Model-Model Belajar dan Pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada RPP yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri. Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas, mereka sudah merasa enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi. Selain dari karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih terbatas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa. Karena penghargaan terhadap profesi guru sangat minim, boro-boro sempat waktu untuk membaca buku yang aktual, mereka sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk membeli buku pembelajaran yang inovatif. Mereka bukan tidak mau meningkatkan kualitas pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan. Permasalahannya adalah bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah paradigma mengajar menjadi membelajarkan, sehingga misi KBK dapat terwujud. Dengan paradigma yang berubah, mudah-mudahan kebiasaan murid yang bersifat pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula menjadi aktif. Oleh karena itu makalah yang akan dibahas kali ini yaitu “Model -Model Belajar dan Pembelajaran”.
29
Embed
Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Model-Model Belajar dan Pembelajaran 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006
(KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap
sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang
memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada RPP yang dibuat oleh guru
dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan
menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih
menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat
karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum
berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan
RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini
berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi aktivitas
siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill)
untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri.
Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas,
mereka sudah merasa enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi. Selain dari
karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi ini
kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih terbatas tentang bagaimana siswa
belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa. Karena penghargaan terhadap profesi guru
sangat minim, boro-boro sempat waktu untuk membaca buku yang aktual, mereka sangat sibuk
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk
membeli buku pembelajaran yang inovatif. Mereka bukan tidak mau meningkatkan kualitas
pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan. Permasalahannya adalah
bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah paradigma mengajar
menjadi membelajarkan, sehingga misi KBK dapat terwujud. Dengan paradigma yang berubah,
mudah-mudahan kebiasaan murid yang bersifat pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula
menjadi aktif.
Oleh karena itu makalah yang akan dibahas kali ini yaitu “Model-Model Belajar dan
Pembelajaran”.
Model-Model Belajar dan Pembelajaran 2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari model pembelajaran?
2. Apa tujuan dari model pembelajaran?
3. Apa sajakah macam-macam model pembelajaran beserta langkah-langkahnya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari model pembelajaran.
2. Untuk mengetahui tujuan dari model pembelajaran.
3. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran beserta langkah-langkahnya.
Model-Model Belajar dan Pembelajaran 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan
dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik. Sedangkan
istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan perang atau
dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau
olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, dan pendidikan. Menurut Ruseffendi (dalam
Usman 2004), istilah strategi, metode, pendekatan dan teknik mendefinisikan sebagai berikut :
1. Strategi pembelajaran adalah separangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan
dengan faktor yang menentukan warna atau strategi tersebut, yaitu :
a. Pemilihan materi pelajaran (guru atau siswa)
b. Penyaji materi pelajaran (perorangan atau kelompok, atau belajar mandiri)
c. Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis atau sintesis, formal
atau non formal)
d. Sasaran penerima materi pelajaran ( kelompok, perorangan, heterogen, atau homogen).
2. Pendekatan Pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Misalnya memahami
suatu prinsip dengan pendekatan induktif atau deduktif.
3. Metode Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua
mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan
terbimbing dan sebagainya.
4. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah
disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta
kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang.
5. Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambakan proses rincian dan
penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi
perubahan atau perkembangan pada diri siswa (Didang dalam Usman 2004)
Model-Model Belajar dan Pembelajaran 4
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 : 203), pengertian strategi
sebagai berikut:
1. Ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan
tertentu dalam dan perang damai.
2. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Soedjadi (dalam Usman 2004) menyebutkan strategi pembelajaran adalah suatu siasat
melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi
pembelajaran yang diharapkan. Untuk dapat mengubah keadaan itu dapat ditempuh dengan
berbagai pendekatan pembelajaran. Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu
pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih
dari satu teknik. Secara sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian :
teknik metode pendekatan strategi model
Istilah “model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran,
dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang
luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi
dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran
untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil dan Showers, 1992
dalam Usman 2004)
Lebih lanjut Ismail (dalam Sukamto Toeti 1997) menyatakan istilah model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :
1. Rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya.
2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara
berhasil.
4. Tingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Berbedanya pengertian antara model, strategi, pendekatan dan metode serta teknik
diharapkan guru mata pelajaran umumnya dan khususnya memilih model dan mempunyai
strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan standar kompetensi serta kompetensi dasar
dalam standar isi.
Rangke L Tobing, dkk (dalam Sukamto Toeti 1997) mengidentifikasi lima karakterististik
suatu model pembelajaran yang baik, yang meliputi berikut ini.
1. Prosedur Ilmiah
Model-Model Belajar dan Pembelajaran 5
Suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang sistematik untuk mengubah
tingkah laku peserta didik atau memiliki sintaks yang merupakan urutan langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan guru-peserta didik.
2. Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan
Suatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci mengenai
penampilan peserta didik.
3. Spesifikasi lingkungan belajar
Suatu model pembelajaran menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan dimana tanggapan
peserta didik diobservasi.
4. Kriteria penampilan
Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria penerimaaan penampilan yang diharapkan
dari para peserta didik. Model pembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari
peserta didik yang dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah mengajar tertentu.
5. Cara-cara pelaksanaannya
Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi peserta
didik dan interaksinya dengan lingkungan.
Bruce dan Weil (dalam Sukamto Toeti 1997) mengidentifikasi karakteristik model
pembelajaran ke dalam aspek-aspek berikut.
1. Sintaks
Suatu model pembelajaran memiliki sintaks atau urutan atau tahap-tahap kegiatan belajar
yang diistilahkan dengan fase yang menggambarkan bagaimana model tersebut dalam
praktiknya, misalnya bagaimana memulai pelajaran.
2. Sistem social
Sistem sosial menggambarkan bentuk kerja sama guru-peserta didik dalam pembelajaran
atau peran-peran guru dan peserta didik dan hubungannya satu sama lain dan jenis-jenis aturan
yang harus diterapkan. Peran kepemimpinan guru bervariasi dalam satu model ke model
pembelajaran lainnya. Dalam beberapa model pembelajaran, guru bertindak sebagai pusat
kegiatan dan sumber belajar (hal ini berlaku pada model yang terstruktur tinggi), namun dalam
model pembelajaran yang terstruktur sedang, peran guru dan peserta didik seimbang. Setiap
model memberikan peran yang berbeda pada guru dan peserta didik.
3. Prinsip reaksi
Prinsip reaksi menunjukkan kepada guru bagaimana cara menghargai atau menilai peserta
didik dan bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh peserta didik. Sebagai contoh, dalam
Model-Model Belajar dan Pembelajaran 6
suatu situasi belajar, guru memberi penghargaan atas kegiatan yang dilakukan peserta didik atau
mengambil sikap netral.
4. Sistem pendukung
Sistem pendukung menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mendukung
keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana, misalnya alat dan bahan,
kesiapan guru, serta kesiapan peserta didik.
5. Dampak pembelajaran langsung dan iringan
Dampak pembelajaran langsung merupakan hasil belajar yang dicapai dengan cara
mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan sedangkan dampak iringan adalah
hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat terciptanya
suasana belajar yang dialami langsung oleh pebelajar.
B. Pemilihan Model Pembelajaran Sebagai Bentuk Implementasi Strategi Pembelajaran.
Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan model pembelajaran meliputi
pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya pada model
pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan
suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model
pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur
pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh
teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan
permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam
model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi
tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi
yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana
kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya,
sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian
berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk
membantu siswa mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik
yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan
untuk mengajarkan konsep-konsep matematika tingkat tinggi.
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan
urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan
Model-Model Belajar dan Pembelajaran 7
pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan
jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari
bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh,
setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa
agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap
menutup pelajaran, didalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang
dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar
yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar
yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model
pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti
tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan
guru.
Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan
pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.
Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai
kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai.
