MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA Gunawan Wiradharma Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie [email protected]Abstrak Sebagai negara kepulauan, Indonesia terdiri atas variasi kebudayaan khas yang mencitrakan identitas Indonesia sebagai bangsayang besar. Ragam suku dan etnis merupakan sumber dari bagaimana budaya itu dihasilkan.Sebagai contoh, berbagai macam tari tradisional mengandung sastra lisan di dalamnya, yaitu puisi atau pantun yang mencerminkan aspek sosialmasyarakat Indonesia. Sebagai warisan budaya bangsa, tarian dan musik tradisionalIndonesia menjadi identitas bagi pengenalan Indonesia dalam kancah internasional.Dalam beberapa kesempatan, generasi muda yang mewakili Indonesia dalam kancahinternasional selalu menarik perhatian publik internasional melalui pementasan tari dan musik tradisional. Hal itu dilakukan dengan mengikuti atau mengadakan program misi kebudayaan dalam rangka mempromosikan kepentingan nasional dan memperluas dialog dengan relasi di luar negeri. Program misi kebudayaan memegang peranan yang semakin vital dalam menjalankan misidiplomasi sebuah negara terlebih pada situasi yang semakin terintegrasi dengan beragambidangnya yang sangat variatif. Keuntungan yang diperoleh sastra dari program misi kebudayaan adalah (1) sebagai salah satu bentuk kebudayaan, sastra Indonesia akan dikenal di negara lain, (2) mempererat hubungan antarmasyarakat dengan negara lain sebagai jembatan hubungan pemerintah, (3) sebagai bentuk pengakuan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki kesenian dan kebudayaan tinggi, terutama sastra. Tulisan ini akan membahas bentuk sastra sebagai unsur pendukung tari yang terdapat musik pengiring tarian tradisional Indonesia yang dipentaskan oleh tim misi budaya di luar negeri dalam program Krida Loka 2015 (sebuah program misi kebudayaan) dan bagaimana sastra dan tarian tradisional digunakan sebagai alat diplomasi kebudayaan. Melalui program ini, kesenian tradisional Indonesia dibawa ke luar negeri untuk dipertunjukkan kemudian diapresiasi oleh masyarakat luar negeri. Hal tersebut dilakukan oleh generasi muda sebagai bentuk tanggung jawab sebagai anak bangsa dalam melestarikan budaya Indonesia, khususnya sastra, musik, dan tari. Kata Kunci: Sastra, tarian tradisional, kesenian, diplomasi budaya, misi kebudayaan
17
Embed
MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA … · Ragam suku dan etnis merupakan ... jawab sebagai anak bangsa dalam melestarikan budaya Indonesia, ... serta sastra dan seni yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA
Gunawan Wiradharma Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie
Sebagai negara kepulauan, Indonesia terdiri atas variasi kebudayaan khas yang
mencitrakan identitas Indonesia sebagai bangsayang besar. Ragam suku dan etnis merupakan
sumber dari bagaimana budaya itu dihasilkan.Sebagai contoh, berbagai macam tari tradisional
mengandung sastra lisan di dalamnya, yaitu puisi atau pantun yang mencerminkan aspek
sosialmasyarakat Indonesia. Sebagai warisan budaya bangsa, tarian dan musik
tradisionalIndonesia menjadi identitas bagi pengenalan Indonesia dalam kancah
internasional.Dalam beberapa kesempatan, generasi muda yang mewakili Indonesia dalam
kancahinternasional selalu menarik perhatian publik internasional melalui pementasan tari dan
musik tradisional. Hal itu dilakukan dengan mengikuti atau mengadakan program misi
kebudayaan dalam rangka mempromosikan kepentingan nasional dan memperluas dialog
dengan relasi di luar negeri.
Program misi kebudayaan memegang peranan yang semakin vital dalam menjalankan
misidiplomasi sebuah negara terlebih pada situasi yang semakin terintegrasi dengan
beragambidangnya yang sangat variatif. Keuntungan yang diperoleh sastra dari program misi
kebudayaan adalah (1) sebagai salah satu bentuk kebudayaan, sastra Indonesia akan dikenal di
negara lain, (2) mempererat hubungan antarmasyarakat dengan negara lain sebagai jembatan
hubungan pemerintah, (3) sebagai bentuk pengakuan bahwa Indonesia merupakan negara yang
memiliki kesenian dan kebudayaan tinggi, terutama sastra.
