A. JUDUL PENELITIAN Penerapan Model CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa Kelas VIIIG SMPN 3 Singaraja B. IDENTITAS PENELITI Nama : Made Diyah Putri Martinasari Kelas : VI B Jurusan : Pendidikan Matematika C. LATAR BELAKANG Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Umaedi (1999 : 1) mengatakan bahwa “Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan sumber daya manusia itu sendiri”. Salah satu strategi kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Permasalahan yang selalu mengemuka dalam dunia pendidikan adalah bagaimana suatu pembelajaran dirancang dan dipraktekkan dan kenyataan. Namun kenyataanya, sampai sekarang pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan adalah perangkat fakta-fakta yang harus dihafal dan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. JUDUL PENELITIAN
Penerapan Model CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk
Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa Kelas VIIIG SMPN 3
Singaraja
B. IDENTITAS PENELITI
Nama : Made Diyah Putri Martinasari
Kelas : VI B
Jurusan : Pendidikan Matematika
C. LATAR BELAKANG
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang
peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Umaedi
(1999 : 1) mengatakan bahwa “Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu
proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan sumber daya manusia itu
sendiri”. Salah satu strategi kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia Indonesia adalah melalui peningkatan mutu pendidikan.
Permasalahan yang selalu mengemuka dalam dunia pendidikan adalah
bagaimana suatu pembelajaran dirancang dan dipraktekkan dan kenyataan.
Namun kenyataanya, sampai sekarang pendidikan kita masih didominasi
oleh pandangan bahwa pengetahuan adalah perangkat fakta-fakta yang harus
dihafal dan pembelajaran di kelas pun masih berfokus pada guru sebagai sumber
utama pengetahuan.
Dalam pembelajaran, guru mengacu pada siswa belajar aktif dengan
menerapkan metode ceramah, tanya jawab, serta diskusi untuk meningkatkan
kemampuan berpikir siswa. Namun demikian, usaha yang dilakukan belum sesuai
dengan apa yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh lemahnya daya tangkap
belajar siswa dan kurangnya motivasi siswa dalam menerima pelajaran. Cara
belajar sebagian siswa yang pasif serta lebih mengarah pada konsep mengingat
penjelasan dari guru saja dari pada menemukan sendiri membuat guru kesulitan
dalam mengoptimalkan proses pembelajaran karena terhambat oleh waktu.
1
Hal inilah yang terjadi di kelas VIIIG SMPN 3 Singaraja. Kurangnya
pemahaman konsep siswa, utamanya dalam mata pelajaran matematika, dan
situasi kelas yang pasif disebabkan tidak lain oleh kurangnya minat siswa
terhadap mata pelajaran matematika. Minat merupakan salah satu faktor yang
memegang peranan penting dalam pembelajaran. Seseorang yang mempunyai
minat terhadap suatu pelajaran dengan sendirinya akan merasa senang mengikuti
pelajaran tersebut. Suasana yang seperti ini akan memudahkan materi pelajaran
masuk dalam pikiran dan pemahaman siswa. Ini dapat terjadi karena dengan
adanya minat seseorang dengan sendirinya mau memusatkan perhatian secara
intensif terhadap sesuatu yang diminatinya.
Kurangnya minat belajar matematika siswa dan kurangnya perhatian orang
tua siswa terhadap prestasi belajar anak mengakibatkan sebagian besar siswa di
kelas VIIIG kurang memaknai pembelajaran matematika yang berlangsung di
kelasnya. Siswa tidak aktif mencari penjelasan tambahan dari sumber belajar lain
selain penjelasan guru. Bahkan penjelasan dari guru pun hanya dihapalkan tanpa
memahami maksud dari penjelasan tersebut. Ini terlihat dari hasil ulangan dan
tugas siswa yang diobservasi sebagai bahan refleksi awal.
Berikut ini adalah pendataan yang diambil dari nilai tugas dan ulangan
matematika pada awal s genap tahun ajaran 2013/2014.
