BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangDunia pendidikan di Indonesia sudah
berkali-kali melakukan perubahan kurikulum hal ini dilakukan dalam
rangka menyempurnakan sistem pendidikan di Indonesia yang dinilai
sangat buruk dikawasan asia. Perjalanan kurikulum pendidikan di
Indonesia masih terhitung muda. Tapi perlu adanya perbaikan, agar
negara kita bisa sejajar dengan negara lain dikawasan asia maupun
didunia. Maka dari itu saya sebagai penulis harus mengetahui
perjalanan dari kurikulum di Indonesia, dari awal merdekanya negara
ini hingga sekarang. Tujuannya tiada lain untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan dari setiap jamannya, agar bisa menjadi
bahan perbaikan untuk dimasa yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana model kurikulum dari tahun 1950
sekarang? Apa analisis dari setiap model kurikulum dari tahun 1950
sekarang?
1.3 Tujuan Mengetahui model kurikulum dari tahun 1950 sekarang?
Dapat menganalisis dari setiap model kurikulum dari tahun 1950
sekarang?
BAB IIPEMBAHASAN
1 2 2.1 Kurikulum 1947Kurikulum yang pertama kali diberlakukan
di sekolah Indonesia pada awal kemerdekaan ialah kurikulum 1947 dan
memakai istilah dalam bahasa Belanda leer plan artinya rencana
pelajaran. Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan
asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat
itu dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran 1947, yang baru
dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah
perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok: Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
Garis-garis besar pengajaran
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga
hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana
Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947
tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah :
pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.Penerbitan UU No. 4 tahun
1950 merumuskan pula tujuan kurikulum menurut jenjang pendidikan.
Sekolah mengharuskan menyempurnakan kurikulum 1947 agar lebih
disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan bangsa
Indonesia.Berikut ini ciri-ciri Kurikulum 1947 :1. sifat kurikulum
Separated Subject Curriculum (1946-1947),2. menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah,3. jumlah mata
pelajaran : Sekolah Rakyat (SR) 16 bidang studi, SMP-17 bidang
studi dan SMA jurusan B-19 bidang studi.Kelebihan dari kurikulum
ini yaitu mampu membentuk dan menguatkan karakter bangsa dengan
mengacu pada dasar dasar pancasila, karena pada saat itu keadaan
bangsa Indonesia masih dalam masa mempertahankan kemerdekaan dari
bangsa penjajah. Kekurangan dari kurikulum ini ialah masih
menggunakan kurikulum yang lama warisan dari bangsa penjajah.
Kurikulum ini belum begitu sempurna akibat dari peniruan dari
bangsa penjajah, sehingga ada ketidaksesuaian dengan karakter
bangsa Indonesia. Oleh karena itu harus dilakukan beberapa
perubahan, agar tujuan dari pendidikan Indonesia tercapai sesuai
dengan dasar dasar pancasila.
2.2 Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952 Setelah
Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata
pelajaran yang kemudian diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai
1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum
1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus
mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru
mengajar satu mata pelajaran, (Djauzak Ahmad, Dirpendas
periode1991-1995).Kelebihan dari kurikulum ini ialah terletak pada
penyempurnaan dari kurikulum itu sendiri yang telah merinci setiap
mata pelajaran. Dan kurikulum ini sendiri sudah mengarah pada suatu
sistem pendidikan nasional.Kekurangan dari kurikulum ini ialah
belum menuju pengembangan bakat setiap siswa dan belum
mengembangkan pada kecerdasan emosional, moral,dll.
