13 Ali Ismail, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS), KETERAMPILAN PROSES SAINS, PENGUASAAN KONSEP, MULTIMEDIA DAN POKOK BAHASAN FLUIDA A. Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Model pembelajaran CLIS adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan menggunakan LKS. Model pembelajaran CLIS bertujuan membentuk pengetahuan (konsep) ke dalam memori siswa agar konsep tersebut dapat bertahan lama, karena model pembelajaran CLIS memuat sederetan tahap-tahap kegiatan siswa dalam mempelajari konsep yang diajarkan. Menurut Driver (1988) tahapan-tahapan CLIS secara umum seperti gambar 2.1 Perbandingan dengan gagasan awal Pengungkapan dan pertukaran gagasan Pemunculan gagasan awal Kontruksi gagasan baru Penyusunan gagasan Penerapan Gagasan Orientasi Evaluasi Perubahan situasi konflik Kaji ulang perubahan gagasan Gambar 2.1 model pembelajaran CLIS
28
Embed
MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN · PDF fileMODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS), KETERAMPILAN PROSES SAINS, PENGUASAAN KONSEP, ... terlibat langsung
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
13 Ali Ismail, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS),
KETERAMPILAN PROSES SAINS, PENGUASAAN KONSEP,
MULTIMEDIA DAN POKOK BAHASAN FLUIDA
A. Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
Model pembelajaran CLIS adalah kerangka berpikir untuk menciptakan
lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang
melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan
menggunakan LKS. Model pembelajaran CLIS bertujuan membentuk
pengetahuan (konsep) ke dalam memori siswa agar konsep tersebut dapat
bertahan lama, karena model pembelajaran CLIS memuat sederetan tahap-tahap
kegiatan siswa dalam mempelajari konsep yang diajarkan. Menurut Driver (1988)
tahapan-tahapan CLIS secara umum seperti gambar 2.1
Perbandingan
dengan
gagasan awal
Pengungkapan dan
pertukaran gagasan
Pemunculan gagasan
awal
Kontruksi gagasan
baru
Penyusunan gagasan
Penerapan Gagasan
Orientasi
Evaluasi
Perubahan situasi
konflik
Kaji ulang perubahan
gagasan
Gambar 2.1 model pembelajaran CLIS
14 Ali Ismail, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tahapan-tahapan di atas dijelaskan sebagai berikut:
1. Orientasi
Pada tahap ini guru memusatkan perhatian siswa dengan menanyakan
tentang fenomena alam yang sering dijumpai siswa pada kehidupan sehari-hari
yang ada kaitanya dengan meteri yang akan diajarkan.
2. Pemunculan gagasan awal
Pada tahap ini guru mengungkap konsepsi awal siswa dengan
menghadapkan siswa pada suatu permasalahan yang mengadung teka-teki.
3. Penyusunan gagasan
Tahap ini terdiri dari pengungkapan dan pertukaran gagasan, perubahan
situasi konflik,kontruksi gagasan baru,dan evaluasi. Siswa diberikan LKS dan
melakukan kegiatan belajar dalam kelompok secara berdiskusi dan bertukar
gagasan untuk menjawab pertanyaan dan masalah dalam LKS
4. Penerapan gagasan
Pada tahap ini siswa menjawab pertanyaan yang disusun dalam LKS untuk
menerapkan kosep ilmiah mengenai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Kaji ulang perubahan gagasan
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap
hasil pembelajaran yang telah diperoleh.
Berdasarkan tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada model pembelajaran
CLIS maka dapat dikemukakan karakteristik model pembelajaran CLIS antara
lain:
1. Dilandasi oleh pandangan konstruktivisme
15 Ali Ismail, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Pembelajaran berpusat pada siswa
3. Melakukan aktifitas hands on/ minds on
4. Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
Faktor-faktor penting dalam pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran
CLIS ini adalah:
1. Menciptakan situasi belajar terbuka dan memberikan kebebasan pada siswa
dalam mengemukakan ide atau gagasan.
2. Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya pada teman atau
gurunya, kemudian pada akhir kegiatan pembelajaran guru menjelaskan
konsep-konsep ilmiah untuk menghidari miskonsepsi pada siswa.
3. Memberikan tugas perorangan yang dikerjakan siswa di rumah berupa PR
sebagai penerapan konsep.
Kelebihan-kelebihan CLIS sebagai berikut :
1. Gagasan anak lebih mudah dimunculkan.
2. Membiasakan siswa untuk belajar mandiri dalam memecahkan suatu masalah.
3. Empat syarat perubahan konsepsi yang dikemukakan oleh posner et al
terpenuhi.
4. Menciptakan kreatifitas siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana kelas
yang lebih nyaman dan kreatif, terjadi kerjasama sesama siswa dan siswa
terlibat langsung dalam melakukan kegiatan.
5. Menciptakan belajar yang lebih bermakna karena timbulnya kebanggaan
siswa menemukan sendiri konsep ilmiah yang dipelajari.
16 Ali Ismail, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6. Guru mengajar akan lebih efektif karena dapat menciptakan suasana belajar
yang aktif
Adapun kelemahan CLIS adalah sarana laboratorium harus lengkap,
kemudian siswa yang belum terbiasa belajar mandiri atau berkelompok akan
merasa asing dan sulit untuk menguasai konsep.
B. Pembelajaran Konvensional (Metode Ceramah)
Pada pembelajaran konvensional dengan metode ceramah guru memberikan
penerangan atau penuturan secara lisan kepada sejumlah siswa. Siswa
mendengarkan dan mencatat seperlunya. Pada umumnya siswa menerima saja apa
yang dijelaskan oleh guru. Dalam pembelajaran dengan metode ini guru
memegang peran sebagai sumber informasi bagi siswa. Guru lebih mendominasi
proses pembelajaran yang meliputi menerangkan materi pelajaran, memberikan
contoh-contoh memandu penyelesaian soal serta menjawab semua pertanyaan
yang diajukan siswa.
Berhubungan dengan metode ceramah yang digunakan ini, Nasution (1982)
memberikan gambaran ciri-ciri pembelajaran konvensional, yaitu:
1. Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok, kepada kelas sebagai
keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individual.
2. Kegiatan pembelajaran umumnya berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis,
dan media lain menurut pertimbangan guru.
3. Siswa umumnya bersifat pasif karena harus mendengarkan penjelasan guru.
4. Kecepatan belajar siswa umumnya ditentukan oleh kecepatan guru dalam
mengajar.
17 Ali Ismail, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5. Keberhasilan belajar umumnya ditentukan oleh guru secara subyektif.
6. Diperkirakan hanya sebagian kecil saja dari siswa yang menguasai materi
pelajaran secara tuntas.
Seperti metode-metode lainnya, metode pembelajaran konvensional ini
memiliki keunggulan dan kelemahan. Menurut (Wartono, 1996) keunggulan dari
metode ini adalah dapat digunakan untuk siswa dalam jumlah yang besar dan
dapat menyelesaikan suatu materi pelajaran dengan cepat. Sedangkan kelemahan-
kelemahan dari pembelajaran ini antara lain:
1. Siswa seringkali tidak aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran jadi kurang efektif.
2. Terutama bagi siswa yang belum cukup dewasa, pembelajaran konvensional
ini sering menimbulkan kebosanan .
3. Terutama untuk pendidikan sains bagi siswa yang masih muda pembelajaran
ini tidak sesuai dengan tuntutan tujuan pendidikan sains yang modern, yang
antara lain menuntut adanya pendidikan tentang metode ilmiah dan sikap
ilmiah dalam pendidikan sains, sains bukan hanya mengajarkan fakta tetapi
juga harus melatih keterampilan dan kecakapan.
Berikut ini perbedaan sintak pembelajaran CLIS dengan pembelajaran
konvensional
Tabel 2.1
Perbedaan model CLIS dengan pembelajaran konvensional
No. Perbedaan CLIS Pembelajaran
konvensional
1. Kegiatan awal a. Guru mengecek kehadiran
siswa
Fase 1: orientasi
a. Guru melakukan apesepsi
a. Mengkondisikan
siswa.
b. Menyampaikan
tujuan pembelajaran.
