian tersebut umumnya merancang
sebuah Sistem Pakar yang digunakan untuk mendiagnosa kerusakan-
kerusakan unsur dari suatu objek atau penyebab penyakit pada pasien
dari berbagai latar belakang penyakit. Persamaannya terhadap penelitian
yang sedang dilakukan adalah Sistem Pakar yang dibangun
menggunakan pendekatan berbasis aturan (rule-based reasoning) dengan
metode forward chaining “jika-maka” (if-then) untuk memperoleh suatu
konklusi. Perbedaannya terletak pada desain atau perancangan aplikasi
Sistem Pakar tersebut untuk proses penarikan kesimpulan (inferencing).
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menggunakan bahasa
pemrograman, diantaranya: CLIPS (C Language Integrated Production
System), PROLOG (Programming in Logic), PHP (Personal Home Page)
dan Visual Basic, sedangkan pada penelitian ini menggunakan FORTRAN
sebagai bahasa pemrogramannya yang di input ke dalam grid-grid untuk
pemodelan spasial.
77
Bagian penelitian yang memiliki relevansi dengan topik yang sedang
diteliti, yaitu tentang Sistem Pakar, penilaian risiko kebakaran, sistem
penyediaan air bersih untuk tindakan pemadaman kebakaran dan alokasi
stasiun pemadam kebakaran, peneliti mengambilnya sebagai referensi
dalam memperkaya kebutuhan kajian penelitian. Beberapa penelitian
terdahulu berupa jurnal ilmiah, prosiding, artikel ilmiah atau karya ilmiah
terkait dengan penelitian yang dilakukan peneliti secara rinci disajikan
pada Tabel 4.
78
Tabel 4. Penelitian terdahulu yang relevan No. Judul Penulis/
Peneliti Lokasi
Penelitian Teknik Analisis/Pendekatan Hasil/Temuan
1. Fuel Modelling and Fire Hazard Assessment Based on The Portuguese NFI
Fernandes et al (2006)
Portugal Fire Behaviour Simulation Klasifikasi bahaya kebakaran untuk 19 jenis hutan, berdasarkan struktur tegakan dan tipe penutup lahan
2. Urban Fire Risk Clustering Method Based on Fire Statistics
REN (2008) China K-mean Clustering Model pengelompokkan risiko kebakaran K-mean, untuk penyelesaian masalah klasifikasi otomatis risiko kebakaran
3. Urban Fire Risk Evaluation of Xuzhou City Based on GIS
Ji Y. dan Li (2008)
China Diffusion Analysis Model pemetaan bobot dampak dan nilai kontribusi risiko kebakaran pada grid, sesuai dengan sifat dan fitur distribusi spasial
Overlay Analysis
4. Fire Risk Evaluation using Multicriteria Analysis: A Case Study
Vadrevu K. P (2009)
India Spatial Decision-Making Identifikasi risiko kebakaran potensial dan sistem dalam penilaian kemungkinan terjadinya kebakaran hutan
Analytic Hierarchy Process (AHP) Fuzzy Sets
5. Physics Based Modeling of Fire Spread in Densely Built Urban Area and Its Application to Risk Assessment
Himoto dan Tanaka (2010)
Jepang Building Fire Mode Model numerik risiko penyebaran kebakaran dengan Metode Monte Carlo
6. Assessing Urban Fire Risk in the CBD of Dar es Salaam, Tanzania
Kachenje et al (2010)
Tanzania Public Awareness Analysis Identifikasi risiko kebakaran di wilayah pusat kegiatan kota berdasarkan aspek kesadaran publik
7. Development of a Framework for Fire Risk Assessment using Remote Sensing and GIS Technologies
Chuvieco et al (2010)
Spanyol Geographic Information System (GIS) Model penilaian spasial dan temporal terhadap kondisi risiko kebakaran lahan Remote Sensing
Logistic Regression Human Factors Fuel Moisture Content
8. GIS Based Fire Analysis and Production of Fire Risk Maps. The Trabzon Experience
Nisanci R (2010)
Turki Geographic Information System (GIS) Model query spasial dan peta risiko kebakaran berbasis piksel Spatial Database
9. Paper on Fire Risk Assessment
Hall J. R dan Sekizawa (2010)
Jepang Scenario Cluster Method Model Scenario Cluster kebakaran untuk prediksi kemungkinan kebakaran pada bangunan
10. The Development of Fire Risk Assessment Method for Heritage Building
Ibrahim et al (2011)
Malaysia Analytic Hierarchy Process (AHP) Model identifikasi risiko kebakaran untuk bangunan kuno berdasarkan kriteria dan atribut masing-masing bangunan
Pair-Wise Comparison Method
79
No. Judul Penulis/ Peneliti
Lokasi Penelitian Teknik Analisis/Pendekatan Hasil/Temuan
11. Fire Risk Assessment of Japanese Traditional Wooden District Based on Physics Based Model for Urban Fire Spread
Akimoto et al (2011)
Jepang Fire Spread Model Model fisika penyebaran api untuk penilaian risiko kebakaran
12. A Fire Risk Modelling and Spatialization by GIS. Application on the Forest of Bouzareah Clump, Algiers (Algeria)
Guettouche et al (2011)
Algeria Wight Somme Model Model geomatika teknis untuk memetakan tingkat risiko kebakaran dan pengendalian risiko Geographic Information System (GIS)
13. Research on Assessment of Ability for Urban Fire Disaster Reduction with Uncertain Linguistic Information
Cheng (2012)
China Multiple Attribute Decision Making (MADM)
Model kemampuan pengurangan bencana kebakaran perkotaan dengan informasi linguistik
Uncertain Linguistic Variables
14. Design and Implementation of City Fire Rescue Decision Support System
XING Zhi-xiang et al (2013)
China Decision Support Analisis kebakaran perkotaan, perhitungan kemampuan pemadaman kebakaran, dan visualisasi dinamis pemadam dan penyelamatan kebakaran
Geographic Information System (GIS)
15. Analysis on Comprehensive Risk Assessment for Urban Fire: The Case of Haikou City
ZHANG Yong (2013)
Jepang Analytic Hierarchy Process (AHP) Model penilaian risiko kebakaran dan risiko kecelakaan kebakaran di daerah perkotaan, kerentanan perkotaan dan kemampuan/ketahanan terhadap kebakaran
The Gray Correlation Degree Method
16. Fire Risk Analysis of Residential Buildings Based on Scenario Clusters and Its Application in Fire Risk Management
Jing Xin dan Chongfu Huang (2013)
China Scenario Clusters Model kelompok skenario untuk analisis risiko kebakaran dan kerugian properti melalui indeks risiko kebakaran bangunan
17. A Pattern of Fire Risk Assessment and Emergency Management in Educational Center Laboratories
Omidvari et al (2014)
Iran Analytic Hierarchy Process (AHP) Model penilaian risiko kuantitatif berdasarkan proses hirarki analitis dan analisis logika
18. City Fire Risk Analysis Based on Coupling Fault Tree Method and Triangle Fuzzy Theory
WU Aiyou et al (2014)
China Fault tree Teknik penyelamatan, pengendalian kebakaran dan teori rekayasa keselamatan kebakaran perkotaan Fuzzy probability
Triangle fuzzy number
80
No. Judul Penulis/ Peneliti
Lokasi Penelitian Teknik Analisis/Pendekatan Hasil/Temuan
19. Fire Risk Assessment for Super High-rise Buildings
Xiao-qian SUN dan Ming-chun LUO (2014)
China Fire Frequency Analisis risiko kebakaran bangunan bertingkat tinggi untuk proses evakuasi Fire Consequence
20. Modelling of Fire Risks in An Offshore Facility
Rajendram et al (2014)
Australia Computational Fluids Dynamics Pyrosim
Pemodelan risiko kebakaran berbasis Computational Fluids Dynamics (CFD)
21. Fire Risk Assessment with Scoring System using The Support Vector Machine Approach
Lau et al (2015)
China Scoring System Model skoring dan Support Vector Machine (SVM) pada bangunan industri perbankan dan asuransi Support Vector Machine
22. An Assessment of The Water Distribution System in The City of Medford, Massachusetts
Jitoo et al (2006)
USA Hydraulic Model Model hidrolika sistem distribusi air bersih untuk menentukan kecukupan distribusi air bersih yang ada berdasarkan kebutuhan air saat ini dan masa depan
23. Vulnerability, Risk and Mitigation Assessment of Water Distribution Systems for Insufficient Fire Flows
Kanta et al (2013)
USA Benefit-Cost Risk Reduction Analysis Algoritma optimasi risiko kehilangan air dengan menggunakan pemrograman dinamis Pressure-Driven Nodal Demand
Analysis with EPANET 2.0.
24. Fire Flow Capacity Analysis Based on Hydraulic Network Model
Xiao et al (2014)
China Hydraulic Model Model hidrolika sistem pasokan air bersih perkotaan
25. Mathematical Programming and the Location of Fire Companies
Plane D. R dan Hendrick (1997)
USA The Synergism OD Judgment Analysis Pemrograman matematis dan model informasi konfigurasi stasiun pemadam kebakaran
26. A Multi-Objective Model for Locating Fire Stations
Badri et al (1997)
Uni Emirat Arab
Goal Programming Model pemrograman multi kriteria lokasi stasiun pemadam kebakaran Multi-Objective Modeling
27. The Optimal Location of Airport Fire Stations: A Fuzzy Multi Object
TZENG dan CHEN (1999)
Multi-Objective Approach Model optimasi lokasi fasilitas gawat darurat berbasis pendekatan fuzzy multi-obyektif Genetic Algorithm
28. Gradual Optimization of Urban Fire Station Locations Based on Geographical Network Model
Yan et al (2004)
China Gradual Optimization Metode optimalisasi lokasi stasiun pemadam kebakaran, berdasarkan Geographical Network Model
Coverage Areas Geographical Network
81
No. Judul Penulis/ Peneliti
Lokasi Penelitian Teknik Analisis/Pendekatan Hasil/Temuan
29. Optimal Siting of Fire Stations Using GIS and ANT Algorithm
Liu et al (2006)
Singapura Multiobjective (MO) Model Algoritma untuk penemuan stasiun pemadam kebakaran, optimasi infrastruktur dan jaringan transportasi
Geographic Information System (GIS) Ant Algorithm
30. A Fuzzy Multi Objective Programming for Optimization of Fire Station Locations through Genetic Algorithms
Yang et al (2007)
Inggris Multi-Objective Programming Model optimalisasi lokasi stasiun pemadam kebakaran dengan pendekatan fuzzy multi-obyektif dan algoritma genetika
Genetic Algorithm Fuzzy Programming
31. Locating Fire Stations: An Integrated Approach for Belgium
Chevalier et al (2012)
Belgia Operational Spatial Model penentuan lokasi pemadam kebakaran, waktu respons, efisiensi dan trade-off biaya Decision-Support System
32. Research on the Location of Fire Station Based on GIS and Genetic Algorithm
Wei dan JIANG (2012)
China The Genetic Algorithm Model pemilihan lokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan dengan algoritma genetika dan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Geographic Information System (GIS)
33. Optimising The Spatial Location of Urban Fire Stations_ELS
Murray A. T (2013)
USA Maximal Coverage Location Problem (MCLP)
Model alokasi stasiun pemadam kebakaran melalui perencanaan strategis untuk perlindungan dan respon kebakaran
34. Using The Vulnerable Localities Index to Identify Priority Areas for Targeting Fire Safety Services
Chainey S (2013)
Inggris Vulnerable Localities Index Model indeks lokasi untuk layanan pemadam kebakaran Priority Neighborhoods Analysis
35. A Multi Objective Model for Fire Station Location Under Uncertainty
Zhou et al (2013)
China Uncertain Goal Programming Model pemrograman deterministik lokasi stasiun pemadam kebakaran yang efisien Chance-Constrained Programming
36. Study of Locating Fire Stations Nourozi dan Shariati (2013)
Uni Emirat Arab
Linear Assignment Method Perencanaan stasiun pemadam kebakaran berbasis pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) melalui basis data yang tepat
37. Sistem Pakar untuk Mendiagnosis Kerusakan pada Komponen Komputer yang Gagal menjalankan Fungsi
Hermawan I (2004)
Indonesia Sistem Pakar Model Sistem Pakar untuk mendiagnosis kerusakan pada komponen komputer DBMS
Visual Basic
38. An Expert System for Diagnosing Eye Diseases using CLIPS
Samy S et al (2008)
Palestina Sistem Pakar Model Sistem Pakar untuk mendiagnosis penyakit mata berbasis aturan
Rule-Based Reasoning CLIPS
82
No. Judul Penulis/ Peneliti
Lokasi Penelitian Teknik Analisis/Pendekatan Hasil/Temuan
39. Sistem Pakar Penentuan Kesesuaian Lahan berdasar kan Faktor Penghambat Terbesar (Maximum Limitation Factor) Tanaman Pangan
Sevani N (2009)
Indonesia Sistem Pakar Sistem Pakar untuk Penentuan Kesesuaian Lahan berbasis aturan dan web Waterfall Life Cycle
PHP MySQL Desain Web
40. Perancangan dan Implementasi Sistem Pakar untuk Analisa Penyakit Dalam
Broto A. S (2010)
Indonesia Sistem Pakar Sistem Pakar untuk analisa penyakit dalam berbasis aturan berdasarkan metode Certainty Factor
Rule-Based Reasoning PHP MySQL
41 Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Tropik Infeksi Anak
Irmayani I (2010)
Indonesia Sistem Pakar Sistem Pakar untuk menentukan jenis penyakit tropik infeksi pada anak di bawah umur 10 tahun berdasarkan gejala-gejalanya menggunakan konsep Forward Chaining dengan menggunakan metode Certainty Factor
Rule-Based Reasoning DBMS PHP Entity Relationship
42. An Expert System for Diagnosis of Disease in Rice Plant
Sarma S. K (2015)
India Sistem Pakar Perancangan dan pengembangan Sistem Pakar berbasis aturan, dengan menggunakan shell ESTA (Expert System for Text Animation) untuk diagnosis penyakit umum yang terjadi di tanaman padi
Rule-Based Reasoning Prolog ESTA
43. Model Penentuan Lokasi Potensial Prasarana Mitigasi Bencana Kebakaran Perkotaan sebagai salah satu dasar Penataan Ruang Wilayah Kota Pantai (Penerapan di Kota Kendari)
TARIDALA S (2017)
Indonesia Sistem Pakar (Rule-Based Reasoning, Analytic Hierarchy Process (AHP), Geographic Information System (GIS) Grid-Based, FORTRAN)
Model Sistem Pakar berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG): Model penilaian tingkat risiko bencana kebakaran
perkotaan Model jaringan air bersih untuk pemadaman
kebakaran perkotaan Model alokasi stasiun pemadam kebakaran
perkotaan berdasarkan layanan waktu respon Model penentuan lokasi potensial prasarana
mitigasi bencana kebakaran perkotaan sebagai salah satu dasar penataan ruang wilayah kota pantai
Sumber: Peneliti, 2017
Keterangan: : Kesamaan penelitian
83
Novelty penelitian ini berdasarkan penelusuran dan telaah terhadap
penelitian ilmiah yang pernah dilakukan sebelumnya adalah diperolehnya
model spasial dengan pendekatan Sistem Pakar (Expert System) berbasis
Sistem Informasi Geografis. Secara rinci model tersebut meliputi:
1. Model penilaian tingkat risiko bencana kebakaran perkotaan.
2. Model jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan.
3. Model alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan berdasarkan
layanan waktu respon.
Perbandingan penelitian dan kajian ilmiah terdahulu yang
berkesesuaian dengan penelitian ini, selain menghasilkan novelty juga
memperlihatkan state of the art penelitian. State of the art merupakan
pencapaian tertinggi dari suatu pengembangan bidang ilmu dalam bentuk
sebuah perangkat, prosedur, proses, teknik, ataupun sains sebagai
sebuah hasil dari penerapan metodologi-metodologi yang belum pernah
dilakukan sebelumnya. State of the art pada penelitian ini adalah model
penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi bencana kebakaran
perkotaan sebagai salah satu dasar penataan ruang wilayah kota pantai
dengan Sistem Pakar (Expert System) berbasis Sistem Informasi
Geografis (GIS grid-based).
84
L. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kerangka dasar pemikiran penelitian
yang disintesiskan dari tinjauan literatur, kondisi aktual (fakta) serta hasil
observasi lapangan. Kerangka ini mengacu pada permasalahan-
permasalahan yang akan diteliti serta memberikan penjelasan tentang
hubungan dan keterkaitan antar variabel secara logis. Permasalahan
kebakaran perkotaan yang ada merupakan kondisi aktual (das sein) yang
terjadi. Bagian tersebut merupakan hal yang akan diselesaikan melalui
kegiatan penelitian ini, dengan terlebih dahulu melakukan analisis
terhadap faktor-faktor yang mendukung dan mempengaruhinya. Dari
faktor-faktor tersebut, dilakukan perancangan model yang sesuai untuk
menyelesaikan permasalahan kebakaran perkotaan. Pemodelan yang
dilakukan berdasarkan pada pendekatan Sistem Pakar berbasis pada
Sistem Informasi Geografis (SIG). Pada tahapan pemodelan ini, dilakukan
verifikasi dan uji validitas hingga diperoleh model yang representatif dan
ideal dalam penanganan masalah kebakaran. Pada akhirnya, pemodelan
ini diharapkan akan menghasilkan suatu model penentuan lokasi potensial
prasarana mitigasi bencana kebakaran perkotaan sebagai salah satu
dasar dalam penataan ruang wilayah kota pantai. Kerangka konseptual ini
dibuat dalam bentuk diagram, seperti yang tersaji pada Gambar 13.
85
Gambar 13. Kerangka pikir penelitian (Sumber: Peneliti, 2017)
86
M. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penegasan dari kontrak atau variabel
yang digunakan dengan cara tertentu untuk mengukurnya yang bertujuan
untuk menghindari salah pengertian dan penafsiran yang berbeda
(Kerlinger, 2014). Definisi operasional ini dibuat untuk memberikan
pemahaman yang sama tentang pengertian variabel yang akan diukur dan
untuk menentukan metodologi yang akan digunakan dalam menganalisis
data pada penelitian ini.
Hadi (1990) mengemukakan bahwa variabel adalah gejala-gejala yang
menunjukkan variasi, baik dalam jenis maupun tingkatannya. Terdapat
dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel
terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi (X), yang menyebabkan timbulnya atau berubahnya
variabel terikat, meliputi: tutupan/penggunaan lahan, badan air, tanah
terbuka, kepadatan bangunan, jaringan jalan, kawasan rawan bencana,
kemiringan lereng, kawasan terbatas, kawasan pelayanan khusus,
kawasan perlindungan alam dan sumber air potensial. Variabel terikat
adalah variabel yang dipengaruhi (Y) karena adanya variabel bebas, yaitu:
tingkat risiko kebakaran perkotaan, sistem jaringan air bersih dan alokasi
stasiun pemadam kebakaran perkotaan. Definisi operasional variabel
dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.
87
Tabel 5. Definisi operasional penelitian No. Variabel Definisi Indikator/
Parameter Cara ukur Alat ukur Skala
1. Penutupan/ Pengguna an lahan
Jenis kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu (Lillesand dan Kiefer, 1999)
Luas, jenis, fungsi, status
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan
Citra satelit, Peta, GPS
Nominal
2. Unit lahan/ unit pemetaan tanah
Bagian dari permukaan tanah yang dapat diidentifikasi memiliki asal (genesis) yang sama dan dapat diterangkan atau dianggap sama (atau seragam) dalam hal faktor-faktor utama yang berkonsekuensi terhadap pemanfaatan lahan (Christian, 1958)
Luas, jenis Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan
Citra satelit, Peta, GPS
Nominal
3. Badan air Kumpulan air yang besarnya bergantung pada relief permukaan bumi, meliputi: sungai, rawa, danau dan laut
Luas, jenis, fungsi
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan
Citra satelit, Peta, GPS
Nominal
4. Tanah terbuka
Tanah yang tidak ditanami atau dengan penanaman jarang, permukaan tanahnya mempunyai lebih dari 50 persen batu/ tanah terbuka, ditentukan dari penutupan citra. Pembentukannya secara alami atau buatan
Luas, jenis, fungsi, status
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan
Citra satelit, Peta, GPS
Nominal
5. Material bangunan mudah terbakar
Material bangunan yang mudah menyala jika terjadi kontak dengan sumber penyalaan/api, seperti percikan api sehingga dapat menimbulkan kebakaran, yaitu bangunan yang terbuat dari material kayu, bambu atau sejenisnya
Luas, jenis material bangunan, fungsi, letak bangunan
Material bangunan yang cukup mudah menyala jika terjadi kontak dengan sumber penyalaan/api, yaitu bangunan yang terbuat dari material campuran kayu dan beton
Luas, jenis material bangunan, fungsi, letak bangunan
No. Variabel Definisi Indikator/ Parameter Cara ukur Alat ukur Skala
8. Kepadatan bangunan sangat padat
Rasio antara luas seluruh lantai dasar bangunan dengan luas tiap-tiap grid (luas tiap grid adalah 0,25 hektar). Rasio tersebut bernilai >80 persen per grid
Luas, fungsi, letak bangunan
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Studi literatur, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, kamera, Hasil analisis SIG
Interval
9. Kepadatan bangunan padat
Rasio antara luas seluruh lantai dasar bangunan dengan luas tiap-tiap grid (luas tiap grid adalah 0,25 hektar). Rasio tersebut bernilai >60 hingga ≤80 persen per grid
Luas, fungsi, letak bangunan
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, kamera, Hasil analisis SIG
Interval
10. Kepadatan bangunan sedang
Rasio antara luas seluruh lantai dasar bangunan dengan luas tiap-tiap grid (luas tiap grid adalah 0,25 hektar). Rasio tersebut bernilai >40 hingga ≤60 persen per grid
Luas, fungsi, letak bangunan
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Studi literatur, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, kamera, Hasil analisis SIG
Interval
11. Kepadatan bangunan renggang
Rasio antara luas seluruh lantai dasar bangunan dengan luas tiap-tiap grid (luas tiap grid adalah 0,25 hektar). Rasio tersebut bernilai >20 hingga ≤40 per grid
Luas, fungsi, letak bangunan
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Studi literatur, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, kamera, Hasil analisis SIG
Interval
12. Kepadatan bangunan sangat renggang
Rasio antara luas seluruh lantai dasar bangunan dengan luas tiap-tiap grid (luas tiap grid adalah 0,25 hektar). Rasio tersebut bernilai ≤20 persen per grid
Luas, fungsi, letak bangunan
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Studi literatur, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, kamera, Hasil analisis SIG
Interval
13. Jalan Klasifikasi I
Jalan umum yang memiliki lebar badan jalan (jalur lalu lintas) >9 meter
Lebar badan jalan (jalur lalu lintas)
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Studi literatur
Citra satelit, Peta, GPS, kamera
Nominal
14. Jalan Klasifikasi II
Jalan umum yang memiliki lebar badan jalan (jalur lalu lintas) 4-9 meter
Lebar badan jalan (jalur lalu lintas)
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Studi literature
Citra satelit, Peta, GPS, kamera
Nominal
89
No. Variabel Definisi Indikator/ Parameter Cara ukur Alat ukur Skala
15. Jalan Klasifikasi III
Jalan umum yang memiliki lebar badan jalan (jalur lalu lintas) <4 meter
Lebar badan jalan (jalur lalu lintas)
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Studi literatur
Citra satelit, Peta, GPS, kamera
Nominal
16. Kawasan rawan longsor
Kawasan yang berfungsi lindung atau kawasan fungsi budidaya yang berpotensi terjadinya longsoran atau gerakan tanah
Luas, fungsi, status, letak, tingkat kerentanan
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Studi literatur, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, kamera, Hasil analisis SIG
Nominal
17. Kawasan rawan banjir
Kawasan yang yang berpotensi terjadinya banjir atau volume luapan air yang melebihi batasan alaminya
Luas, fungsi, status, letak, tingkat kerentanan
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Studi literatur, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, kamera, Hasil analisis SIG
Nominal
18. Kemiringan lereng datar hingga landai
Ukuran kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar yang memiliki nilai kemiringan 0-15 persen
Interpretasi, Digitasi, Studi literatur, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, Hasil analisis SIG
Interval
21. Kawasan terbatas
Kawasan tertentu di atas daratan yang berfungsi pelayanan publik penting. Pembatasannya bersifat permanen untuk pengalokasian stasiun pemadam kebakaran, meliputi: kantor kepala daerah dan pengadilan
Luas, fungsi, status, letak
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan
Citra satelit, Peta, GPS, kamera
Nominal
22. Kawasan layanan kesehatan
Kawasan yang secara fungsional untuk pelayanan medis yang membutuhkan situasi dan kondisi yang aman, nyaman, bersih dan sehat
Luas, fungsi, status, letak
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan
Citra satelit, Peta, GPS, kamera
Nominal
90
No. Variabel Definisi Indikator/ Parameter Cara ukur Alat ukur Skala
23. Kawasan pendidikan
Kawasan budidaya yang berfungsi sebagai tempat fasilitas pendidikan beserta prasarana pendukungnya
Luas, fungsi, status, letak
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan
Citra satelit, Peta, GPS, kamera
Nominal
24. Kawasan peribadatan
Tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan masing-masing
Luas, fungsi, status, letak
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan
Citra satelit, Peta, GPS, kamera
Nominal
25. Kawasan perlindung an alam
Kawasan atau wilayah yang dilindungi karena memiliki nilai-nilai lingkungan alami, lingkungan sosial budaya, atau karena hal-hal lain yang serupa yang memiliki sifat unik atau menonjol, meliputi: kawasan perlindungan alam (taman hutan raya)
Luas, fungsi, status, letak
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Studi literatur
Citra satelit, Peta, GPS, kamera
Nominal
26. Laut dangkal
Laut yang memiliki kedalaman kurang dari 3 meter
Kedalaman, luas, fungsi, letak
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Studi literatur
Citra satelit, Peta, GPS, kamera
Interval
27. Kawasan tidak digunakan
Areal yang tidak digunakan atau tidak menghasilkan suatu pro-duk yang bermanfaat serta bersifat tidak efisien/efektif
Jalur pipa pembawa air bersih dari transmisi air bersih ke transmisi air bersih berikutnya, yang bersifat utama
Fungsionalitas, status, letak
Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Studi literatur
Citra satelit, Peta, GPS, kamera
Nominal
29. Hidran Terminal pelayanan air bersih untuk kondisi yang bersifat darurat, berada di daerah perkotaan yang dan dapat diakses oleh publik
Fungsi, status, letak
Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Studi literatur
Citra satelit, Peta, GPS, kamera
Nominal
30. Sumber air potensial
Sumberdaya air yang berguna atau potensial untuk menjadi sumber atau alternatif sumber air dalam pemadaman kebakaran perkotaan
Luas, jenis, fungsi, kondisi
Interpretasi, Digitasi, Survei lapangan, Wawancara, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG
Nominal
31. Dekat dari sumber air potensial
Sumberdaya air potensial untuk pemadaman kebakaran yang berjarak
Jarak tempuh terhadap sumber air
Digitasi, Analisis SIG
Citra satelit, Peta,
Interval
91
No. Variabel Definisi Indikator/ Parameter Cara ukur Alat ukur Skala
>2,5 kilometer dari stasiun pemadam kebakaran
GPS, Hasil analisis SIG
32. Cukup jauh dari sumber air potensial
Sumberdaya air potensial untuk pemadaman kebakaran yang berjarak 2,5-7,5 kilometer dari stasiun pemadam kebakaran
Jarak tempuh terhadap sumber air
Digitasi, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG
Interval
33. Jauh dari sumber air potensial
Sumberdaya air potensial untuk pemadaman kebakaran yang berjarak >7,5 kilometer dari stasiun pemadam kebakaran
Jarak tempuh terhadap sumber air
Digitasi, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG
Interval
34. Tingkat risiko kebakaran sangat tinggi
Tingkat potensi kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat terjadinya kebakaran, yang memiliki bobot nilai risiko >75
Luas, jenis material bangunan, fungsi, letak bangunan, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap sumber air potensial untuk pemadaman, jarak terhadap stasiun pemadam kebakaran
Digitasi, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG
Interval
35. Tingkat risiko kebakaran tinggi
Tingkat potensi kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat terjadinya kebakaran, yang memiliki bobot nilai risiko >50 hingga ≤75
Luas, jenis material bangunan, fungsi, letak bangunan, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap sumber air potensial, jarak terhadap stasiun pemadam kebakaran
Digitasi, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG
Interval
36. Tingkat risiko kebakaran rendah
Tingkat potensi kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat terjadinya kebakaran, yang memiliki bobot nilai risiko >25 hingga ≤50
Luas, jenis mate rial bangunan, fungsi, letak ba ngunan, akses terhadap jalan besar, jarak terha dap sumber air potensial, jarak terhadap stasiun pemadam
Digitasi, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG
Interval
92
No. Variabel Definisi Indikator/ Parameter Cara ukur Alat ukur Skala
37. Tingkat risiko kebakaran sangat rendah
Tingkat potensi kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat terjadinya kebakaran, yang memiliki bobot nilai risiko >0 hingga ≤25
Luas, jenis material bangunan, fungsi, letak bangunan, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap sumber air potensial, jarak ke stasiun pemadam kebakaran
Digitasi, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG
Interval
38. Jauh dari risiko kebakaran tinggi
Jarak jangkauan pencapaian dari stasiun pemadam kebakaran ke kawasan perkotaan yang berisiko tinggi terhadap kebakaran, yaitu >7,5 kilometer
Jarak dari jalan terhadap area berisiko kebakaran
Digitasi, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG
Interval
39. Cukup jauh dari risiko kebakaran tinggi
Jarak jangkauan pencapaian dari stasiun pemadam kebakaran ke kawasan perkotaan yang berisiko tinggi terhadap kebakaran, yaitu 2,5-7,5 kilometer
Jarak dari jalan terhadap area berisiko kebakaran
Digitasi, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG
Interval
40. Dekat dari risiko kebakaran tinggi
Jarak jangkauan pencapaian dari stasiun pemadam kebakaran ke kawasan perkotaan yang berisiko tinggi terhadap kebakaran, yaitu <2,5 kilometer
Jarak dari jalan terhadap area berisiko kebakaran
Digitasi, Analisis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Hasil analisis SIG
Interval
41. Sangat Sesuai, untuk pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran
Pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran yang memiliki nilai kesesuaian tertinggi pertama
Kawasan rawan bencana, ketersediaan sumber air, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap area berisiko kebakaran
Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Kamera, Hasil analisis SIG
Interval
42. Sesuai, untuk pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran
Pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran yang memiliki nilai kesesuaian tertinggi kedua
Kawasan rawan bencana, ketersediaan sumber air, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap area berisiko kebakaran
Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Kamera, Hasil analisis SIG
Interval
43. Cukup Sesuai, untuk pengembangan jaringan
Pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran yang memiliki nilai kesesuaian tertinggi
Kawasan rawan bencana, ketersediaan sumber air, akses terhadap
Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis
Citra satelit, Peta, GPS, Kamera,
Interval
93
No. Variabel Definisi Indikator/ Parameter Cara ukur Alat ukur Skala
air bersih untuk pemadaman kebakaran
ketiga jalan besar, jarak terhadap area berisiko kebakaran
SIG Hasil analisis SIG
44. Tidak dianjurkan, untuk peng embangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran
Pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran yang memiliki nilai kesesuaian terendah, diluar nilai kesesuaian pertama, kedua dan ketiga
Kawasan rawan bencana, ketersediaan sumber air, akses terhadap jalan besar, jarak kawasan berisiko kebakaran
Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Kamera, Hasil analisis SIG
Interval
45. Sangat Sesuai, untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran
Alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan yang memiliki nilai kesesuaian tertinggi pertama
Kawasan rawan bencana, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap sumber air potensial, jarak terhadap area berisiko kebakaran
Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Kamera, Hasil analisis SIG
Interval
46. Sesuai, untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran
Alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan yang memiliki nilai kesesuaian tertinggi kedua
akses terhadap jalan besar, jarak terhadap sumber air potensial, jarak terhadap area berisiko kebakaran
Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Kamera, Hasil analisis SIG
Interval
47. Cukup Sesuai, untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran
Alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan yang memiliki nilai kesesuaian tertinggi ketiga
Kawasan rawan bencana, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap sumber air potensial, jarak terhadap area berisiko kebakaran
Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Kamera, Hasil analisis SIG
Interval
48. Tidak direkomen dasikan, untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran
Alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan yang memiliki nilai kesesuaian terendah, diluar nilai kesesuaian pertama, kedua dan ketiga
Kawasan rawan bencana, akses terhadap jalan besar, jarak terhadap sumber air potensial, jarak terhadap area berisiko kebakaran
Digitasi, Analisis SIG, Sistem Pakar berbasis SIG
Citra satelit, Peta, GPS, Kamera, Hasil analisis SIG
Interval
Sumber: Peneliti, 2017
94
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini merupakan pokok-pokok perencanaan dari
keseluruhan kegiatan penelitian yang akan dilakukan, meliputi proses
perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang dituangkan dalam suatu
kesatuan naskah secara ringkas, jelas dan komprehensif. Rancangan ini
menjelaskan setiap prosedur penelitian yang memuat strategi dan struktur
penelitian yang diatur untuk menjawab permasalahan penelitian.
Rancangan penelitian ini bertujuan agar pelaksanaan penelitian mengenai
kebakaran perkotaan di Kota Kendari dapat dilakukan dengan tepat,
lancar dan sistematis.
Komponen-komponen yang terdapat dalam rancangan penelitian ini
meliputi: tema atau topik yang diteliti, metode penelitian yang digunakan,
pendekatan atau teknik analisis yang digunakan, bahan dan alat yang
diperlukan, variabel penelitian yang meliputi variabel bebas dan variabel
terikat, rentang waktu dan tempat dilakukannya penelitian, instrumen
pengumpulan data serta populasi dan teknik sampling. Rancangan
penelitian tentang kebakaran perkotaan ini digambarkan secara skematis
seperti pada Gambar 14.
95
Gambar 14. Rancangan penelitian (Sumber: Peneliti, 2017)
B. Lokasi dan Waktu
Kegiatan penelitian ini mengkaji tentang tingkat risiko bencana
kebakaran perkotaan, prasarana wilayah pendukung mitigasi bencana
kebakaran serta konsep penataan ruang wilayah kota pantai berbasis
mitigasi bencana kebakaran. Penelitian ini dilakukan di wilayah
administratif Kota Kendari. Beberapa alasan pokok dalam pemilihan lokasi
penelitian ini adalah:
96
1. Intensitas kejadian kebakaran perkotaan yang semakin meningkat
dengan kerugian material yang mencapai milyaran rupiah.
