8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
1/33
LBM 5 RespirasiMiranti
STEP 7
1. Mengapa pada keluhan sesak nafas disertai batuk dahak kental?
Komponen-komponen asap rokok ini merangsang perubahan-perubahan
pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan
sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan
mengaktifkan reseptor batuk untuk menghasilkan refleks batuk untuk
memebantu pengeluaran mukus, sehingga batuknya kental.
Sumber : Riyanto BS, Hisyam B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Obstruksi Saluran
Pernafasan Akut. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI, 2006. p. 984-5.
Dyspnea, gejala yang paling umum dari PPOK, datang secara bertahap dan merupakan
yang pertama melihat saat beraktivitas fisik atau selama eksaserbasi akut. Hal ini
biasanya dimulai ketika pasien berusia 60-an dan 70-an dan perlahan-lahan menjadi
lebih menonjol. Hal ini erat kaitannya dengan penurunan fungsi paru dan tidak selalu
berhubungan dengan oksigen rendah dalam darah.
Rokok nikotin peradangan di bronkus merangsang membran mukosa;
hiperplasi&hipertrofi mukus sekresi mukus >>pengeluaran mukus tidak efektif
ekspektorasi (pengeluaran dahak/sputum yg jumlahnya)
http://www.pulmonologychannel.com/copd/symptoms.shtml
2. Apa hubungan penderita perokok berat dg keluhan yang ditimbulkan?
Komponen asap rokok merangsang perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil
mucus bronkus dan silia. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metapalasia.
(Handbook Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin.)Asap rokok mengoksidasi Metionin menjadi Metionin sulfoksida. Sehingga
pengikatan alpha-1-antitripsin menjadi turun. Sehingga proteolisis paru
semakin beresiko menjadi kerusakan paru
http://www.pulmonologychannel.com/copd/symptoms.shtmlhttp://www.pulmonologychannel.com/copd/symptoms.shtmlhttp://www.pulmonologychannel.com/copd/symptoms.shtml8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
2/33
LBM 5 RespirasiMiranti
Alpha-1-antitripsin : suatu protein rantai tunggal dengan 394 asam amino yang
mengandung tiga rantai oligosakarida. Disintesis oleh hepatosit dan makrofag
dan berfungsi menghambat tripsin, elastase, dan protease lainnya
Mekanisme kerja :
Elastase aktif + penurunan atau tanpa alpha-1-AT
elastase aktif
proteolisis di paru kerusakan jaringan
(Biokimia Harper, Robert K. Murray)
Beberapa kandungan zat zat dalam rokok :
Nikotin
Dapat meracuni saraf, meningkatkan tekanan darah, penyempitan
pembuluh darah perifer, membuat ketagihan, mengaktifkan
trombosist dan menyebabkan adhesi trombosit ke dindingpembuluh darah. Nikotin juga dapat melumpuhkan silia pada
permukaan sel epitel nafas yang secara normal terus bergerak
untuk memindahkan kelebihan cairan dan partikel asing dari
saluran nafas sehingga nanti banyak debris berakumulasi dalam
jalan nafas dan kesukaran nafas bertambah.
Karbonmonoksida
Memiliki afinitas terhadap hemoglobin 300 kali lipat dibandingkan
O2
Tar
Merupakan bahan karsinogenik yang menyebabkan peradangan
pada saluran nafas karena tar cenderung menjadi padat dan
membentuk endapan berwarna coklat pada saluran nafas, paru.
Penelitian telah menunjukkan bahwa merokok dalam jangka panjang
dapat menyebabkan aneka efek, a.l. :
Mengganggu pergerakan rambut getar epitel saluran nafas
(respiratory epithelial cilliary)
Menghambat fungsi alveolar macrophages,
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
3/33
LBM 5 RespirasiMiranti
Menyebabkan hypertrophy dan hyperplasia kelenjar penghasil
mukus;
Juga menghambat antiproteases dan menyebabkan leukosit
melepaskan enzim proteolitik secara akut
merusak elastin, suatu protein yang membangun kantong
alveolar
Secara umum telah diketahui bahwa merokok dapat menyebabkan
gangguan pernafasan. Terdapat beberapa alasan yang mendasari
pernyataan ini. Pertama, salah satu efek dari penggunaan nikotin akan
menyebabkan konstriksi bronkiolus terminal paru, yang meningkatkan
resistensi aliran udara ke dalam dan keluar paru. Kedua, efek iritasi asaprokok menyebabkan peningkatan sekresi cairan ke dalam cabang-cabang
bronkus serta pembengkakan lapisan epitel. Ketiga, nikotin dapat
melumpuhkan silia pada permukaan sel epitel pernapasan yang secara
normal terus bergerak untuk memindahkan kelebihan cairan dan partikel
asing dari saluran pernafasan. Akibatnya lebih banyak debris berakumulasi
dalam jalan napas dan kesukaran bernapas menjadi semakin bertambah.
Hasilnya, semua perokok baik berat maupun ringan akan merasakan
adanya tahanan pernafasan dan kualitas hidup berkurang (Guyton, 2006).
Sumber :www.usu.ac.id
http://www.usu.ac.id/http://www.usu.ac.id/http://www.usu.ac.id/http://www.usu.ac.id/8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
4/33
LBM 5 RespirasiMiranti
3. Mengapa pada pf ditemukan thorax emfisematous?
Obstruksi sal napas udara terperangkap di paru paru membesar diaphragma
mendatar kontraksi tidak efisien rongga thorax membesar otot bantu
pernafasan tidak efisien laginapas pendek
http://www.pulmonologychannel.com/copd/symptoms.shtml
Empisematus : Berkumpulnya udara secara patologik dalam jaringan
atau organ.
