Model Eutrofikasi 2-Dimensi Berlapis untuk Optimalisasi Lokasi Zona Budidaya Ikan Karamba Jaring Apung (KJA) Di Waduk Jatiluhur (Two-Dimensional Layered Eutrophication Model to Optimize the Aquaculture Floating Net (KJA) Zones Location In Jatiluhur Reservoir) Eko Harsono Pusat Penelitian Limnologi-LIPI Email : [email protected]Memasukkan: Januari 2016, Diterima Mei 2016 ABSTRACT The development of floating net aquaculture in Jatiluhur reservoir that reach up 21000 to 26 717 plot have been resulted in eutrophication that interfere of water treatmen raw water, tourism and water sports, so the reduction and redeployment zones floating net in the reservoir needs to be done. The purpose of this study looking for zone of floating net aquaculture in Jatiluhur reservoir. The zone is obtained from the optimization by maximizing the density plots floating net per segment in alternate zones with constraints status trophic allowed in the area of water treatment raw water in take, tourism and water sports in the downstream Jatiluhur reservoir through simulation of the chlorophyll-a concentration distribution from the 2 - dimensional layered eutrophication model for scenarios increase every 10 plots floating net in segments of alternative zones 1, 2, 3 in the downstream reservoirs and alternate zone 4 in the middle of the reservoir. The results of the eutrophication 2- dimensional layered model calculation been obtained segment length and width of 100 m. The optimization results show, the carriying capacity of water due to zoning plots Jatiluhur reservoir floating net per segment in the middle of the reservoir is greater than the downstream of the reservoir, and to get water Jatiluhur reservoir in oligotrophic status that does not interfere with other uses of the reservoir water, and to get water Jatiluhur reservoir in oligotrophic status that does not interfere with other uses of the reservoir water, the highest density of a plot floating net per segment is the alternative zone 4 of 10 plot floating net per segment or 4,420 plot floating net. For the the aquaculture fish in floating net in the area are currently recommended to be moved to alternative zone 4 which is located in the central part Jatiluhur reservoir. Keywords : floating net plot zone, Jatiluhur reservoir, optimalitation, 2-dimensional layered eutrophication ABSTRAK Perkembangan budidaya ikan dengan karamba jaring apung di Waduk Jatiluhur yang mencapai 21.000 hingga 26.717 petak telah mengakibatkan eutrofikasi yang mengganggu air baku pengolahan air bersih, pariwisata dan olah raga air, sehingga pengurangan dan pemindahan zona karamba jaring apung di waduk tersebut perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini mencari zona budidaya ikan dengan karamba jaring apung di Waduk Jatiluhur. Zona tersebut diperoleh dari optimalisasi dengan memaksimumkan kepadatan petak karamba jaring apung per segmen di alternatif zona dengan kendala status trofik yang diperbolehkan di area penyadap air baku pengolahan air, wisata dan olah raga air di bagian hilir Waduk Jatiluhur melalui simulasi sebaran konsentrasi khlorofil-a dari model eutrofikasi 2-dimensi berlapis karena skenario peningkatan setiap 10 petak karamba jaring apung di segmen-segmen zona alternatif 1, 2, 3 di bagian hilir waduk dan zona alternatif 4 di bagian tengah waduk. Hasil pehitungan model diperoleh dimensi panjang dan lebar segmen 100 m, sedang optimalisasi menunjukkan daya zonasi petak karamba jaring Waduk Jatiluhhur di bagian tengah