Top Banner
i MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SMA NEGERI 1 MALANG SKRIPSI Oleh: AGUS FAIZIN EL-NUR NIM. 06110203 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG JULI, 2010
110

Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Jan 18, 2016

Download

Documents

malays

Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

i

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

SMA NEGERI 1 MALANG

SKRIPSI

Oleh:

AGUS FAIZIN EL-NUR

NIM. 06110203

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMJURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIMMALANGJULI, 2010

Page 2: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

ii

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI)

SMA NEGERI 1 MALANG

Diajukan Untuk Menyusun Skripsi Pada Program Strata Satu (S-1)

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

SKRIPSI

Oleh:

AGUS FAIZIN EL-NUR

NIM. 06110203

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMJURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIMMALANG

JULI, 2010

Page 3: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

SMA NEGERI 1 MALANG

SKRIPSI

OLEH

AGUS FAIZIN EL-NUR

NIM. 06110203

Telah Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony

NIP. 194407121964101001

Tanggal, 20 Juli 2010

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M.Pd I.

NIP. 196512051994031003

Page 4: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

iv

HALAMAN PENGESAHAN

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMDI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

SMA NEGERI 1 MALANGSKRIPSI

Panitia Ujian Tanda Tangan

Ketua Sidang

Prof.Dr. H. M. Djunaidi Ghony :

NIP. 194407121964101001

Sekretaris Sidang

Marno, M.Ag :

NIP. 197208222002121001

Pembimbing

Prof.Dr. H. M. Djunaidi Ghony :

NIP. 194407121964101001

Penguji Utama

Drs. H.M. Farid Hasyim, M.Ag :

NIP. 196712201998031002

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Dr. H. M. Zainuddin, MA

NIP. 19620507 199503 1 001

Page 5: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

v

MOTTO

ان ك لم عليه اهللا صلى النيب س ولناو وعظة يـتخ بالم ة األيام يف اه ر ناالسآمة ك عليـ

)البخاري(

“Nabi S.A.W mengajari kami dengan memilih hari (waktu) yang tepat, sehingga

kami tidak merasa bosan”

(HR. Bukhori)

Page 6: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

vi

Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony

Dosen Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Agus Faizin El-Nur Malang, 20 Juli 2010

Lamp : 5 (Lima) Eksemplar

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI Malang

Di

Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun

tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi tersebut di bawah ini:

Nama : Agus Faizin El-Nur

NIM : 06110203

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Malang

maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak

diajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pembimbing,

Prof Dr. H. M. Djunaidi Ghony

NIP. 194407121964101001

Page 7: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

vii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu

perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 13 Juli 2010

Agus Faizin El-Nur

Page 8: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan judul MODEL

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di RINTISAN

SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SMA Negeri 1

Malang) dengan tepat waktu.

Shalawat dan salam, barokah yang seindah-indahnya, mudah-mudahan

tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah membawa kita dari

alam kegelapan dan kebodohan menuju alam ilmiah yaitu Dinul Islam.

Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Islam

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan sebagai wujud

serta partisipasi penulis dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan ilmu-

ilmu yang telah penulis peroleh selama di bangku kuliah.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perkenankan

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

Page 9: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

ix

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang jasanya tidak dapat dinilai dengan

apapun yang telah memeras keringat siang malam dan membimbing

penulis menjadi orang yang berbakti dan berakhlak mulia.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Malang

3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Malang

4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.Pd I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam Universitas Islam Negeri Malang

5. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony selaku dosen pembimbing, yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. KH Ahmad Chusaini beserta keluarga sebagai pengganti orang tua yang

selalu sabar membimbing dan membina penulis tanpa tanda jasa.

7. Bapak Drs. Moh. Sulthon, M. Pd, selaku Kepala SMA Negeri 1 Malang

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di

lembaga yang beliau pimpin.

8. Bapak Drs. Junaidi M.A; Bapak Drs. Mansur, M.Ag dan Ibu Mukarramah,

S.Ag selaku GPAI di SMA Negeri 1 Malang yang telah banyak

membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

9. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah, yang

telah banyak memberikan ilmu kepada penulis sejak berada di bangku

kuliah.

Page 10: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

x

10. Gus-gus dan Neng-neng HTQ yang tiada henti-hentinya menberikan

semangat dan do’a demi kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Special buat sahabat-sahabatku di Faraby kamar 32 yang tiada habisnya

mengganggu namun juga memberikan bantuan do’a, motivasi dan

masukan-masukan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan

penuh kenangan.

12. Para Santriwan dan Santriwati PPTQ Raudhatussalihin Wetan Pasar yang

selalu mengingatkan`dan mendo’akan penulis.

13. Adik-adikku (Levy, Yusuf, Intan, Ayu, Firoh) yang menjadi motivasi

untuk cepat menyelesaikan skripsi.

14. Semua pihak yang telah membantu terselesainya Skripsi ini, yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu

Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita

semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang

sempurna. Begitu juga dalam penulisan Skripsi ini, yang tidak luput dari

kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan

kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

konstruktif demi penyempurnaan Skripsi ini.

Malang, 20 Juli 2010

Penulis,

Page 11: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 : Bukti Konsultasi

Lampiran 3 : Surat izin Penelitian dari Fakultas Tarbiyah

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Malang

Lampiran 5 : Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 1 Malang

Lampiran 6 : Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Malang

Lampiran 7 : Daftar Guru SMA Negeri 1 Malang

Lampiran 8 : Daftar Karyawan SMA Negeri 1 Malang

Lampiran 9 : Daftar Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Malang

Lampiran 10 : Denah Ruang SMA Negeri 1 Malang

Lampiran 11 : Pedoman Wawancara

Lampiran 12 : Daftar Riwayat Hidup

Page 12: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGAJUAN ....................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

HALAMAN MOTTO ................................................................................ vi

HALAMAN NOTA DINAS ....................................................................... vii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x

DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 8

F. Penegasan Istilah ...................................................................... 9

G. Sistematika Pembahasan ........................................................... 11

Page 13: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

xiii

BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................ 14

A. Tinjauan tantang Pendidikan Agama Islam ............................... 14

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................... 14

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................................ 16

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ......................................... 19

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ........................... 21

B. Tinjauan tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

(RSBI).............................................................. ........................... 25

1. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

(RSBI)....................................................... ............................ 25

2. Dasar Hukum Penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) ........................................................... 26

3. Visi, Misi dan Tujuan Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) ........................................................... 28

4. Karakteristik Rintisan Sekolah Bertaraf Internaional (RSBI)

............................................................................................ 29

5. Perencanaan Program Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional ....................................................................... 32

C. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

Rintisan Sekolah Bertaraf Internaional (RSBI) .......................... 33

1. Pengertian Model Pembelajaran .......................................... 33

2. Karakteristik Model Pembelajaran ..................................... 37

3. Fungsi Model Pembelajaran ................................................ 38

Page 14: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

xiv

4. Penerapan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) .................. 39

5. Jenis-Jenis Model Pembelajaran yang Dapat Diterapkan Dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .............................. 42

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 48

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................... 48

2. Kehadiran Peneliti .............................................................. 49

3. Lokasi Penelitian ................................................................ 50

4. Data dan Sumber Data ........................................................ 51

5. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 52

6. Teknik Analisis Data .......................................................... 53

7. Penecekan Keabsahan Data ................................................ 54

8. Tahap-Tahap Penelitian ...................................................... 56

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN ........................................... 58

A. Latar Belakang Objek ................................................................. 58

1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Malang .............................. 58

2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Malang .................................. 60

3. Stuktur Organisasi SMA Negeri 1 Malang........................... 62

4. Daftar Guru, Karyawan, dan Siswa SMA Negeri 1 Malang.. 62

5. Denah Ruang SMA Negeri 1 Malang .................................. 63

B. Paparan Hasil Penelitian ............................................................ 63

1. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional ............................................ 63

Page 15: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

xv

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Model

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional ......................................................... 74

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN............................................ 81

A. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional ................................................. 81

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Model Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) di Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Malang ............................ 86

BAB VI PENUTUP .................................................................................. 89

A. Kesimpulan ............................................................................. 89

B. Saran ....................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

xvi

ABSTRAK

El-Nur, Agus Faizin. 2010. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI) di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1

Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah,

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (MALIKI) Malang,

Pembimbing: Prof. Dr. H. Djunaidi Ghony

---------------------------------------------------------------------------------------------------

----

Era globalisasi telah merambat dalam semua sektor kehidupan, termasuk juga

dalam dunia pendidikan yang semakin menguatkan persaingan global. Hal

inilah yang mendorong upaya dunia pendidikan untuk meningkatkatkan

kualitas SDM dengan menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas sehingga

melahirkan lulusan yang berkualitas pula dan siap bersaing dalam lingkup

nasional maupun internasional. Ini dapat dicapai melalui perbaikan institusi

dengan menyelenggarakan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) yang

lulusanya dibekali dengan pegetahuan & teknologi serta diperkuat dengan

pengetahuan tentang pendidikan agama Islam (PAI) sebagai penyeimbangnya.

Tentunya, dalam penerapanya dibutuhkan sebuah model pembelajaran

pendidikan agama Islam yang kreatif, inovatif, pro-perubahan, mampu

menumbuh kembangkan potensi lulusan mulai dari ranah kognitif, afektif dan

psikomotoriknya yang tentunya merupakan tangungjawab besar dan berat.

Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji tentang

”Model pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di rintisan sekolah

bertaraf internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Malang” yang meliputi

bagaimana penerapan model pembelajaran pendidikan agama Islam di RSBI

dan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan model

pembelajaran PAI di RSBI di SMA Negeri 1 Malang. Adapun tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan model yang diterapkan seorang

Page 17: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

xvii

guru dalam pembelajaran pendikan agama Islam (PAI) di rintisa sekolah

bertaraf internsional (RSBI) di SMA Negeri 1 Malang sekaligus

mendeskripsikan tentang faktor pendukung dan penghambatnya.

Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi, wawancara dan

dokumentasi. Informannya adalah tiga guru pendidikan agama Islam(GPAI)

yang ada dan ketua penyelenggara RSBI. Sedangkan untuk menganalisis data

menggunakan teknis analisis deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan

menginterpretasikan data yang telah dapat sehingga menggambarkan realitas

yang sebenarnya sesuai dengan fenomena yang ada.

Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwasanya 1)Penerapan model

pemebelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di rintisan sekolah bertaraf

internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Malang malakukan pendekatan yang

lebih bersifat kontekstual, lebih sering menggunakan metode diskusi kelas

yang dikolaborasikan dengan tanya jawab, dan penugasan, didukung dengan

media power point yang dibuat dan dikembangkan sendiri oleh siswa. Guru

hanya berperan fasilitator yang mengawasi, memotivasi, dan meluruskan serta

memilih model yang paling sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan

sesuai dengan kemampuan siswa. 2) Faktor pendukung penerapan model

pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di rintisan sekolah bertaraf

internasional (RSBI) di SMA Neger 1 adalah kelengkapan sarana dan

prasarana, penguasaan siswa terhdap teknologi yang menunjang pembelajaran,

tenaga pengajar yang professional, lingkungan yang kondusif, dan IQ siswa di

atas rata-rata karena melalui jalus seleks. Sedangkan faktor penghambatnya

adalah latar belakang pendidikan siswa yang heterogen yang menyulitkan

dalam pengelompokan siswa, adanya siswa yang tidak bisa shalat dan baca

tulis Al-Qur’an, adanya siswa non-muslim karena basis sekolah merupakan

sekolah umum, mayoritas siswanya merupakan anak keluarga berada dan

minim pengetahuan agama sehingga lebih tertarik pada pelajaran yang

bercorak sains.

Page 18: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

xviii

Kata kunci: Model Pembelajaran, Pendidkan Agama Islam (PAI), Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

Page 19: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi telah merambat dalam semua aspek kehidupan, termasuk

juga dalam dunia pendidikan. Hal inilah yang mendorong dunia pendidikan

untuk melakukan berbagai upaya yang berorientasi pada kompetensi lulusan

yang siap bersaing dalam era globalisasi. Adapun upaya-upaya tersebut dapat

dilakukan melalui perbaikan mutu sumber daya manusia (SDM) melalui

peningkatan mutu pendidikan. Perbaikan mutu difokuskan pada perbaikan

institusi sekolah sebagai basis pendidikan, baik manajemenya, sumber daya

manusia serta sarana dan prasarananya.1

Sudah semestinya pendidikan di Indonesia pada era globalisasi dituntut

untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul pada bidang

pengetahuan serta mampu bersaing di dunia teknologi juga punya jiwa

kebangsaan yang tinggi serta mampu mengamalkan nilai-nilai agama,

sehingga di manapun keberadaanya selalu memberikan karya terbaik bagi

bangsa dan negaranya serta tidak menyalahi aturan agama. Teknologi

komunikasi dan informasi yang begitu pesat rasanya memang tidak

menjadikan perdebatan bila perkembangan ini diikuti dengan mendirikan

rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) di Indonesia. Pendidikan dan

pelatihan serta pengelolaan manajemen adalah suatu yang sangat dibutuhkan

1 Ahmad Barizi (Ed), Holistika Pemikiran Pendidikan Islam;Ahmad Malik Fadjar (Jakatra: PTRajagrafindo Persada, 2005), hal. 68

Page 20: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

2

sehubungan menjelang tahun 2020 perkonomian Indonesia akan berubah dan

berkembang ke arah perekonomian global, yang diikuti dengan perubahan

arah perusahaan dan industri harus berkembang sesuai dengan tuntutan

global, sehingga diperlukan pengembangan sumber daya manusia melalui

pendidikan dan pelatihan yang mampu memenuhi dan mengimbangi

kebutuhan lokal, regional maupun internasional.2

Direktur Jenderal Mandikdasmen dan Direktur Pembinaan SMA

Direktorat tidak mengharapkan ada persepsi yang berat sebelah antara, RSBI,

kelas akselerasi, atau kelas reguler. Anggapan ini membuat masyarakat

seakan-akan merasa yang namanya RSBI adalah sekolah internasional.

Sebenarnya kurikulum dalam RSBI adalah kurikulum nasional, yaitu KTSP

yang harus ada nilai ‘X’ plusnya, nilai X plus inilah yang harus dicari jika

ingin menjadikan sekolah itu mempunyai kurikulum yang standarnya

internasional. “Kita bisa menggunakan kurikulum negara-negara OECD,

tetapi sebelum ke internasional, terlebih dahulu menggunakan kurikulum

nasional. Forum ini sangat penting dan fasilitator-fasilitator itu membuat

program tahun 2009-2010 agar pembinaan teknis yang diberikan oleh mereka

intensif dan efektif, khusus untuk SMA-SMA RSBI. Sedangkan pembinaan

bagi sekolah yang bukan rintisan tidak melalui fasilitator. Tetapi pada

2 ,( http://Indosdm.Com/Workshop Pengelolaan Rintisan SMA Bertaraf Intrnasional , diaksespada 11 Nopember 2009).

Page 21: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

3

prinsipnya hampir sama. Sebenarnya RSBI hampir sama dengan SSN, hanya

saja dalam prosesnya bagaimana peningkatan mutu itu bisa dipercepat. 3

Keinginan melakukan penyelenggaraan rintisan sekolah bertaraf

internasional (RSBI) dilatarbelakangi oleh tiga alasan yaitu (1) kebutuhan

sumber daya manusia (SDM) di era global, (2) adanya dasar hukum yang

kuat, dan (3) landasan filosofi eksistensialisme dan esensialisme

(fungsionalisme).4

Era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalamteknologi, manajemen dan sumberdaya manusia. Keunggulan teknologi akanmenurunkan tingkat kegagalan, meningkatkan kandungan nilai tambah,memperluas keragaman model pembelajaran, dan meningkatkan mutupendidikan. Keunggulan manajemen akan meningkatkan efektivitas danefisiensi. Keunggulan SDM merupakan kunci daya saing karena SDM yangakan menentukan siapa yang mampu menjaga kelangsungan hidup,perkembangan, dan kemenangan dalam persaingan”.5

Penyelenggaraan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) didasarifilosofi eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme). Filosofieksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan danmengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitasyang tersedia yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat,pro-perubahan, kreatif, inovatif, menumbuhkan dan mengembangkan bakat,minat, dan kemampuan peserta didik. Filosofi eksistensialisme berpandanganbahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik harus diberi perlakuansecara maksimal untuk mengaktualkan, mengeksiskan, menyalurkan semuapotensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ), danspiritual (SQ). Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harusberfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga,maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal,nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi,pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampubersaing secara internasional. Dalam mengaktualkan kedua filosofi tersebut,empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do, learning tolive together, and learning to be merupakan patokan berharga bagi

3Departemen Pendidikan Nasional. Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional(RSBI) untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional 2006).http://Indosdm.Com/Sekolah-Nasional-Bertaraf-Internasional, diakses pada 11 Nopember 2009).

4 Ibid.,5 Ibid.,.

Page 22: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

4

penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia,mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana,hingga sampai penilainya”.6

Namun ada juga hal yang lebih penting yakni mengenai pengamalan

nilai-nilai agama yang merupakan rem bagi kencangnya arus globalisasi juga

harus menjadi perhatian. Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah

Muslim sangat berpengaruh terhadap penetapan kebijakan dalam pendidikan

Islam. Oleh karena itu, untuk menanamkan pendidikan agama kepada siswa

sangat diperlukan.