Tabel 1 Hasil Tugas dan Ulangan Matematika Siswa Kelas VIIIG
Evaluasi Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rataPersentase
Ketuntasan
Tugas 30 100 68,40 52%
Ulangan 50 100 78,80 60%
(Arsip Guru Matematika Kelas VIIIG SMPN 3 Singaraja)
Sekolah telah menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk
pelajaran matematika sebesar 75. Tetapi kenyataannya untuk nilai ulangan,
sebanyak 15 siswa dari 25 siswa di kelas VIIIG belum mampu mencapai/melebihi
nilai minimum yang ditetapkan sekolah. Rata-rata nilai tugas di kelas VIIIG
adalah 68,40 dan sebanyak 12 siswa dari 25 siswa belum mencapai nilai minimum
yang ditetapkan sekolah. Dari analisis nilai ulangan yang belum diremidi dan
2
tugas matematika siswa dapat diketahui bahwa prestasi belajar matematika siswa
masih tergolong kurang.
Ulangan siswa yang diobservasi adalah ulangan matematika dengan materi
yang diujikan ialah lingkaran. Ketika guru mengeluarkan soal ulangan dengan
kalimat yang sama dengan yang guru jelaskan di kelas namun simbolnya
dibedakan, masih banyak siswa yang terkesan tidak memperhatikan perbedaan
simbol tersebut dan masih menjawab dengan simbol yang sesuai dengan
penjelasan guru pada saat di kelas. Akibatnya, jawaban siswa tersebut disalahkan
oleh guru karena tidak sesuai konteks soal dan pada akhirnya menyebabkan nilai
ulangan matematika siswa di kelas tersebut kurang memuaskan.
Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan suatu inovasi pada
pembelajaran di kelas VIIIG untuk meningkatkan minat belajar siswa di kelas
tersebut. Salah satunya dengan menerapkan model CTL (Contextual Teaching and
Learning) yang merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara pengetahuan awal siswa dengan penerapan dalam kehidupan sehari – hari
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan awal siswa
dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Blanhard, 2001). Dengan menerapkan model CTL pada
pembelajaran matematika di kelas VIIIG SMPN 3 Singaraja diharapkan dapat
meningkatkan minat belajar matematika siswa di kelas tersebut.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan
ialah bagaimana peningkatkan minat belajar matematika siswa kelas VIIIG SMP
Negeri 3 Singaraja pada pembelajaran yang menggunakan model CTL?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini ialah untuk meningkatkan minat belajar matematika
siswa kelas VIIIG SMP Negeri 3 Singaraja melalui penerapan model CTL.
3
F. MANFAAT PENELITIAN
Secara umum, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagi siswa
Penerapan model CTL dalam pembelajaran matematika di kelas VIIIG
SMPN 3 Singaraja dapat dijadikan sebagai sarana untuk lebih meningkatkan
minatnya terhadap matematika.
2. Bagi guru
Model CTL yang diterapkan pada pembelajaran matematika dapat dijadikan
suatu alternatif untuk meningkatkan minat belajar matematika siswa.
3. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan
proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
sekolah tersebut.
4. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat membantu peneliti untuk lebih menguasai penerapan
model CTL dalam pembelajaran matematika.
G. DEFINISI OPERASIONAL
1. Model CTL
CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa. Disamping itu, CTL juga
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Minat Belajar Matematika
Minat belajar matematika adalah kecenderungan dalam diri individu berupa
keingintahuan, perhatian, dan menyenangi matematika sebagai ilmu
pengetahuan tanpa merasa terpaksa untuk memperoleh perubahan tingkah
laku baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati.
4
H. KAJIAN PUSTAKA
H.1. MODEL CTL
H.1.1. Pengertian CTL
Menurut Nur Hadi, CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru
untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Menurut Jonhson, CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk
menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks
dalam kehidupan keseharian mereka.
Jadi dari pendapat para tokoh di atas dapat kita simpulkan bahwa CTL
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
H.1.2. Tujuan CTL
Adapun tujuan CTL ialah sebagai berikut.
a. Memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau ketrampilan
yang dapat diterapkan ke permasalahan lainnya.
b. Belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu ada
pemahaman.
c. Menekankan pengembangan minat dari pengalaman siswa.
d. Melatih siswa agar dapat berpikir kritis dan terampil dalam
memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu
yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
e. Pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
f. Mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengaitkan materi
akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari.
g. Siswa secara individu dapat menemukan dan mentransfer
informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu
miliknya sendiri.