lebih besar dibandingkan dengan di bagian hilir, sehingga untuk mendapatkan air Waduk Jatiluhur dalam status oligotrofik yang tidak mengganggu peruntukan lainnya di air waduk tersebut maka kepadatan tertinggi dari petak karamba jaring apung per segmen adalah zone alternatif 4 dengan kepadatan 10 petak karamba jaring apung per segmen atau 4.420 petak karamba jaring apung. Untuk itu budi daya ikan dengan karamba jaring apung yang ada di area saat ini disarankan untuk dipindahkan ke zona alternatif 4 yang terletak di bagian tengah Waduk Jatiluhur. Kata Kunci : model eutrofikasi 2-dimensi berlapis, optimalisasi, Waduk Jatiluhur, zona karamba jaring apung Jurnal Biologi Indonesia 12 (1): 277-289 (2016) 277 PENDAHULUAN Air Waduk Jatiluhur yang semula digunakan untuk pengairan irigasi teknis, PLTA, air baku pengolahan air bersih (WTP), land scape pariwisata, dan olah raga air, saat ini juga dimanfaatkan untuk budidaya ikan dengan karamba jaring apung (KJA). Jumlah maksimum KJA di perairan Waduk Jatiluhur telah ditetapkan oleh Perum Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur sebanyak 4.000 petak, namun saat ini telah mencapai sekitar 21.000 sampai dengan 26.717 petak, sehingga air waduk tersebut telah terjadi eutrofikasi yang mengganggu peruntukan air lainnya (Garno 2001; Garno 2003; Abery et al . 2011; Badrudin 2010; Arifin 2011; Demetrio et al . 2011; Harsono 2012).
14
Embed
Model Eutrofikasi 2 Dimensi Berlapis untuk Optimalisasi ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Model Eutrofikasi 2-Dimensi Berlapis untuk Optimalisasi Lokasi Zona Budidaya Ikan Karamba Jaring Apung (KJA) Di Waduk Jatiluhur
(Two-Dimensional Layered Eutrophication Model to Optimize the Aquaculture Floating Net (KJA) Zones Location In Jatiluhur Reservoir)
ABSTRACT The development of floating net aquaculture in Jatiluhur reservoir that reach up 21000 to 26 717 plot have been resulted in eutrophication that interfere of water treatmen raw water, tourism and water sports, so the reduction and redeployment zones floating net in the reservoir needs to be done. The purpose of this study looking for zone of floating net aquaculture in Jatiluhur reservoir. The zone is obtained from the optimization by maximizing the density plots floating net per segment in alternate zones with constraints status trophic allowed in the area of water treatment raw water in take, tourism and water sports in the downstream Jatiluhur reservoir through simulation of the chlorophyll-a concentration distribution from the 2 -dimensional layered eutrophication model for scenarios increase every 10 plots floating net in segments of alternative zones 1, 2, 3 in the downstream reservoirs and alternate zone 4 in the middle of the reservoir. The results of the eutrophication 2-dimensional layered model calculation been obtained segment length and width of 100 m. The optimization results show, the carriying capacity of water due to zoning plots Jatiluhur reservoir floating net per segment in the middle of the reservoir is greater than the downstream of the reservoir, and to get water Jatiluhur reservoir in oligotrophic status that does not interfere with other uses of the reservoir water, and to get water Jatiluhur reservoir in oligotrophic status that does not interfere with other uses of the reservoir water, the highest density of a plot floating net per segment is the alternative zone 4 of 10 plot floating net per segment or 4,420 plot floating net. For the the aquaculture fish in floating net in the area are currently recommended to be moved to alternative zone 4 which is located in the central part Jatiluhur reservoir. Keywords: floating net plot zone, Jatiluhur reservoir, optimalitation, 2-dimensional layered eutrophication