2.3 Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964 Usai tahun 1952,
menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan
1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar
rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang
SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana
(Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan),dan jasmani. Ada yang
menyebut Pancawardhana berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa,
karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.Kelebihan dari kurikulum ini ialah telah dirancangnya
sistem yang mana pada jenjang sekolah dasar (SD) diberikan
pengetahuan akademik sebagai bekal, sehingga pembelajarannya
dipusatkan pada program pengenbangan moral, kecerdasan, emosional,
keterampilan, dan jasmani. Dan pada kurikulum ini menekankan
pendidikan dasar lebih menuju pada kegiatan fungsional
praktis.Kekurangan dari kurikulum ini ialah dalam hal pengembangan
pengetahuan akademik. Dalam pengembangannya belum begitu terlaksana
karena kekurangan tenaga pengajar dan masih awal jadi tersa begitu
sulit.2.4 Kurikulum 1968 Kurikulum 1968 ditandai dengan pendekatan
peng-organisasian materi pelajaran dengan pengelompokan suatu
pelajaran yang berbeda, yang dilakukan secara korelasional
(correlated subject curriculum), yaitu mata pelajaran yang satu
dikorelasikan dengan mata pelajaran yang lain, walaupun batas
demokrasi antar mata pelajaran masih terlihat jelas. Muatan materi
masing-masing mata pelajaran masih bersifat teoritis dan belum
terikat erat dengan keadaan nyata dalam lingkungan sekitar.
Peng-organisasian mata pelajaran secara korelasional itu
berangsur-angsur mengarah kepada pendekatan pelajaran yang sudah
terpisah-pisah berdasarkan disiplin ilmu pada sekolah-sekolah yang
lebih tinggi.Berikut ciri-ciri kurikulum 1968 :1. sifat kurikulum
correlated subject,2. jumlah mata pelajaran SD-10 bidang studi,
SMP-18 bidang studi (Bahasa Indonesia dibedakan atas Bahasa
Indonesia I dan II), SMA jurusan A-18 bidang studi,3. penjurusan di
SMA dilakukan di kelas II, dan disederhanakan menjadi dua jurusan,
yaitu Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti Pengetahuan Alam
(PASPAL).Kelebihan dari kurikulum ini ialah pada peng-organisasian
materi pelajaran dengan pengelompokan suatu pelajaran yang berbeda,
yang dilakukan secara korelasional, karena dengan hal ini mampu
melihat dengan mudah perkembangan peserta didik, dan mengetahui
kelebihan dan kekurangan peserta didik.Kekurangan dari kurikulum
ini ialah muatan materi masing-masing mata pelajaran masih bersifat
teoritis dan belum terikat erat dengan keadaan nyata dalam
lingkungan sekitar. Sehingga efektifitas pada kegiatan pembelajaran
belum begitu tercapai.
2.5 Kurikulum 1975Menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih
efektif dan efisien. Menurut Drs Mudjito; Ak; Msi (Direktur Pemb.
TK dan SD Depdiknas). yang melatarbelakangi lahirnya kurikulum ini
adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management
by objective) yang terkenal saat itu," Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI), yang dikenal dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu
rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran
dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.Di dalam kurikulum 1975,
pada setiap bidang studi dicantumkan tujuan kurikulum, sedangkan
pada setiap pokok bahasan diberikan tujuan instruksional umum yang
dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai satuan bahasan yang memiliki
tujuan instruksional khusus. Dalam proses pembelajaran, guru harus
berusaha agar tujuan instruksional khusus dapat dicapai oleh
peserta didik, setelah mata pelajaran atau pokok bahasan tertentu
disajikan oleh guru. Metode penyampaian satun bahasa ini disebut
prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Melalui PPSI ini
dibuat satuan pelajaran yang berupa rencana pelajaran setiap satuan
bahasan. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibuat sibuk menulis
rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran
Ciri-ciri kurikulum 1975:1. Berorientasi pada tujuan2. Menganut
pendekatan integratif dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki
arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan
yang lebih integratif.3. Menekankan kepada efisiensi dan
efektivitas dalam hal daya dan waktu.4. Menganut pendekatan sistem
instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada
tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam
bentuk tingkah laku siswa.5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku
dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan
latihan (drill).Kelebihan dari kurikulum ini ialah dalam setiap
kegiatan pembelajaran setiap guru telah mempersiapkan segala
sesuatunya untuk mengajar. Setiap pembelajaran tertata dan
dimanajemen dengan baik, sehingga apa yang dilaksanakan dapat
mencapai tujuan yang telah direncanakan.Kekurangan dari kurikulum
ini ialah guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai
dari setiap kegiatan pembelajaran. Dan banyak kritikan terhadap
kurikulum ini.