H.1.3. Strategi Pembelajaran CTL
5
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara
konstektual antara lain:
a. Pembelajaran berbasis masalah
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama, siswa ditantang
untuk berpikir kritis untuk memecahkannya.
b. Menggunakan konteks yang beragam
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna
yang diperoleh siswa menjadi berkualitas.
c. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa
Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan
sosial seyogianya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar
saling menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan
interpersonal.
d. Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri
Pendidikan formal merupakan wadah bagi siswa untuk menguasai cara
belajar untuk belajar mandiri dikemudian hari.
e. Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan
dengan temannya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam
kelompoknya.
f. Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara
terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat
maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
g. Mengejar standar tinggi
Kompetensi kelulusan dari waktu ke waktu terus ditingkatkan dan setiap
sekolah hendaknya melakukan studi banding ke berbagai sekolah baik di
dalam maupun luar negeri.
H.1.4. Komponen Pembelajaran CTL
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru
dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalamannya. Menurut paham
6
konstruktivis, pengalaman itu memang berasal dari luar akan tetapi
dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, pengalaman
terbentuk oleh dua faktor penting yaitu objek yang menjadi bahan
pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek
tersebut.
2. Inkuiri
Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berpikir sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa
langkah, yakni:
a. merumuskan masalah
b. mengajukan hipotesis
c. mengumpulkan data
d. menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
e. membuat kesimpulan
3. Tanya Jawab
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang
dalam berpikir. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir
siswa. Sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuannya.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan
sangat berguna untuk:
a. menggali informasi dan kemampuan siswa dalam penguasaan materi
pelajaran
b. membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
c. merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu
d. memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan
e. membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
7
Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL menyarankan
agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain.
Dalam kelas yang menerapkan CTL, komponen ini dilakukan dengan
menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
5. Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan pemodelan adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Misalnya guru memberikan contoh bagaimana menggunakan alat peraga dan
lain sebagainya.
6. Refleksi (Reflection)
Yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan, dan
pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui
dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan
penyempurnaan.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Yaitu prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik
adalah pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari
sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhir periode. Kemajuan
belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai
cara. Yang dinilai pada pembelajaran adalah pengetahuan dan ketrampilan
yang diperoleh siswa.
H.1.5. Perbedaan Pembelajaran CTL dengan Pembelajaran Konvensional
Tabel 2 Perbedaan Pembelajaran CTL dengan Pembelajaran Konvensional
No.Perbedaan Pembelajaran CTL dengan Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran CTL Pembelajaran Konvensional
1 Siswa sebagai subjek belajar Siswa sebagai objek belajar
2 Siswa belajar melalui kegiatan
kelompok
Siswa lebih banyak belajar secara
individu
3 Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata
Pembelajaran bersifat teoritis dan
abstrak
8
4 Kemampuan didasarkan atas
pengalaman
Kemampuan diperoleh dari latihan-
latihan
5 Tujuan akhir kepuasan diri Tujuan akhir nilai atau angka
6 Perilaku dibangun atas kesadaran Perilaku dibangun oleh faktor dari
luar
7 Pengetahuan yang dimiliki siswa
berkembang sesuai dengan
pengalaman yang dialaminya
Pengetahuan yang dimiliki bersifat
absolut dan final, tidak mungkin
berkembang.
8 Siswa bertanggungjawab dalam
memonitor dan mengembangkan
pembelajarannya
Guru penentu jalannya proses
pembelajaran
9 Pembelajaran bisa terjadi di mana saja Pembelajaran terjadi hanya di dalam
kelas
10 Keberhasilan pembelajaran dapat
diukur dengan berbagai cara
Keberhasilan pembelajaran hanya
bisa diukur dengan tes
H.1.6 Langkah-langkah Pembelajaran CTL
Strategi pembelajaran CTL ialah sebagai berikut.
1. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.
3. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan jumlah siswa
(tiap kelompok diberikan tugas yang sama).