Bleb pada paru kanan yang terbentuk akibat rupture alveoli dapat pecah
ke dalam rongga pleura sehingga mengakibatkan pneumotoraks spontan
(kolaps paru) sehingga didapatkan gambaran paru kanan kolaps. Dan
pleura terisi oleh udara yang terletak distal dari bronchiolus terminalis
disertai destruksi dinding rongga dada.
Sumber : Riyanto BS, Hisyam B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Obstruksi SaluranPernafasan Akut. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI, 2006. p. 984-5.
http://www.pulmonologychannel.com/copd/symptoms.shtmlhttp://www.pulmonologychannel.com/copd/symptoms.shtmlhttp://www.pulmonologychannel.com/copd/symptoms.shtml8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
5/33
LBM 5 RespirasiMiranti
4. Apa saja kandungan rokok yang merugikan bagi tubuh?
Beberapa zat kandungan rokoklainnya dikenal mempunyai efek yang merugikantulang dan kulit. Anda mungkin terkejut untuk menemukan nama beberapabahan kimia dalam asap rokok. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:1. Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano.
2. Benzene juga dikenal sebagai bensol merupakan senyawa kimia organik
yang mudah terbakar dan cairan tidak berwarna.
3. Cadmium sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif yang ditemukanbaterai.
4. Metanol (alkohol kayu) adalah alkohol yang paling sederhana yang jugadikenal sebagai metil alkohol.
5. Asetilena (bahan bakar yang digunakan dalam obor las) merupakansenyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yangpaling sederhana.
6. Amonia ditemukan di mana-mana di lingkungan tetapi sangat beracun dalamkombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
7. Formaldehida cairan yang sangat beracun yang digunakan untukmengawetkan mayat.
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
6/33
LBM 5 RespirasiMiranti
8. Hidrogen sianida adalah racun yang digunakan sebagai fumigan untukmembunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik danpestisida.
9. Arsenik adalah bahan yang terdapat dalam racun tikus.Sedangkan asap yang dihasilkan rokok mengandung tar. Tar itu sendirimengandung banyak bahan beracun ke dalam tubuh. Ini adalah substansi, teballengket, dan ketika menghirup itu melekat pada rambut-rambut kecil di paru-paru. Organ ini melindungi paru-paru dari kotoran dan infeksi, tapi ketika tertutuptar organ ini tidak dapat melakukan fungsinya. Tar juga melapisi dinding sistemrespirasi secara keseluruhan, mempersempit tabung yang transportasi udara(yang bronchioles) dan mengurangi elastisitas paru-paru. Yang pada akhirnyamenyebabkan kanker paru-paru dan penyakit pernafasan kronis.Selain itu asap ini juga mengandung karbon monoksida. Karbon monoksida
adalah bahan kimia beracun ditemukan dalam asap buangan mobil. Hal inilahyang kemudian bisa menurunkan jumlah oksigen dalam darah dan menghalangisemua kinerja organ pensuply oksigen di dalam tubuh. Karena tubuh kurangoksigen membuat jantung mengalami penebalan dan bekerja lebih kerasmemompa darah. Inilah penyebab utama seorang perokok bisa mengalamiserangan jantung secara mendadak.
http://bahayamerokok.net/kandungan-rokok.html
http://bahayamerokok.net/kandungan-rokok.htmlhttp://bahayamerokok.net/kandungan-rokok.htmlhttp://bahayamerokok.net/kandungan-rokok.html8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
7/33
LBM 5 RespirasiMiranti
Penyakit Bahan-bahan yang
berhubungan
Yang memperburuk
1. Ketergantungan
Tembakau
Bahan utama :
- nikotin
Bahan lainnya :
- alkaloid nikotin (bahan untuk
rasa)
Asetaldehid
2. Kardiovaskuler Bahan utama :- Karbon monoksida, nitrogen
oksida
- Hidrogen sianida, tar
Bahan lainnya :
- Cadmium, karbon disulfida
- Nikotin- Macam-macam alkil
3. PPOK - Hidrogen sianida, aldehid yang
mudah menguap
- Nitrogen oksida, karbon
monoksida
- Tar
4. Kanker paru dan
laring
Bahan utama :
- PAH, NNK
Bahan lainnya :
- Polonium, formaldehid,
asetaldehid
- Butadien, logam-logam (Cr, Cd,
N)
- Katekol, asetaldehid
- Diet
- Macam-macam alkil
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
8/33
LBM 5 RespirasiMiranti
5. Kanker rongga
mulut
Bahan utama :
- NNN, NNK
Bahan lainnya :
- PAH
- Herpes simpleks,
iritasi
- Etanol, diet
6. Kanker esofagus - NNN - Etanol, diet
7. Penyakit kandung
Kemih
Bahan utama :
- 4 Aminobifenil, 2 Naftilamin
Bahan lainnya :
- Amin aromatic
8. Kanker pankreas - NNK, NNAL - Diet
Ket. : PAH : Polinuklear Aromatic Hidrokarbon; NNK : 4-(metil nitrosamin)-
1-(3 piridil)-1-butanon; NNN : N-nitrosamin nikotin; NNAL : 4 (metil
nitrosamino)-1-(3 piridil)-1-butanol
5. Mengapa saat auskultasi ditemukan ekspirasi diperpanjang?
Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal
terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi.
Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan
terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps.
Selama inspirasi, lumen bronkiolus melebar sehingga udara dapat
melewati penyumbatan akibat penebalan mukosa dan banyaknya
mucus. Tetapi sewaktu ekspirasi, lumen bronkiolus tersebut kembali
menyempit sehingga sumbatan dapat menghalangi keluarnya udara,
sehingga butuh waktu yang lebih lama saat ekspirasi.Sumber : PDPI. PPOK Pedoman Praktis Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta: 2006. p. 1-18.