Dalam mentransfer pengetahuan agama kepada siswa dibutuhkan adanya

model atau metode pembelajaran agar para siswa mampu menangkap pesan

yang hendak disampaikan. Model pembelajaran merupakan suatu rencana

mengajar yang memperhatikan pola pembelajaran tertentu. Model

Pembelajaran berkembang sesuai dengan perkembangan peserta didik. Guru

yang profesional dituntut untuk mengembangakan dan menguasai model

pembelajaran, baik teori maupun praktek, yang meliputi aspek-aspek, prinsip,

konsep, dan teknik. Memilih model yang tepat merupakan kunci dalam

membantu peserta didik mencapai keberhasilan pada proses pembelajaran.

Jika dalam menggunakan model pembelajan seorang guru memandangnya

sebagai strategi hendaknya memperhatikan lima aspek kunci pembelajaran

6Kir Haryana, Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (artikel). Jakarta: Direktorat PembinaanSekolah Menengah Pertama, 2007, hal 37 (http://id. Wikipedia Org/wikipedia.Org/wiki/Sekolah-/Bertaraf/Internasional, diakses 11Maret 2010).

Page 23: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

5

yang efektif, yaitu: (1) kejelasan, (2) variasi, (3) orientasi tugas, (4)

keterlibatan siswa dalam belajar dan (5) pencapaian kesuksesan yang tinggi.7

Dalam mengajarkan suatu konsep atau materi tertentu, tidak ada suatu

model yang lebih baik dari model pembelajaran lainya. Berarti setiap model

yang digunakan harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat

dipadukan dengan model pembelajaranyang lainya untuk meningkatkan hasil

belajar siswa. Oleh karena itu, dalam sebelum menentukan model

pembelajaran yang digunakan harus memiliki pertimbangan-pertimbangan,

seperti: materi pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa,

lingkungan belajar, dan fasilitas penunjang yang tersedia, sehingga tujuan

pembelajaran yang digunakan dapat tercapai.8

Model pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru, harus sesuai

dengan kondisi siswa. Ini akan berpengaruh pada pemahaman mereka

terhadap materi yang diajarkan. Terlebih mengajarkan pengetahuan agama

Islam pada sekolah yang bertaraf internasional dengan sekolah yang

berstandar nasional atau bahkan di bawahnya pastilah berbeda. Selain itu

juga paradigma pendidikan di era modern telah mengalami pergeseran yang

semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid

(student centered); metodelogi yang semula lebih didominasi ekspositori

berganti partisipatori; dan pendekatan yang mulanya bersifat tekstual beralih

7Salamah. Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Bidang Studi Pendidikan AgamaIslam Untuk Meningkatkan Akhlak Pada Siswa SMU di Banjarmasin (Tesis Pascasarjana UPIBandung: Tidak Diterbitkan,2004), (http://www.docstoc.com/docs/21127375, diakses pada 11Maret 2010).

8 Triatno, Model PembelajaranTerpadu dalam teori dan praktek (Jakarta: Prestasi Pustaka,2007) hal. 3.

Page 24: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

6

menjadi pendekatan kontekstual. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan model

pembelajaran yang lebih berbasis pada peserta didik seperti problem based

learning, interaktif Learning, cooperative learning, CBSA, Penugasan dan

sebagainya.9

Proses belajar mengajar PAI terutama di sekolah-sekolah umum (SMA)kurang berjalan secara optimal, sehingga peranya yang begitu penting bagipembentukan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT sertaakhlak mulia belum dapat dicapai secara efektif. Adapun hal-hal yangmenyebabkanya adalah:

1. Pendidikan agama Islam selama ini kurang menyesuaikan pendekatanyang digunakan kepada siswa dengan tujuan yang hendak dicapai,sehingga siswa tidak mampu menangkap pesan dengan baik.

2. Materi pembelajaran PAI lebih banyak bersifat teori, terpisah-pisah,terisolasi, kurang terkait dengan mata pelajaran yang lain bahkandengan sub mata pelajaran PAI itu sendiri, baik itu unsur Al-Qur’an,Fiqih, Akhlak, Sejarah Islam (Tarikh) yang disajikan sendiri-sendiri.

3. Model pembelajaran bersifat konvensional yakni lebih menekankanpada pengayaan pengetahuan kognitif (pada tingkat yang rendah) danpada pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik),sehingga pendidikan agama Islam yang bertujuan membentuk siswayang memiliki pengetahuan tentang agama Islam dan mampumengaplikasikanya dalam bentuk akhlak mulia belum dapat tercapai.10

Adapun upaya untuk mengkaji kembali pelaksanaan pendidikan agama

Islam terutama di lembaga formal dirasa semakin mendesak jika dikaitkan

dengan permasalahan yang terjadi di lapangan, seperti: (1) krisis akhlak yang

ditandai dengan maraknya aksi kejahatan, baik itu tawuran antar pelajar,

penyalah gunaan narkotika dll, (2) adanya krisis kepercayaan yang memicu

keteganggan, yang terus mengalami peningkatan setiap tahunya.11

9 Abuddin Nata, Perspektif Islam Terhadap Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana, 2009)hlm, 23.

10 Ibid., hal. 111Isnia. Output Pendidikan Mengancam Masa Depa. (Republika,

2000.http://www.republika.co.id. 2000, diakses 11 Februari 2010).

Page 25: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

7

Dengan diselenggarakanya pendidikan agama Islam di sekolah secara

baik, diharapkan tindakan-tindakan kejahatan tersebut dapat dihindari, atau

paling tidak dapat dikurangi. Ini dapat dicapai apabila dalam penerapan

pembelajaran pendidikan agama Islam menggunakan model ataupun strategi

yang bervariasi, sehingga dengan usaha tersebut akan menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan yang dapat ditangkap dengan baik oleh

peserrta didik.

Berawal dari permasalahan di atas maka Peneliti tertarik untuk meneliti

mengenai model pembelajaran yang diterapkan dalam rintisan sekolah

bertaraf internasional (RSBI). Untuk itu peneliti mengambil judul tentang

“Model pembelajaran pendidikan agama Islam di rintisan sekolah

bertaraf internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Malang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti memfokuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana model pembelajaran agama Islam yang diterapkan di rintisan

sekolah bertaraf internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Malang?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penerapan model

pembelajaran pendidikan agama Islam di rintisan sekolah bertaraf

internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Malang?

C. Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan permasalahan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

Page 26: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

8

1. Untuk mendiskripsikan model pembelajaran pendidikan agama Islam yang

diterapkan di rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) di SMA

Negeri 1 Malang.

2. Untuk mendiskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam

penerapan model pembelajaran agama Islam di rintisan sekolah bertaraf

internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Malang

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian tersebut diatas, diharapkan penelitian ini berguna bagi

beberapa pihak, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dalam menghadapi

tantangan dalam dunia pendidikan.

2. Bagi Lembaga, bahwasanya RSBI adalah program yang masih baru

sehingga diharapkan dari penelitian ini memberikan manfaat yang besar

dalam mengantarkan RSBI menjadi SBI.

3. Bagi almamater Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN

MALIKI) Malang, untuk dapat menambah pembendaharaan kepustakaan,

terutama bagi Pendidikan Agama Islam.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa istilah yang memiliki

kemiripan arti atau makna yang dapat membingungkan pembaca,

diantaranya: pendekatan pembelajaran, strategi, metode, teknik, taktik dan

model pembelajaran.

Page 27: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

9

Dalam kenyataanya, gejala sosial atau permasalahan yang terjadi di

lapangan sangat beragam, sehingga menyulitkan peneliti untuk mengamati

semua gejala atau perasalahan tersebut. Identifikasi masalah yang telah

disebutkan di atas tidak semua permasalahan tersebut diuraikan dalam

pembahasan skripsi ini, hal tersebut mengingat terbatasnya waktu dan tenaga,

oleh karena itu penulis membatasi berbagai persoalan yang erat kaitannya

dengan judul. Namun, apabila ada uraian lain yang disisipkan pada

pembahasan skripsi ini hanya sebagai pelengkap untuk menjelaskan pokok

permasalahan yang berkaitan dengan judul. Adapun permasalahan yang akan

dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Model pemebelajaran pendidikan agama Islam yang diterapkan oleh

seorang guru di rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) SMA

Negeri 1 Malang, termasuk gaya mengajar dan pendekatan yang

digunakan oleh guru sehingga mengambarkan bentuk sebuah model

pembelajaran secara utuh.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan model

pembelajaran pendidikan agama Islam di rintisan sekolah bertaraf

internasional (RSBI) SMA Negeri Malang.

F. Penegasan Istilah

Dalam penelitaian ini, penulis berusaha memberikan gambaran tentang

judul yang disajikan oleh penulis, yakni mengenai model pembelajaran

pendidikan agama Islam di rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI).

Page 28: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

10

Secara terperinci penulis memberikan definisi dari sejumlah poin yang dirasa

dapat mewakili untuk memahami dari apa yang penulis sajikan, diantaranya:

Model Pembelajaran Menurut Arends dan Joyce

“ Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yangdigunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacupada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatanpembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.Dalam pendapat lain, Joyce mengatakan bahwa “setiap modelmengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantupeserta didik mencapai tujuan pembelajaran”.12

Pendidikan Agama Islam Menurut Zakiyah Daradjat,

“Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan

mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam

secara menyeluruh. Kemudian menghayati tujuan, yang pada akhirnya

dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan

hidup”13.

Sedangkan menurut Muhaimin,

“Pendidikan agama Islam adalah sebuah usaha yang sadar dan

terencana, yang memerlukan kesiapan matang dari guru, karena PAI

adalah sebuah bentuk pembelajaran di mana bahan yang dipelajari

selalu lekat dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat”14

12 Triatno, op.cit., hlm. 113 Abd. Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:Konsep dan

Imlementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Rosdakarya, 2004), hlm. 13014 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: Di Sekolah, Madrasah,

dan Perguruan Tinggi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 16

Page 29: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

11

Rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) merupakan sekolah

nasional dengan standar mutu internasional. Proses belajar mengajar

di sekolah ini menekankan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan

eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru yang belum pernah ada. 15

Dengan beberapa pengertian di atas, yang dimaksud dengan model

pembelajaran pendidikan agama Islam di rintisan sekolah bertaraf

internasional (RSBI) adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

secara sadar digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah nasional yang bertaraf

mutu internasional dengan penuh inovasi dan kreasi dalam mengantarkan

peserta didik mencapai tujuanya.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini, secara keseluruhan terdiri dari lima bab,

yang masing-masing bab disusun dalam sistematika sebagai berikut:

BAB I yang merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang

lingkup pembahasan, penegasan istilah dan sistematika pembahasan

Sedangkan BAB II merupakan kajian teoritis, dalam kajian teoritis ini

terbagi menjadi dua sub bab, yaitu sub bab A membahas tentang model

pembelajaran yang mencakup pengertian model pembelajaran, dan ciri-ciri

model pembelajaran. Sub bab B membahas tetang pendidikan agama Islam

(PAI) yang mencakup pengertian pendidikan agama Islam (PAI), tujuan

15 http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Bertaraf_Internasional, diakses pada 11 maret 2010.

Page 30: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

12

pendidikan agama Islam (PAI), ruang lingkup pendidikan agama Islam (PAI),

dan juga fungsi pendidikan agama Islam (PAI). Sub bab C membahas tentang

rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) yang meliputi pengertian

rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI), karakteristik rintisan sekolah

bertaraf internasional (RSBI). Sub bab D yang membahas tentang model

pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) yang mencakup tentang

pengertian model pebelajaran (PAI), macam-macam model pembelajaran

pendidikan agama Islam (PAI).

Begitu juga dengan BAB III yang merupakan metode penelitian yang

mencakup pendekatan dan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi

penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data,

pengecekan keabsahan data, serta tahap-tahap penelitian.

Untuk BAB IV yang merupakan hasil penelitian, pada bab ini terdapat

dua sub bab, yaitu sub bab A yang membahas tentang gambaran umum SMA

Negeri 1 Malang. Sedangkan pada sub B menjelaskan tentang paparan data

hasil penelitian tentang model pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di

rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Malang.

Sedang untuk BAB V yang merupakan pembahasan hasil penelitian,

dalam bab ini membahas mengenai hasil penelitian dari bab empat secara

eksplisit dengan menghubungkan dengan teeori yang ada terkait dengan

model pembelajaran pendidikan agama Islam sekaligus faktor pendukung dan

penghambatnya.

Page 31: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

13

Terakhir adalah BAB VI yang meupakan penutup, yang terdiri dari

Kesimpulan dan Saran.

Dalam segmen ini peneliti akan menyimpulkan hal-hal yang

berhubungan dengan hasil penelitian. Kemudian akan dipaparkan tentang

saran-saran yang merupakan wujud dari tawaran pemikiran alternatif.

Daftar Rujukan

Lampiran

Page 32: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

14

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)

Di dalam GBPP SLTP dan SMU mata pelajaran pendidikan agama Islam

kurikulum tahun 1944, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan

agama Islam adalah: “usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam

meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan

tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar

umat beragama dalam masyarakat untuk mwujudkan persatuan nasional.”16

Menurut Zakiyah Daradjat pendidikan agama Islam adalah suatu usaha

untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami

ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya

dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 17

Esensi dari pendidikan adalah adanya proses transfer nilai, pengetahuan,

dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda

mampu hidup. Oleh karena itu ketika kita menyebut pendidikan agama Islam,

maka akan mencakup dua hal, yaitu : (a) Mendidik siswa untuk berperilaku

16 Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm.117 Abd. Majid dan Dian Andayani, op.cit., hlm 130.

Page 33: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

15

sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam; (b) Mendidik siswa-siswi untuk

mempelajari materi ajaran agama Islam.18

Ahmad Tafsir, mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah

bimbingan yang diberikan seseorang terhadap orang lain agar dia

berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.19

Abdurr-Rahman Shaleh berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah

merupakan pengembangan pikiran, penataan prilaku, pengaturan emosional,

baik formil atau materiel hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta

bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih

tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan meluaskan pengetahuan dan

pandangan anak dalam kehidupan.20

Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu :

1) Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai usaha sadar, yakni suatukegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan yang dilakukan secaraberencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

2) Peserta didik yang hendak disiakan untuk mencapai tujuan; dalam artiada yang dibimbing, diajari dan/atau dilatih dalam peningkatankeyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaranagama Islam.

3) Pendidik atau guru pendidikan agama Islam (GPAI) yang melakukankegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan secara sadar terhadappeserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam (PAI).

4) Kegiatan (pembelajaran) pendidikan agama Islam (PAI) diarahkan untukmeningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalanajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentukkesalehan-kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk

18 Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan AgamaIslam Di Sekolah (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 75-76.

19Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995,hlm. 5

20 Abd Rachman Shaleh, Dikdaktik Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1976. hlm. 31.

Page 34: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

16

membentuk kesalehan social. Dalam arti, kualitas atau kesalehan pribadiitu diharapkan mampu memancar keluar dalam hubungan kesehariandengan manusia lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama (sesamemuslim) atau yang tidak seagama (hubungan dengan non muslim), sertadalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat terwujud persatuan dankesatuan nasional (ukhuwah wathoniyah) dan bahkan ukhuwahinsaniyah (persatuan dan kesatuan antar sesama manusia).21

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dalam rumusannya, tujuan pendidikan Islam dapat dibagi dalam dua

tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Ali Khalil Abu Alyana’im

menjelaskan tujuan khusus pendidikan Islam ditetapkan berdasarkan kepada

kondisi geografis, ekonomi, dan lain-lain yang ada di tempat dimana tujuan

tersebut disusun.22 Sedangkan tujuan yang bersifat umum dari pendidikan

Islam merupakan tujuan akhir dari pelaksanaan pendidikan Islam itu sendiri,

yakni berusaha menyerahkan diri secara total kepada Allah.23

Menurut Zakiah Darajat,

Membagi tujuan Pendidikan Agama Islam menjadi 4 (empat) macam,yaitu :a) Tujuan umum.

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semuakegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.b) Tujuan akhir.

Tujuan akhir adalah tercapainya wujud kamil, yaitu orang yangtelah mencapai ketakwaan dan menghadap Allah dalam ketakwaannya.c) Tujuan sementara.

Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anakdiberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatukurikulum pendidikan formal.d) Tujuan operasional.

Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengansejumlah kegiatan pendidikan tertentu.24

21 Muhaimin, op. cit., hlm. 76.22 Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid. Jakarta: Raja Grafindo.23 Sama’un Bakry, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Bani

Quraisy, 2005), hlm. 3624 http:akhmadsudrajat. Tujuan Pendidikan Islam. wordpress.com (diakses tanggal 10 Juli

Page 35: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

17

Pada hakikatnya tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia

yang sempurna yaitu manusia yang beribadah kepada Allah. Di dalam GBPP

PAI 1994 sebagaimana dikutip oleh Muhaimin disebutkan bahwa secara

umum, Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk “meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang

agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa

kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.25

H. M. Arifin, Mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah

untuk membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai

agama Islam dan sekaligus mengajarkan ajaran Islam serta mengamalkannya

secara benar sesuai dengan pengetahuan agama.26

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak

ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI), yaitu :

1. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

2. Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan

peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

3. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan

peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam.

4. Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yangtelah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi olehpeserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya

25 Muhaimin, op. cit ., hlm. 78.26 Abdul Fatah Jalal, llmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Dalam A. Tafsir), Remaja

Rosdakarya, bandung, 1991, hlm. 7.

Page 36: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

18

untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agamadan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yangberiman dan bertakwa kepada Allah SWT serta mengaktualisasikandan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsadan bernegara27.