2. Merupakan kawasan perkotaan yang sedang dalam tahap
perkembangan.
3. Memiliki kondisi topografi yaitu kemiringan lereng yang sangat variatif,
dengan kemiringan 0 persen hingga >40 persen, dengan morfologi
datar hingga bergunung sangat curam.
4. Merupakan pusat kegiatan wilayah dan ibukota provinsi dengan jumlah
dan pertumbuhan penduduk tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara.
5. Merupakan kota dengan perpaduan tipologi kota pantai dan daratan,
sehingga dipandang variabel penelitian akan semakin beragam.
6. Ketersediaan data sekunder yang cukup mendukung kegiatan
penelitian, meliputi: data dan peta kejadian kebakaran harian (lima
tahun terakhir) beserta riwayatnya, citra satelit resolusi tinggi dan peta
jaringan jalan.
Waktu kegiatan penelitian ini dilakukan selama 8 (delapan) bulan,
terhitung sejak bulan September tahun 2016 hingga bulan Mei tahun
2017. Dalam waktu pelaksanaan penelitian ini, kegiatan yang dilakukan
meliputi: observasi atau survei lapangan, melakukan wawancara awal
terhadap pakar dan sumber data lainnya, pengolahan data hasil
penelitian, simulasi serta kegiatan verifikasi dan validasi hasil
perancangan sistem kepada para pakar.
97
Lingkup penelitian ini merupakan suatu batasan permasalahan yang
diharapkan akan memudahkan dalam pelaksanaan penelitian sehingga
penelitian dapat dilakukan secara terfokus, efisien dan efektif.
C. Populasi dan Teknik Sampel
Populasi dalam kegiatan penelitian ini meliputi seluruh unit lahan yang
teridentifikasi dari tutupan atau penggunaan lahan, termasuk bangunan
dengan material bangunan terklasifikasi risiko kebakaran yang ada di Kota
Kendari, yang tertuang dalam Peta Penggunaan Lahan Kota Kendari.
Populasi penelitian berjumlah 80.603 unit lahan, dengan luas keseluruhan
26.608,58 hektar. Dari populasi tersebut dilakukan pengambilan sampel
untuk mewakili populasi. Sampel yang diambil dalam kegiatan penelitian
ini merupakan sampel area yaitu sampel dari keterwakilan tiap-tiap jenis
penggunaan lahan yang berbeda, baik dari segi fungsi guna lahan
maupun penampakan pada citra satelit.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Metode
Purposive Sampling yaitu sampel yang diambil dengan maksud atau
tujuan tertentu. Pemilihan sampel ini dilakukan tidak secara acak (non-
random sampling). Penentuan sampel dengan metode ini memiliki syarat-
syarat dalam pemilihannya, seperti yang diungkapkan oleh Arikunto
(2006) bahwa:
1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok dari populasi.
98
2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek
yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.
3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam
studi pendahuluan.
Mustafa (2000) mengungkapkan bahwa non-random sampling
merupakan sampel yang dipilih secara tidak acak. Tidak semua unsur
atau elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa
dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa
disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya
telah direncanakan oleh peneliti. Sampel yang baik adalah sampel yang
dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik dari populasi. Dalam
bahasa pengukuran berarti bahwa sampel yang diambil harus valid, yaitu
dapat mengukur sesuatu yang seharusnya diukur.
Salant dan Dillman (1994) menjelaskan bahwa dalam suatu penelitian
yang dilakukan, sebelum menentukan jumlah sampel yang harus diambil
dari populasi yang ada, beberapa faktor harus dipertimbangkan untuk
mendapatkan hasil yang terpercaya, yaitu: (1) berapa banyak kesalahan
sampel yang dapat ditoleransi, (2) jumlah populasi, (3) bagaimana variasi
populasi, dan (4) sub kelompok terkecil dalam sampel berdasarkan
perkiraan kebutuhan.
99
Penentuan jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini
menggunakan rumus dari Slovin (Sevilla, dkk., 1993), yaitu:
Dimana: n = Jumlah sampel yang dibutuhkan. N = Jumlah populasi e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance) adalah 5% (0,05)
Slovin masih memberi kebebasan untuk menentukan nilai batas
kesalahan atau galat pendugaan, sedangkan batas kesalahan yang
diasumsikan dalam Tabel Krejcie-Morgan adalah sebesar 5% atau tingkat
akurasi yang dinyatakan dalam proporsi senilai 0,05. Slovin dan Tabel
Krejcie-Morgan sama-sama mengasumsikan tingkat keandalan sebesar
95% (Krejcie dan Morgan, 1970). Berdasarkan Rumus Slovin yang
dituliskan sebelumnya, diperoleh jumlah sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah sebanyak 398 sampel dengan toleransi nilai
kesalahan adalah 0,05, melalui perhitungan:
n = n =
80603 / (1 + 80603 x 0,052) = 398,02 398
Secara rinci jumlah populasi dan sampel pada penelitian ini tersaji pada
Tabel 6.
Tabel 6. Populasi dan sampel penelitian No. Penutupan/
Penggunaan Lahan Luas
(Hektar) Populasi
(unit lahan) Sampel
(unit lahan) 1. Perumahan: 1.118,80 79.712 394
Material Beton 928,27 50.142 248
(4)
100
No. Penutupan/ Penggunaan Lahan
Luas (Hektar)
Populasi (unit lahan)
Sampel (unit lahan)
Material Campuran 156,68 21.569 107 Material Kayu 33,85 8.001 40
Sumber: Kota Kendari dalam Angka, BPS Kota Kendari, 2016
Kondisi curah hujan di Kota Kendari secara umum bervariasi. Curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu mencapai 244 mm3 dengan
jumlah hari hujan sebanyak 24 hari. Bulan Januari dan Februari
128
merupakan puncak dari musim hujan. Musim kemarau terjadi pada bulan
September hingga Nopember. Jumlah curah hujan dan hari hujan dalam
setiap bulan di Kota Kendari disajikan secara rinci pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah curah hujan dan hari hujan menurut bulan di Kota Kendari, Tahun 2015
No. Bulan Curah hujan (mm3) Hari hujan Ket. 1. Januari 243 24 2. Februari 277 24 3. Maret 252 22 4. April 172 20 5. Mei 136 15 6. Juni 213 20 7. Juli 42 12 8. Agustus 1 3 9. September 0 1
10. Oktober 5 1 11. Nopember 5 3 12. Desember 249 24
Jumlah: 1.595 169 Sumber: Kota Kendari dalam Angka, BPS Kota Kendari, 2016
B. Tinjauan Sarana dan Prasarana Wilayah Penelitian
1. Sarana Perumahan
Sarana perumahan di Kota Kendari secara umum terbagi dalam dua
kategori, yaitu perumahan yang dibangun secara individu oleh masyarakat
dan perumahan yang dibangun oleh pihak pengembang (developer).
Perumahan yang dibangun secara perorangan/individu berupa rumah
dengan kondisi permanen, semi permanen dan temporer yang bermaterial
beton, campuran dan kayu. Perumahan yang dibangun oleh pengembang
umumnya adalah merupakan perumahan dengan konstruksi permanen
yang dibangun dalam suatu kawasan.
129
Kecenderungan arah perkembangan perumahan dan permukiman
baru di Kota Kendari berdasarkan hasil observasi mengarah pada
wilayah/kawasan pinggiran kota (peri urban), kondisi ini dipengaruhi oleh
tingginya aktivitas pembangunan dan alih fungsi lahan untuk kegiatan
komersial di kawasan pusat perkotaan.
2. Sarana Perdagangan dan Jasa
Pertumbuhan Kota Kendari cenderung lebih cepat dibandingkan
daerah lainnya di Provinsi Sulawesi Tenggara, hal ini juga dipengaruhi
oleh tingginya aktivitas ekonomi masyarakat pada sektor perdagangan
dan jasa. Bagian ini tidak terlepas dari fungsi Kota Kendari yang
merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Sektor perdagangan dan
jasa memiliki peran yang sangat strategis dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat kota, yang didukung oleh sarana dan
prasarana perdagangan, seperti pasar, pusat perbelanjaan, toko dan
kegiatan usaha perdagangan lainnya (jasa perbankan, koperasi, dan
lainnya).
Perkembangan sektor perdagangan dan jasa di Kota Kendari secara
cepat terjadi utamanya pada koridor-koridor jalan utama, seperti Jl. MT.
Haryono, Jl. Ahmad Yani, Jl. Sao-sao dan Jl. Antero Hamra.
Perkembangan perdagangan dan jasa di kawasan ini mempunyai skala
pelayanan regional, lokal dan lingkungan. Kondisi sarana perdagangan
dan jasa di Kota Kendari tersebut ditampilkan pada Tabel 10 dan
Tabel 11.
130
Tabel 10. Jumlah sarana perdagangan di Kota Kendari, Tahun 2015
Armada pemadam tidak memadai, asap, bahaya arus listrik, jalan macet, jalan rusak, jalan sempit, jalan menanjak, jarak tempuh jauh, kepadatan
21.679.500.000 2 orang (meni-nggal dunia)
138
Tahun Tempat kejadian Penyebab Jenis kebakaran Kendala pemadaman
Kerugian material (Rp)
Korban jiwa
hunian, rumah toko, sampah, tumpukan kayu
penggunaan jalan, tidak ada akses jalan, tumpukan kayu
2015 149 kejadian. Kecamatan Abeli, Baruga, Kadia, Kambu, Kendari, Kendari Barat, Mandonga, Poasia, Puwatu, Wua-wua
Arus pendek listrik, kebocoran pipa bahan bakar, kebocoran selang regulator, kembang api, korsleting listrik, obat nyamuk bakar, pembakaran lahan dan sampah, puntung rokok, serpihan las listrik, tungku masak, tidak diketahui
Alang-alang, bangunan perusahaan, base camp pekerja, bengkel, gardu PLN, gudang, kampus, kantor, kebun, lahan gambut, genset, mobil, pasar, rumah sakit, rumah sekolah, hunian, kios, rumah toko, sampah, tabung gas, tabung las, semak, usaha sawmill, tumpukan kayu
Asap, jalan rusak, jalan sempit, bahaya arus listrik, daerah ketinggian, jalan licin, jalan macet, perbaikan jalan, tidak ada akses jalan
Arus pendek listrik, kebocoran gas, kembang api, kompor meledak, ledakan gas, pembakaran lahan dan sampah, puntung rokok, tidak diketahui
Alang-alang, gardu PLN, kapal motor, kios, lahan gambut, rumah sekolah, hunian, rumah toko, salon rambut, tabung gas
Bahaya arus listrik, jalan macet, jalan rusak, jalan sempit, lokasi kebakaran di laut, tidak ada akses jalan, tidak ada tangga darurat
10.225.000.000 1 orang (luka)
Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016
2. Kantor dan Pos Pelayanan Pemadam Kebakaran (fire station)
Pemadam kebakaran adalah orang atau pasukan yang bertugas untuk
memadamkan peristiwa kebakaran, yang dilakukan melalui tindakan
penyelamatan dan penanggulangan bencana. Pada setiap kota, terdapat
unit pemadam kebakaran yaitu dinas kebakaran kota yang merupakan
dinas pemadam kebakaran tingkat suatu kota pada suatu provinsi. Dinas
ini merupakan unsur pelaksana pemerintah yang diberi tanggung jawab
139
dalam melaksanakan tugas-tugas penanganan masalah kebakaran dan
bencana yang termasuk dalam dinas gawat darurat atau rescue di wilayah
perkotaan. Demikian halnya di Kota Kendari terdapat unit pemadam
kebakaran kota yang berfungsi dalam pencegahan kebakaran,
pemadaman kebakaran dan penyelamatan jiwa dan ancaman kebakaran
serta bencana lainnya.
Pemadam Kebakaran Kota Kendari berpusat di Jalan Balaikota III,
Kecamatan Kadia, Kota Kendari. Kantor pusat ini berbentuk kawasan kecil
yang merupakan lokasi unsur pelaksana pemadam kebakaran dan
sebagai lokasi garasi kendaraan pemadam kebakaran, penyimpanan alat-
alat pemadaman kebakaran, pusat informasi dan pengaduan, serta lokasi
operasi komando pemadam kebakaran. Kantor pemadam kebakaran ini
membawahi beberapa pos pelayanan pemadam kebakaran sebagai
perwakilan pada tingkat kecamatan atau kelurahan.
Kondisi eksisting menunjukkan bahwa saat ini setiap kecamatan yang
ada di Kota Kendari sudah terdapat pos pelayanan pemadam kebakaran,
baru terdapat 6 (enam) pos pelayanan yang berada di Kecamatan Kendari
Barat, Puwatu, Poasia, Baruga dan Wua-wua, termasuk pos induk di
Kecamatan Kadia. Kecamatan yang belum terdapat pos pelayanan
pemadam kebakaran meliputi 4 (empat) wilayah kecamatan yakni
Kecamatan Kendari, Mandonga, Kambu dan Abeli. Meskipun pada
beberapa kecamatan telah ada pos pelayanan pemadam kebakaran tetapi
pos tersebut tidak menjadi garasi bagi kendaraan pemadam kebakaran,
140
sehingga ketika terjadi peristiwa kebakaran, pergerakan kendaraan
pemadam kebakaran (fire engine) dilakukan melalui pos induk. Pos-pos
pelayanan pemadam kebakaran yang ada di wilayah kecamatan hanya
merupakan tempat penampungan air dalam skala kecil, yaitu dengan
menggunakan media tangki air.
3. Kendaraan Pemadam Kebakaran (fire engine)
Kendaraan pemadam kebakaran tergolong sebagai kendaraan unit
gawat darurat. Tipe kendaraaan ini berupa truk yang bagian belakangnya
merupakan media penyimpanan air. Di Kota Kendari, tipe kendaraan yang
digunakan pada kesatuan pemadam kebakaran untuk tindakan
pemadaman kebakaran kota adalah truk pemompa dan penyimpan air
(pump unit) untuk pemadaman kebakaran dengan ukuran kecil dan besar.
Kendaraan-kendaraan tersebut juga merupakan unit pembawa air (tanker
unit) dan alat-alat serta perlengkapan penunjang lainnya, seperti selang,
palu, gergaji, alat P3K, lampu dan tangga. Saat ini armada pemadam
kebakaran di Kota Kendari hanya berjumlah 10 (sepuluh) unit untuk
pelayanan seluruh wilayah kota, tetapi yang berfungsi dan beroperasi
secara efektif hanya 7 (tujuh) unit, 3 (tiga) unit lainnya sering mengalami
kerusakan. Kendaraan pemadam kebakaran yang ada tersebut dari 10
(sepuluh) unit yang ada, 7 (tujuh) unit diantaranya telah berusia ±15 tahun
dan telah dilakukan renovasi kendaraan.
141
4. Alat Pemadam Api/Kebakaran
Peralatan pemadam kebakaran merupakan peralatan yang sangat
penting bagi petugas pemadam kebakaran (firefighter) untuk
memadamkan kebakaran pada zona kebakaran. Peralatan pemadam
kebakaran memiliki banyak jenis yang digunakan dalam memadamkan
kebakaran, tergantung pada skala kebakaran tersebut. Beberapa alat
pemadam api/kebakaran yang digunakan oleh Dinas Pemadam
Kebakaran Kota Kendari, meliputi:
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR), adalah alat yang berbentuk tabung
yang digunakan untuk memadamkan titik api kecil yang masih dapat
atasi.
b. Alat Pemadam Api Berat (APAB), merupakan tabung pemadam api
skala besar yang dioperasikan oleh dua orang atau lebih. Digunakan
pada kebakaran skala kecil dan sedang.
c. Alat semprot (nozzle). Digunakan untuk mengarahkan air yang
bertekanan tinggi ke sumber titik api/ kebakaran, merupakan peralatan
pemadam kebakaran yang berada paling depan ketika memadamkan
kebakaran.
d. Selang pemadam kebakaran (fire hose), digunakan untuk
mendistribusikan air dari sumber air yaitu pada kendaraan pemadam
atau hidran untuk memadamkan api/kebakaran. Ukuran panjang
selang yang digunakan 15-30 meter.
142
e. Penghubung selang pemadam kebakaran (coupling fire hose),
merupakan peralatan pemadam kebakaran yang digunakan untuk
menyambungkan fire hose dengan fire hose yang lain, ketika panjang
fire hose yang digunakan tidak mencapai ke sumber api/kebakaran.
f. Helm kebakaran (fire helmet), digunakan untuk menjaga kepala para
petugas pemadam kebakaran ketika terjadi runtuhan bangunan
sekaligus mengurangi rasa panas api.
g. Pakaian anti panas (firefighter clothing), digunakan oleh para petugas
pemadam kebakaran untuk mengurangi rasa panas dari jilatan api.
h. Masker pelindung (mask respirator), digunakan untuk melindungi para
petugas pemadam kebakaran agar tidak menghirup sesuatu yang
dapat berdampak bahaya, seperti debu, asap, uap, atau gas ketika
terjadi kebakaran.
5. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran
Jaringan air bersih untuk kebakaran perkotaan meliputi: sumber air,
jaringan pipa distribusi dan hidran kota/halaman. Di Kota Kendari sumber
air untuk pemadaman kebakaran bersumber dari air permukaan yaitu
Sungai Pohara di Kabupaten Konawe dan beberapa sungai-sungai kecil
yang ada di Kota Kendari, selain sumber tersebut juga yang menjadi
sumber air untuk pemadaman adalah air tanah dalam yaitu sumur, yang
ditampung kedalam wadah penampungan dalam jumlah yang banyak dan
ada pula yang disimpan secara langsung kedalam tangki air kendaraan
pemadam kebakaran.
143
Jaringan pipa distribusi air bersih secara khusus untuk keperluan
pemadaman kebakaran, hingga saat ini belum tersedia di Kota Kendari.
Demikian pula halnya dengan hidran kota/halaman, juga tidak tersedia
untuk kepentingan pemadaman kebakaran kota. Secara umum hidran
hanya berada pada kawasan atau area khusus dan bangunan gedung
tertentu saja, seperti: kawasan perkantoran gubernur dan walikota, dan
kantor-kantor penting pemerintah lainnya, rumah sakit dan pusat
perbelanjaan.
6. Petugas Pemadam Kebakaran (firefighter)
Petugas pemadam kebakaran tidak hanya sekedar memadamkan api
tetapi juga melakukan tindakan pencegahan kebakaran dan penyelamatan
korban, baik material maupun manusia. Petugas pemadam kebakaran
Kota Kendari saat ini berjumlah 112 orang. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap responden penelitian, diperoleh informasi bahwa jumlah petugas
yang ada tidak mencukupi untuk suatu operasional yang efektif dan efisien
dalam melakukan tindakan pemadaman kebakaran.
144
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Pakar penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi bencana
kebakaran perkotaan, sebagai salah satu dasar dalam penataan ruang
wilayah kota pantai merupakan sebuah model komputasi yang dapat
memberikan penilaian-penilaian tentang tingkat risiko bencana kebakaran
perkotaan, penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman
kebakaran perkotaan dan pengalokasian stasiun pemadam kebakaran
perkotaan berdasarkan pada layanan waktu respon. Sistem ini
menggunakan basis pengetahuan (knowledge base) dan pendekatan
spasial atau keruangan dalam proses pembentukannya, yang diterapkan
dalam susunan grid-grid atau kisi yang bereferensi geografis.
Latar belakang pengembangan Sistem Pakar ini adalah kejadian-
kejadian kebakaran perkotaan yang masih sering terjadi dengan kerugian
yang cukup banyak serta adanya kerentanan fisik dan kerentanan
lingkungan wilayah perkotaan. Dengan mengetahui tingkat risiko
kebakaran perkotaan, lokasi potensial prasarana mitigasi bencana
kebakaran, diharapkan akan dapat memperkecil risiko dan dampak
bencana yang ditimbulkan, meningkatkan antisipasi, mengurangi
intensitas kejadian kebakaran dan peningkatan kemampuan kota pantai
dalam upaya mitigasi bencana kebakaran.
Pemodelan Sistem Pakar berbasis Sistem Informasi Geografis ini
diharapkan dapat membantu menata ruang wilayah kota pantai yang
145
berbasis mitigasi bencana kebakaran, mengingat untuk menghadirkan
seorang pakar atau ahli yang mempunyai berbagai macam pengetahuan
atau pengetahuan yang spesifik yang dibutuhkan untuk kegiatan analisis
tidaklah mudah, membutuhkan waktu dan biaya yang juga tidak murah.
Meskipun Sistem Pakar yang dibangun ini masih belum dapat
menggantikan peran seorang pakar atau ahli secara penuh, namun
setidaknya keberadaan model ini dapat membantu penggunanya atau
orang yang bukan pakar (non-expert) untuk mengambil keputusan secara
langsung dengan cepat dan mendekati kemampuan seorang pakar
(domain expert).
A. Akuisisi Pengetahuan
Akuisisi pengetahuan pada pengembangan Sistem Pakar kebakaran
perkotaan ini merupakan suatu proses akumulasi, transfer dan
transformasi keahlian dalam menyelesaikan permasalahan dari sumber
pengetahuan ke dalam program komputer. Akuisisi ini dibangun dari suatu
knowledge base yang menggunakan pendekatan berbasis aturan (rule-
based reasoning), dimana pengetahuan direpresentasikan dalam suatu
bentuk fakta (facts) dan aturan (rules) yang terdiri dari premis dan
kesimpulan.
Tahap kegiatan akuisisi yang dilakukan adalah penyerapan
pengetahuan mengenai risiko kebakaran perkotaan, sistem penyediaan
air bersih untuk pemadam kebakaran dan alokasi stasiun pemadam
146
kebakaran, untuk selanjutnya ditransfer ke dalam basis pengetahuan.
Akuisisi pengetahuan ini terbagi dalam dua kegiatan utama, yaitu: (1)
akuisisi pengetahuan yang bersumber dari karya ilmiah meliputi: jurnal,
makalah, buku pegangan (handbook), buku panduan atau petunjuk teknis
tentang kebakaran perkotaan dan laporan-laporan yang berkaitan dengan
tema penelitian, dan (2) akuisisi pengetahuan dari para domain expert
melalui kegiatan wawancara dan diskusi serta pengolahan data hasil
wawancara dengan menggunakan metode AHP melalui aplikasi Expert
Choice. Aplikasi ini dapat mendukung keputusan yang kompleks dengan
membuat keputusan yang lebih efisien, analitis dan dapat dibenarkan.
Pengolahan data hasil penelitian dibuat dalam bentuk matriks
perbandingan berpasangan. Expert Choice akan memberikan nilai rasio
inkonsistensi terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh pakar pada
saat wawancara terhadap suatu tema pertanyaan. Jika nilai rasio
inkonsistensi lebih besar dari 10 persen, hal ini mengindikasikan bahwa
pertimbangan yang diberikan mungkin agak acak dan perlu diperbaiki
sehingga harus dilakukan pengambilan data kembali. Nilai rasio
konsistensi untuk diterima tidaknya nilai konsistensi suatu matriks adalah
lebih kecil dari 10 persen atau 0,10. Hasil perbandingan dalam Expert
Choice ini akan berupa nilai bobot untuk tiap-tiap kriteria yang
dibandingkan.
Proses akuisisi ini dilakukan terhadap domain expert dari Program
Studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Universitas Haluoleo,
147
Kendari dan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari. Tahapan ini
menjadi bagian penting, mengingat hasil akuisisi pengetahuan ini
merupakan dasar dari penyusunan rules dan proses penarikan
kesimpulan. Akuisisi pengetahuan ini dilakukan sebelum dimulainya
perancangan aplikasi, guna mengetahui parameter-parameter yang
berpengaruh terhadap risiko kebakaran perkotaan, sistem penyediaan air
bersih untuk pemadam kebakaran dan alokasi stasiun pemadam
kebakaran. Bagian ini juga sekaligus merupakan langkah verifikasi dan
validasi terhadap basis pengetahuan.
Pengelompokkan parameter dan penentuan range nilai bobot untuk
setiap parameter ditentukan oleh knowledge engineer melalui persetujuan
domain expert setelah melalui langkah pengujian (verifikasi dan validasi)
oleh pakar. Penentuan nilai bobot tersebut berdasarkan pada kesesuaian
interpretasi karakteristik nilai bobot Certainty Factor, yaitu faktor
penghambat atau pembatas memiliki nilai bobot 2 (dua), faktor yang
kurang berpengaruh dengan nilai bobot 3 (tiga), faktor berpengaruh
dengan nilai bobot 6 (enam) dan faktor yang sangat berpengaruh dengan
nilai bobot 9 (sembilan) (Buchanan dan Shortliffe, 1984). Nilai dengan
besaran antara faktor yang berpengaruh dan faktor yang sangat
berpengaruh merupakan nilai antara, yaitu nilai-nilai kompromi di antara
nilai-nilai yang berdekatan.
Pemberian nilai bobot dilakukan jika parameter atau premis telah
dianggap oleh domain expert memenuhi unsur kepercayaan berdasarkan
148
fakta-fakta atau bukti (evidence) dan teori basis pengetahuan. Parameter
yang mengandung ketidakpercayaan (disbelieve) terlebih dahulu
dilakukan proses pengujian parameter dengan Metode Certainty Factor
untuk membuktikan apakah suatu fakta itu bersifat pasti ataukah tidak
pasti hingga akhirnya diperoleh nilai bobot parameter. Pengujian pada
tahap ini menggunakan interpretasi nilai Certainty Factor hingga diperoleh
interpretasi karakteristik nilai bobot. Langkah-langkah dalam akuisisi
pengetahuan pada penelitian ini seperti yang disajikan pada Gambar 18.
Gambar 18. Proses akuisisi pengetahuan Sistem Pakar untuk kebakaran perkotaan
(Sumber: Peneliti, 2017)
Informasi yang diperoleh merupakan informasi tentang berbagai hal
kemungkinan yang terkait dengan masalah kebakaran perkotaan. Untuk
membatasi ruang lingkup permasalahan yang menjadi topik wawancara
dan diskusi, maka sebelumnya knowledge engineer membuat sebuah
pedoman wawancara yang berisi hal-hal penting yang akan ditanyakan
149
atau dibicarakan dengan domain expert, termasuk rancangan awal rules.
Berdasarkan hasil akuisisi pengetahuan yang dilakukan, pada penelitian
ini ditentukan parameter-parameter yang digunakan dalam mekanisme
inferensi, yang dikelompokkan ke dalam masing-masing tema penelitian,
yaitu:
1. Risiko Kebakaran Perkotaan
Terdiri dari 23 parameter atau premis, yang merupakan faktor penentu
besaran tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari, meliputi dua kelompok
yaitu: (1) faktor penghambat/pembatas, yaitu unsur-unsur sekat bakar
(firebreaks), baik yang alami maupun sekat bakar buatan meliputi badan
air, tanah terbuka tanpa vegetasi, saluran air, hutan lembab dan hutan
mangrove. Parameter ini menjadi penghambat dalam penyebaran api atau
kebakaran, yang mutlak berpengaruh terhadap tingkat risiko kebakaran
perkotaan, dan (2) faktor penentu, yaitu parameter-parameter yang
mendukung terjadinya risiko kebakaran, meliputi: tutupan lahan dengan
vegetasi tertentu, kemiringan lereng, jenis material bangunan, kepadatan
bangunan, jaringan jalan, jarak terhadap stasiun pemadam kebakaran dan
jarak terhadap sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran.
Proses pengujian dalam tahapan akuisisi ini dengan menggunakan
aplikasi Expert Choice yang sumber datanya berasal dari hasil wawancara
terhadap pakar, memberikan hasil urutan prioritas terhadap kriteria atau
parameter-parameter penentu seperti yang tersaji pada Gambar 19.
150
Gambar 19. Hasil urutan prioritas parameter untuk penilaian risiko kebakaran (tahap akuisisi) dengan aplikasi Expert Choice
(Sumber: Peneliti, 2017)
2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran
Terdiri dari 19 parameter atau premis, merupakan faktor penentu
pembentukan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di
Kota Kendari. meliputi dua kelompok yaitu: (1) faktor
penghambat/pembatas, yaitu faktor kebencanaan, meliputi kawasan
rawan longsor dan/atau kawasan rawan banjir serta kawasan perkotaan
dengan tingkat risiko kebakaran sangat rendah, dan (2) faktor penentu,
yaitu parameter-parameter yang mendukung pembentukan sistem
Overall Inconsistency = .03
Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .046Kemiringan Lereng .031Jenis Material Bangunan .383Kepadatan Bangunan .268Jaringan Jalan .140Jarak Terhadap Stasiun Pemadam Kebakaran .077Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .055
Jenis Material Bangunan .383Kepadatan Bangunan .268Jaringan Jalan .140Jarak Terhadap Sistem Pemadam Kebakaran .077Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .055Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .046Kemiringan Lereng .031 Inconsistency = 0.03 with 0 missing judgments.
151
jaringan air bersih perkotaan untuk pemadaman kebakaran, meliputi:
kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran tinggi dan sangat
tinggi, ketersediaan air potensial untuk pemadaman, kepadatan
bangunan, jaringan jalan, kemiringan lereng, dan jarak terhadap stasiun
pemadam kebakaran.
Proses pengujian dengan menggunakan aplikasi Expert Choice
dengan sumber data yang berasal dari hasil wawancara pakar
memberikan hasil urutan prioritas terhadap kriteria atau parameter-
parameter penentu seperti pada Gambar 20.
Gambar 20. Hasil urutan prioritas parameter untuk penilaian sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan
(tahap akuisisi) dengan aplikasi Expert Choice (Sumber: Peneliti, 2017)
Tingkat Resiko Kebakaran .270Ketersediaan Air .491Kepadatan Bangunan .058Jaringan Jalan .136Kemiringan Lereng .045 Inconsistency = 0.02 with 0 missing judgments.
Ketersediaan Air .491Tingkat Resiko Kebakaran .270Jaringan Jalan .136Kepadatan Bangunan .058Kemiringan Lereng .045 Inconsistency = 0.02 with 0 missing judgments.
152
3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran
Terdiri dari 20 parameter atau premis yang merupakan faktor penentu
alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari, meliputi tiga
kelompok yaitu: (1) faktor penghambat/pembatas, yaitu faktor
kebencanaan, meliputi kawasan rawan longsor dan kawasan rawan banjir,
(2) faktor penghambat/pembatas bersyarat, yaitu parameter-parameter
yang kurang mendukung alokasi stasiun pemadam kebakaran. Salah satu
alasan yang cukup penting yang menjadi pertimbangan adalah jika lokasi
akan digunakan maka terlebih dahulu perlu dilakukan rekayasa terhadap
lokasi dan/atau lingkungan di sekitarnya, oleh karena itu hal ini dianggap
tidak efisien dan membutuhkan pembiayaan yang tinggi. Unsur-unsur
dalam faktor pembatas yang dimaksud adalah: kawasan perkotaan
dengan tingkat risiko kebakaran yang sangat rendah, kondisi topografi
kawasan perkotaan dengan kemiringan lereng yang tidak dipersyaratkan
untuk bangunan, lingkungan objek-objek vital pemerintah, fasilitas-fasilitas
publik yang memiliki fungsi khusus, kawasan perkotaan dengan
kepadatan bangunan yang padat hingga sangat padat dan jaringan jalan
dengan lebar jalur lalu lintas yang menyulitkan lalu lintas dan manuver
armada pemadam kebakaran, (3) faktor penentu, yaitu parameter-
parameter yang mendukung alokasi stasiun pemadam kebakaran,
meliputi: kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran tinggi dan
sangat tinggi, ketersediaan sumber air untuk pemadaman, kemiringan
lereng yang dipersyaratkan untuk bangunan, kepadatan bangunan yang
153
sangat renggang hingga sedang, jaringan jalan dengan lebar jalur lalu
lintas yang memudahkan armada pemadam kebakaran untuk berlalu lintas
dan melakukan manuver, dan ketersediaan lahan untuk pembangunan
stasiun pemadam kebakaran yang memenuhi persyaratan pembangunan
fasilitas tersebut.
Proses pengujian menggunakan aplikasi Expert Choice dengan
sumber data dari hasil wawancara terhadap pakar memberikan hasil
urutan prioritas terhadap kriteria atau parameter-parameter penentu
alokasi stasiun pemadam kebakaran seperti yang tersaji pada Gambar 21.
Gambar 21. Hasil urutan prioritas parameter untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran (tahap akuisisi) dengan aplikasi Expert Choice
(Sumber: Peneliti, 2017)
Tingkat Resiko Kebakaran .533Jaringan Jalan .111Ketersediaan Air .074Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .282 Inconsistency = 0.01 with 0 missing judgments.
Tingkat Resiko Kebakaran .533Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .282Jaringan Jalan .111Ketersediaan Air .074 Inconsistency = 0.01 with 0 missing judgments.
154
B. Representasi Pengetahuan
Representasi pengetahuan pada sistem ini adalah suatu proses
pengorganisasian terhadap pengetahuan yang telah didapatkan dari hasil
akuisisi pengetahuan untuk kemudian dijadikan dasar dalam
pembentukan basis pengetahuan mengenai risiko kebakaran perkotaan,
sistem jaringan air bersih untuk pemadam kebakaran dan alokasi stasiun
pemadam kebakaran. Representasi pengetahuan merupakan proses
untuk menangkap sifat-sifat penting dari suatu masalah dan membuat
informasi tersebut dapat diakses oleh prosedur pemecahan
permasalahan. Bahasa representasi akan mengekspresikan pengetahuan
yang diperlukan untuk mendapatkan solusi permasalahan.
Pengetahuan-pengetahuan yang telah diakuisisi dari berbagai macam
sumber karya ilmiah, domain expert dan sumber-sumber pengetahuan
lainnya akan direpresentasikan dalam bentuk rules untuk kemudian
diimplementasikan dalam komputer yang akan digunakan dalam
pemrosesan data. Pengetahuan yang direpresentasikan dalam bentuk
rules tersebut akan dituliskan dalam bentuk “jika” (if) untuk menjelaskan
tentang suatu kondisi dan “maka” (then) untuk suatu aksi. Bagian kondisi
disebut sebagai antecedent dan bagian aksi disebut sebagai consequent.
Representasi pengetahuan dalam bentuk rules dianggap bentuk yang
tepat dalam pembuatan model untuk penentuan lokasi potensial
prasarana mitigasi bencana kebakaran perkotaan sebagai salah satu
dasar penataan ruang wilayah kota pantai karena secara umum lebih
155
mudah dipahami dan dipelajari. Berdasarkan tema penelitian, maka
pengetahuan yang direpresentasikan juga akan dikelompokkan sesuai
dengan tema-tema tersebut, yaitu penilaian risiko kebakaran perkotaan,
penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dan
pengalokasian stasiun pemadam kebakaran.