6. Kenapa pada pasien ini harus orang tua?
PPOK bisa menyerang semua usia
Semakin tua fungsi organ2 menurun
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
9/33
LBM 5 RespirasiMiranti
Orang yg sudah tua memiliki kecenderungan resistensi terhadap antibiotik
7. Apakah hubungan usia mulai (lamanya) merokok dg penyakit?
Derajat merokok
Perkalian jml batang rokok sehari (rata-rata) x lama merokok dalam tahun
Ringan0-200 (batang pertahun)
Sedang200-600 (batang pertahun)
Berat>600 (batang pertahun)
8. DD?
PPOK
a) DefinisiPenyakit Paru Obstruktif Kronif (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya. (Silvia & Lorraine: 2006)
Penyakit paru obstruksi kronis atau dapat disingkat dengan PPOK, merupakan
suatu gangguan yang paling sering menimpa kelompok yang dalam jangka waktu
lama terpapar oleh asap rokok dan bahan toksik inhalasi lainnya. Kerusakan
akan menimbulkan suatu obstruksi dari jalan napas yang dapat menimbulkan
keparahan. Dalam hal ini dikaitkan dengan proses hipersensitivitas, batuk
produktif yang kronis dan penurunan toleransi pada saat beraktivitas.
Defenisi PPOK menurut American Thoracic Society (ATS) adalah suatu gangguan
dengan karakteristik adanya obstruksi dari jalan napas karena bronkitis kronis atau
emfisema; obstruksi jalan napas umumnya progresive dan dapat disertai hiper-reaksi
dan mungkin kembali normal sebagian.
British Thoracic Society (BTS) mendeskripsikan PPOK sebagai suatu gangguan
kronis, yang mengalami perkembangan lambat dengan karakteristik berupa
obstruksi jalan napas (FEV1
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
10/33
LBM 5 RespirasiMiranti
b) EtiologyBanyak faktor yang dapat menyebabkan PPOK. Namun
faktor tersering adalah adanya riwayat merokok. Asap
rokok merupakan penyebab tersering timbulnya PPOK. Di
Negara berkembang, berkisar 85% sampai 90% penderita
PPOK memiliki riwayat terhadap rokok (Kochar).
Kelainan struktur jaringan berkaitan erat dengan
respons inflamasi ditimbulkan oleh paparan partikel
atau gas beracun, tetapi dinyatakan faktor utama dan
paling dominan ialah asap rokok dibanding yang lain
(Russell, 2002).
Hal ini juga ditunjang dengan Kebiasaan merokok yang
masih tinggi yaitu pada laki-laki di atas 15 tahun
sekitar 60-70% nya merokok. Jika dilihat dari riwayat
perokok dapat dibagi menjadi 3 kategori yakni perokok
aktif, perokok pasif dan bekas perokok. Derajat berat
merokok dapat dihitung dengan menggunakan Indeks
Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang
rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam
tahun. Dikatakan perokok ringan apabila angka yang
didapat 0-200, dikatakan sedang apabila angka yang
didapat 200-600 dan dikatakan berat apabila angkanya
>600. Semakin besar angkanya, maka semakin tinggi
kemungkinan untuk menderita PPOK. (Suradi,2007)Faktor lain yang dapat menyebabkan PPOK adalah
terpajan oleh bahan-bahan polutan secara episodik.
Baik bahan polutan itu terdapat dalam ruangan maupun
diluar ruangan. Bahan-bahan polutan itu diantaranya,
sulfur dioksida didapat dari pembakaran industri.
Kemudian nitrogen dioksida, merupakan hasil pembakaran
bahan-bahan fosil atau asap kendaraan. Kemudian oleh
karena ozone yang diubah oleh sinar matahari akibat
reaksi fotokimia dari nitrogen dioksida dan
hidrokarbon yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotordan industry. Pencemaran lainnya adalah dari partikel,
biasanya partikel ini berasal dari pembakaran hutan,
industri, dan asap kendaraan. Adapun pencemaran lain
diantaranya bahan kimia organic yang mudah menguap,
logam padat, Poliklinikcylic aromatic hydrocarbons,
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
11/33
LBM 5 RespirasiMiranti
produk dari jamurjamuran, dll. (Kenneth & William,
2003)
Hal-hal lain yang dapat menjadi faktor resiko adalah
hiper-reaktivitas dari bronkus, riwayat infeksi
saluran napas bawah dan Defisiensi antitripsin alfa -
1, umumnya jarang terdapat di Indonesia. (PDPI: 2003)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21590/4/Chapter%20II.pdf
c) PatogenesisPeradangan kronis adalah suatu respon dari terpaparnya paru dari bahan-bahan iritan
seperti asap rokok yang dihisap, gas-gas beracun, debu, dll yang merusak jalan napas
dan parenkim paru. PPOK diklasifikasikan menjadi subtype bronchitis kronik dan
emfisema, walaupun kebanyakan pasien memiliki keduanya. Bronkitis kronis
didefinisikan sebagai batuk produktif kronis selama lebih dari 2 tahun dan emfisemaditandai oleh adanya kerusakan pada dinding alveola yang menyebabkan peningkatan
ukuran ruang udara distal yang abnormal. (PDPI 2003)
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) berupa perubahan patologis dari jalan napas
dimana respon yang terjadi adalah batuk yang kronis dan produksi sputum, lesi pada
saluran napas yang lebih kecil akan menyebabkan obstruksi jalan napas dan kerusakan
emfisematosa permukaan paru. Abnormalitas ini juga akan berakibat pada
vaskularisasi pulmonal yang akan berkontribusi pada gagal jantung kanan. Meski lokasi
dan penampakan lesi berbeda, patogenesisnya tetap ditentukan oleh proses inflamasi
yang terjadi. (James & Marina, 2003)
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK yang
diakibatkan oleh bronkitis kronis dan empisema. Terjadinya peningkatan penebalan
pada saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi
kolagen dalam dinding luar saluran nafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan
nafas. Lumen saluran nafas kecil berkurang akibat penebalan
mukosa yang mengandung eksudat inflamasi, yang meningkat sesuai beratnya sakit.