2.6 Kurikulum 1984Kurikulum 1984 pada hakikatnya merupakan
penyempurnaan dari kurikulum 1975. Asumsi yang mendasari
penyempurnaan kurikulum 1975 ini adalah bahwa kurikulum merupakan
wadah atau tempat proses belajar mengajar berlangsung yang secara
dinamis, perlu senantiasa dinilai dan dikembangkan secara terus
menerus sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat.Kurikulum
1975 yang Disempurnakan Kurikulum 1984 mengusung process skill
approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan
tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum1975
yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Learning (SAL). CBSA merupakan suatu
upaya dalam pembaharuan pendidikan dan pembelajaran pada saat itu.
Pendekatannya menitikberatkan pada keaktifan siswa yang merupakan
inti dari kegiatan belajar. Dalam CBSA kegiatan belajarnya
diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti mendengarkan,
berdiskusi, membuat sesuatu, menulis laporan, memecahkan masalah,
membentuk gagasan, menyusun rencana dan sebagainya. Adapun kegiatan
yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:1. Menyiapkan lembar
Kerja 2. Menyususun tugas bersama siswa 3. Memberikan informasi
tentang kegiatan yang akan di susun. 4. Memberikan bantuan dan
pelayanan apabila siswa mendapat kesulitan 5. Menyampaikan
pertanyaan yang bersifat asuhan 6. Membantu mengarahkan rumusan
kesimpulan umum. 7. Memberikan bantuan dan pelayanan khusus kepada
siswa yang lamban 8. Menyalurkan bakat dan minat siswa 9. Mengamati
setiap aktivitas siswa.
Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1.
Berorientasi kepada tujuan instruksional.2. Pendekatan
pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental,
intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh
pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotor.3. Materi pelajaran dikemas dengan
nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang
digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan
keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang
sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.4.
Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada
pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk
menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk
membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.5. Materi
disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental
siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui
pendekatan konkret, semikonkret, semi-abstrak, dan abstrak dengan
menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan.
Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana menuju ke
kompleks.6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses.
Keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang memberi
tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan
keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien
dalam mencapai tujuan pelajaran.Tokoh penting dibalik lahirnya
Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat
Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986. Konsep CBSA yang elok secara
teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan,
mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara
nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA.
Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa
berdiskusi, disana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru
tak lagi mengajar model berceramah. Akhirnya penolakan CBSA
bermunculan. Kelebihan dari kurikulum ini ialah mampu menempatkan
siswa menjadi subjek pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk
aktif dalam proses pembelajaran baik secara fisik, mental,
intelektual, dan emosional atau istilah kurikulum ini ialah Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA). Dan dalam pemberian materi disesuaikan
dengan kesiapan siswa, sehingga siswa akan lebih mudah menerima
setiap materi yang diberikan.Kekurangannya ialah bila terjadi salah
penafsiran dari sekolah yang menjalankannya akan terjadi
kekeliruan. Yang terjadi bukan kekondusifan dalam belajar, tetapi
yang akan terjadi ialah kegaduhan diruang kelas lantaran siswa
berdiskusi, disana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru
tak lagi mengajar model berceramah.
2.7 Kurikulum 1994Dengan mendasarkan kepada seluruh proses
penyusunan kurikulum pada ketentuan-ketentuan yuridis dan akademis
di atas, maka diharapkan kurikulum 1994 telah mampu menjembatani
semua kesenjangan yang terdapat dalam dunia pendidikan di sekolah.