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,
minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara
guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Di madrasah, tindakan pembelajaran ini
dilakukan nara sumber (guru) terhadap peserta didiknya (siswa). Jadi, pada prinsipnya strategi
pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan
guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya.
Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut penemunya,
model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model pembelajaran
yang lain. Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita sepakati hal-hal sebagai berikut :
1. Siswa Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah banyak yang masih berada dalam tahap
berpikir konkret. Model dan metode apapun yang diterapkan, pemanfaatan alat peraga masih
diperlukan dalam menjelaskan beberapa konsep matematika.
2. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap model
pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
3. Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan materi
pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa model pembelajaran.
Model-Model Belajar dan Pembelajaran 8
4. Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai meteri dan tidak disenangi
para siswa, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif. Oleh kerena itu, komitmen kita
adalah sebagai berikut :
a. Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat mengajarkannya, dan terampil
dalam menggunakan alat peraga.
b. Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh hati,
hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.
c. Menjaga agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kita ajarkan, dengan
tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru dapat mengembangkan model
pembelajaran sendiri. Anggaplah kita sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model
pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan
agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat di capai dengan
lebih efektif dan efisien.
C. Macam – Macam Model Belajar
Uraian berikut ini adalah untuk menjawab pertanyaan, bagaimana siswa belajar? Dengan
memahami uraian ini, guru bisa menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran dengan kondisi siswa.
Bukankah pemberian harus diselaraskan dengan mereka yang akan menerima pemberian
sehingga dapat bermanfaat secara optimal, dan tidak sebaliknya.
Model-model belajar yang dimaksud pada judul di atas adalah berbagai cara-gaya belajar
siswa dalam aktivitas pembelajaran, baik di kelas ataupun dalam kehidupannya sehari-hari antar
sesama temannya atau orang yang lebih tua. Dengan memahami model-model belajar ini,
diharapkan para guru (kita semua) dapat membelajarkan siswa secara efisien sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
Ada berbagai model belajar yang akan dibahas, yaitu:
1. Peta Pikiran
Buzan (1993)[1] mengemukakan bahwa otak manusia bekerja mengolah informasi melalui
mengamati, membaca, atau mendengar tentang sesuatu hal berbentuk hubungan fungsional antar
bagian (konsep, kata kunci), tidak parsial terpisah satu sama lain dan tidak pula dalam bentuk
narasi kalimat lengkap. Sebagai contoh, kalau dalam pikiran kita ada kata (konsep) Bajuri, maka
Model-Model Belajar dan Pembelajaran 9
akan terkait dengan kata lain secara fungsional, seperti gemuk, supir bajay, kocak, sederhana,
atau ke tokoh lain Oneng, Ema, Ucup, Hindun, dan lain-lain dengan masing-masing karakternya.
Demikian pula kata dalam pikiran kita terlintas FKIP Universitas Langlangbuana Bandung
akan terkait alamatnya, pejabatnya, dosen-dosen dan staf administrasi, dan besar penghargaan
untuk perkuliahan per-sks. Silakan anda mencoba menuliskan / menggambarkan peta pikiran
tentang Bajuri dan FKIP Unla di atas. Kalau dibuat narasinya akan ada perbedaan redaksi,
meskipun dengan makna yang tidak berbeda.
Dalam bidang studi keahlian anda, misalnya ambil satu materi dalam pelajaran Matematika,
Akuntansi, Agama, atau yang lainnya. Silakan buat (tulis-gambar) peta pikiran yang terlintas
kemudian narasikan secara lisan. Tulisan atau gambar peta pikiran tersebut dinamakan dengan
peta konsep (concept map).
Selanjutnya Buzan mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami (natural) adalah
sesuai dengan cara kerja otak seperti di atas berupa pikiran. Yang produknya berupa peta konsep.