1. Risiko Kebakaran Perkotaan
Rules penilaian risiko kebakaran perkotaan terdiri atas 8 (delapan)
klasifikasi rules yang kemudian diuraikan secara rinci kedalam 23 aturan,
yang akan menghasilkan derajat risiko kebakaran perkotaan di Kota
Kendari. Aturan-aturan ini tersimpan dalam basis pengetahuan, yang
digambarkan dalam bentuk tabulasi dan matriks representasi, seperti pada
Tabel 17 dan Gambar 22.
Tabel 17. Rules penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari No. Deskripsi aturan Nilai
bobot Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
1. Sekat bakar (firebreaks) alami dan buatan (badan air, tanah terbuka tanpa vegetasi, saluran air, hutan lembab, hutan mangrove)
2 Faktor penghambat/
pembatas
Sekat bakar adalah perintang atau penghalang api/kebakaran berupa permukaan tanah atau jalur yang bersih bebas rumput atau berupa pepohonan yang memiliki risiko bahaya kebakaran sangat rendah. Sekat tersebut meliputi: (1) sekat bakar alami, yaitu sekat bakar yang telah ada di alam yang terjadi secara alami, misalnya parit, sungai dan tebing berbatu, dan (2) sekat bakar buatan, yaitu sekat bakar yang dibuat oleh manusia untuk tujuan tertentu, antara lain: jalan, kanal dan sawah. Sekat bakar dapat berupa vegetasi hidup (sekat bakar hijau), termasuk di dalamnya antara lain: hutan, lahan-lahan pertanian dan terutama hutan alam yang masih tersisa yang selalu lembab. Salah satu jenis tanaman yang cocok sebagai perintang api atau berfungsi sebagai sekat bakar hijau adalah tumbuhan sukulen berdaun tebal yang selalu hijau sepanjang tahun (Sumber: Friday, K. S et al., 1999)
Tiap-tiap vegetasi atau penutupan lahan
156
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
memiliki kepekaan terhadap api/kebakaran, beberapa vegetasi yang sukar terbakar, antara lain: hutan mangrove primer dan sekunder, tambak, tanah terbuka dan rawa (Sumber: Sabaraji, 2005)
2. Jenis material bangunan mudah terbakar (material kayu dan/atau sejenisnya)
9 Faktor penentu
Sifat permukaan bahan bangunan yang mudah terbakar, sifat pembakarannya sangat cepat, nyala yang ditimbulkan cepat sekali menjalar, dan panas yang dihasilkan sangat tinggi disertai asap tebal (Sumber: SNI 1739:2008)
Konstruksi bangunan mudah terbakar, yaitu bangunan yang strukturnya sebagian atau seluruhnya terdiri dari kayu atau bahan mudah terbakar yang tidak tergolong dalam konstruksi biasa (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
3. Jenis material bangunan cukup mudah terbakar (material campuran)
6 Faktor penentu
Konstruksi bangunan biasa (cukup mudah terbakar), yaitu bangunan dengan konstruksi dinding luar bata atau bahan tidak mudah terbakar lainnya, sedangkan bagian bangunan lainnya terdiri dari kayu atau bahan yang mudah terbakar (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
4. Jenis material bangunan sukar/tidak mudah terbakar (material beton)
3 Faktor penentu
Sifat permukaan bahan bangunan jenis dapat terbakar (combustible), yang lambat terbakar bila dikenai sumber api (Sumber: SNI 1739:2008)
Konstruksi bangunan tahan api dan/atau tidak mudah terbakar, yaitu bangunan yang dibuat dengan bahan tahan api (beton, bata dan lain-lain dengan bahan logam yang dilindungi dan bangunan konstruksi kayu berat) dengan struktur yang dibuat sedemikian, sehingga tahan terhadap peruntukan dan perambatan api atau terdiri dari bahan yang tidak mudah terbakar (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
5. Kepadatan bangunan sangat padat
9 Faktor penentu
Kepadatan bangunan meliputi ketentuan tentang Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yang dibedakan dalam tingkatan KDB padat, sedang dan renggang. KDB atau building coverage merupakan angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dengan luas lahan/tanah perpetakan (Permen PU No. 29/PRT/M/2006)
Kepadatan bangunan sangat padat yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >80% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)
157
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
6. Kepadatan bangunan padat
8 Faktor penentu
Kepadatan bangunan padat yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >60 hingga ≤80% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)
7. Kepadatan bangunan sedang
6 Faktor penentu
Kepadatan bangunan sedang yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >40 hingga ≤60% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)
8. Kepadatan bangunan renggang
4 Faktor penentu
Kepadatan bangunan renggang yakni kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >20 hingga ≤40% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)
9. Kepadatan bangunan sangat renggang
3 Faktor penentu
Kepadatan bangunan sangat renggang yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase <20% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)
10. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas <4 m
9 Faktor penentu
Bagian-bagian lain dari jalur masuk yang digunakan untuk lewat mobil pemadam kebakaran, lebarnya tidak boleh kurang dari 4 m. Jalan tersebut harus dapat mengakomodasi jalan masuk dan manuver mobil pemadam, snorkel, mobil pompa, dan mobil tangga dan platform hidrolik (Sumber: SNI 03-1735- 2000)
11. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas 4-9 m
6 Faktor penentu
Jalan lokal didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10-20 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 m (Sumber: Peraturan Pemerintah RI No. 34 /2006)
Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan memudahkan operasi pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan harus tersedia jalan lingkungan. Lebar minimum lapis perkerasan adalah 6 m dan panjang minimum 15 m (Sumber: SNI 03-1735- 2000)
12. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas >9 m
3 Faktor penentu
Jalan arteri didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30-60 kilometer per jam, dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) m. Pada jalan arteri lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal serta lalu lintas lambat. Jalan kolektor didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20-40 kilometer per jam, dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) m. Pada jalan kolektor lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat (Sumber: Peraturan Pemerintah RI No. 34 /2006)
Kemampuan kendaraan pemadam di jalan (roadability) pada kondisi beban penuh dan peralatan lengkap, saat melintas di jalan diperkeras yang kering dan kondisinya baik,
158
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
maka: (1) Kendaraan harus mampu mencapai kecepatan 56 km/jam dalam waktu 25 detik dari awal bergerak pada jalan yang rata, (2) Kendaraan harus mampu mencapai kecepatan puncak minimum 80 km/jam pada jalan yang rata, (3) Kendaraan harus mampu mempertahankan kecepatan minimum 32 km/jam pada jalan tanjakan sampai dengan 6 persen pada setiap arah (Sumber: SNI 09-7053-2004)
Lapis perkerasan harus selalu dalam keadaan bebas rintangan dari bagian lain bangunan, pepohonan, tanaman atau lain-lain, dan tidak boleh menghambat jalur antara perkerasan dengan bukaan akses pemadam kebakaran (Sumber: SNI 03-1735- 2000)
13. Jauh dari stasiun pemadam kebakaran (>7,5 kilometer)
9 Faktor penentu
Sistem pemberitahuan kebakaran kota dirancang untuk menjamin respon yang tepat terhadap kejadian kebakaran dalam setiap Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK). Daerah layanan dalam setiap WMK tidak melebihi dari radius 7,5 kilometer. Di luar daerah tersebut dikategorikan sebagai daerah yang tidak terlindungi dari bahaya kebakaran (unprotected area) (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
14. Cukup jauh dari stasiun pemadam kebakaran (2,5-7,5 kilometer)
6 Faktor penentu
Daerah layanan WMK dilakukan oleh sektor pemadam kebakaran (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
15. Dekat dari stasiun pemadam kebakaran (<2,5 kilometer)
3 Faktor penentu
Daerah yang sudah terbangun (built-up area) harus mendapat perlindungan oleh mobil pemadam kebakaran yang pos pemadam terdekatnya berada dalam jarak 2,5 kilometer dan berjarak 3,5 kilometer dari sektor (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
16. Jauh dari sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran (>7,5 kilometer)
9 Faktor penentu
Penetapan jarak pencapaian terhadap sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran mengikuti kriteria jarak pencapaian ke stasiun pemadam kebakaran (Sumber: Peneliti, 2017)
17. Cukup jauh dari sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran (2,5-7,5 kilometer)
6 Faktor penentu
Penetapan jarak pencapaian terhadap sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran mengikuti kriteria jarak pencapaian ke stasiun pemadam kebakaran (Sumber: Peneliti, 2017)
18. Dekat dari sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran (<2,5 kilometer)
3 Faktor penentu
Penetapan jarak pencapaian terhadap sumber air potensial untuk pemadaman kebakaran mengikuti kriteria jarak pencapaian ke stasiun pemadam kebakaran (Sumber: Peneliti, 2017)
19. Tutupan lahan dengan vegetasi mudah terbakar (alang-alang, semak belukar)
9 Faktor penentu
Alang-alang adalah tumbuhan mudah terbakar karena sifatnya yang kering. Sifat ini akan semakin rentan terbakar di bawah paparan sinar matahari yang panas dan lama (Sumber: Pudjiharta, dkk., 2008)
159
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
Daerah berbahaya merupakan tempat dimana api akan menyebar dengan cepat dan sangat panas. Tingkat bahaya ini ditentukan oleh ketersediaan bahan bakar dan kemudahan terbakar, misalnya padang alang-alang yang tua dan kering adalah tempat yang sangat rawan kebakaran. Alang-alang merupakan bahan bakar yang sangat mudah terbakar. Hanya dalam waktu tiga hari tanpa hujan sudah mampu menyebabkan terbakarnya alang-alang (Sumber: Friday, K. S et al., 1999)
20. Tutupan lahan dengan vegetasi cukup mudah terbakar (kebun)
6 Faktor penentu
Setiap tipe vegetasi atau penutupan lahan diberikan bobot berdasarkan pada kepekaan tipe vegetasi yang bersangkutan terhadap terjadinya kebakaran. Nilai bobot rendah diberikan kepada tipe vegetasi yang sangat peka yaitu yang sangat mudah terbakar, antara lain: semak belukar dan pertanian lahan kering dan nilai bobot menengah untuk tipe vegetasi yang cukup peka kebakaran seperti hutan rawa dan perkebunan (Sumber: Sabaraji, 2005)
21. Kemiringan lereng >25%, morfologi berbukit hingga bergunung, curam hingga sangat curam (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)
9 Faktor penentu
Topografi adalah gambaran permukaan bumi yang meliputi relief dan posisi alamnya serta ciri-ciri yang merupakan hasil dari buatan manusia. Faktor topografi ikut berperan dalam kebakaran hutan dan lahan. Ada tiga faktor topografi yang biasanya berperan penting yaitu kemiringan, arah lereng dan medan. Kelerengan berpengaruh terhadap laju penjalaran api, sifat-sifat nyala api dan perilaku api lainnya (Sumber: Weise, 1996)
Bahan bakar dengan kemiringan lereng sangat curam memungkinkan terjadinya lidah api yang besar sehingga hal ini mempercepat pengeringan bahan bakar. Bahan bakar yang kering akan mudah dan cepat tersulut api. Pada lereng curam api akan cepat ke arah puncak dan lambat ke arah bawah. Semakin curam kemiringan akan semakin cepat pula api menjalar. Laju penjalaran api dipengaruhi oleh kemiringan (Sumber: Purbowaseso, 2004)
Morfologi lereng yang curam menyebabkan api cenderung menjalar secara cepat ke arah atas (Sumber: Friday, K. S et al., 1999)
Kemiringan lereng >25% memiliki potensi bencana alam tinggi, kestabilan lereng rendah (Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007)
Terdapat saling keterkaitan secara sistemik dari suatu bencana, yaitu bencana alam
160
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
yang terjadi, seperti gempa bumi, dapat menimbulkan potensi bencana lainnya, dalam artian dapat menyebabkan bencana ikutan, seperti kebakaran dan lainnya (Sumber: Harrison dan Williams, 2016)
22. Kemiringan lereng 15-25%, morfologi berbukit, agak curam (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)
6 Faktor penentu
Kemiringan lereng tipe ini memiliki potensi bencana alam cukup, kestabilan lereng sedang (Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007)
23. Kemiringan lereng 0-15%, morfologi datar hingga landai (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)
3 Faktor penentu
Kemiringan lereng 0-15% memiliki potensi bencana alam yang kurang dan kestabilan lerengnya tinggi (Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007)
Sumber: Peneliti, 2017
Gambar 22. Matriks representasi penilaian tingkat risiko kebakaran
di Kota Kendari (Sumber: Peneliti, 2017)
161
2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran
Rules yang digunakan dalam penentuan sistem jaringan air bersih
untuk pemadaman kebakaran perkotaan di Kota Kendari terdiri atas 7
(tujuh) klasifikasi rules yang diuraikan secara rinci kedalam 19 aturan.
Aturan-aturan tersebut akan membentuk suatu sistem jaringan air bersih
yang berdasarkan pada kriteria-kriteria pendukung sistem tersebut. Selain
rules yang diperoleh dari basis pengetahuan, terdapat satu bagian rule
yang merupakan perolehan hasil dari penilaian tingkat risiko kebakaran di
Kota Kendari yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya, dan
merupakan rangkaian dari kegiatan penelitian ini.
Aturan-aturan penentuan sistem jaringan air bersih ini selanjutnya juga
disimpan dalam basis pengetahuan seperti halnya pada kegiatan
penilaian tingkat risiko kebakaran. Rules penentuan sistem jaringan air
bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan juga digambarkan dalam
bentuk tabulasi aturan-aturan dan matriks representasi, seperti yang
disajikan pada Tabel 18 dan Gambar 23.
Tabel 18. Rules penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
1. Kawasan rawan bencana longsor dan/atau rawan banjir
2 Faktor penghambat/
pembatas
Salah satu dampak umum akibat tanah longsor adalah kerusakan fisik sarana maupun prasarana. Apapun yang berada di puncak atau jalur longsoran akan berakibat kerusakan parah atau bahkan hancur total. Timbunan bebatuan mungkin akan merusak jalur prasarana dan menutup jalan raya (Paripurno, 1998)
Ruang pada zona berpotensi longsor dengan tingkat kerawanan tinggi difungsikan sebagai kawasan lindung (tidak layak dibangun). Perlu dihindari pembangunan/
162
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
pengembangan pusat-pusat hunian beserta sarana dan prasarana pendukung kegiatan sosial ekonominya (Sumber: Permen PU No. 22/PRT/M/2007)
Banjir luapan sungai umumnya bersifat musiman dan bisa berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti. Pada banjir yang memiliki arus air yang sangat kencang akan berbahaya, mengakibatkan daya pengikisnya sangat besar, menerjang apa saja yang menghadang serta peningkatan tekanan dinamika air, sehingga pondasi bangunan dan infrastruktur akan melemah. Hal ini bisa terjadi di lembah bantaran sungai, pantai yang rendah dan daerah jalur indik sungai (Paripurno, 1998)
2. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran sangat rendah
2 Faktor penghambat/
pembatas
Kategori tingkat risiko kebakaran sangat rendah menggunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya (Peneliti, 2017)
3. Ketersediaan air permukaan (sungai)
9 Faktor penentu
Dua kategori pasokan air untuk pemadaman kebakaran, yaitu sumber air yang tidak terbatas, misalnya: sungai, danau, laut, dan lainnya, dan sumber air yang yang terbatas, misalnya: tangki penyimpanan, waduk/kolam penyimpanan air (reservoirs), saluran air yang bersifat umum, dan lainnya (Nolan, 1998)
Beberapa sumber air bersih untuk kegiatan pemadam kebakaran, meliputi: (1) air permukaan, antara lain: sungai, danau dan waduk, serta (2) air tanah, antara lain: sumur dan mata air (NFPA 1001, 2008)
Penanggulangan bahaya kebakaran ditekankan pada kecukupan kesediaan sumber air, sehingga memudahkan pemadaman api apabila terjadi kebakaran (Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
Kecukupan dan ketergantungan dari sumber air sangat penting dan harus ditentukan sepenuhnya dengan kelonggaran yang tepat untuk keandalannya diwaktu mendatang. Setiap sumber air yang cukup dalam kualitas, kuantitas dan tekanan dapat digunakan untuk menyediakan pasokan air untuk suatu pompa kebakaran (SNI 03-6570-2001)
4. Ketersediaan air tanah (sumur, mata air)
6 Faktor penentu
Pasokan air untuk pemadam kebakaran diperoleh dari sumber alam, seperti: kolam air, danau, sungai, jeram, sumur dalam dan saluran irigasi; maupun buatan seperti;
163
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
tangki air, tangki gravitasi, kolam renang, air mancur, reservoir, mobil tangki air dan hidran. Jika pasokan tersebut berasal dari sumber alami, harus di lengkapi sistem penghisap air. Permukaan air pada su mber alami harus dijamin pada kondisi kemarau masih mampu dimanfaatkan (Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
Pasokan air harus cukup, terjamin dan memenuhi persyaratan kualitas. Sumur yang dapat diterima sebagai pasokan air tergantung pada sifat kemampuan sumur menghasilkan air dan harus ditunjang oleh karakteristik aquifer yang baik (SNI 03-6570- 2001)
5. Ketersediaan air permukaan (teluk)
3 Faktor penentu
Sistem penyediaan air bersih yang bersumber dari air bergaram di daerah perkotaan Florida, Amerika telah memenuhi sekitar 60 persen kebutuhan konsumen di kota tersebut. Sistem penyediaan air bersih dengan menggunakan sumber air laut dan air teluk untuk perlindungan kebakaran telah digunakan di wilayah Pantai Timur dan Barat Amerika. Pada sistem ini, disediakan stasiun pompa yang menyediakan pasokan air baik air dengan tekanan rendah maupun yang bertekanan tinggi. Stasiun pompa ini diberi tanda/label khusus yaitu hidran kebakaran, terutama pada wilayah komersial dan industri kota-kota besar seperti New York, Philadelphia dan San Francisco (Hickey, 2008)
Bahan tahan korosi untuk instalasi pompa proteksi kebakaran menggunakan bahan seperti brass, tembaga, monel, baja tahan karat, atau bahan-bahan setara yang tahan korosi (SNI 03-6570- 2001)
6. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran sangat tinggi
9 Faktor penentu
Kategori tingkat risiko kebakaran sangat tinggi ini meng gunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkota an yang telah dilakukan sebelumnya (Peneliti, 2017)
7. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran tinggi
6 Faktor penentu
Kategori tingkat risiko kebakaran tinggi ini menggunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya (Peneliti, 2017)
8. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran rendah
3 Faktor penentu
Kategori tingkat risiko kebakaran rendah ini menggunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya (Peneliti, 2017)
9. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas >9 m
9 Faktor penentu
Pasokan air untuk keperluan pemadam kebakaran harus dapat dijangkau oleh peralatan pemadam kebakaran, menetapkan batas pembebanan maksimum yang aman
164
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
dari jalan, belokan, jalan penghubung, jembatan serta menetapkan jalur masuk ke lokasi sumber air pada berbagai kondisi alam (Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
Hidran halaman atau biasa disebut dengan hidran pilar adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan pasokan air dan dipasang di luar bangunan. Hidran ini biasanya digunakan oleh mobil pemadam kendaraan untuk mengambil air jika kekurangan dalam tangki mobil. Hidran pilar ini diletakkan di sepanjang jalan akses mobil pemadam kendaraan (SNI 03-1735-2000)
Tiap bagian dari jalur akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota (hidran dengan dua katup atau tiga lubang untuk selang kebakaran) yang memenuhi persyaratan tersebut tidak tersedia, maka harus disediakan hidran halaman. Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu hidran halaman, maka hidran-hidran tersebut harus diletakkan di sepanjang jalur akses mobil pemadam (SNI 03-1735-2000)
Penyediaan hidran kebakaran kota: (1) untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 m, (2) daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 m (SNI 03-1733-2004)
10. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas 4-9 m
6 Faktor penentu
Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakar an dan memudahkan operasi pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan harus tersedia jalan ling kungan. Lebar minimum lapis perkerasan adalah 6 m dan panjang minimum 15 m (SNI 03-1735-2000)
Hidran halaman atau biasa disebut dengan hidran pilar adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan pasokan air dan dipasang di luar bangunan. Hidran ini biasanya digunakan oleh mobil pemadam kendaraan untuk mengambil air jika kekurangan dalam tangki mobil. Hidran pilar ini diletakkan di sepanjang jalan akses mobil pemadam kendaraan (SNI 03-1735-2000)
Tiap bagian dari jalur akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota yang memenuhi persyaratan tersebut tidak tersedia, maka harus disediakan hidran halaman. Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu hidran halaman, maka hidran-
165
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
hidran tersebut harus diletakkan di sepanjang jalur akses mobil pemadam (SNI 03-1735-2000)
Penyediaan hidran kebakaran kota: (1) daerah komer sial jarak antara kran kebakaran 100 m, (2) daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 m, (3) apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran (SNI 03-1733-2004)
11. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas <4 m
3 Faktor penentu
Bagian-bagian lain dari jalur masuk yang digunakan untuk lewat mobil pemadam kebakaran, lebarnya tidak boleh kurang dari 4 m. Jalan tersebut harus dapat mengakomodasi jalan masuk dan manuver mobil pemadam, snorkel, mobil pompa, dan mobil tangga dan platform hidrolik (SNI 03-1735-2000)
12. Kepadatan bangunan sangat padat
9 Faktor penentu
Kepadatan bangunan meliputi ketentuan tentang Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yang dibedakan dalam tingkatan KDB padat, sedang dan renggang. KDB atau building coverage merupakan angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dengan luas lahan/tanah perpetakan (Permen PU No. 29/PRT/M/2006)
Kepadatan bangunan sangat padat yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >80% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)
13. Kepadatan bangunan padat
8 Faktor penentu
Kepadatan bangunan padat yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >60 hingga ≤80% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)
14. Kepadatan bangunan sedang
6 Faktor penentu
Kepadatan bangunan sedang yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >40 hingga ≤60% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)
15. Kepadatan bangunan renggang
4 Faktor penentu
Kepadatan bangunan renggang yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >20 hingga ≤40% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)
16. Kepadatan bangunan sangat renggang
3 Faktor penentu
Kepadatan bangunan sangat renggang yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase <20% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)
17. Kemiringan lereng 0-15%, morfologi datar hingga landai (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)
9 Faktor penentu
Topografi merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi jaringan jalan, dan pada umumnya mem pengaruhi alinyemen sebagai standar perencanaan geometrik jalan, seperti: landai jalan, jarak pandang,
166
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
penampang melintang dan lainnya (Sukirman, 1999)
Suatu jalan yang ada di daerah datar mempunyai kecepatan rencana lalu lintas yang lebih tinggi dari jalan yang ada di daerah daerah bukit. Suatu jalan di daerah terbuka akan mempunyai kecepatan rencana yang lebih tinggi dari jalan di daerah kota (Sukirman, 1999)
18. Kemiringan lereng 15-25%, morfologi berbukit, agak curam (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)
6 Faktor penentu
Rem kaki kendaraan pemadam harus mampu untuk menghentikan kendaraan pemadam yang bermuatan penuh untuk berhenti sempurna dari kecepatan awal 32 km/jam dalam jarak tidak lebih dari 10,7 m pada suatu permukaan jalan yang keras, rata, dan bebas dari kerikil, minyak atau gemuk (SNI 09-7053-2004)
19. Kemiringan lereng >25%, morfologi berbukit hingga bergunung, curam hingga sangat curam (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)
3 Faktor penentu
Tanjakan yang cukup curam dapat mengurangi kecepatan kendaraan, jika tenaga tariknya tidak cukup maka berat muatan kendaraan harus dikurangi, berarti mengurangi kapasitas angkut dan sangat merugikan, olehnya itu diusahakan agar tanjakan dibuat landai (Sukirman, 1999).
Tanjakan merupakan suatu kondisi kemiringan lahan 45 derajat atau sama dengan suatu tanjakan 100 persen (SNI 09-7053-2004)
Sumber: Peneliti, 2017
167
Gambar 23. Matriks representasi penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari
(Sumber: Peneliti, 2017)
3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran
Rules yang digunakan untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran di
Kota Kendari terdiri dari 11 (sebelas) klasifikasi rules yang diuraikan
secara rinci kedalam 20 aturan. Aturan-aturan tersebut akan memberikan
pilihan-pilihan mengenai lokasi stasiun pemadam kebakaran berdasarkan
pada kriteria-kriteria pendukung yang dibangun berdasarkan
pengetahuan-pengetahuan yang telah diakuisisi. Pada tahapan tema
168
penelitian ini, perolehan rules adalah dari basis pengetahuan dan dari
analisis sebelumnya, yaitu hasil penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota
Kendari dan hasil penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman
kebakaran yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.
Penggunaan representasi secara tepat, akan menghasilkan suatu
kepastian bahwa masalah alokasi stasiun pemadam kebakaran dapat
diselesaikan oleh sistem yang sedang dibangun. Rules alokasi stasiun
pemadam kebakaran di Kota Kendari juga digambarkan dalam bentuk
tabulasi aturan-aturan dan matriks representasi, seperti yang tersaji pada
Tabel 19 dan Gambar 24.
Tabel 19. Rules alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
1. Kawasan rawan bencana longsor dan/atau rawan banjir
2 Faktor penghambat/
pembatas
Salah satu dampak umum akibat tanah longsor adalah kerusakan fisik sarana maupun prasarana. Apapun yang berada di puncak atau jalur longsoran akan berakibat kerusakan parah atau bahkan hancur total. Timbunan bebatuan mungkin akan merusak jalur prasarana dan menutup jalan raya (Paripurno, 1998)
Ruang pada zona berpotensi longsor dengan tingkat kerawanan tinggi difungsikan sebagai kawasan lindung (tidak layak dibangun). Perlu dihindari pembangunan/ pengembangan pusat-pusat hunian beserta sarana dan prasarana pendukung kegiatan sosial ekonominya (Sumber: Permen PU No. 22/PRT/M/2007)
Banjir luapan sungai umumnya bersifat musiman, bisa berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti. Banjir dengan arus air sangat kencang meng akibatkan daya pengikisnya sangat besar, menerjang apa saja yang menghadang serta peningkatan tekanan dinamika air, sehingga pondasi bangunan dan infrastruktur akan melemah. Hal ini bisa terjadi di lembah bantaran sungai, pantai yang rendah dan daerah jalur indik sungai (Paripurno, 1998)
169
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
2. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran sangat rendah
2 Faktor penghambat/
pembatas
Kategori tingkat risiko kebakaran sangat rendah menggunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya (Peneliti, 2017)
3. Kemiringan lereng >25%, morfologi berbukit hingga bergunung, curam hingga sangat curam (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)
2 Faktor penghambat/
pembatas
Kemiringan lereng >25% memiliki potensi bencana alam tinggi, kestabilan lereng rendah (Permen PU No. 20/PRT/M/2007)
Kelas kemiringan lereng >25 diperuntukkan untuk pengembangan kawasan pertanian tanaman tahunan (Permen PU No. 41/PRT/M/2007)
4. Kantor kepala daerah 2 Faktor penghambat/
pembatas
Merupakan objek vital kepentingan negara atau pemerintah yang bersifat terbatas (Peneliti, 2017)
5. Rumah sakit 2 Faktor penghambat/
pembatas
Lingkungan rumah sakit harus terbebas dari kebisingan, yaitu terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan/atau membahayakan kesehatan pasien (Kepmen Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/X/2004)
6. Fasilitas peribadatan (masjid, gereja, vihara)
2 Faktor penghambat/
pembatas
Ibadah merupakan kegiatan yang diutamakan dan tanpa gangguan (Peneliti, 2017)
7. Kepadatan bangunan sangat padat
2 Faktor penghambat/
pembatas
Kepadatan bangunan meliputi ketentu an tentang Koefisien Dasar Bangunan (KDB), dibedakan dalam tingkatan KDB padat, sedang dan renggang. KDB merupakan angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dengan luas lahan/tanah perpetakan (Permen PU No. 29/PRT/M/2006)
Kepadatan bangunan sangat padat yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >80% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)
8. Kepadatan bangunan padat
2 Faktor penghambat/
pembatas
Kepadatan bangunan padat yang dimaksud adalah kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >60 hingga ≤80% dari petak grid yang digunakan (Sumber: Peneliti, 2017)
9. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran sangat tinggi
9 Faktor penentu
Kategori tingkat risiko kebakaran sangat tinggi ini menggunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan yang dilakukan sebelumnya (Peneliti, 2017)
10. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran tinggi
6 Faktor penentu
Kategori tingkat risiko kebakaran tinggi ini menggunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan yang telah dilakukan sebelumnya (Peneliti, 2017)
170
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
11. Kawasan perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran rendah
3 Faktor penentu
Kategori tingkat risiko kebakaran rendah menggunakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan yang telah dilakukan sebelumnya (Peneliti, 2017)
12. Ketersediaan lahan un tuk pembangunan bangunan wilayah pemadam kebakaran
9 Faktor penentu
Bangunan wilayah pemadam kebakaran membutuhkan lahan minimal seluas 1600 m2
(Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
13. Ketersediaan lahan untuk pembangunan sektor pemadam kebakaran
6 Faktor penentu
Bangunan sektor pemadam kebakaran membutuhkan lahan minimal seluas 400 m2
(Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
14. Ketersediaan lahan untuk pembangunan pos pemadam kebakaran
3 Faktor penentu
Bangunan pos pemadam kebakaran membutuhkan lahan minimal seluas 200 m2
(Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
15. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas >9 m
9 Faktor penentu
Jalan arteri didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30-60 kilometer per jam, lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) m. Pada jalan arteri lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal serta lalu lintas lambat. Jalan kolektor didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20-40 kilometer per jam, lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) m. Pada jalan kolektor lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat (Sumber: Peraturan Pemerintah RI No. 34 /2006)
Roadability pada kondisi beban penuh dan peralatan lengkap, saat melintas di jalan diperkeras yang kering dan kondisi nya baik, maka: (1) Kendaraan harus mampu mencapai kecepatan 56 km/jam dalam waktu 25 detik dari awal bergerak pada jalan yang rata, (2) Kendaraan harus mampu mencapai kecepatan puncak minimum 80 km/jam pada jalan yang rata, (3) Kendaraan harus mampu mempertahankan kece patan minimum 32 km/jam pada jalan tanjakan hingga 6 persen pada setiap arah (Sumber: SNI 09-7053-2004)
Lapis perkerasan harus selalu dalam keadaan bebas rintangan dari bagian lain bangunan, pepohonan, tanaman atau lain-lain, dan tidak boleh meng hambat jalur antara perkerasan dengan bukaan akses pemadam kebakaran (Sumber: SNI 03-1735- 2000)
16. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas 4-9 m
6 Faktor penentu
Jalan lokal didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10-20 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit
171
No. Deskripsi aturan Nilai bobot
Klasi fikasi Landasan teori/Kriteria
7,5 m (Sumber: Peraturan Pemerintah RI No. 34 /2006)
Untuk proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan memudahkan operasi pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan harus tersedia jalan lingkung an. Lebar minimum lapis perkerasan adalah 6 m dan panjang minimum 15 m (Sumber: SNI 03-1735- 2000)
17. Dilintasi oleh jaringan jalan dengan lebar jalur lalu lintas <4 m
3 Faktor penentu
Bagian-bagian lain dari jalur masuk untuk lewat mobil pemadam kebakaran, lebar nya tidak boleh kurang dari 4 m. Jalan ter sebut harus dapat mengakomodasi jalan masuk dan manuver mobil pemadam, snorkel, mobil pompa, dan mobil tangga dan platform hidrolik (SNI 03-1735-2000)
18. Dekat dari sumber air untuk pemadaman kebakaran (<2,5 kilometer)
9 Faktor penentu
Daerah built-up area harus mendapat perlindungan oleh mobil pemadam kebakaran yang pos pemadam terdekat nya berada dalam jarak 2,5 kilometer dan 3,5 kilometer dari sektor (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
19. Cukup jauh dari sumber air untuk pemadaman kebakaran (2,5-7,5 kilometer)
6 Faktor penentu
Daerah layanan WMK dilakukan oleh sektor pemadam kebakaran (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
20. Jauh dari sumber air untuk pemadaman kebakaran (>7,5 kilometer)
3 Faktor penentu
Sistem pemberitahuan kebakaran kota dirancang untuk menjamin respon yang tepat terhadap kejadian kebakaran dalam setiap WMK. Daerah layanan setiap WMK tidak melebihi radius 7,5 kilometer. Di luar daerah tersebut terkategori daerah yang tidak terlindungi dari bahaya kebakaran (Sumber: Kepmen PU No. 11/KPTS/2000)
Sumber: Peneliti, 2017
172
Gambar 24. Matriks representasi alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari
(Sumber: Peneliti, 2017)
173
C. Proses Inferensi
Proses inferensi merupakan bagian terpenting dalam Sistem Pakar.
Proses ini menggunakan kemampuan nalar, dimana komputer yang
merupakan inference engine berperan sebagai otak dari Sistem Pakar.
Komputer diprogram sedemikian rupa untuk memberikan metodologi
penalaran informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam ruang
kerja sehingga dapat membuat suatu kesimpulan. Di dalam mesin
inferensi tersebut terjadi proses manipulasi dan pengarahan kaidah,
model dan fakta. Inferensi dilakukan berdasarkan pada data aktual, yaitu
data-data berkenaan dengan penelitian kebakaran perkotaan ini, yang
diperoleh melalui kegiatan wawancara, observasi, dokumentasi dan hasil
analisis SIG. Seluruh data yang diperoleh sebelum diolah oleh inference
engine dibuat atau diterjemahkan ke dalam bentuk GIS grid-based.
Inference engine menggunakan FORTRAN sebagai bahasa
pemrograman dan forward chaining sebagai teknik pengendalian dalam
penilaian risiko bencana kebakaran, penentuan sistem penyediaan air
bersih untuk kebakaran perkotaan dan dalam alokasi stasiun pemadam
kebakaran.
1. Risiko Kebakaran Perkotaan
a. GIS grid-based
Kegiatan penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan di Kota Kendari
untuk kebutuhan proses inferensi diawali dengan pembentukan grid-grid
dasar Sistem Informasi Geografis (GIS grid-based). Pembentukan grid-
174
based tersebut disesuaikan dengan wilayah yang akan diteliti, dalam hal
ini wilayah Kota Kendari secara administrasi. Peta grid-based yang dibuat
berjumlah 107.836 grid, dengan ukuran grid masing-masing 50 meter x 50
meter atau seluas 0,25 hektar. Setelah dilakukan pembuatan peta grid-
based, dilakukan inventarisasi kebutuhan terhadap peta-peta tematik yang
akan digunakan dalam proses input data ke dalam grid-based,
berdasarkan pada rules atau parameter-parameter penentu tingkat risiko
kebakaran.