Namun, harapan itu sepertinya tidak terwujud sebagaimana
diperlihatkan oleh sedemikian banyak dan gencarnya keluhan
pengelola pendidikan mengenai berbagai kelemahan dan kekurangan
kurikulum 1994.Adapun ciri-ciri kurikulum 1994 adalah sebagai
berikut :1. Sifat kurikulum objective based curriculum,2. Pembagian
tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan3.
Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang
cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)4. Kurikulum
1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.5. Dalam
pelaksanaan kegiatan, guru menggunakan strategi yang melibatkan
siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial6.
Nama SMP dan SLTP kejuruan diganti menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama),dan SMA diganti SMU (Sekolah Menengah Umum)7.
Penjurusan di SMU dilakukan di kelas II, f) penjurusan dibagi atas
tiga jurusan, yaitu jurusan IPA, IPS, dan Bahasa,8. SMK
memperkenalkan program pendidikan sistem ganda (PSG) Aspek yang
dikedepankan dalam kurikulum 1994 ialah terlalu padat, sehingga
sangat membebani siswa yang berpengaruh pada merosotnya semangat
belajar siswa, sehingga mutu pendidikan pun semakin terpuruk.
Akibatnya adalah siswa enggan belajar lama di sekolah. Jika sejak
awal siswa dicemaskan dengan mata pelajaran yang menjadi momok di
sekolah, maka mereka akan menjadi bosan dan kegiatan belajar
mengajar menjadi menyebalkan.Selain itu, penetapan target kurikulum
1994 dinilai dan dikecam berbagai pihak antara lain sebagai dosa
teramat besar dari departemen pendidikan dan kebudayaan yang
mengakibatkan kemerosotan kualitas pendidikan secara
berkesinambungan tanpa henti, bahwa adanya target kurikulum telah
menjadi salah satu factor pemicu untuk penggantian kurikulum
baru.Kurikulum 1994 yang padat dengan beban yang telah menghambat
diberlakukannya paradigma baru pendidikan dari siswa kepada guru,
yang menuntut banyak waktu untuk menyampaikan pandangan dalam
rangka pengelolaan pendidikan. Kurikulum yang padat juga
melanggengkan konsep pengajaran satu arah, dari guru murid, karena
apabila murid diberikan kebebasan mengajukan pendapat, maka
diperlukan banyak waktu, sehingga target kurikulum sulit untuk
tercapai.Kelebihan dari kurikulum ini ialah dalam pelaksanaan
kegiatan, guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif
dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Sehingga
siswa bisa aktif dan mampu mengembangkan bakatnya.Kelemahan dari
kurikulum ini ialah karenaterjadinya kemerosotan kualitas
pendidikan. Penyebab dari kemerosotan itu dikarenakan kurikulum
yang begitu padat, dan menjadi beban sehingga menghambat
perkembangan bakat siswa. Dan menyebabkan siswa menjadi merosot
semangat belajarnya karena beban pelajaran yang begitu padat.
2.8 Kurikulum Berbasis KompetensiHarapan masyarakat terhadap
kurikulum pendidikan di Indonesia, pada hakikatnya adalah adanya
komunikasi dua arah yang memungkinkan kegiatan belajar mengajar
menjadi interaktif dan menyenangkan, baik bagi siswa maupun bagi
guru. Belajar menyenangkan itulah sebenarnya konsep pendidikan yang
dapat membawa peserta didik (siswa) untuk menguasai kompetensi
akademik, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian.