18 Ali Ismail, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Perbedaan CLIS Pembelajaran
konvensional
dan menghadapkan siswa
pada fenomena alam yang
sering di jumpai
Fase 2 : Pemunculan gagasan
awal
a. Guru menggali konsepsi
awal siswa
2. Kegiatan inti Fase 3: penyusunan gagasan
a. Siswa menggunakan teori
untuk berhipotesis
b. Guru mengajak siswa
berkelompok untuk
melakukan eksperimen
c. Siswa melakukan
eksperimen untuk
membuktikan hipotesisnya
d. Siswa diminta untuk
menghubungkan hasil
eksperimen dengan
hipotesis
Fase 4 : penerapan gagasan
a. Siswa di minta menjawab
pertanyaan-pertanyan di
LKS
b. Dengan bimbingan guru,
siswa mendiskusikan hasil
eksperimen
a. Guru menerangkan
suatu konsep,
b. Siswa bertanya hal-
hal yang tidak
dimengerti
c. Guru memberikan
contoh soal aplikasi
konsep
d. Guru meminta siswa
untuk mengerjakan
latihan soal dari
buku paket
e. Siswa mencatat
materi yang
diterangkan dan
diberi soal-soal
pekerjaan rumah.
3. Penutup Fase 5 : kaji ulang perubahan
gagasan
a. Guru memberikan
pertanyaan lisan atau kuis
untuk mengevaluasi apa
yang telah diperoleh siswa
selama proses pembelajaran
Mengecek pemahaman
dan memberikan umpan
balik.
C. Multimedia
1. Media pembelajaran
Kata media berasal dan bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah atau perantara atau pengantar. Heinich, dkk (1982) dalam Arsyad (2006)
19 Ali Ismail, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi
antara sumber dan penerima. Televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar
yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah media
komunikasi.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu
disebut media pembelajaran. Secara umum media mempunyai kegunaan: (1)
memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis; (2) mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, tenaga dan daya indra; (3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih
langsung antara murid dengan sumber belajar; (4) memungkinkan anak belajar
mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya;
(5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton
(1985) dalam Arsyad (2006) adalah (1) penyampaian pesan pembelajaran dapat
lebih terstandar; (2) pembelajaran dapat lebih menarik; (3) pembelajaran dapat
ditingkatkan; (4) proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan
dimanapun diperlukan; (5) sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta
proses pembelajaran dapat ditingkatkan; (6) peran guru berubahan kearah yang
positif.
Dua sisi penting dan fungsi media dalam proses pembelajaran di kelas yaitu:
(1) membantu guru dalam mempermudah, menyederhanakan, dan mempercepat
keberlangsungan proses belajar mengajar. Penyajian informasi atau keterampilan
20 Ali Ismail, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
secara utuh dan lengkap, serta merancang lingkup informasi dan keterampilan
secara sistematis sesuai dengan tingkat kemampuan dan alokasi waktu; (2)
membantu siswa dalam mengaktifkan fungsi psikologis dalam dirinya antara lain
dalam pemusatan perhatian dan mempertahankan perhatian, memelihara
keseimbangan mental, serta mendorong belajar mandiri (Arifin et al, 2003).
2. Multimedia
Menurut Arsyad, 2006 multimedia diartikan sebagai lebih dari satu media.
Ini bisa berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan video, yang
mana perpaduan dan kombinasi dua atau lebih jenis media ditekankan pada
kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media itu. Sedangkan
Haffos (1994) dalam Munir (2008) mendefinisikan multimedia sebagai suatu
sistem komputer yang terdiri dan hardware dan software yang memberikan
kemudahan untuk menggabungkan berbagai komponen seperti gambar, video,
grafik, animasi, suara, teks, dan data yang dikendalikan dengan program
komputer. Thomson (1994) dalam Munir (2008) mendefinisikan multimedia
sebagai suatu sistem yang menggabungkan gambar, video, animasi, suara secara
interaktif. Jayan dkk (1995) dalam Munir (2008) mendefisikan bahwa multimedia
adalah dasar dari teknologi modern yang meliputi suara, teks, video, gambar dan
data. Dari definisi-definisi tersebut nampaknya ada kesamaan bahwa teknologi
multimedia mencakup berbagai media dalam sofware pembelajaran. Sajian
multimedia dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran
komputer sebagai media yang menampilkan teks, suara, grafik, video, animasi
dalam sebuah tampilan yang terintegrasi dan interaktif (Munir, 2008).