Peta tematik untuk penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari,
meliputi beberapa peta tematik, yaitu:
Peta tutupan/penggunaan lahan Kota Kendari tahun 2015, Skala
1:5000.
Peta kemiringan lereng Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.
Peta kawasan terbangun Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.
Peta kepadatan bangunan (berbasis grid) Kota Kendari tahun 2015,
Skala 1:5000.
Peta fungsi jaringan jalan Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.
Peta sebaran fasilitas Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.
Peta hidrologi Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.
Peta-peta tematik yang telah tersedia digunakan sebagai sumber data
spasial sekaligus sebagai bahan untuk mempermudah pemasukan nilai-
nilai bobot parameter yang telah diakuisisi ke dalam tabel-tabel basis data
SIG. Proses input data ini menggunakan aplikasi SIG, dengan beberapa
175
pilihan aplikasi yang dapat digunakan, antara lain: ArcGIS, ArcView GIS
atau Quantum GIS serta aplikasi spreadsheet, seperti yang disajikan pada
Gambar 25, Gambar 26 dan Gambar 27.
Gambar 25. Proses input data ke grid-based untuk kebutuhan inferensi penilaian tingkat risiko kebakaran dengan aplikasi SIG
(Sumber: Peneliti, 2017)
Gambar 26. Proses input nilai bobot parameter untuk kebutuhan inferensi penilaian tingkat risiko kebakaran dengan aplikasi SIG
(Sumber: Peneliti, 2017)
176
Gambar 27. Hasil input nilai bobot parameter untuk kebutuhan inferensi penilaian tingkat risiko kebakaran dengan aplikasi spreadsheet
(Sumber: Peneliti, 2017)
b. Inferensi
Proses inferensi untuk penilaian tingkat risiko kebakaran perkotaan
digambarkan dalam bentuk diagram alir. Diagram tersebut
menggambarkan alur logika dalam menghitung nilai implikasi. Alur logika
yang ditunjukkan pada diagram alir akan memeriksa nilai parameter-
parameter penentu penilaian risiko kebakaran yang dimasukkan oleh
knowledge engineer, hingga menghasilkan kesimpulan dengan
memberikan nilai pada masing-masing grid. Proses inferensi (inferencing)
penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari dalam bentuk diagram
alir ditampilkan pada Gambar 28.
175
Gambar 28. Diagram alir proses inferensi (inferencing) penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari
(Sumber: Peneliti, 2017) 177
178
Perhitungan tingkat risiko kebakaran perkotaan ini memiliki 4 (empat)
bagian utama yang merupakan kelompok rules yang tiap kelompok
tersebut memiliki parameter dan nilai bobot masing-masing. Setelah
pemasukan nilai bobot parameter pada rules berdasarkan grid-based
maka sistem akan langsung melakukan perhitungan matematis. Seluruh
nilai bobot parameter ini akan diproses oleh inference engine untuk
menghasilkan kesimpulan berupa tingkat risiko kebakaran perkotaan,
seperti yang ditampilkan pada Gambar 29.
Gambar 29. Proses inferensi oleh inference engine untuk penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari
(Sumber: Peneliti, 2017)
Proses pengambilan kesimpulan dilakukan melalui tahapan
perhitungan dengan metode implikasi maksimum dan mengkomposisi
semua keluaran hasil evaluasi rules yang selanjutnya menghasilkan
sebuah nilai tunggal berupa tingkat risiko bencana kebakaran pada
179
masing-masing grid, sebanyak jumlah grid yang ada. Nilai-nilai risiko
kebakaran perkotaan hasil inferensi tersebut disajikan pada Gambar 30.
Gambar 30. Nilai-nilai risiko kebakaran perkotaan hasil inferensi penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari
(Sumber: Peneliti, 2017)
2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran
a. GIS grid-based
Proses inferensi penentuan sistem jaringan air bersih untuk
pemadaman kebakaran di Kota Kendari menggunakan GIS grid-based
yang digunakan pada proses inferensi dalam penilaian tingkat risiko
kebakaran, juga berjumlah sebanyak 107.836 grid dengan ukuran dan
luasan grid yang sama dengan grid tersebut.
Kegiatan inventarisasi kebutuhan peta-peta tematik yang akan
digunakan dalam proses input data ke dalam grid-based juga dilakukan
karena kebutuhan peta tematik untuk penentuan sistem jaringan air bersih
untuk pemadaman kebakaran tidak seluruhnya sama dengan peta tematik
180
untuk penilaian tingkat risiko kebakaran. Kebutuhan peta ini juga
berdasarkan pada rules atau parameter-parameter penentu sistem
jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran. Terdapat satu peta
tematik yang berasal dari hasil penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota
Kendari yang diperoleh dari tahapan analisis sebelumnya.
Kebutuhan peta tematik dalam menentukan sistem jaringan air bersih
untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari, meliputi:
Peta kawasan rawan bencana longsor Kota Kendari tahun 2015, Skala
1:25000.
Peta kawasan rawan bencana banjir Kota Kendari tahun 2015, Skala
1:25000.
Peta tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari (berbasis grid), yang
merupakan hasil penilaian tingkat risiko kebakaran.
Peta hidrologi Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.
Peta kepadatan bangunan (berbasis grid) Kota Kendari tahun 2015,
Skala 1:5000.
Peta fungsi jaringan jalan Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.
Peta kemiringan lereng Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.
Proses input data ke dalam tabel-tabel basis data SIG menggunakan
aplikasi SIG, dengan beberapa pilihan aplikasi yang dapat digunakan,
yaitu: ArcGIS, ArcView GIS atau Quantum GIS dan aplikasi spreadsheet,
seperti yang tersaji pada Gambar 31, Gambar 32 dan Gambar 33.
181
Gambar 31. Proses input data ke grid-based untuk kebutuhan inferensi jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dengan aplikasi SIG
(Sumber: Peneliti, 2017)
Gambar 32. Proses input nilai bobot parameter untuk kebutuhan inferensi jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dengan aplikasi SIG
(Sumber: Peneliti, 2017)
182
Gambar 33. Hasil input nilai bobot parameter untuk kebutuhan inferensi jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dengan aplikasi spreadsheet
(Sumber: Peneliti, 2017)
b. Inferensi
Proses inferensi dalam menentukan sistem jaringan air bersih untuk
pemadaman kebakaran juga digambarkan dalam bentuk diagram alir,
yang menggambarkan alur logika dalam menghitung nilai implikasi rules.
Alur logika yang ditunjukkan oleh diagram alir akan memeriksa nilai
parameter-parameter penentu sistem jaringan air bersih untuk
pemadaman kebakaran yang dimasukkan oleh knowledge engineer,
hingga menghasilkan kesimpulan dengan memberikan nilai pada masing-
masing grid. Proses inferensi penentuan sistem jaringan air bersih untuk
pemadaman kebakaran di Kota Kendari disajikan pada Gambar 34.
176
Gambar 34. Diagram alir proses inferensi (inferencing) penentuan sistem jaringan air bersih
untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari (Sumber: Peneliti, 2017)
183
184
Penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran
juga memiliki 4 (empat) bagian utama yang merupakan kelompok rules
dimana tiap kelompok tersebut memiliki parameter dan nilai bobot masing-
masing. Setelah pemasukan nilai bobot parameter penentu, maka sistem
yang ada akan langsung melakukan perhitungan. Seluruh nilai bobot
parameter sistem jaringan air bersih ini diproses oleh inference engine
untuk menghasilkan kesimpulan berupa sistem jaringan air bersih untuk
pemadaman kebakaran. Proses inferensi oleh inference engine dalam
penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran,
ditampilkan pada Gambar 35.
Gambar 35. Proses inferensi oleh inference engine untuk penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari
(Sumber: Peneliti, 2017)
Proses pengambilan kesimpulan inference engine dalam penentuan
sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran juga memakai
metode implikasi maksimum dan mengkomposisi semua keluaran hasil
185
evaluasi rules yang menghasilkan nilai bagi sistem jaringan air bersih
untuk pemadaman kebakaran pada masing-masing grid. Nilai-nilai hasil
inferensi penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman
kebakaran tersaji pada Gambar 36.
Gambar 36. Nilai-nilai hasil inferensi dalam penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari
(Sumber: Peneliti, 2017)
3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran
a. GIS grid-based
Proses inferensi untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota
Kendari juga menggunakan GIS grid-based yang digunakan dalam proses
inferensi pada penilaian tingkat risiko kebakaran dan penentuan sistem
jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran. Berjumlah sebanyak
107.836 grid dengan ukuran dan luasan grid yang sama dengan grid yang
dipakai pada analisis sebelumnya.
186
Inventarisasi kebutuhan peta-peta tematik yang akan digunakan dalam
proses input data ke dalam grid-based juga tetap dilakukan pada bagian
ini karena kebutuhan peta tematik pada penilaian tingkat risiko kebakaran
dan penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran
tidak seluruhnya sama dengan peta tematik untuk alokasi stasiun
pemadam kebakaran ini. Peta-peta tematik yang akan dipakai ini juga
berdasarkan pada rules atau parameter-parameter untuk alokasi stasiun
pemadam kebakaran. Kaitannya terhadap peta tematik, bagian ini
menggunakan dua tambahan peta tematik yang berasal dari hasil
penilaian tingkat risiko kebakaran dan penentuan sistem jaringan air
bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari yang diperoleh dari
tahapan analisis sebelumnya.
Peta-peta tematik yang dipakai dalam alokasi stasiun pemadam
kebakaran di Kota Kendari, adalah:
Peta kawasan rawan bencana longsor Kota Kendari tahun 2015, Skala
1:25000.
Peta kawasan rawan bencana banjir Kota Kendari tahun 2015, Skala
1:25000.
Peta tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari (berbasis grid), hasil
penilaian tingkat risiko kebakaran.
Peta kemiringan lereng Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.
Peta sebaran fasilitas Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.
187
Peta kepadatan bangunan (berbasis grid) Kota Kendari tahun 2015,
Skala 1:5000.
Peta fungsi jaringan jalan Kota Kendari tahun 2015, Skala 1:5000.
Peta sumber air untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari
(berbasis grid), yang merupakan hasil penilaian penentuan sistem
jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran.
Peta tutupan/penggunaan lahan Kota Kendari tahun 2015, Skala
1:5000.
Proses input data ke dalam tabel-tabel basis data SIG juga
menggunakan aplikasi SIG, dengan beberapa pilihan aplikasi yang dapat
digunakan, yaitu: ArcGIS, ArcView GIS atau Quantum GIS serta aplikasi
spreadsheet. Proses input data ke dalam tabel basis data seperti yang
ditampilkan pada Gambar 37, Gambar 38 dan Gambar 39.
Gambar 37. Proses input data ke grid-based untuk kebutuhan inferensi alokasi stasiun pemadam kebakaran dengan aplikasi SIG
(Sumber: Peneliti, 2017)
188
Gambar 38. Proses input nilai bobot parameter untuk kebutuhan inferensi alokasi stasiun pemadam kebakaran dengan aplikasi SIG
(Sumber: Peneliti, 2017)
Gambar 39. Hasil input nilai bobot parameter untuk kebutuhan inferensi alokasi stasiun pemadam kebakaran dengan aplikasi spreadsheet
(Sumber: Peneliti, 2017)
189
b. Inferensi
Proses inferensi untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota
Kendari juga digambarkan dalam bentuk diagram alir yang
menggambarkan alur logika dalam menghitung nilai implikasi. Alur logika
yang ditunjukkan oleh diagram alir akan memeriksa nilai parameter-
parameter alokasi stasiun pemadam kebakaran yang proses
pemasukannya dilakukan oleh knowledge engineer, hingga menghasilkan
kesimpulan dengan memberikan nilai pada masing-masing grid untuk
semua grid yang ada.
Proses inferensi pada alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota
Kendari tersaji pada Gambar 40.
177
Gambar 40. Diagram alir proses inferensi (inferencing) alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari
(Sumber: Peneliti, 2017)
190
191
Alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari juga memiliki 4
(empat) bagian utama yang merupakan kelompok rules dimana tiap
kelompok tersebut memiliki parameter dan nilai bobot masing-masing.
Perbedaannya terhadap kelompok rules di tahap sebelumnya adalah
faktor penentu alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari ini
terklasifikasi dalam tiga kelompok faktor yaitu faktor pembatas, faktor
pembatas bersyarat dan faktor penentu itu sendiri.
Setelah pemasukan nilai bobot parameter-parameter untuk proses
penarikan kesimpulan, maka sistem yang ada akan langsung melakukan
perhitungan. Seluruh nilai bobot parameter alokasi stasiun pemadam
kebakaran ini diproses oleh inference engine untuk menghasilkan
kesimpulan berupa alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari.
Proses inferensi oleh inference engine tersebut seperti yang disajikan
pada Gambar 41.
Gambar 41. Proses inferensi oleh inference engine untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari
(Sumber: Peneliti, 2017)
192
Penarikan kesimpulan inference engine dalam alokasi stasiun
pemadam kebakaran juga memakai metode implikasi maksimum dan
mengkomposisi semua keluaran hasil evaluasi rules yang menghasilkan
nilai bagi alokasi stasiun pemadam kebakaran pada masing-masing grid.
Nilai-nilai hasil inferensi alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota
Kendari disajikan pada Gambar 42.
Gambar 42. Nilai-nilai hasil inferensi dalam alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari
(Sumber: Peneliti, 2017)
D. Implementasi
Implementasi Sistem Pakar pada penilaian tingkat risiko bencana
kebakaran, sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dan
alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari dilakukan dengan
menggunakan aplikasi SIG, antara lain: ArcGIS, ArcView GIS dan
Quantum GIS, yang dibuat dalam susunan grid-grid sistematis bereferensi
193
geografis. Implementasi ini menggunakan nilai-nilai dari penarikan
kesimpulan oleh inference engine. Hasil penilaian tersebut kemudian
diterjemahkan ke dalam bentuk kategori atau klasifikasi pada masing-
masing tema penelitian. Output model dan implementasi Sistem Pakar
berbasis SIG dibuat dalam tabulasi dan GIS interface.
1. Risiko Kebakaran Perkotaan
Tabel 20. Output model penilaian risiko bencana kebakaran di Kota Kendari dengan GIS grid-based
No. Grid terseleksi Nilai Kategori
1. 206 >57 Tingkat Risiko Kebakaran Sangat Tinggi 2. 6.815 >38≤57 Tingkat Risiko Kebakaran Tinggi 3. 46.175 >19≤38 Tingkat Risiko Kebakaran Rendah 4. 54.640 >0≤19 Tingkat Risiko Kebakaran Sangat Rendah
Jumlah: 107.836 Sumber: Peneliti, 2017
Gambar 43. Implementasi Sistem Pakar berbasis SIG dalam penilaian risiko bencana kebakaran perkotaan pada Aplikasi SIG
(Sumber: Peneliti, 2017)
194
2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran
Tabel 21. Output model jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari dengan GIS grid-based
No. Grid terseleksi Nilai Kategori
1. 267 >30 Sangat sesuai untuk pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan
2. 5.819 >20≤30 Sesuai untuk pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan
3. 38.493 >10≤20 Cukup sesuai untuk pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan
4. 63.257 >0≤10 Tidak dianjurkan untuk pengembangan jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan
Jumlah: 107.836 Sumber: Peneliti, 2017
Gambar 44. Implementasi Sistem Pakar berbasis SIG pada jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan dalam Aplikasi SIG
(Sumber: Peneliti, 2017)
3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran
Tabel 22. Output model alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari dengan GIS grid-based
No. Grid terseleksi Nilai Kategori
1. 20 >42 Sangat sesuai untuk lokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan
195
No. Grid terseleksi Nilai Kategori
2. 3.385 >28≤42 Sesuai untuk lokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan
3. 56.065 >14≤28 Cukup sesuai untuk lokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan
4. 48.366 >0≤14 Tidak direkomendasikan untuk lokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan
Jumlah: 107.836 Sumber: Peneliti, 2017
Gambar 45. Implementasi Sistem Pakar berbasis SIG untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan pada Aplikasi SIG
(Sumber: Peneliti, 2017)
E. Pengujian
Proses pengujian mencakup kegiatan verifikasi dan validasi terhadap
Sistem Pakar yang telah dirancang. Verifikasi dan validasi ini dilakukan
agar Sistem Pakar yang dibuat dapat mewakili domain expert.
Verifikasi pada tahap ini dilakukan dalam 2 (dua) bagian, yaitu (1)
verifikasi terhadap program komputer yang dibuat dalam bentuk
pengkodean (coding), apakah sudah benar dalam bentuk struktur maupun
196
command, dan telah dapat memberikan hasil sesuai dengan knowledge
base, dan (2) verifikasi terhadap hasil penarikan kesimpulan oleh
inference engine kepada domain expert. Verifikasi terhadap coding
dilakukan dengan melihat atau menelusuri bug program, yaitu kesalahan
pada komputer baik disebabkan oleh perangkat lunak (software) maupun
perangkat keras (hardware) sehingga komputer tidak bekerja
sebagaimana semestinya. Jika terdapat kesalahan (error) maka akan
ditampilkan dalam bentuk peringatan kesalahan (warning), yang
dilanjutkan dengan debugging, dan jika program telah benar atau sesuai
maka error akan bernilai 0 (nol).
Kegiatan validasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara
output yang dihasilkan oleh sistem yang dibangun, beserta keterkaitannya
terhadap tujuan pembangunan sistem tersebut, dengan pengetahuan
yang dimiliki oleh domain expert. Teknik-teknik validasi yang dapat
dilakukan atau dipakai terhadap aplikasi sistem yang telah dirancang,
antara lain: teknik extreme condition test, face validity dan historical data
validation (Sargent, 1998). Pada teknik-teknik validasi yang dikemukakan
tersebut diantaranya digunakan dalam menguji validitas Sistem Pakar
pada penelitian ini, yaitu teknik face validity dan historical data validation.
Face validity merupakan cara pengujian validitas yang dilakukan dengan
cara membandingkan kesesuaian output sistem dengan pendapat pakar,
sedangkan historical data validation merupakan pengujian yang dilakukan
dengan membandingkan antara hasil prediksi model penilaian tingkat
197
risiko kebakaran di Kota Kendari yang diperoleh dari sistem yang
dibangun dengan riwayat kejadian kebakaran di Kota Kendari
berdasarkan laporan kejadian kebakaran, dimana nilai akurasi ditunjukkan
melalui nilai RMSE. Kedua teknik validasi tersebut dibuat dalam bentuk
wawancara dengan para pakar yang telah dipilih sebelumnya, yang
berasal dari Program Studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah,
Universitas Haluoleo, Kendari dan pimpinan serta firefighter Dinas
Pemadam Kebakaran Kota Kendari.
Validasi sistem pada penelitian ini juga ditentukan dari output sistem
terhadap keberadaan faktor penghambat yang dimiliki oleh unsur yang
akan dinilai. Dalam hal ini data faktor-faktor penghambat pada kondisi
yang sebenarnya, akan ditumpangsusunkan (overlay) dengan output
sistem yang diperoleh dari penilaian tingkat risiko bencana kebakaran,
penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dan
alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari. Metode ini dilakukan
dengan menggunakan aplikasi SIG.
1. Risiko Kebakaran Perkotaan
a. Verifikasi
Verifikasi terhadap hasil penilaian tingkat risiko bencana kebakaran
oleh sistem yang dibuat menunjukkan bahwa coding program telah dibuat
dengan benar dan bekerja sebagaimana mestinya. Tidak terdapat
kesalahan pada proses compile, build dan execute, sehingga
198
menghasilkan nilai error yaitu 0 (nol), seperti yang ditampilkan pada
Gambar 46.
Gambar 46. Verifikasi bug terhadap coding penilaian risiko bencana kebakaran perkotaan dengan FORTRAN
(Sumber: Peneliti, 2017)
b. Validasi
Validasi output model penilaian risiko kebakaran di Kota Kendari
dilakukan melalui wawancara dengan pakar, melakukan pencocokkan
antara hasil penilaian risiko dari model yang dibuat dengan riwayat
kejadian kebakaran di Kota Kendari dari tahun 2012-2016. Hasil
wawancara terhadap pakar menyatakan bahwa secara mayoritas
penilaian risiko kebakaran dari output model sudah cukup sesuai dengan
kejadian-kejadian kebakaran yang pernah terjadi sebelumnya, yaitu pada
bangunan-bangunan yang mudah terbakar, sulitnya akses kendaraan dan
jauhnya jangkauan pemadam kebakaran terhadap lokasi kejadian. Hasil
pencocokkan juga menunjukkan adanya beberapa pembiasan output
model, pada umumnya terjadi pada kejadian kebakaran, dimana material
bangunannya tidak mudah terbakar serta berada pada jalan utama,
seperti kejadian kebakaran Pasar Baru Wua-wua dan Pasar Higienis Kota
Kendari. Dari hasil wawancara ini juga, dibuat perbandingan hasil prediksi
199
model dengan kondisi aktual kejadian kebakaran tersebut menggunakan
metode Root Mean Square Error (RMSE), seperti yang disajikan pada
Tabel 23 dan Gambar 47.
Tabel 23. Kesesuaian output model penilaian tingkat risiko kebakaran terhadap kondisi aktual kejadian kebakaran di Kota Kendari
Gambar 47. Grafik perbandingan output model penilaian tingkat risiko kebakaran terhadap kondisi aktual kejadian kebakaran di Kota Kendari
(Sumber: Peneliti, 2017)
Grafik di atas menunjukkan bahwa nilai prediksi tingkat risiko
kebakaran perkotaan dari model yang dibangun, mendekati nilai observasi
atau kejadian yang sebenarnya, dengan nilai RMSE sebesar 8,51.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
41kejadian
39kejadian
113kejadian
149kejadian
50kejadian
2012 2013 2014 2015 2016
Sampel kejadian(Histori)Kesesuaian kejadian(Model)
200
Validasi model penilaian risiko kebakaran juga dilakukan dengan
membandingkan output model dengan faktor penghambat di lapangan,
dan diperoleh hasil seperti pada Tabel 24 dan Gambar 48.
Tabel 24. Kesesuaian output model terhadap faktor penghambat pada penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari
No. Faktor penghambat Output sistem Kesesuaian overlay
1. Sekat bakar (firebreaks) alami dan buatan (badan air, tanah terbuka tanpa vegetasi, saluran air, hutan lembab, hutan mangrove)
47.961 grid
41.474 grid yang bertampalan
6.487 grid yang tidak bertampalan
Sumber: Peneliti, 2017
Gambar 48. Tumpang susun output model terhadap faktor penghambat pada penilaian tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari
(Sumber: Peneliti, 2017)
2. Jaringan Air Bersih untuk Pemadaman Kebakaran
a. Verifikasi
Verifikasi hasil penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman
kebakaran menunjukkan bahwa coding program telah berjalan secara
benar dan bekerja sebagaimana mestinya. Tidak terdapat kesalahan pada
201
proses compile, build dan execute, dan menghasilkan nilai error yaitu 0
(nol), seperti yang disajikan pada Gambar 49.
Gambar 49. Verifikasi bug terhadap coding jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan dengan FORTRAN
(Sumber: Peneliti, 2017)
b. Validasi
Validasi penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman
kebakaran di Kota Kendari selain dilakukan dengan wawancara terhadap
pakar dan membandingkan output sistem dengan faktor penghambat, dan
diperoleh hasil overlay seperti pada Tabel 25 dan Gambar 50.
Tabel 25. Kesesuaian output model terhadap faktor penghambat penentuan sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran
di Kota Kendari No. Faktor penghambat Output
sistem Kesesuaian overlay
1. Kawasan rawan bencana longsor dan/atau rawan banjir
45.749 grid
45.749 grid yang bertampalan 503 grid yang beririsan, yaitu kawasan
rawan banjir pada bagian utara Kota Kendari
Kawasan rawan banjir pada bagian selatan Kota Kendari tidak terjadi pertampalan
Sumber: Peneliti, 2017
202
Gambar 50. Tumpang susun output model terhadap faktor penghambat penentuan sistem jaringan air bersih pemadaman kebakaran di Kota Kendari
(Sumber: Peneliti, 2017)
3. Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran
a. Verifikasi
Verifikasi hasil alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari
oleh sistem menunjukkan bahwa coding program telah berjalan dengan
benar dan bekerja sebagaimana mestinya. Juga tidak terdapat kesalahan
dalam proses compile, build maupun execute. Nilai error yang dihasilkan
adalah 0 (nol), seperti yang tersaji pada Gambar 51.
Gambar 51. Verifikasi bug terhadap coding alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan dengan FORTRAN
(Sumber: Peneliti, 2017)
203
b. Validasi
Validasi alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari juga
dilakukan dengan metode wawancara kepada pakar, selain itu juga
melakukan perbandingan antara output model dengan faktor penghambat,
diperoleh hasil kesesuaian overlay seperti yang tersaji pada Tabel 26 dan
Gambar 52.
Tabel 26. Kesesuaian output model terhadap faktor penghambat pada alokasi stasiun pemadam kebakaran
di Kota Kendari No. Faktor penghambat Output
sistem Kesesuaian overlay
1. Kawasan rawan bencana longsor dan/atau rawan banjir
45.749 grid
45.749 grid yang bertampalan 503 grid yang beririsan, yaitu kawasan
rawan banjir pada bagian utara Kota Kendari
Kawasan rawan banjir pada bagian selatan Kota Kendari tidak terjadi pertampalan
Sumber: Peneliti, 2017
Gambar 52. Tumpang susun output model terhadap faktor penghambat pada alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari
(Sumber: Peneliti, 2017)
204
F. Model Lokasi Potensial Prasarana Mitigasi Bencana Kebakaran
Model penentuan lokasi potensial untuk prasarana mitigasi bencana
kebakaran perkotaan berdasarkan pada grid-grid yang memiliki nilai, yang
terklasifikasi pada masing-masing kategori penilaian kondisi berdasarkan
parameter-parameter yang mempengaruhinya, penilaiannya dilakukan
melalui Sistem Pakar berbasis SIG, yang dimulai dari telaah pengetahuan
sebagai dasar basis pengetahuan (knowledge base), akuisisi, inferencing,
implementasi hingga pengujian. Model ini dibentuk dari hasil pemodelan
tingkat risiko bencana kebakaran, sistem jaringan air bersih untuk
pemadaman kebakaran dan alokasi stasiun pemadam kebakaran
perkotaan berdasarkan layanan waktu respon.
Parameter-parameter yang berpengaruh kuat terhadap risiko bencana
kebakaran perkotaan, pembentukan sistem jaringan penyediaan air bersih
untuk pemadaman kebakaran dan penentu alokasi stasiun pemadam
kebakaran perkotaan akan menghasilkan derajat nilai yang tinggi hingga
sangat tinggi, parameter yang cukup berpengaruh akan memberikan nilai
yang cukup dan parameter yang tidak atau kurang berpengaruh atau
merupakan faktor penghambat atau pembatas akan menghasilkan
penilaian yang rendah.
Penilaian-penilaian yang diperoleh melalui inferencing,
direpresentasikan ke dalam grid-grid bereferensi geografis. Model
potensial yang dihasilkan dari pengembangan Sistem Pakar berbasis SIG
205
untuk kebakaran perkotaan disajikan pada Gambar 53, Gambar 54 dan
gambar 55 (Lampiran 12).
Gambar 53. Model tingkat risiko bencana kebakaran di Kota Kendari berdasarkan Sistem Pakar berbasis SIG
(Sumber: Peneliti, 2017)
Ouput dari pemodelan tingkat risiko kebakaran di Kota Kendari,
memperlihatkan bahwa tingkat risiko kebakaran tertinggi merupakan
kawasan padat bangunan dengan dominasi material bangunan yang
mudah terbakar, topografi wilayah yang berbukit dan bergunung serta
memiliki aksesibilitas yang rendah. Tingkat risiko kebakaran yang rendah
umumnya berada pada kawasan non-terbangun, kawasan bervegetasi
dan badan air. Kawasan ini bermorfologi datar, berbukit hingga
bergunung.
206
Gambar 54. Model sistem jaringan air bersih untuk mitigasi kebakaran di Kota Kendari berdasarkan Sistem Pakar berbasis SIG
(Sumber: Peneliti, 2017)
Model sistem jaringan air bersih untuk mitigasi bencana kebakaran di
Kota Kendari terbagi dalam 2 (dua) bagian utama, yaitu (1) kawasan
perkotaan yang potensial bagi pengembangan jaringan air bersih untuk
pemadaman kebakaran perkotaan, dan (2) kawasan yang tidak dianjurkan
untuk pengembangan jaringan air bersih.
Kawasan perkotaan yang potensial untuk pengembangan, didominasi
oleh kawasan terbangun perkotaan yang dilintasi oleh jaringan jalan
umum yang dapat memudahkan aksesibilitas kendaraan pemadam
kebakaran dan merupakan daerah yang berisiko terhadap bahaya
kebakaran. Jaringan air bersih berpola mengikuti jaringan jalan yang ada,
207
dan menyebar merata ke seluruh bagian Kota Kendari. Sumber air untuk
pemadaman kebakaran adalah air permukaan, yaitu aliran Sungai
Wanggu dan perairan dangkal Teluk Kendari. Untuk kawasan perkotaan
yang tidak dianjurkan bagi pengembangan jaringan air bersih untuk
pemadaman kebakaran perkotaan adalah kawasan rawan bencana banjir
dan longsor dengan kondisi topografi yang tidak bersyarat.
Gambar 55. Model alokasi stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari berdasarkan Sistem Pakar berbasis SIG
(Sumber: Peneliti, 2017)
Model alokasi stasiun pemadam kebakaran perkotaan berdasarkan
layanan waktu respon menghasilkan grid-grid potensial untuk
pengembangan alokasi stasiun pemadam di Kota Kendari, meliputi: (1)
kawasan yang sangat potensial untuk alokasi stasiun pemadam
208
kebakaran: tersebar secara merata pada daerah pinggiran dan pusat kota,
berada pada daerah dengan tingkat risiko kebakaran tinggi dan sangat
tinggi, bermorfologi datar, dilalui oleh jaringan jalan umum yang
memungkinkan pergerakan lalu lintas kendaraan pemadam kebakaran
dapat melintas dan bermanuver secara leluasa, serta kawasan ini bukan
merupakan kawasan rawan bencana banjir dan longsor, (2) kawasan
potensial untuk alokasi stasiun pemadam kebakaran: bermorfologi datar
hingga landai dan berada pada kawasan dengan tingkat risiko kebakaran
yang tinggi, (3) kawasan cukup potensial: bermorfologi datar hingga
berbukit, berada pada kawasan terbangun dan non-terbangun, dan (4)
kawasan yang tidak direkomendasikan untuk alokasi stasiun pemadam
kebakaran: merupakan kawasan rawan bencana alam, morfologi wilayah
berbukit dan bergunung, serta memiliki tingkat risiko kebakaran yang
sangat rendah.
209
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam perancangan,
implementasi dan pengujian Sistem Pakar berbasis Sistem Informasi
Geografis untuk penilaian tingkat risiko bencana kebakaran, penentuan
sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dan alokasi
stasiun pemadam kebakaran di Kota Kendari, diperoleh beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Model penilaian risiko kebakaran.
Dibangun berdasarkan parameter-parameter atau rules dan disajikan
dalam bentuk kisi atau grid-grid berbasis SIG (GIS grid-based) yang
berukuran 50 meter x 50 meter. Tingkat risiko kebakaran di Kota
Kendari, meliputi:
a. Bencana kebakaran dengan tingkat risiko sangat tinggi di Kota
Kendari merupakan kawasan terbangun berpenduduk padat,
dengan dominasi jenis material bangunan kayu dan campuran,
terletak pada daerah dengan morfologi berbukit, dan aksesibilitas
hanya dilalui oleh jalan umum yang memiliki lebar jalur lalu lintas <4
meter.
b. Bencana kebakaran dengan tingkat risiko tinggi adalah kawasan
bangunan padat dengan jenis material bangunan kayu, campuran
210
dan sebagian kecil bangunan berjenis beton. Tersebar hampir
merata di seluruh kawasan Kota Kendari, pada daerah dengan
morfologi datar dan berbukit. Tingkat risiko kebakaran tinggi ini
dominan terjadi pada daerah yang diakses oleh jaringan jalan
dengan lebar jalur lalu lintas ≤9 meter.
c. Bencana kebakaran dengan tingkat risiko rendah umumnya
merupakan kawasan non-terbangun, yaitu kawasan bervegetasi
berupa kebun campuran dan semak, yang berada pada daerah
dengan morfologi landai hingga berbukit.
d. Bencana kebakaran dengan tingkat risiko sangat rendah
merupakan kawasan non-terbangun yang didominasi oleh badan
air (sungai dan rawa), hutan lembab dan sebagian kawasan
pertanian (kebun). Kawasan ini bermorfologi datar, berbukit dan
bergunung.
2. Model jaringan penyediaan air bersih pendukung mitigasi bencana
kebakaran.
Dibangun berdasarkan parameter-parameter atau rules dan tersaji
dalam bentuk GIS grid-based yang berukuran 50 meter x 50 meter.
Sistem jaringan air bersih di Kota Kendari untuk mitigasi bencana
kebakaran perkotaan, terklasifikasi atas:
a. Kawasan yang sangat sesuai bagi pengembangan jaringan air
bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan merupakan
kawasan perkotaan yang dilalui oleh jalan umum yang memiliki
211
lebar jalur lalu lintas >9 meter, dekat dengan sumber air potensial
untuk pemadaman, yaitu Sungai Wanggu dan perairan dangkal
Teluk Kendari, berada pada kawasan perkotaan dengan tingkat
risiko kebakaran tinggi dan sangat tinggi serta berada pada daerah
hunian yang sedang hingga padat.
b. Kawasan yang sesuai bagi pengembangan jaringan air bersih
untuk pemadaman kebakaran perkotaan berada pada kawasan
terbangun yang dilalui oleh jaringan jalan umum yang memiliki lebar
jalur lalu lintas >6 meter, berada pada kawasan perkotaan dengan
tingkat risiko kebakaran tinggi dan cukup dekat dengan sumber air
untuk pemadaman kebakaran. Jaringan air bersih ini bentuknya
mengikuti jaringan jalan yang ada, dan menyebar merata ke
seluruh bagian Kota Kendari.
c. Kawasan yang cukup sesuai bagi pengembangan jaringan air
bersih untuk pemadaman kebakaran di Kota Kendari adalah
kawasan yang mendominasi. Kawasan ini sebagian merupakan
kawasan non-terbangun, yang dilalui oleh jaringan jalan dengan
lebar jalur lalu lintas ≤9 meter.
d. Kawasan perkotaan yang tidak dianjurkan bagi pengembangan
jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran perkotaan
merupakan daerah kawasan rawan bencana banjir dan longsor,
dengan morfologi berbukit dan bergunung dan kawasan ini bukan
merupakan daerah hunian.