ABSTRAK Perkembangan budidaya ikan dengan karamba jaring apung di Waduk Jatiluhur yang mencapai 21.000 hingga 26.717 petak telah mengakibatkan eutrofikasi yang mengganggu air baku pengolahan air bersih, pariwisata dan olah raga air, sehingga pengurangan dan pemindahan zona karamba jaring apung di waduk tersebut perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini mencari zona budidaya ikan dengan karamba jaring apung di Waduk Jatiluhur. Zona tersebut diperoleh dari optimalisasi dengan memaksimumkan kepadatan petak karamba jaring apung per segmen di alternatif zona dengan kendala status trofik yang diperbolehkan di area penyadap air baku pengolahan air, wisata dan olah raga air di bagian hilir Waduk Jatiluhur melalui simulasi sebaran konsentrasi khlorofil-a dari model eutrofikasi 2-dimensi berlapis karena skenario peningkatan setiap 10 petak karamba jaring apung di segmen-segmen zona alternatif 1, 2, 3 di bagian hilir waduk dan zona alternatif 4 di bagian tengah waduk. Hasil pehitungan model diperoleh dimensi panjang dan lebar segmen 100 m, sedang optimalisasi menunjukkan daya zonasi petak karamba jaring Waduk Jatiluhhur di bagian tengah lebih besar dibandingkan dengan di bagian hilir, sehingga untuk mendapatkan air Waduk Jatiluhur dalam status oligotrofik yang tidak mengganggu peruntukan lainnya di air waduk tersebut maka kepadatan tertinggi dari petak karamba jaring apung per segmen adalah zone alternatif 4 dengan kepadatan 10 petak karamba jaring apung per segmen atau 4.420 petak karamba jaring apung. Untuk itu budi daya ikan dengan karamba jaring apung yang ada di area saat ini disarankan untuk dipindahkan ke zona alternatif 4 yang terletak di bagian tengah Waduk Jatiluhur. Kata Kunci: model eutrofikasi 2-dimensi berlapis, optimalisasi, Waduk Jatiluhur, zona karamba jaring apung
Jurnal Biologi Indonesia 12 (1): 277-289 (2016)
277
PENDAHULUAN
Air Waduk Jatiluhur yang semula digunakan
untuk pengairan irigasi teknis, PLTA, air baku
pengolahan air bersih (WTP), land scape pariwisata,
dan olah raga air, saat ini juga dimanfaatkan untuk
budidaya ikan dengan karamba jaring apung (KJA).
Jumlah maksimum KJA di perairan Waduk Jatiluhur
telah ditetapkan oleh Perum Jasa Tirta (PJT) II
Jatiluhur sebanyak 4.000 petak, namun saat ini telah
mencapai sekitar 21.000 sampai dengan 26.717
petak, sehingga air waduk tersebut telah terjadi
eutrofikasi yang mengganggu peruntukan air lainnya
(Garno 2001; Garno 2003; Abery et al. 2011;
Badrudin 2010; Arifin 2011; Demetrio et al. 2011;
Harsono 2012).
278
Eko Harsono
Menurut Badrudin (2010), sampai saat ini
metode pembatasan petak KJA di perairan waduk
masih berdasarkan pada daya tampung yang
menganggap air waduk tercampur sempurna.
Dengan metode demikian, jumlah maksimum KJA
yang telah ditetapkan, dapat dibangun di semua
tempat permukaan air Waduk Jatiluhur. Oleh karena
itu, perkembangan KJA di waduk yang luasnya
6.312,5 Ha tersebut menjadi sangat sulit untuk
dikendalikan. Untuk itu perlu dicari cara yang dapat
membatasi jumlah dan sekaligus dapat merelokasi
zona pengembangan KJA di Waduk Jatiluhur,
sehingga eutrofikasi dapat dikendalikan dan
peruntukan air Waduk Jatiluhur lainnya tidak
terganggu.
Menurut Boegman et al. (2001), Xu et al.
(2010), Dingguo et al. (2011) dan Lindim et al.