21 Ali Ismail, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut Karyadinata (2006) elemen-elemen multimedia terdiri dari:
a. Teks; teks merupakan simbol kata atau kalimat yang berfungsi menjelaskan
tentang isi dan materi multimedia. Kebutuhan teks bergantung pada kegunaan
aplikasi multimedia.
b. Gambar; gambar dalam multimedia dapat berupa foto, gambar ilustrasi, dan
gambar hasil sketsa tangan. Gambar-gambar tersebut mempunyai peran dalam
menyampaikan informasi.
c. Grafik; grafik dalam multimedia juga berfungsi sebagai penyampai informasi
yang berhubungan dengan fakta, data statistik, dan gagasan-gagasan dalam
matematika.
d. Suara; dengan menggunakan suara aplikasi lebih terintegrasi, pemakai dapat
merasakan kenyamanan terhadap suara yang mewakili aplikasi tersebut
sehingga suatu informasi dapat disampaikan lebih cepat.
e. Video; video dapat diambil dan kejadian sebenarnya yang direkam, yang
berguna untuk menambah daya tarik dan memperjelas informasi yang akan
disampaikan.
f. Animasi; animasi dapat diartikan sebagai subyek yang bergerak, animasi
berguna untuk mensimulasikan konsep tentang hal-hal yang melibatkan
gerakan. Misalnya pergerakan kerangka acuan dalam gerak.
3. Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan, aplikasi multimedia berfungsi sebagai perangkat
lunak (sofware) pembelajaran, yang memberikan fasilitas kepada siswa untuk
mempelajari suatu materi. Penggunaan multimedia dalam pembelajaran
22 Ali Ismail, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran memiliki beberapa keistimewaan menurut Munir (2008) antara lain
(1) menyediakan proses interaktif dan memberikan kemudahan umpan balik, (2)
memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam menentukan topik
pembelajaran dan, (3) memberikan kemudahan kontrol yang sistematis dalam
proses pembelajaran.
Pembelajaran dengan multimedia (komputer) akan memberikan motivasi
yang lebih tinggi karena komputer selalu dikaitkan dengan kesenangan,
permainan, dan kreativitas. Hal ini dikarenakan komputer memiliki sejumlah
kemampuan dan kelebihan. menurut Heinich (1996) dalam Karyadinata (2006)
beberapa kelebihan komputer sebagai sarana/media pembelajaran antara lain (1)
siswa dapat belajar sesuai kemampuan dan kecepatannya masing-masing dalam
memahami pengetahuan dan informasi yang ditampilkan; (2) aktivitas belajar
siswa dapat terkontrol; (3) siswa mendapat fasilitas untuk mengulang jika
diperlukan, dimana dalam pengulangan tersebut siswa bebas mengembangkan
kreativitasnya; (4) siswa dibantu untuk memperoleh umpan balik (feed back)
dengan segera; (5) tercipta iklim belajar yang efektif bagi siswa yang lambat (slow
learner), tetapi juga dapat memacu efektivitas belajar bagi siswa yang lebih cepat
(fast learner); (6) pemberian umpan balik (feed back) dan penguatan
(reinforcement) terhadap hasil belajar dapat diprogram; (7) pemeriksaan dan
pemberian skor hasil belajar secara otomatis dapat diprogram; (8) memberikan
sarana bagi siswa untuk melakukan kegiatan tertentu dapat dirancang; (9)
informasi dan pengetahuan dengan tingkat realisme yang tinggi dapat
23 Ali Ismail, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
disampaikan karena kemampuannya mengintegrasikan komponen warna, musik,
animasi, dan grafik.