Peran specific growth factors, seperti transforming growth factor-(TGF-) yang
meningkat pada saluran nafas perifer dan connective tissue growth factor (CTGF)
belum jelas diketahui. TGF mungkin menginduksi fibrosis melalui pelepasan CTGF
yang akan menstimulasi deposisi kolagen dalam saluran nafas. (Putrawan & NgurahRai, 2008)
Masuknya komponen-komponen rokok ataupun bahan-bahan iritan akan merangsang
perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia.
Selain itu, silia yang melapisi bronkus akan mengalami kelumpuhan atau disfungsional
serta metaplasia. Perubahan-perubahan ini juga akan mengganggu sistem eskalator
mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21590/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21590/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21590/4/Chapter%20II.pdf8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
12/33
LBM 5 RespirasiMiranti
jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Mukus ini kemudian akan
berfungsi sebagai tempat perkembangan dari mikroorganisme penyebab infeksi dan
menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema dan
pembengkakan jaringan. Ventilasi, terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia
akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental
dan adanya peradangan. (GOLD, 2008)
Rokok dan bahan iritan tersebut juga akan merangsang terjadinya peradangan kronik
pada paru. Rokok dan bahan iritan akan mengaktivasi makrofag yang kemudian akan
melepaskan mediator inflamasi, melengkapi mekanisme seluler yang menghubungkan
merokok dengan inflamasi pada PPOK. Neutrofil dan makrofag melepaskan berbagai
proteinase kemudian akan merusak jaringan ikat parenkim paru yang menyebabkan
hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang.
Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat
pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila
tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluranudara kolaps. (GOLD, 2008)
Peranan sel T sitotoksik (CD8) belum jelas, mungkin berperan dalam apoptosis dan
destruksi sel epitel dinding alveoli melalui pelepasan TNF. Ada beberapa
karakteristik inflamasi yang terjadi pada pasien PPOK, yakni peningkatan jumlah
neutrofil (didalam lumen saluran nafas), makrofag (lumen saluran nafas, dinding
saluran nafas, dan parenkim), dan limfosit CD 8+ (dinding saluran nafas dan
parenkim). (Corwin EJ, 2001)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21590/4/Chapter%20II.pdf
d) Klasifikasi
PPOK menurut Global Initiative for
Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)
Derajat Klinis Faal Paru
0 : Berisiko Batuk
I :
PPOK Ringan
II :
PPOK Sedang
Batuk, produksi sputum
Dengan atau tanpa gejalaKlinis
Dengan atau tanpa gejala
klinis, gejala bertambah
sehingga menjadi sesak
Normal
VEP1/KVP < 70 persen,VEP1 80 persen
Prediksi
VEP1/KVP < 70 persen,
50 persen < VEP1 < 80
persen prediksi
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21590/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21590/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21590/4/Chapter%20II.pdf8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
13/33
LBM 5 RespirasiMiranti
PPOK STABIL
- Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
- Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisa gas darah menunjukkan
PCO2 < 45 mmHg dan PO2 > 60 mmHg
- Dahak jernih tidak berwarna
- Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK (hasil spirometri)
- Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
- Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan
III :
PPOK Berat
IVPPOK Sangat Berat
Dengan atau tanpa gejala
klinis, gejala bertambah
sesak
Gejala di atas ditambahtanda-tanda gagal nafas
atau gagal jantung kanan
VEP1/KVP < 70 persen,
30 persen < VEP1 < 50
persen prediksi
VEP1/KVP < 70 persen,VEP1 < 30 persen
Prediksi
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
14/33
LBM 5 RespirasiMiranti
PPOK EKSASERBASI AKUT
- Sesak bertambah
- Produksi sputum meningkat
- Perubahan warna sputum
Eksaserbasi akut akan dibagi menjadi tiga :
- Tipe (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala di atas
- Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala di atas
- Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi saluran napas atas
lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi atau
peningkatan frekuensi pernapasan > 20% baseline, atau frekuensi nadi > 20% baseline
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan PPOK di Indonesia
e) Manifestasi klinis
Indicator kunci untuk mempertimbangkan diagnosis PPOK adalah sbb:
1. Batuk kronis : terjadi berselang/setiap hari, dan sering kali terjadi sepanjang hari
(tidak seperti asma yang terdapat gejala batuk malam hari)
2. Produksi sputum secara klinis : semua pola produksi sputum dapatmengindikasikan adanya PPOK
3. Bronchitis kronik : terjadi secara berulang