Tulisan ini akan membahas bentuk sastra sebagai unsur pendukung tari yang terdapat
musik pengiring tarian tradisional Indonesia yang dipentaskan oleh tim misi budaya di luar negeri
dalam program Krida Loka 2015 (sebuah program misi kebudayaan) dan bagaimana sastra dan
tarian tradisional digunakan sebagai alat diplomasi kebudayaan. Melalui program ini, kesenian
tradisional Indonesia dibawa ke luar negeri untuk dipertunjukkan kemudian diapresiasi oleh
masyarakat luar negeri. Hal tersebut dilakukan oleh generasi muda sebagai bentuk tanggung
jawab sebagai anak bangsa dalam melestarikan budaya Indonesia, khususnya sastra, musik, dan
tari.
Kata Kunci:
Sastra, tarian tradisional, kesenian, diplomasi budaya, misi kebudayaan
“Seni berada pada ujung spektrum kepuasan yang lain dari ego, kepemilikan, dan kemelekatan. Salah satu nikmat terbesar dalam seni adalah berbagi: berbagi keindahan,
berbagi nilai kesejatian masing-masing, berbagi pesan dan kebahagiaan” (Krida Loka 2015).
Gambar 1. Pentas Tari dan Musik dalam Program Misi Budaya
Sumber: Dokumentasi Liga Tari Mahasiswa Universitas Indonesia Krida Budaya
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki budaya yang beraneka ragam baik etnis,
bahasa, adat istiadat, maupun agama atau kepercayaan karena terdiri dari berbagai macam suku
bangsa. Setiap suku bangsa mewujudkan kebudayaan sendiri, yang terdiri atas nilai-nilai atau
aturan-aturan tertentu juga terdiri atas kepercayaan-kepercayaan tertentu, pengetahuan
tertentu, serta sastra dan seni yang diwarisi dari generasi-generasi terdahulu. Menurut Edward
Burnett Taylor (dalam Liliweri, 2004: 107), kebudayaan adalah kompleks dari keseluruhan
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan lain dan
kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat.
Manusia merupakan mahluk yang berada dalam kebudayaan tertentu, dibesarkan dalam
suasana budaya, dan akan mempelajari serta melakukan norma-norma dalam budaya tersebut.
1
Talcot Parson dalam multikulturalisme (Ujan, 2009: xxi) bahwa ada empat sistem yang
membingkai kehidupan masyarakat, yaitu sistem organis, psikologis, sistem sosial, dan sistem
budaya. Dari keempat sistem itu, sistem budayalah yang mendasari dan berpengaruh kuat pada
manusia. Perbedaan dan kemajemukan budaya merupakan sesuatu yang mau tidak mau harus
diterima. Perbedaan dan kemajemukan ini bisa diolah menjadi suatu aset yang tak bernilai.
Kenyataan ini akan menimbulkan kesadaran bahwa ada perbedaan antara satu etnis dengan etnis
yang lain.
Seni dipandang sebagai sebuah proses yang melatih keterampilan dan aktivitas manusia
untuk menyatakan atau mengonsumsikan perasaan atau nilai yang dia miliki. Paling tidak ada
beberapa kegiatan yang dikategorikan sebagai seni, misalnya, folklore (seni bercerita, upacara
ritual, seni berpantun, berpidato, dll.), musik tarian, drama, lukis, seni pahat, permainan,
olahraga. Di sinilah dimulainya sebuah kehidupan manusia karena kehidupan di dalamnya
terdapat sebuah kebudayaan yang pada akhirnya mensyaratkan adanya hubungan interpersonal
dan khususnya komunikasi antarbudaya (Bergin & Ganvey dalam Petty, 2007: 31).
Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri. Pertunjukan
tari tidak akan terlihat menarik dan berkesan jika tidak memperhatikan unsur-unsur yang
terdapat dalam komposisi tari. Pengetahuan komposisi tari adalah pengetahuan yang
berhubungan dengan bagaimana memilih dan menata gerakan menjadi sebuah pertunjukan seni
yang estetis. Pengetahuan komposisi tari mempelajari desain lantai (garis-garis lantai yang dilalui
oleh seorang penari atau garis yang dibuat oleh formasi penari), desain atas (desain yang dibuat
oleh anggota badan yang berada di atas lantai), desain musik, desain dramatik (tahap-tahapan
emosional untuk mencapai klimaks dalam sebuah tari), dinamika (segala perubahan di dalam tari
karena adanya variasi-variasi di dalam tari), tema, tata rias dan busana, tata pentas, tata lampu
dan tata suara.1
Perwujudan ekspresi budaya melalui gerak yang dijiwai serta diikat nilai-nilai budaya
menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi bentuk tari-tarian daerah di
1 Zainal, Tari Tradisional (Sumber: http://zainalabdullah32.student.umm.ac.id/materi-2/ diakses pada 28 Oktober 2012 pukul
Payokumbuah koto nanompek... lai tuan ooii Sasimpang jalan di kalimbonang Jalo lusuah lai ikan tak dapek tampundam ooii Badan lah dingin de’ baronang Rami balai di payokumbuah... lai tuan ooiii Urang malangkah si ganju lalai Sambuik sombah sarato simpuah... lai tuan ooiii Tandonyo olek ka dimulai
2. Lirik Lagu Tari Indang, Minang
Puisi satu bait dua larik
Pado mananam dek tuan hai lobak lambau lalai
Elok si sawi dek sanak kito tugakan
Pado manahan dek tuan hati nan risau lalai
Elok lah indang dek sanak kito tarikan
Kami manari dek mamak silai tari indang tuan oi
Mainan anak mulonyo urang pariaman
3. Lirik Lagu Tari Piring, Minang
A. Pantun
Elok elok mamanje kamuniang lai kanjuang oi
Jan sampai rantiangnyo patah
Elok elok lai manari piriang lai olalai
Jan sampai piriangnyo pacah
B. Puisi
Ampuuuun… baribu kali ampuun
Ampunkan kami niniak mamak sarato sanak ka sadonyo
Jari sapuluah kami susun maaf jo rela nan di pinta
Sagalo kami ana mudo ndeh tuan oiii
4. Lirik Lagu Tari Topeng Sukiwana, Betawi
Puisi
Aii... aiiloo... sayang disayang... burung djiwana
Aii jipati burung jiwana... sayang disayang..
apa juga dilolo-lolo
5. Lirik Lagu Tari Ratoeh, Aceh
Puisi
Aroek Pulo Pinang dibeudoh geulumbang tujoh
lam oek patah mayang di dalam minyek meulaboh
6. Lirik Lagu Tari Zapin al-Zafn, Melayu
Karmina
Masjid Mekkah menara tujuh
Tempat terahim sembahyang subuh
Imam berempat bersungguh-sungguh
hentikan tegah tegakkan suruh
Jika dinyanyikan
Hai masjid lah mekkah tuan... Masjid lah mekkah menara tujuh
Hai tempat terahim... lailahailallah allahurabbi... Tempat terahim sembahyang subuh...
Hai imam berempat tuan... Imam berempat bersungguh-sunguh
Tak kunjungan bangunturu gale Nakuginciri nau gulingku
Kualeana talanga natoa Lia dongang dongang labela karaeng Dongang la dongang dongang la Niate'ne nate'ne nala lo apamigau Tutuki malepa' lepa' gale Makbise a nau ra te bontoo Talangke salangke nasa koari Bukbuk dongang dongang labela karaeng Dongang la dongang dongang la Niate'ne nate'ne nala lo apamigau
Berdasarkan data-data di atas, dalam lirik lagu tari tradisional Indonesia terdapat sastra
di dalamnya, berupa karmina, pantun, puisi, dan talibun.