Disamping memiliki kelebihan, komputer sebagai sarana/media dalam
pembelajaran juga memiliki kelemahan yang diantaranya (1) tingginya biaya
pengadaan dan pengembangan program komputer, terutama yang dirancang
khusus untuk maksud pembelajaran, (2) pengadaaan, pemeliharaan dan perawatan
komponen komputer yang meliputi hardware dan software memerlukan biaya
yang relatif tinggi untuk jangka pendek; (3) merancang dan memproduksi
program pembelajaran berbasis komputer merupakan pekerjaan yang tidak
mudah. Memproduksi program komputer merupakan kegitan intensif yang
memerlukan waktu banyak dan juga keahlian khusus. Penggunaan sebuah
program komputer memerlukan perangkat keras dengan spesifikasi yang sesuai.
Perangkat lunak sebuah komputer seringkali tidak dapat digunakan pada
komputer yang spesifikasinya tidak sama (Iksanuddin, 2007).
Pada penelitian ini multimedia yang akan digunakan adalah video dan
animasi. Multimedia ini akan di integrasikan pada tahap orientasi dan tahap
pemunculan gagasan awal.
D. Keterampilan Proses Sains
Sains merupakan sekumpulan ilmu-ilmu serumpun yang terdiri atas Biologi,
Fisika, Geologi dan Astronomi yang berupaya menjelaskan setiap fenomena yang
terjadi di alam (Liliasari, 2005). Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan
24 Ali Ismail, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2003).
Dalam rangka mentransformasikan definisi literasi sains ke dalam penilaian
(assessment) literasi sains, PISA mengidentifikasi tiga dimensi besar literasi sains,
yakni proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi sains. Proses sains merujuk
pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau
memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta
menerangkan kesimpulan (Rustaman N., et al., 2004).
Menurut Herlen (Indrawati, 1999:3) keterampilan proses ( prosess-skill )
sebagai proses kognitif termasuk didalamnya juga interaksi dengan isinya
(content). Lebih lanjut Indrawati (1999:3) mengemukakan bahwa
“Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang
terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori , untuk mengembangkan
konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan
terhadap suatu penemuan (falsifikasi)”.
Jadi Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk
menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan
ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk
menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan
memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki
(Dahar, 1985:11).
Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif
atau intelektual (learning competence), manual (procedural competence), sosial
(social competence) serta komunikasi (communicative competence) (Graber et al.,
25 Ali Ismail, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2002; Nentwig et al., 2002). Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena
dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya.
Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin
mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau
perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka
berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan
(Rustaman N., et al., 2003). Sedangkan keterampilan komunikasi terlibat karena
dalam keterampilan proses mereka berkomunikasi dengan sesamanya dan
melaporkan hasil kegiatannya, misalnya melaporkan hasil percobaan.
Keterampilan proses bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa
dalam belajar, sehingga secara aktif dapat mengembangkan dan menerapkan
kemampuan-kemampuannya. Bila siswa hanya belajar untuk mencapai hasil,
maka mereka akan mendapatkan nilai-nilai yang tinggi. Namun mereka tampak
kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan
maupun sikap dalam situasi lain. Akibatnya pengetahuan itu tidak bermakna
dalam kehidupan sehari-hari dan cepat terlupakan.
Keterampilan proses perlu dikembangkan untuk menanamkan sikap ilmiah
pada siswa. Semiawan (1992:14-15) berpendapat bahwa terdapat empat alasan
mengapa pendekatan keterampilan proses sains diterapkan dalam proses belajar
mengajar sehari-hari, yaitu :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak
mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
26 Ali Ismail, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan
contoh-contoh konkret.
3. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen,
penemuannya bersifat relatif.
4. Dalam proses belajar mengajar seharusnya pengembangan konsep tidak
dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
Para ahli pendidikan sains membagi keterampilan proses sains secara
berbeda-beda namun hampir sama satu sama lain. Pada Tabel 2.2 dikemukakan
beberapa jenis keterampilan proses menurut beberapa ahli.