Harapan-harapan inilah yang seharusnya diakomodasi di dalam
penyusunan kurikulum.Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang hanya
berlaku sampai tahun 2006 di sekolah-sekolah pada dasarnya adalah
merupakan gagasan dari Kurikulum Berbasis Kemampuan Dasar (KBKD)
yang memfokuskan pada wujud pertumbuhan dan perkembangan potensi
peserta didik. KBK merupakan perangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa,
penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.Kurikulum Berbasis
Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1. Menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal.2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi.4. Sumber belajar bukan hanya
guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar
dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.Berhubung
kurikulum 2004 yang memfokuskan aspek kompetensi siswa, maka
prinsip pembelajaran adalah berpusat pada siswa dan menggunakan
pendekatan menyeluruh dan kemitraan, serta mengutamakan proses
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (contextual teaching and
learning atau CTL).Dalam pelaksanaan kurikulum yang memegang
peranan penting adalah guru. Guru diibaratkan manusia dibalik
senjata kosong yang tidak berpeluru. Oleh karena itu, diperlukan
kreativitas guru untuk mengisi senjata itu dan membidiknya dengan
cermat dan tepat mengenai sasaran. Keberhasilan kurikulum lebih
banyak ditentukan oleh kualitas dan kompetensi guru. Oleh
karenanya, tidak berlebihan apabila dalam diskusi mengenai Potret
Pendidikan di Indonesia dan Peran Guru Swasta, J. Drost (2002)
menegaskan bahwa materi kurikulum, terutama untuk mata pelajaran
dasar, di seluruh dunia pada dasarnya sama. Yang membedakannya
adalah cara guru mengajar di depan kelas.Inti dari KBK adalah
terletak pada empat aspek utama, yaitu :1) kurikulum dan hasil
belajar,2) pengelolaan kurikulum berbasis sekolah,3) kegiatan
belajar mengajar, dan4) evaluasi dengan penilaian berbasis kelas.
Kurikulum dan hasil belajar memuat perencanaan pengembangan
kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan
sejak lahir sampai usia 18 tahun. Kurikulum dan hasil belajar ini
memuat kompetensi, hasil belajar dan indikator dari TK (Taman
Kanak-kanak) dan Raudhatul Athfal (RA) sampai dengan kelas XII
(kelas III SMA). Penilaian berbasis kelas memuat prinsip, sasaran
dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan
konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi
kompetensi atau hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan yang
jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai, serta peta
kemajuan belajar siswa dan pelaporan.Kegiatan belajar mengajar
memuat gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran untuk
mencapai kompetensi yang ditetapkan, serta gagasan-gagasan
pedagogis dan andragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak
mekanistik. Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah memuat berbagai
pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk
meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi pula dengan
gagasan pembentukan jaringan kurikulum (curriculum council),
pengembangan perangkat kurikulum, antara lain silabus, pembinaan
professional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem informasi
kurikulum. Peran dan tanggung jawab dalam pengelolaan kurikulum
berbasis sekolah diberikan kepada sekolah. Dinas Pendidikan
Kabupaten / Kota, Dinas Pendidikan Provinsi dan Tingkat Pusat.
Peran dan tanggung jawab sekolah untuk meningkatkan komunikasi
dengan berbagai pihak untuk mensosialisasikan konsep KBK,
menetapkan tahap dan administrasi KBK, menata ulang KBK penempatan
guru pada kelas secara optimal, memberdayakan semua sumber daya dan
dana sekolah, termasuk dalam melibatkan Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah untuk pelaksanaan kurikulum secara bermutuKelebihan dari
kurikulum ini ialah penilaian dilakukan sesuai ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, siswa
dinilai juga sesuai hasil belajarnya. Siswa dalam mendapatkan bahan
belajarnya tidak hanya dari guru, tetapi juga bisa didapatkan dari
sumber lain yang bersifat edukatif. Disini guru berperan sangat
penting, karena sebagai motivator dan motor untuk menggerakan siswa
untuk mencari bahan pelajaran diluar guru, dan menyampaikan materi
dengan tepat.Kekurangan dari kurikulum ini ialah bila guru tak
mampu menjadi motor, tak mampu menjadi seorang penembak jitu dalam
penyampaian materi, maka dampaknya pada siswa. Materi yang harus
disampaikan penuh, tetapi yang tersampaikannya hanya sebagian,
bahkan tidak tersampaikan sama sekali.