4. Sesak nafas (dispnea) : bersifat progresif sepanjang waktu, terjadi setiap hari,
memburuk jika berolah raga, dan memburuk jika terkena infeksi pernafasan
5. Riwayat paparan terhadap factor resiko : merokok, partikel dan senyawa kima,
asap dapur
Adapun gejala klinik PPOK :
1. smokers cough (batuk khas perokok), biasanya hanya diawali sepanjang pagi
dingin, kemudian berkembang menjadi sepanjang tahun
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
15/33
LBM 5 RespirasiMiranti
2. Sputum, biasanya banyak dan lengket (mucoid), berwarna kuning, hijau /
kekuningan bila terjadi infeksi
3. Dispnea (sesak nafas), ekspirasi menjadi fase yang sulit pada saluran pernafasan
Pada gejala berat dapat terjadi :
1. Cyanosis (kulit membiru), akibat terjadi kegagalan respirasi
2. Gagal jantung kanan (cor pulmonale) dan edema perifer
3. Plethoric complexion, yaitu pasien menunjukkan gejala wajah memerah yang
disebabkan polycytemia (eritrositosis, jumlah eritrosit yang meningkat), hal ini
merupakan respon fisiologis normal karena kapasitas pengangkutan O2 yang
berlebih
Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan
Serangan awal
- Serangan permulaan terjadi pelan2 (15%kasus) termasuk tibul sejak anak2
- Gejala :
o Batuk2 ringan
o Sesak napas (tidak dipengaruhi aktivitas)
o Mengi (wheezing)
o Pada tahap lanjut sesak napas dipengaruhi aktivitas
Serangan kambuh
Terjadi dg adanya :
- Serangan batuk 7 sesak napas, no-effort dependent dyspneudyspneu
deffort
- Serangan pneumonia berulang
- Serangan bronchitis berulangbronkitis kronis
- Menimbulkan kerusakan paru
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
16/33
LBM 5 RespirasiMiranti
Apabila penyakit PPOK berkembang sempurna akan dijumpai beberapa fase :
1. Fase IBelum ditemukan keluhan, belum terdapat tanda2 fisik yg jelas
2. Fase IITerjadi kelainan2 & timbul perubahan ventilasi paru :
Keluhan2 :
- Batuk2 lama (bronchitis kronis)
- Dyspneu deffort
- Pernapasan mengi (wheezing)
Kelainan fisik :
- Perkusi dada hipersonor
- Suara napas melemah
- Ekspirasi diperpanjang
- Ronchi kering/ronchi basah halus (+)
- Wheezing (+)
- Suara jantung lebih redupjantung tertutup oleh paru yg mengembang
Kelainan radiologic :
- Translucency bertambah
- Diafragma rendah, mendatar
- Jantung memanjang (vertikal)
Kelainan fungsi paru :
- CV
- FEV1
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
17/33
LBM 5 RespirasiMiranti
- MEFR
- MMEFR
- MBC/MVV
- RV
- Intraluminary gas mixing mulai abnormal
- Resistensi sal napas
3. Fase IIISudah terjadi gejal hipoksemi yg lebih nyata.
Keluhan :- Sama pada fase sebelumnya
- Ditambah :
o Nafsu makan
o BB
o Badan terasa sangat lemah
Kelainan fisik :
- Sama dg fase II
- Ditambah sianosis & plethora
Kelainan Lab :
- Polisitemia sekunder
- PaO2 / saturasi O2 . PaO2 tetap turun walaopun penderita beristirahat
- Kapasitas difusi paru
4. Fase IVTimbul hiperkapnia.
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
18/33
LBM 5 RespirasiMiranti
Keadaan umum :
- Gelisah
- Mudah tersinggung
- Kelainan mental : marah, somnolen
Kelainan fisik :
- Sama dg fase III
- Ditambah :
o Iritabilitas otot bertambah
o Kesadaran somnolenkoma
o Dapat timbul edem papil
Kelainan lab :
- Pa CO2 (hiperkapnia)
- pH darah (asidosis)
5. Fase VFase emfisema paru dg kelainan jantung, terjadi kor pulmonale kronik yg
masih terkompensasi.
Rontgen dada :
- Jantung tampak membesar
- Hilus sangat melebarkarena a. pulmonalis & cabang2nya melebar
Kateterisasi jantung : kenaikan tekanan dalam a.pulmonalis (hipertensi pulmonal)
Selanjutnya penderita masuk dlm kor pulmonale kronik deompensatamati & gagal
napas.
Prof. dr. H. Pasiyan Rachmatullah.
Ilmu Penyakit Paru (Pulmonologi) jilid 1. FK
Undip.
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
19/33
LBM 5 RespirasiMiranti
f) Faktor Resiko
o merokok
o infeksi saluran nafas
o polusi udarao factor genetic
o factor pekerjaan
o Faktor resiko lainnya, yaitu :
- Umur, Mungkin perubahan degeneratif dgn adanya penambahan umur
memegang peranan
- Jenis kelamin, laki-laki. hal ini hanya berdasarkan kenyataan bahwa
frekuensi PPOK terdapat banyak pada laki-laki disbanding wanita utk
segala umur
- Etnik atau ras. Sumber : Buku Ilmu Penyakit Paru
Menurut American Thoracic Society (ATS), faktor risiko terjadinya PPOK adalah:
- Faktor host : faktor genetik, jenis kelamin, dan anatomi saluran napas
- Faktor exposure : merokok, status sosioekonomi, hipereaktivitas saluran
napas, pekerjaan, polusi lingkungan, kejadian saat perinatal, infeksibronkopulmoner rekuren, dll.
http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail
1. Genetik
Faktor genetika berinteraksi dengan peningkatan risiko penyebab PPOK. Risiko
genetika dimaksud lebih karena adanya defisiensi inhibisi alpha-1 protease yang
menyebabkan emfisema (Buist et al., 1994). Akan tetapi kasus dengan defisiensi
-1antitripsin ini jarang ditemukan yaitu hanya 1-2 persen dari penderita PPOK.