(2011), eutrofikasi di setiap badan air dapat bervariasi
secara spasial dan temporal karena adanya perbedaan
kondisi hidrodinamika badan air. Sudjono (2003) dan
Bo et al. (2008) juga menyatakan, perbedaan proses
fisika dan biokimia di setiap bagian waduk panjang
(elongated reservoir) telah menyebabkan kualitas air
di waduk tidak seragam. Berdasarkan pada
mekanisme hidrodinamika dan proses reaksi tersebut,
Harsono (2015) telah berhasil mengembangkan
model eutrofikasi 2-dimensi berlapis yang dapat
memperagakan variasi spasial dan temporal
konsentrasi khlorofil-a karena beban masukan
(influen) limbah budidaya ikan KJA dan sungai di
perairan waduk. Model tersebut, jika digunakan,
dapat menjadi acuan untuk menetapkan zona
budidaya ikan dengan KJA yang tidak menimbulkan
eutrofikasi di air Waduk Jatiluhur. Untuk itu, tujuan
penelitian ini mencari zona budidaya ikan dengan
KJA yang tidak mengakibatkan eutrofikasi di area
penyadapan air baku WTP dan PLTA, pariwisata,
serta olah raga air di Waduk Jatiluhur dengan
menggunakan model eutrofikasi 2-dimensi berlapis.
BAHAN DAN CARA KERJA
Zona KJA optimum diperoleh melalui
optimalisasi dengan simulasi menggunakan sebaran
spasial konsentrasi khlorofil-a model eutrofikasi 2-
dimensi berlapis air Waduk Jatiluhur dari skenario
penempatan KJA di altenatif zona budidaya ikan
dengan KJA. Tujuan optimalisasi tersebut adalah
untuk mendapatkan zona dengan kepadatan KJA
yang paling tinggi dengan kendala status trofik yang
diperbolehkan di area titik penyadapan air baku
pengolahan air bersih untuk penduduk dan PLTA,
pariwisata, serta olah raga air di Waduk Jatiluhur
seperti yang ditampilkan di Gambar 1. Untuk
mendapatkan sebaran spasial konsentrasi khlorofil-a
air model eutrofiksi 2-dimensi berlapis air Waduk
Jatiluhur dan skenario alternatif zona KJA dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
Model eutrofikasi 2-dimensi berlapis air waduk
tersebut terdiri dari sub-model hidrodinamika arus
dan elevasi muka air, termodinamika suhu air, dan
sistem eutrofikasi dengan variasi arah koordinat x
dan y di setiap ketebalan lapisan badan air waduk
(Harsono 2015). Persamaan-persamaan model
eutrofikasi 2-dimensi berlapis air waduk diselesaikan
secara numerik beda hingga (finite defference) skema
explicit backward dengan kondisi pembatas terbuka
(open boundary condition), dan penghitungan-
penghitungannya dilakukan dengan peprograman
komputer berbahasa FORTRAN. Untuk menghitung
model tersebut, diperlukan data kondisi pembatas
yang terdiri dari distribusi lapisan tiap segmen, beban
(nutrien dan khlorofil-a) influen sungai, beban
(nutrien) influen KJA, dan cuaca udara, beserta data
observasi konsentrasi khlorofil-a untuk kalibrasi dan
validasi model yang diperoleh dengan cara berikut.
Data kondisi pembatas model eutrofikasi 2-
dimensi air Waduk Jatiluhur diambil diambil
sebanyak 3 ulangan, yaitu bulan Januari 2009 pada
saat kondisi elevasi muka air (EMA) waduk 95 m
msl (mean sea level), bulan Agustus 2009 pada saat
EMA 98 m msl, dan pada bula Mei 2009 pada saat
EMA 102 m msl.
Distribusi lapisan tiap segmen badan air pada
EMA 95 m, 98, dan 102 m diperoleh dari peta
batimetri Waduk Jatiluhur (Puslitbang Teknologi
Sumber Daya Air Depertemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah 2000). Formula analisis kesalahan
numerikal (Harsono 2015). Data debit efluen (Qeff),
debit influen (Qinf), beban nutrien influen sungai
(total nitrogen T-N, NH3, NO2, NO3, total posfor T-P
dan PO4), beban influen KJA (nitrogen oraganik
terlarut DON dan posfor organik terlarut DOP), dan