2.9 KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)Kurikulum 2006
atau yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) merupakan kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang berlaku dewasa
ini di Indonesia. KTSP diberlakukan mulai tahun ajaran 2006/2007
yang menggantikan kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini lahir seiring
dengan pemberlakuan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem pendidikan Nasional serta Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Salah satu
perbedaan KTSP dibandingkan dengan kurikulum yang pernah berlaku
sebelumnya di Indonesia adalah terletak pada sistem
pengembangannya.Pengembangan kurikulum sebelum KTSP dilakukan
secara terpusat (sentralistik), sedangkan KTSP merupakan kurikulum
operasional yang dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan karakteristik dan perbedaan daerah (desentralistik).
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, dan silabus.
Secara substantive, pemberlakuan kurikulum 2006 merupakan
implementasi regulasi yang telah dikeluarkan yaitu PP no 19 tahun
2005 tentang standar nasional pendidikan. Akan tetapi, esensi isi
dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan
tercapainya paket-paket kompetensi (Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar) dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject
matter.Dengan demikian, kurikulum 2006 memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik
secara individual, maupun klasikal.2. Berorientasi pada hasil
belajar (learning out comes) dan keberagaman.3. Penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.4.
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif.5. Penilaian menekankan pada proses
dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi.Sebagai kurikulum operasional di tingkat satuan
pendidikan, KTSP memiliki peluang untuk dikembangkan oleh satuan
pendidikan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip:1. Berpusat pada
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.2. Beragam dan terpadu.3. Tanggap terhadap
perkembangan Iptek.4. Relevan dengan kebutuhan masa kini dan masa
datang.5. Menyeluruh dan berkesinambungan6. Belajar sepanjang
hayat7. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah. Pada
hakikatnya KTSP merupakan kelanjutan dari kurikulum 2004. Sebab
tidak banyak perubahan berarti yang dilakukan.Yang tampak jelas
berubah adalah penentuan mata pelajaran masing-masing bidang studi
dengan penjabaran aspek-aspeknya. Persoalan baru itulah yang
dirasakan oleh guru menjadi beban berat. Belum lagi soal kerepotan
dan kerumitan nilai dalam proses evaluasi belajarnya. Dengan dasar
Permendiknas Nomor 22, 23 dan 24 tentang Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta peraturan pelaksanaannya,
maka kurikulum 2006 diberlakukan untuk menyempurnakan kurikulum
sebelumnya yang baru berusia dua tahun.Dalam pelaksanaannya
kurikulum terbaru tersebut mengalami berbagai kendala. Terutama
persoalan minimnya sosialisasi dan kesiapan sarana dan prasarana
pendukung pendidikan dan terutama sekali kesiapan guru dan sekolah
untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri. Namun oleh
Depdiknas persoalan itu diantisipasi dengan diluncurkannya panduan
KTSP yang disusun oleh BSNP. Kenyataannya sampai saat ini kurikulum
2006 itu terkesan masih dijalankan dengan setengah hati karena
berbagai kebijakan dan landasan yuridisnya belum dipenuhi secara
konsekuen oleh pemerintah.Disamping masalah itu juga ada masalah
lain dari kurikulum ini yaitu karena jam pelajaran dikurangi maka
para guru honorer akan berkurang penghasilannya. Hal ini juga harus
diperhatikan demi kesejahteraan guru dan demi kelancaran proses
pengajaran. Perbedaan mendasar yang terdapat dalam kurikulum 2006
dibandingkan kurikulum sebelumnya adalah kurikulum 2006 bersifat
desentralistik artinya sekolah diberi kewenangan secara penuh untuk