4. Siswa berdiskusi dalam kelompok masing-masing.
5. Siswa mempresentasikan hasil diskusi.
6. Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
7. Dengan bantuan guru, siswa menyimpulkan hasil diskusi sesuai dengan
indikator hasil belajar yang harus dicapai.
8. Penilaian.
H.2. MINAT BELAJAR
H.2.1. Pengertian Minat Belajar
9
Dalam kegiatan belajar yang dilaksanakan, ada beberapa hal yang
mendorong siswa belajar. Salah satunya adalah minat. Minat tersebut akan timbul
dalam diri siswa apabila siswa tertarik akan sesuatu karena sesuatu tersebut
merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi dirinya atau merasa bahwa
sesuatu tersebut merupakan hal yang harus dipelajari. Ketika ia sudah
mempelajarinya maka akan timbul kebermaknaan dan berguna bagi dirinya.
Menurut para pakar, pengertian minat itu bermacam-macam, antara
pendapat satu dengan yang lainnya berbeda, namun pada dasarnya intinya sama.
Menurut Slameto (2003: 180) yang dimaksud dengan “minat adalah suatu rasa
lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Minat pada dasarnya penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri”. Semakin kuat hubungan tersebut, maka
semakin besar pula minat yang dimiliki.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 744) minat diartikan
sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Amir Hamzah Nasution
berpendapat bahwa minat merupakan suatu pernyataan psikis yang menunjukkan
adanya pemusatan perhatian terhadap suatu objek yang menarik perhatian. Crow
dan Crow (Abd. Rachman Abror, 1993: 112) mengemukakan minat berhubungan
dengan gaya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada
orang, benda, kegiatan atau pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh
kegiatan itu sendiri.
Menurut Moh. Uzer Usman (2002: 27) kondisi belajar mengajar yang
efektif adalah adanya minat dan perhatian di dalamnya. Minat ini besar
pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan
sesuatu yang diminatinya. Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan
sifat-sifat siswa baik yang bersifat kognitif seperti bakat dan kecerdasan maupun
yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar
adalah gejala psikis sebagai kecenderungan tingkah laku di mana kesadaran
seseorang dalam belajar dilandasi oleh perasaan senang dan tertarik terhadap
pelajaran yang dirasanya bermanfaat untuk dirinya. Sementara minat belajar
matematika adalah kecenderungan dalam diri individu berupa keingintahuan,
10
perhatian, dan menyenangi matematika sebagai ilmu pengetahuan tanpa merasa
terpaksa untuk memperoleh perubahan tingkah laku baik yang dapat diamati
maupun tidak dapat diamati.
H.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan minat menurut Crow and Crow
(1975: 169) adalah sebagai berikut.
1. Faktor kebutuhan dari dalam
Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berkaitan dengan jasmani
maupun kejiwaan, yaitu kebutuhan fisik, mempertahankan diri dari rasa sakit,
lapar, dan sebagainya.
2. Faktor motif sosial, merupakan faktor yang dapat membangkitkan minat
melakukan aktivitas-aktivitas sosial demi kebutuhan sosial.
3. Faktor emosional, yaitu faktor perasaan yang erat hubungannya dengan minat
terhadap objek tertentu. Suatu aktivitas yang berhubungan dengan objek
tertentu kemudian dapat menimbulkan rasa senang atau puas.
Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2002: 132-138) faktor-faktor yang
mempengaruhi minat belajar siswa secara umum dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa)
Faktor ini dibagi menjadi dua aspek yaitu:
a) aspek fisiologis, dan
b) aspek psikologis
2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa)
Faktor ini dibagi menjadi dua aspek yaitu:
a) aspek lingkungan sosial, dan
b) aspek lingkungan non sosial
3. Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk mempelajari materi-materi
pelajaran.
H.2.3. Indikator Minat Belajar
Indikator minat belajar antara lain:
a. Gairah siswa dalam mengikuti pembelajaran.