212
3. Model alokasi stasiun pemadam kebakaran.
Dibangun berdasarkan parameter-parameter atau rules yang disajikan
dalam bentuk GIS grid-based berukuran 50 meter x 50 meter. Alokasi
stasiun pemadam kebakaran perkotaan berdasarkan layanan waktu
respon di Kota Kendari, meliputi:
a. Kawasan perkotaan yang sangat sesuai untuk alokasi stasiun
pemadam kebakaran tersebar secara merata pada daerah
pinggiran dan pusat Kota Kendari. Kawasan ini merupakan
kawasan yang berada pada daerah dengan tingkat risiko
kebakaran tinggi hingga sangat tinggi dan berada pada kawasan
dengan morfologi datar, serta dilalui oleh jaringan jalan umum
dengan lebar jalur lalu lintas >9 meter. Kawasan ini adalah
kawasan yang tidak berpotensi bencana banjir dan longsor.
b. Kawasan dengan kategori sesuai untuk alokasi stasiun pemadam
kebakaran merupakan kawasan perkotaan dengan morfologi datar
hingga landai. Tersebar mengikuti jalur jaringan jalan dengan lebar
jalur lalu lintas >6 meter, serta berada di daerah kawasan
perkotaan dengan tingkat risiko kebakaran tinggi.
c. Alokasi stasiun pemadam kebakaran dengan kategori cukup sesuai
sangat mendominasi kawasan perkotaan. Kawasan ini bermorfologi
datar hingga berbukit, dan berada pada kawasan terbangun dan
non-terbangun.
213
d. Tidak direkomendasikan untuk alokasi stasiun pemadam
kebakaran. Kawasan ini merupakan daerah kawasan rawan
bencana banjir dan longsor dengan morfologi berbukit dan
bergunung. Bukan merupakan daerah hunian dan memiliki tingkat
risiko kebakaran yang sangat rendah.
4. Model penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi bencana
kebakaran perkotaan.
Dibangun dari 3 (tiga) unsur yang berpengaruh terhadap upaya
mitigasi bencana kebakaran perkotaan, yaitu tingkat risiko kebakaran,
sistem jaringan air bersih untuk pemadaman kebakaran dan alokasi
stasiun pemadam kebakaran perkotaan. Disajikan dalam bentuk GIS
grid-based yang berukuran 50 meter x 50 meter.
Lokasi-lokasi potensial prasarana mitigasi bencana kebakaran di Kota
Kendari berada pada kawasan perkotaan dengan tingkat risiko
kebakaran tinggi hingga sangat tinggi, dilalui oleh jalan umum yang
memiliki lebar jalur lalu lintas >6 meter yang memudahkan aksesibilitas
kendaraan pemadam kebakaran untuk tindakan pencegahan dan
pengurangan bahaya/risiko kebakaran serta dekat dengan sumber air
untuk kegiatan pemadaman.
B. Saran
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa masih terdapat
beberapa kekurangan dari penelitian ini. Kekurangan-kekurangan yang
214
dimiliki tersebut, dibuat dalam bentuk saran perbaikan yang dapat
disempurnakan oleh peneliti selanjutnya. Saran-saran untuk penelitian
selanjutnya adalah:
1. Penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi bencana kebakaran
perkotaan dapat menambahkan lebih banyak parameter selain aspek
prasarana dan fisik wilayah, seperti aspek klimatologi dan aspek sosial
ekonomi perkotaan, sehingga diharapkan akan memberikan hasil yang
lebih akurat lagi dalam penentuan lokasi potensial tersebut.
2. Sistem Pakar untuk penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi
bencana kebakaran perkotaan ini dapat dikembangkan hingga pada
tahap perancangan antar muka pengguna (user interface) sehingga
dapat digunakan oleh non-expert dalam penentuan lokasi potensial
prasarana mitigasi bencana kebakaran perkotaan.
C. Penemuan (findings)
Pemodelan Sistem Pakar berbasis Sistem Informasi Geografis dalam
penilaian tingkat risiko bencana kebakaran, penentuan sistem jaringan air
bersih dan alokasi stasiun pemadam kebakaran berdasarkan layanan
waktu respon di Kota Kendari ini menghasilkan suatu kebaruan yaitu
model dinamik (dynamic model) penentuan lokasi potensial prasarana
mitigasi bencana kebakaran perkotaan, dimana permasalahan yang
dimodelkan merupakan masalah yang mempunyai sifat dinamis atau
dapat berubah terhadap waktu. Secara fungsional model yang dihasilkan
215
ini merupakan model prediktif yang menunjukkan kecenderungan yang
mungkin terjadi jika sesuatu terjadi dan juga sebagai model normatif, yaitu
model yang menyediakan jawaban terbaik terhadap suatu permasalahan
yang ada.
Pembangunan model penentuan lokasi potensial prasarana mitigasi
bencana kebakaran perkotaan ini memberikan kontribusi dalam penataan
ruang wilayah kota terhadap upaya mitigasi bencana kebakaran, sehingga
tata ruang kota dapat memberikan perlindungan bagi warga kota,
memperkecil risiko dan mengurangi kerentanan wilayah perkotaan dari
ancaman bahaya kebakaran.
216
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ajlan, A. 2015. The Comparison between Forward and Backward Chaining. International Journal of Machine Learning and Computing, Vol. 5, No. 2, April. Department of Information System Management, Qassim University. Saudi Arabia.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. PT. Renika Cipta. Jakarta.
Arhami, M. 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar. Penerbit Andi. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Kota Kendari. 2016. Kota Kendari dalam Angka
2016. Katalog BPS 1102001.7471. Kendari. Badri et al. 1998. Theory and Methodology. A Multi-Objective Model for
Locating Fire Stations. European Journal of Operational Research 110(2):243-260. Faculty of Business and Economics, UAE University. United Arab Emirates.
Buchanan, B. G., and Shortliffe, E. H. 1984. Rule-Based Expert Systems. The MYCIN Experiments of The Stanford Heuristic Programming Project. Second Edition. Stanford University School of Medicine. Addison-Wesley Publishing Company.
Budihardjo, E., dan Sujarto, D. 1999. Kota Berkelanjutan. Penerbit Alumni. Bandung.
Chainey, S., and Ratcliffe, J. 2005. GIS and crime mapping. West Sussex. John Wiley and Sons. England.
Christian, C. S. 1958. The Concept of Land Units and Land Systems. Proceeding of the 9th Pacific Congress, Vol. 20:74-81.
Davis, S. K. 2000. Fire Fighting Water: A Review of Fire Fighting Water Requirements A New Zealand Perspective. Fire Engineering Research 2000/3. School of Engineering University of Canterbury.
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Tenggara. 2016. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Teluk Kendari. Laporan Fakta dan Analisis. Kendari.
Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari. 2015. Histori Kejadian Kebakaran Tahun 2012-2016 Kota Kendari. Kendari.
Ding, C. 2009. Policy and Planning Challenges to Promote Efficient Urban Spatial Development during The Emerging Rapid Transformation in China. Journal of Sustainability, 1, 384-408. National Center for Smart Growth, The University of Maryland. USA.
Durkin, J. 1994. Expert Systems Design and Development. Prentice Hall International Inc.
217
ESRI. 2012. GIS for the Fire Service. An Esri White Paper. Environment Systems Research Institute. Redlands. USA.
Ford, A. 2009. Modeling the Environment. (2nd edition). Island Press. Washington D.C.
Ferreira, T. M et al. 2016. Urban Fire Risk: Evaluation and Emergency Planning. Journal of Cultural Heritage. Portugal.
Friday, K. S et al. 1999. Imperata Grassland Rehabilitation using Agroforestry and Assisted Natural Regeneration. International Centre for Research in Agroforestry, Southeast Asian Regional Research Programme, Bogor. Indonesia.
Fuseini, I., and Kemp, J. 2015. A Review of Spatial Planning in Ghana’s Socio-Economic Development Trajectory: A Sustainable Development Perspective. Journal of Land Use Policy 47-309-320. Department of Geography and Environmental Studies, Stellenbosch University, Matieland 7602. South Africa.
Gai et al. 2011. GIS-based Forest Fire Risk Assessment and Mapping. Fourth International Joint Conference on Computational Sciences and Optimization, 978-0-7695-4335-2. Department of engineering Physics, Institute of Public Safety Research, Tsinghua University Beijing. China.
Giarratano, J., and Riley, G. 2005. Expert Systems. Principles and Programming. PWS Publishing Company. Boston.
Girardet, H. 2004. Cities People Planet: Liveable Cities for Sustainable City. Ashgate Publishing Ltd. Aldeshot.
Greeshma, P., and Kumar, K. M. 2016. Disaster Resilience in Vulnerable Cities through Neighbourhood Development: A Case of Chennai. Procedia Technology 24-1827-1834. College of Engineering Trivandrum, Sreekaryom, Thiruvananthapuram 695016. India.
Guettouche, M. S et al. 2011. A Fire Risk Modelling and Spatialization by GIS: Application on the Forest of Bouzareah Clump, Algiers (Algeria). Journal of Geographic Information System, 2011, 3, 254-265. Sciences and Technology University of Houari Boumediene, Algiers. Algeria.
Ha, K. M. 2016. Disasters Can Happen to Anybody: The Case of Korea. Journal of Environmental Impact Assessment Review 57-1-9. Department of Emergency Management, Inje University, 197 Inje-Ro, Gimhae-City, Gyeongnam 50834. Korea.
Hadi, S. 1990. Metodologi Research. Jilid I. Andi Offset. Yogyakarta.
218
Harrison, C. G., and Williams, P. R. 2016. A Systems Approach to Natural Disaster Resilience. Journal of Simulation Modelling Practice and Theory 000-1-21. USA.
Heckerman, D. 1992. The Certainty Factor Model. Encyclopedia of Artificial Intelligence Journal. Second Edition. Publisher Wiley. New York.
Hickey, H. E. 2008. Water Supply Systems and Evaluation Methods. Volume I: Water Supply System Concepts. U.S. Fire Administration. FEMA. USA.
Himoto, K., and Tanaka, T. 2012. A Model for The Fire-Fighting Activity of Local Residents in Urban Fires. Fire Safety Journal 54 (2012) 154–166. Disaster Prevention Research Institute, Kyoto University, Gokasho, Uji, Kyoto 611-0011. Japan.
Hu, N et al. 2016. Impacts of Land Use and Amenities on Public Transport Use, Urban Planning and Design. Journal of Land Use Policy 57-356-367. Singapore.
Ikram, A., and Qamar, U. 2014. Developing an expert system based on association rules and predicate logic for earthquake prediction. Knowledge-Based Systems Journal 75 (2015) 87–103. Computer Engineering Department, College of Electrical and Mechanical Engineering, National University of Sciences and Technology (NUST), Islamabad. Pakistan.
ISDR. 2004. Learning from today’s disasters for tomorrow’s hazards. International Strategy for Disaster Reduction. The World Conference on Disaster Reduction. Kobe. Japan.
Jasriadi dkk. 2015. Analisis Lokasi dan Jumlah Stasiun Pemadam Kebakaran Kota Pekanbaru. Jom FTEKNIK Volume 2 No.1. Universitas Riau. Pekanbaru.
Kanta, L et al. 2012. Multiobjective Evolutionary Computation Approach for Redesigning Water Distribution Systems to Provide Fire Flows. Journal of Water Resources Planning and Management, 138.144-152. Texas. USA.
Kelly, C. 1995. Assessing Disaster Needs in Megacities: Perspectives form Developing Countries. Geojournal Volume 37, No. 3, 381–385. Springer.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2015. The Sixth Asia-Pacific Urban Forum Conference. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmen Kesehatan) No. 1204/MENKES/SK/X/2004. 2004. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Indonesia.
219
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum (Kepmen PU) No. 11/KPTS/2000. 2000. Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan. Indonesia.
Kerlinger, F. N. 2014. Asas-Asas Penelitian Behavioral, Edisi Indonesia. Cetakan 12. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kim, T. J et al. 1990. Expert Systems: Applications to Urban Planning. Springer-Verlag. Department of Urban and Regional Planning, University of Illinois, Champaign. USA.
Konishi, T dkk. 2007. Aerial Firefighting Against Urban Fire: Mock-up House Experiments of Fire Suppression by Helicopters. Fire Safety Journal 43 (2008) 363–375. Japan.
Krejcie, R. V., and Morgan, D. W. 1970. Determining Sample Size for Research Activities. Educational and Psychological Measurement, 30, 607-610. USA.
Kusumadewi, S. 2003, Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.
Kusumastuti, R. D et al. 2014. Developing a Resilience Index towards Natural Disasters in Indonesia. International Journal of Disaster Risk Reduction 10-327-340. Department of Management, Faculty of Economics and Business, University of Indonesia. Indonesia.
Law, A. M., and Kelton, W. D. 1991. Simulation Modeling & Analysis. Second Edition, McGraw-Hill, Inc.
Lillesand, M. T., dan Kiefer, R. W. 1999. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Listiyono, H. 2008. Merancang dan Membuat Sistem Pakar. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume XIII, No.2, Juli:115-124. Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank. Semarang.
Loucks, D., P et al. 1981. Water Resource Systems Planning and Analysis, Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs. New Jersey.
Mandala, Z. 2013. Resilient Infrastructure: Konsep dan Strategi Perencanaan Pembangunan Transportasi Berkelanjutan. Studi Kasus: Kora Curitiba, Brazil. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Mananoma, T., dan Soetopo, W. 2008. Pemodelan sebagai Sarana dalam Mencapai Solusi Optimal. Jurnal Teknik Sipil. Volume 8 No. 3.
Mantra, I. B. G. W. 2005. Kajian Penanggulangan Bahaya Kebakaran pada Perumahan. Suatu Kajian Pendahuluan di Perumahan Sarijadi Bandung., Jurnal Permukiman Natah Volume 3 Nomor 1. Laboratorium Perumahan dan Permukiman Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. Denpasar.
220
Marimin. 2007. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar Dalam Teknologi Manajerial. IPB Press. Bogor.
McGarney, B., and Hannon, B. 2004. Dynamic Modeling for Business Management an Introduction. Springer-Verlag New York Inc. New York.
Mustafa, H. 2000. Teknik Sampling. (online). (http://home.unpar.ac.id, diakses tanggal 24 September 2016).
Murray, T. A. 2013. Optimising the spatial location of urban fire stations. Fire Safety Journal. Volume 62, Part A, Pages 64–71. GeoDa Center for Geospatial Analysis and Computation, School of Geographical Sciences and Urban Planning, Arizona State University. USA.
Nawari. 2010. Analisis Regresi dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
NFPA 1001. 2008. Water Supply. National Fire Protection Association. USA.
NFPA 1710. 2001. Standard for the Organization and Deployment of Fire Suppression Operations, Emergency Medical Operations, and Special Operations to the Public by Career Fire Departments. National Fire Protection Association. USA.
NFPA. 2013. NFPA Glossary of Terms 2013 Edition. National Fire Protection Association. USA.
Nolan, D. P. 1998. Fire Fighting Pumping Systems at Industrial Facilities. 2nd Edition. William Andrew Publishing. Westwood, NJ.
Paripurno, E. T. 1998. Pengenalan Ancaman-Ancaman untuk Penanggulangan Bencana. Modul Manajemen Bencana. Yogyakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 20/PRT/M/2007. 2007. Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang. Indonesia.
__________________________________________ No. 22/PRT/M/2007. 2007. Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor. Indonesia.
__________________________________________ No. 29/PRT/M/2006. 2006. Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung. Indonesia.
__________________________________________ No. 41/PRT/M/2007. 2007. Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya. Indonesia.
Peraturan Pemerintah RI No. 34/2006. 2006. Jalan. Indonesia.
Perwira, R. I. dan Aziz, A. 2013. Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Infeksi TBC Paru. Jurnal TELEMATIKA Vol. 9, No. 2, Januari:63-74. Yogyakarta.
Prahasta, E. 2009. Sistem Informasi Geografis. Konsep-konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika). Informatika. Bandung.
Prawiranegara, M. 2014. Spatial Multi-Criteria Analysis (SMCA) for Basin-Wide Flood Risk Assessment as A Tool in Improving Spatial Planning and Urban Resilience Policy Making: A Case Study Of Marikina River Basin, Metro Manila-Philippines. Journal of Procedia-Social and Behavioral Sciences 135-18-24. Directorate General of Spatial Planning. Ministry of Public Works. Indonesia.
Pudjiharta, A dkk. 2008. Kajian Teknik Rehabilitasi Lahan Alang-Alang (Imperata cylindrica L. Beauv). Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.
Puntudewo, A dkk. 2003. Sistem Informasi Geografis. Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Center for International Forestry Research (CIFOR). Bogor.
Purbowaseso, B. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. Rineka Cipta. Jakarta.
Puteri, S. M. dan Zulkaidi, D. 2014. Integrasi Kajian Risiko Perubahan Iklim ke dalam Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK Volume 2 Nomor 3. Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB. Bandung.
Rachmat, A. 2002. Manajemen dan Mitigasi Bencana. Paper. Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat. Bandung.
Ran, J., and Budic, Z. N. 2016. Integrating Spatial Planning and Flood Risk Management: A New Conceptual Framework for The Spatially Integrated Policy Infrastructure. Journal of Computers, Environment and Urban Systems 57-68-79. School of Architecture, Planning and Environmental Policy, University College Dublin, Dublin. Ireland.
Renald, A et al. 2016. Toward Resilient and Sustainable City Adaptation Model for Flood Disaster Prone City: Case Study of Jakarta Capital Region. Procedia-Social and Behavioral Sciences 227-334-340. University of Indonesia. Indonesia.
Rukamah, A., dan Djamudin. 2013. Analisis Pengaruh Strategi Bauran Promosi terhadap Peningkatan Volume Penjualan (Studi Kasus pada J`Lo Cafe dan Resto). Jurnal Manajemen Volume IV No. 4. ISSN: 1412-2685. Jakarta.
222
Saaty, T. L. 1990. How to make a Decision: The Analytic Hierarchy Process. European Journal of Operational Research, Vol. 48-9-26. North Holland.
Sabaraji, A. 2005. Identifikasi Zone Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan dengan Aplikasi SIG di Kabupaten Kutai Timur. Universitas Mulawarman. Samarinda.
Salant, P., and Dillman, D. A. 1994. How to Conduct Your Own Survey. John Wiley and Sons, Inc. New York.
Sargent, R. G. 1998. Verification and Validation of Simulation Models. Proceedings. Simulation Research Group Department of Electrical Engineering and Computer Science College of Engineering and Computer Science Syracuse University. New York. USA.
Sevani, N. 2009. Sistem Pakar Penentuan Kesesuaian Lahan Berdasarkan Faktor Penghambat Terbesar (Maximum Limitation Factor) untuk Tanaman Pangan. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Shesham, S. 2012. Integrating Expert System and Geographic Information System for Spatial Decision Making. Masters Theses & Specialist Projects. Paper 1216. Department of Computer Science Western Kentucky University, Bowling Green. Kentucky.
Simarmata, D. A. 1983. Operation Research. Sebuah Pengantar. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
SNI 03-1733-2004. 2004. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan. Indonesia.
SNI 03-1735-2000. 2000. Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung. Indonesia.
SNI 03-6570-2001. 2001. Instalasi Pompa yang Dipasang Tetap untuk Proteksi Kebakaran. Indonesia.
SNI 09-7053-2004. 2004. Kendaraan dan Peralatan Pemadam Kebakaran-Pompa. Indonesia.
SNI 1739:2008. Cara Uji Jalar Api pada Permukaan Bahan Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung. Indonesia.
Sukirman, S. 1999. Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Cetakan Ketiga. Penerbit Nova. Bandung.
Suryani, A. I. 2012. Artificial Intelligence (Sejarah AI, AI & Kognisi manusia, AI & Sistem Pakar: ELIZA, PARRY, NETTALK). (online). (https://adeirmasuryani.wordpress.com/2012/10/27/tugas-sistem-in formasi-psikologi-artificial-intelligence-sejarah-ai-ai-kognisi-manusia
-ai-sistem-pakar-eliza-parry-nettalk/, diakses tanggal 2 Agustus 2017).
Sutojo, T dkk. 2010. Kecerdasan Buatan. Penerbit Andi. Yogyakarta. Taha, H. A. 1992. Operation Research-An Introduction. Macmillan
Publishing Company. New York. Toki et al. 2011. Protection of Cultural Heritage from Post-Earthquake Fire.
Journal of Disaster Research, 6(1): 4-10. Research Center for Disaster Mitigation of Urban Cultural Heritage, Ritsumeikan University, 58 Komatsu-bara Kita-machi, Kitaku, Kyoto. Japan.
Turban, E. 1995. Decision Support and Expert Systems Management Support Systems. 4th ed Published Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall.
Tzeng, G. H., and Chen, Y. W. 1999. The optimal location of airport fire stations: A fuzzy multi-objective programming and revised genetic algorithm approach. Transportation Planning and Technology, Vol. 23, no. 1, pp.37-55. China.
United Nations. 2008. Spatial Planning. Key Instrument for Development and Effective Governance with Special Reference to Countries in Transition. Document. Economic Commission for Europe. Geneva. Switzerland.
Waheed, M. A. A. 2014. Approach to Fire-Related Disaster Management in High Density Urban-Area. Procedia Engineering 77-61-69. Department of Urban and Infrastructure Engineering, NED University of Engineering and Technology, Karachi 75270. Pakistan.
Walters, V., and Gaillard, J. C. 2014. Disaster Risk at The Margins: Homelessness, Vulnerability and Hazards. Journal of Habitat International 44-211-219. New Zealand.
Weise, D. R., and Biging, G. S. 1996. Effects of Wind Velocity and Slope on Flame Properties. Canadian Journal of Forest Research, 26:1849-1858. Canada.
Widjojo, S. 1993. Pengantar Sistem Informasi Geografis. BAKOSURTANAL. Cibinong.
Wirth, N. 1991. Algorithms Data Structures Program. Prentice Hall. Yunus, H. S. 2000. Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta. Yong, Z. 2013. Analysis on Comprehensive Risk Assessment for Urban
Fire: The Case of Haikou City. Procedia Engineering 52-618-623. Fire Prevention and Supervision Division, Fire Department of Hainan Province, Haikou 571100. China.
LAMPIRAN 1
Waktu Tempat kejadian Jam informasi diterima Sumber informasi Jam berangkat ke lokasi Tiba di lokasi Lama pemadaman Jumlah armada Jarak ke lokasi kebakaran Penyebab Jenis kebakaran Kendala pemadaman Kerugian Material Korban jiwa4 Januari 2012 Jl. Konggoasa, Kota Lama, Kec. Kendari Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 8 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 500,000 Tidak ada data4 Januari 2012 Jl. Ir. Sukarno, Kec. Kendari Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 12 Km Arus pendek listrik Rumah toko Tidak ada 5,000,000,000 Tidak ada data6 Januari 2012 Jl. S. Parman, Kec. Kendari Barat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 6 Km Arus pendek listrik Koperasi Tidak ada 350,000,000 Tidak ada data3 Februari 2012 BTN Latjinta, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Kompor meledak Rumah tinggal Kerumunan warga 350,000,000 Tidak ada data16 Maret 2012 Jl. Saranani, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 4 Km Tidak diketahui Gudang Tidak ada 6,000,000,000 Tidak ada data19 Maret 2012 Jl. Saranani, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 4 Km Tidak diketahui Gudang Tidak ada 6,000,000,000 Tidak ada data19 Maret 2012 Lrg. Mawar Konsel Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 15 Km Kompor meledak Rumah tinggal Tidak ada 10,000,000 Tidak ada data5 Mei 2012 Jl. Diponegoro Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 7 Km Tidak diketahui Gudang alat bangunan Tidak ada 1,000,000,000 Tidak ada data26 Juni 2012 Lrg. KONI, Kec. Kadia Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 2 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 10,000,000 Tidak ada data24 Juni 2012 Jl. By Pass Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data29 Juni 2012 Jl. Kelapa Kuning, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 4 Km Tungku masak Rumah tinggal Jalan sempit 300,000,000 Tidak ada data1 Juli 2012 Jl. Taman Suropati Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 3 Km Api lilin Rumah tinggal Berada di daerah ketinggian 10,000,000 Tidak ada data5 Juli 2012 BTN Magaga, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 6 Km Arus pendek listrik Kios Tidak ada 3,000,000 Tidak ada data13 Juli 2012 Depan SMP 1 Kendari, Kemaraya, Kec. Kendari Barat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 4 Km Pembakaran sampah Pohon kelapa Tidak ada 0 Tidak ada data23 Juli 2012 Jl. Jenderal Sudirman Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 15 Km Obat nyamuk bakar Rumah tinggal Jalan sempit 50,000,000 Tidak ada data1 Agustus 2012 Depan Air Mineral Arindo, Lepo-Lepo, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 7 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data2 Agustus 2012 Kel. Mandonga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Lapak pedagang Tidak ada 0 Tidak ada data5 Agustus 2012 Jl. Lasandara, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 4 Km Kembang api Lapak pedagang Tidak ada 250,000,000 Tidak ada data6 Agustus 2012 Jl. Pattimura, Kec. Puwatu Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 70,000,000 Tidak ada data11 Agustus 2012 Poasia, Kec. Poasia Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data1 September 2012 Pasar Lapulu, Kec. Abeli Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Tidak ada data Tidak ada 0 Tidak ada data5 September 2012 Jl. Anawai, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 5 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data8 September 2012 Jl. Gersamata, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 5 Km Arus pendek listrik Gudang Tidak ada 50,000,000 Tidak ada data9 September 2012 Poasia, Kec. Poasia Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data13 September 2012 Lepo-Lepo, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 0 Tidak ada data17 September 2012 Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Tidak ada data Tidak ada 0 Tidak ada data5 Oktober 2012 Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data7 Oktober 2012 Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data18 Oktober 2012 Aspol Lepo-Lepo, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data19 Oktober 2012 Lepo-Lepo, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data27 Oktober 2012 Poasia, Kec. Poasia Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data28 Oktober 2012 RRI Lama, Lepo-Lepo, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data2 Oktober 2012 RRI Lama, Lepo-Lepo, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data10 Oktober 2012 Kel. Baruga, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data2 Nopember 2012 Graha Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data10 Nopember 2012 Jl. Asrama Haji, By Pass, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data19 Nopember 2012 Pasar Sentral Kota, Kec. Kendari Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Pasar Higienis Kendari Pompa air tidak maksimal 3,000,000,000 Tidak ada data20 Nopember 2012 Pasar Sentral Kota, Kec. Kendari Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Pasar Higienis Kendari Tidak ada 0 Tidak ada data29 Nopember 2012 Puwatu, Kec. Puwatu Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada data14 Desember 2012 Jl. By Pass Kendari Beach, Kec. Kendari Barat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 1 Km Arus pendek listrik Kafe tenda Tidak ada 40,000,000 Tidak ada data17 Desember 2012 Ranomeeto, Kec. Baruga Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 0 Tidak ada data
KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA KENDARI, TAHUN 2012
Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016
LAMPIRAN 2
Waktu Tempat kejadian Jam informasi diterima Sumber informasi Jam berangkat ke lokasi Tiba di lokasi Lama pemadaman Jumlah armada Jarak ke lokasi kebakaran Penyebab Jenis kebakaran Kendala pemadaman Kerugian Material Korban jiwa11 Januari 2013 Jl. Torada, Kec. Wua-Wua 13.00 WITA Masyarakat 13.20 WITA 13.10 WITA 13.10-15.30 WITA 5 Unit 4 Km Kompor meledak Rumah tinggal Armada tidak memadai 1,000,000,000 Tidak ada17 Januari 2013 Jl. Sultan Hasanuddin, Kec. Kendari Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 0.1 Km Korsleting listrik Mobil Armada tidak memadai 500,000,000 Tidak ada17 Januari 2013 Jl. Wayong, Kec. Kadia Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 1 Km Arus pendek listrik Kantor pemerintah Tidak ada 1,000,000 Tidak ada18 Januari 2013 Jl. Dr. Sam Ratulangi, Kec. Kendari Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 20 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Armada tidak memadai 300,000,000 Tidak ada21 Januari 2013 Balai POM Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 3 Km Korsleting kabel accu Mobil Armada tidak memadai 200,000,000 Tidak ada21 Januari 2013 Jl. Lalodati, Kec. Tobuuha Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 7 Km Tungku masak Rumah tinggal Armada tidak memadai 10,000,000 Tidak ada7 Februari 2013 Jl. Kampus Baru, Kec. Kambu Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Armada tidak memadai 0 Tidak ada18 Februari 2013 Jl. Pasar Baru, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 6 Km Dibakar demonstran Mobil Armada tidak memadai 146,000,000 Tidak ada8 Maret 2013 Kel. Tondonggeu, Kec. Abeli Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 10 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Armada tidak memadai 10,000,000 Tidak ada15 Maret 2013 BTN Wanggu Permai, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 7 Km Puntung rokok Rumah tinggal Tidak ada 10,000,000 Tidak ada23 April 2013 Jl. Pasar Panjang, Kec. Wua-Wua 18.00 WITA Masyarakat 18.01 WITA 18.45 WITA 18.45-19.01 WITA 2 Unit 4 Km Arus pendek listrik Kios Armada tidak memadai 50,000,000 Tidak ada24 April 2013 Jl. Supu Yusuf 01.15 WITA Masyarakat 01.16 WITA 01.30 WITA 01.30-02.30 WITA 4 Unit 2 Km Arus pendek listrik Hotel Armada tidak memadai 1,000,000,000 Tidak ada6 Mei 2013 Jl. Gunung Jati, Kec. Kendari Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 8 Km Tidak diketahui Rumah tinggal Tidak ada Tidak ada data Tidak ada9 Mei 2013 Jl. Jati Mekar, Kec. Wua-Wua 01.00 WITA Masyarakat 01.02 WITA 01.15 WITA 01.17-03.20 WITA 4 Unit 8 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 150,000,000 Tidak ada26 Juni 2013 Kel. Lalodati, Kec. Puwatu Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 10 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan rusak 600,000,000 Tidak ada1 Juli 2013 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 10.30 WITA Masyarakat 10.31 WITA 10.35 WITA 10.35-11.05 WITA 4 Unit 5 Km Tumpahan bahan bakar minyak Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 Tidak ada5 Juli 2013 Jl. MT. Haryono, Kec. Wua-Wua 13.00 WITA Masyarakat 13.01 WITA 13.05 WITA 13.05-14.30 WITA 6 Unit 4 Km Arus pendek listrik Tempat usaha Tidak ada 200,000,000 Tidak ada10 Juli 2013 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 02.04 WITA Masyarakat 02.03 WITA 03.10 WITA 03.10-04.00 WITA 4 Unit 4.5 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 Tidak ada12 Juli 2013 Jl. Supu Yusuf, Kec. Mandonga 13.15 WITA Masyarakat 13.01 WITA 13.20 WITA 13.20-13.50 WITA 4 Unit 1 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 Tidak ada17 Juli 2013 Kantor Kendari Ekspress, Kec. Mandonga 03.03 WITA Masyarakat 03.32 WITA 03.40 WITA 03.42-04.15 WITA 2 Unit 2 Km Arus pendek listrik Kantor swasta Tidak ada 25,000,000 Tidak ada15 Juli 2013 Jl. Lasandara, No. 12, Kec. Mandonga 09.04 WITA Masyarakat 09.42 WITA 09.45 WITA 09.45-11.40 WITA 5 Unit 2 Km Arus pendek listrik Rumah toko Tidak ada 500,000,000 Tidak ada23 Juli 2013 Jl. Drs. HA. Silondae 04.02 WITA Masyarakat 04.22 WITA 04.30 WITA 04.30-08.00 WITA 5 Unit 2 Km Tidak diketahui Pasar Korem Kendari Jalan sempit 600,000,000 Tidak ada30 Juli 2013 Jl. Wayong Dalam, Kec. Kadia 19.25 WITA Masyarakat 19.26 WITA 19.30 WITA 19.30-19.40 WITA 4 Unit 1 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 15,000,000 Tidak ada31 Juli 2013 Jl. Ahmad Yani, Kec. Wua-Wua 02.15 WITA Masyarakat 02.16 WITA 02.30 WITA 02.35-07.15 WITA 6 Unit 1 Km Arus pendek listrik Pasar Sentral RB Tidak ada 5,000,000 Tidak ada16 Agustus 2013 Pasar Buah, Kec. Kadia 11.15 WITA Masyarakat 11.16 WITA 11.45 WITA 11.45-12.15 WITA 3 Unit 1 Km Kompor meledak Kompor Tidak ada 5,000,000 Tidak ada18 Agustus 2013 BTN Griya 16.50 WITA Masyarakat 16.52 WITA 17.05 WITA 17.05-19.05 WITA 6 Unit 7 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada18 Agustus 2013 Jl. Laode Hadi, No. 187, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal/Bengkel Tidak ada 150,000,000 Tidak ada27 Agustus 2013 Jl. Budi Utomo, Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua Tidak ada data Masyarakat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 2 Km Arus pendek listrik Rumah toko Tidak ada 500,000,000 Tidak ada24 September 2013 Jl. Ahmad Yani, Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua 03.15 WITA Masyarakat 03.17 WITA 03.20 WITA 03.20-04.15 WITA 5 Unit 2 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal/Bengkel Tidak ada 300,000,000 Tidak ada24 September 2013 Jl. Rambutan 2, No. 25, Kec. Kadia 15.05 WITA Masyarakat 15.06 WITA 15.11 WITA 15.11-17.11 WITA 5 Unit 3 Km Tungku masak Rumah tinggal Bahaya arus listrik 250,000,000 Tidak ada25 September 2013 BTN Cempaka Graha Asri, Kec. Wua-Wua 02.00 WITA Masyarakat 02.01 WITA 02.10 WITA 02.10-03.10 WITA 4 Unit 7 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit 100,000,000 Tidak ada8 Oktober 2013 Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 15.18 WITA Masyarakat 15.20 WITA 15.30 WITA 15.30-14.30 WITA 2 Unit 8 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 Oktober 2013 Jl. Lasandara, Kec. Mandonga 15.28 WITA Masyarakat 15.30 WITA 15.45 WITA 15.45-16.00 WITA 4 Unit 2 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada Tidak ada data Tidak ada20 Oktober 2013 Jl. Balai Kota, Kec. Kadia 12.21 WITA Masyarakat 12.22 WITA 12.23 WITA 12.23-12.00 WITA 5 Unit 0.25 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal, kios, mobil Tidak ada 1,000,000,000 Tidak ada22 Oktober 2013 Jl. Tapak Kuda 10.58 WITA Masyarakat 10.59 WITA 11.10 WITA 11.10-12.40 WITA 5 Unit 3 Km Obat nyamuk bakar Tempat usaha Tidak ada 300,000,000 Tidak ada13 Nopember 2013 Lrg. Nuri 17.30 WITA Masyarakat 17.35 WITA 17.45 WITA 17.45-18.45 WITA 6 Unit 10 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada sumber air untuk pemadaman 700,000,000 Tidak ada8 Desember 2013 Jl. Ahmad Yani, Kec. Wua-Wua 03.15 WITA Masyarakat 03.16 WITA 03.18 WITA 03.18-07.30 WITA 6 Unit 0.4 Km Arus pendek listrik Rumah toko Tidak ada 5,000,000,000 Tidak ada9 Desember 2013 Jl. Ahmad Yani, Kec. Wua-Wua Kebakaran lanjutan Masyarakat 07.32 WITA 07.33 WITA 07.33-15.30 WITA 6 Unit 0.4 Km Arus pendek listrik Rumah toko Tidak ada 5,000,000,000 Tidak ada10 Desember 2013 Jl. Ahmad Yani, Kec. Wua-Wua Kebakaran lanjutan Masyarakat 09.08 WITA 09.10 WITA 09.10-11.02 WITA 6 Unit 0.4 Km Arus pendek listrik Rumah toko Tidak ada 5,000,000,000 Tidak ada
KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA KENDARI, TAHUN 2013
Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016
LAMPIRAN 3
Waktu Tempat kejadian Jam informasi diterima Sumber informasi Jam berangkat ke lokasi Tiba di lokasi Lama pemadaman Jumlah armada Jarak ke lokasi kebakaran Penyebab Jenis kebakaran Hambatan pemadaman Kerugian Material Korban jiwa7 Januari 2014 BTN Kehutanan Lepo-Lepo, Kec. Baruga 13.45 WITA Masyarakat 13.46 WITA 14.03 WITA 14.04-14.45 WITA 2 Unit 6 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada8 Januari 2014 BTN Barebbo Blok D/4, Kec. Baruga 21.10 WITA Masyarakat 21.12 WITA 21.30 WITA 21.30-21.36 WITA 4 Unit 10 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Bahaya arus listrik 10,000,000 Tidak ada21 Januari 2014 Jl. Merdeka, Kec. Kendari Barat 17.10 WITA Masyarakat 17.11 WITA 17.15 WITA 17.15-17.45 WITA 6 Unit 2 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit 40,000,000 Tidak ada22 Januari 2014 BTN Bukit Lepo-Lepo Permai, Kec. Baruga 02.30 WITA Masyarakat 02.32 WITA 02.49 WITA 02.49-03.04 WITA 5 Unit 5 Km Arus pendek listrik Warung dan motor Jalan sempit dan berlubang 40,000,000 Tidak ada28 Januari 2014 Jl. Sorumba, Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua 17.17 WITA Masyarakat 17.18 WITA 17.28 WITA 17.28-18.04 WITA 1 Unit 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Jalan macet 0 Tidak ada7 Februari 2014 Bundaran Sukhoi, Kec. Baruga 15.40 WITA Masyarakat 15.43 WITA 15.58 WITA 15.58-16.48 WITA 4 Unit 8 Km Pembakaran sampah Rumah tinggal Tidak ada 150,000,000 Tidak ada16 Februari 2014 Jl. Belibis, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 15.28 WITA Masyarakat 15.30 WITA 15.46 WITA 15.46-16.48 WITA 4 Unit 8 Km Pembakaran sampah Rumah tinggal Tidak ada 150,000,000 Tidak ada1 Maret 2014 Jl. Kendari Beach, Kec. Kendari Barat 05.21 WITA Masyarakat 05.23 WITA 05.30 WITA 05.30-05.55 WITA 1 Unit 5 Km Arus pendek listrik Kafe tenda Tidak ada 20,000,000 Tidak ada3 Maret 2014 Jl. Kampus Baru UHO, Kec. Kambu 10.13 WITA Masyarakat 10.15 WITA 10.25 WITA 10.25-10.56 WITA 3 Unit 6 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada25 Maret 2014 Lrg. Maleo, Kel. Kambu, Kec. Kambu 14.29 WITA Masyarakat 14.31 WITA 14.35 WITA 14.36-16.22 WITA 5 Unit 7 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan rusak 500,000,000 Tidak ada1 April 2014 Jl. Mekar Damai, Kel. Pondambea, Kec. Kadia 12.35 WITA Masyarakat 12.37 WITA 12.40 WITA 12.40-13.30 WITA 2 Unit 2 Km Pembakaran lahan Alang-alang Jalan sempit 0 Tidak ada1 April 2014 Jl. Drs. H. A. Silondae, No. 7, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 14.10 WITA Masyarakat 14.12 WITA 14.19 WITA 14.19-14.18 WITA 2 Unit 5 Km Arus pendek listrik Rumah Toko Jalan macet 10,000,000 Tidak ada4 April 2014 Jl. Pembangunan, Kel. Dapu-Dapura, Kec. Kendari 20.18 WITA Masyarakat 20.20 WITA 20.37 WITA 20.37-02.03 WITA 6 Unit 10 Km Arus pendek listrik Pasar Sentral Kendari Jalan macet 5,000,000,000 Tidak ada10 April 2014 Jl. Kantor Walikota (Dinas Perizinan), Kec. Mandonga 09.59 WITA Masyarakat 10.00 WITA 10.02 WITA 10.02-10.03 WITA 2 Unit 1 Km Arus pendek listrik Kantor pemerintah Tidak ada Tidak ada data Tidak ada11 April 2014 Jl. Laode Hadi, Kec. Baruga 21.38 WITA Masyarakat 21.40 WITA 21.48 WITA 21.48-22.58 WITA 1 Unit 4 Km Arus pendek listrik Bengkel motor Tidak ada 50,000,000 Tidak ada13 April 2014 UD Sotomo, Kec. ……. 14.38 WITA Masyarakat 14.40 WITA 14.48 WITA 14.48-15.34 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada20 April 2014 Jl. Paseno 3, Kel. Bende, Kec. Kadia 14.00 WITA Masyarakat 14.01 WITA 14.04 WITA 14.04-14.15 WITA 5 Unit 1 Km Arus pendek listrik Tempat tidur susun Tidak ada 75,000,000 Tidak ada20 April 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga 17.15 WITA Masyarakat 17.17 WITA 17.36 WITA 17.36-18.05 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada25 April 2014 Jl. Made Sabara, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 02.30 WITA Masyarakat 02.31 WITA 02.35 WITA 02.35-03.15 WITA 2 Unit 1 Km Korsleting listrik Kios Tidak ada 5,000,000 Tidak ada23 April 2014 Jl. A. H. Nasution, Kel. Kambu, Kec. Kambu 21.06 WITA Masyarakat 21.67 WITA 21.22 WITA 21.22-22.10 WITA 2 Unit 6 Km Arus pendek listrik Rumah Toko Jalan macet 8,500,000 Tidak ada28 April 2014 Jl. Drs. H. A. Silondae, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 18.15 WITA Masyarakat 18.17 WITA 18.25 WITA 18.25-19.27 WITA 2 Unit 4 Km Arus pendek listrik Rumah Toko Jalan macet 15,000,000 Tidak ada30 April 2014 Samudera, Kel. Puday, Kec. Abeli 18.00 WITA Masyarakat 18.02 WITA 18.19 WITA 18.19-22.37 WITA 6 Unit 10 Km Arus pendek listrik Bangunan perusahaan Tidak ada 5,000,000,000 Tidak ada7 Mei 2014 Jl. Bunga Kamboja, No. 4, Kel. Watu-Watu, Kec. Kendari Barat 17.00 WITA Masyarakat 17.02 WITA 17.09 WITA 17.09-17.52 WITA 3 Unit 5 Km Arus pendek listrik Warung kopi Jalan macet 10,000,000 Tidak ada7 Mei 2014 Jl. Laredo, Kec. Kambu 22.08 WITA Masyarakat 22.10 WITA 22.20 WITA 22.20-22.45 WITA 2 Unit 6 Km Arus pendek listrik Kios Tidak ada 2,000,000 Tidak ada13 Mei 2014 Jl. A. Yani, Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua 20.15 WITA Masyarakat 20.17 WITA 20.33 WITA 20.43-22.12 WITA 2 Unit 7 Km Arus pendek listrik Bangunan perusahaan Jalan macet 20,000,000 Tidak ada14 Mei 2014 Jl. Bunga Kamboja, Kel. Watu-Watu, Kec. Kendari Barat 22.23 WITA Masyarakat 22.25 WITA 22.32 WITA 22.32-22.57 WITA 2 Unit 5 Km Arus pendek listrik Kios Tidak ada 2,000,000 Tidak ada20 Mei 2014 Jl. Budi Utomo, BTN Graha Mega Gracia, Kec. Wua-Wua 18.41 WITA Masyarakat 18.43 WITA 18.52 WITA 18.52-20.56 WITA 4 Unit 4 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 10,000,000 Tidak ada23 Mei 2014 Jl. Budi Utomo, Lrg. Nangka, Kec. Wua-Wua 20.40 WITA Masyarakat 20.42 WITA 20.47 WITA 20.47-21.19 WITA 2 Unit 3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 8,000,000 Tidak ada26 Mei 2014 Jl. Balai Kota 1, Kec. Kadia 11.00 WITA Masyarakat 11.01 WITA 11.05 WITA 11.05-11.49 WITA 4 Unit 0.5 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada26 Mei 2014 Jl. Kendari Permai Blok F6, No. 09, Kec. Kambu 05.21 WITA Masyarakat 05.23 WITA 05.40 WITA 05.40-07.05 WITA 2 Unit 11 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 Tidak ada29 Mei 2014 Kel. Bende, Kec. Kadia 19.28 WITA Masyarakat 19.30 WITA 19.34 WITA 19.34-19.45 WITA 4 Unit 1 Km Arus pendek listrik Rumah makan Tidak ada 50,000,000 Tidak ada5 Juni 2014 Kel. Sanua, Kec. Kendari Barat 19.43 WITA Masyarakat 19.45 WITA 20.04 WITA 20.04-20.55 WITA 5 Unit 6 Km Api lilin Rumah tinggal Tidak ada 20,000,000 Tidak ada18 Juni 2014 Jl. Syeikh Yusuf, Kel. Lahundape, Kec. Kendari Barat 03.40 WITA Masyarakat 03.41 WITA 03.47 WITA 03.47-04.01 WITA 2 Unit 3 Km Korsleting listrik Mobil Tidak ada 150,000,000 Tidak ada28 Juni 2014 Jl. A. H. Nasution, Kel. Kambu, Kec. Kambu 15.28 WITA Masyarakat 15.30 WITA 15.42 WITA 15.42-17.30 WITA 4 Unit 5 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada31 Juni 2014 BTN Griya Asri Cendana, Kec. Poasia 12.43 WITA Masyarakat 12.45 WITA 13.02 WITA 13.02-13.30 WITA 3 Unit 10 Km Korsleting listrik Rumah tinggal dan motor Tidak ada 750,000,000 Tidak ada31 Juni 2014 Jl. Perumahan Dosen Blok U/16, Kec. Kambu 12.58 WITA Masyarakat 13.00 WITA 13.15 WITA 13.15-13.55 WITA 2 Unit 6 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 500,000,000 Tidak ada2 Agustus 2014 Jl. Tunggala No. 46, Kec. Wua-Wua 13.01 WITA Masyarakat 13.13 WITA 13.08 WITA 13.08-14.55 WITA 3 Unit 6 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan rusak 85,000,000 Tidak ada7 Agustus 2014 Lrg. Ilmiah, Kec. Wua-Wua 09.30 WITA Masyarakat 09.31 WITA 09.36 WITA 09.36-09.40 WITA 4 Unit 4 Km Arus pendek listrik Gudang Tidak ada 5,000,000 Tidak ada18 Agustus 2014 BTN Permata Anawai, Kec. Kambu 13.03 WITA Masyarakat 13.15 WITA 13.15 WITA 13.15-13.55 WITA 4 Unit 10 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jarak tempuh jauh 120,000,000 Tidak ada23 Agustus 2014 Jl. R. A. Kartini, Kel. Kendari Caddi, Kec. Kendari 03.15 WITA Masyarakat 03.31 WITA 03.30 WITA 03.50-05.38 WITA 2 Unit 20 Km Puntung rokok Bangsal kayu dan tower air Tidak ada akses jalan 15,000,000 Tidak ada1 September 2014 Jl. Sanggoleo, Lapangan Golf, Kec. Baruga 11.00 WITA Masyarakat 11.02 WITA 11.18 WITA 11.18-12.15 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada6 September 2014 Kel. Dapu-Dapura, Kec. Kendari 10.30 WITA Masyarakat 10.32 WITA 10.46 WITA 10.46-12.00 WITA 3 Unit 8 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada7 September 2014 Jl. Cempaka, Kel. Kessilampe, Kec. Kendari 13.20 WITA Masyarakat 13.22 WITA 13.37 WITA 13.37-17.00 WITA 2 Unit 10 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada11 September 2014 Jl. Budi Utomo, Lrg. Mataiwoi, Kec. Wua-Wua 13.00 WITA Masyarakat 13.01 WITA 13.08 WITA 13.08-15.15 WITA 5 Unit 5 Km Kompor Rumah tinggal Tidak ada 700,000,000 Tidak ada12 September 2014 Jl. A. Yani, Kel. Mata Iwoi, Kec. Wua-Wua 16.05 WITA Masyarakat 16.57 WITA 16.12 WITA 16.12-16.55 WITA 2 Unit 5 Km Puntung rokok Alang-alang Kepadatan penggunaan jalan 0 Tidak ada14 September 2014 BTN Laloliu Cemerlang, Kec. Baruga 16.05 WITA Masyarakat 16.57 WITA 16.18 WITA 16.18-17.45 WITA 4 Unit 10 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 September 2014 Kel. Labibia, Kec. Mandonga 12.10 WITA Masyarakat 12.13 WITA 12.15 WITA 12.15-14.15 WITA 5 Unit 3 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 September 2014 Jl. Sao-Sao, Kel. Bende, Kec. Kadia 18.15 WITA Masyarakat 18.16 WITA 18.19 WITA 18.19-18.57 WITA 3 Unit 1 Km Arus pendek listrik Genset Tidak ada 10,000,000 Tidak ada17 September 2014 Jl. Balai Kota 2, Kel. Pondambea, Kec. Kadia 04.50 WITA Masyarakat 04.51 WITA 04.53 WITA 04.53-07.00 WITA 4 Unit 0.5 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 80,000,000 Tidak ada18 September 2014 Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 16.57 WITA Masyarakat 17.00 WITA 17.05 WITA 17.05-18.45 WITA 5 Unit 2 Km Kompor meledak Rumah tinggal Armada tidak memadai 35,000,000 Tidak ada19 September 2014 Jl. A. Yani, Kel. Kadia, Kec. Kadia 20.45 WITA Masyarakat 20.46 WITA 20.50 WITA 20.50-22.30 WITA 3 Unit 2 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada20 September 2014 Jl. Bunggasi, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 00.45 WITA Masyarakat 00.47 WITA 01.02 WITA 01.02-02.25 WITA 4 Unit 7 Km Arus pendek listrik Base Camp pekerja Tidak ada 40,000,000 Tidak ada21 September 2014 Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 12.19 WITA Masyarakat 12.20 WITA 12.25 WITA 12.25-12.35 WITA 2 Unit 2 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada21 September 2014 Kampung Butung, Kec. Kendari Barat 14.30 WITA Masyarakat 14.31 WITA 14.45 WITA 14.45-15.18 WITA 2 Unit 10 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Armada tidak memadai 10,000,000 Tidak ada21 September 2014 Kel. Anggoeya, Kec. Poasia 14.19 WITA Masyarakat 14.20 WITA 14.36 WITA 14.36-16.00 WITA 3 Unit 9 Km Puntung rokok Alang-alang Armada tidak memadai 0 Tidak ada22 September 2014 Kel. Abeli, Kec. Abeli 00.19 WITA Masyarakat 00.20 WITA 00.30 WITA 00.30-00.40 WITA 2 Unit 10 Km Korsleting listrik Mobil Tidak ada 50,000,000 Tidak ada23 September 2014 Jl. Sao-Sao, Kel. Bende, Kec. Kadia 12.30 WITA Masyarakat 12.31 WITA 12.35 WITA 12.35-13.05 WITA 2 Unit 3 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada23 September 2014 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 12.55 WITA Masyarakat 12.57 WITA 12.15 WITA 12.15-14.00 WITA 2 Unit 6 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada23 September 2014 Jl. Syeikh Yusuf, Kel. Lahundape, Kec. Kendari Barat 19.20 WITA Masyarakat 19.20 WITA 19.24 WITA 19.24-20.15 WITA 4 Unit 2 Km Korsleting listrik Rumah tinggal dan Base Camp pekerja Tidak ada 300,000,000 Tidak ada23 September 2014 Jl. MT. Haryono, No. 25 L, Kec. Kadia 20.33 WITA Masyarakat 20.35 WITA 20.40 WITA 20.40-22.05 WITA 4 Unit 2 Km Korsleting listrik Rumah Toko Tidak ada 500,000,000 Tidak ada25 September 2014 Jl. Bunga Kamboja, No. 40, Kec. Kendari Barat 17.26 WITA Masyarakat 17.28 WITA 17.34 WITA 17.34-17.37 WITA 2 Unit 4 Km Arus pendek listrik Mobil Jalan macet 30,000,000 Tidak ada27 September 2014 Puncak Transito, Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua 12.13 WITA Masyarakat 12.15 WITA 12.20 WITA 12.20-12.50 WITA 4 Unit 5 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 Tidak ada1 Oktober 2014 Jl. HEA. Mokodompit, Kec. Kambu 09.37 WITA Masyarakat 09.38 WITA 09.41 WITA 09.41-14.30 WITA 4 Unit 6 Km Pembakaran sampah Alang-alang dan gardu listrik Jalan macet 37,000,000 Tidak ada2 Oktober 2014 Jl. Teporombua, BTN Grand Andika, Kec. Baruga 10.05 WITA Masyarakat 10.56 WITA 10.25 WITA 10.25-11.50 WITA 2 Unit 12 Km Puntung rokok Alang-alang Asap 0 Tidak ada2 Oktober 2014 Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua 16.10 WITA Masyarakat 16.12 WITA 16.13 WITA 16.13-16.30 WITA 3 Unit 4 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada3 Oktober 2014 BTN Azatata, Kel. Mokoau, Kec. Kambu 15.57 WITA Masyarakat 15.58 WITA 16.06 WITA 16.06-16.40 WITA 3 Unit 6 Km Puntung rokok Alang-alang Armada tidak memadai 0 Tidak ada7 Oktober 2014 Jl. R. Suprapto, Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 23.02 WITA Masyarakat 23.23 WITA 23.10 WITA 23.10-23.50 WITA 3 Unit 4 Km Arus pendek listrik Kios Tidak ada 15,000,000 Tidak ada8 Oktober 2014 RS Pelita Ibu Poasia, Kec. Poasia 15.30 WITA Masyarakat 15.32 WITA 15.47 WITA 15.47-16.25 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Asap 0 Tidak ada9 Oktober 2014 Kel. Wundudopi, Kec. Baruga 13.40 WITA Masyarakat 13.42 WITA 13.55 WITA 13.55-14.20 WITA 3 Unit 10 Km Tidak diketahui Ban mobil untuk meubel Tidak ada 2,000,000 Tidak ada9 Oktober 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga 14.35 WITA Masyarakat 14.37 WITA 14.58 WITA 14.58-15.05 WITA 3 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Armada tidak memadai 0 Tidak ada11 Oktober 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga 14.10 WITA Masyarakat 14.12 WITA 14.27 WITA 14.27-15.30 WITA 1 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Asap 0 Tidak ada12 Oktober 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga 12.50 WITA Masyarakat 12.52 WITA 13.15 WITA 13.15-13.45 WITA 2 Unit 15 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada12 Oktober 2014 Jl. Malik Raya 2, Kec. Mandonga 02.20 WITA Masyarakat 02.21 WITA 02.28 WITA 02.28-03.56 WITA 4 Unit 6 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada14 Oktober 2014 BTN Griya Asri, Kec. Puwatu 18.40 WITA Masyarakat 18.41 WITA 18.55 WITA 18.55-19.24 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 Oktober 2014 Kel. Tobuuha, Kec. Puwatu 11.01 WITA Masyarakat 11.12 WITA 11.06 WITA 11.06-11.46 WITA 1 Unit 3 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada17 Oktober 2014 Jl. Balai Kota 1, Kel. Pondambea, Kec. Kadia 18.15 WITA Masyarakat 18.16 WITA 18.19 WITA 18.19-19.45 WITA 3 Unit 2 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 20,000,000 Tidak ada
KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA KENDARI, TAHUN 2014
Waktu Tempat kejadian Jam informasi diterima Sumber informasi Jam berangkat ke lokasi Tiba di lokasi Lama pemadaman Jumlah armada Jarak ke lokasi kebakaran Penyebab Jenis kebakaran Hambatan pemadaman Kerugian Material Korban jiwa17 Oktober 2014 Jl. Pasaeno Nisma MAN Aliyah, Kec. Kadia 19.35 WITA Masyarakat 19.36 WITA 19.40 WITA 19.40-20.56 WITA 3 Unit 2 Km Pembakaran sampah Sampah/Dolken Tidak ada 0 Tidak ada19 Oktober 2014 Jl. Tunggala Dalam, Kec. Wua-Wua 11.17 WITA Masyarakat 11.18 WITA 11.28 WITA 11.28-12.20 WITA 2 Unit 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada20 Oktober 2014 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 10.35 WITA Masyarakat 10.36 WITA 10.45 WITA 10.45-11.25 WITA 2 Unit 5 Km Kompor meledak Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada23 Oktober 2014 Jl. Lumba-Lumba, Kec. Kambu 12.20 WITA Masyarakat 12.22 WITA 12.30 WITA 12.30-13.30 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada24 Oktober 2014 Kel. Pondambea, Kec. Kadia 11.20 WITA Masyarakat 11.21 WITA 11.23 WITA 11.23-12.35 WITA 3 Unit 0.5 Km Pembakaran sampah Rumah tinggal Jalan sempit 40,000,000 Tidak ada26 Oktober 2014 BTN PNS Baruga, Kec. Baruga 10.30 WITA Masyarakat 10.32 WITA 10.50 WITA 10.50-11.56 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Rumah tinggal dan alang-alang Tidak ada 50,000,000 Tidak ada26 Oktober 2014 Kompleks Pasar Baruga, Kec. Baruga 10.40 WITA Masyarakat 10.41 WITA 11.00 WITA 11.00-12.15 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada26 Oktober 2014 Jl. DI. Panjaitan, No. 1, Rumdis Hakim Pengadilan Tinggi, Kec. Wua-Wua 12.40 WITA Masyarakat 12.42 WITA 12.55 WITA 12.55-13.50 WITA 4 Unit 5 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 150,000,000 Tidak ada26 Oktober 2014 BTN Kendari Permai, Kec. Kambu 14.20 WITA Masyarakat 14.21 WITA 14.30 WITA 14.30-15.23 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran sampah Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada26 Oktober 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga 15.05 WITA Masyarakat 15.56 WITA 15.25 WITA 15.25-16.15 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada27 Oktober 2014 BTN Magaga dan Latjinta, Kel. Baruga, Kec. Baruga 23.13 WITA Polisi 23.15 WITA 23.31 WITA 23.31-00.30 WITA 3 Unit 8 Km Pembakaran lahan Lahan gambut Jalan rusak 0 Tidak ada28 Oktober 2014 BTN Magaga dan Latjinta, Kel. Baruga, Kec. Baruga 09.10 WITA Polisi 09.12 WITA 09.28 WITA 09.28-16.10 WITA 3 Unit 8 Km Pembakaran lahan Lahan gambut Jalan rusak 0 Tidak ada28 Oktober 2014 Jl. Made Sabara 3, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 00.01 WITA Masyarakat 00.13 WITA 00.07 WITA 00.07-00.45 WITA 2 Unit 2 Km Puntung rokok Bangsal kayu Tidak ada 120,000,000 Tidak ada30 Oktober 2014 Jl. Bahagia, Lrg. Taridala, Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua 15.15 WITA Masyarakat 15.16 WITA 15.20 WITA 15.20-16.30 WITA 4 Unit 4 Km Minyak meluap Pabrik kerupuk Jalan sempit 300,000,000 Tidak ada31 Oktober 2014 Jl. Haluoleo Mokodompit, Kec. Kambu 01.20 WITA Masyarakat 01.22 WITA 01.29 WITA 01.29-03.30 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada1 Nopember 2014 Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 10.09 WITA Masyarakat 10.11 WITA 10.17 WITA 10.29-11.20 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada1 Nopember 2014 BTN Batu Marupa, Kec. Poasia 16.55 WITA Masyarakat 16.58 WITA 17.05 WITA 17.05-18.55 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Asap 0 Tidak ada2 Nopember 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga 12.22 WITA Masyarakat 12.23 WITA 12.35 WITA 12.35-13.25 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada2 Nopember 2014 Jl. Mekar Damai, Kel. Kadia, Kec. Kadia 12.40 WITA Masyarakat 12.41 WITA 12.45 WITA 12.45-14.30 WITA 3 Unit 2 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada2 Nopember 2014 Kel. Wundudopi, Kec. Baruga 16.35 WITA Masyarakat 16.37 WITA 16.50 WITA 16.50-18.10 WITA 2 Unit 8 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada akses jalan 0 Tidak ada3 Nopember 2014 Jl. MT. Haryono, Kec. Wua-Wua 07.57 WITA Masyarakat 07.59 WITA 08.05 WITA 08.05-08.35 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada3 Nopember 2014 Jl. Jati Mekar, Gunung Jati, Kec. Kendari 20.15 WITA Masyarakat 20.18 WITA 20.35 WITA 20.35-22.45 WITA 6 Unit 12 Km Api lilin Rumah tinggal Jalan sempit dan menanjak 300,000,000 Tidak ada3 Nopember 2014 Jl. RS. Bantera Mas, Lepo-Lepo, Kec. Baruga 21.15 WITA Masyarakat 21.18 WITA 21.35 WITA 21.35-23.12 WITA 2 Unit 8 Km Puntung rokok Tumpukan kayu Tumpukan kayu 20,000,000 Tidak ada4 Nopember 2014 Jl. Made Sabara, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 11.15 WITA Masyarakat 11.17 WITA 11.23 WITA 11.23-01.00 WITA 2 Unit 2 Km Pembakaran sampah Alang-alang dan sampah Asap 0 Tidak ada5 Nopember 2014 Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua 16.10 WITA Masyarakat 16.13 WITA 16.18 WITA 16.18-17.05 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada5 Nopember 2014 Kel. Lahundape, Kec. Kendari Barat 17.03 WITA Masyarakat 17.36 WITA 17.09 WITA 17.09-17.58 WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada7 Nopember 2014 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 12.30 WITA Masyarakat 12.32 WITA 12.40 WITA 12.40-13.00 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 Nopember 2014 Jl. DI. Panjaitan, Lepo-Lepo, Kec. Baruga 23.15 WITA Masyarakat 23.17 WITA 23.30 WITA 23.30-24.00 WITA 2 Unit 8 Km Arus pendek listrik Kios dan bengkel Tidak ada 100,000,000 Tidak ada16 Nopember 2014 Jl. BTN Beringin/BTN Baruga Nusantara, Kec. Baruga 11.45 WITA Masyarakat 11.47 WITA 11.59 WITA 11.59-24.05 WITA 6 Unit 11 Km Pembakaran sampah Aspal curah Asap 5,000,000,000 Tidak ada24 Nopember 2014 Jl. Jambu Putih, Kel. Mata Bubu, Kec. Poasia 14.30 WITA Masyarakat 14.32 WITA 14.50 WITA 14.50-16.00 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran sampah Lahan sagu Tidak ada 30,000,000 Tidak ada24 Nopember 2014 Jl. Sam Ratulangi, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 11.48 WITA Masyarakat 11.50 WITA 11.55 WITA 11.55-12.45 WITA 3 Unit 7 Km Tabung gas Rumah tinggal Jalan macet 50,000,000 Tidak ada26 Nopember 2014 Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 18.40 WITA Masyarakat 18.42 WITA 18.47 WITA 18.48-19.15 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Kebun Tidak ada Tidak ada data 2 Orang26 Nopember 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga 12.14 WITA Masyarakat 12.16 WITA 12.59 WITA 12.59-15.00 WITA 2 Unit 16 Km Pembakaran sampah Alang-alang Jalan rusak 0 Tidak ada5 Desember 2014 Jl. RS. Jiwa, Kec. Mandonga 03.17 WITA Masyarakat 03.19 WITA 03.15 WITA 03.15-04.00 WITA 4 Unit 3 Km Pembakaran sampah Base Camp pekerja Tidak ada 30,000,000 Tidak ada7 Desember 2014 Jl. Tebaununggu, Kel. Korumba, Kec. Mandonga 01.45 WITA Masyarakat 01.47 WITA 01.50 WITA 01.50-02.07 WITA 3 Unit 2 Km Arus pendek listrik Kios Tidak ada 25,000,000 Tidak ada8 Desember 2014 Kel. Watubangga, Kec. Baruga 14.00 WITA Masyarakat 14.02 WITA 14.12 WITA 14.12-15.15 WITA 2 Unit 15 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 15,000,000 Tidak ada10 Desember 2014 Polda Sultra, Nanga-Nanga, Kec. Kambu 12.50 WITA Masyarakat 12.52 WITA 13.00 WITA 13.00-13.50 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak adaSumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016
LAMPIRAN 4
Waktu Tempat kejadian Jam informasi diterima Sumber informasi Jam berangkat ke lokasi Tiba di lokasi Lama pemadaman Jumlah armada Jarak ke lokasi kebakaran Penyebab Jenis kebakaran Kendala pemadaman Kerugian Material Korban jiwa3 Januari 2015 BTN Mahkota Hijau II Poasia, Kec. Poasia 10.42 WITA Masyarakat 10.51 WITA 10.58 WITA 10.58-11.20 WITA 2 Unit 7 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 5,000,000 Tidak ada11 Januari 2015 Jl. Taman Suropati, Kec. Mandonga 20.15 WITA Masyarakat 20.17 WITA 20.21 WITA 20.21-10.35 WITA 3 Unit 3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada14 Januari 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 13.46 WITA Masyarakat 13.47 WITA 13.55 WITA 13.55-14.10 WITA 4 Unit 15 Km Arus pendek listrik Rumah sakit Tidak ada 15,000,000 Tidak ada18 Januari 2015 Kel. Bonggoeya, Kec. Kadia 01.05 WITA Masyarakat 01.06 WITA 01.15 WITA 01.16-04.11 WITA 6 Unit 5 Km Arus pendek listrik Pasar Panjang Kendari Jalan sempit 1,000,000,000 Tidak ada28 Januari 2015 Jl. A. Yani, Lrg. Makmur, Kec. Wua-Wua 15.20 WITA Masyarakat 15.22 WITA 15.35 WITA 15.35-15.45 WITA 6 Unit 10 Km Korsleting listrik Tabung las Bahaya arus listrik 5,000,000 Tidak ada15 Februari 2015 BTN Harapan Indah, Kec. Poasia 11.22 WITA Masyarakat 11.27 WITA 11.37 WITA 11.37-12.15 WITA 2 Unit 5 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit 50,000,000 Tidak ada17 Februari 2015 BTN Bank BRI, Kec. Baruga 14.55 WITA Masyarakat 14.57 WITA 15.20 WITA 15.20-16.40 WITA 4 Unit 8 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada26 Februari 2015 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 12.05 WITA Masyarakat 12.07 WITA 12.15 WITA 12.15-13.40 WITA 5 Unit 11 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan macet 365,000,000 Tidak ada5 Maret 2015 PLTD, Kec. Abeli 00.02 WITA Masyarakat 00.03 WITA 00.18 WITA 00.18-04.45 WITA 4 Unit 8 Km Kebocoran pipa bahan bakar Mesin pembangkit listrik Tidak ada 30,000,000,000 Tidak ada12 Maret 2015 Kel. Anggoeya, Kec. Poasia 13.20 WITA Masyarakat 13.21 WITA 13.35 WITA 13.35-14.02 WITA 5 Unit 10 Km Arus pendek listrik Gudang Jalan sempit 30,000,000 Tidak ada14 Maret 2015 Jl. Kolopua, Kel. Kandai, Kec. Kendari Barat 12.00 WITA Masyarakat 12.02 WITA 12.15 WITA 12.15-13.05 WITA 5 Unit 5 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 Tidak ada24 Maret 2015 Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 14.36 WITA Masyarakat 14.37 WITA 14.50 WITA 14.50-15.23 WITA 5 Unit 10 Km Tungku masak Rumah tinggal Tidak ada 600,000,000 Tidak ada25 Maret 2015 Jl. Konggoasa, Kel. Dapu-dapura, Kec. Kendari 19.31 WITA Masyarakat 19.33 WITA 19.41 WITA 19.41-22.20 WITA 5 Unit 15 Km Arus pendek listrik Rumah toko Jalan macet 200,000,000 Tidak ada1 April 2015 Jl. R. Soeprapto, No. 3, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 10.23 WITA Masyarakat 10.25 WITA 10.34 WITA 10.34-11.05 WITA 4 Unit 3 Km Korsleting listrik Bengkel Jalan sempit 250,000,000 Tidak ada25 April 2015 Jl. Syeikh Yusuf, Kec. Mandonga 15.20 WITA Masyarakat 15.22 WITA 15.25 WITA 15.25-16.00 WITA 2 Unit 2 Km Korsleting listrik Meteran listrik Tidak ada 10,000,000 Tidak ada26 April 2015 Jl. Konggoasa, Kel. Dapu-dapura, Kec. Kendari 10.41 WITA Masyarakat 10.42 WITA 10.57 WITA 10.57-13.30 WITA 6 Unit 15 Km Korsleting listrik Bangunan perusahaan Tidak ada 100,000,000,000 Tidak ada27 April 2015 Jl. Bunggasi, Kec. Poasia 22.38 WITA Masyarakat 22.39 WITA 22.54 WITA 22.54-23.50 WITA 4 Unit 7 Km Arus pendek listrik Rumah toko Tidak ada 20,000,000 Tidak ada11 Mei 2015 Jl. Balai Kota 3, Kel. Pondambea, Kec. Kadia 19.14 WITA Masyarakat 19.16 WITA 19.18 WITA 19.18-19.40 WITA 4 Unit 0.3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit 15,000,000 Tidak ada18 Mei 2015 Jl. Laode Hadi, Lrg. Sungai Wanggu, Kec. Kadia 19.30 WITA Masyarakat 19.32 WITA 19.37 WITA 19.37-19.58 WITA 4 Unit 5 Km Korsleting listrik Meteran listrik Jalan sempit 6,000,000 Tidak ada19 Mei 2015 BTN Puri Saranani, Kec. Baruga 10.30 WITA Masyarakat 10.32 WITA 10.50 WITA 10.50-11.30 WITA 3 Unit 6 Km Korsleting listrik Base Camp pekerja Tidak ada 25,000,000 Tidak ada30 Mei 2015 Jl. Pattimura, Lrg. Pribadi, Kec. Puwatu 13.05 WITA Masyarakat 13.35 WITA 13.44 WITA 13.44-14.07 WITA 5 Unit 4 Km Tungku masak Rumah tinggal Jalan sempit 30,000,000 Tidak ada30 Mei 2015 Jl. Anawai, Kec. Wua-Wua 18.50 WITA Masyarakat 19.36 WITA 19.43 WITA 19.43-21.26 WITA 5 Unit 7 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit dan rusak 1,000,000,000 Tidak ada11 Juni 2015 Jl. Kapt. Pierre Tendean, Kec. Baruga 20.30 WITA Masyarakat 20.45 WITA 20.55 WITA 20.55-21.26 WITA 3 Unit 9 Km Arus pendek listrik Rumah sekolah Jalan licin dan rusak 3,000,000 Tidak ada14 Juni 2015 Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 01.20 WITA Masyarakat 01.30 WITA 01.37 WITA 01.37-02.03 WITA 3 Unit 14 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada2 Juli 2015 Jl. Budi Utomo, Kec. Wua-Wua 12.00 WITA Masyarakat 12.02 WITA 12.04 WITA 12.04-12.35 WITA 2 Unit 3 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada3 Juli 2015 Jl. Badak, Kec. Poasia 10.30 WITA Masyarakat 10.32 WITA 10.45 WITA 10.45-11.30 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada3 Juli 2015 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 16.05 WITA Masyarakat 16.07 WITA 16.25 WITA 16.25-16.55 WITA 2 Unit 11 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada5 Juli 2015 Jl. KH. Agussalim, Kel. Kandai, Kec. Kendari 08.45 WITA Masyarakat 08.47 WITA 08.56 WITA 08.56-11.12 WITA 3 Unit 10 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Berada di daerah ketinggian 400,000,000 Tidak ada5 Juli 2015 Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 03.12 WITA Masyarakat 03.14 WITA 03.20 WITA 03.20-03.55 WITA 3 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada7 Juli 2015 Kel. Puwatu, Kec. Puwatu 20.40 WITA Masyarakat 20.42 WITA 20.52 WITA 20.52-21.16 WITA 3 Unit 11 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Ada perbaikan jalan 65,000,000 Tidak ada9 Juli 2015 Jl. Matahari, Kec. Kendari Barat 11.40 WITA Masyarakat 11.42 WITA 11.52 WITA 11.52-14.38 WITA 3 Unit 6 Km Kembang api Rumah tinggal Tidak ada 500,000,000 Tidak ada9 Juli 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 22.11 WITA Masyarakat 22.13 WITA 22.27 WITA 22.27-23.12 WITA 2 Unit 11 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada9 Juli 2015 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua 15.30 WITA Masyarakat 15.32 WITA 15.37 WITA 15.37-16.20 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada9 Juli 2015 Jl. Nipa Raya I, No. 3, Kec. Kambu 03.09 WITA Masyarakat 03.11 WITA 03.17 WITA 03.37-04.15 WITA 3 Unit 6 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 70,000,000 Tidak ada13 Juli 2015 Kel. Bende, Kec. Kadia 22.10 WITA Masyarakat 22.12 WITA 22.15 WITA 22.15-22.35 WITA 2 Unit 3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 10,000,000 Tidak ada14 Juli 2015 BTN Teporombua, Kec. Baruga 12.47 WITA Masyarakat 12.48 WITA 13.03 