Pada keadaan defisiensi -1 antitripsin berat akan berhubungan dengan
http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detailhttp://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detailhttp://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
20/33
LBM 5 RespirasiMiranti
kejadian prematur dan mempercepat berkembangnya PPOK pada perokok dan
bukan perokok meskipun kecepatan penurunan fungsi paru akan lebih besar
pada perokok (Devereux, 2006).
Alfa 1 antitripsin (AAT) adalah suatu serum protein yang diproduksi oleh hati di
mana pada keadaan normal terdapat di paru yang berguna untuk menghambat
kerja enzim neutrofil elastase yang bersifat destruktif pada jaringan paru.
Penurunan kadar AAT sampai kurang dari 35 persen nilai normal menyebabkan
proteksi terhadap jaringan paru berkurang, terjadi peleburan dinding alveolus
yang bersebelahan dan menimbulkan emfisema paru. Pada defisiensi AAT berat
ditandai dengan gelaja emfisema, sering disertai bronchitis dan kadang-kadang
bronkiektasis. Faktor risiko lain terkait genetika yang berhubungan dengan
PPOK antara lain ras, di mana ras kulit putih lebih banyak menderita PPOK
dibandingkan dengan ras kulit berwarna. Demikian juga jenis kelamin sebagian
besar penderita PPOK adalah laki-laki (Barnes, 2000).
Hasil suatu penelitian diketahui bahwa kerentanan perempuan terhadap
berkembangnya PPOK lebih tinggi dibanding pria yang ditandai dengan
penurunan VEP1 pada perempuan lebih besar dari pria setelah distratifikasi
dengan intensitas merokok (Silverman et al., 2000).
2. Terpapar zat inhalasi
Rennard et al. (2002a), yang menyebutkan bahwa faktor penyebab risiko
seseorang terkena PPOK adalah terpapar secara inhalasi. Zat inhalasi lain yang
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
21/33
LBM 5 RespirasiMiranti
berperan terhadap risiko penyebab PPOK adalah zat berasal dari lingkungan
kerja, asap pabrik serta polusi udara. Inhalasi bahan-bahan berbahaya dan zat
iritan lainnya dalam jangka waktu yang lama, dapat langsung merusak struktur
paru, dan menyebabkan inflamasi kronik saluran nafas dan struktur alveolar
paru (NHLBI, 2001).
Suatu penelitian di Amerika menemukan 35 persen penderita PPOK diakibatkan
karena bidang pekerjaannya, setelah memperhitungkan variable pengganggu
seperti umur, jenis kelamin, merokok dan status sosial ekonomi.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tersebut bahwa inhalasi zat-zat
berbahaya di lingkungan kerja tertentu juga merupakan faktor risiko terhadap
berkembangnya PPOK (Meldrum et al., 2005).
Selain hal tersebut polusi udara di perkotaan juga dapat menimbulkan efek
yang tidak baik terhadap perkembangan fungsi paru dan menjadi salah satu
faktor risiko terhadap berkembangnya PPOK. Suatu penelitian menyebutkan
bahwa polusi udara dengan konsentrasi yang tinggi di atmosfir berhubungan
dengan meningkatnya kejadian batuk, produksi dahak, sesak nafas dan akan
mengurangi fungsi saluran nafas. Paparan terhadap partikel dan zat-zat iritan di
udara dan nitrogen dioksida juga berhubungan dengan kerusakan fungsi
saluran pernafasan orang dewasa dan dapat mempengaruhi pertumbuhan
paru-paru pada anak. Polusi udara di dalam ruangan yang berasal dari bahan
bakar minyak untuk keperluan memasak dan pemanas, dapat berimplikasi
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
22/33
LBM 5 RespirasiMiranti
sebagai faktor risiko PPOK, terutama pada perempuan. Sebagian besar kejadian
ini terjadi di Negara berkembang (Devereux, 2006).
Pajanan debu yang lama pada saluran nafas dari lingkungan kerja telah
diketahui sebagai penyebab bronkitis industri atau lingkungan kerja pada
pekerja yang tidak merokok seperti pada perusahaan tambang minyak, emas,
tekstil, semen dan baja. Analisis yang dilakukan lebih dari 25 tahun
mendapatkan bahwa pajanan ini berhubungan dengan PPOK (Staton, 2007).
3. Infeksi
Terdapatnya infeksi pada saluran nafas juga ikut berkontribusi terhadap risikio
terjadinya PPOK. Pada infeksi lebih menjurus kepada kejadian eksaserbasi PPOK.
Lebih dari dua per tiga eksaserbasi dihubungkan dengan infeksi patogen karena
virus dan bakteri (Buist et al., 1994). Pada kasus PPOK dengan infeksi bakteri
terjadi kolonisasi kronik pada trakeobronkial dan produk kolonisasi tersebut
menyebabkan kerusakan bersihan mukosilier oleh karena peningkatan sekresi
mukus serta gangguan aktifitas silia dan kerusakan epitel (Widjaja, 2001).
Selama kolonisasi, bakteri yang persisten melepaskan produk ekstraselular saat
lisis yaitu lipo-oligosakarida (LOS). Zat tersebut adalah stimulus inflamasi yang
potensial sehingga menyebabkan inflamasi kronik pada saluran nafas. Bila
mengenai jalan nafas besar, inflamasi mengkontribusikan produk mukus
sedangkan pada saluran nafas kecil dapat mengakibatkan bronliolitis dan
obstruksi jalan nafas yang progresif (Sethi, 2000).