Dengan demikian belajar akan efektif dengan cara membuat catatan kreatif yang merupakan peta
konsep, sehingga setiap konsep utama yang dipelajari semuanya teridentifikasi tidak ada yang
terlewat dan kaitan fungsionalnya jelas, kemudian dinarasikan dengan gaya bahasa masing-
masing. Dengan demikian konsep mendapat retensi yang kuat dalam pikiran, mudah diingat dan
dikembangkan pada konsep lainnya. Belajar dengan menghafalkan kalimat lengkap tidak akan
efektif, di samping bahasa yang digunakan menggunakan gaya bahasa penulis. Mengingat hal
itu, sajian guru dalam pembelajaran harus pula dikondisikan berupa sajian peta konsep, guru
membumbuinya dengan narasi yang kreatif.
Selanjutnya, Buzan mengemukakan bahwa kemampuan otak manusia dapat memproses
informasi berupa bahasa sebanyak 600 – 800 kata permenit[1]. Dengan kemampuan otak seperti
itu dibandingkan dengan kemampuan komputer sangat tinggi. Jika benar-benar dimanfaatkan
secara optimal, setiap kesempatan dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran diri dalam segala hal.
Hanya sayang banyak orang yang mengabaikannya atau digunakan untuk hal-hal yang kurang
bermanfaat untuk peningkatan kualitas diri, misalnya berangan-angan, menonton, mengobrol
atau bercanda tanpa makna. Bagaimana dengan anda?.
Model-Model Belajar dan Pembelajaran 10
3. Kecerdasan Ganda
Goldman (2005)[1] mengemukakan bahwa struktur otak, sebagai instrumen kecerdasan,
terbagi dua menjadi kecerdasan intelektual pada otak kiri dan kecerdasan emosional pada otak
kanan. Kecerdasan intelektual mengalir-bergerak (flow) antara kebosanan bila tuntutan
pemikiran rendah dan kecemasan bila terjadi tuntutan banyak. Bila terjadi kebosanan otak akan
mengisinya dengan aktivitas lain, jika positif akan mengembangkan penalaran akan tetapi jika
diisi dengan aktivitasa negatif, misal kenakalan atau lamunan, inlah yang disebut dengan sia-sia
atau mubadzir (at tubadziru minasy-syaithon).
Sebaliknya jika tuntutan kerja otak tinggi akan terjadi kecemasan-kelelahan. Kondisi ini akan
bisa dinetralisir dengan relaksasi melalui penciptaan suasana kondusif, misalnya keramahan,
kelembutan, senyum-tertawa, suasana nyaman dan menyenangkan, atau meditasi keheningan
dengan prinsip kepasrahan kepada sang Pencipta. Dengan demikian aktivitas otak kiri
semestinya dibarengi dengan aktivitas otak kanan.
Sel syaraf pada otak kiri berfungsi sebagai alat kecerdasan yang sifatnya logis, sekuensial,
linier, rasional, teratur, verbal, realitas, ide, abstrak, dan simbolik. Sedangkan sela syaraf otak
kanan berkaitan dengan kecerdasan yang sifatnya acak, intuitif, holistic, emosional, kesadaran
diri, spasial, musik, dan kreativitas. Penting untuk diketahui bahawa kecerdasan intelkektual
berkontribusi untuk sukses individu sebesar 20% sedangkan kecerdasan emosional sebesar 40%,
siswanya sebanyak 40% dipengaruhi oleh hal lainnya.
Ary Ginanjar (2002) dan Jalaluddin Rahmat (2006)[1]mengukakan kecerdasan ketiga, yaitu
Kecerdasan Spiritual (nurani-keyakinan) atau kecerdasan fitrah yang berkenaan dengan nilai-
nilai kehidupan beragama. Sebagai orang beragama, kita semestinya berkeyakinan tinggi
terhadap kecerdasan ini, bukankah ada ikhtiar dan ada pula taqdir, ada do’a sebagai permintaan
dan harapan, dan ibadah lainnya. Bukankan ketentraman individu karena keyakinan beragama
ini.
Gardner (1983)[1] mengemukakan tentang kecerdasan ganda yang sifatnya mulkti dengan
akronim Slim n Bill, yaitu Spacial-visual , Linguistic-verbal, Interpersonal-communication,