WITA 13.03-15.22 WITA 2 Unit 13 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada17 Juli 2015 Pasar Korem Mandonga, Kec. Mandonga 03.00 WITA Masyarakat 03.01 WITA 03.03 WITA 03.03-11.00 WITA 4 Unit 1 Km Tidak diketahui Pasar Korem Kendari Tidak ada 2,000,000,000 Tidak ada21 Juli 2015 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua 13.05 WITA Masyarakat 13.07 WITA 13.21 WITA 13.21-13.56 WITA 2 Unit 3 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada24 Juli 2015 Jl. R. Soeprapto, No. 3, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 18.10 WITA Masyarakat 18.11 WITA 18.15 WITA 18.15-18.55 WITA 2 Unit 2 Km Tidak diketahui Mobil Tidak ada 120,000,000 Tidak ada25 Juli 2015 Jl. Mayjen Sutoyo, Kec. Kendari 23.25 WITA Masyarakat 23.26 WITA 23.41 WITA 23.41-00.52 WITA 4 Unit 7 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 500,000,000 Tidak ada25 Juli 2015 P2ID, Kec. Kadia 11.35 WITA Masyarakat 11.36 WITA 11.40 WITA 11.40-13.20 WITA 2 Unit 3 Km Tidak diketahui Tumpukan kayu Tidak ada Tidak ada data Tidak ada26 Juli 2015 Villa Ibis Pratama, Kec. Puwatu 17.22 WITA Masyarakat 17.23 WITA 17.27 WITA 17.27-18.00 WITA 4 Unit 2 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada26 Juli 2015 BTN Graha Asri, Kec. Puwatu 02.03 WITA Masyarakat 02.04 WITA 02.09 WITA 02.09-02.30 WITA 3 Unit 6 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada28 Juli 2015 Jl. Khairil Anwar, Kec. Wua-Wua 03.05 WITA Masyarakat 03.06 WITA 03.08 WITA 03.08-04.15 WITA 4 Unit 3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 60,000,000 Tidak ada3 Agustus 2015 Lrg. Banda, Kec. Puwatu 13.20 WITA Masyarakat 13.21 WITA 13.35 WITA 13.35-14.15 WITA 2 Unit 7 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada5 Agustus 2015 Jl. Haluoleo, Kel. Mokoau, Kec. Kambu 19.10 WITA Masyarakat 19.11 WITA 19.19 WITA 19.19-19.58 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada7 Agustus 2015 Jl. Manggadua, Kel. Manggadua, Kec. Kendari 00.31 WITA Masyarakat 00.43 WITA 01.50 WITA 01.50-01.40 WITA 3 Unit 15 Km Tidak diketahui Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada12 Agustus 2015 Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 10.30 WITA Masyarakat 11.01 WITA 11.10 WITA 11.10-11.30 WITA 3 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada17 Agustus 2015 Jl. Buburanda, Kel. Korumba, Kec. Mandonga 10.10 WITA Masyarakat 10.15 WITA 10.20 WITA 10.20-11.00 WITA 3 Unit 3 Km Pembakaran sampah Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada21 Agustus 2015 Jl. Sao-Sao, Kec. Kadia 01.15 WITA Masyarakat 01.20 WITA 01.25 WITA 01.25-02.00 WITA 3 Unit 2 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 20,000,000 Tidak ada21 Agustus 2015 Jl. Anawai, Kel. Anawai, Kec. Wua-Wua 02.30 WITA Masyarakat 02.32 WITA 02.40 WITA 02.40-03.58 WITA 3 Unit 4 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada24 Agustus 2015 Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua 12.15 WITA Masyarakat 12.17 WITA 12.20 WITA 12.20-13.14 WITA 4 Unit 2 Km Pembakaran lahan Tidak ada data Tidak ada 0 Tidak ada25 Agustus 2015 Jl. Imam Bonjol, Kel. Labibia, Kec. Mandonga 13.05 WITA Masyarakat 13.28 WITA 13.42 WITA 13.42-15.54 WITA 5 Unit 7 Km Arus pendek listrik Kantor pemerintah Tidak ada 100,000,000 Tidak ada29 Agustus 2015 Jl. Antero Hamra, No. 2, Kec. Kadia 13.30 WITA Masyarakat 13.35 WITA 13.40 WITA 13.40-14.00 WITA 2 Unit 3 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada29 Agustus 2015 Jl. By Pass, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 16.30 WITA Masyarakat 16.36 WITA 16.40 WITA 16.40-17.30 WITA 2 Unit 2 Km Arus pendek listrik Base Camp pekerja Tidak ada Tidak ada data Tidak ada31 Agustus 2015 Jl. Ir. Sukarno, Kel. Kampung Salo, Kec. Kendari 18.20 WITA Masyarakat 18.27 WITA 18.45 WITA 18.45-19.40 WITA 2 Unit 15 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada2 September 2015 Kel. Watu-Watu, Kec. Kendari Barat 07.30 WITA Masyarakat 07.34 WITA 07.42 WITA 07.42-07.55 WITA 2 Unit 3 Km Korsleting listrik Mobil Tidak ada 200,000,000 Tidak ada5 September 2015 Kel. Mekar Baru, Kec. Kadia 15.30 WITA Masyarakat 15.40 WITA 15.45 WITA 15.45-15.50 WITA 3 Unit 1 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada6 September 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 10.45 WITA Masyarakat 10.50 WITA 11.05 WITA 11.05-11.35 WITA 2 Unit 16 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada6 September 2015 Jl. Paidai, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 15.00 WITA Masyarakat 16.12 WITA 16.14 WITA 16.14-18.34 WITA 5 Unit 2 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 215,000,000 Tidak ada7 September 2015 BTN Punggolaka Permai, Kec. Puwatu 12.00 WITA Masyarakat 12.05 WITA 12.15 WITA 12.15-12.45 WITA 3 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada7 September 2015 Jl. Mataoleo, BTN Matabubu, Kec. Abeli 15.00 WITA Masyarakat 15.25 WITA 15.35 WITA 15.35-16.15 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada7 September 2015 Jl. Samping LPMP, Kec. Baruga 17.56 WITA Masyarakat 18.00 WITA 18.15 WITA 18.15-18.45 WITA 3 Unit 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada7 September 2015 Jl. Laode Hadi, Kel. Bende, Kec. Kadia 19.45 WITA Masyarakat 20.00 WITA 20.15 WITA 20.15-21.00 WITA 2 Unit 1.5 Km Pembakaran sampah Sampah sawmill Tidak ada 0 Tidak ada8 September 2015 Jl. Laode Hadi, Kel. Bende, Kec. Kadia 00.55 WITA Masyarakat 01.45 WITA 02.10 WITA 02.10-02.45 WITA 2 Unit 1.5 Km Pembakaran sampah Sampah sawmill Tidak ada 0 Tidak ada8 September 2015 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 12.10 WITA Masyarakat 12.15 WITA 12.30 WITA 12.30-13.00 WITA 2 Unit 15 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada8 September 2015 Jl. Kel. Bonggoeya, Kec. Kadia 15.20 WITA Masyarakat 15.25 WITA 15.35 WITA 15.35-16.40 WITA 3 Unit 2 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada13 September 2015 Jl. Kel. Baruga, Kec. Baruga 13.15 WITA Masyarakat 13.25 WITA 13.40 WITA 13.40-14.20 WITA 2 Unit 9 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 September 2015 Jl. Sao-Sao, Kec. Kadia 11.15 WITA Masyarakat 11.30 WITA 11.35 WITA 11.35-13.20 WITA 2 Unit 2 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 September 2015 Jl. Pekuburan Punggolaka, Kec. Puwatu 12.02 WITA Masyarakat 13.06 WITA 13.13 WITA 13.13-16.45 WITA 3 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada16 September 2015 Jl. Malaka, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 10.25 WITA Masyarakat 10.30 WITA 10.35 WITA 10.35-13.20 WITA 3 Unit 3 Km Pembakaran sampah Mobil Asap 500,000,000 Tidak ada17 September 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 10.12 WITA Masyarakat 10.16 WITA 10.30 WITA 10.30-12.16 WITA 2 Unit 10 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada19 September 2015 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 14.05 WITA Masyarakat 14.10 WITA 14.25 WITA 14.25-15.20 WITA 2 Unit 8 Km Pembakaran lahan Alang-alang Asap 0 Tidak ada19 September 2015 Jl. Balai Kota 3, Kel. Pondambea, Kec. Kadia 22.45 WITA Masyarakat 22.46 WITA 22.47 WITA 22.47-23.00 WITA 2 Unit 20 Km Kebocoran selang regulator Tabung gas Tidak ada 500,000 Tidak ada
KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA KENDARI, TAHUN 2015
Waktu Tempat kejadian Jam informasi diterima Sumber informasi Jam berangkat ke lokasi Tiba di lokasi Lama pemadaman Jumlah armada Jarak ke lokasi kebakaran Penyebab Jenis kebakaran Kendala pemadaman Kerugian Material Korban jiwa20 September 2015 Kel. Kambu, Kec. Kambu 11.15 WITA Masyarakat 11.20 WITA 11.25 WITA 11.25-12.10 WITA 2 Unit 7 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada20 September 2015 Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 14.20 WITA Masyarakat 14.25 WITA 14.35 WITA 14.35-15.06 WITA 2 Unit 2 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada21 September 2015 Jl. Mekar, Lrg. SCTV, Kec. Kadia 07.22 WITA Masyarakat 07.23 WITA 07.26 WITA 07.26-07.40 WITA 2 Unit 1 Km Tidak diketahui Gardu PLN Tidak ada Tidak ada data Tidak ada21 September 2015 P2ID, Kec. Kadia 14.54 WITA Masyarakat 15.14 WITA 15.17 WITA 15.17-16.23 WITA 4 Unit 2.5 Km Pembakaran sampah Rumah sekolah Tidak ada 30,000,000 Tidak ada22 September 2015 Lrg. Bangau, Kel. Anduonohu, Kec. Baruga 13.15 WITA Masyarakat 13.20 WITA 13.30 WITA 13.30-15.40 WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Asap dan jalan rusak 0 Tidak ada22 September 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 16.10 WITA Masyarakat 16.15 WITA 16.25 WITA 16.25-16.58 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada23 September 2015 Lrg. Pertanian, Kec. Kadia 16.21 WITA Masyarakat 16.22 WITA 16.23 WITA 16.23-17.00 WITA 4 Unit 1 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 Tidak ada23 September 2015 Kel. Korumba, Kec. Mandonga 11.31 WITA Masyarakat 11.32 WITA 11.33 WITA 11.33-12.00 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada25 September 2015 Lrg. Gembol, Kec. Kambu 11.21 WITA Masyarakat 11.23 WITA 11.35 WITA 11.35-11.55 WITA 4 Unit 3 Km Tungku masak Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada26 September 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 12.05 WITA Masyarakat 12.06 WITA 12.15 WITA 12.15-13.30 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada27 September 2015 Jl. Khairil Anwar, BTN Citra Regency, Kec. Wua-Wua 14.00 WITA Masyarakat 14.01 WITA 14.04 WITA 14.04-15.49 WITA 4 Unit 2.5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada28 September 2015 Jl. Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 08.55 WITA Masyarakat 08.56 WITA 09.00 WITA 09.00-09.30 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Sampah sawmill Tidak ada 0 Tidak ada28 September 2015 Jl. Lawata, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 15.00 WITA Masyarakat 15.01 WITA 15.04 WITA 15.04-15. WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran sampah Semak belukar Tidak ada 0 Tidak ada28 September 2015 BTN Rezky 3 Anggoeya, Kec. Abeli 16.45 WITA Masyarakat 16.46 WITA 16.53 WITA 16.53-17.20 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Kebun Jalan sempit Tidak ada data Tidak ada8 Oktober 2015 BTN Pepabri, Kec. Wua-Wua 12.30 WITA Masyarakat 12.31 WITA 12.40 WITA 12.40-12.55 WITA 2 Unit 8 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada8 Oktober 2015 Kompleks Lap. Gol, Kel. Watubangga, Kec. Baruga 12.50 WITA Masyarakat 12.51 WITA 12.00 WITA 12.00-16.20 WITA 5 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada11 Oktober 2015 Jl. Boulevard, Kel. Lepo-Lepo, Kec. Baruga 15.05 WITA Masyarakat 15.06 WITA 15.16 WITA 15.16-16.20 WITA 3 Unit 8 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada Tidak ada data Tidak ada11 Oktober 2015 Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 19.10 WITA Masyarakat 19.11 WITA 19.20 WITA 19.20-20.00 WITA 2 Unit 5 Km Puntung rokok Kebun Tidak ada Tidak ada data Tidak ada12 Oktober 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 07.15 WITA Masyarakat 07.16 WITA 07.25 WITA 07.25-08.00 WITA 2 Unit 3 Km Korsleting listrik Mobil Tidak ada Tidak ada data Tidak ada12 Oktober 2015 Jl. Pattimura, Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 10.15 WITA Masyarakat 10.16 WITA 10.02 WITA 10.02-10.41 WITA 2 Unit 3 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit Tidak ada data Tidak ada12 Oktober 2015 Jl. Banda, Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 14.52 WITA Masyarakat 14.53 WITA 14.58 WITA 14.58-17.33 WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada12 Oktober 2015 Jl. HEA Mokodompit, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu 14.28 WITA Masyarakat 14.29 WITA 14.40 WITA 14.40-18.05 WITA 3 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada13 Oktober 2015 Kec. Poasia 12.15 WITA Masyarakat 12.20 WITA 12.40 WITA 12.40-12.45 WITA 2 Unit 8 Km Pembakaran sampah Alang-alang Asap dan jalan sempit 0 Tidak ada13 Oktober 2015 Jl. BTN Bonggoeya Permai, Kec. Wua-Wua 12.30 WITA Masyarakat 12.35 WITA 12.45 WITA 12.45-12.50 WITA 2 Unit 6 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada13 Oktober 2015 Jl. Fakultas Teknik, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu 13.00 WITA Masyarakat 13.30 WITA 13.40 WITA 13.40-13.45 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 Oktober 2015 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 13.23 WITA Masyarakat 13.24 WITA 13.30 WITA 13.30-15.02 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 Oktober 2015 BTN Kendari Permai, Kec. Kambu 12.30 WITA Masyarakat 12.40 WITA 12.55 WITA 12.55-16.00 WITA 2 Unit 5 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 Oktober 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 12.30 WITA Masyarakat 12.45 WITA 13.00 WITA 13.00-16.00 WITA 2 Unit 8 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 Oktober 2015 Jl. Mekar Damai, Kec. Kadia 12.30 WITA Masyarakat 12.50 WITA 12.55 WITA 12.55-16.00 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 Oktober 2015 BTN Silva Mas, Kel. Kambu, Kec. Kambu 12.20 WITA Masyarakat 12.21 WITA 12.40 WITA 12.40-14.00 WITA 2 Unit 8 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada19 Oktober 2015 Jl. Sultan Qaimudin, No. 17, STAIN, Kec. Baruga 14.20 WITA Masyarakat 14.21 WITA 14.35 WITA 14.35-16.00 WITA 4 Unit 13 Km Arus pendek listrik Kampus Tidak ada 1,000,000,000 Tidak ada19 Oktober 2015 Fakultas Pertanian, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu 16.20 WITA Masyarakat 16.21 WITA 16.35 WITA 16.35-17.40 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Asap dan jalan sempit 0 Tidak ada19 Oktober 2015 Fakultas Pertanian, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Masyarakat 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada19 Oktober 2015 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Kambu 19.20 WITA Masyarakat 19.21 WITA 19.30 WITA 19.30-20.30 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada19 Oktober 2015 Lrg. Pelangi, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu 23.40 WITA Masyarakat 23.41 WITA 23.45 WITA 23.45-01.00 WITA 2 Unit 7 Km Korsleting listrik Kios Asap dan jalan sempit 100,000,000 Tidak ada25 Oktober 2015 Jl. Brigjen M. Yunus, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 13.00 WITA Masyarakat 13.05 WITA 13.10 WITA 13.10-13.55 WITA 2 Unit 2 Km Serpihan las listrik Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada25 Oktober 2015 SDN 7 Baruga, Kec. Baruga 16.15 WITA Masyarakat 16.20 WITA 16.30 WITA 16.30-17.20 WITA 2 Unit 7 Km Arus pendek listrik Rumah sekolah Tidak ada Tidak ada data Tidak ada30 Oktober 2015 Jl. Mata Air 3, Kel. Kambu, Kec. Kambu 00.30 WITA Masyarakat 00.31 WITA 00.37 WITA 00.37-01.00 WITA 2 Unit 3 Km Obat nyamuk bakar Rumah tinggal Tidak ada Tidak ada data Tidak ada31 Oktober 2015 BTN PNS Prov. Sultra, Nanga-Nanga, Kec. Poasia 13.05 WITA Masyarakat 13.15 WITA 13.25 WITA 13.25-13.50 WITA 2 Unit 8 Km Pembakaran lahan Alang-alang Jalan sempit 500,000,000 Tidak ada31 Oktober 2015 Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 14.20 WITA Masyarakat 14.22 WITA 14.35 WITA 14.35-15.20 WITA 2 Unit 6 Km Pembakaran sampah Alang-alang Jalan rusak 0 Tidak ada1 Nopember 2015 Jl. Saranani, Kel. Korumba, Kec. Wua-Wua 16.10 WITA Masyarakat 16.20 WITA 16.23 WITA 16.23-17.26 WITA 3 Unit 1 Km Arus pendek listrik Rumah Toko Tidak ada Tidak ada data Tidak ada2 Nopember 2015 Jl. Cempaka Putih, Kec. Wua-Wua 12.25 WITA Masyarakat 12.30 WITA 12.35 WITA 12.35-15.00 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada2 Nopember 2015 BTN PNS, Kel. Watubangga, Kec. Baruga 13.55 WITA Masyarakat 14.00 WITA 14.10 WITA 14.10-17.00 WITA 3 Unit 6 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada3 Nopember 2015 Jl. Cendana dan Lrg. Ambon, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 13.55 WITA Masyarakat 14.00 WITA 14.15 WITA 14.15-14.40 WITA 3 Unit 6 Km Pembakaran lahan Lahan gambut Tidak ada akses jalan 0 Tidak ada4 Nopember 2015 Kel. Kambu, Kec. Kambu 12.05 WITA Masyarakat 12.20 WITA 12.21 WITA 12.21-13.50 WITA 2 Unit 6 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada4 Nopember 2015 Jl. Kelapa, No. 14, kel. Anduonohu, Kec. Poasia 15.00 WITA Masyarakat 15.10 WITA 15.17 WITA 15.17-15.28 WITA 3 Unit 4 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 80,000,000 Tidak ada4 Nopember 2015 Jl. HEA Mokodompit, Kel. Kambu, Kec. Kambu 15.15 WITA Masyarakat 15.17 WITA 15.25 WITA 15.25-17.06 WITA 3 Unit 2 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada5 Nopember 2015 Kel. Kambu, Kec. Kambu 12.00 WITA Masyarakat 12.10 WITA 12.20 WITA 12.20-14.00 WITA 2 Unit 6 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada6 Nopember 2015 Jl. Cendana dan Lrg. Ambon, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 10.00 WITA Masyarakat 10.15 WITA 10.20 WITA 10.20-10.45 WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada6 Nopember 2015 Jl. Khairil Anwar, Kec. Wua-Wua 11.00 WITA Masyarakat 11.05 WITA 11.10 WITA 11.10-11.35 WITA 2 Unit 2 Km Pembakaran lahan Usaha sawmill Tidak ada 5,000,000 Tidak ada7 Nopember 2015 Jl. Laode Hadi, Kel. Kadia, Kec. Kadia 09.00 WITA Masyarakat 09.25 WITA 09.28 WITA 09.28-09.35 WITA 2 Unit 2 Km Korsleting listrik Mobil Tidak ada 100,000,000 Tidak ada7 Nopember 2015 Kel. Kambu, Kec. Kambu 12.40 WITA Masyarakat 12.50 WITA 13.00 WITA 13.00-13.50 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada10 Nopember 2015 Kel. Lalombaku, Kec. Mandonga 14.00 WITA Masyarakat 14.30 WITA 14.40 WITA 14.40-15.00 WITA 2 Unit 8 Km Pembakaran lahan Alang-alang Jalan rusak 0 Tidak ada10 Nopember 2015 Jl. Drs. H. A. Silondae, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 17.00 WITA Masyarakat 17.05 WITA 17.08 WITA 17.08-17.20 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada11 Nopember 2015 Kel. Mata Iwoi, Kec. Wua-Wua 10.00 WITA Masyarakat 10.02 WITA 10.03 WITA 10.03-10.23 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran sampah Pembuangan sampah Tidak ada 0 Tidak ada12 Nopember 2015 Jl. HEA Mokodompit, Lrg. Pelindung, Kel. Lalolara, Kec. Kambu 12.00 WITA Masyarakat 12.10 WITA 12.14 WITA 12.14-12.55 WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 Nopember 2015 Jl. Pattimura, Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 12.00 WITA Masyarakat 12.05 WITA 12.10 WITA 12.10-12.55 WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran sampah Bangsal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada15 Nopember 2015 Jl. Pattimura, Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 12.00 WITA Masyarakat 12.13 WITA 12.16 WITA 12.16-12.40 WITA 2 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada15 Nopember 2015 BTN Bukit Damai Abadi, Kec. Puwatu 19.05 WITA Masyarakat 19.10 WITA 19.20 WITA 19.20-20.30 WITA 2 Unit 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada17 Nopember 2015 Jl. Kosgoro, Kec. Baruga 19.00 WITA Masyarakat 19.36 WITA 19.47 WITA 19.47-21.45 WITA 2 Unit 12 Km Arus pendek listrik Mobil Jalan sempit 200,000,000 Tidak ada18 Nopember 2015 BTN Kendari Permai, Kec. Poasia 15.14 WITA Masyarakat 15.37 WITA 15.42 WITA 15.42-16.30 WITA 2 Unit 4 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 20,000,000 Tidak ada22 Nopember 2015 Kel. Tobuuha, Kec. Puwatu 11.36 WITA Masyarakat 11.16 WITA 11.20 WITA 11.20-11.45 WITA 2 Unit 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada22 Nopember 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 14.15 WITA Masyarakat 14.56 WITA 15.12 WITA 15.12-16.00 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada23 Nopember 2015 Jl. Kandas, Kel. Matabubu, Kec. Poasia 17.55 WITA Masyarakat 17.39 WITA 17.57 WITA 17.57-21.12 WITA 3 Unit 15 Km Pembakaran sampah Lahan sagu Tidak ada Tidak ada data Tidak ada4 Desember 2015 Kel. Watu-Watu, Kec. Kendari Barat 14.38 WITA Masyarakat 14.21 WITA 14.30 WITA 14.30-15.35 WITA 4 Unit 2 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit 300,000,000 Tidak ada6 Desember 2015 Kel. Lalombaku, Kec. Mandonga 14.20 WITA Masyarakat 14.25 WITA 14.42 WITA 14.42-16.00 WITA 3 Unit 8 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada8 Desember 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 10.20 WITA Masyarakat 10.21 WITA 10.41 WITA 10.41-12.40 WITA 3 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada11 Desember 2015 Kel. Kambu, Kec. Kambu 16.15 WITA Masyarakat 16.05 WITA 16.21 WITA 16.21-17.30 WITA 2 Unit 6 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada12 Desember 2015 Jl. Cempaka Putih, Kec. Wua-Wua 13.00 WITA Masyarakat 13.20 WITA 13.30 WITA 13.30-14.20 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 Desember 2015 Jl. Mekar Damai, Kec. Kadia 10.12 WITA Masyarakat 10.17 WITA 10.25 WITA 10.25-11.30 WITA 2 Unit 1 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada17 Desember 2015 Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 13.13 WITA Masyarakat 13.18 WITA 13.25 WITA 13.25-14.15 WITA 3 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada20 Desember 2015 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua 14.25 WITA Masyarakat 14.31 WITA 14.42 WITA 14.42-16.20 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada22 Desember 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga 17.31 WITA Masyarakat 17.37 WITA 17.52 WITA 17.52-19.12 WITA 3 Unit 10 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada27 Desember 2015 Kel. Matabubu, Kec. Poasia 18.40 WITA Masyarakat 18.46 WITA 19.08 WITA 19.08-20.45 WITA 3 Unit 15 Km Pembakaran sampah Lahan sagu Tidak ada Tidak ada data Tidak ada30 Desember 2015 Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 13.12 WITA Masyarakat 13.17 WITA 13.29 WITA 13.29-15.12 WITA 3 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak adaSumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016
LAMPIRAN 5
Waktu Tempat kejadian Jam informasi diterima Sumber informasi Jam berangkat ke lokasi Tiba di lokasi Lama pemadaman Jumlah armada Jarak ke lokasi kebakaran Penyebab Jenis kebakaran Kendala pemadaman Kerugian Material Korban jiwa6 Januari 2016 BTN Wahana, Kel. Mokoau, Kec. Kambu 13.05 WITA Masyarakat 13.10 WITA 13.16 WITA 13.16-15.05 WITA 4 Unit 9 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 400,000,000 Tidak ada11 Januari 2016 BTN Bukit Damai Abadi, Kec. Puwatu 20.00 WITA Masyarakat 20.05 WITA 20.10 WITA 20.10-21.10 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada11 Januari 2016 Swalayan Nusa Mart Anduonohu, Kec. Poasia 00.00 WITA Masyarakat 00.10 WITA 00.20 WITA 00.20-01.25 WITA 4 Unit 6 Km Korsleting listrik Kios Tidak ada tangga darurat 100,000,000 Tidak ada15 Januari 2016 Jl. Syeikh Yusuf, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 21.00 WITA Masyarakat 21.05 WITA 21.10 WITA 21.10-21.40 WITA 2 Unit 5 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada18 Januari 2016 Jl. Lumba-Lumba, Kel. Lalolara, Kec. Kambu 12.10 WITA Masyarakat 12.15 WITA 12.20 WITA 12.20-12.50 WITA 2 Unit 4 Km Pembakaran lahan Lahan gambut Tidak ada 0 Tidak ada1 Februari 2016 Pelabuhan Feri, Kec. Kendari 12.27 WITA Masyarakat 12.35 WITA 12.45 WITA 12.45-16.45 WITA 4 Unit 10 Km Ledakan gas Kapal motor Lokasi kebakaran di tengah laut 1,500,000,000 Tidak ada3 Februari 2016 Kel. Kemaraya, Kec. Kendari 02.59 WITA Masyarakat 03.04 WITA 03.12 WITA 03.12-04.11 WITA 3 Unit 5 Km Arus pendek listrik Salon Tidak ada 15,000,000 Tidak ada13 Februari 2016 Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 05.20 WITA Masyarakat 05.25 WITA 05.33 WITA 05.33-07.20 WITA 3 Unit 6 Km Tidak diketahui Rumah sekolah Jalan rusak 400,000,000 Tidak ada8 Maret 2016 Kel. Kendari Caddi, Kec. Kendari 17.00 WITA Masyarakat 17.15 WITA 17.30 WITA 17.30-23.00 WITA 4 Unit 10 Km Arus pendek listrik Toko Tidak ada 1,000,000,000 Tidak ada17 Maret 2016 Jl. Pattimura, Kel. Watulondo, Kec. Puwatu 10.22 WITA Masyarakat 10.25 WITA 10.30 WITA 10.30-12.15 WITA 3 Unit 5 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 150,000,000 Tidak ada21 Maret 2016 BTN Puri Tawang Alun 2, Kel. Padaleu, Kec. Kambu 22.35 WITA Masyarakat 22.40 WITA 22.45 WITA 22.45-23.55 WITA 2 Unit 5 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 10,000,000 Tidak ada27 Maret 2016 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 12.10 WITA Masyarakat 12.15 WITA 12.30 WITA 12.30-13.00 WITA 2 Unit 15 Km Tidak diketahui Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada8 April 2016 Kel. Baruga, Kec. Baruga 22.11 WITA Masyarakat 22.13 WITA 22.27 WITA 22.27-23.12 WITA 2 Unit 11 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada9 April 2016 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua 15.30 WITA Masyarakat 15.32 WITA 15.37 WITA 15.37-16.20 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada12 April 2016 Lrg. Mangga, Kel. Kadia, Kec. Kadia 14.25 WITA Masyarakat 14.27 WITA 14.31 WITA 14.31-15.00 WITA 4 Unit 2 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Jalan sempit 500,000,000 Tidak ada16 April 2016 Kel. Baruga, Kec. Baruga 10.45 WITA Masyarakat 10.50 WITA 11.05 WITA 11.05-11.35 WITA 2 Unit 16 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada20 April 2016 Jl. Haluoleo, Kel. Mokoau, Kec. Kambu 19.10 WITA Masyarakat 19.11 WITA 19.19 WITA 19.19-19.58 WITA 2 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada30 April 2016 Kel. Anduonohu, Kec. Poasia 10.30 WITA Masyarakat 11.01 WITA 11.10 WITA 11.10-11.30 WITA 3 Unit 7 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada1 Mei 2016 Jl. Mekar Jaya Satu, Kec. Kadia 00.20 WITA Masyarakat 00.25 WITA 00.30 WITA 00.30-01.05 WITA 2 Unit 1 Km Arus pendek listrik Gardu PLN Bahaya arus listrik 100,000,000 Tidak ada8 Mei 2016 BTN Graha Asri, Kec. Puwatu 18.40 WITA Masyarakat 18.41 WITA 18.55 WITA 18.55-19.24 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada11 Mei 2016 Kel. Tobuuha, Kec. Puwatu 11.01 WITA Masyarakat 11.02 WITA 11.06 WITA 11.06-11.46 WITA 1 Unit 3 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 Mei 2016 BTN Teporombua, Kec. Baruga 12.47 WITA Masyarakat 12.48 WITA 13.03 WITA 13.03-15.22 WITA 2 Unit 13 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada19 Mei 2016 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua 13.05 WITA Masyarakat 13.07 WITA 13.21 WITA 13.21-13.56 WITA 2 Unit 3 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada25 Mei 2016 Villa Ibis Pratama, Kec. Puwatu 17.22 WITA Masyarakat 17.23 WITA 17.27 WITA 17.27-18.00 WITA 4 Unit 2 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada26 Mei 2016 BTN Graha Asri, Kec. Puwatu 02.03 WITA Masyarakat 02.04 WITA 02.09 WITA 02.09-02.30 WITA 3 Unit 6 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada1 Juni 2016 Jl. Palapa, Kec. Mandonga 19.30 WITA Masyarakat 19.40 WITA 19.42 WITA 19.42-20.55 WITA 2 Unit 1.5 Km Kompor meledak Tabung gas Tidak ada 300,000,000 Tidak ada4 Juni 2016 Jl. Lasandara, Kec. Mandonga 17.20 WITA Masyarakat 17.25 WITA 17.30 WITA 17.35-23.00 WITA 4 Unit 3 Km Korsleting listrik Rumah toko Jalan sempit 800,000,000 Tidak ada5 Juni 2016 Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 05.35 WITA Masyarakat 05.40 WITA 05.45 WITA 05.45-08.15 WITA 3 Unit 3 Km Korsleting listrik Rumah toko Tidak ada 200,000,000 Tidak ada11 Juni 2016 BTN Punggolaka Permai, Kec. Puwatu 12.00 WITA Masyarakat 12.05 WITA 12.15 WITA 12.15-12.45 WITA 3 Unit 3 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada14 Juni 2016 Jl. Mataoleo, BTN Matabubu, Kec. Abeli 15.00 WITA Masyarakat 15.25 WITA 15.35 WITA 15.35-16.15 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada20 Juni 2016 Samping LPMP, Kec. Baruga 17.56 WITA Masyarakat 18.00 WITA 18.15 WITA 18.15-18.45 WITA 3 Unit 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada27 Juni 2016 Jl. Malik 4, No.2, Kel. Korumba, Kec. Mandonga 17.20 WITA Masyarakat 17.25 WITA 17.30 WITA 17.30-18.30 WITA 4 Unit 2 Km Kebocoran gas Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada29 Juni 2016 Jl. Lumba-Lumba, Kel. Kambu, Kec. Kambu 11.25 WITA Masyarakat 11.30 WITA 11.35 WITA 11.04-12.45 WITA 3 Unit 5 Km Kompor meledak Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada29 Juni 2016 Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua 23.40 WITA Masyarakat 23.44 WITA 23.48 WITA 23.48-23.52 WITA 2 Unit 3 Km Korsleting listrik Kios Tidak ada 50,000,000 Tidak ada2 Juli 2016 Jl. Budi Utomo, Kec. Wua-Wua 12.00 WITA Masyarakat 12.02 WITA 12.04 WITA 12.04-12.35 WITA 2 Unit 3 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada3 Juli 2016 Jl. Badak, Kec. Poasia 10.30 WITA Masyarakat 10.32 WITA 10.45 WITA 10.45-11.30 WITA 2 Unit 10 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada3 Juli 2016 Jl. Boulevard, Kec. Baruga 16.05 WITA Masyarakat 16.07 WITA 16.25 WITA 16.25-16.55 WITA 2 Unit 11 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada5 Juli 2016 Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu 03.12 WITA Masyarakat 03.14 WITA 03.20 WITA 03.20-03.55 WITA 3 Unit 5 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada11 Juli 2016 Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua 08.30 WITA Masyarakat 08.35 WITA 08.40 WITA 08.40-09.50 WITA 2 Unit 4 Km Kembang api Rumah tinggal Tidak ada 50,000,000 Tidak ada18 Juli 2016 Jl. Lawata, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga 02.25 WITA Masyarakat 02.30 WITA 02.35 WITA 02.38-04.30 WITA 4 Unit 2 Km Korsleting listrik Rumah toko Tidak ada 4,000,000,000 Tidak ada23 Juli 2016 Jl. Tunggala Dalam, Kec. Wua-Wua 11.17 WITA Masyarakat 11.18 WITA 11.28 WITA 11.28-12.20 WITA 2 Unit 4 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada31 Juli 2016 Jl. Lumba-Lumba, Kel. Kambu, Kec. Kambu 12.20 WITA Masyarakat 12.22 WITA 12.30 WITA 12.30-13.30 WITA 2 Unit 5 Km Pembakaran lahan Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada2 Agustus 2016 Lrg. Pertanian Flamboyan, Kec. Kadia 19.30 WITA Masyarakat 19.40 WITA 19.45 WITA 19.50-20.00 WITA 2 Unit 1.5 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 0 Tidak ada3 Agustus 2016 Jl. R. Suprapto, Kel. Tobuuha, Kec. Puwatu 11.30 WITA Masyarakat 11.35 WITA 11.40 WITA 11.45-13.40 WITA 4 Unit 2.5 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Tidak ada 100,000,000 Tidak ada3 Agustus 2016 BTN Rizky Anggoeya, Kel. Anggoroto, Kec. Poasia 11.50 WITA Masyarakat 11.55 WITA 12.00 WITA 12.00-13.00 WITA 4 Unit 13 Km Korsleting listrik Rumah tinggal Jalan macet 100,000,000 Tidak ada3 Agustus 2016 Jl. Prof. M. Yamin, Kel. Puwatu, Kec. Puwatu 20.25 WITA Masyarakat 20.30 WITA 20.40 WITA 20.40-21.00 WITA 4 Unit 10 Km Arus pendek listrik Rumah tinggal Tidak ada 200,000,000 1 orang terluka5 Agustus 2016 Jl. Boulevard, Kel. Lepo-Lepo, Kec. Baruga 13.45 WITA Masyarakat 13.50 WITA 13.55 WITA 14.00-15.30 WITA 2 Unit 12 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada10 Agustus 2016 Kel. Watubangga, Kec. Baruga 18.05 WITA Masyarakat 18.10 WITA 18.15 WITA 18.15-18.40 WITA 2 Unit 10 Km Puntung rokok Lahan gambut Tidak ada 0 Tidak ada17 Agustus 2016 Jl. Boulevard, Kel. Lepo-Lepo, Kec. Baruga 13.10 WITA Masyarakat 13.20 WITA 13.25 WITA 13.30-14.35 WITA 2 Unit 15 Km Puntung rokok Alang-alang Tidak ada akses jalan 0 Tidak ada17 Agustus 2016 Samping Pasar Baruga, Kel. Lepo-Lepo, Kec. Baruga 18.35 WITA Masyarakat 18.40 WITA 18.45 WITA 18.50-19.35 WITA 2 Unit 16 Km Pembakaran sampah Alang-alang Tidak ada 0 Tidak ada
KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA KENDARI, TAHUN 2016 (hingga bulan Agustus)
Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016
LAMPIRAN 6
1. Faktor Penentu Tingkat Risiko Kebakaran
a. Pakar 1: Dinas Pemadam Kebakaran (Pimpinan)
b. Pakar 2: Dinas Pemadam Kebakaran (Petugas Pemadam)
Overall Inconsistency = .05
Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .054Kemiringan Lereng .030Jenis Material Bangunan .333Kepadatan Bangunan .265Jaringan Jalan .161Jarak Terhadap Stasiun Pemadam Kebakaran .084Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .073
Jenis Material Bangunan .333Kepadatan Bangunan .265Jaringan Jalan .161Jarak Terhadap Sistem Pemadam Kebakaran .084Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .073Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .054Kemiringan Lereng .030 Inconsistency = 0.05 with 0 missing judgments.