menyusun rencana pendidikan dengan mengacu pada standar yang telah
ditetapkan (SI dan SKL) mulai dari tujuan, visi dan misi, struktur
dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga
pengembangan silabusnya.Namun, kewenangan dan kebebasan sekolah
tersebut dalam penyelenggaraan program pendidikannya tetap harus
disesuaikan dengan (1) Kondisi lingkungan sekolah, (2) kemampuan
peserta didik, (3) sumber belajar yang tersedia, dan (4) kekhasan
daerah. Dalam pelaksanaannya, orang tua dan masyarakat dapat
berperan dan terlibat secara aktif sebagai mitra sekolah dalam
mengembangkan program pendidikannya.Kelebihan dari kurikulum ini
ialah terletak pada pengembangan dari kurikulum itu sendiri. Pada
kurikulum sebelumnya pengembangan dilakukan secara sentralistik,
namun pada kurikulum KTSP ini dilakukan sesuai kebutuhan daerah
masing-masing. Jadi setiap daerah berhak menentukan kebutuhannya
masing masing sesuai dengan dasar dasar kurikulum yang ditetapkan
dipusat. Dan kurikulum ini sangat membuka diri kepada masyarakat
agar mampu menjadi mitra sekolah dalam mengembangkan program
pendidikannya.Kekurangan dari kurikulum ini ialah dalam
pelaksanaannya, kurikulum terbaru tersebut mengalami berbagai
kendala. Terutama persoalan minimnya sosialisasi dan kesiapan
sarana dan prasarana pendukung pendidikan dan terutama sekali
kesiapan guru dan sekolah untuk menyusun dan mengembangkan
kurikulum sendiri. Disamping masalah itu juga ada masalah lain dari
kurikulum ini yaitu karena jam pelajaran dikurangi maka para guru
honorer akan berkurang penghasilannya. Hal ini juga harus
diperhatikan demi kesejahteraan guru dan demi kelancaran proses
pengajaran.
BAB IIIKESIMPULAN Dunia pendidikan di Indonesia sudah
berkali-kali melakukan perubahan kurikulum hal ini dilakukan dalam
rangka menyempurnakan sistem pendidikan di Indonesia yang dinilai
sangat buruk dikawasan asia. Perjalanan kurikulum pendidikan di
Indonesia meliputi: Kurikulum 1947 Kurikulum 1952, Rentjana
Pelajaran Terurai 1952 Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Kurikulum 1968 Kurikulum 1975 Kurikulum 1984 Kurikulum 1994
Kurikulum Berbasis Kompetensi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan)Dalam setiap perjalanan jamannya, kurikulum di Indonesia
mengalami perubahan. Perubahan perubahan itu terjadi karena
tuntutan jaman dan penyesuaian dengan karakter bangsa Indonesia.
Pada awal kemerdekaan, negara kita masih meniru kurikulum
peninggalan penjajah, namun disisipi penanaman nilai moral dan
kebangsaan pada pembelajarannya. Dengan seiringnya jaman berganti,
kurikulum tersebut mengalami perkembangan dan terus berkembang
hingga kurikulum yang sekarang kita pakai, KTSP. Kurikulum akan
terus berkembang dan berinovasi sesuai tuntutan jaman dan kondisi
iklim sosial di negara kita.Dalam setiap perubahan pasti akan
menemui penerimaan baik dan akan menemui penolakan. Seperti halnya
yang terjadi pada kurikulum yang ada di Indonesia ini. Misalnya,
dari kurikulum 1975 berkembang menjadi kurikulum 1984 tidak secara
keseluruhan masyarakat mau menerima perubahan itu. Namun dengan
kebijakan pemerintah, kurikulum tersebut terus mengalami perbaikan.
Dan di tahun 1994, Indonesia mengalami krisis kurikulum yang
dikarenakan ketidak selarasan anatara kurikulum itu sendiri dengan
kondisi siswa. Akibat dari kejadian itu terjadi kemerosotan
kualitas pendidikan di Indonesia, sehingga muncul banyak kecaman
dari berbagai pihak.Dari potret kemerosotan itu, pemerintah berkaca
diri dan memperbaiki segala aspeknya. Dengan hal itu pendidikan
Indonesia merajut kembali kualitas pendidikannya dengan adanya
kurikulum KBK. Kurikulum ini mampu mendongkrak kualitas pendidikan
Indonesia, meskipun hanya bertahan hingga tahun 2006 dan diganti
dengan kurikulum KTSP. Sebenarnya semua ini adalah perbaikan dari
kurikulum kurikulum sebelumnya, agar potret pendidikan kita menjadi
lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Model Model Kurikulum di IndonesiaPage 21