Di dalam GBPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)kurikulum 1999, tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) tersebut lebihdipersingkat lagi, yaitu: “agar siswa memahami, menghayati, meyakini, danmengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman,bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia”. Rumusan tujuanPendidikan Agama Islam (PAI) ini mengandung pengertian bahwa prosesPendidikan Agama Islam (PAI) yang dilalui dan dialami oleh siswa disekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahamansiswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam,untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya prosesinternalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam artimenghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait dengan kognisi,dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasioleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam.Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan diharapkan dapat tumbuhmotivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaatiajaran Islam (tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasi dalam dirinya.Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwadan berakhlak mulia.28

Di dalam Peraturan Menteri (PERMEN) Nomor 22 tahun 2006 tentang

Standar Isi/Kompetensi Dasar di jelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam di

SMA/MA bertujuan untuk:29

1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, danpengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadimanusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannyakepada Allah SWT;

2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlakmulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjagakeharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budayaagama dalam komunitas sekolah.

27 Muhaimin hlm. loc. cit 78.28 Ibid, hlm. 78-79.29 Permen No. 22 th 2006, Tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMA-

MA-SMK-MAK, hlm. 2.

Page 37: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

19

Oleh karena itu berbicara Pendidikan Agama Islam (PAI), baik makna

maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan

tida dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman

nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi

anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di

akhirat kelak.30

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk sekolah/madrasah berfungsi

sebagai berikut :

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaanpeserta didik pada Allah SWT yang telah ditanamkan dalamlingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-pertama kewajibanmenanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orangtua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkanlebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran danpelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembangsecara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.31

b. Penanaman Nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencarikebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.32

Seperti firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 201:

نة س ة ح ر في األخ نة و س نیا ح اتنا في الد بنا ء ل ر یقو ن م نھم م النارو ذاب قنا ع و

Artinya: "Dan diantara mereka ada yang berkata: "ya Tuhan kamiberikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikandi akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS.Al-Baqarah: 201)33

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri denganlingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dandapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

30 Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., hlm. 136.31 Ibid., hlm. 134.32 Ibid., hlm. 134.33 Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit J-Art, 2005), hlm. 32.

Page 38: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

20

Dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan suatuhal yang dijadikan sandaran ketika terjadi hal-hal yang tidakdiinginkan. Jadi, pendidikan agam Islam adalah ikhtiar manusiadengan jalan bimbingan dan pimpinan untuk membantu danmengarahkan fitrah agama peserta didik menuju terbentuknyakepribadian utama sesuai dengan ajaran agama.34

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didikdalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalamkehidupan sehari-hari.35

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif darilingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakandirinya dan menghambat perkembangannya menjadi manusiaIndonesia seutuhnya. Maksudnya adalah bahwa Pendidikan AgamaIslam mempunyai peran dalam mengatasi persoalan-persoalan yangtimbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiriskarena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Olehkarena itu, diharapkan Pendidikan Agama Islam menjalankanfungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil, dansebagainya. Untuk itu, Pendidikan agama Islam hendaknyaditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan pada masa kanak-kanakmerupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya.Oleh sebab itu berbicara pendidikan agama Islam, baik maknamaupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilaiIslam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitassosial.36 Sebagaimana tercermin dalam Al-Qur'an surat Luqman ayat17 yang berbunyi:

ان ف و و ر ع بالم ر أم الة و الص أقم یابني ن م الك ذ إن ابك آأص لى م ع بر اص ر و نك الم ن ھ عر و األم م ز ع

Artinya: "Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dariperbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apayang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itutermasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (Q.S.Luqman: 17)37

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum(alam nyata dan tidak nyata), sistem dan fungsionalnya.38

34 Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., hlm. 134.35 Ibid., hlm. 134.36 Ibid., hlm. 134.37 Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 413.38 Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., hlm. 134.

Page 39: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

21

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memilikibakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapatberkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untukdirinya dan bagi orang lain. Oleh karena itulah pendidikan Islammemiliki beban yang multi paradigma, sebab berusaha memadukanunsur profan dan imanen, dimana dengan pemaduan ini, akanmembuka kemungkinan terwujudnya tujuan inti pendidikan Islamyaitu melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmupengetahuan, yang satu sama lainnya saling menunjang. Disampingitu, pendidikan agama Islam memberikan bimbingan jasmani-rohaniberdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknyakepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.39

Menurut Zakiah Daradjat,

Dalam bukunya “Kesehatan Mental” mengemukakan tentangpentingnya fungsi pendidikan Islam baik di rumah, di sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Beliau mengatakan bahwa pendidikan agamaIslam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan danpenyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan agamaIslam mempunyai dua aspek terpenting, yaitu:

1. Aspek pertama dari pendidikan Islam adalah yang ditujukan pada jiwaatau pembentukan kepribadian. Artinya bahwa melalui pendidikanagama Islam ini anak didik diberikan keyakinan tentang adanya Allahswt.

2. Aspek kedua dari pendidikan Agama Islam adalah yang ditujukankepada aspek pikiran (intelektualitas), yaitu pengajaran Agama Islamitu sendiri. Artinya, bahwa kepercayaan kepada Allah swt, besertaseluruh ciptaan-Nya tidak akan sempurna manakala isi, makna yangdikandung oleh setiap firman-Nya (ajaran-ajaran-Nya) tidakdimengerti dan dipahami secara benar. Di sini anak didik tidak hanyasekedar diinformasikan tentang perintah dan larangan, akan tetapijustru pada pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana besertaargumentasinya yang dapat diyakini dan diterima oleh akal.40

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI)

Agama Islam adalah agama yang sempurna yang meliputi: (a) masalah

keimanan; (b) masalah keIslaman (syari’ah); dan (c) masalah ikhsan (akhlak).

39 Ibid., hlm. 134.40 http://LucianE.Marin.wordpress.com/2008/01/22/Tujuan Pendidikan Agama Islam. (diakses

pada tanggal 10 Juli 2010).

Page 40: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

22

Yang kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al-

Qur’an dan Al-Hadits, serta ditambah dengan sejarah Islam (tarikh), sehingga

secara berurutan: (a) ilmu tauhid/keimanan; (b) ilmu fiqih; (c) Al-Qur’an; (d)

Al-Hadits; (e) akhlak; dan (f) tarikh Islam.41

Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam itu secara keseluruhannya meliputi lingkup: Al-Qur'an dan al-

hadis, keimanan, akhlak, fiqih / ibadah, dan sejarah, sekaligus

menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup

perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia

dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun

lingkungannya.42

Mengenai lingkup maupun urutan sajian materi pokok pendidikan agama

itu sebenarnya telah dicontohkan oleh Luqman ketika mendidik putranya

sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an surat Luqman ayat 13, 14, 17, 18

dan 19 sebagai berikut:

ینا 13 ص و ) و

ل لى و ر ك اش أن ین ام ع لھ في فص و ھن لى و نا ع ھ ھ و لتھ أم م یھ ح لد بو ان نس إلي اإل یك الد و

) یر ص )14الم

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya,

di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "hai anakku,

janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya

mempersekutukan allah adalah benar-benar kezaliman

41Zuhairini., Abdul Ghofir, Meotdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Malang: UMPress, 2004) hlm. 48

42Abdul Majid, 2004, op.cit.,hlm. 131

Page 41: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

23

yang besar". Dan kami perintahkan kepada manusia

terhadap kedua orang tuanya (ibu bapaknya); ibunya

telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun.

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tua

ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu”.

Dalam ayat lain juga dijelaskan yakni pada surat Luqman aat 17-19

sebagai berikut:

ن م لك ذ إن ابك آ أص لى م ع بر اص ر و نك الم ن انھ ع ف و و ر ع بالم ر أم الة و الص أقم یابني

ر ( و األم م ز 17ع ب هللا الیح ا إن ح ر ض م ش في األر ال تم للناس و ك د خ عر ال تص كل ) و

) ر◌ و فخ تال 18مخ ت و ات لص و األص ر أنك إن تك و ص ن م ض ض اغ و یك ش د في م اقص ) و

یر ( م ).19الح

Artiya: “Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia

mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari

perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa

yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu

termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah. Dan

janganlah kamu memalingkanmukamu dari manusia

karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka

dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan

lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-seburuk

Page 42: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

24

suara ialah suara keledai". (QS. Luqman, ayat 17, 18

dan 19).43

Agar kemampuan-kemampuan lulusan atau out put yang diharapkan bisa

tercapai, maka tugas Guru pendidikan agama Islam adalah berusaha secara

sadar untuk membimbing, mengajar, dan melatih siswa sebagai siswa agar

dapat: (a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT yang

telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga; (b) Menyalurkan bakat dan

minatnya dalam mendalami bidang agama serta mengembangkannya secara

optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula

bermanfaat bagi orang lain; (c) Memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahannya dalam keyakinan,

pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari; (d)

Menangkal dan mencegah pengaruh negatif dari kepercayaan, paham atau

budaya lain yang membahayakan dan menghambat perkembangan keyakinan

siswa; (e) Menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik

maupun lingkungan sosial yang sesuai dengan ajaran Islam; (f) Menjadikan

ajaran Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat; dan (g) Mampu memahami, mengilmui pengetahuan

agama Islam secara menyeluruh sesuai dengan daya serap siswa dan

keterbatasan waktu yang tersedia.44

43 Zuhairini., Abdul Ghofir, 2004 op.cit., hlm. 48-4944 Muhaimin, 2005, op.cit.,hlm. 53

Page 43: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

25

Dari penjelasan tersebut jelas bahwa Islam mengajarkan keseimbangan

antara kehidupan dunia dan akhirat, jasmani dan rohani serta perhatian

terhadap lingkungan sekitar dengan rinci telah dijelaskan dalam Islam.

B. Tinjauan Tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

1. Pengertian rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI)

Rintisan sekolah bertaraf Internasional (RSBI) adalah sekolah-sekolah

yang dipersiapkan secara bertahap melalui pembinaan oleh pemerintah dan

stakeholders, dalam jangka waktu tertentu yaitu empat tahun diharapkan

sekolah tersebut mampu dan memenuhi kriteria untuk menjadi SBI.45

Rintisan sekolah bertafaf internasional (RSBI) merupakan sekolah

nasional yang mengarah pada standar mutu internasional. Proses belajar

mengajar di sekolah ini menekankan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan

eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru yang belum pernah ada. 46

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Pasal 61 Ayat (1)

mengamanatkan bahwasanya “Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah

menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang

pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada

jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi suatu satuan

pendidikan yang bertaraf internasional”. Menurut Depdiknas “RSBI adalah

sekolah nasional yang menyiapkan atau mngarahkan peserta didiknya

45 Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/MadrasahBertaraf internasional Pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta: Badan Penelitiandan Pengembangan DEPDIKNAS.2007) hlm 5.

46 http://id.wikipedia., op.cit.

Page 44: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

26

berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya

internasional, sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya saing

internasional.47

Dengan pengertian tersebut RSBI dapat dirumuskan sebagai berikut:

RSBI = SNP + X di mana SNP adalah standar nasional pendidikan (SNP)

yang meliputi: kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik, dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, dana pengelolaan, dan penilaian. X

merupakan penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman

melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan, baik dari dalam

maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui

secara internasional sehingga lulusan dari sekolah-sekolah tersebut dengan

mudah diterima jika melanjutkan pendidikan atau bekerja di negara-negara

maju”.48

Direktorat pembinaan SMA bertaraf internasional Dr.Sungkowomengungkapkan: ““Kita tidak akan membuat sekolah internasional, kita tidak membuatsekolah diplomatik, sebab yang dinamakan sekolah internasional yangada di Indonesia ini, adalah sekolah-sekolah milik negara-negaratetangga, negara-negara sahabat, kita tidak akan membuat sekolahseperti itu. Tapi kita akan membuat sekolah yang hasilnya nantibertaraf internasional.”. 49

2. Dasar Hukum Penyelenggaraan RSBI

1. Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentangSistem Pendidikan

Nasional dalam pasal 50 menyatakan bahwa:

47 http://id.wikipedia., op.cit.48Depdiknas.,op.cit49 http: ide2 pendidikan. Blogspot.com. rapat kordinasi kordinator fasilitator rintisan sekolah

bertarf internasional (diakses 23 april 2010)

Page 45: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

27

a. Ayat (2): Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan

Standar Nasional Pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan

nasional.

b. Ayat (3): Pemerintah dan/atau pemerintah daerah

menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan

pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk

dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf

internasional.

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025

mengatur perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah

dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan

dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil dan

makmur.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan dalam pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa :

Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelengarakan

sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar

dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan

menengah untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf

internasional.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 Tentang Pembagian

Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Page 46: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

28

5. Permendiknas Nomor 22,23,24 Tahun 2005 dan Nomor 6 Tahun

2007; Nomor 12, 13, 16, 19, 20, 24, dan 41 Tahun 2007.50

3. Visi, misi dan tujuan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI)

Mengacu pada visi pendidikan nasional dan visi Depdiknas, maka visi

RSBI adalah “terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif

secara internasional”. Visi tersebut memiliki implikasi bahwa penyiapan

manusia Indonesia yang memiliki kompetensi bertaraf internasional

memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara intensif terarah, terencana,

dan sistematik agar dapat mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai,

dihormati, dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain.51

Berdasarkan visi tersebut, maka misi RSBI adalah mewujudkan manusia

Indonesia cerdas dan kompetitif secara nasional terlebih secara

internasional, yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global.

Penyelenggaraan RSBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang

berkelas nasional dan internasional sekaligus. Lulusan yang berkelas

nasional secara jelas telah dirumuskan dalam UU No. 20/2003 dan

dijabarkan dalam PP 19/2005, dan lebih dirincikan lagi dalam Permendiknas

No. 23/2006 tentang standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang bunyinya

sebagai berikut :

“Pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”. Perlu dicatat bahwa

50 http:nazhoriauthor.blogspot.com/Pentingnya RSBI (diakses pada 23 April 2010)51 http://kamissore.blogspot.com/pendidikan internasional (diakses 15 Maret 2010)

Page 47: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

29

sebagai upaya untuk mengembangkan pendidikan bertaraf internasional,

RSBI harus tetap memegang teguh untuk mengembangkan jati diri nilai-

nilai bangsa Indonesia52.

4. Karakteristik rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI)

Dalam usaha memenuhi karakteristik dari konsep RSBI, sekolah harus

sudah melaksanakan dan memenuhi delapan unsur SNP sebagai pencapaian

indikator kinerja kunci minimal ditambah beberapa unsur sebagai indikator

kinerja kunci tambahan, maka sekolah dapat melakukan minimal dengan dua

cara, yaitu: (1) adaptasi, yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah

ada dalam SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan standar pendidikan

salah satu anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai

keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki

reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki

kemampuan daya saing internasional; dan (2) adopsi, yaitu penambahan atau

pengayaan/pemdalaman/penguatan/perluasan dari unsur-unsur tertentu yang

belum ada diantara delapan unsur SNP dengan tetap mengacu pada standar

pendidikan salah satu anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang

mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah

memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya

memiliki kemampuan daya saing internasional.53

Sekolah yang akan melakukan adaptasi ataupun adopsi, perlu mencari

mitra internasional, misalnya sekolah-sekolah dari negara-negara anggota

52 Ibid.53http://ide2pendidikan.blogspot.com/search/label/Sekolah berstandar internasional Konsep dan

karakteristik RSBI, (diakses 15 Maret 2010)

Page 48: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

30

OECD yaitu: Australia, Austria, Belgium, Canada, Czech Republic,

Denmark, Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland,

Italy, Japan, Korea, Luxembourg, Mexico, Netherlands, New Zealand,

Norway, Poland, Portugal, Slovak Republic, Spain, Sweden, Switzerland,

Turkey, United Kingdom, United States dan negara maju lainnya seperti

Chile,Estonia, Israel, Russia, Slovenia, Singapore dan Hongkong yang

mutunya telah diakui secara internasional. Atapun dapat juga bermitra dengan

pusat-pusat pelatihan, industri, lembaga-lembaga tes/sertifikasi internasional

seperti misalnya Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, pusat-pusat studi dan

organisasi-organisasi multilateral seperti UNESCO, UNICEF, dan

SEAMEO.54

Esensi lainnya dari karakteristik konsep tentang RSBI adalah adanya

daya saing pada forum nasional bahkan internasional terhadap komponen-

komponen pendidikan seperti output/outcomes pendidikan, proses

penyelenggaraan dan pembelajaran, serta input RSBI harus memiliki daya

saing yang kuat/tinggi. Masing-masing komponen tersebut harus memiliki

keunggulan yang diakui secara nasional terlebih lagi secara internasional,

yaitu berkualitas internasional dan telah teruji dalam berbagai aspek sesuai

dengan karakteristiknya masing-masing. Bukti bahwa telah diakui dan teruji

secara internasional dengan sertifikasi minimal dengan berpredikat baik dari

salah satu negara anggota OECD, negara maju lainnya atau lembaga

54 Ibid., hlm 6.

Page 49: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

31

internasional yang relevan. Beberapa ciri esensial dari RSBI ditinjau dari

komponen pendidikan yang berdaya saing tinggi yaitu:

1. Output/outcomes RSBI

Adapun karakteristik konsep RSBI erkaitan dengan output/outcomes

harus memiliki daya saing internasional antara lain bercirikan: (1) lulusan

RSBI dapat melanjutkan pendidikan pada satuan pendidikan yang bertaraf

internasional, baik di dalam maupun di luar negeri, (2) lulusan RSBI dapat

bekerja pada lembaga-lembaga internasional dan/atau negara-negara lain, dan

(3) meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetisi sains,

matematika, teknologi, seni, dan olah raga. Proses penyelenggaraan dan

pembelajaran dikatakan memiliki daya saing internasional antara lain cirinya

telah menerapkan berbagai model pembelajaran yang berstandar

internasional, baik yang bersifat pembelajaran teori, eksperimen maupun

praktek.55

Karakteristik RSBI dilihat dari proses pembelajaran, penilaian dan

penyelenggaraan harus bercirikan internasional, yaitu:

1) Pro-perubahan yaitu proses pembelajaran yang mampu menumbuhkandan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasiuntuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru.

2) Menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif danmenyenangkan; student centered; reflective learning; active learning;enjoyble dan joyful learning; cooperative learning; quantum learning;learning revolution; dan contextual learning, yang kesemuanya itutelah memiliki standar internasional.

3) Menerapkan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua matapelajaran.

4) Proses pembelajaran menggunakan bahasa Inggris khususnya matapelajaran sains, matematika, dan teknologi.

55Ibid., hlm 7

Page 50: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

32

5) Proses penilaian dengan menggunakan model-model penilaian sekolahunggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yangmempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

6) Dalam penyelenggaraannnya harus bercirikan utama kepada standarmanajemen internasional yaitu mengimplementasikan dan meraih ISO9001 versi 2000 atau sesudahnya dan ISO 14000, dan menjalinhubungan sister school dengan sekolah bertaraf internasional di luarnegeri.56

3. Input RSBI

Adapun lulusan RSBI yang esensial bercirikan internasional antara lain:

1) Siswa siswa lulusan RSBI telah terakreditasi dari badan akreditasisekolah di salah satu negara anggota OECD dan atau negara majulainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

2) Standar kelulusan lebih tinggi daripada standar kelulusan nasional,sistem administrasi akademik berbasis TIK, dan muatan matapelajaran sama dengan muatan mata pelajaran (yang sama) darisekolah unggul diantara negara anggota OECD atau negara majulainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan

3) Jumlah guru minimal 20% berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggiyang program studinya terakreditasi A dan mampu berbahasa inggrisaktif, kepala sekolah minimal berpendidikan S2 dari perguruan tinggiyang program studinya terakreditasi A dan mampu berbahasa inggrisaktif, serta semua guru mampu menerapkan pembelajaran berbasisTIK

4) Setiap ruang kelas dilengkapi sarana dan prasarana pembelajaranberbasis TIK, perpustakaan dilengkapi sarana digital/berbasis TIK,dan memiliki ruang dan fasilitas multimedia

5) Menerapkan berbagai model pembiayaan yang efisien untuk mencapaiberbagai target indikator kerja kunci tamahan. 57

Semua karakteristik yang menjadi ciri RSBI yang membedakan antara

sekolah yang bertaraf normal, nasional sampai yang bertaraf internasional

harus menjadi perhatian, karena dengan memenuhi standar di atas upaya

pembentukan RSBI akan benar-benar berkualitas dan dapat bersaing di

tingkat internasional.

56 Ibid., hlm 1157 Ibid..

Page 51: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

33

5. Perencanaan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

(RSBI)

Perencanaan program rintisan SMA BI dituangkan kedalam Rencana

Pengembangan Sekolah (RPS) atau School Development and Investment

Plan (SDIP). Langkah penyusunan RSP/SDIP terdiri dari

a. Evaluasi Diri

Evaluasi diri dilakukan dengan membandingkan anata kondisi ideal

dengan kondisi nyata sekolah. Melalui evaluasi diri dapat diketahui kekuatan

dan kelemahan masing-masing sekolah untuk setiap komponen sekolah. Hasil

evaluasi diri digunakan sebagai dasar untuk menyusun RPS/SDIP yang

meliputi Rencana Kerja Jangka Menengah (Rencana Strategis 5 tahun) dan

Rencana Kerja Tahunan, serta Action Plan.

b. Penyusunan dan Pengesahan RPS/SDIP

RPS/SDIP yang disusun oleh sekolah bersama dengan komite sekolah

diketahui oleh kepala dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Direktur

Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

menengah Departemen Pendidikan Nasional.

C. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka

mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif,

dimana model pembelajaran sangat erat kaitanya dengan gaya belajar peserta

Page 52: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

34

didik (learning style) dan gaya guru dalam mengajar (teacher style) yang

keduanya disingkat menjadi solat (style of learning and teaching).58

Menurut Arents, model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau

suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial.59 Model pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-

tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.60

Akan tetapi, dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang

memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali terjadi kebingungan dalam

membedakannya. Untuk mengantarkan pemehaman mengenai istilah model

agar tidak terjadi kesalah pahaman, terdapat beberapa istilah yang

mempunyai kemiripan arti. Adapun istilah-istilah tersebut adalah: (1)

pendekatan pembelajaran; (2) strategi pembelajaran; (3) metode

pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran dan (6) model

pembelajaran.61

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan

tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di

dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode

pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Kemudian dari pendekatan

58 Hanafiah; Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran. (Bandung: Refika Aditama, 2009).Hlm. 41.

59 Triatno, op.cit., hlm. 160 Triatno, loc. cit.61 http://akhmadsudrajat.wordpress.com, (diakses 15 Maret 2010).

Page 53: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

35

pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi

pembelajaran.62

Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya

mengemukakan bahwa “dalam strategi pembelajaran terkandung makna

perencanaan”. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat

konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu

pelaksanaan pembelajaran. Kita ketahui bahwa strategi pembelajaran sifatnya

masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai

metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan

of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in

achieving something”. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai

cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan

pembelajaran.63

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya

pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai

cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode

secara spesifik. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun

dalam koridor metode yang sama. Sementara taktik pembelajaran merupakan

gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran

tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama

menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam

62. Ibid...63 Ibid..

Page 54: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

36

taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak

diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang

tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi

lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat

menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau

kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman

dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,

pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni.64

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik

pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka

terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model

pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar

dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata

lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan

suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.65

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya

secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki

keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model

pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sehingga pesan yang

disampaikan dapat ditangkap oleh siswa.

64 Ibid..65 Ibid..

Page 55: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

37

2. Karakteristik Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada

strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran memiliki empat ciri

khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur, yakni: (1)

rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;

(2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan

agar model tersebut dapat dlaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan

belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.66

Untuk mengetahui kualitas model pembelajaran dapat dilihat dari dua

aspek, yaitu proses dan produk. Aspek proses terarah pada apakah

pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan

(joyfull learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berfikir

kreatif. Sedangkan aspek produk terarah pada apakah pembelajaran mampu

mencapai tujuan, yakni meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan

standar kamampuan atau kompetensi yang ditentukan. Tentunya setelah

aspek proses berjalan dengan baik. Pada puncaknya sebenarnya setiap model

memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap

pendekatan memberikan pengaruh yang berbeda pada siswa, pada ruang fisik,

dan pada sistem sosial kelas.67

66 Trianto 2007, Opcit.,hal.567 Ibid..

Page 56: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

38

3. Fungsi Model Pembelajaran

Fungsi model pembelajaran disini adalah sebagai pedoman bagi

perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Arends

memilih istilah model pembelajaran berdasarkan dua alasan penting yaitu:

istilah model memiliki makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau

prosedur. Kedua model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang

penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktek

mengawasi anak-anak. Model pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan

tujuan pembelajaran, sintaksisnya dan sifat lingkungan belajarnya.68

Untuk pemilihan model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dan materi yang

akan diajarkan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam

pengajaran tersebut serta kemampuan peserta didik. Selain itu pula setiap

model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang oleh siswa

dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan yang lain memiliki

perbedaan. Perbedaan-perbedaan inilah terutama dalam teknik membuka,

proses pembelajaran dan menutup harus dipahami oleh seorang guru agar

model-model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Guru harus

menguasai dan dapat menerapkan berbagai ketrampilan mengajar, agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam.69

68 Ibid. hlm 3-4.69 Ibid. hlm 4-5.

Page 57: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

39

4. Penerapan Model Pembelajaran PAI di Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI)

Dalam era globalisasi industrialisasi sebagai akibat dari kemajuan di

bidang informasi berdampak pada perkembangan \ ilmu pengetahuan dan

teknologi. dalam konteks ini, pendidikan tidak terfokus pada penyiapan

sumber daya manusia yang siap pakai, menginggat kecenderungan dalam

dunia kerja cepat sekali berubah. Sebaliknya pendidikan harus

mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu menerima, serta

menyesuaikan dan mengembangkan arus perubahan yang terjadi dalam

lingkunganya.70

Secara moral berbagai permasalahan yang timbul sebagai akibat dari

kemajuan merupakan tanggung jawab dunia pendidikan, untuk mencarikan

pemecahanya melalui penerapan model pembelajaran pendidikan agama

Islam (PAI) yang efektif dan efisien. Dunia pendidikan Islam seharusnya

melihat model pembelajaran pendidikan agama Islam sebagai upaya yang

bertujuan membantu para lulusan agar dapat mempertahankan eksistensinya

secara fungsional sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka ibadah kepada

Allah.71

Dalam penerapanya, model pembelajaran pendidikan agama Islam di

RSBI seharunya lebih berorientasi pada murid (student centris) dan bukan

semata-mata mengandalkan pada informasi dari guru (teacher centris) seperti

70 Amir Feisal Jusuf, Reorientasi pendidikan Islam. (Jakarta: Gema Insan Press, 1955). Hlm.131. dikutip oleh Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta: Grasindo. Hlm. 86.

71 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam. (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987). Hlm.305. dikutip oleh Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam.( Jakarta: Grasindo,2001). Hlm. 88.

Page 58: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

40

yang selama ini banyak diterapkan. Dengan demikian model pembelajaran

yang diterapkan mampu melatih siswa bersikap kreatif, mandiri dan produktif

yang sangat diperlukan dalam menghadapi masyarakat modern. Kondisi

semacam ini pada giliranya akan mampu menciptakan masyarakat belajar

(learning society).72 Dalam model pembelajaran seperti ini peranan guru

lebih sebagai motivator (pendorong/penggerak), desainer (perancang),

fasilitator (penyedia bahan dan peluang belajar), serta penunjuk dimana

informasi itu berada, bagaimana menyajikan hasil informasi tersebut dan

sebagai evaluator (penilai) serta justificator (pembenar) dan masih banyak

lagi.73

Diakui bahwa dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih

mengacu pada siswa membuat siswa kreatif, mandiri dan produktif, banyak

hal yang perlu dipersiapkan. Disamping harus ada kemauan, kesunggguhan,

dan ketrampilan para guru juga harus di dukung oleh sarana dan prasarana,

pengelolaan kelas, lingkungan belajar, penggunaan media pendukung,

metode, pendekatan, interaksi, variasi dll.74

Model pembelajaran pendidikan agama Islam di RSBI pada dasarnya

menggunakan pengantar bahasa Inggris atau bahasa asing meskipun tidak

mengesampingkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

yang dimaksudkan agar mutu pendidikan dapat dimaksimalkan. Sebagaimana

diketahui secara umum bahwa seseorang dalam merintis arah kehidupan

72 Husein, Torsten. (1988). Masyarakat Belajar. (Jakarta: Rajawali Pers, 1988). Hlm 4-5dikutip oleh Abuddin Nata. Paradigma Pendidikan Isla, (Jakarta: Grasindo 2001). Hlm. 88-89.

73 Ibid. hlm. 8974 Ibid. 89-90

Page 59: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

41

sangat ditentukan oleh kemampuan dan tingkat pendidikan yang dimiliki, di

mana sampai saat ini untuk memasuki sekolah yang lebih tinggi dibutuhkan

kemampuan lebih atau bahkan untuk memasuki dunia kerja nantinya

diutamakan seseorang yang mempunyai berbagai keahlian dan kemampuan.

Salah sarunya adalah kemampuan menggunakan Bahasa Inggris sebagai

bahasa pengantar, dalam arti mampu aktif berbahasa inggris. Lebih-lebih

diprasyaratkan adanya sertifikat Toefl yang menjadikan momok bagi

sebagian besar lulusan sekolah untuk memasuki dunia kerja. Hal ini tidak

mengesampingkan pentingnya kemampuan yang harus dimiliki seseorang

seperti komputer, Bahasa Asing yang lain, dan lain-lian.75

Dalam model pembelajaran pendidikan agama Islam di setiap ruang

kelas dilengkapi sarana dan prasarana pembelajaran berbasis TIK,

perpustakaan dilengkapi sarana digital/berbasis TIK, dan memiliki ruang dan

ditunjang dengan fasilitas multimedia. Jumlah guru minimal 20%

berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya

terakreditasi A dan mampu berbahasa inggris aktif, kepala sekolah minimal

berpendidikan S2 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi

A dan mampu berbahasa inggris aktif, serta semua guru mampu menerapkan

pembelajaran berbasis TIK dan profesional dalam bidangnya. tingkat

keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi sebagai berikut:

75 http://stellamarisserpong.worpress.com/2009/03/13/pengertian-rsbi (di akses pada 23 April2010).

Page 60: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

42

a) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan Dalam hal iniguru harus paham aka tujuan pendidikan yang akan dicapai baik tujuannasional, institusional, dan tujuan pembelajaran.

b) Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan. Dalam hal ini gurupaham tentang tahapan perkembangan siswa dan karakteristik siswa.

c) Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidangstudi yang diajarkannya. Dalam hal ini guru benar-benar menguasaimateri yang diajarkan sesuai dengan latar belakang pendidikan guru.

d) Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategipembelajaran. Dalam hal ini guru dapat menggunakan metode-metodedalam belajar dengan tepat serta dapat menggunakan startegipembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat kegiatanbelajar mengajar berlangsung.

e) Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dansumber belajar. Dalam hal ini guru dapat memanfaatkan media dansumber belajar yang ada sesuai dengan materi yang diajarkan, ketikamedia dan sumber belajar kurang memenuhi diharapkan guru dapatberkreasi untuk media yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

f) Kemampuan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Dalam hal ini gurusebelum dan setelah mengajar melakukan evaluasi pembelajaran yangefektif serta menggunakan hasilnya untuk mengetahui prestasi dankemajuan siswa serta dapat melakukan perbaikan dan pengembangan.

g) Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran. Dalam hal iniguru sebelum mengajar diharuskan untuk membuat atau menyusunrencana pembelajaran atau satuan pembelajaran sesuai dengan standarkompetensi yang telah ditentukan atau sesuai dengan kurikulum yangada.

h) Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi danberinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesamaguru, orang tua atau wali murid dan masyarakat sekitar.76

5. Jenis-jenis Model Pembelajaran yang Dapat Diterapkan Dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

1) Model pembelajaran Contexstual Teaching & Learning (CTL)

a) Pengertian

Menurut Blanchard,

Pengajaran atau pembelajaran kontekstual atau contextual teachingand Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu gurudalam mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata

76 Ibid.

Page 61: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

43

dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan danpenerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,warga negara, dan tenaga kerja.77

Menurut Muslich dan Sanjaya, pembelajaran kontekstual melibatkan

tujuh komponen utama, yaitu:

1. Konstruktivisme (constructivisme) merupakan landasan filosofispendekatan CTL. Pembelajaran konstruktivisme menekankan padaterbangunnya pemahaman siswa secara aktif, kreatif, dan produktifberdasarkan pengetahuan terdahulu dan pengalaman belajar yangbermakna. Belajar bermakna akan membiasakan siswa untukmemecahkan masalah sendiri, menemukan sesuatu yang berguna bagidirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.

2. Menemukan (Inquiry) merupakan kegiatan inti CTL.Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak berasal darihasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiridari fakta yang dihadapinya. Proses pembelajaran didasarkan padapencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

3. Bertanya (Questioning) metupakan refleksi keingintahuan setiapindividu, karena dalam kenyataan menunjukkan bahwa pemerolehanpengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya.

4. Masyarakat Belajar ( Learning Community), bahwa pengetahuandan pemahaman siswa banyak dipengaruhi oleh komunikasi denganorang lain. Konsep masyarakat belajar ( Learning Community) dalamCTL menyarankan agar hasil pelajaran diperoleh melalui kerjasamadengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperolehdengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahukepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas.

5. Pemodelan (Modeling) merupakan proses pembelajaran denganmemperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiapsiswa. Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana caramengoperasikan sebuah alat. Dalam pendekatan kontekstual gurubukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkansiswa. Misalnya, siswa dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan,memberi contoh kepada temannya bagaimana cara melafalkan sesuatudan sebagainya.

6. Refleksi (Reflection) adalah proses pengendapan pengalamanyang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkankembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telahdilaluinya.

77 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif (Jakarta: Kencana, 2009),hlm.104-105.