Overall Inconsistency = .05
Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .051Kemiringan Lereng .023Jenis Material Bangunan .433Kepadatan Bangunan .274Jaringan Jalan .117Jarak Terhadap Stasiun Pemadam Kebakaran .056Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .046
LAMPIRAN 6
c. Pakar 3: Akademisi 1
d. Pakar 4: Akademisi 2
Jenis Material Bangunan .433Kepadatan Bangunan .274Jaringan Jalan .117Jarak Terhadap Sistem Pemadam Kebakaran .056Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .051Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .046Kemiringan Lereng .023 Inconsistency = 0.05 with 0 missing judgments.
Overall Inconsistency = .04
Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .050Kemiringan Lereng .048Jenis Material Bangunan .368Kepadatan Bangunan .262Jaringan Jalan .138Jarak Terhadap Stasiun Pemadam Kebakaran .087Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .047
Jenis Material Bangunan .368Kepadatan Bangunan .262Jaringan Jalan .138Jarak Terhadap Sistem Pemadam Kebakaran .087Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .050Kemiringan Lereng .048Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .047 Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.
LAMPIRAN 6
e. Hasil Kombinasi
Overall Inconsistency = .05
Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .030Kemiringan Lereng .027Jenis Material Bangunan .398Kepadatan Bangunan .261Jaringan Jalan .138Jarak Terhadap Stasiun Pemadam Kebakaran .089Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .055
Jenis Material Bangunan .398Kepadatan Bangunan .261Jaringan Jalan .138Jarak Terhadap Sistem Pemadam Kebakaran .089Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .055Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .030Kemiringan Lereng .027 Inconsistency = 0.05 with 0 missing judgments.
Overall Inconsistency = .03
Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .046Kemiringan Lereng .031Jenis Material Bangunan .383Kepadatan Bangunan .268Jaringan Jalan .140Jarak Terhadap Stasiun Pemadam Kebakaran .077Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .055
Jenis Material Bangunan .383Kepadatan Bangunan .268Jaringan Jalan .140Jarak Terhadap Sistem Pemadam Kebakaran .077Jarak Terhadap Sumber Air Potensial .055Tutupan Lahan dengan Vegetasi Tertentu .046Kemiringan Lereng .031 Inconsistency = 0.03 with 0 missing judgments.
LAMPIRAN 6
2. Faktor Penentu Jaringan Air Bersih untuk Pemadam Kebakaran
a. Pakar 1: Dinas Pemadam Kebakaran (Pimpinan)
b. Pakar 2: Dinas Pemadam Kebakaran (Petugas Pemadam)
Tingkat Resiko Kebakaran .290Ketersediaan Air .462Kepadatan Bangunan .059Jaringan Jalan .138Kemiringan Lereng .051 Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.
Ketersediaan Air .462Tingkat Resiko Kebakaran .290Jaringan Jalan .138Kepadatan Bangunan .059Kemiringan Lereng .051 Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.
Tingkat Resiko Kebakaran .276Ketersediaan Air .435Kepadatan Bangunan .059Jaringan Jalan .146Kemiringan Lereng .083 Inconsistency = 0.07 with 0 missing judgments.
Ketersediaan Air .435Tingkat Resiko Kebakaran .276Jaringan Jalan .146Kemiringan Lereng .083Kepadatan Bangunan .059 Inconsistency = 0.07 with 0 missing judgments.
LAMPIRAN 6
c. Pakar 3: Akademisi 1
d. Pakar 4: Akademisi 2
Tingkat Resiko Kebakaran .261Ketersediaan Air .513Kepadatan Bangunan .063Jaringan Jalan .129Kemiringan Lereng .033 Inconsistency = 0.05 with 0 missing judgments.
Ketersediaan Air .513Tingkat Resiko Kebakaran .261Jaringan Jalan .129Kepadatan Bangunan .063Kemiringan Lereng .033 Inconsistency = 0.05 with 0 missing judgments.
Tingkat Resiko Kebakaran .247Ketersediaan Air .543Kepadatan Bangunan .053Jaringan Jalan .124Kemiringan Lereng .032 Inconsistency = 0.06 with 0 missing judgments.
Ketersediaan Air .543Tingkat Resiko Kebakaran .247Jaringan Jalan .124Kepadatan Bangunan .053Kemiringan Lereng .032 Inconsistency = 0.06 with 0 missing judgments.
LAMPIRAN 6
e. Hasil Kombinasi
3. Faktor Penentu Alokasi Stasiun Pemadam Kebakaran Perkotaan
a. Pakar 1: Dinas Pemadam Kebakaran (Pimpinan)
Tingkat Resiko Kebakaran .270Ketersediaan Air .491Kepadatan Bangunan .058Jaringan Jalan .136Kemiringan Lereng .045 Inconsistency = 0.02 with 0 missing judgments.
Ketersediaan Air .491Tingkat Resiko Kebakaran .270Jaringan Jalan .136Kepadatan Bangunan .058Kemiringan Lereng .045 Inconsistency = 0.02 with 0 missing judgments.
Tingkat Resiko Kebakaran .565Jaringan Jalan .118Ketersediaan Air .055Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .262 Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.
Tingkat Resiko Kebakaran .565Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .262Jaringan Jalan .118Ketersediaan Air .055 Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.
LAMPIRAN 6
b. Pakar 2: Dinas Pemadam Kebakaran (Petugas Pemadam)
c. Pakar 3: Akademisi 1
Tingkat Resiko Kebakaran .475Jaringan Jalan .090Ketersediaan Air .097Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .338 Inconsistency = 0.03 with 0 missing judgments.
Tingkat Resiko Kebakaran .475Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .338Ketersediaan Air .097Jaringan Jalan .090 Inconsistency = 0.03 with 0 missing judgments.
Tingkat Resiko Kebakaran .609Jaringan Jalan .091Ketersediaan Air .052Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .247 Inconsistency = 0.05 with 0 missing judgments.
Tingkat Resiko Kebakaran .609Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .247Jaringan Jalan .091Ketersediaan Air .052 Inconsistency = 0.05 with 0 missing judgments.
LAMPIRAN 6
d. Pakar 4: Akademisi 2
e. Hasil Kombinasi
Tingkat Resiko Kebakaran .477Jaringan Jalan .144Ketersediaan Air .099Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .279 Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.
Tingkat Resiko Kebakaran .477Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .279Jaringan Jalan .144Ketersediaan Air .099 Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.
Tingkat Resiko Kebakaran .533Jaringan Jalan .111Ketersediaan Air .074Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .282 Inconsistency = 0.01 with 0 missing judgments.
Tingkat Resiko Kebakaran .533Ketersediaan Lahan Pembangunan Stasiun .282Jaringan Jalan .111Ketersediaan Air .074 Inconsistency = 0.01 with 0 missing judgments.
No. Waktu Tempat kejadian Jenis kebakaran1 4 Januari 2012 Jl. Konggoasa, Kota Lama, Kec. Kendari Rumah tinggal2 4 Januari 2012 Jl. Ir. Sukarno, Kec. Kendari Rumah toko3 6 Januari 2012 Jl. S. Parman, Kec. Kendari Barat Koperasi4 3 Februari 2012 BTN Latjinta, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal5 16 Maret 2012 Jl. Saranani, Kec. Wua-Wua Gudang6 5 Mei 2012 Jl. Diponegoro Gudang alat bangunan7 26 Juni 2012 Lrg. KONI, Kec. Kadia Alang-alang8 29 Juni 2012 Jl. Kelapa Kuning, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal9 1 Juli 2012 Jl. Taman Suropati Rumah tinggal
10 5 Juli 2012 BTN Magaga, Kec. Baruga Kios11 13 Juli 2012 Depan SMP 1 Kendari, Kemaraya, Kec. Kendari Barat Pohon kelapa12 1 Agustus 2012 Depan Air Mineral Arindo, Lepo-Lepo, Kec. Baruga Alang-alang13 2 Agustus 2012 Kel. Mandonga Lapak pedagang14 5 Agustus 2012 Jl. Lasandara, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Lapak pedagang15 5 September 2012 Jl. Anawai, Kec. Wua-Wua Alang-alang16 8 September 2012 Jl. Gersamata, Kec. Wua-Wua Gudang17 13 September 2012 Lepo-Lepo, Kec. Baruga Rumah tinggal18 17 September 2012 Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Tidak ada data19 10 Nopember 2012 Jl. Asrama Haji, By Pass, Kec. Wua-Wua Alang-alang20 19 Nopember 2012 Pasar Sentral Kota, Kec. Kendari Pasar Higienis Kendari21 14 Desember 2012 Jl. By Pass Kendari Beach, Kec. Kendari Barat Kafe tenda
SAMPEL UJI (VALIDASI) KESESUAIAN DATA HISTORI KEJADIAN KEBAKARAN DENGAN OUTPUT MODEL PENILAIAN TINGKAT RISIKO BENCANA KEBAKARAN DI KOTA KENDARI
LAMPIRAN 7
Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016
No. Waktu Tempat kejadian Jenis kebakaran1 11 Januari 2013 Jl. Torada, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal2 17 Januari 2013 Jl. Sultan Hasanuddin, Kec. Kendari Mobil3 18 Januari 2013 Jl. Dr. Sam Ratulangi, Kec. Kendari Rumah tinggal4 7 Februari 2013 Jl. Kampus Baru, Kec. Kambu Alang-alang5 18 Februari 2013 Jl. Pasar Baru, Kec. Wua-Wua Mobil6 23 April 2013 Jl. Pasar Panjang, Kec. Wua-Wua Kios7 24 April 2013 Jl. Supu Yusuf Hotel8 6 Mei 2013 Jl. Gunung Jati, Kec. Kendari Rumah tinggal9 1 Juli 2013 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia Rumah tinggal
10 5 Juli 2013 Jl. MT. Haryono, Kec. Wua-Wua Tempat usaha11 10 Juli 2013 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia Rumah tinggal12 12 Juli 2013 Jl. Supu Yusuf, Kec. Mandonga Rumah tinggal13 15 Juli 2013 Jl. Lasandara, No. 12, Kec. Mandonga Rumah toko14 31 Juli 2013 Jl. Ahmad Yani, Kec. Wua-Wua Pasar Sentral RB15 16 Agustus 2013 Pasar Buah, Kec. Kadia Kompor16 18 Agustus 2013 Jl. Laode Hadi, No. 187, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal/Bengkel17 24 September 2013 Jl. Ahmad Yani, Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal/Bengkel18 24 September 2013 Jl. Rambutan 2, No. 25, Kec. Kadia Rumah tinggal19 25 September 2013 BTN Cempaka Graha Asri, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal20 8 Desember 2013 Jl. Ahmad Yani, Kec. Wua-Wua Rumah toko
SAMPEL UJI (VALIDASI) KESESUAIAN DATA HISTORI KEJADIAN KEBAKARAN DENGAN OUTPUT MODEL PENILAIAN TINGKAT RISIKO BENCANA KEBAKARAN DI KOTA KENDARI
Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016
LAMPIRAN 8
No. Waktu Tempat kejadian Jenis kebakaran1 7 Januari 2014 BTN Kehutanan Lepo-Lepo, Kec. Baruga Rumah tinggal2 22 Januari 2014 BTN Bukit Lepo-Lepo Permai, Kec. Baruga Warung dan motor3 28 Januari 2014 Jl. Sorumba, Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua Alang-alang4 7 Februari 2014 Bundaran Sukhoi, Kec. Baruga Rumah tinggal5 1 Maret 2014 Jl. Kendari Beach, Kec. Kendari Barat Kafe tenda6 3 Maret 2014 Jl. Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Alang-alang7 1 April 2014 Jl. Drs. H. A. Silondae, No. 7, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Rumah Toko8 10 April 2014 Jl. Kantor Walikota (Dinas Perizinan), Kec. Mandonga Kantor pemerintah9 20 April 2014 Jl. Pasaeno 3, Kel. Bende, Kec. Kadia Tempat tidur susun
10 20 April 2014 Kel. Baruga, Kec. Baruga Alang-alang11 25 April 2014 Jl. Made Sabara, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Kios12 23 April 2014 Jl. A. H. Nasution, Kel. Kambu, Kec. Kambu Rumah Toko13 28 April 2014 Jl. Drs. H. A. Silondae, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Rumah Toko14 7 Mei 2014 Jl. Bunga Kamboja, No. 4, Kel. Watu-Watu, Kec. Kendari Barat Warung kopi15 7 Mei 2014 Jl. Laredo, Kec. Kambu Kios16 13 Mei 2014 Jl. A. Yani, Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua Bangunan perusahaan17 26 Mei 2014 Jl. Balai Kota 1, Kec. Kadia Rumah tinggal18 26 Mei 2014 Jl. Kendari Permai Blok F6, No. 09, Kec. Kambu Rumah tinggal19 29 Mei 2014 Kel. Bende, Kec. Kadia Rumah makan20 18 Juni 2014 Jl. Syeikh Yusuf, Kel. Lahundape, Kec. Kendari Barat Mobil21 28 Juni 2014 Jl. A. H. Nasution, Kel. Kambu, Kec. Kambu Rumah tinggal22 31 Juni 2014 Jl. Perumahan Dosen Blok U/16, Kec. Kambu Rumah tinggal23 2 Agustus 2014 Jl. Tunggala No. 46, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal24 7 Agustus 2014 Lrg. Ilmiah, Kec. Wua-Wua Gudang25 7 September 2014 Jl. Cempaka, Kel. Kessilampe, Kec. Kendari Alang-alang26 11 September 2014 Jl. Budi Utomo, Lrg. Mataiwoi, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal27 12 September 2014 Jl. A. Yani, Kel. Mata Iwoi, Kec. Wua-Wua Alang-alang28 15 September 2014 Jl. Sao-Sao, Kel. Bende, Kec. Kadia Genset29 17 September 2014 Jl. Balai Kota 2, Kel. Pondambea, Kec. Kadia Rumah tinggal30 20 September 2014 Jl. Bunggasi, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia Base Camp pekerja31 23 September 2014 Jl. Syeikh Yusuf, Kel. Lahundape, Kec. Kendari Barat Rumah tinggal dan Base Camp pekerja32 23 September 2014 Jl. MT. Haryono, No. 25 L, Kec. Kadia Rumah Toko33 25 September 2014 Jl. Bunga Kamboja, No. 40, Kec. Kendari Barat Mobil34 27 September 2014 Puncak Transito, Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal35 1 Oktober 2014 Jl. HEA. Mokodompit, Kec. Kambu Alang-alang dan gardu listrik36 3 Oktober 2014 BTN Azatata, Kel. Mokoau, Kec. Kambu Alang-alang37 7 Oktober 2014 Jl. R. Suprapto, Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu Kios38 12 Oktober 2014 Jl. Malik Raya 2, Kec. Mandonga Rumah tinggal39 14 Oktober 2014 BTN Griya Asri, Kec. Puwatu Alang-alang40 17 Oktober 2014 Jl. Balai Kota 1, Kel. Pondambea, Kec. Kadia Rumah tinggal41 19 Oktober 2014 Jl. Tunggala Dalam, Kec. Wua-Wua Alang-alang42 23 Oktober 2014 Jl. Lumba-Lumba, Kec. Kambu Alang-alang43 26 Oktober 2014 Kompleks Pasar Baruga, Kec. Baruga Alang-alang44 26 Oktober 2014 Jl. DI. Panjaitan, No. 1, Rumdis Hakim Pengadilan Tinggi, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal45 26 Oktober 2014 BTN Kendari Permai, Kec. Kambu Rumah tinggal46 27 Oktober 2014 BTN Magaga dan Latjinta, Kel. Baruga, Kec. Baruga Lahan gambut47 28 Oktober 2014 Jl. Made Sabara 3, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Bangsal kayu 48 30 Oktober 2014 Jl. Bahagia, Lrg. Taridala, Kel. Wua-Wua, Kec. Wua-Wua Pabrik kerupuk49 31 Oktober 2014 Jl. Haluoleo Mokodompit, Kec. Kambu Alang-alang50 1 Nopember 2014 BTN Batu Marupa, Kec. Poasia Alang-alang51 3 Nopember 2014 Jl. MT. Haryono, Kec. Wua-Wua Alang-alang52 3 Nopember 2014 Jl. RS. Bantera Mas, Lepo-Lepo, Kec. Baruga Tumpukan kayu53 4 Nopember 2014 Jl. Made Sabara, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Alang-alang dan sampah54 15 Nopember 2014 Jl. DI. Panjaitan, Lepo-Lepo, Kec. Baruga Kios dan bengkel
LAMPIRAN 9
SAMPEL UJI (VALIDASI) KESESUAIAN DATA HISTORI KEJADIAN KEBAKARAN DENGAN OUTPUT MODEL PENILAIAN TINGKAT RISIKO BENCANA KEBAKARAN DI KOTA KENDARI
55 24 Nopember 2014 Jl. Sam Ratulangi, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Rumah tinggal56 5 Desember 2014 Jl. RS. Jiwa, Kec. Mandonga Base Camp pekerja57 7 Desember 2014 Jl. Tebaununggu, Kel. Korumba, Kec. Mandonga Kios
Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016
No. Waktu Tempat kejadian Jenis kebakaran1 11 Januari 2015 Jl. Taman Suropati, Kec. Mandonga Rumah tinggal2 14 Januari 2015 Kel. Baruga, Kec. Baruga Rumah sakit3 18 Januari 2015 Kel. Bonggoeya, Kec. Kadia Pasar Panjang Kendari4 28 Januari 2015 Jl. A. Yani, Lrg. Makmur, Kec. Wua-Wua Tabung las5 12 Maret 2015 Kel. Anggoeya, Kec. Poasia Gudang6 14 Maret 2015 Jl. Kolopua, Kel. Kandai, Kec. Kendari Barat Rumah tinggal7 25 Maret 2015 Jl. Konggoasa, Kel. Dapu-dapura, Kec. Kendari Rumah toko8 1 April 2015 Jl. R. Soeprapto, No. 3, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Bengkel9 25 April 2015 Jl. Syeikh Yusuf, Kec. Mandonga Meteran listrik
10 26 April 2015 Jl. Konggoasa, Kel. Dapu-dapura, Kec. Kendari Bangunan perusahaan11 27 April 2015 Jl. Bunggasi, Kec. Poasia Rumah toko12 11 Mei 2015 Jl. Balai Kota 3, Kel. Pondambea, Kec. Kadia Rumah tinggal13 18 Mei 2015 Jl. Laode Hadi, Lrg. Sungai Wanggu, Kec. Kadia Meteran listrik14 30 Mei 2015 Jl. Pattimura, Lrg. Pribadi, Kec. Puwatu Rumah tinggal15 30 Mei 2015 Jl. Anawai, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal16 11 Juni 2015 Jl. Kapt. Pierre Tendean, Kec. Baruga Rumah sekolah17 2 Juli 2015 Jl. Budi Utomo, Kec. Wua-Wua Alang-alang18 5 Juli 2015 Jl. KH. Agussalim, Kel. Kandai, Kec. Kendari Rumah tinggal19 9 Juli 2015 Jl. Matahari, Kec. Kendari Barat Rumah tinggal20 9 Juli 2015 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua Alang-alang21 9 Juli 2015 Jl. Nipa Raya I, No. 3, Kec. Kambu Rumah tinggal22 17 Juli 2015 Pasar Korem Mandonga, Kec. Mandonga Pasar Korem Kendari23 21 Juli 2015 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua Alang-alang24 24 Juli 2015 Jl. R. Soeprapto, No. 3, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Mobil25 25 Juli 2015 Jl. Mayjen Sutoyo, Kec. Kendari Rumah tinggal26 25 Juli 2015 P2ID, Kec. Kadia Tumpukan kayu27 26 Juli 2015 Villa Ibis Pratama, Kec. Puwatu Alang-alang28 26 Juli 2015 BTN Graha Asri, Kec. Puwatu Alang-alang29 28 Juli 2015 Jl. Khairil Anwar, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal30 5 Agustus 2015 Jl. Haluoleo, Kel. Mokoau, Kec. Kambu Alang-alang31 7 Agustus 2015 Jl. Manggadua, Kel. Manggadua, Kec. Kendari Rumah tinggal32 17 Agustus 2015 Jl. Buburanda, Kel. Korumba, Kec. Mandonga Rumah tinggal33 21 Agustus 2015 Jl. Sao-Sao, Kec. Kadia Rumah tinggal34 21 Agustus 2015 Jl. Anawai, Kel. Anawai, Kec. Wua-Wua Rumah tinggal35 24 Agustus 2015 Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua Tidak ada data36 25 Agustus 2015 Jl. Imam Bonjol, Kel. Labibia, Kec. Mandonga Kantor pemerintah37 29 Agustus 2015 Jl. Antero Hamra, No. 2, Kec. Kadia Alang-alang38 29 Agustus 2015 Jl. By Pass, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Base Camp pekerja39 31 Agustus 2015 Jl. Ir. Sukarno, Kel. Kampung Salo, Kec. Kendari Alang-alang40 7 September 2015 Jl. Laode Hadi, Kel. Bende, Kec. Kadia Sampah sawmill41 14 September 2015 Jl. Sao-Sao, Kec. Kadia Alang-alang42 15 September 2015 Jl. Pekuburan Punggolaka, Kec. Puwatu Alang-alang43 19 September 2015 Jl. Balai Kota 3, Kel. Pondambea, Kec. Kadia Tabung gas44 21 September 2015 Jl. Mekar, Lrg. SCTV, Kec. Kadia Gardu PLN45 21 September 2015 P2ID, Kec. Kadia Rumah sekolah
SAMPEL UJI (VALIDASI) KESESUAIAN DATA HISTORI KEJADIAN KEBAKARAN DENGAN OUTPUT MODEL PENILAIAN TINGKAT RISIKO BENCANA KEBAKARAN DI KOTA KENDARI
LAMPIRAN 10
No. Waktu Tempat kejadian Jenis kebakaran
SAMPEL UJI (VALIDASI) KESESUAIAN DATA HISTORI KEJADIAN KEBAKARAN DENGAN OUTPUT MODEL PENILAIAN TINGKAT RISIKO BENCANA KEBAKARAN DI KOTA KENDARI
LAMPIRAN 10
46 23 September 2015 Lrg. Pertanian, Kec. Kadia Rumah tinggal47 25 September 2015 Lrg. Gembol, Kec. Kambu Rumah tinggal48 27 September 2015 Jl. Khairil Anwar, BTN Citra Regency, Kec. Wua-Wua Alang-alang49 28 September 2015 Jl. Lawata, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Semak belukar50 8 Oktober 2015 Kompleks Lap. Golf, Kel. Watubangga, Kec. Baruga Alang-alang51 12 Oktober 2015 Jl. Pattimura, Kel. Punggolaka, Kec. Puwatu Rumah tinggal52 12 Oktober 2015 Jl. Banda, Kel. Watulondo, Kec. Puwatu Alang-alang53 12 Oktober 2015 Jl. HEA Mokodompit, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Alang-alang54 13 Oktober 2015 Jl. Fakultas Teknik, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Alang-alang55 14 Oktober 2015 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia Alang-alang56 14 Oktober 2015 BTN Kendari Permai, Kec. Kambu Alang-alang57 19 Oktober 2015 Jl. Sultan Qaimudin, No. 17, STAIN, Kec. Baruga Kampus58 19 Oktober 2015 Fakultas Pertanian, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Alang-alang59 19 Oktober 2015 Jl. Martandu, Kel. Anduonohu, Kec. Kambu Alang-alang60 19 Oktober 2015 Lrg. Pelangi, Kampus Baru UHO, Kec. Kambu Kios61 25 Oktober 2015 Jl. Brigjen M. Yunus, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Alang-alang62 30 Oktober 2015 Jl. Mata Air 3, Kel. Kambu, Kec. Kambu Rumah tinggal63 1 Nopember 2015 Jl. Saranani, Kel. Korumba, Kec. Wua-Wua Rumah Toko64 2 Nopember 2015 Jl. Cempaka Putih, Kec. Wua-Wua Alang-alang65 4 Nopember 2015 Jl. Kelapa, No. 14, kel. Anduonohu, Kec. Poasia Rumah tinggal66 4 Nopember 2015 Jl. HEA Mokodompit, Kel. Kambu, Kec. Kambu Alang-alang67 6 Nopember 2015 Jl. Khairil Anwar, Kec. Wua-Wua Usaha sawmill68 7 Nopember 2015 Jl. Laode Hadi, Kel. Kadia, Kec. Kadia Mobil69 10 Nopember 2015 Jl. Drs. H. A. Silondae, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Alang-alang70 11 Nopember 2015 Kel. Mata Iwoi, Kec. Wua-Wua Pembuangan sampah71 12 Nopember 2015 Jl. HEA Mokodompit, Lrg. Pelindung, Kel. Lalolara, Kec. Kambu Alang-alang72 15 Nopember 2015 Jl. Pattimura, Kel. Watulondo, Kec. Puwatu Bangsal73 18 Nopember 2015 BTN Kendari Permai, Kec. Poasia Rumah tinggal74 12 Desember 2015 Jl. Cempaka Putih, Kec. Wua-Wua Alang-alang75 20 Desember 2015 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua Alang-alang
Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016
No. Waktu Tempat kejadian Jenis kebakaran1 11 Januari 2016 Swalayan Nusa Mart Anduonohu, Kec. Poasia Kios2 15 Januari 2016 Jl. Syeikh Yusuf, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Rumah tinggal3 18 Januari 2016 Jl. Lumba-Lumba, Kel. Lalolara, Kec. Kambu Lahan gambut4 17 Maret 2016 Jl. Pattimura, Kel. Watulondo, Kec. Puwatu Rumah tinggal5 9 April 2016 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua Alang-alang6 20 April 2016 Jl. Haluoleo, Kel. Mokoau, Kec. Kambu Alang-alang7 8 Mei 2016 BTN Graha Asri, Kec. Puwatu Alang-alang8 19 Mei 2016 Jl. Laode Hadi, Kec. Wua-Wua Alang-alang9 25 Mei 2016 Villa Ibis Pratama, Kec. Puwatu Alang-alang
10 26 Mei 2016 BTN Graha Asri, Kec. Puwatu Alang-alang11 1 Juni 2016 Jl. Palapa, Kec. Mandonga Tabung gas12 4 Juni 2016 Jl. Lasandara, Kec. Mandonga Rumah toko13 14 Juni 2016 Jl. Mataoleo, BTN Matabubu, Kec. Abeli Alang-alang14 27 Juni 2016 Jl. Malik 4, No.2, Kel. Korumba, Kec. Mandonga Rumah tinggal15 29 Juni 2016 Jl. Lumba-Lumba, Kel. Kambu, Kec. Kambu Rumah tinggal16 29 Juni 2016 Kel. Bonggoeya, Kec. Wua-Wua Kios17 2 Juli 2016 Jl. Budi Utomo, Kec. Wua-Wua Alang-alang18 3 Juli 2016 Jl. Badak, Kec. Poasia Alang-alang19 18 Juli 2016 Jl. Lawata, Kel. Mandonga, Kec. Mandonga Rumah toko20 23 Juli 2016 Jl. Tunggala Dalam, Kec. Wua-Wua Alang-alang21 31 Juli 2016 Jl. Lumba-Lumba, Kel. Kambu, Kec. Kambu Alang-alang22 2 Agustus 2016 Lrg. Pertanian Flamboyan, Kec. Kadia Rumah tinggal23 3 Agustus 2016 Jl. R. Suprapto, Kel. Tobuuha, Kec. Puwatu Rumah tinggal24 3 Agustus 2016 Jl. Prof. M. Yamin, Kel. Puwatu, Kec. Puwatu Rumah tinggal25 17 Agustus 2016 Samping Pasar Baruga, Kel. Lepo-Lepo, Kec. Baruga Alang-alang
Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kendari, 2016
SAMPEL UJI (VALIDASI) KESESUAIAN DATA HISTORI KEJADIAN KEBAKARAN DENGAN OUTPUT MODEL PENILAIAN TINGKAT RISIKO BENCANA KEBAKARAN DI KOTA KENDARI