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
23/33
LBM 5 RespirasiMiranti
4. Zat nutrisi
Status nutrisi berperan sebagai faktor risiko dan penyebab PPOK. Penurunan
berat badan yang terlihat pada indeks masa tubuh merupakan tanda prognostik
yang buruk pada penderita PPOK (Rennard et al., 2002a). Selain hal tersebut
makanan dengan kadar oksidan tinggi juga turut menjadi faktor risiko terhadap
kerusakan sel-sel pernafasan. Asupan makanan yang mengandung antioksidan
diperlukan guna memperbaiki kerusakan sel tersebut. Sayuran dan buah-
buahan adalah dua contoh makanan yang kaya dengan kandungan antioksidan
(Ikhsan, 2008).
5. Reaktiviti saluran nafas
Faktor risiko lain yang dapat menyebabkan PPOK adalah meningkatnya
reaktivitas saluran nafas walaupun memberikan kontribusi yang tidak demikian
besar, namun tetap menjadi salah satu risiko terjadinya PPOK.
Pada reaktivitas saluran nafas, akan menyebabkan proses inflamasi sehingga
terjadi penurunan fungsi paru (Weidzicha, 2001).
6. Asap rokok
Sejak abad ke-20 merokok telah menyebabkan epidemi penyakitpenyakit yang
berhubungan dengan rokok. Pada awal abad ini konsumsi tembakau dilakukan
dengan mengunyah dan merokok dengan pipa kemudian secara perlahan-lahan
sigaret dan cerutu menjadi populer. Pada akhir abad ke-20 tembakau telah
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
24/33
LBM 5 RespirasiMiranti
dikonsumsi oleh sekitar 65-85 persen penduduk dunia, di mana hampir semua
tembakau yang dikonsumsi tersebut dalam bentuk rokok (Hoffmann, 1997).
Asap rokok adalah aerosol heterogen yang dihasilkan oleh pembakaran tidak
sempurna daun tembakau. Asap rokok berupa fase gas yang di dalamnya
mengandung partikel-partikel terdispersi. Panas pembakaran tembakau akan
menyebabkan bahan-bahan dalam rokok tersebut mengalami dekomposisi
termal. Molekul-molekul yang tidak stabil bergabung menjadi bentuk baru,
sebagian substansinya berubah dan dilepas sebagai asap rokok (Holbrook,
1994).
Komponen asap rokok yang sudah banyak dikenal jumlahnya sekitar 6.700 di
mana 4.000 komponen di antaranya sudah berhasil diidentifikasi. Sembilan
puluh lima persen berat asap rokok tanpa filter berisi 400-500 macam gas dan
sisanya berisi lebih dari 3.500 komponen partikel. Sedikitnya ada 63 dari
komponen tersebut diketahui sebagai karsinogenik, termasuk di dalamnya 11
komponen karsinogen terhadap manusia. Gas-gas toksik tersebut termasuk
karbon monoksida, nitrogen oksida, amoniak, piridin, dan bermacam-macam
karsinogenik dan gas silliotoksik. Komponen partikelnya berupa tar, nikotin dan
uap. Diduga persentase endapan partikel pada saluran nafas selama merokok
aktif berkisar antara 47-98 persen dan permukaan epitel saluran nafas akan
mengabsorpsi komponen partikel tersebut (Baker et al., 2000). Sumber lain
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
25/33
LBM 5 RespirasiMiranti
menyebutkan bahwa zat-zat karsinogen yang terdapat dalam rokok antara lain
tar, benzipiren, dibenzan traken, nitrosamin, nikel dan kadmium (Laksono, 2003).
Selain itu rokok dapat menyebabkan iritasi kronik pada organ pernafasan atas.
Asap rokok merupakan campuran partikel dan gas. Pada setiap hembusan asap
rokok terdapat 1014 radikal bebas yaitu radikal hidroksida (OH-).
Sebagian besar radikal bebas ini akan sampai di alveolus waktu menghisap
rokok.
Partikel ini merupakan oksidan yang dapat merusak paru. Parenkim paru yang
rusak oleh oksidan terjadi karena rusaknya dinding alveolus dan timbulnya
modifikasi fungsi anti elastase pada saluran nafas (Cantin et al., 1985). Anti
elastase berfungsi menghambat netrofil. Oksidan menyebabkan fungsi ini
terganggu, sehingga timbul kerusakan jaringan intersititial alveolus (Flenley,
1987). Partikulat dalam asap rokok dan udara terpolusi mengendap pada
lapisan mukus yang melapisi mukosa bronkus sehingga menghambat aktivitas
silia.
Pergerakan cairan yang melapisi mukosa berkurang, sehingga iritasi pada sel
epitel mukosa meningkat. Hal ini akan lebih merangsang kelenjar mukosa.
Keadaan seperti ini ditambah dengan gangguan aktivitas silia menimbulkan
gejala batuk kronik dan ekpektorasi. Produk mukus yang berlebihan
memudahkan timbulnya infeksi serta menghambat proses penyembuhan
(Cherniack et al., 1983). Apabila iritasi dan oksidasi di saluran nafas terus
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
26/33
LBM 5 RespirasiMiranti
berlangsung maka terjadi erosi epitel serta pembentukan jaringan parut (Bates,
1979). Selain itu terjadi juga metaplasi skuamosa dan penebalan lapisan
skuamosa. Hal ini menimbulkan stenosis dan obstruksi saluran nafas yang
bersifat irreversible (Rodman, 1969).
g) Pencegahan
Pencegahan terjadinya PPOK
Edukasiuntuk remaja menghindari merokok
Menghindari polusi udara
Menggunakan masker
Pencegahan perburukan PPOK Edukasi berhenti merokok
Terapi yang adekuat dan terus dipantau
Mencegah eksakserbasi berulangberhubungan dg inflamasi
Asupan nutrisi yang baik
h) Penegakkan diagnosis
1. Gambaran Klinis
a. Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
- Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah
(BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
b. Pemeriksaan fisis
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
- Inspeksi
Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
27/33
LBM 5 RespirasiMiranti
Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher
dan edema tungkai
Penampilanpink puffer atau blue bloater
- Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
- Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah,hepar terdorong ke bawah
- Auskultasi
suara napas vesikuler normal, atau melemah
terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa
ekspirasi memanjang
bunyi jantung terdengar jauh
- Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan
pernapasanpursed lips breathing
- Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema
tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
- Pursed - lips breathingAdalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi
yang memanjang.Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan
retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi
CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
28/33
LBM 5 RespirasiMiranti
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rutin
- Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( %
).
Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %
VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai
beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE
meter walaupunkurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau
variabiliti harian pagi
dan sore, tidak lebih dari 20%
Uji bronkodilator
Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE
meter.
Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20menit kemudian
dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20%
nilai awal dan < 200 ml
Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
- Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
- RadiologiFoto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain
Pada emfisema terlihat gambaran :
Hiperinflasi
Hiperlusen
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
29/33
LBM 5 RespirasiMiranti
Ruang retrosternal melebar
Diafragma mendatar - Jantung menggantung (jantung pendulum / tear
drop / eye drop appearance)
Pada bronkitis kronik :
Normal
Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
b. Pemeriksaan khusus (tidak rutin)
- Faal paru
Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF), Kapasiti Paru Total
(KPT), VR/KRF,
VR/KPT meningkat DLCO menurun pada emfisema
Raw meningkat pada bronkitis kronik
Sgaw meningkat
Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %
- Uji latih kardiopulmoner
Sepeda statis (ergocycle)
Jentera (treadmill) Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal
- Uji provokasi bronkus
Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat
hipereaktivititas bronkus derajat ringan
- Uji coba kortikosteroid
Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison
atau metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari selama 2minggu yaitu
peningkatan VEP1 pascabronkodilator > 20 % dan minimal 250 ml. Pada PPOK
umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid
- Analisis gas darah
Gagal napas kronik stabil
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
30/33
LBM 5 RespirasiMiranti
Gagal napas akut pada gagal napas kronik
- Radiologi
CT - Scan resolusi tinggi
Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau
bula yang tidak
terdeteksi oleh foto toraks polos
Scan ventilasi perfusi
Mengetahui fungsi respirasi paru
- Elektrokardiografi
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi
ventrikel kanan.- Ekokardiografi
Menilai funfsi jantung kanan
- bakteriologi
Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi
diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang
tepat. Infeksi saluran napas berulng merupakan penyebab utama eksaserbasi
akut pada penderita PPOK di Indonesia.- Kadar alfa-1 antitripsin
Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema pada usia
muda), defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia.
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan PPOK di Indonesia
i) Tatalaksana
Penatalaksanaan pada penderita PPOK mempunyai tujuan untuk :
1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala-gejala tidak hanya pada fase
akut, tapi juga pada fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan pola kehidupannya.
3. Mengurangi laju perkembangan penyakit apabila dapat dideteksi lebih awal.
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
31/33
LBM 5 RespirasiMiranti
Dasar-dasar penatalaksanaan PPOK secara umum adalah :
1. Usaha-usaha pencegahan, terutama ditujukan terhadap memburuknya penyakit.
2. Mobilisasi dahak.
3. Mengatasi bronkospasme.
4. Memberantas infeksi.
5. Penanganan terhadap komplikasi.
6. Fisioterapi, inhalasi terapi dan rehabilitasi.
Secara garis besar penatalaksanaan PPOK dapat dibagi atas 4 kelompok, yaitu :
1. Penatalaksanaan umum
- Pendidikan terhadap penderita dan keluarganya.
- Menghindari rokok dan zat-zat inhalasi lain yang bersifat iritasi.
- Menghindari infeksi.
- Lingkungan yang sehat.
- Kebutuhan cairan yang cukup.
- Imunoterapi.
2. Penggunaan obat-obatan
- Bronkodilator (untuk mengatasi obstruksi jalan nafas) : salbutamol 4x 0,25-
0,5mg/hari
- Ekspektoran
- Antibiotik, dll
3. Terapi respirasi.
Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hiperkapnia dan
berkurangnya sesitivitas terhadap CO2.
4. Rehabilitasipasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu
perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.
Rehabilitasi untuk pasien PPOK adalah :
- Fisioterapi
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
32/33
LBM 5 RespirasiMiranti
- Rehabilitasi psikis
- Rehabilitasi pekerjaan
Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan
j) Komplikasi
1. Gagal napas
a. Gagal napas kronik
Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH normal,
penatalaksanaan :
- Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2
- Bronkodilator adekuat
- Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur
- Antioksidan
- Latihan pernapasan denganpursed lips breathing
b. Gagal napas akut pada gagal napas kronik
- Sesak napas dengan atau tanpa sianosis
- Sputum bertambah dan purulen
- Demam
- Kesadaran menurun
2. Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni
kuman, hal inI memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini imuniti
menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limposit darah.
3. Kor pulmonal
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai gagal jantung
kanan
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan PPOK di Indonesia
k) Prognosis
Prognosis COPD tergantung pada beberapa hal :
8/13/2019 Miranti_LBM5_Respi
33/33
LBM 5 RespirasiMiranti
- tingkat lanjutnya penyakit (beratnya obstruksi)
- pengobatan / perawatan yg diberikan
- dpttdknyafaktor-faktor etiologik
- ada tdknya kor pulmonal kronik
- ada tdknya riwayat penyakit jantung
- tingkat gangguan / kelainan gas darah
Ilmu Penyakit Paru, Prof Pasiyan