Page 62: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

44

7. Penilaian Nyata (Autentic assessment) adalah proses yangdilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentangperkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian nyatadilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaianini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran.Oleh sebab itu, penekanannya diarahkan pada proses belajar bukanhanya pada hasil belajar.78

Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan

pembelajaran yang mengakui dan menunjukan kondisi alamiah dari

pengetahuan. Melaului hubungan di dalam dan di luar kelas menjadikan

pembelajatan ini lebih relevan dan lebih mudah diterima oleh siswa.79

2) Model Pembelajaran Problem Base Learning (PBL)

a Pengertian

Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu model yang berpusat

pada peserta didik dengan cara menghadapkan para peserta didik tersebut

dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupanya. Dengan model

pembelajaran ini, peserta didik dari sejak awal sudah dihadapkan kepada

berbagai masalah kehidupan yang mungkin akan ditemuinya kelak pada saat

mereka sudah lulus dari bangku sekolah.80

Terdapat beberapa masalah yang dapat dijadikan sebagai model

pembelajaran. Masalah dapat terjadi karena adanya kesenjangan atau

kekurangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang terjadi. Misalnya

secara teori, jika seorang siswa belajar dengan sungguh-sungguh maka akan

menghasilkan nilai yang baik, namun hasilnya tetap rendah. Kemudian dari

78http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-model-pembelajaran-contextual-teaching-and-learning-ctl.php (diakses 15 Maret 2010)

79 Trianto.,Op. cit. hlm 10780 Abuddin Nata, Op. cit. hlm. 243

Page 63: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

45

permasalahan yang terjadi tersebut menimbulkan adanya pertanyaan untuk

dicarikan jawabanya sekaligus solusinya.81

Salah satu tokoh barat yang mengembangkan model pembelajaran PBL

yaitu John Dewey,

Konsepnya mengenai pengajaran sistem proyek atau metodepemecahan masalah. Gagasanya bertunpu pada dua hal. Pertama, bahwapembelajaran harus bertumpu pada pertimbangan psikologis, yaitu bahwaproses pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembanganpeserta didik, cara berfikir, dan cara kerjanya. Kedua, bahwapembelajaran harus bertumou pada tujuan pendidikan dan pengajaranyaitu untuk kepentingan kemajuan masyarakat.82

b Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran PBL

Model pembelajaran Problem Base Learning dinilai memiliki kelebihan

dan kekurangan sebagai berikut.

Adapun kelebihan model pembelajaran PBL antara lain:

a) Dapat menjadikan pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan

kehidupan, khususnya dengan dunia kerja;dapat membiasakan siswa

menghadapi dan memecahkan masalahnya secara terampil;

b) Dapat merangsang pengembangan kemampuan berfikir secara kreatif dan

menyeluruh, karena siswa telah terlatih menghadapi masalah dan

menyorotinya dari berbagai aspek.83

Sedangkan kekurangan PBL antara lain:

a) Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang sesuai

dengan tikngkat berfikir siswa karena perbedaan tingkat daya piker siswa;

81 Ibid. hlm. 24482 Agus Sujono, Aliran Baru dalam Pendidikan, (Bandung: Ilmu, 1978), hlm. 12583 Abuddin Nata. Ibid. hlm. 250.

Page 64: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

46

b) Sering memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan

penggunaan metode konfensional dimana hal ini terjadi akibat masalah

yang terjadi kebanyakan keluar dari konteksnya dan pemecahanya yang

kurang efektif;

c) Sering terjadi kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari yang

semula hanya mendengar, mencatat dan menghafal informasi yang

disampaikan guru menjadi, telah berubah menjadi pembelajaran dengan

cara mencari data, menganalisis, menyusun hipotesis dan memecahkan

masalah sendiri.84

3) Model Integrated Learning

Model pembelajaran terpadu merupakan suatu sistempembelajaran yang

memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif

mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keiimuan secara

holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila

peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di

dalam kegiatan belajar sekaligus proses dan isi berbagai disiplinilmu/mata

pelajaran/pokok bahasan secara serempak dibahas. 85

Ciri-ciri pembelajaran terpadu:

1) Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran

terpadu dikaji dari beberapa bidang studi/pokok bahasan sekaligus untuk

memahami fenomena dari segala sisi.

84 Ibid. hlm 25085 Trianto. 2007. Op. cit. 6

Page 65: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

47

2) Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah

kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan siswa

marnpumenerapkan perolehan belajamya untuk memecahkan masalah-

masalah yang nyata dalam kehidupannya.

3) Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan

diskoveriinkuiri. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, 86

86 Ibid. hlm. 14

Page 66: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

48

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor,

Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan datadeskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilakuyang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individutersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak bolehmengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,tetapi perlu memandangnya sebagai bagaian dari sesuatu keutuhan.87

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan

”penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial

yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik

dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.”88

Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapatlah dipahami bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan

dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sedangkan jenis penelitiannya adalah menggunakan studi kasus. Studi

kasus atau penelitian kasus adalah penelitian tentang subjek penelitian yang

berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.

Subjek penelitian bisa saja individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat.

87 Lex J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2004), Hlm.4.88 Ibid..Hlm. 5

Page 67: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

49

Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi

lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan studi kasus

adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang,

sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus atau individu yang

kemudian dari sifat-sifat khas diatas akan dijadikan suatu hal yang bersifat

umum.89

Jadi karena dalam penelitian ini menyangkut model pembelajaran

pendidikan agama Islam di rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI)

dirancang dengan study kasus, maka peneliti berusaha melihat secara

mendalam tentang permasalahan tersebut di lembaga pendidikan (SMA

Negeri 1 Malang).

Sedangkan jenis penelitianya adalah jenis penelitian deskriptif yang

memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau

menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

Metode deskriptif mencari teori, bukan menguji teori; hypothesis-generating,

bukan hypothesis-testing.90

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan pada guru dan

melakukan pengamatan langsung dalam kelas.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang

lain merupakan pengumpul data utama. Dalam hal ini, sebagaimana

dinyatakan oleh Lexy Moeloeng, kedudukan peneliti dalam penelitian

89 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm.66.90 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

1984), hlm.25.

Page 68: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

50

kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana

pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi

pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini

tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.91

Berdasarkan pada pandangan di atas, maka pada dasarnya kehadiran

peneliti disini disamping sebagai instrumen juga menjadi faktor penting

dalam seluruh kegiatan penelitian ini. Peneliti berperan sebagai pengamat

partisipan yang menjalankan dua peran sekaligus. Dalam melakukan

penelitian ini, peneliti sudah terlebih dahulu melakukan observasi di sekolah

sehingga secara langsung mengalami dunia pengajaran yang sebenarnya.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Malang yang beralamatkan di

jln. Tugu Utara No.1 Malang berdekatan dengan balai kota Malang, di mana

kawasan tersebut merupakan salah satu kawasan yang terkumpul beberapa

rintisan sekolah yang berstandar internasional.

Adapun alasan peneliti memilih obyek penelitian tersebut adalah karena

SMA Negeri 1 Malang merupakan salah satu rintisan sekolah bertaraf

Internasional favorit di kota Malang yang telah mengukir banyak prestasi

akademik dan non akademik. Selain itu juga banyak pertimbangan lain yakni

dari aspek kelengkapan sarana da prasarana penunjang pembelajaran, aspek

pengajar yang profesional yang mampu berkomunikasi dengan bahasa asing,

91Lexy J. Moleong, 2004, op.cit., hlm.121

Page 69: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

51

menguasai ICT serta dukungan dari kepala sekolah yang profesional dalam

mengelola RSBI.

4. Data dan Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland yang dikutip dari buku metodologi

penelitian kualitatif karangan Lexy J. Moleong, sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.92

Adapun sumber data terdiri dari dua macam:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau

petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya.93 Dalam penelitian ini, data

primer yang diperoleh oleh peneliti adalah: hasil wawancara dengan Ketua

Program RSBI, para guru pendidikan agama Islam (PAI) di SMA Negeri 1

Malang.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang biasanya telah tersusun dalam bentuk

dokumen-dokumen, misalnya data mengenai keadaan demografis suatu

daerah, data mengenai produktivitas suatu perguruan tinggi, data mengenai

persediaan pangan di suatu daerah, dan sebagainya.94

Data sekunder yang diperoleh penulis adalah data yang diperoleh

langsung dari pihak-pihak yang berkaitan berupa data-data sekolah dan

berbagai literatur yang relevan dengan pembahasan.

92Lexy J. Moleong, 2004, Op. cit. hlm. 15793Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1998), hlm. 8494Ibid,1998, hlm. 85

Page 70: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

52

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga macam teknik

pengumpulan data, yaitu:

a. Metode Observasi atau Pengamatan.

Mengamati adalah menatap kejadian, gerak atau proses.95Pengamatan

merupakan metode yang pertama-tama digunakan dalam melakukan

penelitian ilmiah.96

Dalam hal ini peneliti mengamati model pembelajaran pendidikan agama

Islam (PAI) pada rintisan sekolah bertarat internasional (RSBI) di SMA

Negeri 1 Malang.

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itudilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukanpertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaanitu.97Metode wawancara atau metode interview dipergunakan kalau seseoranguntuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatka keterangan ataupendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakapberhadapan muka dengan orang itu.98

Dalam hal ini peneliti melakukan interview dengan ketua program RSBI,

para guru PAI di SMA Negeri 1 Malang, terkait dengan model pembelajaran

pendidikan agama Islam di rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI).

c. Metode Dokumentasi

Metode yang tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah

metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

95Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006)., hlm. 18996Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 1997), hlm. 109).97Lexy Moleong, 2004, op.cit., hlm. 13598Koentjaraningrat, 1997, op.cit.,hlm. 29

Page 71: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

53

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

lengger, agenda dan sebagainya.

Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu

sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum

berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi

benda mati.99

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan yang

terkait dengan permasalahan.

6. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dilakukan pemilahan secara selektif disesuaikan

dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Setelah itu, dilakukan

pengolahan dengan proses editing, yaitu dengan meneliti kembali data-data

yang didapat, apakah data tersebut sudah cukup baik dan dapat segera

dipersiapkan untuk proses berikutnya.100 Secara sistematis dan konsisten

bahwa data yang diperoleh, dituangkan dalam suatu rancangan konsep yang

kemudian dijadikan dasar utama dalam memberikan analisis.

Analisis data menurut Patton yang dikutip oleh Moleong, adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori

dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor, analisa data

adalah proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan

99 Suharsimi Arikunto, 2006, op.cit.,hlm. 206100 Koentjaraningrat, 1997, op.cit., hlm. 207

Page 72: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

54

merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk

memberikan bantuan pada tema dan ide itu.101

Dalam penelitian ini yang digunakan dalam menganalisa data yang sudah

diperoleh adalah dengan cara deskriptif (non statistik), yaitu penelitian yang

dilakukan dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata atau

kalimat yang dipisahkan untuk kategori untuk memperoleh kesimpulan

dengan bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan

bagaimana, berapa banyak, sejauh mana, dan sebagainya.

Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis.

Penelitian deskriptif dibedakan dalam dua jenis penelitian menurut sifat-sifat

analisa datanya, yaitu riset deskriptif yang bersifat ekploratif dan riset

deskriptif yang bersifat developmental.102

Dalam hal ini penulis menggunakan deskriptif yang bersifat ekploratif,

yaitu dengan menggambarkan keadaan atau status fenomena. Peneliti hanya

ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu. Dengan

berusaha memecahkan persoalan-persoalan yang ada dalam rumusan masalah

dan menganalisa data-data yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan

sosiologis.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan

perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,

101 Lexy.Moleong, 2004, op.cit., hlm. 103102 Suharsimi Arikunto, 2006, op.cit., hlm. 195

Page 73: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

55

triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member

check.103

Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi,

didukung dengan perpanjangan pengamatan serta ketekunan dalam

penelitian.

Menurut Moleong,

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.104

Menurut William Wiersma,

Triangulasi terbagi menjadi tiga bagian, yakni:

a. Triangulasi sumber adalah pengujian keabsahan data yang dilakukandengan cara mengecek beberapa sumber yang berbeda, misalnya:menguji keabsahan data tentang prilaku siswa dapat diperoleh dariguru, teman siswa yang bersangkutan, dan orang tuanya.

b. Triangulasi teknik merupakan pengujian keabsahan data yangdilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama denganteknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh denganwawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi ataukuesioner.

c. Triangulasi waktu juga dipertimbangkan dalam pengujian keabsahandata, dalam melakukan pengujian peneliti bisa menggunakanpengecekan dengan wawancara, observasi, dokumentasi atau tekniklain dalam waktu yang berbeda.105

Dalam pengecekan data ini, peneliti menggunakan jenis triangulasi yang

kedua, yakni triangulasi teknik dengan observasi dalam lapangan yang

didukung dengan pengecekan melalui wawancara dan dokumentasi.

103 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.(Bandung: Alfabeta,2009). Hlm. 371

104Suharsimi Arikunto, 2006, op.cit., hlm 330.105 Sugiono, 2009, op.cit., hlm 373-374.

Page 74: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

56

Selain itu juga, dalam menguji keabsahan data dapat dilakukan dengan

perpanjangan pengamatan dan meningkatkan ketekunan.106

Menurut Susan Stainback,

Dengan perpanajangan pengamatan akan dapat meningkatkan

keabsahan/kredibilitas data, karena dengan perpanajangan pengamatan

hubungan peneliti dengan nara sumser akan semakin terbentuk, semakin

terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang

disembunyikan lagi.107

Dalam hal ini, peneliti memperpanjang pengamatan sampai timbul

kejenuhan data.

8. Tahap-tahap Penelitian

Menurut Nasution,

Dalam penelitian penelitian kualitatif ada tiga tahapan yang dilalui, yakni

mulai dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan

setelah selesai dilapangan.108

1. Tahap pra lapangan

a. Memilih lapangan, dengan pertimbangan bahwa SMA Negeri 1

Malang adalah salah satu SMA unggulan yang menyelenggarakan

rintisan sekolah bertaraf internasional di Kota Malang.

b. Mengurus perijinan, baik secara informal (ke pihak sekolah), maupun

secara formal (ke Diknas Kota Malang).

106 Ibid., hlm. 369107 Ibid., hlm. 369108 Ibid., hlm. 336

Page 75: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

57

c. Melakukan penjajakan lapangan, dalam rangka penyesuaian dengan

SMA Negeri 1 Malang selaku objek penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan

a. Mengadakan observasi langsung ke SMA Negeri 1 Malang terhadap

pelaksanaan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam di rintisan

sekolah bertafar internasional, dengan melibatkan beberapa informan

untuk memperoleh data.

b. Memasuki lapangan, dengan mengamati berbagai fenomena proses

pembelajaran dan wawancara dengan beberapa pihak yang

bersangkutan.

c. Berperan serta sambil mengumpulkan data.

3. Penyusunan laporan penelitian, berdasarkan hasil data yang diperoleh.

Page 76: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Malang

1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Malang

SMA Negeri 1 Malang didirikan pada hari Senin Kliwon tanggal 17

April 1950 oleh pemerintah Republik Indonesia. Sejarah institusinya SMA

Negeri 1 Malang berawal dari cikal bakal lembaga pendidikan Sekolah

Menengah Tinggi (SMT), maka berdirilah SMT yang menempati gedung di

jalan Celaket 55 Malang. 109

Pada tanggal 10 Nopember 1945 Surabaya di Bom Inggris, murid SMT

Surabaya menyingkir ke Malang sehingga kelas menjadi besar. Pada Tahun

1946 SMT tersebut pindah gedung di jalan Alun- alun Bunder Tugu Utara 1

Malang. Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan agresi militer,

Republik Indonesia diserang begitu pula dengan kota Malang tanggal 31 Juli

1947 dibumihanguskan termasuk SMT di di Alun-alun Bunder, sejak itu

SMT produk Jepang habis riwayatnya.110

Sementara Belanda menduduki Malang dengan mendirikan VHO

(Voorberindend Hoger Ondewijs=Persiapan Pendidikan yang lebih tinggi).

Ketika pendudukan tersebut tampilah seorang tokoh pendidikan bapak Sarjoe

Atmodjo yang menghimpun anak-anak yang tidak menentu studinya untuk

mendirikan sekolah. Hanya dengan tujuh orang murid, maka sekolahpun

109 Hasil Dokumentasi Profil Sekolah dengan Staf Pengganti Tata Usaha pada Buku PedomanNon Akademik SMA Negeri 1 Malang Tahun Pelajaran 2009-2010 . Hlm. 5

110 Ibid.,Hlm. 5

Page 77: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

59

berjalan walaupun tidak memiliki gedung. Proses belajar mengajar berpindah

dari rumah ke rumah guru-guru pengajar, honorarium guru pengajar hanya

Rp. 20,00 (dua puluh rupiah) Oeang Republik Indonesia).Para guru tidak

gelisah walaupun dalam keadaan yang tidak mudah karena uang sekolahpun

tidak menentu semampu murid membayarnya. Namun para guru penuh

semangat pengabdian dalam mengajar untuk perjuangan bangsa.111

Dengan perkembanganya sekolah menjadi SMT yang menempati gedung

di jalan Kasin yang mempunya kelas jauh di SD Ngaglik-Sukun. Pemerintah

Belanda membuat peraturan sekolah yang tidak berlindung di bawah

yayasann dianggap liar yang harus bubar. Pimpinan sekolah tidak kehabisan

akal, maka dipakailah SMT BOPKRI (Badan Oesaha Pendidikan Kristen

Indonesia) dimana ijin diberikan oleh Dominee Harahap, namun nama

tersebut lama tidak dipakai. Akhirnya berpindah nama menjadi SMT PGI

(Perrsatoean Goeeroe Indonesia) yang menempati gedung di jalan Kelud

yang dalam perkembanganya berpindah tempat lagi ke jalan Arjuno dan

akhirnya kembali ke gedung SMT PGI di jalan Alun-alun Bunder Tugu Utara

Nomor 1 Malang. Walaupun yang memimpin sekolah bukan bapak Sardjo

Admodjo namun beliau kita anggap sebagai perintis SMA Negeri 1 Malang

disamping nama-nama lain yang perlu kita catat dan ingat sebagai kenangan

berkembangnya sekolah kita. Beliau adalah:

Dr. Soerodjo Dr. Poedyo Soemanto Dr. Hadi Ir. Tahir

111 Ibid.,5

Page 78: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

60

Haji Djarhoem Raspio Mr. Njono Prawoto Haridjaja Soeroto Emen Abdoellah Rachman Dominee Harahap112

Adapun Kepala Sekolah yang memimpin SMA Negeri 1 Malang adalah

sebagai berikut.