SASTRA DAN DIPLOMASI BUDAYA
Setiap daerah dan suku di Indonesia memiliki budaya yang berbeda-beda. Setiap daerah
dan suku tersebut mempunyai kesenian yang berupa sastra dan tari, baik dalam bentuk tradisi
maupun kreasi. Apabila disatukan, akan menjadi modal kekuatan bagi Indonesia, khususnya di
bidang seni dan budaya.
Sebagai sebuah bangsa yang baik, kita juga harus bergaul dengan bangsa lain yang
kebudayaannya berbeda. Lalu, bagaimanakah cara memperkenalkan kebudayaan kita dengan
orang lain yang berbeda budaya? Salah satunya adalah dengan memperkenalkan identitas
bangsa melalui karya seni dalam kegiatan misi budaya, yaitu tarian tradisional yang di dalamnya
terdapat sastra.
Tujuan melakukan misi kebudayaan ke mancanegara adalah untuk memperkenalkan
budaya Indonesia di mata dunia sehingga diharapkan dapat menarik wisatawan mancanegara ke
Indonesia yang pada akhirnya akan menambah devisa negara. Hal ini merupakan keuntungan
bagi bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai macam suku dan mempunyai beraneka ragam
kebudayaan.
Menurut Jero Wacik, kalau bertemu dengan orang asing atau berada di luar negeri,
janganlah berbicara tentang teknologi. Orang asing umumnya akan komentar bahwa bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang baru belajar teknologi. Jika berbicara tentang ekonomi atau
moneter, kemungkinan besar mereka juga akan komentar yang sama karena perekonomian
Indonesia jelek dan mata uangnya terus melemah. Akan tetapi, kalau berbicara mengenai seni
budaya, mereka mudah mengatakan bahwa “Indonesia negara besar” (Murdargo, 2007: 1).
Diplomasi kebudayaan (cultural diplomacy) dilakukan oleh pemerintah maupun
nonpemerintah dan sasaran utamanya adalah masyarakat suatu negara/bangsa. Bagi Indonesia,
diplomasi kebudayaan ini digunakan sebagai salah satu siasat untuk mengubah citra buruk
menjadi baik di mana opini dunia telah menjuluki negara Indonesia sebagai fail state4.5
Misi kebudayaan Indonesia yang tampil di berbagai tempat di dunia membawa tujuan-
tujuan atau efek positif. Berikut ulasannya
A. Kelompok kesenian Bougenville yang berasal dari Kalimantan Baratdiundang ke Madrid, Spanyol.
Pada 21 sampai 28 Oktober 2003, kelompok kesenian Bougenville ini tampil untuk mengikuti
Festival Asia. Pertunjukkan kesenian Melayu mereka yang dipadu dengan kesenian Dayak
mendapat sambutan yang meriah. Menurut mereka, kegiatan ini dapat meningkatkan kerja
sama kebudayaan antara kedua negara.6
B. Tim kesenian Jaipong dan Rampak Gendang ke Irak. Tim kesenian Indonesia tersebut untuk
kesekian kalinya tampil dalam Festival Internasional Babylon. Para duta budaya ini mampu
membuat para penonton yang memenuhi teater Babylon yang dapat membuat 15.000 orang
terpesona dengan goyangan para penari Jaipong dan bunyi gendang rampak yang dinamis.
Mereka juga terkesan dengan tarian lain yang tampil memukau ribuan penonton dalam
memeriahkan festival kebudayaan internasional di India atas undangan Indian Council For
Cultural Relations Ministry External Affairs (ICCR). Dalam pementasan tersebut, duta seni
dari Bali mendapat perhatian dari masyarakat di sana.7
4Peringkat Indonesia di Indeks Negara Gagal naik dari peringkat 64 ke 63 dari 178 negara. Berdasarkan Failed State Index (FSI) 2012 yang
dipublikasikan di Washington DC, Amerika Serikat, dalam kategori tersebut, Indonesia masuk kategori negara-negara yang dalam bahaya
(in danger) menuju negara gagal.
5Agung Supri Duh, Indonesia Peringkat 63 Negara Gagal(Sumber:
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/06/20/ diakses pada 23 Oktober 2012 pukul 22.03).
6Misi Kebudayaan Internasional (sumber: http://www.scribd.com/doc/20836555/12/ diakses pada 20 Desember