11
b. Inisiatif siswa.
c. Respon siswa terhadap materi dan tugas yang diberikan oleh guru.
d. Kesegeraan siswa dalam mengumpulkan tugas dan mengerjakan latihan soal
yang diberikan oleh guru.
e. Konsentrasi siswa dalam belajar.
f. Ketelitian siswa dalam mengerjakan tugas dan soal latihan yang diberikan
oleh guru.
g. Kemauan siswa untuk belajar.
h. Keuletan siswa dalam mengerjakan tugas dan latihan soal yang diberikan oleh
guru.
i. Kerja keras dalam mengerjakan tugas dan latihan soal yang diberikan oleh
guru.
H.3. KERANGKA BERPIKIR
.
12
INSTRUMENTAL INPUT
GURU
MODEL CTLMATERI
MATEMA-
TIKA
PROSES
PILIHAN TINDAKAN
MODEL CTL
MASUKANSISWA
Minat belajar matematika siswa kurang
KELUARANSISWA
Minat belajar matematika siswa meningkat
Diagram 1 Keterkaitan Masalah, Teori, Hasil Penelitian yang Relevan dan
Pilihan Tindakan
Keterangan alur tindakan:
: didukung
: arah
: memiliki keterkaitan
Dari hasil refleksi awal dan wawancara dengan guru mata pelajaran
matematika yang mengajar di kelas VIIIG SMPN 3 Singaraja terlihat bahwa siswa
di kelas VIIIG memiliki beberapa permasalahan pada mata pelajaran matematika.
Salah satunya adalah kurangnya minat belajar matematika siswa.
Hasil observasi terhadap nilai ulangan harian siswa di kelas VIIIG
menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Hal ini memperlihatkan bahwa
kurangnya minat belajar mempengaruhi prestasi belajar siswa. Untuk itu perlu
dilakukan inovasi terhadap pembelajaran matematika di kelas VIIIG agar
pembelajaran matematika yang berlangsung dapat meningkatkan minat belajar
matematika siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
minat belajar matematika siswa adalah model CTL (Contextual Teaching and
Learning). Model CTL ini akan menggantikan pembelajaran konvensional yang
sebelumnya diterapkan guru di kelas tersebut. Jika sebelumnya guru memilih
metode ceramah untuk digunakan di kelas, kali ini akan dicoba untuk menerapkan
pembelajaran yang menggunakan model CTL.
CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa. Disamping itu, CTL juga
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan model
pembelajaran ini menerapkan tujuh komponen model CTL yakni, (1)
konstruktivisme, (2) inkuiri, (3) tanya jawab, (4) masyarakat belajar, (5)
pemodelan, (6) refleksi, dan (7) penilaian nyata. Dengan kegiatan pembelajaran
seperti ini minat belajar siswa terhadap materi yang dipelajari menjadi lebih
13
optimal. Hal tersebut merupakan kunci dalam upaya meningkatkan minat belajar
matematika siswa.
H.4. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan rumusan masalah dan uraian pada tinjauan pustaka, pada
penelitian ini diajukan hipotesis yakni model CTL dapat meningkatkan minat
belajar matematika siswa kelas VIIIG SMPN 3 Singaraja.
I. METODE PENELITIAN
I.1. JENIS PENELITIAN
Penelitian yang akan dilaksanakan termasuk ke dalam jenis penelitian
tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas ini
rencananya akan dilaksanakan dalam tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri dari
empat tahapan, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
evaluasi, serta refleksi. Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan minat belajar
matematika siswa.
I.2. SUBJEK DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SMPN 3 Singaraja. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas VIIIG SMPN 3 Singaraja semester genap tahun ajaran 2013/2014.
Alasan dilakukannya penelitian di kelas VIIIG SMPN 3 Singaraja ialah karena di
kelas tersebut minat belajar siswa utamanya pada mata pelajaran matematika
masih kurang. Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru bidang studi
matematika kelas VIIIG SMPN 3 Singaraja untuk menggali penyebab
permasalahan yang dihadapi kelas tersebut serta mengambil keputusan terhadap
tindakan yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasinya.
I.3. OBJEK PENELITIAN
Objek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah minat belajar matematika
siswa kelas VIIIG SMPN 3 Singaraja.
14
I.4. DESAIN DAN PROSEDUR PENELITIAN
Sesuai dengan prosedur suatu penelitian tindakan kelas, akan dilakukan
dua siklus pelaksanaan penelitian. Masing-masing siklus terdiri dari empat