1) Bapak Sardjoe Atmodjo, perintis SMA Negeri 1, 1946-1950

2) Bapak G.B. Pasariboe, kepala Sekolah ke-1, 1950-1952

3) Bapak A. Djaman Hasibuan, Kepala Sekolah ke-2, 1953-1965

4) Bapak Sikin, Kepala Sekolah ke-3, 1965-1971

5) Bapak Drs. Abdul Kadir, Kepala Sekolah ke-4, 1971-1981

6) Bapak Soewardjo, PLH Kepala Sekolah, 1981-1984

7) Bapak Drs. Abdurrachman, Kepala Sekolah ke-5, 1981-1986

8) Bapak Drs. Moch. Chotib, Kepala Sekolah ke-6, 1986-1991

9) Bapak Abdul Syukur, BA., PLH Kepala Sekolah, 1991

10) Bapak Soenarjado, BA., Kepala Sekolah ke-7, 1991-1993

11) Bapak Drs. Munadjqat, Kepala Sekolah ke-8, 1993-1998

12) Bapak Drs. Sagi Siswanto, Kepala Sekolah ke-9, 1998-2004

13) Bapak Nor Salim, PLH Kepala Sekolah , 2004

14) Bapak Drs. H. Tri Suharno, Kepala Sekolah ke-10, 1998-2004

15) Bapak Drs. H. Moh. Sulthon, M.Pd., Kepala Sekolah ke-11, 2005-

sekarang113

112 Ibid., Hlm. 6113 Ibid., Hlm. 6

Page 79: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

61

2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Malang

a. Visi SMA Negeri 1 Malang

Melalui pendidikan yang efektif SMA Negeri 1 Malang ingin

mewujudkan masyarakat yang beriman, bertaqwa, cerdas dan terampil,

berjiwa Mitreka Satata, demokratis, mandiri dan percaya diri, beretos

belajar dan beretos kerja tinggi, professional serta berdedikasi untuk

berprestasi serta berwawasan global.114

b. Misi SMA Negeri 1 Malang

1) Terciptanya budaya disiplin, demokratis, dan etos kerja tinggi.

2) Terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien.

3) Terwujudnya lulusan yang ber-IMTAQ dan menguasai IPTEK

serta mampu bersaing di era global.

4) Terwujudnya sarana dan prasarana sekolah yang memadai.

5) Terwujudnya manajemen sekolah yang mandiri, partisipatif,

demokratis, tranparasi, dan akuntabel.

6) Terwujudnya pengembangan wawasan guru dan karyan dalam

mengikuti kemajuan IPTEK.

7) Terwujudnya kesejahteraan lahir batin bagi warga sekolah.

8) Terwujudnya hubungan yang harmonis antara warga sekolah yang

berjiwa MITREKA SATATA.

114 Ibid., Hlm. 7

Page 80: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

62

9) Terwujudnya pelayanan yang cepat, tepat, dan memuaskan pada

masyarakat.

10) Terwujudnya budaya jujur, ikhlas, sapa, senyum, dan santun.

11) Terwujudnya pengembangan kreativitas siswa dalam PIR,

keilmuan, seni, social, olahraga, dan keagamaan.

12) Terwujudnya hubungan kerja sama yang saling menguntungkan

dengan instansi lain.

13) Terwujudnya pelaksanaan 7K.115

3. Stuktur Organisasi SMA Negeri 1 Malang

Struktur organisasi SMA Negeri 1 Malang disusun secara sistematis.

Sekolah juga bekerja sama dengan komite sekolah. Dalam struktur organisasi

sekolah, peran Kepala Sekolah merupakan pimpinan tertinggi dalam suatu

sekolah. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Sekolah dibantu oleh empat

wakil kepala sekolah, yaitu wakil kepala sekolah bagian kurikulum, bagian

kesiswaan, bagian sarana dan prasarana, dan bagian hubungan masyarakat.

Kepala sekolah juga memiliki hubungan koordinasi dengan Bimbingan dan

Konseling dan semua personil sekolah yang bekerja berdasarkan garis

komando dan garis koordinasi. Bagan struktur organisasi dapat dilihat dalam

lampiran 1.116

115 Ibid., Hlm. 7116 Ibid., Hlm. 27

Page 81: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

63

4. Daftar Guru, Karyawan dan Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Malang

Guru SMA Negeri 1 Malang pada tahun pelajaran 2010-2011 sebanyak:

73 orang.117 Adapun daftar guru SMA Negeri 1 Malang adalah sebagaimana

terlampir.

Sementara itu untuk menunjang kegiatan pendidikan, SMA Negeri 1

Malang memiliki pegawai tetap maupun pegawai tidak tetap yang bertugas

untuk melakukan kegiatan-kegiatan penunjang pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar, antara lain : Karyawan Tata Usaha, Tenaga Laboran, Pustakawan,

Kebersihan, Koperasi dan Tenaga keamanan yang jumlah semuanya ada 24

orang. Adapun daftar karyawan SMA Negeri 1 Malang adalah sebagaimana

terlampir.118

5. Denah Ruang SMA Negeri 1 Malang

Untuk mengetahui denah ruang SMA Negeri 1 Malang, penulis

melakukan penggalian data dengan cara observasi secara langsung di lokasi

penelitian dan didukung dengan data dokumentasi yang penulis peroleh.

Adapun denah ruang SMA Negeri 1 Malang adalah sebagaimana terlampir.119

B. Paparan Data Penelitian

1. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional (RSBI)

117 Ibid., Hlm. 30-31

118 Ibid.,32119 Buku Pedoman SMA, op.cit., hlm. 53.

Page 82: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

64

Keberhasilan dalam sebuah pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor,

salah satunya yakni model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran

yang diidentifikasikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang meliputi

pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan

pembalajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, serta pengelolaan

kelas.

Dalam kegiatan belajar mengajar, tidak lepas dari yang namanya tujuan.

Model pembelajaran pun juga tidak lepas dari tujuan pembelajaran. Karena

tujuan pembelajaran memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan

pembelajaran. Tujuan merupakan pedoman sekaligus sasaran yang akan

dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.

Mengenai hal ini peneliti telah melakukan interview dengan bapak Junaidi

selaku GPAI di SMA Negeri 1 Malang. Beliau mengatakan:

“……segala hal tidak bisa terlepas dari yang namanya tujuan, begitu jugadalam kegiatan pembelajaran. Tujuan memiliki peran yang sangat pentingdan tujuan pembelajaran harus disesuaikan dengan ketersediaan waktu,ketersediaan sarana dan prasarana serta kesiapan peserta didik. Semuanyaharus mengana dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik….”120

Peneliti juga melakukan wawancara dengan bapak Mansur, beliau

mengatakan:

“…….menyampaikan tujuan pembelajaran sangat penting sekali,setidaknya ketika kita menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswamereka menjadi tahu tentang pentingya mempelajari materi yang akan

120 Wawancara dengan Drs. H. Junaidi, M.Ag (GPAI SMA Negeri 1 Malang) pada Tgl 27April 2010, Pukul 10.45.-11.20

Page 83: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

65

disampaikan sehingga timbul motivasi atau semangat dalambelajar……”121

Terkait dengan model pembelajaran pendidikan agama Islam yang

digunakan di rintisan sekolah bertaraf internasional, peneliti telah melakukan

interview dengan tiga GPAI yang ada di SMA Negeri 1 Malang. Pada hari

pertama peneliti mengadakan interview dengan bapak Junaidi pada tanggal 27

April 2010 pada pukul 10.45-11.20 yang hasilnya sebagai berikut:

“…..Model yang sering atau acap kali saya gunakan dalam pembelajarandi kelas adalah metode diskusi dimana siswa lebih berperan aktif dalamkegiatan pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator yangmengamati, memberikan motivasi dan rangsangan kepada siswa sertamengarahkan bila terdapat penjelasan siswa yang terlalu melenceng daripembahasan....”122

Sedangkan tanggapan terkait model yang digunakan oleh GPAI dalam

pembelajaran dalam hal ini peneliti mengadakan interview dengan bapak

Junaidi yang hasilnya sebagai berikut:

“…..Kalau mengenai model yang sering saya pakai dalam mengajar yatidak tentu, terkadang makai jig saw, sering juga makai tanya jawab,diskusi juga sering dipakai, dan sesekali memberikan metode ceramah,yang terpenting yang banyak aktif adalah siswanya bukan gurunya. Guruhanya memberikan pengarahan saja. Soalnya terkadang ada siswa yangbuandel yang ngga’ mau partisipasi aktif, jadinya ya gurunyamengkondisikan siswa.....”123

Dari interview di atas kebanyakan guru dalam mengajar agama

menggunakan metode diskusi karena dengan metode ini siswa lebih berperan

121 Wawancara dengan Drs. Mansur, M. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang), pada Tgl 27 Mei2010 Pukul 09.30-10.20.

122Wawancara dengan Drs. H. Junaidi, M.Ag (GPAI SMA Negeri 1 Malang) pada Tgl 27 April2010, Pukul 10.45.-11.20

123Wawancara dengan Drs. H. Junaidi, M.Ag (GPAI SMA Negeri 1 Malang) pada Tgl 27 April2010, Pukul 10.45.-11.20

Page 84: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

66

aktif. Namun tidak berarti selalu menggunakan metode diskusi, biasanya guru

juga memadukan diskusi dengan metode lain agar lebih bervariatif.

Dalam menyampaikan materi yang berbeda, maka model yang diterpakan

atau yang dipakai juga berbeda. Dalam hal ini, peneliti melakukan interview

dengan bapak Junaidi selaku GPAI yang hasilnya sebagai berikut:

“……Penggunaan model dalam kegiatan pembelajaran harus disesuaikandengan materi yang akan disampaikan. jadi, metode yang digunakan tidakitu-itu aja namun ada variasi yang disesuaiakan dengan materi. Tidak sertamerta guru selalu memakai diskusi, tanya jawab ataupun metode lain,namun bisa jadi kolaborasi dari beberapa metode. Hal itu karena sifatdasar manusia yang cenderung merasa bosan jika yang dipakai itu-itusaja......”124

Pendapat yang lain juga disampaikan oleh GPAI yang lain yakni Ibu

Mukarramah yang mengatakan:

“……Menyampaikan materi yang berbeda berpengaruh pada metode yangdipakai. Tidak hanya itu, guru juga harus mengerti tentang perkembangankemampuan siswa, karena tidak semua kelas itu anaknya aktif semua. Adakelas yang memang anak-anaknya aktif semua dan sebaliknya juga kelasyang anak-anaknya pendiam. Namun nggak berarti mereka ngak pinter,nggak tau ya kenapa……”125

Jadi jelas bahwasanya dalam menyampaikan materi yang berbeda, maka

berbeda pula metode yang digunakan. Biasanya seorang guru menyesuaikan

materi yang akan disampaikan dengan metode mana yang lebih cocok atau

sesuai, sehingga siswa menjadi semangat dalam belajar. Dengan hanya

menggunakan metode diskusi maka siswa akan cenderung bosan dan timbul

rasa malas.

124Wawancara dengan Drs. H. Junaidi, M.Ag (GPAI SMA Negeri 1 Malang) pada Tgl 27 April2010, Pukul 10.45.-11.20

125 Wawancara dengan Mukarromah, S. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang) pada Tgl 19 Mei2010, Pukul 07.45-08.30.

Page 85: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

67

Dari pengalaman yang sudah dilakukan oleh para GPAI, memang ada

model pembelajaran yang sering kali dipakai. setelah peneliti melakukan

interview maka didapatkan hasil sebagai berikut:

“.....Model yang sering sekali saya gunakan dalam mengajar adalahdiskusi, dimana para siswa biasanya memakai power point sebagaipenunjang dalam pembelajaran. Dan alhamdulillah mereka antusias danterlihat saling berkomentar. Guru hanya mengamati siswa yang mungkinrame sendiri atau ngga’ mau ikut pelajaran. Nah itulah tugas guru, jadiyang aktif lebih banyak adalah siswanya...”.126

Setelah melakukan interview dengan GPAI yang lain juga didapatkan yang

hampir sama, yakni:

“…..Kalau model yang sering saya gunakan dan saya rasa yang palingefektif yaitu metode diskusi kelas, sebab dengan diskusi mereka bisaterlatih untuk mengemukakan pendapatnya. Guru cuman mengamati jikakondisi kelas kurang semangat maka guru memberikan rangsangan berupamotivasi dengan memancing pertanyaan, sehingga dengan begitu kelaskembali hidup. Tetapi ya wajar wong namanya siswa pasti ada nakal-nakalnya dikit....”127

Hampir dalam setiap pertemuan, guru selalu menggunakan diskusi kelas

dengan media power point sebagai penunjangnya. Tidak semua siswa terlibat

aktif dalam diskusi, ada kelas yang memang didominasi hanya beberapa siswa

yang aktif dan sebaliknya juga ada kelas yang mayoritas siswanya aktif dan

semangat. Sebagai guru haruslah paham tentang karakter siswa sehingga

ketika memasuki kelas yang kurang aktif maka guru harus selalu memberikan

motivasi pada siswa.

Berbagai upaya yang sudah dilakukan oleh seorang guru dalam mengelola

kelas, namun ada beragam kondisi yang terjadi dalam pembelajaran. Adapun

126 Wawancara dengan Drs. H. Junaidi, M.Ag (GPAI SMA Negeri 1 Malang) pada Tgl 27April 2010, Pukul 10.45.-11.20

127 Wawancara dengan Mukarromah, S. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang) pada Tgl 19 Mei2010, Pukul 07.45-08.30

Page 86: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

68

terkait dengan kondisi dan situasi ketika proses belajar mengajar, peneliti telah

melakukan interview yang hasilnya demikian:

“…..Ketika pelajaran dimulai, respon siswa terhadap pelajaran agamaberagam. Ada yang antusias, ada yang biasa aja, namun dapat dikatakansecara keseluruhan siswa manut-manut. Mereka mendengarkan penjelasanguru kok. Kalau dikasih PR juga mereka selalu mengerjakan, meskipunterkadang mereka juga harus dipaksa. Memang kalo nggak dipaksa nggakbisa. Memang sih tidak semua kelas aktif, ada memang beberapa yangpasif. Nah oleh karena itu tadi ketika menyampaikan materi, guru harusmelihat kemampuan siswa sejauh mana, tidak dipukul rata. nggak bisadisamakan…..”128

Hal yang juga penting yakni terkait variasi belajar mengajar, disini

peneliti juga menghasilkan interview dengan GPAI yang hasilnya demikian:

“……Ya jelas mas, variasi itu penting. Tidak hanya metode aja yangbutuh variasi, namun media, lingkungan belajar dan interaksi dengansiswa juga butuh adanya variasi. Media yang digunakan juga tidak melulumemakai power point dan kegiatan belajar juga tidak selalu di dalamkelas. Sesekali kegiatan belajar dipindahkan di Mushallah atau perpus.Dengan demikian siswa tidak bosan atau jenuh sehingga semangatbelajarnya tumbuh lagi. memang sih tergantung gurunya juga…..”129

Dari beberapa hasil yang di dapatkan peneliti di lapangan, dalam kegiatan

pembelajaran di dukung dengan media yang berupa LCD pada seriap kelas

dan kegiatan pembelajaran tidak selalu berada dalam kelas, sering juga

dipindahkan dalam perpustakaan, mushallah, di luar kelas dan juga di ruang

multimedia untuk mengurangi kejenuhan siswa.

Jadi jelas, variasi tidak hanya terkait metode yang digunakan, namun

media, pola interaksi, gaya mengajar dan variasi-vasiasi lain juga dibutuhkan.

Biasanya kegiatan belajar tidak selalu dilakukan di dalam kelas, terkadang

128Wawancara dengan Mukarromah, S. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang) pada Tgl 19 Mei2010, Pukul 07.45-08.30.

129 Wawancara dengan Drs. Mansur, M. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang), pada Tgl 27 Mei2010 Pukul 09.30-10.20.

Page 87: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

69

guru memindahkan kegiaran belajar di mushalla, perpus atau di laboratorium.

Tujuanya agar siswa tidak merasa bosan dan menjadi semangat dengan

lingkungan yang baru.

Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan

perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka

tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih

utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan

mudah dan tepat sasaran.

Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus

sesuai dengan target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam membuat

perencanaan pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program

pengajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Dalam hal ini peneliti juga melakukan wawancara dengan tiga (2) orang

guru pendidikan agama islam yang ada, dan hasilnya adalah sebagai berikut:

“......Sebelum mengajar ya pastilah ada persiapanya, nggak syukur ngajargitu. paling tidak guru harus mengetahui terkait materi yang akandisampaikan tentang apa, trus besok mau menggunakan metode apasehingga ketika masuk nggak sampai bertanya pada siswa “sekarangmbahas apa? terlihat sekali kalau tidak persiapan. Kita membuatperencanaan sesuai dengan bab/judul yang akan disampaikan, dan jugamemberi kebebasan kepada siswa yang non islam, artinya dia boleh ikutdi dalam kelas dengan syarat tidak mengganggu yang lain (sebagaipeserta pasif), atau keluar dari kelas dan diarahkan ke perpus untukbelajar......”130

“........persiapan itu penting, tetapi memang ada juga yang nggak pakepersiapan karena memang beliau sudah paham betul dengan materi dankarena sudah saking lamanya ngajar, jadi ya paham benar. Sebagai guru

130 Wawancara dengan Drs. H. Junaidi, M.Ag (GPAI SMA Negeri 1 Malang), pada Tgl 27April 2010 Pukul 10.30-11.20.

Page 88: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

70

kita kan harus profasional, nggak syukur ngajar. Namun, ngajar adalahsebuah amanat yang besar, jadi bagaimana caranya agar siswanya benar-benar paham dengan materi. Keberhasilan belajar sebenarnya jika timbulkesadaran pada siswa untuk belajar dengan sendirinya tanpa adanyapaksaan”131

Mengajar PAI merupakan tanggung jawab yang besar bagi seorang guru

agama, karena dengan beban materi yang begitu banyak harus bergelut dengan

jam mengajar yang minim, haruslah mempunyai kreatifitas untuk mengatasi

hal tersebut guna mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil. Terkait dengan

hal ini peneliti sudah mengadakan interview dengan GPAI yang berpendapat:

“........guru PAI harus kreatif dan inovatif dengan kondisi yang ada,karena dengan jam yang begitu minim harus bergelut dengan materi yangbegitu banyak. Biasaya saya memberikan pengayaan kepada siswadengan memberikan tugas terstruktur untuk menggantikan materi-materiyang tidak terbahas. Namun alhamdulillah masih bisa malakukan praktekterkait materi yang butuh untuk adanya praktek seperti merawat jenazahmulai dari memandikan, mengkafani, menshalati dan membumikanjenazah……”132

Selain itu, hal penting lain yang dapat mendukung keberhasilan dalam

pembelajaran yaitu tersedianya media pendukung. media dapat berupa audio,

visual bahkan dapat pula berupa audio visual. berhubungan dengan media

peneliti telah mendapatkan masukan dari GPAI yaitu:

“.....Dalam pembelajaran khususnya PAI sangat terbantu dengan adanyamedia pembelajaran. karena dengan media, siswa lebih termotivasi dalambelajar, dapat mengurangi beban guru, pembelajaran tidak bersifatmonoton. Tapi tidak selalu media mendukung pembelajaran, karenatergantung juga dari pertimbangan dalam memilih media yang sesuaidengan materi. Sebaliknya jika dalam pemilihan media tidak sesuai

131 Wawancara dengan Drs. H. Junaidi, M.Ag (GPAI SMA Negeri 1 Malang), pada Tgl 04Mei 2010 Pukul 11.45-13.00

132Wawancara dengan Drs. Mansur, M. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang), pada Tgl 27 Mei2010 Pukul 09.30-10.20.

Page 89: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

71

malah hasilnya kurang maksimal, justru malah banyak waktu terbuangsia-sia....” 133

“.......tergantung juga sih, tatapi memang biasanya mempemudah sayadalam mengajar. Seringnya siswa memanfaatkan LCD yang disediakansekolah sehingga siswa bisa membuat power point. Kadang malah justrusiswanya yang lebih pandai membuat power point. Tidak hanya itu,dalam penugasan juga mereka saya suruh cari bahan di internet sehinggapengetahuan baru sangat kaya. Namun, tidak mengenyampingkan faktorguru, karena guru tetaplah sarana terbaik yang tak tergantikan……”134

Tentunya ada perbedaan yang mencolok ketika mengajar di sekolah yang

bertaraf internasional dengan sekolah yang tarafnya biasa-biasa saja. Terkait

dengan sekolah bertaraf internasional peneliti telah melakukan wawancara

dengan bapak Ludfi Setiawan selaku staf RSBI yang hasilnya:

“.....Tentunya ada perbedaan antara mengajar di RSBI dengan mengajardi sekolah-sekolah biasa. dilihat dari segi pengajarnya di RSBI minimalharus S2 dimana sekarang ini sudah banyak bapak/ ibu guru yangdibiayai oleh sekolah untuk menempuh pendidikan S2. insya Allahkedepan kebanyakan sudah S2 semua. selain itu juga sarana danprasarana sekolah dapat dikatakan sudah termasuk lengkap.Pengembangan bahasa asing juga gencar dilakukan terutama bahasaInggris sehingga pengantar pembelajaran dalam kelas menggunakanbahasa Inggris terutama mata pelajaran umum, namun untuk PAI masihbelum.....”135

“.......Mengenai RSBI, untuk mata pelajaran PAI belum menggunakanpengantar bahasa asing karena siswa masih kesulitan. Wong denganbahasa Indonesia aja masih sulit apalagi memakai bahasa Inggris. Namuntetap diupayakan menggunakan bahasa asing. Tetapi dari segi sarana danprasarana serta lingkungan sekolah sangat mendukung kegiatanpembelajaran PAI....”136

133 Wawancara dengan Drs. H. Junaidi, M.Ag (GPAI SMA Negeri 1 Malang), pada Tgl 27April 2010 Pukul 10.30-11.20.

134 Wawancara dengan Drs. Mansur, M. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang), pada Tgl 27 Mei2010 Pukul 09.30-10.20.

135 Wawancara dengan Ludfi Setiwan, SE (Staf RSBI SMA Negeri 1 Malang), pada Tanggal19 Mei 2010 Pukul 10.15-10.55.

136 Wawancara dengan Drs. Mansur, M. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang), pada Tgl 27 Mei2010 Pukul 09.30-10.20.

Page 90: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

72

Pendekatan yang dilakukan seorang guru juga memiliki arti penting dalam

penerapan model pembelajaran. guru yang menggunakan pendekatan

individual yang melihat peserta didik sebagai makhluk individul dengan

segala perbedaan dan persamaanya akan berbeda dengan pendekatan sosial

yang melihat peserta didik sebagai makhluk sosial. mengenai pendekatan ini

peneliti juga melakukan interview dengan GPAI yang hasilnya sebagai

berikut:

“........Tugas seorang guru tidak hanya mengajar terus sudah gitu, tetapilebih dari itu seorang guru juga harus melakukan pendekatan terhadappeserta didiknya baik secara individual maupun sosial. Hal tersebut akanberguna sekali terlebih ketika seorang guru melakukan kerjasama denganorang tua wali. Hal tersebut akan mendukung dalam pemantauanbelajarnya juga perkembangan sosialnya sehingga tidak sampaiterjerumus dalam tindakan yang merugikan......”137

“.......Guru merupakan orang tua di sekolah, perlakuan terhadap siswaibaratkan memerlakukan seperti anaknya sendiri. Perhatian danpementauan terhadap siswa tidak hanya di saat pelajaran saja, lebih dariitu juga dilakukan ketika di luar jam pelajaran. Bahkan seharusnya guruharus selalu bekerja sama dengan orang tuanya sehingga tau bagaimanaperkembangannya. Pembelajaran yang saya lakukan sering tidak terpakupada teks, namun lebih saya hubungkan dengan realita yang ada,sehingga tercipta kesadaran yang mendalam tentang agama karena agamayang terpenting adalah pengamalanya. Baru di SMA Negeri 1 ini sayabisa merasakan nikmatnya mengajar. sebelum-sebelumnya nggakmerasakan apa-apa. Memang lingkungan, suasana, sarana dan prasaranasangat berpengaruh.....”138

Pengelolaan kelas bukanlah suatu hal yang mudah dan ringan. Banyak

sekali faktor yang menyebabkan terjadinya kerumitan dalam pengelolaan

kelas. Dari sini peneliti telah melakukan intrview dengan GPAI yang hasilnya

sebagia berikut:

137 Wawancara dengan Drs. H. Junaidi, M.Ag (GPAI SMA Negeri 1 Malang) pada Tgl 27April 2010, Pukul 10.45.-11.20

138 Wawancara dengan Drs. Mansur, M. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang), pada Tgl 27 Mei2010 Pukul 09.30-10.20.

Page 91: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

73

“.......Ramai tidaknya kondisi di kelas sebenarnya tergantung darigurunya. Kalau gurunya mampu menciptakan suasana kelas yang hidup,maka dengan sendirinya para siswa akan fokus pada materi yangdisampaikan sehingga tidak sempat untuk berbuat gaduh. Terkadang jugajumlah siswa yang melebihi kapasitas akan cenderung terjadi keributandan sulit sekali untuk dikendalikan. Oleh karena itu jumlah siswa tidakboleh lebih dari 20 siswa, jika itu diterapkan maka kondisi kelas akankondusif.....”139

“........Berbagai upaya yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasakelas yang kondusif, diantaranya ya masalah penempatan siswa,pengelompokan siswa, jumlah siswa dalam kelas juga berpengaruh,kebersihan kelas yang harus diperhatikan. Dengan begitu akan terciptasuasa belajar yang menyenangkan......”140

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwasanya model

pembelajaran yang diterapkan di SMA Negeri 1 Malang memanfaatkan media

power point yang dikolaborasikan dengan diskusi dan tanya jawab serta

penugasan dimana seorang guru hanya memberikan pengantar, sebagai

pengamat, motivator dan mengarahkan siswa serta meluruskan hasil dari

diskusi siswa. Guru tidak hanya mementingkan aspek kognitif siswa saja,

tetapi guru juga memikirkan aspek aspek afektif dan psikomotor siswa yang

terbukti dari jalinan kerjasama yang dilakukan dengan orang tua siswa untuk

mengetahui tingkah laku siswa ketika di rumah (luar sekolah).

Segala aspek yang mendukung keberhasilah pembelajaran mulai dari

tenaga pengajar yang menguasai tentang variasi mengajar, penggunaan media,

pengelolaan kelas, pendekatan tehadap siswa, sarana dan prasarana yang

139 Wawancara dengan Drs. Mansur, M. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang), pada Tgl 27 Mei2010 Pukul 09.30-10.20.

140 Wawancara dengan Mukarromah, S. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang) pada Tgl 19 Mei2010, Pukul 07.45-08.30

Page 92: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

74

mendukung serta lingkungan belajar yang kondusif yang terlihat dari antusias

siswa dalam mengikuti pelajaran.

2. Fakto-faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Model

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional (RSBI)

Dalam segala hal termasuk juga dalam kegiatan belajar pastilah tidak

selalu berjalan dengan mulus. Faktor pendukung dan penghambat selalu

mewarnai dalam perjalan proses belajar mengajar. Namun semuanya pasti ada

solusi untuk mengatasinya. Terkait dengan faktor pendukung dalam penerapan

model pembelajaran PAI di RSBI peneliti sudah melakukan interview dengan

tiga (3) GPAI yang hasilnya sebagai berikut:

“......sebenarnya ya sama saja mas, pembelajaran di RSBI juga adapendukungnya dan juga ada hambatanya. Faktor pendukungnyadiantaranya: pengajarnya pendidikan minimal S2, sarana danprasarananya memadai, IQ siswa mayoritas di atas rata-rata karena lewatjalur seleksi, selalu ada perbaikan dalam semua aspek. Pelatihan siswauntuk berkhutbah di masjid-masjid untuk melatih keberanian danmengembangkan pengetahuan agamanya, tidak hanya itu siswa kami jugasering mengikuti even-even perlombaan pidato bahasa Arab dan Inggrisyang diadakan biasanya oleh UIN, dari hal lain siswa juga mendapatkanperhatian khusus dari guru tentang kegiatan ibadahnya seperti shalat yangdicatat dalam portofolio, selain itu juga model pembelajaran yang sayaterapkan tidak terpaku pada teks namun saya lebih menghubungkanyadengan kondisi yang sebenarnya.....”141......faktor pendukungnya: mayoritas gurunya berpendidikan S2/ sedangmenempuh S2, sehingga dari kwalitas mengajar atau penguasaanterhadap metode dan strategi juga lebih variatif, sarana dan prasaranayang lengkap, lingkungan yang mendukung, siswanya yang terseleksi.....”142

“.......selama ini yang saya rasakan baik-baik saja. pendukungnya iamayoritas tenaga pengajar yang profesional, pemanfaatan media yang

141 Wawancara dengan Drs. H. Junaidi, M.Ag (GPAI SMA Negeri 1 Malang) pada Tgl 04 Mei2010, Pukul 10.30-11.20..

142 Wawancara dengan Mukarromah, S. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang) pada Tgl 19 Mei2010 , Pukul 07.45-08.10

Page 93: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

75

cukup maksimal, siswa yang tidak gaptek. Saya menyuruh siswa yangmembuat power point karana dengan dengan membuat sendiri merekalebih berperan serta lebih ada persiapan, namun berbeda ketika guru yangmembuat maka mereka manya menerima tanpa ada usaha, pendukungyang lain yaitu penjadwalan siswa terkait shalat lima waktunya yangdicatat dalam buku harianya, bahkan ketika bulan Ramadhan siswaditugaskan untuk membuat kliping yang berbau agama yang biasanyadiperoleh dari koran atau surat kabar. Namun dalam mengajar yang lebihpenting bagi saya adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran siswauntuk memiliki akhlak terpuji, terutama kepada orang tua dan guru, siswadianggap sebagai anak sendiri dan seorang guru harus sering memberikanperingatan pada siswa.....”143

Faktor pendukung dalam penerapan model pembelajaran PAI di rintisan

sekolah bertaraf internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Malang:

1. Tenaga pengajarnya yang profesional yang berpengalaman dalam

mengajar.

2. Sarana dan prasarana yang memadai

3. Pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna

4. Penguasaan siswa terhadap teknologi yang sangat menunjang

dalam pembelajaran.

5. IQ siswa di atas rata-rata karena melalui jalus seleksi.

6. Lingkungan yang kondusif karena letaknya yang berdampingan

dengan sekolah lain sehingga tercipta persaingan dalam belajar.

7. Kreatifitas dan inovasi guru dalam memberikan penugasan pada

siswa.

8. Variasi dalam mengajar yang dapat mengurangi kejenuhan siswa

dengan tidak selalu melakukan pembelajaran dalam kelas.

143 Wawancara dengan Drs. Mansur, M. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang), pada Tgl 27 Mei2010 Pukul 09.30-10.20.

Page 94: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

76

9. Pembelajaran yang tidak terpaku pada terks tetapi

menghubungkanya dengan kondisi dan situasi yang sesungguhnya.

Selain faktor pendukung, ada juga faktor yang menghambat dalam

penerapan model pembelajaran PAI di sekolah bertaraf internasional. terkait

hal ini peneliti juga mencatat beberapa penghambatnya setelah melakukan

interview dan observasi di kelas, diantaranya:

“.....Tetapi ada juga faktor penghambatnya, diantaranya: belummaksimalnya program bilingual yang menjadi ciri di RSBI karenapenjelasan dengan bahasa Indonesia aja masih sulit apalagi menggunakanbahasa asing, mayoritas siswanya anak orang berada sehingga terkadangmeremehkan terkait dengan pengetahuan agama, banyak siswa yangbelum bisa membaca Al-Qur’an sehingga menghambat, banyak jugayang belum bisa shalat, siswanya heterogen sehingga sulitmengelompokanya, ada beberapa LCD yang rusak sehingga tidak bisadifungsikan. tentang evaluasi, keseringan dalam penyerahan nilai tidakbersmaan sehingga menyulitkan dalam proses evaluasi...”144

“.....Faktor penghambatnya: sulitnya penkondisian siswa yang belum bisabaca tulis Al-Qur’an, siswanya macem-macem, ada yang dari MTsnamun lebih banyak dari SMP sehingga kemampuanya tidak merata jadisulit dikondisikan. penghambat yang lain yaitu jumlah jam mengajar PAIyang minim dengan beban materi yang begitu banyak tidak seimbang.Meskipun sudah dilakukan upaya mengatasinya dengan penugasannamun tetap saja kurang maksimal......”145

“......Dari segi penghambatnya yang saya rasakan biasa saja, yang pentingia meskipun nakal namun nakal mereka masih wajar, hanya bolos, ramai,dan itu umum terjadi. terkadang juga faktor keluarga yang tidakharmonis, ada juga beberapa siswa yang tidak bisa baca Al-Qur’ankarena sejak kecil sekolah di lembaga umum yang yang sangat sulitdikondisikan dalam les tambahan, keterbatasan guru dalam mengawasisiswa dan komunikasi dengan orang tua......"146

144 Wawancara dengan Drs. H. Junaidi, M.Ag (GPAI SMA Negeri 1 Malang) pada Tgl 04 Mei2010, Pukul 11.45-13.00

145 Wawancara dengan Mukarromah, S. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang) pada Tgl 19 Mei2010 , Pukul 07.45-08.10.

146Wawancara dengan Drs. Mansur, M. Ag. (GPAI SMA Negeri 1 Malang), pada Tgl 27 Mei2010 Pukul 09.30-10.20.

Page 95: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

77

Faktor penghambat dalam penerapan model pembelajaran PAI di rintisan

sekolah bertaraf internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Malang diantaranya:

1. Pengetahuan siswa terhadap agama yang bersifat heterogen karena input

siswa yang berasal dari latar belakang yang beraneka ragam.

2. Adanya siswa yang tidak bisa membaca Al-Qur’an dan praktek ibadah

seperti shalat.

3. Pendekatan dan pemantauan terhadap siswa yang kurang maksimal.

4. Materi PAI yang begitu banyak dengan jam pelajaran yang minim

sehingga penyampaian kurang mendalam.

5. Ada beberapa media pembelajaran yang kondisinya tidak layak pakai

sehingga menyulitkan siswa dalam menunjang kegiatan pembelajaran.

6. Kurangnya dukungan orang tua siswa terhadap pengetahuan agama karena

lebih tertarik untuk mendalami pengetahuan umum.

7. Latar belakang orang tua siswa yang berasal dari keluarga mampu

sehingga sering disibukan dengan kerja yang berdampak pada kurangnya

perhatian terhadap pendidikan anak.

8. Kurang sesuainya pemakaian media belajar, metode, atau hal lain yang

berdampak pada kurang efektifnya kegiatan pembelajaran.

Page 96: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

78

BAB V

ANALISIS HASIL PENELITIAN

Berdasarkan paparan data pada bab sebelumnya maka hasil temuan

penelitian sebagai berikut:

A. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Malang

Model pembelajaran PAI di rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI)

SMA Negeri 1 Malang menuntut seorang guru untuk selektif dalam memilih dan

mempertimbangkan model yang akan digunakan, dimana dengan model tersebut

seorang guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan informasi, ide,

keterampilan, cara berfikir dan mengekspresikan idenya sendiri.

Dengan kata lain, GPAI mempertimbangkan tentang model yang akan

digunakan. Model yang digunakan harus disesuaikan dengan konsep yang lebih

cocok dan dapat dipadukan dengan model pembelajaran yang lain untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, karena tidak ada suatu model pembelajaran

yang lebih baik dari pada model-model yang lain. Pertimbangan tersebut meliputi:

materi pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan

belajar, dan fasilitas penunjang yang tersedia sehingga tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan dapat dicapai.

Dari data yang diperoleh dilapangan, model yang diterapkan sudah sesuai

dengan teori yang ada dimana sebelum pergi mengajar seorang guru melakukan

perencanaan berupa persiapan tentang materi yang akan diajarkan dan metode

Page 97: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

79

yang akan digunakan. Dalam penelitian dilapangan didapatkan setidaknya guru

mengetahui materi apa yang akan dibahas, di kelas mana, kondisnya siswanya

bagaimana, sehingga ketika masuk kelas tidak terlihat ketidaksiapanya. Guru juga

bertanya pada siswa tentang materi sebelumnya dan menghubungkanya dengan

materi berukutnya.

Dalam pelaksanaa pembelajaran dalam kelas, penelitian di lapangan

menunjukan bahwasanya seorang guru melakukan pendekatan terhadap siswa

karena seorang guru harus memahami dan memperhatikan perbedaan bakat,

kemampuan, kecenderungan serta potensi yang berbeda-beda yang dimiliki

peserta didik sehingga bisa membantunya dalam mengekspresikan dirinya.

Seorang guru tidak hanya sebagai pemberi informasi, melainkan sebagai

agen yang menggerakan terjadinya proses pembelajaran, motivator, inspirator,

fasilitator pada peserta didik, sehingga yang lebih mendominasi kegiatan

pembelajaran adalah peserta didik bukan guru. Guru hanya mengarahkan dan

menambahkan materi yang belum terbahas secara tuntas. Namun bukan berarti

peran guru dikesampingkan, tidak ada media apapun yang mampu menggantikan

peran guru yang begitu penting.

Dalam model pembelajaran termasuk di dalamnya terdapat tujuan-tujuan

pengajaran. Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai, seorang guru telah menjelaskan tentang tujuan-tujuan

pengajaran yang ingin dicapai kepada sisiwa. Ini sangat berpengaruh karena akan

membantu siswa dalam memahami tentang pentingnya materi yang akan mereka

pelajari.

Page 98: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

80

Setelah menjelaskan tujuan-tujuan pengajaran, hal lain yang termasuk

dalam model pembelajaran yaitu terkait tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran.

Dari survei dilapangan, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran terbagi dalam

tiga tahapan, yakni: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Kegiatan awal,

Kegiatan utama yang dilaksanakan yaitu menciptakan suasana

pembelajaran yang kondusif, melakukan apersepsi, penilaian awal (pre-test),

mengisi daftar hadir, kemudian menumbuhkan kesiapan belajar siswa,

memberikan motivasi dan stimulus, kemudian dilanjutkan dengan mengajukan

beberapa pertanyaan tentang materi sebelumnya.

Kegiatan inti,

kegitan ini lebih pada proses pembentukan pengalaman belajar sisiwa.

Dalam hal ini, guru memberikan penjelasan tentang tujuan dan kompetensi dasar

yang harus dicapai siswa beserta garis besar materi yang akan disampaikan serta

menjelaskan pentingnya mempelajari materi tersebut. Selanjutnya,

mempersilahkan siswa untuk melakukan diskusi dengan media power point,

dilanjutkan tanya jawab, dan pemeragaan dilanjutkan dengan masukan dari guru

tentang materi yang belum terbahas.

Kegiatan penutup,

dalam hal ini sang guru memberikan penguatan dan penugasan.

dilanjutkan dengan menutup kegiatan pembelajaran.

Terkait metode pembelajaran, di lapangan diperoleh hasil bahwasanya

metode pembelajaran mendapatkan perhatian yang besar dari GPAI karena

Page 99: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

81

dengan metode yang sesuai materi pelajaran yang dapat disampaikan dengan

efektif dan efisien serta terukur dengan baik.

Dari data yang diperoleh dilapangan metode yang sering kali digunakan

dan dirasa paling efektif dimana siswa dapat menangkapnya dengan baik yaitu

menggunakan metode gabungan, maksudnya dalam prakteknya guru memadukan

antara metode diskusi dengan memanfaatkan media power point yang dibuat oleh

siswa, dipadukan dengan metode tanya jawab dan ceramah. Itulah metode yang

sering kali dipakai dan dirasa paling efektif. Pada materi-materi tertentu seorang

guru juga menggunakan metode demonstrasi dimana seorang guru memeragakan

kepada siswa. Misalnya praktek merawat jenazah mulai dari memandikan,

mengkafani, menshalati dan menguburkan jenazah. Setelah itu biasanya guru

menunjuk beberapa kelompok yang sudah terbentuk untuk memeragakan di depan

terkait materi.

Salain itu, guru tidak selalu terpaku pada teks, namun seorang guru juga

menghubungkan materi yang dibahas dengan kondisi nyata yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari sehingga kegiatan pembelajaran begitu hidup dengan

pertanyaan yang terus mengalir dari siswa.

Mengenai sarana dan prasarana, data yang peneliti peroleh di lapangan

menunjukan bahwasanya memang bisa dibilang sarana dan prasarana yang

tersedia di sekolah tergolong lengkap. Dalam setiap kelas terdapat media yang

mendukung seperti: sound system, layar dll, dimana sangat membantu

memberikan variasi dalam kegiatan pembelajaran yang bahanya dicari dan dibuat

sendiri oleh siswa bukan dari guru. Ini dimaksudkan agar siswa tidak hanya

Page 100: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

82

menerima materi tetapi lebih dari itu mereka bisa mengembangkanya dan belajar

dari bahan yang dicarinya. Sekolah juga menyediakan LCD yang bisa dipakai

oleh siswa. Namun penggunaan LCD belum maksimal karena jumlahnya masih

kurang dan ada beberapa yang tidak bisa dioperasikan.

Kejenuhan atau kebosanan dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran

sangat mungkin terjadi, namun dari penelitian di lapangan ada upaya yang

dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yakni dengan mengembangkan variasi

dalam belajar mengajar. Variasi bisa berupa media yang digunakan, metode, pola

interaksi yang semuanya sangat beragam. para GPAI di SMA Negeri 1 Malang

juga menanggapi hal itu dengan mengupayakan variasi yang berbeda dalam setiap

pertemuan. Salah satu contoh bahwa kegiatan pembelajaran tidak selalu dilakukan

di dalam kelas, sesekali dipindahkan ke mushallah atau di luar kelas. media yang

digunakan juga tidak selalu menggunakan LCD (power point). Namun, selalu ada

variasi dan inovasi baru dari guru dalam penyajian atau kemasan yang berbeda

walaupun pada hakikatnya sama.

Tidak hanya itu, gaya mengajar, termasuk di dalamnya variasi suara,

gerakan anggota badan, dan variasi perpindahan guru dalam kelas juga sempat

terekam dalam hasil observasi dalam kelas. Dengan begitu seorang guru lebih

terlihat energik dan bersemangat sehingga perhatian siswa selalu tertuju pada

guru.

Hasil penelitian tentang pengelolaan kelas bahwasanya tiap-tiap kelas

memiliki karakteristik yang beragam, ada kelas yang mayoritas siswanya aktif dan

sebaliknya ada juga kelas yang siswanya hanya beberapa yang aktif. Mengatasi

Page 101: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

83

hal demikian, seorang guru membedakan cara penangananya dan pendekatanya.

Intinya bagaimana caranya agar suasana kelas mampu menumbuhkan rasa senang

dalam belajar,menggairahkan, menggembirakan, imajinatif, kreatif, dan etos kerja

yang tinggi pada peserta didik yang dimulai dari guru yang energik dan penuh

semangat, memberikan suport dan pujian serta ancaman nilai sehingga dengan

demikian kelas akan selalu hidup.

Penugasan juga selalu diberikan kepada siswa setelah kegiatan

pembelajaran usai, terkadang sebelum materi dibahas seorang guru menugaskan

siswa untuk mencari bahan dari internet atau sumber manapun sehingga ketika

materi dibahas mereka benar-benar siap menerima pelajaran.

B. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Model

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Malang

Dalam penerapanya, model pembelajaran PAI di Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional (RSBI) terdapat beberapa factor pendukung dan

penghambatnya.

a Dari hasil temuan penelitian, faktor pendukung penerapan model

pembelajaran PAI di RSBI meliputi:

1. Tenaga pengajarnya yang profesional yang berpengalaman dalam

mengajar.

2. Sarana dan prasarana yang memadai

3. Pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna

Page 102: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

84

4. Penguasaan siswa terhadap teknologi yang sangat menunjang dalam

pembelajaran.

5. IQ siswa di atas rata-rata karena melalui jalus seleksi.

6. Lingkungan yang kondusif karena letaknya yang berdampingan

dengan sekolah lain sehingga tercipta persaingan dalam belajar.

7. Kreatifitas dan inovasi guru dalam memberikan penugasan pada

siswa.

8. Variasi dalam mengajar yang dapat mengurangi kejenuhan siswa

dengan tidak selalu melakukan pembelajaran dalam kelas.

9. Pembelajaran yang tidak terpaku pada terks tetapi

menghubungkanya dengan kondisi dan situasi yang sesungguhnya.

b Faktor Penghambat

Selain faktor pendukung, dari hasil penelitian juga terdapat faktor

penghambat dalam penerapan model pembelajaran PAI. Namun, terkait

faktor penghambat, dari beberapa interview yang dilakukan pada GPAI

yang didukung dengan hasil observasi dalam kelas, faktor penghambatnya

masih dalam batas wajar dan sudah menjadi masalah dalam semua

sekolah. Beberapa penghambat yang paling menonjol diantaranya:

1. Pengetahuan siswa terhadap agama yang bersifat heterogen karena

input siswa yang berasal dari latar belakang yang beraneka ragam.

2. Adanya siswa yang tidak bisa membaca Al-Qur’an dan praktek

ibadah seperti shalat.

3. Pendekatan dan pemantauan terhadap siswa yang kurang maksimal.

Page 103: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

85

4. Materi PAI yang begitu banyak dengan jam pelajaran yang minim

sehingga penyampaian kurang mendalam.

5. Kurangnya dukungan orang tua siswa terhadap pengetahuan agama

karena lebih tertarik untuk mendalami pengetahuan umum.

6. Latar belakang orang tua siswa yang berasal dari keluarga mampu

sehingga sering disibukan dengan kerja yang berdampak pada

kurangnya perhatian terhadap pendidikan anak.

7. Kurang sesuainya pemakaian media belajar, metode, atau hal lain

yang berdampak pada kurang efektifnya kegiatan pembelajaran.

Page 104: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

86

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan oleh peneliti pada analisis data,

maka kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut:

1) Dalam penerapan model pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di

rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Malang

sudah berjalan dengan baik, ini terlihat dari ketepatan guru dalam memilih

model pembelajaran yang meliputi ketepatan dalam melakukan

pendekatan, metode, memilih bahan ajar, penggunaan media dan alat

penunjang pembelajaran, pola interaksi dengan siswa dan pengelolaan

kelas yang mampu menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan.

2) Faktor pendukung dan penghambat penerapan model pembelajaran

pendidikan agama Islam (PAI) di rintisan sekolah bertaraf internasional

(RSBI) di SMA Negeri 1 Malang.

a. Faktor Pendukung

1. Tenaga pengajarnya yang profesional yang berpengalaman dalam

mengajar.

2. Sarana dan prasarana yang memadai

3. Pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna

4. Penguasaan siswa terhadap teknologi yang sangat menunjang

dalam pembelajaran.

Page 105: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

87

5. IQ siswa di atas rata-rata karena melalui jalus seleksi.

6. Lingkungan yang kondusif karena letaknya yang berdampingan

dengan sekolah lain sehingga tercipta persaingan dalam belajar.

7. Kreatifitas dan inovasi guru dalam memberikan penugasan pada

siswa.

8. Variasi dalam mengajar yang dapat mengurangi kejenuhan siswa

dengan tidak selalu melakukan pembelajaran dalam kelas.

9. Pembelajaran yang tidak terpaku pada teks tetapi

menghubungkanya dengan kondisi dan situasi yang sesungguhnya.

b. Faktor Penghambat

1. Pengetahuan siswa terhadap agama yang bersifat heterogen karena

input siswa yang berasal dari latar belakang yang beraneka ragam.

2. Adanya siswa yang tidak bisa membaca Al-Qur’an dan praktek

ibadah seperti shalat.

3. Pendekatan dan pemantauan terhadap siswa yang kurang maksimal.

4. Materi PAI yang begitu banyak dengan jam pelajaran yang minim

sehingga penyampaian kurang mendalam.

5. Ada beberapa media pembelajaran yang kondisinya tidak layak

pakai sehingga menyulitkan siswa dalam menunjang kegiatan

pembelajaran.

6. Kurangnya dukungan orang tua siswa terhadap pengetahuan agama

karena lebih tertarik untuk mendalami pengetahuan umum.

Page 106: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

88

7. Latar belakang orang tua siswa yang berasal dari keluarga mampu

sehingga sering disibukan dengan kerja yang berdampak pada

kurangnya perhatian terhadap pendidikan anak.

8. Kurangnya kompetensi guru pendidikan agama Islam dalam

penguasaan bahasa asing sehingga penyampaian materi masih

menggunakan bahasa Indonesia.

B. Saran

1. Dari pengamatan peneliti sebenarnya sudah ada upaya untuk

menangani problem-problem yang terjadi, seperti les tambahan

bagi siswa-siswi yang tidak mampu baca tulis Al-Qur’an, hanya

saja masih belum berjalan maksimal karena kurangya koordinasi

dengan orang tua wali serta penumbuhan kesadaran pada siswa dan

perhatian yang lebih dari guru.

2. Ada beberapa LCD yang kondisinya telah rusak dan belum ada

upaya untuk menangani problem tersebut, hal ini seharusnya segera

dilakukan penanganan agar sarana yang ada dapat dimanfaatkan

secara aksimal.

3. Materi PAI yang begitu banyak dengan jumlah jam yang sedikit

dapat disiasati dengan memberikan penugasan yang inovatif seperti

penugasan dengan mencari di internet, majalah, surat kabar

berbentuk portofolio atau tugas tiap pertemuan. Hal ini

membutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang bagi guru.

Page 107: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

89

4. Tuntutan penguasaan bahasa asing bagi guru agama hendaknya

menjadi motivasi dalam menguasainya agar tidak tertinggal dengan

mata pelajaran umum.

Page 108: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

90

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Munjin Nasih; Lilik Nur Kholidah. 2009. Metode dan TeknikPembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Refika Reditama.

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:Ciputat Pers.

Arifin, M. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

Bakry, Sama’un. 2005. Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam. Bandung:Pustaka Bani Quraisy.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Bushori Mukhsin; Abdul Wahid. 2009. Pendidikan Islam Kontemporer. Bandung:Refika Aditama

B. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran; Menciptakan Proses BelajarMengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama RI; Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2005..Penddikan Islam dan Pendidikan Nasiona (Paradigma Baru). Jakarta.

Dinas Pendidikan, Pemerintah Kota Malang. Buku Pedoman Non Akademik SMANegeri 1 Malang Tahun Pelajaran 2010-2011. Malang.

Hasyim, Farid. 2009. Strategi Madrasah Unggul. Jogjakarta: Prismasophie.

Hanafiah; Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: RefikaAditama.

Muhaimin. 2003 Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. Bandung:Cendekia.

Muhaimin; Abdul Ghofir; Nur Ali Rahman. 1996. Strategi Belajar Mengajar.Surabaya: Citra Media.

_______, 2004. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: Di Sekolah,Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Page 109: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

91

Nanang Hanafiah; Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:Refika Aditama.

Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:Kencana.

_______. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta: Grasindo.

Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantumemecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikilogi Pendidikan; Suatu Pendekatan Baru. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana.

Sa’ud, Udin Saefudin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tilaar. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional. Jakarta : Kompas

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu; dalam Teori dan Praktek.Jakarta: Prestasi Pustaka.

_______2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:Kencana.

Royada, Dede. 2007. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana.

Usman, Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zuhairi; Abdul Ghofir. 2004. Metodologi Pembelajaran PAI. Malang: UMPRESS.

Page 110: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

92